pengembangan potensi manusia dalam perspektif

advertisement
PENGEMBANGAN POTENSI MANUSIA DALAM
PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
(TELAAH QS AL-BAQARAH 2: 30-37)
SKRIPSI
Disusun Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
IKA FITRI SUCIATI
NIM: 111-12-066
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
ii
iii
iv
v
MOTTO
          
       
70. dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan.
(Qs Al-Isra‟ 17: 70)
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah dengan izin Allah SWT skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik. Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1.
Ibuku tercinta yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, mendidik dari
kecil sampai sekarang, dan doa restunya yang tidak pernah putus serta naihatnasihatnya.
2.
Keluarga besarku yang senantiasa memberikan semangat dan nasihat-nasihat
dalam meraih kesuksesan di dunia maupun di akhirat.
3.
Mbak Umi, Tilam, Septine, Kummi, Mbak Alfi, dan seluruh sahabatku yang
telah memberikan goresan warna di setiap langkahku serta terimakasih atas
motivasi dan kebersamaan kita selama ini karena kalian telah mengajarkanku
bagaimana menjadi teman yang sesungguhnya dan menghargai indahnya
persahabatan.
4.
Teman-teman PAI B angkatan 2012 senasib seperjuangan yang telah
memberikan kenangan-kenangan indah dalam kebersamaan kita selama ini.
5.
Teman-teman PPL SMK PELITA Salatiga dan KKN 2016 yang telah
mengajarkanku bagaimana menjalin kebersamaan dengan penuh tanggung
jawab.
6.
Seseorang yang senantiasa mengajarkanku bagaiamana menjadi pribadi yang
lebih baik dan telah memberikan lukisan indah disetiap hari-hariku.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya
Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi
Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan
hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di
hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “PENGEMBANGAN POTENSI
MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM (TELAAH QS
AL-BAQARAH 2: 30-37)”.
Alhamdulillah proses perjuangan dalam penyusunan skripsi ini telah
penulis lalui dengan baik. Tidak aka penggambaran lain yang dapat penulis
utarakan selain ucapan syukur yang tiada tara kepada Allah SWT kerena hanya
atas ridho dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas
kepada:
1.
Bapak Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Dr. Rahmat
Hariyadi, M.Pd.
2.
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Bapak Suwardi, M.Pd.
3.
Kepala Jurusan Tarbiyah Pendidikan Agama Islam Ibu Siti Rukhayati, M.Ag.
viii
4.
Dosen pembimbing Bapak Muh. Hafidz, M.Ag. atas bimbingan, arahan dan
motivasi yang diberikan.
5.
Bapak Dr. H. Miftahuddin, M.Ag. selaku pembimbing akademik.
6.
Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu
selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.
7.
Keluargaku yang telah mencurahkan pengorbanan dan doa restu yang tiada
henti bagi keberhasilan studi penulis.
8.
Semua pihak yang ikut serta memberikan bantuan dan motivasi dalam
penulisan skripsi ini.
Akhirnya penulis hanya bisa berdoa, semoga amal dan kebaikan semua
pihak dapat diterima oleh Allah sebagai amal sholeh dan mendapatkan balasan
sebaik-baiknya.
Tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini melainkan Ia yang Maha
Sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kepada semua pihak
untuk memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini. Penulis berharap
semoga tulisan ini mempunyai nilai guna dan manfaat bagi penulis khusunya dan
bagi pembaca umumnya.
Salatiga, Juni 2016
Penulis
Ika Fitri Suciati
111-12-066
ix
ABSTRAK
Suciati, Ika Fitri. 2016. Pengembangan Potensi Manusia dalam Perspektif
Pendidikan Islam dalam Qs Al-Baqarah 2: 30-37. Skripsi. Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Muh. Hafidz, M.Ag.
Kata kunci: Potensi Manusia, Pendidikan Islam
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan potensi manusia
dalam perspektif pendidikan Islam dalam Surat Al-Baqarah ayat 30-37.
Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1) Bagaimana
pengembangan potensi manusia dalam perspektif pendidikan Islam berdasarkan
surat Al-Baqarah ayat 30-37. 2) Implementasi pengembangan potensi manusia
dalam pendidikan Islam.
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research), yaitu studi
kepustakaan yang mengadakan penelitian dengan cara mempelajari dan membaca
literatur-literatur yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi
objek penelitian. Sumber data yang digunakan berasal dari data primer dan data
sekunder. Penelitian ini menggunakan metode tahlili, yaitu metode tafsir yang
menjelaskan ayat-ayat Al-Qur‟an dari seluruh aspeknya dan mengungkapkan
maksud-maksudnya secara terinci sesuai urutan ayat dan surat, mengemukakan
arti kosa kata yang diikuti dengan penjelasan mengenai arti global ayat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Dalam Qs Al-Baqarah 2: 30-37,
Allah SWT secara khusus menjelaskan potensi yang dianugerahkan kepada Nabi
Adam, yaitu potensi kekhalifahan dan potensi pedagogis. Potensi manusia sebagai
khalifah dan juga sebagai makhluk pedagogis membawa peran bagi dirinya untuk
selalu bertindak sesuai dengan ajaran Sang Pencipta. Segala potensi yang dimiliki
manusia tidak lain sebagai jalan pengabdian kepada-Nya. 2) Implementasi
pengembangan potensi manusia dalam pendidikan Islam. Tugas pendidikan Islam
merupakan realisasi dari pengertian tarbiyah al-insya (menumbuhkan atau
mengaktualisasikan potensi). Manusia mempunyai sejumlah potensi atau
kemampuan, sedangkan pendidikan merupakan proses untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi tersebut yang dimiliki oleh setiap peserta didik,
dan mengarahkan fitrah dan potensi tersebut menuju kebaikan dan kesempurnaan.
Pengembangan berbagai potensi manusia (fitrah) dapat dilakukan dengan kegiatan
belajar, yaitu melalui berbagai institusi. Belajar yang dimaksud tidak berfokus
melalui pendidikan di sekolah saja, tetapi juga dapat dilakukan di luar sekolah,
baik dalam keluarga, masyarakat, maupun melalui institusi sosial keagamaan yang
ada. Pendidikan dalam Islam berusaha untuk mengembangkan potensi manusia
seoptimal mungkin untuk dapat difungsikan sebagai sarana bagi pemecahan
masalah-masalah hidup dan kehidupan, pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta budaya manusia, dan pengembangan sikap iman dan takwa kepada
Allah SWT.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN BERLOGO ............................................................................... ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... v
MOTTO ......................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ......................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
ABSTRAK .................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5
D. Penegasan Istilah ............................................................................. 6
E. Manfaat Penelitian .......................................................................... 10
F. Metode Penelitian
.......................................................................... 10
G. Sistematika Penulisan Skripsi .......................................................... 12
BAB II DESKRIPSI QS AL-BAQARAH 2: 30-37
A. Redaksi Ayat dan Terjemahan Qs Al-Baqarah 2: 30-37 .................. 14
xi
B. Makna Mufrodat ............................................................................... 15
C. Isi Kandungan Qs Al-Baqarah 2: 30-37
......................................... 25
BAB III MUNASABAH QS AL-BAQARAH 2: 30-37
A. Pengertian Munasabah ...................................................................... 32
B. Munasabah Surat Al-Baqarah dengan Surat Sebelum dan
Sesudahnya ...................................................................................... 32
C. Munasabah Surat Al-Baqarah ayat 30-37 dengan Ayat Sebelum dan
Sesudahnya ...................................................................................... 41
BAB IV PENGEMBANGAN POTENSI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF
PENDIDIKAN ISLAM BERDASARKAN QS AL-BAQARAH 2: 30-37
A. Pandangan Ahli Tafsir Terhadap Qs Al-Baqarah 2: 30-37 ............. 43
B. Potensi Manusia ............................................................................... 52
C. Pendidikan Islam ............................................................................. 53
D. Pengembangan Potensi Manusia dalam Perspektif Pendidikan Islam
berdasarkan Qs Al-Baqarah 2: 30-37 .............................................. 57
E. Implementasi
Pengembangan
Potensi
Manusia
dalam
Perspektif
Pendidikan Islam ............................................................................. 59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 61
B. Saran ................................................................................................ 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar SKK
2. Nota Pembimbing Skripsi
3. Lembar Konsultasi
4. Daftra Riwayat Hidup
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang istimewa memang
memiliki latar belakang kehidupan yang penuh rahasia. Lembaran-lembaran
kitab suci Al-Quran yang memuat petunjuk Ilahi tentang penciptaan manusia
memuat sejumlah informasi, baik yang tersurat (jelas maknanya) maupun
tersirat (perlu penafsiran) tentang hakikat makhluk manusia ini. Manusia
selaku makhluk ciptaan dengan segala fungsi dan peran yang harus
dilakukannya, semuanya diinformasikan dalam Kitab Suci (Jalaluddin,
2003:11).
Ada pula penjelasan tentang manusia yang diungkapkan secara rinci,
antara
lain
tentang
proses
penciptaan
dan
pertumbuhan
maupun
perkembangannya. Oleh sebab itu pembahasan tentang manusia merupakan
masalah yang kompleks. Selain mengenai dirinya, juga terkait dengan fungsi
dan tanggung jawabnya. Manusia selain dikenal sebagai makhluk alternatif,
juga dinilai sebagai makhluk potensial yang dapat berkembang dan
dikembangkan. Dimaksud dengan makhluk alternatif, karena manusia
dianugerahkan kemampuan untuk menentukan arah dan pilihan hidupnya.
Semuanya itu menjadi mungkin, karena manusia dianugerahi oleh
Penciptanya sejumlah potensi yang berpeluang untuk dikembangkan, dan
sekaligus mampu mengembangkan potensi dirinya. Dengan demikian
14
manusia mampu untuk menjadikan dirinya sebagai makhluk yang
berperadaban (Jalaluddin, 2003:12).
Manusia adalah makhluk yang termulia di antara makhluk-makhluk
yang lain dan ia dijadikan oleh Allah dalam sebaik-baik bentuk/kejadian, baik
fisik maupun psikisnya, serta dilengkapi dengan berbagai alat potensial dan
potensi-potensi dasar (fitrah) yang dapat dikembangkan dan diaktualisasikan
seoptimal mungkin melalui proses pendidikan (Muhaimin, 2008:22).
Sebagaimana firman Allah dalam Qs At-Tiin 95: 4, sebagai berikut:
      
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaikbaiknya.”
Keistimewaan ini menyebabkan manusia dijadikan khalifah atau wakil
Tuhan di muka bumi, yang kemudian dipercaya untuk memikul amanah
berupa tugas dalam menciptakan tata kehidupan yang bermoral dimuka bumi.
Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang paling mulia karena
kesempurnaan bentuk dan kelebihan akal pikiran yang ikut membedakannya
dari makhluk lainnya. Sebagai konsekuensinya, manusia dituntut untuk
berbakti kepada Allah dengan memanfaatkan kesempurnaan dan kelebihan
akal pikiran dan segala kelebihan lain yang telah dianugerahkan kepadanya
(Jalaluddin, 2003:13).
Secara lebih jelas, keistimewaan dan kelebihan manusia diantaranya
berbentuk daya dan bakat sebagai potensi yang memilki peluang begitu besar
untuk dikembangkan. Dalam kaitan dengan pertumbuhan fisiknya, manusia
15
dilengkapi dengan potensi berupa kekuatan fisik, fungsi organ tubuh dan
panca indera. Kemudian dari aspek mental, manusia dilengkapi dengan
potensi akal, bakat, fantasi maupun gagasan. Potensi ini dapat mengantarkan
manusia memiliki peluang untuk bisa mengausai serta mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan sekaligus menempatkannya sebagai makhluk
berbudaya (Jalaluddin, 2003:13-14).
Allah telah memberikan kepada manusia kemampuan untuk belajar
dan
berpengetahuan,
serta
membekalinya
dengan
segala
peralatan
kemampuan. Adapaun peralatan kemampuan belajar itu ialah pendengaran,
penglihatan dan hati. Pendegaran bertugas memelihara ilmu pengetahuan
yang telah ditemukan oleh orang lain. Penglihatan bertugas mengembangkan
ilmu pengetahuan dengan menambahkan hasil-hasil penelitian dan pengkajian
kepadanya. Hati bertugas membersihkan ilmu pengetahuan dari segala noda
dan kotorannya, kemudian mengambil beberapa kesimpulan darinya (AnNahlawi, 1992:59).
Manusia dilengkapi dengan potensi agar dengan potensi itu ia dapat
mengembangkan dirinya. Pertumbuhan dan perkembangan manusia berjalan
secara evolusi (berjenjang dan bertahap). Melalui perjenjangan dan
pertahapan tersebut, manusia mengisi dirinya dengan pengalaman dan
pengetahuan. Dengan demikian manusia memperoleh pengetahuan secara
berproses, berasal dari pengembangan potensi dirinya, pengalaman dengan
lingkungannya serta dari Tuhan. Karena itu hubungan antara lingkungan,
16
manusia dengan Khaliq (Pencipta) maupun antar sesama makhluk tidak dapat
dipisahkan (Jalaluddin, 2003:32-33).
Manusia adalah makhluk Allah yang paling potensial. Berbagai
kelengkapan yang dimilikinya memberi kemungkinan bagi manusia untuk
meningkatkan kualitas sumber daya dirinya. Selain itu manusia juga memiliki
kemampuan untuk menghayati berbagai masalah yang bersifat abstrak seperti
simbol-simbol, ucapan dan ungkapan hingga kepada pengenalan terhadap
Penciptanya. Potensi tersebut seluruhnya dinilai sebagai pengarahan dari
penciptanya agar manusia mampu mejalani perannya sebagai pengabdi Allah
dalam pola dan perilaku yang benar.
Potensi dapat diibaratkan lembaga pada tumbuh-tumbuhan. Ujudnya
baru akan nampak nyata apabila dipelihara, dirawat, dijaga, dibimbing serta
dikembangkan. Kodratnya manusia memang dianugerahi oleh Penciptanya
berupa kemampuan potensial dasar (Jalaluddin, 2003:37).
Islam memandang manusia sebagai makhluk pendukung dan pencipta
kebudayaan. Dengan akal, ilmu dan perasaan, ia membentuk kebudayaan, dan
sekaligus mewariskan kebudayaannya itu kepada anak dan keturunannya,
kepada orang atau kelompok lain yang dapat mendukungnya. Kesanggupan
mewariskan dan menerima warisan ini merupakan anugerah Allah yang
menjadikan manusia sebagai makhluk yang mulia (Daradjat, 2011:8).
Kelebihan manusia yang tidak dimiliki oleh malaikat sekalipun,
bahwa manusia adalah makhluk yang disiapkan untuk berpengetahuan
(Gojali, 2004:73). Dalam penciptaan makhluk khususnya manusia, Allah
17
telah membekalinya dengan tiga modal dasar yaitu akal, pengetahuan serta
potensi untuk dimanfaatkan dalam kehidupannya (Munir, 2008:27).
Berdasarkan uraian tersebut penulis akan mendeskripsikan dan menganalisa
bagaimana pengembangan potensi manusia melalui pendidikan yang akan
penulis kemas dalam judul penelitian yaitu “PENGEMBANGAN POTENSI
MANUSIA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM (TELAAH
QS AL-BAQARAH 2: 30-37)”.
B. Rumusan Masalah
Mengacu latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan
dibahas adalah:
1.
Bagaimana pengembangan potensi manusia dalam perspektif pendidikan
Islam berdasarkan Qs Al-Baqarah 2: 30-37?
2.
Bagaimana implementasi pengembangan potensi manusia dalam
pendidikan Islam?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka dapat
ditetapkan tujuan penelitian yaitu:
1.
Untuk memperoleh deskripsi tentang pengembangan potensi manusia
dalam perspektif pendidikan Islam berdasarkan Qs Al-Baqarah 2: 30-37.
2.
Untuk memperoleh deskripsi tentang implementasi pengembangan
potensi manusia dalam pendidikan Islam.
18
D. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan terhadap judul
penelitian ini, maka penulis perlu untuk menjelaskan istilah-istilah yang
terdapat dalam judul ini antara lain:
1.
Pengembangan Potensi Manusia
Dalam bahasa Inggris disebut development; dalam bahasa Jerman
disebut durchführung. Pengembangan adalah pengolahan frase-frase dan
motif-motif dengan detail terhadap tema atau subyek yang dikemukakan
sebelumnya. Pengembangan juga dapat diartikan sebagai suatu bagian dari
karangan yang memperluas, memperdalam, dan menguatkan argumentasi
yang terdapat dalam bagian eksposisi (Komaruddin, 2006:186). Sedangkan
eksposisi dalam bahasa Inggris disebut exposition yang berasal dari bahasa
Latin, exponere, expono; menguraikan, menjelaskan. Eksposisi merupakan
bagian dari karya tulis ilmiah yang menyajikan argumentasi dan analisis
terhadap pembuktian-pembuktian data yang dihimpun berdasarkan
penelitian. Syarat penting bagi keberhasilan eksposisi adalah data yang
sah, metode penelitian yang tepat, dan ketajaman analisis dan argumentasi
(Komaruddin, 2006:66).
Menurut Haryanta (2012:213), potensi adalah kemampuan yang
mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan. Pengertian potensi dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia (2006:908) potesi berarti kesanggupan;
kekuatan; kemampuan.
19
Sedangkan pengertian manusia menurut Soetriono (2007:1)
manusia adalah makhluk Tuhan yang otonom, berdiri sebagai pribadi yang
tersusun atas kesatuan harmonis jiwa raga dan eksis sebagai individu yang
memasyarakat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengembangan potensi manusia
adalah pengolahan potensi atau kemampuan yang dianugerahkan Allah
kepada manusia dengan memperluas, memperdalam dan menguatkan
kemampuan tersebut.
2.
Pendidikan Islam
Pendidikan dalam wacana keislaman populer dengan istilah
tarbiyah. Tarbiyah berasal dari kata rabba, yarbu, tarbiyah yang memiliki
makna tambah dan berkembang. Artinya, pendidikan merupakan proses
menumbuhkan dan mengembangkan apa yang ada pada diri peserta didik,
baik secara fisik, psikis, sosial, maupun spiritual (Mujib, 2006:10).
Secara etimologi pendidikan berasal dari kata didik; mendidik,
yang berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai
akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan adalah perbuatan (hal, cara,
dsb) mendidik (Poerwadarminta, 1982:250).
Secara terminologi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2007:263) pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
20
Menurut Poerbakawatja dan Harahap (1982:257) pendidikan adalah
usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya
meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu
memilku tanggung jawab moril dari segala perbuatannya.
Menurut Hamdani (1987:8) pendidikan mencakup segala usaha dan
perbuatan
dari
generasi
tua
untuk
mengalihkan
pengalamannya,
kecakapannya serta ketrampilannya kepada generasi muda untuk
memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama
dengan sebaik-baiknya.
Menurut Suhartono (2008:43) pendidikan adalah segala jenis
pengalaman kehidupan yang mendorong timbulnya minat belajar untuk
mengetahui dan kemudian bisa mengerjakan sesuatu hal yang telah
diketahui itu.
Sedangkan pengertian Islam, Islam berasal dari Bahasa Arab yamg
berasal dari kata
‫سهم‬
yang berarti damai dan
‫اسهم‬
yang artinya
menyerahkan (Yunus, 2010:177). Islam adalah agama yang diajarkan oleh
Nabi Muhammad SAW yang berpedoman pada kitab suci Al-Qur‟an yang
diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT (Departemen Pendidikan
Nasional, 2007:442). Selain itu Islam adalah menyaksikan bahwa tiada
Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah dan sesungguhnya Nabi
Muhammad adalah pesuruh Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat
dan melakukan puasa di Bulan Ramadhan serta berhaji ke Baitullah jika
mampu menuju jalannya.
21
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan Islam adalah
segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia dan
sumber daya insani untuk membentuk manusia seutuhnya (insan kamil)
sesuai dengan norma Islam.
3.
Al-Qur‟an Surat Al-Baqarah 2: 30-37
Secara etimologis, Al-Qur‟an berarti bacaan atau yang dibaca.
Adapaun menurut istilah, Al-Qur‟an adalah kalamullah yang diturunkan
Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang disampaikan secara
mutawatir, bernilai ibadah bagi umat muslim yang membacanya, dan
ditulis dalam mushaf (Amrullah, 2008:1).
Surat Al-Baqarah termasuk surat yang pertama kali turun di
Madinah.
Khalid bin Ma‟ berkata: “Surat Al-Baqarah disebut juga
Fusbaatul Qur‟an (rangkuman Al-Qur‟an).” Sementara para ulama
menyatakan bahwa surat Al-Baqarah mengandung seribu kabar berita,
seribu
perintah,
dan
seribu
larangan.
Orang-orang
yang
telah
menghitungnya mengatakan: “Surat Al-Baqarah ini terdiri dari 287 ayat,
6221 kata, dan 25.500 huruf (Alu Syaikh, 2008:42).
22
E. Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat dari peneltian yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1.
Memberikan
sumbangan
pemikiran
ilmu
tentang
bagaimana
mengembangakan potensi manusia dalam perspektif pendidikan Islam
yang terkandung dalam Qs Al-Baqarah 2: 30-37.
2.
Penelitian ini memiliki relevansi dengan ilmu agama Islam khusunya
jurusan pendidikan agama Islam, sehingga hasil pembahasannya berguna
menambah literatur atau bacaan tentang pengembangan potensi manusia
dalam perspektif pendidikan Islam dalam Qs Al-Baqarah 2: 30-37.
3.
Penelitian ini semoga dapat memberikan kontribusi positif bagi pembaca
khusunya
penulis
untuk
mengetahui
dan
memahami
tentang
pengembangan potensi manusia dalam perspektif pendidikan Islam
dalam Qs Al-Baqarah 2: 30-37.
4.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi
manusia agar senantiasa mengembangkan potensinya melalui pendidikan
yang telah dianugerahan oleh Allah sejak ia dilahirkan.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk library reseacrh atau studi kepustakaan.
Studi kepustakaan yaitu mengadakan penelitian dengan cara mempelajari
dan
membaca
literatur-literatur
23
yang
ada
hubungannya
dengan
permasalahan
merupakan
yang menjadi obyek penelitian. Studi kepustakaan
teknik
pengumpulan
data
dengan
mengadakan
studi
penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan
laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti
(Nazir, 1985:111).
2. Teknik Pengumpulan Data
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barangbarang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan hari dan, dan sebagainya
(Arikunto, 2010:201).
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik dokumentasi
dalam pengumpulan data karena sesuai dengan jenis penelitian ini, yaitu
dengan mencari dan menganalisis buku-buku yang diperlukan, mulai dari
buku tafsir, buku-buku tentang pendidikan dan buku-buku lain yang
relevan. Dikarenakan metode ini menggunakan penelitian yang bersifat
library research dalam pengumpulan data yang akan digunakan dalam
penelitian, maka penulis membagi sumber data menjadi dua bagian:
a.
Sumber data primer, yaitu Al-Qur‟an yang berkaitan dengan
pengembangan potensi manusia melalui pendidikan Islam, yakni QS
Al-Baqarah 2: 30-37.
24
b.
Sumber data sekunder, yaitu tafsir-tafsir Al-Qur‟an yang berkaitan
dengan pengembangan potensi manusia melalui pendidikan oleh
mufassir dan buku-buku yang bersangkutan dengan pembahasan
skripsi ini.
3. Metode Analisis Data
Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, langkah selanjutnya
adalah menganalisis data dengan menggunakan metode Tahlili. Metode
Tahlili adalah metode tafsir yang menjelaskan ayat-ayat Al-Qur‟an dari
seluruh aspeknya dan mengungkapkan maksud-maksudnya secara terinci
sesuai urutan ayat dan surat. Mufassir memulai uraiannya dengan
mengemukakan arti kosa kata yang diikuti dengan penjelasan mengenai
arti global ayat. Mufassir juga mengemukakan munãsabah (korelasi) ayatayat, dan menjelaskan hubungan maksud ayat-ayat tersebut satu sama lain,
membahas asbabun nuzul (latar belakang turunnya ayat) jika ada
(Budihardjo, 2012:132).
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk mempermudah dalam pembahasan penelitian, maka disusunlah
sistematika penulisan skripsi ini secara garis besar sebagai berikut:
Pada BAB I berisi Pendahuluan, bab ini akan dikemukakan tentang
latar belakang masalah, rumusan masalah, penegasan istilah, tujuan
25
penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan
skripsi.
Pada BAB II merupakan pemaparan hasil penelitian yang berupa
telaah terhadap Qs Al-Baqarah 2: 30-37 yang meliputi: deskripsi Qs AlBaqarah 2: 30-37 yang disertai makna mufradat dan isi kangdungan ayat
tersebut.
Pada BAB III merupakan tafsir Qs Al-Baqarah 2: 30-37. Pada bab ini
peneliti akan menguraikan tentang tema penelitian yang meliputi munãsabah
dan azbãbun nuzûl Qs Al-Baqarah 2: 30-37.
Pada BAB IV penulis lebih memfokuskan dalam inti pembahasan
yaitu menganalisis tentang Pengembangan Potensi Manusia Melalui
Pendidikan dalam Qs Al-Baqarah 2: 30-37.
Pada BAB V yaitu Penutup, Kesimpulan dan Saran. Pada bab ini
memuat kesimpulan penulis dari pembahasan skripsi ini, saran-saran dan
kalimat penutup yang sekiranya dianggap penting serta daftar pustaka.
26
BAB II
DESKRIPSI QS AL-BAQARAH 2: 30-37
A. Redaksi Ayat dan Terjemahan Qs Al-Baqarah 2: 30-37
             
            
            
           
             
           
    
 
      
        
           
         
             
          
  
 
30. ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
27
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui."
31. dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
mamang benar orang-orang yang benar!"
32. mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui
selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya
Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana."
33. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka Nama-nama
benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka Nama-nama
benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa
Sesungguhnya aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa
yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"
34. dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: "Sujudlah
kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan
takabur dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang kafir.
35. dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga
ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja
yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan
kamu Termasuk orang-orang yang zalim.
36. lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan
dari Keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu
menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi,
dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."
37. kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, Maka Allah
menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang.
B. Makna Mufradat
1.
Mufradat Ayat 30
ِ‫ مَهَئِكَة‬berasal dari kata dasar ‫ مَهَك‬yang berarti malaikat (Yunus,
2010:429). Malaikat adalah makhluk alam gaib. Manusia tidak bisa
mengetahui hakikatnya. Al-Qur‟an menyatakan bahwa mereka terdiri
dari bermacam-macam golongan yang masing-masing memiliki tugas
yang berbeda (Ash-Shiddieqy, 2000:72).
28
ٌ‫جَبعِم‬
berasal dari kata
‫ جَعْهًب‬- ُ‫جَعَمَ ـ يَجْ َعم‬
yang memiliki arti
mengadakan, menjadikan, memulai (Yunus, 2010:89). Dalam ayat ini,
Allah menjelasakan bahwa Dia akan menjadikan khalifah di bumi
sebagai pengganti kaum yang telah binasa.
‫خَهِفَة‬
berasal dari kata
ً‫خَهَفَ ـ يَخْهُفُ ـ خِهَبفَة‬
yang artinya
menggantikan (Yunus, 2010:120). Menurut Abdullah (2005:46) kata
khalifah diambil dari kata kerja khalafa (َ‫ )خَهَف‬yang berarti mengganti
dan melanjutkan. Dalam hal ini yang dimaksud dengan khalifah adalah
orang yang menggantikan orang lain. Seperti halnya Abu Bakar telah
menggantikan Nabi Muhammad SAW setelah Nabi wafat, maka Abu
Bakar disebut sebagai khalifah Rasulullah.
Taufik
Rahman
mengutip
dari
Ar-Raghib
Al-Asfahani
menjelaskan bahwa menggantikan berarti melaksanakan sesuatu atas
nama yang digantikan, baik orang yang digantikannya itu ada
bersamanya maupun tidak. Sedangkan Al-Maraghi yang dikutip oleh
Taufik Rahman menerangkan bahwa khalifah merupakan pelaksana
wewenang Allah SWT dalam merealisasikan berbagai perintah-Nya di
dalam kehidupan sesama manusia. Manusia harus mampu menjadi
khalifah dalam arti membimbing dan mengarahkan sesama manusia serta
bekerja sama dengan seluruh makhluk yag ada di muka bumi sehingga
tujuan penciptaan manusia dapat tercapai (Rahman, 1999:22).
29
ُ‫ يُفْسِذ‬berasal
dari kata
‫ فَسُذَ ـ فَسَبدًا ـ فُسُىدًا‬- ُ‫ يَفْسُذ‬- َ‫فَسَذ‬
yang
berarti rusak, binasa, busuk (Yunus, 2010:316). Salah satu sifat manusia
yang disebutkan oleh malaikat dalam ayat tersebut adalah berbuat
kerusakan.
ُ‫يَسْفِك‬
‫سَفَكَ ـ يَسْفِكُ ـ سَفْكًب‬
berasal dari kata
yang memiliki arti
mencurahkan, menumpahkan (Yunus, 2010:172). Dalam ayat ini,
malaikat juga menyebutkan sifat manusia yang lain yaitu suka
membunuh dan menunpahkan darah. Dijelaskan juga, bahwa malaikat
merasa heran, mengapa Allah menjadikan makhluk yang akan berbuat
kerusakan dan pertumpahan darah itu sebagai khalifah di bumi. Allah
menegaskan, Dia Maha Tahu atas hikmah penciptaan Adam sebagai
khalifah di bumi (Ash-Shiddieqy, 2000:75).
ُ‫وُسَجِح‬
‫ يُسَجِحُ ـ جَسْجِيْحًب‬- َ‫سَجَح‬
berasal dari kata
yang berarti
memahasucikan Allah dengan bertasbih (Yunus, 2010:161). Malaikat
merupakan makhluk Allah yang senantiasa bertasbih dan mensucikanNya. Mensucikan Allah dari sifat-sifat yang tidak patut bagi Allah.
ُ‫وُقَذِس‬
berasal dari kata
‫قَ ُذسَ ـ يَقْذُسُ ـ قُذْسًب‬
yang berarti suci,
berkat (Yunus, 2010:332). Dalam ayat ini makna at-taqdis berarti
menetapkan sifat-sifat yang layak bagi Allah, yakni sifat-sifat yang
sempurna.
30
2. Mufradat Ayat 31
َ‫عَهَم‬
berasal dari kata
‫ عَهِمَ ـ يَعْهَمُ ـ عِهْمًب‬yang berarti mengetahui
sesuatu (Yunus, 2010:277). Dedeng Rosidin mengutip dari Al-Maraghi
menjelaskan bahwa kata „allama dengan alhamahu (memberi ilham),
maksudnya Allah memberi ilham kepada Nabi Adam untuk mengetahui
jenis-jenis yang telah diciptakan beserta zat, sifat dan nama-namanya.
Sedangkan Ash-Shawi, menjelaskan dengan makna alqa (memberikan
atau menuangkan), maksudnya Allah memberikan atau menuangkan ilmu
ke dalam hati Nabi Adam. Secara konteks, „allama menunjukkan adanya
tadrij (tahapan), bahwa penyampaian itu dilakukan melalui tahap demi
tahap. Akan tetapi, pada ayat ini menunjukkan secara sekaligus. Secara
struktur, „allama mempunyai dua objek, baik disebut ataupun tidak. Jika
dilihat dari jabatan kata dalam kalimat, tersusun dari fi‟il (pekerjaan), hal
ini berarti menunjukkan pada pekerjaan mengajar, atau proses belajar
mengajar yang didalamnya terdapat teknik dan metode mengajar. Fa‟il
(yang melakukan pekerjaan), di sini berarti menunjukkan pengajar (guru)
yang melakukan pekerjaan mengajar. Maf‟ul bih pertama (objek pertama)
menunjukkan murid yang menerima pelajaran, dan maf‟ul bih kedua
(objek kedua) menunjukkan materi yang diajarkan. Jadi, dalam ta‟lim
tersirat beberapa unsur penting, yaitu guru, murid, proses pembelajaran
dan materi pelajaran (Rosidin, 2003:67-68).
َ‫االَسْمَبء‬
berasal dari kata dasar
ٌ‫اِسْم‬
yang berarti nama (Yunus,
2010:42). Secara bahasa berarti istilah atau sesuatu yang bisa diketahui
31
dengan menyebut namanya. Al-Asma‟ berarti nama-nama benda. Allah
SWT telah mengajari Nabi Adam berbagai nama makhluk yang telah
diciptakan-Nya. Kemudian Allah memberinya ilham untuk mengetahui
eksistensi nama-nama tersebut (Al-Maraghy, 1985:138).
ًِ‫أَوْجِئُىو‬
berasal dari kata dasar
َ‫أَوْجَأ‬
yang memiliki arti
mengabarkan, memberi kabar (Yunus, 2010:50). Dalam ayat ini, kata
tersebut mengandung pengertian bahwa para malaikat dituntut untuk
menyebutkan nama-nama benda, tetapi mereka tidak akan mungkin
mampu mengatakannya. Hal ini karena mereka sama sekali belum pernah
mengetahuinya (Al-Maraghy, 1985:139).
3.
Mufradat Ayat 32
َ‫سُجْحَىَك‬
berasal dari kata
‫ يُسَجِحُ ـ جَسْجِيْحًب‬- َ‫سَجَح‬
yang berarti
memahasucikan Allah dengan bertasbih (Yunus, 2010:161). Para
malaikat mensucikan Allah dari sifat-sifat yang tidak pantas, yakni sifat
keterbatasan pengetahuan yang mengakibatkan Allah menciptakan
khalifah tetapi Allah tidak mengetahui hikmah dan faedahnya (AlMaraghy, 1985:139).
َ‫عِهْم‬
berasal dari kata
‫عَهِمَ ـ يَعْهَمُ ـ عِهْمًب‬
yang berarti mengetahui
sesuatu (Yunus, 2010:277). Maksud pengetahuan dalam ayat ini ialah
bersifat terbatas, tidak mencakup semua nama. Ayat ini juga merupakan
32
pengakuan para malaikat atas ketidakmampuan mendatangkan apa yang
dibebankan kepada mereka (Al-Maraghy, 1985:140).
‫ عَهَمْحَىَب‬berasal dari kata ‫جَعْهِيم‬
yang berarti hal mengajar, melatih
(Yunus, 2010:278). Dalam ayat ini, malaikat mengakui bahwa ilmu yang
dimilikinya terbatas, tidak mencakup segala benda dan segala yang diberi
nama. Tidak ada ilmu yang dimiliki malaikat, selain apa yang diajarkan
Allah kepada mereka.
4.
Mufradat Ayat 33
ْ‫ أَوْجِئْهُم‬yang berasal dari kata َ‫أَوْجَأ‬
(Yunus,
2010:50).
Allah
yang memiliki arti mengabarkan
memerintahkan
kepada
Adam
untuk
mengajarkan kepada para malaikat tentang nama-nama yang tidak
mereka ketahui karena kelemahannya.
َ‫غَيْت‬
berasal dari kata
‫ يَغِيْتُ ـ غَيْجًب ـ غَيْجَةً ـ غِيَبثًب‬- َ‫غبة‬
َ
yang
berarti ghaib, tidak hadir (Yunus, 2010:304). Dalam ayat ini, dijelaskan
bahwa Allah Maha Mengetahui hal-hal gaib yang ada di langit ataupun
bumi (Al-Maraghy, 1985:141).
َ‫جُجْذُوْن‬
berasal dari kata dasar
(Yunus, 2010:55). Sedangkan kata
ِ‫ثَبد‬
yang memiliki arti yang nyata
َ‫ جَكْحُمُىْن‬berasal dari kata ‫كَحَمَ ـ يَكْحُمُ ـ‬
َ‫ كَحْمًب ـ كِحْمَبوًب ـ كَحَمَ ـ اِكْحَحَم‬yang berarti menyembunyikan sesuatu (Yunus,
2010:367). Dalam ayat ini, dijelaskan bahwa Allah tidak menciptakan
33
sesuatu dengan percuma dan Allah tidak menjadikan khalifah tanpa arti
dan himah. Allah mengetahui apa yang nyata dan apa yang
disembunyikan (Ash-Shiddieqy, 2000:79).
5.
Mufradat Ayat 34
ْ‫ج ُذوا‬
ُ ْ‫ اس‬berasal dari kata ‫ سَجَذَ ـ يَسْجُذُ ـ سُجُىْدًا‬yang berarti sujud,
menundukkan kepala sampai ke tanah (Yunus, 2010:163). Sujud adalah
penghormatan, penghargaan dan pemuliaan (Alu Syaikh, 2008:106).
Ungkapan yang paling kongkrit dari sujud ini ialah meletakkan kening di
lantai (tanah). Hal ini merupakan kebiasaan pada masa dahulu di dalam
menghormati raja. Seperti sujudnya Nabi Ya‟qub dan putra-putranya
kepada Nabi Yusuf (Al-Maraghy, 1985:143).
ًَ‫ أَث‬berasal dari kata ‫ـ يَأْثًَ ـ إِثَبءًأَثَي‬
yang berarti enggan, tidak
mau (Yunus, 2010:32). Dalam ayat ini dijelaskan bahwa iblis menolak
melakukan sujud kepada Adam. Karena ia merasa lebih mulia dibanding
manusia.
َ‫اسْحَكْجَر‬
berasal dari kata
‫جَكَجُر‬
yang berarti takabur, sombong
(Yunus, 2010:366). Takabur adalah sifat iblis. Ia menampakkan
kesombongannya, menentang kebenaran dengan keyakinan bahwa
dirinya lebih baik dibanding Adam dan lebih mulia ditinjau dari segi
penciptaanya (Al-Maraghy, 1985:149).
34
6.
Mufradat Ayat 35
ْ‫اسْكُه‬
mendiami,
berasal dari kata
tinggal
(Yunus,
‫سَكَهَ ـ يَسْكُهُ ـ سَكَىًب‬
2010:174).
Dalam
ayat
yang berarti
ini,
Allah
memerintahkan Adam dan Hawa untuk berdiam di surga dengan aturan,
dilarang memakan buah satu pohon.
‫رَغَذًا‬
berasal dari kata
‫رَغَذَ ـ يَرْغَذُ ـ رَغَذًا‬
yang berarti baik,
lapang, senang (Yunus, 2010:144). Dalam ayat di atas kata
‫رَغَذًا‬
memiliki makna bahwa Allah memperkenankan Adam untuk tinggal di
Surga di mana saja yang ia sukai, memakan makanan yang ada di Surga
sepuasnya, makanan yang banyak, lezat, lagi baik (Alu Syaikh,
2008:108). Jadi, kata tersebut dapat diartikan kebebasan untuk
melakukan apa saja.
‫ جَقْرَثَب‬berasal dari kata َ‫ـ يَقْرُةُ ـ قُرْثًب ـ قُرْثَبوًبقَرُة‬
yang berarti
menghampiri, mendekati (Yunus, 2010:335). Allah memperkenankan
Adam untuk tinggal di surga di mana saja yang ia sukai, tetapi Allah
melarang Adam untuk mendekati satu pohon terlarang yang ada di surga.
َ‫ انظَهِمِيْه‬berasal dari kata ‫ظُهًمَ ـ يَظْهِمُ ـ ظُهْمًب ـ ظَهْمًب ـ مَظْهِمَة‬
yang
berarti aniaya, menganiaya (Yunus, 2010:248). Dalam ayat ini, kata
tersebut berarti bahwa kalian termasuk orang-orang yang aniaya terhadap
diri sendiri karena berani memakan buah yang dilarang. Kata tersebut
juga bisa diartikan dengan melanggar batasan-batasan Allah SWT (AlMaraghy, 1985:154).
35
7.
Mufradat Ayat 36
َ‫اَ َّزل‬
berasal dari kata
‫َّزلَ ـ يَزِلُ ـ ّزَنًب ـ ّزَنَهًب‬
yang memiliki arti
tergelincir dan jatuh (Yunus, 2010:156). Dalam bukunya, Al-Maraghy
mejelaskan bahwa az-zalal berarti terpeleset (jatuh). Pengertiannya ialah
dipakai untuk terpeleset (tergelincir) karena licin, atau tergelincir lidah
(berbicara) (Al-Maraghy, 1985:150).
‫ اهْجِطُىا‬berasal
dari kata
ُ‫هَجَطَ ـ يَهْجِطُ ـ هُجُىطًب ـ هَجْطًب ـ اَهْجَطَه‬
yang memiliki arti turun (Yunus, 2010:476). Sebagaimana Al-Maraghy
mengutip dari Ar-Raghib Al-Ashfahany menjelaskan kata turun dalam
pengertian ada unsur paksaan. Sehingga kata turun disamakan arti
dengan mengusir (Al-Maraghy, 1985:150).
ٌ‫مُسْحَقَر‬
berarti tempat kediaman, tempat tinggal. Sedangkan
ٌ‫مَحَع‬
berarti waktu yang ditentukan. Dalam ayat tersebut, berarti bahwa
manusia akan bertempat tinggal di bumi dan akan memperoleh
kegembiraan dan kemanfaatan dalam suatu jangka waktu yang
ditentukan. Maksudnya, keberadaan manusia di muka bumi akan
berkesudahan samapi suatu waktu yang ditentukan, bukan terus-menerus
kekal sepanjang masa (Ash-Shiddieqy, 2000:86).
36
8.
Mufradat Ayat 37
ٍ‫ كَهِمَث‬berasal dari kata ‫ كَهِمٌ ـ كَهِمَبت‬yang berarti kata-kata, kalimat
(Yunus, 2010:381). Pada ayat ini, setelah melakukan pengusiran, Allah
memberikan ilham kepada Nabi Adam beberapa kalimat yang
dilaksanakan dengan baik oleh Nabi Adam. Kemudian barulah Allah
menerima taubatnya (Al-Maraghy, 1985:156).
َ‫ فَحَبة‬berasal dari kata ‫ جَىْثَة‬- ‫ جَىَثًب‬- ُ‫ يَحُىْة‬- َ‫جَبة‬
yang memiliki
arti bertaubat, menyesal atas perbuatan dosa, kembali (Yunus, 2010:79).
Jika seorang hamba melakuka taubat berarti ia telah kembali taat dan
meninggalkan kemaksiatan. Taubat tidak akan bisa diterima apabila tidak
diikuti dengan rasa penyesalan terhadap apa yang telah dilakukan oleh
orang yang bertaubat, meninggalkan perbuatan dosa sejak bertaubat, dan
berjanji tidak akan mengulangi perbuatan maksisat yang pernah
dilakukan. Setelah melakukan taubat kemudian mengembalikan hak
kepada orang yang dianiaya dan meminta maaf kepada yang
bersangkutan secara lisan (Al-Maraghy, 1985:157). Jadi, dalam
pengertian ayat di atas, Allah menerima taubat Nabi Adam dan Allah
kembali melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada Nabi Adam.
ُ‫ انحَىَاة‬berarti Maha Penerima Taubat. Kata tersebut berasal dari
kata
‫ َجىْثَة‬- ‫ جَىَثًب‬- ُ‫ يَحُىْة‬- َ‫جَبة‬
yang memiliki arti bertaubat, menyesal
atas perbuatan dosa, kembali (Yunus, 2010:79). Seberapa besar dosa
yang dilakukan oleh seseorang, apabila ia menyesali apa yang dilakukan
37
dan tidak akan mengulangi lagi perbuatan tersebut, maka taubatnya akan
diterima oleh Allah SWT (Al-Maraghy, 1985:157).
ُ‫انرَحِيْم‬
berarti Maha Penyayang. Kata tersebut berasal dari kata
ً‫ يَرْحَمُ ـ رَحْمَة‬- َ‫ رَحِم‬yang memiliki arti mengasihi, menaruh kasihan
(Yunus, 2010:139). Ar-Rahim artinya yang selalu melimpahi hambahamba-Nya dengan kasih sayang jika mereka kembali kepada-Nya atau
bertaubat dari kesalahan yang mereka lakukan (Al-Maraghy, 1985:157).
C. Isi Kandungan Qs Al-Baqarah 2: 30-37
1.
Kandungan Qs Al-Baqarah Secara Umum
Surat Al-Baqarah terdiri dari 286 aya. Surat ini dinamai AlBaqarah yang berarti seekor sapi, karena di dalamnya disebutkan kisah
penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil.
Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak jelas dengan
sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya.
Dinamakan juga Futsal Al-Quran yang berarti puncak Al-Quran,
karena surat ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut dalam suratsurat yang lain. Juga dinamakan Alif Lam Mim, karena surat ini dimulai
dengan huruf-huruf hijaiyah alif, lam, dan mim (Departemen Agama RI,
2009:31).
Seluruh ayat Al-Baqarah diturunkan di Madinah. Kecuali ayat
281 yang diturunkan di Mina ketika Nabi Muhammad sedang
menjalankan Haji Wada‟ (haji penutup). Surat Al-Baqarah adalah surat
38
Al-Qur‟an yang terpanjang. Sedangkan surat terpendek adalah Surat AlKautsar (Al-Maraghy, 1985:57).
Tujuan dan tema surat ini adalah:
a.
Akidah
tauhid
dan
argumentasi-argumentasinya,
antara
lain
fenomena alam yang terbentang di alam raya.
b.
Kisah
kejadian
dikembangkan
manusia,
dan
potensi
diembannya,
dan
serta
fungsi
yang
harus
permusuhan
setan
terhadapnya.
c.
Bukti kebenaran Al-Qur‟an/tantangan terhadap yang meragukannya.
d.
Pemaparan yang cukup panjang tentang orang Yahudi dan munafik.
e.
Aneka ketetapan hukum, seperti shalat, kiblat, puasa, haji,
perkawainan, perceraian, perdagangan, utang-piutang, dan riba, serta
minuman keras dan wasiat (Shihab, 2012:12).
2.
Kandungan Qs Al-Baqarah 2: 30-37
Qs Al-Baqarah 2: 30, menjelaskan pengangkatan manusia oleh
Tuhan menjadi khalifah. Tuhan mengangkat manusia sebagai khalifah
atau menjadikan khalifah meliputi:
a.
Pengangkatan sebagian anggota masyarakat manusia dengan
mewahyukan syariat-Nya kepada mereka untuk menjadi khalifah.
b.
Pengangkatan seluruh manusia pada posisi di atas makhluk lain
dengan diberi kekuatan akal.
39
Dalam ayat tersebut terdapat kisah yang dikemukakan dalam
bentuk dialog untuk mendekatkan pemahaman tentang bagaimana
penciptaan Adam dan keutamaan apa yang ada padanya. Tuhan memberi
tahu malaikat bahwa Adam akan dijadikan sebagai khalifah di bumi.
Kemudian para malaikat seolah memprotes tentang manusia yang
sedemikian keadaanya akan dijadikan khalifah di bumi, bukan para
malaikat yang telah terpelihara (bebas) dari kesalahan-kesalahan. Tuhan
menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi, karena Tuhan tahu
kemaslahatan yang tidak diketahui oleh para malaikat. Dalam rangkaian
ayat ini, Tuhan menjelaskan bahwa segala perbuatan-Nya mengandung
hikmah yang dalam, meskipun tersembunyi bagi malaikat (AshShiddieqy, 2000:72).
Jadi, dalam ayat ini mengandung pemahaman bahwa para
malaikat ingin mengetahui apa hikmah Tuhan menciptakan manusia
sebagai khalifah di bumi, sedangkan keadaan manusia seperti itu (suka
membuat kerusakan). Para malaikat juga ingin mengetahui apa sebabnya
Tuhan tidak menjadikan mereka sebagai khalifah di bumi, sedangkan
mereka selalu bertasbih dan menyucikan Allah. Tuhan pun menjelaskan,
dalam diri manusia terdapat kemampuan-kemampuan yang tidak
diberikan kepada malaikat.
Qs Al-Baqarah 2: 31, 32, dan 33, menjelaskan bahwa Tuhan
memberi ilham kepada Adam tentang nama-nama segala yang ada,
40
seperti manusia, binatang, darat, laut, gunung, dan sebagainya. Tuhan
menggambarkan bentuk segala makhluk dan memberinya nama.
Dengan demikian, hikmah Tuhan mengajarkan nama-nama
kepada Adam dan kemudian mengajukannya kepada para malaikat. Hal
tersebut bertujuan untuk memuliakan Adam dan mengutamakannya,
sehingga malaikat tidak membanggakan diri dengan ilmunya. Selain itu,
juga
untuk
menunjukkan
rahasia
ilmu
yang tersimpan
dalam
perbendaharaan ilmu Allah yang maha luas dengan perantaraan lisan
seorang hamba yang dikehendaki-Nya.
Kemudian Adam mengajarkan kepada para malaikat nama-nama
yang tidak mereka ketahui karena kelemahannya. Hal ini bertujuan untuk
menujukkan bahwa ilmu Adam telah diakui dan tidak perlu diuji, serta
untuk menujukkan bahwa Adam telah layak memberi pelajaran kepada
orang lain. dengan demikian jadilah Adam sebagai guru, dan para
malaikat sebagai murid (Ash-Shiddieqy, 2000:77-78).
Jadi, dalam ayat-ayat ini menjelaskan bahwa setelah Tuhan
mengajari Adam tentang segala macam benda, Tuhan mengemukakan hal
itu kepada para malaikat. Dengan itu, para malaikat tahu bahwa Adam
(manusia) mempunyai kemampuan untuk mengetahui apa yang tidak
mereka katahui dan manusia sanggup memegang kekhalifahan di bumi.
Karakter manusia sebagai penumpah darah seperti yang dikhawatirkan
malaikat tidak menghilangkan hikmah Tuhan menjadikan Adam sebagai
khalifah. Dalam ayat-ayat ini juga dijelaskan bahwa manusia lebih mulia
41
daripada malaikat. Para malaikat memang lebih banyak beribadah
daripada Adam. Namun, mereka tidak ahli untuk mengendalikan
kekhalifahan. Syarat mutlak untuk memegang kekhalifahan adalan ilmu.
Adam menjadi lebih utama dibanding malaikat karena dia lebih alim
daripada malaikat.
Qs Al-Baqarah 2: 34, menjelaskan bahwa Allah memberi perintah
kepada malaikat untuk sujud kepada Adam. Sujud para malaikat itu
dilakukan atas nama ibadah kepada Allah, bukan ibadah kepada Adam.
Sebab, sujud itu dilakukan atas perintah Allah sebagai penghormatan
kepada Adam. Sedangkan iblis menolak sujud kepada Adam, mereka
justru memperlihatkan kesombongan dan keangkuhannya. Mereka
merasa lebih baik dalam masalah asal kejaidan. Iblis memang makhluk
yang mengingkari kebenaran dan durhaka. Menurutnya, dialah yang
paling patut memegang kekhalifahan (Ash-Shiddieqy, 2000:81).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam ayat terseut, Allah lebih
menegaskan lagi kemuliaan Adam, dengan memerintah seluruh malaikat
untuk bersujud kepadanya. Semua malaikat tunduk dan bersujud, kecuali
iblis yang menolaknya dan tidak mau bersujud kepada Adam.
Qs Al-Baqarah 2: 35, 36 dan 37, dalam ayat-ayat ini disebutkan
bahwa Allah SWT memerintahkan kepada Adam dan istrinya (Hawa)
agar bertempat di surga dan menikmati apa saja yang ada di dalamnya.
Allah pun melarang Adam dan Hawa memakan buah pohon tertentu.
Mereka diberitahu bahwa mendekat saja sudah merupakan perbuatan
42
dzalim terhadap diri sendiri. Kemudian setan menggoda Adam dan
istrinya hingga berakibat terusirnya mereka berdua dari kenikmatan
hidup di surga. Kemudian Adam bertaubat kepada Allah, dan Allah pun
menerima taubatnya (Al-Maraghy, 1985:151).
Jadi, dalam ayat-ayat tersebut terkandung pemahaman bahwa
Allah memerintah Adam dan Hawa untuk berdiam di surga dengan
aturan dilarang memakan buah pohon tertentu. Tetapi setan berupaya
menipu Adam dan istrinya, sehingga menyebabkan mereka berdua
dikeluarkan dari surga dan tinggal di bumi untuk masa tertentu.
Dapat disimpulkan bahwa Qs Al-Baqarah 2: 30-37 memiliki
kandungan makna yang dapat dipahami, yaitu ayat-ayat tersebut
merupakan ayat yang berisi tentang dialog antara Allah dan malaikat.
Informasi tentang pengukuhan manusia sebagai khalifah di muka bumi
ini mendapat interupsi dari malaikat yang dalam pandangannya
meragukan by product dari pembakuan kedudukan khlaifah manusia atas
alam ini (Munir, 2008:17). Selain itu ayat-ayat di atas dapat dipahami
bahwa ilmu yang diterima Adam dari Allah dengan segala potensi yang
diciptakan Allah padanya telah menjadi sebab diutamakannya Adam atas
para malaikat, dan para malaikat diperintah oleh Allah SWT supaya
sujud kepada Adam dan dijadikannya umat manusia sebagai khlaifahkhalifah Allah di muka bumi (Jalal, 1988:26).
Dilanjutkan dengan uraian tentang ulah setan menyesatkan
manusia dan ketergelinciran Nabi Adam serta taubat beliau yang diterima
43
Allah SWT sehingga beliau terbebaskan dari dosa. Semua itu dijadikan
pelajaran dalam rangka menyukseskan tugas kekhalifahan, yakni
membangun dunia sesuai dengan rencana yang dikehendaki Allah SWT
(Shihab, 2012:17).
44
BAB III
MUNÃSABAH QS AL-BAQARAH 2: 30-37
D. Pengertian Munãsabah
Kata munãsabah berasal dari kata
‫وبست ـ يىبست ـ مىبسجة‬
yang
berarti hubungan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Munãsabah berarti
muqãrabah (‫ )مقبرثة‬atau kedekatan dan kemiripan. Hal ini tentunya bisa
terjadi antara dua hal atau lebih, sedangkan kemiripan tersebut dapat terjadi
pada seluruh unsur-unsurnya, dapat juga terjadi pada sebagiannya saja.
Dengan demikian munãsabah menurut istilah adalah adanya kecocokan,
kepantasan dan keserasian antara ayat dengan ayat atau surat- dengan surat,
atau munãsabah adalah kemiripan yang terdapat pada hal-hal tertentu dalam
Al-Qur‟an baik pada surat maupun pada ayat-ayatnya yang menghubungkan
antara uraian yang satu dengan yang lainnya (Budihardjo, 2012: 39).
E. Munãsabah surat Al-Baqarah dengan surat sebelum dan sesudahnya.
1.
Munãsabah surat Al-Baqarah dengan surat Al-Fatikhah (Departemen
Agama RI, 2009:32).
a.
Surat Al-Fatikhah merupakan pokok-pokok pembahsan yang akan
dirinci dalam surat Al-Baqarah dan surat-surat sesudahnya. Pokokpokok isi surat Al-Fatikhah yaitu akidah, ibadah, hukum-hukum,
janji dan ancaman, serta kisah-kisah (Departemen Agama RI,
2009:4).
45
Sedangkan pokok-pokok isi dari surat Al-Baqarah ialah:
1) Keimanan, yaitu dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat
Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
2) Hukum, yaitu perintah mengerjakan shalat, perintah menuanikan
zakat, puasa, haji dan umrah, qisas, yang halal dan yang haram,
bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul
dengan anak yatim, prinsip-prinsio ekonomi, larangan memakan
riba, utang piutang, nafkan dan yang berhak menerimanya,
wasial kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum
sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum
merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah,
talak, khulu‟, ila, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi
wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
3) Kisah, yaitu penciptaan Nabi Adam, kisah Nabi Ibrahim, dan
kisah Nabi Musa dengan Bani Israil.
4) Sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat
Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan
sesudah mati (Departemen Agama RI, 2009:31).
b.
Di bagian akhir surat Al-Fatikhah disebutkan permohonan hamba,
agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus. Ditegaskan
dalam ayat
َ‫“اِهْذِوَب انّصِرَاطَ انمُسْحَقٍيْم‬Tunjukilah
kami jalan yang
lurus”. Untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat,
46
Allah mengadakan peraturan-peraturan, hukum-hukum, menjelaskan
kepercayaan, memberi pelajaran dan contoh-contoh. Ini semua
adalah laksana jalan lurus yang dibentangkan Allah yang akan
mengantarkan manusia kepada kebahagiannya di dunia dan di
akhirat. Maka berbahagialah mereka yang menjalaninya dan
sengsaralah orang yang menghindari diri dari jalan itu (Departemen
Agama RI, 2009:7).
Sedangkan surat Al-Baqarah dimulai dengan ayat yang
menerangkan bahwa Al-Qur‟an adalah kitab yang menunjukkan
jalan yang dimaksudkan itu. Hal tersebut dijelaskan dalam ayat
َ‫“ رنِكَ انْكِحَتُ نَبرَيْتَ فِيْهِ هُذًي نِهمُحَقِيْه‬Kitab (Al-Quran) ini tidak ada
keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa”. Al-Quran
merupakan bimbingan bagi orang yang bertakwa, untuk hidup di
dunia dan di akhirat nanti (Departemen Agama RI, 2009:36).
c.
Di akhir surat Al-Fatikhah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu
yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat.
Orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah yaitu rasul-rasul, nabinabi, orang-orang saleh dan siddiqin. Orang-orang yang semacam ini
akan diberi pahala dan ganjaran oleh Allah, yaitu surga. Ada pula
orang-orang yang dimurkai Allah yaitu mereka yang tidak mau
menjalani jalan yang lurus, padahal dia tahu bahwa itulah jalan yang
benar, dan ada pula orang yang sesat, yaitu orang yang tidak
47
mengetahui jalan yang lurus atau dia mengetahuinya, tetapi dia
tersesat dalam menempuh jalan itu (Departemen Agama RI, 2009:9).
Sedangkan di awal surat Al-Baqarah juga disebutkan tiga
kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir dan,
orang munafik. Orang yang bertakwa ialah orang yang memelihara
dan menjaga dirinya dari azab Allah dengan selalu melaksanakan
perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Di
antara tanda-tanda orang yang bertakwa ialah sebagai berikut:
Pertama; Beriman kepada yang gaib. Gaib ialah sesuatu
yang tidak dapat dicapai oleh pancaindra. Pengetahuan tentang yang
gaib itu semata-mata berdasar kepada petunuk-petunjuk Allah SWT.
Karena jika beriman kepada Allah, maka beriman pula kepada
firman-firman dan petunjuk-petunjuk-Nya. Termasuk yang gaib,
ialah Allah, para malaikat, hari kiamat, surga, neraka, dan
sebagainya. Pangkal iman kepada yang gian ialan iman kepada Allah
SWT. Iman kepada Allah adalah dasar dari pembentukan watak dan
sifat-sifat seseorang manusia agar dia menjadi manusia yang
sebenarnya, sesuai dengan maksud Allah menciptakan manusia.
Kedua; melaksanakan shalat, yaitu mengerjakan dan dan
menunaikan shalat dengan menyempurnakan rukun-rukun dan
syarat-syaratnya, terus-menerus mengerjakannya setiap hari sesuai
dengan yang diperintahkan Allah.
48
Ketiga;
Menginfakkan
sebagian
rezeki
yang
telah
dianugerahkan Allah. Rezeki ialah segala sesuatu yang dapat diambil
manfaatnya. Menginfakkan sebagian rezeki ialah memberikan
sebagian rezeki atau harta yang telah dianugerahkan Allah kepada
orang-orang yang telah ditentukan oleh agama.
Keempat; Beriman kepada kitab-kitab yang diturunkanNya, yaitu Al-Qur‟an dan kitab-kitab (wahyu), Taurat, Zabur, Injil
dan sahifah-sahifah yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelum Nabi
Muhammad SAW. Beriman kepada kitab-kitab dan sahifah-sahifah
tersebut berarti beriman pula kepada para rasul yang telah diutus
Allah kepada umat-umat yang dahulu.
Kelima; Beriman kepada adanya hari akhir. Beriman
kepada adanya hari akhir ialah benar-benar percaya adanya hidup
yang kedua setelah dunia ini berakhir (Departemen Agama RI,
2009:36-39).
Orang kafir ialah orang yang tidak beriman kepada Allah
sebagaimana yang diperintahkan-Nya. Kafir adalah orang-orang
yang tidak percaya kepada Allah, rasul-rasul-Nya, malaikatmalaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan hari kiamat. Di dalam Al-Qur‟an
disebutkan bahwa orang-orang kafir yaitu orang-orang musyrik,
yang sangat ingkar kepada Rasulullah SAW. Mereka tidak akan
beriman walaupun diberi peringatan yang disertau dengan ancaman.
49
Bagi mereka sama saja, apakah mereka diberi peringatan keras atau
tidak (Departemen Agama RI, 2009:40).
Sedangkan orang munafik adalah orang yang mengaku
bahwa mereka beriman, tetapi sebenarnya tidak beriman. Pengakuan
mereka
tidaklah
benar.
Mereka
mengaku
beriman
untuk
mengelabuhi mata dan mempermainkan orang Islam (Departemen
Agama RI, 2009:44).
2.
Munãsabah surat Al-Baqarah dengan surat Ali-Imron (Departemen
Agama RI, 2009:451).
a.
Dalam surat Al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam langsung
diciptakan Allah, yang tercantum dalam ayat 30, “Ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka
berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi
itu
orang
yang
akan
membuat
kerusakan
padanya
dan
menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Sedangkan dalam surat Ali-Imron disebutkan tentang
kelahiran Nabi Isa, yang disebutkan dalam ayat 45, “(ingatlah),
ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, seungguhnya Allah
menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang
50
diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya
Al masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di
akhirat dan Termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada
Allah)”.
b.
Dalam surat Al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan
orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan
membetulkan kesesatan mereka, yang dijelaskan dalam ayat 99-101.
“99. dan Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayatayat yang jelas; dan tak ada yang ingkar kepadanya, melainkan
orang-orang yang fasik. 100. Patutkah (mereka ingkar kepada ayatayat Allah), dan Setiap kali mereka mengikat janji, segolongan
mereka melemparkannya? bahkan sebagian besar dari mereka tidak
beriman.101. dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari
sisi Allah yang membenarkan apa (Kitab) yang ada pada mereka,
sebahagian
dari
orang-orang
yang
diberi
kitab
(Taurat)
melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)nya, seolah-olah
mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah)”.
Sedangkan dalam surat Ali-Imron dipaparkan hal-hal yang
sama yang berhubungan dengan orang Nasrani, yang dijelaskan
dalam ayat 66. “Beginilah kamu, kamu ini (sewajarnya) bantah
membantah tentang hal yang kamu ketahui, Maka kenapa kamu
51
bantah membantah tentang hal yang tidak kamu ketahui? Allah
mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.”
c.
Surat Al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia,
yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik. Sedangkan
surat Ali-Imron menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan
ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk
memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang
mempunyai
keahlian
dalam
menakwilkannya.
Hal
tersebut
dijelaskan dalam ayat ke 7, “Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al
Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang
muhkamaat, Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayatayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya
condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian
ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan
fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, Padahal tidak ada yang
mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang
mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang
mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak
dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang
yang berakal”.
d.
Surat Al-Baqarah diakhiri dengan meyebutkan permohonan kepada
Allah agar diampuni atas kesalahan kesalahan dalam melaksanakan
52
ketaatan. Hal tersebut tertera dalam ayat ke 286, “Allah tidak
membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia
mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia
mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka
berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika
Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau
bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau
bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami,
janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup
Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan
rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami
terhadap kaum yang kafir."
Sedangkan surat Ali-Imron disudahi dengan perhmohonan
kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
Hal tersebut disebutkan dalam ayat 135, “Dan (juga) orang-orang
yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap
dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa
selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan
kejinya itu, sedang mereka mengetahui”.
e.
Surat Al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan
Allah dan pertolongannya, yang dijelaskan dalam ayat 214. “Apakah
53
kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum
datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang
terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan
kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam
cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman
bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah,
Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat”.
Sedangkan surat Ali-Imron dimulai dengan menyebutkan
bahwa Tuhan yang meraka minta pertolongan tersebut, adalah Tuhan
yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya.
Hal tersebut dijelaskan dalam ayat ke 2, “Allah, tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) melainkan Dia, yang hidup kekal lagi terus
menerus mengurus makhluk-Nya”.
F. Munãsabah Qs Al-Baqarah 2: 30-37 dengan Ayat Sebelum dan
Sesudahnya
Surat Al-Baqarah 2: 30-37 memiliki munãsabah (korelasi) dengan
ayat sebelum dan sesudahnya. Adapun hubungan antara ayat sebelum dan
sesudahnya dalam ayat ini terjadi keterpaduan jalinan antara ayat-ayat dalam
satu tema. Ayat yang berkaitan dengan tema tersebut dimulai dari ayat 29,
ayat yang mengingatkan manusia kepada nikmat-nikmat yang telah
dilimpahkan-Nya kepada mereka. Jika mereka senantiasa ingat kepada nikmat
tersebut, niscaya mereka akan senantiasa bersyukur dan bertakwa kepada-
54
Nya, dan mereka tidak akan durhaka dan menghindari nikmat-nikmat-Nya
itu. Kemudian pada ayat 30-34, Allah SWT menerangkan nimat-Nya yang
jauh lebih besar, yang disyukuri oleh semua keturunan Adam dengan cara
menaati perintah-perintah-Nya, serta menjauhkan diri dari kedurhakaan dan
kekafiran terhadap-Nya. Nikmat tersebut ialah diangkatnya manusia sebagai
khalifah di bumi (Departemen Agama RI, 2009:75).
Pada ayat-ayat sebelumnya dijelaskan bahwa Allah telah mengangkat
Adam menjadi khalifah di bumi dan Adam telah diberi-Nya ilmu
pengetahuan kemudian para malaikat diperintahkan agar bersujud kepadanya
dan mereka mematuhi perintah itu, kecuali iblis. Selanjutnya dalam ayat 3537, Allah SWT menjelaskan penempatan Adam dan istrinya di surga, godaan
setan terhadap mereka, dan akibat dari godaan itu. Kemudian diakhiri-Nya
dengan memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang mengikuti
petunjuk-petunjuk-Nya, dan ancaman terhadap orang-orang yang kafir
(Departemen Agama RI, 2009:85).
Pada ayat 38-39, Allah menjelaskan keuntungan yang akan diperoleh
orang-orang yang mengikuti petunjuk-Nya dan kerugian yang akan diperoleh
orang-orang kafir dan orang yang mendustakan ayat-ayat-Nya (Departemen
Agama RI, 2009:89).
55
BAB III
MUNÃSABAH QS AL-BAQARAH 2: 30-37
G. Pengertian Munãsabah
Kata munãsabah berasal dari kata
‫وبست ـ يىبست ـ مىبسجة‬
yang
berarti hubungan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Munãsabah berarti
muqãrabah (‫ )مقبرثة‬atau kedekatan dan kemiripan. Hal ini tentunya bisa
terjadi antara dua hal atau lebih, sedangkan kemiripan tersebut dapat terjadi
pada seluruh unsur-unsurnya, dapat juga terjadi pada sebagiannya saja.
Dengan demikian munãsabah menurut istilah adalah adanya kecocokan,
kepantasan dan keserasian antara ayat dengan ayat atau surat- dengan surat,
atau munãsabah adalah kemiripan yang terdapat pada hal-hal tertentu dalam
Al-Qur‟an baik pada surat maupun pada ayat-ayatnya yang menghubungkan
antara uraian yang satu dengan yang lainnya (Budihardjo, 2012: 39).
H. Munãsabah surat Al-Baqarah dengan surat sebelum dan sesudahnya.
3.
Munãsabah surat Al-Baqarah dengan surat Al-Fatikhah (Departemen
Agama RI, 2009:32).
d.
Surat Al-Fatikhah merupakan pokok-pokok pembahsan yang akan
dirinci dalam surat Al-Baqarah dan surat-surat sesudahnya. Pokokpokok isi surat Al-Fatikhah yaitu akidah, ibadah, hukum-hukum,
janji dan ancaman, serta kisah-kisah (Departemen Agama RI,
2009:4).
56
Sedangkan pokok-pokok isi dari surat Al-Baqarah ialah:
5) Keimanan, yaitu dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat
Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.
6) Hukum, yaitu perintah mengerjakan shalat, perintah menuanikan
zakat, puasa, haji dan umrah, qisas, yang halal dan yang haram,
bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul
dengan anak yatim, prinsip-prinsio ekonomi, larangan memakan
riba, utang piutang, nafkan dan yang berhak menerimanya,
wasial kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum
sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum
merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah,
talak, khulu‟, ila, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi
wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain.
7) Kisah, yaitu penciptaan Nabi Adam, kisah Nabi Ibrahim, dan
kisah Nabi Musa dengan Bani Israil.
8) Sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat
Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan
sesudah mati (Departemen Agama RI, 2009:31).
e.
Di bagian akhir surat Al-Fatikhah disebutkan permohonan hamba,
agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus. Ditegaskan
dalam ayat
َ‫“اِهْذِوَب انّصِرَاطَ انمُسْحَقٍيْم‬Tunjukilah
kami jalan yang
lurus”. Untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat,
57
Allah mengadakan peraturan-peraturan, hukum-hukum, menjelaskan
kepercayaan, memberi pelajaran dan contoh-contoh. Ini semua
adalah laksana jalan lurus yang dibentangkan Allah yang akan
mengantarkan manusia kepada kebahagiannya di dunia dan di
akhirat. Maka berbahagialah mereka yang menjalaninya dan
sengsaralah orang yang menghindari diri dari jalan itu (Departemen
Agama RI, 2009:7).
Sedangkan surat Al-Baqarah dimulai dengan ayat yang
menerangkan bahwa Al-Qur‟an adalah kitab yang menunjukkan
jalan yang dimaksudkan itu. Hal tersebut dijelaskan dalam ayat
َ‫“ رنِكَ انْكِحَتُ نَبرَيْتَ فِيْهِ هُذًي نِهمُحَقِيْه‬Kitab (Al-Quran) ini tidak ada
keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa”. Al-Quran
merupakan bimbingan bagi orang yang bertakwa, untuk hidup di
dunia dan di akhirat nanti (Departemen Agama RI, 2009:36).
f.
Di akhir surat Al-Fatikhah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu
yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat.
Orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah yaitu rasul-rasul, nabinabi, orang-orang saleh dan siddiqin. Orang-orang yang semacam ini
akan diberi pahala dan ganjaran oleh Allah, yaitu surga. Ada pula
orang-orang yang dimurkai Allah yaitu mereka yang tidak mau
menjalani jalan yang lurus, padahal dia tahu bahwa itulah jalan yang
benar, dan ada pula orang yang sesat, yaitu orang yang tidak
58
mengetahui jalan yang lurus atau dia mengetahuinya, tetapi dia
tersesat dalam menempuh jalan itu (Departemen Agama RI, 2009:9).
Sedangkan di awal surat Al-Baqarah juga disebutkan tiga
kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir dan,
orang munafik. Orang yang bertakwa ialah orang yang memelihara
dan menjaga dirinya dari azab Allah dengan selalu melaksanakan
perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Di
antara tanda-tanda orang yang bertakwa ialah sebagai berikut:
Pertama; Beriman kepada yang gaib. Gaib ialah sesuatu
yang tidak dapat dicapai oleh pancaindra. Pengetahuan tentang yang
gaib itu semata-mata berdasar kepada petunuk-petunjuk Allah SWT.
Karena jika beriman kepada Allah, maka beriman pula kepada
firman-firman dan petunjuk-petunjuk-Nya. Termasuk yang gaib,
ialah Allah, para malaikat, hari kiamat, surga, neraka, dan
sebagainya. Pangkal iman kepada yang gian ialan iman kepada Allah
SWT. Iman kepada Allah adalah dasar dari pembentukan watak dan
sifat-sifat seseorang manusia agar dia menjadi manusia yang
sebenarnya, sesuai dengan maksud Allah menciptakan manusia.
Kedua; melaksanakan shalat, yaitu mengerjakan dan dan
menunaikan shalat dengan menyempurnakan rukun-rukun dan
syarat-syaratnya, terus-menerus mengerjakannya setiap hari sesuai
dengan yang diperintahkan Allah.
59
Ketiga;
Menginfakkan
sebagian
rezeki
yang
telah
dianugerahkan Allah. Rezeki ialah segala sesuatu yang dapat diambil
manfaatnya. Menginfakkan sebagian rezeki ialah memberikan
sebagian rezeki atau harta yang telah dianugerahkan Allah kepada
orang-orang yang telah ditentukan oleh agama.
Keempat; Beriman kepada kitab-kitab yang diturunkanNya, yaitu Al-Qur‟an dan kitab-kitab (wahyu), Taurat, Zabur, Injil
dan sahifah-sahifah yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelum Nabi
Muhammad SAW. Beriman kepada kitab-kitab dan sahifah-sahifah
tersebut berarti beriman pula kepada para rasul yang telah diutus
Allah kepada umat-umat yang dahulu.
Kelima; Beriman kepada adanya hari akhir. Beriman
kepada adanya hari akhir ialah benar-benar percaya adanya hidup
yang kedua setelah dunia ini berakhir (Departemen Agama RI,
2009:36-39).
Orang kafir ialah orang yang tidak beriman kepada Allah
sebagaimana yang diperintahkan-Nya. Kafir adalah orang-orang
yang tidak percaya kepada Allah, rasul-rasul-Nya, malaikatmalaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan hari kiamat. Di dalam Al-Qur‟an
disebutkan bahwa orang-orang kafir yaitu orang-orang musyrik,
yang sangat ingkar kepada Rasulullah SAW. Mereka tidak akan
beriman walaupun diberi peringatan yang disertau dengan ancaman.
60
Bagi mereka sama saja, apakah mereka diberi peringatan keras atau
tidak (Departemen Agama RI, 2009:40).
Sedangkan orang munafik adalah orang yang mengaku
bahwa mereka beriman, tetapi sebenarnya tidak beriman. Pengakuan
mereka
tidaklah
benar.
Mereka
mengaku
beriman
untuk
mengelabuhi mata dan mempermainkan orang Islam (Departemen
Agama RI, 2009:44).
4.
Munãsabah surat Al-Baqarah dengan surat Ali-Imron (Departemen
Agama RI, 2009:451).
f.
Dalam surat Al-Baqarah disebutkan bahwa Nabi Adam langsung
diciptakan Allah, yang tercantum dalam ayat 30, “Ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka
berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi
itu
orang
yang
akan
membuat
kerusakan
padanya
dan
menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Sedangkan dalam surat Ali-Imron disebutkan tentang
kelahiran Nabi Isa, yang disebutkan dalam ayat 45, “(ingatlah),
ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, seungguhnya Allah
menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang
61
diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya
Al masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di
akhirat dan Termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada
Allah)”.
g.
Dalam surat Al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan
orang Yahudi, disertai dengan hujah-hujah yang membantah dan
membetulkan kesesatan mereka, yang dijelaskan dalam ayat 99-101.
“99. dan Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayatayat yang jelas; dan tak ada yang ingkar kepadanya, melainkan
orang-orang yang fasik. 100. Patutkah (mereka ingkar kepada ayatayat Allah), dan Setiap kali mereka mengikat janji, segolongan
mereka melemparkannya? bahkan sebagian besar dari mereka tidak
beriman.101. dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari
sisi Allah yang membenarkan apa (Kitab) yang ada pada mereka,
sebahagian
dari
orang-orang
yang
diberi
kitab
(Taurat)
melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)nya, seolah-olah
mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah)”.
Sedangkan dalam surat Ali-Imron dipaparkan hal-hal yang
sama yang berhubungan dengan orang Nasrani, yang dijelaskan
dalam ayat 66. “Beginilah kamu, kamu ini (sewajarnya) bantah
membantah tentang hal yang kamu ketahui, Maka kenapa kamu
62
bantah membantah tentang hal yang tidak kamu ketahui? Allah
mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.”
h.
Surat Al-Baqarah dimulai dengan menyebut tiga golongan manusia,
yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik. Sedangkan
surat Ali-Imron menyebutkan orang-orang yang suka menakwilkan
ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk
memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang
mempunyai
keahlian
dalam
menakwilkannya.
Hal
tersebut
dijelaskan dalam ayat ke 7, “Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al
Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang
muhkamaat, Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayatayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya
condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian
ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan
fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, Padahal tidak ada yang
mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang
mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang
mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak
dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang
yang berakal”.
i.
Surat Al-Baqarah diakhiri dengan meyebutkan permohonan kepada
Allah agar diampuni atas kesalahan kesalahan dalam melaksanakan
63
ketaatan. Hal tersebut tertera dalam ayat ke 286, “Allah tidak
membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia
mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia
mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka
berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika
Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau
bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau
bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami,
janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup
Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan
rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami
terhadap kaum yang kafir."
Sedangkan surat Ali-Imron disudahi dengan perhmohonan
kepada Allah agar memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
Hal tersebut disebutkan dalam ayat 135, “Dan (juga) orang-orang
yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap
dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa
selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan
kejinya itu, sedang mereka mengetahui”.
j.
Surat Al-Baqarah diakhiri dengan pengakuan terhadap kekuasaan
Allah dan pertolongannya, yang dijelaskan dalam ayat 214. “Apakah
64
kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum
datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang
terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan
kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam
cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman
bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah,
Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat”.
Sedangkan surat Ali-Imron dimulai dengan menyebutkan
bahwa Tuhan yang meraka minta pertolongan tersebut, adalah Tuhan
yang hidup kekal abadi dan mengurus semua urusan makhluk-Nya.
Hal tersebut dijelaskan dalam ayat ke 2, “Allah, tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) melainkan Dia, yang hidup kekal lagi terus
menerus mengurus makhluk-Nya”.
I.
Munãsabah Qs Al-Baqarah 2: 30-37 dengan Ayat Sebelum dan
Sesudahnya
Surat Al-Baqarah 2: 30-37 memiliki munãsabah (korelasi) dengan
ayat sebelum dan sesudahnya. Adapun hubungan antara ayat sebelum dan
sesudahnya dalam ayat ini terjadi keterpaduan jalinan antara ayat-ayat dalam
satu tema. Ayat yang berkaitan dengan tema tersebut dimulai dari ayat 29,
ayat yang mengingatkan manusia kepada nikmat-nikmat yang telah
dilimpahkan-Nya kepada mereka. Jika mereka senantiasa ingat kepada nikmat
tersebut, niscaya mereka akan senantiasa bersyukur dan bertakwa kepada-
65
Nya, dan mereka tidak akan durhaka dan menghindari nikmat-nikmat-Nya
itu. Kemudian pada ayat 30-34, Allah SWT menerangkan nimat-Nya yang
jauh lebih besar, yang disyukuri oleh semua keturunan Adam dengan cara
menaati perintah-perintah-Nya, serta menjauhkan diri dari kedurhakaan dan
kekafiran terhadap-Nya. Nikmat tersebut ialah diangkatnya manusia sebagai
khalifah di bumi (Departemen Agama RI, 2009:75).
Pada ayat-ayat sebelumnya dijelaskan bahwa Allah telah mengangkat
Adam menjadi khalifah di bumi dan Adam telah diberi-Nya ilmu
pengetahuan kemudian para malaikat diperintahkan agar bersujud kepadanya
dan mereka mematuhi perintah itu, kecuali iblis. Selanjutnya dalam ayat 3537, Allah SWT menjelaskan penempatan Adam dan istrinya di surga, godaan
setan terhadap mereka, dan akibat dari godaan itu. Kemudian diakhiri-Nya
dengan memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang mengikuti
petunjuk-petunjuk-Nya, dan ancaman terhadap orang-orang yang kafir
(Departemen Agama RI, 2009:85).
Pada ayat 38-39, Allah menjelaskan keuntungan yang akan diperoleh
orang-orang yang mengikuti petunjuk-Nya dan kerugian yang akan diperoleh
orang-orang kafir dan orang yang mendustakan ayat-ayat-Nya (Departemen
Agama RI, 2009:89).
66
BAB IV
PENGEMBANGAN POTENSI MANUSIA
DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM BERDASARKAN QS ALBAQARAH 2: 30-37
A. Pandangan Ahli Tafsir Terhadap Qs Al-Baqarah 2: 30-37
1.
Tafsir Ayat 30
            
           
     
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
a. Tafsir Al-Maraghy
Pada ayat ini menceritakan kisah tentang kejadian umat
manusia. Dalam penciptaa manusia itu mnegadung hikmah dan
rahasia yang diungkap dalam bentuk dialog dan musyawarah
sebelum melakukan penciptaan. Allah memberitahukan kepada para
malaikat tentang akan diciptakan-Nya seorang khalifah di bumi.
Mendengar keputusan ini, para malaikat merasa terkejut. Karenaya,
mereka bertanya kepada Allah dengan cara dialog. Para malaikat
67
seakan-akan mengatakan, kenapa Tuhan menciptakan jenis makhluk
ini dengan irãdah (kehendak) yang mutlak dan ikhtiar yang tak
terbatas pula? Sebab, sangat mungkin jika ia mempergunakan irãdah
ini akan bertentangan dengan hikmah yang berakibat fatal, yakni
kerusakan. Untuk menjawab pertanyaan para malaikat ini, Allah
memberi peringatan kepada mereka dengan cara ilham agar tunduk
dan patuh kepada Allah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu (AlMaraghy, 1985:132).
Kesimpulannya, para malaikat ingin mengetahui hikmah
yang terkandung dari penciptaan makhluk jenis manusia, karena
makhluk ini akan melakukan pertikaian selama di dunia. Para
malaikat ingin pula mengetahui rahasia yang mengakibatkan Allah
mengesampingkan malaikat yang hanya bertasbih dan menyucikanNya. Kemudian Allah menjelaskan kepada mereka bahwa Allah
telah menganugerahi manusia ini suatu rahasia yang tidak pernah
diberikan kepada para malaikat.
b. Tafsir Muyassar
Dalam tafsir ini dikatakan bahwa melalui ayat ini, Allah
memberitahukan kepada malaikat bahwa Dia akan menjadikan
khalifah di muka bumi ini. Makhluk yang akan memakmurkan dan
menghidupkan dengan iman. Mereka itu adalah Adam dan seluruh
keturunannya, dari generasi ke generasi. Mereka akan menghuni
68
bumi ini secara bergantian, sehingga keberlangsungan kemakmuran,
pertumbuhan, dan kehidupan ini terpelihara. Selain itu, agar
kehendak Allah untuk menjadikan bumi ini sebagai tempat
pengujian bagi para makhluk-Nya dan hikmah dari penciptaannya
terlaksana.
Begitu mendengar pemberitahuan tersebut, para malaikat
berkata, “Apakah Engkau akan menjadikan di muka bumi ini
seorang khalifah yang akan berbuat kerusakan padanya dengan
cara berbuat maksiat, zalim, fitnah (kekacauan), dan menumpahkan
darah dengan cara yang tidak benar?”. Para malaikat berkata
seperti itu karena mereka adalah makhluk yang senantiasa
terpelihara dari segala dosa dan kesalahan, terjaga dari perbuatan
zalim dan permusuhan.
Maka Allah pun mengabarkan kepada mereka bahwa Dia
mengetahui apa yang tidak mereka ketahui, mulai dari rahasia
penciptaan, akhir dari segala kejadian, dan berbagai hikmah yang
menakjubkan (Al-Qarni, 2007:26).
2.
Tafsir Ayat 31-33
          
             
           
69
           
    
31. dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
mamang benar orang-orang yang benar!"
32. mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui
selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya
Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana."
33. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka Namanama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka Namanama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan
kepadamu, bahwa Sesungguhnya aku mengetahui rahasia langit dan
bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu
sembunyikan?"
a.
Tafsir Al-Maraghy
Pada ayat 31-33 Al-Maraghy (1985:137) menjelaskan bahwa
Allah telah mengajari Nabi Adam berbagai nama makhluk yang
telah diciptakan-Nya. Kemudian Allah memberinya ilham untuk
mengetahui eksistensi nama-nama tersebut. Juga keistimewaankeistimewaan, ciri-ciri khas dan istilah-istilah yang dipakai.
Para malaikat dituntut untuk menyebutkan nama-nama
tersebut, tetapi mereka tidak akan mampu mengatakannya. Hal ini
karena mereka sama sekali belum pernah mengetahuinya. Kemudian
Adam mengajarkan kepada para malaikat beberapa nama tersebut.
Dalam pengajaran dan penuturan Adam kepada malaikat terkandung
tujuan memuliakan kedudukan Adam dan terpilihnya Adam sebagai
khalifah. Dengan demikian, malaikat tidak lagi merasa iri hati.
70
Sekaligus
merupakan
penunjukan
ilmu
Allah
yang
ganya
dianugerahkan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.
Dalam ayat ini terkandung isyarat bahwa memegang tampuk
khalifah, mengatur kehidupannya, menata peraturan-peraturannya
dan menegakkan keadilan selama di dunia ini diperlukan
pengetahuan khusus yang membidangi masalah kekhalifahan. Ayat
ini juga merupakan penghargaan terhadap diri Adam berkat ilmu
pengetahuan yang dikuasainya.
b. Tafsir Muyassar
Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama semua
makhluk, langit, bumi, gunung, pohon-pohon, dan sebagainya.
Tujuannya adalah agar pengetahuan tersebut menjadikannya lebih
istimewa dari para malaikat. Setelah mengajarkan nama-nama
tersebut kepada Adam, Allah menanyakan nama benda-benda
tersebut kepada para malaikat.
Tatkala Allah memerintahkan mereka agar menyebutkan
nama-nama tersebut, para malaikat berkata, “Wahai Rabb kami,
Maha Tinggi dan Maha Suci nama-Mu, kami tidak mampu
menyebutkan
nama-nama
semua
ini
kecuali
bila
Engkau
mengajarkannya kepada kami, karena ilmu-Mua Maha Luas lagi
Maha Meliputi (Al-Qarni, 2007:27).
71
Setelah para malaikat tidak mampu menyebutkan nama-nama
benda
tersebut,
Allah
memerintahkan
kepda
Adam
agar
menyebutkan nama-nama tersebut di hadapan para malaikat.
Kebijaksanaan Allah ini adalah dalam rangka untuk menampakkan
keutamaan Adam, menjelasakan kemuliaannya, dan menunjukkan
bahwa ia memang benar-benar berhak untuk dipilih sebagai khalifah
Allah di bumi (Al-Qarni, 2007:28).
3.
Tafsir Ayat 34
          
  
34. dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat:
"Sujudlah[36] kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis;
ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang
yang kafir.
a.
Tafsir Al-Maraghy
Pada ayat ini, Allah menjelaskan bahwa setelah Allah
memberitahukan kepada Adam tentang kedudukan sebagai khalifah
di bumi, Allah memerintahkan kepada para malaikat untuk bersujud
menghormati Adam. Sujud ini bukan berarti sujud dalam pengertian
menyembah, melainkan sebagai tanda penghormatan dan permintaan
maaf atas apa yang mereka katakan “Mengapa Engkau hendak
menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan ...”(Al-Maraghy, 1985:143).
72
Semua malaikat melakukan sujud kecuali iblis yang tidak
mau melakukannya. Iblis menolak melakukan sujud dengan
menampakkan sikap sombongnya, menentang kebenaran dengan
keyakinan bahwa dirinya lebih baik dibanding khalifah (Adam) dan
lebih mulia ditinjau dari segi penciptaanya.
b. Tafsir Muyassar
Pada ayat ini, Al-Qarni (2007:29) menjelaskan bahwa setaah
terlihat oleh para malaikat bahwa keutamaan Adam adalah pada ilmu
pengetahuan yang dimilikinya. Allah memerintahkan mereka untuk
bersujud di hadapan Adam sebagai tanda hormat atas kelebihan yang
telah dianugerahkan Allah kepadanya berupa pengetahuan. Maka,
mereka pun menjunjung perintah-Nya dengan bersujud kepada
Adam.
Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan iblis. Dengan
kesombongan dan keangkuhannya, ia menolak untuk bersujud. Ia
membantah perintah Allah dengan membanding-bandingkan materi
penciptaan dirinya dengan materi penciptaan Adam, ia juga
membuat berbagai alasan atas keberatannya itu dengan takabur dan
sombong. Maka, Allah pun menghinakannya dan merendahkannya
dengan mengusirnya dari surga dan mngutuknya sebagai makhluk
yang paling celaka selama-lamanya.
73
4.
Tafsir Ayat 35-37
           
         
            
           
      
35. dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu
surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik
dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini[37],
yang menyebabkan kamu Termasuk orang-orang yang zalim.
36. lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu[38] dan
dikeluarkan dari Keadaan semula[39] dan Kami berfirman: "Turunlah
kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada
tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang
ditentukan."
37. kemudian Adam menerima beberapa kalimat[40] dari Tuhannya,
Maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang.
a.
Tafsir Al-Maraghy
Pada ayat-ayat ini, Al-Maraghy (1985:151) menjelaskan
bahwa Allah memerintahkan kepada Adam dan istrinya (Hawa) agar
bertempat tinggal di surga dan menikmati apa saja yang ada di
dalamnya. Allah pun melarang Adam dan Hawa memkan buah
pohon tertentu. Kemudia mereka diberitahu bahwa mendekat saja
sudah merupakan perbuatan zhalim terhadap diri sendiri.
Kemudian setan menggoda Adam dan istrinya hingga
berakibat terusirnya mereka berdua dari kenikmatan hidup di surga.
74
Kemudian Adam bertaubat kepada Allah, dan Allah pun menerima
taubat Adam.
b. Tafsir Muyassar
Allah memerintahkan Adam agar tinggal di surga bersama
istrinya dalam keamanan, kedamaian, kebaikan, dan keridhaan.
Bahkan di dalamnya terdapat berbagai macam kenikmatan, beraneka
ragam kelezatan serta berbagai jenis buah-buahan yang semuanya
pasti disukai oleh jiwa, menyenagkan pandangan, dan melapangkan
dada.
Hanya saja, Allah melarang satu hal kepada Adam dan
istrinya sebagai satu bentuk untuk melihat kesabaran dan
perjuangannya melawan hawa nafsu. Allah melarang keduanya
memakan buah suatu jenis pohon. Allah juga telah mengingatkan
dan mengancam keduanya tentang akibat yang akan mereka peroleh
jika melanggar larangan tersebut. Karena siapa pun yang melakukan
pelanggaran setelah datangnya penjelasan maka sesungguhnya dia
telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri dan berbuat durhaka
terhadap Allah (Al-Qarni, 2007:30).
Kemudian setan membujuk dan memperdaya Adam dan
istrinya dengan caranya yang penuh muslihat. Keduanya pun tergoda
hingga akhirnya terjerumus ke dalam perangkap setan. Sementara
itu, akibat melanggar larangan Allah tersebut, keduanya pun
75
dijauhkan dari kesenangan dan kegembiraan yang sebelumnya
mereka rasakan. Kemudian Allah memerintahkan kepada Adam,
Hawa, dan setan agar turun ke bumi. Allah juga menentapkan bumi
bagi keturunan Adam sebagai tempat untuk hidup, berdiam diri, dan
bersenang-senang sampai waktu yang sudah ditentukan, yakni
sampai Allah mengizinkan terjadinya hari kiamat dan berakhirnya
alam semesta.
Diantara rahmat dan kasih sayang Allah kepada Adam dan
keturunannya adalah bahwa Allah mengajarkan kepada mereka
beberapa kalimat untuk memperoleh rahmat dan ampunan yaitu
kalimat pengakuan dosa, pernyataan taubat, dan permintaan maaf.
B. Potensi Manusia
Potensi manusia meurut pandangan Islam tersimpul pada Al-Asma‟
Al-Husna, yaitu sifat-sifat Allah yang berjumlah 99. Pengembangan sifat-sifat
ini pada diri manusia itulah ibadah, sebab tujuan manusia diciptakan adalah
untuk menyembah Allah. Untuk mencapi tingkat menyembah ini dengan
sempurna, haruslah sifat-sifat Allah yang terkandung dalam Al-Asma‟ AlHusna itu dikembangkan sebaik-baiknya pada diri manusia (Langgulung,
1986:262).
Sebagai contoh, sifat suci (Al-Qudus). Untuk mengembangkan
kesucian ini pada diri manusia, diperintahkan mengerjakan ibadah formal
yang terkadung dalam rukun Islam, syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji.
76
Syahadat nertujuan mensucikan niat dan pikiran manusia dari segala syirik.
Shalat hendaknya didahului oleh kesucia badan, seperti suci dari hadas besar
dan hadas kecil. Hati juga harus suci dari riya‟, supaya tidak termasuk dalam
golongan orang munafiq. Zakat adalah mensucikan harta dari segala harta
yang tidak halal. Puasa adalah untuk mensucikan diri dari makanan yang
berlebihan. Haji untuk mengembangkan sifat suci itu pada diri manusia
(langgulung, 1986:263).
C. Pendidikan Islam
1.
Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan Islam adalah proses transinternalisasi pengetahuan
dan nilai Islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran,
pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan
potensinya, guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia
dan akhirat. Definisi ini memiliki lima unsur pokok pendidikan Islam,
yaitu:
a.
Proses transinternalisasi. Upaya pendidikan Islam dilakukan scara
bertahap, berjenjang, terencana, terstruktur, sistematik, dan terus
menerus
dengan
cara
transformasi
dan
internalisasi
ilmu
pengetahuan dan nilai Islam pada peserta didik.
b.
Pengetahuan dan nilai Islam. Materi yang diberikan kepada peserta
didik adalah ilmu pengetahuan dan nilai Islam, yaitu pengetahuan
dan nilai yang diturunkan dari Tuhan (Ilahiyah).
77
c.
Kepada peserta didik. Pendidikan diberikan kepada peserta didik
sebagai subjek dan objek pendidikan. Dikatakan subjek didik karena
ia mengembangkan dan mengaktualisasikan potensinya sendiri,
sedangkan pendidik hanya menstimulasi dalam pengembangan dan
aktualisasi itu. Dikatakan objek didik karena ia menjadi sarana dan
transformasi ilmu pengetahuan dan nilai Islam, agar ilmu dan nilai
itu tetap lestari dari generasi ke generasi berikutnya.
d.
Melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan,
pengawasan dan pengembangan potensinya. Tugas pokok pendidik
adalah
memberikan
pengajaran,
pembiasaan,
bimbingan,
pengasuhan, dan pengembangan potensi peserta didik agar terbentuk
dan berkembang daya kreativitas dan produktivitasnya tanpa
mengabaikan potensi dasarnya.
e.
Guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan
akhirat. Tujuan akhir pendidikan Islam adalah tercipta insan kamil
(manusia sempurna), yaitu manusia yang mampu menyelaraskan dan
memenuhi kehidupan di dunia dan akhirat, dan kebutuhan fisik,
psikis, sosial, dan spiritual. Orientasi pendidikan Islam tidak hanya
memenuhi hajat hidup jangka pendek, seperti pemenuhan kebutuhan
duniawi, tetapi juga memenuhi hajat hidup jangka panjang seperti
pemenuhan kebutuhan di akhirat kelak (Mujib, 2006:27-29).
78
2.
Urgensi Pendidikan Islam
Allah SWT telah mengangkat manusia sebagai khalifah-Nya di
muka bumi dan menungaskannya untuk mengaplikasikan hukum Allah
karena kamampuan akalnya, dan kemampuan untuk belajar. Allah telah
mengirim pula para rasul sesudah Adam kepada umat manusia, agar
membawanya dari kegelapan kepada petunjuk, dan dari kebodohan
kepada pengetahuan melalui kitab, kebijaksanaan dan pendidikan.
Pendidikan dan pengajaran dalam Islam telah berlangsung dan
berjalan sejalan dengan sejarah umat Islam, dan pendidikan merupakan
media untuk memperoleh petunjuk dan jalan kebaikan bagi individu,
masyarakat dan umat manusia seluruhnya.
Dalam proses untuk mencapai dan meningkatkan kesejahteraan
hidup, maka setiap orang/ individu diperintahkan untuk belajar terus
menerus sepanjang hidupnya, dan hal itu merupakan konsekuensi
ditetapkannya manusia sebagai di muka bumi ini.
Pendidikan merupakan bagian dari tugas kekhalifahan manusia.
Oleh karena itu, kegiatan pendidikan harus dilaksanakan secara konsisten
dan penuh tanggung jawab. Allah SWT memberi pendengaran,
penglihatan, dan hati kepada manusia agar dipergunakan untuk
merenung, memikirkan, dan memperhatikan apa yang ada disekitarnya.
Hal tersebut merupakan motivasi bagi umat manusia untuk mencari ilmu
pengetahuan melalui jalur pendidikan, dan sekaligus merupakan
kewajiban bagi setiap muslim selama ia hidup.
79
Dengan adanya pendidikan Islam manusia dapat mengolah dan
atau
mempergunakan
potensinya
dengan
baik
sehingga
dapat
menjalankan tugas dan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah di
muka bumi dengan baik.
3.
Tujuan Pendidikan Islam dalam Pengembangan Potensi Manusia
Setiap tindakan dan aktivitas harus berorientasi pada tujuan atau
rencana yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa pendiidkan
harus berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai. Tujuan merupakan
standar usaha yang dapat ditentukan, serta mengarahkan usaha yang akan
dilalui dan merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain. di
samping itu, tujuan dapat membatasi ruang gerak usaha agar kegiatan
dapat terfokus pada apa yang dicita-citakan, dan yang terpentig lagi
adalah dapat memberi penilaian atau evaluasi pada usaha-usaha
pendidikan (Mujib, 2006:71).
Tujuan pendidikan Islam adalah:
a.
Adanya kedekatan (taqarrub) kepada Allah SWT melalui pendidikan
akhlak.
b.
Menciptakan individu untuk memiliki pola pikir yang ilmiah dan
pribadi yang paripurna, yaitu yang dapat mengintegrasikan antara
agama dengan ilmu serta amal saleh, guna memperoleh ketinggian
derajat dalam berbagai dimensi kehidupan.
80
Dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah
terbentuknya insan kamil yang di dalamnya memiliki wawasan khaffah
(menyeluruh) agar mampu menjalankan tugas-tugas kehambaan,
kekhalifahan, dan pewaris nabi (Mujib, 2006:83).
D. Pengembangan Potensi Manusia Melalui Pendidikan Islam dalam Qs AlBaqarah 2: 30-37
Dalam Qs Al-Baqarah 2: 30-37, Allah SWT secara khusus
menjelaskan potensi yang dianugerahkan kepada Nabi Adam, yaitu potensi
kekhalifahan dan potensi pedagogis.
1.
Potensi Kekhalifahan
Dalam Qs Al-Baqarah ayat 30, Allah telah menjelaskan secara
khusus bahwa manusia terlahir sebagai khalifah dan hamba Allah. Selain
untuk menyembah Allah, manusia juga sebagai pemimpin di muka bumi.
Maka jelas bahwa manusia itu memiliki peran sebagai pemimpin. Ibarat
seorang ayah yang menjadi pemimpin dalam keluarga, maka sudah
seharusnya dia membimbing anak dan istrinya. Begitu juga dengan guru,
dia harus bisa membimbing dan memimpin peserta didik agar menjadi
anak yang lebih baik.
Dalam mengembangkan potensi kekhalifahan tersebut, Allah telah
memuliakan Adam atas malaikat dengan mengajarkan nama-nama benda.
Selanjutnya barulah Adam mengajarkannya kepada para malaikat.
Kemudian para malaikat menyadari bahwa secara fitrah manusia
81
mempunyai bakat untuk mengetahui hal-hal yang belum mereka ketahui.
Karena itulah, manusia berhak menjadi khalifah di bumi.
2.
Potensi Pedagogis
Manusia adalah makhluk Allah yang dilahirkan membawa potensi
dapat dididik dan dapat mendidik. Potensi itulah yang dapat menjadikan
khalifah di muka bumi. Hal tersebut dapat membedakan antara manusia
dengan makhluk lainnya dan inilah yang membuat manusia itu istimewa
dan lebih mulia yang sekaligus bahwa manusia adalah makhluk
pedagogis.
Untuk mengembangkan potensi pedagogis ini, Allah telah
menganugerahkan kepada manusia yaitu Adam dan keturunannya,
kekuatan akal dan daya pikir yang memungkinkannya mengembangkan
ilmu pengetahuan untuk menyelidiki dan memanfaatkan segala yang
tersedia dibumi. Apabila seseorang belum mempunyai pengetahuan
tentang suatu hal, hendaklah ia mempelajarinya dari yang sudah
mengetahuinya. Demikian pula sebaliknya, apabila mempunyai ilmu,
hendaklah ia mengajarkannya kepada orang lain dengan rendah hati,
tulus ikhlas dan penuh rasa kasih sayang.
Potensi manusia sebagai khalifah dan juga sebagai makhluk
pedagogis membawa peran bagi dirinya untuk selalu bertindak sesuai dengan
ajaran Sang Pencipta. Segala potensi yang dimiliki manusia tidak lain sebagai
jalan pengabdian kepada-Nya.
82
E. Implementasi Pengembangan Potensi Manusia dalam Pendidikan Islam
Potensi dasar manusia harus ditumbuhkembangkan secara optimal dan
terpadu melalui proses pendidikan sepanjang hayatnya. Manusia diberi
kebebasan untuk berikhtiar mengembangkan potensi-potensi dasar atau fitrah
manusia yang dimilikinya.
Tugas pendidikan Islam merupakan realisasi dari pengertian tarbiyah
al-insya
(menumbuhkan
atau
mengaktualisasikan
potensi).
Manusia
mempunyai sejumlah potensi atau kemampuan, sedangkan pendidikan
merupakan proses untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi
tersebut yang dimiliki oleh setiap peserta didik, dan mengarahkan fitrah dan
potensi tersebut menuju kebaikan dan kesempurnaan.
Pengembangan berbagai potensi manusia (fitrah) dapat dilakukan
dengan kegiatan belajar, yaitu melalui berbagai institusi. Belajar yang
dimaksud tidak berfokus melalui pendidikan di sekolah saja, tetapi juga dapat
dilakukan di luar sekolah, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun melalui
institusi sosial keagamaan yang ada.
Secara umum memang pendidikan Islam diarahkan kepada usaha
untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi fitrah manusia hingga ia
dapat memerankan diri secara maksimal sebagai pengabdi Allah yang taat.
Namun dalam kenyataannya manusia selaku makhluk individu memiliki
kadar kemampuan yang berbeda. Selain itu manusia juga sebagai makhluk
sosial yang menghadapi lingkungan dan masyarakat yang bervariasi.
83
Pendidikan dalam Islam berusaha untuk mengembangkan potensi
manusia seoptimal mungkin untuk dapat difungsikan sebagai sarana bagi
pemecahan masalah-masalah hidup dan kehidupan, pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta budaya manusia, dan pengembangan sikap
iman dan takwa kepada Allah SWT.
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan berkaitan tentang
pengembangan potensi manusia dalam perspektif pendidikan Islam dalam Qs
Al-Baqarah 2: 30-37. Dari pembahasan tersebut dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1.
Kandungan Qs Al-Baqarah 2: 30-37
Ayat-ayat tersebut merupakan ayat yang berisi tentang dialog
antara Allah dan malaikat. Informasi tentang pengukuhan manusia
sebagai khalifah di muka bumi ini mendapat interupsi dari malaikat yang
dalam pandangannya meragukan by product dari pembakuan kedudukan
khalifah manusia atas alam ini. Selain itu ayat-ayat di atas dapat
dipahami bahwa ilmu yang diterima Adam dari Allah dengan segala
potensi
yang
diciptakan
Allah
padanya
telah
menjadi
sebab
diutamakannya Adam atas para malaikat, dan para malaikat diperintah
oleh Allah SWT supaya sujud kepada Adam dan dijadikannya umat
manusia sebagai khlaifah-khalifah Allah di muka bumi.
Dilanjutkan dengan uraian tentang ulah setan menyesatkan
manusia dan ketergelinciran Nabi Adam serta taubat beliau yang diterima
Allah SWT sehingga beliau terbebaskan dari dosa. Semua itu dijadikan
85
pelajaran dalam rangka menyukseskan tugas kekhalifahan, yakni
membangun dunia sesuai dengan rencana yang dikehendaki Allah SWT.
2.
Potensi Manusia
Potensi manusia menurut pandangan Islam tersimpul pada AlAsma‟
Al-Husna,
yaitu
sifat-sifat
Allah
yang
berjumlah
99.
Pengembangan sifat-sifat ini pada diri manusia itulah ibadah, sebab
tujuan manusia diciptakan adalah untuk menyembah Allah. Untuk
mencapi tingkat menyembah ini dengan sempurna, haruslah sifat-sifat
Allah yang terkandung dalam Al-Asma‟ Al-Husna itu dikembangkan
sebaik-baiknya pada diri manusia.
3.
Pendidikan Islam
Pendidikan Islam adalah proses transinternalisasi pengetahuan dan
nilai Islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan,
bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan potensinya,
guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan
akhirat.
Dengan adanya pendidikan Islam manusia dapat mengolah dan
atau
mempergunakan
potensinya
dengan
baik
sehingga
dapat
menjalankan tugas dan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah di
muka bumi dengan baik.
86
4.
Pengembangan potensi manusia dalam pendidikan Islam
Dalam Qs Al-Baqarah 2: 30-37 terdapat potensi yang diberikan
Allah kepada Adam, yaitu potensi kekhalifahan dan potensi pedagogis.
Untuk mengembangkan potensi kekhalifahan, Allah telah memuliakan
Adam atas malaikat dengan mengajarkan nama-nama benda. Selanjutnya
barulah Adam mengajarkannya kepada para malaikat. Kemudian para
malaikat menyadari bahwa secara fitrah manusia mempunyai bakat untuk
mengetahui hal-hal yang belum mereka ketahui. Karena itulah, manusia
berhak menjadi khalifah di bumi.
Sedangkan untuk mengembangkan potensi pedagogis, Allah
telah menganugerahkan kepada manusia yaitu Adam dan keturunannya,
kekuatan akal dan daya pikir yang memungkinkannya mengembangkan
ilmu pengetahuan untuk menyelidiki dan memanfaatkan segala yang
tersedia dibumi. Apabila seseorang belum mempunyai pengetahuan
tentang suatu hal, hendaklah ia mempelajarinya dari yang sudah
mengetahuinya. Demikian pula sebaliknya, apabila mempunyai ilmu,
hendaklah ia mengajarkannya kepada orang lain dengan rendah hati,
tulus ikhlas dan penuh rasa kasih sayang.
5.
Implementasi Pengembangan Potensi Manusia Melalui Pendidikan Islam
Pengembangan berbagai potensi manusia (fitrah) dapat dilakukan
dengan kegiatan belajar, yaitu melalui berbagai institusi. Belajar yang
dimaksud tidak berfokus melalui pendidikan di sekolah saja, tetapi juga
87
dapat dilakukan di luar sekolah, baik dalam keluarga, masyarakat,
maupun melalui institusi sosial keagamaan yang ada.
Secara umum memang pendidikan Islam diarahkan kepada usaha
untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi fitrah manusia hingga
ia dapat memerankan diri secara maksimal sebagai pengabdi Allah yang
taat. Namun dalam kenyataannya manusia selaku makhluk individu
memiliki kadar kemampuan yang berbeda. Selain itu manusia juga
sebagai makhluk sosial yang menghadapi lingkungan dan masyarakat
yang bervariasi.
Pendidikan dalam Islam berusaha untuk mengembangkan potensi
manusia seoptimal mungkin utuk dapat difungsikan sebagai sarana bagi
pemecahan masalah-masalah hidup dan kehidupan, pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta budaya manusia, dan pengembangan
sikap iman dan takwa kepada Allah SWT.
B. Saran
Pendidikan Islam yang pada dasarnya sebagai wahana penanaman
nilai dan pengembangan potensi manusia harus mampu merealisasikan tujuan
pendidikan itu sendiri. Sehingga peserta didik dapat mencapai hakikat
penciptaannya yaitu sebagai khalifah di muka bumi dan mengemban amanah
untuk memakmurkan bumi.
88
Dari penelitian ini, penulis menyarankan sebagai berikut:
1.
Untuk pendidik
Bagi pendidik dalam proses kegiatan belajar mengajar hendaknya
tidak hanya mentransfer ilmu tetapi juga disertai usaha sungguh-sungguh
untuk mengoptimalkan potensi peserta didik agar berkembang sesuai
dengan tujuan pendidikan. Kegiatan mendidik tidak hanya dipahami
sebagai profesi, sehingga terkesan formal, tetapi dalam kegiatan itu
pendidik sedang menjalan tugasnya sebagai khalifah.
2.
Untuk lembaga pendidikan
Lembaga pendidikan sebagai fasilitas dimana terdapat interaksi
antara pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Sebuah
lembaga pendidikan harus menafsirkan tujuan utama pendidikan yaitu
untuk mengembangkan dan mengoptimalkan potensi peserta didik.
Sehingga diharapakan tindakan-tindakan yang diambil yang bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik sepenuhnya mengarah pada
tujuan pendidikan.
3.
Untuk penulis
Bahwa hasir dari analisis tentang pengembangan potensi manusia
melalui pendidikan Islam dalam Qs Al-Baqarah 2: 30-37 ini masih
banyak kekurangannya, maka dari itu diharapkan ada peneliti baru yang
mengkaji ulang dari hasil penulisan ini.
89
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Abdurrahman Saleh. 2005. Teori-teori Pendidikan Berdasarkan AlQuran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Al-Maraghy, Ahmad Mushthafa. 1985. Terjemah Tafsir Al-Maraghy. Semarang:
CV. Toha Putra.
Al-Qarni, „Aidh. 2007. Tafsir Muyassar. Jakarta: Qisthi Press.
Alu Syaikh, Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman. 2008. Tafsir Ibnu
Katsir. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi‟i.
Amrullah, Fahmi. 2008. Ilmu Al-Qur‟an untuk Pemula. Jakarta: CV Artha Rivera.
An-Nahlawi, Abdurahman. 1992. Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam.
Bandung: CV. Diponegoro.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi. 2000. Tafsir Al-Qur‟anul Majid An-Nuur.
Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Budihardjo. 2012. Pembahasan Ilmu-ilmu Al-Qur‟an. Yogyakarta: Lokus.
Daradjat, Zakiah. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Departeman Pendidikan Nsioanal. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka
Departemen Agama RI. 2009. Al-Qur‟an dan Tafsirnya (Edisi yang
Disempurnakan). Jakarta: Lembaga Percetakan Al-Qur‟an Departemen
Agama.
Gojali, Nanang. 2004. Manusia, Pendidikan dan Sains. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hamdani. 1987. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Kota Kembang.
Haryanta, Agung Tri. 2012. Kamus Kebahasaan dan Kesusastraan. Surakarta:
Aksara Sinergi Media.
Jalal, Abdul Fattah. 1988. Azas-azas Pendidikan Islam. Bandung: CV.
Diponegoro.
90
Jalaluddin. 2003. Teologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Komaruddin, Yooke Tjuparmah S. 2006. Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah.
Jakarta: Bumi Aksara.
Langgulung, Hasan. 1986. Manusia dan Pendidikan. Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Muhaimin, dkk. 2008. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mujib, abdul dan Jusuf Mudzakkir. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:
Kencana.
Munir, Ahmad. 2008. Tafsir Tarbawi. Yogyakarta: Teras.
Nazir, Moh. 1985. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Poerbakawatja, Soegarda, Harahap. 1982. Ensiklopedi Pendidikan. Jakarta:
Gunung Agung.
Poerwadarminta. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Rahman, Taufik. 1999. Moralitas Pemimpin dalam Perspektif Al-Qur‟an.
Bandung: CV. Pustaka Setia.
Rosidin, Dedeng. 2003. Akar-akar Pendidikan dalam Al-Quran dan Hadits.
Bandung: Pustaka Umat.
Shihab, M. Quraish. 2012. Al-Lubab: Makna, Tujuan dan Penjelasan dari Surahsurah Al-Qur‟an. Tangerang: Lentera Hati.
Soetriono & Rita Hanafie. 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian.
Yogyakarta: CV Andi Offset.
Suparlan, Suhartono. 2008. Wawasan Pendidikan: Sebuah Pengantar Pendidikan.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Yunus, Mahmud. 2010. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wa
Dzurriyyah.
91
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertada tangan di bawah ini, saya:
Nama
: Ika Fitri Suciati
Tempat/Tanggal Lahir
: Kab. Semarang, 24 Desember 1994
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Warga Negara
: Indonesia
Alamat
: Karanglo, Barukan RT 13 RW 03, Kec. Tengaran,
Kab. Semarang
Riwayat Pendidikan
:
1. SD N Plumbon 2, lulus tahun 2006
2. MTs N Salatiga, lulus tahun 2009
3. SMK N 1 Salatiga, lulus tahun 2012
4. IAIN Salatiga, lulus tahun 2016
Demikian data ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 14 Juni 2016
Penulis
Ika Fitri Suciati
111-12-066
92
Download