Suat u Peninjauan Terhadap Masalah Deportasi Dari Segi Hukum

advertisement
,
Suat u Peninjauan Terhadap
83
Masalah Deportasi Dari Segi Hukum
Internasional
Oleh: Ny. Sri Setianingsih Suw.ndi.
I. PENDAHULUAN
Deportasi ial.h pengusiran orang .sing keluar wilayah suatu negara
dengan alasan bahwa adanya orang asing tersebut dalam wilayahnya t,dol:
dikehendaki oleh negara yang bersangkutan .
Dan pada hakekatnya pengusiran b"kan merup~kan hukuman, tetapi
scalu tindakan administrasi yang merl'pakan suatu perintah dari
pemerintah yang menetapkan seor.ng asing untuk meninggalkan wilayalh
negara yang bers.ngkut.n.
A1asan .• lasan yang dipergunakan oleh suatu negara untuk mengeluarkan
orang asing dari wilayahnya tergantung pada kepentingan nasional negara
yang bersangkutan. Sebagai contoh mengenai alasan yang dipakai oleh satu
negara unt uk mengeluarkan orang asing dari wil.yahnya misalkan karer.a
alasan politis. Misalbn Yugoslavia pada bulan Desember 1934 mengusir se·
jumlahorang Hongariadari Yugoslavia.Alas.n yangsebenarnya adalah karena
Yugoslavia menuduh bahwa pirnpinan H<Jngaria terlibat pada perbuatan
teror di Yugoslavia. Alasan resmi yang dikemukakan Yugoslavia bahwa di
Yugo terdapat pengangguran maka untuk memberi!ctn kesempatan kerja .
bagi rakyat Yugo sendiri maka diusirlalh orang Hongaria dari Yugo.!)
Demikian pula Lybia pada tanggal 18·3-1976 mengusir tiga ribu orang
Mesir dari Lybia. Tind.kan ini diambil sebagai pembalasar. terhadap
ditangkapnya 27 orang Lybia di Mesir. Alasan Mesir menangkap orang
Lybia karena diluduh bahwa orang-orang Lybia tersebut sengaja dikirirn
oleh Lybia untuk mel.ncarkan aksi-aksi subversi di Mesir dan membunuh
tokoh·tokoh pemerintahan Mesir) Contoh lain misaIkan Uganda yang
telah mengeluarkan perintalh pada bulan Agu~tus 1972 bahwa orang-orang
Asia harus meninggalkan Uganda 3 )
Demikian pula lnggris mengusir 2 wartawan Amerika dengan alasan
bahwa wartawan Amerika tersebut mencari bahan informasi yang akar.
menyiarkan berita yang dianggap membahayakan bagi keamanan negara4 ) .
Juga Canada telah men3usir 5 orang Cuba termasuk seorang diplomat,
setelah diketahui bahwa Konsulat Cuba di Montreal melakukan kegiatan
sp;onage. S)
.
Ditinjau bagi kepentingan negara yang mengusir maka kemana orang
yang diusir itu .kan l'ergi tidak menjadi masalah oleh karena yang penting
bahwa orang asing yang berbahayaftak disukainya keluar dari wilayahnya.
Na'llun demikian kebijaksana>n dari suatu neg.lra biasauya menetapkan
kemana orang . yang diusir tersebut akan pergi. Kebijaksanaan ini diambil
berdasarkan pertimbangan bahwa orang yang dikeluarkan dari witayah satu
negara biasanya ditolak untuk masuk dalam wilayah negara lain,
lebih-Iebih pada masa sekarang ini dim ana kerja sarna antar negara makin
erato
84
HUKUM DAN.PEMBANGUNAN
Hal yang sangat umum dianut oleh badan yang berwenang untuk
mengeluarkan seseorang dari wilayahnya adalah menentukan tujuannya
yaitu biasanya negara dari mana orang tersebut masuk dalam wilayahnya,
baru jika negara yang ber""ngkutan menolak untuk menerimanya maka
tujuan y<i.ng te:-akhir ialah negara dim~'la orang teTsebut menjadi warga
negaranya, !etapi kadang-kadanz orang yang dilwluarkan, karena aJasan
politis, menolak untuk dikembalikan ke negatanya.
Wewenang suatu negara untuk mengusir orang . asing kelu::r dari
wilayahnya tidak dipergunakan dengan sewenang-wenang, lebih·lebih bil,
negara tersebut menjunjung tinggi hak azsi manusia maka untllk
membatasi penguasa agar tidak mengusir orang asing dengan sewenang·
wenang tanpa alasan yang dapat dipertanggung jawabkan, maka dalam
per·undang·undan.annya suat" negara m,netapkan ketentuan·ketentuan
mengenai deportasi misalkan: Di I nggris, pemerintah tidak berwenang
untuk mengus!r orang asing tanpa rekomondasi dari pengadilan atau tanpa
adanya urrdang-undang dibuat oleh Pariemen, kecuali dalam keadaan
darurat atau dalam keadaan yang mengancam kepentingan nasionaI 6 ).
Philipina didalam undang·undang mengenai Imigrasi tahun 1940 (,The
Philipina Immigration Act of 1940" ) dalam ps 37
Seorang asing tidak
dapat dikeluarkan dari Philipina tanpa pemberitahuan alasan dari
deportasi, atau tanpa hearing dalam peraturan prosedur yang ditetapkan
oleh jawatan imigrasi (Commissioner of Imigration)7) Dan dinegara kita
sendiri dalam berdasar ps ps 5 UU Darurat no 9 tahun 1953
(Undang-undang tentang pengawasan orang asing) menetapkan, bahwa
menteri kehakiman dapat memerintahkan pengusiran orang asing dengan
alasan berbahaya terhadap ketertiban, kesusilaan dan kesejahleraan umum
serta lak mengindahkan peraturan-peraturan yang diadakan bagi orang
asing ynng berada di 1ndonesia. 8)
c:
Selain ketentuan dalam hukum nasional yang membatasi wewenang
untuk mengusir orang asing dari wilayah satu negara dengan
se-wenang-wenang, maka masyarakat Internasional telah membuat
konvensi Internasional yang memuat ketentuan untuk membatasi agar
wewenang untuk mengusir orang asing keluar dari wilayahnya tak
dilakukan dengan sewenang·wenang. Konvensi-konvensi tersebut adalah
konvensi mengenal hak asasi manusia. (The Universal Declaration of
Human Rights) dan Konvensi mengenai hak sipil dan Politik (The U.N.
Covenant on civil and Political rights) dan khusus bagi masyarakat Eropa,
konvensi Eropa mengenai hak hak asasi manusia (The European
Convention of Human right,). Dalan; ketiga konvensi te"ebut teruapat
ketentuan-ketentuan yang membatasi penggunaan kewenangan suatu
negara untuk mengeluarkan orang asing dari wilayahnya dengan
sewenang·wenang.
Didalam tulisan ini penulis bermaksud untuk merunjau masalah
deportasi dari segi hukum internasional. Oleh karena deportasi
kadang-kadang dihubungkan dengan penyerahan penjahat (extradition),
..
Suatu Peninjauan Temadap
Masalah Deportasi Dan Segi Hukum Internasianal.
85
walaupun jika kita lihat dari tujuannya adalah berbed., tetapi
kadang·kadang karena prosedure yang harus ditempuh untuk dapat
menyer.hkan penjahat berbelit-belit maka untuk dapat mengeluarkan
~njah~t _ <laO ~egaranya dipakaiJah prC6edure deportasi, maka dalarn
tulisan ini penulis - juga memb:,has bagaimana hubungan ektradisi dan
deportas;'
U. VEPORTASI D1TlNJAU DARI HUKUM lNTERNASI0NAL
Suatu negara yang berdaulat menurut hukun. Internasional memo
punyai hak untuk menerima dan mel!gusir orang asin~ dari wibya:zny:J jikt::
ternyata orang asing yang telalz beraa"a di wilayahnya menjJlankrm
tindakan·tindakan yang tidak disukai/membahayakan bagi negaranya.
Hal tersebut diutarakan oleh Prof. Mac Kenzie dalam tahun 19379 J:
.....deportation is a right which all states insist and in which all states
concur . . .. (and) if one states permits the citizens of another state
enter its territories, it should have the right to .ject these individuals if
they prove undesirable.
Jadi hak suatu negara untuk mengeluarkan orang asing dari wilayahnya
adalah suatu hak yang diakui oleh Hukum Internasional, hak ini hanya
dibatasi oleh prinsip'prinsip dalam hukum Internasional tentang perlakuan
terhadap orang asing dan dengan adanya perjanjian Internasional lO ).
Walaupun hukum Internasional mengakui adanya hak suatu negara
untuk mengusir orang yang tidak disukai dari wilayahnya, tetapi hukum
Internasional sendiri tidak memberi perineian mengenai alasan yang harus
diberikan oleh s""tu n~gara apabila ia mcngeluarkan orang a<ing dari
wilayahnya. Narnun demikian pada umumnya alasan-alasan yang dipakai
oleh negara untuk mengusir orang asing dari wilayahnya dikemukakan oleh
O'Connell sebagai berikut l I):
I). karena melakukan tindakan yang membahayakan keamanan
urnurn.
2). karena tidak dapat lagi membiayai hidupnya.
3). karena melakukan kejahatan sehubungan dengan pelaeuran.
4). karena menderita penyakit menular.
5). karena aJasan-alasan politik , misalkan mengadakan kegiatan
spionage atau kegiatan politik lainnya.
6). karena tindakan melawan hukum setempa!.
7). karena menghina hendera negara yang bcrsangkutan.
Dalarn prakteknya olasan untuk mengadakan pengusiran tergantung
pada keadaan dan tempat terjadinya peristiwa itu sendiri, pada urnumnya
alasan yang dipakai pertimbangan adalah untuk kepentingan nasionalnya.
Meskipun negara mempunyai hak untuk mengusir orang asing yang ada
86
IIUKUM DA:'oI PEMBANGUNAN
di "'Hayahnya karena alasan politis, ekonomis atau alasan lain demi untuk
kepentingan nasionalnya hak yang demikian tidak digunakan oleh negara
dengan sewenang·wenang 12), oleh karena pengusiran dapat menimbulkan
masalah pertanggung jawaban internasional. Sehubungan dengan hal ini
ada pendapat yang mengatakan:
Under ordinary circumtances and in the absence of Internasional
agreement to the contrary. a state is under no duty to admit nationals
of another state into its terretory and incurs no ill{ernatioflal
responsIbility if it deports them If aliens admitted, they may be
subjected to restrictions on the duration of their stay, where they may
be travel ar.d what activities they may engage inl3)
Jadi menurut pendapat ini bahwa negara tidak mempunyai kewajiban
menerima orang asing di wilayahnya maka negara lidak memputlyai
tanggung jawab infernosianal jilea meJlgusir orang asing daTi wilayahnya.
Sedang pendapat lain (yang dianut di Amerika dan Inggeris)
mengatakan:
a st~te is responsible under international law for injury to an alien
oaus"d by conduct subject to its jurisdiction, that is attributable to
state and wrongful under international law l4 )
Menurut pendapat kedua ini maka negara mempunyai tanggung·jawab
international terhadap perlakuan orang asing ),ang ada di wilayahnya.
Menurut John P.Dictz bahwa walaupun diterima pendapat yang kedua ini
tctapi toh standard minimal internasional untuk perlakuan orang asing
(International Minimum Standard) tidak diperlakukan pada p rosedure
deportasi 15 ). Dan kenyataan menunjukkan bahwa praktek negara·negara
tidak menunjtlkkan penerimaan dari standard ntinimwn internasional
dianut unt uk prosedure deportasi, dimana negara yang mengusir
kemungkinan dapat dipersalahkan melanggar hukum I6 ). OIeh karena John
P.Dictz berpendapat bahwa
Hukum internasional tradisionil menunjukkan tidak adanya perlindung.
an pada orang aSing terhadap deportasi yang telah dikenakan
terhadapnya oieh negara tuan IU!T1ah dan orang asing tersebut tidak
mempu~yai hak bahwa negaranya dapat dan akan menuntut atas
.
..-. - - . . . -namanya I2 )
Menurut pendapat penulis panc!angan dari John P.Dietz ini adalah benar
bila IGta bertolak dari sudut pandanga~ bahwa suatu negara yang herdaulat
memang. mempunyai hak mutlak untuk mengurus keadaan dalam
negerinya termasuk perlakuan terhadap orang asing yang ada dalam
wilayahnya dan hak untuk mengusir orang asing yang ternyata adanya 1i
wilayah negara tersebut tidak dikehendaki . Tetapi dalam pergaulan
masyarakat internasional dewasa ini di mana hubungan antara masyarakat
Suatu Peninjauan Terhadap
Masalah iJeportasi Dari Segi Hukum Internasiana!.
87
internasional saling tergantung dan suatu tindakan negara yang dapat
merugikan salah sa tu anggot. lain dari masyarakat internasional , sering
mendapat sorotan dan dapat mempeng.ruhi hubungan baik dengan
masya ra kat internasional lainnya, maka suatu negara dalam mempergunakan haknya untuk mengusir orang asing yang tidak disukai dari wilayahnya
tidak dipergunakan dengan sewenang-wenang , tetapi masih perlu diingat
bahwa memang ada apa yang terkenal dengan batas-batas minimum dari
pada hukum internasional mengenai perlakuan orang asing lB ). Demikian
pula pembatasan negara dalam mempergunakan hak untuk mengu.<ir orang
asing dari wilayahnya agar tidak sewenang-wenang dapat kita te,nukan
dalam ketentuan-ketentuan Pernyataan umum ten tang Hak Azasi Manusia
(The Universal Declaration of Human Rights) , Konvensi yang diadakan
oleh PBB mengenai hak-hak sipil dan politik (The UN Covenant on Civil an
Political Rights), Konvensi Eropa mengenai Hak-hak azasi manusia (The
European Convention on Human Rights).
Walaupun Pernyataan Umum Hak Azasi Manusia dan konvensi
mengenai Hak·hak Sipil dan politik yang dibuat oleh PBB belum berlaku
secara effektif bagi seluruh masyarakat lnternasional dan konvensi Eropa
mengenai hak Azasi Manusia berlaku untuk masyarakat Eropa namun
da pat penulis simpuIkan bahwa ada usaha Jari masyarakat internasional
untuk membatasi agar hak nega ra untuk mengusir orang asing dari
wilayahnya tak dilaksanakan dengan sewenang-wenang .
Marilah kita meninjau ketentuan-ketentuan yang ada hubungannya
dengan masalah deportasi ya~g ada ditentukan dalam Pernyataan Umum
ten tang Hak Azasi Manusia, Konvensi yang diadakan oleh PBB tentang
Hak-hak Sipil dan Politik dan Konvensi Eropamengenai Hak-hak Azasi
Manusia.
a. Pernyataan Umum tentang Hak-hak Azasi Manusia (The Ulliversal
Declaration of Human Rightsjl9)
Pernyataan Umum tentang Hak-hak Azasi Manusia diterima ba ik oleh
Majelis Umum dengan resolusinya no. 217 A (1lI) tanggal 20 Desember
1948.
Pernyataan Umum tentang Hak-hak Azasi Manusia ini merupakan saat
permulaan dari Hukum lnternasional mengenai hak-hak azasi
man usia 20)
Tujuan dari pada Pernyataan Umum mengenai hak-hak azasi m~usia
ialah untuk menjelaskan isi dari hak azasi manusia yang disebutkan
dalam Charter PBB dan sebagai perumusan pendahuluan dari pada
hak-hak azasi yang masih memerlukan pengakuan masyarakat
internasional dengan suatu perjanjian-perjanjian yang mengikat
kemudian. Walaupun pernyataan umum ten tang hak azasi manusia ini
belum mempunyai kekuatan mengikat seperti halnya perjanjian
lnternasional yang te lah diterima oleh para pillak setelah ditanda
tangani dan diratifisir (kalau perlu) , tetapi resolusi Majelis Umum ini
HUKUM DAN PEMBANGUNAN
88
mempunyai pengaruh yang tidak sedikit terhadap masyarakat
internasional. Karena tidak sedikit negara telah mencant umkannya
dalam Undang-undang D.samya. khususnya negara-neg3ra yang baru
merdeka telah diilhami untuk memasukkan resolusi Majelis Umum
tentang I-!ak-hak Azas! Manusia dalam Undang-undang Dasamya 21 )_
pernyataan Umum tentang Hak-hak Azasi Manu;ia itu ada
kecenderung:!n t1arat diterima oleh masyarakat Iuternasional dan
dengan perkembangan hukum Internasional tent.ng Hak-hak Azasi
Manusil. maka Pernyataan Umum tentang I-!ak-hak Azasi Manusia
dapat merupakan bagian daripada hukum kebi&saan (Jus Cogen}22).
Dan negara-negara yang telah menyetujui dan menerima Pernyatault
Umum tentang Hak-hak Azasi Manusia itu secara moral merasa
mempunyai kewajiban untuk melaksanakannya tanpa sanksi yang dapat
dijalankan secara internasionaI 23 ).
Dari pasal-pasal yang lerdapat dalam Pernyataan Umum mengenai
hak-hak azasi manusia yang penting sehubungan dengan deportasi ialah:
Ps J: Everyone has Ihe righl to life. liberty. and Ihe security of
person.
Ps 9: No one shall be subjected to arbitrary arrest. detention or exile.
Ps 10 : Everyone is entitled in full equality to a fair and public hearing
by an independent and inpartial tribunal. in the determination
of his rights and obligations and of any criminal charge against
him.
Ps 14 : (I)
Everyone has the right to seek and to enjoy in other
countries aylum from persecution.
Jadi menurut Ps 3 .: Setiap orang berhak alas penghidupan.
kemerdekaan dan keselamatan.
Ps 9: Seliap orang berhak dalam persamaan yang sepenuhnya
didengarkan suaranya di muka umum dan secara adil oleh
pengadilan yang merdeka dan tak memihak. dalam ha l
menelapkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban dan dalam setiap
tuntutan pidana yang diajukan terhadapnya.
Ps 14 : (I)
Sctiap orang .b erhak mencari dan mendapat tempat
pelarian di negeri lain untuk menjauhkan pengejaran.
Ketentuan -ketentuan tersebut setidak-tidaknya dapat mencegah
penggunaan hak suatu negara untuk · mengesir orang asing dengan
sewenang-wenang. sehingga mencegah pelanggaran-pelangaaran hak-hak
azasi manllsia yang terlalll menyolok.
PBB sendiri tidak mempllnyai alat untuk memakaakan agar
ketentuan-ketentllan ladi ditaati oleh para anggotanya. Sehingga apabila
.-.
Sualu Peninjauan Terhadap
Masalah Deporlasi Oari Segi Hukum Inlernasional.
89
ada individu yang dilanggar hak-haknya menurul kelenluan ladi oleh
sualu negara maka individu lak mempunyai hak unluk mengajukan
pelisi pada PBB alau pada komisinya mengenai Hak-hak Azasi Manusia.
ladi upaya individu yang haknya lerlanggar hanya dapal mengajukan
lunlulannya dengan melalui negaranya, yang selanjulnya akan
_~rtindj!k. _un!uk mengajukan gugalannya lerhadap negara yang
melanggar kepacla- Komisi mengenai Ilak-hak Azasi Manusia PBB dan
apabila perlu ke Mahkamah Inlernasional.
Sekarang marHah kila linjau konvensi lain yang diadakan oleh PBS
menge~ai Hak -hak Sipil dan Poli:ik.
b. Konvensi mengenai Hak-hak Sipil den Polilik PBB {The V.N. Covenallt
all Civil alld Political Rights}.
Konvensi ini dilerima dalam rcsolus; Majelis Umum PBS 2200 A
(XXI),langgal 16 Descmbcr 1966 24 )
Menurul pasal 49 dari Konvensi ini baru akan berlaku 3 bulan selelah
35 dokumen ralifikasi didepositkan pada Sekrelari; lendral PSS25)
Selain ilu Konvensi ini ada prolokol lambahan (The Optional
Prolokol), Prolokol ini baru berlaku 3 bulan setelah 10 dokumen
ralifikasi dideposilkan di Sekrelaris lendral PBB. (ps 9)26)
Menurul pasal 2 (I) perjanjian lerseb ul maka setiap nepra yang
meralifir perjanjian tersebut adalah terikat/berkewajiban untuk
fP.enghormali hak-hak dari setiap individu yang berada di dala:n
wilayahnya tanpa membeda-bedakan ras, warna kulit, se:_, bahasa,
agama, politik, pendapat, asal kebangsaan alau klas sosial, kekayaan dan
lain-lain status.
Dan menurut pasal 2 (2) maka jika perlu mengambil Iangkah langkah
yang diperlukan untuk pelaksanaannya dalam peraturan nasionaln)"a.
Selanjumya perjanjian lersebut juga membentuk Komite unluk
Hak-hak Azasi Manusia (Comittee on Human Rights) menurul Pasal 28
yang tugasnya disebutkan dalam pasal 40 ialah menerima Iaporan secara
periodik dari negara peserta dan memberi perincian lentang penerapan
.
dari Konvensi lersebul27 )
Sehubungan dengan pembicaraan deportasi maka yang penting adalah
pasal 13 Covenanl yang berbunyi:
An alien lawfully in the terrilory of a Slate. Party to the Covenanl
may be expelled there from only in pursuance of a decision reached
in accordance wilh law and shall except where compelling reasons of
nalional security other wise require be allowed to submil the reasonS
against his explusion and to have his case re'.'iewed by, and be
represenled for Ihe purpose befoIe tile competent authority or a
person o. persons especially designaled by the competent authority.
Seorang asing yang berada secara sah di dalam wilayah negara
anggota dalam konvensi ini dapat diusir dari negara tersebut hall)'a
90
IIl:KUM DA:-I PEMBANGUNAN
scsuai dcngan hukum uan akan.
tcrkccuali tlpabila tcquksa olch alasan kCtJl1IllIllJll I/('guru, dipcrbolchkan untuk mcngajukan alasan yang IIIcncntang pcngusiIannya dan
bcrhak untuk mcminta pcninjauan kcmbali kasusnya olch atau
diwakili untuk tujuan·tujuan tcrscbut terhadap pcjabat yang
berwenang atau scscorang atau bebcrapa urang yang khusus ditunjuk
oleh penguasa yang bcrwcnang.
didasarkall kClwda '\/laW kepI/ills/II
JaJi scorang yang uillsir dapat Illcngajukan sanggahan atas
pengusirannya kccua!i apJbila dlasan pcngusiran tersebut demi
kcamanan
nega~a.
Selanjutnya <!alum protokol lambahan (Optional Protokol) disebutkan
ualam pasaJ 1 bahwa individu mClllpunyai hak untuk mcngajukan
pengaduan seeara tcrtulis palla komite hak '1I.asi manusia yang diilirikail
berdasarkan rasal '2R, tctapi individu bam dapat mempergunakan
haknya tersobut .pabila:
(I) bahwa tuntutannya didasarkan kepada peianggaran atas hak·hak·
nya yang ditetapk.n dalam Covenant.
(2) baltwa individu tcrscbut adalah subyek uari jurisdiksi negara
pese,ta konvensi yal•• tclalt menyebabkan pelanggaran h.k·haknya.
(3) ballWJ negara yang bersangkutan adalah lelah meratifisir baik
Konvensi maupun protokolnya 28 )
c. Konvensi Eropa mengenai Hak Azasi Manusia (Tile EuropeUil
Convention of /lulllall Rightsj29)
Konvensi ini ditanda tangani pad a 4 November {9S0 dan mulai
berlaku 3 'September 1953 setelah 10 n~gara di Ernpa meratifisir
konvensi te,sebut (pasal 66 ayat 2) 30)
Bahwa negara peserta Konvensi ini mempunyai kewajiban untuk
menjamin hak-hak dan kemerdekaan individu yang terancam dalam
. konvensi ini (pasal 1).
Dan berdasarkan pasal 19 dibentuklah Komisi Eropa mengenai hak
azasi manusia (European Convention of Human Rights) dan
PengadUan Eropa mengenai Hak·hak Azasi [>1anusia (European Court
of Human Rights) 31).
Dari pasal·pasal bnvensi Eropa mengenai hak azasi manusia maka
yang terpenting sehubungan denga_n...pengusiran..adaJah_p~~ 3, pajal
5, pasaI6 (I)dan pasal4 dari protokol no. 4 32 )
Ps 3:
No one shall be subjected IO torture or te inhuman or degrading
tratment or punishmen.
(Tiada seorangpun yang abn menjadi subjek dari penganiayaan
atau tindakan yang tak berperikemanusiaan atau tindakan
penghinaan ataupun hukuman).
91
Suatu Peninjauan Tcrhadal'
Masalah Deportasi Dari Segi Hukurn Internasional.
Ps S: No one shall be deprived of his liberty save in the following
cases and in accordance with a procedure by law ....... (I) the
lelwful arrest or detention of a person to prevent his effecting an
unauthorised entry into the country
Or
of a person against
whom action is being taken with a view to deportation or
extradition .
(Tidak seorangpun yang akan kehilangan kebebasan da/am
kaSWi-kaslls baikul dan yang sesuai dengan peraturan-peraturan
sebagaimana ditetapkan oleh Undang-undang ...... (I) oenahanan atau pemeriksaan yang sah dari seorang untuk
mellcegah akibat-akibat masuknya secara tidak sah ke dalam
wi/ayah saru Ifegara atoll seseorang terhadap tindakan tersebut
yang lelall dialllbi/ dengall maksud ulltuk deportasi dan
extradisi).
Ps 6
(1): In the determination of his civil rights and obligation or of
any criminal charge against him, everyone is entitlet to a fair
and public heaving within a reasonable time by an independent
and unpartial tribunal established by law ..... .
(Dalam penetapan dari liak dan kewajibannya atau setiap
tuduhan kriminil terhadap seseorang seliaI' orang me'11punyai
hak untuk diperiksa secara adi/ da/am waktu yang lVajar oleh
suatu mahkamah yang bebas dan tidak memihak yang dibentuk
oleh Un dang-un dang).
.
Protokoi no. 4, pasal 4 :
CoUective expulsi~n of aliens i$ prohibited. (Pengusiran koleklip
orang asing adalah dilarang).
Menurut pasal 2S dari konvensi tersebut maka negara peserta konvensi
ini dapat menyatakan bahwa negara terse but mengakui kewenangan dari
komisi ' Eropa untuk hak-hak azasi manusia, yang mempunyai wewenang
untuk mengadakan pengusutan terhadap pelanggaran-pelanggaran hak azasi
manusia oleh anggotanya dan melaporkannya. Dan menu rut pasal 46
negara peserta perjanjian dapat setiap saat menyatakan mengakui
kewenangan memaksa dari Mahkamah Eropa ten tang Hak-hak Azasi
Manusia.
Jika kita bandingkan konven~i Eropa mengenai hak azasi manusia
dengan Deklarasi PBB ten tang hak "asi manusia maka konvensi Eropa ini
lebih maju dar' Deklarasi PEE (yang !:dak mempunyai kekuatan
mengikat), deng.n mengadakan sarana-sarana (mslitutions) yaitu The
European Comission on Human Rights san The European Cout of Human
Rights dan prosedur pelaksanaannya, yang disempurnak.n lebili lanjut
dengan lima Protokol tambahan 33 )
92
IJUKUM DAN I'HIllAN(;UNM';
Sistim jaminan hak (azasi) individu yang discdiakan oleh konyensi
Erapa di atas, sangat menarik perhalian dari sudut status individu dalam
hukum Internasianal. Pada satu pihak yang keadaannya sangat jauh karena
indiyidu dapat mengadukan negaranya sendiri sekalipun dihadapam
mahkamah Eropa, yang berarti bahwa suatu negara harus mempertanggung
jawabkan tindakannya terhadap warga negaranya sendiri dihadapan suatu
penga.dilan internasional. SUatu kemajuan dibandingkan dengan keadaan
umumnya, dimana pengJ.duan demikian diperik$a dimuka pengadilan
nasionaI 34 ). Tetapai dipihak lain Konyensi Erapa mer,entukan tahwa
i~dividu ' tidal: dapat laligsuog mengajukan gugatannya, melainkan harm
melakukannya melalui negaranya atau melalui Konvensi tropa (ps 48)
Suatu kasus yang pernah diajukan oleh seseorang ke komisi terhadap
negeri Belgia karen a Belgia telah mengeluarkan putusan untuk mengusir
orang tersebut keluar dari Belgia dan yang bersangkutan takut untuk diusir
ke Yunani (sebagai negeri asalnya). Terhadap k1aim tersebut bmisi telah
memberi pendapat yang sangat menarik sehubungan dengar. deportasi .
. . . . . although deportation is not as such among the maters governed by
the convention , the deportation of a person may, in exceptional
circumtances: be contrary to the convention and in particular to article 3
of the Conyention ... .35). Pasal 3 dari convention the protection of
Human Rights and Fundamental Freedoms berbunyi sebagai berikut:
No one shall be subjected to torture or to inhuman or degrading
treatment or punishment 36).
.
Untukjelasnya kami uraikan secara singkat kasus tersebut: 3 ?)
Penggugat (X) adalah warganegara Yunani lahir tahun 1939 dan tempat
tinggal sekarang adalah di Perancis. Pengugat meninggalkan Yunani tahun
1969 dengan paspor palsu dan sampai di Antwerpen pada bulan Januari
1970. Pada bulan Pebruari 1970 (X) dirampok oleh sea rang wanita yang
telah hidup ""sarna dengannya selama waktu terntentu di hotel
Antwerpen (Belgi), dan (X) tak dapat menemukan wanita itu. Untuk
mengatasi kesulitan keuangannya maka ia bermaksud menemui temannya
yang berkedudukan di Rotterdam untuk meminta bantu an keuangan.
Untuk pergi ke Rotterdam (Belanda) dia mempergunakan Taxi, di mana
pengemudinya adalah berkebangsaan . ItalL Ternyata setelah sampai di
Rotterdam ternan yang dicarinya telah pindah dari kota tersebut dan ia tak
dapat menjumpainya, kemudian ia meminta kepada pengemudi Taxi unluk
kembali ke Antwerpen. Dan ia tak dapat membayar ongkos Taxinya,
akibatnya pengemudi Taxi melapor ke polisi untuk mengambil tindakan
terhadap (X) yang telah menipunya. Pada bulan Maret 1970 (X) diajukan
ke pengadilan Antwerpen (Regional Court). Putusan pengadilan ialah
bahwa (X) dijatuhi hakum penjara 3 bulan dan denda sebanyak 7.000 BF
karena telah dipersalahkan telah berada di negara Belgi dengan tidak sah ,
telah mempergunakan paspor palsu mempergunakan nama palsu dan
menipu tidak membayar ongkos Taxi. Meskipun hukuman tersebut akan
93
Suatu Peninjauan Terhadap
Masalah Ueportasi Dari Segi Hukum Internasional.
berakhir pada bulan Mei 1970, tetapi (X) harus menjalani hukuman 3
bulan lagi karena (X) tidak mampu membayar denda.
Pengacara (Lawyer) dari (X) telah dihubungi oleh pihak penjara agar
menghubungi pihak perwakilan Yunani untuk mendapat Identity dari (X)
dan ia kemudian menghubungi pihak perwakilan Yunani untuk maksud
te!sCbul. tetapi hal,tu dianggap oleh pihak perwakilan Yunani bahwa hal
tersebut dianggap sebagai langkah untuk Repatriasi.
Pada huhn Juni 1970 keputusan untuk deportasi telah diambil oleh
pemerintah Belgi terludap (X). Pada bulan Agustus (X) telah dikeluarkan
dengan kebebasan umuk memilih tujuannva, temyata bahwa (X) te!ah
memilih negara Belanda.
Oleh karena ia tidak mungkin kembali ke Yunani sebagai negar2'lya.
karena (X) tidak sesuai dengan pemcrintah Yunani waktu itu. Sebagai
dikemukakan bahwa pemerintah Yunani menganggap (X) telah sengaja
mempergunakan p2spor palsu
!~arcna
unluk meninggalkan Yunani karena
(X) tidak menyetujui regil"e pemerintahan pad a waktu itu. Sehingga (X)
mengharap agar ia tidak didepor tasikan ke Yunani, karena ia tentu akan
dihukum sebagai tahanan politik. Karena keadaan yang demikian itu ia
mengharapkan agar ko misi ikut campur dalam hal masalah Deportasinya .
Walaupun akhirnya perkara ini ditarik dari komisi oleh karena pad a
bulan Oktober 1970 ia telah mendapat izin untuk menetap di !'erancis
selama tiga bulan dan dia mengharapkan agar dalam waktu tersebut ia
dapat mengatasi kesulitannya.
Pertimbangal) hukum dari komisi ialah bahwa permohonan dari si (X)
bahwa deportasi ke Yunani oleh pemerintah Belgi memungkinkannya ia
dituntut sebagai lawan politik dcngan alasan bahwa ia adalah Iowan dari
regime Yunani pada waktu itu dan telah mempergunakan paspor palsu
untuk meninggalkan Yunani;
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas Ko.misi berpendapat bahwa :
although deportation is not such among the matters governed by the
Convention, the deportation of a person may, in exceptional circumtances,
he contrary to the convention and in particular to article 3.
Pendapat Komisi . bahwa deportasi dalam keada.n khusus akan
bertentangan dengan pasal 3 konvensi perlindungan hak-hak azasi manusia
(Convention for the protectioll of Human Rights and fimdamental
freedoms' di mana ditentukan :
Tiada seorangpun dapzt menjadi subjek dari siksaan, perlakuan yang tak
berperikemanusiaan dan penghinaan, ataupun hukuman. Dari kosus
terscbut agaknya yang dimaksud dengan keadaan khusu, (exceptiollal
circumtances, ialah deportasi ke negara, di mana menyebabkan orang yang
dideportasikan itu dituntut sebagai lawan politik, dari regime yang
berkuasa di negara tersebut.
Pelajaran yang penuJis dapat simpulkan dari kasus tersebut di atas ialah
bahwa walau merupakan hak dari sctiap negara untuk mengeluarkan orang
asing dari wilayahnya, satu negara dengan a1asail bahwa adanya oran&
IIl 'KlI .\1 O,\N 1'1 ' \1U'\N(;lJ~ , \~
94
tersebut
di
negaranya
tidak
dikehendakinya,
tetapi
hak
tersebut
seharusnya tidak dilaksanakan dengan sewenang-wenang, mengingat bahwa
bila hak tersebut wlaksanakan dengan sewenang-wenang dapat melangg"r
hak-hak azasi manusia. Artinya mengingat deportasi bukan merupakan
suatu bentuk hukuman maka akibat deportasi jangan sampai menyebabkan
orang yang bersangkutan dituntut sebagai lawan politik dari suatu regime
yang berkuasa.
Karena tujuan deportasi adalah berlainan dengan extradisi (penyerahan
penjahat) di mana kalau extrawsi me mane tujuannya ialah hukum pidana
yar.g dilanggarnya dapat dilaksanakan terhadap orang yang diserahkan.
Dalam b.b berikut ini akan per.ulis kemukakan bagalmana hubungan
antara rleportasi dan extradisi.
III.
HUBUNGAN ANTARA
(EKTRADISI)
DEPORTASI
DAN
PENYERAHAN
PE~JAHAT
Deportasi kadang-kadang dihubungkan dengan penyerbuan penjahat
(Ektrawsi). Jika kita tinjau dari tujuannya maka jelaslah kedua hal
tersebut sangat berbeda.
Tujuan dari penyerahan ialah bahwa orang yang diserahkan telah
melakukan tindakan melanggar hukum, sehingga negara pemohon akan
melakukanr.ya hukumnya terhadap orang yang diserahkan. Sedangkan
deportasi orang asing dari wilayah satu negara dimaksudkan agar orang
yang tidak wkehcndaki oleh negara yang bersangkutan keluar dari
wilayahnya. Kemana tujuan orang yang dikeluarkan tersebut tidak menjadi
masalah bagi negara yang mengeluarkannya; sedang pada penyerahan maka
orang yang akan wserahkan itu harus diserahkan kepada negara pemohon.
AdakaJanya prosedur deportasi sering dipcrgunakan sebagal a1at untuk
menyerahkan penjafiat yang bera1a diwilayah sualu negara kepada negara
yang memohon penjahat terseb"t agar dapat mengadilinya. Jika terjaw
keadaan yang de mikian , yaitu seorang dideportir kenegara yang
mencarinya karen. orang (ersebut telah melakukan suatu kejahatan
menu rut hukum, mak. keada.n yang demikian oleh Shearer disebut "de
Facto Extractdition"38). Menurut beliau de Facto Extradition ini sering
wsebut dengan disguised extradition 39 ).
Dalam hubungan ini perlu kami kemukakan suatu perkar2, diman.
deportasi dipakai sebagai a1at untuk menyerahkan penjahat kenegara yang
memohon penjahat tersebut. Dalam hal bi antara kedua negara tersebut
tidak perjanjiar, extrawsi. Duduk perkar'!!!Ya adalah ~~a sebagal berikut:
Pada tanggal 19 Juli 1969 kapal. P.N. Jakarta Lloyd yarig -binnama
kapal Waikelo dalam pelayarannya sa,npai w pelabuhan Hongkong. Pada
tanggal 20 Juli' 1969 Marlisan (awak kapal) yang rupanya telah dendam
kepada Kapten Kapal tersebut, yang bernama Kapten Sumarno, telah
membunuhnya. Karena pembunuhan tersebut maka Miulisan ditangkap
oleh polisi Hongkong. Setelah itu Marlisan diajukan ke sidang pengawlan
di Hongkong dengan 'dasar karena tindak pidana tersebut terjadi di
..
Suatu Peninjauan Terhadap
.\lasalah Oeportasl Dad Segi Hukum Internasional.
':I)
Il ull::\.- \'11~. l)<.Il:.tm sidi.lu g 1'l..:llt~aJibn tcrscbut olclt konsulat Jenderal R.t.
Ji lI!lllgkolig Jitunjuk Davi J Burgin 1I11t uk bertindak sebagai pengacara
dad
~brlisan.
PCl1gacara tcrscbu t Jal:.tlll sidang IIlcnyatakan mcmahon
PJda si dall~ agar lerdakwa dapal diJdili di Indonesia, mengulgat bahwa
korban Illaupun pclaku adalah warganegara Indonesia dan perbuatan
dilakukan di alas kapal Indonesia. Sidang dilunda selama 7 hari un !Uk
memberi kesempalan pada Hakim unluk mempcrtimbangkan.
!'emerintah Hongkong berpendapat bahwa Hllngkong berhak mengadili
Marlisan. Scmcntara itu pcmcrinlah Indonesia baik mclaJui Konsulat R.1.
di Hongkong rnaupun melalui pihak Interpol mengajukan pcrmoh onan
agar Marlisan dapat diadili di Indonesia . PermohonJn lerscbut ditolak oleh
pemerintah Iiongkong dengan alasan bahwa antara Indonesia dan
Hongkong belum ada suatu perjanjian penyerahan penjahat. Kemudian
diusulkan oleh pemerintah Hongkong agar perjanjian penyerahan penjahat
yang diadakan an tara pemerinlah Hindia Delanda dan Kerajaan Inggris
diperbaharui saja.
seb in ~ga
ada pcrjanjian antar3 pemerintah I-fongkong
dan pemerintah Indone sia. Usul tcrse but tentu saja ditolak oleh Indonesia,
mengigat bahwa membual perjanjian adalah tid ak mudah dan prose'lure
terlalu lama. Rupanya Illcngingat bahwa hubungan an tara Indonesia dan
Hongkong sangat baik akhirnya I'cmerintah Hon gkong mempertimbangkan
bahwa akan menyerahkan Marli ~a n melalui extradisi dengan memperlakukan perjanjian ektradisi an tara pei llerintah lnggris dan pemcrintah Hindia
Belanda dulu. Tetapi tindakan ini <idak dibenarkan oleh Menteri urusan
British Commonwealth. Mentcri ~ritis h Commonwealth memerintahkan
kepada 1aksa Agung Hongk oll g ull tuk melakukan tindakan deportasi
terhadap Mariisan40)
Contoh lain hubungan anlara De portasi dan Ektradisi, di mana
walau pun ada perjanjian Ektrajisi <.ItHara kedua negara !etapi perbuatan
yang dilakukan oleh orang yang dimuhon unluk diserahkan lidak termasuk
dalam daftar rerbuatan yang dapat diserahkan menurut perjanjian terscbut
maka untuk meng~tasi masalah tersebut dijalankall dengan cara deportasi.
Contohnya ialah I?e rkara Soblen, secara garis besamya perkaranya adalah
sebagai berikut: 41 )
Dr Soblen adalah warganegara Amerika karena naturalisasi, yang oleh
pemerintah Amerika dijatuhi hukuman karena dituduh melakukan
mata-mata. Pada waktu menunggu kcputusan banding, ia melarikan diri ke
Israel dengan mempergunakan pasport dari saudaranya yang telah
meninggal. Israel menolak dan menurut hukum Israel mengirim kembali ke
New YorK melalui london dengan pesawat EI·AI (dalam hal ini maka
Israel telah memilih negara Nasional dari Soblen). Tetapi rupanya Soblen
<elah mencoba untuk tidak kembali ke negaranya dengan jal.n melukai
dirinya pe rsis sebelur.l pesawat m.::ndarat di pelabuhan udara london,
karena hal terscbut maka ia dibawa ke rumah sakit di London.
Setela" ia sembuh timbtillah masalah, .apakah Soblen akan dikirim ke
Israel, darimana ia telah masuk ke london secara illegal ataukan ke
96
1I11KlJM DAN I'FMBAN(;UNAN
Amerika, karena menurut peraturan Dcportasi Inggris bahwa ia barus
dikirimkembali ke negara asalnya , untuk membantu negara terscbut karcna
Soblen telah melakukan tindak pidana. Amerika mcmahon Soblen untuk
diserahkan padanya, tetapi bila didasarbn pada pcrjanjian penyerahan
penjahat yang diadakan dengan Inggris tahun 1931 maka dal.m
pemjanjian terscbut tindak mata·mata (spionage) tidak termasuk tindak
yang dapat diserahkan dan penyerahan orang dengan latar bclakaog politik
juga dilarang.
Sementara masih menja:!i persoalan ke mana Dr.ScbJen harus diusir,
karena tidak mungkin mengirim ke Israel berhub'lOg Soblen bar"
dikeluarkan dari Israel, ke Amerika timbul kesulitan scbagai yang
dikemukakan di atas, maka Czechoslavakia menawarkan untuk mencrima
Dr.Soblen. ] adi sckarang bagi pengadilan mempunyai 3 pilil,.n untuk
menentukan kemana Soblen akan dikirim.
Dalam hal itu pendapa~ dari Lord Denning M.R. (salah seorang hakim
dari pengadilan Inggris) sebagai berikut:
If, therefore, the porpuse of the Home Secretary in this qse to
surrender the applicant as a fugitive criminal to the United States of
American, because they had asked for him, then it would be unlawful;
but if his purpose m:1S to deport him to his 0\1.'11 COUlltry because he
considered his presense here to be not cOl1ducil'e 10 the common good,
then his action is lawful . .. ..
Selanjutnya beliau menyebutkan bahwa . . . ..The national State of the
deportee was the only country Obliged by international law to accept him.
pendapat ini dikemukakan didasarkan kcpada pengamatannya bahwa:
The king's prerogative power of expelling aliens had been historically
exercised "to send them home"
Dan agaknya daiam kasus ini Home Secretary Inggris berpendapat:
....that there was such an ulterior motive which caused the Home
Secretary to specify the United States and not SOme other destination
in his deportation order.
Pendapat tersebut di atas agaknya pilihan negara Amerika yang dipilill
sebagai negara di mana Soblen di deportasi, bukan didasarkan kepada
Ektradisi yang diminta oleh Amerika Serikat tetapi karena alasan·alasan
tertentu, yaitu:
Adanya Soblen di Inggris tidak dikehendaki oIeh negara tersebut dan
;uga alas:", bahwa menu rut sejarah hak prerogative raja llntuk mengusir
orang "ing dari Inggris biasanya mengusimya kenegara asalnya42)
Terhadap disguised extradition ini oIeh Shearer dikemukakan keberatan.
nya.
Suatu Peninjauan Terhadap
Masalah Deportasi Dari Segi Hukurn Intentasional.
97
1. Ditinjau dari negara pe mahan , deportasi, kemungkinar, tidak
menjamin bahwa sipelaku (Fugitive) bisa diterima olehnya dengan
selamat.
Keadaan ini disimpulkan. · oleh karena orang yang diusir akan
menjaeli- «bas unt""'- ' mem.suki negara mana yang menjadi
tujuannya setelah keluar dari negara yang mengusimya, mengingat
sctel.h keJuar dari neg.ra tersebut ia akan menjadi orang bebas.
2. Ditinjan dari ora~g yang diusir jika deportasi dipergunakan sebagai
disquised extradition itu berarti merampas hak orang tersebut. Yang
dapat ia nikmati apabila ia sebagai ::>enjahat yang diserahkar.
(extraditee). Hak yang dimaksud adalah hak untuk tid'k kem'cali
kenegara pemohon atas kcjahatan politik.
3. Dilinjau dari negara yang mengusir penggunaan disguised extradition
se!Jagai prosedurc yang s~ de rhana dilJandingkan dengan prosedure
extradisi, ini seperti .nengurangi kewenangan dari pejabat dimana
hak-hak individu di kurbankan karen a dipakai untuk memudahkan
meneari jalan keluar, scbab prosedur extradisi yang ditentukan
dalam perjanjian extradisi sangat sulil. Keadaan yang demikian dapat
dianggap mclanggar perjanjian (sebagai sumber hukum lnternasional)
yang telah disetujuinya.
Kes;mpulan hubungan antara deportasi dan ektradisi ialah bahwa
karena prosedure ektradisi adalah sulit dan kadang·kadang tidak dapat
dipenuhi syaratnya untuk dapat memohon seseorang yang telah meIanggar
hokum pidana suatu negara, maka kesulitan tersebut dapat diatasi dengan
adanya sualll deportas;,
IV. KESIMPULAN
Hak suatu negara untuk mengeluarkan orang asing dari wilayahnya
adalah diakui oleh hukum InternasionaJ. Dan menurut Hukum
Internasional negara mempunyai kebebasan untuk mempergunakan
haknya untuk mengusir orang asing dari wiJayahnya agar hak tersebut tak
dipergunakan dengan ewenang-wenang, maka suatu negara dalam hukum
nasionalnya menentukan pembatasan-pembatasan tertentu yang harus
dianuti oleh penguasa yang be'rwenang untilk menousir orang asing dari
wilayahnya.
peportasi itu sendiri adalah suatu prosedur rutine dan ini bukanlah
suatu hal yang baru, keeuaJi apabila orang yang diu sir odalah orang yang
pentinf" barulah berita deport~si tersebut menarik perhatian.
Sesuai dengan sifat Hukum Internasional , hukum internasional,
derniki.an pula PBB,tidak mempunyai lembaga/aJat untukpenoawasan secara
effcktifterhadap suatu negara, agar negara terscbut tidak mempergunakan
hak mengusir orang asing dengan sewenang-wenang. Hanya pada kon\'ensi
Eropa mengenai hak aiasi manusia telah mengadakan sarana-sarana yang
98
memungkinakan individu uapat mengaduk:m suatll ncgara alas tilldak:.lll
negara tersebut yang mclanggar hak-haknya yang dilindungi olch kOIlVCIl"j
tersebut.
Footnote
I). Oppenheim. L. International Law a prestise, Vol I, Peace, 8th
edition, Longmans, 692.
2). Kompas, tajuk rencana, Rabu 24·3·1976, hal IV.
3). Dietz lohn P., Deportation in the United States, Great Britain and
International law, The Internati0nal Lawyer April 1973, vol 7 no 2
hal 326.
4). Time, No. 29, 1976 h;:l 49.
5). Siaran Warta Becita RRI, tg 11-1-1977
6)_ Oppenheim, opcit, hal 691.
7): Immigration and alien Registration Law of The Philippines, The
Espina Philippine Immigration act of 1940, hal 61.
8). Suntjaya, Brigadir lendral Polisi, Markas Besar Kepolisian RI,
Himpunan Peraturan Perundang-undangan ten tang masalah Orang
Asing. hal 83.
9). Dietz John P, opeet hal 349.
10). LA.Shearer, Extradition in International Law. Manchester University
Press Oceana Publication Int, hal 76; L Oppenheim opcit hal 693.
II): O'Connell DP LId, (Cantab) , International Law, 2 nd edition. vol 2,
London Stevens & Sons, 1970 hal 709, 710. juga Iihat L.Oppenheim,
locit .... as Internasional Law provides no detailed rules regarding
expUlsion, everything 'depends upon the merits of the individual ease.
12). ' Soer.aryo. Me. Masalah·masalah di sekitar soal wa'ga negara dan orang
asing, Penerbit Herapan Masa (P.C.R.L), tanpa tahun,-hal 17.
i3). Dietz, John P., Opcit, hal 348, dikutip oleh lohn P.Dietz dari
Wolfgang Friedman, Oliver L.Lissithyn, Richard C. Pugh, International Law - Cases and materials, 747, West Publishing Co, the
Perul, Minn (1969).
14). Laeit.
15). Lacit
i6). Lacit
17). Ibid. hal 349 . .
. . . . . In the author's view traditional ir.ternational law provides no
protection to aliens against deport~tion procedu!:e_ adopted by host
countries and aliens have no such procedural rights that -their own
countries could and would enforece cn their behalf.
.
i8). Siciarta Gautama, Prof. Mr . Dr (Dahulu Couw Giok Siong)warga
negara dan Orong asing, .Penerbit Keng Po, Jakarta, hal 68.
19). United Nations, Human Rights, A compilation of International
Instruments of the United Nations, i973, hal I.
20). Vasak, Buku kuliah Seminar Hukum International oleh The Hague
Suatu Peninjauan Tcrhadap
Masalah Oeportasi Uari Segi
99
~Iukum
Internasional.
Academi of International law, Bangkok 1974, hal 5.
21). Mochtar Kusumaatmaja . Dr,Prof. Pengantar Hukum Internasional,
Bag I, Bagian Umum, Penerbit Ilina Cipta, Bandung, hal 145 ,
menyadur ... Ilahwa tidak ada satu pemerintahpun di dunia yang
berani secara terang-terangan menentang pernyataan umum hak azasi
manusia ini
22). Vasak,lacit.
. ... the general evolution of international Human Rights tending to
make Declaration part of the customary law of civilized nations Gus
cogens).
23). "(udam, T.S. dra, dan Simanang SH, Hak·hak Azasi Manusia, P.T .
Cunung Agung dan Pustaka Pengetahuan Umum, hal 33.
24). United Nations, Opcit hal 7.
25). Ibid, hal 15.
26). Ibid, hal 16.
27). Ibid, hal 13.
28). Dietz, John P, opcit hal 351.
29). The European Convention on Human Rights, Nama lengkap konvensi
terscbut adalah "Convention for the protection on Human Rights
and Fundamental Freedoms, Directorate of Information Council of
Europe Strasbourg 1968.
30). Ibid, hal 40.
31). Ibid, hal 30.
32). Ibid hal 8. Konvensi Eropa ten tang hak·hak azasi dile ngkapi dengan
lima protoko!. Protokol pertama ditandatangani tgl 20·3-1952 dan
mulai berlaku 18-5-1954. Tiga protokol berikutnya dirumuskan
tahun 1963. Protokol mengatur pengadilan mengenai Human Rights ,
kewenangannya untuk memberi riasehat-nasehat (advisory opinion)
daiam hal-hal tertentu. PrGtokol ketiga mengamand;r ps 29.30, 34
dari konvensi hak azasi manusia sehubungan dengan prosedure (tata
kerja) dari komisi Hak azasi man usia. Protokol keempat ,
mengesahkan empat tambahan hak dan kekebalan yang tak
dimasukkan dalam tex sebelumnya. Protokoi kelima dirumuskan
bulan Januari 1966 yang mengubah (tata kerja) tentang pemililian
.
dari anggota komisi dan Peradilan Hoi< Azasi Manusia.
33). Mochtar Kusumaatmadja, Dr.Prof.opcit hal 101.
34). Mochtar Kusumaatmadja Dr.Prof. Ibid hal 102.
35). European Commision of Human Rights, Collection of Decisions,
Strasbourg, July 1971, hal 91.
36). The European Convention on Human Rights, opcit. hal 25.
37). Eeropean Commission of Human Rights, Collection of Decisions,
opcit, hal 90.
38). Shearer, I.A. opoit hal 710
39). Lihat juga pada O'Connell, opcit hal 710
... . disquised extradition when extradition would not normally be
available.
100
IIUKUM DAN l'I':MllANGUNAN
40). Berkas Perk.ra yang disusun oleh NICB - Indonesia/Interpol tg
17·4·1970 lihal juga Rivai Rasjad, Peristiwa Pembunuhan M·S.5asat·
rowidardjo, Kaplen kapal K.M. Waikelo, P.N. Jakarta Lloyd, Skripsi
Fakultas Hukum , U.L hal · I4.
41 J. Sheaper, LA. opcit hal 79.
42). Didalam kasus Sublen ini menurut O.Connel opcit hal 710, yang
mengulip dari The Times September I, J962 p 4 .
.. . . . The U.K. ordered deportation to the U.S. wh;ch was t1"
country of oOlh the crim" and the nationality, in face of Israel's
demand for hi s asylum in Israel. Pendapat lain dalam kasus ini
dikelllukakan oleh Cherif Bassiouni dalam bukunya "International
Exlradition and World Public Order" 1974 A.N. Sijlhoffy Leyden
Oceana Publicalion s Inc. Dobbs Ferry, N Y hal 142 .
. . .. . England Ihen fOl'nd thai S"blen had not been "legally
admited and ordered his departure in the first flight
the day,
presumabl y 10 be returned to Israel bound fligl,ts that day·only a Pan
Am , he di ed in an English hospi tal.
43). Shearer, LA, opcit, hal 87 sid 89.
or
Download