Boks 2. SURVEI KEBUTUHAN UANG KOTA JAMBI Sejarah perkembangan peradaban manusia menunjukkan bahwa uang memiliki peranan strategis dalam perekonomian terutama karena fungsi utamanya sebagai alat tukar (medium of exchange), sehingga pada awalnya sering diartikan bahwa uang adalah sesuatu yang dapat diterima umum sebagai alat pembayaran. Namun sejalan dengan perkembangan perekonomian, fungsi uang yang semula hanya sebagai alat pembayaran berkembang menjadi alat satuan hitung (unit of account) dan sebagai alat penyimpan nilai/kekayaan (store of value) serta sebagai ukuran pembayaran yang tertunda (standard for deffered payment).1 Perkembangan penggunaan sistem pembayaran non tunai ternyata tidak mengurangi pentingnya keberadaan uang kartal (uang kertas dan uang logam) dalam perekonomian karena masyarakat tetap membutuhkan uang kartal khususnya untuk pembayaran yang bersifat perorangan dan bernilai nominal relatif kecil. Oleh karena itu, pembahasan mengenai berbagai aspek yang terkait dengan uang kartal masih merupakan topik yang relevan dan penting. Dengan demikian pengedaran uang harus dikelola dengan tepat sehingga jumlah uang yang beredar sesuai kebutuhan masyarakat baik dari segi jumlah yang cukup, denominasi yang sesuai, kondisi layak edar (berkualitas) serta tepat waktu sehingga masyarakat percaya dan mau mempergunakan uang tersebut sebagai alat pembayaran. TUJUAN SURVEI Memperoleh informasi perilaku masyarakat Indonesia mengenai jenis dan komposisi pecahan yang dibutuhkan masyarakat, yaitu: a. Jumlah dan jenis pecahan yang biasa digunakan sebagai transaksi b. Pemenuhan pecahan yang dibutuhkan c. Sumber perolehan tiap pecahan uang RUANG LINGKUP SURVEI a. 1 Perbankan, terdiri dari bank umum dan BPR Disarikan dari Mankiw, 2003 dan Hubbard, 2005 i b. Institusi, terdiri dari lembaga seperti perusahaan/industri, SPBU, pertokoan, retailer c. Masyarakat umum/perorangan HASIL SURVEI Tingkat Kebutuhan Pecahan Uang Tingkat kebutuhan pecahan uang dari setiap kategori responden berbedabeda, sesuai dengan karakteristik responden dan tujuan kepemilikan. Untuk institusi, yang kebutuhan pecahan tertinggi adalah untuk pecahan Rp1.000, Rp5.000, Rp10.000 dan Rp2.000 memiliki frekuensi tingkat transaksi dengan masyarakat yang cukup tinggi. Penggunaan uang oleh institusi terutama untuk transaksi pengembalian yang membutuhkan ketersediaan pecahan kecil. Kondisi sebaliknya terjadi pada responden perbankan yang cenderung membutuhkan pecahan uang besar dibandingkan pecahan kecil seperti pecahan Rp50.000 dan Rp100.000. Kebutuhan uang tunai oleh perbankan terutama untuk penarikan uang di counter teller dan pengisian ATM. Kedua jenis transaksi ini lebih banyak menggunakan pecahan uang besar. Sementara itu, bagi masyarakat kebutuhan pecahan uang relatif hampir sama baik untuk pecahan besar maupun pecahan kecil. Kebutuhan tertinggi adalah untuk pecahan Rp50.000 diikuti Rp10.000 dan Rp100.000. Bagi masyarakat, kebutuhan uang tunai bagi masyarakat terutama untuk belanja keperluan rumah tangga. Oleh sebab itu, kebutuhan akan jenis pecahan tertentu menjadi lebih bervariasi. Grafik 1. Tingkat Kebutuhan Pecahan Uang oleh Institusi 100.000 50.000 20.000 10.000 5.000 2.000 1.000 500 200 100 50 Grafik 2. Tingkat Kebutuhan Pecahan Uang oleh Perbankan 100.000 50.000 20.000 10.000 5.000 2.000 1.000 500 200 100 50 2.46 2.49 2.81 3.32 3.38 3.32 3.51 2.78 2.54 2.51 1.57 0 1 2 3 3.76 3.84 2.71 2.76 2.53 2.34 2.74 1.84 1.92 1.87 1.42 0 4 1 2 Grafik 3. Tingkat Kebutuhan Pecahan Uang oleh Masyarakat ii 3 4 100.000 50.000 20.000 10.000 5.000 2.000 1.000 500 200 100 50 3.10 3.33 3.07 3.13 3.03 3.03 2.73 2.20 1.97 1.87 1.60 0 1 2 3 4 Tingkat Kemudahan Mendapatkan Pecahan Uang Secara umum, responden berpendapat bahwa untuk mendapatkan pecahan uang cukup mudah. Secara rata-rata tingkat kemudahan mendapatkan pecahan uang bernilai lebih dari 3 (dengan skala 4, dimana 1=sulit, 4=sangat mudah). Kondisi ini berlaku baik untuk responden institusi, perbankan maupun masyarakat. Selain itu, terdapat kecenderungan dimana untuk mendapatkan pecahan besar relatif lebih mudah daripada mendapatkan pecahan kecil. Uang pecahan kecil dalam bentuk logam seperti Rp50, Rp100, Rp 200 dan Rp500 relatif lebih susah untuk didapatkan. Namun demikian tingkat kebutuhan akan pecahan ini juga relatif lebih rendah. Lebih lanjut, bagi institusi pecahan yang paling mudah untuk didapatkan adalah pecahan Rp50.000 diikuti dengan Rp100.000 sedangkan pecahan yang paling sulit untuk didapatkan adalah pecahan Rp50. Sementara itu, pecahan Rp1.000 yang merupakan pecahan yang paling dibutuhkan oleh institusi, tingkat kemudahannya mendapatkannya bernilai 2,62 yang menunjukkan masih adanya kesulitan institusi untuk mendapatkan pecahan ini. Di sisi lain, untuk mendapatkan uang tunai, mayoritas responden institusi mendapatkannya dari bank untuk pecahan besar seperti Rp100.000 dan Rp50.000. Sementara untuk mendapatkan pecahan kecil yaitu Rp500-Rp10.000, institusi mendapatkannya dari penukaran di Bank Indonesia serta hasil transaksi harian. Bagi perbankan, pecahan yang paling mudah didapatkan adalah untuk pecahan Rp50.000 diikuti dengan Rp100.000. Kondisi ini sesuai kebutuhan pecahan uang oleh perbankan yang paling membutuhkan uang Rp50.000 dan Rp10.000. Sementara itu, perbankan menilai untuk mendapatkan uang pecahan Rp50-Rp1.000 masih mengalami kendala. Perbankan kota Jambi untuk mendapatkan uang tunai masih mengandalkan dari operasional bank (51,90%), diikuti dengan penukaran di Bank Indonesia (26,42%) dan bank lain (21,675). iii Di sisi lain, menurut masyarakat untuk mendapatkan pecahan Rp2.000Rp100.000 cukup mudah terlihat dari angka tingkat kemudahan yang di atas 3. Sebagaimana institusi dan perbankan sebelumnya, beberapa masyarakat masih ada yang mengalami kendala untuk mendapatkan pecahan Rp50-Rp1.000. Grafik 4. Tingkat Kemudahan Pecahan Uang oleh Institusi 100.000 50.000 20.000 10.000 5.000 2.000 1.000 500 200 100 50 3.62 3.70 3.38 3.57 3.41 3.35 2.62 2.70 2.57 2.49 1.97 0 1 2 3 Grafik 5. Tingkat Kemudahan Pecahan Uang oleh Perbankan 100.000 50.000 20.000 10.000 5.000 2.000 1.000 500 200 100 50 4 3.50 3.71 3.03 3.08 3.05 3.11 2.76 2.78 2.46 2.35 1.95 0 1 2 3 4 Grafik 6. Tingkat Kemudahan Pecahan Uang oleh Masyarakat 100.000 50.000 20.000 10.000 5.000 2.000 1.000 500 200 100 50 3.23 3.28 3.17 3.23 3.27 3.23 2.90 2.63 2.57 2.47 2.03 0 1 2 3 4 Kesulitan Mendapatkan Pecahan Uang Tingkat kesulitan untuk mendapatkan uang tunai tidak selalu sama sepanjang tahun. Terdapat saat-saat tertentu dimana kebutuhan akan uang tunai meningkat sehingga masyarakat cenderung lebih sulit untuk mendapatkannya. Waktu dimana uang tunai paling sulit untuk di dapat adalah saat menjelang hari raya keagamaan. Adanya pembayaran THR tentunya membutuhkan uang tunai yang lebih banyak yang diikuti oleh meningkatnya aktivitas konsumsi. Kondisi ini juga didukung oleh meningkatnya outflow di Jambi ketika di bulan-bulan hari besar keagamaan. iv Grafik 6. Waktu Tersulit Mendapatkan Pecahan Uang Pembayaran gaji pegawai 3.76 Akhir tahun 3.83 Hari-hari libur nasional 2.92 Hari-hari raya keagamaan 2.24 Musim libur sekolah 3.66 Tahun ajaran sekolah baru 3.95 0 1 2 3 4 5 Kesimpulan dan Saran 1. Terdapat perbedaan kebutuhan pecahan uang baik untuk perbankan, institusi maupun masyarakat. Perbankan cenderung lebih membutuhkan uang pecahan besar, sebaliknya institusi lebih membutuhkan uang pecahan kecil sedangkan untuk masyarakat relatif hampir sama untuk setiap pecahan. Oleh sebab itu, diperlukan kesesuaian penyediaan pecahan uang untuk setiap tujuan kegiatan penukaran Bank Indonesia (penukaran perbankan, penukaran uang di Bank Indonesia, kas keliling). 2. Uang yang beredar saat ini dinilai sudah mencukupi kebutuhan masyarakat. Namun demikian untuk beberapa pecahan (terutama pecahan Rp1.000) dinilai masih terdapat kesulitan untuk mendapatkannya. Oleh sebab itu, diperlukan peningkatan sosialisasi pengenalan penggunaan uang Rp1.000 logam di masyarakat sehingga kebutuhan akan pecahan ini dapat lebih terpenuhi. 3. Terdapat waktu-waktu tertentu dimana permintaan akan uang tunai mengalami peningkatan seperti menjelang hari besar keagamaan. Oleh sebab itu diperlukan antisipasi meningkatnya permintaan uang tunai pada saat tersebut. v