Pengaruh Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan

advertisement
Pengaruh Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tembakau
(Nicotiana tabacum L.) Var. Prancak pada Kepadatan Populasi 54.000/ha
Di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur
Ayulia Dewi Latifatin*, Mukhammad Muryono1, Darmawan Asta Kusumah2
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Gedung H Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111, Indonesia
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nitrogen terhadap pertumbuhan dan produktivitas
tembakau var. prancak pada kepadatan populasi 54.000 tanaman/ha di Kabupaten Pamekasan, Jawa
Timur. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai Oktober 2011 di lahan
perkebunan tembakau Desa Kaduara Barat, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga perlakuan, masing-masing tiga kali
ulangan. Perlakuan terdiri dari tiga dosis nitrogen yaitu 30, 60, dan 90 kg N/ha. Data dianalisis dengan
uji ANOVA dan jika terdapat beda nyata dilanjutkan uji Tukey. Pada penelitian ini, diukur tinggi
tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun, luas daun, diameter kanopi, berat basah akar, batang,
daun, berat kering akar, batang, dan daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis nitrogen tidak
berbeda nyata pada taraf 5% terhadap sebagian besar variabel respon penelitian, namun berbeda nyata
terhadap berat kering daun. Berat kering daun tertinggi diperoleh dari perlakuan nitrogen 90 kg N/ha.
Kata kunci : Nitrogen, Prancak, Kepadatan, Pamekasan
Abstract
A field experiment aims to determine the effect of nitrogen on growth and productivity of Prancak
tobacco on 54.000 plants/ha density in Pamekasan. This experiment performed in April 2011 until
Oktober 2011, in a tobacco field of Kaduara Barat Village, Pamekasan District, East Java. Three
Nitrogen levels (30, 60, 90 kg/ha) was investigated in randomized block design with three replication.
Obtained data analyzed with ANOVA and would be continued with Tukey for significant different. In
this study, the effect of Nitrogen on high plant, total leaf, leaf length, leaf width, broad leaf, diameter
canopy, wet and dry weight of root, stem, and leaf. Effect of Nitrogen on high plant, total leaf, leaf
length, leaf width, broad leaf, diameter canopy, wet weight of root and stem, and dry weight of leaf
were non-significant at 5% probability level, however on dry weight of leaf was significant. The
highest of weight dry leaf by application of 90 kg N/ha.
Key words : Nitrogen, Prancak, Density, Pamekasan
*Coresponding Author Phone: 085 645 025 308
Alamat Sekarang : Jurusan Biologi FMIPA ITS
1
1. Pendahuluan
Tembakau merupakan salah satu tanaman
industri yang memegang peranan penting bagi
perekonomian negara, yaitu sebagai penghasil
devisa negara maupun sebagai sumber
pendapatan petani tembakau (Suginingsih,
2003). Kabupaten Pamekasan merupakan salah
satu sentra produksi tembakau di pulau
Madura, bahkan di Jawa Timur (Murdiyati
et.al., 2009). Kegiatan usaha tani tembakau
Madura dilakukan pada bulan April sampai
Agustus (Istiana, 2007) di tiga macam lahan,
yaitu lahan gunung, lahan tegal, dan lahan
sawah (Mukani dan Murdiyati, 2003). Selama
5-10 tahun terakhir penggunaan tembakau
Madura
meningkat
sehingga
areal
penanamannya meningkat dari 40.000 - 50.000
ha menjadi 60.000 – 70.000 ha per tahun.
Kebutuhan akan tembakau Madura yang cukup
tinggi, maka mendorong petani untuk
memperluas areal penanaman sehingga
menimbulkan dampak ikutan antara lain
tembakau ditanam di daerah-daerah yang tidak
sesuai sehingga produktivitasnya rendah
(Suwarso et.al, 1996).
Tembakau Madura dikenal di dunia sebagai
tembakau semi oriental (Akehurast, 1983).
Tembakau merupakan komoditas unggulan
Kabupaten Pamekasan dan Sumenep, dengan
kontribusi 60% terhadap pendapatan keluarga
petani (Soerjandono, 2006). Meskipun hasil
menanam tembakau berkontribusi lebih dari
50% pendapatan petani, namun produktivitas
tembakau Madura masih tergolong sangat
rendah, yaitu 0.7-0.8 ton/ha rajangan kering
(Murdiyati et. al., 1999). Hasil ini masih
tertinggal jauh dengan daerah lain yang
melakukan pengujian tiga varietas tembakau
oriental lainnya, yaitu varietas Zichna, Xanthi
Yaka, dan Izmir, di Kabupaten Ngawi dan
Kabupaten Bojonegoro, dengan potensi hasil
yaitu 1.44 ton/ha – 1.8 ton/ha rajangan kering
(Suwarso et.al, 2010).
Paunescu et.al. (2003) menyatakan bahwa
peningkatan produktivitas dapat dicapai
dengan memilih varietas yang berdaun banyak
dengan internodia pendek dan posisi daunnya
tegak. Hal ini sesuai dengan tembakau Madura
var. Prancak yang memiliki ciri-ciri spesifik,
antara lain jumlah daun berkisar 14-18 lembar
dan sangat tahan terhadap penyakit lanas
(Suwarso, 2009). Beberapa komponen
teknologi
budidaya
lainnya
yang
mempengaruhi produktivitas tembakau antara
lain pemilihan benih yang baik, aplikasi pupuk
dan kepadatan populasi tanaman dalam luasan
area tertentu. Tembakau Madura var. Prancak
memiliki
ukuran
yang
relatif
kecil
dibandingkan dengan tembakau jenis lainnya
sehingga jarak tanamnya rapat dengan sistem
penanaman double row atau tramline (yaitu
dua baris tanaman dalam satu guludan). Jarak
antar guludan 80-90 cm, jarak antar baris
dalam satu guludan 40-45 cm, dan jarak antar
tanaman dalam satu baris 30-35 cm (Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Pamekasan, 2006).
Dengan jarak tanam ini populasi tanaman
dapat mencapai 35.000 - 55.000 tanaman per
ha (Soetopo, 2006).
Pemupukan merupakan kegiatan pemeliharaan
tanaman yang bertujuan untuk memperbaiki
kesuburan tanah melalui penyediaan hara
dalam tanah yang dibutuhkan oleh tanaman.
Dalam budidaya tembakau, tujuan pemupukan
adalah mencukupi unsur hara yang dibutuhkan
tanaman (Istiana, 2007), dengan tujuan untuk
memperoleh hasil dan mutu yang tinggi
(Djajadi, 2008). Nitrogen merupakan unsur
hara makro utama yang dibutuhkan tanaman
dalam jumlah banyak (Hartatik, 2009). Fungsi
unsur nitrogen bagi tanaman antara lain adalah
membantu dalam proses fotosintesis yang
selanjutnya digunakan untuk membentuk sel
baru, pemanjangan sel, dan penebalan jaringan
selama
fase
pertumbuhan
vegetatif
(Goldsworthy and Fisher, 1992).
Selama kurun waktu 1984-1991, penelitian
tembakau Madura di lahan tegal dataran
rendah, dataran tinggi (lahan gunung), dan
lahan sawah menggunakan cara pemupukan
nitrogen (N) yang sama, yaitu pupuk diberikan
dengan ditugal pada umur 7 dan 21 Hari
Setelah Tanam (HST). Di sisi lain, petani
mempunyai cara (aplikasi dan dosis) tersendiri
dalam memberikan pupuk nitrogen, dan cara
ini belum banyak diperhatikan oleh peneliti
(Istiana, 2007). Ketidakseragaman aplikasi
petani dalam menanam tembakau Madura dan
rendahnya produktivitas yang dihasilkan
dibanding
daerah
lainnya,
mendasari
dilakukannya penelitian ini.
2. Metodologi
Penelitian dilaksanakan pada bulan April
2011 sampai Oktober 2011 di lahan
perkebunan di Desa Kaduara Barat, Kecamatan
Larangan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur.
Peralatan yang digunakan pada penelitian
yaitu meteran lapangan, timbangan, wadah
takaran, oven, pHmeter, alat tulis, kertas label,
kamera, plastik penampung air, plastik penutup
bedengan, bambu dan alat pertanian.
Bahan yang digunakan pada penelitian
yaitu lahan penanaman, bibit tembakau var.
Prancak, pupuk urea, pupuk ZA dan pupuk SP36.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini dirancang menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan
perlakuan 3 taraf dosis N, yaitu F1 = 30 kg
N/Ha, F2 = 60kg N/Ha, F3 = 90 kg N/Ha.
Masing-masing perlakuan dilakukan sebanyak
tiga kali ulangan, sehingga jumlah total 9 unit
percobaan. Pengambilan sampel tanaman
dilakukan sebanyak 10 individu tanaman per
unit percobaan yang dilakukan secara acak.
Analisis
data
menggunakan
ANOVA,
dilakukan uji lanjut dengan uji Tukey untuk
mengetahui beda nyata.
Variabel Respon yang Diamati
Variable respon yang diamati, secara
umum dibagi menjadi dua bagian, yaitu
pertumbuhan vegetatif dan produktivitas.
Pertumbuhan vegetatif terdiri dari tinggi
tanaman, jumlah, panjang, lebar dan luas daun,
serta diameter kanopi. Diukur pada saat
tanaman berumur 21 Hari Setelah Tanam
(HST), 28 HST, 35 HST, dan 42 HST.
Pengukuran dilakukan pada 10 sampel per unit
percobaan, yang diambil secara acak.
Produktivitas tanaman terdiri dari berat
basah dan berat kering akar, batang dan daun.
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Kondisi Lingkungan Penelitian
A. Hasil Analisis Tanah
Hasil analisis tanah menunjukkan
bahwa tanah lokasi penelitian mengandung
38% liat, 38% debu, dan 24% pasir, sehingga
tekstur tanah termasuk dalam kategori
lempung berliat (mengandung 27-40% liat dan
< 20-45% pasir) (Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, 2006). Faktor tanah
sangat mempengaruhi pertumbuhan tembakau.
Erwin (1997) menjelaskan bahwa budidaya
tembakau tidak selalu menghendaki tekstur
tanah khusus, namun harus memiliki sifat
gembur dan beraerasi cukup, karena tanah
yang demikian memudahkan pertumbuhan dan
perkembangan perakaran tanaman sehingga
penyerapan air dan unsur hara dalam tanah
dapat berjalan maksimal. Sedangkan pada
penelitian ini, tekstur tanah termasuk dalam
kategori lempung berliat.
B. Pengamatan pH Tanah
pH tanah pada lokasi penelitian, yaitu
sebesar 5.7, dapat dikatakan sesuai dengan pH
yang dikehendaki tembakau. Sholeh (2000)
menjelaskan bahwa tembakau menghendaki
pH tanah antara 5.5 – 6.0 dan tanah harus
gembur,
selanjutnya
Matnawi
(1997)
menjelaskan bahwa karena tanah yang
demikian mempermudah pertumbuhan dan
perkembangan perakaran tanaman. pH tanah
merupakan faktor penting yang menentukan
kelarutan unsur hara yang terdapat dalam tanah
(Soemarno, 2010). pH yang sesuai dengan
syarat pertumbuhan tembakau namun tidak
disertai dengan tanah yang gembur dapat
menyebabkan penyerapan air dan hara tidak
maksimal, karena menghambat pertumbuhan
dan perkembangan perakaran tanaman.
3.2
Pengaruh Nitrogen Terhadap
Pertumbuhan Vegetatif Tembakau
A. Tinggi Tanaman
Berdasarkan
hasil
ANOVA
diketahui bahwa perlakuan dosis N tidak
berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman. Ini sejalan dengan hasil
penelitian
Istiana
(2007)
yang
menyebutkan bahwa peningkatan dosis
pupuk N dari 200 kg/ha ke 250 kg/ha dan
300 kg/ha tidak berpengaruh nyata pada
tinggi tanaman dan jumlah daun tembakau
madura. Hasil penelitian Rachman dan
Murdiyati (1987) juga menyebutkan
bahwa peningkatan dosis pupuk N dari 30
kg/ha menjadi 90 kg/ha tidak menunjukkan
pengaruh nyata pada tinggi tanaman dan
jumlah daun tembakau madura. Beberapa
hasil penelitian juga dilaporkan bahwa
peningkatan dosis N tidak berpengaruh
nyata terhadap peningkatan tinggi tanaman
tembakau (Djajadi et.al., 2002, Rachman
et.al., 1990 ; Saragi dan Moesamto, 1986).
Pertumbuhan tinggi tanaman pada
penelitian ini disajikan pada Tabel 1
berikut.
Tabel 1.
Rerata Tinggi Tanaman (cm)
Dosis N
(kg N/ha)
21 HST
28 HST
35 HST
42 HST
30
14.32 a
25.43 a
37.77 a
65.97 a
60
12.10 a
23.38 a
35.10 a
62.80 a
90
11.23 a
25.32 a
36.10 a
63.87 a
Gambar. 1. Grafik Rerata Tinggi Tanaman (cm)
Dari Gambar 1 diketahui bahwa dosis N
sebesar 30 kg/ha memberikan hasil rerata
tinggi tanaman yang tertinggi di antara ketiga
dosis N yang diuji, yaitu sebesar 65.97 cm.
Tetapi, meskipun terdapat perbedaan tinggi
tanaman pada perlakuan dosis N yang diuji,
namun pengaruhnya tidak nyata terhadap
tinggi tanaman.
B. Jumlah Daun
Berdasarkan hasil ANOVA diketahui
bahwa perlakuan dosis N (30, 60 dan 90 kg
N/ha) tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun, yaitu dengan nilai P-value sebesar 0.995
(<0.05). Pengamatan jumlah daun disajikan
pada Tabel 2 berikut.
Dosis N
Dosis N
(kg N/ha)
28 HST
35 HST
C. Panjang, Lebar dan Luas Daun
Berdasarkan hasil ANOVA diketahui
bahwa perlakuan dosis N (30, 60 dan 90 kg
N/ha) tidak berpengaruh nyata terhadap
panjang, lebar, dan luas daun. Dengan nilai Pvalue berturut-turut sebesar 0.990, 0.987, 0.970
(ketiganya <0.05). Peningkatan dosis majemuk
PM (dengan unsur utama N) tidak berpengaruh
nyata terhadap luas daun (Djajadi, 2008).
Pengamatan panjang, lebar, dan luas daun
berturut-turut disajikan pada Tabel 3, Tabel 4
dan Tabel 5 berikut.
Tabel 3.
Rerata Panjang Daun (cm)
Tabel 2.
Rerata Jumlah Daun (lembar)
21 HST
Jumlah daun dipengaruhi oleh faktor genetik
(Istiana, 2007).
42 HST
(kg N/ha)
21 HST
a
15.45
a
15.27
a
15.56
30
5.07 a
9.03 a
10.17 a
11.57 a
30
12.38
60
5.53 a
8.83 a
9.63 a
12.43 a
60
10.86
90
5.60 a
9.10 a
9.43 a
12.23 a
90
11.07
Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Tukey taraf 5%
Gambar. 2. Grafik Rerata Jumlah Daun (lembar)
Dari Gambar 2 diketahui bahwa dosis
N sebesar 60 kg/ha memberikan hasil rerata
jumlah daun yang paling tinggi di antara ketiga
dosis N yang diuji, yaitu sebesar 12.47 lembar.
Peningkatan dosis N menjadi 90 kg/ha justru
menurunkan jumlah daun. Pupuk yang banyak
tidak selalu memberikan keuntungan yang baik
untuk tanaman (Assandi et.al., 1990).
Meskipun terdapat perbedaan jumlah daun
pada perlakuan dosis N yang diuji, namun
pengaruhnya tidak nyata terhadap jumlah daun.
28 HST
35 HST
a
22.35
a
21.98
a
22.67
42 HST
a
25.95
a
a
25.82
a
27.17
a
a
Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Tukey taraf 5%
Gambar. 3. Grafik Rerata Panjang Daun (cm)
Dari Gambar 3 diketahui bahwa dosis
N sebesar 90 kg/ha memberikan hasil rerata
panjang daun yang tertinggi di antara ketiga
dosis N yang diuji, yaitu sebesar 27.17 cm.
Tetapi, meskipun terdapat perbedaan panjang
daun pada perlakuan dosis N yang diuji,
namun pengaruhnya tidak nyata terhadap
panjang daun.
Tabel 4.
Rerata Lebar Daun (cm)
Dari Gambar 5 diketahui bahwa dosis
N sebesar 90 kg/ha memberikan hasil rerata
luas daun yang tertinggi di antara ketiga dosis
N yang diuji, yaitu sebesar 391.66 cm2. Tetapi,
meskipun terdapat perbedaan luas daun pada
perlakuan dosis N yang diuji, namun
pengaruhnya tidak nyata terhadap luas daun.
Dosis N
21 HST
28 HST
35 HST
42 HST
30
6.56a
9.46a
13.27a
15.56a
60
6.14a
9.16a
13.03a
15.02a
90
6.05a
9.33a
13.57a
16.20a
(kg N/ha)
D. Diameter Kanopi
Berdasarkan hasil ANOVA diketahui
bahwa perlakuan dosis N (30, 60 dan 90 kg
N/ha) tidak berpengaruh nyata terhadap
diameter kanopi, yaitu dengan nilai Pvalue sebesar 0.164 (<0.05). Pengamatan
diameter kanopi disajikan pada Tabel 6
Tabel 6.
berikut.
Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Tukey taraf 5%
Rerata Diameter Kanopi (cm)
Dosis N
Diameter
Kanopi
(kg N/ha)
Gambar. 4. Grafik Rerata Lebar Daun (cm)
Dari Gambar 4 diketahui bahwa dosis
N sebesar 90 kg/ha memberikan hasil rerata
lebar daun yang tertinggi di antara ketiga dosis
N yang diuji, yaitu sebesar 16.20 cm. Tetapi,
meskipun terdapat perbedaan lebar daun pada
perlakuan dosis N yang diuji, namun
pengaruhnya tidak nyata terhadap lebar daun.
a
30
46.15
60
47.87
90
51.18
a
a
Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Tukey taraf 5%
Tabel 5.
Rerata Luas Daun (cm2)
Dosis N
(kg N/ha)
21 HST
30
8.17
60
6.27
90
11.60
28 HST
a
20.33
a
16.66
a
35 HST
a
51.62
a
45.05
a
64.78
27.16
42 HST
Panen
a
360.38
a
348.01
a
391.66
a
134.38
a
124.03
a
157.56
a
a
Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Tukey taraf 5%
Gambar. 5. Grafik Rerata Luas Daun (cm2)
Gambar. 6. Grafik Diameter Kanopi (cm)
a
Dari Gambar 6 diketahui bahwa
dosis N sebesar 90 kg/ha memberikan
hasil rerata diameter kanopi yang paling
tinggi di antara ketiga dosis N yang diuji,
yaitu sebesar 51.18 cm. Tetapi, meskipun
terdapat perbedaan rata-rata diameter
kanopi pada perlakuan dosis N yang diuji,
namun pengaruhnya tidak nyata.
3.3 Produktivitas
A. Berat Basah Tanaman
Berat basah tanaman diukur pada masingmasing organ tanaman (akar, batang dan daun)
dan berat basah total (penjumlahan berat basah
akar, batang dan daun). Berdasarkan hasil
ANOVA diketahui bahwa perlakuan dosis N
(30, 60 dan 90 kg N/ha) tidak berpengaruh
nyata terhadap berat basah akar, batang, daun
dan berat basah total. Nilai P-value berat basah
akar, batang, daun dan berat basah total
berturut-turut sebesar 0.701, 0.636, 0.400 dan
0.411. Berat basah tanaman pada penelitian ini
disajikan pada Tabel 7 berikut.
Tabel 7.
Rerata Berat Basah Tanaman (gram)
Dosis N
(kg N/ha)
Akar
Batang
Daun
a
179.13
a
193.62
a
219.85
a
29.13
a
38.67
a
37.67
30
14.63
60
18.50
90
17.83
Total
a
222.89
a
a
250.79
a
275.35
basah pada perlakuan dosis N yang diuji,
namun pengaruhnya tidak nyata terhadap berat
basah akar, batang, daun dan berat basah total.
B. Berat Kering Tanaman
Berat kering tanaman diukur pada masingmasing organ tanaman (akar, batang dan daun)
dan berat kering total (penjumlahan berat
kering akar, batang dan daun). Berdasarkan
hasil ANOVA diketahui bahwa perlakuan
dosis N (30, 60 dan 90 kg N/ha tidak
berpengaruh nyata terhadap berat kering akar
dan berat kering batang, namun berbeda nyata
terhadap berat kering daun dan berat kering
total tanaman. Nilai P-value berat basah akar,
batang, daun dan berat basah total berturutturut sebesar 0.839, 0.640, 0.021 dan 0.044.
Berat kering tanaman pada penelitian ini
disajikan pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8.
Rerata Berat Kering Tanaman (gram)
a
a
Dosis N
Akar
Batang
Daun
Total
30
5.73a
8.68a
61.00b
75.41b
60
5.91a
7.96a
84.40ab
98.27 ab
90
5.29a
7.20a
95.15a
107.64a
(kg N/ha)
Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Tukey taraf 5%
Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Tukey taraf 5%
Gambar. 7. Grafik Berat Basah Tanaman (gram)
Dari Gambar 7 di ketahui bahwa bahwa
dosis N sebesar 60 kg/ha memberikan hasil
rerata berat basah akar yang tertinggi di antara
ketiga dosis N yang diuji, yaitu sebesar 18.50
gram. Pada batang dosis N sebesar 60 kg/ha
juga memberikan hasil rerata berat basah yang
tertinggi di antara ketiga dosis N yang diuji,
yaitu sebesar 38.67 gram. Sedangkan hasil
rerata berat basah daun dan berat basah total
tertinggi dihasilkan oleh dosis N 90 kg/ha,
yaitu dengan hasil masing-masing sebesar
219.85 gram dan 275.35 gram. Tetapi,
meskipun terdapat perbedaan rerata berat
Gambar. 8. Grafik Berat Kering Tanaman (gram)
Dari Gambar 8 diketahui bahwa dosis N
sebesar 60 kg/ha memberikan hasil rerata berat
kering akar tertinggi di antara ketiga dosis N
yang diuji, yaitu dengan hasil sebesar 5.91
gram. Pada batang dosis N sebesar 30 kg/ha
memberikan hasil rerata berat kering tertinggi
di antara ketiga dosis N yang diuji, yaitu
sebesar 8.68 gram. Tetapi, meskipun terdapat
perbedaan rerata berat kering akar dan batang
pada perlakuan dosis N yang diuji, namun
pengaruhnya tidak nyata terhadap berat kering
akar dan berat kering batang.
4.
KESIMPULAN
Perlakuan dosis N (30, 60, dan 90 kg
N/ha) tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman, jumlah, panjang, lebar dan luas daun,
diameter kanopi, berat basah akar, batang dan
daun, serta berat kering akar dan batang
tanaman, tetapi berpengaruh nyata terhadap
berat kering daun pada perlakuan dosis N
sebesar 90 kg N/ha.
Direkomendasikan
kepada
petani
tembakau Madura var. Prancak menggunakan
dosis N sebesar 90 kg N/ha pada kepadatan
populasi 54.000 tanaman/ha. Didasarkan pada
hasil uji statistik yang menunjukkan pada
perlakuan dosis 90 kg N/ha memberikan
pengaruh nyata pada berat kering daun (yang
merupakan nilai produksi dari tanaman
tembakau).
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Ahmad dan Soedarmanto. 1982.
Budidaya tembakau. CV Yasaguna,
Jakarta.
Akehurst, B.C. 1983. Tobacco. Longmans
Group Ltd., London. 764pp.
Andersen, R.A., M.J. Kasperbauer, dan H.R.
Burton. 1985. Shade During Growth :
Effect On Chemical Composition and Leaf
Colour of Air Cured Burley Tobacco.
Agron. J. 77 : 543-546.
Assandi et.al. 1990. dalam Djamaan, D. 2006.
Pemberian Nitrogen (Urea) terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Selada (Lactusa
sativa L.). Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Sumatera Barat.
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Pertanian. 2009. Prancak-95.
http://eproduk.litbang.deptan.go.id/product
.php?id_product=241 [31 Maret 2011].
Balai Diklat Kehutanan Pematang Siantar.
2010. Ekologi Populasi Tanaman.
http://www.ideelok.com/sumber-dayaalam/ukuran-ukuran-ekologis-populasiflora. [7 Juli 2011].
Cahyono, B. 1998. Tembakau, Budidaya dan
Analisis
Usaha
Tani.
Kanisius,
Yogyakarta.
Collins, W.K. dan S.N. Hawks. 1993.
Principles
of
Fluecured
Tobacco
Production. N.C. 27695. (316 p).
Campbell, N.A., Reece, J.B., Mitchell, L.G.
2004. Biology. Translation copyright by
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Pamekasan.
2006.
Panduan
Teknis
Budidaya
Tembakau Madura. Pemerintah Kabupaten
Pamekasan, Pamekasan.
Djajadi. 2008. Pengaruh Pupuk Majemuk
Terhadap Hasil dan Mutu Tembakau
Virginia Di Bondowoso, Jawa Timur.
Jurnal Littri 14(3). September 2008. Hlm.
95-100 ISSN 0853-8212. Balai Penelitian
Tanaman Tembakau dan Serat, Malang.
Djajadi, Sholeh, M. dan Sudibyo, U. 2002.
Pengaruh Pupuk Organik dan Anorganik
ZA dan SP-36 terhadap Hasil dan Mutu
Tembakau Temanggung pada Tanah
Andisol. Jurnal
LITTRI Vol.8 No.1, Maret 2002. Balai
Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat,
Malang.
Djajadi, A. S. dan Murdiyati. 2000. Hara dan
Pemupukan Tembakau Temanggung. Balai
Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat,
Malang.
Dwidjoseputro. 1981. Pengantar Fisiologi
Tumbuhan. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Edmond, J.B., T.L. Senn, F.S. Andrew, dan
R.G. Halfrace. 1975. Fundamentals of
Holticulture, 4th ed. Tata Mc Graw Hill
Publisher. Co. Ltd., New Delhi.
Elfisuir. 2010. Ekologi Populasi. Biologi FKIP
Universitas Islam Riau, Riau.
Flower, K.C. 1999. Field Practices. Tobacco :
Production, Chemistry, and Technology.
D.L. Davis and M.T. Nielsen eds.
Blackwell Sci. pp. 76-103.
Follet, R. H., L. S. Murphy, and R. L.
Donahue. 1981. Fertilizers and Soils
Anandments. Prentice Hal, Inc. Englewod
Cliff, New York.
Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.M. Mitchell.
1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Diterjemahkan oleh Herawati Susilo.
Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Goldsworthy, P. R., dan Fisher, N. M. 1992.
Fisiologi Budidaya Tanaman Tropik.
Diterjemahkan oleh Tohari. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Hardjowigeno dalam Djamaan, D. 2006.
Pemberian Nitrogen (Urea) Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Selada. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera
Barat.
Harjadi, S.S. 1979. Pengantar Agronomi.
Pengantar Gramedia, Jakarta.
Hartatik. W. 2009. Turi Mini dan Azolla dapat
Mensubstitusi Sebagian Pupuk Nitrogen.
Warta Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Vol. 31, No. 3. Balai
Penelitian Tanah, Bogor.
Islami, T. dan W.H. Utomo. 1995. Hubungan
Tanah, Air, dan Tanaman. IKIP Semarang
Press, Semarang.
Istiana, H. 2007. Cara Aplikasi Pupuk
Nitrogen
Dan
Pengaruhnya
Pada
Tanaman Tembakau Madura. Buletin
Teknik Pertanian Vol. 12 No. 2. Balai
Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat,
Malang.
Judd. 2002. Plant systematic. Sinauer
associates, Inc. Publisher. Sunderland,
Massachusetts USA.
Lingga, P. dan Marsono. 2002. Petunjuk
Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Lingga, P. 1998. Petunjuk Penggunaan Pupuk.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Mardani, D.Y. 2004. Pengaruh Pupuk Kompos
serta
ZA
terhadap
Pertumbuhan
Tembakau Rakyat (Nicotiana tabacum L.).
fakultas Pertanian Institut Pertanian,
Yogyakarta.
Mas’ud. 1992. Telaah Kesuburan Tanah.
Angkasa, Bandung.
Matnawi, H. 1997. Budidaya Tembakau
Bawah Naungan. Kanisius, Yogyakarta.
Mc Cants, C.B. dan W.G. Woltz. 1967.
Growth and mineral nutrition of Tobacco.
Adv.Agron., 19:211-265.
Mc Kee. 1978. dalam Rachman, A. dan
Murdiyati, A.S. 1987. Pengaruh Dosis
Pupuk N dan P Terhadap Produksi dan
Mutu Tembakau Madura Pada Tanah
Alluvial. Penelitian Tanaman Tembakau
dan Serat. 2(1-2):1-9.
Mukani dan Murdiyati, A.S. 2003. Profil
Komoditas Tembakau. Laporan Hasil
Penelitian, Puslitbangbun, Bogor.
Murdiyati, A.S., Herwati, A., dan Suwarso.
2009. Pengujian Efektivitas Penggunaan
Pupuk ZK terhadap Hasil dan Mutu
Tembakau Madura. Buletin Tanaman
Tembakau, Serat dan Minyak Industri 1(1),
April 2009. Balai Penelitian Tanaman
Tembakau dan Serat, Malang.
Murdiyati, A.S., Hartono, J., Isdijoso, dan
Suwarso.
1999.
Upaya
Penelitian
Tembakau
voor-oogst
dalam
Mengantisipasi Penerapan Ketentuan
Kandungan Nikotin dan Tar. Makalah
disampaikan
dalam
Rapat
Teknis
Perkebunan di Solo, Jawa Tengah tanggal
4-5 November 1999.
Natiabari, M.R. 2000. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani dalam
Pemilihan Bentuk Produksi dan Analisa
Ekonomi Rumah Tangga Petani Tembakau
Studi Kasus Petani Tembakau Kabupaten
Temanggung. Tesis Pasca Sarjana Jurusan
Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. IPB,
Bogor.
Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang
Efektif. AgroMedia Pustaka, Jakarta.
p.114.
Novizan. 1999. Pemupukan yang Efektif.
Makalah Pada Kursus Singkat Pertanian.
PT Mitratani Mandiri Perdana, Jakarta.
Nurhidayati, et al., 2007.Pemanfaatan Sludge
Industri sebagai Alternatif Media Tanam
Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) yang
Berasosiasi dengan Mikoriza Arbuskula.
Jurnal Purifikasi Vol. 8 No. 1, 2007: 1318.
Nyakpa, M.Y., Pulung, M.A., Amrah A.G.,
Munawar A., Hong G.B., dan Hakim N.
1998.
Kesuburan Tanah.
BKS/PTN/USAID.
University of Kentucky WUAE Project.
Olson, R.A. dan L.T. Kurtz. 1982. Crop
Nitrogen Requirements Utilization, and
Fertilization. pp. 567-599. In J.F.
Stevenson, J.M. Bremner, R.D. Hauck, and
D.R. Keeney. (ed.). Nitrogen in
Agricultural Soils. ASA, CSAA, SSSA,
Madison., WI.
Papenfus, K.D. dan F.M. Quin. 1984. Tobacco.
The Physiology of Tropical Field Crops.
P.R.
Goldworthy and N.M. Fisher eds. John Willy
and Sons, Ltd. Chichester. p. 607-636.
Paunescu, M., A.D. Paunescu, A. Ciuperca, V.
Undrescu, and E. Undrescu. 2003. Studies
Concerning the Release of New Oriental
Tobacco
Genotpes
with
Superior
Characteristics of Taste and Aroma.
Coresta
Meet.
Agro-PhytoGroups,
Bucharest.
Poerwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan
Tanah. Angkasa Bandung. Hal. 37-55,
Bandung.
Rachman, A., Sholeh M., dan Suwarso. 1990.
Pengaruh Dosis dan Sumber Pupuk N
terhadap
Hasil dan Mutu Tembakau Virginia FC pada
Tanah Grumusol Bojonegoro. Penelitian
Tanaman Tembakau dan Serat. 5(2):105114.
Rachman, A. dan Murdiyati, A.S. 1987.
Pengaruh Dosis Pupuk N dan P Terhadap
Produksi dan Mutu Tembakau Madura
Pada Tanah Alluvial. Penelitian Tanaman
Tembakau dan Serat. 2(1-2):1-9.
Redaksi Agromedia. 2010. Cara Praktis
Membuat Kompos. PT. Agromedia
Pustaka, Jakarta.
Redaksi
Agromedia.
2008.
Petunjuk
Pemupukan. PT. Agromedia Pustaka,
Jakarta.
Rosmarkam, A. dan Yuwono, N.W. 2002. Ilmu
Kesuburan Tanah. Kanisius, Yogyakarta.
Salisbury, F.B. dan Ross, C.W. 1995. Plant
edition,
Physiology
1992,
4th
diterjemahkan oleh Lukman, D.R. dan
Sumaryono, ITB Press, Bandung.
Santosa, K. E. 2007. Pemanfaatan Daun
Tembakau (Nicotiana tabacum) untuk
Pewarnaan Kain Sutra dengan Mordan
Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia swingle)
Diterapkan pada Lenan Rumah Tangga.
Skripsi. Program Pendidikan S1 Jurusan
Biologi Universitas Negeri Semarang,
Semarang.
Santoso, K. 1991. Tembakau dalam Analisis
Ekonomi. Universitas Jember. CV. Bina
Usaha, Surabaya.
Saragi, B.T. dan Moesamto. 1986. Uji Lapang
Penggunaan Pupuk Tunggal Pada
Tembakau
Virginia Di Kabupaten
Buleleng, Bali. Laporan Kerjasama Dirjen
Perkebunan dengan P.T. BAT Indonesia.
14p.
Setyamijaya, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan.
CV. Simlex, Jakarta.
Setyati. 1991. Pengantar Agronomi. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Sholeh, M. 2000. Curah Hujan dan Waktu
Tanam Tembakau Temanggung. Monograf
Balittas No.5. Balai Penelitian Tembakau dan
Tanaman Serat, Malang.
Sholeh, M., Rachman A., Machfudz. 2000.
Pengaruh Komposisi Pupuk KS, ZA, dan
Urea, serta Dosis N terhadap Mutu
Tembakau Besuki NO. Jurnal Littri Vol.6
No.3, Desember 2000. Balai Penelitian
Tembakau dan Tanaman Serat, Malang.
Sitompul, S.M. dan B. Guritno. 1995. Analisis
Pertumbuhan
Tanaman.
Universitas
Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Soemarno, M.S. 2010. Ketersediaan Unsur
Hara dalam Tanah. Jurusan Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya,
Malang.
Soerjandono, B.N. 2006. Teknik Penanaman
Jagung Setelah Tembakau di Kabupaten
Sumenep, Jawa Timur. Jurnal Teknik
Pertanian Vol. 11 No. 2, 2006. Balai
Pengkajian Teknik Penanaman, Malang.
Soetopo, D. 2006. Panduan Teknis Budidaya
Tembakau.
Dinas
Kehutanan
dan
Perkebunan, Pamekasan.
Suginingsih.
2003.
Analisis
Biaya,
Pendapatan, dan Efisiensi Usaha Tani
Tembakau Voor Oogst (Studi Kasus di
Desa Karang Budi, Kecamatan Gapur,
Kabupaten Sumenep). Skripsi. Program
Pendidikan S1 Jurusan Agribisnis,
Fakultas
Pertanian
Universitas
Muhammadiyah Malang, Malang.
Sutanto. 2002. Penerapan Pertanian Organik.
Kanisius, Yogyakarta.
Sutejo, M. M. dan Kartasapoetra, A.G. 1990.
Pupuk dan Cara Pemupukan. Bina Aksara,
Jakarta.
Suwarso, Tirtosastro S., Yulianti T., Suharto,
Suseno, dan M. Yasin. 2010. Uji
Produktivitas dan Mutu Tiga Varietas
Tembakau Oriental Di Indonesia. Jurnal
LITTRI Vol. 16
No.3, September 2010 : 112-118. Balai
Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat,
Malang.
Suwarso. 2009. Pewarisan Ketahanan
Terhadap Penyakit Lanas Pada Tembakau
Madura Prancak-95. Zuriat, Vol. 20, No.
1, Januari-Juni 2009. Balai Penelitian
Tanaman Tembakau dan Serat, Malang.
Suwarso, Herwati A., Soerjono, dan Subiyakto.
1996. Potensi Hasil dan Mutu Galur
Harapan
Tembakau
Madura
Di
Kabupaten Sumenep dan Pamekasan.
Jurnal LITTRI Vol.1 No.5. Balai
Peneleitian Tanaman Tembakau dan
Tanaman Serat, Malang.
Tjitrosoepomo, G. 2007. Taksonomi tumbuhan
spermatophyte. Universitas Gadjah Mada
Press, Yogyakarta.
Tjitrosoepomo, G. 2000. Morfologi Tumbuhan.
Universitas
Gadjah
Mada
Press,
Yogyakarta.
Winarno, E.S., E.S. Sutarto, R. Yuliasari, dan
Z. Poelongan. 2000. Pelepasan Hara
Pupuk Majemuk Kelapa Sawit. Jurnal
Penelitian Kepala Sawit Vol. 9 (2-3) : 103109.
Wing, K.B., M.P. Pritts, dan W.F. Wilcox.
1995. Biotic, Edaphic, and Cultural
Factors Associated with Strawberry Black
Root In New York. Hort Science 30 : 8690.
Wiroatmodjo, J dan Najib, M. 1995. Pengaruh
Dosis Nitrogen dan Kalium terhadap
Produksi
dan
Mutu
Tembakau
Temanggung pada Tumpang Sisip KubisTembakau di Pujon Malang. Buletin
Agronomi Vol. 23 No. 2, 1995: 17-25.
Download