universitas indonesia pemenuhan rasa nyaman bayi baru lahir

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
PEMENUHAN RASA NYAMAN BAYI BARU LAHIR DENGAN
NON-NUTRITIVE SUCKING DAN PIJAT EKSTREMITAS
MELALUI PENERAPAN MODEL KONSERVASI LEVINE
KARYA ILMIAH AKHIR
HALIMAH
NPM. 1306345882
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SPESIALIS KEPERAWATAN
DEPOK, JUNI 2016
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
UNIVERSITAS INDONESIA
PEMENUHAN RASA NYAMAN BAYI BARU LAHIR DENGAN
NON-NUTRITIVE SUCKING DAN PIJAT EKSTREMITAS
MELALUI PENERAPAN MODEL KONSERVASI LEVINE
KARYA ILMIAH AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners
Spesialis Keperawatan Anak
HALIMAH
NPM. 1306345882
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SPESIALIS KEPERAWATAN
DEPOK, JUNI 2016
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
PE
RNYATAAN ORISINALITAS
Karya Ilmiah Ahhir ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik
yang dikutip maupun dimir,rk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
Halimah
NPM
1
306345882
Tanda tangan
Tanggal
20
lwi
2016
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Yang bertanda tangan di bawah ini:
: Halimah
Nar-na
'I'empat.
Tanggal Lahir
: Jarnbi. l7.lanLrari 1982
NIP
:
Unit Kerja
: RSUD Ahrnad
No. HP
:085366511117
Alamat email
: hali
1
9820 1 112009022001
n"rah1'ard
Ripin Kabr"rpaten Muaro Jambi
i i ambir@gm
ai
I
.
con-t
Dengan ini menlatakan clengan sebenarnl,a baht,t.a Karl'a Ilnriah Akhir sa)'a )'an-s
berjriJul "Pemenuhan Rasa Nl,aman Bay'i Baru Lahir cletrgan Non-ntrtrilive
Sucking dan Piiat Ekstremitas mclalui Penerapan Model Konsen'asi l.evine".
bebas dari plagiarisme
clar.r
blrkan hasil karl'a orang lain.
Apabila diker.r,udiar-r hari diternukan seluruh atau sebagian dari Karl'a Ihriah
Akhir tersebut terdapat indikasi plagiarisme. sava bersedia nrenerit-na
sanksi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Demikan pernyataan
ini
sa_v'-a
buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari
siapapun.
Dibuat di Depok
Mengetahui:
Pada tanggal 28 .Iuni 2016
Pembimbing Karya Ilmiah Akhir
Yang Membuat Perni'at'.ran
(Yeni Rustina, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D)
(Halimah)
iv
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Ilmiah Akhir ini diajukan oleh:
Halimalr
Nama
1306345882
NPM
Spesialis Keperawatan
Program Studi
Pemenuhan Rasa Nyaman Bayi Baru Lahir dengan
Judul Karya Ilmiah Akhir
Non-Nutritive Sucking dan Pijat Ekstemitas
melalui Penerapan Model Konservasi Levine
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners Spesialis Keperawatan Anak
pada Program Studi Spesialis Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas
Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Supervisor Utama
Yeni Rustina, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D
Supervisor
Fajar Tri Waluyanti, Ns., Sp.Kep.An., IBCLC
Penguji I
dr. R. Adhi Teguh Perma Iskandar, Sp.A
Penguji 2
Nurhayati, Ns., M.Kep., Sp.Kep.An
Ditetapkan di
Tanggal
: Jakarta
:201rru2016
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
(
flA,\Aq )
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Subhanahu Wata’ala, karena berkat rahmat dan kemudahan
dari Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir dengan judul
Pemenuhan Rasa Nyaman dengan Non-Nutritive Sucking dan Pijat Ekstremitas
melalui Penerapan Model Konservasi Levine. Banyak pihak yang terlibat dan
membantu dalma proses penyusunan Karya Ilmiah ini, untuk itu penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Ibu Yeni Rustina, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D., selaku Koordinator MA Karya
Ilmiah Akhir dan supervisor utama yang dengan sabar membimbing
mahasiswa serta menyediakan waktu, pikiran, dan tenaga untuk menghasilkan
karya ilmiah akhir yang lebih baik;
2. Ibu Fajar Tri Waluyanti, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.An., selaku supervisor yang
telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan
dan masukan dalam penyusunan karya ilmiah akhir;
3. Ibu Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia;
4. Ibu Dr. Nani Nurhaeni, S.Kp., M.N., selaku Ketua Departemen Keperawatan
Anak;
5. Supervisor ruang Infeksi RSUP Persahabatan, Non Infeksi dan Perinatologi
RSAB Harapan Kita, dan Perinatologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta
serta seluruh staf (tenaga kesehatan dan non kesehatan) yang membantu dalam
pelaksanaan praktik ners spesialis;
6. Seluruh staf akademik dan non akademik Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia yang telah menyediakan fasilitas dan dukungan demi
kelancaran praktik ners spesialis dan penulisan karya ilmiah akhir;
7. Suami dan keluarga tercinta yang selalu menemani, mendukung, dan
mendo’akan selama proses hingga terselesaikannya penulisan karya ilmiah
akhir;
8. Teman-teman Angkatan 2013 Magister Keperawatan Anak, teman-teman
residensi Keperawatan Anak angkatan 2015, dan sahabat sepeminatan
v
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
perinatologi yang telah bersedia berbagi hingga terselesaikannya karya ilmia
akhir;
9. Teman-teman Jambi yang memberikan dukungan dengan berbagai caranya
serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
membantu kelancaran praktik ners spesialis dan penulisan karya ilmiah akhir
ini.
Semoga Allah Subhanahu Wata’ala membalas kebaikan semua pihak dengan
kemudahan urusan dunia dan akhirat. Penulis berharap semoga karya ilmiah akhir
ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu keperawatan, khususnya
keperawatan anak.
Depok, 20 Juni 2016
Penulis
vi
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama
Halimah
NPM
130634s882
Program Studi
Ners Spesialis
Kekhususan
Keperawatan Anak
Fakultas
Ilmu Keperawatan
Jenis Karya
Karya Ilmiah Akhir
demi pengembangan ihnu pengetahuan. rnenyetujui untuk rnemberikan kepada
IJniversitas Indonesia Hak Bebas Rcyaiti Noneksklusif (Arone.xclusit,e Royoh.;Frce Right) atas karya ilmiah saya vang berjudul:
Pemenuhan Rasa Nyaman dengan Non-Nutritive Sucking
dan Pijat
Ekstremitas melalui Penerapan Model Konservasi Levine
Beserta perangkai yarrg ada fjika. diperlukan). Hak Bebas R.oyalti ini memberikan
Universitas Indonesia
hak untuk nenyirnpan, mengalihmedia/fonnatkan,
mcngelola dalan-r bentuk pangkalan clata (database), merawat,
dan
rnetnpublikasikan tugas akhir saya selama tctap ilencantumkan nama saya
sebagai pemilik Hak Cipta.
Dernikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat
Pada
di
tatggal
: Depok
:
Juni 201 6
Yang menyatakan
vii
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul
: Halimah
: Ners Spesialis Keperawatan Anak
: Pemenuhan Rasa Nyaman dengan Non-Nutritive Sucking
(NNS) dan Pijat Ekstremitas melalui Penerapan Model
Konservasi Levine
Nyeri merupakan salah satu ketidaknyamanan yang sering dialami bayi yang
dirawat di rumah sakit. Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk menganalisis
pemenuhan rasa nyaman neonatus dengan NNS dan pijat ekstremitas berdasarkan
penerapan Model Konservasi Levine. Hasil dari pemenuhan rasa nyaman bayi
dengan NNS atau pijat ekstremitas adalah terjadi penurunan skor nyeri dengan
PIPP (Premature Infant Pain Profile), penurunan perubahan nilai saturasi
oksigen, dan perubahan frekuensi nadi pada bayi yang dilakukan prosedur invasif.
Penerapan Model Konservasi Levine pada masalah nyeri akut yang dialami bayi
mendukung untuk konservasi energi, integritas struktur, integritas personal, dan
integritas sosial. Studi tentang manajemen nyeri neonatus penting selalu
dikembangkan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan neonatus
secara optimal.
Kata kunci: pemenuhan rasa nyaman, neonatus, Non-nutritive Sucking, pijat
ekstremitas, Model Konservasi Levine
viii
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
ABSTRACT
Name
Study Program
Title
: Halimah
: Pediatric Nurse Specialist
: Fulfill Comfort with Non - Nutritive Sucking (NNS) and
Extremities Massage based Levine Conservation Model
Application
Pain is a discomfort sensational that felt by hospitalized neonates. The purpose of
this case study is to analyze the fulfill comfort of neoantus with NNS and
extremities massage based Levine Conservation Model application. The results
are decrease neonates pain score with PIPP (Premature Infant Pain Profile),
decrease in oxygen saturation changes, and heart rate changes in infants with
invasive procedures. Application of Levine Conservation Model in acute pain by
infants support for energy conservation, structural integrity, personal integrity,
and social integrity. The study of pain management for neonates need to always
be developed to support neonatal growth and development optimally.
Keywords: fulfill of comfort, neonates, Non-Nutritive Sucking, extremities
massage, Levine Conservation Model
ix
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS...........................................
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME....................................................
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...........................................
ABSTRAK......................................................................................................
ABSTRACK....................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
DAFTAR SKEMA..........................................................................................
DAFTAR TABEL..........................................................................................
DAFTAR GRAFIK.........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vii
viii
ix
x
xii
xiii
xiv
xv
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
1.1 Latar Belakang.................................................................................
1.2 Tujuan Penulisan..............................................................................
1.3 Sistematika Penulisan......................................................................
1
1
5
6
BAB 2 APLIKASI TEORI KEPERAWATAN PADA ASUHAN
KEPERAWATAN........................................................................
2.1 Gambaran Kasus...........................................................................
2.1.1 Kasus Kelolaan 1 (Hiperbilirubinemia)...................................
2.1.2 Kasus Kelolaan 2 (Sepsis Neonatorum)...................................
2.1.3 Kasus Kelolaan 3 (Respiratory Distress Syndrome)................
2.1.4 Kasus Kelolaan 4 (Apnoe of Premturity).................................
2.1.5 Kasus Kelolaan 5 (Kejang Neonatal).......................................
2.2 Tinjauan Teoritis...........................................................................
2.2.1 Konsep Nyeri Neonatus...........................................................
2.2.2 Pengukuran Nyeri pada Neonatus............................................
2.2.3 Penatalaksanaan Nyeri pada Neonatus....................................
2.2.4 Aplikasi NNS dan Pijat Ekstremitas........................................
2.3 Integrasi Teori dan Konsep Keperawatan dalam Proses
Keperawatan................................................................................
2.3.1 Model Konservasi Levine........................................................
2.3.2 Proses Keperawatan berdasarkan Model Konservasi Levine..
2.4 Aplikasi Teori Keperawatan pada Kasus Terpilih........................
2.4.1 Apnoe of Premturity.................................................................
2.4.2 Pengkajian................................................................................
2.4.3 Trophicognosis.........................................................................
2.4.4 Hipotesis...................................................................................
2.4.5 Intervensi dan Respons Organismik........................................
8
x
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
8
8
9
10
11
12
13
13
14
15
17
19
19
21
23
23
23
25
26
31
BAB 3 PENCAPAIAN KOMPETENSI......................................................
3.1 Target Kompetensi Perawat Klinik Spesialis................................
3.2 Target Kompetensi selama Praktik Residensi...............................
3.2.1 Pencapaian Target Kompetensi Ruang Infeksi........................
3.2.2 Pencapaian Target Kompetensi Ruang Non Infeksi................
3.2.3 Peencapaian Target Kompetensi Ruang Perinatologi..............
3.3 Pembahasan Praktik Spesialis Keperawatan Anak dalam
Pencapaian Kompetensi...............................................................
3.3.1 Praktik Etik dan Legal.............................................................
3.3.2 Praktik Keperawatan Profesional............................................
3.3.3 Kepemimpinan dan Manajemen..............................................
3.3.4 Pendidikan dan Penelitian.......................................................
3.3.5 Pengembangan Kualitas Personal dan Profesional..................
44
44
45
45
46
47
49
BAB 4 PEMBAHASAN...............................................................................
4.1 Penerapan Teori Konservasi Levine dalam Asuhan
Keperawatan Neonatus (Kasus Terpilih).....................................
4.1.1 Konservasi Energi....................................................................
4.1.2 Konservasi Integritas Struktur.................................................
4.1.3 Konservasi Integritas Personal.................................................
4.1.4 Konservasi Integritas Sosial.....................................................
4.2 Pembahasan Praktik Ners Spesialis Keperawatan Anak dalam
Pencapaian Target........................................................................
61
61
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN...............................................................
5.1 Kesimpulan..................................................................................
5.2 Saran............................................................................................
76
77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
50
51
54
54
60
63
67
69
70
71
DAFTAR SKEMA
2.1 Integrasi Model Levine dan Proses Keperawatan dengan Nyeri pada
Neonatus...................................................................................................
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
22
DAFTAR TABEL
2.1 Tabel Hipotesis By. Ny. M sesuai Trophicognosis...................................
2.2 Intervensi dan Respons Organismik untuk Trophicognosis
Ketidakefektifan Pola Napas....................................................................
2.3 Intervensi dan Respons Organismik untuk Trophicognosis Risiko
Cidera.......................................................................................................
2.4 Intervensi dan Respons Organismik untuk Trophicognosis
Ketidakefektifan Termoregulasi...............................................................
2.5 Intervensi dan Respons Organismik untuk Trophicognosis Nyeri Akut...
2.6 Intervensi dan Respons Organismik untuk Trophicognosis
Ketidakcukupan ASI................................................................................
2.7 Intervensi dan Respons Organismik untuk Trophicognosis Risiko
Keterlambatan Perkembangan.................................................................
xiii
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
26
31
33
35
37
39
41
DAFTAR GRAFIK
3.1 Grafik Perubahan Nilai Saturasi Oksigen pada Bayi dengan Prosedur
Nyeri........................................................................................................
3.2 Grafik Perubahan Nilai Frekuensi Nadi Bayi pada Prosedur Nyeri.........
3.3 Grafik Perubahan Skor Nyeri Bayi dengan Prosedur Nyeri.....................
xiv
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
57
58
58
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lampiran Kasus 1-4
Lampiran 2. Laporan Penerapan Evidence Based Nursing
Lampiran 3. Biodata Penulis
xv
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Neonatus merupakan kelompok usia dengan risiko tinggi mengalami masalah
kesehatan. Masalah yang sering dialami neonatus dimulai dari proses adaptasi
awal neonatus dari lingkungan intra uterin ke ekstra uterin. Perubahan
fisiologis terberat bagi neonatus adalah ketika terjadi perubahan dari sirkulasi
janin atau plasenta ke respirasi bayi secara mandiri. Bayi prematur tentunya
mengalami kesulitan besar dalam adaptasi karena imaturitas organ tubuhnya.
Kesulitan ini pun dapat dialami oleh bayi-bayi matur karena berbagai
kemungkinan gangguan pada sistem atau organ tubuhnya. Masalah yang
dialami setiap neonatus baik matur maupun prematur menyebabkan
kebutuhan terhadap hospitalisasi dan berbagai bantuan tindakan untuk
mempertahankan kehidupannya. Kebutuhan akan tindakan invasif baik dalam
pemenuhan kebutuhan nutrisi atau cairan serta pemeriksaan penunjang pun
menjadi hal yang pasti dialami oleh bayi (Hockenberry & Wilson, 2009;
Buonocore & Bellieni, 2008).
Hospitalisasi merupakan pengalaman yang traumatik yang menimbulkan
ketidaknyamanan bagi bayi dan orang tuanya. Bayi dan anak dengan
hospitalisasi di ruang rawat intensif berisiko terhadap gangguan perilaku saat
dewasa (Peebles-Kleiger, 2000). Bayi-bayi dengan riwayat hospitalisasi lama
memiliki kemungkinan keterlambatan tidak hanya pada pertumbuhan tetapi
juga masalah perkembangan. Risiko ini muncul pada setiap bayi yang
menjalani hospitalisasi akibat stimulasi yang berlebihan dan meningkat
terutama pada bayi-bayi prematur. Masalah perkembangan yang sering
dialami antara lain cerebral palsy, retardasi mental, kerusakan sensori seperti
gangguan penglihatan atau pendengaran hingga disfungsi serebral seperti
gangguan bahasa, gangguan belajar, hiperaktif, masalah penurunan perhatian
dan masalah perilaku. Hal ini menyebabkan berbagai pengembangan ilmu
pengetahuan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas asuhan pada bayibayi berisiko tinggi terutama yang menjalani hospitalisasi (Cloherty,
1
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
2
Eichenwald, Hansen, & Stark, 2012; Rustina, 2015). Lahti et al. (2011)
menyatakan dalam studinya bahwa hospitalisasi pada bayi dan anak-anak
meningkatkan angka kejadian gangguan pertumbuhan dan perkembangan saat
mereka dewasa. Hasil penelitiannya yang diambil dari hampir 9 ribu sampel
didapatkan bahwa neonatus, bayi dan anak yang mengalami hospitalisasi
berisiko lebih besar 42-47% mengalami masalah berat badan yang tidak
sesuai (kurus) hingga usia 11 tahun dan 27-36% mengalami gangguan
personal seperti anti sosial dan masalah emosi saat dewasa.
Semua neonatus yang menjalani hospitalisasi terutama di ruang Neonatal
Intensive Care Unit (NICU) akan mengalami prosedur yang menyebabkan
nyeri dan ketidaknyamanan (Walter-Nicolet, Annequin, Biran, Mitanchez, &
Tourniaire, 2010). Yamada et al. (2008) menyatakan bahwa bayi merasakan
prosedur nyeri secara berulang selama dirawat. Bayi-bayi yang menjalani
hospitalisasi rata-rata mengalami prosedur nyeri yang berulang sekitar 10-14
prosedur sehari dengan hampir 53 prosedur pada 2 minggu pertama setelah
kelahiran. Semua bayi bahkan bayi sehat pada awal kehidupan menerima
pengalaman nyeri dengan injeksi vitamin K dan imunisasi (Nicolet,
Annequin, Biran, Mitanchez & Tournitire, 2010). Prosedur nyeri akan lebih
banyak dirasakan oleh bayi-bayi berisiko tinggi seperti pengambilan sampel
darah vena dan arteri, penusukan tumit, pemasangan infus baik perifer atau
sentral, intubasi, pemasangan ventilasi mekanik, lumbal pungsi, pemeriksaan
Retinophaty of Prematurity (ROP) atau sirkumsisi (Yamada et al., 2008;
Mitchell, 2003).
Saat melakukan praktik di RSAB Harapan Kita, perawat melihat terjadi
penurunan saturasi oksigen hingga 50% pada bayi yang dilakukan
pengambilan
sampel
darah
vena.
Hal
ini
menunjukkan
respons
ketidaknyamanan bayi terhadap prosedur yang dilakukan, sementara perawat
melihat bahwa hampir setiap hari bayi mendapat prosedur nyeri akibat
pemasangan infus atau pengambilan sampel darah untuk memenuhi
kebutuhan atau evaluasi dari terapi yang sudah diberikan. Martins et al.
(2013) menyatakan bahwa desaturasi yang sebagai respons bayi terhadap
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
3
nyeri dapat menyebabkan konsekuensi negatif seperti memperburuk
prognosis
penyakit
dan
kegagalan
intervensi
bahkan
gangguan
perkembangan. Pengalaman nyeri pada neonatus dapat menyebabkan
perubahan persepsi terhadap nyeri sehingga bayi berkemungkinan kelak
merasakan episode nyeri kronik yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya.
Hal
ini
berkontribusi
terhadap konsekuensi
jangka panjang untuk
mempengaruhi perkembangan fisiologis, sosial dan kognitif yang tidak baik
(Yamada et al., 2008). Buonocore dan Bellieni (2008) menambahkan bahwa
stressor pada neonatus terutama yang disebabkan oleh nyeri yang terjadi
berulang kali berisiko menyebabkan kerusakan pada jaringan otak.
Akibat
lanjut
yang
dapat
ditimbulkan
dari
nyeri
pada
neonatus
menjadikannya satu hal penting yang harus diperhatikan tenaga kesehatan
terutama perawat. Pemahaman perawat tentang pengkajian dan manajemen
nyeri neonatus sangatlah penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan
neonatus (Martins, Dias, Enumo, & Paula, 2013). Manajemen terhadap nyeri
neonatus juga dimasukkan sebagai salah bagian penting dalam akreditasi
pelayanan kesehatan internasional atau dikenal dengan Joint Comission
Internasional (JCI). Berbagai rumah sakit besar bertaraf internasional pun
memasukkan manajemen nyeri pada neonatus sebagai salah satu hal penting
untuk meningkatkan kualitas asuhan bayi baru lahir (Yamada et al., 2008).
Manajemen nyeri neonatus dapat dilakukan melalui beberapa metode yaitu
metode non farmakologis dan farmakologis seperti analgesik topikal, dan
analgesik sistemik. Beberapa studi telah menyatakan keefektifan dari masingmasing metode untuk jenis prosedur invasif yang dilakukan. Opioid terbukti
efektif digunakan untuk nyeri akibat ventilasi mekanik, premedikasi untuk
intubasi endotrakeal, sedangkan sukrosa atau non-nutritive sucking (NNS)
efektif menurunkan nyeri pada prosedur penusukan
menggunakan
tumit. Intervensi
musik, pembedongan, facilitated tucking, sentuhan positif,
stimulasi multisensori, Perawatan Metode Kangguru (PMK), dan pemberian
suplemen ASI juga dapat digunakan sebagai upaya manajemen nyeri akut
pada neonatus (Yamada et al., 2008; Buonocore & Bellieni, 2008). Campbell-
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
4
Yeo (2011) dalam studinya menambahkan bahwa intervensi co-bedding pada
bayi kembar dapat meningkatkan kenyamanannya saat dilakukan prosedur
nyeri.
Pengembangan manajemen nyeri non farmakologis penting bagi perawat
untuk meningkatkan kualitas asuhan terhadap bayi yang menjalani
hospitalisasi. Beberapa studi membuktikan bahwa NNS terbukti efektif
menurunkan nyeri dan beberapa alternatif penggunaan metode lain untuk
manajemen nyeri neonatus. Penggunaan NNS sebelum dan selama penusukan
tumit dapat menurunkan nyeri bayi secara signifikan. Efek mengisap
merupakan stimulus bagi mulut dan reseptor mekanik untuk menurunkan
transmisi implus nyeri (noseptif) yang merangsang sistem non opiod tubuh
untuk menghasilkan analgesia sehingga berefek menurunkan nyeri (Liaw et
al., 2010; Liaw et al., 2012). Hal ini didukung dengan kondisi lapangan yang
didapatkan selama observasi. Beberapa bayi memiliki empeng sendiri yang
biasa digunakan perawat pada saat bayi menangis untuk menenangkan bayi.
Tetapi beberapa ada beberapa bayi yang tidak memiliki empeng. Setelah
diklarifikasi ke perawat penanggung jawab pasien, ternyata ada sebagian
orang tua yang tidak setuju dengan penggunaan empeng pada bayinya. Selain
itu selama observasi residen keperawatan anak juga menemukan beberapa
bayi dengan usia gestasi di bawah 30 minggu yang memiliki refleks isap
sangat lemah. Kondisi menyebabkan perawat membutuhkan alternatif sebagai
manajemen nyeri non farmakologis untuk bayi selain NNS.
Hasil studi dari Mirzarahimi, Mehrnoush, Shahizadeh, Samadi, dan Amani
(2013) tentang penggunaan NNS dan pijat ekstremitas sebelum prosedur
penusukan tumit memberikan kemungkinan alternatif manajemen nyeri selain
NNS. Didukung dengan sumber daya yang ada bahwa sebagian besar perawat
perinatologi telah mengikuti pelatihan pijat bayi maka residen keperawatan
anak menjadikan pijat ekstremitas sebagai alternatif manajemen nyeri selain
NNS. Pijatan lembut dapat mentransmisikan nyeri dan menutup gerbang
nyeri, atau dengan menurunkan transmisi nosiseptif sehingga terjadi
penurunan nyeri. Studi ini membuktikan bahwa bayi yang mendapat pijat
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
5
kaki maupun NNS memiliki skor nyeri lebih rendah dibanding bayi kelompok
yang dilakukan prosedur standar. Skor nyeri pada bayi dengan NNS
didapatkan lebih rendah dibandingkan skor nyeri bayi yang mendapatkan
intervensi pijat ekstremitas (Mirzarahimi et al., 2013).
Intervensi ini sesuai dengan prinsip model keperawatan dari Myra E. Levine
tentang konservasi. Model konservasi yang dijelaskan dalam teori ini
membimbing perawat dalam melakukan asuhan yang menerapkan konservasi
energi, konservasi integritas struktur, integritas personal dan sosial (Alligood,
2014). Nyeri yang dirasakan oleh neonatus tentunya dapat meningkatkan
kehilangan energi sehingga dapat menyebabkan penurunan berat badan. Nyeri
pada neonatus juga dapat mempengaruhi perkembangan kognitif seperti risiko
kerusakan pada jaringan otak sehingga merusak integritas struktur bayi
(Yamada et al., 2008; Buonocore & Bellieni, 2008). Efek dari rasa
ketidaknyamanan bayi dapat mengganggu integritas personal dan sosial yang
dibuktikan pada studi Lahti et al. (2011) bahwa nyeri dapat menyebabkan
gangguan personal seperti anti sosial dan masalah emosi saat dewasa.
Teori Levine sangat populer hingga banyak diaplikasikan dalam berbagai area
pelayanan keperawatan termasuk perhatiannya dalam konservasi terhadap
neonatus (Alligood, 2014). Intervensi NNS dan pijat ekstremitas sebagai
metode manajemen nyeri ini diharapkan dapat menjadi alternatif dalam upaya
pemenuhan rasa nyaman pada neonatus demi meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan sesuai prinsip penerapan Model Konservasi Levine.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1
Tujuan Umum
Memberikan gambaran pemenuhan rasa nyaman dengan NNS dan pijat
ekstremitas berdasarkan penerapan Model Konservasi Myra E. Levine
dalam asuhan keperawatan neonatus.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
6
1.2.2
Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pengkajian pemenuhan rasa nyaman neonatus
dengan penerapan Model Konservasi Myra E. Levine di Ruang
Perinatologi
RSAB
Harapan
Kita
dan
RSUPN
Dr.
Cipto
Mangunkusumo Jakarta
b. Mendeskripsikan trophicognosis tentang pemenuhan rasa nyaman
neonatus dengan penerapan Model Konservasi Myra E. Levine di
Ruang Perinatologi RSAB Harapan Kita dan RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta
c. Mendeskripsikan hipotesis tentang pemenuhan rasa nyaman neonatus
dengan penerapan Model Konservasi Myra E. Levine di Ruang
Perinatologi
RSAB
Harapan
Kita
dan
RSUPN
Dr.
Cipto
Mangunkusumo Jakarta
d. Mendeskripsikan intervensi tentang pemenuhan rasa nyaman neonatus
dengan penerapan Model Konservasi Myra E. Levine di Ruang
Perinatologi
RSAB
Harapan
Kita
dan
RSUPN
Dr.
Cipto
Mangunkusumo Jakarta
e. Menganalisis respons bayi pada setiap kasus dengan masalah
pemenuhan rasa nyaman di Ruang Perinatologi RSAB Harapan Kita
dan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
f. Memberikan gambaran pencapaian kompetensi residen keperawatan
anak sebagai ners spesialis keperawatan anak di Ruang Perinatologi
RSAB Harapan Kita dan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
1.3 Sistematika Penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini disusun dalam 5 bab dengan sistematika penulisan
sebagai berikut; (1) bab 1 berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang,
tujuan penulisan, dan sistematika penulisan, (2) bab 2 berisi aplikasi teori
meliputi gambaran singkat tentang kasus yang dikelola residen keperawatan
anak selama praktik residensi II, tinjauan
teori terkait konsep asuhan
keperawatan neonatus, manajemen nyeri neonatus serta aplikasi Model
Konservasi Myra E. Levine pada satu kasus kelolaan, (3) bab 3 berisi
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
7
kompetensi ners spesialis keperawatan anak selama pelaksanaan praktik
residensi, (4) bab 4 berisi pembahasan berupa analisis penerapan Model
Konservasi Myra E. Levine pada kelima kasus kelolaan, dan (5) bab 5 berisi
kesimpulan dan saran tentang pelaksanaan praktik residensi selanjutnya.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
8
BAB 2
APLIKASI TEORI KEPERAWATAN PADA ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Gambaran Kasus
2.1.1. Kasus Kelolaan 1 (Hiperbilirubinemia)
By. A usia gestasi (UG) 39 minggu lahir melalui proses seksio sesarea
(SC) atas indikasi hipertensi pada ibu. Bayi lahir dirawat karena riwayat
gangguan pernapasan, dengan berat lahir yaitu 2079 gram. Setelah 2 hari
dirawat diketahui bahwa terdapat leukositosis dan hiperbilirubin dengan
kadar bilirubin 14,2 mg/dl. Saat pengkajian usia kronologis 3 hari hasil
pengukuran suhu 36,2o C, ASI belum ada sehingga bayi diberi susu
formula BBLR 8x20 ml, saat dilakukan pengambilan sampel darah vena,
bayi menangis keras, denyut nadi meningkat dan saturasi oksigen turun
hingga 7-10 %. Saat hari pengkajian, orang tua belum berkunjung karena
masih lemah dan dirawat di ruang rawat ibu pasca bersalin.
Trophicognosis yang dapat disimpulkan pada by. A antara lain,
ketidakefektifan termoregulasi, ikterik neonatus, ketidakcukupan ASI,
nyeri akut, dan risiko keterlambatan perkembangan. Intervensi untuk
trophicognosis di atas antara lain mencegah kehilangan panas,
mengoptimalkan pemberian terapi sinar dan pemenuhan kebutuhan cairan,
memotivasi ibu untuk memberi ASI dan fasilitasi untuk PMK,
meningkatkan pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi, meningkatkan istirahat
bayi, memposisikan bayi dan memberikan sentuhan untuk mengurangi
nyeri saat bayi dilakukan pengambilan sampel darah, dan meningkatkan
interaksi orang tua dan bayi.
Setelah dilakukan perawatan selama 4 hari, respons bayi yang dapat
diobservasi yaitu suhu bayi stabil pada rentang 36,5 – 37,5oC, nilai
bilirubin total bayi turun menjadi 10,9 mg/dl, ibu bersedia memompa ASI
dan produksi ASInya meningkat sehingga mampu mencukupi seluruh
kebutuhan enteral bayinya, skor nyeri dengan Prematuer Infant Pain
8
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
9
Profile (PIPP) menurun dari 7 menjadi 5 saat dilakukan tindakan invasif,
orang tua sering berkunjung dan terlibat dalam perawatan bayi.
2.1.2. Kasus Kelolaan 2 (Sepsis Neonatorum)
Bayi F dengan UG 33 minggu (berat lahir 1508 gram) dan usia koreksi
(UK) 36 minggu dirawat sejak tanggal 4 Maret 2016 dengan pasca operasi
laparatomi akibat meconium plug yang menyebabkan perforasi intestinal
saat usia 3 hari karena sepsis dan perburukan kondisi. Saat pengkajian
tanggal 8 Maret 2016 bayi menangis lemah, ada apnea 1 kali selama 1
shift dan desaturasi berulang, trombositopenia 53.000/µl, saat dilakukan
tindakan invasif
terjadi penurunan saturasi oksigen hingga 75% dan
peningkatan nadi hingga 180x/menit yang kemudian kembali semula
setelah kurang lebih 1 menit setelah tindakan selesai. Berat bayi saat ini
1361 gram dan terpasang kolostomi. Perawat juga mengatakan bahwa
orang tua hanya berkunjung di awal untuk mengurus administrasi saja.
Trophicognosis yang dapat disimpulkan dari kasus di atas adalah masalah
ketidakefektifan pola napas, risiko cidera, risiko pertumbuhan tidak
proporsional, nyeri akut, dan risiko keterlambatan perkembangan.
Intervensi yang dilakukan antara lain upaya peningkatan kemampuan
bernapas bayi, menerapkan kewaspadaan terhadap infeksi, memberikan
tranfusi trombosit 2x25 ml dalam 12 jam, memenuhi kebutuhan nutrisi
bayi, memberlakukan manajemen nyeri non farmakologis dengan NNS
dan pijat ekstremitas, meminimalkan stimulasi negatif dan meningkatkan
kenyamanan bayi antara lain dengan menutup inkubator untuk
meminimalkan stimulasi cahaya, melakukan tindakan pada satu waktu dan
memberikan periode istirahat.
Evaluasi berdasarkan respons bayi setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 4 hari yaitu apnea sudah tidak ada lagi, tidak ditemui adanya tandatanda infeksi tambahan dan perdarahan, desaturasi hanya terjadi 1 kali,
bayi dapat mentoleransi nutrisi enteral yang diberikan, terjadi peningkatan
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
10
skor PIPP minimal yaitu sebelum penusukan skor nyeri 5 dan sesudah penusukan
skor nyeri 6. Residen keperawatan anak belum dapat mengikutsertakan
orang tua dalam perawatan bayi karena orang tua belum berkunjung.
2.1.3. Kasus Kelolaan 3 (Respiratory Distress Syndrome)
Bayi D dengan UG 32 minggu dan berat lahir 1495 gram. Bayi lahir
melalui SC atas indikasi gawat janin, ketuban pecah 6 jam, dan
oligohidramnion. Bayi lahir tidak segera menangis kemudian diberi
bantuan pernapasan dengan dipasang CPAP 7 FiO2 30%. Hasil wawancara
dengan perawat penanggung jawab bahwa bayi sebelumnya sering
mengalami periode apnea dengan desaturasi hingga 40% dan bradikardia
hingga 80x/menit saat dilakukan penusukan tumit oleh perawat. Suhu bayi
saat ini 36,80C, namun sebelumnya ada riwayat 36,30C dan akral dingin.
Trophicognosis pada kasus di atas adalah ketidakefektifan pola napas,
risiko cidera, ketidakefektifan termoregulasi, nyeri akut, dan risiko
keterlambatan perkembangan. Intervensi yang dilakukan adalah upaya
mendukung
pernapasan
bayi,
memberikan
posisi
pronasi
untuk
meningkatkan saturasi, mencegah kehilangan panas dari dan ke
lingkungan, memberikan NNS dan pijat ekstremitas saat prosedur nyeri,
menerapkan asuhan perkembangan.
Evaluasi dari respons bayi dan orang tua setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3 hari antara lain tidak ada apnea, saturasi oksigen
stabil pada 88-92%, suhu terjaga dalam rentang normal 36,5°C – 37,5°C,
penurunan skor nyeri bayi dengan PIPP dari 16 menjadi 11, bayi dapat
mencapai tidur dalam (tenang) yaitu mata tertutup, tidak ada gerakan
kecuali kedutan tubuh, dan tidak ada gerakan mata. Ayah bayi berinteraksi
dengan bayi setiap hari karena ibu masih dirawat.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
11
2.1.4. Kasus Kelolaan 4 (Apnoe of Prematurity)
By. M (laki-laki) dengan UG 35 minggu lahir melalui SC atas indikasi
preeklampsia berat pada ibu dan takikardi janin. Saat lahir, bayi lahir tidak
segera menangis, Apgar skor 9/10
kemudian diberi alat bantu napas
CPAP dengan PEEP 7 FIO2 30%. Berat badan lahir bayi 1900 gram. Bayi
sering mengalami apnea diiringi dengan desaturasi dan bradikardia yang
butuh stimulasi perawat untuk kembali bernapas. Saat pengkajian tanggal
11 April 2016 bayi mengalami apnea 3 kali dengan desaturasi hingga 40%
dan bradikardia hingga 90x/menit meski sudah menggunakan alat bantu
napas, suhu bayi 38,8oC. Bayi mendapat susu BBLR, saat berkunjung ayah
mengatakan ASI tidak disimpan karena sedikit. Saat bayi dilakukan
tindakan invasif reaksi bayi menangis kemudian terjadi desaturasi hingga
60%, bradikardia hingga 90x/menit, dan skor nyeri bayi dengan PIPP
adalah 10.
Trophicognosis yang dapat disimpulkan pada kasus di atas adalah
ketidakefektifan pola napas, risiko cidera, ketidakefektifan termoregulasi,
nyeri akut, ketidakcukupan ASI, dan risiko keterlambatan perkembangan.
Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah upaya meningkatkan
kemampuan pernapasan, memberikan posisi supinasi/pronasi, mencegah
kehilangan panas dari dan ke lingkungan, menjelaskan pentingnya ASI
dan cara meningkatkan produksi ASI, memfasilitasi ibu untuk PMK,
memberikan NNS atau pijat ekstremitas untuk manajemen nyeri non
farmakologis saat prosedur nyeri, dan menerapkan asuhan perkembangan.
Respons bayi dan orang tua setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
3 hari antara lain apnea tidak ada lagi, saturasi oksigen rata-rata 94%,
frekuensi nadi perifer 160x/menit, suhu bayi stabil dalam rentang normal
36,5oC – 37,5oC pada suhu inkubator 29 oC, bayi sudah mendapat ASI
meski masih dibantu susu BBLR, skor nyeri bayi menurun, bayi dapat
tidur tenang saat PMK dan waktu istirahat.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
12
2.1.5. Kasus Kelolaan 5 (Kejang Neonatal)
By. Z, laki-laki, dengan diagnosis medis Sepsis Nenonatorum Awitan Dini
(SNAD), kejang neonatal ec. Hypoxic Ischemic Encephalopathy (HIE),
edema serebri. Lahir spontan dengan induksi pada usia kehamilan 42
minggu dan ketuban hijau lumpur di puskesmas dengan keadaan bayi lahir
tidak menangis dengan apgar skor 2/3/6 diberi alat bantu napas CPAP
PEEP 8 kemudian dirujuk oleh bidan ke RSCM. Setelah 5 hari rawat bayi
mengalami perburukan dengan adanya episode apnea sehingga digunakan
alat bantu pernapasan dengan ventilator dengan mode pressure assisst
control. Bayi tampak lemah, suhu 37, 60C , dan cenderung tidur meskipun
dilakukan tindakan invasif, namun terjadi penurunan saturasi oksigen dan
peningkatan nadi, skor nyeri dengan PIPP 8. Pergerakan bayi tidak aktif
dan tidak toleransi terhadap perubahan posisi, kulit di bawah lengan
tampak merah, sesekali bayi membuka mata saat sebentar saat dilakukan
pengisapan lendir dengan skor nyeri 5. Bayi saat ini tidak ada kejang tetapi
masih dalam terapi kejang.
Trophicognosis yang dapat diangkat pada kasus di atas adalah
ketidakefektifan pola napas, risiko hipertermia, risiko dekubitus, nyeri
akut, dan risiko keterlambatan perkembangan. Intervensi yang diberikan
adalah memantau pernapasan bayi dan respons terhadap seting alat bantu
napas, memantau tanda-tanda infeksi atau kemungkinan penyebaran
infeksi, mengubah posisi bayi setiap 3 jam sesuai toleransi, memberi
bantalan pada bagian-bagian yang mengalami tekanan, memberikan NNS
atau pijat ekstremitas saat prosedur nyeri atau ketidaknyamanan, dan
menerapkan asuhan perkembangan.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari, respons yang didapat
antara lain menurunnya ketergantungan bayi terhadap ventilator, napas
spontan 5-6x/menit, suhu normal 37,2oC (berkisar pada rentang 37,10C 37,40C), tidak terdapat luka lecet ataupun dekubitus, skor nyeri dengan
PIPP menurun dari skor 8 menjadi skor 7, bayi dapat mencapai fase tidur
tenang.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
13
2.2 Tinjauan Teoritis
Asuhan keperawatan merupakan tugas utama perawat melalui pelaksanaan
proses keperawatan. NANDA menjadi pegangan perawat untuk menegakkan
diagnosis keperawatan sesuai dengan hasil pengkajian yang dilakukan.
Taksonomi NANDA mengklasifikasikan diagnosis keperawatan berdasarkan
domain-domain sesuai kebutuhan klien yaitu individu dan keluarga.
Pemenuhan rasa nyaman berada dalam domain kenyamanan dalam taksonomi
NANDA. Berdasarkan NANDA-I taksonomi II yang diadaptasi dari kerangka
penilaian pola kesehatan fungsional Gordon, manajemen nyeri termasuk
dalam upaya mencapai kenyamanan fisik (NANDA International, 2015).
Nyeri didefinisikan oleh International Association for the Study of Pain
sebagai suatu sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional
yang berpotensi atau aktual menyebabkan kerusakan jaringan (Gomella,
Cunningham, & Eyal, 2013).
2.2.1
Nyeri pada Neonatus
Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan ketidakmampuan bayi dalam
berrespons secara verbal terutama pada bayi prematur menyebabkan orang
menyimpulkan bahwa bayi prematur tidak merasakan nyeri. Anand dan
Hickey (1980 dalam Walter-Nicolet et al., 2010) menyatakan bahwa bayi
tidak dapat merasakan nyeri dan tidak akan mengingatnya saat ia dewasa
sehingga bukan menjadi masalah yang perlu dipertimbangkan. Pandangan
tradisional ini tidak sesuai dengan hasil studi riset yang menunjukkan
bahkan bayi prematur mampu bereaksi dan mempersepsikan nyeri hampir
sama dengan anak-anak bahkan pada dewasa (Walter-Nicolet et al., 2010;
Wilson & Hockenberry, 2012).
Nyeri pada neonatus berbeda dengan orang dewasa. Pada neonatus aterm
dan preterm terjadi immaturitas neurofisiologi dan kognitif. Impuls nyeri
pada neonatus ditransmisikan oleh serabut C yang belum termielinisasi.
Hal ini berbeda dengan impuls nyeri pada orang dewasa yang
ditransmisikan oleh serabut delta A. Impuls nyeri ditransmisikan lebih
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
14
lambat dan jarak antara lokasi nyeri dan otak pada neonatus lebih pendek,
sehingga neonatus baik preterm dan aterm lebih sensitif berrespons
terhadap nyeri (Ball, Blinder, & Cowen, 2010). Persepsi nyeri memiliki
komponen fisiologis dan psikologis yang sudah diterima bayi baru lahir
dengan berrespons terhadap rangsangan nyeri (Wilson & Hockenberry,
2012). Saat bayi merasakan nyeri maka ini berarti sudah terjadi proses
biokimia, reaksi fisiologis dan perilaku neonatus. Stimulus berlebihan
dapat menyebabkan kerusakan jaringan, merangsang pelepasan biokimia
seperti prostaglandin, serotonin, bradikinin dan histamin yang merangsang
terjadinya refleks tubuh dan timbulnya persepsi nyeri (Gomella et al.,
2013).
Pengetahuan berhasil membuktikan bahwa neonatus bahkan fetus mampu
merasakan nyeri. Perkembangan saraf sensori untuk menghantarkan
impuls nyeri sudah berkembang sejak usia gestasi 7,5 minggu.
Kemampuan janin atau neonatus mempersepsikan nyeri semakin
berkembang seiring dengan perkembangan fungsi sistem sarafnya. Hal ini
menyebabkan pentingnya manajemen nyeri karena neonatus yang
mengalami stimulus berat secara berulang akan menyebabkan gangguan
fisiologis dan perilaku, serta mengubah sistem perkembangan saraf bayi
(Gomella et al., 2013). Hal ini sejalan dengan hasil studi oleh Yamada et
al. (2008) yang menyatakan bahwa nyeri yang dirasakan akan
mempengaruhi fungsi fisiologis, sosial dan kognitif anak. Martins, Dias,
Enumo, dan Paula (2013) menyatakan bahwa respons bayi terhadap nyeri
dapat dinilai melalui perubahan fisiologis seperti perubahan frekuensi
denyut jantung dan pernapasan, perubahan perilaku seperti menangis,
ekspresi wajah, dan pergerakan tubuh.
2.2.2
Pengukuran Nyeri pada Neonatus
Pengkajian nyeri pada neonatus tidak bisa didapatkan melalui respons
verbal, sehingga dikembangkan beberapa alat pengkajian nyeri yang
menggunakan perubahan respons fisiologis dan observasi tingkah laku
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
15
bayi. Adapun alat pengukuran nyeri neonatus yang sering digunakan
antara lain CRIES (Crying, Requiring, Increased, Expression, dan
Sleeplessness), PIPP (Premature Infant Pain Profile), dan NIPS (Neonatal
Infant Pain Scale) (Cloherty et al., 2012).
CRIES merupakan alat pengkajian nyeri neonatus yang biasa digunakan
untuk menilai skala nyeri neonatus pasca operasi. Skala ini dapat
digunakan pada neoantus dengan rentang usia gestasi atau koreksi 32-60
minggu. Setiap indikator dinilai dengan rentang 0-2 sehingga nyeri
terberat adalah 10. Skor nyeri 4 sudah dikategorikan dalam nyeri berat.
Skala nyeri PIPP awalnya dikembangkan hanya untuk menilai nyeri pada
bayi prematur namun beberapa studi membuktikan bahwa skala nyeri
dengan PIPP terbukti efektif untuk pengukuran nyeri bayi aterm. Penilaian
nyeri berdasarkan 7 hal yang diamati dengan rentang skor 0-3 sehingga
total skor 21 merupakan nyeri terberat. NIPS merupakan alat pengukur
nyeri untuk bayi dengan usia gestasi 28-38 minggu yang melibatkan
observasi pada ekspresi wajah, tangisan, pola napas, tungkai dan tingkat
kesadaran. Hampir semua hal yang diobservasi memiliki rentang skor 0-1
kecuali menangis yang memiliki rentang skor 0-2 sehingga total skor yang
menunjukkan nyeri terberat adalah 7 dan 0 berarti tidak ada nyeri
(Cloherty et al., 2012).
2.2.3
Penatalaksanaan Nyeri pada Neonatus
Tujuan penatalaksanaan nyeri pada neonatus adalah menggunakan
intervensi untuk meminimalkan intensitas dan durasi nyeri, membantu
neonatus mengelola dan mengatasi pengalaman nyeri yang dirasakan.
Motta dan Cunha (2014) juga mengatakan bahwa manajemen nyeri yaitu
upaya pencegahan dan pengontrolan nyeri seharusnya menjadi prioritas
bagi setiap neonatus yang dirawat. Martins et al. (2013) menyatakan
bahwa manfaat penatalaksanaan nyeri neonatus antara lain untuk
meminimalkan konsekuensi negatif yang dapat ditimbulkan seperti
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
16
ketidakstabilan fisiologis bayi, memperburuk prognosis penyakit dan
kegagalan intervensi bahkan gangguan perkembangan.
Teknik penatalaksanaan nyeri neonatus terdiri dari penatalaksanaan nyeri
farmakologi dan non farmakologi. Metode farmakologi meliputi
penggunaan EMLA pada sirkumsisi dan sukrosa pada prosedur nyeri
tunggal. Penggunaan EMLA terbukti efektif pada sirkumsisi namun tidak
terbukti efektif pada nyeri akut pada prosedur penusukan tumit dan lumbal
pungsi (Tadido, Ohlson, & Ohlson, 2000 dalam Yamada et al., 2008).
Pemberian sukrosa secara oral dua menit sebelum prosedur nyeri terbukti
dapat mengurangi intensitas nyeri yang dibuktikan pada menurunnya
durasi menangis, ekspresi nyeri pada wajah yang lebih sedikit,
meminimalkan peningkatan nadi dan skor nyeri. American Academic of
Pediatric merokemandasikan 0,05-0,5 ml cairan sukrosa 24% efektif dua
menit sebelum prosedur dan 1-2 menit setelah prosedur (Motta & Cunha,
2014). Metode non farmakologi lainnya meliputi non-nutritive sucking,
pembedongan, memeluk, sentuhan, kontak kulit dengan kulit, posisi,
memasukkan jari ke dalam mulut, menyusui dan pemberian asi tambahan
(Yamada et al., 2008). Setiap unit pelayanan neonatus seharusnya
menjalankan metode penatalaksanaan nyeri non farmakologis karena dapat
digunakan dalam setiap pelayanan rutin dan mendukung kenyamanan
neonatus (Motta & Cunha, 2014).
Upaya penatalaksanaan nyeri diharapkan dapat mendukung perkembangan
bayi yang optimal karena bayi yang dirawat mengalami tantangan
terhadap perkembangan dari lingkungan rumah sakit. Faktor lingkungan
yang meningkatkan risiko gangguan perkembangan neonatus seperti
kebisingan, pencahayaan, manipulasi bayi. Salah satu stimulus yang sering
dirasakan neonatus yang menjalani hospitalisasi adalah nyeri. Nyeri yang
dirasakan neonatus dalam jangka panjang dapat menyebabkan aktivitas sel
saraf yang abnormal dan perubahan proses somatosensori, bahkan pada
bayi yang amat sangat prematur dapat menyebabkan keterlambatan
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
17
perkembangan dan perilaku saat usia anak (Raeside, 2013). Penting bagi
perawat untuk memahami perannya salah satunya dengan meminimalkan
nyeri yang dirasakan neonatus sehingga, mendukung perkembangan bayi
yang optimal (Rustina, 2015).
2.2.4 Aplikasi Non-nutritive Sucking dan Pijat Ekstremitas sebagai
Intervensi Menurunkan Nyeri pada Neonatus
Mengisap merupakan refleks alami bayi yang dapat digunakan tidak hanya
sebagai analgesik namun juga meningkatkan kenyamanan dan ketenangan
bayi. Penggunaan Non-nutritive sucking atau NNS atau jari dibungkus
dengan sarung tangan terbukti dapat menurunkan aktivitas bayi yang
berlebihan serta meningkatkan kenyamanan bayi. Hal ini juga berefek
terhadap peningkatan oksigenasi, mendukung respirasi dan fungsi
gastrointestinal, menurunkan denyut nadi dan meminimalkan penggunaan
energi (Motta & Cunha, 2014).
Banyak studi yang membuktikan keefektifan NNS untuk menurunkan
nyeri pada neonatus. Penelitian yang dilakukan oleh Liaw et al. (2011)
berjudul Nonnutritive sucking (NNS) and oral sucrose relieve neonatal
pain during intramuscular injection of hepatitis vaccine menunjukkan
bahwa NNS mempunyai efek analgesik terhadap prosedur yang dapat
menimbulkan nyeri seperti injeksi intramuskular, vaksin, dan pengambilan
darah. NNS menurunkan durasi menangis sebelum, selama, dan setelah
prosedur. Meski terdapat kontroversi penggunaan empeng terkait efek
jangka panjang yang dapat ditimbulkannya yaitu kelainan gigi dan
masalah pengucapan bahasa, namun empeng terbukti dapat digunakan
untuk mengurangi nyeri (Sexton & Natale, 2009). Kemampuan bayi
menyusu langsung pun terbantu dengan penggunaan empeng. Studi oleh
Jenik dan Vain (2009) menyatakan bahwa bayi-bayi yang menggunakan
empeng selain memiliki risiko lebih rendah terhadap Sudden Infant Death
Syndrome (SIDS) juga mencapai kesuksesan menyusui pada usia rata-rata
2 minggu. Sexton & Natale (2009) menambahkan bahwa penggunaan
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
18
empeng baik sebelum usia 6 bulan untuk mencegah kemungkinan risiko
jangka panjang yang dapat ditimbulkan.
Mirzarahimi et al. (2013) melakukan studi tentang penggunaan NNS dan
pijat kaki sebelum prosedur penusukan tumit. NNS digunakan karena efek
mengisap merupakan stimulus bagi reseptor mekanik di mulut yang
kemudian mentransimisikannya ke dalam sistem non opiod, sehingga
terjadi penurunan nyeri. NNS terbukti efektif terhadap penurunan nyeri
pada penusukan tumit neonatus yang diketahui melalui pemeriksaan skala
nyeri dan perubahan denyut nadi serta saturasi oksigen. Intervensi
keperawatan lainnya yang telah dibuktikan meningkatkan kenyamanan
bayi antara lain adalah sentuhan baik berupa sentuhan positif atau pijat.
Kebanyakan penelitian tentang pijat bayi masih berkisar tentang efektifitas
pijat untuk meningkatkan berat badan bayi. Juneau, Aita, dan Heon (2015)
membuktikan bahwa pijat pada bayi matur dapat meningkatkan berat
badan, pertumbuhan, lama tidur dan menurunkan kadar bilirubin darah.
Efektifitas pijat juga dibuktikan pada bayi prematur selain dapat
meningkatkan berat badan juga menurunkan respons nyeri dan
meningkatkan interaksi dengan orang tua. Coyle (2008) melakukan studi
tentang efek pijat terhadap perilaku tidur. Pijat berefek relaksasi yang
diukur dari penurunan frekuensi nadi, tekanan darah sistolik maupun
diastolik, dan skor Visual Analog Scale-Anxiety Scale. Jain, Kumar, dan
McMillan (2006) membuktikan bahwa pijat kaki menurunkan skor nyeri
dan frekuensi denyut nadi neonatus secara signifikan. Hal ini sesuai
dengan studi Mirzarahimi et al. (2013) yang melakukan studi tentang efek
NNS dan pijat kaki terhadap fisiologis dan indikator nyeri penusukan
tumit pada neonatus. Hasil studi Mirzarahimi et al. (2013) menunjukkan
bahwa pijat kaki mampu menurunkan nyeri penusukan tumit secara
signifikan meski bila dibandingkan dengan NNS, signifikansi penurunan
nyeri lebih besar.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
19
2.3 Integrasi Teori dan Konsep Keperawatan dalam Proses Keperawatan
2.3.1
Model Konservasi Levine
Model Konservasi Levine adalah suatu model keperawatan yang
menjembatani antara teori dengan praktik keperawatan. Teori ini mengajak
perawat untuk memahami rasional setiap tindakan yang dilakukan. Model
ini dapat digunakan pada berbagai pasien dengan berbagai dan berbagai
seting klinis. Hal ini dibuktikan dari berbagai studi yang menggunakan
Model Konservasi Levine dalam berbagai seting klinis (Alligood, 2014).
Beberapa contoh studi yang menggunakan Model Konservasi Levine yaitu
pada proses penyapihan penggunaan ventilator lama pasien dewasa, pada
studi tentang efek benadril terhadap tidur pasien anak dengan luka bakar,
dan untuk mengevaluasi pola kerja perawat Neonatal Intensive Care Unit
(NICU) (Dellmore, 2003; Yangzom, 2012; Mefford & Alligood, 2011).
Ada tiga konsep utama dari Model Konservasi Levine yaitu meliputi
konservasi, adaptasi dan keutuhan. Levine mendefenisikan konservasi
yang berarti melindungi, menyelamatkan dan mempertahankan kehidupan
(Alligood, 2014). Model ini menerapkan konservasi dalam praktik asuhan
keperawatan melalui konservasi energi, integritas struktur, integritas
personal dan sosial. Konservasi energi pada neonatus meliputi konservasi
energi terkait lingkungan internal (proses fisiologis) dan lingkungan
eksternal. Adaptasi didefenisikan sebagai sebuah proses perubahan
integritas karena lingkungannya. Adaptasi antara lingkungan internal dan
eksternal menyebabkan pengeluaran energi yang besar pada neonatus.
Bayi membutuhkan bantuan perawat untuk mencapai adaptasi dengan
manajemen neonatus untuk meminimalkan pengeluaran energi dan upaya
peningkatan energi dari pemberian nutrisi untuk mencapai keutuhan
(wholeness) (Mefford & Alligood, 2011).
Cong (2006) mengaplikasikan Model Konservasi Levine pada studinya
tentang efektifitas PMK sebagai penurun nyeri pada bayi prematur yang
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
20
mendapat prosedur penusukan tumit. Penggunaan metode nyeri ini sesuai
dengan prinsip konservasi energi Levine karena respons bayi terhadap
nyeri dapat mengakibatkan peningkatan frekuensi nadi dan konsumsi
oksigen sehingga penggunaan energi lebih banyak. Efek jangka panjang
nyeri juga dipercaya dapat mengakibatkan gangguan perkembangan sarafsaraf sehingga berisiko terhadap keterlambatan perkembangan. Studi oleh
Tessier et al. (2003 dalam Cong, 2006) membuktikan bahwa ada
keterlambatan perkembangan pada bayi yang mendapatkan prosedur nyeri
secara berulang pada usia 6 bulan.
Studi Cong (2006) menunjukkan bahwa nyeri dapat mengganggu
konservasi energi karena penggunaan energi yang lebih besar saat nyeri
dan konservasi integritas struktur karena efek nyeri yang mempengaruhi
fungsi fisiologis dan risiko terhadap kerusakan otak. Gangguan terhadap
konservasi integritas personal dan sosial dijelaskan oleh Yamada et al.
(2008)
yang
menyatakan
bahwa
nyeri
jangka
panjang
dapat
mempengaruhi perkembangan fisiologis, sosial, dan kognitif. Pendapat ini
diperkuat oleh hasil studi Lahti et al. (2011) yang menyatakan bahwa nyeri
dapat menyebabkan gangguan personal, pribadi anti sosial, dan masalah
emosi saat dewasa.
Model Konservasi Levine sangat bermanfaat untuk mengeksplorasi efek
pada bayi yang dirawat di ruang NICU, hubungan perawat dan orangtua,
kemampuan orangtua mengatasi hingga beradaptasi dengan stres yang
dirasakan selama bayi dirawat hingga pulang ke rumah. Prinsip konservasi
yang dijalankan perawat dalam memberikan asuhan ditujukan untuk
mencapai keutuhan individu, sehingga teori ini sangat tepat untuk
dijadikan standar perawatan pada neonatus terutama bayi prematur (Foy,
2013).
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
21
2.3.2 Proses Keperawatan berdasarkan Model Konservasi Levine
Proses keperawatan memberikan panduan sistematis bagi perawat untuk
memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Model keperawatan
digunakan di dalam proses keperawatan sebagai kerangka rujukan dan
penggunaan keterampilan berfikir kritis sesuai dengan fokus dan tujuan
model keperawatan yang digunakan (Christensen & Kenney, 2009).
Tahapan proses keperawatan berdasarkan Model Konservasi Levine
meliputi pengkajian yang terdiri dari pengumpulan data baik melalui
wawancara ataupun obervasi terhadap tantangan dari lingkungan
berdasarkan prinsip konservasi energi, integritas struktural, integritas
personal dan integritas sosial. Tugas perawat pada tahap pengkajian adalah
mengobservasi respons pasien terhadap kondisi sakitnya, membaca rekam
medis, dan mengevaluasi pemeriksaan diagnostik. Perawat mengkaji
tantangan yang dihadapi pasien baik dari lingkungan internal maupun
eksternal. Data dari hasil pengkajian yang dikumpulkan akan membimbing
perawat dalam membuat keputusan untuk diagnosis keperawatan yang
disebut trophicognosis.
Proses selanjutnya adalah hipotesis yaitu perawat membuat intervensi
keperawatan terhadap masalah yang dihadapi pasien untuk membantu
proses adaptasi pasien dan mencapai kondisi sehat. Hipotesis yang
dirumuskan kemudian diuji dengan cara perawat melakukan intervensi
yaitu menggunakan hipotesis dalam perawatan langsung kepada pasien
sesuai dengan prinsip konservasi energi, integritas struktur, integritas
personal dan integritas sosial. Akhir proses keperawatan dilakukan
evaluasi dengan melihat respons individu terhadap intervensi yang
diberikan. Evaluasi dilakukan dengan melihat hasil dari respons individu
terhadap mendukung atau tidak mendukung hipotesis. Hasil yang dapat
dicapai berupa peningkatan kondisi kesehatan dan meningkatkan
kenyamanan individu. Bila hasil evaluasi tidak mendukung hipotesis maka
perawat dapat mengusulkan hipotesis atau rencana tindakan keperawatan
lainnya (Alligood, 2014).
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
22
Skema 2.1 Integrasi Model Levine dan Proses Keperawatan Nyeri Neonatus
Bayi sakit:
Hiperbilirubinemia, Sepsis neonatorum, Sindrom distres pernapasan, Apnoe of
prematurity, Kejang neonatal, dll
Hospitalisasi
Penerapan Model Konservasi
Levine
Pengkajian:
Pengkajian tantangan lingkungan internal dan eksternal, konservasi energi,
integritas struktur, integritas personal, dan integritas sosial
Mengalami berbagai prosedur nyeri akut berulang
Mengalami berbagai prosedur nyeri akut berulang
Trophicognosis: Risiko
keterlambatan
perkembangan
Respons stres bayi
Peningkatan frekuensi
napas
Perubahan nadi dan saturasi
O2
Trophicognosis:
ketidakefektifan pola napas
Trophicognosis: Risiko
cidera
Peningkatan skor nyeri
Trophicognosis: Nyeri akut
Hipotesis: Rencana keperawatan meningkatkan kenyamanan bayi untuk menurunkan risiko
keterlambatan perkembangan akibat nyeri dengan manajemen nyeri non farmakologis
(penggunaan NNS dan pijat ekstremitas)
Intervensi keperawatan dengan menerapkan prinsip konservasi:
- Memberikan empeng 2 menit sebelum dan selama prosedur nyeri
- Memberikan pijat ekstremitas 2 menit sebelum prosedur nyeri kemudian membungkus
ekstemitas dengan kassa hangat 1 menit sebelum penusukan
Proses adaptasi
Tercapainya wholeness (keutuhan) dengan tanda-tanda peningkatan kenyamanan bayi saat
prosedur nyeri yang ditandai dengan:
- Perubahan fisiologis tubuh akibat nyeri minimal
- Nyeri yang dirasakan lebih ringan
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
23
2.4 Aplikasi Teori Keperawatan pada Kasus Terpilih
2.4.1
Apnoe of Prematurity (AOP)
Neonatus sering mengalami episode henti napas (apnea) dan bradikardia.
Pola bernapas yang berbeda-beda dapat ditemui pada bayi prematur yaitu
terdapat 3 atau lebih henti napas lebih dari 3 detik dalam waktu kurang
dari 20 detik pernapasan (James, Nelson, & Ashwill, 2013). Kategori
apnea ada dua yaitu apnoe of prematurity (AOP) dan apnoe of infant
(AOI) yang masing-masing memiliki karakteristik masing-masing. AOP
adalah tidak adanya napas setidaknya 20 detik atau lebih atau yang
berhubungan dengan bradikardia atau sianosis (desaturasi) pada bayi usia
gestasi < 37 minggu sedangkan AOI adalah tidak adanya napas selama 20
detik atau lebih lama, atau dalam waktu yang lebih singkat namun diiringi
dengan bradikardia, sianosis, pucat, atau hipotonia pada bayi dengan usia
gestasi lebih dari 37 minggu. AOP sering terjadi pada neonatus usia
gestasi 24-32 minggu yang akan hilang pada usia 38 minggu. Apnea pada
bayi prematur sering terjadi karena obstruksi jalan napas atas dan
immaturitas mekanisme pusat pengontrolan pernapasan (James et al.,
2013; Gomella et al., 2013).
2.4.2 Pengkajian
a. Data umum: By. Ny. M lahir tanggal 9 April 2016 berjenis kelamin
laki-laki dengan usia gestasi 35 minggu. Pengkajian oleh perawat
dilakukan tanggal 11 April 2016. Diagnosis medis adalah neonatal
pneumonia dan apnoe of prematurity.
b. Riwayat kesehatan orang tua: Ny. M mengatakan ini kehamilan
pertama. Riwayat penyakit yang pernah ia derita sebelumnya yaitu
Ny. M didiagnosis hipertensi 2 tahun yang lalu, namun kemudian sehat
setelah mengkonsumsi obat secara rutin selama hampir 1 bulan dan
tidak pernah kambuh. Kehamilan ini adalah kehamilan yang pertama.
Saat hamil, ibu menderita thypoid pada usia 7 bulan dan telah
mendapat pengobatan. Tidak ada masalah saat hamil hingga pada usia
kehamilan 34 minggu tekanan darah ibu meningkat hingga 160/100
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
24
mmHg hingga diputuskan harus segera SC saat usia bayi 35 minggu
karena mulai takikardia pada bayi
c. Riwayat kesehatan sebelumnya: Bayi lahir melalui sectio sesarea atas
indikasi PEB, bradikardia janin. Kondisi bayi saat lahir bayi lahir
dengan berat badan 1900 gram dan tidak segera menangis, apgar skor
menit ke 1 dan menit ke 5 adalah 9/10. Terlihat retraksi dada ringan,
sianosis, frekuensi napas 70x/menit dan merintih kemudian diberi alat
bantu napas CPAP dengan PEEP 7 FIO2 30%.
d. Konservasi energi
1) Pernapasan: Frekuensi napas bayi rata-rata 52 x/ menit, irama
napas ireguler, bunyi napas vesikuler, pola napas terdapat apneu.
Perawat mengatakan bayi sebelumnya sering mengalami apnea
diiringi dengan desaturasi dan bradikardia yang butuh stimulasi
perawat untuk kembali bernapas dengan baik. Pemantauan selama
satu shift dinas ditemukan adanya apnea 3x dengan desaturasi
hingga 60% dan bradikardia hingga 90x/menit. Saat ini bayi
menggunakan alat bantu pernapasan yaitu nasal CPAP dengan
PEEP 6 FiO2 21%. Tidak ditemukan tanda-tanda gawat napas
seperti retraksi dan pernapasan cuping hidung.
2) Sirkulasi: Frekuensi nadi 155 x/ menit dengan irama ireguler. Nadi
teraba kuat pada ekstremitas, waktu pengisian kapiler kurang dari 3
detik, tidak ada sianosis perifer dan sentral namun akral teraba
dingin. Pada pemeriksaan jantung tidak ditemukan bunyi jantung
tambahan. Suhu bayi pada pemeriksaan aksila adalah 38,60C
dengan suhu inkubator 300C.
3) Nutrisi dan Cairan: Abdomen teraba supel dan tidak ada distensi,
bising usus bayi 5x/menit, dengan ukuran lingkar perut 25 cm.
Bayi saat ini mendapat nutrisi enteral ASI/BBLR 4x2,5 ml dan
4x75 ml melalui OGT dan nutrisi parenteral, PG1 (1,5) 3,6 ml/jam,
IL20(1) 1,1 ml/jam, D10 + Ca 2,3 ml/jam. Berat badan saat ini
masih sama dengan berat badan lahir yaitu 1900 gram.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
25
4) Eliminasi: Bayi buang air besar mekonium dengan frekuensi 2-3 x
sehari, urin berwarna kuning jernih sebanyak 140 ml dalam 24 jam.
Tidak
ditemukan
adanya
edema,
diuresis
140/24/1,9=
ml/kgBB/jam. Keseimbangan cairan: intake – ouput =
3
190 -
(26x1,9) +140) = 0,6 ml
5) Istirahat tidur: Bayi tidur ringan, sesekali terbangun tetapi tidak
menangis
e. Integritas struktur
1) Pemeriksaan kepala: Bentuk kepala normal dengan fontanel terbuka dan
normal, tidak cekung atau membonjol. Lingkar kepala 31 cm.
2) Aktivitas kejang tidak ada
3) Integumen: tidak ada kemerahan atau luka lecet pada kulit
f. Integritas personal
1) Fungsi sensoris reaksi terhadap nyeri menangis kemudian terjadi
desaturasi dan bradikardia dengan skor nyeri dengan PIPP 8
2) Fungsi motorik kasar: pergerakan dan tonus otot baik. Tidak ditemukan
gerakan abnormal.
3) Fungsi motorik halus: kemampuan mengisap ada tetapi tidak kuat
g. Integritas sosial: dari hasil observasi ayah hanya melihat bayinya dari luar
inkubator saat berkunjung dan tidak menyentuh bayi. Hasil wawancara
didapatkan data subjektif:
1) Ayah mengatakan takut menyentuh bayinya
2) Ayah mengatakan istrinya belum berkunjung karena ayah bayi khawatir
kondisi bayinya akan menyebabkan kecemasan bagi istrinya
3) Ayah mengatakan tidak menyimpan ASI yang keluar karena ASI hanya
keluar sedikit sekali
2.4.3
Trophicognosis
Terdapat 6 trophicognosis yang dapat diidentifikasi berdasarkan data-data
di atas antara lain:
a. Ketidakefektifan pola napas,
b. Risiko cidera,
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
26
c. Ketidakefektifan termoregulasi,
d. Nyeri akut,
e. Ketidakcukupan ASI, dan
f. Risiko keterlambatan perkembangan.
2.4.4
Hipotesis
Rencana keperawatan yang dikembangkan sesuai trophicognosis untuk
kasus By. Ny. M dengan menggunakan Model Konservasi Levine.
2.1 Tabel Hipotesis By. Ny. M sesuai Trophicognosis
No
1.
Trophicognosis
Hipotesis
Ketidakefektifan
pola Tujuan:
napas
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 3x24 jam, masalah ketidakefektifan
pola napas teratasi dengan kriteria hasil:
- Tidak ada periode apnea >20 detik
- Frekuensi napas dalam rentang normal
40-60x/menit
Hipotesis:
Konservasi energi
- Berikan posisi yang mendukung
pernapasan bayi
- Kolaborasi untuk penggunaan alat
bantu napas yang sesuai
Integritas struktur
- Pantau pernapasan bayi yaitu upaya,
irama, pola, frekuensi dan jalan napas
- Bersihkan jalan napas dari lendir/sekret
- Periksa adanya tanda-tanda gawat
napas
- Periksa kemungkinan penyebab apnea
dan yang mempengaruhinya seperti
imaturitas otot pernapasan, infeksi,
distensi abdomen, kelainan jalan napas,
posisi menyebabkan tekukan pada jalan
napas
- Kolaborasi dalam pemberian obatobatan untuk kematangan paru atau
membantu perbaikan pernapasan bayi
Integritas sosial
Fasilitasi untuk PMK untuk kestabilan
tanda-tanda vital bayi
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
27
No
2.
Trophicognosis
Risiko cidera
Hipotesis
Tujuan:
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan selama 3x24 jam, masalah
risiko cidera berkurang atau teratasi dengan
kriteria hasil:
- Saturasi oksigen 88-92%
- Tidak ada sianosis
- Akral hangat, kulit tidak pucat, nadi
perifer teraba jelas
- Pengisian pembuluh kapiler < 3 detik
- Pemeriksaan analisa gas darah dalam
batas normal
Hipotesis:
Integritas stuktur
- Pantau tanda-tanda vital seperti tekanan
darah, nadi dan saturasi oksigen bayi
- Kaji tanda gangguan perfusi jaringan
perifer seperti akral dingin, pengisian
pembuluh kapiler lebih dari 3 detik
- Posisikan bayi dengan telentang dan
kepala ditinggikan 20-30 derajat atau
prone untuk meningkatkan saturasi
oksigen
- Kolaborasi untuk pemeriksaan gas
darah
- Kolaborasi untuk rontgen thorak
melihat kemampuan pengembangan
alveoli paru yang berperan dalam
pertukaran gas
- Hindari elevasi ekstremitas terlalu
tinggi saat penggantian popok
Integritas personal
- Ganti posisi setiap handling dan periksa
toleransi bayi terhadap posisi melalui
pemantauan napas, nadi dan saturasi
oksigen
Integritas sosial
- Fasilitasi untuk PMK untuk kestabilan
tanda-tanda vital bayi
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
28
No
3.
Trophicognosis
Ketidakefektifan
termoregulasi
Hipotesis
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 3x24 jam, masalah ketidakefektifan
termoregulasi teratasi dengan kriteria hasil:
- Suhu tubuh dalam batas normal 36,50C
- 37,50C
- Nilai laboratorium leukosit, CRP, IT
ratio dan pemeriksaan penunjang
lainnya dalam batas normal
Hipotesis:
Konservasi energi
- Hindari perpindahan suhu dari dan ke
lingkungan
- Buka penutup inkubator seperlunya
- Hangatkan benda-benda dan tangan
sebelum disentuhkan ke bayi
- Pastikan kain yang digunakan bayi
dalam keadaan kering
Integritas struktur
- Lakukan cuci tangan sesuai standar
baik bagi petugas maupun keluarga
- Pantau suhu bayi
- Kaji kemungkinan penyebab masalah
termoregulasi pada bayi
- Gunakan teknik aseptik dalam
melakukan tindakan
- Pantau adanya tanda-tanda infeksi baik
yang tampak: panas, kemerahan pada
bekas tusukan, tanda plebitis pada
tempat akses vena
- Lakukan perawatan terhadap akses
vena: mengganti perban dan plester
dengan teknik steril
- Kaji penyebab gangguan termoregulasi
- Kolaborasi untuk pemberianobatobatan yang sesuai seperti antipireti
atau antibiotik bila perlu
Integritas sosial
Fasilitasi untuk PMK untuk kestabilan suhu
bayi
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
29
No
4.
Trophicognosis
Nyeri akut
5.
Ketidakcukupan ASI
Hipotesis
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 3x24 jam, masalah nyeri akut
berkurang atau teratasi dengan kriteria
hasil:
- Terjadi penurunan skor nyeri dengan
PIPP
Hipotesis:
Konservasi energi
- Lakukan manajemen nyeri dengan
NNS atau pijat ekstremitas saat
prosedur nyeri atau ketidaknyamanan
- Berikan periode istirahat bila prosedur
berlangsung lama atau prosedur nyeri
lebih dari satu
Integritas struktur
- Perhatikan respon bayi saat prosedur
nyeri
- Hentikan prosedur saat terjadi apnea
dan desaturasi di bawah 80%
Integritas personal
- Tingkatkan kenyamanan bayi melalui
kegiatan pijat ekstremitas atau NNS
Integritas sosial
- Lakukan tindakan dengan tetap
berinteraksi dengan bayi dan berbicara
dengan suara yang lembut
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 3x24 jam, masalah ketidakcukupan
ASI berkurang atau teratasi dengan kriteria
hasil:
- Terjadi peningkatan produksi dan
asupan ASI
Hipotesis:
Konservasi energi
- Hitung kebutuhan nutrisi bayi M dan
memberikan nutrisi sesuai kebutuhan
baik enteral maupun parenteral
- Beri motivasi orang tua untuk
memberikan ASI
- Cegah kehilangan energi berlebihan
dengan memposisikan bayi dengan
baik dan minimal handling
- Pantau berat badan
Integritas struktur
- Periksa refleks isap bayi
- Beri stimulus oral
- Pantau toleransi bayi setelah pemberian
nutrisi per oral
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
30
No
6.
Trophicognosis
Hipotesis
Integritas personal
- Inisiasi pemberian nutrisi per oral bila
memungkinkan
Integritas sosial
- Beri kesempatan orang tua untuk
terlibat dalam pemberian nutrisi bayi
- Persiapkan untuk menyusu langsung
bila memungkinkan
- Ajarkan dan fasilitasi untuk PMK
untuk meningkatkan produksi ASI
Risiko
keterlambatan Setelah dilakukan asuhan keperawatan
perkembangan
selama 3x24 jam, masalah risiko
keterlambatan perkembangan berkurang
dengan kriteria hasil:
- Bayi menunjukkan perilaku tenang saat
waktu handling dan tidur saat periode
istirahat
- Orang tua mau belajar cara merawat
bayinya
Hipotesis:
Konservasi energi
- Berikan posisi bayi yang nyaman
dengan tangan dan kaki difleksikan
dengan nesting untuk mempertahankan
posisi bayi
- Pantau toleransi bayi selama dilakukan
PMK
Integritas struktur
- Pantau perubahan berat badan bayi.
Berat badan bayi pada minggu awal
kehidupan cenderung turun tetapi tidak
lebih dari 10% dari berat badan lahir
Integritas personal
- Memeriksa refleks isap bayi serta
kemampuan koordinasi antar mengisap,
menelan dan bernapas
- Pantau toleransi bayi terhadap nutrisi
seperti tidak adanya distensi abdomen,
muntah atau residu lambung
- Menginisiasi nutrisi per oral jika
memungkinan atau dukungan nutrisi
parenteral jika dibutuhkan
- Menghitung kebutuhan cairan bayi dan
nutrisi bayi
Integritas sosial
- Ajarkan orang tua menyentuh bayi
- Motivasi orang tua untuk sering
berinteraksi dengan bayinya
- Fasilitasi untuk PMK untuk
meningkatkan kedekatan ibu dan
bayinya
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
31
2.4.5 Intervensi dan Respon Organismik
Intervensi merupakan realisasi dari hipotesis yang telah dibuat. Perawat
melakukan tindakan berdasarkan prinsip konservasi untuk mendukung
proses adaptasi bayi dan mencapai keutuhan (kondisi sehat). Gambaran
intervensi dan respon bayi terhadap asuhan selama 3x24 jam dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.2 Intervensi dan Respons Organismik untuk Trophicognosis
Ketidakefektifan Pola Napas
Waktu
11 April 2016
7.30 – 12.15
Intervensi
-
-
-
-
Memantau pernapasan bayi yaitu
upaya, irama, frekuensi dan jalan
napas: tidak ada napas cuping
hidung, retraksi tidak ada,
frekuensi napas 56x/menit, irama
ireguler, terlihat sekret pada
mulut
Mengauskultasi bunyi napas:
bunyi napas bersih, vesikuler
Membersihkan lendir dari mulut
dengan kassa: terdapat lendir
berwarna putih bening
Mengobservasi toleransi bayi
terhadap terapi oksigen yang
diberikan : bayi mendapat alat
bantu napas PEEP 6 dengan
dengan FiO2 diturunkan menjadi
21%
Bayi mengalami apnea 3x selama
shift dinas pagi: perawat
menstimulasi pernapasan bayi
dan memberikan posisi telentang
dengan kepala lebih tinggi 30o
Memberikan aminophilin injeksi
11 mg
Mempertahankan pemberian alat
bantu napas dengan CPAP PEEP
6 dengan FiO2 21% dengan tetap
memantau toleransi pasien
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
Evaluasi Respons
Organismik
Jam 13.30
S:
- Perawat jaga malam
mengatakan
memang bayi M 3x
O:
- Apnea 3x selama
dinas pagi
- Napas cuping
hidung tidak ada
- Retraksi iga tidak
ada
- Frekuensi napas
60x/menit dengan
bantuan alat bantu
napas CPAP PEEP
6 FiO2 21%
A: Masalah pola napas
belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
32
Waktu
12 April 2016
07.45 – 12.00
-
-
-
13 April 2016
07.30 – 12.15
Evaluasi Respons
Organismik
Jam 13.30
Melakukan operan dengan
S:
perawat dinas malam: perawat
dinas malam mengatakan bayi
- Perawat dinas
tidak ada apnea tetapi beberapa
malam mengatakan
kali mengalami desaturasi yang
bayi bayi tidak ada
naik sendiri tanpa stimulasi
apnea tetapi
beberapa kali
Memeriksa kebersihan jalan
mengalami
napas bayi M: bunyi napas
desaturasi yang naik
vesikuler, tidak terlihat sekret di
sendiri tanpa
hidung, sedikit sekret di mulut
stimulasi
Membersihkan sekret di mulut
O:
bayi dengan kassa
- RR stabil 46Menghitung frekuensi napas
56x/menit
bayi: RR 52x/menit
- Apnea tidak ada
Memberikan aminophilin 11 mg
dan mempertahankan pemberian A: Masalah
ketidakefektifan pola
CPAP PEEP 5 FiO2 21%
napas teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
Melakukan operan dengan dinas Jam 13.30
malam: bayi tidak ada apnea dan S:
mengalami 1x desaturasi
- Perawat dinas
malam mengatakan
CPAP diganti high flow nasal
bayi bayi tidak ada
dengan flow oksigen 4 L/menit,
apnea tetapi
residen memantau adanya tanda
beberapa kali
gawat napas: tanda gawat napas
mengalami
tidak ada, RR sedikit meningkat
desaturasi yang naik
tetapi dalam batas normal RR 58
sendiri tanpa
x/menit
stimulasi
Memposisikan bayi dengan
kepala lebih tinggi 20-300 dengan O:
- RR dalam batas
memfleksikan tangan dan kaki
normal rata-rata
Memantau adanya perubahan
52x/menit
pola napas dan peningkatan
frekuensi napas: tidak ada apneu, - Apnea tidak ada
A: Masalah
RR 52x/menit
ketidakefektifan pola
Aminophilin diganti dengan
napas teratasi sebagian
kafein sitrat. Residen
memberikan kafein sitrat melalu P: Intervensi dilanjutkan
oral 38 mg selanjutnya dosis
maintenance 2x9,5 mg
Memfasilitasi ibu PMK dan
memantau toleransi bayi selama
PMK: bayi dilakukan PMK
selama 1 jam 15 menit, saturasi
oksigen stabil 95-98% , RR
Intervensi
-
-
-
-
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
33
Waktu
Intervensi
-
Evaluasi Respons
Organismik
52x/menit, dan nadi 146152x/menit
Menurunkan flow oksigen
menjadi 3 L/menit
Memantau toleransi bayi: tidak
ada perubahan tanda-tanda vital
yang signifikan RR 5254x/menit, saturasi 94%, nadi
152x/menit
Tabel 2.3 Intervensi dan Respons Organismik untuk Trophicognosis
Risiko Cidera
Waktu
11 April 2016
08.00 – 12.00
Intervensi
-
-
-
Memantau saturasi oksigen bayi:
saturasi oksigen turun hingga
40%
Membersihkan sekret bayi di
mulut
Melihat kemampuan
Pengembangan paru bayi saat
inspirasi dan ekspirasi:
compliance paru baik
Memposisikan bayi telentang
dengan kepala ditinggikan 300
untuk memperbaiki pertukaran
gas
Memeriksa tanda gangguan
perfusi jaringan perifer: akral
bayi teraba dingin, pengisian
pembuluh darah kapiler 3 detik,
sianosis sirkumoral dan ujungujung jari tangan dan kaki tidak
ada
Mempertahankan pemberian alat
bantu napas dengan CPAP PEEP
6 dengan FiO2 21% dengan tetap
memantau toleransi pasien
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
Evaluasi Respons
Organismik
Jam 13.30
S:O:
- Akral dingin
- Saturasi oksigen
rata-rata 94%
- Nadi perifer
160x/menit
- Desaturasi berulang
hingga 60% yang
naik sendiri dengan
stimulasi
- Pengisian pembuluh
darah kapiler < 3
detik
A: Masalah perfusi
jaringan teratasi
sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
34
Waktu
12 April 2016
07.45 – 12.00
Intervensi
-
-
-
13 April 2016
07.30 – 12.15
-
-
-
Memeriksa perfusi jaringan :
akral hangat, pengisian
pembuluh darah kapiler < 3
detik, nadi perifer kuat dengan
frekuensi 160x/menit, tidak ada
sianosis
Memantau adanya perubahan
saturasi oksigen perifer:
desaturasi terjadi 3x hingga 70%
namun naik sendiri tanpa
stimulasi
Memposisikan bayi pronasi dan
memantau toleransi bayi
terhadap posisi yang diberikan:
saturasi oksigen meningkat dan
stabil pada pada rentang 94-96%
Memantau keadekuatan perfusi
jaringan: akral hangat, tidak ada
desaturasi dari laporan dinas
malam, DPJP menganjurkan
untuk mengganti alat bantu napas
CPAP menjadi High flow nasal
Menghindari elevasi ekstremitas
terutama saat penggantian
diapers
Mengganti CPAP dengan HFN
flow 4 L/menit
Memposisikan bayi telentang
dengan kepala ditinggikan 30°
dan memeriksa toleransi bayi
Melihat hasil AGD setelah 1 jam
CPAP dilepas dan diganti dengan
HFN 4 L/menit: hasil analisa
AGD dalam batas normal
Memposisikan bayi pronasi dan
memantau toleransi bayi
terhadap posisi yang diberikan
Memfasilitasi ibu untuk PMK
Menurunkan flow oksigen
menjadi 3 l/menit dan memantau
toleransi bayi terutama pada
perubahan saturasi oksigen:
saturasi 94% dan nadi perifer
teraba kuat dengan frekuensi
rata-rata 160x/menit
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
Evaluasi Respons
Organismik
Jam 13.30
S:O:
- Akral hangat
- Saturasi oksigen
rata-rata 94-96%
- Nadi perifer
160x/menit
- Desaturasi 3x
hingga saturasi
oksigen 70%
- Pengisian pembuluh
darah kapiler < 3
detik
A: Masalah perfusi
jaringan teratasi
sebagian
P:Intervensi dilanjutkan
Jam 13.30
S:O:
- Akral hangat
- Saturasi oksigen
rata-rata 94%
- Nadi perifer
160x/menit
- Desaturasi 1x
hingga saturasi
oksigen 75% yang
naik sendiri tanpa
stimulasi
- Pengisian pembuluh
darah kapiler < 3
detik
A: Masalah perfusi
jaringan teratasi
sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
35
Tabel 2.4 Intervensi dan Respons Organismik untuk Trophicognosis
Ketidakefektifan Termoregulasi
Waktu
11 April 2016
08.00 – 12.00
Intervensi
-
-
-
-
Mencuci tangan sesuai
standar
Membuka jendela inkubator
seperlunya saat handling
Menghangatkan semua
benda-benda yang akan
disentuhkan kepada bayi
termasuk tangan perawat,
diapers, kassa, termometer,
dan stetoskop
Memeriksa suhu bayi: suhu
38,8oC pada suhu inkubator
30o
Menurunkan suhu inkubator
29 oC
Menggunakan teknik aseptik
dalam melakukan tindakan
Memantau adanya tandatanda infeksi baik yang
tampak: kemerahan pada
bekas tusukan tidak ada, tidak
ada tanda plebitis pada tempat
akses vena
Memeriksa kembali suhu
bayi: suhu 37,50C, perawat
menurunkan suhu inkubator
menjadi 28,5 oC
Memeriksa suhu bayi: suhu
bayi 37,4 oC
Memberikan injeksi ampisilin
100 mg
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
Evaluasi Respons
Organismik
Jam 13.30
S: Perawat jaga malam
mengatakan tidak ada
instabilitas suhu
O:
- Suhu bayi 37,40C
A:
Masalah risiko
gangguan termoregulasi
teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
36
Waktu
12 April 2016
07.45 – 12.00
Intervensi
-
-
-
-
13 April 2016
-
-
Operan dengan dinas malam
terkait instabilitas suhu:
perawat jaga malam
mengatakan tidak ada
instabilitas suhu suhu
berkisara antara 36,7 – 37,40C
Mencuci tangan sesuai
standar
Membuka jendela inkubator
seperlunya saat handling
Menghangatkan semua
benda-benda yang akan
disentukan kepada bayi
termasuk tangan perawat,
diapers, kassa, termometer,
Mengukur suhu aksila bayi:
Suhu 37,7 pada suhu
inkubator 29 0C perawat
kemudian menurunkan suhu
inkubator menjadi 28,50C
Memantau adanya tandatanda infeksi baik yang
tampak: kemerahan pada
bekas tusukan tidak ada, tidak
ada tanda plebitis pada tempat
akses vena
Melakukan perawatan pada
bekas tusukan dengan teknik
aseptik
Memeriksa suhu bayi: suhu
bayi 37,4 oC
Memberikan injeksi ampisilin
100 mg
Operan dengan dinas malam
terkait instabilitas suhu:
perawat jaga malam
mengatakan tidak ada
instabilitas suhu
Mencuci tangan sesuai
standar
Membuka jendela inkubator
seperlunya saat handling
Menghangatkan semua
benda-benda yang akan
disentukan kepada bayi
termasuk tangan perawat,
diapers, kassa, termometer
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
Evaluasi Respons
Organismik
Jam 13.30
S:
- Perawat jaga malam
mengatakan tidak
ada instabilitas suhu
suhu berkisara
antara 36,7 – 37,40C
O:
- Ada instabilitas
suhu dengan rentang
37,4 – 37,70C
- Tidak ada tanda
plebitis pada area
penusukan vena
A:
Masalah termoregulasi
teratasi sebagain
P:
Intervensi dilanjutkan
Jam 13.30
S:
- Perawat jaga malam
mengatakan tidak
ada instabilitas suhu
O:
- Tidak ada
instabilitas suhu
- Suhu bayi 370C
pada suhu inkubator
290C
A: Masalah
termoregulasi suhu
teratasi sebagian
P:Intervensi dilanjutkan
37
Waktu
Intervensi
-
-
Evaluasi Respons
Organismik
Mengukur suhu aksila bayi:
Suhu 37,20C
Memantau adanya tandatanda infeksi baik yang
tampak: kemerahan pada
bekas tusukan tidak ada, tidak
ada tanda plebitis pada tempat
akses vena
Melakukan perawatan pada
bekas tusukan dengan teknik
aseptik
Memeriksa suhu bayi: suhu
bayi 37 oC
Memberikan injeksi ampisilin
100 mg dan gentamisin 10 mg
Melihat hasil laboratorium
darah CRP normal (0,3 mg/L)
Tabel 2.5 Intervensi dan Respons Organismik untuk Trophicognosis
Nyeri Akut
Waktu
11 April 2016
08.00 – 12.00
Intervensi
-
-
Melakukan tindakan invasif
saat jam handling
Memberikan pijat ekstremitas
2 menit sambil melihat
respons bayi terhadap
pemijatan: bayi tampak tetap
tidur dalam fase tidur ringan,
ada gerakan mata cepat di
bawah kelopak mata
Membungkus ekstremitas
dengan kassa hangat sebelum
penusukan tumit
Memantau skor nyeri,
perubahan saturasi oksigen
dan frekuensi nadi saat
prosedur nyeri: saturasi
oksigen turun 7%, frekuensi
nadi meningkat 12x/menit,
skor nyeri dengan PIPP 6
(nyeri sedang)
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
Evaluasi Respons
Organismik
Jam 13.30
S:O:
- Skor nyeri dengan
PIPP turun (dari 8
sebelum intervensi
menjadi 6 dengan
intervensi pijat)
A:
- Masalah nyeri
teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
38
Waktu
12 April 2016
07.45 – 12.00
Intervensi
-
-
-
13 April 2016
08.00 – 12.30
-
-
-
Memeriksa kepatenan jalur
intravena saat jam handling:
jalur intravena tampak
bengkak
Melakukan pemasangan infus
pada jam handling dengan
menerapkan teknik penurunan
nyeri non farmakologi dengan
memberikan NNS 2 menit
sebelum dilakukan
pemasangan infus
Memantau respons bayi saat
tindakan invsif: skor nyeri
dengan PIPP 5
Memposisikan bayi dengan
posisi pronasi setelah
tindakan selesai
Memberikan istirahat bayi:
bayi dapat tidur tenang
ditandai dengan mata tertutup,
napas teratur, tidakak gerakan
mata
Melakukan tindakan invasif
saat jam handling: bayi akan
dilakukan pengambilan
sampel darah perifer untuk
pemeriksaan analisa gas darah
Memberikan NNS 2 menit
sebelum dilakukan penusukan
tumit untuk pengambilan
sampel darah: saturasi
oksigen bayi tetap stabil, nadi
meningkat dari 152x/menit
menjadi 164x/menit, dengan
skor nyeri dengan PIPP 4
Memberikan periode istirahat
setelah dilakukan penusukan
dengan memberikan posisi
sim kanan dan fleksi
ekstremitas
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
Evaluasi Respons
Organismik
Jam 13.30
S:
O:
- Skor nyeri dengan
PIPP 5 (nyeri
ringan)
A:
Masalah nyeri akut
teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
Jam 13.30
S:
O:
- Saturasi oksigen
bayi tetap stabil,
nadi meningkat dari
152x/menit menjadi
164x/menit, dengan
skor nyeri dengan
PIPP 4
A:
Masalah nyeri akut
teratasi sebagian
P::
Intervensi dilanjutkan
39
Tabel 2.6 Intervensi dan Respons Organismik untuk Trophicognosis
Ketidakcukupan ASI
Waktu
11 April 2016
08.00 – 12.00
Intervensi
-
-
-
-
Menghitung kebutuhan nutrisi
bayi M: memberi nutrisi
disesuaikan dengan
kebutuhan total cairan yaitu
100 ml x 1,9 kg = 190 ml
kebutuhan cairan. Pemberian
per oral dimulai dari 10 ml/kg
BB dalam 8 kali pemberian
total = 19 ml
Memeriksa refleks isap bayi:
refleks isap ada tapi lemah
Memberikan susu BBLR 2,5
ml per OGT
Memantau toleransi bayi
setelah pemberian nutrisi per
oral: tidak ada kembung dan
muntah
Memberikan susu BBLR 2,5
ml
Mengkaji pengetahuan ayah
tentang pentingnya ASI: ayah
mengatakan mereka sangat
ingin memberikan ASI hanya
saja ASInya memang belum
ada
Memotivasi ayah untuk tetap
memberikan ASI berapapun
yang dihasilkan dan
menganjurkan ayah untuk
berkunjung kembali dengan
ibu
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
Evaluasi Respons
Organismik
Jam 13.30
S:
- Ayah mengatakan
juga ingin bayinya
mendapatkan ASI
- Ayah mengatakan
akan mendukung
istrinya memberikan
ASI pada bayinya
O:
- Bayi masih
mendapat nutrisi
enteral susu BBLR
karena ASI ibu
belum ada
- Toleransi minum
bayi baik: tidak ada
kembung dan
muntah
- Refleks isap bayi
ada tetapi lemah
A:Masalah
ketidakcukupan ASI
belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
40
Waktu
12 April 2016
07.45 – 12.00
-
-
-
-
13 April 2016
08.00 – 12.30
Evaluasi Respons
Organismik
Jam 13.30
Memberi stimulus oral pada
S:
bayi saat jam handling
Melaporkan toleransi bayi dan - Ibu mengatakan
akan berusaha
berkolaborasi untuk rencana
memberikan ASI
peningkatan nutrisi per oral:
pada bayinya
dokter meningkatkan asupan
per enteral menjadi 30 ml/kg
- Ibu mengatakan
BB= 30 ml x 1,9 kg= 57 ml
akan memompa ASI
dalam 8 kali pemberian (2x5
seperti yang
,2x7,5, 4x8)
dianjurkan perawat
O:
Memberian susu BBLR 5 ml
- Bayi masih
Menjelaskan pentingnya ASI
mendapat susu
dan memotivasi ibu untuk
BBLR enteral
memberikan ASI ibu
selama shift pagi
berkunjung
- Ibu memberikan
Menjelaskan keadaan bayi
ASI 20 ml untuk
tentang toleransinya yang
pemberian
baik terhadap susu yang
berikutnya
dimasukkan lewat OGT
- Refleks isap bayi
Menganjurkan ibu untuk
ada dan lebih kuat
memompa ASI pada fasilitas
dari sebelumnya
yang disediakan rumah sakit
A:
dan menganjurkan ibu
Masalah ketidakcukupan
memompa ASI setiap 3 jam
ASI teratasi sebagian
dan mengajarkan ibu teknik
P: Intervensi dilanjutkan
penyimpanannya: ibu
mengatakan akan coba untuk
melakukan yang disarankan
perawat agar ASInya lebih
banyak
Jam 13.30
Memberi stimulus oral pada
S:
bayi saat jam handling
- Ibu mengatakan
Memeriksa refleks isap bayi:
akan berusaha
refleks isap bayi semakin kuat
mencukupkan ASI
Dokter meningkatkan asupan
untuk kebutuhan
per enteral menjadi 60 ml/kg
bayinya
BB= 60 ml x 1,9 kg= 114 ml
- Ibu mengatakan
dalam 8 kali pemberian
sudah membeli
(4x13, 4x15)
pompa sendiri dan
Memberian ASI 1 ml per oral
memompa ASI
dan 12 ml per OGT: bayi
setiap 3 jam
mengisap ASI per oral dengan
- Ibu mengatakan
baik
setiap 4 jam ibu
Memberi dukungan dan
dapat
memotivasi ibu untuk
mengumpulkan 10bersemangat memberikan ASI
15 ml ASI
pada bayinya
Intervensi
-
-
-
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
41
Waktu
Intervensi
-
Memberi zink 2 mg per oral
Memfasilitasi ibu PMK untuk
meningkatkan produksi ASI
Evaluasi Respons
Organismik
O:
- Bayi mendapat
nutrisi enteral ASI
13 ml
- Nutrisi enteral
sebagian masih
dicukupi dengan
susu formula BBLR
- Bayi sudah mampu
dicobakan untuk
mengisap ASI 1 ml
sisanya per OGT
- Toleransi bayi
terhadap nutrisi
enteral baik dengan
tidak ada kembung
dan muntah
A: Masalah kecukupan
ASI teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
Tabel 2.7 Intervensi dan Respons Organismik untuk Trophicognosis
Risiko Keterlambatan Perkembangan
Waktu
11 April 2016
08.00 – 12.00
Intervensi
-
-
-
Memposisikan bayi telentang
dengan kaki difleksikan
dengan nesting untuk
mempertahankan posisi bayi
Memberikan periode istirahat
dan minimalkan gangguan
dengan menutup inkubator
dengan kain penutup
inkubator yang berwarna
gelap, menjauhkan alat-alat
yang berisiko menimbulkan
bunyi dari kepala bayi: bayi
sesekali terbangun karena
stimulasi saat apnea atau
desaturasi
Menganjurkan ayah
berinteraksi dengan bayinya:
mengajarkan ayah bayi untuk
mencuci tangan dan
mengajarkan menyentuh
bayinya
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
Evaluasi Respons
Organismik
Jam 13.30
S:
- Ayah mengatakan
senang dapat
menyentuh bayinya
- Ayah mengatakan
akan mengajak
istrinya untuk dekat
dengan bayinya
O:
- Refleks isap ada
tetapi lemah
- Bayi sesekali
terbangun karena
stimulasi saat apnea
atau desaturasi
- Ibu belum
berkunjung
A: Risiko keterlambatan
perkembangan belum
teratasi
42
Waktu
Intervensi
-
12 April 2016
07.45 – 12.00
-
-
-
13 April 2016
08.00 – 12.30
-
-
Memberi kesempatan ayah
bayi untuk berinteraksi
dengan bayinya
Menganjurkan ayah untuk
kembali berkunjung bersama
ibu untuk berinteraksi dan
terlibat dalam perawatan bayi:
ayah mengatakan akan
kembali besok bersama
istrinya jika memungkinkan
karena istrinya belum sembuh
benar dan masih dalam
perawatan
Menganjurkan ibu untuk
berinteraksi dengan bayinya:
mengajarkan ibu cara
menyentuh bayi, prosedur
cuci tangan, menghangatkan
tangan sebelum menyentuh
bayi dan menyentuh bagian
kepala, sebagian punggung
dan bokong bayi pada posisi
bayi miring ke kanan dengan
kaki dan tangan fleksi
Memberikan kesempatan ibu
berinteraksi dengan bayinya:
ibu tampak senang saat
berinteraksi dengan bayinya
Menjelaskan tentang manfaat
PMK bagi ibu dan bayi: Ibu
memutuskan akan melakukan
PMK pada kunjungan
berikutnya
Memberikan periode istirahat
dengan minimal handling
Memposisikan bayi sim kiri
dengan memfleksikan tangan
dan kaki
Tetap memberlakukan
minimal handling berupaya
melakukan tindakan pada jam
handling
Memposisikan bayi prone dan
memantau toleransi bayi
terhadap posisi
Meningkatkan periode
istirahat bayi dengan dengan
menutup inkubator dengan
kain penutup inkubator yang
berwarna gelap, menjauhkan
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
Evaluasi Respons
Organismik
P: Intervensi dilanjutkan
Jam 13.30
S:
- Ibu mengatakan
senang dapat
menyentuh bayinya
- Ibu mengatakan
akan melakukan
PMK pada
kunjungan
berikutnya
O:
- Bayi dapat tidur
tenang diluar jam
handling
A:
Risiko keterlambatan
perkembangan teratasi
sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
Jam 13.30
S:
- Ibu mengatakan
senang sekali dapat
menggendong dan
menempelkan
bayinya
- Ibunya ingin besok
melakukan PMK
lagi
O:
- Ibu tampak senang
dan terharu saat
melakukan PMK
- Tanda-tanda vital
43
Waktu
Intervensi
-
alat-alat yang berisiko
menimbulkan bunyi dari
kepala bayi
Memfasilitasi ibu untuk PMK
dan memantau tanda-tanda
vital bayi selama PMK
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
Evaluasi Respons
Organismik
bayi stabil saat
PMK
- Bayi tidur tenang
saat PMK dan diluar
jam handling
A: Masalah risiko
keterlambatan
perkembangan teratasi
sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
44
BAB 3
PENCAPAIAN KOMPETENSI
3.1. Target Kompetensi Perawat Klinik Spesialis
UU keperawatan nomor 38 tahun 2014 tentang keperawatan menyebutkan
bahwa penyelenggara pelayanan keperawatan harus dilakukan secara
bertanggung jawab, akuntabel, bermutu, aman, dan terjangkau oleh perawat
yang memiliki kompetensi (UU Keperawatan, 2014). Kompetensi adalah
kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup pengetahuan,
keterampilan dan sikap dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas
dengan standar yang ditetapkan. Standar kompetensi perawat merefleksikan
atas kompetensi yang dimiliki individu di bidang pelayanan keperawatan.
Standar kompetensi disusun oleh Organisasi Profesi Perawat dan Konsil
Keperawatan dan ditetapkan oleh Menteri (PPNI, 2005).
Kompetensi bagi perawat spesialis menurut National Association of Clinical
Nurse Specialist (NACNS) tahun 2004 meliputi dua bagian yaitu kompetensi
perawat klinik spesialis dalam ruang lingkup pasien/klien dan kompetensi
perawat dalam ruang lingkup organisasi/sistem yang masing-masing terdiri
dari 50 dan 25 kompetensi sedangkan kompetensi perawat yang ditetapkan
oleh PPNI terdiri dari 65 kompetensi yang meliputi 3 ranah yaitu ranah
praktik profesional, legal, dan etis, ranah pemberian asuhan dan manajemen,
ranah pengembangan profesional, personal dan kualitas (Baldwin, Clark,
Fulton & Mayo, 2009; PPNI, 2005). Pendidikan spesialis keperawatan sendiri
membuat standar kompetensi yang harus dicapai oleh seorang ners spesialis
yang meliputi 5 ranah yaitu praktik etik dan legal, praktik keperawatan
profesional, kepemimpinan dan manajemen, pendidikan dan penelitian, serta
pengembangan kualitas personal dan profesional. Penting bagi perawat di
Indonesia untuk memenuhi standar kompetensi yang harus dipenuhinya untuk
meningkatkan kualitas asuhan. Pemenuhan kompetensi dapat dilakukan tidak
hanya melalui jenjang pendidikan formal namun juga melalui pelatihanpelatihan demi tercapainya kualitas sumber daya perawat yang berkualitas
(Suba, & Scruth, 2015).
44
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
45
3.2. Target Kompetensi selama Praktik Residensi Keperawatan Anak
Praktik residensi keperawatan anak terdiri dari 2 bagian yaitu praktik
residensi keperawatan 1 dan praktik residensi keperawatan 2. Praktik
residensi 1 sebelumnya diawali dengan pembekalan dan ujian klinik terkait
kompetensi yang harus dimiliki residen keperawatan anak, kemudian
dilanjutkan dengan praktik di rumah sakit yang telah ditentukan. Praktik
residensi keperawatan 1 berlangsung selama 16 minggu yaitu tanggal 15
September 2015 sampai 15 Januari 2016. Praktik residensi 1 dilaksanakan
pada tiga ruangan (area keperawatan) yaitu di ruang infeksi (ruang rawat anak
bougenvile bawah) RSUP Persahabatan, ruang non infeksi (ruang anggrek)
RSAB Harapan Kita, dan ruang perinatologi (ruang seruni) RSAB Harapan
Kita Jakarta. Praktik residensi keperawatan anak 2 diawali dengan tahap
pembekalan yang kemudian dilanjutkan dengan praktik klinik pada rumah
sakit yang telah ditentukan sesuai area peminatan yang dipilih oleh residen
keperawatan anak. Praktik klinik residensi keperawatan 2 dimulai tanggal 15
Feburari hingga 29 April 2016 di ruang perinatologi RSAB Harapan Kita
selama 6 minggu dan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta selama 5
minggu.
3.2.1
Pencapaian Target Kompetensi Ruang Infeksi
Mata ajar praktik klinik keperawatan anak lanjut II memiliki beban studi 4
sks dan berfokus pada asuhan keperawatan pada anak dengan masalah
akut. Kompetensi yang diharapkan pada residen keperawatan anak terkait
asuhan keperawatan anak dengan masalah akut meliput kompetensi
terhadap keterampilan, intelektual, interpersonal dan teknikal. Praktik
klinik untuk area infeksi dilaksanakan selama 6 minggu di ruang infeksi
anak Bougenville bawah RSUP Persahabatan Jakarta Timur. Asuhan
keperawatan dilakukan pada anak dengan kasus infeksi seperti masalah
gastrointestinal (diare), masalah infeksi sistem pernapasan (pneumonia)
dan masalah infeksi sistem perkemihan (infeksi saluran kemih/ISK).
Kompetensi yang dicapai residen keperawatan anak selama praktik
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
46
termasuk kompetensi ketrampilan dasar dan lanjutan pada anak dengan
masalah infeksi seperti pemasangan infus untuk pemenuhan kebutuhan
cairan, menilai tanda-tanda dehidrasi pada bayi dan anak, resusitasi pada
kondisi kritis anak, melakukan manajemen nyeri dengan distraksi dan
relaksasi napas dalam pada anak yang lebih besar, memberikan terapi
bermain pada anak sesuai kebutuhan perkembangannya, manajemen
penyebab dan penularan infeksi melalui menggalakkan program cuci
tangan bagi tenaga kesehatan, anak dan orang tua, berkolaborasi dengan
tenaga kesehatan lainnya untuk pemenuhan nutrisi dan manajemen infeksi.
Selama proses melakukan asuhan keperawatan pada kasus kelolaan,
residen keperawatan anak memfasilitasi anak dan keluarga tentang
kebutuhan informasi terkait tindakan, penyakit, maupun terapi yang
diberikan.
Proses belajar juga dilakukan melalui diskusi dengan dokter penanggung
jawab terkait proses penyakit serta hasil pemeriksaan penunjang serta ahli
gizi terkait masalah nutrisi yang dialami anak. Saat praktik residensi
keperawatan di ruang rawat anak Bougenvile bawah RSUP Persahabatan,
residen keperawatan anak melakukan tugas sebagai pendidik dengan
melakukan pembimbingan bagi mahasiswa keperawatan lain yang dinas di
tempat yang sama saat itu yaitu mahasiswa D3 Poletekkes Kemenkes
Jakarta, mahasiswa Ners FIK UI, dan teman-teman mahasiswa tahap
aplikasi Program Magister Keperawatan Anak FIK UI.
3.2.2 Pencapaian Target Kompetensi Ruang Non Infeksi
Praktik klinik residensi keperawatan juga meliputi mata ajar praktik klinik
keperawatan lanjut III dengan beban studi 4 SKS yang berfokus pada
asuhan keperawatan anak dengan masalah/kondisi kronik. Praktik
dilaksanakan selama 6 minggu di ruang Anggrek RSAB Harapan Kita
Jakarta yaitu ruang anak khusus penyakit kronik ataupun keganasan.
Residen keperawatan anak melakukan asuhan keperawatan pada anak
dengan Acute Myeloid Leukemia, Neuroblastoma, sindroma nefrotik dan
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
47
menjalankan asuhan paliatif. Prosedur klinis yang dipelajari residen
keperawatan anak selama praktik meliputi prosedur pengambilan sampel
darah, pemasangan infus dengan menerapkan manajemen nyeri dengan
distraksi dan relaksasi napas dalam. Prosedur lain yaitu melakukan
melakukan pemeriksaan penunjang EKG dan mendampingi pasien dalam
pemeriksaan
ECHO
serta
USG
abdomen
dengan
menerapkan
peningkatkan kenyamanan untuk menurunkan ansietas pada anak selama
prosedur, memberikan asuhan pada masalah hipotermia dengan tepid
sponge, upaya pencegahan infeksi dengan dengan melakukan tindakan
dengan teknik aseptik dan mengajarkan orang tua dan pengasuh tentang
cuci tangan yang benar serta pendidikan kesehatan dan motivasi untuk
anak dan orang tua tentang nutrisi. Pencapaian kompetensi selama praktik
difasilitasi juga oleh pembimbing lapangan yang membantu memahami
protokol-protokol kemoterapi serta perawat-perawat ruangan yang
membantu pendekatan terhadap berbagai kondisi mental anak dengan
penyakit kronik. Diskusi residen keperawatan anak dengan pembimbing di
lapangan juga terkait aturan manajemen ruangan pada keluarga pasien dan
perawat yang dalam kondisi hamil dan menyusui serta berbagi informasi
terkait jurnal penelitian yang membahas dampak yang akan ditimbulkan
serta teknik pembatasan untuk meminimalkan risiko dari obat-obatan
kemoterapi.
3.2.3 Pencapaian Target Kompetensi Ruang Perinatologi
Praktik klinik di ruang perinatologi melalui dua tahap yaitu praktik klinik
pada periode residensi keperawatan 1 dan dilanjutkan pada periode
residensi keperawatan 2 karena residen keperawatan anak memilih
perinatologi sebagai area peminatan. Pada residensi keperawatan 1 area
perinatologi masuk pada mata ajar praktik klinik keperawatan anak lanjut
1 dengan beban studi 3 sks dan mata ajar praktik klinik khusus dalam
keperawatan anak dengan beban studi 6 sks.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
48
Praktik residensi keperawatan 1 dilaksanakan pada ruang perinatologi di
RSAB Harapan Kita di ruang Seruni (ruang rawat level 1 dan 2).
Kompetensi yang dilaksanakan residen keperawatan anak meliputi
memberikan
asuhan
enterocolitis,
patent
keperawatan
ductus
pada
bayi
arteriosus,
dengan
dan
necrotizing
hiperbilirubinemia.
Pengelolaan pasien juga dipenuhi dengan memenuhi kompetensi baik
kompetensi dasar maupun kompetensi lanjutan dimulai dari melakukan
pengkajian fokus pada masing-masing kasus, menegakkan masalah
keperawatan serta melakukan intervensi keperawatan berupa prosedur
pencegahan infeksi seperti mencuci tangan, memandikan, dan melakukan
tindakan
invasif
dengan
teknik
aspetik,
mengukur
perubahan
hemodinamik dari pemeriksaan tanda-tanda vital, mempromosikan
pemenuhan nutrisi dan cairan secara enteral dengan ASI, memfasilitasi
interaksi orang tua dan bayi, melakukan edukasi dan penyebaran informasi
kepada orang tua, perawat dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
terkait pemenuhan kebutuhan pasien. Pemberian informasi kepada perawat
ruang Seruni dilakukan dengan menyampaikan hasil bacaan artikel terkait
manajemen apnea dan bradikardia pada neonatus. Topik ini dipilih karena
saat itu ada 2 bayi yang sedang dirawat dengan gejala klinis apnea dan
bradikardia sehingga residen keperawatan anak memilih membacakan
artikel tentang hal-hal yang mempengaruhi kejadian apnea serta cara
mengatasinya baik secara medis dan keperawatan.
Praktik residensi keperawatan 2 dilakukan di tiga ruang perinatologi di dua
rumah sakit yaitu RSAB Harapan Kita di ruang Seruni (ruang rawat bayi
level 1 dan 2) dan ruang Kemuning (ruang rawat bayi level 3) pada
tanggal 15 Febuari sampai 25 Maret 2016 serta ruang Peristi RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo tanggal 28 Maret sampai 29 April 2016. Residen
keperawatan anak memberikan asuhan keperawatan kepada 5 kasus
kelolaan sesuai dengan yang telah disepakai bersama dengan supervisor
dan supervisor utama dalam pembekalan awal sebelum memulai praktik
residensi keperawatan. Kelima kasus tersebut meliputi kasus neonatus
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
49
dengan hiperbilirubinemia, sepsis neonatorum, respiratory distress
syndrome, Apnoe of Prematurity (AOP), dan kejang neonatal.
Adapun kompetensi yang dicapai residen keperawatan anak selama praktik
residensi keperawatan 2 antara lain memberikan asuhan keperawatan pada
neonatus dengan gangguan metabolisme (hiperbilirubinemia), penyakit
infeksi (sepsis neonatorum), masalah sistem pernapasan (respiratory
distress syndrome, AOP), dan masalah sistem neurologis (kejang
neonatal). Proses belajar yang didapat residen keperawatan anak saat
melakukan asuhan yaitu mempelajari tentang masalah yang sering dialami
bayi terutama bayi prematur, upaya pemenuhan kebutuhan nutrisi dan
cairan bayi baik secara enteral dan parenteral, serta alat-alat yang
digunakan oleh bayi yang membutuhkan perawatan khusus seperti
penggunaan alat bantu ventilator, CPAP, dan alat bantu napas High Flow
Nasal (HFN).
Pencapaian kompetensi lain yaitu dengan melakukan
inovasi terkait upaya perbaikan kualitas asuhan pada neonatal yaitu
penggunaan NNS dan pijat ekstremitas untuk meningkatkan kenyamanan
neonatus pada saat prosedur yang tidak menyenangkan.
3.3. Pembahasan Praktik Spesialis Keperawatan Anak dalam Pencapaian
Kompetensi
Target yang diharapkan dari akademik adalah seorang ners spesialis
keperawatan anak setelah menyelesaikan program residensi mampu berperan
dalam 5 ranah yaitu ranah praktik etik dan legal, praktik keperawatan dan
profesional, kepemimpinan dan manajemen, pendidikan dan penelitian, serta
pengembangan kualitas personal dan profesional. Hal ini yang menjadi target
pencapaian residen keperawatan anak dengan bimbingan dari supervisor dan
supervisor utama selama praktik klinik.
Terkait target pertama yang disampaikan untuk dicapai dalam praktik
spesialis keperawatan anak yaitu sebagai praktisi asuhan keperawatan maka
residen keperawatan anak belajar untuk melakukan mampu melaksanakan
peran sebagai perawat profesional khususnya perawat anak. Residen
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
50
keperawatan anak mendapatkan kemudahan dalam upaya mencoba
melaksanakan praktik keperawatan secara profesional. Residen keperawatan
anak diberi kewenangan untuk melaksanakan baik tindakan mandiri perawat,
tindakan delegasi ataupun berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
Selama praktik residensi keperawatan 1, residen keperawatan anak dapat
belajar sesuai dengan target yang ingin dicapai termasuk belajar ketrampilan
klinik dasar dan lanjutan di bawah pengawasan perawat penanggung jawab
seperti pemasangan infus, pengambilan sampel darah, skin test, injeksi
intravena, mengaplikasikan penggunaan ice pack untuk nyeri anak dengan
pungsi vena, hingga resusitasi pada anak. pencapaian lain yaitu mempelajari
dan memberikan terapi kanker, memandikan bayi, memposisikan bayi,
memasang OGT, memfasilitasi orang tua untuk PMK, pijat bayi, hingga
upaya-upaya konseling untuk meningkatkan produksi ASI dan persiapan
pulang bayi-bayi prematur dan BBLR. Saat praktik residensi keperawatan 2
residen keperawatan anak menambah pengetahuan dengan belajar tentang
ventilasi mekanik, membaca nilai analisa gas darah, dan penerapan NNS dan
pijat ekstremitas pada prosedur invasif untuk meningkatkan kenyamanan
bayi.
3.3.1. Praktik Etik dan Legal
Praktik etik dan legal yang dilakukan residensi keperawatan selama
praktik salah satunya adalah dengan menjalankan peran sebagai advokat.
Advokat adalah seseorang yang memberi informasi terkait manfaat dan
risiko dari suatu tindakan agar klien dan keluarga dapat mengambil
keputusan berdasarkan informasi tersebut. Peran ini sangat penting
dilakukan ketika terjadi perbedaan antara kebutuhan dan keinginan anak
dan keluarga sehingga membantu anak dan keluarga memahami
kebutuhannya terkait peningkatan kesehatan (James et al., 2013; Bowden
& Greenberg; 2010).
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
51
Upaya advokasi yang dilakukan residen keperawatan anak termasuk
dengan menginformasikan berbagai alternatif yang dapat membantu
keluarga
mencapai
derajat
kesehatan
anak
misalnya
dengan
memberitahukan tentang fasilitas kesehatan lain yang dapat digunakan
seperti layanan poli tumbuh kembang untuk melanjutkan stimulasi tumbuh
kembang
pada
anak
dengan
keterlambatan
perkembangan,
menginformasikan tentang fasilitas yang dimiliki rumah sakit dan hak
anak serta orang tua untuk memanfaatkannya, menginformasikan terkait
program
pemerintah
tentang
pembiayaan
kesehatan,
serta
memperkenalkan anak dan orang tua dengan kelompok penderita kanker
dan
yayasan
peduli
kanker.
Peran
lain
termasuk
melakukan
pendokumentasian yang memenuhi syarat legalitas. Residen keperawatan
anak diberikan izin untuk melakukan pendokumentasian terhadap pasien
yang diberikan asuhan dengan memberikan tanda tangan serta
dikomunikasikan serta ditanda tangani oleh perawat penanggung jawab
pasien.
3.3.2. Praktik Keperawatan Profesional
Peran perawat profesional dilakukan dengan memberikan asuhan
keperawatan langsung dengan prinsip asuhan berpusat pada klien dan
keluarga. Asuhan diberikan dengan melaksanakan proses keperawatan
mulai dari pengkajian, penegakan diagnosis, penyusunan rencana,
pelaksanaan tindakan keperawatan dan evaluasi hasil. Pelaksanaan asuhan
melibatkan pengkajian secara menyeluruh tentang riwayat klien dan
keluarga
yang
dibutuhkan
mempertimbangkan
tahapan
termasuk
latar
perkembangan
belakang
anak,
budaya,
serta
mempertimbangkan kondisi fisik dan emosi anak saat memberikan asuhan
(James et al., 2013).
Asuhan yang diberikan selama praktik residensi 1 antara lain asuhan pada
area infeksi anak di RSUP Persahabatan yaitu asuhan pada anak dengan
diare, pneumonia dan infeksi saluran kemih. Asuhan anak pada area akut
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
52
seperti area infeksi sering menemukan kondisi anak dan orang tua yang
cemas, bingung atau bahkan emosi. Anak cenderung gelisah dan takut
dengan perawat sehingga perawat melakukan pendekatan terhadap orang
tua terlebih dahulu, menggunakan rompi bermotif, dan meminta orang tua
membawa mainan atau salah satu barang kesukaan untuk meningkatkan
kenyamanan anak selama dirawat. Setelah anak tenang, perawat dapat
melakukan asuhan dengan menerapkan filosofi asuhan keperawatan anak
yaitu berpusat pada keluarga, asuhan atraumatik dan pengelolaan kasus.
Hal ini juga berlaku pada pemberian asuhan yang diberikan pada area
kronik yaitu ruang Anggrek RSAB Harapan Kita.
Asuhan keperawatan pada area kronik meliputi pemberian asuhan pada
anak dengan AML, Sindroma Nefrotik, dan Neuroblastoma. Pertimbangan
khusus pada area kronik adalah anak merasakan nyeri yang kronik,
kecemasan pada anak dan orang tua lebih besar sehingga kadang anak dan
keluarga ada yang menutup diri atau bahkan sangat terbuka karena sudah
terbiasa dengan perawat dan hospitalisasi. Masalah nutrisi jadi masalah
yang hampir ada pada setiap kasus yang dikelola. Efek program
pengobatan dari obat-obatan kanker menimbulkan gejala mual muntah
yang dirasakan anak juga berakibat pada penurunan nafsu makan. Perawat
berupaya memenuhi kebutuhan nutrisi anak baik secara oral, enteral
ataupun parenteral. Kondisi kronis pada anak membutuhkan kesiapan
mental anak dan orang tua sehingga perawat perlu menerapkan asuhan
perawatan paliatif.
Asuhan keperawatan pada ruang neonatus pada residensi 1 dan 2 dalam
waktu 17 minggu di RSAB Harapan Kita dan RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo
dilaksanakan
pada
neonatus
dengan
necrotizing
enterocolitis, patent ductus arteriosus, dan hiperbilirubinemia, sepsis
neonatorum, sindrom distres pernapasan, AOP, dan kejang neonatal.
Asuhan yang diterapkan tidak hanya fokus kepada masalah kesehatan
yang dialami neonatus tetapi juga pada asuhan perkembangan bayi.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
53
Kompetensi keterampilan yang dicapai residen keperawatan anak yaitu
memandikan bayi, melakukan pemasangan infus dengan teknik aseptik
untuk pemenuhan nutrisi dan cairan bayi, melakukan pemasangan OGT
(orogastric tube) dengan benar, memposisikan bayi sesuai kebutuhan,
mempelajari tentang penggunaan ventilator dengan berbagai mode dan
CPAP sesuai kebutuhan neonatus. Perawat juga menerapkan tindakantindakan untuk menurunkan risiko keterlambatan perkembangan terutama
pada bayi prematur dengan melakukan stimulasi perkembangan,
meminimalkan stimulasi, dan meningkatkan kenyamanan bayi dengan
manajemen nyeri serta meningkatkan interaksi bayi dan orang tua.
Peran lain sebagai perawat profesional yang tidak dapat dipisahkan dalam
memberikan asuhan keperawatan adalah kompetensi residen keperawatan
anak dalam berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya. Kualitas
asuhan keperawatan akan meningkat bila perawat berkolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain seperti ahli gizi, dokter, pekerja sosial dan berbagai
disiplin ilmu terkait. Kolaborasi yang paling sering dilakukan adalah
dengan dokter yaitu terkait perkembangan penyakit, saran untuk
pemeriksaan penunjang dan terapi obat-obatan yang diberikan untuk
mengatasi penyakit bayi dan anak.
Residen keperawatan anak juga berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
upaya pemenuhan nutrisi bayi dan anak yang mendukung tercapainya
kondisi sehat. Kolaborasi dengan ahli gizi di ruang infeksi dan non infeksi
terkait nutrisi yang diberikan untuk menjaga berat badan bayi dan anak
tidak menurun selama dirawat, bentuk dan jenis sajian makanan yang
dapat meningkatkan selera makan anak. Kolaborasi dengan dokter dan ahli
gizi di ruang perinatologi terkait penghitungan kebutuhan nturisi neonatus
dalam upaya menjaga penurunan berat badan yang tidak diinginkan atau
peningkatkan berat badan pada bayi dengan kondisi yang lebih stabil.
Selain dengan ahli gizi dan dokter, residen keperawatan anak melakukan
kolaborasi terhadap pemenuhan belajar pada anak-anak dengan penyakit
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
54
kronis dengan sukarelawan melalui kegiatan hospital schooling di ruang
Anggrek RSAB Harapan Kita sehingga anak tetap dapat memenuhi
kebutuhan belajarnya meski sering dirawat dan meningkatkan percaya diri
anak.
3.3.3. Kepemimpinan dan Manajemen
Pelaksanaan asuhan keperawatan secara menyeluruh membutuhkan
pengelolaan yang baik mengingat kerja perawat yang terbagi menjadi 3
waktu dinas serta jumlah perawat yang banyak. Pengelolaan terkait upaya
kerjasama dan saran pemecahan masalah yang ditemui demi tercapainya
asuhan keperawatan yang diharapkan. Fungsi pemimpin selama praktik
residensi dilakukan terbatas pada pemberian saran terhadap manajemen
ruangan dan tentang manajemen pasien ketika diminta. Residen
keperawatan anak melewati tahap akreditasi saat praktik klinik di RSUP
Persahabatan,
RSAB
Harapan
Kita
dan
RSUPN
Dr.
Cipto
Mangunkusumo. Residen keperawatan anak membantu proses manajemen
ruangan untuk memisahkan anak dengan penyakit infeksi menular dengan
infeksi yang tidak menular, manajemen ruangan pada rentang usia yang
tidak terlalu jauh jika memungkinkan, manajemen ruangan pada anak
kanker dengan kebutuhan pemantauan sering dan kondisi kritis.
3.3.4. Pendidikan dan Penelitian
Peran
pendidik
merupakan
peran
penting
bagi
perawat
untuk
mempersiapkan anak dan orang tua dalam pelaksaan prosedur selama
dirawat. Informasi pendidikan yang diberikan selama praktik residensi
terkait promosi kesehatan seperti cara pencegahan infeksi, cara mencuci
tangan, tentang pentingnya nutrisi, prosedur keselamatan (risiko jatuh) dan
informasi-informasi terkait tindakan atau penyakit. Informasi atau
pendidikan kesehatan yang diberikan menggunakan bahasa yang dapat
dimengerti anak dan orang tua tergantung masa perkembangan anak,
bahasa, budaya, pengalaman sebelumnya dan kemampuan memahami
orang tua serta lingkungan. Informasi yang bersifat umum seperti
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
55
pencegahan infeksi, risiko jatuh, dan nutrisi dapat diberikan secara
terbuka. Perawat dapat memberikan informasi pada klien dan keluarga di
ruang rawatnya meski pada ruang rawat terdapat beberapa pasien lain.
Namun pada informasi yang bersifat individual yang membutuhkan privasi
anak atau orang tua seperti pada pendidikan tentang seksualitas atau
penyakit anak yang tidak ingin diketahui oleh orang lain dapat
disampaikan pada ruang konsultasi yang biasanya disediakan pada ruang
rawat inap anak.
Peran perawat sebagai pendidik pun dapat dilakukan pada mahasiswa
keperawatan yang ditemui saat praktik residensi terkait informasi dan
peran
penting
perawat.
Residen
keperawatan
anak
mengajarkan
mahasiswa perawat D3 keperawatan Muhammadiyah terkait cara
pengkajian, menghitung kebutuhan cairan anak serta mengaplikasikannya
dalam tetesan infus. Residen keperawatan anak melaksanakan peran
pendidik dengan membimbing mahasiswa praktik ners Universitas
Indonesia tentang pendidikan kesehatan pada orangtua anak dengan
penyakit campak, mendampingi mahasiswa dalam pemasangan infus dan
pengambilan sampel darah, menghitung pemenuhan kebutuhan cairan
neonatus, dan pemberian nutrisi enteral dengan OGT.
Target kompetensi lainnya adalah kompetensi dalam upaya pengembangan
ilmu keperawatan. Kontribusinya dilakukan dengan melakukan penelitian
dalam upaya peningkatan kualitas asuhan keperawatan anak. Selama
praktik residensi,
residen mencoba untuk
mengaplikasikan hasil
penelitian-penelitian keperawatan terkait intervensi keperawatan yang
disebut dengan pelaksanaan inovasi keperawatan. Pelaksanaan inovasi saat
residensi 1 dilakukan di ruang infeksi RSUP Persahabatan tentang
penggunaan kantong jeli dingin (ice pack) untuk penurunan nyeri saat
pungsi vena pada anak. Pelaksanaan inovasi saat residensi 2 dilakukan di
ruang perinatologi RSAB Harapan Kita dan RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo tentang penggunaan Non-nutritive sucking (NNS) dan
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
56
pijat ekstremitas untuk penurunan nyeri tindakan invasif pada neonatus
usia gestasi atau koreksi > 35 minggu.
Pelaksanaan praktik evidence based nursing (EBN) oleh residen
keperawatan anak yaitu dengan melakukan proyek inovasi dalam rangka
melaksanakan peran perawat sebagai peneliti atau sebagai pembaharu
dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada neonatus.
Inovasi keperawatan yang dilakukan adalah intervensi keperawatan untuk
nyeri neonatus dengan non-nutritive sucking (NNS) dan pijat ekstremitas
pada bayi dengan usia gestasi/koreksi ≥ 35 minggu. Pelaksanaan inovasi
dilakukan mulai tanggal 17 Maret sampai 6 April 2016 melibatkan dua
rumah sakit yaitu ruang Kemuning RSAB Harapan Kita dan ruang
perinatologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Total jumlah responden
pada implementasi EBN adalah 15 bayi yang terdiri dari 5 bayi yang
mendapatkan perlakuan standar rumah sakit, 5 bayi yang mendapat
intervensi pijat ekstremitas sebelum prosedur penusukan, dan 5 bayi yang
mendapat intervensi NNS sebelum dan selama prosedur penusukan.
Cara kerja yang dilakukan untuk menerapkan EBN ini adalah dengan
mengukur frekuensi nadi, saturasi oksigen dan skor nyeri sebelum
dilakukan prosedur invasif seperti pemasangan infus, pengambilan sampel
darah dengan fungsi vena atau penusukan tumit. Intervensi prosedur pijat
ekstremitas dilakukan pada 5 orang responden dengan melakukan
pemijatan pada bagian eksremitas yang akan dilakukan penusukan secara
lembut selama 2 menit mulai bagian kaki hingga tumit untuk menjaga
kenyamanan bayi. Lalu bagian yang akan ditusuk dibungkus dengan kassa
hangat selama 1 menit kemudian dilakukan.
Intervensi dengan NNS dilakukan pada 5 orang responden dengan
memberikan kesempatan bayi mengisap empeng standar berbahan silikon
yang disesuaikan dengan ukuran bayi. Bayi diberi empeng untuk diisap
selama 2 menit sebelum awal prosedur pungsi vena hingga akhir prosedur.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
57
Lima bayi lainnya hanya dilakukan pengukuran saja tanpa pemberian
intervensi pijat ekstremitas ataupun NNS. Perekaman sebelum penusukan
hingga 1 menit setelah penusukan untuk mengukur nyeri saat penusukan
dengan PIPP baik untuk bayi prematur ataupun bayi cukup bulan. Hal ini
dikarenakan PIPP telah dibuktikan mampu mengkaji nyeri neonatus.
Setelah prosedur selesai dilakukan dilakukan pengukuran nadi dan saturasi
oksigen kembali. Berikut adalah grafik hasil pengukuran saturasi oksigen,
frekuensi nadi dan skor nyeri.
Grafik di atas menunjukkan perubahan nilai saturasi oksigen pada bayi
yang mendapat intervensi NNS lebih rendah dibandingkan pada kelompok
bayi yang mendapat intervensi pijat ekstremitas. Pada kelompok bayi yang
mendapat perlakuan standar tanpa diberikan intervensi pijat ekstremitas
atau NNS terdapat 2 bayi yang tidak memiliki perubahan nilai saturasi
oksigen sebelum dan setelah dilakukan penusukan meski terdapat 2 dari 5
bayi pada kelompok dengan perlakuan standar yang memiliki perubahan
nilai saturasi oksigen yang lebih tinggi dibandingkan pada bayi di
kelompok pijat ekstremitas ataupun NNS.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
58
Grafik di atas menunjukkan perubahan frekuensi nadi pada bayi dengan
intervensi NNS paling rendah dibandingkan pada kelompok bayi dengan
intervensi pijat ekstremitas dan kelompok dengan perlakuan standar.
Perubahan frekuensi nadi pada kelompok pijat cenderung lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok dengan perlakuan standar meski terdapat
1 bayi pada kelompok standar yang memiliki perubahan frekuensi nadi
yang lebih rendah dibandingkan kelompok pijat ekstremitas.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
59
Grafik di atas menunjukkan bahwa perubahan skor nyeri pada kelompok
bayi dengan intervensi NNS cenderung paling rendah dibandingkan
dengan skor nyeri bayi dengan pijat ekstremitas dan kelompok standar.
Perubahan skor nyeri pada kelompok pijat ekstremitas lebih rendah
dibandingkan dengan skor nyeri pada kelompok kontrol dengan perlakuan
standar.
Hasil yang diperoleh pada 15 bayi yang terlibat yaitu perubahan saturasi
oksigen, frekuensi nadi, dan skor nyeri pada kelompok intervensi NNS
cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kelompok pijat sedangkan
perubahan saturasi oksigen, frekuensi nadi, dan skor nyeri pada kelompok
pijat cenderung lebih rendah dibandingkan pada kelompok kontrol/yang
mendapat perlakuan standar di rumah sakit. Namun ada 2 bayi yang tidak
mengalami perubahan nilai saturasi oksigen tersebut adalah bayi dengan
stenosis pylorus dengan usia gestasi 39 minggu dan usia koreksi 40
minggu. Bayi ini tidak mendapat terapi oksigen dan saturasinya selama
diobervasi selalu stabil pada 100%, namun bayi menunjukkan respons
nyeri lainnya dengan perubahan frekuensi nadi dari 155 menjadi
174x/menit dan skor nyeri dari 0 menjadi 4 setelah prosedur pemasangan
infus.
Bayi lainnya adalah dengan diagnosis medis gastroschizis dengan usia
gestasi 30 minggu dan usia koreksi 35 minggu yang mendapatkan terapi
morphin untuk mengurangi nyeri post operasi penutupan gastroschizis
sehingga saat dilakukan prosedur nyeri tidak terjadi perubahan baik pada
saturasi oksigen dan frekuensi nadi. Saat dilakukan pemeriksaan skor nyeri
terjadi perubahan skor PIPP dari skor nyeri 3 sebelum penusukan menjadi
skor nyeri 6 setelah penusukan tanpa intervensi NNS dan pijat ekstremitas.
Saat dilakukan observasi bayi ini memiliki nilai saturasi oksigen dan
frekuensi nadi yang stabil meski saat diberikan stimulus.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
60
Bayi dengan stenosis pylorus dan gastroscyzis diketahui mendapat terapi
morfn untuk mengurangi nyeri post operasi. Efek morfin sebagai sedasi
yang menurunkan nyeri juga dapat meningkatan ventinasi sehingga
oksigenasi juga semakin meningkat. Morfin digunakan pada nyeri post
operatif karena dapat mengurangi perilaku dan respons hormonal akibat
stres atau nyeri yang dirasakan (Kesavan, 2015). Hal ini sesuai dengan
reaksi yang ditunjukkan pada bayi E dengan gastroschizis yang mendapat
terapi morfin, tidak menunjukkan respons stres meski dilakukan tindakan
invasif. Namun perlu dilakukan kewaspadaan terhadap efek dari obatobatan farmakologis. Namun efek morfin jangka panjang dapat
meningkatkan risiko perilaku internal, gangguan ingatan dan belajar
(Kesavan, 2015).
3.3.5. Pengembangan Kualitas Personal dan Profesional
Upaya residen keperawatan anak dalam mengembangkan kualitas personal
dan profesional adalah dengan membekali diri untuk mengikuti pelatihan
dan seminar yang mendukung upaya pengembangan diri sebagai ners
spesialis keperawatan. Pelatihan yang telah diikuti antara lain pelatihan
pijat bayi, pelatihan resusitasi neonatus, pelatihan konseling ASI, pelatihan
Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK), seminar tentang penerapan
akreditasi internasional rumah sakit (JCI) dan seminar tentang hukum
dalam praktik keperawatan.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
61
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1. Penerapan Teori Konservasi Levine dalam Asuhan Keperawatan
Neonatus (kasus terpilih)
Lima kasus yang terpilih adalah kasus neonatus dengan diagnosis medis
hiperbilirubinemia, sepsis neonatorum, Respiratory Distress Syndrome, AOP,
dan kejang neonatal. Kelima bayi memiliki usia gestasi yang berbeda-beda
namun 3 dari 5 bayi adalah bayi prematur dengan rentang usia gestasi/koreksi
32-35 minggu sedangkan 1 bayi matur dengan usia gestasi 39 minggu dan 1
bayi adalah bayi post matur usia gestasi 42 minggu. Jika dibandingkan
dengan bayi matur, bayi prematur sangat rentan dengan masalah distres
pernapasan, gangguan termoregulasi, hipoglikemia, kern ikterus, apnea,
kejang, masalah pemberian nutrisi serta rentan terhadap hospitalisasi
berulang, meski tidak menutup kemungkinan bayi matur mengalami hal yang
sama (Michello, 2013). Semua bayi merupakan bayi yang sedang dirawat
atau pernah dirawat di ruang neonatus level III, sehingga rentan terhadap
masalah gangguan rasa nyaman yaitu nyeri akibat tindakan invasif (Yeo,
2011).
Pada kelima kasus neonatus yang terpilih, masalah nyeri akut bukan
merupakan masalah utama. Namun residen keperawatan anak tertarik untuk
melakukan fokus terhadap intervensi pemenuhan rasa nyaman terutama pada
masalah nyeri karena banyak studi literatur yang membuktikan bahwa
ketidaknyamanan atau nyeri pada bayi dapat berakibat terhadap perubahan
fisiologi dan nyeri berulang dapat berakibat jangka panjang terhadap
perkembangan kognitif dan soaial bayi kelak (Yamada et al., 2008; Canadian
paediatric society statement, 2000; Marchant, 2014; Buonocore & Bellieni,
2008; Mirzarahimi et al., 2013; Lahti et al., 2011). Salah satu contoh yaitu
saat residen juga menemukan pada bayi D dengan respiratory distress
syndrome yang mengalami apnea diiringi dengan desaturasi hingga 40% dan
bradikardia saat dilakukan penusukan tumit serta banyaknya tindakan yang
meningkatkan ketidaknyamanan bayi seperti pemasangan alat bantu napas,
pemasangan infus, pengambilan sampel darah, pengisapan lendir dll. Taddio
61
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
62
& Katz, (2005 dalam Kesavan, 2015) menyatakan bahwa efek langsung dari
nyeri dapat menyebabkan perubahan fisiologis secara akut dan perubahan
biokimia yang menyebabkan gangguan pada ventilasi, perubahan tekanan
arteri, dan
dalam jangka
panjang dapat
menyebabkan perdarahan
intraventikular dan periventrikular leukomalasia. Hal ini membuktikan bahwa
pemenuhan kenyamanan adalah hal penting dalam upaya kestabilan fungsi
fisiologis tubuh bayi sehingga tidak memperberat masalah (trophicognosis)
lainnya.
Ketidaknyamanan pada neonatus dapat disebabkan karena nyeri atau stres
pada bayi. Sulit membedakan respons nyeri atau stres karena bayi tidak
mampu berrespons secara verbal. Penanda nyeri sendiri secara biologis tidak
dapat dideteksi sehingga respons diambil dari perilaku, perubahan fisiologis
sebagai tanda stres pada bayi (Canadian paediatric society statement, 2000;
Marchant, 2014)). Bayi yang menjalani hospitalisasi di NICU mengalami
prosedur nyeri yang berulang yaitu rata-rata 14 prosedur per hari yang
menimbulkan nyeri dan ketidaknyamanan (Walter-Nicolet, 2010). Kesavan
(2015) menyatakan bahwa manajemen nyeri pada neonatus sangatlah penting
karena tidak hanya dapat menurunkan stres pada bayi sakit namun juga dapat
berefek terhadap penurunan risiko gangguan sistem neurologi secara
permanen.
Manajemen nyeri neonatus dapat dilakukan dengan metode farmakologis dan
non farmakologis. Penggunaan analgesik topikal (EMLA) tidak efektif pada
semua nyeri yang dirasakan (Cloherty et al., 2012). Yamada et al. (2008)
menyatakan bahwa EMLA efektif pada nyeri sirkumsisi dan tidak efektif
pada nyeri penusukan tumit. Cloherty et al., (2012) menyatakan bahwa
anestesi topikal efektif digunakan untuk pungsi vena, pemeriksaan ROP,
lumbal pungsi, dan pemasangan peripherally inserted central catheter
(PICC). Penggunaan obat-obatan opioid memiliki efek samping jangka
pendek seperti gangguan ventilasi, hipotensi, waktu yang lebih lama untuk
dapat mencapai nutrisi secara total, dan potensi kejang. Efek jangka panjang
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
63
dari opioid antar lain peningkatan aktivitas locomotor, gangguan memori dan
belajar, perubahan perilaku internal, dan perubahan persepsi nyeri.
Terbatasnya efek pada analgesik topikal dan besarnya efek samping pada
pemberian opioid sebagai pereda nyeri meningkatkan kebutuhan manajemen
nyeri secara non farmakologis yang tetap efektif namun aman bagi bayi
(Kesavan, 2015). Hal ini memperkuat bahwa upaya peningkatan kenyamanan
dengan manajemen nyeri sangatlah penting untuk menurunkan angka
morbiditas bayi, terutama upaya pengembangan manajemen nyeri dengan
metode non farmakologis.
Cloherty et al. (2012) menyatakan bahwa Pacifier/NNS merupakan
rekomendasi utama sebagai pereda nyeri non farmakologis karena terbukti
efektif pada berbagai prosedur seperti penusukan tumit, pungsi vena,
pemeriksaan ROP, pungsi lumbal, pemasangan PICC, pemasangan dan
melepas selang dada, dan sirkumsisi. Studi tentang pijat pada bayi lebih
banyak digunakan untuk membuktikan bahwa pijat dapat meningkatkan
kenyamanan bayi, meningkatkan waktu tidur, dan berat badan BBLR. Saat ini
pijat sudah dikembangkan sebagai intervensi pada nyeri akut neonatus. Jain,
Kumar dan McMillan (2006) membuktikan dalam studinya bahwa bayi yang
mendapat pijat kaki pada prosedur penusukan tumit memiliki skor nyeri dan
denyut nadi lebih rendah secara signifikan dibandingkan pada bayi tanpa
intervensi pijat. Esfahani, Sceykhp, Abdeyazdan, Jadakee, dan Boroumandfar
(2013) juga membuktikan efektifitas pijat terhadap penurunan nyeri pada
injeksi vaksinasi pada bayi usia 6-12 bulan. Mirzarahim et al. (2013) dalam
studinya membuktikan efektifitas NNS dan pijat kaki pada prosedur
penusukan tumit. Kedua intervensi ini dapat dijadikan alternatif bagi perawat
dalam asuhan keperawatan untuk masalah nyeri pada neonatus.
4.1.1. Konservasi energi
Konservasi energi terjadi ketika terjadi keseimbangan antara energi yang
masuk dan yang dikeluarkan. Konservasi energi terjadi ketika individu
mampu beradaptasi dengan terhadap tantangan dari lingkungan baik
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
64
internal maupun eksternal (Alligood, 2014). Tantangan dari lingkungan
eksternal yang dialami semua bayi adalah prosedur yang menimbulkan
nyeri (Yamada et al., 2018). Semua bayi pada kasus terpilih mengalami
masalah kenyamanan yaitu nyeri akut. Respons bayi terhadap nyeri
awalnya terjadi penurunan saturasi oksigen, peningkatan denyut jantung
hingga bradikardia pada prosedur nyeri yang lama. Nyeri yang dirasakan
bayi dapat berakibat pada perubahan fisiologis seperti peningkatan denyut
jantung, tekanan darah, dan konsumsi oksigen serta perilaku bayi. Jika
tidak dilakukan manajemen nyeri maka akan terjadi pengeluaran energi
yang berlebihan yang dapat menyebabkan keletihan bayi hingga
penurunan berat badan (Simmon, 2005; Cong, 2006).
Model Konservasi Levine dapat digunakan perawat dalam praktik
keperawatan untuk membantu bayi beradaptasi terhadap lingkungan baik
internal maupun eksternal dengan respons yang hanya mengeluarkan
sedikit energi (Simmons, 2005). Penggunaan NNS dan pijat ekstremitas
dapat menjadi alternatif yang sebagai strategi konservasi dengan
menurunkan respons nyeri dan akhirnya menurunkan pengeluaran energi
sehingga
bayi
dapat
menggunakan
energinya
untuk
mendukung
pertumbuhan dan perkembangannya (Cong, 2006).
Upaya manajemen nyeri yang diberikan untuk nyeri bayi A dengan
hiperbilirubinemia adalah dengan posisi yang meningkatkan kenyamanan
bayi dengan memfleksikan tangan dan kaki dan penggunaan NNS untuk
menurunkan pengeluaran energi berlebihan serta menurunkan nyeri.
Terjadi peningkatan denyut jantung dan skor nyeri pada penggunaan NNS
lebih rendah dibandingkan dengan posisi. Aplikasi NNS terhadap 5 bayi
terbukti efektif pada 4 orang bayi dengan menurunnya respons fisiologis
yang tidak diinginkan saat bayi merasakan nyeri atau ketidaknyamanan
saat prosedur rutin dan menurunkan periode menangis yang menyebabkan
pengeluaran energi berlebihan. Pijat ektremitas diterapkan sebagai
manajemen nyeri non farmakologis sejak kasus terpilih yang kedua.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
65
Aplikasi pijat ekstremitas pada 4 dari 5 bayi dilakukan saat prosedur
penusukan tumit, pemasangan infus, dan pengambilan sampel darah.
Prosedur ini terbukti dapat menurunkan nyeri saat tindakan invasif pada 3
bayi dan tidak terjadi penurunan nyeri pada bayi Z dengan kejang
neonatal. Kedua intervensi tersebut (NNS dan pijat ekstremitas)
menunjukkan perubahan denyut jantung, saturasi oksigen, dan skor nyeri
yang lebih rendah namun tidak begitu berbeda pada bayi Z dengan kejang
neonatal karena memiliki refleks isap yang lemah serta penurunan
sensitifitas karena pengaruh obat anti kejang (midazolam).
Masalah tantangan internal terhadap konservasi energi lainnya adalah
masalah pernapasan yang dialami 4 dari 5 kasus terpilih. Peningkatan
upaya bernapas hingga adanya apnea meningkatkan kebutuhan energi bayi
dan penurunan suplai oksigen jaringan untuk metabolisme sehingga rentan
terhadap keletihan pada bayi dan berakibat jangka panjang terhadap
peningkatan hari rawat bahkan mortalitas dan morbiditas. Intervensi yang
dilakukan perawat untuk mencegah terjadinya dampak yang lebih lanjut
akibat ketidakefektifan pola napas adalah dengan upaya memenuhi
kebutuhan bayi dengan memberikan posisi pronasi atau supinasi dengan
kepala lebih tinggi 15-20° yang mendukung perbaikan fungsi pernapasan.
Posisi pronasi dapat meningkatkan oksigenasi dan ventilasi, mengurangi
pengeluaran energi dan mengurangi risiko aspirasi (Atkinson & Fenton,
2009). Hampir semua bayi berrespons baik pada posisi supinasi dengan
kepala lebih tinggi ataupun pronasi, hanya satu bayi tidak toleransi
terhadap posisi pronasi yaitu terjadi penurunan saturasi oksigen. Hal ini
dialami bayi D dengan sindrom distres pernapasan karena terdapat distensi
abdomen. Bayi mengalami desaturasi 5-10% saat diposisikan pronasi
sehingga dikembalikan ke posisi supinasi dengan kepala ditinggikan. Bayi
tampak lebih nyaman dan mampu beristirahat diluar jam handling dengan
tanda-tanda vital lebih stabil.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
66
Ada beberapa hal yang menjadi standar perawatan bayi untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal antara lain pemenuhan
nutrisi, menjaga termoregulasi dan persiapan dan pemantauan bayi saat di
rumah agar tidak terjadi hospitalisasi kembali (Foy, 2013). Pemenuhan
kebutuhan nutrisi bayi sangat penting diupayakan untuk mendukung
peningkatan berat badan bayi sehingga bayi lebih mampu beradaptasi
dengan tantangan lingkungan yang dihadapinya (Foy, 2013).
Semua bayi memiliki risiko terhadap masalah nutrisi dengan 2 bayi
teridentifikasi mengalami ketidakcukupan ASI ibu, 2 bayi masih
dipuasakan karena intoleransi terhadap nutrisi enteral, dan satu bayi
dengan risiko pertumbuhan tidak proporsinal karena terjadi penurunan
berat badan dari berat badan lahir (9,7% dari berat lahir pada usia 3
minggu). Pada bayi yang belum toleransi terhadap nutrisi enteral maka
upaya pemenuhan nutrisi dipenuhi dengan nutrisi parenteral. Namun pada
bayi yang toleransi dengan nutrisi enteral, residen mengupayakan
pemenuhan nutrisi enteral dengan ASI dan menggunakan NNS sebagai
stimulasi motorik oral untuk meningkatkan asupan per oral secara
perlahan dengan mempertimbangkan
risiko keletihan pada bayi.
Pemberian susu dapat menggunakan botol dengan aliran yang perlahan
sehingga tidak menyebabkan keletihan bayi (Foy, 2013).
By F dengan sepsis neonatorum meskipun penurunan berat badannya
hanya 9,7% dibandingkan berat badan lahir tetapi pada grafik pencatatan
berat badan bayi, terlihat kecenderungan penurunan atau tidak ada
peningkatan berat badan meskipun bayi F sudah berusia 3 minggu.
Meskipun upaya konservasi energi telah dilakukan dan pemenuhan nutrisi
melalui parenteral sudah sesuai kebutuhan bayi, namun faktor lain dapat
mempengaruhi tidak adanya peningkatan berat badan pada bayi F. LopezAlarcon et al. (2006) menyatakan bahwa sepsis menyebabkan risiko tinggi
masalah nutrisi terutama pada bayi. Semakin berat sepsis yang dialami
maka semakin besar risiko terjadinya masalah nutrisi. By F terdiagnosa
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
67
sepsis sejak usia 3 hari yang hingga saat ini sepsis belum dapat teratasi.
Keadaan sepsis pada by. F diperkirakan menyebar ke infeksi otak yang
ditunjang oleh dengan hasil pemeriksaan cairan serebrospinal terjadi
peningkatan protein dan uji pandy positif. Hal ini kemungkinan menjadi
penyebab rendahnya status nutrisi by. F.
Masalah konservasi energi lainnya adalah ketidakefektifan termoregulasi
yang terjadi pada 4 dari 5 kasus terpilih. Hampir 50% bayi mengalami
stres dingin setelah lahir dan angka ini lebih tinggi pada bayi prematur.
Faktor perawatan terpisah dari ibu juga merupakan hal yang meningkatkan
risiko stres dingin pada bayi (Viral, 2008). Tiga dari 4 bayi mengalami
instabilitas suhu yaitu kadang terjadi hipotermi pada rentang 36ºC - 36,3ºC
dan 2 bayi cenderung mengalami hipertermia dengan suhu 38,6ºC dan
37,6ºC. Satu bayi yang tidak mengalami ketidakefektifan termoregulasi
tetap diberikan lingkungan dengan suhu yang stabil di dalam inkubator
untuk mencegah terjadinya ketidakefektifan termoregulasi.
Termoregulasi pada bayi dapat dipengaruhi oleh imaturitas, BBLR, status
infeksi, dan faktor lingkungan. Perubahan suhu baik hipotermia atau
hipertermia menyebabkan pengeluaran energi yang lebih banyak sehingga
menjaga bayi tetap kering dan hangat pada suhu inkubator yang sesuai
penting untuk menjaga suhu bayi dalam rentang normal yaitu 36,5ºC –
37,5ºC. Tindakan lain yang perawat lakukan adalah dengan memfasilitasi
orang tua melakukan PMK pada bayi. PMK sudah dibuktikan pada studi
Lawn, Mwansa-Kambafwile, Horta, Barros, dan Cousens (2010) terkait
keefektifannya dalam menjaga kestabilan suhu tubuh dan penurunan risiko
infeksi sehingga baik digunakan pada semua bayi terutama bayi-bayi yang
rentan pada masalah termoregulasi dan infeksi.
4.1.2. Konservasi Integritas Struktur
Tantangan bagi integritas struktural bayi mengacu pada imaturitas organ
pada bayi prematur atau kerusakan struktur organ pada bayi matur karena
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
68
proses penyakit.
Masalah pada integritas struktur bayi menyebabkan
fisiologis tubuh yang tidak normal dan berisiko terjadinya kerusakan
struktur tubuh yang lebih lanjut seperti penyakit paru kronik,
periventricular leukomalacia, ROP, dan kerusakan organ lainnya sehingga
membutuhkan penanganan (Spilker, 2015).
Bayi terutama bayi prematur sangat sensitif dan bereaksi terhadap nyeri
dengan mekanisme yang immatur. Nyeri berat atau berulang yang tidak
mampu
diatasi
dapat
menyebabkan
perubahan
fisiologis
yang
menyebabkan ancaman bagi sistem organ sehingga dibutukan manajemen
nyeri untuk mencegah kerusakan integritas struktur dan fungsi sistem
organ (Fitzgeral & Beggs, 2001 dalam Cong, 2006). Kelima bayi
mengalami masalah nyeri akut sehingga residen keperawatan anak
menerapkan manajemen nyeri non farmakologis berupa NNS, sentuhan
dan pemberian posisi pada bayi A dengan hiperbilirubinemia dan empat
bayi lainnya dilakukan manajemen nyeri dengan NNS dan pijat
ekstremitas. Peningkatan kenyamanan yang dirasakan bayi diukur melalui
terjadinya perubahan frekuensi nadi, saturasi oksigen, dan skor nyeri
dengan PIPP.
Bayi prematur lebih sensitif terhadap stimulus dibandingkan dengan bayi
matur karena proses imaturitas sensori pada sumsum tulang belakang
menyebabkan eksitasi dan sensitisasi sel saraf yang lebih rendah sehingga
berisiko lebih besar terhadap kerusakan jaringan (Taddio et al., 2002
dalam Cong, 2006). Tiga dari 5 kasus terpilih adalah bayi prematur dengan
satu bayi mengalami peningkatan kadar bilirubin dalam darah dan satu
bayi dengan penurunan kadar trombosit dalam darah. Peningkatan kadar
bilirubin dapat meningkatkan risiko terjadi encephalophati, kern ikterus,
serta penurunan kemampuan berfikir anak. Peningkatan pemecahan
trombosit sering ditemui pada bayi sepsis dan meningkatkan risiko
perdarahan pada mukosa, gastrointestinal, hingga perdarahan intrakranial
pada trombositopenia berat (Gomella et al., 2013).
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
69
Upaya yang dilakukan perawat pada peningkatan kadar bilirubin adalah
dengan meningkatkan asupan cairan, mempertahankan pemberian terapi
sinar seoptimal mungkin dengan memberikan pengalas kain dan penutup
kain putih saat terapi sinar, mencegah cidera dengan menutup kelamin dan
mata saat terapi sinar, menghitung kecukupan pemberian cairan dan
keseimbangan cairan bayi, serta memantau tanda-tanda kern ikterus.
Risiko cidera akibat penurunan kadar trombosit pada bayi F dengan sepsis
neonatorum dilakukan intervensi antara lain memeriksa tanda-tanda
perdarahan, memenuhi kebutuhan cairan parenteral, memberikan tranfusi
trombosit 2x25 ml dalam 12 jam, dan upaya pencegahan terjadinya
perdarahan akibat tindakan saat perawatan.
Masalah konservasi integritas struktur lainnya ditemukan pada 4 bayi
memiliki karakteristik yang sama yaitu akral dingin, dan sering terjadi
desaturasi. Sands et al. (2009) menyatakan bahwa bayi yang mengalami
penurunan saturasi oksigen dalam jangka waktu lama, berisiko
meningkatkan terjadinya cidera jaringan termasuk jaringan otak. Intervensi
yang dilakukan residen adalah pemberian posisi pronasi karena posisi ini
terbukti meningkatkan saturasi oksigen dibandingkan posisi lainnya
(Closhen, Engelhard, Dette, Erner, & Schramm, 2015). Namun pada 2
bayi yang tidak toleransi terhadap posisi pronasi maka dilakukan upayaupaya peningkatan kenyamanan dengan pemberian posisi fleksi tangan
dan kaki dan NNS saat prosedur rutin ataupun saat bayi menangis.
Kegiatan mengisap terbukti dapat meningkatkan kenyamanan bayi yang
berefek terhadap peningkatan oksigenasi (Motta & Cunha, 2014).
4.1.3. Konservasi Integritas Personal
Meski bayi belum dapat menunjukkan identitas diri, konsep diri, dan
kekawatiran terhadap diri namun pondasi dari integritas personal sudah
mulai dibentuk saat bayi lahir (Spilker, 2015). Asuhan perkembangan
yang diterapkan perawat sangatlah penting untuk mencegah stres pada
bayi dan memberikan lingkungan yang mendukung agar bayi dapat mulai
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
70
tahap
perkembangannya
dengan
fase
trust
(percaya).
Asuhan
perkembangan diterapkan perawat pada semua bayi secara umum antara
lain dengan memberi penutup inkubator, mengurangi risiko kebisingan
dengan mengatur alarm alat dengan benar, berbicara dengan suara pelan,
manajemen nyeri dan pemenuhan rasa nyaman dengan NNS dan pijat
ekstremitas, serta meningkatkan interaksi antara orang tua dan bayi.
Residen keperawatan anak mengangkat masalah risiko keterlambatan
perkembangan pada semua bayi pada kasus terpilih karena risiko dapat
muncul akibat hospitalisasi, perpisahan dengan orang tua, tantangan
lingkungan seperti stimulus berlebihan termasuk stimulus nyeri, dan
gangguan pada sentral otak (edema serebri) pada satu kasus. Peran
kolaboratif
diberikan
pada
bayi
dengan
risiko
keterlambatan
perkembangan akibat masalah kejang dengan memberikan obat-obatan
anti kejang dan untuk mengatasi edema serebri. Intervensi keperawatan
yang dilakukan untuk mengurangi risiko keterlambatan perkembangan
adalah dengan menurunkan kebisingan, mengurangi cahaya, manajemen
nyeri,
peningkatan
kenyamanan
dengan
NNS
dan
PMK,
dan
meningkatkan periode istirahat bayi.
Peran perawat dalam pelaksanaan asuhan perkembangan sangat penting.
Studi oleh Rick (2006 dalam Valizadeh, Asadollahi, Gharebaghi, dan
Gholami (2013) menyatakan bahwa bayi yang mendapatkan asuhan
perkembangan memiliki perkembangan saraf yang lebih baik hingga usia
2 tahun serta lebih rendah terhadap masalah perilaku hingga usia 5 tahun.
4.1.4. Konservasi Integritas Sosial
Ruang perawatan intensif merupakan ruangan yang menegangkan baik
bagi pasien ataupun keluarganya. Bayi atau anak yang dirawat di ruang
NICU terbukti menyisakan trauma saat dewasa. Trauma yang muncul
berupa perubahan perilaku dan ketidakmampuan mengelola emosi. Orang
tua dari bayi atau anak yang dirawat pun mengatakan tetap akan
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
71
mengingat pengalaman perawatan bayi atau anaknya sebagai pengalaman
yang tidak menyenangkan bahkan menakutkan (Peebles-Kleinger, 2000).
Lahti et al. (2011) bahwa nyeri dapat menyebabkan gangguan personal
seperti anti sosial dan masalah emosi saat dewasa. Peningkatan interaksi
keluarga dan penerapan asuhan perkembangan sangat penting dalam
melakukan perawatan sehingga risiko terhadap masalah sosial yang
mungkin timbul dapat berkurang (Valizadeh et al., 2013).
4.2. Pembahasan Praktik Ners Spesialis Keperawatan Anak dalam
Pencapaian Target
Secara umum residen keperawatan anak telah mencapai kompetensi sesuai
target yang telah ditentukan dan disepakati dengan pembimbing dari
akademik baik supervisor ataupun supervisor utama. Residen telah
melaksanakan
asuhan
keperawatan
pada
neonatus
secara
langsung
menggunakan penerapan Model Konservasi Levine, baik pada bayi prematur
maupun bayi matur pada kasus terpilih yaitu hiperbilirubinemia, sepsis
neonatorum, Respiratory Distress Syndrome, AOP, dan kejang neonatal.
Mefford dan Alligood (2011) mengevaluasi perawat yang menggunakan
model konservasi Levine di ruang NICU. Aplikasi teori ini pada ruang NICU
terbukti dapat menurunkan terjadinya morbiditas neonatal, penurunan lama
hari rawat, penggunaan ventilasi mekanik, pemberian oksigen, serta nutrisi
parenteral. Hal ini tentu saja berdampak pada peningkatan kualitas kesehatan,
peningkatan keefektifan organisasi pelayanan kesehatan, kepuasan perawat,
dan keluarga.
Bayi yang dirawat sebagian besar menggunakan jaminan kesehatan
pemerintah yaitu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang
diprogramkan pemerintah sejak 2014. Penurunan lama hari rawat, penurunan
penggunaan ventilasi mekanik, penggunaan oksigen, dan nutrisi parenteral
tentunya berdampak terhadap penurunan penggunaan biaya yang dikeluarkan
pemerintah (Peraturan Menkes RI, 2014). Efek lain dari penurunan lama hari
rawat dapat menurunkan terhadap risiko masalah psikologis pada ibu dan
bayi. Carvalho, Linhares, Padovani, dan Martinez (2009) menyatakan bahwa
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
72
ibu dengan bayi yang dirawat di NICU memiliki masalah emosional berupa
kecemasan hingga depresi. Dampak hospitalisasi pada bayi juga disampaikan
Varella (2012) tentang hubungan hospitalisasi dengan perkembangan kognitif
bayi. Hasil studinya menyatakan bahwa bayi yang menjalani hospitalisasi
memiliki rata-rata Intelligence Quotient (IQ) 100 dengan standar deviasi 15
pada usia 4 tahun. Meskipun angka ini termasuk dalam kategori IQ rata-rata
namun perlu diwaspadai efek hospitalisasi terhadap perkembangan kognitif
anak.
Residen keperawatan anak dalam menjalankan perannya sebagai perawat,
selain memberikan asuhan keperawatan, juga melakukan kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain dalam pemenuhan kebutuhan bayi yang dirawat.
Residen memiliki kesempatan berdiskusi dengan perawat penanggung jawab
dalam melaksanakan asuhan, perawat-perawat senior, perawat primer, kepala
ruangan, Dokter Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS), Dokter
Penanggung Jawab Pasien (DPJP), dan tenaga kesehatan lainnya. Peran
lainnya memberikan edukasi bagi orang tua, memberikan advokasi kepada
orang tua terkait tindakan atau terapi yang diberikan, dan saling bekerja sama
serta berbagi informasi terkait upaya peningkatan kualitas keperawatan
neonatus pada peserta didik lainnya dan perawat ruangan.
Teknik pencapaian kompetensi juga dilakukan residen dengan cara
melakukan refleksi pada setiap hal-hal menarik yang butuh pendalaman
dalam rangka upaya residen meningkatkan pengetahuan dan kualitas asuhan
keperawatan pada neonatus. Refleksi dilakukan residen ketika menemui
kesenjangan antara teori yang pernah residen dapat selama proses
pembelajaran dengan kenyataan saat di lahan praktik. Hal selanjutnya yang
dilakukan adalah mencari sumber-sumber dari hasil-hasil penelitian yang
menjawab keraguan residen terkait fenomena yang ditemukan di lapangan
praktik sehingga residen mampu memutuskan tindakan yang akan dilakukan
bila menemukan fenomena yang sama.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
73
Target kompetensi berikutnya adalah menerapkan EBN di ruang perinatologi.
Residen keperawatan anak menerapkan EBN dalam upaya pemenuhan rasa
nyaman neonatus berupa manajemen nyeri non farmakologis dengan NNS
dan pijat ekstremitas. Aplikasi NNS dan pijat ekstremitas dilakukan pada
setiap tindakan invasif atau tindakan yang diperkirakan menimbulkan
ketidaknyamanan. Residen keperawatan anak memantau perubahan fisiologis
(denyut jantung dan saturasi oksigen) dan pemantauan skor nyeri dengan
PIPP sebelum dan setelah tindakan ketidaknyamanan. Residen keperawatan
anak melibatkan perawat atau petugas laboratorium saat melakukan
penggunaan manajemen nyeri non farmakologis dengan NNS dan pijat
ekstremitas. Perawat mengatakan penggunaan NNS untuk penurunan nyeri
sudah pernah diperkenalkan namun pijat ekstremitas menjadi hal baru sebagai
alternatif manajemen nyeri non farmakologis.
Hasil yang diperoleh pada 15 bayi yang terlibat yaitu perubahan saturasi
oksigen, frekuensi nadi, dan skor nyeri pada kelompok intervensi NNS
cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kelompok pijat sedangkan
perubahan saturasi oksigen, frekuensi nadi, dan skor nyeri pada kelompok
pijat cenderung lebih rendah dibandingkan pada kelompok kontrol/yang
mendapat perlakuan standar di rumah sakit. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Mirzarahhimi, Mehrnoush, Shahizadeh,
Samadi, dan Amani (2013) bahwa pada bayi dengan intervensi NNS memiliki
nilai saturasi oksigen, frekuensi nadi dan skor nyeri lebih rendah
dibandingkan dengan pijat ekstremitas begitu pula dengan kelompok pijat
ekstremitas terhadap kelompok kontrol (standar).
Studi oleh Liaw, Zeng, Yang, Yuh, Yin, & Yang (2011) menunjukkan bahwa
NNS mempunyai efek analgesik terhadap prosedur yang dapat menimbulkan
nyeri seperti injeksi intramuskular, vaksin, dan pengambilan darah. NNS
menurunkan durasi menangis sebelum, selama, dan setelah prosedur. PostWhite et al. (2008) menyatakan bahwa terapi pijat juga terbukti dapat
menurunkan nyeri pada anak dengan kanker. Studi lain yang mendukung
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
74
bahwa pijat meningkatkan kenyamanan dan menurunkan nyeri pada bayi
dengan kolik abdomen yang diobaservasi dari durasi menangis dan skala
nyeri bayi (Arikan, Alp, Gozum, Orbak, & Cifci, 2007). Manajemen nyeri
pada neonatus juga berdampak pada peningkatan berat badan dan penurunan
hari rawat (Diesel, 2009).
Namun ada 2 bayi yang tidak mengalami perubahan nilai saturasi oksigen
tersebut adalah bayi dengan stenosis pylorus dengan usia gestasi 39 minggu
dan usia koreksi 40 minggu. Bayi ini tidak mendapat terapi oksigen dan
saturasinya selama diobservasi selalu stabil pada 100%, namun bayi
menunjukkan respons nyeri lainnya dengan perubahan frekuensi nadi dari
155 menjadi 174x/menit dan skor nyeri dari 0 menjadi 4 setelah prosedur
pemasangan infus. Bayi lainnya adalah dengan diagnosis medis gastroschizis
dengan usia gestasi 30 minggu dan usia koreksi 35 minggu yang
mendapatkan terapi morphin untuk mengurangi nyeri post operasi penutupan
gastroschizis sehingga saat dilakukan prosedur nyeri tidak terjadi perubahan
baik pada saturasi oksigen dan frekuensi nadi. Saat dilakukan pemeriksaan
skor nyeri terjadi perubahan skor PIPP dari skor nyeri 3 sebelum penusukan
menjadi skor nyeri 6 setelah penusukan tanpa intervensi NNS dan pijat
ekstremitas. Efek penurunan nyeri sudah didapat dari obat-obatan opioid
seperti morfin atau fentanil yang menjadi terapi medis unntuk nyeri pasca
operasi sehingga bayi tidak begitu berrespons terhadap nyeri penusukan saat
pemasangan infus (Maitra et al., 2014).
Upaya pencapaian kompetensi juga difasilitasi dengan adanya pembimbingan
dari supervisor. Proses pembimbingan dilakukan 2 minggu sekali untuk
mendiskusikan tentang hal-hal yang ditemui serta solusi dari masalah yang
dialami saat praktik Tambahan pengetahuan didapat dari materi pelatihan
perawat NICU yang diberikan oleh DPJP atau perawat pada kegiatan
pelatihan perawat NICU. Pembelajaran tidak hanya secara teori tetapi juga
praktik mengenai teori dan cara seting ventilator, perakitan dan penggunaan
CPAP, analisa gas darah, praktik penghitungan kebutuhan cairan, dan cara
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
75
pemberian posisi yang benar pada bayi. Berbagai fasilitas dari akademik dan
lahan praktik sangat membantu residen keperawatan anak mencapai target
praktik Ners Spesialis Keperawatan Anak. Banyak hal yang dapat dipelajari
di lahan praktik. Hal ini memotivasi residen keperawatan anak untuk tetap
belajar dengan membaca, memahami, dan mencoba mengaplikasikan hasilhasil penelitian pada asuhan keperawatan neonatus serta tetap saling bertukar
pikiran dengan rekan-rekan sejawat serta tenaga kesehatan lain yang
mendukung.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
76
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
a. Pengkajian pada kelima kasus disesuaikan dengan Model Konservasi
Levine yaitu meliputi ancaman dari lingkungan internal dan eksternal,
ancaman pada konservasi energi, integritas struktur, personal, dan
sosial.
b. Hasil pengkajian pada kelima kasus mengarah pada trophicognosis
ketidakefektifan
termoregulasi,
pola
napas,
hipertermia,
risiko
ikterik
cidera,
ketidakefektifan
neonatus,
nyeri
akut,
ketidakcukupan ASI, risiko pertumbuhan tidak proporsional, risiko
dekubitus, dan risiko keterlambatan perkembangan.
c. Hipotesis untuk masalah pemenuhan rasa nyaman adalah dengan
mengaplikasikan NNS dan pijat ektremitas pada prosedur invasif atau
yang berisiko menimbulkan ketidaknyamanan pada bayi
d. Intervensi dilakukan dengan memberikan NNS selama 2 menit
sebelum prosedur ketidaknyamanan dan selama prosedur berlangsung,
sedangkan intervensi pijat ekstremitas dilakukan dengan melakukan
pemijatan pada ekstremitas yang akan dilakukan prosedur invasif
selama 2 menit
kemudian dilanjutkan dengan membungkus
ekstremitas yang akan dilakukan penusukan dengan kassa hangat
selama 1 menit.
e. Intervensi NNS dan pijat ekstremitas dapat menurunkan skor nyeri
dengan PIPP, perubahan frekuensi nadi, dan saturasi oksigen pada
bayi baik prematur maupun bayi matur namun keefektifannya
dipengaruhi juga oleh faktor-faktor lain seperti kemampuan bayi
mengisap, kondisi penyakit bayi, dan penggunaan obat-obat yang
mempengaruhi kerja otot.
f. Residen keperawatan anak telah melaksanakan kompetensi sebagai
perawat dengan menjalankan praktik etik dan legal, praktik
keperawatan
profesional,
peran
kepimpinan
76
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
dan
manajemen,
77
pendidikan dan penelitian, serta pengembangan kualitas personal dan
profesional.
5.2. Saran
5.2.1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Dibutuhkan kesamanan persepsi dalam penerapan teori keperawatan
dan aplikasi EBN demi meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
neonatus antara residen keperawatan anak sebagai mahasiswa dan
perawat di lahan praktik.
5.2.2. Bagi Keilmuan Keperawatan
a. Model Konservasi Levine dapat dikembangkan untuk masalah
keperawatan lainnya pada area neonatus
b. Diharapkan laporan ini dapat menjadi perbandingan penerapan
teori keperawatan lainnya untuk memenuhi rasa nyaman neonatus
c. Dilakukan uji coba intervensi NNS dan pijat ekstremitas pada
sampel yang lebih besar untuk melihat signifikansi dari intervensi
terhadap penurunan nyeri
5.2.3. Bagi Institusi Pendidikan
Pendidikan diharapkan dapat membuat pedoman target kompetensi
ners spesialis keperawatan anak secara rinci untuk memudahkan
residen keperawatan anak mengevaluasi pencapaian kompetensi.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, M. R. (2014). Nursing theory: Utilization and applicaiton (5th Edition).
St. Louis: Mosby Elsevier.
Arikan, D., Alp, H., Gozum, S., Orbak, Z., & Cifci, E. K. (2007). Effectiveness of
massage, sucrose solution, herbal tea or hidrolised formula in the treatment
of infantile colic. Journal of Clinical Nursing, 17, 1754-1761
Atkinson, E., & Fenton, A.C. (2009). Management of apnoea and bradycardia in
neonates. Paediatrics and child health, 19(12), 550-554
Baldwin, K. M., Clark, A. P., Fulton, J., & Mayo, A. (2009). National validation
of the NACNS clinical nurse spesialist core competencies. Journal of
Nursing Scholarship, 41(2), 193-201
Blauer, T. (1996). A simultaneous comparison of three neonatal pain scales
during common newborn intensive care unit procedures. Thesis of The
University of Utah.
Buonocore, G., & Bellieni, C. V. (2008). Neonatal pain: Suffering, pain, and risk
of brain damage in the fetus and newborn. Italy: Springer.
Campbell-Yeo, M. (2011). Co-bedding as a comfort measure for twins
undergoing painful procedures. Thesis of McGill University.
Canadian Paediatric Society Statement. (2000). Prevention anda mangement pain
anda stress in the neonate. Paediatr Child Health, 5(1), 31-38.
Carvalho, A. E. V., Linhares, M. B. M., Padovani, F. H. P., & Martinez, F. E.
(2009). Anxiety and depression in mothers of preterm infants and
psychological intervention during hospitalization in neonatal ICU. The
Spanish Journal of Psychology, 12(1), 161-170.
Christensen, P. J., & Kenney, J. W. (2009). Proses keperawatan: Aplikasi model
konseptual (Edisi 4). (Yuyun Yuningsih, & Yasmin Asih, Penerjemah).
Jakarta: EGC.
Cloherty, J. P., Eichenwald, E. C., Hansen, A. R., & Stark, A. R. (2012). Manual
of neonatal care (7th edition). Philadepphia: Lippincott Williams & Wilkins,
a Wolters Kluwer bussiness.
Closhen, D., Engelhard, K., Dette, F., Werner, C., & Schramm, P. (2015).
Changes in cerebral oxygen saturation following prone positioning under
general anaesthesia: A prospective observational study. Eur J Anaesthesi, 32
(6), 381-387
Cong, X. (2006). Kangaroo care for analgesia in preterm infants undergoing heel
stick pain. Dissertation Frances Payne Bolton School of Nursing
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
Delmore, B. A. (2003). Fatigue and prealbumin levels during the weaning process
in long-term ventilated patients. Dissertation Program in Nursing Theory and
Research Division of Nursing, New York University.
Diesel, H. J. (2009). Soothability and growth in preterm neonates. Dissertation
University of Missouri St. Louis.
Foy, M. S. (2013). Standardized care of the late preterm infant in upper midwest
hospital. Theses, Dissertations, and Other Capstone Projects, paper 202
Gomella, T. L., Cunningham, M. D., & Eyal, F. G. (2014). Neonatology:
Management, prosedures, on-call problems, diseases, and drugs (7th Edition).
USA: McGraw-Hill Education LLC.
Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2009). Wong’s essential of pediatric nursing
(8th Edition). St. Louis: Mosby Elsevier.
Jain, S., Kumar, P., & McMillan, D. D. (2006). Prior leg massage decrease pain
responses to heel stick in preterm babies. Journal of Paediatrics and Child
Health, 42, 505-508
Jenik, A. G., & Vain, N. (2009). The pacifier debate. Early Human Development,
86, 89-91.
Juneau, A. L., Aita, M., & Heon, M. (2015). Review and critical analysis of
massage studies for term and preterm infants. Neonatal network, 34 (3), 165177
Kesavan, K. (2015). Neurodevelopmental implication of neonatal pain and
morphine exposure. Pendiatr Ann, 44(11), 260-264
Lahti, M., Raikkonen, K., Wahlbeck, K., Hetnonen, K., Forsen, T., Kajantie,
E.,...... & Eriksson, J.G. (2011). Growth in infancy and childhood and
hospitalization for personality disorders in adulthood: The helsinki birth
cohort study. Journal of Personality Disorder, 5(3), 620-633.
Lawn, J. E., Mwansa-Kambafwile, J., Horta, B. L., Barros, F. C., & Cousen, S.
(2010). Kangaroo mother care to prevent neonatal deaths due to preterm birth
complications. International Journal of Epidemiology, 39, 144-154
Liaw, J. J., Yang, L., Ti, Y., Blacburn, S. T., Chang, Y. C., & Sun, L. W. (2010).
Non-nutritive sucking relieves pain for preterm infants during heel stick
procedures in Taiwan. Journal of Clinical Nursing, 19. 2741-2751.
Liaw, J. J., Zeng, W. P., Yang, L., Yuh, Y.S., Yin, T., & Yang, M. H. (2011).
Nonnutritive sucking and oral sucrose relieve neonatal pain during
intramuscular injection of hepatitis vaccine. Journal of Pain and Symptom
Management, 42(6), 918–30
Liaw, J., Yang, L., Wang, K. K., Chen. C., Chang, Y., & Yin, T. (2012). Nonnutritive sucking and facilitated tucking relieve preterm infant pain during
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
heel-stick procedures: A prospective, randomised controlled crossover trial.
International Journal of Nursing Studies, 40, 300-309.
Maitra, S., Baidya, D. K., Khanna, P., Ray, B. R., Panda, S. S., & Bajpai, M.
(2014). Acute perioperatife pain in neonates: An evidence-based review of
neurophysiology and management. Acta Anaesthesiologica Taiwanica, 1-8
Marchant, A. (2014). Neonates do not feel pain: a critical review of the evidence.
Bioscience Horizons, 7, 1-9.
Martins, S. W., Dias, F. S., Enumo, S. R. F., & Paula, K. M. P. (2013). Pain
assessment and control by nurses of an neonatal intensive care unit. Rev Dor
Sito Paulo, 1(2), 21-26.
Mefford, L. C. (2004). A theory of health promotion for preterm infants based on
Levines’s conservation model of nursing. Nursing Science Quarterly, 17(3),
260-266.
Mefford, L. C., & Alligood, M. R. (2011). Evaluating nurse staffing patterns and
neonatal intensive care unit outcomes using Levine’s conservation model of
nursing. Journal of Nursing Management, (19), 998-1011
Mirzarahimi, M., Mehrnoush, N., Shahizadeh, S., Samadi, N., & Amani, F.
(2013). Effect of non-nutritive sucking and leg massage on physiological and
behavioral indicators of pain following heel blood sampling in term
neonates. International Journal of Advanced Nursing Studies, 2(3), 74-79.
Mitchel, A. (2003). The effects of oral sucrose and nonnutritive sucking on the
relief of pain experienced by preterm infants during eye examinations
performed to detect or monitor retinopathy of prematurity. Dissertation of
University of Mississippi Medical Center.
Motta, G. C. P., & Cunha, M. K. C. (2014). Prevention and non-pharmacolgical
management of pain in newborns. Rev Bras Enferm, 68 (1), 123-130
Nanda International. (2015). Diagnosis keperawatan: Defenisi & klasifikasi 20152017 (Edisi 10). (Budi Anna Keliat, Heni Dwi Windarwati, Akemat
Pawirowiyono, & M. Arsyad Subu, Penerjemah). Jakarta: EGC.
Peebles-Kleiger, M. J. (2000). Pediatric and neontatal intensive care
hospitalization as traumatic stressor: Implication for intervention. Bulletin of
the Menninger Clinic Spring, 64(2), 257-280
Peraturan Menteri Kesehatan RI. (2014). Standar tarif pelayanan kesehatan dalam
penyelenggaraan program jaminan kesehatan. Jakarta, Menkes RI.
PPNI. (2005). Standar Kompetensi. http://www.inna-ppni.or.id/index.php/standarasuhan-keperawatan/79-keperawatan-di-indonesia diakses tanggal 29 Mei
2016
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
Raeside, L. (2013). Neonatal pain: Theory and concepts. Working Papers in
Health Sciences, 1(4), 1-6
Rustina, Y. (2015). Bayi prematur: Perspektif keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.
Sands, S.A., Edwards, B.A., Kelly, V.J., Davidson, M.R., Wilkinson, M.H., &
Berger, P.J. (2009). A model analysis of arterial oxygen desaturaiton during
apnea in preterm infants. Plos Computational Biology, 5(12), 1-14
Sexton, S., & Natale, R. (2009). Risks and benefits of pacifiers. Am Fam
Physician, 79(8), 681-685.
Simmons, J.D. (2005). Comparison of preterm infant pain tools: The PIPP and the
NFCS. Master’s and Doctoral Project Paper 37
Spilker, A. (2015). The effectiveness of a standardized positioning tools and
bedside education on the developmental positionning proficiensi of NICU
nurses. Master’s Theses and Graduate Research, San Jose State University.
Suba, S., & Scruth, E. A. (2015). Legal and ethical: A new era of nursing in
Indonesia and a vision for developing the role of the clinical nurse
specialist. Clinical Nurse Specialis, 225-257
Valizadeh, L., Asadollahi, M., Gharebaghi, M. M., & Gholami, F. (2013). The
congruence of nurses performance with developmental care standars in
neontal intensive care units. Journal of Caring Science, 2(1), 61-71
Varella, M. H. (2012). Patterns of growth in children born small for gestasional
age: Relationship with hospitalization risk and cognition during childhood.
Dissertation Doctor o Philosophy Baltimore.
Viral, D. A., & Campbell, D. E. (2008). In care of the late preterm infant.
Diunduh dari www.peidatriccareonline.org/pco/ub/pview/AAP-textbook-ofPediatric-Care tanggal 6 Juni 2016
Walter-Nicolet, E., Annequin, D., Biran, V., Mitanchez, D., & Tourniaire, B.
(2010). Pain management in newborn: From prevention to treatment.
Pediatric Drugs, 12 (6), 363-365
Yamada, J., Stinson, J., Lamba, J., Dickson, A., McCrath, P.J., & Steven, B.
(2008). A review of systematic reviews on pain interventions in hospitalized
infants. Pain Res Manage, 4(13), 413-420.
Yangzom, N. (2012). The effect of benadryl on sleep in pediatric burn patients.
Master of Science in Nursing , Nothern Kentucky University.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
LAMPIRAN:
1. EMPAT LAPORAN KASUS TERPILIH
2. LAPORAN PENERAPAN EVIDENCE BASED NURSING
3. BIODATA PENULIS
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN KASUS TERPILIH
HALIMAH
1306345882
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM NERS SPESIALIS KEPERAWATAN ANAK
DEPOK, JUNI 2016
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
1
Kasus 1
Asuhan Keperawatan pada Bayi A dengan Hiperbilirubinemia
Menggunakan Levine Conversation Model
1. Pengkajian
a. Data umum: By. A lahir tanggal 26 Febuari 2016 berjenis kelamin
perempuan dengan usia gestasi 39 minggu. Pengkajian oleh perawat
dilakukan tanggal 29 Febuari 2016. Diagnosis medis adalah NCB KMK,
Pasca Respiratory Distress Syndrome (RDS), dan Hiperbilirubinemia.
Usia kronologis 3 hari.
b. Riwayat kesehatan orang tua: Ibu mengatakan terdeteksi tekanan darah
tinggi 1 minggu sebelum melahirkan, TD ibu 190/90 mmHg
Riwayat kesehatan sebelumnya: bayi lahir melalui proses seksio sesarea.
Bayi lahir tidak segera menangis dengan apgar skor menit pertama 6 dan
menit kelima 7. Berat lahir bayi 2079 gram. Sebelumnya bayi A dirawat di
ruang perinatologi level III pada hari pertama lahir dengan diagnosa medis
RDS dan hiperbilirubinemia pada hari kedua kelahiran. Riwayat
leukositosis yaitu 26,06x 103, bilirubin 14,2 mg/dl,
mendapat terapi
antibiotik dan terapi sinar kemudian dipindah ke ruang rawat post NICU di
ruang Seruni karena kondisi pernapasan sudah stabil.
c. Konservasi energi
1) Pernapasan: Frekuensi pernapasan bayi rata-rata 44x/menit dengan
irama ireguler. Tidak ada tanda-tanda gangguan pernapasan, tidak ada
retraksi, dan pernapasan cuping hidung.
2) Sirkulasi: Tekanan darah 91/67 mmHg, frekuensi nadi 140 x/menit
dengan irama reguler. Nadi teraba pada kuat pada ekstremitas, waktu
pengisian pembuluh kapiler kurang dari 3 detik, tidak ada sianosis
perifer dan sentral namun akral teraba dingin. Pada pemeriksaan
jantung tidak ditemukan bunyi jantung tambahan. Suhu bayi pada
pemeriksaan aksila adalah 36,2°C dengan suhu inkubator 30°C.
3) Nutrisi dan Cairan: Abdomen teraba supel dan tidak ada distensi, bising
usus bayi 6x/menit. Bayi saat ini mendapat nutrisi enteral ASI/susu
1
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
2
formula BBLR 8x20 ml diberikan dengan cawan per oral. Berat badan
saat ini yaitu 2137 gram (naik 58 gram dari berat lahir).
4) Eliminasi: Bayi buang air besar mekonium dengan frekuensi 3-4 kali
sehari, urin berwarna kuning jernih sebanyak 60 ml dalam 7 jam
(diuresis 4 ml/jam). Tidak ditemukan adanya edema, warna urin kuning
jernih.
5) Istirahat tidur: Bayi tidur gampang terbangun dan menangis sebelum
tiba waktu handling, gerakan bayi aktif
d. Integritas struktur
1) Pemeriksaan kepala: Bentuk kepala normal dengan fontanel terbuka
dan normal, tidak cekung atau membonjol. Lingkar kepala 33 cm.
2) Aktivitas kejang tidak ada
3) Integumen: tidak ada kemerahan atau luka lecet pada kulit
4) Pemeriksaan penunjang:
-
Rontgen thorax: Kesan jantung dan paru dalam keadaan normal (tgl
26/2/2016)
-
USG Kepala: Kesan normal tidak ada tanda-tanda perdarahan
intrakranial (29/2/2016)
-
Laboratorium darah:
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Dif
CRP
Bilirubin total
Na/K/CL/Ca/P
ITR
Kultur darah
Enzim G6PD
26/2-2016
19,9
59,,7
26,06
212
0,7/0,3/0/
73/20,8/5,
2
0,1
14,2
29/2-2016
17,9
51
9,9
162
0,2/1,6/0/55
,1/32,7/10,4
0,1
12,1
137/3,6/102
/10,2
2/3-2016
3/3-2016
8,74
0,06
N-TSH
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
Steril
6,9 (N: >5
U/gHb)
2,3 (N. <10
µIU/ml)
3
e. Integritas personal
1) Fungsi sensoris: Bayi gampang terganggu dengan stimulus sentuhan
tindakan yang dilakukan perawat, bayi bereaksi dengan menangis. Saat
dilakukan pengambilan sampel darah vena, bayi menangis keras,
denyut nadi meningkat dan saturasi oksigen turun hingga 7-10%
2) Fungsi motorik kasar: Pergerakan dan tonus otot baik. Tidak ditemukan
gerakan abnormal.
3) Fungsi motorik halus: Kemampuan mengisap kuat tetapi bayi hanya
mampu menghisap sebentar kemudian diam dan tampak lelah
f. Integritas sosial: Orang tua belum berkunjung saat pengkajian karena ibu
masih lemah dan dirawat di ruang bersalin
2. Trophicognosis
Terdapat 5 trophicognosis yang dapat diidentifikasi berdasarkan data-data di
atas antara lain:
a. Ketidakefektifan termoregulasi,
b. Ikterik neonatus,
c. Nyeri akut,
d. Ketidakcukupan ASI, dan
e. Risiko keterlambatan perkembangan.
3. Hipotesis
Rencana keperawatan yang dikembangkan untuk kasus By. A dengan
menggunakan Model Konservasi Levine antara lain:
a. Cegah kehilangan suhu dari dan ke lingkungan dengan membuka jendela
inkubator seperlunya, menghangatkan semua benda-benda yang akan
disentukan ke bayi termasuk tangan perawat, dan mengatur suhu inkubator
sesuai kebutuhan bayi
b. Optimalkan pemberian terapi sinar
c. Penuhi kebutuhan cairan bayi dengan menghitung kebutuhan cairan,
pantau tanda-tanda pemenuhan kebutuhan cairan, hitung keseimbangan
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
4
cairan, pengeluaran urin, dan tanda-tanda dehidrasi. Pantau pengeluaran
mekonium.
d. Posisikan bayi selalu dengan fleksi tangan dan kaki dan mempertahankan
posisi dengan nesting, memberikan posisi pronasi atau supinasi dan
memantau toleransi terhadap posisi
e. Penuhi kebutuhan nutrisi dengan menghitung kebutuhan nutrisi, periksa
kesiapan nutrisi per oral dengan memeriksa refleks isap, memberi stimulus
oral, dan memantau toleransi bayi terhadap nutrisi
f. Tingkatkan asupan ASI dengan memotivasi orang tua untuk memberikan
ASI, menjelaskan pentingnya ASI dan cara meningkatkan produksi ASI,
g. Tingkatkan kenyamanan bayi dengan memberikan sentuhan terapeutik,
suara yang lembut selama interaksi dengan bayi, memposisikan bayi
sesuai toleransi, dan penggunaan NNS
h. Asuhan perkembangan dengan menjauhkan alat-alat yang berisiko
menimbulkan bunyi dari kepala bayi, memberikan periode istirahat dan
minimalkan gangguan dengan menutup inkubator dengan kain penutup
inkubator yang berwarna gelap,
i. Tingkatkan interaksi orang tua dan bayi dengan mengajarkan cara
menyentuh bayi memfasilitasi ibu untuk melakukan PMK
4. Intervensi
Intervensi merupakan realisasi dari hipotesis yang telah dibuat. Perawat
melakukan tindakan berdasarkan prinsip konservasi untuk mendukung proses
adaptasi bayi dan mencapai keutuhan (kondisi sehat).
a. Konservasi energi
-
Menghindari pengeluaran energi akibat peningkatan atau penurunan
suhu tubuh dari rentang normal yaitu 36,5ºC - 37,5ºC dengan
memantau suhu tubuh dan menyesuaikan suhu inkubator sesuai
kebutuhan. Menjaga suhu tetap dalam rentang normal dengan
memantau suhu tubuh dan menyesuaikan inkubator dengan kebutuhan
suhu bayi. Saat dilakukan pemeriksaan suhu inkubator dengan
termometer
ternyata
suhunya
28ºC.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
Residen
keperawatan
5
mengkoordinasikan dengan perawat penanggung jawab dan petugas
teknisi medis kemudian inkubator diganti dengan inkubator lain yang
lebih baik. Mencegah perpindahan suhu dari dan ke lingkungan,
membuka penutup inkubator seperlunya, menghangatkan benda-benda
dan tangan sebelum disentuhkan ke bayi, mencegah kehilangan panas
dari kain yang digunakan bayi, mandikan bayi di dalam inkubator
dengan air hangat dan keringkan segera setiap bagian yang sudah
dibersihkan, memberikan bedong dua lapis dan topi saat bayi
dikeluarkan dari inkubator untuk diberi susu. Bayi berrespons baik
terhadap tindakan dan suhu terjaga dalam rentang normal.
-
Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi sebagai asupan energi yang
dibutuhkan bayi dengan cara menghitung kebutuhan nutrisi bayi A dan
memberikan nutrisi sesuai kebutuhan. Perawat melakukan pemantauan
terhadap kehilangan energi berlebihan dengan memantau penurunan
atau peningkatan berat badan 15-20 gram/kg BB/hari.
-
Upaya meningkatkan asupan nutrisi melalui peningkatan pemberian
ASI per oral dengan cara memotivasi ibu meningkatkan produksi ASI
dengan PMK.
-
Cegah kehilangan energi berlebihan dengan memposisikan bayi
dengan sesuai toleransi, minimal handling, tingkatkan kenyamanan
dan istirahat bayi dengan pemberian NNS, dan sentuhan positif.
b. Integritas struktur
-
Memantau warna kulit bayi dan memeriksa tanda-tanda kern ikterus.
-
Mencegah nyeri akibat pengambilan sampel darah dengan NNS untuk
mencegah terjadinya kerusakan integritas otak akibat penurunan
oksigenasi saat prosedur nyeri
-
Mendukung
perkembangan
struktur
bayi
dengan
melakukan
pemeriksaan refleks isap bayi, memberi stimulus oral, memantau
perubahan berat badan bayi.
c. Integritas personal
-
Tingkatkan kenyamanan bayi dengan sentuhan positif, memberikan
NNS saat bayi gelisah dan dilakukan tindakan invasif.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
6
-
Tingkatkan asupan per oral sesuai kebutuhan bayi dan inisiasi untuk
menyusu langsung ke ibu atau dot sesuai kemampuan bayi untuk
meningkatkan kepuasan bayi. Pantau toleransi bayi baik toleransi
terhadap asupan nutrisi maupun toleransi terhadap pemberian nutrisi
per oral.
d. Integritas sosial
-
Meningkatkan interaksi antara orang tua dan bayi dengan memotivasi
orang tua untuk sering berkunjung dan berinteraksi dengan bayinya,
mengajarkan orang tua untuk menyentuh bayi memberi kesempatan
orang tua untuk terlibat dalam pemberian nutrisi bayi, memfasilitasi
untuk PMK untuk meningkatkan kenyamanan dan kedekatan antara
orang tua dan bayi.
5. Respons Organismik
Respons bayi setelah dilakukan intervensi 4x24 jam berdasarkan hasil
observasi antara lain:
a. Termoregulasi suhu bayi stabil dengan suhu bayi selalu berada dalam
rentang normal pada hari ketiga diberikan asuhan yaitu pada rentang
36,5ºC – 37,5ºC pada suhu inkubator 29ºC.
b. Kulit bayi tidak lagi tampak kuning, nilai bilirubin turun menjadi 10,9
mg/dl pada hari ketiga setelah pemberian terapi sinar sehingga terapi sinar
dihentikan.
c. Terjadi peningkatan kenyamanan bayi yang ditandai dengan bayi tidur
tenang diluar jam handling, skor nyeri saat dilakukan tindakan invasif
menurun yaitu skor nyeri dengan PIPP saat intervensi NNS adalah 5
dengan skor nyeri sebelumnya tanpa intervensi adalah 7.
d. Nutrisi enteral bayi sudah terpenuhi sepenuhnya dengan ASI. Ibu
memerah ASInya setiap 3 jam. Ibu mencoba untuk menyusui langsung
pada hari ke dua perawatan dan bayi berhasil menyusu langsung pada
upaya menyusui yang kedua pada salah satu payudara.
e. Ibu datang setiap jam menyusui dan berupaya menyusui bayi langsung
sesuai kemampuan bayi, saat bayi tampak lelah proses menyusui
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
7
dihentikan dan asupan diberikan per oral dengan cawan. Hari keempat
bayi terpenuhi kebutuhan nutrisinya dengan menyusu langsung tanpa
dibantu pemberian nutrisi per oral dengan cawan atau dot. Hari pertama
perawatan tidak terjadi peningkatan berat badan namun hari berikutnya
selalu terjadi peningkatan berat badan. Berat badan hari ke empat dirawat
2260 gram (meningkat 123 gram atau rata-rata 19 mg/kg BB/hari mulai
dari hari kedua perawatan hingga hari ke empat perawatan). Bayi dapat
tidur tenang diluar jam handling.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
8
Kasus 2
Asuhan Keperawatan pada Bayi F dengan Sepsis Neonatorum
Menggunakan Levine Conversation Model
1. Pengkajian
a. Data umum: By. F lahir tanggal 12 Febuari 2016 berjenis kelamin
perempuan dengan usia gestasi 33 minggu. Pengkajian oleh perawat
dilakukan tanggal 8 Maret 2016. Diagnosis medis adalah NKB KMK,
Sepsis neonatorum. Usia kronologis 3 minggu 4 hari.
b. Riwayat kesehatan keluarga: By. F adalah anak ketiga. Anak pertama
laki-laki lahir usia 20 tahun, status sehat dan riwayat lahir normal dengan
berat badan lahir 3 kg. Anak kedua berjenis kelamin laki-laki berusia 11
tahun juga sehat dengan riwayat lahir normal dan berat badan lahir 3 kg.
Kondisi keluarga yang lain sehat. Ibu sakit Dengue Hemoragic Fever
(DHF) dan mengalami trombositopenia saat hamil 32 minggu.
c. Riwayat kesehatan sebelumnya: Bayi F dirujuk dari rumah sakit lain
dengan sepsis ec e. cloacal, pasca operasi mekonium intestinal perforasi.
Operasi dilakukan pada hari ketiga kelahiran karena ada riwayat perut
kembung setelah 3 hari pemasangan CPAP yang ternyata terjadi perforasi
mekonium. Pasca operasi terdapat trombositopenia berulang, kultur darah
e. cloacae dan hasl USG kepala infeksi belum dapat disingkirkan.
d. Konservasi energi
1) Pernapasan: Frekuensi pernapasan 23x/menit dengan irama ireguler.
Perawat shift malam mengatakan bayi ada periode apnea 1x jam 23.00
diiringi dengan desaturasi dan bradikardia, tidak ada retraksi, dan
pernapasan cuping hidung. Terdapat lendir berwarna putih pada
hidung dan mulut. Saat ini bayi menggunakan bantuan O2 dengan
nasal kanul 0,5 L/menit.
2) Sirkulasi: Tekanan darah 80/64 mmHg, frekuensi nadi 109 x/menit
dengan irama ireguler. Nadi teraba pada kuat pada ekstremitas, waktu
pengisian pembuluh kapiler 3 detik, tidak ada sianosis perifer dan
sentral namun akral teraba dingin. Pada pemeriksaan jantung tidak
Pemenuhan rasa ...,
8 Halimah, FIK UI, 2016
9
ditemukan bunyi jantung tambahan. Suhu bayi pada pemeriksaan
aksila adalah 36,8°C dengan suhu inkubator 31°C.
3) Nutrisi dan Cairan: Abdomen teraba keras dan distensi, bising usus
bayi 5x/menit. Bayi saat ini dipuasakan dan mendapat nurisi dari
parenteral amino acid 6% 6 ml/jam. Berat badan saat ini yaitu 1361
gram (lebih rendah 147 gram dibandingkan berat badan lahir atau
9,7%). Residu lambung ±1 ml berwarna hijau.
4) Eliminasi: Bayi buang air besar melalui kolostomi, dengan warna feses
kuning, karakteristik feses encer, jumlah ±5 ml setiap shift dinas.
Pengeluaran feses lewat anus tidak ada. Jumlah urin dalam 24 jam 117
ml, diuresis 3,58 ml/kgBB/jam.
5) Istirahat tidur: Bayi dapat tidur dengan baik
e. Integritas struktur
1) Pemeriksaan kepala: Bentuk kepala normal dengan fontanel terbuka
dan normal, tidak cekung atau membonjol. Lingkar kepala 29 cm.
2) Aktivitas kejang tidak ada
3) Integumen: terdapat luka post operasi laparotomi yang sudah kering,
kemerahan dan lecet disekitar ostomi
4) Hasil pemeriksaan penunjang
-
Rontgen thorax tanggal 7 Maret 2016
Minimal ventrikulomegali lateralis kiri dd variasi normal, hasil
kontras enema pasase kontras lancar hingga refluk ke dalam ileum
distal. Masih tampak meconium plug
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
10
- Analisa feses tanggal 7 Maret 2016 : FOB positif (Normalnya negatif)
7/3-2016
13,2
40,8
9,39
53
0,3/6,4/0/4
9,4/22,5/21
,4
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Dif
LED
CRP
LCS:
-
12,6
Protein
Glukosa
Klorida
Sel pandy
10/3-2016
13
40,8
7,29
117
0,1/4,5/61,
9/15,8/17,7
/4,7
12,3
180
25
108
61
10,3-17,9 g/dl
31-59 vol%
5-19.500/ul
150-450.000/ul
0-15 mm
0-3,0 mg/L
15-45mg/dl
45-80mg/dl
98-106 mmol/L
f. Integritas personal
1) Fungsi sensoris: Bayi menangis lemah, terlihat gerakan wajah
menunjukkan adanya nyeri pada awal penusukan kemudian bayi diam,
terjadi penurunan saturasi oksigen hingga 75% dan peningkatan nadi
hingga 180x/menit, skor PIPP 9
2) Fungsi motorik kasar: Pergerakan dan tonus otot baik. Tidak
ditemukan gerakan abnormal.
3) Fungsi motorik halus: Kemampuan mengisap kuat
g. Integritas sosial: Orang tua belum kembali berkunjung saat pengkajian.
Perawat mengatakan orang tua hanya berkunjung diawal untuk mengurus
surat menyurat terkait administrasi.
h. Terapi
1) Mikasin 10 mg/jam
2) Caffein 4 mg/12 jam
3) Micostatin 0,4 ml/6 jam
4) Meropenem 60 mg/8 jam mulai tanggal 10 Maret 2016
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
11
2. Trophicognosis
Terdapat 5 trophicognosis yang dapat diidentifikasi berdasarkan data-data di
atas antara lain:
a. Ketidakefektifan pola napas,
b. Risiko cidera,
c. Risiko pertumbuhan tidak proporsional,
d. Nyeri akut, dan
e. Risiko keterlambatan perkembangan.
3. Hipotesis
Rencana keperawatan yang dikembangkan untuk kasus By. F dengan
menggunakan Model Konservasi Levine antara lain:
a. Monitor pernapasan (upaya, frekuensi, irama, kebersihan jalan napas, dan
bunyi napas) dan pantau tanda-tanda gawat napas seperti pernapasan
cuping hidung, retraksi, takipnea, apnea, grunting, sianosis, saturasi
oksigen rendah,
b. Tingkatkan
upaya
perbaikan
pernapasan
dengan
memposisikan,
membersihkan lendir pada jalan napas, berkolaborasi dalam memberikan
obat-obatan yang meningkatkan fungsi pernapasan,
c. Lakukan tindakan pencegahan infeksi baru dan upaya mengatasi infeksi
dengan pemberian obat-obatan yang sesuai,
d. Kolaborasi dalam pemberian tambahan trombosit untuk mencegah
perdarahan, pantau tanda-tanda perdarahan,
e. Konsultasi dengan ahli gizi dan dokter penanggung jawab pasien (DPJP)
terkait upaya peningkatan berat badan bayi dan pemenuhan nutrisi sesuai
kebutuhan. Penuhi kebutuhan nutrisi dengan menghitung kebutuhan
nutrisi, periksa kesiapan nutrisi per oral dengan memeriksa refleks isap,
memberi stimulus oral, dan memantau toleransi bayi terhadap nutrisi,
f. Tingkatkan kenyamanan bayi dengan memposisikan bayi selalu dengan
fleksi tangan dan kaki dan mempertahankan posisi dengan nesting,
memantau toleransi terhadap posisi, NNS dan pijat ekstremitas saat
tindakan invasif atau tindakan yang mengganggu kenyamanan bayi,
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
12
g. Asuhan perkembangan dengan menjauhkan alat-alat yang berisiko
menimbulkan bunyi dari kepala bayi, memberikan periode istirahat dan
minimalkan gangguan dengan menutup inkubator dengan kain penutup
inkubator yang berwarna gelap,
h. Tingkatkan interaksi orang tua dan bayi dengan mengajarkan cara
menyentuh bayi memfasilitasi ibu untuk melakukan PMK.
4. Intervensi
Intervensi merupakan realisasi dari hipotesis yang telah dibuat. Perawat
melakukan tindakan berdasarkan prinsip konservasi untuk mendukung proses
adaptasi bayi dan mencapai keutuhan (kondisi sehat).
a. Konservasi energi
-
Melakukan pembersihan jalan napas, memberikan posisi prone,
memantau terjadinya apnea, dan memberikan kafein sitrat melalui
OGT 4 mg, memberikan terapi O2 0,5 L/menit. Menghindari
pengeluaran energi dari upaya bernapas yang berat. Pantau
kemampuan bernapas bayi.
-
Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk pemenuhan nutrisi bayi F.
Perawat melakukan pemantauan terhadap kehilangan energi berlebihan
dengan memantau penurunan atau peningkatan berat badan 15-20
gram/kg BB/hari. Bayi diberikan nutrisi parenteral berupa AA 6% 6
ml/jam. Bayi tidak toleransi terhadap nutrisi enteral terlihat dari residu
yang dihasilkan dari OGT berwarna hijau dengan jumlah ±1 ml.
Berkolaborasi dengan DPJP tentang upaya peningkatan nutrisi bayi
karena terjadi penurunan berat badan pada bayi F 9,7% dibandingkan
berat badan lahir dan tidak terjadi peningkatan berat badan sejak
kemarin meski tidak ada penurunan berat badan.
-
Cegah kehilangan energi berlebihan dengan memposisikan bayi
dengan sesuai toleransi, minimal handling, tingkatkan kenyamanan
dan istirahat bayi dengan pemberian NNS.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
13
b. Integritas struktur
-
Mencegah terjadinya cidera akibat trombositopenia dan seringnya
terjadi
desaturasi
dengan
memantau
tanda-tanda
perdarahan,
memberikan tranfusi trombosit, memantau adanya plebitis, dan
memberikan posisi pronasi untuk meningkatkan saturasi oksigen bayi.
-
Meningkatkan kenyamanan bayi saat pemeriksaan nilai trombosit
pasca transfusi trombosit dengan aplikasi NNS dan pijat ekstemitas
untuk mencegah terjadinya kerusakan integritas otak akibat penurunan
oksigenasi saat prosedur nyeri. NNS juga diberikan saat prosedur
lainnya untuk meningkatkan kenyamanan bayi seperti saat prosedur
rutin, perawatan kolostomi, dan upaya meningkatkan istirahat bayi saat
bayi terbangung diluar jam handing.
-
Memberikan zink salep saat perawatan kolostomi disekitar kulit yang
lecet. Membersihkan dengan kassa yang sudah diberi vaselin untuk
mencegah lecet pada mukosa bagian kolostomi yang tampak merah.
-
Mendukung perkembangan struktur bayi dengan memantau perubahan
berat badan bayi.
c. Integritas personal
-
Tingkatkan kenyamanan bayi dengan memberikan NNS saat bayi
gelisah dan dilakukan tindakan invasif serta pijat ekstremitas saat
dilakukan tindakan invasif. NNS diberikan selama 2 menit sebelum
prosedur dan selama tindakan ketidaknyamanan, sedangkan pijat
ekstremitas dilakukan 2 menit kemudian dilanjutkan 1 menit
ekstremitas dibungkus dengan kassa hangat sebelum penusukan.
-
Tingkatkan asupan per oral sesuai kebutuhan bayi dan inisiasi untuk
menyusu langsung ke ibu atau dot sesuai kemampuan bayi untuk
meningkatkan kepuasan bayi. Pantau toleransi bayi baik toleransi
terhadap asupan nutrisi maupun toleransi terhadap pemberian nutrisi
per oral. Bayi dicobakan diberi minum dengan dot saat inisiasi minum
per oral. Pantau toleransi bayi terhadap asupan per oral.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
14
d. Integritas sosial
-
Meningkatkan interaksi positif antara bayi dan perawat dengan
berbicara pelan dan sentuhan positif dengan tangan yang hangat saat
melakukan prosedur rutin. Berikan sentuhan kenyamanan dan posisi
fleksi ekstremitas untuk meningkatkan kenyaman bayi. Buka pintu
inkubator dengan perlahan, hindari kebisingan akibat alat, dan kurangi
stimulus cahaya, tutup inkubator dengan kain.
5. Respons Organismik
Respons bayi setelah dilakukan perawatan selama 4x24 jam didapatkan hasil
observasi yaitu:
a. Apnea sudah tidak ada lagi pada hari ketiga perawatan
b. Tidak ditemui adanya tanda-tanda infeksi tambahan dan perdarahan, nilai
trombosit meningkat 117.000/µl, namun ada perdarahan pada sedikit pada
ostomi pada hari kedua perawatan. Hari ke empat perdarahan pada ostomi
tidak ada lagi setelah perawatan ostomi dengan kassa yang diberi vaselin
dan pemberian zink pada bagian luka yang lecet
c. Terjadi penurunan nilai CRP meski hanya sedikit dari 12,6 menjadi 12,3
mg/L.
d. Berat badan tetap pada 1361, pada hari ke tiga perawatan residu bayi tidak
ada lagi dan bayi mulai diberikan minum 4x1 ml per oral. Bayi dapat
mentoleransi nutrisi enteral yang diberikan kemudian pemberian susu
pregistimil ditingkatkan menjadi 8x2,5 ml pada hari ke empat dan bayi
dapat mentoleransi nutrisi yang diberikan.
e. Terjadi peningkatan kenyamanan bayi yaitu bayi tidak menangis dan dapat
tampak tenang saat diberikan NNS. NNS diberikan saat bayi tampak
gelisah, prosedur rutin, dan saat tindakan invasif. Skor nyeri bayi dengan
PIPP saat dilakukan pengambilan sampel darah menggunakan intervensi
NNS adalah skor 6, sedangkan skor nyeri bayi menggunakan intervensi
pijat ekstremitas saat pemasangan infus adalah skor 8.
f. Residen keperawatan belum dapat mengikutsertakan orang tua dalam
perawatan bayi karena orang tua belum berkunjung.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
15
Kasus 3
Asuhan Keperawatan pada Bayi Ny. D dengan Respiratory Distress Syndrome
Menggunakan Levine Conversation Model
1. Pengkajian
a. Data umum: By. Ny. D lahir tanggal 5 April 2016 berjenis kelamin lakilaki dengan usia gestasi 32 minggu. Pengkajian oleh perawat dilakukan
tanggal 5 April 2016. Diagnosis medis adalah NKB SMK, RDS ec. HMD
ec. Tersangka SNAD. Usia kronologis 6 jam.
b. Riwayat kesehatan keluarga: Tidak ada masalah kesehatan sebelumnya
namun ibu merupakan wanita bekerja dan sering merasakan kontraksi
pada rahimnya selama 2 minggu terakhir. Saat ditemukan adanya indikasi
gawat janin, ketuban pecah berwarna jenih selama 6 jam, oligohidramnion,
kemudian dilakukan seksio secasera. Ditambah riwayat SC 1x pada anak
sebelumnya dengan indikasi gagal induksi.
c. Riwayat kesehatan sebelumnya: Bayi lahir dengan tidak segera menangis,
Apgar skor menit 1 adalah 1, menit ke-5 adalah 6, dan menit ke-10 adalah
8. Pertolongan yang diberikan yaitu dengan VTP 25/5, setelah dievaluasi
usaha napas tidak ada & nadi kurang dari 60 x/menit dilakukan VTP dan
kompresi, evaluasi bayi menangis lemah dengan nadi lebih dari
100x/menit dipasang CPAP 7 FiO2 30%, pengisian pembuluh darah
kapiler memanjang lebih dari 3 detik, loading NaCl 0,9% 15 ml, suhu
36,8°C, SpO2 88-92%.
d. Konservasi energi
1) Pernapasan: Frekuensi pernapasan 52x/menit dengan irama ireguler,
ada wheezing saat ekspirasi, tidak ada retraksi, dan pernapasan cuping
hidung. Saat ini bayi menggunakan alat bantu napas nasal CPAP
dengan PEEP 6 FiO2 21%. Ada apnea saat dilakukan tindakan
penusukan tumit diikuti desaturasi dan bradikardia.
2) Sirkulasi: Tekanan darah 90/54 mmHg, frekuensi nadi 165 x/menit
dengan irama ireguler. Nadi teraba kuat pada ekstremitas, waktu
pengisian kapiler kurang dari 3 detik, tidak ada sianosis perifer dan
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
15
16
sentral namun akral teraba dingin. Suhu bayi pada pemeriksaan aksila
adalah 36,8°C dengan suhu inkubator 31,5°C. Dari catatan
keperawatan sebelumnya bayi suhunya 36,3ºC.
3) Nutrisi dan Cairan: Saat ini bayi masih dipuasakan karena usia masih 6
jam dan pemantauan kestabilan pernapasan. Abdomen teraba supel dan
tidak ada distensi, lingkar perut 25 cm, bising usus bayi 5x/menit. Bayi
saat ini dipuasakan dan mendapat nurisi dari parenteral PG1(2) 4,9
ml/jam. Berat badan saat ini yaitu 1495 gram.
4) Eliminasi: Bayi buang air besar 1x sehari mekonium sedikit ±1 ml,
urin dari jam 8-14 20 ml/jam. Diuresis 20 ml/6 jam/1,495 kg = 2,2
ml/kg BB/jam.
5) Istirahat tidur: Bayi sering terbangun dan menangis.
e. Integritas struktur
1) Pemeriksaan kepala: Bentuk kepala normal dengan fontanel terbuka
dan normal, tidak cekung atau membonjol. Lingkar kepala 24 cm.
2) Aktivitas kejang tidak ada
3) Integumen: Kulit tidak kering, tidak ada luka lecet atau kemerahan
akibat tekanan
5) Hasil pemeriksaan penunjang
-
Rontgen abdomen (7 April 2016): Kesan NEC
-
Laboratorium darah:
Hematologi
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
MCV/VER
MCH/HER
MCHC/KHER
Trombosit
Leukosit
Hitung jenis
Basofil
Eosinofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit
5/4
6/4
Nilai Normal
12,5
41,1
3,71
110,8
33,7
30,4
219
21,96
10,4
34,3
15-24 g/dl
44-70 %
3-5,4 . 106/µl
99-115 fL
33-39 pg
32-36 g/dL
150-400 .103 µL
9,1 – 34 . 103 µL
0,5
0,3
68,2
11,5
19,5
241
8,43
0-1%
1-3%
52-76%
20-40%
2-8%
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
17
RDW-CW
RDW-SD
I/T ratio
Bilirubin total
Bil Direk/Indirek
Kimia Klinik
Albumin
Imunoserologi
CRP kuantitatif
AGD:
- pH
- pCO2
- pO2
- HCO3
- BE
- O2 Saturation
5/4
20
80,9
0,18
6/4
3,24
3,07
2,8 – 4,4 g/dL
0,7
2,2
<0,6 mg/L
7,43
45,4
36
30,4
5,8
74
7,34-7,45
27-43 mmHg
70-85 mmHg
19-23mEq/L
-2 - +3 mmol/L
94 – 98 %
Kultur darah
0,08
8,95
0,59/
8,36
Nilai Normal
<18%
RNF
0-0,20
steril
f. Integritas personal
1) Fungsi sensoris: Saat tindakan invasif penusukan tumit, bayi menangis
kemudian terjadi apnoe yang diiringi desaturasi hingga 40% dan
bradikardia 80x/menit
2) Fungsi motorik kasar: Pergerakan dan tonus otot baik. Tidak
ditemukan gerakan abnormal.
3) Fungsi motorik halus: Kemampuan mengisap ada tetapi lemah
g. Integritas sosial: Orang tua belum berkunjung
h. Terapi
1) Ampisilin 2x75 mg/iv
2) Gentamisin 7,5 mg/36 jam
2. Trophicognosis
Terdapat 5 trophicognosis yang dapat diidentifikasi berdasarkan data-data di
atas antara lain:
a. Ketidakefektifan pola napas,
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
18
b. Risiko cidera,
c. Ketidakefektifan termoregulasi,
d. Nyeri akut, dan
e. Risiko keterlambatan perkembangan.
3. Hipotesis
Rencana keperawatan yang dikembangkan untuk kasus By. D dengan
menggunakan Model Konservasi Levine antara lain:
a. Monitor pernapasan (upaya, frekuensi, irama, kebersihan jalan napas, dan
bunyi napas) dan pantau tanda-tanda gawat napas seperti pernapasan
cuping hidung, retraksi, takipnea, apnea, grunting, sianosis, saturasi
oksigen rendah
b. Tingkatkan
upaya
perbaikan
pernapasan
dengan
memposisikan,
membersihkan lendir pada jalan napas, memantau kesesuaian seting
penggunaan alat bantu napas melalui nilai analisa gas darah
c. Mencegah kehilangan panas dari dan ke lingkungan, hangatkan alat-alat
termasuk tangan yang akan menyentuh bayi, beri penutup kepala jika
perlu, buka penutup inkubator seperlunya.
d. Tingkatkan kenyamanan bayi dengan memposisikan bayi selalu dengan
fleksi tangan dan kaki dan mempertahankan posisi dengan nesting,
memantau toleransi terhadap posisi, NNS dan pijat ekstremitas saat
tindakan invasif atau tindakan yang mengganggu kenyamanan bayi.
e. Asuhan perkembangan dengan menjauhkan alat-alat yang berisiko
menimbulkan bunyi dari kepala bayi, memberikan periode istirahat dan
minimalkan gangguan dengan menutup inkubator dengan kain penutup
inkubator yang berwarna gelap, Penuhi kebutuhan nutrisi dan cairan dan
memantau toleransi bayi terhadap nutrisi.
4. Intervensi
Intervensi merupakan realisasi dari hipotesis yang telah dibuat. Perawat
melakukan tindakan berdasarkan prinsip konservasi untuk mendukung proses
adaptasi bayi dan mencapai keutuhan (kondisi sehat).
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
19
a. Konservasi energi
-
Melakukan pembersihan jalan napas, memberikan posisi prone,
memantau terjadinya apnea, memantau keefektifan nasal CPAP
dengan PEEP 6 FiO2 21%. Menghindari pengeluaran energi dari upaya
bernapas yang berat. Pantau tanda-tanda gawat napas. Memeriksa
kemungkinan penyebab apnea seperti ketidaknyamanan. Berikan
intervensi kenyamanan dengan NNS, pijat atau posisi.
-
Cegah kehilangan energi berlebihan dengan memposisikan bayi
dengan sesuai toleransi, minimal handling, tingkatkan kenyamanan
dan istirahat bayi dengan pemberian NNS dan posisi. Pantau toleransi
bayi terhadap posisi
-
Gunakan NNS atau pijat ekstremitas saat prosedur invasif, pantau
perubahan skor nyeri bayi dengan PIPP. Bila tindakan membutuhkan
waktu yang lama, beri kesempatan bayi beristirahat dengan
memposisikan bayi fleksi dan sentuhan positif. Lakukan kembali
tindakan saat pernapasan, nadi, dan saturasi oksigen sudah kembali
stabil.
b. Integritas struktur
-
Mencegah terjadinya apnoe dan desaturasi akibat stimulasi berlebihan.
Memberikan posisi pronasi untuk meningkatkan saturasi oksigen bayi.
Hindari tekukan pada daerah leher dan gangguan pernapasan akibat
distensi abdomen. Alirkan OGT untuk mencegah distensi abdomen.
Pantau warna dan jumlah sekresi lambung.
-
Meningkatkan kenyamanan bayi dengan aplikasi NNS dan pijat
ekstemitas untuk mencegah terjadinya kerusakan integritas otak akibat
penurunan oksigenasi saat prosedur nyeri.
-
Mendukung perkembangan struktur bayi dengan mencukupi kebutuhan
nutrisi bayi.
c. Integritas personal
-
Tingkatkan kenyamanan bayi dengan memberikan NNS saat bayi
gelisah dan dilakukan tindakan invasif serta pijat ekstremitas saat
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
20
dilakukan tindakan invasif. NNS juga dapat merangsang peningkatan
refleks isap bayi untuk mempersiapkan bayi pada nutrisi per oral.
d. Integritas sosial
-
Meningkatkan interaksi positif antara bayi dan perawat dengan
berbicara pelan dan sentuhan positif dengan tangan yang hangat saat
melakukan prosedur rutin. Berikan sentuhan kenyamanan dan posisi
fleksi ekstremitas untuk meningkatkan kenyaman bayi. Buka pintu
inkubator dengan perlahan, hindari kebisingan akibat alat, dan kurangi
stimulus cahaya, tutup inkubator dengan kain.
5. Respons Organismik
Respons bayi setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam didapatkan hasil
observasi sebagai berikut:
a. Apnea sudah tidak ada lagi pada hari kedua perawatan, alat bantu napas
dilepas. Kemudian dilakukan analisa gas darah setelah 1 jam bayi tanpa
alat bantu napas. Hasil analisa gas darah terlihat kesan alkalosis
respiratorik terkompensasi. Bayi tampak retraksi, perawat memposisikan
bayi supinasi dengan kepala ditinggikan dan alat bantu napas CPAP
dengan PEEP 6 FiO2 21% kembali dipasang. Bayi terlihat tenang setelah
2-3 menit namun masih terlihat sedikit retraksi. Konsultasi dengan DPJP,
PEEP ditingkatkan menjadi 7 FiO2 21%. Saturasi oksigen bayi meningkat
pada rentang 88-92% dan retraksi tidak ada, napas cuping hidung tidak
ada, apnea tidak ada.
b. Hari kedua bayi mulai dicobakan untuk diberikan nutrisi per oral 1 ml,
bayi tidak toleransi, tampak distensi abdomen dengan lingkar perut 31 cm
kemudian nutrisi per oral dihentikan. Distensi abdomen memperburuk
keadaan pernapasan bayi kemudian dilakukan pemeriksaan rontgen
abdomen, dan terdapat kesan NEC. Antibiotik tetap diberikan, dan hari
ketiga residu berwarna bening dengan jumlah 1,5 ml sehari, distensi
abdomen berkurang dengan lingkar perut 29 cm.
c. Terjadi peningkatan kenyamanan bayi dengan bayi tenang saat diberikan NNS.
NNS diberkan saat bayi tampak gelisah, saat prosedur rutin dan saat tindakan
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
21
invasif dilakukan. Skor nyeri tanpa intervensi 16 dan dengan prosedur NNS
menjadi 11 saat prosedur penusukan tumit.
d. Berat badan turun 20 gram pada hari ketiga perawatan (1,3% dari berat
badan lahir)
e. Residen keperawatan belum bisa mengikutsertakan orang tua dalam
perawatan bayi karena orang tua belum bisa berkunjung.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
22
Kasus 4
Asuhan Keperawatan pada Bayi Z dengan Kejang Neonatal
Menggunakan Levine Conversation Model
1. Pengkajian
a. Data umum: By. Z lahir tanggal 8 April 2016 berjenis kelamin laki-laki
dengan usia gestasi 42 minggu. Pengkajian oleh perawat dilakukan tanggal
18 April 2016. Diagnosis medis adalah Sepsis Neonatorum Awitan Dini
(SNAD), kejang neonatal ec. Hypoxic Ischemic Encephalopathy (HIE),
edema serebri. Usia kronologis 10 hari.
b. Riwayat kesehatan sebelumnya: Bayi lahir spntan dengan induksi pada
usia kehamilan 42 minggu di puskesmas. Saat lahir bayi tidak segera
menangis, ketuban hijau lumpur dengan apgar skor menit pertama 2, menit
kelima 3, dan menit kesepuluh 6. Bayi diberi alat bantu napas CPAP PEEP
8, terdapat retraksi, suhu 38,7oC kemudian dirujuk ke RSCM. Dalam
perjalanan bayi diberi terapi O2 ½ L/menit, terpasang IVFD NaCl 20
cc/jam. Saat dating kadar gula darah sewaktu adalah 24 mg/dl, takipnea
RR 75x/menit, retraksi, letargi, pengisian kapiler kurang dari 3 detik. Berat
badan lahir 2675 gram.
c. Konservasi energi
1) Pernapasan: Bayi menggunakan alat bantu napas ventilator dengan
mode pressure assisst control seting frekuensi napas 50x/menit, FiO2
21%, PEEP 5, PIP 13/5, I:E 1:2. Tidak ada retraksi, napas cuping
hidung. Terlihat sekret kental pada selang ETT dan mulut bayi.
2) Sirkulasi: Frekuensi nadi 135 x/menit dengan irama reguler. Nadi
teraba kuat pada ekstremitas, waktu pengisian pembuluh kapiler
kurang dari 3 detik, tidak ada sianosis perifer namun akral teraba
dingin. Perawat jaga malam mengatakan desaturasi berulang yang
kembali normal tanpa stimulus perawat. Pada pemeriksaan jantung
tidak ditemukan bunyi jantung tambahan. Suhu bayi pada pemeriksaan
aksila adalah 37,6°C dengan suhu inkubator 31,5°C.
3) Nutrisi dan Cairan: Saat ini bayi masih dipuasakan, residu berwarna
bening sedikit kehijauan dengan jumlah ±2 ml. Abdomen teraba agak
22
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
23
keras, tidak supel namun tidak ada distensi, lingkar perut 30 cm, bising
usus bayi 1x/menit. Bayi saat ini dipuasakan dan mendapat nurisi dari
parenteral PG1(2) 6,7 ml/jam, IL20 (1) 1,1 ml/jam, D10+Ca (2) 5,7
ml/jam. Berat badan saat ini yaitu 2645 gram
4) Eliminasi: Bayi buang air besar 1x sehari mekonium sedikit, urin 210
ml sehingga diuresis 210/24 jam/2.645 = 3,3 ml/kgBB/jam.
5) Istirahat tidur: Bayi lebih banyak tidur, sesekali bayi membuka mata
saat dilakukan tindakan yang menyebabkan ketidaknyamanan seperti
saat pengisapan lendir dan dilakukan penusukan tumit.
d. Integritas struktur
1) Pemeriksaan kepala: Bentuk kepala normal dengan fontanel terbuka
dan normal, tidak cekung atau membonjol. Lingkar kepala 29 cm.
2) Aktivitas kejang tidak ada, bayi sedang dalam terapi obat-obatan anti
kejang
3) Integumen: Kulit kering dan bersisik, tampak kemerahan pada area
tertentu yang tertekan peralatan atau selang PICC
4) Hasil pemeriksaan penunjang
-
USG abdomen (12 April 2016), kesan sesuai HIE
-
Laboratorium darah:
17/4
Hematologi
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
MCV/VER
MCH/HER
MCHC/KHER
Trombosit
Leukosit
Hitung jenis
Basofil
Eosinofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit
RDW-CW
RDW-SD
20/4
Nilai Normal
12,6
38
15-24 g/dl
44-70 %
3-5,4 . 106/µl
99-115 fL
33-39 pg
32-36 g/dL
150-400 .103 µL
9,1 – 34 . 103 µL
0-1%
1-3%
52-76%
20-40%
2-8%
<18%
RNF
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
24
17/4
I/T ratio
Bilirubin total
Kalium
Kalsium
Clorida
Albumin
Nilai Normal
0-0,20
20,0
4
15,9/
4,1
Bil Direk/Indirek
Kimia Klinik
Natrium
20/4
136,4
4,18
133,
9
2,84
0,29
98,3
2,8 – 4,4 g/dL
e. Integritas personal
1) Fungsi sensoris: Saat tindakan invasif penusukan tumit, bayi menangis
kemudian terjadi apnoe yang diiringi desaturasi hingga 40% dan
bradikardia 80x/menit
2) Fungsi motorik kasar: Pergerakan dan tonus otot baik. Tidak
ditemukan gerakan abnormal.
3) Fungsi motorik halus: Kemampuan mengisap ada tetapi lemah
f. Integritas sosial: Orang tua belum berkunjung
g. Terapi
1) Ampi-sulbac 3x135 mg/iv (hari kelima)
2) Amikasin 3x20 mg/iv (hari kelima)
3) Furosemid 3x2,5
4) Fenobarbital 2x6,5 mg/iv
5) Fenitoin 2x6,5
6) Midazolam 8 mg+ D5 25 ml  0,5 ml/jam
2. Trophicognosis
Terdapat 5 trophicognosis yang dapat diidentifikasi berdasarkan data-data di
atas antara lain:
a. Ketidakefektifan pola napas,
b. Risiko hipertermia,
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
25
c. Risiko dekubitus,
d. Nyeri akut, dan
e. Risiko keterlambatan perkembangan.
3. Hipotesis
Rencana keperawatan yang dikembangkan untuk kasus By. Z dengan
menggunakan Model Konservasi Levine antara lain:
a. Monitor pernapasan (upaya, frekuensi, irama, kebersihan jalan napas, dan
bunyi napas) dan pantau tanda-tanda gawat napas seperti pernapasan
cuping hidung, retraksi, takipnea, apnea, grunting, sianosis, saturasi
oksigen rendah
b. Tingkatkan
upaya
perbaikan
pernapasan
dengan
memposisikan,
membersihkan lendir pada jalan napas, memantau kesesuaian seting
penggunaan alat bantu napas melalui nilai analisa gas darah dan respons
klinis bayi, memberikan posisi yang mendukung pernapasan dan obatobatan yang sesuai
c. Mencegah kehilangan panas dari dan ke lingkungan, hangatkan alat-alat
termasuk tangan yang akan menyentuh bayi, beri penutup kepala jika
perlu, buka penutup inkubator seperlunya, menyesuaikan suhu inkubator
sesuai kebutuhan tubuh bayi
d. Memeriksa kemungkinan penyebab peningkatan suhu tubuh seperti
kejadian infeksi dan kekurangan cairan. Lakukan kewaspadaan terhadap
infeksi, kolaborasi dalam pemberian antibiotik, memantau tanda-tanda
penyebaran infeksi, dan penuhi kebutuhan cairan, pantau tanda-tanda
kekurangan cairan tubuh pada bayi melalui eliminasi urin dan perubahan
berat badan yang cepat.
e. Lakukan pencegahan terhadap masalah kulit dan risiko dekubitus dengan
mengubah posisi tiap 3 jam, pantau toleransi terhadap perubahan posisi.
Hindari penekanan pada area tertentu dengan memberikan bantalan kain
atau kassa lembut pada tonjolan tulang. Beri pelembab pada kulit yang
kering untuk menghindari peningkatan resiko gangguan integritas kulit.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
26
f. Tingkatkan kenyamanan bayi dengan memposisikan bayi selalu dengan
fleksi tangan dan kaki dan mempertahankan posisi dengan nesting,
memantau toleransi terhadap posisi, NNS dan pijat ekstremitas saat
tindakan invasif atau tindakan yang mengganggu kenyamanan bayi.
g. Asuhan perkembangan dengan menjauhkan alat-alat yang berisiko
menimbulkan bunyi dari kepala bayi, memberikan periode istirahat dan
minimalkan gangguan dengan menutup inkubator dengan kain penutup
inkubator yang berwarna gelap, Penuhi kebutuhan nutrisi dan cairan dan
memantau toleransi bayi terhadap nutrisi serta tingkatkan interaksi orang
tua.
4. Intervensi
Intervensi merupakan realisasi dari hipotesis yang telah dibuat. Perawat
melakukan tindakan berdasarkan prinsip konservasi untuk mendukung proses
adaptasi bayi dan mencapai keutuhan (kondisi sehat).
a. Konservasi energi
-
Melakukan pembersihan jalan napas, memberikan posisi supinasi atau
prone, pantau toleransi bayi terhadap perubahan posisi dengan melihat
dari perubahan tanda-tanda vital bayi setelah dilakukan perubahan
posisi. Menghindari pengeluaran energi dari upaya bernapas yang
berat. Pantau tanda-tanda gawat napas.
-
Cegah kehilangan energi akibat peningkatan suhu tubuh, sesuaikan
kebutuhan inkubator dengan suhu tubuh bayi. Pantau perubahan suhu,
dan upayakan suhu selalu dalam rentang normal yaitu 36,5°C – 37,5ºC.
-
Hindari pengeluaran energi dengan memberikan posisi yang nyaman
bagi bayi, minimal handling, tingkatkan kenyamanan dan istirahat bayi
dengan pemberian NNS dan posisi. Pantau toleransi bayi terhadap
posisi
-
Gunakan NNS atau pijat ekstremitas saat prosedur invasif, pantau
perubahan skor nyeri bayi dengan PIPP. Bila tindakan membutuhkan
waktu yang lama, beri kesempatan bayi beristirahat dengan
memposisikan bayi fleksi dan sentuhan positif. Lakukan kembali
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
27
tindakan saat pernapasan, nadi, dan saturasi oksigen sudah kembali
stabil.
6) Integritas struktur
-
Melihat keefektifan alat bantu napas yang digunakan, pantau
perubahan pernapasan bayi Hindari tekukan pada daerah leher dan
gangguan pernapasan akibat distensi abdomen. Alirkan OGT untuk
mencegah distensi abdomen. Pantau warna dan jumlah sekresi
lambung.
-
Memberikan pelembab pada kulit, mengubah posisi setiap 3 jam sesuai
toleransi bayi, dan berikan bantalan pada area yang mengalami
penekanan. Hindari kerusakan integritas kulit atau kerusakan jaringan
akibat penekanan lama pada satu area tubuh. Pantau adanya kemerahan
atau kematian jaringan. Pantau oksigenasi hingga ke perifer.
-
Catat kejadian desaturasi dan hal yang menyebabkan. Hindari
desaturasi berulang dan tingkatkan kenyamanan bayi dan hindari
penurunan oksigenasi terutama ke otak dengan aplikasi NNS dan pijat
ekstemitas saat prosedur nyeri. Kolaborasi dalam pemberian obatobatan untuk mencegah peningkatan TIK akibat edema serebri.
7) Integritas personal
-
Tingkatkan kenyamanan bayi dengan memberikan NNS saat bayi
gelisah dan dilakukan tindakan invasif serta pijat ekstremitas saat
dilakukan tindakan invasif. NNS juga dapat merangsang peningkatan
refleks isap bayi untuk mempersiapkan bayi pada nutrisi per oral.
8) Integritas sosial
-
Meningkatkan interaksi positif antara bayi dan perawat dengan
berbicara pelan dan sentuhan positif dengan tangan yang hangat saat
melakukan prosedur rutin. Berikan sentuhan kenyamanan dan posisi
fleksi ekstremitas untuk meningkatkan kenyaman bayi. Buka pintu
inkubator dengan perlahan, hindari kebisingan akibat alat, dan kurangi
stimulus cahaya, tutup inkubator dengan kain. Tingkatkan interaksi
bayi dengan orang tua dengan mengajarkan orang tua memberikan
sentuhan positif. Motivasi orang tua untuk sering berkunjung.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
28
5. Respons Organismik
Respons bayi setelah dilakukan intervensi 3x24 jam berdasarkan hasil
observasi antara lain:
-
Pada hari kedua bayi tampak ada napas spontan 2-3x dalam seting
ventilator RR 50x/menit dan analisa gas darah dalam batas normal.
Perawat bersamap DPJP mencoba menurunkan RR menjadi 45x/menit.
Bayi tetap tampak nyaman dan tenang, tidak ada apnea, desaturasi, napas
cuping hidung, dan retraksi. Pada hari ketiga napas spontan semakin
banyak, dan terlihat peningkatan volume tidal 11-12 l/kg BB sehingga
mode ventilator diubah mode SIMV yang menunjukkan ketergantungan
bayi terhadap alat semakin rendah. Bayi terlihat gelisah, napas cepat,
perawat membantu dengan memberikan tindakan kenyamanan dengan
memberikan posisi supine dengan kepala lebih tinggi 20º dan fleksi tangan
dan kaki. Bayi tampak lebih tenang, retraksi tidak ada, napas dalam
rentang normal setelah 5 menit.
-
Bayi diberikan ASI untuk perawatan oral 4x1 ml, namun bayi tidak
mampu mentoleransi asupan ASI ke lambung sehingga terjadi distensi,
lingkar perut meningkat menjadi 33 cm. OGT dialirkan untuk mengurangi
distensi. Hari kedua distensi berkurang, dan bayi masih dipuasakan.
Pemenuhan nutrisi melalui parenteral. Hari kedua perawatan, pemberian
midazolam dihentikan dan berakibat pada peningkatan bising usus bayi
menjadi 4 kali/menit, bayi tampak lebih aktif dan refleks isap meningkat
produksi OGT tidak ada. Bayi dicobakan untuk pemberian nutrisi per oral
pada hari ketiga perawatan setelah tidak ada produksi OGT, bising usus
5x/menit, perut sedikit keras namun tidak ada distensi. Bayi menghisap 1
ml ASI yang diberikan meski hisapan belum kuat.
-
Meski bayi saturasi oksigen dan frekuensi nadi dengan atau tanpa
intervensi NNS dan pijat ekstremitas tetapi terjadi penurunan nyeri diukur
dengan PIPP dari 8 menjadi 7 saat dilakukan intervensi ketidaknyamanan
baik pada intervensi dengan NNS ataupun pijat ekstemitas.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
29
-
Ayah berkunjung setiap hari sepulang kantor namun ibu belum berkunjung
karena masih lemah dan tidak diizinkan oleh ayah bayi Z karena kawatir
akan membuatnya semakin cemas melihat kondisi bayinya. Ayah berjanji
akan mengajak istrinya besok setelah melihat bayinya semakin baik.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
UNIVERSITAS INDONESIA
EFEK NON NUTRITIVE SUCKING DAN PIJAT
EKSTREMITAS PADA BAYI DENGAN PROSEDUR INVASIF
DI RUANG PERINATOLOGI
LAPORAN PENERAPAN EVIDENCE BASED NURSING
HALIMAH
1306345882
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM NERS SPESIALIS KEPERAWATAN ANAK
DEPOK, JUNI 2016
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan hanya kepada Allah Subhanahu Wata’ala, karena
berkat rahmat-Nya saya bisa menyelesaikan laporan inovasi ini. Laporan ini
ditulis sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah residensi II. Saya menyadari
tanpa bantuan dan bimbingan berbagai pihak, saya tidak akan mampu
menyelesaikan penugasan ini. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada:
1) Ibu Yeni Rustina, PhD., selaku Supervisor utama selama proses residensi yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan bimbingan kepada saya selama proses
persiapan hingga akhir inovasi.
2) Ibu Fajar Tri Waluyanti, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.An., IBCLC., selaku
supervisor yang memberikan waktu memberi arahan dan masukan,
3) Ibu Ns. Yanti Riyantini, M.Kep., Sp.Kep.An., selaku pembimbing yang telah
mendampingi dan berbagi ilmu selama praktek di RSAB Harapan Kita
4) Ibu Ns. Sari, S.Kep., selaku kepala ruangan Kemuning RSAB Harapan Kita
5) Ibu Ns. Siti Rosidah Iis, S.Kep., selaku kepala ruangaan Seruni RSAB
Harapan Kita
6) Ibu Ns. Nining Caswani, selaku kepala ruangan peristi RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo
7) Seluruh perawat baik di RSAB Harapan Kita dan RUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo yang memfasilitasi residen dalam menjalankan inovasi, dan
8) Rekan-rekan sekelompok yang saling membantu selama proses inovasi.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
ini sehingga diharapkan masukan dari berbagai pihak untuk penulisan yang lebih
baik. Saya berharap laporan ini dapat memberi manfaat bagi pembacanya demi
perkembangan ilmu keperawatan.
Depok, April 2016
Penulis
Halimah
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Nyeri merupakan tanda penting pada anak dan neonatus yang dapat
disebabkan oleh tekanan, tarikan berlebihan, trauma atau penurunan suplai
oksigen ke jaringan. Pengetahuan berhasil membuktikan bahwa neonatus
bahkan fetus mampu merasakan nyeri. Yamada, Stinson, Lamba, Dickson,
McCrath, dan Steven (2008) menyatakan bahwa nyeri yang dirasakan akan
mempengaruhi fungsi fisiologis, sosial dan kognitif anak. Buonocore dan
Bellieni (2008) menambahkan bahwa stressor pada neonatus berisiko
menyebabkan kerusakan pada jaringan otak. Risiko yang ditimbulkan pada
prosedur nyeri sangat banyak maka penting bagi perawat memberikan
intervensi-intervensi untuk mengurangi nyeri pada bayi.
Yamada, Stinson, Lamba, Dickson, McCrath, dan Steven (2008)
menyatakan bawa bayi-bayi yang menjalani hospitalisasi mengalami
prosedur nyeri yang berulang sekitar 10-14 prosedur sehari dengan hampir
53 prosedur pada 2 minggu pertama setelah kelahiran. Pada ruang seruni
RSAB Harapan Kita, tempat perawatan bayi level I dan II, setidaknya
hampir setiap bayi yang dirawat pernah mengalami prosedur nyeri seperti
pengambilan sampel darah perifer, vena ataupun pemasangan infus. Pada
bayi yang mendapatkan terapi cairan parenteral ataupun pengobatan
intravena akan dilakukan pemasangan infus. Kepatenan infus pada bayi
juga sering mengalami masalah dikarenakan pembuluh darah bayi yang
kecil sehingga mudah pecah. Hal ini menyebabkan seringnya dilakukan
pemasangan infus kembali sesuai kebutuhan. Prosedur-prosedur invasif
yang menimbulkan nyeri ini bahkan lebih sering terjadi pada ruang
Kemuning, tempat perawatan bayi level III sehingga penting bagi perawat
meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya tentang intervensi untuk
masalah nyeri neonatus.
1
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
2
Pengontrolan nyeri mungkin dilakukan melalui beberapa metode yaitu
metode non farmakologik, analgesik topikal, dan analgesik sistemik.
Metode non farmakologik merupakan intervensi mandiri perawat yang
dapat diaplikasikan untuk penurunan nyeri neonatus antara lain seperti
memposisikan bayi,
membedong, melakukan sentuhan terapeutik,
menyusui, penggunaan musik dan penggunaan nonnutritive sucking
(NNS) (Buonocore & Bellieni, 2008).
Mirzarahimi, Mehrnoush, Shahizadeh, Samadi, dan Amani (2013)
melakukan studi tentang penggunaan NNS dan pijat kaki sebelum
prosedur nyeri penusukan tumit. NNS digunakan karena efek menghisap
merupakan stimulus bagi reseptor mekanik di mulut yang kemudian
mentransimisikannya ke dalam sistem non opiod sehingga terjadi
penurunan nyeri. Pijatan lembut dapat mentransmisikan nyeri dan
menutup gerbang nyeri, atau dengan menurunkan transmisi nosiseptif
sehingga terjadi penurunan nyeri. Studi ini membuktikan bahwa bayi yang
mendapat pijat kaki maupun NNS memiliki skor nyeri lebih rendah
dibanding bayi kelompok kontrol yang dilakukan prosedur standar.
Namun skor nyeri pada intervensi NNS didapatkan lebih rendah
dibandingkan skor nyeri bayi yang mendapatkan intervensi pijat kaki.
Saat melakukan praktik di RSAB Harapan Kita, perawat melihat terjadi
penurunan saturasi oksigen hingga 50% pada bayi yang dilakukan
pengambilan sampel darah vena. Hal ini menunjukkan responss
ketidaknyamanan bayi terhadap prosedur yang dilakukan, sementara
perawat melihat bahwa hampir setiap hari bayi mendapat prosedur nyeri
akibat pemasangan infus atau pengambilan sampel darah untuk memenuhi
kebutuhan atau evaluasi dari terapi yang sudah diberikan. Martins et al.
(2013) menyatakan bahwa desaturasi yang sebagai respons bayi terhadap
nyeri dapat menyebabkan konsekuensi negatif seperti memperburuk
prognosis
penyakit
dan
kegagalan
intervensi
bahkan
gangguan
perkembangan. Intervensi NNS digunakan perawat pada bayi yang
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
3
menangis saat diluar jam handling tetapi belum menjadi alternatif saat
prosedur nyeri, sedangkan pijat ekstremitas menjadi hal baru yang akan
diperkenalkan sebagai manajemen non farmakologis pada prosedur nyeri
pada bayi di RSAB Harapan Kita untuk meningkatkan kualitas pelayanan
perawatan terhadap neonatus.
1.2
Tujuan
a. Tujuan Umum
Perawat dapat menerapkan intervensi asuhan atraumatik menggunakan
NNS dan pijat ekstremitas pada bayi yang mendapatkan prosedur
invasif di ruang perinatologi RSAB Harapan Kita dan RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo Jakata.
b. Tujuan Khusus
-
Perawat dapat menilai keefektifan intervensi NNS terhadap
penurunan skor nyeri dengan PIPP, perubahan saturasi oksigen,
dan frekuensi nadi pada prosedur invasif.
-
Perawat dapat menilai keefektifan intervensi pijat ekstremitas
terhadap penurunan skor nyeri dengan PIPP, perubahan saturasi
oksigen, dan frekuensi nadi pada prosedur invasif.
-
Menganalisa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
keefektifan
intervensi NNS dan pijat ekstremitas untuk penurunan nyeri pada
tindakan invasif
1.3
Manfaat
a. Bagi rumah sakit
Pelaksanaan proyek inovasi ini diharapkan dapat menjadi standar
operasional penerapan asuhan atraumatik khususnya penanganan nyeri
saat prosedur invasif pada bayi di ruang perinatologi RSAB Harapan
Kita dan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakata.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
4
b. Bagi perawat
Proyek inovasi ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
alternatif intervensi keperawatan mandiri dalam penerapan asuhan
atraumatik pada bayi yang dilakukan prosedur invasif di ruang
perinatologi
RSAB
Harapan
Kita
dan
RSUPN
Dr.
Cipto
Mangunkusumo Jakata.
c. Bagi bayi dan keluarga
Asuhan atraumatik dengan mengurangi nyeri saat tindakan invasif
dapat menurunkan risiko yang dapat ditimbulkan seperti gangguan
fungsi fisiologis, risiko kerusakan jaringan otak hingga gangguan
fungsi sosial dan kognitif anak kelak.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
5
BAB 2
IDENTIFIKASI DAN RENCANA PENYELESAIAN MASALAH
2.1. Identifikasi Masalah
Neonatus yang menjalani hospitalisasi memiliki stres pada bayi. Stres muncul
akibat perpisahan dengan orang tua, ketidaknyaman akibat penyakit, dan
prosedur nyeri yang dirasakan berulang misalnya prosedur pengambilan
sampel darah atau pemasangan infus. Prosedur-prosedur yang menimbulkan
nyeri ini dirasakan bayi rata-rata 1 kali perhari pada ruang perawatan bayi
level 2, dan 1-2 kali pada ruang perawatan level 3. Prosedur pemasangan
infus pada bayi sering mengalami kesulitan seperti pembuluh darah yang tipis
dan rapuh sehingga sering dilakukan penusukan berulang untuk mendapatkan
satu akses jalur intra vena. Respons stres bayi berupa perubahan tanda-tanda
vital seperti penurunan saturasi oksigen dan peningkatan frekuensi nadi dapat
berdampak terhadap kondisi fisik bayi dan pada jangka panjang dapat
berakibat pada maslaah perkembangan bayi.
Upaya manajemen nyeri non farmakologis merupakan salah satu upaya yang
dapat
dilakukan
ketidaknyamanan
secara
pada
mandiri
bayi
oleh
sehingga
perawat
tidak
untuk
mengurangi
menyebabkan
masalah
perkembangan kelak. Data lain yang ditemukan saat identifikasi masalah
antara lain:
-
NNS sudah digunakan dalam prosedur sehari-hari misalnya untuk
memberikan kenyamanan bayi yang menangis diluar jam handling atau
pada bayi puasa
-
Pijat sudah dikenal oleh perawat perinatologi, secara umum pijat bayi
sudah disosialisasikan kepada seluruh perawat dan keluarga dengan
menempelkan langkah-langkah pijat bayi
-
Sebagian besar perawat telah diikutkan dalam pelatihan pijat
-
Prosedur pengambilan darah dialami oleh semua bayi dan prosedur
pengambilan darah cenderung lebih singkat dibandingkan dengan prosedur
invasif lain seperti pemasangan infus
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
6
-
Berdasarkan hasil observasi pada beberapa pasien, prosedur pengambilan
darah dapat diselesaikan selama 1-3 menit
-
Telah diterapkan teknik non farmakologi sebagai intervensi mandiri
perawat seperti membedong bayi
-
5 telah terpasang monitor untuk melihat
Bayi di ruang rawat sebagian besar
perubahan nadi dan saturasi oksigen.
2.2. Strategi Penyelesaian Masalah
2.2.1. Tahap Persiapan
a. Penemuan pertanyaan masalah: apakah NNS dan pijat ekstremitas dapat
menurunkan nyeri saat dilakukan tindakan invasif ?
b. Membatasi pertanyaan model PICO (P: problem/population/patient; I:
intervention; C: comparison; O: outcome)
Problem
: prosedur nyeri pada neonatus
Intervention
: NNS
Comparison
: pijat ekstremitas
Outcome
: penurunan nyeri
c. Mencari bukti dengan studi literatur jurnal-jurnal penelitian dengan kata kunci
non nutritive sucking for neonatal pain dan leg massage for neonatal pain,
massage for neonatal pain, leg masage for neonatal pain. Batasan metode
dalam penelusuran jurnal: systematic review atau meta analysis, guidelines,
controlled trials.
d. Menelaah dan menganalisa hasil telusur jurnal
-
Liaw, Zeng, Yang, Yuh, Yin, & Yang (2011) berjudul Nonnutritive
sucking (NNS) and oral sucrose relieve neonatal pain during
intramuscular injection of hepatitis vaccine menunjukkan bahwa NNS
mempunyai efek analgesik terhadap prosedur yang dapat menimbulkan
nyeri seperti injeksi intramuskular, vaksin, dan pengambilan darah. NNS
menurunkan durasi menangis sebelum, selama, dan setelah prosedur.
-
Codipietro, Bailo, Nangeroni, Ponzone, dan Grazia (2010) membuktikan
dalam sebuah studi survey di Northern Itali bahwa NNS efektif sebagai
analgesik pada prosedur nyeri minor seperti penusukan tumit.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
7
-
Mirzarahimi, Mehrnoush, Shahizadeh, Samadi, dan Amani (2013)
melakukan studi tentang penggunaan NNS dan pijat kaki sebelum
prosedur nyeri penusukan tumit. NNS digunakan karena efek menghisap
merupakan stimulus bagi reseptor mekanik di mulut yang kemudian
mentransimisikannya ke dalam sistem non opiod sehingga terjadi
penurunan nyeri. NNS terbukti efektif terhadap penurunan nyeri pada
penusukan tumit neonatus yang diketahui melalui pemeriksaan skala nyeri
dan perubahan denyut nadi serta saturasi oksigen.
-
Jain, Kumar, dan McMillan. (2006) melakukan studi tentang efek pijat
kaki terhadap penurunan nyeri bayi saat penusukan tumit. Sampel
dilakukan diambil secara random, double blind, dan crossover. Pijat kaki
dilakukan selama 2 menit pada hari 1 hingga hari ke 7 pada bayi sebelum
dilakukan prosedur penusukan tumit. Kemudian dilakukan pengukuran
nyeri pada bayi yang sama tanpa prosedur pijat. Terjadi penurunan skor
nyeri yang signifikan pada bayi saat mendapat intervensi pijat ekstremitas
dengan yang tanpa pijat ekstremitas.
e. Membuat rencana proyek inovasi kemudian berkonsultasi dengan supervisor
serta kepala ruangan perinatologi.
2.2.2. Tahap Pelaksanaan
Proyek inovasi ini direncanakan dilakukan pada tanggal 14-18 Maret 2016
dengan jumlah sampel yang diambil adalah 15 bayi dengan 5 sampel
untuk intervensi NNS, 5 sampel untuk intervensi pijat ekstremitas dan 5
sampel sebagai kelompok kontrol yang diberikan perlakukan sesuai
standar yang berlaku di rumah sakit. Sebelum prosedur frekuensi nadi dan
saturasi oksigen bayi diukur. Sampel yang diberikan intervensi NNS yaitu
dengan pemberian NNS (empeng) 2 menit sebelum awal prosedur pungsi
vena hingga akhir prosedur. Prosedur pijat ekstremitas dilakukan dengan
pemijatan pada bagian eksremitas yang akan dilakukan penusukan secara
lembut selama 2 menit kemudian bagian yang akan ditusuk dibungkus
dengan kassa hangat selama 1 menit kemudian dilakukan penusukan. Pada
saat dilakukan penusukan, perawat melakukan perekaman untuk
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
8
mendapatkan pengukuran nyeri yang akurat dengan cara mengobservasi
beberapa indikator nyeri bayi. Setelah prosedur selesai dilakukan
dilakukan pengukuran nadi dan saturasi oksigen kembali. Urutan sesuai
prosedur yang dilakukan adalah berikut:
Tabel 2.1 Prosedur Manajemen Nyeri dengan NNS
dan Pijat Ekstremitas
Judul
Tujuan
Durasi
Fasilitas dan
Perlengkapan
Metode
pelaksanaan
Manajemen Nyeri dengan NNS dan Pijat Ekstremitas
Mengurangi nyeri pada bayi akibat tindakan invasif
- 2 menit sebelum prosedur invasif pada NNS dan selama
prosedur
- 3 menit sebelum prosedur invasif pada pijat ekstremitas
 NNS (empeng) berbahan silikon yang sesuai ukuran bayi
 Kassa dengan air hangat
 Jam (stopwatch)
1. Jelaskan kepada petugas atau keluarga pasien tentang
tindakan yang dilakukan
2. Ukur frekuensi nadi dan saturasi oksigen bayi
3. Berikan intervensi sebelum tindakan invasif:
- Untuk prosedur NNS: beri NNS kepada bayi selama 2
menit sebelum l prosedur invasif hingga akhir prosedur
- Pada prosedur pijat ekstremitas dilakukan dengan
pemijatan pada bagian eksremitas yang akan dilakukan
penusukan secara lembut selama 2 menit kemudian bagian
yang akan ditusuk dibungkus dengan kassa hangat selama
1 menit kemudian dilakukan penusukan.
4. Lakukan perekaman saat penusukan untuk mengukur nyeri
saat penusukan dengan PIPP (Premature Infant Pain
Profile) baik untuk bayi prematur ataupun bayi cukup
bulan. Hal ini dikarenakan PIPP telah dibuktikan mampu
mengkaji nyeri neonatus
5. Setelah prosedur selesai dilakukan dilakukan pengukuran
nadi dan saturasi oksigen kembali.
Penurunan skor nyeri, frekuensi dan saturasi oksigen stabil
Hasil yang
diharapkan
Referensi:
Mirzarahimi, M., Mehrnoush, N., Shahizadeh, S., Samadi, N., & Amani, F.
(2013). Effect of non-nutritive sucking and leg massage on physiological and
behavioral indicators of pain following heel blood sampling in term neonates.
International Journal of Advanced Nursing Studies (2): 74-79.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
9
2.3. Plan of Action
Tabel 2.2 Plan of Action Proyek Inovasi
NO
KEGIATAN
TUJUAN
KRITERIA
KEBERHASILAN
WAKTU
1.
Menyediakan
empeng,
kamera,
stopwatch
-
Tersedianya empeng 5
buah,
kamera
dan
stopwatch
5-7 Maret
2016
2.
Diskusi
tentang
Standar
Prosedur
Operasi (SPO)
Menjadi
pedoman
implementasi
proyek inovasi
Terbuatnya SPO NNS dan
teknik pijat ekstremitas
sebagai manajemen nyeri
non farmakologi bagi bayi
8 Maret
2016
3.
Sosialisasi
proyek inovasi
Perawat
Terlaksananya
mengetahui dan proyek inovasi
mengimplement
asikan proyek
inovasi tentang
NNS dan pijat
ekstremitas
sebagai
manajemen
nyeri
non
farmakologi
bagi
bayi
dengan prosedur
pengambilan
darah
4.
Pemilihan
sampel
Memilih
yang
dengan
dalam
inovasi
5.
Evaluasi
proyek inovasi
Melakukan
Terlaksananya
evaluasi
proyek inovasi
kelebihan dan
hambatan
proyek inovasi
sosialisasi
sampel Terpilihnya sampel yang
sesuai sesuai
dengan
kriteria
kriteria dalam proyek inovasi
proyek
evaluasi
10 Maret
2016
14-18
Maret 2016
24 Maret
2016
2.4. Rencana evaluasi
Penilaian respons nyeri pada bayi dilakukan dengan pengukuran saturasi
oksigen dan nadi pada saat sebelum dan sesudah penusukan saat pengambilan
sampel darah. Penilaian skala nyeri menggunakan PIPP (Premature Infant
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
10
Pain Profile) sebelum dan setelah tindakan. Penilaian respons nyeri dilakukan
dengan melakukan perekaman video saat penusukan. Perekaman dilakukan
selama 1 menit. Masing-masing rekaman akan diambil potret wajah anak.
Interpretasi dilakukan oleh mahasiswa residensi dan dikonsultasikan dengan
pembimbing akademik, pembimbing klinik, dan kepala ruangan. Rencana
tindak lanjut dari proyek inovasi ini adalah NNS atau pijat ekstremitas dapat
dijadikan standar dalam manajemen asuhan keperawatan non farmakologi
bagi bayi yang akan dilakukan prosedur invasif minor yaitu pengambilan
darah dan pemasangan infus.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
11
BAB 3
TINJAUAN TEORI
3.1 Asuhan atraumatik
3.1.1
Defenisi asuhan atraumatik
Asuhan
atraumatik
adalah
pemberian
perawatan
dengan
cara
meminimalkan ancaman emosi dan fisik pada anak (Bowden &
Greenberg, 2010). Asuhan atraumatik adalah perawatan terapeutik dalam
lingkungan,
personel,
dan
melalui
penggunaan
intervensi
yang
menghapuskan atau memperkecil distress psikologis dan fisik yang
diderita oleh anak-anak serta keluarga (Wong, Hockenberry-Eaton,
Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2009). Kesimpulan definisi asuhan
atraumatik yaitu bentuk perawatan terapeutik yang diberikan oleh perawat
dengan tujuan mengurangi stress fisik maupun stress psikologis yang
dialami anak maupun orang tuanya.
3.1.2
Prinsip asuhan atraumatik
Wilson dan Hockenberry (2012) menyebutkan prinsip perawatan
atraumatik yaitu mencegah atau meminimalkan perpisahan anak dari
orangtua, meningkatkan kontrol diri anak selama perawatan, mencegah
atau meminimalkan cedera tubuh atau rasa nyeri.
a. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga.
Dampak perpisahan dari keluarga, anak akan mengalami gangguan
psikologis seperti kecemasan, ketakutan, kurangmya kasih sayang,
gangguan ini akan menghambat proses penyembuhan anak dan
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Bila anak dirawat
di rumah sakit dan selama itu tidak boleh berhubungan dengan orang
tuanya, maka anak akan merasa ditolak oleh keluarga dan
mengakibatkan anak cenderung emosi saat kembali pada keluarganya.
Pencegahan atau meminimalkan dampak perpisahan dari
keluarga
dapat dilakukan dengan cara melibatkan orang tua berperan aktif dalam
perawatan anak, membolehkan orang tua untuk tinggal bersama anak
11
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
12
selama 24 jam (rooming in), serta mempertahankan kontak antar anak
dengan orang tua, teman sekolah, dan guru
b. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol tindakan anak
selama dirawat.
Peningkatan kontrol orang tua pada diri anak diharapkan anak mampu
melakukan aktivitas perawatan dalam kehidupannya. Intervensi
keperawatan berfokus pada upaya untuk mengurangi ketergantungan
dengan cara memberi kesempatan anak mengambil keputusan dan
melibatkan orang tua.
c. Mencegah atau mengurangi cedera (injury) dan nyeri (dampak
psikologis)
Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam
keperawatan anak. Proses pengurangan rasa nyeri tidak dapat
dihilangkan secara cepat akan tetapi dapat dikurangi melalui berbagai
teknik misalnya, distraksi, relaksasi, imaginary guidance. Apabila
tindakan pencegahan tidak dilakukan maka cedera dan nyeri akan
berlangsung lama pada anak sehingga dapat mengganggu pertumbuhan
dan
perkembangan
anak.
Persiapan
psikologis
anak
dapat
meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri pada
prosedur yang mnimbulkan rasa nyeri dengan menjelaskan apa yang
akan dilakukan dan memberikan dukungan psikologis pada orang tua.
3.1.3
Prosedur yang berhubungan dengan asuhan atraumatik
Wilson dan Hockenberry (2012) menuliskan beberapa prosedur yang
dapat digunakan sebagai intervensi perawatan atraumatik, yaitu :
a. Mencegah atau meminimalkan perpisahan dengan melibatkan keluarga
dalam perawatan (family centered care)
b. Manajemen terapi nyeri non farmakologi seperti relaksasi nafas dalam,
terapi musik, imagery guidance, dan touching.
Asuhan atraumatik yang dapat diterapkan di tatanan pelayanan kesehatan
adalah sebagai berikut (Bowden & Greenberg, 2010):
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
13
a. Meningkatkan hubungan orang tua dan perawat selama perawatan di
rumah sakit.
b. Mengurangi rasa takut pada saat dilakukan prosedur dengan cara
distraksi, menggunakan terapeutic play.
c. Manajemen nyeri non farmakologi : distraksi, relaksasi, imagery
guidance, positive self talk, thought stopping, behavioral contractin.
d. Memberi kesempatan, keleluasaan pribadi pada anak untuk menentukan
perawatan yang akan dilakukan.
e. Mengurangi rasa nyeri pada saat prosedur
3.2 Konsep nyeri neonatus
Dulu dipercaya bahwa sistem saraf bayi baru lahir belum mampu
mentrasmisikan rangsangan nyeri dan risiko anestesi pada bayi baru lahir
lebih berat dibandingkan dengan manfaat peredaan nyeri yang ditimbulkan.
Hal ini menyebabkan tindakan invasif dilakukan tanpa anestesi. Pandangan
tradisional ini ditolah banyak studi riset yang menunjukkan bahkan bayi
prematur mampu bereaksi dan mempersepsikan nyeri hampir sama dengan
anak-anak bahkan pada dewasa (Wilson dan Hockenberry, 2012).
Nyeri pada neonatus berbeda dengan orang dewasa. Pada neonatus aterm dan
preterm terjadi immaturitas neurofisiologi dan kognitif. Impuls nyeri pada
neonatus ditransmisikan oleh serabut C yang belum terbentuk mielinnya
berbeda dengan orang dewasa yang ditransmisikan oleh serabut delta A.
Impuls nyeri ditransmisikan lebih lambat dan jarak antara lokasi nyeri dan
otak lebih pendek, sehingga neonatus preterm dan aterm lebih sensitif
berespons terhadap nyeri (Ball, Blinder, & Cowen, 2010). Persepsi nyeri
memiliki komponen fisiologis dan psikologis yang sudah diterima bayi baru
lahir dengan berespons terhadap rangsangan nyeri (Wilson dan Hockenberry,
2012). Pengetahuan berhasil membuktikan bahwa neonatus bahkan fetus
mampu merasakan nyeri. Yamada, Stinson, Lamba, Dickson, McCrath, dan
Steven (2008) menyatakan bahwa nyeri yang dirasakan akan mempengaruhi
fungsi fisiologis, sosial dan kognitif anak. Martins, Dias, Enumo dan Paula
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
14
(2013) menyatakan bahwa respons bayi terhadap nyeri dapat dinilai melalui
perubahan fisiologis seperti perubahan frekuensi denyut jantung dan
pernfasan, perubahan perilaku seperti menangis, ekspresi wajah, dan
pergerakan tubuh.
3.2.1
Penatalaksanaan nyeri pada neonatus
Martins, Dias, Enumo dan Paula (2013) dalam studinya menyatakan
bahwa penting bagi perawat menyadari pentingnya penatalaksanaan nyeri
pada neonatus agar kewaspadaan dan kesadaran perawat terhadap nyeri
neonatus meningkat. Teknik penatalaksanaan nyeri neonatus terdiri dari
penatalaksanaan nyeri farmakologi dan non farmakologi. Metode
farmakologi meliputi penggunaan EMLA pada sirkumsisi dan sukrosa
pada prosedur nyeri tunggal. Metode non farmakologi meliputi nonnutritive sucking, pembedongan, memeluk, sentuhan, posisi, memasukkan
jari ke dalam mulut, menyusui dan pemberian asi tambahan (Yamada,
Stinson, Lamba, Dickson, McCrath, & Steven, 2008). Manfaat
penatalaksanaan nyeri neonatus antara lain untuk meminimalkan
konsekuensi negatif yang dapat ditimbulkan seperti ketidakstabilan
fisiologis bayi, memperburuk prognosis penyakit dan kegagalan intervensi
bahkan gangguan perkembangan (Martins, Dias, Enumo dan Paula, 2013).
3.2.2
Metode penerapan metode non farmakologi NNS dan Pijat
1. Bayi yang mendapat prosedur nyeri (pemasangan infus, pengambilan
sampel darah vena, atau perifer) dibagi menjadi 3 kelompok yaitu
kelompok bayi yang menerima intervensi NNS, kelompok bayi yang
menerima intervensi pijat ekstremitas, dan kelompok kontrol (yang
mendapat intervensi sesuai standar ruangan)
2. Sebelum prosedur frekuensi nadi dan saturasi oksigen bayi diukur.
3. Prosedur NNS dilakukan 2 menit sebelum awal prosedur pungsi vena
hingga akhir prosedur
4. Prosedur pijat ekstremitas dilakukan dengan pemijatan pada bagian
eksremitas yang akan dilakukan penusukan secara lembut selama 2
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
15
menit kemudian bagian yang akan ditusuk dibungkus dengan kassa
hangat selama 1 menit kemudian dilakukan penusukan.
5. Lakukan perekaman saat penusukan untuk mengukur nyeri saat
penusukan dengan PIPP (Premature Infant Pain Profile) baik untuk
bayi prematur ataupun bayi cukup bulan. Hal ini dikarenakan PIPP
telah dibuktikan mampu mengkaji nyeri neonatus
6. Setelah prosedur selesai dilakukan dilakukan pengukuran nadi dan
saturasi oksigen kembali.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
16
BAB IV
KEGIATAN & HASIL PELAKSANAAN INOVASI
4.1. Pelaksanaan dan Hasil
Inovasi penggunaan pijat ekstremitas dan non nutritive sucking (NNS)
dilaksanakan berdasarkan evidence based practice di ruang perinatologi
RSAB Harapan Kita dan RSUPN Cipto Mangunkusumo. Proyek inovasi
dilaksanakan sebagai berikut:
No
Kegiatan
1.
Pencarian
fenomena dan
penyusunan
literatur
Pembuatan
proposal dan
proses
konsultasi
Presentasi dan
sosialisasi
inovasi
2.
3.
1-2
4.
Pelaksanaan
kegiatan
inovasi
5.
Proses
penyusunan
laporan
pelaksanaan
dan konsultasi
pembimbing
Penyampaian
hasil
pelaksanaan
inovasi
6.
3-4
5
Minggu
6-8 9
10-11
Penganggung
Jawab
Mahasiswa
Produk
Fenomena dan
jurnal/literatur
pendukung
Mahasiswa
Proposal
proyek inovasi
Mahasiswa,
Head Nurse,
Perawat Primer
(PP),
Pembimbing
dan supervisor
Mahasiswa,
PP,
perawat
Associate (PA)
Power point,
materi, daftar
hadir
Mahasiswa
Mahasiswa
Dokumentasi
lembar
pelaksanaan
tindakan dan
foto-foto
kegiatan
Draft laporan
inovasi
Laporan
pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan proyek inovasi diawali dengan proses pencarian fenomena
di RSAB Harapan Kita tepatnya di ruang Seruni yaitu ruang rawat neonatus level
II namun sosialisasi dilakukan secara menyeluruh di ruang rawat neonatus level
16
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
17
III dengan dihadiri oleh kepala ruangan, perawat penanggung jawab dan perawat
pelaksana baik dari ruang Kemuning ataupun ruangan seruni serta pembimbing.
Hasil dari presentasi sosialisasi proyek inovasi antara lain:
a. Tanya jawab dan diskusi dengan perawat ruangan tentang teknis pelaksanaan
inovasi pijat ekstremitas dan NNS pada prosedur dengan nyeri
b. Mengikutsertakan perawat perawat pelaksana dalam pelaksanaan inovasi.
c. Persetujuan dan izin dari kepala ruangan dan perawat penanggung jawab
untuk melakukan inovasi bersama-sama residen.
Pelaksanaan inovasi dilakukan pada tanggal 17 Maret sampai dengan 6 April
2016 di RSAB Harapan Kita terutama di ruang rawat level III yaitu ruang
Kemuning kemudian dilanjutkan ke ruang Peristi RSCM hingga memenuhi target
sampel mahasiswa yaitu 5 bayi sebagai kelompok kontrol, 5 bayi sebagai
kelompok intervensi pijat dan 5 orang bayi sebagai kelompok intervensi Non
Nutritive Sucking (NNS). Adapun prosedur yang dilakukan residen pada ketiga
kelompok antara lain:
a. Kelompok kontrol
Cara kerja:
-
Menjelaskan bahwa akan dilakukan pengukuran saturasi oksigen dan
frekuensi nadi sebelum dan sesudah prosedur penusukan serta pengukuran
nyeri melalui perekaman
-
Melakukan pengukuran saturasi oksigen dan frekuensi nadi sebelum
dilakukan tindakan (prosedur nyeri/penusukan)
-
Mulai melakukan perekaman saat penusukan ± 1 menit untuk mengukur
perubahan nyeri sebelum dan saat penusukan dengan PIPP (Premature
Infant Pain Profile) baik untuk bayi prematur ataupun bayi cukup bulan.
-
Setelah prosedur selesai dilakukan dilakukan pengukuran nadi dan saturasi
oksigen kembali.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
18
b. Kelompok pijat
Cara kerja:
-
Menjelaskan tujuan prosedur pijat ekstremitas sebagai intervensi
keperawatan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan bayi.
-
Melakukan pengukuran saturasi oksigen dan frekuensi nadi sebelum
dilakukan tindakan (prosedur nyeri/penusukan)
-
Prosedur pijat ekstremitas dilakukan dengan pemijatan pada bagian
eksremitas yang akan dilakukan penusukan secara lembut selama 2 menit
mulai bagian kaki hingga tumit untuk menjaga kenyamanan bayi. Lalu
bagian yang akan ditusuk dibungkus dengan kassa hangat selama 1 menit
kemudian dilakukan penusukan.
-
Mulai melakukan perekaman saat penusukan ± 1 menit untuk mengukur
perubahan skor nyeri pada waktu sebelum dan saat penusukan dengan
PIPP (Premature Infant Pain Profile) baik untuk bayi prematur ataupun
bayi cukup bulan.
-
Setelah prosedur selesai dilakukan dilakukan pengukuran nadi dan saturasi
oksigen kembali.
c. Kelompok Non Nutritive Sucking (NNS).
Cara kerja:
-
Menjelaskan tujuan prosedur sebagai intervensi keperawatan untuk
mengurangi nyeri yang dirasakan bayi.
-
Melakukan pengukuran saturasi oksigen dan frekuensi nadi sebelum
dilakukan tindakan (prosedur nyeri/penusukan)
-
Prosedur NNS dilakukan 2 menit sebelum penusukan hingga akhir
prosedur
-
Mulai melakukan perekaman saat penusukan untuk mengukur perubahan
skor nyeri pada waktu sebelum dan saat penusukan dengan PIPP
(Premature Infant Pain Profile) baik untuk bayi prematur ataupun bayi
cukup bulan.
-
Setelah prosedur selesai dilakukan dilakukan pengukuran nadi dan saturasi
oksigen kembali.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
19
4.2. Hasil Pelaksanaan
Hasil yang didapat dari 15 orang bayi yang dilakukan pada proyek inovasi ini
akan ditampilkan dalam tabel atau diagram berikut.
Tabel 4.1 Tabel Karakteristik Bayi dalam Proyek Inovasi berdasarkan
Usia Gestasi, Usia Koreksi, Diagnosa Medis
Karakteristik
Usia Gestasi
Usia Koreksi
Diagnosa Medis
30-34mg
34-36 mg
37-40 mg
≤35 mg
˃ 35 mg
Stenosis pilorus
RDS
Atresia ani
Gastroscizis
Hiperbilirubinemia
Sepsis
NEC
PDA
Jumlah
9
1
5
5
10
1
4
1
1
2
4
1
1
Frekuensi
60%
6,7%
33,3%
33,3%
66,7%
6,7%
26,7%
6,7%
6,7%
13,3%
26,7%
6,7%
6,7%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar bayi dalam proyek inovasi
ini dalam rentang usia gestasi 30-34 minggu (60%) dan usia koreksi >35
minggu (66,7%), dengan diagnosa medis Respiratory distress syndrome dan
sepsis berpersentase terbesar yaitu masing-masing 26,7%.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
20
Grafik 4.1. Grafik Perubahan Nilai Saturasi Oksigen pada Bayi
dengan Prosedur Nyeri
Perubahan SpO2 (%)
8
6
Kontrol
4
Pijat
NNS
2
0
1
2
3
4
5
Nomor responden
Grafik diatas menunjukkan perubahan nilai saturasi oksigen pada bayi
yang mendapat intervensi NNS lebih rendah dibandingkan pada kelompok
bayi yang mendapat intervensi pijat ekstremitas. Pada kelompok bayi yang
mendapat perlakuan standar tanpa diberikan intervensi pijat ekstremitas
atau NNS terdapat 2 bayi yang tidak memiliki perubahan nilai saturasi
oksigen sebelum dan setelah dilakukan penusukan meski terdapat 2 dari 5
bayi pada kelompok dengan perlakuan standar yang memiliki perubahan
nilai saturasi oksigen yang lebih tinggi dibandingkan pada bayi di
kelompok pijat ekstremitas ataupun NNS.
Perubahan Nadi (x/ menit)
Grafik 4.2. Grafik Perubahan Nilai Frekuensi Nadi pada Bayi
dengan Prosedur Nyeri
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Kontrol
Pijat
NNS
1
2
3
4
5
Nomor Responden
Grafik diatas menunjukkan perubahan frekuensi nadi pada bayi dengan
intervensi NNS paling rendah dibandingkan pada kelompok bayi dengan
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
21
intervensi pijat ekstremitas dan kelompok dengan perlakuan standar.
Perubahan frekuensi nadi pada kelompok pijat cenderung lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok dengan perlakuan standar meski terdapat
1 bayi pada kelompok standar yang memiliki perubahan frekuensi nadi
yang lebih rendah dibandingkan kelompok pijat ekstremitas.
Grafik 4.3. Grafik Perubahan Skor Nyeri Bayi dengan Prosedur Nyeri
Perubahan Skor Nyeri (PIPP)
7
6
5
Kontrol
4
Pijat
3
NNS
2
1
0
1
2
3
4
5
Nomor Responden
Grafik diatas menunjukkan bahwa perubahan skor nyeri pada kelompok
bayi dengan intervensi NNS cenderung paling rendah dibandingkan
dengan skor nyeri bayi dengan pijat ekstremitas dan kelompok standar.
Perubahan skor nyeri pada kelompok pijat ekstremitas lebih rendah
dibandingkan dengan skor nyeri pada kelompok kontrol dengan perlakuan
standar.
Hasil yang diperoleh pada 15 bayi yang terlibat yaitu perubahan saturasi
oksigen, frekuensi nadi, dan skor nyeri pada kelompok intervensi NNS
cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kelompok pijat sedangkan
perubahan saturasi oksigen, frekuensi nadi, dan skor nyeri pada kelompok
pijat cenderung lebih rendah dibandingkan pada kelompok kontrol/yang
mendapat perlakuan standar di rumah sakit. Namun ada 2 bayi yang tidak
mengalami perubahan nilai saturasi oksigen tersebut adalah bayi dengan
stenosis pylorus dengan usia gestasi 39 minggu dan usia koreksi 40
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
22
minggu. Bayi ini tidak mendapat terapi oksigen dan saturasinya selama
diobervasi selalu stabil pada 100%, namun bayi menunjukkan respons
nyeri lainnya dengan perubahan frekuensi nadi dari 155 menjadi
174x/menit dan skor nyeri dari 0 menjadi 4 setelah prosedur pemasangan
infus. Bayi lainnya adalah dengan diagnosis medis gastroschizis dengan
usia gestasi 30 minggu dan usia koreksi 35 minggu yang mendapatkan
terapi morphin untuk mengurangi nyeri post operasi penutupan
gastroschizis sehingga saat dilakukan prosedur nyeri tidak terjadi
perubahan baik pada saturasi oksigen dan frekuensi nadi. Saat dilakukan
pemeriksaan skor nyeri terjadi perubahan skor PIPP dari skor nyeri 3
sebelum penusukan menjadi skor nyeri 6 setelah penusukan tanpa
intervensi NNS dan pijat ekstremitas.
4.3. Pendukung dan Kendala Pelaksanaan Proyek Inovasi
Proyek inovasi ini mengalami beberapa kendala antara lain tindakan invasif
untuk pemeriksaan darah yang tidak bersifat segera difokuskan pada satu
waktu yaitu pada dini hari menyebabkan akhirnya residensi belum dapat
memenuhi target sampel. Sampel yang didapat di ruang Kemuning RSAB
Harapan Kita berjumlah 11 orang dan berikutnya dilengkapi di Ruang Peristi
RSCM hingga memenuhi sampel yang diinginkan. Hal ini menyebabkan
waktu pengambilan sampel jadi memanjang. Kendala lainnya seperti residen
harus selalu menjelaskan tentang proyek inovasi baik terhadap perawat
penanggung jawab saat shift dinas maupun perawat pelaksana (penanggung
jawab pasien) karena saat sosialisasi kehadiran perawat hanya 10 dari total 34
perawat ruang Kemuning.
Meski begitu pada pelaksanaannya secara umum residen mendapatkan
banyak kemudahan dari perawat ataupun petugas laboratorium yang akan
mengambil sampel darah bayi. Selain itu, beberapa bayi sudah memiliki
empeng sehingga perawat hanya menyediakan empeng pada dua (2) orang
bayi yang memang belum memiliki empeng sendiri. Fasilitas lain yang
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
23
digunakan untuk intervensi pijat ekstremitas juga sudah tersedia pada masingmasing tempat seperti kassa dan air hangat.
4.4. Evaluasi
a. Evaluasi Proses
Proses pelaksanaan proyek inovasi secara umum berjalan lancar. Hanya
pada awalnya pelaksanaan proyek inovasi tidak mendapat izin dari dokter
penanggung jawab ruang Kemuning namun akhirnya tetap bisa
dilaksanakan sesuai rencana.
b. Evaluasi Hasil
Intervensi manajemen nyeri non farmakologik dengan empeng terlihat
memiliki nilai saturasi oksigen dan perubahan frekuensi nadi yang lebih
rendah dibandingkan dengan kelompok pijat ekstremitas. Begitu pula
pijat ekstremitas memiliki kecenderungan perubahan saturasi oksigen dan
frekuensi nadi yang lebih rendah pula dibandingkan kelompok kontrol.
Namun pada penilaian skor nyeri dengan PIPP tidak terlihat
kecenderungan perbedaan antara masing-masing intervensi maupun
kelompok kontrol. Terlihat fluktuasi skor nyeri yang hampir sama antara
intervensi empeng, pijat ekstremitas dan pada kelompok kontrol.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
24
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Analisis Efek NNS dan Pijat Ekstremitas terhadap Perubahan Frekuensi
Nadi dan Saturasi Oksigen
Manajemen nyeri yang dilakukan juga berefek terhadap kestabilan fisiologis
tubuh bayi. Nyeri menyebabkan perubahan saturasi oksigen dan frekuensi
nadi yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan terutama dampaknya
terhadap kerusakan jaringan otak (Yamada et al., 2008; Marchant, 2014,
Lahti et al., 2011). Secara umum penggunaan NNS dapat menurunkan
saturasi oksigen dan frekuensi nadi dibandingkan kelompok dengan
intervensi pijat dan kelompok standar. Meski terlihat ada 2 bayi pada
kelompok standar yang memiliki nilai saturasi oksigen lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok NNS maupun pijat ekstremitas yaitu bayi
dengan stenosis pylorus dengan usia gestasi 39 minggu dan usia koreksi 40
minggu serta pada bayi dengan diagnosa gastroschizis dengan usia gestasi 30
minggu dan usia koreksi 35 minggu.
Saat dilakukan observasi bayi ini memiliki nilai saturasi oksigen dan
frekuensi nadi yang stabil meski saat diberikan stimulus. Bayi dengan
stenosis pylorus dan gastroscyzis diketahui mendapat terapi morfn untuk
mengurangi nyeri post operasi. Efek morfin sebagai sedasi yang menurunkan
nyeri juga dapat meningkatan ventinasi sehingga oksigenasi juga semakin
meningkat. Morfin digunakan pada nyeri post operatif karena dapat
mengurangi perilaku dan respons hormonal akibat stres atau nyeri yang
dirasakan (Kesavan, 2015). Hal ini sesuai dengan reaksi yang ditunjukkan
pada bayi E dengan gastroschizis yang mendapat terapi morfin, tidak
menunjukkan respons stres meski dilakukan tindakan invasif. Namun perlu
dilakukan kewaspadaan terhadap efek dari obat-obatan farmakologis. Namun
efek morfin jangka panjang dapat meningkatkan resiko perilaku internal,
gangguan ingatan dan belajar (Kesavan, 2015).
24
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
25
Satuasi oksigen bayi penting untuk dijaga dalam rentang yang sesuai
kebutuhan bayi. Rentang saturasi oksigen yang diharapkan untuk menjaga
perfusi jaringan yang baik adalah 89-94% pada usia gestasi diatas 35 minggu.
Perfusi yang kurang dapat menyebabkan kerusakan jaringan sedangkan
perfusi jaringan berlebihan dapat meningkatkan resiko retinopathy of
prematurity (ROP) dan bronchopulmonary dysplasia (Jobe & Kallapur,
2010).
5.2. Analisis Efek Pijat Ekstremitas dan NNS terhadap Skor Nyeri dengan
PIPP
Skor nyeri dengan PIPP pada bayi yang mendapat intervensi NNS punya
kecederungan lebih rendah dibandingkan dengan kelompok pijat, sedangkan
skor nyeri pada kelompok bayi yang mendapat intervensi pijat lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok standar. Ini juga berlaku pada bayi dengan
gastroschizis yang mendapat morfin sebagai pereda nyeri post operasi.
Morfin sudah terbukti dapat mengurangi nyeri pada bayi dan melindungi
nekrosis pada sel saraf sebagai akibat nyeri (Kesavan, 2015).
Penurunan nyeri pada intervensi NNS disampaikan Cloherty et al. (2012)
menyatakan bahwa Pacifier/NNS merupakan rekomendasi utama sebagai
pereda nyeri non farmakologis karena terbukti efektif pada berbagai prosedur
seperti penusukan tumit, pungsi vena, pemeriksaan ROP, pungsi lumbal,
pemasangan PICC, pemasangan dan melepas selang dada, dan sirkumsisi. Hal
ini sesuai dengan studi Mirzarahmimi et al. (2013) yang melakukan studi
tentang efek NNS dan pijat kaki terhadap fisiologis dan indikator nyeri
penusukan tumit pada neonatus. Didapatkan bahwa pijat kaki mampu
menurunkan nyeri penusukan tumit secara signifikan meski bila dibandingkan
dengan NNS, signifikansi penurunan nyeri lebih besar.
Studi tentang pijat pada bayi lebih banyak digunakan untuk membuktikan
bahwa pijat dapat meningkatkan kenyamanan bayi, meningkatkan waktu
tidur, dan berat badan BBLR. Saat ini pijat sudah dikembangkan sebagai
intervensi pada nyeri akut neonatus. Jain, Kumar dan McMillan (2006)
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
26
membuktikan dalam studinya bahwa bayi yang mendapat pijat kaki pada
prosedur penusukan tumit memiliki skor nyeri dan denyut nadi lebih rendah
secara signifikan dibandingkan pada bayi tanpa intervensi pijat. Esfahani,
Sceykhp, Abdeyazdan, Jadakee, dan Boroumandfar (2013) juga membuktikan
efektifitas pijat terhadap penurunan nyeri pada injeksi vaksinasi pada bayi
usia 6-12 bulan.
Manajemen nyeri pada neonatus terutama neonatus yang dirawat di ruang
NICU sangatlah penting karena nyeri berulang yang diarasakan bayi akan
menurunkan sensitifitas bayi terhadap nyeri, tumpulnya respons kortisol, dan
resiko tinggi terhadap gangguan neuropsikiatrik
(Victoria, 2013). Sudi
Victoria (2013) membuktikan bahwa nyeri yang dirasakan saat neonatus yang
dirawat di NICU terutama bayi prematur dengan rata-rata hari rawat 25 hari,
dapat mempengaruhi perilaku, kecemasan, dan respons terhadap stres saat
dewasa.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
27
BAB 6
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
- NNS terbukti dapat menurunkan saturasi oksigen, frekuensi nadi, dan skor
nyeri dengan PIPP pada bayi yang mengalami prosedur nyeri seperti
penusukan tumit, pengambilan sampel darah vena, dan pemasangan infus.
- Pijat ekstremitas dapat menurunkan nyeri pada sebagian bayi yang
mengalami prosedur nyeri seperti penusukan tumit, pengambilan sampel
darah vena, dan pemasangan infus meski sebagian bayi tidak menunjukkan
perubahan pada frekuensi nadi dan saturasi oksigen.
- Penggunaan sedatif seperti morfin dapat menurunkan reaksi bayi terhadap
nyeri sehingga respons bayi terhadap intervensi NNS dan pijat ekstremitas
tidak begitu terlihat.
6.2. Saran
- Perlu dipertimbangkan kriteria-kriteria bayi yang akan diaplikasikan
prosedur NNS atau pijat ekstremitas seperti pada bayi yang tidak
mendapatkan terapi pengurangan nyeri farmakologis sehingga keefektifan
NNS dan pijat ekstremitas lebih terlihat.
27
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
28
Daftar Pustaka
Bowden, V.R., & Greenberg, C.S. (2010). Children and their families: The
continuum of care (2th ed). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Buonocore, G & Bellieni, C.V. (2008). Neonatal Pain: Suffering, Pain, and Risk
of Brain Damage in the Fetus and Newborn. Italy: Springer.
Codipietro, L.. Bailo, E., Nangeroni, M., Ponzone, A., & Grazia,G. (2010).
Analgesic techniques in minor painful procedures in neonatal units: A survey
in Nothern Italy. Pain Practice, 11(2), 154-159
Jain, S., Kumar, P., & McMillan, D. D. (2006). Prior leg massage decrease pain
responsses to heel stick in preterm babies. Journal of Paediatrics and Child
Health, 42, 505-508
Jobe, A. H., & Kallapur, S. G. (2010). Long term cosequences of oxygen therapy
in the neonatal period.Semin Fetal Neonatal Med., 15(4), 230-235.
Kesavan, K. (2015). Neurodevelopmental implication of neonatal pain and
morphine exposure. Pendiatr Ann, 44(11), 260-264
Liaw, J.-J., Zeng, W.-P., Yang, L., Yuh, Y.-S., Yin, T., & Yang, M.-H. (2011).
Nonnutritive sucking and oral sucrose relieve neonatal pain during
intramuscular injection of hepatitis vaccine. Journal of Pain and Symptom
Management, 42(6), 918–30. doi:10.1016/j.jpainsymman.2011.02.016.
Martins, S.W., Dias, F.S., Enumo, S.R.F., & Paula, K.M.P. (2013). Pain
assessment and control by nurses of an neonatal intensive care unit. Rev Dor
Sito Paulo (1):21-26
Mirzarahimi, M., Mehrnoush, N., Shahizadeh, S., Samadi, N., & Amani, F.
(2013). Effect of non-nutritive sucking and leg massage on physiological and
behavioral indicators of pain following heel blood sampling in term
neonates. International Journal of Advanced Nursing Studies (2): 74-79.
Nelson, R.A. (2008). Effects of a non-pharmacological intervention on the sleep
behavior and sedative/hypnotic drug use of nursing home residents.
Dissertation of Temple University United States.
Post-White, J., Fitzgerald, M., Savik, K., Hooke, M.C., Hannahan, A.B., &
Sencer, S.F. (2008). Massage therapy for children with cancer. Journal of
Pediatric Oncology Nursing (26): 16-28.
Vistoria, N. C. (2013). A singel neonatal injury induces life-long adaptations in
stress and pain responssiveness. Dissertation in the College of Arts and
Sciences, Georgia State University.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
29
Wilson, D., & Hockenberry, M. J. (2012). Wong’s clinical manual of pediatric
nursing. St. Louis Missouri: Mosby Elsevier.
Wong, D.L., Eaton, M.H., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwart, P. (2009).
Buku ajar keperawatan pediatrik volume 2 (6th ed). Jakarta: EGC.
Yamada, J., Stinson, J., Lamba, J., Dickson, A., McCrath, P.J., & Steven, B.
(2008). A review of systematic reviews on pain interventions in hospitalized
infants. Pain Res Manage (13): 413-420.
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
30
Lampiran 1
LEMBAR OBSERVASI
No. Responsden
:
Kelompok
:
Usia gestasi
:
Usia koreksi
:
Diagnosa medis
:
Tindakan invasif
:
HR sebelum
:
HR sesudah
:
Saturasi oksigen sebelum
:
Saturasi oksigen sesudah
:
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
31
Lampiran 2
Prematur Infant Pain Profile (PIPP)
Proses
Skor 15
detik
sebelum
dimulai
Evaluasi
bayi
setelah 30
detik
Observasi
bayi
setelah 30
detik
Indikator
Usia
gestasi
Tahapan
perilaku
Denyut
jantung
maksimal
Saturasi
oksigen
minimal
Kerutan
dahi
Deskripsi Nyeri
0
1
2
≥ 36 mg
32-35 mg 6 28 – 31 mg
hari
6 hari
Aktif/bang Tenang/terban Aktif/tertidu
un, mata gun,
mata r,
mata
terbuka,
terbuka, tidak tertutup, ada
ada
ada
gerakan gerakan
gerakan
wajah
wajah
wajah
Meningkat Meningkat 5- Meningkat
0-4x/menit 14 x/menit
1524x/menit
Turun 0- Turun 2,5-4,9 Turun
52,4%
%
7,4%
Tidak ada
(<9%
waktu
observasi)
Memejam Tidak ada
mata kuat (<9%
waktu
observasi)
Lipatan
Tidak ada
nasolabial (<9%
mendalam waktu
observasi)
3
≤28 mg
Tenang/tertid
ur,
mata
tertutup,
tidak
ada
gerakan
wajah
Meningkat
≥25x/menit
Turun ≥ 7,5%
Minimal (10- Sedang (40- Maksimal
39%
waktu 69% waktu (≥70% waktu
observasi)
observasi)
observasi)
Minimal (10- Sedang (40- Maksimal
39%
waktu 69% waktu (≥70% waktu
observasi)
observasi)
observasi)
Minimal (10- Sedang (40- Maksimal
39%
waktu 69% waktu (≥70% waktu
observasi)
observasi)
observasi)
Total
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
Nilai
Lampiran 3
BIODATA PENULIS
Nama
: Halimah
Tempat/tanggal lahir
: Jambi, 17 Januari 1982
Asal Institusi
: RSUD Ahmad Ripin Muaro Jambi
Alamat Institusi
: Komplek Perkantoran Bukit Cinto Kenang
Jl. Lintas Timur Sengeti Kabupaten Muaro
Jambi, Jambi
Email
: [email protected]
HP
: 085366511117
Jenjang pendidikan
:
1. Tamat SDN 72 Kotamadya Jambi tahun 1993
2. Tamat SMPN 1 Jambi tahun 1996
3. Tamat SMUN 3 Jambi tahun 1999
4. Tamat Pendidikan S1 Keperawatan Universitas Andalas tahun 2004
5. Tamat Pendidikan Ners Keperawatan Universitas Andalas tahun 2005
6. Tamat Pendidikan Magister Keperawatan Universitas Indonesia tahun
2015
Pengalaman Kerja
:
1. Staf Dosen Program Studi D3 Keperawatan Stikes Baiturahim Jambi
tahun 2006-2009
2. Perawat RSUD Ahmad Ripin tahun 2010-sekarang
Pelatihan yang telah diikuti
:
1. BTCLS tahun 2010
2. Sistem Pelayanan Keperawatan Profesional tahun 2012
3. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit tahun 2012
4. PPGD tahun 2013
5. Pijat Bayi dan Laktasi 2013
6. Resusitasi Neonatus tahun 2014
7. Seminar Pelaksanaan Akreditasi JCI tahun 2014
8. Seminar Hukum Keperawatan tahun 2014
9. Konseling Menyusui tahun 2015
10. Deteksi Dini Tumbuh Kembang tahun 2015
Pemenuhan rasa ..., Halimah, FIK UI, 2016
Download