BAB I - USD Repository - Universitas Sanata Dharma

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
DALAM BUKU PELAJARAN BAHASA INDONESIA
UNTUK SEKOLAH DASAR KELAS VI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Disusun Oleh:
Binedigta Yuni Puji Lestari
081224079
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
DALAM BUKU PELAJARAN BAHASA INDONESIA
UNTUK SEKOLAH DASAR KELAS VI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Disusun Oleh:
Binedigta Yuni Puji Lestari
081224079
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
!
"#
$
$
%"
&
'( !
$
$
)
#
iv
)
!
$
*
+
!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
♥ )
*
♥
,
)
)
-
.
/
♥
♥ 02 -
)
0
- 3
)
4
v
#
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini tidak memuat karya
atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan
daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 18 Februari 2013
Penulis
Binedigta Yuni Puji Lestari
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama
: Binedigta Yuni Puji Lestari
Nomor Mahassiswa
: 081224079
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
DALAM BUKU PELAJARAN BAHASA INDONESIA
UNTUK SEKOLAH DASAR KELAS VI
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan memublikasikannya di internet atau
media lain untik kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 18 Februari 2013
Yang menyatakan
Binedigta Yuni Puji Lestari
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Lestari, Binedigta Yuni Puji. 2013. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Buku
Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI. Skripsi.
Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,
dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Tujuan penelitian
ini adalah mendeskripsikan kesalahan ejaan dan kesalahan kalimat dalam buku
pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI. Buku itu berjudul
Bahasa Indonesia: untuk Kelas 6 SD/MI, ditulis oleh Sukini Iskandar. Data
penelitian yang dianalisis berupa kalimat-kalimat yang mengandung kesalahan.
Kesalahan ejaan dianalisis menggunakan Pedoman EYD (Ejaan yang
Disempurnakan), sedangkan kesalahan kalimat dianalisis berdasarkan struktur dan
isi kalimatnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam buku Bahasa Indonesia: untuk
Kelas 6 SD/MI terdapat 63 kesalahan ejaan dan 55 kesalahan kalimat. Kesalahan
ejaan itu meliputi 6 kesalahan pemakaian huruf, 5 kesalahan pemakaian huruf
kapital, 2 kesalahan pemakaian huruf miring, 16 kesalahan penulisan kata, 3
kesalahan penulisan unsur serapan, dan 31 kesalahan pemakaian tanda baca.
Adapun kesalahan kalimat itu terdiri atas kekurangan unsur kalimat (25), kalimat
yang tidak logis (7), kalimat yang ambigu (6), penggunaan konjungsi yang
berlebihan (6), kesalahan pilihan kata (7), dan kesalahan pemborosan kata (4).
Jadi, berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kesalahan ejaan dan
kalimat dalam penelitian ini masih cukup banyak.
Berdasarkan hasil penelitian itu, peneliti memberikan saran kepada guru
bahasa Indonesia dan peneliti lain. Dalam memberikan pengajaran, guru bahasa
Indonesia hendaknya memperhatikan secara cermat penggunaan ejaan dan
penyusunan kalimat. Bila ditemukan kesalahan kebahasaan dalam buku yang
digunakan, hendaknya guru segera meralat dan memberitahukan bentuk yang
benar, agar siswa tidak meniru kesalahan yang ada dalam buku itu. Peneliti lain
disarankan agar melakukan penelitian lebih lanjut, misalnya tentang bidang
kebahasaan lain, yang belum diteliti dalam penelitian ini. Dengan demikian, hasil
penelitiannya dapat memperkuat penelitian ini.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Lestari, Binedigta Yuni Puji. 2013. Analysis of Language Error in
Indonesian Language Textbooks Elementary School Grade VI. Thesis.
Yogyakarta: Language Education Study Program, Indonesian
Literature, and Region, Faculty of Teacher Training and Education,
University of Sanata Dharma.
This research is a descriptive qualitative research. The purpose of this
research was to describe the error of spelling and sentences in the Indonesian
Language textbooks for Elementary School Class VI. The book is titled Bahasa
Indonesia: untuk Kelas 6 SD/MI, written by Sukini Iskandar. The research data
were sentences that contain errors. Spelling errors were analyzed using the
Pedoman EYD (Ejaan yang Disempurnakan), while errors of the sentences were
analyzed based on structure and content.
The results showed that the book Bahasa Indonesia: untuk Kelas 6 SD/MI
contained 63 spelling errors and 55 sentence errors. The spelling errors consist of
6 letters usage errors, 5 errors of use capital letters, 2 errors of use italic letters,
16 errors of word writing, 3 errors of writing element uptake, and 31 errors of use
punctuation. The sentence errors consist of the less of sentence part (25), which is
not logical sentence (7), an ambiguous sentence (6), excessive use of conjunctions
(6), word choice errors (7), and a waste of word errors (4). Thus, based on these
results it can be said that the spelling errors and sentences in this research is still
quite a lot.
Based on the results of the research, the researcher gave suggestion to
Indonesian Language teachers and other researchers. In providing teaching, the
Indonesian Language teacher should consider carefully the use of spelling and
sentence formulation. If errors were found in the book used language, the teacher
should rectify immediately and notify the proper form, so that the students should
not mimic the errors in the book. The other researchers were suggested to make
that further research, for example on the other linguistic aspect of the book that
has not been examined in this research. So that, the results of the research could
strengthen this research.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus karena atas
rahmatnya, penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis
Kesalahan Berbahasa dalam Buku Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah
Dasar Kelas VI”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Universitas Sanata
Dharma.
Penulis meyadari banyak pihak yang telah membantu, membimbing, dan
mengarahkan penulis. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus karena dengan segala anugerah dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan segera.
2. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
4. Dr. Y. Karmin, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang dengan sabar dan
bijaksana telah membimbing, menuntun, dan memberi banyak masukan
kepada penulis dalam proses membuat skripsi ini.
5. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku dosen pembimbing II yang telah
berkenan meluangkan waktu untuk membimbing serta memberi petunjuk
yang bermanfaat bagi penulis.
6. Seluruh staf pengajar Prodi PBSID, yang dengan penuh dedikasi membagi
ilmu, membimbing, memberikan dukungan, bantuan dan arahan yang
sangat bermanfaat untuk penulis dari awal kuliah sampai selesai.
7. Karyawan sekretariat PBSID (Mas Sidiq) yang selalu sabar memberikan
pelayanan dan membantu kelancaran penulis dalam menyelesaikan kuliah
di PBSID sampai penyusunan skripsi ini selesai.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8. Kedua orang tuaku, Tarsisius Dalidi Trisno Prasetyo dan Tatiana Tri
Subiyarti yang aku hormati dan cintai, yang telah mendidik dan
membesarkan aku, yang telah banyak berkorban untukku dan selalu
memberikan peluang kekuatan untukku. Aku tahu dalam setiap langkahku
ada doa kalian.
9. Kedua kakakku Fransisca Trisni Wiyanti dan Agustinus Heri Prasetyo,
yang telah membantu dan mendukungku, baik moril maupun finansial.
10. Fx. Didik Dwi Wahyudi yang dengan sabar memberikan doa, motivasi,
dan semangat kepada penulis.
11. Nenekku, Mbah Kliyem, yang membekaliku dengan doa-doanya.
12. Sahabatku Mbak Siti, Juwang, Pipit, Lisa, Mbak Pero, dan teman-teman
PBSID angkatan 2008, terima kasih atas kebersamaannya.
13. Adik Mia, terima kasih atas bantuannya.
14. Teman-teman penghuni kos-kosan OT Gatotkaca 14, terima kasih atas
persaudaraan kalian.
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung berupa
apapun kepada penulis.
16. Universitas Sanata Dharma yang memberikanku tempat dan ruang
kesempatan untuk belajar.
Penulis menyadari skripsi ini tentu masih mengandung berbagai
kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan penulis. Walaupun
demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Yogyakarta, 18 Februari 2013
Penulis
Binedigta Yuni Puji Lestari
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................
iii
HALAMAN MOTTO .................................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH ...... ................................................................................................
vii
ABSTRAK ... ................................................................................................
viii
ABSTRACT .. ................................................................................................
vix
KATA PENGANTAR ..................................................................................
x
DAFTAR ISI............ ....................................................................................
xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................
1
A. Latar Belakang ..............................................................................
1
B. Rumusan Masalah .........................................................................
2
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................
2
D. Manfaat Penelitian ........................................................................
3
E. Definisi Istilah ..............................................................................
4
F. Sistematika Penyajian ....................................................................
6
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................
7
A. Penelitian yang Relevan ...................................................................
7
B. Kajian Teori ....................................................................................
8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................
42
A. Jenis Penelitian ..............................................................................
42
B. Sumber Data dan Data Penelitian .................................................
43
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Teknik Pengumpulan Data ...........................................................
44
D. Instrumen Penelitian ................................. ....................................
44
E. Teknik Analisis Data .....................................................................
45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................
47
A. Deskripsi data ................................................................................
47
B. Analisis Data .................................................................................
47
C. Hasil Analisis.................................................................................
69
D. Pembahasan ...................................................................................
71
BAB V PENUTUP ........................................................................................
75
A. Kesimpulan ....................................................................................
75
B. Implikasi ........................................................................................
76
C. Saran ..............................................................................................
77
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
78
LAMPIRAN ..................................................................................................
80
BIOGRAFI PENULIS .................................................................................
100
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Jumlah Kesalahan Ejaan ................................................................
70
Tabel 4.2 Jumlah Kesalahan Kalimat ............................................................
71
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Data Kesalahan Ejaan .................................................................
81
Lampiran 2 Data Kesalahan Kalimat .............................................................
93
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi paling penting bagi manusia. Melalui
bahasa setiap manusia dapat berhubungan antara satu dan yang lain. Secara
umum, bahasa dibedakan menjadi dua, yaitu lisan dan tulis. Bahasa lisan
diungkapkan secara langsung, menggunakan suara (audio), sedangkan bahasa
tulis diungkapkan dalam bentuk tulisan (visual).
Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi terutama dalam situasi
resmi, baik lisan maupun tertulis harus menggunakan bahasa baku. Bahasa baku
adalah ragam bahasa yang cara pengucapan dan penulisannya sesuai dengan
kaidah-kaidah standar (Waridah, 2009:186). Kaidah-kaidah standar yang dimaksud adalah kaidah-kaidah bahasa baku. Untuk itu, setiap penggunaan bahasa
secara resmi, terutama bahasa tulis harus menggunakan bahasa baku.
Dalam karya tulis, apalagi karya yang sudah diterbitkan tentu bahasa yang
diharapkan sudah memenuhi kaidah-kaidah standar kebakuan bahasa karena
sudah melalui proses penyuntingan. Namun, kenyataannya masih banyak buku
yang sudah diterbitkan suatu lembaga penerbit yang penulisannya masih
menyimpang dari kaidah-kaidah standar bahasa baku. Kesalahan yang masih
kerap muncul dalam buku-buku terbitan adalah kesalahan ejaan dan sintaksis.
Melihat keadaan seperti itu, peneliti akan mengadakan penelitian tentang
kesalahan berbahasa dalam buku terbitan. Buku yang akan diteliti adalah buku
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI. Peneliti mengadakan
penelitian ini karena merasa prihatin dengan keadaan itu. Buku pelajaran yang
seharusnya menjadi acuan masih mengandung berbagai kesalahan terutama
dalam ejaan dan sintaksis.
Buku pelajaran yang akan diteliti berjudul Bahasa Indonesia: untuk Kelas
6 SD/MI yang disusun oleh Sukini & Iskandar. Alasan peneliti memilih buku ini
untuk diteliti karena dinilai oleh Badan Standar Nasioal Pendidikan dan telah
ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang memenuhi syarat kelayakan untuk
digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan
Nomor 34 Tahun 2008.
Masalah yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi dalam kesalahan ejaan
dan sintaksis saja. Kesalahan ejaan yang diteliti meliputi kesalahan pemakaian
huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata, penulisan unsur
serapan, dan pemakaian tanda baca. Kesalahan sintaksis yang diteliti dibatasi
khusus mengenai kesalahan-kesalahan dalam kalimat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti menyusun dua
rumusan
masalah sebagai berikut.
1. Kesalahan ejaan apa sajakah yang terdapat dalam buku pelajaran
Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI?
2. Kesalahan kalimat apa sajakah yang terdapat dalam buku pelajaran
Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah sebagai
berikut.
1. Mendeskripsikan kesalahan ejaan yang terdapat dalam buku pelajaran
Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI.
2. Mendeskripsikan kesalahan kalimat yang terdapat dalam buku
pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi mahasiswa
calon guru, guru bahasa dan sastra Indonesia, dan peneliti lain.
1. Bagi mahasiswa calon guru
Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada mahasiswa calon guru
bahwa dalam buku-buku pelajaran masih terdapat kesalahan. Untuk itu, harus
selektif untuk menggunakan dan mengikuti apa yang tertulis dalam buku-buku
pelajaran tersebut.
2. Bagi guru bahasa dan sastra Indonesia
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan informasi bahwa dalam bukubuku
pedoman
pelajaran
masih
terdapat
kesalahan,
sehingga
untuk
penggunaannya saat mengajar guru harus lebih selektif. Jika terdapat kesalahan
dalam buku pelajaran, guru harus segera menginformasikan kepada siswa dan
membetulkannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
3. Bagi peneliti lain
Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi berupa penelitian yang
relevan bagi peneliti berikutnya.
E. Definisi Istilah
Dalam penelitian ini, ada beberapa istilah yang pengertiannya perlu
dibatasi. Pembatasan istilah ini dimaksudkan agar tidak terjadi salah pengertian
ataupun salah penafsiran. Istilah-istilah yang dibatasi pengertiannya adalah
sebagai berikut.
1. Kesalahan
Kesalahan adalah bagian yang menyimpang dari beberapa norma baku
pada ujaran atau tulisan sang pelajar (Tarigan, 1988:272).
2. Kesalahan berbahasa
Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa baik secara lisan maupun
tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi atau
menyimpang dari norma kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata
bahasa Indonesia (Setyawati, 2010:15).
3. Analis kesalahan berbahasa
Analisis kesalahan berbahasa adalah prosedur yang digunakan oleh para
peneliti dan para guru, yang mencakup pengumpulan sampel bahasa pelajar,
pengenalan kesalahan-kesalahan
yang terdapat dalam sampel tersebut,
pendeskripsian kesalahan-kesalahan itu, pengklasifikasiannya berdasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
sebab-sebabnya yang telah dihipotesiskan, serta pengevaluasiannya (Tarigan,
1988:170).
4. Ejaan
Ejaan adalah sistem atau aturan perlambangan bunyi bahasa dengan huruf,
aturan menuliskan kata-kata dengan cara-cara mempergunakan tanda baca
(Kridalaksana, 1975:39).
5. Kesalahan Ejaan
Kesalahan ejaan adalah kesalahan menulis kata atau kesalahan menggunakan tanda baca (Tarigan & Tarigan, 1988:198).
6. Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan,
yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau
tanda seru (!) (Alwi, dkk., 2003:311).
7. Kesalahan kalimat
Kesalahan kalimat adalah penggunaan kalimat (tertulis) yang tidak benar
karena penyusunannya tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa. Menurut Arifin
(1987:4), penerapan kaidah tata bahasa yang benar dapat dilihat dari
pembentukan kata dan pembentukan kalimatnya.
F. Sistematika Penyajian
Laporan hasil penelitian ini disusun menjadi lima bab. Bab I berisi
pendahuluan yang mencakup latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II berisi
landasan teori yang mencakup penelitian yang relevan dan kajian teori. Bab III
berisi metodologi penelitian yang mencakup jenis penelitian, sumber data dan
data penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik
analisis data. Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan mengenai kesalahan
ejaan dan kalimat dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar
Kelas VI. Yang terakhir, Bab V berisi kesimpulan yang dibuat dan saran yang
diberikan oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan pengamatan peneliti, dapat diketahui bahwa penelitian
kesalahan berbahasa telah dilakukan sebelumnya. Dalam bagian ini, akan
diuraikan empat penelitian terdahulu yang relevan, yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Donatus Doweng Kumanireng (2003), Maria Helena Dane
Namang (2005), Elisabet Cinta Satriarini (2009), dan Maria Riska Wikantari
(2009).
Kumanireng (2003) melakukan penelitian berjudul Analisis Kesalahan
Berbahasa Siswa Kelas II SMA Frater Disamakan Makassar, Tahun Ajaran
2004/2005
dalam
Menggunakan
Kata
berimbuhan
Me-.
Berdasarkan
penelitiannya, ditemukan 149 kesalahan yang meliputi: kesalahan penggunaan
variasi bentuk afiks me-, kesalahan penggunaan makna afiks me-, dan kesalahan
pemenggalan kata berimbuhan me-.
Namang (2005) meneliti kesalahan sintaksis dalam karangan argumentasi.
Penelitiannya
berjudul
Analisis
Kesalahan
Sintaksis
dalam
Karangan
Argumentasi Kelas II SMAK Frateran Podor Larantuka Tahun Ajaran
2003/2004. Dari hasil penelitiannya, dapat diketahui bahwa kesalahan berbahasa
yang paling banyak dilakukan siswa adalah kesalahan pada aspek klausa.
Satriarini (2009) mengadakan penelitian berjudul Kesalahan Kalimat
dalam Berita Utama Surat Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat. Dari
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
penelitiannya diketahui bahwa terdapat 303 kesalahan, yang meliputi 67
kesalahan pemborosan kata, 180 kesalahan pilihan kata, 56 kesalahan kekurangan
unsur kalimat.
Penelitian berjudul Analisis Kesalahan Struktur Kalimat dalam Karangan
Narasi Ekspositoris Siswa Kelas VII SMP Pangudi Luhur Srumbung Tahun
Ajaran 2008/2009 dilakukan oleh Wikantari (2009). Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan kekurangan dan urutan unsur kalimat yang terdapat
dalam karangan narasi siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Srumbung tahun
ajaran 2008/2009. Dari penelitian tersebut, ditarik kesimpulan bahwa jenis
kesalahan yang terdapat dalam karangan narasi siswa kelas VIII adalah dalam
bidang sintaksis, khususnya pada tataran struktur kalimat.
Berdasarkan keempat penelitian di atas, dapat diketahui bahwa belum ada
penelitian yang meneliti kesalahan berbahasa pada buku pelajaran. Untuk itu,
penelitian ini akan membahas kesalahan pada buku-buku pelajaran.
B. Kajian Teori
Pada bagian ini akan diuraikan kerangka teori yang akan digunakan untuk
memecahkan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu kesalahan berbahasa,
analisis kesalahan berbahasa, daerah kesalahan berbahasa, ejaan, jenis kesalahan
ejaan, kalimat, jenis kesalahan kalimat, dan kriteria penyusunan buku pelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
1. Kesalahan Berbahasa
Kesalahan
merupakan
bagian
konversasi
atau
komposisi
yang
menyimpang dari norma baku atau norma terpilih dari performansi bahasa orang
dewasa (Tarigan, 1988:141). Menurut Setyawati (2010:15),
yang dimaksud
dengan kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa baik secara lisan
maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi
atau menyimpang dari norma kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata
bahasa Indonesia. Kesalahan yang sering terjadi dalam media cetak akan
berpengaruh pada pembacanya.
Berdasarkan pengertian di atas, peneliti mengacu pada pendapat
Setyawati. Setyawati menyebutkan bahwa kesalahan berbahasa adalah
penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari
kaidah tata bahasa Indonesia.
2. Analisis Kesalahan Berbahasa
Kesalahan (errors) dan kekeliruan (mistake) adalah dua masalah yang
biasa terjadi dalam penggunaan bahasa. Brown (dalam Nurgiyantoro,
1995:191—192) membedakan kesalahan dan kekeliruan. Menurut Brown,
kekeliruan
bahasa
lebih
berhubungan
dengan
masalah
penampilan
(performance), sedangkan kesalahan lebih disebabkan oleh faktor kemampuan
(competence).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Tarigan dan Tarigan dalam bukunya Pengajaran Analisis Kesalahan
Berbahasa (1988) mengemukakan pengertian analisis kesalahan berbahasa
sebagai berikut.
Analisis kesalahan berbahasa adalah prosedur yang digunakan oleh para
peneliti dan para guru, yang mencakup pengumpulan sampel bahasa
pelajar, pengenalan kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam sampel
tersebut, pendeskripsian kesalahan-kesalahan itu, pengklasifikasiannya
berdasarkan sebab-sebabnya yang telah dihipotesiskan, serta
pengevaluasiannya (Tarigan dan Tarigan, 1988:170).
Senada dengan Tarigan, Pateda (1989:32) berpendapat bahwa analisis
kesalahan
berbahasa
mengklasifikasi,
dan
merupakan
suatu
menginterpretasi
teknik
kesalahan
untuk
yang
mengidentifikasi,
dilakukan
oleh
pembelajar yang sedang belajar bahasa kedua secara sistematis dan sesuai
dengan teori serta prosedur linguistik.
3. Daerah Kesalahan Berbahasa
Daerah kesalahan berbahasa dikemukakan oleh beberapa ahli. Salah
satunya adalah Pateda. Pateda (1989:51—61) menyebutkan bahwa ada beberapa
daerah kesalahan berbahasa. Daerah kesalahan yang diungkapkan pateda adalah
sebagai berikut.
a. Daerah Kesalahan Fonologi
Kesalahan ini berkaitan dengan pelafalan dan penulisan bunyi bahasa.
Daerah kesalahan ini meliputi pemakaian huruf kapital, penulisan kata, dan
tanda baca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
b. Daerah Kesalahan Morfologi
Kesalahan pada bidang morfologi berkaitan dengan tata bentuk kata.
Dalam bahasa Indonesia kesalahan bidang morfologi meliputi derivasi, diksi,
kontaminasi, dan pleonasme.
c. Daerah Kesalahan Sintaksis
Kesalahan sintaksis berhubungan dengan kalimat dan berkaitan dengan
daerah morfologi karena kalimat berunsurkan kata-kata. Oleh karena itu,
kesalahan ini mencakup: (i) kalimat yang berstruktur tidak baku, (ii) kalimat
yang ambigu, (iii) kalimat yang tidak jelas, (iv) diksi yang tidak tepat dalam
membentuk kalimat, (v) kontaminasi kalimat, (vi) koherensi, (vii) kalimat
mubazir, (viii) kata serapan yang digunakan di dalam kalimat, dan (ix) logika
kalimat.
d. Daerah Kesalahan Semantis
Lyons (dalam Pateda, 1989:60) mengatakan bahwa semantik adalah studi
tentang makna. Menurut Pateda (1989), makna berhubungan dengan bayangan
imajinasi kita tentang sesuatu, apakah benda, peristiwa, proses atau abstraksi
sesuatu.
e. Daerah Kesalahan Grafologi
Kesalahan ini mencakup: (i) pemakaian huruf, (ii) pemakaian huruf
kapital dan huruf miring, (iii) penulisan kata, (iv) penulisan unsur serapan, (v)
pemakaian tanda baca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Hampir sama dengan Pateda, daerah kesalahan berbahasa juga
dikemukakan Tarigan (1988:198—200). Tarigan membagi daerah kesalahan
berbahasa menjadi empat bagian.
a. Daerah Kesalahan Fonologi
Kesalahan fonologi mencakup kesalahan ucapan dan kesalahan ejaan.
Kesalahan ucapan adalah kesalahan mengucapkan kata sehingga menyimpang
dari ucapan baku atau bahkan menimbulkan perbedaan makna. Adapun
kesalahan ejaan ialah kesalahan menuliskan kata atau kesalahan menggunakan
tanda baca.
b. Daerah Kesalahan Morfologi
Kesalahan morfologi adalah kesalahan memakai bahasa disebabkan salah
memilih afiks, salah menggunakan kata ulang, salah menyusun kata majemuk,
dan salah memilih bentuk kata.
c. Daerah Kesalahan Sintaksis
Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan struktur frasa,
klausa, atau kalimat serta ketidaktepatan pemakaian partikel.
d. Daerah Kesalahan Leksikon
Kesalahan leksikon adalah kesalahan memakai kata yang tidak atau
kurang tepat.
Penelitian ini berfokus pada kesalahan ejaan dan kalimat. Daerah
kesalahan berbahasa yang lainnya tidak dibahas dalam penelitian ini. Teori yang
digunakan lebih berfokus pada pendapat Tarigan karena teori kesalahan sintaksis
dibagi dengan tepat yaitu frasa, klausa, kalimat serta ketidaktepatan pemakaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
partikel. Adapun teori yang dikemukakan oleh Pateda, kurang tepat. Misalnya,
menurut Pateda kesalahan sintaksis mencakup kesalahan koherensi (yang
seharusnya masuk pada analisis wacana).
4. Ejaan
Ejaan merupakan salah satu unsur pembangun dalam bahasa. Menurut
Badudu (1980:31),
ejaan adalah perlambangan fonem dengan huruf. Ejaan
adalah sistem atau aturan perlambangan bunyi bahasa dengan huruf, aturan
menuliskan
kata-kata
dengan
cara-cara
pempergunakan
tanda
baca
(Kridalaksana, 1975:39). Senada dengan Kridalaksana, Tarigan (1985:7)
menyebutkan bahwa ejaan merupakan cara atau aturan melukiskan kata-kata
dengan huruf menurut disiplin ilmu bahasa.
Demi tercapainya pemakaian bahasa Indonesia yang benar terutama
dalam penulisan ejaan, pada tanggal 17 Agustus 1972, Presiden Soeharto
meresmikan suatu aturan ejaan dengan nama Ejaan yang Disempurnakan (Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1997: 11). Ejaan yang disempurnakan
merupakan pedoman atau kaidah pembakuan bahasa, khususnya bahasa tulis.
EYD mengatur lima hal (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,
2003:15—68). Lima hal yang diatur dalam EYD adalah pemakaian huruf,
pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata, penulisan unsur
serapan, dan pemakaian tanda baca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
5. Jenis Kesalahan Ejaan
Pada penelitian ini, untuk menentukan kesalahan ejaan digunakan buku
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang diterbitkan
oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2003.
Berdasarkan pedoman di atas, jenis kesalahan ejaan yang akan diteliti, yaitu
pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata,
penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca.
a. Pemakaian huruf
Pedoman ejaan tentang pemakaian huruf meliputi huruf abjad, huruf
vokal, huruf konsonan, huruf diftong, gabungan huruf konsonan, dan
pemenggalan kata. Dari keenam pedoman tentang pemakaian huruf ini yang
masih sering menjadi persoalan adalah pemenggalan kata. Dalam karya tulis,
masih sering ditemukan pemenggalan kata yang tidak sesuai dengan pedoman
ejaan yang benar.
(1) .... pemerintah negeri ini sampai sekarang masih saja kebingungan
men-gatasi berbagai persoalan yang mendera rakyatnya. (KR, 8 Mei
2012, hlm. A)
Pemenggalan kata di atas tidak tepat. Kata mengatasi bentuk dasarnya adalah
atas, maka pemenggalan kata di atas akan tepat bila ditulis dengan meng-atasi.
(1a) .... pemerintah negeri ini sampai sekarang masih saja kebingungan
meng-atasi berbagai persoalan yang mendera rakyatnya.
b. Pemakaian huruf kapital dan huruf miring
Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
terdapat lima belas ketentuan pemakaian huruf kapital yang diterapkan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
bahasa Indonesia. Huruf kapital dipakai sebagai awal (a) huruf pertama kata
yang terdapat di awal kalimat, (b) huruf pertama petikan langsung, (c) ungkapan
yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, (d) gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan, (e) jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang,
(f) unsur-unsur nama orang, (g) nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa,
(h) nama tahun, bulan, hari raya, dan peristiwa sejarah, (i) nama geografi,
(j) semua unsur nama negara dan lembaga pemerintahan, (k) semua unsur
bentuk ulang sempurna nama badan, lembaga pemerintah, dan dokumen resmi,
(l) semua unsur nama buku, majalah, surat kabar, judul karangan, (m) singkatan
nama gelar, pangkat, dan sapaan, (n) kata penunjuk kekerabatan yang dipakai
dalam penyapaan dn pengacuan, dan (o) kata ganti Anda.
Meskipun kelihatannya sepele, pemakaian huruf kapital seringkali masih
menimbulkan persoalan. Kesalahan-kesalahan yang timbul dalam pemakaian
huruf kapital masih sering ditemukan. Perhatikan contoh berikut.
(2)
(3)
(4)
(5)
Orang asing itu sudah mulai fasih berbicara dalam Bahasa Indonesia.
Dia akan pergi naik Haji tahun ini.
Surat anda telah kami terima.
Ibu membeli gula Jawa di warung.
Dalam kalimat (2) terdapat kesalahan pemakaian huruf kapital. Penulisan kata
Bahasa dalam kalimat (2) tidak tepat. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama bahasa, bukan kata bahasa itu sendiri. Kesalahan yang terdapat
dalam kalimat (3) adalah pada kata Haji. Bentuk yang benar adalah haji karena
tidak diikuti dengan nama orang. Kesalahan kalimat (4) terdapat pada kata ganti
anda. Penulisan kata ganti Anda yang tepat harus diawali dengan huruf kapital,
seperti yang disebutkan dalam pedoman ejaan pemakaian huruf kapital. Kalimat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
(5) juga masih terdapat kesalahan. Kesalahannya terletak pada kata Jawa dalam
frasa gula Jawa. Bentuk yang benar tidak menggunakan huruf kapital karena
digunakan sebagai nama jenis, yaitu jawa.
(2a) Orang asing itu sudah mulai fasih berbicara dalam bahasa Indonesia.
(3a) Dia akan pergi naik haji tahun ini.
(4a) Surat Anda telah kami terima.
(5a) Ibu membeli gula jawa di warung.
Berbeda dengan pedoman pemakaian huruf kapital, pedoman dalam
pemakaian huruf miring hanya terdiri atas tiga ketentuan. Pertama, huruf miring
dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar
yang dikutip dalam tulisan. Kedua, huruf miring digunakan untuk menegaskan
atau mengkhususkan huruf, kata, atau kelompok kata. Ketiga, huruf miring
dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing,
kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Perhatikan contoh berikut.
(6) Materi kuliah dapat kita download dari internet.
(7) Ibu sedang membaca “Genie”.
Kedua contoh kalimat di atas masih terdapat kesalahan dalam ejaannya. Kalimat
(6) menggunakan kata download yang merupakan kata dari bahasa Inggris
sehingga penulisannya harus dimiringkan. Kalimat (7) terdapat dalam kata
Genie. Genie merupakan nama majalah sehingga penulisannya harus
menggunakan huruf miring.
(6a) Materi kuliah dapat kita download dari internet.
(7a) Ibu sedang membaca Genie.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
c. Penulisan kata
Pedoman ejaan mengenai penulisan kata meliputi sepuluh hal. Hal-hal
yang diatur dalam penulisan kata adalah kata dasar, kata turunan, bentuk ulang,
gabungan kata, kata ganti (ku, kau, mu, dan nya), kata depan (di, ke, dan dari),
kata si dan sang, partikel (-lah, -kah, -tah, pun, dan per), singkatan dan akronim,
serta angka dan lambang bilangan.
Menuliskan kata-kata memang mudah. Namun, ketika harus menulis
dengan bentuk yang benar atau baku akan menjadi persoalan. Menulis kata
dengan benar dan baku tidak mudah. Hal ini terbukti ketika masih banyak
kesalahan penulisan kata dalam berbagai karya tulis. Perhatikan contoh berikut.
(8) Semua anak bertepuktangan.
(9) Korupsi harus di basmi.
(10) Apapun alasannya, kamu tidak boleh mencuri.
(11) Hanya ini yang ku peroleh.
(12) Sejak kapan adik mu sakit?
Kata-kata yang dicetak miring di atas merupakan kata-kata yang tidak
tepat penulisannya. Pada kalimat (8) kata dasar dari kata yang dicetak miring
adalah tepuk tangan. Ketika kata tersebut mendapat awalan ber-, yang ditulis
serangkai hanya kata yang mengikuti langsung. Bentuk yang benar adalah
bertepuk tangan. Kata di basmi dalam kalimat (9) tidak tepat karena di- di sana
sebagai awalan bukan kata depan sehingga penulisan yang benar adalah dibasmi.
Penulisan partikel pun pada kata apapun dalam kalimat (10) tidak tepat.
Penulisan partikel pun yang benar dipisah dengan kata yang mendahuluinya
sehingga penulisan yang benar adalah apa pun. Kalimat (11) dan (12) memiliki
kesalahan yang sama, yaitu pada penulisan kata ganti. Penulisan kata ganti ku,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
kau, mu, dan nya selalu ditulis serangkai dengan kata yang mengikuti ataupun
mendahuluinya. Penulisan yang benar, yaitu kuperoleh dan adikmu.
(8a) Semua anak bertepuk tangan.
(9a) Korupsi harus dibasmi.
(10a) Apa pun alasannya, kamu tidak boleh mencuri.
(11a) Hanya ini yang kuperoleh.
(12a) Sejak kapan adikmu sakit?
Partikel pun dapat pula ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya
karena lazim dianggap padu. Perhatikan contoh kalimat berikut.
(13) Sekalipun banjir, mereka tidak mau dievakuasi.
(14) Sekali pun, banjir tidak pernah menerjang wilayah kami.
Penggunaan partikel pun dalam kalimat (13) dan (14) berbeda. Partikel pun pada
kalimat (13) ditulis serangkai karena termasuk kelompok yang lazim dianggap
padu, sama halnya dengan biarpun, walaupun, meskipun, adapun, andaipun,
ataupun, bagaimanapun, kalaupun, kendatipun, maupun sungguhpun yang
ditulis serangkai.
Berbeda dengan kalimat (14). Penulisan partikel pun pada kalimat (14)
dipisah dengan kata sebelumnya, karena kata sekali pada kalimat itu berarti satu
kali yang menunjukkan jumlah. Tanpa mengubah makna kalimat, partikel pun
pada kalimat (14) dapat diganti dengan kata saja, seperti pada kalimat berikut.
(14a) Sekali saja, banjir tidak pernah menerjang wilayah kami.
Kalimat (14a) mempunyai makna yang sama dengan kalimat (14). Kata sekali
pada kalimat (14) dan (14a) sama-sama berarti satu kali. Untuk mengetahui
apakah partikel pun harus ditulis terpisah atau serangkai dengan kata yang
mendahuluinya, dapat diuji dengan mengganti partikel pun dengan kata saja,
seperti pada contoh kalimat (14).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
d. Penulisan unsur serapan
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia
dapat dibagi atas dua golongan. Pertama, unsur pinjaman yang belum
sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia. Unsur pinjaman ini belum
disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Penulisan unsur serapan yang
belum disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring.
Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan
kaidah bahasa Indonesia. Berikut contoh-contoh kesalahan yang sering
ditemukan dalam penulisan unsur serapan.
praktek
standard
standarisasi
teoritis
praktik
standar (dari bahasa Inggris standard)
standardisasi (dari bahasa Inggris standarization)
teoretis
Dalam pemakaian kebahasaan sering muncul permasalahan apakah bentuk
praktek atau praktik yang benar untuk digunakan. Bentuk yang benar dan sesuai
dengan penyerapan yang berlaku adalah praktik sehingga membentu kata seperti
praktikan dan praktikum. Demikian juga dengan penggunaan bentuk standar
yang diserap dari bahasa Inggris standard sering digunakan untuk membenarkan
bentuk standarisasi. Bentuk standarisasi tidak benar. Yang benar adalah
standardisasi yang diserap dari kata bahasa Inggris standardization. Hal yang
serupa terjadi dalam bentuk teoretis yang berasal dari bahasa Inggris theoretical,
sering dipahami orang sebagai teoritis (Rahardi, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
e. Pemakaian tanda baca
Ada lima belas tanda baca yang diatur dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnaka. Lima belas tanda baca tersebut, yaitu
tanda titik (.), koma (,), titik koma (;), titik dua (:), tanda hubung (-), pisah (--),
elipsis (...), tanda tanya (?), tanda seru (!), kurung ((...)), kurung siku ([...]), tanda
petik (“...”), petik tunggal (‘...’), garis miring (/), penyingkat/apostrof (‘).
Perhatikan contoh-contoh di bawah ini.
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
Saya sudah membaca buku ini halaman 34-45.
Saya membeli kertas, pena dan tinta.
Andi merayakan ulang tahunnya yang ke 15.
Saya membaca Sajak Joki Tobing untuk Widuri dalam kumpulan
puisi Potret Pembangunan.
Lomba ini diikuti oleh SMA se Yogyakarta.
Kita memerlukan perabotan rumah tangga kursi, meja, dan lemari.
Ini kursus komputer atau apa.
Sediakan dua buah pare dan cuci.
Korupsi juga pernah terjadi dalam pengadaan alat sidik jari
Automatic Fingerprint Identification System/AFIS).
PSIS akan berlaga di Liga Utama Indonesia musim kompetisi
2009-2010.
Hidupnya jauh dari sikap ojo duweh atau jangan merasa lebih dari
yang lain.
Kalimat (15) mengandung kesalahan dalam menggunakan tanda pemisah (—).
Untuk menunjukkan halaman 34 sampai 45, seharusnya digunakan tanda pisah
(—) bukan tanda penghubung (-) seperti pada kalimat (15) di atas. Perbaikan
ejaan dalam kalimat (15) adalah sebagai berikut.
(15a) Saya sudah membaca buku ini halaman 34—45.
Pada kalimat (16) terdapat kesalahan pemakaian tanda koma (,). Tanda koma
dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Kalimat
(16) merupakan kalimat yang menggunakan perincian, maka sebelum kata dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
harus diberi tanda koma (,). Perbaikan ejaan pada kalimat (16) adalah sebagai
berikut.
(16a) Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Kalimat (17) dan (19) memiliki kesalahan yang sama, yaitu sama-sama
mengandung kesalahan dalam pemakaian tanda penghubung. Tanda penghubung
digunakan untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai
dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan –an, (iv)
singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan
rangkap. Kalimat (17) sesuai dengan ketentuan (ii) bahwa ke- dan angka
dirangkaikan dengan tanda penghubung (-), sedangkan kalimat (19) sesuai
dengan ketentuan (i) bahwa tanda penghubung (-) digunakan untuk merangkai
se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital. Perbaikan ejaan
pada kalimat (17) dan (19) adalah sebagai berikut.
(17a) Andi merayakan ulang tahunnya yang ke-15.
(19a) Lomba ini diikuti oleh SMA se-Yogyakarta.
Kesalahan yang terdapat pada kalimat (18) adalah kesalahan penggunaan tanda
petik (“...”). Tanda petik (“...”) salah satunya digunakan untuk mengapit judul
syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. Dalam kalimat (18)
Sajak Joki Tobing untuk Widuri merupakan judul puisi, sehingga penulisannya
harus diapit dengan tanda petik (“...”), bukan ditulis dengan huruf miring.
Adapun penulisan Potret Pembangunan dengan huruf miring sudah benar karena
merupakan judul buku (kumpulan puisi) karya W.S. Rendra. Perbaikan ejaan
pada kalimat (18) adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
(18a) Saya membaca “Sajak Joki Tobing untuk Widuri” dalam kumpulan
puisi Potret Pembangunan.
Kalimat (20) mengandung kesalahan pemakaian tanda titik dua (:). Tanda titik
dua (:) salah satu fungsinya adalah dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap
jika diikuti rangkaian atau pemerian. Pada kalimat (20), kelompok kata kursi,
meja, dan lemari merupakan rangkaian atau pemerian dari perabotan rumah
tangga. Oleh karena itu, tanda titik dua (:) perlu ditambahkan setelah kelompok
kata perabotan rumah tangga untuk menunjukkan bahwa kelompok kata kursi,
meja, dan lemari berupakan pemerian. Perbaikan ejaan pada kalimat (20) adalah
sebagai berikut.
(20a) Kita memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Dalam kalimat (21), terdapat kesalahan pemakaian tanda tanya (?). Tanda tanya
(?) dipakai untuk mengakhiri kalimat tanya. Kalimat (21) merupakan kalimat
tanya sehingga harus diakhiri dengan tanda tanya (?), bukan tanda titik (.) seperti
pada kalimat (21) tersebut. Perbaikan kalimat (21) adalah sebagai berikut.
(21a) Ini kursus komputer atau apa?
Dalam kalimat (22) juga terdapat kesalahan pemakaian tanda baca. Kesalahan
yang terdapat dalam kalimat (22) adalah kesalahan pemakaian tanda seru (!).
Tanda seru (!) dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun
rasa emosi yang kuat. Kalimat (22) merupakan kalimat perintah sehingga harus
diakhiri dengan tanda seru (!). perbaikan ejaan pada kalimat (22) adalah sebagai
berikut.
(22a) Sediakan dua buah pare dan cuci!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Kalimat (23) mengandung kesalahan pemakaian tanda kurung ((....)). Tanda
kurung ((...)) digunakan untuk mengapit tambahan keterangan, penjelasan, atau
singkatan. Kesalahannya terdapat pada penulisan singkatan AFIS yang ditulis
dengan /AFIS). AFIS merupakan singkatan atau kependekan dari Automatic
Fingerprint Identification System sehingga penulisannya harus diapit dengan
tanda kurung ((...)). Perbaikan kalimat (23) adalah sebagai berikut.
(23a) Korupsi juga pernah terjadi dalam pengadaan alat sidik jari
Automatic Fingerprint Identification System (AFIS).
Kalimat (24) juga mengandung kesalahan dalam pemakaian tanda baca.
Kesalahan tanda baca yang terdapat dalam kalimat (24) adalah kesalahan tanda
garis miring (/). Tanda garis miring (/) dipakai di dalam nomor surat pada alamat
dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. Selain
itu, tanda garis miring (/) juga digunakan sebagai pengganti kata atau, tiap.
Kesalahan dalam kalimat (24) terdapat pada penulisan masa satu tahun yang
terbagi dalam dua tahun takwim. Kalimat (24) diperbaiki menjadi seperti
berikut.
(24a) PSIS akan berlaga di Liga Utama Indonesia musim kompetisi
2009/2010.
Dalam kalimat (25) terdapat kesalahan pemakaian tanda petik tunggal (‘...’).
Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit (i) petikan langsung yang tersusun
dalam petikan lain, dan (ii) makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau
ungkapan asing. Dalam kalimat (25) terdapat ungkapan asing yang berupa
ungkapan dari bahasa jawa, yaitu ungkapan ojo duweh yang mengandung arti
jangan merasa lebih dari yang lain. Sesuai dengan poin (ii) bahwa makna,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing diapit dengan tanda petik
tunggal (‘...’), maka kalimat (25) dapat diperbaiki ejaannya menjadi sebagai
berikut.
(25a) Hidupnya jauh dari sikap ojo duweh ‘jangan merasa lebih dari yang
lain’.
6. Kalimat
Pengertian kalimat didefinisikan oleh beberapa ahli. Ramlan (2005:23)
berpendapat bahwa kalimat ialah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda
panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. Alwi, dkk. (2003:311)
mengatakan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan
atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud tulisan,
kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda
tanya (?), atau tanda seru (!); sementara itu di dalamnya disertai dengan tanda
koma (,), titik dua (:), tanda pisah (—), dan spasi. Kalimat juga dapat dipahami
sebagai satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan ataupun tulis, yang
mengungkapkan pikiran dan gagasan yang utuh (Rahardi, 2009:127).
Dari ketiga pendapat mengenai definisi kalimat di atas, peneliti mengacu
pada pendapat yang dikemukakan oleh Alwi, dkk. bahwa kalimat merupakan
satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Alwi, dkk.
(2003:336—389) mengatakan bahwa berdasarkan jumlah klausanya, kalimat
dibedakan atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
kalimat yang hanya terdiri atas satu klausa, sedangkan kalimat majemuk adalah
kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih.
Dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia yang ditulis oleh Alwi,
dkk. (2003:311) disebutkan bahwa kalimat merupakan satuan dasar wacana.
Wacana hanya akan terbentuk jika ada dua kalimat atau lebih yang letaknya
berurutan, sesuai dengan kaidah kewacanaan.
Alwi, dkk. Juga menjelaskan bahwa kalimat merupakan konstruksi
sintaksis yang mengandung unsur predikasi. Oleh karena itu, kalimat sering
dianggap sama dengan klausa karena klausa juga merupakan kontruksi sintaksis
yang mengandung unsur predikasi. Jika dilihat struktur internalnya, kalimat dan
klausa terdiri atas unsur subjek dan predikat dengan atau tanpa objek, pelengkap
atau keterangan. Perbedaan antara kalimat dan klausa hanya pada ada atau
tidaknya intonasi atau tanda baca akhirnya.
Indradi
(2003),
dalam
bukunya
Cermat
Berbahasa
Indonesia
menyebutkan bahwa kalimat yang baik adalah kalimat yang dapat mewakili
pikiran dan keinginan penulis dengan tepat dan dapat dimengerti oleh pembeca
dengan mudah. Adapun syarat kalimat yang baik adalah sebagai berikut: (a)
berciri gramatikal, (b) mengandung kelogisan, dan (c) sesuai situasi dan kondisi
saat bahasa tersebut digunakan (Soedjito, 1988).
Menurut Rahardi (2010), satuan kebahasaan dapat dikatakan sebagai
kalimat jika memiliki predikat. Jadi, dapat dikatakan bahwa predikat merupakan
alat penguji kalimat yang paling utama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Alat penguji kalimat yang kedua adalah dengan teknik permutasi atau
teknik pemutaran. Pembalikan atau permutasi ini dilakukan pada predikat dan
subjek kalimat. Jika pembelikan antara subjek dan predikat kalimat tersebut
tidak memunculkan makna baru, satuan kebahasaan tersebut memang
merupakan kalimat. Perhatikan contoh berikut.
Adik sedang bermain.
S
P
Predikat dalam kalimat tersebut adalah sedang bermain. Apabila kalimat
tersebut dipermutasikan menjadi Sedang bermain adik., tidak mengubah
informasi yang disampaikan.
Selain kalimat secara umum dapat diuji dengan teknik pemutaran, unsur-unsur
dalam kalimat juga dapat diuji ada atau tidak di dalam kalimat (Rahardi, 2010).
a. Subjek
Subjek merupakan unsur yang paling pokok di dalam sebuah kalimat.
Sebuah entitas kebahasaan disebut subjek bila dapat menjawab pertanyaan apa
atau
siapa.
Jadi,
alat
uji
subjek
adalah
dengan
model
pertanyaan
[siapa+yang+predikat] untuk subjek orang dan [apa+yang+predikat] untuk
subjek bukan orang. Ciri lain adalah bahwa subjek kalimat dalam bahasa
Indonesia lazimnya bersifat traktif atau pasti (definite)yang ditandai dengan
digunakannya kata itu atau ini di belakang unsur subjek. Ciri lain adalah
memiliki pewatas yang sehingga subjek kalimat yang mulanya berupa kata
berubah menjadi frasa. Ciri terakhir adalah subjek tidak pernah diawali dengan
preposisi atau kata depan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
b. Predikat
Predikat merupakan unsur pokok kedua dalam sebuah kalimat. Predikat
kalimat dalam bahasa Indonesia dapat ditemukan dengan cara mengajukan
pertanyaan mengapa atau bagaimana. Jadi, alat uji predikat adalah dengan
model pertanyaan [mengapa+subjek] atau [bagaimana+subjek]. Ciri lain adalah
bahwa predikat dapat berupa adalah atau ialah. Selain itu, predikat dalam
kalimat dapat dinegasikan dengan kata tidak atau bukan. Ciri lain dari sebuah
predikat adalah bahwa unsur kebahasaan itu dapat didampingi kata-kata yang
berkaitan dengan masalah aspek dan modalitas.
c. Objek
Objek kalimat wajib hadir pada kalimat berpredikat verba aktif transitif
yang lazimnya berawalan me-. Objek tidak dimungkinkan hadir pada kalimat
berpredikat verba pasif di-, ber-, atau ke-an. Ciri lain adalah objek mutlak harus
berada langsung di belakang predikat. Selain itu, objek dapat menempati posisi
subjek dalam kalimat pasif, akan tetapi perannya tetap sebagai sasaran bukan
pelaku. Ciri yang terakhir, objek kalimat tidak pernah didahului preposisi atau
kata depan.
d.
Pelengkap
Pelengkap atau komplemen harus hadir dalam kalimat dengan verba aktif
intransitif. Dalam banyak hal, objek dan pelengkap memiliki kesamaan, yaitu
berada di belakang predikat, tidak pernah diawali preposisi, dan bersifat wajib
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
melengkapi kalimat. Perbedaan mendasar antara pelengkap dan objek adalah
pelengkap tidak dapat menempati posisi subjek dalam kalimat pasif.
e. Keterangan
Keterangan alam kalimat bersifat lentur, artinya kehadirannya tidak
bersifat wajib dalam sebuah kalimat. Tugas keterangan adalah memberikan
informasi lebih lanjut tentang sesuatu di dalam kalimat, seperti waktu, tempat,
cara, sebab, tujuan, dan sebagainya. Keterangan dapat berupa frasa yang ditandai
dengan kehadiran kata depan atau preposisi, dapat pula berupa klausa yang
ditandai dengan konjungsi atau kata penghubung. Kehadiran keterangan tidak
terikat pada posisi. Keterangan dapat berada di awal, tengah, ataupun akhir
sebuah kalimat. Keterangan dapat berada di antara subjek dan predikat, dapat
pula berada di antara predikat dan objek.
7. Jenis Kesalahan Kalimat
Kesalahan kalimat yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup
kesalahan kekurangan unsur kalimat dan kesalahan urutan unsur kalimat. Unsur
kalimat yang akan dianalisis adalah subjek, predikat, objek, pelengkap, dan
keterangan. Selain itu, jenis kesalahan kalimat lain adalah kalimat yang tidak
logis, kalimat yang ambigu, penggunaan konjungsi yang berlebihan, penggunaan
kata tanya yang tidak perlu, kesalahan pemilihan kata, dan pemborosan kata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
a. Kesalahan kekurangan unsur kalimat
Kekurangan unsur kalimat yang dibahas dalam penelitian ini adalah
kekurangan subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (PEL), dan
keterangan (KET). Masing-masing unsur tersebut dipaparkan sebagai berikut.
1) Kekurangan subjek
Sugono (2009:41) menyebutkan bahwa subjek adalah unsur pokok yang
terdapat pada sebuah kalimat di samping predikat. Kesalahan kekurangan unsur
subjek biasanya karena adanya kata depan di awal kalimat. Untuk
mengidentifikasi ada atau tidaknya unsur subjek dalam kalimat, digunakan
model pertanyaan “Siapa/apa yang predikat (P)?” Perhatikan contoh berikut.
Untuk kegiatan itu memerlukan biaya yang cukup banyak.
K
P
O
Kalimat tersebut tidak bersubjek. Kalimat tersebut akan menjadi lengkap
unsurnya apabila kata depan untuk dihilangkan, atau kalimatnya diubah menjadi
kalimat pasif. Kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi sebagai berikut.
(a) Kegiatan itu memerlukan biaya yang cukup banyak.
(b) Untuk kegiatan itu, diperlukan biaya yang cukup banyak.
Kalimat (a) subjek kalimatnya adalah kegiatan itu. Hal itu dapat dibuktikan
dengan pertanyaan, “Apa yang memerlukan (P) biaya?”, jawabannya tentu saja
adalah adalah kegiatan itu. Demikian pula kalimat (b), subjeknya adalah biaya
yang cukup besar. Hal itu dibuktikan dengan pertanyaan “apa yang diperlukan
(P)?”, jawabannya adalah biaya yang cukup besar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
2)
Kekurangan predikat
Predikat merupakan bagian kalimat yang menerangkan subjek.
Kekurangan unsur predikat mengakibatkan kalimat tidak jelas tindakan apa yang
dilakukan oleh subjek. Ada dua pendapat yang ditemukan peneliti tentang unsur
predikat. Ramlan mengatakan bahwa semua kata dibelakang subjek merupakan
predikat. Pendapat kedua adalah pendapat Alwi yang menyatakan bahwa tidak
semua kata dibelakang subjek merupakan predikat. Untuk mengidentifikasi ada
atau tidaknya unsur predikat dalam kalimat, digunakan model pertanyaan
“Subjek (S) mengapa/bagaimana?” Perhatikan contoh di bawah ini.
Ibu ke pasar.
S KET
Menurut Ramlan kalimat di atas merupakan kalimat yang benar. Ke pasar dapat
dikatakan sebagai predikat karena merupakan kata kerja dan merupakan jawaban
dari pertanyaan ibu sedang apa? Namun dalam penelitian ini, penulis tidak
menggunakan pendapat Ramlan. Pendapat Moeliono yang digunakan dalam
penelitian ini. Kalimat di atas tidak lengkap karena belum mempunyai predikat.
Hal itu dapat dibuktikan dengan pertanyaan, “Ibu (S) mengapa?” Ke pasar
bukanlah jawaban atas pertanyaan tersebut karena merupakan keterangan. Agar
kalimat tersebut menjadi lengkap, perlu ditambahkan predikat. Kalimat yang
benar adalah sebagai berikut.
Ibu pergi ke pasar.
Kalimat di atas merupakan kalimat yang lengkap. Sudah ada predikat dalam
kalimat tersebut. Pedikat kalimatnya adalah pergi. Hal itu dapat dibuktikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
dengan penerapan model pertanyaan “Ibu (S) mengapa?”, jawabanya adalah
pergi dilengkapi dengan keterangan ke pasar.
3) Kekurangan objek
Unsur objek diperlukan pada kalimat yang predikatnya berupa verba
transitif. Ciri-ciri kalimat yang berobjek adalah jika dipasifkan objek dapat
menduduki subjek. Dengan kata lain, unsur objek wajib ada dalam yang
berpredikat verba aktif transitif. Verba aktif transitif lazim ditandai dengan
awalan me-. Kekurangan unsur objek dalam kalimat aktif transitif menyebabkan
kalimat menjadi tidak jelas maksudnya.
Aini membeli di warung.
S
P
K
Kalimat tersebut tidak lengkap karena belum berobjek. Perdikat dalam kalimat
itu merupakan kata kerja transitif sehingga memerlukan O. Kalimat tersebut
dapat diperbaiki menjadi seperti berikut.
Aini membeli roti di warung.
Kalimat di atas sudah lengkap dengan adanya objek, yaitu roti. Kalimat tersebut
dapat diubah menjadi kalimat pasif dengan objek sebagai subjeknya. Bentuk
pasif dari kalimat di atas adalah sebagai berikut.
Roti dibeli (oleh Aini) di warung.
4) Kekurangan pelengkap
Unsur pelengkap mempunyai persamaan dengan objek, yaitu berada di
belakang predikat. Perbedaannya adalah kalimat yang berpelengkap tidak dapat
diubah menjadi kalimat pasif. Dengan kata lain, unsur pelengkap dalam sebuah
kalimat tidak dapat dijadikan subjek dalam kalimat pasif. Perbedaan lain antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
objek dan pelengkap, yaitu jika dalam kalimat aktif terdapat objek dan
pelengkap dibelakang predikat, unsur objek itulah yang akan menjadi subjek
dalam kalimat pasif. Perhatikan contoh berikut.
Anak itu bermain.
S
P
Kalimat di atas merupakan kalimat yang tidak berpelengkap. Kekurangan unsur
PEL dalam kalimat itu menyebabkan tidak jelas apa yang dimainkan oleh anak
itu. Kalimat tersebut akan menjadi lengkap bila ada penambahan PEL seperti di
bawah ini:
Anak itu bermain kelereng.
Hal lain yang perlu diperhatikan ialah, jika dalam kalimat aktif terdapat objek
dan pelengkap dibelakang predikat, unsur objek itulah yang akan menjadi subjek
dalam kalimat pasif. Perhatikan contoh berikut.
Ibu membelikan adik.
S
P
O
Sekilas, kalimat di atas sudah benar karena sudah tersusun atas unsur sebjek,
predikat, dan objek. Sebenarnya, kalimat tersebut masih memiliki kekurangan,
yaitu kekurangan unsur pelengkap. Hal itu dapat dibuktikan dengan pertanyaan,
“Apa yang Ibu (S) belikan (P) untuk adik (O)?”. Jawaban dari pertanyaan
tersebut akan menjadi pelengkap kalimat.
Ibu membelikan adik baju baru.
S
P
O
PEL
Bila kalimat tersebut dipasifkan, yang menjadi subjek adalah adik, bukan baju
baru. Baju baru dalam kalimat pasif tetap sebagai pelengkap. Bentuk pasif dari
kalimat tersebut adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Adik dibelikan baju baru (oleh ibu).
Baju baru tidak dapat menempati posisi subjek dalam kalimat pasif. Jika baju
baru ditempatkan pada posisi subjek, kalimatnya menjadi tidak logis. Perhatikan
kalimat berikut.
Baju baru dibelikan adik (oleh ibu).
Tentu saja kalimat di atas tidak benar. Kalimat di atas menunjukkan bahwa adiklah yang dibeli oleh ibu. Hal itu tidak mungkin, yang bisa dibeli hanyalah
barang, manusia tidak dapat dibeli. Yang dibelikan ibu untuk adik adalah baju
baru. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa baju baru (pelengkap) tidak
dapat menempati subjek dalam kalimat pasif.
5) Kekurangan keterangan
Unsur yang tidak menduduki fungsi subjek, predikat, objek, dan
pelengkap diperkirakan menduduki fungsi keterangan. Letak unsur keterangan
dalam kalimat bebas, dapat di awal, tengah, maupun akhir kalimat. Unsur
keterangan dalam kalimat bersifat lentur dan tidak wajib karena bukan
merupakan unsur utama pembentuk kalimat. Tugas unsur keterangan dalam
kalimat adalah memberikan informasi lebih lanjut tentang sesuatu dalam kalimat
tersebut, misalnya tempat, waktu, tujuan, sebab, dan sebagainya. Perhatikan
contoh kalimat di bawah ini.
Anjing itu mati.
S
P
Kalimat di atas kekurangan unsur keterangan. Sebenarnya, tanpa unsur
keterangan pun kalimat tersebut sudah benar, hanya saja informasi yang
diberikan kurang lengkap. Ketidakhadiran unsur KET menyebabkan tidak jelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
apa yang menyebabkan anjing itu mati. Supaya maksud kalimat itu jelas, perlu
ditambahkan kelompok kata yang menjadi KET. Perbaikannya adalah sebagai
berikut.
Anjing itu mati karena tertabrak mobil.
b. Kesalahan urutan unsur kalimat
Kesalahan struktur kalimat disebabkan oleh tidak konsistennya
penggunaan pola kalimat bahasa Indonesia. Kesalahan urutan unsur kalimat
yang biasanya terjadi adalah antara predikat dan objek yang disisipi unsur lain,
seperti keterangan. Berikut ini adalah contoh kesalahan urutan fungsi kalimat.
Lembaga itu mengadakan bulan ini bedah buku.
S
P
KET
O
Urutan unsur kalimat di atas tidak benar. Predikat dalam kalimat tersebut
memiliki hubungan yang erat dengan objek sehingga tidak dapat disisipi unsur
lain. Pada kalimat tersebut, di antara P dan O disisipi oleh unsur KET, yaitu
bulan ini. Kalimat tersebut akan menjadi benar apabila diubah menjadi seperti
berikut:
Lembaga itu mengadakan bedah buku bulan ini.
S
P
O
KET
c. Kalimat yang tidak logis
Menurut Setyawati (2010:92), kalimat yang tidak logis adalah kalimat
yang tidak masuk akal. Hal ini terjadi karena pembicara atau penulis kurang
berhati-hati dalam memilih kata. Perhatikan contoh kalimat berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Yang sudah selesai mengerjakan soal harap dikumpulkan.
S
P
Kalimat tersebut merupakan kalimat yang tidak logis karena tidak mungkin yang
sudah selesai mengerjakan soal (S) itulah yang harap dikumpulkan. Yang
dimaksudkan dalam kalimat tersebut adalah hasil pekerjaannya yang
dikumpulkan. Perbaikan kalimatnya sebagai berikut.
Yang sudah selesai mengerjakan soal harap mengumpulkan
pekerjaannya.
Kalimat di atas sudah logis karena yang dikumpulkan bukan yang mengerjakan
melainkan hasil pekerjaannya.
d. Kalimat yang ambigu
Kalimat yang ambigu adalah kalimat yang bermakna ganda. Hal itu dapat
disebabkan karena intonasi yang tidak tepat, pemakaian kata ynag bersifat
polisemi, dan struktur kalimat yang tidak tepat. Perhatikan contoh kalimat di
bawah ini.
Mobil rektor yang baru mahal harganya.
Kalimat di atas memiliki dua penafsiran makna yang berbeda. Pertama,
keterangan yang baru merujuk pada nomina yang terakhir, yaitu rektor. Kedua,
keterangan itu merujuk pada keseluruhannya, yaitu mobil rektor. Agar tidak
menimbulkan salah penafsiran, kalimat tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut.
(a) Mobil yang baru milik rektor, mahal harganya.
(b) Mobil milik rektor yang baru, mahal harganya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Sugono (2009: 202—203) menyebutkan bahwa pemaduan dua konsep
dalam kalimat dapat melahirkan struktur kalimat yang tidak tegas dan bermakna
ganda (ambigu). Dua konsep yang sering dipadukan sehingga menimbulkan
kalimat yang bermakna ganda sebagai berikut.
1) Aktif dan pasif
2) Subjek dan keterangan
3) Pengantar kalimat dan predikat
4) Kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat
5) Induk kalimat dan anak kalimat
e. Penggunaan konjungsi yang berlebihan
Penggunaan konjungsi ini biasa terjadi akibat kekurangcermatan pemakai
bahasa. Menurut Setyawati (2010:97), hal itu terjadi karena dua kaidah bahasa
bersilang dan bergabung dalam sebuah kalimat. Dua kaidah berbeda yang
biasanya bergabung menjadi satu kalimat, yaitu kaidah kalimat majemuk setara
dan kalimat majemuk bertingkat. Hal tersebut ditandai dengan penggunaan dua
konjungsi yang seolah-olah merupakan konjungsi korelatif. Perhatikan contoh
berikut.
Meskipun hukuman sangat berat, tetapi pencuri itu tidak gentar.
Kalimat di atas menggunakan dua konjungsi, yaitu meskipun dan tetapi. Sekilas,
kalimat tersebut merupakan kalimat yang benar dengan menggunakan konjungsi
korelatif. Namun, penggunaan kedua konjungsi dalam kalimat tersebut tidak
benar karena keduanya merupakan konjungsi dari jenis yang berbeda, yaitu dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Sebaiknya digunakan
satu konjungsi saja. Perbaikannya sebagai berikut.
(a) Meskipun hukuman sangat berat, pencuri itu tidak gentar.
(b) Hukuman sangat berat, tetapi pencuri itu tidak gentar.
f. Penggunaan kata tanya yang tidak perlu
Dalam bahasa Indonesia sering dijumpai penggunaan kata-kata tanya,
seperti di mana, yang mana, dari mana yang terdapat dalam kalimat berita
(bukan kalimat tanya). Penggunaan bentuk-bentuk tersebut kemungkinan karena
pengaruh bahasa asing. Perhatikan contoh kalimat berikut ini.
Sektor pariwisata yang mana merupakan tulang punggung perekonomian
negara harus senantiasa ditingkatkan.
Kata tanya yang mana tidak perlu digunakan dalam kalimat tersebut. Bahasa
Indonesia sudah memiliki penghubung yang tepat, seperti kata yang. Kalimat
tersebut dapat diperbaiki sebagai berikut.
Sektor pariwisata yang merupakan tulang punggung perekonomian
negara harus senantiasa ditingkatkan.
g. Kesalahan pilihan kata
Dalam kehidupan sehari-hari, sering dijumpai kalimat-kalimat tidak
gramatikal yang disebabkan oleh penggunaan kata secara tidak tepat.
Penggunaan kata yang tidak tepat dapat mengaburkan makna yang akan
disampaikan dan membuat pembaca tidak memahami pesan apa yang ingin
disampaikan penulis. Sugono (2009:222) mengatakan bahwa di dalam
penyusunan kalimat diperlukan kecermatan dalam memilih kata supaya kalimat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
yang dihasilkan dapat memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik. Berikut
dikemukakan contoh penggunaan kata yang tidak tepat.
Sebagian dari kekayaan pengusaha itu diserahkan kepada yayasan yatim
piatu.
Penggunaan kata dari dalam kalimat di atas tidak tepat karena dari kata sebagian
pasti merupakan bagian dari sesuatu. Jadi, kata dari dalam kalimat di atas tidak
perlu digunakan. Perbaikan kalimatnya adalah sebagai berikut.
Sebagian kekayaan pengusaha itu diserahkan kepada yayasan yatim
piatu.
h. Pemborosan kata
Pemborosan kata merupakan penggunaan kata yang mubazir. Menurut
Ramlan, dkk. (1992:65), penggunaan bentuk yang mubazir sebenarnya tidak
menimbulkan salah tafsir, sehingga informasi yang akan disampaikan kepada
pembaca tetap dapat diterima. Namun demikian, penggunaan bentuk mubazir
dalam kalimat sebaiknya dihindari untuk tujuan penghematan. Berikut
dipaparkan contoh kalimat yang menggunakan bentuk mubazir.
Para siswa-siswa sedang belajar di perpustakaan.
Kemubaziran yang terdapat dalam kalimat di atas adalah pemakaian bentuk
jamak para dan siswa-siswa. Agar tidak mengandung kemubaziran atau
pemborosan kata, cukup menggunakan salah satu bentuk saja. Kalimat diatas
dapat diperbaiki menjadi:
(a) Para siswa sedang belajar di perpustakaan.
(b) Siswa-siswa sedang belajar di perpustakaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
8. Kriteria Penyusunan Buku Pelajaran
Buku pelajaran adalah bahan/materi pelajaran yang dituangkan secara
tertulis dalam bentuk buku yang digunakan sebagai bahan pegangan belajar dan
mengajar baik sebagai pegangan pokok maupun pelengkap (Suharjono, 2001).
Sitepu (2012) menyebutkan bahwa ada yang menganggap buku sekolah atau
buku pelajaran dalam arti luas adalah semua buku yang dipakai dalam proses
belajar, termasuk lembar kerja siswa/buku tugas (working book), modul, dan
buku pelengkap atau pengayaan. Buku sekolah dibagi dalam empat kelompok: (a)
buku pelajaran pokok, (b) buku pelajaran pelengkap, (c) buku bacaan, dan (d)
buku sumber.
Hakikatnya buku teks pelajaran merupakan penjabaran kurikulum secara
operasional. Sitepu ( 2012:27—28) menyebutkan bahwa dalam penjabaran itu,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti tujuan pendidikan nasional,
tujuan pendidikan dasar dan menengah, standar nasional pendidikan, standar
pendidikan nasional, teori belajar dan membelajarkan, bahasa, ilustrasi, serta halhal yang berkaitan dengan desain buku teks pelajaran. Selain itu, perlu
diperhatikan pula kurikulum satuan pendidikan terkait dengan buku teks
pelajaran yang akan disusun.
Penelitian ini menganalisis kesalahan berbahasa pada buku pelajaran,
maka yang dijabarkan di sini hanya kaidah bahasa dalam menyusun buku teks
pelajaran. Dalam menulis buku teks pelajaran, penulis harus menggunakan tata
bahasa yang baku dari sumber-sumber resmi, seperti Ejaan Baku Bahasa
Indonesia serta Pembentukan Istilah dalam Bahasa Indonesia, yang diterbitkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
oleh Departemen Pendidikan Nasional melalui Pusat Bahasa. Sitepu (2012:111)
menegaskan bahwa kesalahan pemakaian kaidah bahasa dalam buku teks
pelajaran harus dihindari karena siswa menggunakan buku itu sebagai sumber
utama dan rujukan dalam belajar dan menganggap isi buku itu luput dari berbagai
kesalahan termasuk kesalahan kaidah bahasa. Kaidah bahasa yang perlu
diperhatikan, yaitu kelengkapan kalimat, susunan kata, dan penulisan ejaan.
a. Kelengkapan kalimat
Kalimat merupakan rangkaian kata yang menunjukkan pikiran dan
bermakna lengkap, setidak-tidaknya memiliki pokok kalimat (subjek) dan
sebutan (predikat). Kalimat yang semakin panjang, semakin memerlukan
keteraturan dalam penyusunannya. Penggunaan kalimat yang sederhana/pendek
atau kompleks/panjang tidak hanya tergantung pada makna yang hendak
disampaikan, tetapi juga pada karakteristik sasaran pembacanya. Selain
menggunakan kaidah bahasa yang benar, dalam menyusun kalimat perlu pula
diperhatikan penggunaan kata ganti atau keterangan yang dapat membuat
kalimat bermakna ganda dan membingungkan.
b. Susunan kata
Bahasa
Indonesia
menggunakan
hukum
DM
(Diterangkan
dan
Menerangkan) dalam menyusun kata. Artinya, kata yang pertama disebutkan
diterangkan oleh kata berikutnya, atau kata yang di belakang menerangkan kata
di depannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
c. Penulisan ejaan
Penulisan ejaan juga memiliki aturan yang perlu diperhatikan dengan
baik dalam menulis buku teks pelajaran. Ejaan mencakup penulisan huruf, kata,
dan pemakaian tanda baca. Penulisan huruf termasuk di dalamnya pemakaian
huruf kapital (huruf besar) dan huruf miring. Penulisan kata termasuk penulisan
kata majemuk, kata depan, dan kata ulang.
d. Pilihan kata
Kata-kata yang dipakai dalam penulisan buku teks pelajaran hendaknya
yang sudah biasa dipakai dan dipahami dengan baik oleh siswa. Kata-kata baru
seperti istilah dalam bidang ilmu tertentu tidak bisa dihindari, sehingga perlu
dijelaskan lebih lengkap agar siswa dapat memahaminya dengan baik.
e. Gaya bahasa
Gaya bahasa turut memengaruhi ketepatan dan kemudahan pemahaman
siswa memelajari bahan pelajaran. Gaya bahasa dalam buku teks pelajaran
didasarkan pada ciri ilmiah sesuai dengan sifat isi buku teks pelajaran. Gaya
bahasa untuk tulisan ilmiah adalah langsung, tidak berbelit-belit, objektif,
efisien, dan efektif. Dalam penulisan buku teks pelajaran, pemilihan gaya bahasa
bergantung pada isi dan tujuan pesan yang akan disampaikan serta kemampuan
berbahasa siswa.
Teori yang dikemukakan oleh Sitepu (2012) ini menjadi dasar untuk
melakukan analisis kesalahan berbahasa dalam buku teks pelajaran. Kesalahan
berbahasa yang akan analisis dibatasi dalam kesalahan ejaan dan kalimat saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
adalah penelitian yang dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2007:6). Penelitian ini
termasuk dalam penelitian kualitatif karena bermaksud memahami dan
menemukan kesalahan kalimat dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk
Sekolah Dasar kelas VI dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan
bahasa.
Penelitian ini juga dapat dikategorikan sebagai penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif menurut Arikunto (2000:309) adalah penelitian yang
dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang
ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.
Penelitian deskriptif biasanya hanya melibatkan variabel tunggal, tidak
mengungkapkan hubungan antarvariabel. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan
menguji hipotesis. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif karena
hanya akan mengetahui tentang gejala yang ada tanpa pengujian hipotesis.
Penelitian ini juga dikategorikan sebagai penelitian deskriptif karena ingin
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
menggambarkan apa adanya tentang kesalahan berbahasa dalam buku pelajaran
Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI.
B. Sumber Data dan Data Penelitian
Sumber data adalah tempat, orang atau benda di mana peneliti dapat
mengamati, bertanya atau membaca tentang hal-hal yang berkenaan dengan
variabel yang diteliti (Arikunto, 2000:130—131). Sumber data dalam penelitian
ini adalah buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI.
Sumber data berupa bukudan majalah ilmiah, termasuk penerbitan resmi
pemerintah tergolong dalam sumber tertulis dalam penelitian (Moleong, 2007).
Data merupakan hasil pencatatan peneliti tentang objek penelitian. Data
penelitian kualitatif berupa kata-kata, tindakan (Soewandi, 2007). Data penelitian
ini berupa kata-kata, yaitu kalimat-kalimat dalam buku pelajaran Bahasa
Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI yang mengandung kesalahan. Data
dalam penelitian ini diperoleh dari sumber tertulis.
Buku pelajaran Bahasa Indonesia yang diteliti berjudul Bahasa Indonesia:
untuk Kelas 6 SD/MI yang disusun oleh Sukini Iskandar dan diterbitkan tahun
2008 oleh Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Buku teks
pelajaran ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasioal Pendidikan dan telah
ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang memenuhi syarat kelayakan untuk
digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan
Nomor 34 Tahun 2008.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
C. Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian ini berupa kata-kata yang diperoleh dari sumber tertulis.
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah
teknik pustaka. Teknik pustaka adalah teknik yang menggunakan sumber-sumber
tertulis untuk memperoleh data (Subroto, 1992: 42).
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam beberapa
langkah, yaitu sebagai berikut.
1. Peneliti mencari sumber data yang akan diteliti, yaitu buku pelajaran
Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI.
2. Setelah sumber
data ditemukan, peneliti membaca sumber data
dengan cermat.
3. Peneliti menandai kata dan kalimat yang mengandung kesalahan
dengan melingkari dan memberi kode atau keterangan sesuai jenis
kesalahannya.
4. Peneliti mencatat dan mengumpulkan semua data yang diperoleh.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri. Menurut Moleong
(2007:168), yang dimaksud dengan peneliti sendiri atau manusia sebagai
instrumen penelitian adalah peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksanaan
pengumpulan data, analis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil
penelitiannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
E. Teknik Analisis Data
Analisis
data
kualitatif
adalah
upaya
yang
dilakukan
untuk
mengorganisasikan data, mengolahnya menjadi satuan-satuan yang dapat
dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan yang
penting dan dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada
orang lain (Bogdan dan Biklen, 1982 via Moleong, 2007). Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analitik. Cara kerja teknik
analitik mula-mula dengan menyusun data yang telah dikumpulkan. Data yang
sudah dipilih kemudian diidentifikasi lalu dianalisis (Surakhmad, 1990:140).
Setelah data terkumpul, langkah berikutnya adalah mengklasifikasi dan
menganalisis data tersebut. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi
kesalahannnya
berdasarkan
kriteria
analisis
kesalahan berbahasa.
a.
Kesalahan ejaan dianalisis dengan mengggunakan pedoman
ejaan yang disempurnakan.
b.
Kesalahan ejaan dianalisis berdasarkan kelengkapan unsur,
urutan unsur, ketidaklogisan kalimat, keambiguan kalimat,
penggunaan konjungsi yang berlebihan, kata tanya yang tidak
perlu, pilihan kata, dan pemborosan kata.
2. Mengklasifikasi atau mengelompokkan kalimat yang mengandung
kesalahan
sesuai
jenis
kesalahan
memberikan alternatif pembetulan.
masing-masing,
kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
3. Mendeskripsikan jenis-jenis kesalahan berbahasa yang ditemukan
dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas
VI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Data penelitian ini berasal dari buku teks pelajaran Bahasa Indonesia yang
berjudul Bahasa Indonesia: untuk Kelas 6 SD/MI yang disusun oleh Sukini &
Iskandar. Buku ini diterbitkan tahun 2008 oleh Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional. Buku teks pelajaran ini telah dinilai oleh Badan Standar
Nasioal Pendidikan dan telah ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang
memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui
Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 34 Tahun 2008. Data yang dikumpulkan
berupa kalimat-kalimat yang mengandung kesalahan ejaan dan kalimat. Data
yang terkumpul berjumlah 118 kalimat.
Berdasarkan langkah-langkah penelitian pada bab III, peneliti akan
menyajikan data yang terkumpul mengenai kesalahan berbahasa bidang ejaan dan
sintaksis yang terdapat dalam buku teks pelajaran Bahasa Indonesia. Kesalahan
ejaan yang dianalisis meliputi pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan
huruf miring, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemekaian tanda baca,
sedangkan kesalahan bidang sintaksis yang diteliti khusus pada tataran kalimat.
B. Analisis Data
Kesalahan berbahasa yang akan dibahas adalah kesalahan ejaan dan
kesalahan kalimat. Untuk menjawab kesalahan ejaan dan kalimat apa sajakah
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
yang terdapat dalam buku pelajaran berjudul Bahasa Indonesia: untuk Kelas VI
SD/MI yang disusun oleh Sukini & Iskandar, data dianalisis berdasarkan jenis
kesalahannya.
1. Kesalahan Ejaan
Kesalahan ejaan yang dimaksud adalah penggunaan ejaan yang tidak
sesuai dengan pedoman. Kesalahan-kesalahan yang ditemukan dalam buku
pelajaran berjudul Bahasa Indonesia: untuk Kelas VI SD/MI yang disusun oleh
Sukini & Iskandar meliputi pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf
miring, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca.
Berikut akan dipaparkan beberapa contoh kesalahan ejaan yang ditemukan
beserta dengan pembetulannya.
a.
Pemakaian huruf
Contoh kesalahan pemakaian huruf adalah sebagai berikut.
(1) Melalui Gerakan Hemat Listrik, masyarakat disadarkan dan diajak
untuk membudayakan perilaku hemat dalam mengkonsumsi listrik.
(hlm. 22)
(2) Acara ini diprakrarsai oleh Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM), PT. PLN (Persero) dan PT. Energy Management
Indonesia (EMI). (hlm. 22)
(3) Amanat sebuah cerita dapat dirumuskan setelah pembaca
menemukan temannya. (hlm. 3)
Ketiga kalimat di atas memiliki kesalahan ejaan. Kesalahan ejaan yang
terdapat dalam ketiga kalimat di atas adalah kesalahan pemakaian huruf.
Kesalahan yang ada dalam kalimat (1) terletak dalam kata mengkonsumsi. Kata
dasar dari kata mengkonsumsi adalah konsumsi. Huruf k dalam kata konsumsi
akan luluh apabila mendapatkan awalan me-, sehingga bentuknya menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
mengonsumsi. Dengan demikian, bentuk yang benar dalam kalimat (1) adalah
sebagai berikut.
(1a) Melalui Gerakan Hemat Listrik, masyarakat disadarkan dan diajak
untuk membudayakan perilaku hemat dalam mengonsumsi listrik.
Kalimat (2) kesalahannya ada pada kata diprakrarsai. Kesalahannya
adalah kelebihan satu huruf r, sebab kata yang dimaksud adalah diprakarsai
yang merupakan bentuk pasif dari memprakarsai. Bentuk dasar dari diprakarsai
adalah prakarsa, bukan prakrarsa. Kalimat (2) akan menjadi benar jika
penulisannya sebagai berikut.
(2a) Acara ini diprakarsai oleh Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM), PT. PLN (Persero), dan PT. Energy Management
Indonesia (EMI).
Dalam kalimat (3) juga terdapat kesalahan pemakaian huruf, yaitu
kelebihan satu huruf n pada penulisan kata temanya. Penulisan kata dalam
kalimat (3) adalah penulisan kata temannya. Dalam kalimat tersebut temannya
berarti teman dia, sedangkan yang dimaksud dalam kalimat tersebut adalah tema
bukan teman. Bentuk dasar tema yang mendapat akhiran -nya bentuknya
menjadi temanya bukan temannya. Kalimat yang benar adalah sebagai berikut.
(3a) Amanat sebuah cerita dapat dirumuskan setelah pembaca menemukan
temanya.
b.
Pemakaian huruf kapital dan huruf miring
Berikut contoh kesalahan pemakaian huruf kapital dan huruf miring yang
ditemukan dalam penelitian.
(4) Melalui Klinik Hemat Listrik Masyarakat diperkenankan memilih
peralatan rumah tangga hemat listrik hingga tips sederhana
mengenai penghematan listrik di rumah tangga. (hlm. 23)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
(5) Dekat rental yang di prapatan warung bang Rusmar Pak. (hlm. 34)
(6) Dalam pertemuan ini tim EKKT melaporkan kepada Presiden
tentang hasil evaluasi mereka selama hampir dua bulan. (hlm. 98)
(7) Mei ingin bantu dia, tapi nggak tahu gimana caranya. (hlm. 84)
Kalimat (4) mengandung kesalahan pemakaian huruf kapital. Kesalahan
pemakaian huruf kapital itu terletak pada kata Masyarakat. Kata Masyarakat
dalam kalimat di atas diawali dengan huruf kapital. Hal itu tidak benar karena
kata Masyarakat menduduki fungsi subjek yang terpisah dengan dengan
keterangan Melalui Klinik Hemat Listrik. Untuk itu, penulisan kata yang benar
tidak diawali dengan huruf kapital. Kalimat (4) menjadi benar bila ditulis
menjadi sebagai berikut.
(4a) Melalui Klinik Hemat Listrik, masyarakat diperkenankan memilih
peralatan rumah tangga hemat listrik hingga tips sederhana mengenai
penghematan listrik di rumah tangga.
Dalam kalimat (5) terdapat dua jenis kesalahan, yaitu kesalahan
pemakaian huruf kapital dan huruf miring. Kesalahan pemakaian huruf kapital
terdapat dalam kata bang. Kata bang merupakan kata sapaan untuk Rusmar
sehingga penulisannya harus diawali dengan huruf kapital menjadi Bang
Rusmar. Kesalahan pemakaian huruf miring dalam kalimat tersebut terdapat
dalam kata prapatan. Kata prapatan merupakan kata dari bahasa Jawa sehingga
penulisannya harus dicetak miring. Jadi, kalimat yang benar adalah sebagai
berikut.
(5a) Dekat rental yang di prapatan warung Bang Rusmar, Pak.
Alternatif lain jika tidak dicetak miring, prapatan harus ditulis dalam bahasa
Indonesia menjadi perempatan. Kalimatnya menjadi seperti berikut.
(5b) Dekat rental yang di perempatan warung Bang Rusmar, Pak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Kata Presiden dalam kalimat (6) tidak diikuti dengan nama orang, instansi,
atau tempat sehingga penulisannya tidak perlu menggunakan huruf kapital.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang
diikuti nama orang, instansi, atau tempat. Jadi, penulisan yang benar adalah
sebagai berikut.
(6a) Dalam pertemuan ini, tim EKKT melaporkan kepada presiden tentang
hasil evaluasi mereka selama hampir dua bulan.
Kalimat (7) memiliki kesalahan pemakaian huruf miring. Kata enggak,
bantu, dan gimana dalam kalimat (3) merupakan kata yang tidak baku di dalam
bahasa Indonesia. Kata-kata tersebut hanya bisa digunakan dalam ragam bahasa
lisan. Bentuk yang baku dari kata bantu , enggak, dan gimana adalah membantu,
tidak, dan bagaimana. Jika ingin mempertahankan bentuk tersebut, kata-kata
tersebut harus ditulis dengan menggunakan huruf miring. Penulisan kalimat (7)
dengan ejaan yang benar adalah sebagai berikut.
(7a) Mei ingin bantu dia, tapi nggak tahu gimana caranya.
(7b) Mei ingin membantu dia (membantunya), tapi tidak tahu bagaimana
caranya.
c.
Penulisan kata
Contoh kesalahan ejaan dalam penulisan kata yang ditemukan adalah
sebagai berikut.
(8) 10 kg buah jarak dikukus selama satu jam kemudian diblender.
(hlm. 58)
(9) Kotoran sebanyak itu bisa diperoleh dari kira-kira 4 ekor sapi.
(hlm. 58)
(10) Uang yang hendak kamu kirim sebesar Rp 25.000,00. (hlm. 62)
(11) Ia merayap ke luar dari lubang itu sambil meneteskan air
mata.(hlm. 130)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
(12) Aku mengerti masalah yang sedang kau hadapi. (hlm.136)
Kalimat (8) dan (9) mengandung kesalahan dalam penulisan lambang
bilangan. Awal kalimat tidak boleh diawali dengan angka. Lambang bilangan
yang terletak pada awal kalimat harus ditulis dengan hurus atau kalimatnya
diubah sehingga lambang bilangannya tidak berada di awal kalimat. Selain itu,
lambang bilangan yang dapat ditulis dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf. Ada dua alternatif pembetulan untuk kalimat (8) sebagai berikut.
(8a) Sepuluh kilogram buah jarak dikukus selama satu jam kemudian
diblender.
(8b) Buah jarak sebanyak sepuluh kilogram dikukus selama satu jam
kemudian diblender.
Kalimat (9) yang benar adalah sebagai berikut.
(9a) Kotoran sebanyak itu bisa diperoleh dari kira-kira empat ekor sapi.
Kalimat (10) masih salah dalam penulisan lambang bilangan. Satuan mata
uang hendaknya ditulis rapat dengan jumlah atau nilai mata uangnya. Hal
tersebut dimaksudkan agar tidak menimbulkan salah penafsiran atau salah baca,
terutama ketika berada di akhir baris satuan mata uangnya biasanya akan
terpisah dari nilai mata uang yang bersangkutan. Dengan demikian, kalimat yang
benar adalah sebagai berikut.
(10a) Uang yang hendak kamu kirim sebesar Rp25.000,00.
Kesalahan penulisan kata dalam kalimat (11) terdapat pada penulisan kata
ke luar. Keluar merupakan kata dasar sehingga penulisannya harus dirangkai. Ke
dalam kata keluar bukan merupakan kata depan, tetapi merupakan bagian dari
kata dasar keluar sehingga penulisannya tidak dipisah menjadi ke luar tetapi
dirangkai menjadi keluar. Kalimat yang benar adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
(11a) Ia merayap keluar dari lubang itu sambil meneteskan air mata.
Kalimat (12) juga mengandung kesalahan penulisan kata. Kesalahan
penulisan kata dalam kalimat (12) terdapat pada kata kau hadapi. Kata ganti kau
dan ku selalu ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Untuk itu,
bentuk kata yang benar adalah kauhadapi. Pembetulan ejaan dalam kalimat (12)
adalah sebagai berikut.
(12a) Aku mengerti masalah yang sedang kauhadapi.
d.
Penulisan unsur serapan
Contoh kesalahan penulisan unsur serapan adalah sebagai berikut.
(13) Aku paling suka musik pop yang slow dan bikin rileks, seperti
musik Jepang yang mengalir lembut. (hlm. 17)
(14) Drama berisi dialog antara beberapa tokoh disertai akting yang
sesuai dengan petunjuk pemeranan. (hlm. 105)
Kalimat (13) mengandung kesalahan dalam penulisan unsur serapan.
Unsur serapan yang dipakai dalam kalimat (13) berasal dari kata dalam bahasa
Inggris, yaitu kata slow. Kata slow berarti lambat atau lamban. Dalam hal ini
yang dimaksud adalah, musik yang mengalun lembut secara perlahan-lahan.
Kata slow belum diserap dan disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia,
sehingga penulisannya harus dicetak miring.
(13a) Aku paling suka musik pop yang slow dan bikin rileks, seperti musik
Jepang yang mengalir lembut.
Kalimat (14) menggunakan kata serapan dari bahasa Inggris. Kata serapan
yang digunakan adalah kata acting. Penulisan kata akting dalam kalimat (14)
tidak benar sebab dalam bahasa Indonesia belum ada kata akting. Dengan kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
lain, bahasa Indonesia belum mengadopsi kata acting untuk disesuaikan
ejaannya. Oleh karena itu, penggunaan kata akting dalam kalimat (14) tidak
benar. Yang benar adalah ditulis dengan ejaan asli bahasa Inggris acting yang
dicetak miring atau dengan menggunakan kata dalam bahasa Indonesia yang
bermakna sama dengan kata acting. pembetulan ejaan dalam kalimat (14) adalah
sebagai berikut.
(14a) Drama berisi dialog antara beberapa tokoh disertai acting yang
sesuai dengan petunjuk pemeranan.
e.
Pemakaian tanda baca
Contoh kesalahan ejaan dalam pemakaian tanda baca yang ditemukan
adalah sebagai berikut.
(15) Walaupun suka menyanyi dan main biola, aku belum tahu kalau
sudah besar mau jadi apa? (hlm. 16)
(16) “Rama memaafkan kau, Loreng. Tapi kau harus dihukum atas
kesalahan yang telah kau lakukan.” kata Rama Harimau. (hlm. 18)
(17) Minyak bumi dapat diolah jadi bensin, solar, parafin dan lain-lain.
(hlm. 24)
(18) Tunjukkanlah bagian-bagian surat resmi di atas. (hlm. 121)
(19) Saat ini tercatat 48 orang dirawat, 40 di antaranya pasien berusia
anak-anak (hlm. 126)
(20) Kepekaan lingkungan yang dibutuhkan mudah saja yaitu
membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya dan
memungut sampah semampunya. (hlm. 128)
Kesalahan pemakaian tanda baca pada kalimat (15) terdapat pada tanda
baca di akhir kalimat. Kalimat (15) di atas diakhiri dengan tanda tanya (?). Hal
tersebut tidak tepat karena kalimat (15) bukan merupakan kalimat tanya. Kalimat
(15) adalah kalimat berita yang seharusnya diakhiri dengan tanda baca titik (.).
Pembetulan kalimat (15) adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
(15a) Walaupun suka menyanyi dan main biola, aku belum tahu kalau
sudah besar mau jadi apa.
Dalam kalimat (16) terdapat kesalahan pemakaian tanda baca titik pada
kalimat langsung yang diucapkan Rama Harimau. Kalimat langsung yang
ditandai dengan diapit oleh tanda petik (“....”) diakhiri dengan tanda koma,
selain kalimat tanya dan kalimat seruan. Pembetulan kalimatnya adalah sebagai
berikut.
(16a) “Rama memaafkan kau, Loreng. Tapi kau harus dihukum atas
kesalahan yang telah kau lakukan,” kata Rama Harimau.
Kalimat (17) memiliki kesalahan pemakaian tanda baca pada perincian
hasil olahan minyak bumi. Dalam menyebutkan perincian seharusnya selalu
dibubuhi tanda koma (,).
(17a) Minyak bumi dapat diolah jadi bensin, solar, parafin, dan lain-lain.
Dalam kalimat (18) terdapat kesalahan penggunaan tanda baca yang
dipakai di akhir kalimat. Tanda baca yang dipakai dalam kalimat (18) adalah
tanda titik (.), padahal kalimatnya bermakna memerintah. Karena kalimat (18)
merupakan kalimat perintah, tanda baca yang harus dipakai untuk mengakhiri
kalimat tersebut adalah tanda seru (!). perbaikan kalimat (18) adalah sebagai
berikut.
(18a) Tunjukkanlah bagian-bagian surat resmi di atas!
Kalimat (19) mengandung kesalahan tanda baca yang fatal. Ciri sebuah
kalimat salah satunya adalah diakhiri dengan tanda baca yang menunjukkan
adanya insi final. Kalimat (19) bukan kalimat yang baik karena tidak diakhiri
tanda baca apapun. Agar menjadi sebuah kalimat yang benar, kalimatnya harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
ditandai dengan tanda baca akhir. Karena kalimat (19) merupakan kalimat berita,
harus diakhiri dengan tanda titik (.). kalimat (19) yang benar adalah sebagai
berikut.
(19a) Saat ini tercatat 48 orang dirawat, 40 di antaranya pasien berusia
anak-anak.
Kesalahan pemakaian tanda baca juga terdapat dalam kalimat (20).
Kalimat yang di dalamnya menggunakan kata yaitu, yakni, atau misalnya selalu
didahului dengan tanda koma (,).
(20a) Kepekaan lingkungan yang dibutuhkan mudah saja, yaitu
membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya dan
memungut sampah semampunya.
2. Kesalahan kalimat
Penelitian ini juga meneliti kesalahan kalimat. Berikut akan dipaparkan
beberapa contoh kesalahan kalimat berikut dengan pembetulannya.
a.
Kesalahan kekurangan unsur kalimat
Kesalahan kekurangan unsur kalimat meliputi kekurangan unsur subjek,
predikat, objek, keterangan, dan pelengkap. Berikut contoh kesalahan
kekurangan unsur kalimat yang ditemukan dalam penelitian.
(21) Terbang menjauh dan mencari mangsa lainnya. (hlm. 2)
P
(22) Untuk memasak di dapur juga membutuhkan kompor yang
K
P
dinyalakan dengan sumber tenaga minyak tanah atau gas. (hlm. 24)
O
(23) Setelah itu diperas hingga minyaknya keluar. (hlm. 58)
K
P
(24) Tetapi ada keasyikan tersendiri dalam memainkan biola. (hlm. 16)
K
(25) Namun mereka semua menggeleng. (hlm. 130)
K
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
(26) Terkadang sampai berkilo-kilo meter. (hlm. 135)
K
Kalimat (21) tidak mempunyai subjek. Kalimatnya hanya tersusun atas
unsur predikat saja. Kekurangan unsur subjek mengakibatkan tidak jelas siapa
yang terbang menjauh dan mencari mangsa lainnya. Agar menjadi sebuah
kalimat yang benar, perlu ditambahkan subjek. Subjek yang mungkin untuk
ditambahkan dalam kalimat tersebut adalah seekor burung sekaligus sebagai
predator. Pembetulan kalimat (21) adalah sebagai berikut.
(21a) Elang terbang menjauh dan mencari mangsa lainnya.
S
P
Dengan ditambahkannya Elang sebagai unsur S, kalimat tersebut menjadi jelas
siapa yang terbang menjauh dan mencari mangsa lainnya.
Kalimat (22) merupakan kalimat yang tidak bersubjek. Kalimatnya hanya
terdiri atas unsur K P dan O. Tidak adanya unsur S membuat kalimat tidak jelas
siapa yang membutuhkan kompor. Untuk memasak di dapur bukan merupakan
subjek karena tidak menjawab pertanyaan siapa yang membutuhkan kompor.
Kalimat (22) akan menjadi benar jika ditambahkan subjek, seperti kita, saya,
atau kata ganti orang yang lain. Jadi, kalimat yang benar adalah sebagai berikut.
(22a) Untuk memasak di dapur, kita juga membutuhkan kompor yang
K
S
P
dinyalakan dengan sumber tenaga minyak tanah atau gas.
O
Penambahan kata kita sebagai unsur subjek, pembaca dapat mengetahui secara
jelas bahwa yang membutuhkan kompor adalah kita.
Selain dengan menambahkan kata kita sebagai unsur subjek, kalimat (22)
dapat diubah menjadi bentuk pasif. Pemasifannya dapat dilakukan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
mengubah predikatnya menjadi bentuk pasif, yaitu dibutuhkan. Jika dipasifkan,
kalimatnya menjadi seperti berikut.
(22b) Untuk memasak di dapur juga dibutuhkan kompor yang dinyalakan
K
P
dengan sumber tenaga minyak tanah atau gas.
S
Dengan diubah menjadi kalimat pasif, pembaca dapat mengetahui bahwa
kompor yang dinyalakan juga dibutuhkan untuk memasak.
Kalimat (23) hanya terdiri atas unsur K dan P. Kekurangan unsur subjek
dalam kalimat membuat tidak jelas apa yang diperas hingga minyaknya keluar.
Setelah itu dalam kalimat (23) bukan merupakan unsur subjek karena tidak dapat
menjawab pertanyaan apa yang diperas hingga minyaknya keluar. Kelompok
kata setelah itu merupakan unsur keterangan kalimat. Agar kalimatnya menjadi
benar, perlu ditambahkan subjek dalam kalimat tersebut. Pembetulan kalimat
(23) adalah sebagai berikut.
(23a) Setelah itu, hasilnya diperas hingga minyaknya keluar.
K
S
P
Dengan ditambahkannya kata hasilnya sebagai subjek, pembaca dapat
mengetahui secara jelas bahwa apa yang diperas hingga minyaknya keluar
adalah hasinya.
Kalimat (24) dan (25) sama sama kekurangan unsur subjek dan predikat.
Kalimatnya hanya terdiri atas unsur keterangan saja. Hal itu dapat dilihat dari
adanya unsur keterangan yang ditandai dengan kata penghubung di awal
kalimat. Kalimat (24) dan (25) akan menjadi benar jika kata penghubung dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
kedua kalimat tersebut dipisahkan dengan tanda koma (,). Kalimat (24) yang
benar adalah sebagai berikut.
(24a) Akan tetapi, ada keasyikan tersendiri dalam memainkan biola.
S
P
Kata tetapi tidak dapat mengawali sebuah kalimat karena merupakan kata
penghubung setara (konjungsi koordinatif). Agar dapat menempati posisi di awal
kalimat dan menjadi penghubung antarkalimat, tetapi dapat diubah menjadi akan
tetapi. Dengan dtambahkannya tanda koma (,) di belakang akan tetapi,
kelompok kata ada keasyikan sendiri menjadi subjek dan kelompok kata dalam
memainkan biola menjadi predikat, sedangkan akan tetapi menjadi penghubung
antarkalimat yang disebut dengan kohesi. Demikian juga untuk kalimat (25).
Kalimat yang benar adalah sebagai berikut.
(25a) Namun, mereka semua menggeleng.
S
P
Dengan ditambahkannya kata penghubung namun, kelompok kata mereka
menjadi subjek dan kata menggeleng menjadi predikatnya, sedangkan namun
merupakan kohesi.
Kalimat (26) juga termasuk kalimat yang tidak lengkap. Kalimatnya hanya
terdiri atas unsur keterangan saja. Supaya kalimatnya menjadi benar, perlu
ditambahkan subjek dan predikat dalam kalimat tersebut. Pembetulan
kalimatnya adalah sebagai berikut.
(26a) Terkadang, ia terbang sampai berkilo-kilo meter.
K
S
P
K
Dengan menambahkan ia sebagai subjek dan terbang sebagai predikat, kalimat
tersebut menjadi lengkap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
b.
Kesalahan urutan unsur kalimat
Dalam buku Bahasa Indonsia: untuk Kelas VI SD/MI karangan Sukini &
Iskandar tidak ditemukan kesalahan urutan unsur kalimat. Ada beberapa kalimat
yang terasa janggal dan tidak benar susunan unsur-unsurnya. Berikut diberikan
contoh kalimat tersebut.
(27) Halte atau dermaga penumpang itu saat ini tengah dibangun. (88)
S
K
P
(28) Memungut sampah sekilas merupakan kegiatan sepele. (hlm. 128)
S
K
P
Kalimat (27) tersusun atas unsur subjek, keterangan, dan predikat. Sekilas,
kalimat di atas terasa janggal karena susunan unsur-unsurnya tak lazim, yaitu
adanya unsur keterangan di antara subjek dan predikat. Sebenarnya, penyusunan
kalimat dengan urutan unsur seperti itu dibenarkan secara gramatikal. Namun,
agar tidak menimbulkan salah penafsiran, sebaiknya keterangan tersebut
dipisahkan dari bagian kalimat lainnya dengan tanda koma (,). Kalimatnya
menjadi seperti berikut.
(27a) Halte atau dermaga penumpang itu, saat ini, tengah dibangun.
S
K
P
Selain itu dapat pula keterangan saat ini diletakkan di awal atau di akhir kalimat.
(27b) Saat ini, halte atau dermaga penumpang itu tengah dibangun.
K
S
P
(27c) Halte atau dermaga penumpang itu tengah dibangun saat ini.
S
P
K
Kalimat (28) tersusun atas unsur subjek, keterangan, dan predikat. Sama
dengan kalimat (27). Letak keterangan yang berada di antara unsur subjek dan
predikat terasa janggal. Namun, agar tidak menimbulkan salah baca dan
penafsiran, keterangan tersebut harus diapit dengan tanda koma (,). Selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
dapat pula unsur keterangannya ditempatkan di awal kalimat. Kalimatnya
menjadi seperti berikut.
(28a) Memungut sampah, sekilas merupakan kegiatan sepele.
S
K
P
(28b) Sekilas, memungut sampah merupakan kegiatan sepele.
K
S
P
c.
Kalimat yang tidak logis
Contoh kesalahan kalimat yang berupa kalimat yang tidak logis adalah
sebagai berikut.
(29) Seperti mematikan lampu saat tidak digunakan sehingga
menggunakan listrik secara bijak saat memainkan playstation
maupun televisi. (hlm. 23)
(30) Minyak bumi dapat dibakar untuk mengeluarkan energi panas
dengan cara yang sama seperti batu bara. (hlm. 24)
(31) Sedikitnya 40 kepala keluarga di desa tersebut kini tidak bisa ke
luar rumah. (hlm. 68)
(32) PT Kereta api Indonesia (KAI) saat ini tengah mengkaji rencana
penghapusan kereta api kelas ekonomi menjadi kereta api lokal
ber-AC. (hlm. 91)
(33) Setiap operator transportasi akan diberikan waktu transisi selama
enam bulan. (hlm. 92)
Kalimat (29) termasuk kalimat yang tidak logis. Mengapa? Karena antara
klausa satu dengan klausa yang lain tidak ada hubungannya. Kata penghubung
sehingga menjadi ciri adanya hubungan sebab akibat antara dua klausa dalam
kalimat tersebut. Namun, hal itu tidak terlihat dalam kalimat di atas. Kedua
klausa dalam kalimat tersebut tidak menjadi penyebab maupun akibat dari
klausa yang lain. Kalimat (29) dapat dibetulkan menjadi sebagai berikut.
(29a) Mematikan lampu saat tidak digunakan merupakan contoh
penggunaan listrik secara bijak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Kalimat (30) adalah kalimat yang tidak logis. Kalimat di atas
menunjukkan bahwa yang sama antara pembakaran minyak bumi dan batu bara
adalah sama. Sementara kita tahu bahwa minyak bumi itu berbentuk cair,
sedangkan batu bara itu berbentuk padat. Jadi keduanya memiliki cara berbeda
dalam pembakarannya. Yang sama antara keduanya adalah minyak bumi dan
batu bara sama-sama dapat dibakar dan mengeluarkan energi panas, bukan cara
pembakarannya. Pembetulan kalimatnya adalah sebagai berikut.
(30a) Minyak bumi dapat dibakar untuk mengeluarkan energi panas sama
seperti batu bara.
Kalimat (31) termasuk kalimat yang tidak logis. Ketidaklogisan kalimat
(31) terdapat pada frasa 40 kepala keluarga. Jika diperhatikan, kalimat tersebut
hanya mengatakan bahwa hanya kepala keluarga
tidak bisa keluar rumah,
sedangkan yang dimaksud dalam kalimat tersebut adalah seluruh anggota
keluarga. Kalimat yang benar adalah sebagai berikut.
(31a) Sedikitnya 40 keluarga di desa tersebut, kini tidak bisa keluar rumah.
Dengan dihilangkannya kata kepala, kalimat tersebut menjadi jelas bahwa yang
tidak dapat keluar dari rumah sebanyak 40 keluarga.
Kalimat (32) juga merupakan kalimat yang tidak logis. Ketidaklogisannya
terdapat pada kata penghapusan dan menjadi. Kata penghapusan mengandung
arti bahwa kebijakan yang ada sudah tidak akan digunakan lagi. Akan tetapi, di
bagian lain kalimat itu menggunakan kata menjadi yang mengandung makna
bahwa kebijakan itu tidak dihapus hanya diganti saja. Untuk itu, kalimat (32)
perlu diperbaiki agar maksud yang diinginkan dapat diterima oleh pembaca
dengan jelas. Pembetulan kalimatnya adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
(32a) PT Kereta api Indonesia (KAI) saat ini tengah mengkaji rencana
penghapusan kereta api kelas ekonomi.
(32b) PT Kereta api Indonesia (KAI) saat ini tengah mengkaji rencana
pengubahan kereta api kelas ekonomi menjadi kereta api lokal berAC.
Kalimat (33) merupakan kalimat yang tidak logis. Ketidaklogisan kalimat
(33) dapat dilihat dari predikatnya, yaitu diberikan. Kalimat tersebut
menunjukkan bahwa hal yang diberikan adalah operator. Hal itu tidak logis
karena yang bisa diberikan adalah sesuatu, bukan seseorang. Kalimatnya
menjadi logis apabila akhiran –kan pada kata diberikan dihilangkan. Kalimatnya
akan menjadi sebagai berikut.
(33a) Setiap operator transportasi akan diberi waktu transisi selama enam
bulan.
Dengan dihilangkannya akhiran –kan pada kata diberikan, kalimat menjadi
logis. Yang diberikan adalah waktu transisi, sedangkan yang diberi adalah
operator. Selain dengan menghilangkan akhiran –kan pada kata diberikan,
kalimat dapat diperbaiki dengan menukarkan posisi antara setiap operator
transportasi dan waktu transisi selama enam bulan.
(33b) Waktu transisi selama enam bulan akan diberikan kepada setiap
operator transportasi
d.
Kalimat yang ambigu
Kalimat yang ambigu juga ditemukan dalam penelitian ini. Berikut
dipaparkan beberapa contoh kesalahannya.
(34) Negara lain yang memasok minyak bumi ke seluruh dunia
termasuk Indonesia. (hlm. 24)
(35) Rina diharuskan membayar biaya langganan majalah itu selama
setahun. (hlm. 60)
(36) Terdengar teriakan anak-anak kecil Roib tidak peduli. (hlm. 34)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Ketiga kalimat di atas termasuk kalimat yang ambigu atau bermakna
ganda. Dalam kalimat (34) terdapat dua makna yang terdapat dalam kalimat
tersebut. Makna-makna yang terdapat dalam kalimat tersebut adalah sebagai
berikut.
(a) Indonesia termasuk negara yang memasok minyak bumi.
(b) Indonesia yang mendapatkan pasokan minyak bumi.
Agar tidak terjadi salah penafsiran oleh pembaca, kalimatnya harus diperbaiki.
Perbaikan kalimatnya adalah sebagai berikut.
(35a) Indonesia termasuk negara yang memasok minyak bumi ke seluruh
dunia.
(35b) Indonesia termasuk negara yang mendapatkan pasokan minyak bumi
dari negara lain.
Kalimat (34a) mengandung makna bahwa Indonesia merupakan salah satu
Negara pemasok minyak bumi ke seluruh dunia. Lain halnya dengan kalimat
(34b). Kalimat (34b) menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu
negara yang mendapat pasokan minyak bumi dari negara lain. Negara lain yang
dimaksudkan dapat dari negara di seluruh dunia ini.
Kalimat (35) salah karena mengabungkan dua kaidah yang bersilangan,
yaitu kalimat pasif dan kalimat aktif. Hal itu dapat dilihat dari jenis kata kerja
yang digunakan dalam kalimat tersebut. Yang membuat ambigu kalimat tersebut
adalah kelompok selama setahun. Selama setahun yang dimaksud adalah
berlangganannya atau jangka waktu untuk membayarnya. Agar tidak
menimbulkan salah penafsiran, kalimatnya harus diperbaiki. Kalimat yang benar
adalah sebagai berikut.
(35a) Rina harus membayar biaya langganan majalah itu selama setahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
(35b) Rina harus membayar biaya selama setahun langganan majalah itu.
Kalimat (36) merupakan kalimat yang ambigu. Makna yang akan
dijelaskan dalam kalimat tersebut tidak jelas. Yang tidak jelas dalam kalimat
tersebut adalah kata siapa yang tidak peduli dengan teriakan itu? Anak-anak
kecil Roib atau Roib. Kalimat (36) perlu diperbaiki agar dapat dipahami dengan
jelas oleh pembaca. Kalimat yang benar adalah sebagai berikut.
(36a) Terdengar teriakan anak-anak kecil, Roib tidak peduli.
(36b) Terdengar teriakan, anak-anak kecil Roib tidak peduli.
Kalimat (36a) mengandung makna bahwa Roib-lah yang tidak peduli dengan
teriakan (suara) anak-anak kecil. Berbeda dengan kalimat (36a), makna yang
terdapat dalam kalimat (36b) adalah anak-anak (kecil) Roib yang tidak peduli
dengan teriakan yang terdengar.
e.
Penggunaan konjungsi yang berlebihan
Berikut contoh kalimat yang menggunakan konjungsi berlebih.
(37) Sengaja supaya Dina dan Luna mendengar dan kemudian melepas
pelukan itu. (hlm. 38)
(38) Tetapi kita belum mengenalnya karena belum diperbanyak dan
diperjualbelikan. (hlm 58)
(39) Karena Einstein yang terkenal tidak akan dapat memberi jawaban
ilmiah atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam buku ini
karena telah meninggal dunia. (hlm. 104)
Kalimat (37) menggunakan lebih dari dua kata penghubung, yaitu supaya,
dan, dan kemudian. Kata supaya dan kemudian merupakan kata penghubung
dalam kalimat majemuk bertingkat,sedangkan kata dan adalah kata penghubung
dalam kalimat majemuk setara. Pembetulan kalimatnya adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
(37a) Sengaja supaya Dina dan Luna mendengar kemudian melepas
pelukan itu. (hlm. 38)
Kalimat (38) menggunakan dua konjungsi sehingga membuat kalimatnya
menjadi tidak baku. Dua konjungsi yang digunakan adalah tetapi dan karena.
Kedua konjungsi tersebut berbeda jenis sehingga tidak tepat jika digunakan
secara bersama-sama. Tetapi merupakan kata penghubung dalam kalimat
majemuk setara, sedangkan karena merupakan kata penghubung kalimat
majemuk bertingkat. Oleh karena itu, lebih baik gunakan salah satu jenis saja.
Untuk kalimat tersebut, yang paling tepat menggunakan konjungsi karena.
Kalimat yang benar adalah sebagai berikut.
(38a) Kita belum mengenalnya karena belum diperbanyak dan
diperjualbelikan.
(38b) Karena belum diperbanyak dan diperjualbelikan, kita belum
mengenalnya.
Kalimat (39) menggunakan dua kata penghubung yang sama, yaitu
karena. Penggunaan dua kata penghbung itu menyebabkan kalimatnya menjadi
tidak baku. Kalimat tersebut hanya terdiri atas dua anak kalimat saja, tanpa ada
kalimat induk yang dapat berdiri sendiri. Kalimat (39) dapat diperbaiki menjadi
seperti berikut.
(39a) Einstein yang terkenal tidak akan dapat memberi jawaban ilmiah
atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam buku ini karena
telah meninggal dunia.
Dengan dihilangkannya kata penghubung karena di awal kalimat, kalimat
tersebut mempunyai satu induk kalimat dan satu anak kalimat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
f.
Pemilihan kata yang tidak tepat
Dalam penelitian ini juga ditemukan kalimat yang tidak tepat dalam
menggunakan pilihan kata. Contoh kalimat yang menggunakan pilihan kata yang
tidak tepat adalah sebagai berikut.
(40) Rama Harimau mempunyai putra namanya si Loreng. (hlm. 18)
(41) Namun si Loreng tidak tahu kalau semut merah itu selamat dan
mengadukan perbuatan si Loreng ke Rama Harimau. (hlm. 18)
Kalimat (40) menggunakan pilihan kata yang tidak tepat. Kata namanya
tidak tepat bila digunakan dalam kalimat tersebut. Kata namanya hanya cocok
digunakan dalam bahasa lisan. Untuk bahasa tulis, kata namanya kurang tepat.
Kata yang tepat untuk untuk menyebutkan nama dalam bahasa tulis adalah
bernama. Kalimatnya menjadi seperti berikut.
(40a) Rama Harimau mempunyai putra bernama si Loreng.
Kata depan ke dalam kalimat (41) tidak tepat pemakaiannya. Kata depan
ke digunakan sebagai keterangan tujuan. Kalimat (41) memang terdapat
keterangan tujuan. Kata depan yang digunakan dalam tererangan tujuan kalimat
(412) tidak tepat karena kata penghubung ke menunjukkan keterangan tujuan
yang berupa tempat. Keterangan tujuan yang terdapat dalam kalimat (41) adalah
partisipan, maka kata depan yang tepat untuk menunjukkan keterangan tujuan
dalam kalimat (41) adalah kepada. Pembetulan kalimatnya adalah sebagai
berikut.
(41a) Namun si Loreng tidak tahu kalau semut merah itu selamat dan
mengadukan perbuatannya kepada Rama Harimau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
g.
Pemborosan kata
Kalimat yang efektif adalah kalimat yang tidak bertele-tele atau boros
dalam menggunakan kata. Berikut contoh kalimat yang boros dalam penggunaan
kata.
(42) Hal ini akan dapat melatih keterampilanmu dalam berbicara.
(hlm.4)
(43) Dahulu pesan moral disampaikan pengarang secara eksplisit, secara
langsung. (hlm.3)
(44) Dengan ini kami beritahukan bahwa dalam rangka meningkatkan
etika peserta didik, sekolah akan mengadakan Pendidikan dan
Latihan tentang etika dalam rangka memperingati ulang tahun
sekolah. (hlm. 120)
(45) Kelelawar, bajing, tupai, tikus, burung, dan jenis binatang reptil
adalah makanan empuk buat elang. (hlm. 135)
Kalimat (42) di atas termasuk contoh yang boros dalam menggunakan
kata-kata. Kata akan dan dapat tidak perlu digunakan bersama-sama. Gunakan
salah satu saja akan atau dapat. Jika digunakan dalam kalimat di atas, kata akan
dan dapat mempunyai fungsi yang sama, yaitu untuk menerangkan predikat
melatih. Kalimat tersebut akan menjadi baik, bila ditulis sebagai berikut.
(42a) Hal ini akan melatih keterampilanmu dalam berbicara.
(42b) Hal ini dapat melatih keterampilanmu dalam berbicara.
Kalimat (43) juga merupakan kalimat yang boros dalam menggunakan
kata. Kelompok kata (frasa) secara eksplisit mempunyai makna yang sama
dengan frasa secara langsung. Kata eksplisit berarti langsung. Oleh karena itu,
akan lebih baik jika digunakan salah satu saja, secara eksplisit atau secara
langsung. Kalimatnya akan menjadi lebih baik dan tidak boros dalam
menggunakan kata jika disusun menjadi sebagai berikut.
(43a) Dahulu pesan moral disampaikan pengarang secara eksplisit.
(43b) Dahulu pesan moral disampaikan pengarang secara langsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Kalimat (44) di atas sangat boros dalam menggunakan kata. Ada beberapa
kata yang diulang penggunaannya dalam kalimat tersebut, seperti kata dalam,
rangka, sekolah, dan etika. Kalimatnya pun bertele-tele, dan berputar-putar.
Alangkah baiknya jika kalimat itu dibuat lebih ringkas. Pembetulan kalimat
tersebut adalah sebagai berikut.
(44a) Dalam rangka memperingati ulang tahun sekolah, akan diadakan
pendidikan dan latihan tentang etika untuk meningkatkan etika
peserta didik.
Kalimat (45) di atas menggunakan dua kata benda yang sama artinya, yaitu
bajing dan tupai. Keduanya adalah nama hewan yang sama. Kata tupai sering
digunakan dalam bahasa Indonesia, sedangkan bajing dalam bahasa Jawa.
Meskipun bajing termasuk dalam bahasa Jawa, namun sudah diadopsi ke dalam
bahasa Indonesia dan ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jadi, untuk
menghemat kata alangkah lebih baik jika digunakan salah satu saja. Kalimatnya
menjadi sebagai berikut.
(45a) Kelelawar, bajing, tikus, burung, dan jenis binatang reptil adalah
makanan empuk buat elang.
(45b) Kelelawar, tupai, tikus, burung, dan jenis binatang reptil adalah
makanan empuk buat elang.
C. Hasil Analisis
Hasil analisis kesalahan berbahasa dalam buku pelajaran berjudul Bahasa
Indonesia untuk Kelas VI SD/MI yang disusun oleh Sukini & Iskandar adalah
sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
1. Kesalahan ejaan
Kesalahan ejaan yang ter dapat dalam buku pelajaran berjudul Bahasa
Indonesia untuk Kelas VI SD/MI yang disusun oleh Sukini & Iskandar diperoleh
data sebanyak 44 kesalahan, yang meliputi (1) kesalahan pemakaian huruf ada 6,
(2) kesalahan pemakaian huruf kapital ada 5, (3) kesalahan pemakaian huruf
miring ada 2, (4) kesalahan penulisan kata ada 16, (5) kesalahan penulisan unsur
serapan ada 3, dan (6) pemakaian tanda baca ada 31.
Tabel 4.1
Jumlah Kesalahan Ejaan
No.
Jenis Kesalahan Ejaan
Jumlah
1.
Pemakaian huruf
6
2.
Pemakaian huruf kapital
5
3.
Pemakaian huruf miring
2
4.
Penulisan kata
16
5.
Penulisan unsur serapan
3
6.
Pemakaian tanda baca
31
Jumlah
63
2. Kesalahan kalimat
Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa kesalahan kalimat yang
terdapat dalam buku pelajaran berjudul Bahasa Indonesia untuk Kelas VI SD/MI
yang disusun oleh Sukini & Iskandar sebanyak 57 kesalahan. Kesalahan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
kesalahan kalimat yang ditemukan meliputi: (1) kesalahan kekurangan unsur
kalimat ada 25, (2) kalimat yang tidak logis ada tujuh, (3) kalimat yang ambigu
ada enam, (4) penggunaan konjungsi yang berlebihan ada enam, (5) pemilihan
kata yang tidak tepat ada tujuh, dan, (6) pemborosan kata ada empat.
Tabel 4.2
Jumlah Kesalahan Kalimat
No.
Jenis Kesalahan Kalimat
Jumlah
1.
Kekurangan unsur kalimat
25
2.
Kesalahan urutan unsur kalimat
0
3.
Kalimat yang tidak logis
7
4.
Kalimat yang ambigu
6
5.
Penggunaan konjungsi yang berlebihan
6
6.
Penggunaan kata tanya yang tidak perlu
0
7.
Pemilihan kata yang tidak tepat
7
8.
Pemborosan kata
4
Jumlah
55
D. Pembahasan
Tujuan penelitian berjudul Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Buku
Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI adalah untuk
mendeskripsikan kesalahan ejaan dan kalimat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Berdasarkan analisis data telah ditemukan jenis kesalahan berbahasa pada
bidang ejaan dan sintaksis. Kesalahan bidang sintaksis yang dianalisis khusus
pada tataran kalimat. Kesalahan ejaan dan sintaksis yang ditemukan dalam buku
teks pelajaran berjudul Bahasa Indonesia: untuk Kelas 6 SD/MI yang disusun
oleh Sukini & Iskandar sebanyak 118 kesalahan. Dari ke-118 kesalahan tersebut,
terdapat kesalahan ejaan sebanyak 63 dan kesalahan kalimat sebanyak 55.
Pembahasa temuan itu sebagai berikut.
Kesalahan ejaan yang terdapat dalam buku pelajaran berjudul Bahasa
Indonesia: untuk Kelas 6 SD/MI yang disusun oleh Sukini & Iskandar tersebut
ada 63 kesalahan yang terdiri atas enam kesalahan pemakaian huruf, lima
kesalahan pemakaian huruf kapital, dua kesalahan pemakaian huruf miring, enam
belas kesalahan penulisan kata, tiga kesalahan penulisan unsur serapan, dan 31
kesalahan pemakaian tanda baca.
Jumlah kesalahan ejaan yang paling banyak ditemukan adalah kesalahan
pemakaian tanda baca, yaitu sebanyak 31 kesalahan. Kesalahan pemakaian tanda
baca yang ditemukan meliputi kesalahan pemakaian tanda koma (,), tanda tanya
(?), tanda seru (!), tanda titik (.), tanda petik (“...”), dan tanda pemisah(—). Dari
ke-31 kesalahan pemakaian tanda baca yang ditemukan, yang paling banyak
ditemukan adalah kesalahan pemakaian tanda koma (,). Kesalahan pemakaian
tanda koma (,) yang sering terjadi terdapat pada keterangan yang berada di awal
kalimat tidak dipisahkan dengan tanda koma.
Kesalahan ejaan terbanyak kedua adalah kesalahan penulsan kata. Ada
enam belas kesalahan penulisan kata yang ditemukan dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Kesalahan penulisan kata yang ditemukan meliputi kesalahan kesalahan
penulisan lambang bilangan, penulisan kata dasar , penulisan kata ganti,
penulisan singkatan, dan penulisan gabungan kata.
Selain kesalahan ejaan, penelitian ini juga meneliti kesalahan kalimat.
Adapun kesalahan kalimat yang ditemukan sebanyak 55. Kesalahan kalimat
tersebut terdiri atas 25 kesalahan kekurangan unsur kalimat, tujuh kalimat yang
tidak logis, lima kalimat yang ambigu, enam penggunaan konjungsi yang
berlebihan, tujuh kesalahan pilihan kata, dan empat kesalahan pemborosan kata.
Adapun kesalahan kalimat dalam urutan unsur kalimat dan penggunaan kata
tanya yang tidak perlu tidak ditemukan dalam penelitian ini.
Kesalahan kalimat yang paling banyak ditemukan adalah kesalahan
kekurangan unsur kalimat. Dari ke-55 kesalahan kalimat, kesalahan kekurangan
unsur kalimatnya ada 25, hampir setengah dari seluruh kesalahan kalimat yang
ditemukan. Kesalahan kekurangan unsur kalimat yang sering terjadi adalah
adanya penggunaan kata depan di awal kalimat. Selain itu, kalimat-kalimat yang
hanya terdiri atas anak kalimat juga banyak ditemukan. Kalimat yang hanya
terdiri atas anak kalimat ditandai dengan adanya konjungsi atau kata penghubung
di awal kalimat.
Banyaknya kesalahan yang terdapat dalam buku teks pelajaran Bahasa
Indonesia: untuk Kelas 6 SD/MI diduga karena penulis kurang teliti dalam
menggunakan ejaan dan menyusun kalimat Selain itu, dalam mengutip materi
pelajaran, seperti cerita, berita, atau informasi yang lain, diduga penulis langsung
menuliskannya tanpa membenarkannya terlebih dahulu. Penulis buku kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
memerhatikan kaidah penulisan buku teks pelajaran, khususnya dalam
penggunaan kaidah bahasa termasuk penulisan ejaan dan kelengkapan kalimat.
Seharusnya, bila dalam materi yang akan dikutip masih mengandung kesalahan
baik ejaan maupun kalimat, penulis buku dapat membenarkan dengan
memberikan keterangan pada sumber dengan pengubahan seperlunya.
Penulis juga perlu memperhitungkan sasaran pengguna buku teks
pelajaran ini dan meminimalkan kesalahan-kesalahan yang terdapat di dalamnya.
Apalagi, sasaran buku ini adalah siswa tingkat sekolah dasar yang masih
cenderung meniru apa yang dilihat atau didengarnya. Siswa juga menyangka
bahwa buku teks yang digunakannya itu luput dari berbagai kesalahan termasuk
kesalahan penggunaan kaidah bahasa, khususnya penulisan ejaan dan penyusunan
kalimat. Untuk itu, penulis buku teks pelajaran sebisa mungkin harus
menghindari adanya kesalahan di dalam buku teks pelajaran tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
Bab lima merupakan bab penutup laporan penelitian ini. Bab ini
mencakup kesimpulan dan implikasi dari penelitian yang telah dilakukan, serta
saran yang diberikan oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa kesalahan berbahasa yang ada dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia
masih cukup banyak. Dalam analisis data, ditemukan jenis kesalahan berbahasa
dalam bidang fonologi, khususnya pada tataran ejaan yang terdapat dalam buku
pelajaran berjudul Bahasa Indonesia: untuk Kelas 6 SD/MI yang disusun oleh
Sukini & Iskandar. Kesalahan ejaan yang ditemukan sebanyak 63 kesalahan
yang terdiri atas enam kesalahan pemakaian huruf, lima kesalahan pemakaian
huruf kapital, dua kesalahan pemakaian huruf miring, enam belas kesalahan
penulisan kata, tiga kesalahan penulisan unsur serapan, dan 31 kesalahan
pemakaian tanda baca.
Selain kesalahan ejaan, juga ditemukan kesalahan berbahasa bidang
sintaksis, khususnya pada tataran kalimat. Kesalahan kalimat yang ditemukan
dalam buku pelajaran berjudul Bahasa Indonesia: untuk Kelas 6 SD/MI yang
disusun oleh Sukini & Iskandar ada 55 kesalahan. Kesalahan kalimat ini meliputi
25 kesalahan kekurangan unsur kalimat, tujuh kalimat yang tidak logis, enam
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
kalimat yang ambigu, enam penggunaan konjungsi yang berlebihan, tujuh
kesalahan pilihan kata, dan empat pemborosan kata. Adapun kesalahan kalimat
dalam urutan unsur kalimat dan penggunaan kata tanya yang tidak perlu tidak
ditemukan dalam penelitian ini.
B. Implikasi
Hasil Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa kesalahan ejaan dan
kalimat yang ada dalam buku pelajaran pelajaran berjudul Bahasa Indonesia:
untuk Kelas 6 SD/MI yang disusun oleh Sukini & Iskandar masih cukup banyak.
Penulis buku harus lebih memerhatikan penggunaan tata bahasa, khususnya ejaan
dan kalimat. Buku pelajaran digunakan oleh siswa sebagai sumber utama dalam
belajar, maka kesalahan dalam penggunaan kaidah bahasa harus dihindari. Siswa
menganggap bahwa buku pelajaran yang digunakannya luput dari berbagai
kesalahan termasuk kesalahan penggunaan kaidah berbahasa seperti ejaan dan
kalimat.
Penelitian ini juga dapat diimplementasikan sebagai bahan pelajaran
bahasa dan sastra Indonesia di SMP kelsa IX semester 1 berdasarkan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Stantar Kompetensi mata pelajaran yang
berkaitan dengan penggunaan kaidah bahasa terdapat pada butir 4 (menulis),
yaitu mengungkapkan informasi dalam bentuk iklan baris, resensi, dan karangan.
Kompetensi dasarnya terdapat pada butir 4.3, yaitu menyunting karangan dengan
berpedoman pada ketepatan ejaan, tanda baca, pilihan kata, keefektifan kalimat,
keterpaduan paragraf, dan kebulatan wacana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti memberikan saran
kepada guru Bahasa dan Sastra Indonesia, Program Studi Pendidikan Bahasa,
Sastra Indonesia, dan Daerah, serta peneliti lain.
1. Bagi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia
Dalam memberikan pengajaran, guru bahasa Indonesia hendaknya
memperhatikan secara cermat penggunaan ejaan dan penyusunan kalimat. Bila
ditemukan kesalahan kebahasaan dalam buku yang digunakan, hendaknya guru
segera meralat dan memberitahukan bentuk yang benar, agar siswa tidak meniru
kesalahan yang ada dalam buku itu.
2. Bagi Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Penelitian ini memberikan informasi kesalaha berbahasa yang terdapat
dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia sehingga dari informasi tersebut
mahasiswa calon guru dapat membantu siswa untuk menulis dengan tatabahasa
yang benar dan tidak meniru kesalahan yang terdapat dalam buku pelajaran yang
digunakan.
3. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini masih dalam taraf penelitian awal. Untuk itu, penulis
mengharapkan adanya penelitian lebih lanjut, misalnya tentang bidang
kebahasaan yang lain yang belum diteliti dalam penelitian ini. Dengan demikian,
hasil penelitian tersebut dapat memperkuat penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk.. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Arifin, E. Zaenal. 1987. Berbahasa Indonesialah dengan Benar: Petunjuk Praktis
untuk Pelajar, Mahasiswa dan Guru. Jakarta: Medyatama Sarana
Perkasa.
Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Badudu, J.S.. 1980. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia (Tata Bahasa). Bandung:
Pustaka Prima.
Hastuti, Sri. 1989. Sekitar Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta:
Mitra Gama Widya.
Indradi, Agustinus. 2003. Cermat Berbahasa Indonesia: Pedoman Praktis
Penyusunan Karangan Ilmiah. Malang: Dioma.
Kridalaksana, Harimurti. 1975. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa Indonesia.
Jakarta: Grasindo.
Kumanireng, Donatus Doweng. 2003. Analisis Kesalahan Berbahasa Siswa Kelas
II SMA Frater Disamakan Makassar, Tahun Ajaran 2004/2005 dalam
Menggunakan Kata berimbuhan Me-. Skripsi. Yogyakarta: PBSID,
Universitas Sanata Dharma.
Moleong, Lexy J.. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
Namang, Maria Helena Dane. 2005. Analisis Kesalahan Sintaksis dalam
Karangan ArgumentasI Kelas II SMAK Frateran Podor Larantuka
Tahun Ajaran 2003/2004. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, Universitas
Sanata Dharma.
Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Yogyakarta: BPFE.
Pateda, Mansoer. 1989. Analisis Kesalahan Berbahasa. Ende: Nusa Indah.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1997. Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka.
Rahardi, Kunjana. 2009. Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk KarangMengarang. Jakarta: Erlangga.
_______. 2010. Kalimat Baku untuk Menyusun Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta:
Universitas Atma Jaya.
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
_______. 2010. Memerantikan Ejaan dalam Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta:
Universitas Atma Jaya.
Ramlan, M.. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: Karyono.
Satriarini, Elisabet Cinta. 2009. Kesalahan Kalimat dalam Berita Utama Surat
Kabar Harian “Kedaulatan Rakyat”. Skripsi. Yogyakarta: PBSID,
Universitas Sanata Dharma.
Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa: Teori dan Praktik.
Surabaya: Yuma Pustaka.
Sitepu, B.P.. 2012. Penulisan Buku Teks Pelajaran. Bandung: Rosdakarya.
Soewandi, A.M. Slamet. 2007. Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia. Handout.
Yogyakarta: PBSID, Universitas Sanata Dharma.
Subroto, D. Edi dan Darmadi, Kaswan. 1992. Pengantar Metoda Penelitian
Linguistik Struktural. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Sugono, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Sukini dan Iskandar. 2008. Bahasa Indonesia: untuk Kelas 6 SD/MI. Jakarta:
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Surakhmad, Winarno. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar Metode dan
Teknik. Bandung: Taesito.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia. Bandung:
Angkasa.
_______. 1985. Pengajaran Sintaksis. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 1988. Pengajaran Analisis Kesalahan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Waridah, Ernawati. 2009. EYD: Seputar Kebahasa-Indonesiaan. Jakarta: Kawan
Pustaka.
Wikantari, Maria Riska. 2009. Analisis Kesalahan Struktur Kalimat Dalam
Karangan Narasi Ekspsitoris Siswa Kelas VIII SMP Pangudi Luhur
Srumbung Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi. Yogyakarta: PBSID,
Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Data Kesalahan Ejaan
No. Kalimat
1. DEO seekor burung nuri.
2.
3.
Melalui Gerakan Hemat
Listrik, masyarakat
disadarkan dan diajak untuk
membudayakan perilaku
hemat dalam mengkonsumsi
listrik. (hlm. 22)
Acara ini diprakrarsai oleh
Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral
(ESDM), PT. PLN (Persero)
dan PT. Energy
Management Indonesia
(EMI). (hlm. 22)
Jenis Kesalahan Ejaan
Pemakaian huruf kapital
Pembetulan Ejaan
Deo seekor burung nuri.
Pemakaian huruf
Melalui Gerakan Hemat
Listrik, masyarakat
disadarkan dan diajak untuk
membudayakan perilaku
hemat dalam mengonsumsi
listrik.
Acara ini diprakarsai oleh
Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral
(ESDM), PT PLN (Persero),
dan PT Energy Management
Indonesia (EMI).
Pemakaian huruf
Keterangan
Penulisan kata Deo cukup
huruf D saja yang
menggunakan huruf kapital
karena bukan merupakan
singkatan melainkan sebuah
nama.
Kata konsumsi yang mendapat
awalan me- menjadi
mengonsumsi (k luluh)
Penulisan kata diprakarsai
yang benar tanpa r di belakang
huruf k
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.
5.
6.
7.
8.
Melalui
Klinik
Hemat
Listrik
Masyarakat
diperkenankan
memilih
peralatan rumah tangga
hemat listrik hingga tips
sederhana
mengenai
penghematan
listrik
di
rumah tangga. (hlm. 23)
Dalam pertemuan ini tim
EKKT melaporkan kepada
Presiden
tentang
hasil
evaluasi mereka selama
hampir dua bulan. (hlm. 98)
Jika sudah begitu
hatinya tenteram seperti
diguyur es satu ember.
Amanat sebuah cerita dapat
dirumuskan setelah pembaca
menemukan
temannya.
(hlm. 3)
10 kg buah jarak dikukus
selama satu jam kemudian
diblender. (hlm. 58)
Pemakaian huruf kapital
Melalui Klinik Hemat Listrik,
masyarakat diperkenankan
memilih peralatan rumah
tangga hemat listrik hingga
tips sederhana mengenai
penghematan listrik di rumah
tangga.
Kata masyarakat tidak diawali
dengan huruf kapital karena
bukan bagian dari instansi atau
organisasi tertentu (bukan
bagian dari Klinik Hemat
Listrik)
Pemakaian huruf kapital
Dalam pertemuan ini tim
EKKT melaporkan kepada
presiden tentang hasil
evaluasi mereka selama
hampir dua bulan.
Jika sudah begitu,
hatinya tenteram seperti
diguyur es satu ember.
Amanat sebuah cerita dapat
dirumuskan setelah pembaca
menemukan temanya.
Penulisan kata presiden tidak
diawali dengan huruf kapital
karena tidak diikuti dengan
nama orang atau negara.
Pemakaian tanda baca
Pemakaian huruf
Penulisan kata
Sepuluh kilogram buah jarak
dikukus selama satu jam
kemudian diblender.
Buah jarak sebanyak sepuluh
kilogram dikukus selama satu
jam kemudian diblender.
Tanda koma (,) digunakan
untuk memisahkan keterangan
yang berada di awal kalimat.
Kelebihan huruf npada kata
temanya.
Lambang bilangan yang dapat
ditulis dengan satu atau dua
kata, ditulis dengan huruf.
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Kotoran sebanyak itu bisa Penulisan kata
diperoleh dari kira-kira 4
ekor sapi. (hlm. 58)
Uang yang hendak kamu Penulisan kata
kirim sebesar Rp 25.000,00.
(hlm. 62)
Ia merayap ke luar dari
lubang
itu
sambil
meneteskan air mata. (hlm.
130)
Aku mengerti masalah yang
sedang kau hadapi.
(hlm.136)
Aku paling suka musik pop
yang slow dan bikin rileks,
seperti musik Jepang yang
mengalir lembut. (hlm. 17)
Dekat rental yang di
prapatan
warung
bang
Rusmar Pak. (hlm. 34)
Drama berisi dialog antara
beberapa tokoh disertai
akting yang sesuai dengan
petunjuk pemeranan. (hlm.
105)
Penulisan kata
Kotoran sebanyak itu bisa
diperoleh dari kira-kira empat
ekor sapi.
Uang yang hendak kamu
kirim sebesar Rp25.000,00.
Lambang bilangan yang dapat
ditulis dengan satu atau dua
kata, ditulis dengan huruf.
Penulisan satuan lambang
bilangan rupiah (Rp) dirangkai
dengan angka yang
mengikutinya.
Ia merayap keluar dari lubang Kata keluar merupakan bentuk
itu sambil meneteskan air
dasar sehingga penulisannya
mata.
dirangkai.
Penulisan kata
Aku mengerti masalah yang
sedang kauhadapi.
Penulisan unsur serapan
Aku paling suka musik pop
yang slow dan bikin rileks,
seperti musik Jepang yang
mengalir lembut.
Dekat rental yang di prapatan Kata prapatan adalah kata dari
warung Bang Rusmar, Pak.
bahasa Jawa, jadi harus ditulis
menggunakan huruf miring.
Drama berisi dialog antara
Kata akting belum diadopsi ke
beberapa tokoh disertai acting dalam bahasa Indonesia.
yang sesuai dengan petunjuk
pemeranan.
Penulisan unsur serapan
Penulisan unsur serapan
Penulisan kata ganti kau
dirangkai dengan kata yang
mengikutinya.
Kata slow berasal dari bahasa
Inggris, jadi harus ditulis
menggunakan huruf miring.
83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Walaupun suka menyanyi
dan main biola, aku belum
tahu kalau sudah besar mau
jadi apa? (hlm. 16)
“Rama memaafkan kau,
Loreng. Tapi kau harus
dihukum atas kesalahan
yang telah kau lakukan.”
kata Rama Harimau. (hlm.
18)
Minyak bumi dapat diolah
jadi bensin, solar, parafin
dan lain-lain. (hlm. 24)
Dekat rental yang di
prapatan warung bang
Rusmar Pak. (hlm. 34)
Melalui Klinik Hemat
Listrik Masyarakat
diperkenankan memilih
peralatan rumah tangga
hemat listrik hingga tips
sederhana mengenai
penghematan listrik di
rumah tangga. (hlm. 23)
Dekat rental yang di
prapatan warung bang
Rusmar Pak. (hlm. 34)
Pemakaian tanda baca
Pemakaian tanda baca
Pemakaian tanda baca
Pemakaian huruf kapital
Pemakaian tanda baca
Pemakaian tanda baca
Walaupun suka menyanyi dan
main biola, aku belum tahu
kalau sudah besar mau jadi
apa.
“Rama memaafkan kau,
Loreng. Tapi kau harus
dihukum atas kesalahan yang
telah kaulakukan,” kata Rama
Harimau.
Kalimatnya bukan kalimat
tanya melainkan kalimat berita
sehingga tidak perlu diakhiri
dengan tanda tanya.
Kutipan langsung diakhiri
dengan tanda koma (,), kecuali
untuk kalimat tanya dan
kalimat seru.
Minyak bumi dapat diolah
jadi bensin, solar, parafin, dan
lain-lain.
Dekat rental yang di prapatan
warung Bang Rusmar, Pak.
Sebelum kata dan dibubuhi
tanda koma (,) karena
merupakan perincian.
Kata bang diawali dengan
huruf kapital karena
merupakan sapaan.
Melalui Klinik Hemat Listrik, Tanda koma (,) digunakan
masyarakat diperkenankan
untuk memisahkan keterangan
memilih peralatan rumah
yang berada di awal kalimat.
tangga hemat listrik hingga
tips sederhana mengenai
penghematan listrik di rumah
tangga.
Dekat rental yang di prapatan Sebelum kata Pak perlu
warung Bang Rusmar, Pak.
dibubuhi tanda koma (,)
karena merupakan sapaan.
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22.
23.
24.
25.
26.
Tunjukkanlah bagian-bagian
surat resmi di atas. (hlm.
121)
Saat ini tercatat 48 orang
dirawat, 40 di antaranya
pasien berusia anak-anak
(hlm. 126)
Kepekaan lingkungan yang
dibutuhkan mudah saja yaitu
membiasakan diri
membuang sampah pada
tempatnya dan memungut
sampah semampunya. (hlm.
128)
Pernyataan tersebut
disampaikan oleh Menteri
Negara Riset dan Teknologi
(Menristek), Kusmayanto
Kadiman pada peresmian
sistem Photovoltaic Grid
onnected di Jakarta, Sabtu 6
Agustus lalu. (28)
Jadi kalau mau menghemat
BBM di rumah, satu
keluarga idealnya punya 4
ekor sapi. (hlm. 58)
Pemakaian tanda baca
Tunjukkanlah bagian-bagian
surat resmi di atas!
Pemakaian tanda baca
Saat ini tercatat 48 orang
dirawat, empat puluh di
antaranya pasien berusia
anak-anak.
Kepekaan lingkungan yang
dibutuhkan mudah saja, yaitu
membiasakan diri membuang
sampah pada tempatnya dan
memungut sampah
semampunya.
Pemakaian tanda baca
Pemakaian tanda baca
Penulisan kata
Pernyataan tersebut
disampaikan oleh Menteri
Negara Riset dan Teknologi
(Menristek), Kusmayanto
Kadiman pada peresmian
sistem Photovoltaic Grid
onnected di Jakarta, Sabtu, 6
Agustus lalu. (28)
Jadi kalau mau menghemat
BBM di rumah, satu keluarga
idealnya punya empat ekor
sapi.
Kalimatnya merupakan
perintah sehingga harus
diakhiri dengan tanda seru (!)
Lambang bilangan yang dapat
ditulis dengan satu atau dua
kata, ditulis dengan huruf.
Sebelum kata yaitu harus
dibubuhi tanda koma (,)
Penulisan hari dan tanggal
harus dipisahkan dengan tanda
koma (,)
Lambang bilangan yang dapat
ditulis dengan satu atau dua
kata, ditulis dengan huruf.
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27.
28.
29.
30.
Gubernur DIY Sri Sultan
Hamengku Buwono X pun
meminta M. Ng Surakso
Hargo nama lain Mbah
Maridjan mengungsi dari
lereng Merapi. (hlm. 71)
PT Kereta api Indonesia
(KAI) saat ini tengah
mengkaji rencana
penghapusan kereta api
kelas ekonomi menjadi
kereta api lokal ber-AC.
(hlm. 91)
Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono di Jakarta, Senin
12 Maret 2007, menegaskan
kepada tim Evaluasi
Keselamatan dan Keamanan
Transportasi (EKKT). (hlm.
97)
Pertemuan dihadiri oleh
Menteri Perhubungan Hatta
Radjasa, tim EKKT, Kapolri
Jenderal Polisi Sutanto dan
Direktur Utama Garuda
Emirsah Satar. (hlm. 97)
Penulisan kata
Pemakaian huruf kapital
Gubernur DIY Sri Sultan
Hamengku Buwono X pun
meminta M. Ng. Surakso
Hargo nama lain Mbah
Maridjan mengungsi dari
lereng Merapi.
PT Kereta Api Indonesia
(KAI) saat ini tengah
mengkaji rencana
penghapusan kereta api kelas
ekonomi menjadi kereta api
lokal ber-AC.
Ng merupakan singkatan dari
Ngabehi sehingga perlu
dibubuhi tanda titik menjadi
Ng.
Kata api merupakan bagian
dari kepanjangan KAI, yaitu
Kereta Api Indonesia. Jadi
kata api harus diawali dengan
huruf kapital menjadi Api.
Pemakaian tanda baca
Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono di Jakarta, Senin,
12 Maret 2007, menegaskan
kepada tim Evaluasi
Keselamatan dan Keamanan
Transportasi (EKKT).
Penulisan hari dan tanggal
harus dipisahkan dengan tanda
koma (,)
Pemakaian tanda baca
Pertemuan dihadiri oleh
Menteri Perhubungan Hatta
Radjasa, tim EKKT, Kapolri
Jenderal Polisi Sutanto, dan
Direktur Utama Garuda
Emirsah Satar.
Sebelum kata dan dibubuhi
tanda koma (,) karena
merupakan perincian.
86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31.
Halte atau dermaga
penumpang itu saat ini
tengah dibangun. (88)
32.
Halte atau dermaga
penumpang itu, saat ini,
tengah dibangun.
Tanda koma (,) digunakan
untuk memisahkan keterangan
dari bagian kalimat lainnya.
Burung setinggi 70
Penulisan kata
sentimeter dan rentang sayap
100 cm ini bakal ke luar dari
sarangnya jika lapar. (hlm.
131)
Pukul 09.00 - 11.00 WIB
Pemakaian tanda baca
(hlm. 103)
Burung setinggi 70 cm dan
rentang sayap 100 cm ini
bakal ke luar dari sarangnya
jika lapar.
Penulisan sentimeter disingkat
menjadi cm
Pukul 09.00—11.00 WIB
34.
Letaknya di Kampung
Penulisan kata
Cikananga, Desa Cisitu,
Kecamatan Nyalindung,
sekitar 29 [km] sebelah utara
Kota Sukabumi, Jawa Barat.
(hlm. 96)
Letaknya di Kampung
Cikananga, Desa Cisitu,
Kecamatan Nyalindung,
sekitar 29 km sebelah utara
Kota Sukabumi, Jawa Barat.
35.
Mei ingin bantu dia, tapi
nggak tahu gimana caranya.
(hlm. 84)
Mei ingin bantu dia, tapi
nggak tahu gimana caranya.
Mei ingin membantu dia
(membantunya), tapi tidak
tahu bagaimana caranya.
Untuk menunjukkan rentang
waktu, digunakan tanda
pemisah (—), bukan tanda
hubung (-).
Penulisan lambang bilangan
kurang satuan sehingga tidak
dapat diterima apa
maksudnya. Perlu
ditambahkan satuan yang
menunjukkan jarak, misalnya
meter (m) atau kilometer (km).
Kata bantu, nggak, dan
gimana bukan kata baku
sehingga perlu dicetak miring
atau diganti dalam bentuk
baku menjadi membantu,
tidak, dan bagaimana.
33.
Pemakaian tanda baca
Pemakaian huruf miring
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36.
37.
38.
39.
40.
41.
Menurut penelitian, keluarga
dengan anggotanya
berjumlah 5 orang,
memerlukan sekitar 1,25
meter kubik biogas untuk
memasak sehari. (hlm. 58)
”Melalui The Habibie
Center, kami akan
mendorong pemerintah
untuk mensosialisasikan
pemanfaatan bio oil jarak
ini,” tandasnya. (hlm. 54)
Perilaku boros dalam
mengkonsumsi listrik harus
diakhiri agar laju konsumsi
listrik bisa diredam. (hlm.
22)
”Aku ingin sekali tahu,
sesakti apa sih, layanglayangmu,” kata Sandi
sombong. (hlm. 20)
Enggak nyambung sama
dunia musik ya. (hlm. 17)
Kotoran sebanyak itu bisa
diperoleh dari kira-kira 4
ekor sapi. (hlm. 58)
Penulisan kata
Menurut penelitian, keluarga
dengan anggotanya berjumlah
lima orang, memerlukan
sekitar 1,25 m3 biogas untuk
memasak sehari.
Lambang bilangan yang dapat
ditulis dengan satu atau dua
kata, ditulis dengan huruf.
Satuannya ditulis dengan
simbol untuk menghemat kata.
Pemakaian huruf
”Melalui The Habibie Center,
kami akan mendorong
pemerintah untuk
menyosialisasikan
pemanfaatan bio oil jarak
ini,” tandasnya.
Perilaku boros dalam
mengonsumsi listrik harus
diakhiri agar laju konsumsi
listrik bisa diredam.
Kata sosialisasi yang
mendapat awalan me- menjadi
menyosialisasikan (s luluh)
Pemakaian huruf
Pemakaian tanda baca
Pemakaian huruf miring
Penulisan kata
“Aku ingin sekali tahu,
sesakti apa sih, layanglayangmu?” kata Sandi
sombong.
Enggak nyambung sama
dunia musik ya.
Kotoran sebanyak itu bisa
diperoleh dari kira-kira empat
ekor sapi.
Kata konsumsi yang mendapat
awalan me- menjadi
mengonsumsi (k luluh)
Kalimat langsung yang
diucapkan Sandi adalah
kalimat tanya sehingga harus
diakhiri dengan tanda tanya.
Kata enggak ditulis miring
karena merukakan bahasa
lisan yang tidak baku.
Penulisan lambang bilangan
yang dapat ditulis dengan satu
atau dua kata ditulis dengan
huruf.
88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42.
43.
44.
45.
46.
”Rama memaafkan kau,
Loreng. Tapi kau harus
dihukum atas kesalahan
yang telah kau lakukan.”
kata Rama Harimau. (18)
Melalui Kak Bili budaya
hemat listrik ditanamkan
kepada anak-anak. (hlm. 23)
Acara ini diprakrarsai oleh
Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral
(ESDM), PT. PLN (Persero)
dan PT. Energy
Management Indonesia
(EMI). (hlm. 22)
Penulisan kata
Jadi kecelakaan yang
menimpa Tono justru
membawa rezeki bagi
dirinya sebagai kepala
keluarga. (hlm. 35)
Uang dua ratus ribu rupiah
merupakan rejeki yang tidak
diduganya. (hlm. 35)
Pemakaian tanda baca
Jadi, kecelakaan yang
menimpa Tono justru
membawa rezeki bagi dirinya
sebagai kepala keluarga.
Tanda koma (,) digunakan
untuk memisahkan keterangan
yang berada di awal kalimat.
Singkatan nama resmi
lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama
dokumen resmi yang terdiri
atas huruf awal kata ditulis
dengan huruf kapital dan tidak
diikuti dengan tanda titik (PT
perseroan terbatas).
Tanda koma (,) dipakai di
belakang kata atau ungkapan
penghubung antar kalimat
yang terdapat di awal kalimat.
Pemakaian huruf
Uang dua ratus ribu rupiah
merupakan rezeki yang tidak
diduganya.
Penulisan rezeki yang baku
dan sesuai dengan ejaan
menggunakan z bukan j.
Pemakaian tanda baca
Penulisan kata
”Rama memaafkan kau,
Loreng. Tapi kau harus
dihukum atas kesalahan yang
telah kaulakukan.” kata Rama
Harimau.
Melalui Kak Bili, budaya
hemat listrik ditanamkan
kepada anak-anak.
Acara ini diprakarsai oleh
Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral
(ESDM), PT PLN (Persero),
dan PT Energy Management
Indonesia (EMI).
Penulisan kata ganti kau
dirangkai dengan kata yang
mengikutinya.
89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47.
48.
49.
50.
51.
52.
Jadi kalau mau menghemat
Pemakaian tanda baca
BBM di rumah, satu
keluarga idealnya punya 4
ekor sapi. (hlm. 58)
Karena itu seringkali minyak Pemakaian tanda baca
jelantah dibuang. (hlm. 58)
Jadi, kalau mau menghemat
BBM di rumah, satu keluarga
idealnya punya empat ekor
sapi.
Karena itu, seringkali minyak
jelantah dibuang.
Beberapa hari kemudian ia
akan berubah menjadi tape.
(hlm. 59)
Bupati Kediri Sutrisno
belum menyatakan demam
berdarah dengue sebagai
kejadian luar biasa.
Padahal dalam hari biasa
mereka bisa memperoleh
penghasilan Rp 150.000,00
per hari. (hlm. 79)
Karangan bunga itu
diserahkan sebagai tanda
ikut berduka cita terhadap
kakak mereka (orang yang
mereka anggap sebagai
kakak), yang telah ditembak
mati pada siang hari itu.
(hlm. 75)
Pemakaian tanda baca
Beberapa hari kemudian, ia
akan berubah menjadi tape.
Pemakaian tanda baca
Bupati Kediri, Sutrisno,
belum menyatakan demam
berdarah dengue sebagai
kejadian luar biasa.
Padahal dalam hari biasa
mereka bisa memperoleh
penghasilan Rp150.000,00
per hari.
Karangan bunga itu
diserahkan sebagai tanda ikut
berdukacita terhadap kakak
mereka (orang yang mereka
anggap sebagai kakak), yang
telah ditembak mati pada
siang hari itu.
Penulisan kata
Penulisan kata
Tanda koma (,) dipakai di
belakang kata atau ungkapan
penghubung antar kalimat
yang terdapat di awal kalimat.
Tanda koma (,) dipakai di
belakang kata atau ungkapan
penghubung antar kalimat
yang terdapat di awal kalimat.
Tanda koma (,) digunakan
untuk memisahkan keterangan
yang berada di awal kalimat.
Tanda koma (,) dipakai untuk
mengapit keterangan
tambahan yang sifatnya tidak
membatasi.
Penulisan satuan lambang
bilangan rupiah (Rp) dirangkai
dengan angka yang
mengikutinya.
Dukacita merupakan
gabungan kata yang
penulisannya dirangkai.
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
Mana tadi anak yang
tertabrak mobil saya. (hlm.
35)
Pak kalau ada apa-apa
dengan Tono dan Jupri
tolong beritahu saya. (hlm.
35)
Sebuah permainan misalnya
memperlihatkan anak-anak
muda tengah beradu cepat
menempelkan papan nama
bertuliskan jenis-jenis
polusi. (hlm. 128)
Akhirnya Tino tinggal
bersama Bu Cici Kelinci.
(hlm. 130)
Dengan gembira ia bermain
bersama anak-anak Bu Cici.
(hlm. 130)
Suatu hari Tino menghilang.
(hlm. 130)
Memungut sampah sekilas
merupakan kegiatan sepele.
(hlm. 128)
Pemakaian tanda baca
Mana tadi anak yang
tertabrak mobil saya?
Kalimat tanya diakhiri dengan
tanda tanya.
Pemakaian tanda baca
Pak, kalau ada apa-apa
Tanda koma digunakan untuk
dengan Tono dan Jupri tolong memisahkan kata sapaan yang
beritahu saya.
terdapat dalam kalimat.
Pemakaian tanda baca
Sebuah permainan, misalnya,
memperlihatkan anak-anak
muda tengah beradu cepat
menempelkan papan nama
bertuliskan jenis-jenis polusi.
Tanda koma dipakai untuk
mengapit keterangan
tambahan yang sifatnya tidak
membatasi.
Pemakaian tanda baca
Akhirnya, Tino tinggal
bersama Bu Cici Kelinci.
Pemakaian tanda baca
Dengan gembira, ia bermain
bersama anak-anak Bu Cici.
Pemakaian tanda baca
Suatu hari, Tino menghilang.
Pemakaian tanda baca
Memungut sampah, sekilas,
merupakan kegiatan sepele.
Tanda koma (,) digunakan
untuk memisahkan keterangan
yang berada di awal kalimat.
Tanda koma (,) digunakan
untuk memisahkan keterangan
yang berada di awal kalimat.
Tanda koma (,) digunakan
untuk memisahkan keterangan
yang berada di awal kalimat.
Tanda koma (,) digunakan
untuk memisahkan keterangan
dari bagian kalimat lainnya.
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60.
61.
62.
63.
Saya stressing, penggunaan
telepon cukup tiga menit.
Kalau perlu, langsung
bertemu orangnya, tidak
perlu melalui telepon,”
ujarnya. (hlm. 29)
Menristek merasa optimis
program tersebut dapat
terwujud, karena sistem
pembangkit listrik tenaga
surya sebenarnya telah
diterapkan di Indonesia,
yakni Solar Home System
(SHS) untuk pedesaan atau
kepulauan yang belum
terjangkau jaringan listrik
PLN. (hlm. 28)
Latar adalah tempat, waktu
[,] dan suasana terjadinya
peristiwa. (hlm. 105)
Gunung yang dari jauh
tampak menawan itu
ternyata menyimpan bahaya
yang maha dahsyat. (hlm.
71)
Pemakaian tanda baca
“Saya stressing, penggunaan Ungkapan langsung diapit
telepon cukup tiga menit.
dengan tanda petik (“....”)
Kalau perlu, langsung
bertemu orangnya, tidak perlu
melalui telepon,” ujarnya.
Pemakaian tanda baca
Menristek merasa optimis
program tersebut dapat
terwujud karena sistem
pembangkit listrik tenaga
surya sebenarnya telah
diterapkan di Indonesia,
yakni Solar Home System
(SHS) untuk pedesaan atau
kepulauan yang belum
terjangkau jaringan listrik
PLN.
Latar adalah tempat, waktu,
dan suasana terjadinya
peristiwa.
Gunung yang dari jauh
tampak menawan itu ternyata
menyimpan bahaya yang
mahadahsyat.
Pemakaian tanda baca
Penulisan kata
Tanda koma tidak digunakan
dalam kalimat jika anak
kalimat mengikuti/di belakang
induk kalimat.
Sebelum kata dan dibubuhi
tanda koma (,) karena
merupakan perincian.
Kata maha ditulis serangkai
dengan kata yang
mengikutinya.
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Data Kesalahan kalimat
No. Kalimat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Terbang menjauh dan mencari mangsa
lainnya. (hlm. 2)
Dahulu pesan moral disampaikan pengarang
secara eksplisit, secara langsung. Sekarang
cara seperti itu sudah ditinggalkan. (Hlm.3)
Mungkin kesimpulan temamu berbeda
dengan tema yang dirumuskan Rina tersebut.
(hlm. 3)
Melalui Klinik Hemat Listrik Masyarakat
diperkenankan memilih peralatan rumah
tangga hemat listrik hingga tips sederhana
mengenai penghematan listrik di rumah
tangga. (hlm. 23)
Untuk memasak di dapur juga membutuhkan
kompor yang dinyalakan dengan sumber
tenaga minyak tanah atau gas. (hlm. 24)
Pada konflik yang dialami tokoh-tokoh itulah
tema lazimnya diungkapkan. (hlm. 2)
Minyak bumi dapat dibakar untuk
mengeluarkan energi panas dengan cara yang
sama seperti batu bara. (hlm. 24)
Jenis Kesalahan
Kalimat
Kekurangan unsur
subjek
Pemborosan kata
Pembetulan Kalimat
Elang terbang menjauh dan mencari mangsa
lainnya.
Dahulu, pesan moral disampaikan secara eksplisit.
Dahulu, pesan moral disampaikan secara langsung.
Pemborosan kata
Mungkin, kesimpulan temamu berbeda dengan
Rina.
Kekurangan unsur
subjek
Melalui Klinik Hemat Listrik Masyarakat, setiap
warga diperkenankan memilih peralatan rumah
tangga hemat listrik hingga tips sederhana
mengenai penghematan listrik di rumah tangga.
Kekuangan unsur
subjek
Untuk memasak di dapur, kita juga membutuhkan
kompor yang dinyalakan dengan sumber tenaga
minyak tanah atau gas.
Pada konflik yang dialami tokoh-tokoh itulah, tema
lazim diungkapkan.
Minyak bumi dapat dibakar untuk mengeluarkan
energi panas sama seperti batu bara.
Pilihan kata
Kalimat tidak logis
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8.
Seperti yang dilakukan oleh PT Pura Grup Kekurangan unsur
Kudus baru-baru ini. (hlm. 54)
subjek dan predikat
9.
Setelah itu diperas hingga minyaknya keluar.
(hlm. 58)
Antara lain penyakit kanker dan jantung.
(hlm. 58)
Dari hasil penelitian ternyata minyak jelantah
bisa digunakan sebagai pengganti solar. (hlm.
58)
Terdengar teriakan anak-anak kecil Roib
tidak peduli. (hlm. 34)
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Kekurangan unsur
subjek
Kekurangan unsur
subjek dan predikat
Kekurangan unsur
predikat
Kalimat ambigu
Namun mereka semua menggeleng. (hlm. Kekurangan unsur
130)
subjek dan predikat
Tapi tidak ada yang tahu di mana Tino Kekurangan unsur
berada. (hlm. 131)
subjek dan predikat
Terkadang sampai berkilo-kilo meter. (hlm.
135)
Tetapi ada keasyikan tersendiri dalam
memainkan biola. (hlm. 16)
Tak disangka. (hlm. 131)
Rama Harimau mempunyai putra namanya si
Loreng. (hlm. 18)
Kekurangan unsur
subjek dan predikat
Kekurangan unsur
subjek dan predikat
Kekurangan unsur
subjek dan predikat
Pilihan kata
BBM alternatif perlu diperkenalkan pada
masyarakat, seperti yang dilakukan oleh PT Pura
Grup Kudus baru-baru ini.
Setelah itu, hasilnya diperas hingga minyaknya
keluar.
Penyakit yang dapat ditimbulkan antara lain
penyakit kanker dan jantung.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa minyak
jelantah ternyata bisa digunakan sebagai pengganti
solar.
Terdengar teriakan anak-anak kecil, Roib tidak
peduli.
Terdengar teriakan, anak-anak kecil Roib tidak
peduli.
Namun, mereka semua menggeleng.
Akan tetapi, tidak ada yang tahu di mana tino
berada.
Ia bertanya pada setiap orang, tetapi tidak ada yang
tahu di mana tino berada.
Terkadang, ia terbang sampai berkilo-kilo meter.
Akan tetapi, ada keasyikan tersendiri dalam
memainkan biola.
Tak disangka, Tino berubah jadi kupu-kupu yang
tampan.
Rama Harimau mempunyai putra bernama si
Loreng.
94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19.
20.
Sedikitnya 40 kepala keluarga di desa Kalimat tidak logis
tersebut kini tidak bisa ke luar rumah. (hlm.
68)
PT Kereta api Indonesia (KAI) saat ini tengah Kalimat ambigu
mengkaji rencana penghapusan kereta api
kelas ekonomi menjadi kereta api lokal berAC. (hlm. 91)
21.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di
Jakarta, Senin 12 Maret 2007, menegaskan
kepada tim Evaluasi Keselamatan dan
Keamanan Transportasi (EKKT). (hlm. 97)
Kekurangan unsur
objek
22.
Negara lain yang memasok minyak bumi ke Kalimat ambigu
seluruh dunia termasuk Indonesia. (hlm. 24)
23.
Rina diharuskan membayar biaya langganan Kalimat ambigu
majalah itu selama setahun. (hlm. 60)
24.
Setiap operator transportasi akan diberikan Kalimat tidak logis
waktu transisi selama enam bulan. (hlm. 92)
25.
Rumah Roib yang sempit gerah. (hlm. 34)
Kalimat tidak logis
Sedikitnya 40 keluarga di desa tersebut kini tidak
bisa ke luar rumah.
PT Kereta api Indonesia (KAI) saat ini tengah
mengkaji rencana penghapusan kereta api kelas
ekonomi.
PT Kereta api Indonesia (KAI) saat ini tengah
mengkaji rencana pengubahan kereta api kelas
ekonomi menjadi kereta api lokal ber-AC.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta,
Senin 12 Maret 2007, menegaskan kepada tim
Evaluasi Keselamatan dan Keamanan Transportasi
(EKKT) tentang pencegahan kecelakaan
transportasi.
Indonesia termasuk negara yang memasok minyak
bumi ke seluruh dunia.
Indonesia termasuk negara yang mendapatkan
pasokan minyak bumi dari negara lain.
Rina harus membayar biaya langganan majalah itu
selama setahun.
Rina harus membayar biaya selama setahun
langganan majalah itu.
Setiap operator transportasi akan diberi waktu
transisi selama enam bulan.
Waktu transisi selama enam bulan diberikan kepada
setiap operator transportasi.
Rumah Roib yang sempit, terasa gerah.
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26.
27.
28.
29.
30
31.
32.
33.
Dekat rental yang di prapatan warung bang
Rusmar Pak. (hlm. 34)
Seperti mematikan lampu saat tidak
digunakan sehingga menggunakan listrik
secara bijak saat memainkan playstation
maupun televisi. (hlm. 23)
Sengaja supaya Dina dan Luna mendengar
dan kemudian melepas pelukan itu. (hlm. 38)
Tetapi kita belum mengenalnya karena belum
diperbanyak dan diperjualbelikan. (hlm 58)
Kekurangan unsur
subjek dan predikat
Kalimat tidak logis
Tabrakannya terjadi di dekat rental yang di
prapatan warung Bang Rusmar, Pak.
Mematikan lampu saat tidak digunakan merupakan
contoh penggunaan listrik secara bijak.
Kelebihan konjungsi
Dengan ini kami beritahukan bahwa dalam
rangka meningkatkan etika peserta didik,
sekolah akan mengadakan Pendidikan dan
Latihan tentang etika dalam rangka
memperingati ulang tahun sekolah.(hlm. 120)
Memungut sampah sekilas merupakan
kegiatan sepele. (hlm. 128)
Pemborosan kata
Sengaja supaya Dina dan Luna mendengar,
kemudian melepas pelukan itu.
Kita belum mengenalnya karena belum diperbanyak
dan diperjualbelikan.
Karena belum diperbanyak dan diperjualbelikan,
kita belum mengenalnya
Dalam rangka memperingati ulang tahun sekolah,
akan diadakan pendidikan dan latihan tentang etika
untuk meningkatkan etika peserta didik.
Apalagi aku bisa sekalian belajar menyanyi.
(hlm. 17)
Namun ada hal yang ingin saya tanyakan
sehubungan dengan hobi. (hlm. 8)
Kekurangan unsur
subjek dn predikat
Kekurangan unsur
subjek dan predikat
Kelebihan konjungsi
Kalimat ambigu
Memungut sampah sekilas, merupakan kegiatan
sepele.
Sekilas, memungut sampah merupakan kegiatan
sepele.
Memungut sampah, sekilas, merupakan kegiatan
sepele.
Apalagi, aku bisa sekalian belajar menyanyi.
Namun, ada hal yang ingin saya tanyakan
sehubungan dengan hobi.
96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
Namun si Loreng tidak tahu kalau semut
Pilihan kata
merah itu selamat dan mengadukan perbuatan
si Loreng ke Rama Harimau. (hlm. 18)
Sedangkan latar tempat adalah tempat
Kekurangan unsur
peristiwa berlangsung. (hlm. 20)
subjek dan predikat
Enggak nyambung sama dunia musik ya.
(hlm. 17)
Minyak bumi diambil dengan cara mengebor
lubang pada permukaan bumi, lalu
memompanya keluar. (hlm. 24)
Cara pengeborannya sangat sulit, karena
harus memasang anjungan tinggi yang berdiri
di atas kaki panjang sekali menembus
kedalaman laut dengan ombak yang besar.
(hlm. 24)
Sedangkan Jupri tidak perlu dijahit karena
luka di kaki dan lututnya ringan. (hlm 35)
Sekarang saja, katanya persediaan BBM di
perut bumi sudah tinggal sedikit. (hlm. 57)
Sementara itu sejumlah desa di Kecamatan
Selo, Boyolali, juga terkena imbas. (70)
Tetapi alat ini sangat sederhana dan tidak
mahal. (hlm. 58)
Yang kedua yang lebih dahsyat terjadi pukul
06.52 mengarah ke barat (arah Magelang dan
Sleman). (hlm.71)
Pilihan kata
Namun, si Loreng tidak tahu kalau semut merah itu
selamat dan mengadukan perbuatannya kepada
Rama Harimau.
Latar waktu adalah zaman
terjadinya peristiwa, dapat juga waktu penceritaan,
sedangkan latar tempat adalah tempat peristiwa
berlangsung.
Tidak berhubungan dengan dunia musik, ya.
Pilihan kata
Minyak bumi diambil dengan mengebor lubang
permukaan bumi, lalu memompanya keluar.
Kekurangan unsur
subjek
Cara pengeborannya sangat sulit karena kita harus
memasang anjungan tinggi yang berdiri di atas kaki
panjang sekali yang menembus kedalaman laut
dengan ombak besar.
Kelebihan konjungsi
Jupri tidak perlu dijahit karena luka di kaki dan
lututnya ringan.
Sekarang saja, persediaan BBM di perut bumi
sudah tinggal sedikit.
Sementara itu, sejumlah desa di Kecamatan Selo,
Boyolali, juga terkena imbas letusan Merapi.
Akan tetapi, alat ini sangat sederhana dan tidak
mahal.
Yang kedua lebih dahsyat, gempa terjadi pukul
06.52 mengarah ke barat (arah Magelang dan
Sleman).
Pilihan kata
Kekurangan unsur
pelengkap
Kekurangan unsur
subjek dan predikat
Kekurangan unsur
subjek
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
“Semua transportasi udara, laut, dan kereta
api itu sudah mengalami umur yang cukup
tua,” kata Kalla dalam keterangan persnya
seusai meninjau Stasiun Kereta Api Kroya,
Cilacap, Jawa Tengah. (hlm. 92)
Sedangkan
surat niaga berisi masalah bisnis atau
perniagaan. (hlm. 93)
Namun mereka semua menggeleng. (hlm.
130)
Sehubungan dengan hal tersebut, kami
mohon dukungan Bapak/Ibu wali murid.
(hlm. 120)
Meskipun cuma diperlukan 10% dalam
gasohol, tetapi kalau jumlahnya banyak,
alkohol singkong ini akan sangat membantu
menghemat penggunaan BBM. (hlm. 59)
Saat ini tercatat 48 orang dirawat, 40 di
antaranya pasien berusia anak-anak (hlm.
126)
Saat ini tengah mempersiapkan beberapa
perangkat pendukungnya, seperti halte. (hlm.
88)
Kalimat tidak logis
“Semua transportasi udara, laut, dan kereta api itu
sudah berumur cukup tua,” kata Kalla dalam
keterangan persnya seusai meninjau Stasiun Kereta
Api Kroya, Cilacap, Jawa Tengah.
Kekurangan unsur
subjek dan predikat
Surat resmi berisi masalah kedinasan, sedangkan
surat niaga berisi masalah bisnis atau perniagaan.
Kekurangan unsur
subjek dan predikat
Kekurangan unsur
pelengkap
Namun, mereka semua menggeleng.
Kelebihan konjungsi
Pemborosan kata
Kekurangan unsur
subjek
Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon
dukungan Bapak/Ibu wali murid untuk mengizinkan
anak-anak mengikuti acara tersebut.
Meskipun cuma diperlukan 10% dalam gasohol,
alkohol singkong dalam jumlah banyak akan sangat
membantu menghemat penggunaan BBM.
Cuma diperlukan 10% dalam gasohol, tetapi kalau
jumlahnya banyak, alkohol singkong ini akan
sangat membantu menghemat penggunaan BBM.
Saat ini tercatat 48 orang dirawat, 40 di antaranya
anak-anak.
Saat ini, pemerintah tengah mempersiapkan
beberapa perangkat pendukungnya, seperti halte.
Saat ini, tengah dipersiapkan beberapa perangkat
pendukungnya, seperti halte.
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51.
52.
53.
54.
55.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta
akan membuka jalur transportasi air yang
berada di kawasan Kali Ciliwung dan Banjir
Kanal Barat. (hlm. 88)
Angin ribut bisa terjadi karena pertumbuhan
awan kuat dalam waktu yang singkat. (hlm.
69)
Biogas itu bila ditampung dalam wadah yang
ditutup, kemudian dibuatkan saluran yang
menghubungkan ke kompor, maka biogas itu
bisa digunakan untuk menyalakan kompor.
(hlm. 58)
Meskipun cuma diperlukan 10% dalam
gasohol, tetapi kalau jumlahnya banyak,
alkohol singkong ini akan sangat membantu
menghemat penggunaan BBM. (hlm. 59)
Karena Einstein yang terkenal tidak akan
dapat memberi jawaban ilmiah atas
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam
buku ini karena telah meninggal dunia. (hlm.
104)
Kalimat tidak logis
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta akan
membuka jalur transportasi air di kawasan Kali
Ciliwung dan Banjir Kanal Barat.
Kalimat ambigu
Angin ribut bisa terjadi karena pertumbuhan awan
yang kuat dalam waktu singkat.
Angin ribut bisa terjadi karena pertumbuhan
awannya kuat dalam waktu yang singkat.
Bila biogas itu ditampung dalam wadah yang
tertutup, dibuatkan saluran yang
menghubungkannya ke kompor, biogas itu bisa
digunakan untuk menyalakan kompor.
Kelebihan konjungsi
Pilihan kata
Meskipun hanya diperlukan 10% dalam gasohol,
alkohol singkong dalam jumlah banyak akan sangat
membantu menghemat penggunaan BBM.
Kelebihan konjungsi
Einstein yang terkenal tidak akan dapat memberi
jawaban ilmiah atas pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan dalam buku ini karena telah meninggal
dunia.
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Binedigta Yuni Puji Lestari lahir di Kulon Progo, 9
Juni 1990. Pendidikan dasar di tempuh di SD Negeri
Balong 1 tahun 1996—2002. Pada tahun 2002—2005,
melanjutkan sekolah di SMP Negeri 1 Samigaluh. Sekolah
Menengah Atas ditempuh di SMA Negeri 1 Kalibawang
tahun 2005—2008.
Seusai menempuh jenjang pendidikan menengah atas, tercatat sebagai
mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, angkatan
2008. Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis
skripsi sebagai tugas akhir dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa dalam
Buku Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI.
100
Download