bab 1 pendahuluan

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Etika bisnis merupakan topik yang sangat penting dalam dunia bisnis
modern. Pada awal milenium ini, dunia bisnis terguncang oleh sejumlah skandal
yang melibatkan perusahaan-perusahaan besar. Kegagalan korporasi yang terjadi
kepada perusahaan ternama seperti Enron, Worldcom, dan Parmalat telah
mendesak dunia bisnis untuk meningkatkan perhatiannya terhadap corporate
governance, tanggung jawab sosial (CSR), dan etika organisasional. Tekanan dari
stakeholders seperti konsumen, investor, dan masyarakat agar perusahaan
bertindak secara etis tidak dapat lagi dihindari.
Selama beberapa dekade, teori ekonomi neoklasik menyatakan bahwa
organisasi bisnis itu ada untuk memaksimalkan laba bagi shareholders (Koh dan
Boo, 2004). Tekanan dari stakeholders membuat perusahaan mulai menyadari
bahwa laba bukanlah satu-satunya hal yang paling penting. Perusahaan sadar
bahwa selain berperilaku ekonomis, mereka juga harus berperilaku etis.
Perilaku ekonomis dan etis tidak saling bertentangan, bahkan, beberapa
penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara kinerja perusahaan
dalam kegiatan tanggung jawab sosial dengan kinerja keuangan perusahaan.
Menurut Arendt dan Brettel (2010), kegiatan tanggung jawab sosial yang
1
dilakukan oleh perusahaan berukuran besar akan mempromosikan image
attractiveness di mata stakeholder.
Berperilaku etis seharusnya tidak hanya dilakukan untuk mempromosikan
nama baik perusahaan kepada stakeholder eksternal seperti masyarakat,
distributor, dan pemerintah. Perilaku etis juga memiliki pengaruh terhadap
karyawan perusahaan. Karyawan lebih menghargai perusahaan yang bersifat etis
(Valentine dan Fleischman, 2008). Efek tersebut dapat dilihat dalam sikap dan
perilaku karyawan, misalnya komitmen organisasional dan kepuasan kerja.
Tidak ada suatu formula yang bisa merumuskan organisasi etis yang
sempurna, karena setiap organisasi memiliki karakteristik berbeda. Sangatlah sulit
untuk menentukan apakah suatu organisasi etis atau tidak. Untuk mengukur
tingkat “ke-etisan” perusahaan dengan tepat, menjawab pertanyaan seperti
“apakah perusahaan memiliki kode etik?” atau “berapakah dana yang dihabiskan
perusahaan untuk kegiatan tanggung jawab sosial?” belumlah cukup. Informasi
yang bisa dilihat (tangible) tidaklah selalu menggambarkan keadaan yang
sebenarnya. Teori iklim etika dapat digunakan untuk mengevaluasi lebih
mendalam mengenai sejauh mana organisasi menegakkan etika dalam kegiatan
bisnisnya.
Teori iklim etika yang dicetuskan oleh Victor dan Cullen (1988)
merupakan persepsi bersama tentang apa perilaku etis yang benar dan bagaimana
isu-isu etis harus ditangani. Iklim etika adalah salah satu faktor utama yang
membentuk hubungan intra organisasi dan sikap karyawan, sehingga memiliki
2
dampak yang besar terhadap output yang dihasilkan oleh organisasi (Elci dan
Alpkann, 2009). Memahami hubungan antara iklim etika dan perilaku karyawan
merupakan bidang penelitian yang sangat penting. Sebagai contoh, satu cara
dimana
ketaatan
terhadap
prinsip
etika
dapat
menghasilkan
performa
organisasional yang lebih baik adalah meningkatnya kepuasan kerja karyawan.
Kepuasan kerja adalah sikap kerja yang sangat berpengaruh terhadap
output yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan. Semakin tinggi kepuasan kerja,
maka semakin tinggi juga produktivitas karyawan (Halkos dan Bousinakis, 2010).
Kepuasan kerja adalah salah satu sikap kerja yang paling sering diteliti, akan
tetapi penelitian mengenai hubungannya dengan iklim etika masih sangat minim.
Terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan hubungan antara
kepuasan kerja dan iklim etika, diantaranya adalah teori keadilan organisasional
dan cognitive dissonance theory. Karyawan yang mempersepsikan organisasinya
berperilaku etis juga cenderung akan mempersepsikan organisasi tersebut
berperilaku adil terhadap mereka (Koh dan Boo, 2001). Menurut teori keadilan
organisasional, persepsi karyawan bahwa mereka diperlakukan adil oleh
organisasinya akan berdampak terhadap meningkatnya kepuasan kerja. Teori
cognitive dissonance menjelaskan bahwa, dengan asumsi bahwa semua karyawan
pada umumnya berusaha untuk menjadi individu yang etis, perusahaan yang
menegakkan etika akan menghindari friksi (dissonance) terhadap nilai-nilai etika
yang menjadi pedoman karyawan, sehingga akan menghasikan tingkat kepuasan
kerja yang tinggi.
3
Untuk penelitian pengaruh iklim etika terhadap kepuasan kerja ini, peneliti
tertarik untuk melakukan studi kasus pada PT Bank Mandiri Persero, lebih
tepatnya pada bagian Learning Center Group. Perbankan merupakan industri yang
diawasi sangat ketat oleh pemerintah, disebut dengan most heavily regulated
industry. Etika bisnis dalam perbankan sangatlah penting. Dalam perbankan, etika
dapat dilihat sebagai pelengkap yang diperlukan bagi hukum dan regulasi (Paulet,
2011). Bank Mandiri merupakan salah satu perusahaan terbesar di industri
perbankan, sehingga melakukan studi kasus dengan tema iklim etika pada Mandiri
menjadi pilihan yang baik.
1.2
Rumusan Masalah
Etis atau tidaknya perusahaan memiliki efek terhadap kepuasan kerja
karyawan. Pada penelitian-penelitian terdahulu, terbukti bahwa perusahaan yang
dipersepsikan etis oleh karyawannya lebih cenderung disukai, ditandakan oleh
kepuasan kerja yang tinggi (Valentine dan Fleischman, 2008).
Iklim etika adalah persepsi bersama anggota suatu organisasi tentang apa
perilaku etis yang benar dan bagaimana isu-isu etika harus ditangani. Iklim etika
menggambarkan secara garis besar bagaimana perusahaan secara keseluruhan
menghadapi masalah etika, yang erat hubungannya dengan kegiatan pengambilan
keputusan.
Terdapat lima jenis iklim etika Instrumental, caring, independence, rules,
law and code) yang memiliki karakteristiknya masing-masing. Walaupun sering
ditemui adanya satu iklim yang dominan, tidak pernah ditemukan suatu organisasi
4
yang hanya memiliki satu iklim etika (Victor dan Cullen, 1988). Suatu organisasi
mungkin memiliki lebih dari satu dimensi dari lima iklim yang telah disebutkan,
dan setiap organisasi memiliki kombinasi dan kadar yang berbeda. Tidak ada
suatu formula yang bisa merumuskan organisasi etis yang sempurna, karena setiap
organisasi memiliki karakteristik dan iklim yang berbeda. Sangatlah sulit untuk
mendefinisikan apakah suatu organisasi etis atau tidak. Salah satu cara untuk
menganalisa etis atau tidaknya suatu organisasi dapat dilihat dari iklim etika
organisasi tersebut.
Kepuasan kerja adalah sikap kerja yang sangat berpengaruh terhadap
output yang dihasilkan dengan organisasi. Penelitian mengenai kepuasan kerja
sudah banyak dilakukan, namun penelitian mengenai hubungannya dengan iklim
etika jumlahnya masih sangat minim.
Hubungan antara iklim etika dan kepuasan kerja dapat dijelaskan dengan
teori keadilan organisasional dan teori cognitive dissonance. Teori keadilan
organisasional menjelaskan bahwa karyawan yang mempersepsikan bahwa
perusahaannya berperilaku etis juga cenderung akan mempersepsikan organisasi
tersebut berperilaku adil terhadap mereka (Koh dan Boo, 2001). Rasa adil inilah
yang akan meningkatkan kepuasan kerja. Teori cognitive dissonance menjelaskan
bahwa, dengan asumsi bahwa semua karyawan pada umumnya berusaha untuk
menjadi individu yang etis, perusahaan yang menegakkan etika akan menghindari
friksi (dissonance) terhadap nilai-nilai etika yang menjadi pedoman karyawan,
sehingga akan menghasikan tingkat kepuasan kerja yang tinggi.
5
Pertanyaan penelitian yang digunakan pada penelitian ini, yang juga akan
mendasari kerangka penelitian, diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Elci
dan Alpkann (2009). Perbedaannya, penelitian Elci dan Alpkann menggunakan
iklim etika teoritis, sedangkan penelitian ini menggunakan iklim etika empiris.
Berdasarkan rumusan di atas, maka pertanyaan penelitiannya adalah:
1. Apakah terdapat hubungan antara iklim etika instrumental dengan
kepuasan kerja?
2. Apakah terdapat hubungan antara iklim etika caring dengan kepuasan
kerja?
3. Apakah terdapat hubungan antara iklim etika independence dengan
kepuasan kerja?
4. Apakah terdapat hubungan antara iklim etika rules dengan kepuasan kerja?
5. Apakah terdapat hubungan antara iklim etika laws and codes dengan
kepuasan kerja?
1.3
Tujuan Penelitian
Penelitian mengenai pengaruh iklim etika terhadap kepuasan kerja ini mempunyai
beberapa tujuan yaitu untuk menguji:
1. Hubungan antara iklim etika instrumental dengan kepuasan kerja
2. Hubungan antara iklim etika caring dengan kepuasan kerja
3. Hubungan antara iklim etika independence dengan kepuasan kerja
4. Hubungan antara iklim etika rules dengan kepuasan kerja
5. Hubungan antara iklim etika laws and codes dengan kepuasan kerja
6
1.4
Manfaat Penelitian
Bagi Akademisi
1. Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk dijadikan bahan referensi bagi
akademisi yang ingin membahas masalah iklim etika mapun kepuasan
kerja lebih jauh,
2. Menambah wawasan bagi yang membacanya tentang hubungan antara
iklim etika dengan kepuasan kerja
Bagi Perusahaan
1. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan tentang iklim etika dan
efeknya terhadap kepuasan karyawan pada Bank Mandiri.
1.5
Sistematika Penelitian
Pembahasan dalam skripsi ini akan disajikan dalam lima bab yang berurutan
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan uraian latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, batasan penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Menguraikan dasar-dasar teori yang digunakan dalam penelitian, yaitu iklim etika
dan kepuasan kerja. Dalam bab ini juga dijelaskan mengenai hubungan antar
variabel dan kerangka penelitian.
7
Download