Pengaruh Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tembakau (Nicotiana tabacum L.) Var. Prancak pada Kepadatan Populasi 54.000/ha Di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur Ayulia Dewi Latifatin*, Mukhammad Muryono1, Darmawan Asta Kusumah2 Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Gedung H Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111, Indonesia Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nitrogen terhadap pertumbuhan dan produktivitas tembakau var. prancak pada kepadatan populasi 54.000 tanaman/ha di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai Oktober 2011 di lahan perkebunan tembakau Desa Kaduara Barat, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga perlakuan, masing-masing tiga kali ulangan. Perlakuan terdiri dari tiga dosis nitrogen yaitu 30, 60, dan 90 kg N/ha. Data dianalisis dengan uji ANOVA dan jika terdapat beda nyata dilanjutkan uji Tukey. Pada penelitian ini, diukur tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun, luas daun, diameter kanopi, berat basah akar, batang, daun, berat kering akar, batang, dan daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis nitrogen tidak berbeda nyata pada taraf 5% terhadap sebagian besar variabel respon penelitian, namun berbeda nyata terhadap berat kering daun. Berat kering daun tertinggi diperoleh dari perlakuan nitrogen 90 kg N/ha. Kata kunci : Nitrogen, Prancak, Kepadatan, Pamekasan Abstract A field experiment aims to determine the effect of nitrogen on growth and productivity of Prancak tobacco on 54.000 plants/ha density in Pamekasan. This experiment performed in April 2011 until Oktober 2011, in a tobacco field of Kaduara Barat Village, Pamekasan District, East Java. Three Nitrogen levels (30, 60, 90 kg/ha) was investigated in randomized block design with three replication. Obtained data analyzed with ANOVA and would be continued with Tukey for significant different. In this study, the effect of Nitrogen on high plant, total leaf, leaf length, leaf width, broad leaf, diameter canopy, wet and dry weight of root, stem, and leaf. Effect of Nitrogen on high plant, total leaf, leaf length, leaf width, broad leaf, diameter canopy, wet weight of root and stem, and dry weight of leaf were non-significant at 5% probability level, however on dry weight of leaf was significant. The highest of weight dry leaf by application of 90 kg N/ha. Key words : Nitrogen, Prancak, Density, Pamekasan *Coresponding Author Phone: 085 645 025 308 Alamat Sekarang : Jurusan Biologi FMIPA ITS 1 1. Pendahuluan Tembakau merupakan salah satu tanaman industri yang memegang peranan penting bagi perekonomian negara, yaitu sebagai penghasil devisa negara maupun sebagai sumber pendapatan petani tembakau (Suginingsih, 2003). Kabupaten Pamekasan merupakan salah satu sentra produksi tembakau di pulau Madura, bahkan di Jawa Timur (Murdiyati et.al., 2009). Kegiatan usaha tani tembakau Madura dilakukan pada bulan April sampai Agustus (Istiana, 2007) di tiga macam lahan, yaitu lahan gunung, lahan tegal, dan lahan sawah (Mukani dan Murdiyati, 2003). Selama 5-10 tahun terakhir penggunaan tembakau Madura meningkat sehingga areal penanamannya meningkat dari 40.000 - 50.000 ha menjadi 60.000 – 70.000 ha per tahun. Kebutuhan akan tembakau Madura yang cukup tinggi, maka mendorong petani untuk memperluas areal penanaman sehingga menimbulkan dampak ikutan antara lain tembakau ditanam di daerah-daerah yang tidak sesuai sehingga produktivitasnya rendah (Suwarso et.al, 1996). Tembakau Madura dikenal di dunia sebagai tembakau semi oriental (Akehurast, 1983). Tembakau merupakan komoditas unggulan Kabupaten Pamekasan dan Sumenep, dengan kontribusi 60% terhadap pendapatan keluarga petani (Soerjandono, 2006). Meskipun hasil menanam tembakau berkontribusi lebih dari 50% pendapatan petani, namun produktivitas tembakau Madura masih tergolong sangat rendah, yaitu 0.7-0.8 ton/ha rajangan kering (Murdiyati et. al., 1999). Hasil ini masih tertinggal jauh dengan daerah lain yang melakukan pengujian tiga varietas tembakau oriental lainnya, yaitu varietas Zichna, Xanthi Yaka, dan Izmir, di Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Bojonegoro, dengan potensi hasil yaitu 1.44 ton/ha – 1.8 ton/ha rajangan kering (Suwarso et.al, 2010). Paunescu et.al. (2003) menyatakan bahwa peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan memilih varietas yang berdaun banyak dengan internodia pendek dan posisi daunnya tegak. Hal ini sesuai dengan tembakau Madura var. Prancak yang memiliki ciri-ciri spesifik, antara lain jumlah daun berkisar 14-18 lembar dan sangat tahan terhadap penyakit lanas (Suwarso, 2009). Beberapa komponen teknologi budidaya lainnya yang mempengaruhi produktivitas tembakau antara lain pemilihan benih yang baik, aplikasi pupuk dan kepadatan populasi tanaman dalam luasan area tertentu. Tembakau Madura var. Prancak memiliki ukuran yang relatif kecil dibandingkan dengan tembakau jenis lainnya sehingga jarak tanamnya rapat dengan sistem penanaman double row atau tramline (yaitu dua baris tanaman dalam satu guludan). Jarak antar guludan 80-90 cm, jarak antar baris dalam satu guludan 40-45 cm, dan jarak antar tanaman dalam satu baris 30-35 cm (Dinas Kehutanan dan Perkebunan Pamekasan, 2006). Dengan jarak tanam ini populasi tanaman dapat mencapai 35.000 - 55.000 tanaman per ha (Soetopo, 2006). Pemupukan merupakan kegiatan pemeliharaan tanaman yang bertujuan untuk memperbaiki kesuburan tanah melalui penyediaan hara dalam tanah yang dibutuhkan oleh tanaman. Dalam budidaya tembakau, tujuan pemupukan adalah mencukupi unsur hara yang dibutuhkan tanaman (Istiana, 2007), dengan tujuan untuk memperoleh hasil dan mutu yang tinggi (Djajadi, 2008). Nitrogen merupakan unsur hara makro utama yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak (Hartatik, 2009). Fungsi unsur nitrogen bagi tanaman antara lain adalah membantu dalam proses fotosintesis yang selanjutnya digunakan untuk membentuk sel baru, pemanjangan sel, dan penebalan jaringan selama fase pertumbuhan vegetatif (Goldsworthy and Fisher, 1992). Selama kurun waktu 1984-1991, penelitian tembakau Madura di lahan tegal dataran rendah, dataran tinggi (lahan gunung), dan lahan sawah menggunakan cara pemupukan nitrogen (N) yang sama, yaitu pupuk diberikan dengan ditugal pada umur 7 dan 21 Hari Setelah Tanam (HST). Di sisi lain, petani mempunyai cara (aplikasi dan dosis) tersendiri dalam memberikan pupuk nitrogen, dan cara ini belum banyak diperhatikan oleh peneliti (Istiana, 2007). Ketidakseragaman aplikasi petani dalam menanam tembakau Madura dan rendahnya produktivitas yang dihasilkan dibanding daerah lainnya, mendasari dilakukannya penelitian ini. 2. Metodologi Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai Oktober 2011 di lahan perkebunan di Desa Kaduara Barat, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Peralatan yang digunakan pada penelitian yaitu meteran lapangan, timbangan, wadah takaran, oven, pHmeter, alat tulis, kertas label, kamera, plastik penampung air, plastik penutup bedengan, bambu dan alat pertanian. Bahan yang digunakan pada penelitian yaitu lahan penanaman, bibit tembakau var. Prancak, pupuk urea, pupuk ZA dan pupuk SP36. Rancangan Penelitian Penelitian ini dirancang menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan 3 taraf dosis N, yaitu F1 = 30 kg N/Ha, F2 = 60kg N/Ha, F3 = 90 kg N/Ha. Masing-masing perlakuan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan, sehingga jumlah total 9 unit percobaan. Pengambilan sampel tanaman dilakukan sebanyak 10 individu tanaman per unit percobaan yang dilakukan secara acak. Analisis data menggunakan ANOVA, dilakukan uji lanjut dengan uji Tukey untuk mengetahui beda nyata. Variabel Respon yang Diamati Variable respon yang diamati, secara umum dibagi menjadi dua bagian, yaitu pertumbuhan vegetatif dan produktivitas. Pertumbuhan vegetatif terdiri dari tinggi tanaman, jumlah, panjang, lebar dan luas daun, serta diameter kanopi. Diukur pada saat tanaman berumur 21 Hari Setelah Tanam (HST), 28 HST, 35 HST, dan 42 HST. Pengukuran dilakukan pada 10 sampel per unit percobaan, yang diambil secara acak. Produktivitas tanaman terdiri dari berat basah dan berat kering akar, batang dan daun. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Kondisi Lingkungan Penelitian A. Hasil Analisis Tanah Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa tanah lokasi penelitian mengandung 38% liat, 38% debu, dan 24% pasir, sehingga tekstur tanah termasuk dalam kategori lempung berliat (mengandung 27-40% liat dan < 20-45% pasir) (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2006). Faktor tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan tembakau. Erwin (1997) menjelaskan bahwa budidaya tembakau tidak selalu menghendaki tekstur tanah khusus, namun harus memiliki sifat gembur dan beraerasi cukup, karena tanah yang demikian memudahkan pertumbuhan dan perkembangan perakaran tanaman sehingga penyerapan air dan unsur hara dalam tanah dapat berjalan maksimal. Sedangkan pada penelitian ini, tekstur tanah termasuk dalam kategori lempung berliat. B. Pengamatan pH Tanah pH tanah pada lokasi penelitian, yaitu sebesar 5.7, dapat dikatakan sesuai dengan pH yang dikehendaki tembakau. Sholeh (2000) menjelaskan bahwa tembakau menghendaki pH tanah antara 5.5 – 6.0 dan tanah harus gembur, selanjutnya Matnawi (1997) menjelaskan bahwa karena tanah yang demikian mempermudah pertumbuhan dan perkembangan perakaran tanaman. pH tanah merupakan faktor penting yang menentukan kelarutan unsur hara yang terdapat dalam tanah (Soemarno, 2010). pH yang sesuai dengan syarat pertumbuhan tembakau namun tidak disertai dengan tanah yang gembur dapat menyebabkan penyerapan air dan hara tidak maksimal, karena menghambat pertumbuhan dan perkembangan perakaran tanaman. 3.2 Pengaruh Nitrogen Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tembakau A. Tinggi Tanaman Berdasarkan hasil ANOVA diketahui bahwa perlakuan dosis N tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Ini sejalan dengan hasil penelitian Istiana (2007) yang menyebutkan bahwa peningkatan dosis pupuk N dari 200 kg/ha ke 250 kg/ha dan 300 kg/ha tidak berpengaruh nyata pada tinggi tanaman dan jumlah daun tembakau madura. Hasil penelitian Rachman dan Murdiyati (1987) juga menyebutkan bahwa peningkatan dosis pupuk N dari 30 kg/ha menjadi 90 kg/ha tidak menunjukkan pengaruh nyata pada tinggi tanaman dan jumlah daun tembakau madura. Beberapa hasil penelitian juga dilaporkan bahwa peningkatan dosis N tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan tinggi tanaman tembakau (Djajadi et.al., 2002, Rachman et.al., 1990 ; Saragi dan Moesamto, 1986). Pertumbuhan tinggi tanaman pada penelitian ini disajikan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman (cm) Dosis N (kg N/ha) 21 HST 28 HST 35 HST 42 HST 30 14.32 a 25.43 a 37.77 a 65.97 a 60 12.10 a 23.38 a 35.10 a 62.80 a 90 11.23 a 25.32 a 36.10 a 63.87 a Gambar. 1. Grafik Rerata Tinggi Tanaman (cm) Dari Gambar 1 diketahui bahwa dosis N sebesar 30 kg/ha memberikan hasil rerata tinggi tanaman yang tertinggi di antara ketiga dosis N yang diuji, yaitu sebesar 65.97 cm. Tetapi, meskipun terdapat perbedaan tinggi tanaman pada perlakuan dosis N yang diuji, namun pengaruhnya tidak nyata terhadap tinggi tanaman. B. Jumlah Daun Berdasarkan hasil ANOVA diketahui bahwa perlakuan dosis N (30, 60 dan 90 kg N/ha) tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, yaitu dengan nilai P-value sebesar 0.995 (<0.05). Pengamatan jumlah daun disajikan pada Tabel 2 berikut. Dosis N Dosis N (kg N/ha) 28 HST 35 HST C. Panjang, Lebar dan Luas Daun Berdasarkan hasil ANOVA diketahui bahwa perlakuan dosis N (30, 60 dan 90 kg N/ha) tidak berpengaruh nyata terhadap panjang, lebar, dan luas daun. Dengan nilai Pvalue berturut-turut sebesar 0.990, 0.987, 0.970 (ketiganya <0.05). Peningkatan dosis majemuk PM (dengan unsur utama N) tidak berpengaruh nyata terhadap luas daun (Djajadi, 2008). Pengamatan panjang, lebar, dan luas daun berturut-turut disajikan pada Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel 5 berikut. Tabel 3. Rerata Panjang Daun (cm) Tabel 2. Rerata Jumlah Daun (lembar) 21 HST Jumlah daun dipengaruhi oleh faktor genetik (Istiana, 2007). 42 HST (kg N/ha) 21 HST a 15.45 a 15.27 a 15.56 30 5.07 a 9.03 a 10.17 a 11.57 a 30 12.38 60 5.53 a 8.83 a 9.63 a 12.43 a 60 10.86 90 5.60 a 9.10 a 9.43 a 12.23 a 90 11.07 Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Tukey taraf 5% Gambar. 2. Grafik Rerata Jumlah Daun (lembar) Dari Gambar 2 diketahui bahwa dosis N sebesar 60 kg/ha memberikan hasil rerata jumlah daun yang paling tinggi di antara ketiga dosis N yang diuji, yaitu sebesar 12.47 lembar. Peningkatan dosis N menjadi 90 kg/ha justru menurunkan jumlah daun. Pupuk yang banyak tidak selalu memberikan keuntungan yang baik untuk tanaman (Assandi et.al., 1990). Meskipun terdapat perbedaan jumlah daun pada perlakuan dosis N yang diuji, namun pengaruhnya tidak nyata terhadap jumlah daun. 28 HST 35 HST a 22.35 a 21.98 a 22.67 42 HST a 25.95 a a 25.82 a 27.17 a a Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Tukey taraf 5% Gambar. 3. Grafik Rerata Panjang Daun (cm) Dari Gambar 3 diketahui bahwa dosis N sebesar 90 kg/ha memberikan hasil rerata panjang daun yang tertinggi di antara ketiga dosis N yang diuji, yaitu sebesar 27.17 cm. Tetapi, meskipun terdapat perbedaan panjang daun pada perlakuan dosis N yang diuji, namun pengaruhnya tidak nyata terhadap panjang daun. Tabel 4. Rerata Lebar Daun (cm) Dari Gambar 5 diketahui bahwa dosis N sebesar 90 kg/ha memberikan hasil rerata luas daun yang tertinggi di antara ketiga dosis N yang diuji, yaitu sebesar 391.66 cm2. Tetapi, meskipun terdapat perbedaan luas daun pada perlakuan dosis N yang diuji, namun pengaruhnya tidak nyata terhadap luas daun. Dosis N 21 HST 28 HST 35 HST 42 HST 30 6.56a 9.46a 13.27a 15.56a 60 6.14a 9.16a 13.03a 15.02a 90 6.05a 9.33a 13.57a 16.20a (kg N/ha) D. Diameter Kanopi Berdasarkan hasil ANOVA diketahui bahwa perlakuan dosis N (30, 60 dan 90 kg N/ha) tidak berpengaruh nyata terhadap diameter kanopi, yaitu dengan nilai Pvalue sebesar 0.164 (<0.05). Pengamatan diameter kanopi disajikan pada Tabel 6 Tabel 6. berikut. Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Tukey taraf 5% Rerata Diameter Kanopi (cm) Dosis N Diameter Kanopi (kg N/ha) Gambar. 4. Grafik Rerata Lebar Daun (cm) Dari Gambar 4 diketahui bahwa dosis N sebesar 90 kg/ha memberikan hasil rerata lebar daun yang tertinggi di antara ketiga dosis N yang diuji, yaitu sebesar 16.20 cm. Tetapi, meskipun terdapat perbedaan lebar daun pada perlakuan dosis N yang diuji, namun pengaruhnya tidak nyata terhadap lebar daun. a 30 46.15 60 47.87 90 51.18 a a Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Tukey taraf 5% Tabel 5. Rerata Luas Daun (cm2) Dosis N (kg N/ha) 21 HST 30 8.17 60 6.27 90 11.60 28 HST a 20.33 a 16.66 a 35 HST a 51.62 a 45.05 a 64.78 27.16 42 HST Panen a 360.38 a 348.01 a 391.66 a 134.38 a 124.03 a 157.56 a a Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Tukey taraf 5% Gambar. 5. Grafik Rerata Luas Daun (cm2) Gambar. 6. Grafik Diameter Kanopi (cm) a Dari Gambar 6 diketahui bahwa dosis N sebesar 90 kg/ha memberikan hasil rerata diameter kanopi yang paling tinggi di antara ketiga dosis N yang diuji, yaitu sebesar 51.18 cm. Tetapi, meskipun terdapat perbedaan rata-rata diameter kanopi pada perlakuan dosis N yang diuji, namun pengaruhnya tidak nyata. 3.3 Produktivitas A. Berat Basah Tanaman Berat basah tanaman diukur pada masingmasing organ tanaman (akar, batang dan daun) dan berat basah total (penjumlahan berat basah akar, batang dan daun). Berdasarkan hasil ANOVA diketahui bahwa perlakuan dosis N (30, 60 dan 90 kg N/ha) tidak berpengaruh nyata terhadap berat basah akar, batang, daun dan berat basah total. Nilai P-value berat basah akar, batang, daun dan berat basah total berturut-turut sebesar 0.701, 0.636, 0.400 dan 0.411. Berat basah tanaman pada penelitian ini disajikan pada Tabel 7 berikut. Tabel 7. Rerata Berat Basah Tanaman (gram) Dosis N (kg N/ha) Akar Batang Daun a 179.13 a 193.62 a 219.85 a 29.13 a 38.67 a 37.67 30 14.63 60 18.50 90 17.83 Total a 222.89 a a 250.79 a 275.35 basah pada perlakuan dosis N yang diuji, namun pengaruhnya tidak nyata terhadap berat basah akar, batang, daun dan berat basah total. B. Berat Kering Tanaman Berat kering tanaman diukur pada masingmasing organ tanaman (akar, batang dan daun) dan berat kering total (penjumlahan berat kering akar, batang dan daun). Berdasarkan hasil ANOVA diketahui bahwa perlakuan dosis N (30, 60 dan 90 kg N/ha tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering akar dan berat kering batang, namun berbeda nyata terhadap berat kering daun dan berat kering total tanaman. Nilai P-value berat basah akar, batang, daun dan berat basah total berturutturut sebesar 0.839, 0.640, 0.021 dan 0.044. Berat kering tanaman pada penelitian ini disajikan pada Tabel 8 berikut. Tabel 8. Rerata Berat Kering Tanaman (gram) a a Dosis N Akar Batang Daun Total 30 5.73a 8.68a 61.00b 75.41b 60 5.91a 7.96a 84.40ab 98.27 ab 90 5.29a 7.20a 95.15a 107.64a (kg N/ha) Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Tukey taraf 5% Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Tukey taraf 5% Gambar. 7. Grafik Berat Basah Tanaman (gram) Dari Gambar 7 di ketahui bahwa bahwa dosis N sebesar 60 kg/ha memberikan hasil rerata berat basah akar yang tertinggi di antara ketiga dosis N yang diuji, yaitu sebesar 18.50 gram. Pada batang dosis N sebesar 60 kg/ha juga memberikan hasil rerata berat basah yang tertinggi di antara ketiga dosis N yang diuji, yaitu sebesar 38.67 gram. Sedangkan hasil rerata berat basah daun dan berat basah total tertinggi dihasilkan oleh dosis N 90 kg/ha, yaitu dengan hasil masing-masing sebesar 219.85 gram dan 275.35 gram. Tetapi, meskipun terdapat perbedaan rerata berat Gambar. 8. Grafik Berat Kering Tanaman (gram) Dari Gambar 8 diketahui bahwa dosis N sebesar 60 kg/ha memberikan hasil rerata berat kering akar tertinggi di antara ketiga dosis N yang diuji, yaitu dengan hasil sebesar 5.91 gram. Pada batang dosis N sebesar 30 kg/ha memberikan hasil rerata berat kering tertinggi di antara ketiga dosis N yang diuji, yaitu sebesar 8.68 gram. Tetapi, meskipun terdapat perbedaan rerata berat kering akar dan batang pada perlakuan dosis N yang diuji, namun pengaruhnya tidak nyata terhadap berat kering akar dan berat kering batang. 4. KESIMPULAN Perlakuan dosis N (30, 60, dan 90 kg N/ha) tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah, panjang, lebar dan luas daun, diameter kanopi, berat basah akar, batang dan daun, serta berat kering akar dan batang tanaman, tetapi berpengaruh nyata terhadap berat kering daun pada perlakuan dosis N sebesar 90 kg N/ha. Direkomendasikan kepada petani tembakau Madura var. Prancak menggunakan dosis N sebesar 90 kg N/ha pada kepadatan populasi 54.000 tanaman/ha. Didasarkan pada hasil uji statistik yang menunjukkan pada perlakuan dosis 90 kg N/ha memberikan pengaruh nyata pada berat kering daun (yang merupakan nilai produksi dari tanaman tembakau). DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Ahmad dan Soedarmanto. 1982. Budidaya tembakau. CV Yasaguna, Jakarta. Akehurst, B.C. 1983. Tobacco. Longmans Group Ltd., London. 764pp. Andersen, R.A., M.J. Kasperbauer, dan H.R. Burton. 1985. Shade During Growth : Effect On Chemical Composition and Leaf Colour of Air Cured Burley Tobacco. Agron. J. 77 : 543-546. Assandi et.al. 1990. dalam Djamaan, D. 2006. Pemberian Nitrogen (Urea) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Selada (Lactusa sativa L.). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2009. Prancak-95. http://eproduk.litbang.deptan.go.id/product .php?id_product=241 [31 Maret 2011]. Balai Diklat Kehutanan Pematang Siantar. 2010. Ekologi Populasi Tanaman. http://www.ideelok.com/sumber-dayaalam/ukuran-ukuran-ekologis-populasiflora. [7 Juli 2011]. Cahyono, B. 1998. Tembakau, Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius, Yogyakarta. Collins, W.K. dan S.N. Hawks. 1993. Principles of Fluecured Tobacco Production. N.C. 27695. (316 p). Campbell, N.A., Reece, J.B., Mitchell, L.G. 2004. Biology. Translation copyright by Penerbit Erlangga, Jakarta. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Pamekasan. 2006. Panduan Teknis Budidaya Tembakau Madura. Pemerintah Kabupaten Pamekasan, Pamekasan. Djajadi. 2008. Pengaruh Pupuk Majemuk Terhadap Hasil dan Mutu Tembakau Virginia Di Bondowoso, Jawa Timur. Jurnal Littri 14(3). September 2008. Hlm. 95-100 ISSN 0853-8212. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang. Djajadi, Sholeh, M. dan Sudibyo, U. 2002. Pengaruh Pupuk Organik dan Anorganik ZA dan SP-36 terhadap Hasil dan Mutu Tembakau Temanggung pada Tanah Andisol. Jurnal LITTRI Vol.8 No.1, Maret 2002. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang. Djajadi, A. S. dan Murdiyati. 2000. Hara dan Pemupukan Tembakau Temanggung. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang. Dwidjoseputro. 1981. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Edmond, J.B., T.L. Senn, F.S. Andrew, dan R.G. Halfrace. 1975. Fundamentals of Holticulture, 4th ed. Tata Mc Graw Hill Publisher. Co. Ltd., New Delhi. Elfisuir. 2010. Ekologi Populasi. Biologi FKIP Universitas Islam Riau, Riau. Flower, K.C. 1999. Field Practices. Tobacco : Production, Chemistry, and Technology. D.L. Davis and M.T. Nielsen eds. Blackwell Sci. pp. 76-103. Follet, R. H., L. S. Murphy, and R. L. Donahue. 1981. Fertilizers and Soils Anandments. Prentice Hal, Inc. Englewod Cliff, New York. Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.M. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Diterjemahkan oleh Herawati Susilo. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Goldsworthy, P. R., dan Fisher, N. M. 1992. Fisiologi Budidaya Tanaman Tropik. Diterjemahkan oleh Tohari. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hardjowigeno dalam Djamaan, D. 2006. Pemberian Nitrogen (Urea) Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Selada. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat. Harjadi, S.S. 1979. Pengantar Agronomi. Pengantar Gramedia, Jakarta. Hartatik. W. 2009. Turi Mini dan Azolla dapat Mensubstitusi Sebagian Pupuk Nitrogen. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 31, No. 3. Balai Penelitian Tanah, Bogor. Islami, T. dan W.H. Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman. IKIP Semarang Press, Semarang. Istiana, H. 2007. Cara Aplikasi Pupuk Nitrogen Dan Pengaruhnya Pada Tanaman Tembakau Madura. Buletin Teknik Pertanian Vol. 12 No. 2. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang. Judd. 2002. Plant systematic. Sinauer associates, Inc. Publisher. Sunderland, Massachusetts USA. Lingga, P. dan Marsono. 2002. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta. Lingga, P. 1998. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta. Mardani, D.Y. 2004. Pengaruh Pupuk Kompos serta ZA terhadap Pertumbuhan Tembakau Rakyat (Nicotiana tabacum L.). fakultas Pertanian Institut Pertanian, Yogyakarta. Mas’ud. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa, Bandung. Matnawi, H. 1997. Budidaya Tembakau Bawah Naungan. Kanisius, Yogyakarta. Mc Cants, C.B. dan W.G. Woltz. 1967. Growth and mineral nutrition of Tobacco. Adv.Agron., 19:211-265. Mc Kee. 1978. dalam Rachman, A. dan Murdiyati, A.S. 1987. Pengaruh Dosis Pupuk N dan P Terhadap Produksi dan Mutu Tembakau Madura Pada Tanah Alluvial. Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat. 2(1-2):1-9. Mukani dan Murdiyati, A.S. 2003. Profil Komoditas Tembakau. Laporan Hasil Penelitian, Puslitbangbun, Bogor. Murdiyati, A.S., Herwati, A., dan Suwarso. 2009. Pengujian Efektivitas Penggunaan Pupuk ZK terhadap Hasil dan Mutu Tembakau Madura. Buletin Tanaman Tembakau, Serat dan Minyak Industri 1(1), April 2009. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang. Murdiyati, A.S., Hartono, J., Isdijoso, dan Suwarso. 1999. Upaya Penelitian Tembakau voor-oogst dalam Mengantisipasi Penerapan Ketentuan Kandungan Nikotin dan Tar. Makalah disampaikan dalam Rapat Teknis Perkebunan di Solo, Jawa Tengah tanggal 4-5 November 1999. Natiabari, M.R. 2000. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Pemilihan Bentuk Produksi dan Analisa Ekonomi Rumah Tangga Petani Tembakau Studi Kasus Petani Tembakau Kabupaten Temanggung. Tesis Pasca Sarjana Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. IPB, Bogor. Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. AgroMedia Pustaka, Jakarta. p.114. Novizan. 1999. Pemupukan yang Efektif. Makalah Pada Kursus Singkat Pertanian. PT Mitratani Mandiri Perdana, Jakarta. Nurhidayati, et al., 2007.Pemanfaatan Sludge Industri sebagai Alternatif Media Tanam Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) yang Berasosiasi dengan Mikoriza Arbuskula. Jurnal Purifikasi Vol. 8 No. 1, 2007: 1318. Nyakpa, M.Y., Pulung, M.A., Amrah A.G., Munawar A., Hong G.B., dan Hakim N. 1998. Kesuburan Tanah. BKS/PTN/USAID. University of Kentucky WUAE Project. Olson, R.A. dan L.T. Kurtz. 1982. Crop Nitrogen Requirements Utilization, and Fertilization. pp. 567-599. In J.F. Stevenson, J.M. Bremner, R.D. Hauck, and D.R. Keeney. (ed.). Nitrogen in Agricultural Soils. ASA, CSAA, SSSA, Madison., WI. Papenfus, K.D. dan F.M. Quin. 1984. Tobacco. The Physiology of Tropical Field Crops. P.R. Goldworthy and N.M. Fisher eds. John Willy and Sons, Ltd. Chichester. p. 607-636. Paunescu, M., A.D. Paunescu, A. Ciuperca, V. Undrescu, and E. Undrescu. 2003. Studies Concerning the Release of New Oriental Tobacco Genotpes with Superior Characteristics of Taste and Aroma. Coresta Meet. Agro-PhytoGroups, Bucharest. Poerwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa Bandung. Hal. 37-55, Bandung. Rachman, A., Sholeh M., dan Suwarso. 1990. Pengaruh Dosis dan Sumber Pupuk N terhadap Hasil dan Mutu Tembakau Virginia FC pada Tanah Grumusol Bojonegoro. Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat. 5(2):105114. Rachman, A. dan Murdiyati, A.S. 1987. Pengaruh Dosis Pupuk N dan P Terhadap Produksi dan Mutu Tembakau Madura Pada Tanah Alluvial. Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat. 2(1-2):1-9. Redaksi Agromedia. 2010. Cara Praktis Membuat Kompos. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta. Redaksi Agromedia. 2008. Petunjuk Pemupukan. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta. Rosmarkam, A. dan Yuwono, N.W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Yogyakarta. Salisbury, F.B. dan Ross, C.W. 1995. Plant edition, Physiology 1992, 4th diterjemahkan oleh Lukman, D.R. dan Sumaryono, ITB Press, Bandung. Santosa, K. E. 2007. Pemanfaatan Daun Tembakau (Nicotiana tabacum) untuk Pewarnaan Kain Sutra dengan Mordan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia swingle) Diterapkan pada Lenan Rumah Tangga. Skripsi. Program Pendidikan S1 Jurusan Biologi Universitas Negeri Semarang, Semarang. Santoso, K. 1991. Tembakau dalam Analisis Ekonomi. Universitas Jember. CV. Bina Usaha, Surabaya. Saragi, B.T. dan Moesamto. 1986. Uji Lapang Penggunaan Pupuk Tunggal Pada Tembakau Virginia Di Kabupaten Buleleng, Bali. Laporan Kerjasama Dirjen Perkebunan dengan P.T. BAT Indonesia. 14p. Setyamijaya, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. CV. Simlex, Jakarta. Setyati. 1991. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sholeh, M. 2000. Curah Hujan dan Waktu Tanam Tembakau Temanggung. Monograf Balittas No.5. Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat, Malang. Sholeh, M., Rachman A., Machfudz. 2000. Pengaruh Komposisi Pupuk KS, ZA, dan Urea, serta Dosis N terhadap Mutu Tembakau Besuki NO. Jurnal Littri Vol.6 No.3, Desember 2000. Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat, Malang. Sitompul, S.M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta. Soemarno, M.S. 2010. Ketersediaan Unsur Hara dalam Tanah. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang. Soerjandono, B.N. 2006. Teknik Penanaman Jagung Setelah Tembakau di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Jurnal Teknik Pertanian Vol. 11 No. 2, 2006. Balai Pengkajian Teknik Penanaman, Malang. Soetopo, D. 2006. Panduan Teknis Budidaya Tembakau. Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Pamekasan. Suginingsih. 2003. Analisis Biaya, Pendapatan, dan Efisiensi Usaha Tani Tembakau Voor Oogst (Studi Kasus di Desa Karang Budi, Kecamatan Gapur, Kabupaten Sumenep). Skripsi. Program Pendidikan S1 Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang, Malang. Sutanto. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius, Yogyakarta. Sutejo, M. M. dan Kartasapoetra, A.G. 1990. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bina Aksara, Jakarta. Suwarso, Tirtosastro S., Yulianti T., Suharto, Suseno, dan M. Yasin. 2010. Uji Produktivitas dan Mutu Tiga Varietas Tembakau Oriental Di Indonesia. Jurnal LITTRI Vol. 16 No.3, September 2010 : 112-118. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang. Suwarso. 2009. Pewarisan Ketahanan Terhadap Penyakit Lanas Pada Tembakau Madura Prancak-95. Zuriat, Vol. 20, No. 1, Januari-Juni 2009. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang. Suwarso, Herwati A., Soerjono, dan Subiyakto. 1996. Potensi Hasil dan Mutu Galur Harapan Tembakau Madura Di Kabupaten Sumenep dan Pamekasan. Jurnal LITTRI Vol.1 No.5. Balai Peneleitian Tanaman Tembakau dan Tanaman Serat, Malang. Tjitrosoepomo, G. 2007. Taksonomi tumbuhan spermatophyte. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta. Tjitrosoepomo, G. 2000. Morfologi Tumbuhan. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta. Winarno, E.S., E.S. Sutarto, R. Yuliasari, dan Z. Poelongan. 2000. Pelepasan Hara Pupuk Majemuk Kelapa Sawit. Jurnal Penelitian Kepala Sawit Vol. 9 (2-3) : 103109. Wing, K.B., M.P. Pritts, dan W.F. Wilcox. 1995. Biotic, Edaphic, and Cultural Factors Associated with Strawberry Black Root In New York. Hort Science 30 : 8690. Wiroatmodjo, J dan Najib, M. 1995. Pengaruh Dosis Nitrogen dan Kalium terhadap Produksi dan Mutu Tembakau Temanggung pada Tumpang Sisip KubisTembakau di Pujon Malang. Buletin Agronomi Vol. 23 No. 2, 1995: 17-25.