hubungan perilaku merokok orang tua dengan

advertisement
HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK ORANG TUA DENGAN KEJADIAN
ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG
KABUPATEN PURBALINGGA 2012
CORRELATION BETWEEN PARENT SMOOKING BEHAVIOR WITH
ACUTE RESPIRATORY INFECTIONS (ARI) INSIDENT AT WORKING
AREA OF PUBLIC HEALTH CENTER REMBANG ON PURBALINGGA
DISTRICT 2012
Yuli Trisnawati dan Juwarni
Akademi kebidanan YLPP Purwokerto
ABSTRACT
Acute Respiratory Infections (ARI) is acute inflammation of the upper and lower
respiratory tract. One risk factor for ARI were behavioral factors of smoking parents in at
home. These habits can have a negative impact, especially family members on ISPA insident
on toddler. The purpose of this research is to finding out correlation to find parent smooking
behavior to find ARI insident between Toddlers at Working area of Public Health Center
Rembang on Purbalingga district at year 2012. This study is an analytical survey research
with case-control approach. Simple Random Sampling technique with count of sample
between 102 respondents (case and control). Research instrument in the form of
questionnaires and data analysis was performed using univariate and Chi-Square for
bivariate. Parental smoking behavior in the Work Area Public Health Center In 2012
Purbalingga were heavy categorized (80.4%). There were correlation between parent
smoking behavior on ARI insident at toddler (p=0.000, OR=13.3 95%CI 5.17-34.345).
Keyword : smooking behavior, ARI
Kesmasindo, Volume 6,( 1 ) Januari 2013, Hal. 35-42
disertai
PENDAHULUAN
Infeksi Saluran Pernapasan
radang
(Alsagaff
dan
parenkim
Mukty,
paru
2006).
Akut (ISPA) adalah radang akut
Terjadinya
Infeksi
Saluran
saluran pernapasan atas maupun
Pernapasan
Akut
(ISPA)
bawah
oleh
dipengaruhi atau ditimbulkan oleh
infeksi jasad renik atau bakteri,
tiga hal yaitu adanya kuman (terdiri
virus, maupun riketsia, tanpa atau
dari lebih dari 300 jenis bakteri,
yang
disebabkan
36 Jurnal Kesmasindo, Volume 6, Nomor 1 Januari 2013, Hal. 35-42
virus, dan riketsia), keadaan daya
yang
tahan
nutrisi,
cukup tinggi, Kematian tersebut
imunisasi) dan keadaan lingkungan
sebagian besar disebabkan oleh
(rumah
pneumonia.
tubuh
(status
yang
mengakibatkan
kurang
ventilasi,
dan
kepadatan
penyakit, ISPA juga merupakan
penghuni). Selain itu, faktor risiko
penyebab utama kunjungan pasien
yang
dapat
ke sarana kesehatan yakni sebanyak
ISPA
40% - 60% kunjungan berobat di
lembab,
basah,
secara
umum
menyebabkan
terjadinya
Sebagai
kematian
adalah keadaan sosial ekonomi
puskesmas
menurun, gizi buruk, pencemaran
kunjungan berobat di rumah sakit
udara dan asap rokok. (Depkes
(Depkes RI, 2002).
2002)
dan
kelompok
15%
-
30%
Secara umum terdapat tiga
Infeksi
Saluran
Per-
faktor risiko terjadinya ISPA, yaitu
nafasan Atas (ISPA) merupakan
faktor lingkungan, faktor individu
salah satu penyebab kesakitan dan
anak serta faktor perilaku. Faktor
kematian
Angka
lingkungan meliputi: pencemaran
kejadian penyakit Infeksi Saluran
udara dalam rumah (asap rokok dan
Pernafasan
pada
asap hasil pembakaran bahan bakar
balitadi Indonesia masih tinggi,
untuk memasak dengan konsentrasi
kasus
tahun
yang tinggi), ventilasi rumah dan
mencapai 260.000 balita. Pada
kepadatan hunian. Faktor individu
akhir tahun 2000, ISPA mencapai
anak meliputi: umur anak, berat
enam kasus di antara 1000 bayi dan
badan lahir, status gizi, vitamin A
balita. Tahun 2003 kasus kesakitan
dan
balita akibat ISPA sebanyak lima
perilaku
dari 1000 balita (Supraptini, 2006).
pencegahan dan penanggulangan
pada
Atas
kesakitan
Menurut
Organization
balita.
(ISPA)
tiap
World
(WHO),
Health
penyakit
status
imunisasi.
meliputi
Faktor
perilaku
ISPA pada bayi atau peran aktif
keluarga/
masyarakat
dalam
ISPA merupakan penyakit yang
menangani penyakit ISPA (Prabu,
paling
2009).
sering
menyebabkan
kematian pada anak balita, sehingga
Kebiasaan kepala keluarga
ISPA masih merupakan penyakit
yang merokok di dalam rumah
Yuli Trisnawati, Hubungan Perilaku Merokok Orang Tua
dapat
berdampak
negatif
bagi
infeksi
paru-paru
37
dan
telinga,
anggota keluarga khususnya balita.
gangguan pertumbuhan (Hidayat,
Indonesia
2005).
merupakan
negara
Paparan
asap
dengan jumlah perokok aktif sekitar
berpengaruh
27,6% dengan jumlah
65 juta
ISPA pada balita, dimana balita
perokok atau 225 miliar batang per
yang terpapar asap rokok berisiko
tahun
2008).Rokok
lebih besar untuk terkena ISPA
merupakan benda beracun yang
dibanding balita yang tidak terpapar
memberi
asap rokok (Hidayat, 2005).
(WHO,
efek
yang
membahayakan
pada
sangat
perokok
terhadap
rokok
Hasil
kejadian
RISKESDAS
ataupun perokok pasif, terutama
propinsi Jawa Tengah tahun 2011
pada balita yang tidak sengaja
menunjukan
terkontak
Nikotin
kasus ISPA pada balita masih jauh
dengan ribuan bahaya beracun asap
dari target. Hal ini ditunjukan data
rokok lainnya masuk ke saluran
kasus pnemonia pada balita yang
pernapasan
dapat
ditangani baru 25,5% dari 66.702
menyebabkan Infeksi pada saluran
kasus pnemoni pada balita. Hasil
pernapasan (Hidayat, 2005).Nikotin
laporan dinas kesehatan kabupaten
dengan ribuan bahaya beracun asap
Purbalingga pada tahun 2011 kasus
rokok lainnya masuk ke saluran
ISPA masih menduduki peringkat
pernapasan bayi.
pertama
asap
rokok.
bayi
yang
Nikotin
yang
bahwa
penyakit
penanganan
pada
terhirup melalui saluran pernapasan
Berdasarkan
dan masuk ke tubuh melalui ASI
ditemukan kasus ISPA pada balita
ibunya akan berakumulas i di tubuh
sebanyak 23.954 kasus. Puskesmas
bayi dan membahayakan kesehatan
Rembang
si kecil.
puskesmas yang ada di kabupaten
Akibat
gangguan
laporan
balita.
sebagai
tersebut
salah
satu
asap
Purbalingga merupakan puskesmas
rokok pada bayi antara lain adalah
yang jauh dari pusat kota. Data
muntah, diare, kolik (gangguan
pada Puskesmas Rembang jumlah
pada saluran pencernaan bayi),
balita tahun 2011 berjumlah 2.927
denyut
balita. Penderita ISPA pada balita
jantung
meningkat,
gangguan pernapasan pada bayi,
tahun
2011
berjumlah
413
38 Jurnal Kesmasindo, Volume 6, Nomor 1 Januari 2013, Hal. 35-42
(14,1%),
dimana
balita
yang
terkena ISPA dengan keterpaparan
Kabupaten
Purbalingga
Tahun 2012.
asap dapur/ibu memasak di tungku
sejumlah 195 (47,2%), sedangkan
pada balita karena pencemaran
udara/ lingkungan sejumlah 115
(27,8%),
selebihnyasejumlah
103(25%) balita terkena ISPA oleh
penyebab
yang
lain.
(Laporan
1. Tujuan
Tujuan dalam penelitian ini adalah :
Tujuan umum dari penelitian ini
mengetahui
hubungan
antara perilaku merokok orang
tua terhadap kejadian ISPA pada
di
Wilayah
Kerja
Puskesmas Rembang Kabupaten
1) Mendeskripsikan
perilaku
merokok orang tua balita di
Kerja
Puskesmas
Kabupaten
Purbalingga Tahun 2012.
2. Mengetahui hubungan antara
perilaku merokok orang tua
terhadap kejadian ISPA pada
balita
di
Puskesmas
Wilayah
Kerja
Puskesmas
Rembang Kabupaten Purbalingga.
Jenis penelitian ini adalah analitik
Populasi
dalam penelitian ini
adalah
seluruh
berada
di
anak
ibu
yang
balita
Wilayah
dan
Kerja
Puskesmas Rembang Kabupaten
Purbalingga pada tahun 2012
sebanyak 745. Sampel dalam
penelitian ini yaitu semua ibu
yang mempunyai balita yang tidak
bakar dalam memasak. Besaran
b. Tujuan khusus
Rembang
dilakukan
menggunakan tungku atau kayu
Purbalingga Tahun 2012.
Wilayah
ini
pada bulan Agustus 2012 di
mempunyai
a. Tujuan umum
balita
Penelitian
dengan pendekatan case control.
Puskesmas Rembang, 2011).
untuk
METODE PENELITIAN
Wilayah
Kerja
Rembang
sampel untuk kasus adalah semua
ibu dengan balita yang menderita
ISPA yang berobat di Puskesmas
Rembang sejumlah 51 sedangkan
kontrolnya adalah
ibu dengan
balita yang tidak menderita ISPA
sejumlah besaran kasus yaitu 51.
Teknik pengambilan sampel kasus
dan kontrol menggunakan Simple
Random
Sampling.
Metode
pengumpulan data menggunakan
Yuli Trisnawati, Hubungan Perilaku Merokok Orang Tua
data primer dan sekunder dengan
sebanyak
instrument penelitian mengguna-
sedangkan pada kelompok kontrol
kan kuesioner. Analisis data yang
sebagian
digunakan yaitu analisis univariat
(76.5%) berada pada kategori
dan bivariat yang menggunakan
ringan. Menurut Aditama (1997)
uji
terdapat seorang perokok atau
statistik
chi
square
dan
penghitungan nilai OR.
lebih
41
39
orang
besar
dalam
memperbesar
(80.4%)
sebanyak
rumah
risiko
39
akan
anggota
HASIL DAN PEMBAHASAN
keluarga menderita sakit, seperti
1. Distribusi
gangguan
Perilaku
Merokok
pernafasan,
Orang Tua.
memperburuk
Tabel 1. Distribusi perilaku merokok
memperberat
orang tua
Perilaku
merokok
orang tua
Ringan
Berat
Total
asma
dan
penyakit
angina
pectoris serta dapat meningkatkan
Kejadian ISPA
Kasus
Kontrol
F
%
F
%
10 19.6
39 76.5
41 80.4
12 23.5
51 100.0 51 100.0
risiko untuk mendapat serangan
ISPA khususnya pada balita.
2.
Analisis
Hubungan
perilaku
merokok orang tua terhadap
kejadian ISPA pada balita
Tabel
1
menunjukkan
Tabel 2. Tabulasi silang hubungan
perilaku merokok orang tua
perilaku merokok orang tua balita
dengan kejadian ISPA pada
pada kelompok kasus
besar
sebagian
dikategorikan
Perilaku
merokok
orang tua
Ringan
Berat
Total
Kejadian ISPA
Kasus
Kontrol
F
%
F
%
10
19.6
39
76.5
41
80.4
12
23.5
51
100.0
51
100.0
Berdasarkan Tabel 2 dapat
dilihat
pada
kelompok
balita
berat
p
OR
0.000
13.325
dikategorikan
CI
5,17 – 34,345
berat
(80.4%).
kasus
Pada kontrol ditemukan 39 balita
(menderita ISPA) sebagian besar
(76.5%) dengan perilaku orangtua
perilaku merokok orang tuanya
merokok kategori ringan. Hal ini
40 Jurnal Kesmasindo, Volume 6, Nomor 1 Januari 2013, Hal. 35-42
menunjukan
kecen-
dihisap oleh keluarga semakin
dengan
besar memberikan resiko terhadap
semakin berat perilaku merokok
kejadian ISPA, khususnya apabila
orangtua maka semakin besar
merokok dilakukan oleh ibu bayi
potensi anak balitanya menderita
(Depkes RI, 2002).
derungan
adanya
orang
tua
ISPA. Hasil ini diperkuat dengan
Analisis WHO, menunjuk-
uji statistik yang diperoleh nilai
kan bahwa efek buruk asap rokok
korelasi Chi Square diperoleh
lebih besar bagi perokok pasif
nilai p value= 0.000 (< 0,05) yang
dibandingkan
berarti
Ketika
ada
hubungan
perilaku
merokok
terhadap
kejadian
antara
orang
tua
perokok
perokok
sebatang
aktif.
membakar
rokok
dan
ISPA pada
menghisapnya, asap yang diisap
balita. Dengan nilai OR 13,325
oleh perokok disebut asap utama
berarti balita dengan orang tua
(mainstream),
perokok
keluar dari ujung rokok (bagian
mempunyai
resiko
dan
asap
13,325 kali terkena penyakit ISPA
yang
daripada orang tua yang bukan
sidestream
perokok.
samping.
Asap
Asap rokok dari orang tua
terbukti
mengandung
atau penghuni rumah yang satu
banyak
hasil
atap dengan balita merupakan
tembakau dibanding asap utama.
bahan pencemaran dalam ruang
Asap ini mengandung karbon
tempat tinggal yang serius serta
monoksida 5 kali lebih besar, tar
akan menambah resiko kesakitan
dan nikotin 3 kali lipat, amonia 46
dari bahan toksik pada anak-anak.
kali lipat, nikel 3 kali lipat,
Paparan yang terus-menerus akan
nitrosamine
menimbulkan
gangguan
kanker kadarnya mencapai 50 kali
pernapasan terutama memperberat
lebih besar pada asap sampingan
timbulnya
dibanding dengan kadar asap
infeksi
saluran
pernafasan akut dan gangguan
paru-paru
pada
Semakin
banyak
saat
dewasa.
rokok
yang
terbakar)
yang
dinamakan
smoke
atau
asap
samping
sebagai
ini
lebih
pembakaran
penyebab
utama (WHO, 2008).
Fungsi paru adalah untuk
bernafas
yaitu,
dengan
Yuli Trisnawati, Hubungan Perilaku Merokok Orang Tua
memasukan udara bersih dan
SIMPULAN DAN SARAN
mengeluarkan udara kotor dari
1. Simpulan
dalam tubuh. Bahan kimia yang
berasal
dari
a. Balita yang menderita ISPA
rokok
sebagian besar dari keluarga
sel
yang orang tuanya merokok
sehingga
sejumlah 80.4%. Pada yang
mengakibatkan keluarnya lendir
tidak menderita ISPA ada 23.5%
atau
yang orang tuanya merokok
merangsang
saluran
asap
41
permukaan
pernafasan
dahak.
rangsangan
Mirip
debu,
dengan
virus
atau
bakteri pada saat flu. Bedanya
adalah
orang tua dengan kejadian ISPA
ditimbulkan karena virus flu akan
pada balita di Wilayah Kerja
didorong keluar oleh bulu getar
Puskesmas Rembang Kabupaten
disepanjang saluran napas dengan
Purbalingga
menstimulasi reflek batuk. Lendir
(p=0.000 OR=13.3 95%CI 5.17-
yang lama tertahan di saluran
34.345)
dapat
dahak
b. Ada hubungan perilaku merokok
yang
nafas,
bahwa
berat.
menjadi
Tahun
2012
tempat
berkembangnya bakteri yang akan
menyebabkan pneumonia . Asap
2. Saran
a. Bagi Responden
rokok dapat mengganggu saluran
Orang
pernafasan bahkan meningkatkan
merokok di dalam rumah dan
penyakit
perlu
infeksi
pernafasan
tua
diharapkan
memperhatian
tidak
ventilasi
termasuk ISPA, terutama pada
rumah untuk sirkulasi udara
kelompok
kotor seperti dari asap rokok
umur
balita
yang
memiliki daya tahan tubuh masih
lemah, sehingga bila ada paparan
atau asap obat nyamuk.
b. Petugas kesehatan
asap, maka balita lebih cepat
Sebaiknya
terganggu sistem pernafasannya
benahan
seperti ISPA (Syahrani, 2008).
terhadap
melakukan
perilaku
ISPA,
pem-
orangtua
menyarankan
orang tua untuk tidak merokok
di
dalam
rumah
dan
lebih
42 Jurnal Kesmasindo, Volume 6, Nomor 1 Januari 2013, Hal. 35-42
memperhatikan
luas
ventilasi
rumah.
melakukan
selanjutnya
yaitu
penelitian
kadar debu, dan lain-lain yang
dengan
berkaitan dengan kejadian ISPA
berpengaruh
Aditama, T.Y. (1997). Polusi Udara dan
Kesehatan. Jakarta: Arcan.
Alsagaff, H dan Mukty, A. (2006). DasarDasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:
Airlangga Universit y Press.
Depkes RI. (2002). Pedoman Pemberantasan
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan
Akut Untuk Penanggulangan Pnemonia
Pada Balita. Jakarta.
Hidayat.A. (2005). Studi Retrospektif
Kejadian ISPA Pada Balita di Wilayah
Kerja
Puskesmas
Tongkuno
Kecamatan Tongkuno
Kabupaten
Muna. Skripsi STIK Avicenna yang
tidak dipublikasikan. Kendari.
Prabu. 2009. Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
Terdapat
pada
http://prabu.wordpress.com/2009/01/04
/infeksi-saluran-pernafasan-akut-ispa.
Diakses tanggal 11 november 2011.
Puskesmas Rembang. (2011). Laporan rutin
akhir tahun Puskesmas Rembang
tahun 2011.
Supraptini. (2006). Gambaran Rumah Sehat di
Indonesia.
http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?ta
bID=52 &prang=Supraptini. Diakses
tanggal 10 september 2011.
Syahriyanti, E. (2010). Stop
Yogyakarta: Dara Ilmu
pada balita.
terhadap
DAFTAR PUSTAKA
World
misalnya
yang lain, seperti: asap dapur,
meneliti variabel-variabel lain
yang
ISPA,
variabel polusi dalam rumah
c. Peneliti Selanjutnya
Dapat
kejadian
Merokok.
Health
Organization.
(2008).
Pencegahan dan Pengendalian ISPA di
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan.
Terdapat
pada:http://www.who.int/csr/resources/
publications/AMpandemicbahasa.pdf.
Diakses tanggal 14 Desember 2011
Download