POLI REKAYASA Volume 8, Nomor 2, April 2013 ISSN : 1858-3709 Perilaku Siklus Drying Wetting terhadap Kuat Geser Tanah Untuk Menentukan Kestabilan Lereng pada Ruas Jalan Padang – Bukittinggi (Lembah Anai) Wetting Drying Cycles Behavior to Strong Land Slide To Determine the Slope Stability Roads Padang – Bukittinggi (Anai valley) Dwina Archenita, Silvia Nengsih, Liliwarti, Zulfira Mirani Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang Kampus UNAND, Limau Manis Padang Telp. 0751-72590 Fax. 0751-72576 ABSTRACT The ground movement particularly erosion, can be happened in various scale and speed. This disaster often happened almost simultaneously with flood caused by heavy rain. According to the geological map of Sumatera Barat, type of soil in Sumbar contains tuffs, silica, and the bolder the bond is relatively low cohesion, so easy to loose if exposed to water. This condition is further aggravated by the location of the province which is located in Bukit Barisan which is largely a steep hill. At the time of very heavy rain, the water will easily seep into the soil layer below it, consequently the adhesive layer of the soil before the first and second solid will fill with water and slippery, so landslide. Therefore be tested to review the soil shear strength parameters due to the influence of changes in the summer – rain (drying-wetting cycle) so handling of the collapse of the slope can be addressed with accurate/more appropriate. The result of sieve analysis be obtained percentage of pass filter No.200 = 9.145 % and pass filter No.10 = 56.35 %, cu = 28.750 dan Cc = 1.359. So the soil investigation according USCS classification including sand with well graded (SW). The result of shear strength (direct shear) shows that with the addition of water to be impaired cohesion of soil. The fall in the value of cohesion is not so significant because the soil containing by sand and less silt/clay. The addition of water will effect on value of the shear angle. From the research conducted shows that addition of the water content increase in the shear angle value of soil. In addition, by increasing the water content of a decline in the value of safety factor of a slope and also a decrease in the value of soil cohesion. This means that the safety factor and the cohesion of soils is directly proporsional. The soil water content with Anai Valley location at the point under test seen that at 7% moisture content increase the safety factor, means on the soil water content in solid condition so the shear strength is maximum. As with increasing water content values above 7% safety factor tends to decrease to 20% moisture content, while the water content above 20% safety factor on the decline. Keywords : avalanche, shear strength, slope PENDAHULUAN Bencana alam seperti gerakan tanah terutama longsor, dapat terjadi pada berbagai skala dan kecepatan. Di alam, banjir dan longsor sering terjadi hampir bersamaan dan disebabkan oleh hujan yang sangat lebat yang di dalam gerakan tanah disebut sebagai unsur pemicu. Menurut peta geologi sumbar Jenis tanah di Sumbar mengandung tufa, silika, dan bolder yang ikatan kohesinya relatif rendah, sehingga mudah lepas jika terkena air. Kondisi ini ditambah letak provinsi di daerah Bukit Barisan yang sebagian besar perbukitan curam. Pada waktu hujan sangat lebat air akan mudah merembes ke lapisan tanah dibawahnya, sehingga rekatan lapisan tanah pertama dan kedua yang sebelumnya solid akan terisi air dan licin, sehingga terjadi longsor. Dengan adanya perobahan musim (hujan – panas) atau terjadinya siklus basah dan kering yang dialami tanah akan memberikan dampak yang mengakibatkan kerusakan pada struktur bangunan; misalnya pada jalan raya terjadi retak retak bahkan jalan tersebut bergelombang, dan 8 POLI REKAYASA Volume 4, Nomor 1, Oktober 2008 terjadi keruntuhan lereng yang akhir akhir ini menjadi masalah yang hangat dibicarakan. Jalan raya merupakan prasarana tranportasi yang berfungsi sebagai konstruksi untuk menghubungkan suatu daerah, baik daerah perkotaan maupun luar kota. Dalam kehidupan sehari hari kebutuhan akan sarana transportasi merupakan hal yang utama. Bila jalur transportasi ini terganggu akibat dari keruntuhan lereng maka perlu adanya kajian / identifikasi penyebab dari keruntuhan lereng tersebut sehingga penangan perbaikan dan pemeliharaan lereng dapat dilakukan secara sistimatis dan akurat. Ruas jalan Padang – Bukittinggi merupakan jalan utama menuju/keluar kota Padang, jalan tersebut melewati perbukitan (lereng) yaitu tepatnya di Lembah Anai, longsor selalu mengancam setiap tahunnya, sehingga menghambat jalannya arus lalu lintas, hal ini sangat mengganggu karena jalan ini sangat padat dilalui kendaraan dan merupakan jalan penghubung antara Sumatera Barat dan Riau. Untuk mengatasinya pemerintah daerah sudah melakukan perbaikan jalan setiap terjadi longsor yaitu dengan memasang dinding penahan tanah, namun longsor tetap menjadi langganan di setiap tahunnya. Analisa kestabilan lereng biasanya menggunakan parameter kuat geser tanah dari hasil pengujian lapangan dan pengujian laboratorium, namun belum memasukkan pengaruh drying-wetting, sedangkan adanya pengaruh kering-basah sangat mempengaruhi nilai parameter kuat geser yang mengakibatkan berpengaruh terhadap kestabilan lereng. Oleh karena itu dicoba untuk meninjau parameter kuat geser tanah akibat pengaruh perubahan musim panas – hujan (siklus kering-basah) sehingga penanganan keruntuhan lereng dapat diatasi dengan akurat/lebih tepat. Penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya (Silvia, 2008) berlokasi di Sitinjau Laut Padang, namun masih terdapat beberapa kelemahan antara lain: ISSN : 1858-3709 1. Kuat geser tanah diuji dengan UCS (Unconfine Compressive Strenght) sehingga nilai sudut geser dalam dari tanah tidah didapat. 2. Belum dilakukan pengujian tekanan air pori negative (suction) sehingg derajat kejenuhan dan perobahan angka pori dari tanah belum terlihat. 3. Belum ada tinjauan terhadap kestabilan lereng Untuk menenentukan tingkat kestabilan lereng digunakan program Slope W. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menentukan tingkat kerawanan tanah terhadap bahaya longsor di beberapa daerah rawan longsor lainnya, sehingga berguna untuk memetakan daerah rawan longsor di Sumbar, peta tersebut dapat menjadi pedoman bagi pemerintah daerah, perencana dan para pelaku konstruksi untuk pembangunan dan pengembangan daerah. Namun demikian sehubungan dengan keterbatasn waktu, dana dan lain sebagainya maka dilakukan pembatasan terhadap sebagai berikut; 1. Penelitian dilakukan di laboratorium Mekanika Tanah Politeknik Negeri Padang 2. Media yang digunakan yaitu tanah terganggu (disturbed) 3. Tanah (sampel) yang digunakan l berasal dari Lembah Anai (ruas jalan Padang-Bukittinggi). Parameter kuat geser tanah sangat menentukan kestabilan suatu lereng. Parameter tersebut terdiri dari kohesi (c) dan sudut geser dalam tanah (φ). Kedua nilai tersebut sangat dipengaruhi oleh kandungan air yang ada dalam tanah. Noormalasar dan Susanto (Prosiding HATTI 2000) meneliti tentang Perilaku Tanah Ekspansif dan metode perbaikan di Lipo Cikarang, menyatakan bahwa peningkatan kadar air pada tanah ekpansif tidak saja menyebabkan penurunan kuat geser, tetapi juga pengembangan volume sehingga menimbulkan retakan pada 9 POLI REKAYASA Volume 4, Nomor 1, Oktober 2008 bangunan dan bergelombangnya perkerasan jalan secara tidak merata. Sholihin 2005, meneliti tentang Perilaku potensi mengembang dan kuat geser tanah lempung ekspansif akibat siklus basah dan kering. Tanah lempung diambil dari Cikarang Jawa Barat. Hasil studi menunjukkan bahwa terjadi penurunan persentase mengembang dan tekanan mengembang tanah lempung ekspansif apabila jumlah siklus berulang basah kering meningkat. Sebaliknya, kuat geser tanah lempung ekspansif akan meningkat setelah melewati siklus berulang basahkering yang cukup tinggi. Yohanes Lulie,2007 meneliti tentang kuat geser tanah lempung ekspansif yang distabilisasi dengan abu ampas tebu dan kapur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kapur pada tanah ekspansif menurunkan tekanan dan potensi pengembangan dengan angka yang cukup signifikan, yaitu potensi pengembangan turun dari 12% (tanah asli) menjadi 1,12% (tanah dengan kadar kapur 10%). Tekanan pengembangan turun dari 340 kPa (tanah asli) menjadi 105 kPa (tanah dengan kadar kapur 10%). Dengan bertambahnya kadar kapur, kepadatan maksimum meningkat dan dicapai nilai maksimum pada kadar kapur 4%. Dengan naiknya kadar abu ampas tebu, kuat tekan bebas selalu naik sampai dengan kadar abu 10% dengan prosentase kenaikan 43,84% kemudian menurun pada kadar abu yang lebih tinggi 12,5% (31,54%) dan 15% (27,49%). Dengan bertambahnya waktu pemeraman kuat tekan bebas tanah +kapur+abu selalu mengalami kenaikan kuat tekan bebas. Kenaikan yang cukup besar terjadi pada waktu pemeraman 36 hari Maricar, Iskandar 2002, meneliti tentang perbandingan antara nilai CBR dan Kuat Tekan tanah Lempung akibat siklus pembasahan dan Pengeringan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembasahan menyebabkan pengembang-an (swell) yang berbeda untuk setiap jenis tanah, penurunan tegangan air pori negatif (suction), penurunan terhadap nilai kuat tekan (qu), penurunan modulus tegangan- ISSN : 1858-3709 regangan (E) yang tidak sama besar untuk setiap tanah. Proses pengeringan menyebabkan penyusutan (shrink) pada tanah, kenaikan tegangan air pori negatif, kenaikan yang cukup besar terhadap kuat tekan (qu) dan kenaikan modulus tegangan-regangan (E) yang berbeda untuk setiap jenis tanah. Proses pembasahan juga memperlihatkan penurunan nilai kuat tekan (qu) dan nilai CBR yang berlainan untuk setiap jenis tanah yang berbeda. Yudayana 2001, Pengaruh variasi tegangan air pori negatif terhadap perubahan tegangan geser pada lempung kaolinit. Secara umurn hasilnya menunjuk-kan bahwa saat drying tegangan geser tanah naik, sedang saat wetting tegangan geser tanah mengalami penurunan. Namun, untuk kondisi inisial slurry, tegangan geser pada lintasan drying-wetting, terdapat hysterisis yang cukup berarti atau besar. Sebaliknya, tegangan geser pada kondisi siklik yang dimulai dari lintasan drying tertentu menunjukkan variasi yang kecil atau hystcrisisnya sangat lemah. Silvia dan Jajang (2008) meneliti tentang kuat geser (UCS) tanah Sitinjau Laut Padang akibat siklus basah-kering. Hasil studi menunjukkan bahwa penurunan nilai kuat geser (UCS) tanah Sitinjau Laut Padang dari 1.239 gr/cm3 (kondisi kering (γd)) menjadi 1.134 gr/cm3 (kondisi basah (γd)). Kuat Geser Tanah Kekuatan geser suatu massa tanah meru pakan perlawanan internal tanah tersebut per satuan luas terhadap keruntuhan atau pergeseran sepanjang bidang geser dalam tanah. Kekuatan geser tanah merupakan ukuran kemampuan tanah menahan teka nan tanpa terjadi keruntuhan. Parameter kuat geser dari tanah adalah kohesi dan sudut geser dalam (ilustrasi Gambar 1). 10 POLI REKAYASA Volume 4, Nomor 1, Oktober 2008 Gambar 1. Hubungan antara Tegangan normal dan Tegangan geser saat runtuh Menurut Mohr Coulomb, Tegangan geser tanah adalah kombinasi antara Tegangan normal dan tegangan geser, yaitu; τf = c + σ tan ϕ ..................... (1) dengan, τf = Tegangan geser c = kohesi ϕ = sudut geser internal σ = tegangan normal σ = Gaya Normal Luas penampang lintang sampel tanah τ = Gaya geser yang melawan gerakan Luas penampang lintang sampel tanah Harga parameter kekuatan geser tanah dapat ditentukan dengan pengujian di laboratorium dengan melakukan uji : 1. Triaxial 2. Direct Shear 3. Kuat Tekan Bebas Uji Triaxial Uji triaxial merupakan bentuk pengujian yang dapat diandalkan dalam menentukan parameter tegangan geser. Dalam peng ujian dibuat benda uji berbentuk silinder dengan tinggi dua kali diameternya, biasanya diameter 1,5 inchi (38,1 mm) dan tinggi 3 inchi (76,2 mm). Benda uji ditutup dengan membran karet tipis kemudian diletakan di dalam bejana yang diberikan tekanan hidrostatis (σ3) dan untuk menguji keruntuhan maka benda uji diberi tegangan aksial (vertikal). Ada tiga macam test triaksial yang biasa dilaksanakan : 1. CD test (Consolidated-Drained Test) tegangan sel diberikan kepada benda uji dengan katup drainase terbuka, ISSN : 1858-3709 dilakukan pemberian tegangan deviator sampai terjadi keruntuhan 2. CU test (Consolited-Undrained Test), tegangan sel diberikan kepada benda uji dengan katup drainase terbuka, katup drainase tertutup dilakukan pemberian tegangan deviator samapi terjadi keruntuhan. 3. UU test (Unconsolited-Undrained Test), tegangan sel diberikan kepada benda uji dengan katup drainase tertutup selama pengujian, dilakukan pemberian tegangan deviator sampai terjadi keruntuhan. σ = σ1 + σ 3 σ1 − σ 3 + cos .2θ 2 2 .................... .. (2) σ1 − σ 3 sin .2θ 2 ..................................... (3) φ φ σ 1 = σ 3 tan 2 ( 45 + ) + 2c. tan( 45 + ) 2 2 ....... . (4) φ θ = ( 45 + ) 2 ….................................…...…. (5) τf = σ1 = tegangan utama mayor (major principal stress) σ3 = tegangan utama minor (minor principal stress) σ1 - σ3 = ∆σ = tegangan deviator (deviator stress) Dengan adanya tegangan aksial yang diberikan kepada benda uji maka timbul perubahan panjang benda uji, yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut; • Regangan axial dihitung dengan rumus : ∆L ε= L0 ………………..…..........………. (6) dimana ; ε = regangan axial ∆L = perubahan panjang L0 = panjang mula-mula • Luas penampang rata-rata pada setiap saat : 11 POLI REKAYASA Volume 4, Nomor 1, Oktober 2008 A A= 0 1 − ε ……………………….......…….. ... (7) dimana : A : luas penampang setelah dikoreksi A0 : luas penampang mula-mula Besar tegangan aksial mayor dihitung: σ 1 = σ 3 + ∆σ ……………………… ISSN : 1858-3709 menaruh suatu beban mati diatas sampel tersebut, kemudia contoh tanah diberi tegangan geser sampai tercapai nilai maksimum. Tegangan geser ini diberikan dengan memakai kecepatan bergerak (strainrate) yang konstan. Coulomb (1976) mendefinisikan : τ = c + σ .tgφ .......................................... (10) …...... (8) dimana : 1 : tegangan aksial mayor 3 : tegangan sel ∆σ : tegangan deviator P A ……………………….……... ……. (9) dimana : P : beban A : luas penampang koreksi ∆σ = Gambar 3. Alat Uji Geser Langsung (Sumber: Hardiyatmo) Parameter geser/sudut geser (ϕ) dan kohesi (c) didapatkan dari penggambaran diagram mohr. Gambar 4. Hubungan antara Tegangan Normal dan Tegangan Geser (Sumber: Hardiyatmo) Gambar 2. Hubungan Antara Tegangan Normal dan Tegangan Geser (Sumber: Hardiyatmo) Direct Shear test (Uji Geser Langsung) Alat uji geser langsung terdiri dari kotak logam berisi sampel tanah yang akan diuji. Sampel tanah tersebut dapat berbentuk penampang bujur sangkar atau lingkaran. Ukuran sampel tanah yang umum digunakan adalah sekitar 3 sampai 4 inchi2 dengan luas penampang 1935,48 s/d 2580,64 mm2, dengan tinggi sampel 1 inchi (25,4 mm). Kotak tersebut terbagi dua sama sisi dalam arah horizontal. Gaya normal pada sampel tanah didapat dengan Uji Tekan Bebas (Unconfined Compression Test) Uji tekan bebas termasuk hal yang khusus dari uji triaksial unconsolidated-undrained (tak terkonsoli dasi-tak terdrainase) Kondisi pembebanan sama dengan yang terjadi pada uji triaksial, hanya tegangan selnya nol ( σ 3 =0). 12 POLI REKAYASA Volume 4, Nomor 1, Oktober 2008 Gambar 5. Skema Uji Kuat Tekan Bebas ISSN : 1858-3709 uji mengalami keruntuhan. Pada saat σ keruntuhan nya, karena 3 =0 maka: σ 1 = σ 3 + ∆σ f = ∆σ f = q u …………… .. (11) dengan qu adalah kuat tekan bebas (unconfined compression strength). Secara teoritis: q cu = u 2 ……………...…..............…. …. (12) dimana su atau cu adalah kuat geser undrained dari tanahnya. Gambar 6. Lingkaran Mohr pada uji Kuat Tekan Bebas Gambar 5 dan 6 menjelaskan pada uji kuat tekan bebas, tegangan sel (tegangan keliling) σ3= 0 dan tegangan utama mayor (σ1) = ∆σ.=qu Gambar 7. Hubungan antar Regangan dan Tegangan Gambar 7 menjelaskan hubungan antara rega ngan dan tegangan (tegangan deviator), puncak dari kurva adalah nilai dari kuat tekan bebas (qu). Pengujian ini hanya cocok untuk jenis tanah lempung, dimana pada pembebanan cepat, air tidak sempat mengalir keluar dari benda uji. Pada lempung jenuh, tekanan air pori dalam benda uji pada awal pengujian negaif (tegangan kapiler). Tegangan aksial yang diterapkan di atas benda uji berangsur-angsur ditambah sampai benda Stabilitas Lereng Permukaan tanah yang miring disebut lereng, apabila perlawanan terhadap geser dari tanah pada bidang longsornya terlampaui, maka akan terjadi kelongsoran lereng. Faktor aman didefinisikan sebagai nilai banding antara gaya yang menahan dan gaya yang menggerakkan τ F= τd ………………...........……. (13) τ : tegangan geser maksimum yang dapat dikerahkan oleh tanah τ d : tegangan geser yang terjadi akibat gaya berat tanah yang akan longsor F : faktor keamanan Menurut teori Mohr-Coulomb, tahanan geser (τ) yang dapat dikerahkan oleh tanah di sepanjang bidang longsornya, dinyatakan oleh: τ = c + σ .tgϕ ..……….....………….…. (14) dengan : c : kohesi tanah σ : tegangan normal φ : sudut geser dalam Tegangan geser yang terjadi (τ d) akibat beban tanah dan beban lain pada bidang longsornya. τ d = c d + σ .tgϕ d …….…………...…. (15) 13 POLI REKAYASA Volume 4, Nomor 1, Oktober 2008 cd dan φd adalah kohesi dan sudut gesek dalam yang terjadi, sehingga c + σ .tgϕ F= c d + σ .tgϕ d .........F= 1.2 ......…. (16) Untuk memberikan faktor aman terhadap masing masing komponen: c tgϕ Fc = Fϕ = cd tgϕ d ...…………….. (17) Fc : faktor aman pada komponen kohesi Fφ : faktor aman pada komponen gesekan Faktor-faktor penyebab lereng rawan longsor meliputi : 1. faktor internal (tubuh lereng sendiri) 2. faktor eksternal (dari luar lereng) 3. Ulah manusia Cara Analisis Kestabilan Lereng 1. Cara pengamatan visual adalah cara dengan mengamati langsung 2. Cara analitis adalah dengan melakukan hitungan berdasarkan rumus (Fellenius, Bishop, Janbu) 3. Cara grafik adalah dengan menggunakan grafik yang sudah standar (Taylor,Hoek & Bray, Janbu, Cousins dan Morganstren). 4. Cara komputasi adalah dengan menggunakan software, Slope W dll. ISSN : 1858-3709 Tanah yang diambil di lokasi tersebut yaitu tanah terganggu (disturb). Selanjutnya dilakukan pengujian di laboratorium. 2. Peralatan pengujian laboratorium yang digunakan a. Satu set alat uji analisa butir, yaitu analisa saringan dan analisa Hidrometer (ASTM D 422) Uji ini dilakukan untuk mengetahui gradasi ukuran butir tanah tersebut, jika tanah berbutir kasar digunakan analisa saringan dan untuk tanah berbutir halus digunakan anlisa hidrometer. Gambar 1. Hidrometer dan Analisa Saringan b. Atterberg lilmit (ASTM D 4318) Uji ini dilakukan untuk mendapatkan nilai indek Plastis dari suatu tanah, Indek Plastis sangat berpengaruh terhadap klasifikasi tanah (jenis tanah). METODOLOGI Penelitian dilakukan di laboratorium Mekanika Tanah Politeknik Negeri Padang. Sampel tanah diambil dari ruas jalan Padang-Bukittinggi (Lembah Anai) karena pada lokasi ini sering mengalami longsor jika terjadi hujan yang cukup lama. Menurut Manager Pusat Pengendalian Operasi Satkorlak PB Sumbar Ade Edwar ditemukan 15 titik longsor di sepanjang jalan Silaing Lembah Anai. Pada penelitian ini dilakukan tahapantahapan sebagai berikut: 1. Bahan / Material Gambar 2. Cassagrande c. Tabung /Mangkok Tabung pipa dengan diameter 7.5 cm dan tinggi 10 cm, gunanya untuk menempatkan benda uji (tanah). Gambar 3. Tabung pipa 14 POLI REKAYASA Volume 4, Nomor 1, Oktober 2008 d. Kertas filter whatman no.42 Kertas filter whatman digunakan untk mengukur tekanan pori negative pada contoh tanah. e. Alat vane shear test Alat ini digunakan untuk menentukan kuat geser tanah dalam kondisi slurry. Gambar 4. Vane Shear Test f. Alat uji Direct shear Test (ASTM D 2850) Digunakan untuk menentukan kuat geser dari contoh tanah. Gambar 5. Alat uji Unconfine test (UCS) 3. Setting Pengujian Sampel tanah yang diambil dari lokasi longsor Lembah Anai, dilakukan identifikasi jenis tanah yaitu dengan melakukan penngujian analisa butir dan uji atterberg limit, dari kedua hasil pengujian tersebut dapat dilakukan klasifikasi tanah menurut USCS dan AASHTO. Untuk pengujian drying –wetting, benda uji disiapkan dengan menanbahkan air mulai dari 3% sampai 30%. Adapun kenaikan penambahan air adalah per-3%. Material benda uji ini kemudian dimasukkan ke dalam pipa/mangkok. Material yang sudah dimasukkan kedalam pipa/mangkok kemudian dilakukan percobaan drying-wetting. Pada setiap tahapan pengeringan dari kondisi slurry terdiri dari dua benda uji, satu benda uji disiapkan untuk pengujian tegangan geser, dan benda uji yang lain disiapkan untuk ISSN : 1858-3709 pengukuran tekanan air pori negative dengan cara menyelipkan kertas filter whatman no. 42 yang dibungkus dengan kertas filter biasa ke dalam benda uji. Benda uji yang kadar airnya mencapai lebih dari 30% pengukuran tegangan geser dilakukan dengan alat vane shear test, sedangkan untuk benda uji yang memiliki kadar air sekitar 30 % atau kurang dilakukan pengujian geser dengan Direct Shear (geser langsung). Untuk memperoleh nilai tegangan yang konsisten, maka dicari korelasi percobaan direct shear dan vane shear test melalui percobaan terhadap suatu benda uji dengan kadar air yang memungkinkan dilakukan test dengan kedua cara tersebut. Untuk mengukur tekanan air pori negative maka kertas filter whatman No.42 yang telah diselipkan sebelumnya dalam benda uji yang telah mencapai keseimbangan diukur kadar airnya. Kemudian dari kadar air ini dengan menggunakan grafik hubungan antara kadar air kertas filter dan pF atau tegangan air pori negative yang telah dikalibrasi oleh beberapa author, maka didapatkan tegangan air pori negative dari benda uji. Dalam proses wetting pembebanan tegangan air pori negative dilakukan dari yang kecil menuju yang besar. HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel tanah yang diambil yaitu pada kondisi terganggu (disturb). Secara visual lokasi ini merupakan daerah rawan longsor dan material penyusun secara umum terdiri dari batuan yang bercampur dengan pasir. Hasil pengujian laboratorium diuraikan sebagai berikut; A. Pengujian Properties Jenis Pengujian Nilai Berat Jenis (Gs) Analisa Saringan Lolos saringan no 10 Lolos saringan no 200 Non Plastis 2.666 56.35 % 9.145 % 15 POLI REKAYASA Volume 4, Nomor 1, Oktober 2008 ISSN : 1858-3709 B. Pengujian Berat Jenis Container (can) no. Mass of pycnometer + soil + water,(g) Temperature, Mass of pycnometer + water Mass of pycnometer + water at T Mass of evaporating dish,(g) Mass of evaporating dish + oven-dried soil, Mass of solids,(g) Convension factor,K Specific grafity of soil, 1 2 C. Pengujian Kadar Air Container 1 (can) no. 3 2 3 150.22 151.07 - 26 26 - Mass of container + wet specimen (g) 77,1 9 83,2 3 77,11 Mass of container + oven dried specimen (g) 74,0 9 79,7 5 73,98 134.19 135.32 - 134.15 135.28 - Mass of container (g) 9,43 9,60 9,60 35.96 36.91 - Mass of water (g) 3,10 3,48 3,13 61.63 62.23 - Mass of solids particles (g) 64,6 6 70,1 5 64,38 Moisture Content, w (%) 4,79 4,96 4,86 25.67 25.32 - 0.9997 0.9997 - 2.674 2.657 - Average Average 2.666 4,872 D. Pengujian Kuat Geser No BU 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Jenis Pengujian Penambh n kadar air (%) Parameter kuat geser Kadar air Faktor keamanan 0 0.09 37 4.872 0.60944 3 0.1 37 5.853 0.65317 6 0.07 42 6.982 0.56014 9 0.04 42 10.305 0.42372 12 0.06 31 12.745 0.43121 15 0.06 38 16.346 0.48308 18 0.09 38 19.744 0.48308 21 0.17 35 21.509 0.98282 24 0.1 38 25.737 0.68594 27 0.12 38 27.533 0.7895 30 0.01 45 30.565 0.34478 Kohesi Tanah (c) kg/cm2 Sudut geser dalam (φ) (derajat) Kohesi Tanah (c) kg/cm2 Sudut geser dalam (φ) (derajat) Kohesi Tanah (c) kg/cm2 Sudut geser dalam (φ) (derajat) Kohesi Tanah (c) kg/cm2 Sudut geser dalam (φ) (derajat) Kohesi Tanah (c) kg/cm2 Sudut geser dalam (φ) (derajat) Kohesi Tanah (c) kg/cm2 Sudut geser dalam (φ) (derajat) Kohesi Tanah (c) kg/cm2 Sudut geser dalam (φ) (derajat) Kohesi Tanah (c) kg/cm2 Sudut geser dalam (φ) (derajat) Kohesi Tanah (c) kg/cm2 Sudut geser dalam (φ) (derajat) Kohesi Tanah (c) kg/cm2 Sudut geser dalam (φ) (derajat) Kohesi Tanah (c) kg/cm2 Sudut geser dalam (φ) (derajat) Berdasarkan hasil pengujian analisa saringan didapat persentase lolos saringan No.200 = 9.145 % dan lolos saringan No.10 = 56.35 %, cu = 28.750 dan Cc = 1.359. 16 POLI REKAYASA Volume 8, Nomor 2, April 2013 ISSN : 1858-3709 Gambar 7. Hubungan kadar air dan sudut geser dalam Jadi tanah yang diteliti menurut klasifikasi USCS termasuk pasir dengan gradasi baik (SW). Kadar air tanah dikondisikan dalam kondisi kering dilakukan pengujian kuat geser didapat nilai parameter kuat geser yaitu : kohesi ( c ) = 0.09 kg/cm2 dan sudut geser dalam ( φ ) = 370. Penambahan air yang dilakukan pada tanah dimulai dari 0% sampai dengan penambahan air 30%. Kenaikan penambahan air tersebut adalah sebesar 3%. Dari hasil pengujian kuat geser (direct shear), dapat dilihat bahwa dengan adanya penambahan air terjadi penurunan nilai kohesi tanah. Turunnya nilai kohesi ini tidak begitu signifikan karena tanahnya didominasi pasir dan sedikit mengandung lanau/lempung. Hal ini dapat terlihat pada Gambar 6. Dari hasil analisis program dengan menggunakan software slope W, dilakukan simulasi kestabilan lereng dengan data sebagai berikut: • Tinggi lereng (H) = 10 m • Sudut kemiringan lereng = 600 • Berat isi tanah = 1.4 grm H= 10 600 Gambar 8. Hubungan kadar air dan sudut geser dalam (program slope W) G rafik hubung an antara kadar air dan kohes i 0.12 K ohes i (kg /c m 2) 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 0 5 10 15 20 25 30 35 K a da r a ir (%) Gambar 6. Hubungan kadar air dan kohesi tanah Grafik hubung an antara kadar air & s udut g es er dalam s u d u t g e s e r d a l a m (d e ra ja t) 50 Gambar 9. Pola Keruntuhan Lereng dengan Program Slope W G rafik hubung an antara kadar air dan faktor keamanan 0.7 0.6 F aktor keam anan Penambahan air pun akan berpengaruh terhadap nilai sudut geser dalam. Dari penelitian yang dilakukan terlihat bahwa dengan adanya penambahan kadar air maka terjadi kenaikan nilai sudut geser dalam dari tanah. Namun demikian kenaikan dari nilai tersebut juga tidak terlalu signifikan (Gambar 7). 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 48 46 0 44 0 42 5 10 15 20 25 30 35 K a da r a ir (%) 40 Gambar 10. Hubungan kadar air dan faktor keamanan 38 36 34 32 30 0 5 10 15 20 K a da r a ir (%) 25 30 35 Dari grafik hubungan kadar air dengan faktor keamanan, terlihat bahwa dengan bertambahnya nilai kadar air terjadi 17 POLI REKAYASA Volume 8, Nomor 2, April 2013 penurunan nilai faktor keamanan suatu lereng (Gambar 10) dan juga penurunan nilai kohesi tanah (Gambar 6). Hal ini berarti bahwa faktor keamanan dan nilai kohesi tanah berbanding lurus. Kadar air untuk tanah dengan lokasi Lembah Anai pada titik yang diuji dapat dilihat bahwa, pada kadar air 7% terjadi kenaikan nilai faktor keamanan, artinya dengan kadar air tersebut tanah dalam kondisi padat sehingga kuat gesernya maksimum, sedangkan bertambahnya nilai kadar air diatas 7% faktor keamanan cendrung menurun sampai kadar air 20%, sedangkan kadar air diatas 20% faktor keamanan cendrung turun. SIMPULAN 1. Jenis tanah pada titik yang ditinjau dengan lokasi Lembah Anai yaitu tanah pasir, menurut USCS termasuk pasir bergradasi baik (SW). 2. Tanah lokasi lembah Anai (titik yang ditinjau) mengandung sedikit lanau/lempung, sehingga dengan adanya penambahan air tidak terlalu berpengaruh terhadap perobahannilai kohesi tanah. 3. Tanah lokasi lembah Anai (pada titik yang ditinjau) didominasi oleh pasir, sehingga dengan adanya penambahan air sangat berpengaruh terhadap perobahan nilai faktor keaman lereng. 4. Penambahan air sampai 7 % kestabilan lereng secara umum mempunyai nilai paling maksimum, sedangkan penambahan air di atas 7 % nilai factor keaman sudah mulai menurun, sedangkan penambahan air diatas 20% ksabilan lerng turun secara drastis DAFTAR PUSTAKA ASTM, 2003, Annual Book of ASTM Standards, section 4, volume 04.08 Soil and Rock. Anonim, 2007, Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia, Pelaksanaan harian Badan ISSN : 1858-3709 Koordinasi Penanganan (BAKORNAS) Bencana Fernandez, 2007, Kajian Karakteristik Lempung Bobonaro Di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Hardiyatmo, H.C., 2002, Mekanika Tanah I, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hardiyatmo, H.C., 2002, Mekanika Tanah II, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Liu, C and Jac B 2003, Soil Propertis, Testing Measurement and evaluation, Prentice Hall International, Inc, New Jersey. Indarto dkk, 2000 Pengaruh siklus Pengeringan dan Pembasahan terhadap kelakuan tegangan Geser tanah Kelempungan, Prosiding Pertemuan ilmiah tahunan geoteknik –IV INDO-GEO 2000 Maricar, Iskandar, 2002, Perbandingan antara nilai CBR dan Kuat Tekan tanah Lempung akibat siklus pembasahan dan Pengeringan, http://ebursa.depdiknas.go.id/pustaka/ harvester/index.php/record/view/2968 Sholihin, 2005, Perilaku potensi mengembang dan kuat geser tanah lempung ekspansif akibat siklus basah dan kering. http://ebursa.depdiknas.go.id/pustaka/harve ster/index.php/record/view/2968 Silvianengsih, Jajang 2009, Kajian Pengaruh Drying dan Wetting terhadap perilaku kuat geser tanah Sitinjau Laut Padang, Penelitian DIPA Politeknik. Yohanes Lulie, 2007, UCS tanah lempung ekspansif yang distabilisasi dengan abu ampas tebu dan kapur, Jurnal TEKNIK SIPIL Volume 8 No. 1, Oktober 2007 hal 64 – 77 18 POLI REKAYASA Volume 8, Nomor 2, April 2013 ISSN : 1858-3709 Yudayana, 2001, Pengaruh variasi tegangan air pori negatif terhadap perubahan tegangan geser pada lempung kaolinite. http://ebursa.depdiknas.go.id/pustaka/harve ster/index.php/record/view/2968 19