BAB II BELAJAR DAN GAYA BELAJAR A. Belajar Belajar merupakan suatu proses yang dialami seseorang dalam rangka mewujudkan suatu perubahan dalam dirinya. Secara sederhana belajar dapat diartikan proses perubahan dari tidak tahu atau tidak bisa menjadi tahu dan bisa. Banyak tokoh yang mengemukakan definisi dari belajar. Berikut merupakan beberapa definisi belajar dari beberapa tokoh. 1. Gagne berpendapat belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. (Dahar,1988: 11). 2. Skinner memberikan definisi belajar “Learning is a process progressive behavior adaptation”. Dari definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Ini berarti bahwa belajar akan mengarah pada keadaan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Disamping itu belajar juga membutuhkan proses yang berarti belajar membutuhkan waktu untuk mencapai suatu hasil. 3. McGeoch memberikan definisi belajar “learning is a change in performance as a result of practice”. Ini berarti bahwa belajar membawa perubahan dalam performance yang disebabkan oleh proses latihan. 4. Kimble memberikan definisi belajar “Learning is a relative permanent change in behavioral potentiality occur as a result of reinforced practice”. 7 8 Dalam definisi tersebut terlihat adanya sesuatu hal baru yaitu perubahan yang bersifat permanen, yang disebabkan oleh “reinforcement practice”. 5. Horgen memberikan definisi mengenai belajar “learning can be defined as any relatively, permanent change in behavior which occurs as a result of practice or experience” suatu hal yang muncul dalam definisi ini adalah bahwa perilaku sebagai akibat belajar itu disebabkan karena latihan atau pengalaman. Menurut teori perilaku, belajar merupakan suatu perubahan perilaku yang dapat diamati, yang terjadi melalui terkaitnya stimulus-stimulus dan respon-respon menurut prinsip-prinsip mekanistik (Dahar,1988: 19). Sedangkan teori Gestalt-field berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses perolehan atau perubahan insight, pandangan-pandangan, harapan-harapan, atau pola-pola berpikir (Dahar,1988: 20). B. 1. Gaya Belajar Pengertian Gaya Belajar Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. (DePorter dan Hernacky, 2009:110). Conner (2004) berpendapat bahwa “A learning style is everything that controls how we take in, concentrate on, understand, process, store, remember, and use new information”. Sedangkan Nasution (1988) berpendapat bahwa, gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara 9 mengingat, berpikir dan memecahkan soal. Gaya belajar mengacu pada variasi kemampuan seseorang untuk menghimpun dan menerima informasi sebaik mungkin. Pada dasarnya, gaya belajar merupakan cara terbaik untuk mengumpulkan dan menggunakan pengetahuan dengan cara yang khusus. Setiap individu memiliki kecenderungan tertentu terhadap suatu gaya belajar. Dunn seorang pelopor gaya belajar telah menemukan banyak variabel yang mempengaruhi cara belajar orang. Ini mencakup faktor-faktor fisik, emosional, sosiologi, dan lingkungan (DePorter dan Hernacky, 2009: 110). Tidak semua orang memproses informasi dengan cara yang sama. Oleh karena itu, kita harus mengetahui bagaimana perbedaan gaya berpikir diterjemahkan ke dalam gaya bekerja dan belajar yang berbeda pula (Prashnig, 2007:39). Dari semua pengertian gaya belajar tersebut terdapat kesamaan yakni, gaya belajar itu merupakan sesuatu yang khas terkait cara pemrosesan suatu informasi dalam proses belajar. Gaya belajar tersebut tidak tetap, tetapi setiap orang akan menunjukkan kecenderungan terhadap gaya belajar tertentu. Beberapa peneliti menemukan bahwa gaya belajar dapat berubah berdasarkan gender, usia, kebudayaan, dan mata pelajaran (Ritschel dan Trifilo,2009). 2. Jenis Gaya Belajar Gaya belajar menurut Bonwel dan Fleming (Fleming, 2001) yang dikenal dengan gaya belajar VARK meliputi gaya Visual, Aural, Read/write, dan Kinesthetic. Gaya belajar VARK tersebut merupakan perkembangan lebih 10 lanjut dari gaya belajar VAK (Visual , Auditory/oral, Kinesthetic) yang telah ada sebelumnya dari Bander dan Grinder (Prashnig, 2007:44). Fleming membagi model visual menjadi iconic (symbolic) dan teks, sehingga munculah gaya belajar read/write sebagai tambahan untuk gaya belajar VAK. Berikut merupakan penjelasan untuk setiap gaya belajar. a. Gaya Belajar Visual Seseorang dengan gaya belajar visual lebih memilih gambar, warna, dan peta untuk mengelola informasi dan mengkomunikasikannya pada orang lain. Orang visual akan dengan mudah menggambarkan objek-objek, rencana dan hasil melalui penginderaan dengan mata (mind eye). Selain itu orang visual memiliki kemampuan spasial yang baik. Menurut Silbermen (2006, 28), orang visual bisa belajar dengan baik hanya dengan melihat orang lain melakukannya. Selama pelajaran, mereka biasanya diam dan jarang terganggu oleh kebisingan. Adapun ciri-ciri pembelajar visual lainnya adalah sebagai berikut (DePorter dan Hernacky, 2009: 116): 1) Rapi dan teratur 2) Berbicara dengan cepat 3) Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik 4) Teliti terhadap detail 5) Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi 11 6) Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka 7) Mengingat apa yang dilihat, daripada yang didengar 8) Mengingat dengan asosiasi visual 9) Biasanya tidak terganggu oleh keributan 10) Mempunyai masalah dengan instruksi verbal kecuali jika ditulis 11) Pembaca cepat dan tekun 12) Lebih suka membaca daripada dibacakan 13) Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam rapat 14) Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat “ya” atau “tidak” b. Gaya Belajar Aural Gaya belajar ini dimiliki oleh seseorang yang mengutamakan pendengaran dalam proses penerimaan dan pengolahan informasinya. Untuk memperoleh informasi, orang-orang aural akan melakukan: 1) Menghadiri kelas-kelas 2) Menghadiri diskusi dan tutorial 3) Mendiskusikan topik dengan orang lain (misal guru) 4) Menjelaskan ide-ide baru dengan orang lain 5) Menggunakan tape recorder 12 Ciri orang-orang auditorial (DePorter dan Hernacky, 2009: 118): 1) Berbicara pada diri sendiri saat bekerja 2) Mudah terganggu oleh keributan 3) Menggerakan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca 4) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan 5) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama , dan warna suara 6) Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita 7) Berbicara dalam irama yang terpola 8) Biasanya pembicara yang fasih 9) Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat 10) Suka berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar 11) Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visualisasi, seperti memotong-motong bagian hingga sesuai satu sama lain 12) Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya 13 c. Gaya Belajar Read/Write (Membaca/menulis) Seseorang dengan gaya belajar ini memiliki preferensi yang kuat untuk belajar dengan menulis dan membaca. Pengambilan informasi dilakukan melalui daftar, judul, kamus, glosari, definisi, handout, buku, bacaan – perpustakaan, catatan (sering kata demi kata), menggunakan kata-kata guru yang baik dan memiliki banyak informasi dalam kalimatkalimat dan catatan , serta esai (Fleming,2001). d. Gaya Belajar Kinesthetik Seorang pelajar kinesthetic butuh pengalaman langsung dari apa yang mereka pelajari. Mereka mampu belajar dan mengingat dengan sangat mudah dan baik melalui kegiatan yang melibatkan seluruh tubuh (Prashnig, 2007: 157). Lujan dan DiCarlo (2005) juga menemukan bahwa pembelajar kinesthetic belajar dengan menggunakan semua indera yang meliputi peraba, penciuman, pendengaran, perasa, dan penglihatan. Pembelajar kinesthetic menyukai pengalaman nyata dan multisensori. Walaupun demikian, pembelajar kinesthetic dapat menerima konsep abstrak yang dijelaskan menggunakan analogi yang cocok dan contoh-contoh yang nyata (real-life). Seseorang dengan preferensi gaya belajar kinesthetic menggunakan beberapa atau semua hal berikut: 1) semua indera : penglihatan, sentuhan, rasa, bau, dan pendengaran 2) laboratorium 14 3) kunjungan lapangan 4) bidang wisata 5) contoh prinsip-prinsip 6) contoh dalam kehidupan nyata 7) aplikasi 8) pendekatan hands-on (komputer) 9) trial and error 3. Modalitas DePorter (2007) mengemukakan bahwa, terdapat dua kategori utama tentang bagaimana seseorang belajar. Pertama, bagaimana ia menyerap suatu informasi dengan mudah atau yang dikenal dengan istilah modalitas. Kedua, cara seseorang mengatur dan mengolah informasi tersebut (dominasi otak). Di antara semua unsur yang membentuk gaya belajar seseorang secara keseluruhan, ada empat indera yaitu indera penglihatan, pendengaran, peraba, dan perasa yang paling mempengaruhi penyerapan informasi , ingatan, dan proses belajar. Jika diterjemahkan ke dalam istilah teknis, keempat indera itu bisa digambarkan sebagai modalitas inderawi atau preferensi perseptual visual, auditori, taktil, dan kinesthetic (Prashnig, 2007: 153). Modalitas dapat dikombinasikan dalam bentuk unimodal, bimodal, trimodal dan quadmodal. Unimodal terdiri dari satu preferensi modalitas, misal hanya Visual, Aural, Read/write, atau Kinesthetic saja. Bimodal merupakan kombinasi dari dua modalitas misal, VA (Visual Aural), VR 15 (Visual Read/write), VK (Visual Kinesthetic), AR (Aural Read/write), AK (Aural Kinesthetic), dan RK (Read/write Kinesthetic). Trimodal merupakan kombinasi dari tiga jenis modalitas misal dapat berupa, VAR,VAK, VRK atau ARK. Quadmodal merupakan kombinasi dari empat modalitas sekaligus yakni VARK (Visual, Aural, Read/write, Kinesthetic). C. Karakteristik Mata Pelajaran Biologi Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) masuk dalam rumpun mata pelajaran IPA dan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) memiliki karakteristik, antara lain (Depdiknas, 2006): 1. Mata pelajaran Biologi mempelajari permasalahan yang berkait dengan fenomena alam, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dan berbagai permasalahan yang terkait dengan penerapannya untuk membangun teknologi guna mengatasi permasalahan dalam kehidupan masyarakat. Fenomena alam dalam mata pelajaran Biologi dapat ditinjau dari objek, persoalan, tema, dan tempat kejadiannya. 2. Struktur keilmuan Biologi menurut BSCS (Biological Science Curriculum Study), Biologi memiliki objek berupa kerajaan atau kingdom yang dikaji dari tingkat molekul, sel, jaringan dan organ, individu, populasi, komunitas, sampai tingkat bioma. Adapun persoalan yang dikaji meliputi Sembilan tema dasar yaitu: a) Biologi sebagai proses inkuiri atau penemuan, b) sejarah konsep biologi, c) evolusi, d) keanekaragaman dan 16 keseragaman, e) genetik dan keberlangsungan hidup, f) organisme dan lingkungan, g) perilaku, h) struktur dan fungsi, dan i) regulasi. 3. Pembelajaran Biologi memerlukan kegiatan penyelidikan atau eksperimen sebagai bagian dari kerja ilmiah yang melibatkan keterampilan proses yang dilandasi sikap ilmiah. Selain itu, pembelajaran Biologi mengembangkan rasa ingin tahu melaui penemuan atau inkuiri berdasarkan pengalaman langsung yang dilakukan melalui kerja ilmiah untuk memanfaatkan fakta, membangun konsep, prinsip, teori, dan hukum. Melalui kerja ilmiah, peserta didik dilatih untuk berpikir kreatif, kritis, analitis, dan divergen. Pembelajaran Biologi diharapkan dapat membentuk perserta didik dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka akhirnya menyadari keindahan, keteraturan alam, dan meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 4. Keterampilan proses dalam Biologi mencakup keterampilan dasar dan keterampilan terpadu. Keterampilan dasar meliputi keterampilan mengobservasi, mengklasifikasi, berkomunikasi, melakukan pengukuran metrik, memprediksi, menginferensi atau menyimpulkan, dan menafsirkan. Keterampilan terpadu mencakup mengidentifikasi variabel, menentukan variabel operasional, menjelaskan hubungan antarvariabel, menyusun hipotesis, merancang prosedur dan melaksanakan penyelidikan atau eksperimen untuk mengumpulkan data, memproses atau menganalisis data, menyajikan hasil penyelidikan atau eksperimen dalam bentuk tabel 17 atau grafik, membahas, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan secara tertulis maupun lisan. D. Konsep Sistem Organ Manusia 1. Sistem Ekskresi Ekskresi adalah proses pengeluaran zat sisa metabolisme yang sudah terakumulasi dalam tubuh agar kesetimbangan tubuh tetap terjaga. Ekskresi dilakukan melalui suatu sistem ekskresi dengan menggunakan alat ekskresi yang terdiri dari ginjal, paru-paru, hati, dan kulit. a. Ginjal Unit fungsional ginjal adalah nefron. Setiap nefron terdiri atas badan malphigi, tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle, dan tubulus kontortus distal. Badan malphigi terdiri atas berkas kapiler yang disebut glomerulus yang dikelilingi kapsula Bowmann (Soewolo et al, 2003: 330). Zat – zat yang diekskresikan oleh ginjal adalah berupa urine. Dengan diproduksinya urine maka ginjal akan mempertahankan volume dan komposisi darah, keseimbangan air, elektrolit, dan pH tubuh. Proses pembentukan urine terdiri dari tiga tahapan yaitu filtrasi (penyaringan), reabsorpsi (penyerapan kembali), dan augmentasi (Kurnadi, 2008). 18 b. Paru-paru Paru-paru adalah sepasang organ yang terletak di ronga dada. Organ ini terlibat dalam sistem respiratori. Sistem tersebut memberikan pertukaran gas yaitu mengambil oksigen dan membuang karbondioksida. Sel-sel tubuh memerlukan oksigen untuk reaksi metabolik yang melepaskan energi dari molekul nutrien dan menghasilkan ATP. Pada waktu yang sama, reaksi ini juga melepas karbondioksida. Sehingga paru-paru dapat membantu membuang salah satu limbah metabolisme yaitu CO2 (Soewolo et al, 2003: 271). c. Hati Organ ini terletak di sebelah kanan atas rongga perut, di bawah diaphragma. Berdasarkan fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat ekskresi. Hal ini dikarenakan hati membantu fungsi ginjal dengan cara memecah beberapa senyawa yang bersifat racun dan menghasilkan amonia, urea, dan asam urat dengan memanfaatkan nitrogen dari asam amino Jika sel tubuh kelebihan asam amino, maka asam amino tersebut akan mengalami deaminasi. Deaminasi merupakan pemindahan gugus amin (-NH) dari asam amino. Deaminasi mengakibatkan terkumpulnya amonia yang bersifat racun. Hati dengan bantuan enzim arginase akan mengubah arginin menjadi ornitin dan urea. Urea akan dibuang melalui ginjal, sedangkan ornitin akan mengikat amonia dan dikeluarkan ke dalam empedu dan urin. 19 d. Kulit Struktur kulit terdiri dari dua lapis, yaitu epidermis dan dermis. Epidermis merupakan lapisan terluar yang tipis dan tersusun oleh jaringan epitel. Epidermis ini juga nerupakan epitel berlapis gepeng yang terdiri dari lima lapisan, dari dalam ke luar yaitu stratum basalis, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lucidum, dan stratum korneum. Sedangkan lapisan dermis berada di bawah lapisan epidermis. Lapisan ini terdiri dari jaringan ikat yang mengandung serat-serat elastis dan kolagen. Di dalam dermis terdapat ujung-ujung syaraf atau reseptor, pembuluh darah, pembuluh lymph, kelenjar, dan folikel rambut. Kelenjar keringat berfungsi dalam ekskresi karena keringat yang dihasilkan mengandung air, garam-garam, urea, sedikit asam amino, asam lemak, dan amoniak. 2. Sistem Koordinasi a. Sistem Saraf Aktivitas berbagai organ dalam tubuh berada di bawah kontrol sistem saraf dan sistem endokrin. Sistem endokrin mengontrol dengan cara mensekresikan hormon, efeknya agak lamban dibanding dengan sistem saraf yang mengontrol dengan impuls sepanjang serabut saraf. Pada manusia sistem saraf mempunyai tiga fungsi penting, yaitu: 1) Merasakan perubahan-perubahan yang terjadi di luar atau di dalam tubuh. 20 2) Menafsirkan perubahan-perubahan tersebut. 3) Menjawab (respon) terhadap perubahan tersebut dalam bentuk sekresi kelanjar atau kontraksi otot. Dengan ketiga fungsi di atas, sistem saraf dapat mempertahankan homeostatis secara cepat (Kurnadi, 2001). Unit struktural dan fungsional dari saraf adalah neuron. Neurit terdiri dari badan sel, dendrit, dan akson. Badan sel mengandung nukleus dan nukleolus yang dikelilingi oleh sitoplasma granuler. Dendrit merupakan uluran pendek yang bercabang-cabang dan keluar dari badan sel. Dendrit mengandung badan Nissl dan organel. Dendrit tidak mengandung selubung mielin maupun neurolema. Secara fungsional, dendrit menghantarkan impuls ke arah badan sel. Akson merupakan satu uluran panjang dari badan sel yang berfungsi untuk menghantarkan impuls menjauhi badan sel. Akson memiliki ciri tipis dengan bentuk panjang dan mengandung neurofibril. Kebanyakan akson diselubungi oleh substansi lemak berwarna putih kekuningan yang disebut selubung mielin. Neuron berdasarkan jumlah ulurannya dapat dibedakan menjadi neuron unipolar, neuron bipolar, dan neuron multipolar. Sedangkan berdasarkan fungsinya, neuron dibedakan menjadi neuron sensorik, neuron motorik, dan neuron konektor atau interneuron. Pada neuron satu dan lainnya terjadi sambungan yang dikenal dengan istilah sinaps. 21 Sistem saraf manusia terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Sistem saraf pusat merupakan pusat untuk mengontrol aktivitas sistem saraf dan pusat integrasi. Sistem saraf tepi merupakan serabut-serabut saraf (juga badan sel saraf) yang menghubungkan sistem saraf pusat dengan bagian perifer tubuh (kulit, otot, kelenjar). Sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf autonom. b. Sistem Indera Organ-organ indera merupakan satu-satunya saluran komunikasi antara dunia luar dengan sistem saraf pusat. Proses mengindera itu dimulai pada organ-organ indera, lebih tepatnya pada sel-sel reseptor di dalam organ indera tersebut. 1) Indera Pengecap Permukaan lidah bersifat kasar karena memiliki tonjolan-tonjolan yang disebut papilla. Ada tiga jenis papila yaitu, papilla filiformis, papilla fungiformis, dan papilla circum valata. Papilla filiformis berbentuk benang-benang halus yang terletak pada 2/3 bagian depan lidah. Papilla fungiformis berbentuk seperti jamur yang terletak pada bagian sisi lidah dan ujung lidah. Papilla circum valata berbentuk bundar yang terletak menyusun seperti huruf V terbalik di belakang lidah. Di dalam satu papilla terdapat banyak puting pengecap (taste bud). Puting tersebut merupakan suatu bangunan berbentuk bundar yang 22 terdiri dari sel-sel penyokong dan sel-sel pengecap yang berfungsi sebagai reseptor. Setiap sel pengecap memiliki tonjolan-tonjolan seperti rambut yang menonjol keluar dari taste bud melalui lubang pengecap. Dengan demikian, zat-zat kimia yang terlarut dalam cairan ludah akan mengadakan kontak dan merangsang sel-sel impuls yang akan dijalarkan ke saraf no VII dan saraf no IX otak, lalu ke thalamus dan berakhir di daerah pengecap primer di lobus parietalis untuk diinterpretasikan. 2) Indera Pembau Daerah yang sensitif terhadap rasa bau terletak di bagian atap rongga hidung. Di daerah tersebut terdapat sel-sel penyokong berupa sel epithel dan sel-sel pembau sebagai reseptor yang berupa sel-sel saraf. Sel-sel pembau mempunyai ujung-ujung dendrit berupa rambut. Zat-zat kimia tertentu berupa gas yang masuk bersama udara inspirasi akan merangsang sel-sel pembau jenis tertentu, kemudian timbul impuls yang menjalar ke akson-aksonnya. Beribu-ribu akson bergabung menjadi sutu bundel yang disebut saraf ke 1 otak. Saraf tersebut menembus lamina cribrosa tulang ethmoid masuk ke rongga, kemudian bersynaps dengan neuron-neuron tractus olfactorius, dan impuls dijalarkan ke dareah pembauan primer pada cortex otak untuk diinterpretasikan. Karena setiap zat kimia hanya merangsang satu jenis reseptor saja, maka otak dapat membedakan berbagai rasa bau. 23 3) Indera Penglihatan Alat penglihatan kita adalah mata yang mengandung fotoreseptor. Bola mata dibagi menjadi dua ruang yaitu ruang anterior dan ruang posterior. Ruang anterior terletak antara kornea dan lensa, berisi cairan bening yang disebut aqueus humour. Ruang posterior adalah ruang yang terletak di belakang lensa dan ruang ini berisi cairan kental bening yang disebut vitreus humor. Cairan tersebut berfungsi menyumbang tekanan oada bola mata. Tekanan tersebut dinamakan tekanan intraokuler yang dapat menjaga agar bola mata tidak mengempis dan retina tetap menempel secara baik pada koroid. Lapisan dinding bola mata dari yang paling luar ke yang paling dalam secara berurutan adalah sklera, koroid, dan retina. Lapisan sklera di bagian depan berubah menjadi bening dan tembus cahaya yang disebut kornea. Koroid merupakan lapisan tengah bola mata yang berpigmen dan dipenuhi oleh pembuluh darah. Fungsi pigmen pada koroid adalah untuk menyerap cahaya yang menyebar. Sedangkan pembuluh darah berfungsi memasok makanan dan oksigen ke jaringan mata. Retina merupakan lapisan paling dalam bola mata, yang tersusun dari luar ke dalam : (a) lapisan berpigmen yang melengkapi funsi koroid untuk menyerap cahaya, (b) lapisan fotoreseptor, (c) lapisan bipolar, dan (d) lapisan ganglion. Fotoreseptor merupakan modifikasi dari sel saraf. Ada dua tipe fotoreseptor, yaitu sel batang dan sel kerucut. Sel batang sensitif 24 terhadap cahaya lemah, sehingga sel-sel batang ini berfungsi untuk melihat di tempat bercahaya remang-remang. Sel kerucut sensitif terhadap cahaya terang dan warna. Cahaya yang masuk ke mata melalui kornea akan diproyeksikan oleh lensa tepat pada retina. Sebelum mencapai fotoreseptor, cahaya tadi melewati lapisan ganglion dan lapisan bipolar. Akson sel-sel ganglion akan merambat pada permukaan dalam retina dan mengumpul menjadi satu pada bagian belakang bola mata, membentuk saraf penglihatan. Tempat menyatunya akson-akson sel ganglion pada permukaan dalam retina disebut diskus optikus atau bintik buta. Disebut bintik buta karena pada tempat ini tidak ada fotoreseptornya. 4) Indera Pengdengar dan Keseimbangan Pendengaran dan persepsi kesetimbangan tubuh saling berkaitan. Keduanya melibatkan pembentukan sensasi oleh mekanoreseptor yang mengandung sel-sel rambut yang menghasilkan potensial reseptor ketika rambut dibengkokkan oleh partikel yang mengendap atau cairan yang bergerak. Pada mamalia dan sebagian vertebrata darat lain, organ sensoris untuk pendengaran dan kesetimbangan menyatu secara erat dalam rongga-rongga yang dipenuhi cairan dalam telinga (Campbell et al., 2004: 244). Telinga terdiri dari tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga luar terdiri atas daun telinga dan saluran auditoris, yang mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya 25 ke membran timpanik yang memisahkan telinga bagian luar dan telinga bagian tengah. Di dalam telinga bagian tengah, getaran dihantarkan melalui tiga osikel yaitu maleus (martil), incus (landasan), dan stapes (sanggurdi) ke telinga bagian dalam, lewat melalui jendela oval, suatu membran di bawah sanggurdi. Telinga bagian dalam membuka ke dalam saluran Eustachius, yang berhubungan dengan faring dan menyamakan tekanan antara telinga bagian tengah dan atmosfer, yang mampu ”meletuskan” telinga ketika ketinggian berubah. Telinga bagian dalam terdiri dari satu labirin saluran di dalam tulang tengkorak (tulang temporal). Saluran ini dilapisi oleh membran dan mengandung cairan yang bergerak sebagai respons terhadap suara atau pergerakan kepala. Beberapa organ pada telinga bagian dalam manusia dan sebagian besar mamalia lain dapat mendeteksi posisi tubuh dan kesetimbangan. Di belakang jendela oval terdapat vestibula yang memiliki dua ruangan, utrikel dan sakul. Utrikel membuka ke dalam tiga saluran semisirkuler yang melengkapi alat-alat untuk kesetimbangan. Sel-sel rambut dalam utrikel dan sakul merespons terhadap perubahan dalam posisi kepala karena adanya gravitasi dan pergerakan dalam satu arah. Sel-sel rambut tersusun dalam kelompok, dan semua rambut diproyeksikan ke dalam bahan bergelatin yang mengandung banyak partikel kalsium karbonat kecil yang disebut otolith. Karena bahan ini lebih berat dibandingkan dengan endolimfa di dalam utrikel dan sakul, 26 gravitasi selalu menarik rambut sel-sel reseptor ke arah bawah, yang mengirimkan suatu rangkaian potensial aksi yang konstan di sepanjang neuron sensoris cabang vestibular saraf auditoris. Sudut tubuh yang berbeda akan merangsang sel rambut dan neuron sensoris yang berbeda pula. Ketika posisi kepala berubah dalam kaitannya dengan gravitasi (seperti ketika kepala dijulurkan ke depan), gaya pada sel-sel rambut akan berubah, dan hal itu akan meningkatkan atau menurunkan output neurotransmiternya. Otak menerjemahkan perubahan produksi impuls yang dihasilkan oleh neuron sensoris untuk menentukan posisi kepala. Dengan mekanisme yang serupa, saluran semisirkuler, yang tersusun dalam tiga sumbu spasial, mendeteksi perubahan laju rotasi atau pergerakan angular kepala. 5) Indera Peraba Indera peraba pada manusia dalah kulit. Rabaan ditentukan oleh dua mekanoreseptor yang secara anatomi berbeda. Mekanorsptor pertama terletak pada pangkal dari rambut kulit, yang merupakan ujung saraf (dendrit) telanjang yang membelit pangkal rambut. Mekanoreseptor yang kedua adalah cawan merkel. Cawan tersebut merupakan sel-sel kecil berbentuk cawan pada ujung-ujung saraf telanjang, yang terletak pada lapisan luar dari kulit danmenerima stimulus tekanan ringan pada pada kulit. Berikut merupakan reseptorreseptor sensasi umum pada kulit: 1) Cawan merkel untuk sentuhan ringan 27 2) Badan Meisner untuk sentuhan dan tekanan ringan 3) Badan Ruffini untuk panas 4) Badan Pacini untuk tekanan dalam 5) Badan Krause untuk dingin 6) Ujung saraf bebas untuk rasa sakit c. Sistem Hormon (Endokrin) Sistem hormon atau endokrin melibatkan kelenjar-kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin adalah suatu kelenjar yang tidak memiliki saluran , mensekresikan suatu zat kimia yang disebut hormon ke dalam cairan interstitiel di sekeliling kelenjar. Kemudian hormon ini masuk ke dalam peredaran darah untuk mempengaruhi aktivitas sel-sel organ tertentu yang letaknya jauh dari kelenjar endokrin. Walaupun hormon tertentu mengalir ke seluruh tubuh melalui darah, namun hormon tersebut hanya berpengaruh pada sel khusus yang disebut sel target. Hal ini terjadi karena sel target memiliki reseptor protein yang hanya mengikat hormon tertentu saja yang struktur stereoskopisnya komplementer. Sistem saraf dan sistem endokrin dikoordinasi sebagai suatu sistem yang saling berhubungan, sering disebut sistem neuroendokrin. Bagian tertentu sistem saraf merangsang atau menghambat lepasnya hormon. Sebaliknya, hormon dapat mendorong atau menghambat pembangkitan impuls saraf. Beberapa molekul bertindak sebagai 28 hormon pada suatu tempat, serta sebagai neurotransmiter pada tempat lain. Bila suatu hormon telah terikat dengan reseptornya maka akan dimulai serangkaian reaksi di dalam sel target, sehingga munsulah efek-efek fisiologis hormon tersebut. Reseptor-reseptor ini dibentuk melalui proses sintesa protein dan reseptor-reseptor ini akan dihancurkan bila sel tubuh telah rusak. Reseptor-reseptor ini dapat terletak pada membran plasma (protein integral) dapat pula terdapat di dalam sitoplasma ataupun di dalam inti (intraseluler). Hormon-hormon dari jenis amin dan peptida (yang larut dalam air, contohnya ADH, TSH, FSH, Noradrenalin, Calcitonin, Hormon Parathyroid) berikatan dengan reseptor pada membran sel target. Hormon-hormon ini disebut juga Messenger I. Ikatan hormon reseptor akan mengaktifkan suatu enzim adenil-cylase pada membran sel bagian dalam, kemudian adenil cylase akan mengkatalisir reaksi: Adenyl-cylase ATP cyclis AMP Cyclis AMP (Messenger II) akan mengaktifkan protein-kinase yang kemudian mengkatalisir pembentukan protein phospat. Protein tersebutlah yang merupakan enzim aktif yang dapat mengaktifkan fungsi sel misal ekskresi, sekresi, sintesa protein. 29 3. Sistem Reproduksi Reproduksi ialah suatu proses dimana materi genetis suatu sel membelah diri menjadi banyak. Cara reproduksi ini disebut pula mitosis yang terjadi pada organ tertentu manusia. Pengertian lain dari reproduksi adalah proses dimana materi genetis diturunkan dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Pada manusia reproduksi jenis ini berlangsung dengan pembentukkan gamet melalui satu proses yang disebut meiosis. Pria akan membentuk ganet jantan (sperma) dan wanita membentuk gamet betina (ovum), keduanya kemudian bergabung membentuk zigot. Kemudian zigot bermitosis menghasilkan individu yang mirip tapi tidak identik dengan ayah ibunya, karena individu tersebut sekarang mewarisi setengah jmulah kromosom ayah dan setengah jumlah kromosom ibu. a. Anatomi Reproduktif Laki-laki Organ reproduksi eksternal laki-laki adalah skrotum dan penis. Organ reproduksi internal terdiri atas gonad yang menghasilkan gamet (sel sperma) dan hormon, kelenjar aksesoris yang mensekresikan produk yang esensial bagi pergerakan sperma, dan sekumpulan duktus yang membawa sperma dan sekresi glandular. Gonad jantan atau testes terdiri atas banyak saluran yang melilit-lilit yang dikelilingi oleh beberapa lapis jaringan ikat. Saluran tersebut adalah tubula seminiferus, tempat sperma terbentuk. Sel-sel Leydig yang tersebar di antara tubula seminiferus menghasilkan testosteron dan androgen lain yang merupakan hormon seks jantan. 30 Dari tubula seminiferus testis, sperma lewat ke dalam saluran mengulir pada epididimis. Diperlukan sekitar 20 hari bagi sperma untuk menyelesaikan perjalanan di sepanjang saluran epididimis sepanjang 6 m milik seorang lakilaki. Selama perjalanan ini, sperma menjadi motil dan memiliki kemampuan untuk membuahi. Selama ejakulasi, sperma didorong dari epididmis melalui vas deferens berotot. Kumpulan kelenjar aksesoris (vesikula seminalis, prostat, dan kelenjar bulbouretralis) menambahakan sekresi ke semen yaitu cairan yang diejakulasikan. Sepasang vesikula seminalis menyumbangkan sekitar 60% total volume semen. Cairan dari vesikula seminalis itu kental, kekuningkuningan, dan alkalis. Cairan tersebut mengandung mukus, gula fruktosa (yang menyediakan sebagian besar energi yang digunakan oleh sperma), enzim pengkoagulasi, asam askorbat, dan prostaglandin. b. Anatomi Reproduktif Perempuan Struktur reproduksi eksternal perempuan adalah klitoris dan dua pasang labia yang mengelilingi klitoris dan lubang vagina. Organ reproduksi internal terdiri dari sepasang gonad dan sebuah sistem yang terdiri dari duktus dan ruangan masuk untuk menghantarkan gamet dan menampung embrio dan fetus. Gonad perempuan berada di dalam rongga abdomen, menggantung, dan bertaut melalui mesenterium ke uterus. Masing-masing ovarium terbungkus dalam kapsul pelindung yang keras dan mengandung banyak folikel. Folikel terdiri atas satu sel telur yang dikelilingi oleh satu atau lebih lapisan sel-sel 31 folikel, yang memberikan makanan dan melindungi sel telur yang sedang berkembang. Keseluruhan dari 400.000 folikel yang dimiliki oleh seorang perempuan sudah terbentuk sebelum kelahirannya. Mulai pada masa pubertas dan terus berlangsung sampai menopause, umumnya sebuah folikel matang dan membebaskan sel telurnya setiap satu siklus menstruasi. c. Spermatogenesis dan Oogenesis Spermatogenesis adalah proses produksi sel-sel sperma yang terus menerus dan prolifik pada jantan dewasa. Proses tersebut terjadi di dalam tubulus seminiferus. Setiap ejakulasi laki-laki mengandung 100 sampai 650 juta sel sperma, dan seorang laki-laki dapat mengalami ejakulasi setiap hari dengan kemampuan untuk membuahi yang hanya berkurang sedikit. Oogenesis adalah perkembangan sel telur (sel telur dewasa yang belum dibuahi). Di antara kelahiran dan pubertas, sel-sel telur (oosit primer) membesar, dan folikel disekitarnya tumbuh. Oosit primer mereplikasi DNA dan memasuki profase I meiosis, tetapi tidak berubah lebih lanjut kecuali diaktifkan kembali oleh hormon. Mulai saat pubertas, FSH secara periodik merangsang sebuah folikel untuk memulai pertumbuhan sekali lagi dan menginduksi oosit primernyauntuk menyelesaikan pembelahan meiosis pertama. Meiosis kemudian berhenti sekali lagi. Oosit sekunder yang dibebaskan selama ovulasi tidak mengalami pembelahan meiosis kedua dengan seketika. Pada manusia penetrasi sel telur oleh sperma memicu pembelahan meiosis kedua dan setelah itulah oogenesis menjadi sempurna. 32 d. Kerjasama Hormon-hormon Pengatur Reproduksi Pada laki-laki hormon kelamin utama adalah androgen, yang paling penting diantaranya adalah testosteron. Androgen merupakan hormon steroid yang sebagian besar dihasilkan oleh sel-sel Leydig, secara langsung bertanggung jawab atas karakteristik seks primer dan sekunder jenis kelamin laki-laki. Karakteristk seks primer adalah tanda-tanda yang berkaitan dengan sistem reproduksi : perkembangan vas deferens dan duktus-duktus lain, perkembangan struktur reproduksi eksternal, dan produksi sperma. Karakteristik seks sekunder adalah ciri yang secara tidak langsung berkaitan dengan sistem reproduksi, yang meliputi perubahan suara menjadi berat, persebaran rambut di muka dan di pubis, dan pertumbuhan otot. Pada perempuan, pola sekresi hormon dan berbagai peristiwa reproduktif yang diatur oleh hormon terjadi secara bersiklus. Pengontrolan sklus betina sangat kompleks. Perempuan mengalami siklus menstruasi yaitu endometrim akan meluruh dari uterus melalui serviks dan vagina dalam pendarahan. Hari pertama periode menstruasi dinyatakan sebagai hari 1 dari siklus tersebut. Fase aliran menstruasi siklus tersebut terjadi saat pendarahan akibat hilangnya sebagian besar lapisan funsional endometrium, umumnya terjadi selama beberapa hari. Kemudian sisa endometrium yang tipis lainnya mulai mengalami regenerasi dan menebal selama seminggu atau dua minggu. Fase tersebut dinamakan fase proliferasi siklus menstruasi. Selama fase berikutnya, yaitu fase sekresi yang umumnya berlangsung selama dua minggu, endometrium terus menebal, mengandung lebih banyak pembuluh, dan 33 mengembangkan kelenjar yang mensekresikan cairan yang kaya akan glikogen. Jika embrio masih belum terimplantasi dalam dinding uterus pada akhir fase sekresi, maka aliran menstruasi baru akan dimulai. Terjadi secara paralel dengan siklus menstruasi adalah siklus ovarium. Siklus ini dimulai dengan fase folikuler, saat beberapa folikel di dalam ovarium mulai tumbuh. Sel telur membesar, dan pembungkus sel folikel menjadi berlapis-lapis. Di antara beberapa folikel yang mulai tumbuh, umumnya hanya satu yang membesar dan matang, sementara yang lainnya akan mengalami disintegrasi. Folikel yang mengalami pematangan itu mengembangkan rongga internal yang penuh cairan dan tumbuh menjadi sangat besar, membentuk tonjolan dekat permukaan ovarium. Fase folikuler berakhir dengan ovulasi, ketika folikel dan dinding ovarium di dekatnya pecah, sehingga melepaskan oosit. Jaringan folikel yang tetap ada di ovarium setelah ovulasi berkembang menjadi korpus luteum, yaitu jaringan endokrin yang mensekresikan hormon selama fase luteal siklus ovarium. Hormon mengkoordinasikan siklus menstruasi dan ovarium sedemikian rupa sehingga pertumbuhan folikel dan ovulasi disinkronisasikan dengan persiapan dinding uterus untuk kemungkinan implantasi embrio. e. Kehamilan sampai Kelahiran Kehamilan manusia diawali dengan konsepsi yaitu proses fertilisasi sel telur oleh sperma, dan berlangsung terus sampai kelahiran sang anak. Kehamilan pada manusia berlangsung rata-rata 266 hari (38 minggu) dari konsepsi atau 40 minggu dari permulaan siklus menstruasi terakhir. 34 Kehamilan pada manusia dapat dibagi ke dalam tiga trimester yang masingmasing sekitar tiga bulan lamanya. Kelahiran terjadi melalui serangkaian kontraksi uterus yang kuat dan berirama, yang umum dikenal sebagai labor. Tahapan pertama adalah pembukaan dan pemipihan serviks, yang berakhir dengan dilatasi sempurna. Tahapan kedua adalah ekspulsi atau pengeluaran bayi. Kontraksi yang kuat terus memaksa fetus turun dan keluar dari uterus dan vagina. Tali pusar dipotong dan dijepit setelah bayi keluar. Tahapan terakhir kelahiran adalah keluarnya plasenta yang biasanya mengikuti keluarnya bayi. f. Kontrasepsi Kontrasepsi yaitu bentuk pencegahan pembuahan atau kehamilan secara sengaja. Beberapa metode kontasepsi mencegah pelepasan telur dan sperma dari gonad. Metode lainnya mencegah implantasi embrio atau menyebabkan aborsi embrio. Salah satu metode bagi laki-laki adalah penggunaan kondom yaitu suatu membran alami tipis atau lapisan karet lateks yang pas menutupi penis untuk mengumpulkan semen. Bagi perempuan, digunakan diafragma yang merupakan tudung karet berbentuk kubah yang dipasang dibagian atas vagina sebelum berhubungan kelamin. Intrauterine device (IUD) merupakan plastik kecil atau perkakas logam yang dimasukkan ke dalam rongga uterus. Alat tersebut mencegah implantasi blastosista dalam uterus. Selain itu ada juga kontrasepsi kimia berupa pil KB. Pil pengontrol kelahiran yang paling umum adalah berupa kombinasi estrogen dan progesteron sintetik. Kedua hormon ini bekerja melalui umpan balik 35 negatif untuk menghentikan pelepasan GnRH oleh hipotalamus, serta pelepasan FSH (pengaruh estrogen) dan LH (pengaruh progesteron) oleh pituitari. Dengan menghambat pelepasan LH, progestin mencegah ovulasi. Sebagai cadangan, estrogen menghambat sekresi FSH sedemkian rupa sehingga tidak ada folikel yang berkembang. Jenis pil pengontrol kelahiran lainnya adalah pil mini yang hanya mengandung progestin. Pil tersebut mencegah fertilisasi terutama dengan cara mengubah kekentalanmukus serviks sehingga menghambat sperma masuk ke uterus. D. Penelitian Terkait Gaya Belajar Penelitian tentang gaya belajar sudah pernah ada sebelumnya. Di antaranya penelitian tentang ”Profil Gaya Belajar Siswa SMP pada Pembelajaran Biologi” oleh Ali (2006) dan ”Gaya Belajar Siswa SMA Kelas XI dalam Memahami Subkonsep Alat Indera” oleh Ulfa (2009). Ali dalam penelitiannya menggunakan The VARK Questionare version 7. Pengambilan data dilakukan pada konsep struktur dan jaringan tumbuhan, fotosisntesis, sistem peredaran darah manusia, serta gerak dan penyakit tumbuhan. Hasil penelitiannya terhadap 82 siswa yaitu 55,17% siswa menggunakan gaya belajar visual (V), 62,07% Aural (A), 78,16% Read/write (R), dan 68,96% Kinesthetic (K). Sedangkan penelitian Ulfa (2009) mendapatkan data gaya belajar VAK tetapi tidak menggunakan kuesioner VARK dari Fleming (2001). Hasil penelitian Ulfa (2009) terhadap 35 siswa menemukan 5,71% menggunakan VAK, 20% VA, 11,43% VK, 31,43% V, 20% A, dan 11,43% K. 36 Penelitian lain yang dilakukan oleh Baycan dan Nacar (2007) dengan menggunakan kuesioner VARK (Fleming,2001) terhadap 155 siswa menemukan bahwa, 36,1% unimodal dan 63,9% adalah multimodal. Unimodal kinesthetic digunakan paling banyak oleh siswa dibandingkan unimodal lainnya yaitu 23,3%. Sedangkan multimodal terdiri dari 30,3% bimodal, 20,7% trimodal,dan 12,9% quadmodal. Penelitian yang dilakukan oleh Ferreira (2009) terhadap mahasiswa jurusan biologi, menemukan bahwa mayoritas siswa memiliki kecenderungan yang kuat terhadap gaya belajar kinesthetic dalam mata kuliah Biologi.