BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Ekstraksi Sebanyak 400 gram serbuk halus daun keji beling diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan metanol selama 4 x 24, jam dimana setiap 1 x 24 jam hasil maserasi disaring kemudian direndam lagi dengan metanol yang baru. Metanol yang digunakan untuk maserasi sebanyak 2800 mL dan menghasilkan maserat sebanyak 2050 mL. Selanjutnya maserat di evaporasi pada suhu 40 ºC sehingga diperoleh ekstrak kental metanol sebanyak 22,12 gram. 4.2. Uji Fitokimia Ekstrak kental yang diperoleh pada tahap evaporasi di uji fitokimia untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang ada pada daun keji beling. Uji fitokimia ini terlihat pada : uji alkaloid (Tabel 1), uji flavonoid (Tabel 2), uji saponin (Tabel 3), uji steroid (Tabel 4) dan uji terpenoid (Tabel 5) Tabel 1. Hasil uji alkaloid Ekstrak Pereaksi dan Perubahan kental Hager Mayer methanol 0,1 gr HijauHijauhijau bening (endapan (endapan hijau merah) kehitaman) Wagner Hasil Bauchard uji Hijaumerah (endapan merah bata) Hijauorange (endapan putih keruh) Positif Berdasarkan Tabel 1, ekstrak kental metanol yang direaksikan dengan pereaksi fitokimia (preaksi Hager, pereaksi Mayer, pereaksi Wagner dan pereaksi Bauchard) masing-masing membentuk endapan pada larutan. Endapan yang 26 terbentuk menandakan bahwa ekstrak kental metanol positif mengandung senyawa alkaloid. Tabel 2. Hasil uji flavonoid Ekstrak kental methanol 0,1 gram Pereaksi dan Perubahan MgHCl H2SO4 NaOH 6 M pekat Hijau pekat Hijau pekat Hijau pekat (hitam (hitam (hijau pekat) pekat) pekat) Hasil uji positif Berdasarkan Tabel 2, ekstrak kental metanol positif mengandung senyawa flavonoid, hal ini dibuktikan dengan adanya perubahan warna larutandari hijau pekat menjadi hitam pekat setelah di reaksikan dengan larutan-larutan (MgHCl, H2SO4). Perubahan warna larutan merupakan hasil positif kandungan senyawa flavonoid. Tabel 3. Hasil uji saponin Ekstrak kental methanol 0,1 gram + 10 mL air panas Perubahan Dipanaskan selama 5 menit Tidak terjadi perubahan Hasil uji Negatif Berdasarkan Tabel 3, ekstrak kental metanol tidak mengandung senyawa saponin (negatif), hal ini disebabkan tidak terjadi perubahan setelah bereaksi. Senyawa saponin ditandai dengan terentuknya busa pada larutan. Tabel 4. Hasil uji steroid Ekstrak kental methanol 0,1 gram + 2 mL kloroform + 5 tetes H2SO4 Perubahan Hasil uji Hijau tua (coklat dan membentuk cincin hijau) Positif 27 Berdasarkan Tabel 4, ekstrak kental metanol positif mengandung steroid, hal ini dibuktikan dengan perubahan warna larutan menjadi coklat dan membentuk cincin hijau setelah bereaksi. Tabel 5. Hasil uji terpenoid Ekstrak kental methanol 0,1 gram + 20 mL etanol + 2 mL kloroform + 3 mL H2SO4 Perubahan Hasil uji Hijau pekat (merah kehitaman) Positif Berdasarkan Tabel 5, ekstrak kental metanol positif mengandung senyawa terpenoid, hal ini disebabkan adanya perubahan warna larutan setelah direaksikan menjadi merah kehitaman. Hasil positif senyawa terpenoid ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi merah. 4.3. Pemisahan dan Pemurnian Sebanyak 8 gram ekstrak kental metanol dipisahkan dengan menggunakan metode kromatografi kolom bergradien dengan perbandingan eluen (n-heksan : etil asetat dari n-heksan 100% - Etil asetat 100%) dengan kenaikan konsentrasi 10 %, (menghasilkan 80 fraksi). Hasil 80 fraksi selanjutnya dilakukan kromatografi lapis tipis untuk menggabungkan harga-harga Rf yang sama. Hasil kromatografi lapis tipis mendapatkan 4 fraksi yaitu fraksi T1 (1-11) 0,87 gram, T2 (12-34) 2, 63 gram, T3 (35-49) 0,79 gram dan T4 (50-80) 0,44 gram. Hasil KLT terlihat pada gambar 7 dibawah ini : 28 T1 T2 Gambar 9 : T3 T4 Profil Kromatografi Lapis Tipis Hasil Pemsahan Kromatografi Kolom Gravitasi (silica GF254 ukuran plat 5 x 7 dan 5 x 5 cm), fasa gerak n-heksan : etil asetat (9:1) Selanjutnya terhadap fraksi T2 dilanjutkan pemisahan kembali untuk mencari isolat murni. Hal ini disebabkan T2 memberikan hasil yang lebih mudah dipisahkan dibandingkan dengan fraksi-fraksi lainnya. Farksi T2 sebanyak 2 gram dilanjutkan pemisahan menggunakan metode kromatografi kolom gravitasi dengan per badingan eluen (n-heksan : etil asetat, 8,5 : 1,5). Hasil pemisahan menghasilkan 22 fraksi. Setelah di KLT menjadi 2 fraksi yaitu T.2.1 (1-13) 0, 87 gram dan T.2.2 (14-22) 2 gram. Hasil KLT terlihat pada gambar 8 dibawah ini : Gambar 10. Profil Kromatografi Lapis Tipis Hasil Pemisahan Kromatografi kolom Gravitasi (silica GF254 ukuran plat 5 x 7 cm), fasa gerak nheksan : etil asetat (9:1) 29 Hasil KLT belum menunjukkan isolat murni sehingga untuk fraksi T. 2.2 dipisahkan kembali dengan kromatografi kolom. Secara kasat mata isolat fraksi T.2.2 lebih mudah untuk dipisahkan. Fraksi T.2.2 sebanyak 1,7 gram dilanjutkan pemisahan dengan kromatografi kolom gravitasi dengan perbandingan eluen (nheksan : etil asetat , 7 : 3). Hasil pemisahan ini menghasilkan 21 fraksi. KLT menghasilkan 3 fraksi yaitu T.2.2.1 (1-15) 0,19 gram, T.2.2.2 (16-18) 0,89 gram dan T.2.2.3 (19-21) 1,02 gram. hasil KLT telah menunjukkan adanya isolat murni berdasarkan adanya noda tunggal pada fraksi T.2.2.3. data hasil KLT ditujukkan pada gambar 9 di bawah ini: Gambar 11 : Profil Kromatografi Lapis Tipis hasil pemisahan Kromatografi Kolom Gravitasi (silica GF254 ukuran plat 5 x 3 cm dan 1 x 5 cm) ,fasa gerak n-heksan : etil asetat (8:2) 4.3.1. Uji Alkaloid Fraksi 19-21 yang mempunyai pola noda tunggal hasil dari KLT selanjutnya diuji fitokimia khususnya uji alkaloid dengan mereaksikan sampel dengan pereaksi-pereaksi yaitu pereaksi Hager, pereaksi Mayer, pereaksi Wagner dan pereaksi Bauchard. Hasil reaksinya adalah sebagai berikut: 30 1. Reaksi dengan pereaksi Hager C6H5OH + HNO3 C6H5CH (NO2)3 + H 2O Asam Pikrat + C6H5OH + NO3 + C6H5OH + HNO3 N H+ N 2. Reaksi dengan pereaksi Mayer 4KI + HgCl4 K2HgI4 + 2KCl Kalium tetraiodomerkurat + K2HgI4 + N K+ Endapan kalium alkaloida N K+[ HgI4] 3. Reaksi dengan pereaksi Wagner I2 + I- + I3coklat KI + I3- + I2 N N K+ Endapan kalium alkaloida 4. Reaksi dengan pereaksi Bauchard I2 + KI KI3 + I3- + KI3 N N K+ Endapan kalium alkaloida Gambar 12. Reaksi-reaksi untuk uji alkaloid 31 Hasil uji menunjukkan bahwa fraksi-fraksi tersebut positif mengandung senyaw a alkaloid. Hasil uji alkaloid di uraikan pada tabel 6 dibawah ini: Tabel 6. Hasil uji alkaloid fraksi 19-21 Ekstrak kental methanol 0,1 gr Hager BeningBening (endapan putih) Pereaksi dan Perubahan Mayer Wagner Beningmerah (endapan merah) Beningkuning Bauchard Beningorange Hasil uji Positif 4.4.Uji Kemurnian Analisis kemurnian terhadap isolat dilakukan dengan cara kromatografi lapis tipis dua dimensi. Analisis di lakukan pada fraksi 19-21 dengan pertimbangan bahwa fraksi 19-21 memiliki pola noda tunggal dan positif mengandung senyawa alkaloid. Hasil KLT dua dimensi terlihat pada gambar dibawah ini: Gambar 13 : Profil Kromatografi Lapis Tipis Dua Dimensi hasil pemisahan Kromatografi Kolom Gravitasi (silica GF254 ukuran plat 5 x 4 cm) s,fasa gerak n-heksan : etil asetat (9:1) dan etil asetat : metanol (7:3) 32 4.5.Karakterisasi Senyawa Hasil Isolasi Isolat fraksi 19-21 dengan pola noda tunggal hasil uji KLT yang merupakan isolat murni, kemudian dianalisis menggunakan Spektrofotometri Infra Red (IR). Infra red digunakan untuk mengidentifikasi kandungan senyawa alkaloid pada isolat dengan penentuan gugus fungsi berdasarkan panjang gelomabang yang terlihat pada spektrum infra red. 4.5.1. Hasil Spektrofotometri Infra Red (IR) Spektrum infra red dari isolat fraksi 19-21 menunjukkan adanya senyawa alkaloid dengan gugus fungsinya. Hal ini terlihat pada interpretasi data spektrum Transmitasi (% T) infra re d (IR) yang disajikan pada gambar 12 berikut: Panjang gelombang (cm-1) Gambar 14. Spektrum infra red (IR) Berdasarkan analisis spektrum infra red (IR) dari isolat, kemungkinan terdapat beberapa gugus fungsi seperti C-H alifatik pada serapan bilangan 33 gelombang 2957,79 cm-1, 2926,37 cm-1 dan 2873,69 cm-1 dengan intensitas kuat. dan dapat didukung oleh adanya tekukan C-H alifatik dengan bilangan gelombang 724,72 cm-1. Uluran N-H muncul pada daerah bilangan gelombang 1507,64 cm-1. C-H kel.bidang pada daerah bilangan gelombang 955,19 cm-1, 884,32 cm-1 dan 767,38 cm-1. Uluran C=O berada pada daerah serapan bilangan gelombang 1653,35 cm-1 dan 1507,64 cm-1. Tekukan C-N berada pada serapan gelombang 1147,42 cm-1. Tekukan C-H aromatik muncul pada serapan gelombang 1462,66 cm-1 dan 1379,28 cm-1. Hasil data inframerah dibandingkan dengan data literatur berdasarkan jurnal yang telah dilaporkan terlihat pada Tabel 7 dibawah ini : Tabel 7. Interpretasi Spektrum Infra Red (IR) hasil isolasi f raksi 21 Bilangan gelombang (cm-1) No Isolat Santi Pustaka ‘ 2010* Dan * Bentuk Intensitas pita Kemungkinan gugus fungsi 1. Tajam Kuat C-H alifatik 2. 2957,79 2927,75 2800-3000’ 2926,37 2873,69 1653,35 1640-1670* Tajam Lemah Uluran C=O 3. 1507,64 1562,2 1475-1565* Tajam Lemah Uluran N-H 4. 1462,66 1423,4 1379,28 1147,42 1110,9 1375-1475’ Tajam 1020-1250’ Tajam Kuat Kuat Lemah Tekukan C-H aromatik Tekukan C-N 884,32 767,38 724,72 690-900 Tajam Lemah Lemah Kuat C-H kel.bidang 5. 6. - Berdasarkan Tabel 7 diambil kesimpulan bahwa isolat murni kemungkinan merupakan golongan senyawa alkaloid. Hal ini dibuktikan dengan adanya pita 34 serapan pada bilangan gelombang 2932,55 cm-1, mengindikasikanadanya gugus C-H alkana; pita serapan pada bilangan gelombang 1633,6 cm-1, mengindikasikan adanya gugus N-H amina; pita serapan pada bilangan gelombang 1254,7 cm-1, 1114,06 cm-1 mengindikasikan adanya gugus C-H amina; dan pita serapan pada bilangan gelombang 800,14 cm-1 ,mengindikasikan adanya gugus C-H (alkena) yang merupakan senyawa alkaloid (Puspitasari,dkk:2013). 35