Budaya Organisasi KOMPAS TV dalam Memproduksi Program

advertisement
1
Budaya Organisasi KOMPAS TV dalam
Memproduksi Program Berita Bernilai Edukatif dan
Independen
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Jurnalistik
Program Studi Ilmu Komunikasi
Oleh :
REFIKA SARI SIBARANI
NIM. 6662100539
KONSENTRASI JURNALISTIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
BANTEN
2015
2
3
4
5
“Tuhan akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam
saja”
(Keluaran 14:14)
“Tuhan akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang
sampai selama-lamanya” (Mazmur 121:8)
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Bapa, Mama, Kak Sis, Bang Mor dan
Seluruh teman-temanku tercinta 
6
ABSTRAK
Refika Sari Sibarani. NIM. 6662100539. Skripsi. Budaya Organisasi KOMPAS
TV dalam Memproduksi Program Berita Bernilai Edukatif dan Independen.
Pembimbing I: Ikhsan Ahmad S.Ip, M.Si dan Pembimbing II: Uliviana Restu H.
S.Sos, M.Si.
Berita yang ditayangkan oleh stasiun televisi pada umumnya saat ini tidak netral.
Ketidaknertalan ini disebabkan oleh kinerja jurnalis yang berada dibawah kekuasaan
pemilik perusahaaan atau golongan. Berita yang tidak netral membuat isi pemberitaan
antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya menjadi tidak imbang.
Pemberitaan yang tidak netral ini hanya membingungkan masyarakat, bukan untuk
mencerdaskan masyarakat. Pemberitaan yang tidak netral juga disebabkan oleh
kinerja jurnalis yang tidak lagi mengacu pada kode etik jurnalistik. Kode etik
jurnalistik saja tidak cukup untuk menjamin kinerja jurnalis. Sebuah perusahaan perlu
untuk menerapkan budaya organisasi bagi karyawannya. Berita yang ditayangkan
KOMPAS TV adalah berita yang edukatif dan independen. KOMPAS TV memiliki
budaya organisasi yang menjadi pedoman bagi para jurnalis didalam memproduksi
berita. Dalam penelitian ini, penulis meneliti budaya organisasi yang tercipta dan
diterapkan oleh para jurnalis redaksi news KOMPAS TV dalam menghasilkan
program berita yang bernilai edukatif dan independen. Teori yang digunakan adalah
Teori Budaya Organisasi (Organization Culture Theory) yang dikaji oleh Michael
Pacanowsky dan Nick O‘Donnel Trujillo. Didalam penelitian ini, penulis
menganalisis budaya organisasi KOMPAS TV dengan menggunakan dua asumsi
Teori Budaya Organisasi (Organization Culture Theory). Asumsi pertama mengenai
nilai-nilai organisasi. Asumsi kedua mengenai penggunaan dan interpretasi simbol
verbal dan nonverbal karyawan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kualitatif, dengan pendekatan etnografi. KOMPAS TV memiliki ideologi, peraturanperaturan serta komunikasi verbal dan nonverbal yang dijalankan dengan baik oleh
para jurnalis redaksi news. Ideologi, peraturan dan komunikasi vebal dan nonverbal
yang dijalankan dengan baik mampu menolong para jurnalis didalam menghasilkan
program berita yang bernilai edukatif dan independen.
Kata kunci: KOMPAS TV, Budaya Organisasi, Berita Edukatif dan Independen,
Etnografi, Ideologi, Peraturan, Komunikasi Verbal dan Nonverbal
v
7
ABSTRACT
Refika Sari Sibarani. NIM. 6662100539. Thesis. Organizational Culture Kompas
TV in Producing Worth News Program of Educational and Independent. Advisors
I: Ikhsan Ahmad S. Ip, M.Si and Advisor II: Uliviana Restu H S.Sos, M.Si.
News that shown by most television stations now isn’t neutral. News that does not
make the content of the neutral between one group with another group becomes not
balanced. This news is not neutral only confuse the public, not to educate the
community. Reporting that is not neutral is also caused by the performance of
journalists who no longer refers to the journalistic code of ethics. Different with
KOMPAS TV, which news that shown is educational and independent news.
KOMPAS TV has cultural organizations that serve as guidelines for journalists in
producing the news. In this study, the authors examined the organizational culture is
created and applied by the editor of news Kompas TV journalists to produce news
programs that independent and educational value. The theory used is Culture
Organization Theory reviewed by Michael Pacanowsky and Nick O'Donnell Trujillo.
In this study, the authors analyzed the organizational culture of KOMPAS TV by
using two assumptions Culture Organization Theory. The first assumption about the
values of the organization. The second assumption about the use and interpretation of
verbal and nonverbal symbols employees. The method used in this study is
qualitative, ethnographic approach. KOMPAS TV has an ideology, rules, verbal and
nonverbal communication that is well run by the editorial news journalists. Ideology,
rules, nonverbal and vebal communication that well able to help journalists to
produces news programs and independent educational value.
Key words: KOMPAS TV, Organizational Culture, Educational and independent
news, Ethnography, Ideology, regulation, Verbal and Nonverbal Communication
vi
8
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas
kasih dan penyertaanNya penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul
Budaya Organisasi KOMPAS TV dalam Memproduksi Program Berita Bernilai
Edukatif dan Independen dengan baik adanya. Penulis menyadari begitu banyak
rintangan dan hambatan yang penulis harus lewati dalam penyusunan tugas akhir ini,
namun hanya kasih Kristus yang memampukan penulis untuk tetap bertahan dan terus
berjuang sampai akhir.
Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat sidang untuk mendapat
gelar sarjana (S1) Komunikasi pada Konsentrasi Jurnalistik Program Studi Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
Penulis sangat bersyukur karena ada begitu banyak pihak yang turut mendukung
penulis didalam penyelesaian skripsi ini, baik itu melalui dukungan semangat, doa,
saran, kritik, dan bimbingan sehingga itu menjadi motivasi bagi penulis didalam
menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis hendak menyampaikan ucapan terima
kasih kepada setiap pihak yang terkait, diantaranya:
1.
Prof Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd, selaku Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2.
Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3.
Neka Fitriyah, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4.
Puspita Asri Praceka S.Sos, M.Ikom selaku Sekertaris Program Studi Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
5.
Ikhsan Ahmad S.Ip, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah
mengajarkan dan membimbing penulis dalam banyak hal, sehingga penulis
mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
vii
9
6.
Uliviana Restu H. S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing II untuk segenap
waktu, tenaga, bimbingan, masukan secara lengkap dan jelas yang sangat
berguna bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7.
Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu
Komunikasi yang telah memberikan pengajaran dan pendidikan selama
penulis menuntut ilmu.
8.
Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah membantu kelancaran
administrasi penulis selama masa perkuliahan hingga penyelesaian skripsi.
9.
Pihak KOMPAS TV yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan
penelitian dan membantu banyak hal dalam pengumpulan data sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
10. Kedua orang tua penulis Effendy H Sibarani dan Surta K Simanjuntak yang
telah memberikan cinta kasih, doa, semangat, dan dukungan yang tidak
ternilai kepada penulis demi penyelesaian skripsi ini. Mungkin orang tua
penulis mengharapkan kelulusan penulis bisa lebih cepat dari waktu ini, tapi
penulis berharap kelulusan penulis boleh tetap membanggakan kedua orang
tua penulis.
11. Kakak dan Abang penulis Siskha Debora Sibarani dan Mouris Agriva
Sibarani yang telah memberikan banyak bantuan dan masukan untuk
penulis.
12. Sahabat-sahabat penulis Intan, Nata, Mindo, Fina dan PKK penulis kak Jupe.
Terima kasih untuk persahabatan di dalam Kristus ini, terima kasih untuk
setiap doa dan semangat yang tidak pernah habisnya kalian berikan. Penulis
mengasihi kalian.
13. Teman-teman PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen), adik-adik kelompok
kecil penulis Pinta, Rinda, Christin, Merry, Randy, Hengky, teman-teman
Pemuda/Remaja GKO Tangerang, terima kasih untuk persekutuan yang
viii
10
indah ini. Terima kasih untuk setiap kebersamaan, pelayanan dan telah
menjadi motivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
14. Teman-teman FISIP secara khusus teman-teman ilmu komunikasi dan
konsentrasi jurnalistik Torang, Didon, Aji, Ari, Randy, Ida, Ami, Dede, dll
terima kasih untuk pembelajaran dan pengalaman yang kita lewati bersama.
Untuk pria-pria tangguh Didit, Marwan, Oki, Fadli, Fajar, terima kasih sudah
menjadi bagian didalam perjuangan penulis menyelesaikan skripsi. Dan
spesial untuk sahabat-sahabat penulis yang satu ini Bia, Yossi, Age, Wildi,
Shella, tidak ada kata yang dapat menggambarkan perasaan penulis kepada
kalian, penulis hanya ingin mengucapkan terima kasih untuk 4 tahun yang
telah kita lewati bersama.
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu, yang telah
membantu dan mendukung penulis baik secara materiil maupun moril
didalam penyelesaian skripsi ini. Tuhan memberkati kalian.
Akhir kata penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya, civitas akademika Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa dan masyarakat pada umumnya.
Salam Penulis
Tangerang, Februari 2015
Penulis
Refika Sari Sibarani
ix
11
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. . i
LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………………………... ii
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………… iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN...................................................................... iv
ABSTRAK............................................................................................................ v
ABSTRACT……………………………………………………………………... vi
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..... x
DAFTAR TABEL……………………………………………………………...xiii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………. xiv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….. xv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah……………………………………………………..7
1.3
Identifikasi Masalah ............................................................................. 8
1.4
Tujuan Penelitian .................................................................................. 8
1.5
Manfaat Penelitian ................................................................................ 8
1.5.1 Teoritis ........................................................................................ 8
1.5.2 Praktis ......................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 10
2.1
Komunikasi .......................................................................................... 10
2.2
Komunikasi Organisasi ........................................................................ 11
2.3
Komunikasi Organisasi Verbal dan Nonverbal .................................... 15
2.3.1 Komunikasi Verbal ..................................................................... 15
2.3.2 Komunikasi Nonverbal............................................................... 16
2.4
Media Massa......................................................................................... 17
2.4.1 Fungsi Media Massa…………………………………………….17
x
12
2.5
Jurnalistik .............................................................................................. 18
2.6
Berita..................................................................................................... 24
2.6.1 Konsep Berita…………………………………………………..25
2.6.2 Depth News (Berita Mendalam)………………………………..27
2.7
Budaya Organisasi……………………………………………………28
2.7.1 Fungsi Budaya Organisasi……………………………………..30
2.7.2 Karakteristik Budaya Organisasi………………………………30
2.7.3 Dimensi Budaya Organisasi…………………………………....32
2.8
Kerangka Teori……………………………………………………… 34
2.8.1 Teori Budaya Organisasi (Organization Culture Theory)......... 34
2.8.2 Asumsi Teori Organisasi……………………………………….35
2.8.3 Pertunjukan Komunikasi Organisasi…………………………...38
2.9
Tinjauan Etnografi……………………………………………………43
2.9.1 Jenis Penelitian Etnografi…………………………………… 45
2.10 Penelitian Terdahulu………………………………………………… 48
2.11 Kerangka Pemikiran…………………………………………………..53
BAB III METODELOGI PENELITIAN.......................................................... 56
3.1
Metode dan Pendekatan Penelitian ...................................................... 56
3.2
Paradigma Penelitian ........................................................................... 57
3.3
Ruang Lingkup atau Fokus Penelitian ................................................. 58
3.4
Teknik Pengumpulan Data................................................................... 58
3.4.1 Observasi………………………………………………………. 59
3.4.2 Wawancara Mendalam………………………………………… 60
3.5
Informan Penelitian.............................................................................. 61
3.6
Teknik Analisis Data ........................................................................... 63
3.7
Uji Keabsahan Data ............................................................................. 64
3.8
Lokasi dan Jadwal Penelitian ............................................................... 68
3.8.1 Lokasi Penelitian………………………………………………. 68
3.8.2 Jadwal Penelitian………………………………………………. 68
xi
13
BAB IV HASIL PENELITIAN……………………………………………….69
4.1
Deskripsi Objek Penelitian………………………………………… 69
4.1.1 Visi Misi……………………………………………………… 70
4.1.2 Program Acara KOMPAS TV…………………………………70
4.1.3 Program News KOMPAS TV…………………………………72
4.2
Deskripsi Informan…………………………………………………..75
4.3
Hasil Observasi………………………………………………………78
4.4
Analisis Data…………………………………………………………79
4.4.1 Nilai-nilai Organisasi KOMPAS TV………………………….80
4.4.2 Penggunaan dan Interpretasi Simbol Verbal dan Nonverbal
Jurnalis Redaksi News……………………………………….107
BAB V PENUTUP…………………………………………………………….122
5.1
Kesimpulan………………………………………………………
122
5.1.1 Nilai-nilai Organisasi KOMPAS TV………………………. 122
5.1.2 Penggunaan dan Interpretasi Simbol Verbal dan Nonverbal
Jurnalis Redaksi News…………………………………… 122
5.2
Saran………………………………………………………………. 123
5.2.1 Saran Teoritis……………………………………………… 123
5.2.2 Saran Praktis……………………………………………….. 123
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 124
LAMPIRAN …………………………………………………………………. 126
xii
14
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Tabel 3.1 Daftar Informan
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian
Tabel 4.1 Program Acara KOMPAS TV
xiii
15
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
xiv
16
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara dan Pedoman Observasi
Lampiran 2 Hasil Wawancara
Lampiran 3 Profil Subjek Penelitian
Lampiran 4 Struktur Kepengurusan Redaksi News
Lampiran 5 Surat Izin Penelitian
Lampiran 6 Buku Bimbingan Skripsi
Lampiran 7 Riwayat Hidup Penulis
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
KOMPAS TV merupakan stasiun televisi swasta berjaringan di Indonesia.
Program utama KOMPAS TV adalah program berita. KOMPAS TV menjunjung
tinggi konten berita yang bernilai edukatif dan independen. Berita yang edukatif
adalah berita yang berisi nilai pendidikan. Berita KOMPAS TV yang edukatif dapat
dilihat melalui contoh berita yang ditayangkan KOMPAS TV cenderung mengangkat
topik politik ataupun topik yang memberikan inspirasi bagi masyarakat. Inspirasi
disini dimaksudkan pada berita-berita yang mengekspos sisi manusia (human
interest). Jurnalis program berita KOMPAS TV menerapkan slogan ―Jurnalisme
Damai‖, dimana para jurnalis fokus pada berita-berita positif yang memberi
pengetahuan bagi masyarakat, dibanding berita yang hanya membuat masyarakat
menjadi takut ataupun terintimidasi. Hal itu yang menyebabkan redaksi news
KOMPAS TV sangat meminimalisir untuk menayangkan berita mengenai
kriminalitas, dan lebih memfokuskan pada berita tentang politik1.
Ciri khas konten program berita KOMPAS TV yang kedua adalah berita yang
memiliki nilai independen. Berita yang independen disini maksudnya adalah berita
yang mendukung atau menolak gagasan yang sejalan dengan kepentingan publik.
Dalam artian, jurnalis program berita KOMPAS TV memiliki sikap dalam
1
Lampiran 2 Hal 124
1
2
menganggapi sebuah fenomena, tanpa dipengaruhi oleh pihak manapun. Contoh
berita KOMPAS TV yang independen ini terlihat jelas di sepanjang pemilihan
presiden dan wakil presiden pada awal tahun 2014, dimana KOMPAS TV sama
sekali tidak berpihak pada calon presiden dan wakil presiden dari kubu manapun.
KOMPAS TV memberitakan dan mengkritisi kelebihan serta kekurangan kedua belah
pihak calon presiden dan wakil presiden secara berimbang2.
Kompas TV tidak berada pada kekuasaan pemilik perusahaan, golongan partai
atau kelompok seperti yang terjadi di beberapa stasiun televisi lain pada umumnya,
sehingga berita yang ditayangkan stasiun televisi seperti itu tidak imbang antara
pemberitaan kelompok yang satu dengan kelompok lainnya. Informasi yang
disampaikan dalam program berita stasiun televisi yang tidak netral ini akhirnya
banyak dipertanyakan oleh masyarakat kevalidan beritanya, sebab isi berita antara
stasiun televisi yang satu dengan stasiun televisi lain saling bertentangan. Ketua
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta3, Umar Idris menganalisa pemberitaan yang
tidak netral ini terlihat jelas pada stasiun televisi Metro TV, TV One dan MNC
Group.
Pemimpin Redaksi Majalah Tempo, Arif Zulkifli dalam diskusi di Media Center
KPU di Jakarta (08/07/2014), menegaskan netralitas merupakan konsep yang mulia.
Netralitas adalah ketika media tidak berpihak atau apa adanya dalam memberitakan
sesuatu, dan yang mendasari ketidaknetralan adalah value atau nilai yang dipilih
2
Lampiran 2 Hal 124
Keberimbangan Berita pada Bandung.bisnis.com. Diakses Minggu, 14 September 2014. Pukul 19.00
WIB.
3
3
suatu media4. Kenyataannya adalah, bagaimanapun kondisi yang terjadi di dalam
program berita stasiun televisi sekarang ini, oknum yang akan disoroti adalah para
jurnalis yang bekerja memproduksi berita hingga dapat tayang didalam stasiun
televisi.
Secara harafiah pengertian jurnalisme (berasal dari kata journal) adalah catatan
harian atau catatan mengenai kejadian sehari-hari. Journal berasal dari istilah bahasa
Latin yaitu diurnalis, yang memiliki arti orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik.
Jadi, wartawan atau jurnalis adalah seseorang yang melakukan jurnalisme atau orang
yang secara teratur menuliskan berita (berupa laporan), dan tulisannya dikirimkan
atau dimuat di media massa secara teratur. Media massa disini seperti koran, televisi,
radio, majalah, film, dokumentasi, dan internet5.
Demi menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh
informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika
profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik serta
menegakkan integritas dan profesionalisme. Berdasarkan hal tersebut, wartawan
Indonesia wajib menaati Kode Etik Jurnalistik yang telah ditetapkan oleh Dewan Pers
melalui Peraturan Dewan Pers Nomor 06/ Peraturan-DP/ V/ 2008 tentang Pengesahan
Surat Keputusan Dewan Pers Nomor 03/ SK-DP/ III/ 2006 tentang Kode Etik
Jurnalistik sebagai Peraturan Dewan Pers.
4
Keberimbangan Berita pada Bandung.bisnis.com. Diakses Minggu, 14 September 2014. Pukul 19.00
WIB.
5
Helena Olii. 2007. Berita dan Informasi. Jakarta. PT Indeks. Hal 18
4
Adapun isi dari Kode Etik Jurnalistik tersebut sebagai berikut6:
1. Pasal 1 mengenai wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita
yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.
2. Pasal 2 mengenai wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang prosefional
dalam melaksanakan tugas jurnalistik.
3. Pasal 3 mengenai wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan
secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta
menerapkan asas praduga tak bersalah.
4. Pasal 4 mengenai wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah,
sadis, dan cabul.
5. Pasal 5 mengenai wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan
identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang
menjadi pelaku kejahatan.
6. Pasal 6 mengenai wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak
menerima suap.
7. Pasal 7 mengenai wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi
narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya,
menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record
sesuai dengan kesepakatan.
6
Kode Etik Jurnalistik pada Www.dewanpers.or.id. Diakses Senin, 1 Desember 2014. Pukul 19.00
WIB.
5
8. Pasal 8 mengenai wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita
berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan
suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan
martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.
9. Pasal 9 mengenai wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang
kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.
10. Pasal 10 mengenai wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan
memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf
kepada pembaca, pendengar dan atau pemirsa.
11. Pasal 11 mengenai wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi
secara proporsional.
Dengan keberadaan kode etik jurnalistik ternyata tidak membuat para jurnalis
sepenuhnya disiplin menjalankan kode etik yang berlaku. Pemimpin Redaksi Kantor
Berita Radio (KBR), Heru Hendrawatko justru mengaku iba dengan kondisi
wartawan di Indonesia yang ternyata mayoritas tidak pernah membaca kode etik
jurnalistik sebagai pedoman dalam menyampaikan berita. ―Saya ingat betul survei
setelah reformasi mengatakan, 85% pers di Indonesia tidak pernah membaca kode
etik jurnalistik‖, kata Heru Hendrawatko7.
Hal itu yang menyebabkan bahwa tidak cukup hanya dengan adanya kode etik
jurnalistik saja untuk menjaga kualitas dari kinerja para jurnalis. Sebuah perusahaan
7
Kondisi Jurnalistik di Indonesia pada Bandung.bisnis.com. Diakses Minggu, 14 September 2014.
Pukul 19.00 WIB.
6
perlu untuk menciptakan dan menerapkan suatu budaya organisasi bagi karyawannya,
termasuk perusahaan media televisi. Budaya organisasi ini berfungsi sebagai
pedoman atau panduan bagi para jurnalis dalam memproduksi program berita yang
berkualitas.
Terdapat
tiga
asumsi
yang
mengarahkan
Teori
Budaya
Organisasi
(Organizational Culture Theory) berdasarkan pandangan mengenai proses dari
sebuah organisasi yang dikemukakan oleh Michael Pacanowsky dan Nick O‘Donnel
Trujillo, yakni8:
1. Anggota-anggota organisasi menciptakan dan mempertahankan perasaan yang
dimiliki bersama mengenai realitas organisasi, yang berakibat pada pemahaman
yang lebih baik mengenai nilai-nilai sebuah organisasi.
2. Penggunaan dan interpretasi simbol sangat penting dalam budaya organisasi.
3. Budaya bervariasi dalam organisasi-organisasi yang berbeda, dan interpretasi
tindakan dalam budaya ini juga beragam.
Budaya yang dimaksud dalam Organizational Culture Theory ini bukan
mengacu pada keanekaragaman ras, etnis, dan label individu. Budaya yang dimaksud
adalah suatu cara hidup dalam sebuah organisasi. Karyawan dipandang sebagai
bagian dari budaya perusahaan, diposisikan untuk membangun dan mempertahankan
prinsip-prinsip dan nilai-nilai perusahaan, simbol-simbol, ritual, dan nilai sangat
penting dalam budaya perusahaan yang penggunaannya dan interpretasinya dilakukan
8
West dan Richard. Lyn H. Turner. 2007. Introducing Communication Theory: Analisis dan Aplikasi,
Edisi 3, Buku 2. Jakarta. Salemba Humanika. Hal 49.
7
oleh karyawan perusahaan. Setiap organisasi memiliki variasi budaya yang berbedabeda sehingga interpretasi tindakan budaya ini pun juga beragam9.
Budaya organisasi meningkatkan kemantapan sistem sosial atau sebagai perekat
sosial yang membantu mempersatukan organisasi dengan memberikan standar
standar yang tepat bagi para karyawan 10. Dengan adanya budaya organisasi yang
kuat, tujuan perusahaan pun dapat terwujud dengan baik.
Penelitian ini akan mencoba melihat dan mengamati bagaimana budaya
organisasi yang tercipta dan diterapkan oleh para jurnalis program berita KOMPAS
TV, sehingga mampu memproduksi program berita yang bernilai edukatif dan
independen. Budaya organisasi dalam penelitian ini akan berfokus pada nilai-nilai
organisasi KOMPAS TV yang mencakup ideologi dan peraturan-peraturan yang
diciptakan perusahaan, serta melihat simbol-simbol yang diterapkan oleh para jurnalis
melalui komunikasi verbal dan nonverbal didalam bekerja.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan di atas, maka penulis
merumuskan masalah yang ada sebagai berikut: “Bagaimana budaya organisasi
KOMPAS TV dalam memproduksi program berita bernilai edukatif dan
independen?”
9
Ibid, Hal 46.
Ibid. Hal 20.
10
8
1.3 Identifikasi Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat
diidentifikasi masalahnya sebagai berikut:
1. Apa saja nilai-nilai organisasi yang dianut KOMPAS TV dalam memproduksi
program berita yang bernilai edukatif dan independen?
2. Bagaimana penggunaan dan interpretasi simbol verbal dan nonverbal jurnalis
KOMPAS TV dalam memproduksi program berita yang bernilai edukatif dan
independen?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa saja nilai-nilai organisasi yang dianut KOMPAS TV
dalam memproduksi program berita yang bernilai edukatif dan independen.
2. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan dan interpretasi simbol verbal dan
nonverbal jurnalis KOMPAS TV dalam memproduksi program berita yang
bernilai edukatif dan independen.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan bagi
ilmu komunikasi terutama kajian komunikasi organisasi dalam menganalisis
budaya
organisasi.
Dengan
menggunakan
Teori
Budaya
Organisasi
(Organization Culture Theory) sebagai landasan dalam penelitian ini, teori ini
9
akan menolong dalam menganalisis budaya organisasi sebuah perusahaan media
televisi, yakni KOMPAS TV dengan berfokus pada nilai-nilai organisasi
(ideologi dan peraturan) dan penggunaan simbol-simbol verbal dan nonverbal
yang diterapkan jurnalis dalam menghasilkan program berita yang bernilai
edukatif dan independen.
1.5.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah refrensi yang ada dan dapat
digunakan oleh semua pihak yang membutuhkan. Penelitian ini secara khusus
diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam mengkaji program
berita seperti apa yang dikatakan berkualitas, serta dapat menjadi refrensi dan
tolak ukur apakah sebuah perusahaan secara khusus media televisi sudah mampu
menciptakan dan mewujudkan budaya organisasi yang baik dan kuat bagi para
jurnalisnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi
Istilah komunikasi dalam bahasa inggris communication berasal dari kata latin
communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini
maksudnya adalah sama makna. Definisi komunikasi telah banyak ditulis dengan
menekankan pada fokus yang beragam. Keragaman pengertian tersebut disebabkan
perbedaan perspektif dalam melihat komunikasi sebagai fenomena sosial 11.
Harold Laswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication
is Society, cara yang baik menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan Who
Says What In Which Channel To Whom With What Effect. Paradgma Laswell
menunjukkan bahwa komunikasi meluputi lima unsur sebagai jawaban dari
pertanyaan yang telah diajukan, yaitu komunikator (source/ sender), pesan
(messagge), media (channel/ media), komunikan (receiver/ recipient/ communicate)
dan efek (effect/ impact/ influence). Berdasarkan paradigma Laswell tersebut,
komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan
melalui media dan menimbulkan efek tertentu12.
Brent D. Ruben memberikan definisi mengenai komunikasi manusia yang lebih
komprehensif, komunikasi manusia adalah suatu proses melalui mana individu dalam
11
12
Onong Uchjana Effendy. 1999. Komunikasi: Ilmu, Teori dan Praktek. Bandung. Rosdakarya. Hal 9
Ibid, Hal 10.
10
11
hubungannya,
dalam
kelompok,
dalam
organisasi
dan
dalam
masyarakat
menciptakan, mengirimkan, dan menggunakan informasi unttuk mengkoordinasi
lingkungannya dan orang lain. Ruben menggunakan istilah informasi, yang
diartikannya sebagai kumpulan data, pesan (message), susunan isyarat dalam cara
tertentu yang mempunyai arti atau berguna bagi sistem tertentu. Pengertian informasi
di sini tidak hanya bersifat fakta tetapi juga bersifat fiksi, humor, atau bujukan, dan
apa saja13.
Istilah menciptakan informasi yang dimaksudkan Ruben di sini adalah tindakan
menyandikan (encoding) pesan yang berarti kumpulan data. Istilah mengirimkan
informasi maksudnya adalah proses dengan mana pesan dipindahkan dari si pengirim
kepada orang lain atau dari satu tempat ke tempat lain. Pesan dikirim melalui bahasa
baik bahasa verbal maupun bahasa nonverbal. Istilah pemakaian informasi menunjuk
kepada peranan informasi dalam mempengaruhi tingkah laku manusia baik secara
individual, kelompok, maupun masyakarat. Jadi jelas bahwa tujuan komunikasi
menurut Ruben ini adalah untuk mempengaruhi tingkah laku orang lain14.
2.2 Komunikasi Organisasi
Menurut Winardi, sebuah organisasi merupakan sebuah sistem yang terdiri dari
aneka macam elemen atau subsistem, di antara mana subsistem manusia mungkin
merupakan sistem terpenting, dan dimana terlihat bahwa masing-masing subsistem
saling berinteraksi dalam upaya mencapai sasaran-sasaran atau tujuan-tujuan
13
14
Arni Muhammad. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta. Bumi Aksara. Hal 3
Ibid, Hal 4.
12
organisasi yang bersangkutan. Dari definisi tersebut, organisasi terbentuk karena
adanya hubungan atau interaksi diantara elemen/ subsistem didalam organisasi,
sehingga organisasi tersebut dapat berjalan. Organisasi tidak terlepas dari perilaku
manusia baik secara individu maupun berkelompok yang berinteraksi dengan orang
lain didalam organisasi yang bersangkutan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
komunikasi dalam organisasi sangat berperan penting sebagai jalan untuk mencapai
tujuannya. Komunikasi organisasi harus diterapkan di setiap organisasi baik
organisasi formal maupun nonformal15.
Definisi lain mengenai komunikasi organisasi, diantaranya komunikasi
organisasi yang dikemukakan oleh Redding dan Sanborn yang menyebutkan bahwa
komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi
yang kompleks. Bidang yang termasuk dalam hal ini adalah komunikasi internal,
hubungan manusia, hubungan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari
atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan kepada
atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang memiliki sama
tingkatan
dalam
organisasi,
keterampilan
berkomunikasi
dan
berbicara,
mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program16.
Kebanyakan komunikasi ke bawah digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan
yang berkenaan dengan tugas-tugas dan pemeliharaan. Pesan tersebut biasanya
berhubungan dengan pengarahan, tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan dan
15
16
Ibid, Hal 67.
Ibid, Hal 65.
13
kebijaksanaan umum. Menurut Lewis, komunikasi ke bawah untuk menyampaikan
tujuan, untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan dan
kecurigaan yang timbul karena salah informasi, mencegah kesalahpahaman karena
kurang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan17.
Menurut Pace, fungsi komunikasi ke atas memperkuat apresiasi dan loyalitas
karyawan terhadap organisasi dengan jalan memberikan kesempatan untuk
menanyakan pertanyaan, mengajukan ide-ide dan saran-saran tentang jalannya
organisasi. Komunikasi ke atas juga membantu karyawan mengatasi masalah-masalah
pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dalam tugas-tugasnya dan
organisasi. Dan pesan horizontal biasanya berhubungan dengan tugas-tugas atau
tujuan kemanusiaan sepeti koordinasi, pemecahan masalah, peneylesaian konflik dan
saling memberikan informasi18.
Pace dan Faules mendefinisikan komunikasi organisasi menjadi dua, yakni 19:
1. Definisi fungsional, komunikasi organisasi merupakan petunjukan dan penafsiran
pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi
tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubunganhubungan hierarkis antara yang satu dengan yang lainnya dan berfungsi dalam
suatu lingkungan.
17
Ibid, Hal 108.
Ibid, Hal 117.
19
Ibid, Hal 71.
18
14
2. Definisi interpreatif, komunikasi organisasi merupakan proses penciptaan makna
atas interaksi yang merupakan organisasi atau ―perilaku pengorganisasian‖ yang
terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat dalam proses itu dan memberi makna
atas apa yang telah terjadi.
Meskipun bermacam-macam persepsi dari para ahli mengenai komunikasi
organisasi, dari semuanya ada beberapa hal umum yang dapat disimpulkan, yaitu 20:
1. Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang
dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal.
2. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media.
3. Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya, hubungannya
dan keterampilan.
Dapat diambil suatu kesimpulan bahwa komunikasi organisasi adalah pertukaran
informasi yang dilakukan antara karyawan baik atasan, bawahan atau sesama rekan
satu tingkat, selain itu menganalisis bagaimana hubungan manusia yang terjadi
didalam organisasi tersebut dan mencakup bagaimana keterampilan berkomunikasi
yang diterapkan di dalam organisasi tersebut 21.
Pada prinsipnya, organisasi adalah lembaga yang dibentuk melalui proses
komunikasi. Setelah organisasi itu terbentuk, proses komunikasi merupakan aktivitas
yang dominan. Hal ini disebabkan organisasi memiliki tujuan, oleh karena itu
20
21
Ibid, Hal 72.
Ibid, Hal 72.
15
diperlukan koordinasi, saling koreksi, saling melengkapi, dan keterbukaan diantara
semua karyawan22.
2.3 Komunikasi Organisasi Verbal dan Nonverbal
2.3.1 Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol
atau kata-kata, baik yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun secara tulisan.
Komunikasi verbal merupakan karakteristik khusus dari manusia. Tidak ada
makhluk lain yang dapat menyampaikan bermacam-macam arti melalui katakata. Kata dapat dimanipulasi untuk menyampaikan secara eksplisit sejumlah
arti. Kata-kata dapat menjadikan individu dapat menyampaikan ide yang lengkap
secara komprehensif dan tepat. Kata-kata memungkinkan pengiriman banyak
ide-ide
melalui
gelombang
udara
kepada
orang
banyak.
Kata-kata
memungkinkan menyatakan perasaan dan pikiran yang memungkinkan dapat
dibaca orang untuk beberapa menit atau untuk beberapa abad sesudahnya 23.
Kemampuan menggunakan komunikasi verbal secara efektif adalah
penting bagi administrator dan manajer. Dengan adanya komunikasi verbal
memungkinkan pengidentifikasian tujuan, pengembangan strategi dan tingkah
laku untuk mencapai tujuan24.
Komunikasi verbal dapat dibedakan atas komunikasi lisan dan komunikasi
tulisan. Komunikasi lisan dapat diidentifikasikan sebagai suatu proses dimana
22
Ibid, Hal 73
Arni Muhammad. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta. Bumi Aksara. Hal 95
24
Ibid, Hal 95
23
16
seorang pembicara
berinteraksi
secara
lisan dengan pendengar untuk
mempengaruhi tingkah laku penerima. Didalam organisasi, terdapat bermacammacam tipe dari komunikasi lisan seperti: instruksi, penjelasan, laporan lisan,
pembicaraan untuk mendapat persetujuan kebijaksanaan, memajukan penjualan
dan menghargai orang dalam organisasi. Agar komunikasi lisan ini berhasil
dengan baik, perlu dipersiapkan terlebih dahulu. Diantara beberapa langkah
persiapannya adalah pemilihan subjek, menentukan tujuan, menganalisis
pendengar, mengumpulkan materi, menyusun garis-garis besar apa yang akan
dikomunikasikan dan praktik berbicara dengan tenang. Sedangkan komunikasi
tulisan dapat berupa surat, memo, buku petunjuk, gambar dan laporan25.
2.3.2 Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan
tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan gerakan
tubuh, sikap tubuh, vokal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka,
kedekatan jarak dan sentuhan. Atau dapat juga dikatakan bahwa semua kejadian
disekeliling situasi komunikasi yang tidak berhubungan dengan kata-kata yang
diucapkan atau dituliskan. Dengan komunikasi nonverbal, orang dapat
mengekspersikan perasaannya melalui ekspresi wajah dan nada atau kecepatan
berbicara. Misalnya seorang pimpinan berbicara dengan suara yang keras dan
25
Ibid, Hal 96.
17
wajah yang merah padam, itu menandakan bahwa pimpinan tersebut sedang
marah pada karyawan tersebut26.
Arti dari suatu komunikasi verbal dapat diperoleh melalui hubunganhubungan komunikasi verbal dan nonverbal. Dengan kata lain, komunikasi
verbal akan lebih mudah diinterpretasikan maksudnya dengan melihat tandatanda nonverbal yang mengiringi komunikasi verbal tersebut. Komunikasi
nonverbal dapat memperkuat dan menyangkal pesan verbal. Bila ada
ketidaksejajaran antara komunikasi verbal dan nonverbal, orang khususnya lebih
percaya pada komunikasi nonverbal yang menyertainya 27.
2.4 Media Massa
Menurut Cangara, media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak, sedangkan pengertian
media massa sendiri adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari
sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat komunikasi seperti surat
kabar, film, radio, dan televisi28.
2.4.1 Fungsi Media Massa
Pada dasarnya media massa mempunyai empat fungsi, yaitu fungsi
edukasi, informasi, hiburan dan pengaruh. Berikut penjelasan masing-masing
dari fungsi tersebut29:
26
Ibid, Hal 130
Ibid, Hal 131
28
H Hafied Cangara . 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. Raja Grafindo. Hal 26
29
Djafar H Assegaf. 1991. Jurnalistik Masa Kini. Jakarta. Ghalia Indonesia. Hal 50
27
18
1. Fungsi Edukasi, yaitu media massa berfungsi sebagai agen atau media yang
memberikan pendidikan kepada masyarakat, sehingga keberadaan media
massa tersebut menjadi bermanfaat karena berperan sebagai pendidik
masyarakat. Oleh karena itu, lewat setiap program acara yang ada, media
massa diharapkan memberikan pendidikan kepada masyarakat.
2. Fungsi Informasi, yaitu media massa berperan sebagai pemberi atau penyebar
berita kepada masyarakat atau komunikatornya, media elektronik misalnya
memberikan informasi lewat acara berita, atau informasi lain yang dikemas
lewat acara ringan sehingga media massa berperan bagi menambah wawasan
ilmu pengetahuan.
3.
Fungsi Hiburan, yaitu media massa berperan menyajikan hiburan kepada
komunikatornya atau dalam hal ini masyarakat luas. Hiburan tersebut
misalnya acara musik, komedi, dan lain sebagainya.
4.
Fungsi Pengaruh, yaitu bahwa media massa berfungsi memberikan pengaruh
kepada masyarakat luas lewat acara atau berita yang disajikannya, sehingga
dengan adanya media massa diharapkan masyarakat dapat terpengaruh oleh
berita yang disajikan. Misalnya ajakan pemerintah untuk mengikuti pemilihan
umum (pemilu), maka diharapkan masyarakat akan terpengaruh dan semakin
berpartisipasi bagi kegiatan pemilu.
2.5 Jurnalistik
Demi menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh
informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika
19
profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan
menegakkan integritas serta profesionalisme. Berdasarkan hal tersebut, wartawan
Indonesia wajib menaati Kode Etik Jurnalistik yang telah ditetapkan oleh Dewan Pers
melalui Peraturan Dewan Pers Nomor 06/ Peraturan-DP/ V/ 2008 tentang Pengesahan
Surat Keputusan Dewan Pers Nomor 03/ SK-DP/ III/ 2006 tentang Kode Etik
Jurnalistik Sebagai Peraturan Dewan Pers30.
Adapun isi dari Kode Etik Jurnalistik tersebut adalah sebagai berikut31:
1. Pasal 1 mengenai wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita
yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.
a. Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara
hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain
termasuk pemilik perusahaan pers.
b. Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika peristiwa terjadi.
c. Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara.
d. Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan semata-mata
untuk menimbulkan kerugian pihak lain.
2. Pasal 2 mengenai wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang prosefional
dalam melaksanakan tugas jurnalistik.
Cara-cara yang profesional adalah:
30
Kode Etik Jurnalistik pada Www.dewanpers.or.id. Diakses Senin, 1 Desember 2014. Pukul 19.00
WIB.
31
Kode Etik Jurnalsitik pada Www.dewanpers.or.id. Diakses Senin, 1 Desember 2014. Pukul 19.00
WIB.
20
a. Menunjukkan identitas diri kepada narasumber.
b. Menghormati hak privasi
c. Tidak menyuap
d. Menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya
e. Rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara
dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara
berimbang.
f. Menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar,
foto, suara.
g. Tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain
sebagai karya sendiri
h. Penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita
investigasi bagi kepentingan publik.
3. Pasal 3 mengenai wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan
secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta
menerapkan asas praduga tak bersalah.
a. Menguji informasi berarti melakukan check dan recheck tentang kebenaran
informasi itu.
b. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada
masing-masing pihak secara proporsional.
21
c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini berbeda
dengan opini interpretatif, yaitu pendapat yang berupa interpretasi wartawan
atas fakta.
d. Asas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi seseorang.
4. Pasal 4 mengenai wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah,
sadis, dan cabul.
a. Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh wartawan
sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.
b. Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja dengan niat
buruk.
c. Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan.
d. Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan foto, gambar,
suara, grafis atau tulisan yang semata-mata untuk membangkitkan nafsu
birahi.
e. Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip, wartawan mencantumkan
waktu pengambilan gambar dan suara.
5. Pasal 5 mengenai wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan
identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang
menjadi pelaku kejahatan.
a. Identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut diri seseorang
yang memudahkan orang lain untuk melacak.
b. Anak adalah seorang yang berusia kurang dari 16 tahun dan belum menikah.
22
6. Pasal 6 mengenai wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak
menerima suap.
a. Menyalahgunakan profesi
adalah segala
tindakan yang mengambil
keuntungan pribadi atas informasi yang diperoleh saat bertugas sebelum
informasi tersebut menjadi pengetahuan umum.
b. Suap adalah segala sesuatu pemberian dalam bentuk uang, benda atau
fasilitas dari pihak lain yang mempengaruhi independensi.
7. Pasal 7 mengenai wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi
narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya,
menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record
sesuai dengan kesepakatan.
a. Hal tolak adalah untuk tidak mengungkapkan identitas dan keberadaan
narasumber demi keamanan narasumber dan keluarganya.
b. Embargo adalah penundaan pemuatan atau penyiaran berita sesuai dengan
permintaan narasumber.
c. Informasi latar belakang adalah segala informasi atau data dari narasumber
yang disiarkan atau diberitakan tanpa menyebutkan narasumbernya.
d. Off the record adalah segala informasi atau data dari narasumber yang tidak
boleh disiarkan atau diberitakan.
8. Pasal 8 mengenai wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita
berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan
23
suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan
martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.
a. Prasangka adalah anggapan yang kurang baik.
b. Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan.
9. Pasal 9 mengenai wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang
kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.
a. Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan diri dan berhati-hati
b. Kehidupan pribadi adalah segala segi kehidupan seseorang dan keluarganya
selain yang terkait dengan kepentingan publik.
10. Pasal 10 mengenai wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan
memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf
kepada pembaca, pendengar dan atau pemirsa.
a. Segera berarti tindakan dalam waktu secepat mungkin, baik karena ada
maupun tidak ada teguran dari pihak luar.
b. Permintaan maaf disampaikan apabila kesalahan terkait dengan substansi
pokok.
11. Pasal 11 mengenai wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi
secara proporsional.
a. Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan
tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang
merugikan nama baiknya.
24
b. Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk membetulkan kekeliruan
informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang
orang lain.
c. Proporsional berarti setara dengan bagian berita yang perlu diperbaiki.
2.6 Berita
Secara etimologi, berita yang dalam bahasa inggrisnya ―News‖ berasal dari
bahasa Latin ―Novus‖ atau ―Nova‖ yang artinya ―baru‖. Berita atau News adalah
segala hal atau peristiwa nyata yang telah terjadi, sedang terjadi, maupun akan terjadi,
serta mengenai sesuatu hal yang menjadi pemikiran (opini) orang atau seseorang.
Berita merupakan hasil dari proses rekonstruksi (ungkapan) tertulis dari realitas
sosial yang diambil dari kehidupan masyarakat luas. Penulisan berita lebih
merupakan pekerjaan merekonstruksi realitas sosial ketimbang gambaran dari realitas
itu sendiri. Kegiatan merekonstruksi yang dilakukan oleh wartawan terhadap realitas
sosial tersebut tidak akan dapat dilakukan secara komprehensif. Arti kata, seorang
pewarta tidak akan sanggup merekonstruksi suatu realitas sosial sesuai dengan apa
yang terjadi. Asumsinya, jika realitas sosial memiliki empat sudut, maka yang dapat
direkonstruksi hanya dua sudut saja.
Setiap berita merupakan peristiwa, namun tidak semua peristiwa bernilai berita
atau dapat menjadi berita. Suatu peristiwa dikatakan berita jika sudah disiarkan oleh
media massa. Karenanya, selektivitas terhadap suatu peristiwa menjadi hak prerogatif
25
wartawan itu sendiri. Ia dapat menentukan apakah suatu peristiwa layak menjadi
berita atau tidak berdasarkan nilai kelayakan suatu berita32.
2.6.1 Konsep Berita
Frank Luther Mott dalam bukunya membagi berita dalam delapan konsep,
yakni33:
1. Berita sebagai Laporan Tercepat (News As Timely Report)
Konsep dasar berita menitikberatkan pada aspek kecepatan (timely). Sekarang
ini dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, kecepatan adalah
sesuatu yang sangat penting. Namun, sesuatu yang tidak bisa ditulis dengan
cepat atau tidak terlalu baru dapat disiasati dengan memberikan laporan yang
lebih mendalam (in depth report) sehingga terkesan lebih baru.
2. Berita sebagai Rekaman (News As Record)
Berita yang tercetak dalam media massa cetak merupakan rekaman sebagai
bahan dokumentasi. Sering kali media massa mencatat hal-hal yang
bersejarah, berharga, dan bernilai tinggi bagi kemanusiaan serta kebudayaan.
Semua itu dengan adanya media massa cetak bisa didokumentasikan.
3. Berita sebagai Fakta Objektif (News As Objective/Acts)
Disebut sebagai fakta objektif karena berita merupakan suatu fakta dan
objektif. Karenanya sebuah laporan berita harus jujur dalam mengungkapkan
fakta apa adanya dan haruslah objektif yakni berafiliasi pada salah satu pihak.
32
Helena Olii. 2007. Berita dan Informasi. Jakarta. PT Indeks. Hal 25
Konsep Berita pada Theactadiurna.wordpress.com. Diakses Sabtu, 14 September 2014. Pukul 18.00
WIB
33
26
Sebagai media yang ditujukkan untuk publik, maka media massa haruslah
memenuhi ketentuan umum termasuk memenuhi standar kode etik jurnalistik
didalamnya.
4. Berita sebagai Sensasi (News As Sensation)
Terkadang berita memiliki sisi subjektivitas sebagai upaya mengejutkan
(shocks) dan menggetarkan atau mengaharukan (thrills) bagi pembaca.
Subjektivitas tersebut biasanya terdapat dalam pemberitaan yang serius
mengenai kejadian-kejadian tertentu, misalnya tentang skandal seks pejabat,
atau gosip yang dapat memberikan sensasi.
5. Berita sebagai Interpretasi (News As Interpretation)
Dalam suatu kehidupan yang kompleks seperti menyangkut bidang politik,
ekonomi, sosial, budaya dan ilmu pengetahuan. Suatu fakta perlu dijelaskan
agar pembaca mengerti. Publik perlu diberi penjelasan tentang latar belakang,
sebab akibat, siatuasi serta hubungannya dengan hal-hal lain, mengapa sesuatu
itu terjadi berdasarkan interpretasi atau pemahaman wartawan. Kepiawaian
seorang wartawan dalam menyajikan berita adalah hal yang penting sehingga
tidak menimbulkan salah tafsir dan salah pengertian (prejudice) bagi
pembacanya. Karenanya, untuk menggali dan meyakinkan pembacanya,
diperlukan kepandaian dan kejujuran wartawan yang bersangkutan.
6. Berita sebagai Minat Insani (News As Human Interest)
Dalam hal ini, menariknya berita bukan karena pentingnya peristiwa yang
dilaporkan, tetapi karena sifatnya yang menyentuh perasaan insani (manusia),
27
menimbulkan perasaan terharu, prihatin, senang dan lain sebagainya, misalnya
penemuan seorang anak yang telah hilang terpisah dari orang tuanya.
7. Berita sebagai Ramalan (News As Prediciton)
Wartawan berita cenderung menaruh perhatian kepada masa depan dari masa
kini dan masa lalu. Karena minat pembaca terutama terletak pada masa depan.
Pada umumnya yang diharapkan dari berita selain merupakan informasi
mengenai kejadian terkini, juga ramalan (to perdiciton) yang masuk akal
(intelligent forecast) mengenai masa depan.
8. Berita sebagai Gambar (News As Picture)
Selain berita disampaikan dalam bentuk kata-kata, berita juga dapat
disampaikan dalam bentuk gambar. Ilustrasi gambar dalam media massa
selain bisa menghibur, juga biasanya lebih lugas, jujur, dan apa adanya.
Biasanya gambar bisa lebih menjelaskan fakta objektif daripada kata-kata,
karena kata-kata memang mempunyai keterbatasan dalam menjangkau
peristiwa.
2.6.2 Depth News (Berita Mendalam)
Depth news disebut berita mendalam karena laporan yang diberitakannya
memiliki nilai berita yang ―berat‖, baik dari segi fakta, penggalian data, dan
dampaknya kepada masyarakat umum. Disamping itu, proses penggalian datanya
memerlukan perencanaan, persiapan ―matang‖, dan analisa yang ―mendalam‖.
28
Ada beberapa karakter depth news, yaitu34:
1. Unsur berita yang ditekankan adalah why (mengapa peristiwa terjadi) dan
how (bagaimana peristiwa terjadi), what (apa yang akan terjadi kemudian)
dipakai untuk mendekatkan berita pada kebenaran prediksi lebih lanjut dari
suatu peristiwa yang tengah terjadi.
2. Deksripsi berita analitis dan mengungkapkan banyak fakta penting sebagai
pendukung.
3. Struktur berita yang digunakan adalah balok tegak. Karenanya, di setiap
bagian berita (dari kepala berita, tubuh berita, hingga kaki berita)
mengandung inti peristiwa. Sehingga, membaca sebagian paragraf saja tidak
dapat memahami atau mendapatkan informasi secara utuh. Karenanya,
seluruh bagian berita depth news merupakan satu kesatuan utuh.
2.7 Budaya Organisasi
Linda Smircich dalam Sobirin menyatakan bahwa ada dua kubu berkaitan
dengan budaya organisasi. Kubu yang pertama berpandangan bahwa “Organization
is a culture”, dan kubu yang kedua berpandangan bahwa “Organization has
culture”. Kubu pertama menganggap bahwa budaya organisasi adalah hasil budaya,
oleh karena itu aliran ini lebih menekankan pada pentingnya penjelasan deksriptif
atas sebuah organisasi. Aliran yang kedua justru memberikan penekanan pada faktor
penyebab terjadinya budaya dalam organisasi dan implikasinya terhadap organisasi
34
Depth News (Berita mendalam) pada Theactadiurna.wordpress.com. Diakses Sabtu, 14 September
2014. Pukul 18.00 WIB
29
tersebut, misalnya dengan melakukan pendekatan manajerial. Aliran kedua ini
menurut Sobirin lebih tepat diterapkan dalam kepentingan organisasi karena
penekanan ada pada pentingnya budaya sebagai variabel yang dapat mempengaruhi
efektivitas organisasi35.
Schein, memaparkan lebih jelas bahwa secara komprehensif budaya organisasi
didefinisikan sebagai sebuah corak dari asumsi-asumsi dasar, yang ditemukan atau
dikembangkan oleh sebuah kelompok tertentu untuk belajar mengatasi problemproblem kelompok dari adaptasi eksternal dan integrasi internal, yang telah bekerja
dengan baik. Hal itu cukup relevan untuk dipertimbangkan sebagai sesuatu yang
bernilai dan, oleh karenanya, pantas diajarkan kepada para anggota baru sebagai cara
yang benar untuk berpersepsi, berpikir dan berperasaan dalam hubungannya dengan
problem-problem tersebut36.
Robbins mengatakan bahwa organisasi mengacu ke suatu sistem makna bersama
yang dianut oleh anggota-anggotanya dan yang membedakan antara satu organisasi
dengan lainnya. Robbins
memberi pengertian budaya organisasi antara lain
sebagai37:
1. Nilai-nilai dominan yang didukung oleh organisasi (Deal & Kenney)
2. Falsafah yang menuntut kebijaksanaan organisasi terhadap pegawai dan
pelanggan (Pascale & Athos)
35
Achmad Sobirin . 2007. Budaya Organisasi (Pengertian, makna, dan aplikasinya dalam kehidupan
organisasi). Yogyakarta. UPP, STIM YKPN. Hal 39.
36
Muchlas Makmuri. 2008. Perilaku Organisasi. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. Hal
531.
37
Robbins. 2001. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi (Terjemahan). Jakarta. Erlangga. Hal 15.
30
3. Cara pekerjaan dilakukan di tempat itu (Bower)
2.7.1 Fungsi Budaya Organisasi
Robbins menyatakan bahwa budaya organisasi melakukan sejumlah fungsi
dalam suatu organisasi, yakni38:
1. Mempunyai peran atau fungsi menetapkan tapal batas yang menciptakan
perbedaan yang jelas antara satu organisasi dengan organisasi lainnya.
2. Budaya organisasi membawa suatu rasa identitas bagi para anggota
organisasi atau jati diri.
3. Budaya organisasi mempermudah komitmen bagi kepentingan yang lebih
luas dibandingkan kepentingan individu.
4. Budaya organisasi meningkatkan kemantapan sistem sosial atau sebagai
perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi dengan
memberikan standart-standart yang tepat untuk cara berkomunikasi dan
beraktivitas bagi para karyawan.
2.7.2 Karakteristik Budaya Organisasi
Luthans menyebutkan sejumlah karakteristik yang penting dari budaya
organisasi, yang meliputi39:
1. Aturan-aturan perilaku
Bahasa, terminologi dan ritual yang biasa dipergunakan oleh anggota
organisasi.
38
39
Ibid, Hal 20.
Fred Luthans . 2006. Perilaku Organisasi. Yogyakarta. Andi. Hal 52.
31
2. Norma
Standar perilaku yang meliputi petunjuk bagaimana melakukan sesuatu.
Lebih jauh di masyarakat kita kenal adanya norma agama, norma sosial,
norma susila, norma adat, dll.
3. Nilai-nilai dominan
Nilai utama yang diharapkan dari organisasi untuk dikerjakan oleh para
anggota, misalnya tingginya kualitas produk, rendahnya tingkat absensi,
tingginya produktivitas dan efisiensi, serta tingginya disiplin kerja.
4. Ideologi
Ideologi adalah pedoman normative yang dipakai oleh seluruh kelompok
sebagai dasar cita-cita, nilai dasar dan keyakinan yang dijunjung tinggi.
5. Peraturan-peraturan
Aturan yang tegas dalam organisasi. Pegawai baru harus mempelajari
peraturan ini agar keberadaannya dapat diterima di dalam organisasi.
6. Iklim Organisasi
Keseluruhan ―perasaan‖ yang meliputi hal-hal fisik, bagaimana para
anggota
berinteraksi
dan
bagaimana
para
anggota
organisasi
mengendalikan diri dalam berhubungan dengan pelanggan atau pihak luar
organisasi.
32
2.7.3 Dimensi Budaya Organisasi
Riset yang dilakukan oleh Recardo dan Jolly, mengemukakan bahwa
terdapat delapan dimensi untuk menilai budaya suatu organisasi, diantaranya 40:
1. Communication (Komunikasi)
Di sini terdapat sejumlah tipe dan sistem komunikasi serta bagaimana
komunikasi digunakan, termasuk arah komunikasi, top down malt bottom
up versus three way, apakah komunikasi disaring atau terbuka, bagaimana
konflik dihindari atau dipecahkan, baik melalui jalur formal maupun
informal.
2. Training and Development (Pelatihan dan Pengembangan)
Indikasi penting untuk menilai komitmen manajemen adalah ketersediaan
kesempatan untuk pengembangan diri bagi para karyawan dan bagaimana
keterampilan yang diperoleh itu dapat diterapkan dalam pekerjaan, serta
apakah pendidikan bagi para karyawan ditujukan untuk kebutuhan
sekarang atau untuk masa yang akan datang.
3. Reward (Imbalan)
Dimensi ini dilihat dan perilaku apa yang mendapatkan imbalan, tipe
imbalan yang digunakan apakah secara pribadi atau kelompok, apakah
semua karyawan mendapatkan bonus, kriteria apa yang digunakan untuk
menilai kemajuan karyawan.
40
Ibid, Hal 40.
33
4. Decision Making (Membuat Keputusan)
Pada dimensi ini dibicarakan bagaimana keputusan dibuat dan konflik
dipecahkan. Apakah keputusan tersebut dilakukan secara cepat atau
lambat, apakah organisasi bersifat birokratis, apakah pembuatan keputusan
bersifat sentralistis atau desentralisasi.
5. Risk Taking (Pengambilan Risiko)
Dimensi ini fokus pada bagaimana kreativitas dan inovasi dinilai dan
dihargai.
Apakah
pengambilan
risiko
itu
telah
didukung
dan
diperhitungkan, apakah ada keterbukaan terhadap ide-ide baru, untuk level
mana manajemen mendukung saran-saran untuk perbaikan, apakah
karyawan dihukum karena mencoba ide-ide baru atau menanyakan cara
melaksanakan ide tersebut.
6. Planning (Perencanaan)
Apakah organisasi menekankan pada rencana jangka panjang atau jangka
pendek, apakah perencanaan bersifat reaktif atau proaktif, untuk apa
strategi tujuan dan visi organisasi disampaikan kepada karyawan, apakah
proses perencanaan berisfat informal atau terstruktur, pada level apa
karyawan mempunyai komitmen terhadap pencapaian strategi bisnis serta
tujuan organisasi.
7. Team work (Kerja Sama)
Dimensi ini berhubungan dengan jumlah, tipe dan keefektifan tim dalam
organisasi. Dibatasi atau tidak dibatasi, meliputi kerja sama dengan
34
departement yang berbeda, sejumlah kepercayaan di antara beberapa fungsi
atau unit yang berbeda dan dukungan terhadap proses kerja.
8. Management Practice (Praktik Manajemen)
Dimensi akhir yang menjadi ukuran adalah keadilan dan konsistensi,
penyediaan lingkungan kerja yang aman, serta bagaimana manajemen
mendukung adanya perbedaan.
2.8 Kerangka Teori
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana budaya organisasi
yang tercipta di dalam lingkungan kerja jurnalis program berita KOMPAS TV,
mampu menghasilkan program berita yang bernilai edukatif dan independen. Penulis
fokus mengamati budaya organisasi tersebut pada nilai-nilai organisasi (ideologi,
peraturan-peraturan) serta penggunaan dan interpretasi simbol (komunikasi verbal
dan nonverbal) yang tercipta dalam kinerja jurnalis program berita KOMPAS TV.
Berkaitan dengan masalah diatas, maka yang menjadi landasan teori dalam penelitian
ini adalah Teori Budaya Organisasi (Organizational Culture Theory).
2.8.1 Teori Budaya Organisasi (Organizational Culture Theory)
Teori Budaya Organisasi (Organizational Culture Theory) dikaji oleh
Michael Pacanowsky dan Nick O‘Donnel Trujillo yang mendasarkan
penelitiannya pada ide yang lebih dahulu dimiliki oleh Clifford Geertz, seorang
antropolog
mengenai
kebudayaan.
Mereka
menerapkan
prinsip-prinsip
35
antropologi untuk mengkonstruksi teori mereka. Hal itulah yang menyebabkan
teori ini tak terlepas dari pengaruh etnografi 41.
Budaya yang dimaksud dalam Organizational Culture Theory ini bukan
mengacu pada keanekaragaman ras, etnis, dan label individu. Budaya yang
dimaksud adalah suatu cara hidup dalam sebuah organisasi. Karyawan dipandang
sebagai bagian dari budaya perusahaan, diposisikan untuk membangun dan
mempertahankan prinsip-prinsip dan nilai-nilai perusahaan, simbol, ritual, dan
nilai sangat penting dalam budaya perusahaan yang penggunaannya dan
interpretasinya dilakukan oleh karyawan perusahaan. Setiap organisasi memiliki
variasi budaya yang berbeda-beda sehingga interpretasi tindakan budaya ini pun
juga beragam42.
2.8.2 Asumsi Teori Organisasi
Terdapat tiga asumsi yang mengarahkan Teori Budaya Organisasi
(Organizational Culture Theory), berdasarkan pandangan mengenai proses dari
sebuah organisasi yang dikemukakan oleh Pacanowsky dan O‘Donnell Trujillo43:
1. Anggota-anggota organisasi menciptakan dan mempertahankan perasaan
yang dimiliki bersama mengenai realitas organisasi, yang berakibat pada
pemahaman yang lebih baik mengenai nilai-nilai sebuah organisasi.
41
West dan Richard. Lyn H. Turner. 2007. Introducing Communication Theory: Analisis dan aplikasi,
Edisi 3, Buku 2. Jakarta. Salemba Humanika. Hal 45.
42
Ibid, Hal 46.
43
Ibid, Hal 49.
36
2. Penggunaan dan interpretasi simbol sangat penting dalam budaya
organisasi.
3. Budaya bervariasi dalam organisasi-organisasi yang berbeda, dan
interpretasi tindakan dalam budaya ini juga beragam.
Asumsi pertama berhubungan degan pentingnya orang di dalam kehidupan
organisasi. Secara khusus, individu saling berbagi dalam menciptakan dan
mempertahankan realitas. Individu-individu ini mencakup karyawan, supervisor,
dan pimpinan. Pada inti dari asumsi ini adalah nilai yang dimiliki oleh organisasi.
Nilai (value) adalah standar dan prinsip-prinsip dalam sebuah budaya yang
memiliki nilai intrinsik dari sebuah budaya. Nilai menunjukkan kepada anggota
organisasi mengenai apa yang penting. Pacanowsky melihat bahwa nilai berasal
dari pengetahuan moral, dan bahwa orang menunjukkan pengetahuan moral
mereka melalui narasi atau kisah44.
Orang berbagi dalam proses menemukan nilai-nilai perusahaan. Menjadi
anggota dari sebauh organisasi membutuhkan partisipasi aktif dalam organisasi
tersebut. Makna dari simbol-simbol tertentu—misalnya, mengapa sebuah
perusahaan terus melaksanakan wawancara terhadap calon karyawan ketika
terdapat sebuah rencana pemutusan hubungan kerja besar-besaran—harus
dikomunikasikan dengan baik kepada karyawan oleh pihak manajemeri. Makna
simbolik dari menerima karyawan baru ketika yang lainnya dipecat, tidak akan
dilewatkan oleh pekerja yang cerdik. Pacanowsky dan O‘Donnel Trujillo yakin
44
Ibid, Hal 50.
37
bahwa karyawan memberikan kontribusi dalam pembentukkan budaya
organisasi. Perilaku mereka sangatlah penting dalam menciptakan dan pada
akhirnya mempertahankan realitas organisasi45.
Realitas (dan budaya) organisasi juga sebagiannya ditentukan oleh simbolsimbol, dan ini merupakan asumsi kedua dari teori ini. Pacanowsky dan
O‘Donnell Trujillo mengadopsi perspektif interaksi simbolik dari Geertz.
Perspektif ini menggarisbawahi penggunaan simbol di dalam organisasi, dan
simbol merupakan representasi untuk makna. Anggota-anggota organisasi
menciptakan, menggunakan, dan menginterpretasikan simbol setiap hari. Simbolsimbol ini, karenanya sangat penting bagi budaya perusahaan. Simbol-simbol
mencakup komunikasi verbal dan nonverbal di dalam organisasi. Seringkali,
simbol-simbol ini mengomunikasikan nilai-nilai organisasi. Simbol dapat berupa
slogan yang memiliki makna. Contohnya, perusahaan-perusahaan memiliki
slogan—di masa lalu maupun di masa kini—yang menyimbolkan nilai-nilai
mereka. Sejauh mana simbol-simbol ini efektif, bergantung tidak hanya pada
media tetapi pada bagaimana karyawan perusahaan mempraktikkannya46.
Asumsi ketiga mengenai Teori Budaya Organisasi (Organizational Culture
Theory) berkaitan dengan keberagaman budaya organisasi. Sederhananya,
45
46
Ibid, Hal 50.
Ibid, Hal 51.
38
budaya organisasi sangatlah bervariasi. Persepsi mengenai tindakan dan aktivitas
di dalam budaya-budaya ini juga seberagam budaya itu sendiri47.
2.8.3 Pertunjukan Komunikasi Organisasi
Pacanowsky dan O‘Donnell Trujillo menyatakan bahwa anggota organisasi
melakukan pertunjukkan komunikasi tertentu yang menghasilkan budaya
organisasi bersifat unik bagi organisasi bersangkutan. Menurut mereka,
perfomance are those very actions by which members constitute and reveal their
culture to themselves and others (pertunjukkan adalah sejumlah tindakan dengan
anggota organisasi membentuk dan menunjukkan budaya mereka kepada diri
mereka sendiri dan kepada orang lain)48.
Kata pertunjukkan (perfomance) merupakan kiasan atau perumpamaan
(metafor) yang menunjukkan proses simbolik dalam memahami perilaku
manusia dalam organisasi. Pertunjukkan yang terjadi pada organisasi seringkali
diumpamakan sebagai panggung sandiwara (theatre) dimana pimpinan dan
karyawan memilih berbagai peran atau bagian yang ada dalam organisasi.
Dengan kata lain, ‗pertunjukkan‘ menyatakan bahwa kehidupan organisasi
adalah seperti pertunjukkan sandiwara49.
Pacanwsky dan O‘Donnell Trujillo menyajikan daftar dari sejumlah
pertunjukan komunikasi organisasi yang terdiri atas pertunjukan ritual, passion,
47
Ibid, Hal 51.
Morissan M.A. 2009. Teori Komunikasi Organisasi. Bogor. Ghalia Indonesia. Hal 105
49
Ibid, Hal 105
48
39
sosial, politik, dan enkulturasi. Berbagai pertunjukan tersebut dapat dilakukan
oleh setiap anggota organisasi. Berbagai pertunjukan tersebut, diantaranya50:
1. Ritual
Pertunjukan komunikasi organisasi yang pertama disebut dengan ritual, yaitu
pertunjukan komunikasi yang terjadi secara teratur dan berulang-ulang, misalnya
kegiatan rapat atau acara piknik tahunan karyawan kantor. Pertunjukan ritual
dalam organisasi memiliki peran penting karena dapat memperbaharui pengertian
kita terhadap pengalaman bersama kita dan memberikan legitimasi terhadap apa
yang kita pikirkan, rasakan dan lakukan. Dalam hal ini terdapat beberapa jenis
pertunjukan ritual, yaitu ritual personal, kerja, sosial, dan organisasi.
a. Ritual Personal
Ritual jenis ini mencakup hal-hal yang dilakukan seseorang secara rutin setiap
hari di tempat kerja. Misalnya, banyak anggota organisasi secara teratur
memeriksa surat-surat atau email yang masuk pada setiap permulaan
pekerjaan, atau beberapa orang memulai hari kerjanya dengan membaca
koran.
b. Ritual Kerja
Jenis ritual lain disebut dengan ritual kerja (task ritual), yaitu kegiatan yang
dilakukan berulang-ulang untuk membantu anggota organisasi melakukan
pekerjaannya. Dengan kata lain, ritual kerja adalah perilaku rutin seseorang
50
Ibid, hal 106
40
yang dihubungkan dengan pekerjaannya yang menyebabkan pekerjaan itu
selesai.
c. Ritual Sosial
Jenis ritual lain adalah ritual sosial (social ritual), yaitu ritual yang tidak
berhubungan dengan kerja atau tugas, namun ritual jenis ini merupakan
pertunjukkan penting dalam organisasi. Ritual sosial merupakan komunikasi
verbal atau nonbverbal rutin yang perlu dilakukan dalam interaksi dengan
orang lain. Acara kumpul bersama teman-teman kantor, misalnya di tempat
minum seperti kafe atau tempat-tempat santai lainnya usai jam kerja
merupakan contoh bagus dari ritual sosial. Disini, mereka membicarakan
segala hal, mulai dari masalah pekerjaan di kantor hingga masalah politik.
d. Ritual Organisasi
Jenis ritual terakhir adalah ritual organisasi (organization ritual), yaitu ritual
yang diikuti oleh seluruh kelompok kerja didalam organisasi secara cukup
teratur. Misalnya, pertemuan atau rapat antar departemen perusahaan atau
acara piknik bersama karyawan perusahaan.
2. Passion
Kategori pertunjukan kedua adalah apa yang disebut oleh Pacanowsky dan
O‘Donnel Trujillo dengan sebutan passion, yang berarti kegemaran atau
kesukaan. Disini, karyawan berupaya menjadikan pekerjaan rutin yang
membosankan menjadi menarik dan menyenangkan dengan cara menceritakan
sesuatu (storytelling) yang digemari atau disukai. Dengan kata lain, passion
41
adalah cerita-cerita pada organisasi yang seringkali disampaikan oleh salah satu
anggota kepada anggota organisasi lainnya. Hampir setiap orang suka bercerita
mengenai pekerjaan mereka dengan cara yang seringkali hidup dan dramatis.
Berbagai cerita itu disampaikan berulang-ulang karena orang suka bercerita satu
sama lain mengenai berbagai pengalaman dalam pekerjaan mereka secara
berulang-ulang.
3. Sosial
Kategori ketiga pertunjukan adalah sosial, yaitu berbagai bentuk kesopanan,
basa-basi, penghormatan yang dilakukan dengam maksud untuk mendorong dan
mengingkatkan kerja sama diantara anggota organisasi. Pertunjukkan sosial
berfungsi untuk memperkuat kepatutan dan penerapan aturan-aturan sosial dalam
organisasi. Perilaku ramah tamah dan percakapan basa-basi adalah contoh
pertunjukkan sosial. Interaksi ringan seperti menegur rekan kerja dengan
mengucapkan ―selamat pagi‖ dapat menimbulkan rasa sebagai satu kelompok
karyawan pada perusahaan bersangkutan. Pertunjukkan sosial menimbulkan rasa
identifikasi diantara para anggota organisasi melalui kegiatan komunikasi
informal seperti saling bercanda, saling menggoda, atau melakukan diskusi tanpa
harus mengambil keputusan diantara orang-orang dalam satu kelompok.
4. Politik organisasi
Kategori pertunjukan keempat adalah politik (political performance), yaitu
pertunjukan yang menciptakan dan memperkuat gagasan mengenai kekuasaan
dan pengaruh yang mencakup perilaku untuk menunjukkan kekuatan pribadi,
42
memperkuat hubungan atau persekutuan dan tawar menawar. Ketika organisasi
melakukan pertunjukan politik, maka organisasi melaksanakan kekuasaan atau
pengawasan. Pertunjukan ini secara khusus melibatkan tindakan yang dirancang
untuk memposisikan seseorang dengan cara-cara tertentu dalam organisasi
karena alasan politis. Ketika anggota organisasi melakukan pertunjukan politik,
maka mereka pada dasarnya menunjukkan keinginan untuk mempengaruhi
anggota lainnya. Dalam hal ini, mempengaruhi bukan berarti sesuatu yang buruk.
5. Enkulturasi
Kategori kelima disebut degan enkulturasi (enculturation), yaitu proses
‗pengajaran‘ budaya organisasi oleh salah satu anggota organisasi kepada
anggota organisasi lainnya. Enkulturasi adalah proses yang berlangsung terusmenerus, namun pertunjukan tertentu memiliki peran sangat penting dalam
proses ini. Orientasi bagi anggota organisasi baru adalah salah satu contohnya,
dalam hal ini terdapat serangkaian pertunjukan dimana sejumlah individu
mengajarkan individu lain bagaimana melakukan pekerjaan tertentu. Walaupun
hal ini dapat dilakukan melalui interaksi langsung, tetapi jenis pembelajaran ini
paling sering terjadi ketika orang membicarakan hal-hal yang terjadi dalam suatu
cara
yang
membantu
individu
lainnya
menginterpretasikan atau menafsirkan pesan.
mempelajari
bagaimana
43
2.9 Tinjauan Etnografi
Burhan Bungin mengatakan etnografi merupakan embrio dari antropologi.
Etnografi lahir dari antropologi. Etnografi merupakan ciri khas antropologi, artinya
etnografi merupakan metode penelitian lapangan asli dari antropologi51.
Menurut Creswell, penelitian etnograf dapat dilakukan untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang pola ‗kaidah-kaidah‘ (rules) yang
mendasari sesuatu yang ‗dialami‘ atau ‗dimiliki‘ (shared) oleh sekelompok orang
secara bersama, seperti tingkah laku, bahasa, nilai-nilai, adat-istiadat dan keyakinan52.
Etnografi adalah pendekatan empiris dan teoritis yang bertujuan mendapatkan
deskripsi dan analisis mendalam tentang kebudayaan berdasarkan penelitian lapangan
(fieldwork) yang intensif. Etnograf bertugas membuat thick descriptions (pelukisan
mendalam) yang menggambarkan ‗kejamakan struktur-struktur konseptual yang
kompleks‘, termasuk asumsi-asumsi yang tak terucap dan taken-for-granted (yang
dianggap sebagai kewajaran) mengenai kehidupan. Seorang etnografer memfokuskan
perhatiannya pada detil-detil kehidupan lokal dan menghubungkannya dengan prosesproses sosial yang lebih luas53.
Inti etnografi adalah upaya untuk memperlihatkan makna-makna tindakan dari
kejadian yang menimpa orang yang ingin kita pahami. Beberapa makna tersebut
terekspresikan secara langsung dalam bahasa, dan diantara makna yang diterima,
51
Engkus Kuswarno. 2008. Metode Penelitian Komunikasi: Etnografi Komunikasi. Bandung. Widya
Padjajaran. Hal 51
52
Ibid, Hal 51
53
Ibid, Hal 52
44
banyak yang disampaikan hanya secara tidak langsung melalui kata-kata dan
perbuatan. Sekalipun demikian, di dalam masyarakat, orang tetap menggunakan
sistem makna yang kompleks ini untuk mengatur tingkah laku mereka, untuk
memahami diri mereka sendiri dan orang lain, serta untuk memahami dunia tempat
mereka hidup. Sistem makna ini merupakan kebudayaan mereka, dan etnografi selalu
mengimpilkasikan teori kebudayaan 54.
Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Tujuan
utama aktivitas ini adalah untuk memahami suatu pandangan hidup dan sudut
pandang penduduk asli, sebagaimana dikemukakan oleh Bronislaw Malinowski,
bahwa tujuan etnografi adalah memahami sudut pandang penduduk asli,
hubungannya dengan kehidupan, untuk mendapatkan pandangannya mengenai
dunianya. Oleh karena itu, penelitian etnografi melibatkan aktivitas belajar mengenai
dunia orang yang telah belajar melihat, mendengar, berbicara, berpikir, dan bertindak
dengan cara yang berbeda. Jadi etnografi tidak hanya mempelajari masyarakat, tetapi
lebih dari itu, etnografi belajar dari masyarakat55.
Hasil akhir penelitian komperhensif etnografi adalah suatu naratif deksriptif yang
bersifat menyeluruh disertai intrepretasi yang menginterpretasikan seluruh aspekaspek kehidupan dan mendeskripsikan kompleksitas kehidupan tersebut56.
54
Ibid, Hal 54
Ibid, Hal 56
56
Ibid, Hal 57
55
45
2.9.1 Jenis Penelitian Etnografi
Menurut Creswell, penelitian etnografi memiliki beragam bentuk. Akan
tetapi, jenis utama yang sering muncul dalam laporan-laporan penelitian
pendidikan adalah etnografi realis, studi kasus, dan etnografi kristis57.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian Etnografi
realis. Etnografi realis merupakan pendekatan yang populer di kalangan
antropolog. Pendekatan ini berupaya menggambarkan situasi budaya para
partisipan secara objektif berdasarkan informasi yang diperoleh langsung dari
para partisipan di lapangan penelitian dan dipaparkan dengan menggunakan
sudut pandang orang ketiga (third person point of view)58.
Creswell menguraikan tiga ciri khas etnografi realis. Pertama, peneliti
mengungkapkan laporan penelitiannya melalui sudut pandang orang ketiga
berdasarkan data yang diperoleh melalui pengamatan atas partisipan dan
pandangan-pandangan mereka. Peneliti tidak melibatkan refleksi pribadinya dan
berupaya bertindak hanya sebagai peliput fakta-fakta59.
Kedua, peneliti memaparkan data-data obyektif dalam bentuk infromasi
yang terukur dan bebas dari bias, afiliasi politik, dan penilaian personal. Peneliti
boleh mengikutsertakan data-data tentang kehidupan sehari-hari para partisipan
57
Ibid, Hal 58
Ibid, Hal 58
59
Ibid, Hal 59
58
46
yang disusun dalam kategori-kategori standar penggambaran kultural, seperti
keluarga, sistem status, jaringan-jaringan sosial, dan lain-lain60.
Ketiga, peneliti mengungkapkan pandangan para partisipan melalui
kutipan-kutipan penuturan mereka yang diedit tanpa merubah makna. Peneliti
menyatakan interpretasinya tentang gambaran budaya yang diteliti pada bagian
akhir laporan61.
Penulis menerapkan studi etnografi didalam penelitian ini dengan cara
menjadi karyawan magang di KOMPAS TV selama 3 bulan. Penulis menjadi
partisipan aktif yang turut serta bekerja dan mengikuti budaya yang ada didalam
organisasi KOMPAS TV. Posisi penulis disini tetap dalam posisi peneliti dengan
menggunakan sudut pandang orang ketiga, dalam artian sekalipun penulis
merupakan bagian dari karyawan, namun penulis harus benar-benar objektif
dalam mengamati budaya organisasi yang diterapkan oleh tim redaksi news,
tanpa mencampurkan pendapat pribadi didalamnya, sekalipun di akhir laporan
penelitian, peneliti diizinkan untuk menyampaikan interpretasi tentang gambaran
budaya yang diteliti.
Selama menjadi karyawan magang, penulis memang tidak diposisikan
sebagai karyawan magang di redaksi news, akan tetapi setiap harinya penulis
melihat dan mengamati secara langsung bagaimana kinerja, komunikasi dan
nilai-nilai yang mereka anut didalam mengerjakan pekerjaan mereka yakni
60
61
Ibid, Hal 59
Ibid, Hal 59
47
menghasilkan program berita. Penulis memiliki peluang besar setiap harinya
untuk mengobservasi dan mewawancarai secara langsung para jurnalis redaksi
news. Posisi peneliti sebagai karyawan magang menjadi faktor pendukung
penulis dapat dengan mudah memperoleh informasi mengenai topik penelitian,
yakni budaya organisasi tim redaksi news, hal ini disebabkan karena karyawan
KOMPAS TV cukup merespon dengan baik setiap pertanyaan yang diajukan
oleh para karyawan magang.
Jenis-jenis etnografi lainnya diungkapkan Gay, Mills dan Aurasian sebagai
berikut62:
1. Etnografi Kritis: penelitian yang mencoba merespon isu-isu sosial yang
sedang berlangsung, misalnya dalam masalah gender atau emansipasi,
kekuasaan, status quo, ketidaksamaan hak, pemerataan dan sebagainya.
2. Etnografi Konfensional: laporan mengenai pengalaman pekerjaan lapangan
yang dilakukan etnografer.
3. Autoetnografi: refleksi dari seseorang mengenai konteks budayanya
sendiri.
4. Mikroetnografi: studi yang memfokuskan pada aspek khusus dari latar dan
kelompok budaya.
5. Etnografi Feminis: studi mengenai perempuan dalam praktek budaya yang
merasakan pengekangan akan hak-haknya.
62
Ibid, Hal 59
48
6. Etnografi Postmodern: suatu etnografi yang ditulis untuk menyatakan
keprihatinan mengenai masalah-masalah sosial terutama mengenai
kelompok marginal.
7. Studi Kasus Etnografi: analisis kasus dari seseorang, kejadian, kegiatan
dalam persepektif budaya.
2.10 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
1.
Penulis
Judul Penelitian
Sri Lelis Maryati
Pengaruh
NIM. 1006804571
Organisasi
Universitas
Perilaku
Indonesia
2011
Budaya
Dan
1. Budaya
berpengaruh
Organisasi
terhadap
variabel kinerja guru.
Depok Kepemimpinan
Kepala
Hasil Penelitian
Sekolah
Hal ini menunjukkan
bahwa
terdapat
terhadap Kinerja Guru
pengaruh yang positif
SMA di Kabupaten
antara
budaya
Indramayu
organisasi
dengan
Jawa Barat
Provinsi
kinerja guru SMA di
Kabupaten Indramayu.
2. Perilaku kepemimpinan
kepala
sekolah
49
berpengaruh
terhadap
kinerja guru. Hal ini
menunjukkan
bahwa
terdapat pengaruh yang
positif antara perilaku
kepemimpinan
kepala
sekolah dengan kinerja
guru
SMA
di
Kabupaten
Indramayu63.
2.
Indhira S. Meliala
Analisis
Deskriptif
1. Budaya organisasi taksi
NIM. 0905050184
Budaya
Organisasi
Blue Bird didasarkan
Universitas
Perusahaan
Taksi
pada nilai-nilai yang
pada
diwariskan oleh pendiri
Indonesia
2009
Depok (Studi
Perusahaan
Blue Bird)
Taksi
perusahaan,
yang
terdiri
nilai
dari
kejujuran, kedisiplinan,
kerja
keras
dan
kekeluargaan. Keempat
63
Sri lelis Maryati. 2011. Pengaruh Budaya Organisasi Dan Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah
terhadap Kinerja Guru SMA di Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat. Depok. Universitas
Indonesia.
50
nilai
tersebut
dituangkan
simbol
dalam
dan
bahasa.
Proses sosialisasi pun
dilakukan
oleh
penyebaran
organisasi
agen
budaya
dan
juga
didukung oleh sarana
penyebaran
budaya
organisasi.
2. Perusahaan taksi Blue
Bird adalah perusahaan
yang bergerak dalam
bidang jasa, dalam hal
ini yang dijual adalah
jasa
pelayanan
yang
bisa
tolak
dan
dijadikan
ukur
dari
keberhasilan
perusahaan
kepuasan
adalah
dari
51
konsumen.
Sebagai
perusahaan jasa, maka
perusahaan
bukanlah
pihak yang berinteraksi
langsung
dengan
konsumen,
melalui
melainkan
perantaraan
pengemudi
yang
merupakan
mitra
perusahaan.
Oleh
karena
itu,
peneliti
melihat bahwa budaya
organisasi
yang
ada
pada perusahaan Blue
Bird lebih ditekankan
kepada
para
pengemudi.
3. Agen-agen
dalam
perusahaan taksi Blue
Bird
belum
mampu
menyosialisasikan
52
nilai-nilai
secara
Adapun
yang
ada
sempurna.
yang
menjadi
sudah
budaya
organisasi adalah nilai
kejujuran
dan
nilai
kerja keras, sedangkan
tataran
formalisasi
adalah
nilai
kedisiplinan dan nilai
kekeluargaan64.
64
Indhira S. Meliala. 2009. Analisis Deskriptif Budaya Organisasi Perusahaan Taksi (Studi pada
Perusahaan Taksi Blue Bird). Depok. Universitas Indonesia
53
2.11 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Budaya Organisasi
Teori Budaya Organisasi
(Organization Culture
Theory)
Michael Pacanowsky dan
Nick O’Donnel Trujillo
Etnografi
Realis
Nilai-nilai Organisasi
(Ideologi,
Peraturan-peraturan)
Penggunaan dan
Interpretasi Simbol
(Komunikasi
Verbal dan
Nonverbal)
Program Berita
Edukatif dan
Independen
54
Permasalahan dalam penelitian ini adalah mengetahui bagaimana budaya
organisasi yang tercipta dan diterapkan oleh jurnalis program berita KOMPAS TV,
sehingga mampu menghasilkan program berita bernilai edukatif dan independen.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Organization Culture Theory
(Teori Budaya Organisasi).
Michael Pacanowsky dan Nick O‘Donnel Trujillo mengemukakan dua asumsi
dasar didalam Organization Culture Theory (Teori Budaya Organisasi) mengenai
pemahamannya tentang budaya organisasi. Asumsi pertama mengenai nilai-nilai yang
dimiliki oleh sebuah organisasi. Nilai (value) adalah standar dan prinsip-prinsip
dalam sebuah budaya yang memiliki nilai intrinsik dari sebuah budaya. Nilai
menunjukkan kepada anggota organisasi mengenai apa yang penting. Nilai-nilai
tersebut dapat dilihat dari ideologi dan peraturan-peraturan perusahaan yang
diciptakan dan diberlakukan kepada seluruh karyawan.
Asumsi kedua mengenai penggunaan dan interpretasi simbol. Anggota-anggota
organisasi menciptakan, menggunakan, dan menginterpretasikan simbol setiap
harinya di dalam pekerjaan yang mereka lakukan. Penggunaan dan interpretasi simbol
ini dapat dilihat melalui komunikasi verbal dan nonverbal yang terjalin diantara
sesama karyawan.
Michael Pacanowsky dan Nick O‘Donnel Trujillo beranggapan nilai dan simbol
menjadi bagian yang penting untuk mengamati sebuah budaya organisasi, maka
penulis pun memfokuskan peneltian ini pada nilai-nilai dan simbol-simbol apa saja
yang diterapkan para jurnalis program berita KOMPAS TV sehingga mampu
55
menghasilkan
program
berita
bernilai
edukatif
dan
independen.
Penulis
menggunakan etnografi realis sebagai teknik pendekatan penelitian ini. Pendekatan
ini berupaya menggambarkan situasi budaya para partisipan secara objektif
berdasarkan informasi yang diperoleh langsung dari para partisipan di lapangan
penelitian dan dipaparkan dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga (third
person point of view).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode dan Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif
dengan menggunakan pendekatan studi etnografi realis. Metode kualitatif menurut
Bogdan dan Taylor dalam Moleong metodelogi kualitatif didefinisikan sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilakunya yang dapat diamati.65 Hal ini sesuai dengan tujuan
studi etnografi realis yakni untuk menggambarkan fakta detail dan melaporkan apa
yang diamati dan didengar dari partisipan kelompok dengan mempertahankan
objektivitas dari penulis.
Etnografi disini merupakan salah satu upaya mendalami suatu objek secara
lengkap dan mendalam, sistematik dan sesuai sebagaimana hakikat obyek tersebut.
Masa kehidupan suatu kelompok yang panjang, maka tradisinya juga makin
mendalam seperti terkandung dalam unsur-unsur budayanya itu, oleh sebab itu proses
penelitian etnografi ini pun membutuhkan waktu yang panjang dengan cara penulis
masuk secara langsung di dalam kehidupan objek kelompok yang diteliti 66.
Penelitian ini pun dilakukan untuk menggambarkan bagaimana budaya
organisasi yang tercipta dan diterapkan oleh para jurnalis program berita KOMPAS
65
J Moleong Lexy. 2011. Metodologi Penelitian. PT Remaja RosdaKarya. Hal 4
Engkus Kuswarno. 2008. Metode Penelitian Komunikasi: Etnografi Komunikasi. Bandung. Widya
Padjajaran. Hal 45
66
56
57
TV, yang dilihat dari nilai-nilai organisasi (ideologi, peraturan-peraturan) perusahaan
dan penggunaan simbol (komunikasi verbal dan nonverbal) para jurnalis, sehingga
mampu menghasilkan program berita bernilai edukatif dan independen.
3.2 Paradigma Penelitian
Paradigma yang digunakan di dalam penelitian ini adalah paradigma
postpositivisme. Paradigma postpositivisme ini merupakan aliran yang ingin
memperbaiki kelemahan positivisme yang hanya mengandalkan kemampuan
pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. Secara ontologi, aliran ini bersifat
critical realism yang memandang bahwa realitas memang ada dalam kenyataan
sesuai dengan hukum alam, tetapi suatu hal yang mustahil bila suatu realitas dapat
dilihat secara benar oleh manusia (penulis)67.
Secara epistomologis, hubungan antara pengamat atau penulis dengan objek atau
realitas yang diteliti tidaklah bisa dipisahkan, tidak seperti yang diusulkan aliran
positivisme. Aliran ini menyatakan suatu hal yang tidak mungkin mencapai atau
melihat kebenaran apabila pengamat berdiri di belakang layar tanpa ikut terlibat
dengan objek secara langsung. Oleh karena itu, hubungan antara pengamat dengan
objek harus bersifat interaktif, dengan catatan bahwa pengamat harus bersifat senetral
mungkin, sehingga tingkat subjektivitas dapat dikurangi secara minimal 68.
Penulis menggunakan paradigma postpositivis karena penulis ingin mendapatkan
pengembangan pemahaman yang membantu proses interpretasi. Dalam penelitian ini,
67
68
Agus Salim. 2001. Teori dan Paradima Penelitian Sosial. Yogyakarta. Tiara Wacana. Hal 40.
Ibid, Hal 40.
58
penulis ingin melihat dan memahami secara mendalam bagaimana budaya organisasi
yang tercipta dan diterapkan oleh jurnalis program berita KOMPAS TV sehingga
mampu menghasilkan program berita bernilai edukatif dan independen.
3.3 Ruang Lingkup atau Fokus Penelitian
Fokus atau ruang lingkup penelitian merupakan alat untuk membatasi studi
penelitian sehingga penulis dapat menyaring data-data yang masuk. Adapun fokus
atau ruang lingkup dari penelitian ini adalah melihat dan memahami budaya
organisasi yang diterapkan di dalam kinerja jurnalis program berita KOMPAS TV,
dimana jurnalis-jurnalis ini adalah orang-orang yang fokus untuk mencari, menulis
dan melaporkan berita.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka penulis tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang diterapkan. Dalam studi kualitatif terdapat empat
teknik untuk mengumpulkan data, yaitu: Observasi (tanpa/dengan partisipan),
Wawancara, Dokumentasi, Audio Visual Material (dapat berupa foto, flashdisk, dan
rekaman video)69. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua teknik
pengumpulan data, diantaranya:
69
Sugiono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta. Hal 20.
59
3.4.1 Observasi
Observasi partisipan adalah metode tradisional yang digunakan dalam
antropologi dan merupakan sarana untuk penulis masuk ke dalam anggota
kelompok yang akan ditelitinya. Penulis akan berusaha untuk menemukan peran
untuk dimainkan sebagai anggota masyarakat tersebut, dan mencoba untuk
memperoleh perasaan dekat dengan nilai-nilai kelompok dan pola-pola
masyarakat70.
Bogdan mendefinisikan observasi partisipan sebagai penelitian yang
bercirikan dengan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara
penulis dengan subjek penelitian dalam lingkungan subjek, dan selama itu data
dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa
gangguan. Namun, penulis tidak perlu berada selamanya di lapangan atau terus
menerus mengikuti subjek penelitiannya itu. Penulis cukup berada pada setiap
situasi yang diinginkannya untuk dipahami. Oleh karena itu peneliti sebelum
turun ke lapangan untuk melakukan observasi partisipan wajib memiliki
seperangkat acuan tertentu yang membimbingnya di lapangan 71.
Dalam penelitian ini, cara penulis untuk masuk kedalam lingkungan kerja
para jurnalis program berita, yakni dengan melakukan Job Training (Magang) di
Kompas TV. Sekalipun, penulis tidak mendapat bagian untuk Job Training
(Magang) di divisi berita, namun penulis tetap dapat menempatkan diri sebagai
70
Engkus Kuswarno. 2008. Metode Penelitian Komunikasi: Etnografi Komunikasi. Bandung. Widya
Padjajaran. Hal 49.
71
Ibid, Hal 49.
60
observer dengan cara memperhatikan kinerja dan cara berkomunikasi para
jurnalis program berita. Observasi ini penulis lakukan setiap harinya selama 3
bulan.
3.4.2 Wawancara Mendalam
Wawancara etnografi komunikasi yang paling umum dan baik, adalah
wawancara yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang tidak memiliki
alternatif respon yang ditentukan sebelumnya, atau yang lebih dikenal sebagai
wawancara tidak berstruktur atau wawancara mendalam. Jenis wawancara ini
akan mendorong subjek penelitian untuk mendefinisikan dirinya sendiri dan
lingkungannya, untuk menggunakan istilah-istilah mereka sendiri mengenai
objek penelitian. Sejalan dengan observasi partisipan, dalam wawancara
mendalam penulis berupaya mengambil peran subjek penelitian (taking the role
of the other), secara intim menyelam ke dalam dunia psikologis dan sosial
mereka72.
Wawancara mendalam ini juga penulis lakukan selama melakukan Job
Training (Magang). Target informan yang penulis wawancarai juga tidak merasa
segan untuk menceritakan secara mendalam mengenai apa yang penulis
tanyakan, sebab dalam kondisi itu penulis berstatus sebagai pekerja magang,
sehingga wawancara ini berlangsung dengan santai dan terbuka.
72
Ibid, Hal 54.
61
3.5 Informan Penelitian
Pemilihan informan adalah responden penelitian yang berfungsi untuk menjaring
sebanyak-banyaknya informasi yang dapat bermanfaat untuk bahan analisis penelitian
dan konsep serta preposisi sebagai temuan penelitian. Dalam penelitian kualitatif,
sampel yang sering digunakan dalam penelitian yang berasumsi statistik dan
mekasistik tidak lagi berlaku karena dalam penelitian kualitatif, istilah sampel
tersebut diganti dengan istilah informan73.
Hal ini seperti yang disampaikan Sjoberg dan Nett, bahwa penelitian kualitatif
menggunakan metode humanistic untuk memahami realitas sosial yang idealis,
penekanan lebih terbuka tentang kehidupan sosial dan dipandang sebagai kreatifitas
bersama. Dengan kata lain, subjek penelitian dalam penelitian kualitatif memiliki
peranan yang sangat penting dalam penelitian, sehingga posisi subjek penelitian tidak
hanya sekedar sampel untuk pemenuhan data statistik, tetapi lebih berperan sebagai
informan dimana penelitian kualitatif dapat berkembang lebih dinamis74.
Informan merupakan orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Ia harus memiliki banyak
pengalaman
mengenai
latar
belakang
penelitian.
Informasi
yang
didapat
dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran, atau membandingkan suatu kejadian
yang ditemukan dari subjek lainnya75.
73
Ruslan Rosady. 2003. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta. Raja Grafindo
Persada. Hal 214
74
Ibid, Hal 60.
75
Ibid, Hal 61.
62
Dalam penelitian etnografi kualitatif ini, penulis akan mengambil beberapa
informan untuk dijadikan sebagai subjek penelitian. Informan yang diwawancarai
pada penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yakni informan kunci (key informan),
dan informan76.
1. Informan Kunci (Key Informan)
Informan kunci yaitu informan yang dianggap lebih memiliki informasi lebih
banyak dan dapat diajak kerjasama dalam memberikan informasi dan jawaban yang
dibutuhkan atas pertanyaan-pertanyaan atau masalah penelitian. Informan kunci
merupakan informan yang dapat memberi bantuan paling besar terhadap penelitian.
Adapun kriteria mengenai informan kunci ini, Sanafiah Faisal menyebutkan bahwa
informan kunci adalah dia yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses
enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi dihayati.
Berdasarkan kriteria mengenai informan kunci, maka penulis memilih Manajer
Divisi Program Berita sebagai informan kunci. Penulis memilih Manajer Divisi
Program Berita sebagai informan kunci dikarenakan Manajer Divisi ini adalah
pimpinan dari para jurnalis. Manajer yang mengarahkan, memantau serta melihat
kinerja para jurnalis setiap harinya. Penulis menganggap Manajer Divisi ini adalah
orang yang sangat relevan untuk menilai bagaimana budaya organisasi yang
diterapkan oleh para jurnalis program berita sehingga mampu menghasilkan
program berita bernilai edukatif dan independen.
76
Ibid, Hal 63.
63
2. Informan
Informan dalam penelitian ini adalah orang yang terlibat langsung di dalam
penelitian. Informan dalam penelitian ini adalah beberapa orang jurnalis program
berita, diantaranya adalah produser dan reporter. Penulis memilih para jurnalis
program berita sebagai informan, dikarenakan mereka adalah orang-orang yang
terlibat langsung di dalam produksi program berita KOMPAS TV, dan mereka juga
lah yang menjalankan secara langsung budaya organisasi yang tercipta sampai
menghasilkan program berita berbasis edukatif dan independen.
Tabel 3.1 Daftar Informan
Kategori Informan
Informan Kunci
Informan Kedua
ManaJer Divisi Program Berita
Jurnalis Program Berita
Kompas TV
Kompas TV (Produser dan
Reporter)
3.6 Teknik Analisis Data
Baik Hymnes maupun Seville-Troike tidak menjelaskan bagaimana teknik
analisis data dalam etnografi komunikasi. Bagi etnografi komunikasi, menemukan
hubungan antara komponen komunikasi sudah merupakan analisis data yang utama,
karena berdasarkan itulah pola komunikasi itu dibuat. Selain itu, analisis juga dapat
64
dilakukan pada komponen kompetensi komunikasi, untuk mengetahui pengaruh dari
aspek proses analisis sosiokultural terhadap pola komunikasi yang sudah ada 77.
Pada dasarnya, proses analisis data dalam etnografi berjalan bersamaan dengan
pengumpulan data. Ketika peneliti melengkapi catatan lapangan setelah melakukan
observasi, pada saat itu sesungguhnya ia telah melakukan analisis data. Sehingga
dalam etnografi, peneliti bisa kembali lagi ke lapangan untuk mengumpulkan data,
sekaligus melengkapi analisisnya yang dirasa masih kurang. Hal ini akan terus
berulang sampai analisis dan data yang mendukung cukup. Dengan kata lain, proses
pengambilan data dalam penelitian etnografi tidak cukup hanya sekali 78.
Teknik analisis data sebenarnya terdiri dari upaya-upaya meringkaskan data,
memilih data, menerjemahkan, dan mengorganisasikan data. Dengan kata lain, upaya
mengubah kumpulan data yang tidak terorganisir menjadi kumpulan kalimat singkat
yang dapat dimengerti oleh orang lain. Upaya ini mencakup kedalaman pengamatan
mengenai apa yang sebenarnya terjadi, menemukan regularitas dan pola yang
berlaku, dan mengambil kesimpulan yang dapat menggeneralisasikan fenomena yang
diamati79.
3.7 Uji Keabsahan Data
Teknik pengumpulan data yang paling utama dalam etnografi komunikasi,
dengan peneliti sebagai outsider adalah observasi partisipan. Dengan metode ini,
peneliti diharapkan menjadi bagian dari masyarakat yang diteliti, oleh karena itu
77
Opcit, Hal 67.
Ibid, Hal 67.
79
Ibid, Hal 68.
78
65
penting bagi peneliti untuk membebaskan dirinya dari saringan kebudayaannya
sendiri. Disamping itu, kedudukan peneliti sebagai insider, akan memudahkan
peneliti dalam mengkategorisasikan dan menerjemahkan makna-makna dari pola
komunikasi yang ada dari suatu masyarakat tutur80.
Baik sebagai insider maupun outsider, penelitian etnografi komunikasi haruslah
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, sehingga yang menjadi kegiatan akhir
setelah pengumpulan dan analisis data adalah intropeksi. Intropeksi disini adalah
kegiatan menganalisis nilai-nilai, perilakunya sendiri, dan orang-orang yang berada
dalam masyarakatnya. Pada akhirnya, semua perilaku yang teramati dan semua
informasi yang didapatkan dari wawancara dengan anggota masyarakat tutur,
konsisten dengan semua pemahaman yang mereka miliki81.
Selain intropeksi sebagai etnografi komunikasi untuk pemeriksaan keabsahan
data, penelitian ini harus pula didukung oleh teknik lain untuk lebih memperkuat ciri
khasnya sebagai salah satu penelitian kualitatif. Hal yang penting jika dalam
penelitian ini dilengkapi dengan salah satu teknik yang sering digunakan dalam
penelitian kualitatif yaitu teknik triangulasi. Teknik triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Adapun
caranya, antara lain dengan pengecekan data melalui sumber yang lain. Oleh sebab
itu, hal yang sangat penting bagi seorang etnograf untuk selalu mencek silang atau
80
81
Ibid, Hal 64.
Ibid, Hal 64.
66
ulang data yang telah diperolehnya. Informasi bisa berasal dari sumber atau informan
lain, atau pengecekan ke dalam data tertulis82.
Menurut Creswell, ada 4 jenis penyajian triangulasi sebagai berikut83:
1.
Triangulasi Data (Data Triangulation)
Peneliti menggunakan berbagai jenis sumbver data dan bukti dari situasi yang
berbeda. Ada 3 sub jenis yaitu orang, waktu dan ruang.
Orang, yakni data-data dikumpulkan dari orang-orang berbeda yang
melakukan aktivitas sama.
Waktu, yakni data-data dikumpulkan pada waktu yang berbeda.
Ruang, yakni data-data dikumpulkan di tempat yang berbeda.
Bentuk paling kompleks triangulasi data yaitu menggabungkan beberapa sub-tipe
atau semua level analisis. Jika data-data konsisten, maka validitas ditegakkan.
2.
Triangulasi Antar-Peneliti (Multiple Researchers)
Pelibatan beberapa peneliti berbeda dalam proses analisis. Bentuk kongkrit
biasanya sebuah tim evaluasi yang terdiri dari rekan-rekan yang menguasai
metode spesifik kedalam Focus Group Discussion (FGD). Tiangulasi ini
biasanya menggunakan profesional yang menguasai teknik spesifik dengan
keyakinan bahwa ahli dari teknik berbeda membawa perspektif berbeda. Jika
setiap evaluator menafsirkan sama, maka validitas ditegakkan.
82
Ibid, Hal 64.
Jenis-jenis Triangulasi Data pada Tu.laporanpenelitian.com. Diakses Minggu, 5 April 2015. Pukul
19.00 WIB.
83
67
3. Triangulasi Teori (Theory Triangulation)
Penggunaan berbagai perspektif untuk menafsirkan sebuah set data. Penggunaan
beragam teori dapat memberikan pemahaman yang lebih baik saat memahami
data. Jika beragam teori menghasilkan kesimpulan analisis sama, maka validitas
ditegakkan.
4. Triangulasi Metodologi (Methodological Triangulation)
Pemeriksaan konsisten temuan yang dihasilkan oleh metode pengumpulan data
yang berbeda seperti penggabungan metode kualitatif dengan data kuantitatif
atau melengkapi data wawancara dengan data observasi. Hasil survei, wawancara
dan observasi dapat dibandingkan untuk melihat apakah hasil temuan sama. Jika
kesimpulan dari masing-masing metode sama, maka validitas ditegakkan.
Selain triangulasi, Creswell mengemukakan satu teknik yang lain yaitu teknik
“respondent validation”, yaitu teknik memeriksa informan dan responden yang
diminta bantuannya dalam penelitian. Infroman dan responden yang dipilih haruslah
benar-benar mewakili masayarakat yang diteliti, dan memiliki pengetahuan yang bisa
dipertanggungjawabkan mengenai objek penelitian. Penting juga untuk mengecek
informasi yang diberikan, apakah benar-benar murni atau telah dicampur dengan
motif-motif tertentu dari informan atau responden84.
84
Ibid, Hal 65.
68
3.8 Lokasi dan Jadwal Penelitian
3.8.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perusahaan KOMPAS TV berlokasi di Jl.
Palmerah Selatan No 1 Jakarta 10270.
3.8.2 Jadwal Penelitian
Dalam Pelaksanaan penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 1 bulan,
apabila tidak mengalami hambatan atau kendala apapun di luar kemampuan
penulis. Adapun kegiatan penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian
N
o
1.
2.
3.
4.
5.
Kegiatan
Pengajuan
Judul
Bimbingan
Bab 1, 2
dan 3
Sidang
Outline
Penelitian
Bimbingan
Bab IV dan
V
6.
Penyempurnaan
Laporan
7.
Sidang
Skripsi
Mei
Jun Jul
Agts
Sept
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
KOMPAS TV adalah sebuah perusahaan media yang menyajikan konten
tayangan televisi inspiratif dan menghibur untuk masyarakat Indonesia. Sesuai
dengan visi misi yang diusung, KOMPAS TV mengemas program tayangan news,
adventure & knowledge, entertainment yang mengedepankan kualitas.
Sebagai televisi berjaringan, KOMPAS TV tayang perdana pada tanggal 9
September 2011 di sepuluh kota di Indonesia, yakni Medan, Palembang, Jakarta,
Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Banjarmasin, dan Makassar.
Jumlah kota tersebut bertambah pada kuartal ketiga tahun 2011 dan sepanjang tahun
2012. Kini, televisi berjaringan KOMPAS TV berjumlah 13 televisi dan akan terus
bertambah seiring dengan datangnya era televisi digital.
Dengan kerja sama operasi dan manajemen, KOMPAS TV memasok program
tayangan hiburan dan berita pada stasiun televisi lokal di berbagai kota di Indonesia
yang telah terlibat dalam proses kerja sama. Stasiun televisi lokal akan menayangkan
70 persen program tayangan program KOMPAS TV dan 30 persen program tayangan
lokal. Dengan demikian, stasiun televisi lokal memiliki kualitas yang tidak kalah
dengan stasiun televisi nasional, tentunya dengan keunggulan kearifan lokal daerah
masing-masing.
69
70
KOMPAS TV juga menyediakan kanal televisi berbayar pertama di Indonesia
yang memiliki kualitas High Definition (HD). Kualitas High Definition menyajikan
gambar dengan resolusi tinggi sehingga masyarakat dapat menikmati detail gambar
dengan kontur dan warna yang lebih jelas. KOMPAS TV didalam kualitas High
Definition juga sedang mengarah pada sistem televisi digital sesuai standar yang
lazim digunakan secara internasional.
4.1.1 Visi Misi
“To be the most creative organization in Southeast Asia to enlight people’s
live with programmes and services that inform, education and entrtaint and to
engage our audiences with an independent, distinctive, and appealing mix of
Media Digital and content, delivered via multiplatform service”.
Dapat diartikan sebagai berikut:
―Menjadi organisasi yang paling kreatif di Asia Tenggara dalam
mencerahkan kehidupan manusia dengan menayangkan program-program dan
jasa-jasa yang bersifat informatif, edukatif, dan menghibur; mengikat para
penonton dengan paduan program dan layanan yang mandiri, berbeda, serta
memikat; dan disuguhkan melalui layanan multiplatform‖.
4.1.2 Program Acara KOMPAS TV
Berikut adalah program-program acara siaran KOMPAS TV yang dibagi
menjadi tiga segmentasi. Diantaranya News – Current Affairs, Entertainment –
Kids – Variety Show, dan Science and Knowledge – Adventure.
71
Tabel 4.1 Program Acara KOMPAS TV
News – Current
Entertainment – Kids –
Science and Knowledge
Affairs
Variety Show
– Adventure
Bundes Liga
Mata Hati
Jalan Pedang
Liga Italia Serie A
Berbagi Curhat
Teroka
Kompas Pagi
Liga Komunitas
Hard Enduro Series
Kompas Siang
Stand Up
2012
Kompas Petang
Smartface
Memoar
Kompas Malam
Stand Up Comedy
Ide Bisnis
Soccer Zone
Indonesia
Klik Arbain Rambey
Kompas Sport
Stand Up Seru
Hidden Cities
Three In One
Animasi Bamboozle
Sinbad Series
Berkas Kompas
Kepo
BAB Yang Hilang
Satu Meja
Comic Story
Ultimate Rush
SUCI Playground
Autosmart
Zoo Story
CS : File
A Day With
Tarung
Suka Suka
Explore Indonesia
Sebelas Duabelas
Weekend Yuk!
Jazzy Nite
Deadly 60
72
Sendok Garpu
Doctors Go Wild
Sosmed
Mitos
Versus
Salon Ci Mey
Newstar
4.1.3 Program News KOMPAS TV
Program-program berita yang tayang di KOMPAS TV dikerjakan oleh para
jurnalis yang tergabung didalam redaksi news. Program berita KOMPAS TV
terdiri dari beberapa bagian, yakni program Kompas Pagi yang tayang pada
pukul 05.00 WIB, Kompas Siang tayang pukul 11.00 WIB, Kompas Petang
tayang pukul 16.30 WIB, dan Kompas Malam tayang pukul 21.00 WIB.
Alur kerja para jurnalis dalam mendapatkan berita, yakni pertama-tama
materi berita dicari oleh reporter dengan cara observasi ke ―lapangan‖, kemudian
berita tersebut diolah oleh produser dibantu dengan asisten produser (wartawan
yang sedang bertugas didalam ruang kantor) sehingga menjadi berita utuh yang
siap untuk ditayangkan. Redaksi news KOMPAS TV juga memiliki editorial
khusus, dimana mereka memiliki kriteria berita apa saja yang layak untuk
ditayangkan. Oleh karenanya, seluruh jurnalis redaksi news KOMPAS TV, baik
itu produser maupun wartawan harus mengikuti editorial yang berlaku di dalam
bekerja.
73
Seperti yang sudah dijelaskan dalam latar belakang penelitian ini,
KOMPAS TV menjunjung tinggi konten berita yang bernilai edukatif dan
independen. Berita edukatif adalah berita yang berisi nilai pendidikan. Ketika
mendapat sebuah berita, redaktur news terlebih dahulu saling bertukar pikiran
dengan mengajukan pertanyaan landasan, yaitu ―apa efek berita tersebut bagi
masyarakat?‖ Redaksi news memiliki prinsip bahwa berita yang baik itu bukan
hanya menarik, tetapi juga harus berdampak bagi kehidupan masyarakat.
Contoh berita KOMPAS TV yang edukatif diantaranya konten berita yang
cenderung mengangkat topik politik, ataupun topik yang mampu memberikan
inspirasi bagi masyarakat. Inspirasi disini dimaksudkan pada berita-berita yang
mengekspos sisi manusia (human interest). Redaksi news KOMPAS TV
menekankan nilai sebuah berita ada pada sisi manusia, sehingga dalam suatu
peristiwa, manusia adalah objek terpenting untuk diekspos. Jurnalis redaksi news
KOMPAS TV juga menerapkan slogan ―Jurnalisme Damai‖, dimana para
jurnalis fokus pada berita-berita positif yang memberi pengetahuan dan
mencerdaskan masyarakat, dibanding berita yang hanya membuat masyarakat
menjadi takut ataupun terintimidasi. Hal itu yang menyebabkan redaksi news
KOMPAS TV sangat meminimalisir untuk menayangkan berita mengenai
kriminalitas.
Ciri khas konten program berita KOMPAS TV yang kedua, yakni berita
yang memiliki nilai independen. Berita yang independen disini maksudnya
adalah berita yang mendukung atau menolak gagasan yang sejalan dengan
74
kepentingan publik. Dalam arti, jurnalis redaksi news KOMPAS TV memiliki
sikap dalam menganggapi sebuah fenomena, tanpa dipengaruhi oleh pihak
manapun. Contoh berita KOMPAS TV yang independen adalah ketika pemilihan
presiden dan wakil presiden pada awal tahun 2014. KOMPAS TV sama sekali
tidak berpihak pada calon presiden dan wakil presiden dari kubu manapun.
KOMPAS TV memberitakan dan mengkritisi kelebihan serta kekurangan kedua
belah pihak calon presiden dan wakil presiden secara berimbang.
Para jurnalis redaksi news dapat menghasilkan program berita yang bernilai
edukatif dan independen tidak serta merta dengan proses yang mudah. Hasil
kerja yang baik tidak dapat dipisahkan dari kinerja yang baik, dan kinerja yang
baik dapat diperoleh dari budaya yang baik. Budaya dalam suatu organisasi
menjadi bagian yang penting demi keberlangsungan kinerja dan hasil kerja dari
sebuah perusahaan. Oleh karenanya, penulis memfokuskan penelitian ini dengan
melihat pada budaya organisasi yang tercipta dan diterapkan oleh para jurnalis
redaksi news KOMPAS TV, didalam menghasilkan program berita yang bernilai
edukatif dan independen. Penulis memfokuskan budaya organisasi dalam
penelitian ini pada nilai-nilai organisasi atau perusahaan KOMPAS TV, yang
mencakup ideologi dan peraturan-peraturan perusahaan, serta simbol-simbol
yang diterapkan oleh para jurnalis melalui komunikasi verbal dan nonverbal yang
dilakukan selama bekerja.
75
4.2 Deskripsi Informan
Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara mendalam kepada satu
orang key informan dan dua orang informan. Para informan yang penulis pilih
merupakan karyawan KOMPAS TV yang bekerja di redaktur news. Key informan
dalam penelitian ini adalah manajer redaksi news KOMPAS TV, kemudian dua orang
informan lainnya adalah para jurnalis program berita KOMPAS TV yang terdiri dari
satu orang produser dan satu orang reporter. Ketiga informan yang berhasil penulis
wawancara ini, dipilih berdasarkan kriteria pengalaman kerja serta kualitas kerja yang
baik selama bekerja di redaksi news KOMPAS TV. Berikut adalah data objek
penelitian yang berhasil penulis wawancarai:
Tabel 4.2 Deskripsi Informan
No
Nama
Usia
Jabatan
Keterangan Objek
1.
Alexander
34 Tahun
Manager Program News
Key Informan
2.
Alwiya
29 Tahun
Produser Program News
Informan I
3.
Fyra
28 Tahun
Reporter Program News
Informan II
4.
Githa
26 Tahun
Reporter Program News
Informan III
5.
Restu
25 Tahun
Reporter Program
Informan IV
Adventure
6.
Anjas
34 Tahun
Manajer Program
Adventure
Informan V
76
7.
Riza
22 Tahun
Sekertaris Ruang Produksi
Informan VI
Informan pertama sekaligus key Informan dalam penelitian ini adalah Alexander
Wibisono Adi Putro, atau yang lebih dikenal dengan nama panggilan Alex. Alex
bekerja di KOMPAS TV sejak July tahun 2011 hingga sekarang. Selama kurang lebih
3 tahun bekerja di Kompas TV, Alex telah mengalami beberapa kali pergantian
jabatan di redaksi news, mulai dari jabatan News Gathering Coordinator (July 2011December 2011), kemudian sebagai News Gathering Section Head (December 2011December 2012), hingga kini menjabat sebagai News Gathering Manager (January
2013-sekarang). Sebagai pimpinan didalam jabatan manajer, Alex telah merasakan
langsung memimpin dan bekerja sama dengan para jurnalis di dalam menghasilkan
program berita yang bernilai edukatif dan independen. Alex selalu mendorong para
jurnalis untuk disiplin dalam menerapkan nilai-nilai serta peraturan yang diciptakan
KOMPAS TV, demi kinerja dan hasil kerja yang berkualitas.
Informan kedua adalah Alwiya Husin, atau yang lebih dikenal dengan nama
panggilan Lia. Lia bekerja di KOMPAS TV sejak tahun 2011 hingga sekarang.
Selama kurang lebih 3 tahun bekerja di KOMPAS TV, Lia telah mengalami beberapa
kali pergantian jabatan di redaksi news, mulai dari jabatan Reporter (2011-2012),
kemudian Koordinator Liputan (2012-2014), PIC Program Demokrasi Kursi (20132014), hingga kini menjabat sebagai Produser Kompas Petang (2014-sekarang). Lia
dikenal sebagai seorang jurnalis yang tekun dan cerdas dalam bekerja, hal itu yang
77
membuat Lia dalam kurun waktu yang singkat terus mengalami pergantian jabatan.
Informan ketiga adalah Fattimazzahro, atau yang lebih dikenal dengan nama
panggilan Fyra. Fyra bekerja di KOMPAS TV sejak tahun 2011 hingga sekarang.
Selama kurang lebih 3 tahun Fyra bekerja di redaksi news KOMPAS TV sebagai
Reporter. Fyra merupakan salah satu reporter senior. Fyra dikenal sangat cepat dan
tepat didalam bekerja.
Informan keempat adalah Githa Nila Maharkesri, atau yang lebih dikenal dengan
nama Githa. Githa bekerja di KOMPAS TV sejak tahun 2013 hingga sekarang.
Selama kurang lebih 1 tahun Fyra bekerja di redaksi news KOMPAS TV sebagai
Reporter. Githa merupakan salah satu reporter junior yang memiliki kualitas
perkembangan kerja yang pesat.
Informan kelima adalah Restu. Restu bekerja di KOMPAS TV sejak tahun 2011
hingga sekarang. Selama kurang lebih 3 tahun Restu bekerja di KOMPAS TV
sebagai Reporter. Restu merupakan salah satu reporter yang memiliki kualitas kerja
yang baik. Restu telah melewati berbagai perpindahan posisi kerja, mulai dari
reporter redaksi news sampai kepada redaksi adventure.
Informan keenam adalah Anjas. Anjas bekerja di KOMPAS TV sejak tahun 2011
hingga sekarang. Selama kurang lebih 3 tahun Anjas bekerja di KOMPAS TV. Anjas
memulai karirnya di KOMPAS TV sebagai reporter redaksi adventure sampai kepada
diangkat menjadi manajer redaksi adventure. Anjas telah melewati berbagai
pengalaman bekerja dari awal pembentukkan KOMPAS TV.
Informan ketujuh adalah Riza. Riza bekerja di KOMPAS TV sejak tahun 2011
78
hingga sekarang. Selama kurang lebih 3 tahun Anjas bekerja di KOMPAS TV. Riza
merupakan sekertaris pertama di ruang produksi sejak awal KOMPAS TV didirikan.
Meskipun bukan menjabat sebagai seorang jurnalis, namun Riza memiliki
pengetahuan yang cukup banyak tentang budaya organisasi yang ada dan diterapkan
oleh redaksi news KOMPAS TV.
4.3 Hasil Observasi
Observasi yang dilakukan penulis adalah observasi partisipasi pasif dengan
menjadi anggota pasif didalam kelompok redaksi news KOMPAS TV, dimana tugas
penulis disini untuk melihat dan mengamati bagaimana budaya organisasi yang
tercipta dan diterapkan oleh jurnalis redaksi news KOMPAS TV didalam suasana
kerja mereka sehari-hari.
Selama penulis melakukan observasi baik selama atau sebelum penulis
mengumpulkan data, penulis menemukan beberapa nilai-nilai organisasi dan
penggunaan simbol verbal dan nonverbal berdasarkan identifikasi penelitian yang
telah dikemukakan penulis sebelumnya. Penulis menemukan peraturan bahwa para
jurnalis baru wajib mengikuti pelatihan atau training di kelas selama dua minggu,
sebelum akhirnya para jurnalis baru ini diperbolehkan bekerja. Pelatihan yang penulis
dapatkan dari hasil observasi diantaranya pelatihan menulis, pelatihan peliputan, dan
pelatihan dubbing suara. Penulis melihat bahwa selama dua minggu ini, para jurnalis
baru benar-benar dilatih secara rutin. Para jurnalis baru ini dilatih langsung oleh para
produser senior redaksi news. Disamping pelatihan untuk jurnalis baru, penulis juga
menemukan adanya pelatihan sekaligus diskusi yang diadakan setiap satu kali dalam
79
seminggu bagi para produser dan reporter redaksi news. Pelatihan ini pun bersifat
wajib diikuti oleh seluruh jurnalis redaksi news.
Penulis juga mendapati suasana kerja yang akrab didalam ruang redaksi news.
Baik pimpinan sampai dengan para jurnalis tidak terlihat adanya perbedaan jenjang.
Mereka berkomunikasi dan bercanda-canda layaknya tidak ada perbedaan jabatan.
Penulis selalu mendengar ucapan ―selamat pagi‖ ketika setiap jurnalis sampai di
ruang kantor. Penulis juga selalu melihat adanya komunikasi nonverbal yang para
jurnalis terapkan dengan rekan kerja lainnya ketika sedang rapat redaksi atau sedang
mengerjakan banyak pekerjaan “dateline”, seperti ucapan ―yo yo yo‖ diikuti dengan
tepukan tangan tiga kali, kemudian gerakan tubuh seperti menepuk pundak rekan
kerja mereka.
Penulis melihat suasana kerja sama antara produser dan asisten produser
(wartawan yang bertugas didalam ruangan) didalam pekerjaan mereka, seperti
produser mengevaluasi hasil naskah buatan wartawan, ketika ada kesalahan produser
mengajarkan bagaimana cara menulis naskah yang benar kepada wartawan tersebut,
kemudian produser mengajarkan bagaimana cara melakukan dubbing suara yang
benar ketika wartawan mengalami kesulitan dalam dubbing suara. Namun, ketika
hasil naskah ataupun hasil dubbing wartawan bagus, produser pun selalu memberi
pujian kepada para wartawan.
4.4 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini merupakan penjelasan dari teori-teori
komunikasi yang tertera pada bab II, secara khusus mengenai penjelasan tiga asumsi
80
Teori Budaya Organisasi (Organization Culture Theory) yang dikemukakan oleh
Michael Pacanowsky dan Nick O‘Donnel Trujillo, dimana tiga asumsi Teori Budaya
Organisasi (Organization Culture Theory) ini memiliki kaitan akan permasalahan
yang dibahas dalam penelitian ini yakni mengenai budaya organisasi KOMPAS TV
dalam memproduksi program berita bernilai edukatif dan independen. Untuk
memenuhi hasil dari penelitian ini, maka penulis akan menjelaskan poin analisis data
dari hasil observasi dan wawancara mendalam dengan para informan, dengan
berdasar pada identifikasi masalah yang telah penulis susun dalam penelitian ini.
4.4.1 Nilai-nilai Organisasi Redaksi News KOMPAS TV
Asumsi pertama yang dicetuskan Michael Pacanowsky dan Nick
O‘Donnel Trujillo dalam Teori Budaya Organisasi (Organizational Culture
Theory)
berbunyi:
Anggota-anggota
organisasi
menciptakan
dan
mempertahankan perasaan yang dimiliki bersama mengenai realitas organisasi,
yang berakibat pada pemahaman yang lebih baik mengenai nilai-nilai sebuah
organisasi. Inti dari asumsi ini adalah mengenai nilai yang dimiliki oleh suatu
organisasi. Nilai (value) adalah standar dan prinsip-prinsip dalam sebuah budaya
yang memiliki nilai intrinsik dari sebuah budaya. Nilai menunjukkan kepada
anggota organisasi mengenai apa yang penting85.
Standar dan prinsip yang dimaksud dalam asumsi pertama ini, penulis
fokuskan pada ideologi dan peraturan-peraturan organisasi yang dimiliki oleh
85
West, Richard. Lyn H. Turner. 2007. Introducing Communication Theory: Analisis dan aplikasi,
edisi 3, buku 2. Jakarta. Salemba Humanika. Hal 46
81
KOMPAS TV. Ideologi dan peraturan adalah bagian dari nilai terpenting yang
menjadi kekuatan berlangsungnya sebuah organisasi. Oleh sebab itu, dalam
penelitian ini penulis mencoba menjelaskan asumsi pertama dari Teori Budaya
Organisasi (Organizational Culture Theory) mengenai ideologi dan peraturanperaturan yang tercipta dan diterapkan oleh para jurnalis redaksi news KOMPAS
TV didalam memproduksi program berita yang bernilai edukatif dan independen.
Berikut penjelasan dari setiap nilai-nilai organisasi tersebut:
1. Ideologi Redaksi News KOMPAS TV
Luthans menyebutkan sejumlah karakteristik yang penting dari budaya
organisasi, salah satunya adalah ideologi. Ideologi adalah pedoman normative
yang dipakai oleh seluruh kelompok sebagai dasar cita-cita, nilai dasar dan
keyakinan yang dijunjung tinggi 86. Sebagai bagian dari kelompok atau
organisasi, KOMPAS TV juga memiliki ideologi yang menjadi nilai dasar
mereka dalam menghasilkan program berita.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan key informan Alex selaku
manajer redaksi news, pada dasarnya ideologi KOMPAS TV sejalan dengan
ideologi koran KOMPAS yakni ―Amanat Hati Nurani Rakyat‖, dimana
ideologi ini sejalan dengan apa yg diisyaratkan oleh UU Pers, Kode Etik
Jurnalistik, Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran. Key
informan menyambungkan ideologi ini dengan peranan media, seperti
penjelasannya berikut:
86
Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi. Yogyakarta. Andi. Hal 52
82
―Media harus hadir untuk memberikan pencerahan kepada
masyarakat, harus edukasi yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa,
yang kedua ia harus dalam posisi independen, independen itu juga
menentukan objektivitas pemberitaannya.”
Berdasarkan hasil observasi penulis, berita KOMPAS TV yang bernilai
edukatif ini terlihat dari konten berita yang lebih mengangkat topik politik,
pendidikan, ekonomi, dan hukum. KOMPAS TV sangat meminimalisir berita
mengenai kriminalitas. Sedangkan, berita yang bernilai independen disini
terlihat dari pemberitaan-pemberitaan KOMPAS TV yang tidak pernah secara
eksklusif menyoroti satu golongan atau kelompok. Hal ini disetujui oleh
informan III, Githa selaku reporter redaksi news. Ia mengatakan KOMPAS
TV menerapkan pemberitaan yang cover both side, artinya KOMPAS TV
tidak berpihak terhadap suatu berita, melainkan menyajikan berita secara
berimbang antara konten berita yang satu dengan konten berita lainnya.
KOMPAS TV tidak berusaha untuk menggiring opini pada masyarakat,
KOMPAS TV memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang fakta
yang terjadi, memberikan informasi yang akurat, dan memaparkannya sesuai
kondisi yang terjadi di lapangan. Informan III juga menjelaskan bahwa
jurnalis redaksi news KOMPAS TV memiliki sikap dalam menganggapi
sebuah fenomena, tanpa dipengaruhi oleh pihak manapun. Contoh berita
KOMPAS TV yang independen ini terlihat dari sikap para jurnalis redaksi
news yang menyetujui kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak), dalam
hal ini jurnalis redaksi news bukan dalam posisi membela pemertintah, akan
83
tetapi jurnalis redaksi news menganalisis bahwa harga BBM harus dinaikkan
karena menjadi sebuah kebutuhan. Oleh sebab itu, KOMPAS TV berani
bersikap pro terhadap kenaikan harga BBM.
Key informan memberikan kesimpulan mengenai penjelasannya tentang
ideologi KOMPAS TV, sebagai berikut:
“Intinya, keberpihakan hanya boleh untuk kepentingan publik, bukan
keberpihakan kepentingan pemilik modal. Karena di KOMPAS TV,
dan saya yakin di seluruh Group Kompas Gramedia, pak Jacob Utama
sampai pimpinan-pimpinan tertinggi kita tidak pernah campur tangan
mengenai editorial kita harus seperti apa, pak Jacob Utama justru
selalu menegaskan bahwa kehadiran kita harus menjadi Amanat Hati
Nurani Rakyat, jadi betul-betul untuk publik.”
Informan III juga menyepakati pernyataan key informan ini, ia
mengatakan bahwa reporter KOMPAS TV tidak pernah diarahkan untuk
membela suatu kubu. Ia menegaskan bahwa para jurnalis harus menjadi
―mata‖ bagi KOMPAS TV atas sebuah peristiwa, dalam artian bertugas untuk
melihat dan memaparkan, bukan untuk memprovokasi atau memutarbalikan
fakta.
Pernyataan key informan mengenai media sebagai peran edukasi
merupakan salah satu fungsi media massa, yaitu fungsi edukasi. Fungsi
edukasi dalam media massa berarti media massa berfungsi sebagai agen atau
media yang memberikan pendidikan kepada masyarakat, sehingga keberadaan
media tersebut menjadi bermanfaat karena berperan sebagai pendidik
84
masyarakat87. Pernyataan key informan mengenai media sebagai peran
independen terdapat dalam kode etik jurnalistik Pasal 1 poin A yang berisi
wartawan Indonesia bersikap independen. Independen berarti memberitakan
peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani tanpa ―campur tangan‖,
paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers 88.
Key informan, Alex menjelaskan bahwa ideologi yang dianut redaksi
news KOMPAS TV sendiri adalah ―Tegas, Terarah, dan Menumbuhkan
Harapan.‖ Ideologi ini dicetuskan oleh ―Founding Fathers” KOMPAS TV
sekaligus pemimpin redaksi news pertama yakni Alm Taufik Miharja. Key
informan menjelaskan pengertian dari setiap poin ideologi yang dianut redaksi
news KOMPAS TV, sebagai berikut:
 Tegas berarti tidak ada tawar menawar, segala sesuatunya harus
berdasarkan fakta.
 Terarah artinya semua memiliki perencanaan, segala sesuatunya memiliki
garis editorial dan target secara jelas.
 Menumbuhkan harapan yakni pemberitaan itu harus membangkitkan
optimisme bukan pesimisme.
Key informan menyatakan interpretasi dari ideologi redaksi news ini
mengarah pada tagline KOMPAS TV secara keseluruhan, yakni ―Inspirasi
Indonesia‖. Key informan menjelaskan bahwa kata ―Inspirasi Indonesia‖ ini
87
Assegaf, Djafar H. 1991. Jurnalistik Masa Kini. Jakarta. Ghalia Indonesia. Hal 50
Kode Etik Jurnalistik pada Www.dewanpers.or.id. Diakses Senin, 1 Desember 2014. Pukul 19.00
WIB.
88
85
sebagai karya jurnalistik, yakni karya jurnalistik yang harus mampu
menumbuhkan harapan bagi masyarakat, bukan memprofokasi atau membuat
pesimisme. Key informan menghubungkan pengertian profesi jurnalistik ini
dengan berita KOMPAS TV sebagai berikut:
“Profesi jurnalistik itu seperti analogi lentera. Ketika orang membaca
produk jurnalistik, ia bisa menjawab pertanyaan yang selama ini
membuat ia bingung. Ketika ia melihat berita KOMPAS TV, ia tahu
duduk persoalannya, apa penyebabnya, serta arahnya mau kemana,
sehingga yang tadinya bingung menjadi mengerti”
Informan IV, Restu selaku mantan jurnalis redaksi news juga menjelaskan
bahwa setiap berita yang dibuat oleh KOMPAS TV pada akhirnya untuk
merealisasikan tagline KOMPAS TV sendiri, yakni ―Inspirasi Indonesia‖.
Informan IV memberi terjemahan yang lebih operasional mengenai kata
―Inspirasi Indonesia‖ ini adalah bahwa setiap berita didalam KOMPAS TV itu
selalu
disampaikan
secara
―mendalam‖
kepada
masyarakat
dengan
melampirkan grafis untuk menjabarkan persoalan secara nyata, sehingga
masyarakat tidak hanya mendengar berita namun dapat mengerti secara jelas
isi berita tersebut.
Didalam profesi jurnalistik, berita ―mendalam‖ disebut pula depth news.
Depth news disebut berita mendalam karena laporan yang diberitakannya
memiliki nilai berita yang ―berat‖, baik dari segi fakta, penggalian data, dan
dampaknya kepada masyarakat umum. Disamping itu, proses penggalian
datanya memerlukan perencanaan, persiapan ―matang‖, dan analisa yang
86
―mendalam‖89.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan key
informan mengenai ideologi redaksi news ini, key informan menyimpulkan
bahwa substansi sebuah berita itu penting, sehingga masyarakat memahami
secara benar persoalan dalam sebuah berita. Key informan menegaskan
pernyataannya itu dengan mengatakan: “good news is a good news, kita tidak
hanya bad news is a good news.”
Berdasarkan hasil observasi penulis, penulis menanggapi pernyataan key
informan yang mengatakan “good news is a good news, kita tidak hanya bad
news is a good news” pada pengelihatan bahwa redaksi news KOMPAS TV
tidak bertujuan untuk mencari sensasi dalam pemberitaan. Redaksi news lebih
fokus untuk menarik perhatian masyarakat dengan menyajikan berita yang
bermanfaat dan mendidik, daripada menarik perhatian masyarakat dengan
menyajikan berita yang sensasional namun belum teruji kebenarannya.
Redaksi news kembali pada ideologi yang mereka anut bahwa sebuah
pemberitaan itu harus berdasarkan fakta yang jelas.
2. Peraturan-peraturan Jurnalis Redaksi News KOMPAS TV
Asumsi pertama mengenai nilai-nilai organisasi ini berhubungan dengan
pentingnya orang di dalam kehidupan organisasi. Secara khusus, individu
saling berbagi dalam menciptakan dan mempertahankan realitas. Individu-
89
Depth News (Berita mendalam) pada Theactadiurna.wordpress.com. Diakses Sabtu, 14 September
2014. Pukul 18.00 WIB
87
individu ini mencakup karyawan, supervisor, dan pimpinan. Menjadi anggota
dari sebuah organisasi membutuhkan partisipasi aktif dalam organisasi
tersebut. Pacanowsky dan O‘Donnel Trujillo yakin bahwa karyawan
memberikan kontribusi dalam pembentukkan budaya organisasi. Perilaku
mereka
sangatlah
penting
dalam
menciptakan
dan
pada
akhirnya
mempertahankan realitas organisasi90.
Berdasarkan
penjelasan
dari
asumsi
pertama
yang
dicetuskan
Pacanowsky dan O‘Donnel Trujillo dalam Teori Budaya Organisasi
(Organizational Culture Theory) ini, penulis menganalisis bahwa perilaku
karyawan dikemukakan dalam asumsi pertama ini merupakan implikasi dari
peraturan-peraturan yang diciptakan oleh perusahaan tersebut. Oleh sebabnya,
bagian kedua yang akan penulis bahas dari nilai-nilai organisasi ini adalah
mengenai peraturan-peraturan yang tercipta dan diterapkan bagi para jurnalis
redaksi news KOMPAS TV, sehingga mampu menghasilkan program berita
yang bernilai edukatif dan independen.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan para informan mengenai
peraturan-peraturan didalam redaksi news, maka penulis membagi peraturan
didalam redaksi news KOMPAS TV menjadi dua kategori, kategori pertama
mengenai mekanisme kerja jurnalis KOMPAS TV dan kategori kedua
mengenai standar karakteristik jurnalis KOMPAS TV. Berikut penjabaran dari
90
West, Richard. Lyn H. Turner. 2007. Introducing Communication Theory: Analisis dan aplikasi,
Edisi 3, Buku 2. Jakarta. Salemba Humanika. Hal 50
88
setiap peraturan-peraturan tersebut:
 Mekanisme Kerja Jurnalis KOMPAS TV
F. Luthans menyebutkan peraturan merupakan salah satu karakteristik
penting dari budaya organisasi. Menurut Luthans, peraturan-peraturan
adalah aturan yang tegas dalam organisasi. Pegawai baru harus memelajari
peraturan ini agar keberadaannya dapat diterima di dalam organisasi 91.
Seperti pengertian peraturan yang dinyatakan Luthans, KOMPAS TV juga
menyiapkan peraturan-peraturan bagi para jurnalis baru redaksi news agar
keberadaannya dapat diterima di dalam organisasi KOMPAS TV.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan key informan yang
merupakan manajer dari redaksi news, setiap karyawan baru KOMPAS TV
yang menjabat sebagai seorang jurnalis redaksi news diharuskan mengikuti
pelatihan atau training terlebih dahulu sebelum akhirnya diperbolehkan
menjalankan pekerjaan seperti jurnalis lainnya. Key informan menjelaskan
sekalipun didalam perekrutan jurnalis baru KOMPAS TV benar-benar
dipilih secara selektif, namun hal itu tidak cukup. Key informan
menegaskan, demi menghasilkan jurnalis-jurnalis berkualitas yang mampu
bekerja sesuai kode etik jurnalistik dan akhirnya mampu menghasilkan
program berita yang bernilai edukatif dan indpenden, KOMPAS TV pun
memfasilitasi pelatihan ini.
Informan V, Anjas selaku manajer program adventure juga menyetujui
91
Robbins. 2001. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi (Terjemahan). Jakarta. Erlangga. Hal 20
89
pernyataan key informan mengenai adanya pelatihan bagi jurnalis baru ini.
Ia menambahkan bahwa pelatihan ini bersifat penting dan wajib, terkhusus
bagi para fresh graduate (lulusan baru) yang pada dasarnya belum
memiliki pengalaman kerja sama sekali. Penjelasan informan V mengenai
pentingnya pelatihan jurnalis baru ini diyakinkannya dengan pernyataan
sebagai berikut: “KOMPAS TV enggak akan berani melepas reporter baru
ke lapangan, sebelum akhirnya dia digembleng dengan matang.”
Berdasarkan pernyataan key informan dan informan V ini, penulis
menyimpulkan bahwa KOMPAS TV tidak dengan sembarang untuk
mempekerjakan karyawannya, secara khusus di bidang jurnalis.
Berdasarkan hasil observasi yang ditemukan oleh penulis, materi dari
pelatihan ini mencakup pelatihan menulis, pelatihan peliputan, dan
pelatihan men-dubbing suara. Pelatihan ini dilatih langsung oleh para
produser-produser senior redaksi news yang sudah berpengalaman.
Pelatihan jurnalis baru redaksi news ini dilakukan selama kurun waktu dua
minggu.
Pelatihan para jurnalis baru ini sama seperti pengertian pertunjukan
komunikasi organisasi yang dikemukakan oleh Pacanowsky dan O‘Donnell
Trujillo didalam poin enkulturasi (enculturation), yaitu proses ‗pengajaran‘
budaya organisasi oleh salah satu anggota organisasi kepada anggota
organisasi lainnya. Enkulturasi adalah proses yang berlangsung terusmenerus, namun pertunjukan tertentu memiliki peran sangat penting dalam
90
proses ini. Orientasi bagi anggota organisasi baru adalah salah satu
contohnya, dalam hal ini terdapat serangkaian pertunjukan dimana
sejumlah individu mengajarkan individu lain bagaimana melakukan
pekerjaan tertentu92.
Key informan juga memaparkan, disamping pelatihan selama dua
minggu bagi para jurnalis baru, terdapat pula kelas pelatihan dan diskusi
bagi seluruh jurnalis redaksi news baik itu untuk produser maupun
wartawan. Kelas ini dibuat agar pengetahuan dan kualitas kerja dari para
jurnalis semakin bertambah baik. Kelas pelatihan dan diskusi ini dilakukan
setiap satu kali dalam seminggu, yaitu setiap hari jumat. Pelatihan ini
dipimpin oleh pemimpin redaksi (pemred), produser senior dan tidak
jarang pula tim redaksi news mendatangkan pelatih dari luar KOMPAS
TV.
Informan II juga menjelaskan bahwa dirinya sangat tertarik untuk
mengikuti kelas pelatihan dan diskusi ini. Sebagai seorang reporter,
informan II mengaku bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat baginya dan
bagi wartawan atau reporter lain. Informan II mengatakan melalui setiap
pelatihan yang ada selalu mendorong mereka untuk semakin menghasilkan
berita sesuai ideologi yang mereka anut, yakni Tegas, Tearah dan
Menumbuhkan Harapan.
92
M.A, Morissan. 2009. Teori Komunikasi Organisasi. Bogor. Ghalia Indonesia. Hal 106
91
Peraturan mengadakan pelatihan bagi para jurnalis ini sama seperti
riset yang dilakukan oleh Recardo dan Jolly mengenai dimensi untuk
menilai budaya suatu organisasi, salah satu dimensi tersebut adalah
Training and Development (Pelatihan dan Pengembangan). Recardo dan
Jolly mengatakan bahwa indikasi penting untuk menilai komitmen
manajemen adalah ketersediaan kesempatan untuk pengembangan diri bagi
para karyawan dan bagaimana keterampilan yang diperoleh itu dapat
diterapkan dalam pekerjaan, serta apakah pendidikan bagi para karyawan
ditujukan untuk kebutuhan sekarang atau untuk masa yang akan datang93.
Saat jurnalis baru telah menyelesaikan semua pelatihan yang
disediakan oleh KOMPAS TV, maka para jurnalis ini dapat mulai bekerja
seperti jurnalis lainnya didalam redaksi news. Key informan, Alex
memaparkan alur kerja jurnalis KOMPAS TV didalam redaksi news
sebagai berikut:
Korlip (koordinator liputan) dan kru liputan (reporter, juru kamera)
harus dan wajib tiba di kantor minimal 15 menit sebelum jam kerja
sesuai shift.
Seluruh kru yang berada di ―lapangan‖ harus dan wajib menggunakan
seragam atau kemeja saat liputan (kecuali ada permintaan program).
93
Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi. Yogyakarta. Andi. Hal 40
92
Kru lapangan harus dan wajib berkoordinasi serta mengkomunikasikan
semua pergerakan, informasi, dan temuan baru serta situasi ―lapangan‖
kepada korlip.
Kru lapangan harus dan wajib berhitung deadline serta pro aktif
menghubungi kurir dalam proses pengiriman kartu memori kamera.
Juru kamera harus memberitahu segera jumlah kartu memori kamera
yang dibawa kepada korlip saat di lapangan.
Kru ―lapangan‖ harus dan wajib berkoordinasi dengan korlip sebelum
kembali ke kantor.
Sesampainya di kantor:
Reporter berdiskusi dengan produser terkait materi berita yang akan
tayang.
Setelah itu berkoordinasi dengan korlip terkait matreri berita yang
belum tayang, agar di listing.
Juru kamera memindahkan visual dari kartu memori kamera ke I Mac,
lalu mendampingi editor untuk editing.
Asisten produser (PA) bertugas mencatat kartu memori kamera yang
masuk
Asisten produser (PA) bertugas memindahkan visual dari kartu memori
kamera ke I Mac
93
Asisten produser (PA) mengawal dan memberitahu visual hasil feeding
ke produser dan korlip.
Asisten produser (PA) memastikan status item berita sesuai rundown
tayang.
Asisten produser (PA) berkoordinasi dengan produser mengenai visual
dan naskah yang masuk.
Asisten produser (PA) mengembalikan seluruh kartu memori kamera ke
warehouse.
Asisten produser (PA) men-dubbing naskah (bagi yang sudah
diperbolehkan).
Asisten produser (PA) membuat naskah terjemahan dari reuters (situs
berita yang digunakan khusus KOMPAS TV).
Berdasarkan hasil observasi penulis saat menjalani magang (job
training), alur pekerjaan jurnalis ini benar-benar dilaksanakan secara
disiplin setiap harinya oleh para jurnalis. Berdasarkan pengamatan penulis,
sekitar 80% karyawan selalu tiba di kantor sebelum jam kerja yang
ditetapkan yakni pukul 09.00. Ketika ada jurnalis yang berhalangan masuk
kerja, jurnalis lainnya dengan sigap menggantikan pekerjaan rekan
kerjanya tersebut.
Alur kerja jurnalis redaksi news KOMPAS TV yang dipaparkan key
informan merupakan contoh dari salah satu pertunjukkan komunikasi
94
organisasi yang dicetuskan oleh Pacanowsky dan O‘Donnell Trujillo, yakni
didalam kategori ritual kerja. Ritual kerja diartikan sebagai kegiatan yang
dilakukan berulang-ulang untuk membantu anggota organisasi melakukan
pekerjaannya. Dengan kata lain, ritual kerja adalah perilaku rutin seseorang
yang dihubungkan dengan pekerjaannya yang menyebabkan pekerjaan itu
selesai94.
Disamping alur kerja yang rutin dikerjakan para jurnalis, key informan
juga menerangkan bahwa redaksi news KOMPAS TV menciptakan
peraturan bahwa setiap harinya harus diadakan rapat redaksi yang diadakan
pada malam hari setelah program berita selesai tayang. Selain pemimpin
redaksi (pemred), wakil pemimpin redaksi (wapemred) dan manajer
redaksi, rapat ini wajib dihadiri oleh seluruh jurnalis baik itu produser,
wartawan atau reporter, sampai juru kamera yang bertugas di hari itu.
Rapat ini membahas evaluasi dari setiap komponen kerja para jurnalis yang
terjadi dalam satu hari tersebut. Evaluasi tersebut diantaranya melaporkan
hasil berita yang tayang, melaporkan kekurangan kinerja jurnalis sampai
mencari solusi bersama bagaimana agar kekurangan itu tidak terjadi lagi
dan kinerja jurnalis selanjutnya menjadi lebih baik. Dibagian akhir akan
membahas materi berita apa yang akan ditayangkan untuk hari esok.
Berdasarkan hasil observasi penulis saat menjalani magang (job
training), penulis melihat mulai dari pimpinan, produser, wartawan atau
94
Opcit, Hal 106
95
reporter, juru kamera, koordinator lapangan, sampai dengan tim periset
setiap harinya selalun hadir didalam rapat redaksi ini, dan selalu hadir di
ruangan rapat sebelum pukul 19.00 WIB.
Rapat redaksi rutin ini juga merupakan contoh dari salah satu
pertunjukkan komunikasi organisasi yang dicetuskan Pacanowsky dan
O‘Donnell Trujillo, yaitu ritual organisasi. Ritual organisasi diartikan
sebagai ritual yang diikuti oleh seluruh kelompok kerja didalam organisasi
secara cukup teratur. Misalnya, pertemuan atau rapat antar departemen
perusahaan95.
 Standar Karakteristik Jurnalis Redaksi News KOMPAS TV
Robbins mengatakan bahwa salah satu fungsi budaya organisasi yakni
budaya organisasi membawa suatu rasa identitas bagi para anggota
organisasi atau jati diri96.
Berdasarkan fungsi budaya organisasi yang dikemukakan oleh
Robbins, key informan mengatakan bahwa Grup Kompas Gramedia
menciptakan nilai-nilai yang harus diaplikasikan oleh seluruh karyawan
Kompas Gramedia, sehingga nilai-nilai ini menjadi ciri khas dari karyawan
Grup Kompas Gramedia secara turun-temurun. Nilai-nilai tersebut
tergabung didalam Value Kompas Gramedia 5C yang diciptakan langsung
oleh pemilik Kompas Gramedia, yaitu Jacob Utama.
95
96
Ibid, Hal 107
Robbins. 2001. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi (Terjemahan). Jakarta. Erlangga. Hal 20
96
Value 5C itu diantaranya Caring, Credibel, Competen, Competitive,
dan Customer Delight. Key informan menjelaskan pengertian dari poin
setiap value sebagai berikut:
Value pertama adalah Caring, bagian ini menjelaskan bahwa sebagai satu
tim, rasa saling peduli antar karyawan satu dengan karyawan lainnya
sangat diperlukan. Apabila dikaitkan dalam pemberitaan di media, jurnalis
dalam posisi ini harus menunjukkan rasa empatinya kepada para
narasumber maupun pada setiap pemberitaan yang dibuatnya. Value kedua
adalah Credibel, bagian ini menunjukkan bahwa KOMPAS TV merupakan
sebuah perusahaan yang fokus bekerja didalam bisnis informasi, oleh sebab
itu kepercayaan menjadi faktor utama didalam bekerja. Value ketiga adalah
Competen, value ini mendukung value Credibel. Sebagai contoh, ketika
seorang jurnalis tidak berkompeten, maka otomatis beritanya tidak akan
berkredibel. Value keempat adalah Competitive, hal ini menunjukkan
bahwa KOMPAS TV harus menciptakan semangat kompetisi, karena
KOMPAS TV tetap sebuah bisnis yang pada akhirnya memiliki tujuan
finansial. Hal ini pun didasarkan oleh faktor KOMPAS TV yang
melakukan pembiayaian perusahaannya secara sendiri, tanpa bergantung
pada iklan, partai politik, atau hal apapun. Oleh sebab itu, bagian ini harus
diterapkan dan jika tidak, maka idealisme yang selama ini menjadi ciri khas
KOMPAS TV akan mati. Value terakhir adalah Customer Delight,
KOMPAS TV mengharapkan semua tujuan akhir dari pencapaian
97
KOMPAS TV adalah demi kepuasan penonton. KOMPAS TV berharap
dapat menjadi jawaban dari setiap pertanyaan masyarakat.
Berdasarkan hasil observasi penulis melalui percakapan dengan
beberapa jurnalis maupun dengan melihat pada kinerja para jurnalis,
penulis mendapati bahwa seluruh jurnalis redaksi news benar-benar secara
disiplin mengaplikasikan value Kompas Gramedia 5C ini, mereka adalah
orang-orang yang memiliki semangat kerja yang tinggi dan memiliki
integritas terhadap nilai yang mereka anut. Informan III setuju dengan hasil
observasi penulis. Ia mengatakan value 5C tersebut dapat dengan disiplin
dikerjakan oleh para jurnalis, sebab orang-orang yang bekerja didalamnya
adalah orang-orang profesional yang sama-sama memiliki visi untuk
menjadikan KOMPAS TV sebagai stasiun televisi yang berbeda dengan
staisun televisi lain pada umumnya dari segi kualitas program. Para jurnalis
redaksi news sendiri pada umumnya adalah orang-orang yang merupakan
karyawan pindahan dari stasiun televisi lain dan mereka bergabung di
dalam KOMPAS TV dengan tujuan KOMPAS TV mampu memberi
―perubahan‖ dan ―gebrakan‖ baru yang positif didalam kondisi pertelvisian
saat ini.
Disamping peraturan Value 5C, key informan juga menjelaskan prinsip
kerja jurnalistik yang harus dimiliki oleh wartawan KOMPAS TV. Prinsipprinsip tersebut diantaranya:
1. Semua pemberitaan harus diverifikasi.
98
2. Memupuk rasa ingin tahu.
3. Keberpihakan pada masyarakat.
4. Bersikap skeptis, artinya wartawan tidak lantas mudah percaya, sampai
benar-benar mencari sendiri apa yang sebenarnya terjadi.
5. Totalitas dalam bekerja.
Key informan menegaskan bahwa peranan penting dari profesi seorang
jurnalistik ada pada prinsip kerja yang pertama, yaitu semua pemberitaan
harus diverifikasi. Key informan menjelaskan bagian ini dengan
memberikan pernyataan:
“Profesi wartawan itu persis seperti dokter. Semua orang mungkin
bisa sembuhin penyakit, tapi cuma dokter yang punya kode etik
prosedur dan tata cara dalam menyembuhkan. Sama halnya dengan
wartawan, semua orang mungkin bisa menulis berita, tapi hanya
wartawan yang menulis melalui tahap verifikasi dan berdasarkan
kode etik jurnalistik.”
Key informan menerangkan bahwa bagian yang menjadi kepercayaan
dari profesi jurnalistik adalah dengan tidak menyebarkan berita bohong,
oleh sebab itu sebelum sampai pada berita disusun dan akhirnya
ditayangkan, verifikasi menjadi pekerjaan utama bagi seorang jurnalis. Key
informan menyimpulkan bagian verifikasi ini dengan pernyataan:
“Verifikasi adalah bagian yang membuat profesi wartawan tetap hidup.”
Bagian verifikasi yang menjadi prinsip kerja jurnalis KOMPAS TV ini
tercantum didalam kode etik jurnalistik pasal 3 poin A yakni wartawan
Indonesia selalu menguji informasi. Didalam pasal 3 poin A dijelaskan
99
bahwa menguji informasi berarti melakukan check dan recheck tentang
kebenaran informasi itu97.
Berdasarkan hasil observasi penulis, penulis melihat bahwa salah satu
cara verifikasi keakuratan berita yang efektif didalam KOMPAS TV adalah
melalui konfirmasi pada tim periset. Tim periset ini bertugas untuk
mensurvei atau mencari data-data berita secara lengkap. Produser dan
reporter wajib untuk mengkonfirmasi setiap materi berita yang didapat atau
yang hendak ditayangkan, kepada tim periset. Tim periset bukan hanya
bertugas sebagai pengkonfirmasi keakuratan berita saja, namun juga
reporter maupun produser dapat meminta materi berita kepada tim periset
ketika suatu saat sedang tidak ada berita di ―lapangan‖. Dengan adanya tim
periset ini, maka berita yang ditayangkan KOMPAS TV dapat dipercaya
kredibilitasnya, karena telah melalui hasil riset yang akurat terlebih dahulu.
Bantuan tim periset didalam pekerjaan jurnalis dalam mencari berita
ini, merupakan salah satu contoh dimensi dalam menilai budaya organisasi
yang dicetuskan oleh Recardo dan Jolly, yakni dimensi team work (kerja
sama). Dimensi team work ini berhubungan dengan jumlah, tipe dan
keefektifan tim dalam organisasi. Dibatasi atau tidak dibatasi, meliputi
kerja sama dengan departement yang berbeda, sejumlah kepercayaan di
97
Kode Etik Jurnalistik pada Www.dewanpers.or.id. Diakses Senin, 1 Desember 2014. Pukul 19.00
WIB.
100
antara beberapa fungsi atau unit yang berbeda dan dukungan terhadap
proses kerja98.
Penulis melihat bahwa keberadaan tim periset ini adalah salah satu
yang menjadi kelebihan dan membedakan antara KOMPAS TV dengan
stasiun televisi lain. Hal ini seperti salah satu fungsi budaya organisasi
yang dikatakan Robbins yakni menetapkan tapal batas yang menciptakan
perbedaan yang jelas antara satu organisasi dengan organisasi lainnya 99.
Berdasarkan hasil wawancara, penulis juga mendapati satu lagi
karakteristik KOMPAS TV yang membedakannya dengan stasiun televisi
lain. Karakteristik tersebut terletak pada editorial yang dimiliki KOMPAS
TV sebagai panduan didalam menayangkan pemberitaan. Berdasarkan hasil
wawancara penulis dengan key informan, Alex mengatakan bahwa editorial
pemberitaan KOMPAS TV yang paling utama adalah nilai humanis
(human interest). Artinya, KOMPAS TV tidak hanya fokus pada isu atau
peristiwa saja, melainkan hal yang lebih penting adalah cerita tentang
manusia.
Key
informan
menegaskan
pernyataannya
ini
dengan
mengatakan: “jika ada berita tentang tawuran, okelah peristiwanya kita
liput, tapi setelah itu apa yang terjadi pada manusianya? Itu yang jauh
lebih penting.”
98
99
Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi. Yogyakarta. Andi. Hal 40
Robbins. 2001. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi (Terjemahan). Jakarta. Erlangga. Hal 20
101
Key informan menjelaskan bahwa pemberitaan yang menjunjung
tinggi nilai humanis ini adalah amanat langsung dari pemilik Kompas
Gramedia, yakni Jacob Utama. Key informan teringat akan pernyataan
Jacob Utama, yang dia ungkapkan sebagai berikut: “Kita punya Tanah Air,
tapi yang lebih penting lagi dari keindahan alam yang ada di Indonesia
adalah bercerita tentang manusia itu sendiri.” Key informan kembali
menegaskan bahwa ketika ada peristiwa besar, semua stasiun televisi pasti
menayangkannya, namun KOMPAS TV lebih memfokuskan pada apa
dampak peristiwa itu bagi manusia.
Nilai humanis yang menjadi editorial redaksi news KOMPAS TV
dalam menayangkan pemberitaan ini merupakan salah satu poin konsep
berita yang dikemukakan oleh Frank Luther Mott, yakni Berita sebagai
Minat Insani (News As Human Interest). Frank Luther menjelaskan,
menariknya berita bukan karena pentingnya peristiwa yang dilaporkan,
tetapi karena sifatnya yang menyentuh perasaan insani (manusia),
menimbulkan perasaan terharu, prihatin, senang dan lain sebagainya100.
Key informan mengatakan bahwa nilai humanis ini merupakan poin
utama dari interpretasi tagline KOMPAS TV secara keseluruhan, yakni
―Inspirasi Indonesia‖. Oleh karenanya, key informan sebagai manajer
redaksi news selalu mengingatkan para reporter, dengan mengatakan:
100
Konsep Berita pada Theactadiurna.wordpress.com. Diakses Sabtu, 14 September 2014. Pukul
18.00 WIB
102
“Saya minta kepada kalian, ketika kalian sedang bingung menentukan
angle berita, kalian harus kembali pada nilai-nilai kemanusiaan.”
Informan I, Lia sebagai produser redaksi news juga memaparkan
beberapa peraturan-peraturan lain yang wajib dilakukan oleh para
wartawan atau reporter KOMPAS TV didalam membuat berita dan
melakukan peliputan. Informan I menjelaskan bahwa ketika menulis berita,
seorang wartawan tidak boleh bersikap subjektif atau memihak terhadap
pemberitaan yang dia tulis, sekalipun pemberitaan itu kurang baik. Seorang
wartawan
harus
tetap
menjunjung tinggi
nilai
objektif
didalam
menghasilkan sebuah berita.
Bagian menjunjung tinggi nilai objektif ini juga terdapat didalam kode
etik jurnalistik pasal 3 poin C, yakni tidak mencampurkan fakta dan opini
yang menghakimi. Dalam pasal 3 poin C dijelaskan bahwa opini yang
menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini berbeda dengan
opini interpretatif, yaitu pendapat yang berupa interpretasi wartawan atas
fakta101.
Disamping itu, Informan I, Lia juga menjelaskan aturan-aturan praktis
yang harus dilakukan para reporter saat melakukan liputan. Informan I
mengatakan bahwa sifat yang harus ditunjukkan oleh seorang reporter
ketika sedang melakukan sebuah liputan adalah sifat partisipatif. Artinya,
101
Kode Etik Jurnalsitik pada Www.dewanpers.or.id. Diakses Senin, 1 Desember 2014. Pukul 19.00
WIB.
103
reporter juga harus menjiwai kondisi di ―lapangan‖, seolah mereka yang
sedang berada dalam posisi tersebut. Informan I menjelaskan sifat
partisipatif ini dengan memberikan contoh sebagai berikut:
“Waktu lagi liputan, reporter jangan cuma berdiri ditempat aja.
Misalnya lagi meliput sebuah pameran, ya reporter itu harus gerak,
jalan ngelilingin lokasi pameran, reporter harus nunjukin semua
bagian yang ada dalam pameran tersebut ke penonton. Bahkan
kalo perlu, dia bisa ikut megang atau mainin setiap ornamen yang
ada dalam pameran tersebut, supaya setiap laporan yang dia
sampaikan itu jadi hidup.”
Sifat partisipatif reporter ini sama seperti peraturan value Kompas
Gramedia 5C di poin pertama yakni Caring, bagian ini menjelaskan bahwa
jurnalis dalam posisi ini harus menunjukkan rasa peduli dan empatinya
kepada para narasumber maupun pada setiap pemberitaan yang dibuatnya.
Peraturan selanjutnya adalah mengenai jam kerja jurnalis. Key
Informan seringkali menekankan kepada para jurnalis redaksi news
terkhusus bagi para jurnalis baru bahwa profesi seorang wartawan tidak
bisa dipahami atau disamaratakan dengan jenis profesi lain pada umumnya.
Key informan menerangkan bagian dengan memberi contoh:
“Kalo profesi kantoran pada umumnya masuk kerja jam 9 pagi,
pulang jam 5 sore, kemudian tiap sabtu libur dan punya waktu
cukup luang untuk keluarga. Sementara didalam profesi jurnalis,
anda tidak akan mendapatkan bagian itu!”
Key informan menerangkan bahwa pekerjaan seorang jurnalis dituntut
untuk bekerja penuh waktu dan dengan kondisi yang tidak dapat diduga.
Bahkan ketika telah selesai dinas, ketika waktu santai, istirahat dan berlibur
104
pun tetap menjadi bagian dari pekerjaan jurnalistik. Hal ini dikarenakan,
berita ada dimana saja dan kapan saja. Oleh sebab itu, key informan
menegaskan bahwa seorang jurnalis itu harus peka terhadap kondisi sekitar
dan cepat tanggap terhadap adanya berita.
Hal ini sama seperti penjelasan Lakshamana Rao yang mengatakan
bahwa sebuah pekerjaan bisa disebut sebagai profesi jika memiliki empat
hal, salah satunya adalah harus ada panggilan dan keterikatan dengan
pekerjaan
itu.
Lakshamana
Rao
menjelaskan
menghubungkan
pernyataanya ini dengan kinerja jurnalis. Lakshamana Rao mengatakan
bahwa jam kerja wartawan adalah 24 jam sehari karena peristiwa yang
harus diliputnya sering tidak terduga dan bisa terjadi kapan saja. Sebagai
seorang profesional, wartawan harus terjun ke lapangan meliputnya. Itulah
panggilan dan keterikatan dengan pekerjaan sebagai wartawan. Bahkan,
wartawan kadang-kadang harus bekerja dalam keadaan bahaya. Mereka
ingin –dan harus begitu– menjadi orang pertama dalam mendapatkan berita
dan mengenali para pemimpin dan orang-orang ternama.
Berdasarkan hasil observasi penulis, penulis melihat bahwa para
jurnalis ini memang bekerja dengan penuh waktu, bahkan ada yang lebih
dari waktu 15 jam dalam sehari. Penulis melihat sekalipun bukan didalam
jam kerja mereka, tapi kesolidan dan semangat mereka untuk saling
membantu pekerjaan rekan kerja mereka sungguh nampak, demi
masyarakat dapat menikmati berita. Oleh sebab itu, KOMPAS TV pun
105
menyediakan fasilitas mobil untuk mengantar pulang karyawan yang
lembur.
Disamping bekerja penuh waktu, key informan juga menerangkan
bahwa seorang jurnalis tidak boleh bersikap eksklusif, melainkan harus
inklusif. Artinya, seorang jurnalis tidak boleh membatasi dengan siapa dia
bergaul. Key informan mengibaratkannya dengan contoh demikian:
“Ketika kita berteman dengan polisi, kita juga harus berteman dengan
penjahat. Kita berteman dengan presiden, kita juga harus berteman
dengan pemulung.” Key informan menerangkan bahwa seorang jurnalis itu
harus mengenali semua aspek kehidupan dari siapapun.
Riset yang dilakukan oleh Recardo dan Jolly, mengemukakan salah
satu dimensi untuk menilai budaya suatu organisasi adalah melalui
planning (perencanaan). Recardo dan Jolly menjelaskan apakah organisasi
menekankan pada rencana jangka panjang atau jangka pendek, apakah
perencanaan bersifat reaktif atau proaktif, untuk apa strategi tujuan dan visi
organisasi disampaikan kepada karyawan, apakah proses perencanaan
berisfat informal atau terstruktur, pada level apa karyawan mempunyai
komitmen terhadap pencapaian strategi bisnis serta tujuan organisasi102.
Berdasarkan dimensi planning (perencanaan) tersebut, Key informan
selaku manajer redaksi news KOMPAS TV menerangkan bahwa setiap
peraturan-peraturan yang diciptakan bagi para jurnalis ini dibuat dan
102
Fred Luthans. 2006. Perilaku Organisasi. Yogyakarta. Andi. Hal 40
106
diputuskan secara bersama-sama di dalam rapat kerja, serta memiliki tujuan
dan harapan, sebagai berikut:
KOMPAS TV ingin menciptakan sebuah Standard Operating
Procedure (SOP), standar yang pada akhirnya membentuk karakteristik
seorang jurnalis KOMPAS TV.
Sebagai dasar untuk evaluasi.
Untuk pembentukan budaya organisasi KOMPAS TV.
Key informan menjelaskan poin pembentukkan budaya organisasi ini
dengan memberikan pernyataan sebagai berikut:
“Kita percaya bahwa yang harus kita bentuk adalah sistem. Orang
menjabat itu bisa berganti, tapi sistemnya itu udah harus jalan.
KOMPAS TV sudah memiliki sistem, dan saat ini yang sedang kita
lakukan adalah mematangkan sistem tersebut.”
Key informan menekankan bahwa sistem yang sedang dibentuk
didalam KOMPAS TV ini bukan hanya ada karena pengaruh seseorang
atau lebih, yang sedang menjabat di KOMPAS TV, melainkan sistem ini
ada, sedang dibentuk dan akan terus ada sampai dengan pergantian
regenerasi ke regenerasi. Artinya keberlangsungan sistem atau setiap
peraturan yang diciptakan ini tidak bergantung pada keberadaan orang
yang merintisnya, melainkan justru orang-orang baru yang akan hadir di
KOMPAS TV nantinya lah yang akan mengikuti dan meneruskan sistem
yang telah ada.
107
Pembentukkan sistem yang dijelaskan key informan ini sama seperti
salah satu fungsi budaya organisasi yang dicetuskan oleh Robbins, yakni
budaya organisasi meningkatkan kemantapan sistem sosial atau sebagai
perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi dengan
memberikan standar-standar yang tepat untuk cara berkomunikasi dan
beraktivitas bagi para karyawan 103.
4.4.2 Penggunaan dan Interpretasi Simbol Verbal dan Nonverbal Jurnalis
Redaksi News
Asumsi kedua yang dicetuskan Pacanowsky dan O‘Donnel Trujillo dalam
Teori Budaya Organisasi (Organizational Culture Theory) adalah penggunaan
dan interpretasi simbol. Realitas (dan budaya) organisasi juga sebagiannya
ditentukan oleh simbol-simbol. Pacanowsky dan O‘Donnell Trujillo mengadopsi
perspektif interaksi simbolik dari Geertz. Perspektif ini menggarisbawahi
penggunaan simbol di dalam organisasi, dan simbol merupakan representasi
untuk makna. Anggota-anggota organisasi menciptakan, menggunakan, dan
menginterpretasikan simbol setiap hari. Simbol-simbol ini, karenanya sangat
penting bagi budaya perusahaan. Simbol-simbol mencakup komunikasi verbal
dan
nonverbal
di
dalam
organisasi.
Seringkali,
simbol-simbol
ini
mengomunikasikan nilai-nilai organisasi104.
Oleh karenanya, penulis mencoba menjelaskan asumsi kedua dari Teori
103
Robbins. 2001. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi (Terjemahan). Jakarta. Erlangga. Hal 20
West Richard. Lyn H. Turner. 2007. Introducing Communication Theory: Analisis dan aplikasi,
Edisi 3, Buku 2. Jakarta. Salemba Humanika. Hal 45
104
108
Budaya Organisasi (Organizational Culture Theory) ini mengenai penggunaan
dan interpretasi simbol, yang penulis fokuskan pada komunikasi verbal dan
nonverbal yang tercipta diantara sesama jurnalis didalam ruang kerja redaksi
news, sehingga komunikasi yang tercipta itu mampu mendukung KOMPAS TV
menghasilkan program berita yang bernilai edukatif dan independen. Berikut
penjelasan dari setiap komunikasi tersebut:
1. Komunikasi Verbal
Redding dan Sanborn menyebutkan bahwa komunikasi organisasi adalah
pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks.
Bidang yang termasuk dalam hal ini adalah komunikasi internal, hubungan
manusia, hubungan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari
atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan
kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang
memiliki sama tingkatan dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan
berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program105.
Kemampuan menggunakan komunikasi verbal secara efektif adalah
penting bagi administrator dan manajer. Dengan adanya komunikasi verbal
memungkinkan pengidentifikasian tujuan, pengembangan strategi, dan
tingkah laku untuk mencapai tujuan106.
Key informan menjelaskan bahwa pimpinan didalam redaksi news berperan
105
106
Arni Muhammad. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta. Bumi Aksara. Hal 65
Ibid, Hal 95
109
sebagai sahabat bagi para jurnalis, sehingga ketika pimpinan memberi
pengarahan, memberi instruksi atau bahkan memberikan teguran bagi para
jurnalis, hal itu dapat diterima dengan baik oleh para jurnalis, sebagaimana hal
itu disampaikan oleh sahabatnya sendiri. Key informan menegaskan hal ini
dengan pernyataan sebagai berikut:
“Fungsi struktural tetap ada, hubungan atasan dan bawahan tetap
ada, tapi itu hanya dalam konteks menentukan kebijakan atau
keputusan. Ketika keputusan itu sudah ditentukan, maka dalam
pelaksanaannya kita bergerak sebagai satu tim, kita bergerak sebagai
teman secara bersama-sama.”
Menurut Lewis, komunikasi ke bawah adalah adalah untuk menyampaikan
tujuan, untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan
dan
kecurigaan
yang
timbul
karena
salah
informasi,
mencegah
kesalahpahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan anggota
organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan107.
Berdasarkan pengertian komunikasi ke bawah yang dicetuskan oleh Lewis,
Key informan menjelaskan salah satu contoh komunikasi verbal yang
diterapkan oleh pemimpin redaksi news kepada salah seorang jurnalisnya,
seperti berikut:
“Contohnya waktu ada wartawan atau reporter yang melakukan
kesalahan saat bekerja, ketika dilihat oleh pemred kita, mbak Rossi,
beliau enggak ragu untuk langsung turun tangan menegur bahkan
mempraktekkan cara yang benar kepada wartawan atau reporter
tersebut, tanpa harus melalui perantara manajer ataupun produser
terlebih dahulu.”
107
Ibid, Hal 108
110
Pernyataan key informan ini dibenarkan oleh salah satu reporter redaksi
news KOMPAS TV, Fyra sekaligus informan II dalam penelitian ini. Didalam
wawancara, informan II mengatakan bahwa pemimpin redaksi news, yakni
Rosiana Silalahi pernah bahkan tidak jarang untuk menegur secara langsung
para wartawan atau reporter jika ada kekurangan didalam peliputan, tanpa
harus melalui perantara produser terlebih dahulu. Informan II menjelaskan
bagian ini dengan menceritakan pengalaman pertamanya ditegur oleh pemred,
seperti berikut:
“Iya jadi waktu itu aku baru sampe kantor habis pulang liputan, gak
lama aku duduk di kursi ku, terus tiba-tiba mbak Rosiana langsung
nyamperin ke depan meja ku, disitu aku kaget dan takut. Terus dia
negur aku bilang kalau tadi pas liputan aku megang microphonenya
kurang bener. Udah gitu saat itu juga mbak Rossi langsung ngajarin
aku cara megang microphone yang bener itu kaya apa, bayangin dong
seorang pemred langsung ngajarin reporternya cara megang
micerophone! Dan kamu tau, semenjak itu, aku yang dulunya takut
banget sama mbak Rossi jadi udah engga takut lagi, bahkan aku
sekarang malah pengen dievaluasi terus sama beliau”
Informan II mengatakan bahwa awalnya ia takut dan kaget ketika pemred
dalam jangka waktu yang begitu cepat mengevaluasinya, bahkan sebelum ada
produser yang mengevalusinya terlebih dahulu. Namun, informan II
menyadari bahwa komunikasi yang seperti itulah yang dibutuhkan dalam
sebuah organisasi. Informan II merasa bangga ketika pemred tidak merasa
gengsi saat harus berkomunikasi secara langsung kepada bawahannya bahkan
mengajarkan ilmunya. Semenjak itu, informan II tidak pernah merasa segan
atau takut bila berkomunikasi maupun ditegur oleh pimpinannya.
111
Berdasarkan hasil observasi penulis, penulis melihat bahwa komunikasi
verbal yang dilakukan pimpinan kepada bawahannya berlangsung dengan
akrab dan efektif, bahkan tak jarang terlihat pemandangan antara pimpinan
dan bawahan saling bercanda dan tertawa. Penulis bahkan sampai tidak dapat
membedakan mana status pemimpin dan mana status bawahan atau jurnalis,
karena terlalu akrabnya relasi diantara mereka. Penulis melihat bahwa
pimpinan mulai dari pemimpin redaksi, wakil pemimpin redaksi dan manajer
tidak pernah menganggap adanya jenjang dengan karyawan lainnya.
Komunikasi verbal selanjutnya terjalin antar produser dengan reporter.
Informan II menerangkan bahwa koordinasi antara produser dengan wartawan
junior atau reporter terjalin dengan baik selama bekerja. Informan II
menjelaskan bahwa koordinasi yang baik itu lah yang membuat komunikasi
antar produser dan reporter terjalin dengan baik pula.
Informan II menerangkan bahwa setiap pekerjaan yang dilakukan
wartawan atau reporter akan selalu melewati proses komunikasi dengan
produser. Contohnya adalah ketika wartawan diperintahkan oleh produser
untuk membuat naskah berita, produser akan selalu memberi waktu untuk
mengevaluasi hasil tulisan wartawan tersebut. Ketika naskah yang ditulis
wartawan tersebut hasilnya baik, produser tidak sungkan untuk memuji sang
wartawan tersebut. Kegiatan memberi pujian kepada wartawan ini sama
seperti riset yang dilakukan oleh Recardo dan Jolly, yang mengemukakan
112
bahwa terdapat delapan dimensi untuk menilai budaya suatu organisasi,
diantaranya adalah reward (imbalan).
Recardo dan Jolly menyatakan bahwa dimensi reward (imbalan) ini dilihat
dan perilaku apa yang mendapatkan imbalan, tipe imbalan yang digunakan
apakah secara pribadi atau kelompok, apakah semua karyawan mendapatkan
bonus, kriteria apa yang digunakan untuk menilai kemajuan karyawan 108.
Namun, informan II menyatakan ketika naskah buatan wartawan tersebut
hasilnya kurang baik, produser selalu menjelaskan secara perlahan dimana
letak kesalahannya, kemudian mengajarkan bagaimana menulis naskah yang
benar dan pada akhirnya selalu memberikan kesempatan kepada wartawan
untuk memperbaiki tulisannya sebelum akhirnya dipakai untuk program
berita.
Berdasarkan hasil observasi penulis, produser tidak pernah membuang
hasil naskah buatan wartawan, sekalipun hasilnya kurang baik. Akan tetapi,
produser selalu menolong wartawan untuk memperbaiki naskahnya tersebut,
sehingga naskah buatan setiap wartawan pun akan selalu dipakai pada
akhirnya. Hal yang sama pula saat wartawan hendak melakukan dubbing
suara untuk berita yang akan tayang, ketika hasil dubbing suara yang
dilakukan wartawan tersebut terdengar kurang baik, produser terlebih dahulu
mencotohnya
cara
men-dubbing
yang benar
agar
wartawan
dapat
mengulanginya dengan lebih baik. Namun, seperti hasil naskah buatan
108
Fred Luthans. 2006. Perilaku Organisasi. Yogyakarta. Andi. Hal 40.
113
wartawan, hasil dubbing suara wartawan yang paling baik lah yang akan tetap
dipakai untuk dubbing berita yang akan tayang.
Informan II mengatakan bahwa inilah bagian yang disukai oleh para
wartawan dari para produser. Wartawan maupun reporter merasa dibimbing
dan diajar dengan baik oleh para produsernya. Informan II mengungkapkan
bagian komunikasi ini sebagai berikut: “Melalui proses komunikasi yang
baik, selalu ada pelajaran baru yang kita dapat.”
Contoh komunikasi verbal lain yang terjalin antara produser dengan
reporter adalah pada posisi reporter ketika hendak melakukan liputan di
―lapangan‖. Sebagai posisi reporter, informan II menerangkan bahwa
beberapa menit sebelum reporter akan melakukan liputan, produser tidak
pernah lupa untuk menelfon reporter guna memastikan kondisi reporter
beserta juru kamera dalam kondisi yang aman untuk melaksanakan liputan.
Disamping itu, selain saat live report, informan II juga menerangkan bahwa
produser juga selalu berkomunikasi melalui telefon dengan reporter yang
sedang mencari materi berita di ―lapangan‖. Produser terus memantau
bagaimana perkembangan reporter di ―lapangan‖, sebaliknya reporter pun
selalu mengkonfirmasikan kondisi terbaru dalam hasil liputannya kepada
produser. Sehingga ketika reporter sedang tidak mendapatkan berita di
―lapangan‖, produser dapat langsung membantu dengan mengkomunikasikan
pada tim periset guna mencari cadangan materi berita lain.
Berdasarkan hasil observasi penulis, kerja sama antara produser dan
114
reporter terjalin dengan efektif. Produser dan reporter sama-sama saling
membantu jobdesk pekerjaan mereka, mereka tidak egois dengan hanya
berfokus pada pekerjaan sendiri, sehingga melalui komunikasi dan kerja sama
yang baik pekerjaan mereka dapat terselesaikan dengan baik pula.
Komunikasi verbal selanjutnya berlangsung saat rapat redaksi. Key
informan menyatakan, didalam ruang rapat redaksi bukan hanya pimpinan
saja yang berbicara, melainkan semua bagian didalam divisi memiliki hak
untuk bersuara dan mengevaluasi hasil pekerjaan mereka dalam satu hari
tersebut. Mulai dari juru kamera, wartawan atau reporter, koordinator liputan,
produser sampai dengan pimpinan memiliki kesempatan yang sama untuk
mengeluarkan pendapatnya. Informan II, Fyra menyetujui apa yang
disampaikan key informan. Informan II mengatakan ketika rapat redaksi,
semua menjadi ―satu‖. Informan II menjelaskan bahwa tidak hanya bawahan
yang selalu mendengar atasan berbicara, tapi ada waktunya bawahan yang
berbicara dan atasan yang mendengar.
Pernyataan para informan ini sama seperti fungsi komunikasi ke atas yang
dikemukakan oleh Pace, yakni komunikasi ke atas memperkuat apresiasi dan
loyalitas karyawan terhadap organisasi dengan jalan memberikan kesempatan
untuk menanyakan pertanyaan, mengajukan ide-ide dan saran-saran tentang
jalannya organisasi 109.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis, penulis juga melihat
109
Arni Muhammad. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta. Bumi Aksara. Hal 117
115
bahwa didalam rapat redaksi baik pimpinan sampai kepada bawahan, semua
sama-sama berdiskusi untuk menyelesaikan masalah serta mencari solusi
bersama dari masalah tersebut. Hal ini juga sama dengan fungsi lain dari
komunikasi ke atas yang dikemukakan oleh Pace, yakni komunikasi ke atas
membantu karyawan mengatasi masalah-masalah pekerjaan mereka dan
memperkuat keterlibatan mereka dalam tugas-tugasnya dan organisasi110.
Komunikasi verbal selanjutnya adalah komunikasi yang terjalin diluar
urusan pekerjaan. Key informan mengatakan setelah selesai jam kerja, mereka
biasanya tidak langsung pulang, melainkan mereka memiliki tradisi untuk
kumpul-kumpul dan mengobrol-ngobrol. Pernyataan key informan ini sama
seperti hasil observasi penulis yang sering melihat pemandangan sekumpulan
jurnalis redaksi news di waktu sore hari yang memenuhi ruangan kantin
KOMPAS TV. Penulis melihat bahwa relasi mereka terjalin sangat akrab,
mereka tertawa-tawa dan bercanda-canda. Key informan menjelaskan bahwa
waktu kerja mereka yang kurang lebih selama 15 jam ini akan membuat
mereka menjadi penat, oleh sebab itu jam kerja mereka yang padat harus pula
diimbangi dengan waktu relaksasi yang cukup.
Informan VI, Riza selaku sekertaris ruang produksi pun menyetujui
pernyataan key informan ini, sebab ia adalah orang yang setiap hari melihat
kejadian atau aktivitas yang dilakukan oleh para tim redaksi news. Ia
mengatakan bahwa aktivitas kumpul-kumpul ini tidak hanya diikuti oleh
110
Ibid, Hal 117
116
segelintir orang saja, akan tetapi diikuti oleh seluruh tim redaksi news mulai
dari pemimpin redaksi sampai dengan juru kamera, mulai dari yang paling tua
sampai yang paling muda ada didalamnya. Berdasarkan pernyataan informan
II ini, penulis menyimpulkan bahwa setiap anggota didalam redaksi news ini
tidak dibeda-bedakan, tidak terdapat kelompok-kelompok didalam redaksi ini,
melainkan mereka semua bersatu menjadi satu tim kelompok kerja.
Key informan menerangkan bahwa tujuan dari aktivitas kumpul-kumpul
bersama ini bukan hanya sekedar untuk senang-senang belaka, melainkan dari
acara kumpul bersama ini membuat relasi mereka menjadi lebih akrab,
komunikasi mereka pun tidak dibatasi oleh jabatan pimpinan ataupun
bawahan, melainkan mereka semua menjadi sahabat. Key informan juga
menjelaskan bahwa mereka bisa saling mengenal kehidupan rekan kerja
mereka lebih dalam, melalui setiap cerita yang mereka bagikan. Informan II
mengatakan bahwa ia sangat senang ketika bisa berkumpul-kumpul dengan
teman-teman redaksi news. Hal yang paling ia senangi adalah karena didalam
setiap kegaitan kumpul-kumpul ini, ia selalu mendapat banyak pelajaran dari
pengalaman-pengalaman kerja yang diceritakan para seniornya. Cerita-cerita
itu membuat informan II dan wartawan junior lainnya menjadi termotivasi
untuk terus berjuang didalam pekerjaan jurnalis.
Pernyataan informan II ini sama seperti salah satu pertunjukkan
komunikasi organisasi yang dicetuskan oleh Pacanowsky dan O‘Donnell
Trujillo didalam poin Passion. Pacanowsky dan O‘Donnell Trujillo
117
mengatakan sebutan passion ini memiliki arti kegemaran atau kesukaan.
Disini, karyawan berupaya menjadikan pekerjaan rutin yang membosankan
menjadi menarik dan menyenangkan dengan cara menceritakan sesuatu
(storytelling) yang digemari atau disukai. Dengan kata lain, passion adalah
cerita-cerita pada organisasi yang seringkali disampaikan oleh salah satu
anggota kepada anggota organisasi lainnya. Hampir setiap orang suka
bercerita mengenai pekerjaan mereka dengan cara yang seringkali hidup dan
dramatis. Berbagai cerita itu disampaikan berulang-ulang karena orang suka
bercerita satu sama lain mengenai berbagai pengalaman dalam pekerjaan
mereka secara berulang-ulang111.
Disamping itu, key informan memaparkan hal yang paling adalah mereka
bisa saling bertukar informasi tentang berbagai bidang, dimana setiap pribadi
dari mereka memiliki pengetahuan lebih dari bidang yang berbeda-beda. Key
informan memberi kesimpulan dari aktivitas ini dengan pernyataannya
sebagai berikut: “Komunikasi didalam aktivitas ini membuat kita semua jadi
kaya akan informasi, yang awalnya enggak mengerti betul tentang politik jadi
paham, yang awalnya enggak mengerti tentang dunia sosial media jadi
mengerti, sehingga akhirnya komunikasi didalam relasi ini pun membuat kita
jadi orang-orang yang kreatif.” Key informan menghubungkan pernyataannya
ini dengan tujuan dari pekerjaan seorang jurnalis, ia menerangkan bahwa
mereka adalah orang-orang yang bekerja didalam ―industri kreatif‖, ketika
111
M.A, Morissan. 2009. Teori Komunikasi Organisasi. Bogor. Ghalia Indonesia. Hal 108
118
mereka tidak menjadi pribadi yang kreatif, maka mereka akan kalah dengan
para jurnalis lainnya.
Komunikasi didalam aktivitas kumpul bersama ini merupakan bagian dari
pertunjukkan komunikasi organisasi yang dikemukakan oleh Pacanowsky dan
Trujillo, didalam poin ritual sosial. Ritual sosial ini adalah ritual yang tidak
berhubungan dengan kerja atau tugas, namun ritual jenis ini merupakan
pertunjukkan penting dalam organisasi. Ritual sosial merupakan komunikasi
verbal atau nonbverbal rutin yang perlu dilakukan dalam interaksi dengan
orang lain. Acara kumpul bersama teman-teman kantor, misalnya di tempat
minum seperti kafe atau tempat-tempat santai lainnya usai jam kerja
merupakan contoh bagus dari ritual sosial. Disini, mereka membicarakan
segala hal, mulai dari masalah pekerjaan di kantor hingga masalah politik112.
Paradigma Laswell menunjukkan bahwa komunikasi meluputi lima unsur
sebagai jawaban dari pertanyaan yang telah diajukan, yaitu komunikator
(source/ sender), pesan (messagge), media (channel/ media), komunikan
(receiver/ recipient/ communicate) dan efek (effect/ impact/ influence).
Berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media dan
menimbulkan efek tertentu113.
Paradigma komunikasi yang dijelaskan oleh Laswell menunjukkan bahwa
112
113
10
Ibid, Hal 107
Onong Uchjana Effendy. 1999. Komunikasi: Ilmu, Teori dan Praktek. Bandung. Rosdakarya. Hal
119
didalam proses komunikasi, media memiliki peranan penting agar pesan yang
disampaikan komunikator kepada komunikan dapat tersampaikan dengan
efektif. Komunikasi verbal terakhir yang dijelaskan oleh informan II adalah
komunikasi melalui media handphone dengan aplikasi Whatsapp Chatt
Group. Informan II mengatakan dengan adanya grup ini, mereka dapat saling
berdiskusi tentang pekerjaan mereka sekalipun didalam kondisi jarak yang
berjauhan. Grup ini menjadi media untuk saling berkoordinasi didalam
pekerjaan mereka, secara khusus saat sedang melakukan peliputan di
―lapangan‖, disamping itu melalui media ini mereka bisa saling memberi
informasi tentang isu-isu berita yang sedang berkembang. Informan II
menjelaskan bahwa dengan adanya grup ini, komunikasi para jurnalis tidak
terbatas hanya didalam ruang kerja, namun setelah mereka pulang kerumah
pun, komunikasi dan koordinasi mereka tetap terjaga.
2. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan
tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan gerakan
tubuh, sikap tubuh, vokal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka,
kedekatan jarak, dan sentuhan114.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis, penulis
mendapati adanya komunikasi nonverbal yang diterapkan oleh anggota
redaksi baik itu didalam rapat redaksi maupun di ruang kerja. Komunikasi
114
Muhammad, Arni. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta. Bumi Aksara. Hal 95
120
nonverbal tersebut diantaranya seperti kata-kata ‖yo, yo, yo!‖ diikuti dengan
tepukan tangan sebanyak 3 kali, disamping itu penulis juga sering melihat
anggota redaksi saling menepuk pundak rekan kerjanya. Saat penulis
mengkonfirmasi bagian ini melalui wawancara dengan informan, key
informan mengatakan bahwa kedua contoh komunikasi nonverbal ini memang
menjadi ciri khas dari tim redaksi news. Kedua komunikasi nonverbal ini
mereka buat dan sepakati saat rapat redaksi, dan mereka sama-sama berjanji
untuk mereka praktekan ketika melihat rekan kerja mereka sedang tidak
bersemangat, mengalami kesalahan dalam bekerja atau ketika sedang
mengerjakan banyak pekerjaan. Komunikasi nonverbal ini diterapkan dari
pimpinan kepada para jurnalis, maupun antar sesama jurnalis lainnya.
Key informan mengatakan bahwa bentuk komunikasi nonverbal yang
dipraktekkan oleh tim redaksi news ini adalah sebagai bentuk ungkapan
semangat dan rasa saling mendukung satu sama lain, seperti ungkapannya
sebagai berikut:
“Kita disini itu satu tim, dan saya selalu bilang sama temen-temen,
kesenangan satu orang harus jadi kesenangan bersama, kesedihan
satu orang harus juga jadi kesedihan bersama. Tapi ketika satu orang
lemah, yang lainnya punya tugas untuk mengembalikan kekuatan satu
orang ini.”
Komunikasi nonverbal ini merupakan merupakan salah satu poin
pertunjukkan komunikasi organisasi yang dikemukakan oleh Pacanowsky dan
Trujillo, dalam poin pertunjukkan sosial. Pertunjukan sosial memiliki arti
berbagai bentuk kesopanan, basa-basi, penghormatan yang dilakukan dengan
121
maksud untuk mendorong dan mengingkatkan kerja sama diantara anggota
organisasi. Pertunjukkan sosial berfungsi untuk memperkuat kepatutan dan
penerapan aturan-aturan sosial dalam organisasi. Perilaku ramah tamah dan
percakapan basa-basi adalah contoh pertunjukkan sosial. Interaksi ringan
seperti menegur rekan kerja dengan mengucapkan ―selamat pagi‖ dapat
menimbulkan rasa sebagai satu kelompok karyawan pada perusahaan
bersangkutan. Pertunjukkan sosial menimbulkan rasa identifikasi diantara para
anggota organisasi melalui kegiatan komunikasi informal seperti saling
bercanda, saling menggoda, atau melakukan diskusi tanpa harus mengambil
keputusan diantara orang-orang dalam satu kelompok115.
115
M.A, Morissan. 2009. Teori Komunikasi Organisasi. Bogor. Ghalia Indonesia. Hal 108
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Nilai-nilai Organisasi Redaksi News KOMPAS TV
Redaksi news KOMPAS TV memiliki nilai-nilai organisasi didalam
mendukung dihasilkannya program berita bernilai edukatif dan independen, nilainilai tersebut mencakup ideologi dan peraturan-peraturan yang wajib dimiliki dan
dilakukan oleh para jurnalis redaksi news dalam menghasilkan program berita.
Nilai-nilai utama yang harus dimiliki oleh para jurnalis dalam menghasilkan
program berita bernilai edukatif dan independen adalah nilai humanis, yakni
memfokuskan atau mengangkat sebuah berita dari sisi manusianya, dan nilai
Inspirasi Indonesia, dalam artian pemberitaan yang dibuat oleh KOMPAS TV
pada akhirnya demi tujuan menginspiasikan masyarakat dengan berita yang
edukatif dan independen.
5.1.2 Penggunaan dan Interpretasi Simbol Verbal dan Nonverbal Jurnalis
Redaksi News KOMPAS TV
Jurnalis redaksi news menerapkan komunikasi verbal dan nonverbal yang
efektif didalam memproduksi berita yang bernilai edukatif dan independen.
Komunikasi tersebut terlihat dari komunikasi downward atau komunikasi dari
atasan kepada bawahan dan komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan
kepada atasan, serta komunikasi kepada sesama jabatan yang terjalin dengan baik
122
123
selama bekerja. Komunikasi yang baik itu menolong koordinasi kerja mereka
juga menjadi baik.
5.2 Saran
Berdasarkan keseluruhan hasil analisa dan deskripsi penelitian tentang budaya
organisasi KOMPAS TV dalam memproduksi program berita bernilai edukatif dan
independen, ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan, yaitu:
5.2.1 Saran Teoritis
Bagi para peneliti yang akan meneliti sebuah budaya dalam organisasi,
Teori Budaya Organisasi (Organization Culture Theory) yang dikaji oleh
Michael Pacanowsky dan Nick O‘Donnel Trujillo menjadi pilihan teori yang
baik ketika ingin berfokus pada penelitian nilai-nilai organisasi dan penggunaan
serta interpretasi simbol-simbol verbal dan nonverbal yang dilakukan oleh
anggota organisasi.
5.2.2 Saran Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
mengkaji program berita seperti apa yang dikatakan berkualitas, serta dapat
menjadi refrensi dan tolak ukur bagi para pemilik media apakah media televisi
yang dikelolanya mampu menciptakan dan mewujudkan budaya organisasi yang
baik dan kuat bagi para jurnalisnya.
124
DAFTAR PUSTAKA
Olii, Helena. 2007. Berita dan Informasi. Jakarta. PT Indeks.
West, Richard. Lyn H. Turner. 2007. Introducing Communication Theory: Analisis
dan Aplikasi, Edisi 3, Buku 2. Jakarta. Salemba Humanika.
Effendy, Onong Uchjana. 1999. Komunikasi: Ilmu, Teori dan Praktek. Bandung.
Rosdakarya.
Muhammad, Arni. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta. Bumi Aksara.
Cangara, H Hafied. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. Raja Grafindo.
Assegaf, Djafar H. 1991. Jurnalistik Masa Kini. Jakarta. Ghalia Indonesia.
Achmad, Sobirin. 2007. Budaya Organisasi (Pengertian, makna, dan aplikasinya
dalam kehidupan organisasi). Yogyakarta. UPP, STIM YKPN.
Muchlas, Makmuri. 2008. Perilaku Organisasi. Yogyakarta. Gadjah Mada
University Press.
Robbins. 2001. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi (Terjemahan). Jakarta. Erlangga.
Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi. Yogyakarta. Andi.
M.A, Morissan. 2009. Teori Komunikasi Organisasi. Bogor. Ghalia Indonesia.
Kuswarno, Engkus. 2008. Metode Penelitian Komunikasi: Etnografi Komunikasi.
Bandung. Widya Padjajaran.
Lexy J Moleong. 2011. Metodologi Penelitian. PT Remaja RosdaKarya.
Salim, Agus. 2001. Teori dan Paradima Penelitian Sosial. Yogyakarta. Tiara
Wacana.
Sugiono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta.
Rosady Ruslan. 2003. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta.
Raja Grafindo Persada.
125
Website:
Bandung.bisnis.com
Www.dewanpers.or.id
Theactadiurna.wordpress.com
Tu.laporanpenelitian.com
Artikel Lain:
Maryati, Sri lelis. 2011. Pengaruh Budaya Organisasi Dan Perilaku Kepemimpinan
Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru SMA di Kabupaten Indramayu
Provinsi Jawa Barat. Depok. Universitas Indonesia.
Melilala, Indhira. S. 2009. Analisis Deskriptif Budaya Organisasi Perusahaan Taksi
(Studi pada Perusahaan Taksi Blue Bird). Depok. Universitas Indonesia.
126
LAMPIRAN
127
LAMPIRAN 1
PEDOMAN OBSERVASI DAN PEDOMAN WAWANCARA
1.
PEDOMAN OBSERVASI
Dalam kegiatan observasi penelitian ini, peneliti mengharapkan beberapa hal
yang terlihat dari kondisi penelitian. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana jurnalis dalam menjalankan setiap peraturan yang diciptakan
perusahaan.
2. Kinerja jurnalis dalam memproduksi program berita.
3. Komunikasi verbal dan nonverbal yang ditunjukkan oleh para jurnalis dalam
bekerja.
2.
PEDOMAN WAWANCARA (Key Informan dan Informan)
Pedoman wawancara disusun untuk menjadi acuan dalam melakukan proses
wawancara. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Apa ideologi yang dianut oleh Kompas TV?
2. Apa makna ideologi tersebut?
3. Mengapa berani mengambil ideologi tersebut?
4. Bagaimana ideologi tersebut terimplementasi dalam kinerja jurnalis dan
mampu menghasilkan program berita berbasis edukatif dan independen?
5. Apa saja peraturan-peraturan yang diciptakan untuk para jurnalis?
128
6. Bagaimana peraturan-peraturan tersebut terimplementasi dalam kinerja
jurnalis dan mampu menghasilkan program berita bernilai edukatif dan
independen?
7. Bagaimana komunikasi verbal dan nonverbal yang tercipta diantara sesama
jurnalis didalam bekerja?
8. Bagaimana komunikasi verbal dan nonverbal tersebut dapat menghasilkan
program berita bernilai edukatif dan independen?
9. Apakah budaya organisasi (ideologi, peraturan, dan komunikasi verbal dan
nonverbal) memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam menghasilkan
program berita berbasis edukatif dan independen?
129
LAMPIRAN 2
HASIL WAWANCARA
Key Informan
P (Peneliti)
: Halo mas, saya Fika, mahasiswi Untirta yang sedang
melakukan penelitian skripsi di KOMPAS TV. Jadi, judul
skripsi yang saya ambil adalah budaya organisasi KOMPAS
TV dalam memproduksi program berita bernilai edukatif
dan netral. Dan sasaran informan kunci yang mau saya
wawancara adalah pemimpin dari redaksi news, mas selaku
manajer bersedia untuk saya wawancara?
I (Informan)
: Oh iya boleh
P
: Sebelumnya, kalo saya bilang berita di KOMPAS TV itu
bernilai edukatif dan independen, mas setuju kan?
I
: Setuju dengan kata edukatif, Berita KOMPAS TV yang
edukatif dapat dilihat melalui contoh berita yang
ditayangkan KOMPAS TV cenderung mengangkat topik
politik ataupun topik yang memberikan inspirasi bagi
masyarakat. Inspirasi disini dimaksudkan pada berita-berita
yang mengekspos sisi manusia (human interest). Jurnalis
program berita KOMPAS TV menerapkan slogan
―Jurnalisme Damai‖, dimana para jurnalis fokus pada beritaberita positif yang memberi pengetahuan bagi masyarakat,
dibanding berita yang hanya membuat masyarakat menjadi
takut ataupun terintimidasi. Hal itu yang menyebabkan
redaksi news KOMPAS TV sangat meminimalisir untuk
menayangkan berita mengenai kriminalitas, dan lebih
memfokuskan pada berita tentang politik.
Tapi kalo menurut saya yang kedua bukan netral ya
tepatnya, tapi lebih kepada independen. Berita yang
independen disini maksudnya adalah berita yang
mendukung atau menolak gagasan yang sejalan dengan
kepentingan publik. Contohnya kalo KOMPAS TV itu
netral, maka ia tidak akan bersikap apapun terhadap
kenaikan bbm, tapi karena KOMPAS TV ini independen
bukan netral, maka kita bersikap mendukung kenaikan bbm.
Editorial kita mendukung kenaikan bbm, bukan berarti kita
130
pro pada pemerintah pemerintah tapi kita menganggap
bahwa kenaikan bbm itu harus dilakukan karena sudah
menjadi kebutuhan. Jadi beda antara netral dan independen.
Dan menurut saya KOMPAS itu independen.
P
: Oh begitu ya mas, oke nanti saya ganti judulnya di skripsi.
Oke lanjut ke pertanyaan ya mas, apa sih ideologi yang
dianut oleh KOMPAS TV sehingga mampu menghasilkan
program berita bernilai edukatif dan independen?
I
: Pada dasarnya ideologi KOMPAS TV sejalan dengan
ideologi koran KOMPAS yakni ―Amanat Hati Nurani
Rakyat‖, dimana ideologi ini sejalan dengan apa yg
diisyaratkan oleh UU Pers, Kode Etik Jurnalistik, Pedoman
Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran. Artinya
media harus hadir memberikan pencerahan kepada
masyarakat, harus edukasi yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa, yang kedua ia harus dalam posisi independen,
independen
itu
juga
menentukan
objektivitas
pemberitaannya. Intinya keberpihakan hanya boleh untuk
kepentingan publik, bukan keberpihakan kepentingan
pemilik modal. Karena di KOMPAS TV, dan saya yakin di
seluruh Kompas Gramedia Group, pak Jacob Utama sampai
pimpinan-pimpinan tertinggi kita tidak pernah campur
tangan mengenai editorial kita harus seperti apa, pak Jacob
Utama justru selalu menegaskan bahwa kehadiran kita harus
menjadi Amanat Hati Nurani Rakyat, jadi betul-betul untuk
publik.
P
: Oke mas, itu kan ideologi KOMPAS TV secara umum,
kalau ideologi redaksi news sendiri apa mas?
I
: Ideologi yang dianut redaksi news KOMPAS TV sendiri
adalah Tegas, Terarah, dan Menumbuhkan Harapan.
Ideologi ini dicetuskan oleh ―Founding Fathers” KOMPAS
TV sekaligus pemimpin redaksi news pertama yakni Alm
Taufik Miharja. Tegas berarti tidak ada tawar menawar,
segala sesuatunya harus berdasarkan fakta. Terarah artinya
semua memiliki perencanaan, segala sesuatunya memiliki
garis editorial dan target secara jelas. Menumbuhkan
harapan yakni pemberitaan itu harus membangkitkan
optimisme bukan pesimisme. Interpretasi dari ideologi
redaksi news ini mengarah pada tagline KOMPAS TV
131
secara keseluruhan, yakni ―Inspirasi Indonesia‖.
Kata ―Inspirasi Indonesia‖ ini sebagai karya jurnalistik,
yakni karya jurnalistik yang harus mampu menumbuhkan
harapan bagi masyarakat, bukan memprofokasi atau
membuat pesimisme. Kalau saya bilang profesi jurnalsitik
itu seperti analogi lentera. Ketika orang membaca produk
jurnalistik, ia bisa menjawab pertanyaan yang selama ini
membuat ia bingung. Ketika ia melihat berita KOMPAS TV,
ia tahu duduk persoalannya, apa penyebabnya, serta arahnya
mau kemana, sehingga yang tadinya bingung menjadi
mengerti.
Terjemahan yang lebih operasional, kata ―Inspirasi
Indonesia‖ ini menjelaskan bahwa setiap berita didalam
KOMPAS TV itu harus selalu disampaikan secara
―mendalam‖ kepada masyarakat, dengan melampirkan grafis
untuk menjabarkan persoalan secara nyata. Substansi itu
penting, sehingga masyarakat memahami secara benar
persoalan dalam sebuah berita, dan tidak terjebak dalam
sensasi sebuah berita. Good news is a good news, kita tidak
hanya bad news is a good news.” Dalam artian, redaksi
news KOMPAS TV tidak mencari sensasi dalam
pemberitaan.
P
: Apa saja peraturan-peraturan yang diciptakan untuk para
jurnalis redaksi news sehingga mampu menghasilkan
program berita yang edukatif dan independen?
I
: Kalau peraturan-peraturan kerja setiap harinya, kami sudah
buku kan, nanti saya kirim ke email mu. Tapi yang jelas
setiap karyawan baru KOMPAS TV yang menjabat sebagai
seorang jurnalis redaksi news diharuskan mengikuti
pelatihan atau training terlebih dahulu sebelum akhirnya
diperbolehkan menjalankan pekerjaan seperti jurnalis
lainnya. Sekalipun didalam perekrutan jurnalis baru
KOMPAS TV benar-benar dipilih secara selektif, namun hal
itu tidak cukup. Demi menghasilkan jurnalis-jurnalis
berkualitas yang mampu bekerja sesuai kode etik jurnalistik
dan akhirnya mampu menghasilkan program berita yang
bernilai edukatif dan indpenden, KOMPAS TV pun
memfasilitasi pelatihan ini. Pelatihan ini bersifat penting dan
wajib, terkhusus bagi para fresh graduate yang pada
132
dasarnya belum memiliki pengalaman kerja sama sekali.
KOMPAS TV enggak akan berani melepas reporter baru ke
lapangan, sebelum akhirnya dia digembleng dengan matang.
Disamping pelatihan selama dua minggu bagi para jurnalis
baru, terdapat pula kelas pelatihan dan diskusi bagi seluruh
jurnalis redaksi news baik itu untuk produser maupun
wartawan. Kelas ini dibuat agar pengetahuan dan kualitas
kerja dari para jurnalis semakin bertambah baik. Kelas
pelatihan dan diskusi ini dilakukan setiap satu kali dalam
seminggu, yaitu setiap hari jumat. Pelatihan ini dipimpin
oleh pemimpin redaksi (pemred), produser senior dan tidak
jarang pula tim redaksi news mendatangkan pelatih dari luar
KOMPAS TV.
Kemudian ada juga peraturan bahwa setiap harinya harus
diadakan rapat redaksi yang diadakan pada malam hari
setelah program berita selesai tayang. Selain pemimpin
redaksi (pemred), wakil pemimpin redaksi (wapemred) dan
manajer redaksi, rapat ini wajib dihadiri oleh seluruh jurnalis
baik itu produser, wartawan atau reporter, sampai juru
kamera yang bertugas di hari itu. Rapat ini membahas
evaluasi dari setiap komponen kerja para jurnalis yang
terjadi dalam satu hari tersebut. Evaluasi tersebut
diantaranya melaporkan hasil berita yang tayang,
melaporkan kekurangan kinerja jurnalis sampai mencari
solusi bersama bagaimana agar kekurangan itu tidak terjadi
lagi dan kinerja jurnalis selanjutnya menjadi lebih baik.
Dibagian akhir akan membahas materi berita apa yang akan
ditayangkan untuk hari esok.
Grup Kompas Gramedia menciptakan nilai-nilai yang harus
diaplikasikan oleh seluruh karyawan Kompas Gramedia,
sehingga nilai-nilai ini menjadi ciri khas dari karyawan Grup
Kompas Gramedia secara turun-temurun. Nilai-nilai tersebut
tergabung didalam Value Kompas Gramedia 5C yang
diciptakan langsung oleh pemilik Kompas Gramedia, yaitu
Jacob Utama. Value 5C itu diantaranya Caring, Credibel,
Competen, Competitive, dan Customer Delight. Value
pertama adalah Caring, bagian ini menjelaskan bahwa
sebagai satu tim, rasa saling peduli antar karyawan satu
dengan karyawan lainnya sangat diperlukan. Apabila
dikaitkan dalam pemberitaan di media, jurnalis dalam posisi
133
ini harus menunjukkan rasa empatinya kepada para
narasumber maupun pada setiap pemberitaan yang
dibuatnya. Value kedua adalah Credibel, bagian ini
menunjukkan bahwa KOMPAS TV merupakan sebuah
perusahaan yang fokus bekerja didalam bisnis informasi,
oleh sebab itu kepercayaan menjadi faktor utama didalam
bekerja. Value ketiga adalah Competen, value ini
mendukung value Credibel. Sebagai contoh, ketika seorang
jurnalis tidak berkompeten, maka otomatis beritanya tidak
akan berkredibel. Value keempat adalah Competitive, hal ini
menunjukkan bahwa KOMPAS TV harus menciptakan
semangat kompetisi, karena KOMPAS TV tetap sebuah
bisnis yang pada akhirnya memiliki tujuan finansial. Hal ini
pun didasarkan oleh faktor KOMPAS TV yang melakukan
pembiayaian perusahaannya secara sendiri, tanpa
bergantung pada iklan, partai politik, atau hal apapun. Oleh
sebab itu, bagian ini harus diterapkan dan jika tidak, maka
idealisme yang selama ini menjadi ciri khas KOMPAS TV
akan mati. Value terakhir adalah Customer Delight,
KOMPAS TV mengharapkan semua tujuan akhir dari
pencapaian KOMPAS TV adalah demi kepuasan penonton.
KOMPAS TV berharap dapat menjadi jawaban dari setiap
pertanyaan masyarakat.
Disamping peraturan Value 5C, prinsip kerja jurnalistik
yang harus dimiliki oleh wartawan KOMPAS TV
diantaranya Semua pemberitaan harus diverifikasi,
Memupuk rasa ingin tahu, Keberpihakan pada masyarakat,
Bersikap skeptis, artinya wartawan tidak lantas mudah
percaya, sampai benar-benar mencari sendiri apa yang
sebenarnya terjadi, dan Totalitas dalam bekerja. Peranan
penting dari profesi seorang jurnalistik adalah verifikasi.
Profesi wartawan itu persis seperti dokter. Semua orang
mungkin bisa sembuhin penyakit, tapi cuma dokter yang
punya kode etik prosedur dan tata cara dalam
menyembuhkan. Sama halnya dengan wartawan, semua
orang mungkin bisa menulis berita, tapi hanya wartawan
yang menulis melalui tahap verifikasi dan berdasarkan kode
etik jurnalistik. Bagian yang menjadi kepercayaan dari
profesi jurnalistik adalah dengan tidak menyebarkan berita
bohong, oleh sebab itu sebelum sampai pada berita disusun
dan akhirnya ditayangkan, verifikasi menjadi pekerjaan
utama bagi seorang jurnalis.Verifikasi adalah bagian yang
134
membuat profesi wartawan tetap hidup.
Editorial pemberitaan KOMPAS TV yang paling utama
adalah nilai humanis (human interest). Artinya, KOMPAS
TV tidak hanya fokus pada isu atau peristiwa saja,
melainkan hal yang lebih penting adalah cerita tentang
manusia. Jika ada berita tentang tawuran, okelah
peristiwanya kita liput, tapi setelah itu apa yang terjadi pada
manusianya? Itu yang jauh lebih penting. Pemberitaan yang
menjunjung tinggi nilai humanis ini adalah amanat langsung
dari pak Jacob Utama. Beliau mengatakan kita punya Tanah
Air, tapi yang lebih penting lagi dari keindahan alam yang
ada di Indonesia adalah bercerita tentang manusia itu
sendiri. Ketika ada peristiwa besar, semua stasiun televisi
pasti menayangkannya, namun KOMPAS TV lebih
memfokuskan pada apa dampak peristiwa itu bagi manusia.
Oleh sebab itu saya selalu bilang sama temen-temen disini,
saya minta kepada kalian, ketika kalian sedang bingung
menentukan angle berita, kalian harus kembali pada nilainilai kemanusiaan.
Peraturan selanjutnya adalah mengenai jam kerja jurnalis.
Saya sering kali menekankan kepada para jurnalis redaksi
news terkhusus bagi para jurnalis baru bahwa profesi
seorang wartawan tidak bisa dipahami atau disamaratakan
dengan jenis profesi lain pada umumnya. Kalo profesi
kantoran pada umumnya masuk kerja jam 9 pagi, pulang
jam 5 sore, kemudian tiap sabtu libur dan punya waktu
cukup luang untuk keluarga. Sementara didalam profesi
jurnalis, anda tidak akan mendapatkan bagian itu. Seorang
jurnalis dituntut untuk bekerja penuh waktu dan dengan
kondisi yang tidak dapat diduga. Bahkan ketika telah selesai
dinas, ketika waktu santai, istirahat dan berlibur pun tetap
menjadi bagian dari pekerjaan jurnalistik. Hal ini
dikarenakan, berita ada dimana saja dan kapan saja. Oleh
sebab itu, seorang jurnalis itu harus peka terhadap kondisi
sekitar dan cepat tanggap terhadap adanya berita.
Selain itu, seorang jurnalis tidak boleh bersikap eksklusif,
melainkan harus inklusif. Artinya, seorang jurnalis tidak
boleh membatasi dengan siapa dia bergaul. Ketika kita
berteman dengan polisi, kita juga harus berteman dengan
penjahat. Kita berteman dengan presiden, kita juga harus
135
berteman dengan pemulung. Seorang jurnalis itu harus
mengenali semua aspek kehidupan dari siapapun.
P
: Apa tujuan dari peraturan-peraturan itu dibuat?
I
: KOMPAS TV ingin menciptakan sebuah Standard
Operating Procedure (SOP), standar yang pada akhirnya
membentuk karakteristik seorang jurnalis KOMPAS TV,
sebagai dasar untuk evaluasi, dan untuk pembentukan
budaya organisasi KOMPAS TV itu sendiri. Kita percaya
bahwa yang harus kita bentuk adalah sistem. Orang
menjabat itu bisa berganti, tapi sistemnya itu udah harus
jalan. KOMPAS TV sudah memiliki sistem, dan saat ini
yang sedang kita lakukan adalah mematangkan sistem
tersebut.
Kita berharap sistem yang sedang dibentuk didalam
KOMPAS TV ini bukan hanya ada karena pengaruh
seseorang atau lebih, yang sedang menjabat di KOMPAS
TV, melainkan sistem ini ada, sedang dibentuk dan akan
terus ada sampai dengan pergantian regenerasi ke
regenerasi. Artinya keberlangsungan sistem atau setiap
peraturan yang diciptakan ini tidak bergantung pada
keberadaan orang yang merintisnya, melainkan justru orangorang baru yang akan hadir di KOMPAS TV nantinya lah
yang akan mengikuti dan meneruskan sistem yang telah ada.
I
: Oh oke mas. Bagaimana komunikasi verbal dan nonverbal
yang tercipta diantara sesama jurnalis didalam bekerja?
P
: Komunikasi verbal yang dilakukan pimpinan kepada
bawahannya berlangsung dengan efektif. Key informan
menjelaskan bahwa pimpinan mulai dari pemimpin redaksi,
wakil pemimpin redaksi dan manajer tidak pernah
menganggap adanya jenjang dengan karyawan lainnya.
Fungsi struktural tetap ada, hubungan atasan dan bawahan
tetap ada, tapi itu hanya dalam konteks menentukan
kebijakan atau keputusan. Ketika keputusan itu sudah
ditentukan, maka dalam pelaksanaannya kita bergerak
sebagai satu tim, kita bergerak sebagai teman secara
bersama-sama.
Pimpinan didalam redaksi news harus menjadi sahabat bagi
136
para jurnalis, sehingga ketika pimpinan harus memberi
pengarahan, memberi instruksi atau bahkan memberikan
teguran bagi para jurnalis, hal itu dapat diterima dengan baik
oleh para jurnalis, sebagaimana hal itu disampaikan oleh
sahabatnya sendiri. Contohnya waktu ada wartawan atau
reporter yang melakukan kesalahan saat bekerja, ketika
dilihat oleh pemred kita, mbak Rossi, beliau enggak ragu
untuk langsung turun tangan menegur bahkan
mempraktekkan cara yang benar kepada wartawan atau
reporter tersebut, tanpa harus melalui perantara manajer
ataupun produser terlebih dahulu.
Kemudian, komunikasi selanjutnya terjadi didalam ruang
rapat redaksi, saat itu bukan hanya pimpinan saja yang
berbicara, melainkan semua bagian didalam divisi memiliki
hak untuk bersuara dan mengevaluasi hasil pekerjaan
mereka dalam satu hari tersebut. Mulai dari juru kamera,
wartawan atau reporter, koordinator liputan, produser
sampai dengan pimpinan memiliki kesempatan yang sama
untuk mengeluarkan pendapatnya.
Komunikasi selanjutnya adalah komunikasi yang terjalin
diluar urusan pekerjaan. Setelah selesai jam kerja, kita
biasanya tidak langsung pulang, tapi kita memiliki tradisi
untuk kumpul-kumpul dan mengobrol-ngobrol, entah itu
sambil makan di kantin atau makan di luar kantor bahkan
sampai karaokean bersama. Sebab waktu kerja temen-temen
yang kurang lebih selama 15 jam ini akan membuat mereka
menjadi penat, oleh sebab itu jam kerja mereka yang padat
harus pula diimbangi dengan waktu relaksasi yang cukup.
Tujuan dari aktivitas kumpul-kumpul bersama ini bukan
hanya sekedar untuk senang-senang belaka, melainkan dari
acara kumpul bersama ini membuat relasi kita menjadi lebih
akrab, komunikasi kita pun tidak dibatasi oleh jabatan
pimpinan ataupun bawahan, melainkan kita semua menjadi
sahabat. Selain itu, kita juga bisa saling mengenal kehidupan
rekan kerja kita lebih dalam, melalui setiap cerita yang
dibagikan.
Komunikasi didalam aktivitas ini membuat kita semua jadi
kaya akan informasi, yang awalnya enggak mengerti betul
tentang politik jadi paham, yang awalnya enggak mengerti
137
tentang dunia sosial media jadi mengerti, sehingga akhirnya
komunikasi didalam relasi ini pun membuat kita jadi orangorang yang kreatif. Karena temen-temen disini adalah orangorang yang bekerja didalam ―industri kreatif‖, ketika mereka
tidak menjadi pribadi yang kreatif, maka mereka akan kalah
dengan para jurnalis lainnya.
P
: Oh begitu, oke mas. Oiya mas saya pernah liat para jurnalis
itu suka melakukan komunikasi nonverbal seperti nepuk
pundak teman, terus paling sering ngucapin ―yo yo yo‖
sambil nepuk tangan gitu. Itu artinya apa ya mas?
I
: Oh ya, itu memang jadi perjanjian kami. Komunikasi
nonverbal seperti ini kita buat dan sepakati saat rapat
redaksi, dan kita sama-sama berjanji untuk mempraktekan
ketika melihat rekan kerja kita sedang tidak bersemangat,
mengalami kesalahan dalam bekerja atau ketika sedang
mengerjakan banyak pekerjaan. Itu sebagai bentuk ungkapan
semangat dan rasa saling mendukung satu sama lain. Kita
disini itu satu tim, dan saya selalu bilang sama temen-temen,
kesenangan satu orang harus jadi kesenangan bersama,
kesedihan satu orang harus juga jadi kesedihan bersama.
Tapi ketika satu orang lemah, yang lainnya punya tugas
untuk mengembalikan kekuatan satu orang ini.
P
: Oke deh mas, saya rasa sejauh ini cukup. Terima kasih
informasinya mas.
138
Informan I
P (Peneliti)
: Halo mbak, saya Fika, mahasiswi Untirta yang sedang
melakukan penelitian skripsi di KOMPAS TV. Jadi, judul
skripsi yang saya ambil adalah budaya organisasi KOMPAS
TV dalam memproduksi program berita bernilai edukatif
dan netral. Dan sasaran informan yang mau saya wawancara
salah satunya adalah jurnalis dibidang produser, mbak
bersedia untuk saya wawancara?
I (Informan)
: Oh iya silahkan
P
: Mau tanya mbak apa sih peraturan-peraturan yang
diciptakan untuk jurnalis redaksi news sehingga mampu
menghasilkan program berita bernilai edukatif dan
independen?
I
: Sebenarnya hal yang penting diterapkan di jurnalis kita
adalah verifikasi berita sih. Jadi disini kita punya tim periset.
Tim periset ini bertugas untuk mensurvei atau mencari datadata berita secara lengkap. Produser dan reporter wajib
untuk mengkonfirmasi setiap materi berita yang didapat atau
yang mau ditayangkan, kepada tim periset. Tim periset
bukan hanya bertugas sebagai pengkonfirmasi keakuratan
berita saja, tapi juga reporter maupun produser dapat
meminta materi berita kepada tim periset ketika suatu saat
sedang tidak ada berita di ―lapangan‖. Dengan adanya tim
periset ini, maka berita yang ditayangkan KOMPAS TV
dapat dipercaya kredibilitasnya, karena telah melalui hasil
riset yang akurat terlebih dahulu.
Kemudian peraturan lain yang wajib dilakukan oleh para
wartawan atau reporter KOMPAS TV didalam membuat
berita dan melakukan peliputan. Ketika menulis berita,
seorang wartawan tidak boleh bersikap subjektif atau
memihak terhadap pemberitaan yang dia tulis, sekalipun
pemberitaan itu kurang baik. Seorang wartawan harus tetap
menjunjung tinggi nilai objektif didalam menghasilkan
sebuah berita.
Kemudian bagi para reporter, sifat yang harus ditunjukkan
oleh seorang reporter ketika sedang melakukan sebuah
liputan adalah sifat partisipatif. Artinya, reporter juga harus
menjiwai kondisi di ―lapangan‖, seolah mereka yang sedang
139
berada dalam posisi tersebut. Waktu lagi liputan, reporter
jangan cuma berdiri ditempat aja. Misalnya lagi meliput
sebuah pameran, ya reporter itu harus gerak, jalan
ngelilingin lokasi pameran, reporter harus nunjukin semua
bagian yang ada dalam pameran tersebut ke penonton.
Bahkan kalo perlu, dia bisa ikut megang atau mainin setiap
ornamen yang ada dalam pameran tersebut, supaya setiap
laporan yang dia sampaikan itu jadi hidup.
Informan II
P (Peneliti)
: Halo mbak, saya Fika, mahasiswi Untirta yang sedang
melakukan penelitian skripsi di KOMPAS TV. Jadi, judul
skripsi yang saya ambil adalah budaya organisasi KOMPAS
TV dalam memproduksi program berita bernilai edukatif
dan netral. Dan sasaran informan yang mau saya wawancara
salah satunya adalah jurnalis dibidang reporter, mbak
bersedia untuk saya wawancara?
I (Informan)
: Oh iya silahkan
P
: gimana sih mbak komunikasi yang terjalin diantara sesama
jurnalis didalam bekerja?
I
: komunikasinya sangat baik, baik dari atasan ke bawahan
maupun dari bawahan ke atasan. Contohnya ya jadi waktu
itu aku baru sampe kantor habis pulang liputan, gak lama
aku duduk di kursi ku, terus tiba-tiba mbak Rosiana
langsung nyamperin ke depan meja ku, disitu aku kaget dan
takut. Terus dia negur aku bilang kalau tadi pas liputan aku
megang microphonenya kurang bener. Udah gitu saat itu
juga mbak Rossi langsung ngajarin aku cara megang
microphone yang bener itu kaya apa, bayangin dong seorang
pemred langsung ngajarin reporternya cara megang
micerophone! Dan kamu tau, semenjak itu, aku yang
dulunya takut banget sama mbak Rossi jadi udah engga
takut lagi, bahkan aku sekarang malah pengen dievaluasi
terus sama beliau. Aku jujur awalnya takut dan kaget ketika
pemred dalam jangka waktu yang begitu cepat
mengevaluasinya, bahkan sebelum ada produser yang
mengevalusinya terlebih dahulu. Namun, aku sadar bahwa
komunikasi yang seperti itulah yang dibutuhkan dalam
sebuah organisasi. Aku merasa bangga ketika pemred tidak
merasa gengsi saat harus berkomunikasi secara langsung
140
kepada bawahannya bahkan mengajarkan ilmunya.
Semenjak itu, aku enggak pernah merasa segan atau takut
bila berkomunikasi maupun ditegur oleh pimpinan.
Komunikasi verbal selanjutnya terjalin antar produser
dengan reporter. Koordinasi antara produser dengan
wartawan junior atau reporter terjalin dengan baik selama
bekerja. Koordinasi yang baik itu lah yang membuat
komunikasi antar produser dan reporter terjalin dengan baik
pula. Setiap pekerjaan yang dilakukan wartawan atau
reporter akan selalu melewati proses komunikasi dengan
produser. Contohnya adalah ketika wartawan diperintahkan
oleh produser untuk membuat naskah berita, produser akan
selalu memberi waktu untuk mengevaluasi hasil tulisan
wartawan tersebut. Ketika naskah yang ditulis wartawan
tersebut hasilnya baik, produser tidak sungkan untuk memuji
sang wartawan tersebut. Ketika naskah buatan wartawan
tersebut hasilnya kurang baik, produser selalu menjelaskan
secara perlahan dimana letak kesalahannya, kemudian
mengajarkan bagaimana menulis naskah yang benar dan
pada akhirnya selalu memberikan kesempatan kepada
wartawan untuk memperbaiki tulisannya sebelum akhirnya
dipakai untuk program berita.
Inilah bagian yang disukai oleh para wartawan dari para
produser. Wartawan maupun reporter merasa dibimbing dan
diajar dengan baik oleh para produsernya. Melalui proses
komunikasi yang baik, selalu ada pelajaran baru yang kita
dapat.
Contoh komunikasi verbal lain yang terjalin antara produser
dengan reporter adalah pada posisi reporter ketika hendak
melakukan liputan di ―lapangan‖. Beberapa menit sebelum
reporter akan melakukan liputan, produser tidak pernah lupa
untuk menelfon reporter guna memastikan kondisi reporter
beserta juru kamera dalam kondisi yang aman untuk
melaksanakan liputan. Disamping itu, selain saat live report,
produser juga selalu berkomunikasi melalui telefon dengan
reporter yang sedang mencari materi berita di ―lapangan‖.
Produser terus memantau bagaimana perkembangan reporter
di
―lapangan‖,
sebaliknya
reporter
pun
selalu
mengkonfirmasikan kondisi terbaru dalam hasil liputannya
kepada produser. Sehingga ketika reporter sedang tidak
mendapatkan berita di ―lapangan‖, produser dapat langsung
141
membantu dengan mengkomunikasikan pada tim periset
guna mencari cadangan materi berita lain. Melalui
komunikasi yang baik, pekerjaan pun dapat terasa ringan
untuk diselesaikan dengan baik.
Kemudian juga saat rapat redaksi, semua menjadi ―satu‖.
Tidak hanya bawahan yang selalu mendengar atasan
berbicara, tapi ada waktunya bawahan yang berbicara dan
atasan yang mendengar.
Ada juga komunikasi didalam aktivitas non formal seperti
acara kumpul bareng. Aktivitas ini tidak hanya diikuti oleh
segelintir orang saja, akan tetapi diikuti oleh seluruh tim
redaksi news mulai dari pemimpin redaksi sampai dengan
juru kamera, mulai dari yang paling tua sampai yang paling
muda ada didalamnya. Aku pribadi sangat senang ketika
bisa berkumpul-kumpul dengan teman-teman redaksi news.
Hal yang paling ia senangi adalah karena didalam setiap
kegaitan kumpul-kumpul ini, selalu mendapat banyak
pelajaran dari pengalaman-pengalaman kerja yang
diceritakan para seniornya. Cerita-cerita itu membuat aku
dan wartawan lainnya menjadi termotivasi untuk terus
berjuang didalam pekerjaan jurnalis.
142
LAMPIRAN 3
PROFIL SUBJEK PENELITIAN
Key Informan
Nama
Tempat/tanggal lahir
Alamat
No HP
Agama
Jenis Kelamin
Status
: Alexander Wibisono Adi Putro, SIP
: Samarinda, Kalimantan Timur/ November 13, 1980
: Jl. Melati Perum Hanurata II/c4 Bintaro, Pesanggarahan,
Jakarta Selatan 12330
: 62-8159407601
: Islam
: Perempuan
: Sudah Menikah
Pendidikan Formal
SD NIAGA EKASARI (1986-1992)
SMP NEGERI 11 (1992-1995)
SMU NEGERI 70 (1995-1998)
Jurusan Ilmu Politik Universitas Indonesia (2003)
Pendidikan Non-Formal
TOEFL Course, ELS Language Center, 2002
IELTS Preparation course
Pengalaman Organisasi
Ketua Osis SMPN 11 (1992)
Anggota Osis SMUN 70 (1995)
Anggota HMIP (Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik) Universitas Indonesia (19982000)
Pengurus HMIP (1999-2000)
Anggota Komunitas Musik FISIP UI (1998-2003)
Anggota Centre for Chinese Studies (2002-2007)
Pengalaman Kerja
Interviewer for Jajak Pendapat KOMPAS Newspaper (2001-2002)
Lecturer Assistant for Introduction to Sociology study in UI (2001-2003)
Lecturer Assistant for Historical of Industrial Development study in UI (2001).
143
Lecturer Assistant for East Asian Politics Study in UI (2004-2007)
Reporter in Inflight Magazine of Lion Air (May 2003-July 2004)
Reporter in GATRA Weekly Magazine (July 2004-March 2007)
Reporter in KORAN KONTAN (March-April 2007)
LIPUTAN 6 SCTV Senior Reporter (April 2007-May 2009)
LIPUTAN 6 SCTV News Gathering Coordinator (May 2009-July 2011)
KOMPAS TV Regional News Gathering Coordinator (July 2011-December 2011)
KOMPAS TV News Gathering Section Head (December 2011-December 2012)
KOMPAS TV News Gathering Manager (January 2013-sekarang)
144
Informan I
Nama Lengkap
Nama Panggilan
Tempat, Tanggal Lahir
Alamat
No Hp
Agama
Jenis Kelamin
Status
Pendidikan
: Alwiya Husin
: Lia
: Pasuruan, 25 Juni 1985
: JalanSetiawan No 43, Cililitan Kecil,
Jakarta Timur
: 081311262280
: Islam
: Perempuan
: Sudah Menikah
: SD Muhammadiyah Bangil
SLTP Negeri 2 Bangil
SLTA Negeri 1 Bangil
Ilmu Komunikasi - Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jatim
Pengalaman Kerja :
WartawanHarianIbu (2006)
Reporter JawaPos media Televisi (2007-2008)
Reporter TV One (2008 – 2011)
Reporter Kompas TV (2011-2012)
KoordinatorLiputanKompas TV (2012 – 2014)
PIC program DemokrasiKur$iKompas TV (2013-2014)
ProduserKompasPetang (Agustus2014-sekarang)
1991 - 1997
1997 - 2000
2000– 2003
2004 - 2008
145
Informan II
Nama Lengkap
Nama Panggilan
Alamat
Email
: Fatimazzahro
: Fyra Fatima
: Jl. Syahdan no 22 Kemanggisan Jakbar
: [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
o SD DIPONEGORO SKA 1997/1998
o SLTP DIPONEGORO SKA 2000/2001
o SMU DIPONEGORO SKA 2003/2004
o Diploma III Broadcasting 2004 -2007
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
o S1 Ekstensi Politik Indonesia 2007- 2010
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia
PENGALAMAN KERJA
o Dj Remaja SAS FM Th 2003
o Reporter & Announcer FIESTA FM Th. 2004- 2007
o News Director FIESTA FM Th. 2006- 2007
o Humas Komite SMU DIPONEGORO SKA Th. 2005- 2007
o Duta Kotex ( Cewe Kotex ) Jogjakarta Th. 2005- sekarang
o Creative Division FIESTA FM
Th. 2005- 2007
o Magang Kerja di TVRI Jawa Timur 7 Agustus - 7 September 2006
Pada divisi News
o Magang Kerja di METRO TV JKT 5 Maret 2007 – 16 Juni 2007
Produksi ―Suara Anda & Editorial Malam‖
Assisten Floor Director ―News Dot Com & Open House‖
o Reporter SUN Televisi Network, MNC Groups Th.2008 - 2011
o Reporter Kompas TV Th.2011 - skrg
PRESTASI
1. Juara 1 Lomba Pidato tkt SMU dlm rangka HUT RRI ke- 56 se- Surakarta 2000
2. Juara 1 Lomba Pidato tkt Umum dlm rangka Pidato &MTQ Anak ke XIII 2001
3. Satu- satu nya peserta Workshop FoYoDi bdg Broadcasting 2002
kerjasama majalah Kawanku & Nivea yang berasal dari Solo
146
4. Peserta Lomba mata pelajaran kimia tkt SMU se- Surakarta 2002
5. Peserta seleksi Pra Olympiade Kimia se- Surakarta 2002
6. Harapan 2 MISS SAS FM 2003
7. Nona NANO- NANO 2003
8. Juara 3 Lomba Karya Tulis Ilmiah tkt SLTP/SMU/SMK se- Surakarta 2003
9. Semi finalis Olympiade Kimia V se- Jawa Bali 2003
10. Sebagai Unggulan Cipta Bintang TV 2004 tkt Nasional 2004
11. Sebagai 20 Besar Lomba Presenter TV Program. BM Production 2004
12. Sebagai 28 Besar Lomba Esai tkt Nasional 2004
13. Finalis 5 besar CWEX - Cewe Kotex Jogjakarta 2005
14. Runner Up Workshop News Production Menuju Layar Liputan 6 SCTV 2005
15. Juara 3 Lomba Announcer dan Presenter oleh Gwen Production 2006
16. Unggulan Pemilihan Cantique Campus Tkt Nasional 2007
PENGALAMAN ORGANISASI
o Sie Kesegaran Jasmani & Olah raga OSIS SMU Diponegoro Ska 2001/2002
o Ketua Kesegaran Jasmani & Olah raga OSIS SMU Diponegoro Ska 2002/2003
o Penyiar Radio Sekolah ( 3 tahun ) 2001- 2004
o Programmer Radio Sekolah ( 2 tahun ) 2002- 2004
o Pengurus Majalah Sekolah ( 2 tahun ) 2002- 2004
o Ketua Cakeb‘s Community ( Listener Radio ) PTPN FM 2002- 2007
o Mantan anggota Club Basket BHINNEKA 2003
o Sie Indies, Panitia Orientasi Studi Mahasiswa Baru D3 FISIP UNS 2005
o Koordinator Div Humas Himpunan Mahasiswa Diploma (HMD) 2006-2007
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNS SKA
o Himpunan Mahasiswa Politik Universitas Indonesia 2007- 2010
PENGALAMAN
1. Dj Contest SAS FM 2002
2. Peserta Lomba MTQ se- Surakarta 2002
3. Peserta Diklat Penyiar & Pembawa acara PTPN FM angkatan XI 2003
4. Peserta Pelatihan keterampilan membuat Laporan Karya Tulis Ilmiah 2003
tkt SLTP/SMU/SMK se- Surakarta
5. Pendampingan Dj PTPN FM 2003
6. Peserta Pelatihan Kepenyiaran Radio di UNIVET Skh 2005
7. Peserta Workshop News Production Menuju Layar Liputan 6 SCTV 2005
8. Peserta Workshop ―Sunsilk Dare to Shine‖ bidang Presenter 2007
147
KARYA YANG PERNAH DIBUAT
o Program Audio Visual Feature "Buruh Gendong" (Script Writer) karya ini berhasil
sebagai Runner Up pada workshop News Production Menuju Layar Liputan 6 SCTV
Th. 2005
o Program Anak ―Oo Begitu‖ tayang di TPI ( Reporter, Script Writer, Dubber, ) 20
Episode
o Program Anak ―Sahabat Cilik‖ tayang di TPI ( Assistant Produser, Script Writer,
Dubber, ) 15 Episode
o Program Anak ―Kawan Cilik‖ tayang di Sun Tv ( Assistant Produser, Script Writer
, Dubber, ) 15 Episode
o Program Talkshow Pemilu 2009 ‗Contreng‘ tayang di Sun Tv ( Reporter, Assistant
Production ) 13 Episode
148
LAMPIRAN 4
STRUKTUR KEPENGURUSAN REDAKSI NEWS
PEMIMPIN REDAKSI
Rosiana Silalahi
WAKIL PEMIMPIN REDAKSI
Yoga Arief Nugraha
PENYUNTING PROGRAM
Buyung Wijaya Kusuma
Yulia Supadmo
PENANGGUNG JAWAB PELIPUTAN
Alexander Wibisono
PENANGGUNG JAWAB PROGRAM
Eko Wahyu Tawantoro
PRODUSER EKSEKUTIF
Olivia Rosalia
Aiman Witjaksono
Dentamira Kusuma
Arya Pandora
PRODUSER
Sofie Syarief
Hardjuno Pramundito
Teuku Parvinanda
Juanita Wiratmaja
Alwiyah Husin
149
150
151
Riwayat Hidup
I.
II.
III.
Data Pribadi
Nama Lengkap
NIM
Tempat & Tanggal lahir
Jenis Kelamin
Agama
Alamat
Tangerang
Email
No hp
Pendidikan Formal
1996-1998
1998-2004
2004-2007
2007-2010
2010-sekarang
: Refika Sari Sibarani
: 6662100539
: Depok, 5 Maret 1992
: Perempuan
: Kristen Protestan
: Jl. Cisadane 8 No 95, Perumnas 1 Karawaci
: [email protected]
: 081281657942
TK PSKD Kwitang 8 Depok
SDN Jakasampurna IX
SMP STRADA BHAKTI WIYATA
SMAN 3 Bekasi
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Pengalaman Organisasi
1. Anggota UKM Paduan Suara Mahasiswa (PSM)
2. Anggota Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia (IMIKI)
3. Pengurus Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK)
Download