PEMANFAATAN EKSTRAK AKAR TANAMAN TUBA (Derris elliptica

advertisement
PEMANFAATAN EKSTRAK AKAR TANAMAN TUBA (Derris
elliptica) SEBAGAI INSEKTISIDA RAMAH LINGKUNGAN
UNTUK PENGENDALIAN HAMA BELALANG HIJAU
(Melanoplus ferrubrum)
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Farmasi
Pada Program Studi D III Farmasi
Oleh :
Nur Kholifah
NIM : 13DF277039
PROGRAM STUDI D-III FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
CIAMIS
2016
ULTILIZATION OF PLANT ROOT EXTRACT TUBA (Deris Eliptica) AS AN
ENVIRONMENTALLY FRIENDLY INSECTICIDE FOR PEST CONTROL
GREEN GRASSHOPPER (Melanoplus femurrubrum)1
Nur Kholifah2 Susan Sintia, S.Farm3 Via Fitria, M.Si4
ABSTRACT
Rotenone tuba plants contain compounds that function as a
stomach poison and contact poison 25 times more toxic than potassium
ferosianida but do not affect humans. This research is an experimental
research aims to determine the usability of the plant roots tuba as an
organic insecticide insects. The sample used in green grasshopper.
Sample given treatment with tuba root extract with a concentration of 25%,
50% and 75%. Positive control treatment using yasitrin and negative
control using distilled water. Sample for each treatment by 10 green
grasshopper and carried out 3 times replication.
Analysis T-test showed the value of mortality at each concentration.
Test results show that the concentration of 25% has good effectiveness.
Tuba plant root extract is able to be used as an environmentally friendly
organic insecticides.
Keywords
: Tuba root plant extract. Green grasshopper (Melanoplus
femurrubrum). Organic insecticides.
Information : 1 Title, 2 Researchers, 3 Preceptor 1, 4 Preceptor 2
vi
PEMANFAATAN EKSTRAK AKAR TANAMAN TUBA (Derris elliptica)
SEBAGAI INSEKTISIDA RAMAH LINGKUNGAN UNTUK
PENGENDALIAN HAMA BELALANG HIJAU (Melanoplus femurrubrum)1
Nur Kholifah2 Susan Sintia, S.Farm3 Via Fitria, M.Si4
INTISARI
Tanaman tuba mengandung senyawa rotenon yang berfungsi
sebagai racun perut dan racun kontak yang lebih toksik 25 kali
dibandingkan dengan potassium ferrosianida namun tidak berefek
terhadap manusia. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang
bertujuan untuk mengetahui daya guna akar tanaman tuba sebagai
insektisida organik terhadap serangga. Sampel yang digunakan adalah
hama belalang hilau (Melanoplus femurrubrum) . Sampel diberi perlakuan
dengan ekstrak akar tuba dengan konsentrasi 25%, 50% dan 75%.
Perlakuan kontrol positif menggunakan yasitrin dan kontrol negatif
menggunakan
aquades.
Sampel
untuk
masing-masing
perlakuan
sebanyak 10 ekor belalang hijau dan dilakukan tiga kali replikasi.
Analisis T-test menunjukan nilai kematian pada setiap konsentrasi.
Hasil uji menunjukan bahwa konsentrasi 25% memiliki efektifitas yang
baik. Ekstrak akar tanaman tuba memiliki daya toksik yang baik terhadap
hama belalang hijau. Ekstrak akar tanaman tuba mampu dijadikan
sebagai insektisida organik yang ramah lingkungan.
Kata kunci
: Ekstrak
akar
tanaman
tuba,
hama
belalang
(Melanoplus femurrubrum), insektisida organik.
Keterangan : 1 Judul, 2 Peneliti, 3 Pembimbing 1, 4 Pembimbing 2
v
hijau
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah menciptakan segala hal yang ada di langit dan di bumi
dengan beranekaragam baik jenis maupun manfaatnya. Allah SWT.
berfirman dalam Q.S. Al-An’am, 6 : 99 yang berbunyi :
Artinya : “Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu
Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan
maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang
menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir
yang banyak dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang
menjulai dan kebun-kebun anggur dan (Kami keluarkan pula) zaitun
dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah
buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhaikan pula lah)
kemantangannya. Sesungguhnya apa yang demikian itu ada tandatanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman” (Q.S. AlAn’am, 6 : 99).
Jabir
bin
Abdullah
Rodhiyallohu’Anhu
bercerita
bahwa
Rasulullah Shallallahu’Alaihi Wa Sallam bersabda :“Tidaklah seorang
muslim menanam suatu pohon melainkan apa yang dimakan dari
tanaman itu sedekah baginya, dan apa yang dicuri dari tanaman
tersebut sebagai sedekah baginya dan tidaklah kepunyaan seorang
1
2
itu dikurangi melainkan menjadi sedekah baginya” (HR. Imam Muslim
Hadist no 1552).
Sebagian besar pekerjaan rakyat Indonesia adalah petani, oleh
karena itu sektor pertanian menjadi penting dan peningkatan
pendapatan petani akan berdampak secara langsung terhadap
bangsa Indonesia. Sejak mengenal cocok tanam, masyarakat sering
mengalami
gangguan
yang
bersifat
menghambat,
merusak
menghancurkan atau mengagalkan panen. Di beberapa lokasi adanya
gangguan hama menyebabkan masyarakat tidak dapat melakukan
budi daya tanaman. Sebenarnya sejak benih disebarkan hingga
tanaman panen selalu dihadapkan dengan gangguan alami yang
bersifat biotik maupun abiotik. Di alamini ada 2 golongan besar
pengganggu tanaman, yaitu :biotik (gulma, penyakit, tumbuhan, dan
hama) dan abiotik (cuaca) (Sinaga, 2003).
Hama merupakan suatu organisme penyebab kerusakan
tanaman. Hama tersebut dapat berupa binatang misalnya moluska
sawah, wereng, tikus, ulat, tungau, ganjur dan belalang. Hama dapat
merusak secara langsung ataupun tidak langsung. Hama yang
merusak tanaman secara langsung dapat dilihat bekasnya, misalnya
gerakan atau gigitan. Sedangkan hama yang merusak tanaman
secara tidak langsung melalui penyakit yang dibawa hama tersebut.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dari benih, pembibitan
hingga pemanenan tidak luput dari gangguan hama.
Belalang adalah serangga yang dapat mengganggu terhadap
kelangsungan hidup tanaman. Belalang memakan tangkai padi dan
daun sehinnga menyebabkan kerusakan tanaman padi. Menurut hasil
penelitian Djojosumarto (2008), salah satu cara pengendalian hama
adalah penggunaan pestisida. Pestisida bersifat racun maka dibuat,
dijual dan dipakai untuk meracuni organisme penganggu tanaman
(OPT). Pestisida adalah campuran zat yang khusus digunakan untuk
mengendalikan, mecegah atau menangkis gangguan hama. Dampak
3
negative pestisida anorganik (sintetik kimia) bagi kesehatan pengguna
yaitu dapat mengontaminasi pengguna secara langsung sehingga
dapat mengakibatkan keracunan. Keracunan kronik dalam jangka
waktu lama bias menimbulkan gangguan kesehatan.
Tumbuhan mempunyai banyak manfaat diantaranya sebagai
pestisida organik (alami). Pestisida organic dipandang lebih aman
dibandingkan dengan pestisida anorganik. Salah satu alternative
untuk menjaga kestabilan ekosistem lingkungan adalah pengendalian
dengan pengguanaan pestisida organik. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian terhadap beberapa tanaman (botani) yang
mempunyai sifat insektisida sebagai insektisida alternative pengganti
insektisida anorganik sehingga berdampak positif bagi kelestarian
lingkungan.
Pemanfaatan ekstrak akar tuba sebagai insektisida ramah
lingkungan untuk pengendalian hama belalang hijau karena hama
merupakan salah satu masalah yang sering di jumpai dimasyarakat
terhadap tanaman padi yang menjadi sumber pangan utama
masyarakat Indonesia. Belalang hijau dan keong mas termasuk hama
pertama yang menyerang tanaman padi sejak tumbuh menjadi
tanaman susu sampai menjadi tanaman dewasa, sedangkan hama
lainnnya seperti hama wereng hanya menyerang tanaman padi saat
berbuah saja. Jika tanaman telah habis dirusak hama belalang sejak
masih susu maka tanaman padi pun tidak akan sampai berbuah.
Akar tuba dijadikan sebagai insektisida sebagai pengendalian
hama belalang lebih ramah lingkungan di bandingkan dengan
insektisida anorganik yang beredar dipasaran. Selain itu, rotenon yang
terkandung dalam akar tuba hanya meracuni serangga saja dan tidak
berefek terhadap kesehatan dan lingkungan. Sedangkan insektisida
anorganik dapat menimbulkan hama menjadi resisten bahkan
meracuni manusia bila terakumulasi dalam tubuh secara berlebih dan
dapat mencemari lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian Eko
4
Budiyanto (2011) dan Miduk Sihombing (2015) menyatakan bahwa
akar tuba mengandung senyawa rotenon yang dapat dijadikan
insektisida untuk pengendalian hama ulat bulu dengan LD50=66,99%
pada konsentrasi 50% dan pada nyamuk dengan konsentrasi 6%.
Rotenon adalah salah satu anggota dari senyawa isoflavon
segingga rotenon termasuk golongan flavonoida. Rotenon adalah
salah satu senyawa yang terkandung dalam akar tuba sebagai
insektisida alami yang kuat yang memiliki titik leleh pada 1630C, larut
dalam alkohol, etanol, kloroform dan banyak larutan organik lainnya
(Casacchia, 2009).
B. Batasan Masalah
1. Sampel yang digunakan yaitu akar tuba
2. Metode ekstrak yang digunakan adalah maserasi
3. Hama yang digunakan adalah belalang hijau
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat
dirumuskan masalah penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana pembuatan ekstrak akar tuba sebagai insektisida
organik dengan proses maserasi?
2. Apakah ekstrak akar tuba mampu menjadi insektisida organik untuk
pengendalian hama belalang ?
5
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui efektifitas ekstrak akar tuba terhadap
hama belalang.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui pada konsentrasi berapa ekstrak akar
tuba mampu mengendalikan hama belalang.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan keilmuan
dibidang
farmasi
khususnya
untuk
penulis,
umumnya
untuk
lingkungan kampus dan masyarakat tentang pemanfaatan ekstrak
akar tuba sebagai insektisida ramah lingkungan untuk pengendalian
hama belalang hijau. Keberhasilan penelitian ini dapat digunakan
sebagai acuan untuk pengembangan dan aplikasi pengendalian hama
belalang dimasyarakat.
F. Keaslian Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan
beberapa persamaan maupun perbedaan sebagai bandingan. Adapun
penelitiannya yaitu sebagai berikut :
Tabel 1.1 Data Keaslian Penelitian
Judul
Nama
Tempat
Pemanfaatan
Eko
Universitas
ekstrak akar
Budiyanto
tuba sebagai
Tahun
2011
Persamaan
Perbedaan
Hasil
Mengekstrak
Target
Penggunaan
Negeri
akar tuba
hama uji
ekstrak akar
Yogyakarta
dengan
ulat bulu
tuba sebagai
insektisida
proses
insektisida
ramah
maserasi
ramah
lingkungan
lingkungan
untuk
efektif untuk
mengendalik
membunuh
6
an populasi
hama ulat
ulat bulu
bulu pada
konsentrasi
50% dengan
nilai LD50
66,99%
Bahan anti
Miduk
Universitas
nyamuk
Sihombing
Hasanudin
(Mosquito
Makassar
2015
Mengekstrak
Target uji
Pengujian
akar tuba
nyamuk
ekstrak akar
tuba sebagai
repellent)
anti nyamuk
dari akar
menunjukan
tuba (Derris
hasil yang
elliptica)
positif
dengan taraf
konsentrasi
6%
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Tanaman Tuba (Derris elliptica)
Gambar 2.1 Tanaman Tuba (Derris elliptica)
Sumber : http://alamenah.org/2010/01/12/tuba-tumbuhan-peracun-ikan-dan-serangga/
a. Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Platae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Fabales
Family
: Fabaceae
Genus
: Derris
Spesies : Derris elliptica (Heyne, 1987)
b. Nama Lain Tanaman Tuba
Sunda (Akar Tuba, Tuwa Laleur, Areuy Kidang) Jawa
(Jenu, Jenun, Tungkul).
c. Bagian yang digunakan :
Bagian yang akan digunakan dalam penelitian adalah
akar dari tanaman tuba.
7
8
d. Morfologi Tumbuhan
Tumbuhan berkayu memanjat dengan setiap ranting
mengandung 7-15 pasang daun, daun muda berambut kaku
pada kedua permukaannya. Dibagian bawah daun diliputi oleh
bulu lembut berwarna perang. Tuba dapat juga dikatakan
tumbuhan Liana (tumbuh memanjat) berkayu yang merambat
dan membelit hingga ketinggian 10 meter. Ranting-ranting yang
tua berwarna kecoklatan dengan lensitel serupa jerawat, daun
tersebar bertangkai pendek, memanjang sampai bulat telur
terbalik, sisi bawah hijau keabu-abuan, kelopak berbentuk
cawan, polongan oval sampai memanjang, biji 1-2, biasanya
berbuah pada bulan april-desember (Sitepu, 1995).
e. Ekologi dan Penyebaran
Tuba merupakan
tanaman
liar yang telah
dapat
dibudidayakan. Budidaya tanaman ini dapat ditemukan muali
dari India hingga Papua Nugini, termasuk seluruh kawasan
Asia Tenggara. Tanaman tuba tumbuh baik di daerah dataran
rendah sampai ketinggian 150 mdpl, terpencar di tempat tidak
begitu kering,di tepi hutan dan pinggir sungai (Heyne, 1987).
f.
Kandungan Kimia
Tuba mengandung zat racun yang dapat diguanakan
untuk membasmi hama pada tanaman. Senyawa racun
tersebut adalah sedeguelin, tefrosin, toksikarol dan rotenon.
Rotenon tersebar pada seluruh bagian kulit akar dan sangat
beracun 15 kali lebih beracun dibanding nikotin (Kuncoro,
2006).
g. Manfaat Tanaman Tuba
Akar tuba merupakan penghasil bahan beracun aktif
rotenon yang dapat digunakan sebagai bahan isektisida organik
(nabati) untuk mengendalikan hama baik di luar ruangan
maupun di dalam ruangan dalam spectrum luas, namun tidak
9
berpengengaruh terhadap manusia. Rotenon bekerja sebagai
racun sel yang sangat kuat dan sebagai antifeedant yanga
menyebabkan serangga berhenti makan. Selain digunakan
sebagai insektisida (untuk serangga) dapat juga digunakan
sebagai moluskisida (untuk moluska) dan akarisida atau tungau
(Novian, 2004).
2. Belalang Hijau (Melanoplus femurrubrum)
Gambar 2.2 Belalang Hijau (Melanoplus femurrubrum)
a. Klasifikasi Hama
Kingdom
: Animalia
Divisi
: Arthropoda
Ordo
: Orthoptera
Kelas
: Insecta
Family
: Caelifera
Genus
: Melanoplus
Spesies
: Melanoplus femurrubrum
b. Definisi Hama
Hama adalah organisme yang pengganggu tanaman
yang menimbulkan kerusakan secara fisik dan kedalamnya
praktis adalah semua hewan yang menyebabkan kerugian
dalam pertanian. Belalang adalah serangga herbivora yang
10
terkenal
sebagai
hama
dengan
kemampuan
melompat
mumpuni (dapat mencapai 20 kali panjang tubuhnya). Pada
umumnya belalang berwarna hijau dan coklat., belalang terkait
erat secara biologis dengan kecoa dan jangkrik.
c. Belalang Hijau Termasuk Hama Tanaman Padi
Belalang
merupakan
hama
tanaman
padi
yang
keberadaannya dianggap tidak menjadi ancaman yang serius
bagi kesehatan tanaman padi. Tetapi dibandingkan dengan
walang sangit, belalang lebih ganas daripada walang sangit.
Walang sangit juga dikenal sebagai hama tanaman padi yang
sangat merugikan petani, dimana walang sangit menyerang
tanaman padi dengan cara meracuni bulir padi ketika padi
mulai berisi saja sehingga padi menjadi gabug, sedangkan
belalang hijau merusak tangkai ranting dan daun padi sejak
padi mulai bersusu, meratak sampai padi sudah tua.
d. Cara Belalang Hijau Menyerang Tanaman Padi
Belalang hijau menyerang tanman padi dengan cara
mengigit pada bagian ranting tangkai tanaman padi sehingga
tanaman terputus dan jatuh sehingga tidak dapat lagi
melanjutkan pertumbuhannya.
3. Insektisida
a. Pengertian Insektisida
Insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun
yang dipakai untuk membunuh serangga. Insektisida dapat
mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, tingkah laku,
perkembangbiakan,
kesehatan,
sistem
hormon,
sistem
pencernaan, serta aktivitas biologis lainnya sehingga berujung
pada kematian serangga penganggu tanaman. Insektisida
termasuk salah satu jenis pestisida.
Pestisida adalah semua bahan beracun yang digunakan
untuk
membunuh
organisme
hidup
yang
mengganggu
11
tumbuhan,
ternak,
dan
sebgainya
yang
dibudidayakan
manusia. Menurut Undang-Undang No. 12 tahun 1992 tentang
Sistem Budidaya Tanaman, yang dimaksud pestisida adalah
zat pengatur dan perangsang tumbuh, bahan lain, serta
organisme renik atau virus yang digunakan melakukan
perlindungan tanaman.
b. Jenis Insektisida
Jenis insektisida dibagi menjadi insektisida sintetik
(anorganik) dan insektisida hayati (organik). Jenis insektisida
yang digunakan untuk penelitian ini termasuk pada jenis
insektisida hayati (organik). Insektida nabati adalah salah satu
sarana
pengendalian
hama
alternatif
yang
layak
dikembangkan, karena senyawa insektisida yang di ekstrak dari
tumbuhan tersebut mudah terurai dilingkungan dan relatif aman
terhadap mahkluk bukan sasaran. Insektisida nabati memiliki
zat metabolik sekunder yang mengandung senyawa bioaktif.
Senyawa bioaktif yang digunakan untuk penelitian ini
ialah rotenon yang terdapat pada akar tanaman tuba. Senyawa
rotenon termasuk racun lambung berfungsi sebagai insektisida
yang membunuh serangga dengan cara masuk ke pencernaan
hama melalui makanan yang mereka makan.
4. Rotenon
a. Struktur
CH3
CH3
Gambar 2.3 Struktur Rotenon
12
Rotenon diperoleh dari akar tuba, hoary pea, goat’s rue,
jicama plant dan tumbuhan lainnya dengan cara diekstrak.
Kandungan rotenon pada akar tuba paling tinggi dibandingakn
dengan tumbuhan-tumbuhan lainnya.
Retenon adalah salah satu anggota dari senyawa
isoflavon, sehingga retenon termasuk senyawa golongan
flavonoida (Sumali, 2008).. Rotenon memiliki rumus molekul
C23H22O6. Kristal rotenon mencair pada 163⁰C dan bersifat tidak
larut dalam air, tetapi larut dalam aseton, alkohol, kloroform dan
pelarut organik lainnya. Rotenon digunakan dalam bentuk debu
dan kabut. Jika terbuka terhadap cahaya dan udara mengalami
perubahan warna kuning terang menjadi kuning pekat, orange
dan terakhir menjadi hijau tua dan diperoleh Kristal racun
serangga.
Rotenon merupakan racun sel yang sangat kuat dan
merupakan racun akut. Rotenon murni yang belum diolah
bahkan lebih beracun dari pada pestisida sintetis dari golongan
karbaril dan malathion. Keracunan berat rotenon menyebabkan
kerusakan ginjal dan hati. Walaupun kadar racunnya sangat
tinggi, rotenon dapat terurai dengan cepat karena sinar
matahari. Rotenon dapat dipakai sebagai racun kontak dan
racun perut untuk pengendalian serangga dengan memutuskan
rantai reaksi pernafasan deangan cara menghambat reaksi
kopel oksidasi dari NADH2 dan sitokrom-β. Penghambtan ini
menghasilkan flavoprotein dan NADH2. Beberapa percobaan di
Amerika
menunjukan
bahwa
rotenon
efektif
untuk
mengendalikan kumbang pemakan dan beberapa jenis ulat.
Rotenon diketahui aman untuk para petani, karena
diketahui hanya beracun untuk hewan berdarah dingin dan
kurang beracun terhadap hewan panas. Rotenon tidak stabil
diudara, cahaya dan kondisi alkali. Rotenon juga dapat
13
didegradasi oleh tanah dan air, Oleh karena itu, toksisitas
rotenon akan hilang setelah 2-3 hari setelah terkena sinar
matahari dan udara, sehingga baik untuk lingkungan dan petani
dalam penggunaannya. (Hien, 2003)
b. Komposisi
Ahli-ahli kimia melakukan penelitian untuk melihat
senyawa-senyawa yang terkandung dalam ekstrak akar tuba
yang mengandung racun sehingga diketahui bahwa komposisi
senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak akar tuba, yaitu
: rotenon, dehydrorotenon, dequelin dan ellipton (WHO,1992).
5. Metode Ekstraksi Maserasi
Maserasi berasal dari kata macerare yang artinya
melunakan, maserata adalah cara penarikan simplisia dengan
cara maserasi sedangkan maserasi adalah cara penarikan
simplisia dengan merendam simplisia tersebut dalam cairan
penyari pada suhu biasa ataupun memakai pemanasan
(Syamsuni, 2006).
Prinsip maserasi adalah pengambilan zat aktif yang
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam
cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur
kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke
dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di
luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak
keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi
rendah.
Peristiwa
tersebut
berulang
sampai
terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di
dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan
penggantian
cairan
penyari
setiap
hari.
diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.
Endapan
yang
14
Keuntungan dari metode maserasi adalah unit alat yang
dipakai sederhana, dapat digunakan untuk jenis senyawa tahan
panas ataupun tidak tahan panas.
B.
Kerangka Berfikir
Akar tuba
Akar tuba
Maserasi
Kematian
Skrining
belalang
Uji efektifitas
Gambar 2.4 Kerangka Berfikir
C.
Hipotesis
Ekstrak
akar
tanaman
tuba
(Derris
elliptica)
sebagai
insektisida ramah lingkungan untuk pengendalian hama belalang
hijau(Melanoplus femurrubrum) dinyatakan mengandung rotenon
dan dapat mengendalikan hama belalang dilihat dari angka kematian
belalang setelah dilakukan penyemprotan ekstrak akar tuba terhadap
padi.
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto, E. 2011. Pemanfaatan Ekstrak Akar Tuba (Derris Elliptica)
Sebagai Insektisida Ramah Lingkungan Untuk Penfendalian
Populasi Ulat Bulu (Lymantria Breatrix). Yogyakarta : Universitas
Negeri Yogyakarta.
Casacchia, 2009. Food and Chemical Toxiology
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia.1980.
Materia
Medika
Indonesia Jilid IV.
Djojosumarto, Panut. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. Jakarta : Argo
Media Pustaka
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern
Menganalisis Tumbuhan, Terbitan Kedua. Bandung : ITB
Herdiana, B. 2011. Isolasi dan Identifikasi Retenondari Akar Tuba (Derris
Elliptica). Universita Negri Semarang
Heyne, K. 1987. Tanaman Berguna Indonesia II. Terjemahan. Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Kehutanan,
Departemen
Kehutanan. Jakarta : Hill AF
Hien, P. P., Gortniszka, H., dan Kraemer, R. 2003. Omonrice.
Kuncoro. 2006. Tanaman Yang Mengandung Zat Penganggu. Jakarta :
CV Amalia
Novian. 2004. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan.
Yogyakarta : Kanisius
Sihombing, M. 2015. Bahan Anti Nyamuk (Mosquitto repellent) dari Akar
tuba (Derris elliptica (Roxb.)Benth) (Material Mosquitto Repellent
of Tuba Root (Derris elliptica (Roxb.) Benth). Medan : Universitas
Sumatra Utara Medan.
Sinaga, MeitySuraji. 2003. Dasar-Dasar Penyakit Tumbuhan. Jakarta:
Penebar Swadaya
Sitepu, B. 1995. Isolasi Rotenon dari Akar Tuba. Medan : FMIPA
Universitas Negeri Medan
31
32
Sumali, Wiryowidagdo 2008. Kimia & Farmakologi Bahan Alam Edisi2.
Jakarta : EGC
Syamsyuni 2006. Ilmu Resep, Jakarta : EGC
Undang-Undang Republik Indonesia No.12 Tahun 1992 Tentang Sistem
Budidaya Tanaman
World Health Organization. 1992. The WHO Recommended Classification
of Pesticides By Hazard and Guidelines to Classificatin 19921993. Geneva
Download