rancang bangun kincir angin sebagai pembangkit listrik pulau

advertisement
RANCANG BANGUN KINCIR ANGIN SEBAGAI
PEMBANGKIT LISTRIK PULAU – PULAU KECIL
(TIPE SAVONIUS)
LUTHFY NIZARUL FIKRY
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rancang Bangun
Kincir Angin sebagai Pembangkit Listrik Pulau – Pulau Kecil (Tipe Savonius)
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013
Luthfy Nizarul Fikry
NIM C54090032
ABSTRAK
LUTHFY NIZARUL FIKRY. Rancang Bangun Kincir Angin sebagai Pembangkit
Listrik Pulau – Pulau Kecil (Tipe Savonius). Dibimbing oleh TOTOK
HESTIRIANOTO
Rasio elektrifikasi di Indonesia sampai tahun 2009 dilaporkan baru
mencapai rata-rata 66%, tetapi di kawasan Indonesia Bagian Timur belum
mencapai 45% termasuk pulau-pulau kecil. Kondisi tersebut saat ini masih
dirasakan belum memenuhi azas keadilan dan pemerataan. Penelitian ini bertujuan
merancang, membangun, dan menguji kincir angin tipe savonius sebagai
pembangkit listrik yang memiliki kinerja baik dalam menghasilkan listrik.
Pembuatan kincir dilakukan melalui tiga tahapan yaitu, perancangan, pembuatan,
dan uji coba. Hasil penelitian menunjukan bahwa kincir angin yang dibuat
memiliki kinerja yang cukup baik. Terdapat hubungan positif antara kecepatan
angin dengan tegangan yang dihasilkan. Kecepatan angin untuk mulai
memutarkan kincir (cut-in speed) adalah 1.2m/s dan tegangan yang dihasilkan
adalah 2.666volt. Kecepatan angin tertinggi yang tercatat adalah 3.64m/s, dengan
tegangan listrik yang dihasilkan sebesar 6.16volt.
Kata kunci: rancang bangun, kincir angin, savonius, pembangkit listrik, pulaupulau kecil
ABSTRACT
LUTHFY NIZARUL FIKRY. The Construction of Windmill as Small Islands
Power Plants (Savonius type). Supervised by TOTOK HESTIRIANOTO
Electrification ratioin Indonesia until 2009 reportedly reached an average of
66%, but ine astern Indonesia has not reached 45% include small islands. The
condition is still felt not to find the principles of justice and equity. This study
aims to desain, construct, and testing a savonius windmill type as power plants,
that has a good performance in generating electricity. Constructing the windmill
was through three stages, that is design, manufacture, and testing. The results
showed that the prototype windmill has made a good performance. There is a
positive corelation between wind velocity and voltage produced. The wind
velocity beginto turn the turbines (cut-in speed) is 1.2m/s and the voltage
generated is 2.666volt. The highest wind velocity record is 3.64m/s, with the
voltage generated by 6.16volt.
Keywords: construction, windmill, savonius, power plants, small islands
RANCANG BANGUN KINCIR ANGIN SEBAGAI
PEMBANGKIT LISTRIK PULAU – PULAU KECIL
(TIPE SAVONIUS)
LUTHFY NIZARUL FIKRY
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Kelautan
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Rancang Bangun Kincir Angin sebagai Pembangkit Listrik
Pulau – Pulau Kecil (Tipe Savonius)
Nama
: Luthfy Nizarul Fikry
NIM
: C54090032
Disetujui oleh
Dr Ir Totok Hestirianoto, M.Sc
NIP.19620324 1986031 001
Diketahui oleh
Dr Ir Wayan Nurjaya, M.Sc
NIP.19640801 198903 1 001
Tanggal Lulus: 18 Oktober 2013
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak April 2013 ini ialah energi
alternatif, dengan judul Rancang Bangun Kincir Angin sebagai Pembangkit
Listrik Pulau – Pulau Kecil (Tipe Savonius).
Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan
tugas akhir ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Ir.Totok Hestirianoto, M.Sc selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan bantuan kepada penulis baik berupa saran, arahan, pikiran, materi
, dan waktu.
2. Dr. Ir. Agus S. Atmadipoera, DESS selaku pembimbing GKM yang telah
memberikan arahan dan evaluasi penulisan karya ilmiah ini.
3. Fis Purwangka, S.Pi, M.Si selaku penguji yang telah memberikan saran dan
arahan yang membangun kepada penulis.
4. Seluruh Staff pengajar dan karyawan Departemen Ilmu dan Teknologi
Kelautan IPB, atas ilmu dan pengalaman berharga yang diberikan.
5. Keluarga tercinta Ayahanda, Ibunda, Kakak, Ari, dan seluruh keluarga, atas
segala doa dan kasih sayang kepada penulis.
6. Keluarga Dramaga Regency B.22 (Anggar, Adit, Dito, Ihsan, Iqbal, Reza),
atas motivasi yang selalu diberikan.
7. Keluarga angkatan 46 di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, serta
8. Pihak lain yang turut membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bogor, Oktober 2013
Luthfy Nizarul Fikry
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Bahan
Alat
Rancangan Alat
Desain Kerja Alat
Pembuatan Alat
Prosedur Analisis Data
1
2
2
2
2
2
2
3
4
5
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Konstruksi Kincir Angin
Konstruksi Tiang Kincir
Konstruksi Turbin Kincir
Konstruksi Bilah Kincir
DC Converter
Uji Coba Kincir
8
8
9
10
11
11
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
13
13
13
DAFTAR PUSTAKA
14
LAMPIRAN
15
RIWAYAT HIDUP
17
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Desain konstruksi kincir angin
Diagram alir kerja kincir angin
Diagram alir pembuatan kincir angin
Desain konstruksi tiang kincir
Desain konstruksi penyangga rotor (a) dan hub rotor (b)
Desain konstruksi cakram rotor (a) dan magnet permanen (b)
Desain konstruksi bilah kincir
Desain rangkaian elektronik DC converter
Konstruksi kincir angin
Konstruksi tiang kincir (a), lubang alas dan kepala tiang (b)
Cakram rotor (a) dan magnet Neodymium (b)
Penggulung kawat (a), kumparan kawat (b), dan cetakan stator (c)
Lembaran Alumunium (Al) (a) dan bilah terpasang pada rangka (b)
Komponen DC Converter
Anemometer (a) dan Digital Multi Meter (b)
Hubungan kecepatan angin dan tegangan listrik
3
4
4
5
5
6
6
7
8
8
9
9
10
11
11
12
DAFTAR LAMPIRAN
1 Lampiran 1 Spesifikasi bahan dan alat yang digunakan
2 Lampiran 2 Kecepatan angin dan tegangan listrik hasil uji coba
15
15
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia akan listrik, mendorong
perkembangan pembangunan instalasi listrik dengan berbagai sumber energi.
Energi angin menjadi salah satu pilihan utama diantara berbagai sumber energi
lainnya dalam dekade terakhir, terutama untuk daerah terpencil (Messineo 2012).
Angin dipilih karena selama ini listrik dari bahan bakar fosil seperti minyak,
batubara dan gas alam memberikan pengaruh negatif pada lingkungan.
Penggunaan bahan bakar fosil juga semakin meningkatkan kadar CO2 di atmosfer
(Aziz 2012). Sejauh ini pemanfaatan angin sebagai sumber energi alternatif belum
menemui dampak negatif. Selain itu, ketersediaan energi angin tidak dibatasi oleh
siang dan malam, sehingga memiliki potensi yang besar untuk terus
dikembangkan dalam membantu memenuhi krisis kebutuhan energi listrik (Irwan
2012).
Kincir angin merupakan salah satu bentuk teknologi nyata dalam
mengkonversi energi angin menjadi energi listrik. Kincir angin berdasarkan posisi
sumbu putar terbagi ke dalam dua jenis, yaitu kincir angin horizontal (Horizontal
Axis Wind Turbine (HAWT)) dan vertikal (Vertical Axis wind Turbine (VAWT)).
Kincir angin vertikal memiliki keunggulan utama jika dibandingkan dengan kincir
angin horizontal yaitu, kincir angin vertikal dapat berputar pada kecepatan angin
rendah (low cut-in speed) dan dapat menerima angin dari berbagai arah, karena
sumbu rotornya yang tegak. Terdapat dua jenis kincir angin vertikal, pertama
yaitu kincir angin darrieus dan kedua adalah kincir angin savonius. Nama
keduanya berasal dari penemu mereka yaitu, George Darrieus dan S. J Savonius.
Kincir angin savonius memiliki kelebihan dalam pada desain dan kemudahan
dalam pembuatan konstruksinya dibandingkan dengan jenis darrieus (Al-Bahadly
2009).
Definisi pulau kecil menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
(UU 27 Tahun 2007), pulau kecil adalah pulau dengan luas area < 2.000 km2,
dengan jumlah penduduk < 20.000 orang. Secara fisik, desa di pulau-pulau kecil
memiliki sumber daya alam daratan yang sangat terbatas sehingga tidak mampu
untuk membangkitkan listrik sendiri, sedangkan sumberdaya alam laut yang
tersedia juga hanya cukup untuk menunjang kehidupan masyarakat sehari-hari.
Secara statistik keberadaan desa-desa tertinggal yang belum berkembang di pulaupulau kecil mencapai hampir 7% dari wilayah dunia dan merupakan entitas
daratan tersendiri yang umumnya sama sekali belum menikmati infrastruktur
listrik.
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak dapat terlepas dari
masalah krisis energi, terutama kebutuhan energi listrik. Selama ini wilayah yang
mendapat jaringan listrik merupakan wilayah yang berada di kota-kota besar dan
daratan utama, tidak demikian dengan wilayah lain yang berada di luar, terutama
pulau-pulau kecil. Berdasarkan rasio kelistrikan nasional, kondisi kelistrikan di
Indonesia saat ini masih dirasakan belum merata. Rasio elektrifikasi di Indonesia
sampai tahun 2009 baru mencapai rata-rata 66%, namun di kawasan Indonesia
Bagian Timur belum mencapai 45% (PLN 2010). Berdasarkan data Lembaga
2
Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) (Daryanto 2007), angin di
Indonesia memiliki kecepatan bervariatif yang dikategorikan sebagai angin
berkecepatan rendah, yaitu pada kecepatan 2m/s - 6m/s.
Oleh karena itu, dirasakan perlu adanya solusi dari permasalahan dalam
pemenuhan kebutuhan listrik terutama pulau-pulau kecil di Indonesia. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan memanfaatkan potensi angin rendah yang ada, yaitu
dengan merancang dan membangun sebuah kincir angin sebagai pembangkit
listrik, dimana kincir yang dibuat dapat bergerak dengan kecepatan angin rendah.
Sehingga pada akhirnya dapat membantu masyarakat di pulau-pulau kecil dalam
memenuhi kebutuhan listrik.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah merancang dan membangun kincir angin
tipe savonius sebagai pembangkit listrik, serta menguji kinerja kincir angin yang
dibuat.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dihasilkannya suatu
rancang bangun kincir angin tipe savonius sebagai pembangkit listrik tenaga angin
berskala kecil. Sehingga dapat digunakan oleh masyarakat pulau-pulau kecil
dalam membantu memenuhi kebutuhan listrik.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juli
2013. Kegiatan penelitian ini terbagi kedalam tiga tahapan, yaitu tahap
perancangan, pembuatan, dan uji coba alat. Seluruh tahapan dilakukan di
laboratorium Akustik dan Instrumentasi Departemen Ilmu dan Teknologi
Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam peneliatian ini, didominasi oleh besi dan
alumunium. Besi yang digunakan memiliki berbagai bentuk, seperti besi as, plat,
dan besi berbentuk silinder. Sedangkan alumunium yang digunakan, adalah
bentuk plat “L” dan lembaran alumunium. Jumlah dan ukuran bahan yang
digunakan lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1 (Lampiran 1).
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas: laptop (MS Office,
MATLAB, EAGLE, dan Solid Work) alat tulis, penggaris, jangka, dan jangka
sorong. Alat-alat tersebut merupakan alat yang digunakan untuk membuat
3
rancangan, baik secara manual maupun digital. Sedangkan alat yang digunakan
pada proses pembuatan meliputi: gunting, gerinda, bor, obeng, tang, pemintal
kawat, kunci pas, Digital Multi Meter (DMM), hand Anemometer, solder, mesin
bubut, dan las listrik.
Rancangan Alat
Rancang bangun kincir angin didesain menggunakan perangkat lunak
Solid Work, hasil desain dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini. Desain kincir
angin ini merupakan desain kincir angin vertikal Savonius tipe U,tipe ini memiliki
ciri yang khas, yaitu pada bentuk bilah atau sayap yang menyerupai huruf U (AlBahadly 2009). Desain kincir ini terbagi kedalam 4 komponen utama, yaitu: tiang
penyangga, turbin, bilah, dan rangkaian listrik (DC converter).
Gambar 1 Desain konstruksi kincir angin Solid Work
Dimensi ukuran bilah dan tiang merupakan hasil desain sendiri penulis.
Desain tersebut didasarkan pada ketersediaan bahan yang ada dilapangan. Tiang
penyangga memiliki alas berbentuk persegi dengan luas 900 cm2 dan tinggi 1.30m
dengan diameter tiang 9cm. Desain turbin merupakan desain yang diadopsi dari
sebuah perusahaan produsen kincir angin, yaitu Windgenkits (windgenkits.com
2013). Turbin kincir terdiri atas 3 buah cakram, dengan 2 buah cakram yang
dipasang 24 buah magnet permanen sebagai rotor dan 1 cakram stator. Cakram
stator terdiri atas 9 kumparan kawat tembaga dengan diameter kawat 0.5mm,
dimana setiap kumparan terdiri atas 350 lilitan. Kesembilan kumparan tersebut
dicetak menjadi sebuah cakram menggunakan resin. Bilah kincir terdiri atas 2
buah plat dengan panjang 110cm, lebar 90cm, dan tebal 0.2mm, yang dibentuk
setengah lingkaran seperti dinding sebuah tabung.
4
Desain Kerja Alat
Kerja kincir angin diawali oleh adanya angin yang menggerakan kincir,
kemudian kincir yang berputar menghasilkan gaya gerak listrik akibat induksi
magnetik antara cakram magnet permanen terhadap cakram kumparan kawat
tembaga. Selanjutnya listrik AC yang dihasilkan oleh ketiga fase kumparan,
dikonversi menjadi listrik DC oleh rangkaian DC converter. Setelah itu, listrik DC
yang keluar dapat disimpan pada baterai atau langsung digunakan pada alat listrik
yang memiliki tegangan sama dengan listrik yang dihasilkan kincir. Berikut di
bawah ini adalah diagram alir desain kerja kincir angin yang dibangun (Gambar 2).
Gambar 2 Diagram alir kerja kincir angin
Pembuatan Alat
Pembuatan kincir angin terbagi kedalam empat tahapan, yang meliputi:
pembuatan tiang, pembuatan turbin, pembuatan bilah kincir, dan rangkaian
elektronik. Berikut di bawah ini adalah diagram alir pembuatan kincir angin
(Gambar 3):
Mulai
Gagal/ Tidak,
Berhasil/ Ya
Perancangan Alat
(Solid Work)
Pembuatan Alat
Bilah/Propeler
Tiang dan Rotor
Turbin
DC Converter
Penggabungan
Selesai
Gambar 3 Diagram alir pembuatan kincir angin
5
Tiang dibangun meggunakan besi berbentuk tabung dengan diameter 9cm
dan tinggi 1.3m, sedangkan alas tiang terbuat dari lempengan besi dengan ukuran
30cm x 30cm dan tebal 1cm. Selain itu juga, kepala tiang terbuat dari lempengan
besi berukuran 16cm x 11cm dengan tebal 1cm. Selanjutnya ketiga komponen
tiang tersebut disatukan dengan menggunakan las listrik (Gambar 4) (seluruh
angka pada gambar desain dalam satuan meter).
Gambar 4 Desain konstruksi tiang kincir
Kedua yaitu tahap pembuatan turbin, tahap ini terdiri atas pembuatan
penyangga rotor, cakram rotor, dan cakram stator. Sama halnya dengan tiang,
bahan yang digunakan untuk membuat penyangga rotor juga terbuat dari besi as
dengan diameter 4cm dan panjang 15cm. Besi as tersebut kemudian dibubut
sesuai dengan desain yang dibuat (Gambar 5a), sehingga dapat dipasangkan
dengan bearing tyrus dengan diameter 3.7cm. Bearing tersebut digunakan untuk
menahan hub rotor (Gambar 5b) sekaligus sebagai poros putar.
(a)
(b)
Gambar 5 Desain konstruksi penyangga rotor (a) dan hub rotor (b)
6
Berikutnya yaitu pembuatan cakram rotor, cakram dibuat dari lempengan
besi dengan diameter 16cm dan tebal 2mm sebanyak 2 keping (Gambar 6a).
Selanjutnya pada setiap keping cakram ditempelkan 12 keping magnet permanen
dengan menggunakan lem epoxy (Gambar 6b). Posisi kutub antar magnet pada
setiap keping dibuat berlawanan. Terakhir yaitu pembuatan cakram stator.
Kesembilan kumparan yang telah dihubungkan menjadi 3 fase, kemudian
dimasukan kedalam cetakan cakram yang telah dibuat. Selanjutnya, yaitu
menuangkan cairan resin yang sebelumnya telah dicampur dengan katalis ke
dalam cetakan yang telah terisi dengan kumparan. Volume cairan resin yang
digunakan sebanyak 700ml dengan katalis 20ml.
(a)
(b)
Gambar 6 Desain konstruksi cakram rotor (a) dan magnet permanen (b)
Ketiga, yaitu tahap pembuatan bilah kincir. Seperti yang telah dijelaskan
pada rancangan alat, sayap kincir dibuat dengan membentuk setengah dinding
tabung dengan diameter 70cm dari lembaran alumunium berukuran panjang 1.1m
dan lebar 1m dengan tebal 1mm. Selanjutnya bilah tersebut dipasangkan pada
rangka bilah, sehingga bilah tetap berbentuk setengah dinding tabung (Gambar 7).
Gambar 7 Desain konstruksi bilah kincir
7
Tahap keempat, yaitu tahap pembuatan rangkaian elektronik sebagai DC
converter (Gambar 8). Rangkaian tersebut berfungsi untuk mengubah tegangan
AC yang dihasilkan dari kincir menjadi tegangan DC. Desain rangkaian ini dibuat
dengan menggunakan perangkat lunak EAGLE 6.5.0.
Gambar 8 Desain rangkaian elektronik DC converter
Prosedur Analisis Data
Data yang diambil dari pengujian kincir angin ini, adalah kecepatan angin
yang terbaca oleh anemometer dan besarnya tegangan listrik yang dihasilkan oleh
kincir angin. Data tersebut dianalisis secara deskriptif, untuk melihat korelasi
antara kecepatan angin terhadap kecepatan angin dan besarnya tegangan (voltase)
yang dihasilkan menggunkan MATLAB7.10.0 (R2010a).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konstruksi Kincir Angin
Setelah melakukan studi pustaka danperancangan menggunakan piranti
lunak Solid Works 10, berikut dibawah ini adalah konstruksi kincir angin tipe
Savonius yang dibuat (Gambar 9). Kincir angin tipe Savonius merupakan kincir
angin bersumbu vertikal (Vertical Axis Wind Turbine (VAWT)). Kincir angin
vertikal memiliki kelebihan pada desain dan kemudahan dalam pembuatan
konstruksinya, jika dibandingkan dengan kincir angin horisontal. Selain itu,
konstruksi kincir angin vertikal memungkinkan kincir untuk dapat menangkap
angin dari berbagai arah serta tidak memerlukan angin dengan kecepatan tinggi
untuk berputar (Al-Bahadly 2009).
8
Gambar 9 Konstruksi kincir angin
Konstruksi Tiang Kincir
Tiang kincir yang dibangun memiliki dimensi tinggi 1.3 m dengan diameter
tiang 9cm, dilengkapi alas tiang berukuran 30cm x 30cm dan kepala tiang 16 cm x
11 cm dengan tebal 1 cm (Gambar 10a). Seluruh bahan konstruksi tiang terbuat
dari besi. Bahan tersebut dipilih karena mudah didapatkan, selain itu cukup kokoh
untuk menopang kincir angin. Alas dan kepala tiang diberikan lubang sebagai
penghubung. Lubang pada alas digunakan untuk menghubungkan tiang dengan
pemberat kincir, sedangkan pada kepala tiang digunakan untuk menghubungkan
tiang dengan penyangga Turbin (Gambar 10b).
.
(a)
(b)
Gambar 10 Konstruksi tiang kincir (a), lubang alas dan kepala tiang (b)
9
Konstruksi Turbin Kincir
Konstruksi turbin terdiri atas rotor dan stator. Rotor terbuat dari dua keping
lempengan besi berbentuk cakram, berdiameter 16cm dan tebal 0.2cm (Gambar
11a). Selain itu, pada setiap cakram ditempelkan 12 buah magnet permanen
berbentuk trapersium yang ditempelkan menggunakan lem epoxy. Magnet
permanen yang digunakan merupakan jenis magnet Neodymium. Posisi kutub tiap
magnet dibuat berlawanan satu sama lain pada setiap cakram (Gambar 11b), untuk
menghasilkan fluks magnetik terhadap kumparan stator.
(a)
(b)
Gambar 11 Cakram rotor (a) dan magnet Neodymium (b)
Konstruksi stator kincir angin, terbuat dari kawat tembaga dengan diameter
kawat 0.5mm. Kawat digulung membentuk segitiga dengan menggunakan alat
penggulung yang dibuat sebelumnya (Gambar 12a), selanjutnya kawat tersebut
digulung menjadi 9 kumparan dengan setiap kumparan memiliki 350 lilitan
(Gambar 12b). Panjang kawat yang dugunakan sebagai stator ini mencapai
283.5m. Kesembilan kumparan tersebut dihubungkan kedalam rangkaian listrik
tiga fase, yang terdiri atas 3 kumparan pada setiap fase. Setelah dihubungkan,
kumparan tersebut kemudian dimasukan kedalam cetakan stator yang terbuat dari
seng dengan diameter 25cm (Gambar 12c). Selanjutnya pada cetakan berisi
kumparan tersebut, dituangkan cairan resin sebanyak 700mL yang sebelumnya
telah dicampur dengan katalis sebanyak 20mL. Kemudian stator tersebut
didiamkan sampai resinya mengeras, didiamkan selama 12 jam untuk memperoleh
hasil yang maksimal.
(a)
(b)
10
(c)
Gambar 12 Penggulung kawat (a), kumparan kawat (b), dan cetakan stator (c)
Konstruksi Bilah Kincir
Konstruksi bilah kincir, terbuat dari lembaran alumunium (Al) dengan
ukuran 1.1m x 0.9m dua lembar, dengan ketebalan 0.2mm (Gambar 13a).
Pemilihan bahan alumunium didasarkan pada masa jenisnya yaitu 2.700kg/m3,
yang lebih ringan jika dibandingkan dengan bahan lain yang serupa, seperti seng
(Zn) lembaran dengan masa jenis 7.140kg/m 3 (Giancoli 2001). Lembaran
alumunium tersebut kemudian dipasangkan pada rangka bilah, dan membentuk
dinding setengah tabung dengan diameter 70cm (Gambar 13b).
(a)
(b)
Gambar 13 Lembaran Alumunium (Al (a) dan bilah terpasang pada rangka (b)
Berdasarkan bentuk bilah, kincir angin yang dibuat termasuk kedalam kincir
angin Savonius tipe “U”. Tipe ini dipilih karena kemudahan dalam hal pembuatan
konstruksinya dan kemampuannya menangkap angin (Soelaiman et, al. 2007).
Hasil penelitian Mahmoud (2012) menunjukan bahwa, kincir angin dengan jumlah
dua buah bilah lebih efisien dibandingkan dengan tiga atau empat bilah.
DC Converter
Rangkaian DC Converter ini terdiri atas 3 buah dioda bridge 2A sebagai
komponen perubah arus AC menjadi DC, kapasitor dengan kapasitansi sebesar
1000µF, dan sikering sebagai pemutus arus (Gambar 14). Penggunaan kapasitor
ditujukan agar tegangan yang dihasilkan dapat stabil, karena dibutuhkan tegangan
11
acuan yang stabil untuk disimpan pada baterai atau accu. Dengan memenuhi
tegangan acuan, baterai atau accu dapat terisi dengan baik.
Gambar 14 Komponen DC Converter
Uji Coba Kincir
Uji coba dilakukan pada tanggal 16 Juli 2013, mulai pukul 09.00 WIB
sampai 18.00 WIB. Tempat pengujian berada di lantai 5 gedung Marine Center,
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. Uji coba dilakukan dengan menghitung kecepatan angin
menggunakan anemometer (Gambar 15a) dan tegangan listrik yang dihasilkan
oleh kincir, dengan menggunakan Digital Multi Meter (DMM) secara manual
(Gambar 15b). Uji coba langsung dilakukan karena tidak tersedianya alat uji
kinerja kincir angin khusus.
(a)
(b)
Gambar 15 Anemometer (a) dan Digital Multi Meter (b)
Kondisi cuaca pada saat uji coba yaitu cerah berawan. Angin bertiup secara
fluktuatif dengan arah datang dominan dari utara ke selatan. Kecepatan angin
yang dihitung oleh anemometer berada pada kisaran 1.2m/s –3.64m/s (Lampiran
2). Kecepatan angin yang dicatat merupakan kecepatan angin konstan selama 5
12
detik, dengan asumsi tegangan yang dihasilkan berasal dari kecepatan angin yang
sama. Hasil uji coba menunjukan bahwa, kuat arus yang dihasilkan adalah 1A.
Kecepatan angin minimal (cut-in speed) untuk menggerakan kincir adalah 1.2m/s
dengan menghasilkan tegangan listrik sebesar 2.666volt dan kecepatan angin
tertinggi adalah 3.64m/s dengan tegangan listrik yang dihasilkan sebesar 6.16volt
(Gambar 16).
Gambar 16 Hubungan kecepatan angin dan tegangan Listrik
Grafik di atas menunjukan hubungan positif dengan persamaan regresi y =
0.04772x5 – 1.141x4 + 7.794x3 – 21.64x2 + 26.32x– 8.966; dimana y adalah
tegangan listrik yang dihasilkan dan x adalah keceptan angin yang memutarkan
kincir dengan x dimulai dari 1.2m/s. Nilai koefisien korelasinya sebesar 0.95,
yang berarti terdapat hubungan yang erat antara kecepatan dengan tegangan listrik
yang dihasilkan. Hal tersebut sesuai dengan prinsip listrik induksi, karena salah
satu cara untuk memperbesar Gaya Gerak Listrik (GGL) induksi suatu generator
AC adalah dengan mempercepat perputaran kumparan atau magnet (Rangkuti
2011).
Kecepatan angin 3.36m/s mulai menunjukan adanya turbulensi pada kincir,
hal tersebut ditunjukan dengan bentuk grafik yang mulai mendatar. Turbulensi
atau ketidakstabilan pada kincir angin yang disebabkan oleh pecahnya suatu
massa udara pada kecepatan teretentu, sebagai akibat dari tekanan mekanik
pergerakan bilah kincir terhadap angin yang berhembus melewati bilah kincir.
Sehingga voltase listrik yang dihasilkan mulai konstan, dalam keadaan tertentu
bahkan voltase mengalami penurunan (Lubitz 2011).
Menurut Kadir (1995), Perhitungan energi yang dihasilkan oleh energi angin,
memenuhi persamaan klasik mengenai energi kinetik, dalam hal ini udara yang
13
bergerak dan dikonversikan menjadi energi listrik melalui kincir angin. Sehingga
daya atau energi persatuan waktu dari angin dapat ditunjukan dengan persamaan:
Pa = ½ ρ A v3(3)
dimana: Pa
ρ
A
v
=
=
=
=
Daya angin (Watt)
Massa jenis udara (kg/m3)
Luas penampang angin (m2)
Kecepatan angin (m/s)
dimana densitas udara ρ = 1.130kg/m3, luas penampang bilah A =1.98m2, dan
kecepatan angin rata-rata v = 2.45m/s, maka besarnya daya angin yang ditangkap
oleh konstruksi kincir ini, adalah 16.45watt. Sedangkan daya yang dihasilkan
turbin kincir angin ini memenuhi persamaan:
Pt = V. I
dimana: Pt = Daya turbin (Watt)
V = Tegangan/ voltase (V)
I = Arus (A)
dengan tegangan keluaran rata-rata 3.73volt dan kuat arus listrik 1A, maka daya
yang dihasilkan turbin kincir angin ini adalah 3.73watt. Sehingga efisiensi dari
kincir angin ini adalah 22.67%.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Rancang bangun kincir angin dapat direalisasikan dan dibangun sesuai
desain yang telah direncanakan, serta memiliki kinerja cukup baik. Kecepatan
angin minimal (cut-in speed) untuk menggerakan kincir adalah 1.2m/s dan
menghasilkan tegangan sebesar 2.666volt. Kecepatan angin tertinggi yang tercatat
adalah 3.64m/s, dengan tegangan listrik yang dihasilkan sebesar 6.16volt.
Terdapat hubungan positif antara kecepatan angin dengan tegangan listrik yang
dihasilkan.
Saran
Berdasarkan hasil kinerja konstruksi kincir angin, perlu dilakukan pengujian
pada bahan konstruksi yang lebih ringan dan memiliki sifat non magnetik.
Sehingga rotor dapat berputar dengan lebih mudah dengan kecepatan awal (cut-in
speed) yang lebih rendah. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai desain
bilah (ukuran dan jumlah), desain as propeler, dan desain turbin. Selain itu perlu
dilakukan perekaman langsung tegangan dan kecepatan secara digital, serta
pengujian kincir pada ruang uji khusus kincir untuk mendapatkan korelasi yang
14
lebih akurat antara kecepatan angin dan tegangan listrik yang dihasilkan oleh
kincir.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Bahadly, I. 2009. Building a Wind Turbine for Rural Home. Energy for
Sustainable Development 13 (2009) : 159 – 165.
Aziz, T. 2012. Could renewable energy affect the form of the city? “Wind energy
as a special parameter”. Energy Procedia 18 ( 2012 ) : 276 – 290.
Daryanto, Y. 2007. Kajian Potensi Angin untuk Pembangkit Listrik Tenaga Bayu.
Yogyakarta (ID): Balai PPTAGG – UPT – LAGG.
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika. Ed Ke-5 Jilid 1. Jakarta (ID): Erlangga.
Irwan, Y. M. 2012. The Improvement of Photovoltaic/Wind Hybrid System in
Perlis. Procedia Engineering 50 ( 2012 ) : 808 – 816.
Kadir, A. 1995. Energi : Sumber Daya, Inovasi, Tenaga Listrik dan Potensi Edisi
Ke-2. Universitas Indonesia (UIPress) : Jakarta.
KKP. 2007. Undang – undang No. 27 Tahun 2007.
(www.bnpb.go.id/uploads/pubs/3.pdf).
Lubitz, W. D. 2011. Impact of ambient turbulence on performance of a small wind
turbine. World Renewable Energy Congress 2011 Sweden (2011) : 8 – 13 Mei
2011.
Mahmoud, N. H. 2012. An experimental study on improvement of Savonius rotor
performance. Alexandria Engineering Journal51 (2012): 19–25.
Messineo, A. 2012. Evaluating the Performances of Small Wind Turbines: A Case
Study in the South of Italy. Energy Procedia 16 (2012) : 137 – 14.
PLN. 2010. Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT. PLN (Persero) 20102019.
Rangkuti, P, Adil. 2011. Elektrifikasi Pertanian. Bogor (ID): IPB Pr.
Soelaiman et, al. 2007. Perancangan, Pembuatan dan Pengujian Purwarupa SKEA
Menggunakan Rotor Savonius dan Windside untuk Penerangan Jalan Tol
[Laporan Penelitian]. Bandung (ID): ITB.
Windgenkits.com. 2013. Wind Turbine for Home. [diunduh 2013 Februari 21].
Tersedia pada: http//windgenkits.com.
15
LAMPIRAN
Lampiran 1 Spesifikasi bahan dan alat yang digunakan
Tabel 1 Bahan penelitian
Nama Bahan
Plat besi (60cm x 3cm x 0.5cm)
Plat besi (30cm x 30cm x 1cm)
Plat besi (11cm x 16cm x 1cm)
Besi as/ sumbu d = 4cm, h = 15cm
Plat besi (5cm x 3cm x 0.2cm)
Plat besi (10cm x 3cm x 0.2cm)
Plat besi d = 16cm, tebal 0.2cm
Pipa besi d = 5cm
Pipa besi d = 9cm
Plat Alumunium (L)
Bearing tyrus diameter 3.7cm
Baut, ring, dan mur no 10
Baut, ring, dan mur no 12
Baut, ring, dan mur no 14
Baut no 10 panjang
Plat Alumunium (Al)
Amplas besi
Magnet permanen
Kawat tembaga (coil) 0.5 mm
Saklar
Sikring 1A
Dioda bridge 2A
Kapasitor 1000uF
Kabel listrik
Timah solder
Lotfet
Resin + katalis
Seng lembaran
Selotip kertas
Cat aerosol
Grease
Lem epoxy
Jumlah Kebutuhan
2 lempeng
1 lempeng
2 lempeng
1 batang
4 lempeng
2 lempeng
2 lempeng
10cm
1,3m
4m
2 buah
30 buah
15 buah
4 buah
4 buah
5m2
5 lembar
24 buah
1Kg
1 buah
1 buah
3 buah
2 buah
20m
1 buah
1 buah
1L
1m2
1 gulungan
5 kaleng
1 buah
1 buah
Lampiran 2 Kecepatan angin dan tegangan listrik hasil uji coba
Jam (WIB)
09.00-12.00
Kecepatan Angin (m/s)
1,200
1,500
1,550
1,630
1,850
1,850
1,930
Tegangan Listrik (Volt)
2,666
2,730
2,720
2,750
2,422
2,640
2,759
16
12.30-15.30
16.00-18.00
1,980
2,010
2,050
2,260
2,310
2,350
2,370
2,400
2,570
2,610
2,620
2,650
2,700
2,740
2,900
2,910
2,990
3,000
3,040
3,100
3,340
3,360
3,640
2,755
2,875
2,788
2,845
2,973
2,980
3,350
3,470
3,590
3,688
3,723
3,899
4,280
3,690
4,443
4,300
4,500
4,960
5,050
5,552
5,310
6,060
6,160
17
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Purwakarta pada tanggal 22 September
1991 dari Ayahanda Manap Muhtadin dan Ibunda Nenda Haryati.
Penulis adalah putra kedua dari tiga bersaudara. Tahun 2009
penulis lulus dari SMA Negeri 1 Purwakarta dan pada tahun yang
sama alhamdulillah, penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian
Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan
diterima di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan Himpunan
Profesi Mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan (HIMITEKA).
Tahun 2011 penulis menjabat sebagai anggota Dewan Formatur HIMITEKA dan
Tahun 2012 sebagai Koordinator Dewan Formatur HIMITEKA. Penulis juga aktif
sebagai penanggung jawab atlet seni cabang kaligrafi kontemporer pada
HIMITEKA (2012). Penulis juga aktif sebagai Dewan Penasehat organisasi
mahasiswa daerah asal Purwakarta di IPB (2011-2013).
Selain kegiatan berorganisasi penulis juga aktif dalam perlombaan berbasis
teknologi kelautan, seperti pada 7th Hong Kong Underwater Robot Challange
yang diadakan oleh Hong Kong University of Science and Technology pada tahun
2012 di Hong Kong, penulis mewakili IPB dalam tim Biru Muda sebagai Chief of
Electronic Divission.
Download