HAMBATAN PALESTINA DALAM UPAYA

advertisement
HAMBATAN PALESTINA DALAM UPAYA MEMPEROLEH
STATUS KEANGGOTAAN PENUH DI PBB
TAHUN 2011
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Ahmad Sodik
208083000017
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
i
ii
iii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Hambatan Palestina dalam Upaya Memperoleh Status
Keanggotaan Penuh di PBB Tahun 2011” dengan menggunakan metode penelitian
kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa yang menjadi faktor
penghambat pengajuan Palestina menjadi anggota penuh di PBB tahun 2011.
Penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka. Penulis melihat fakta bahwa deklarasi
negara Palestina telah dinyatakan pada tahun 1988 di Aljazair, namun hal ini tidak
merubah status keanggotaan Palestina di PBB yang semula sebagai entitas pengamat
sejak 1974 dibawah kepemimpinan Yasser Arafat menjadi anggota penuh PBB. Pada
September 2011 melalui Otoritas Palestina Presiden Mahmoud Abbas, Palestina
mengajukan permohonan keanggotaan ke PBB. Namun keputusan Dewan Keamanan
menolak pengajuan Palestina tersebut dan akhirnya merekomendasikan untuk
mengajukan keanggotaan sebagai negara pengamat.
Terdapat beberapa faktor yang menjadi penghambat Palestina menjadi
anggota Penuh PBB tahun 2011. Dengan menggunakan kerangka teori diplomasi dan
organisasi internasional, penulis menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang menjadi
penghambat tersebut karena Palestina belum memenuhi persyaratan menjadi anggota
PBB berdasarkan Piagam yang ada. Selain itu ada tiga faktor penting lainnya. Faktorfaktor tersebut antara lain: Pertama, lemahnya dukungan dari hamas, kedua adalah
ancaman veto dari Amerika Serikat selaku anggota tetap DK yang memiliki hak veto
dan ketiga, kurangnya dukungan dari negara-negara Timur Tengah terhadap
persoalan Palestina.
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT atas nikmat, rahmat dan ridhonya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Hambatan Palestina Dalam Upaya Memperoleh Status
Keanggotaan Penuh di PBB Tahun 2011” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana hubungan internasional.
Skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan, dukungan dan
bimbingan dari banyak pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada pihak-pihak yang turut
membantu dan mensupport penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini, ucapan
terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Untuk keluarga tercinta penulis, Ibu Sulikah yang senantiasa sabar
membesarkan dan merawat penulis dengan penuh kegigihan dan kasih sayang.
Bapak Sumadi (almarhum) yang memberikan pelajaran hidup paling berharga
bagi penulis serta Kakak dan Adik tercinta serta seluruh keluarga besar.
2. Bapak Adian Firnas, M.Si selaku dosen pembimbing yang senantiasa sabar
memberikan arahan dan masukan yang berharga dalam proses pengerjaan
skripsi ini dari awal sampai dengan selesai.
3. Ibu Debbie Affianty, M.Si selaku Kepala Jurusan Hubungan Internasional,
Seluruh dosen FISIP/HI Bapak Agus Nilmada Azmi, M.Si, Ibu Eva
Musshofa, MHSPS, Bapak Febri Dirgantara Hasibuan, M.M, Bapak Kiky
v
Rizky, M.Si, Bapak Armein Daulay, M.Si, Ibu Rahmi Fitriyani, M.Si, dan
seluruh dosen FISIP/HI yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
penuh semangat dan tak lelah mendidik dan mengajar semoga ilmunya
semakin berkah dan bermanfaat.
4. Seluruh teman-teman relawan dan pengurus Korps Sukarela Palang Merah
Indonesia (KSR PMI) Unit UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Angkatan ACS
2008, CJS 2009, GCN 2010, LDS 2011, PSR 2012, AF 2013, dan Anggota
Muda Angkatan 2014) khususnya CJS 2009 (Nia, Irwan, Udoh, Agni, Hilal,
Rini, Ratna, Dian, Maulida, Atiyah, Badrul, Kahfi, Ade, Indri, Rahmi,
Mentari, Pusti, Anggi, Yolanda, Deni, Fatma, dll), serta seluruh jajaran
pengurus dan relawan Palang Merah Indonesia (PMI) Markas Kota Jakarta
Selatan yang senantiasa tak kenal lelah dalam melaksanakan misi
kemanusiaan.
5. Manager Program Semesta Hijau Dompet Dhuafa, Bapak Syamsul
Ardiansyah, dan seluruh staff Semesta Hijau Dompet Dhuafa 2012-2014
(Mbak Galuh, Heni, Fitri, Mbak Wido) semoga selalu kompak dan terjaga
silaturahminya serta makin sukses ditempat kerja yang baru.
6. Seluruh teman-teman HI 2008 C, Iqbal, Zaqi, Charis, Bobby, Debilla, Muklis,
Aji, Selly, Pusi, Rena, Michel, Yuli, Raisa, Joko, Wulan, Ayu, Tika, Aidil,
Madhon, Fandi, Yana, Fanani, Amin, Isty, dan seluruh teman-teman HI C
yang berjuang bersama sejak dari FEIS sampai berganti menjadi FISIP. Serta
rekan satu bimbingan Anam yang turut menularkan semangatnya.
vi
Tanpa bantuan, bimbingan dan support dari berbagai pihak tidak mungkin
skripsi ini dapat terselesaikan. Namun demikian penulis menyadari masih banyak
terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu saran dan kritik yang
membangun sangat diharapkan untuk perbaikan kedepan. Alhamdulillah skripsi ini
dapat terselesaikan, hanya ucapan terimakasih yang dapat penulis sampaikan kepada
seluruh pihak yang senantiasa membantu penulis, semoga Allah SWT membalas
semua kebaikan Bapak/Ibu dan teman-teman sekalian. Aamiin.
Pamulang, 23 April 2015
Ahmad Sodik
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………………………..
iv
KATA PENGANTAR…………………………………………………………
v
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..
viii
DAFTAR GAMBAR DAN DIAGRAM………………………………………
x
DAFTAR SINGKATAN………………………………………………………
xi
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………..
xii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………
1
B. Pertanyaan Penelitian………………………………………….
6
C. Tujuan Penelitian………………………………………………
6
D. Tinjauan Pustaka………………………………………………
7
E. Kerangka Pemikiran…………………………………………..
9
F. Metode Penelitian……………………………………………..
15
G. Sistematika Penulisan…………………………………………
16
TINJAUAN UMUM DAN PERSOALAN PALESTINA
A. Sejarah Singkat Deklarasi Palestina……………………………
18
B. Status Keanggotaan Palestina di PBB Tahun 1988- 2011…….
23
C. Kelompok Berpengaruh di Palestina…………………...………
25
1. Kelompok Fatah……………………………………...….…
26
2. Kelompok Hamas………………………………...…….......
28
D. Isu Strategis Palestina
1. Isu Politik…………………………………………….….....
31
2. Isu Kemanusiaan………………………………….…......…
36
viii
BAB III
a. Persoalan Pengungsi (Refugess) …………………...….
36
b. Kejahatan Perang (War Crime) ………………….….....
39
PENGAJUAN KEANGGOTAAN PALESTINA DI PBB
A. Prosedur Keanggotaan PBB………………………..........….….
42
B. Hak dan Kewajiban Anggota PBB………………....…….….....
45
C. Perjuangan Palestina Untuk Memperoleh Status Keanggotaan di PBB
1. Masa Kepemimpinan Yasser Arafat (1988-2004) ….....…...
47
2. Masa Kepemimpinan Mahmoud Abbas (2005-2011)……….
51
D. Dukungan Dari Negara-Negara Anggota PBB…….……...........
BAB IV
55
HAMBATAN PALESTINA MENJADI ANGGOTA PENUH DI PBB
TAHUN 2011
BAB V
A. Pertimbangan DK PBB Terkait Keanggotaan Palestina……......
60
B. Hambatan Palestina Menjadi Anggota Penuh di PBB….....……
67
1. Lemahnya Dukungan Hamas………………………..…..….
69
2. Ancaman Veto Amerika Serikat………………..…………..
74
3. Kurangnya Dukungan Timur Tengah…….……..….….…...
81
KESIMPULAN……………………………………………….……
86
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
xiii
DAFTAR GAMBAR DAN DIAGRAM
Gambar. III.1…………………………………………………..…………...….
53
Diagram. IV. 1…………………………………………..……………...………
72
x
DAFTAR SINGKATAN
AIPAC
: American Israel Public Affairs comitte
AS
: Amerika Serikat
DK
: Dewan Keamanan
FATAH
: Harakat Al-Tahrir Al-Watani Al-Filastini
GNB
: Gerakan Non Blok
HAM
: Hak Asasi Manusia
HAMAS
: Harakat Al-Muqawamah Al-Islamiyyah
MU
: Majelis Umum
IM
: Ikhwanul Muslimin
KTT
: Konferensi Tingkat Tinggi
OKI
: Organisasi Konferensi Islam
PBB
: Perserikatan Bangsa-Bangsa
PLO
: Palestine Liberation Organization
PM
: Perdana Menteri
PNC
: Palestine National Council
UNRWA
: United Nations Relief and Work Agency
UNSCOP
: United Nations Special Committee On Palestine
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Resolusi Majelis Umum PBB: 3237 (XXIX).
Observer status for the Palestine Liberation Organization……….. xix
Lampiran 2
Resolusi Majelis Umum PBB: 43/177.
Question of Palestine………………………………….…......…… xxi
Lampiran 3
Security Council: S/2011/705.
Report of the Committee on the Admission of New Members
concerning the application of Palestine for admission to membership
in the United Nations…………………………………………….. xxiii
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konflik Palestina-Israel yang berlangsung sejak 1948, telah menyita banyak
perhatian dunia internasional, khususnya negara-negara kawasan Timur Tengah.
Sejarah panjang tentang kedatangan bangsa Yahudi (Israel) ke tanah Palestina
menjadi salah satu sebab terjadinya konflik berkepanjangan yang tidak kunjung usai
hingga saat ini. 1
Resolusi Majelis Umum PBB No.181 yang membagi tanah Palestina menjadi
dua bagian yaitu Arab dan Yahudi (Israel) justru semakin memperparah konflik yang
terjadi. Resolusi ini menjadi jalan bagi Israel untuk mendirikan sebuah negara, Israel
mengalami perkembangan yang cukup pesat. Ketika Israel memproklamasikan
kemerdekaannya pada tanggal 14 Mei 1948,2 negara yang baru dideklarasikan itu
segera mendapat dukungan dari PBB, selanjutnya diikuti oleh Amerika Serikat yang
memberikan pengakuan secara de facto pada tanggal 15 Mei sehari setelah
dideklarasikan negara Israel dan diikuti Uni Soviet yang mengakui secara de jure.3
1
Tahun 1878, Koloni Agrikutural pertama Zionis masuk ke Palestina hingga pada akhirnya sampai
dengan konflik panjang terkait persoalan perebutan wilayah. (Ilan Pappe.h.455).
2
Adian Husaini, Israel Sang Teroris yang Pragmatis, (Jakarta: Pustaka Progressif, 2002), 15.
3
Charles D Smith. Palestine and The Arab-Israel Conflict. (United States of America: Bedford/St.
Martin’s. 2001),167.
1
Satu tahun kemudian paska deklarasinya, Israel menjadi anggota penuh PBB pada 11
Mei 1949. 4
Berbeda
dengan
Israel,
Palestina
masih
harus
memperjuangkan
kemerdekaannya dan memperoleh pengakuan dari dunia internasional sebagai negara
yang berdaulat.5 Paska Resolusi 181 dan 242 rakyat Palestina masih belum dapat
merealisasikan pembentukan sebuah Negara Palestina yang merdeka.
Berbagai upaya-upaya perundingan telah dilakukan untuk menjebatani pihak
Israel dan Palestina, seperti perjanjian Camp David yang menghasilkan kesepakatan
penentuan tempat Tepi Barat dan Jalur Gaza sebagai wilayah otonom penuh rakyat
Palestina. Akan tetapi hal ini tidak diikuti dengan jaminan pendirian sebuah Negara
palestina yang berdaulat.
Konflik Palestina-Israel yang berlarut-larut akhirnya berkembang menjadi
konflik kekerasan yang mengakibatkan banyaknya jatuh korban. 6 Hal ini sejalan
dengan yang dikemukakan Kriesberg bahwasannya konflik akan muncul ketika dua
atau lebih orang atau kelompok memiliki kepentingan yang bertentangan satu dengan
yang lain. 7 Dalam persoalan ini kemudian menjadi tidak seimbang karena Israel
4
Smith, Palestine and The Arab-Israel Conflict, 167.
Muhsin Muhammad Shaleh. Palestina: Sejarah, Perkembangan, dan Konspirasi.Cet.1 (Jakarta:
Gema Insani Press. 2001), 13.
6
Operasi “Cast Lead” desember 2008- Januari 2009 oleh Israel, menewaskan lebih dari 1.400
orang Palestina yang mencakup ratusan warga sipil dan menghancurkan sejumlah besar daerah di jalur
pesisir
tersebut,
diklaim
bertujuan
mengakhiri
penembakan
roket
dari
Gaza
http://indonesia.faithfreedom.org. Diunduh Selasa 26 Februari 2013). Tiga-belas warga Israel, sepuluh
dari mereka prajurit, tewas selama perang itu. Pada tahun 2011, serangan pasukan Israel menewaskan
105 warga Palestina. Tersedia: http://internasional.kompas.com. Diunduh 26 Februari 2013).
7
Kriesberg, Louis. Mediation and The Transformation of Conflict The Israel-Palestinian Conclict.
Juornal of Peace Research. 38:3 (May 2001,h: 374).
5
2
memiliki posisi tawar dan power yang lebih kuat baik dari segi pertahanan militer
maupun statusnya dalam keanggotaan di PBB.
Usaha bangsa Palestina untuk mewujudkan pendirian Negara palestina yang
berdaulat, mulai mendapat dukungan dunia internasional sejak KTT Liga Arab tahun
1974 menunjuk Palestine Liberation Organization (PLO)8 sebagai wakil sah tunggal
rakyat Palestina dan menegaskan kembali hak rakyat Palestina untuk mendirikan
negara merdeka. Pada 22 November 1974, PLO mendapat status pengamat di PBB
namun hanya sebagai Entitas Non-Negara. 9 Status ini memberikan hak PLO untuk
berbicara di Majelis Umum PBB tetapi tidak memiliki hak suara. Pada 15 November
1988, PLO melalui Dewan Nasional Palestina (Palestine National Council / PNC)
memproklamirkan kemerdekaan Palestina di Aljir ibu kota Aljazair dengan presiden
pertama Yasser Arafat.10 Namun status politiknya masih dalam perdebatan meskipun
sebagian besar negara di dunia termasuk negara-negara anggota OKI, Liga Arab,
Gerakan Non-Blok, dan ASEAN telah mengakui keberadaan negara Palestina.
8
Palestine Liberation Organization (PLO) dibentuk pada 28 Mei 1964, atas keputusan dari Liga
Arab sebagai organisasi perwakilan rakyat Palestina yang memperjuangkan Palestina dari kekuasaan
Israel. Keputusan ini diambil saat berlangsungnya Cairo Summit, dalam keputusan ini ditunjuk Ahmad
al-Shuqayri sebagai pemimpin PLO (Charles D Smith. h.272).
9
United Nations: General Assembly. 3237 (XXIX). Observer status for the Palestine Liberation
Organization.
A/RES/3237
(XXIX),
22
November
1974.
Tersedia
di
http://unispal.un.org/UNISPAL.NSF/0/512BAA69B5A32794852560DE0054B9B2.
Diunduh
23
Desember 2012.
10
Arafat merupakan Ketua Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), dan pemimpin partai politik
Fatah, yang didirikannya pada tahun 1959. Dalam perjalanan politiknya, Arafat terlibat dalam
serangkaian negosiasi dengan pemerintah Israel untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung
selama beberapa dekade antara Israel dan PLO. Negosiasi tersebut antara lain meliputi Konferensi
Madrid 1991, Kesepakatan Oslo 1993 dan Pertemuan puncak Camp David pada 2000.Beberapa rival
politiknya, termasuk beberapa anggota PLO berhaluan kiri, sering mengkritik keras dirinya dengan
tuduhan korupsi atau terlalu tunduk dalam konsesinya kepada pemerintah Israel.
http://www.wartanews.com Diunduh 6/3/2011.
3
Hingga Presiden Yaser Arafat wafat pada 11 November 2004, perdamaian
Israel-Palestina maupun realisasi pendirian Negara Palestina yang berdaulat masih
belum terwujud. Paska meninggalnya Arafat, pada Januari 2005 Mahmoud Abbas
yang juga dari kalangan Fatah11 terpilih menjadi Presiden Palestina menggantikan
Arafat. Abbas,
menentang perjuangan bersenjata dan berkomitmen untuk
mewujudkan negara Palestina merdeka melalui perundingan.12
Piagam PBB menyebutkan bahwa seluruh negara di dunia yang cinta damai
dapat menjadi anggota organisasi tersebut. 13 Meskipun demikian penerimaan anggota
baru harus memperoleh persetujuan dari minimal sembilan anggota Dewan
Keamanan PBB dan tidak ditolak oleh satu dari lima negara pemegang hak veto di
PBB.14 Hal inilah yang diperjuangkan pemerintah Palestina.
Status keanggotaan penuh PBB yang didapatkan Sudan Selatan pada 14 Juli
2011, yaitu kurang dari satu pekan deklarasi kemerdekaannya pada 9 Juli 2011,15
memotivasi Palestina untuk meningkatkan statusnya dari entitas pengamat non
anggota menjadi anggota penuh PBB yang ke-194. Namun, upaya untuk memperoleh
11
Fatah, juga dieja Arab Fath (Conquest atau Pembukaan), singkatan dari Harakat al terbalikTahrir al-Watani al-Filastini (Gerakan Pembebasan Nasional Palestina), organisasi politik dan militer
dari Arab Palestina, yang didirikan di akhir tahun 1950 oleh Yasir Arafat dan Khalil al-Wazir (Abu
Jihad) dengan tujuan merebut Palestina dari kontrol Israel dengan melancarkan perang gerilya
intensitas rendah. Diunduh 12 Juli 2013. http://global.britannica.com/EBchecked/topic/202423/Fatah.
12
Palestina
Serahkan
Permohonan
Keanggotaan.
BBC,
11
September
2011.
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2011/09/110923_unpalestine.shtml. Diakses, 22 Oktober 2011.
13
Hal ini tertuang dalam pasal 4 Bab II tentang keanggotaan. Tersedia di
https://unic.un.org/aroundworld/unics/.../jakarta_charter_bahasa.pdf. Diakses 22 Oktober 2012.
14
Piagam PBB.
15
Gusti NC Aryani. Palestina dan Mimpi Menjadi Anggota PBB ke-197. Antaranews, 23
September 2011. http://www.antaranews.com/berita/276734/palestina-dan-mimpi-menjadi-anggota-ke194-pbb. Diakses 22 Oktober 2011.
4
status tersebut tidaklah mudah. Selaku Negara pemegang hak veto di PBB, Amerika
mengancam menggunakan vetonya untuk menolak upaya Palestina meningkatkan
status keanggotaannya di PBB.16
Pada 23 September 2011, Palestina melalui Presiden Mahmud Abbas
mengajukan permohonan untuk memperoleh status keanggotaan penuh di PBB.
Langkah Presiden Abbas ini dinilai sebagai reaksi dari rencana perundingan
perdamaian dengan Israel yang masih belum dapat tercapai. 17 Untuk itu Palestina
merasa perlu meningkatkan posisi tawarnya dalam dunia internasional sebagai salah
satu upaya mewujudkan perdamaian melalui jalan diplomasi, meskipun hal ini tidak
mudah. Karena Palestina masih harus berhadapan dengan anggota penuh PBB
terutama anggota Dewan Keamanan pemegang hak veto yang bersekutu dengan
Israel khususnya Amerika Serikat.18 Meskipun demikian, hal ini tidak menyurutkan
niat otoritas pemerintah Palestina untuk berjuang guna meningkatkan statusnya
menjadi anggota penuh di PBB.
16
Ibid.
M. Hamdan Basyar, Penolakan Israel dan Amerika Serikat Terhadap Permintaan Pengakuan
Negara Palestina di PBB . Tersedia di http://www.politik.lipi.go.id. Diunduh 22 Oktober 2012.
18
AS dan Israel memiliki kerjasama sejak 1959 yang terbentuk dalan American Israel Public
Affairs Committee (AIPAC). Tujuan utama AIPAC adalah menjalin kerjasama antara AS dan Israel.
AIPAC merupakan pendukung gerakan Zeonisme. Israel merupkan salah satu sekutu AS di Timur
Tengah. Oleh karena itu menjdai kepentingan AS untuk melindungi Israel dari berbagai ancaman.
Terhitung sampai 2005, bantuan AS kepada Israel hampir 154 miliar dolar yang sebagian besar
diantaranya dalam wujud hibah. Selain bantuan ekonomi dan militer, AS juga memberikan bantuan
diplomasi kepada Israel antara tahun 1972-2006 dengan memberikan hak vetonya terhadap 42 resolusi
DK PBB terkait Israel. Mearsheimer dan Walt. Dahsyatnya Lobi Israel. (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. 2010), 62.
17
5
Berdasarkan aturan PBB, penetapan status keanggotaan penuh bagi sebuah
negara membutuhkan rekomendasi Dewan Keamanan,19 sebelum mendapat
persetujuan dua pertiga dari 193 negara anggota PBB. Sebagai organisasi
internasional, PBB sudah seharusnya memberikan peluang bagi negara yang ingin
bergabung di dalamnya sesuai ketentuan yang tercantum dalam piagam PBB.
Persoalan pengajuan keanggotaan penuh PBB oleh Palestina ini perlu diteliti lebih
lanjut karena meskipun setiap negara atau bangsa memiliki hak yang sama untuk
merdeka dan berdaulat, namun dalam hal ini Palestina banyak menghadapi hambatan
dalam proses untuk mewujudkan negara yang merdeka dan berdaulat. Penelitian ini
akan membahas seperti apa hambatan yang dihadapi Palestina dalam upaya
memperoleh status keanggotaan di PBB pada tahun 2011.
B. Pertanyaan Penelitian
Penelitian ini akan berfokus pada hambatan yang dihadapi Palestina dalam
upaya memperoleh status keanggotaan penuh di PBB tahun 2011. Adapun pertanyaan
yang muncul dari penelitian ini adalah:
“Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat penerimaan status
keanggotaan penuh Palestina di PBB tahun 2011?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat pengajuan
keanggotaan penuh Palestina di PBB.
19
Piagam PBB Bab II Keanggotaan , Pasal 4.
6
2. Memberikan gambaran tantangan yang dihadapi Palestina dalam mengajukan
proposal keanggotaan penuh di PBB.
D. Tinjauan Pustaka
Beberapa penelitian terkait persoalan Palestina memang sudah banyak
dilakukan. Khususnya persoalan terkait konflik antara Palestina dengan Israel.
Konflik berkepanjangan yang belum juga menemukan kata sepakat dan perdamaian
antar kedua belah pihak ini sudah seringkali menjadi perhatian masyarakat
internasional. Bantuan dan dukungan yang berupa support maupun materi dari
masyarakat internasional banyak mengalir untuk warga Palestina.
Ilan Pappe dalam bukunya20 Pembersihan Etnis Palestina mengungkapkan
bahwa, tahun 1947 paska resolusi 181 Palestina justru cenderung memboikot cara
kerja PBB. Keputusan ini terjadi akibat kekhawatiran akan adanya propaganda Israel
dalam keputusan PBB. Keputusan yang tercantum dalam resolusi 181 tentang
pembagian wilayah Arab-Israel, Palestina sebagai penduduk pribumi tidak
mendapatkan jaminan kedaulatan di tanah air mereka sendiri. Ironisnya Israel sebagai
pendatang justru mendapatkan kompensasi berupa wilayah di sebagian pemukiman
penduduk arab Palestina. Keputusan pemisahan ini menjadi peluang bagi Israel yang
pada akhirnya paska pemisahan tersebut Israel kemudian mendeklarasikan
kemerdekaan negaranya. Dampak lain terhadap resolusi 181 adalah warga Palestina
yang tinggal di wilayah yang menjadi jatah Israel diusir dari tempat mereka bahkan
tidak jarang terjadi pembantaian.
20
Ilan Pappe. Pembersihan Etnis Palestina. (Jakarta: PT. Gramedia. 2009).
7
Oren Barak dalam artikelnya 21 yang berjudul The Failure of the IsraeliPalestinian Peace Process, mengatakan bahwasanya Palestina cukup aktif dalam
perundingan damai. Perundingan dianggap sebagai satu-satunya upaya yang tepat
untuk menyelesaikan konflik. Namun Barak menggambarkan bahwa perundingan
yang ada justru mengalami kegagalan khusunya dalam hal ini Perjanjian Oslo. Dalam
hal ini tindak kekerasan dibenarkan sebagai solusi radikal terhadap persoalan konflik
yang terjadi. Barak menilai, kegagalan dari proses Oslo harus menjadikan Palestina
melakukan perjuangan yang bebas tanpa harus dibatasi oleh warisan masa lalu.
Louis Kriesberg dalam artikelnya 22 Mediation and the Transformation of the
Israeli–Palestinian Conflict mengungkapkan bahwa selama tahun 1990 konflik
Israel-Palestina mengalami transformasi yang mendalam dan kadang-kadang
mengalami gangguan yang cukup parah serta adanya sebuah kemunduran dari proses
perdamaian. Konstribusi dari berbagai mediator dalam konflik ini cukup beragam
dengan harapan agar dapat memberikan konstribusi yang tepat dan efektif. Dalam hal
ini peran serta dari berbagai pihak sangat diperlukan, baik dari pihak musuh maupun
mediator yang memiliki peran masing-masing. Dalam penyelesaian konflik, tidak ada
metode mediasi tunggal yang bisa memadai kombinasi pendekatan yang diperlukan,
kadang-kadang secara simultan dan kadang-kadang secara berurutan. Ini akan
membantu memastikan bahwa perdamaian tidak dilakukan hanya dari atas kebawah,
21
Oren Barak. The Failure of the Israeli-Palestinian Peace Proces, 1993-2000. Journal of Peace
Research, 42:6. (Nov 2005).
22
Louis Kriesberg. Mediation and The Transformation of Conflict The Israel-Palestinian Conclict.
Juornal of Peace Research. 38:3 (May 2001,h: 374).
8
tetapi juga dari bawah keatas. Pendekatan ini penting bagi rakyat Palestina yang tidak
memiliki kekuatan konvensional dan sering terisolasi. Proses negosiasi telah menjadi
sarana untuk berjuang yang sah bagi mereka dan merupakan hak.
Eko Septianto Vernanda dalam skripsinya 23 Proposal Palestina untuk
Mendapatkan Status Keanggotaan di Perserikatan Bangsa-Bangsa menjelaskan
bahwa proposal pengajuan keanggotaan Palestina ke-PBB merupakan upaya untuk
mendapatkan pengakuan sebagai Negara. Meskipun gagal memperoleh status sebagai
negara anggota (Member State) pada 2011. Palestina akhirnya mendapatkan status
sebagai negara pengamat non anggota (Non Member State) setelah pengajuan
Mahmoud Abbas yang kedua pada tahun 2012. PBB akhirnya mengakui Palestina
sebagai negara dengan diterimanya Palestina sebagai negara pengamat yang semula
hanya entitas pengamat (Non Member Entity) di PBB.
Berbeda dari penelitian sebelumnya,fokus penulis dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui hambatan pengajuan palestina menjadi anggota penuh PBB pada
tahun 2011. Dalam penelitian ini penulis menganggap bahwa faktor-faktor yang
menjadi penghambat diplomasi Palestina dalam upaya memperoleh status
keanggotaan penuh di PBB perlu diteliti lebih lanjut.
E.
Kerangka Pemikiran
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hambatan yang dihadapi Palestina
dalam upaya mendapatkan status keanggotaan penuh PBB di tahun 2011. Penulis
23
Eko Septianto Vernanda. Proposal Palestina Untuk Menjadi Anggota Perserikatan BangsaBangsa. (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. 2013).
9
berpandangan bahwa Palestina sebagai negara berdasarkan Konvensi Montevideo
1933 pasal 1 tentang negara. Sejak deklarasi negara Palestina pada 15 November
1988 telah banyak negara yang memberikan pengakuan terhadap Palestina seperti
OKI, GNB, ASEAN termasuk Indonesia. Paska deklarasi negara Palestina, PBB
memberikan pengakuan secara de facto terhadap palestina melalui resolusi MU No.
43/177 pada 15 Desember 1988 yang menunjuk nama Palestina untuk menggantikan
PLO.24 Diplomasi Palestina untuk menjadi anggota PBB adalah upaya untuk
mendapatkan pengakuan secara de jure oleh PBB terhadap negara Palestina.
Untuk menganalisa persoalan ini digunakan teori dan konsep berikut ini: 1)
Organisasi Internasional 2) Diplomasi.
1. Organisasi Internasional
Organisasi internasional dapat didefinisikan sebagai Pengaturan bentuk
kerjasama yang melembaga antara negara-negara, umumnya berlandaskan atau
persetujuan dasar, untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang memberi manfaat
timbal balik yang diejawantahkan melalui pertemuan-pertemuan serta kegiatankegiatan staf secara berkala.25
Dalam hal ini, organisasi internasional dapat mencakup beberapa unsur
penting yaitu:26
a. Kerjasama yang ruang lingkupnya melintasi batas negara.
24
United Nations: General Assembly. 43/177. Question of Palestine. A/RES/43/177, 15 December
1988.
25
26
T. May Rudy. Hukum Internasional 2. (Bandung: PT. Refika Aditama. 2006), 93.
Ibid., 94.
10
b. Mencapai tujuan-tujuan yang disepakati bersama.
c. Baik antar pemerintah maupun non pemerintah.
d. Struktur organisasi yang jelas dan lengkap.
Organisasi Internasional memiliki fungsi utama sebagai sarana untuk
kerjasama antar
negara-negara,
kerjasama
tersebut
dapat
menghasilkan
keuntungan bagi sebagian besar atau bahkan semua negara. 27 PBB sebagai
organisasi internasional terbesar didunia dibentuk berdasarkan kerjasama antar
negara yang memiliki seperangkat peraturan demi mencapai tujuan yang
disepakati
bersama.
Terbentuknya
PBB
pada
dasarnya
adalah
untuk
mempertahankan peraturan-peraturan oleh anggotanya agar tertib dalam rangka
mencapai tujuan bersama. Selain itu PBB merupakan wadah bagi hubungan antar
bangsa dan negara agar kepentingan masing-masing negara dapat terjamin dalam
konteks hubungan internasional 28
Organisasi Internasional juga memiliki dua arti yang berbeda akan tetapi
saling berhubungan satu sama lain. Pertama, organisasi internasional sama halnya
dengan lembaga internasional. Sama seperti PBB yang dapat disebut organisasi
internasional atau sebagai lembaga internasional dan bisa juga diartikan sebagai
kelompok lembaga. Kedua, organisasi internasional mengacu pada proses politik
27
A. LeRoy Bennett. International Organizations: Principles and Issues. (New Jersey: Prentice
Hall Inc, 1997), 2.
28
Ibid, 3-4.
11
internasional yang utama, dalam hal ini negara-negara anggota menempuh
tindakan-tindakan yang sifatnya kolektif. 29
Dalam dinamika global, organisasi internasional menjadi sangat penting
guna menjalin kerjasama antar negara dan sebagai sarana menggalang dukungan
internasional dalam suatu komunitas global. Upaya peningkatan status Palestina
di PBB bukan hanya sekedar langkah simbolis untuk mendapatkan pengakuan
kedaulatan. Namun, peningkatan status ini berarti juga meningkatnya peran
Palestina di kancah internasional. Selain itu Palestina juga dapat bergabung
dengan badan-badan PBB. Akan tetapi pengajuan keanggotaan Palestina di PBB
banyak mendapat hambatan sehingga Palestina gagal memperoleh status
keanggotaan penuh di PBB.
2. Diplomasi
Diplomasi merupakan instrumen negara, dengan perwakilan formal
maupun non formal, dan juga aktor-aktor lain yang mengartikulasikan,
mengkoordinasikan dan mewujudkan kepentingan yang lebih luas melalui
korespondensi, pembicaraan rahasia, pertukaran pandangan, lobi-lobi, kunjungankunjungan serta aktifitas lainnya. Menurut Sumaryo Suryokusumo, diplomasi
dipandang sebagai bagian yang vital dalam kehidupan negara dan merupakan
sarana utama untuk bisa menangani persoalan internasional agar dapat terwujud
29
Walter S Jones. Logika Hubungan Internasional. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 1993),
367.
12
idealisme perdamaian dunia.30 Upaya pemerintah berdiplomasi bertujuan untuk
mendapatkan dukungan demi
terwujudnya
national
interest.
Diplomasi
merupakan proses politik untuk memelihara kebijakan luar negeri suatu negara
untuk mempengaruhi sikap dan kebijakan negara lainnya
31
Menurut G. R. Berridge, kegiatan diplomasi dapat dilakukan secara
bilateral maupun multilateral. Bilateral diplomasi berbasis state to state dimana
masing-masing negara menekankan pada efektifitas komunikasi diplomatik
melalui representasi perwakilan formal kedua pihak.32
Diplomasi multilateral lebih melibatkan banyak pihak, termasuk beberapa
negara dan organisasi internasional. Pemerintah melaksanakan diplomasi
multilateral di mana kesepakatan internasional dibutuhkan dalam isu-isu tertentu.
Konsep
ini
menekankan
akan
pentingnya
perhatian
khalayak
atas
keberlangsungan kekuasaan pemerintah. Maka jika pemerintah bertanggungjawab
secara demokratis di ranah domestik, secara tidak langsung akan berimplikasi
pada tanggungjawabnya pada dunia internasional. Otoritas sebuah negara di
pandang
lebih
efektif
ketika
dapat
membawa
perhatian pemerintahan
internasional.33 Dalam hal ini, otoritas Palestina Presiden Mahmoud Abbas
sebagai representasi Palestina dalam bernegosiasi memaikan peranan penting di
kancah internasional.
30
Sumaryo Suryokusumo. Praktik Diplomasi. (STIH Iblam. 2004), 1.
Ibid.
32
G.R. Berridge. Diplomacy: Theory and Practice. (Palgrave Macmillan 2001), 105.
33
Ibid, 146-151.
31
13
Perkembangan dalam tatanan internasional (international order) antara
lain tentang penambahan jumlah dan tipe aktor internasional dengan perluasan
agenda diplomasi. Bukan hanya jumlah negara yang bertambah, tetapi tipe-tipe
aktor baru juga ikut terlibat dalam hubungan internasional. Kemunculan aktor
baru seperti organisasi-organisasi regional menggunakan label diplomasi asosiatif
(associative diplomacy), sedangkan aktor pemerintah dan aktor non-pemerintah
termasuk diplomasi katalitik (catalytic diplomacy). Hubungan luar negeri antara
pemerintah dengan agen-agen non-pemerintah yang tidak resmi (unofficial),
perorangan (private or citizen diplomacy) atau aktor-aktor non negara termasuk
dalam kategori diplomasi jalur kedua atau multi jalur (track two or multi-track
diplomacy).34
Konsep Multi-Track Diplomacy merupakan sebuah ekspansi dari
paradigma Track One (Government) dan Track Two (Non- Government) yang
telah membentuk kajian bidang ini dalam beberapa dekade terakhir. Dalam
perkembangan sejarahnya, konsep mengenai kedua jalur ini berawal dari sebuah
kesadaran bahwa tidak selamanya sebuah interaksi formal dan antar pemerintah,
diantara perwakilan yang ditugaskan oleh negara berdaulat masing-masing
merupakan metode yang efektif dalam mencapai kerjasama internasional yang
mutualistik ataupun menyelesaikan sebuah konflik atau perbedaan. Bahkan
34
John Baylis dan Smith. S (ed). 2001. The Globalization of Word Politics, an Introduction to
International Relations. Second Edition. Oxford University. 317-322.
14
Warga Negara biasa dari berbagai macam latar belakang dan keahlian bisa
menghadirkan sesuatu yang dapat membuat suatu perubahan. 35
Upaya otoritas Palestina presiden Mahmoud Abbas merupakan langkah
Diplomasi dalam upaya mendapat status keanggotaan di PBB dan mendapat
pengakuan secara de jure oleh PBB, namun upaya diplomasi tersebut mendapat
hambatan baik dari internal Palestina maupun ancaman AS selaku anggota tetap
Dewan Keamanan PBB yang menggunakan wewenangnya untuk mengancam
Palestina, serta kurangnya dukungan dari negara-negara kawasan Timur-Tengah
untuk menggalang dukungan dalam mewujudkan upaya Palestina tersebut.
F. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yaitu
jenis penelitian yang mengutamakan studi kasus sebagai data yang akan diteliti,
seperti kajian pustaka yang diambil dari buku-buku maupun jurnal ilmiah agar dapat
menunjang fakta yang ada sehingga dapat dianalisa menggunakan teori.
Metode kualitatif juga didefinisikan sebagai metode yang berpangkal dari
peristiwa-peristiwa sosial, yang pada hakekatnya tidak bersifat eksak. 36 Selain itu
penulis menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif bertujuan untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti. 37 Dengan metode
35
Ibid.
Arief Subyantoro dan FX. Suwarto, Metode dan Teknik Penelitian Sosial, (Yogyakarta: Andi,
2007), 78.
37
Mohammad Nazir, Metode Penelitian. (Bogor: Ghalia Utama. 2005), 54.
36
15
tersebut penelitian ini akan memaparkan permasalahan yang ada, kemudian di analisa
secara sistematis menggunakan kerangka teori agar dapat menjawab pertanyaan
penelitian.
Sumber data berasal dari dua sumber yaitu: Pertama, data primer yang di
peroleh dari dokumen-dokumen penting terkait persoalan Palestina. Kedua, data
skunder yang di peroleh dari buku, jurnal, koran, artikel, internet dan media massa
lainnya terkait persoalan yang diteliti. 38 Dan untuk teknik analisis data, penulis
terlebih dahulu mengumpulkan seluruh data yang di dapat kemudian diverifikasi dan
diklasifikasi sesuai kebutuhan selanjutnya di analisis kemudian di generalisasi dan
diambil kesimpulan.39
G. Sistematika Penulisan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Pertanyaan Penelitian
C. Tujuan Penelitian
D. Tinjauan Pustaka
E. Kerangka Pemikiran
F. Metode Penelitian
G. Sistematika Penulisan
BAB II
TINJAUAN UMUM DAN PERSOALAN PALESTINA
A. Sejarah Singkat Deklarasi Palestina
B. Status Keanggotaan Palestina di PBB Tahun 1988- 2011
38
Lexy J Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2002),
112-114.
39
Ibid, 347-375.
16
C. Kelompok Berpengaruh di Palestina
1. Kelompok Fatah
2. Kelompok Hamas
D. Isu Strategis Palestina
1. Isu Politik
2. Isu Kemanusiaan
a. Persoalan Pengungsi (Refugees)
b. Kejahatan Perang (War Crime)
BAB III
PENGAJUAN KEANGGOTAAN PALESTINA DI PBB
A. Prosedur Keanggotaan PBB
B. Hak dan Kewajiban Anggota PBB
C. Perjuangan Palestina Untuk Memperoleh Status Keanggotaan di
PBB
1. Masa Kepemimpinan Yasser Arafat (1988-2004)
2. Masa Kepemimpinan Mahmoud Abbas (2005-2011)
D. Dukungan Dari Negara-Negara Anggota PBB
BAB IV
HAMBATAN PALESTINA MENJADI ANGGOTA PENUH DI
PBB TAHUN 2011
A. Pertimbangan DK PBB Terkait Keanggotaan Palestina
B. Hambatan Palestina Menjadi Anggota Penuh di PBB
1. Lemahnya Dukungan Hamas
2. Ancaman Veto Amerika Serikat
3. Kurangnya Dukungan Timur Tengah
BAB V
KESIMPULAN
17
BAB II
TINJAUAN UMUM DAN PERSOALAN PALESTINA
Bab ini membahas tinjauan umum dan persoalan Palestina yang mencakup
sejarah deklarasi negara Palestina setelah resolusi pembagian oleh PBB No.181,
status keanggotaan Palestina di PBB sejak deklarasi negara Palestina pada 1988
sampai dengan 2011. Kemudian pembahasan tentang dua kelompok besar di
Palestina serta isu strategis Palestina sebagai akibat dari konflik Palestina-Israel.
A. Sejarah Singkat Deklarasi Palestina
Lokasi geografis Palestina terletak di bagian barat benua Asia yang
membentang antara garis lintang meridian 15-34 dan 40-35 ke arah timur, garis
lintang meridian 30-29 dan 15-33 ke arah utara. Palestina membentuk bagian
tenggara dari kesatuan geografis yang besar di belahan timur dunia Arab yang disebut
dengan negeri Syam. Selain Palestina, negeri Syam terdiri dari Lebanon, Suriah dan
Yordania. Pada awalnya negara-negara ini punya perbatasan yang kolektif di luar
perbatasannya dengan Mesir. Perbatasan Palestina dimulai dari Lebanon di Ras ElNakoura di wilayah Laut Tengah (Laut Mediterania) dan dengan garis lurus
mengarah ke timur sampai ke daerah di dekat kota kecil Lebanon yaitu kota Bent
Jubayel. 40
Kawasan Palestina tidak tergolong kawasan yang subur dengan hasil alam
yang melimpah. Meskipun demikian kawasan ini menjadi penting karena
40
Hermawati. Sejarah Agama dan Bangsa Yahudi. (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2005), 38.
18
kedudukannya yang strategis. Wilayah ini menghubungkan tiga benua, yaitu Eropa,
Asia dan Afrika, serta Laut Tengah dengan Laut Merah. Dan menjadi penghubung
negara-negara Arab di kawasan Benua Asia dengan negara-negara di Benua Afrika. 41
Semenjak abad 19 wilayah Palestina dihuni oleh polulasi yang multikultural
terdiri dari sekitar 86% Muslim, 10% Nasrani dan 4% Yahudi yang tinggal dengan
damai. Pada sekitar akhir tahun 1800-an sebuah kelompok di Eropa yang dikenal
sebagai Zionis menjajah Palestina. Zionis mewakili sebuah minoritas ekstrim Yahudi
yang bertekad mewujudkan tanah air mereka. 42
Tahun 1878, Koloni Agrikutural pertama Zionis masuk ke Palestina yang
selanjutnya disusul dengan adanya migrasi bangsa Yahudi ke tanah Palestina hingga
pada akhirnya menjadi konflik berpanjangan terkait persoalan perebutan wilayah. 43
Paska berakhirnya Perang Dunia I (tahun 1914-1918) wilayah Palestina 44 oleh PBB
saat itu masih Liga Bangsa-Bangsa dipercayakan kepada Inggris yang dikenal dengan
Mandat Inggris (1920-1948).
Adanya Mandat Ingris membuka peluang besar bagi Zionis untuk
mewujudkan ambisinya mendirikan negara yang merdeka di tanah Palestina. pada
tahun 1917, Menteri Luar Negeri Inggris, Arthur James Balfour melalui persetujuan
sidang kabinet mengeluarkan surat resmi berisi janji kepada bangsa Israel, surat ini
41
Ibid, 105.
Riza Sihbudi. Menyandera Timur Tengah: Ketidakbijakan AS dan Israel Atas Negaranegara.
(Bandung: Mizan, 2007), 459.
43
Ilan Pappe. Pembersihan Etnis Palestina. (Jakarta: PT. Gramedia. 2009), 455.
44
Sejak tahun 1517-1917, Palestina dikuasai oleh Turki Usmani yang beraliansi dengan Jerman
pada 1914 yang kalah pada Perang dunia I melawan Inggris.
42
19
dikenal dengan Deklarasi Balfour yang isinya mendukung pendirian negara Yahudi di
tanah Palestina. 45
Setelah berakhirnya Mandat Inggris atas Palestina, Berdasarkan rekomendasi
United Nations Special Committee On Palestine (UNSCOP)46 kemudian PBB
mengeluarkan Resolusi Majelis Umum PBB No. 181 tahun 1947. Resolusi tersebut
membagi Palestina menjadi tiga bagian. Pertama, daerah untuk Negara-Bangsa Israel
seluas 57% dari keseluruhan negeri Palestina yang sebagian besar adalah kawasan
subur. Kedua, daerah untuk negara-bangsa Arab-Palestina seluas 42% meliputi
daerah tandus. Ketiga, kota Yerussalem sebagai zona internasional. 47 Di atas fondasi
tiga landasan tersebut, Israel mengokohkan diri untuk mendirikan negara Yahudi
yang berdaulat di Palestina. Pada 14 Mei 1948 Negara Israel48 resmi berdiri dan
diakui PBB, kemudian diikuti Amerika yang memberikan pengakuan secara de facto
serta Uni Soviet yang mengakui secara de jure.49 Berbeda dengan Israel yang
45
Lihat., Deklarasi Balfour 1917.
Komite Khusus PBB yang menangani masalah Palestina, Terdiri dari sebelas anggota (Australia,
Swedia, Kanada, India, Cekoslovakia, Iran, Belanda, Guatelama, Peru, Uruguai, dan Yugoslavia ).
Komite ini menyelesaikan laporannya pada 31 Agustus 1947 dan menyerahkan laporan tersebut ke
Majelis Umum PBB (Fawzy Al-Ghadiry. 2010. h, 75-76).
47
Roger Garaudy. Mitos dan Politik Israel. (Jakarta: Gema Insani Press. 2000), 113.
48
Di tahun yang sama saat terbentuknya Negara Israel, Negara-negara Arab yang terdiri dari Irak,
Syria, Mesir, Libanon dan Jordania melakukan penyerangan ke Palestina. Ada dua perang besar yang
berlangsung, yang pertama pada pertengahan Mei hingga 11 juni 1948 ketika Arab melakukan Invasi
ke wilayah Yahudi namun berhasil di berhentikan Israel dan PBB mengusahakan gencatan senjata
yang disepakati kedua belah pihak. Yang kedua berlangsung pada 6 hingga 19 Juli dimana pasukan
Israel dapat mengalahkan pasukan Arab dari segala sisi. Kemudian Israel berhasil memperluas
wilayahnya melebihi dari yang telah diatur dalam UN Partition Plan. Perang ini berakhir pada 1949
setelah penandatanganan gencatan senjata yang dimediasi oleh PBB (Oren Barak.2005). Meskipun
demikian Gencatan senjata ini bukanlah meupakan akhir peperangan karena setelah perang tersebut
masih berlanjut perang-perang selanjutnya.
49
Smith, Palestine and The Arab-Israel, 167.
46
20
merdeka pasca resolusi pembagian wilayah oleh PBB, Palestina belum dapat
mewujudkan berdirinya negara Palestina yang merdeka.
Pada tahun 1958 para pemimpin negara Arab melakukan pertemuan di Kairo
dipimpin oleh presiden Mesir Gamal Abdul Nasser membentuk Palestine Liberation
Organization (PLO). Pada Juli 1964 di tempat yang sama, para penguasa Arab
melakukan pertemuan (Liga Arab) yang menghasilkan kesepakatan untuk
mengorganisir rakyat Palestina serta memberikan kesempatan bagi mereka untuk
membentuk pemerintahan di tanah mereka dan menentukan nasib mereka sendiri.50
Kemudian pada 28 Mei di tahun yang sama sebanyak 350 tokoh Palestina menghadiri
pertemuan di Palestina Timur dibawah Pimpinan Ahmad Shuqeiri untuk membentuk
organisasi politik bangsa Palestina. Pertemuan tersebut dihadiri oleh Raja Husein
selaku Sekertaris Jenderal Liga Arab serta wakil-wakil dari negara yang tergabung
dalam Liga Arab yaitu; Tunisi, Aljazair, Sudan, Suriah, Irak, Mesir, Kuwait,
Lebanon, Maroko dan Yaman.Pada pertemuan tersebut mereka menyatukan sejumlah
Fraksi di Palestina dalam PLO. Pada tahun 1969 Yasser Arafat selaku pimpinan dari
Fraksi Fatah terpilih menjadi Ketua Komite Eksekutif PLO. 51
Tahun 17 September 1978 terjadi perundingan rahasia yang dikenal dengan
perjanjian Camp David, antara Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter yang
memimpin perundingan tersebut, Presiden Mesir Anwar Sadat dan Perdana Menteri
50
Muhsin Muhammad Shaleh. Palestina: Sejarah, Perkembangan dan Konspirasi. (Jakarta: Gema
Insani, 2002), 122.
51
Ramadhana Anindyajati. Status Hukum Alien Occupation Berdasarkan Hukum Humaniter
Internasional. Studi Kasus: Pendudukan Israel Atas Wilayah Palestina Sejak Deklarasi Berdirinya
Negara Israel. (Jakarta: UI. 2012), 53.
21
Israel Menachem Begin. Camp David merupakan nama dari tempat peristirahatan
milik para presiden AS, Camp David, di Frederick County, Maryland. 52 Perundingan
ini seperti hanya sebatas pembagian kekuasaan saja anatara ketiga negara tersebut,
karena dalam hal ini Palestina tidak dilibatkan dalam perundingan menyangkut
persoalan diwilayahnya.
Berdasarkan perjanjian Camp David inilah akhirnya pada Maret 1979, Mesir
dan Israel menandatangani pakta perdamaian. Kemudian Israel mengembalikan
Semenanjung Sinai yang direbut dalam Perang Enam Hari 1967 kepada Mesir. Selain
itu, perjanjian damai ini juga membahas pembentukan pemerintahan otonomi di Tepi
Barat dan Jalur Gaza. Namun, upaya pembicaraan masa depan Palestina ini gagal.
Sebab, Palestina tidak menerima proposal otonomi terbatas untuk Tepi Barat dan
Jalur Gaza seperti yang diajukan Israel.
Sementara itu, Israel juga menolak melakukan negosiasi dengan PLO, meski
PLO sudah diakui PBB sebagai entitas perwakilan bangsa Palestina. Kebuntuan ini
berujung dengan berbagai kekerasan, misalnya Perang Lebanon 1982 dan
pembantaian di kamp pengungsi Sabra dan Shatila pada 16-18 September 1982. Pada
1987, pecahlah apa yang disebut dengan Intifada Pertama. Intifada ini adalah
perlawanan rakyat Palestina terhadap pendudukan Israel di Jalur Gaza, Tepi Barat,
52
“Ervan Hardoko. Dari Camp David hingga Oslo”. Kompas, 30 November 2012.
http://internasional.kompas.com/read/2012/11/30/0645155/Dari.Camp.David.hingga.Perjanjian.Oslo.
Diakses 12 Januari 2013.
22
dan Jerusalem Timur. Intifada ini berlangsung hingga 1993, saat perjanjian Oslo
ditandatangani. 53
Beberapa tahun setelah deklarasi kemerdekaan Israel secara sepihak, Palestina
melalui Dewan Nasional Palestina (PNC) memprokalasikan kemerdekaan Palestina di
Ajiria ibu kota Aljazair pada 15 November 1988. 54 Meskipun negara Palestina telah
diproklamirkan namun tidak serta merta menjadikan Palestina menjadi negara yang
merdeka dan berdaulat. Meskipun sebagian besar negara di dunia seperti OKI, Liga
Arab, Gerakan Non-Blok dan ASEAN telah mengakui keberadaannya. Setelah
deklarasi kemerdekaan Palestina, Majelis Umum PBB secara resmi mengakui
proklamasi Palestina dan tidak lagi menggunakan sebutan Organisasi Pembebasan
Palestina (PLO). Meskipun demikian Palestina tidak serta merta diberikan status
keanggotaan penuh di PBB.
B. Status Keanggotaan Palestina di PBB Tahun 1988-2011
Palestina mendapatkan status pengamat di PBB sebagai Entitas non-anggota
(non member observer entity) yang diwakili oleh PLO sejak 22 November 1974
sebelum deklarasi kemerdekaan Palestina melalui Resolusi Majelis Umum No. 3237.
Pada KTT Liga Arab tahun 1974 menunjuk PLO sebagai satu-satunya perwakilan sah
rakyat Palestina dan menegaskan kembali hak untuk mendirikan negara yang
53
Ibid.
Pada tanggal 16 Nopember 1988 Indonesia secara resmi menyambut baik dan mendukung
keputusan PNC yang telah memproklamirkan pembentukan Negara Palestina merdeka tanggal 15
Nopember 1988 di Alger, Aljazair. Keputusan Pemerintah RI untuk mengakui Negara Palestina
merdeka sejalan dengan dukungan Indonesia yang konsisten selama ini kepada perjuangan rakyat
Palestina untuk memperoleh keadilan dalam memulihkan hak-haknya yang sah maupun dalam
menentukan nasib sendiri termasuk mendirikan negara merdeka di tanah Palestina.(kemlu.go.id).
54
23
merdeka. Dalam hal ini PLO sebagai observer memiliki hak untuk berbicara di
Majelis Umum PBB namun tidak memiliki hak suara. Selain itu PLO tidak
berparisipasi di PBB dalam kapasitasnya sebagai pemerintah Negara Palestina. 55
Keberadaan PLO di PBB hanya diakui sebagai entitas atau Organisasi Pembebasan
Palestina.
Pada Desember 1988 sebulan paska deklarasi negara Palestina dengan
Jerusalem sebagai ibukotanya, berdasarkan ketentuan hukum internasional, termasuk
Resolusi Majelis Umum 181 (II) resolusi partisi 1947, Majelis Umum PBB
mengeluarkan resolusi Nomor 43/177 yang memutuskan untuk menunjuk nama
Palestina sebagai pengganti PLO dalam sistem PBB secara keseluruhan.56 Semenjak
keluarnya resolusi tersebut nama PLO di PBB yang merepresentasikan Palestina tidak
lagi digunakan dalam PBB.
Paska deklarasi negara Palestina pada 1988 banyak negara yang telah
mengakui kemerdekaan Palestina termasuk Indonesia yang memberikan pengakuan
sehari setelah deklarasi Palestina namun hal ini tidak serta merta PBB memberikan
Palestina peningkatan status keanggotaan dari sebuah entitas menjadi negara anggota
di PBB.
Sejak tahun 1998, Palestina diberi hak untuk berpartisipasi pada sesi Debat
Umum (General Debate) Sidang Majelis Umum PBB dan menjadi co-sponsor suatu
55
Yezid Sayigh, Armed Struggle and the Search for State: The Palestinian National Movement
1949–1993, (Oxford: Oxford University Press. 1999), 624. Dikutip dari Ramadhana (2012), h.57.
56
Machnun Husein. Prospek Perdamaian di Timur Tengah. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995),
5.
24
resolusi. Hak ini membuat Palestina memiliki status unik yang berada di antara
observer dan anggota.57 Melalui Sidang Umum menerima sebuah Resolusi No.
52/250 yang memberikan kepada Palestina hak-hak dan privilege tambahan, termasuk
hak untuk ikut serta dalam perdebatan umum yang diadakan pada permulaan setiap
sesi Sidang Umum, hak untuk menjawab, hak untuk ikut mensponsori resolusi dan
hak untuk mengajukan keberatan atau pertanyaan yang berkaitan dengan pembicaraan
dalam rapat (points of order) khususnya menyangkut masalah-masalah Palestina dan
Timur Tengah. Resolusi ini diterima dengan suara 124 setuju, 4 menolak (Israel, AS,
Kepulauan Marshall, Mikronesia) dan 10 abstain.58
Semenjak tahun 1974 Palestina dibawah kepemimpinan Yasser Arafat sampai
dengan tahun 2011 pada masa kepemimpinan Mahmoed Abbas yang menggantikan
Yasser Arafat sejak tahun 2005. Palestina masih belum diakui keanggotaannya di
PBB sebagai Negara termasuk belum memiliki status keanggotaan penuh di PBB.
C. Kelompok Berpengaruh di Palestina
Paska pembentukan PLO59 yang terdiri dari kelompok yang berhaluan
Nasionalis, Sosialis, dan Liberalis pada tahun 1964, hubungan luar negeri Palestina
diwakili atau direpresentasikan melalui kebijakan yang dikeluarkan oleh PLO sebagai
57
Shohib Masykur. Diplomasi Multilateral: Dunia Mengakui Kemerdekaan Palestina. Volume II.
2013. h.13. Tersedia di kemlu.go.id.
58
Anindyajati, Status Hukum, 75.
59
Faksi-faksi yang tergabung di PLO adalah: Fatah, The Popular Front for the Liberation of
Palestine (PFLP), The Democratic Front for the Liberation of Palestine (DFLP), The Arab Liberation
Front (ALF) dan Al Sa’iqa (Lihat, Zaenur Rofid. h. 3).
25
perwakilan bangsa Palestina yang diakui oleh dunia internasional sejak tahun 1967.60
Meskipun demikian Palestina memiliki kelompok-kelompok berpengaruh lainnya
yang tidak tergabung sebagai anggota PLO. Keanggotaan PLO didominasi oleh fraksi
Fatah, sedangkan ada fraksi lain yang juga diluar Fatah yang tidak masuk dalam
keanggotaan PLO namun ikut berjuang dalam proses perjuangan kemerdekaan
Bangsa Palestina meskipun dengan cara yang berbeda. Adapun kelompok atau Fraksi
besar di Palestina adalah sebagai berikut:
1. Kelompok Fatah
Fatah dipandang sebagai kolompok atau faksi yang moderat dan
cenderung kompromis yang berhaluan nasionalis-sekuler. Kelompok fatah
mengedepankan jalur perundingan dalam penyelesaian konflik antara Palestina
dengan Israel. Sikap politik Fatah yang dipandang moderat menjadikan kelompok
ini sebagai kelompok yang diperhitungkan dalam dunia internasional khususnya
untuk bernegosiasi.
Fatah, dalam bahasa arab Fath (Pembukaan), singkatan dari Harakat AlTahrir Al-Watani Al-Filastini (Gerakan Pembebasan Nasional Palestina),
organisasi politik dan militer dari Arab Palestina, yang didirikan pada akhir tahun
1950 oleh Yasir Arafat dan Khalil al-Wazir (Abu jihad) dengan tujuan merebut
Palestina dari kontrol Israel dengan melancarkan perang gerilya intensitas rendah.
Fatah mendapat dukungan Suriah yang berbasis di Damaskus. Pada bulan
60
Zaenur Rofid. Solusi Konflik Palestina-Israel (Study Kasus Strategi Zero Sum HAMAS Tahun
2006-2007. (Jakarta: Universitas Indonesia, 2008), 3.
26
Desember 1964 Fatah melakukan operasi militer pertama dengan meledakkan
instalasi pompa air Israel. Pada 1968 pusat Fatah kemudian berpindah ke
Yordania. 61
Pada mulanya rekrutmen Fatah terpusat pada unsur-unsur Ikhwanul
Muslimin (IM) hingga tahun 1963, kemudian Fatah mulai terbuka bagi aliran lain
dan sektor luas masyarakat. Fatah yang bergantung kepada sokongan negaranegara Arab semakin hari semakin jauh dari ideologi IM. Menurut Fatah,
pendekatan IM sudah lapuk dan memerlukan refomasi untuk memastikan
perjuangan kemerdekaan Palestina. Akhirnya, pada tahun 1960, IM mulai
menyatakan pendirian
mereka
terhadap
Fatah.
Mereka
mengisyaratkan
penentangan mereka terhadap perjuangan Fatah. Tindakan IM ini merupakan
perpecahan untuk yang pertama kalinya diantara para pejuang Palestina. 62
Puncaknya adalah ketika pimpinan IM di Gaza mengeluarkan perintah kepada
pengikutnya untuk memilih Fatah atau IM. Kemudian dari sinilah gerakan Fatah
mengidentifikasi diri dengan identitas nasional yang sekuler hingga sekarang.
Dengan al-Ashifah / Petir sebagai divisi militernya.63
Pada tahun 1967 Israel berhasil menduduki wilayah Tepi Barat. Praktis,
seluruh wilayah Palestina dikuasai penjajahan Israel. Melihat itu gerakan
61
Fatah. Tersedia di http://global.britannica.com/EBchecked/topic/202423/Fatah. Diakses jum’at
12 Juli 2013.
62
Asal Usul Hamas. Tersedia di http://palestinkini.info/?s=asal+usul+hamas. Diakses 26
Oktober 2014.
63
Shaleh, Palestina, 84.
27
Ikhwanul Muslimin membuat kesepakatan dengan Fatah untuk mendirikan sayap
militer. Mereka berlatih di Yordania yang disebut dengan Camp As-Syuyukh.64
Pada akhir 1960-an, Fatah bergabung dengan PLO, kemudian pada tahun
1969 pemimpin Fatah Yaser Arafat diangkat menjadi pemimpin PLO. Ditahun
yang sama PLO mendapat pengakuan sebagai perwakilan resmi bangsa Palestina
dari Organisasi Konferensi Islam (OKI). Sejak saat itu, Fatah menjadi kekuatan
politik yang dominan di Palestina. Pada 22 November 1974, keberadaan PLO
mulai diakui oleh The United Nations General Assembly (Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa) sebagai perwakilan resmi Palestina. 65
2. Kelompok Hamas
Pergerakan Harakah Al-Muqaawamah Al-Islaamiyyah (Hamas) lahir
karena situasi dalam negeri yang semakin memanas akibat penjajahan warga
Yahudi terhadap bangsa Palestina. Darisinilah mulai muncul para pejuang atau
militan yang siap mati memperjuangkan tanah air Palestina dari penjajahan Israel.
Gerakan ini berupaya penuh untuk mewujudkan Negara Palestina yang merdeka.
Kemunculan Hamas tidak telepas dari peran Ikhwanul Muslimin 66 yang
merupakan gerakan politik islam yang pertamakali menaruh perhatian khusus
terhadap masalah Palestina. Kemudian gerakan ini berkembang diseluruh penjuru
64
Ita Mutiara Dewi, Ajat Sudrajat, dan Miftahuddin. Gerakan Rakyat Palestina: Dari Deklarasi
Negara Israel Sampai Terbentuknya Negara Negara Palestina. (Yogyakarta: UNY, 2008), 15-16.
65
Ibid, 12-14.
66
Ikhwanul muslimin merupakan gerakan sebuah jamaah yang religious dan filantropis, yang
bertujuan menyebarkan moral islam dan amal baik. Gerakan ini didirikan oleh Hasan Al-Banna di
Ismailiyah, Mesir, pada 1928 Bawono Kumoro. HAMAS: Ikon Perlawanan Islam Terhadap Zeonisme
Israel.(Bandung: Mizan, 2009), 71.
28
Palestina dan berada dibawah kendali Ikhwanul Muslimin yang berpusat di Kairo,
Mesir. Disamping itu, ikhwanul muslimin dikenal sangat dekat dengan salah satu
tokoh pergerakan Palestina saat itu yaitu, Izzudin Al-Qassam. Kedekatan ini
menjadikan Ikhwanul Muslimin dan kelompok Jihad Al-Qasasam bahu-membahu
dalam menghadapi Zionis Israel. 67
Hamas lahir sebagai salah satu gerakan perlawanan terhadap penjajahan
Israel di Palestina. Hamas mulai dikenal oleh rakyat Palestina karena reaksi
kerasnya terhadap tentara Israel melalui gerakan perlawanan oleh para pemuda
Palestina terhadap tentara Israel atau yang lebih dikenal dengan Intifada I (19871993).
Intifada telah terbukti memberikan sumbangan terbesar dalam perjalanan
sejarah perjuangan bangsa Palestina, khususnya dalam membuka mata dunia
internasional terhadap penjajahan Israel di Palestina yang berlangsung puluhan
tahun.
Hal
ini
diperkuat
dengan
semakin
berkembangnya
gelombang
demokratisasi dan advokasi terhadap HAM yang bertepatan dengan gerakan
intifadah. Hingga pada akhirnya bangsa Palestina yang semula kurang mendapat
perhatian, maka paska meletusnya intifadah dunia internasional mulai menaruh
simpati terhadap perjuangan kaum muda di jalur Gaza dan Tepi Barat. 68
Kemudian untuk mengorganisir gerakan intifadah khususnya dikalangan
pemuda,
67
68
maka
dideklarasikanlah
Hamas
Ibid.
Ibid, 78.
29
(Harakat
Al-Muqawamah
Al-
Islamiyyah/Gerakan Perlawanan Islam/Islamic Resistance Movement) oleh69
Syaikh Ahmad Yassin. Hamas dengan tegas menolak bergabung dengan PLO.
Hamas lebih memilih berjuang dengan cara gerilya dibawah tanah dibandingkan
harus bernegosiasi dengan Zionis Israel. Sayap militer Hamas diberi nama
Brigade Izzudin Al-Qassam (Izz al-Din al-Qassam) yang diambil dari nama
Izzudin Al-Qassam yang tewas terbunuh oleh tentara Inggris tahun 1936. 70
Bentuk dan struktur organisasi HAMAS, dijelaskan dalam Piagam
HAMAS pasal tiga sampai pasal delapan, sebagai berikut:71
a. Pemikiran Hamas berlandaskan manhaj / sistem Islam (pasal 1).
b. Keanggotaan HAMAS terbuka untuk seluruh kaum Muslimin yang
menyerahkan wala’ (loyalitas) nya pada Allah SWT, kemudian beribadah
serta mengetahui kewajibannya terhadap diri, keluarga dan negerinya serta
mengibarkan panji jihad di jalan Allah SWT (pasal 3 dan 4).
c. Waktu gerakan adalah kelanjutan dari dakwah risalah Islamiyyah, yang
tidak terikat waktu (pasal 5).
d. Tempat gerakan adalah meliputi segenap kaum Muslimin yang telah
menjadikan Islam sebagai manhaj-nya (pasal 5).
e. Gerakan Hamas bercirikan Islam dalam aktivitasnya dan berbeda dari
gerakan lainnya. Hamas menyerahkan wala’-nya kepada Allah, Islam
69
Pendiri dan pemilik yayasan Al-Majma’ Al-Islami yang mengurusi pembangunan masjid,
perpustakaan umum, zakat, dll. Bertempat di Jalur Gaza. Sekaligus pemimpin sayap militer Mujahid
Palestina (Mujahidun Filisthiniyyun) di Jalur Gaza.
70
Kumoro, Hamas, 79.
71
Piagam HAMAS (Diambil dari buku: Tiar Anwar Bachtiar. HAMAS: Kenapa Dibenci Israel.
Jakarta: Mizan, 2008)
30
sebagai manhaj kehidupannya dan menegakkan panji Allah di bumi
Palestina (pasal 6).
f. Gerakan Hamas bersifat universal (pasal 7).
g. Semboyan Hamas: Allah tujuannya, Rasulullah SAW qudwahnya, AlQuran undang-undangnya, jihad jalannya dan mati di jalan Allah puncak
cita-citanya (pasal 8).
Hamas berusaha keras membendung merasuknya nasionalisme yang bersifat
sekuler di kalangan bangsa Palestina. Perjuangannya selama ini bertujuan
menghancurkan negara Israel. Bagi Hamas, tanah Palestina merupakan tanah wakaf
Islam yang diperuntukkan bagi umat Islam hingga akhir zaman. Untuk merebutnya,
Hamas menempuh jihad dengan perlawanan militer, bukan diplomasi seperti yang
dilakukan PLO yang merugikan Palestina dan memperkuat posisi Israel. 72
3. Isu Strategis Palestina
1. Isu Politik
Persoalan palestina menjadi begitu rumit karena banyak pihak yang
memiliki kepentingan ikut andil di dalamnya. Hal ini justru semakin
menguntungkan pihak Israel yang posisinya semakin kuat. Terbukti dengan
perkembangan Israel di palestina yang semakin lama semakin pesat, akan tetapi
justru sebaliknya dengan Palestina. Amerika Serikat menjadi negara ketiga yang
ikut andil dalam beberapa perundingan perdamaian antara Palestina-Israel.
72
Dewi, Sudrajat, Miftahuddin, Gerakan Rakyat Palestina, 18.
31
Berikut ini beberapa perundingan yang dimediasi atau melibatkan Amerika
sebagai pihak ketiga dalam perundingan, antara lain:
a. Perjanjian Oslo I
Perundingan Oslo I berlangsung selama kurang lebih delapan kali
dengan 14 kali pertemuan diawali sejak 20-22 januari tahun 1993. Dari
perundingan ini dihasilkan suatu kerangka kesepakatan berisi 17 pasal
ditambah dengan 4 pasal tambahan, dan dikenal dengan deklarasi prisip atau
DOP (Declaration of principles on interim self govermant arrangement).73
Salah satu hasil perundingan tersebut adalah dibentuknya pemerintahan
sementara Palestina di wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza.
b. Perjanjian Oslo II
Perundingan Oslo II berlangsung di Taba pada tanggal 28 september
1995 diantara pembahasannya adalah memperluas wilayah otonomi Palestina,
Israel menunjukan komitmennya untuk mantaati hasil kesepakatan Oslo I
dengan kesediaannya untuk mundur dari tujuh kota di tepi barat, yakni :
Jenon. Tulkarem, Qalqiliyah, Nablus, Bethlehem, Ramallah, dan Hebron.
Enam kota yang disebut pertama telah diserahkan kepada pihak Palestina pada
bulan november dan desember 1995, kecuali Hebron.74 Untuk wilayah
terakhir ini, pemerintah Israel hanya bersedia menyerahkan 80% wilayah
73
Hamdan Basyar. “Penolakan Israel dan Amerika Serikat Terhadap Permintaan Pengakuan
Negara Palestina”. Tersedia di: http://www.politik.lipi.go.id. Diunduh 22 Oktober 2012.
74
What
Was
the
1995
Oslo
Interim
Agreement?.
http://israelipalestinian.procon.org/view.answers.php?questionID=439 . Diakses 26 November 2014.
32
pendudukannya paska 1967. Sedangkan di seperlima wilayah tersebut
pasukan Israel akan tetap bertahan dengan dalih untuk melindungi warganya
yang telah bermukim disana.
c. Perundingan Hebron
Di bawah kepemimpinan Netanyahu tercapai persetujuan Hebron pada
15 Januari 1997, Israel bersedia menyelesaikan penerikan pasukan selama 10
hari sejak penandatanganan persetujuan. Disamping itu, juga tercapai
kesepakatan yang mengharuskan Israel untuk melakukan tiga tahap penarikan
pasukannya dari wilayah-wilayah pedesaan Tepi Barat antara bulan maret
hingga agustus 1998.75
Protokol Hebron merupakan puncak dari upaya
intensif yang dipimpin oleh AS, sebagai kelanjutan dari perjanjian Oslo, dan
pada umumnya proses perdamaian bagi Timur Tengah, terancam sejak
pembunuhan PM Yitzhak Rabin.
d. Perjanjian Wye River I
Perundingan Wye River I merupakan usaha presiden Clinton untuk
menundukan kembali kedua belah pihak ke depan meja perundingan sejak
desember 1997. Berkat usaha intensif AS untuk mengatasi jalan buntu, Israel
dan Palestina berhasil memulai kembali proses perundingan yang sempat
terhenti selama berbulan-bulan. Dari pertemuan-pertemuan selama 9 hari di
Wye
Plentation
Maryland.
Kemudian
75
tercapai
kesepakatan
yang
Protocol
Concerning
the
Redeployment
in
Hebron..
http://israelipalestinian.procon.org/view.answers.php?questionID=436. Diakses 7 Desember 2014.
33
menghasilkan memorandum Wye River I tanggal 23 oktober 1998.76
Ketentuan- ketentuan dari memorandum Wye River I sebenarnya merupakan
kelanjutan dari ketentuan Oslo II dan protokol Hebron yang belum tuntas di
implementasikan oleh Israel.
e. Perjanjian Wye River II
Kesepakatan Wye River I yang tidak diimplementasikan oleh
pemerintah Netanyahu diupayakan untuk direalisasikan oleh penggantinya
Ehud Barak. Dalam pertemuan Palestina-Israel yang berlangsung di Sharm El
Sheikh, Mesir, berhasil ditandatangani sebuah memorandum yang lebih
dikenal sebagai memorandum Wye River II pada tanggal 5 september 1999.77
Disamping memuat ketentuan seperti yang sudah disebutkan daalam Wye
River I, dalam kesepakatan yang terakhir ini merupakan revisi dari sebagian
ketentuan Wye River I, seperti penundaan deklarasi negara Palestina merdeka
sampai september 2000.
f. Camp David II
Perundingan Palestina-Israel yang berlangsung di Camp David,
Maryland-AS, selama 15 hari sejak 11 juli hingga 25 juli 2000. P.M Ehud
Barak, Presiden Bill Clinton dan Otoritas Palestina Yasser Arafat. Dalam
perundingan membahas beberapa alternatif pemecahan tentang isu-isu paling
76
Haris Priyatna. Kebiadaban Zionisme Israel: Kesaksian Orang-orang Yahudi. (Bandung: PT.
Mizan Pustaka, 2008), 30.
77
Adian Husaini dan Nuim Hidayat. Islam Liberal: Sejarah, Konsepsi, Penyimpangan dan
Jawabannya. (Depok: Gema Insani, 2002), 180.
34
rumit dalam konflik Palestina-Israel, seperti status kota Jerussalem Timur,
masalah pengungsi Palestina, masalah pemukiman Yahudi, pembagian jatah
air, dan masalah perbatasan Palestina-Israel. 78
g. Konferensi Annapolis 2007
Agenda konferensi Annapolis mencakup enam masalah pokok yaitu
Negara kedaulatan Palestina, status final kota Jerussalem sebagai ibukota
Palestina, perbatasan, pengungsi Palestina, pemukiman Yahudi, keamanan,
dan pembagian sumber air. Kesepakatan penting dalam konferensi Annapolis
kedua pihak sepakat untuk menciptakan mekanisme monitoring implementasi
peta jalan, yang isinya pendirian Negara Palestina merdeka yang
berdampingan dengan damai bersama Israel. Konferensi ini juga menyepakati
pengguliran proses negosiasi langsung antara Israel dan Palestina setiap dua
minggu sekali dengan Amerika Serikat bertindak sebagai penengah. 79
Dari beberapa perundingan diatas, AS menjadi negara yang cukup
memiliki pengaruh terhadap perundingan damai yang berlangsung antara Israel
dan Palestina. Termasuk perundingan damai antara Presiden AS Barack Obama,
PM Israel Benyamin Netanyahu dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada
2010 yang akhirnya menemui kebuntuan karena Israel menolak memperpanjang
78
“The Israeli Camp David II Proposals for Final Settlement”. Mideastweb, July 200.
http://www.mideastweb.org/campdavid2.htm. Diakses 25 Februari 2015.
79
Menlu RI: “Konfernsi Annapolis Berikan Terobosan Baru Bagi Realisasi Perdamaian di Timur
Tengah”. Tabloit Diplomasi, Januari 2008. http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/54januari-2008/522--menlu-ri-konferensi-annapolis-berikan-terobosan-baru-bagi-realisasi-perdamaiandi-timur-tengah.html. Diakses, 3 Februari 2015.
35
moratorium penghentian pembangunan pemukiman Yahudi di Tepi Barat. Dalam
hal ini AS memang menolak pembangunan pemukiman Yahudi di Tepi barat dan
menganggap hal tersebut ilegal karena menyalahi perundingan.
Kebuntuan terhadap upaya perundingan dengan Israel mengakibatkan
Abbas memilih jalur lain untuk meningkatkan status keanggotaannya di PBB
menjadi negara anggota penuh. Dalam menanggapi upaya Abbas tersebut, justru
sebaliknya AS mengancam akan menjatuhkan Veto-nya untuk menggagalkan
keanggotaan penuh palestina di PBB, bahkan sampai dengan saat ini AS masih
belum mengakui Palesina sebagai Negara.
2. Isu Kemanusiaan
Konflik berkepanjangan yang terjadi tidak jarang mengakibatkan banyak
kerugian di kedua belah pihak, dalam hal ini pihak Palestina merupakan pihak
yang paling terkena dampak dari pertikaian tersebut. Mulai dari kerugian meteri
sampai dengan persoalan kemanusiaan yang muncul akibat konflik bersenjata
yang terjadi.
a. Persoalan Pengungsi (Refugees)
Paska deklarasi berdirinya negara Israel di Palestina, tentara Israel
semakin gencar mengukuhkan eksistensinya dan berupaya menguasai wilayah
palestina dengan mengusir bahkan membunuh penduduk setempat sebagian
besar penduduk Palestina akhirnya menjadi pengungsi atau sering di sebut
36
dengan “Pengungsi Palestina”. 80 Pengusiran etnis Palestina ini dilakukan
dalam tiga tahap. Tahap pertama pada awal Desember 1947 sampai 1948,
Israel melakukan serangkaian serangan ke desa-desa di wilayah Palestina serta
mengusir penduduk setempat untuk kemudian menguasai wilayah tersebut.
Beberapa desa dan pemukiman-pemukiman penduduk berhasil dikuasai.81
Dalam peristiwa ini kurang lebih 325.000 tewas dan sekitar 780.000
mengungsi.
Tahap kedua, yang terjadi enam bulan paska operasi pertama sebanyak
432.780 warga Palestina diusir dari kawasan yang termasuk jatah pembagian
wilayah Israel dalam UN Partition Plan. Termasuk sejumlah 347.220 warga
palestina yang tinggal di wilayah sekitar perbatasan tidak luput dari
pengusiran Israel.
Pada tahap ketiga sampai dengan tahun 1954, dari sekitar 900.000
warga palestina yang tinggal di kawasan yang termasuk tanah pembagian
untuk Israel sebanyak 800.000 warga telah diusir dan mengungsi, hanya
sekitar 100.000 warga yang masih tetap tinggal dan menjadi kaum minoritas,
total sebanyak 80 persen warga Paletina tinggal di penampungan.82 Menurut
data yang dilansir PBB terdapat lebih dari 3,6 juta warga Palestina yang
terusir tersebar di wilayah Tepi Barat, Gaza, Yordania, Suriah dan Lebanon
80
Pengungsi Palestina didefinisikan sebagai “orang-orang yang pada mulanya tempat tinggalnya
adalah Palestina selama periode 1 Juni 1946 sampai dengan 15 Mei 1948 kemudian kehilangan rumah
dan mata pencaharian akibat konflik 1948.”
81
Pappe, Pembersihan Etnis, 62-63.
82
Dina Y Sulaiman. Ahmadinejad On Palestine: Perjuangan Nalar dan Jiwa Seorang Presiden
untuk Palestina. Cet.1. (Depok: Pustaka Iman, 2008), 81-83.
37
serta negara-negara arab lainnya. Sebagian besar para pengungsi tinggal di
kamp-kamp pengungsian yang kumuh.83 Resolusi PBB 194 memberikan hak
penuh bagi pengungsi Palestina untuk pulang ke Tanah Air mereka. Namun,
Israel hingga kini tidak pernah menunaikan kewajiban mereka terkait resolusi
tersebut.
Menurut United Nations Relief and Works Agency (UNRWA)84 pada
2005, jumlah pengungsi Palestina yang tercatat adalah 4,3 juta orang. Namun,
catatan tersebut lebih kecil daripada jumlah sesungguhnya, yang diyakini
mencapai lebih daripada 7 juta orang. Kamp pengungsi Palestina terbagi
menjadi dua kamp resmi dan kamp tidak resmi. UNRWA mengakui 59 kamp
dari 66 kamp yang tersebar di Lebanon, Jordan, Syria, Tepi Barat, dan Jalur
Gaza. Agar sebuah kamp diakui UNRWA, disyaratkan adanya kesepakatan
antara negara tempat dimana kamp berada dengan UNRWA.
Lebih dari 460 ribu pengungsi Palestina di Syria hidup di sembilan
kamp resmi dan tiga kamp tidak resmi. Pemerintah Syria bertanggung jawab
menyediakan fasilitas-fasilitas publik di dalam kamp-kamp tersebut,
83
Albert Hourani. Sejarah Bangsa-Bangsa Muslim. (Bandung: Mizan, 2004), 697.
Badan Bantuan PBB dan Pekerjaan untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) didirikan Setelah
1948 konflik Arab-Israel, melalui Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa 302 (IV) dari 8
Desember 1949 untuk melaksanakan bantuan langsung dan bekerja program untuk pengungsi
Palestina. Badan ini mulai beroperasi pada 1 Mei 1950. Dengan tidak adanya solusi untuk masalah
pengungsi Palestina, Majelis Umum telah berulang kali memperbaharui mandat UNRWA, terakhir
memperpanjang sampai dengan 30 Juni 2017. UNRWA didanai hampir seluruhnya oleh sumbangan
sukarela dari negara-negara anggota PBB. UNRWA juga menerima beberapa dana dari Anggaran
Reguler PBB, yang digunakan sebagian besar untuk biaya staf internasional. Layanan Badan
mencakup pendidikan, perawatan kesehatan, bantuan dan pelayanan sosial, infrastruktur kamp dan
perbaikan, keuangan mikro dan bantuan darurat, termasuk dalam masa konflik bersenjata
(http://www.unrwa.org).
84
38
sementara UNRWA bertanggung jawab menyediakan berbagai layanan, mulai
dari kesehatan, pemukiman, hingga air bersih. 85
b. Kejahatan Perang (War Crime)
Korban akibat konflik bersenjata yang terjadi mengakibatkan banyak
korban baik dari kombatan sampai dengan warga sipil. Agresi Israel ke
Palestina yang dikenal dengan Operasi “Cast Lead” pada 27 Desember 2008
- 20 Januari 2009, melalui pemboman lewat udara maupun darat yang
dilakukan oleh Israel terhadap Palestina di Jalur Gaza.86 Serangan ini
sebenarnya
ditujukan
untuk
melumpuhkan
pejuang
Hamas
serta
menghentikan suplai senjata Hamas yang dikirim melalui terowonganterowongan bawah tanah. Hamas dicap sebagai organisasi teroris, oleh Israel,
Amerika Serikat dan Uni Eropa. Namun oleh pendukungnya, organisasi itu
dianggap sebagai kekuatan perjuangan yang sah untuk membela Palestina dari
pendudukan Israel.
Akibat dari serangan yang berlangsung selama 22 hari tersebut sekitar
1434 penduduk Palestina tewas menjadi korban. Korban penduduk sipil
berjumlah 960, 239 polisi dan 235 pejuang Hamas. Penduduk sipil yang tewas
terdiri dari 288 anak-anak, 121 wanita, dan 409 penduduk sipil selain wanita
dan anak-anak. Menurut data dari Departemen Kesehatan Palestina, korban
85
Pengungsi
Palestina.
Voiceofpalestine,
1
Januari
2011.
http://voiceofpalestine.net/index.php?option=com_content&task=view&id=259&Itemid=1. Diakses 29
Desember 2014.
86
Operation Cast Lead. Tersedia di: http://www.globalsecurity.org/military/world/war/operationcast-lead.htm. Diakses 31 Desember 2014.
39
luka-luka mencapai 5303 yang terdiri dari 1606 anak-anak dan 828 Wanita.87
Sebagian besar penduduk sipil menjadi korban atas serangan yang membabi
buta. Kerusakan rumah diderita oleh 6000 kepala keluarga yang mengalami
rusak ringan dan 10.000 kepala keluarga mengalami rusak parah. Kerugian
diperkirakan mencapai 2,2 milyar dollar AS. Di samping itu penduduk juga
mengalami kesulitan untuk mengungsi dan menerima bantuan kemanusiaan
karena adanya blokade di perbatasan Palestina dan Mesir. Serangan Israel
juga telah menghancurkan rumah-rumah, masjid dan kantor lembaga bantuan
PBB dan infra-struktur lain. 88
Hasil laporan Pencari Fakta Misi PBB di Jalur Gaza, menegaskan
bahwa terdapat bukti yang signifikan dalam temuannya dilapangan yang
menunjukkan kejahatan perang sistematis oleh Israel di Jalur Gaza. Tim
pencari fakta PBB menyimpulkan bahwa tindakan Israel dalam operasi Cast
Lead pada 27 Desember 2008 - 20 Januari 2009 didasarkan pada kebijakan
yang sengaja dibuat oleh Israel untuk menyerang Palestina yang kekuatan
militernya tidak sebanding dengan Israel. Sasaran utama operasi tersebut
adalah infrastruktur pendukung yang ada di Jalur Gaza termasuk penduduk
sipil. Dengan demikian, tim pencari fakta merekomendasikan bahwa
kejahatan perang yang dilakukan Israel selama Operasi Cast Lead harus
87
Data Korban Invasi Gaza. Tersedia di http://www.dakwatuna.com/2009/03/17/2100/datakorban-invasi-gaza. Diakses1 Januari 2015.
88
Akibat Agresi Israel, Gaza Alami Kerugian 2,2 Milyar Dolar AS. Tersedia di
http://www.eramuslim.com/berita/dunia-islam/akibat-agresi-israel-gaza-alami-kerugian-2-2-milyardollar-as.htm. Diakses 28 Desember 2014.
40
diselidiki lebih lanjut. Apabila penyelidikan terbukti, Dewan Keamanan harus
membawa kasus tersebut ke Mahkamah Pidana Internasional yang memiliki
yurisdiksi untuk mengadili kehajatan perang.89
89
Raji Sourani. Operation Cast Lead five years on: 'We are still demanding justice'. Tersedia di
http://www.aljazeera.com/indepth/opinion/2014/01/operation-cast-lead-five-years-are-still-demandingjustice-2014188116566380.html. Diakses 26 November 2014.
41
BAB III
PENGAJUAN KEANGGOTAAN PALESTINA DI PBB
Bab ini menjelaskan prosedur penerimaan anggota baru di PBB berdasarkan
piagam PBB termasuk hak dan kewajiban anggota PBB. Selanjutnya membahas
perjuangan Palestina menjadi anggota PBB dari masa kepemimpinan Yasser Arafat
sampai dengan Mahmoud Abbas pada 2011 untuk menjadi anggota PBB serta
dukungan dari negara anggota PBB terhadap pengajuan Palestina menjadi anggota
PBB pada tahun 2011.
A. Prosedur Keanggotaan PBB
Masalah keanggotaan dalam suatu organisasi internasional merupakan hal
yang sangat penting dan bahkan dianggap sebagai masalah konstitusional yang
pokok. Dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa yang tertuang dalam pasal 4, Bab
II Keanggotaan, menyebutkan bahwa keanggotaan PBB terbuka bagi semua negara
yang cinta damai dan bersedia menjalankan kewajiban-kewajiban yang tercantum
dalam piagam PBB. Akan tetapi penerimaan keanggotan PBB harus dilakukan
berdasarkan keputusan Majelis Umum berdasarkan anjuran dari Dewan Keamanan. 90
Berdasarkan Piagam PBB keanggotaan PBB dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu: Pertama, anggota asli (original member), terdiri dari negara-negara yang ikut
bagian dalam Konferensi San Fransisco tahun 1945 atau yang telah terlebih dahulu
ikut serta dalam penandatanganan pernyataan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada
90
Piagam PBB, Bab II Keanggotaan, Pasal 4.
42
tanggal 1 Januari 1942 (Pasal 3). Kedua, anggota (members), yaitu negara-negara
anggota PBB yang masuk kemudian berdasarkan syarat-syarat yang tercantum dalam
pasal 4, 5 dan 6 Piagam PBB.
Prinsip keanggotaan PBB pada umumnya merupakan prinsip universalitas
yang berarti semua negara berhak dan memiliki kesempatan untuk bergabung di
dalamnya. Meskipun demikian setiap negara yang ingin bergabung harus memenuhi
syarat keanggotaan PBB, hal ini tercantum dalam piagam PBB Bab II Pasal 4 ayat 1
dan 2 serta pasal 18 ayat 2, antara lain harus memenuhi lima unsur penting yaitu:
1. Setiap negara yang ingin bergabung dalam PBB harus betul-betul negara
yang cinta damai.
2. Setiap anggota baru diwajibkan untuk mematuhi dan menerima kewaibankewajiban yang tercantum dalam piagam PBB.
3. Setiap anggota baru harus
mampu dan bersedia
melaksanakan
kewajibannya sebagai anggota.
4. Keputusan penerimaan anggota baru harus berdasarkan rekomendasi dari
Dewan Keamanan PBB yang kemudian mendapat persetujuan dari
sembilan negara anggota termasuk lima anggota tetap.
5. Keputusan terakhir mengenai penerimaan anggota baru akan diambil oleh
Majelis dengan dua pertiga suara mayoritas, berdasarkan voting. 91
Setelah
persyaratan
diatas
terpenuhi
maka,
pengajuan
keanggotaan
disampaikan kepada Sekertaris Jenderal PBB dengan suatu instrumen resmi yang
91
Sumaryo Suryokusumo. Organisasi Internasional. (Jakarta: UI Press, 1987), 59-62.
43
memuat pernyataan terkait kesanggupan untuk menjalankan kewajiban yang
tercantum dalam piagam PBB. Sesuai Provisional of Procedure atau prosedur
keanggotaan yang terdapat dalam Dewan Keamanan, surat permohonan yang telah
disetujui Dewan Keamanan tersebut dimasukkan dalam agenda persidangan Dewan
Keamanan. Kemudian Presiden Dewan Keamanan menyampaikan kepada Committe
on the admission of New Members yang anggotanya terdiri dari seluruh negara
anggota Dewan Keamanan.
Dewan keamanan untuk selanjutnya mengadakan pemungutan suara terhadap
rancangan resolusi yang menyatakan bahwa DK telah memeriksa permintaan tersebut
dan kemudian memberikan rekomendasi kepada Majelis agar permohonan dapat
disetujui. Setelah menerima rekomendasi positif dari dewan keamanan tentang calon
anggota, majelis umum akan mengambil keputusan berdasarkan pasal 18 ayat 2
Piagam PBB sebagai berikut:92
“Keputusan-keputusan Majelis Umum tentang hal-hal penting akan
diambil dengan suara terbanyak berjumlah dua pertiga dari anggota yang
hadir dan ikut memberikan suara. Dalam soal-soal ini termasuk: anjurananjuran mengenai pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional,
pemilihan anggota-anggota Dewan Keamanan, Pemilihan anggota Dewan
Ekonomi dan Sosial, pemilihan anggota Dewan Perwalian sesuai dengan ayat
1 (c) Pasal 86, penerimaan anggota-anggota baru Perserikatan BangsaBangsa, penundaan hak-hak dan hak istimewa keanggotaan, pemecatan
anggota-anggota, hal-hal yang bertalian dengan penyelenggaraan sistem
perwalian, dan hal-hal anggaran belannya. (Hak Suara. Pasal 18, ayat 2).”
Terkait prosedur pengambilan keputusan dalam majelis umum dilakukan
dalam sidang rutin tahunan maupun siding-sidang khusus yang dinilai mendesak oleh
92
Lihat Piagam PBB.
44
Sekertaris Jenderal atau atas permintaan dari Dewan keamanan maupun dari
permintaan oleh sebagian besar negara-negara anggota PBB. Hal ini diatur dalam
pasal 10 Piagam PBB.
B. Hak dan Kewajiban Anggota PBB
Dalam kancah politik internasional sekarang ini dengan intensitas interaksi
yang begitu tinggi dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan atau kepentingan
bersama, organisasi internasional memiliki peran penting bagi para anggotanya.
Organisasi internasional menjadi sarana untuk mencapai tujuan karena didalamnya
memiliki azas, fungsi dan tujuan yang jelas. 93
Partisipasi negara di dalam kegiatan-kegiatan organisasi internasional adalah
ikutsertanya negara tersebut sebagai anggota dalam perdebatan dan pembicaraan,
tetapi tidak selalu ikut memberikan suaranya dalam pemungutan suara. Suatu negara
anggota PBB misalnya, dapat pula tidak diperkenankan untuk bersuara didalam
persidangan majelis umum PBB karena telah menunggak pembayaran kontribusinya
bagi badan tersebut selama dua tahun atau lebih. 94
Sebaliknya dalam Piagam PBB pada Bab. V pasal 32 dijelaskan bahwa
partisipasi negara bukan anggota PBB juga dimungkinkan jika negara itu menjadi
salah satu pihak yang berselisih dan perselisihan itu dibicarakan oleh Dewan
Keamanan. Namun partisipasi itu hanya terbatas pada kesempatan mengemukakan
dan menjelaskan persoalannya, tanpa ikut serta dalam pemungutan suara.
93
Aiyub Mohsin. Diktat: Organisasi dan Administrasi Internasional. 2009, h.4-5.
Charter of the United Nations and Statute of the International Court of Justice. Tersedia di
https://treaties.un.org/doc/.../ctc/uncharter.pdf. Diakses 22 Oktober 2012.
94
45
Setiap negara yang tergabung dalam keanggotaan PBB wajib untuk mentaati
dan menjalankan tugas serta kewajibannya sesuai aturan yang tercantum dalam
Piagam PBB yang ditaati bersama seluruh negara anggota. Dalam piagam PBB
dijelaskan bahwa setiap anggota memiliki hak suara terhadap setiap pengambilan
keputusan di PBB sesuai kedudukan masing-masing.95
Dalam persoalan persengketaan yang terjadi antar negara, apabila di anggap
perlu guna penyelesaian persoalan tersebut, negara anggota dapat meminta perhatian
Dewan Keamanan maupun Majelis Umum dalam penyelesaian sengketa tersebut
sesuai yang tercantum pada Bab. VI, pasal 35, ayat 1 piagam PBB. Disamping itu
setiap anggota PBB di wajibkan untuk turut serta membantu memelihara dan menjaga
perdamaian serta ikut berpartisipasi dengan memberi bantuan berupa personil
maupun akses-akses lain apabila diperlukan. 96
Untuk lebih memfokuskan wewenang dalam bidang-bidang tertentu, PBB
memiliki badan-badan atau lembaga khusus (Specialized Agencies) seperti:
UNESCO, UNRWA, , UNHCR, UNDP, IMF, WHO, WTO, FAO, ILO, IMF, World
Bank, dll. Badan-badan ini memberikan akses bagi negara anggotanya sesuai fokus
bidang masing-masing. Lembaga khusus PBB tersebut memiliki fungsi melayani
masyarakat seluruh dunia tanpa memperhatikan perbatasan nasional, Sebagian besar
anggota yang tergabung dalam badan tersebut adalah negara yang menjadi anggota
95
96
Lihat Piagam PBB.
Lihat Hak Suara, Piagam PBB.
46
PBB. Dengan demikin negara yang sudah tergabung dalam PBB dapan mengajukan
permohonan untuk menjadi anggota organisasi dibawah naungan PBB tersebut. 97
C. Perjuangan Palestina Untuk Menjadi Anggota PBB
1. Masa Kepemimpinan Yasser Arafat (1988-2004)
Paska KTT Liga Arab yang menunjuk PLO yang terdiri dari gabungan
beberapa fraksi di Palestina sebagai wakil sah dan tunggal rakyat Palestina. PLO
memiliki peranan sebagai aktor dalam berdiplomasi untuk mewujudkan
kemerdekaan Palestina.
Berdasarkan resolusi Majelis Umum PBB Nomor 3237 pada 22
September 1974, PLO mendapatkan status Pengamat di Majelis Umum PBB
sebagai representasi Palestina. 98
Dalam resolusi tersebut, PLO diundang untuk turut berpartisipasi dalam
Majelis Umum dalam kapasitasnya sebagai pengamat, dapat mengikuti konferensi
internasional yang diselenggarakan di bawah naungan Majelis Umum, PLO juga
berhak untuk berpartisipasi sebagai pengamat dalam semua konferensi
internasional yang diselenggarakan di bawah naungan badan PBB lainnya, serta
meminta Sekretaris Jenderal untuk mengambil langkah yang diperlukan untuk
pelaksanaan resolusi tersebut.
Dalam sidang Majelis Umum Arafat menegaskan dalam pidatonya: 99 Jika
imigrasi Yahudi ke Palestina memiliki tujuan yang memungkinkan mereka untuk
97
Aiyub, Diktat, 46-51.
Fawzy Al-Ghadiry. Sejarah Palestina: Asal Muasal Konflik Palestina-Israel. (Yogyakarta:
Bookmarks, 2010), 122.
98
47
hidup berdampingan dengan kita, menikmati hak yang sama dan dengan asumsi
kewajiban yang sama, kita akan membuka pintu bagi mereka, sejauh kapasitas
tanah air kita untuk penyerapan diizinkan. Itulah yang terjadi dengan ribuan
Armenia dan Circassians yang masih tinggal di antara kita dalam kesetaraan
sebagai saudara dan warga negara. Tapi itu tujuan imigrasi merebut tanah air kita,
membubarkan orang-orang kami, dan mengubah kita menjadi warga negara kelas
dua. Oleh karena itu, sejak awal evolusi kita tidak termotivasi oleh faktor ras atau
agama. Tujuannya bukan orang Yahudi tapi Zionis dan agresinya secara terangterangan. Dalam hal ini kami berjuang agar orang-orang Yahudi, Kristen dan
Muslim dapat hidup dalam kesetaraan, menikmati hak yang sama dan dengan
asumsi kewajiban yang sama, bebas dari diskriminasi ras atau agama.
Dalam pidatonya Arafat mendesak rakyat dan pemerintah dunia untuk
bersikap tegas terhadap upaya Zionis untuk mendorong dunia Yahudi untuk
beremigrasi dan merebut tanah Palestina. Arafat tegas menentang diskriminasi
terhadap manusia sebagai agama, ras, atau warna kulit. Arafat juga mengapresiasi
dukungan dari Gerakan Non Blok, negara-negara sosialis, negara-negara Islam,
negara-negara Afrika dan negara-negara Eropa yang ramah, serta semua temanteman kami yang lain di Asia, Afrika dan Amerika Latin. Serta menegaskan hak
rakyat Palestina untuk dapat menjadi negara yang merdeka dan berdaulat.100
99
Disarikan dari United Nations: Address by Yasser Arafat Before the General Assembly
(November 13, 1974). Tersedia di https://www.jewishvirtuallibrary.org/jsource/UN/arafat_un.html.
Diakses, 3 Desember 2013.
100
Ibid.
48
Pada November 1988, Dewan Nasional Palestina PLO mendeklarasikan
negara Palestina merdeka dengan Kota Al-Quds sebagai ibu kota negara. Arafat
membacakan deklarasi kemerdekaan dan kemudian secara terbuka menolak
segala bentuk kekerasan dan bertemu AS untuk memulai dialog baru. Pada tahun
1988 mulai ada perubahan kebijakan dari perlawanan bersenjata beralih ke jalur
diplomasi. Dalam pidato di pertemuan khusus PBB yang diadakan di Jenewa,
Swiss, Arafat menyatakan bahwa PLO menolak terorisme dan mendukung hak
semua pihak yang berkepentingan dalam konflik Timur Tengah untuk hidup
dalam damai dan aman, termasuk negara Palestina, Israel dan tetangga lainnya. 101
Berikut ini kutipan dari penggalan pidato Arafat kepada Majelis Umum
PBB pada 13 Desember 1988:102
“Dalam kapasitas saya sebagai ketua Komite Eksekutif PLO, saat ini
dengan asumsi fungsi pemerintahan sementara Negara Palestina, karena
itu saya menyajikan inisiatif perdamaian Palestina berikut:
Pertama: Bahwa upaya serius dilakukan untuk mengadakan, di bawah
pengawasan Sekjen PBB, panitia persiapan konferensi internasional untuk
perdamaian di Timur Tengah untuk membuka jalan bagi
diselenggarakannya konferensi internasional, yang pemerintah dukungan
secara universal kecuali pemerintah Israel.
Kedua: Bahwa tindakan dilakukan untuk menempatkan tanah Palestina
yang diduduki di bawah pengawasan PBB sementara, dan bahwa pasukan
internasional akan ditempatkan di sana untuk melindungi rakyat kita dan,
pada saat yang sama, untuk mengawasi penarikan pasukan Israel dari
negara kita .
101
Rana Setiawan.
Yasser Arafat Simbol Persatuan Palestina. Tersedia di:
http://mirajnews.com/id/artikel/tokoh/yasser-arafat-simbol-persatuan-palestina/. Diakses 31 Januari
2015.
102
Disarikan dari: Yasser Arafat: Speech to the U.N. General Assembly Renouncing Terror
(December
13,
1988).
Tersedia
di:
https://www.jewishvirtuallibrary.org/jsource/Terrorism/plotstate2.html. Diakses, 3 Desember 2013.
49
Ketiga: PLO akan mencari penyelesaian komprehensif antara pihak-pihak
terkait dalam konflik Arab-Israel, termasuk Negara Palestina, Israel dan
tetangga lainnya, dalam rangka konferensi internasional untuk perdamaian
di Timur Tengah atas dasar Resolusi 242 dan 338 dan sehingga dapat
menjamin kesetaraan dan keseimbangan kepentingan, terutama hak-hak
rakyat kita dalam kebebasan, kemerdekaan nasional, dan menghormati
hak untuk hidup dalam damai dan keamanan bagi semua.” (Terjemah oleh
penulis).
Dalam pidato tersebut Arafat menyerukan perdamaian kepada para
pemimpin Israel di bawah sponsor dari PBB. Meninggalkan cara-cara perang
yang sudah berlangsung selama kurang lebih 40 tahun dan meminta Israel
menarik pasukannya untuk kemudian mengakhiri konflik melalui konferensi
internasional.
Arafat tidak lagi menggunakan cara-cara kekerasan dalam penyelesaian
persoalan Palestina, akan tetapi lebih mengupayakan jalur diplomasi damai.
Selama kepemimpinannya, Arafat telah banyak melakukan perundinganperundingan damai untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina. dan untuk
pertama kalinya pada tahun 1993 Arafat berjabat tangan dengan Perdana Menteri
Israel Yitzhak Rabin dalam Perundingan Oslo yang dimediasi oleh Amerika. 103
Beberapa perundingan yang terjadi pada masa kepemimpinan Arafat
diantaranya: Oslo I (1993), Oslo II (1995), Memorandum Wye River (19981999), Camp David II (2000).104 Meskipun dari perundingan-perundingan tersebut
masih belum dapat mewujudkan cita-cita Palestina yang merdeka dan berdaulat,
103
104
____Yasser Arafat (1929-2004). Tersedia di (passia.org). Diunduh 3 Februari 2015.
Priyatna, Kebiadaban Zionisme, 29-32.
50
setidaknya Arafat telah memberikan perubahan positif terhadap garis perjuangan
Palestina dengan jalur diplomasi.
Selama beberapa dekade, Yasser Arafat adalah simbol perjuangan rakyat
Palestina untuk memperoleh kemerdekaan. Ia meninggal tanggal 11 Nopember
2004 dengan penyebab yang tetap misteri sampai sekarang. Sepuluh tahun setelah
kematiannya, ia tetap menjadi pahlawan nasional bagi rakyat Palestina.105
2. Masa Kepemimpinan Mahmoud Abbas (2005-2011)
Paska meninggalnya Yasser Arafat tahun 2004, kepemimpinan PLO
digantikan oleh Mahmoud Abbas yang terpilih secara aklamasi menggantikan
Arafat pada pemilihan umum secara langsung untuk pertama kalinya di Palestina
pada tanggal 9 Januari 2005. Abbas yang juga dari fraksi Fatah sebelumnya
menduduki jabatan sebagai Sekretaris Jendral PLO.106
Abbas memiliki peranan penting untuk melanjutkan diplomasi untuk
memperjuangkan kemerdekaan Palestina. bahkan sejak menjabat sebagai Perdana
Menteri, Abbas telah aktif mengikuti beberapa perundingan damai. Pada 2013
Abbas melakukan pertemuan untuk peluncuran sebuah “peta jalan damai” bagi
pembentukan negara Palestina pada 2005 dalam pertemuan puncak di Jordania
dengan Presiden AS George W Bush, Perdana Menteri Israel Ariel Sharon.
Selanjutnya pada 27 November 2007, Abbas dan Perdana Menteri Israel, Ehud
Olmert, secara resmi memulai kembali perundingan di Annapolis, Maryland, AS.
105
106
Jimmy Carter. Palestine Peace Not Apartheit. (Jakarta: PT. Dian Rakyat, 2004), 79.
Sihbudi, Menyandera Timur Tengah, 352-353.
51
Pada 2 September 2010 Abbas menghadiri pertemuan dengan presiden AS Barack
Obama di Gedung Putih dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. 107
Dalam perjanjian tersebut
akhirnya Palestina menarik diri dari
pembicaraan pada pekan berikutnya setelah Israel menolak menghentikan
pembangunan pemukiman Yahudi di Tepi Barat, Israel juga menyatakan bahwa
moratorium
pembangunan
permukiman
Yahudi
di
Tepi
Barat
sudah
kadaluwarsa.108 Akhirnya perundingan tersebut gagal mengupayakan solusi dua
negara untuk berdamai. Kegiatan pemukiman Israel, lanjut Abbas, merupakan
alasan utama kegagalan proses perdamaian. Abbas menegaskan kebijakan
pemukiman akan merusak peluang solusi dua negara. Kebijakan ini akan merusak
peluang
mencapai
solusi
dua
negara
yang
telah
menjadi
konsensus
internasional. 109
Mendapatkan pengakuan Palestina sebagai sebuah negara dengan
perbatasan 1967 jelas menjadi sebuah perlambang penting. Resolusi Dewan
Keamanan 242, setelah perang Enam Hari 1967, menuntut penarikan mundur
pasukan bersenjata Israel. Dunia internasional secara luas menerima bahwa
perbatasan pra-1967 harus menjadi basis dari perundingan damai. Akan tetapi
107
“Kronologi Pembicaraan Perdamaian Israel-Palestina Sejak 1993”. Kompas, 29 Juli 2013
http://internasional.kompas.com/read/2013/07/29/1315541/Kronologi.Pembicaraan.Perdamaian.IsraelPalestina.sejak.1993. Diakses 1 Janari 2015.
108
“Obama
Tuntut
Kemajuan
di
Timteng”.
BBC,
10
September
2010.
http://www.bbc.co.uk/indonesia/lg/dunia/2010/09/100902_mideasttalks.shtml. Diakses 3 Januari 2015
109
“Palestina Serahkan Permohonan Keanggotaan”. BBC, 11 September 2011.
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2011/09/110923_unpalestine.shtml. Diakses 4 Januari 2015.
52
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak perbatasan tersebut sebagai
dasar untuk perundingan. 110
Gambar. III. 1
Peta Perbatasan Tahun 1967
Territories occupied by Israel since June, 1967
Sumber: The Question Of Palestine and The United Nations.
Presiden Barack Obama menyerukan perundingan tentang perbatasan
dengan dasar pada garis 1967 namun Netanyahu mengatakan hal itu tidak realistis
dan tidak bisa dipertahankan. Dia merujuk pada fakta-fakta baru di lapangan yang
terjadi sejak tahun 1967, antara lain hampir setengah juta warga Israel yang
110
Deni Armandhanu. “PM Israel Tolak Kembali ke Peta 1967”. Viva, 24 Mei 2011.
http://dunia.news.viva.co.id/news/read/222299-pm-israel-tolak-kembali-ke-peta-1967. Diakses 23 Juli
2013.
53
tinggal di 200 lebih kawasan pemukiman di Tepi Barat dan Jerusalem Timur.
Pertukaran wilayah sempat dibahas dalam perundingan sebelumnya untuk
mengatasai masalah itu. Palestina berpendapat menjadi anggota penuh PBB akan
memperkuat posisi mereka dalam perundingan damai dengan Israel, khususnya
dalam berbagai masalah penting: status Jerusalem, masa depan pemukim Yahudi,
garis perbatasan, kepulangan pengungsi Palestina, air, maupun keamanan. 111
Akibat kegagalan perundingan damai dengan Israel tersebut, Abbas
memilih meningkatkan statusnya di PBB sebagai Negara Anggota. Pada 23
September 2011, Abbas menyerahkan proposal permohonan keanggotan kepada
Sekertaris Jenderal PBB Ban Ki-moon. Abbas juga meminta agar PBB mengakui
negara Palestina meskipun Israel masih menduduki wilayah tersebut.112 Berikut
ini kutipan Pidato Abbas pada pertemuan di Majelis Umum PBB: 113
Kami sangat menghargai posisi semua Negara yang telah mendukung
perjuangan dan hak-hak kami, mengakui Negara Palestina setelah
Deklarasi Kemerdekaan pada tahun 1988, serta negara-negara yang barubaru ini mengakui Negara Palestina dan mereka yang telah mengupgrade
tingkat representasi Palestina di ibukota mereka. . . . Waktunya telah tiba
bagi rakyat saya berani dan bangga setelah beberapa dekade pemindahan
dan pendudukan kolonial dan penderitaan tanpa henti, untuk hidup seperti
orang lain di bumi, gratis di tanah air yang berdaulat dan independen.
Saya ingin menginformasikan bahwa, sebelum memberikan
pernyataan ini, saya mengajukan, dalam kapasitas saya sebagai Presiden
Negara Palestina dan Ketua Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan
111
“Tanya
Jawab
Seputar
Palestina”.
BBC,
20
September
2011.
http://www.bbc.co.uk/indonesia/laporan_khusus/2011/09/110920_qapalestina.shtml.
Diakses,
3
Desember 2013.
112
Ibid.
113
Teks Lengkap Pidato Abbas di PBB. Tersedia di http://voiceofpalestine.net/berita/727-teklengkap-pidato-abbas-di-pbb.html. Diakses, 5 Desember 2013.
54
Palestina, kepada Ban Ki-moon, Sekretaris Jenderal Perserikatan BangsaBangsa, sebuah aplikasi untuk penerimaan Palestina berdasarkan
perbatasan 4 Juni 1967, dengan Al-Quds Al-Sharif sebagai ibukotanya,
sebagai anggota penuh Perserikatan bangsa. Saya menyerukan kepada
Bapak Sekretaris Jenderal untuk mempercepat permintaan kami kepada
Dewan Keamanan, dan saya memanggil anggota terhormat dari Dewan
Keamanan untuk memilih dalam mendukung keanggotaan penuh kami.
Saya juga menyerukan kepada Amerika yang tidak mengakui Negara
Palestina. Dukungan dari negara-negara dunia untuk upaya kami adalah
kemenangan bagi kebenaran, kebebasan, keadilan, hukum dan legitimasi
internasional, serta merupakan dukungan yang luar biasa untuk opsi
perdamaian dan meningkatkan peluang keberhasilan negosiasi. Dukungan
Anda untuk pembentukan Negara Palestina dan untuk masuk ke PBB
sebagai anggota penuh adalah kontribusi terbesar untuk perdamaian di
Tanah Suci.
Dalam pidatonya pada sidang Majelis Umum tersebut Abbas dengan tegas
menyampaikan maksud dan tujuannya agar PBB dapat mempertimbangkan
peningkatan status keanggotaan Palestina menjadi anggota penuh dan di akui
sebagai negara merdeka berdasarkan garis perbatasan 1967 dan menjadikan AlQuds sebagai Ibu kota negara Palestina. Abbas menegaskan bahwa rakyat
Palestina berhak untuk merdeka serta berhak memiliki kesempatan yang sama
dengan negara-negara merdeka lainnya.
D. Dukungan Dari Negara-Negara Anggota PBB
Perserikatan Bangsa-Bangsa didirikan atas dasar komitmen untuk
mewujudkan perdamaian dunia paska Perang Dunia. Negara yang tergabung
didalamnya umumnya memiliki pandangan yang sama terkait perdamaian.
Bahkan bagi negara anggota yang melanggar akan di kenakan sangsi oleh PBB.
Sesuai aturan yang ditetapkan dalam piagam PBB.
55
Abbas yang juga berkomitmen untuk menyelesaikan Persoalan Palestina
dengan Perundingan damai berupaya meningkatkan status keanggotaannya di
PBB sebagai member state setelah sebelumnya upaya damai dengan Israel gagal
mendapatkan kesepakatan. Dalam upaya Abbas di PBB tersebut tidak jarang
menuai kritik dari beberapa pihak baik dari Israel dan sekutunya bahkan dari
kalangan internal Palestina. meskipun demikian banyak negara anggota PBB yang
mendukung dan menyambut baik maksud Abbas tersebut.
Indonesia termasuk negara yang mendukung langkah Abbas tersebut,
Pada Pertemuan koordinasi tingkat menteri Komite Palestina GNB pada 22
September 2011 yang diselenggarakan di sela sela sesi ke-66 Sidang Majelis
Umum PBB. Pengajuan Palestina sebagai anggota PBB merupakan salah satu isu
menonjol dalam sidang PBB kali ini. Dalam waktu yang tersisa sebelum DK PBB
mengambil keputusan, Menlu Marty juga mengajak negara-negara GNB terus
merapatkan diri dan bekerjasama guna mendukung keputusan bangsa Palestina,
sebelumnya pada 9 September Menlu Palestina bertemu dengan Marty
Natalegawa. Dalam pertemuan tersebut Menlu Palestina menyampaikan informasi
mengenai langkah-langkah yang akan diambil Palestina dalam mengajukan diri
sebagai anggota PBB. Marty Natalegawa juga mengingatkan kembali mengenai
dukungan GNB yang disepakati dalam Pertemuan Tingkat Menteri GNB di Bali,
Mei lalu. Marty mengatakan“Kita telah menyepakati rencana aksi untuk
56
mendukung masalah Palestina dan pengajuan Palestina sebagai anggota tetap
PBB pada sesi ke-66 Sidang Majelis Umum PBB.”114
Kantor Berita India, Press Trust of India (PTI), menyebutkan bahwa
Perdana Menteri India Manmohan Singh telah menulis surat kepada Abbas dan
meyakinkan dukungan penuh India terhadap upaya Palestina itu. India saat ini
merupakan ketua bergilir Dewan Keamanan PBB. Sementara tokoh kontroversial,
Presiden Venezuela Hugo Chavez telah mengirim surat kepada Sekjen PBB Ban
Ki-moon untuk menyampaikan dukungan penuh bagi permintaan Palestina.
Dalam suratnya yang disiarkan ke media lokal pada 17 September lalu Chavez
mengatakan bahwa Negara Palestina memiliki hak “untuk menjadi sebuah negara,
bebas berdaulat dan independen”. 115
Sembilan dari 27 anggota Uni Eropa juga mengakui Palestina sebagai
negara dengan perbatasan 1967. Negara-negara lainnya tampak semakin
mendukung gagasan Palestina tersebut, antara lain karena rasa frustrasi atas
pemerintahan Netanyahu dalam perundingan damai Israel-Palestina yang mereka
lihat amat sulit untuk diajak berunding berkaitan dengan isu pemukiman. Inggris,
Prancis, dan Jerman kemungkinan mendukung resolusi Majelis Umum jika
mencakup peta jalan yang jelas untuk kembali ke meja perundingan. 116
114
Bukan
Tujuan
Akhir
Palestina
Sebagai
Anggota
PBB.
Tersedia
di
http://www.kemlu.go.id/havana/Pages/News.aspx?IDP=5167&l=id. Diakses 22 November 2014.
115
Palestina dan Mimpi Menjadi Anggota ke 194 PBB. Antaranews, 23 September 2011.
http://www.antaranews.com/berita/276734/palestina-dan-mimpi-menjadi-anggota-ke-194-pbb. Diakses
25 November 2014.
116
BBC, Tanya Jawab Seputar Palestina, Arsip 20 September 2011.
57
Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma salah satu anggota penting Dewan
Keamanan PBB, pada 22 september menyampaikan
dukungannya terhadap
upaya Palestina untuk menjadi anggota penuh PBB. Amerika Serikat telah
berjanji untuk memveto setiap upaya Palestina. Akan tetapi Zuma mengatakan
kepada Majelis Umum PBB, bahwa keanggotaan Palestina akan menjadi langkah
yang menentukan untuk mencapai perdamaian yang abadi. Afrika Selatan
sepenuhnya mendukung posisi ini. Dia menghimbau upaya Palestina itu mendapat
tanggapan baik oleh para anggota PBB. Lebanon dan Brazil, keduanya anggota
dari 15 negara Dewan Keamanan, sebelumnya pada Rabu mengumumkan bahwa
mereka akan mendukung upaya Palestina. 117
Sementara itu hingga 22 September 2011 atau sehari sebelum Abbas
menyampaikan permintaannya secara resmi ke Dewan Keamanan PBB, sikap
sementara 15 anggota Dewan Keamanan berdasarkan pernyataan publik mereka
terbilang beragam. Negara yang mendukung permintaan Palestina di Dewan
Keamanan PBB adalah Brazil, China, Lebanon, Rusia, dan Afrika Selatan.
Sementara itu Amerika Serikat bersikap menetang permintaan Palestina dan
Kolumbia memilih abstain. Sedangkan Bosnia dan Herzigovia, Inggris, Prancis,
Gabon, Jerman, Nigeria dan Portugal belum menentukan sikap. Sekjen PBB Ban
117
“Afrika Selatan Dukung Palestina di PBB”. Republika, 22 September 2011.
http://www.republika.co.id/berita/internasional/palestina-israel/11/09/22/lrwcuw-afrika-selatandukung-palestina-di-pbb. Diakses 27 November 2014.
58
Ki-moon juga mendesak Netanyahu 118 untuk bertindak dengan menahan diri dan
bersikap bijak terhadap upaya Palestina untuk menjadi anggota penuh PBB.
118
“Menurut AFP, Israel telah marah, menolak upaya Palestina, dan mengancam pembalasan
diplomatik yang tidak ditentukan”. Tersedia di http://www.antaranews.com/berita/276734/palestinadan-mimpi-menjadi-anggota-ke-194-pbb. Diakses 25 November 2014.
59
BAB IV
HAMBATAN PALESTINA MENJADI ANGGOTAAN PENUH DI PBB
TAHUN 2011
Bab ini membahas hambatan Palestina menjadi anggota penuh di PBB pada
tahun 2011 sebagai
jawaban dari pertanyaan penelitian. Mekanisme penerimaan
anggota baru harus mendapat persetujuan DK PBB sebelum dilakukan voting oleh
Majelis Umum PBB. Berdasarkan pertimbangan DK PBB terkait Pengajuan palestina
menjadi anggota, DK memutuskan untuk tidak menerima Palestina menjadi anggota.
Dari keputusan tersebut penulis mencoba menganalisa faktor-faktor yang menjadi
penghambat dalam proses pengajuan Palestina menjadi anggota PBB termasuk faktor
dari dukungan negara kawasan Timur Tengah.
A. Pertimbangan DK PBB Terkait Pengajuan Keanggotaan Palestina
PBB sebagai salah satu organisasi internasional memiliki mekanisme
tersendiri dalam penerimaan anggota berdasarkan kesepakatan bersama negaranegara anggota yang di sahkan dalam Piagam PBB. Organisasi internasional sebagai
penyedia saluran untuk berkomunikasi di antara sesama anggota dan ada kalanya
merintis akses komunikasi bersama dengan negara non anggota maupun Organisasi
Internasional lainnya. 119
119
T. May Rudy. Administrasi dan Organisasi Internasional. (Bandung: Refika Aditama.,
2005), 3.
60
Dalam piagam PBB juga dijelaskan bahwa keanggotaan PBB adalah negaranegara yang ikut serta dalam Konferensi PBB tentang Organisasi Internasional di San
Fransisco atau yang terlebih dahulu telah menandatangani serta meratifikasi Piagam
PBB pada 1 Januari 1942. Negara-negara tersebut antara lain: Republik Tiongkok,
Prancis, Uni Soviet Republik Sosialis, Kerajaan Inggris Raya, Irlandia Utara dan
Amerika Serikat, serta negara lain yang ikut menandatangani. 120 Negara-negara
tersebut termasuk dalam kategori original member PBB. Negara-negara yang
selanjutnya ingin bergabung harus melalui mekanisme yang diatur dalam piagam
PBB pasal 4, ayat 2.
Paska deklarasi Negara Palestina pada 15 November 1988, meskipun telah
diakui oleh negara-negara anggota OKI, Liga Arab, Gerakan Non-Blok dan Asean.
Akan tetapi PBB sampai dengan tahun 2011 masih memposisikan Palestina sebagai
sebuah entitas non negara dengan di berikannya status keanggotaan sebagai non
member observer entity sejak 1978 melalui resolusi Majelis Umum Nomor 3237.121
Keberadaan negara Palestina selama beberapa dekade masih dalam
perdebatan, meskipun secara de facto maupun de jure telah diakui oleh banyak negara
anggota PBB. Padahal, sangat perlu untuk mengetahui kejelasan mengenai status
negara Palestina. Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai negara yang
merupakan subjek hukum internasional, dapat memperhatikan unsur-unsur konstitutif
120
121
Piagam PBB Bab II, Pasal 3 dan Bab XIX, Pasal 110.
United Nations: General Assembly. 3237 (XXIX).
61
yang diperlukan bagi pembentukan suatu negara. 122 Hal ini sejalan dengan Pasal 1
Konvensi Montevideo 1933.123
“The state as a person of international law should possess the following
qualifications: (a) a permanent population; (b) a defined territory; (c)
government; and (d) capacity to enter into relations with the other states.”
Negara sebagai subyek hukum internasional harus memiliki kualifikasi
sebagai berikut: (a) populasi permanen (b) wilayah (c) pemerintah dan (d)
kapasitas untuk menjalin hubungan dengan negara-negara lain. (Terjemah
oleh penulis).
Ketentuan tentang sebuah negara menurut konverensi Montevideo tersebut
menjelaskan unsur penting bagi berdirinya sebuah negara. Terkait persoalan Negara
Palestina. Pertama: Dari segi penduduk jumlah penduduk Palestina berdasarkan hasil
sensus Biro Pusat Statistik (BPS) Palestina yang dirilis pada 28 Desember 2011,
jumlah populasi penduduk Palestina pada akhir 2011 mencapai 11,2 juta jiwa.
Sebagian besar berada di luar Tepi Barat dan Jalur Gaza. BPS Palestina menyebutkan
hanya sekitar 1,6 juta jiwa penduduk Palestina di Jalur Gaza. Sebanyak 2,6 juta
berada di Tepi Barat termasuk Yerusalem Timur. Sedangkan di wilayah yang sampai
saat ini diduduki Israel, populasi penduduk Palestina mencapai 1,37 juta jiwa.
Penduduk Palestina yang masih berstatus sebagai pengungsi di luar negeri, sebanyak
4,99 juta jiwa menetap di negara-negara Arab. Sisanya, 636 ribu jiwa berada di
berbagai belahan dunia.124
122
Rudy, Hukum Internasional 1, 21-22.
“Montevideo Convention on the Rights and Duties of States”. 26 Desember 1933, Pasal 1.
Tersedia
di
http://www.cfr.org/sovereignty/montevideo-convention-rights-duties-states/p15897.
Diakses 22 Oktober 2012.
124
“Populasi Penduduk palestina Tahun 2011 Capai 11 Juta Jiwa”. Republika, 28 Desember
2011. http://republika.co.id/berita/internasional/palestina-israel/11/12/28/lwx200-populasi-pendudukpalestina-tahun-ini-capai-11-juta-jiwa. Diakses 28 Desember 2014.
123
62
Dari gambaran di atas dapat dilihat bahwa penduduk Palestina merupakan
permanent population sebagaimana yang dimaksud oleh Konvensi tersebut. Pada
unsur kependudukan ini harus ada unsur kediaman secara tetap, penduduk yang tidak
mendiami suatu wilayah secara tetap dan selalu berpindah-pindah (nomaden) tidak
dapat dinamakan penduduk sebagai unsur konstitutif pembentukan suatu negara.
Penduduk Palestina yang saat ini lebih banyak mendiami wilayah Tepi Barat dan
Jalur Gaza secara tetap, merupakan suatu permanent population.125
Kedua: Dari segi wilayah, saat ini wilayah Palestina terdiri dari Tepi Barat
dan Jalur Gaza. Jalur Gaza terdiri dari tiga kota, yaitu Gaza City, Khan Yunis, dan
Rafah. Sedangkan Tepi Barat terdiri dari delapan kota, yaitu; Hebron, Bethlehem,
Jericho, Ramallah, Jenin, Tulkarem, Kalkiliyah, dan Nablus. Adapun Israel
menguasai 59% wilayah Tepi Barat.126Sebagaimana telah disebutkan, hukum
internasional tidak menentukan syarat berapa minimal luas suatu wilayah untuk dapat
dianggap sebagai unsur konstitutif suatu negara. Demikian pula wilayah suatu negara
tidak selalu harus merupakan satu kesatuan dan dapat terdiri dari bagian-bagian yang
berada di kawasan yang berbeda.127 Wilayah Palestina yang terdiri dari Tepi Barat dan
Jalur Gaza yang dipisahkan oleh wilayah Israel, tetap merupakan satu kesatuan
125
Anindyajati, Status Hukum, 51.
Irman Abdurrahmandan Labib Muhsin. Gelegar Gaza: Denyut Perlawanan Palestina,
(Jakarta: Zahra Publishing Huose, 2009), 215.
127
Boer Mauna. Hukum Internasional: Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika
Global. (Bandung: PT. Alumni. 2011), 20-21.
126
63
wilayah Negara Palestina. Defined territory yang merupakan unsur pokok bagi
pembentukan negara Palestina, dapat dikategorikan telah terpenuhi. 128
Ketiga: Dari unsur pemerintah, paska di tunjuknya PLO sebagai wakil sah
rakyat Palestina pada 1974 sampai dengan 1988 saat deklarasi negara Palestina.
Sebagian besar negara anggota PBB memposisikan PLO sebagai entitas atau gerakan
pembebasan yang mewakili rakyat Palestina, bukan sebagai representasi pemerintah
negara Palestina. Selain itu pemerintahan dibawah Mahmoud Abbas mempunyai
pemerintahan tandingan, yakni pemerintah pimpinan Perdana Menteri Ismail Haniya
sejak 2006. Pandangan DK PBB menyatakan bahwa otoritas Palestina belum
memiliki kontrol yang efektif terhadap seluruh wilayah Palestina. 129
Keempat: Unsur keempat bagi pembentukan negara adalah capacity to enter
into relations with other states. Berdirinya Negara Palestina didorong oleh keinginan
untuk menyatukan penduduk Palestina yang terdiri dari beraneka ragam etnis.
Palestina mengumumkan eksistensinya bukan karena mendapat konsesi politik dari
negara lain dan merupakan sebuah negara yang berbentuk Republik Parlementer
sejak deklarasi negara Palestina pada 1988.130
Negara Palestina sampai dengan saat ini telah mendapatkan pengakuan
bilateral dari 135 negara-negara didunia dan sebagian besar adalah negara anggota
128
Anindyajati, Status Hukum, 53.
Security Council. Report of the Committee on the Admission of New Members concerning
the application of Palestine for admission to membership in the United Nations. 11 November 2011.
Poin
ke-12.
UNISPAL,
11
November
2011.
Tersedia
di
http://unispal.un.org/UNISPAL.NSF/0/097ACC6FFFF29D5785257949005D2A63.
Diakses
23
Desember 2012.
130
Anindyajati, Status Hukum, 56-57.
129
64
PBB. Banyak negara yang telah memperpanjang pengakuan negara Palestina setelah
deklarasi kemerdekaan oleh Dewan Nasional Palestina pada 15 November 1988 di
Aljazair. Negara lain mengakui negara Palestina setelah upaya diplomatik bilateral
dan multilateral yang luas.131 Meskipun demikian masih terdapat negara yang tidak
mengakui negara Palestina namun tetap mengakui PLO sebagai wakil rakyat
Palestina. Selain itu, komite eksekutif PLO diberdayakan oleh Dewan Nasional
Palestina (PNC) untuk melakukan fungsi pemerintah negara Palestina. Dalam hal ini
Palestina dapat dikategorikan memiliki capacity to enter into relations with other
states.132
Berdasarkan pertimbangan keputusan Dewan Keamanan terkait permohonan
keanggotaan Palestina, secara umum palestina sudah memenuhi kriteria sebagai
negara. Piagam PBB yang mensyaratkan bahwa negara tersebut harus cinta damai
dan mampu melaksanakan kewajiban yang terkandung dalam Piagam PBB.133 DK
menyatakan bahwa Palestina memenuhi kriteria negara cinta damai, hal ini
ditujunjukkan dalam komitmennya dalam pencapaian perdamaian yang adil, abadi
dan komprehensif terhadap resolusi konflik Israel-Palestina. Terlihat dari komitmen
Palestina untuk terus melanjutkan upaya negosiasi dengan Israel.
Keanggotaan PBB menurut pasal 4 piagam PBB adalah negara yang cinta
damai. Dalam hal ini, Palestina sudah menunjukkan komitmennya dalam upaya
131
Diplomatic Relation. Tersedia di http://palestineun.org/about-palestine/diplomaticrelations/. Diakses, 2 Februari 2015.
132
Anindyajati, Status Hukum, 60.
133
Security Council, Report of the Committee, 11 November 2011.
65
perjuangan yang semula mengedepankan perjuangan militer kemudian beralih
menempuh jalur diplomasi yang lebih elegan paska ditunjuknya PLO sebagai
perwakilan rakyat
Palestina
sampai
sekarang
masih terus
mengupayakan
penyelesaian dengan bernegosiasi dalam perundingan-perundingan perdamaian
terkait persoalan Palestina.
Pertanyaan-pertanyaan muncul apakah Palestina memang negara yang cinta
damai, karena Hamas menolak untuk meninggalkan aksi terorisme dan kekerasan,
serta memiliki tujuan untuk menghancurkan Israel. Pandangan DK menyatakan
bahwa untuk melaksanakan kewajiban yang terkandung dalam Piagam PBB dituntut
lebih dari komitmen lisan oleh pemohon untuk melaksanakan kewajiban Piagam,
pemohon harus menunjukkan komitmen terhadap penyelesaian damai sengketa dan
untuk menahan diri dari ancaman atau penggunaan kekerasan dalam pelaksanaan
hubungan internasional. 134 Dalam hal ini, DK berpandangan bahwa Hamas tidak
menerima kewajiban tersebut sebagai syarat keanggotaan PBB.
Berkenaan dengan persyaratan bahwa pemohon menerima kewajiban yang
terkandung dalam Piagam dan mampu dan mau melaksanakan kewajiban tersebut,
pandangan DK menyatakan bahwa Palestina memenuhi kriteria ini.135 Akan tetapi
pada akhirnya DK tidak dapat meloloskan permohonan Palestina untuk dapat
134
135
UNISPAL, Report of the Committee on the Admission, 11 November 2011 Poin ke-16.
UNISPAL, Report of the Committee on the Admission, 11 November 2011 Poin ke-18.
66
dilanjutkan ke Majelis Umum. Sebagaimana dikutip dari pernyataan DK sebagai
berikut:136
“The view was expressed that the Committee should recommend to the
Council that Palestine be admitted to membership in the United Nations. A
different view was expressed that the membership application could not be
supported at this time and an abstention was envisaged in the event of a vote.
Yet another view expressed was that there were serious questions about the
application, that the applicant did not meet the requirements for membership
and that a favourable recommendation to the General Assembly would not be
supported”. Pandangan itu diungkapkan bahwa Komite harus
merekomendasikan kepada Dewan bahwa Palestina harus diakui
keanggotaannya di PBB. Sebuah pandangan yang berbeda diungkapkan
bahwa permohonan keanggotaan tidak dapat didukung saat ini dan abstain
juga dipertimbangkan dalam hal suara. Namun pandangan lain menyatakan
bahwa ada pertanyaan serius tentang aplikasi, bahwa pemohon tidak
memenuhi persyaratan untuk keanggotaan dan rekomendasi kepada Majelis
Umum tidak dapat didukung. (Terjemah oleh penulis).
Keputusan DK menyatakan bahwa Palestina belum memenuhi persyaratan
dalam Piagam PBB dan memutuskan untuk tidak menerima Palestina menjadi
anggota penuh. Sebagai jalan tengah dari pengajuan Palestina untuk menjadi negara
anggota PBB, dalam hal ini DK merekomendasikan Palestina untuk mengajukan
permohonan sebagai non member state observer.137
B. Hambatan Palestina Menjadi Anggota Penuh di PBB
Negara-negara yang tergabung dalam organisasi internasional, merupakan
aktor yang bertindak dalam kapasitasnya sebagai organisasi internasional dan tidak
136
137
UNISPAL, Report of the Committee on the Admission, 11 November 2011 Poin ke-8.
UNISPAL, Report of the Committee on the Admission, 11 November 2011 Poin ke-20.
67
lagi sebagai pelaksanaan kepentingan negara masing-masing.138 Dalam hal ini apa
yang telah menjadi keputusan PBB terkait permohonan status keanggotaan Palestina
merupakan keputusan mutlak dan teleh melewati mekanisme organisasi tersebut.
Dalam hal ini Palestina tidak dapat mengganggu gugat terhadap keputusan yang
dihasilkan oleh Dewan Keamanan PBB.
Setelah melewati mekanisme PBB terkait penerimaan anggota baru (new
member state) terhadap proposal permohonan yang diajukan Palestina melalui
Mahmoud Abbas pada 23 September 2011. Permohonan keanggotaan penuh
Palestina di PBB akhirnya gagal masuk ke tahap pembahasan di Majelis Umum
setelah voting yang diadakan
Dewan Keamanan pada 9 November 2011.
Berdasarkan voting tersebut Palestina gagal memperoleh dukungan minimal sembilan
suara. Negara anggota Dewan Keamanan yang mendukung adalah: Rusia, Cina,
Brasil, India, Lebanon, Afrika Selatan, Nigeria, dan Gabon. Negara-negara tersebut
dari awal memang sudah berkomitmen mendukung upaya yang diajukan oleh
Palestina. Namun hal ini terganjal karena AS, Jerman, Bosnia, Portugal dan
Kolombia menolak, sedangkan Inggris dan Perancis memutuskan untuk abstain. 139
Dalam penelitian ini, penulis melihat hambatan Palestina menjadi anggota penuh di
PBB sebagai member state tidak terlepas dari beberapa faktor-faktor, baik internal
maupun eksternal yang diantaranya adalah sebagai berikut:
138
Rudy, Administrasi dan Organisasi Internasional, 29.
UN vote on Palestinian state put off amid lack of support. Theguardian, 11 November
2011.
http://www.theguardian.com/world/2011/nov/11/united-nations-delays-palestinian-statehoodvote. Diakses 1 Desember 2014.
139
68
1. Lemahnya Dukungan Hamas
Masalah Palestina yang berlarut-larut selama beberapa dekade yang
bahkan tak kunjung menemui jalan damai, bukan hanya menimbulkan hubungan
yang tidak harmonis dengan Israel atau negara lain yang menjadi sekutunya.
Persoalan ini juga menimbulkan konflik internal antara kelompok berpengaruh di
Palestina yaitu Hamas dan Fatah. Dalam Bab II penulis telah menjelaskan, Secara
historis keduanya memiliki keterkaitan yaitu sama-sama muncul dari gerakan
Ikhwanul Muslimin (IM) di Mesir yang menjadikan isu Palestina sebagai
Persoalan dunia Islam. Fatah yang lebih dulu mengawali perjuangan Palestina
pada 1950 dengan menempuh jalur perlawanan bersenjata. Akan tetapi kemudian
Fatah mulai meninggalkan ideologi IM dan mulai beralih menjadi ideologi
sekuler.
Saat Fatah lebih memilih untuk menempuh jalur negosiasi dengan Israel
dibandingkan untuk melakukan Perlawanan. Hamas muncul sebagai gerakan
perlawanan keras terhadap Israel yang berawal dari perlawanan oleh para Pemuda
yang hanya dengan menggunakan batu atau yang lebih di kenal dengan Intifada I.
Dua kelompok besar tersebut sebenarnya sama-sama ingin mewujudkan Palestina
yang merdeka, Fatah melaui PLO menjadi representasi sah Palestina sedangkan
Hamas dengan ideologi perjuangannya dianggap sebagai kelompok teroris oleh
Israel dan AS. Perbedaan mendasar terkait ideologi dan garis perjuangan tersebut
sampai sekarang masih mewarnai dinamika internal Palestina.
69
Hamas yang berlandaskan ideologi islam sangat menentang tindakan
zionisme Israel. Perdana Menteri Palestina Isamil Haneya yang berasal dari
kalangan Hamas menyatakan bahwa upaya Palestina untuk berupaya menjadi
anggota PBB saat ini adalah mengakui penjajahan Israel atas 78% tanah Palestina.
Haneya menjelaskan, upaya ini merupakan kebijakan politik sepihak dan tidak
menunjukkan keinginan rakyat Palestina. Dan upaya ini pasti menemui titik
buntu, karena untuk mendapatkan 9 suara di DK PBB adalah bukan hal yang
mudah. Sementara upaya yang sedang dilakukan memiliki sangat banyak
kekurangan, sehingga kerugiannya lebih besar dari pada manfaat yang mungkin
dicapai. Haneya menegaskan, bahwa tidak mungkin negara didirikan dengan
berbagai keputusan, tapi negara dan hak itu diambil dengan kekuatan. Dan kita
sedang menghadapi proyek Zionis yang bersumber dari akidah Talmud, sehingga
merampas kembali hak adalah jalan satu-satunya.140
Bagi Hamas wilayah Palestina adalah hak mutlak rakyat Palestina,
sedangkan Abbas mengajukan keanggotaan penuh
Palestina ke PBB dan
mengakui kedaulatan negara Palestina berdasarkan garis batas 1967. Hal ini di
tentang oleh hamas karena Palestina hanya akan mendapat kompensasi wilayah
yang luasnya sekitar 22% dari wilayah Palestina sebelum kependudukan Israel. 141
140
Upaya Palestina Jadi Anggota PBB. Tersedia di: http://voiceofpalestine.net/berita/744haniya-upaya-jadi-anggota-pbb-artinya-mengakui-penjajahan-israel-atas-78-tanah-palestina.html.
Diakses 3 Desember 2014.
141
Ibid.
70
Menanggapi
upaya
Abbas
tersebut
pusat
informasi
Palestina
menyelenggarakan voting yang hasilnya, mayoritas rakyat Palestina menolak 78%
wilayah Palestina menjadi wilayah Israel hanya demi mendrikan negara Palestina
yang diakui dunia. Voting ini diikuti oleh kurang lebih 6122 orang partisipan
sejak 24 Septeber 2011 hingga 1 Oktober 2011. Sejumlah 93,27% (5.710
partisipan) menolak upaya Abbas ke PBB agar Palestina diakui menjadi sebuah
negara dengan melepas 78% dari tanahnya yang masih terjajah. 2,87% (176
partisipan) memilih pilihan kedua, yaitu setuju melepaskan sebagian besar tanah
Palestina agar diakui menjadi negara. Sebanyak 3,85% (236 partisipan) memilih
untuk absen.142
142
Voting Tolak Langkah Abbas. 24 Septeber 2011-1 Oktober 2011. Tersedia di
http://voiceofpalestine.net. Diakses, 3 Desember 2014.
71
Diagram. IV. 1
Voting Terhadap Langkah Mahmoud Abbas (24 September2011-1 Oktober 2011)
Voting Rakyat Palestina
Jumlah Partisipan = 6122 orang
3.85% (236)
2.87% (176)
Menyetujui
Menolak
93.27 % (5.710)
Abstain
Sumber: Data dimodifikasi dari http://voiceofpalestine.net.
Secara umum pengajuan pengajuan Abbas ke PBB tidak di dukung oleh
mayoritas faksi Hamas. Namun keputusan tersebut mendapat dukungan penuh
dari kelompok faksi Fatah. Sebaliknya Hamas bertekad akan terus berjuang untuk
menyelamatkan Palestina, dan terus melakukan konsolidasi dengan rakyat, agar
tidak mudah dipecah-belah oleh Israel pendekatan yang dilakukan Hamas yang
didukung instrumen pemerintahan dan militer, maka pendekatannya secara
militer. Kalau Fatah mengakui eksistensi wilayah Israel, dan sebaliknya Hamas
menyatakan Israel tidak berhak sama sekali berada di wilayah Palestina. 143
143
Achmad Munif. Palestina-Israel Ingin Damai. 2012. Diunduh 1 Januari 2015 di nu.org.
72
Meskipun pada akhirnya rekonsiliasi antara keduanya, pemimpin Hamas
menerima konsensus yang meluas tentang pembentukan negara Palestina
berdasarkan perbatasan sebelum 1967 namun secara resmi Hamas tetap menolak
pengakuan atas Negara Israel. Setelah pidato Abbas pada tanggal 16 September,
Hamas mengatakan permohonan ke PBB itu sebagai risiko yang besar bagi
Palestina. 144 Warga Palestina di Jalur Gaza yang mayoritas, di bawah kekuasaan
Hamas menentang upaya otoritas Palestina di PBB tersebut dan tidak yakin
pengakuan PBB akan membantu masalah Palestina. Warga Gaza Salah Abu
Ajram mengatakan, PBB hanya mendukung warga Yahudi dan tidak akan pernah
mendukung warga Arab. Ia memperkirakan PBB akan menolak pengajuan
palestina menjadi anggota penuh atau apabila menyetujuinya, Amerika akan
memvetonya. 145
Pertentangan antara Fatah dan Hamas sebagai faksi besar di Palestina
membuat koalisi politik internal dalam perjuangan kemerdekaan Palestina
menjadi berjalan secara lamban. Hal tersebut yang kemudian menjadi celah bagi
Israel dan AS untuk menggagalkan terwujudnya Palestina yang berdaulat karena
kelemahan Pemerintah Otoritas Palestina dalam menangkal aksi-aksi kekerasan
terhadap kepentingan Israel. Aksi-aksi kekerasan di Palestina juga dibalas oleh
tindakan serupa oleh Israel karena mereka beranggapan itu sebagai upaya
144
BBC, Tanya Jawab Seputar Palestina, Arsip 20 September 2011.
Muncul Reaksi Beragam atas Pidato Presiden Palestina di PB. Voaindonesia, 24 September
2011. http://www.voaindonesia.com/content/reaksi-beragam-muncul-atas-pidato-presiden-palestina-dipbb-130505183/98578.html. Diakses 3 Januari 2015.
145
73
memerangi terorisme terkait dengan keamanan nasional yang mengancam sebuah
negara. 146
2. Ancaman Veto Amerika Serikat
Aplikasi permohonan keanggotaan yang diajukan Otoritas Palestina
Presiden Mahmoud Abbas harus kandas dalam Voting yang di lakukan oleh
Dewan Keamanan. Meskipun delapan dari lima belas anggota Dewan Keamana
mendukung permohonan keanggotaan Palestina di PBB, 147 Hal ini terbentur oleh
mekanisme di PBB yang kurang menguntungkan bagi Palestina karena meskipun
misalkan mayoritas anggota Dewan Keamanan Menyetujui, hal ini masih akan
terganjal oleh Veto dari lima anggota tetap DK PBB salah satunya AS sebagai
anggota tetap DK PBB sejak awal wacana Pengajuan keanggotaan Palestina ke
PBB paska kegagalan perundingan perundingan damai dengan Israel pada 2
September 2010. Sudah menyatakan akan menggunakan Veto-nya untuk
menggagalkan upaya tersebut.148
Amerika memiliki peranan terhadap konflik Palestina-Israel, seperti yang
telah dijelaskan dalam Bab. II bahwa AS menjadi negara di luar kawasan Timur
Tengah yang ikut andil dalam perundingan-perundingan dan menjadi mediator
kedua negara tersebut. Namun demikian netralitas AS dipertanyakan karena dari
perundingan-perundingan tersebut AS cenderung memperkuat posisi Israel.
146
Mustafa Abdul Rahman. Jejak-jejak Juang Palestina: Dari Oslo hingga Intifadah Al
Aqsa, (Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2002), 106.
147
Theguardian. UN Vote on Palestine state. 11 November 2011.
148
Aryani, Palestina dan Mimpi Menjadi Anggota PBB.
74
Secara historis Timur Tengah telah menarik perhatian AS sejak akhir
tahun 1920-an dimana kawasan ini adalah penghasil minyak dan menjadi sumber
kompetisi ekonomi antara AS dengan Inggris dan Perancis. Pada tahun 19301970-an perusahaan Inggris adalah eksportir minyak terbesar yang banyak
didirikan di Timur Tengah. Namun AS sejak pemerintahan Woodrow Wilson
mampu menggeser dominasi Inggris dengan kebijakan “Open Door Policy”.
Kebijakan “open door” ini direfleksikan dengan kebebasan kompetisi yang
menekankan pada praktik-praktik perdagangan bebas. Namun sejak berakhirnya
Perang Dunia II, AS memperluas pengaruhnya di Timur Tengah demi mencapai
kepentingan akan sumberdaya minyak bahkan dengan kebijakan yang cenderung
unilateral sekalipun. 149
Timur Tengah pada umumnya merupakan wilayah strategis bagi AS.
kebijakan luar negeri AS harus selaras dengan kepentingan korporasi-korporasi
besar yang tersebar di seluruh dunia. Oleh sebab itu, demi menjamin
keberlangsungan dominasi AS pada politik internasional maka anggaran
keamanan AS-Pentagon juga ditingkatkan. Bahkan selama Perang Dingin
anggaran Pentagon diperbesar dengan memotong alokasi anggaran sosial AS. 150
Disisi lain sistem demokrasi AS 151 yang disandarkan pada semangat Magna
149
Noam Chomsky. Middle East Illusions. (United States: Rowman & Littlefield Publishers,
Inc. 2003), 159-161.
150
Ibid, 162.
151
Menurut Amerika, persoalan Palestina diselesaikan dengan menggeneralisir menjadi
persoalan Timur Tengah. Amerika kemudian mulai bicara soal perdamaian dan pendirian Negara
Palestina. Dengan semua itu, Amerika ingin Negara Palestina itu terpisah antara Israel dan Negara
75
Charta152 (1216), The English Petition of Rights (1628), The English Bill of
Rights, The Two Treaties of Government (1690) dan Deklarasi Kemerdekaan AS
(1776) yang menekankan pada “life, liberty, prosperity” dalam semua aspek
kehidupan manusia.153Hal tersebut menjadi landasan yang dinilai dapat
memecahkan persoalan Timur Tengah dengan tujuan mengimplementasikan
demokrasi dan penegakan HAM di kawasan tersebut.154
Dalam kapasitasnya sebagai anggota PBB, Amerika memiliki posisi kuat
sebagai salah satu negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang memiliki
hak Veto. Hak istimewa yang hanya dimiliki oleh lima anggota DK tersebut bisa
dikategorikan sebagai soft power yang dimiliki AS di PBB. Kekuatan inilah yang
digunakan AS untuk mengancam otoritas Palestina Mahmoud Abbas agar
mengurungkan niatnya untuk menjadi anggota penuh PBB. Hal ini ditegaskan
oleh Presiden AS Barack Obama. 155
Dalam pidatonya pada pembukaan Majelis Umum PBB, 21 September
2011 di New York, Presiden AS Barack Obama menghimbau Israel dan Palestina
untuk kembali berunding dan menolak secara tegas rencana otoritas Palestina.
Arab lainnya agar Israel tidak meluas ke wilayah Negara-negara Arab lainnya. (Athiyah Jabarin.
Amerika dan Persoalan Palestina. Diunduh 5 Feb 2015 di: www.infopalestina.com ).
152
Dalam buku Miriam Budiarjo. 2008. Magna Charta dimaknai sebagai tonggak sejarah
demokrasi barat yang ditandatangani pada tahun 1215 antara raja John dari Inggris dan sejumlah
bangsawan terkait hak politik dan sipil. h. 213.
153
Sidik Jatmika. AS Penghambat Demokrasi: Membongkar Politik Standar Ganda
Amerika Serikat, (Yogyakarta: Bigraf, 2001), 15-16.
154
Athiyah Jabarin. Amerika dan Persoalan Palestina.
155
Ikhwanul Kiram Mashuri. “Dunia Dikuasai Lima Negara”. Republika, 14 November 2013.
http://www.republika.co.id/berita/kolom/resonansi/13/11/03/mvon2s-dunia-dikuasai-lima-negara..
Diakses 11 Oktober 2014.
76
Obama menolak tegas rencana Palestina untuk mendapatkan pengakuan PBB
sebagai negara berdaulat. Obama menggunakan kesempatan untuk menekankan
bahwa Palestina punya hak memiliki negara sendiri. Namun ini hanya dapat
tercapai melalui perundingan dengan Israel. Kedua pihak harus menemukan
kesepakatan dalam isu yang hingga saat ini merupakan inti sengketa, yaitu
perbatasan, keamanan, pengungsi dan Yerusalem. Obama menyampaikan bahwa
tidak ada jalan pintas menuju akhir konflik yang berlangsung puluhan tahun ini.
Perdamaian tidak akan tercapai melalui pernyataan dan resolusi di PBB. 156
Obama mengatakan bahwa pihak AS akan sangat kuat menolak usaha agar
PBB mengakui negara Palestina, AS menilai tindakan Palestina adalah tindakan
yang kontraproduktif. Amerika akan menggunakan hak vetonya untuk
menghentikan mosi bagi negara Palestina sepenuhnya jika mosi tersebut
mencapai Dewan Keamanan pada pembukaan Majelis Umum PBB. Dia
menyebut usul tersebut merupakan gangguan yang tidak akan menyelesaikan
masalah yang hanya bisa dihadapi melalui negosiasi. 157
Amerika dalam proses perdamaian Palestina-Israel cenderung mendukung
Israel. Hal ini tidak terlepas dari kerjasama antara kedua belah pihak salah
satunya yang tergabung dalam American Israel Public Affairs Comitte
156
Obama Serukan Agar Israel dan Palestina Kembali ke Meja Perundingan. DW, 21
November
2011.
http://www.dw.de/obama-serukan-agar-israel-dan-palestina-kembali-ke-mejaperundingan/a-15407734. Diakses 3 Februari 2015.
157
Obama: Upaya agar PBB Akui. Voaindonesia, 13 September 2011.
77
(AIPAC).158 Organisasi tersebut menjadi kelompok yang termasuk dalam lobi
terhadap kebijakan AS. Dalam hal ini kebijakan AS di PBB menjadi tidak
terlepas dari kepentingan bersama kedua negara tersebut.
Ancaman AS menggunakan veto-nya terhadap pengajuan Palestina di
PBB jelas menunjukan ketidak berpihakan AS terhadap Palestina dan justru
mendukung Israel. 159 AS sebagai negara yang memiliki posisi strategis di DK
PBB
sebagai
organisasi
internasional
terbesar
didunia
menggunakan
kewenangannya untuk menekan Palestina agar membatalkan pengajuannya ke
PBB dan kembali berunding dengan Israel.
Israel dibawah kepemimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu
memiliki peranan penting dalam mempengaruhi kebijakan AS untuk menolak
keanggotaan Palestina di PBB. Netanyahu, menolak mengakui dan kembali ke
Peta Perbatasan 1967 seperti yang diminta oleh Presiden AS, Barack Obama.
Netanyahu mengatakan bahwa dia mempunyai cara sendiri untuk mewujudkan
158
Sebuah lembaga yang didirikan seorang jurnalis Yahudi yang lahir di Kanada bernama
Isaiah L. Kenen tahun 1959 ketika pemerintahan Eishenhower berkuasa. Awalnya 1951 bernama The
American Zionist Council. 1954 diubah menjadi The American Zionist Committee for Public Affairs
karena ada perbedaan konsep zionis yahudi AS terhadap konsep zionis hingga 1950-an. Pada 1959
kemudian diubah oleh kenen dan diterima oleh semua organisasi yahudi di AS. Dibiayai oleh
kelompok pengusaha Yahudi. Pada awalnya untuk lobi kepentingan minyak pasca perang enam hari
1967 merubah orientasinya menjadi kelompok lobi yang mendukung eksistensi Israel di timur tengah.
(Michael G. Bard. Will Israel Survive?. (New York: Palgrave Machmillan, 2007), 207.
159
Ahmad
Yani.
“Menanti
Strategi
Mahmoud
Abbas”.
Tersedia
di:
http://www.aspacpalestine.com/id/item/1873-menanti-strategi-mahmoud-abbas-mengajukan-israel-keicc. Diakses 1 Februari 2015.
78
perdamaian antara Israel dan Palestina. 160 Hal ini disampaikannya dihadapan
anggota parlemen AS pro-Israel yang tergabung dalam AIPAC, pada 23 Mei
2011. Pada pidatonya tersebut, Netanyahu mengatakan mempunyai cara dan
pandangan berbeda yang akan disampaikannya dalam usaha mewujudkan
perdamaian antara Palestina dan Israel. Netanyahu, tegas mengatakan bahwa
Israel tidak akan kembali ke Peta Perbatasan 1967 yang mengatur wilayah
sebelum perang dengan Palestina. Pada peta tersebut, wilayah-wilayah yang telah
dicaplok Israel merupakan wilayah Palestina, diantaranya adalah Tepi Barat dan
Jalur Gaza.161
Masalah peta perbatasan 1967 kembali mencuat saat Obama dalam
pidatonya mengatakan bahwa perundingan damai Israel-Palestina baru akan
rampung jika peta tersebut kembali diberlakukan. Pernyataan Obama ini ditampik
dengan keras oleh Netanyahu dan pejabat tinggi Israel yang mengatakan Obama
tidak mengerti kepentingan keamanan Israel di wilayah tersebut. Meskipun
menentang pernyataan Obama, Netanyahu tetap menyatakan bahwa persahabatan
antara kedua negara tetap akan terjalin. Netanyahu mengatakan bahwa hubungan
kedua negara telah terjalin erat sejak pemerintahan Presiden Harry Truman pada
tahun 50an.162
160
Denny Armandhanu. PM Israel Tolak Kembali ke Peta 1967. Viva News, 24 Mei 2011.
http://dunia.news.viva.co.id/news/read/222299-pm-israel-tolak-kembali-ke-peta-1967.
Diakses
4
Februari 2015.
161
Ibid.
162
Ibid.
79
Netanyahu menolak berdialog dengan Palestina selama masih ada
kesepakatan antara Presiden Palestina Mahmoud Abbas dengan Hamas. Ia
menyebutkan bahwa hambatan utama perdamaian adalah penolakan Palestina
untuk mengakui negara Israel. 163 Selain itu Netanyahu menekankan penegasan
kembali komitmen Amerika kepada Israel tahun 2004, ketika mantan Presiden
George W. Bush mengatakan Israel seharusnya tidak dipaksa untuk menarik diri
ke perbatasan sebelum tahun 1967. Bush juga mengatakan persetujuan apapun
harus mencerminkan pusat-pusat populasi penting Israel yang ada dengan
merujuk pada permukiman Yahudi terbesar di Tepi Barat yang dibangun setelah
perang tahun 1967.164 Netanyahu menolak pernyataan Obama yang mengatakan
perbatasan tahun 1967 tidak dapat dipertahankan oleh Israel. Dia mengatakan
penarikan Israel dari beberapa daerah yang direbut dalam perang akan
mengharuskan Israel meninggalkan permukiman Yahudi di Tepi Barat.165
Sedangkan sekitar 500.000 warga Israel telah tinggal di pemukiman tersebut.166
Meskipun demikian, Presiden AS Barack Obama tetap berjanji untuk
melindungi rezim Israel dan memerangi terorisme. Obama meyakinkan sekutu
regionalnya dalam pidatonya
bahwa AS akan tetap pada komitmen untuk
163
Carissa Paramita. Netanyahu Tegaskan Sikapnya atas Konflik Timur Tengah. DW, 24 Mei
2011. http://www.dw.de/netanyahu-tegaskan-sikapnya-atas-konflik-timur-tengah/a-15105042. Diakses
5 Februari 2015.
164
Netanyahu Kecam Dukungan Obama terhadap Tapal Batas Tahun 1967. Voa Indonesia, 20
Mei 2011. http://m.voaindonesia.com/a/netanyahu-kecam-dukungan-obama-terhadap-tapal-batastahun-1967-122307034/93464.html. Diakses 7 Februari 2015.
165
Ibid.
166
Netanyahu
menolak
usulan
Obama.
BBC,
21
Mei
2011.
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2011/05/110521_netanyahuobama.shtml. Diakses 7 Februari
2015.
80
berteman dan bermitra dengan Israel. Obama juga memperingatkan Palestina
bahwa mereka tidak akan mendapatkan kemerdekaan dengan menolak adanya
rezim Israel yang juga berhak untuk hidup, mengklaim bahwa upaya untuk
mendelegitimasi Israel akan selalu gagal. 167 AS menyuarakan dukungan mereka
untuk menggunakan hak veto pada voting di DK untuk memblokir suara
kemerdekaan Palestina untuk menjadi negara anggota PBB.168
Dalam voting yang dilaksanakan oleh seluruh anggota DK PBB pada
September 2011 memang AS tidak sampai menggunakan hak veto-nya karena
presentase suara untuk Palestina di DK yang masih kurang. Namun penolakan AS
tetap dilakukan dalam pelaksanaan voting yang pada akhirnya DK memutuskan
untuk tidak menerima Palestina sebagai anggota penuh di PBB. 169
3. Kurangnya Dukungan Negara Timur Tengah
Dalam Bab. II dijelaskan bahwa KTT Liga Arab menunjuk PLO sebagai
wakil sah palestina untuk mewujudkan kemerdekaan Palestina. hal ini akan
menjadi mustahil terwujud tanpa peran serta dari negara-negara Timur Tengah
khususnya yang tergabung dalam Liga Arab. Namun Palestina dan Israel hingga
saat ini belum mencapai penyelesaian konflik karena lemahnya dukungan negaranegara Timur Tengah terhadap penyelesaian konflik kedua negara tersebut.
Masalah Palestina yang pada mulanya merupakan persoalan bersama negara167
Al Furqan. Berpidato untuk Dunia Islam, Obama Tetap Dukung Israel. Eramuslim, Jumat,
20 Mei 2011. http://www.eramuslim.com/berita/dunia-islam/berpidato-untuk-dunia-islam-obamatetap-dukung-israel.htm#.VVIKn6Np5H0. Diakses 10 Februari 2015.
168
The
American
Veto.
Tersedia
di
https://www.jewishvirtuallibrary.org/jsource/UN/israel_un.html#veto. Diakses 9 Februari 2015.
169
Theguardian. UN Vote on Palestine state. 11 November 2011.
81
negara Timur-Tengah ditandai dengan adanya perang Arab-Israel pada 1967 dan
beberapa perang lainnya yang dimenangkan oleh Israel. 170
Kekalahan Arab pada perang 1967 mendorong Arab menyerukan
normalisasi hubungan dengan Israel dalam tubuh PLO. Upaya normalisasi ini
merupakan
sikap
mengalah
dalam
perjuangan
melawan
Israel
yang
mengakibatkan kemunduran dalam perlawanan terhadap Israel serta menurunnya
perhatian dunia Arab terhadap Palestina, bahkan di sebagian besar negara Arab
mulai berkembang semangat regionalisasi dan fanatisme golongan. 171 Paska 1973
saat penunjukan PLO oleh Liga Arab dalam KTT di Rabath saat meletusnya
perang Irak-Iran, Palestina mulai dimarginalkan pada tingkat regional maupun
internasional.
Negara-negara
Arab
menggantungkan
harapan
untuk
merealisasikan ambisi masing-masing. 172 Selain itu dukungan terhadap Palestina
oleh negara-negara Arab mulai terpecah pada masa kepemimpinan Arafat yang
mendukung Irak pada perang teluk pada 1990. Sebagai konsekuensinya Arab
Saudi, Uni Emirat Arab dan Kuwait menolak memberikan bantuan terhadap
rencana-rencana pelaksanaan otonomi Palestina. 173
Konflik Palestina-Israel tidak bisa dipandang hanya sebagai konflik dua
negara saja hal ini merupakan tanggung jawab bersama di kawasan regional
Timur Tengah. Akan tetapi negara-negara Arab tidak mampu menggalang
170
____. Prospek Perdamaian Timur Tengah. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), 2.
Irawan, Rahasia Dendam Israel, 106.
172
Ibid, 106-107.
173
Prospek Perdamaian, xxi.
171
82
persatuan demi membela Palestina dari penjajahan Israel. Mereka memang
sepakat untuk membela perjuangan Palestina melawan Israel namun tidak pernah
bersatu padu dalam hal pelaksanaanya. Hal ini terlihat dalam perang Arab-Israel
tahun 1948174, 1956, 1967, 1973 maupun 1982 (ketika Israel menyerbu Libanon
untuk mengusir PLO) hingga agresi Israel tahun 2002, hanya empat dari dua
puluh negara Arab yang sering terlibat yaitu Mesir, Suriah, Libanon dan
Palestina. 175 Di samping itu pecahnya perjuangan rakayat Palestina dari tataran
akar rumput yang dikenal dengan Intifadah salah satunya merupakan wujud
kekecewaan dari rakyat Palestina terhadap bangsa Arab yang dinilai tidak
berjuang secara bersama-sama dengan rakyat Palestina melawan Israel. 176
Dalam beberapa dekade kondisi politik di kawasan Timur Tengah yang
tidak stabil juga turut mempengaruhi perpecahan di kawasan tersebut. Konflik
yang terjadi di Timur Tengah saat ini disebut-sebut tak bisa dilepaskan dari
terjadinya fenomena Arab Spring di dunia Arab. Sebuah fenomena bergulirnya
demokratisasi untuk menuntut perubahan di kawasan tersebut yang ironisnya
berujung pada konflik. 177 Sebagian implikasi langsung Arab Spring adalah
174
Bangsa Palestina sudah merasakan redupnya dukungan negara-negara Arab dari segi
persenjataan dan perlengkapan perang lainnya yang sangat terbatas (Shaleh.2002, h.69).
175
Mustafa Abdul Rahman. Jejak-jejak Juang Palestina: Dari Oslo hingga Intifadah Al Aqsa.
(Jakarta: Penerbit Buku Kompas. 2002).
176
Aguk Irawan. Rahasia Dendam Israel: Jejak Berdarah Israel di Palestina dan Dunia Arab.
(Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2009), 100.
177
Arab Spring merupakan sebuah fenomena merebaknya revolusi demokrasi di dunia Arab.
Peristiwa ini diawali oleh Tunisia pada sekitar pertengahan tahun 2010, kemudian merambah ke
negara-negara lain, seperti Mesir, Suriah, dan Yaman hingga saat ini. Kebanyakan negara-negara di
Arab memang tidak menerapkan nilai demokrasi secara terbuka, untuk itulah kebebasankebebasan
rakyat dalam demokrasi seringkali lebih menarik daripada pemerintahan model kerajaan yang tertutup.
83
renggangnya hubungan Hamas dengan Suriah, Iran, Hezbolah. Bahkan perhatian
terhadap isu Palestina mengalami kemunduran di kalangan dunia Arab.
Disamping itu pengungsi Palestina di negara-negara tersebut turut terkena imbas
buruk.178
Melihat kurangnya dukungan dari negara-negara arab. Aliansi lembaga
internasional179 yang peduli terhadap perjuangan Palestina mendesak Liga Arab
untuk merealisasikan keputusannya di Doha dua tahun lalu untuk merekonstruksi
wilayah Jalur Gaza, memberikan bantuan kemanusiaan, dan berupaya membuka
blokade ekonomi. Permintaan itu disampaikan dalam rekomendasi Konferensi
Aliansi Internasional untuk Penyelamatan Palestina yang berlangsung di Istanbul,
Turki, 15-16 Januari 2011. Konferensi yang dihadiri oleh 350 utusan dari 80
organisasi yang berasal dari 20 negara itu juga meminta Organisasi Konferensi
Ekspresi kebebasan rakyat inilah yang menjadi daya tarik utama pada sistem demokrasi. Selain adanya
daya tarik tersebut, demokratisasi dunia Arab juga didorong oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
praktik KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) yang sangat kerap terjadi dalam model pemerintahan
monarki autoritarianisme. Arab Spring secara implisit menjadi hal yang dapat dikaitkan dengan
globalisasi ala negara-negara Barat, yang dimotori oleh Amerika Serikat. Tersedia di
http://www.koran-sindo.com/read/983860/149/timur-tengah-tak-lepas-dirundung-konflik-1427856397.
Diakses 27 Februari 2015.
178
Raffat Murrah. 27 Tahun, Kini Hamas di Tengah Gelapnya Arab Spring. Diunduh 16 Des
2014 di www.infopalestina.com.
179
Rekomendasi lainnya yang dikeluarkan dalam pertemuan itu adalah mendesak agar dunia
internasional, khususnya lembaga penegakan Hak Asasi Manusia melakukan upaya-upaya untuk
membebaskan rakyat dan pemimpin Palestina yang mendekam dalam tahanan Israel, mengadili
penjahat perang Israel, serta melakukan upaya-upaya untuk menghentikan program Yahudiisasi tanah
Palestina melalui pengusiran dan penggusuran warga Palestina, serta perluasan pembangunan
pemukiman Yahudi di wilayah Palestina. Konferensi itu juga mendesak diwujudkannya persatuan
bangsa Palestina. Faksi-faksi yang ada di Palestina diminta untuk segera melakukan rekonsiliasi untuk
memperkokoh soliditas bangsa Palestina dalam menghadapi Israel. Dalam konferensi itu sendiri dipilih
orang-orang yang duduk dalam kepengurusan Aliansi. Di antaranya Ketua Muhammad Al Katatni
(Mesir), Wakil I Dr Ahmad Agroqoja (Turki), Wakil II Prof Ahmad Abdul Karim (Syria), Wakil III
Nasharuddin Isa (Malaysia), dan Sekretaris Muhammad Ghulam (Mauritania). Tersedia di
http://beritasore.com/2011/01/18/aliansi-internasional-minta-liga-arab-perhatikan-palestina/.
84
Islam (OKI) dan negara-negara Islam untuk mengambil langkah cepat guna
menghentikan proses Yahudisasi situs-situs suci umat Islam dan Kristen di
Palestina, terutama Masjidil Aqsha. 180
Perdamaian di Timur Tengah merupakan tanggungjawab bersama regional
kawasan tersebut. Dalam pengajuan Palestina menjadi anggota penuh PBB pada
dasarnya merupakan hak setiap negara untuk dapat bergabung didalamnya.
Sebagai salah satu negara yang termasuk di kawasan Timur Tengah sudah
menjadi kewajiban bersama untuk menciptakan perdamaian kawasan tersebut.
Dukungan dari mayoritas negara kawasan tersebut akan sangat membantu
keberhasilan proses perjuangan Palestina. Begitu juga sebaliknya, kurangnya
dukungan atau support dari negara di kawasan tersebut menjadikan proses
perjuangan Palestina menjadi berat untuk dapat terwujud.
180
Liga Arab diminta Perhatikan Palestina. Tersedia di http://www.theglobalreview.com/content_detail.php?lang=id&id=3720&type=1#.VSCr5KNp5H0. Diakses 28 Februari
2015.
85
BAB V
KESIMPULAN
Paska resolusi PBB No.181 tentang pembagian tanah Palestina menjadi dua
bagian Arab & Israel pada 1974. Palestina masih harus berjuang untuk menjadi
negara yang merdeka dan berdaulat. Israel memanfaatkan momen pembagian wilayah
tersebut untuk segera mendeklarasikan Negara Israel yang kemudian diakui PBB dan
AS. Sementara Palestina belum dapat mewujudkan sebuah negara merdeka,
selanjutnya dalam keanggotaan PBB. Palestina hanya diakui sebagai entitas pengamat
permanen di PBB sampai dengan deklarasi Negara Palestina pada 1988 keanggotaan
di PBB masih sebagai entitas pengamat meskipun sudah banyak negara di dunia yang
mengakui Negara Palestina. Pada kepemimpinan Yasser Arafat yang berakhir pada
2004 kemudian digantikan Mahmoud Abbas pada 2005 keanggotaan Palestina di
PBB masih sebagai entitas pengamat permanen yang diwakili oleh PLO. Pada
September 2011 Palestina melalui Presiden Mahmoud Abbas sebagai otoritas
Palestina mengajukan permohonan ke PBB untuk menjadi anggota Penuh. Hal ini
dilatarbelakangi oleh kebuntuan perundingan dengan Israel yang dimediasi AS.
Akhirnya Palestina mengambil langkah Diplomasi ke PBB untuk meningkatkan
statusnya sebagai negara anggota di dalam organisasi internasional tersebut.
Konflik Palestina-Israel yang berkepanjangan perlu mendapatkan perhatian
oleh dunia internasional. Dalam hal ini PBB sebagai Organisasi Internasional yang
beranggotakan negara-negara merdeka memiliki peranan penting dalam persoalan
86
Palestina dengan dikeluarkannya keputusan-keputusan PBB dalam bentuk resolusi
sebagai upaya mewujudkan perdamaian di Palestina.
Selain itu PBB sebagai organisasi internasional merupakan wadah untuk dapat
mewujudkan perdamaian dunia berdasarkan kesepakatan bersama. Upaya Palestina
untuk mewujudkan negara merdeka yang diakui PBB dengan diajukannya proposal
permohonan menjadi anggota penuh dari yang semula hanya sebagai entitas, faktanya
hal tersebut tidaklah mudah karena harus melewati mekanisme di Dewan Keamanan
terlebih dahulu. Negara berdaulat sebagai prasyarat pengajuan keanggoaan baru di
PBB menurut Konvensi Montevideo Palestina secara umum sudah dapat
dikategorikan sebagai negara karena telah memiliki: Penduduk permanen,
Pemerintahan, Wilayah dan Pengakuan. Meskipun demikian pada akhirnya hasil
voting di DK akhirnya ternyata menolak keanggotaan penuh palestina di PBB karena
Palestina di pandang belum memenuhi syarat untuk dapat melaksanakan kewajiban
sebagai anggota PBB.
Hambatan Palestina menjadi anggota penuh PBB tidak terlepas dari beberapa
faktor baik dari internal palestina maupun dari luar. Adapun faktor tersebut antara
lain, Pertama: Pengajuan palestina di PBB tidak disetujui oleh mayoritas rakyat
palestina, khususnya dari kalangan faksi Hamas yang menolak permohonan yang
diajukan karena otoritas Palestina berdasarkan perbatasan tahun 1967 karena hal ini
akan berdampak pada hilangnya 78% wilayah Palestina. Hamas pada dasarnya
menyetujui pembentukan negara Palestina namun tidak dengan mengakui kedaulatan
Israel di tanah Palestina. Kedua: Ancaman Veto AS, sebagai negara anggota tetap
87
DK PBB yang memiliki hak veto, AS lebih cenderung mendukung Israel di banding
Palestina. AS menganggap negara Palestina hanya akan terwujud melalui mekanisme
Perundingan dengan Israel. Bukan melalui pengakuan di PBB. Sistem lobi dalam
pemerintahan AS menjadikan peluang bagi Israel untuk mempengaruhi kebijakan AS
terhadap Palestina. Selain itu meskipun banyak negara anggota PBB yang
mendukung, namun Amerika sebagai anggota tetap DK yang memiliki hak veto
dengan tegas menyatakan akan menggunakan veto-nya untuk menggagalkan
permohonan Palestina dan berjanji untuk melindungi rezim Israel. AS membuktikan
ancamannya
untuk
menggagalkan upaya
tersebut
meskipun tidak
sampai
menggunakan hak veto-nya karena tidak sampai dua pertiga anggota DK yang
mendukung. Ketiga: Lemahnya dukungan dari negara-negara kawasan Timur Tengah
membuat proses perdamaian palestina berjalan lambat. Sebagai wujud solidaritas
regional terhadap perdamaian di Palestina kurang mendapat dukungan penuh dari
negara-negara di kawasan tersebut. Selain itu kawasan Timur Tengah yang kondisi
politiknya tidak stabil sejak Arab Spring menjadikan negara kawasan tersebut
terpecah dalam mendukung Palestina mencapai perdamaian.
88
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Al-Ghadiry, Fawzy. SEJARAH PALESTINA Asal Muasal Konflik Palestina-Israel.
Yogyakarta: Bookmarks. 2010.
_____. Amerika Serikat, (Yogyakarta: Bigraf. 2001).
Bachtiar, Tiar Anwar. HAMAS: Kenapa Dibenci Israel?. Jakarta: Mizan 2008.
Bard, Michael G.. Will Israel Survive? . New York: Palgrave Machmillan. 2007.
Baylis, John dan Smith. S. The Globalization of Word Politics, an Introduction to
International Relations. Second Edition. Oxford University. 2001.
Bannett, A. LeRoy. International Organizations: Principles and Issues. New Jersey:
Prentice Hall Inc, 1997.
Berridge, G.R. Diplomacy: Theory and Practice. Palgrave Macmillan. 2001.
Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
2008.
Carter, Jimmy. Palestine Peace Not Apartheit. Jakarta: PT. Dian Rakyat.2004.
Chomsky, Noam. Middle East Illusions, United States: Rowman & Littlefield
Publishers, Inc. 2003.
Dewi, Ita Mutiara, Ajat Sudrajat, dan Miftahuddin. GERAKAN RAKYAT
PALESTINA: Dari Deklarasi Negara Israel Sampai Terbentuknya Negara
Negara Palestina. Yogyakarta: UNY, 2008.
Garaudy, Roger. Mitos dan Politik Israel. Jakarta: Gema Insani Press. 2000.
Hermawati. Sejarah Agama dan Bangsa Yahudi. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
2005.
Hourani, Albert. Sejarah Bangsa-Bangsa Muslim. Bandung: Mizan. 2004.
Husaini, Adian. Israel Sang Teroris yang Pragmatis, Jakarta: Pustaka Progressif,
2002.
Husaini, Adian dan Nuim Hidayat. Islam Liberal: Sejarah, Konsepsi, Penyimpangan
dan Jawabannya. Depok: Gema Insani.2002.
Husein, Machnun. Prospek Perdamaian di Timur Tengah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1995.
Irawan, Aguk. RAHASIA DENDAM ISRAEL: Jejak Berdarah Israel di Palestina dan
Dunia Arab. Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu.2009.
Jatmika, Sidik. AS Penghambat Demokrasi: Membongkar Politik Standar Ganda
Jones, Walter S. Logika Hubungan Internasional. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama. 1993.
Kumoro, Bawono. HAMAS: Ikon Perlawanan Islam Terhadap Zeonisme
Israel.Bandung: Mizan, 2009.
Mauna, Boer. HUKUM INTERNASIONAL: Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam
Era Dinamika Global. Bandung: PT. Alumni. 2011.
Mearsheimer dan Walt. Dahsyatnya Lobi Israel. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
2010.
xiii
Mohsin, Aiyub. DIKTAT: Organisasi dan Administrasi Internasional. 2009
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 2002.
Nazir, Moh. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Utama. 2005.
Pappe, Ilan. Pembersihan Etnis Palestina. Jakarta: PT. Gramedia. 2009.
Priyatna, Haris. Kebiadaban Zionisme Israel: Kesaksian Orang-orang Yahudi.
Bandung: PT. Mizan Pustaka.2008.
_____. Prospek Perdamaian Timur Tengah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1995.
Rahman, Mustafa Abdul. Jejak-jejak Juang Palestina: Dari Oslo hingga Intifadah Al
Aqsa. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. 2002.
Rudy. T. May. Hukum Internasional 1. Bandung: PT. Refika Aditama. 2006.
Rudy. T. May. Hukum Internasional 2. Bandung: PT. Refika Aditama. 2006.
Saleh, Muhsin Muhammad. PALESTINA: Sejarah, Perkembangan dan Konspirasi.
Jakarta: Gema Insani, 2002.
Smith, Charles D. Palestine and The Arab-Israel Conflict. United States of America:
Bedford/St. Martin’s. 2001.
Sihbudi, Riza. Menyandera Timur Tengah: Ketidakbijakan AS dan Israel Atas
Negara-negara Muslim. Bandung: Mizan. 2007.
Subyantoro, Arief dan FX. Suwarto. Metode dan Teknik Penelitian Sosial.
Yogyakarta: Andi, 2007.
Sulaiman, Dina Y. Ahmadinejad On Palestine: Perjuangan Nalar dan Jiwa Seorang
Presiden untuk Palestina. Cet.1. (Depok: Pustaka Iman. 2008.
Suryokusumo, Sumaryo. Organisasi Internasional. Jakarta;UI Press. 1987.
Suryokusumo, Sumaryo. Praktik Diplomasi. STIH Iblam. 2004.
_____. The Question Of Palestine and The United Nations. New York: United
Nations. 2008.
Jurnal & Artikel:
Achmad Munif. Palestina-Israel Ingin Damai. 1012. Diunduh 1 Januari 2015 di
nu.org.
Athiyah Jabarin. Amerika dan Persoalan Palestina. Diunduh 6 Februari 2015 di
www.infopalestina.com.
Barak, Oren. The Failure of the Israeli-Palestinian Peace Proces, 1993-2000. Journal
of Peace Research, 42:6. (Nov 2005). Diunduh di http://www.jstor.org
Basyar, Hamdan. Penolakan Israel dan Amerika Serikat Terhadap Permintaan
Pengakuan Negara Palestina. Tersedia di: http://www.politik.lipi.go.id.
Diunduh 22 Oktober 2012.
Kriesberg, Louis. Mediation and The Transformation of Conflict The IsraelPalestinian Conclict. Juornal of Peace Research. 38:3 (May 2001,h: 374).
Diunduh di http://www.jstor.org.
Menlu RI: Konfernsi Annapolis Berikan Terobosan Baru Bagi Realisasi Perdamaian
di
Timur
Tengah.
Diunduh
3
Februari
2015
di
http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/54-januari-2008/522--menluxiv
ri-konferensi-annapolis-berikan-terobosan-baru-bagi-realisasi-perdamaian-ditimur-tengah.html.
Murrah, Raffat. 27 Tahun, Kini Hamas di Tengah Gelapnya Arab Spring. Diunduh 16
Desember 2014 di www.infopalestina.com.
Protocol Concerning the Redeployment in Hebron. Diakses 27 November 2014 di
http://israelipalestinian.procon.org/view.answers.php?questionID=436.
Shohib Masykur. DIPLOMASI MULTILATERAL: Dunia Mengakui Kemerdekaan
Palestina. Volume II. 2013. h.13. Tersedia di kemlu.go.id
What Was the 1995 Oslo Interim Agreement?. Diakses 7 Desember 2014 di
http://israelipalestinian.procon.org/view.answers.php?questionID=439 .
Tesis & Skripsi:
Anindyajati, Ramadhana. Status Hukum Alien Occupation Berdasarkan Hukum
Humaniter Internasional (Studi Kasus: Pendudukan Israel Atas Wilayah
Palestina Sejak Deklarasi Berdirinya Negara Israel). Jakarta: Universitas
Indonesia. 2012.
Rofid, Zaenur. SOLUSI KONFLIK PALESTINA-ISRAEL (Study Kasus Strategi Zero
Sum HAMAS Tahun 2006-2007). Salemba: Universitas Indonesia, 2008.
Saputra, Alfredo. Proses Penyelesaian Sengketa Bersenjata Israel-Palestina (Periode
dari tahun 1993 sampai sekarang). Padang: Universitas Andalas. 2013.
Vernanda, Eko Septianto. Proposal Palestina Untuk Menjadi Anggota Perserikatan
Bangsa-Bangsa. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. 2013.
Dokumen Elektronik:
Charter of the United Nations and Statute of the International Court of Justice.
Internet. Tersedia di https://treaties.un.org/doc/.../ctc/uncharter.pdf. Diakses
22 Oktober 2012.
Montevideo Convention on the Rights and Duties of States. 26 Desember 1933, Pasal
1. Internet. Tersedia di http://www.cfr.org/sovereignty/montevideoconvention-rights-duties-states/p15897. Diunduh 22 Oktober 2012.
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Statuta Mahkamah Internasional. Internet.
Tersedia
di
https://unic.un.org/aroundworld/unics/.../jakarta_charter_bahasa.pdf. Diunduh
22 Oktober 2012.
Report of the Committee on the Admission of New Members concerning the
application of Palestine for admission to membership in the United Nations.
Internet.
Tersedia
di
http://unispal.un.org/UNISPAL.NSF/0/097ACC6FFFF29D5785257949005D
2A63. Diunduh 23 Desember 2012.
United Nations: General Assembly. 3237 (XXIX). Observer status for the Palestine
Liberation Organization. A/RES/3237 (XXIX), 22 November 1974. Internet.
Tersedia
di
xv
http://unispal.un.org/UNISPAL.NSF/0/512BAA69B5A32794852560DE0054
B9B2. Diunduh 23 Desember 2012.
United Nations: General Assembly. 43/177. Question of Palestine. A/RES/43/177, 15
December
1988.
Internet.
Tersedia
di
http://unispal.un.org/UNISPAL.NSF/0/146E6838D505833F852560D600471
E25. Diunduh 23 Desember 2012.
Internet:
Afrika
Selatan
Dukung
Palestina
di
PBB.
Tersedia
di
http://www.republika.co.id/berita/internasional/palestinaisrael/11/09/22/lrwcuw-afrika-selatan-dukung-palestina-di-pbb. Diakses 27
November 2014.
Akibat Agresi Israel, Gaza Alami Kerugian 2,2 Milyar Dolar AS. Tersedia di:
http://www.eramuslim.com/berita/dunia-islam/akibat-agresi-israel-gazaalami-kerugian-2-2-milyar-dollar-as.htm. Diakses 28 Desember 2014.
Aliansi Internasional Minta Liga Arab Perhatikan Palestina. Tersedia di
http://beritasore.com/2011/01/18/aliansi-internasional-minta-liga-arabperhatikan-palestina/. Diakses 28 Februari 2015.
Armandhanu, Deni. “PM Israel Tolak Kembali ke Peta 1967”. Viva, 24 Mei 2011.
Tersedia di http://dunia.news.viva.co.id/news/read/222299-pm-israel-tolakkembali-ke-peta-1967. Diakses 23 Juli 2013.
Aryani, Gusti NC. Palestina dan Mimpi Menjadi Anggota ke 194 PBB. Tersedia di
http://www.antaranews.com/berita/276734/palestina-dan-mimpi-menjadianggota-ke-194-pbb. Diakses 25 November 2014.
Asal Usul Hamas. Tersedia di http://palestinkini.info/?s=asal+usul+hamas. Diakses
26 Oktober 2014
Basyar, Mohammad Hamdan. Penolakan Israel dan Amerika Serikat Terhadap
Permintaan Pengakuan Negara Palestina di PBB. Tersedia di
http://www.politik.lipi.go.id. Diunduh 22 Oktober 2012.
Bukan Tujuan Akhir Palestina Sebagai Anggota PBB. Tersedia di
http://www.kemlu.go.id/havana/Pages/News.aspx?IDP=5167&l=id. Diakses
22 November 2014.
Data
Korban
Invasi
Gaza.
Tersedia
di
http://www.dakwatuna.com/2009/03/17/2100/data-korban-invasi-gaza.
Diakses1 Januari 2015.
Diplomatic Relation. Tersedia di http://palestineun.org/about-palestine/diplomaticrelations/. Diakses 2 Februari 2015.
Fatah. Tersedia di http://global.britannica.com/EBchecked/topic/202423/Fatah.
Diakses 12 Juli 2013.
Hardoko,
Ervan.
Dari
Camp
David
hingga
Oslo.
Tersedia
di
http://internasional.kompas.com/read/2012/11/30/0645155/Dari.Camp.David.
hingga.Perjanjian.Oslo. Diakses 12 Januari 2013.
xvi
Israel-Palestina
dan
Sekitaran
Timur
Tengah.
Tersedia
di
http://indonesia.faithfreedom.org/forum/israel-palestina-dan-sekitar-timurtengah-t47042/page40.html. Diunduh Selasa 26 Februari 2013..
Kronologi Pembicaraan Perdamaian Israel-Palestina Sejak 1993. Tersedia di
http://internasional.kompas.com/read/2013/07/29/1315541/Kronologi.Pembic
araan.Perdamaian.Israel-Palestina.sejak.1993. Diakses 1 Janari 2015.
Liga Arab diminta Perhatikan Palestina. Tersedia di http://www.theglobalreview.com/content_detail.php?lang=id&id=3720&type=1#.VSCr5KNp5H0.
Diakses 28 Februari 2015.
Mashuri, Ikhwanul Kiram. “Dunia Dikuasai Lima Negara”. Republika, 14 November
2013.
Tersedia
di
http://www.republika.co.id/berita/kolom/resonansi/13/11/03/mvon2s-duniadikuasai-lima-negara. Diakses 11 Oktober 2014.
Muncul Reaksi Beragam atas Pidato Presiden Palestina di PB. Tersedia di
http://www.voaindonesia.com/content/reaksi-beragam-muncul-atas-pidatopresiden-palestina-di-pbb-130505183/98578.html. Diunduh 3 Januari 2015.
Netanyahu Kecam Dukungan Obama terhadap Tapal Batas Tahun 1967. Tersedia di
http://m.voaindonesia.com/a/netanyahu-kecam-dukungan-obama-terhadaptapal-batas-tahun-1967-122307034/93464.html. Diakses 7 Februari 2015.
Netanyahu
menolak
usulan
Obama.
Tersedia
di
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2011/05/110521_netanyahuobama.sht
ml. Diakses 7 Februari 2015.
Obama Serukan Agar Israel dan Palestina Kembali ke Meja Perundingan. Tersedia di
http://www.dw.de/obama-serukan-agar-israel-dan-palestina-kembali-ke-mejaperundingan/a-15407734. Diakses 3 Februari 2015.
Obama
Tuntut
Kemajuan
di
Timteng.
Tersedia
di
http://www.bbc.co.uk/indonesia/lg/dunia/2010/09/100902_mideasttalks.shtml.
Diakses 3 Januari 2015.
Obama: Upaya agar PBB Akui Palestina Tindakan Kontraproduktif. Diakses di
http://www.voaindonesia.com/content/obama-upaya-agar-pbb-akui-negarapalestina-kontraproduktif-129712603/98132.html. Pada 15 Januari 2015.
Okezone. 2012. PLO Masuk Meja Perundingan di OSLO. Tersedia di
http://news.okezone.com/read/2012/11/29/412/725037/plo-masuk-mejaperundingan-di-oslo.
Operation
Cast
Lead.
Tersedia
di
http://www.globalsecurity.org/military/world/war/operation-cast-lead.htm.
Diakses 31 Desember 2014.
Palestina dan Mimpi Menjadi Anggota PBB ke-197. Tersedia di
http://www.antaranews.com/berita/276734/palestina-dan-mimpi-menjadianggota-ke-194-pbb. Diakses 22 Oktober 2011..
Palestina
Serahkan
Permohonan
Keanggotaan.
Tersedia
di
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2011/09/110923_unpalestine.shtml.
Diakses 4 Januari 2015.
xvii
Paramita, Carissa. Netanyahu Tegaskan Sikapnya atas Konflik Timur Tengah.
Tersedia di http://www.dw.de/netanyahu-tegaskan-sikapnya-atas-konfliktimur-tengah/a-15105042. Diakses 5 Februari 2015.
Pengungsi
Palestina.
Tersedia
di
http://voiceofpalestine.net/index.php?option=com_content&task=view&id=25
9&Itemid=1. Diakses 29 Desember 2014.
Setiawan, Rana. Yasser Arafat Simbol Persatuan Palestina. Tersedia di
http://mirajnews.com/id/artikel/tokoh/yasser-arafat-simbol-persatuanpalestina/. Diakses 31 Januari 2015.
Sourani, Raji. Operation Cast Lead five years on: 'We are still demanding justice'.
Tersedia di http://www.aljazeera.com/indepth/opinion/2014/01/operationcast-lead-five-years-are-still-demanding-justice-2014188116566380.html.
Diakses 26 November 2014.
Tanya
Jawab
Seputar
Palestina.
Tersedia
di
http://www.bbc.co.uk/indonesia/laporan_khusus/2011/09/110920_qapalestin
a.shtml. Diakses, 3 Desember 2013.
UN vote on Palestinian state put off amid lack of support. Tersedia di
http://www.theguardian.com/world/2011/nov/11/united-nations-delayspalestinian-statehood-vote. Diakses 1 Desember 2014.
United Nations: Address by Yasser Arafat Before the General Assembly (November
13,
1974).
Tersedia
di
https://www.jewishvirtuallibrary.org/jsource/UN/arafat_un.html. Diakses 3
Desember 2013.
Upaya
Palestina
Jadi
Anggota
PBB.
Tersedia
di
http://voiceofpalestine.net/berita/744-haniya-upaya-jadi-anggota-pbb-artinyamengakui-penjajahan-israel-atas-78-tanah-palestina.html.
Diakses
3
Desember 2014.
Yani, Ahmad. “Menanti Strategi Mahmoud Abbas”. Tersedia di
http://www.aspacpalestine.com/id/item/1873-menanti-strategi-mahmoudabbas-mengajukan-israel-ke-icc. Diakses 1 Februari 2015.
Yaser Arafat, Bapak Bangsa Palestina. Tersedia di http://www.wartanews.com/timurtengah/e65b7f8d-7ff5-4cc9-8628 fa9e7119a2ef/yasser-arafat-bapak-bangsapalestina. Diunduh 6 Maret 2013.
Yasser Arafat (1929-2004). Tersedia di passia.org. Diunduh 3 Februari 2015.
Yasser Arafat: Speech to the U.N. General Assembly Renouncing Terror (December
13,
1988).
Tersedia
di
https://www.jewishvirtuallibrary.org/jsource/Terrorism/plotstate2.html.
Diakses 3 Desember 2013.
xviii
Lampiran 1
UNITED
NATIONS
A
General
Assembly
A/RES/3237 (XXIX)
22 November 1974
3237 (XXIX). Observer status for the Palestine Liberation
Organization
The General Assembly,
Having
considered
the
question
of
Taking into consideration the universality of
Nations prescribed in the Charter,
Palestine,
the United
Recalling its resolution 3102 (XXVIII) of 12 December 1973,
Taking into account Economic and Social Council resolutions
1835 (LVI) of 14 May 1974 and 1840 (LVI) of 15 May 1974,
Noting that the Diplomatic Conference on the Reaffirmation and
Development of International Humanitarian Law Applicable in
Armed Conflicts, the World Population Conference and the World
Food
Conference
have
in
effect invited
the
Palestine
Liberation Organization to participate in their respective
deliberations,
Noting also that the Third United Nations Conference on the
Law of the Sea has invited the Palestine Liberation
Organization to participate in its deliberations as an
observer,
1. Invites
the
Palestine
Liberation
Organization
to
participate in the sessions and the work of the General
Assembly in the capacity of observer;
2. Invites
the
Palestine
Liberation
Organization
to
participate in the sessions and the work of all
international conferences convened under the auspices of
the General Assembly in the capacity of observer;
xix
3. Considers that the Palestine Liberation Organization is
entitled to participate as an observer in the sessions
and the work of all international conferences convened
under the auspices of other organs of the United Nations;
4. Requests the Secretary-General to take the necessary
steps for the implementation of the present resolution.
xx
Lampiran 2
UNITED
NATIONS
A
General
Assembly
A/RES/43/177
15 December 1988
43/177. Question of Palestine
The General Assembly,
Having considered the item entitled "Question of Palestine",
Recalling its resolution 181 (II) of 29 November 1947, in
which, inter alia, it called for the establishment of an Arab
State and a Jewish State in Palestine,
Mindful of the special responsibility of the United Nations to
achieve a just solution to the question of Palestine,
Aware of the proclamation of the State of Palestine by the
Palestine National Council in line with General Assembly
resolution 181 (II) and in exercise of the inalienable rights
of the Palestinian people,
Affirming the urgent need to achieve a just and comprehensive
settlement in the Middle East which, inter alia, provides for
peaceful coexistence for all States in the region,
Recalling its resolution 3237 (XXIX)
the observer status for the Palestine
and subsequent relevant resolutions,
1. Acknowledges the proclamation of
by the Palestine National Council
of 22 November 1974 on
Liberation Organization
the State of Palestine
on 15 November 1988;
2. Affirms the need to enable the Palestinian people to
exercise their sovereignty over their territory occupied
since 1967;
3. Decides that, effective as of 15 December 1988, the
designation "Palestine" should be used in place of the
xxi
designation "Palestine Liberation Organization" in the
United Nations system, without prejudice to the observer
status
and
functions
of
the
Palestine
Liberation
Organization within the United Nations system, in
conformity with relevant United Nations resolutions and
practice;
4. Requests the Secretary-General to take the
action to implement the present resolution.
necessary
RECORDED VOTE ON RESOLUTION 43/177: 104-2-36
In favour: Afghanistan, Albania, Algeria, Angola, Argentina,
Bahrain, Bangladesh, Benin, Bolivia, Botswana, Brazil, Brunei
Darussalam,
Bulgaria,
Burkina
Faso,
Burma,
Burundi,
Byelorussia, Cape Verde, Chad, China, Colombia, Comoros, Cuba,
Cyprus,
Czechoslovakia,
Democratic
Kampuchea,
Democratic
Yemen, Djibouti, Ecuador, Egypt, Equatorial Guinea, Ethiopia,
Gabon, Gambia, German Democratic Republic, Ghana, Guinea,
Guinea-Bissau, Guyana, Haiti, Hungary, India, Indonesia, Iran,
Iraq, Jordan, Kenya, Kuwait, Lao People's Democratic Republic,
Lebanon, Libya, Madagascar, Malaysia, Maldives, Mali, Malta,
Mauritania, Mauritius, Mexico, Mongolia, Morocco, Mozambique,
Nicaragua, Niger, Nigeria, Oman, Pakistan, Panama, Papua New
Guinea, Peru, Philippines, Poland, Qatar, Romania, Rwanda,
Saint Lucia, Saint Vincent and the Grenadines, Samoa, Sao Tome
and Principe, Saudi Arabia, Senegal, Seychelles, Sierra Leone,
Singapore, Somalia, Sri Lanka, Sudan, Suriname, Swaziland,
Syria, Thailand, Togo, Tunisia, Turkey, Uganda, Ukraine, USSR,
United Arab Emirates, United Republic of Tanzania, Vanuatu,
Viet Nam, Yemen, Yugoslavia, Zambia, Zimbabwe.
Against: Israel, United States.
Abstentions: Antigua and Barbuda, Australia, Austria, Bahamas,
Barbados, Belgium, Bhutan, Canada, Central African Republic,
Costa Rica, Côte d'Ivoire, Denmark, Finland, France, Federal
Republic of Germany, Greece, Iceland, Ireland, Italy, Japan,
Lesotho, Liberia, Luxembourg, Malawi, Nepal, Netherlands, New
Zealand, Norway, Portugal, Spain, Sweden, Trinidad and Tobago,
United Kingdom, Uruguay, Venezuela, Zaire.
Absent: Belize, Cameroon, Chile, Congo, Dominica, Dominican
Republic, El Salvador, Fiji, Grenada, Guatemala, Honduras,
Jamaica, Paraguay, Saint Kitts and Nevis, Solomon Islands.
IRAN ANNOUNCED THAT IT WAS NOT PARTICIPATING IN THE VOTE.
xxii
Lampiran 3
S/2011/705
United Nations
Security Council
Distr.: General
11 November 2011
Original: English
Report of the Committee on the Admission of New Members concerning the
application of Palestine for admission to membership in the United Nations
1. At its 6624th meeting, on 28 September 2011, the Security Council had before
it the application of Palestine for admission to membership in the United
Nations (S/2011/592). In accordance with rule 59 of the provisional rules of
procedure and in the absence of a proposal to the contrary, the President of the
Council (Lebanon) referred the application to the Committee on the
Admission of New Members for examination and report.
2. At its 109th and 110th meetings, held on 30 September and 3 November
2011, respectively, the Committee considered the application.
3. Following the 109th meeting of the Committee, the Presidency of the Security
Council for the month of October (Nigeria) convened five informal meetings
of the Committee, four of which were held at the expert level, to carefully
consider whether Palestine met the specific criteria for admission to
membership contained in Article 4 of the Charter of the United Nations.
Experts considered whether Palestine met the criteria for statehood, was a
peace-loving State, and was willing and able to carry out the obligations
contained in the Charter.
4. In the course of the meetings of the Committee, differing views were
expressed. The view was expressed that the applicant fulfils all the criteria set
xxiii
out in the Charter. Questions were raised as to whether the applicant meets all
of the Charter membership requirements. The view was also expressed that
deliberations should take into account the broader political context of the
matter at hand.
5. It was stated that the criteria set out in Article 4 of the Charter were the only
factors that could be taken into consideration in the Committee’s
deliberations. In support of this position, reference was made to the Advisory
Opinion of 28 May 1948 of the International Court of Justice, on the
Conditions of Admission of a State to Membership in the United Nations
(Article 4 of the Charter).
6. It was also asserted that the Committee’s work, whatever its outcome, should
be mindful of the broader political context. The view was expressed that a
two-State solution via a negotiated settlement remained the only option for a
long-term sustainable peace and that final status issues had to be resolved
through negotiations. Support was expressed for a two-State solution based on
pre-1967 borders, resulting from political negotiations, leading to an
independent State of Palestine with East Jerusalem as its capital. It was
stressed that Palestine’s right to self-determination and recognition is not
contrary to Israel’s right to exist.
7. It was stated that the Committee’s work should not harm the prospects of the
resumption of peace talks, particularly in the light of the Quartet statement on
23 September 2011 that had set out a clear timetable for the resumption of
negotiations. Similarly, it was stated that the prospect of negotiations should
not delay the Security Council’s consideration of Palestine’s application. It
was stated that Palestine’s application was neither detrimental to the political
process nor an alternative to negotiations. It was also stated that the
Palestinian application would not bring the parties closer to peace. It was
further stated that the question of the recognition of Palestinian statehood
could not and should not be subject to the outcome of negotiations between
xxiv
the Palestinians and Israelis, and that, otherwise, Palestinian statehood would
be made dependent on the approval of Israel, which would grant the
occupying Power a right of veto over the right to self-determination of the
Palestinian people, which has been recognized by the General Assembly as an
inalienable right since 1974. Concerns were raised in relation to Israel’s
continued settlement activities. The view was expressed that those activities
were considered illegal under international law and were an obstacle to a
comprehensive peace.
8. In relation to the application of Palestine (S/2011/592), attention was drawn to
the letter received by the Secretary-General from the President of Palestine on
23 September 2011, which contained a declaration-made in a formal
instrument-stating that the State of Palestine was a peace-loving nation; that it
accepted the obligations contained in the Charter of the United Nations; and
that it solemnly undertook to fulfil them.
9. On the criterion of statehood, reference was made to the 1933 Montevideo
Convention on the Rights and Duties of States, which declares that a State as
a person of international law should possess a permanent population, a
defined territory, a government and the capacity to enter into relations with
other States.
10. With regard to the requirements of a permanent population and a defined
territory, the view was expressed that Palestine fulfilled these criteria. It was
stressed that the lack of precisely settled borders was not an obstacle to
statehood.
11. Questions were raised, however, regarding Palestine’s control over its
territory, in view of the fact that Hamas was the de facto authority in the Gaza
Strip. It was affirmed that the Israeli occupation was a factor preventing the
Palestinian government from exercising full control over its territory.
However, the view was expressed that occupation by a foreign Power did not
xxv
imply that the sovereignty of an occupied territory was to be transferred to the
occupying Power.
12. With regard to the requirement of a government, the view was expressed that
Palestine fulfilled this criterion. However, it was stated that Hamas was in
control of 40 per cent of the population of Palestine; therefore the Palestinian
Authority could not be considered to have effective government control over
the claimed territory. It was stressed that the Palestine Liberation
Organization, and not Hamas, was the legitimate representative of the
Palestinian people.
13. Reference was made to reports of the World Bank, the International Monetary
Fund and the Ad Hoc Liaison Committee for the Coordination of the
International Assistance to Palestinians, which had concluded that Palestine’s
governmental functions were now sufficient for the functioning of a State.
14. With regard to the requirement that a State have the capacity to enter into
relations with other States, the view was expressed that Palestine fulfilled this
criterion. It was recalled that Palestine had been accepted into membership in
the Non-Aligned Movement, the Organization of Islamic Cooperation, the
Economic and Social Commission for Western Asia, the Group of 77 and the
United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization. In addition,
over 130 States had recognized Palestine as an independent sovereign State.
Questions were raised, however, regarding the authority of the Palestinian
Authority to engage in relations with other States, since under the Oslo
Accords the Palestinian Authority could not engage in foreign relations.
15. With regard to the requirement that an applicant be “peace-loving”, the view
was expressed that Palestine fulfilled this criterion in view of its commitment
to the achievement of a just, lasting and comprehensive resolution of the
Israeli- Palestinian conflict. It was further stated that Palestine’s fulfilment of
this criterion was also evident in its commitment to resuming negotiations on
all final status issues on the basis of the internationally endorsed terms of
xxvi
reference, relevant United Nations resolutions, the Madrid principles, the
Arab Peace Initiative and the Quartet road map.
16. Questions were raised as to whether Palestine was indeed a peace-loving
State, since Hamas refused to renounce terrorism and violence, and had the
stated aim of destroying Israel. Reference was made, on the other hand, to the
Advisory Opinion of the International Court of Justice on Namibia, of 1971,
which stated that the only acts that could be attributable to a State were those
of the State’s recognized authority.
17. With regard to the requirement that an applicant accept the obligations
contained in the Charter and be able and willing to carry out those obligations,
the view was expressed that Palestine fulfilled these criteria, as was evident,
inter alia, from the solemn declaration to this effect contained in its
application. It was recalled that in 1948, when considering the application of
Israel for membership, it had been argued that Israel’s solemn pledge to carry
out its obligations under the Charter was sufficient to meet this criterion.
18. The view was also expressed that the Charter required more than a verbal
commitment by an applicant to carry out its Charter obligations; an applicant
had to show a commitment to the peaceful settlement of disputes and to
refrain from the threat or the use of force in the conduct of its international
relations. In this connection, it was stressed that Hamas had not accepted these
obligations.
19. The view was expressed that the Committee should recommend to the
Council that Palestine be admitted to membership in the United Nations. A
different view was expressed that the membership application could not be
supported at this time and an abstention was envisaged in the event of a vote.
Yet another view expressed was that there were serious questions about the
application, that the applicant did not meet the requirements for membership
and that a favourable recommendation to the General Assembly would not be
supported.
xxvii
20. Further, it was suggested that, as an intermediate step, the General Assembly
should adopt a resolution by which Palestine would be made an Observer
State.
21. In summing up the debate at the 110th meeting of the Committee, the Chair
stated that the Committee was unable to make a unanimous recommendation
to the Security Council.
22. The Committee on the Admission of New Members concluded its
consideration of the application of Palestine for admission to membership in
the United Nations.
23. At its 111th meeting, the Committee approved the present report on its
consideration of the application of Palestine for admission to membership in
the United Nations.
xxviii
Download