9 Erlina Hasanuddin Djufri PENERAPAN MODEL

advertisement
Jurnal EduBio Tropika, Volume 5, Nomor 1, April 2017, hlm. 1-53
Erlina
Prodi Magister Pendidikan Biologi FKIP Universitas Syiah Kuala
Hasanuddin
Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Syiah Kuala
Djufri
Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Syiah Kuala
Korespondensi: [email protected]
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS
LINGKUNGAN DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS
DI SMK KESEHATAN ASSYIFA SCHOOL BANDA ACEH
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan mengetahui peningkatan keterampilan proses sains melalui penerapan
model pembelajaran PBL berbasis lingkungan pada materi komponen ekosistem di SMK Kesehatan Assyifa
School Banda Aceh. Metode yang digunakan adalah metode pre-eksperimental dengan rancangan pretest
posttest control design. Penelitian ini dilaksanakan pada satu kelas yaitu X-a Farmasi dengan jumlah 31 peserta
didik sebagai kelas eksperimen. Instrumen penelitian ini menggunakan lembar observasi keterampilan proses
sains. Analisis data untuk keterampilan proses sains katagori pencapaian peserta didik adalah baik dan sangat
baik. Hasil penelitian menunjukkan untuk keterampilan proses sains peserta didik pada praktikum I yaitu
41,93% sangat baik dan 58,06% baik sedangkan pada praktikum II mengalami peningkatan yaitu 83,87%
sangat baik dan 16,12 % baik. Disimpulkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan proses sains secara
signifikan dengan penerapan model pembelajaran PBL berbasis lingkungan di SMK Kesehatan Assyifa School
Banda Aceh.
Kata Kunci: PBL, Berbasis Lingkungan, Keterampilan Proses Sains, Komponen Ekosistem.
THE IMPLEMENTATION OF PROBLEM BASED LEARNING ENVIRONMENT IN
IMPROVING SCIENCE PROCESS SKILLS AT SMK KESEHATAN
ASSYIFA SCHOOL BANDA ACEH
ABSTRACT: This study aimed to increasing science process skills through the implementation of PBL
environment at SMK Kesehatan Assyifa School Banda Aceh. The method used in this study was preexperimental method with pretest-posttest control design. The research was conducted in one class, that is, X-a
Pharmacy class with the number of 31 students as the experimental class. The instrument of this study was
science process skill observation sheets. Data analysis for science process skills achievement of learners was
good and excellent category. The results showed that the science process skills of students in the practicum I
was 41.93% (excellent ), 58.06% (good) and while on practicum II the percentage increased to 83.87%
(excellent) and 16.12% (good). It can be concluded that the science process skills increased significantly with
the implementation of PBL learning environment at SMK Kesehatan Assyifa School Banda Aceh.
Keywords: PBL, Environment based, Science Process Skills, Ecosystem Components.
PENDAHULUAN
Proses pembelajaran adalah suatu proses
komunikasi edukatif antara pendidik dan peserta
didik. Peran pendidik membantu dan membimbing
peserta didik untuk mencapai tingkat kedewasaan
sehingga mampu menjadi anggota masyarakat
yang baik sesuai dengan tujuan pendidikan dan
pengajaran. Peserta didik harus dibekali dengan
kemanpuan untuk belajar sepanjang hayat, belajar
dari aneka sumber, belajar bekerja sama,
beradaptasi, dan menyelesaikan masalah (Sani,
2014).
Guru berperan besar dalam menyusun
strategi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan agar peserta didik termotivasi untuk
berprestasi serta dapat memahami pelajarannya
dengan baik. Purwanto (2013) menyatakan, “tinggi
rendahnya hasil belajar peserta didik dalam
pembelajaran tidak terlepas dari pemilihan dan
penggunaan model pembelajaran. Dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat, maka dapat
meningkatkan hasil dan keterampilan proses sains
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran”.
9
10
Erlina, dkk.
Untuk itulah diperlukan adanya inovasi dalam
dunia pembelajaran yang dapat memberikan
jawaban bagi permasalahan yang ada, salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran yaitu dengan menerapkan
model pembelajaran yang sesuai dengan materi
dan kondisi lingkungan sekitar.
Materi komponen ekosistem merupakan
materi yang diajarkan di kelas X. Tuntutan
Kompetensi Dasar yaitu mengharuskan peserta
didik mampu mendeskripsikan berbagai tingkat
keanekaragaman hayati di Indonesia melalui
observasi dan melakukan analisis ekologi di
lingkungan sekitar. Pengetahuan yang diberikan
berupa materi komponen ekosistem dengan melatihkan keterampilan proses sains dan memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber
belajar. Hal ini, cara menyelesaikannya membutuhkan pemikiran dan pemecahan masalah yang
kompleks dengan adanya kaitan antara materi
komponen ekosistem dan memanfaatkan lingkungkan sekitar sekolah sebagai sumber belajar agar
memudahkan peserta didik untuk memecahkan
masalah disekitarnya.
Sani (2014) “PBL adalah model pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk belajar
dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari
penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata”
masalah dalam kehidupan digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan peserta didik sebelum
mulai mempelajari suatu materi. Berdasarkan
penelitian Akinoglu dan Tandongan (2007) model
ini memungkinkan peserta didik untuk memperoleh pengetahuan baru dalam pemecahan masalah.
Menurut Dutch (1994) dalam Amir (2010)
“PBL merupakan model intruksional yang menantang peserta didik ‘belajar untuk belajar’, bekerja
sama dengan kelompok untuk mencari solusi suatu
masalah dalam dunia nyata”. Model pembelajaran
ini dapat mengoptimalkan potensi yang ada pada
diri peserta didik secara aktif, fisik maupun mental.
Selain itu, dituntut kerjasama dalam kelompok
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sama
sehingga peserta didik memperoleh pengalaman
sendiri untuk menyelesaikan suatu masalah.
Akcay (2009) menyatakan, “model pembelajaran PBL yang mampu melibatkan keaktifan
peserta didik secara menyeluruh, terutama dalam
hal partisipasi dan keaktifan berdiskusi peserta
didik. Model ini dilakukan dengan dasar pemikiran, bahwa komponen ekosistem merupakan
materi pokok yang dapat dilihat dalam kehidupan
sehari-hari, akan tetapi jarang menjadi fokus
perhatian peserta didik. Pada model pembelajaran
ini, pengetahuan dicari dan dibentuk oleh peserta
didik dalam upaya untuk memecahkan masalah
yang dihadapi di lingkungannya sendiri, sehingga
penggunaan model pembelajaran PBL diharapkan
dapat menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi
dan keaktifan berdiskusi peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran (Sani, 2014).
Menurut Amri dan Ahmadi (2010) “pengalaman belajar bagi peserta didik dapat diperoleh
melalui rangkaian kegiatan dalam mengeksplorasi
lingkungan melalui interaksi aktif dengan teman
sejawat dan seluruh lingkungan belajarnya. Lingkungan dapat dijadikan sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan kreativitas dan ketrampilan peserta didik dalam belajar. Dengan
demikian, peserta didik perlu dilatih untuk selalu
bertanya, mengusahakan menjawab suatu masalah,
mendorong peserta didikuntuk berpikir kritis dan
lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran pada
materi ekosistem dengan menggunakan lingkungan sekitar.
Berdasarkan hasil observasi yang telah
dilakukan terhadap proses pembelajaran biologi di
SMK Kesehatan Assyifa School Banda Aceh, guru
sangat mendominasi dalam kegiatan mengajar
serta proses pembelajaran hampir selalu berlangsung di dalam ruang kelas. Hal ini berdampak pada
aktivitas belajar juga menjadi berkurang. Aktivitas
belajar peserta didik yang rendah seringkali
menyebabkan kemampuan berpikir, keterampilan
dan penguasaaan materi pembelajaran menjadi
rendah.
Salah satu model pembelajaran yang secara
teoritis mampu meningkatkan keterampilan proses
sains dalam materi komponen ekosistem adalah
penerapan model pembelajaran PBL berbasis
lingkungan. Model PBL bersifat student centered,
dimana guru memberikan tugas berupa masalah
yang masih mengambang, kemudian peseta didik
mencari solusi untuk pemecahan masalah yang
diberikan (Sani, 2014).
Hal yang menarik mengapa PBL penting
untuk diterapkan adalah ditunjukkan oleh beberapa
penelitian sebelumnya. Hasil penelitian, Huang
(2012) menunjukkan bahwa PBL secara signifikan
meningkatkan motivasi belajar peserta didik dan
sangat efektif untuk meningkatkan keterampilan
proses sains. Neville (2008) menyatakan kurikulum yang menerapkan model pembelajaran PBL
menunjukkan kompetensi yang lebih dibandingkan
dengan hasil penerapan kurikulum model pembelajaran konvesional.
Bertolak dari hal tersebut, maka perlu
diadakan penelitian dengan tujuan ingin mengeta-
Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbasis Lingkungan
hui penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) berbasis lingkungan dalam meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil
belajar di SMK kesehatan Assyifa school Banda
Aceh.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Kesehatan Assyifa School Banda Aceh, Jln Tgk Chik
ditiro Peuniti, Kecamatan Ateuk Pahlawan Banda
Aceh, dilaksanakan pada Oktober sampai Desember tahun pelajaran 2015-2016. Populasi dan
Sampel pada penelitian ini adalah peserta didik
kelas X-a Farmasi yang berjumlah 31 peserta
didik. Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan teknih pengumpulan data berupa lembaran
observasi keterampilan proses sains. Perhitungan
data keterampilan proses sains peserta didik
dilakukan dengan menganalisis lembar observasi
dengan persamaan:
100%
Keterangan :
P = Presentase
S = Skor total yang di peroleh
N = Skor total
Hasil tersebut di tafsirkan dengan rentang
kualitatif sebagai berikut :
80% ≤ P ≤ 100% = Sangat Baik
66% ≤ P ≤ 79% = Baik
56% ≤ P ≤ 65% = Cukup
40% ≤ P ≤ 55% = Kurang
P ≤ 39%
= Gagal
(Arikunto, 2006)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
terdapat lima indikator keterampilan proses sains
yang diamati. Nilai rata-rata keterampilan proses
sains peserta didik dapat diamati pada Tabel 1.
Untuk memperjelas perbedaan nilai rata-rata
pada indikator dari setiap praktikum, disajikan
pada Gambar 1.
Tabel 1. Nilai Rata-rata Setiap Indikator Keterampilan Proses Sains
Menarik
kesimpulan
Mengkomunikasikan
Komponen-komponen
ekosistem
2,73
3,42
3,16
2,90
3,03
Saling ketergantungan antara
komponen biotik dan abiotik
3,52
3,65
3,58
3,48
3,71
Nilai rata-rata setiap indikator KPS
Jenis Praktikum
Indikator Keterampilan Proses Sains
Merumuskan
MengumpulMenganalisis
Masalah
kan Data
Data
4
3.52
3.65
3.71
3.58
3.42
3.48
3.16
3
11
2.73
2.9
3.03
2
1
0
Komponen-komponen ekosistem
Saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik
Gambar 1. Nilai Rata-rata Setiap Indikator Keterampilan Proses Sains
12
Erlina, dkk.
Katagori Keterampilan Proses
Sains
90
83.87
80
70
58.06
60
50
Sangat baik
Baik
41.93
40
30
16.12
20
10
0
Komponenkomponen ekosistem
Saling
ketergantungan
antara komponen
biotik dan abiotik
Gambar.2. Katagori Keterampilan Proses Sains
Nilai rata-rata praktikum I dan praktikum II
mengalami peningkatan yang sangat signifikan
yang menunjukkan bahwa pada praktikum I yaitu
komponen-komponen ekosistem, jumlah nilai ratarata yang diperoleh adalah 75,81. Pada praktikum
II yaitu praktikum saling ketergantungan antara
komponen biotik dan abiotik jumlah nilai rata-rata
yang diperoleh adalah 88,55. Untuk katagori
keterampilan proses sains disajikan pada
Gambar 2.
Gambar.2. menunjukkan bahwa keterampilan proses sains yang dimiliki oleh peserta didik
sudah sangat baik. Pada praktikum I yaitu
komponen-komponen ekosistem katagori pencapaian peserta didik adalah 41,93 % sangat baik dan
58,06 % baik, sedangkan pada praktikum II saling
ketergantungan antara komponen biotik dan
abiotik, peserta didik sudah mampu untuk
mengumpulkan data, menganalisis data dan dalam
menarik kesimpulan, sehingga katagori pencapai
peserta didik mengalami peningkatan yaitu
83,87% sangat baik dan 16,12 % baik.
Keterampilan proses sains bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap
ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu
aspek penting dalam kecakapan hidup. Oleh
karena itu, pembelajaran melalui praktikum dapat
memberikan pengalaman belajar bagi peserta didik
yang menekankan pada pengalaman dan pengem-
bangan keterampilan proses dan sikap iilmiahnya.
Melalui kegiatan praktikum, peserta didik dapat
menemukan fakta-fakta, membangun konsepkonsep dan teori-teori dengan keterampilan
intelektual dan sikap ilmiah peserta didik sendiri.
Peserta didik diberi kesempatan terlibat langsung
dalam kegiatan ilmiah seperti yang dikerjakan para
ilmuan. Pada kegaiatan praktikum, peserta didik
dituntut menggunakan pikiran, nalar, dan
perbuatan secara efisien dan efektif untuk
mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreatifitas.
Selain itu, model PBL, pengetahuan dicari dan
dibentuk oleh peserta didik dalam upaya untuk
memecahkan masalah yang dihadapi di lingkungannya sendiri, sehingga penggunaan model
pembelajaran ini diharapkan dapat menumbuhkan
dan meningkatkan partisipasi dan keaktifan
berdiskusi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, penggunaan model PBL
berbasis lingkungan (praktikum) dapat meningkatkan keterampilan proses sain peserta didik.
SIMPULAN
Penerapan Model Pembelajaran PBL Berbasis Lingkungan pada materi Komponen
Ekosistem dapat meningkatkan Keterampilan
Proses Sains secara signifikan di SMK Kesehatan
Assyifa School Banda Aceh.
DAFTAR RUJUKAN
Akcay. B. 2009. Problem-Based Learning in
Mathemathics, Sceince & Technology
Science Education. Journal of Turkish
Education, 3 (1) : 71-81.
Sceince Education. Volume 6, Issue 1.
Akinoglu. O dan Tandongan. R.O. 2007. The
Akinoglu. O dan Tandongan. R.O. 2007. The
Effecct Problem Based Active Learning of
Effecct Problem Based Active Learning of
Studen’s Academic Achievement, Attitude
Studen’s Academic Achievement, Attitude
and Concept Learning. Eurasia Journal of
and Concept Learning. Eurasia Journal of
Mathemathics, Sceince & Technology Edu-
Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbasis Lingkungan
13
Sani. R. A. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk
cation, 3 (1) : 71-81.
implementasi Kurikulum 2013. Jakarta Bumi
Amir. M. T. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui
Problem Based Learning Bagaimana MenAksara.
didik Membedayakan Pembelajaran di Era Amir. M. T. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui
Problem Based Learning Bagaimana MendiPengetahuan. Jakarta: Kencana.
dik Membedayakan Pembelajaran di Era
Amri, S & Ahmadi, I. K. 2010. Proses PembePengetahuan. Jakarta: Kencana.
lajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Neville. A. J. 2008. Problem-Based Learning and
Medical Education Forty Years on A Review
Arikunto, S. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendiof its Effects on Knowledge and Clinical
dikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Huang. K. et al, 2012 Applying Problem-Based
Performace. Medical Principle and Pracctice. Med Princ Pract 2009; 18: 1-9.
Learning in University English Translation
Classes. Journal of International Management Studies. Volume 7 Number I.
Purwanto. N. 2013. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Download