145 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 ANALISIS KINERJA KEUANGAN PRA DAN PASCA IPO (STUDI KASUS PT. WASKITA KARYA (PERSERO) TBK.) Dewa Putu Adityadharma1, I Putu Miartana2 ABSTRACT This study analyzes the financial performance of pre and post IPO with a case study of PT. Waskita Karya ( Persero ) Tbk . at first quarter of the period 2011 - 2014 fourth quarter . The ratio analysis is profitability ratios include Return on Assets and Return on Equity , the liquidity ratio is Cash Ratio and Current Ratio , the ratio of activity namely Total Asset Turnover and Total Equity Against Total Aser , then the solvency ratio includes the Debt to Equity and Debt to Total Assets, this study uses a non-parametric statistical analysis Paired Sample t Test and comparative analysis . The results obtained in this study is a variable that has the effect of financial performance after the IPO of ROE , Cash Ratio , Current Ratio , Total Asset Turnover , Total Equity Against Total Assets , and Debt to Total Assets . Keywords: Initial Public Offering , Profitability , Liquidity , Activity , Solvency , Financial Performance . PENDAHULUAN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan perusahaan yang memiliki tujuan bisnis. Penetapan tujuan bisnis tersebut pada dasarnya memiliki maksud untuk memberikan arah dan panduan bagi para manajer disemua tingkatan dalam perusahaan, membantu perusahaan mengalokasikan sumber dayanya, membantu perusahaan menetapkan budaya korporasi serta membantu manajer menilai kinerjanya (Griffin, 2010). Manajamen perusahaan tersebut tentunya mempunyai alternative pilihan apakah dana tambahan yang akan diperoleh melalui hutang atau dengan cara menerbitkan saham perusahaan ke publik. Apabila melalui penerbitan saham maka ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan yakni menawarkan saham perusahaan yang sudah ada kepada pemegang saham yang sudah ada,, menjual kepada pegawai perusahaan melalui ESOP (employee stock ownership plan), menambah saham lewat deviden yang tidak dibagi (dividend reinvestment plan), melakukan penawaran penjualan langsung kepada pemilik tunggal secara privat (private placement), atau menawarkan kepada masyarakat atau publik. Proses penawaran sebagian saham perusahaan kepada publik melalui bursa efek disebut go public atau Initial Public Offering (IPO). Alasan utama suatu perusahaan menjadi perusahaan publik dengan menjual saham di pasar modal adalah adanya dorongan kebutuhan atas modal yang digunakan untuk mendukung kegiatan operasionalnya. Pada perusahaan perorangan, biasanya pemilik modal hanya terdiri atas beberapa pemilik. Penambahan dana oleh investor baru belum tentu akan meningkatkan likuiditas kepemilikan secara langsung. Bila perusahaan menjadi lebih besar dan semakin membutuhkan tambahan modal untuk memenuhi peningkatan operasional-nya, maka menjual saham merupakan salah satu pilihan. Dalam membuat keputusan untuk melakukan IPO merupakan suatu keputusan yang kompleks karena akan memunculkan adanya kerugian dan biaya baru sehingga hal tersebut pastinya akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Konsekuensi yang dihadapi oleh perusahaan baik swasta maupun BUMN yang melakukan go public tentunya sama antara lain kewajiban keterbukaan (full disclosure), gaya manajemen informal menjadi formal, kewajiban membayar dividen, mempertahankan tingkat pertumbuhan baik laba maupun GCG @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive 146 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 (Good Corporate Governance), penyampaian sistem pelaporan sesuai dengan peraturan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) termasuk propektus perusahaan tersebut. Propektus merupakan salah satu ketentuan yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) yang harus dipenuhi oleh sebuah perusahaan yang akan melakukan IPO. Propektus berisi sejumlah informasi akuntansi dan informasi non-akuntansi dari perusahaan yang akan melakukan proses IPO. Informasi akuntansi adalah laporan keuangan yang terdiri atas neraca, perhitungan laba rugi, laporan arus kas, dan penjelasan laporan keuangan, sedangkan informasi non-akuntansi berisi informasi selain laporan keuangan seperti underwriter (penjamin emisi), auditor independent, konsultan hukum, nilai penawaran saham, persentase saham yang ditawarkan, umur perusahaan dan informasi lainnya (Nasirwan, 2002). Dasar-dasar tersebutlah yang menjadi informasi dasar bagi investor untuk membeli saham suatu perusahaan. Seorang investor dalam melakukan investasi dananya harus memiliki syarat-syarat antara lain harus memiliki pengetahuan dasar mengenai berbagai investasi alternatif yang tersedia, memperoleh sumber informasi keuangan, kemampuan untuk membaca dan memahami penawaran keuangan, dan memahami secara luas indeks dan rata-rata pasar uang. PT Waskita Karya (Persero) menetapkan harga saham sebesar Rp 380,- per lembar saham dalam rencana penawaran saham perdana. Rencana IPO perusahaan berbasis infrastruktur ini digelar pada 19 Desember 2012. Seperti dikutip dari prospektus ringkas yang diterbitkan perseroan, Waskita Karya berencana melakukan penawaran perdana saham sebanyak-banyaknya 3,082 miliar saham atau 32 persen dari modal yang ditempatkan. Dana IPO tersebut akan digunakan untuk modal kerja yang bersifat permanen sebesar 60 persen dan 40 persen sisanya digunakan untuk pengembangan usaha perseroan. Perseroan menunjuk Bahana Securities, Danareksa, dan Mandiri Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi sedangkan penjamin emisi di antaranya BNI Securities, Buana Capital, Danpac Securities, Valbury Asia Securities, dan lainnya. Berdasarkan uraian diatas, maka akan menarik untuk diadakan penelitian mengenai pengaruh IPO yang diakukan Waskita Karya terhadap kinerja keuangannya. Kinerja keuangan perseoran dapat dinilai melalui laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan, berdasarkan laporan keuangan tersebut maka dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian kinerja perusahan. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kinerja profitabilitas (return on equity dan return on asset), likuiditas (cash ratio dan current ratio), aktivitas (total asset turnover dan total modal sendiri terhadap total aset), dan solvabilitas (debt to equity ratio dan debt to total asset) sesuai dengan keputusan Menteri BUMN No KEP-100/MBU/2002 tentang tata cara pengukuran tingkat kesehatan BUMN di Indonesia. TELAAH PUSTAKA A. Initial Public Offering (IPO) Initial Public Offering mempunyai arti perusahaan menjual saham biasa atau saham preferen, atau obligasi yang merupakan modal perusahaan (ekuitas dan utang jangka panjang) yang pertama kalinya kepada masyarakat luas (Widoatmodjo, 2009). Penawaran umum merupakan kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh calon perusahaan tercatat untuk menjual saham atau efek kepada masyarakat berdasarkan tata cata yang diatur oleh Undang-Undang Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya. Dalam melakukan penawar-an umum, calon perusahaan perlu melakukan persiapan internal dan dokumen-dokumen sesuai dengan persyaratan untuk melakukan penawaran umum, serta memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive 147 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 B. Manfaat dan Konsekuensi Initial Public Offering (IPO) Saat sebuah perusahaan bauk swasta maupun badan usaha pemerintah menjadi perusahaan publik, manfaat yang dapat diperoleh perusahaan (Widoatmodjo, 2009), diantaranya : a) Memperoleh sumber pendanaan tambahan yaitu dana untuk pengembangan, baik untuk penambahaan operasional kerja maupun untuk ekspansi usaha, b) Memberikan competitive advantage untuk perkembangan usaha dimana mempunyai nilai tambahan daripada saingannya, c) Dapat melakukan merger atau akuisisi perusahaan lain dengan pembiayaan melalui penerbitan saham baru, d) Peningkatan kemampuan going cocern yaitu kemampuan perusahaan tetap dapat bertahan dalam berbagai kondisi ekonomi, e) Meningkatkan citra perusahaan, dan f) Meningkatkan nilai perusahaan C. PenilaianTingkat Kesehatan BUMN BUMN sebagai perusahaan yang dimiliki oleh negara perlu dikelola secara profesional dan menguntungkan. Pemerintah sebagai pengelola perlu memonitor kondisi kesehatannya terutama dari aspek keuangannya demi menjaga eksistensi BUMN tersebut. Berdasarkan pasal 3 Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No: KEP100/MBU/2002 bahwa penilaian tingkat kesehatan ditetapkan setiap tahun. Tingkat kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dibedakan atas sehat, kurang sehat dan tidak sehat. Tingkat kesehatan BUMN ditetapkan berdasarkan penilaian terhadap kinerja perusahaan untuk tahun buku yang bersangkutan yang meliputi penilaian aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi. Penilaian tingkat kesehatan BUMN tersebut berlaku bagi seluruh BUMN non jasa keuangan maupun BUMN jasa keuangan kecuali Persero Terbuka dan BUMN yang dibentuk dengan Undang Undang tersendiri serta diatur dalam Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No: KEP100/MBU/2002. Tabel 1 : Tata Cara Penilaian Kesehatan BUMN Non Jasa Keuangan Indikator Imbalan kepada pemegang saham (ROE) Imbalan Investasi (ROI) Rasio Kas Rasio Lancar Collection Periods Perputaran Persediaan Perputaran Total Aset Rasio modal sendiri terhadap aktiva Total Bobot Bobot Infra-struktur Non Infrastruktur 15 20 10 3 4 4 4 0 15 5 5 5 5 5 6 10 50 70 D. Analisis Laporan Keuangan Bagi perusahaan, laporan keuangan perusahaan akan disusun menurut prinsipprinsip akuntansi, dan karenanya para pemakai laporan keuangan perlu memahami cara penyajian informasi keuangan tersebut. Bagi pihak pemilik dan manajemen tujuan utama analisis laporan keuangan adalah agar dapat mengetahui posisi keuangan perusahaan saat ini. @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive 148 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 Dengan mengetahui posisi keuangan, maka setelah dilakukan analisis laporan keuangan akan terlihat apakah perusahaan dapat mencapai target yang telah direncanakan sebelumnya atau tidak. (Kasmir, 2010). Menurut Halim dan Hanafi (2007) analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat resiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. E. Bentuk Rasio Keuangan Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan bentuk rasio maka dapat dilakukan dengan beberapa rasio keuangan. Setiap rasio keuangan memiliki tujuan, kegunaan, dan arti tertentu. a. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas meru-pakan rasio untuk menilai kemampu-an perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga member-kan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. Tujuan peng-gunaan rasio pofitabilitas bagi perusahan maupun bagi pihak luar perusahaan (Kasmir, 2010), yaitu untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu, untuk menilai posisi laba perusahaann tahun sebelumnya dengan tahun sekarang, untuk menilai perkem-bangan laba, untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri, untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri untuk mengukur produk-tivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan. Return on Asset (ROA) merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dari modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan keuntungan bersih. Return On Equity (ROE) merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang sahamnya. b. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas atau sering juga disebut dengan nama rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan (Kasmir, 2010). Terdapat dua hasil penilaian terhadap terhadap pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, dikatakan perusahaan tersebut dalam keadaan likuid. Sebaliknya, apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut dikatakan perusahaan dalam keadaan ilikuid. Cash Ratio menunjukkan sejauh mana kemampuan kas dan setara kas dalam melunasi kewajiban lancarnya. Current Ratio menunjukkan sejauh mana aktiva lancar dapat menutupi kewajiban lancar. Semakin besar hasil perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar, semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menutupi kewajiban jangka pendek. @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive 149 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 c. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan (Kasmir, 2010). Efisiensi yang dilakukan misalnya dibidang penjualan, persediaan, penaghian piutang dan efisiensi dibidang lainnya. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran dengan rasio aktivitas akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien dan efektif dalam mengelola aset yang dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya. Total Asset Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap aktiva (Kasmir, 2010). Total modal sendiri terhadap total aset ini digunakan untuk mengukur perbandingan modal sendiri yang dimiliki perusahaan terhadap total aset. d. Rasio Solvabilitas Rasio ini mengukur sebe-rapa jauh perusahaan menggunakan hutang, dimana mengukur kemam-puan perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya (Husnan dan Pudjiastuti, 1994). Menurut Kasmir (2010) rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dbandingkan dengan aktivanya. Dalam arti yang luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemam-puan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila dilikuidasi. Debt Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termauk utang lancar dengan seluruh equitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam dengan pemilik perusahaan (Kasmir, 2010). Debt Total Asset menggambarkan aktiva yang digunakan oleh perusahaan untuk menutup hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang. METODE PENELITIAN Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan teknik pengumpulan data sekunder yang dilakukan dengan pencarian data mengenai perusahaan PT. Waskita Karya melalui literatur. Buku, artikel, jurnal, dan penelitian terdahulu merupakan referensi. Pencarian data dimulai dengan pencarian laporan keuangan, profil perusahaan (sejarah pendirian perusahaan, visi misi, dan perkembangan PT. Waskita Karya hingga saat ini) serta perkembangan harga saham PT. Waskita Karya tahun 2011-2014. @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive 150 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 Data dan informasi yang telah dikumpulkan, kemudian diolah dengan menggunakan Microsoft Office Excel 2007 kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif berdasarkan kerangka pemikiran yang telah disusun. Pengolahan data secara kualitatif menggunakan metode deskriptif meliputi penguraian aspek profil manajemen PT. Waskita Karya. Metode analisis data kuantitatif dilakukan dengan analisis komparatif. Analisis komparatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mencari persamaan dan perbedaan fenomena yang ada (Asnawi, 2006). Berdasarkan hal ini, peneliti membandingkan kinerja keuangan perusahaan sebelum menyelenggara-kan IPO dengan kinerja keuangan perusahaan setelah menyelenggarakan IPO menggunakan rasio keuangan. Penelitian ini menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui kenormalan data dengan hipotesis. Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku (Nugroho, 2006). Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-score dan diasumsikan normal. Penerapan pada uji Kolmogorov Smirnov adalah bahwa jika signifikansi di bawah 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti data tersebut tidak normal. Apabila signifikansi data yang diuji di atas 0,05 berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang diuji dengan data norml baku berarti data yang diuji normal (Wardani, 2010). Alat yang digunakan dalam uji normalitas adalah SPSS ver. 22. Selanjutnya setelah melakukan uji normalitas data dilanjutkan dengan uji Paired-Samples t Test untuk menguji ada perbedaan signifikan setelah perusahaan melakukan IPO dan belum melakukan IPO. Uji Paired-Samples t Test digunakan untuk menentukan ada tidaknya perbedaaan ratarata dua sampel bebas. Dua sampel yang dimaksud di sini adalah sampel yang sama namun mengalami perlakuan yang berbeda. Data perlakuan yang berbeda dalam penelitian ini adalah sampel pertama sebelum dilakukan IPO dan sampel kedua setelah dilakukan IPO, sehingga output-nya akan terlihat ada atau tidaknya perbedaan rata-rata dari kinerja keuangan Waskita Karya sebelum dan sesudah IPO. Berdasarkan kesimpulan dan teori-teori sebelumnya maka hasil uji Paired Samples t Test adalah: Ho1 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Return On Equity Waskita Karya antara sebelum IPO dengan setelah IPO. Ha1 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Return On Equity Waskita Karya antara sebelum IPO dengan setelah IPO. Ho2 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Return On Asset Waskita Karya antara sebelum IPO dengan setelah IPO. Ha2 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Return On Asset Waskita Karya antara sebelum IPO dengan setelah IPO. Ho3 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Cash Ratio Waskita Karya antara sebelum IPO dengan setelah IPO. Ha3 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Cash Ratio Waskita Karya antara sebelum IPO dengan setelah IPO. Ho4 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Current Ratio Waskita Karya antara sebelum IPO dengan setelah IPO. Ha4 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Current Ratio Waskita Karya antara sebelum IPO dengan setelah IPO. Ho5 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Total Asssets Turnover Waskita Karya antara sebelum IPO dengan setelah IPO. @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive 151 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 Ha5 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Total Asssets Turnover Waskita Karya antara sebelum IPO dengan setelah IPO. Ho6 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset Waskita Karya antara sebelum IPO dengan setelah IPO. Ha6 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset Waskita Karya antara sebelum IPO dengan setelah IPO. Ho7 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Debt Equity Ratio Waskita Karya antara sebelum IPO dengan setelah IPO. Ha7 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Debt Equity Ratio Waskita Karya antara sebelum IPO dengan setelah IPO. Ho8 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Debt Total Asset Waskita Karya antara sebelum IPO dengan setelah IPO. Ha8 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Debt Total Asset Waskita Karya antara sebelum IPO dengan setelah IPO Intrepretasi output dapat dilihat dari nilai t dan Sig.(2 -tailed). Kesimpulan dapat diambil melalui penerimaan dan penolakan hipotesis yang diusulkan, yaitu: 1. Ho diterima jika t-hitung < t-tabel, atau nilai p-value pada kolom Sig.(2-tailed) > level of significant (α) 2. Ha diterima jika t-hitung > t-tabel, atau nilai p-value pada kolom Sig.(2-tailed) < level of significant (α) HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Normalitas Penelitian ini menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov untuk menge-tahui kenormalan data dengan hipotesis. Intrepretasi output dari Kolmogorov-Smirnov menggunakan level of significant (α) 5% (Nugroho, 2006). Intrepretasi outputnya, sebagai berikut: Ho = Data variabel terdistribusi secara normal. Ha = Data variabel tidak terdistribusi secara normal. Pedoman yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesa adalah: 1. Ho diterima jika nilai p-value pada kolom Sig.(2-tailed) > level of significant (α). 2. Ha diterima jika nilai p-value pada kolom Sig.(2-tailed) < level of significant (α). Tabel 2 : Hasil Uji Normalitas One Sample Kolmogorov-Smirnov test Variabel Kolmogorov - Smirnov Asymp. Sig (2-tailed) (Z) Return On Equity 0.212 0.200 Return On Asset 0.262 0.114 Cash Ratio 0.239 0.199 Current Ratio 0.220 0.200 Total Asset Turnover 0.201 0.200 0.257 0.128 Debt Equity Ratio 0.164 0.200 Debt to Total Asset 0.276 0.073 Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive 152 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 Uji normalitas menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov memperlihatkan signifikansi masing-masing untuk Return On Equity sebesar 0,200 > 0,05, Return On Asset sebesar 0,114 > 0,05, Cash Ratio sebesar 0,199 > 0,05, Current Ratio sebesar 0,200 > 0,05, Total Asset Turn Over sebesar 0,200 > 0.05, Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset sebesar 0,128 > 0.05, Debt to Equity Ratio sebesar 0,200 > 0,05 dan Debt to Total Asset sebesar 0, 073 > 0,05. Artinya semua variabel terdistribusi normal karena memiliki nilai lebih besar dari 0,05. B. Uji Beda Paired Samples t Test 1. Uji Kinerja Profitabilitas Hipotesis kinerja profita-bilitas penelitian ini diproksikan dengan dua indikator pengukuran yaitu Return On Equity dan Return On Asset PT. Waskita Karya. Rasio dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh yang berbeda antara pra dan pasca IPO untuk periode 2011 triwulan I sampai dengan 2014 triwulan IV. Tabel 3 : Hasil Output Paired Samples t Test data Retrun On Equity Paired Samples Test Pair 1 ROE_1 ROE_2 Paired Differences Mean 67,6562 Std. Deviation 40,0872 Std. Error Mean 20,0436 95% Confidence Interval of Lower 3,8685 the Difference Upper 131,4438 t 3,375 df 3 Sig. (2-tailed) ,043 Hasil uji beda Paired-Samples t Test pada Return On Equity, menunjukkan terdapat perbedaan signifikansi antara sebelum dengan sesudah IPO. Terlihat pada Gambar 1, t hitung sebesar 3,375 dan signifikansi 0,043. Diperoleh t tabel pada signifikansi a = 0,05 dalam penelitian ini sebesar 3,182. Jadi t hitung > t tabel (3,375 > 3,182) dan signifikansi 0,043 < 0,05 sehingga Ha 1 diterima dimana terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Return On Equity Waskita Karya antara sebelum IPO dengan setelah IPO. Tabel 4 : Hasil Output Paired Samples t Test data Return On Asset Paired Samples Test Pair 1 ROA_1 ROA_2 Paired Differences t df Sig. (2-tailed) Mean -,1088 Std. Deviation 3,5091 Std. Error Mean 1,7546 95% Confidence Interval of Lower -5,6926 the Difference Upper 5,4750 -,062 3 ,954 @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive 153 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 Untuk uji beda Paired-Samples t Test pada Return On Asset dilakukan hal yang sama. Terlihat pada Gambar 2, t hitung sebesar 0,062 dan signifikansi 0,954. Diperoleh t tabel pada signifikansi a = 0,05 dalam penelitian ini sebesar 3,182. Jadi t hitung < t tabel (0,062 < 3,182) dan signifikansi 0,954 > 0,05 sehingga Ha 1 ditolak dimana tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Return On Equity Waskita Karya antara sebelum IPO dengan setelah IPO. 2. Uji Kinerja Likuiditas Hipotesis kinerja likuiditas penelitian ini diproksikan dengan dua indikator pengukuran yaitu Cash Ratio dan Current Asset PT. Waskita Karya. Rasio dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh yang berbeda antara pra dan pasca IPO untuk periode 2011 triwulan I sampai dengan 2014 triwulan IV. Tabel 5 : Hasil Output Paired Samples t Test data Cash Ratio Paired Samples Test Pair 1 Cash_1 Cash_2 Paired Differences Mean -64,4244 Std. Deviation 28,4537 Std. Error Mean 14,2268 95% Confidence Interval of Lower -109,7005 the Difference Upper -19,1483 t -4,528 df 3 Sig. (2-tailed) ,020 Hasil uji beda Paired-Samples t Test pada Cash Ratio, menunjukkan terdapat perbedaan signifikansi antara sebelum dengan sesudah IPO. Terlihat pada Gambar 3, t hitung sebesar 4,528 dan signifikansi 0,020. Diperoleh t tabel pada signifikansi a = 0,05 dalam penelitian ini sebesar 3,182. Jadi t hitung > t tabel (4,528 > 3,182) dan signifikansi 0,020 < 0,05 sehingga Ha 1 diterima dimana terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Cash Ratio Waskita Karya antara sebelum IPO dengan setelah IPO. Cash Ratio merupakan salah satu indikator yang menunjukan perusahaan tersebut likuid atau tidak. Pada tahun 2013 dan tahun 2014 dana IPO yang masuk ke perusahaan dalam bentuk uang tunai atau setara kas sehingga perbedaan tersebut signfikan. Pada tahun 2013 anak perusahaan didirikan oleh PT. Waskita Karya dan dana tersebut langsung disuntik sebagai modal anak perusahaan tersebut. Tabel 6 : Hasil Output Paired Samples t Test data Current Ratio Paired Samples Test Pair 1 Current_1 Current_2 Paired Differences Mean -481,2052 Std. Deviation 199,1671 Std. Error Mean T Df Sig. (2-tailed) 99,5836 95% Confidence Interval of Lower -798,1245 the Difference Upper -164,2859 -4,832 3 ,017 @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive 154 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 Uji beda Paired-Samples t Test pada Current Ratio menunujukkan hal yang sama. Terlihat pada Gambar 4, t hitung sebesar 4,832 dan signifikansi 0,017. Diperoleh t tabel pada signifikansi a = 0,05 dalam penelitian ini sebesar 3,182. Jadi t hitung > t tabel (4,832 > 3,182) dan signifikansi 0,017 < 0,05 sehingga Ha 1 diterima dimana terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Current Ratio Waskita Karya antara sebelum IPO dengan setelah IPO. 3. Uji Kinerja Aktivitas Hipotesis kinerja aktivitas penelitian ini diproksikan dengan dua indikator pengukuran yaitu Total Asset Turnover dan Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset PT. Waskita Karya. Rasio dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh yang berbeda antara pra dan pasca IPO untuk periode 2011 triwulan I sampai dengan 2014 triwulan IV. PT. Waskita Karya pada tahun 2014, mendirikan anak perusahaan yang bergerak di bidang tol, penjualan beton precast, energi dan juga realty sehingga aktivitas perusahaan tidak fokus pada industri konstruksi saja. Tabel 7 : Hasil Output Paired Samples t Test data Total Asset Turnover Paired Samples Test Pair 1 TAT_1 - TAT_2 Paired Differences Mean 410,7212 Std. Deviation 192,6624 Std. Error Mean T Df Sig. (2-tailed) 96,3312 95% Confidence Interval of Lower 104,1523 the Difference Upper 717,2900 4,264 3 ,024 Hasil uji beda Paired-Samples t Test pada Total Asset Turnover, menunjukkan terdapat perbedaan signifikansi antara sebelum dengan sesudah IPO. Terlihat pada Gambar 5, t hitung sebesar 4,264 dan signifikansi 0,024. Diperoleh t tabel pada signifikansi a = 0,05 dalam penelitian ini sebesar 3,182. Jadi t hitung > t tabel (4,264 > 3,182) dan signifikansi 0,024 < 0,05 sehingga Ha 1 diterima dimana terdapat perbedaan yang signifikan pada ratarata Total Asset Turnover Waskita Karya antara sebelum IPO dengan setelah IPO. Total Asset Turnover PT. Waskita Karya setelah IPO termasuk optimal dengan ditunjukkan adanya pembelian alat berat untuk menunjangan kegiatan operasional. Apabila dibandingkan dengan sewa alat berat, PT. Waskita Karya lebih efisien dengan membeli alat tersebut karena perhitungan yang dilakukan adalah penyusutan dari alat tersebut. Aset berupa gedung, pabrik dan jalan merupakan aset yang setiap periode perlu di amortisasi sehingga semakin banyak aset tetap yang diperoleh perusahaan perlu diperhatikan apakah efektif menunjang kegiatan operasio-nalnya. @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive 155 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 Tabel 8 : Hasil Output Paired Samples t Test data Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset Paired Samples Test Pair 1 TMSTTA_1 TMSTTA_2 Paired Differences Mean -124,9342 Std. Deviation 32,9291 Std. Error Mean 16,4646 95% Confidence Interval of Lower -177,3317 the Difference Upper -72,5366 T -7,588 Df 3 Sig. (2-tailed) ,005 Uji beda Paired-Samples t Test pada Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset menunujukkan hal yang sama. Terlihat pada Gambar 6, t hitung sebesar 7,588 dan signifikansi 0,003. Diperoleh t tabel pada signifikansi a = 0,05 dalam penelitian ini sebesar 3,182. Jadi t hitung > t tabel (7,588 > 3,182) dan signifikansi 0,005 < 0,05 sehingga Ha 1 diterima dimana terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset Waskita Karya antara sebelum IPO dengan setelah IPO. 4. Uji Kinerja Solvabilitas Hipotesis kinerja solvabilitas penelitian ini diproksikan dengan dua indikator pengukuran yaitu Debt Equity Ratio dan Debt to Total Asset PT. Waskita Karya. Rasio dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh yang berbeda antara pra dan pasca IPO untuk periode 2011 triwulan I sampai dengan 2014 triwulan IV. Perusahaan Waskita memiliki mitra baik lembaga pengelola keuangan seperti bank sebagai debitur perusahaan dalam memperoleh dana tunai sehingga hutang perusahaan kepada lembaga tersebut menjadi salah satu komponen untuk menghitung solvabilitas perusahaan. Tabel 9 : Hasil Output Paired Samples t Test data Debt Equity Ratio Paired Samples Test Pair 1 DER_1 DER_2 Paired Differences Mean 3298,5053 Std. Deviation 2244,6845 Std. Error Mean T Df Sig. (2-tailed) 1122,3422 95% Confidence Interval of Lower -273,2886 the Difference Upper 6870,2992 2,939 3 ,061 Hasil uji beda Paired-Samples t Test pada Debt Equity Ratio, menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikansi antara sebelum dengan sesudah IPO. Terlihat pada Gambar 7, t hitung sebesar 2,939 dan signifikansi 0,061. Diperoleh t tabel pada signifikansi a = 0,05 @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive 156 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 dalam penelitian ini sebesar 3,182. Jadi t hitung < t tabel (2,939 < 3,182) dan signifikansi 0,061 > 0,05 sehingga Ha 1 ditolak dimana tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Debt Equity Ratio Waskita Karya antara sebelum IPO dengan setelah IPO. PT. Waskita Karya sebelum melakukan IPO, tentunya sudah menggunakan hutang sebagai salah satu sumber dana untuk menjalankan operasionalnya antara lain kredit dengan bank-bank BUMN, penerbitan obligasi pada tahun 2012. Dengan melakukan IPO, PT. Waskita Karya memiliki investor dari luar selain pemerintah untuk menanamkan modalnya. Investor bisa dalam bentuk perorangan ataupun badan usaha. Perlu diketahui pemilik saham terbesar selain pmerintah dimiliki oleh badan usaha swasta yang memiliki lembar saham sekitar 3%. Tabel 10 : Hasil Output Paired Samples t Test data Debt to Total Asset Paired Samples Test Pair 1 DTA_1 - DTA_2 Paired Differences T Df Sig. (2-tailed) Mean 195,0961 Std. Deviation 91,6108 Std. Error Mean 45,8054 95% Confidence Interval of Lower 49,3229 the Difference Upper 340,8694 4,259 3 ,024 Uji beda Paired-Samples t Test pada Debt to Total Asset menunujukkan hal yang berbeda. Terlihat pada Gambar 8, t hitung sebesar 4,259 dan signifikansi 0,024. Diperoleh t tabel pada signifikansi a = 0,05 dalam penelitian ini sebesar 3,182. Jadi t hitung > t tabel (4,259 > 3,182) dan signifikansi 0,024 < 0,05 sehingga Ha 1 diterima dimana terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Debt to Total Asset Waskita Karya antara sebelum IPO dengan setelah IPO. KESIMPULAN Perbedaan kinerja keuangan pra dan pasca IPO antara lain nilai rata-rata dari Return On Assets, Cash Ratio, Current Ratio dan Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset Wijaya Karya meningkat setelah perusahaan melakukan IPO. Peningkatan nilai yang terjadi setelah IPO ini berdampak positif terhadap kinerja keuangan perseroan. Nilai rata-rata dari Return On Equity dan Total Asset Turnover setelah perusahaan IPO justru terjadi penurunan, dan berdampak negatif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Untuk Debt Equity Ratio dan Debt Total Asset juga terjadi penurunan nilai rata-rata setelah perusahaan IPO tetapi penurunan dari kedua rasio tersebut justru berdampak positif terhadap struktur modal perusahaan. Pengaruh yang signifikan pada rata-rata kinerja keuangan PT. Waskita Karya setelah perusahaan IPO antara lain perbedaan pengaruh kinerja keuangan setelah setelah IPO yang dialami oleh rata-rata Return On Assets dan Debt Equity Ratio ternyata tidak berpengaruh secara signifikan setelah diuji menggunakan Paired Sample t Test. Perubahan nilai yang berpengaruh secara signifikan setelah IPO terjadi pada rata-rata Return On Equity, , Cash Ratio, Current Ratio Total Asset Turnover, Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset dan Debt Total Assets menggunakan uji Paired Sample t Test. @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive 157 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 DAFTAR PUSTAKA Antonia, dan Hasnawati. (2009). Analisis Kinerja keuangan BUMN Sebelum dan Sesudah Privatisasi Di Indonesia. Jurnal Telaah Manajemen, Vol.4 No.2, November 2009 hal 125-140. Astuti, D. (2004). Manajemen Keuangan Perusahaan. Ghalia Indonesia, Jakarta. Asnawi, Said Kelana & Chandra Waskita. (2006). Metodologi Penelitian Keuangan Prosedur, Ide dan Kontrol. Graha Ilmu, Yogyakarta. Asyikin, J. dan Tanu. (2008). Analsisis Perbandingan Kinerja Keuangan Antara Perusahaan Farmasi Milik Pemerintah (BUMN) dengan Perusahaan Farmasi Swsata yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Spread, Vol.1 No.1 April 2011 hal 36-48. Bastian, I. (2002). Privatisasi di Indonesia Teori dan Implementasi. Jakarta, Salemba Empat. Brigham E.F, dan J.F Houston. (2001). Manejemen Keuangan: Fundamentals of Financial Management. Erlangga, Jakarta. Griffin, Ricky W. dan Ronald J. Ebert. (1998). Business, Edisi 4, (diterjemahkan oleh: Wagiono Ismail). Percetakan Aditya Media, Yogyakarta. Hanafi, M. dan Halim. (2007). Analisis Laporan Keuangan. Unit Penerbit dan Percetakkan STIM YKPN, Yogyakarta. Harahap, S. S. (2004). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Husnan, S. (2002). Manajemen Keuangan Teori Dan Praktek. Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada Yogyakarta. IGCGS. (2003). Apa dan Bagaimana Privatisasi BUMN. Jakarta, penerbit IGCGS. Jain, B. A. dan Omesh Kini. (1994). The Post-Issue Operating Performance of IPO Firms. Journal of Finance. Vol 49, No. 5: 1699-1726. Jumingan. (2008). Analisa Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara. Kasmir. (2010). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta, Rajawali Press. Keown et al. (2004). Manajemen Keuangan: Prinsip-Prinsip dan Aplikasi. PT Indeks, Jakarta. Lestari, K. dan Lestari. (2008). Studi Atas Kinerja BUMN setelah Privatisasi. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.12 No.2 Mei 2008 hal 263-272. Manurung, A. (2006). Cara Menilai Perusahaan. PT Elex Media Komputindo-Gramedia, Jakarta. Mardiayanto, H. (2009). Intisari Manajemen Keuangan: Teori, Soal, dan Jawaban. Grasindo, Jakarta. Munggaran, A.K. (2007). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan BUMN Sebelum dan Sesudah Privatisasi. Tesis, Universitas Widyatama, Musselman, Vernon A. dan Jackson, John H. (1990). Ekonomi Perusahaan Konsep-konsep dan Praktek-praktek Sezaman. Intermedia, Jakarta. Munawir, S. (2007). Analisa Laporan Keuangan. Liberty, Yogyakarta. Moeljadi. (2006). Manajemen Keuangan: Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Bayu Media, Malang. Nafarin, M. (2007). Penganggaran Perusahaan. Salemba Empat, Jakarta. Nasirwan. (2002). Reputasi Penjamin Emisi, Return Awal, Return 15 Hari Sesudah IPO, dan Kinerja Perusahaan Satu Tahun Sesudah IPO di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 5, No. 1, pp. 64-84 Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. Oliveira, Bruno Cals de dan Martelanc. (2014). IPO Determinants of Brazil Companies. Rev. Bras. Financas Rio de Janeiro. Vol. 12, No. 2, Juni 2014. @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive 158 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 Pranoto, T. (2011). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Privatisasi BUMN. Paper presentasi FEUI Research Day. 13 Desember 2011. Primiana, I. (2009). Menggerakan Sektor Riil UKM dan Industri. Alfabeta, Bandung Samsul, Mohamad. (2006). Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Erlangga, Jakarta. Setiyowati, R. (2010). Analisis Perbedaan Efisiensi, Profitabilitas, Leverage dan Likuiditas Sebelum dan Setelah Privatisasi (Studi Empiris pada BUMN Sektor Non Infrastruktur dan Non Jasa Keuangan yang Go Public Tahun 1995-2007). Tesis, Universitas Diponegoro Semarang, Sitompul, A. (2004). Pasar Modal, Penawaran Umum dan permasalahannya. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Soegiharto, dkk. (2005). BUMN Indonesia, BUMN Incorporated. Elex Media Komputindo, Jakarta. Wardhani, S dan Fitriati. (2010). Analisis Komparasi Profitabilitas Sebelum dan Sesudah Penawaran Perdana Saham. Ilmu Administrasi dan Organisasi,Vol.17 No.2 Mei 2010 hal 91-100. Widoatmodjo, S. (2009). Pasar Modal Indonesia: Pengantar dan Studi Kasus. Ghalia Indonesia, Bogor. @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive