(Sesbaniae folium) DAN EKSTRAK KULIT BATANG - Digilib

advertisement
PERBEDAAN AKTIVITAS ANALGESIK
EKSTRAK DAUN (Sesbaniae folium) DAN
EKSTRAK KULIT BATANG (Sesbaniae cortex) TURI MERAH
Oleh: Dinda Chusnul Prawitasari, Dosen Pembimbing : Dra. Wigang Solandjari
ABSTRAK
Turi merah merupakan tanaman jenis pepohonan, banyak dijumpai di
pedesaan, ditanam di pematang, pekarangan, pinggir jalan, biasa dipakai sebagai
pagar hidup kebun. Turi merah digunakan sebagai obat dikarenakan kandungan
metabolit sekundernya seperti flavonoid, tannin, saponin, glikosida, basorin, resin,
calsium oksalat peroksidase, vitamin A dan B, egatin, lebih banyak daripada turi
putih. Adanya flavonoid dalam turi merah ini diduga bersifat analgetik. flavonoid
menghambat enzim siklooksigenase yang dapat menurunkan sintesis
prostaglandin sehingga mengurangi terjadinya rasa nyeri.
Secara empiris bagian kulit batang turi merah yang biasanya digunakan
untuk mengurangi rasa nyeri (analgetik). Pada penelitian Lulut Febriana pada
tahun 2010 daun turi merah dapat juga digunakan sebagai analgesik. Apabila
aktivitas analgesik pada daun sama atau lebih baik dari kulit batang, daun turi
merah dapat digunakan sebagai alternatif agar populasi tanaman turi merah tidak
mengurang.
Ekstrak daun dan ekstrak kulit batang turi merah diperoleh melalui
ekstraksi dengan cara maserasi menggunakan etanol 70%, yang diuapkan menjadi
ekstrak kental menggunakan evaporator. Dosis dari ekstrak daun dan ekstrak kulit
batang turi merah adalah 1,5g/20gBB menggunakan asetosal dan CMCNa sebagai
kontrol, dan asam asetat sebagai penginduksi nyeri.
Hasil penelitian dan uji t menunjukkan bahwa ada perbedaan secara
signifikan ekstrak daun (Sesbaniae folium) dan ekstrak kulit batang (Sesbaniae
cortex) turi merah pada dosis 1,5g/20grBB.
Kata Kunci: Analgesik, Perbedaan Ekstrak Daun dan Ekstrak Kulit Batang
Turi Merah.
DIFFERENT ANALGESICS ACTIVITIES
LEAF EXTRACT (Sesbaniae folium) AND
LEATHER TRUNK EXTRACT (Sesbaniae cortex) RED TURI
ABSTRACT
Red turi is a plant species of trees, often found in the countryside, planted
on the embankment, yards, roadsides, usually used garden fences. red turi used as
a medicine because the content of secondary metabolites such as flavonoids,
tannins, saponins, glycosides, basorin, resin, calcium oxalate peroxidase, vitamin
A and B, egatin, more than turi. The presence of flavonoids in red turi is thought
to be analgesic. flavonoids inhibit the cyclooxygenase enzyme that can reduce the
occurrence of prostaglandin synthesis, thereby reducing pain.
The empirical part of turi red bark that is usually used to relieve pain
(analgesic). In a study in 2010 Lulut Febriana red turi leaves can also be used as
an analgesic. If the analgesic activity in leaves equal to or better than the bark,
leaves turi red can be used as an alternative so that the population does not reduce
red turi plants.
Extracts of the leaves and stem bark extracts obtained by extraction of red
turi by maceration using 70% ethanol, which was evaporated using an evaporator
to extract thick. Dose of the extract of the leaves and stem bark extracts of red turi
is 1.5 g/20gBB using aspirin and CMCNa as a control, and acetic acid as an
inducer of pain.
The results showed that there were significant differences in leaf extracts
(Sesbaniae folium) and bark extract (Sesbaniae cortex) at a dose of 1.5 red turi
g/20grBB.
Keyword: Analgesics, Different Leaf Extract And Leather Trunk Extract
Red Turi
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang buminya kaya akan sumber daya alam,
khususnya keanekaragaman tumbuhan. Banyak tumbuh-tumbuhan yang berguna
bahkan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari saja
melainkan juga berkhasiat sebagai bahan obat. Sejak zaman dahulu masyarakat
sudah mengenal dan memakai tumbuhan berkhasiat obat sebagai salah satu upaya
untuk menanggulangi masalah kesehatan. Salah satu tanaman yang memiliki
khasiat obat adalah tanaman turi.
Turi merupakan tanaman jenis pepohonan, banyak dijumpai di pedesaan,
ditanam di pematang, pekarangan, pinggir jalan, biasa dipakai sebagai pagar
hidup kebun. Turi ini salah satu tanaman obat yang digunakan untuk pengobatan
tradisional seperti mengurangi rasa sakit (analgetik), penurun panas (antipiretik),
pencahar, peluruh kencing (diuretik). Berdasarkan warna bunga dibedakan
menjadi dua yaitu putih dan merah. Secara empiris turi merah digunakan sebagai
obat dikarenakan kandungan metabolit sekundernya seperti flavonoid, tannin,
saponin, glikosida, basorin, resin, calsium oksalat peroksidase, vitamin A dan B,
egatin, lebih banyak daripada turi putih. Adanya flavonoid dalam turi merah ini
diduga bersifat analgetik (Yudistira dkk, 1999).
Salah satu maanfat turi merah (Sesbania Grandiflora L.) sebagai pengobatan
adalah mengurangi rasa nyeri. Rasa nyeri yang timbul disebabkan oleh rusaknya
membrane sel (jaringan) sehingga terbentuk mediator nyeri yaitu prostaglandin.
Senyawa flavonoid menghambat enzim siklooksigenase yang dapat menurunkan
sintesis prostaglandin sehingga mengurangi terjadinya vasodilatasi pembuluh
darah dan aliran darah lokal sehingga migrasi sel radang pada area radang akan
menurun dan ras nyeri akan berkurang (Yudistira dkk, 1999).
Secara empiris bagian kulit batang turi merah yang biasanya digunakan untuk
mengurangi rasa nyeri (analgetik), caranya tumbuhan turi merah dicabut dan
batangnya dikuliti. Segenggam kulit batang turi merah digiling halus. Kemudian
ditambahkan setengah cangkir air masak, aduk rata, saring dan minum. Namun
dengan mencabut tanaman turi merah sampai akar secara terus menerus dapat
mengakibatkan tanaman ini akan berkurang populasinya. Pada penelitian Lulut
Febriana pada tahun 2010 daun turi merah dapat juga digunakan sebagai
analgesik. Dengan dosis 1,5g/20grBB ekstrak daun turi merah dapat memberikan
efek analgesik yang hampir sama dengan pemberian aspirin dengan dosis
1,3mg/20grBB. Apabila aktivitas analgesik pada daun sama atau lebih baik dari
kulit batang, daun turi merah dapat digunakan sebagai alternatif agar populasi
tanaman turi merah tidak mengurang.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai
perbedaan aktivitas daun turi merah dan kulit batang turi merah sebagai analgesik.
Dalam penelitian ini digunakan ekstrak dari kulit batang dan ekstrak daun turi
merah dengan menggunakan metode maserasi. Ekstrak kulit batang dan ekstrak
daun turi merah ini nantinya akan diuji aktivitas analgesik pada hewan coba
mencit.
METODELOGI
Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan dari penyusunan proposal yaitu bulan desember
2012 sampai juni 2013 di laboraturium farmakognosi putra indonesia malang.
Bahan dan alat
Dalam penelitian ini digunakan 12 mencit putih (Mus musculus L.) jantan
dengan umur 2-3 bulan dan berat badan 20-30 gram. Bahan percobaan berupa
umbi teki, etanol 70% dan CMC 1%. Asam asetat 0.1% sebagai Induksi nyeri
secara kimiawi, sedangkan sebagai pembanding analgetik digunakan asetosal 1,3
mg/kg bb yang disuspensikan dalam CMC 1%.
Alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah timbangan, pisau, botol
coklat, kertas saring, evaporator, kandang mencit, spuit injeksi.
Cara kerja
Persiapan hewan uji
Sebelum perlakuan, mencit putih jantan diadaptasikan terhadap
lingkungan dan makananselama 1-2 minggu dan sebelum pemberian bahan uji
secara oral, mencit putih jantan dipuasakan 6-8 jam dengan tetap diberi minum.
Pembuatan ekstrak kulit batang dan ekstrak daun turi merah
Kulit batang dan daun turi merah dibersihkan, dipotong kecil kecil dan
dimasukkan ke bejana yang berbeda. Kemudian masing-masing bejana dimaserasi
dengan etanol 70% selama 5 hari dengan berulang-ulang diaduk pada masingmasing bejana . Setelah itu disaring menggunakan kertas saring dan diperoleh
filtrat. Filtrat yang diperoleh didiamkan selama 2 hari terlindung dari cahaya dan
dibiarkan ditempat sejuk. Kemudian endapan dipisahkan. Filtrat yang dihasilkan
tersebut dievaporasi dengan rotary evaporator dengan suhu 40oC dan tekanan
vakum dan diperoleh ekstrak kental sampai tidak menetes. Untuk uji aktivitas,
ekstrak kental dengan dosis 1,3 mg tersebut disuspensikan dalam larutan CMCNa
1%.
Metode induksi nyeri
Rasa nyeri secara kimiawi digunakan asam asetat 0.1% dengan cara
disuntikkan secara intraperitoneal yang diberikan 15 menit setelah pemberian
bahan uji secara oral (Turner, 1965). Nyeri ditandai dengan timbulnya writhing
atau geliat yang ditunjukkan dengan bagian abdomen menyentuh dasar tempat
berpijak dan kedua pasang kaki ditarik ke belakang (Astuti dan Pudjiastuti, 1996).
Tiap kelompok mendapat perlakuan sebagai berikut kelompok I untuk kontrol
negatif diberi CMCNa 1%, kelompok II untuk kontrol positif diberi asetosal 1,3
mg, kelompok III diberi ekstrak kulit batang turi merah 1,5 gram/20 gramBB,
Kelompok IV diberi ekstrak daun turi merah 1,5 gram/20 gramBB.
Daya analgetik dan efektifitas analgetik
Bahan uji diberikan secara oral, 15 menit sebelum disuntikkan asam asetat.
Pengamatan dilakukan pada mencit dengan melihat jumlah geliat yang timbul
langsung setelah pemberian asam asetat selama 15 menit dengan selang waktu 5
menit. Efek analgetik bahan yang diuji dapat dilihat dengan adanya penekanan
jumlah geliat yang timbul selama 30 menit dibandingkan dengan asetosal.
% Proteksi = 100 -
𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑒𝑙𝑖𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛
𝑥100%
𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑒𝑙𝑖𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙
% Efektifitas Analgesik =
𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑎𝑛𝑎𝑙𝑔𝑒𝑠𝑖𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛
𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑎𝑛𝑎𝑙𝑔𝑒𝑠𝑖𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑜𝑠𝑎𝑙
𝑥100%
Analisis data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis uji t
independen dengan taraf signifikasi 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstrak
Organoleptis
Kulit Batang
Turi Merah
Daun
Turi Merah
Bau
Bau khas
Bau khas
Tekstur
Kental
Kental
Warna
Hijau
Hijau tua
Tabel 1. Organoleptis ekstrak kulit batang dan ekstrak daun turi merah.
Pada penelitian ini ekstrak kulit batang dan ekstrak daun turi merah yang
akan digunakan sebagai sampel penelitian. Ekstrak kulit batang turi merah yang
didapat berwarna hijau sedangkan ekstrak daun turi merah berwarna hijau tua. Hal
ini dikarenakan kandungan klorofil dalam daun lebih banyak dari pada dalam
kulit batang. Tekstur dari ekstrak-ekstrak tersebutpun kental, karena etanol dan air
yang digunakan sebagai pelarut pada saat maserasi sudah menguap. Ekstrak kulit
batang dan ekstrak daun turi merah yang didapat kemudian ditimbang 1,5g
sebagai dosis yang akan digunakan untuk uji aktivitas analgesik.
Jumlah geliat rata-rata pada mencit putih jantan yang diberi CMCNa,
ekstrak kulit batang turi merah, daun turi merah dan asam asetat selama 30 menit
pada setiap kelompok berbeda. Hasil selengkapnya dari penelitian ini terlihat pada
Tabel 2.
Kelompok
Dosis perlakuan per 20g
Jumlah geliatan
rata-rata
I
CMCNa 1%
153
II
Asetosal 1,3 mg
40
III
Ekstrak kulit batang turi merah1,5g
72,3
IV
Ekstrak daun turi merah 1,5g
44,3
Tabel 2. Jumlah geliat rata-rata pada mencit putih jantan yang diberi ekstrak umbi
teki dan asam asetat selama 30 menit.
Bila dilihat dari data jumlah geliat selama 30 menit, terlihat bahwa jumlah
rata-rata geliat pada pemberian kontrol CMCNa paling besar dibandingkan jumlah
rata-rata geliat pada pemberian ekstrak kulit batang turi merah, ekstrak daun turi
merah dan asetosal. Hal ini disebabkan tidak adanya aktivitas farmakologis
CMCNa dalam mereduksi nyeri yang ditimbulkan oleh pemberian asam asetat
secara intraperitoneal. Sedangkan pada kelompok uji yaitu ekstrak kulit batang
turi merah dan ekstrak daun turi merah menunjukkan bahwa jumlah geliat yang
ditimbulkan yang terbesar adalah ekstrak kulit batang turi merah dengan dosis
1,5g/20gBB. Pada ekstrak daun turi merah dengan dosis 1,5g/20gBB jumlah
geliat yang timbul hampir sama dengan geliat yang timbul pada asetosal
1,3mg/20gBB. Menurut Sirait dkk. (1993), adanya aktivitas analgetik dalam
bahan uji ditunjukkan dengan jumlah geliat yang lebih sedikit sampai lebih dari
50% dibanding kelompok kontrol. Ekstrak daun turi merah dengan dosis
1,5g/20gBB menunjukkan adanya jumlah geliat yang lebih sedikit sampai lebih
dari 50% dibanding kelompok kontrol. Jadi ekstrak daun turi merah dengan dosis
1,5g/20gBB menunjukkan adanya aktivitas analgetik.
Kelompok
Dosis perlakuan per 20g BB
Jumlah
geliatan
rata-rata
II
Asetosal 1,3 mg
40
73,86
III
Ekstrak kulit batang turi merah 1,5g
72,3
52,72
IV
Ekstrak daun turi merah1,5g
44,3
71,05
%
Proteksi
Tabel 3. Presentase %proteksi (daya analgetik)
Tabel 3. menunjukkan bahwa persentase proteksi untuk mengetahui
besarnya kemampuan dari ekstrak kulit batang turi merah dan daun turi merah
dalam mengurangi rasa nyeri kelompok kontrol. Persentase daya analgetik ini
selanjutnya dapat dijadikan dasar untuk perhitungan persentase efektifitas
analgetik. Asetosal mempunyai persentase proteksi tertinggi. Ekstrak daun turi
merah1,5g /20 g bb mempunyai persentase daya analgetik lebih tinggi dibanding
ekstrak kulit batang turi merah 1,5g. Persentase daya analgetik kelompok
perlakuan terhadap kontrol berbanding terbalik dengan jumlah kumulatif geliat,
berarti pada jumlah geliat besar akan memberikan persentase daya analgetik yang
kecil dan sebaliknya, karena semakin banyak zat aktifnya, maka akan
meningkatkan kemampuan ekstrak untuk menghambat nyeri (Kardoko dan
Eleison, 1999).
Hasil % proteksi dapat dijadikan dasar untuk menghitung % efektivitas
analgetika. % efektivitas analgetik berguna untuk mengetahui keefektifan ekstrak
kulit batang dan ekstrak daun turi merah dalam dosis 1,5g/20gBB yang diduga
dapat bermanfaat sebagai obat analgetik dan dibandingkan dengan asetosal karena
asetosal sudah terbukti sebagai obat analgetik yang dianggap paling efektif dalam
menanggulangi rasa nyeri.
Kelompok
Dosis perlakuan per 20g BB
% efektivitas
analgetik
III
Ekstrak kulit batang turi merah 1,5g
71,42
IV
Ekstrak daun turi merah1,5g
96,19
Tabel 4. Prosentase efektifitas analgesik
Dari perhitungan % efektivitas analgetik, ekstrak daun turi merah dalam
dosis 1,5g/20gBB memiliki efektivitas analgetik tinggi yang berarti bahwa ekstrak
daun turi merah dalam dosis 1,5g/20gBB sangat efektif dalam mengurangi rasa
nyeri yang disebabkan oleh asam asetat. Jadi dari %proteksi dan % efektivitas
analgetiknya dapat diketahui bahwa ekstrak daun turi merah dalam dosis
1,5g/20gBB yang paling berpengaruh nyata dalam mengurangi jumlah geliat yang
potensinya tidak berbeda dengan asetosal 1,3 mg/20g BB.
Untuk mengetahui apakah antara kelompok perlakuan terdapat perbedaan
bermakna maka dilakukan dengan analisis statistik menggunakan uji t. Uji t ini
dipilih untuk menguji apakah rata-rata suatu sample berbeda dengan sample
lainnya. Hasil dari uji t adalah t hitung = 7,425 lebih besar dari t tabel = 2,776.
Hal ini menunjukkan Ho ditolak yang artinya ada perbedaan secara signifikan
antara aktivitas analgesik kulit batang turi merah dan aktivitas analgesik ekstrak
daun turi merah.
KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian dan uji t dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan secara
signifikan aktivitas analgesik ekstrak daun
turi merah(Sesbaniae folium) dan
ekstrak kulit batang turi merah (Sesbaniae cortex) pada dosis 1,5g/20grBB.
Berdasarkan hasil penelitian daun turi merah dapat juga dimanfaatkan
sebagai analgetik. Serta perlu dilakukan penelitian lebih lanjut ke arah fitofarmaka
untuk mengetahui kandungan kimia yang berkhasiat sebagai analgetik,
identifikasi serta isolasinya pada daun turi merah.
DAFTAR PUSTAKA
Maharani. 2010. Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Turi Merah(Sesbania
Grandiflora Pers. Var. Rubra )Terhadap Geliatan Mencit Balb/C Yang
Diinjeksi Asam Asetat 0,1%. Karya Tulis Ilmia Tidak Diterbitkan.
Semarang : Universitas Diponegoro
Nugraha, Linus Seta Adi. 2011. Analgesik. Semarang :
Laboratorium
Farmakologi Akademi Farmasi Theresiana
Syamsudin, Darmono. 2011. Buku Ajar Farmakologi Eksperimental. Jakarta :
Universitas Indonesia (UI-Press)
Widiyati. 2009. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Turi (Sesbania Grandiflora
L.) Terhadap Jumlah Sekresi Air Susu Dan Diameter Alveolus Kelenjar
Ambing Mencit (Mus Musculus). Karya Tulis Ilmiah Tidak Diterbitkan.
Malang : Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim
Download