7 BAB II BELAJAR DAN GAYA BELAJAR A. Belajar Belajar

advertisement
BAB II
BELAJAR DAN GAYA BELAJAR
A.
Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang dialami seseorang dalam rangka
mewujudkan suatu perubahan dalam dirinya. Secara sederhana belajar dapat
diartikan proses perubahan dari tidak tahu atau tidak bisa menjadi tahu dan
bisa. Banyak tokoh yang mengemukakan definisi dari belajar. Berikut
merupakan beberapa definisi belajar dari beberapa tokoh.
1. Gagne berpendapat belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana
suatu
organisma
berubah
perilakunya
sebagai
akibat
pengalaman.
(Dahar,1988: 11).
2. Skinner memberikan definisi belajar “Learning is a process progressive
behavior adaptation”. Dari definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa
belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif.
Ini berarti bahwa belajar akan mengarah pada keadaan yang lebih baik dari
keadaan sebelumnya. Disamping itu belajar juga membutuhkan proses yang
berarti belajar membutuhkan waktu untuk mencapai suatu hasil.
3. McGeoch memberikan definisi belajar “learning is a change in
performance as a result of practice”. Ini berarti bahwa belajar membawa
perubahan dalam performance yang disebabkan oleh proses latihan.
4. Kimble memberikan definisi belajar “Learning is a relative permanent
change in behavioral potentiality occur as a result of reinforced practice”.
7
8
Dalam definisi tersebut terlihat adanya sesuatu hal baru yaitu perubahan
yang bersifat permanen, yang disebabkan oleh “reinforcement practice”.
5. Horgen memberikan definisi mengenai belajar “learning can be defined as
any relatively, permanent change in behavior which occurs as a result of
practice or experience” suatu hal yang muncul dalam definisi ini adalah
bahwa perilaku sebagai akibat belajar itu disebabkan karena latihan atau
pengalaman.
Menurut teori perilaku, belajar merupakan suatu perubahan perilaku
yang dapat diamati, yang terjadi melalui terkaitnya stimulus-stimulus dan
respon-respon menurut prinsip-prinsip mekanistik (Dahar,1988: 19). Sedangkan
teori Gestalt-field berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses perolehan
atau perubahan insight, pandangan-pandangan, harapan-harapan, atau pola-pola
berpikir (Dahar,1988: 20).
B.
1.
Gaya Belajar
Pengertian Gaya Belajar
Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap,
dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. (DePorter dan Hernacky,
2009:110). Conner (2004) berpendapat bahwa “A learning style is everything
that controls how we take in, concentrate on, understand, process, store,
remember, and use new information”. Sedangkan Nasution (1988)
berpendapat bahwa, gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan
oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara
9
mengingat, berpikir dan memecahkan soal. Gaya belajar mengacu pada variasi
kemampuan seseorang untuk menghimpun dan menerima informasi sebaik
mungkin. Pada dasarnya, gaya belajar merupakan cara terbaik untuk
mengumpulkan dan menggunakan pengetahuan dengan cara yang khusus.
Setiap individu memiliki kecenderungan tertentu terhadap suatu gaya
belajar. Dunn seorang pelopor gaya belajar telah menemukan banyak variabel
yang mempengaruhi cara belajar orang. Ini mencakup faktor-faktor fisik,
emosional, sosiologi, dan lingkungan (DePorter dan Hernacky, 2009: 110).
Tidak semua orang memproses informasi dengan cara yang sama. Oleh
karena itu, kita harus mengetahui bagaimana perbedaan gaya berpikir
diterjemahkan ke dalam gaya bekerja dan belajar yang berbeda pula (Prashnig,
2007:39).
Dari semua pengertian gaya belajar tersebut terdapat kesamaan yakni,
gaya belajar itu merupakan sesuatu yang khas terkait cara pemrosesan suatu
informasi dalam proses belajar. Gaya belajar tersebut tidak tetap, tetapi setiap
orang akan menunjukkan kecenderungan terhadap gaya belajar tertentu.
Beberapa peneliti menemukan bahwa gaya belajar dapat berubah berdasarkan
gender, usia, kebudayaan, dan mata pelajaran (Ritschel dan Trifilo,2009).
2.
Jenis Gaya Belajar
Gaya belajar menurut Bonwel dan Fleming (Fleming, 2001) yang
dikenal dengan gaya belajar VARK meliputi gaya Visual, Aural, Read/write,
dan Kinesthetic. Gaya belajar VARK tersebut merupakan perkembangan lebih
10
lanjut dari gaya belajar VAK (Visual , Auditory/oral, Kinesthetic) yang telah
ada sebelumnya dari Bander dan Grinder (Prashnig, 2007:44). Fleming
membagi model visual menjadi iconic (symbolic) dan teks, sehingga munculah
gaya belajar read/write sebagai tambahan untuk gaya belajar VAK. Berikut
merupakan penjelasan untuk setiap gaya belajar.
a.
Gaya Belajar Visual
Seseorang dengan gaya belajar visual lebih memilih gambar,
warna, dan peta untuk mengelola informasi dan mengkomunikasikannya
pada orang lain. Orang visual akan dengan mudah menggambarkan
objek-objek, rencana dan hasil melalui penginderaan dengan mata (mind
eye). Selain itu orang visual memiliki kemampuan spasial yang baik.
Menurut Silbermen (2006, 28), orang visual bisa belajar dengan
baik hanya dengan melihat orang lain melakukannya. Selama pelajaran,
mereka biasanya diam dan jarang terganggu oleh kebisingan. Adapun
ciri-ciri pembelajar visual lainnya adalah sebagai berikut (DePorter dan
Hernacky, 2009: 116):
1) Rapi dan teratur
2) Berbicara dengan cepat
3) Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik
4) Teliti terhadap detail
5) Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun
presentasi
11
6) Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya
dalam pikiran mereka
7) Mengingat apa yang dilihat, daripada yang didengar
8) Mengingat dengan asosiasi visual
9) Biasanya tidak terganggu oleh keributan
10) Mempunyai masalah dengan instruksi verbal kecuali jika ditulis
11) Pembaca cepat dan tekun
12) Lebih suka membaca daripada dibacakan
13) Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam
rapat
14) Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat “ya” atau
“tidak”
b.
Gaya Belajar Aural
Gaya belajar ini dimiliki oleh seseorang yang mengutamakan
pendengaran dalam proses penerimaan dan pengolahan informasinya.
Untuk memperoleh informasi, orang-orang aural akan melakukan:
1)
Menghadiri kelas-kelas
2)
Menghadiri diskusi dan tutorial
3)
Mendiskusikan topik dengan orang lain (misal guru)
4)
Menjelaskan ide-ide baru dengan orang lain
5)
Menggunakan tape recorder
12
Ciri orang-orang auditorial (DePorter dan Hernacky, 2009: 118):
1)
Berbicara pada diri sendiri saat bekerja
2)
Mudah terganggu oleh keributan
3)
Menggerakan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku
ketika membaca
4)
Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
5)
Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama , dan
warna suara
6)
Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita
7)
Berbicara dalam irama yang terpola
8)
Biasanya pembicara yang fasih
9)
Belajar
dengan
mendengarkan
dan
mengingat
apa
yang
didiskusikan daripada yang dilihat
10) Suka berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu dengan
panjang lebar
11) Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan
visualisasi, seperti memotong-motong bagian hingga sesuai satu
sama lain
12) Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
13
c.
Gaya Belajar Read/Write (Membaca/menulis)
Seseorang dengan gaya belajar ini memiliki preferensi yang kuat
untuk belajar dengan menulis dan membaca. Pengambilan informasi
dilakukan melalui daftar, judul, kamus, glosari, definisi, handout, buku,
bacaan – perpustakaan, catatan (sering kata demi kata), menggunakan
kata-kata guru yang baik dan memiliki banyak informasi dalam kalimatkalimat dan catatan , serta esai (Fleming,2001).
d.
Gaya Belajar Kinesthetik
Seorang pelajar kinesthetic butuh pengalaman langsung dari apa
yang mereka pelajari. Mereka mampu belajar dan mengingat dengan
sangat mudah dan baik melalui kegiatan yang melibatkan seluruh tubuh
(Prashnig, 2007: 157). Lujan dan DiCarlo (2005) juga menemukan
bahwa pembelajar kinesthetic belajar dengan menggunakan semua
indera yang meliputi peraba, penciuman, pendengaran, perasa, dan
penglihatan. Pembelajar kinesthetic menyukai pengalaman nyata dan
multisensori.
Walaupun
demikian,
pembelajar
kinesthetic
dapat
menerima konsep abstrak yang dijelaskan menggunakan analogi yang
cocok dan contoh-contoh yang nyata (real-life).
Seseorang dengan preferensi gaya belajar kinesthetic menggunakan
beberapa atau semua hal berikut:
1) semua indera : penglihatan, sentuhan, rasa, bau, dan pendengaran
2) laboratorium
14
3) kunjungan lapangan
4) bidang wisata
5) contoh prinsip-prinsip
6) contoh dalam kehidupan nyata
7) aplikasi
8) pendekatan hands-on (komputer)
9) trial and error
3.
Modalitas
DePorter (2007) mengemukakan bahwa, terdapat dua kategori utama
tentang bagaimana seseorang belajar. Pertama, bagaimana ia menyerap suatu
informasi dengan mudah atau yang dikenal dengan istilah modalitas. Kedua,
cara seseorang mengatur dan mengolah informasi tersebut (dominasi otak).
Di antara semua unsur yang membentuk gaya belajar seseorang secara
keseluruhan, ada empat
indera
yaitu indera penglihatan, pendengaran,
peraba, dan perasa yang paling mempengaruhi penyerapan informasi , ingatan,
dan proses belajar. Jika diterjemahkan ke dalam istilah teknis, keempat indera
itu bisa digambarkan sebagai modalitas inderawi atau preferensi perseptual
visual, auditori, taktil, dan kinesthetic (Prashnig, 2007: 153).
Modalitas dapat dikombinasikan dalam bentuk unimodal, bimodal,
trimodal dan quadmodal. Unimodal terdiri dari satu preferensi modalitas,
misal hanya Visual, Aural, Read/write, atau Kinesthetic saja. Bimodal
merupakan kombinasi dari dua modalitas misal, VA (Visual Aural), VR
15
(Visual Read/write), VK (Visual Kinesthetic), AR (Aural Read/write), AK
(Aural Kinesthetic), dan RK (Read/write Kinesthetic). Trimodal merupakan
kombinasi dari tiga jenis modalitas misal dapat berupa, VAR,VAK, VRK atau
ARK. Quadmodal merupakan kombinasi dari empat modalitas sekaligus yakni
VARK (Visual, Aural, Read/write, Kinesthetic).
C. Karakteristik Mata Pelajaran Biologi
Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) masuk dalam
rumpun mata pelajaran IPA dan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) memiliki karakteristik, antara lain (Depdiknas,
2006):
1. Mata pelajaran Biologi mempelajari permasalahan yang berkait dengan
fenomena alam, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dan berbagai
permasalahan yang terkait dengan penerapannya untuk membangun
teknologi guna mengatasi permasalahan dalam kehidupan masyarakat.
Fenomena alam dalam mata pelajaran Biologi dapat ditinjau dari objek,
persoalan, tema, dan tempat kejadiannya.
2. Struktur keilmuan Biologi menurut BSCS (Biological Science Curriculum
Study), Biologi memiliki objek berupa kerajaan atau kingdom yang dikaji
dari tingkat molekul, sel, jaringan dan organ, individu, populasi,
komunitas, sampai tingkat bioma. Adapun persoalan yang dikaji meliputi
Sembilan tema dasar yaitu: a) Biologi sebagai proses inkuiri atau
penemuan, b) sejarah konsep biologi, c) evolusi, d) keanekaragaman dan
16
keseragaman, e) genetik dan keberlangsungan hidup, f) organisme dan
lingkungan, g) perilaku, h) struktur dan fungsi, dan i) regulasi.
3. Pembelajaran Biologi memerlukan kegiatan penyelidikan atau eksperimen
sebagai bagian dari kerja ilmiah yang melibatkan keterampilan proses
yang
dilandasi
sikap
ilmiah.
Selain
itu,
pembelajaran
Biologi
mengembangkan rasa ingin tahu melaui penemuan atau inkuiri
berdasarkan pengalaman langsung yang dilakukan melalui kerja ilmiah
untuk memanfaatkan fakta, membangun konsep, prinsip, teori, dan hukum.
Melalui kerja ilmiah, peserta didik dilatih untuk berpikir kreatif, kritis,
analitis, dan divergen. Pembelajaran Biologi diharapkan dapat membentuk
perserta didik dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka
akhirnya
menyadari keindahan, keteraturan alam, dan meningkatkan keyakinan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4. Keterampilan proses dalam Biologi mencakup keterampilan dasar dan
keterampilan
terpadu.
Keterampilan
dasar
meliputi
keterampilan
mengobservasi, mengklasifikasi, berkomunikasi, melakukan pengukuran
metrik, memprediksi, menginferensi atau menyimpulkan, dan menafsirkan.
Keterampilan terpadu mencakup mengidentifikasi variabel, menentukan
variabel operasional, menjelaskan hubungan antarvariabel, menyusun
hipotesis, merancang prosedur dan melaksanakan penyelidikan atau
eksperimen untuk mengumpulkan data, memproses atau menganalisis
data, menyajikan hasil penyelidikan atau eksperimen dalam bentuk tabel
17
atau grafik, membahas, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan secara
tertulis maupun lisan.
D.
Konsep Sistem Organ Manusia
1. Sistem Ekskresi
Ekskresi adalah proses pengeluaran zat sisa metabolisme yang sudah
terakumulasi dalam tubuh agar kesetimbangan tubuh tetap terjaga.
Ekskresi dilakukan melalui suatu sistem ekskresi dengan menggunakan
alat ekskresi yang terdiri dari ginjal, paru-paru, hati, dan kulit.
a. Ginjal
Unit fungsional ginjal adalah nefron. Setiap nefron terdiri atas
badan malphigi, tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle, dan
tubulus kontortus distal. Badan malphigi terdiri atas berkas kapiler
yang disebut glomerulus yang dikelilingi kapsula Bowmann (Soewolo
et al, 2003: 330).
Zat – zat yang diekskresikan oleh ginjal adalah berupa urine.
Dengan diproduksinya urine maka ginjal akan mempertahankan
volume dan komposisi darah, keseimbangan air, elektrolit, dan pH
tubuh. Proses pembentukan urine terdiri dari tiga tahapan yaitu filtrasi
(penyaringan), reabsorpsi (penyerapan kembali), dan augmentasi
(Kurnadi, 2008).
18
b. Paru-paru
Paru-paru adalah sepasang organ yang terletak di ronga dada.
Organ ini terlibat dalam sistem respiratori. Sistem tersebut
memberikan pertukaran gas yaitu mengambil oksigen dan membuang
karbondioksida. Sel-sel tubuh memerlukan oksigen untuk reaksi
metabolik yang melepaskan energi dari molekul nutrien dan
menghasilkan ATP. Pada waktu yang sama, reaksi ini juga melepas
karbondioksida. Sehingga paru-paru dapat membantu membuang salah
satu limbah metabolisme yaitu CO2 (Soewolo et al, 2003: 271).
c. Hati
Organ ini terletak di sebelah kanan atas rongga perut, di bawah
diaphragma. Berdasarkan fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat
ekskresi. Hal ini dikarenakan hati membantu fungsi ginjal dengan cara
memecah beberapa senyawa yang bersifat racun dan menghasilkan
amonia, urea, dan asam urat dengan memanfaatkan nitrogen dari asam
amino
Jika sel tubuh kelebihan asam amino, maka asam amino tersebut
akan mengalami deaminasi. Deaminasi merupakan pemindahan gugus
amin (-NH) dari asam amino. Deaminasi mengakibatkan terkumpulnya
amonia yang bersifat racun. Hati dengan bantuan enzim arginase akan
mengubah arginin menjadi ornitin dan urea. Urea akan dibuang
melalui ginjal, sedangkan ornitin akan mengikat amonia dan
dikeluarkan ke dalam empedu dan urin.
19
d. Kulit
Struktur kulit terdiri dari dua lapis, yaitu epidermis dan dermis.
Epidermis merupakan lapisan terluar yang tipis dan tersusun oleh
jaringan epitel. Epidermis ini juga nerupakan epitel berlapis gepeng
yang terdiri dari lima lapisan, dari dalam ke luar yaitu stratum basalis,
stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lucidum, dan stratum
korneum. Sedangkan lapisan dermis berada di bawah lapisan
epidermis. Lapisan ini terdiri dari jaringan ikat yang mengandung
serat-serat elastis dan kolagen. Di dalam dermis terdapat ujung-ujung
syaraf atau reseptor, pembuluh darah, pembuluh lymph, kelenjar, dan
folikel rambut. Kelenjar keringat berfungsi dalam ekskresi karena
keringat yang dihasilkan mengandung air, garam-garam, urea, sedikit
asam amino, asam lemak, dan amoniak.
2. Sistem Koordinasi
a. Sistem Saraf
Aktivitas berbagai organ dalam tubuh berada di bawah kontrol
sistem saraf dan sistem endokrin. Sistem endokrin mengontrol dengan
cara mensekresikan hormon, efeknya agak lamban dibanding dengan
sistem saraf yang mengontrol dengan impuls sepanjang serabut saraf.
Pada manusia sistem saraf mempunyai tiga fungsi penting, yaitu:
1) Merasakan perubahan-perubahan yang terjadi di luar atau di dalam
tubuh.
20
2) Menafsirkan perubahan-perubahan tersebut.
3) Menjawab (respon) terhadap perubahan tersebut dalam bentuk
sekresi kelanjar atau kontraksi otot.
Dengan ketiga fungsi di atas, sistem saraf dapat mempertahankan
homeostatis secara cepat (Kurnadi, 2001).
Unit struktural dan fungsional dari saraf adalah neuron. Neurit
terdiri dari badan sel, dendrit, dan akson. Badan sel mengandung
nukleus dan nukleolus yang dikelilingi oleh sitoplasma granuler.
Dendrit merupakan uluran pendek yang bercabang-cabang dan keluar
dari badan sel. Dendrit mengandung badan Nissl dan organel. Dendrit
tidak mengandung selubung mielin maupun neurolema. Secara
fungsional, dendrit menghantarkan impuls ke arah badan sel. Akson
merupakan satu uluran panjang dari badan sel yang berfungsi untuk
menghantarkan impuls menjauhi badan sel. Akson memiliki ciri tipis
dengan bentuk panjang dan mengandung neurofibril. Kebanyakan
akson diselubungi oleh substansi lemak berwarna putih kekuningan
yang disebut selubung mielin.
Neuron berdasarkan jumlah ulurannya dapat dibedakan menjadi
neuron unipolar, neuron bipolar, dan neuron multipolar. Sedangkan
berdasarkan fungsinya, neuron dibedakan menjadi neuron sensorik,
neuron motorik, dan neuron konektor atau interneuron. Pada neuron
satu dan lainnya terjadi sambungan yang dikenal dengan istilah sinaps.
21
Sistem saraf manusia terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf
tepi. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang.
Sistem saraf pusat merupakan pusat untuk mengontrol aktivitas sistem
saraf dan pusat integrasi. Sistem saraf tepi merupakan serabut-serabut
saraf (juga badan sel saraf) yang menghubungkan sistem saraf pusat
dengan bagian perifer tubuh (kulit, otot, kelenjar). Sistem saraf tepi
terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf autonom.
b. Sistem Indera
Organ-organ indera merupakan satu-satunya saluran komunikasi
antara dunia luar dengan sistem saraf pusat. Proses mengindera itu
dimulai pada organ-organ indera, lebih tepatnya pada sel-sel reseptor
di dalam organ indera tersebut.
1) Indera Pengecap
Permukaan lidah bersifat kasar karena memiliki tonjolan-tonjolan
yang disebut papilla. Ada tiga jenis papila yaitu, papilla filiformis,
papilla fungiformis, dan papilla circum valata. Papilla filiformis
berbentuk benang-benang halus yang terletak pada 2/3 bagian depan
lidah. Papilla fungiformis berbentuk seperti jamur yang terletak pada
bagian sisi lidah dan ujung lidah. Papilla circum valata berbentuk
bundar yang terletak menyusun seperti huruf V terbalik di belakang
lidah.
Di dalam satu papilla terdapat banyak puting pengecap (taste bud).
Puting tersebut merupakan suatu bangunan berbentuk bundar yang
22
terdiri dari sel-sel penyokong dan sel-sel pengecap yang berfungsi
sebagai reseptor. Setiap sel pengecap memiliki tonjolan-tonjolan
seperti rambut yang menonjol keluar dari taste bud melalui lubang
pengecap. Dengan demikian, zat-zat kimia yang terlarut dalam cairan
ludah akan mengadakan kontak dan merangsang sel-sel impuls yang
akan dijalarkan ke saraf no VII dan saraf no IX otak, lalu ke thalamus
dan berakhir di daerah pengecap primer di lobus parietalis untuk
diinterpretasikan.
2) Indera Pembau
Daerah yang sensitif terhadap rasa bau terletak di bagian atap
rongga hidung. Di daerah tersebut terdapat sel-sel penyokong berupa
sel epithel dan sel-sel pembau sebagai reseptor yang berupa sel-sel
saraf. Sel-sel pembau mempunyai ujung-ujung dendrit berupa rambut.
Zat-zat kimia tertentu berupa gas yang masuk bersama udara
inspirasi akan merangsang sel-sel pembau jenis tertentu, kemudian
timbul impuls yang menjalar ke akson-aksonnya. Beribu-ribu akson
bergabung menjadi sutu bundel yang disebut saraf ke 1 otak. Saraf
tersebut menembus lamina cribrosa tulang ethmoid masuk ke rongga,
kemudian bersynaps dengan neuron-neuron tractus olfactorius, dan
impuls dijalarkan ke dareah pembauan primer pada cortex otak untuk
diinterpretasikan. Karena setiap zat kimia hanya merangsang satu jenis
reseptor saja, maka otak dapat membedakan berbagai rasa bau.
23
3) Indera Penglihatan
Alat penglihatan kita adalah mata yang mengandung fotoreseptor.
Bola mata dibagi menjadi dua ruang yaitu ruang anterior dan ruang
posterior. Ruang anterior terletak antara kornea dan lensa, berisi cairan
bening yang disebut aqueus humour. Ruang posterior adalah ruang
yang terletak di belakang lensa dan ruang ini berisi cairan kental
bening yang disebut vitreus humor. Cairan tersebut berfungsi
menyumbang tekanan oada bola mata. Tekanan tersebut dinamakan
tekanan intraokuler yang dapat menjaga agar bola mata tidak
mengempis dan retina tetap menempel secara baik pada koroid.
Lapisan dinding bola mata dari yang paling luar ke yang paling
dalam secara berurutan adalah sklera, koroid, dan retina. Lapisan
sklera di bagian depan berubah menjadi bening dan tembus cahaya
yang disebut kornea. Koroid merupakan lapisan tengah bola mata yang
berpigmen dan dipenuhi oleh pembuluh darah. Fungsi pigmen pada
koroid adalah untuk menyerap cahaya yang menyebar. Sedangkan
pembuluh darah berfungsi memasok makanan dan oksigen ke jaringan
mata. Retina merupakan lapisan paling dalam bola mata, yang tersusun
dari luar ke dalam : (a) lapisan berpigmen yang melengkapi funsi
koroid untuk menyerap cahaya, (b) lapisan fotoreseptor, (c) lapisan
bipolar, dan (d) lapisan ganglion.
Fotoreseptor merupakan modifikasi dari sel saraf. Ada dua tipe
fotoreseptor, yaitu sel batang dan sel kerucut. Sel batang sensitif
24
terhadap cahaya lemah, sehingga sel-sel batang ini berfungsi untuk
melihat di tempat bercahaya remang-remang. Sel kerucut sensitif
terhadap cahaya terang dan warna.
Cahaya yang masuk ke mata melalui kornea akan diproyeksikan
oleh lensa tepat pada retina. Sebelum mencapai fotoreseptor, cahaya
tadi melewati lapisan ganglion dan lapisan bipolar. Akson sel-sel
ganglion akan merambat pada permukaan dalam retina dan
mengumpul menjadi satu pada bagian belakang bola mata, membentuk
saraf penglihatan. Tempat menyatunya akson-akson sel ganglion pada
permukaan dalam retina disebut diskus optikus atau bintik buta.
Disebut bintik buta karena pada tempat ini tidak ada fotoreseptornya.
4) Indera Pengdengar dan Keseimbangan
Pendengaran dan persepsi kesetimbangan tubuh saling berkaitan.
Keduanya melibatkan pembentukan sensasi oleh mekanoreseptor yang
mengandung sel-sel rambut yang menghasilkan potensial reseptor
ketika rambut dibengkokkan oleh partikel yang mengendap atau cairan
yang bergerak. Pada mamalia dan sebagian vertebrata darat lain, organ
sensoris untuk pendengaran dan kesetimbangan menyatu secara erat
dalam rongga-rongga yang dipenuhi cairan dalam telinga (Campbell et
al., 2004: 244).
Telinga terdiri dari tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah,
dan telinga dalam. Telinga luar terdiri atas daun telinga dan saluran
auditoris, yang mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya
25
ke membran timpanik yang memisahkan telinga bagian luar dan
telinga bagian tengah. Di dalam telinga bagian tengah, getaran
dihantarkan melalui tiga osikel yaitu maleus (martil), incus (landasan),
dan stapes (sanggurdi) ke telinga bagian dalam, lewat melalui jendela
oval, suatu membran di bawah sanggurdi. Telinga bagian dalam
membuka ke dalam saluran Eustachius, yang berhubungan dengan
faring dan menyamakan tekanan antara telinga bagian tengah dan
atmosfer, yang mampu ”meletuskan” telinga ketika ketinggian
berubah. Telinga bagian dalam terdiri dari satu labirin saluran di dalam
tulang tengkorak (tulang temporal). Saluran ini dilapisi oleh membran
dan mengandung cairan yang bergerak sebagai respons terhadap suara
atau pergerakan kepala.
Beberapa organ pada telinga bagian dalam manusia dan sebagian
besar mamalia lain dapat mendeteksi posisi tubuh dan kesetimbangan.
Di belakang jendela oval terdapat vestibula yang memiliki dua
ruangan, utrikel dan sakul. Utrikel membuka ke dalam tiga saluran
semisirkuler yang melengkapi alat-alat untuk kesetimbangan. Sel-sel
rambut dalam utrikel dan sakul merespons terhadap perubahan dalam
posisi kepala karena adanya gravitasi dan pergerakan dalam satu arah.
Sel-sel rambut tersusun dalam kelompok, dan semua rambut
diproyeksikan ke dalam bahan bergelatin yang mengandung banyak
partikel kalsium karbonat kecil yang disebut otolith. Karena bahan ini
lebih berat dibandingkan dengan endolimfa di dalam utrikel dan sakul,
26
gravitasi selalu menarik rambut sel-sel reseptor ke arah bawah, yang
mengirimkan suatu rangkaian potensial aksi yang konstan di sepanjang
neuron sensoris cabang vestibular saraf auditoris. Sudut tubuh yang
berbeda akan merangsang sel rambut dan neuron sensoris yang
berbeda pula. Ketika posisi kepala berubah dalam kaitannya dengan
gravitasi (seperti ketika kepala dijulurkan ke depan), gaya pada sel-sel
rambut akan berubah, dan hal itu akan meningkatkan atau menurunkan
output neurotransmiternya. Otak menerjemahkan perubahan produksi
impuls yang dihasilkan oleh neuron sensoris untuk menentukan posisi
kepala. Dengan mekanisme yang serupa, saluran semisirkuler, yang
tersusun dalam tiga sumbu spasial, mendeteksi perubahan laju rotasi
atau pergerakan angular kepala.
5) Indera Peraba
Indera peraba pada manusia dalah kulit. Rabaan ditentukan oleh
dua mekanoreseptor yang secara anatomi berbeda. Mekanorsptor
pertama terletak pada pangkal dari rambut kulit, yang merupakan
ujung saraf (dendrit) telanjang yang membelit pangkal rambut.
Mekanoreseptor yang kedua adalah cawan merkel. Cawan tersebut
merupakan sel-sel kecil berbentuk cawan pada ujung-ujung saraf
telanjang, yang terletak pada lapisan luar dari kulit danmenerima
stimulus tekanan ringan pada pada kulit. Berikut merupakan reseptorreseptor sensasi umum pada kulit:
1) Cawan merkel untuk sentuhan ringan
27
2) Badan Meisner untuk sentuhan dan tekanan ringan
3) Badan Ruffini untuk panas
4) Badan Pacini untuk tekanan dalam
5) Badan Krause untuk dingin
6) Ujung saraf bebas untuk rasa sakit
c. Sistem Hormon (Endokrin)
Sistem hormon atau endokrin melibatkan kelenjar-kelenjar
endokrin. Kelenjar endokrin adalah suatu kelenjar yang tidak memiliki
saluran , mensekresikan suatu zat kimia yang disebut hormon ke dalam
cairan interstitiel di sekeliling kelenjar. Kemudian hormon ini masuk
ke dalam peredaran darah untuk mempengaruhi aktivitas sel-sel organ
tertentu yang letaknya jauh dari kelenjar endokrin. Walaupun hormon
tertentu mengalir ke seluruh tubuh melalui darah, namun hormon
tersebut hanya berpengaruh pada sel khusus yang disebut sel target.
Hal ini terjadi karena sel target memiliki reseptor protein yang hanya
mengikat hormon tertentu saja yang struktur stereoskopisnya
komplementer.
Sistem saraf dan sistem endokrin dikoordinasi sebagai suatu
sistem yang saling berhubungan, sering disebut sistem neuroendokrin.
Bagian tertentu sistem saraf merangsang atau menghambat lepasnya
hormon. Sebaliknya, hormon dapat mendorong atau menghambat
pembangkitan impuls saraf. Beberapa molekul bertindak sebagai
28
hormon pada suatu tempat, serta sebagai neurotransmiter pada tempat
lain.
Bila suatu hormon telah terikat dengan reseptornya maka akan
dimulai serangkaian reaksi di dalam sel target, sehingga munsulah
efek-efek fisiologis hormon tersebut. Reseptor-reseptor ini dibentuk
melalui proses sintesa protein dan reseptor-reseptor ini akan
dihancurkan bila sel tubuh telah rusak. Reseptor-reseptor ini dapat
terletak pada membran plasma (protein integral) dapat pula terdapat di
dalam sitoplasma ataupun di dalam inti (intraseluler). Hormon-hormon
dari jenis amin dan peptida (yang larut dalam air, contohnya ADH,
TSH, FSH, Noradrenalin, Calcitonin, Hormon Parathyroid) berikatan
dengan reseptor pada membran sel target.
Hormon-hormon ini disebut juga Messenger I. Ikatan hormon
reseptor akan mengaktifkan suatu enzim adenil-cylase pada membran
sel bagian dalam, kemudian adenil cylase akan mengkatalisir reaksi:
Adenyl-cylase
ATP
cyclis AMP
Cyclis AMP (Messenger II) akan mengaktifkan protein-kinase
yang kemudian mengkatalisir pembentukan protein phospat. Protein
tersebutlah yang merupakan enzim aktif yang dapat mengaktifkan
fungsi sel misal ekskresi, sekresi, sintesa protein.
29
3. Sistem Reproduksi
Reproduksi ialah suatu proses dimana materi genetis suatu sel
membelah diri menjadi banyak. Cara reproduksi ini disebut pula mitosis yang
terjadi pada organ tertentu manusia. Pengertian lain dari reproduksi adalah
proses dimana materi genetis diturunkan dari suatu generasi ke generasi
berikutnya. Pada manusia reproduksi jenis ini berlangsung dengan
pembentukkan gamet melalui satu proses yang disebut meiosis. Pria akan
membentuk ganet jantan (sperma) dan wanita membentuk gamet betina
(ovum), keduanya kemudian bergabung membentuk zigot. Kemudian zigot
bermitosis menghasilkan individu yang mirip tapi tidak identik dengan ayah
ibunya, karena individu tersebut sekarang mewarisi setengah jmulah
kromosom ayah dan setengah jumlah kromosom ibu.
a. Anatomi Reproduktif Laki-laki
Organ reproduksi eksternal laki-laki adalah skrotum dan penis. Organ
reproduksi internal terdiri atas gonad yang menghasilkan gamet (sel sperma)
dan hormon, kelenjar aksesoris yang mensekresikan produk yang esensial bagi
pergerakan sperma, dan sekumpulan duktus yang membawa sperma dan
sekresi glandular.
Gonad jantan atau testes terdiri atas banyak saluran yang melilit-lilit yang
dikelilingi oleh beberapa lapis jaringan ikat. Saluran tersebut adalah tubula
seminiferus, tempat sperma terbentuk. Sel-sel Leydig yang tersebar di antara
tubula seminiferus menghasilkan testosteron dan androgen lain yang
merupakan hormon seks jantan.
30
Dari tubula seminiferus testis, sperma lewat ke dalam saluran mengulir
pada epididimis. Diperlukan sekitar 20 hari bagi sperma untuk menyelesaikan
perjalanan di sepanjang saluran epididimis sepanjang 6 m milik seorang lakilaki. Selama perjalanan ini, sperma menjadi motil dan memiliki kemampuan
untuk membuahi. Selama ejakulasi, sperma didorong dari epididmis melalui
vas deferens berotot.
Kumpulan kelenjar aksesoris (vesikula seminalis, prostat, dan kelenjar
bulbouretralis) menambahakan sekresi ke semen yaitu cairan yang
diejakulasikan. Sepasang vesikula seminalis menyumbangkan sekitar 60%
total volume semen. Cairan dari vesikula seminalis itu kental, kekuningkuningan, dan alkalis. Cairan tersebut mengandung mukus, gula fruktosa
(yang menyediakan sebagian besar energi yang digunakan oleh sperma),
enzim pengkoagulasi, asam askorbat, dan prostaglandin.
b.
Anatomi Reproduktif Perempuan
Struktur reproduksi eksternal perempuan adalah klitoris dan dua pasang
labia yang mengelilingi klitoris dan lubang vagina. Organ reproduksi internal
terdiri dari sepasang gonad dan sebuah sistem yang terdiri dari duktus dan
ruangan masuk untuk menghantarkan gamet dan menampung embrio dan
fetus.
Gonad perempuan berada di dalam rongga abdomen, menggantung, dan
bertaut melalui mesenterium ke uterus. Masing-masing ovarium terbungkus
dalam kapsul pelindung yang keras dan mengandung banyak folikel. Folikel
terdiri atas satu sel telur yang dikelilingi oleh satu atau lebih lapisan sel-sel
31
folikel, yang memberikan makanan dan melindungi sel telur yang sedang
berkembang. Keseluruhan dari 400.000 folikel yang dimiliki oleh seorang
perempuan sudah terbentuk sebelum kelahirannya. Mulai pada masa pubertas
dan terus berlangsung sampai menopause, umumnya sebuah folikel matang
dan membebaskan sel telurnya setiap satu siklus menstruasi.
c.
Spermatogenesis dan Oogenesis
Spermatogenesis adalah proses produksi sel-sel sperma yang terus
menerus dan prolifik pada jantan dewasa. Proses tersebut terjadi di dalam
tubulus seminiferus. Setiap ejakulasi laki-laki mengandung 100 sampai 650
juta sel sperma, dan seorang laki-laki dapat mengalami ejakulasi setiap hari
dengan kemampuan untuk membuahi yang hanya berkurang sedikit.
Oogenesis adalah perkembangan sel telur (sel telur dewasa yang belum
dibuahi). Di antara kelahiran dan pubertas, sel-sel telur (oosit primer)
membesar, dan folikel disekitarnya tumbuh. Oosit primer mereplikasi DNA
dan memasuki profase I meiosis, tetapi tidak berubah lebih lanjut kecuali
diaktifkan kembali oleh hormon. Mulai saat pubertas, FSH secara periodik
merangsang sebuah folikel untuk memulai pertumbuhan sekali lagi dan
menginduksi oosit primernyauntuk menyelesaikan pembelahan meiosis
pertama. Meiosis kemudian berhenti sekali lagi. Oosit sekunder yang
dibebaskan selama ovulasi tidak mengalami pembelahan meiosis kedua
dengan seketika. Pada manusia penetrasi sel telur oleh sperma memicu
pembelahan meiosis kedua dan setelah itulah oogenesis menjadi sempurna.
32
d.
Kerjasama Hormon-hormon Pengatur Reproduksi
Pada laki-laki hormon kelamin utama adalah androgen, yang paling
penting diantaranya adalah testosteron. Androgen merupakan hormon steroid
yang sebagian besar dihasilkan oleh sel-sel Leydig, secara langsung
bertanggung jawab atas karakteristik seks primer dan sekunder jenis kelamin
laki-laki. Karakteristk seks primer adalah tanda-tanda yang berkaitan dengan
sistem reproduksi : perkembangan vas deferens dan duktus-duktus lain,
perkembangan
struktur
reproduksi
eksternal,
dan
produksi
sperma.
Karakteristik seks sekunder adalah ciri yang secara tidak langsung berkaitan
dengan sistem reproduksi, yang meliputi perubahan suara menjadi berat,
persebaran rambut di muka dan di pubis, dan pertumbuhan otot.
Pada perempuan, pola sekresi hormon dan berbagai peristiwa reproduktif
yang diatur oleh hormon terjadi secara bersiklus. Pengontrolan sklus betina
sangat kompleks. Perempuan mengalami siklus menstruasi yaitu endometrim
akan meluruh dari uterus melalui serviks dan vagina dalam pendarahan. Hari
pertama periode menstruasi dinyatakan sebagai hari 1 dari siklus tersebut.
Fase aliran menstruasi siklus tersebut terjadi saat pendarahan akibat hilangnya
sebagian besar lapisan funsional endometrium, umumnya terjadi selama
beberapa hari. Kemudian sisa endometrium yang tipis lainnya mulai
mengalami regenerasi dan menebal selama seminggu atau dua minggu. Fase
tersebut dinamakan fase proliferasi siklus menstruasi. Selama fase berikutnya,
yaitu fase sekresi yang umumnya berlangsung selama dua minggu,
endometrium terus menebal, mengandung lebih banyak pembuluh, dan
33
mengembangkan kelenjar yang mensekresikan cairan yang kaya akan
glikogen. Jika embrio masih belum terimplantasi dalam dinding uterus pada
akhir fase sekresi, maka aliran menstruasi baru akan dimulai.
Terjadi secara paralel dengan siklus menstruasi adalah siklus ovarium.
Siklus ini dimulai dengan fase folikuler, saat beberapa folikel di dalam
ovarium mulai tumbuh. Sel telur membesar, dan pembungkus sel folikel
menjadi berlapis-lapis. Di antara beberapa folikel yang mulai tumbuh,
umumnya hanya satu yang membesar dan matang, sementara yang lainnya
akan mengalami disintegrasi. Folikel yang mengalami pematangan itu
mengembangkan rongga internal yang penuh cairan dan tumbuh menjadi
sangat besar, membentuk tonjolan dekat permukaan ovarium. Fase folikuler
berakhir dengan ovulasi, ketika folikel dan dinding ovarium di dekatnya
pecah, sehingga melepaskan oosit. Jaringan folikel yang tetap ada di ovarium
setelah ovulasi berkembang menjadi korpus luteum, yaitu jaringan endokrin
yang mensekresikan hormon selama fase luteal siklus ovarium. Hormon
mengkoordinasikan siklus menstruasi dan ovarium sedemikian rupa sehingga
pertumbuhan folikel dan ovulasi disinkronisasikan dengan persiapan dinding
uterus untuk kemungkinan implantasi embrio.
e.
Kehamilan sampai Kelahiran
Kehamilan manusia diawali dengan konsepsi yaitu proses fertilisasi sel
telur oleh sperma, dan berlangsung terus sampai kelahiran sang anak.
Kehamilan pada manusia berlangsung rata-rata 266 hari (38 minggu) dari
konsepsi atau 40 minggu dari permulaan siklus menstruasi terakhir.
34
Kehamilan pada manusia dapat dibagi ke dalam tiga trimester yang masingmasing sekitar tiga bulan lamanya.
Kelahiran terjadi melalui serangkaian kontraksi uterus yang kuat dan
berirama, yang umum dikenal sebagai labor. Tahapan pertama adalah
pembukaan dan pemipihan serviks, yang berakhir dengan dilatasi sempurna.
Tahapan kedua adalah ekspulsi atau pengeluaran bayi. Kontraksi yang kuat
terus memaksa fetus turun dan keluar dari uterus dan vagina. Tali pusar
dipotong dan dijepit setelah bayi keluar. Tahapan terakhir kelahiran adalah
keluarnya plasenta yang biasanya mengikuti keluarnya bayi.
f. Kontrasepsi
Kontrasepsi yaitu bentuk pencegahan pembuahan atau kehamilan secara
sengaja. Beberapa metode kontasepsi mencegah pelepasan telur dan sperma
dari gonad. Metode lainnya mencegah implantasi embrio atau menyebabkan
aborsi embrio. Salah satu metode bagi laki-laki adalah penggunaan kondom
yaitu suatu membran alami tipis atau lapisan karet lateks yang pas menutupi
penis untuk mengumpulkan semen. Bagi perempuan, digunakan diafragma
yang merupakan tudung karet berbentuk kubah yang dipasang dibagian atas
vagina sebelum berhubungan kelamin.
Intrauterine device (IUD) merupakan plastik kecil atau perkakas logam
yang dimasukkan ke dalam rongga uterus. Alat tersebut mencegah implantasi
blastosista dalam uterus. Selain itu ada juga kontrasepsi kimia berupa pil KB.
Pil pengontrol kelahiran yang paling umum adalah berupa kombinasi estrogen
dan progesteron sintetik. Kedua hormon ini bekerja melalui umpan balik
35
negatif untuk menghentikan pelepasan GnRH oleh hipotalamus, serta
pelepasan FSH (pengaruh estrogen) dan LH (pengaruh progesteron) oleh
pituitari. Dengan menghambat pelepasan LH, progestin mencegah ovulasi.
Sebagai cadangan, estrogen menghambat sekresi FSH sedemkian rupa
sehingga tidak ada folikel yang berkembang. Jenis pil pengontrol kelahiran
lainnya adalah pil mini yang hanya mengandung progestin. Pil tersebut
mencegah fertilisasi terutama dengan cara mengubah kekentalanmukus serviks
sehingga menghambat sperma masuk ke uterus.
D.
Penelitian Terkait Gaya Belajar
Penelitian tentang gaya belajar sudah pernah ada sebelumnya. Di antaranya
penelitian tentang ”Profil Gaya Belajar Siswa SMP pada Pembelajaran Biologi”
oleh Ali (2006) dan ”Gaya Belajar Siswa SMA Kelas XI dalam Memahami
Subkonsep Alat Indera” oleh Ulfa (2009). Ali dalam penelitiannya menggunakan
The VARK Questionare version 7. Pengambilan data dilakukan pada konsep
struktur dan jaringan tumbuhan, fotosisntesis, sistem peredaran darah manusia,
serta gerak dan penyakit tumbuhan. Hasil penelitiannya terhadap 82 siswa yaitu
55,17% siswa menggunakan gaya belajar visual (V), 62,07% Aural (A), 78,16%
Read/write (R), dan 68,96% Kinesthetic (K). Sedangkan penelitian Ulfa (2009)
mendapatkan data gaya belajar VAK tetapi tidak menggunakan kuesioner VARK
dari Fleming (2001). Hasil penelitian Ulfa (2009) terhadap 35 siswa menemukan
5,71% menggunakan VAK, 20% VA, 11,43% VK, 31,43% V, 20% A, dan
11,43% K.
36
Penelitian lain yang dilakukan oleh Baycan dan Nacar (2007) dengan
menggunakan kuesioner VARK (Fleming,2001) terhadap 155 siswa menemukan
bahwa, 36,1% unimodal dan 63,9% adalah multimodal. Unimodal kinesthetic
digunakan paling banyak oleh siswa dibandingkan unimodal lainnya yaitu 23,3%.
Sedangkan multimodal terdiri dari 30,3% bimodal, 20,7% trimodal,dan 12,9%
quadmodal. Penelitian yang dilakukan oleh Ferreira (2009) terhadap mahasiswa
jurusan biologi, menemukan bahwa mayoritas siswa memiliki kecenderungan
yang kuat terhadap gaya belajar kinesthetic dalam mata kuliah Biologi.
Download