TINJAUAN TENTANG SOSIALISASI ANAK DENGAN TEMAN SEBAYA DALAM PERKEMBANGAN SOSIALNYA DI TAMAN KANAK-KANAK PERTIWI 1 KANTOR GUBERNUR PADANG ARTIKEL Oleh : DIWITIKA NIM : 2008 / 01469 JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2012 Diwitika,PG-PAUD,FIP,UNP,[email protected] Diwitika,PG-PAUD,FIP,UNP,[email protected] Tinjauan Sosialisasi Anak Dengan Teman Sebaya Dalam Perkembangan Sosialnya Di Taman Kanak-Kanak Pertiwi 1 Padang Diwitika* Abstrak;Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keadaan anak didik yang belum mampu beradaptasi dan bersosialisasi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran sosialisasi anak dengan teman sebaya dalam perkembangan sosialnya. Metode Penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dan dilaksanakan di TK Pertiwi 1 Padang. Informan/Respondennya adalah kelompok B2 berjumlah 20 orang dan guru kelas Ibu Arlet Seswita. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sosialisasi anak dengan teman sebaya sangat membantu perkembangan sosial anak. KATA KUNCI : sosialisasi anak; teman sebaya; perkembangan sosial PENDAHULUAN Salah satu bentuk pendidikan anak usia dini adalah Taman Kanak-kanak (TK). TK merupakan lembaga pendidikan prasekolah yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai dengan enam tahun. Pendidikan di TK bertujuan untuk membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik motorik, kemandirian dan seni untuk memasuki pendidikan dasar. Untuk mengembangkan berbagai potensi tersebut harus dilakukan melalui kegiatan bermain sambil belajar, belajar seraya bermain. Dengan bermain anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, belajar secara menyenangkan. Selain itu bermain membantu anak mengenal dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan. Dalam bermain, anak membutuhkan orang lain untuk diajak bermain, orang lain tersebut bisa saja teman sebaya, kakak, adik, saudara, orang tua ataupun mereka yang berada di sekeliling anak. Namun kebanyakan anak lebih menyukai bermain dengan teman sebaya mereka, atau yang seumur dengan mereka walaupun ada juga beberapa diantara mereka yang lebih memilih untuk bermain seorang diri dengan benda atau mainan yang dimilikinya tanpa memerlukan teman atau anak lain. Hal seperti itu tentu tidak baik untuk perkembangan sosial anak, karena akan berpengaruh kepada hubungan sosial anak, yaitu anak akan kesulitan untuk bersosialisasi baik dengan teman ataupun lingkungan sekitarnya. Diwitika,PG-PAUD,FIP,UNP,[email protected] Untuk bisa bersosialisasi dengan baik anak terlebih dahulu harus bisa menyesuaikan diri dengan keadaan sekitarnya. Hal tersebut akan bisa dilakukan anak salah satunya melalui kegiatan bermain yang dilakukan oleh anak bersama teman sebayanya. Menurut Santrock (2007:205) teman sebaya adalah orang dengan tingkat umur dan kedewasaan yang kira-kira sama. Kelompok teman sebaya merupakan interaksi awal bagi anak-anak dan remaja pada lingkungan sosial. Mereka mulai bergaul dan berinteraksi dengan orang lain yang bukan anggota keluarganya. Ini dilakukan agar mereka mendapat pengakuan dan penerimaan dari kelompok teman sebayanya sehingga akan tercipta rasa aman. Menurut Hurlock (1978:291) dari melihat teman sebayanya anak akan mempelajari pola prilaku yang digunakan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi sosial. Anak yang bisa menyesuaikan diri dengan baik biasanya akan mudah mendapatkan teman, berbeda dengan anak yang tidak mampu menyesuaikan diri atau yang memiliki penyesuaian diri yang buruk. Anak usia TK yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan baik biasanya dikatakan sebagai anak yang mengalami masalah dalam hal perekembangan sosialnya. Masalah perkembangan sosial tersebut biasanya disebut dengan ketidakmampuan beradaptasi (maladjustment). Menurut Prayitno (2010:83) bahwa ketidakmampuan beradaptasi (maladjustment) berarti sulit untuk mendapatkan teman. Berteman yang baik perlu mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri. Maladjustment atau ketidakmampuan beradaptasi adalah anak yang penyesuaian dirinya buruk. Anak yang maladjustment juga sering disebut sebagai anak yang bermasalah karena mengalami gangguang perkembangan sosial dan emosi. Perkembangan sosial menurut Yusuf (2008:122) merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dalam artian, dia belum memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai kematangan sosial, anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya salah satunya adalah dengan teman sebaya . Hubungan sebaya yang baik diperlukan untuk perkembangan sosioemosional yang normal. Baik Piaget (1932) dan Sulliva (1953) dalam Santrock (2007:205) memberikan penjelasan tentang peran sebaya dalam perkembangan sosioemosional. Mereka menekankan bahwa melalui interaksi sebayalah anak-anak dan remaja belajar bagaimana berinteraksi dalam hubungan yang simetris dan timbal balik. Santrock (2007:101) mengungkapkan bahwa teman sebaya juga memberikan dukungan fisik yaitu dengan memberikan sumber daya dan bantuan di saat dibutuhkan. Diwitika,PG-PAUD,FIP,UNP,[email protected] Penjelasan di atas merupakan gambaran bahwa betapa pentingnya penyesuaian diri yang baik oleh anak, salah satunya untuk mendapatkan teman. Teman bagi anak usia dini merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Perubahan dalam diri seorang anak bisa terjadi karena kebutuhan akan teman. Anak akan merasa takut jika temannya pergi meninggalkannya atau tidak mau bermain dengannya sehingga ia berusaha untuk menjadi lebih baik. Hal tersebut dilakukan anak karena anak memperoleh umpan balik dari temanteman sebayanya. Menurut Santrock (2007:205) anak-anak akan memperoleh umpan balik tentang kemampuan mereka dari grup sebaya mereka. Dengan demikian melalui umpan balik tersebut anak bisa melakukan perubahan dalam dirinya. TK merupakan lingkungan yang baru bagi anak, tempat dimana anak mulai bersosialisasi baik dengan teman, guru maupun keadaaan sekitar sekolahnya. Dilingkungan barunya ini anak diharapkan mampu untuk menyesuaikan diri dengan baik. Anak yang mampu menyesuaikan diri dengan baik akan telihat dari ekspresi wajahnya, yaitu akan terlihat keceriaan anak seperti berlari kesana kemari, tertawa, dan sebagainya yang dilakukannya bersama dengan teman sebayanya karena adanya kemampuan dalam diri anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolahnya. Hal tersebut akan berbeda dengan anak yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan baik. Anak akan terlihat seperti gelisah, termenung sendiri, dan bahkan ada yang menangis karena ketidakmampuan anak untuk menyesuaikan diri dengan baik. Contohnya sering kita temui di TK anak yang selalu menangis merasa takut jika orang tuanya tidak menemaninya atau berada disampingnya selalu, padahal ia sudah cukup lama bersekolah di TK tersebut. Ini merupakan suatu akibat yang ditimbulkan karena ketidakmampuan beradaptasi dan kurangnya penyesuaian diri anak, baik dengan orang lain mapun keadaan sekitarnya. Di TK anak akan bertemu dengan anak lain yang sebaya dengannya, dari pertemuan inilah anak mulai bersosialisasi yang nantinya akan nampak sejauh mana perkembangan sosial anak, apakah anak akan mampu berteman dengan anak yang lainnya atau tidak. Jika diamati tidak semua anak memiliki teman dan bisa berteman dengan anak lain yang sebaya dengan mereka, salah satu penyebabnya tadi adalah ketidakmampuan anak beradaptsi atau menyesuaikan diri seperti yang telah dijelaskankan dalam pernyataan sebelumnya. Ditemukan di sebuah TK anak yang hanya bermain seorang diri padahal banyak anak atau temannya yang lain berada disekitarnya. Ini merupakan hal yang perlu dipertanyakan mengapa sampai terjadi hal demikian. Namun disamping itu juga banyak Diwitika,PG-PAUD,FIP,UNP,[email protected] anak yang terlihat asyik bermain bersama dengan anak-anak yang lainnya dengan penuh keceriaan tanpa terlihat rasa takut atau gelisah tetapi mereka sangat menikmati kegiatan bermain yang dilakukannya. Bahkan ada anak yang mau menghampiri temannya yang duduk seorang diri untuk ikut bermain bersama dengannya dan teman-teman yang lainnya, dan anak tersebut mau menerima ajakan dari temannya walaupun masih terlihat keraguan untuk menerima ajakan dari anak tersebut. Namun karena dorongan yang kuat dari temannya iapun mau menerima ajakan untuk ikut bermain bersama. Kejadian di atas merupakan suatu bukti bahwa kehadiran dan dukungan dari teman sebaya memberikan pengaruh yang positif dalam diri anak. Teman sebaya merupakan salah satu pemegang peranan yang penting dalam membantu perkembangan sosial anak. Anak yang merasa diperhatikan dan dianggap ada oleh teman-temannya akan tumbuh dalam dirinya suatu keinginan untuk mampu berprilaku atau bersikap seperti temannya tadi. Selain itu anak juga akan berusaha untuk melakukan perubahan dalam dirinya yang dikarenakan adanya umpan balik yang didapatnya dari teman sebayanya seperti yang telah dipaparkan sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk mengangkat tinjauan tentang sosialisasi anak dengan teman sebaya dalam perkembangan sosialnya di Taman KanakKanak Pertiwi 1 Padang menjadi suatu permasalahan yang harus diteliti. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Menurut Zuriah (2006:47) penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara`sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi atau daereah tertentu.. Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah kualitatif, dimana data hasil penelitian tidak berbentuk angka tetapi berbentuk kalimat, seperti yang diungkapkan dalam Sugiyono (2010:23) bahwa data dengan menggunakan pendekatan kualitatif berbentuk kalimat, kata atau gambar. Penelitian ini dilaksanakan pada salah satu lembaga pendidikan formal bagi anak usia dini yaitu di Taman Kanak-kanak (TK), yaitu Taman Kanak Pertiwi 1 Padang Timur. Dalam penelitian ini peneliti berusaha menjadi bagian dari TK tersebut dengan ikut terlibat dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan bersama anak didik sehingga memudahkan peneliti mengetahui berbagai hal-hal yang berhubungan dengan aspek yang sedang diteliti yaitu perkembangan sosial anak. Lama penelitian ini dilakukan lebih kurang 2 bulan. Dalam penelitian ini yang menjadi informan atau responden yaitu pihak-pihak yang terlibat atau Diwitika,PG-PAUD,FIP,UNP,[email protected] yang berada di lingkungan tempat penelitian yang sedang dilaksanakan, yaitu guru, kepala sekolah, anak serta orang tua. Pada penelitian ini, responden ditentukan berdasarkan teknik purposive sampling yaitu pengambilan responden dilakukan dengan mempertimbangkan hal tertentu. Pertimbangan hal tertentu tersebut yakni melihat responden mana yang dianggap paling tahu tentang apa yang diteliti oleh peneliti. Dalam penelitian ini anak TK Pertiwi 1 yang berada di kelas B2 yang berjumlah lebih kurang 20 orang akan menjadi responden utama. Dalam penelitian ini yang akan menjadi instrumen penelitian adalah peneliti sendiri, dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa pedoman observasi, pedoman wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu menggunakan pendekatan Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2006:337-345) dengan cara reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dari data yang diperoleh selama pebnelitian Dalam penelitian ini teknik pengabsahan data yang digunakan yaitu Triangulasi. Triangulasi menurut Moleong (2007:330) adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu, dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan waktu. Menurut Sugiyono (2009:273) teknik triangulasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah pemeriksaan melalui berbagai teknik. Dalam hal ini berarti peneliti membandingkan hasil informasi yang telah didapat yaitu membandingkan data hasil pengamatan atau observasi dengan data hasil wawancara dan dokumentasi. Data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumentasi. HASIL Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan secara keseluruhan terhadap semua responden dapat disimpulkan bahwa hubungan sosial anak di kelas B2 sangat dipengaruhi oleh teman sebayanya. Peranan teman sebaya disana sangat membantu terhadap perkembangan sosial anak yaitu memberikan pengaruh yang besar dalam diri seorang anak yang menjadi sesuatu kekuatan. Dari keseluruhan responden yang ada dalam penelitian ini, peneliti menemukan dua orang yang perkembangan sosialnya berkembang dengan sangat baik dan menjadi pembanding bagi temannya yang lain yaitu responden yang bernama Geo dan Serli, Diwitika,PG-PAUD,FIP,UNP,[email protected] PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti maka peneliti akan mendeskripsikan pembahasan dari hasil analisis data, karena penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif, maka teknik pengumpulan data peneliti menggunakan pedoman observasi, wawancara dan dokumentasi. Melalui teknik pengumpulan data yang dilakukan diharapkan gambaran tentang efektifitas sosialisasi dengan teman sebaya dalam perkembangan sosial anak di TK Pertiwi 1 Padang dapat terlihat. Adapun pembahasannya adalah sebagai berikut : a. Hubungan sosial (sosialisasi) anak dengan teman sebayanya dalam perkembangan sosialnya di TK Pertiwi 1 Padang Teman sebaya dalam perkembangan sosial anak berperan sebagai agen sosialisasi yang membantu membentuk prilaku dan keyakinan anak,. dengan tumbuhnya keyakinan dalam diri anak yang didapatnya dari teman sebaya akan memberikan manfaat dan pengaruh yang besar bagi perkembangan sosial anak. Menurut Hurlock (1978:291) dari melihat teman sebayanya anak akan mempelajari pola prilaku yang digunakan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi sosial. Santrock (2007:101) mengungkapkan bahwa teman sebaya juga memberikan dukungan fisik yaitu dengan memberikan sumber daya dan bantuan di saat dibutuhkan. Di TK Pertiwi 1 Padang khusunya di lokal B2 belum semuanya anak mampu berhubungan baik dengan teman sebayanya, dikarenakan berbagai hal. Salah satunya ada anak yang lebih banyak diam dan suka menyendiri dibandingkan untuk ikut berkumpul dengan temannya yang lain. Hal tersebut terjadi karena kurang percaya diri atau merasa minder dengan keadaan dirinya sendiri. Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan selama ini peneliti melihat bahwa hubungan sosial seorang anak sangat dipengaruhi oleh peranan dari teman sebayanya, hal itu dikarenakan jika salah satu anak berbuat baik kepada temannya sehingga temannya pun senang dengannya dan hal itu dilihat oleh anak lain maka iapun akan meniru sikap dari temannya tersebut. Sehingga demikian sikapnya yang biasanya semau hatinya saja akan berubah, hal itu dikarenakan jika sikap itu terus diperlihatkannya maka ia akan dijauhi oleh temannya yang lain. Peneliti juga melihat bahwa teman sebaya sangat dibutuhkan oleh anak untuk membantunya dalam berhubungan sosial, anak yang sebelumnya pendiam akan lebih terbuka, dan anak yang tadinya kurang percaya diri akan bisa menjadi percaya diri karena ia mendapat dukungan dari teman sebayanya. Diwitika,PG-PAUD,FIP,UNP,[email protected] Hal ini peneliti temukan saat kegiatan pembelajaran, dimana anak yang tadinya merasa takut tidak mau mencoba ketika kegiatan praktek langsung meloncat dari atas kursi ketika mendengar teman-temannya menyerukan namanya untuk mau mencobanya, iapun akhirnya berubah fikiran dan mau untuk mencoba melakukannya. Ini merupakan suatu bukti bahwa dukungan dari teman sebaya sangat mempengaruhi kepada diri seorang anak untuk melakukan suatu perubahan dalam dirinya. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Santrock (2007:101) bahwa teman sebaya juga memberikan dukungan fisik yaitu dengan memberikan sumber daya dan bantuan di saat dibutuhkan, dimana anak yang tadinya merasa takut dan tidak mampu untuk melakukan suatu kegiatan menjadi percaya diri dan kuat bahwa ia akan bisa melakukan hal tersebut dikarenakan bantuan seperti dukungan yang diberikan oleh teman sebayanya. Hal ini sangat sering terlihat saat kegiatan pembelajaran, anak yang biasanya sering bermalas-malasan dalam mengerjakan kegiatan yang diberikan ketika disaat baru akan memulai kegiatan ia memperoleh dukungan dari teman sebyanya seperti pujian yang diberikan temannya maka ia secara langsung berubah menjadi lebih bersemangat untuk mengerjakan kegiatan tersebut”. Di lokal B2 terlihat bahwa anak-anak di lokal ini sangat memerlukan hubungan sosial yang baik dengan temannya, ia sangat takut apabila hubungan sosialnya tidak berjalan dengan baik karena ia merasakan langsung akibat apa yang ditimbulkan dari hubungann sosial yang tidak baik dengan teman sebayanya, contohnya apabila saat bermain ada anak yang curang maka temannya yang lain tidak akan mau mengajak dia untuk bermain bersama lagi, tetapi ketika ia mau mengakui kesalahannya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi barulah temannya mau untuk mengajaknya bermain bersama lagi. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Santrock (2007:205) bahwa sebaya memegang peranan yang unik dalam perkembangan anak. Anak-anak menerima umpan balik tentang kemampuan mereka dari grup sebaya mereka. Mereka mengevaluasi apa yang mereka lakukan dengan ukuran apakah hal tersebut lebih baik, sama baiknya, atau lebih baik dari apa yang telah dilakukan anak lain. Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa anak sangat membutuhkan peranan dan dukungan dari temannya yang lain yaitu teman sebayanya dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, dimana dengan kehadiran teman sebayanya anak menjadi lebih nyaman untuuk behubungan dengan keadaan sekitarnya kerana adanya peranan dari temannya yang mau memberikan arahan dan bantuan Diwitika,PG-PAUD,FIP,UNP,[email protected] dalam melakukan suatu tindakan. Hal itu tentu akan dirasakan anak jika ia dapat berhuungan baik dengan teman sebyanya, dimana ia mau mematuhi aturan-aturan yang ada seperti contohnya disaat bermain tidak boleh cuurang dan sebagainya. b. Kemampuan beradaptasi dalam perkembangan sosial anak Menurut Prayitno (2010:83-85) ketidakmampuan beradaptasi berarti sulit untuk mendapatkan teman. Berteman yang baik perlu mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri. Maladjustment atau ketidakmampuan beradaptasi adalah anak yang penyesuaian dirinya buruk. Anak yang maladjustment juga sering disebut sebagai anak yang bermasalah karena mengalami gangguan perkembangan sosial dan emosi. Anak-anak di TK Pertiwi 1 Kantor Gubernur khususnya di lokal B2 masih ada yang belum memilki kemampuan untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri denagn baik. Hal ini dikarenakan masih ada anak yang lebih suka bermain sendiri dibandingkan bermain dengan temannya. Hal itu dikarenakan percaya dirinya rendah yang disebakan keadaan fisiknya yaitu badannya yang besar sehingga ia merasa minder dan tidak mau untuk bergabung dengan temannya yang lain, padahal ada temannya yang lain yang badannya lebih besar darinya merasa biasa dan percaya dirinya tinggi. Namun ketika ada temannya yang mau mengajaknya untuk bermain baru ia mau untuk ikut bermain. Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa belum semua anak memiliki kemampuan untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan baik, namun ketika ia mendapatkan dukungan dan perhatian dari teman sebayanya iapun terlihat mulai bisa untuk menyesuaikan dirinya dengan keadaan sekitarnya. Kemampuan beradaptasi dalam perkembangan sosial sangat dibutuhkan dalam kehidupan sosial terutama dengan lingkungan sekitar, tidak hanya orang dewasa yang perlu beradaptasi anak-anak pun dituntun untuk bisa beradaptasi dengan baik, salah satunya beradaptasi di lingkungan sekolahnya, yaitu beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan teman, guru dan lingkungan disekelilingnya. Salah satu hal yang dapat membantu dalam menyesuaikan diri dengan hal tersebut yaitu kehadiran dari teman sebaya, seperti pernyataan-pernyataan yang telah diungkapkan yang menyebutkan bahwa teman sebaya sangat berpengaruh dalam perkembangan sosial seorang anak, salah satunya yaitu membantu dalam beradaptsai atau menyesuaikan diri dengan keadaan sekitarnya, dimana anak yang tadinya suka menangis dan merasa tidak nyaman bisa berubah karena adanya peranan yang diberikan oleh teman sebayanya yang membuat dirinya menjadi lebih tenang dan kuat, Diwitika,PG-PAUD,FIP,UNP,[email protected] seperti yang diungkapkan oleh Santrock (2007:101) bahwa teman sebaya juga memberikan dukungan fisik yaitu dengan memberikan sumber daya dan bantuan di saat dibutuhkan. Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan bahwa betapa pentingnya peranan teman sebaya dalam perkembangan sosial seorang anak terutama di TK Pertiwi 1 Kantor Gubernur Padang khususnya di kelas B2. Peranan teman sebaya disana sangat membantu terhadap perkembangan sosial anak yang memberikan pengaruh yang besar dalam diri seorang ank yang menjadi sesuatu kekuatan sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan Santrock (2007:101) bahwa teman sebaya juga memberikan dukungan fisik yaitu dengan memberikan sumber daya dan bantuan di saat dibutuhkan. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Hasil penelitian ini mendeskripsikan tentang sosialisasi anak dengan teman sebayanya terhadap perkembangan sosial di TK Pertiwi 1 Kantor Gubernur, dimana dari hasil penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa sosialisasi anak dengan teman sebayanya terlihat sangat membantu dalam mengembangkan kemampuan sosial masingmasing anak. Hali itu terlihat dalam kemampuan beradaptasi atau menyesuaikan diri anak di lingkungan sekolahnya. Selain itu kehadiran teman sebaya memberikan suatu kekuatan dalam diri anak untuk berubah. Hal ini terkihat dalam hubungan sosial yang di jalani anak di TK Pertiwi 1 Kantor Gubernur Padang khususnya kelompok B2. SARAN Berdasarkan temuan di atas dapat diberikan saran yaitu diharapkan kepada guru dan kepala sekolah TK Pertiwi 1 Kantor Gubernur Padang serta pihak yang terkait di dalamnya dapat terus memantau perkembangan sosial anak sehingga tidak ditemukan lagi anak yang mengalami masalah dalam perkembangan sosialnya. Selain itu diharapkan guru dan orang tua saling bekerjasama dalam memperhatikan perkembangan sosial anak dengan melihat kepada hubungan sosial anak dengan teman sebayanya. Diwitika,PG-PAUD,FIP,UNP,[email protected] DAFTAR RUJUKAN Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Prayitno, Irwan. 2010. Anakku Penyejuk Hatiku. Bekasi : Pustaka Tarbiatuna Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga Sugiono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Yusuf, Syamsu. 2008. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Zuriah, Nurul. 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi. Jakarta Bumi Aksara Diwitika,PG-PAUD,FIP,UNP,[email protected]