perbandingan metode pemulusan brown dan holt

advertisement
PERBANDINGAN METODE PEMULUSAN BROWN DAN
HOLT PADA PERAMALAN GEMPA BUMI
SE-JAWA BARAT-BANTEN
IVONNE RENITA ARLEEN
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perbandingan Metode
Pemulusan Brown dan Holt pada Peramalan Gempa Bumi se-Jawa Barat-Banten
adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2013
Ivonne Renita Arleen
NIM G54090038
ABSTRAK
IVONNE RENITA ARLEEN. Perbandingan Metode Pemulusan Brown dan Holt
pada Peramalan Gempa Bumi se-Jawa Barat-Banten. Dibimbing oleh I WAYAN
MANGKU dan RETNO BUDIARTI.
Metode pemulusan eksponensial merupakan salah satu metode peramalan
yang menggunakan pembobotan data masa lalu secara eksponensial. Metode
pemulusan eksponensial ganda satu parameter dari Brown dan metode pemulusan
ganda dua parameter dari Holt digunakan untuk memprediksi banyaknya gempa
bumi se-Jawa Barat-Banten di masa yang akan datang. Setiap metode mempunyai
nilai parameter antara nol dan satu. Nilai dugaan parameter yang terbaik adalah
nilai dugaan yang memberikan Mean Square Error (MSE) terkecil. Data yang
digunakan dalam karya ilmiah ini adalah banyaknya gempa bumi dengan
magnitude ≥ 5 SR se-Jawa Barat-Banten tahun 2001 sampai tahun 2012 yang
dikumpulkan oleh BMKG Jakarta. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan,
metode Brown dengan parameter
memberikan nilai MSE sebesar 2.074,
sedangkan metode Holt dengan parameter
dan
memberikan
nilai MSE sebesar 4.611. Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode yang lebih tepat
dalam peramalan banyaknya gempa bumi dengan magnitude ≥ 5 SR se-Jawa
Barat-Banten adalah metode Brown yang memiliki MSE minimum.
Kata kunci: gempa bumi, MSE, pemulusan eksponensial Brown, pemulusan
eksponensial Holt, peramalan
ABSTRACT
IVONNE RENITA ARLEEN. Comparing Brown and Holt Exponential
Smoothing Methods in Forecasting Earthquakes in West Java-Banten. Supervised
by I WAYAN MANGKU and RETNO BUDIARTI.
Exponential smoothing method is one of the forecasting methods that use
weight of the past data exponentially. Brown’s one-parameter double exponential
smoothing and Holt’s two-parameter double exponential smoothing are used to
predict the number of earthquakes in West Java-Banten in the future. Each method
has parameter values between zero and one. The best estimation of the parameter
value is the estimation that gives the smallest Mean Square Error (MSE). The data
used in this paper are the number of earthquakes with magnitude ≥ 5 SR in West
Java-Banten from 2001 until 2012 collected by the BMKG Jakarta. Based on the
analysis conducted in this paper, Brown method with parameter
gives
MSE value of 2.074. While Holt method with parameters
and
gives MSE value of 4.611. So, it can be concluded that the method which is more
accurate in forecasting the number of earthquakes with magnitude ≥ 5 SR in West
Java-Banten is the Brown method, which has minimum MSE.
Keywords: earthquake, Brown exponential smoothing, forecasting, Holt
exponential smoothing, MSE
PERBANDINGAN METODE PEMULUSAN BROWN DAN
HOLT PADA PERAMALAN GEMPA BUMI
SE-JAWA BARAT-BANTEN
IVONNE RENITA ARLEEN
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Matematika
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi: Perbandingan Metode Pemulusan Brown dan Holt pada Peramalan
Gempa Bumi se-Jawa Barat-Banten
Nama
: Ivonne Renita Arleen
NIM
: G54090038
Disetujui oleh
Dr Ir I Wayan Mangku, MSc
Pembimbing I
Ir Retno Budiarti, MS
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Berlian Setiawaty, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 sampai Mei
2013 ini ialah pemulusan eksponensial, dengan judul Perbandingan Metode
Brown dan Holt pada Peramalan Gempa Bumi se-Jawa Barat-Banten.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir I Wayan Mangku, MSc
dan Ibu Ir Retno Budiarti, MS selaku pembimbing, serta Bapak Ir Ngakan
Komang Kutha Ardana, MSc yang telah banyak memberi saran. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ir Urip Haryoko, MS dari Badan
Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika yang telah membantu selama
pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu,
seluruh keluarga, Rahmad Gunawan, serta teman-teman, atas segala doa dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2013
Ivonne Renita Arleen
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan
2
METODOLOGI
2
PEMULUSAN EKSPONENSIAL
2
Peramalan
2
Perkembangan Pemulusan Eksponensial Sederhana
4
Perkembangan Pemulusan Eksponensial Ganda
7
Metode Pemulusan Eksponensial Ganda Satu Parameter dari Brown
9
Metode Pemulusan Eksponensial Ganda Dua Parameter dari Holt
APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL
10
11
Metode Pemulusan Eksponensial Ganda Satu Parameter dari Brown
12
Metode Pemulusan Eksponensial Ganda Dua Parameter dari Holt
14
Perbandingan Hasil Peramalan
15
SIMPULAN DAN SARAN
17
Simpulan
17
Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN
19
RIWAYAT HIDUP
26
DAFTAR TABEL
1 Jumlah gempa bumi dengan magnitude
se-Jawa Barat-Banten
tahun 2001 sampai dengan tahun 2012
2 Aplikasi pemulusan eksponensial ganda satu parameter dari Brown
pada peramalan banyaknya gempa bumi se-Jawa Barat-Banten
3 Aplikasi pemulusan eksponensial ganda dua parameter dari Holt pada
peramalan banyaknya gempa bumi se-Jawa Barat-Banten
4 Perbandingan ketepatan metode peramalan
11
13
15
17
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
Pola data horizontal
Pola data musiman
Pola data siklis
Pola data trend
Grafik banyaknya gempa bumi dengan magnitude ≥ 5 SR se-Jawa
Barat-Banten tahun 2001 sampai dengan tahun 2012
6 Peramalan menggunakan metode Brown dengan = 0.01
7 Peramalan menggunakan metode Holt dengan = 0.99 dan = 0.01
8 Plot peramalan banyaknya gempa bumi
3
3
4
4
12
14
16
16
DAFTAR LAMPIRAN
1 Bukti ̂ ( )
(Montgomery et al. 1990)
2 Model regresi linear (Makridakis et al. 1995)
3 Perhitungan nilai pemulusan tunggal dan ganda di setiap periode
dengan metode Brown
4 Perhitungan nilai pemulusan dan nilai trend di setiap periode dengan
metode Holt
19
20
21
24
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gempa bumi merupakan peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan
energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan
batuan pada kerak bumi. Akumulasi energi penyebab terjadinya gempa bumi
dihasilkan dari pergerakan lempeng-lempeng tektonik. Energi yang dihasilkan
dipancarkan ke segala arah berupa gelombang gempa bumi sehingga efeknya
dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi. Gempa bumi terjadi kapan saja tanpa
mengenal musim, dalam waktu yang sangat singkat, pada lokasi tertentu dan dapat
berpotensi terulang lagi. Gempa terkini di Indonesia menjadi sebuah berita yang
cukup ramai belakangan ini karena wilayah Indonesia diliputi oleh lautan yang
luas sehingga setiap gempa bumi yang terjadi di Indonesia selalu dikhawatirkan
menimbulkan potensi tsunami (BMKG 2013). Belajar dari pengalaman kejadian
gempa bumi di Bogor, Pangandaran, Sukabumi, Cianjur, dan daerah Jawa Barat
bagian selatan yang telah mengakibatkan korban ratusan ribu jiwa serta kerugian
harta benda yang tidak sedikit maka sangat diperlukan upaya, baik di tingkat
pemerintah maupun masyarakat untuk mengantisipasi dan mengurangi risiko
bencana gempa bumi dan tsunami.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah melakukan prediksi atau
peramalan banyaknya kejadian gempa bumi di masa mendatang. Peramalan ini
digunakan untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat. Menurut
Makridakis et al. (1995), peramalan (forecasting) merupakan kegiatan
memprediksi nilai-nilai suatu variabel di masa yang akan datang berdasarkan nilai
yang diketahui dari variabel tersebut di masa yang lalu atau sekarang atau
berdasarkan variabel yang berhubungan. Peramalan pemulusan eksponensial
(exponential smoothing) merupakan salah satu kategori metode time series yang
menggunakan pembobotan data masa lalu secara eksponensial. Dalam kategori ini
terdapat beberapa metode yang umum dipakai, antara lain metode pemulusan
eksponensial tunggal (single exponential smoothing), metode pemulusan
eksponensial ganda satu parameter dari Brown (Brown’s one-parameter double
exponential smoothing), metode pemulusan ganda dua parameter dari Holt (Holt’s
two-parameter double exponential smoothing), dan metode pemulusan
eksponensial tripel dari Winter (Winter’s three-parameter triple exponential
smoothing). Pada setiap metode terdapat satu sampai tiga parameter yang harus
ditentukan. Setiap parameter yang ada mempunyai nilai antara nol dan satu. Nilai
parameter terbaik adalah nilai yang memberikan kesalahan peramalan terkecil.
Analisis deret waktu (time series) merupakan pendekatan yang digunakan
untuk meramalkan banyaknya kejadian gempa bumi di masa mendatang.
Penerapan analisis ini sangat penting dalam rangka menghasilkan informasi awal
untuk penentuan kebijakan yang tepat dalam mengantisipasi bencana di masa
mendatang. Banyaknya gempa bumi diasumsikan mempunyai pola trend karena
data tersebut menunjukkan adanya kecenderungan menaik dari tahun ke tahun.
Oleh karena itu, metode yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah metode
pemulusan eksponensial ganda satu parameter dari Brown dan metode pemulusan
2
ganda dua parameter dari Holt karena metode ini diharapkan dapat memberikan
gambaran banyaknya gempa bumi di masa mendatang secara sistematis.
Tujuan
Penulisan karya ilmiah ini bertujuan
1 memprediksi banyaknya gempa bumi di masa mendatang dengan
menggunakan metode pemulusan eksponensial ganda satu parameter dari
Brown (Brown’s one-parameter double exponential smoothing) dan metode
pemulusan eksponensial ganda dua parameter dari Holt (Holt’s two-parameter
double exponential smoothing),
2 membandingkan kedua metode tersebut untuk mengetahui metode yang lebih
tepat dengan melihat tingkat ketepatan peramalan yaitu nilai tengah kesalahan
kuadrat (Mean Square Error).
METODOLOGI
Data yang diperoleh dalam penulisan karya ilmiah ini merupakan data
sekunder dengan cara mencatat banyaknya gempa bumi se-Jawa Barat-Banten
yang dilakukan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika di Jakarta
mulai tahun 2001 sampai tahun 2012. Data yang diperoleh diplot menggunakan
software untuk mengetahui suatu pola data sehingga mempermudah dalam
pemilihan metode yang digunakan. Analisis data dilakukan dengan bantuan
software untuk menduga parameter-parameter fungsi peramalan. Analisis data
dalam karya ilmiah ini dilakukan secara kuantitatif, yaitu menggunakan metode
Brown’s one-parameter double exponential smoothing dan Holt’s two-parameter
double exponential smoothing serta analisis ketepatan metode berdasarkan Mean
Square Error yang dihasilkan.
PEMULUSAN EKSPONENSIAL
Peramalan
Peramalan (Forecasting) merupakan kegiatan memprediksi nilai-nilai
suatu variabel di masa yang akan datang berdasarkan nilai yang diketahui dari
variabel tersebut di masa yang lalu atau sekarang atau berdasarkan variabel yang
berhubungan (Makridakis et al. 1995). Tujuan dari peramalan adalah untuk
mengurangi risiko dalam pengambilan keputusan. Peramalan biasanya salah,
tetapi besarnya kesalahan ramalan bergantung pada sistem peramalan yang
digunakan. Kita harus mampu meningkatkan ketepatan peramalan dengan
menghapus beberapa kesalahan yang dihasilkan dari ketidakpastian dalam proses
pengambilan keputusan. Informasi dari proses peramalan akan digunakan untuk
memperbaiki proses pengambilan keputusan (Montgomery et al. 1990).
3
Berdasarkan metode peramalan yang digunakan, peramalan dibedakan
menjadi metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif lebih didasarkan pada
intuisi dan penilaian orang yang melakukan peramalan dari pada pemanipulasian
pengolahan dan penganalisisan data historis yang tersedia. Hal ini dilakukan
karena tidak ada atau tidak cukup tersedia data historis, misalnya peramalan
penjualan suatu produk baru. Metode kuantitatif didasarkan pada pemanipulasian
data historis yang tersedia secara memadai dan tanpa intuisi maupun penilaian
subjektif dari orang yang melakukan peramalan. Metode ini umumnya didasarkan
pada analisis statistik (Makridakis et al. 1995). Prosedur umum yang digunakan
dalam peramalan secara kuantitatif yaitu mendefinisikan tujuan peramalan,
membuatan diagram pencar, memilih minimal dua metode peramalan yang
dianggap sesuai, menduga parameter-parameter fungsi peramalan, menghitung
kesalahan setiap metode peramalan, memilih metode yang terbaik yaitu metode
yang memiliki kesalahan terkecil, dan melakukan verifikasi peramalan.
Peramalan kuantitatif dapat diterapkan bila tiga kondisi berikut terpenuhi
yaitu
1 tersedia informasi tentang masa lalu,
2 informasi tersebut dapat dikuantifikasikan dalam bentuk data numerik (angka),
3 dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek dari pola masa lalu akan terus
berlanjut di masa mendatang (disebut asumsi kontinuitas).
Data berkala (time series) adalah data yang disusun berdasarkan urutan
waktu atau data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu. Waktu yang digunakan
dapat berupa minggu, bulan, tahun dan sebagainya. Hal yang harus diperhatikan
dalam metode time series adalah menentukan jenis pola data historisnya. Pola data
pada umumnya dapat dibedakan menjadi
1 pola data horizontal: pola ini terjadi bila nilai berfluktuatif di sekitar nilai ratarata yang konstan.
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Gambar 1 Pola data horizontal
2
pola data musiman: pola ini menunjukkan perubahan yang berulang-ulang
secara periodik dalam deret waktu.
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Gambar 2 Pola data musiman
4
3 pola data siklis: pola ini menunjukkan gerakan naik turun dalam jangka
panjang dari suatu kurva trend.
25
20
15
10
5
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Gambar 3 Pola data siklis
4 pola data trend: pola ini menunjukkan kenaikan atau penurunan jangka
panjang dalam data.
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Gambar 4 Pola data trend
Menurut Makridakis et al. (1995), metode penghalusan (smoothing)
digunakan untuk mengurangi ketidakteraturan atau unsur random dari data yang
lalu dengan membuat pengaruh random yang positif dan negatif saling
meniadakan dari sederetan data masa lalu. Metode ini menunjukkan pembobotan
menurun secara eksponensial terhadap nilai pengamatan yang lebih tua. Nilai
yang lebih baru diberikan bobot yang relatif lebih besar dibanding nilai
pengamatan yang lebih lama. Oleh karena itu, metode ini disebut pemulusan
eksponensial.
Perkembangan Pemulusan Eksponensial Sederhana
Perkembangan pemulusan eksponensial sederhana dinyatakan oleh
Montgomery et al. (1990) dengan memisalkan tingkat rata-rata permintaan tidak
berubah dari waktu ke waktu atau berubah dengan sangat lambat. Proses tersebut
dapat dimodelkan sebagai
dengan adalah permintaan yang diharapkan dalam setiap periode dan t adalah
komponen acak dengan ( )
dan Var( )
. Pada akhir periode T,
tersedia permintaan
untuk memperkirakan
dan
. Sejak
sistem peramalan melibatkan penaksiran ulang parameter model tiap periode
dalam rangka menggabungkan permintaan periode terakhir, dapat diasumsikan
bahwa pada akhir periode T telah tersedia estimasi b pada akhir periode
sebelumnya
, dan permintaan aktual periode berjalan . Informasi ini dapat
5
digunakan untuk menghitung estimasi terbaru . Cara yang masuk akal untuk
mendapatkan estimasi baru yaitu memodifikasi estimasi lama dengan beberapa
fraksi dari kesalahan ramalan akibat menggunakan estimasi lama untuk
meramalkan permintaan pada periode berjalan. Kesalahan peramalan ini dapat
dimodelkan sebagai
̂
Jika
adalah fraksi yang diinginkan, estimasi baru pada permintaan yang
diharapkan adalah
̂
̂
̂ ]
[
Untuk notasi sederhana, tetapkan ̂
(bukti di Lampiran 1) sehingga
persamaannya menjadi
[
]
atau
(
)
(1)
Persamaan (1) disebut pemulusan eksponensial seherhana/pemulusan
eksponensial tunggal,
disebut nilai pemulusan, dan fraksi disebut parameter
pemulusan. Metode pemulusan eksponensial tunggal sangat cocok untuk pola data
stasioner dan tidak efektif dalam menangani peramalan yang pola datanya
memiliki komponen trend dan pola musiman. Hal ini disebabkan pada persamaan
yang digunakan dalam metode eksponensial tunggal tidak terdapat prosedur
pemulusan pengaruh trend yang mengakibatkan data tidak stasioner menjadi tetap
tidak stasioner, tetapi metode ini merupakan dasar bagi metode-metode
pemulusan eksponensial lainnya.
Hasil persamaan (1) dapat juga diperoleh dengan menggunakan kriteria
bobot kuadrat terkecil. Untuk menunjukkan persamaan tersebut, misalkan kita
ingin estimasi b sedemikian sehingga mengikuti penjumlahan dari kesalahan
bobot kuadrat yang minimum:
( ) ∑
(
)
(2)
Bobot diberikan kepada kesalahan kuadrat ke-t yaitu
, jadi bobot berkurang
secara geometri dengan umur data. Taksiran b pada akhir periode T, ̂ harus
memenuhi
( )
̂
∑
∑
[
∑
∑
̂ ]
[
̂ ]
∑
̂
∑
̂
6
∑
∑
̂
∑
̂
̂
∑
̂
⁄
∑
( )
̂
.
[
∑
[
∑
∑
(3)
(
)]
̂
∑
]
̂
̂
∑
sehingga ̂ minimum.
Persamaan (3) menyatakan penaksiran sebuah fungsi pada seluruh data
historis terdahulu. Akan tetapi, persamaan (3) akan lebih tepat memiliki
persamaan ̂ dihitung dari dan ̂
yaitu
(
)
(
)̂
̂
(4)
karena
Jika T besar, maka
dan persamaan (4) menjadi
̂
̂
(
)
̂
(
) dan
Misalkan
, maka diperoleh
yang identik pada persamaan (1).
(
)
Perhatikan uraian berikut
(
)
Karena
(
)
sehingga
(
)[
(
)
Dengan melanjutkan secara rekursif untuk
persamaan
(
)
(
∑(
)
(
)
(
(
)
]
)
, maka diperoleh
)
(
)
7
dengan
adalah estimasi pertama pada b yang digunakan untuk memulai proses
pemulusan. Nilai
diperoleh dengan menggunakan rata-rata sederhana dari N
pengamatan terakhir.
Penguraian ini menghasilkan bobot bagi data periode
untuk
) untuk
pemulusan data periode ke-t sama dengan (
Misalkan parameter pemulusan sebesar 0.2, maka bobot pada pengamatan
sebelumnya adalah 0.16, 0.128, 0.1024, dan lain lain. Bobot-bobot ini terlihat
menurun secara eksponensial ketika membentuk sebuah kurva pemulusan
sehingga metode ini dinamakan pemulusan eksponensial.
Perkembangan Pemulusan Eksponensial Ganda
Pemulusan eksponensial ganda terdiri dari dua metode yaitu metode
pemulusan eksponensial ganda satu parameter dari Brown (Brown’s oneparameter double exponential smoothing) dan metode pemulusan ganda dua
parameter dari Holt (Holt’s two-parameter double exponential smoothing).
Perkembangan metode pemulusan eksponensial ganda dinyatakan oleh
Montgomery et al. (1990) dengan memisalkan proses permintaan terhadap waktu
yang mengikuti model
(5)
dengan permintaan yang diharapkan pada waktu t adalah fungsi linear terhadap t
(
)
dan
adalah komponen acak yang memiliki ( )
dan Var( )
yang
diasumsikan konstan dari waktu ke waktu. Jika pemulusan eksponensial tunggal
(1) berlaku untuk pengamatan dari proses linear pada persamaan (5), diperoleh
pada akhir perode T
(
)
(6)
dari persamaan (6), misalkan
sehingga
∑
.
Nilai harapan dari
(
)
[ ∑
]
∑
∑
untuk T
,
(
)
[
(
)]
[
(
)]
sehingga diperoleh
(
)
∑
(
) ∑
∑
8
Ketika (
(
)
(
)
(
)
(
)
(
)
)
, diperoleh
( )
( )
(7)
Untuk model linear, nilai harapan dari pemulusan eksponensial order pertama
akan cenderung lambat akibat pengurangan sejumlah ( ⁄ ) . Jika digunakan
operator pemulusan ekponensial untuk hasil pada persamaan (6) menghasilkan
[ ]
[ ]
(
)
[ ]
dengan notasi
merupakan pemulusan eksponensial ganda atau pemulusan
eksponensial orde kedua, bukan kuadrat dari pemulusan eksponensial tunggal.
(
[ ]
(
)
)
Oleh karena itu,
[ (
̂ ( )
)
[ ]
(
[ ]
(
)]
(8)
).
(9)
Permintaan yang diharapkan pada akhir periode T diperoleh dari persamaan (7)
dan (8) sebagai berikut:
(
)
(
)
(
* (
)
)
[ ]
(
(
[ ]
)+
)
sehingga
[ ]
̂
Untuk peramalan
periode di masa mendatang menggunakan pemulusan
eksponensial ganda, persamaan peramalan dimodelkan sebagai berikut:
̂ ( )
̂ ( ) ̂
[ ]
(
[ ]
[ (
)
(
)
)]
[ ]
(10)
Titik potong (intercept) tidak bisa diperkirakan secara langsung, tetapi jika
dibutuhkan bisa diselesaikan dengan mudah. Pada waktu T, intercept diperkirakan
pada asal mula waktu yang sebenarnya seperti
̂ ( ) ̂
̂ ( )
[ ]
(
[ ]
)
(11)
Jika sangat layak untuk diduga dari asal mula waktu yang diubah ke akhir periode
T, maka akan ada intercept ( ) yang ditunjukkan oleh
( ) untuk
menghindari kebingungan dengan (intercept on “original-origin” basis).
[ ]
̂ ( ) ̂
perhatikan bahwa
( )
9
Persamaan peramalan berdasarkan “original-origin” adalah
̂ ( ) ̂ ( ) (
)̂ ( )
(12)
dan berdasarkan “current-origin” adalah
̂ ( )
̂ ( ) ̂ ( )
(13)
Kedua persamaan (12) dan (13) menghasilkan ramalan yang sama seperti
persamaan (10). Perubahan asal mula waktu tidak dapat mempengaruhi
kemiringan/slope, hanya intercept.
Dalam memulai pemulusan ganda, nilai-nilai harus diberikan kepada
[ ]
dan
. Hal ini sulit untuk memberikan nilai secara langsung untuk besaranbesaran tersebut. Biasanya nilai awal dihasilkan dari perkiraan dua koefisien
dan
yang dikembangkan melalui model regresi linear (Lampiran 2) pada data
historis. Jika data historis tidak tersedia, perlu memperkirakan
dan
secara
̂
̂
subyektif. Pemberian nilai awal ( ) dan ( ) pada persamaan (9) dan (11)
dapat dipecahkan dengan
untuk menghasilkan nilai-nilai pemulusan awal
sebagai berikut
̂ ( )
̂ ( )
(14)
[ ]
̂ ( )
̂ ( )
(15)
Metode Pemulusan Eksponensial Ganda Satu Parameter dari Brown
Metode pemulusan eksponensial satu parameter dari Brown digunakan
untuk data runtut waktu yang memiliki komponen trend dan tidak
memperhitungkan komponen musiman serta membutuhkan lebih sedikit data
karena hanya satu parameter yang digunakan. Makridakis et al. (1995)
menyatakan bahwa persamaan yang dipakai dalam implementasi pemulusan
eksponensial ganda satu parameter dari Brown adalah sebagai berikut:
(
)
(
)
(
)
(
)
keterangan:
: nilai pemulusan eksponensial tunggal pada periode ke-t
: nilai pemulusan eksponensial tunggal pada periode ke-(t-1)
: nilai pemulusan eksponensial ganda pada periode ke-t
: nilai pemulusan eksponensial ganda pada periode ke-(t-1)
: data aktual time series pada periode ke-t
: parameter pemulusan eksponensial,
: konstanta pemulusan pada periode ke-t
: hasil peramalan untuk periode ke depan yang di ramalkan
: jumlah periode ke depan yang diramalkan.
10
Metode Pemulusan Eksponensial Ganda Dua Parameter dari Holt
Pada metode pemulusan eksponensial dua parameter dari Holt, komponen
trend dihaluskan secara terpisah dengan menggunakan parameter yang berbeda.
Metode ini memiliki keunggulan yang sama dengan teknik penghalusan ganda
Brown dan lebih fleksibel karena trendnya dapat dihaluskan dengan menggunakan
parameter yang berbeda. Namun demikian, kedua parameternya perlu
dioptimalkan sehingga pencarian kombinasi terbaik parameter tersebut lebih rumit
dari pada hanya menggunakan satu parameter. Selain itu, komponen musim pada
teknik ini tidak diperhitungkan. Metode pemulusan eksponensial ganda dua
parameter dari Holt pada prinsipnya serupa dengan Brown akan tetapi Holt tidak
menggunakan rumus pemulusan berganda secara langsung. Peramalan dari
pemulusan eksponensial ganda dua parameter dari Holt didapat dengan
menggunakan dua parameter pemulusan dan tiga persaman sebagai berikut:
(
)(
)
(
) (
)
keterangan:
: nilai pemulusan pada periode ke-t
t
: nilai pemulusan pada periode ke-(t-1)
t: data aktual time series periode ke-t
: nilai trend periode ke-t
: nilai trend perode ke-(t-1)
: parameter pemulusan,
dan
: hasil peramalan untuk periode ke depan yang diramalkan
: jumlah periode ke depan yang diramalkan.
Secara umum, syarat nilai awal untuk level t dan trend dapat diperoleh
dengan menyesuaikan sebuah model regresi linear (Lampiran 2). Kemudian titik
potong dan kemiringan/slope dapat digunakan sebagai nilai awal pada t dan
berturut-turut (Montgomery et al. 2008).
Menurut Makridakis et al. (1995), ukuran kesalahan peramalan digunakan
untuk mengevaluasi nilai parameter peramalan. Nilai parameter peramalan yang
terbaik adalah nilai yang memberikan kesalahan peramalan yang terkecil. Dalam
karya ilmiah ini digunakan nilai rata-rata kesalahan kuadrat (Mean Squared
Error) untuk mengevaluasi nilai parameter peramalan banyaknya gempa bumi seJawa Barat-Banten di masa yang akan datang. Persamaan yang dapat digunakan
untuk menghitung ukuran kesalahan peramalan tersebut dinyatakan sebagai
berikut:
MSE = ∑
.
11
APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL
Dalam kehidupan sehari-hari banyak aplikasi peramalan yang
menggunakan metode pemulusan eksponensial seperti peramalan jumlah
pelanggan, peramalan harga suatu komoditi dan lain-lain. Pada karya ilmiah ini
peramalan mengenai banyaknya gempa bumi di Jawa Barat-Banten dilakukan
dengan cara menginterpretasikan plot data banyaknya gempa bumi menggunakan
metode pemulusan eksponensial ganda. Data yang digunakan dalam penulisan
karya ilmiah ini merupakan data sekunder yang diperoleh melalui pengambilan
data ke Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika di Jakarta. Langkah
pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi pola data untuk melihat apakah
data banyaknya gempa bumi memiliki unsur kecenderungan (trend). Berdasarkan
plot data time series banyaknya gempa bumi dengan magnitude ≥ 5 SR se-Jawa
Barat-Banten, terlihat bahwa data tersebut memiliki kecenderungan naik.
Banyaknya gempa bumi terendah adalah sebanyak 3 kejadian yang terjadi pada
tahun 2003, 2005, dan 2009. Sedangkan banyaknya gempa bumi tertinggi adalah
sebanyak 8 kejadian pada tahun 2007. Pada tahun 2001 sampai tahun 2006
banyaknya gempa bumi terjadi peningkatan dan penurunan secara signifikan,
sedangkan pada tahun 2009 sampai tahun 2012 banyaknya gempa bumi
cenderung mengalami peningkatan. Tahap berikutnya adalah penentuan parameter
dengan cara trial and error dari metode pemulusan eksponensial ganda satu
parameter dari Brown dan metode pemulusan eksponensial ganda dua parameter
dari Holt. Parameter pemulusan terbaik adalah parameter pemulusan yang
menghasilkan nilai Mean Square Error yang minimum.
Tabel 1 Banyaknya gempa bumi dengan magnitude
tahun 2001 sampai dengan tahun 2012
No.
Tahun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
5 SR se-Jawa Barat-Banten
Banyaknya gempa M ≥ 5
SR
4
5
3
5
3
6
8
7
3
6
6
7
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jakarta.
12
Banyaknya Gempa Bumi dengan M ≥ 5 SR
Grafik Banyaknya Jumlah Gempa Bumi se-Jawa Barat-Banten
8
7
6
5
4
3
2000
2002
2004
2006
Tahun
2008
2010
2012
Gambar 5 Grafik banyaknya gempa bumi dengan magnitude ≥ 5 SR se-Jawa
Barat-Banten tahun 2001 sampai dengan tahun 2012
Metode Pemulusan Eksponensial Ganda Satu Parameter dari Brown
Metode pemulusan eksponensial ganda satu parameter dari Brown
merupakan suatu metode pemulusan yang disesuaikan untuk data yang memiliki
kecenderungan. Peramalan dari metode eksponensial ganda satu parameter dari
Brown didapat dengan menggunakan satu parameter pemulusan yaitu
untuk
memuluskan data aktual deret berkala. Langkah awal dari metode pemulusan
eksponensial ganda satu parameter dari Brown adalah identifikasi bentuk kurva
melalui plot data, dalam hal ini banyaknya gempa bumi se-Jawa Barat-Banten
mulai dari tahun 2001 sampai tahun 2012. Berdasarkan Gambar 5, dapat dilihat
bahwa data banyaknya gempa bumi se-Jawa Barat-Banten menunjukkan adanya
unsur trend. Oleh karena itu, metode pemulusan ekponensial dari Brown dipilih
untuk meramalkan banyaknya gempa bumi se-Jawa Barat-Banten di masa
mendatang. Langkah selanjutnya adalah penentuan parameter pemulusan yang
besarnya
dengan cara trial and error yang menghasilkan Mean Square
Error yang minimum.
Berdasarkan hasil perhitungan software dengan cara trial and error untuk
analisis metode pemulusan eksponensial ganda satu parameter dari Brown
diperoleh sebesar 0.01 yang menghasilkan Mean Square Error sebesar 2.074.
Dari Tabel 1, data tersebut dianalisis menggunakan model regresi linear sederhana
untuk mendapatkan intercept
dan slope
sehingga nilai pemulusan awal
dan
dapat dihasilkan. Nilai tersebut dihasilkan dengan perhitungan sebagai
berikut:
, ∑
, ∑
, ∑
, ∑
,
∑
, ̅
, ̅
,
, dan
. Kemudian
nilai dan disubstitusikan ke persamaan dan sehingga diperoleh
(
(
)
)
13
Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai pemulusan tunggal dan ganda di setiap
periode sebagai berikut:
Untuk
,
(
)
( )
(
)
;
(
)
(
)
(
)
;
(
) (
)
;
(
)
(
(
)) =
.
Untuk
disajikan di Lampiran 3 sehingga diperoleh model
peramalan banyaknya gempa bumi untuk periode di masa yang akan datang
sebagai berikut:
maka banyaknya gempa bumi untuk empat periode berikutnya (Gambar 6) adalah
 tahun 2013 (
)
( )
kejadian,
 tahun 2014 (
)
( )
kejadian,
 tahun 2015 (
)
( )
kejadian,
 tahun 2016 (
)
( )
kejadian.
Tabel 2 Aplikasi pemulusan eksponensial ganda satu parameter dari Brown pada
peramalan banyaknya gempa bumi se-Jawa Barat-Banten
Alpha 0,01
Jumlah
No. Tahun gempa M
≥ 5 SR
1
2001
4
-19.23
-42.423 3.962 0.234 3.962 0.038
2
2002
5
-18.988 -42.189 4.213 0.234 4.197 0.803
3
2003
3
-18.768 -41.955 4.418 0.234 4.447 -1.45
4
2004
5
-18.531
-41.72 4.659 0.234 4.652 0.348
5
2005
3
-18.315 -41.486 4.856 0.234 4.893 -1.89
6
2006
6
-18.072 -41.252 5.108 0.234 5.09
0.91
7
2007
8
-17.811 -41.018 5.395 0.234 5.342 2.658
8
2008
7
-17.563 -40.783 5.657 0.235 5.629 1.371
9
2009
3
-17.358 -40.549 5.834 0.234 5.891 -2.89
10 2010
6
-17.124 -40.315 6.067 0.234 6.068 -0.07
11 2011
6
-16.893
-40.08 6.295 0.234 6.301 -0.3
12 2012
7
-16.654 -39.846 6.538 0.234 6.529 0.471
13 2013
6.773
14 2014
7.007
15 2015
7.241
16 2016
7.476
0.001
0.645
2.094
0.121
3.585
0.828
7.064
1.879
8.359
0.005
0.091
0.222
14
Plot Peramalan Banyaknya Gempa Bumi dengan Alpha 0.01
10
Banyaknya Gempa Bumi
0
-10
-20
-30
Variabel
Data Aktual
Smooth 1
Smooth 2
Ramalan
-40
2000
2002
2004
2006
2008
2010
Tahun
2012
2014
2016
Gambar 6 Peramalan menggunakan metode Brown dengan
= 0.01
Metode Pemulusan Eksponensial Ganda Dua Parameter dari Holt
Pada metode pemulusan eksponensial ganda dari Holt komponen trend
dihaluskan secara terpisah dengan menggunakan 2 parameter yang berbeda yaitu
dan . Kedua parameter perlu dioptimalkan sehingga pencarian kombinasi
terbaik dari parameter tersebut lebih rumit dari pada hanya menggunakan satu
parameter. Sebagaimana langkah awal dalam analisis metode pemulusan
eksponensial ganda dari Brown, dalam analisis ini juga perlu identifikasi data
untuk melihat apakah data banyaknya gempa bumi dengan magnitude 5 SR seJawa Barat-Banten terdapat unsur trend. Dari hasil plot data, data banyaknya
gempa bumi dengan magnitude
5 SR se-Jawa Barat-Banten menunjukkan
adanya unsur trend. Langkah selanjutnya adalah penentuan parameter pemulusan
dan
yang besarnya antara 0 sampai 1 dengan cara trial and error yang
memberikan Mean Square Error yang minimum.
Berdasarkan hasil perhitungan software dengan cara trial and error untuk
analisis metode pemulusan eksponensial ganda satu parameter dari Holt didapat
nilai
dan
berturut-turut sebesar 0.99 dan 0.01 yang menghasilkan Mean
Square Error sebesar 4.611. Seperti metode pemulusan eksponensial ganda satu
parameter dari Brown, metode pemulusan eksponensial ganda dua parameter dari
Holt juga menggunakan model regresi linear sederhana untuk mendapatkan
intercept
dan slope
sebagai nilai awal pemulusan
dan nilai trend
berturut-turut sebesar 3.727 dan 0.234. Tahap selanjutnya adalah perhitungan nilai
pemulusan dan nilai trend di setiap periode sebagai berikut:
Untuk
,
(
)(
)
( )
(
)
dan
(
) (
)
(
)
(
)
.
Untuk
disajikan di Lampiran 4 sehingga diperoleh model
peramalan banyaknya gempa bumi untuk periode di masa yang akan datang
sebagai berikut:
15
maka banyaknya gempa bumi untuk empat periode berikutnya (Gambar 7) adalah
 tahun 2013 (
)
( )
kejadian,
 tahun 2014 (
)
( )
kejadian,
 tahun 2015 (
)
( )
kejadian,
 tahun 2016 (
)
( )
kejadian.
Tabel 3 Aplikasi pemulusan eksponensial ganda dua parameter dari Holt pada
peramalan banyaknya gempa bumi se-Jawa Barat-Banten
Alpha 0.99 Gamma 0.01
Banyaknya gempa
No. Tahun
M ≥ 5 SR
0
*
*
3.727 0.234
1
2001
4
4
0.309 3.962 0.038 0.001
2
2002
5
4.993 0.396 4.309 0.691 0.478
3
2003
3
3.024 0.472 5.389 -2.39 5.708
4
2004
5
4.985 0.548 3.496 1.504 2.262
5
2005
3
3.025 0.622 5.533 -2.53 6.414
6
2006
6
5.976 0.706 3.648 2.352 5.534
7
2007
8
7.987 0.839 6.683 1.317 1.736
8
2008
7
7.018 0.98 8.825 -1.83 3.332
9
2009
3
3.05 1.071 7.999
-5
24.99
10 2010
6
5.981 1.151 4.121 1.879
3.53
11 2011
6
6.011 1.259 7.132 -1.13 1.281
12 2012
7
7.003 1.377 7.27 -0.27 0.073
13 2013
8.379
14 2014
9.756
15 2015
11.13
16 2016
12.51
Perbandingan Hasil Peramalan
Ketepatan (accuracy) dari suatu metode peramalan merupakan kesesuaian
dari suatu metode yang menunjukkan seberapa jauh model peramalan tersebut
mampu mereproduksi data yang telah diketahui. Dalam pemodelan deret berkala,
sebagian data yang diketahui dapat digunakan untuk meramalkan sisa data
berikutnya sehingga memungkinkan orang untuk mempelajari ketepatan
peramalan (Makridakis et al. 1995). Dalam pemilihan metode peramalan perlu
dipertimbangkan nilai kesalahan suatu metode peramalan tersebut. Pada penulisan
karya ilmiah ini penulis menggunakan Mean Square Error untuk menganalisis
16
ketepatan metode yang digunakan. Metode peramalan yang tepat adalah metode
yang menghasilkan Mean Square Error yang minimum.
Peramalan Banyaknya Gempa Bumi dengan Alpha 0.99 dan Gamma 0.01
14
Banyaknya Gempa Bumi
12
10
8
6
4
Variabel
Data Aktual
Smooth
Trend
Ramalan
2
0
2000
2002
2004
2006
2008
2010
Tahun
2012
Gambar 7 Peramalan menggunakan metode Holt
2014
2016
= 0.99 dan
= 0.01
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, dapat dilihat tingkat
ketepatan dari kedua metode peramalan tersebut seperti tercantum pada Tabel 4.
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa dalam peramalan banyaknya gempa bumi
dengan magnitude
5 SR se-Jawa Barat-Banten dengan analisis metode
pemulusan eksponensial ganda dari Brown, nilai Mean Square Error yang
dihasilkan sebesar 2.074. Sedangkan dengan metode pemulusan eksponensial
ganda dari Holt, nilai Mean Square Error yang dihasilkan sebesar 4.611. Dari
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pemulusan eksponensial ganda
dari Brown memiliki nilai Mean Square Error yang lebih kecil dibandingkan
dengan metode pemulusan eksponensial ganda dari Holt. Oleh karena itu, dalam
meramalkan banyaknya gempa bumi magnitude
5 SR se-Jawa Barat-Banten
lebih tepat menggunakan metode pemulusan eksponensial ganda dari Brown
karena nilai kesalahan peramalan yang dihasilkan lebih kecil.
Plot Peramalan Banyaknya Gempa Bumi
Banyaknya Gempa Bumi
12
10
8
6
Variabel
Data A k tual
Brown
Holt
4
2
2000
2002
2004
2006
2008
Tahun
2010
2012
2014
2016
Gambar 8 Plot peramalan banyaknya gempa bumi
17
Tabel 4 Perbandingan ketepatan metode peramalan
Metode
Pemulusan eksponensial ganda satu parameter dari Brown
Pemulusan eksponensial ganda dua parameter dari Holt
MSE
2.074
4.611
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis metode pemulusan eksponensial ganda satu
parameter dari Brown, peramalan banyaknya gempa bumi dengan magnitude ≥ 5
SR se-Jawa Barat-Banten pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2016 adalah
sebanyak 7 kejadian dengan nilai MSE sebesar 2.074. Peramalan dengan
menggunakan metode pemulusan eksponensial ganda dua parameter dari Holt
menghasilkan banyaknya gempa bumi magnitude ≥ 5 SR se-Jawa Barat-Banten
pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2016 meningkat, dengan nilai berturut-turut
sebesar 8, 10, 11, 13 kejadian dengan nilai MSE sebesar 4.611.
Berdasarkan tingkat ketepatan MSE dari setiap metode dapat disimpulkan
bahwa metode yang lebih tepat untuk meramalkan banyaknya kejadian gempa
bumi dengan magnitude ≥ 5 SR se-Jawa Barat-Banten adalah metode pemulusan
eksponensial ganda satu parameter dari Brown karena tingkat kesalahan yang
dihasilkan lebih kecil dari pada menggunakan metode pemulusan eksponensial
ganda dua parameter dari Holt.
Saran
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan sebaiknya dilakukan peramalan
menggunakan metode yang sesuai dengan karakteristik gempa bumi pada daerahdaerah yang rentan terjadi gempa bumi di seluruh Indonesia. Penggunaan data
historis untuk peramalan harus lebih banyak sehingga pola data tersebut dapat
dilihat lebih spesifik dan lebih mudah dalam pemilihan metode yang akan
digunakan untuk peramalan.
DAFTAR PUSTAKA
[BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2013. Jumlah Gempa
Bumi Jawa Barat – Banten (2001-2012). Jakarta (ID): BMKG.
Makridakis S, Wheelwright SC, McGee VE. 1995. Metode dan Aplikasi
Peramalan. Andriyanto US, Basith A, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga.
Terjemahan dari: Forecasting. 2nd Edition.
Montgomery DC, Johnson LA, Gardiner JS. 1990. Forecasting and Time Series
Analysis. 2nd Edition. Singapore (SG): McGraw-Hill.
18
Montgomery DC, Jennings CL, Kulahci M. 2008. Introduction to Time Series
Analysis and Forecasting. 2nd Edition. America (US): John Wiley and Sons,
Inc.
19
Lampiran 1 Bukti ̂
(Montgomery et al. 1990)
∑ (
)
Untuk T yang cukup besar, maka (
(
)
)
mendekati nol sehingga
∑(
(
)
(16)
)
)
[ ∑(
∑(
)
∑(
)
(
Oleh karena itu, layak untuk menggunakan
diketahui. Maka pada waktu T, ̂
.
]
(
)
)
sebagai estimasi b yang tidak
20
Lampiran 2 Model regresi linear (Makridakis et al. 1995)
Diasumsikan terdapat n titik data yang diberi notasi , persamaan regresi
̂
dapat ditaksir sedemikian rupa sehingga meminimumkan jumlah
kuadrat deviasi. Dengan mendefinisikan:
̂
maka
̂)
(
dan
∑
∑(
∑
∑(
̂)
Dengan substitusi,
)
Dengan menggunakan kalkulus,
∑
)
∑(
∑(
)
∑
∑
(17)
∑
∑
(
∑
∑
persamaan (17) dan (18) dapat ditulis sebagai
∑
∑
∑
)
∑
∑
(18)
(19)
∑
(20)
persamaan (19) dan (20) disebut persamaan kuadrat terkecil. Solusi untuk
persamaan kuadrat terkecil adalah estimator-estimator kuadrat terkecil untuk
dan yaitu:
∑
(∑
)(∑
)⁄
̂
∑
(∑
) ⁄
dan
̂
̅ ̂ ̅
∑
∑
dimana ̅
dan ̅
.
21
Lampiran 3 Perhitungan nilai pemulusan tunggal dan ganda di setiap periode
dengan metode Brown

Untuk
(
( )
)
(
)
)
(
(
(
)
)
(
))
Untuk
(
( )
)
(
)
)
(
(
(
)
)
(
(
(
)
)
)
(
(
))
Untuk
(
( )
)
(
)
)
(
(
(
)
)
(
(
(
)
)
)
(

)
)
(

(
(
(

)
(
))
Untuk
(
( )
)
(
)
)
(
(
(
)
(
(
)
(
)
)
)
22
(

(
Untuk
(
( )
)
(
)
)
(
(
(
)
(
)
(
))
Untuk
(
( )
)
(
)
)
(
(
(
)
)
(
(
(
)
)
)
(
(
))
Untuk
(
( )
)
(
)
)
(
(
(
)
)
(
(
(
)
)
)
(

)
)
(

)
(
(

))
)
Untuk
(
( )
)
(
)
)
(
(
(
)
(
(
)
(
)
)
)
23
(

(
Untuk
(
( )
(
(
(
)
)
(
)
)
(
(
)
(
)
(
))
Untuk
(
( )
(
(
(
)
)
(
)
)
(
(
)
(
)
)
)
(

)
)
(

))
(
))
Untuk
(
( )
(
(
(
)
(
)
(
)
)
(
(
)
)
)
)
(
(
))
24
Lampiran 4 Perhitungan nilai pemulusan dan nilai trend di setiap periode dengan
metode Holt

Untuk
(
( )
(
)
(

)(
(
(
)
(
)
)(
(
(
(
(
)
)(
(
(
(
(
)
)(
(
(
(
(
)
)(
(
(
(
(
)
)(
(
(
(
)
)
)
(
)
)
)
)
)
(
)
)
)
)
)
(
)
)
)
)
)
(
)
)
)
)
)
(
)
Untuk
(
( )
(
)
)(
(
(
(

)
Untuk
(
( )

)
Untuk
(
( )

(
Untuk
(
( )

)
Untuk
(
( )

)
Untuk
(
( )

)
)
)
)
)
(
Untuk
(
)(
)
)
25
( )
(
(
)
)
(

)
(
(
)
)(
(
(
(
)
)
)
)
)
(
)
Untuk
(
( )
(
)(
(
) (
(

(
Untuk
( )

)
(
)
)
)
)
(
)
Untuk
(
( )
(
(
)(
(
) (
)
)
)
)
(
)
26
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Jakarta pada tanggal 12 Juni 1991 sebagai anak
pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Muhammad dan Ratnawati. Pada
tahun 1997, penulis lulus dari TK Bintang-Bintang Bandung. Pada tahun 2003,
penulis lulus dari SD Negeri 004 Bukit Bestari Tanjungpinang. Pada tahun 2006,
penulis lulus dari SMP Negeri 4 Tanjungpinang. Pada tahun 2009, penulis lulus
dari SMA Negeri 49 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis diterima di
Departemen Matematika IPB melalui Ujian Saringan Masuk IPB (USMI).
Selama masa perkuliahan penulis pernah menjadi asisten dosen mata
kuliah Kalkulus III Program S1 periode 2011/2012. Selain itu, penulis aktif pada
beberapa lembaga kemahasiswaan IPB dan kepanitiaan, diantaranya staf divisi
Sosinkom Gumtika “Briliant” periode 2010/2011, tim acara Masa Perkenalan
Departemen Matematika 2010 angkatan 47, anggota Gumakusi, anggota
Gumakustik, Komunitas Seni Matematika, tim danus dan sponsorhip dalam acara
Sport Competition and Art Festival on MIPA Faculty 2011, dan kepala divisi
Lead Officer Matematika Ria 2011.
Download