PERSIAPAN TAMBAK UNTUK BUDIDAYA Hidayat Suryanto Suwoyo Disampaikan pada Bimbingan Teknologi Budidaya Air Payau Bagi Penyuluh Perikanan Desa Lawallu , Kab Barru , 15 Maret 2017 BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA AIR PAYAU PUSLITBANG PERIKANAN BADAN LITBANG KELAUTAN DAN PERIKANAN 2017 Pendahuluan PENDAHULUAN Potensi Lahan Tambak : 2.963.717 ha Pemanfaatannya : 657.346 ha Komoditas prioritas dalam pengembangan budidaya tambak : Udang windu dan vaname Industri hulu s/d hilir sudah cukup berkembang Permintaan pasar ekspor yang tinggi Bernilai ekonomis tinggi / usaha yg mnguntungkan Menyerap tenaga kerja yang besar Proyeksi Produksi Udang (KKP 2015): Pada tahun 2015, target produksi udang sebesar 785.900 ton dengan rincian udang Vannamei 518.600 ton, udang windu 189.700 ton dan udang lainnya 77.600 ton dengan total luasan tambak 662.650,13 Ha. 22% 78% Dimanfaatkan Belum dimanfaatkan POTENSI TAMBAK INDONESIA Potensi Tambak Dimanfaatkan Belum dimanfaatkan 22% 78% Dimanfaatkan Belum dimanfaatkan Potensi Lahan Tambak Berdasarkan Tingkat Teknologi 2% 92% Intensif Semiintensif Ekstensif 6% 2.963.717 ha 657.346 ha 2.306.371 ha Peningkatan produksi udang dapat dilakukan dengan: Ekstensifikasi (perluasan areal budidaya), Intensifikasi (peningkatan teknologi) dan Diversifikasi (penambahan jenis komoditi budidaya dan produk hasil budidaya). Kendala utama dilapangan : Masalah penyakit udang ( virus, bakteri, parasit, jamur, dll) Terbatasnya induk/benih SPF/SPR Rendahnya produksi & produktivitas lahan (degradasi lingk) Tingginya harga sarana produksi (pupuk, benur, pakan) Keterbatasan pengetahuan dan keterampilan pembudidaya ± 90 % petani tambak tergolong menerapkan teknologi sederhana. Tingkat Teknologi Budidaya udang Kelayakan Budidaya SARANA Tambak, Kolam, KJA PENGARUH MANUSIA Sikap, pasar, Kebijakan, hukum, kelembagaanl INPUT HARA KELAYAKAN BUDIDAYA IKAN,UDANG Pakan, Pupuk SPESIES LINGKUNGAN Udang, Ikan Tanah, Iklim, perairan, dll TEKNOLOGI Tingkat Intensitas FAKTOR-FAKTOR INDEPENDEN FAKTOR-FAKTOR DEPENDEN Gambar 1. Faktor-faktor dependen dan independen yang berpengaruh terhadap kelayakan akuakultur ( Schmittou, 1991) Tabel 1. Kategori daya dukung lahan pantai untuk pertambakan No Tolok ukur 1 Tipe pantai 2 Tipe garis pantai 3 Arus perairan Kategori daya dukung Tinggi Sedang Terjal, karang, berpasir Terjal, karang, berpasir, sedikit berlumpur terbuka Konsisitensi tanah labil, bukan teluk/ Konsisitensi tanah labil, laguna bukan laguna/teluk Tinggi Sedang Rendah Sangat landai, berlumpur, siltasi,tinggi Konsisitensi tanah sangat labil, teluk/ laguna Lemah > 15 dm 12-15 dm < 12 dm Dapat diairi cukup saat pasang tinggi rataan dan dikeringkan total pada saat surut rataan Dapat diairi cukup saat pasang tinggi rataan, dan dapat dikeringkan total pada saat air rendah rataan Dasar tambak pada surut rata rata, sehingga dapat diairi secara gravitasi pada saat pasang. 5 Amplitudo pasang surut Elevasi 6 Mutu tanah 7 Air tawar Dekat sungai dengan mutu dan jumlah memadai Dekat sungai dengan mutu dan jumlah yang memadai 8 Jalur hijau Memadai Memadai Dekat sungai tetapi siltasi tinggi atau air gambut Tipis/ tanpa jalur hijau 9 Curah hujan < 2.000 mm/th 2.000– 2.500 mm/th > 2.500 mm/th 10 Tata ruang Tidak ada pencemaran Jauh dari sumber pencemaran Jauh dari sumber pencemaran 4 Tekstur tanah sandy clay, sandy clay Tekstur tanah sandy clay, loam, tidak bergambut, tidak berpirit, sandy clay loam, tidak kandungan logam berat rendah bergambut, kandungan pirit rendah Sumber : Poernomo, 1989 Tekstur lumpur atau lumpur berpasir, bergambut, kandungan pirit tinggi, kandungan logam berat rendah Tingkat teknologi budidaya udang Tingkat teknologi budi daya udang di tambak ditentukan oleh padat penebaran dan akuainput lainnya, ketersediaan sarana dan prasarana produksi. Teknologi budi daya udang terdiri dari teknologi ekstensif, teknologi ekstensif-plus, teknologi semi-intensif, teknologi intensif, dan teknologi super intensif KLASIFIKASI TEKNOLOGI BUDIDAYA UDANG Peubah Tingkat teknologi Trad./Trad.Plus Semi Intensif Intensif/Supra I 1,0--2,0 1,0 0,5--1,0 0,5 0,1--0,5 0,1 --- 30% 1 unit 30-50% 301-2 unit PP BS /PP BB Sedikit lembek Tanahkeras/Plastik M HDPE/tembok Elevasi tanah dasar Rata Miring ke P buang Miring CD & PPanen Sal.. dalam tambak Sal Parit keliling Sal. Tengah Central drain Saluran Inlet Pematang:: Pematang Bahan Kemiringan Pintu kayu/tembok Pipa pralon Sal.diatas pematang Tanah 1-1,5:1 Tanah/Plastik M 1-1,5:1 Tembok,Plas Tembok, Plastik tik HDPE Tegak--1 : 1 Tegak Pintu air (unit) Satu Pintu Inlet +Out+Out-let, Central D + P Panen 40--60 40 100--120 100 150--300 150 Luas petakan (ha) Tandon - Luas - Jumlah Bentuk petakan Tanah dasar Kedalaman air (cm) Sumber : modifikasi Poernomo (1988); Mangampa (2013) Kelayakan Lokasi, Peralatan tambak, penunjang lain2 Tambak Udang pada tingkat teknologi Peubah Tingkat teknologi Trad./Trad.Plus Semi Intensif Intensif/Supra I Jarak Lokasi 3 km dr pantai 1-3 km dr pantai Pesisir pantai Elevasi Lokasi > Pasang rata2 < Pasang rata2 < 3 m diatas P rata2 Tipologi Pantai Landai/curam curam curam Mudah dijangkau Mudah dijangkau Mudah dijangkau Dgn/tanpa pompa ------ Alcon/submersible 2 unit 4-8 unit/k Berangkai ----- Submersible 3 unit >12 unit > 2 unit > 2 unit 1 unit 1 unit --- ++ + +++ +++ Aksesbilitas Peralatan -- Pompa Air (8 10 inch) -- Kincir Air (1HP) -- Turbo (1 HP) -- Root blower( blower(5 5 PK) -- P. Siphon (2 inch) -- Automatic Feeder -Penunjang Lain -- Biosecurity -- Lab Lab.. mini Sumber : Modifikasi Mangampa (2013) Saluran Keliling Pelataran Desain tambak dengan teknologi sederhana, tampak samping (atas) dan tampak atas (bawah) TAMBAK TRADISIONAL PLUS DENGAN POMPA RESIRKULASI Lebar caren 5 m S u n g a i Kolam udang Tandon & Bandeng / L a u t TAMBAK SEMI INTENSIVE DENGAN KINCIR RANGKAI Kolam udang s a l u r a n p e n g e l u a r a n Pompa air Tinggi air max 90 cm Tandon 60 cm Kolam 30 cm Caren 5m Saluran pengeluaran Surabaya Operation Desain tambak teknologi Madya, tampak samping (atas) dan tampak atas (bawah) Desain tambak dengan teknologi maju, tampak samping (atas) dan tampak atas (bawah) Desain tambak dengan teknologi maju (Superintensif) Kepadatan Teknologi Budidaya Udang Kepadatan (ekor/m2) Udang Windu Udang Vaname Tradisional - Monokultur - Polikultur - Tradisional Plus 2–5 >2 2–3 5 <8 Semi-Intensif 6-15 15 - 25 Intensif > 15 > 50 Saprokan Teknologi Budidaya Tradisional Semi Intensif Intensif Saprokan Pompa Kincir Pkn Alami Pkn Komersil + +++ + +++ +++ + + - (+) ++ +++ Tingkat teknologi budidaya udang vaname di tambak Teknologi Budi daya - Ekstensif - Ekstensif plus - Semi intensif - Intensif - Super intensif Padat penebaran (ekor/m2) <5 6--8 Kebutuhan Pakan Sarana 50--80 Pakan alami Pakan alami+ pakan komersil Pakan komersil Tanpa pompa Pompa air Pompa air, kincir air 100--300 Pakan komersil Pompa air, kincir air, Pompa air, kincir, root-blower >300--1000 Pakan komersil Prasarana Inlet bersatu dengan outlet Inlet dan outlet Terpisah Tandon air sumber Tandon air sumber, tandon air limbah Tandon air sumber, IPAL Modifikasi : Mangampa et al., 2014 Persiapan Tambak Untuk Budidaya Udang sistem tradisional plus CARA PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA UDANG Persiapan tambak - Persiapan tanah dasar/petakan - Pemberantasan hama - Pengapuran - Pemupukan - Persiapan air penebaran Pentokolan benur vaname : Penebaran tokolan : Pemeliharaan - Pemantauan kualitas air, dan pertumbuhan udang - Pemupukan dan pengapuran susulan - Aplikasi probiotik - Pemberian pakan Panen Keberhasilan suatu budi daya tambak sangat ditentukan oleh persiapan tambak yang baik. Persiapan tambak meliputi : (a) persiapan tanah dasar dan perbaikan pematang, bertujuan mengoksidasikan bahan organik dan asam belerang, (b) Pemberantasan hama bertujuan memberantas hama serta organisme akuatik lain yang menjadi saingan organisme yang dibudidayakan (c) pengapuran bertujuan untuk meningkatkan derajad keasaman tanah, (d) pemupukan bertujuan meningkatkan ketersediaan nutrien untuk menumbuhkan pakan alami, (e) pengisian air tambak. Persiapan tanah dasar dan perbaikan petakan Jenis tanah tambak ekstensif (tradisional) tanah gambut dan tanah sulfat masam (TSM) yang sudah matang, (kawasan lahan rawa). Perbaikan tanah sulfat masam Proses Remediasi. Remediasi meliputi tahapan pengolahan, pengeringan, perendaman, dan pembilasan tanah (OKRB) Persiapan tanah dasar meliputi pengangkatan lumpur dasar (keduk teplok), penambalan/peninggian pematang, perbaikan pintu air, dan saluran pembawa /pembuang. REMEDIASI TAMBAK • PERBAIKAN KONSTRUKSI PEMATANG • PEMBALIKAN/PENGOLAHAN TANAH DASAR • PENGERINGAN TANAH (mengoksidasikan unsur toksik) 10-20 hari (tergantung kondisi cuaca) • PERENDAMAN (Melarutkan unsur toksit) 3- 5 hari • PEMBILASAN (Pembuangan air rendaman) • PEMBERANTASAN HAMA • PENGAPURAN (Menaikan pH tanah, mengikat Fe, Al dan beberapa logam berat tanah) tergantung kondisi kemasaman tanah • PEMUPUKAN (Menumbuhkan jasad pakan alami) tergantung tingkat kesuburan tanah • PROBIOTIK Pantjara, B. 2007 Pengapuran TAHAPAN REMEDIASI DASAR TANAH TAMBAK O K I K K II O K Pemupukan Pengisian air K III Keterangan : O = Pengolahan tanah K = Pengeringan dasar tanah = Perendaman air setelah pengeringan = Pembuangan air rendaman K IV BUDIDAYA V VI Persiapan tanah dasar Pola tanam I (Februari s/d Juli) - Perbaikan pematang - Keduk teplok - Pengeringan Pola tanam II (Agustus s/d Januari) - Pengolahan /pembalikan tanah (cangkul atau bajak) - Pengeringan sempurna - Pencucian 2. Pemberantasan Hama Pemberantasan hama tidak menggunakan bahan kimia yang berbahaya dan pestisida yang terlarang Pemberantasan hama dianjurkan menggunakan saponin dengan cara merendam saponin di dalam air selama 2 jam, kemudian air rendaman saponin disebarkan secara merata ke seluruh permukaan air tambak. Penggunaan saponin disesuaikan dengan kondisi musim. Dosis saponin yang digunakan tergantung pada salinitas air tambak, yaitu apabila salinitas air kurang dari 15 ppt maka dosis yang digunakan adalah 20 ppm (100 kg saponin/ha, ketinggian air 0,5 m dari dasar) dan apabila salinitas air lebih atau sama dengan 15 ppt digunakan dosis 15 ppm (75 kg saponin/ha, ketinggian air 0,5 m dari dasar). Aplikasi saponin sebaiknya dilakukan antara pukul 09.00-12.00 pada kondisi cuaca yang cerah sehingga penggunaan saponin efektif dan efisien. • Persiapan Tambak Perbaikan Pematang Pengolahan/pembalikan Tanah Pengeringan Tambak Pemberantasan hama Kegiatan persiapan tambak untuk budidaya udang Pengapuran Pada teknologi budi daya udang ekstensif plus pengapuran dapat dilakukan sebagai berikut : Pengapuran awal digunakan kapur karbonat (kapur pertanian) pada saat pengolahan tanah dan sesudah pencucian tambak dengan dosis1500 kg/ha Pengapuran dengan kapur oksida pada kondisi tanah yang busuk (H2S) utamanya pada bagian caren, dan untuk menstimulir pemberantasan hama. Kapur oksida ini memiliki reaksi cepat namun daya netralisirnya cepat berkurang. Dosis yang digunakan 1.200 kg/ha Kapur dolomit digunakan pada saat menumbuhkan pakan alami dan efektif digunakan sebagai kapur susulan (3-5 ppm) Jenis-jenis kapur yang digunakan di tambak No 1 2 Jenis kapur Formula Kalsium karbonat atau kapur CaCO3 kalsit atau kapur pertanian (Kaptan) Kapur Oksida atau quicklime atau CaO kapur bakar Kadar Ca2+ 40% 71 % 3 Kapur Hidrat atau slaked lime atau kalsium hidroksida Ca(OH)2 54 % 4 Kapur Dolomit CaMg(CO3)2 Tidak ada info Kebutuhan kapur pada dasar tambak berdasarkan pH dan tekstur tanah sulfat masam pH <4 4,0-4,5 4,6-5,0 5,1-5,5 5,6-6,0 6,1-6,5 > 6,5 Kebutuhan kapur CaCO3 (kg/ha) Lempung berat atau Lempung liat berpasir 14.320 7.160 10.740 5.370 8.950 4.475 5.370 3.580 3.580 1.790 1.790 1.790 0 0 Pasir 4.475 4.475 3.580 1.790 895 0 0 Pemupukan Pada budidaya udang ekstensif plus disamping penggunaan pupuk anorganik juga disarankan untuk menggunakan pupuk organik Dosis pupuk dasar ditentukan oleh kesuburan dari tanah tambak Kesuburan tanah Total-N > 0,5%; PO4 > 60 ppm Total-N > 0,5%; PO4 30-60 ppm Total-N > 0,5%; PO4 < 30 ppm Total-N 0,25-0.5%; PO4 > 60 ppm Total-N 0,25-0.5%; PO4 30-60 ppm Total-N 0,25-0.5%; PO4 < 30 ppm Total-N < 0,25%; PO4 > 60 ppm Total-N < 0,25%; PO4 30-60 ppm Total-N < 0,25%; PO4 < 30 ppm • Kebutuhan pupuk (kg/ha) Urea SP-36 50 100 50 125 50 150 75 100 75 125 75 150 100 100 100 125 100 150 Tambak tradisional plus masih memerlukan pupuk organik sebanyak 200-5.000 kg/ha. Pengisian air Pemasukan dan pengeluaran air tambak dapat dilakukan melalui pintu air . Pengisian air dilakukan pada saat air pasang telah stabil (1-2 jam setelah pasang) dengan ketinggian air dalam petak tambak 60-80 cm Pada budidaya udang ekstensif plus disarankan menggunakan pintu air yang terbuat dari pintu kayu untuk memperoleh kuantitas yang cukup, kualitas air yang baik, dan efisien dalam biaya operasional. Pengapuran Pengisian Air ke petak tambak Pemupukan Aplikasi Probiotik Memperbaiki kualitas lingkungan (Verschuere et al, 2000) TAMBAK UDANG Aplikasi Probiotik Probiotik sangat berperan dalam pemeliharaan kualitas air (bahan organik total, amonia, nitrit, H2S) dan menekan populasi vibrio. Probiotik rekomendasi teknologi Kelautan dan Perikanan adalah probiotik RICA-1, RICA-2, dan RICA-3 telah terbukti meningkatkan produksi udang di tambak ekstensif, semiintensif, dan intensif dan penggunaannya lebih efisien dibandingkan probiotik di pasaran. Dosis probiotik 0,5-1,0 ppm (5-10 L /ha dengan kedalaman air 1 m) setiap minggu. Metode kultur probiotik menggunakan bahan-bahan 20 L air tambak, tepung ikan 400 g, dedak halus 1.000 g, ragi roti (yeast) 100 g, molase 500 g dan bakteri probiotik 200 mL (Atmomarsono et al., 2014). Aplikasi probiotik 0,5-1 ppm/ minggu selama pemeliharaan Media Kultur Probiotik Bahan dimasak hingga mendidih Penebaran Tokolan udang Ukuran benih yang digunakan pada budi daya udang vaname ekstensif plus adalah tokolan berumur 15 hari dari PL-12 (PL-27) dan 30 hari untuk udang windu (PL42) Bobot udang berkisar 0,15-0,20 g/ekor Kepadatan tokolan di pembesaran adalah maksimal 80.000 ekor /ha (8 ekor/m2) dan 1-4 ekor/m2 untuk udang windu …. Lanjt pentokolan udang vaname Pertumbuhan dan Sintasan udang vaname selama 15 hari di pentokolan Variabel Berat awal rata rata--rata (g/ (g/ekor ekor)) Berat akhir rata rata--rata (g/ (g/ekor ekor)) Lama pemeliharaan (hr) Survival rate (%) Kepadatan dalam hapa (ekor ekor/m /m3) 4000 6000 8000 0,001 0,001 0,001 0,109 0,152 0,134 15 15 15 93,17 92,35 83,73 Sumber : Mangampa dan Hendrajat (2006) BenurVaname PL-12 0,004 g/ekor Tokolan vaname HAPA 0,152 g/ekor Ikhtisar pengelolaan tanah dasar tambak Ikhtisar pengelolaan tanah dasar tambak Tindakan Aplikasi Tambak kosong antar siklus produksi Efek pengosongan tambak Pengangkatan sedimen Pengeringan tambak dan membiarkan selama 2 – 3 minggu Mengangkat sedimen dari dasar tambak jika sedimen terlalu tebal untuk proses pengeringan secara sempurna Koreksi pH tanah Pengeringan dan aerasi tanah Mengukur pH tanah Aplikasi batu kapur pertanian jika pH<7,5, kecuali untuk disinfeksi tanah Menggunakan garu/cangkul membagi permukaan tanah Desinfeksi tanah Perbaikan pakan alami pada tambak yang baru diisi Menggunakan kapur untuk disinfeksi dasar tambak, atau mengaplikasikan pada area basah yang tidak dapat kering sempurna Jika kapur digunakan untuk disinfektan, batu kapur pertanian tidak perlu diaplikasikan untuk meningkatkan pH tanah Menggunakan pupuk yang mengandung N dan P untuk menumbuhkan fitoplankton Aplikasi tepung tanaman atau tepung ikan untuk menumbuhkan zooplankton Aplikasi bahan organic untuk menumbuhkan bentik Ikhtisar pengelolaan tanah dasar tambak Tindakan Aplikasi Selama budidaya berlangsung Menjaga total alkalinitas Pengapuran dengan batu kapur pertanian, jika total alkalinitas dibawah 80 – 90 mg/L pada tambak Kontrol penurunan konsentrasi Aplikasi natrium bikarbonat Aplikasi pupuk kalium kalium Meminimalisir erosi yang diakibatkan oleh oksigenasi dan sirkulasi Menempatkan aerator pada posisi yang tidak menimbulkan erosi Memperkuat pematang dengan menanam rumput atau batu Menggunakan aerator yang cukup untuk menghasilkan sirkulasi air yang baik pada dasar tambak Peningkatan potensial redoks tanah pada tambak tanpa aerasi Aplikasi natrium nitrat atau senyawa nitrat lain PETUNJUK TEKNIS BPPBAP (2014) BAHAN PENYULUHAN BAGI PEMBUDIDAYA 2015= Dari 31 Pengusul yang dinyatakan lolos seleksi sebanyak 22 judul. 2015 (BPPBAP) 1.BUDIDAYA UDANG VANAME Litopenaeus vannamei EKSTENSIF PLUS DI TAMBAK MARGINAL Persiapan Tambak Untuk Budidaya Udang Vaname Superintensif Prinsip Budidaya Udang Vaname Superintensif di Tambak Kecil 1.Volume wadah kecil 2. Padat penebaran tinggi 3. Produktivitas tinggi 4. Beban limbah minimal - IPAL 5. Basis teknologi dan SDM profesional Lokasi Tambak Superintensif di ITP BPPBAP Desa Punaga, Kec. Mangarabombang, Kab. Takalar Sumber: Asaad, 2016) Spesifikasi Tambak Superintensif Prasyarat lokasi Kawasan supratidal 4-8 dpl (kelas kesesuaian lahan tinggi), terlokalisir, zonasi Konstruksi Full Concrete. Elevasi 0,5-1% ke arah pusat central drain Luas petakan ≈1000 m2 Kedalaman air Maksimum 2 m Pembuangan limbah Central drain yang dikoenksikan dengan collector drain Sumber Oksigen Kincir, Blower, Target biomassa 1 HP ≈ 500 kg udang. Sumber air Laut Tandon Tambak Pompa Submersible 10 inchi (1 unit) dan 8 inchi (2 unit) Pakan Automatic feeder Monitoring kualitas air OPTOD (Water Quality Monitoring secara on line) Insitu dan exsitu Pengolah limbah IPAL dengan volume minimal 70% dari total volume tambak superintensif Central drain Colector drain Automatic feeder Blower Tandon air bersih Alat Monitoring Kualitas Air Real time, online Persiapan Petak Tandon Tandon dikeringkan dan lumpur hitam di dasar tandon diangkat. Lakukan pengeringan dasar tandon sampai retak-retak. Setelah tandon kering, lakukan pembersihan teritip dan trisipan Penempelan dinding tandon dilakukan bilamana terdapat bagian yang bocor. Penebaran kaporit 20 kg per ha dan kapur dolomit 800-1000 kg Tandon Air Utama, Jembatan Tambak, Blower Persiapan tambak dilakukan dengan tahapan: pemagaran tambak menggunakan waring hitam, pemasangan saringan inlet, outlet, central drain pemasangan papan pintu air, dan jaring pengeringan dan pembersihan petak tambak Penyemprotan ke seluruh permukaan tambak dan tandon serta titian menggunakan klorin, 2 hari selanjutnya dibilas dengan air bersih pemasangan papan skala ketinggian air, pemasangan sistem aerasi, blower, automatic feeder, anco pengisian air yang telah ditandon setinggi 100 cm, Pembuatan Central Drain Model Matahari Pembuatan Pintu Panen Pembuatan Ruang Blower, Jembatan, Penerangan dan Jaringan Listrik Pembuatan Dudukan Kincir Kincir Air (2 HP) Kincir Air (1 HP) Super charge(3 HP) Root blower (5 PK) Turbo Jet(1HP) Pengaturan Formasi Kincir Pintu panen / Collector drain Jembatan Anco Kincir Tempat Automatic Feeder Caren Central drain Rubber diffuser Water quality monitoring - online Uji Coba Pengisian Air Tambak, Tandon dan Kincir Sumber: Asaad, 2016) Pengisian Air Tambak Persiapan air tambak sebelum penebaran memerlukan waktu antara 20--24 hari sebelum penebaran benur. Pengisian air tambak sesuai kedalaman yang diinginkan antara 1,5 sampai 2,0 m. Lakukan sterilisasi air tambak dengan manambahkan klorin 90% 10-20 ppm atau kaporit 70% sebanyak 25 sampai 30 ppm,. Pada hari ketiga setelah pemasukan air ke dalam tambak, lakukan aplikasi mineral atau kapur dolomit CaCO3 sebanyak 10 sampai 15 ppm diberikan setiap dua hari sekali pada pukul 09.00 sampai 11.00. Tebar fito Gro dosis 15 kg/ha, dan Min Gro dosis 20 kg/ha untuk penumbuhan pakan alami Tebar probiotik dalam bentuk powder (4 x 108 cell/g) sebanyak 100 g/petak (0,1 ha) atau dalam bentuk cair sebanyak 10 ppm dilakukan setiap 5 hari sebelum hari penebaran Persiapan air tambak biasanya dilakukan selama 14-21 hari sampai plankton telah tumbuh di tambak dengan warna hijau kecoklatan. Tahapan kerja persiapan tambak 1 No Kegiatan 1 Pembersihan tambak 2 Pemasangan kincir, automatic feeder 3 Sterilisasi tambak 4 Pengisian air 5 Sterilisasi air tambak 6 Penetralan air 7 Pemupukan dan pemberian mineral 8 Penumbuhan plankton 9 Pemberian probiotik 10 Penebaran benur blower, 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 ... 19 ... 24 Pemilihan dan Penebaran Benur Benur merupakan faktor utama dalam menentukan tingkat keberhasilan budidaya udang. Benur yang digunakan harus memiliki kualitas unggul baik dari aspek pertumbuhan, sintasan, bebas pathogen (virus, bakteri atau penyebab lainnya) dan bersertifikat melalui kontrol kualitas yang ketat. Pada saat pembelian benur hendaknya menanyakan ada tidaknya keterangan/sertifikat bebas dari beberapa jenis virus seperti WSSV, TSV, IHHNV, maupun IMNV yang dikeluarkan oleh pihak yang berkompeten serta hasil penilaian atas kontrol kualitas benur yang dilakukan oleh pihak hatchery. Pembudidaya sebaiknya mendapatkan informasi yang lengkap tentang hatchery asal benur yang akan diambil dalam hal sertifikasi manajemen proses produksi benur, sumber induk yang digunakan, dan pengalaman dari pengguna benur (Testimoni dari pembudidaya udang). Padat penebaran benur yang dianjurkan adalah 800 sampai 1.000 ekor/m2 dengan target produksi 10 sampai 12 ton/petak (0,1 ha) dan masa pemeliharaan 105-120 hari. Transportasi dan Penebaran Benur Biosecurity Biosekuriti tambak ditujukan untuk mencegah atau mengurangi masuknya penyakit ke dalam sistem budidaya dan mencegah penyebarannya ke tempat lain. Biosekuriti belum banyak dilakukan oleh pembudidaya dikarenakan oleh: (a) kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang prinsip-prinsip biosekuriti, (b) adanya kekurang pahaman antara aspek biaya yang ditimbulkan dan tingkat keuntungan yang diperoleh akibat penerapan biosekuriti. Keberhasilan aplikasi biosekuriti dipengaruhi oleh aspek teknis, ekonomi dan manajerial. Penerapan Biosekuriti dalam Budidaya Tambak DILARANG MASUK SELAIN PETUGAS Berpikiran maju Terampil dalam bidangnya Mandiri Inovatif Kreatif Melek IPTEK Agen perubahan Implementasi INPRES No.7, 2016 Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional Produksi perikanan budidaya komoditas udang selama 2010-2014 TAHUN - YEAR KOMODITI 2010 2011 2012 2013 2014* Kenaikan rata-rata (%) 2010-2014 Volume Produksi (ton) 380,972 401,154 415,703 638,955 592,219 13.83 Udang Windu 125,519 126,157 117,888 171,583 126,595 3.32 Udang Vaname 206,578 246,420 251,763 390,278 411,729 20.49 Udang Lainnya 48,875 28,577 46,052 77,094 53,895 14.23 145,092 158,062 162,068 162,410 141,042 -0.37 Volume Ekspor (ton) Udang Sumber: DJPB, KKP 2015