PENGGUNAAN BEBERAPA MACAM MEDIA DAN NAUNGAN DALAM PEMBIBITAN Gerunggang (Cratoxylom arborescens (Vahl) Blume) The use of any kind of media and shade level in nurseries of gerunggang (Cratoxylom arborescens (Vahl) Blume) Oleh/By: Danu dan Rina Kurniaty Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Jl. Pakuan Ciheuleut PO. Box 105, Bogor 16001 Telp/Fax: 0251-8327768 Email: [email protected] Abstract Development of gerunggang (Cratoxylom arborescens (Vahl) Blume) forest plantation require quality seed that can guarantee results with high productivity stands. Required to produce quality seedlings need the media and the right shade in the nursery. The use of organic materials as a medium mixing can reduce the negative impact of the use of topsoil. The purpose of this research is to study the influence of media types and levels of shade on the growth of seedlings of gerunggang. Media were used the soil, a mixture of soil and coconut husk, a mixture of rice husk charcoal and coconut husk. Shade given level consists of without shade (0%), 25%, 50% and 75%. The results showed that the soil medium with 75% shade level at the age of 4 months of high yield seedlings gerunggang were highest growth i.e. 10.0 cm, while the highest biomass resulting soil medium with 25% shade was 1.44 g. Keywords: gerunggang, media, the level of shade, seed quality I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan bahan baku untuk industri pengolahan kayu dan serat dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, di pihak lain pasokan bahan baku dari hutan alam produksi semakin menurun, akibatnya terjadi kelangkaan bahan baku industri pengolahan kayu khususnya bahan baku pulp, oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan hutan tanaman. Tanaman gerunggang (Cratoxylom arborescens (Vahl) Blume.) merupakan jenis alternatif prioritas dalam pembangunan hutan tanaman penghasil kayu pulp (Mindawati, et al. 2010). Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pengembangan hutan tanaman gerunggang adalah penggunaan bibit bermutu, karena bibit yang berkualitas akan menghasilkan tegakan dengan tingkat produktivitas tinggi. Untuk menghasilkan bibit yang bermutu diantaranya diperlukan media yang kaya dengan bahan organik dan mempunyai unsur hara yang diperlukan tanaman (Durahim dan Hendromono, 2001). Umumnya media yang digunakan untuk pembibitan di 1 persemain berasal dari top soil. Namun pengambilan top soil dalam jumlah besar dapat berdampak negatif bagi ekosistem di areal tersebut (Hendromono dan Durahim, 1994). Untuk itu dibutuhkan bahan campuran media alternatif yang baik. Arang sekam padi merupakan salah satu biocharcoal yang dapat digunakan sebagai bahan pencampur media persemaian. Biocharcoal merupakan pembenah tanah dan manager nutrisi yang baik (Lehmann et al., 2006). Pemberian arang sekam pada media tumbuh akan menguntungkan karena dapat memperbaiki sifat tanah di antaranya adalah mengefektifkan pemupukan karena selain memperbaiki sifat fisik tanah (porositas dan aerasi), arang sekam juga berfungsi sebagai pengikat hara (ketika kelebihan hara) yang dapat digunakan tanaman ketika kekurangan hara, hara dilepas secara perlahan sesuai kebutuhan tanaman/slow release (Komarayati et al., 2003). Pemberian arang kompos sebanyak 10% - 30 % (v/v) dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi dan diameter bibit bambang lanang dan kayu bawang di persemaian (Siahaan et al., 2006 dan Siahaan et al., 2007). Sementara itu, Kurniaty et al. (2010) melaporkan bahwa media tanah + arang sekam padi 3:1 (v:v) dengan naungan 25 % memberikan pertumbuhan terbaik pada bibit kilemo umur 5 bulan pada parameter tinggi (12,5 cm), Jumlah daun (5,6), Berat kering (0,18), indek mutu bibit (IMB) 0.021 dengan top root (TR ratio) 1,97. Media campuran tanah + kompos organik + arang sekam padi 3:1:1 (v:v:v) tanpa naungan pada bibit ganitri asal cabutan umur 4 bulan memberikan hasil terbaik. Bibit tersebut memiliki berat kering 3,69 g dengan TR ratio 1,81, diameter 4,14 mm dan tinggi 28,7 cm. Dalam rangka memperoleh informasi penggunaan media dan naungan dalam pembibitan gerunggang, maka dilakukan penelitian tentang teknik pembibitan dengan menggunakan beberapa macam media dan naungan pada jenis gerunggang asal cabutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang media dan naungan yang sesuai untuk pembibitan gerunggang asal cabutan sehingga dapat diperoleh bibit yang berkualitas dalam jumlah cukup dan tepat waktu. II. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan penelitian menggunakan anakan alam dengan ukuran 10-20cm yang dikumpulkan dari KHDTH Tumbang Nusa, Kalimantan Tengah. B. Prosedur 1. Pengumpulan anakan 2 Anakan yang dikumpulkan adalah anakan alam yang memiliki tinggi minimal 10 cm. Akar anakan diberi media yang lembab kemudian bungkus dengan menggunakan kertas merang. Setelah itu dikemas dengan menggunakan kantung plastik atau karung. 2. Penyapihan dan pemberian naungan Sebelum penyapihan, anakan dipotong daunnya dan tinggalkan sepertiga bagian. Media yang digunakan adalah : - Tanah - Tanah + Serbuk Sabut kelapa (coco peat) (1:2) - Arang sekam padi +Serbuk Sabut Kelapa (coco peat) (1:2) Naungan yang diberikan adalah 0% (tanpa naungan), 25%, 50% dan 75% 3. Rancangan percobaan Hasil pengukuran setiap parameter untuk masing-masing perlakuan dianalisis dengan menggunakan rancangan percobaan split plot 4 x 4 sebanyak 3 ulangan, setiap ulangan terdiri atas 10 bibit. Respon yang diamati meliputi: pertumbuhan tinggi, diameter dan persen hidup bibit, jumlah daun, biomassa, Top Root ratio (TR ratio) dan Indeks Mutu Bibit (IMB). Penghitungan indeks mutu bibit menggunakan cara Dickson (1960) dalam Hendromono (1994) dengan rumus : Indeks Mutu : Bobot Kering Batang (g) + Bobot kering akar (g) . Tinggi (cm) + Bobot Kering Batang (g) Diameter (mm) Bobot Kering Akar (g) . IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil analisis keragaman (Lampiran 1) pengaruh media dan naungan terhadap pertumbuhan bibit menunjukkan bahwa interaksi media dan naungan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi bibit dan biomassa. Lampiran 1 menunjukkan bahwa hampir semua parameter yang diuji memberikan hasil yang tidak berbeda pada semua perlakuan kecuali tinggi bibit dan berat kering. Pertumbuhan tinggi tertinggi diperoleh pada perlakuan M1N4 ( media tanah dengan naungan 75 %) yaitu 10,0 cm, sedangkan 3 perlakuan M1N2 (media tanah dengan naungan 25 %) memberikan berat kering tertinggi yaitu 1,44 g. Untuk mengetahui perlakuan mana yang memberikan hasil yang berbeda maka dilakukan uji beda. Rekapitulasi hasil uji beda pengaruh media dan naungan terhadap pertumbuhan tinggi, diamater, persen hidup, jumlah daun, biomassa, top root ratio (TR ratio) dan indek mutu bibit (IMB) bibit gerunggang asal cabutan umur 4 bulan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rekapitulasi hasil uji beda pengaruh media dan naungan terhadap pertumbuhan tinggi, diamater, persen hidup, jumlah daun, biomassa, TR ratio, IMB, bibit gerunggang asal cabutan umur 4 bulan Perlakuan Tinggi (cm) Diameter (mm) Jumlah daun % hidup Biomassa (gram) TR ratio IMB M1N1 7.3 bc 4.41 91.40 0.22 0.99 b 2.60 0.18 M1N2 8.3 b 4.21 86.62a -0.39 3.70 0.23 1.44 a M1N3 6.1 cd 5.79 85.65 0.18 0.65 cde 3.67 0.13 M1N4 4.75 83.77 1.39 0.45cdef 3.51 0.05 10.0 a M2N1 5.3 de 0.16 94.25 1.61 0.25 f 1.53 0.04 M2N2 5.2 de 2.77 83.77 1.23 0.25 f 1.84 0.04 M2N3 4.6 e 6.32 87.57 1.56 0.78 bc 1.47 0.21 M2N4 6.4 cd 3.47 74.72 1.32 0.36 ef 3.66 0.05 M3N1 6.2 cd 4.91 94.25 1.49 0.74 bcd 1.53 0.20 M3N2 5.2 de 4.17 90.44 0.22 0.33 ef 1.64 0.06 M3N3 4.3 e 5.45 84.74 0.92 0.52 cdef 1.68 0.21 M3N4 4.7 e 4.19a 83.77 0.69 0.43 def 1.40 0.08 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%. Tanah (M1), Tanah+ serbuk sabut kelapa (coco peat) (1:2,v/v) (M2), arang sekam padi +serbuk sabut kelapa (coco peat) (1:2,v/v) (M3). Tanpa naungan (N1), Naungan 25% (N2), Naungan 50% (N3), Naungan 75% (N4). Dari Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa perlakuan M1N2 memberikan hasil yang berbeda pada biomassa (1,44 g), sedangkan perlakuan M1N4 pada tinggi bibit (10,0 cm). Untuk mengetahui jumlah hara yang dapat diserap oleh bibit maka dilakukan analisa media dan bibit di awal dan ahir penelitian seperti tercantum dalam Tabel 2 Tabel 2. Serapan hara oleh bibit gerunggang asal cabutan umur 4 bulan Media N (%) Hara dalam media P K (cmol/kg) (ppm) N (%) Hara dalan bibit P K (cmol/kg) (ppm) M1: Awal 0,56 0,11 2,1 1 0,49 1,91 Ahir 0,07 0,39 2,11 1,27 0,23 3,77 Selisih 0,49 -0,28 -0,01 0,27 -0,26 1,86 4 Tabel 2. lanjutan Media N (%) Hara dalam media P K (cmol/kg) (ppm) N (%) Hara dalan bibit P K (cmol/kg) (ppm) M2: Awal 0,19 0,15 0,89 0,87 0,52 2,02 Ahir 0,3 5,2 10,32 1,25 0,45 6,59 -0,11 -5,05 -9,43 0.38 -0.07 4.57 Awal 0,21 0,15 0,82 1,26 0,53 1,7 Ahir 0,7 31,4 16,81 1,1 0,45 4,32 Selisih M3: Selisih -0,49 -31,25 -15,99 -0.16 -0.08 2.62 Keterangan: Tanah (M1), Tanah+ serbuk sabut kelapa (coco peat) (1:2,v/v) (M2), arang sekam padi +serbuk sabut kelapa (coco peat) (1:2,v/v) (M3). Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa bibit pada semua media yang digunakan mengalami penurunan kandungan unsur hara P dan kenaikan unsur hara K. Sedangkan unsur N, media M1 dan M2 mengalami kenaikan sedangkan M3 menurun. B. Pembahasan Beberapa unsur hara yang mempunyai peranan penting dalam proses pertumbuhan bibit antara lain bahan organik (karbon dan nitrogen), phosphorus (P2O5) dan kalium (K2O). Adanya bahan organik dalam media dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK), merangsang pembentukan struktur tanah dan dapat menyimpan air lebih besar sehingga tanah selalu dalam keadaan lembab. Unsur nitrogen (N) dan phosphorus (P) merupakan unsur hara makro yang diperlukan tanaman dalam jumlah banyak. Unsur N dapat memacu pertumbuhan tanaman secara umum terutama pada fase vegetatif, pembentukan klorofil, asam amino, lemak, enzim dan persenyawaan lainnya, merangsang perkembangbiakan mikroorganisme. Hasil analisis terhadap media yang digunakan menunjukkan bahwa media M1 (tanah) memiliki kandungan C organik sangat rendah (0,62 %), N Total sangat rendah (0,07 %), ratio C/N rendah (8,9), P tersedia sangat rendah (0,58 ppm). Hal ini menunjukkan bahwa media tanah (M1) memiliki unsur hara meskipun rendah, yang diperlukan oleh bibit untuk pertumbuhannya. 5 Naungan 75% memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi bibit gerunggang asal anakan umur 4 bulan dibandingkan dengan naungan lainnya (0% , 25 % dan 50%). Hasil ini menunjukkan bahwa bibit gerunggang umur 4 bulan membutuhkan naungan untuk pertumbuhannya. Naungan yang relatif rapat ( 75%) dapat menciptakan kondisi iklim mikro yang cenderung terjaga dengan baik sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan bibit. Pertumbuhan tinggi bibit pada perlakuan ini adalah tertinggi yaitu 10,0 cm. Hasil ini sesuai dengan yang dikemukakan Marjenah (2001) bahwa pada intensitas cahaya yang relatif sedikit tanaman cenderung memacu pertumbuhan tingginya untuk memperoleh sinar yang diperlukan untuk proses fisiologis. Namun apabila diberi naungan yang lebih kecil (25 %), M1N2, bibit gerunggang akan menghasilkan berat kering lebih tinggi ( 1,44 g) dibanding dengan naungan 75 % (0,45 g). Hasil ini menunjukkan bahwa pada intensitas cahaya yang cukup tanaman cenderung memacu pertumbuhan diameternya sehingga tanaman yang tumbuh pada tempat terbuka mempunyai tendensi untuk menjadi pendek dan kekar (Marjenah ,2001). Selain itu kandungan K dalam media M1 sangat tinggi (2,1 cmol/kg) sehingga pembentukan energi dalam metabolisme tanaman sangat aktif yang selanjutnya akan meningkatkan pertumbuhan bibit. Bibit pada media M1 mampu menyerap unsur hara K yang tersedia pada media sebesar 1,86 cmol/kg (Tabel 2). Hal ini berpengaruh terhadap berat kering bibit yang dihasilkan. Namun berat kering yang dihasilkan ini belum optimal karena bibit hanya mampu menyerap unsur N 0,27 % dari 0,56 % yang tersedia di media dan bahkan unsur P menurun menjadi -0,26 ppm (Tabel 2). Prawiranata et al. (1995) mengemukakan bahwa berat kering (BK) bibit merupakan suatu indikator untuk menentukan baik tidaknya bibit karena BK mencerminkan status nutrisi tanaman. Bibit pada media M2 dan M3 tidak mampu menyerap hara secara optimal. Media campuran organic lebih porous sehingga kurang mampu menyediaan air yang cukup. V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Media tanah dengan naungan 25 % (M1N2) pada bibit gerunggang asal cabutan umur 4 bulan memberikan hasil tertinggi pada Berat Kering yaitu 1,44 g dengan tinggi 8,3 cm, diameter 4,21 mm % hidup 86,62 % dan IMB 0,23 B. Saran Pembibitan gerungang asal cabutan dapat menggunakan media tanah dengan naungan 25%. 6 DAFTAR PUSTAKA Abdurachman dan Hadjib, N. 2009. Mutu Beberapa Jenis Kayu TanamanUntuk Bahan Bangunan Berdasarkan Sifat Mekanisnya.Prosiding PPI Standarisasi. Jakarta. Durahim dan Hendromono. 2001. Kemungkinan Penggunaan Limbah Organik Sabut Kelapa Sawit dan Sekam Padi Sebagai Campuran Top Soil Untuk Media Pertumbuhan Bibit Mahoni (Swietenia macrophylla King). Buletin Penelitian Hutan no.628.Hal.13-26. Halawane J.E., H. N. Hidayah dan J. Kinho. 2011. Prospek pengembangan jabon merah (Anthocephalus macrophyllus (roxb.) Havil), Solusi kebutuhan kayu masa depan. Balai Penelitian Kehutanan Manado. Hendromono dan Durahim. 2004. Pemanfaatan Limbah Sabut Kelapa Sawit dan Sekam Padi Sebagai Medium Pertumbuhan Bibit Mahoni Afrika (Khaya anthoteca.C.DC). Buletin Penelitian Hutan no 644. Badan Litbang Kehutanan. Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam.Bogor. Hendromono.1998. Pengaruh Media Organik dan Tanah Mineral Terhadap Mutu Bibit Pterygota alata Roxb. Buletin Penelitian Hutan no.617 : 55-64. Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid ke-2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, penerjemah; Jakarta: Yayasan Sarana Wanajaya. Terjemahan dari: De Nuttige Platen van Indonesie. Heyne, K. 1978. Tumbuhan Berguna Indonesia I-IV. Badan Penelitian danPengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta. Kurniaty, R. R.U. Damayanti,B. Budiman, Sumarna, E.Baeni. 2010. Teknik Perbanyakan Secara Generatif Jenis Ganitri dan Kilemo. Laporan Hasil Penelitian (LHP). Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan. Bogor. Kurniaty, R. Ratna Uli Damayanti, Budi Budiman dan Sumarna. 2008. Teknik Pembibitan Tanaman Hutan secara Generatif. Laporan Hasil Penelitian (LHP). Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor. Lemmens, R.H.M.J., I. Soerianegara and W.C. Wong (Editors). 1995. Plant Resources of South-East Asia No. 5 (2). Timber Tree: Minor comercial timber. Backhuys Publisher, Leiden. Mandang, Y.I., Damayanti, R., Komar, T.E., dan Nurjanah, S. 2008.Pedoman Identifikasi Kayu Ramin dan Kayu Mirip Ramin.ITTO Project PD 426/06 Rev 1 (F). Bogor. Marjenah, 2000. Pengaruh Pemberian Arang Sekam dan Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Tiga Jenis Semai Meranti. Bulettin Frontir No.31. Martawidjaya A, Iding K., Y.I.Mandang, Soewanda A.P dan Kosasi K.1989. Atlas Kayu Indonesia Jilid II. Badan Litbang Kehutanan Indonesia. Bogor. Mindawati, N., R. Bogidarmanti, H.S. Nuroniah, A.S. Kosasih, Suharti, S. Rahmayanti, A. Junaedi, E. Rahmat, Y. Rochmayanto. 2010. Silvikultur Jenis Alternatif Penghasil Kayu Pulp. Sintesa Hasil Penelitian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. Bogor. Prawirawinata, W.Harran. S.Tjondronegoro,P. 1995. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan Jilid II. Departemen Botani. Fakultas MIPA IPB. Bogor. Whitmore, T.C., Tantra,I.G.M dan Sutisna,U. 1989. Tree Flora of Indonesia Check List for Maluku. Ministry of Forestry. Agency for Forestry Reseach and Development. Bogor. 7 Lampiran 1. Rekapitulasi analisis keragaman pengaruh media dan naungan terhadap pertumbuhan tinggi, diameter, persen hidup jumlah daun, berat kering, top root ratio (TR ratio) dan indeks mutu bibit (IMB) bibit gerunggang asal anakan alam umur 4 bulan. Tolok Ukur Tinggi Sumber Keragaman Naungan Galat Petak Utama Diameter Jumlah Daun Berat Kering Jumlah Kuadrat Kuadrat tengah 3 42.858 14.286 F Hitung Pr>F 7.21* 0.0013 24 47.565 1.982 Media 2 136.025 68.012 56.54* 0.0001 Naungan*Media 6 38.072 6.345 5.27* 0.0003 Galat anak petak 48 57.741 1.203 Total 83 322.261 3 56.651 18.884 13.67* 0.0001 Naungan Galat Petak Utama Persen Hidup Derajat bebas 24 33.152 1.381 Media 2 12.189 6.094 4.42* 0.0173 Naungan*Media 6 16.960 2.827 2.05tn 0.0769 Galat anak petak 48 83 66.151 185.102 1.378 3 1669.399 556.466 2.37tn 0.0954 Total Naungan Galat Petak Utama 24 5627.331 234.472 Media 2 145.835 72.918 0.49tn 0.6134 Naungan*Media 6 459.885 76.648 0.52tn 0.7911 Galat anak petak 48 83 7089.580 14992.030 147.700 3 8.208 2.736 4.15* 0.0167 Total Naungan Galat Petak Utama 24 15.807 0.659 Media 2 16.419 8.210 7.18* 0.0019 Naungan*Media 6 10.013 1.669 1.46tn 0.2123 Galat anak petak 48 83 54.886 105.333 1.143 3.08tn 0.0902 Total Naungan 3 0.415 0.138 Galat Petak Utama 8 0.359 0.045 Media 2 1.490 0.745 9.16* 0.0022 Naungan*Media 6 2.128 0.355 4.36* 0.0085 Galat anak petak 16 35 1.301 5.693 0.081 Total 8 Lampiran 1. Lanjutan Tolok Ukur TR ratio IMB Sumber Keragaman Naungan Derajat bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat tengah 3 4.312 1.437 Galat Petak Utama 8 7.970 0.996 Media 2 20.576 Naungan*Media 6 Galat anak petak Total Naungan F Hitung Pr>F 1.44tn 0.3009 10.288 7.2* 0.0059 7.942 1.324 0.93tn 0.5021 16 35 22.856 63.656 1.429 7.98* 0.0087 3 0.071 0.024 Galat Petak Utama 8 0.024 0.003 Media 2 0.026 0.013 1.23tn 0.3184 Naungan*Media 6 0.103 0.017 1.61tn 0.2074 Galat anak petak Total Ket.: *Berbeda nyata pada taraf 5 % 16 0.171 0.011 35 0.394 tn : Tidak nyata pada taraf 5 % Lampiran 2. Kandungan hara media Media M1 M2 M3 pH 4,87b 5,90a 6,25a C (%) 0,67c 12,99b 32,33a Hara dalam media N P (%) (ppm) 0,07c 0,39c 0,24b 5,20b O,70a 31,43a K (cmol/kg) 2,12c 10,32b 16,82a C/N ratio 9,25b 46,30a 55,48a Keterangan: Tanah (M1), Tanah+ serbuk sabut kelapa (coco peat) (1:2,v/v) (M2), arang sekam padi +serbuk sabut kelapa (coco peat) (1:2,v/v) (M3). 9