representasi perempuan islam dalam iklan fair and

advertisement
REPRESENTASI PEREMPUAN ISLAM DALAM
IKLAN FAIR AND LOVELY VERSI NIKAH ATAU S2
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh:
Apik Sopankatanya
NIM: 1112051000162
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/ 2017 M
Dengan ini penulis menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu, jenjang
sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang penulis gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Januari 2017
Apik Sopankatanya
ABSTRAK
Apik Sopankatanya
NIM: 1112051000162
Representasi Perempuan Islam dalam Iklan Fair and Lovely Versi Nikah atau S2
Iklan merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh institusi atau perusahaan
dalam rangka mempromosikan barang ataupun jasa yang mereka miliki. Dalam usaha
menyebar luaskan iklan maka dibutuhkan media massa. Dari berbagai jenis media massa
yang ada, iklan di televisi dinilai lebih kuat dibandingkan dengan media lainnya. Hal ini
dikarenakan televisi memiliki jangkauan yang luas, fleksibel, dan berbagai keunggulan
lainnya. Salah satu produk yang memasarkan produknya melalui saluran televisi adalah
cream pencerah wajah Fair and Lovely. Dari berbagai versi iklan yang Fair and Lovely
tampilkan di televisi, ada salah satu iklan yang berbeda yakni iklan Fair and Lovely versi
Nikah atau S2.
Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana perempuan Islam
direpresentasikan dalam iklan Fair and Lovely Versi Nikah atau S2? Bagaimana
makna denotasi, konotasi dan mitos yang ada dalam iklan Fair and Lovely Versi
Nikah atau S2?
Metodologi penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme dan
pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Sedangkan metode
penelitian yang digunakan adalah analisis semiotika Roland Barthes. Analisis
semiotik model Roland Barthes dilakukan dengan cara mengupas makna
denotasi, konotasi dan mitos mengenai representasi perempuan Islam dalam iklan
Fair and Lovely Versi Nikah atau S2. Dalam penelitian ini, penulis
mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari iklan
Fair and Lovely Versi Nikah atau S2 di televisi sedangkan data sekunder, penulis
mencari referensi dari literature-literatur baik buku, jurnal, dokumen maupun
sumber-sumber lain yang relevan dengan penelitian ini.
Penelitian ini menggunakan teori representasi Stuart Hall dan konsep
semiotika Roland Barthes. Menurut Stuart Hall representasi merupakan
perwakilan yang menghubungkan makna dan bahasa. Representasi dapat
berwujud gambar, kata, cerita yang mewakili ide, emosi, fakta dan sebagainya.
Dan bagaimana representasi tersebut dikaitkan dengan semiotika Rolland Barthes
yang mengembangkan semiotika menjadi dua tataran petanda tentang makna yang
terkandung dalam iklan. Barthes menjelaskan signifikasi tahap pertama
merupakan hubungan penanda dengan petanda yang disebut sebagai denotasi,
kemudian konotasi adalah istilah untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua, dan
pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui
mitos.
Hasil penelitian terhadap iklan Fair and Lovely versi Nikah atau S2
adalah perempuan Islam direpresentasikan bahwa perempuan Islam saat ini
berpakaian muslimah yang modern, perempuan Islam diatur oleh orang tuanya
terkait pasangan hidup yang tepat sesuai dengan standar tertentu, perempuan
Islam merawat kecantikan diri dan peduli penampilan, perempuan Islam ingin
setara dengan laki-laki terutama dalam hal pendidikan dan karir.
Keyword: Semiotika, Represetasi, Iklan, Perempuan, Fair and Lovely
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanrirrahim,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulilah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt.
atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Represensi Perempuan Islam dalam Iklan Fair and Lovely Versi
Nikah atau S2” ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai
pihak, maka dari itu izinkan penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada
semua pihak yang tulus ikhlas telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada :
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. Arief
Subhan, M.A Wakil Dekan 1 Bidang Akademik Bapak Drs. Suparto,
P.hD. Wakil Dekan II bidang administrasi Umum,Ibu Roudhonah M.Ag
serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Bapak Dr. Suhaimi, M.Si.
2. Bapak Drs. Masran, M.Ag selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
3. Bapak Drs. Gun Gun Heryanto, M.Si selaku Dosen Penasehat Akademik
KPI E angkatan 2012 yang telah pengarahan dalam penyusunan proposal
skripsi.
4. Ibu Dr. Fatmawati, M.Ag selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama
ii
perkuliahan. Semoga ilmu yang Bapak dan Ibu berikan menjadi amal yang
terus mengalir bagi Bapak dan Ibu dosen, dan ilmu tersebut bermanfaat
bagi saya.
6. Para staff Tata Usaha (TU) yang telah membatu menyiapkan dokumendokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini dan juga para staff
perpustakaan yang telah memberikan pelayanan dan fasilitas buku-buku
referensi.
7. Kedua orang tua penulis Alm. Taat Saliyanto dan Ibu Sumaryati yang
telah membesarkan dan mencurahkan kasih sayangnya, sehingga atas doa,
dorongan semangat, dukungan moril dan materil, penulis dapat menuntut
ilmu di Perguruan Tinggi dan menyelesaikan skripsi ini.
8. Kakak- kakak penulis, Yuma Eko Martiono, Melia Nurhayati S.E dan adik
penulis Pass Ramadhan W.W A.Md.Par yang selalu membantu dan
memberikan semangat agar segera menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh keluarga besar penulis, om, tante, bulek dan sepupu-sepupu yang
selalu mendoakan penulis dan memberikan semangat, dukungan moril dan
materil.
10. Yudi Suhantoro, orang yang selalu ada untuk
penulis dan selalu
membantu dan memberikan semangat agar segera menyelesaikan skripsi
ini.
11. Sahabat saya yang juga selalu menyemangati saya agar menyelesaikan
skripsi ini Rini Hendriatni.
iii
12. Sahabat-sahabat yang dipertemukan di kampus yang saya sayangi Imas
Hayati Nufus, Dewi Utari, Mia Kurnia Ningsih, Nirma Sugiarti, Novi
Fitriani, dan Nenden Nelawati terima kasih banyak atas segalanya selama
menempuh kuliah ini dan persahabatan kita mudah-mudahan tetap terjalin
sampai tua.
13. Sahabat seperjuangan penulis dalam penyusunan skripsi dan mengejar
target wisuda Mia Kurnia Ningsih.
14. Teman-teman seperjuangan KPI E 2012, Sarah Meida, Mudillah, Syifa
Maulidina, Siti Aisyah, Thabitha Nasthy Dhiraja, Fitri Permata Sari,
Annisah Bilqis, Dityan Zahra Pranisa , Ahmad Fikri Fauzan, Achmad
Faisal Riwanto, Hidayatul Munir, Indra Dhiennar Ramadhan, Ferdi Rizky
Putra, Ridho Andriansyah, Ridho Falah Adly, Fahmi, Gilang Sakti
Perdana, Trisaka Octarian, Arif Syahrizal , Arif Faturahman, Taufik
Abdullah, Ega Ramadhan, Melky Amirus Sholeh, Giovanni, M. Aidilah
Putra, Hilman Zulfahmi, Rahmat Agung Aditya, terimakasih sudah
menjadi teman bertukar pikiran dan bercanda di kelas.
15. Teman-teman KKN OASIS yang sudah menjadi keluarga baru bagi saya.
16. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis
Apik Sopankatanya
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK…………………………………………………………
KATA PENGANTAR…………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………
DAFTAR TABEL………………………………………………..
DAFTAR GAMBAR………………………………………………
i
ii
v
vii
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………...
1
B. Batasan dan Rumusan Masalah…………………………….
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………..
6
1. Tujuan Penelitian……………………………………….
6
2. Manfaat Penelitian……………………………………...
6
D. Tinjuan Pustaka…………………………………………......
7
E. Metodologi Penelitian………………………………………
8
1. Paradigma Penelitian…………………………………...
8
2. Pendekatan Penelitian…………………………………..
9
3. Metode Penelitian………………………………………
9
4. Subjek dan Objek Penelitian……………………………
10
5. Sumber Data…………………………………………….
10
6. Teknik Pengumpulan Data……………………………...
10
7. Teknik Analisa Data……………………………………
11
8. Sistematika Penulisan…………………………………..
12
BAB 11 LANDASAN TEORI & KERANGKA KONSEP
A. Semiotika…………………………………………………..
14
1. Pengertian Semiotika…………………………………...
14
v
2. Semiotika Roland Barthes………………………………
17
B. Representasi Stuart Hall………………………………….
20
C. Perempuan dalam Islam………………………………….
22
D. Tinjauan Tentang Iklan…………………………………..
25
1. Pengertian Iklan………………………………………...
25
2. Iklan Televisi Sebagai Konstruksi Realitas dalam Media..
28
3. Jenis-jenis Shot…………………………………………
29
E. Perempuan dalam Iklan……………………………………..
30
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK
A. Gambaran Umum PT. Unilever Tbk………………………..
33
B. Gambaran Umum Lowe Indonesia…………………………
38
C. Gambaran Umum Produk Fair and Lovely…………………
42
D. Gambaran Umum Iklan Fair and Lovely ………………………
44
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Analisis Makna Denotasi, Konotasi dan Mitos dalam Iklan ……
47
B. Representasi Makna dalam Iklan Fair and Lovely…………..
64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………… …
68
B. Kritik dan Saran…………………………………………… …
69
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………
LAMPIRAN…………………………………………………………..
70
73
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Scene (00.00.00-00.00.08)……………………………………. 47
Tabel 4.1 Scene (00.00.13-00.00.24)……………………………………. 54
Tabel 4.1 Scene (00.00.27-00.00.41)……………………………………. 58
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1: Logo PT Unilever Tbk………………………………….
35
Gambar 3.2: Krim Pencerah Wajah Fair and Lovely………………..
43
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Iklan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
manusia. Secara sederhana iklan merupakan sebuah informasi yang
disuguhkan oleh produsen kepada masyarakat dengan harapan agar khalayak
mau mengkonsumsi atau memakai produk yang ditawarkan. Akan tetapi,
lebih jauh lagi iklan bukan hanya sekedar memberikan informasi tetapi juga
memanipulasi psikologis konsumen secara persuasif untuk mengubah sikap
dan pikiran sehingga mau membeli atau menggunakan produk yang
ditawarkan.. Iklan bukan hanya sebagai alat pemasaran produk tetapi juga
telah menjual nilai-nilai ideal dalam gaya hidup masyarakat.
Iklan atau advertising dapat didefinisikan sebagai “any paid form of
non personal communication about an organization, product, service, or idea
by an identified sponsor” artinya iklan adalah setiap bentuk komunikasi
nonpersonal mengenai suatu organisasi, produk, servis, atau ide yang dibayar
oleh suatu sponsor yang diketahui. Adapun maksud dari nonpersonal dalam
definisi tersebut adalah suatu iklan melibatkan media massa (TV, radio,
majalah,
koran
dan
sebagainya).
1
Dengan
demikian
sifat nonpersonal iklan berarti pada umumnya tidak adanya kesempatan untuk
mendapatkan umpan balik/ feed back yang langsung dari penerima pesan
(kecuali dalam hal direct response advertising).1 Oleh karena itu, sebelum
pesan iklan dikirimkan pemasang iklan harus betul-betul mempertimbangkan
bagaimana audensi akan menginterpretasikan dan memberikan respons
terhadap pesan iklan tersebut.
Pada
kenyataannya,
periklanan
adalah
fenomena
bisnis
modern.Perusahaan barang/ jasa mengandalkan iklan untuk mempromosikan
barang/ jasa yang mereka jual untuk menarik konsumen dan merauk untung
sebanyak-banyaknya.Terlebih pada saat ini ketika banyaknya produk yang
ada dipasaran membuat persaingan masing-masing perusahaan semakin
berat.Perusahaan barang/ jasa harus memutar otak agar produk mereka tetap
laku dipasaran dan diminati masyakarat.Salah satu strategi pemasaran yang
dilakukan adalah membuat iklan yang kreatif, unik, dan menarik agar
menarik peminat atau calon pembeli.
Seringkali adegan yang muncul dalam iklan juga mengandung pesan
yang diwakilkan oleh properti- properti yang divisualisasikan pada tanyangan
iklan itu sendiri, selain pesan „jualan‟ yang tentu saja tujuan dari sebuah
iklan. Maka dari itu, terkadang kita harus lebih teliti dengan apa yang kita
lihat di iklan sehingga mampu memahami apa yang ingin disampaikan dari
iklan tersebut. Iklan-iklan di media massa terlebih televisi, pada umumnya
menggunakan simbol-simbol serta menampilkan realitas yang ada di
1
Morissan, Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2010), h. 17-18
2
3
masyarakat. Contohnya,
banyak iklan yang dibuat dengan menggunakan
simbol perempuan sebagai daya tarik, dimana perempuan cantik selalu
diidentikan dengan mereka yang mempunyai rambut panjang, kulit putih
mulus, badan tinggi semampai dan berpakaian modis.
Bahkan dalam teks iklan di luar negeri, sudah lama perempuan
menjadi model iklan yang mempunyai daya tarik tersendiri. Deborah Lupton
mengungkapkan bahwa :2
“ Tubuh perempuan dalam media massa menjadi alat yang sangat
penting dalam berbagai proses sosial dan ekonomi guna memberikan
daya erotis terhadap berbagai produk. Kekuatan daya tarik ini
merupakan faktor pendorong yang penting dan kuat untuk
memverifikasi minat seseorang terhadap produk.”
Realitas yang terjadi di Indonesia pada saat ini adalah perkembangan
muslim di Indonesia yang sangat pesat. Indonesia merupakan salah satu
negara yang memiliki jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia. Menurut
catatan The Pew Forum on Religion & Public Life pada 2010, yang dimuat
dalam koran Republika, Indonesia menduduki peringkat pertama dengan
populasi muslim tertinggi di dunia yaitu mencapai 12,7 persen dari populasi
muslim di seluruh dunia. Dari 205 juta penduduk Indonesia, dilaporkan
sedikitnya 88,1 persen beragama Islam.3 Bahkan dibandingkan dengan negara
seperti Arab, populasi penduduk muslim di Indonesia sangatlah besar. Jadi
tidak heran, apabila perempuan muslim Indonesia banyak yang menggunakan
2
London School Public Relation Research Center, Editor:Rendro DS, Beyond Borders:
Communication Modernity & History (Jakarta: Publisher STIKOM The London School of Public
Relations, 2010), h.51.
3
Republika Online, “Inilah 10 Negara dengan Populasi Muslim terbesar di Dunia ”, diakses
pada tanggal 26 Agustus 2016 dari http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islamnusantara/15/05/27/noywh5-inilah-10-negara-dengan-populasi-muslim-terbesar-di-dunia
4
jilbab atau sejenis penutup kepala untuk menutupi aurat mereka dan sekaligus
sebagai penanda bahwa mereka adalah seorang muslimah. Berbeda dengan
zaman pemerintahan orde baru yang sempat melarang masyarakat muslim di
Indonesia untuk mengenakan jilbab di instansi maupun sekolah.
Pasca
reformasi jilbab mulai mendapatkan kebebasannya sebagai identitas
perempuan muslim. Perkembangan tersebut terjadi hingga saat ini Indonesia
menjadi kiblat fashionmuslim di dunia.
Dari perkembangan budaya, perempuan berjilbab memiliki potensi
diterima oleh sebagian besar masyarakat, mulai dari cara berdandan,
berpenampilan hingga atribut-atribut yang melekat menjadi sebuah fashion
yang dikembangkan hingga saat ini. Hal ini juga yang membuat kaum muslim
dan muslimah di Indonesia mulai menunjukkan eksistensinya di media massa
terutama televisi.
Mereka yang menggunakan simbol agama Islam sudah mulai
bermunculan di media massa. Kita lihat beberapa tahun belakangan ini, film
bertemakan agama Islam/ film religius menjamur dan diminati banyak
penonton.Demikian halnya dalam lingkup perikalanan, media massa telah
menjadi alat yang berperan besar dalam dinamika perdagangan global.
Berbagai macam iklan ditampilkan dengan kemasan yang sekreatif mungkin
yang senantiasa dapat menarik dan merebut perhatian masyarakat. Banyak
agensi periklanan, menggunakan perempuan-perempuan muslim atau mereka
yang menggunakan simbol/ atribut muslim sebagai model di iklan produk
tertentu.
5
Banyaknya perempuan-perempuan muslim yang tampil di media
massa merupakan kemajuan yang luar biasa. Dengan demikian perempuan
muslim dapat menunjukkan eksistensi mereka di sosial masyarakat dan
menunjukkan citra yang baik bagi perempuan muslim. Namun, di sisi lain
perkembangan pada masyarakat muslim di Indonesia juga membuat
produsen dan industri melirik perempuan muslim sebagai target pasar yang
menjanjikan. Produsen mengemas sedemikian rupa iklan mereka agar
menarik yang lama-kelamaan pengaruh media tersebut memungkinkan untuk
membuat budaya baru.
Dengan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk
mengetahui makna simbolis mengenai representasi perempuan muslim yang
ditampilkan dalam sebuah iklan dengan meneliti salah satu iklan di Indonesia
yang menggunakan model muslimah, yaitu
iklan produk pencerah wajah
Fair and Lovely dan mengambil judul penelitian “REPRESENTASI
PEREMPUAN ISLAM DALAM IKLAN FAIR AND LOVELY VERSI
NIKAH ATAU S2.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Agar penelitian ini
lebih terarah, maka
penulis membatasi
pengambilan adegan atau gambar dalam iklan Fair and Lovely Versi Nikah
atau S2 yang memiliki simbol dan merepresentasikan perempuan muslim.
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian berikut adalah:
6
1. Bagaimana perempuan Islam direpresentasikan dalam iklan Fair and
Lovely Versi Nikah atau S2 ?
2. Bagaimana makna denotasi, konotasi dan mitos dalam iklan Fair and
Lovely Versi Nikah atau S2 ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah :
a. Untuk mengetahui makna denotasi, konotasi dan mitos dalam iklan
Fair and Lovely Versi Nikah atau S2.
b. Untuk mengetahui bagaimana perempuan Islam direpresentasikan
dalam iklan Fair and Lovely Versi Nikah atau S2.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademik
Diharapkan agar hasil dari penelitian ini dapat memberikan
konstribusi dan menjadi referensi di bidang ilmu komunikasi,
khususnya bagi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) dalam mengembangkan penelitian
skripsi menganalisis iklan menggunakan teori semiotika.
b. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis penelitian ini adalalah bisa memberikan
deskripsi dalam membaca makna yang terkandung dalam sebuah iklan
melalui kajian semiotika.
7
D. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis mengadakan tinjauan
pustaka terhadap skripsi yang hampir serupa, di antaranya adalah :
1. Skripsi Alvina Malvi mahasiswi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
(KPI) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dengan
judul “REPRESENTASI CITRA POLITIK DALAM IKLAN HANURA
WIN-HT BERSIH PEDULI TEGAS DI RCTI”. Dalam skripsi tersebut
penulis menganalisis citra politik dalam iklan Hanura WIN-HT. Penulis
menggunakan model analisa semiotika Charles S.Pierce dan teori
representasi. Skripsi ini penulis pilih sebagai acuan karena sama-sama
menggunakan teori representasi, dan sama-sama menggunakan analisis
semiotika sama-sama meneliti sebuah iklan. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian tersebut adalah penggunaan model analisis yang
berbeda, dimana penelitian ini menggunakan model analisis semiotika
Rolland Barthes sedangkan penelitian tersebut menggunakan analisis
semiotika Charles S.Pierce.
2. Skripsi Ari Puji Astuti mahasiswi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
(KPI) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan
judul “REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM FILM 7 HATI 7
CINTA 7 WANITA KARYA ROBBY ERTANTO STUDI ANALISIS
SEMIOTIKA”. Dalam skripsi tersebut penulis meneliti representasi
perempuan yang terdapat dalam sebuah film. Karena mempunyai
persamaan, yaitu sama-sama meneliti dengan menggunakan analisis
8
semiotik yang membahas masalah perempuan, maka skripsi ini penulis
pilih menjadi acuan. Selain itu, penelitian tersebut juga menggunakan
analisis semiotika model Rolland Barthes, tetapi digunakan untuk
menganalisis sebuah film, sedangkan penelitian ini meneliti sebuah iklan.
3. Skripsi Rezania Meidiati mahasiswi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
(KPI) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dengan
judul “ANALISIS SEMIOTIKA KECANTIKAN MUSLIMAH PADA
IKLAN SHAMPO SUNSILK AND FRESH VERSI LAUDYA CINTYA
BELLA”. Skripsi ini penulis pilih sebagai acuan karena sama-sama
meneliti seuah iklan dengan menggunakan teori semiotika walaupun
dengan model yang berbeda dan kasus serta objek yang diteliti . Skripsi
tersebut menggunakan semiotika model Charles S.Pierce sedangkan
penulis menggunakan model Rolland Barthes.
E. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigma penelitian konstruktivis.
Paradigma penelitian konstruktivis mempelajari tindakan sosial bermakna
(meaningfull
social
action)
yang
meliputi
bagaimana
manusia
mengkonstruksikan makna dalam suasana dan setting natural. Paradigma
konstruktivis itu berfokus pada aktifitas pembentukan makna akan sesuai
dalam benak atau pikiran manusia. Realitas dikatakan terbentuk dan
terkonstruksi melalui berbagai aktifitas timbal-balik, dialektis, serta tidak
hanya terjadi sekali melainkan berulang-ulang yang terjadi antara individu
9
serta struktur sosialnya.4Maka analisis dalam pandangan konstruktivis
ialah menemukan bagaimana realitas dikonstruksi dan menggunakan cara
apa konstruksi tersebut dibentuk. Paradigma ini dipakai peneliti untuk
menggali makna dan pesan yang terkadung dalam iklan Fair and Lovely
Versi Nikah atau S2.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan
yang
digunakan
adalah
pendekatan
kualitatif.Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang pemecahan
masalahnya
dengan
menggunakan
data
empiris
yang
bertujuan
mengembangkan pengertian tentang individu dan kejadian dengan
memperhitungkan konteks yang relevan.5 Penulis akan menggunakan
data-data empiris lainnya untuk memberikan makna yang ingin
disampaikan dalam iklan Fair and Lovely Versi Nikah atau S2.
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
analisis semiotik model Rolland Barthes yang fokus pada gagasan tentang
signifikasi dua tahap (two order of signification, dimana denotasi
merupakan sistem signikasi tingkat pertama, sementara konotasi
merupakan sistem tingkat kedua. Dalam kerangka Barthes, konotasi
identik dengan operasi ideologi yang disebutnya sebagai mitos dan
4
Akhyar Yusuf Lubis, Filsafat Ilmu dan Metodology Postmodern (Jakarta: Akademia,2004),
h.7.
5
Mashuri dan M.Zainuddin, MetodologiPenelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif (Malang:
Refika Aditama, 2008), h. 13
10
berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilainilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu.6
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah potongan gambar dan dialog yang
mengandung unsur perempuan Islam yang ada pada iklan Fair and Lovely
Versi Nikah atau S2. Adapun objeknya adalah representasi perempuan
dalam iklan tersebut.
5. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer berupa data yang diperoleh dari rekaman video iklan
Fair and Lovely Versi Nikah atau S2, yang kemudian dibagi per-scene
dan dipilih yang sesuai dengan rumusan masalah kemudian digunakan
untuk penelitian.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen, atau
literature-literatur data yang mendukung data primer, seperi buku,
jurnal, catatan kuliah, kamus, internet yang sesuai dengan kebutuhan
penelitian.
6. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian, penulis
menggunakan teknik observasi dan dokumentasi.
6
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 71.
11
a. Observasi : Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan suatu
objek dengan sistematika fenomena yang diselidiki. Observasi dapat
dilakukan sesaat pun mungkin dapat diulang.7 Observasi yang
dilakukan secara langsung dan tidak terikat terhadap objek penelitian
dan unit analisis dengan cara menonton dan mengamati secara teliti
setiap scene. Kemudian mencatat, memilih dan menganalisisnya sesuai
dengan model penelitian yang digunakan.
b. Dokumentasi :Dokumen merupakan catatan peristiw yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental
dari
seseorang.8Dokumentasi
adalah
pengumpulan
dokumen-dokumen berupa iklan Fair and Lovely Versi Nikah atau S2,
serta referensi-referensi yang didapat dari buku, atau artikel yang
didapat dari internet, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan
penelitian ini.
7. Teknik Analisis Data
Setelah data primer dan data sekunder terkumpul, langkah
selanjutnya adalah analisis data, adapun teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini diklasifikasikan sebagai berikut:9
a.
Reduksi data : Diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan,
perhatian pada penyederhaan, pengabstrakan, dan transformasi data
7
Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu
Sosial lainnya (Jakarta: Kencana,2009), h.116.
8
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2013), h.
240
9
Matthew B.Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif (Jakarta: Universitas
Indonesia, 1992), hlm. 16-19
12
“kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis. Reduksi data
merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan
data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan
finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
b.
Paparan data : Tahapan penting yang kedua dari kegiatan analisis
adalah penyajian data, penyajian adalah sekumpulan informasi yang
tersusun dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan
dan pengambilan tindakan.
c.
Penarikan kesimpulan (verifikasi) : Kegiatan analisis ketiga adalah
tahap penarikan kesimpulan atau verifikasi. Setelah menarik
kesimpulan maka dilakukan analisis data dengan menggunakan teknik
analisis semiotika Rolland Barthes, berdasarkan makna denotasi,
konotasi dan mitos.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah proses penulisan penelitian, maka skripsi ini
dibagi menjadi lima bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN yang berisi Latar Belakang, Batasan dan
Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka,
Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II: LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEP
menjelaskan tentang Semiotika, Representasi Stuart Hall, Perempuan dalam
Islam dan Tinjauan Iklan.
13
BAB III: GAMBARAN UMUM menguraikan gambaran umum
tentang Unilever dan produk Fair and Lovely cream pencerah wajah.
BAB IV: TEMUAN DAN ANALISA DATA merupakan hasil
penelitian analisis semiotika terhadap iklan Fair and Lovely Versi Nikah atau
S2, berupa identifikasi umum temuan data, makna denotasi, konotasi dan
mitos dalam iklan Fair and Lovely Versi Nikah atau S2 dan representasi
makna dalam iklan tersebut.
BAB V: PENUTUP merupakan akhir atau penutup dari penulisan
skripsi ini, berisi kesimpulan, kritik dan saran. Pada bagian ini merupakan
kesimpulan terhadap beberapa pertanyaan yang ada dalam rumusan masalah.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP
A. Semiotika
1. Pengertian Semiotika
Secara etimologis, kata semiotika sendiri berasal dari bahasa Yunani
semeion yang berarti tanda atau seme yang berarti penafsir tanda. Semiotika
berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika dan poetika.
Pada masa itu, tanda masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada
adanya hal lain, contoh asap menandai adanya api.10Adapun secara
terminologis,
mempelajari
semiotika
sederetan
dapat
luas
diidentifikasikan
objek-objek,
sebagai
ilmu
peristiwa-peristiwa,
yang
seluruh
kebudayaan sebagai tanda.11
Semiotika merupakan suatu ilmu atau metode analisis yang biasa
digunakan untuk mengkaji tanda.Tanda-tanda adalah basis dari seluruh
komunikasi.Manusia dengan menggunakan perantara tanda-tanda dapat
melakukan komunikasi dengan sesamanya.12Dalam semiotika, suatu tanda
dianggap mewakili atau menandakan sesuatu selain dirinya sendiri.
Alex Sobur mendefinisikan semiotika adalah suatu ilmu atau metode
analis untuk mengkaji tanda.Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai
dalam upaya mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan
10
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h.17
Indiawan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi
Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 8
12
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h.15
11
14
15
bersama-sama manusia.Semiotika, atau dalam istilah Barthes semiologi pada
dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai
hal-hal (things).Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa
informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga
mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.13Jika diterapkan pada tandatanda bahasa, maka huruf, kata, kalimat, tidak memiliki arti pada dirinya
sendiri.Tanda-tanda itu hanya mengemban arti (significant) dalam kaitannya
dengan pembacanya. Pembaca itulah yang menghubungkan tanda dengan apa
yang ditandakan (signifie) sesuai dengan konvensi dalam sistem bahasa yang
bersangkutan.
Sebuahteks, apakah itu surat cinta, makalah, iklan, cerpen, puisi,
pidato presiden, poster politik, komik, kartun, dan semua hal yang mungkin
menjadi “tanda” bisa dilihat dalam aktivitas penanda: yakni, suatu proses
signifikasi yang menggunakan tanda yang menghubungkan objek dan
interprestasi.
Terdapat beberapa tokoh yang menggeluti bidang semiotik atau
semiotika, di antaranya sebagai berikut:14
a. Charles Sanders Pierce: Pierce terkenal karena teori tandanya. Di dalam
lingkup semiotika, Pierce sebagaimana dipaparkan Lechte seringkali
mengulang-ulang bahwa secara umum tanda adalah yang mewakili sesuatu
bagi seseorang. Berdasarkan objeknya, Pierce membagi tanda atas ikon,
indeks, dan simbol. Dijelaskan bahwa ikon adalah hubungan antara tanda
13
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h.15
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h.39-62.
14
16
dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Misalnya potret dengan
peta. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah
antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau kenyataan, contohnya
seperti asap sebagai penanda bahwa adanya api. Simbol adalah tanda yang
menunjukan hubungan alamiah antara penanda dan petandanya.
b. Ferdinand de Saussure: Sedikitnya ada lima pandangan Saussere yang
dikemudian hari menjadi pelatak dasar dari strukturalisme Levi Strauss,
salah satunya ialah signifier (penanda) dan signified (petanda). Dengan
kata lain penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang
bermakna”. Bisa juga disebut aspek material dari bahasa: apa yang
dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Sedangkan,
petanda adalah gambaran mental, pikiran atau konsep. Bisa juga disebut
aspek mental dari bahasa. Dalam tanda bahasa yang konkret. Kedua unsur
tadi merupakan sesuatu yang tidak dapat dilepaskan.
c. Roland Barthes: Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam
studinya tentang tanda adalah peran pembaca. Konotasi, walaupun
merupakan sifat asli dalam tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar
dapat berfungsi. Secara panjang lebar Barthes mengulas apa yang sering
disebut sebagai sistem pemaknaan tataran ke-dua yang dibangun di atas
sistem lain yang telah ada sebelumnya. Sistem ke-dua ini disebut Barthes
dengan konotatif, yang di dalam mitologisnya secara tegas ia bedakan dari
denotatif atau sistem pemaknaan tataran pertama.
17
Dari beberapa penjelasan di atas dapat kita lihat bahwa para ahli
memandang semiotika sebagai ilmu atau proses yang berhubungan dengan
tanda. Intinya semiotika menaruh perhatian pada apapun yang dapat
dinyatakan sebagai tanda yang tentunya membawa makna ataupun mewakili
hal lain selain dirinya.
2. Semiotika Roland Barthes
Roland Barthes lahir pada tahun 1915 dari keluarga menengah
protestan di Cherbourg dan dibesarkan di Bayyone, kota kecil dekat pantai
Atlantik, di sebelah barat daya Prancis. Barthes dikenal sebagai salah satu
pemikir strukturalis yang rajin mempraktikkan model linguistik dan
semiologi Saussuren.15
Barthes berpendapat bahwa bahasa adalah sebuah sistem tanda yang
mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu
tertentu. Ia mengajukan padangan ini dalam Writing Degree Zero
(1953;ter.Inggris 1977) dan Critical Essays (1964, terj. Inggris 1972).Barthes
telah banyak menulis buku yang beberapa di antaranya menjadi bahan
rujukan penting untuk studi semiotika di Indonesia.Salah satunya berjudul
Mytologies (Mitologi-Mitologi). Dalam karyanya ini, ia menganalisis data
cultural yang dikenal umum seperti balap sepeda Tour de France, reklame
dalam surat kabar dan lain-lain sebagai gejala masyarakat borjuis.16
15
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 122
16
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 63-64.
18
Kunci dari analisisnya, Barthes melontarkan konsep tentang konotasi
dan denotasi.Barthes menjelaskan signifikasi tahap pertama merupakan
hubungan antara signifier (penanda) dan signified (petanda) di dalam sebuah
tanda terhadap realitas eksternal, Barthes menyebutnya sebagai denotasi.
Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukan signifikasi
tahap kedua.Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda
bekerja melalui mitos (myth).17
a. Makna denotasi: Denotasi sebagai suatu hubungan tanda-isi sederhana
atau makna yang paling nyata. Apa yang digambarkan tanda terhadap
sebuah objek.
b. Makna konotasi: Konotasi adalah istilah yang digunakan untuk
menunjukkan signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan interaksi
yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari
pembaca serta nilai-nilai kebudayaannya.
c. Makna mitos: Mitos adalah bagaimana menjelaskan atau memahami
beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos merupakan produk
kelas sosial yang sudah mempunyai suatu dominasi.
Mitos
merupakan
suatu
wahana
dimana
suatu
ideologi
berwujud.Mitos dapat berangkai menjadi mitologi yang memainkan peranan
penting dalam kesatuan-kesatuan budaya.18 Adapun Umar Junus beranggapan
17
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing, h. 127-128.
18
Indiawan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi
Komunikasi, h. 22
19
bahwa mitos tidak dibentuk melalui penyelidikan, akan tetapi melalui
anggapan
berdasarkan observasi kasar yang digeneralisasikan oleh karenanya lebih
banyak hidup dalam masyarakat.19
Mitos mungkin hidup dalam „gosip‟ kemudian ia mungkin dibuktikan
dengan tindakan nyata. Sikap kita terhadap sesuatu ditemtukan oleh mitos
yang ada dalam diri kita.Mitos ini menyebabkan kita mempunyai prasangka
tertentu terhadap suatu hal yang dinyatakan dalam mitos.
Berdasarkan pemaparan mengenai denotasi, konotasi dan mitos di atas
dapat kita simpulkan bahwa denotasi pada dasarnya sama dengan makna
referensial, sebab makna denotasi ini merupakan makna yang sesuai dengan
halsil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan atau
pengalaman lainnya. Makna denotasi ini menyangkut informasi-informasi
faktual objektif. Misalnya, kata perempuan dan wanita kedua kata ini
mempunyai makna denotasi yang sama yaitu manusia dewasa bukan laki-laki
dan mempunyai karakter fisik perempuan.
Sedangkan
konotasi
dapat
kita
sebut
sebagai
makna
tambahan.Konotasi diartikan sebagai aspek makna sebuah atau sekelompok
kata yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan
pada pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca). Misalnya kata amplop, ia
bermakna sampul yang berfungsi tempat mengisi surat atau uang atau apapun,
19
Umar Junus, Mitos dan Komunikasi (Jakarta: Sinar Harapan, 1981), h.74
20
sedangkan pada kalimat “Berilah ia amplop agar urusanmu segera beres”,
maka kata amplop sudah bermana konotatif, yakni berilah ia uang.
Sedangkan mitos adalah makna yang berfungsi untuk mengungkapkan
dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam
suatu periode tertentu.
B. Teori Representasi Stuart Hall
Representasi
merupakan
kegunaan
dari
tanda.Marcel
Denesi
mendefinisikannya sebagai aktifitas pembentukan ilmu pengetahuan yang
dimungkinkan kapasitas otak untuk dilalukan oleh semua manusia. Lebih
jauh Danesi kemudian mencontohkan representasi dengan sebuah konstruksi
X yang dapat mewakilkan atau memberikan suatu bentuk kepada suatu
materil atau konsep tentang Lebih jauh Danesi kemudian mencontohkan
representasi dengan sebuah konstruksi X yang dapat mewakilkan atau
memberikan suatu bentuk kepada suatu materil atau konsep tentang Y. 20
Lebih jelasnya representasi dapat didefinisikan sebagai penggunaan
tanda (gambar, bunyi dan lain-lain) untuk menghubungkan, menggambarkan,
memotret atau mereproduksi sesuatu yang dilihat, diindera, dibayangkan atau
dirasakan dalam bentuk fisik tertentu.Sebagai contoh misalnya konsep sex
diwakili atau ditandai oleh gambar sepasang sejoli yang sedang berciuman
romantis.21
20
Marcel Danesi, Pesan, Tanda dan Makna (Yogyakarta: Jalasutra,2010), h. 24.
Marcel Danesi, Pesan, Tanda dan Makna, h. 24
21
21
Sedangkan menurut Stuart Hall representasi dapat dipahami sebagai
berikut: 22
Representation: Cultural Representation and Signifying Pratice,
“Representation connect meaning and
language to culture…
representation is an essential part of the process by wich meaning is
produced and exchanged between members of culture.” Artinya:
Perwakilan budaya dan praktek yang signifikan, “Representasi
menghubungkan makna dan bahasa atas kebudayaan…representasi
merupakan bagian penting dari proses yang berarti dihasilkan dan
ditukat diantara para anggota.”
Dikutip oleh Indiawan Seto, Stuart Hall mengemukakan
representasi ada dua proses,
bahwa
pertama adalah representasi mental, yaitu
konsep tentang „sesuatu‟ yang ada di kepala kita masing-masing (peta
konseptual).
Representaasi
mental
masih
merupakan
sesuatu
yang
abstrak.Kedua adalah bahasa, bahasa berperan penting dalam proses
konstruksi makna.23
Pemahaman terhadap sesuatu dapat sangat berbeda pada kelompok
lainnya. Karena pada dasarnya masing-masing masyarakat memiliki
pemahaman yang berbeda dalam memaknai kode-kode budaya tidak akan
bisa memahami makna kelompok masyarakat lain. Maka dari itu, konsep
abstrak yang ada dalam kepala kita harus diterjemahkan dalam bahasa yang
lazim supaya kita dapat menghubungkan konsep dan ide-ide kita tentang
sesuatu dengan tanda dari simbol-simbol tertentu.
Melalui representasi suatu makna diproduksi dan dipertukarkan antar
anggota masyarakat.Jadi dapat dikatakan bahwa, representasi secara singkat
22
Chris Baker, Cultural Studies: Teori dan Praktek (Bantul: Kreasi Wacana Offset,2000), h.
19.
23
Indiawan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi
Komunikasi, h. 148
22
dapat dimaknai sebagai bagaimana dunia dikonstruksikan secara sosialnya
dan disajikan kepada kita dan oleh kita di dalam pemaknaan tertentu.
C. Perempuan dalam Islam
Berkaitan dengan fokus dan rumusan masalah pada penelitian ini,
penulis ingin mencari makna perempuan Islam yang direpresentasikan dalam
sebuah iklan. Lalu apakah maksud dari perempuan Islam ?
Kata Islam menurut bahasa berasal dari kata aslama yang berarti
tunduk, patuh, dan berserah diri.
24
Sumber lain menyatakan bahwa Islam
berasal dari bahasa Arab Sin, Lam, Mim yang artinya antara lain damai, suci,
patuh dan taat (tidak pernah membantah).25 Dengan demikian,muslim berari
adalah orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat, yaitu bersaksi bahwa
tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, serta
berserah diri kepada- Nya. Sedangkan muslimah adalah sebutan untuk wanita
muslim, yaitu wanita yang beragama Islam.
Ketika seseorang dikatakan sebagai muslim itu artinya ia memiliki
hak dan kewajibannya sebagai seorang muslim. Menjadi seorang muslimah
salihah di tengah masyarakat modern telah menjadi satu topik populer dalam
diskursus perempuan di Indonesia. Kutipan tersebut diambil dari buku
terjemahan karya seorang sarjana Timur Tengah adalah mengedepankan satu
hasrat untuk memberi gambaran idel perempuan Muslim yang maju dan
24
Samsul Arifin, Pendidikan Agama Islam (Yogyakarta: Deepublish, 2014), h.7
Hammudah Abdalati, Islam Suatu Kepastian (Jakarta: Media Da‟wah, 1983), h.13
25
23
modern
seraya
tetap
memegang
teguh
ajaran
Islam
serta
mencerminkan akhlak Islami.26
Perempuan memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam Al-Quran.
Tidak pernah ditemukan di dalamnya ungkapan yang mengatakan bahwa ia
sebagai petunjuk bagi kaum pria saja karena Al-Quran adalah petunjuk bagi
seluruh umat manusia.
Dalam Islam, tidak sebagaimana pemahaman yang selama ini
diwacanakan dalam masyarakat. Perempuan dilindungi hak-haknya dan
mendapatkan perlakukan adil. Islam menciptakan lingkungan dimana apapun
posisi perempuan mereka akan mendapatkan harga diri dan kehormatannya.27
Hal ini juga dijelaskan dalam hadis
‫اِسْ َت ْوصُوا ِبال ِّن َسا ِء َخيْرً ا‬
Artinya ; “Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada
para wanita.” (HR Muslim: 3729)
Namun, masyarakat telah sekian lama terekspos oleh pencitraan Islam
yang sangat tidak bersahabat terhadap perempuan. Wacana yang sangat bias
namun terlihat klise adalah masalah gender dan stereotip, seperti perempuan
yang tidak memiliki hak yang setara dengan laki-laki, perempuan tidak
diperbolehkan menjadi pemimpin dan sebagainya.
26
Amelia Fauzia, dkk, Tentang Perempuan Islam: Wacana dan Gerakan (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2004), h.153
27
Yuyun W.I Surya, “Citra Perempuan Islam Kontemporer: Representasi Perempuan Islam
dalam Sinetron Ramadhan”, Masyarakat, kebudayaan dan Politik, Jurnal Unair Vol.17 No.14,
2004, h. 67-81
24
Seorang perempuan dalam perspektif Islam memiliki kebebasan untuk
melakukan apa saja yang menjadi haknya sebagaimana diatur oleh ajaran
agama. Perempuan memiliki hak untuk hidup, menuntut ilmu, bekerja,
berkeluarga, berpendapat, berperan dalam berbagai aspek kehidupan baik
domestikmaupun publik.Dalam konteks agama, kebebasan perempuan seperti
itu dijamin oleh Allah dan Rasul-Nya.Tidak seorangpun dibenarkan untuk
mengurangi atau menghilangkan hak-hak perempuan tersebut. Berikut ini
akan dikemukakan beberapa hak yang dimiliki oleh kaum perempuan
menurut pandangan Islam.
1. Hak-hak kemanusiaan
a. Hak hidup
b. Hak mendapat kemuliaan
c. Hak kesetaraan dengan laki-laki
d. Hak mengemukakan pendapat dan musyawarah
2. Hak-hak ekonomi
Hak-hak ekonomi perempuan meliputi hak kepemilikan dan
pengelolaan. Islam memberikan kebebasan dalam hal pengelolaan
dan urusannya dalam harta, perdagangan, akad jual beli,
persewaan, perserikatan dan sebagainya.
3. Hak-hak sosial
a. Mendapatkan perlakuan baik
b. Mendapatkan pengajaran dan pendidikan
c. Beraktifitas
25
Berdasarkan penjabaran mengenai representasi dan perempuan
muslim di atas dapat kita simpulkan bahwa yang dimaksud dengan
representasi perempuan muslim ialah bagaimana kehidupan perempuan yang
memeluk agama Islam pada zaman sekarang tersebut kemudian digambarkan,
diimajinasikan atau dimaknai melalui tanda-tanda tertentu dalam suatu objek.
D. Tinjauan tentang Iklan
1. Pengertian Iklan
Iklan adalah pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan
kepada
masyarakat
lewat
suatu
media.Morrisan
dalam
bukunya
mendefinisikan iklan sebagai “any paid form nonpersonal communicayon
about an organization, product, service, or idea by an identified
sponsor”artinya iklan adalah setiap bentuk komunikasi nonpersonal
mengenai suatu organisasi, produk, servis, atau ide yang dibayar oleh suatu
sponsor yang diketahui. Adapun maksud dari nonpersonal dalam definisi
tersebut adalah suatu iklan melibatkan media massa (TV, radio, majalah,
koran dan sebagainya). Dengan demikian, sifat nonpersonal iklan berarti pada
umumnya tidak adanya kesempatan untuk mendapatkan umpan balik/ feed
back yang langsung dari penerima pesan (kecuali dalam hal direct response
advertising).28
Sebenarnya di Indonesia sendiri pada masa lampau,
istilah iklan
sering disebut dengan istilah lain, yaitu advertensi dan reklame.Kedua istilah
tersebut diambil dari bahasa Belanda (advertensi) dan bahasa Prancis
28
Morissan, Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu, h. 17-18
26
(reclame).Namun, pada kenyataannya sebutan iklan lebih umum dan sering
digunakan disbanding dengan kedua kata tersebut.Soedardjo lebih memilih
rujukan dari bahasa Arab untuk menyebut advertentie atau reklame.Ia
melafalkan kata I‟lan dalam bahasa Arab untuk diucapkan ke dalam lidah
orang Indonesia sebagai „iklan‟. Istilah inilah yang sampai saat ini umum
digunakan.Pilihan Soedardjo ini juga menunjukan semangat anti –Barat yang
mana pada masa itu Belanda sedang menjajah Indonesia.29
Definisi lain mengenai iklan yang serupa juga dikemukakan oleh
Masyarakat Periklanan Indonesia (MPI) sebagai segala bentuk pesan tentang
suatu produk atau jasa yang disampaikan lewat media dan ditujukan kepada
sebagian atau seluruh masyarakat. Sedangkan istilah periklanan (Riyanto,
2001) diartikan sebagai keselurujan proses yang meliputi persiapan,
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan penyampaian iklan. 30
Dari beberapa definisi dari iklan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa
iklan adalah penyampaian pesan dari produsen kepada khalayak dengan
memanfaatkan media, dengan tujuan agar khalayak mengenal, mengetahui
produk/ jasa yang tawarkan dan akhirnya mereka membeli produk/ jasa
tersebut.
Adapun iklan televisi dipandang sebagai salah satu bentuk promosi
yang paling dikenal dan paling banyak mengenai masyarakat karena daya
jangkauannya yang sangat luas dalam waktu bersamaan. Iklan di media massa
29
30
16.
Morissan, Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu, h.17.
Rendra Widyatama, Pengantar Periklanan (Jakarta: Buana Pustaka Indonesia, 2005), h.
27
juga dapat digunakan untuk menciptakan citra merek dan daya tarik simbolis
bagi suatu perusahaan atau institusi.
Menurut Terence A. Shimp, secara umum periklanan mempunyai
fungsi komunikasi. Adapun fungsi iklan, yaitu :31
a. Informasi, iklan mengkomunikasikan informasi produk, cirri-ciri, bentuk,
wujud dan lokasi penjualannya serta memfasilitasi penciptaan citra merek
yang positif.
b. Persuasif, iklan mencoba membujuk para konsumen untuk membeli
produk tertentu atau mengubah sikap mereka terhadap produk atau
perusahaan tersebut.
c. Pengingat, iklan yang dilakukan secara terus menerus akan mengingkatkan
konsumen tentang sebuah produk sehingga mereka akan tetap membeli
produk yang diiklankan tanpa mempedulikan merek pesaingnya.
d. Nilai
tambah,
memberikan
nilai
tambah
pada
merek
dengan
mempengaruhi persepsi konsumen. Iklan yang efektif menyebabkan merek
dipandang lebih elegan, bergaya dan lebih unggul daripada merek lain.
e. Mendampingi, memfasilitasi upaya-upaya lain dari perusahaan dalam
proses komunikasi pemasaran. Sebagai contoh, periklanan mungkin
digunakan sebagai alat komunikasi untuk meluncurkan promosi-promosi
penjualan seperti kupon, hadiah atau undian. Selain itu, peran penting
iklan yang lainadalah membantu perwakilan dari perusahaan.
31
Terence A. Shimp, Promotion Management and Marketing Communication, Penerjemah:
Revyani (Jakarta: Erlangga,2003), edisi 5, jilid 1, h. 357
28
2.
Iklan Televisi Sebagai Konstruksi Realitas Sosial dalam Media
Dalam dunia pertelevsian, sistem teknologi telah menguasai jalan
pikiran masyarakat, televisi menguasi pikiran-pikiran manusia dengan cara
membanung teater dalam pikiran manusia (theater of mind), sebagaimana
gambaran realistis dalam iklan televisi. Iklan-iklan yang terdapat di televisi
biasa dibuat dengan berisikan adegan-adegan yang mangagumkan serta
mampu membawa pemirsanya kepada kesan dunia lain yang maha dahsyat.32
Realitas iklan televisi merupakan gambaran terhadao sebuah dunia
yang hanya ada dalam televisi. Realitas itu dibangun berdasarkan pada
penggambaran realitas seorang copywriter dn visualiser tenang dunia atau
citra produk yang diinginkannya. Ketika televisi dimatikan penggambaran
realitas dalam media tersebut kemudian hidup dalam pikiran manusia.Bahkan
penggambaran tersebut mengalami distorsi yang mampu menciptakan cerita
realitas lain yang terus menerus hidup dalam pikiran tersebut.33
Iklan
sebagai
bentuk
komunikasi
pemasaran,
harus
bisa
menyampaikan isi pesan kepada khalayak agar nantinya produk yang
diiklankan laku di pasaran.Hal yang dapat dilakukan adalah dengan
menonjolkan nilai produk serta nilai guna produk tersebut.
Selain itu, pesan iklan yang dekat dengan konsumen tentu akan lebih
diterima dengan mudah. Maksudnya adalah iklan yang ditayangkan
mengangkat permasalahan yang sering terjadi di masyarakat.
32
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana prenada Media Group, 2006), h.221.
33
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat, h.222.
29
3. Jenis-jenis shot
Dalam pengambilan gambar sebuah video, terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan. Shot yang tepat mampu menimbulkan kesan tersendiri di
dalamnya dan juga mampu menunjukkan tingkat emosi, situasi, dan kondisi
dari suatu objek. Berikut ini adalah jenis-jenis shot:
a. Extreme Close Up (ECU), merupakan pengambilan gambar sangat
dekat sekali sampai pori-pori kulit pun terlihat. ECU memperlihatkan
detail suatu objek secara jelas.
b. Big Close Up (BCU), pengambilan gambar dari atas kepala hingga
dagu objek. Menonjolkan objek untuk menimbulkan ekspresi tertentu.
c. Close Up (CU), pengambilan gambar tepat di atas kepala sampai
bawah leher. Untuk member gambaran objek secara jelas.
d. Medium Close Up (MCU), pengambilan gambar sebatas kepala hingga
dada untuk menegaskan profil seseorang.
e. Medium Shot (MS), pengambilan gambar sebatas dari kepala hingga
pinggang. Bertujuan untuk memperlihatkan sosok seseorang.
f. Full Shot (FS), pengambilan gambar penuh dari atas kepala hingga
kaki sehingga memperlihatkan objek secara keseluruhan.
g. Long Shot (LS), pengambilan gambar melebihi full shot sehingga
menunjukkan objek dengan latar belakangnya.
h. One Shot (1S), pengambilan gambar satu objek. Memperlihatkan
seseorang dalam bingkai (in frame)
30
i. Two
Shot
(2S),
pengambilan
gambar
dua
objek
biasanya
memperlihatkan adegan dua orang sedang berbincang.
j. Group Shot, pengambilan gambar sekelompok orang, misalnya gambar
adegan pasukan atau yang lainnya.
E. Perempuan dalam Iklan
Perempuan dalam bingkau media massa seringkali menjadi topik
pembicaraan menarik. Kesetaraan gender yang didengungkan selama ini
idelanya menjadi jamninan bagi perempuan untuk setara dengan laki-laki.
Dalam hal ini peran media yang mendidik sangat diperlukan untuk
mendongkrak dan mengangkat martabat kaum perempuan, justu menjadikan
perempuan sebagai objek eksploitasi bagi media. Sejatinya keberadaan media
menjadi sarana bagi perempuan untuk menuangkan ekspresi dan kreasinya
dalam kehidupan bermasyarakat melalui kemampuan intelektual yang
dimiliki perempuan.
Iklan digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan
penjualan yang bersifat persuasif. Konsekuensinya desain iklan dengan
sengaja dibuat untuk menarik perhatian publik, membangkitkan minat dan
hasrat,
menyakinkan
keunggulan-keunggulan
produk
yang
akhirnya
mendorong tindakan membeli/ memakai suatu produk barang dan jasa.
Pada era globalisasi ini, berbagai usaha semakin berkembang. Salah
satunya di bidang kecantikan. Dalam waktu yang singkat bisnis kecantikan
semakin merajai pasar.
31
Model iklan perempuan secara umum lebih sering dipakai dalam iklan
dibandingkan dengan laki-laki. Bahkan demi mendapatkan iklan yang
menarik, kadang kehadiran model perempuan ditempatkan sebagai unsur
dekotarif dan tidak jarang tubuhnya dieksploitasi untuk menambah daya tarik
suatu iklan. Hal inilah yang menyebabkan tema gender sering ditemukan
dalam iklan.
Menurut Coofman dalam Martadi (20010, disebutkan bahwa
sedikitnya ada 6 tema gender yang membedakan antara pria dan wanita.
Perbedaan itu adalah:
1. Relative size, khususnya yang menyangkut tinggi rendah,
dimanfaatkan untuk melambangkan kepentingan laki-laki lebih
utama daripada perempuan.
2. Feminine touch sentuhan feminin yang halus, lembut, tidak
sungguh-sungguh menggenggam
3. Function ranking, lelaki mengarahkan dan memandu tindakan,
semnentara perempuan diarahkan atau hanya melihat
4. Family, dengan ayah yang berhubungan dengan anak lelakinya
(dan berjarak), sedangkan ibu dengan anak perempuannya atau
dunia perempuannya
5. The ritualization of subordination, perempuan tersenyum, melucu,
sementara posisinya lebih rendah, menunjukkan status subordinat
di hadapan lelaki, dan
32
6. Licensed
withdrawal,
perempuan
terlihat
kurang
dapat
menyesuaikan diri dengan situasi (sering emosi) serta tergantung
kepada laki-laki.
BAB III
GAMBARAN UMUM OBJEK
A. Gambaran Umum PT.Unilever Tbk.
Unilever
merupakan
usaha
gabungan
Inggris-Belanda,
dan
mempunyai kantor pusat yang berkedudukan di London dan Rotterdam,
memiliki tenaga kerja sebanyak 300.000 orang dan beroperasi di sekitar 75
negara. Perusahaan ini bergerak dalam bidang produksi sabun, detergen,
margarine dan makanan yang terbuat dari susu, eskrim , makanan dan
minuman, teh serta produk-produk kosmetik.
Unilever didirikan pada tanggal 1 Januari 1930 dan merupakan
panduan antara “Margarine Union” dari negeri Belanda dan “Level Brothers”
dari Inggris. Sedangkan Unilever di Indonesia didirikan pada tanggal 5
Desember 1933 dengan nama Zeepfabrieken N.V Lever, dan berdasarkan
akta No.171 yang dibuat oleh notaris Ny.Kartini Mulyani tetanggal 22 Juli
1980, nama tersebut diubah menjadi Unilever Indonesia.34
Saham Perseroan pertama kali ditawarkan kepada masyarakat pada
tahun 1981 dan tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak 11 Januari 1982.Pada
akhir tahun 2015 saham Perseroan menempati peringkat ke-empat kapitalisasi
pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia.
Bagi Unilever, sumber daya manusia adalah pusat seluruh aktivitas
Perseroan.
Unilever
memiliki
34
prioritas
untuk
mengembangkan
Unilever Indonesia, “Our History”, diakses pada tanggal 25 Agustus 2016 dari
https://www.unilever.co.id/about/who-we-are/our-history/.
33
34
profesionalisme, keseimbangan hidup dan kemampuan karyawan Indonesia,
yang berjumlah lebih dari 6000 orang, untuk berkonstribusi pada perusahaan.
Sebagai perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial, Unilever
Indonesia menjalankan program Corporate Social Responbility (CSR) yang
luas berlandaskan kepada prinsip Unileber Sustainable Living Plan (USLP)
.Tiga pilar utama USLP adalah meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan,
mengurangi dampak terhadap lingkungan dan meningkatkan penghidupan.
Perseroan saat ini memiliki sembilan pabrik di kawasan industry
Jababeka, Cikarang, Rungkut, dan Surabaya dengan kantor pusat di Jakarta.
Produk-produk Perseroan yang terangkum di dalam 39 brand utama dan
mendekati 1.000 stock keeping unit (SKU), dipasarkan melalui jaringan yang
melibatkan lebih dari 800 distributor independen yang menjangkau ratusan
ribu toko di seluruh Indonesia. Kantor pusat Unilever beralamat di Graha
Unilever Jl. Jend.Gatot Soebroto Kav.15 Jakarta 12930, Indonesia.
Gambar 3.1 : Logo PT Unilever Tbk.
Sumber: https://Unilever.co.id/
35
Logo Unilever didesainoleh agensi Lowe LDB Srilanka pada tahun
2004.Logo tersebut merupakan gabungan dari gambar-gambar kecil yang
mewakili konsep ratusan brand produk Unilever dan membentuk huruf „U‟.
Lilamani Dias Benson, pemimpin Lowe LDB mengatakan, berdasarkan
konsep vitality, logo tersebut sekaligus ingin menyimbolkan „U‟ can make a
difference.
PT Unilever Indonesia memiliki visi yaitu untuk meraih rasa cinta dan
penghargaan dari Indonesia dengan menyentuh kehidupan setiap orang
Indonesai setiap harinya. Sedangkan misi yang dijalankan adalah sebagai
berikut;35

Bekerja untuk menciptakan masa depan yang lebih baik setiap hari

Membantu konsumen merasa nyaman, berpenampilan baik dan lebih
menikmati hidup melalui brand dan layanan yang baik bagi mereka dan
orang lain.

Menginspirasi masyarakat untuk melakukan langkah kecil setiap harinya
yang bila digabungkan bisa mewujudkan perubahan besar bagi dunia.

Senantiasa
mengembangkan
cara
baru
dalam
berbisnis
yang
memungkinkan Unilever tumbuh dua kali lipat sambil mengurangi
dampak terhadap lingkungan.
35
Unilever Indonesia, “Visi dan Misi ”, diakses pada tanggal 25 Agustus 2016 dari
https://www.unilever.co.id/about/who-we-are/our-vision/
36
Selain visi dan misi tersebut, Unilever Indonesia juga memiliki tujan
dan prinsip yaitu;

Integritas
Unilever berkomitmen terhadao integritas karena hal itu membangun
reputasi, karena itu Unilever tidak pernah mengenal kompromi.Integritas
menentukan
bagaimana
Unilever
berperilaku,
di
manapun
berada.Integritas memandu Unilever melakukan tindakan yang benar
untuk keberhasilan jangka panjang Unilever.

Respek
Unilever berkomitmen untuk saling menghormati karena setiap orang
harus diperlakukan secara hormat, jujur dan adil. Kami menghargai
keberagaman dan kami menghormati orang atas dasar siapa mereka dan
apa yang mereka lakukan.

Tanggung Jawab
Unilever berkomitmen terhadap tanggung jawab karena ingin menjaga
konsumen, lingkungan dan masyarakat dimana Unilever beroperasi.
Unilever mengemban tanggung jawab tersebut secara pribadi dan
senantiasa melaksanakan apa yang Unilever katakana.

Semangat Kepeloporan
Unilever berkomitmen untuk menjalankan semangat kepeloporan karena
hal itulah yang awalnya membuat bisnis Unilever ada, dan hal itulah yang
sampai saat ini masih menjadi penggerak Unilever untuk terus tumbuh.
Semangat ini member gairah untuk menang dan menciptakan masa depan
37
yang lebih baik. Artinya, Unilever senantiasa siap untuk mengambil resiko
secara cerdas.

Dampak Positif
Unilever bertujuan memberikan dampak positif dengan berbagai cara:
melalui merek, kegiatan komersial dan hubungan Unilever, konstribusi
sukarela, serta berbagai cara lain dimana Unilver berhubungan dengan
masyarakat.

Komitmen yang Berkelanjutan
Unilever juga berkomitmen untuk terus meningkatkan cara dalam
menangani dampak lingkungan dan bekerja dengan tujuan jangka panjang
Unilever dalam mengembangkan bisnis yang berkelanjutan.

Menjalankan Aspirasi
Tujuan perusahaan Unilever adalah memberukan aspirasi untuk mengelola
bisnis.Hal ini diperkuat dengan peraturan dalam prinsip-prinsip bisnis
yang menjelaskan standar operasional yang diikuti semua karyawan
Unilever, dimanapun mereka berada diseluruh dunia.Aturan ini juga
mendukung pendekatan Unilever pada pemerintah serta tanggung jawab
perusahaan.

Bekerja dengan yang lain
Unilever dingin bekerja dengan paea penyedia sumber daya yang memiliki
nilai standar yang sama dengan perusahaan dalam
bekerja. Peraturan
tentang rekanan bisnis, sejalan dengan peraturan prinsip bisnis perusahaan,
38
terdiri dari sepulug prinsip yang meliputi integritas bisnis dan tanggung
jawab yang berhubungan dengan karyawan, konsumen dan lingkungan.
B. Gambaran Umum Lowe Indonesia
Sejarah mengenai agensi Lowe dimulai ketika PT Unilever Indonesia
mendirikan sebuah divisi “Advertising Divison” yang bernama LINTAS
(Lever International Advertising Service).Divisi ini dibentuk khusus
menagani iklan dan produk-produk bawaan Unilever seperti Pepsodent,
Lifebouy, Sariwangi, Blueband dan lain-lain. Memasuki tahun 1970, LINTAS
sudah melakukan ekspansi dengan berkontribusi terhadap produk di luar PT
Unilever Indonesia, seperti Johnson & Johnson, Susu Bendera dan Bir
Bintang. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 1979 LINTAS harus
melepaskan klien di luar PT Unilever Indonesia dikarenakan divisi ini masih
terikat dengan regulasi dari PT Unilever Idonesia.
Unilever Indonesia memutuskan untuk menjual advertising division
mereka pada tanggal 1 Mei 1983. Kemudian agensi iklan lokal baru dan
independen muncul dengan nama PT Citra Lintas Indonesia (CLI), PT Citra
Lintas Indonesia adalah perusahaan publik dengan Soepdarpo Sastrosatomo,
Idham dan Robby Djohan sebagai pemegang saham. Selama masa
beroperasinya, agensi iklan ini telah berafiliasi dengan Lintas Worldwide dan
dikenal dengan nama Lintas Indonesia, yang juga merupakan agenda iklan
independen dari perusahaan Interpublic Group (IPG) di New York, Amerika
Serikat. Selama hampir 20 tahun menjalankan bisnis sebagai perusahaan
independen PT Citra Lintas Indonesia telah tumbuh dengan cepat.
39
Klien yang menggunakan jasa mereka tidak hanya perusahaan
nasional tetapi juga perusahaan multinasional.Akan tetapi hubungan dengan
PT Unilever masih terjalin baik, reputasi yang baik juga, dan menetapkan PT
Unilever Indonesia sebagai klien terbesar. Agensi iklan ini telah banyak
bekerja untuk produk seperti Blue Band, Rinso, Royco, Superbusa, Lifebouy,
Brisk, Axe, Rexona, Citra, Clear, Pepsodent, Surf, Omo, Kecap Bango,
Domestos dan lain-lain. Selain itu, terdapat pula beberapa perusahaan besar
yang pernah bekerja sama dengan PT Citra Lintas Indonesia di antaranya
Frische Flag Indonesia, Citibank, Bank Umum Nasional, PT Sanmaru
(Indomie), PT Multi Bintang (Bir Bintang), PT Sterling Indonesia (Panadol,
Cafenol dan Insto) dan lain-lain.
Mengikuti perkembangan usaha yang cepat, PT Citra Lintas Indonesia
memutuskan untuk membagi bisnisnya. Maka pada tanggal 7 Februari 1990
didirikan PT Citra Link Indonesia diikuti oleh PT Initatif Media Indonesia
pada tanggal 13 Juni 1990.
PT Citra Link Indonesia (Link) adalah agensi terpisah yang dibentuk
untuk menangani klien selain Unilever Indonesia, sementara PT Citra Lintas
Indonesia yang berkonsentrasi terhadap Unilever. Link menunjukkan
pertumbuhan yang luar biasa dengan memiliki klien sendiri seperti: PT
Ajinomoto Minuman Calpis (Calpico), Unicef, Heinz, ABC Indonesia (M150), Johnson & Johnson Indonesia, HM Sampoerna (Sampoerna Hijau),
Bank Niaga, Nestle Indonesia, Panasonic,, Excelomindo, Arnotts Indonesia
40
dan lain-lain selain dari beberapa klien yang sebelumnya ditangani PT Citra
Lintas Indonesia.
PT Initatif Media Indonesia (IMI) adalah departemen media dari
CLI.Fungsi utamanya adalah untuk mempersiapkan dan melaksanakan
strategi media untuk para klien.Klien utama IMI datang dari CLI dan
Link.Namun, mereka juga adalah unit keuntungan yang bisa memiliki klien
sendiri.Sebagai media agency, saat ini IMI adalah pusat media membeli untuk
semua iklan Unilever Indonesia. Pada tahun 1994, IPG memutuskan untuk
menggabungkan dua agensi iklan yang dimilikinya, yaitu Ammiranti Piuris
dan Lintas Worldwide. Merger ini merupakan sinergi dari agensi iklan yang
sangat kreatif (Ammiranti Puris) dengan agensi iklan yang telah terbukti,
terkenal,
basis
klien
yang kuat
dan
jaringan
yang luas
(Lintas
Worldwide).Selama tahun1994-1999, dikenal dengan Ammiranti Puris Lintas
Indonesia.
Pada bulan Oktober 1999, IPG melakukan perubahan lain pada
organisasinya melalui merger. Ammiranti Puris Lintas ditiadakan dan Lintas
bergabung dengan Lowe & Partners yang kemudian menjadi Lowe Lintas &
Partners Worldwide. Pada bulan Mei 2000 di Indonesia resmi berdiri Lowe
Lintas & partners Indonesia. Namun, di bulan Januari 2002 manajemen
melakukan pergantian nama menjadi Lowe & Partners Worldwide. Lowe
Indonesia merupakan agensi iklan yang masuk dalam kawasan Asia pasifik
dengan kantor pusat pada kawasan Asia Pasifik adalah Singapura.
41
Pada bulam Oktober 2002, PT Inisiatif Media berafiliasi dengan
Iniative Media Worldwide menjadi agensi spesialis media yang berdiri sendiri
terpisah dari Lowe dengan kantor pusat di Paris, Perancis. Sehingga Lowe
Indonesia menjadi agensi iklan sepenuhnya.
Perhatian Lowe terhadap kualitas telah membawa perusahaan ini
memperoleh pengakuan dan penghargaan, antara lain : Biro Iklan Kreatif
Terbaik (dalam 5 tahun berturut-turut) dari survey tahunan yang dilakukan
oleh Majalah Media sejak tahun 1989. Dari survey yang dilakukan majalah
Cakram Lowe Indonesia diberi penghargaan sebagai biro iklan paling kreatif
di Indonesia dan penghargaan dalam Adfest Award pada tahun 2009.
Visi dari agensi iklan ini adalah “To be Recognized as the Agency that
Continously Amazes”. Yang artinya: Lowe Indonesia adalah perusahaan
komunikasi pemasaran yang bekerja dalam bisnis persuasi (membujuk).
Walaupun memberikan jasa terbaik adalah penting, produk utama kita adalah
ide-ide yang kreatif. Selalu membuat orang kagum. Apapun jabatan dan tugas
karyawan di Lowe Indonesia mereka akan melakukan segala pekerjaannya
dengan maksimal sehingga memberikan kekaguman kepada orang lain.
Semangat ini diperlihatkan oleh para karyawan Lowe dalam setiap sikap
berikut: 1) Terus-menerus melakukan peningkatan. Tidak mudah puas dengan
kesuksean masa lalu atau saat ini. 2) Selalu mengarah pada sasaran yang lebih
besar dan baru. 3)Tidak pernah gagal dalam menemukan, mengejar dan
mencari ide-ide baru.
42
Sedangkan misi dari Lowe Indonesia adalah To Create and Champion
Ideas that Add Magic to Brands. Menciptakan dan memperjuangkan ide- ide
cemerlang yang akan memberikan keajaiban pada produk yang ditangani. 36
C. Gambaran Umum Produk Fair & Lovely
Fair & Lovely lahir pertama kali pada tahun 1975 di Mumbai dan
mulai lahir di Indonesia dari tahun 2011. Fair & Lovely dalam web resmi
Unilever, mereka mengklaim bahwa Fair & Lovely berhasil memenuhi
kebutuhan wanita di lebih dari 15 negara untuk dapat memiliki kulit yang
lebih cerah sehingga produk Fair & Lovely sudah terbukti aman dan efektif
untuk mencerahkan kulit.
Pada halaman facebook Fair & Lovely mereka menyatakan bahwa
tahun 2010 Fair & Lovely mulai berkembang dari fungsi pencerah umum
biasa dan sampai sekarang sudah mampu bersaing dengan produk-produk ahli
kecantikan yang ada. Formula terbaiknya dibuat untuk memberikan hasil
yang dapat dengan mudah terlihat oleh mata.Fair & Lovely juga sudag
terbukti secara klinis mencerahkan kulit secara instan, menghilangkan noda
bekas jerawat, mengurangi noda hitam dan juga mengurangi efek
penggelapan wajah.
Fair & Lovely merupakan sebuah brand pelopor kulit wajah wanita di
dunia yang telah berhasil menemukan dan mempatenkan kekuatan dari
vitamin B3 di tahun 1975.Kandungan vitamin B3 inilah yang dapat memtasi
36
Mullen Lowe Indonesia “ About Us”, diakses pada
http://indonesia.mullenlowe.com/us/
5 Oktober 2016 dari
43
penyebaran melanin di dalam kulit sehingga mampu menghasilkan kulit yang
lebih cerah merata
Gambar 3.2 Krim Pencerah Wajah Fair & Lovely
.
Disebutkan dalam website Unilever, bahwa ada enam alasan mengapa
harus menggunakan Fair & Lovely :
1) Fair & Lovely merupakan krim pencerah dengan kualitas yang sudah
pasti terjaga dan bermutu tinggi
2) Fair & Lovely mengandung multivitamin ABCD dengan kandungan
Allantoin A, vitamin B, vitamin C. Bahan kandungannya alami
sehingga tidak keras untuk kulit wajah.
3) Melalui penelitian, Fair & Lovely terbukti mampu mengatasi masalah
kulit wajah bagaikan lima perawatan pencerah wajah. Hasil dapat
terlihat mulai dari minggu kedua sejak pemakaian pertama. Apabila
44
dipakai secara teratur, efek mencerahkan wajahnya tentu akan
meningkat.
4) Harganya terjangkau
5) Jutaan wanita Indonesia sudah mempercayakan perawatan kulit
wajahnya ke Fair & Lovely jadi pasti cocok dengan kulit wanita
Indonesia,
6) Di luar negeri Fair & Lovely merupakan krim pencerah wajah
terkemuka dan sudah diproduksi selama lebih dari 75 tahun.
Adapun visi dan misi yang dimiliki Fair & Lovely adalah terus
mendorong wanita-wanita di dunia termasuk di Indonesia untuk dapat terus
mengembangkan
kemampuan
dirinya.Ketika
wanita
dibatasi
dengan
statusnya di rumah dan keluarga, Fair & Lovely mendorong mereka untuk
dapat menggapai karir impiannya.Ketika wanita masih belum memiliki
kesempatan sebesar laki-laki, Fair & Lovely terus mendorongnya untuk dapat
keluar dari zona nyamannya untuk meraih mimpi.37
D. Gambaran Umum Iklan Fair and Lovely Versi Nikah atau S2
Iklan berdurasi 45 detik ini merupakan iklan produk perawatan
kecantikan untuk perempuan. Iklan ini dibuat atas kerjasama antara Unilever
sebagai produsen dan Lowe Indonesia sebagai perusahaan advertising-nya.
Iklan ini dibuka dengan adegan percakapan dalam sebuah keluarga
yang terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak perempuan di sebuah restoran
atau tempat makan outdoor. Ayah memulai percakapan dengan menceritakan
37
Unilever Indonesia, “Brand Kami” , diakses pada
https://www.unilever.co.id/brands/our-brands/fair-and-lovely.html
5 Oktober 2016 dari
45
bahwa ia dan istrinya telah menemukan jodoh yang cocok untuk anak
mereka. Sang ayah menjelaskan bahwa pria tersebut adalah pria yang
terpelajar, dan memilki karir yang bagus. Setelah itu anak perempuan
menanggapi dengan pertanyaan terkait rencananya untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang S2. Setelah itu, sang ibu mengatakan bahwa
pernikahan itu juga penting dan pria yang dipilihkan merupakan jodoh yang
pas untuk sang anak.
Setelah itu, adegan beralih ke sebuah kamar, di sana tokoh utama
(anak perempuan) diperlihatkan tengah duduk dan berbincang dengan tokoh
perempuan lainnya yang dibintangi oleh aktris Jessica Mila. Tokoh utama
perempuan kemudian menanyakan apakah sebaiknya dia menikah atau
melanjutkan S2. Aktris Jessica Mila pun mengatakan “Kamu pasti
menemukan jawabannya”, sambil mengeluarkan produk Fair and Lovely dari
dalam tas dan memberikannya kepada anak perempuan tadi. Pada adegan
selanjutnya, anak perempuan tersebut mengoleskan produk pelembab Fair
and Lovely pada wajahnya. Kemudian diperlihatkan bahwa wajahnya menjadi
semakin cerah setelah menggunakan cream Fair and Lovely.
Scene selanjutnya memperlihatkan anak perempuan itu berjalan di
sebuah ruangan lalu menghampiri ayah dan ibunya yang sedang duduk di sofa
dan bercakap-cakap seperti dialog berikut ini:
Anak perempuan; “Papa benar, nikah memang penting tapi…. Setelah lulus
S2”
Ayah: “hah?”
Anak perempuan: “Seperti dia, aku juga harus terpelajar, punya karir bagus,
baru kita berdua akan jadi jodoh yang pas. Jadi sama kan?”
Ayah dan ibu: (tersenyum)
46
Adegan terakhir menampilkan anak perempuan tersebut meninggalkan
ruangan dan bercermin sambil tersenyum. Pada adegan ini terdengar voice
over “ Ke mana saja kamu selama ini?‟. Iklan ini kemudian diakhiri dengan
tampilan produk pencerah wajah Fair and Lovely.
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Makna Denotasi, Konotasi dan Mitos dalam Iklan Fair and Lovely versi
Nikah atau S2
Iklan-iklan yang muncul
pada media elektronik seperti melalui
televisi semuanya memiliki persamaan yaitu,ingin menarik perhatian
khalayak sehingga mereka mau membeli/ menggunakan barang dan atau jasa
yang perusahaan tawarkan.Cara yang dilakukan bermacam-macam, salah
satunya adalah penyajian iklan yang kreatifdalam menawarkan produk atau
jasa yang diiklankanserta mengangkat tema yang menarik agar konsumen
dapat aware dengan iklan yang ditayangkan.
Pesan iklan yang dekat dengan konsumen tentu akan lebih mudah
diterima
konsumen.
Dalam
konstruksi
pesannya.Iklan
berusaha
menghadirkan pesan-pesan atau isu tertentu yang dekat dan menggambarkan
realitas yang terjadi di masyarakat. Dengan demikian, konsumen akan merasa
bahwa mereka juga mengalami hal yang sama dengan adegan yang
ditampilkan dalam iklan dan tertarik dengan iklan tersebut.
Penelitian ini berawal dari ketertarikan penulis terhadap iklan audio
visual Fair and Lovely Versi Nikah atau S2.Fair and Lovely merupakan salah
satu cream pencerah Indonesia yang diproduksi oleh PT Unilever Indonesia
atas lisensi dari Fair and Lovely
India. Iklan tersebut menggambarkan
seorang gadis yang memakai atribut agama Islam, lebih memilih melanjutkan
47
48
49
50
Denotasi:
Pada gambar pertama menampilkan sosok ibu mengenakan baju
muslim putih dengan kerudung rapi berwarna nudediikat seleher dan
menggunakan blouse sedang duduk dengan badan tegap, ekspresi wajah datar
dan pandangan ke depan menatap ayah.Pada gambar ke dua memperlihatkan
sebuah keluarga kecil yang sedang duduk di sebuah tempat makan outdoor
dengan furniture serba putih. Ayah mulai membuka percakapan dengan “Kita
punya jodoh yang cocok untukmu, terpelajar, karirnya bagus”. Sedangkan
gambar ketiga memperlihatkan seorang anak perempuan mengenakan
blouseatau kemeja putih dengan kerudung rapi berwarna nude juga diikat
seleher dengan ekspresi sedikit bingung dan menjawab perkataan Ayahnya
dengan “Tapi pah, bagaimana dengan S2 ku ?” . Kemudian gambar keempat
memperlihatkan sosok ibu juga berkata “Nikah itu memang penting Nak, dia
jodoh yang pas”.
Konotasi:
Dalam scene tersebut terlihat sebuah keluarga menggunakan
pakaian yang identik dengan agama Islam. Pada gambar pertama dan ketiga
menampilkan Ibu dan anak perempuan menggunakan jilbab atau kerudung
sebagai identitas seorang muslim. Penggambilan gambar pada gambar
pertama dan ketiga menggunakan teknik pengambilan gambar close
upsehingga semakin memperjelas pakaian yang mereka gunakan.Pakaian
mereka terlihat modis, berbeda dengan pakaian orang-orang muslimzaman
51
dahulu. Hal ini seolah menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran budaya
berpakaian pada umat muslim.
Beberapa dekade yang lalu, busana muslim bagi kaum muslimah di
Indonesia mungkin hanya bersifat formalitas saja khusunya pada acara-acara
keagamaan, contohnya hari raya, pengajian, kematian dan semacamnya.
Biasanya yang memakai pun hanya ibu-ibu rumah tangga dengan kerudung
sederhana yang hanya menutup rambut di kepala saja (seperti kupluk) .
Berbeda dengan saat busana muslim telah mengalami perkembangan yang
sangat pesat. Busana muslim kini telah menjadi trend di semua kalangan baik
mereka yang sudah tua maupun anak muda.
Namun, realitas yang terjadi saat ini adalah perkembangan yang
terlalu modern, sehingga aturan-aturan menutup aurat yang benar mulai
kabur. Kebanyakan model busana saat ini tidak bersifat busana syar‟i dalam
artian menurup seluruh aurat (serba longgar) dan tidak membentuk lekuk
tubuh, tidak menerawang dan menutup dada.
Pada gambar kedua diikuti dengan dialog ““Kita punya jodoh yang
cocok
untukmu,
terpelajar,
karirnya
bagus”.
Dialog
ini
seolah
menggambarkan bahwa di Indonesia, anak gadis masih sering dijodohkan
oleh orang tuanya. Dalam konteks adegan ini daoat dimaknai bahwa calon
suami ideal adalah pria yang mapan secara materi dan berpendidikan tinggi.
Hal ini memperkuat anggapan bahwa materi dan pendidikan merupakan
kualifikasi yang lebih penting bagi laki-laki dibandingkan perempuan.
52
Mitos:
Islam memberikan banyak perhatian terhadap seluruh aspek
kehidupan manusia, termasuk dalam hal berpakaian. Islam memberikan
aturan yang tegas kepada seluruh umat agar mentaati anjuran berpakaian yang
diperintahkan oleh Allah Swt. Aturan cara berpakaian perempuan Islam salah
satunya terdapat dalam surat Al-Nur ayat 31 :
‫ِين ِِي َن َتهُنَّ ِِ َّل َما‬
ِ ‫َوقُل لِّ ْلم ُْؤ ِم َنا‬
َ ِ‫ُوجهُنَّ َو َل ُي ْب‬
َ ‫ارهِنَّ َو َيحْ َف ْظ َن فُر‬
َ ‫ت َي ْغضُضْ َن مِنْ أَب‬
ِ ‫ْص‬
َّ‫ِين ِِي َن َتهُنَّ ِِ َّل لِ ُبعُولَت ِِهنَّ أَ ْو آ َبائ ِِهن‬
َ ِ‫ُوب ِهنَّ َو َل ُي ْب‬
ِ ‫َظ َه َر ِم ْن َها َو ْل َيضْ ِرب َْن ِب ُخم ُِرهِنَّ َعلَى جُ ي‬
‫أَ ْو آ َباء ُبعُولَت ِِهنَّ أَ ْو أَ ْب َنائ ِِهنَّ أَ ْو أَ ْب َناء ُبعُولَت ِِهنَّ أَ ْو ِِ ْخ َوان ِِهنَّ أَ ْو َبنِي ِِ ْخ َوان ِِهنَّ أَ ْو َبنِي‬
ُ
ْ ‫أَ َخ َوات ِِهنَّ أَ ْو ِن َسائ ِِهنَّ أَ ْو َما َملَ َك‬
‫اْلرْ َب ِة م َِن الرِّ َجا ِل أَ ِو‬
َ ‫ت أَ ْي َما ُنهُنَّ أَ ِو ال َّت ِابع‬
ِ ْ ‫ِين َغي ِْر أ ْولِي‬
ِّ
‫ِين مِن‬
ِ ‫ِين لَ ْم َي ْظ َهرُوا َعلَى َع ْو َرا‬
َ ‫ت ال ِّن َساء َو َل َيضْ ِرب َْن ِبأَرْ جُ ل ِِهنَّ لِيُعْ لَ َم َما ي ُْخف‬
َ ‫الط ْف ِل الَّذ‬
﴾١٣﴿ ‫ُون‬
َ ‫ون لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِح‬
َ ‫َّللا َجمِيعًا أَ ُّي َها ْالم ُْؤ ِم ُن‬
ِ َّ ‫ِِي َنت ِِهنَّ َو ُتوبُوا ِِلَى‬
Artinya : “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “ Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) nampak darri padanya.
Dan hendaklah mereka menutup kain kudung kedadanya, dan janganlah
menampakan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah
mereka atau ayah suami mereka atau saudara-saudara laki-laki mereka,
atau putera-putera saudaea perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam,
atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang
tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum
mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan
kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman
supaya kamu beruntung.(31)” [Al-Nur:30]. 38
38
Terjemahan diambil dari Al Quran Digital Versi 2.0.
53
Perkembangan zaman yang terjadi saat ini mengakibatkan
berkembanganya mode termasuk busana muslim, namun demkian tentunya
busana muslim yang berusaha menyesuaikan dengan zamannya tetap harus
berada pada prinsip-prinsp yang berlaku sesuai dengan aturan Islam yang
berdasarkan Al-Qur‟an dan hadist. Sebenarnya pada badan-badan wanita,
Allah telah memberikan kekhususan-kekhususan yang membedakannya dari
laki-laki dan meletakkan pada setiap tempat dari badannya fitrah yang
khas.Setiap bagian-bagian badan wanita mempunyai keindahan yang khas,
godaannya yang khusus dan pengaruhnya yang khusus pula.Untuk itu, Islam
mengajarkan muslimah mengenakan pakaian menutup aurat sehingga tidak
menimbulkan fitnah dan kejahatan.39
Adapun, lebih jelasnya prinsip-prinsip yang ditentukan dalam
tuntunan Islam antara lain:40
a. Busana harus menyelubungi seluruh badan.
b. Busana tidak ketat sehingga dapat membentuk lekuk tubuh.
c. Busana wanita tidak menyerupai busana laki-laki.
d. Tidak menyerupai wanita kafir.
Pada gambar kedua diikuti dengan dialog ““Kita punya jodoh yang
cocok
untukmu,
terpelajar,
karirnya
bagus”.
Dialog
ini
seolah
menggambarkan bahwa di Indonesia, anak gadis masih sering dijodohkan
39
Abu Syuqqah, Busana dan Perhiasan Wanita Menurut Al-Qur‟an dan Hadist
(Bandung:Mizan,1998), cet. Ke-3, h.21
40
Syaik Abdullah Shahih al-Fauzan, Kriteria Busana Muslimah (Jakarta: Khazana Shun,
1995), h.15
54
oleh orang tuanya. Dalam hal mencari jodoh pun orang tua mencari jodoh
yang berpendidikan dan mempunyai karir yang bagus.
Kemudian pada gambar kedua diikuti dengan dialog ““Kita punya
jodoh yang cocok untukmu, terpelajar, karirnya bagus”. Dialog ini seolah
menggambarkan bahwa di Indonesia, anak gadis masih sering dijodohkan
oleh orang tuanya. Dalam hal mencari jodoh pun orang tua mencari jodoh
yang berpendidikan dan mempunyai karir yang bagus. Hal ini didukung oleh
dialog selanjutnya yang dipaparkan oleh sosok Ibu yang mengatakan bahwa
nikah itu hal yang penting.
Pernikahan memang suatu keharusan bagi umat muslim. Islam telah
menganjurkan dan memerintahkan umatnya untuk menikah. Hal ini seiring
dengan firman Allah Swt, yang artinya :
“ Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orangorang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sayahamu yang laki-laki
dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan.” (Q.S.An Nuur: 32)
Adapun perjodohan pada zaman Rasulallah Saw.pun sudah terjadi.
Suatu ketika, Rasulallah didatangi seorang anak gadis yang mengajukan
masalahnya, yaitu ayahnya memaksakan calon yang ia tidak sukai, lalu
Rasulallah Saw. mengembalikan urusan ini kepada anak itu apakah menerima
calon pilihan orang tuanya atau tidak.41
Pada dasarnya tak ada ketentuan dalam syariat yang mengharuskan
atau sebaliknya melarang perjodohan. Islam hanya menekankan bahwa
hendaknya seorang muslim mencari calon istri yang shalilah dan baik
41
Nasaruddin Umar, Agama dan Kekerasan Terhadap Perempuan, Jurnal Dinamika HAM,
Vol.2 No.1, ( Surabaya: Yayasan Obor Indonesia, 2001).
55
56
Medium
Shot,
pengambilan gambar
sebatas dari kepala
hingga
pinggang.
Bertujuan
untuk
memperlihatkan
sosok seseorang.
Denotasi:
Pada gambar pertama menampilkan dua anak perempuan (gadis) yang
sedang duduk. Kedua anak perempuan tersebut, yang satu memakai kerudung
dan yang satunya lagi tidak. Perempuan yang tidak memakai kerudung
tersebut adalah selebritas terkenal Jessica Milla yang juga merupakan brand
ambassador dari Fair & Lovely Indonesia.
Dalam scenetersebut
nampak anak perempuan yang berudung
sedang bimbang, dan berkata “Nikah atau S2 ?”yang kemudian dijawab oleh
Jessica Milla “Kamu pasti menemukan jawabannya.” Setelah itu Jessica
Milla memberikan cream pencerah wajah kepada anak perempuan yang
memakai kerudung. Kemudian gambar kedua dan ketiga memperlihatkan
anak perempuan menggunakan cream pencerah wajah di wajahnya, digambar
selanjutnya nampak setelah memakai krim pencerah Fair and Lovely itu dia
kelihatan lebih fresh dan percaya diri.
57
Konotasi:
Dalam
mengkonstruksi
pesannya,
iklan
berusaha
menghadihadirkan figur-figur tertentu yang dekat dengan konsumen. Jessica
Milla merupakan artis papan atas Indonesia yang mempunyai banyak
penggemar terutama kalangan remaja atau perempuan-perempuan di usia
duapuluhan. Dengan demikian, Jessica Milla dipilih menjadi brand
ambassador brand Fair and Lovely karena dirasa merepresentasikan anak
muda saat ini.Selain itu, dengan karirnya yang sedang di atas daun, produsen
juga ingin agar produknya lebih dikenal masyarakat.
Kemudian diikuti dengan pertanyaan Nikah atau S2 ?menunjukkan
bahwa gadis tersebut bimbang menentukan apakah ingin menikah sesuai
dengan keinginan orang tuanya atau melanjutkan pendidikan S2 terlebih
dahulu. Kemudian di jawab oleh Jessica Mila dengan Kamu pasti menemukan
jawabannya.”dialog tersebut mengisyaratkan bahwa untuk memperkuat
keyakinannya, perempuan itu bertanya kepada Jesica Milla . Dalam adegan
ini juga menggambarkan bahwa perempuan Islam itu pasti bisa mengatasi
masalahnya dan mampu membuat keputusan yang baik, serta bisa bebas
menentukan pilihannya.
Pada gambar kedua nampak perempuan itu menggunakan krim Fair
and Lovely, yang menandakan bahwa perempuan tersebut merawat dirinya
atau kecantikannya dan setelah memakai krim tersebut digambarkan bahwa ia
lebih fresh dan percaya diri dengan memakai busana pink fushia.
58
Mitos :
Untuk meningkatkan minat konsumen terhadap suatu produk maupun
jasa biasnya perusahaan menggunakan brand ambassador.Brand ambassador
adalah seorang yang dapat mewakili produk atau perusahaan dan dapat
bericara banyak tentang produk yang diwakilkan sehingga memberikan
dampak besar pada penjualan produk. Menurut Rositter dan Percy, brand
ambassador memiliki empat atribut yang harus disesuaikan dengan
communication objective, yaitu:42
a. Visibility: seberapa jauh popularitas dan citra diri seorang selebritas yang
mewakili produk.
b. Credibility: sejauh mana keahlian dan objektivitas sang bintang.
c. Attraction: tingkat disukai audiens, dan tingkat kesamaan dengan
personality yang diinginkan dengan pengguna produk.
d. Power: tingkat kekuatan selebritas tersebut untuk membujuk para
konsumen dalam mempertimbangkan produk yang sedang diiklankan
untuk dikonsumsi.
Dengan demikian, pemilihan Jessica Mila sebagai brand ambassador
produk Fair and Lovely karena dianggap sesuai dengan produk dan
memenuhi criteria seperti yang dijelaskan di atas.
Pada gambar kedua nampak perempuan itu menggunakan krim Fair
and Lovely, yang menandakan bahwa perempuan tersebut merawat dirinya
42
Ligia Stephani Samosir, dkk, Pengaruh Penggunaan Brand Ambassador Dewi Sandra
Terhadap Putusan Pembelian Kosmetik Wardah di Kota Bandung, dalam Jurnal Sosioteknologi,
Vol.15 No. 2, 2016, h.234.
59
atau kecantikannya.Secara umum merawat tubuh agar penampilan menjadi
menarik adalah hal yang dianjurkan oleh agama. Kebersihan menjadi syarat
keindahan dan penampilan yang baik dan yang cintai oleh Allah Swt dan
Rasul-Nya .Allah Swt berfirman “Hai anak Adam pakailah pakaianmu yang
indah di setao memasuki Masjid.”(Q.S Al-Araf ayat 31).
Selain itu, dengan perawatan pada diri yang membuat tubuh atau
menjadi wajah menjdi lebih bersih indah dapat meningkatkan kepercayaan
diri.Bahkan Yusuf Mansyur dalam bukunya menyebutkan bahwa kerapihan
dan keindahan bukan saja menguntunkan diri sendiri, tetapi juga
menguntungkan banyak orang. Bagi diri sendiri, akan muncul kepercayaan
diri yang tinggi, kesegaran, dan kenyamanan.43
Tabel 4.3Scene(00. 00.27-00.00.24)
Visual
Dialog
Type of Shot
Medium
Shot,
pengambilan
gambar sebatas dari
kepala
hingga
pinggang. Bertujuan
untuk
memperlihatkan
sosok seseorang.
Anak perempuan:
“Papa benar,
nikah memang
penting, tapi
setelah lulus S2.
Seperti dia, aku
juga harus
terpelajar, punya
43
Yusuf Mansyur, Wisata Hati: Menemukan Allah di Antara Mereka yang Menderita,
(Bandung: Mizania, 2007), h.289.
60
karir bagus, baru
kita berdua akan
jadi jodoh yang
pas. Jadi sama
kan..
“kemana saja
kamu selama ini”
Long shot,
pengambilan
gambar objek
dengan latar
belakangnya dan
menampilkan ayah,
ibu dan anak
perempuan disuatu
ruangan.
Medium Shot,
pengambilan
gambar sebatas dari
kepala hingga
pinggang.
Medium Shot (MS),
pengambilan
gambar sebatas dari
kepala
hingga
pinggang. Bertujuan
untuk
memperlihatkan
sosok seseorang.
Denotasi:
Pada gambar pertama nampak anak gadis sedang duduk dan
berbicara dengan Ayahnya dan mengutarakan pendapatnya.Dia berkata
61
“Papa benar, nikah memang penting, tapi setelah lulus S2. Seperti dia, aku
juga harus terpelajar, punya karir bagus, baru kita berdua akan jadi jodoh
yang pas. Jadi sama kan..Kemudian kamera berpindah dan menggunakan
teknik pengambilan gambar long shot, dimanapengambilan gambar objek
dengan latar belakangnya dan menampilkan ayah, ibu dan anak perempuan
disuatu ruangan. Pada saat mengucapkan “Jadi sama kan” tangan gadis
digerak-gerakan di depan dada maju dan mundur. Kemudian pada gambar
terakhir menunjukkan gadis tersebut menghadap cermin dan berkata “kemana
saja kamu selama ini”
Konotasi:
Pada saat gadis ituberkata “Papa benar, nikah memang penting,
tapi setelah lulus S2. Seperti dia, aku juga harus terpelajar, punya karir
bagus, baru kita berdua akan jadi jodoh yang pas. Jadi sama kan..diikuti
dengan gerakan tangan maju mundur sejajar di depan dada, mengisyaratkan
bahwa dia ingin sejajar dengan laki-laki. Perempuan ingin mempunyai karir
yang bagus, dan juga terpelajar seperti laki-laki.
Kemudian pada gambar terkahir dengan kata-kata “kemana saja kamu
selama ini” menggambarkan
bahwa selama ini perempuan-perempuan
muslim selalu terkukung, tidak dapat memperoleh hak-hak yang sama dengan
laki-laki.
62
Mitos:
Masyarakat telah sekian lama terekspos oleh pencitraan Islam yang
sangat tidak bersahabat terhadap perempuan. Wacana yang sangat bias namun
terlihat klise adalah masalah gender dan stereotip, seperti perempuan yang
tidak memiliki hak yang setara dengan laki-laki, perempuan tidak
diperbolehkan menjadi pemimpin dan sebagainya.Lebih khusus lagi ialah
persepsi tentang dunia pendidikan kaum perempuan.
Dalam berbagai data menunjukkan betapa timpangnya antara ilmuwan
laki-laki dan ilmuwan perempuan dalam lintasan sejarah dunia Islam.Seolaholah dunia pendidikan adalah dunianya kaum laki-laki. Sementara kaum
perempuan dituntut untuk untuk berilmu pengetahuan hanya sekedar untuk
melampaui batas buta huruf atau supaya dapat mengimbangi kadar intelektual
kaum laki-laki.44
Seorang perempuan dalam perspektif Islam memiliki kebebasan untuk
melakukan apa saja yang menjadi haknya sebagaimana diatur oleh ajaran
agama. Perempuan memiliki hak untuk hidup, menuntut ilmu, bekerja,
berkeluarga, berpendapat, berperan dalam berbagai aspek kehidupan baik
domestik maupun publik.Dalam konteks agama, kebebasan perempuan
seperti itu dijamin oleh Allah dan Rasul-Nya.Allah Swt telah mewajibkan
setiap muslim dan muslimah menuntut ilmu agar dunianya lurus dan
akhiratnya benar. Bagi muslim dan muslimah, kewajiban menuntut ilmu itu
44
Bahtiar Effendi dkk, Editor: Ali Munhanif, Mutiara Terpendam: Perempuan dalam
Literatur Islam Klasik(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), h. 33.
63
sama. Dalam hal ini diriwayatkan: “Dari Anas, dia berkata bahwa Rasulallah
Saw. bersabda: “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim” (HR Baihaqi).45
Kemudian pada gambar terkahir dengan kata-kata “kemana saja kamu
selama ini” menggambarkan
bahwa selama ini perempuan-perempuan
muslim selalu terkukung, tidak dapat memperoleh hak-hak yang sama dengan
laki-laki. Perbedaan hak dan kewajiban serta perbedaan peran laki-laki dan
perempuan dalam Islam tidaklah dilihat sebagai sesuatu yang bersifat
diskriminatif,
tetapi
sebagai
sesuatu
yang
bersifat
fungsional
dan
komplementer, karena perbedaan-perbedaan itu tidak membawa implikasi
apapun dalam hal esensi dan subtansi masing-masing sebagai hamba Allah
Swt.
Dalam menjalankan peran publiknya, seorang perempuan muslimah
memiliki kebebasan dalam arti yang postif, yaitu kebebasan yang tetap dalam
bingkai norma dan hukum Allah Swt. Kebebasan itu tidak boleh
menyebabkan seorang perempuan muslimah kehilangan jati dirinya sebagai
seorang muslimah.
B. Representasi Makna dalam Iklan Fair and Lovely Versi Nikah atau S2
Fair and Lovely merupakan salah satu produk kecantikan yang
berasak dari India.Produk ini diproduksi oleh PT Unilver Indonesia atas
lisensi dari India. Untuk memasarkan Fair and Lovely, PT Unilver Indonesia
berkerja sama dengan Mullen Lowe Indonesia membuat sebuah iklan di
45
Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h.39
64
televisi dengan berbagai versi, salah satunya adalah iklan Fair and Lovely
versi nikah atau S2. Dalam iklan tersebut menampilkan simbol perempuan
muslim, yang merupakan agama mayoritas di Indonesia. Adapun perempuan
Islam yang direpresentasikan dalam iklan tersebut berdasarkan analisis
semiotik, seperti yang sudah dipaparkan dalam analisis berdasarkan denotasi,
konotasi dan mitos model Roland Barthe sadalah sebagai berikut :
1. Perempuan Islam berpakaian muslimah yang modern.
Dalam beberapa scene pada iklan tersebut, digambarkan perempuan
muslimberpakaian modis. . Beberapa dekade yang lalu, busana muslim bagi
kaum muslimah di Indonesia mungkin hanya bersifat formalitas saja
khusunya pada acara-acara keagamaan, contohnya hari raya, pengajian,
kematian dan semacamnya. Biasanya yang memakai pun hanya ibu-ibu
rumah tangga dengan kerudung sederhana yang hanya menutup rambut di
kepala saja (seperti kupluk). Berbeda dengan saat busana muslim telah
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Busana muslim kini telah
menjadi trend di semua kalangan baik mereka yang sudah tua maupun anak
muda.
Namun, realitas yang terjadi saat ini adalah perkembangan yang
terlalu modern, sehingga aturan-aturan menutup aurat yang benar mulai
kabur. Kebanyakan model busana saat ini tidak bersifat busana syar‟i dalam
artian menurup seluruh aurat (serba longgar) dan tidak membentuk lekuk
65
tubuh, tidak menerawang dan menutup dada.Padahal seharusnya, kerudung
atau jilbab itu menjulur sampai ke dada seperti pada An-Nur ayat 31 :
‫ِين ِِي َن َتهُنَّ ِِ َّل َما‬
ِ ‫َوقُل لِّ ْلم ُْؤ ِم َنا‬
َ ِ‫ُوجهُنَّ َو َل ُي ْب‬
َ ‫ارهِنَّ َو َيحْ َف ْظ َن فُر‬
َ ‫ت َي ْغضُضْ َن مِنْ أَب‬
ِ ‫ْص‬
َّ‫ِين ِِي َن َتهُنَّ ِِ َّل لِ ُبعُولَت ِِهنَّ أَ ْو آ َبائ ِِهن‬
َ ِ‫ُوب ِهنَّ َو َل ُي ْب‬
ِ ‫َظ َه َر ِم ْن َها َو ْل َيضْ ِرب َْن بِ ُخم ُِرهِنَّ َعلَى جُ ي‬
‫أَ ْو آ َباء ُبعُولَت ِِهنَّ أَ ْو أَ ْب َنائ ِِهنَّ أَ ْو أَ ْب َناء ُبعُولَت ِِهنَّ أَ ْو ِِ ْخ َوان ِِهنَّ أَ ْو َبنِي ِِ ْخ َوان ِِهنَّ أَ ْو َبنِي‬
ُ
ْ ‫أَ َخ َوات ِِهنَّ أَ ْو ِن َسائ ِِهنَّ أَ ْو َما َملَ َك‬
‫اْلرْ َب ِة م َِن الرِّ َجا ِل أَ ِو‬
َ ‫ت أَ ْي َما ُنهُنَّ أَ ِو ال َّت ِابع‬
ِ ْ ‫ِين َغي ِْر أ ْولِي‬
ِّ
‫ِين مِن‬
ِ ‫ِين لَ ْم َي ْظ َهرُوا َعلَى َع ْو َرا‬
َ ‫ت ال ِّن َساء َو َل َيضْ ِرب َْن ِبأَرْ جُ ل ِِهنَّ لِيُعْ لَ َم َما ي ُْخف‬
َ ‫الط ْف ِل الَّذ‬
﴾١٣﴿ ‫ُون‬
َ ‫ون لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِح‬
َ ‫َّللا َجمِيعًا أَ ُّي َها ْالم ُْؤ ِم ُن‬
ِ َّ ‫ِِي َنت ِِهنَّ َو ُتوبُوا ِِلَى‬
Artinya : “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “ Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) nampak darri padanya.
Dan hendaklah mereka menutup kain kudung kedadanya, dan janganlah
menampakan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah
mereka atau ayah suami mereka atau saudara-saudara laki-laki mereka,
atau putera-putera saudaea perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam,
atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang
tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum
mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan
kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman
supaya kamu beruntung.(31)” 46
2. Perempuan Islam diatur oleh orang tuanya terkait pasangan hidup
yang tepat sesuai dengan standar tertentu
Pada salah satu adegan dan dialog dalam iklan tersebut ““Kita
punya jodoh yang cocok untukmu, terpelajar, karirnya bagus”. Dialog ini
seolah menggambarkan bahwa di Indonesia, anak gadis masih sering
dijodohkan oleh orang tuanya
46
Terjemahan diambil dari Al Quran Digital Versi 2.0.
66
Pada dasarnya tak ada ketentuan dalam syariat yang mengharuskan
atau sebaliknya melarang perjodohan. Islam hanya menekankan bahwa
hendaknya seorang muslim mencari calon istri yang shalilah dan baik
agamanya, begitu pula sebaliknya.
3. Perempuan Islam merawat kecantikan diri dan peduli penampilan.
Pada gambar kedua nampak perempuan itu menggunakan krim Fair
and Lovely, yang menandakan bahwa perempuan tersebut merawat dirinya
atau kecantikannya dan setelah memakai krim tersebut digambarkan bahwa ia
lebih fresh dan percaya diri dengan memakai busana pink fushia.
Secara umum merawat tubuh agar penampilan menjadi menarik
adalah hal yang dianjurkan oleh agama. Kebersihan menjadi syarat keindahan
dan penampilan yang baik dan yang cintai oleh Allah Swt dan Rasul-Nya
.Allah Swt berfirman “Hai anak Adam pakailah pakaianmu yang indah di
setao memasuki Masjid.”(Q.S Al-Araf ayat 31).Tetapi ada baiknya, juga
dibarengi dengan menjaga kecantikan akhlak.
4. Perempuan Islam ingin menuntut persamaan hak dengan laki-laki
terutama dalam hal pendidikan dan karir
Seorang perempuan dalam perspektif Islam memiliki kebebasan untuk
melakukan apa saja yang menjadi haknya sebagaimana diatur oleh ajaran
agama. Perempuan memiliki hak untuk hidup, menuntut ilmu, bekerja,
berkeluarga, berpendapat, berperan dalam berbagai aspek kehidupan baik
domestik maupun publik.Dalam konteks agama, kebebasan perempuan seperti
67
itu dijamin oleh Allah dan Rasul-Nya.Allah Swt telah mewajibkan setiap
muslim dan muslimah menuntut ilmu agar dunianya lurus dan akhiratnya
benar. Bagi muslim dan muslimah, kewajiban menuntut ilmu itu sama. Dalam
hal ini diriwayatkan: “Dari Anas, dia berkata bahwa Rasulallah Saw.
bersabda: “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim” (HR Baihaqi).47
47
Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h.39
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah
mengamati
dan
menganalisa
pada
bab
sebelumnya,
kesimpulan yang dapat diambil pada skripsi ini mengacu pada permasalahan
yang ada, yakni representasi perempuan Islam dalam iklan Fair and Lovely
versi nikah atau S2 yang disampaikan melalui, visual serta narasi yang
disajikan dalam iklan.Maka kesimpulan terhadap permasalahan tersebut
adalah sebagai berikut:
Makna konotasi yang diperoleh dari adegan-adegan yang terdapat
dalam iklan Fair and Lovely yaitu, (1) Perempuan
Islam berpakaian
muslimah yang modern. (2) Perempuan Islam diatur oleh orang tuanya terkait
pasangan hidup yang tepat sesuai dengan standar tertentu, (3) Perempuan
Islam merawat kecantikan diri dan peduli penampilan, (4) Perempuan Islam
ingin setara dengan laki-laki terutama dalam hal pendidikan dan karir.
Sedangkan makna mitos yang ditemukan setelah mengamati dan
menganalisis iklan tersebut adalah seorang perempuan dalam perspektif Islam
memiliki kebebasan untuk melakukan apa saja yang menjadi haknya
sebagaimana diatur oleh ajaran agama. Perempuan memiliki hak untuk
menuntut ilmu, bekerja, berkeluarga, berpendapat, berperan dalam berbagai
aspek kehidupan baik domestik maupun publik. Tetapi tetap dalam bingkai
norma dan hukum Allah Swt. Kebebasan itu tidak boleh menyebabkan
68
69
seorang perempuan muslimah kehilangan jati dirinya sebagai seorang
muslimah.
B. Kritik dan Saran
1. Saat menonton sebuah iklan, sebaiknya kita tidak pasif menerima apa saja
yang disuguhkan dalam iklan tersebut. Akan tetapi, kita juga harus lebih
kritis dan menilai pesan yang sebenarnya ingin disampaikan oleh produsen.
2. Cerita dalam iklan Fair and Lovely Versi Nikah atau S2 tidak terlalu detail,
sehingga penonton perlu mencerna ulang dan menafsirkan sendiri maksud
atau pesan yang ingin disampaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdalati, Hammudah. (1983). Islam Suatu Kepastian. Jakarta: Media Da‟wah.
Al-Fauzan, Syaik Abdullah Shahih. (1995).Kriteria Busana Muslimah. Jakarta:
Khazana Shun.
Arifin, Samsu. (2014). Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Deepublish.
Baker, Chris. (2000).Cultural Studies: Teori dan Praktek.Bantul :Kreasi Wacana
Offset.
Bungin, Burhan. (2006). Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana prenada Media
Group.
Danesi, Marcel. (2010). Pesan, Tanda dan Makna. Yogyakarta: Jalasutra.
Effendi, Bahtiar dkk, Editor: Ali Munhanif. (2002). Mutiara Terpendam:
Perempuan dalam Literatur Islam Klasik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Fauzia, Amelia dkk. (2004). Tentang Perempuan Islam: Wacana dan Gerakan.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Junus, Umar. (1981). Mitos dan Komunikasi.Jakarta: Sinar Harapan.
London School Public Relation Research Center, Editor: Rendro DS. (2010).
Beyond Borders: Communication Modernity & History. Jakarta:
Publisher STIKOM The London School of Public Relations.
Lubis, Akhyar Yusuf. (2004). Filsafat Ilmu dan Metodology Postmodern. Jakarta:
Akademia.
Mansyur, Yusuf. (2007).Wisata Hati: Menemukan Allah di Antara Mereka yang
Menderita. Bandung: Mizania.
Mashuri dan M. Zainuddin, (2008).MetodologiPenelitian Pendekatan Praktis dan
Aplikatif. Malang:Refika Aditama.
Miles ,Matthew B. dan A. Michael Huberman, (1992). Analisis Data Kualitatif.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Morissan. (2010).
Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
70
71
Seto, Indiawan. (2013). Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian
dan Skripsi Komunikasi. Jakarta:Mitra Wacana Media.
Shimp,
Terence A. (2003).Promotion Management and
Communication, Penerjemah: Revyani. Jakarta: Erlangga.
Marketing
Sobur, Alex.(2006). Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana,
Analisis Semiotik dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya.
_____Alex.(2006). Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukandarrumidi. (2009). Metodologi Penelitian: Komunikasi,
Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana.
Ekonomi,
Syuqqah, Abu. (1998). Busana dan Perhiasan Wanita Menurut Al-Qur‟an dan
Hadist. Bandung: Mizan.
_______Abu.(1997). Kebebasan Wanita. Jakarta: Gema Insani Press.
Widyatama, Rendra .(2005). Pengantar Periklanan.Jakarta: Buana Pustaka
Indonesia.
Situs Internet :
Mullen Lowe Indonesia “ About Us”, diakses pada
http://indonesia.mullenlowe.com/us/
5 Oktober 2016 dari
Unilever Indonesia, “Brand Kami” , diakses pada 5 Oktober 2016 dari
https://www.unilever.co.id/brands/our-brands/fair-and-lovely.html
Unilever Indonesia, “Our History”, diakses pada tanggal 25 Agustus 2016 dari
https://www.unilever.co.id/about/who-we-are/our-history/
Unilever Indonesia, “Visi dan Misi ”, diakses pada tanggal 25 Agustus 2016 dari
https://www.unilever.co.id/about/who-we-are/our-vision/
Karya Ilmiah :
Samosir,Ligia Stephani dkk.(2016).Pengaruh Penggunaan Brand Ambassador Dewi
Sandra Terhadap Putusan Pembelian Kosmetik Wardah di Kota Bandung,
dalam Jurnal Sosioteknologi, Vol.15 No. 2.
Surya, Yuyun W.I. (2004). Citra Perempuan Islam Kontemporer: Representasi
Perempuan Islam dalam Sinetron Ramadhan.
Dalam Jurnal
“Masyarakat, Kebudayaan dan Politik” Jurnal Unair Vol.17 No.14.
72
Umar, Nasaruddin. (2001). Agama dan Kekerasan Terhadap Perempuan, Jurnal
Dinamika HAM, Vol.2 No.1. Surabaya: Yayasan Obor Indonesia.
73
LAMPIRAN
IKLAN FAIR AND LOVELY VERSI NIKAH ATAU S2
Narasi / Dialog
Ayah: “Kita punya
jodoh yang cocok
untukmu, terpelajar,
karirnya bagus”.
Anak perempuan:
“Tapi pah, bagaimana
dengan S2 ku ?”
Ibu: “Nikah itu
memang penting Nak,
dia jodoh yang pas.”
Anak
perempuan:
“Nikah atau S2 ?”
Jessica Milla: “Kamu
pasti
menemukan
jawabannya.”
Visual
74
Narasi :
“Ada cahaya baru di
diriku”
Download