13 BAB II TINJAUAN TEORI A. Kehamilan 1. Definisi Periode

advertisement
13
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Kehamilan
1. Definisi
Periode kehamilan dimulai sejak terjadinya konsepsi dan berakhir
pada proses kelahiran janin. Kehamilan normal terjadi selama 280
hari atau selama 40 minggu 9 bulan 7 hari dihitung dari hari pertama
haid terakhir. Periode kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan yaitu
triwulan pertama dimulai sejak terjadinya konsepsi sampai dengan
usia kandungan 3 bulan, triwulan kedua dimulai dari bulan keempat
samai dengan bulan keenam, dan triwulan ketiga dimulai sejak bulan
ketujuh kehamilan sampai dengan usia 9 bulan (Prawirohardjo, 2009).
2. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala terjadinya kehamilan dapat berupa tanda
dugaan adanya kehamilan, tanda tidak pasti, dan tanda pasti
kehamilan.
a. Tanda kemungkinan terjadinya kehamilan
1) Amenorhea (terlambat datang bulan). Disebabkan karena
konsepsi dan nidasi yang menyebabkan tidak terjadi
pembentukan folikel de graaf dan ovulasi.
13
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
14
2) Mual dan muntah (emesis). Disebabkan karena adanya
pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron sehingga
menyebabkan
pengeluaran
asam
lambung
menjadi
berlebihan
3) Ngidam. Wanita hamil sering menginginkan makanan
tertentu. Keinginan yang demikian disebut ngidam.
4) Payudara tegang. Dipengaruhi oleh hormon estrogen,
progesteron dan somatomamotrofi yang menimbulkan
deposit lemak, air dan garam pada payudara. Payudara
akan menjadi tegang dan membesar.
5) Sering miksi. Desakan rahim ke depan menyebabkan
kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi
6) Konstipasi atau obstipasi
Pengaruh
hormon
progesteron
dapat
menghambat
gerakan peristaltik usus, sehingga menyebabkan kesulitan
untuk buang air besar.
7) Pigmentasi
kulit.
Keluarnya
melanophore
stimulating
hormone hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi di
sekitar pipi (kloasma gravidarum), pada dinding perut
(striae nigra, linea alba makin hitam) dan pada sekitar
payudara (hiperpigmentasi areola).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
15
8) Varises
atau
Disebabkan
penampakan
karena
pembuluh
pengaruh
dari
darah
estrogen
vena.
dan
progesteron sehingga terjadi penampakan pembuluh darah
vena.
b. Tanda tidak pasti kehamilan
1) Rahim membesar sesuai dengan tuanya kehamilan
2) Pada pemeriksaan dalam, di jumpai :
a) Tanda hegar, yaitu apabila ismus uteri mengadakan
hipertropi
sehingga
menjadi
lebih
lunak
dan
memanjang
b) Tanda
chadwick,
yaitu
adanya
peningkatan
vaskularisasi yang menyebabkan timbulnya warna
ungu dan kebiruan pada mukosa vagina, vulva, dan
serviks sebagai akibat dari peningkatan hormon
estrogen
c) Tanda
pisckacek,
yaitu
uterus
yang
mengalami
pembesaran dan menuju ke salah satu jurusan
sehingga terlihat menonjol dengan jelas ke jurusan
tertentu
d) Kontraksi Braxton hick, yaitu kontraksi yang tidak
teratur serta tidak menimbulkan rasa nyeri pada saat
dilakukan pemeriksaan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
16
e) Teraba ballottement, yaitu merupakan gerakan dari
janin yang belum mengalami engaged, dan biasanya
teraba pada minggu ke 10-18
c. Tanda pasti kehamilan
1) Gerakan janin dalam rahim
2) Terlihat/ teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian
janin
3) Denyut jantung janin (DJJ). Di dengar dengan stetoskop
leanec, alat dopler. Di lihat dengan ultrasonografi.
(Manuaba, 2010)
3. Diagnosis Banding Kehamilan
Diagnosis banding pada kehamilan diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Hamil palsu (pseudosiesis) atau kehamilan spuria. Dijumpai
tanda
dugaan
hamil,
tetapi
dengan
pemeriksaan
menggunakan alat canggih dan tes biologis tidak menunjukkan
kehamilan
b. Tumor kandungan atau mioma uteri. Terdapat pembesaran
rahim tetapi tidak disertai dengan tanda-tanda kehamilan
c. Kista ovarium. Pembesaran perut, tetapi tidak disertai dengan
adanya
tanda-tanda
kehamilan
dan
mensturasi
terus
berlangsung.
d. Hematometra. Terlambat datang bulan yang dapat melampaui
usia kehamilan. Perut terasa nyeri setiap bulan. Terjadi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
17
tumpukan darah dalam rahim. Tanda dan pemeriksaan
kehamilan tidak menunjukkan hasil yang positif
e. Kandung kemih yang penuh. Dengan melakukan kateterisasi,
maka pembesaran perut akan menghilang. (Manuaba, 2010).
4. Masa-masa kehamilan
a. Trimester pertama
Pada trimester pertama ini adalah tahap penyesuaian
terhadap
kenyataan
bahwa
dia
sedang
mengandung.
Beberapa ketidaknyamanan yang mungkin bisa terjadi pada
kehamilan di trimester pertama antara lain kelemahan,
perubahan nafsu makan dan kepekaan emosional. Keadaan
ini mencerminkan konflik serta depresi yang dialami dan
menjadi pengingat tentang kehamilannya. (Sukarni, 2013)
b. Trimester kedua
Periode kesehatan yang baik karena wanita hamil
biasanya sudah mulai merasa nyaman dan bebas dari
ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil. Pada
trimester ini terbagi menjadi dua fase yaitu fase praquickening
dan
fase
pasca-praquickening.
Quickening
menunjukan
kenyataan adanya kehidupan yang terpisah yang mendorong
wanita dalam menjalankan tugas psikologis utamanya untuk
mengembangkan identitas sebagai ibu. Bayi mulai bergerak
pada periode ini. (Sukarni, 2013)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
18
c. Trimester ketiga
Pada periode ini ibu sudah menjadi tidak sabar menanti
kehadiran sang bayi. Trimester tiga merupakan waktu
persiapan yang aktif terlihat dalam menantikan kelahiran bayi
dan menjadi orang tua sementara perhatian utama terfokus
pada bayi (Sukarni, 2013).
5. Perubahan fisiologis pada kehamilan
a. Uterus
Rahim atau uterus yang semula hanya memiliki ukuran sebesar
ibu jari dan beratnya 30 gram akan mengalami hipertropi dan
hyperplasia sehingga beratnya menjadi 1000 gram saat akhir
kehamilan. Otot rahim mengalami hipertropi dan hyperplasia
menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran
rahim dikarenakan prtumbuhan janin (Manuaba, 2010).
b. Ovarium
Bersamaan dengan terjadinya kehamilan, kemudian indung telur
yang memiliki korpus luteum gravidarum akan meneruskan
fungsinya hingga plasenta terbentuk dengan sempurna pada usia
16 minggu (Manuaba, 2010).
c. Vulva/vagina
Terjadi
hipervaskularisasi
yang
estrogen dan progesteron, warna
dispengaruhi
oleh
hormon
menjadi merah kebiruan
(Sukarni,2013)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
19
d. Payudara
Payudara selama masa kehamilan mengalami pertumbuhan dan
perkembangan dalam rangka untuk mempersiapkan pemberian
ASI pada masa menyusui. Perkembangan yang terjadi pada
payudara
disebabkan
karena
adanya
hormon
estrogen,
progesteron, dan somatomamotrofin.
Hormon estrogen berfungsi untuk menimbulkan hipertofi saluran
payudara, menimbulkan penimbunan lemak dan air serta garam
sehingga payudara tampak makin membesar ketika hamil,
tekanan serat saraf akibat penimbunan lemak, air dan garam
menyebabkan rasa sakit pada payudara.
Hormon progesteron berfungsi untuk mempersiapkan asinus
sehingga dapat berfungsi dan meningkatkan jumlah sel asinus.
Hormon somatomamotrofin berfungsi untuk mempengaruhi sel
asinus dalam membuat kasein, laktabumin, dan laktoglobulin,
kemudian merangsang keluarnya kolostrum pada masa kehamilan
(Manuaba, 2010).
e. Sirkulasi darah ibu
Peredaran darah pada ibu hamil dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yang meliputi :
1) Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat
memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin
dalam rahim
2) Pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang semakin
meningkat (Manuaba, 2010).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
20
6. Pemeriksaan Kehamilan (ANC)
Setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan
selama periode antenatal. Meliputi satu kali kunjungan selama
trimester pertama (sebelum 14 minggu), satu kali kunjungan selama
trimester kedua (antara 14-28 minggu), dan dua kali kunjungan
selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan sesudah minggu ke
36) (Saifuddin, 2010).
a. Tujuan khusus pengawasan antenatal menurut Manuaba, 2010
adalah sebagai berikut :
1) Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang
terdapat saat kehamilan, saat persalinan, dan kala nifas
2) Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil,
persalinan, dan kala nifas
3) Memberikan nasihat dan petunjuk yang berkaitan dengan
kehamilan, persalinan, kala nifas, dan aspek keluarga
berencana
4) Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal
b. Asuhan kebidanan pada pemeriksaan awal antenatal
1) Anamnesis. Meliputi data biologis, keluhan hamil, fisologis,
patologis (abnormal)
2) Pemeriksaan fisik. Meliputi pemeriksaan fisik umum dan
pemeriksaan
fisik
khusus.
Pemeriksaan
fisik
khusus
merupakan pemeriksaan yang berkaitan dengan obstetrik ibu
dan pemeriksaan USG
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
21
3) Pemeriksaan psikologis yang bertujuan untuk mengetahui
status kejiwaan ibu dalam menghadapi kehamilannya
4) Pemeriksaan
laboratorium.
Meliputi
pemeriksaan
darah
lengkap (golongan darah dan hemoglobin), urin, serta tes
kehamilan (Manuaba, 2010)
5) Serta pemeriksaan tambahan lain untuk memperoleh data
dasar
c. Asuhan kebidanan pada pemeriksaan ulang antenatal
1) Anamnesis
2) Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan fisik yang bersifat
umum dan pemeriksaan obstetrik
3) Pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus (jika diperlukan)
4) Memberikan rencana tindakan. Misalnya menentukan waktu
kunjungan ulang, memberikan terapi yang diperlukan, dan
memberikan konseling yang sesuai dengan kebutuhan ibu
d. Asuhan kebidanan pada antenatal care
1) Trimester Pertama (sebelum minggu ke 14)
a) Membangun hubungan saling percaya antara petugas
kesehatan dan ibu hamil
b) Mendeteksi masalah dan menanganinya
c) Melakukan
tindakan
pencegahan
seperti
tetanus
neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan
praktek tradisional yang merugikan
d) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk
menghadapi komplikasi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
22
e) Mendorong
perilaku
yang
sehat
(gizi,
latihan
dan
kebersihan, istirahat)
2) Trimester kedua (sebelum minggu ke 28)
Kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia (tanyakan
pada ibu tentang gejala-gejala preeklampsia, pantau
tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk mengetahui
proteinuria)
3) Trimester ketiga (antara minggu 28-36)
Palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan
ganda
4) Trimester ketiga (setelah 36 minggu)
Deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang
memerlukan kelahiran di rumah sakit (Saiffudin, 2010).
7.
Kebijakan program dalam ANC
Standar pelayanan ANC meliputi 14T, sehingga dengan standar
yang telah ditetapkan diarapkan dapat meningkatkan pelayanan
kehamilan serta mampu menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
Standar asuhan 14T tersebut antara lain : Timbang berat badan dan
tinggi badan, Pengukuran TFU, tekanan darah, pemberian tablet
tambah darah, pemberian imunisasi tetanus toxoid, pemeriksaan hb,
pemeriksaan protein urin, pengambilan darah untuk pemeriksaan vdrl,
perawatan payudara, pemeriksaan urin reduksi, senam ibu hamil,
pemberian obat malaria, pemberian kapsul minyak beryodium, temu
wicara/konseling
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
23
8. Ketidaknyamanan dan cara mengatasi
a. TM I
1) Kelelahan
a) Dasar anatomis dan fisiologi
Penyebab tidak diketahui
b) Cara meringankan atau mencegah
Yakinkan pada ibu bahwa hal ini normal terjadi dalam
kehamilan, dorong ibu untuk sering beristirahat.
c) Pengobatan secara farmakologis
Tidak perlu memberikan obat-obatan, suplemen vitamin
dan zat besi dapat membantu untuk kesehatan ibu secara
umum
2) Keputihan
a) Dasar anatomis dan fisiologis
Peningkatan
produksi
lendir
sebagai
akibat
dari
peningkatan kadar estrogen
b) Cara meringankan atau mencegah
Meningkatkan kebersihan dengan mandi setiap hari,
memakai pakaian dalam yang terbuat dari katun bukan
nylon, menghindari pencucian vagina dan mencuci vagina
dengan sabun dari arah depan ke belakang
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
24
3) Ngidam
a) Dasar anatomis dan fisiologis
Mungkin berkaitan dengan persepsi individu
wanita
tersebut mengenai apa yang bisa mengurangi rasa mual
dan muntah
b) Cara meringankan atau mencegah
Tidak seharusnya menimbulkan kekhawatiran asalkan
cukup bergizi dan makanan yang diinginkan makanan
yang sehat
b. TM II
1) Chloasma
a) Dasar anatomis dan fisiologis
Peningkatan kadar estrogen dan mungkin progesteron
b) Cara meringankan atau mencegah
Hindari sinar matahari berlebih selama masa kehamilan
dan gunakan bahan pelindung non alergi
c. TM II dan III
1) Konstipasi
a) Dasar anatomis dan fisiologis
Peningkatan
pada
progesteron
yang
menyebabkan
peristaltik usus menjadi lambat
b) Cara meringankan atau mencegah
Istirahat cukup, senam, BAB segera setelah ada dorongan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
25
2) Sesak nafas
a) Dasar anatomis dan fisiologis
Uterus membesar dan menekan pada diafragma
b) Cara meringankan atau mencegah
Latihan nafas melalui senam hamil, tidur dengan bantal
ditinggikan, makan tidak terlalu banyak, hentikan merokok
untuk yang merokok, konsutasi dokter bila ada asma
3) Pusing
a) Dasar anatomis dan fisiologis
Sakit kepala pada triwulan terakhir dapat merupakan
gejala pre eklampsi berat
b) Cara meringankan atau mencegah
Bangun secara perlahan dari posisi istirahat, hindari berdiri
terlalu lama dalam lingkungan yang hangat atau sesak,
hindari berbaring dalam posisi terlentang, konsultasi atau
periksa untuk merasa sakit yang terus menerus
d. TM III
1) Sering kencing
a) Dasar anatomis dan fisiologis
Tekanan uterus pada kandung kemih
b) Cara meringankan atau mencegah
Kosongkan saat terasa ada dorongan untuk kencing,
perbanyak minum pada siang hari, batasi minum bahan
diuretika alamiah seperti kopi, teh, cola dengan kafein
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
26
B. PERSALINAN
1. Definisi
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin+uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan
lahir atau dengan jalan lain (Rustam Mochtar, 2011). Persalinan
adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke
dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban
didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal
adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37 - 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada
ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2008).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
Beberapa faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu
a. Power/ tenaga yang mendorong anak
1) His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. His
persalinan
yang
menyebabkan
pendataran
dan
pembukaan servik, terjadi dari his pendahuluan tidak
berpengaruh terhadap servik, his pengeluaran dan his
pelepasan plasenta.
2) Tenaga mengejan. Yang disebabkan karena kontraksi otototot dinding perut, kepala di dasar panggul merangsang
mengejan dan paling efektif saat kontraksi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
27
b. Passage/ panggul
1) Bagian tulang panggul
a) Dua os coxae yaitu Os ischium dan Os pubis
b) Os cossygis. Pelvis mayor adalah daerah atas pelvis
minor, superior sari linea terminalis.Fungsi obstetriknya
menyangga uterus yang membesar waktu kehamilan.
c. Passanger
1) Pada akhir minggu ke 8 janin mulai nampak menyerupai
manusia dewasa, menjadi jelas pada akhir minggu ke 12
2) Usia 12 minggu jenis kelamin luarnya sudah dapat dikenali
3) Quickening (terasa gerakan janin pada ibu hamil) terjadi
usia kehamilan 16-20 minggu
4) Djj mulai terdengar minggu 18
5) Panjang rata-rata janin cukup bulan 50cm
6) Berat janin rata-rata janin laki-laki 3400gr dan perempuan
3150 gram
7) Janin cukup bulan lingkar kepala dan bahu hampir sama
(Sukarni, 2013)
3. Tahapan Persalinan
a. Tahapan persalinan
(a) Kala I
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Lamanya kala I
untuk
primigravida
berlangsung
12
jam
sedangkan
multigravida sekitar 8 jam. Pada primigravida, pembukaan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
28
1cm/jam dan pembukaan multigravida 2cm/jam. (Sukarni,
2013)
(b) Kala II
Persalinan kala dua dimulai dari pembukaan lengkap sampai
bayi lahir. Secara umum ada beberapa hal yang dapat terjadi
pada persalinan kala dua yaitu:
1) His menjadi lebih kuat dan sering
2) Timbul tenaga untuk meneran
3) Perubahan dalam dasar panggul
4) Lahirnya fetus
(Sukarni, 2011)
Tanda dan gejala pada persalinan kala dua meliputi:
1) Ibu
merasakan
ingin
meneran
bersamaan
dengan
terjadinya kontraksi
2) Ibu
merasakan
adanya
peningkatan
tekanan
pada
rectum/vagina
3) Perineum terlihat menonjol
4) Vulva vagina, spingter ani membuka
5) Meningkatnya pengeluaran lendir darah
(Sukarni, 2013)
(c) Kala III
Kala tiga merupakan kala pelepasan plasenta yang di tandai
dengan beberapa hal diantaranya
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
29
1) Adanya his uri
2) Adanya
pelepasan
plasenta
yang
meliputi
uterus
berbentuk globular, perdarahan yang tiba-tiba, tali pusat
bertambah panjang dan fundus uteri naik
3) Terjadi perdarahan patologi apabila lebih dari 500cc
4) Sebab-sebab
pelepasan
plasenta
karena
terjadinya
pengecilan rahim yang tiba-tiba akibat retraksi dan
kontraksi otot-otot rahim
serta
plasenta
lepas
dari
dasarnya (Sukarni, 2010)
(d) Kala IV
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan saat yang
paling kritis bagi pasien dan bayinya .pada fase ini tubuh ibu
akan melakukan adaptasi setelah persalinan agar kondisi
tubuhnya stabil, sedangkan bayi melakukan adaptasi terhadap
perubahan lingkungan di luar uterus.
4. Tanda-tanda persalinan
a. Terjadinya his persalinan
His persalinan memiliki ciri khas pinggang terasa nyeri yang
menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval makin pendek,
dan kekuatannya makin besar, mempunyai pengaruh terhadap
perubahan
dan
kekuatannya
makin
besar,
mempunyai
pengaruh terhadap perubahan servik, makin beraktivitas
kekuatannya makin bertambah
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
30
b. Pengeluaran lendir darah
Dengan adanya his persalinan maka akan terjadi perubahan
pada servik yang menimbulkan pendataran dan pembukaan.
Pembukaan menyebabkan kapiler pembuluh darah pecah
c. Pengeluaran cairan
Sebagian besar ketuban akan pecah menjelang pembukaan
lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan
berlangsung dalam waktu 24 jam(Manuaba, 2010)
5. Mekanisme Persalinan
a. Engagement
Pada minggu – minggu akhir kehamilan atau pada saat persalinan
dimulai kepala masuk PAP.
Masuknya kepala :
1) Pada primi dapat terjadi pada bulan akhir kehamilan
2) Pada multi terjadi pada permulaan persalinan
Kepala masuk pintu atas panggul dengan sumbu kepala janin
dapat tegak lurus dengan pintu atas panggul ( sinklitismus ), atau
miring / membentuk sudut dengan pintu atas panggul
( asinklitismus anterior / posterior ).
b. Desent
Penurunan kepala janin ke dalam rongga panggul akibat tekanan
langsung dari his dan daerah fundus ke arah daerah bokong,
tekanan dari amnion, kontraksi otot dinding perut dan diafragma
( mengejan ), dan badan janin terjadi ekstensi dan menegang.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
31
c. Flexion
Terjadi flexi penuh / sempurna sehingga sumbu panjang kepala
sejajar
sumbu
panggul
dan
membantu
penurunan
kepala
selanjutnya.
d. Internal rotation
Putaran paksi dalam selalu disertai dengan turunnya kepala, putaran
ubun – ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis),
membawa kepala melewati distansia interspinarum dengan diameter
biparietalis.
e. Extension
Dengan kontraksi perut yang adekuat kepala semakin turun dan
menyebabkan perineum distensi. Pada saat ini puncak kepala
berada di simfisis dan dengan kontraksi yang kuat akan mendorong
kepala ekspulsi dan melewati introitus vagina.
Ekstensi terjadi setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi
setelah oksiput melewati bawah simfisis pubis bagian posterior.
f.
External rotation
Setelah kepala lahir bayi akan melakukan putaran kembali ke arah
punggung untuk menghilangkan torsi pada leher. Putaran paksi luar
disebabkan ukuran bahu menempatkan diri dalam
diameter
anteroposterior dari PAP. Bahu depan menyusul lahir, diikuti seluruh
badan bayi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
32
g. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan di bawah simfisis menjadi
hipomoklion kelahiran bahu belakang, bahu depan menyusul lahir,
diikuti seluruh badan bayi. ( Icesmi Sukarni dkk, 2013 ).
6. Komplikasi pada persalinan
a. Ketuban pecah dini (KPD)
Merupakan pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tandatanda
persalinan.
Factor
predisposisi
yang
menimbulkan
terjadinya ketuban pecah dini yaitu adanya infeksi genetalia,
servik inkompeten, gemeli, hidramnion, kehamilan preterm, dan
disproporsi sefalo pelvik. Apabila ketuban pecah dini terjadi pada
kehamilan lebih dari 36 minggu dan ada his maka pimpin meneran
dan akselerasi bila ada inersia uteri. Bila tidak ada his lakukan
induksi persalinan. (Sukarni, 2013)
b. Infeksi intrapartum
Merupakan infeksi yang terjadi dalam persalinan atau bisa terjadi
sebelum persalinan. Infeksi intrapartum biasanya terjadi karena
distosia bahu, pemeriksaan dalam lebih dari dua kali, keadaan
umum
lemah,
ketuban
pecah
dini,
servisitis
dan
vaginitis.Penatalaksanaan pada perdarahan intrapartum yaitu
dengan memberikan antibiotic sesuai penyebab. Dapat diberikan
ampisilin 4x500 mg. persalinan diusahakan pervaginam.(Sukarni,
2013)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
33
c. Atonia uteri
Atonia uteri dapat di atasi dengan melakukan massase dan
kompresi bimanual untuk menstimulasi kontraksi uterus yang akan
menghentikan perdarahan. (Sukarni, 2013)
d. Perdarahan Pascapersalinan
Kehilangan darah melebihi 500 ml yang terjadi setelah bayi lahir.
Perdarahan primer pascapersalinan terjadi selama 24 jam,
sedangkan perdarahan sekunder (masa nifas) terjadi setelah itu.
Perdarahan dapat disebabkan karena atonia uteri maupun
retensio plasenta. (Sukarni, 2013)
7. Fase-fase persalinan normal
a. Persalinan Kala I
KalaI
pada
persalinan
berlangsung
ketika
merupakan
pembukaan
nol
kala
pembukaan
yang
berakhir
ketika
dan
pembukaan lengkap (10 cm). Normalnya kala I pada primigravida
berlangsung selama 12 jam dengan pembukaan 1cm/ jam.
Sedangkan untuk multigravida berlangsung sekitar 8 jam dengan
pembukaan 2cm/ jam. Kala I terbagi menjadi dua fase yaitu fase
aktif dan fase laten.
1) Fase Laten
Fase laten persalinan dimulai sejak adanya kontraksi yang
pertama yang menyebabkan adanya pembukaan pada srviks
hingga pembukaan tersebuut mencapai 4 cm
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
34
2) Fase Aktif
Fase aktif pada persalinan kala I dimulai ketika pembukaan
serviks 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
fase aktif terbagi menjadi 3 yaitu fase akselerasi, fase dilatasi
maksimal dan fase deselerasi. Fase akselerasi kala I dalam
waktu 2 jam pembukaan serviks berlangsung dari pembukaan
3 cm hingga 4 cm. Fase dilatasi maksimal adalah fase yang
berlangsung sangat cepat dimana dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 4 cm hingga 9 cm. Sedangkan pada fase
deselerasi , pembukaan menjadi lambat kembali dimana
dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi pembukaan
lengkap yaitu 10 cm.
Tabel 2.1 Pemantauan kala I
Kemajuan Persalinan
a. His / kontraksi :
a. Frekuensi
b. Lamanya
c. Kekuatan
Keadaan Ibu
Tanda vital
Keadaan Janin
a)
Periksa
denyut
jantung
janin
setiap
setengah
jam pada fase aktif
a) Frekuensi
a) Status kandung kemih
b) Lamanya
b) Pemberian makanan /
minuman
a) Warna cairan (
adanya
mekonium )
c) Kekuatan
Kontrol tensi setiap 4 jam
b) Kepekatan
Kontrol setengah jam sekali
pada fase aktif
Perubahan
perilaku
:
dehidrasi
/
lemah,
kebutuhan akan dukungan.
c) Jumlah cairan
Pemeriksaan vagina :
a)
Pembukaan serviks
b)
Penipisan serviks
Jika selaput ketuban
pecah periksa :
d) Molase
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
35
c)
Penurunan
terendah
d)
Molase
bagian
Kontrol setiap 4 jam
b. Persalinan Kala II
Persalinan kala II dimulai pada saat pembukaan serviks sudah lengkap
(10 cm) hingga lahirnya bayi. Diagnosis pada persalinan kala II
didapatkan melalui hasil pemeriksaan dalam yang menunjukkan bahwa
pembukaan servik sudah lengkap dan terlihat bagian kepala bayi pada
introitus vagina atau kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter
5-6 cm. Tanda dan gejala pada kala II meliputi : ibu merasakan ingin
meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, ibu merasakan
peningkatan pada rectum/vagina, perineum menonjol, vulva vagina dan
spingter
ani
membuka,
meningkatnya
pengeluaran
lendir
darah
(Saifuddin, 2010). Pada primi kala II berlangsung selama krang lebih 2
jam, sedangkan pada multi berlangsung selama 1 jam.
Tabel 2. 2 Penanganan Persalinan Kala II
Tindakan
Deskripsi dan keterangan
Memberikan dukungan terus menerus
kepada ibu
Mengipasi dan masase
Menghadirkan seseorang untuk :
a) Mendampingi ibu agar merasa
nyaman
b) Menawarkan minum, mengipasi, dan
memijat ibu
a) Ibu tetap dijaga kebersihannya agar
terhindar dari infeksi
b) Bila ada darah lendir atau cairan
ketuban segera dibersihkan
Menambah kenyamanan bagi ibu
Memberikan dukungan mental
Untuk
Menjaga kebersihan diri
mengurangi
kecemasan
atau
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
36
Mengatur posisi ibu
Menjaga kandung kemih tetap kosong
Memberikan cukup minum
Memimpin mengedan
Bernapas selama persalinan
Pemantauan denyut jantung janin
Melahirkan bayi
ketakutan ibu dengan cara :
a) Menjaga privasi ibu
b) Penjelasan tentang proses dan
kemajuan persalinan
c) Penjelasan tentang prosedur yang
akan dilakukan dan keterlibatan ibu
Dalam memimpin mengedan dapat dipilih
posisi berikut :
a) Jongkok
b) Menungging
c) Tidur miring
d) Setengah duduk
Ibu dianjurkan untuk berkemih sesering
mungkin. Kandung kemih yang penuh dapat
menghalangi turunnya kepala ke dalam
rongga panggul
Memberi tenaga dan mencegah dehidrasi
Ibu dipimpin mengedan selama his, anjurkan
ibu untuk mengambil napas.
Mengedan tanpa diselingi bernapas.
Minta ibu untuk bernapas selagi kontraksi
ketika kepala akan lahir. Hal ini menjaga agar
perineum meregang pelan dan mengontrol
lahirnya kepala serta mencegah robekan.
Periksa DJJ setelah setiap kali kontraksi
untuk memastikan janin tidak mengalami
bradikardi ( <120). Selama mengedan yang
lama akan terjadi pengurangan aliran darah
dan oksigen ke janin.
Menolong kelahiran kepala
a) Letakkan satu tangan ke kepala bayi
agar defleksi tidak terlalu cepat
b) Menahan perineum dengan satu
tangan lainnya bila diperlukan
c) Mengusap
muka
bayi
untuk
membersihkan dari kotoran lendir /
darah
Periksa tali pusat
Bila lilitan tali pusat terlalu ketat diklem pada
dua tempat kemudian gunting diantara kedua
klem tersebut, sambil melindungi leher bayi.
Melahirkan bahu dan anggota seluruhnya
a) Tempatkan kedua tangan pada
sisi kepala dan leher bayi
b) Lakukan tarikan lembut ke atas
untuk melahirkan bahu belakang
c) Selipkan satu tangan ke bahu
dan lengan bagian belakang bayi
sambil menyangga kepala dan
selipkan satu tangan lainnya ke
punggung
bayi
untuk
mengeluarkan
tubuh
bayi
seluruhnya
d) Pegang bayi dengan erat agar
tidak jatuh.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
37
Bayi dikeringkan dan dihangatkan
dari kepala sampai seluruh tubuh
Merangsang bayi
Setelah bayi lahir segera dikeringkan dan
diselimuti dengan menggunakan handuk atau
sejenisnya, letakkan pada perut ibu dan lakukan
IMD
a) Biasanya
dengan
melakukan
pengeringan
cukup
memberikan
rangsangan pada bayi
b) Dilakukan dengan cara mengusa –usap
pada bagian punggung atau menepuk
telapak kaki bayi.
c. Persalinan Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Saifuddin, 2009)
Tabel 2. 3 Manajemen aktif pada kala III
Langkah – langkah inti
Jepit dan gunting tali pusat sedini
mungkin
Memberikan oksitosin
Melakukan penegangan
terkendali atau PTT
tali
pusat
Deskripsi dan keterangan
Dengan penjepitan tali pusat sedini mungkin
akan memulai proses pelepasan plasenta
Oksitosin merangsang uterus berkontraksi
yang juga mempercepat pelepasan plasenta
Oksitosin 10 U IM diberikan segera setelah
bayi lahir jika sudah dipastikan hanya ada
bayi tunggal. Oksitosin dapat diulangi apabila
setelah 15 menit belum ada tanda pelepasan
plasenta
PTT mempercepat kelahiran plasenta begitu
sudah terlepas :
Satu tangan diletakkan pada korpus
uteri tepat di atas simfisis pubis.
Selama kontraksi tangan mendorong
korpus uteri dengan gerakan dorso
kranial.
Tangan yang satu memegang tali
pusat dekat pembukaan vagina dan
melakukan tarikan tali pusat yang
terus menerus.
PTT dilakukan hanya selama uterus
berkontraksi. Tangan pada uterus merasakan
kontraksi, ibu juga dapat memberitahu
petugas ketika ia mersakan kontraksi. Ketika
uterus sedang tidak berkontraksi, tangan
petugas dapat tetap berada pada uterus,
tetapi bukan melakukan PTT. Ulangi langkah
– langkha PTT pada setiap kontraksi sampai
plasenta terlepas.
Begitu plasenta terlepas keluarkan dari jalan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
38
lahir dengan menggerakkan tangan atau
klem pada tali pusat mendekati plasenta,
keluarkan plasenta dengan gerakan ke
bawah atau ke atas sesuai jalan lahir. Kedua
tangan dapat memegang plasenta dan
perlahan memutar plasenta searah jarum jam
untuk mengeluarkan selaput ketuban.
Segera setelah plasenta dan selaputnya
dilahirkan masase fundus agar meinmbulkan
kontraksi. Hal ini dapat mengurangi
pengeluaran
darah
dan
mencegah
perdarahan postpartum.
Masase fundus
d. Persalinan Kala IV
Dimulai pada saat kelahiran plasenta hingga 2 jam postpartum
Tabel 2. 4 Pemantauan kala IV
Periksa
Fundus
Plasenta
Selaput ketuban
Perineum
Memperkirakan pengeluaran darah
Lokhia
Kandung kemih
Kondisi ibu
Deskripsi
Periksa fundus :
a) Setiap 15 menit pada jam pertama
setelah persalinan
b) Setiap 30 menit pada jam kedua
setelah persalinan
c) Masase fundus jika perlu untuk
menimbulkan kontraksi
Periksa
kelengkapan
plasenta
untuk
memastikan tidak ada bagian yang tertinggal
dalam uterus
Periksa
kelengkapan
plasenta
untuk
memastikan tidak ada bagian yang tertinggal
dalam uterus
Periksa luka robekan pada perineum dan
vagina yang membutuhkan jahitan
Dengan
memperkirakan
darah
yang
menyerap
pada
kain
atau
dengan
menentukan berapa banyak kantong darah
yang dapat terisi.
Periksa apakah ada darah keluar langsung
pada saat memeriksa uterus. Jika uterus
berkontraksi kuat, lokhia kemungkinan tidak
lebih dari menstruasi.
Periksa untuk memastikan kandung kemih
tidak penuh. Kandung kemih yang penuh
mendorong uterus ke atas dan menghalangi
uterus berkontraksi sepenuhnya.
Periksa setiap 15 menit pada jam pertama
dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah
persalinan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
39
Kondisi bayi baru lahir
Apakah bayi bernapas dengan baik?
Apakah bayi kering dan hangat ?
Apakah bayi siap disusui ?
C. Bayi Baru Lahir
Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi,periode
neonatal merupakan priode yang paling kritis. Penelitian telah
menunjukkan bahwa lebih dari 50 % kematian bayi terjadi dalam
periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Neonatus
pada minggu-minggu pertama sangat dipengaruhi oleh kondisi ibu
pada waktu hamil dan melahirkan (Prawirohardjo, 2009).
Penilaian klinik pada bayi bertujuan untuk mengetahui derajat
vitalitas dan mengukur reaksi bayi terhadap tindakan resusitasi.
Derajat vitalitas bayi adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang
bersifat esensial dan komplek untuk berlangsungnya hidup bayi
(Prawirohardjo, 2009). Bayi mengalami mekanisme kehilangan panas
tubuh melalui konduksi, konveksi, evaporasi, dan radiasi. melalui
benda-benda
padat
yang
berkontak
dengan
bayi.
Konveksi
merupakan pendinginan melalui aliran udara di sekitar bayi. Evaporasi
merupakan mekanisme kehilangan panas tubuh melalui penguapan
air pada kulit bayi yang basah. Radiasi terjadi melalui benda padat
dekat bayi yang tidak berkontak secara langsung dengan kulit bayi
(Prawirohardjo, 2009).
Penilaian bayi baru lahir dilakukan dengan menggunakan sistem
nilai Apgar. Perhitungan nilai Apgar dilakukan pada waktu 1 menit
pertama dan 5 menit kedua. Penilaian nilai Apgar meliputi denyut
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
40
jantung janin, pernapasan, otot, reaksi terhadap rangsang, dan warna
kulit (Manuaba, 2010).
Penanganan awal terhadap bayi baru lahir dilakukan dengan cara
membersihkan jalan napas, memotong dan merawat tali pusat,
memberi vitamin K, memberi obat/salep mata dan identifikasi bayi.
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila
bayi tidak langsung menangis, maka dilakukan pembersihan jalan
nafas pada bayi. Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta
lahir tidak begitu mnentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi,
kecuali pada bayi kurang bulan. Apabila bayi lahir tidak segera
menangis maka tali pusat segera dipotong untuk memudahkan
melakukan tindakan resusitasi pada bayi. Tali pusat dipotong 5 cm
dari dinding perut bayi dengan gunting steril dan diikat dengan
pengikat steril. Apabila masih terjadi perdarahan dapat dibuat ikatan
baru. Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70 %
atau povidone iodine 10% serta dibalut kasa steril. Pembalut tersebut
diganti setiap hati dan atau setiap kali basah / kotor (Prawirohardjo,
2008).
Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru
lahir dilaporkan cukup tinggi berkisar antara 0,25-0,5 %. Untuk
mencegah terjadinya perdaraham tersebut, semua bayi baru lahir
normal dan cukup bulan diberikan vitamin K peroral 1 mg/hari selama
3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberikan vitamin K parenteral
dengan dosis 0,5-1 mg I.M (Prawirohardjo, 2008).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
41
1. Periode transisi bayi baru lahir
Transisi yang baik terhadap kehidupan bayi di luar uterus meliputi
tiga periode, yaitu :
a. Periode reaktivitas pertama
Periode ini dimulai pada saat bayi lahir dan berlangsung selam
30 menit. Pada saat ini, jantung bayi baru lahir berdenyut
cepat dan denyut tali pusat terlihat. Warna kulit bayi baru lahir
memperlihatkan sianosis sementara. Pernapasan relatif cepat,
berada di tepi teratas rentang normal. Bayi mungkin
memperlihatkan napas cuping hidung disertai pernapasan
yang mendengkur dan retraksi dinding dada. Adanya mucus
biasanya akibat keluarnya cairan paru yang tertahan.
Selama periode reaktivitas pertama setelah lahir, mata bayi
baru lahir terbuka dan bayi memperlihatkan perilaku terjaga.
Bayi mungkin menangis, terkejut taau mencari putting susu ibu
(Varney, 2007)
b. Periode tidur yang tidak berespons
Tahap kedua transisi berlangsung dari sekitar 30 menit setelah
kelahiran bayi sampai 2 jam. Frekuensi jantung bayi baru lahir
menurun selama periode ini hingga kurang dari 140 kali per
menit. Frekuensi pernapasan bayi menjadi lbih lambat dan
tenang. Bayi berada dalam tahap tidur nyenyak. Tidur nyenyak
yang pertama memungkinkan bayi baru lahir pulih dari
tuntunan
kelahiran
dan
transisi
segera
ke
kehidupan
ekstrauteri (Varney, 2007)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
42
c. Periode reaktivitas kedua
Selama periode reaktivitas kedua (tahap ketiga transisi), dari
usia sekitar 2 sampai 6 jam, frekuensi jantung bayi labil dan
perubahan warna terjadi dengan cepat. Frekuensi pernapasan
bervarasi tergantung aktivitas. Frekuensi napas harus tetap
dibawah 60 kali per menit. Bayi baru lahir mungkin bereaksi
terhadap
pemberian
makan
yang
pertama
dengan
meludahkan susu yang bercampur dengan lendir (Varney,
2007)
2. Asuhan pada bayi baru lahir
a. Pemantauan 2 jam pada bayi baru lahir
Melihat kemampuan bayi menghisap dengan kuat, bayi tampak aktif atau
lunglai, dan warna kulit bayi kemerahan atau biru. Seorang bidan sebelum
meninggalkan pasien terutama bayi harus melihat apakah terdapat
gangguan pernafasan, hipotermi, infeksi dan cacat bawaan (Prawiroharjo,
2008).
b. Asuhan pada bayi baru lahir 2-6 hari
Pemeriksaan pada bayi baru lahir meliputi
1) Menilai pertumbuhan bayi. Cara yang paling mudah dan paling sering
digunakan untuk memantau dan menilai pertumbuhan adalah kenaikan
berat badan
2) Pemberian minum dan cairan. Pastikan bayi telah diberikan minum
sesegera mungkin setelah lahir dan menganjurkan ibu untuk
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
43
memberikan ASI secara dini dan eksklusif, kemudian jelaskan pada ibu
dan keluarga manfaat pemberian ASI dini.
c. Asuhan pada bayi baru lahir 6-28 hari
1) Pemeriksaan neonatus pada periode ini dapat dilaksanakan di
pelayanan kesehatan atau melalui kunjungan rumah untuk tenaga
kesehatan.
2) Pemeriksaan neonatus dilakukan didekat ibu, bayi didampingi ibu atau
keluarga pada saat diperiksa atau diberikan pelayanan kesehatan.
d. Asuhan bayi baru lahir dirumah.
Pelayanan kesehatan neonatus sedikitnya dilakukan 3 kali yaitu KN I
pada 6 - 48 jam, KN II pada 3 - 7 hari dan KN III pada 8 - 28 hari.
D. Nifas
1. Definisi
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama 6 minggu. Masa nifas atau
puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelahnya (Prawirohardjo, 2008).
Masa pascapersalinan adalah fase khusus dalam kehidupan ibu
serta bayi. Bagi ibu yang mengalami persalinan untuk pertama kalinya
ibu menyadari terjadinya perubahan kehidupan selama hidupnya.
Keadaan ini ditandai dengan perubahan emosional, perubahan fisik,
hubungan keluarga dan aturan serta penyesuaian terhadap aturan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
44
yang baru. Termasuk perubahan dari seorang perempuan menjadi
seorang ibu (Prawirohardjo, 2008).
Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan yang fisiologis
meliputi perubahan fisik, involusi uterus dan pengeluaran lokhia,
laktasi/ pengeluaran air susu ibu, perubahan sistem tubuh lainnya dan
perubahan
psikis.
Pada
masa
pascapersalinan
seorang
ibu
memerlukan informasi dan konseling tentang perawatan bayi dan
pemberian ASI, gejala adanya masalah yang mungkin timbul,
kesehatan pribadi, kehidupan seksual, kontrasepsi dan nutrisi.
Seorang ibu nifas juga memerlukan dukungan dari pihak petugas
kesehatan, kondisi emosional dan psikologis suami serta keluarganya
(Prawirohardjo, 2008).
2. Perubahan fisiologis masa nifas
a. Uterus
Involusi
uterus
meliputi
reorganisasi
dan
pengeluaran
desidua/endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan plasenta
yang ditandai dengan adanya penurunan ukuran dan berat serta
perubahan pada lokasi uterus juga ditandai dengan warna dan
jumlah lochia. Proses menyusui akan mempercepat proses
involusi uterus. Regenerasi endometrium lengkap pada tempat
perlekatan plasenta memakan waktu hamper enam minggu.
Penurunan ukuran yang terjadi pada uterus direffleksikan dengan
perubahan lokasi uterus yaitu uterus yang turun dari abdomen dan
akan kembali menjadi organ panggul. Segera setelah pelahiran,
tinggi fundus uteri (TFU) terletak sekitar dua pertiga hingga tiga
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
45
perempat bagian atas antara simfisis pubis dan umbilikus. Letak
TFU kemudian naik, sejajar dengan umbilikus dalam beberapa
jam. TFU tetap terletak kira-kira sejajar (atau satu ruas jari
dibawah) umbilikus selama satu atau dua hari secara bertahap
turun ke dalam panggul sehingga tidak dapat dipalpasi lagi diatas
simfisis pubis setelah hari ke sepuluh pascapartum (Varney,2007)
b. Lokia
Lokia adalah istilah untuk secret dari uterus yang keluar melalui
vagina selama puerperium. Karena perubahan warnanya, nama
dekriptif lokia berubah. Lochia rubra, serosa atau alba. Lochia
rubra berwarna merah karena mengandung darah. Lochia ini
keluar segera setelah proses persalinan hingga dua atau tiga hari
pertama pasca partum. Lochia serosa berwarna merah muda,
kuning karena mengandung cairan serosa, jaringan desidua,
leukosit dan eritrosit. Lochia ini berhenti sekitar tujuh hingga
delapan hari kemudian. Sedangkan Lochia alba mulai diproduksi
pada hari ke sepuluh pascapartum dan akan hilang sekitar periode
dua hingga empat minggu. Lochia alba berwarna putih krem
karena mengandung leukosit dan sel desidua (Varney, 2007)
c. Vagina
Segera setelah persalinan, vagina tetap terbuka lebar, mungkin
mengalami beberapa derajat edema dan memar. Setelah 1-2 hari
pascapartum tonus otot vagina kembali, celah vagina tidak lebar
dan vagina tidak lagi edema (Varney, 2007)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
46
d. Payudara
Laktasi dimulai pada semua wanita dengan perubahan hormon
saat melahirkan. Wanita yang menyusui berespons terhadap
menstimulus bayi yang disusui akan terus melepaskan hormon
dan stimulasi alveoli yang memproduksi susu. Pengkajian
payudara pada periode awal pascapartum meliputi penampilan
dari putting susu, memar atau iritasi, adanya kolostrum, dan
apakah payudara sudah terisi air susu (Varney, 2007)
3. Kunjungan pada masa nifas
Kunjungan selama masa nifas dilakukan sebanyak 4 kali selama
masa nifas. Kunjungan pertama pada 6-8 jam pasca persalinan,
kunjungan kedua pada 6 hari setelah persalinan, kunjungan ketiga
pada minggu kedua setelah persalinan dan kunjungan keempat
dilakukan pada minggu ke-6 pasca persalinan.(Prawirohardjo, 2008).
a. Kunjungan pertama 6-8 jam pasca persalinan
Tujuan :
1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk
jika perdarahan berlanjut
3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana pencegahan perdarahan masa nifas
karena atonia uteri
4. Pemberian ASI awal
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
47
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah
hipotermia
7. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus
tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam
keadaan stabil
b. Kunjungan kedua 6 hari pasca persalinan
Tujuan:
1. Memastikan
involusi
utreri
berjalan
normal:
uterus
berkontraksi dengan baik, tinggi fundus dibawah umbilicus,
tidak ada perdarahan abnormal, tidak berbau.
2. Menilai adanya tanda infeksi, demam atau perdarahan
abnormal
3. Memastikan ibu mendapatkan gizi cukup, cairan dan
isirahat
4. Memastikan
ibu
menyusui
dengan
baik
dan
tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada
bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan
perawatan bayi sehari-hari
c. Kunjungan ketiga 2 minggu pasca persalinan
Tujuan:
1. Memastikan involusi utreri berjalan normal: uterus
berkontraksi dengan baik, tinggi fundus dibawah
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
48
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak
berbau.
2. Menilai adanya tanda infeksi, demam atau perdarahan
abnormal
3. Memastikan ibu mendapatkan gizi cukup, cairan dan
isirahat
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
pada bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap
hangat dan perawatan bayi sehari-hari
d. Kunjungan keempat 6 minggu pasca persalinan
Tujuan:
1. Menanyakan pada ibu mengenai penyulit-penyulit yang
dialami oleh ibu maupun bayi
2. Memberikan konseling untuk menggunakan KB secara dini
(Saifuddin, 2010)
Abnormalitas yang dapat terjadi pada masa nifas atau menyertai kala
nifas diantaranya adalah :
a. Subinvolusi
uterus,
disebabkan
karena
adanya
infeksi
endometrium, terdapat sisa plasenta dan selaputnya, terdapat
bekuan darah atau mioma uteri.
b. Perdarahan kala nifas sekunder adalah perdarahan yang
terjadi setelah 24 jam pertama yang disebabkan oleh sisa
plasenta atau selaput ketuban
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
49
c. Abnormalitas pada payudara, yang ditandai dengan berbagai
variasi puting susu yang dapat terjadi diantaranya terlalu kecil,
puting susu mendatar, dan puting susu masuk ke dalam,
pengeluaran ASI terlalu sedikit (oligolaksia), pengeluaran ASI
yang terlallu banyak (poligolaksia), dan pengeluaran ASI yang
erkepanjangan (galaktorea).
d. Bendungan ASI disebabkan karena adanya sumbatan pada
saluran ASI, tidak dikosongkan seluruhnya. Infeksi payudara
(mastitis) ditandai dengan rasa demam dan nyeri lokal pada
payudara serta terjadi perubahan warna kulit pada payudara.
Mastitis dapat berkelanjutan menjadi abses dengan kriteria
warna kulit menjadi merah, terdapat rasa nyeri disertai
pembengkakan dan teraba cairan dibawah kulit. (Manuaba,
2010).
E. Keluara Berencana
1. Definisi
Keluarga berencana adalah suatu bentuk upaya untuk mengukur jumlah
dan jarak anak yang diinginkan dengan metode kontrasepsi yang bekerja
untuk mencegah sel sperma laki-laki mencapai dan membuahi sel telur
wanita (fertilisasi), atau mencegah telur yang sudah dibuahi berimplantasi
(melekat) dan berkembang di dalam rahim. Metode kontrasepsi dapat
digolongkan
berdasarkan
cara
kerjanya
yaitu
metode
barrier
(penghalang) contohnya kondom, metode hormonal seperti pil, dan
metode alami yang tidak menggunakan alat (Sulistyawati, 2011).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
50
2. Jenis-jenis KB
a. Kontrasepsi tanpa menggunakan alat-alat / obat
a) Senggama terputus
Merupakan suatu metode pencegahan kehamilan dengan cara
mengeluarkan alat kelamin pria (penis) sebelum terjadinya
ejakulasi. Sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina.
1) Indikasi : pria yang ingin aktif berpartisipasi dalam program
KB, pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan
segera, pasangan yang taat beragama atau mempunyai
alasan filosofi untuk tidak menggunakan metode KB
lainnya, pasangan yang memerlukan metode sementara
sambil menunggu metode yang lain, pasangan yang
melakukan hubungan seksual tidak teratur, dan pasangan
yang membutuhkan metode pendukung
2) Kontraindikasi : pria dengan pengalaman ejakulasi dini,
pria yang melakukan senggama terputus, perempuan yang
memiliki pasangan yang sulit bekerja sama, pria yang
memiliki kelainan fisik maupun psikologis, pasangan yang
kurang dapat berkomunikasi dengan baik, pasangan yang
tidak bersedia melakukan metode ini
3) Keterbatasan : efektivitasnya bergantung pada kesediaan
pasangan
untuk
melakukan
koitus
terputus
setiap
melaksanakannya (angka kegagalan 4-18 kehamilan per
100 perempuan per tahun), efektivitas akan jauh menurun
apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
51
melekat
pada
penis,
memutus
kenikmatan
dalam
hubungan seksual
4) Manfaat penggunaan KB senggama terputus adalah tidak
mengganggu
ASI,
tidak
ada
efek
samping,
dapat
digunakan setiap waktu dan tidak membutuhkan biaya
b) Metode kalender (pantang berkala)
Prinsip pada KB metode ini adalah tidak melakukan hubungan
suami istri pada masa subur. Patokan masa subur ada beberapa
hal meliputi : ovulasi yang terjadi selama 14 hari sebelum haid
yang akan datang, sperma dapat hidup membuahi selama 48 jam
setelah ejakulasi, dan ovum dapat hidup selama 24 jam setelah
ovulasi. Cara menentukan masa aman : catat siklus haid 3 bulan
terakhir dan tentukan siklus terpendek dan siklus terpanjang.
Siklus terpendek yang sudah diketahui, dikurangi dengan 28 hari,
dan siklus terpanjang yang didapat dikurangi dengan 11 hari. Hasil
dua angka yang didapat adalah range masa subur.
b. Kontrasepsi sederhana dengan alat
a) Kondom
Prinsip kerja dari kondom adalah untuk mencegah
terjadinya pembuahan dengan cara menghalangi masuknya
cairan sperma ke dalam vagina. Keuntungan dari alat
kontrasepsi ini adalah murah dan mudah didapat, tidak
memerlukan
pengawasan
dokter,
dan
mengantisipasi
terjadinya penularan penyakit kelamin. Kerugiannya mungkin
terjadi alergi terhadap karet maupun jelly yang mengandung
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
52
spermicid, dan mengganggu kenikmatan. Kontraindikasi : aleri
terhadap kondom karet. Efek samping : pada beberapa kasus
terdapat reaksi alergi terhadap kondom karet.
c. Kontrasepsi hormonal suntik
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung
progestin yaitu Depomendroksiprogesteron asetat (DMPA) yang
mengandung 150 mg DMPA diberikan setiap 3 bulan sekali
dengan cara penyuntikan IM di daerah bokong.
Dan Depo
noretisteron enantat (Depo Noristerat) yang mengandung 200 mg
noretindron enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara IM.
1) Cara kerja : mencegah ovulasi, mengentalkan lendir
serviks sehingga kemampuan penetrasi menjadi menurun,
menipiskan
selaput
lendir
rahim,
dan
menghambat
transportasi gamet oleh tuba
2) Efektivitas : keduanya memiliki tingkat efektivitas yang
tinggi dengan kehamilan 30 % per 100 perempuan per
tahun dengan syarat penyuntikan yang harus dilakukan
secara
teratur
sesuai
dengan
jadwal
yang
sudah
ditentukan
3) Keuntungan : sangat efektif, dapat mencegah terjadinya
kehamilan dalam jangka panjang, tidak berpengaruh
terhadap produksi ASI, tidak mengganggu hubungan
suami istri
4) Kerugian : gangguan pada siklus haid yang memendek
atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
53
perdarahan tidak teratur atau bercak (spotting), tidak haid
sama sekali
5) Indikasi : usia reproduksi, telah memiliki anak, ibu yang
sedang
menyusui,
menghendaki
kontrasepsi
jangka
panjang yang memiliki efektivitas tinggi
6) Kontraindikasi : hamil atau dicurigai hamil, tidak dapat
menerima adanya gangguan pada siklus haid, menderita
penyakit DM
d. Kontrasepsi hormonal pil
1) Jenis : Monofasik adalah pil yang berisi 21 tablet
mengandung hormone estrogen/progestin dalam dosis
sama, dengan 7 tablet tanpa hormone aktif. Bifasik adalah
pil KB yang berisi 21 tablet yang mengandung hormon
estrogen/progestin
dalam dua dosis yang berbeda,
dengan 7 tablet tanpa hormone aktif. Trifasik adalah pil
yang
berisi
21
tablet
mengandung
hormon
estrogen/progestin dalam tiga dosis yang berbeda, dengan
tablet tanpa hormon aktif
2) Cara kerja : mencegah terjadinya impantasi dan menahan
ovulasi, serta mengentalkan lendir serviks sehingga sullit
dilalui oleh sperma
3) Efektivitas : memiliki efektivitas yang tinggi (hampir
menyerupai tubektomi), apabila rutin digunakan setiap hari
maka hanya terjadi 1 kehamilan per 1.000 perempuan
dalam tahun pertama penggunaan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
54
4) Keuntungan : tidak mengganggu hubungan seksual, siklus
haid menjadi lebih teratur, mudah dihentikan setiap saat ,
dapat digunakan dari usia remaja-menopause
5) Kerugian : dapat menyebabkan rasa mual pada 3 bulan
pertama
penggunaan,
membosankan
karena
harus
digunakan setiap hari, nyeri payudara
6) Indikasi : berada pada usia reproduksi, setelah melahirkan
dan tidak menyusui, pasca keguguran
7) Kontraindikasi : diketahui atau dicurigai hamil, kerusakan
fungsi hati atau hepatitis akut, wanita perokok, dan
penderita DM
e. Kontrasepsi hormonal implan
1) Jenis : Noorplant , terdiri dari 6 batang silastik dengan
lama kerja 5 tahun. Implanon berisi 1 batang putih lentur
dengan lama kerja 3 tahun. Dan Jadena dan indopant
yang terdiri dari 2 batang dengan lama kerja 3 tahun
2) Cara kerja : mengentalkan lendir serviks, mengurangi
transportasi sperma, dan menekan ovulasi
3) Efektivitas : sangat efektif (0,2 – 1 kehamilan per 100
perempuan)
4) Keuntungan : perlindungan jangka panjang (5 tahun), daya
guna yang tinggi, dan tidak mengganggu produksi ASI,
5) Kerugian : dapat menjadi penyebab terjadinya spotting
atau perdarahan bercak, tidak memberikan perlindungan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
55
terhadap
penyakit
menular
seksual,
serta
terjadi
peningkatan/penurunan berat badan
6) Indikasi : menyusui dan membutuhkan kontrasepsi, pasca
keguguran, perempuan yang sering lupa menggunakan pil
7) Kontraindikasi : hamil atau diduga hamil, perempuan
dengan perdarahan pervaginam yang belum diketahui
penyebabnya
f.
Kontrasepsi IUD (Intra Uterin Device)
1) Cara kerja : alat kontrasepsi dalam rahim seperti IUD yang
mengeluarkan hormone berfungsi untuk menebalkan lendir
serviks sehingga menghalangi sperma
2) Keuntungan : efektivitas tinggi, metode jangka panjang,
tidak mempengaruhi ASI
3) Kerugian : terdapat perdarahan (spotting), haid menjadi
lebih lama dan banyak, tidak mencegah IMS
4) Indikasi
:
usia
menggunakan
reproduktif,
kontrasepsi,
menyusui
menginginkan
dan
ingin
kontrasepsi
jangka panjang yang bukan bersifat hormonal
5) Kontraindikasi : sedang hamil atau dicurigai hamil,
perdarahan pervaginam yang belum diketahui sebabnya,
penderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
56
F. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
1. SOAP
S ( subjektif )
: apa yang dikatakan oleh klien
Data subjektif adalah salah satu cara pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen Varney langkah pertama adalah pengkajian
data, yang diperoleh melalui anamnesis atau tanya jawab. Data
subjektif berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien,
kekhawatiran dan keluhan yang diutarakan pasien. Data subjektif ini
nantinya akan meguatkan diagnosis.
O ( objektif )
: apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan sewaktu
melakukan pemeriksaan
Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Helen Varney pertama ( pengkajian data ), terutama data
yang diperoleh melalui hasil observasi dari pemeriksaan fisik pasien,
pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan diagnosis lain. Catatan
medik dan informasi dari keluarga dapat dicatat dalam data objektif.
Data ini sebagai bukti gejala klinis yang berhubungan dengan
diagnosis.
A ( assesment ) : kesimpulan apa yang dibuat dari data – data
subjektif / objektif tersebut.
Merupakan pedokumentasian hasil analisis dan interpretasi dari data
subjektif dan objektif.
P ( planning )
: apa yang akan dilakukan berdasarkan hasil
pengevaluasian tersebut.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
57
Membuat perencanaan asuhan saait ini dan yang akan datang.
Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi
data.
2. Manajemen kebidanan menurut Helen Varney
Langkah 1 : pengumpulan data dasar
Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua
data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap, yaitu :
a. Riwayat kesehatan
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan
c. Meinjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
d. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya
dengan hasil studi.
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari
segala hal yang berhubungan dengan kondisi klien.
Langkah 2 : interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis
atau masalah, dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang
benar atas dasar data – data yang telah diinterpretasikan sehingga
ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik.
Langkah 3 : mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi.
Langkah 4 : mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
58
Langkah 4 ini bertujuan untuk mengidentifikasi atas perlunya tindakan
yang dilakukan oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai
dengan kondisi klien.
Langkah 5 : merencanakan asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini dilakukan asuhan secara menyeluruh. Langkah ini
merupakan lanjutan dari manajemen terhadap diagnosis atau
masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.
Langkah 6 : melaksanakan perencanaan
Rencana asuhan yang menyeluruh harus dilaksanakan secara efisien
dan aman.
Langkah 7 : evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi efektivitas dari asuhan yang
sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan,
apakah benar – benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasi dalam
masalah dan diagnosis.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Astrilia Anggun Anggawarizki, Kebidanan DIII UMP, 2015
Download