Peran Media Sosial Instagram Dalam - UIN Repository

advertisement
Peran Media Sosial Instagram Dalam Pembentukan
Kepribadian Remaja Usia 12-17 Tahun di Kelurahan
Kebalen Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi
SKRIPSI
Diajukan Kepada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun oleh:
IKHSAN TILA MAHENDRA
1112015000033
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
ABSTRAK
Ikhsan Tila Mahendra (NIM:1112015000033): Peran Media Sosial Instagram
Dalam Pembentukan Kepribadian Remaja Usia 12-17 Tahun di Kelurahan
Kebalen, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi.
SKRIPSI. Jakarta: Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas
Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. 2016.
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang peran media sosial
Instagram dalam pembentukan kepribadian remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan
Kebalen, Kecamatan Babelan. Kabupaten Bekasi. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, Teknik
pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Teknik pemngumpulan data
diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian dengan cara
observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu tentang peran media
sosial Instagram dalam pembentukan kepribadian remaja usia 12-17 tahun di
Kelurahan Kebalan, Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi. Instagram memiliki
5 peran dalam pembentukan kepribadian remaja. Pertama, Instagram berperan
sebagai media perluasan perasaan diri dalam kehidupan sosial remaja, remaja
menggunakan Instagram sebagai media untuk memperoleh informasi tentang
orang-orang disekitar mereka, serta memberikan informasi kepada orang-orang di
sekitar mereka. Kedua, Instagram berperan sebagai media perluasan diri dalam
mengembangkan minat pribadi dan minat spiritual bagi remaja. Ketiga,
Instagram berperan sebagai media untuk menghibur diri, remaja menggunakan
Instagram sebagai media untuk mencari hiburan untuk diri mereka sendiri.
Keempat, Instagram berperan sebagai media untuk mengungkapkan emosi bagi
remaja. Kelima, Instagram berperan untuk membentuk citra diri yang baru bagi
remaja, dimana citra diri tersebut lebih baik dari citra yang selama ini mereka
tampilkan dikehidupan sehari-hari.
Kata kunci : Instagram, Kepribadian, Remaja, Media Sosial.
iv
ABSTRACT
Ikhsan Tila Mahendra (NIM:1112015000033): Social Media's Role In
Formation Instagram Personality Adolescents Age 12-17 Years in Sub Kebalen,
Babelan subdistrict, Bekasi Regency.
Minithesis: Department of Education Social Sciences Faculty of Teaching and
Tarbiyah Syarif Hidayatullah Islamic State University Jakarta. 2017.
This research was conducted to obtain information about the role of Instagram as
Social Media in the formation of personality in adolescents aged 12-17 years old
in Kebalen, District Babelan. Bekasi Regency. The research method that used in
this research is descriptive method with qualitative approach and purposive
sampling. The datas obtained through direct research activities to the study site
by observation, interviews, and documentation.
Based on the research that has been done, Instagram has five roles in the
formation of the personality in adolescents. First, Instagram’s role as media
expansion in the sense of teenagers social life, teens using Instagram as a
medium to get information about the people around them, as well as providing
information to the people around them. Second, Instagram’s role as media
expansion in developing personal interests and spiritual interests for teenagers.
Third, Instagram acts as a medium to entertain themselves, teens use Instagram
as a medium for entertainment. Fourth, Instagram acts as a medium to express
the emotions of youth. Fifth, Instagram role is to form a new self-image for teens,
where the self-image is better than the image which they show in real daily life.
Keywords : Instagram, Personality, Teenagers, Social Media.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT penulis persembahkan sebagai
ungkapan rasa syukur atas segala limpahan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya
kepada penulis, sehingga dengan kudrat dan iradat-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang sederhana ini dengan baik sebagai prasyarat untuk
mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Skripsi ini berjudul “Peran Media Sosial
Instagram dalam Pembentukan Kepribadian Remaja Usia 12-17 Tahun di
Kelurahan Kebalen Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi”.
Shalawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita,
Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari jalan yang
sesat menuju jalan yang di rahmati oleh Allah dengan risalah yang dibawanya
yaitu Agama Islam yang akan menyelamatkan dan mengantarkan pemeluknya
mneuju kebahagiaan yang ada di dunia dan akhirat.
Penulis menyadari sepenuhya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
banyak kekurangan dan kelemahan. Tanpa bantuan serta dorongan dari berbagai
pihak yang secara moril maupun materiil, dimungkinkan skripsi ini tidak akan
bisa selesai sebagaimana harusnya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan menghaturkan ucapan
terima kasih kepada:
1.
Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, dan Pembantu Dekan bidang Akademik, Pembantu Dekan bidang
Kemahasiswaan, Pembantu Dekan bidang Administrasi Umum.
2.
Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial.
3.
Drs. Syaripulloh, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial.
4.
Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA, sebagai dosen Penasihat Akademik yang
banyak membantu serta membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan
vi
di Unversitas ini.
5.
Dr. Ulfah Fajarini, M.Si, selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan
waktu dan pemikirannya demi selesainya skripsi ini.
6.
Dr. H. Nurochim, MM, selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan
waktu dan pemikirannya demi selesai skripsi ini.
7.
Seluruh Dosen yang berada di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
khususnya jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang memeliki peran
sangat besar bagi saya dalam proses perkuliahan.
8.
Seluruh Staf Akademik Fakultas Ilmu Tabiyah dan Keguruan yang telah
bekerja dengan baik melayani mahasiswa.
9.
Bapak Ganda S.AP selaku Kepala Kelurahan Kebalen yang telah
mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di pasar tersebut.
10. Orang tua, Bapak Ir. Hendri Sy dan Ibu Sasmiyenti S.Pd, yang sangat saya
sayangi yang telah membesarkan dan mendidik penulis hingga menjadi
seperti sekarang ini.
11. Adikku tersayang, Elmadena Hediyanti yang selalu menjadi partner yang
baik.
12. Kepada teman-teman seperjuanganku Muhamad Fadilah, Mega Dhaniswara
Arifah,
Ardhana
Febriyanti,
Fikry
Kautsar,
Sheila
Muria,
Hanni
Khairunninsa, Aida Sri Rahayu, Nita Chairunnisa, dan Nurits Nadia yang
selalu menjadi penyemangat selama 4 tahun masa kuliah.
13. Kepada sahabat-sahabatku, Sandhanu Rahman Seno, Misbahu Zaman,
Fakrur Rahamn, dan Mumahamad Fadilah yang menjadi teman berbagi suka
dan duka, dan membantu tanpa kenal lelah.
14. Kepada teman-teman PPKT Rizky Maulana dan kawan-kawan yang menjadi
teman yang selalu bersama satu tahun kebelakang.
15. Kepada seluruh teman-teman Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angakatan
2012 semoga kita bisa meraih sukses kedepannya.
16. Pihak-pihak lain, yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu oleh
penulis.
vii
Saya menyadari sekali bahwa dalam penulisan skripsi ini, masih jauh dari
kesempurnaan. Dengan segala kerendahan hari, saya mohon maaf dan berharap
skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua. Dan saya berhadap skripsi
yang saya susun menjadi suatu karya yang bermanfaat serta menjadi suatu
persembahan terbaik bagi para dosen dan teman-teman yang berada di Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
Demikian kata pengantar dari penulis dan sebagai suatu introspeksi diri,
penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan. Dan kekurangan dan
hanyalah milik kita, namun kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, saya
ucapkan terima kasih.
Jakarta, 30 Januari 2017
Penulis,
Ikhsan Tila Mahendra
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH ................................................ iii
ABSTRAK........................................................................................................ iv
ABSTRACT ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................1
B. Identifikasi Masalah...........................................................................6
C. Pembatasan Masalah..........................................................................6
D. Rumusan Masalah…..........................................................................6
E. Tujuan Penelitian...............................................................................6
F. Manfaat Penelitian.............................................................................7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoritik..............................................................................8
1. Peran….......................................................................................8
2. Media Sosial..............................................................................12
ix
3. Instagram………………..........................................................21
4. Kepribadian……......................................................................25
5. Remaja………………………………………………………..38
B. Hasil Penelitian Yang Relevan........................................................44
C. Kerangka Berpikir...........................................................................50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian.........................................................51
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian.....................................................52
C. Sumber Data...................................................................................54
D. Populasi dan Sampel……...............................................................55
E. Teknik Pengumpulan Data.............................................................56
F. Teknik Analisis Data………………..............................................61
G. Uji Keabsahan Data……………………………………………...64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Latar Penelitian...............................................................................66
1. Sejarah Kelurahan Kebalen.....................................................66
2. Profil Kelurahan Kebalen…....................................................69
3. Profil RW. 011…………..........................................................71
4. Data Informan………..……....................................................72
B. Peran Meda Sosial Instagram Dalam Pembentukan Kepribadian
Remaja……………...……………………………………………74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan....................................................................................102
x
B. Saran….........................................................................................102
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................104
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Yang Relevan…....................................................................47
Tabel 3.1 Waktu Penelitian…................................................................................52
Tabel 3.2 Pedoman Observasi…………………………………………………...56
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara ......................................................................... 58
Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket……………………………………………………….60
Tabel 4.1 Data Informan ................................................................................... 73
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Halaman Awal Instagram....................................................................3
Gambar 1.2 Konten Pornografi di Instagram……………………………………..4
Gambar 2.1 Beranda Facebook ......................................................................... 18
Gambar 2.2 Beranda Twitter.............................................................................. 19
Gambar 2.3 Beranda Youtube ............................................................................ 20
Gambar 2.4 Ikon Lama dan Baru Instagram ...................................................... 22
Gambar 2.5 Kerangka Berpikir………………………………………………….50
Gambar 4.1 Peta Kelurahan Kebalen……………………………………………62
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Pedoman Angket
Lampiran 2
Transkip Wawancara
Lampiran 3
Transkip Wawancara
Lampiran 4
Transkip Wawancara
Lampiran 5
Transkip Wawancara
Lampiran 6
Transkip Wawancara
Lampiran 7
Transkip Wawancara
Lampiran 8
Transkip Wawancara
Lampiran 9
Transkip Wawancara
Lampiran 10
Dokumentasi
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Siapa yang tidak mengenal Facebook, Twitter, atau Instagram? Di era
globalisasi sekarang ini rasanya hampir semua orang pernah setidak-tidaknya
mendengar kata tersebut entah itu dalam percakapan sehari-hari ataupun melalui TV,
radio dan berbagai macam media komunikasi lainnya. Facebook, Twitter, dan
Instagram merupakan macam-macam media sosial yang populer di era ini. Media
sosial sendiri adalah “sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan
mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial,
wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media
sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Pendapat lain
mengatakan bahwa media sosial adalah media online yang mendukung interaksi
sosial dan media sosial menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah
komunikasi menjadi dialog interaktif”.1
Media sosial atau yang kerap disebut ”sosmed” sudah menjadi bagian dari
kehidupan masyarakat sekarang ini. Kehadiran media sosial memudahkan arus lalu
lintas informasi mengenai apa saja dengan mudah menyebar kepada setiap orang.
Kondisi tersebut mengubah cara berkomunikasi masyarakat. Jika dahulu perkenalan
selalu diiringi dengan pertukaran kartu nama atau nomor telepon, maka saat ini setiap
kali bertemu orang baru, orang-orang justru cenderung untuk bertukar alamat akun
atau membuat pertemanan di media sosial. Penggunaan media sosial saat ini lebih
banyak digunakan untuk menunjukkan eksistensi diri yang berlebihan hingga
terkadang tidak ada batas antara kehidupan nyata dan kehidupan di dunia maya.
1
Wikipedia, Media Sosial, 2016, (https://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial).
1
2
Seiring dengan perkembangan internet dan teknologi pada telepon genggam
yang maju pesat, pertumbuhan media sosial pun juga ikut maju dengan pesat. Kini
mengakses akun media sosial dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja hanya
dengan menggunakan sebuah telepon genggam pintar (smartphone). Dengan
smartphone para pengguna media sosial dapat mengakses akunnya dengan jaringan
internet tanpa biaya besar, dan tanpa perlu bantuan orang lain.
Dengan begitu mudahnya cara untuk mengakses media sosial, maka
penggunanya pun menjadi sangat banyak, bukan hanya dari kalangan orang dewasa
melainkan merambah remaja bahkan anak-anak. Di Indonesia, “menurut Kementerian
Komunikasi dan Informatika Indonesia pada akhir tahun 2014, jumlah pengguna
internet di Indonesia telah mencapai 82 juta dan 80% diantaranya adalah kelompok
usia remaja”.2 Fakta tersebut tentu saja sejalan dengan apa yang kita jumpai seharihari. Saat ini rasanya nyaris tidak ada lagi remaja yang tidak memiliki akun di media
sosial. Secara perlahan-lahan kecanggihan teknologi media sosial yang berkembang
saat ini mampu mengubah pandangan remaja tentang bagaimana mereka
mengekspresikan dirinya dan bagaimana dirinya membangun kepribadiannya.
Salah satu media sosial yang sedang diminati oleh para remaja adalah
Instagram. Instagram dianggap sebagai media sosial yang paling fresh oleh para
remaja karena media sosial ini lebih fokus dengan foto dan video yang berdurasi
pendek dibanding dengan media sosial lain yang berfokus pada kicauan, perkataan
atau status sehingga instagram lebih mudah digunakan dan dinikmati, ditambah artis
lokal maupun mancanegara serta klub-klub olahraga internasional saat ini telah
memiliki akun serta aktif di instagram sehingga para remaja dapat mengetahaui
kegiatan idolanya melalui foto dan video yang diunggah di Instagram.
Penggunaan Instagram menjadi aktivitas yang menarik dikalangan remaja.
Seperti yang dikutip dalam artikel psychology today berjudul “4 things teen want and
2
Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Pengguna Internet di
Indonesia capai 82 juta, 2016, (https://kominfo.go.id/content/detail/3980/kemkominfo-penggunainternet-di-indonesia-capai-82-juta/0/berita_satker).
3
need from media social” waktu yang dihabiskan remaja saat ini sebagian besar adalah
untuk bermain media sosial dibandingkan untuk belajar dan berkumpul bersama
keluarga. Sedangkan untuk alasan mereka menggemari media sosial adalah untuk
mendapat perhatian, meminta pendapat, dan menumbuhkan citra mereka. Layaknya
sebuah diari, banyak dari mereka yang menjadikan media sosial Instagram sebagai
tempat membagi kegiatan, kesenangan hingga keluh kesah. Tapi berbeda dengan diari
yang bersifat tertutup dan hanya bisa dilihat oleh pemiliknya, berbagi di Instagram
maupun media sosial lainnya bersifat terbuka dan dapat dilihat oleh jutaan pasang
mata dari seluruh dunia. Tidak ada batas-batas maupun privasi di dalamnya, apapun
yang kita bagikan akan dapat dilihat oleh orang lain, begitu pula sebaliknya apapun
yang dibagikan oleh orang lain dapat kita lihat.
Gambar 1.1
Halaman Awal Instagram
Dampak yang muncul dari penggunaan media sosial ini adalah budaya berbagi
yang berlebihan dan pengungkapan diri yang berlebihan di dunia maya. 3
Pengungkapan tersebut menjadi sebuah budaya yang akhirnya memberikan
pengaburan terhadap batas-batas antara ruang pribadi dan ruang publik. Sebuah status
di Instagram misalnya, seorang remaja bisa saja memposting foto maupun video dan
3
Rulli Nasrullah, Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, Dan Sosioteknologi,
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media: 2015) h. xii.
4
menceritakan tentang kondisi yang dialami olehnya, tetapi layaknya dalam proses
komunikasi dua arah, kepada siapa status itu disampaikan pun tidak dapat dijelaskan.
Sebab, siapa pun bisa membaca status tersebut dan siapa pun juga dapat
mengomentarinya tanpa harus mem-follow akun remaja tersebut. Tidak jarang
komentar yang dilayangkan oleh orang-orang kepada pemilik akun adalah komentar
yang kasar atau komentar yang tidak pernah mereka dapat dalam kehidupan seharihari. Tidak menutup kemungkinan pula para remaja yang memiliki Instagram akan
dapat melihat status dari akun orang lain yang justru menampilkan konten yang
seharusnya belum boleh mereka lihat, seperti konten pornografi.
Gambar 1.2
Konten Pornografi di Instagram
Para remaja yang masih berada dalam rentang usia 12-17 tahun yang duduk di
bangku SMP dan SMA biasanya masih labil dan cenderung memiliki rasa penasaran
yang tinggi. Mereka belum dapat membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk, mana yang boleh dilihat mana yang tidak boleh dilihat. Asalkan hal tersebut
menarik perhatian mereka, maka mereka akan melihatnya.
Di sisi lain, kebutuhan sosialisasi remaja juga sangat tinggi, paling tidak
kebutuhan untuk diterima oleh teman sebaya. Sehingga, ia bisa berinteraksi, bergaul,
dan berbaur, dan berkembang bersama teman-teman sebayanya. Remaja biasanya
5
takut tereliminasi dalam pergaulan sesama remaja, karena dapat termarginalkan
dalam proses yang tengah berlangsung. 4 Dan media sosial menjadi salah satu bentuk
perilaku mereka untuk bergaul dan tidak termarginalkan oleh teman sebayanya.
Remaja biasanya akan menyerap segala macam informasi sebagai bagian dari
pencarian jati diri untuk membentuk kepribadiannya.
Di sisi lain, nampaknya masih banyak orang tua yang kesulitan untuk
mengawasi penggunaan media sosial pada anak-anaknya. Salah satu kesulitan orang
tua dalam mengawasi penggunaan media sosial pada anaknya terjadi karena untuk
mengakses sebuah media sosial, sang anak hanya memerlukan sebuah smartphone,
dan benda tersebut dapat mereka bawa kemana saja, sehingga ketika orang tua sedang
tidak bersama anaknya maka pengawasan pun menjadi tidak ada sama sekali.
Sedangkan apabila mereka melarang anaknya untuk memiliki media sosial, maka bisa
diartikan mereka mengekang atau menutup anaknya dari pergaulan modern ini.
Berdasarkan penjelasan di atas, tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial
terutama Instagram telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan
remaja masa kini. Hal tersebut tentunya membuat Instagram memiliki peran yang
besar dalam pembentukan kepribadian para remaja saat ini. Remaja yang baik
diharapkan memiliki kepribadian yang matang agar dimasa depan mereka akan
menjadi orang yang berguna bagi Nusa dan Bangsa. Dari masalah tersebut, penulis
tertarik untuk meneliti peran Instagram dalam pembentukan kepribadian yang matang
pada remaja. Maka dari itu, penulis tertarik untuk meneliti dan membahas
permasalahan tersebut menjadi sebuah skripsi dengan judul “Peran Media Sosial
Instagram Dalam Pembentukan Kepribadian Remaja Usia 12-17 Tahun di
Kelurahan Kebalen Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi”.
4
Jamal Ma’Mur Asmani, Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah, (Jogjakarta: Bukubiru,
2012), h. 43.
6
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, dapat diidentifikasikan
beberapa masalah, antara lain:
1. Kurangnya pemahaman remaja dalam baik buruknya penggunaan media sosial
Instagram.
2. Banyaknya konten dalam media sosial Instagram yang tidak cocok dilihat
oleh remaja yang sedang dalam proses pembentukan kepribadian.
3. Penggunaan media sosial Instagram pada remaja yang sulit diawasi oleh para
orang tua.
4. Media sosial Instagram mempengaruhi pola pergaulan remaja.
5. Media Sosial Instagram mempengaruhi pembentukan kepribadian remaja.
C.
Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah dijelaskan di atas, maka masalah
yang diteliti dibatasai pada media sosial Instagram mempengaruhi pola pergaulan
remaja dan media sosial Instagram memperngaruhi pembentukan kepribadian remaja.
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang telah
diuraikan di atas, maka permasalahan ini dirumuskan sebagai berikut: Apa saja peran
media sosial Instagram dalam pembentukan kepribadian remaja usia 12-17 tahun di
Kelurahan Kebalen, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi?
E.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui peran dari media sosial Instagram dalam pembentukan kepribadian
7
remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan kebalen, Kecamatan Babelan, Kabupaten
Bekasi.
F.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Untuk memberikan referensi
tentang peran penggunaan media sosial
Instagram dikalangan remaja.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi masyarakat sebagai bahan bacaan serta pengetahuan masyarakat
seputar peran media sosial Instagram dalam membentuk kepribadian yang
matang pada remaja.
b. Bagi para orang tua sebagai sarana masukan yang menambah pengetahuan
para orang tua, terutama terhadap orang tua yang memiliki anak remaja
umur 12-17 tahun yang aktif di media sosial Instagram agar dapat
menentukan batasan-batasan terhadap penggunaan media sosial kepada
anaknya dengan bijak.
c. Bagi para remaja sebagai bahan bacaan yang menambah pengetahuan
mereka tentang peran dari media sosial yang mereka gunakan sehingga
para remaja tersebut dapat menggunakan media sosial Instagram untuk
hal-hal yang positif.
d. Bagi penulis sebagai sarana memperluas pengetahuan tentang hal-hal
postif dan negatif dari penggunaan sosial media agar lebih bijak dalam
penggunaannya.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Deskripsi Teoritik
1. Peran
a. Pengertian Peran
Peran adalah pola perilaku normatif yang diharapkan pada kedudukan
(status) tertentu.1 Goss, Mason dan McEachern mendifinisikan peran sebagai
harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan
sosial tertentu.2 Sedangkan menurut Laurence Ross, peran adalah status dan
dinamisasi dari status ataupun penggunaan dari hak dan kewajiban ataupun
bisa juga disebut sebagai status subyektif. 3
Sebuah kedudukan (status) memiliki peran tertentu yang harus
dijalankan sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku. Contohnya adalah
seorang suami diharapkan berperan sebagai pencari nafkah untuk keluarga,
memimpin keluarganya, dan menjaga hubungan dengan sanak keluarga yang
lain.
Peran bersifat relasional dengan peran lain, jadi apabila ada peran suami
maka peran tersebut pastilah memiliki hubungan dengan peran istri. Peran
juga bisa berbentuk seperangkat peran, maksudnya adalah sebuah status bisa
memiliki beberapa peran. Misalnya seorang ibu dapat memiliki beberapa
peran, yang pertama peran konjugal sebagai istri dan partner sex dari
suaminya, yang kedua peran maternal sebagai ibu yang mengasuh anak1
Amin Nurdin dan Ahmad Abrori, Mengerti Sosiologi: Pengantar untuk Memahami KonsepKonsep Dasar, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 47.
2
Paulus Wirutomo, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi, (Jakarta: Rajawali, 1981), h. 99.
3
Phill. Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, (Bandung: Binacipta,
1979), h. 94.
8
9
anaknya, yang ketiga peran kewargaan sebagai anggota dari ibu-ibu PKK,
dan yang keempat peran pengajar sebagai guru di sekolah (apabila
profesinya seorang guru).
Tak ada peran tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Setiap
orang memiliki macam-macam peran yang berasal dari pola-pola pergaulan
hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peran menentukan apa yang
diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan yang diberikan
oleh masyarakat kepadanya. Peran yang melekat pada diri seseorang harus
dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang
dalam masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat
individu pada organisasi masyarakat. Peran lebih banyak menunjuk pada
fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang
menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peran.
Peran mencakup tiga hal, yaitu sebagai berikut:
1) Peran dapat meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi
atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini
merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. 2) Peran merupakan
suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam
masyarakat sebagai organisasi. 3) Peran juga dapat dikatakan sebagai
perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.4
Terkadang kita ditekan oleh peran yang berbeda-beda dalam suatu
waktu. Sosilog menyebut ini sebagai konflik peran (Role Conflict). Konflik
peran adalah bertentangannya beberapa peran terkait dengan dua status atau
lebih. 5 Status sebagai bapak atau ibu yang sedianya mengasuh anak di pagi
hari, misalnya, pada saat yang sama juga harus kerja kantoran karena
statusnya sebagai pegawai negeri sipil.
4
5
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 213.
Amin Nurdin. loc. cit.
10
Manusia juga dapat mengalami ketegangan peran (role strain).
Ketegangan peran adalah bertentangannya beberapa peran terkait dengan
hanya satu status saja. 6 Contohnya adalah seorang kepala sekolah yang
sebenarnya ingin dekat dengan para guru dan staff di sekolahnya, namun
agar para guru dan staffnya bersikap baik maka dia harus menerapkan
disiplin kerja yang mengakibatkan adanya jarak antara ia dengan para guru
dan staffnya.
b. Teori Peran
Teori peran adalah sebuah sudut pandang dalam sosiologi dan psikologi
yang menganggap sebagian besar aktivitas harian diperankan oleh kategorikategori yang ditetapkan secara sosial (misalnya ibu, manajer, atau guru).7
Teori peran adalah teori yang merupakan perpaduan berbagai teori, orientasi,
maupun disiplin ilmu. Selain dari psikologi, teori peran berawal dan masih
digunakan dalam sosiologi dan antrolpologi. Dalam ketiga bidang ilmu
tersebut, istilah peran diambil dari dunia teater.
Di dalam dunia teater, seorang aktor harus memerankan seorang tokoh
tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh tersebut dia diharapkan untuk
berperilaku tertentu. Posisi aktor dalam teater tersebut
kemudian
dianalogikan dengan posisi seseorang dalam masyarakat. Seperti aktor pada
teater, posisi seseorang dalam masyarakar diharapkan tidak berdiri sendiri,
melainkan selalu berada dalam kaitan dengan adanya orang-orang lain yang
berhubungan dengan orang atau aktor tersebut. Dari sudut pandang inilah
disusun teori-teori peran.
6
7
Ibid.
Wikipedia, Teori Peran, 2016, (https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_peran).
11
Salah satu teori peran adalah teori Biddle dan Thomas (1966). Dalam
teorinya Biddle dan Thomas membagi peristilahan dalam teori peran dalam
4 golongan.8 Yaitu istilah-istilah yang menyangkut:
1) Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial.
2) Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut.
3) Kedudukan orang-orang dan perilaku.
4) Kaitan antara orang dan perilaku.
Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial dapat dibagi
dalam dua golongan sebagai berikut:
1) Aktor (pelaku), yaitu orang yang sedang berperilaku menuruti suatu
peran tertentu.
2) Target (sasaran) atau orang lain, yaitu orang yang mempunyai
hubungan dengan aktor dan perilakunya.
Aktor maupun target bisa berupa individu maupun kelompok (kumpulan
individu). Hubungan antara kelompok dengan kelompok misalnya terjadi
antara paduan suara (aktor) dengan pendengarnya (target). Dengan demikian
jelas bahwa teori peran sebetulnya dapat diterapkan untuk menganalisis
setiap hubungan antar dua orang atau antar banyak orang.
Peran diwujudkan dengan perilaku oleh aktor. Wujud dari perilaku
tersebut haruslah nyata dan bervariasi, berbeda-beda dari satu aktor ke aktor
yang lain. Misanya, peran ayah seperti yang diharapkan oleh norma
mendisiplinkan anaknya, tetapi dalam kenyataannya ayah yang satu bisa
memukul untuk mendisiplinkan anaknya, sedangkan ayah yang lain hanya
dengan nasihat. Variasi ini dalam teori peran dipandang normal dan tidak ada
batasnya. Oleh karena itu teori peran tidak cenderung mengklasifikasiannya
istilah-istilahnya menurut perilaku-perilaku khusus, melainkan mendasarkan
8
Marvin E. Shaw dan Philip R, Costanzo, Teori-Teori Psikologi Sosial, Terj. dari Theories of
Social Psychology oleh Sarlito Wirawan Sarwono, (Jakarrta: Rajawali, 1984), h. 234.
12
klasisifikasinya sifat asal dari perilaku dan tujuannya (atau motivasinya). Jadi
wujud perilaku peran dapat digolongkan mislanya ke dalam jenis: hasil kerja,
hasil sekolah, pendisiplinan anak, pemeliharaan ketertiban dan sebagainya.
Dalam teori peran terdapat pula penilaian dan sanksi. Menurut Biddle dan
Thomas kedua hal tersebut didasarkan pada harapan masyarakat (orang lain)
tentang norma. Berdasarkan norma itu orang memberikan kesan positif atau
negatif terhadap suatu perilaku. Kesan positif dan negarif inilah yang
dinamakan penilaian peran. Di sisi lain, yang dimaksudnya dengan sanksi
adalah usaha orang untuk mempertahankan suatu nilai positif atau agar
perwujudan peran diubah sedemikian rupa sehingga yang tadinya dinilai
negatif bisa menjadi positif.
2. Media Sosial
a. Pengertian Media Sosial
“Media” menurut Association of Education and Communication
Technology (AECT) adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk
menyalurkan pesan atau informasi.9
Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara
harfiah mempunyai arti perantara atau pengantar. Media juga dapat diartikan
sebagai alat atau sarana yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan
seseorang (komunikator) kepada orang lain (khalayak). Media biasanya
“bertujuan memfasilitasi komunikasi antartempat (jarak) tanpa harus
disaksikan langsung secara fisik”.10
Sebelum tahun 1970-an, media didefinisikan berdasarkan sistem
penyampaiannya. Ada media cetak yang menggunakan kertas sebagai
9
M. Basyirudin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 1.
Ludwig Suparmo, Aspek Ilmu Komunikasi dalam Public Relations, (Jakarta: Indeks, 2011),
10
h. 25.
13
medianya, cotohnya seperti koran, majalah, dan buku. Ada yang
menggunakan media elektronik dan melalui sinyal seperti radio dan TV. Ada
yang mengguanakan Disk untuk forman gambar hidup sepert film dan
musik. Media-media tersebut dibagi berdasarkan metode perngirimannya
dan disusun dalam tipe-tipe perusahaan yang berbeda. Penerbit adalah
sebutan untuk perusahaan yang membuat koran, majalah dan buku,
sedangkan studio yang membuat tayangan berupa gambar dan rekaman
untuk televisi dan radio.
Namun sejak munculnya internet yang dapat diakses melalui komputer
maka muncul pula era media yang baru yang disebut media digital. Media
digital adalah semua bentuk media komunikasi yang mengkombinasikan
teks, grafik, suara, dan video menggunakan teknologi komputer”.11 Saat ini,
dengan internet kita dapat menyampaikan berbagai macam media (cetak,
siara, film, dan rekaman). Perpanjangan dari munculnya media digital
melalui internet adalah munculnya sebuah ruang baru dalam internet. Ruang
tersebut memungkinkan setiap orang untuk dapat bersosialisiasi di
dalamnya. Ruang baru tersebut yang sekarang ini disebut dengan media
sosial.
Menurut Wikipedia media sosial adalah sebuah media online, dengan
para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan
menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia
virtual. 12 Berikut beberapa pengertian Media Sosial menurut beberapa ahli:
11
Shirley Biagi, Media/Impact: Pengantar Media Massa, Terj. dari Media/Impact: An
Introduction to Mass Media oleh Mochammad Irfan dan Wulung Wira Mahendra, (Jakarta: Salemba
Humanika, 2010), h. 231.
12
Wikipedia, Media Sosial, 2016, (https://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial).
14
1) Menurut Mandibergh (2012), media sosial adalah media yang mewadahi
kerja sama di antara pengguna yang mengasilkan konten.13
2) Menurut
Shirky
(2008),
media
sosial
merupakan
alat
untuk
meningkatkan kemampuan pengguna untuk berbagi, bekerja sama di
antara pengguna dan melakukan tindakan secara kolektif yang semuanya
berada di luar kerangka instusional maupun organisasi. 14
3) Menurut Boyd (2009), media sosial dijelaskan sebagai kumpulan
perangkat lunak yang memungkinkan individu maupun komunitas untuk
berkumpul, berbagi, berkomunikasi, dan dalam kasus tertentu saling
berkolaborasi atau bermain. 15
4) Menurut Van Dijk (2013), media sosial adalah platform media yang
memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka
dalam beraktivitas maupun berkolaborasi, karena itu, media sosial dapat
dilihat sebagai medium (fasilitator) online yang menguatkan hubungan
antarpengguna sekaligus sebagai sebuah ikatan sosial. 16
5) Mike dan Young (2012) mengartikan media sosial sebagai konvergensi
antara komunikasi personal dalam arti saling berbagi di antara individu
dan media publik untuk berbagi kepada siapa saja tanpa ada kekhususan
individu.17
Dari pengertian-pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa media
sosial adalah media yang memungkinkan penggunanya untuk saling
melakukan aktivitas sosial secara virtual melalui jaringan internet.
13
Rulli Nasrullah, Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, Dan Sosioteknologi,
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media: 2015) h. 11
14
Ibid.
15
Ibid.
16
Ibid.
17
Ibid.
15
b. Karakteristik Media Sosial
Ada ciri khusus yang hanya dimiliki oleh media sosial dibanding media
lainnya. Salah satunya adalah media sosial beranjak dari pemahaman
bagaimana media tersebut digunakan sebagai sarana sosial di dunia virtual.
Adapun karakteristik media sosial, yaitu:
1) Jaringan (Network) Antarpengguna
Media sosial memiliki karakter jaringan sosial. Media sosial terbangun
dari struktur sosial yang terbentuk di dalam jaringan atau internet.18
Jaringan yang terbentuk antarpengguna merupakan jaringan yang secara
teknologi dimediasi oleh perangkat teknologi, seperti komputer, telepon
genggam atau tablet. Karakter media sosial adalah membentuk jaringan di
antara penggunanya. Tidak peduli apakah di dunia nyata (offline)
antarpengguna itu saling kenal atau tidak, namun kehadiran media sosial
memberikan medium bagi pengguna untuk terhubung secara mekanisme
teknologi.
2) Informasi
Informasi menjadi entitas yang penting dari media sosial. 19 Sebab
tidak seperti media-media lainnya di internet, pengguna media sosial
mengkreasikan representasi identitasnya, memproduksi konten, dan
melakukan interaksi berdasarkan informasi. Bahkan informasi menjadi
semacam komoditas. Di media sosial, informasi menjadi komoditas yang
dikonsumsi oleh pengguna. Komoditas tersebut pada dasarnya merupakan
komoditas yang diproduksi dan didistribusikan antarpengguna itu sendiri.
Dari kegiatan konsumsi inilah pengguna dan pengguna lain membentuk
sebuah jaringan yang pada akhirnya secara sadar atau tidak bermuara
pada isntitusi masyarakat berjejaring (network society)
18
19
Ibid., h.16.
Ibid., h. 19.
16
3) Arsip
Bagi pengguna media sosial, arsip menjadi sebuah karakter yang
menjelaskan bahwa informasi telah tersimpan dan bisa menjadi akses
kapan pun dan melalui perangkat apapun. 20 Setiap informasi apa pun
yang diunggah di Facebook sebagai contoh, informasi itu tidak hilang
begitu saja saat pergantian hari, bulan, sampai tahun. Informasi itu akan
terus tersimpan dan bahkan dengan mudahnya bisa diakses.
4) Interaksi
Secara sederhana interaksi yang terjadi di media sosial minimal
berbentuk saling mengomentari atau memberikan tanda, seperti jempol di
Facebook atau hati di Instagram. Interaksi dalam kajian media
merupakan salah satu pembeda antara media lama (old media) dengan
media baru (new media).
5) Simulasi Sosial
Media sosial memiliki karakter sebagai medium berlangsungnya
masyarakat (society) di dunia virtual.21 Pengguna media sosial bisa
dikatakan sebagai warga negara digital yang berlandaskan keterbukaan
tanpa adanya batasan-batasan. Layaknya masyarakat atau Negara, di
media sosial juga terdapat aturan dan etika yang mengikat penggunanya.
Media sosial tidak lagi menampilkan realitas, tetapi sudah menjadi
realitas tersendiri, bahkan apa yang ada di media sosial lebih nyata (real)
dari realitas itu sendiri.
6) Konten oleh pengguna
Karakteristik media sosial lainnya adalah konten oleh pengguna atau
lebih popular disebut dengan user generated content (UGC). Konten oleh
20
21
Ibid., h. 22.
Ibid., h. 28.
17
pengguna ini adalah sebagai penanda bahwa di media sosial khalayak
tidak hanya memproduksi konten, tetapi juga mengonsumsi konten yang
diproduksi oleh orang lain. 22 Konten ini adalah format baru dari budaya
interaksi dimana para pengguna dalam waktu yang bersamaan berlaku
sebagai produser pada satu sisi dan sebagai konsumen dari konten yang
dihasilkan di ruang online pada lain sisi.
7) Penyebaran (Share)
Penyebaran atau sharing merupakan karakter lainnya dari media
sosial. Sharing merupakan ciri khas dari media sosial yang menunjukkan
bahwa
khalayak
aktif
menyebarkan
konten
sekaligus
mengembangkannya. 23 Maksud dari pengembangan ini misalnya,
komentar yang tidak sekadar opini, tetapi juga data atas fakta terbaru. Di
media sosial konten tidak hanya diproduksi oleh khalayak pengguna,
tetapi juga didistribusikan secara manual oleh pengguna lain.
c. Jenis-Jenis Media Sosial
Pembagian jenis media sosial ke dalam kategori merupakan upaya untuk
melihat bagaimana jenis dari media sosial itu sendiri. Dari banyaknya media
sosial yang beredar, setidaknya ada 6 kategori besar untuk melihat pembagian
media sosial, yaitu:
1) Jejaring sosial (Social Networking)
Social networking atau jaringan sosial merupakan medium yang paling
populer dalam kategori media sosial. Medium ini merupakan sarana yang
bisa digunakan pengguna untuk melakukan hubungan sosial, termasuk
konsekuensi atau efek dari hubungan sosial tersebut, di dunia virtual. 24
22
Ibid., h. 31.
Ibid., h. 33.
24
Ibid., h. 40.
23
18
Medium ini memungkinkan pengguna untuk berinteraksi satu sama lain.
Interaksi terjadi tidak hanya pada pesan teks tetapi juga termasuk foto dan
video yang mungkin menarik perhatian pengguna lain. Semua posting
(publikasi) merupakan real time, memungkinkan anggota untuk berbagi
informasi seperti apa yang sedang terjadi. Contoh dari medium ini adalah
facebook yang bisa digunakan untuk memublikasikan konten seperti
profil, aktivitas, atau bahkan pendapat pengguna, juga sebagai media
yang memberikan ruang bagi komunikasi dan interaksi dalam jejaring
sosial di ruang cyber.
Gambar 2.1
Beranda Facebook
2) Blog
Blog merupakan media sosial yang memungkinkan penggunanya
untuk mengunggah aktivitas keseharian, saling mengomentari, dan
berbagi, baik tautan web lain, informasi, dan sebagainya. 25 Pada awalnya,
blog merupakan suatu bentuk situs web pribadi yang berisi kumpulan
tautan ke situs lain yang dianggap menarik dan diperbarui setiap harinya,
25
Ibid., h. 41.
19
pada perkembangan selanjutnya blog memuat banyak jurnal (tulisan
keseharian pribadi) pemilik media dan terdapat kolom komentar yang
bisa diisi oleh pengunjung. Blog juga menawarkan alamat web pribadi,
ruang web gratis, dan sistem manajemen konten yang memungkinkan
untuk membuat, menerbitkan, dan berbagi konten secara harfiah bebas
dari biaya.
3) Mini Blog (Microblogging)
Tidak berbeda dengan blog, microblogging merupakan jenis media
sosial yang memfasilitasi pengguna untuk menulis dan memublikasikan
aktivitas serta pendapatnya. 26 Secara historis, kehadiran jenis media sosial
ini merujuk pada muculnya twitter yang hanya menyediakan ruang
tertentu atau maksimal 140 karakter saja. Sama seperti media sosial
lainnya, di twitter pengguna bisa menjalin jaringan dengan pengguna lain,
menyebarkan informasi, mempromosikan pendapat/pandangan pengguna
lain, sampai membahas isu terhangat (trending topic) saat itu juga dan
menjadi bagian dari isu tersebut dengan turut berkicau (tweet)
menggunakan tagar (hastag) tertentu.
Gambar 2.2
Beranda Twitter
26
Ibid., h. 43.
20
4) Media Sharing
Media sharing atau situs berbagi media merupakan jenis media sosial
yang memfasilitasi penggunanya untuk berbagi media mulai dari
dokumen (file), video, audio, gambar, dan sebagainya. 27 Kebanyakan dari
media sosial jenis ini adalah gratisan meskipun beberapa juga
mengenakan biaya keanggotaan, berdasarkan fitur dan layanan yang
mereka berikan. Beberapa contoh dari media berbagi ini adalah youtube,
flickr, dan snapfish.
Gambar 2.3
Beranda Youtube
5) Penanda Sosial (Social Bookmarking)
Penanda sosial atau social bookmarking merupakan media sosial yang
bekerja untuk mengorganisasi, menyimpan, mengelola, dan mencari
informasi atau berita tertentu secara online. 28 Informasi yang diberikan di
media sosial ini bukanlah informasi yang utuh. Artinya, pengguna hanya
27
28
Ibid., h. 44.
Ibid.
21
disediakan informasi bisa teks, foto, atau video singkat sebagai pengantar
yang kemudian pengguna akan diarahkan pada tautan sumber informasi
itu berada. Beberapa situs social bookmarking yang populer adalah
delicious.com, digg.com, dan lintasme.
6) Wiki
Media sosial wiki adalah media konten bersama. Disebut media
konten bersama karena media sosial ini merupakan situs yang kontennya
hasil kolaborasi dari para penggunanya. Mirip dengan kamus atau
ensiklopedia, wiki menghadirkan kepada pengguna pengertian, sejarah,
hingga rujukan buku atau tautan tentang satu suku kata. Dala praktiknya
penjelasan-penjelasan tersebut dikerjakan oleh pengunjung. Artinya, ada
kolaborasi atau kerja bersama dari semua pengunjung untuk mengisi
konten dalam situs ini. Kata “wiki” merujuk pada media sosial Wikipedia
yang popular sebagai media kolaborasi konten bersama.
3. Instagram
Instagram adalah sebuah aplikasi media sosial yang memungkinkan
pengguna untuk mengambil foto dan video, menerapkan filter digital
(pemberian efek pada foto) dan membagikannya ke berbagai media sosial
termasuk instagram itu sendiri. 29 Foto atau video yang dibagikan nantinya
akan terpampang di feed pengguna lain yang menjadi follower Anda.
Sistem pertemenan di Instagram menggunakan istilah following dan
follower seperti di twitter. Following berarti Anda mengikuti pengguna,
sedangkan follower berarti pengguna lain yang mengikuti Anda. Selanjutnya
setiap pengguna dapat berinteraksi dengan cara memberikan komentar dan
memberikan respon suka terhadap foto yang dibagikan.
29
Michelle Wifalin, Efektivitas Instagram Common Grounds, Jurnal E-Komunikasi Program
Studi Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra Surabaya, pp. 2.
22
Instagram berasal dari pengertian dari keseluruhan fungsi aplikasi ini.
Kata "insta" berasal dari kata "instan", seperti kamera polaroid yang pada
masanya lebih dikenal dengan sebutan "foto instan". Instagram juga dapat
menampilkan foto-foto secara instan, seperti polaroid di dalam tampilannya.
Sedangkan untuk kata "gram" berasal dari kata “telegram” yang cara
kerjanya untuk mengirimkan informasi kepada orang lain dengan cepat.
Sama halnya dengan Instagram yang dapat mengunggah foto dengan
menggunakan jaringan Internet, sehingga informasi yang ingin disampaikan
dapat diterima dengan cepat. Oleh karena itulah Instagram merupakan
gabungan dari kata instan dan telegram. 30
Pada tanggal 9 April 2012, diumumkan bahwa Facebook setuju
mengambil alih Instagram dengan nilai hampir $1 miliar dalam bentuk tunai
dan saham. Pada tanggal 11 Mei 2016, Instagram memperkenalkan tampilan
baru sekaligus ikon baru dan desain aplikasi baru. Terinspirasi oleh ikon
aplikasi sebelumnya, ikon baru merupakan kamera sederhana dan pelangi
hidup dalam bentuk gradien.
Gambar 2.4
Ikon Lama dan Baru Instagram
Beberapa fitur-fitur yang ada di Instagram adalah:
1) Kamera
Fitur kamera memungkinkan pengguna instagram tidak hanya bisa
mengunggah foto dari galeri. Tetapi dapat juga langsung membidik atau
30
Wikipedia, Instagram, 2016, (https://id.wikipedia.org/wiki/Instagram).
23
merekam
momen
dari
dalam
aplikasi
kemudian
mengedit,
memberi caption baru membagikannya.
2) Editor
Editor adalah fitur yang memungkinkan pengguna untuk memoles foto
yang dijepret lewat kamera perangkatnya. Di sini akan dijumpai 10 tool
editor tingkat lanjut untuk mengatur kembali pencahayaan, kontras dan
saturasi semudah menggerakkan jemari tangan. Di update terbaru
Instagram tidak lagi mengharuskan foto berwujud kotak, tapi sudah
mendukung pilihan portrait dan juga landscape. Memberikan keleluasaan
kepada pengguna saat ingin membagikan foto dengan sudut tangkapan
lensa yang lebih lebar.
3) Tag dan Hashtag
Fitur ini sebagaimana jejaring sosial pada umumnya memiliki fungsi
untuk menandai teman atau mengelompokkan foto dalam satu label.
4) Caption
Caption berfungsi layaknya deskripsi, di sinilah pengguna bisa
memberikan sepatah dua patah kata soal foto yang diunggah. Di samping
tentunya menambahkan hashtag.
5) Integrasi ke media sosial
Instagram juga memungkinkan penggunanya untuk berbagi foto atau
video ke jejaring sosial lain seperti Facebook, Twitter, Tumblr dan Flicrk.
Bila tool ini diaktifkan maka setiap kali foto dibagikan, secara otomatis
Instagram juga akan membagikannya ke jejaring sosial yang sudah
terhubung.
6) Instastory
Instastory adalah fitu terbaru dari Instagram, yang mengambil
format snapchat dimana unggahan hanya akan bertahan selama 1 hari
dengan durasi maksimal 10 detik.
24
7) Explore
Fitur yang menampilkan konten yang dilihat following atau follower
pengguna.
Sebagai sebuah media sosial yang digunakan oleh khalayak ramai,
tentunya Instagram memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Berikut
penjabaran kelebihan dan kekurangan Instagram.
Kelebihan Instagram:
a. Mudah digunakan
Kemudahan yang ditawarkan Instagram menjadikannya media yang cepat
menarik minat masyarakat untuk menggunakannya. Memposting foto atau
video, memfollow, mengomentari, memberi like, hingga searching sesuai
hashtag pun bisa dilakukan dengan sangat praktis.
b. Media utama berupa foto
Menjadi media sosial yang unggul pada hal posting melalui foto,
membentuk media ini menyampaikan tampilan serta kualitas foto yang baik.
Visual yang menjadi daya tarik utama Instagram untuk digunakan.
c. Koneksi dengan media sosial yang lain
Kelebihan Instagram yang memberikan koneksi dengan beberapa sosial
media membentuk kemudahan tersendiri untuk para penggunanya. Jadi anda
dapat menghemat ketika karena tidak perlu melakukan posting berkali-kali
pada media sosial lain.
Kelemahan Instagram:
a. Spamming
Kemudahan
yang
diberikan
Instagram
dalam
hal
berinteraksi,
membentuk sosial media ini sangat rawan spamming. Umumnya spamming
bayak terlihat pada bagian komentar. Namun bisa disiasati menggunakan
25
memberlakukan private di akun kita agar tidak sembarang orang bisa
berkomentar di postingan.
b. Tidak adanya penyaring konten
Dengan kemudahan yang diberikan Instagram membuat siapa saja bisa
memiliki akun Instagram. Hal tersebut tentunya menjadikan Instragam
sangat mudah dimasuki orang-orang yang ingin menyebarkan konten-konten
yang buruk.
4. Kepribadian
a. Pengertian kepribadian
Kepribadian dalam bahasa Inggris disebut dengan personality. Kata
personality dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin: persona. 31 Pada
awalnya kata persona ini menunjuk kepada topeng yang biasa digunakan
oleh para pemain sandiwara di zaman Romawi dalam memainkan peranperannya. Pada waktu itu, setiap pemain sandiwara memainkan peranannya
masing-masing sesuai dengan topeng yang dikenakannya. Dari sini lambat
laun kata persona (personality) berubah menjadi satu istilah yang mengacu
kepada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh individu dari kelompok
atau masyarakatnya, dimana kemudian individu tersebut diharapkan
bertingkah laku sesuai dengan gambaran sosial (peran) yang diterimanya itu.
Dalam kehidupan sehari-hari kita bisa menjumpai pengertian keprbadian
semacam ini melaui ungkapan-ungkapan seperti “Doni berkepribadian
pahlawan” atau “Dewi memiliki kepribadian kartini sejati”.
Di samping itu kepribadian juga sering diartikan atau dihubungkan
dengan ciri-ciri tertentu yang menonjol pada diri individu. Contohnya,
kepada orang yang pemalu dikenakan atribut “berkepribadian pemalu”, dan
kepada yang suka bertindak keras dikenanakan atribut “berkepribadian
31
Koswara, Teori-Teori Kerpribadian, (Bandung: Eresco, 1981), h. 10
26
keras”. Selain itu, sering pula kita jumpai ungkapan “tidak punya
kepribadian” yang biasanya merujuk pada orang yang lemah, plin-plan,
pengecut atau semacamnya.
Dari uraian di atas bisa diperoleh gambaran bahwa kepribadian menurut
pengertian sehari-hari menunjuk kepada indvidu tampil dan menimbulkan
kesan bagi individu-individu lainnya.
Kepribadian mencakup sistem fisik dan psikologis, meliputi perilaku
yang terlihat dan pikiran yang tidak terlihat, serta tidak hanya merupakan
sesuatu tetapi melakukan sesuatu. Kepribadian adalah substansi dan
perubahan, produk dan proses, serta struktur dan perkembangan. 32
Lawrence A. Pervin mendefinisikan secara sederhana bahwa kepribadian
sebagai karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya konsistensi
perasaan, pemikiran, dan perilaku.33
Sedangkan pengertian kepribadian menurut disiplin ilmu psikologi bisa
diambil dari rumusan beberapa teoris, diantaranya sebagai berikut:
1) George Kelly menyatakan bahwa kepribadian sebagai cara yang unik
dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya.34
2) Gordon Allport menyatakan bahwa kepribadian merupakan suatu
organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang
menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas. 35
3) Sigmund Freud memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang
terdiri dari tiga sistem yakni id, ego, dan superego. Dan tingkah laku
32
Jess Feist dan Gregory J. Fesit, Teori Kepribdian, Terj. dari Theories of Personality oleh
Smita Prathita Sjahputri, (Jakarta: Salemba Humanka, 2010), h. 86.
33
Lawrence A. Pervin, Daniel Cervone, dan Oliver P. John, Psikologi Kepribadian: Teori dan
Penelitian, Terj. dari Personality: Theory and Research oleh A.K. Anwar, (Jakarta: Kenacana, 2010),
h.78
34
Koswara, op. cit., h. 11.
35
Ibid.
27
menurut Ferud, tidak lain merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi
ketiga sistem kepribadian tersebut.36
4) Browner menyatakan bahwa kepribadian adalah corak tingkah laku
sosial, corak ketakutan, dorongan dan keinginan, corak gerak-gerik,
opini dan sikap. 37
Dari beberapa perngertian kepribadian diatas, penulis mengartikan bahwa
kepribadian adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri
seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari
lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil dan juga bawaan seseorang
sejak lahir.38
b. Tipe-Tipe Kepribadian
Menurut Paul Gunadi (2005) pada umumnya terdapat lima penggolongan
kepribadian yang sering dikenal dalam kehidupan sehari-hari, yaitu sebagai
berikut:
1) Tipe Sanguin
Seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain:
bersemangat, memiliki banyak kekuatan, mempunyai gairah hidup, dan
membuat lingkungannya gembira dan senang. 39 Akan tetapi, tipe ini pun
memiliki kelemahan antara lain: cenderung impulsif, bertindak sesuai
emosinya atau keinginannya.
2) Tipe Flegmatik
Seseorang yang masuk tipe ini memiliki ciri antara lain: cenderung
tenang, gejolak emosinya tidak tampak, misalnya dalam kondisi sedih
36
Ibid.
Ibid.
38
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak: Pesan Moral Intelektual, Emosional, dan Sosial
Sebagai Wujud Intregitas Membangun Jati Diri, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 11
39
Ibid.
37
28
atau senang, sehingga turun naik emosinya tidak terlihat secara jelas. 40
Orang bertipe ini cenderung dapat menguasai dirinya dengan cukup baik
dan lebih introspektif, memikirkan ke dalam, dan mampu melihat,
menatap, dan memikirkna masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya.
3) Tipe Melankolik
Seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri antara lain: terobsesi
dengan karyanya yang paling bagus atau paling sempurna, mengerti
estetika keindahan hidup, perasaanya sangat kuat, dan sangat sensitif. 41
Orang yang memiliki tipe ini memiliki kelemahan antara lain: sangat
mudah dikuasai oleh perasaan dan cenderung perasaan yang mendasari
hidupnya sehari-hari adalah perasaan murung.
4) Tipe Kolerik
Seseorang yang masuk tipe ini memiliki ciri antara lain: cenderung
berorientasi pada pekerjaan dan tugas, mempunyai disiplin kerja yang
sangat tinggi, mampu melaksanakan tugas dengan setia dan bertanggung
jawab atas tugas yang dimebannya. 42 Sedangkan kelemahannya antara
lain: kurang mampu merasakan perasaan orang lain, kurang mampu
mengembangkan rasa kasihan pada orang yang sedang menderita, dan
perasaannya kurang bermain.
5) Tipe Asertif
Seseorang yang masuk tipe ini memiliki ciri antara lain: mampu
menyatakan pendapat, ide dan gagasannya secara tegas, kritis, tetapi
perasaanya halus sehingga tidak menyakiti perasaan orang lain. 43 Perilaku
mereka adalah berjuang mepertahankan hak sendiri, tetapi tidak sampai
mengabaikan atau mengancam hak orang lain; melibatkan perasaan dan
40
Ibid.
Ibid., h. 12.
42
Ibid.
43
Ibid.
41
29
kepercayaan orang lain sebagai bagian dari interaksi dengan mereka;
mengekspresikan perasaan dan kepercayaan sendiri dengan terbuka,
langsung, jujur, dan tepat sasaran.
Gregory (2005) menegaskan bahwa kepribadian tidak ada hubungannya
dengan sikap berpura-pura dan melagak yang diperolehnya dalam pendidikan
keluwesan dan kursus-kursus perbaikan diri, atau dari melihat dan menjiplak
gaya dan gerak bintang-bintang top di TV karena hal tersebut merupakan
mode dan keisengan yang datang dan pergi. 44 Kepribadian meliputi tingkah
laku, cara berpikir, perasaan, gerak hati, usaha, aksi, tanggapan terhadap
kesempatan, tekanan, dan cara sehari-hari dalam berinteraksi dengan orang
lain. Jika unsur-unsur kepribadian ini menyatakan diri dalam kombinasi yang
berulang-ulang secara khas dan dinamis maka hal demikian dikenal dengan
nama gaya kepribadian. Kepribadian adalah khas bagi setiap pribadi,
sedangkan gaya kepribadian bisa dimiliki oleh orang lain yang juga
menunjukan kombinasi berulang-ulang secara khas dan dinamis dari ciri
pembawaan dan pola kelakuan yang sama.
c. Faktor yang mempengaruhi Kepribadian
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kepribadian
seseorang
dapat
dikelompokkan dalam dua faktor, yaitu:
1) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu
sendiri. 45 Faktor internal ini biasanya merupakan faktor genetis atau
bawaan. Faktor genetis maskudnya adalah faktor yang berupa bawaan
sejak lahir dan merupakan pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang
dimiliki salah satu dari kedua orang tuanya atau bisa jadi gabungan atau
44
45
Ibid., h. 13.
Ibid., h. 19
30
kombinasi dari sifat kedua orang tuanya. Oleh karena itu, sering kita
mendengar istilah “buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya”. Misalnya,
sifat mudah marah yang dimiliki seorang ayah bukan tidak mungkin akan
menurun pula pada anaknya.
2) Faktor Eksternal
Faktor Eksternal adalah faktor yang berasal dari luar orang tersebut.46
Faktor eksternal ini biasanya merupakan pengaruh yang berasal dari
lingkungan seseorang mulai dari lingkungan terkecilnya, yakni keluarga,
teman, tetangga, sampai dengan pengaruh dari berbagai media seperti TV,
internet, majalah dan lain sebagainya.
d. Perkembangan Kepribadian
Perkembangan kepribadian itu berlangsung melalui tiga fase, yaitu
sebagai berikut:
1) Fase Pertama, yaitu mulai dari lahir sampai dengan sekitar usia 5
tahunan. Fase ini merupakan fase yang banyak berkaitan dengan
kewibawaan dan kekuasaan. Pada fase ini arti dari penghargaan diri dan
sikap mengenai aturan yang diterjemahkan dalm bentuk gambaran diri
adalah diarahkan kepada apa yang diharapkan oleh tokoh-tokoh terdekat
yang menguasainya.
2) Fase Kedua, yaitu masa anak-anak dan masa remaja, fase ini merupakan
masa yang sebagian besar diarahkan pada persoalan hubungan dengan
teman
sebayanya.
Pada
masa
ini
mereka
mengembangkan
penghargannya terhadap orang lain serta menaruh perhatian terhadap
perilaku jujur, keadilan, dan sikap bersedia membalas jasa orang lain.
Jika pada fase pertama anak pada dasarnya lebih peduli terhadap
gambaran dirinya sendiri sebagaimana yang diarahkan oleh orang
46
Ibid., h. 19
31
tuanya, maka pada fase kedua anak harus menyesuaikan gambaran
dirinya dengan rekan sebayanya.
3) Fase ketiga, adalah fase dewasa. Pada fase ini orang mulai memasuki
dunia kerja dan mulai berkeluarga. Persoalan-persoalan pada masa lalu
(belajar bergaul dengan rekan sebaya dan dengan mereka yang
berkuasa) berpadu dengan persoalan identitas diri. Pada masa ini
seseorang menentukan corak kepribadian yang diharapkan dengan cara
mengembangkan suatu “pola umum gambaran dirinya”, mereka mulai
merintis tujuan hidupnya serta merencanakan strategi yang akan
ditempuhnya dalam mengejar tujuan hidup yang dipilihnya.
Perkembangan kepribadian dilihat melalui gambaran diri seseorang,
metode interaksi, dan pandangan serta harapan terhadap orang lain adalah
berkaitan dengan perilaku sosialnya yang terbentuk melalui riwayat
perkembangan hidupnya. Riwayat hidup tersebut dapat dikonseptualisasikan
sebagai evolusi melalui tiga fase. Fase pertama, orang harus mengakui
kewibawaan, fase kedua, orang mengatur bagaimana ia harus bergaul dengan
teman sebayanya, dan fase ketiga, orang harus memantapkan suatu gaya hidup
tertentu yang hendak direalisasikannya.
e. Kriteria Kepribadian
Pribadi yang sehat biasanya memiliki masa kecil yang relatif tidak
traumatis walaupun pada tahun-tahun berikutnya mereka dapat menghadapi
konflik dan penderitaan. Orang-orang yang sehat secara psikologis tidak
terbebas dari kelemahan-kelemahan atau pun keanehan-keanehan yang
membuat mereka unik. Allport (1961) mengidentifikasikan enam kriteria
kepribadian yang sehat, yaitu sebagai berikut:
32
1) Perluasan perasaan diri
Pribadi yang matang terus mencari untuk dapat mengidentifikasi diri
dan berpartisipasi dalam kejadian yang terjadi di luar diri mereka. Mereka
tidak terpusat pada diri sendiri serta mampu untuk terlibat dalam masalah
dan aktivitas yang tidak terpusat pada diri mereka. Ketika diri
berkembang, maka diri itu meluas menjangkau banyak orang dan benda.
Mula-mula diri berpusat hanya pada individu kemudian diri bertambah
luas meliputi nilai-nilai dan citi-cita yang abstrak. Artinya adalah, ketika
individu sudah memasuki masa dimana dirinya lebih berkembang dari
sebelumnya, ia akan melakukan atau berinvestasi lebih dalam lagi untuk
lebih mengembangkan diri. Pengembangan diri itu bisa saja di salurkan
entah ke sesama individu lainnya, bisa jadi ia kembangkan dalam bentuk
nilai-nilai atau cita-cita yang ingin ia capai. Orang harus menjadi
partisipan yang langsung dan penuh. Allport menamakan hal ini
“pertisipasi otentik yang dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana
yang penting dari usaha manusia”.
Orang harus meluaskan diri ke dalam aktivitas. Suatu aktivitas harus
relevan dan penting bagi diri; harus berarti sesuatu bagi orang itu. Apabila
anda mengerjakan suatu pekerjaan karena anda percaya bahwa pekerjaan
itu penting, menantang kemampuan, membuat anda merasa enak, maka
anda merupakan seorang partisipan otentik dalam pekerjaan itu. Maka
dalam perluasan perasaan diri, seseorang akan mengembangkan minatnya
seluas-luasnya.
Minat atas sebuah keahlian (minat pribadi), kehidupan sosial, dan
minat spiritual menjadi sangat penting bagi mereka. Sesorang yang
memiliki kepribadian sehat akan berusaha mengembangkan minat
pribadinya, pada awalnya ia akan mencari hal yang dia suka lalu berusaha
menadalami hal tersebut. Minat pribadi membuat sesorang mengetahui
33
apa yang menjadi bakatnya serta membantunya menggapi karir yang
sesuai dengan bakatnya.
Pribadi yang sehat juga akan mengembangkan dirinya dalam
kehidupan sosial, tidak mencoba untuk menjadi orang yang egois atau
mementingkan dirinya sendiri. Mereka berusaha menjadi orang yang baik
dan bermanfaat bagi orang disekitarnya. Seiring berjalannya waktu,
kegiatan di luar diri mereka akan menjadi bagian dari keberadaan
seseorang.
Pribadi yang matang juga mengembangkan minat spiritualnya. Bagi
mereka keberadaan Tuhan adalah sesuatu yang penting. Minat spiritual
biasanya dipengaruhi oleh lingkungan mereka, pribadi yang sehat
biasanya bergaul di lingkungan yang sehat pula sehingga pengaruh
terhadap minat spiritual sangat besar dalam hidup mereka.
Allport mengatakan, “semua orang mempunyai rasa cinta terhadap diri
sendiri, namun hanya perluasan perasaan diri yang menjadi penanda
kematangan pribadi”.47
2) Hubungan yang hangat dengan orang lain
Mereka yang mempunyai kriteria ini memiliki kapasitas untuk
mencintai orang lain dalam cara-cara yang intim dan simpatik. Tentu saja
hubungan yang hangat sangat bergantung kepada kemampuan seseorang
untuk memperluas perasaan diri mereka. Dengan melihat jauh ke depan
manusia dapat mencintai orang lain dengan cara yang dewasa, tanpa
posesif
maupun
egois.
Manusia
yang
sehat
secara
psikologis
memperlakukan orang lain dengan rasa hormat.
Allport membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan dengan
orang-orang lain: kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan
47
Jess Feist, op. cit., h. 87.
34
terharu. Orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan
keintiman (cinta) terhadap orang tua, anak, partner, atau teman akrab.
Apa yang dihasilkan oleh kapasitas untuk keintiman ini adalah suatu
perasaan perluasan diri yang berkembang baik, syarat lain bagi kapasitas
keintiman adalah suatu perasaan identitas diri yang berkembang dengan
baik. Ada perbedaan antara hubungan cinta dari orang yang neurotis
dengan hubungan cinta dari kepribadian-kepribadian yang sehat. Orangorang yang neurotis harus menerima cinta jauh lebih banyak daripada
kemampuan mereka untuk memberinya. Apabila mereka memberi cinta,
maka cinta itu diberikan dengan syarat-syarat dan kewajiban-kewajiban
yang bersifat timbal balik. Cinta dari orang yang sehat adalah tanpa
syarat, tidak melumpuhkan, atau mengikat.
Perasaan terharu, tipe kehangatan yang kedua adalah suatu
pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan
dengan semua bangsa. Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk
memahami
kesakitan-kesakitan,
penderitaan-penderitaan,
ketakutan-
ketakutan, dan kegagalan-kegagalan yang merupakan ciri kehidupan
manusia. Empati ini timbul melalui “perluasan imajinatif” dan perasaan
orang sendiri terhadap kemanusiaan pada umumnya. Sebagai hasil dari
kapasitas perasaan terharu, kepribadian yang matang sabar terhadap
tingkah laku orang-orang lain dan tidak mengadili atau menghukumnya.
Orang yang sehat menerima kelemahan-kelemahan manusia, dan
mengetahui bahwa dia memiliki kelemahan-kelemahan yang sama. Akan
tetapi, orang yang neurotis tidak sabar dan tidak mampu memahami sifat
universal dari pengalaman-pengalaman dasar manusia.
35
3) Keamanan emosional atau penerimaan diri
Pribadi yang matang akan menerima diri mereka apa adanya, dan
memiliki keseimbangan emosional. 48 Mereka tidak akan terus berkutat
dengan gangguan-gangguan kecil, serta menyadari bahwa rasa frustasi
dan ketidaknyamanan merupakan bagian dari hidup.
Kepribadian-kepribadian yang sehat juga mampu menerima emosiemosi manusia. Kepribadian-kepribadian yang sehat mengontrol emosiemosi mereka, sehingga emosi-emosi ini tidak mengganggu aktivitasaktivitas antarpribadi, emosi-emosi diarahkan kembali ke dalam saluransaluran yang lebih membangun. Akan tetapi orang-orang yang neurotis
menyerah pada emosi apa saja yang dominan muncul pada saat itu
Kualitas lain dari keamanan emosional ialah apa yang disebut Allport
“sabar terhadap kekecewaan”. Orang-orang yang sehat sabar menghadapi
kemunduran-kemunduran, tidak menyerah diri kepada kekecewaan, tetapi
mampu memikiran cara-cara yang berbeda, yang kurang menimbulkan
kekecewaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang sama atau tujuan-tujuan
pengganti.
Mereka menerima diri mereka apa adanya, tanpa berusaha hidup
dengan gengsi yang mereka buat sendiri. Tidak ada kepura-puraan,
semuanya murni apa adanya sesuai dengan diri mereka yang
sesungguhnya. Pribadi yang baik tahu cara mengontrol emosi jiwanya.
Mereka tidak akan mempermalukan dirinya sendiri hanya karena
termakan emosi. Mereka memikirkandampak atas segala sesuatu yang
akan mereka lakukan.
48
Ibid.
36
4) Memiliki persepsi realistis mengenai lingkungan disekitarnya
Mereka yang memiliki persepsi hidup yang realistis tidak hidup dalam
dunia fantasi atau membelokkan kenyataan agar sesuai dengan harapan
mereka. Mereka berfokus pada masalah dibanding pada pribadi, dan lebih
berinteraksi dengan dunia seperti yang dilihat oleh kebanyakan orang.
Mereka tidak muluk-muluk terhadap segala sesuatu, karena mereka sudah
paham dengan kenyataan yang ada. Mereka tahu kapan harus menaruh
ekspektasi, atau kapan harus mengalah terhadap sesuatu.
Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif.
Sebaliknya, orang-orang yang neurotis terkadang harus mengubah realitas
supaya membuatnya sesuai dengan keinginan-keinginan, kebutuhankebutuhan, dan ketakutan-ketakutan mereka sendiri. Orang-orang yang
sehat tidak perlu percaya bahwa orang-orang lain atau situasi-situasi
semuanya jahat atau semuanya baik menurut suatu prasangka pribadi
terhadap realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana adanya.
5) Insight dan humor
Pribadi yang matang mengenal dirinya sendiri, sehingga tidak
mempunyai kebutuhan untuk mengatribusikan kesalahan dan kelemahan
kepada orang lain. Mereka juga memiliki selera humor yang tidak kasar,
yang memberikan mereka kapasitas untuk menertawakan diri mereka
sendiri daripada bergantung pada tema-tema seksual atau kekerasan yang
membuat orang lain tertawa. Manusia yang sehat dapat melihat diri
mereka dengan lebih objektif, mereka dapat melihat hal-hal yang absurd
dan mustahil dalam kehidupan.
Kepribadian yang sehat mencapai suatu tingkat pemahaman diri yang
lebih tinggi daripada orang-orang yang neurotis. Orang yang sehat
37
terbuka pada pendapat orang-orang lain dalam merumuskan suatu
gambaran diri yang objektif.
Orang
yang
objectification)
memiliki
yang
tinggi
suatu
atau
tingkat
pemahaman
wawasan
diri tidak
diri
(self
mungkin
memproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya yang negatif kepada orang
lain. Allport juga mengemukakan bahwa orang yang memiliki wawasan
diri yang lebih baik adalah lebih cerdas daripada orang yang memiliki
wawasan diri yang kurang.
6) Filosofi kehidupan yang mempersatukan
Pribadi yang sehat memiliki pandangan yang jelas mengenai tujuan
hidup mereka. Tanpa pandangan tersebut, insight mereka kan menjadi
kosong dan gersang, serta akan memiliki humor yang dangkal dan sinis.
Filosofi yang integral dapat berupa sasuatu yang bersifat religius dan
matang.
Bagi Allport, mustahil memiliki suatu kepribadian yang sehat tanpa
aspirasi-aspirasi dan arah ke masa depan. Allport menekankan bahwa
nilai-nilai (bersama dengan tujuan-tujuan) adalah sangat penting bagi
perkembangan suatu filsafat hidup yang mempersatukan.
Memiliki nilai-nilai yang kuat, jelas memisahkan orang yang sehat
dari orang yang neurotis. Orang yang neurotis tidak memiliki nilai-nilai
atau hanya memiliki nilai-nilai yang terpecah-pecah dan bersifat
sementara
sehingga
tidak
cukup
kuat
untuk
mengikat
atau
mempersatukan semua segi kehidupan.
Suara hati juga ikut berperan dalam suatu filsafat hidup yang
mempersatukan. Suara hati yang tidak matang atau neurotis sama seperti
suara hati kanak-kanak, yang patuh, membudak, penuh dengan
pembatasan-pembatasan dan larangan-larangan yang dibawa dari masa
38
kanak-kanak ke dalam masa dewasa. Sedangkan suara hati yang matang
adalah suatu perasaan kewajiban dan tangggung jawab kepada diri sendiri
dan orang lain.
5. Remaja
a. Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan masa yang sangat penting, sangat kritis, dan
sangat rentan, karena bila manusia melewati masa remajanya dengan
kegagalan, maka kemungkinan ia akan menemukan kegagalan dalam
perjalanan kehidupan pada masa berikutnya. Sebaliknya bila masa remaja itu
diisi dengan penuh kesuksesan, kegiatan yang sangat produktif dan berhasil
guna dalam rangka menyiapkan diri untuk memasuki tahapan kehidupan
selanjutnya, dimungkinkan manusia itu akan mendapatkan kesuksesan dalam
perjalanan hidupnya.
Istilah asing yang sering digunakan untuk menunjukan masa remaja,
menurut Yulia Gunarsa dan Singgih Gunarsa (1991) antara lain adalah
“puberteit/puberty” dan adolescence.49 Masyarakat Indonesia menyebutnya
akhil baligh, pubertas, dan remaja.
Pubertas berarti kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda-tanda
kelaki-lakian. Sedangkan pubscence berasal dari kata pubis (pubic hair) yang
berarti rambut (bulu) pada daerah kemaluan, maka pubscence berarti
perubahan yang dibarengi dengan tumbuhnya rambut pada daerah kemaluan. 50
Remaja dalam bahasa aslinya disebut sebagai adolescence, yang berasal
dari
bahasa
kematangan”.
49
Latin
51
yang
artinya
“tumbuh
atau
tumbuh
mencapai
Dalam perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Ciawi: Ghalia Indonesia, 2004), h. 13.
Ibid.
51
Muhamad Ali, Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Bumi Aksara,
2011), h. 9.
50
39
sesungguhnya memiliki arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental,
emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh Piaget yang
mengatakan bahwa secara psikologis, “remaja adalah suatu usia di mana
individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi
merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada di
tingkat yang sama, sekurang-kurangnya masalah hak”. 52 Adapun istilah akhil
baligh berarti masa dimana manusia dituntut untuk melaksanakan kewajiban
dan hukum agama serta meninggalkan segala yang dilarang oleh agama. 53
DeBrun (1990) mendifinisikan “remaja sebagai periode pertumbuhan
masa kanak-kanak dan dewasa”.54 Sedangkan, Papalia dan Olds (2001)
mendifinisikan “masa remaja sebagai masa transisi perkembangan antara
masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai usia 12 atau 13
tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluh
tahun”. 55
Menurut Agoes Dariyo, “remaja adalah masa transisi/peralihan dari masa
kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan
sapek-aspek psikis, fisik, dan psikososial”.56 Remaja secara yuridis (tinjauan
hukum) adalah “keadaan manusia dimana segala tindakannya mempunyai
akibat hukum sebagaimana dilakukan oleh anak-anak atau orang dewasa”. 57
Masa remaja dimulai dari saat sebelum akhil baligh dan berakhir pada
usia baligh. Oleh sebagian besar ahli psikologi, masa remaja berada dalam
kisaran 11-19 tahun, adapula yang mengatakan antara usia 11-24 tahun.
52
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, Terj. dari Development Psychology: A Life-Span Approach oleh Istiwidayanti dan
Soedjarwo, (Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 1980), h. 206.
53
Abdul Rojak dan Wahdi Sayuti, Remaja dan Bahaya Narkoba, (Jakarta: Media Group, 2006),
h .2.
54
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 220.
55
Ibid.
56
Agoes Dariyo. loc. cit.
57
Abdul Rojak. loc. cit.
40
Penggolangan remaja menurut Thonrburg (1982) terbagi 3 tahap, yaitu masa
remaja awal (13-14 tahun), masa remaja tengah (15-17 tahun), dan masa
remaja akhir (18-21 tahun).58 Masa awal remaja, umumnya individu telah
memasuki pendidikan di bangku sekolah menengah pertama (SMP),
sedangkan masa remaja tengah, individu sudah duduk di sekolah menengah
atas (SMA), dan mereka yang tergolong remaja akhir, umumnya sudah
memasuki perguruan tinggi ataupun sudah bekerja.
Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual
menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum.
Selain itu, masa remaja merupakan transisi (masa peralihan) dari masa anakanak menuju masa dewasa, yaitu saat manusia tidak mau lagi diperlakukan
sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisik, perkembangan psikis
(kejiwaan), dan mentalnya belum menunjukakan tanda-tanda dewasa. Remaja
akan diombang-ambingkan oleh munculnya kekecewaan, penderitaan,
konflik, krisis penyesuaian diri, impian, percintaan, dan kerterasingan dari
kehidupan dewasa dan norma kebudayaan.
Pada masa remaja, manusia mengalami perubahan baik secara fisik
maupun secara psikis. Perubahan secara fisik yang terjadi di antaranya timbul
prose perkembangan dan pematangan organ reproduksi. Seiring dengan proses
perkembangan organ reproduksi pada remaja, timbul juga perubahan diri
secara psikologis. Hal inilah yang mengakibatkan perubahan sikap dan
tingkah laku, seperti remaja yang mulai memperhatikan penampilan diri,
mulai tertarik dengan lawan jenis, berusaha menarik perhatian dan muncul
perasaan cinta, yang kemudian akan timbul dorongan seksual.
Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah
tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara
penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Di sisi lain, kebutuhan
58
Agoes Dariyo, op. cit., h. 14.
41
sosialisasi remaja juga sangat tinggi, paling tidak kebutuhan untuk diterima
oleh teman sebaya. Sehingga, ia bisa berinteraksi, bergaul, dan berbaur, dan
berkembanga bersama teman-teman sebayanya. 59 Remaja biasanya takut
tereliminasi dalam pergaulan sesama remaja, karena dapat termarginalkan
dalam proses yang tengah berlangsung. Kebutuhan aktualisasi inilah yang
kadang-kadang menjuruskan remaja pada dampak-dampak negatif. Remaja
begitu mudah hanyut dalam eksperimentasi hal-hal baru yang belum tentu
positif bagi masa depannya. Hal-hal menarik akan merangsang mereka untuk
meniru, meskipun itu adalah hal negatif.
Oleh karena itu, masa remaja sering kali dikenali dengan fase “mencari
jati diri” atau fase “topan dan badai”. Remaja masih belum mampu menguasai
dan mengfungsikan diri secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya.
b. Ciri-Ciri Masa Remaja
Menurut Muhammad al-Migh-far, M.Ag. masa remaja memiliki ciri-ciri
tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya,
adapun ciri-ciri tersebut diataranya:
1) Masa remaja sebagai periode yang penting
Semua periode dalam kehidupan adalah penting, namun kadar
kepentingannya berbeda-beda. Periode remaja menjadi penting karena
akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku, dan lagi karena
dampaknya jangka panjang. Dibutuhkan penyesuaian mental dan
pembentukan sikap, serta nilai dan minat baru agar mereka bisa melewati
masa ini dengan positif.
2) Masa remaja sebagai periode peralihan
59
Jamal Ma’Mur Asmani, Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah, (Jogjakarta:
Bukubiru, 2012), h. 43
42
Sebagai periode peralihan, status seorang individu tidaklah jelas dan
terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini,
remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa yang
membuat mereka mejadi serba salah. Di lain pihak, status remaja yang
tidak jelas ini juga menguntungkan karena status memberi waktu
kepadanya untuk mencoba gaya hiudp yang berbeda dan menentukan
pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.
3) Masa remaja sebagai periode perubahan
Ada empat perubahan yang sama yang hampir bersifat universal saat
masa remaja. Pertama, meningginya emosi yang intensitasnya tergantung
pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kedua,
perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan kelompok. Ketiga,
perubahan nilai-nilai sebagai konskuensi perubahan minat dan pola
tingkah laku. Keempat, bersifat ambivalen terhadap setiap perubahan.
4) Masa remaja sebagai usia bermasalah
Masalah pada masa remaja sering menjadi masa yang sulit bagi para
remaja sendiri. Pertama, karena saat masih kanak-kanak sebagian besar
masalah mereka diselesaikan oleh orang yang lebih tua sehigga mereka
tidak berpengalaman untuk mengatasinya. Kedua, sebagian besar remaja
sudah merasa mandiri dan menolak bantuan dari orang yang lebih tua
untuk menyelesaikan masalah mereka.
5) Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Bagi remaja, identitas adalah hal yang sangat penting. Pada awal masa
remaja penyesuaian diri dengan standar kelompok sangatlah penting dan
hal itu ditunjukkan dalam hal berpakaian, berbicara, dan berperilaku.
Lambat laun para remaja akan mulai mendambakan identitas diri dan
tidak lagi puas dengan menjadi sama dengan teman-temannya dalam
segala hal.
43
6) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Masa remaja sering menimbulkan ketakutan pada berbagai pihak. Dalam
banyak hal, remaja cenderung sulit untuk dikendalikan. Berbagai persepsi
negatif, seperti tidak dapat dipercaya, cenderung merusak, tidak mampu
mengendalikan emosi dan suka berbuat onar adalah label-label yang
sering ditempelkan pada remaja.
7) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca berwarna merah
jambu. Mereka melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang
mereka inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal citacita. Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri,
tetapi
juga
bagi
keluarga
dan
teman-temannya,
menyebabkan
meningginya emosi yang merupakan ciri dari awal masa remaja. Semakin
tidak realistik cita-citanya semakin ia menjadi marah. Remaja akan sakit
hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau dia
tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri.
8) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Dengan semakin meningkatnya usia kematangan yang sah, para remaja
menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk
memberikan kesan mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan
bertindak seperti orang dewasa ternyata belum cukup. Oleh karena itu,
remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan
status dewasa seperti merokok atau terlibat dalam perbuatan seks. Mereka
menganggap bahwa perilaku mereka ini akan memberikan citra yang
mereka inginkan.
Ciri-ciri remaja evolutif tersebut menuntut pemahaman dari semua pihak
sehingga
bisa
mengarahkan
mereka
dengan
pendekatan
humanistik
psikologis. Dengan pola bimbingan yang tidak memaksakan kehendak,
44
melainkan mengalir sesuai hukum air yang selalu mampu mencari jalan
menuju tujuan. Hal tersebut penting dalam upaya membangun kesadaran
dengan keteladanan dan bimbingan yang intensif tanpa mengenal rasa lelah
dan putus asa.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian tentang analisis media sosial ini, sebelumnya telah dilakukan
beberapa penelitian yang terkait hal tersebut, diantaranya adalah:
1. Fitria Listie Suryani (2014) Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Instagram dan Fashion Remaja (Studi Kasus Peran Media Sosial
Instagram terhadap Tren Fashion Remaja dalam Akun @ootdindo Tahun
2014).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus.
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dengan 7
orang informan yang telah ditentukan, yaitu pendiri akun komunitas
fashion online @ootdindo, follower @ootdindo yang aktif bermain
Instagram, dan remaja yang fotonya pernah di-feature oleh akun
@ootdindo. Skripsi ini mengkaji tentang peran akun Instagram @ootdindo
terhadap fashion remaja yang menjadi followers akun tersebut. Beberapa
peran akun @ootdindo adalah sebagai referensi remaja dalam mencari
trend saat ini, membantu mempromosikan merek produk atau merek
fashion saat ini, membantu remaja meningkatkan eksistensi diri, berperan
sebagai tempat update event tentang fashion yang akan digelar dan menjadi
tempat mencari info karir seputar fashion. Peran tersebut terjadi karena
Instagram @ootdindo konsisten mengunggah konten dari para followersnya. 60
60
Fitria Listie Suryanim, “Instagram dan Fashion Remaja (Studi Kasus Peran Media Sosial
Instagram teerhadap Tren Fashion Remaja dalam Akun @ootdindo)”, Skripsi Universitas Indonesia,
Depok, 2014.
45
2. Elsa Puji Juwita (2014) Universitas Pendidikan Indonesia. Peran Media
Sosial Terhadap Gaya Hidup Siswa SMA Negeri 5 Bandung (Studi
Terhadap Oengguna Media Sosial di SMA Negeri 5 Bandung).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Dan
teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan
studi dokumentasi. Skripsi ini mengkaji tentang sejauh mana peranan
media sosial dapat berpengaruh terhadap gaya hidup siswa SMA Negeri 5
Bandung. Hasil temuan penelitian ini adalah intensitas penggunaan media
sosial semakin meningkat yang dibuktikan dengan semakin seringnya
siswa menggunakan media sosial terutama diwaktu luang, gaya hidup
remaja dipandang sebagai makhluk yang individualis yang tidak terlepas
dari kecanggihan teknologi. Media sosial berdampak pada gaya hidup
siswa, dampak positif adalah mempermudah komunikasi dan pencarian
informasi bagi para siswa, sedangkan dampak negatif dapat terlihat dari
munculnya
konsumtif,
individualistis
dan
kurang
peka
terhadap
lingkungan.61
3. Dibyareswari Utami Putri (2012) Universitas Indonesia. Peran Media Baru
Dalam Membentuk Gerakan Sosial (Studi Kasus Pada Individu Yang
Terlibat dalam IndonesiaUnite di Twitter).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus dengan
paradigma post-positivist. Dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan
cara wawancara dan observasi. Skripsi ini mengkaji tentang kekuatan
media baru yaitu sosial media seperti Twitter yang mampu membentuk
gerakan sosial dimana dapat bertahan hingga sekarang karena adanya
kekompakkan dan loyalitas dari para anggotanya. Hasil penelitian
61
Elsa Puji Juwita, “Peran Media Sosial Terhadap Gaya Hidup Siswa SMA Negeri 5
Bandung”, Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2014.
46
menyimpulkan bahwa IndonesiaUnite menumbuhkan rasa kebersamaan
dalam kelompok sehingga melekatkan groupthink syndrome yang positif.
Hal ini mengindikasikan bahwa Twitter memiliki kekukatan besar dalam
membentuk gerakan sosial. 62
4. Randolf A. Manampiring (2015) e-Jurnal Acta Diurna Volume IV No. 4.
Peran Media Sosial Instagram Dalam Interaksi Sosial Antar Siswa SMA
Negeri 1 Manado (Studi Pada Jurusan IPA Angkatan 2012).
Penelitian ini menggunakan teori uses and gratification dan
menggunakan metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian jurnal ini
menunjukkan bahwa siswa sering menggunakan media sosial terlebih
Instagram sebagai sarana kepuasan mereka untuk hiburan, saling meniru
dan mengidentifikasi. Postingan di Instagram dapat membuat mereka
saling bersimpati serta siswa menganggap Instagram berperan dalam
interaksi sosial mereka dikalangan sekolah. 63
62
Dibyareswari Utami Putri, “Peran Media Baru Dalam Membentuk Gerakan Sosial (Studi
Kasus Pada Individu Yang Terlibat dalam IndonesiaUnite di Twitter)”, Skripsi Univeristas Indonesia,
Depok, 2012.
63
Randolf A. Manampiring, “Peran Media Sosial Instagram Dalam Interaksi Sosial Antar
Siswa SMA Negeri 1 Manado (Studi Pada Jurusan IPA Angkatan 2012)” e-Jurnal Acta Diurna Vol. IV
No. 4, 2015.
47
Tabel 2.1
Penelitian yang Relevan
Nama
No
Peneliti/Tahun/
Lembaga
1
Judul
Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan dan
Perbedaan
Fitria Listie
Instagram dan
Dari hasil penelitian
Persamaan:
Suryani/2014/
Fashion
yang dilakukan
- Sama-sama
Skripsi/
Remaja (Studi
peran akun
tentang peran media
Universitas
Kasus Peran
@ootdindo adalah
sosial Instagram.
Media Sosial
sebagai referensi
- Subjek penelitian
Instagram
remaja dalam
sama-sama remaja.
terhadap Tren
mencari trend saat
Perbedaan:
Fashion
ini, membantu
- Fitria hanya
Remaja dalam
mempromosikan
meneliti tentang
Akun
merek produk atau
peran sebuah akun
@ootdindo
merek fashion saat
Instagram pada
Tahun 2014)
ini, membantu
Sebelas Maret
Surakarta
remaja
meningkatkan
eksistensi diri,
berperan sebagai
tempat update
event tentang
fashion yang akan
digelar dan menjadi
tempat mencari
info karir seputar
fashion.
followers-nya.
- Penulis meneliti
tentang peran media
sosial Instagram
pada penggunanya.
48
2
Elsa Puji
Peran Media
Hasil penelitian ini
Persamaan:
Juwita/2014/
Sosial
adalah intensitas
- Sama-sama
Skripsi/
Terhadap Gaya penggunaan media
tentang peran media
Universitas
Hidup Siswa
sosial semakin
sosial.
SMA Negeri 5
meningkat yang
Bandung
dibuktikan dengan
(Studi
semakin seringnya
Terhadap
siswa
Pengguna
menggunakan
- Penulis meneliti
Media Sosial
media sosial
peran media sosial
Pendidikan
Indonesia
Perbedaan:
- Elsa meneliti
peran seluruh media
sosial.
di SMA Negeri terutama diwaktu
Instagram saja.
5 Bandung)
luang, gaya hidup
- Informan penelitian
remaja dipandang
Elsa adalah siswa
sebagai makhluk
SMA.
yang individualis
- Informan penelitian
yang tidak terlepas
dari kecanggihan
penulis adalah
remaja usia 12-17
tahun.
teknologi.
3
Dibyareswari
Peran Media
Hasil penelitian
Persamaan:
Utami
Baru Dalam
menyimpulkan
- Sama-sama tentang
Putri/2012/
Membentuk
bahwa
peran media sosial/
Skripsi/
Gerakan Sosial
IndonesiaUnite
(Studi Kasus
menumbuhkan rasa
Pada Individu
kebersamaan dalam
Yang Terlibat
kelompok sehingga
dalam
melekatkan
IndonesiaUnite
groupthink
tentang media sosial
di Twitter)
syndrome yang
Instagram.
Universitas
Indonesia
Perbedaan:
- Putri meneliti
tentang peran media
sosial Twitter.
- Penulis meneliti
49
positif. Hal ini
mengindikasikan
bahwa Twitter
memiliki
kekukatan besar
dalam membentuk
gerakan sosial.
4
Randolf A.
Peran Media
Hasil penelitian
Persamaan:
Manampiring/
Sosial
jurnal ini
- Sama-sama entang
2015/ e-Jurnal
Instagram
menunjukkan
peran media sosial
Acta Durna
Dalam
bahwa siswa sering
Instagram.
Interaksi
menggunakan
Sosial Antar
media sosial
Siswa SMA
terlebih Instagram
Negeri 1
sebagai sarana
Manado (Studi
kepuasan mereka
- Penulis meneliti
Pada Jurusan
untuk hiburan,
tentang kepribadian
IPA Angkatan
saling meniru dan
remaja.
2012).
mengidentifikasi.
- Informan penelitian
Postingan di
Randolf adalah
Instagram dapat
siswa SMA.
membuat mereka
- Informan penelitian
Volume IV No.
4
saling bersimpati
dikalangan sekolah.
Perbedaan:
- Randolf meneliti
tentang interaksi
remaja.
penulis adalah
remaja usia 12-17
tahun.
50
C. Kerangka Beripikir
Gambar 2.5
Kerangka Berfikir
Remaja usia 12-17 tahun
pengguna Instagram di Kelurahan
Kebalen
1. Intensitas penggunaan
Instagram
2. Perluasan Perasaan Diri
3. Hubungan yang hangat
dengan orang lain,
4. Keamanan emosional
5. Persepsi hidup yang
realistis
6. Insight dan Humor
7. Filosofi kehidupan yang
mempersatukan
Peran media sosial Instagram
dalam pembentukan kepribadian
remaja usia 12-17 tahun di
Kelurahan Kebalen
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Perumahan Vila Gading Baru Rukun
Warga 011, Kelurahan Kebalen, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi.
Lokasi ini dipilih karena di lokasi ini dianggap penulis sebagai tempat yang
bersahabat, karena penulis telah mengenal warga di lingkungan ini dengan
baik, serta di tempat ini terdapat remaja usia 12-17 tahun yang aktif
menggunakan media sosial Instagram yang sesuai dengan karakteristik
informan yang dibutuhkan penulis. Para remaja tersebut tumbuh besar
bersama dengan penulis, sehingga penulis mengenal mereka dengan baik.
Oleh karena itu peneliti yang secara langsung melihat pertumbuhan para
remaja tersebut ingin meneliti secara khusus dan mendalam tentang peran
media sosial Instagram dalam pemebentukan kepribadian pada remaja di
daerah ini.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan proses yang bertahap yaitu mulai dari
tahap
perencanaan,
persiapan
penlitian
yang
dilanjutkan
dengan
pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti penelitian dan diakhiri
dengan laporan penelitian. Peneliti datang langsung ke lapangan dengan
maksud observasi, wawancara serta dokumentasi terhadap objek yang diteliti.
Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian adalah 4 bulan mulai
dari pertengahan Agustus 2016 sampai dengan November 2016, penelitian ini
51
52
akan berakhir bila seluruh data yang diperlukan telah cukup lengkap diolah
oleh penulis.
Adapun jadwal penelitian yang penulis buat agar peneilitian ini dapat
berlangsung sesuai jadwal dal lebih terarah.
Tabel 3.1
Waktu Penelitian
Agustus
Kegiatan
1
2
3
September
4
1
2
3
Oktober
4
1
2
3
November
4
1
2
3
4
Survei lokasi
penelitian
Penyusunan Bab
1-3
Izin Lokasi
Penelitian
Pengumpulan
Data
Pengolahan Data
Bab 4
Penarikan
kesimpulan dan
Bab 5
Penulisan
Laporan
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang
berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dalam
53
masalah manusia.1 Pada pendekatan ini, peneliti menekankan sifat realitas yang
terbangun secara sosial, hubungan erat antara peneliti dan subjek yang diteliti.
Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik
karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah. 2 Penelitian ini
dilakukan pada obyek yang alamiah, maksudnya adalah obyek yang berkembang
apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak
mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut. Metode kualitatif digunakan untuk
mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna
adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan nilai di balik data
yang tampak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada
generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. Penelitian kualitatif juga lebih
fleksibel dalam artian langkah selanjutnya akan ditentukan oleh temuan selama
proses penelitian.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripisikan
suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi. 3 Penelitian deskriptif memusatkan
perhatian pada masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian
berlangsung. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripiskan
peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan
khusus terhadap peristiwa tersebut. Data yang diperoleh (berupa kata-kata,
gambar, perilaku) tidak dituangkan bilangan atau statistik, melainkan dengan
bentuk kualitatif yang dipenuhi dengan makna.
Sedangkan teknik penulisan dalam penelitian ini adalah dengan studi kasus.
Bogdan (1990) mendefinisikan studi kasus sebagai kajian yang rinci atas suatu
1
Juliansyah Noor, Metodologi Peneltian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah,
(Jakarta: Kencana, 2012), h. 33.
2
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013),
h. 8.
3
Juliansyah Noor, op. cit. h. 34.
54
latar atau peristiwa tertentu.4 Dalam pendekatan studi kasus, biasanya peneliti akan
meneliti satu individu atau unit sosial tertentu secara lebih mendalam dan berusaha
untuk menemukan semua variabel penting terkait dengan diri subjek yang diteliti.
C. Sumber Data
Data adalah segala keterangan (informasi) mengenai hal yang berkaitan
dengan tujuan penelitian. 5 Sekarang diartikan sebagai informasi yang diterimanya
tentang suatu kenyataan atau fenomena empiris, wujudnya dapat merupakan
seperangkat ukuran (kuantitatif) atau berupa ungkapan kata-kata (kualitatif).
Dalam penelitian kualitatif data dapat diartikan sebagai fakta atau informasi
yang diperoleh dari aktor (subjek penelitian, informan, pelaku), aktivitas, dan
tempat yang menjadi subjek penelitiannya. Jika langsung dari sumbernya (tentang
diri sumber data) disebut data primer. Jika adanya telah disusun, dikembangkan,
dan diolah, kemudian tercatat disebut data skunder.6 Adapun sumber data dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Data primer
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, data primer didapatkan
peneliti langsung dari sumbernya. Maka data primer pada penelitian ini adalah
data yang diperoleh langsung oleh peneliti melalui wawancara, observasi, dan
dokumentasi kepada para remaja di wilayah RW. 011 saat melakukan
penelitian di lapangan.
2) Data Sekunder
Data sekunder digunakan sebagai penunjang data primer dalam penelitian
ini. Data sekunder pada umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis
yang telah tersusun dalam arsip sehingga dapat memberikan gambaran lebih
4
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 57.
Ibid., h. 61.
6
Juliansyah Noor, op. cit. h. 137.
5
55
jelas berkaitan dengan lokasi yang sedang diteliti. Adapun data sekunder ini
akan diperoleh dari Kelurahan, Ketua RW, dan ketua RT setempat.
D. Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono, dalam penelitian kualitatif, populasi diartikan sebagai
wilayah yang digeneralisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mepunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya. 7 Dalam penelitian kualitatif tidak
digunakan istilah populasi, melainkan disebut dengan “social situation” atau
situasi sosial yang terdiri atas tempat, pelaku, dan aktivitas yang berinteraksi
secara sinergis. Jadi populasi itu misalnya penduduk di wilayah tertentu, atau
jumlah pegawai pada perusahaan tertentu. Jadi, populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh remaja usia 12-17 yang tinggal di RW. 011.
Menurut Sugiyono, sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki populasi tersebut.8 Sampel dalam kualitatif bukan dinamakan responden,
tetapi sebagai narasumber, atau partisipan, informan, teman, dan guru dalam
penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif juga bukan disebut sampel statistik,
tetapi sampel teoritis karena tujuan kualitiatif adalah untuk menghasilkan teori.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan purposive
sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu.9 Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang
tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan peneliti, atau orang
tersebut adalah penguasa atau orang yang dituakan sehingga akan memudahkan
peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti. Karena penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling, sampel akan dilakukan kepada 8 orang
remaja yang telah dipilih sebelumnya.
7
Sugiyono, op, cit., h. 215.
Ibid.
9
Ibid., h. 218.
8
56
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan
data
adalah
berbagai
cara
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan, menghimpun, mengambil, atau menjaring data penelitian. 10
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan
data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.11 Adapun teknik pengumpulan
data yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut:
1) Observasi Partisipasi
Langkah pertama dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
dengan melakukan observasi. Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas
pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis. 12 Observasi dapat
dilakukan secara partsipasi maupun non partisipasi. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan observasi partisipasi
Menurut
Juliansyah
Noor,
observasi
partisipasi
adalah
metode
pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui
pengamatan dan penginderaan dimana peneliti benar-benar terlibat dalam
keseharian responden. 13 Jadi dalam penelitian ini, peneliti akan bergaul dalam
keseharian para narasumber tersebut, sehingga dapat mengamati dan mencatat
secara detail data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Tabel 3.2
Pedoman Observasi
No.
01.
10
Aspek yang diamati
Intensitas penggunaan Instagram remaja di RW. 011
Checklist
…
Suwartono, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Andi Offset, 2014), h. 41.
Sugiyono, op. cit., h. 222.
12
Muhammad Idrus, op. cit., h. 101.
13
Juliansyah Noor, op. cit., h. 140.
11
57
02.
Bentuk perluasan perasaan diri dalam minat sosial, minat
pribadi, dan minat spiritual remaja RW. 011 di kehidupan
sehari-hari dan di Instagram.
03.
Hubungan yang hangat remaja di RW. 011 dengan orangorang di sekitar maupun di Instagram.
04.
…
Penerimaan diri dan pola humor remaja di RW. 011 dalam
kehidupan sehari-hari maupun di Instagram.
07.
…
Bentuk pengungkapan diri remaja di RW. 011 baik
dikehidupan sehari-hari maupun di Instagram.
06.
…
Keamanan emosional remaja di RW. 011 terhadap orang di
sekitar maupun di Instagram.
05.
…
…
Pola remaja menjalin hubungan pertemanan dengan orangorang disekitar maupun di Instagram.
…
2) Wawancara tidak Terstruktur
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
berhadapan secara langsung dengan yang diwawancara tetapi dapat juga
diberikan daftar pertanyaan dahulu untuk dijawab pada kesempatan lain. 14
Wawancara memungkinkan peneliti mengumpulkan data yang beragam dari
para informan dalam berbagai situasi dan konteks. Wawancara yang
digunakan dalam penelitian kualitiatif adalah wawancara mendalam.
Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara
dengan informan, dengan atau tanpa pedoman wawancara, dimana
pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif
lama. 15
14
15
Juliansyah Noor, op. cit., h. 138.
Ibid., h. 139.
58
Bedasarkan tingkat
formalitasnya,
wawancara dibedakan menjadi
wawancara terstruktur, semi-terstruktur, dan tidak terstruktur. Dalam
penelitian ini, peneliti memilih wawancara tidak terstruktur karena yang
diteliti adalah para remaja yang dikhawatirkan belum mampu menjawab
dengan lugas setiap pertanyaan yang diajukan.
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. 16 Pedoman wawancara
yang digunakan hanyalah garis-garis besarnya saja. Partisipan akan diberikan
kebebasan seluas-luasnya untuk mengungkapkan apapun yang berkaitan
dengan topik wawancara.17
Tabel 3.3
Pedoman Wawancara
Variabel
Indikator
Identitas Informan
Pernyataan
1. Nama Informan.
2. Umur Informan.
Intensitas
Penggunaan
1. Seberapa sering menggunakan
Instagram.
Instagram
2. Seberapa sering mengunggah konten di
Peran Media
16
17
Instagram.
Sugiyono, op. cit., h. 233.
Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar, (Jakarta: Indeks, 2012), h. 47.
59
Sosial Instagram
dalam
Pembentukan
Perluasan
1. Melihat dan mengunggah konten yang
berhubungan
Perasaan Diri
dengan
Kehidupan
Sosialnya.
Kepribadian
Remaja
2. Melihat dan mengunggah konten yang
berhubungan dengan Minat Pribadinya.
3. Melihat dan menunggah konten yang
berhubungan
dengan
Minat
Spiritualnya.
Hubungan Yang
Hangat
1. Hubungan yang hangat dengan orangorang disekitarnya (keluarga/teman)
2. Hubungan yang hangat dengan temanteman di Instagram
Keamanan
1. Pengungkapan emosi diri di Instagram
Emosional
2. Tanggapan terhadap konten emosi di
Instagram
Persepsi
Hidup
1. Bentuk pengungkapan diri di Instagram
Yang Realistis
2. Mengetahui mana yang nyata mana
yang tidak di Instgaram
Insgiht
Humor
dan
1. Penerimaan diri di kehidupan seharihari dan Instagram
2. Melihat konten yang beruhubungan
dengaan humor yang sehat di Instagram
60
Filosofi
1. Melihat atau menunggah konten yang
Kehidupan yang
berhubungan
Mempersatukan
Instagram
dengan
kebencian
di
2. Ikut memberikan komentar kasar di
Instagram
3) Angket
Angket adalah alat pengumpulan data yang berisi beberapa pertanyaan
yang
harus
dijawab
oleh
responden. 18
Angket
digunakan
untuk
mengumpulkan data faktual. Penggunaan angket lebih efisien bila ditinjau
dari segi waktu, biaya serta dapat meliputi jumlah responden yang besar.
Angket yakni instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data yang
menggambarkan diri individu dengan sejumlah pertanyaan, yang jawabannya
sudah ditentuka n terlebih dahulu sehingga responden tidak mempunyai
kebebasan untuk memilih jawaban, kecuali yang sudah ditentukan. Adapun
instrumen daftar pertanyaan dapat berupa pertanyaan (berupa isian yang akan
diisi oleh responden), cheklist (berupa pilihan dengan cara memberi tanda
pada kolom yang disediakan), dan skala (berupa pilihan dengan memberi pada
kolom berdasarkan tingkatan tertentu).
Tabel 3.4
Kisi-kisi Angket Penelitian
No.
Indikator
1.
Intensitas penggunaan Instagram
2.
Perluasan perasaan diri
18
No. Butir
Jumlah Soal
1
1
2, 3, 4, 5
4
Suprapto, Metodologi Penelitian Ilmu Pendidikan dan Ilmu-Ilmu Pengetahuan Sosial,
(Jakarta: PT Buku Seru, 2013), h. 75.
61
3.
Hubungan yang hangat dengan orang lain
6, 7
2
4.
Kemanan emosional
8, 9
2
5.
Persepsi hidup yang realistis
10, 11
2
6.
Insight dan Humor
12, 13
2
7.
Filosofi hidup yang mempersatukan
14, 15
2
F. Teknik Analisis Data
Analisis datadalam penelitian kualitatif dilakukan saat proses dan setelah
selesianya pengumpulan data. Pada saat melakukan wawancara, peneliti sudah
melakukan analisis terhadap jawaban dari informan atau narasumber. Bila jawaban
tersebut setelah dianalisis belum memuaskan maka penelitia akan melanjutkan
pertanyaannya lagi sampai data yang diperoleh dianggap kredibel.
Miles dan Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. 19 Adapun aktivitas dalam teknik
analisis data pada kualitiatif adalah sebagai berikut:
1) Reduksi Data
Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar
yang muncul dari catatan-catatan tertulis dari lapangan.20 Reduksi data
berjalan terus-menerus sejalan pelaksanaan penelitian berlangsung. Tahapan
reduksi data merupakan bagian kegiatan analisis sehingga pilihan-pilihan
peneliti tentang bagian data mana yang dikode, dibuang, pola-pola mana yang
meringkas sejumlah bagian yang tersebut, cerita-cerita apa yang berkembang,
merupakan pilihan-pilihan analistis.
19
20
Ibid., h. 246.
Muhammad Idrus, op. cit., h. 150.
62
Lazimnya hasil observasi penelitian kualitatif akan diperoleh banyak data
yang berupa catatan-catatan narasi di lapangan. Catatan-catatan itu bukanlah
data yang akan ditampilkan begitu saja dalam laporan penelitian, tetapi harus
melalui proses reduksi sehingga banyaknya catatan narasi di lapangan bukan
mnejadi sekadar alasan bagi peneliti untuk menebalkan jumlah halaman
laporan peneltian kualitiatif.
2) Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian data.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.21
Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian
kualitatif adalah teks yang bersifat naratif.
Penyajian data dimaknai sebagai sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. 22 Dengan mencermati penyajian data, peneliti akan lebih mudah
memahami yang sedang terjadi dan apa yang akan dilakukan.
3) Penarikan Kesimpulan dan verifikasi
Tahap terakhir dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan
dan verifikasi. Beberapa cara yang dilakukan dalam proses ini adalah dengan
melakukan pencatatan pola-pola dan tema yang sama, pengelompokkan, dan
pencarian kasus-kasus negatif (kasus khas,
berbeda,
,umgkin pula
menyimpang dari kebiasaan yang ada di masyarakat.23
Proses verifikasi hasil temuan dapat dilakukan secara singkat dan
dilakukan oleh peneliti tersendiri, yaitu dilakukan secara selintas dengan
mengingat hasil-hasil temuan terdahulu dan melakukan cek silang (cross
21
Sugiyono, op. cit., h. 249.
Muhammad Idrus, op. cit., h. 151.
23
Ibid.
22
63
check) dengan temuan lainnya. Namun, proses verifikasi dapat juga
berlangsung lebih lama jika peneliti melakukannya dengan anggota peneliti
lain dengan koleganya.
Ada pun analasis angket akan dijabarkan sebagai berikut: berdasarkan
indikator kepribadian remaja yaitu perluasan perasaan diri, hubungan yang hangat,
keamanan emosional, persepsi hidup yang realistis, insight dan humor, serta
filosofi kehidupan yang mempersatukan. Indikator tersebut dimuat dalam angket
dengan 15 pertanyaan dan 5 alternatif jawaban. Berikut penjabaran 5 alternatif
jawaban tersebut:
a. Alternatif jawaban SS (Sangat Setuju) dengan bobot nilai 5
b. Alternatif jawaban S (Setuju) dengan bobot nilai 4
c. Alternatif jawaban R (Ragu-ragu) dengan bobot nilai 3
d. Alternatif jawaban TS (Tidak Setuju) dengan bobot nilai 2
e. Alternatif jawaban STS (Sangat Tidak Setuju) dengan bobot nilai 1
Jumlah skor tertinggi tertinggi (Y) diambil dari bobot nilai tertinggi dikalikan
dengan jumlah panelis, sedangkan jumlah skor terendah (X) diambil dari bobot
nilai terendah dikalikan jumlah panelis. Jadi,
Y = jumlah skor tertinggi “Sangat Suka (SS)” = 5 x 30 = 150
X = jumlah skor terendah “Sangat Tidak Suka (STS)” = 1 x 30 = 30.
Untuk mengetahui interval interpretasi persen dari hasil, maka digunakan
rumus Interval yaitu:
Jadi,
I = 100 / jumlah skor
I = 100/5
I = 20
Maka interval (jarak) dari 0% sampai 100% adalah 20. Berikut penjabaran
range interval:
Presentase
Keterangan
0% - 19,99%
Sangat Tidak Setuju
64
20% - 39,99%
Tidak Setuju
40% - 59,99%
Ragu-Ragu
60% - 79,99%
Setuju
80% - 100%
Sangat Setuju
G. Uji Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila
tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang
sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. 24 Dalam penelitian ini, untuk
menguji keabsahan data, peneliti menggunakan uji kredibilitas. Adapun metode uji
kredibiltas yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekungan berarti melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan berkesinambungan.25 Dengan cara tersebut kepastian data dan
urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sitematis. Sebagai bekal
peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca
berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasidokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca
maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat
digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar/dipercaya.
2) Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan
data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.26 Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan metode triangluasi sumber dan
triangulasi teknik.
24
Sugiyono, op. cit., h. 268.
Ibid., h. 272.
26
Ibid., h. 273
25
65
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek
data yang diperoleh melalui beberapa sumber. 27 Data dari berbagai sumber
akan dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, mana
yang berbeda, mana yang spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data yang
telah dianalisis oleh peneliti akan menghasilkan suatu kesimpulan yang akan
dimintakan kesepakatan dengan tiga sumber data tersebut.
Sedangkan, triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama namun dengan teknik yang
berbeda. 28 Data hasil wawancara, akan dicek dengan hasil observasi dan hasil
dokumentasi untuk menemukan hasil yang sama. Namun, apabila hasilnya
berbeda-beda maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber
data yang bersangkutan untuk memastikan data mana yang dianggap benar.
27
28
Ibid., h. 274
Ibid.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Latar Penelitian
1. Sejarah Kelurahan Kebalen
Menurut cerita orang zaman dahulu wilayah Kebalen merupakan tanah
lapang yang luas dan sering dijadikan tempat bermain sepak bola oleh
penduduk pribumi dan orang-orang Belanda kala itu. Karena wilayah tersebut
terkenal dengan lapangan sepak bolanya maka pada level masyarakat pribumi
yang ingin bermain bola, tempat itu sering disebut dengan sebutan Ke “Ball
Land” yang maksudnya ke “tanah lapang main bola”. Karena seringnya
istilah Ke Ball Land dipakai oleh masyarakat yang ingin main bola kala itu,
maka suatu saat oleh penduduk setempat dinamakanlah wilayah itu dengan
nama Kampung “Kebalen”, yang merupakan penyebutan rakyat pribumi dari
kata “ke Ball Land”.
Pada zaman kemerdekaan kampung kebalen masuk wilayah Desa
Bahagia, tapi dalam perkembangan dan semakin bertambahnya penduduk di
wilayah kampung Kebalen maka pada tahun 1978 Desa Bahagia melepas
wilayah Kebalen untuk menjadi sebuah Desa tersendiri yang dinamakan Desa
Kebalen. Setelah menjadi Desa Kebalen, Kepala Desa Pertama yang
memimpin adalah H. Moch. Nawas yang menjabat satu periode dari tahun
1978 – 1988, dan setelah itu terpilih menjadi Kepala Desa Kebalen yang
kedua untuk periode 1988 - 1996 yaitu Martani yang kala itu masih berusia
26 tahun. Dalam perjalanannya, perkembangan dan kemajuan Desa Kebalen
tidak terlepas dari tangan dingin seorang Kepala Desa yang relatif masih
muda pada saat itu, dan menjabat Kepala Desa Kebalen selama 2 periode
66
67
(1988-2008), dan telah memimpin Desa Kebalen selama 20 tahun sampai
dengan September 2008.
Nama masing-masing kampung di Desa Kebalen mempunyai cerita dan
kisahnya sendiri - sendiri, yaitu:
a. Kampung Kebalen
Awalnya berasal dari kata Ke “Ball Land” yang maksudnya “ ke tanah
lapang untuk main bola”, sebagai mana cerita awal tersebut di atas,
sehingga wilayah tersebut diberi nama ”Kampung Kebalen”.
b. Kampung Kebon Bambu
Di kampung tersebut dulunya banyak tumbuh pohon bambu, yang terletak
di wilayah selatan Desa Kebalen, di depan sebelah kiri Gerbang Taman
Kebalen Indah, sehingga wilayah tersebut di beri nama ”Kampung Kebon
Bambu”.
c. Kampung Irian
Kampung ini menjadi masalah pada awal pemisahan Desa Kebalen dari
Desa Bahagia, karena wilayah Kampung Irian masuk teritorial Desa
Kebalen tetapi untuk pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
masih di Desa Bahagia, akibatnya terjadi saling iri atau sebutan
masyarakat setempat “IRI – IRIAN” di antara kedua Desa pada wilayah
kampung tersebut, sehingga akhirnya wilayah tersebut di beri nama
”Kampung Irian”.
d. Kampung Penggilingan Tengah
Pada zaman dulu ada tiga tempat Penggilingan Padi milik tuan tanah
Baba Lan yaitu, di wilayah Babelan Kota, di wilayah Kebalen sekarang
PT. Noree, dan di wilayah Teluk Pucung. Karena letak Penggilingan Padi
di wilayah Kebalen ada ditengah, diantara penggilingan padi yang
lainnya, sehingga wilayah tersebut diberi nama “Kampung Penggilingan
Tengah”.
68
e. Kampung Jati
Di wilayah tersebut dulunya ada sebuah Pohon Jati yang sangat besar dan
rindang serta sedikit “angker” ini menurut cerita orang tua yang
mengalami pada masa itu, sehingga wilayah tersebut di beri nama
“Kampung Jati”.
f. Kampung Kelapa Dua
Kampung yang ada di sebelah Utara Desa Kebalen menurut ceritanya di
wilayah tersebut tumbuh “hanya” dua buah Pohon Kelapa, yang besar
pohonnya di atas rata-rata pohon kelapa pada umumnya serta tinggi
sekali, menurut cerita tingginya mencapai antara 80 -100 M dan tetap
bertahan dari terpaan/tiupan angin sekencang apapun, sehingga wilayah
tersebut diberi nama “Kampung Kelapa Dua”.
g. Kampung Poncol
Sebetulnya hampir disetiap wilayah selalu ada istilah “Poncol”, yang
maksudnya yaitu “sebuah daerah yang agak terpencil dari sebuah
wilayah”, di Desa Kebalen pun ada juga wilayah seperti yang disebut
diatas, yaitu letaknya di sebelah utara arah ke barat dari perbatasan Desa
Kebalen dengan Desa Babelan Kota, sehinga wilayah tersebut diberi
nama “Kampung Poncol”.
Pada September 2008, sebuah sejarah baru khususnya untuk wilayah
“Kebalen” di mulai. Di awali dari adanya perubahan/peningkatan status Desa
Kebalen yaitu dari DESA menjadi KELURAHAN, dengan keputusan Bupati
Kabupaten Bekasi dan disetujui oleh DPRD Kab. Bekasi pada tanggal 16
Agustus 2007 maka secara resmi Desa Kebalenm yang telah berumur 30
tahun berubah menjadi Kelurahan Kebalen.
Pada bulan September 2008 dilakukan serah terima jabatan dari Kepala
Desa Kebalen Bp. Martani kepada Lurah Kebalen Bp. Juanda Rahmat,
S.STP,MM. maka di saat itu pula berakhirlah sebuah masa “Desa” yang telah
berumur tiga dasa warsa beralih ke sebuah masa yang baru.
69
2. Profil Kelurahan Kebalen
Secara geografis, Kelurahan Kebalen terletak di sebelah barat Kecamatan
Babelan. Kelurahan ini merupakan Kelurahan terluar terluar dari Kecamatan
Babelan maupun Kabupaten Bekasi, sebab Kelurahan ini adalah Kelurahan
yang berbatasan langsung dengan Kota Bekasi.
Gambar 4.1
70
Batas-batas wilayah kelurahan Kebalen adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Babelan Kota, Kecamatan
babelan.
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Gabus, Kecamatan Tambun
Utara.
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Bahagia, Kecamatan
Babelan.
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Teluk Pucung, Kota
Bekasi.
Desa Kebalen terdiri dari 7 kampung yaitu:
a. Kampung Kebalen
b. Kampung Kebon Bambu
c. Kampung Irian
d. Kampung Penggilingan Tengah
e. Kampung Jati
f. Kampung Kelapa Dua
g. Kampung Poncol
Dan terdiri dari 3 (tiga) Dusun yang masing-masing dipimpin oleh Kepala
Dusun atau Kadus, 3 Dusun tersebut yaitu :
a. Dusun I, meliputi wilyah : Kampung Kelapa Dua, Poncol dan Kebalen
b. Dusun II, meliputi wilayah : Kampung Kebon Bambu dan Penggilingan
Tengah
c. Dusun III, meliputi wilayah : Kampung Irian dan Jati.
Kelurahan Kebalen berada di sepanjang jalan raya Kebalen, terdiri dari 25
RW dan 244 RT. Karena letaknya yang paling mendekati Kota Bekasi, maka
Kelurahan Kebalen menjadi Kelurahan yang paling maju di Kecamatan
Babelan. Kelurahan Kebalen menjadi pusat dari industri kayu, industry
makanan, dan industri rumah tangga. Hal yang paling membedakan Kelurahan
71
Kebalen dengan Kelurahan lain di Kecamatan Babelan adalah banyaknya
perumahan yang dibangun di Kelurahan ini. Tercatat hingga tahun 2016
terdapat 7 perumahan kelas menengah dan 1 perumahan kelas atas. Penduduk
Kelurahan Kebalen yang tinggal di perumahan rata-rata adalah kaum
pendatang yang terus bertambah tiap tahunnya, sehingga Kelurahan ini terus
bertambah padat. Kelurahan Kebalen pun memiliki sarana dan prasarana yang
cukup lengkap dimana terdapat 8 SD Negeri, 1 SMP Swasta, 1 SMK Swasta,
2 SMA Negeri, 1 Puskesmas, dan 1 Rumah Sakit, 1 Kantor Kecamatan.
3. Profil RW. 011 Kelurahan Kebalen, Kecamatan Babelan
RW. 011 Kelurahan Kebalen terdapat di Perumahan Vila Gading Baru.
Perumahan ini telah dibangun sejak tahun 1996 dan menjadi salah satu dari 3
perumahan pertama yang dibangun di Kelurahan Kebalen. Perumahan Vila
Gading Baru merupakan perumahan kelas menengah yang seluruh
wilayahnya berada dalam lingkup RW. 11. Perumahan ini terus berkembang
dari tahun ke tahun dengan terus bertambahnya penduduk. Penduduk di
perumahan ini mayoritas adalah pendatang dari berbagai tempat. Yang
kebanyakan mencari nafkah di luar Kelurahan Kebalen. Sebagai sebuah
perumahan yang cukup bagus, penduduk Vila Gading Baru masuk ke dalam
golongan menengah ke atas, dimana hampir seluruh penduduknya memliki
kendaraan pribadi sendiri, serta seluruh anak di perumahan ini mengenyam
pendidikan.
RW. 11 memiliki 14 RT yang tersebar diseluruh perumahan Vila Gading
Baru. RW. 011 terdiri dari 36 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk
2079 orang. Mayoritas penduduk di RW. 011 adalah orang yang telah tinggal
di sana sejak pertama kali perumahan Vila Gading Baru berdiri, sehingga
penduduk disana sudah saling mengenal satu sama lain. Mata penacaharian
warga pada umumnya dalah pegawai negeri, pegawai swasta, dan pengusaha.
Warga di RT. 011 memiliki rasa kekeluargaan yang cukup kuat, dimana
72
masih sering diadakan kegiatan gotong royong setiap bulan dan warga saling
membantu bila ada acara yang diadakan oleh salah satu keluarga di RW
tersebut. Memliki satu buah pos karang taruna, tempat ini dijadikan sebagi
pusat pertemuan oleh warga apabila ada hal-hal yang perlu dibahas. Karang
Taruna di RW 011 pun cukup aktif dalam melakukan kegiatan-kegiatan
kepemudaan yang positif. Awalnya mayoritas penduduk di RW. 011 adalah
pasangan muda, namun setelah 20 tahun berlalu, penduduknya sekarang telah
berubah menjadi bapak dan ibu dengan anak-anak yang rata-rata telah
dewasa atau sedang menginjak usia remaja.
4. Data Informan
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik purposive sampling
untuk menentukan sampel penelitian. Purposive sampling adalah teknik
pengambilan
sampel
sumber
data
dengan
pertimbangan
tertentu.1
Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu
tentang apa yang diharapkan peneliti, atau orang tersebut adalah penguasa
atau orang yang dituakan sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi
obyek/situasi sosial yang diteliti.
Teknik purposive sampling pada dasarnya dilakukan sebagai sebuah
teknik yang secara sengaja mengambil sampel tertentu yang telah sesuai
dengan segala persyaratan yang telah ditentukan oleh penulis, dimana dalam
hal ini pengambilan sampel juga harus mencerminkan populasi dari sampel
itu sendiri. Sampel harus sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan oleh
penulis, sehingga tidak terjadi kebingungan karena ketidaksesuaian antara
sampel dengan obyek/sitsuasi sosial yang diteliti. Dengan melihat hal
1
h. 218.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013),
73
tersebut maka diharapkan bisa menghasilkan sampel yang benar-benar sesuai
dengan penelitian yang dilakukan.
Dalam kasus yang penulis teliti, tentu saja tidak semua orang dalam
wilayah RW. 011 masuk dalam sampel penelitian. Sampel penelitian akan
dipilih melalui persyaratan yang penulis buat. Beberapa persyaratan dalam
memilih sampel dalam penelitian ini, diantaranya adalah:
a. Remaja tersebut harus berusia 12-17 tahun.
b. Mampu dan memahami cara menggunakan Instagram.
c. Telah memiliki akun Instagram minimal selama 1 tahun.
d. Aktif dalam menggunakan Instagram.
e. Memiliki
followers
minimal
100,
untuk
membuktikan
bahwa
Instagramnya benar-benar aktif digunakan.
f. Tinggal di wilayah RW. 011
Menurut data yang dimiliki penulis, jumlah remaja yang berada direntang
usia 12-17 tahun yang tinggal di RW. 011 berjumlah 210 orang. Dari jumlah
210 orang tersebut penulis menarik sekitar 15% yaitu 30 orang untuk
dijadikan sampel dalam mengisi angket. Dan penulis juga memilih 8 orang
berdasarkan kualifikasi yang telah penulis jabarkan sebelumnya untuk
manjadi narasumber wawancara. Dan berikut nama-nama yang penulis
diwawancarai:
Tabel 4.1
Data Informan
No.
Nama
Tempat.
Umur
Status
Akun Instagram
17
Pelajar
@neyshapk
Tanggal Lahir
01.
02.
Theodora
Jakarta, 1
Neysha Puty K
April 1999
M. Farrel
Bekasi, 31
Joyanka Putra
Januari 2001
SMA
15
Pelajar
SMA
@farrel508
74
03.
Irginita
Laili Jakarta, 19
Rahma
September
16
Pelajar
@irginitalaeli
SMA
2000
04.
05.
06.
Louis
Bekasi, 01
16
Alviando
Desember
Abadi Febrian
2000
Raina
Bekasi, 28
Salsabila
Februari 2002
Raihan Rahim
Bekasi, 28
Pelajar
@loisalviando77
SMA
14
16
November
Pelajar
@raina_salsabil
SMP
a28
Pelajar
@raihan_rhm
SMA
2000
07.
Nita Amalia
Jakarta, 14
16
Maret 2000
08.
Jihan
Nabila
Latifa Padang,
Januari 2000
Pelajar
@nitaamaliia
SMA
13
16
Pelajar
@tifa1301
SMA
B. Peran Media Sosial Instagram Dalam Pembentukan Kepribadian
Yang Matang Pada Remaja
Menurut Sjarkawi, Kepribadian adalah “ciri atau karakteristik atau gaya atau
sifat khas dari diri seseorag yang bersumber dari bentukan-bentukan yang
diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil dan juga bawaan
seseorang sejak lahir”. 2 Sedangkan masa remaja adalah masa dimana manusia
sedang mencari bentuk kepribadiannya, sehingga para remaja akan berusaha
memasukan pemahaman apapun kepada dirinya untuk menemukan identitas
dirinya. Tentu saja kepribadian remaja pada akhirnya akan sangat dipengaruhi
2
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak: Pesan Moral Intelektual, Emosional, dan Sosial
Sebagai Wujud Intregitas Membangun Jati Diri, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 11
75
oleh hal-hal yang akrab disekitarnya. Salah satu dari hal tersebut adalah media
sosial Instagram yang saat ini telah menjadi bagian dari masyarakat dan remaja
itu sendiri.
Penggunaan Instagram pada masa sekarang menjadi salah satu bagian dari
kegiatan sehari-hari para remaja. Karena Instagram sendiri merupakan media
yang menghubungkan penggunanya kepada orang-orang di seluruh dunia, maka
dampak yang didapat remaja pada masa sekarang tentunya tidaklah sama dengan
remaja dimasa lalu yang hanya mendapatkan pengaruh dari orang-orang
disekitarmnya saja. Memliki akun Instagram seperti telah menjadi keharusan
sendiri bagi para remaja. Mereka memiliki alasan sendiri mengapa mereka
memliki akun Instagram.
Menurut Louis, “Saya bikin Instagram karena ikut-ikut temen, biar gak
ketinggalan zaman gitu. Kan yang lain punya, saya juga harus punya donk”.3
Sedangakan pengakuan berbeda didapat dari salah satu remaja putri di RW.
011.
Menurut Nita, “Aku bikin Instagram buat ngeliat foto-foto orang, temen-temen
aku, sama ngestalk orang yang aku mau tau. Sekarang kan udah zaman
Instagram, jadi pengen punya aja, dulu kan udah punya Facebook sama Twitter,
nah sekarang mainnya Instagram”.4
Dari keterangan dua orang remaja tersebut, penulis menyimpulkan bahwa para
remaja mengharuskan diri mereka untuk memliki akun Instagram sendiri agar
mereka tidak tertinggal dengan teman-teman sebayanya. Di samping itu, para
remaja juga menggunakan Instagram mereka untuk memenuhi rasa ingin tahu
mereka terhadap teman-teman atau orang-orang disekitarnya. Instagram menjadi
bentuk pergaulan baru dikalangan remaja yang memudahkan mereka berinteraksi
ataupun mengetahui apa saja yang dilakukan oleh orang- orang yang ingin
3
4
Louis Alviando, Wawancara, Bekasi 5 November 2016
Nita Amalia, Wawancara, Bekasi 5 November 2016
76
mereka ketahui, hal tersebut biasa disebut dengan “Stalking” atau “Nge-stalk”
oleh para remaja. Hal tersebut dipicu oleh mudahnya kepemilikan gadget oleh
para remaja, harga gadget yang cukup terjangkau dan orang tua yang mau
membelikan mereka gadget membuat para remaja memiliki akses langsung untuk
mengakses Instagram. Tidak lupa pula akses internet yang telah menjangkau
tempat tinggal mereka dengan baik, serta pemahaman para remaja tentang
penggunaan berbagai macam konten di internet yang telah diajarkan di sekolahsekolah dasar, sehingga memudahkan mereka untuk membuat dan memiliki akun
Instagram sendiri.
Penggunaan Instagram yang begitu massif tentu memiliki peran tersendiri
dalam membentuk kepribadian para remaja. Penggunaan Instagram yang bebas
dan sering tidak mengenal waktu menjadi salah satu alasan mengapa akhirnya
Instagram berperan dalam pembentukan kepribadian remaja.
Menurut Neysha, “Aku buka Instagram setiap hari, tapi update-nya gak setiap
hari, paling update instastory-nya doank yang tiap hari. Abis itu cuma dipake
buat liat-liat, ngepoin orang sama nge-stalk orang.”5
Pernyataan ini diperkuat dengan hasil angket pada pertanyaan pertama. Pada
pertanyaan pertama ini responden yang menjawab sangat setuju (SS) berjumlah
23 orang, dan yang menjawab setuju (S) berjumlah 7 orang. Sedangkan kolom
ragu-ragu (R), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) tidak ada yang
mengisi. Hasil perhitungan jawaban responden pada pertanyaan pertama adalah:
a. Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 23 x 5 = 115
b. Responden yang menjawab setuju (4) = 7 x 4 = 28
c. Responden yang menjawab ragu-ragu (3) = 0 x 3 = 0
d. Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 0 x 2 = 0
e. Responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) = 0 x 1= 0
Total skor adalah 115+28+0+0+0= 143.
5
Theodora Neysha, Wawancara, Bekasi 5 November 2016
77
Setelah hal diatas diketahui, maka interpretasi jawaban selanjutnya dihitung
menggunakan rumus Index %.
Index% = Total Skor x 100
Y
Maka, Index% = 143 x 100 = 95,34 %
150
Berdasarkan range yang telah ditentukan diatas, maka index 95,34% masuk
pada kategori “Sangat Setuju”. Jadi, remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan
Kebalen sangat setuju bahwa mereka membuka Instagram setiap hari.
Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa intensitas penggunaan
Instagram dikalangan remaja sangat tinggi, mereka menggunakan Instagram
setiap hari, minimal untuk melihat-lihat konten di Instagram. Dengan tidak
adanya kontrol serta intensitas pengguaan yang tinggi, tentunya peran Instagram
sangat besar dalam pembentukan kepribadian para remaja.
Penulis menjabarkan kepribadian dalam penelitian ini melalui kriteria
kepribadian menurut Allport yang membaginya menjadi 6 yaitu “perluasan
perasaan diri, hubungan yang hangat dengan orang lain, keamanan emosional
dan penerimaan diri, persepsi realistis terhadap lingkungan sekitar, insight dan
humor, serta filosofi hidup yang Integral”. 6 Berdasarkan 6 kriteria tersebut,
disusun pertanyaan yang berkaitan dengan peran Instagram dalam membentuk
kepribadian remaja, dan mengahasilkan data. Berikut penajabarannya:
1. Instagram Berperan Sebagai Media Perluasan Perasaan Diri dalam
Kehidupan Sosial Remaja
Menurut Allport “Semua orang mempunyai rasa cinta terhadap diri sendiri
(self-love), namun hanya perluasan perasaan diri yang menjadi kematangan
6
Jess Feist dan Gregory J. Fesit, Teori Kepribdian, Terj. dari Theories of Personality oleh
Smita Prathita Sjahputri, (Jakarta: Salemba Humanka, 2010), h. 87.
78
pribadi”.7 Pribadi yang memiliki perluasan perasaan diri yang dimaksud disini
adalah pribadi tidak terpusat pada dirinya sendiri, melainkan pribadi yang
mengembangkan minat atas kehidupan sosialnya.
Instagram adalah salah satu media yang digunakan remaja untuk
mengembangkan minat terhadap kehidupan sosial mereka. Tujuan utama para
remaja membuat Instagram adalah untuk mengembangkan kehidupan sosial
dimana mereka mampu mengenal orang-orang baru dalam kehidupannya.
Menurut Farrel, “Saya nge-follow teman-teman saya supaya bisa tahu
gitu keadaan mereka, sama bisa komunikasi sama mereka, kan jadi
enak kalau ada medsos kayak Instagram, kita jadi tahu keadaan
mereka, misalnya lagi galau atau lagi marah terus dia update, kita jadi
tahu suasana hatinya, jadi gak ngomong atau bercanda yang aneh di
depan dia”. 8
Pernyataan diatas diperkuat oleh hasil angket dari pertanyaan nomor 2.
Pada pertanyaan kedua ini responden yang menjawab sangat setuju (SS)
berjumlah 7 orang, yang menjawab setuju (S) berjumlah 21 orang, yang
menjawab ragu-ragu (R) tidak ada, yang menjawab tidak setuju (TS) 2 orang,
dan yang menjawab sangat tidak setuju (STS) tidak ada. Hasil perhitungan
jawaban responden pada pertanyaan pertama adalah:
a. Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 7 x 5 = 35
b. Responden yang menjawab setuju (4) = 21 x 4 = 84
c. Responden yang menjawab ragu-ragu (3) = 0 x 3 = 0
d. Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 2 x 2 = 4
e. Responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) = 0 x 1= 0
Total skor adalah 35+84+0+4+0= 123.
7
8
Ibid.
Muhamad Farrel, Wawancara, Bekasi 5 November 2016
79
Setelah hal diatas diketahui, maka interpretasi jawaban selanjutnya
dihitung menggunakan rumus Index %.
Index% = Total Skor x 100
Y
Maka, Index% = 123 x 100 = 82 %
150
Berdasarkan range yang telah ditentukan diatas, maka index 82% masuk
pada kategori “Sangat Setuju”. Jadi, remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan
Kebalen sangat setuju bahwa mereka menggunakan Instagram untuk
mengetahui hal-hal tentang teman/kerabatnya.
Dari pernyataan remaja dan hasil angket tersebut, penulis menyimpulkan
bahwa salah satu alasan remaja menggunakan Instagram adalah agar mereka
mengetahui keadaan teman-teman disekitarnya. Instagram membantu mereka
untuk mengetahui keadaan emosional temannya, sehingga mereka mampu
memberikan respon yang tepat dalam memperlakukan temannya tersebut. Hal
tersebut menggambarkan bahwa para remaja sebenarnya mulai membentuk
kepribadiannya dengan melakukan perluasan diri dalam kehidupan sosialnya,
terutama terhadap teman-teman sebayanya.
Menurut Latifa, “Biasanya aku upload kalau lagi marah, aku tulis di
caption, buat ngeluarin perasaan aja gitu biar lega. Kadang biar orang lain
tahu atau ada yang peka gitu. Apalagi kalau aku lagi marah sama orang yang
juga ada di Instagram aku, biar dia tahu diri hehehe”.9
Pernyataan diatas diperkuat oleh hasil angket dari pertanyaan nomor 3.
Pada pertanyaan ketiga ini responden yang menjawab sangat setuju (SS)
berjumlah 7 orang, yang menjawab setuju (S) berjumlah 17 orang, yang
menjawab ragu-ragu (R) tidak ada, yang menjawab tidak setuju (TS) 6 orang,
9
Jihan Latifa, Wawancara, Bekasi 5 November 2016
80
dan yang menjawab sangat tidak setuju (STS) tidak ada. Hasil perhitungan
jawaban responden pada pertanyaan pertama adalah:
a. Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 7 x 5 = 35
b. Responden yang menjawab setuju (4) = 17 x 4 = 68
c. Responden yang menjawab ragu-ragu (3) = 0 x 3 = 0
d. Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 6 x 2 = 12
e. Responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) = 0 x 1= 0
Total skor adalah 35+68+0+12+0= 115.
Setelah hal diatas diketahui, maka interpretasi jawaban selanjutnya
dihitung menggunakan rumus Index %.
Index% = Total Skor x 100
Y
Maka, Index% = 115 x 100 = 76,66 %
150
Berdasarkan range yang telah ditentukan diatas, maka index 76,66% masuk
pada kategori “Setuju”. Jadi, remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan Kebalen
setuju bahwa mereka menggunakan Instagram untuk memberi tahu hal-hal
tentang diri mereka kepada teman/kerabat mereka.
Dari pernyataan dan hasil angket tesebut, diketahui bahwa remaja juga
menunjukan ekspresi dari perasaan mereka melalui Instagram dengan tujuan
mengeluarkan keresahan yang mereka rasakan. Tujuan lainnya adalah agar
mendapat perhatian dari orang-orang disekitar mereka. Hal tersebut tentunya
selaras dangan perkataan Allport, bahwa orang yang memiliki kepribadian
yang sehat akan berusaha mengembangkan minat atas kehidupan sosialnya.
Hal tersebut dibuktikan remaja lewat postingan-postingan pribadi dan
pengamatan mereka terhadap postingan orang-orang yang mereka follow.
Instagram secara langsung memberikan peran penting dalam membantu
remaja mengembangkan minat atas kehidupan sosial mereka. Instagram
membantu mereka menunjukan perasaan sekaligus mendapatkan perhatian
81
dari orang-raong yang mereka inginkan dengan tujuan untuk menjalin
kehidupan yang mereka inginkan dengan orang-orang yang mereka kenal
ataupun yang ingin mereka kenal.
2. Instagram
Berperan
Sebagai
Media
Perluasan
Diri
dalam
Mengembangkan Minat Pribadi dan Minat Spiritual Remaja
Mengembangkan minat pribadi dan minat spiritual adalah hal yang penting
dalam membentuk kepribadian. Remaja yang belum memiliki tujuan pasti
dalam hidupnya akan berusaha mencari apa yang menjadi tujuan mereka.
Salah satu cara menemukan tujuan mereka tersebut adalah dengan
mengembangkan minat mereka terhadap hal-hal tertentu.
Minat yang menjadi tujuan dalam membentuk kepribadian remaja dibagi
menjadi dua yaitu minat pribadi dan minat spiritual. Dalam konteksnya, minat
pribadi adalah hal-hal yang menjadi prioritas utama bagi para remaja.
Biasanya minat pribadi akan menjadi hal yang mereka utamakan dalam
menjalani kehidupan. Berbagai macam minat pribadi tersebut terbentuk lewat
pergaulan, arahan orang tua, maupun informasi dari media. Remaja akan
menemukan hal yang mereka sukai dan menjadikan hal tersebut sebagai
bentuk kepribadian mereka. Pada remaja, minat pribadi biasanya masih
berupa hal-hal mendasar yang mereka anggap keren karena biasanya hal
tersebut dilakukan oleh orang yang mereka idolakan atau mereka sukai. Dari
wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti, tiap-tiap remaja memiliki
minat pribadinya masing-masing. Minat pribadi tersebut mereka lakukan
dengan senang hati tanpa adanya paksaan, dan mereka akan terus mencari
tahu tentang segala hal yang berhubungan dengan minat pribadi mereka
tersebut. Salah satu media yang mereka gunakan untuk menunjang rasa haus
mereka terhadap hal-hal yang berhubungan dengan minat mereka adalah
Instagram.
82
Menurut Raihan, “Iya, aku suka basket jadi aku follow akun-akun tentang
NBA gitu buat ngeliat berita sama video skill-skill basket gitu. Jadi biar up to
date tentang basket sama bisa belajar skill-skill baru dari video-video basket
pemain NBA-nya”.10
Pernyataan yang hampir serupa tentang minat yang diekspresikan di
Instagram juga diungkapkan oleh salah satu remaja.
Menurut Latifa, “Upload mah nggak, aku malu kalau yang model hehe.
Kalau upload yang gambar art gitu sering. Aku suka nge-repost gambar dari
google atau foto yang aku foto sendiri, sama gambar tangan aku”. 11
Kedua pernyataan diatas diperkuat oleh hasil angket dari pertanyaan nomor
4. Pada pertanyaan keempat ini responden yang menjawab sangat setuju (SS)
tidak ada, yang menjawab setuju (S) berjumlah 20 orang, yang menjawab
ragu-ragu (R) berjumlah 6 orang, yang menjawab tidak setuju (TS) 4 orang,
dan yang menjawab sangat tidak setuju (STS) tidak ada. Hasil perhitungan
jawaban responden pada pertanyaan pertama adalah:
a. Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 0 x 5 = 0
b. Responden yang menjawab setuju (4) = 20 x 4 = 80
c. Responden yang menjawab ragu-ragu (3) = 6 x 3 = 18
d. Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 4 x 2 = 8
e. Responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) = 0 x 1= 0
Total skor adalah 0+80+18+8+0= 106.
Setelah hal diatas diketahui, maka interpretasi jawaban selanjutnya
dihitung menggunakan rumus Index %.
Index% = Total Skor x 100
Y
10
11
Raihan Rahim, Wawancara, Bekasi 5 November 2016
Jihan Latifa, Wawancara, Bekasi 5 November 2016
83
Maka, Index% = 106 x 100 = 70,66 %
150
Berdasarkan range yang telah ditentukan diatas, maka index 70,66% masuk
pada kategori “Setuju”. Jadi, remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan Kebalen
setuju
bahwa
mereka
menggunakan
Instagram
untuk
menambah
ilmu/mengetahui hal-hal tentang minat pribadi mereka.
Dari pernyataan dan hasil angket tersebut, dapat kita lihat bahwa remaja
pertama menggunakan Instagram sebagai media yang memudahkan dia untuk
mendapatkan informasi dari minat pribadinya. Karena dia menyukai basket,
maka dia dengan sengaja mem-follow akun-akun yang berhubungan dengan
basket, khususnya NBA agar dia tidak ketinggalan segala sesuatu yang
berhubungan dengan minat pribadinya tersebut. Di samping itu, dia juga
menggunakan Instagram sebagai media untuk belajar memperbaiki dirinya
agar menjadi lebih pandai dalam menguasai minatnya pribadinya tersebut.
Pada remaja yang kedua, dia mengaku sebagai orang yang menyukai seni.
Sehingga dia sering sekali meng-upload gambar-gambar yang berhubungan
dengan seni. Hal tersebut penulis asumsikan sebagai bentuk pencitraan
terhadap dirinya sendiri. Karena dirinya menyukai seni, maka dia sengaja
meng-upload hal-hal yang berhubungan dengan seni, tujuannya adalah untuk
kepuasan pribadi dan tentunya mendapat cap sebagai orang yang menyukai
seni dari orang-orang yang melihat postingannya di Instagram.
Instagram berperan dalam pembentukan kepribadian remaja dengan
memudahkan mereka memperoleh informasi yang berhubungan dengan minat
pribadi mereka, serta menunjukan siapa diri mereka melalui citra diri yang
mereka buat di Instagram. Dengan adanya Instagram, para remaja tidak lagi
harus mengandalkan orang lain secara langsung untuk mempelajari minat
mereka. Remaja merasa terbantu karena mereka dapat memperoleh pelajaran
tersebut dari orang yang memang mereka sukai atau mereka idolakan, dalam
hal ini adalah bintang-bintang basket yang videonya ada di akun-akun
84
Instagram yang di-follow remaja tersebut. Instagram membantu remaja juga
membentuk kepribadian yang mereka inginkan. Dalam kasus ini, remaja
tersebut terbantu dengan adanya Instagram, dia menjadi mampu menunjukan
citra diri yang dia inginkan untuk diketahui dan dipersepsikan orang lain
terhadap dirinya.
Berbeda dengan minat pribadi, dalam minat spritual para remaja akan lebih
menerima masukan-masukan yang diberikan oleh orang tua maupun orangorang yang mereka tuakan. Kebanyakan remaja belum begitu peduli terhadap
hal-hal yang berhubungan dengan minat spiritual. Para remaja, terutama di
wilayah RW. 011 nampaknya tidak terlalu peduli dengan minat sipritual
mereka. Adanya Instagram pun nampaknya tidak terlalu berperan penting
dalam mengembangkan minat spiritual itu sendiri.
Menurut Irgi, “Aku gak nge-follow akun-akun tentang agama-agama
begitu, males, liatnya paling kalau muncul di explore doank. Paling
@pandjiramdana, dia kayak suka posting tentang quotes-quotes gitu”.12
Pernyataan diatas diperkuat oleh hasil angket dari pertanyaan nomor 5.
Pada pertanyaan kelima ini responden yang menjawab sangat setuju (SS)
tidak ada, yang menjawab setuju (S) berjumlah 5 orang, yang menjawab raguragu (R) 6 orang, yang menjawab tidak setuju (TS) 19 orang, dan yang
menjawab sangat tidak setuju (STS) tidak ada. Maka hasil perhitungan
jawaban responden pada pertanyaan pertama adalah:
a. Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 0 x 5 = 0
b. Responden yang menjawab setuju (4) = 5 x 4 = 20
c. Responden yang menjawab ragu-ragu (3) = 6 x 3 = 18
d. Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 19 x 2 = 38
e. Responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) = 0 x 1= 0
Total skor adalah 0+20+18+38+0= 76.
12
Irginita Laeli, Wawancara, Bekasi 5 November 2016
85
Setelah hal diatas diketahui, maka interpretasi jawaban selanjutnya
dihitung menggunakan rumus Index %.
Index% = Total Skor x 100
Y
Maka, Index% = 76 x 100 = 50,67 %
150
Berdasarkan range yang telah ditentukan diatas, maka index 50,67% masuk
pada kategori “Ragu-ragu”. Jadi, remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan
Kebalen ragu-ragu atau tidak terlalu bahwa mereka menggunakan Instagram
untuk menambah ilmu/mengetahui hal-hal tentang minat spiritual atau
kegamaan.
Dari pernyataan remaja tersebut, terlihat bahwa remaja tidak terlalu tertarik
dengan minat spiritual. Remaja tersebut mengaku bahwa postingan tentang
agama hanya akan dia lihat apabila secara tidak sengaja muncul di salah satu
fitur di Instagram-nya. Tidak ada indikasi untuk sengaja melihat atau
menjadikan hal-hal tentang spirutal sebagai bagian dari dirinya. Namun
remaja nampak cukup menyukai postingan-postingan berupa kata-kata
mutiara yang dibuat oleh akun-akun tertentu. Kebanyakan dari kata-kata
mutiara tersebut berupa nasihat-nasihat tentang kehidupan percintaan dan
persahabatan yang sesuai dengan masalah yang mereka hadapi sehari-hari.
Jadi, pada dasarnya konten yang berhubungan langsung dengan agama bukan
lah prioritas utama bagi para remaja di RW. 011, bagi mereka Instagram
adalah tempat untuk bersenang-senang dalam hal duniawi.
3. Instagram Berperan Sebagai Media untuk Menghibur Diri Bagi Para
Remaja
Salah satu kriteria dari orang yang memiliki kepribadian yang sehat adalah
memiliki rasa humor yang positif. Humor adalah hal yang penting bagi
manusia, untuk menjaga jiwa agar tetap positif. Pribadi yang baik mempunyai
86
selera humor yang tidak kasar, mereka memberikan kapasitas untuk
menertawakan diri mereka sendiri daripada bergantung pada tema-tema
seksual atau kekerasan yang membuat orang lain tertawa. Pribadi yang baik
tidak akan berusaha mencela orang lain untuk mendapatkan sesuatu yang
membuatnya tertawa. Dan pribadi yang baik juga tidak akan menggunakan
tema-tema yang berhubungan dengan sex untuk membuat kelucuan. Hal
tersebut adalah sesuatu yang tentunya belum dipahami oleh kebanyakan
remaja.
Instagram memiliki begitu banyak konten yang bisa dibuat oleh siapa saja.
Dari berbagai konten tersebut, salah satu konten yang paling populer adalah
konten komedi. Di Indonesia sendiri, akun komedi begitu menjamur dan
memiliki begitu banyak pengikut. Remaja menggunakan Instagram untuk
mendapatkan humor segar dari konten-konten yang diunggah oleh akun-akun
yang memang mengkhusukan diri sebagai akun komedi tersebut.
Menurut Bella, “Sering, aku buka Instagram emang niatnya buat sering liat
yang lucu-lucu gitu, akun-akun kocak kayak @dagelan gitu. Biar bisa ketawaketawa hehe. Kadang-kadang aku juga upload foto jelek sama temen gitu buat
lucu-lucuan hahaha”. 13
Pernyataan diatas diperkuat oleh hasil angket dari pertanyaan nomor 12.
Pada pertanyaan keduabelas ini responden yang menjawab sangat setuju (SS)
23 orang, yang menjawab setuju (S) berjumlah 7 orang, yang menjawab raguragu (R) tidak ada, yang menjawab tidak setuju (TS) tidak ada, dan yang
menjawab sangat tidak setuju (STS) tidak ada. Hasil perhitungan jawaban
responden pada pertanyaan pertama adalah:
a. Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 23 x 5 = 115
b. Responden yang menjawab setuju (4) = 7 x 4 = 28
c. Responden yang menjawab ragu-ragu (3) = 0 x 3 = 0
13
Raina Salsabila, Wawancara, Bekasi 5 November 2016
87
d. Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 0 x 2 = 0
e. Responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) = 0 x 1= 0
Total skor adalah 115+28+0+0+0= 143.
Setelah hal diatas diketahui, maka interpretasi jawaban selanjutnya
dihitung menggunakan rumus Index %.
Index% = Total Skor x 100
Y
Maka, Index% = 143 x 100 = 95,34 %
150
Berdasarkan range yang telah ditentukan diatas, maka index 95,34% masuk
pada kategori “Sangat Setuju”. Jadi, remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan
Kebalen sangat setuju bahwa mereka menggunakan Instagram sebagai media
untuk menghibur diri.
Dari pernyataan remaja dan hasil angket resebut, dapat diketahui bahwa
salah satu tujuan remaja menggunakan Instagram adalah sebagai media untuk
menghibur diri. Remaja sengajar mem-follow akun-akun yang memuat konten
komedi agar memereka biasa tertawa setiap harinya. Hal lain yang perlu
dicermati bahwa, dengan Instagram, remaja juga cenderung memiliki selera
humor yang sehat. Mereka mampu menertawakan diri mereka sendiri dengan
mengunggah foto-foto jelek dirinya sendiri untuk sekedar melucu di
Instagram. Humor menjadi sesuatu yang mudah didapatkan oleh remaja
dimasa sekarang. Dengan membuka Instagram, mereka mampu mendapatkan
tawa. Tentu kelebihan Instagram adalah remaja bisa memilih konten komedi
yang mereka inginkan. Hal tersebut tentunya berdampak positif bagi remaja,
karena dengan begitu mereka tidak akan lagi mendapatkan paksaan untuk
melihat komedi-komedi dewasa atau kasar yang biasanya mereka lihat melalui
media lain. Di Instagram, mereka bisa memilih konten komedi yang sesuai
dengan kemauan mereka.
88
4. Instagram Berperan Sebagai Media untuk Mengungkapkan Emosi
Bagi Remaja
Pribadi yang matang adalah pribadi yang memiliki keseimbangan
emosional. Hal tersebut adalah hal masih dicari oleh para remaja pada
umumnya. Pribadi yang baik biasanya tidak akan terlalu sedih apabila terdapat
hal-hal yang tidak sesuai dengan rencana mereka. Mereka tidak akan terus
berkutat dengan gangguan-gangguan kecil, serta menyadari bahwa rasa
frustasi dan ketidaknyamanan adalah bagian dari hidup. Hal tersebut adalah
yangb dimaksud dengan keseimbangan emosional. Namun hal tersebut,
nampaknya belum dimiliki oleh kebanyak remaja. Pada umunya remaja masih
meiliki gejolak emosi yang berapiapi, mereka cenderung mengungkapkan apa
yang mereka rasakan.
Menurut Neysha, “Sering hehehe, biasanya kalau lagi galau gitu aku
upload tapi lebih ke snapgram-nya, bukan upload biasa. Biasanya aku upload
kata-kata atau video waktu dengerin lagu. Biar yang digalauin tuh peka gitu
hehe, itu kan namanya kode”.14
Remaja wanita cenderung mengunggah konten yang berhubungan dengan
perasaan sedih. Pernyataan remaja di atas adalah buktinya. Saat merasa sedih,
remaja wanita memilih mencurahkan perasaan sedihnya di Instagram atau
media sosial lainnya. Hal tersebut dikarekan mereka ingin medapat perhatian
dari orang lain, agar membuat orang lain merasa simpatik kepada diri mereka.
Hal yang menjadi konten paling sering diunggah remaja putri adalah konten
kesedihan yang berhubungan dengan kisah percintaan mereka. Remaja
tersebut mengaku alasan utama dia mengunggah kesedihannya di Instagram
adalah agar orang yang menjadi sumber kesedihannya tersebut peka bahwa
dia sedang sedih dan menginkan respon dari orang tersebut.
14
Theodora Neysha, Wawancara, Bekasi 5 November 2016
89
Berbeda dengan orang yang sudah lebih dewasa dan matang yang
cenderung malu mengungkapkan emosinya di depan umum atau di media
sosial. Remaja justru tidak malu melakukan hal tersebut, saat ditanya apakah
dia tidak takut mendapat persepsi buruk dari orang lain yang melihat
unggahan di akun Instagram-nya.
Menurut Neysha, “Iya sih, pasti takut, tapi bodo amat. Orang yang liat
temen-temen saya ini kan”. 15
Dari pernyataan remaja tersebut, dapat diketahui bahwa ada rasa takut
terhadap persepsi orang lain terhadap dirinya, namun dia memilih untuk tidak
mengiharukannya dengan alasan yang melihat teman-temannya sendiri.
Padahal, konten yang diunggah remaja tersebut dapat dilihat oleh siapa pun
yang mem-follow maupun sengaja mampir ke halaman Instagram-nya. Hal ini
menandakan bahwa remaja putri belum lah memiliki keseimbangan
emossional. Mereka cenderung berpikir sementara atau jangka pendek.
Mereka
mengungkapkan
apa
yang
mau
mereka
ungkapan,
tanpa
mempedulikan persepsi orang lain terhadap diri mereka.
Menurut Farrel, “Kalau yang emosi gitu pernah sih, kalau lagi marah sama
orang kadang saya upload foto sama ngasih caption tentang marah gitu. Biar
unek-uneknya keluar aja gitu”.16
Berbeda dengan remaja putri, remaja laki-laki justru cenderung
mengungkapkan emosi marah di akun Instagram mereka. Remaja laki-laki
mengungkapkan kemarahannya di Instagram dengan alasan agar unek-unek
yang mereka miliki jadi hilang. Penulis berpendapat, hal tersebut dikarenakan
remaja laki-laki miliki rasa untuk terlihat jantan di depan orang lain, sehingga
mereka sering menunjukan emosinya di depan umum, salah satunya di media
15
16
Theodora Neysha, Wawancara, Bekasi 5 November 2016
Muhamad Farrel, Wawancara, Bekasi 5 November 2016
90
sosial. Mendapat pengakuan sebagai orang yang berani adalah salah satu
tujuan dari remaja laki-laki.
Pernyataan diatas diperkuat oleh hasil angket dari pertanyaan nomor 8.
Pada pertanyaan kedelapan ini responden yang menjawab sangat setuju (SS)
tidak ada, yang menjawab setuju (S) berjumlah 19 orang, yang menjawab
ragu-ragu (R) 8 orang, yang menjawab tidak setuju (TS) 3 orang, dan yang
menjawab sangat tidak setuju (STS) tidak ada. Maka hasil perhitungan
jawaban responden pada pertanyaan pertama adalah:
a. Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 0 x 5 = 0
b. Responden yang menjawab setuju (4) = 19 x 4 = 76
c. Responden yang menjawab ragu-ragu (3) = 8 x 3 = 24
d. Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 3 x 2 = 6
e. Responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) = 0 x 1= 0
Total skor adalah 0+76+24+6+0= 106.
Setelah hal diatas diketahui, maka interpretasi jawaban selanjutnya
dihitung menggunakan rumus Index %.
Index% = Total Skor x 100
Y
Maka, Index% = 106 x 100 = 70,67 %
150
Berdasarkan range yang telah ditentukan diatas, maka index 70,67% masuk
pada kategori “Setuju”. Jadi, remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan Kebalen
setuju bahwa mereka menggunakan Instagram untuk mengungkapkan
perasaan atau emosi yang mereka rasakan.
Persamaan dari para remaja putri maupun putra adalah mereka sama-sama
tidak memikirkan persepsi buruk yang dari orang lain terhadap diri mereka.
Keseimbangan emosional belum sama sekali mereka miliki. Untuk
membentuk
citra
diri
yang
menggambarkan
kepribadian
mereka,
pengungkapan emosi adalah salah satu cara yang mereka gunakan. Hal
91
tersebut tentunya bukan lah hal yang baik namun sulit dibendung karena
memang remaja adalah tahap dimana manusia cenderung belum memiliki
keseimbangan emosional.
5. Instagram Berperan Sebagai Media untuk Membentuk Citra Diri yang
Lebih Baik Bagi Remaja
Pribadi yang baik memiliki persepsi yang realistis terhadap lingkungan di
sekitarnya. Mereka tidak hidup di dalam dunia fantasi atau membelokkan
kenyataan agar sesuai dengan harapan mereka. Pribadi yang matang mengenal
dirinya sendiri, sehingga tidak mempunyai kebutuhan untuk mengatribusikan
kesalahan dan kelemahannya kepada orang lain.
Remaja tampak memahami hal tersebut, namun mereka tidak sepenuhnya
menerima hal tersebut. remaja memahami seperti apa kenyataan dalam
kehidupan mereka. Mereka tahu apa yang bisa ataupun apa yang tidak bisa
mereka lakukan. Di kehidupan nyata, remaja akan melakukan hal-hal sesuai
dengan tuntutan hidup yang mereka dapatkan, namun Instagram menjadi
dunia baru yang memberikan ruang bagi para remaja untuk membentuk
pribadi yang baru atas nama mereka.
Menurut Latifa, “Beda, di Intagram lebih cantik haha, Foto yang diupload
ke Instagram cuma yang bagus-bagus, suka diedit juga biar keliatan orang
lebih cantik di Instagram hehehe”. 17
Hal serupa juga diungkapkan remaja lainnya.
Menurut remaja Bella, “Jauh beda, kalau di Instagram lebih feminim dan
cantik hehe, kalau sehari-hari kan berantakan aku hahaha”.18
Kedua pernyataan diatas diperkuat oleh hasil angket dari pertanyaan nomor
10. Pertanyaan kesepuluh ini responden yang menjawab sangat setuju (SS)
17
18
Jihan Latifa, Wawancara, Bekasi 5 November 2016
Raina Salsabila, Wawancara, Bekasi 5 November 2016
92
tidak ada, yang menjawab setuju (S) berjumlah 4 orang, yang menjawab raguragu (R) 4 orang, yang menjawab tidak setuju (TS) 22 orang, dan yang
menjawab sangat tidak setuju (STS) tidak ada. Maka hasil perhitungan
jawaban responden pada pertanyaan pertama adalah:
a. Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 0 x 5 = 0
b. Responden yang menjawab setuju (4) = 4 x 4 = 16
c. Responden yang menjawab ragu-ragu (3) = 4 x 3 = 12
d. Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 22 x 2 = 44
e. Responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) = 0 x 1= 0
Total skor adalah 0+16+12+44+0= 72.
Setelah hal diatas diketahui, maka interpretasi jawaban selanjutnya
dihitung menggunakan rumus Index %.
Index% = Total Skor x 100
Y
Maka, Index% = 72 x 100 = 48 %
150
Berdasarkan range yang telah ditentukan diatas, maka index 48% masuk
pada kategori “Sangat Setuju”. Jadi, remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan
Kebalen ragu-ragu bahwa citra diri yang mereka tunjukkan di Instagram sama
dengan citra diri mereka sehari-hari.
Dari pernyataan kedua remaja tersebut, dapat diketahui bahwa remaja
membentuk citra diri yang lebih baik di Instagram-nya. Mereka ingin terlihat
lebih cantik dan lebih feminim di Instagram. Sesuatu yang tidak bisa mereka
lakukan sehari-hari. Di kehidupan sehari-hari, kedua remaja tersebut tampak
seperti remaja pada umunya. Mereka belum terlalu mempedulikan tentang
penampilan diri sehari-hari dan tampil layaknya remaja polos pada umunya.
Namun mereka melakukan hal yang berbeda di Instagram-nya. Mereka
membentuk citra diri yang baru agar terlihat lebih baik dari kehidupan asli
93
mereka. Hal tersebut dipicu rasa ingin terlihat lebih baik dari apa yang tidak
bisa mereka lakukan di dunia yang sebenarnya.
Pada dasarnya, di kehidupan sehari-hari remaja telah memiliki persepsi
yang realistis terhadap kehidupan mereka, namun Instagram memberikan
tempat bagi mereka untuk membentuk diri mereka yang lain. Hal tersebut
menadakan bahwa remaja belum memiliki insight (penerimaan diri) dalam
diri mereka. Mereka masih memiliki sesuatu yang ingin mereka lakukan pada
diri mereka sendiri namun sering kali terbentur oleh masalah dalam kehidupan
mereka masing-masing.
Remaja memiliki cita-cita untuk terlihat sebagai pribadi yang terbaik
dibanding orang lain, mereka mewujudkan hal tersebut lewat Instagram.
Dengan harapan bahwa orang lain akan memiliki persepsi yang berbeda
terhadap diri mereka, terutama orang-orang yang tidak mengenal mereka
secara pribadi. Instagram menunjukkan bahwa, tidak semua yang ada di
dalamnya adalah cerminan dari pemilik akunnya di dunia nyata. Banyak
kepalsuan yang sengaja diciptakan untuk membentuk citra diri yang baru.
Menurut pengamatan penulis, di Instagram banyak sekali akun yang turut
campur dengan kehidupan orang lain. Hal tersebut dilakukan dengan
memberikan komentar-komentar kepada akun orang lain. Hal tersebut paling
sering terjadi di akun Instagram seorang public figur. Biasanya kolom
komentar mereka penuh dengan komentar, dari mulai positif hingga hal-hal
negatif.
Menurut Neysha, “Sengaja, kan gini, dia upload foto terus kan pasti
komennya aneh-aneh terus gw liatin deh. Pasti ada aja yang aneh-aneh yang
bikin gw ketawa”.19
Pernyataan tersebut mengarah kepada komentar-komentar pada Instagram
public figur. Remaja di RW. 011 bukan bagian dari orang-orang yang mau
19
Remaja Theodora Neysha, Wawancara, Bekasi 5 November 2016
94
repot-repot memberikan komentar kepada orang lain di instagram. Namun
mereka mengetahui hal tersebut dan suka melihat komentar-komentar
tersebut. Remaja beralasan hal tersebut adalah hal yang lucu dan menarik
untuk mereka lihat. Remaja di RT. 04 RW. 011 cenderung lebih memilih
memiliki hubungan yang hangat dengan orang lain di kehidupan sehariharinya maupun di Instagram-nya. Hal tersebut adalah salah satu bagian
positif dari kontrol diri dalam menggunakan Instagram.
6. Positif dan Negatif Instagram Bagi Remaja
Remaja memiliki persepsi sendiri terhadap media sosial Instagram. Tidak
dapat dipungkiri bahwa remaja dan media sosial sudah tidak dapat dipisahkan
lagi di zaman sekarang ini. Bagi remaja, menggunakan Instagram sudah
menjadi keharusan agar mereka tidak ketinggalan oleh teman-teman
sebayanya. Remaja memiliki penilaiannya sendiri terhadap Instagram, bagi
mereka Instagram memiliki dua sisi yang berimbang, yaitu sisi positif dan sisi
negatif.
Menurut Irgi, “Ya kan di Instagram sering ada kata-kata motivasi gitu, ada
banyak akun-akun yang bisa kita manfaatin, misalnya kayak akun yang sesuai
dengan minat kita kayak tadi. Terus kalau aku terbantu sama akun-akun
olshop juga. Jadi gampang kita kalau mau apa-apa karena ada Instagram. Ya
pokok Instagram ngebantu banget lah”. 20
Dari pernyataan remaja tersebut, dia berpendapat bahwa Instagram adalah
hal yang positif karena banyak memberikan kemudahan untuk era sekarang.
Dengan adanya Instagram, remaja jadi memiliki kemudahan untuk
menemukan informasi terhadap hal-hal yang ingin mereka ketahui.
20
Irginita Laeli, Wawancara, Bekasi 5 November 2016
95
Menurut remaja Louis, “Masih banyak orang yang upload buat hal-hal gak
jelas yang aneh-aneh gitu sih, kayak konten-konten dewasa atau hal-hal yang
ada unsur kekerasannya, tapi gw gak pernah mau ikutan sih”.21
Pernyataan remaja tersebut mengungkapkan bahwa juga ada hal-hal negatif
yang ada di Instagram seperti konten-konten dewasa dan berbau seksual, yang
sangat tidak cocok untuk dilihat remaja. Adapula konten-konten yang
memiliki unsur kekerasan yang juga tidak sepantasnya dilihat oleh remaja.
Namun remaja tersebut memilih untuk tidak menjadi bagian dari hal tersebut.
Hal tersebut menunjukan bahwa Instagram bukanlah semata-mata
memiliki hal positif, namun juga memiliki hak negatif. Sudah sepantasnya
remaja dimbimbing dalam penggunaan Instagram agar tidak terjerumus ke
dalam hal-hal negatif yang disebabkan oleh penggunaan Instagram,
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, seluruh remaja yang
menjadi narasumber tidak ikut menjadi bagian dari hal-hal negatif. Mereka
sebisa mungkin menghindari konten-konten yang tidak sesuai dengan umur
mereka.
21
Louis Alviando, Wawancara, Bekasi 5 November 2016
96
C. Hasil Penjabaran Angket
Seperti yang telah dijelaskan di BAB sebelumnya, indikator kepribadian yang
matang pada remaja adalah perluasan perasaan diri, hubungan yang hangat,
keamanan emosional, persepsi hidup yang realistis, insight dan humor, serta
filosofi kehidupan yang mempersatukan. Indikator diatas dimuat dalam angket
dengan 15 pertanyaan dan 5 alternatif jawaban. Berikut penjabaran sisa hasil
angket yang belum dijelaskan diatas:
1) Saya menggunakan Instagram untuk mempererat hubungan saya
dengan teman/kerabat.
Pada pertanyaan keenam ini responden yang menjawab sangat setuju (SS)
berjumlah 5 orang, yang menjawab setuju (S) berjumlah 25 orang, yang
menjawab ragu-ragu (R) tidak ada, yang menjawab tidak setuju (TS) tidak
ada, dan yang menjawab sangat tidak setuju (STS) tidak ada. Maka hasil
perhitungan jawaban responden pada pertanyaan pertama adalah:
a. Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 5 x 5 = 25
b. Responden yang menjawab setuju (4) = 25 x 4 = 100
c. Responden yang menjawab ragu-ragu (3) = 0 x 3 = 0
d. Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 0 x 2 = 0
e. Responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) = 0 x 1= 0
Total skor adalah 25+100+0+0+0= 125.
Setelah hal diatas diketahui, maka interpretasi jawaban selanjutnya
dihitung menggunakan rumus Index %.
Index% = Total Skor x 100
Y
Maka, Index% = 125 x 100 = 83,34 %
150
Berdasarkan range yang telah ditentukan diatas, maka index 83,34% masuk
pada kategori “Sangat Setuju”. Jadi, remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan
97
Kebalen sangat setuju bahwa mereka menggunakan Instagram untuk
mempererat hubungan dengan teman/kerabat.
2) Saya menggunakan Instagram untuk menambah/memperbanyak
teman.
Pada pertanyaan ketujuh ini responden yang menjawab sangat setuju (SS)
8, yang menjawab setuju (S) berjumlah 17 orang, yang menjawab ragu-ragu
(R) tidak ada, yang menjawab tidak setuju (TS) 5 orang, dan yang menjawab
sangat tidak setuju (STS) tidak ada. Maka hasil perhitungan jawaban
responden pada pertanyaan pertama adalah:
a. Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 8 x 5 = 40
b. Responden yang menjawab setuju (4) = 17 x 4 = 68
c. Responden yang menjawab ragu-ragu (3) = 0 x 3 = 0
d. Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 5 x 2 = 10
e. Responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) = 0 x 1= 0
Total skor adalah 40+68+0+10+0= 118.
Setelah hal diatas diketahui, maka interpretasi jawaban selanjutnya
dihitung menggunakan rumus Index %.
Index% = Total Skor x 100
Y
Maka, Index% = 118 x 100 = 78,67 %
150
Berdasarkan range yang telah ditentukan diatas, maka index 78,67% masuk
pada kategori “Setuju”. Jadi, remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan Kebalen
setuju
bahwa
mereka
menggunakan
Instagram
untuk
menambah/memperbanyak teman..
3) Saya menggunakan Instagram untuk mengetahui perasaan/emosi
yang dirasakan oleh teman/kerabat saya.
Pada pertanyaan kesembilan ini responden yang menjawab sangat setuju
(SS) 6 orang, yang menjawab setuju (S) berjumlah 17 orang, yang menjawab
98
ragu-ragu (R) 2 orang, yang menjawab tidak setuju (TS) 5 orang, dan yang
menjawab sangat tidak setuju (STS) tidak ada. Maka hasil perhitungan
jawaban responden pada pertanyaan pertama adalah:
a. Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 6 x 5 = 30
b. Responden yang menjawab setuju (4) = 17 x 4 = 68
c. Responden yang menjawab ragu-ragu (3) = 2 x 3 = 6
d. Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 5 x 2 = 10
e. Responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) = 0 x 1= 0
Total skor adalah 30+68+6+10+0= 114.
Setelah hal diatas diketahui, maka interpretasi jawaban selanjutnya
dihitung menggunakan rumus Index %.
Index% = Total Skor x 100
Y
Maka, Index% = 114 x 100 = 76 %
150
Berdasarkan range yang telah ditentukan diatas, maka index 76% masuk
pada kategori “Setuju”. Jadi, remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan Kebalen
setuju
bahwa
mereka
menggunakan
Instagram
untuk
mengetahui
perasaan/emosi teman/kerabat mereka.
4) Menurut saya citra diri yang ditunjukan seseorang di Instagram
sama dengan citra diri saya di kehidupan nyata.
Pada pertanyaan kesebelas ini responden yang menjawab sangat setuju
(SS) tidak ada, yang menjawab setuju (S) berjumlah 2 orang, yang menjawab
ragu-ragu (R) tidak ada, yang menjawab tidak setuju (TS) 24 orang, dan yang
menjawab sangat tidak setuju (STS) 4 orang. Maka hasil perhitungan jawaban
responden pada pertanyaan pertama adalah:
a. Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 0 x 5 = 0
b. Responden yang menjawab setuju (4) = 2 x 4 = 8
c. Responden yang menjawab ragu-ragu (3) = 0 x 3 = 0
99
d. Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 22 x 2 = 44
e. Responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) = 6 x 1= 6
Total skor adalah 0+8+0+44+6= 58.
Setelah hal diatas diketahui, maka interpretasi jawaban selanjutnya
dihitung menggunakan rumus Index %.
Index% = Total Skor x 100
Y
Maka, Index% = 60 x 100 = 38,67 %
150
Berdasarkan range yang telah ditentukan diatas, maka index 38,67% masuk
pada kategori “Tidak Setuju”. Jadi, remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan
Kebalen tidak setuju bahwa citra diri yang ditunjukan seseorang di Instagram
sama dengan citra diri yang ditunjukan sehari-hari.
5) Saya menggunakan Instagram untuk menunjukan sisi humor
(kelucuan) saya kepada orang lain.
Pada pertanyaan ketigabelas ini responden yang menjawab sangat setuju
(SS) tidak ada, yang menjawab setuju (S) berjumlah 14 orang, yang
menjawab ragu-ragu (R) 12 orang, yang menjawab tidak setuju (TS) 4 orang,
dan yang menjawab sangat tidak setuju (STS) tidak ada. Maka hasil
perhitungan jawaban responden pada pertanyaan pertama adalah:
a. Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 0 x 5 = 0
b. Responden yang menjawab setuju (4) = 14 x 4 = 56
c. Responden yang menjawab ragu-ragu (3) = 12 x 3 = 36
d. Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 4 x 2 = 8
e. Responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) = 0 x 1= 0
Total skor adalah 0+56+36+8+0= 100.
Setelah hal diatas diketahui, maka interpretasi jawaban selanjutnya
dihitung menggunakan rumus Index %.
Index% = Total Skor x 100
Y
100
Maka, Index% = 100 x 100 = 66,67 %
150
Berdasarkan range yang telah ditentukan diatas, maka index 66,67% masuk
pada kategori “Setuju”. Jadi, remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan Kebalen
sangat setuju bahwa mereka menggunakan Instagram untuk menunjukan sisi
lucu mereka kepada orang lain.
6) Saya menyukai konten-konten di Instagram yang tidak sesuai
untuk
dilihat
oleh
orang
seusia
saya
(seperti
konten
kekerasan/pornografi)
Pada pertanyaan keempatbelas ini responden yang menjawab sangat setuju
(SS) tidak ada, yang menjawab setuju (S) berjumlah tidak ada, yang
menjawab ragu-ragu (R) tidak ada, yang menjawab tidak setuju (TS) 8 orang,
dan yang menjawab sangat tidak setuju (STS) 22 orang. Maka hasil
perhitungan jawaban responden pada pertanyaan pertama adalah:
a. Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 0 x 5 = 0
b. Responden yang menjawab setuju (4) = 0 x 4 = 0
c. Responden yang menjawab ragu-ragu (3) = 0 x 3 = 0
d. Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 8 x 2 = 16
e. Responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) = 22 x 1= 22
Total skor adalah 0+0+0+16+22= 38.
Setelah hal diatas diketahui, maka interpretasi jawaban selanjutnya
dihitung menggunakan rumus Index %.
Index% = Total Skor x 100
Y
Maka, Index% = 38 x 100 = 25,37 %
150
Berdasarkan range yang telah ditentukan diatas, maka index 25,37% masuk
pada kategori “Tidak Setuju”. Jadi, remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan
101
Kebalen tidak setuju bahwa mereka menyukai konten-konten yang tidak
sesuai untuk dilihat usia mereka di Instagram.
7) Saya senang melihat komentar-komentar kasar yang ada di
Instagram.
Pada pertanyaan kelimabelas ini responden yang menjawab sangat setuju
(SS) tidak ada, yang menjawab setuju (S) berjumlah 1 orang , yang menjawab
ragu-ragu (R) tidak ada, yang menjawab tidak setuju (TS) 22 orang, dan yang
menjawab sangat tidak setuju (STS) 7 orang. Maka hasil perhitungan jawaban
responden pada pertanyaan pertama adalah:
a. Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 0 x 5 = 0
b. Responden yang menjawab setuju (4) = 1 x 4 = 4
c. Responden yang menjawab ragu-ragu (3) = 0 x 3 = 0
d. Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 22 x 2 = 44
e. Responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) = 7 x 1= 7
Total skor adalah 0+4+0+44+7= 55.
Setelah hal diatas diketahui, maka interpretasi jawaban selanjutnya
dihitung menggunakan rumus Index %.
Index% = Total Skor x 100
Y
Maka, Index% = 55 x 100 = 36,67 %
150
Berdasarkan range yang telah ditentukan diatas, maka index 36,67% masuk
pada kategori “Tidak Setuju”. Jadi, remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan
Kebalen tidak setuju bahwa mereka senang melihat komentar kasar di
Instagram.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang peran media sosial
Instagram dalam pembentukan kepribadian yang matang pada remaja usia 12-17
tahun di Kelurahan Kebalen, Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi. Maka diperoleh
kesimpulan bahwa media sosial Instagram sangat berperan dalam membentuk
kepribadian remaja. Peran pertama adalah sebagai media perluasan diri dalam
kehidupan sosial remaja, untuk mengetahui keadaan orang-orang disekitarnya, serta
memberikan informasi tentang keadaannya kepada orang-orang disekitarnya. Peran
kedua sebagai media perluasan diri dalam mengembangkan minat pribadi dan minat
spiritual, dimana Instagram digunakan sebagai tempat belajar dan menujukkan minat
pribadinya kepada orang-orang. Sedangkan untuk minat spiritual, remaja cenderung
mengacuhkannya. Peran ketiga adalah sebagai media untuk menghibur diri, melalui
konten-konten yang menghibur dan menunjukan kelucuan mereka kepada orang lain.
Peran keempat sebagai media untuk mengungkapkan emosi. Mereka tidak takut
dengan persepsi buruk dari orang lain tentang pengungkapkan emosi diri tersebut.
Hal tersebut menunjukan belum adanya keseimbangan emosi bagi para remaja. Peran
kelima adalah sebagai media untuk membentuk citra diri yang baru, seolah-olah diri
mereka lebih baik di Instagram ketimbang di kehidupan sehari-hari.
B.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan
sebelumnya. Berikut ini akan disajikan beberapa saran yang penulis berikan tentang
peran dan penggunaan media sosial untuk remaja, diantaranya:
102
103
1. Orang tua dari para remaja tidak boleh lepas tangan dari urusan media sosial
terutama Instagram terhadap anak mereka. Karena Instagram juga meemiliki
banyak konten yang tidak sesuai dengan usia para remaja tersebut. Sehingga
dibutuhkan bimbingan yang tepat bagi para remaja tersebut, terutama dari
orang tua.
2. Bagi para remaja yang memiliki akun di Instagram, hendaknya menggunakan
Instagram dengan bijak. Remaja harus pandai memilih konten-konten yang
baik dan sesuai usia. Dengan memilih konten yang baik, maka para remaja
akan memiliki kepribadian yang baik pula.
3. Bagi para guru, diharapkan memberikan pemahaman yang cukup bagi para
remaja agar mereka bisa menyesuaikan diri dengan dunia global dan terjangan
media sosial yang begitu pesat ini. Sehingga bangsa Indonesia akan tetap
melahirkan pemuda-pemudi yang memiliki kepribadian yang santun dan
sesuai dengan yang diharapkan.
4. Perlu adanya kerja sama dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah yang
diharapkan melakukan proteksi terhadap konten-konten yang ada di
Instagram agar dapat meminimalisir dampak buruk dari Instagram.
Pemerintah juga diharapkan merangkul guru dan orang tua agar dapat
menjalankan dua saran yang telah saya sebutkan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Ali, Muhamad. Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Bandung:
Bumi Aksara, 2011.
Asmani, Jamal Ma’Mur. Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah.
Jogjakarta: Bukubiru, 2012
Biagi, Shirley. Media/Impact: Pengantar Media Massa. Jakarta: Salemba
Humanika, 2010.
Dariyo, Agoes. Psikologi Perkembangan Remaja. Ciawi: Ghalia Indonesia,
2004.
Feist, Jess dan Feist, Gregory J. Teori Kepribdian. Jakarta: Salemba
Humanka, 2010.
Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 1980.
Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Erlangga, 2009.
Jahja, Yudrik. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana, 2011.
Koswara. Teori-Teori Kerpribadian. Bandung: Eresco, 1981.
Nasrullah, Rulli. Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, Dan
Sosioteknologi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media: 2015.
Noor, Juliansyah. Metodologi Peneltian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya
Ilmiah. Jakarta: Kencana, 2012.
Nurdin, Amin dan Abrori, Amin. Mengerti Sosiologi: Pengantar untuk
Memahami Konsep-Konsep Dasar. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
104
105
Pervin, Lawrence A., et al., Psikologi Kepribadian: Teori dan Penelitian.
Jakarta: Kenacana, 2010.
Rojak, Abdul dan Sayuti, Wahdi. Remaja dan Bahaya Narkoba. Jakarta:
Media Group, 2006.
Sarosa, Samiaji. Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar. Jakarta: Indeks, 2012.
Shaw, Marvin E., et al., Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali,
1984.
Sjarkawi. Pembentukan Kepribadian Anak: Pesan Moral Intelektual,
Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Intregitas Membangun Jati
Diri. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers,
2013.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta, 2013.
Suparno, Ludwig . Aspek Ilmu Komunikasi dalam Public Relations. Jakarta:
Indeks, 2011.
Susanto, Phill. Astrid S. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial.
Bandung: Binacipta, 1979.
Suwartono. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset,
2014.
Usman, M. Basyirudin . Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers, 2002.
Wirutomo, Paulus . Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi. Jakarta:
Rajawali, 1981.
106
Skripsi:
Juwita, Elsa Puji. “Peran Media Sosial Terhadap Gaya Hidup Siswa SMA
Negeri 5 Bandung”, Skripsi Pada Universitas Pendidikan Indonesia,
Bandung, 2014.
Putri, Dibyareswari Utami. “Peran Media Baru Dalam Membentuk Gerakan
Sosial (Studi Kasus Pada Individu Yang Terlibat dalam
IndonesiaUnite di Twitter)”, Skripsi Pada Univeristas Indonesia,
Depok, 2012.
Suryanim, Fitria Listie. “Instagram dan Fashion Remaja (Studi Kasus Peran
Media Sosial Instagram teerhadap Tren Fashion Remaja dalam Akun
@ootdindo)”, Skripsi Pada Universitas Indonesia, Depok, 2014.
Jurnal:
Manampiring, Randolf A. Peran Media Sosial Instagram Dalam Interaksi
Sosial Antar Siswa SMA Negeri 1 Manado (Studi Pada Jurusan IPA
Angkatan 2012). e-Jurnal “Acta Diurna” Vol. IV No. 4, 2015.
Web:
https://kominfo.go.id/content/detail/3980/kemkominfo-pengguna-internet-diindonesia-capai-82-juta/0/berita_satker
https://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial
https://id.wikipedia.org/wiki/Instagram
https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_peran
LAMPIRAN-LAMPIRAN
69
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Angket
No. Responden:
A. Petunjuk Pengisian Angket
1. Angket ini berisi 15 pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui
peran Instagram dalam pembentukan kepribadian remaja.
2. Saudara/I diharapkan membaca dengan teliti setiap pertanyaan.
3. Isilah berdasarkan pendapat atau pandangan saudara/I dengan
membubuhkan tanda ceklis () pada kolom yang tersedia yang terdiri
dari alternative jawaban: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu
(R), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
4. Jawaban saudara/i tidak akan mempengaruhi kehidupan sehari-hari
dan bukan merupakan penilaian, semata-mata hanya untuk
kepentingan penelitian.
5. Saudara/i dimohon menjawab dengan sebenar-benarnya.
No.
01.
Indikator Pertanyaan
Saya menggunakan Instagram setiap
hari.
02.
Saya menggunakan Instagram untuk
mengetahui hal-hal tentang
teman/kerabat saya.
03.
Saya menggunakan Instagram untuk
memberi tahu hal-hal tentang diri saya
kepada teman/kerabat saya.
04.
Saya menggunakan Instagram untuk
menambah ilmu/mengetahui hal-hal
tentang minat pribadi saya (seperti:
sepakbola/fashion).
05.
Saya menggunakan Instagram untuk
SS
S
R
TS
STS
menambah ilmu/mengetahui hal-hal
tentang minat spiritual saya
(kegamaan).
06.
Saya menggunakan Instagram untuk
mempererat hubungan saya dengan
teman/kerabat.
07.
Saya menggunakan Instagram untuk
menambah/memperbanyak teman.
08.
Saya menggunakan Instagram untuk
mengungkapkan perasaan/emosi yang
saya rasakan.
09.
Saya menggunakan Instagram untuk
mengetahui perasaan/emosi yang
dirasakan oleh teman/kerabat saya.
10.
Citra diri yang saya tunjukan di
Instagram sama dengan citra diri saya
sehari-hari
11.
Menurut saya citra diri yang ditunjukan
seseorang di Instagram sama dengan
citra diri saya di kehidupan nyata.
12.
Saya menggunakan Instagram sebagai
media untuk menghibur diri saya.
13.
Saya menggunakan Instagram untuk
menunjukan sisi humor (kelucuan) saya
kepada orang lain.
14,
Saya menyukai konten-konten di
Instagram yang tidak sesuai untuk
dilihat oleh orang seusia saya (seperti
konten kekerasan/pornografi)
15.
Saya senang melihat komentarkomentar kasar yang ada di Instagram.
Lampiran 2
Transkip Wawancara
Transkip wawancara dengan Neysha.
Tempat : Wawancara dilakukan di depan rumah narasumber.
Waktu : Wawancara tanggal 5 November 2016 Pukul 16.00 – 16.20 WIB.
Keterangan
P = Peneliti
N = Neysha
P : Nama lengkapnya siapa?
N : Theodora Neysha Puty Kristanty.
P : Umurnya berapa?
N : 17.
P : Punya Instagram. Kan?
N : Punya lah. Hehe
P : Alasan bikin Instagram apaan?
N : Hmmm… Hehe… Buat apa ya? Buat ngeshare… ngeshare keseharian
aja. Kan sekarang kan Instagram udah kayak snapchat, ada ins... snapgram.
P : jadi karena itu?
N : Buat, iyaa... eee, apa?
P : Bukan karena ikut-ikutan temen?
N : Nggak lah, ya itu kan Instagram udah lama. Terus ya buat mengabadikan
keseharian lah, foto-foto di share, berbagi.
P : Sering gak pakai Instagram?
N : Aku buka Instagram setiap hari, tapi updatenya gak setiap hari, paling
insta-story-nya doank yang duupdate, abis itu cuma liat-liat sama ngepoin dan
ngestalk orang.
P : Oh jadi dipakenya buat ngepoin orang?
N : Hm-mh hhe
P : Hmmm, yang Neysya follow atau yang Neysya liat di Instagram itu
akun-akun yang gimana?
N : Apa ya? Artis biasanya sih. Kalau gak liat di explore tuh yang cantikcantik gue liat. Yang ganteng gue liat. Hehe
P : Ada yang gak Neysya liat atau yang Neysya follow itu berhubungan
sama minatnya Neysya? Misalnya kalau cowok kan minatnya sama bola, jadi
dia ngefollow akun-akun tentang bola
N : Ada sih.
P : Kalau Neysya tentang apa?
N : Apa ya? Masak biasanya.
P : Minatnya tentang masak?
N : Hm-mh. Kalau gak masak ya tentang make up yang gw liat.
P : Sering ngeliatnya?
N : Sering lah, tiap hari kan difollow.
P : Oke, kalau yang berhubungan dengan sosial, misalnya kayak berita atau
akung gosip atau yang semacam itu?
N : Ada lah, akun @Indozone biasanya.
P : Neysha juga follow?
N : Follow lah.
P : Memang sengaja follow itu karena emang pengen liat beritanya?
N : Iya lah.
P : Penting gak menurut Neysha berita-berita kayak gitu?
N : Penting lah, penting banget. Biar aku bisa tau keadaan yang lagi update.
P : Terus kalau yang berhubungan dengan agama atau motivasi gitu, follow
gak?
N : Nggak.
P : Yang berhubungan dengan agama nggak? Berarti Instagram-nya gak ada
hubungannya dengan agama gitu?
N : Nggak lah, murni buat ngepoin orang hehe
P : jadi guna utamanya Instagram buat Neysya itu buat ngepoin orang?
N : Nggak sih, ya itu salah satu kegunaan Instagram kan. Hehe
P : Oke, kalau akun-akun yang tentang humor atau lucu-lucu gitu difollow
gak?
N : Ada, @dagelan sama @ngakakkocak
P : Emang sengaja difollow akun-akun begitu?
N : Iya sengaja.
P : Apa motivasinya follow akun itu?
N : Ya biar gak bosen lah, daripada ngeliatin yang serius-serius mulu kan.
P : Oke, kalau nge-upload yang berhubungan dengan minat pernah gak?
Misalnya nge-upload tentang masak-masak atau tentang make up?
N : nggak, nggak pernah
P : Kalau nge-upload tentang berita-berita atau lucu-lucuan gitu pernah?
N : Nggak juga.
P : Neysya yang di Instagram sama Neysya sehari-hari sama apa beda?
N : Beda lah hahaha jelas beda.
P : Apa bedanya?
N : Kalau foto tuh, pasti yang diupload tuh yang cantik-cantik. Kalau
kesehariannya ya nggak cantik hehehe, pasti tuh beda.
P : Jadi Neysya pengen orang yang liat Neysya di Instagram sama seharihari tuh beda gitu?
N : Nggak juga sih, sama ada jeleknya juga, gak cantik semua.
P : terus, Neysya itu kalau main Instagram berharap followersnya banyak
apa nggak?
N : hmmm berharap, berharap gak berharap lah.
P : Berharap populer apa nggak?
N : Berharap lahhhh pasti.
P : Jadi bikin Instagram emang pengen populer?
N : hm-mh.
P : Kalau tiap kali nge-upload tuh pengen gak lovesnya banyak?
N : Pengen donk.
P : Emang apa yang dirasain kalau dapet loves banyak?
N : Apa ya? Ada kesenangan tersendiri gitu. Ya berarti dia suka sama foto
saya gitu.
P : Berarti menurut Neysya, Nesya sehari-hari sama di Instagram kan beda,
lebih bagus yang mana?
N : Lebih bagus yang di Instagram hehe, kan kalau di Instagram bisa dibuat
cantik hehehe
P : Oke, terus pertemanan Neysha di Instagram tuh gimana? Neysya
ngefollow temen-temen yang memang temen sehari-hari doank atau orang
lain yang Neysya tau tapi gak pernah kenal gitu?
N : Nggak, follownya yang dikenal.
P : Kalau orang yang Neysya kenal, tapi dia gak kenal Neysya msialnya satu
sekolah gitu, difollow gak?
N : Nggak, paling temen SD SMP yang dikenal aja.
P : Berarti orang lain nggak gitu ya?
N : Nggak, artis paling.
P : Hubungan Neysya sama temen di Instgaram itu gimana? Akrab gak?
N : Akrab lah, sering komen-komenan.
P : Neysya lebih nyaman Neysya di Instagram atau sehari-hari?
N : Sehari-hari lah.
P : Sama temen juga lebih nyaman sehari-hari?
N : Iya, sehari-hari. Kalau di Instagram kan gak boleh berkata kasar, kalau di
sehari-hari kan gitu hehehe
P : Oh jadi Neysya di Instagram itu harus yang cantik dan baik gitu ya? Hha
N : Iya donk haha
P : terus, pernah gak upload tentang yang galau atau sedih, atau misalnya
lagi marah terus di upload tentang kemarahannya di Instagram?
N : Pernah.
P : Sering?
N : Sering hehehe, biasanya kalau lagi galau gitu aku upload tapi lebih ke
snapgramnya, bukan upload biasa. Biasanya aku upload kata-kata atau video
waktu dengerin lagu. Biar yang digalauin tuh peka gitu hehe, itu kan
namanya kode.
P : Tapi kan orang lain juga liat gitu, gak takut orang lain berpikiran ish
apaan sih ni orang” gitu?
N : Iya sih, pasti takut, tapi bodo amat. Orang yang liat temen-temen saya ini
kan.
P : Di Instagram pernah liat komentar-komentar kasar gitu gak?
N : Di Instagram sendiri atau gimana?
P : Ya pokoknya di Instagram
N : Pernah, di Instagram artis biasanya kayak Awkarin.
P : Sengaja ngeliat apa gak sengaja keliatan?
N : Sengaja, kan gini dia upload foto terus kan pasti komennya aneh-aneh
terus gw liatin deh. Pasti ada aja yang aneh-aneh yang bikin gw ketawa.
P : Pernah ikutan komen?
N : Nggak, gak pernah kalau ikutan komen mah.
P : Ada rasa kepengen ikut komen gak?
N : Nggak, karena kan nanti muncul di notif gitu kalau gw komen dia, kan
malu, jadi mendingan gak komen.
P : Terus ngeliat orang yang komen rasanya apa?
N : Apa ya? Lucu aja gitu. Ngapain ini orang kayak kurang kerjaan komenkomen IG orang kayak gitu.
P : Pernah gak dapat komen yang kasar?
N : Nggak, soalnya kan yang follow temen-temen deket.
P : Tapi kan followers mah bebas dari mana aja?
N : Kan diprotect jadi yang follow harus guw setujuin dulu.
P : Oh gitu, kalau liat konten-konten yang gak bagus gitu pernah gak?
Misalnya konten dewasa gitu?
N : Nggak, ngebuka mah nggak, tapi paling muncul di explore.
P : Diliat tapi?
N : Ya nggak diliat full, pas kita turun-turun gitu keliatan kan.
P : Menurut neysya, Instagram itu banyakan positifnya apa negatifnya?
N : Ya balance lah, 50:50.
P : Positifnya apa?
N : Ya positifnya, cari pengetahuan kan juga bisa disitu. Kayak berita-berita
kan bisa dicari lewat situ. Terus kalau kayak masak-masak bisa dicari juga
kan disitu. Ya gitu.
P : kalau negatifnya?
N : Ya Penggunanya kan bebas upload apa aja, yang vulgar lah, komenkomennya yang gak bermutu kasar-kasar gitu.
P : Jadi, menurut Neysya Instagram tuh oenting gak sekarang ini?
N : Penting, penting banget sih biar gak ketinggalan zaman.
P : Oke makasih Neysya.
N : Iya, sama-sama.
Lampiran 3
Transkip Wawancara
Transkip wawancara dengan Farrel.
Tempat : Wawancara dilakukan di pos siskamling RT 004.
Waktu : Wawancara tanggal 5 November 2016 Pukul 17.00 – 17.20 WIB.
Keterangan
P = Peneliti
F = Farrel
P : Nama lengkapnya siapa?
F : Muhamad Farrel Joyanka Putra.
P : Umurnya?
F : 15 tahun.
P : Alasannya bikin Instagram apa?
F : Ya sekedar mau bikin-bikin aja.
P : Gak karena ikut-ikutan temen nggak?
F : Nggak.
P : Kenapa mau bikin instagram?
F : Ya bosen aja sama facebook, jadi beralih ke Instagram aja.
P : Emang beda Instagram sama facebook?
F : Beda.
P : Apa bedanya?
F : Kalau Facebook kan, status-status doank, ya udah bosen lah gitu,
mendingan ke G.
P : Sering gak buka Instagram?
F : Setiap hari.
P : Nge-uploadnya juga setiap hari?
F : Nggak.
P : Kalau ngebuka Intagram biasanya apa yang diliat?
F : Ya paling, konten-konten lucu gitu.
P : Ada gak Farel ngeliat yang berhubungan sama minatnya Farel?
F : Ada, tentang otomotif.
P : Difollow akun yang otomotif gitu?
F : Iya.
P : Kenapa difollow akun itu?
F : Ya biar nambah pengetahuan aja, ilmu tentang otomotif.
P : Setiap hari ngeliat itu?
F : Iya, setiap hari.
P : Kalau yang tentang berita-berita gitu ngefollow gak?
F : Nggak, kalau berita gitu gak difollow tapi baca, biasanya kan muncul di
explore gitu.
P : Jadi ngeliat berita di IG itu gak setiap hari?
F : Ya kalau ada dibaca, kalau gak ada ya nggak.
P : kalau yang tentang agama atau motivasi gitu difollow gak?
F : Kalau yang tentang agam sih ada, biasanya @dakwahislam, gak difollow
tapi suka saya liatin.
P : kalau yang tentang humor atau lucu-lucuan difollow?
F : Iya, akun Raditya Dika yang saya follow. Dia kan lucu tuh upload-annya.
P : Oh gitu, farel kan minatnya otomotif, pernah upload tentang otomotif
gitu gak?
F : Ada
P : Kenapa upload tentang otomotif gitu?
F : Ya seneng aja gitu. Biar keliatan keren kan saying suka otomotif.
P : Kalau tentang berita atau motivasi gitu nge-upload juga gak?
F : Nggak, gak pernah.
P : Kalau yang lucu-lucu nge-upload gak?
F : Iya, gambar meme gitu biasanya. Atau foto-foto saya yang kocak tapi
sekali doank.
P : Pernah upload tentang yang sedih-sedih atau galau atau marah gitu gak di
Instagram?
F : Nggak.
P : Jadi gak pernah ngungkapin emosi gitu di Instagram? Curhat-curhat gitu
misalnya?
F : Kalau yang emosi gitu pernah sih, kalau lagi marah sama orang kadang
saya upload foto sama ngasih caption tentang marah gitu. Biar unek-uneknya
keluar aja gitu.
P : Temen di Instagram sama temen sehari-hari sama gak?
F : Sama kok.
P : Ada gak farel ngefollow orang yang farel kenal, tapi dia gak kenal sama
Farel, terus komen-komenan di Instagram?
F : Oh ada, aku ngefollow orang-orang yang mau aku kenal, tapi gak komenkomenan.
P : Kenapa Farel ngefollow temen-temen Farel. Kan udah ketemu seharihari?
F : Saya ngefollow teman-teman saya supaya bisa tahu gitu keadaan mereka,
sama bisa komunikasi sama mereka, kan jadi enak kalau ada medsos kayak
Instagram, kita jadi tahu keadaan mereka, misalnya lagi galau atau lagi marah
terus dia update, kita jadi tahu suasana hatinya, jadi gak ngomong atau
bercanda yang aneh di depan dia.
P : Oke terus Farel itu lebih akrab sama orang di Instagram atau sehari-hari?
F : Sehari-hari donk.
P : Farel di Instagram sama farel sehari-hari sama atau beda?
F : Sama aja.
P : Gak sok ganteng gitu di Instagram?
F : Nggak lah hahaha.
P : Oke, Farel pernah liat komentar-komentar kasar giru gak di Instagram?
F : Gak ada
P : Di akun lain gitu gak pernah liat?
F : Nggak sih.
P : Kalau konten-konten yang berbau negatif misalnya kekerasan atau
pronogarafi itu pernah gak?
F : Ada, biasanya banyak muncul di explore tapi gak saya follow.
P : Biasanya Farel liat apa nggak yang gitu-gitu?
F : Nggak sih dilewatin aja.
P
F
P
F
P
F
P
F
: Oke menurut Farel Instagram itu banyak positif atau negatifnya?
: 50:50 sih kalau kata saya.
: Positifnya apa?
: Ya nambah teman, terus kalau mau upload foto kan enak
: kalau geatifnya?
: ya itu, banyak yang berbau pornografi gitu lah.
: Oke, makasih ya Farel.
: Iya sama-sama.
Lampiran 4
Transkip Wawancara
Transkip wawancara dengan Irgi.
Tempat : Wawancara dilakukan di depan rumah nara sumber.
Waktu : Wawancara tanggal 5 November 2016 Pukul 10.00 – 10.15 WIB.
Keterangan
P = Peneliti
I = Irgi
P : Nama lengkapnya siapa?
I : Irginita Laeli Rahma.
P : Umurnya?
I : 16 tahun
P : Alesan irgi bikin Instagram apa?
I : Awalnya cuma ikut-ikut teman aja sih, penasaran Instagram tuh gimana
sih gitu.
P : Pernah punya media sosial lain sebelum Instagram sebelumnya?
I : Pernah, Facebook sama Twitter
P : Kan udah punya Facebook sama twitter, kenapa masih bikin Instagram?
I : Yakan beda, setiap sosmed kan beda-beda, ya jadi pengen ngerasain aja.
P : Yang paling nyaman dipakai sekarang apa?
I : Ya Instagram.
P : Sering gak make instagram?
I : Kalau cuma buat liat-liat doank iya, kalau buat upload sih jarang.
P : Yang Irgi follow itu kebanyakan teman sehari-hari atau justru orang yang
gak Irgi kenal kayak artis atau orang-orang lain?
I : Nggak sih, temen-temen doank yang kenal-kenal doank yang difollow.
P : Ada gak orang yang gak Irgi kenal atau gak deket tapi Irgi follow?
I : Ada.
P : Yang Irgi liat di Instagram biasanya apa sih?
I : Foto-foto temen yang upload sama kayak olshop-olshop gitu.
P : Irgi ngefollow gak akun-akun yang sesuai minatnya Irgi?
I : Aku suka masak-masak gitu, tapi gak difollow, cuma liat di explore aja.
P : Kalau akun-akun berita gitu, difollow gak?
I : Nggak hehe
P : Sama sekali nggak?
I : Nggak, nggak pengen, males aja gak ada gunanya hehe, paling kalau
muncul di explore doank aku liat.
P : Jadi berita-berita terkini, Irgi jarang tahu?
I : Jarang, paling aku tahunya dari teman doank.
P : Terus kalau yang berhubungan sama agama atau kata-kata motivasi
difollow gak?
I : Aku gak ngefollow akun-akun tentang agama-agama begitu, males,
liatnya paling kalau muncul di explore doank. Paling @pandjiramdana, dia
kayak suka posting tentang quotes-quotes gitu.
P : Kenapa follow gitu?
I : Gak papa, pengen aja gitu.
P : Kalau yang lucu-lucuan gitu difollow gak?
I : Nggak sih, paling kalau muncul diexplore doank.
P : Kalau nge-upload tentang minat, berita, quotes, atau lucu-lucuan gitu,
Irgi pernah gak?
I : Nggak, gak pernah hhe
P : Irgi yang sehari-hari sama Irgi yang di Instagram sama apa berbeda?
I : Sama.
P : Irgi gak berusaha membentuk Irgi yang lain di Instagram? Misalnya Irgi
yang cantik ata feminism?
I : Nggak, biasa aja aku mah hehehe
P : Pernah gak Irgi upload sesuatu yang sesuai dengan suasana hati,
misalnya lagi galau atau marah?
I : Kalau upload buat disimpen mah gak pernah, tapi kalau distory snapgram
mah pernah hehe
P : Kenapa nge-upload itu ke story?
I : Iseng aja, kayak pengen bikin story aja gitu hehe
P : Tapi kan bisa diliiat orang?
I : Tapi kan biasa aja, gak sampai yang berlebihan gitu.
P : Kalau ngeliat orang upload tentang marah-marah gitu pernah gak?
I : Pernah
P : Tanggapan Irgi tentang orang yang upload kayak gitu apa?
I : Biasa aja, aku gak pernah mikirin kayak gitu juga sih.
P : Irgi kalau ge-upload foto ngarepin dilove gak?
I : Ehh, gimana ya, dibilang ngarepin sih nggak, Cuma kalau gak ada yang
love ya sebel juga hehehe
P : jadi niat bikin Instagam itu pengen populer?
I : Nggak, pengen upload-upload aja gitu.
P : terus kenapa minta dilove?
I : Ya masa iya gak dilove sih? Kan gak seru hahaha
P : Irgi sendiri lebih senang berhubungan sama teman atau orang-orang
secara langsung atau lewat Instagram?
I : Sehari-hari sih, aku orangnya lebih suka ngobrol langsung.
P : Irgi penah gak liat komen-kommen kasar di Instagram?
I : Pernah, apalagi waktu lagi zamannya Awkarin itu, terus ngeliat komenkomen di fotonya gitu.
P : Sengaja Irgi liat?
I : Iya sengaja. Tadinya aku follow, terus sekarang udah nggak.
P : Pendapat irgi tentang orang yang komen kasar itu apa?
I : Ya gimana ya? Orang kan beda-beda jadi itu sih mereka nilai dari apa
yang mereka liat aja, kan aslinya gak tau orangnya gimana. Jadi ya, kalau aku
sendiri mah bodo amat gitu loh.
P : Kamu pernah kepengen ikutan komen gak?
I : Nggak hehehe, Cuma senang aja gitu ngeliatnya.
P : Seneng?
I : Ehh apa, seru aja ngeliatnya pada komen-komen gitu haha
P : Kalau dapat komen kasar dari orang pernah gak di instagram?
I : Oh gak pernah.
P : Kalau ngeliat konten-konten yang gak baik di Instagram itu pernah gak?
I : Ada. kan diexplore suka muncul tuh, jadi kadang keliatan, tapi aku lewatlewatin doank sih.
P : Oke, menurut Irgi, Instagram itu banyakan positifnya atau negatifnya?
I : Kayaknya seimbang deh.
P : Positifnya apa buat Irgi?
I : Ya kan di Instagram sering ada kata-kata motivasi gitu, ada banyak akunakun yang bisa kita manfaatin, misalnya kayak akun yang sesuai dengan
minat kita kayak tadi. Terus kalau aku terbantu sama akun-akun olshop juga.
Jadi gampang kita kalau mau apa-apa karena ada Instagram. Ya pokok
Instagram ngebantu banget lah.
P : Kalau negatifnya?
I : Ya anak sekarang kan kalau upload suka anehm gak sesuai umurnya gitu.
Jadi suka ada postingan gak jelas yang nyerempet-nyerempot porno
P : Menurut Irgi, Instagram itu penting gak zaman sekarang?
I : Biasa aja. Aku gak punya juga gak masalah.
P : Oke makasih Irgi.
I : Iya, sama-sama.
Lampiran 5
Transkip Wawancara
Transkip wawancara dengan Koko.
Tempat : Wawancara dilakukan di depan rumah nara sumber.
Waktu : Wawancara tanggal 5 November 2016 Pukul 11.00 – 11.20 WIB.
Keterangan
P = Peneliti
K = Koko
P : Nama lengkapnya siapa?
K : Luis Alviando panggilannya Koko.
P : Umurnya?
K : Umurnya 16.
P : Alasan bikin Instagram apa?
K : Ya, ngikut-ngikut orang.
P : Sebelum punya Instagram, pernah punya medsos yang lain gak?
K : Ada, facebook.
P : Sering update gak di Instagram?
K : Jarang.
P : Terus Instagramnya dipakai buat apa?
K : Buat ngeliat foto-foto orang.
P : Foto-foto yang diliat di Instagram biasanya yang kayak apa?
K : Yang lucu-lucu biasanya mah sama olahraga.
P : Make Instagramnya seiap hari gak?
K : Setiap hari, tapi uploadnya jarang.
P : Yang lu liat di Instagram sesuai minat lu gak?
K : Iya bang, gw minat sama basket, jadi gw sering liat tentang basket,
highlight-highlight gitu.
P : Kalau yang berhubungan dengan sosial, misalnya berita-berita gitu?
K : Jarang tentang berita mah, liat sesekali doank. Kalau basket gitu sengaja
difolow.
P : Kalau yang tentang agama tau motivasi gitu ngefollow gak?
K : Ada satu atau dua gitu. Sengaja gw follow buat motivasi gitu.
P : Kalau nge-upload ada gak yang sesuai minat atau sosial atau motivasi?
K : Nggak sih bang, gw kalau nge-upload murni foto-foto gw doank.
P : Kalau nge upload yang sesuai sama emosi lu pernah gak> misalnya lagi
marah atau galau?
K : Pernah tapi jarang haha, kalau di line sering
P : Kenapa upload begitu?
K : Gak tau ya, gw mau nunjukin emosi gw aja gitu.
P : kalau ngeliat orang yang galau atau marah di Instagram pernah?
K : Sering, seing banget itu mah.
P : Gimana tanggapannya liat yang begitu?
K : Gimana ya? Agak lebay agak lebay.
P : Koko yang di Instagram sama yang di sehari-hari sama apa beda?
K : Sama aja sih, gw nge-ipload sesuai sehari-hari aja gitu.
P : Sering liat yang lucu-lucu di Instagram?
K : Iya sering, video biasanya. Kayak @indovidgram.
P : Kalau nge-upload yang lucu pernah gak?
K : Pernah, foto jelek gw sama temn gitu buat lucu-lucuan/
P : Niatnya nge-upload foto di Instagram itu apa? Biar terkenal kah?
K ; Buat seru-seruan aja gitu, gak ada niat buat terkenal gw mah.
P : Koko lebih akrab sama temen di Instagram atau di sehari-hari?
K : Ya sama sih, akrab di dua-duanya. Tapi lebih suka ngobrol sehari-hari
lah.
P : Ada gak yang difollow di IG yang sebenarnya gak kenal atau canggung
gitu sehari-harinya kalau ketemu?
K : Ada. Ngobrol di IG sering tapi sehari-harinya hampir gak pernah hahaha.
Aneh kan, kalau ketemu cuma lewat doank. haha
P : Oke, kalau liat komen-komen kasar di Instagram pernah gak?
K : Pernah ada. Biasanya di akun artis gitu.
P : Sengaj aliat atau ngakk sengaja?
K : Sengaja pengen liat lah, seru kadang-kadang haha
P ; Apa tanggapan lu soal itu?
K : Ya kurang etis aja sih. Kurang… kurang baik.
P : Pernah ikutan atau minimal kepengen ikut komen gak?
K : Nggak, gak pernah, pernah deng tapi sama temen sendiri tapi.
P : Berantem di IG?
K : Iya hahaha
P : Niatnya apa?
K : Ya lucu-lucuan, bukan berantem beneran, pengen ikutan gerecokin aja
biar seru. Iseng
P : pernah dapat komen yang degatif di IG?
K : Pernah dari temen, taoi bercandaan doank kok.
P : Kalau liat konten negative di IG pernah gak?
K : Di follow sih nggak, cuma suka muncul kan diexplore. Tapi gak pernah
aku liatin sih, aku lewatin aja.
P : Tanggapannya gimana?
K : Ya gimana ya? Namanya juga orang?
P : Menurut Koko Instagram itu banyak positifnya atau negatifnya?
K : Positifnya.
P : Apa positifnya?
K ; Ya kita jadi bisa berbaur dengan orang, terus gw jadi tentang basket.
P : Negatifnya?
K : Masih banyak orang yang upload buat hal-hal gak jelas yang aneh-aneh
gitu sih, kayak konetn-konten dewasa atau hal-hal yang meada usnur
kekerasannya, tapi gw gak pernah mau ikutan sih.
P ; Penting gak sih Instagram menurut lu?
K : Pentig sih.
P : Biar apa?
K : Ya biar kita sama gitu kayak orang-orang. Gak ketinggalan zaman.
P : Oke terima kasih Koko.
K : Sama-sama.
Lampiran 6
Transkip Wawancara
Transkip wawancara dengan Bella.
Tempat : Wawancara dilakukan di depan rumah nara sumber.
Waktu : Wawancara tanggal 5 November 2016 Pukul 13.30 – 14.00 WIB.
Keterangan
P = Peneliti
B = Bella
P : Nama lengkapnya siapa?
B : Raina Salsabila.
P : Umurnya?
B : 14 tahun.
P : Oke, kenapa bella bikin Instagram?
B : Buat nge-upload foto sama ngepoin orang.
P : Ikut-ikutan temen apa pengen sendiri bikin Instagramnya?
B : Pengen sendiri sih.
P : Niatnya bikin Instagram apa?
B : Jadi dulu tuh bukan upload foto sendiri, tapi upload foto anime gitu, terus
keterusan.
P : Jadi awalnya instagramnya tentang anime?
B : Iya, dulu akun aku namanya @narutolovers, aku psoting foto-foto
Naruto, pas banyak followersnya fotonya aku hapus terus aku ganti jadi nama
aku akunnya hha
P : Buat apa begitu?
B : Biar followernya banyak lah, biar hits haha
P : Tapi sebelumn ya sempet punya facebook sama twitter?
B : Punya.
P : Make Instagramnya sering gak?
B : Sering, setiap hari. Tapi kalau nge-upload jarang.
P : Biasanya yang Bella liat di Instagram itu apa sih?
B : Biasanya akun anime sama kata-kata modus gitu. Sama ngestalk artis
biasanya.
P : Niatnya ngestalk artis apa?
B : ya biar seru aja hehe
P : Bella suka ngeliatin postingan Instagram yang sesuai sama minat Bella
gak?
B : Suka, tentang anime gitu biasanya, kartun-kartun Jepang, aku follow.
P : Minatnya tentang itu aja?
B : Iya, aku sukanya itu doank.
P : Kalau ngeliat postingan tentang berita-berita gitu sering gak di IG?
B : Jarang, pernah liat di explore, tapi kalau ada pun biasanya dicepetin aja
hahaha.
P : Kalau postingan yang berhubungan sama agama atau motivasi, sering
gak Bella liat?
B : Sering, aku follow @fokusmodus biasanya motivasi gitu.
P : Interaksi Belaa sama temen di Instagram itu biasanya kayak apa?
B : Ya cuma komen-komen atau love-love gitu.
P : Ada gak yang Bella malah lebih kenal di Instagram, tapi pas ketemu
langsung mah gak ngobrol?
B : Ada juga sih haha, aku follownya cuma orang yang bukan teman-teman
sehari-hari sih. Kalau yang sehari-hari kan udah ketemu tiap hari.
P : Alasan follow orang itu apa?
B : Ya pengen kenal aja, atau pengen tau aja gitu kehidupannya.
P : Bella pernah gak nge-upload psotingan di IG sesaui suasana hati mislnya
lagi galau atau marah gitu?
B : Gak pernah, aku marah-marahnya ke temen sehari-hari biasanya haha
P : Kalau ngeliat orang yang postingan kayak gitu pernah?
B : Pernah, jijik sih liat kayak gitu, kok ngumbar-ngumbar.
P : Bella yang di Instagram sama sehari-hari sama apa beda?
B : Jauh beda, kalau di Instagram lebih feminim sama cantik hehe, kalau
sehari-hari kan berantakan aku haha.
P : Kalau ngeliat di Instagram yang lucu-lucu pernah?
B : Sering, aku buka Instagram emang niatnya sering liat yang lucu-lucu
gitu, akun-akun kocak kayak @dagelan gitu. Biar bisa ketawa-ketawa hehe.
Kadang-kadang aku juga upload foto jelek sama temen gitu buat lucu-lucuan
hahaha
P : Gak takut diketawain orang?
B : Nggak sih, kan rame-rame sama temen haha, kalau sendiri baru gak mau,
malu.
P : bella pernah liat akun yang gak baik atau komentar kasar di Instagram?
B : Kalau akun jarang, kalau komentar kasar sering aku liatin di komen artis.
P : Buat apa ngeliatin gituan?
B : Seru aja kak, ada yang hujat, ada yang ngebelain hhe
P : Menurut bella Instagram itu banyakan positifnya atau negatifnya?
B : Positifnya, soalnya aku liat yang posotif aja kak. Yang negative paling
ada di explore terus aku lewain aja.
P : Menurut Bella, Instagram itu penting gak zaman sekarang?
B : Penting sih, tapi kalau gak punya pun aku gak masalah sebenarnya hehe
P : Oke makasih Bellas
B : Iya sama-sama.
Lampiran 7
Transkip Wawancara
Transkip wawancara dengan Raihan.
Tempat : Wawancara dilakukan di depan rumah nara sumber.
Waktu : Wawancara tanggal 5 November 2016 Pukul 14.00 – 14.15 WIB.
Keterangan
P = Peneliti
R = Raihan
P : Nama lengkapnya siapa?
R : Raihan Rahim.
P : Umurnya?
R : 16 tahun.
P : Alasan bikin Instagram?
R : Ikut-ikutan temen aja sih, penasaran aja IG kayak apa.
P : Sering buka Instagram?
R : Gak sering sih, tapi tiap hari aku buka tapi sebentar-sebentar aja bukanya.
P : Rayhan kalau main Instagram sering ngeliat yang berhubungan sama
minat rayhan gak?
R : Iya, aku suka basket jadi aku follow akun-akun tentang NBA gitu buat
ngeliat berita sama video skill-skill basket gitu. Jadi biar uptodate tentang
basket sama bisa belajar skill-skill baru dari video-video basket oemain NBAnya.
P : Kalau nge-upload soal minat basket tdai ke IG pernah?
R : Gak pernah, dari awal aku bikin IG Cuma nge-upload 1 foto doank buat
ngetes haha, lebih make Instagram buat liat-liat.
P : Oke, kalau ngeliat tentang berita atau gossip atau keadaan sosial gitu
sering liat gak?
R : Jarang sih, kapan aku mau aja aku liat, tapi gak aku follow akunnya.
Kapan mau liat aja aku follow, gak terlalu penting juga hehe
P : Oke, kalau kata motivasi atau akun agama gitu di follow?
R : nggak, sama sekali nggak. Males aja hha
P : Kalau ngeliat akun-akun humor gitu pernah?
R : Aku gak follow, gak nyari juga, tapi kalau orang foloow ya aku liat gitu.
P : Jadi kamu gak pernah upload ya?
R : Iya haha
P : Kalau liat orang nge-upload tentang emosi lagi marah atau sedih gitu?
R : Sering sih
P : tanggapannya gimana?
R : Biasa aja sih, namanya juga orang galau
P : Kenapa kamu jarang upload?
R : Males aja, aku gak mau dikenal gitu akunnya hehe
P : Yang difollow di IG itu siapa?
R : Paling temen-temen main doank sama akun basket gitu.
P : Jadi gunanya IG buat kamu itu aja?
R : Iya, itu doank sih. Aku Cuma buat sieng-iseng doank Instagram mah.
P : ada aktif di sosmed lain selain IG?
R : Path paling, itu juga sama aja haha
P : Oke, menurut Rayhan IG itu positif apa negative?
R : Positif aja sih, kalau kayak saya kan positif, cuma dipake buat loiat
basket sama psotingan temen doank. Basket buat nambah skill,
P : Negatifnya ada gak menurut kamu?
R : ada ya paling kalau ada yang upload aneh, tapi kalau kita gak follow kan
gak jadi negatidf kan hhe
P : Oke makasih rayhan
R : Iya sama-sama
Lampiran 8
Transkip Wawancara
Transkip wawancara dengan Nita.
Tempat : Wawancara dilakukan di depan rumah nara sumber.
Waktu : Wawancara tanggal 5 November 2016 Pukul 14.30 – 15.00 WIB.
Keterangan
P = Peneliti
N = Nita
P : Nama lengkapnya siapa?
N : Nita Amalia
P : Umurnya?
N : 16 tahun.
P : Kenapa Nita bikin Instagram?
N : Bikin Instagram buat ngeliat-liat foto orang, temen-temen aku, buat
ngestalk orang-orang juga, kan sekarang zamannya IG.
P : Bikin Instaram itu karena ikutan temen atau gimana?
N : Nggak sih, aku emang kepengen punya aja. Kan sebelumnya bikin
facebook sama twitter juga.
P : Sering gak make IG?
N : Ya lumayan sering lah, setiap hari, kadang seharian kalau gak ada
kerjaan.
P : Sering upload gak?
N : Sering sih, kadang tiap hari sekali kadang dua hari sekali.
P : Biasanya kalau buka Instagram, yang diliat apa sih?
N : Biasanya foto sama video artis atau video sama meme lucu gitu.
P : Oke pernah gak ngeliat akun yang berhubungan sama minatnya Nita?
N : Aku suka dunia keartisan gitu, jadi folownya artis-artis gitu doank sih.
P : Kalau tentang berita atau gossip diliat gak di IG?
N : Kalau berita nggak, kalau gossip aku follow, kan aku suka yang tentang
artis-artis gitu.
P : Kalau yang berhubungan tentang agama atau motivasi gitu ada?
N : Gak follow sih, tapi kadang liat kalau temen yang upload aja gitu.
P : Oke kalau yang difollow di IG itu kayak gimana?
M : Aku follow artis, sama temen yang deket doank. Aku follownya orang
yang terkenal-terkenal gitu.
P : Hubungan Nita sama temen- di Instagram kayak apa?
N : ya kalau temen sehari-hari paling saling ngasih love doank. Jarang
komen soalnya kan ketemu tiap hari.
P : Kalau yang kenalnya di IG tapi sehari-hari gak kenal atau gak akrab ada?
N : ada juga, banyak.
P : Kenapa follow dia?
N : Ya pengen stalking aja, pengen liat dia kayak apa.
P : Komen-komenan gak?
N : Iya kadang-kadang haha
P : Ada gak di IG Nita ngeliat akun-akun yang negative di IG?
N : Nggak sih, aku foloownya artis yang baik doank kan. Tapi aku IGnye
pernah dibajak gitu, terus keupload ofoto-foto gak jelas.
P : Kalau nge-upload yang sesuai emosi pernah gak> misalnya lagi galau
gitu?
N : Iya pernahg hehe, biasanya kalau lagi gabut terus upload aja gitu.
P : Kenapa nge-upload?
N : Gak tau pengen aja gitu hahaha
P : Kalau liat atau upload yang lucu-lucu pernah?
N : Upload lucu-lucu paling foto zaman dulu yang masih alay-alay haha
P : Nita pernah liat orang yang galau-galau gitu di IG?
N : pernah, sering haha
P : Apa tangapan Nita ngeliat yang igut?
N : Lebay haha
P : Kan Nita juga upload gitu?
N : Iya sih haha
P : Pernah liat yang negatif-negatif gak di Instagram?
N : Paling kayak komen kasar gitu di Ig artis yang aku follow.
P : Pernah ikutan komen?
N : Nggak pernah, cuma litanya sering karena aku kan follow.
P : Apa tanggapan Nita ngeliat orang yang komen kasar gitu?
N : gak apa sih, biarin aja aku mah, yang penying gak ikut-ikutan kan.
P : Jadi menurut nita, IG banyak posotifinya apa negatifnya?
N : Sama aja sih, tergantung gunainnya. Aku gunainnya posotif jadi ya
positif aja IG aku, gak anehpaneh sih
Lampiran 9
Transkip Wawancara
Transkip wawancara dengan Latifa.
Tempat : Wawancara dilakukan di depan rumah nara sumber.
Waktu : Wawancara tanggal 5 November 2016 Pukul 17.30 – 18.00 WIB.
Keterangan
P = Peneliti
L = Latifa
P : Nama lengkapnya siapa?
L : Jihan Latifa Nabila.
P : Umurnya?
L : 16 tahun.
P : Kenapa buat Instagram?
L : Ngeliat temen punya, pengen bikin juga hehe
P : Ada alasan lain gak bikin Instagram
L : Nggak sih haha
P : Sering buka Instagram?
L : Sering sih tiap hari hehe, uploadnya gak setiap hari sih.
P : Niatnya upload itu apa?
L : Pengen naro foto disitu aja.
P : Gak pengen biar terkenal?
L : Nggak sih, aku gak kepengen terkenal juga hehe
P : Oke, Instagramnya dipake buat negliat atau nyalurin minatnya Tifa gak?
L : Iya, aku suka art seni-seni gitu, sama modeling jadi aku follow dan suka
ngeliat yang gitu-gitu.
P : Upload tentang art pernah?
L : Upload mah nggak, aku malu kalau yang model hehe. Kalau upload yang
gambar- art gitu sering. Aku suka ngerepost gambar dari google atau foto
yang aku foto sendiri, sama gambar tangan aku.
P : Kalau ngeliat yang berhubungan sama sosial kayak berita di IG?
L : Nggak, jarang aku yang gitu-gitu.
P : kalau yang berhubungan sama agama sama motivasi?
L : Nggak, nggak pernah males. Paling aku upload quotes gitu sesuai sama
perasaan hehe.
P : Kalau yang lucu-lucu?
L : Kalau follow nggak, tapi aku liat terus, aku cari gitu kadang-kadang atau
liat diexplore buat menghibur diri
P : Terus, kalau lagi marah atau galau atau emosi, pernah gak nge-upload
yang sesuai suasana hati pernah?
L : Kadang-kadang hehe
P : Kenapa upload?
L : Biasanya aku upload kalau lagi marah, aku tulis di caption, buat
ngeluarin perasaan aja gitu biar lega. Kadang biar orang lain tahu atau ada
yang peka gitu. Apalagi kalau aku lagi marah sama orang yang juga ada di
Instagram aku, biar dia tahu diri hehehe.
P : Gak malu, kan banyak yang liat?
L : Nggak lah haha, kan yang follow aku temen-temen doank jadi mereka
udah tau aku haha
P : Tifa yang di Instagram sama di sehari-hari beda gak?
L : Beda, di Intagram lebih cantik haha, Foto yang diupload ke Instagram
cuma yang bagus-bagus, suka diedit juga biar keliatan orang lebih cantik di
Instagram hehehe
P : Kalau foto jelek di upload gak?
L : Ada, video juga ada, biasanya barenga temen tapi yang temennya udah
jelek hahaha
P : Jadi di IG itu beda.
L : Ya beda, di IG aku lebih cantik gitu hahaha
P : Yang Tifa follow di IG itu siapa aja?
L : Ya temen aku yang sehari-hari, sama yang aku kenal gitu, kalau aku
pengen liat ya aku follow, sama seniman-seniman gitu.
P : Sering komen-komenan di IG?
L : Jarang, aku komen kalau dikomen doank hehehe
P : Sama orang gak kenal pun komen?
L : Ya kadang-kadang sih, kalau dia komen ya aku bales biar gak dibilang
sombong hehe
P : Oke, kalau di IG pernah liat konten negative gak?
L : Kayak apa? Kalau yang prono gitu gak pernah.
P : kalau konten atau komen kasar pernah?
L : Oh iya pernah, di IG artis suka ada aja sih gitu, tapi gak pernah aku
perhatiin juga, bodo amat sama yang gtu-gtu.
P ; Oke menurut Tifa, IG itu positif apa negative?
L : Buat aku sih positif, aku kan jadi tau seni sama bisa liat yang gitu-gitu di
Instagram, negatifnya palin ya kayak yang porno tadi, tapi kan aku gak liat
juga jadi positif aja haha
P : Oke makasih ya Tifa hehe
L : Oke.
Lampiran 10
Hasil Dokumentasi
BIODATA PENULIS
Ikhsan Tila Mahendra adalah nama penulis
skripsi ini. Penulis adalah anak pertama dari 2
bersaudara hasil pernikahan Bapak Ir. Hendri Sy
dengan Ibu Sasmiyenti, S.Pd. Penulis lahir di
Bandar Lampung, 07 Maret 1995.
Riwayat pendidikan penulis; penulis pernah
mengenyam pendidikan di TK Islam Taman
Raharja Babelan-Bekasi pada tahun 1998-1999,
kemudian
melanjutkan
pendidikan
di
SDN
Babelan Kota 01 Babelan Bekasi tahun 2000-2006, kemudian melajutkan jenjang
pendidikan menengah pertama di SMPN 1 Babelan Bekasi tahun 2006-2009,
kemudian melanjutkan pendidikan menengah atas di SMAN 1 Babelan tahun
2009-2012, setelah itu melanjutkan pendidikan perguruan tinggi sejak tahun 2012
di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta di Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan
(FITK) hingga sekarang.
Penulis juga aktif dalam organisasi intra kampus penulis terlibat secara aktif
di HMJ PIPS sebagai anggota divisi Komunikasi dan Informasi masa jabatan
2012-2014 dan BEM FITK sebagai Ketua divisi Penelitian dan Pengembangan
masa jabatan 2015.
Dengan ketekunan dan motivasi tinggi untuk terus belajar dan berusaha,
penulis telah berhasil menyelesaikan pengerjaan tugas akhir skripsi ini. Seomga
dengan penulisan tugas akhir skripsi ini mampu memberikan kontribusi positif
bagi dunia pendidikan.
--- “Tiga Hal Yang Tidak Boleh Mati: Berdoa, Semangat dan Bersyukur”---
Download