PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM BUKU PELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK SEKOLAH DASAR KELAS VI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Disusun Oleh: Binedigta Yuni Puji Lestari 081224079 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM BUKU PELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK SEKOLAH DASAR KELAS VI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Disusun Oleh: Binedigta Yuni Puji Lestari 081224079 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI iii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI MOTTO ! "# $ $ %" & '( ! $ $ ) # iv ) ! $ * + ! PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HALAMAN PERSEMBAHAN ♥ ) * ♥ , ) ) - . / ♥ ♥ 02 - ) 0 - 3 ) 4 v # 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 18 Februari 2013 Penulis Binedigta Yuni Puji Lestari vi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Binedigta Yuni Puji Lestari Nomor Mahassiswa : 081224079 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM BUKU PELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK SEKOLAH DASAR KELAS VI beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan memublikasikannya di internet atau media lain untik kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 18 Februari 2013 Yang menyatakan Binedigta Yuni Puji Lestari vii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRAK Lestari, Binedigta Yuni Puji. 2013. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Buku Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kesalahan ejaan dan kesalahan kalimat dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI. Buku itu berjudul Bahasa Indonesia: untuk Kelas 6 SD/MI, ditulis oleh Sukini Iskandar. Data penelitian yang dianalisis berupa kalimat-kalimat yang mengandung kesalahan. Kesalahan ejaan dianalisis menggunakan Pedoman EYD (Ejaan yang Disempurnakan), sedangkan kesalahan kalimat dianalisis berdasarkan struktur dan isi kalimatnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam buku Bahasa Indonesia: untuk Kelas 6 SD/MI terdapat 63 kesalahan ejaan dan 55 kesalahan kalimat. Kesalahan ejaan itu meliputi 6 kesalahan pemakaian huruf, 5 kesalahan pemakaian huruf kapital, 2 kesalahan pemakaian huruf miring, 16 kesalahan penulisan kata, 3 kesalahan penulisan unsur serapan, dan 31 kesalahan pemakaian tanda baca. Adapun kesalahan kalimat itu terdiri atas kekurangan unsur kalimat (25), kalimat yang tidak logis (7), kalimat yang ambigu (6), penggunaan konjungsi yang berlebihan (6), kesalahan pilihan kata (7), dan kesalahan pemborosan kata (4). Jadi, berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kesalahan ejaan dan kalimat dalam penelitian ini masih cukup banyak. Berdasarkan hasil penelitian itu, peneliti memberikan saran kepada guru bahasa Indonesia dan peneliti lain. Dalam memberikan pengajaran, guru bahasa Indonesia hendaknya memperhatikan secara cermat penggunaan ejaan dan penyusunan kalimat. Bila ditemukan kesalahan kebahasaan dalam buku yang digunakan, hendaknya guru segera meralat dan memberitahukan bentuk yang benar, agar siswa tidak meniru kesalahan yang ada dalam buku itu. Peneliti lain disarankan agar melakukan penelitian lebih lanjut, misalnya tentang bidang kebahasaan lain, yang belum diteliti dalam penelitian ini. Dengan demikian, hasil penelitiannya dapat memperkuat penelitian ini. viii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Lestari, Binedigta Yuni Puji. 2013. Analysis of Language Error in Indonesian Language Textbooks Elementary School Grade VI. Thesis. Yogyakarta: Language Education Study Program, Indonesian Literature, and Region, Faculty of Teacher Training and Education, University of Sanata Dharma. This research is a descriptive qualitative research. The purpose of this research was to describe the error of spelling and sentences in the Indonesian Language textbooks for Elementary School Class VI. The book is titled Bahasa Indonesia: untuk Kelas 6 SD/MI, written by Sukini Iskandar. The research data were sentences that contain errors. Spelling errors were analyzed using the Pedoman EYD (Ejaan yang Disempurnakan), while errors of the sentences were analyzed based on structure and content. The results showed that the book Bahasa Indonesia: untuk Kelas 6 SD/MI contained 63 spelling errors and 55 sentence errors. The spelling errors consist of 6 letters usage errors, 5 errors of use capital letters, 2 errors of use italic letters, 16 errors of word writing, 3 errors of writing element uptake, and 31 errors of use punctuation. The sentence errors consist of the less of sentence part (25), which is not logical sentence (7), an ambiguous sentence (6), excessive use of conjunctions (6), word choice errors (7), and a waste of word errors (4). Thus, based on these results it can be said that the spelling errors and sentences in this research is still quite a lot. Based on the results of the research, the researcher gave suggestion to Indonesian Language teachers and other researchers. In providing teaching, the Indonesian Language teacher should consider carefully the use of spelling and sentence formulation. If errors were found in the book used language, the teacher should rectify immediately and notify the proper form, so that the students should not mimic the errors in the book. The other researchers were suggested to make that further research, for example on the other linguistic aspect of the book that has not been examined in this research. So that, the results of the research could strengthen this research. ix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KATA PENGANTAR Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus karena atas rahmatnya, penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Buku Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Universitas Sanata Dharma. Penulis meyadari banyak pihak yang telah membantu, membimbing, dan mengarahkan penulis. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Tuhan Yesus Kristus karena dengan segala anugerah dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan segera. 2. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 3. Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 4. Dr. Y. Karmin, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang dengan sabar dan bijaksana telah membimbing, menuntun, dan memberi banyak masukan kepada penulis dalam proses membuat skripsi ini. 5. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktu untuk membimbing serta memberi petunjuk yang bermanfaat bagi penulis. 6. Seluruh staf pengajar Prodi PBSID, yang dengan penuh dedikasi membagi ilmu, membimbing, memberikan dukungan, bantuan dan arahan yang sangat bermanfaat untuk penulis dari awal kuliah sampai selesai. 7. Karyawan sekretariat PBSID (Mas Sidiq) yang selalu sabar memberikan pelayanan dan membantu kelancaran penulis dalam menyelesaikan kuliah di PBSID sampai penyusunan skripsi ini selesai. x PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8. Kedua orang tuaku, Tarsisius Dalidi Trisno Prasetyo dan Tatiana Tri Subiyarti yang aku hormati dan cintai, yang telah mendidik dan membesarkan aku, yang telah banyak berkorban untukku dan selalu memberikan peluang kekuatan untukku. Aku tahu dalam setiap langkahku ada doa kalian. 9. Kedua kakakku Fransisca Trisni Wiyanti dan Agustinus Heri Prasetyo, yang telah membantu dan mendukungku, baik moril maupun finansial. 10. Fx. Didik Dwi Wahyudi yang dengan sabar memberikan doa, motivasi, dan semangat kepada penulis. 11. Nenekku, Mbah Kliyem, yang membekaliku dengan doa-doanya. 12. Sahabatku Mbak Siti, Juwang, Pipit, Lisa, Mbak Pero, dan teman-teman PBSID angkatan 2008, terima kasih atas kebersamaannya. 13. Adik Mia, terima kasih atas bantuannya. 14. Teman-teman penghuni kos-kosan OT Gatotkaca 14, terima kasih atas persaudaraan kalian. 15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung berupa apapun kepada penulis. 16. Universitas Sanata Dharma yang memberikanku tempat dan ruang kesempatan untuk belajar. Penulis menyadari skripsi ini tentu masih mengandung berbagai kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan penulis. Walaupun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Yogyakarta, 18 Februari 2013 Penulis Binedigta Yuni Puji Lestari xi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii HALAMAN MOTTO ................................................................................. iv HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................... vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...... ................................................................................................ vii ABSTRAK ... ................................................................................................ viii ABSTRACT .. ................................................................................................ vix KATA PENGANTAR .................................................................................. x DAFTAR ISI............ .................................................................................... xii DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1 A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2 C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 2 D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 3 E. Definisi Istilah .............................................................................. 4 F. Sistematika Penyajian .................................................................... 6 BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 7 A. Penelitian yang Relevan ................................................................... 7 B. Kajian Teori .................................................................................... 8 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 42 A. Jenis Penelitian .............................................................................. 42 B. Sumber Data dan Data Penelitian ................................................. 43 xii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 44 D. Instrumen Penelitian ................................. .................................... 44 E. Teknik Analisis Data ..................................................................... 45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................ 47 A. Deskripsi data ................................................................................ 47 B. Analisis Data ................................................................................. 47 C. Hasil Analisis................................................................................. 69 D. Pembahasan ................................................................................... 71 BAB V PENUTUP ........................................................................................ 75 A. Kesimpulan .................................................................................... 75 B. Implikasi ........................................................................................ 76 C. Saran .............................................................................................. 77 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 78 LAMPIRAN .................................................................................................. 80 BIOGRAFI PENULIS ................................................................................. 100 xiii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1 Jumlah Kesalahan Ejaan ................................................................ 70 Tabel 4.2 Jumlah Kesalahan Kalimat ............................................................ 71 xiv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Data Kesalahan Ejaan ................................................................. 81 Lampiran 2 Data Kesalahan Kalimat ............................................................. 93 xv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi paling penting bagi manusia. Melalui bahasa setiap manusia dapat berhubungan antara satu dan yang lain. Secara umum, bahasa dibedakan menjadi dua, yaitu lisan dan tulis. Bahasa lisan diungkapkan secara langsung, menggunakan suara (audio), sedangkan bahasa tulis diungkapkan dalam bentuk tulisan (visual). Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi terutama dalam situasi resmi, baik lisan maupun tertulis harus menggunakan bahasa baku. Bahasa baku adalah ragam bahasa yang cara pengucapan dan penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah standar (Waridah, 2009:186). Kaidah-kaidah standar yang dimaksud adalah kaidah-kaidah bahasa baku. Untuk itu, setiap penggunaan bahasa secara resmi, terutama bahasa tulis harus menggunakan bahasa baku. Dalam karya tulis, apalagi karya yang sudah diterbitkan tentu bahasa yang diharapkan sudah memenuhi kaidah-kaidah standar kebakuan bahasa karena sudah melalui proses penyuntingan. Namun, kenyataannya masih banyak buku yang sudah diterbitkan suatu lembaga penerbit yang penulisannya masih menyimpang dari kaidah-kaidah standar bahasa baku. Kesalahan yang masih kerap muncul dalam buku-buku terbitan adalah kesalahan ejaan dan sintaksis. Melihat keadaan seperti itu, peneliti akan mengadakan penelitian tentang kesalahan berbahasa dalam buku terbitan. Buku yang akan diteliti adalah buku 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI. Peneliti mengadakan penelitian ini karena merasa prihatin dengan keadaan itu. Buku pelajaran yang seharusnya menjadi acuan masih mengandung berbagai kesalahan terutama dalam ejaan dan sintaksis. Buku pelajaran yang akan diteliti berjudul Bahasa Indonesia: untuk Kelas 6 SD/MI yang disusun oleh Sukini & Iskandar. Alasan peneliti memilih buku ini untuk diteliti karena dinilai oleh Badan Standar Nasioal Pendidikan dan telah ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 34 Tahun 2008. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi dalam kesalahan ejaan dan sintaksis saja. Kesalahan ejaan yang diteliti meliputi kesalahan pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca. Kesalahan sintaksis yang diteliti dibatasi khusus mengenai kesalahan-kesalahan dalam kalimat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti menyusun dua rumusan masalah sebagai berikut. 1. Kesalahan ejaan apa sajakah yang terdapat dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI? 2. Kesalahan kalimat apa sajakah yang terdapat dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan kesalahan ejaan yang terdapat dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI. 2. Mendeskripsikan kesalahan kalimat yang terdapat dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi mahasiswa calon guru, guru bahasa dan sastra Indonesia, dan peneliti lain. 1. Bagi mahasiswa calon guru Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada mahasiswa calon guru bahwa dalam buku-buku pelajaran masih terdapat kesalahan. Untuk itu, harus selektif untuk menggunakan dan mengikuti apa yang tertulis dalam buku-buku pelajaran tersebut. 2. Bagi guru bahasa dan sastra Indonesia Penelitian ini dapat memberikan sumbangan informasi bahwa dalam bukubuku pedoman pelajaran masih terdapat kesalahan, sehingga untuk penggunaannya saat mengajar guru harus lebih selektif. Jika terdapat kesalahan dalam buku pelajaran, guru harus segera menginformasikan kepada siswa dan membetulkannya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 3. Bagi peneliti lain Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi berupa penelitian yang relevan bagi peneliti berikutnya. E. Definisi Istilah Dalam penelitian ini, ada beberapa istilah yang pengertiannya perlu dibatasi. Pembatasan istilah ini dimaksudkan agar tidak terjadi salah pengertian ataupun salah penafsiran. Istilah-istilah yang dibatasi pengertiannya adalah sebagai berikut. 1. Kesalahan Kesalahan adalah bagian yang menyimpang dari beberapa norma baku pada ujaran atau tulisan sang pelajar (Tarigan, 1988:272). 2. Kesalahan berbahasa Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi atau menyimpang dari norma kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia (Setyawati, 2010:15). 3. Analis kesalahan berbahasa Analisis kesalahan berbahasa adalah prosedur yang digunakan oleh para peneliti dan para guru, yang mencakup pengumpulan sampel bahasa pelajar, pengenalan kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam sampel tersebut, pendeskripsian kesalahan-kesalahan itu, pengklasifikasiannya berdasarkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 sebab-sebabnya yang telah dihipotesiskan, serta pengevaluasiannya (Tarigan, 1988:170). 4. Ejaan Ejaan adalah sistem atau aturan perlambangan bunyi bahasa dengan huruf, aturan menuliskan kata-kata dengan cara-cara mempergunakan tanda baca (Kridalaksana, 1975:39). 5. Kesalahan Ejaan Kesalahan ejaan adalah kesalahan menulis kata atau kesalahan menggunakan tanda baca (Tarigan & Tarigan, 1988:198). 6. Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!) (Alwi, dkk., 2003:311). 7. Kesalahan kalimat Kesalahan kalimat adalah penggunaan kalimat (tertulis) yang tidak benar karena penyusunannya tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa. Menurut Arifin (1987:4), penerapan kaidah tata bahasa yang benar dapat dilihat dari pembentukan kata dan pembentukan kalimatnya. F. Sistematika Penyajian Laporan hasil penelitian ini disusun menjadi lima bab. Bab I berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6 manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II berisi landasan teori yang mencakup penelitian yang relevan dan kajian teori. Bab III berisi metodologi penelitian yang mencakup jenis penelitian, sumber data dan data penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data. Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan mengenai kesalahan ejaan dan kalimat dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI. Yang terakhir, Bab V berisi kesimpulan yang dibuat dan saran yang diberikan oleh peneliti. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Berdasarkan pengamatan peneliti, dapat diketahui bahwa penelitian kesalahan berbahasa telah dilakukan sebelumnya. Dalam bagian ini, akan diuraikan empat penelitian terdahulu yang relevan, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Donatus Doweng Kumanireng (2003), Maria Helena Dane Namang (2005), Elisabet Cinta Satriarini (2009), dan Maria Riska Wikantari (2009). Kumanireng (2003) melakukan penelitian berjudul Analisis Kesalahan Berbahasa Siswa Kelas II SMA Frater Disamakan Makassar, Tahun Ajaran 2004/2005 dalam Menggunakan Kata berimbuhan Me-. Berdasarkan penelitiannya, ditemukan 149 kesalahan yang meliputi: kesalahan penggunaan variasi bentuk afiks me-, kesalahan penggunaan makna afiks me-, dan kesalahan pemenggalan kata berimbuhan me-. Namang (2005) meneliti kesalahan sintaksis dalam karangan argumentasi. Penelitiannya berjudul Analisis Kesalahan Sintaksis dalam Karangan Argumentasi Kelas II SMAK Frateran Podor Larantuka Tahun Ajaran 2003/2004. Dari hasil penelitiannya, dapat diketahui bahwa kesalahan berbahasa yang paling banyak dilakukan siswa adalah kesalahan pada aspek klausa. Satriarini (2009) mengadakan penelitian berjudul Kesalahan Kalimat dalam Berita Utama Surat Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat. Dari 7 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8 penelitiannya diketahui bahwa terdapat 303 kesalahan, yang meliputi 67 kesalahan pemborosan kata, 180 kesalahan pilihan kata, 56 kesalahan kekurangan unsur kalimat. Penelitian berjudul Analisis Kesalahan Struktur Kalimat dalam Karangan Narasi Ekspositoris Siswa Kelas VII SMP Pangudi Luhur Srumbung Tahun Ajaran 2008/2009 dilakukan oleh Wikantari (2009). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kekurangan dan urutan unsur kalimat yang terdapat dalam karangan narasi siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Srumbung tahun ajaran 2008/2009. Dari penelitian tersebut, ditarik kesimpulan bahwa jenis kesalahan yang terdapat dalam karangan narasi siswa kelas VIII adalah dalam bidang sintaksis, khususnya pada tataran struktur kalimat. Berdasarkan keempat penelitian di atas, dapat diketahui bahwa belum ada penelitian yang meneliti kesalahan berbahasa pada buku pelajaran. Untuk itu, penelitian ini akan membahas kesalahan pada buku-buku pelajaran. B. Kajian Teori Pada bagian ini akan diuraikan kerangka teori yang akan digunakan untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu kesalahan berbahasa, analisis kesalahan berbahasa, daerah kesalahan berbahasa, ejaan, jenis kesalahan ejaan, kalimat, jenis kesalahan kalimat, dan kriteria penyusunan buku pelajaran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9 1. Kesalahan Berbahasa Kesalahan merupakan bagian konversasi atau komposisi yang menyimpang dari norma baku atau norma terpilih dari performansi bahasa orang dewasa (Tarigan, 1988:141). Menurut Setyawati (2010:15), yang dimaksud dengan kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi atau menyimpang dari norma kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia. Kesalahan yang sering terjadi dalam media cetak akan berpengaruh pada pembacanya. Berdasarkan pengertian di atas, peneliti mengacu pada pendapat Setyawati. Setyawati menyebutkan bahwa kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia. 2. Analisis Kesalahan Berbahasa Kesalahan (errors) dan kekeliruan (mistake) adalah dua masalah yang biasa terjadi dalam penggunaan bahasa. Brown (dalam Nurgiyantoro, 1995:191—192) membedakan kesalahan dan kekeliruan. Menurut Brown, kekeliruan bahasa lebih berhubungan dengan masalah penampilan (performance), sedangkan kesalahan lebih disebabkan oleh faktor kemampuan (competence). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10 Tarigan dan Tarigan dalam bukunya Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa (1988) mengemukakan pengertian analisis kesalahan berbahasa sebagai berikut. Analisis kesalahan berbahasa adalah prosedur yang digunakan oleh para peneliti dan para guru, yang mencakup pengumpulan sampel bahasa pelajar, pengenalan kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam sampel tersebut, pendeskripsian kesalahan-kesalahan itu, pengklasifikasiannya berdasarkan sebab-sebabnya yang telah dihipotesiskan, serta pengevaluasiannya (Tarigan dan Tarigan, 1988:170). Senada dengan Tarigan, Pateda (1989:32) berpendapat bahwa analisis kesalahan berbahasa mengklasifikasi, dan merupakan suatu menginterpretasi teknik kesalahan untuk yang mengidentifikasi, dilakukan oleh pembelajar yang sedang belajar bahasa kedua secara sistematis dan sesuai dengan teori serta prosedur linguistik. 3. Daerah Kesalahan Berbahasa Daerah kesalahan berbahasa dikemukakan oleh beberapa ahli. Salah satunya adalah Pateda. Pateda (1989:51—61) menyebutkan bahwa ada beberapa daerah kesalahan berbahasa. Daerah kesalahan yang diungkapkan pateda adalah sebagai berikut. a. Daerah Kesalahan Fonologi Kesalahan ini berkaitan dengan pelafalan dan penulisan bunyi bahasa. Daerah kesalahan ini meliputi pemakaian huruf kapital, penulisan kata, dan tanda baca. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11 b. Daerah Kesalahan Morfologi Kesalahan pada bidang morfologi berkaitan dengan tata bentuk kata. Dalam bahasa Indonesia kesalahan bidang morfologi meliputi derivasi, diksi, kontaminasi, dan pleonasme. c. Daerah Kesalahan Sintaksis Kesalahan sintaksis berhubungan dengan kalimat dan berkaitan dengan daerah morfologi karena kalimat berunsurkan kata-kata. Oleh karena itu, kesalahan ini mencakup: (i) kalimat yang berstruktur tidak baku, (ii) kalimat yang ambigu, (iii) kalimat yang tidak jelas, (iv) diksi yang tidak tepat dalam membentuk kalimat, (v) kontaminasi kalimat, (vi) koherensi, (vii) kalimat mubazir, (viii) kata serapan yang digunakan di dalam kalimat, dan (ix) logika kalimat. d. Daerah Kesalahan Semantis Lyons (dalam Pateda, 1989:60) mengatakan bahwa semantik adalah studi tentang makna. Menurut Pateda (1989), makna berhubungan dengan bayangan imajinasi kita tentang sesuatu, apakah benda, peristiwa, proses atau abstraksi sesuatu. e. Daerah Kesalahan Grafologi Kesalahan ini mencakup: (i) pemakaian huruf, (ii) pemakaian huruf kapital dan huruf miring, (iii) penulisan kata, (iv) penulisan unsur serapan, (v) pemakaian tanda baca. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12 Hampir sama dengan Pateda, daerah kesalahan berbahasa juga dikemukakan Tarigan (1988:198—200). Tarigan membagi daerah kesalahan berbahasa menjadi empat bagian. a. Daerah Kesalahan Fonologi Kesalahan fonologi mencakup kesalahan ucapan dan kesalahan ejaan. Kesalahan ucapan adalah kesalahan mengucapkan kata sehingga menyimpang dari ucapan baku atau bahkan menimbulkan perbedaan makna. Adapun kesalahan ejaan ialah kesalahan menuliskan kata atau kesalahan menggunakan tanda baca. b. Daerah Kesalahan Morfologi Kesalahan morfologi adalah kesalahan memakai bahasa disebabkan salah memilih afiks, salah menggunakan kata ulang, salah menyusun kata majemuk, dan salah memilih bentuk kata. c. Daerah Kesalahan Sintaksis Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan struktur frasa, klausa, atau kalimat serta ketidaktepatan pemakaian partikel. d. Daerah Kesalahan Leksikon Kesalahan leksikon adalah kesalahan memakai kata yang tidak atau kurang tepat. Penelitian ini berfokus pada kesalahan ejaan dan kalimat. Daerah kesalahan berbahasa yang lainnya tidak dibahas dalam penelitian ini. Teori yang digunakan lebih berfokus pada pendapat Tarigan karena teori kesalahan sintaksis dibagi dengan tepat yaitu frasa, klausa, kalimat serta ketidaktepatan pemakaian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13 partikel. Adapun teori yang dikemukakan oleh Pateda, kurang tepat. Misalnya, menurut Pateda kesalahan sintaksis mencakup kesalahan koherensi (yang seharusnya masuk pada analisis wacana). 4. Ejaan Ejaan merupakan salah satu unsur pembangun dalam bahasa. Menurut Badudu (1980:31), ejaan adalah perlambangan fonem dengan huruf. Ejaan adalah sistem atau aturan perlambangan bunyi bahasa dengan huruf, aturan menuliskan kata-kata dengan cara-cara pempergunakan tanda baca (Kridalaksana, 1975:39). Senada dengan Kridalaksana, Tarigan (1985:7) menyebutkan bahwa ejaan merupakan cara atau aturan melukiskan kata-kata dengan huruf menurut disiplin ilmu bahasa. Demi tercapainya pemakaian bahasa Indonesia yang benar terutama dalam penulisan ejaan, pada tanggal 17 Agustus 1972, Presiden Soeharto meresmikan suatu aturan ejaan dengan nama Ejaan yang Disempurnakan (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1997: 11). Ejaan yang disempurnakan merupakan pedoman atau kaidah pembakuan bahasa, khususnya bahasa tulis. EYD mengatur lima hal (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2003:15—68). Lima hal yang diatur dalam EYD adalah pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14 5. Jenis Kesalahan Ejaan Pada penelitian ini, untuk menentukan kesalahan ejaan digunakan buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2003. Berdasarkan pedoman di atas, jenis kesalahan ejaan yang akan diteliti, yaitu pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca. a. Pemakaian huruf Pedoman ejaan tentang pemakaian huruf meliputi huruf abjad, huruf vokal, huruf konsonan, huruf diftong, gabungan huruf konsonan, dan pemenggalan kata. Dari keenam pedoman tentang pemakaian huruf ini yang masih sering menjadi persoalan adalah pemenggalan kata. Dalam karya tulis, masih sering ditemukan pemenggalan kata yang tidak sesuai dengan pedoman ejaan yang benar. (1) .... pemerintah negeri ini sampai sekarang masih saja kebingungan men-gatasi berbagai persoalan yang mendera rakyatnya. (KR, 8 Mei 2012, hlm. A) Pemenggalan kata di atas tidak tepat. Kata mengatasi bentuk dasarnya adalah atas, maka pemenggalan kata di atas akan tepat bila ditulis dengan meng-atasi. (1a) .... pemerintah negeri ini sampai sekarang masih saja kebingungan meng-atasi berbagai persoalan yang mendera rakyatnya. b. Pemakaian huruf kapital dan huruf miring Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan terdapat lima belas ketentuan pemakaian huruf kapital yang diterapkan dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15 bahasa Indonesia. Huruf kapital dipakai sebagai awal (a) huruf pertama kata yang terdapat di awal kalimat, (b) huruf pertama petikan langsung, (c) ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, (d) gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan, (e) jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang, (f) unsur-unsur nama orang, (g) nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa, (h) nama tahun, bulan, hari raya, dan peristiwa sejarah, (i) nama geografi, (j) semua unsur nama negara dan lembaga pemerintahan, (k) semua unsur bentuk ulang sempurna nama badan, lembaga pemerintah, dan dokumen resmi, (l) semua unsur nama buku, majalah, surat kabar, judul karangan, (m) singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan, (n) kata penunjuk kekerabatan yang dipakai dalam penyapaan dn pengacuan, dan (o) kata ganti Anda. Meskipun kelihatannya sepele, pemakaian huruf kapital seringkali masih menimbulkan persoalan. Kesalahan-kesalahan yang timbul dalam pemakaian huruf kapital masih sering ditemukan. Perhatikan contoh berikut. (2) (3) (4) (5) Orang asing itu sudah mulai fasih berbicara dalam Bahasa Indonesia. Dia akan pergi naik Haji tahun ini. Surat anda telah kami terima. Ibu membeli gula Jawa di warung. Dalam kalimat (2) terdapat kesalahan pemakaian huruf kapital. Penulisan kata Bahasa dalam kalimat (2) tidak tepat. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bahasa, bukan kata bahasa itu sendiri. Kesalahan yang terdapat dalam kalimat (3) adalah pada kata Haji. Bentuk yang benar adalah haji karena tidak diikuti dengan nama orang. Kesalahan kalimat (4) terdapat pada kata ganti anda. Penulisan kata ganti Anda yang tepat harus diawali dengan huruf kapital, seperti yang disebutkan dalam pedoman ejaan pemakaian huruf kapital. Kalimat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16 (5) juga masih terdapat kesalahan. Kesalahannya terletak pada kata Jawa dalam frasa gula Jawa. Bentuk yang benar tidak menggunakan huruf kapital karena digunakan sebagai nama jenis, yaitu jawa. (2a) Orang asing itu sudah mulai fasih berbicara dalam bahasa Indonesia. (3a) Dia akan pergi naik haji tahun ini. (4a) Surat Anda telah kami terima. (5a) Ibu membeli gula jawa di warung. Berbeda dengan pedoman pemakaian huruf kapital, pedoman dalam pemakaian huruf miring hanya terdiri atas tiga ketentuan. Pertama, huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Kedua, huruf miring digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, kata, atau kelompok kata. Ketiga, huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Perhatikan contoh berikut. (6) Materi kuliah dapat kita download dari internet. (7) Ibu sedang membaca “Genie”. Kedua contoh kalimat di atas masih terdapat kesalahan dalam ejaannya. Kalimat (6) menggunakan kata download yang merupakan kata dari bahasa Inggris sehingga penulisannya harus dimiringkan. Kalimat (7) terdapat dalam kata Genie. Genie merupakan nama majalah sehingga penulisannya harus menggunakan huruf miring. (6a) Materi kuliah dapat kita download dari internet. (7a) Ibu sedang membaca Genie. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17 c. Penulisan kata Pedoman ejaan mengenai penulisan kata meliputi sepuluh hal. Hal-hal yang diatur dalam penulisan kata adalah kata dasar, kata turunan, bentuk ulang, gabungan kata, kata ganti (ku, kau, mu, dan nya), kata depan (di, ke, dan dari), kata si dan sang, partikel (-lah, -kah, -tah, pun, dan per), singkatan dan akronim, serta angka dan lambang bilangan. Menuliskan kata-kata memang mudah. Namun, ketika harus menulis dengan bentuk yang benar atau baku akan menjadi persoalan. Menulis kata dengan benar dan baku tidak mudah. Hal ini terbukti ketika masih banyak kesalahan penulisan kata dalam berbagai karya tulis. Perhatikan contoh berikut. (8) Semua anak bertepuktangan. (9) Korupsi harus di basmi. (10) Apapun alasannya, kamu tidak boleh mencuri. (11) Hanya ini yang ku peroleh. (12) Sejak kapan adik mu sakit? Kata-kata yang dicetak miring di atas merupakan kata-kata yang tidak tepat penulisannya. Pada kalimat (8) kata dasar dari kata yang dicetak miring adalah tepuk tangan. Ketika kata tersebut mendapat awalan ber-, yang ditulis serangkai hanya kata yang mengikuti langsung. Bentuk yang benar adalah bertepuk tangan. Kata di basmi dalam kalimat (9) tidak tepat karena di- di sana sebagai awalan bukan kata depan sehingga penulisan yang benar adalah dibasmi. Penulisan partikel pun pada kata apapun dalam kalimat (10) tidak tepat. Penulisan partikel pun yang benar dipisah dengan kata yang mendahuluinya sehingga penulisan yang benar adalah apa pun. Kalimat (11) dan (12) memiliki kesalahan yang sama, yaitu pada penulisan kata ganti. Penulisan kata ganti ku, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18 kau, mu, dan nya selalu ditulis serangkai dengan kata yang mengikuti ataupun mendahuluinya. Penulisan yang benar, yaitu kuperoleh dan adikmu. (8a) Semua anak bertepuk tangan. (9a) Korupsi harus dibasmi. (10a) Apa pun alasannya, kamu tidak boleh mencuri. (11a) Hanya ini yang kuperoleh. (12a) Sejak kapan adikmu sakit? Partikel pun dapat pula ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya karena lazim dianggap padu. Perhatikan contoh kalimat berikut. (13) Sekalipun banjir, mereka tidak mau dievakuasi. (14) Sekali pun, banjir tidak pernah menerjang wilayah kami. Penggunaan partikel pun dalam kalimat (13) dan (14) berbeda. Partikel pun pada kalimat (13) ditulis serangkai karena termasuk kelompok yang lazim dianggap padu, sama halnya dengan biarpun, walaupun, meskipun, adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, kalaupun, kendatipun, maupun sungguhpun yang ditulis serangkai. Berbeda dengan kalimat (14). Penulisan partikel pun pada kalimat (14) dipisah dengan kata sebelumnya, karena kata sekali pada kalimat itu berarti satu kali yang menunjukkan jumlah. Tanpa mengubah makna kalimat, partikel pun pada kalimat (14) dapat diganti dengan kata saja, seperti pada kalimat berikut. (14a) Sekali saja, banjir tidak pernah menerjang wilayah kami. Kalimat (14a) mempunyai makna yang sama dengan kalimat (14). Kata sekali pada kalimat (14) dan (14a) sama-sama berarti satu kali. Untuk mengetahui apakah partikel pun harus ditulis terpisah atau serangkai dengan kata yang mendahuluinya, dapat diuji dengan mengganti partikel pun dengan kata saja, seperti pada contoh kalimat (14). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 d. Penulisan unsur serapan Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan. Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia. Unsur pinjaman ini belum disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Penulisan unsur serapan yang belum disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Berikut contoh-contoh kesalahan yang sering ditemukan dalam penulisan unsur serapan. praktek standard standarisasi teoritis praktik standar (dari bahasa Inggris standard) standardisasi (dari bahasa Inggris standarization) teoretis Dalam pemakaian kebahasaan sering muncul permasalahan apakah bentuk praktek atau praktik yang benar untuk digunakan. Bentuk yang benar dan sesuai dengan penyerapan yang berlaku adalah praktik sehingga membentu kata seperti praktikan dan praktikum. Demikian juga dengan penggunaan bentuk standar yang diserap dari bahasa Inggris standard sering digunakan untuk membenarkan bentuk standarisasi. Bentuk standarisasi tidak benar. Yang benar adalah standardisasi yang diserap dari kata bahasa Inggris standardization. Hal yang serupa terjadi dalam bentuk teoretis yang berasal dari bahasa Inggris theoretical, sering dipahami orang sebagai teoritis (Rahardi, 2010). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20 e. Pemakaian tanda baca Ada lima belas tanda baca yang diatur dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnaka. Lima belas tanda baca tersebut, yaitu tanda titik (.), koma (,), titik koma (;), titik dua (:), tanda hubung (-), pisah (--), elipsis (...), tanda tanya (?), tanda seru (!), kurung ((...)), kurung siku ([...]), tanda petik (“...”), petik tunggal (‘...’), garis miring (/), penyingkat/apostrof (‘). Perhatikan contoh-contoh di bawah ini. (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) Saya sudah membaca buku ini halaman 34-45. Saya membeli kertas, pena dan tinta. Andi merayakan ulang tahunnya yang ke 15. Saya membaca Sajak Joki Tobing untuk Widuri dalam kumpulan puisi Potret Pembangunan. Lomba ini diikuti oleh SMA se Yogyakarta. Kita memerlukan perabotan rumah tangga kursi, meja, dan lemari. Ini kursus komputer atau apa. Sediakan dua buah pare dan cuci. Korupsi juga pernah terjadi dalam pengadaan alat sidik jari Automatic Fingerprint Identification System/AFIS). PSIS akan berlaga di Liga Utama Indonesia musim kompetisi 2009-2010. Hidupnya jauh dari sikap ojo duweh atau jangan merasa lebih dari yang lain. Kalimat (15) mengandung kesalahan dalam menggunakan tanda pemisah (—). Untuk menunjukkan halaman 34 sampai 45, seharusnya digunakan tanda pisah (—) bukan tanda penghubung (-) seperti pada kalimat (15) di atas. Perbaikan ejaan dalam kalimat (15) adalah sebagai berikut. (15a) Saya sudah membaca buku ini halaman 34—45. Pada kalimat (16) terdapat kesalahan pemakaian tanda koma (,). Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Kalimat (16) merupakan kalimat yang menggunakan perincian, maka sebelum kata dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21 harus diberi tanda koma (,). Perbaikan ejaan pada kalimat (16) adalah sebagai berikut. (16a) Saya membeli kertas, pena, dan tinta. Kalimat (17) dan (19) memiliki kesalahan yang sama, yaitu sama-sama mengandung kesalahan dalam pemakaian tanda penghubung. Tanda penghubung digunakan untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan –an, (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap. Kalimat (17) sesuai dengan ketentuan (ii) bahwa ke- dan angka dirangkaikan dengan tanda penghubung (-), sedangkan kalimat (19) sesuai dengan ketentuan (i) bahwa tanda penghubung (-) digunakan untuk merangkai se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital. Perbaikan ejaan pada kalimat (17) dan (19) adalah sebagai berikut. (17a) Andi merayakan ulang tahunnya yang ke-15. (19a) Lomba ini diikuti oleh SMA se-Yogyakarta. Kesalahan yang terdapat pada kalimat (18) adalah kesalahan penggunaan tanda petik (“...”). Tanda petik (“...”) salah satunya digunakan untuk mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. Dalam kalimat (18) Sajak Joki Tobing untuk Widuri merupakan judul puisi, sehingga penulisannya harus diapit dengan tanda petik (“...”), bukan ditulis dengan huruf miring. Adapun penulisan Potret Pembangunan dengan huruf miring sudah benar karena merupakan judul buku (kumpulan puisi) karya W.S. Rendra. Perbaikan ejaan pada kalimat (18) adalah sebagai berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22 (18a) Saya membaca “Sajak Joki Tobing untuk Widuri” dalam kumpulan puisi Potret Pembangunan. Kalimat (20) mengandung kesalahan pemakaian tanda titik dua (:). Tanda titik dua (:) salah satu fungsinya adalah dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian. Pada kalimat (20), kelompok kata kursi, meja, dan lemari merupakan rangkaian atau pemerian dari perabotan rumah tangga. Oleh karena itu, tanda titik dua (:) perlu ditambahkan setelah kelompok kata perabotan rumah tangga untuk menunjukkan bahwa kelompok kata kursi, meja, dan lemari berupakan pemerian. Perbaikan ejaan pada kalimat (20) adalah sebagai berikut. (20a) Kita memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari. Dalam kalimat (21), terdapat kesalahan pemakaian tanda tanya (?). Tanda tanya (?) dipakai untuk mengakhiri kalimat tanya. Kalimat (21) merupakan kalimat tanya sehingga harus diakhiri dengan tanda tanya (?), bukan tanda titik (.) seperti pada kalimat (21) tersebut. Perbaikan kalimat (21) adalah sebagai berikut. (21a) Ini kursus komputer atau apa? Dalam kalimat (22) juga terdapat kesalahan pemakaian tanda baca. Kesalahan yang terdapat dalam kalimat (22) adalah kesalahan pemakaian tanda seru (!). Tanda seru (!) dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat. Kalimat (22) merupakan kalimat perintah sehingga harus diakhiri dengan tanda seru (!). perbaikan ejaan pada kalimat (22) adalah sebagai berikut. (22a) Sediakan dua buah pare dan cuci! PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23 Kalimat (23) mengandung kesalahan pemakaian tanda kurung ((....)). Tanda kurung ((...)) digunakan untuk mengapit tambahan keterangan, penjelasan, atau singkatan. Kesalahannya terdapat pada penulisan singkatan AFIS yang ditulis dengan /AFIS). AFIS merupakan singkatan atau kependekan dari Automatic Fingerprint Identification System sehingga penulisannya harus diapit dengan tanda kurung ((...)). Perbaikan kalimat (23) adalah sebagai berikut. (23a) Korupsi juga pernah terjadi dalam pengadaan alat sidik jari Automatic Fingerprint Identification System (AFIS). Kalimat (24) juga mengandung kesalahan dalam pemakaian tanda baca. Kesalahan tanda baca yang terdapat dalam kalimat (24) adalah kesalahan tanda garis miring (/). Tanda garis miring (/) dipakai di dalam nomor surat pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. Selain itu, tanda garis miring (/) juga digunakan sebagai pengganti kata atau, tiap. Kesalahan dalam kalimat (24) terdapat pada penulisan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. Kalimat (24) diperbaiki menjadi seperti berikut. (24a) PSIS akan berlaga di Liga Utama Indonesia musim kompetisi 2009/2010. Dalam kalimat (25) terdapat kesalahan pemakaian tanda petik tunggal (‘...’). Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit (i) petikan langsung yang tersusun dalam petikan lain, dan (ii) makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing. Dalam kalimat (25) terdapat ungkapan asing yang berupa ungkapan dari bahasa jawa, yaitu ungkapan ojo duweh yang mengandung arti jangan merasa lebih dari yang lain. Sesuai dengan poin (ii) bahwa makna, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24 terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing diapit dengan tanda petik tunggal (‘...’), maka kalimat (25) dapat diperbaiki ejaannya menjadi sebagai berikut. (25a) Hidupnya jauh dari sikap ojo duweh ‘jangan merasa lebih dari yang lain’. 6. Kalimat Pengertian kalimat didefinisikan oleh beberapa ahli. Ramlan (2005:23) berpendapat bahwa kalimat ialah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. Alwi, dkk. (2003:311) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!); sementara itu di dalamnya disertai dengan tanda koma (,), titik dua (:), tanda pisah (—), dan spasi. Kalimat juga dapat dipahami sebagai satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan ataupun tulis, yang mengungkapkan pikiran dan gagasan yang utuh (Rahardi, 2009:127). Dari ketiga pendapat mengenai definisi kalimat di atas, peneliti mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh Alwi, dkk. bahwa kalimat merupakan satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Alwi, dkk. (2003:336—389) mengatakan bahwa berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dibedakan atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal adalah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 kalimat yang hanya terdiri atas satu klausa, sedangkan kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia yang ditulis oleh Alwi, dkk. (2003:311) disebutkan bahwa kalimat merupakan satuan dasar wacana. Wacana hanya akan terbentuk jika ada dua kalimat atau lebih yang letaknya berurutan, sesuai dengan kaidah kewacanaan. Alwi, dkk. Juga menjelaskan bahwa kalimat merupakan konstruksi sintaksis yang mengandung unsur predikasi. Oleh karena itu, kalimat sering dianggap sama dengan klausa karena klausa juga merupakan kontruksi sintaksis yang mengandung unsur predikasi. Jika dilihat struktur internalnya, kalimat dan klausa terdiri atas unsur subjek dan predikat dengan atau tanpa objek, pelengkap atau keterangan. Perbedaan antara kalimat dan klausa hanya pada ada atau tidaknya intonasi atau tanda baca akhirnya. Indradi (2003), dalam bukunya Cermat Berbahasa Indonesia menyebutkan bahwa kalimat yang baik adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran dan keinginan penulis dengan tepat dan dapat dimengerti oleh pembeca dengan mudah. Adapun syarat kalimat yang baik adalah sebagai berikut: (a) berciri gramatikal, (b) mengandung kelogisan, dan (c) sesuai situasi dan kondisi saat bahasa tersebut digunakan (Soedjito, 1988). Menurut Rahardi (2010), satuan kebahasaan dapat dikatakan sebagai kalimat jika memiliki predikat. Jadi, dapat dikatakan bahwa predikat merupakan alat penguji kalimat yang paling utama. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 Alat penguji kalimat yang kedua adalah dengan teknik permutasi atau teknik pemutaran. Pembalikan atau permutasi ini dilakukan pada predikat dan subjek kalimat. Jika pembelikan antara subjek dan predikat kalimat tersebut tidak memunculkan makna baru, satuan kebahasaan tersebut memang merupakan kalimat. Perhatikan contoh berikut. Adik sedang bermain. S P Predikat dalam kalimat tersebut adalah sedang bermain. Apabila kalimat tersebut dipermutasikan menjadi Sedang bermain adik., tidak mengubah informasi yang disampaikan. Selain kalimat secara umum dapat diuji dengan teknik pemutaran, unsur-unsur dalam kalimat juga dapat diuji ada atau tidak di dalam kalimat (Rahardi, 2010). a. Subjek Subjek merupakan unsur yang paling pokok di dalam sebuah kalimat. Sebuah entitas kebahasaan disebut subjek bila dapat menjawab pertanyaan apa atau siapa. Jadi, alat uji subjek adalah dengan model pertanyaan [siapa+yang+predikat] untuk subjek orang dan [apa+yang+predikat] untuk subjek bukan orang. Ciri lain adalah bahwa subjek kalimat dalam bahasa Indonesia lazimnya bersifat traktif atau pasti (definite)yang ditandai dengan digunakannya kata itu atau ini di belakang unsur subjek. Ciri lain adalah memiliki pewatas yang sehingga subjek kalimat yang mulanya berupa kata berubah menjadi frasa. Ciri terakhir adalah subjek tidak pernah diawali dengan preposisi atau kata depan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 b. Predikat Predikat merupakan unsur pokok kedua dalam sebuah kalimat. Predikat kalimat dalam bahasa Indonesia dapat ditemukan dengan cara mengajukan pertanyaan mengapa atau bagaimana. Jadi, alat uji predikat adalah dengan model pertanyaan [mengapa+subjek] atau [bagaimana+subjek]. Ciri lain adalah bahwa predikat dapat berupa adalah atau ialah. Selain itu, predikat dalam kalimat dapat dinegasikan dengan kata tidak atau bukan. Ciri lain dari sebuah predikat adalah bahwa unsur kebahasaan itu dapat didampingi kata-kata yang berkaitan dengan masalah aspek dan modalitas. c. Objek Objek kalimat wajib hadir pada kalimat berpredikat verba aktif transitif yang lazimnya berawalan me-. Objek tidak dimungkinkan hadir pada kalimat berpredikat verba pasif di-, ber-, atau ke-an. Ciri lain adalah objek mutlak harus berada langsung di belakang predikat. Selain itu, objek dapat menempati posisi subjek dalam kalimat pasif, akan tetapi perannya tetap sebagai sasaran bukan pelaku. Ciri yang terakhir, objek kalimat tidak pernah didahului preposisi atau kata depan. d. Pelengkap Pelengkap atau komplemen harus hadir dalam kalimat dengan verba aktif intransitif. Dalam banyak hal, objek dan pelengkap memiliki kesamaan, yaitu berada di belakang predikat, tidak pernah diawali preposisi, dan bersifat wajib PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 melengkapi kalimat. Perbedaan mendasar antara pelengkap dan objek adalah pelengkap tidak dapat menempati posisi subjek dalam kalimat pasif. e. Keterangan Keterangan alam kalimat bersifat lentur, artinya kehadirannya tidak bersifat wajib dalam sebuah kalimat. Tugas keterangan adalah memberikan informasi lebih lanjut tentang sesuatu di dalam kalimat, seperti waktu, tempat, cara, sebab, tujuan, dan sebagainya. Keterangan dapat berupa frasa yang ditandai dengan kehadiran kata depan atau preposisi, dapat pula berupa klausa yang ditandai dengan konjungsi atau kata penghubung. Kehadiran keterangan tidak terikat pada posisi. Keterangan dapat berada di awal, tengah, ataupun akhir sebuah kalimat. Keterangan dapat berada di antara subjek dan predikat, dapat pula berada di antara predikat dan objek. 7. Jenis Kesalahan Kalimat Kesalahan kalimat yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup kesalahan kekurangan unsur kalimat dan kesalahan urutan unsur kalimat. Unsur kalimat yang akan dianalisis adalah subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Selain itu, jenis kesalahan kalimat lain adalah kalimat yang tidak logis, kalimat yang ambigu, penggunaan konjungsi yang berlebihan, penggunaan kata tanya yang tidak perlu, kesalahan pemilihan kata, dan pemborosan kata. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29 a. Kesalahan kekurangan unsur kalimat Kekurangan unsur kalimat yang dibahas dalam penelitian ini adalah kekurangan subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (PEL), dan keterangan (KET). Masing-masing unsur tersebut dipaparkan sebagai berikut. 1) Kekurangan subjek Sugono (2009:41) menyebutkan bahwa subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping predikat. Kesalahan kekurangan unsur subjek biasanya karena adanya kata depan di awal kalimat. Untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya unsur subjek dalam kalimat, digunakan model pertanyaan “Siapa/apa yang predikat (P)?” Perhatikan contoh berikut. Untuk kegiatan itu memerlukan biaya yang cukup banyak. K P O Kalimat tersebut tidak bersubjek. Kalimat tersebut akan menjadi lengkap unsurnya apabila kata depan untuk dihilangkan, atau kalimatnya diubah menjadi kalimat pasif. Kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi sebagai berikut. (a) Kegiatan itu memerlukan biaya yang cukup banyak. (b) Untuk kegiatan itu, diperlukan biaya yang cukup banyak. Kalimat (a) subjek kalimatnya adalah kegiatan itu. Hal itu dapat dibuktikan dengan pertanyaan, “Apa yang memerlukan (P) biaya?”, jawabannya tentu saja adalah adalah kegiatan itu. Demikian pula kalimat (b), subjeknya adalah biaya yang cukup besar. Hal itu dibuktikan dengan pertanyaan “apa yang diperlukan (P)?”, jawabannya adalah biaya yang cukup besar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30 2) Kekurangan predikat Predikat merupakan bagian kalimat yang menerangkan subjek. Kekurangan unsur predikat mengakibatkan kalimat tidak jelas tindakan apa yang dilakukan oleh subjek. Ada dua pendapat yang ditemukan peneliti tentang unsur predikat. Ramlan mengatakan bahwa semua kata dibelakang subjek merupakan predikat. Pendapat kedua adalah pendapat Alwi yang menyatakan bahwa tidak semua kata dibelakang subjek merupakan predikat. Untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya unsur predikat dalam kalimat, digunakan model pertanyaan “Subjek (S) mengapa/bagaimana?” Perhatikan contoh di bawah ini. Ibu ke pasar. S KET Menurut Ramlan kalimat di atas merupakan kalimat yang benar. Ke pasar dapat dikatakan sebagai predikat karena merupakan kata kerja dan merupakan jawaban dari pertanyaan ibu sedang apa? Namun dalam penelitian ini, penulis tidak menggunakan pendapat Ramlan. Pendapat Moeliono yang digunakan dalam penelitian ini. Kalimat di atas tidak lengkap karena belum mempunyai predikat. Hal itu dapat dibuktikan dengan pertanyaan, “Ibu (S) mengapa?” Ke pasar bukanlah jawaban atas pertanyaan tersebut karena merupakan keterangan. Agar kalimat tersebut menjadi lengkap, perlu ditambahkan predikat. Kalimat yang benar adalah sebagai berikut. Ibu pergi ke pasar. Kalimat di atas merupakan kalimat yang lengkap. Sudah ada predikat dalam kalimat tersebut. Pedikat kalimatnya adalah pergi. Hal itu dapat dibuktikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 dengan penerapan model pertanyaan “Ibu (S) mengapa?”, jawabanya adalah pergi dilengkapi dengan keterangan ke pasar. 3) Kekurangan objek Unsur objek diperlukan pada kalimat yang predikatnya berupa verba transitif. Ciri-ciri kalimat yang berobjek adalah jika dipasifkan objek dapat menduduki subjek. Dengan kata lain, unsur objek wajib ada dalam yang berpredikat verba aktif transitif. Verba aktif transitif lazim ditandai dengan awalan me-. Kekurangan unsur objek dalam kalimat aktif transitif menyebabkan kalimat menjadi tidak jelas maksudnya. Aini membeli di warung. S P K Kalimat tersebut tidak lengkap karena belum berobjek. Perdikat dalam kalimat itu merupakan kata kerja transitif sehingga memerlukan O. Kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi seperti berikut. Aini membeli roti di warung. Kalimat di atas sudah lengkap dengan adanya objek, yaitu roti. Kalimat tersebut dapat diubah menjadi kalimat pasif dengan objek sebagai subjeknya. Bentuk pasif dari kalimat di atas adalah sebagai berikut. Roti dibeli (oleh Aini) di warung. 4) Kekurangan pelengkap Unsur pelengkap mempunyai persamaan dengan objek, yaitu berada di belakang predikat. Perbedaannya adalah kalimat yang berpelengkap tidak dapat diubah menjadi kalimat pasif. Dengan kata lain, unsur pelengkap dalam sebuah kalimat tidak dapat dijadikan subjek dalam kalimat pasif. Perbedaan lain antara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32 objek dan pelengkap, yaitu jika dalam kalimat aktif terdapat objek dan pelengkap dibelakang predikat, unsur objek itulah yang akan menjadi subjek dalam kalimat pasif. Perhatikan contoh berikut. Anak itu bermain. S P Kalimat di atas merupakan kalimat yang tidak berpelengkap. Kekurangan unsur PEL dalam kalimat itu menyebabkan tidak jelas apa yang dimainkan oleh anak itu. Kalimat tersebut akan menjadi lengkap bila ada penambahan PEL seperti di bawah ini: Anak itu bermain kelereng. Hal lain yang perlu diperhatikan ialah, jika dalam kalimat aktif terdapat objek dan pelengkap dibelakang predikat, unsur objek itulah yang akan menjadi subjek dalam kalimat pasif. Perhatikan contoh berikut. Ibu membelikan adik. S P O Sekilas, kalimat di atas sudah benar karena sudah tersusun atas unsur sebjek, predikat, dan objek. Sebenarnya, kalimat tersebut masih memiliki kekurangan, yaitu kekurangan unsur pelengkap. Hal itu dapat dibuktikan dengan pertanyaan, “Apa yang Ibu (S) belikan (P) untuk adik (O)?”. Jawaban dari pertanyaan tersebut akan menjadi pelengkap kalimat. Ibu membelikan adik baju baru. S P O PEL Bila kalimat tersebut dipasifkan, yang menjadi subjek adalah adik, bukan baju baru. Baju baru dalam kalimat pasif tetap sebagai pelengkap. Bentuk pasif dari kalimat tersebut adalah sebagai berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33 Adik dibelikan baju baru (oleh ibu). Baju baru tidak dapat menempati posisi subjek dalam kalimat pasif. Jika baju baru ditempatkan pada posisi subjek, kalimatnya menjadi tidak logis. Perhatikan kalimat berikut. Baju baru dibelikan adik (oleh ibu). Tentu saja kalimat di atas tidak benar. Kalimat di atas menunjukkan bahwa adiklah yang dibeli oleh ibu. Hal itu tidak mungkin, yang bisa dibeli hanyalah barang, manusia tidak dapat dibeli. Yang dibelikan ibu untuk adik adalah baju baru. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa baju baru (pelengkap) tidak dapat menempati subjek dalam kalimat pasif. 5) Kekurangan keterangan Unsur yang tidak menduduki fungsi subjek, predikat, objek, dan pelengkap diperkirakan menduduki fungsi keterangan. Letak unsur keterangan dalam kalimat bebas, dapat di awal, tengah, maupun akhir kalimat. Unsur keterangan dalam kalimat bersifat lentur dan tidak wajib karena bukan merupakan unsur utama pembentuk kalimat. Tugas unsur keterangan dalam kalimat adalah memberikan informasi lebih lanjut tentang sesuatu dalam kalimat tersebut, misalnya tempat, waktu, tujuan, sebab, dan sebagainya. Perhatikan contoh kalimat di bawah ini. Anjing itu mati. S P Kalimat di atas kekurangan unsur keterangan. Sebenarnya, tanpa unsur keterangan pun kalimat tersebut sudah benar, hanya saja informasi yang diberikan kurang lengkap. Ketidakhadiran unsur KET menyebabkan tidak jelas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34 apa yang menyebabkan anjing itu mati. Supaya maksud kalimat itu jelas, perlu ditambahkan kelompok kata yang menjadi KET. Perbaikannya adalah sebagai berikut. Anjing itu mati karena tertabrak mobil. b. Kesalahan urutan unsur kalimat Kesalahan struktur kalimat disebabkan oleh tidak konsistennya penggunaan pola kalimat bahasa Indonesia. Kesalahan urutan unsur kalimat yang biasanya terjadi adalah antara predikat dan objek yang disisipi unsur lain, seperti keterangan. Berikut ini adalah contoh kesalahan urutan fungsi kalimat. Lembaga itu mengadakan bulan ini bedah buku. S P KET O Urutan unsur kalimat di atas tidak benar. Predikat dalam kalimat tersebut memiliki hubungan yang erat dengan objek sehingga tidak dapat disisipi unsur lain. Pada kalimat tersebut, di antara P dan O disisipi oleh unsur KET, yaitu bulan ini. Kalimat tersebut akan menjadi benar apabila diubah menjadi seperti berikut: Lembaga itu mengadakan bedah buku bulan ini. S P O KET c. Kalimat yang tidak logis Menurut Setyawati (2010:92), kalimat yang tidak logis adalah kalimat yang tidak masuk akal. Hal ini terjadi karena pembicara atau penulis kurang berhati-hati dalam memilih kata. Perhatikan contoh kalimat berikut ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35 Yang sudah selesai mengerjakan soal harap dikumpulkan. S P Kalimat tersebut merupakan kalimat yang tidak logis karena tidak mungkin yang sudah selesai mengerjakan soal (S) itulah yang harap dikumpulkan. Yang dimaksudkan dalam kalimat tersebut adalah hasil pekerjaannya yang dikumpulkan. Perbaikan kalimatnya sebagai berikut. Yang sudah selesai mengerjakan soal harap mengumpulkan pekerjaannya. Kalimat di atas sudah logis karena yang dikumpulkan bukan yang mengerjakan melainkan hasil pekerjaannya. d. Kalimat yang ambigu Kalimat yang ambigu adalah kalimat yang bermakna ganda. Hal itu dapat disebabkan karena intonasi yang tidak tepat, pemakaian kata ynag bersifat polisemi, dan struktur kalimat yang tidak tepat. Perhatikan contoh kalimat di bawah ini. Mobil rektor yang baru mahal harganya. Kalimat di atas memiliki dua penafsiran makna yang berbeda. Pertama, keterangan yang baru merujuk pada nomina yang terakhir, yaitu rektor. Kedua, keterangan itu merujuk pada keseluruhannya, yaitu mobil rektor. Agar tidak menimbulkan salah penafsiran, kalimat tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut. (a) Mobil yang baru milik rektor, mahal harganya. (b) Mobil milik rektor yang baru, mahal harganya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 Sugono (2009: 202—203) menyebutkan bahwa pemaduan dua konsep dalam kalimat dapat melahirkan struktur kalimat yang tidak tegas dan bermakna ganda (ambigu). Dua konsep yang sering dipadukan sehingga menimbulkan kalimat yang bermakna ganda sebagai berikut. 1) Aktif dan pasif 2) Subjek dan keterangan 3) Pengantar kalimat dan predikat 4) Kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat 5) Induk kalimat dan anak kalimat e. Penggunaan konjungsi yang berlebihan Penggunaan konjungsi ini biasa terjadi akibat kekurangcermatan pemakai bahasa. Menurut Setyawati (2010:97), hal itu terjadi karena dua kaidah bahasa bersilang dan bergabung dalam sebuah kalimat. Dua kaidah berbeda yang biasanya bergabung menjadi satu kalimat, yaitu kaidah kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Hal tersebut ditandai dengan penggunaan dua konjungsi yang seolah-olah merupakan konjungsi korelatif. Perhatikan contoh berikut. Meskipun hukuman sangat berat, tetapi pencuri itu tidak gentar. Kalimat di atas menggunakan dua konjungsi, yaitu meskipun dan tetapi. Sekilas, kalimat tersebut merupakan kalimat yang benar dengan menggunakan konjungsi korelatif. Namun, penggunaan kedua konjungsi dalam kalimat tersebut tidak benar karena keduanya merupakan konjungsi dari jenis yang berbeda, yaitu dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37 kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Sebaiknya digunakan satu konjungsi saja. Perbaikannya sebagai berikut. (a) Meskipun hukuman sangat berat, pencuri itu tidak gentar. (b) Hukuman sangat berat, tetapi pencuri itu tidak gentar. f. Penggunaan kata tanya yang tidak perlu Dalam bahasa Indonesia sering dijumpai penggunaan kata-kata tanya, seperti di mana, yang mana, dari mana yang terdapat dalam kalimat berita (bukan kalimat tanya). Penggunaan bentuk-bentuk tersebut kemungkinan karena pengaruh bahasa asing. Perhatikan contoh kalimat berikut ini. Sektor pariwisata yang mana merupakan tulang punggung perekonomian negara harus senantiasa ditingkatkan. Kata tanya yang mana tidak perlu digunakan dalam kalimat tersebut. Bahasa Indonesia sudah memiliki penghubung yang tepat, seperti kata yang. Kalimat tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut. Sektor pariwisata yang merupakan tulang punggung perekonomian negara harus senantiasa ditingkatkan. g. Kesalahan pilihan kata Dalam kehidupan sehari-hari, sering dijumpai kalimat-kalimat tidak gramatikal yang disebabkan oleh penggunaan kata secara tidak tepat. Penggunaan kata yang tidak tepat dapat mengaburkan makna yang akan disampaikan dan membuat pembaca tidak memahami pesan apa yang ingin disampaikan penulis. Sugono (2009:222) mengatakan bahwa di dalam penyusunan kalimat diperlukan kecermatan dalam memilih kata supaya kalimat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38 yang dihasilkan dapat memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik. Berikut dikemukakan contoh penggunaan kata yang tidak tepat. Sebagian dari kekayaan pengusaha itu diserahkan kepada yayasan yatim piatu. Penggunaan kata dari dalam kalimat di atas tidak tepat karena dari kata sebagian pasti merupakan bagian dari sesuatu. Jadi, kata dari dalam kalimat di atas tidak perlu digunakan. Perbaikan kalimatnya adalah sebagai berikut. Sebagian kekayaan pengusaha itu diserahkan kepada yayasan yatim piatu. h. Pemborosan kata Pemborosan kata merupakan penggunaan kata yang mubazir. Menurut Ramlan, dkk. (1992:65), penggunaan bentuk yang mubazir sebenarnya tidak menimbulkan salah tafsir, sehingga informasi yang akan disampaikan kepada pembaca tetap dapat diterima. Namun demikian, penggunaan bentuk mubazir dalam kalimat sebaiknya dihindari untuk tujuan penghematan. Berikut dipaparkan contoh kalimat yang menggunakan bentuk mubazir. Para siswa-siswa sedang belajar di perpustakaan. Kemubaziran yang terdapat dalam kalimat di atas adalah pemakaian bentuk jamak para dan siswa-siswa. Agar tidak mengandung kemubaziran atau pemborosan kata, cukup menggunakan salah satu bentuk saja. Kalimat diatas dapat diperbaiki menjadi: (a) Para siswa sedang belajar di perpustakaan. (b) Siswa-siswa sedang belajar di perpustakaan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39 8. Kriteria Penyusunan Buku Pelajaran Buku pelajaran adalah bahan/materi pelajaran yang dituangkan secara tertulis dalam bentuk buku yang digunakan sebagai bahan pegangan belajar dan mengajar baik sebagai pegangan pokok maupun pelengkap (Suharjono, 2001). Sitepu (2012) menyebutkan bahwa ada yang menganggap buku sekolah atau buku pelajaran dalam arti luas adalah semua buku yang dipakai dalam proses belajar, termasuk lembar kerja siswa/buku tugas (working book), modul, dan buku pelengkap atau pengayaan. Buku sekolah dibagi dalam empat kelompok: (a) buku pelajaran pokok, (b) buku pelajaran pelengkap, (c) buku bacaan, dan (d) buku sumber. Hakikatnya buku teks pelajaran merupakan penjabaran kurikulum secara operasional. Sitepu ( 2012:27—28) menyebutkan bahwa dalam penjabaran itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti tujuan pendidikan nasional, tujuan pendidikan dasar dan menengah, standar nasional pendidikan, standar pendidikan nasional, teori belajar dan membelajarkan, bahasa, ilustrasi, serta halhal yang berkaitan dengan desain buku teks pelajaran. Selain itu, perlu diperhatikan pula kurikulum satuan pendidikan terkait dengan buku teks pelajaran yang akan disusun. Penelitian ini menganalisis kesalahan berbahasa pada buku pelajaran, maka yang dijabarkan di sini hanya kaidah bahasa dalam menyusun buku teks pelajaran. Dalam menulis buku teks pelajaran, penulis harus menggunakan tata bahasa yang baku dari sumber-sumber resmi, seperti Ejaan Baku Bahasa Indonesia serta Pembentukan Istilah dalam Bahasa Indonesia, yang diterbitkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40 oleh Departemen Pendidikan Nasional melalui Pusat Bahasa. Sitepu (2012:111) menegaskan bahwa kesalahan pemakaian kaidah bahasa dalam buku teks pelajaran harus dihindari karena siswa menggunakan buku itu sebagai sumber utama dan rujukan dalam belajar dan menganggap isi buku itu luput dari berbagai kesalahan termasuk kesalahan kaidah bahasa. Kaidah bahasa yang perlu diperhatikan, yaitu kelengkapan kalimat, susunan kata, dan penulisan ejaan. a. Kelengkapan kalimat Kalimat merupakan rangkaian kata yang menunjukkan pikiran dan bermakna lengkap, setidak-tidaknya memiliki pokok kalimat (subjek) dan sebutan (predikat). Kalimat yang semakin panjang, semakin memerlukan keteraturan dalam penyusunannya. Penggunaan kalimat yang sederhana/pendek atau kompleks/panjang tidak hanya tergantung pada makna yang hendak disampaikan, tetapi juga pada karakteristik sasaran pembacanya. Selain menggunakan kaidah bahasa yang benar, dalam menyusun kalimat perlu pula diperhatikan penggunaan kata ganti atau keterangan yang dapat membuat kalimat bermakna ganda dan membingungkan. b. Susunan kata Bahasa Indonesia menggunakan hukum DM (Diterangkan dan Menerangkan) dalam menyusun kata. Artinya, kata yang pertama disebutkan diterangkan oleh kata berikutnya, atau kata yang di belakang menerangkan kata di depannya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41 c. Penulisan ejaan Penulisan ejaan juga memiliki aturan yang perlu diperhatikan dengan baik dalam menulis buku teks pelajaran. Ejaan mencakup penulisan huruf, kata, dan pemakaian tanda baca. Penulisan huruf termasuk di dalamnya pemakaian huruf kapital (huruf besar) dan huruf miring. Penulisan kata termasuk penulisan kata majemuk, kata depan, dan kata ulang. d. Pilihan kata Kata-kata yang dipakai dalam penulisan buku teks pelajaran hendaknya yang sudah biasa dipakai dan dipahami dengan baik oleh siswa. Kata-kata baru seperti istilah dalam bidang ilmu tertentu tidak bisa dihindari, sehingga perlu dijelaskan lebih lengkap agar siswa dapat memahaminya dengan baik. e. Gaya bahasa Gaya bahasa turut memengaruhi ketepatan dan kemudahan pemahaman siswa memelajari bahan pelajaran. Gaya bahasa dalam buku teks pelajaran didasarkan pada ciri ilmiah sesuai dengan sifat isi buku teks pelajaran. Gaya bahasa untuk tulisan ilmiah adalah langsung, tidak berbelit-belit, objektif, efisien, dan efektif. Dalam penulisan buku teks pelajaran, pemilihan gaya bahasa bergantung pada isi dan tujuan pesan yang akan disampaikan serta kemampuan berbahasa siswa. Teori yang dikemukakan oleh Sitepu (2012) ini menjadi dasar untuk melakukan analisis kesalahan berbahasa dalam buku teks pelajaran. Kesalahan berbahasa yang akan analisis dibatasi dalam kesalahan ejaan dan kalimat saja. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2007:6). Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif karena bermaksud memahami dan menemukan kesalahan kalimat dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar kelas VI dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Penelitian ini juga dapat dikategorikan sebagai penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif menurut Arikunto (2000:309) adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif biasanya hanya melibatkan variabel tunggal, tidak mengungkapkan hubungan antarvariabel. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan menguji hipotesis. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif karena hanya akan mengetahui tentang gejala yang ada tanpa pengujian hipotesis. Penelitian ini juga dikategorikan sebagai penelitian deskriptif karena ingin 42 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43 menggambarkan apa adanya tentang kesalahan berbahasa dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI. B. Sumber Data dan Data Penelitian Sumber data adalah tempat, orang atau benda di mana peneliti dapat mengamati, bertanya atau membaca tentang hal-hal yang berkenaan dengan variabel yang diteliti (Arikunto, 2000:130—131). Sumber data dalam penelitian ini adalah buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI. Sumber data berupa bukudan majalah ilmiah, termasuk penerbitan resmi pemerintah tergolong dalam sumber tertulis dalam penelitian (Moleong, 2007). Data merupakan hasil pencatatan peneliti tentang objek penelitian. Data penelitian kualitatif berupa kata-kata, tindakan (Soewandi, 2007). Data penelitian ini berupa kata-kata, yaitu kalimat-kalimat dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI yang mengandung kesalahan. Data dalam penelitian ini diperoleh dari sumber tertulis. Buku pelajaran Bahasa Indonesia yang diteliti berjudul Bahasa Indonesia: untuk Kelas 6 SD/MI yang disusun oleh Sukini Iskandar dan diterbitkan tahun 2008 oleh Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Buku teks pelajaran ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasioal Pendidikan dan telah ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 34 Tahun 2008. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44 C. Teknik Pengumpulan Data Data penelitian ini berupa kata-kata yang diperoleh dari sumber tertulis. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka. Teknik pustaka adalah teknik yang menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data (Subroto, 1992: 42). Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam beberapa langkah, yaitu sebagai berikut. 1. Peneliti mencari sumber data yang akan diteliti, yaitu buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI. 2. Setelah sumber data ditemukan, peneliti membaca sumber data dengan cermat. 3. Peneliti menandai kata dan kalimat yang mengandung kesalahan dengan melingkari dan memberi kode atau keterangan sesuai jenis kesalahannya. 4. Peneliti mencatat dan mengumpulkan semua data yang diperoleh. D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri. Menurut Moleong (2007:168), yang dimaksud dengan peneliti sendiri atau manusia sebagai instrumen penelitian adalah peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksanaan pengumpulan data, analis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 E. Teknik Analisis Data Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan untuk mengorganisasikan data, mengolahnya menjadi satuan-satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan yang penting dan dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Bogdan dan Biklen, 1982 via Moleong, 2007). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analitik. Cara kerja teknik analitik mula-mula dengan menyusun data yang telah dikumpulkan. Data yang sudah dipilih kemudian diidentifikasi lalu dianalisis (Surakhmad, 1990:140). Setelah data terkumpul, langkah berikutnya adalah mengklasifikasi dan menganalisis data tersebut. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Mengidentifikasi kesalahannnya berdasarkan kriteria analisis kesalahan berbahasa. a. Kesalahan ejaan dianalisis dengan mengggunakan pedoman ejaan yang disempurnakan. b. Kesalahan ejaan dianalisis berdasarkan kelengkapan unsur, urutan unsur, ketidaklogisan kalimat, keambiguan kalimat, penggunaan konjungsi yang berlebihan, kata tanya yang tidak perlu, pilihan kata, dan pemborosan kata. 2. Mengklasifikasi atau mengelompokkan kalimat yang mengandung kesalahan sesuai jenis kesalahan memberikan alternatif pembetulan. masing-masing, kemudian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 3. Mendeskripsikan jenis-jenis kesalahan berbahasa yang ditemukan dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Data penelitian ini berasal dari buku teks pelajaran Bahasa Indonesia yang berjudul Bahasa Indonesia: untuk Kelas 6 SD/MI yang disusun oleh Sukini & Iskandar. Buku ini diterbitkan tahun 2008 oleh Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Buku teks pelajaran ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasioal Pendidikan dan telah ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 34 Tahun 2008. Data yang dikumpulkan berupa kalimat-kalimat yang mengandung kesalahan ejaan dan kalimat. Data yang terkumpul berjumlah 118 kalimat. Berdasarkan langkah-langkah penelitian pada bab III, peneliti akan menyajikan data yang terkumpul mengenai kesalahan berbahasa bidang ejaan dan sintaksis yang terdapat dalam buku teks pelajaran Bahasa Indonesia. Kesalahan ejaan yang dianalisis meliputi pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemekaian tanda baca, sedangkan kesalahan bidang sintaksis yang diteliti khusus pada tataran kalimat. B. Analisis Data Kesalahan berbahasa yang akan dibahas adalah kesalahan ejaan dan kesalahan kalimat. Untuk menjawab kesalahan ejaan dan kalimat apa sajakah 47 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48 yang terdapat dalam buku pelajaran berjudul Bahasa Indonesia: untuk Kelas VI SD/MI yang disusun oleh Sukini & Iskandar, data dianalisis berdasarkan jenis kesalahannya. 1. Kesalahan Ejaan Kesalahan ejaan yang dimaksud adalah penggunaan ejaan yang tidak sesuai dengan pedoman. Kesalahan-kesalahan yang ditemukan dalam buku pelajaran berjudul Bahasa Indonesia: untuk Kelas VI SD/MI yang disusun oleh Sukini & Iskandar meliputi pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca. Berikut akan dipaparkan beberapa contoh kesalahan ejaan yang ditemukan beserta dengan pembetulannya. a. Pemakaian huruf Contoh kesalahan pemakaian huruf adalah sebagai berikut. (1) Melalui Gerakan Hemat Listrik, masyarakat disadarkan dan diajak untuk membudayakan perilaku hemat dalam mengkonsumsi listrik. (hlm. 22) (2) Acara ini diprakrarsai oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), PT. PLN (Persero) dan PT. Energy Management Indonesia (EMI). (hlm. 22) (3) Amanat sebuah cerita dapat dirumuskan setelah pembaca menemukan temannya. (hlm. 3) Ketiga kalimat di atas memiliki kesalahan ejaan. Kesalahan ejaan yang terdapat dalam ketiga kalimat di atas adalah kesalahan pemakaian huruf. Kesalahan yang ada dalam kalimat (1) terletak dalam kata mengkonsumsi. Kata dasar dari kata mengkonsumsi adalah konsumsi. Huruf k dalam kata konsumsi akan luluh apabila mendapatkan awalan me-, sehingga bentuknya menjadi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49 mengonsumsi. Dengan demikian, bentuk yang benar dalam kalimat (1) adalah sebagai berikut. (1a) Melalui Gerakan Hemat Listrik, masyarakat disadarkan dan diajak untuk membudayakan perilaku hemat dalam mengonsumsi listrik. Kalimat (2) kesalahannya ada pada kata diprakrarsai. Kesalahannya adalah kelebihan satu huruf r, sebab kata yang dimaksud adalah diprakarsai yang merupakan bentuk pasif dari memprakarsai. Bentuk dasar dari diprakarsai adalah prakarsa, bukan prakrarsa. Kalimat (2) akan menjadi benar jika penulisannya sebagai berikut. (2a) Acara ini diprakarsai oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), PT. PLN (Persero), dan PT. Energy Management Indonesia (EMI). Dalam kalimat (3) juga terdapat kesalahan pemakaian huruf, yaitu kelebihan satu huruf n pada penulisan kata temanya. Penulisan kata dalam kalimat (3) adalah penulisan kata temannya. Dalam kalimat tersebut temannya berarti teman dia, sedangkan yang dimaksud dalam kalimat tersebut adalah tema bukan teman. Bentuk dasar tema yang mendapat akhiran -nya bentuknya menjadi temanya bukan temannya. Kalimat yang benar adalah sebagai berikut. (3a) Amanat sebuah cerita dapat dirumuskan setelah pembaca menemukan temanya. b. Pemakaian huruf kapital dan huruf miring Berikut contoh kesalahan pemakaian huruf kapital dan huruf miring yang ditemukan dalam penelitian. (4) Melalui Klinik Hemat Listrik Masyarakat diperkenankan memilih peralatan rumah tangga hemat listrik hingga tips sederhana mengenai penghematan listrik di rumah tangga. (hlm. 23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50 (5) Dekat rental yang di prapatan warung bang Rusmar Pak. (hlm. 34) (6) Dalam pertemuan ini tim EKKT melaporkan kepada Presiden tentang hasil evaluasi mereka selama hampir dua bulan. (hlm. 98) (7) Mei ingin bantu dia, tapi nggak tahu gimana caranya. (hlm. 84) Kalimat (4) mengandung kesalahan pemakaian huruf kapital. Kesalahan pemakaian huruf kapital itu terletak pada kata Masyarakat. Kata Masyarakat dalam kalimat di atas diawali dengan huruf kapital. Hal itu tidak benar karena kata Masyarakat menduduki fungsi subjek yang terpisah dengan dengan keterangan Melalui Klinik Hemat Listrik. Untuk itu, penulisan kata yang benar tidak diawali dengan huruf kapital. Kalimat (4) menjadi benar bila ditulis menjadi sebagai berikut. (4a) Melalui Klinik Hemat Listrik, masyarakat diperkenankan memilih peralatan rumah tangga hemat listrik hingga tips sederhana mengenai penghematan listrik di rumah tangga. Dalam kalimat (5) terdapat dua jenis kesalahan, yaitu kesalahan pemakaian huruf kapital dan huruf miring. Kesalahan pemakaian huruf kapital terdapat dalam kata bang. Kata bang merupakan kata sapaan untuk Rusmar sehingga penulisannya harus diawali dengan huruf kapital menjadi Bang Rusmar. Kesalahan pemakaian huruf miring dalam kalimat tersebut terdapat dalam kata prapatan. Kata prapatan merupakan kata dari bahasa Jawa sehingga penulisannya harus dicetak miring. Jadi, kalimat yang benar adalah sebagai berikut. (5a) Dekat rental yang di prapatan warung Bang Rusmar, Pak. Alternatif lain jika tidak dicetak miring, prapatan harus ditulis dalam bahasa Indonesia menjadi perempatan. Kalimatnya menjadi seperti berikut. (5b) Dekat rental yang di perempatan warung Bang Rusmar, Pak. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51 Kata Presiden dalam kalimat (6) tidak diikuti dengan nama orang, instansi, atau tempat sehingga penulisannya tidak perlu menggunakan huruf kapital. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang diikuti nama orang, instansi, atau tempat. Jadi, penulisan yang benar adalah sebagai berikut. (6a) Dalam pertemuan ini, tim EKKT melaporkan kepada presiden tentang hasil evaluasi mereka selama hampir dua bulan. Kalimat (7) memiliki kesalahan pemakaian huruf miring. Kata enggak, bantu, dan gimana dalam kalimat (3) merupakan kata yang tidak baku di dalam bahasa Indonesia. Kata-kata tersebut hanya bisa digunakan dalam ragam bahasa lisan. Bentuk yang baku dari kata bantu , enggak, dan gimana adalah membantu, tidak, dan bagaimana. Jika ingin mempertahankan bentuk tersebut, kata-kata tersebut harus ditulis dengan menggunakan huruf miring. Penulisan kalimat (7) dengan ejaan yang benar adalah sebagai berikut. (7a) Mei ingin bantu dia, tapi nggak tahu gimana caranya. (7b) Mei ingin membantu dia (membantunya), tapi tidak tahu bagaimana caranya. c. Penulisan kata Contoh kesalahan ejaan dalam penulisan kata yang ditemukan adalah sebagai berikut. (8) 10 kg buah jarak dikukus selama satu jam kemudian diblender. (hlm. 58) (9) Kotoran sebanyak itu bisa diperoleh dari kira-kira 4 ekor sapi. (hlm. 58) (10) Uang yang hendak kamu kirim sebesar Rp 25.000,00. (hlm. 62) (11) Ia merayap ke luar dari lubang itu sambil meneteskan air mata.(hlm. 130) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52 (12) Aku mengerti masalah yang sedang kau hadapi. (hlm.136) Kalimat (8) dan (9) mengandung kesalahan dalam penulisan lambang bilangan. Awal kalimat tidak boleh diawali dengan angka. Lambang bilangan yang terletak pada awal kalimat harus ditulis dengan hurus atau kalimatnya diubah sehingga lambang bilangannya tidak berada di awal kalimat. Selain itu, lambang bilangan yang dapat ditulis dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf. Ada dua alternatif pembetulan untuk kalimat (8) sebagai berikut. (8a) Sepuluh kilogram buah jarak dikukus selama satu jam kemudian diblender. (8b) Buah jarak sebanyak sepuluh kilogram dikukus selama satu jam kemudian diblender. Kalimat (9) yang benar adalah sebagai berikut. (9a) Kotoran sebanyak itu bisa diperoleh dari kira-kira empat ekor sapi. Kalimat (10) masih salah dalam penulisan lambang bilangan. Satuan mata uang hendaknya ditulis rapat dengan jumlah atau nilai mata uangnya. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak menimbulkan salah penafsiran atau salah baca, terutama ketika berada di akhir baris satuan mata uangnya biasanya akan terpisah dari nilai mata uang yang bersangkutan. Dengan demikian, kalimat yang benar adalah sebagai berikut. (10a) Uang yang hendak kamu kirim sebesar Rp25.000,00. Kesalahan penulisan kata dalam kalimat (11) terdapat pada penulisan kata ke luar. Keluar merupakan kata dasar sehingga penulisannya harus dirangkai. Ke dalam kata keluar bukan merupakan kata depan, tetapi merupakan bagian dari kata dasar keluar sehingga penulisannya tidak dipisah menjadi ke luar tetapi dirangkai menjadi keluar. Kalimat yang benar adalah sebagai berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53 (11a) Ia merayap keluar dari lubang itu sambil meneteskan air mata. Kalimat (12) juga mengandung kesalahan penulisan kata. Kesalahan penulisan kata dalam kalimat (12) terdapat pada kata kau hadapi. Kata ganti kau dan ku selalu ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Untuk itu, bentuk kata yang benar adalah kauhadapi. Pembetulan ejaan dalam kalimat (12) adalah sebagai berikut. (12a) Aku mengerti masalah yang sedang kauhadapi. d. Penulisan unsur serapan Contoh kesalahan penulisan unsur serapan adalah sebagai berikut. (13) Aku paling suka musik pop yang slow dan bikin rileks, seperti musik Jepang yang mengalir lembut. (hlm. 17) (14) Drama berisi dialog antara beberapa tokoh disertai akting yang sesuai dengan petunjuk pemeranan. (hlm. 105) Kalimat (13) mengandung kesalahan dalam penulisan unsur serapan. Unsur serapan yang dipakai dalam kalimat (13) berasal dari kata dalam bahasa Inggris, yaitu kata slow. Kata slow berarti lambat atau lamban. Dalam hal ini yang dimaksud adalah, musik yang mengalun lembut secara perlahan-lahan. Kata slow belum diserap dan disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia, sehingga penulisannya harus dicetak miring. (13a) Aku paling suka musik pop yang slow dan bikin rileks, seperti musik Jepang yang mengalir lembut. Kalimat (14) menggunakan kata serapan dari bahasa Inggris. Kata serapan yang digunakan adalah kata acting. Penulisan kata akting dalam kalimat (14) tidak benar sebab dalam bahasa Indonesia belum ada kata akting. Dengan kata PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54 lain, bahasa Indonesia belum mengadopsi kata acting untuk disesuaikan ejaannya. Oleh karena itu, penggunaan kata akting dalam kalimat (14) tidak benar. Yang benar adalah ditulis dengan ejaan asli bahasa Inggris acting yang dicetak miring atau dengan menggunakan kata dalam bahasa Indonesia yang bermakna sama dengan kata acting. pembetulan ejaan dalam kalimat (14) adalah sebagai berikut. (14a) Drama berisi dialog antara beberapa tokoh disertai acting yang sesuai dengan petunjuk pemeranan. e. Pemakaian tanda baca Contoh kesalahan ejaan dalam pemakaian tanda baca yang ditemukan adalah sebagai berikut. (15) Walaupun suka menyanyi dan main biola, aku belum tahu kalau sudah besar mau jadi apa? (hlm. 16) (16) “Rama memaafkan kau, Loreng. Tapi kau harus dihukum atas kesalahan yang telah kau lakukan.” kata Rama Harimau. (hlm. 18) (17) Minyak bumi dapat diolah jadi bensin, solar, parafin dan lain-lain. (hlm. 24) (18) Tunjukkanlah bagian-bagian surat resmi di atas. (hlm. 121) (19) Saat ini tercatat 48 orang dirawat, 40 di antaranya pasien berusia anak-anak (hlm. 126) (20) Kepekaan lingkungan yang dibutuhkan mudah saja yaitu membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya dan memungut sampah semampunya. (hlm. 128) Kesalahan pemakaian tanda baca pada kalimat (15) terdapat pada tanda baca di akhir kalimat. Kalimat (15) di atas diakhiri dengan tanda tanya (?). Hal tersebut tidak tepat karena kalimat (15) bukan merupakan kalimat tanya. Kalimat (15) adalah kalimat berita yang seharusnya diakhiri dengan tanda baca titik (.). Pembetulan kalimat (15) adalah sebagai berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55 (15a) Walaupun suka menyanyi dan main biola, aku belum tahu kalau sudah besar mau jadi apa. Dalam kalimat (16) terdapat kesalahan pemakaian tanda baca titik pada kalimat langsung yang diucapkan Rama Harimau. Kalimat langsung yang ditandai dengan diapit oleh tanda petik (“....”) diakhiri dengan tanda koma, selain kalimat tanya dan kalimat seruan. Pembetulan kalimatnya adalah sebagai berikut. (16a) “Rama memaafkan kau, Loreng. Tapi kau harus dihukum atas kesalahan yang telah kau lakukan,” kata Rama Harimau. Kalimat (17) memiliki kesalahan pemakaian tanda baca pada perincian hasil olahan minyak bumi. Dalam menyebutkan perincian seharusnya selalu dibubuhi tanda koma (,). (17a) Minyak bumi dapat diolah jadi bensin, solar, parafin, dan lain-lain. Dalam kalimat (18) terdapat kesalahan penggunaan tanda baca yang dipakai di akhir kalimat. Tanda baca yang dipakai dalam kalimat (18) adalah tanda titik (.), padahal kalimatnya bermakna memerintah. Karena kalimat (18) merupakan kalimat perintah, tanda baca yang harus dipakai untuk mengakhiri kalimat tersebut adalah tanda seru (!). perbaikan kalimat (18) adalah sebagai berikut. (18a) Tunjukkanlah bagian-bagian surat resmi di atas! Kalimat (19) mengandung kesalahan tanda baca yang fatal. Ciri sebuah kalimat salah satunya adalah diakhiri dengan tanda baca yang menunjukkan adanya insi final. Kalimat (19) bukan kalimat yang baik karena tidak diakhiri tanda baca apapun. Agar menjadi sebuah kalimat yang benar, kalimatnya harus PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56 ditandai dengan tanda baca akhir. Karena kalimat (19) merupakan kalimat berita, harus diakhiri dengan tanda titik (.). kalimat (19) yang benar adalah sebagai berikut. (19a) Saat ini tercatat 48 orang dirawat, 40 di antaranya pasien berusia anak-anak. Kesalahan pemakaian tanda baca juga terdapat dalam kalimat (20). Kalimat yang di dalamnya menggunakan kata yaitu, yakni, atau misalnya selalu didahului dengan tanda koma (,). (20a) Kepekaan lingkungan yang dibutuhkan mudah saja, yaitu membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya dan memungut sampah semampunya. 2. Kesalahan kalimat Penelitian ini juga meneliti kesalahan kalimat. Berikut akan dipaparkan beberapa contoh kesalahan kalimat berikut dengan pembetulannya. a. Kesalahan kekurangan unsur kalimat Kesalahan kekurangan unsur kalimat meliputi kekurangan unsur subjek, predikat, objek, keterangan, dan pelengkap. Berikut contoh kesalahan kekurangan unsur kalimat yang ditemukan dalam penelitian. (21) Terbang menjauh dan mencari mangsa lainnya. (hlm. 2) P (22) Untuk memasak di dapur juga membutuhkan kompor yang K P dinyalakan dengan sumber tenaga minyak tanah atau gas. (hlm. 24) O (23) Setelah itu diperas hingga minyaknya keluar. (hlm. 58) K P (24) Tetapi ada keasyikan tersendiri dalam memainkan biola. (hlm. 16) K (25) Namun mereka semua menggeleng. (hlm. 130) K PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57 (26) Terkadang sampai berkilo-kilo meter. (hlm. 135) K Kalimat (21) tidak mempunyai subjek. Kalimatnya hanya tersusun atas unsur predikat saja. Kekurangan unsur subjek mengakibatkan tidak jelas siapa yang terbang menjauh dan mencari mangsa lainnya. Agar menjadi sebuah kalimat yang benar, perlu ditambahkan subjek. Subjek yang mungkin untuk ditambahkan dalam kalimat tersebut adalah seekor burung sekaligus sebagai predator. Pembetulan kalimat (21) adalah sebagai berikut. (21a) Elang terbang menjauh dan mencari mangsa lainnya. S P Dengan ditambahkannya Elang sebagai unsur S, kalimat tersebut menjadi jelas siapa yang terbang menjauh dan mencari mangsa lainnya. Kalimat (22) merupakan kalimat yang tidak bersubjek. Kalimatnya hanya terdiri atas unsur K P dan O. Tidak adanya unsur S membuat kalimat tidak jelas siapa yang membutuhkan kompor. Untuk memasak di dapur bukan merupakan subjek karena tidak menjawab pertanyaan siapa yang membutuhkan kompor. Kalimat (22) akan menjadi benar jika ditambahkan subjek, seperti kita, saya, atau kata ganti orang yang lain. Jadi, kalimat yang benar adalah sebagai berikut. (22a) Untuk memasak di dapur, kita juga membutuhkan kompor yang K S P dinyalakan dengan sumber tenaga minyak tanah atau gas. O Penambahan kata kita sebagai unsur subjek, pembaca dapat mengetahui secara jelas bahwa yang membutuhkan kompor adalah kita. Selain dengan menambahkan kata kita sebagai unsur subjek, kalimat (22) dapat diubah menjadi bentuk pasif. Pemasifannya dapat dilakukan dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58 mengubah predikatnya menjadi bentuk pasif, yaitu dibutuhkan. Jika dipasifkan, kalimatnya menjadi seperti berikut. (22b) Untuk memasak di dapur juga dibutuhkan kompor yang dinyalakan K P dengan sumber tenaga minyak tanah atau gas. S Dengan diubah menjadi kalimat pasif, pembaca dapat mengetahui bahwa kompor yang dinyalakan juga dibutuhkan untuk memasak. Kalimat (23) hanya terdiri atas unsur K dan P. Kekurangan unsur subjek dalam kalimat membuat tidak jelas apa yang diperas hingga minyaknya keluar. Setelah itu dalam kalimat (23) bukan merupakan unsur subjek karena tidak dapat menjawab pertanyaan apa yang diperas hingga minyaknya keluar. Kelompok kata setelah itu merupakan unsur keterangan kalimat. Agar kalimatnya menjadi benar, perlu ditambahkan subjek dalam kalimat tersebut. Pembetulan kalimat (23) adalah sebagai berikut. (23a) Setelah itu, hasilnya diperas hingga minyaknya keluar. K S P Dengan ditambahkannya kata hasilnya sebagai subjek, pembaca dapat mengetahui secara jelas bahwa apa yang diperas hingga minyaknya keluar adalah hasinya. Kalimat (24) dan (25) sama sama kekurangan unsur subjek dan predikat. Kalimatnya hanya terdiri atas unsur keterangan saja. Hal itu dapat dilihat dari adanya unsur keterangan yang ditandai dengan kata penghubung di awal kalimat. Kalimat (24) dan (25) akan menjadi benar jika kata penghubung dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59 kedua kalimat tersebut dipisahkan dengan tanda koma (,). Kalimat (24) yang benar adalah sebagai berikut. (24a) Akan tetapi, ada keasyikan tersendiri dalam memainkan biola. S P Kata tetapi tidak dapat mengawali sebuah kalimat karena merupakan kata penghubung setara (konjungsi koordinatif). Agar dapat menempati posisi di awal kalimat dan menjadi penghubung antarkalimat, tetapi dapat diubah menjadi akan tetapi. Dengan dtambahkannya tanda koma (,) di belakang akan tetapi, kelompok kata ada keasyikan sendiri menjadi subjek dan kelompok kata dalam memainkan biola menjadi predikat, sedangkan akan tetapi menjadi penghubung antarkalimat yang disebut dengan kohesi. Demikian juga untuk kalimat (25). Kalimat yang benar adalah sebagai berikut. (25a) Namun, mereka semua menggeleng. S P Dengan ditambahkannya kata penghubung namun, kelompok kata mereka menjadi subjek dan kata menggeleng menjadi predikatnya, sedangkan namun merupakan kohesi. Kalimat (26) juga termasuk kalimat yang tidak lengkap. Kalimatnya hanya terdiri atas unsur keterangan saja. Supaya kalimatnya menjadi benar, perlu ditambahkan subjek dan predikat dalam kalimat tersebut. Pembetulan kalimatnya adalah sebagai berikut. (26a) Terkadang, ia terbang sampai berkilo-kilo meter. K S P K Dengan menambahkan ia sebagai subjek dan terbang sebagai predikat, kalimat tersebut menjadi lengkap. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60 b. Kesalahan urutan unsur kalimat Dalam buku Bahasa Indonsia: untuk Kelas VI SD/MI karangan Sukini & Iskandar tidak ditemukan kesalahan urutan unsur kalimat. Ada beberapa kalimat yang terasa janggal dan tidak benar susunan unsur-unsurnya. Berikut diberikan contoh kalimat tersebut. (27) Halte atau dermaga penumpang itu saat ini tengah dibangun. (88) S K P (28) Memungut sampah sekilas merupakan kegiatan sepele. (hlm. 128) S K P Kalimat (27) tersusun atas unsur subjek, keterangan, dan predikat. Sekilas, kalimat di atas terasa janggal karena susunan unsur-unsurnya tak lazim, yaitu adanya unsur keterangan di antara subjek dan predikat. Sebenarnya, penyusunan kalimat dengan urutan unsur seperti itu dibenarkan secara gramatikal. Namun, agar tidak menimbulkan salah penafsiran, sebaiknya keterangan tersebut dipisahkan dari bagian kalimat lainnya dengan tanda koma (,). Kalimatnya menjadi seperti berikut. (27a) Halte atau dermaga penumpang itu, saat ini, tengah dibangun. S K P Selain itu dapat pula keterangan saat ini diletakkan di awal atau di akhir kalimat. (27b) Saat ini, halte atau dermaga penumpang itu tengah dibangun. K S P (27c) Halte atau dermaga penumpang itu tengah dibangun saat ini. S P K Kalimat (28) tersusun atas unsur subjek, keterangan, dan predikat. Sama dengan kalimat (27). Letak keterangan yang berada di antara unsur subjek dan predikat terasa janggal. Namun, agar tidak menimbulkan salah baca dan penafsiran, keterangan tersebut harus diapit dengan tanda koma (,). Selain itu, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61 dapat pula unsur keterangannya ditempatkan di awal kalimat. Kalimatnya menjadi seperti berikut. (28a) Memungut sampah, sekilas merupakan kegiatan sepele. S K P (28b) Sekilas, memungut sampah merupakan kegiatan sepele. K S P c. Kalimat yang tidak logis Contoh kesalahan kalimat yang berupa kalimat yang tidak logis adalah sebagai berikut. (29) Seperti mematikan lampu saat tidak digunakan sehingga menggunakan listrik secara bijak saat memainkan playstation maupun televisi. (hlm. 23) (30) Minyak bumi dapat dibakar untuk mengeluarkan energi panas dengan cara yang sama seperti batu bara. (hlm. 24) (31) Sedikitnya 40 kepala keluarga di desa tersebut kini tidak bisa ke luar rumah. (hlm. 68) (32) PT Kereta api Indonesia (KAI) saat ini tengah mengkaji rencana penghapusan kereta api kelas ekonomi menjadi kereta api lokal ber-AC. (hlm. 91) (33) Setiap operator transportasi akan diberikan waktu transisi selama enam bulan. (hlm. 92) Kalimat (29) termasuk kalimat yang tidak logis. Mengapa? Karena antara klausa satu dengan klausa yang lain tidak ada hubungannya. Kata penghubung sehingga menjadi ciri adanya hubungan sebab akibat antara dua klausa dalam kalimat tersebut. Namun, hal itu tidak terlihat dalam kalimat di atas. Kedua klausa dalam kalimat tersebut tidak menjadi penyebab maupun akibat dari klausa yang lain. Kalimat (29) dapat dibetulkan menjadi sebagai berikut. (29a) Mematikan lampu saat tidak digunakan merupakan contoh penggunaan listrik secara bijak. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62 Kalimat (30) adalah kalimat yang tidak logis. Kalimat di atas menunjukkan bahwa yang sama antara pembakaran minyak bumi dan batu bara adalah sama. Sementara kita tahu bahwa minyak bumi itu berbentuk cair, sedangkan batu bara itu berbentuk padat. Jadi keduanya memiliki cara berbeda dalam pembakarannya. Yang sama antara keduanya adalah minyak bumi dan batu bara sama-sama dapat dibakar dan mengeluarkan energi panas, bukan cara pembakarannya. Pembetulan kalimatnya adalah sebagai berikut. (30a) Minyak bumi dapat dibakar untuk mengeluarkan energi panas sama seperti batu bara. Kalimat (31) termasuk kalimat yang tidak logis. Ketidaklogisan kalimat (31) terdapat pada frasa 40 kepala keluarga. Jika diperhatikan, kalimat tersebut hanya mengatakan bahwa hanya kepala keluarga tidak bisa keluar rumah, sedangkan yang dimaksud dalam kalimat tersebut adalah seluruh anggota keluarga. Kalimat yang benar adalah sebagai berikut. (31a) Sedikitnya 40 keluarga di desa tersebut, kini tidak bisa keluar rumah. Dengan dihilangkannya kata kepala, kalimat tersebut menjadi jelas bahwa yang tidak dapat keluar dari rumah sebanyak 40 keluarga. Kalimat (32) juga merupakan kalimat yang tidak logis. Ketidaklogisannya terdapat pada kata penghapusan dan menjadi. Kata penghapusan mengandung arti bahwa kebijakan yang ada sudah tidak akan digunakan lagi. Akan tetapi, di bagian lain kalimat itu menggunakan kata menjadi yang mengandung makna bahwa kebijakan itu tidak dihapus hanya diganti saja. Untuk itu, kalimat (32) perlu diperbaiki agar maksud yang diinginkan dapat diterima oleh pembaca dengan jelas. Pembetulan kalimatnya adalah sebagai berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63 (32a) PT Kereta api Indonesia (KAI) saat ini tengah mengkaji rencana penghapusan kereta api kelas ekonomi. (32b) PT Kereta api Indonesia (KAI) saat ini tengah mengkaji rencana pengubahan kereta api kelas ekonomi menjadi kereta api lokal berAC. Kalimat (33) merupakan kalimat yang tidak logis. Ketidaklogisan kalimat (33) dapat dilihat dari predikatnya, yaitu diberikan. Kalimat tersebut menunjukkan bahwa hal yang diberikan adalah operator. Hal itu tidak logis karena yang bisa diberikan adalah sesuatu, bukan seseorang. Kalimatnya menjadi logis apabila akhiran –kan pada kata diberikan dihilangkan. Kalimatnya akan menjadi sebagai berikut. (33a) Setiap operator transportasi akan diberi waktu transisi selama enam bulan. Dengan dihilangkannya akhiran –kan pada kata diberikan, kalimat menjadi logis. Yang diberikan adalah waktu transisi, sedangkan yang diberi adalah operator. Selain dengan menghilangkan akhiran –kan pada kata diberikan, kalimat dapat diperbaiki dengan menukarkan posisi antara setiap operator transportasi dan waktu transisi selama enam bulan. (33b) Waktu transisi selama enam bulan akan diberikan kepada setiap operator transportasi d. Kalimat yang ambigu Kalimat yang ambigu juga ditemukan dalam penelitian ini. Berikut dipaparkan beberapa contoh kesalahannya. (34) Negara lain yang memasok minyak bumi ke seluruh dunia termasuk Indonesia. (hlm. 24) (35) Rina diharuskan membayar biaya langganan majalah itu selama setahun. (hlm. 60) (36) Terdengar teriakan anak-anak kecil Roib tidak peduli. (hlm. 34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64 Ketiga kalimat di atas termasuk kalimat yang ambigu atau bermakna ganda. Dalam kalimat (34) terdapat dua makna yang terdapat dalam kalimat tersebut. Makna-makna yang terdapat dalam kalimat tersebut adalah sebagai berikut. (a) Indonesia termasuk negara yang memasok minyak bumi. (b) Indonesia yang mendapatkan pasokan minyak bumi. Agar tidak terjadi salah penafsiran oleh pembaca, kalimatnya harus diperbaiki. Perbaikan kalimatnya adalah sebagai berikut. (35a) Indonesia termasuk negara yang memasok minyak bumi ke seluruh dunia. (35b) Indonesia termasuk negara yang mendapatkan pasokan minyak bumi dari negara lain. Kalimat (34a) mengandung makna bahwa Indonesia merupakan salah satu Negara pemasok minyak bumi ke seluruh dunia. Lain halnya dengan kalimat (34b). Kalimat (34b) menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang mendapat pasokan minyak bumi dari negara lain. Negara lain yang dimaksudkan dapat dari negara di seluruh dunia ini. Kalimat (35) salah karena mengabungkan dua kaidah yang bersilangan, yaitu kalimat pasif dan kalimat aktif. Hal itu dapat dilihat dari jenis kata kerja yang digunakan dalam kalimat tersebut. Yang membuat ambigu kalimat tersebut adalah kelompok selama setahun. Selama setahun yang dimaksud adalah berlangganannya atau jangka waktu untuk membayarnya. Agar tidak menimbulkan salah penafsiran, kalimatnya harus diperbaiki. Kalimat yang benar adalah sebagai berikut. (35a) Rina harus membayar biaya langganan majalah itu selama setahun. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65 (35b) Rina harus membayar biaya selama setahun langganan majalah itu. Kalimat (36) merupakan kalimat yang ambigu. Makna yang akan dijelaskan dalam kalimat tersebut tidak jelas. Yang tidak jelas dalam kalimat tersebut adalah kata siapa yang tidak peduli dengan teriakan itu? Anak-anak kecil Roib atau Roib. Kalimat (36) perlu diperbaiki agar dapat dipahami dengan jelas oleh pembaca. Kalimat yang benar adalah sebagai berikut. (36a) Terdengar teriakan anak-anak kecil, Roib tidak peduli. (36b) Terdengar teriakan, anak-anak kecil Roib tidak peduli. Kalimat (36a) mengandung makna bahwa Roib-lah yang tidak peduli dengan teriakan (suara) anak-anak kecil. Berbeda dengan kalimat (36a), makna yang terdapat dalam kalimat (36b) adalah anak-anak (kecil) Roib yang tidak peduli dengan teriakan yang terdengar. e. Penggunaan konjungsi yang berlebihan Berikut contoh kalimat yang menggunakan konjungsi berlebih. (37) Sengaja supaya Dina dan Luna mendengar dan kemudian melepas pelukan itu. (hlm. 38) (38) Tetapi kita belum mengenalnya karena belum diperbanyak dan diperjualbelikan. (hlm 58) (39) Karena Einstein yang terkenal tidak akan dapat memberi jawaban ilmiah atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam buku ini karena telah meninggal dunia. (hlm. 104) Kalimat (37) menggunakan lebih dari dua kata penghubung, yaitu supaya, dan, dan kemudian. Kata supaya dan kemudian merupakan kata penghubung dalam kalimat majemuk bertingkat,sedangkan kata dan adalah kata penghubung dalam kalimat majemuk setara. Pembetulan kalimatnya adalah sebagai berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66 (37a) Sengaja supaya Dina dan Luna mendengar kemudian melepas pelukan itu. (hlm. 38) Kalimat (38) menggunakan dua konjungsi sehingga membuat kalimatnya menjadi tidak baku. Dua konjungsi yang digunakan adalah tetapi dan karena. Kedua konjungsi tersebut berbeda jenis sehingga tidak tepat jika digunakan secara bersama-sama. Tetapi merupakan kata penghubung dalam kalimat majemuk setara, sedangkan karena merupakan kata penghubung kalimat majemuk bertingkat. Oleh karena itu, lebih baik gunakan salah satu jenis saja. Untuk kalimat tersebut, yang paling tepat menggunakan konjungsi karena. Kalimat yang benar adalah sebagai berikut. (38a) Kita belum mengenalnya karena belum diperbanyak dan diperjualbelikan. (38b) Karena belum diperbanyak dan diperjualbelikan, kita belum mengenalnya. Kalimat (39) menggunakan dua kata penghubung yang sama, yaitu karena. Penggunaan dua kata penghbung itu menyebabkan kalimatnya menjadi tidak baku. Kalimat tersebut hanya terdiri atas dua anak kalimat saja, tanpa ada kalimat induk yang dapat berdiri sendiri. Kalimat (39) dapat diperbaiki menjadi seperti berikut. (39a) Einstein yang terkenal tidak akan dapat memberi jawaban ilmiah atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam buku ini karena telah meninggal dunia. Dengan dihilangkannya kata penghubung karena di awal kalimat, kalimat tersebut mempunyai satu induk kalimat dan satu anak kalimat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67 f. Pemilihan kata yang tidak tepat Dalam penelitian ini juga ditemukan kalimat yang tidak tepat dalam menggunakan pilihan kata. Contoh kalimat yang menggunakan pilihan kata yang tidak tepat adalah sebagai berikut. (40) Rama Harimau mempunyai putra namanya si Loreng. (hlm. 18) (41) Namun si Loreng tidak tahu kalau semut merah itu selamat dan mengadukan perbuatan si Loreng ke Rama Harimau. (hlm. 18) Kalimat (40) menggunakan pilihan kata yang tidak tepat. Kata namanya tidak tepat bila digunakan dalam kalimat tersebut. Kata namanya hanya cocok digunakan dalam bahasa lisan. Untuk bahasa tulis, kata namanya kurang tepat. Kata yang tepat untuk untuk menyebutkan nama dalam bahasa tulis adalah bernama. Kalimatnya menjadi seperti berikut. (40a) Rama Harimau mempunyai putra bernama si Loreng. Kata depan ke dalam kalimat (41) tidak tepat pemakaiannya. Kata depan ke digunakan sebagai keterangan tujuan. Kalimat (41) memang terdapat keterangan tujuan. Kata depan yang digunakan dalam tererangan tujuan kalimat (412) tidak tepat karena kata penghubung ke menunjukkan keterangan tujuan yang berupa tempat. Keterangan tujuan yang terdapat dalam kalimat (41) adalah partisipan, maka kata depan yang tepat untuk menunjukkan keterangan tujuan dalam kalimat (41) adalah kepada. Pembetulan kalimatnya adalah sebagai berikut. (41a) Namun si Loreng tidak tahu kalau semut merah itu selamat dan mengadukan perbuatannya kepada Rama Harimau. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68 g. Pemborosan kata Kalimat yang efektif adalah kalimat yang tidak bertele-tele atau boros dalam menggunakan kata. Berikut contoh kalimat yang boros dalam penggunaan kata. (42) Hal ini akan dapat melatih keterampilanmu dalam berbicara. (hlm.4) (43) Dahulu pesan moral disampaikan pengarang secara eksplisit, secara langsung. (hlm.3) (44) Dengan ini kami beritahukan bahwa dalam rangka meningkatkan etika peserta didik, sekolah akan mengadakan Pendidikan dan Latihan tentang etika dalam rangka memperingati ulang tahun sekolah. (hlm. 120) (45) Kelelawar, bajing, tupai, tikus, burung, dan jenis binatang reptil adalah makanan empuk buat elang. (hlm. 135) Kalimat (42) di atas termasuk contoh yang boros dalam menggunakan kata-kata. Kata akan dan dapat tidak perlu digunakan bersama-sama. Gunakan salah satu saja akan atau dapat. Jika digunakan dalam kalimat di atas, kata akan dan dapat mempunyai fungsi yang sama, yaitu untuk menerangkan predikat melatih. Kalimat tersebut akan menjadi baik, bila ditulis sebagai berikut. (42a) Hal ini akan melatih keterampilanmu dalam berbicara. (42b) Hal ini dapat melatih keterampilanmu dalam berbicara. Kalimat (43) juga merupakan kalimat yang boros dalam menggunakan kata. Kelompok kata (frasa) secara eksplisit mempunyai makna yang sama dengan frasa secara langsung. Kata eksplisit berarti langsung. Oleh karena itu, akan lebih baik jika digunakan salah satu saja, secara eksplisit atau secara langsung. Kalimatnya akan menjadi lebih baik dan tidak boros dalam menggunakan kata jika disusun menjadi sebagai berikut. (43a) Dahulu pesan moral disampaikan pengarang secara eksplisit. (43b) Dahulu pesan moral disampaikan pengarang secara langsung. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69 Kalimat (44) di atas sangat boros dalam menggunakan kata. Ada beberapa kata yang diulang penggunaannya dalam kalimat tersebut, seperti kata dalam, rangka, sekolah, dan etika. Kalimatnya pun bertele-tele, dan berputar-putar. Alangkah baiknya jika kalimat itu dibuat lebih ringkas. Pembetulan kalimat tersebut adalah sebagai berikut. (44a) Dalam rangka memperingati ulang tahun sekolah, akan diadakan pendidikan dan latihan tentang etika untuk meningkatkan etika peserta didik. Kalimat (45) di atas menggunakan dua kata benda yang sama artinya, yaitu bajing dan tupai. Keduanya adalah nama hewan yang sama. Kata tupai sering digunakan dalam bahasa Indonesia, sedangkan bajing dalam bahasa Jawa. Meskipun bajing termasuk dalam bahasa Jawa, namun sudah diadopsi ke dalam bahasa Indonesia dan ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jadi, untuk menghemat kata alangkah lebih baik jika digunakan salah satu saja. Kalimatnya menjadi sebagai berikut. (45a) Kelelawar, bajing, tikus, burung, dan jenis binatang reptil adalah makanan empuk buat elang. (45b) Kelelawar, tupai, tikus, burung, dan jenis binatang reptil adalah makanan empuk buat elang. C. Hasil Analisis Hasil analisis kesalahan berbahasa dalam buku pelajaran berjudul Bahasa Indonesia untuk Kelas VI SD/MI yang disusun oleh Sukini & Iskandar adalah sebagai berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70 1. Kesalahan ejaan Kesalahan ejaan yang ter dapat dalam buku pelajaran berjudul Bahasa Indonesia untuk Kelas VI SD/MI yang disusun oleh Sukini & Iskandar diperoleh data sebanyak 44 kesalahan, yang meliputi (1) kesalahan pemakaian huruf ada 6, (2) kesalahan pemakaian huruf kapital ada 5, (3) kesalahan pemakaian huruf miring ada 2, (4) kesalahan penulisan kata ada 16, (5) kesalahan penulisan unsur serapan ada 3, dan (6) pemakaian tanda baca ada 31. Tabel 4.1 Jumlah Kesalahan Ejaan No. Jenis Kesalahan Ejaan Jumlah 1. Pemakaian huruf 6 2. Pemakaian huruf kapital 5 3. Pemakaian huruf miring 2 4. Penulisan kata 16 5. Penulisan unsur serapan 3 6. Pemakaian tanda baca 31 Jumlah 63 2. Kesalahan kalimat Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa kesalahan kalimat yang terdapat dalam buku pelajaran berjudul Bahasa Indonesia untuk Kelas VI SD/MI yang disusun oleh Sukini & Iskandar sebanyak 57 kesalahan. Kesalahan- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71 kesalahan kalimat yang ditemukan meliputi: (1) kesalahan kekurangan unsur kalimat ada 25, (2) kalimat yang tidak logis ada tujuh, (3) kalimat yang ambigu ada enam, (4) penggunaan konjungsi yang berlebihan ada enam, (5) pemilihan kata yang tidak tepat ada tujuh, dan, (6) pemborosan kata ada empat. Tabel 4.2 Jumlah Kesalahan Kalimat No. Jenis Kesalahan Kalimat Jumlah 1. Kekurangan unsur kalimat 25 2. Kesalahan urutan unsur kalimat 0 3. Kalimat yang tidak logis 7 4. Kalimat yang ambigu 6 5. Penggunaan konjungsi yang berlebihan 6 6. Penggunaan kata tanya yang tidak perlu 0 7. Pemilihan kata yang tidak tepat 7 8. Pemborosan kata 4 Jumlah 55 D. Pembahasan Tujuan penelitian berjudul Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Buku Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI adalah untuk mendeskripsikan kesalahan ejaan dan kalimat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72 Berdasarkan analisis data telah ditemukan jenis kesalahan berbahasa pada bidang ejaan dan sintaksis. Kesalahan bidang sintaksis yang dianalisis khusus pada tataran kalimat. Kesalahan ejaan dan sintaksis yang ditemukan dalam buku teks pelajaran berjudul Bahasa Indonesia: untuk Kelas 6 SD/MI yang disusun oleh Sukini & Iskandar sebanyak 118 kesalahan. Dari ke-118 kesalahan tersebut, terdapat kesalahan ejaan sebanyak 63 dan kesalahan kalimat sebanyak 55. Pembahasa temuan itu sebagai berikut. Kesalahan ejaan yang terdapat dalam buku pelajaran berjudul Bahasa Indonesia: untuk Kelas 6 SD/MI yang disusun oleh Sukini & Iskandar tersebut ada 63 kesalahan yang terdiri atas enam kesalahan pemakaian huruf, lima kesalahan pemakaian huruf kapital, dua kesalahan pemakaian huruf miring, enam belas kesalahan penulisan kata, tiga kesalahan penulisan unsur serapan, dan 31 kesalahan pemakaian tanda baca. Jumlah kesalahan ejaan yang paling banyak ditemukan adalah kesalahan pemakaian tanda baca, yaitu sebanyak 31 kesalahan. Kesalahan pemakaian tanda baca yang ditemukan meliputi kesalahan pemakaian tanda koma (,), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda titik (.), tanda petik (“...”), dan tanda pemisah(—). Dari ke-31 kesalahan pemakaian tanda baca yang ditemukan, yang paling banyak ditemukan adalah kesalahan pemakaian tanda koma (,). Kesalahan pemakaian tanda koma (,) yang sering terjadi terdapat pada keterangan yang berada di awal kalimat tidak dipisahkan dengan tanda koma. Kesalahan ejaan terbanyak kedua adalah kesalahan penulsan kata. Ada enam belas kesalahan penulisan kata yang ditemukan dalam penelitian ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73 Kesalahan penulisan kata yang ditemukan meliputi kesalahan kesalahan penulisan lambang bilangan, penulisan kata dasar , penulisan kata ganti, penulisan singkatan, dan penulisan gabungan kata. Selain kesalahan ejaan, penelitian ini juga meneliti kesalahan kalimat. Adapun kesalahan kalimat yang ditemukan sebanyak 55. Kesalahan kalimat tersebut terdiri atas 25 kesalahan kekurangan unsur kalimat, tujuh kalimat yang tidak logis, lima kalimat yang ambigu, enam penggunaan konjungsi yang berlebihan, tujuh kesalahan pilihan kata, dan empat kesalahan pemborosan kata. Adapun kesalahan kalimat dalam urutan unsur kalimat dan penggunaan kata tanya yang tidak perlu tidak ditemukan dalam penelitian ini. Kesalahan kalimat yang paling banyak ditemukan adalah kesalahan kekurangan unsur kalimat. Dari ke-55 kesalahan kalimat, kesalahan kekurangan unsur kalimatnya ada 25, hampir setengah dari seluruh kesalahan kalimat yang ditemukan. Kesalahan kekurangan unsur kalimat yang sering terjadi adalah adanya penggunaan kata depan di awal kalimat. Selain itu, kalimat-kalimat yang hanya terdiri atas anak kalimat juga banyak ditemukan. Kalimat yang hanya terdiri atas anak kalimat ditandai dengan adanya konjungsi atau kata penghubung di awal kalimat. Banyaknya kesalahan yang terdapat dalam buku teks pelajaran Bahasa Indonesia: untuk Kelas 6 SD/MI diduga karena penulis kurang teliti dalam menggunakan ejaan dan menyusun kalimat Selain itu, dalam mengutip materi pelajaran, seperti cerita, berita, atau informasi yang lain, diduga penulis langsung menuliskannya tanpa membenarkannya terlebih dahulu. Penulis buku kurang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74 memerhatikan kaidah penulisan buku teks pelajaran, khususnya dalam penggunaan kaidah bahasa termasuk penulisan ejaan dan kelengkapan kalimat. Seharusnya, bila dalam materi yang akan dikutip masih mengandung kesalahan baik ejaan maupun kalimat, penulis buku dapat membenarkan dengan memberikan keterangan pada sumber dengan pengubahan seperlunya. Penulis juga perlu memperhitungkan sasaran pengguna buku teks pelajaran ini dan meminimalkan kesalahan-kesalahan yang terdapat di dalamnya. Apalagi, sasaran buku ini adalah siswa tingkat sekolah dasar yang masih cenderung meniru apa yang dilihat atau didengarnya. Siswa juga menyangka bahwa buku teks yang digunakannya itu luput dari berbagai kesalahan termasuk kesalahan penggunaan kaidah bahasa, khususnya penulisan ejaan dan penyusunan kalimat. Untuk itu, penulis buku teks pelajaran sebisa mungkin harus menghindari adanya kesalahan di dalam buku teks pelajaran tersebut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB V PENUTUP Bab lima merupakan bab penutup laporan penelitian ini. Bab ini mencakup kesimpulan dan implikasi dari penelitian yang telah dilakukan, serta saran yang diberikan oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian. A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa kesalahan berbahasa yang ada dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia masih cukup banyak. Dalam analisis data, ditemukan jenis kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi, khususnya pada tataran ejaan yang terdapat dalam buku pelajaran berjudul Bahasa Indonesia: untuk Kelas 6 SD/MI yang disusun oleh Sukini & Iskandar. Kesalahan ejaan yang ditemukan sebanyak 63 kesalahan yang terdiri atas enam kesalahan pemakaian huruf, lima kesalahan pemakaian huruf kapital, dua kesalahan pemakaian huruf miring, enam belas kesalahan penulisan kata, tiga kesalahan penulisan unsur serapan, dan 31 kesalahan pemakaian tanda baca. Selain kesalahan ejaan, juga ditemukan kesalahan berbahasa bidang sintaksis, khususnya pada tataran kalimat. Kesalahan kalimat yang ditemukan dalam buku pelajaran berjudul Bahasa Indonesia: untuk Kelas 6 SD/MI yang disusun oleh Sukini & Iskandar ada 55 kesalahan. Kesalahan kalimat ini meliputi 25 kesalahan kekurangan unsur kalimat, tujuh kalimat yang tidak logis, enam 75 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76 kalimat yang ambigu, enam penggunaan konjungsi yang berlebihan, tujuh kesalahan pilihan kata, dan empat pemborosan kata. Adapun kesalahan kalimat dalam urutan unsur kalimat dan penggunaan kata tanya yang tidak perlu tidak ditemukan dalam penelitian ini. B. Implikasi Hasil Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa kesalahan ejaan dan kalimat yang ada dalam buku pelajaran pelajaran berjudul Bahasa Indonesia: untuk Kelas 6 SD/MI yang disusun oleh Sukini & Iskandar masih cukup banyak. Penulis buku harus lebih memerhatikan penggunaan tata bahasa, khususnya ejaan dan kalimat. Buku pelajaran digunakan oleh siswa sebagai sumber utama dalam belajar, maka kesalahan dalam penggunaan kaidah bahasa harus dihindari. Siswa menganggap bahwa buku pelajaran yang digunakannya luput dari berbagai kesalahan termasuk kesalahan penggunaan kaidah berbahasa seperti ejaan dan kalimat. Penelitian ini juga dapat diimplementasikan sebagai bahan pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP kelsa IX semester 1 berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Stantar Kompetensi mata pelajaran yang berkaitan dengan penggunaan kaidah bahasa terdapat pada butir 4 (menulis), yaitu mengungkapkan informasi dalam bentuk iklan baris, resensi, dan karangan. Kompetensi dasarnya terdapat pada butir 4.3, yaitu menyunting karangan dengan berpedoman pada ketepatan ejaan, tanda baca, pilihan kata, keefektifan kalimat, keterpaduan paragraf, dan kebulatan wacana. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77 C. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti memberikan saran kepada guru Bahasa dan Sastra Indonesia, Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, serta peneliti lain. 1. Bagi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia Dalam memberikan pengajaran, guru bahasa Indonesia hendaknya memperhatikan secara cermat penggunaan ejaan dan penyusunan kalimat. Bila ditemukan kesalahan kebahasaan dalam buku yang digunakan, hendaknya guru segera meralat dan memberitahukan bentuk yang benar, agar siswa tidak meniru kesalahan yang ada dalam buku itu. 2. Bagi Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Penelitian ini memberikan informasi kesalaha berbahasa yang terdapat dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia sehingga dari informasi tersebut mahasiswa calon guru dapat membantu siswa untuk menulis dengan tatabahasa yang benar dan tidak meniru kesalahan yang terdapat dalam buku pelajaran yang digunakan. 3. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini masih dalam taraf penelitian awal. Untuk itu, penulis mengharapkan adanya penelitian lebih lanjut, misalnya tentang bidang kebahasaan yang lain yang belum diteliti dalam penelitian ini. Dengan demikian, hasil penelitian tersebut dapat memperkuat penelitian ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan, dkk.. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Arifin, E. Zaenal. 1987. Berbahasa Indonesialah dengan Benar: Petunjuk Praktis untuk Pelajar, Mahasiswa dan Guru. Jakarta: Medyatama Sarana Perkasa. Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Badudu, J.S.. 1980. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia (Tata Bahasa). Bandung: Pustaka Prima. Hastuti, Sri. 1989. Sekitar Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Mitra Gama Widya. Indradi, Agustinus. 2003. Cermat Berbahasa Indonesia: Pedoman Praktis Penyusunan Karangan Ilmiah. Malang: Dioma. Kridalaksana, Harimurti. 1975. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo. Kumanireng, Donatus Doweng. 2003. Analisis Kesalahan Berbahasa Siswa Kelas II SMA Frater Disamakan Makassar, Tahun Ajaran 2004/2005 dalam Menggunakan Kata berimbuhan Me-. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, Universitas Sanata Dharma. Moleong, Lexy J.. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. Namang, Maria Helena Dane. 2005. Analisis Kesalahan Sintaksis dalam Karangan ArgumentasI Kelas II SMAK Frateran Podor Larantuka Tahun Ajaran 2003/2004. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, Universitas Sanata Dharma. Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE. Pateda, Mansoer. 1989. Analisis Kesalahan Berbahasa. Ende: Nusa Indah. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1997. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka. Rahardi, Kunjana. 2009. Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk KarangMengarang. Jakarta: Erlangga. _______. 2010. Kalimat Baku untuk Menyusun Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya. 78 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79 _______. 2010. Memerantikan Ejaan dalam Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya. Ramlan, M.. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: Karyono. Satriarini, Elisabet Cinta. 2009. Kesalahan Kalimat dalam Berita Utama Surat Kabar Harian “Kedaulatan Rakyat”. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, Universitas Sanata Dharma. Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa: Teori dan Praktik. Surabaya: Yuma Pustaka. Sitepu, B.P.. 2012. Penulisan Buku Teks Pelajaran. Bandung: Rosdakarya. Soewandi, A.M. Slamet. 2007. Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia. Handout. Yogyakarta: PBSID, Universitas Sanata Dharma. Subroto, D. Edi dan Darmadi, Kaswan. 1992. Pengantar Metoda Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Sugono, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sukini dan Iskandar. 2008. Bahasa Indonesia: untuk Kelas 6 SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Surakhmad, Winarno. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar Metode dan Teknik. Bandung: Taesito. Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa. _______. 1985. Pengajaran Sintaksis. Bandung: Angkasa. Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 1988. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Waridah, Ernawati. 2009. EYD: Seputar Kebahasa-Indonesiaan. Jakarta: Kawan Pustaka. Wikantari, Maria Riska. 2009. Analisis Kesalahan Struktur Kalimat Dalam Karangan Narasi Ekspsitoris Siswa Kelas VIII SMP Pangudi Luhur Srumbung Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, Universitas Sanata Dharma. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Data Kesalahan Ejaan No. Kalimat 1. DEO seekor burung nuri. 2. 3. Melalui Gerakan Hemat Listrik, masyarakat disadarkan dan diajak untuk membudayakan perilaku hemat dalam mengkonsumsi listrik. (hlm. 22) Acara ini diprakrarsai oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), PT. PLN (Persero) dan PT. Energy Management Indonesia (EMI). (hlm. 22) Jenis Kesalahan Ejaan Pemakaian huruf kapital Pembetulan Ejaan Deo seekor burung nuri. Pemakaian huruf Melalui Gerakan Hemat Listrik, masyarakat disadarkan dan diajak untuk membudayakan perilaku hemat dalam mengonsumsi listrik. Acara ini diprakarsai oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), PT PLN (Persero), dan PT Energy Management Indonesia (EMI). Pemakaian huruf Keterangan Penulisan kata Deo cukup huruf D saja yang menggunakan huruf kapital karena bukan merupakan singkatan melainkan sebuah nama. Kata konsumsi yang mendapat awalan me- menjadi mengonsumsi (k luluh) Penulisan kata diprakarsai yang benar tanpa r di belakang huruf k 81 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. 5. 6. 7. 8. Melalui Klinik Hemat Listrik Masyarakat diperkenankan memilih peralatan rumah tangga hemat listrik hingga tips sederhana mengenai penghematan listrik di rumah tangga. (hlm. 23) Dalam pertemuan ini tim EKKT melaporkan kepada Presiden tentang hasil evaluasi mereka selama hampir dua bulan. (hlm. 98) Jika sudah begitu hatinya tenteram seperti diguyur es satu ember. Amanat sebuah cerita dapat dirumuskan setelah pembaca menemukan temannya. (hlm. 3) 10 kg buah jarak dikukus selama satu jam kemudian diblender. (hlm. 58) Pemakaian huruf kapital Melalui Klinik Hemat Listrik, masyarakat diperkenankan memilih peralatan rumah tangga hemat listrik hingga tips sederhana mengenai penghematan listrik di rumah tangga. Kata masyarakat tidak diawali dengan huruf kapital karena bukan bagian dari instansi atau organisasi tertentu (bukan bagian dari Klinik Hemat Listrik) Pemakaian huruf kapital Dalam pertemuan ini tim EKKT melaporkan kepada presiden tentang hasil evaluasi mereka selama hampir dua bulan. Jika sudah begitu, hatinya tenteram seperti diguyur es satu ember. Amanat sebuah cerita dapat dirumuskan setelah pembaca menemukan temanya. Penulisan kata presiden tidak diawali dengan huruf kapital karena tidak diikuti dengan nama orang atau negara. Pemakaian tanda baca Pemakaian huruf Penulisan kata Sepuluh kilogram buah jarak dikukus selama satu jam kemudian diblender. Buah jarak sebanyak sepuluh kilogram dikukus selama satu jam kemudian diblender. Tanda koma (,) digunakan untuk memisahkan keterangan yang berada di awal kalimat. Kelebihan huruf npada kata temanya. Lambang bilangan yang dapat ditulis dengan satu atau dua kata, ditulis dengan huruf. 82 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Kotoran sebanyak itu bisa Penulisan kata diperoleh dari kira-kira 4 ekor sapi. (hlm. 58) Uang yang hendak kamu Penulisan kata kirim sebesar Rp 25.000,00. (hlm. 62) Ia merayap ke luar dari lubang itu sambil meneteskan air mata. (hlm. 130) Aku mengerti masalah yang sedang kau hadapi. (hlm.136) Aku paling suka musik pop yang slow dan bikin rileks, seperti musik Jepang yang mengalir lembut. (hlm. 17) Dekat rental yang di prapatan warung bang Rusmar Pak. (hlm. 34) Drama berisi dialog antara beberapa tokoh disertai akting yang sesuai dengan petunjuk pemeranan. (hlm. 105) Penulisan kata Kotoran sebanyak itu bisa diperoleh dari kira-kira empat ekor sapi. Uang yang hendak kamu kirim sebesar Rp25.000,00. Lambang bilangan yang dapat ditulis dengan satu atau dua kata, ditulis dengan huruf. Penulisan satuan lambang bilangan rupiah (Rp) dirangkai dengan angka yang mengikutinya. Ia merayap keluar dari lubang Kata keluar merupakan bentuk itu sambil meneteskan air dasar sehingga penulisannya mata. dirangkai. Penulisan kata Aku mengerti masalah yang sedang kauhadapi. Penulisan unsur serapan Aku paling suka musik pop yang slow dan bikin rileks, seperti musik Jepang yang mengalir lembut. Dekat rental yang di prapatan Kata prapatan adalah kata dari warung Bang Rusmar, Pak. bahasa Jawa, jadi harus ditulis menggunakan huruf miring. Drama berisi dialog antara Kata akting belum diadopsi ke beberapa tokoh disertai acting dalam bahasa Indonesia. yang sesuai dengan petunjuk pemeranan. Penulisan unsur serapan Penulisan unsur serapan Penulisan kata ganti kau dirangkai dengan kata yang mengikutinya. Kata slow berasal dari bahasa Inggris, jadi harus ditulis menggunakan huruf miring. 83 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16. 17. 18. 19. 20. 21. Walaupun suka menyanyi dan main biola, aku belum tahu kalau sudah besar mau jadi apa? (hlm. 16) “Rama memaafkan kau, Loreng. Tapi kau harus dihukum atas kesalahan yang telah kau lakukan.” kata Rama Harimau. (hlm. 18) Minyak bumi dapat diolah jadi bensin, solar, parafin dan lain-lain. (hlm. 24) Dekat rental yang di prapatan warung bang Rusmar Pak. (hlm. 34) Melalui Klinik Hemat Listrik Masyarakat diperkenankan memilih peralatan rumah tangga hemat listrik hingga tips sederhana mengenai penghematan listrik di rumah tangga. (hlm. 23) Dekat rental yang di prapatan warung bang Rusmar Pak. (hlm. 34) Pemakaian tanda baca Pemakaian tanda baca Pemakaian tanda baca Pemakaian huruf kapital Pemakaian tanda baca Pemakaian tanda baca Walaupun suka menyanyi dan main biola, aku belum tahu kalau sudah besar mau jadi apa. “Rama memaafkan kau, Loreng. Tapi kau harus dihukum atas kesalahan yang telah kaulakukan,” kata Rama Harimau. Kalimatnya bukan kalimat tanya melainkan kalimat berita sehingga tidak perlu diakhiri dengan tanda tanya. Kutipan langsung diakhiri dengan tanda koma (,), kecuali untuk kalimat tanya dan kalimat seru. Minyak bumi dapat diolah jadi bensin, solar, parafin, dan lain-lain. Dekat rental yang di prapatan warung Bang Rusmar, Pak. Sebelum kata dan dibubuhi tanda koma (,) karena merupakan perincian. Kata bang diawali dengan huruf kapital karena merupakan sapaan. Melalui Klinik Hemat Listrik, Tanda koma (,) digunakan masyarakat diperkenankan untuk memisahkan keterangan memilih peralatan rumah yang berada di awal kalimat. tangga hemat listrik hingga tips sederhana mengenai penghematan listrik di rumah tangga. Dekat rental yang di prapatan Sebelum kata Pak perlu warung Bang Rusmar, Pak. dibubuhi tanda koma (,) karena merupakan sapaan. 84 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22. 23. 24. 25. 26. Tunjukkanlah bagian-bagian surat resmi di atas. (hlm. 121) Saat ini tercatat 48 orang dirawat, 40 di antaranya pasien berusia anak-anak (hlm. 126) Kepekaan lingkungan yang dibutuhkan mudah saja yaitu membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya dan memungut sampah semampunya. (hlm. 128) Pernyataan tersebut disampaikan oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek), Kusmayanto Kadiman pada peresmian sistem Photovoltaic Grid onnected di Jakarta, Sabtu 6 Agustus lalu. (28) Jadi kalau mau menghemat BBM di rumah, satu keluarga idealnya punya 4 ekor sapi. (hlm. 58) Pemakaian tanda baca Tunjukkanlah bagian-bagian surat resmi di atas! Pemakaian tanda baca Saat ini tercatat 48 orang dirawat, empat puluh di antaranya pasien berusia anak-anak. Kepekaan lingkungan yang dibutuhkan mudah saja, yaitu membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya dan memungut sampah semampunya. Pemakaian tanda baca Pemakaian tanda baca Penulisan kata Pernyataan tersebut disampaikan oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek), Kusmayanto Kadiman pada peresmian sistem Photovoltaic Grid onnected di Jakarta, Sabtu, 6 Agustus lalu. (28) Jadi kalau mau menghemat BBM di rumah, satu keluarga idealnya punya empat ekor sapi. Kalimatnya merupakan perintah sehingga harus diakhiri dengan tanda seru (!) Lambang bilangan yang dapat ditulis dengan satu atau dua kata, ditulis dengan huruf. Sebelum kata yaitu harus dibubuhi tanda koma (,) Penulisan hari dan tanggal harus dipisahkan dengan tanda koma (,) Lambang bilangan yang dapat ditulis dengan satu atau dua kata, ditulis dengan huruf. 85 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27. 28. 29. 30. Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X pun meminta M. Ng Surakso Hargo nama lain Mbah Maridjan mengungsi dari lereng Merapi. (hlm. 71) PT Kereta api Indonesia (KAI) saat ini tengah mengkaji rencana penghapusan kereta api kelas ekonomi menjadi kereta api lokal ber-AC. (hlm. 91) Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta, Senin 12 Maret 2007, menegaskan kepada tim Evaluasi Keselamatan dan Keamanan Transportasi (EKKT). (hlm. 97) Pertemuan dihadiri oleh Menteri Perhubungan Hatta Radjasa, tim EKKT, Kapolri Jenderal Polisi Sutanto dan Direktur Utama Garuda Emirsah Satar. (hlm. 97) Penulisan kata Pemakaian huruf kapital Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X pun meminta M. Ng. Surakso Hargo nama lain Mbah Maridjan mengungsi dari lereng Merapi. PT Kereta Api Indonesia (KAI) saat ini tengah mengkaji rencana penghapusan kereta api kelas ekonomi menjadi kereta api lokal ber-AC. Ng merupakan singkatan dari Ngabehi sehingga perlu dibubuhi tanda titik menjadi Ng. Kata api merupakan bagian dari kepanjangan KAI, yaitu Kereta Api Indonesia. Jadi kata api harus diawali dengan huruf kapital menjadi Api. Pemakaian tanda baca Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta, Senin, 12 Maret 2007, menegaskan kepada tim Evaluasi Keselamatan dan Keamanan Transportasi (EKKT). Penulisan hari dan tanggal harus dipisahkan dengan tanda koma (,) Pemakaian tanda baca Pertemuan dihadiri oleh Menteri Perhubungan Hatta Radjasa, tim EKKT, Kapolri Jenderal Polisi Sutanto, dan Direktur Utama Garuda Emirsah Satar. Sebelum kata dan dibubuhi tanda koma (,) karena merupakan perincian. 86 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31. Halte atau dermaga penumpang itu saat ini tengah dibangun. (88) 32. Halte atau dermaga penumpang itu, saat ini, tengah dibangun. Tanda koma (,) digunakan untuk memisahkan keterangan dari bagian kalimat lainnya. Burung setinggi 70 Penulisan kata sentimeter dan rentang sayap 100 cm ini bakal ke luar dari sarangnya jika lapar. (hlm. 131) Pukul 09.00 - 11.00 WIB Pemakaian tanda baca (hlm. 103) Burung setinggi 70 cm dan rentang sayap 100 cm ini bakal ke luar dari sarangnya jika lapar. Penulisan sentimeter disingkat menjadi cm Pukul 09.00—11.00 WIB 34. Letaknya di Kampung Penulisan kata Cikananga, Desa Cisitu, Kecamatan Nyalindung, sekitar 29 [km] sebelah utara Kota Sukabumi, Jawa Barat. (hlm. 96) Letaknya di Kampung Cikananga, Desa Cisitu, Kecamatan Nyalindung, sekitar 29 km sebelah utara Kota Sukabumi, Jawa Barat. 35. Mei ingin bantu dia, tapi nggak tahu gimana caranya. (hlm. 84) Mei ingin bantu dia, tapi nggak tahu gimana caranya. Mei ingin membantu dia (membantunya), tapi tidak tahu bagaimana caranya. Untuk menunjukkan rentang waktu, digunakan tanda pemisah (—), bukan tanda hubung (-). Penulisan lambang bilangan kurang satuan sehingga tidak dapat diterima apa maksudnya. Perlu ditambahkan satuan yang menunjukkan jarak, misalnya meter (m) atau kilometer (km). Kata bantu, nggak, dan gimana bukan kata baku sehingga perlu dicetak miring atau diganti dalam bentuk baku menjadi membantu, tidak, dan bagaimana. 33. Pemakaian tanda baca Pemakaian huruf miring 87 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36. 37. 38. 39. 40. 41. Menurut penelitian, keluarga dengan anggotanya berjumlah 5 orang, memerlukan sekitar 1,25 meter kubik biogas untuk memasak sehari. (hlm. 58) ”Melalui The Habibie Center, kami akan mendorong pemerintah untuk mensosialisasikan pemanfaatan bio oil jarak ini,” tandasnya. (hlm. 54) Perilaku boros dalam mengkonsumsi listrik harus diakhiri agar laju konsumsi listrik bisa diredam. (hlm. 22) ”Aku ingin sekali tahu, sesakti apa sih, layanglayangmu,” kata Sandi sombong. (hlm. 20) Enggak nyambung sama dunia musik ya. (hlm. 17) Kotoran sebanyak itu bisa diperoleh dari kira-kira 4 ekor sapi. (hlm. 58) Penulisan kata Menurut penelitian, keluarga dengan anggotanya berjumlah lima orang, memerlukan sekitar 1,25 m3 biogas untuk memasak sehari. Lambang bilangan yang dapat ditulis dengan satu atau dua kata, ditulis dengan huruf. Satuannya ditulis dengan simbol untuk menghemat kata. Pemakaian huruf ”Melalui The Habibie Center, kami akan mendorong pemerintah untuk menyosialisasikan pemanfaatan bio oil jarak ini,” tandasnya. Perilaku boros dalam mengonsumsi listrik harus diakhiri agar laju konsumsi listrik bisa diredam. Kata sosialisasi yang mendapat awalan me- menjadi menyosialisasikan (s luluh) Pemakaian huruf Pemakaian tanda baca Pemakaian huruf miring Penulisan kata “Aku ingin sekali tahu, sesakti apa sih, layanglayangmu?” kata Sandi sombong. Enggak nyambung sama dunia musik ya. Kotoran sebanyak itu bisa diperoleh dari kira-kira empat ekor sapi. Kata konsumsi yang mendapat awalan me- menjadi mengonsumsi (k luluh) Kalimat langsung yang diucapkan Sandi adalah kalimat tanya sehingga harus diakhiri dengan tanda tanya. Kata enggak ditulis miring karena merukakan bahasa lisan yang tidak baku. Penulisan lambang bilangan yang dapat ditulis dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf. 88 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42. 43. 44. 45. 46. ”Rama memaafkan kau, Loreng. Tapi kau harus dihukum atas kesalahan yang telah kau lakukan.” kata Rama Harimau. (18) Melalui Kak Bili budaya hemat listrik ditanamkan kepada anak-anak. (hlm. 23) Acara ini diprakrarsai oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), PT. PLN (Persero) dan PT. Energy Management Indonesia (EMI). (hlm. 22) Penulisan kata Jadi kecelakaan yang menimpa Tono justru membawa rezeki bagi dirinya sebagai kepala keluarga. (hlm. 35) Uang dua ratus ribu rupiah merupakan rejeki yang tidak diduganya. (hlm. 35) Pemakaian tanda baca Jadi, kecelakaan yang menimpa Tono justru membawa rezeki bagi dirinya sebagai kepala keluarga. Tanda koma (,) digunakan untuk memisahkan keterangan yang berada di awal kalimat. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik (PT perseroan terbatas). Tanda koma (,) dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat di awal kalimat. Pemakaian huruf Uang dua ratus ribu rupiah merupakan rezeki yang tidak diduganya. Penulisan rezeki yang baku dan sesuai dengan ejaan menggunakan z bukan j. Pemakaian tanda baca Penulisan kata ”Rama memaafkan kau, Loreng. Tapi kau harus dihukum atas kesalahan yang telah kaulakukan.” kata Rama Harimau. Melalui Kak Bili, budaya hemat listrik ditanamkan kepada anak-anak. Acara ini diprakarsai oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), PT PLN (Persero), dan PT Energy Management Indonesia (EMI). Penulisan kata ganti kau dirangkai dengan kata yang mengikutinya. 89 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47. 48. 49. 50. 51. 52. Jadi kalau mau menghemat Pemakaian tanda baca BBM di rumah, satu keluarga idealnya punya 4 ekor sapi. (hlm. 58) Karena itu seringkali minyak Pemakaian tanda baca jelantah dibuang. (hlm. 58) Jadi, kalau mau menghemat BBM di rumah, satu keluarga idealnya punya empat ekor sapi. Karena itu, seringkali minyak jelantah dibuang. Beberapa hari kemudian ia akan berubah menjadi tape. (hlm. 59) Bupati Kediri Sutrisno belum menyatakan demam berdarah dengue sebagai kejadian luar biasa. Padahal dalam hari biasa mereka bisa memperoleh penghasilan Rp 150.000,00 per hari. (hlm. 79) Karangan bunga itu diserahkan sebagai tanda ikut berduka cita terhadap kakak mereka (orang yang mereka anggap sebagai kakak), yang telah ditembak mati pada siang hari itu. (hlm. 75) Pemakaian tanda baca Beberapa hari kemudian, ia akan berubah menjadi tape. Pemakaian tanda baca Bupati Kediri, Sutrisno, belum menyatakan demam berdarah dengue sebagai kejadian luar biasa. Padahal dalam hari biasa mereka bisa memperoleh penghasilan Rp150.000,00 per hari. Karangan bunga itu diserahkan sebagai tanda ikut berdukacita terhadap kakak mereka (orang yang mereka anggap sebagai kakak), yang telah ditembak mati pada siang hari itu. Penulisan kata Penulisan kata Tanda koma (,) dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat di awal kalimat. Tanda koma (,) dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat di awal kalimat. Tanda koma (,) digunakan untuk memisahkan keterangan yang berada di awal kalimat. Tanda koma (,) dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. Penulisan satuan lambang bilangan rupiah (Rp) dirangkai dengan angka yang mengikutinya. Dukacita merupakan gabungan kata yang penulisannya dirangkai. 90 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. Mana tadi anak yang tertabrak mobil saya. (hlm. 35) Pak kalau ada apa-apa dengan Tono dan Jupri tolong beritahu saya. (hlm. 35) Sebuah permainan misalnya memperlihatkan anak-anak muda tengah beradu cepat menempelkan papan nama bertuliskan jenis-jenis polusi. (hlm. 128) Akhirnya Tino tinggal bersama Bu Cici Kelinci. (hlm. 130) Dengan gembira ia bermain bersama anak-anak Bu Cici. (hlm. 130) Suatu hari Tino menghilang. (hlm. 130) Memungut sampah sekilas merupakan kegiatan sepele. (hlm. 128) Pemakaian tanda baca Mana tadi anak yang tertabrak mobil saya? Kalimat tanya diakhiri dengan tanda tanya. Pemakaian tanda baca Pak, kalau ada apa-apa Tanda koma digunakan untuk dengan Tono dan Jupri tolong memisahkan kata sapaan yang beritahu saya. terdapat dalam kalimat. Pemakaian tanda baca Sebuah permainan, misalnya, memperlihatkan anak-anak muda tengah beradu cepat menempelkan papan nama bertuliskan jenis-jenis polusi. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. Pemakaian tanda baca Akhirnya, Tino tinggal bersama Bu Cici Kelinci. Pemakaian tanda baca Dengan gembira, ia bermain bersama anak-anak Bu Cici. Pemakaian tanda baca Suatu hari, Tino menghilang. Pemakaian tanda baca Memungut sampah, sekilas, merupakan kegiatan sepele. Tanda koma (,) digunakan untuk memisahkan keterangan yang berada di awal kalimat. Tanda koma (,) digunakan untuk memisahkan keterangan yang berada di awal kalimat. Tanda koma (,) digunakan untuk memisahkan keterangan yang berada di awal kalimat. Tanda koma (,) digunakan untuk memisahkan keterangan dari bagian kalimat lainnya. 91 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60. 61. 62. 63. Saya stressing, penggunaan telepon cukup tiga menit. Kalau perlu, langsung bertemu orangnya, tidak perlu melalui telepon,” ujarnya. (hlm. 29) Menristek merasa optimis program tersebut dapat terwujud, karena sistem pembangkit listrik tenaga surya sebenarnya telah diterapkan di Indonesia, yakni Solar Home System (SHS) untuk pedesaan atau kepulauan yang belum terjangkau jaringan listrik PLN. (hlm. 28) Latar adalah tempat, waktu [,] dan suasana terjadinya peristiwa. (hlm. 105) Gunung yang dari jauh tampak menawan itu ternyata menyimpan bahaya yang maha dahsyat. (hlm. 71) Pemakaian tanda baca “Saya stressing, penggunaan Ungkapan langsung diapit telepon cukup tiga menit. dengan tanda petik (“....”) Kalau perlu, langsung bertemu orangnya, tidak perlu melalui telepon,” ujarnya. Pemakaian tanda baca Menristek merasa optimis program tersebut dapat terwujud karena sistem pembangkit listrik tenaga surya sebenarnya telah diterapkan di Indonesia, yakni Solar Home System (SHS) untuk pedesaan atau kepulauan yang belum terjangkau jaringan listrik PLN. Latar adalah tempat, waktu, dan suasana terjadinya peristiwa. Gunung yang dari jauh tampak menawan itu ternyata menyimpan bahaya yang mahadahsyat. Pemakaian tanda baca Penulisan kata Tanda koma tidak digunakan dalam kalimat jika anak kalimat mengikuti/di belakang induk kalimat. Sebelum kata dan dibubuhi tanda koma (,) karena merupakan perincian. Kata maha ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. 92 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Data Kesalahan kalimat No. Kalimat 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Terbang menjauh dan mencari mangsa lainnya. (hlm. 2) Dahulu pesan moral disampaikan pengarang secara eksplisit, secara langsung. Sekarang cara seperti itu sudah ditinggalkan. (Hlm.3) Mungkin kesimpulan temamu berbeda dengan tema yang dirumuskan Rina tersebut. (hlm. 3) Melalui Klinik Hemat Listrik Masyarakat diperkenankan memilih peralatan rumah tangga hemat listrik hingga tips sederhana mengenai penghematan listrik di rumah tangga. (hlm. 23) Untuk memasak di dapur juga membutuhkan kompor yang dinyalakan dengan sumber tenaga minyak tanah atau gas. (hlm. 24) Pada konflik yang dialami tokoh-tokoh itulah tema lazimnya diungkapkan. (hlm. 2) Minyak bumi dapat dibakar untuk mengeluarkan energi panas dengan cara yang sama seperti batu bara. (hlm. 24) Jenis Kesalahan Kalimat Kekurangan unsur subjek Pemborosan kata Pembetulan Kalimat Elang terbang menjauh dan mencari mangsa lainnya. Dahulu, pesan moral disampaikan secara eksplisit. Dahulu, pesan moral disampaikan secara langsung. Pemborosan kata Mungkin, kesimpulan temamu berbeda dengan Rina. Kekurangan unsur subjek Melalui Klinik Hemat Listrik Masyarakat, setiap warga diperkenankan memilih peralatan rumah tangga hemat listrik hingga tips sederhana mengenai penghematan listrik di rumah tangga. Kekuangan unsur subjek Untuk memasak di dapur, kita juga membutuhkan kompor yang dinyalakan dengan sumber tenaga minyak tanah atau gas. Pada konflik yang dialami tokoh-tokoh itulah, tema lazim diungkapkan. Minyak bumi dapat dibakar untuk mengeluarkan energi panas sama seperti batu bara. Pilihan kata Kalimat tidak logis 93 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8. Seperti yang dilakukan oleh PT Pura Grup Kekurangan unsur Kudus baru-baru ini. (hlm. 54) subjek dan predikat 9. Setelah itu diperas hingga minyaknya keluar. (hlm. 58) Antara lain penyakit kanker dan jantung. (hlm. 58) Dari hasil penelitian ternyata minyak jelantah bisa digunakan sebagai pengganti solar. (hlm. 58) Terdengar teriakan anak-anak kecil Roib tidak peduli. (hlm. 34) 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. Kekurangan unsur subjek Kekurangan unsur subjek dan predikat Kekurangan unsur predikat Kalimat ambigu Namun mereka semua menggeleng. (hlm. Kekurangan unsur 130) subjek dan predikat Tapi tidak ada yang tahu di mana Tino Kekurangan unsur berada. (hlm. 131) subjek dan predikat Terkadang sampai berkilo-kilo meter. (hlm. 135) Tetapi ada keasyikan tersendiri dalam memainkan biola. (hlm. 16) Tak disangka. (hlm. 131) Rama Harimau mempunyai putra namanya si Loreng. (hlm. 18) Kekurangan unsur subjek dan predikat Kekurangan unsur subjek dan predikat Kekurangan unsur subjek dan predikat Pilihan kata BBM alternatif perlu diperkenalkan pada masyarakat, seperti yang dilakukan oleh PT Pura Grup Kudus baru-baru ini. Setelah itu, hasilnya diperas hingga minyaknya keluar. Penyakit yang dapat ditimbulkan antara lain penyakit kanker dan jantung. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa minyak jelantah ternyata bisa digunakan sebagai pengganti solar. Terdengar teriakan anak-anak kecil, Roib tidak peduli. Terdengar teriakan, anak-anak kecil Roib tidak peduli. Namun, mereka semua menggeleng. Akan tetapi, tidak ada yang tahu di mana tino berada. Ia bertanya pada setiap orang, tetapi tidak ada yang tahu di mana tino berada. Terkadang, ia terbang sampai berkilo-kilo meter. Akan tetapi, ada keasyikan tersendiri dalam memainkan biola. Tak disangka, Tino berubah jadi kupu-kupu yang tampan. Rama Harimau mempunyai putra bernama si Loreng. 94 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19. 20. Sedikitnya 40 kepala keluarga di desa Kalimat tidak logis tersebut kini tidak bisa ke luar rumah. (hlm. 68) PT Kereta api Indonesia (KAI) saat ini tengah Kalimat ambigu mengkaji rencana penghapusan kereta api kelas ekonomi menjadi kereta api lokal berAC. (hlm. 91) 21. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta, Senin 12 Maret 2007, menegaskan kepada tim Evaluasi Keselamatan dan Keamanan Transportasi (EKKT). (hlm. 97) Kekurangan unsur objek 22. Negara lain yang memasok minyak bumi ke Kalimat ambigu seluruh dunia termasuk Indonesia. (hlm. 24) 23. Rina diharuskan membayar biaya langganan Kalimat ambigu majalah itu selama setahun. (hlm. 60) 24. Setiap operator transportasi akan diberikan Kalimat tidak logis waktu transisi selama enam bulan. (hlm. 92) 25. Rumah Roib yang sempit gerah. (hlm. 34) Kalimat tidak logis Sedikitnya 40 keluarga di desa tersebut kini tidak bisa ke luar rumah. PT Kereta api Indonesia (KAI) saat ini tengah mengkaji rencana penghapusan kereta api kelas ekonomi. PT Kereta api Indonesia (KAI) saat ini tengah mengkaji rencana pengubahan kereta api kelas ekonomi menjadi kereta api lokal ber-AC. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta, Senin 12 Maret 2007, menegaskan kepada tim Evaluasi Keselamatan dan Keamanan Transportasi (EKKT) tentang pencegahan kecelakaan transportasi. Indonesia termasuk negara yang memasok minyak bumi ke seluruh dunia. Indonesia termasuk negara yang mendapatkan pasokan minyak bumi dari negara lain. Rina harus membayar biaya langganan majalah itu selama setahun. Rina harus membayar biaya selama setahun langganan majalah itu. Setiap operator transportasi akan diberi waktu transisi selama enam bulan. Waktu transisi selama enam bulan diberikan kepada setiap operator transportasi. Rumah Roib yang sempit, terasa gerah. 95 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26. 27. 28. 29. 30 31. 32. 33. Dekat rental yang di prapatan warung bang Rusmar Pak. (hlm. 34) Seperti mematikan lampu saat tidak digunakan sehingga menggunakan listrik secara bijak saat memainkan playstation maupun televisi. (hlm. 23) Sengaja supaya Dina dan Luna mendengar dan kemudian melepas pelukan itu. (hlm. 38) Tetapi kita belum mengenalnya karena belum diperbanyak dan diperjualbelikan. (hlm 58) Kekurangan unsur subjek dan predikat Kalimat tidak logis Tabrakannya terjadi di dekat rental yang di prapatan warung Bang Rusmar, Pak. Mematikan lampu saat tidak digunakan merupakan contoh penggunaan listrik secara bijak. Kelebihan konjungsi Dengan ini kami beritahukan bahwa dalam rangka meningkatkan etika peserta didik, sekolah akan mengadakan Pendidikan dan Latihan tentang etika dalam rangka memperingati ulang tahun sekolah.(hlm. 120) Memungut sampah sekilas merupakan kegiatan sepele. (hlm. 128) Pemborosan kata Sengaja supaya Dina dan Luna mendengar, kemudian melepas pelukan itu. Kita belum mengenalnya karena belum diperbanyak dan diperjualbelikan. Karena belum diperbanyak dan diperjualbelikan, kita belum mengenalnya Dalam rangka memperingati ulang tahun sekolah, akan diadakan pendidikan dan latihan tentang etika untuk meningkatkan etika peserta didik. Apalagi aku bisa sekalian belajar menyanyi. (hlm. 17) Namun ada hal yang ingin saya tanyakan sehubungan dengan hobi. (hlm. 8) Kekurangan unsur subjek dn predikat Kekurangan unsur subjek dan predikat Kelebihan konjungsi Kalimat ambigu Memungut sampah sekilas, merupakan kegiatan sepele. Sekilas, memungut sampah merupakan kegiatan sepele. Memungut sampah, sekilas, merupakan kegiatan sepele. Apalagi, aku bisa sekalian belajar menyanyi. Namun, ada hal yang ingin saya tanyakan sehubungan dengan hobi. 96 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. Namun si Loreng tidak tahu kalau semut Pilihan kata merah itu selamat dan mengadukan perbuatan si Loreng ke Rama Harimau. (hlm. 18) Sedangkan latar tempat adalah tempat Kekurangan unsur peristiwa berlangsung. (hlm. 20) subjek dan predikat Enggak nyambung sama dunia musik ya. (hlm. 17) Minyak bumi diambil dengan cara mengebor lubang pada permukaan bumi, lalu memompanya keluar. (hlm. 24) Cara pengeborannya sangat sulit, karena harus memasang anjungan tinggi yang berdiri di atas kaki panjang sekali menembus kedalaman laut dengan ombak yang besar. (hlm. 24) Sedangkan Jupri tidak perlu dijahit karena luka di kaki dan lututnya ringan. (hlm 35) Sekarang saja, katanya persediaan BBM di perut bumi sudah tinggal sedikit. (hlm. 57) Sementara itu sejumlah desa di Kecamatan Selo, Boyolali, juga terkena imbas. (70) Tetapi alat ini sangat sederhana dan tidak mahal. (hlm. 58) Yang kedua yang lebih dahsyat terjadi pukul 06.52 mengarah ke barat (arah Magelang dan Sleman). (hlm.71) Pilihan kata Namun, si Loreng tidak tahu kalau semut merah itu selamat dan mengadukan perbuatannya kepada Rama Harimau. Latar waktu adalah zaman terjadinya peristiwa, dapat juga waktu penceritaan, sedangkan latar tempat adalah tempat peristiwa berlangsung. Tidak berhubungan dengan dunia musik, ya. Pilihan kata Minyak bumi diambil dengan mengebor lubang permukaan bumi, lalu memompanya keluar. Kekurangan unsur subjek Cara pengeborannya sangat sulit karena kita harus memasang anjungan tinggi yang berdiri di atas kaki panjang sekali yang menembus kedalaman laut dengan ombak besar. Kelebihan konjungsi Jupri tidak perlu dijahit karena luka di kaki dan lututnya ringan. Sekarang saja, persediaan BBM di perut bumi sudah tinggal sedikit. Sementara itu, sejumlah desa di Kecamatan Selo, Boyolali, juga terkena imbas letusan Merapi. Akan tetapi, alat ini sangat sederhana dan tidak mahal. Yang kedua lebih dahsyat, gempa terjadi pukul 06.52 mengarah ke barat (arah Magelang dan Sleman). Pilihan kata Kekurangan unsur pelengkap Kekurangan unsur subjek dan predikat Kekurangan unsur subjek 97 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. “Semua transportasi udara, laut, dan kereta api itu sudah mengalami umur yang cukup tua,” kata Kalla dalam keterangan persnya seusai meninjau Stasiun Kereta Api Kroya, Cilacap, Jawa Tengah. (hlm. 92) Sedangkan surat niaga berisi masalah bisnis atau perniagaan. (hlm. 93) Namun mereka semua menggeleng. (hlm. 130) Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon dukungan Bapak/Ibu wali murid. (hlm. 120) Meskipun cuma diperlukan 10% dalam gasohol, tetapi kalau jumlahnya banyak, alkohol singkong ini akan sangat membantu menghemat penggunaan BBM. (hlm. 59) Saat ini tercatat 48 orang dirawat, 40 di antaranya pasien berusia anak-anak (hlm. 126) Saat ini tengah mempersiapkan beberapa perangkat pendukungnya, seperti halte. (hlm. 88) Kalimat tidak logis “Semua transportasi udara, laut, dan kereta api itu sudah berumur cukup tua,” kata Kalla dalam keterangan persnya seusai meninjau Stasiun Kereta Api Kroya, Cilacap, Jawa Tengah. Kekurangan unsur subjek dan predikat Surat resmi berisi masalah kedinasan, sedangkan surat niaga berisi masalah bisnis atau perniagaan. Kekurangan unsur subjek dan predikat Kekurangan unsur pelengkap Namun, mereka semua menggeleng. Kelebihan konjungsi Pemborosan kata Kekurangan unsur subjek Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon dukungan Bapak/Ibu wali murid untuk mengizinkan anak-anak mengikuti acara tersebut. Meskipun cuma diperlukan 10% dalam gasohol, alkohol singkong dalam jumlah banyak akan sangat membantu menghemat penggunaan BBM. Cuma diperlukan 10% dalam gasohol, tetapi kalau jumlahnya banyak, alkohol singkong ini akan sangat membantu menghemat penggunaan BBM. Saat ini tercatat 48 orang dirawat, 40 di antaranya anak-anak. Saat ini, pemerintah tengah mempersiapkan beberapa perangkat pendukungnya, seperti halte. Saat ini, tengah dipersiapkan beberapa perangkat pendukungnya, seperti halte. 98 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51. 52. 53. 54. 55. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta akan membuka jalur transportasi air yang berada di kawasan Kali Ciliwung dan Banjir Kanal Barat. (hlm. 88) Angin ribut bisa terjadi karena pertumbuhan awan kuat dalam waktu yang singkat. (hlm. 69) Biogas itu bila ditampung dalam wadah yang ditutup, kemudian dibuatkan saluran yang menghubungkan ke kompor, maka biogas itu bisa digunakan untuk menyalakan kompor. (hlm. 58) Meskipun cuma diperlukan 10% dalam gasohol, tetapi kalau jumlahnya banyak, alkohol singkong ini akan sangat membantu menghemat penggunaan BBM. (hlm. 59) Karena Einstein yang terkenal tidak akan dapat memberi jawaban ilmiah atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam buku ini karena telah meninggal dunia. (hlm. 104) Kalimat tidak logis Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta akan membuka jalur transportasi air di kawasan Kali Ciliwung dan Banjir Kanal Barat. Kalimat ambigu Angin ribut bisa terjadi karena pertumbuhan awan yang kuat dalam waktu singkat. Angin ribut bisa terjadi karena pertumbuhan awannya kuat dalam waktu yang singkat. Bila biogas itu ditampung dalam wadah yang tertutup, dibuatkan saluran yang menghubungkannya ke kompor, biogas itu bisa digunakan untuk menyalakan kompor. Kelebihan konjungsi Pilihan kata Meskipun hanya diperlukan 10% dalam gasohol, alkohol singkong dalam jumlah banyak akan sangat membantu menghemat penggunaan BBM. Kelebihan konjungsi Einstein yang terkenal tidak akan dapat memberi jawaban ilmiah atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam buku ini karena telah meninggal dunia. 99 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BIOGRAFI PENULIS Binedigta Yuni Puji Lestari lahir di Kulon Progo, 9 Juni 1990. Pendidikan dasar di tempuh di SD Negeri Balong 1 tahun 1996—2002. Pada tahun 2002—2005, melanjutkan sekolah di SMP Negeri 1 Samigaluh. Sekolah Menengah Atas ditempuh di SMA Negeri 1 Kalibawang tahun 2005—2008. Seusai menempuh jenjang pendidikan menengah atas, tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, angkatan 2008. Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Buku Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI. 100