Majalah Sinar Edisi Semester II 2011

advertisement
Pelindung:
Semester kedua tahun 2011 telah terlalui. Tim redaksi kali ini
menghadirkan buletin sinar edisi semester II tahun
2011dihadapan pembaca sebagai jendela informasi tentang
lembaga kita tercinta. Semoga kehadiran buletin ini tidak
mengecewakan. Tim redaksi selalu berupaya menyajikannya
tepat waktu dan dengan berbagai tampilan dan substansi yang
berbeda.
GRM. Soerjo Dharsono
Pada Edisi ini Tim Redaksi baik isi maupun tampilan semakin
berkualitas. Itu sejalan dengan semangat lembaga kita yang
senantiasa berkomitmen mewujudkan pelayanan prima dengan
menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001; 2008 yang
dengan susah payah dapat kita raih dengan harapan dapat
menggerakkan seluruh komponen untuk bersinergi mewujudkan
pelayanan berkualitas.
Kepada rekan-rekan yang telah berpartisipasi menyumbangkan
informasi, Tim Redaksi mengucapkan terima kasih. Di masa
mendatang, mari manfaatkan buletin kita sebagai wahana untuk
mengekspresikan diri sekaligus menyampaikan berbagai
informasi yang berguna bagi kemajuan lembaga. Kami tunggu
partisipasi Anda!
Daftar Isi
Berita Rehabilitasi
Catatan Kecil dari Sigedong...............1
Namaku Nuri...............4
Group Dancer Penerima Manfaat BBRSBG Kartini
Juara Favourit I Lomba Kreasi Dance................5
Sepenggal Ceruta ODK dari Desa Krebet
Ponorogo................6
Kemeriahan Ulang Tahun Penerima Manfaat
BBRSBG Kartini Temanggung...............9
Telepon:
(0293)491138
Lensa Kepegawaian
Catatan dan Peristiwa (Informasi Kepegawaian)............10
Fax:
(0293)491138
Email:
info.bbrsbgkartini@org
Homepage:
bbrsbgkartini@org
Surat Ijin Terbit:
SK. Menpen No.
802/SK/Ditjen/STT/1980
Artikel
Pemahaman Konsep Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus..............11
Perencanaan dan Anggaran Berbasis Puasa
Serta Implementasinya.............14
Pentingnya Aksesibilitas Terhadap Pelayanan Sosial
Orang dengan Kecacatan Grahita.............17
Lain-lain
Widya Wisata Penerima Manfaat,
Redaksi menerima partisipasi dari semua pihak dalam bentuk berita,
artikel, foto, kartun dan lain-lain. Silahkan anda menulis, Tim Redaksi
siap membantu. Tunjukkan bahwa Anda mampu berekspresi sekaligus
memberikan ide-ide, gagasan yang mungkin berguna bagi banyak orang.
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 1
PENDATAAN DAN ASESMEN
ORANG DENGAN KECACATAN GRAHITA
UNTUK PROGRAM RSBK DI PONOROGO
Oleh : Basuki Suharsono
alam tiga bulan terakhir Tahun 2011 ini,
BBRSBG Kartini Temanggung disibukkan oleh
kegiatan layanan penjangkauan/outreaching di
Kabupaten Ponorogo sebagai tindak lanjut dari
kebijakan Kementerian Sosial dan diresmikannya
Rumah Kasih Sayang di desa Krebet Kecamatan
Jambon Ponorogo oleh Menteri Sosial RI pada
tanggal 11 Juli 2011 lalu. Salah satu tahapan dari
layanan outreaching adalah pendataan dan
asesmen ODK grahita.
Kegiatan pendataan dan asesmen kali ini
dimaksudkan untuk menjaring 100 ODK Grahita
yang akan dilayani dalam program Rehabilitasi
Sosial Berbasis Keluarga (RSBK). Pada kegiatan
TRC bulan Juni lalu, diperoleh data by name, by
address sebanyak 104 orang ODK dari berbagai
kecacatan di Krebet Kec. Jambon, Ponorogo, 34
orang di antaranya adalah ODK Grahita. Namun
setelah diseleksi sesuaiu persyaratan, hanya ada 16
orang ODK Grahita yang bisa terlayani program
RSBK. Oleh karena itu, kegiatan pemetaan dan
asesmen ini dilakukan ke desa-desa lain di sekitar
Krebet .
untuk membahas kegiatan ini. Pertemuan
dilakukan di Rumah Kasih Sayang, dihadiri Tim
BBRSBG Kartini Temanggung, Kepala Dinas
Sosnakertrans Ponorogo dan kepala Bidang
Rehabsos, Camat Jambon, Camat Balong dan
Camat Badegan serta para Kepala Desa dari 5 desa
yang menurut data memiliki penduduk ODK yang
sangat banyak.
Rapat persiapan Pendataan dan Asesmen bersama Kepala
Tim pendataan dan asesmen sebanyak 8 orang Dinas Sosnakertrans Ponorogo, Para Camat dan Kepala
meluncur ke Ponorogo pertengahan Nopember Desa DI Rumah Kasih Sayang
2011 lalu. Pada hari pertama dilakukan pertemuan
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 2
BERITA REHABILITASI
Akhir dari pertemuan, diputuskan bahwa 100
orang ODK Grahita calon PM Program RSBK
berasal dari lima desa, yaitu Krebet dan Sidoharjo
(Jambon), Pandak dan Karang Patihan (Balong)
dan desa Dayakan kec. Badegan, semuanya harus
bisa didata dan di asesmen selama 2 hari kedepan.
Menyusuri Bukit dan Lembah
Hari Pertama. Tim melakukan pendataan
adalah Pandak dan Karang Patihan, yang populasi
ODK grahita banyak. Tim dibagi dua kelompok
untuk setiap desa. Kondisi di Pandak tidak
berbeda dengan Jurang Sempu dan Watuagung,
yaitu berbukit bukit dan tidak mudah dijangkau,
sehingga memerlukan waktu untuk mengunjungi
satu persatu sasaran. Sedangkan di Karang Patihan
yang relatif datar, kepala desa bisa mengumpulkan
para ODK Grahita beserta orang tuanya di rumah
untuk didata dan diseleksi. Sejumlah 29 orang
ODK didampingi keluarganya ikut hadir di sana.
Hasil seleksi, 20 orang direkomendasikan program
RSBK, 3 orang masuk Penerima Manfaat regular
BBRSBG Kartini Temanggung. Sedangkan di
Pandak, diperoleh 27 orang calon penerima
manfaat, namun setelah diseleksi lagi, yang
memenuhi persyaratan sebanyak 17 orang.
dan asesmen di Desa Dayakan kec. Badegan. Desa
ini terdiri dari empat dukuh, dua dukuh
diantaranya terletak di sepanjang bukit dan
lembah, yatu Jurangsempu dan Watuagung. Tim
disebar ke setiap dukuh. Ternyata kegiatan in
tidak semudah yang dibayangkan, karena selain
geografisnya menantang, juga data awal by name
by address yang telah dibuat oleh desa sebagai
Hari Ketiga. Tim melaksanakan tugas ke
panduan kami kurang valid, sehingga harus
mencari lagi diluar yang telah tercatat. Untunglah desa Sidoharjo kec. Jambon. Menurut data dari
semua kepala dusun
atau kamitua setia
mendampingi.
Di Jurangsempu
dan Watuagung, tim
menyusuri tanjakan dan
turunan tajam, bahkan
kendaraan
kesulitan
bergerak. Selain itu
jarak antar rumah
warga cukup jauh,
sehingga setiap calon
PM perlu didatangi
satu persatu melewati
jalan setapak karena
tidak terjangkau meski
dengan kendaraan roda
dua.
Jam 9 malam tim
menyelesaikan tugas
di desa Dayakan. Tim
berkumpul kembali di Pendataan dan asesmen terpaksa dilaksanakan di pinggir jalan karena sulitnya lokasi.
rumah kepala desa untuk memadukan hasil Dinas Sosnakertrans Ponorogo, ODK di sini
kegiatan ini, kemudia bersama sama kembali ke terbanyak dibandingkan daerah lain, yaitu 310
bascame. Target hari pertama telah tercapai, yaitu orang, 133 orang di antaranya ODK grahita. Tidak
berbeda dengan daerah lain, tim harus mendatangi
mendapatkan calon PM sebanyak 20 orang.
satu persatu para calon ODK, karena rumah
Hari Kedua. Sasaran kali ini adalah di mereka sangat berjauhan, dan banyak di antaranya
Kecamatan Balong. Di desa yang menjadi sasaran ditempuh dengan jalan kaki, melewati ladang,
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 3
BERITA REHABILITASI
turun sungai, naik bukit baru sampai ke satu
sasaran. Di desa Sidoharjo, tim memperoleh calom
PM sebanyak 27 orang dan direkomendasikan
untuk program RSBK.
Pendampingan Oleh Calon Kader
Selama tim melakukan kegiatan pendataan
dan asesmen ini, masing-masing kepala desa
menyediakan lima sampai tujuh orang relawan
untuk memberikan pendampingan dan sekaligus
sebagai pemandu. Dengan pendampingan ini, maka
pelaksanaan kegiatan sangat terbantu sehingga
bisa tepat sasaran. Relawan tersebut terdiri dari
perangkat desa, LSM dan karang taruna desa
setempat. Dengan merekalah tim melakukan
diskusi setiap berhasil mendata calon PM dan
menentukan bersama layak dan tidaknya direkrut
untuk program selanjutnya. Di samping itu, tim
juga bisa melihat dan menilai kinerja, motivasi
serta kepedulian mereka terhadap permasalahan
sosial, khususnya ODK Grahita. Dengan demikian
tim bisa memberikan rekomendasi menjadi kader
pendamping program RSBK dan bertugas selama
tahun 2012.
dari dukuh Sidowayah, Desa Sidoharjo. Misno
adalah ODK berusia 38 Tahun, grahita ringan,
kegiatan sehari-hari adalah mencarti kayu bakar
dan air untuk masak dan mandi keluarganya.
Semua tim, kesulitan untuk mencari tahu siapa
nama anak ini. Sewaktu ditanya siapa namanya, dia
menjawab „namaku No‟, berulangkali dia menyebut
kata itu setiap ditanya namanya. Ibunya berusia 70
Tahun, sewaktu ditanya jawabnya juga sama: dia
namanya No. sewaktu dia lahir, bapaknya memberi
nama dia No‟. Ayah Misno yang duduk di samping
isteri mengiyakan. Beberapa saat tim kebingungan,
datanglah adik Misno, seorang perempuan, dia
normal, ikut dalam pertemuan itu. Dia mengatakan
bahwa nama kakaknya adalah Misno, tapi sejak
dini memang semua orang memanggil dengan nama
No.
Orang Tuanya Tuna Grahita
Selama tiga hari melakukan kegiatan ke
empat
desa di tiga kecamatan, tim bisa
memperoleh calon PM RSBK sesuai target, yaitu 84
orang ODK Grahita. Desa Krebet kec Jambon telah
dilakukan kegiatan yang sama lima bulan yang lalu,
diperoleh 16 orang ODK, sehingga keseluruhan 100
orang.
Banyak sekali kondisi memprihatinkan yang
ditemui oleh tim. Seluruh ODK kondisi sosial
ekonominya kurang sekali. Sedangkan tetangga
kiri kanannya juga memiliki kondisi yang sama.
Rumah mereka rata-rata “tidak lebih baik” dari
kandang
kambingnya.
Rata-rata
mereka
mempunyai pekerjaan memelihara ternak kambing,
tapi bukan miliknya. Mereka „nggaduh‟ kambing
orang lain, kemudian jika sudah beranak, maka
bagi hasil dengan pemiliknya.
Namaku : No.
ODK Grahita Misno (kiri), didampingi orang tuanya yang
tidak tahu nama lengkap anaknya
Tidak jauh dari rumah „No‟, juga ada orang
tua yang tuna grahita. Dua anaknya masih belum
dewasa, tapi untungnya semuanya normal,
sehingga bisa sekolah selayaknya anak lain.
Suaminya seorang buruh petani yang kerjanya ke
ladang orang lain. Kedua anaknya menyebut : „ibu
saya bodoh‟.
Korban Kekerasan.
Masih dalam desa yang sama, tim
Ada beberapa ODK calon program RSBK, menjumpai calon PM berusia 35 tahun. Dia
orangtuanya juga terindikasi memiliki kecerdasan mempunyai dua anak, hasil kekerasan seksual dari
di bawah rata-rata. Salah satunya adalah Misno,
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 4
BERITA REHABILITASI
lelaki yang tidak bertanggung jawab. Sehingga dia
sekarang terpaksa menghidupi kedua anak tanpa
suami. Untunglah ada kakaknya (juga tuna grahita
ringan), yang bisa membantu menghidupi mereka.
Keduanya (kakak beradik) direkomendasikan
program RSBK.
Kegiatan di Ponorogo ini, selain pendataan
dan rekruitmen ODK Grahita sejumlah 100 orang,
juga perekrutan kader pendamping dari desa-desa
setempat. Para kader inilah yang kelak
diperdayakan dalam memberikan pendampingan
langsung kepada keluarga PM, memberi bimbingan
dan pelayanan dari aspek fisik, kesehatan, mental
psikologis dan keterampilannya. Kader yang
direkrut sejumlah 30 orang dari lima desa,
diprioritaskan pada relawan yang sejak awal
membantu kegiatan tim BBRSBG Kartini
Temanggung. Melalui diskusi dengan masingmasing kepala desa dan calon kader, bisa
ditetapkan sejumlah kader dengan rincian : desa
Krebet 5 orang, Sidoharjo 7 orang, Pandak, Karang
Patihan dan Dayakan masing-masing 6 kader.
Para calon
kader pendamping RSBK BBRSBG Kartini
Ngadirin dan Istrinya yang juga ODK grahita tinggal Temanggung tahun 2011-2012
di rumah yang terpisah dari masyarakat.
Selanjutnya para kader dibekali Bimbingan
Teknis
untuk meningkatkan pengetahuan tentang
Dua kakak Beradik sakit jiwa.
pelayanan dan rehabilitasi sosial Tuna Grahita
Di suatu rumah tidak layak huni, terletak di
sehingga kelak bisa melaksanakan tugas sebagai
lereng bukit yang jauh dari tetangga, terdapat satu
pendamping keluarga PM RSBK.
keluarga beranak dua, semuanya sakit jiwa. Satu di
antaranya juga pernah mengalami kekerasan oleh
Dirujuk Ke BBRSBG Kartini Temanggung.
lelaki tak bertanggung jawab. Ibu yang sudah tua
Dalam kegiatan pendataan dan asesmen ini,
menjadi satu satunya tulang punggung kleluarga,
karena suaminya juga sakit. Namun si ibu selalu
menjalani kehidupan sehari-hari dengan penuh
kepasrahan dan keikhlasan. Namun karena bukan
ODK Grahita, mereka tidak direkomendasikan ke
program RSBK.
Pen Dilengan Tangan.
Di Kecamatan Badegan, tim menemui
seorang ODK grahita, Jamitun, 40 tahun, dari
dusun Kliyur, ds. Dayakan, mempunyai suami dan
dua orang anak yang belum dewasa. Saat ini dia
sedang hamil anak ketiganya, beberapa waktu lalu
pernah jatuh dan tangannya patah, sehingga
dipasang pen di lengannya. Tetapi akhir-akhir ini
pen mencuat keluar, sehingga sangat mengganggu
aktifitas sehari-hari, karena bila tersentuh terasa
sangat sakit. Oleh tim direkomendasikan menjadi
PM Program RSBK 2012 ini, dan dalam rencana
pelayan juga dirujuk ke rumah sakit untuk
penanganan pen tersebut.
juga direkomendasikan 4 ODK Grahita yang
memenuhi persyaratan masuk ke BBRSBG Kartini
Temanggung program reguler. Mereka adalah:
Langgeng Widodo ( 16 tahun), Bambang Setiawan
(18 tahun), Sofyan (16 tahun) dan Sriyani (16
tahun).
Rekruitmen Kader Pendamping
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 5
BERITA REHABILITASI
PENERIMA PELAYANAN TRC
BBRSBG KARTINI TEMANGGUNG
BERDIALOG DENGAN MENTERI SOSIAL RI
Oleh : Djunaidi
pertaniannnya karena sebagian besar sudah tidak
Indonesia dapat di tanani.
Menteri Sosial Republik
melakukan dialog dengan kelompok warga
binaan Kementerian Sosial se Solo Raya, satu
diantaranya adalah kelompok pengrajin keset
pengungsi erupsi Merapi desa Jumoyo dan
kelompok Cerebral Palsy Kecamatan Salam
Kabupaten Magelang hasil penjangkauan TRC
Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Grahita
Kartini Temanggung.
Bencana erupsi merapi dan banjir lahar dingin
yang terjadi mengakibatkan warga Gempol desa
Jumoyo kecamatan Salam Kabupaten Magelang
tidak dapat kembali ke rumahnya. Para petani dan
buruh juga tidak dapat lagi mengarap tanah
Hingga saat ini warga Gempol yang berjumah
berjumlah 162 Kepala Keluarga dan sekitar 500
jiwa masih mengungsi di Hunian Sementara
(HUNTARA) yang berlokasi di lapangan dekat
kantor desa Jumoyo.
Mereka
kehilangan
pekerjaan dan sebagian beralih mata pencaharian
sebagai buruh pasir dan tukang parkir.
Pada tanggal 26 Mei 2011
Balai Besar
Rehabilitasi Sosial Bina Grahita Kartini
Temanggung dengan Tim TRC-nya memberikan
bantuan berupa pelatihan pembuatan Keset perca
dan kerajinan tangan dari koran bekas. Kepada
mereka diberikan pula bantuan enam set alat dan
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 6
BERITA REHABILITASI
500 kg bahan (kain perca ) yang diserahkan oleh yang ada di Balai Besar RSBG Kartini Temanggung
kepala Balai Besar RSBG Kartini Temanggung dan hingga bulan Desember 2011 dengan pelayanan
diterima oleh Kepala Desa Jumoyo.
setiap sabtu kedua dan keempat
Dalam memberikan bimbingan keterampilan
ini, TRC BBRSBG Kartini Temanggung
bekerjasama dengan seorang pengusaha keset Dian
Perca Boja Kendal Semarang. Selain sebagai
instruktur untuk melatih pembuatan keset perca,
Dian Perca juga siap menampung jika keset yang
sudah
jadi
mengalami
kesulitan
dalam
pemasarannya.
Kepala Balai dan Pak kepala Desa sedang menandatangani berita
acara penyerahan peralatan dan bahan pembuatan keset
disaksikan koordinator penggungsi desa Jumoyo kec. Salam
Dari hasil penjangkauan TRC Balai Besar
RSBG Kartini Temanggung
(pengrajin keset
warga pengungsi lahar dingin merapi di desa
Jumoyo dan paguyuban Orang Tua dan Anak
Ibu-Ibu sangat trampil dalam membuat keset setelah Cerebral Palcy Kec. Salam) maka pada tanggal 11
menerima pelatihan keterampilan keset .
Agustus 2011 diikutsertakan dalam acara dialog
dengan Menteri Sosial RI dengan warga binaan
Dari kerja keras ibu-ibu yang terus berlatih
Kementerian Sosial RI lainnya.
dalam membuat keset, pada awal bulan Mei 2011
Dalam dialog tersebut Ibu Marsiyem (ketua
mereka dapat menjual keset tersebut di desa
Kelompok
Pengrajin keset pengungsi erupsi
Jumoyo dan kesekitarnya baik secara eceran
kepada pemakai dan kepada pedagang yang akan merapi desa Jumoyo) dengan kepolosannya
dijual kembali atau kepada para tamu yang dating. menyampaikan kepada Menteri Sosial RI, sebagai
berikut: “Bapak Menteri saya Marsiyem. Sewaktu
Para ibu pengungsi di HUNTARA
mengungsi tidak ada kegiatan,
saya hanya
membentuk kelompok pengrajin keset dengan
melamun, juga ibu-ibu lainnya. Sewaktu datang
nama Kelompok pengrajin keset Tunas Kartini bapak-bapak TRC Temanggung saya diajarkan
Mandiri diketuai Ibu Marsiyem ( 41 tahun ) dengan cara membuat keset. Sekarang bisa membuat dan
jumlah anggota yang semula berjumlah 17 orang menjual sebanyak 200 keset, harga rata-rata Rp.
hingga saat ini sudah menjadi 31 orang.
10.000,00 (sepuluh ribu rupiah), untuk itu saya
Selain memberi pelatihan membuat keset, mohon bantuan peralatan dan agar ibu-ibu lainnya
TRC Balai Besar RSBG Kartini Temanggung juga bisa ikut kegiatan, terima kasih”. Setelah itu,
menyerahkan keset hasil karya
membentuk
kelompok orang tua dan anak Marsiyem
kelompok
kepada
Menteri Sosial sebagai
Ceberial Palcy
di Kecamatan Salam yang
dikoordinatori oleh TKSK Kecamatan Salam. cinderamata dan disambut tepuk tangan dari
Penderita CP berjumlah 14 orang , mereka sangat peserta warga binaan dan undangan lainnya.
membutuhkan bantuan tenaga terapi, oleh karena
itu mereka memperoleh bantuan Tenaga Terapi
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 7
Sragen , anggota DPRD Surakarta, beberapa
pejabat kementerian sosial RI, kepala-kepala UPT
Kementerian Sosial RI se Jawa tengah.
(Djunaidi/Penyuluh Sosial).
SEMUA PM BBRSBG DI
ASURANSIKAN
Menteri Sosial berdialog dan menerima cideramata dari
marsiyem (baju hijau) ketua pengrajin keset Tunas Kartini
Mandiri warga pegungsi erupsi Merapi desa Jumoyo kec.
Salam Kab. Magelang hasil pejangkauan TRC BBRSBG
Kartini Temanggung.
“Alhamdulillah, hebat, terima kasih ,terus
semangat yang penting dalam pemasarannya perlu
dibantu dan ibu silahkan membuat dan
mengajukan proposal melalui dinas sosial
kabupaten dan propinsi” ,jawab bapak Menteri
Sosial sambil menerima cidramata tersebut
Sementara kelompok cerebral Palsy yang
berlokasi di Kec. Salam kab. Magelang berjumlah
14 orang anak Cerebral Palcy , orang tua yang
diwakili ibu Ira mengharapkan bantuan tenaga
fisioterafi untuk datang dan memberikan
pelayanan terapi dua kali dalam satu bulan
bertempat di aula Kec. Salam kab. Magelang,
hanya permohonan tidak dapat disampaikan
langsung kepada Menteri Sosial karena banyaknya
peserta yang bertanya sehingga waktu yang
BERITA REHABILITASI
tersedia tidak cukup.
Dalam kesempatan itu hadir beberapa pejabat
pemerintah kabupaten/kota (Surakarta, Boyolali,
BBRSBG”Kartini” Temanggung melalui
Seksi Advokasi secara intensif dan
berkelanjutan
melaksanakan
upaya
perlindungan terhadap Penerima Manfaat
melalui penyertaan Asuransi bagi semua
PM di BBRSBG baik PM Reguler (225
PM) maupun Day Care (20 PM).
Penyertaan Asuransi bagi PM dipandang
perlu
mengingat
bahwa
mereka
merupakan ODK Grahita dengan segala
keterbatasan kemampuannya, sangat
rentan dan rawan terhadap resiko.
Selama kurun waktu tiga tahun 2009 s/d
2011 PT Asuransi Umum Bumiputera
Purwokerto
sebagai
mitra
dalam
penyertaan Asuransi bagi PM di BBRSBG,
untuk pembayaran premi asuransi
dilakukan setiap bulan Juni dengan
jangka waktu pertanggungan selama satu
tahun. Selama kurun waktu tiga tahun
telah dapat merasakan manfaat dari
keikutsertaan Asuransi Jiwa yakni, pada
saat PM kita atas nama Leni Marliani,
Novan Warminto dan Hanggara Kusuma
mengalami kecelakaan pada tahun 2010
dan tahun 2011 kita telah mendapatkan
klaim asuransi, meskipun nilainya tidak
besar namun dapat membantu dalam
proses pengobatan bagi ketiganya (Retno
Handayani)
Tim TRC mendata Para Orang tua yang telah
bergabung dalam paguyuban .
Salatiga, Wonogiri, Sukoharjo , karanganyar, dan
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 8
BERITA REHABILITASI
PENYANDANG KECACATAN/ DISABILITAS GRAHITA
MERIAHKAN HARI INTERNASIONAL PENYANDANG CACAT
DI BBRSBG KARTINI TEMANGGUNG
Dalam
rangka
memperingati
Hari
Internasional Penyandang Cacat (HIPENCA)
tahun 2011, BBRSBG Kartini Temanggung
Menyelenggarakan Temu Olah raga dan Seni
ODK Grahita serta Pameran Hasil Karya
Penerima Manfaat Balai Besar RSBG Kartini
Temanggung selama tiga hari tanggal 26 s/d 28
Nopember 2011.
Penyandang Disabilitas Dalam Pembangunan :
Wujudkan Dunia yang Lebih Baik Bagi Semua”
Kegiatan Temu olahraga dan seni yang
diikuti oleh 23 kontingen bertujuan :
a. Sebagai wahana unjuk kemampuan ODK
grahita dalam bidang olah raga dan seni,
guna menumbuhkembangkan rasa percaya
diri, sportifitas dan solidaritas diantara
Peserta Temu Olah raga dan Seni ODK
mereka.
Grahita berasal dari SLB/ Panti/Balai
b. Sebagai
wahana
sosialisasi
kepada
Rehabilitasi yang menangani ODK grahita
masyarakat tentang potensi dari ODK grahita
untuk wilayah Jawa Tengah, Daerah Istimewa
dalam bidang olah raga dan seni.
Yogjakarta dan Jawa Barat. Tema dalam
Selain itu, melalui hipenca diharapkan
peringatan
hipenca
2011mengikuti
tema
internasional: “Bersama Penyandang Cacat/ terwujudnya kesejahteraan yang bermartabat
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 9
melalui pemberdayaan penyandang disabilitas
serta menumbuh kembangkan kesadaran dan
keberpihakan
berbagai
pihak
terhadap
permasalahan dan hak-hak
penyandang
b. Lari 100M putra dan putri Hight Ability
(divisi I , divisi II dan Devisi III)
c. Lari 50 M pa/pi Low Ability atau C1
(divisi I ,divisi II dan Devisi III)
d. Bola Bocce ganda pa/pi Low Ability atau
C1.
Drs. GRM Soerjo Darsono, MH memberikan sambutan dan
membuka kegiatan HIPENCA di Balai Besar RSBG Kartini
Temanggung
Atlet bocce Putra dan Putri sedang menunjukan
keahilannnya melempar bola
disabilitas.
Dalam sambutannya pada saat pembukaan
acara, Kepala BBRSBG Kartini Temanggung Lomba seni tari dan lagu
(Drs. GRM Soerjo Darsono, MH) menyatakan:
Bidang Seni yang dipertandingkan berupa
“saya
ucapkan
selamat
memperingati
gerak tari dan lagu serta bakat lainnya
HIPENCA dan kepada Seluruh peserta temu Pameran Hasil Karya Pemerima Manfaat
olah raga dan seni saya mengucapkan selamat
Kegiatan HIPENCA juga diisi dengan
bertanding, junjung tinggi kejujuran dan
sportifitas serta capailah prestasi yang seoptimal
mungkin. Semoga, prestasi yang akan kalian
raih nanti menjadi awal untuk mencapai prestasi
ditingkat nasional maupun internasional”
Pembukaan kegiatan HIPENCA BBRSBG
Kartini Temanggung tahun 2011 ditandai
dengan pelebasan balon ke udara oleh kepala
Balai Besar RSBG Kartini Temanggung dan
penyerahan Piala Bergirlir Direktorat Jenderal
Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI
kepada Ketua Panitia. Acara pembukaan
dimeriahkan Drum Band Grahita Penerima
Manfaat Balai Besar Rehabilitasi Kartini
Temanggung.
Jenis pertandingan yang
adalah sebagai berikut yaitu :
dilaksanakan
Peserta lomba
seni tari dari BBRSBG Kartini
Temanggung belumdan salah satu peserta
melakukan penampilannnya diatas pentas
1. Olahraga
pameran hasil karya penerima manfaat dengan
a. Lari 200 M putra dan Putri Hight Ability
maksud agar para peserta dari berbagai daerah
(devisi I, devisi II, devisi III dan Devisi IV)
mengenal dan mengetahui hasil karya dan
bentuk keterampilan yang diberikan selama
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 10
mereka mengiuti pelayanan di Baai Besar RSBG
Pada acara puncak ini juga dilakukan
kartini Temanggung.
penyerahan Sertifikat ISO 9001:2008 dari PT
Global Indonesia kepada BBRSBG Kartini
Hasil karya yang dipamerkan antara lain:
Temanggung yang telah berhasil meningkatkan
hasil kerajinan tangan (kerajian hiasan kramik
manajemen pelayanan yang berorientasi pada
dari cangkang telur, membuat baki dan tempat
kepuasan pelanggan. Sertifikat ini merupakan
tisu dari koran bekas, kaca hias, lampion dan
wujud pengakuan bahwa pelayanan di BBRSBG
kursi bambu), hasil sulaman , hasil keterampilan
Kartini telah memenuhi standar internasional.
menjahit , keterampilan pembuatan paving blok,
boga seperti (kerupuk dari jagung, minuman
tradisional yang siap untuk diseduh kapan saja)
serta foto kegiatan rehabilitasi sosial di BBRSBG
Kartini Temanggung
Setditjen Rehabsos Drs. Samsudi, MM menyerahkan
sertifikat ISO 9001:2008 kepada Drs. GRM Soerjo
Darsono MH.
Drs. GRM Soerjo Darsono, MH mendampingi tamu
melihat-lihat dan tertarik dengan hasil karya khususnya
Krajinan menghias kramik dan pemanfaatan Koran bekas
diantara kasil karya PM yang disukai pengunjung
Puncak Peringatan Hipenca 2011
Peringatan Hipenca BBRSBG Kartini
Temanggung yang dimeriahkan oleh berbagai
traksi tarian ODK grahita ditutup oleh Direktur
Jenderal Rehabilitasi Sosial, Makmur Sunusi,
PhD.
Acara Puncak Peringatan HIPENCA
dihadiri Dirjen Rebalilitasi Sosial RI, Sekretaris
Ditjen Rehabilitasi Sosial RI, Kepala Dinas
Sosial Kabupaten Temanngung, Ketua SOINa
Jawa Tengah dan Kepala UPT Kementerian
Sosial RI Wilayah Jawa Tengah, undangan
lainnya dan penerima manfaat Baresos
Penganthi Temanggung serta BBRSBG Kartini
Temanggung .
Dalam acara puncak peringatan diserahkan Dirjen Rehabilitasi Sosial Kemensos RI memberikan
medali dan piala bagi para juara olahraga dan sambutan serta menutup secara resmi kegiatan HIPENCA
seni (tari dan suara). Juara Umum tahun ini BBRSBG Kartini Temanggung tahun 2011.
masih
diraih
oleh
BBRSBG
Kartini
Temanggung.
Bagi
BBRSBG
Kartini
Temanggung, ini adalah kali kedua memperoleh
piala bergilir Direktur Jenderal Rehabilitasi
Sosial. yang diserahkan oleh Sekretaris
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial kepada
Kepala Balai RSBG Kartini Temanggung.
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 11
Artikel
Oleh: Wiwit Setyawati, AKS, MA
“Bu aku bulan Desember mau nikah” kata BG PM BBRSBG Kartini Temanggung disaat bertemu
dengan pembimbing (WS). Dan ada beberapa lagi yang juga menyatakan hal yang sama bahwa
mereka ingin menikah”. Meskipun demikian kita tidak boleh percaya begitu saja pada mereka,
karena mereka anak-anak ODK grahita. Saat ini menikah telah menjadi impian dan angan-angan
anak-anak tunagrahita. Mereka berfikir setelah lulus akan menikah dengan pasangan “witing tresno
jalaran soko kulino” yang di temukan pada saat bersama-sama mengikuti proses rehabilitasi sosial
di BBRSBG Kartini Temanggung.
Tak sedikit anak-anak yang telah selesai rehabilitasi sosial kemudian menikah dengan sesama anak
eks PM BBRSBG Kartini Temanggung. Menikah adalah saat yang penting dalam siklus kehidupan
setiap manusia. Agama pun juga menganjurkan seseorang yang telah mencapai baliq untuk
menikah. Bagi penduduk Indonesia umumnya, pernikahan merupakan hal yang sacral. Menurut
Poerwadarminta (1983), kata nikah adalah sebagai perjanjian antara pria dan wanita untuk
bersuami isteri, sinonim dengan kata perkawinan.
Berkaitan dengan perkawinan sesama ODK grahita, kita harus mengetahui dan memahami tentang
tunagrahita. American Association on Mental Deficiency/AAMD (dalam Somantri, 2006) menyatakan
bahwa tunagrahita menunjuk pada keadaan fungsi intelektual umum individu dibawah rata-rata
(Sub-Average) secara jelas dengan disertai ketidakmampuan dalam penyesuaian perilaku dan
terjadi pada masa perkembangan, merupakan kondisi dimana perkembangan kecerdasan anak
mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal.
Ahuja dkk (2005), menjelaskan keterbelakangan mental bisa mengikuti setiap peristiwa biologis,
lingkungan dan psikologis yang mampu menghasilkan defisit dalam fungsi kognitif, ditandai
dengan fungsi intelektual jauh dibawah rata-rata bersamaan dengan keterbatasan terkait dengan
gangguan dua atau lebih. Bidang keterampilan yang berlaku adaptif, komunikasi, keterampilan
sosial, perawatan diri, rumah tinggal, menggunakan komunitas, arah diri, kesehatan dan
keselamatan, fungsional akademisi, bekerja dan waktu luang terlihat pada sebelum usia 18 tahun.
Istilah keterbelakangan mental mengacu pada keadaan klinis pada perkembangan asal
mempengaruhi fungsi intelektual dan sosial.
Dari definisi dan penjelasan di atas tampak bahwa ODK grahita banyak menjalani kehidupannya
dengan berbagai keterbatasan. Penulis telah banyak menemukan pasangan ODK grahita baik
melalui observasi dilapangan (saat di Ponorogo), keluhan beberapa orangtua yang memiliki anak
telah menikah dengan sesama ODK grahita, serta eks PM BBRSBG Kartini yang telah menikah. Ratarata dari mereka kesulitan untuk menyesuaikan diri dalam menjalani perkawinannya. Dibawah ini
disajikan rekaman SMS dari penerima manfaat yang menunjukkan perlunya penyesuaian diri
dalam pernihakan sesama ODK grahita.
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 12
Artikel
NO
Waktu
Verbatim
1.
16/09/2011,
19:05:49
Bu semenjak W nikah sama E mau apa aja diatur nggak seperti kemarin dulu.
2.
19:33:15
Bu boleh nggak W bertanya ? apa benar kalau udah nikah nggk boleh nerima mantan
cwk nya, pdhl mantan nya W udah nikah masak mau ngobrol nggak boleh sama E
3.
20/09/2011
19:39:25
Bu apa bnr kalau punya anak ter batas cukup 3 aja emang nya nggak bisa 4 anak
sekaligus
4.
19:41:00
Bu kalu rawat anak kecil susah apa nggak W ingin tau aja
5.
19:46:22
Punya anak cowok dulu, terus kalau udah besar baru bikin anak cewek cukup 4 aja
biar ramai di rumah
6.
20:00:35
Bu apa bnr kalau nkh sama2 cct mental nnt anak nya jg ikut cacat mental trs gimana cr
nya ngatasi anak itu biar nggak cacat mental
7.
20:21:51
Bu msl ny penting skl W nggk ingin anak nya ikut cct mental seperti ibu nya
8.
23/09/2011
18.31.19
Bu boleh nggak brtanya ? kalau istri mintak aneh 2 tanda nya apa
9.
23/09/2011
18,38.29
Bu katanya ? Esemalam udah merasakan mutah2 dan merasakan lemaz, W jg kalau
mkn nggak nafsu makan di T
10.
23/09/2011
18.41.43
Bu mungkin E udah hamil
11.
23/09/2011
18.45.49
Bu katanya ? Enggak msk angin tapi benar mutah 2 di kamar mandi srng
12.
23/09/2011
18.50.37
Bu katanya ? nunggu W plg k erumah dl padahal mbk ku di rumah juga ada. Tp knapa
W jg merasakan seperti Edi rumah
13.
23/09/2011
18.57.49
Bu semalam E udh ngsih tau kalu sering mutah 2 di kamar mandi dan udah ngasih
nama buat calon beby nya
14.
23/09/2011
19.02.06
Bu kalau E udah hml W ingin anak nya cowok dulu bisa jg ibunya di rumah kalu W
krja jauh dari rumah
15.
23/09/2011
19.32.02
Bu emang nya mau jadi ayah harus belajar yang lain nya
16.
23/09/3011
20.08.45
Bu sekali lagi W ingin Tanya ? di jwb yg jujur nanti anak nya cct mental nggak W tkt
kalau terjadi pada anakku nanti
17.
27/09/2011
129.24.21
Bu kalu bisa E di ajari menjadi ibu rumah tangga yang baik seperti ibu
18.
27/09/2011
19.32.12
Bu selama W nikah sama Edi suruh bikin kan minuman slalu terlambat apapalgi kalau
ada tamu nggak pernah mau
19.
27/09/2011
19.37.29
Bu juju raja E kurang beranggung jawab sama W tolong ajarkan agar cepat berubah
menjadi ibu2 yang lain nya
20.
27/09/2011
20.36.57
Bu juju raja setiap W ngajari E jawabnya bisa tapi ternyata belum bisa disuruh
bikinkan minuman slalu terlambat tolong utnung dibantu
21.
27/09/2011
21.02.23
Bu apa benar kalau anak cacat mental anaknya nanti juga cacat mental dan katanya
lebih parah
22.
28/09/2011
19.02.35
23.
28/09/2011
20.09.11
Bu kakau bisa di bantu gimana caranya agar E bisa kerja jujur Q kasihan sama E
selama ini belum pernah kerja
24.
30/09/2011
Bu kalo bisa E dibantu caranya agar menjadi ibu rumah tangga seperti ibu karena
Bu tolong bojoku di didik lagi agar bisa perhatian sama W tambah sayang dan
semakin cinta dan cepat di beri anak
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 13
Artikel
NO
Waktu
Verbatim
14.44.46
selama W nikah sama E belum bisa
25.
01/120/2011
10.37.42
Bu masak E cemburu gara2 W masih nyimpan kaset kenangan dari cewek nya W dulu
26.
01/10/2011
11.40.32
Bu kenapa yak ok endanga masih cemburu gara 2 W masih nyimpan kaset dari
cweknya W dulu, tolon W di bantu agar Etidak cemburu lagi
27.
01/10/2011
11.43.31
Bu apa salah dulunya untug di kasih kaset sama cewk nya W dulu tapi kan cewek itu
udah punya suami juga udah punya anak masak E masih cemburu terus
28.
01/10/20112
11.46.12
Bu juju raja W masih menyimpan kaset itu tapi E tau sendiri dari lemari
29.
01/10/2011
11.49.50
Tapi gimana lagi W di T masak bisa ngasih sama orang lain. Bu tolong W di bantu
agar Enggak cemburu sama kaset itu
30.
02/10/2011
18.42.30
Bu knapa yak ok Emudah cemburu padahal W di T nggak cari cewek lagi bawanya
curiga terus sampai kapan E mengerti W. Tlg ibu W dibantu rumah tangganya W agar
saling percaya hubungan kami berdua
31.
06/10/2011
18.30.17
Mz qm gk c!vm q lg mz q pny kbr gmbr3 bwt qm ??4kn jd 4yh mz. Bu sekarang E
udah hamil tolong besok dibantu cari nama yang bagus buat anak pertama
32.
06/10/2011
18.38.00
Bu tapi yang bagus namanya selama ini yang ku tunggu
33.
06/10/2011
18.41.38
Bu juju raja W belum bisa rawat anak nanti kalau W butuh ibu tolong bantu gimana
caranya rawat anak nanti
34.
07/10/2011
05.26.58
Bu apa benar kalu ibu hamil minumnya susu khusus ibu hamil. Nanti W mau
ngantarkan E ke bidan sekalian ingin tau hamilnya udah berapa bulan
35.
12/10/2011
05.40.23
Bu sekarang E udah berani ngtr W msk lihat gadiz aja nggak blh
36.
05.44.24
Bu knapa yak ok endg masih aja cemburu sama suami pdhal W nggak pernah cari
cewek di tmgg
37.
11/11/2011
08.27.45
Pulang kerumah di dalam biz W kenalan sm cewek nya itu cantik sekali udah kerja
38.
11/11/2011
08.29.24
Bu tapi jangan bilang sama E kl W punya kenalan cewek di dalam biz ok
39.
11/11/2011
08.30.37
Bu janji hlo jangan bilang endg nanti ndak nagiz di rumah seperti kemaren itu ok
40.
11/11/2011
08:35:02
Bu ingat pesan nya W tadi jangan blg Ekl W pny kenalan cwk di dalam biz, malah
ingin ngajak pergi berdua
41.
11/11/2011
20:37:02
Bu misalnya W diam2 cari cewek lagi kira2 E nanti nangis nggak ya
42.
11/11/2011
20:42:49
Bu gimana caranya biar W punya cewek lagi tapi diam-diam aja jangan smp E tau,
tolong dibantu
43.
12/12/2011
14:55:37
Bu kenapa yasemenjak W nikah sama E kok masih ada masalah yang baru gimana
cara bya ngatasi masalah agar cepat selesai
Dari beberapa cerita tentang kehamilan dari penggalan rekaman diatas, setelah penulis berkunjung
ternyata hal itu tidak dialami oleh E. W berangan-angan seperti orang lain bahwa jika telah
menikah pasti akan hamil dan menirukan perilaku kebanyakan pegantin baru lain dengan pasangan
sesama orang yang normal. Masih banyak lagi hal-hal yang menarik tentang cerita pasangan
sesama ODK tunagrahita. Hal ini menjadikan penulis tergelitik untuk mengetahui lebih jauh
terutama tentang penyesuaian diri dalam pernikahan sesama ODK tunagrahita.
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 14
Artikel
Penyesuain diri menurut Scheineders (1964) adalah sebagai suatu respon mental dan perilaku
yang ditunjukkan oleh individu guna mengatasi kebutuhan internal, ketegangan konflik dan frustasi
yang dialaminya. Calhoun & Acocella (1990) menyatakan penyesuaian diri adalah merupakan
interaksi antara individu dengan dirinya (self), individu dengan orang lain (others) serta individu
dengan dunianya (world) dimana ketiganya memiliki hubungan yang timbal balik.
Dalam penyesuaian diri ini dipengaruhi oleh banyak faktor (Lazarus , 1969) yakni
a. Faktor kondisi fisik, yang meliputi kelenjar sistem syaraf dan sistem otot, kesehatan tubuh dan
riwayat penyakit serta faktor keturunan yang berpengaruh pada sifat dan temperamen
b. Faktor pekembangan dan kematangan, hal ini dilihat dari perkembangan dan kematangan
secara intelektual, emosi, sosial dan moral. Pola-pola penyesuaian diri ini akan mengalami
perubahan seiring dengan tahap perkembangan dan kematangan masing-masing individu.
c. Faktor psikologis, lebih banyak dipengaruhi oleh pengalaman, pendidikan, proses belajar dan
konflik dari individu itu sendiri
d. Faktor lingkungan. Lingkungan keluarga, pertemanan dn masyarakat akan membawa pengaruh
bagi proses penyesuaian diri
e. Faktor budaya. Dalam hal ini berkaitan erat dengan aturan-aturan yang berlaku dalam
masyarakat untuk bertingkah laku. Adat, agama adalah merupakan budaya yang akan
berpengaruh terhadap penyesuaian diri individu.
Dari berbagai pengertian diatas tentang penyesuaian diri, kita melihat pentingnya penyesuaian diri
bagi masing-masing individu. Hal ini akan berpengaruh pada siklus perkawinan antar sesama
pasangan, karena tahap-tahap yang harus dilalui adalah penyesuaian diri dalam perkawinan yang
telah dijalaninya.
Penyesuaian diri dalam perkawinan (marital adjustment) menurut Atwater (1983) adalah
bagaimana seseorang belajar peran dalam perkawinannya atau untuk mengetahui perilaku yang
diharapkan dari dirinya untuk mensukseskan perkawinannya. Sabatelli (dalam Buehler 1990)
berkaitan dengan relasi perkawinan mendefinisikan adjustment sebagai proses yang dianggap
penting untuk mencapai harmonisasi dan keberfungsian hubungan perkawinan.
Clayton (1975), penyesuaian diri dalam perkawinan adalah penilaian terhadap penyesuaian diri
sendiri dan terhadap pasangannya. Penyesuain diri merupakan proses dinamis, masing-masing
atau secara bersama-sama sebagai pasangan berusaha mencapai apa yang mereka pertimbangkan
sebagai bentuk yang adekuat dalam sejumlah tugas-tugas penyesuaian diri yang harus diselesaikan
dalam perkawinan.
Perkawinan memiliki rentang maksimal sepanjang hidup pasangan suami isteri, dimana
didalamnya antara suami dan isteri akan secara otomatis terlibat dalam tugas-tugas dan
tanggungjawab yang harus mereka lewati dan secara umum mencakup kumpulan tugas-tugas
penyesuaian diri.
Tugas-tugas penyesuaian diri dalam perkawinan menurut Clayton (1975)
a. Pergaulan suami isteri (marriage socialibility), berkaitan dengan derajat atau tipe kehidupan
sosial yang dimiliki suami isteri, misal mengunjungi teman, mengudang teman ke rumah, datang
ke peristiwa-peristiwa sosial dan tamasya bersama
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 15
Artikel
b. Persahabatan dalam perkawinan (marriage companionship), pasangan suami isteri senantiasa
harus membicarakan kebutuhan ikatan persahabatan terhadap pasangannya dan bagaimana
mereka dapat saling menyenangkan, misalnya berbincang-bincang intim, berbagi kegembiraan,
jalan-jalan untuk menyenangkan diri, melakukan hal-hal yang menyenangkan pasangan
c. Urusan keuangan (economic affair) yaitu, bagaimana keluarga membelanjakan atau
mengeluarkan uang penghasilan mereka, misalnya penggunaan uang untuk rekreasi, untuk
pengeluaran rumah tangga dan kegiatan, kebutuhan pribadi dan mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan pekerjaan yang mencakup pekerjaan sauami isteri serta tugas isteri sebagai
ibu rumah tangga.
d. Kekuasaan dalam perkawinan (marital power) yaitu proses negosiasi untuk menentukan siapa
yang akan mengambil keputusan, kapan dan bagaimana keputusan itu diambil serta
argumentasi posisi suami dan isteri dalam tiap persoalan. Contohnya perasaaan respek satu
sama lain, kekuatan dominasi atau mengalah
e. Hubungan ekstra keluarga (extra family relationship). Setiap pasutri harus melakukan tawar
menawar dalam hal tanggungjawab suami isteri berkaitan dengan pekerjaannya. Tanggung
jawab suami isteri dalam komunitas atau kehidupan sosialnya dan hubungan dengan relasi
keluarga
f. Kesesuaian ideologis (ideological congruence) misal agama, filosofi hidup moral dan nilai-nilai
yang dianut serta pewarisannya pada keturunan
g. Intimasi perkawinan (marital intimacy), misalnya ekpresi kasih sayang dan hubungan seksual
h. Taktik berinteraksi (interaction tactics) misalnya kerjasama akomodasi, diferensiasi dan konflik
Dengan melihat beberapa pendapat ahli tentang penesuaian diri dalam perkawinan serta hasil
fenomena di lapangan (curahan hati) dari anak-anak tunagrahita yang telah menikah dengan
sesama anak tunagrahita, apakah kita pernah berfikir bagaimana penyesuaian diri mereka setelah
menikah. Hal ini mungkin kita anggap sebagai hal yang biasa atau sepele. Namun dibalik semua itu
tentulah orang lain (orangtua, keluarga besar kedua psangan) yang akan lebih merasa repot
seumur hidupnya dan harus menanggung beban yang bertambah. Seharusnya mereka mengawali
saat-saat untuk pensiun dari segala aktivitas yang membeni. 26 September 2011, penulis
mendengarkan keluhan seorang ibu “nyuuwun arahane bu…..anak kulo kados ngaten, nggih noponopo kulo. Paling kulo cemaske mangke menawi kulo mpun boten wonten bade kados pripun anak
kulo.”
Selain penyesuaian diri dalam perkawian kita juga perlu mengetahui dalam perkawinan itu melalui
berbagai tahapan siklus dalam perkawinan. Duvall (1977), membagi siklus kehidupan keluarga
menjadi 8 tahapan, dimana dalam tiap tahap mengandung potensi kritis yang harus disiapkan
supaya tugas perkembangan dapat dilaksanakan individu atau keluarga dengan baik.
Siklus perkembangan hidup berkeluarga dari Duvall (1977), yaitu:
No
1.
Tahapan siklus
perkembangan
berkeluarga
Pengantin baru
Posisi dalam keluarga
Suami / isteri
Tahap kritis tugas perkembangan keluarga
Membangun perkawinan yang memuaskan
Penyesuaian masa kehamilan dan
membualatkan tekad untuk menjadi
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 16
Artikel
No
2.
3.
Tahapan siklus
perkembangan
berkeluarga
Pengasuhan anak
Usia pra sekolah
4.
Usia SD
5.
Anak remaja
6.
7.
Usia pelepasan
Posisi dalam keluarga
Suami – ayah
Isteri – ibu
Anak perempuan/laki-laki
Saudara perempuan/laki-laki
Suami – ayah
Isteri – ibu
Anak perempuan/laki-laki
Saudara perempuan/laki-laki
Suami – ayah
Isteri – ibu
Anak perempuan/laki-laki
Saudara perempuan/laki-laki
Suami – ayah
Isteri – ibu
Anak perempuan/laki-laki
Saudara perempuan/laki-laki
Suami – ayah - kakek
Isteri – ibu - nenek
Anak perempuan/laki-laki
Bibi/paman
Saudara perempuan/laki-laki
Usia tengah baya
Suami – ayah
Isteri - ibu
Tahap kritis tugas perkembangan keluarga
orangtua
 Menjadi orangtua baru
 Menghidupkan suasana rumah
nyaman untuk orangtua dan bayi


Lansia
Janda/duda
Ayah – kakek
Ibu – nenek
Stimulasi dan rangsangan pada kebutuhan
dan minat kritis anak
Coping terhadap tumpukan kerja dan
berkurangnya privacy sebagai orangtua
o Menetapkan sekolah yang cocok
o Mengembangkan prestasi akademik anak
o Berkomunikasi dengan guru, sekolah dan
orangtua murid yang lain







8.
yang

-
Menyeimbangkan
kebebsan
dengan
tanggungjawab
sebagai
bagian
dari
kematangan anak remaja
Memantapkan posisi pasca orangtua dan
kebutuhan karir yang menanjak
Melepas dan meberikan bimbingan pada
anak untuk bekerja, sekolah, menikah
dengan upacara adat yang sesuai
Menjadikan rumah sebagai basis dukungan
moril
Menjalin hubungan dengan cucu
Membangun
kembali
hubungan
perkawinan
Mempertahankan kekerabatan dengan
generasi tua – muda
Coping dengan masa pensiun
Coping terhadap dukacita, kematian dan
sendiri
Hidup sendiri/ikut anak atau tinggal di
rumah jompo dan menyesuaikan diri
dengan masa pengunduran.
Pada masing-masing tahap terjadi masa kritis akibat perubahan posisi anggota keluarga dan
menumbuhkembangkan suatu tanggung jawab baru yang menuntut penyesuaian diri baik secara
individual maupun bersama dalam keluarga. Dengan melihat hal itu tentulah kita akan berfkir
apakah bisa anak-anak kita yang meyandang kecacatan grahita melalui tahap-tahap perkembangan
dalam perkawinan, apakah mereka dapat menyesuaikan diri atau melaksanakan tugas-tugas
peryensuaian dengan baik? Mungkin saat ini yang sering kita lihat dan kita dengar adalah peran
orangtua sangat besar dalam mengarahkan bahkan mengatur kehidupan rumah tangga mereka,
campur tangan orang tua dan keluarga tak pernah lepas karena mereka juga harus ikut
bertanggung jawab dengan komitmen dan kesepakatan yang mereka buat untuk menikahkan
mereka.
Dengan melihat fakta tentang kemampuan dan kematangan baik sosial, emosional ODK grahita
meskipun dengan derjat kecacatan yang ringan, sudah barang tentu mereka akan mengalami
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 17
Artikel
kesulitan dalam menjalankan kehidupan perkawinannya. Lebih lanjut perlu dilakukan penelitian
secara studi kasus tentang fenomena perkawinan sesama ODK garhita. Hal ini dimaksudkan agar
orangtua lebih memahami tentang kesulitan-kesulitan yang akan dialami oleh anak-anak mereka
saat menjalani kehidupan perkawinannya.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Ahuja, A. S., Thapar, A., & Owen, M. J. (2005). Genetics of Mental Retardation. Indian Journal
Medicine Science, Vol. 59, No. 9.
nd
2.
Atwater, E. 1983 Psychology of Adjustment Personal Growth in A ChangingWorld (2 ed)
Prentice Hall Inc New Jersey
3. Bernard, Jessie. 1964. Models of Marrital Adjustment. Dalam Family Relations, Concepts and
Theories. Pengedit : Raymond, J. R. King. 1969. California: The Blendensary Press.
4. Buehler, Cheryl. 1990. Adjustment. Dalam Handbook of Family Measurement Techniques.
Editor: Touliatos J., Permutter, B.F., Strauss, Murray A. California: Sage Publication.
5. Calhoun, J.F. & Acocella. (1990). PSikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan.
Terjemaahan Ny. R.S. Satmoko. Semarang : IKIP Press
6. Clayton, R. Richard. 1975. The Family, Marriage and Social Change. Massachuusetts : D.C. Heath
and Company
7. Duvall, Evelyn M. 1977. Marriage and Family Development. Philadelphia : J.B. Lippincott
Company
8. Lazarus. (1969). Patern of Adjustment. Tokyo:McGraw Hill Kogasuka
9. Poerwadarminta. 1983. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
10. Schneiders. A.A. (1964). Personal Adjustment & Mental Health. New York: Holt, Rinehart &
Winston.
11. Smart, A. (2010). Anak Cacat Buan Kiamat (Metode Pembelajaran dan Terapi Untuk anak
Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Katahati
12. Somantri, S. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 18
Artikel
Oleh : Herlina Ekawati
Pada dasarnya remaja tuna grahita secara fisik dan hormonal berkembang sebagaimana anak pada
umumnya. Mereka akan mengalami masa puber, menstruasi bagi anak perempuan dan mimpi basah
bagi anak laki-laki. Seperti remaja pada umumnya, masa pubertas juga memberikan pengaruh
kepada remaja tuna grahita. Meskipun pada perkembangan fisik tidak ada masalah, tetapi pada
perkembangan mental dan kepribadiannya, memiliki keterbatasan. Mereka mempunyai kesulitan
dalam bergaul, berhubungan dengan lawan jenis, mengendalikan emosi dan mengikuti aturanaturan. Selain itu dorongan seksual tidak bisa dialihkan atau diredam secara wajar sehingga muncul
perilaku seksual yang mencolok.
Pengertian Pubertas
Kata Pubertas berasal dari kata latin yang berarti “usia kedewasaan”. Kata ini lebih menunjuk pada
perubahan fisik daripada perubahan perilaku yang terjadi pada saat individu secara seksual menjadi
matang dan mampu memberikan keturunan.
Menurut pendapat Root (Hurlock, 1996) masa puber adalah suatu tahap dalam perkembangan
dimana terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi. Menurut chaplin
(kamus psikologi, 2002), yang dimaksud pubertas adalah periode dalam kehidupan dimana terjadi
kematangan organ-organ seks mencapai tahap fungsional, dan pada umumnya usia bagi akhir
periode ini untuk anak perempuan adalah 13 tahun dan pada anak laki-laki 14 tahun.
Masa puber adalah periode yang unik dan khusus yang ditandai oleh perubahan-perubahan
perkembangan tertentu yang tidak terjadi dalam tahap-tahap lain. Diantaranya ciri-ciri yang penting
adalah sebagai berikut:
1. Masa puber adalah periode tumpang tindih
Disebut demikian karena mencakup tahun akhir masa kanak-kanak dan tahun-tahun awal masa
remaja. Sampai anak matang secara seksual ia dikenal sebagai “anak puber”. Setelah matang
secara seksual anak dikenal sebagai remaja.
2. Masa puber adalah periode yang singkat
Masa puber merupakan masa yang relatif singkat sekitar 2-4 tahun. Anak yang mengalami masa
puber selama 2 tahun atau kurang dianggap sebagai anak yang cepat “matang”, sedangkan yang
memerlukan 3-4 tahun untuk menyelesaikan peralihan menjadi dewasa dianggap anak yang
“lambat matang”. Rata-rata anak perempuan matang secara seksual pada umur 13 tahun dan
anak laki-laki pada umur 14 tahun.
3. Masa puber dibagi dalam tahap-tahap
Walaupun relatif singkat, masa puber terjadi secara bertahap dalam rentang kehidupan. Tahaptahap masa puber menurut Hurlock (1994,185) sebagai berikut:
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 19
Artikel
a. Tahap pra puber
Tahap ini disebut juga tahap pematangan yang bertumpang tindih dengan 1 atau 2 tahun
terakhir masa kanak-kanak pada saat anak dianggap sebagai “pra puber” yaitu bukan lagi
seorang anak, tetapi belum juga seorang remaja. Dalam tahap ini, ciri-ciri seks sekunder
mulai tampak tetapi organ-organ reproduksi belum sepenuhnya berkembang.
b. Tahap puber
Tahap ini disebut juga tahap „matang‟ yang terjadi pada garis pembagi antara masa kanakkanak dan masa remaja. Pada tahap ini, kriteria kematangan seksual muncul. Pada anak
perempuan mengalami haid pertama dan pada anak laki-laki terjadi mimpi basah pertama
kali. Pada tahap ini ciri-ciri seks sekunder terus berkembang dan sesl-sel diproduksi dalam
organ-organ seks
c. Tahap pasca puber
Tahap ini bertumpang tindih dengan tahun pertama atau kedua masa remaja. Selama tahap
ini, ciri-ciri seks sekunder telah berkembang baik dan organ-organ seks mulai berfungsi
secara matang.
4. Masa puber merupakan masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat
Masa puber merupakan pesatnya pertumbuhan dan perubahan yang mencolok dalam proporsi
tubuh. Perubahan pesat yang terjadi selama masa puber menimbulkan keraguan, perasaan tidak
mampu dan tidak aman, dan dalam banyak kasus mengakibatkan perilaku yang kurang baik.
Dunbar (Harlock, 1996) menyatakan bahwa selama periode ini anak yang sedang berkembang
mengalami berbagai perubahan dalam tubuh, perubahan dalam status termasuk penampilan,
pakaian, jangkauan pilihan, dan perubahan dalam sikap terhadap seks dan lawan jenis.
5. Masa puber merupakan fase negatif
Istilah fase menunjukkan periode yang berlangsung singkat, negative berarti individu mengambil
sikap “anti” terhadap kehidupan atau seperti kehilangan sifat-sifat baik yang sebelumnya sudah
berkembang.
Perubahan Tubuh Pada Masa Puber
Selama pertumbuhan pesat masa puber, terjadi empat perubahan fisik penting :
1. Perubahan ukuran tubuh
Perubahan fisik utama pada masa puber adalah perubahan ukuran tubuh dalam tinggi dan berat
badan.
2. Perubahan proporsi tubuh
Daerah-daerah tubuh tertentu yang tadinya terlampau kecil, sekarang menjadi terlampau besar
karena kematangan tercapai lebih cepat dari daerah – daerah tubuh yang lain. Missal: badan
yang kurus dan panjang mulai melebar di bagian pinggul dan bahu, dan ukuran pinggang
berkembang.
3. Perkembangan Ciri-ciri seks primer
Berkaitan dengan organ seks . pada pria, testes yang terletak dalam scrotum, di luar tubuh, pada
usia 14 tahun baru sekitar 10% dari ukuran matang. Kemudian terjadi pertumbuhan pesat
selama 1 atau 2 tahun, setelah itu pertumbuhan menurun. Ketika organ reproduksi laki-laki
matang, ia akan mengalami mimpi basah yang artinya bermimpi tentang seksual yang
menggairahkan. Yang ditandai dengan keluarnya sperma yang membasahi celananya.
4. Perkembangan ciri-ciri seks sekunder.
Ciri-ciri seks sekunder pada wanita antara lain:
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 20
Artikel
a. Pinggul melebar dan membulat akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya
lemak di bawah kulit.
b. Payudara berkembang
c. Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan lubang pori bertambah besar.
d. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif.
e. Otot semakin besar dan kuat sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan, dan tungkai
kaki.
f. Suara menjadi lebih merdu.
Ciri-ciri seks sekunder pada laki-laki antara lain:
a. Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-pori meluas.
b. Kelenjar lemak atau yang memproduksi minyak dalam kulit semakin membesar dan aktif
sehingga dapat menimbulkan jerawat.
c. Otot berrtambah besar dan kuat sehingga member bentuk bagi lengan, tungkai kaki dan bahu.
d. Terjadi perubahan suara
Pubertas Pada Anak Tuna Grahita Ringan
Retardasi Mental atau disebut juga Tuna grahita menurut Gerald, dkk dalam bukunya Psikologi
abnormal didefinisikan sebagai : fungsi intelektual yang sangat dibawah rata-rata bersama dengan
kurangnya perilaku adaptif dan terjadi sebelum usia 18 tahun.
Ketidakberfungsian pada kapasitas intelegensinya, menyebabkan anak tuna grahita tidak bisa
mengolah berbagai norma atau standar kehidupan yang pada akhirnya tidak dapat membedakan
perilaku yang baik dan yang buruk. Namun hal ini tidak berpengaruh terhadap perkembangan
fungsi seksual anak tuna grahita ringan, hanya saja tidak diimbangi dengan kemampuan nalar untuk
menempatkan arti perkembangan seks bagi kehidupannya.
Pada anak remaja biasa (normal), dorongan-dorongan seksual dapat diredam karena masih
memperhatikan etika atau norma – norma yang berlaku umum. Pada anak tuna grahita ringan
dimana kemampuan sosial emosinya terhambat, dorongan-dorongan seksual tidak bisa dialihkan
atau diredam secara wajar sehingga muncul perilaku seperti:
1. Masturbasi yang dilakukan di sembarang tempat. Mereka tidak memahami kalau perilaku yang
dimaksud tidak sesuai dengan tuntutan norma.
2. Membicarakan perasaan cintanya pada orang yang baru dikenal atau mereka tanpa rasa malu
menyatakan cinta pada seseorang dihadapan orang lain
3. Menggaruk-garuk kelaminya sendiri dihadapan orang lain. Bagi remaja biasanya hal ini tidak
mungkin dilakukan karena hal tersebut tidak sesuai dengan norma dan perbuatan tesebut sangat
memalukan.
4. Berpelukan antara pria dan wanita di depan orang banyak. Perilaku tersebut mungkin dilakukan
remaja biasa tetapi secara sembunyi-sembunyi karena perilaku tersebut tidak sesuai dengan
norma masyarakat.
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 21
Artikel
5. Mengucapkan kata-kata yang tidak sepantasnya sering mereka ucapkan di dalam kelas maupun
di luar kelas, misalnya dengan mengucapkan nama jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan.
Selain di kelas kata-kata itu sering mereka lontarkan saat mereka bermain-main.
Beberapa hal yang dapat dilakukan pada anak tuna grahita ringan apabila anak:
1. Melakukan masturbasi dengan tidak tepat
Apabila anak melakukan masturbasi hendaknya mereka melakukan di tempat-tempat tertentu
misalnya di kamar mandi. Kita tidak bisa melarang mereka melakukannya, karena masturbasi
merupakan satu kompensasi kebutuhan biologis. Bila mereka melakukannya dimana saja, hal ini
tidak sesuai dengan etika dan moral.
2. Masturbasi berlebihan
Bila anak melakukan masturbasi secara berlebihan, baik secara kuantitas maupun tempat, maka
harus diajarkan dua hal, yaitu tempat dan waktu. Secara intensif diajarkan dimana dia boleh
melakukannya (misalnya ia hanya boleh melakukan di kamar mandi).
Hal yang mungkin bisa dikurangi dari perilaku masturbasi ini adalah dengan menjauhkan objekobjek yang mudah menimbulkan dorongan seksual bagi anak tersebut. Objek ini bersifat khusus
artinya gambar tertentu yang bisa menimbulkan dorongan seks sedapat mungkin diminimalkan.
Misalnya ada anak yang mudah terangsang bila melihat warna merah, maka hindarkan warna
tersebut yang ada di sekitarnya.
Hindarkan pula kecemasan yang berlebihan bila melihat anak sedang melakukan masturbasi.
Apalagi bila kemudian melarang dengan memarahinya, ini akan mengakibatkan ia menjadi
ketakutan, dan justru bisa berakibat kurang baik pada perkembangannya.
3. Mimpi basah
Mimpi basah dijadikan tanda bahwa seorang laki-laki telah memasuki usia balig. Mimpi basah
ditandai adanya mimpi sewaktu tidur, berpacaran atau berhubungan seksual dengan perempuan.
Pada saat mimp basah terjadi, remaja merasa cemas seolah kebingungan mengetahui celananya
basah sewaktu tidur, sehingga diperlukan penjelasan secara keagaaman atau secara medis dengan
pendekatan yang terarah dan mudah dipahami.
4. Menstruasi
Remaja putri tuna grahita yang berumur 11 tahun ke atas sudah mengalami menstruasi, tetapi
banyak yang tidak mengerti cara-cara memelihara kebersihan. Diantaranya tidak memakai
pembalut wanita atau ada yang memakai pembalut tetapi membuang bekas pembalut di
sembarang tempat. Oleh karena itu dibutuhkan keterampilan melakukan “vulva higine” bagi
remaja putri tuna grahita ringan.
5. Pacaran
Pada dasarnya remaja tuna grahita ringan baik putra maupun putri ternyata sudah mulai
berpacaran diantaranya suka berciuman di dalam kelas, kadangkala berpelukan. Hal ini terjadi
karena adanya dorongan nafsu seksual yang tak terkendali. Kita tidak dapat membiarkan
perilaku diatas terjadi begitu saja, tetapi harus memberikan bimbingan dengan bahasa yang
mudah dimengerti oleh anak.
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 22
Artikel
Disamping yang tersebut diatas, hal lain yang perlu diperhatikan untuk anak tuna grahita ringan
adalah:
1. Penanaman pendidikan moral sedini mungkin, baik di sekolah maupun di rumah. Dengan
melalui pendidikan agama sejak dini. Misalnya diajarkan bagaimana cara menutup aurat laki-laki
dan perempuan, bagaimana cara menghormati kawan yang berlainan jenis.
2. Cara merawat dan mengenali diri sendiri, misalnya mengajarkan tentang seluk beluk mestruasi
yaitu dari mulai cara memasang pembalut, membersihkannya dan sebagainya.
3. Memperkenalkan anak pada dunia luar, maksudnya anak dibawa mengenal apa yang ada di
lingkungan masyarakat sehingga anak dapat menjadi waspada bila ada seseorang yang berniat
tidak baik pada dirinya.
Daftar pustaka
Hurlock, E. B. 1996. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan
(Terjemahan : Istiwidayanti) Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga
Chaplin, J.P. 2002. Kamus Psikologi . Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Anidah, Yayan. Pendidikan Seks bagi Anak Tuna Grahita Ringan Pada Masa Pubertas. Diperoleh
dari http://repository.upi.edu/operator/upload/s_plb_0610334_chapter2.pdf
Sari, Tripurnama. Bimbingan Seks Dalam Mata Pelajaran Bina Diri Bagi Remaja Tuna Grahita
Ringan. Diperoleh dari
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_plb_044796_chapter2.pdf
Gerald C Davidson, John M Neale, Ann M Kring.2004.Psikologi Abnormal, edisi ke-9. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 23
Artikel
RUMAH KASIH SAYANG (RKS)
DESA KREBET KABUPATEN PONOROGO
(Sebuah Awal Solusi Lanjutan dan Harapan)
Oleh: Waluyo
Beberapa waktu lalu, tepatnya tgl 11 Juli 2011 di Dukuh Pakis, Desa Krebet, Kecamatan Jambon,
sekitar 20 km dari kota Ponorogo, telah diresmikan selesainya bangunan sebuah gedung berukuran
7,5 x 12,5 meter oleh Menteri Sosial RI, Bp. Salim Segaf Al Jufri. Bangunan tersebut kemudian
dinamakan Rumah Kasih Sayang (RKS). RKS ini dibangun sebagai salah satu bentuk respons atas
kebutuhan masyarakat setempat. Seperti diketahui desa Krebet (dan sekitarnya) dijumpai salah satu
jenis penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) yaitu ODK Grahita atau tuna grahita, di
mana populasi tuna grahita yang relatip cukup tinggi yang dimunculkan diberbagai media. Berita ini
mendorong permasalahan tersebut menguat kembali dan mengundang gagasan solusi lanjutan
sesegera mungkin.
Disebut “salah satu bentuk respons” karena ada hal-hal lain yang dilakukan. Misalnya, BBRSBG
Kartini Termanggung (UPT dari Ditjen Rehabilitasi Sosial, Kementerian Sosial ) segera menangani
100 tuna grahita melalui program rehabilitasi sosial berbasis keluarga, untuk th 2011/2012. Tentu
kegiatan ini dapat berkembang sesuai keadaan. Sederet sub kegiatan dalam rangka itu telah
dimulai.
Dinamakan “Rumah Kasih Sayang”, karena barangkali, pemberi nama ingin agar rumah itu
menjadi ekspresi atau cerminan kasih sayang kita semua, siapapun kita, kepada saudara dan sanak
kadang kita para penyandang masalah kesejahteraan sosial, termasuk ODK grahita. Demikian juga
mengisyaratkan bahwa dalam kehidupan bersama di masyarakat, ada sesuatu yang perlu kita
tumbuhsuburkan, yaitu “kasih sayang” sesama.
Permasalahan Umum ODK Grahita.
Sekedar menyegarkan kembali ingatan pembaca tentang ketunagrahitaan, ingin disampaikan
kembali bahwa keadaan itu menimbulkan serangkaian permasalahan yang cukup luas: bagi dirinya,
keluarga, dan juga lingkungan/masyarakat. Merambah masalah kesehatan, pendidikan, sosial,
ketenagakerjaan, ekonomi dsb. Tuna grahita yang berpangkal dari perkembangan fungsi intelektual
yang dibawah rerata (umumnya disebut sebagai dengan IQ kurang dari 70), disertai dengan
kemasakan sosial yang kurang selaras degan usia nyatanya, bukan saja berkaitan dengan masalah
tumbuh kembang tetapi juga : belajar, bersosialisasi, penguasaan tugas pekerjaan, dsb. Belum lagi
persoalan bagaimana respons lingkungan terhadapnya. Sehingga secara ringkas dapat dibayangkan
bahwa dalam perihal solusi pasti memerlukan kesertaan multi disiplin dan keterpaduan multi sektor.
Seorang expert dari Jepang yang pernah diperbantukan di Kementerian Sosial ( dh. Depsos )
beberapa tahun lalu, Taniguci, pernah memberikan ilustrasi bahwa cacat kecerdasan ( tuna
grahita, pen) adalah keterbatasan nyata dengan fungsi yang dimiliki : kecerdasan dibawah rata-rata,
secara simultan mengalami lebih dari 2 ( dua ) hambatan dalam : (1) mengurus diri (2) komunikasi
(3) kehidupan di lingkungan keluarga (4) kemampuan sosial (5) melatih diri (6) urusan kesehatan
dan keselamatan (7) membaca, menulis, berhitung (8) memanfaatkan waktu luang (9) pemanfaatan
sumberdaya yang ada di masyarakat dan (10) melakukan pekerjaan.
Demikian uraian itu semua menggambarkan masalah yang dapat muncul atau dialami oleh diri
yang bersangkutan. Tentu saja pada sisi lain perlu difikirkan bagaimana upaya prevensinya : baik
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 24
Artikel
prevensi primer, sekunder dan tersier. Juga pembimbingan sosial untuk orangtua/keluarga dan
masyarakat. Mengingat umumnya tunagrahita memerlukan lingkungan yang “promotif” guna
mengembangkan potensi & kesanggupannya. Juga realisasi secara intensip dari solusi yang
diamanatkan oleh UU no. 4 Th 1997 tentang Penyandang Cacat dan PP no. 43 Th 1998 tentang
upaya peningkatan kesejahteraan sosial penyandang cacat. Dimana antara lain menyebut 4 tindakan
besar : persamaan kesempatan, rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharan taraf kesejahteraan
sosial.
Pembangunan RKS dan Peruntukannya.
Seperti telah disampaikan pada bagian awal, pembanguan RKS merupakan salah satu respons
terhadap kebutuhan masyarakat. Sehingga tentu saja ada hal-hal lain yang dikerjakan. Dan, kalau
dibuat kilas balik, pembangunan gedung tersebut menempatkan sederet kegiatan penting yang
berkaitan : (a) dirancang (b) dibangun (c) diterimakan (d) digunakan dengan tepat dan (e)
dirawat/dipelihara dengan baik. Pada kali ini pembicaraan fokus pada sub (d), digunakan dengan
sebaik-baiknya.
Penggunaan yang sebaik-baiknya juga berarti bagaimana agar RKS dapat memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya untuk masyarakat. Sehingga gedung itu akan memberi nilai tambah, nilai
ekstrinksik yang berlipat-lipat dibanding nilai instrinksik bangunan secara fisik.
Penanganan secara menyeluruh permasalahan sosial di kawasan ini sebagaimana yang lain akan
memerlukan sederet perangkat kerja. Perangkat keras, perangkat lunak, SDM, jejaring kemitraan,
dan data yang akurat. Dengan adanya RKS maka setidaknya akan mengisi sebagian dari kebutuhan
perangkat keras. Memang secara fisik sebuah gedung hanya menyumbang : ketersediaan ruang dan
tempat. Namun pada demensi non fisik dapat menyumbang lebih : kepastian dan kemanfaatan,
yang sangat tergantung dari bagaimana penggunaannya.
Peruntukan yang terarah sama maknanya dengan adanya kejelasan dalam penggunaannya, atau
setidaknya ada rambu-rambu acuan. Pada hemat penulis, rambu yang dimaksud dapat berupa
sebagai berikut.
1. Secara umum digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang langsung dan atau tidak langsung,
menggugah dan mendukung usaha-usaha kesejahteraan sosial (UKS) di kawasan ini.
2. Secara spesifik :
a. Fasilitasi bagi kegiatan-kegiatan penguatan Potensi/Sumber Kesejahteraan Sosial atau PSKS
(terutama SDM) dan pilar-pilar partisipan masyarakat.
b. Fasilitasi bagi kegiatan-kegiatan penanganan PMKS, terlebih dengan pelayanan model
diluar institusi dan layanan berbasis masyarakat.
c. Fasilitasi bagi kegiatan-kegiatan penumbuhsuburan dan pembinaan modal sosial ( antara
lain berupa sikap,perilaku, kebiasaan positip ) yang hidup di masyarakat, yang secara
langsung dan atau tidak langsung berkaitan dengan usaha kesejahteraan sosial.
Selanjutnya, tolok ukur dari penggunaan yang baik atas gedung tersebut, RKS, mungkin dapat
diajukan sebagai berikut.
1. Frekuensi penggunaan gedung : sering digunakan ( kira-kira minimal 8 kegiatan/12 bln ).
2. Semakin berkembang kegiatan layanan sosial dari tahun ketahun berikutnya.
3. Gedung masih dapat difungsikan dengan baik sejalan dengan “umur teknis” bangunan.
Diskusi.
Dalam kesempatan yang baik ini diajukan diskusi sebagai berikut.
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 25
Artikel
1. Bahwa, bisa jadi pada lokasi lain di Indonesia terjadi konsentrasi PMKS (khususnya jenis ODK
Grahita) yang memerlukan tindakan segera dengan keterlibatan multi sektor. Mulai dari survey,
asesmen, rumusan rencana penanganan, realisasi solusi, serta follow up. Untuk ini, kesiapan
kerja UPT dari Kemensos akan menjadi andalan. Diperlukan teamwork yang selalu “segar” :
solid, energik, gesit, andal, dan responsip aktif.
2. Pada beberapa daerah/tempat telah banyak dibangun fasilitas khusus seperti: gedung pemuda,
gelanggang olah raga, gedung kesenian dll. Untuk mendukung kegiatan di bidangnya.
Mungkinkah dibangun gedung serupa, yang mungkin disebut Balai Sosial sebagai upaya
dukungan aktifasi UKS. Terlebih pada daerah-daerah dimana terkonsentrasi beberapa jenis
PMKS.
3. Belajar dari permasalahan sosial di Ponorogo ini dan aktifitas solusinya, mungkinkah
diagendakan semacam badan kerjasama antar UPT atau setidaknya Forum Komunikasi UPT
sejenis ?
4. Penanganan problem besar umumnya tentu memerlukan energi besar pula. Untuk ini rasanya
perlu penggalangan mitra kolaborasi lintas sektor sejak awal kegiatan.
Penutup
Sebagai catatan penutup, ingin disampaikan bahwa kalau saja boleh pinjam istilah dalam
management yang merinci unsur-unsur ; man, money, material, methode. Maka, RKS adalah setitik
dari banyak titik komponen material yang diperlukan. Tentu RKS secara langsung akan memberi
arti di dalamnya. Lebih dari itu, harapannya, juga dapat memberi manfaat untuk upaya penguatan
unsur man, memperlancar upaya penguatan unsur money, dan mendukung upaya pengembangan
sisi methode. Sejauhmana harapan tersebut akan dapat mewujud, rasanya sangat tergantung dari
semangat kita bersama. Untuk menggagas sesuatu yang lebih baik dan lebih baik lagi. Menggunakan
RKS sebagai salah satu sarana berbagai kegiatan positip yang bermuara kepada berkembangnya
UKS (usaha kesejahteraan sosial ) di daerah ini. Semoga demikian. Dan rasanya tidak tertutup
kemungkinan, adanya pemikiran membangun serupa di tempat lain yang memang memerlukan.
Terimakasih, semoga wacana ini dapat bermanfaat.
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 26
Artikel
Menggagas Sebuah Kemungkinan :
PLAY THERAPY UNTUK PARA DISABILITAS GRAHITA
DI BBRSBG KARTINI – TEMANGGUNG.
Oleh: Walujo
Sebenarnya, kalau disebut menggagas kemungkinan baru, judul ini tidaklah sepenuhnya benar.
Karena dalam praktek layanan di lapangan, secara lepas-lepas, sebagian-sebagian, apa yang
dinamakan “play therapy “ telah dilakukan oleh pembimbing/terapist di BBRSBG Kartini
Temanggung. Yang belum adalah : dicantumkannya Play Therapy sebagai salah satu bagian
dari struktur program di Instalasi Therapy serta dilaksanakan seutuhnya dengan segala
konsekuensi operasionalnya. Dengan demikian, narasi ini, ingin mendorong
dipertimbangkannya kembali urgensi play therapy dalam layanan rehabilitasi sosial tuna
grahita dan kemudian dijadikan sebagai salah satu program mapan, dan diselenggarakan
secara intensip.
Reasoning
Kalau kita menengok ke beberapa tempat pelayanan untuk anak-anak ( pada umumnya ) dapat
kita temukan aktifitas Play Therapy. Sesuai namanya, aktifitas ini menggunakan “bermain”
sebagai batang pohon kegiatannya. Mengapa bermain ? Karena dikaji dari beberapa sisi, fisik
dan fungsional, sesuai untuk anak-anak. Bahkan tersiar luas ungkapan “ dunia bermain, dunia
anak-anak”. Hanya saja yang menjadi esensi persoalannya, terlebih bila dikaitkan untuk tujuan
terapi, pastilah dipilih “jenis” permainan yang berisi efek-efek terapeutis sesuai kebutuhannya.
Atau, para terapist itu haruslah “membuat hidup” agar „aktifitas‟ bermain saat itu dapat
menghasilkan sumbangan terapeutik yang sebesar-besarnya bagi anak.
Secara umum, bermain akan menyenangkan. Karenanya, akan lebih banyak “diterima” oleh
anak-anak. Aturan bermain juga tidak “ruwet”, mudah dimengerti. Mengaktifkan fungsi-fungsi
sensoris dan motoris. Prosesnya dinamis. Dapat dikembangkan sebagai kegiatan individu,
kelompok kecil, dan atau kelompok yang lebih besar. Indoor dan atau outdoor. Ada fleksibilitas
di dalamnya. Itu beberapa ikhtisar keunggulan bermain.
Menurut Muhaimin al Qudsy dan Ulfah Nurhidayah (2010), bermain merupakan proses
alamiah dan naluriah yang berfungsi sebagai nutrisi dan gizi bagi kesehatan fisik dan psikis
anak. Aktifitas bergerak (moving), bersuara (noice) menjadi sarana belajar yang efektif bagi
anak.
Lebih rinci, Andi Yudha dalam Muhaimin al Qudsy & Ulfah Nurhidayah (2010, dalam buku
Mendidik Anak lewat Dongeng), bermain memberi manfaat sebagai berikut :
1.
Menimbulkan kegembiraan
2.
Memicu kreatifitas
3.
Meningkatkan daya respon anak atas hal-hal baru
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 27
Artikel
4.
Melatih anak dalam menyelesaikan masalah, konflik.
5.
Sarana bersosialisasi, melatih fungsi mental seperti berfikir, berkhayal, mengingat dsb.
6.
Melatih kepekaan dan empati
7.
Sarana expresi perasaan
8.
Membentuk kepribadian
9.
Mengembangkan rasa percaya diri
10. Melatih perkembangan fisik, emosi & sosial
11. Merangsang imajinasi
12. Sarana hiburan
13. Menyalurkan energi berlebih.
Persoalan berikutnya, setelah kita memahami betapa “bermain” dapat memberi banyak
manfaat, adalah bagaimana kita mengemasnya dalam “paket terapi” sesuai kebutuhan .
Perihal lain yang mendasari pemikiran ini adalah keadaan dan kebutuhan para penerima
manfat (: tuna grahita itu sendiri). Seperti diketahui, umumnya , play therapy dikembangkan
sebagai layanan kepada anak-anak dengan „perkembangan normal‟ yang memiliki beberapa
masalah psikologis dan sosial. Juga dapat untuk anak dengan “learning disorders” atau
kesulitan belajar. Sementara itu, para tuna grahita, mereka dinyatakan sebagai individu dengan
persoalan tumbuh kembang, Keadaan berat-ringannya disabilitas mempengaruhi bagaimana
potensi dan aktualisasinya. IQ dibawah rerata ( seputar 70 kebawah), kemasakan mental yang
tidak selaras dengan usianya, hambatan dalam bersosialisasi dan perilaku adaptip lain, adalah
yang umum terjadi. Aspek mental lain seperti: daya duga, ketelitian, pertimbangan, ingatan,
juga memerlukan perhatian bimbingan tersendiri. Pada kesempatan yang terbuka, sering
nampak ia senang bergaul dengan anak-anak usia dibawahnya. Kadang juga disertai dengan
persoalan fisik seperti hambatan koordinasi senso-motorik, kecekatan gerak yang kurang prima,
atau hambatan perkembangan fisik lain. Keadaan ini akan semakin terobservasi pada grade
sedang dan berat. Pada grade ringan, hambatan fisik jarang nampak sebagai gejala yang
menonjol.
Secara lebih rinci, pada cakupan yang lebih besar, ada beberapa permasalahan yang dapat
disebut. Tuna grahita secara simultan diduga mengalami 2 atau lebih permasalahan berikut : (1)
mengurus diri (2) komunikasi (3) kehidupan di lingkungan keluarga (4) sosialisasi (5) melatih
diri (6) urusan kesehatan & keselamatan (7) membaca, menulis, berhitung (8) memanfaatkan
waktu luang (9) pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat dan (10) dalam melakukan
pekerjaan.
Titik berikutnya yang mendasari adalah tujuan rehabilitasi sosial. Secara naratif tujuan
rehabilitasi sosial untuk tuna grahita sering diungkapkan dengan berbagai kalimat-kalimat yang
sedikit berbeda tetapi bermakna sama. Seperti : membangun kemandirian, meningkatkan
keberfungsian sosial. Atau sebutan lain yang senada. Namun yang pasti, untuk menuju muara
tujuan tersebut, ada upaya : pemeliharaan dan pengembangan kemampuan baik fisik, mental,
sosial, dan vokasional, dalam derajad sesuai dengan hasil-hasil identifikasi dan asesmen
sebelumnya.
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 28
Artikel
Demikian, ketiga titik dasar itulah (tujuan rehabilitasi sosial, keadaan tuna grahita, kontribusi
aktivasi bermain ) yang ingin dipertemukan dalam membangun “paket layanan play therapy”.
Beberapa Sisi Play Therapy
Dari sisi psikoterapi, play therapy tergolong yang lebih bersifat “ non directive “. Umumnya
diterapkan untuk anak-anak (pada umumnya) usia sekitar 3 – 13 thn. Tetapi juga dapat
diterapkan untuk anak-anak dengan kesulitan “belajar”. Karena sifatnya yang “non directive”
maka dalam realisasi aktifitasnya, diperlukan syarat salah satunya adalah “daya partisipatif”
dari anak-anak yang menjadi sasaran terapi itu terhadap program terapi. Oleh karenanya
(sementara) dapat diduga bahwa untuk tuna grahita, akan mungkin diterapkan bagi kategori
sedang dan ringan. Sejalan dengan manfaat bermain yang sedemikian “kaya” dikaitkan dengan
dinamika tumbuh kembang anak, playtherapy dapat memberi sumbangan positip untuk
membaiknya anak dari permasalahan yang ada, baik fisik, psikologis, maupun sosial. Di sinilah
daya pikat utama playtherapy untuk dicoba dikembangkan di BBRSBG.
Dari sisi “proses pembelajaran”, suasana selama proses berlangsung akan lebih menyenangkan,
atau “happy” bagi anak. Suasana batiniah semacam ini akan dapat menjadi pintu masuk bagi
perkembangan: keinginan, minat-minat, dan kemauan belajar lebih lanjut. Sesuatu yang sangat
penting diperhatikan. Juga, terjadinya kombinasi ekspresi motorik kasar (: seperti berlari,
melompat) dengan motorik halus (; seperti menulis, menggambar, mengambil benda kecil)
demikian juga berpadunya fungsi-fungsi sensoris (: seperti mendengar, melihat, merasakan)
dengan fungsi-fungsi motoris (; seperti gerakan-gerakan), akan memberikan pembelajaran yang
sangat berguna.
Perangkat Kerja yang Perlu
Kalau saja kemudian direalisir, sebagaimana sebuah kegiatan yang lain, Play Therapy juga
memerlukan sederet perangkat kerja. Hardware, Software, SDM, Netware, dan data kerja.
Pada perangkat keras (hard ware) antara lain perlunya fasilitas : perlengkapan kerja, ruang yang
memadai untuk aktifitas indoor, lapangan bermain yang tertata (play ground) untuk aktifitas
outdoor , dan sarana transportasi bila area kegiatannya diluar lembaga. Tidak kalah urgentnya
adalah sarana/alat permainan yang bervariasi dan dalam jumlah yang cukup.
Pada perangkat lunak, seperti: manual/modul terapi, instrument identifikasi & asesmen,
instrumen evaluasi, form catatan dan pelaporan , pemberkasan (filing) dsb.
Untuk SDM terapist, memerlukan tenaga-tenaga terdidik dan atau terlatih. Penguatanpenguatan aplikatip lanjutan juga perlu seperti: training singkat, seminar, studi banding dsb.
Jejaring kemitraan menjadi perangkat kerja berikutnya yang juga diperlukan. Kemitraan bagi
terapist dalam lingkup internal lembaga maupun kemitraan ekternal dalam kemudahan untuk
mengakses keahlian lain yang diperlukan, referral bila perlu, pengembangan layanan, ataupun
pengembangan model.
Data kerja yang dimaksud di antaranya adalah: hasil identifikasi dan asesmen yang
mempertegas bahwa subyek yang bersangkutan memerlukan layanan play therapy, data
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 29
Artikel
pemeriksaan lanjutan, data personal lain dari penerima manfaat sebagai data pendukung, juga
data spesifikasi mitra kerja.
Berkenaan dengan ketersediaan perangkat kerja ini, rasanya BBRSBG telah memiliki
kesiapan. Setidaknya, segera dapat dimulai sembari melengkapi dalam perjalanan.
Catatan Penutup
Sebagai penutup ingin disampaikan catatan bahwa, pertama, untuk memulai program ini tidak
perlu menunggu semuanya lengkap tersedia sepenuhnya terlebih dahulu. Kita petakan, apa saja
kebutuhan dasar dan kebutuhan pendukung. Kedua, SDM terapist akan menjadi tumpuan
sentral. Dalam arti sekalipun sarana lain belum terpenuhi sepenuhnya, dengan motivasi dan
kreatifitas terapist yang handal, semuanya akan dapat dilalui dengan baik. Semangat untuk
bekerja dan mengembangkan diri perlu kuat. Profesional, kesungguhan, disiplin, adalah
manifestasinya. Perlu juga diingat di sini bahwa salah satu tupoksi lembaga (BBRSBG Kartini
Temanggung) adalah sebagai “rujukan nasional”. Tersirat di dalamnya, selayaknyalah menjadi
tempat pencarian jawaban atas kebutuhan-kebutuhan layanan untuk para tuna grahita
selengkap mungkin, terlebih yang sulit dijumpai pada unit-unit pelayanan yang lain. Dan ini
sebuah tantangan.
Catatan berikutnya yang ingin disampaikan adalah, meskipun play therapy dikaitkan untuk
anak dengan “normal development” sekitar usia-usia 3 – 13 thn, bukan berarti kurang
bermanfaat bagi tuna grahita. Hambatan-hambatan fisik, hambatan belajar komunikasi, dan
dalam bersosialisasi sangat mungkin untuk dibantu dengan play therapy. Belum lagi hambatan
yang seputar mental psikologis seperti: toleransi, tenggangrasa, keaktifan diri, mengembangkan
suasana hati yang ceria dan tidak pasip, dapat menerima atau menjadi bagian dari
“kebersamaan” dalam aktifitas kelompok dsb.
Terimakasih. Semoga demikian.
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 30
Artikel
SEKILAS TENTANG FISIOTERAPI PADA CIDERA OLAH RAGA DAN
OKUPASI TERAPI
Oleh Evi dan Yuyun
A. Fisioterapi
Muafik : ”bu evie..kaki saya sakit bu..!!” , Bu Evie : “kenapa dengan kakimu..??”, Muafik : ”tadi gaprakan
waktu sepak bola bu..!!”
Sekelumit obrolan di atas pernah dijumpai oleh fisioterapis pada anak-anak kita yang notabene
mereka gemar sekali berolah raga, tidak jarang mereka mengalami cidera waktu mereka melakukan
aktifitas berolah raga tersebut. Nah apa sebenarnya cidera olah raga itu dan bagaiman
penanganannya? Cidera olah raga dapat terjadi akibat trauma akut atau trauma yang berualangulang dalam jangka waktu yang lama
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko cidera olah raga :
1. Factor atlit: umur, karakteristik atlit, pengalaman, tahap latihan, teknik pemanasan
2. Fasilitas latihan dan peralatan, meliputi perlengkapan latihan dan pelindung/pengaman
3. Karakteristik dari olah raga
Pembagian cidera
1.
Cidera akibat pengaruh dari luar (factor ekstrinsik)
2.
Contoh : trackling atau tabrakan, pukulan atau benturan, lapangan yang jelek
Cidera akibat pengaruh dari dalam (factor intrinsic)
Contoh : postur tubuh yang kurang baik, gerakan latihan yang salah, kelemahan otot, fisik yang
tidak fit
3. Pemakaian yang berlebihan (overuse)
Pencegahan cidera
1.
Menentukan kondisi kesehatan secara umum
2.
3.
Mendeteksi keadaan postur tubuh yang mungkin dapat menyebabkan cidera
Mendeteksi keadaan-keadaan yang membahayakan bila yang bersangkutan melakukan olah
raga
Proses penyembuhan
1.
Hemostasis, terjadinya proses perdarahan dan bekuan darah terjadi 6-8 jam
2.
Inflamasi, terjadinya proses peradangan, terdapat tanda-tanda radang, yaitu : bengkak,
kemerahan, nyeri, panas local, terganggunya fungsi, dan terjadi 2x24 jam setelah cidera, cidera
berat sampai 1 minggu
3.
Proliferasi, mulai terjadi proses penyembuhan, terjadi 7-21 hari
4.
Remodeling, terjadinya proses pemulihan kembali dan terjadi sampai 18 bulan
Secara prinsip program yang sangat terkenal untuk penyembuhan cedera yaitu :
1. Berikan RICE
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 31
Artikel
R :
I :
C :
E :
REST, jaringan yang terkena cidera harus diistirahatkan dalam kurun waktu tertentu agar
mendapat kesempatan untuk sembuh
ICE, yaitu diberikannya pengobatan dengan es dengan tujuan untuk menahan vasodilatasi
dan agar terjadi vasokonstriksi
COMPRESSION, yaitu pemberian tekanan yang rata dengan tujuan untuk mencegah
pembengkakan yang berlebihan
ELEVATION, yaitu menaikkan anggota tubuh yang cidera agar dapat membantu
pengembalian darah ke jantung
2. Hindari HARM
H : HEAT, pemberian panas justru akan meningkatkan perdarahan
A :
R :
M:
ALCOHOL, akan meningkatkan pembengkakan
RUNNING, atau exercise terlalu dini akan memperburuk cidera
MASSAGE, tidak boleh diberikan pada masa akut karena akan merusak jaringan
B. Okupasi Terapi
Okupasi Terapi merupakan salah satu profesi kesehatan yang membantu individu / seseorang yang
mengalami masalah pada fisik, mental dan sosial melalui aktifitas yang bermakna dan bertujuan
untuk mengarahkan individu atau seseorang tersebut menjadi lebih mandiri.
Ada tiga area aktifitas yang ada didalam okupasi terapi, antara lain adalah :
1. ADL ( activity daily living ) / aktifitas kegiatan sehari-hari
2. Produktifitas / aktifitas yang bersifat produktif, dan
3. Leissure / aktifitas yang bersifat menyenangkan dan untuk mengisi waktu luang
Untuk mendukung individu / seseorang bisa melakukan aktifitas tersebut diatas maka faktor fisik,
mental dan sosial merupakan modal dasar untuk dapat melakukan aktifitas yang bermakna dan
bertujuan dengan baik
Kelainan yang dapat ditangani oleh Terapis Okupasi menurut American Occupational Therapy
Association 1986 antara lain Stroke, Autisme, Nyeri sendi, ADHD (attention deficit hiperaktif
disorder), ADD (attention defisit disorder), SCI (Spinal Cord Injury), Mental Retardasi, Down
Syndrome, Development Delay (terlambat perkembangan), Hand Injuries (luka tangan), Head
Injuries (luka kepala), CP (Cerebral Palsy), Burn injuries (luka bakar), Fractures (patah tulang),
Diabetes Melitus dll.
Pada prakteknya, yang dilakukan seorang Terapis Okupasi adalah memberikan aktifitas kepada
individu atau seseorang sesuai dengan tingkat kecacatan atau kelainan yang ada. Dengan harapan
aktifitas yang diberikan terebut bermakna dan bertujuan untuk mengarahkan individu atau
seseorang tersebut menjadi lebih mandiri meskipun dengan kondisi yang mengalami keterbatasan,
baik itu keterbatasan Fisisk, keterbatasan Mental dan atau keterbatasan Sosial.
Beberapa hal yang diperhatikan oleh seorang Terapis Okupasi terhadap Individu atau seseorang
yang mengalami kelainan, antara lain :
1. Diagnosa, baik diagnosa medis maupun Diagnosa OT
2. Tingkat kecacatan
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 32
Artikel
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Keterbatasan yang dialami
Bagaimana fungsi Sensori motornya
Bagaimana fungsi kognitif persepsinya atau kemampuan akademis dan pemahamannya
Bagaimana kemandiriannya terutama dalam hal bina diri
Bagaimana kemampuan sosialisasinya
Hal – hal lain yang mendukung individu atau seseorang tersebut mengalami keterbatasan dalam
melakukan aktifitas.
Aktifitas yang diberikan kepada individu atau seseorang yang mengalami kelainan disesuaikan
dengan tingkat kecacatannya kemudian aktifitas yang diberikan tersebut dianalisa apakah
purposefull dalam arti mempunyai makna dan tujuan bagi tingkat kecacatannya dan membantu
undividu untuk lebih mandiri dan berguna terutama bagi diri sendiri.
TIPS
Tujuh Ciri Utama AUTISME
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Apakah anak anda memiliki rasa tertarik dengan anak lain ?
Apakah anak anda pernah menggunakan telunjuk untuk menunjuk rasa tertariknya pada
sesuatu ?
Apakah anak anda menatap mata anda lebih dari satu atau dua detik ?
Apakah anak anda meniru anda ? msalkan jika anda membuat raut wajah tertentu, anak
anda akan menirukannya
Apakah anak anda member reaksi bila namanya dipanggil ?
Bila anda menunjuk pada sebuah mainan / apapun disisi ruangan, apakah anak anda
melihat pada mainan / benda tersebut ?
Apakah anak anda pernah bermain “sandiwara” misalnya berpura-pura menyuapi boneka,
berbicara di telepon, dan sebagainya ?
Seorang anak berpeluang menyandang AUTIS, jika 2 dari 7 pertanyaan diatas dijawab
“TIDAK”. Segera lakukan pemeriksaan ke Dokter untuk mengetahui diagnosa lebih lanjut.
Lebih cepat terdeteksi, lebih mudah penanganannya. Terapi Autis tidak ada yang INSTAN.
Pengobatan dan terapi membutuhkan penanganan dan waktu yang tidak sebentar.
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 33
Artikel
BBRSBG KARTINI BERHASIL MEMPEROLEH SERTIFIKAT ISO
9001.2008 SEBAGAI WUJUD PENGAKUAN MUTU DAN KINERJA
PELAYANAN BERSTANDAR INTERNASIONAL
Komitmen BBRSBG Kartini Temanggung
untuk senantiasa meningkatkan mutu dan
kinerja pelayanan memperoleh pengakuan
dari lembaga internasional. UKAS
sebagai
lembaga sertifikasi Sistem
Manajemen Mutu Internasional yang
berpusat di Inggris memberikan sertifikat
ISO 9001:2008 sebagai wujud pengakuan
bahwa mutu dan kinerja manajemen
pelayanan
di
BBRSBG
Kartini
Temanggung
memenuhi
standar
internasional.
Untuk dapat memperoleh sertifikat ISO
9001:2008, tahapan yang telah dilalui oleh
BBRSBG Kartini Temanggung adalah:
1. Menyediakan panduan kerja yang
terstandar untuk menjamin konsistensi
dan proses pelayanan yang sistematis,
meliputi:
a. Manual Mutu (MM), termasuk
didalamnya mencakup kebijakan
mutu, sasaran mutu, mapping process,
job description dan rencana mutu.
b. Prosedur Mutu Sistem (PMS)
c. Prosedur Mutu Operasional (PMO)
d. Standar Operasional Prosedur (SOP)
e. Penyediaan
Form-form
dan
Rekaman Mutu
2. Audit internal, meliputi audit seluruh
prosedur serta rekaman mutu untuk
memastikan bahwa Sistem Manajemen
Mutu diterapkan secara konsisten oleh
seluruh jajaran BBRSBG Kartini
Temanggung sesuai persyaratan ISO
9001:2008
3. Survey Kepuasan Pelanggan untuk
mengetahui
tingkat
pemenuhan
kebutuhan penerima pelayanan sesuai
dengan harapan mereka serta sebagai
manifestasi dari komitmen lembaga
untuk memberikan pelayanan terbaik
bagi penerima pelayanan. Dari survey
ini, Indeks Kepuasan Pelanggan
BBRSBG Kartini Temanggung Tahun
2011 sebesar 84,01 yang intepretasinya
adalah penerima pelayanan merasa
sangat puas dan penilaian mereka
terhadap mutu dan kinerja BBRSBG
Kartini
Temanggung
dalam
menyelenggarakan rehabilitasi sosial
orang dengan kecacatan grahita sangat
baik.
4. Audit eksternal, meliputi audit seluruh
prosedur serta rekaman mutu oleh
Lembaga Sertifikasi yang dilakukan
oleh PT Global Sertification Indonesia
sebagai lembaga yang memperoleh
lisensi dari UKAS untuk memastikan
bahwa Sistem Manajemen Mutu
diterapkan secara konsisten oleh
BBRSBG Kartini Temanggung sesuai
persyaratan ISO 9001:2008.
5. Rapat Tinjauan Manajemen (RTM)
untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan seluruh bagian, bidang,
seksi, sub bagian, kelompok jabatan
fungsional
dan
instalasi
dalam
menerapkan sistem manajemen mutu,
sehingga menjadi bahan refleksi untuk
perbaikan,
peningkatan
dan
pencegahan di waktu yang akan datang
Setelah melalui berbagai tahapan,
akhirnya BBRSBG Kartini Temanggung
dinilai layak memperoleh sertfikat ISO
9001:2008 sebagai pengakuan bahwa
pelayanan yang dilaksanakan telah
memenuhi sistem manajemen mutu
internasional.
Penyerahan sertifikat dilakukan oleh
Direktur
PT
Global
Sertification
Indonesia mewakili UKAS kepada
Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 34
Artikel
Kementerian Sosial yang selanjutnya
diserahkan kepada Kepala BBRSBG
Kartini Temanggung pada tanggal 28
Nopember 2011.
*********
BBRSBG KARTINI TEMANGGUNG
MEMPERLUAS JANGKAUAN
PELAYANAN PENYANDANG
KECACATAN GRAHITA DI
MASYARAKAT
Sejalan dengan Kebijakan Kementerian
Sosial
RI
tentang
pelayanan
penjangkauan
(outreaching)
guna
meningkatkan jumlah orang dengan
kecacatan
yang
berhasil
dilayani,
BBRSBG Kartini memperluas jangkauan
pelayanan melalui pelayanan reguler dan
non reguler di luar balai.
Ada tiga model pelayanan yang
dilaksanakan oleh BBRSBG Kartini
Temanggung untuk penjangkauan, yaitu
Daycare services, Rehabilitasi Sosial
Berbasis
Keluarga
dan
Asistensi
Kelembagaan Masyakat.
Pada tahun 2011, jumlah ODK grahita
yang berhasil dilayani melalui program
reguler 225 orang, daycare 20 orang,
RSBK 200 orang dan Asistensi Rumah
Kasih Sayang 104 orang, sehingga jumlah
penerima manfaat atau ODK grahita yang
terlayani BBRSBG Kartini Temanggung
sebanyak 549 orang.
Disamping penjangkaun dengan tiga
model tersebut, juga masih ada bentuk
penjangkauan
lainnya,
yaitu
pendampingan panti swasta sebanyak 4
panti, pendampingan korban bencana
erupsi merapi melalui pengembangan
kelompok pengrajin di Desa Jumoya dan
pendampingan kelompok Cerebral Palsy.
******
THE 4Th INTERNATIONAL KSN
EXPO AND AWARDS 2011
Dalam rangka hari Kesetiakawanan
Sosial Nasional tiap tanggal 20 Desember,
Kementerian Sosial menyelenggarakan
KSN Expo dan Awards pada tanggal 27 –
30 Oktober 2011 yang keempat kalinya.
Penyelenggaraan The 4th Internasional
KSN Expo dan awards 2011 digelar untuk
menginformasikan
pada
masyarakat
berbagai kegiatan corporate sosial
responsibility (CSR), program kemitraan
dan social responsibility (SR) pemerintah/
lembaga terkait dan pemberdayaan
masyarakat
nasional
maupun
internasional.
Pada kegiatan The 4th Internasional KSN
Expo dan awards 2011 tersebut, BBRSBG
Kartini berpartisipasi secara mandiri
untuk mempromosikan hasil ketrampilan
yang diberikan penerima manfaat (PM)
antara lain hasil ketrampilan boga,
ketrampilan pembuatan kursi bambu,
ketrampilan yang memanfaatkan kulit
telur, pembuatan bunga plastik dan
ketrampilan dari limbah kertas koran.
Disamping
itu
BBRSBG
Kartini
Temanggung juga menampilkan kesenian
tari kuda lumping dan tari gambang
semarang yang merupakan kesenian
tradisional.
Pada even The 4th Internasional KSN
Expo dan awards 2011 ini, BBRSBG
Kartini
Temanggung
menyabet
penghargaan/award kategori Kesesuaian
Tema
Stand.
Penghargaan
ini
memberikan motivasi tersendiri bagi tim
pelaksana dan sebagai penghapus rasa
penat dan letih.
BBRSBG KARTINI TEMANGGUNG
MEMPEROLEH AWARD DALAM
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 35
Artikel
TROPHY BERGILIR HIPENCA
MASIH BERTENGGER DI
TEMANGGUNG
Dalam
rangka
memperingati
Hari
Internasional Penyandang Cacat (HIPENCA)
tahun 2011 BBRSBG Kartini Temanggung
menyelenggarakan kegiatan pertandingan
olahraga dan pentas seni yang diikuti oleh
kontingen dari SLB se Jawa Tengah & D.I.
Yogyakarta serta 2 Lembaga Kementerian
Sosial penanganan
ODK Grahita yaitu
BBRSBG Kartini Temanggung dan Panti
Sosial Bina Grahita “Ciung Wanara” Bogor,
secara keseluruhan ada 23 Kontingen dan
berjumlah 228 personil terdiri atas offisial dan
atlet.
Cabang olahraga yang dipertandingkan terdiri
dari : Bocce (olahraga khusus bagi
tunagrahita) ; Atletik (Lari 50 M , 100 M ,
200 M) ; Lompat jauh tanpa awalan. Untuk
keseimbangan dalam pertandingan maka
masing-masing cabang dibagi menurut divisi
dengan wasit dari Pasi Temanggung ; Pengda
SOINa Jateng ; BBRSBG Kartini, serta
lomba pentas seni untuk ODK Grahita.
Pertandingan dilaksanakan di komplek
BBRSBG dan di Stadion Bumi Phala
Temanggung dengan hasil Juara Umum
masih
dipertahankan
oleh
Kontingen
BBRSBG Kartini Temanggung dengan
perolehan medali 8 emas ; 11 perak ; 5
perunggu , Juara II SLB Bagaskara Sragen
dengan 3 emas ; 4 Perunggu dan Juara III
PSBG Raharjo Sragen memperoleh 2 emas ;
2 Perak dan 1 Perunggu.
PM BBRSBG KARTINI MEWAKILI
KONTINGEN KABUPATEN
TEMANGGUNG DALAM
PERINGATAN HIPENCA JAWA
TENGAH
Dalam rangka memperingati HIPENCA
ke XIX tahun 2011, Pemerintah Propinsi
Jawa Tengah mengadakan serangkaian
kegiatan yang dikhususkan bagi para
ODK.
Pemerintah Kabupaten Temanggung
melalui Dinas Sosial menunjuk dan
mempercayakan Balai Besar Rehabilitasi
Sosial Bina Grahita Kartini Temanggung
sebagai wakil sekaligus kontingen dalam
ajang perlombaan yang diselenggarakan
pada 12 Desember 2011 di Semarang.
Lima PM yaitu Wrinanda, Nuri, Atik R,
Jesica, Reni didampingi oleh pembimbing
yaitu Purwanto, Dwi Wiji Estu Broto, Edi
Teguh Waskito Aji, Edi Kuncoro,
Ponijan, Purwanto, Sudardi, Eni Dwi
Endang Lestari, Aprilina Suijiatmi, Indah,
Suharno serta pendamping dari Dinas
Sosial Kabupaten Temanggung yang
dengan antusiasme dan percaya diri
menunjukkan kebolehannya di hadapan
kontingen lain yang juga memiliki
motivasi yang sama yaitu tampil sebaikbaiknya dan berprestasi.
BBRSBG menampilkan kesenian tari
kuda lumping dan pameran yang
semuanya memperoleh penghargaan juara
III. Piala diserahkan oleh Kepala Seksi
Bimbingan
Sosial
kepada
Kepala
BBRSBG Kartini Temanggung DRS.
GRM. Soerjo Darsono, MH. (Wiwit
Setiyowati, AKS, MA).
*********
BBRSBG KARTINI TEMANGGUNG
MENGADAKAN BHAKTI SOSIAL DI
RUMAH KASIH SAYANG DESA KREBET,
KECAMATAN JAMBON, KABUPATEN
PONOROGO
Dalam rangka memperoleh dukungan
berbagai
pihak
sekaligus
mensosialisasikan program rehabilitasi
sosial ODK grahita di Kabupaten
Ponorogo, BBRSBG Kartini Temanggung
pada tanggal 21 Desember 2011
menyelenggarakan bhakti sosial.
Bhakti sosial yang acara puncaknya
dihadiri
oleh
Direktur
Jenderal
Rehabilitasi Sosial dan Direktur Orang
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 36
Artikel
dengan Kecacatan Ditjen Rehabilitasi
Sosial Kementerian Sosial RI, Bupati dan
jajaran Pemda Ponorogo serta masyarakat
diisi dengan kegiatan sunatan masal,
penyerahan bantuan kebutuhan pokok
dan pakaian ODK 100 orang, penyerahan
bantuan pohon buah-buahan untuk
penghijauan, penyerahan bantuan sumur
dan pengurukan halaman rumah kasih
sayang serta pentas seni ODK grahita.
Acara
ini
memperoleh
apresiasi
masyarakat. Dari jumlah 300 kursi yang
disediakan
terisi
penuh,
bahkan
masyarakat sekitar rela mengikuti acara
dengan berdiri di sekitar panggung.
Bhakti sosial ini merupakan serangkaian
kegiatan outreaching untuk memperluas
jangkauan pelayanan BBRSBG Kartini
Temanggung di dalam masyarakat
khususnya di Kabupaten Ponorogo yang
memiliki populasi ODK grahita cukup
banyak.
Dalam acara sambutan yang disampaikan
oleh Dirjen Rehabilitasi Sosial masyarakat
diberikan penjelasan tentang orang
dengan kecacatan grahita dan programprogram untuk membantu mereka
mencapai kualitas hidup lebih baik.
Selama
ini
masyarakat
bahkan
pemerintah
Kabupaten
Ponorogo
menganggap ODK grahita sebagai orang
idiot yang tidak bisa dikembangkan,
bahkan beberapa desa di Kabupaten
Ponorogo disebutnya sebagai kampung
idiot. Namun dengan penjelasan dari
Dirjen Rehabilitasi Sosial serta tampilan
pentas seni dari PM BBRSBG Kartini
Temanggung yang memukau cukup
mampu merubah citra ODK grahita.
Banyak masyarakat yang tidak percaya
ternyata ODK grahita bisa dilatih dan
dididik untuk menari, menyanyi dan
melakukan berbagai aktivitas produktif
sebagaimana ditampilkan oleh anak-anak
BBRSBG Kartini Temanggung.
*********
KEGIATAN PENDEKATAN AWAL,
DISAMBUT ANTUSIAS KELUARGA
ODK GRAHITA
Keluarga ODK Grahita di wilayah
Propinsi Jawa tengah sangat antusias saat
menyambut kunjungan Tim Pendekatan
Awal Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina
Grahita
(BBRSBG)
“Kartini”
Temanggung di kediaman masing-masing.
Mereka mengharapkan anak/saudara
mereka
dapat
mengikuti
program
rehabilitasi sosial di BBRSBG “Kartini”
Temanggung sehingga dapat belajar dan
meraih kemandirian di masa depan.
Pendekatan awal yang dilaksanakan
merupakan serangkaian kegiatan yang
meliputi Orientasi,
konsultasi, dan
motivasi,
yang
bertujuan
untuk
mengklarifikasi data hasil Unit Pelayanan
Sosial Keliling (UPSK) Dinas Sosial
Propinsi Jawa Tengah maupun Propinsi
DIY. Hal ini untuk mendapatkan data
yang valid dari sistem sumber (orang
tua/keluarga dan dari masyarakat sekitar)
serta tercapainya target dan sasaran
penerima pelayanan rehabilitasi sosial
bagi Penerima Manfaat dari
Jawa
Tengah.
Kegiatan
Pendekatan
awal
yang
berlangsung pada bulan Oktober sampai
dengan November 2011 dilaksanakan di
beberapa kota antara lain Sleman,
Kulonprogo, Jepara, Kudus, Banyumas,
Wonosobo,
Purworejo,
Pekalongan,
Pemalang.
Disamping
itu,
juga
dilaksanakan di wilayah Kabupaten
Temanggung untuk calon PM program
Day Care.
Kepala Seksi Identifikasi BBRSBG
“Kartini”
Temanggung
menjelaskan
bahwa penunjukan lokasi tersebut
berdasarkan hasil dari kegiatan UPSK
yang diselenggarakan oleh Dinas Sosial
Propinsi Jawa Tengah dan Dinas Sosial
Propinsi DIY dimana di kota tersebut
tedapat ODK grahita yang akan dirujuk
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 37
Artikel
ke BBRSBG “Kartini” Temanggung.
(Herlina Ekawati, Staf Sie identifikasi).
******
MENGHARAP PENGAKUAN
MASYARAKAT TERHADAP
PENYANDANG DISABILITAS
GRAHITA
BPOC yang sekarang menjadi National
Paralympic Comitee (NPC) Kabupaten
Temanggung mengadakan pembinaan
kepada para atlit yang telah berprestasi
terutama para ODK baik garhita, ODK
netra, ODK rungu wicara di Kabupten
Temanggung
yang
mempunyai
kemampuan.
Berdasar surat Nomor 29/NPC.TMG/
XII/2011 Tanggal 13 Desember 2011,
NPC mengundang para atlit BBRSBG,
sejumlah 9 PM (Nuri Indriyani, Novan
Warminto, Jesica, Ragil, Mu‟afik,
Supriyono, M. Dewari, Sigit Nugroho,
Ramdan
Fitrianto),
SLB
Negeri
Temanggung,
SMPLB
Melati
Temanggung, Penganthi untuk mengikuti
serangkaian kegiatan latihan rutin.
PEMBENTUKAN
KADER
PENDAMPING DI PONOROGO
BBRSBG
Kartini
merekrut
dan
membentuk Kader Pendamping Program
Rehabilitasi Sosial Berbasis Keluarga di
Kabupaten Ponorogo sebanyak 30 orang
setelah
pertengahan
tahun
2011
membentuk Kader Pendamping Rumah
Kasih Sayang yang berjumlah 19 orang,
sehingga
jumlah
seluruh
kader
pendamping di Kabupaten Ponorogo 49
orang. Mereka berasal dari lima desa di
kecamatan Krebet, Balong dan Badegan
Kabupaten
Ponorogo
diharapkan
nantinya
dapat
memberikan
pendampingan kepada 100 ODK Grahita
di wilayahnya dan 104 ODK di Rumah
Kasih
Sayang
(RKS).
Untuk
meningkatkan
pengetahuan
dan
keterampilan mereka, BBRSBG Kartini
Temanggung mengadakan Bimbingan
Teknis
selama
3
hari
yang
diselenggarakan di Kantor Balai Desa
Krebet.
********
Bertempat di gedung grahita resto
BBRSBG Kartini Temanggung Jalan
Kartini No. 1-2 Temanggung, tanggal 16
Desember 2011,
acara pembukaan
latihan dilaksanakan. Rangkaian kegiatan
lanjutan dilakukan di lapangan atletik
yang diikuti para atlit yang telah terpilih.
Harapan kedepan, pembinaan dan latihan
dapat dilaksanakan secara rutin tiap
bulannya, dengan maksud dan tujuan
agar
lebih
memantapkan
dan
meningkatkan kemampuan para atlit,
menjalin kebersamaan dan kerjasama
para atlit dari berbagai instansi. Lebih
utama
lagi
mengenalkan
kepada
masyarakat luas dan diperolehnya
pengakuan bahwa penyandang disabilitas
juga dapat berprestasi.
********
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 38
PM BBRSBG “Kartini” Temanggung tampil memukau dalam acara Bhakti Sosial Di Rumah Kasih
Sayang, Desa Krebet, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo
Dirjen Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI sedang memberikan penjelasan tentang tuna grahita
kepada Bupati Ponorogo sebelum Bupati memberikan sambutan dalam acara bhakti sosoial
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 39
Bimbingan keterampilan ODK grahita di Rumah Kasih Sayang Kabupaten Ponorogo oleh Kader
Pendamping yang telah menerima pelatihan dari BBRSBG “Kartini” Temanggung
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 40
Dengan kebersamaan walaupun beban berat terasa ringan.
Seketrais Ditjen Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI menyerahkan tropi bergilir Dirjen
Rehabilitasi Sosial kepada Kepala BBRSBG “Kartini” Temanggung sebagai juara umum lomba olah raga
dan seni ODK grahita dalam rangka HIPENCA tahun 2011
Indahnya bergandeng tangan. Tidak ada lagi skat yang menghambat kebersamaan dan
hanya ada satu keluarga: BBRSBG “Kartini” Temanggung.
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 41
Download