, Suat u Peninjauan Terhadap 83 Masalah Deportasi Dari Segi Hukum Internasional Oleh: Ny. Sri Setianingsih Suw.ndi. I. PENDAHULUAN Deportasi ial.h pengusiran orang .sing keluar wilayah suatu negara dengan alasan bahwa adanya orang asing tersebut dalam wilayahnya t,dol: dikehendaki oleh negara yang bersangkutan . Dan pada hakekatnya pengusiran b"kan merup~kan hukuman, tetapi scalu tindakan administrasi yang merl'pakan suatu perintah dari pemerintah yang menetapkan seor.ng asing untuk meninggalkan wilayalh negara yang bers.ngkut.n. A1asan .• lasan yang dipergunakan oleh suatu negara untuk mengeluarkan orang asing dari wilayahnya tergantung pada kepentingan nasional negara yang bersangkutan. Sebagai contoh mengenai alasan yang dipakai oleh satu negara unt uk mengeluarkan orang asing dari wil.yahnya misalkan karer.a alasan politis. Misalbn Yugoslavia pada bulan Desember 1934 mengusir se· jumlahorang Hongariadari Yugoslavia.Alas.n yangsebenarnya adalah karena Yugoslavia menuduh bahwa pirnpinan H<Jngaria terlibat pada perbuatan teror di Yugoslavia. Alasan resmi yang dikemukakan Yugoslavia bahwa di Yugo terdapat pengangguran maka untuk memberi!ctn kesempatan kerja . bagi rakyat Yugo sendiri maka diusirlalh orang Hongaria dari Yugo.!) Demikian pula Lybia pada tanggal 18·3-1976 mengusir tiga ribu orang Mesir dari Lybia. Tind.kan ini diambil sebagai pembalasar. terhadap ditangkapnya 27 orang Lybia di Mesir. Alasan Mesir menangkap orang Lybia karena diluduh bahwa orang-orang Lybia tersebut sengaja dikirirn oleh Lybia untuk mel.ncarkan aksi-aksi subversi di Mesir dan membunuh tokoh·tokoh pemerintahan Mesir) Contoh lain misaIkan Uganda yang telah mengeluarkan perintalh pada bulan Agu~tus 1972 bahwa orang-orang Asia harus meninggalkan Uganda 3 ) Demikian pula lnggris mengusir 2 wartawan Amerika dengan alasan bahwa wartawan Amerika tersebut mencari bahan informasi yang akar. menyiarkan berita yang dianggap membahayakan bagi keamanan negara4 ) . Juga Canada telah men3usir 5 orang Cuba termasuk seorang diplomat, setelah diketahui bahwa Konsulat Cuba di Montreal melakukan kegiatan sp;onage. S) . Ditinjau bagi kepentingan negara yang mengusir maka kemana orang yang diusir itu .kan l'ergi tidak menjadi masalah oleh karena yang penting bahwa orang asing yang berbahayaftak disukainya keluar dari wilayahnya. Na'llun demikian kebijaksana>n dari suatu neg.lra biasauya menetapkan kemana orang . yang diusir tersebut akan pergi. Kebijaksanaan ini diambil berdasarkan pertimbangan bahwa orang yang dikeluarkan dari witayah satu negara biasanya ditolak untuk masuk dalam wilayah negara lain, lebih-Iebih pada masa sekarang ini dim ana kerja sarna antar negara makin erato 84 HUKUM DAN.PEMBANGUNAN Hal yang sangat umum dianut oleh badan yang berwenang untuk mengeluarkan seseorang dari wilayahnya adalah menentukan tujuannya yaitu biasanya negara dari mana orang tersebut masuk dalam wilayahnya, baru jika negara yang ber""ngkutan menolak untuk menerimanya maka tujuan y<i.ng te:-akhir ialah negara dim~'la orang teTsebut menjadi warga negaranya, !etapi kadang-kadanz orang yang dilwluarkan, karena aJasan politis, menolak untuk dikembalikan ke negatanya. Wewenang suatu negara untuk mengusir orang . asing kelu::r dari wilayahnya tidak dipergunakan dengan sewenang-wenang, lebih·lebih bil, negara tersebut menjunjung tinggi hak azsi manusia maka untllk membatasi penguasa agar tidak mengusir orang asing dengan sewenang· wenang tanpa alasan yang dapat dipertanggung jawabkan, maka dalam per·undang·undan.annya suat" negara m,netapkan ketentuan·ketentuan mengenai deportasi misalkan: Di I nggris, pemerintah tidak berwenang untuk mengus!r orang asing tanpa rekomondasi dari pengadilan atau tanpa adanya urrdang-undang dibuat oleh Pariemen, kecuali dalam keadaan darurat atau dalam keadaan yang mengancam kepentingan nasionaI 6 ). Philipina didalam undang·undang mengenai Imigrasi tahun 1940 (,The Philipina Immigration Act of 1940" ) dalam ps 37 Seorang asing tidak dapat dikeluarkan dari Philipina tanpa pemberitahuan alasan dari deportasi, atau tanpa hearing dalam peraturan prosedur yang ditetapkan oleh jawatan imigrasi (Commissioner of Imigration)7) Dan dinegara kita sendiri dalam berdasar ps ps 5 UU Darurat no 9 tahun 1953 (Undang-undang tentang pengawasan orang asing) menetapkan, bahwa menteri kehakiman dapat memerintahkan pengusiran orang asing dengan alasan berbahaya terhadap ketertiban, kesusilaan dan kesejahleraan umum serta lak mengindahkan peraturan-peraturan yang diadakan bagi orang asing ynng berada di 1ndonesia. 8) c: Selain ketentuan dalam hukum nasional yang membatasi wewenang untuk mengusir orang asing dari wilayah satu negara dengan se-wenang-wenang, maka masyarakat Internasional telah membuat konvensi Internasional yang memuat ketentuan untuk membatasi agar wewenang untuk mengusir orang asing keluar dari wilayahnya tak dilakukan dengan sewenang·wenang. Konvensi-konvensi tersebut adalah konvensi mengenal hak asasi manusia. (The Universal Declaration of Human Rights) dan Konvensi mengenai hak sipil dan Politik (The U.N. Covenant on civil and Political rights) dan khusus bagi masyarakat Eropa, konvensi Eropa mengenai hak hak asasi manusia (The European Convention of Human right,). Dalan; ketiga konvensi te"ebut teruapat ketentuan-ketentuan yang membatasi penggunaan kewenangan suatu negara untuk mengeluarkan orang asing dari wilayahnya dengan sewenang·wenang. Didalam tulisan ini penulis bermaksud untuk merunjau masalah deportasi dari segi hukum internasional. Oleh karena deportasi kadang-kadang dihubungkan dengan penyerahan penjahat (extradition), .. Suatu Peninjauan Temadap Masalah Deportasi Dan Segi Hukum Internasianal. 85 walaupun jika kita lihat dari tujuannya adalah berbed., tetapi kadang·kadang karena prosedure yang harus ditempuh untuk dapat menyer.hkan penjahat berbelit-belit maka untuk dapat mengeluarkan ~njah~t _ <laO ~egaranya dipakaiJah prC6edure deportasi, maka dalarn tulisan ini penulis - juga memb:,has bagaimana hubungan ektradisi dan deportas;' U. VEPORTASI D1TlNJAU DARI HUKUM lNTERNASI0NAL Suatu negara yang berdaulat menurut hukun. Internasional memo punyai hak untuk menerima dan mel!gusir orang asin~ dari wibya:zny:J jikt:: ternyata orang asing yang telalz beraa"a di wilayahnya menjJlankrm tindakan·tindakan yang tidak disukai/membahayakan bagi negaranya. Hal tersebut diutarakan oleh Prof. Mac Kenzie dalam tahun 19379 J: .....deportation is a right which all states insist and in which all states concur . . .. (and) if one states permits the citizens of another state enter its territories, it should have the right to .ject these individuals if they prove undesirable. Jadi hak suatu negara untuk mengeluarkan orang asing dari wilayahnya adalah suatu hak yang diakui oleh Hukum Internasional, hak ini hanya dibatasi oleh prinsip'prinsip dalam hukum Internasional tentang perlakuan terhadap orang asing dan dengan adanya perjanjian Internasional lO ). Walaupun hukum Internasional mengakui adanya hak suatu negara untuk mengusir orang yang tidak disukai dari wilayahnya, tetapi hukum Internasional sendiri tidak memberi perineian mengenai alasan yang harus diberikan oleh s""tu n~gara apabila ia mcngeluarkan orang a<ing dari wilayahnya. Narnun demikian pada umumnya alasan-alasan yang dipakai oleh negara untuk mengusir orang asing dari wilayahnya dikemukakan oleh O'Connell sebagai berikut l I): I). karena melakukan tindakan yang membahayakan keamanan urnurn. 2). karena tidak dapat lagi membiayai hidupnya. 3). karena melakukan kejahatan sehubungan dengan pelaeuran. 4). karena menderita penyakit menular. 5). karena aJasan-alasan politik , misalkan mengadakan kegiatan spionage atau kegiatan politik lainnya. 6). karena tindakan melawan hukum setempa!. 7). karena menghina hendera negara yang bcrsangkutan. Dalarn prakteknya olasan untuk mengadakan pengusiran tergantung pada keadaan dan tempat terjadinya peristiwa itu sendiri, pada urnumnya alasan yang dipakai pertimbangan adalah untuk kepentingan nasionalnya. Meskipun negara mempunyai hak untuk mengusir orang asing yang ada 86 IIUKUM DA:'oI PEMBANGUNAN di "'Hayahnya karena alasan politis, ekonomis atau alasan lain demi untuk kepentingan nasionalnya hak yang demikian tidak digunakan oleh negara dengan sewenang·wenang 12), oleh karena pengusiran dapat menimbulkan masalah pertanggung jawaban internasional. Sehubungan dengan hal ini ada pendapat yang mengatakan: Under ordinary circumtances and in the absence of Internasional agreement to the contrary. a state is under no duty to admit nationals of another state into its terretory and incurs no ill{ernatioflal responsIbility if it deports them If aliens admitted, they may be subjected to restrictions on the duration of their stay, where they may be travel ar.d what activities they may engage inl3) Jadi menurut pendapat ini bahwa negara tidak mempunyai kewajiban menerima orang asing di wilayahnya maka negara lidak memputlyai tanggung jawab infernosianal jilea meJlgusir orang asing daTi wilayahnya. Sedang pendapat lain (yang dianut di Amerika dan Inggeris) mengatakan: a st~te is responsible under international law for injury to an alien oaus"d by conduct subject to its jurisdiction, that is attributable to state and wrongful under international law l4 ) Menurut pendapat kedua ini maka negara mempunyai tanggung·jawab international terhadap perlakuan orang asing ),ang ada di wilayahnya. Menurut John P.Dictz bahwa walaupun diterima pendapat yang kedua ini tctapi toh standard minimal internasional untuk perlakuan orang asing (International Minimum Standard) tidak diperlakukan pada p rosedure deportasi 15 ). Dan kenyataan menunjukkan bahwa praktek negara·negara tidak menunjtlkkan penerimaan dari standard ntinimwn internasional dianut unt uk prosedure deportasi, dimana negara yang mengusir kemungkinan dapat dipersalahkan melanggar hukum I6 ). OIeh karena John P.Dictz berpendapat bahwa Hukum internasional tradisionil menunjukkan tidak adanya perlindung. an pada orang aSing terhadap deportasi yang telah dikenakan terhadapnya oieh negara tuan IU!T1ah dan orang asing tersebut tidak mempu~yai hak bahwa negaranya dapat dan akan menuntut atas . ..-. - - . . . -namanya I2 ) Menurut pendapat penulis panc!angan dari John P.Dietz ini adalah benar bila IGta bertolak dari sudut pandanga~ bahwa suatu negara yang herdaulat memang. mempunyai hak mutlak untuk mengurus keadaan dalam negerinya termasuk perlakuan terhadap orang asing yang ada dalam wilayahnya dan hak untuk mengusir orang asing yang ternyata adanya 1i wilayah negara tersebut tidak dikehendaki . Tetapi dalam pergaulan masyarakat internasional dewasa ini di mana hubungan antara masyarakat Suatu Peninjauan Terhadap Masalah iJeportasi Dari Segi Hukum Internasiana!. 87 internasional saling tergantung dan suatu tindakan negara yang dapat merugikan salah sa tu anggot. lain dari masyarakat internasional , sering mendapat sorotan dan dapat mempeng.ruhi hubungan baik dengan masya ra kat internasional lainnya, maka suatu negara dalam mempergunakan haknya untuk mengusir orang asing yang tidak disukai dari wilayahnya tidak dipergunakan dengan sewenang-wenang , tetapi masih perlu diingat bahwa memang ada apa yang terkenal dengan batas-batas minimum dari pada hukum internasional mengenai perlakuan orang asing lB ). Demikian pula pembatasan negara dalam mempergunakan hak untuk mengu.<ir orang asing dari wilayahnya agar tidak sewenang-wenang dapat kita te,nukan dalam ketentuan-ketentuan Pernyataan umum ten tang Hak Azasi Manusia (The Universal Declaration of Human Rights) , Konvensi yang diadakan oleh PBB mengenai hak-hak sipil dan politik (The UN Covenant on Civil an Political Rights), Konvensi Eropa mengenai Hak-hak azasi manusia (The European Convention on Human Rights). Walaupun Pernyataan Umum Hak Azasi Manusia dan konvensi mengenai Hak·hak Sipil dan politik yang dibuat oleh PBB belum berlaku secara effektif bagi seluruh masyarakat lnternasional dan konvensi Eropa mengenai hak Azasi Manusia berlaku untuk masyarakat Eropa namun da pat penulis simpuIkan bahwa ada usaha Jari masyarakat internasional untuk membatasi agar hak nega ra untuk mengusir orang asing dari wilayahnya tak dilaksanakan dengan sewenang-wenang . Marilah kita meninjau ketentuan-ketentuan yang ada hubungannya dengan masalah deportasi ya~g ada ditentukan dalam Pernyataan Umum ten tang Hak Azasi Manusia, Konvensi yang diadakan oleh PBB tentang Hak-hak Sipil dan Politik dan Konvensi Eropamengenai Hak-hak Azasi Manusia. a. Pernyataan Umum tentang Hak-hak Azasi Manusia (The Ulliversal Declaration of Human Rightsjl9) Pernyataan Umum tentang Hak-hak Azasi Manusia diterima ba ik oleh Majelis Umum dengan resolusinya no. 217 A (1lI) tanggal 20 Desember 1948. Pernyataan Umum tentang Hak-hak Azasi Manusia ini merupakan saat permulaan dari Hukum lnternasional mengenai hak-hak azasi man usia 20) Tujuan dari pada Pernyataan Umum mengenai hak-hak azasi m~usia ialah untuk menjelaskan isi dari hak azasi manusia yang disebutkan dalam Charter PBB dan sebagai perumusan pendahuluan dari pada hak-hak azasi yang masih memerlukan pengakuan masyarakat internasional dengan suatu perjanjian-perjanjian yang mengikat kemudian. Walaupun pernyataan umum ten tang hak azasi manusia ini belum mempunyai kekuatan mengikat seperti halnya perjanjian lnternasional yang te lah diterima oleh para pillak setelah ditanda tangani dan diratifisir (kalau perlu) , tetapi resolusi Majelis Umum ini HUKUM DAN PEMBANGUNAN 88 mempunyai pengaruh yang tidak sedikit terhadap masyarakat internasional. Karena tidak sedikit negara telah mencant umkannya dalam Undang-undang D.samya. khususnya negara-neg3ra yang baru merdeka telah diilhami untuk memasukkan resolusi Majelis Umum tentang I-!ak-hak Azas! Manusia dalam Undang-undang Dasamya 21 )_ pernyataan Umum tentang Hak-hak Azasi Manu;ia itu ada kecenderung:!n t1arat diterima oleh masyarakat Iuternasional dan dengan perkembangan hukum Internasional tent.ng Hak-hak Azasi Manusil. maka Pernyataan Umum tentang I-!ak-hak Azasi Manusia dapat merupakan bagian daripada hukum kebi&saan (Jus Cogen}22). Dan negara-negara yang telah menyetujui dan menerima Pernyatault Umum tentang Hak-hak Azasi Manusia itu secara moral merasa mempunyai kewajiban untuk melaksanakannya tanpa sanksi yang dapat dijalankan secara internasionaI 23 ). Dari pasal-pasal yang lerdapat dalam Pernyataan Umum mengenai hak-hak azasi manusia yang penting sehubungan dengan deportasi ialah: Ps J: Everyone has Ihe righl to life. liberty. and Ihe security of person. Ps 9: No one shall be subjected to arbitrary arrest. detention or exile. Ps 10 : Everyone is entitled in full equality to a fair and public hearing by an independent and inpartial tribunal. in the determination of his rights and obligations and of any criminal charge against him. Ps 14 : (I) Everyone has the right to seek and to enjoy in other countries aylum from persecution. Jadi menurut Ps 3 .: Setiap orang berhak alas penghidupan. kemerdekaan dan keselamatan. Ps 9: Seliap orang berhak dalam persamaan yang sepenuhnya didengarkan suaranya di muka umum dan secara adil oleh pengadilan yang merdeka dan tak memihak. dalam ha l menelapkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban dan dalam setiap tuntutan pidana yang diajukan terhadapnya. Ps 14 : (I) Sctiap orang .b erhak mencari dan mendapat tempat pelarian di negeri lain untuk menjauhkan pengejaran. Ketentuan -ketentuan tersebut setidak-tidaknya dapat mencegah penggunaan hak suatu negara untuk · mengesir orang asing dengan sewenang-wenang. sehingga mencegah pelanggaran-pelangaaran hak-hak azasi manllsia yang terlalll menyolok. PBB sendiri tidak mempllnyai alat untuk memakaakan agar ketentuan-ketentllan ladi ditaati oleh para anggotanya. Sehingga apabila .-. Sualu Peninjauan Terhadap Masalah Deporlasi Oari Segi Hukum Inlernasional. 89 ada individu yang dilanggar hak-haknya menurul kelenluan ladi oleh sualu negara maka individu lak mempunyai hak unluk mengajukan pelisi pada PBB alau pada komisinya mengenai Hak-hak Azasi Manusia. ladi upaya individu yang haknya lerlanggar hanya dapal mengajukan lunlulannya dengan melalui negaranya, yang selanjulnya akan _~rtindj!k. _un!uk mengajukan gugalannya lerhadap negara yang melanggar kepacla- Komisi mengenai Ilak-hak Azasi Manusia PBB dan apabila perlu ke Mahkamah Inlernasional. Sekarang marHah kila linjau konvensi lain yang diadakan oleh PBS menge~ai Hak -hak Sipil dan Poli:ik. b. Konvensi mengenai Hak-hak Sipil den Polilik PBB {The V.N. Covenallt all Civil alld Political Rights}. Konvensi ini dilerima dalam rcsolus; Majelis Umum PBS 2200 A (XXI),langgal 16 Descmbcr 1966 24 ) Menurul pasal 49 dari Konvensi ini baru akan berlaku 3 bulan selelah 35 dokumen ralifikasi didepositkan pada Sekrelari; lendral PSS25) Selain ilu Konvensi ini ada prolokol lambahan (The Optional Prolokol), Prolokol ini baru berlaku 3 bulan setelah 10 dokumen ralifikasi dideposilkan di Sekrelaris lendral PBB. (ps 9)26) Menurul pasal 2 (I) perjanjian lerseb ul maka setiap nepra yang meralifir perjanjian tersebut adalah terikat/berkewajiban untuk fP.enghormali hak-hak dari setiap individu yang berada di dala:n wilayahnya tanpa membeda-bedakan ras, warna kulit, se:_, bahasa, agama, politik, pendapat, asal kebangsaan alau klas sosial, kekayaan dan lain-lain status. Dan menurut pasal 2 (2) maka jika perlu mengambil Iangkah langkah yang diperlukan untuk pelaksanaannya dalam peraturan nasionaln)"a. Selanjumya perjanjian lersebut juga membentuk Komite unluk Hak-hak Azasi Manusia (Comittee on Human Rights) menurul Pasal 28 yang tugasnya disebutkan dalam pasal 40 ialah menerima Iaporan secara periodik dari negara peserta dan memberi perincian lentang penerapan . dari Konvensi lersebul27 ) Sehubungan dengan pembicaraan deportasi maka yang penting adalah pasal 13 Covenanl yang berbunyi: An alien lawfully in the terrilory of a Slate. Party to the Covenanl may be expelled there from only in pursuance of a decision reached in accordance wilh law and shall except where compelling reasons of nalional security other wise require be allowed to submil the reasonS against his explusion and to have his case re'.'iewed by, and be represenled for Ihe purpose befoIe tile competent authority or a person o. persons especially designaled by the competent authority. Seorang asing yang berada secara sah di dalam wilayah negara anggota dalam konvensi ini dapat diusir dari negara tersebut hall)'a 90 IIl:KUM DA:-I PEMBANGUNAN scsuai dcngan hukum uan akan. tcrkccuali tlpabila tcquksa olch alasan kCtJl1IllIllJll I/('guru, dipcrbolchkan untuk mcngajukan alasan yang IIIcncntang pcngusiIannya dan bcrhak untuk mcminta pcninjauan kcmbali kasusnya olch atau diwakili untuk tujuan·tujuan tcrscbut terhadap pcjabat yang berwenang atau scscorang atau bebcrapa urang yang khusus ditunjuk oleh penguasa yang bcrwcnang. didasarkall kClwda '\/laW kepI/ills/II JaJi scorang yang uillsir dapat Illcngajukan sanggahan atas pengusirannya kccua!i apJbila dlasan pcngusiran tersebut demi kcamanan nega~a. Selanjutnya <!alum protokol lambahan (Optional Protokol) disebutkan ualam pasaJ 1 bahwa individu mClllpunyai hak untuk mcngajukan pengaduan seeara tcrtulis palla komite hak '1I.asi manusia yang diilirikail berdasarkan rasal '2R, tctapi individu bam dapat mempergunakan haknya tersobut .pabila: (I) bahwa tuntutannya didasarkan kepada peianggaran atas hak·hak· nya yang ditetapk.n dalam Covenant. (2) baltwa individu tcrscbut adalah subyek uari jurisdiksi negara pese,ta konvensi yal•• tclalt menyebabkan pelanggaran h.k·haknya. (3) ballWJ negara yang bersangkutan adalah lelah meratifisir baik Konvensi maupun protokolnya 28 ) c. Konvensi Eropa mengenai Hak Azasi Manusia (Tile EuropeUil Convention of /lulllall Rightsj29) Konvensi ini ditanda tangani pad a 4 November {9S0 dan mulai berlaku 3 'September 1953 setelah 10 n~gara di Ernpa meratifisir konvensi te,sebut (pasal 66 ayat 2) 30) Bahwa negara peserta Konvensi ini mempunyai kewajiban untuk menjamin hak-hak dan kemerdekaan individu yang terancam dalam . konvensi ini (pasal 1). Dan berdasarkan pasal 19 dibentuklah Komisi Eropa mengenai hak azasi manusia (European Convention of Human Rights) dan PengadUan Eropa mengenai Hak·hak Azasi [>1anusia (European Court of Human Rights) 31). Dari pasal·pasal bnvensi Eropa mengenai hak azasi manusia maka yang terpenting sehubungan denga_n...pengusiran..adaJah_p~~ 3, pajal 5, pasaI6 (I)dan pasal4 dari protokol no. 4 32 ) Ps 3: No one shall be subjected IO torture or te inhuman or degrading tratment or punishmen. (Tiada seorangpun yang abn menjadi subjek dari penganiayaan atau tindakan yang tak berperikemanusiaan atau tindakan penghinaan ataupun hukuman). 91 Suatu Peninjauan Tcrhadal' Masalah Deportasi Dari Segi Hukurn Internasional. Ps S: No one shall be deprived of his liberty save in the following cases and in accordance with a procedure by law ....... (I) the lelwful arrest or detention of a person to prevent his effecting an unauthorised entry into the country Or of a person against whom action is being taken with a view to deportation or extradition . (Tidak seorangpun yang akan kehilangan kebebasan da/am kaSWi-kaslls baikul dan yang sesuai dengan peraturan-peraturan sebagaimana ditetapkan oleh Undang-undang ...... (I) oenahanan atau pemeriksaan yang sah dari seorang untuk mellcegah akibat-akibat masuknya secara tidak sah ke dalam wi/ayah saru Ifegara atoll seseorang terhadap tindakan tersebut yang lelall dialllbi/ dengall maksud ulltuk deportasi dan extradisi). Ps 6 (1): In the determination of his civil rights and obligation or of any criminal charge against him, everyone is entitlet to a fair and public heaving within a reasonable time by an independent and unpartial tribunal established by law ..... . (Dalam penetapan dari liak dan kewajibannya atau setiap tuduhan kriminil terhadap seseorang seliaI' orang me'11punyai hak untuk diperiksa secara adi/ da/am waktu yang lVajar oleh suatu mahkamah yang bebas dan tidak memihak yang dibentuk oleh Un dang-un dang). . Protokoi no. 4, pasal 4 : CoUective expulsi~n of aliens i$ prohibited. (Pengusiran koleklip orang asing adalah dilarang). Menurut pasal 2S dari konvensi tersebut maka negara peserta konvensi ini dapat menyatakan bahwa negara terse but mengakui kewenangan dari komisi ' Eropa untuk hak-hak azasi manusia, yang mempunyai wewenang untuk mengadakan pengusutan terhadap pelanggaran-pelanggaran hak azasi manusia oleh anggotanya dan melaporkannya. Dan menu rut pasal 46 negara peserta perjanjian dapat setiap saat menyatakan mengakui kewenangan memaksa dari Mahkamah Eropa ten tang Hak-hak Azasi Manusia. Jika kita bandingkan konven~i Eropa mengenai hak azasi manusia dengan Deklarasi PBB ten tang hak "asi manusia maka konvensi Eropa ini lebih maju dar' Deklarasi PEE (yang !:dak mempunyai kekuatan mengikat), deng.n mengadakan sarana-sarana (mslitutions) yaitu The European Comission on Human Rights san The European Cout of Human Rights dan prosedur pelaksanaannya, yang disempurnak.n lebili lanjut dengan lima Protokol tambahan 33 ) 92 IJUKUM DAN I'HIllAN(;UNM'; Sistim jaminan hak (azasi) individu yang discdiakan oleh konyensi Erapa di atas, sangat menarik perhalian dari sudut status individu dalam hukum Internasianal. Pada satu pihak yang keadaannya sangat jauh karena indiyidu dapat mengadukan negaranya sendiri sekalipun dihadapam mahkamah Eropa, yang berarti bahwa suatu negara harus mempertanggung jawabkan tindakannya terhadap warga negaranya sendiri dihadapan suatu penga.dilan internasional. SUatu kemajuan dibandingkan dengan keadaan umumnya, dimana pengJ.duan demikian diperik$a dimuka pengadilan nasionaI 34 ). Tetapai dipihak lain Konyensi Erapa mer,entukan tahwa i~dividu ' tidal: dapat laligsuog mengajukan gugatannya, melainkan harm melakukannya melalui negaranya atau melalui Konvensi tropa (ps 48) Suatu kasus yang pernah diajukan oleh seseorang ke komisi terhadap negeri Belgia karen a Belgia telah mengeluarkan putusan untuk mengusir orang tersebut keluar dari Belgia dan yang bersangkutan takut untuk diusir ke Yunani (sebagai negeri asalnya). Terhadap k1aim tersebut bmisi telah memberi pendapat yang sangat menarik sehubungan dengar. deportasi . . . . . . although deportation is not as such among the maters governed by the convention , the deportation of a person may, in exceptional circumtances: be contrary to the convention and in particular to article 3 of the Conyention ... .35). Pasal 3 dari convention the protection of Human Rights and Fundamental Freedoms berbunyi sebagai berikut: No one shall be subjected to torture or to inhuman or degrading treatment or punishment 36). . Untukjelasnya kami uraikan secara singkat kasus tersebut: 3 ?) Penggugat (X) adalah warganegara Yunani lahir tahun 1939 dan tempat tinggal sekarang adalah di Perancis. Pengugat meninggalkan Yunani tahun 1969 dengan paspor palsu dan sampai di Antwerpen pada bulan Januari 1970. Pada bulan Pebruari 1970 (X) dirampok oleh sea rang wanita yang telah hidup ""sarna dengannya selama waktu terntentu di hotel Antwerpen (Belgi), dan (X) tak dapat menemukan wanita itu. Untuk mengatasi kesulitan keuangannya maka ia bermaksud menemui temannya yang berkedudukan di Rotterdam untuk meminta bantu an keuangan. Untuk pergi ke Rotterdam (Belanda) dia mempergunakan Taxi, di mana pengemudinya adalah berkebangsaan . ItalL Ternyata setelah sampai di Rotterdam ternan yang dicarinya telah pindah dari kota tersebut dan ia tak dapat menjumpainya, kemudian ia meminta kepada pengemudi Taxi unluk kembali ke Antwerpen. Dan ia tak dapat membayar ongkos Taxinya, akibatnya pengemudi Taxi melapor ke polisi untuk mengambil tindakan terhadap (X) yang telah menipunya. Pada bulan Maret 1970 (X) diajukan ke pengadilan Antwerpen (Regional Court). Putusan pengadilan ialah bahwa (X) dijatuhi hakum penjara 3 bulan dan denda sebanyak 7.000 BF karena telah dipersalahkan telah berada di negara Belgi dengan tidak sah , telah mempergunakan paspor palsu mempergunakan nama palsu dan menipu tidak membayar ongkos Taxi. Meskipun hukuman tersebut akan 93 Suatu Peninjauan Terhadap Masalah Ueportasi Dari Segi Hukum Internasional. berakhir pada bulan Mei 1970, tetapi (X) harus menjalani hukuman 3 bulan lagi karena (X) tidak mampu membayar denda. Pengacara (Lawyer) dari (X) telah dihubungi oleh pihak penjara agar menghubungi pihak perwakilan Yunani untuk mendapat Identity dari (X) dan ia kemudian menghubungi pihak perwakilan Yunani untuk maksud te!sCbul. tetapi hal,tu dianggap oleh pihak perwakilan Yunani bahwa hal tersebut dianggap sebagai langkah untuk Repatriasi. Pada huhn Juni 1970 keputusan untuk deportasi telah diambil oleh pemerintah Belgi terludap (X). Pada bulan Agustus (X) telah dikeluarkan dengan kebebasan umuk memilih tujuannva, temyata bahwa (X) te!ah memilih negara Belanda. Oleh karena ia tidak mungkin kembali ke Yunani sebagai negar2'lya. karena (X) tidak sesuai dengan pemcrintah Yunani waktu itu. Sebagai dikemukakan bahwa pemerintah Yunani menganggap (X) telah sengaja mempergunakan p2spor palsu !~arcna unluk meninggalkan Yunani karena (X) tidak menyetujui regil"e pemerintahan pad a waktu itu. Sehingga (X) mengharap agar ia tidak didepor tasikan ke Yunani, karena ia tentu akan dihukum sebagai tahanan politik. Karena keadaan yang demikian itu ia mengharapkan agar ko misi ikut campur dalam hal masalah Deportasinya . Walaupun akhirnya perkara ini ditarik dari komisi oleh karena pad a bulan Oktober 1970 ia telah mendapat izin untuk menetap di !'erancis selama tiga bulan dan dia mengharapkan agar dalam waktu tersebut ia dapat mengatasi kesulitannya. Pertimbangal) hukum dari komisi ialah bahwa permohonan dari si (X) bahwa deportasi ke Yunani oleh pemerintah Belgi memungkinkannya ia dituntut sebagai lawan politik dcngan alasan bahwa ia adalah Iowan dari regime Yunani pada waktu itu dan telah mempergunakan paspor palsu untuk meninggalkan Yunani; Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas Ko.misi berpendapat bahwa : although deportation is not such among the matters governed by the Convention, the deportation of a person may, in exceptional circumtances, he contrary to the convention and in particular to article 3. Pendapat Komisi . bahwa deportasi dalam keada.n khusus akan bertentangan dengan pasal 3 konvensi perlindungan hak-hak azasi manusia (Convention for the protectioll of Human Rights and fimdamental freedoms' di mana ditentukan : Tiada seorangpun dapzt menjadi subjek dari siksaan, perlakuan yang tak berperikemanusiaan dan penghinaan, ataupun hukuman. Dari kosus terscbut agaknya yang dimaksud dengan keadaan khusu, (exceptiollal circumtances, ialah deportasi ke negara, di mana menyebabkan orang yang dideportasikan itu dituntut sebagai lawan politik, dari regime yang berkuasa di negara tersebut. Pelajaran yang penuJis dapat simpulkan dari kasus tersebut di atas ialah bahwa walau merupakan hak dari sctiap negara untuk mengeluarkan orang asing dari wilayahnya, satu negara dengan a1asail bahwa adanya oran& IIl 'KlI .\1 O,\N 1'1 ' \1U'\N(;lJ~ , \~ 94 tersebut di negaranya tidak dikehendakinya, tetapi hak tersebut seharusnya tidak dilaksanakan dengan sewenang-wenang, mengingat bahwa bila hak tersebut wlaksanakan dengan sewenang-wenang dapat melangg"r hak-hak azasi manusia. Artinya mengingat deportasi bukan merupakan suatu bentuk hukuman maka akibat deportasi jangan sampai menyebabkan orang yang bersangkutan dituntut sebagai lawan politik dari suatu regime yang berkuasa. Karena tujuan deportasi adalah berlainan dengan extradisi (penyerahan penjahat) di mana kalau extrawsi me mane tujuannya ialah hukum pidana yar.g dilanggarnya dapat dilaksanakan terhadap orang yang diserahkan. Dalam b.b berikut ini akan per.ulis kemukakan bagalmana hubungan antara rleportasi dan extradisi. III. HUBUNGAN ANTARA (EKTRADISI) DEPORTASI DAN PENYERAHAN PE~JAHAT Deportasi kadang-kadang dihubungkan dengan penyerbuan penjahat (Ektrawsi). Jika kita tinjau dari tujuannya maka jelaslah kedua hal tersebut sangat berbeda. Tujuan dari penyerahan ialah bahwa orang yang diserahkan telah melakukan tindakan melanggar hukum, sehingga negara pemohon akan melakukanr.ya hukumnya terhadap orang yang diserahkan. Sedangkan deportasi orang asing dari wilayah satu negara dimaksudkan agar orang yang tidak wkehcndaki oleh negara yang bersangkutan keluar dari wilayahnya. Kemana tujuan orang yang dikeluarkan tersebut tidak menjadi masalah bagi negara yang mengeluarkannya; sedang pada penyerahan maka orang yang akan wserahkan itu harus diserahkan kepada negara pemohon. AdakaJanya prosedur deportasi sering dipcrgunakan sebagal a1at untuk menyerahkan penjafiat yang bera1a diwilayah sualu negara kepada negara yang memohon penjahat terseb"t agar dapat mengadilinya. Jika terjaw keadaan yang de mikian , yaitu seorang dideportir kenegara yang mencarinya karen. orang (ersebut telah melakukan suatu kejahatan menu rut hukum, mak. keada.n yang demikian oleh Shearer disebut "de Facto Extractdition"38). Menurut beliau de Facto Extradition ini sering wsebut dengan disguised extradition 39 ). Dalam hubungan ini perlu kami kemukakan suatu perkar2, diman. deportasi dipakai sebagai a1at untuk menyerahkan penjahat kenegara yang memohon penjahat tersebut. Dalam hal bi antara kedua negara tersebut tidak perjanjiar, extrawsi. Duduk perkar'!!!Ya adalah ~~a sebagal berikut: Pada tanggal 19 Juli 1969 kapal. P.N. Jakarta Lloyd yarig -binnama kapal Waikelo dalam pelayarannya sa,npai w pelabuhan Hongkong. Pada tanggal 20 Juli' 1969 Marlisan (awak kapal) yang rupanya telah dendam kepada Kapten Kapal tersebut, yang bernama Kapten Sumarno, telah membunuhnya. Karena pembunuhan tersebut maka Miulisan ditangkap oleh polisi Hongkong. Setelah itu Marlisan diajukan ke sidang pengawlan di Hongkong dengan 'dasar karena tindak pidana tersebut terjadi di .. Suatu Peninjauan Terhadap .\lasalah Oeportasl Dad Segi Hukum Internasional. ':I) Il ull::\.- \'11~. l)<.Il:.tm sidi.lu g 1'l..:llt~aJibn tcrscbut olclt konsulat Jenderal R.t. Ji lI!lllgkolig Jitunjuk Davi J Burgin 1I11t uk bertindak sebagai pengacara dad ~brlisan. PCl1gacara tcrscbu t Jal:.tlll sidang IIlcnyatakan mcmahon PJda si dall~ agar lerdakwa dapal diJdili di Indonesia, mengulgat bahwa korban Illaupun pclaku adalah warganegara Indonesia dan perbuatan dilakukan di alas kapal Indonesia. Sidang dilunda selama 7 hari un !Uk memberi kesempalan pada Hakim unluk mempcrtimbangkan. !'emerintah Hongkong berpendapat bahwa Hllngkong berhak mengadili Marlisan. Scmcntara itu pcmcrinlah Indonesia baik mclaJui Konsulat R.1. di Hongkong rnaupun melalui pihak Interpol mengajukan pcrmoh onan agar Marlisan dapat diadili di Indonesia . PermohonJn lerscbut ditolak oleh pemerintah Iiongkong dengan alasan bahwa antara Indonesia dan Hongkong belum ada suatu perjanjian penyerahan penjahat. Kemudian diusulkan oleh pemerintah Hongkong agar perjanjian penyerahan penjahat yang diadakan an tara pemerinlah Hindia Delanda dan Kerajaan Inggris diperbaharui saja. seb in ~ga ada pcrjanjian antar3 pemerintah I-fongkong dan pemerintah Indone sia. Usul tcrse but tentu saja ditolak oleh Indonesia, mengigat bahwa membual perjanjian adalah tid ak mudah dan prose'lure terlalu lama. Rupanya Illcngingat bahwa hubungan an tara Indonesia dan Hongkong sangat baik akhirnya I'cmerintah Hon gkong mempertimbangkan bahwa akan menyerahkan Marli ~a n melalui extradisi dengan memperlakukan perjanjian ektradisi an tara pei llerintah lnggris dan pemcrintah Hindia Belanda dulu. Tetapi tindakan ini <idak dibenarkan oleh Menteri urusan British Commonwealth. Mentcri ~ritis h Commonwealth memerintahkan kepada 1aksa Agung Hongk oll g ull tuk melakukan tindakan deportasi terhadap Mariisan40) Contoh lain hubungan anlara De portasi dan Ektradisi, di mana walau pun ada perjanjian Ektrajisi <.ItHara kedua negara !etapi perbuatan yang dilakukan oleh orang yang dimuhon unluk diserahkan lidak termasuk dalam daftar rerbuatan yang dapat diserahkan menurut perjanjian terscbut maka untuk meng~tasi masalah tersebut dijalankall dengan cara deportasi. Contohnya ialah I?e rkara Soblen, secara garis besamya perkaranya adalah sebagai berikut: 41 ) Dr Soblen adalah warganegara Amerika karena naturalisasi, yang oleh pemerintah Amerika dijatuhi hukuman karena dituduh melakukan mata-mata. Pada waktu menunggu kcputusan banding, ia melarikan diri ke Israel dengan mempergunakan pasport dari saudaranya yang telah meninggal. Israel menolak dan menurut hukum Israel mengirim kembali ke New YorK melalui london dengan pesawat EI·AI (dalam hal ini maka Israel telah memilih negara Nasional dari Soblen). Tetapi rupanya Soblen <elah mencoba untuk tidak kembali ke negaranya dengan jal.n melukai dirinya pe rsis sebelur.l pesawat m.::ndarat di pelabuhan udara london, karena hal terscbut maka ia dibawa ke rumah sakit di London. Setela" ia sembuh timbtillah masalah, .apakah Soblen akan dikirim ke Israel, darimana ia telah masuk ke london secara illegal ataukan ke 96 1I11KlJM DAN I'FMBAN(;UNAN Amerika, karena menurut peraturan Dcportasi Inggris bahwa ia barus dikirimkembali ke negara asalnya , untuk membantu negara terscbut karcna Soblen telah melakukan tindak pidana. Amerika mcmahon Soblen untuk diserahkan padanya, tetapi bila didasarbn pada pcrjanjian penyerahan penjahat yang diadakan dengan Inggris tahun 1931 maka dal.m pemjanjian terscbut tindak mata·mata (spionage) tidak termasuk tindak yang dapat diserahkan dan penyerahan orang dengan latar bclakaog politik juga dilarang. Sementara masih menja:!i persoalan ke mana Dr.ScbJen harus diusir, karena tidak mungkin mengirim ke Israel berhub'lOg Soblen bar" dikeluarkan dari Israel, ke Amerika timbul kesulitan scbagai yang dikemukakan di atas, maka Czechoslavakia menawarkan untuk mencrima Dr.Soblen. ] adi sckarang bagi pengadilan mempunyai 3 pilil,.n untuk menentukan kemana Soblen akan dikirim. Dalam hal itu pendapa~ dari Lord Denning M.R. (salah seorang hakim dari pengadilan Inggris) sebagai berikut: If, therefore, the porpuse of the Home Secretary in this qse to surrender the applicant as a fugitive criminal to the United States of American, because they had asked for him, then it would be unlawful; but if his purpose m:1S to deport him to his 0\1.'11 COUlltry because he considered his presense here to be not cOl1ducil'e 10 the common good, then his action is lawful . .. .. Selanjutnya beliau menyebutkan bahwa . . . ..The national State of the deportee was the only country Obliged by international law to accept him. pendapat ini dikemukakan didasarkan kcpada pengamatannya bahwa: The king's prerogative power of expelling aliens had been historically exercised "to send them home" Dan agaknya daiam kasus ini Home Secretary Inggris berpendapat: ....that there was such an ulterior motive which caused the Home Secretary to specify the United States and not SOme other destination in his deportation order. Pendapat tersebut di atas agaknya pilihan negara Amerika yang dipilill sebagai negara di mana Soblen di deportasi, bukan didasarkan kepada Ektradisi yang diminta oleh Amerika Serikat tetapi karena alasan·alasan tertentu, yaitu: Adanya Soblen di Inggris tidak dikehendaki oIeh negara tersebut dan ;uga alas:", bahwa menu rut sejarah hak prerogative raja llntuk mengusir orang "ing dari Inggris biasanya mengusimya kenegara asalnya42) Terhadap disguised extradition ini oIeh Shearer dikemukakan keberatan. nya. Suatu Peninjauan Terhadap Masalah Deportasi Dari Segi Hukurn Intentasional. 97 1. Ditinjau dari negara pe mahan , deportasi, kemungkinar, tidak menjamin bahwa sipelaku (Fugitive) bisa diterima olehnya dengan selamat. Keadaan ini disimpulkan. · oleh karena orang yang diusir akan menjaeli- «bas unt""'- ' mem.suki negara mana yang menjadi tujuannya setelah keluar dari negara yang mengusimya, mengingat sctel.h keJuar dari neg.ra tersebut ia akan menjadi orang bebas. 2. Ditinjan dari ora~g yang diusir jika deportasi dipergunakan sebagai disquised extradition itu berarti merampas hak orang tersebut. Yang dapat ia nikmati apabila ia sebagai ::>enjahat yang diserahkar. (extraditee). Hak yang dimaksud adalah hak untuk tid'k kem'cali kenegara pemohon atas kcjahatan politik. 3. Dilinjau dari negara yang mengusir penggunaan disguised extradition se!Jagai prosedurc yang s~ de rhana dilJandingkan dengan prosedure extradisi, ini seperti .nengurangi kewenangan dari pejabat dimana hak-hak individu di kurbankan karen a dipakai untuk memudahkan meneari jalan keluar, scbab prosedur extradisi yang ditentukan dalam perjanjian extradisi sangat sulil. Keadaan yang demikian dapat dianggap mclanggar perjanjian (sebagai sumber hukum lnternasional) yang telah disetujuinya. Kes;mpulan hubungan antara deportasi dan ektradisi ialah bahwa karena prosedure ektradisi adalah sulit dan kadang·kadang tidak dapat dipenuhi syaratnya untuk dapat memohon seseorang yang telah meIanggar hokum pidana suatu negara, maka kesulitan tersebut dapat diatasi dengan adanya sualll deportas;, IV. KESIMPULAN Hak suatu negara untuk mengeluarkan orang asing dari wilayahnya adalah diakui oleh hukum InternasionaJ. Dan menurut Hukum Internasional negara mempunyai kebebasan untuk mempergunakan haknya untuk mengusir orang asing dari wiJayahnya agar hak tersebut tak dipergunakan dengan ewenang-wenang, maka suatu negara dalam hukum nasionalnya menentukan pembatasan-pembatasan tertentu yang harus dianuti oleh penguasa yang be'rwenang untilk menousir orang asing dari wilayahnya. peportasi itu sendiri adalah suatu prosedur rutine dan ini bukanlah suatu hal yang baru, keeuaJi apabila orang yang diu sir odalah orang yang pentinf" barulah berita deport~si tersebut menarik perhatian. Sesuai dengan sifat Hukum Internasional , hukum internasional, derniki.an pula PBB,tidak mempunyai lembaga/aJat untukpenoawasan secara effcktifterhadap suatu negara, agar negara terscbut tidak mempergunakan hak mengusir orang asing dengan sewenang-wenang. Hanya pada kon\'ensi Eropa mengenai hak aiasi manusia telah mengadakan sarana-sarana yang 98 memungkinakan individu uapat mengaduk:m suatll ncgara alas tilldak:.lll negara tersebut yang mclanggar hak-haknya yang dilindungi olch kOIlVCIl"j tersebut. Footnote I). Oppenheim. L. International Law a prestise, Vol I, Peace, 8th edition, Longmans, 692. 2). Kompas, tajuk rencana, Rabu 24·3·1976, hal IV. 3). Dietz lohn P., Deportation in the United States, Great Britain and International law, The Internati0nal Lawyer April 1973, vol 7 no 2 hal 326. 4). Time, No. 29, 1976 h;:l 49. 5). Siaran Warta Becita RRI, tg 11-1-1977 6)_ Oppenheim, opcit, hal 691. 7): Immigration and alien Registration Law of The Philippines, The Espina Philippine Immigration act of 1940, hal 61. 8). Suntjaya, Brigadir lendral Polisi, Markas Besar Kepolisian RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan ten tang masalah Orang Asing. hal 83. 9). Dietz John P, opeet hal 349. 10). LA.Shearer, Extradition in International Law. Manchester University Press Oceana Publication Int, hal 76; L Oppenheim opcit hal 693. II): O'Connell DP LId, (Cantab) , International Law, 2 nd edition. vol 2, London Stevens & Sons, 1970 hal 709, 710. juga Iihat L.Oppenheim, locit .... as Internasional Law provides no detailed rules regarding expUlsion, everything 'depends upon the merits of the individual ease. 12). ' Soer.aryo. Me. Masalah·masalah di sekitar soal wa'ga negara dan orang asing, Penerbit Herapan Masa (P.C.R.L), tanpa tahun,-hal 17. i3). Dietz, John P., Opcit, hal 348, dikutip oleh lohn P.Dietz dari Wolfgang Friedman, Oliver L.Lissithyn, Richard C. Pugh, International Law - Cases and materials, 747, West Publishing Co, the Perul, Minn (1969). 14). Laeit. 15). Lacit i6). Lacit 17). Ibid. hal 349 . . . . . . . In the author's view traditional ir.ternational law provides no protection to aliens against deport~tion procedu!:e_ adopted by host countries and aliens have no such procedural rights that -their own countries could and would enforece cn their behalf. . i8). Siciarta Gautama, Prof. Mr . Dr (Dahulu Couw Giok Siong)warga negara dan Orong asing, .Penerbit Keng Po, Jakarta, hal 68. 19). United Nations, Human Rights, A compilation of International Instruments of the United Nations, i973, hal I. 20). Vasak, Buku kuliah Seminar Hukum International oleh The Hague Suatu Peninjauan Tcrhadap Masalah Oeportasi Uari Segi 99 ~Iukum Internasional. Academi of International law, Bangkok 1974, hal 5. 21). Mochtar Kusumaatmaja . Dr,Prof. Pengantar Hukum Internasional, Bag I, Bagian Umum, Penerbit Ilina Cipta, Bandung, hal 145 , menyadur ... Ilahwa tidak ada satu pemerintahpun di dunia yang berani secara terang-terangan menentang pernyataan umum hak azasi manusia ini 22). Vasak,lacit. . ... the general evolution of international Human Rights tending to make Declaration part of the customary law of civilized nations Gus cogens). 23). "(udam, T.S. dra, dan Simanang SH, Hak·hak Azasi Manusia, P.T . Cunung Agung dan Pustaka Pengetahuan Umum, hal 33. 24). United Nations, Opcit hal 7. 25). Ibid, hal 15. 26). Ibid, hal 16. 27). Ibid, hal 13. 28). Dietz, John P, opcit hal 351. 29). The European Convention on Human Rights, Nama lengkap konvensi terscbut adalah "Convention for the protection on Human Rights and Fundamental Freedoms, Directorate of Information Council of Europe Strasbourg 1968. 30). Ibid, hal 40. 31). Ibid, hal 30. 32). Ibid hal 8. Konvensi Eropa ten tang hak·hak azasi dile ngkapi dengan lima protoko!. Protokol pertama ditandatangani tgl 20·3-1952 dan mulai berlaku 18-5-1954. Tiga protokol berikutnya dirumuskan tahun 1963. Protokol mengatur pengadilan mengenai Human Rights , kewenangannya untuk memberi riasehat-nasehat (advisory opinion) daiam hal-hal tertentu. PrGtokol ketiga mengamand;r ps 29.30, 34 dari konvensi hak azasi manusia sehubungan dengan prosedure (tata kerja) dari komisi Hak azasi man usia. Protokol keempat , mengesahkan empat tambahan hak dan kekebalan yang tak dimasukkan dalam tex sebelumnya. Protokoi kelima dirumuskan bulan Januari 1966 yang mengubah (tata kerja) tentang pemililian . dari anggota komisi dan Peradilan Hoi< Azasi Manusia. 33). Mochtar Kusumaatmadja, Dr.Prof.opcit hal 101. 34). Mochtar Kusumaatmadja Dr.Prof. Ibid hal 102. 35). European Commision of Human Rights, Collection of Decisions, Strasbourg, July 1971, hal 91. 36). The European Convention on Human Rights, opcit. hal 25. 37). Eeropean Commission of Human Rights, Collection of Decisions, opcit, hal 90. 38). Shearer, I.A. opoit hal 710 39). Lihat juga pada O'Connell, opcit hal 710 ... . disquised extradition when extradition would not normally be available. 100 IIUKUM DAN l'I':MllANGUNAN 40). Berkas Perk.ra yang disusun oleh NICB - Indonesia/Interpol tg 17·4·1970 lihal juga Rivai Rasjad, Peristiwa Pembunuhan M·S.5asat· rowidardjo, Kaplen kapal K.M. Waikelo, P.N. Jakarta Lloyd, Skripsi Fakultas Hukum , U.L hal · I4. 41 J. Sheaper, LA. opcit hal 79. 42). Didalam kasus Sublen ini menurut O.Connel opcit hal 710, yang mengulip dari The Times September I, J962 p 4 . .. . . . The U.K. ordered deportation to the U.S. wh;ch was t1" country of oOlh the crim" and the nationality, in face of Israel's demand for hi s asylum in Israel. Pendapat lain dalam kasus ini dikelllukakan oleh Cherif Bassiouni dalam bukunya "International Exlradition and World Public Order" 1974 A.N. Sijlhoffy Leyden Oceana Publicalion s Inc. Dobbs Ferry, N Y hal 142 . . . .. . England Ihen fOl'nd thai S"blen had not been "legally admited and ordered his departure in the first flight the day, presumabl y 10 be returned to Israel bound fligl,ts that day·only a Pan Am , he di ed in an English hospi tal. 43). Shearer, LA, opcit, hal 87 sid 89. or