Peran Media Sosial Instagram Dalam Pembentukan Kepribadian Remaja Usia 12-17 Tahun di Kelurahan Kebalen Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi SKRIPSI Diajukan Kepada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Disusun oleh: IKHSAN TILA MAHENDRA 1112015000033 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017 ABSTRAK Ikhsan Tila Mahendra (NIM:1112015000033): Peran Media Sosial Instagram Dalam Pembentukan Kepribadian Remaja Usia 12-17 Tahun di Kelurahan Kebalen, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi. SKRIPSI. Jakarta: Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang peran media sosial Instagram dalam pembentukan kepribadian remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan Kebalen, Kecamatan Babelan. Kabupaten Bekasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Teknik pemngumpulan data diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu tentang peran media sosial Instagram dalam pembentukan kepribadian remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan Kebalan, Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi. Instagram memiliki 5 peran dalam pembentukan kepribadian remaja. Pertama, Instagram berperan sebagai media perluasan perasaan diri dalam kehidupan sosial remaja, remaja menggunakan Instagram sebagai media untuk memperoleh informasi tentang orang-orang disekitar mereka, serta memberikan informasi kepada orang-orang di sekitar mereka. Kedua, Instagram berperan sebagai media perluasan diri dalam mengembangkan minat pribadi dan minat spiritual bagi remaja. Ketiga, Instagram berperan sebagai media untuk menghibur diri, remaja menggunakan Instagram sebagai media untuk mencari hiburan untuk diri mereka sendiri. Keempat, Instagram berperan sebagai media untuk mengungkapkan emosi bagi remaja. Kelima, Instagram berperan untuk membentuk citra diri yang baru bagi remaja, dimana citra diri tersebut lebih baik dari citra yang selama ini mereka tampilkan dikehidupan sehari-hari. Kata kunci : Instagram, Kepribadian, Remaja, Media Sosial. iv ABSTRACT Ikhsan Tila Mahendra (NIM:1112015000033): Social Media's Role In Formation Instagram Personality Adolescents Age 12-17 Years in Sub Kebalen, Babelan subdistrict, Bekasi Regency. Minithesis: Department of Education Social Sciences Faculty of Teaching and Tarbiyah Syarif Hidayatullah Islamic State University Jakarta. 2017. This research was conducted to obtain information about the role of Instagram as Social Media in the formation of personality in adolescents aged 12-17 years old in Kebalen, District Babelan. Bekasi Regency. The research method that used in this research is descriptive method with qualitative approach and purposive sampling. The datas obtained through direct research activities to the study site by observation, interviews, and documentation. Based on the research that has been done, Instagram has five roles in the formation of the personality in adolescents. First, Instagram’s role as media expansion in the sense of teenagers social life, teens using Instagram as a medium to get information about the people around them, as well as providing information to the people around them. Second, Instagram’s role as media expansion in developing personal interests and spiritual interests for teenagers. Third, Instagram acts as a medium to entertain themselves, teens use Instagram as a medium for entertainment. Fourth, Instagram acts as a medium to express the emotions of youth. Fifth, Instagram role is to form a new self-image for teens, where the self-image is better than the image which they show in real daily life. Keywords : Instagram, Personality, Teenagers, Social Media. v KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT penulis persembahkan sebagai ungkapan rasa syukur atas segala limpahan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dengan kudrat dan iradat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang sederhana ini dengan baik sebagai prasyarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Skripsi ini berjudul “Peran Media Sosial Instagram dalam Pembentukan Kepribadian Remaja Usia 12-17 Tahun di Kelurahan Kebalen Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi”. Shalawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari jalan yang sesat menuju jalan yang di rahmati oleh Allah dengan risalah yang dibawanya yaitu Agama Islam yang akan menyelamatkan dan mengantarkan pemeluknya mneuju kebahagiaan yang ada di dunia dan akhirat. Penulis menyadari sepenuhya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Tanpa bantuan serta dorongan dari berbagai pihak yang secara moril maupun materiil, dimungkinkan skripsi ini tidak akan bisa selesai sebagaimana harusnya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan menghaturkan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, dan Pembantu Dekan bidang Akademik, Pembantu Dekan bidang Kemahasiswaan, Pembantu Dekan bidang Administrasi Umum. 2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. 3. Drs. Syaripulloh, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. 4. Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA, sebagai dosen Penasihat Akademik yang banyak membantu serta membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan vi di Unversitas ini. 5. Dr. Ulfah Fajarini, M.Si, selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan pemikirannya demi selesainya skripsi ini. 6. Dr. H. Nurochim, MM, selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pemikirannya demi selesai skripsi ini. 7. Seluruh Dosen yang berada di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan khususnya jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang memeliki peran sangat besar bagi saya dalam proses perkuliahan. 8. Seluruh Staf Akademik Fakultas Ilmu Tabiyah dan Keguruan yang telah bekerja dengan baik melayani mahasiswa. 9. Bapak Ganda S.AP selaku Kepala Kelurahan Kebalen yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di pasar tersebut. 10. Orang tua, Bapak Ir. Hendri Sy dan Ibu Sasmiyenti S.Pd, yang sangat saya sayangi yang telah membesarkan dan mendidik penulis hingga menjadi seperti sekarang ini. 11. Adikku tersayang, Elmadena Hediyanti yang selalu menjadi partner yang baik. 12. Kepada teman-teman seperjuanganku Muhamad Fadilah, Mega Dhaniswara Arifah, Ardhana Febriyanti, Fikry Kautsar, Sheila Muria, Hanni Khairunninsa, Aida Sri Rahayu, Nita Chairunnisa, dan Nurits Nadia yang selalu menjadi penyemangat selama 4 tahun masa kuliah. 13. Kepada sahabat-sahabatku, Sandhanu Rahman Seno, Misbahu Zaman, Fakrur Rahamn, dan Mumahamad Fadilah yang menjadi teman berbagi suka dan duka, dan membantu tanpa kenal lelah. 14. Kepada teman-teman PPKT Rizky Maulana dan kawan-kawan yang menjadi teman yang selalu bersama satu tahun kebelakang. 15. Kepada seluruh teman-teman Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angakatan 2012 semoga kita bisa meraih sukses kedepannya. 16. Pihak-pihak lain, yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu oleh penulis. vii Saya menyadari sekali bahwa dalam penulisan skripsi ini, masih jauh dari kesempurnaan. Dengan segala kerendahan hari, saya mohon maaf dan berharap skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua. Dan saya berhadap skripsi yang saya susun menjadi suatu karya yang bermanfaat serta menjadi suatu persembahan terbaik bagi para dosen dan teman-teman yang berada di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Demikian kata pengantar dari penulis dan sebagai suatu introspeksi diri, penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan. Dan kekurangan dan hanyalah milik kita, namun kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, saya ucapkan terima kasih. Jakarta, 30 Januari 2017 Penulis, Ikhsan Tila Mahendra viii DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ................................... ii LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH ................................................ iii ABSTRAK........................................................................................................ iv ABSTRACT ...................................................................................................... v KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi DAFTAR ISI .................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah....................................................................1 B. Identifikasi Masalah...........................................................................6 C. Pembatasan Masalah..........................................................................6 D. Rumusan Masalah…..........................................................................6 E. Tujuan Penelitian...............................................................................6 F. Manfaat Penelitian.............................................................................7 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoritik..............................................................................8 1. Peran….......................................................................................8 2. Media Sosial..............................................................................12 ix 3. Instagram………………..........................................................21 4. Kepribadian……......................................................................25 5. Remaja………………………………………………………..38 B. Hasil Penelitian Yang Relevan........................................................44 C. Kerangka Berpikir...........................................................................50 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian.........................................................51 B. Pendekatan dan Jenis Penelitian.....................................................52 C. Sumber Data...................................................................................54 D. Populasi dan Sampel……...............................................................55 E. Teknik Pengumpulan Data.............................................................56 F. Teknik Analisis Data………………..............................................61 G. Uji Keabsahan Data……………………………………………...64 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Latar Penelitian...............................................................................66 1. Sejarah Kelurahan Kebalen.....................................................66 2. Profil Kelurahan Kebalen…....................................................69 3. Profil RW. 011…………..........................................................71 4. Data Informan………..……....................................................72 B. Peran Meda Sosial Instagram Dalam Pembentukan Kepribadian Remaja……………...……………………………………………74 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan....................................................................................102 x B. Saran….........................................................................................102 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................104 LAMPIRAN xi DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Penelitian Yang Relevan…....................................................................47 Tabel 3.1 Waktu Penelitian…................................................................................52 Tabel 3.2 Pedoman Observasi…………………………………………………...56 Tabel 3.3 Pedoman Wawancara ......................................................................... 58 Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket……………………………………………………….60 Tabel 4.1 Data Informan ................................................................................... 73 xii DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Halaman Awal Instagram....................................................................3 Gambar 1.2 Konten Pornografi di Instagram……………………………………..4 Gambar 2.1 Beranda Facebook ......................................................................... 18 Gambar 2.2 Beranda Twitter.............................................................................. 19 Gambar 2.3 Beranda Youtube ............................................................................ 20 Gambar 2.4 Ikon Lama dan Baru Instagram ...................................................... 22 Gambar 2.5 Kerangka Berpikir………………………………………………….50 Gambar 4.1 Peta Kelurahan Kebalen……………………………………………62 xiii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Pedoman Angket Lampiran 2 Transkip Wawancara Lampiran 3 Transkip Wawancara Lampiran 4 Transkip Wawancara Lampiran 5 Transkip Wawancara Lampiran 6 Transkip Wawancara Lampiran 7 Transkip Wawancara Lampiran 8 Transkip Wawancara Lampiran 9 Transkip Wawancara Lampiran 10 Dokumentasi xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siapa yang tidak mengenal Facebook, Twitter, atau Instagram? Di era globalisasi sekarang ini rasanya hampir semua orang pernah setidak-tidaknya mendengar kata tersebut entah itu dalam percakapan sehari-hari ataupun melalui TV, radio dan berbagai macam media komunikasi lainnya. Facebook, Twitter, dan Instagram merupakan macam-macam media sosial yang populer di era ini. Media sosial sendiri adalah “sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Pendapat lain mengatakan bahwa media sosial adalah media online yang mendukung interaksi sosial dan media sosial menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif”.1 Media sosial atau yang kerap disebut ”sosmed” sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sekarang ini. Kehadiran media sosial memudahkan arus lalu lintas informasi mengenai apa saja dengan mudah menyebar kepada setiap orang. Kondisi tersebut mengubah cara berkomunikasi masyarakat. Jika dahulu perkenalan selalu diiringi dengan pertukaran kartu nama atau nomor telepon, maka saat ini setiap kali bertemu orang baru, orang-orang justru cenderung untuk bertukar alamat akun atau membuat pertemanan di media sosial. Penggunaan media sosial saat ini lebih banyak digunakan untuk menunjukkan eksistensi diri yang berlebihan hingga terkadang tidak ada batas antara kehidupan nyata dan kehidupan di dunia maya. 1 Wikipedia, Media Sosial, 2016, (https://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial). 1 2 Seiring dengan perkembangan internet dan teknologi pada telepon genggam yang maju pesat, pertumbuhan media sosial pun juga ikut maju dengan pesat. Kini mengakses akun media sosial dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja hanya dengan menggunakan sebuah telepon genggam pintar (smartphone). Dengan smartphone para pengguna media sosial dapat mengakses akunnya dengan jaringan internet tanpa biaya besar, dan tanpa perlu bantuan orang lain. Dengan begitu mudahnya cara untuk mengakses media sosial, maka penggunanya pun menjadi sangat banyak, bukan hanya dari kalangan orang dewasa melainkan merambah remaja bahkan anak-anak. Di Indonesia, “menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia pada akhir tahun 2014, jumlah pengguna internet di Indonesia telah mencapai 82 juta dan 80% diantaranya adalah kelompok usia remaja”.2 Fakta tersebut tentu saja sejalan dengan apa yang kita jumpai seharihari. Saat ini rasanya nyaris tidak ada lagi remaja yang tidak memiliki akun di media sosial. Secara perlahan-lahan kecanggihan teknologi media sosial yang berkembang saat ini mampu mengubah pandangan remaja tentang bagaimana mereka mengekspresikan dirinya dan bagaimana dirinya membangun kepribadiannya. Salah satu media sosial yang sedang diminati oleh para remaja adalah Instagram. Instagram dianggap sebagai media sosial yang paling fresh oleh para remaja karena media sosial ini lebih fokus dengan foto dan video yang berdurasi pendek dibanding dengan media sosial lain yang berfokus pada kicauan, perkataan atau status sehingga instagram lebih mudah digunakan dan dinikmati, ditambah artis lokal maupun mancanegara serta klub-klub olahraga internasional saat ini telah memiliki akun serta aktif di instagram sehingga para remaja dapat mengetahaui kegiatan idolanya melalui foto dan video yang diunggah di Instagram. Penggunaan Instagram menjadi aktivitas yang menarik dikalangan remaja. Seperti yang dikutip dalam artikel psychology today berjudul “4 things teen want and 2 Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Pengguna Internet di Indonesia capai 82 juta, 2016, (https://kominfo.go.id/content/detail/3980/kemkominfo-penggunainternet-di-indonesia-capai-82-juta/0/berita_satker). 3 need from media social” waktu yang dihabiskan remaja saat ini sebagian besar adalah untuk bermain media sosial dibandingkan untuk belajar dan berkumpul bersama keluarga. Sedangkan untuk alasan mereka menggemari media sosial adalah untuk mendapat perhatian, meminta pendapat, dan menumbuhkan citra mereka. Layaknya sebuah diari, banyak dari mereka yang menjadikan media sosial Instagram sebagai tempat membagi kegiatan, kesenangan hingga keluh kesah. Tapi berbeda dengan diari yang bersifat tertutup dan hanya bisa dilihat oleh pemiliknya, berbagi di Instagram maupun media sosial lainnya bersifat terbuka dan dapat dilihat oleh jutaan pasang mata dari seluruh dunia. Tidak ada batas-batas maupun privasi di dalamnya, apapun yang kita bagikan akan dapat dilihat oleh orang lain, begitu pula sebaliknya apapun yang dibagikan oleh orang lain dapat kita lihat. Gambar 1.1 Halaman Awal Instagram Dampak yang muncul dari penggunaan media sosial ini adalah budaya berbagi yang berlebihan dan pengungkapan diri yang berlebihan di dunia maya. 3 Pengungkapan tersebut menjadi sebuah budaya yang akhirnya memberikan pengaburan terhadap batas-batas antara ruang pribadi dan ruang publik. Sebuah status di Instagram misalnya, seorang remaja bisa saja memposting foto maupun video dan 3 Rulli Nasrullah, Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, Dan Sosioteknologi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media: 2015) h. xii. 4 menceritakan tentang kondisi yang dialami olehnya, tetapi layaknya dalam proses komunikasi dua arah, kepada siapa status itu disampaikan pun tidak dapat dijelaskan. Sebab, siapa pun bisa membaca status tersebut dan siapa pun juga dapat mengomentarinya tanpa harus mem-follow akun remaja tersebut. Tidak jarang komentar yang dilayangkan oleh orang-orang kepada pemilik akun adalah komentar yang kasar atau komentar yang tidak pernah mereka dapat dalam kehidupan seharihari. Tidak menutup kemungkinan pula para remaja yang memiliki Instagram akan dapat melihat status dari akun orang lain yang justru menampilkan konten yang seharusnya belum boleh mereka lihat, seperti konten pornografi. Gambar 1.2 Konten Pornografi di Instagram Para remaja yang masih berada dalam rentang usia 12-17 tahun yang duduk di bangku SMP dan SMA biasanya masih labil dan cenderung memiliki rasa penasaran yang tinggi. Mereka belum dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dilihat mana yang tidak boleh dilihat. Asalkan hal tersebut menarik perhatian mereka, maka mereka akan melihatnya. Di sisi lain, kebutuhan sosialisasi remaja juga sangat tinggi, paling tidak kebutuhan untuk diterima oleh teman sebaya. Sehingga, ia bisa berinteraksi, bergaul, dan berbaur, dan berkembang bersama teman-teman sebayanya. Remaja biasanya 5 takut tereliminasi dalam pergaulan sesama remaja, karena dapat termarginalkan dalam proses yang tengah berlangsung. 4 Dan media sosial menjadi salah satu bentuk perilaku mereka untuk bergaul dan tidak termarginalkan oleh teman sebayanya. Remaja biasanya akan menyerap segala macam informasi sebagai bagian dari pencarian jati diri untuk membentuk kepribadiannya. Di sisi lain, nampaknya masih banyak orang tua yang kesulitan untuk mengawasi penggunaan media sosial pada anak-anaknya. Salah satu kesulitan orang tua dalam mengawasi penggunaan media sosial pada anaknya terjadi karena untuk mengakses sebuah media sosial, sang anak hanya memerlukan sebuah smartphone, dan benda tersebut dapat mereka bawa kemana saja, sehingga ketika orang tua sedang tidak bersama anaknya maka pengawasan pun menjadi tidak ada sama sekali. Sedangkan apabila mereka melarang anaknya untuk memiliki media sosial, maka bisa diartikan mereka mengekang atau menutup anaknya dari pergaulan modern ini. Berdasarkan penjelasan di atas, tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial terutama Instagram telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan remaja masa kini. Hal tersebut tentunya membuat Instagram memiliki peran yang besar dalam pembentukan kepribadian para remaja saat ini. Remaja yang baik diharapkan memiliki kepribadian yang matang agar dimasa depan mereka akan menjadi orang yang berguna bagi Nusa dan Bangsa. Dari masalah tersebut, penulis tertarik untuk meneliti peran Instagram dalam pembentukan kepribadian yang matang pada remaja. Maka dari itu, penulis tertarik untuk meneliti dan membahas permasalahan tersebut menjadi sebuah skripsi dengan judul “Peran Media Sosial Instagram Dalam Pembentukan Kepribadian Remaja Usia 12-17 Tahun di Kelurahan Kebalen Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi”. 4 Jamal Ma’Mur Asmani, Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah, (Jogjakarta: Bukubiru, 2012), h. 43. 6 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah, antara lain: 1. Kurangnya pemahaman remaja dalam baik buruknya penggunaan media sosial Instagram. 2. Banyaknya konten dalam media sosial Instagram yang tidak cocok dilihat oleh remaja yang sedang dalam proses pembentukan kepribadian. 3. Penggunaan media sosial Instagram pada remaja yang sulit diawasi oleh para orang tua. 4. Media sosial Instagram mempengaruhi pola pergaulan remaja. 5. Media Sosial Instagram mempengaruhi pembentukan kepribadian remaja. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah dijelaskan di atas, maka masalah yang diteliti dibatasai pada media sosial Instagram mempengaruhi pola pergaulan remaja dan media sosial Instagram memperngaruhi pembentukan kepribadian remaja. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan ini dirumuskan sebagai berikut: Apa saja peran media sosial Instagram dalam pembentukan kepribadian remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan Kebalen, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran dari media sosial Instagram dalam pembentukan kepribadian 7 remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan kebalen, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Untuk memberikan referensi tentang peran penggunaan media sosial Instagram dikalangan remaja. 2. Manfaat Praktis a. Bagi masyarakat sebagai bahan bacaan serta pengetahuan masyarakat seputar peran media sosial Instagram dalam membentuk kepribadian yang matang pada remaja. b. Bagi para orang tua sebagai sarana masukan yang menambah pengetahuan para orang tua, terutama terhadap orang tua yang memiliki anak remaja umur 12-17 tahun yang aktif di media sosial Instagram agar dapat menentukan batasan-batasan terhadap penggunaan media sosial kepada anaknya dengan bijak. c. Bagi para remaja sebagai bahan bacaan yang menambah pengetahuan mereka tentang peran dari media sosial yang mereka gunakan sehingga para remaja tersebut dapat menggunakan media sosial Instagram untuk hal-hal yang positif. d. Bagi penulis sebagai sarana memperluas pengetahuan tentang hal-hal postif dan negatif dari penggunaan sosial media agar lebih bijak dalam penggunaannya. BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoritik 1. Peran a. Pengertian Peran Peran adalah pola perilaku normatif yang diharapkan pada kedudukan (status) tertentu.1 Goss, Mason dan McEachern mendifinisikan peran sebagai harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu.2 Sedangkan menurut Laurence Ross, peran adalah status dan dinamisasi dari status ataupun penggunaan dari hak dan kewajiban ataupun bisa juga disebut sebagai status subyektif. 3 Sebuah kedudukan (status) memiliki peran tertentu yang harus dijalankan sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku. Contohnya adalah seorang suami diharapkan berperan sebagai pencari nafkah untuk keluarga, memimpin keluarganya, dan menjaga hubungan dengan sanak keluarga yang lain. Peran bersifat relasional dengan peran lain, jadi apabila ada peran suami maka peran tersebut pastilah memiliki hubungan dengan peran istri. Peran juga bisa berbentuk seperangkat peran, maksudnya adalah sebuah status bisa memiliki beberapa peran. Misalnya seorang ibu dapat memiliki beberapa peran, yang pertama peran konjugal sebagai istri dan partner sex dari suaminya, yang kedua peran maternal sebagai ibu yang mengasuh anak1 Amin Nurdin dan Ahmad Abrori, Mengerti Sosiologi: Pengantar untuk Memahami KonsepKonsep Dasar, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 47. 2 Paulus Wirutomo, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi, (Jakarta: Rajawali, 1981), h. 99. 3 Phill. Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, (Bandung: Binacipta, 1979), h. 94. 8 9 anaknya, yang ketiga peran kewargaan sebagai anggota dari ibu-ibu PKK, dan yang keempat peran pengajar sebagai guru di sekolah (apabila profesinya seorang guru). Tak ada peran tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Setiap orang memiliki macam-macam peran yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peran menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Peran yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat. Peran lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peran. Peran mencakup tiga hal, yaitu sebagai berikut: 1) Peran dapat meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. 2) Peran merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. 3) Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.4 Terkadang kita ditekan oleh peran yang berbeda-beda dalam suatu waktu. Sosilog menyebut ini sebagai konflik peran (Role Conflict). Konflik peran adalah bertentangannya beberapa peran terkait dengan dua status atau lebih. 5 Status sebagai bapak atau ibu yang sedianya mengasuh anak di pagi hari, misalnya, pada saat yang sama juga harus kerja kantoran karena statusnya sebagai pegawai negeri sipil. 4 5 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 213. Amin Nurdin. loc. cit. 10 Manusia juga dapat mengalami ketegangan peran (role strain). Ketegangan peran adalah bertentangannya beberapa peran terkait dengan hanya satu status saja. 6 Contohnya adalah seorang kepala sekolah yang sebenarnya ingin dekat dengan para guru dan staff di sekolahnya, namun agar para guru dan staffnya bersikap baik maka dia harus menerapkan disiplin kerja yang mengakibatkan adanya jarak antara ia dengan para guru dan staffnya. b. Teori Peran Teori peran adalah sebuah sudut pandang dalam sosiologi dan psikologi yang menganggap sebagian besar aktivitas harian diperankan oleh kategorikategori yang ditetapkan secara sosial (misalnya ibu, manajer, atau guru).7 Teori peran adalah teori yang merupakan perpaduan berbagai teori, orientasi, maupun disiplin ilmu. Selain dari psikologi, teori peran berawal dan masih digunakan dalam sosiologi dan antrolpologi. Dalam ketiga bidang ilmu tersebut, istilah peran diambil dari dunia teater. Di dalam dunia teater, seorang aktor harus memerankan seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh tersebut dia diharapkan untuk berperilaku tertentu. Posisi aktor dalam teater tersebut kemudian dianalogikan dengan posisi seseorang dalam masyarakat. Seperti aktor pada teater, posisi seseorang dalam masyarakar diharapkan tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kaitan dengan adanya orang-orang lain yang berhubungan dengan orang atau aktor tersebut. Dari sudut pandang inilah disusun teori-teori peran. 6 7 Ibid. Wikipedia, Teori Peran, 2016, (https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_peran). 11 Salah satu teori peran adalah teori Biddle dan Thomas (1966). Dalam teorinya Biddle dan Thomas membagi peristilahan dalam teori peran dalam 4 golongan.8 Yaitu istilah-istilah yang menyangkut: 1) Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial. 2) Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut. 3) Kedudukan orang-orang dan perilaku. 4) Kaitan antara orang dan perilaku. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial dapat dibagi dalam dua golongan sebagai berikut: 1) Aktor (pelaku), yaitu orang yang sedang berperilaku menuruti suatu peran tertentu. 2) Target (sasaran) atau orang lain, yaitu orang yang mempunyai hubungan dengan aktor dan perilakunya. Aktor maupun target bisa berupa individu maupun kelompok (kumpulan individu). Hubungan antara kelompok dengan kelompok misalnya terjadi antara paduan suara (aktor) dengan pendengarnya (target). Dengan demikian jelas bahwa teori peran sebetulnya dapat diterapkan untuk menganalisis setiap hubungan antar dua orang atau antar banyak orang. Peran diwujudkan dengan perilaku oleh aktor. Wujud dari perilaku tersebut haruslah nyata dan bervariasi, berbeda-beda dari satu aktor ke aktor yang lain. Misanya, peran ayah seperti yang diharapkan oleh norma mendisiplinkan anaknya, tetapi dalam kenyataannya ayah yang satu bisa memukul untuk mendisiplinkan anaknya, sedangkan ayah yang lain hanya dengan nasihat. Variasi ini dalam teori peran dipandang normal dan tidak ada batasnya. Oleh karena itu teori peran tidak cenderung mengklasifikasiannya istilah-istilahnya menurut perilaku-perilaku khusus, melainkan mendasarkan 8 Marvin E. Shaw dan Philip R, Costanzo, Teori-Teori Psikologi Sosial, Terj. dari Theories of Social Psychology oleh Sarlito Wirawan Sarwono, (Jakarrta: Rajawali, 1984), h. 234. 12 klasisifikasinya sifat asal dari perilaku dan tujuannya (atau motivasinya). Jadi wujud perilaku peran dapat digolongkan mislanya ke dalam jenis: hasil kerja, hasil sekolah, pendisiplinan anak, pemeliharaan ketertiban dan sebagainya. Dalam teori peran terdapat pula penilaian dan sanksi. Menurut Biddle dan Thomas kedua hal tersebut didasarkan pada harapan masyarakat (orang lain) tentang norma. Berdasarkan norma itu orang memberikan kesan positif atau negatif terhadap suatu perilaku. Kesan positif dan negarif inilah yang dinamakan penilaian peran. Di sisi lain, yang dimaksudnya dengan sanksi adalah usaha orang untuk mempertahankan suatu nilai positif atau agar perwujudan peran diubah sedemikian rupa sehingga yang tadinya dinilai negatif bisa menjadi positif. 2. Media Sosial a. Pengertian Media Sosial “Media” menurut Association of Education and Communication Technology (AECT) adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi.9 Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah mempunyai arti perantara atau pengantar. Media juga dapat diartikan sebagai alat atau sarana yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan seseorang (komunikator) kepada orang lain (khalayak). Media biasanya “bertujuan memfasilitasi komunikasi antartempat (jarak) tanpa harus disaksikan langsung secara fisik”.10 Sebelum tahun 1970-an, media didefinisikan berdasarkan sistem penyampaiannya. Ada media cetak yang menggunakan kertas sebagai 9 M. Basyirudin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 1. Ludwig Suparmo, Aspek Ilmu Komunikasi dalam Public Relations, (Jakarta: Indeks, 2011), 10 h. 25. 13 medianya, cotohnya seperti koran, majalah, dan buku. Ada yang menggunakan media elektronik dan melalui sinyal seperti radio dan TV. Ada yang mengguanakan Disk untuk forman gambar hidup sepert film dan musik. Media-media tersebut dibagi berdasarkan metode perngirimannya dan disusun dalam tipe-tipe perusahaan yang berbeda. Penerbit adalah sebutan untuk perusahaan yang membuat koran, majalah dan buku, sedangkan studio yang membuat tayangan berupa gambar dan rekaman untuk televisi dan radio. Namun sejak munculnya internet yang dapat diakses melalui komputer maka muncul pula era media yang baru yang disebut media digital. Media digital adalah semua bentuk media komunikasi yang mengkombinasikan teks, grafik, suara, dan video menggunakan teknologi komputer”.11 Saat ini, dengan internet kita dapat menyampaikan berbagai macam media (cetak, siara, film, dan rekaman). Perpanjangan dari munculnya media digital melalui internet adalah munculnya sebuah ruang baru dalam internet. Ruang tersebut memungkinkan setiap orang untuk dapat bersosialisiasi di dalamnya. Ruang baru tersebut yang sekarang ini disebut dengan media sosial. Menurut Wikipedia media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. 12 Berikut beberapa pengertian Media Sosial menurut beberapa ahli: 11 Shirley Biagi, Media/Impact: Pengantar Media Massa, Terj. dari Media/Impact: An Introduction to Mass Media oleh Mochammad Irfan dan Wulung Wira Mahendra, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), h. 231. 12 Wikipedia, Media Sosial, 2016, (https://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial). 14 1) Menurut Mandibergh (2012), media sosial adalah media yang mewadahi kerja sama di antara pengguna yang mengasilkan konten.13 2) Menurut Shirky (2008), media sosial merupakan alat untuk meningkatkan kemampuan pengguna untuk berbagi, bekerja sama di antara pengguna dan melakukan tindakan secara kolektif yang semuanya berada di luar kerangka instusional maupun organisasi. 14 3) Menurut Boyd (2009), media sosial dijelaskan sebagai kumpulan perangkat lunak yang memungkinkan individu maupun komunitas untuk berkumpul, berbagi, berkomunikasi, dan dalam kasus tertentu saling berkolaborasi atau bermain. 15 4) Menurut Van Dijk (2013), media sosial adalah platform media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka dalam beraktivitas maupun berkolaborasi, karena itu, media sosial dapat dilihat sebagai medium (fasilitator) online yang menguatkan hubungan antarpengguna sekaligus sebagai sebuah ikatan sosial. 16 5) Mike dan Young (2012) mengartikan media sosial sebagai konvergensi antara komunikasi personal dalam arti saling berbagi di antara individu dan media publik untuk berbagi kepada siapa saja tanpa ada kekhususan individu.17 Dari pengertian-pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa media sosial adalah media yang memungkinkan penggunanya untuk saling melakukan aktivitas sosial secara virtual melalui jaringan internet. 13 Rulli Nasrullah, Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, Dan Sosioteknologi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media: 2015) h. 11 14 Ibid. 15 Ibid. 16 Ibid. 17 Ibid. 15 b. Karakteristik Media Sosial Ada ciri khusus yang hanya dimiliki oleh media sosial dibanding media lainnya. Salah satunya adalah media sosial beranjak dari pemahaman bagaimana media tersebut digunakan sebagai sarana sosial di dunia virtual. Adapun karakteristik media sosial, yaitu: 1) Jaringan (Network) Antarpengguna Media sosial memiliki karakter jaringan sosial. Media sosial terbangun dari struktur sosial yang terbentuk di dalam jaringan atau internet.18 Jaringan yang terbentuk antarpengguna merupakan jaringan yang secara teknologi dimediasi oleh perangkat teknologi, seperti komputer, telepon genggam atau tablet. Karakter media sosial adalah membentuk jaringan di antara penggunanya. Tidak peduli apakah di dunia nyata (offline) antarpengguna itu saling kenal atau tidak, namun kehadiran media sosial memberikan medium bagi pengguna untuk terhubung secara mekanisme teknologi. 2) Informasi Informasi menjadi entitas yang penting dari media sosial. 19 Sebab tidak seperti media-media lainnya di internet, pengguna media sosial mengkreasikan representasi identitasnya, memproduksi konten, dan melakukan interaksi berdasarkan informasi. Bahkan informasi menjadi semacam komoditas. Di media sosial, informasi menjadi komoditas yang dikonsumsi oleh pengguna. Komoditas tersebut pada dasarnya merupakan komoditas yang diproduksi dan didistribusikan antarpengguna itu sendiri. Dari kegiatan konsumsi inilah pengguna dan pengguna lain membentuk sebuah jaringan yang pada akhirnya secara sadar atau tidak bermuara pada isntitusi masyarakat berjejaring (network society) 18 19 Ibid., h.16. Ibid., h. 19. 16 3) Arsip Bagi pengguna media sosial, arsip menjadi sebuah karakter yang menjelaskan bahwa informasi telah tersimpan dan bisa menjadi akses kapan pun dan melalui perangkat apapun. 20 Setiap informasi apa pun yang diunggah di Facebook sebagai contoh, informasi itu tidak hilang begitu saja saat pergantian hari, bulan, sampai tahun. Informasi itu akan terus tersimpan dan bahkan dengan mudahnya bisa diakses. 4) Interaksi Secara sederhana interaksi yang terjadi di media sosial minimal berbentuk saling mengomentari atau memberikan tanda, seperti jempol di Facebook atau hati di Instagram. Interaksi dalam kajian media merupakan salah satu pembeda antara media lama (old media) dengan media baru (new media). 5) Simulasi Sosial Media sosial memiliki karakter sebagai medium berlangsungnya masyarakat (society) di dunia virtual.21 Pengguna media sosial bisa dikatakan sebagai warga negara digital yang berlandaskan keterbukaan tanpa adanya batasan-batasan. Layaknya masyarakat atau Negara, di media sosial juga terdapat aturan dan etika yang mengikat penggunanya. Media sosial tidak lagi menampilkan realitas, tetapi sudah menjadi realitas tersendiri, bahkan apa yang ada di media sosial lebih nyata (real) dari realitas itu sendiri. 6) Konten oleh pengguna Karakteristik media sosial lainnya adalah konten oleh pengguna atau lebih popular disebut dengan user generated content (UGC). Konten oleh 20 21 Ibid., h. 22. Ibid., h. 28. 17 pengguna ini adalah sebagai penanda bahwa di media sosial khalayak tidak hanya memproduksi konten, tetapi juga mengonsumsi konten yang diproduksi oleh orang lain. 22 Konten ini adalah format baru dari budaya interaksi dimana para pengguna dalam waktu yang bersamaan berlaku sebagai produser pada satu sisi dan sebagai konsumen dari konten yang dihasilkan di ruang online pada lain sisi. 7) Penyebaran (Share) Penyebaran atau sharing merupakan karakter lainnya dari media sosial. Sharing merupakan ciri khas dari media sosial yang menunjukkan bahwa khalayak aktif menyebarkan konten sekaligus mengembangkannya. 23 Maksud dari pengembangan ini misalnya, komentar yang tidak sekadar opini, tetapi juga data atas fakta terbaru. Di media sosial konten tidak hanya diproduksi oleh khalayak pengguna, tetapi juga didistribusikan secara manual oleh pengguna lain. c. Jenis-Jenis Media Sosial Pembagian jenis media sosial ke dalam kategori merupakan upaya untuk melihat bagaimana jenis dari media sosial itu sendiri. Dari banyaknya media sosial yang beredar, setidaknya ada 6 kategori besar untuk melihat pembagian media sosial, yaitu: 1) Jejaring sosial (Social Networking) Social networking atau jaringan sosial merupakan medium yang paling populer dalam kategori media sosial. Medium ini merupakan sarana yang bisa digunakan pengguna untuk melakukan hubungan sosial, termasuk konsekuensi atau efek dari hubungan sosial tersebut, di dunia virtual. 24 22 Ibid., h. 31. Ibid., h. 33. 24 Ibid., h. 40. 23 18 Medium ini memungkinkan pengguna untuk berinteraksi satu sama lain. Interaksi terjadi tidak hanya pada pesan teks tetapi juga termasuk foto dan video yang mungkin menarik perhatian pengguna lain. Semua posting (publikasi) merupakan real time, memungkinkan anggota untuk berbagi informasi seperti apa yang sedang terjadi. Contoh dari medium ini adalah facebook yang bisa digunakan untuk memublikasikan konten seperti profil, aktivitas, atau bahkan pendapat pengguna, juga sebagai media yang memberikan ruang bagi komunikasi dan interaksi dalam jejaring sosial di ruang cyber. Gambar 2.1 Beranda Facebook 2) Blog Blog merupakan media sosial yang memungkinkan penggunanya untuk mengunggah aktivitas keseharian, saling mengomentari, dan berbagi, baik tautan web lain, informasi, dan sebagainya. 25 Pada awalnya, blog merupakan suatu bentuk situs web pribadi yang berisi kumpulan tautan ke situs lain yang dianggap menarik dan diperbarui setiap harinya, 25 Ibid., h. 41. 19 pada perkembangan selanjutnya blog memuat banyak jurnal (tulisan keseharian pribadi) pemilik media dan terdapat kolom komentar yang bisa diisi oleh pengunjung. Blog juga menawarkan alamat web pribadi, ruang web gratis, dan sistem manajemen konten yang memungkinkan untuk membuat, menerbitkan, dan berbagi konten secara harfiah bebas dari biaya. 3) Mini Blog (Microblogging) Tidak berbeda dengan blog, microblogging merupakan jenis media sosial yang memfasilitasi pengguna untuk menulis dan memublikasikan aktivitas serta pendapatnya. 26 Secara historis, kehadiran jenis media sosial ini merujuk pada muculnya twitter yang hanya menyediakan ruang tertentu atau maksimal 140 karakter saja. Sama seperti media sosial lainnya, di twitter pengguna bisa menjalin jaringan dengan pengguna lain, menyebarkan informasi, mempromosikan pendapat/pandangan pengguna lain, sampai membahas isu terhangat (trending topic) saat itu juga dan menjadi bagian dari isu tersebut dengan turut berkicau (tweet) menggunakan tagar (hastag) tertentu. Gambar 2.2 Beranda Twitter 26 Ibid., h. 43. 20 4) Media Sharing Media sharing atau situs berbagi media merupakan jenis media sosial yang memfasilitasi penggunanya untuk berbagi media mulai dari dokumen (file), video, audio, gambar, dan sebagainya. 27 Kebanyakan dari media sosial jenis ini adalah gratisan meskipun beberapa juga mengenakan biaya keanggotaan, berdasarkan fitur dan layanan yang mereka berikan. Beberapa contoh dari media berbagi ini adalah youtube, flickr, dan snapfish. Gambar 2.3 Beranda Youtube 5) Penanda Sosial (Social Bookmarking) Penanda sosial atau social bookmarking merupakan media sosial yang bekerja untuk mengorganisasi, menyimpan, mengelola, dan mencari informasi atau berita tertentu secara online. 28 Informasi yang diberikan di media sosial ini bukanlah informasi yang utuh. Artinya, pengguna hanya 27 28 Ibid., h. 44. Ibid. 21 disediakan informasi bisa teks, foto, atau video singkat sebagai pengantar yang kemudian pengguna akan diarahkan pada tautan sumber informasi itu berada. Beberapa situs social bookmarking yang populer adalah delicious.com, digg.com, dan lintasme. 6) Wiki Media sosial wiki adalah media konten bersama. Disebut media konten bersama karena media sosial ini merupakan situs yang kontennya hasil kolaborasi dari para penggunanya. Mirip dengan kamus atau ensiklopedia, wiki menghadirkan kepada pengguna pengertian, sejarah, hingga rujukan buku atau tautan tentang satu suku kata. Dala praktiknya penjelasan-penjelasan tersebut dikerjakan oleh pengunjung. Artinya, ada kolaborasi atau kerja bersama dari semua pengunjung untuk mengisi konten dalam situs ini. Kata “wiki” merujuk pada media sosial Wikipedia yang popular sebagai media kolaborasi konten bersama. 3. Instagram Instagram adalah sebuah aplikasi media sosial yang memungkinkan pengguna untuk mengambil foto dan video, menerapkan filter digital (pemberian efek pada foto) dan membagikannya ke berbagai media sosial termasuk instagram itu sendiri. 29 Foto atau video yang dibagikan nantinya akan terpampang di feed pengguna lain yang menjadi follower Anda. Sistem pertemenan di Instagram menggunakan istilah following dan follower seperti di twitter. Following berarti Anda mengikuti pengguna, sedangkan follower berarti pengguna lain yang mengikuti Anda. Selanjutnya setiap pengguna dapat berinteraksi dengan cara memberikan komentar dan memberikan respon suka terhadap foto yang dibagikan. 29 Michelle Wifalin, Efektivitas Instagram Common Grounds, Jurnal E-Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra Surabaya, pp. 2. 22 Instagram berasal dari pengertian dari keseluruhan fungsi aplikasi ini. Kata "insta" berasal dari kata "instan", seperti kamera polaroid yang pada masanya lebih dikenal dengan sebutan "foto instan". Instagram juga dapat menampilkan foto-foto secara instan, seperti polaroid di dalam tampilannya. Sedangkan untuk kata "gram" berasal dari kata “telegram” yang cara kerjanya untuk mengirimkan informasi kepada orang lain dengan cepat. Sama halnya dengan Instagram yang dapat mengunggah foto dengan menggunakan jaringan Internet, sehingga informasi yang ingin disampaikan dapat diterima dengan cepat. Oleh karena itulah Instagram merupakan gabungan dari kata instan dan telegram. 30 Pada tanggal 9 April 2012, diumumkan bahwa Facebook setuju mengambil alih Instagram dengan nilai hampir $1 miliar dalam bentuk tunai dan saham. Pada tanggal 11 Mei 2016, Instagram memperkenalkan tampilan baru sekaligus ikon baru dan desain aplikasi baru. Terinspirasi oleh ikon aplikasi sebelumnya, ikon baru merupakan kamera sederhana dan pelangi hidup dalam bentuk gradien. Gambar 2.4 Ikon Lama dan Baru Instagram Beberapa fitur-fitur yang ada di Instagram adalah: 1) Kamera Fitur kamera memungkinkan pengguna instagram tidak hanya bisa mengunggah foto dari galeri. Tetapi dapat juga langsung membidik atau 30 Wikipedia, Instagram, 2016, (https://id.wikipedia.org/wiki/Instagram). 23 merekam momen dari dalam aplikasi kemudian mengedit, memberi caption baru membagikannya. 2) Editor Editor adalah fitur yang memungkinkan pengguna untuk memoles foto yang dijepret lewat kamera perangkatnya. Di sini akan dijumpai 10 tool editor tingkat lanjut untuk mengatur kembali pencahayaan, kontras dan saturasi semudah menggerakkan jemari tangan. Di update terbaru Instagram tidak lagi mengharuskan foto berwujud kotak, tapi sudah mendukung pilihan portrait dan juga landscape. Memberikan keleluasaan kepada pengguna saat ingin membagikan foto dengan sudut tangkapan lensa yang lebih lebar. 3) Tag dan Hashtag Fitur ini sebagaimana jejaring sosial pada umumnya memiliki fungsi untuk menandai teman atau mengelompokkan foto dalam satu label. 4) Caption Caption berfungsi layaknya deskripsi, di sinilah pengguna bisa memberikan sepatah dua patah kata soal foto yang diunggah. Di samping tentunya menambahkan hashtag. 5) Integrasi ke media sosial Instagram juga memungkinkan penggunanya untuk berbagi foto atau video ke jejaring sosial lain seperti Facebook, Twitter, Tumblr dan Flicrk. Bila tool ini diaktifkan maka setiap kali foto dibagikan, secara otomatis Instagram juga akan membagikannya ke jejaring sosial yang sudah terhubung. 6) Instastory Instastory adalah fitu terbaru dari Instagram, yang mengambil format snapchat dimana unggahan hanya akan bertahan selama 1 hari dengan durasi maksimal 10 detik. 24 7) Explore Fitur yang menampilkan konten yang dilihat following atau follower pengguna. Sebagai sebuah media sosial yang digunakan oleh khalayak ramai, tentunya Instagram memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Berikut penjabaran kelebihan dan kekurangan Instagram. Kelebihan Instagram: a. Mudah digunakan Kemudahan yang ditawarkan Instagram menjadikannya media yang cepat menarik minat masyarakat untuk menggunakannya. Memposting foto atau video, memfollow, mengomentari, memberi like, hingga searching sesuai hashtag pun bisa dilakukan dengan sangat praktis. b. Media utama berupa foto Menjadi media sosial yang unggul pada hal posting melalui foto, membentuk media ini menyampaikan tampilan serta kualitas foto yang baik. Visual yang menjadi daya tarik utama Instagram untuk digunakan. c. Koneksi dengan media sosial yang lain Kelebihan Instagram yang memberikan koneksi dengan beberapa sosial media membentuk kemudahan tersendiri untuk para penggunanya. Jadi anda dapat menghemat ketika karena tidak perlu melakukan posting berkali-kali pada media sosial lain. Kelemahan Instagram: a. Spamming Kemudahan yang diberikan Instagram dalam hal berinteraksi, membentuk sosial media ini sangat rawan spamming. Umumnya spamming bayak terlihat pada bagian komentar. Namun bisa disiasati menggunakan 25 memberlakukan private di akun kita agar tidak sembarang orang bisa berkomentar di postingan. b. Tidak adanya penyaring konten Dengan kemudahan yang diberikan Instagram membuat siapa saja bisa memiliki akun Instagram. Hal tersebut tentunya menjadikan Instragam sangat mudah dimasuki orang-orang yang ingin menyebarkan konten-konten yang buruk. 4. Kepribadian a. Pengertian kepribadian Kepribadian dalam bahasa Inggris disebut dengan personality. Kata personality dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin: persona. 31 Pada awalnya kata persona ini menunjuk kepada topeng yang biasa digunakan oleh para pemain sandiwara di zaman Romawi dalam memainkan peranperannya. Pada waktu itu, setiap pemain sandiwara memainkan peranannya masing-masing sesuai dengan topeng yang dikenakannya. Dari sini lambat laun kata persona (personality) berubah menjadi satu istilah yang mengacu kepada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh individu dari kelompok atau masyarakatnya, dimana kemudian individu tersebut diharapkan bertingkah laku sesuai dengan gambaran sosial (peran) yang diterimanya itu. Dalam kehidupan sehari-hari kita bisa menjumpai pengertian keprbadian semacam ini melaui ungkapan-ungkapan seperti “Doni berkepribadian pahlawan” atau “Dewi memiliki kepribadian kartini sejati”. Di samping itu kepribadian juga sering diartikan atau dihubungkan dengan ciri-ciri tertentu yang menonjol pada diri individu. Contohnya, kepada orang yang pemalu dikenakan atribut “berkepribadian pemalu”, dan kepada yang suka bertindak keras dikenanakan atribut “berkepribadian 31 Koswara, Teori-Teori Kerpribadian, (Bandung: Eresco, 1981), h. 10 26 keras”. Selain itu, sering pula kita jumpai ungkapan “tidak punya kepribadian” yang biasanya merujuk pada orang yang lemah, plin-plan, pengecut atau semacamnya. Dari uraian di atas bisa diperoleh gambaran bahwa kepribadian menurut pengertian sehari-hari menunjuk kepada indvidu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya. Kepribadian mencakup sistem fisik dan psikologis, meliputi perilaku yang terlihat dan pikiran yang tidak terlihat, serta tidak hanya merupakan sesuatu tetapi melakukan sesuatu. Kepribadian adalah substansi dan perubahan, produk dan proses, serta struktur dan perkembangan. 32 Lawrence A. Pervin mendefinisikan secara sederhana bahwa kepribadian sebagai karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku.33 Sedangkan pengertian kepribadian menurut disiplin ilmu psikologi bisa diambil dari rumusan beberapa teoris, diantaranya sebagai berikut: 1) George Kelly menyatakan bahwa kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya.34 2) Gordon Allport menyatakan bahwa kepribadian merupakan suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas. 35 3) Sigmund Freud memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem yakni id, ego, dan superego. Dan tingkah laku 32 Jess Feist dan Gregory J. Fesit, Teori Kepribdian, Terj. dari Theories of Personality oleh Smita Prathita Sjahputri, (Jakarta: Salemba Humanka, 2010), h. 86. 33 Lawrence A. Pervin, Daniel Cervone, dan Oliver P. John, Psikologi Kepribadian: Teori dan Penelitian, Terj. dari Personality: Theory and Research oleh A.K. Anwar, (Jakarta: Kenacana, 2010), h.78 34 Koswara, op. cit., h. 11. 35 Ibid. 27 menurut Ferud, tidak lain merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kepribadian tersebut.36 4) Browner menyatakan bahwa kepribadian adalah corak tingkah laku sosial, corak ketakutan, dorongan dan keinginan, corak gerak-gerik, opini dan sikap. 37 Dari beberapa perngertian kepribadian diatas, penulis mengartikan bahwa kepribadian adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil dan juga bawaan seseorang sejak lahir.38 b. Tipe-Tipe Kepribadian Menurut Paul Gunadi (2005) pada umumnya terdapat lima penggolongan kepribadian yang sering dikenal dalam kehidupan sehari-hari, yaitu sebagai berikut: 1) Tipe Sanguin Seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain: bersemangat, memiliki banyak kekuatan, mempunyai gairah hidup, dan membuat lingkungannya gembira dan senang. 39 Akan tetapi, tipe ini pun memiliki kelemahan antara lain: cenderung impulsif, bertindak sesuai emosinya atau keinginannya. 2) Tipe Flegmatik Seseorang yang masuk tipe ini memiliki ciri antara lain: cenderung tenang, gejolak emosinya tidak tampak, misalnya dalam kondisi sedih 36 Ibid. Ibid. 38 Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak: Pesan Moral Intelektual, Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Intregitas Membangun Jati Diri, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 11 39 Ibid. 37 28 atau senang, sehingga turun naik emosinya tidak terlihat secara jelas. 40 Orang bertipe ini cenderung dapat menguasai dirinya dengan cukup baik dan lebih introspektif, memikirkan ke dalam, dan mampu melihat, menatap, dan memikirkna masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya. 3) Tipe Melankolik Seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri antara lain: terobsesi dengan karyanya yang paling bagus atau paling sempurna, mengerti estetika keindahan hidup, perasaanya sangat kuat, dan sangat sensitif. 41 Orang yang memiliki tipe ini memiliki kelemahan antara lain: sangat mudah dikuasai oleh perasaan dan cenderung perasaan yang mendasari hidupnya sehari-hari adalah perasaan murung. 4) Tipe Kolerik Seseorang yang masuk tipe ini memiliki ciri antara lain: cenderung berorientasi pada pekerjaan dan tugas, mempunyai disiplin kerja yang sangat tinggi, mampu melaksanakan tugas dengan setia dan bertanggung jawab atas tugas yang dimebannya. 42 Sedangkan kelemahannya antara lain: kurang mampu merasakan perasaan orang lain, kurang mampu mengembangkan rasa kasihan pada orang yang sedang menderita, dan perasaannya kurang bermain. 5) Tipe Asertif Seseorang yang masuk tipe ini memiliki ciri antara lain: mampu menyatakan pendapat, ide dan gagasannya secara tegas, kritis, tetapi perasaanya halus sehingga tidak menyakiti perasaan orang lain. 43 Perilaku mereka adalah berjuang mepertahankan hak sendiri, tetapi tidak sampai mengabaikan atau mengancam hak orang lain; melibatkan perasaan dan 40 Ibid. Ibid., h. 12. 42 Ibid. 43 Ibid. 41 29 kepercayaan orang lain sebagai bagian dari interaksi dengan mereka; mengekspresikan perasaan dan kepercayaan sendiri dengan terbuka, langsung, jujur, dan tepat sasaran. Gregory (2005) menegaskan bahwa kepribadian tidak ada hubungannya dengan sikap berpura-pura dan melagak yang diperolehnya dalam pendidikan keluwesan dan kursus-kursus perbaikan diri, atau dari melihat dan menjiplak gaya dan gerak bintang-bintang top di TV karena hal tersebut merupakan mode dan keisengan yang datang dan pergi. 44 Kepribadian meliputi tingkah laku, cara berpikir, perasaan, gerak hati, usaha, aksi, tanggapan terhadap kesempatan, tekanan, dan cara sehari-hari dalam berinteraksi dengan orang lain. Jika unsur-unsur kepribadian ini menyatakan diri dalam kombinasi yang berulang-ulang secara khas dan dinamis maka hal demikian dikenal dengan nama gaya kepribadian. Kepribadian adalah khas bagi setiap pribadi, sedangkan gaya kepribadian bisa dimiliki oleh orang lain yang juga menunjukan kombinasi berulang-ulang secara khas dan dinamis dari ciri pembawaan dan pola kelakuan yang sama. c. Faktor yang mempengaruhi Kepribadian Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian seseorang dapat dikelompokkan dalam dua faktor, yaitu: 1) Faktor internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri. 45 Faktor internal ini biasanya merupakan faktor genetis atau bawaan. Faktor genetis maskudnya adalah faktor yang berupa bawaan sejak lahir dan merupakan pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki salah satu dari kedua orang tuanya atau bisa jadi gabungan atau 44 45 Ibid., h. 13. Ibid., h. 19 30 kombinasi dari sifat kedua orang tuanya. Oleh karena itu, sering kita mendengar istilah “buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya”. Misalnya, sifat mudah marah yang dimiliki seorang ayah bukan tidak mungkin akan menurun pula pada anaknya. 2) Faktor Eksternal Faktor Eksternal adalah faktor yang berasal dari luar orang tersebut.46 Faktor eksternal ini biasanya merupakan pengaruh yang berasal dari lingkungan seseorang mulai dari lingkungan terkecilnya, yakni keluarga, teman, tetangga, sampai dengan pengaruh dari berbagai media seperti TV, internet, majalah dan lain sebagainya. d. Perkembangan Kepribadian Perkembangan kepribadian itu berlangsung melalui tiga fase, yaitu sebagai berikut: 1) Fase Pertama, yaitu mulai dari lahir sampai dengan sekitar usia 5 tahunan. Fase ini merupakan fase yang banyak berkaitan dengan kewibawaan dan kekuasaan. Pada fase ini arti dari penghargaan diri dan sikap mengenai aturan yang diterjemahkan dalm bentuk gambaran diri adalah diarahkan kepada apa yang diharapkan oleh tokoh-tokoh terdekat yang menguasainya. 2) Fase Kedua, yaitu masa anak-anak dan masa remaja, fase ini merupakan masa yang sebagian besar diarahkan pada persoalan hubungan dengan teman sebayanya. Pada masa ini mereka mengembangkan penghargannya terhadap orang lain serta menaruh perhatian terhadap perilaku jujur, keadilan, dan sikap bersedia membalas jasa orang lain. Jika pada fase pertama anak pada dasarnya lebih peduli terhadap gambaran dirinya sendiri sebagaimana yang diarahkan oleh orang 46 Ibid., h. 19 31 tuanya, maka pada fase kedua anak harus menyesuaikan gambaran dirinya dengan rekan sebayanya. 3) Fase ketiga, adalah fase dewasa. Pada fase ini orang mulai memasuki dunia kerja dan mulai berkeluarga. Persoalan-persoalan pada masa lalu (belajar bergaul dengan rekan sebaya dan dengan mereka yang berkuasa) berpadu dengan persoalan identitas diri. Pada masa ini seseorang menentukan corak kepribadian yang diharapkan dengan cara mengembangkan suatu “pola umum gambaran dirinya”, mereka mulai merintis tujuan hidupnya serta merencanakan strategi yang akan ditempuhnya dalam mengejar tujuan hidup yang dipilihnya. Perkembangan kepribadian dilihat melalui gambaran diri seseorang, metode interaksi, dan pandangan serta harapan terhadap orang lain adalah berkaitan dengan perilaku sosialnya yang terbentuk melalui riwayat perkembangan hidupnya. Riwayat hidup tersebut dapat dikonseptualisasikan sebagai evolusi melalui tiga fase. Fase pertama, orang harus mengakui kewibawaan, fase kedua, orang mengatur bagaimana ia harus bergaul dengan teman sebayanya, dan fase ketiga, orang harus memantapkan suatu gaya hidup tertentu yang hendak direalisasikannya. e. Kriteria Kepribadian Pribadi yang sehat biasanya memiliki masa kecil yang relatif tidak traumatis walaupun pada tahun-tahun berikutnya mereka dapat menghadapi konflik dan penderitaan. Orang-orang yang sehat secara psikologis tidak terbebas dari kelemahan-kelemahan atau pun keanehan-keanehan yang membuat mereka unik. Allport (1961) mengidentifikasikan enam kriteria kepribadian yang sehat, yaitu sebagai berikut: 32 1) Perluasan perasaan diri Pribadi yang matang terus mencari untuk dapat mengidentifikasi diri dan berpartisipasi dalam kejadian yang terjadi di luar diri mereka. Mereka tidak terpusat pada diri sendiri serta mampu untuk terlibat dalam masalah dan aktivitas yang tidak terpusat pada diri mereka. Ketika diri berkembang, maka diri itu meluas menjangkau banyak orang dan benda. Mula-mula diri berpusat hanya pada individu kemudian diri bertambah luas meliputi nilai-nilai dan citi-cita yang abstrak. Artinya adalah, ketika individu sudah memasuki masa dimana dirinya lebih berkembang dari sebelumnya, ia akan melakukan atau berinvestasi lebih dalam lagi untuk lebih mengembangkan diri. Pengembangan diri itu bisa saja di salurkan entah ke sesama individu lainnya, bisa jadi ia kembangkan dalam bentuk nilai-nilai atau cita-cita yang ingin ia capai. Orang harus menjadi partisipan yang langsung dan penuh. Allport menamakan hal ini “pertisipasi otentik yang dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang penting dari usaha manusia”. Orang harus meluaskan diri ke dalam aktivitas. Suatu aktivitas harus relevan dan penting bagi diri; harus berarti sesuatu bagi orang itu. Apabila anda mengerjakan suatu pekerjaan karena anda percaya bahwa pekerjaan itu penting, menantang kemampuan, membuat anda merasa enak, maka anda merupakan seorang partisipan otentik dalam pekerjaan itu. Maka dalam perluasan perasaan diri, seseorang akan mengembangkan minatnya seluas-luasnya. Minat atas sebuah keahlian (minat pribadi), kehidupan sosial, dan minat spiritual menjadi sangat penting bagi mereka. Sesorang yang memiliki kepribadian sehat akan berusaha mengembangkan minat pribadinya, pada awalnya ia akan mencari hal yang dia suka lalu berusaha menadalami hal tersebut. Minat pribadi membuat sesorang mengetahui 33 apa yang menjadi bakatnya serta membantunya menggapi karir yang sesuai dengan bakatnya. Pribadi yang sehat juga akan mengembangkan dirinya dalam kehidupan sosial, tidak mencoba untuk menjadi orang yang egois atau mementingkan dirinya sendiri. Mereka berusaha menjadi orang yang baik dan bermanfaat bagi orang disekitarnya. Seiring berjalannya waktu, kegiatan di luar diri mereka akan menjadi bagian dari keberadaan seseorang. Pribadi yang matang juga mengembangkan minat spiritualnya. Bagi mereka keberadaan Tuhan adalah sesuatu yang penting. Minat spiritual biasanya dipengaruhi oleh lingkungan mereka, pribadi yang sehat biasanya bergaul di lingkungan yang sehat pula sehingga pengaruh terhadap minat spiritual sangat besar dalam hidup mereka. Allport mengatakan, “semua orang mempunyai rasa cinta terhadap diri sendiri, namun hanya perluasan perasaan diri yang menjadi penanda kematangan pribadi”.47 2) Hubungan yang hangat dengan orang lain Mereka yang mempunyai kriteria ini memiliki kapasitas untuk mencintai orang lain dalam cara-cara yang intim dan simpatik. Tentu saja hubungan yang hangat sangat bergantung kepada kemampuan seseorang untuk memperluas perasaan diri mereka. Dengan melihat jauh ke depan manusia dapat mencintai orang lain dengan cara yang dewasa, tanpa posesif maupun egois. Manusia yang sehat secara psikologis memperlakukan orang lain dengan rasa hormat. Allport membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan dengan orang-orang lain: kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan 47 Jess Feist, op. cit., h. 87. 34 terharu. Orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orang tua, anak, partner, atau teman akrab. Apa yang dihasilkan oleh kapasitas untuk keintiman ini adalah suatu perasaan perluasan diri yang berkembang baik, syarat lain bagi kapasitas keintiman adalah suatu perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik. Ada perbedaan antara hubungan cinta dari orang yang neurotis dengan hubungan cinta dari kepribadian-kepribadian yang sehat. Orangorang yang neurotis harus menerima cinta jauh lebih banyak daripada kemampuan mereka untuk memberinya. Apabila mereka memberi cinta, maka cinta itu diberikan dengan syarat-syarat dan kewajiban-kewajiban yang bersifat timbal balik. Cinta dari orang yang sehat adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan, atau mengikat. Perasaan terharu, tipe kehangatan yang kedua adalah suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan-kesakitan, penderitaan-penderitaan, ketakutan- ketakutan, dan kegagalan-kegagalan yang merupakan ciri kehidupan manusia. Empati ini timbul melalui “perluasan imajinatif” dan perasaan orang sendiri terhadap kemanusiaan pada umumnya. Sebagai hasil dari kapasitas perasaan terharu, kepribadian yang matang sabar terhadap tingkah laku orang-orang lain dan tidak mengadili atau menghukumnya. Orang yang sehat menerima kelemahan-kelemahan manusia, dan mengetahui bahwa dia memiliki kelemahan-kelemahan yang sama. Akan tetapi, orang yang neurotis tidak sabar dan tidak mampu memahami sifat universal dari pengalaman-pengalaman dasar manusia. 35 3) Keamanan emosional atau penerimaan diri Pribadi yang matang akan menerima diri mereka apa adanya, dan memiliki keseimbangan emosional. 48 Mereka tidak akan terus berkutat dengan gangguan-gangguan kecil, serta menyadari bahwa rasa frustasi dan ketidaknyamanan merupakan bagian dari hidup. Kepribadian-kepribadian yang sehat juga mampu menerima emosiemosi manusia. Kepribadian-kepribadian yang sehat mengontrol emosiemosi mereka, sehingga emosi-emosi ini tidak mengganggu aktivitasaktivitas antarpribadi, emosi-emosi diarahkan kembali ke dalam saluransaluran yang lebih membangun. Akan tetapi orang-orang yang neurotis menyerah pada emosi apa saja yang dominan muncul pada saat itu Kualitas lain dari keamanan emosional ialah apa yang disebut Allport “sabar terhadap kekecewaan”. Orang-orang yang sehat sabar menghadapi kemunduran-kemunduran, tidak menyerah diri kepada kekecewaan, tetapi mampu memikiran cara-cara yang berbeda, yang kurang menimbulkan kekecewaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang sama atau tujuan-tujuan pengganti. Mereka menerima diri mereka apa adanya, tanpa berusaha hidup dengan gengsi yang mereka buat sendiri. Tidak ada kepura-puraan, semuanya murni apa adanya sesuai dengan diri mereka yang sesungguhnya. Pribadi yang baik tahu cara mengontrol emosi jiwanya. Mereka tidak akan mempermalukan dirinya sendiri hanya karena termakan emosi. Mereka memikirkandampak atas segala sesuatu yang akan mereka lakukan. 48 Ibid. 36 4) Memiliki persepsi realistis mengenai lingkungan disekitarnya Mereka yang memiliki persepsi hidup yang realistis tidak hidup dalam dunia fantasi atau membelokkan kenyataan agar sesuai dengan harapan mereka. Mereka berfokus pada masalah dibanding pada pribadi, dan lebih berinteraksi dengan dunia seperti yang dilihat oleh kebanyakan orang. Mereka tidak muluk-muluk terhadap segala sesuatu, karena mereka sudah paham dengan kenyataan yang ada. Mereka tahu kapan harus menaruh ekspektasi, atau kapan harus mengalah terhadap sesuatu. Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Sebaliknya, orang-orang yang neurotis terkadang harus mengubah realitas supaya membuatnya sesuai dengan keinginan-keinginan, kebutuhankebutuhan, dan ketakutan-ketakutan mereka sendiri. Orang-orang yang sehat tidak perlu percaya bahwa orang-orang lain atau situasi-situasi semuanya jahat atau semuanya baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana adanya. 5) Insight dan humor Pribadi yang matang mengenal dirinya sendiri, sehingga tidak mempunyai kebutuhan untuk mengatribusikan kesalahan dan kelemahan kepada orang lain. Mereka juga memiliki selera humor yang tidak kasar, yang memberikan mereka kapasitas untuk menertawakan diri mereka sendiri daripada bergantung pada tema-tema seksual atau kekerasan yang membuat orang lain tertawa. Manusia yang sehat dapat melihat diri mereka dengan lebih objektif, mereka dapat melihat hal-hal yang absurd dan mustahil dalam kehidupan. Kepribadian yang sehat mencapai suatu tingkat pemahaman diri yang lebih tinggi daripada orang-orang yang neurotis. Orang yang sehat 37 terbuka pada pendapat orang-orang lain dalam merumuskan suatu gambaran diri yang objektif. Orang yang objectification) memiliki yang tinggi suatu atau tingkat pemahaman wawasan diri tidak diri (self mungkin memproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya yang negatif kepada orang lain. Allport juga mengemukakan bahwa orang yang memiliki wawasan diri yang lebih baik adalah lebih cerdas daripada orang yang memiliki wawasan diri yang kurang. 6) Filosofi kehidupan yang mempersatukan Pribadi yang sehat memiliki pandangan yang jelas mengenai tujuan hidup mereka. Tanpa pandangan tersebut, insight mereka kan menjadi kosong dan gersang, serta akan memiliki humor yang dangkal dan sinis. Filosofi yang integral dapat berupa sasuatu yang bersifat religius dan matang. Bagi Allport, mustahil memiliki suatu kepribadian yang sehat tanpa aspirasi-aspirasi dan arah ke masa depan. Allport menekankan bahwa nilai-nilai (bersama dengan tujuan-tujuan) adalah sangat penting bagi perkembangan suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Memiliki nilai-nilai yang kuat, jelas memisahkan orang yang sehat dari orang yang neurotis. Orang yang neurotis tidak memiliki nilai-nilai atau hanya memiliki nilai-nilai yang terpecah-pecah dan bersifat sementara sehingga tidak cukup kuat untuk mengikat atau mempersatukan semua segi kehidupan. Suara hati juga ikut berperan dalam suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Suara hati yang tidak matang atau neurotis sama seperti suara hati kanak-kanak, yang patuh, membudak, penuh dengan pembatasan-pembatasan dan larangan-larangan yang dibawa dari masa 38 kanak-kanak ke dalam masa dewasa. Sedangkan suara hati yang matang adalah suatu perasaan kewajiban dan tangggung jawab kepada diri sendiri dan orang lain. 5. Remaja a. Pengertian Remaja Masa remaja merupakan masa yang sangat penting, sangat kritis, dan sangat rentan, karena bila manusia melewati masa remajanya dengan kegagalan, maka kemungkinan ia akan menemukan kegagalan dalam perjalanan kehidupan pada masa berikutnya. Sebaliknya bila masa remaja itu diisi dengan penuh kesuksesan, kegiatan yang sangat produktif dan berhasil guna dalam rangka menyiapkan diri untuk memasuki tahapan kehidupan selanjutnya, dimungkinkan manusia itu akan mendapatkan kesuksesan dalam perjalanan hidupnya. Istilah asing yang sering digunakan untuk menunjukan masa remaja, menurut Yulia Gunarsa dan Singgih Gunarsa (1991) antara lain adalah “puberteit/puberty” dan adolescence.49 Masyarakat Indonesia menyebutnya akhil baligh, pubertas, dan remaja. Pubertas berarti kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda-tanda kelaki-lakian. Sedangkan pubscence berasal dari kata pubis (pubic hair) yang berarti rambut (bulu) pada daerah kemaluan, maka pubscence berarti perubahan yang dibarengi dengan tumbuhnya rambut pada daerah kemaluan. 50 Remaja dalam bahasa aslinya disebut sebagai adolescence, yang berasal dari bahasa kematangan”. 49 Latin 51 yang artinya “tumbuh atau tumbuh mencapai Dalam perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Ciawi: Ghalia Indonesia, 2004), h. 13. Ibid. 51 Muhamad Ali, Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Bumi Aksara, 2011), h. 9. 50 39 sesungguhnya memiliki arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh Piaget yang mengatakan bahwa secara psikologis, “remaja adalah suatu usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada di tingkat yang sama, sekurang-kurangnya masalah hak”. 52 Adapun istilah akhil baligh berarti masa dimana manusia dituntut untuk melaksanakan kewajiban dan hukum agama serta meninggalkan segala yang dilarang oleh agama. 53 DeBrun (1990) mendifinisikan “remaja sebagai periode pertumbuhan masa kanak-kanak dan dewasa”.54 Sedangkan, Papalia dan Olds (2001) mendifinisikan “masa remaja sebagai masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluh tahun”. 55 Menurut Agoes Dariyo, “remaja adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan sapek-aspek psikis, fisik, dan psikososial”.56 Remaja secara yuridis (tinjauan hukum) adalah “keadaan manusia dimana segala tindakannya mempunyai akibat hukum sebagaimana dilakukan oleh anak-anak atau orang dewasa”. 57 Masa remaja dimulai dari saat sebelum akhil baligh dan berakhir pada usia baligh. Oleh sebagian besar ahli psikologi, masa remaja berada dalam kisaran 11-19 tahun, adapula yang mengatakan antara usia 11-24 tahun. 52 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Terj. dari Development Psychology: A Life-Span Approach oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo, (Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 1980), h. 206. 53 Abdul Rojak dan Wahdi Sayuti, Remaja dan Bahaya Narkoba, (Jakarta: Media Group, 2006), h .2. 54 Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 220. 55 Ibid. 56 Agoes Dariyo. loc. cit. 57 Abdul Rojak. loc. cit. 40 Penggolangan remaja menurut Thonrburg (1982) terbagi 3 tahap, yaitu masa remaja awal (13-14 tahun), masa remaja tengah (15-17 tahun), dan masa remaja akhir (18-21 tahun).58 Masa awal remaja, umumnya individu telah memasuki pendidikan di bangku sekolah menengah pertama (SMP), sedangkan masa remaja tengah, individu sudah duduk di sekolah menengah atas (SMA), dan mereka yang tergolong remaja akhir, umumnya sudah memasuki perguruan tinggi ataupun sudah bekerja. Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. Selain itu, masa remaja merupakan transisi (masa peralihan) dari masa anakanak menuju masa dewasa, yaitu saat manusia tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisik, perkembangan psikis (kejiwaan), dan mentalnya belum menunjukakan tanda-tanda dewasa. Remaja akan diombang-ambingkan oleh munculnya kekecewaan, penderitaan, konflik, krisis penyesuaian diri, impian, percintaan, dan kerterasingan dari kehidupan dewasa dan norma kebudayaan. Pada masa remaja, manusia mengalami perubahan baik secara fisik maupun secara psikis. Perubahan secara fisik yang terjadi di antaranya timbul prose perkembangan dan pematangan organ reproduksi. Seiring dengan proses perkembangan organ reproduksi pada remaja, timbul juga perubahan diri secara psikologis. Hal inilah yang mengakibatkan perubahan sikap dan tingkah laku, seperti remaja yang mulai memperhatikan penampilan diri, mulai tertarik dengan lawan jenis, berusaha menarik perhatian dan muncul perasaan cinta, yang kemudian akan timbul dorongan seksual. Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Di sisi lain, kebutuhan 58 Agoes Dariyo, op. cit., h. 14. 41 sosialisasi remaja juga sangat tinggi, paling tidak kebutuhan untuk diterima oleh teman sebaya. Sehingga, ia bisa berinteraksi, bergaul, dan berbaur, dan berkembanga bersama teman-teman sebayanya. 59 Remaja biasanya takut tereliminasi dalam pergaulan sesama remaja, karena dapat termarginalkan dalam proses yang tengah berlangsung. Kebutuhan aktualisasi inilah yang kadang-kadang menjuruskan remaja pada dampak-dampak negatif. Remaja begitu mudah hanyut dalam eksperimentasi hal-hal baru yang belum tentu positif bagi masa depannya. Hal-hal menarik akan merangsang mereka untuk meniru, meskipun itu adalah hal negatif. Oleh karena itu, masa remaja sering kali dikenali dengan fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai”. Remaja masih belum mampu menguasai dan mengfungsikan diri secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. b. Ciri-Ciri Masa Remaja Menurut Muhammad al-Migh-far, M.Ag. masa remaja memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya, adapun ciri-ciri tersebut diataranya: 1) Masa remaja sebagai periode yang penting Semua periode dalam kehidupan adalah penting, namun kadar kepentingannya berbeda-beda. Periode remaja menjadi penting karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku, dan lagi karena dampaknya jangka panjang. Dibutuhkan penyesuaian mental dan pembentukan sikap, serta nilai dan minat baru agar mereka bisa melewati masa ini dengan positif. 2) Masa remaja sebagai periode peralihan 59 Jamal Ma’Mur Asmani, Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah, (Jogjakarta: Bukubiru, 2012), h. 43 42 Sebagai periode peralihan, status seorang individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa yang membuat mereka mejadi serba salah. Di lain pihak, status remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan karena status memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hiudp yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya. 3) Masa remaja sebagai periode perubahan Ada empat perubahan yang sama yang hampir bersifat universal saat masa remaja. Pertama, meningginya emosi yang intensitasnya tergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan kelompok. Ketiga, perubahan nilai-nilai sebagai konskuensi perubahan minat dan pola tingkah laku. Keempat, bersifat ambivalen terhadap setiap perubahan. 4) Masa remaja sebagai usia bermasalah Masalah pada masa remaja sering menjadi masa yang sulit bagi para remaja sendiri. Pertama, karena saat masih kanak-kanak sebagian besar masalah mereka diselesaikan oleh orang yang lebih tua sehigga mereka tidak berpengalaman untuk mengatasinya. Kedua, sebagian besar remaja sudah merasa mandiri dan menolak bantuan dari orang yang lebih tua untuk menyelesaikan masalah mereka. 5) Masa remaja sebagai masa mencari identitas Bagi remaja, identitas adalah hal yang sangat penting. Pada awal masa remaja penyesuaian diri dengan standar kelompok sangatlah penting dan hal itu ditunjukkan dalam hal berpakaian, berbicara, dan berperilaku. Lambat laun para remaja akan mulai mendambakan identitas diri dan tidak lagi puas dengan menjadi sama dengan teman-temannya dalam segala hal. 43 6) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan Masa remaja sering menimbulkan ketakutan pada berbagai pihak. Dalam banyak hal, remaja cenderung sulit untuk dikendalikan. Berbagai persepsi negatif, seperti tidak dapat dipercaya, cenderung merusak, tidak mampu mengendalikan emosi dan suka berbuat onar adalah label-label yang sering ditempelkan pada remaja. 7) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca berwarna merah jambu. Mereka melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang mereka inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal citacita. Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya, menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri dari awal masa remaja. Semakin tidak realistik cita-citanya semakin ia menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau dia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri. 8) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa Dengan semakin meningkatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa ternyata belum cukup. Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa seperti merokok atau terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa perilaku mereka ini akan memberikan citra yang mereka inginkan. Ciri-ciri remaja evolutif tersebut menuntut pemahaman dari semua pihak sehingga bisa mengarahkan mereka dengan pendekatan humanistik psikologis. Dengan pola bimbingan yang tidak memaksakan kehendak, 44 melainkan mengalir sesuai hukum air yang selalu mampu mencari jalan menuju tujuan. Hal tersebut penting dalam upaya membangun kesadaran dengan keteladanan dan bimbingan yang intensif tanpa mengenal rasa lelah dan putus asa. B. Hasil Penelitian Yang Relevan Penelitian tentang analisis media sosial ini, sebelumnya telah dilakukan beberapa penelitian yang terkait hal tersebut, diantaranya adalah: 1. Fitria Listie Suryani (2014) Universitas Sebelas Maret Surakarta. Instagram dan Fashion Remaja (Studi Kasus Peran Media Sosial Instagram terhadap Tren Fashion Remaja dalam Akun @ootdindo Tahun 2014). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dengan 7 orang informan yang telah ditentukan, yaitu pendiri akun komunitas fashion online @ootdindo, follower @ootdindo yang aktif bermain Instagram, dan remaja yang fotonya pernah di-feature oleh akun @ootdindo. Skripsi ini mengkaji tentang peran akun Instagram @ootdindo terhadap fashion remaja yang menjadi followers akun tersebut. Beberapa peran akun @ootdindo adalah sebagai referensi remaja dalam mencari trend saat ini, membantu mempromosikan merek produk atau merek fashion saat ini, membantu remaja meningkatkan eksistensi diri, berperan sebagai tempat update event tentang fashion yang akan digelar dan menjadi tempat mencari info karir seputar fashion. Peran tersebut terjadi karena Instagram @ootdindo konsisten mengunggah konten dari para followersnya. 60 60 Fitria Listie Suryanim, “Instagram dan Fashion Remaja (Studi Kasus Peran Media Sosial Instagram teerhadap Tren Fashion Remaja dalam Akun @ootdindo)”, Skripsi Universitas Indonesia, Depok, 2014. 45 2. Elsa Puji Juwita (2014) Universitas Pendidikan Indonesia. Peran Media Sosial Terhadap Gaya Hidup Siswa SMA Negeri 5 Bandung (Studi Terhadap Oengguna Media Sosial di SMA Negeri 5 Bandung). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Skripsi ini mengkaji tentang sejauh mana peranan media sosial dapat berpengaruh terhadap gaya hidup siswa SMA Negeri 5 Bandung. Hasil temuan penelitian ini adalah intensitas penggunaan media sosial semakin meningkat yang dibuktikan dengan semakin seringnya siswa menggunakan media sosial terutama diwaktu luang, gaya hidup remaja dipandang sebagai makhluk yang individualis yang tidak terlepas dari kecanggihan teknologi. Media sosial berdampak pada gaya hidup siswa, dampak positif adalah mempermudah komunikasi dan pencarian informasi bagi para siswa, sedangkan dampak negatif dapat terlihat dari munculnya konsumtif, individualistis dan kurang peka terhadap lingkungan.61 3. Dibyareswari Utami Putri (2012) Universitas Indonesia. Peran Media Baru Dalam Membentuk Gerakan Sosial (Studi Kasus Pada Individu Yang Terlibat dalam IndonesiaUnite di Twitter). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus dengan paradigma post-positivist. Dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi. Skripsi ini mengkaji tentang kekuatan media baru yaitu sosial media seperti Twitter yang mampu membentuk gerakan sosial dimana dapat bertahan hingga sekarang karena adanya kekompakkan dan loyalitas dari para anggotanya. Hasil penelitian 61 Elsa Puji Juwita, “Peran Media Sosial Terhadap Gaya Hidup Siswa SMA Negeri 5 Bandung”, Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2014. 46 menyimpulkan bahwa IndonesiaUnite menumbuhkan rasa kebersamaan dalam kelompok sehingga melekatkan groupthink syndrome yang positif. Hal ini mengindikasikan bahwa Twitter memiliki kekukatan besar dalam membentuk gerakan sosial. 62 4. Randolf A. Manampiring (2015) e-Jurnal Acta Diurna Volume IV No. 4. Peran Media Sosial Instagram Dalam Interaksi Sosial Antar Siswa SMA Negeri 1 Manado (Studi Pada Jurusan IPA Angkatan 2012). Penelitian ini menggunakan teori uses and gratification dan menggunakan metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian jurnal ini menunjukkan bahwa siswa sering menggunakan media sosial terlebih Instagram sebagai sarana kepuasan mereka untuk hiburan, saling meniru dan mengidentifikasi. Postingan di Instagram dapat membuat mereka saling bersimpati serta siswa menganggap Instagram berperan dalam interaksi sosial mereka dikalangan sekolah. 63 62 Dibyareswari Utami Putri, “Peran Media Baru Dalam Membentuk Gerakan Sosial (Studi Kasus Pada Individu Yang Terlibat dalam IndonesiaUnite di Twitter)”, Skripsi Univeristas Indonesia, Depok, 2012. 63 Randolf A. Manampiring, “Peran Media Sosial Instagram Dalam Interaksi Sosial Antar Siswa SMA Negeri 1 Manado (Studi Pada Jurusan IPA Angkatan 2012)” e-Jurnal Acta Diurna Vol. IV No. 4, 2015. 47 Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan Nama No Peneliti/Tahun/ Lembaga 1 Judul Penelitian Hasil Penelitian Persamaan dan Perbedaan Fitria Listie Instagram dan Dari hasil penelitian Persamaan: Suryani/2014/ Fashion yang dilakukan - Sama-sama Skripsi/ Remaja (Studi peran akun tentang peran media Universitas Kasus Peran @ootdindo adalah sosial Instagram. Media Sosial sebagai referensi - Subjek penelitian Instagram remaja dalam sama-sama remaja. terhadap Tren mencari trend saat Perbedaan: Fashion ini, membantu - Fitria hanya Remaja dalam mempromosikan meneliti tentang Akun merek produk atau peran sebuah akun @ootdindo merek fashion saat Instagram pada Tahun 2014) ini, membantu Sebelas Maret Surakarta remaja meningkatkan eksistensi diri, berperan sebagai tempat update event tentang fashion yang akan digelar dan menjadi tempat mencari info karir seputar fashion. followers-nya. - Penulis meneliti tentang peran media sosial Instagram pada penggunanya. 48 2 Elsa Puji Peran Media Hasil penelitian ini Persamaan: Juwita/2014/ Sosial adalah intensitas - Sama-sama Skripsi/ Terhadap Gaya penggunaan media tentang peran media Universitas Hidup Siswa sosial semakin sosial. SMA Negeri 5 meningkat yang Bandung dibuktikan dengan (Studi semakin seringnya Terhadap siswa Pengguna menggunakan - Penulis meneliti Media Sosial media sosial peran media sosial Pendidikan Indonesia Perbedaan: - Elsa meneliti peran seluruh media sosial. di SMA Negeri terutama diwaktu Instagram saja. 5 Bandung) luang, gaya hidup - Informan penelitian remaja dipandang Elsa adalah siswa sebagai makhluk SMA. yang individualis - Informan penelitian yang tidak terlepas dari kecanggihan penulis adalah remaja usia 12-17 tahun. teknologi. 3 Dibyareswari Peran Media Hasil penelitian Persamaan: Utami Baru Dalam menyimpulkan - Sama-sama tentang Putri/2012/ Membentuk bahwa peran media sosial/ Skripsi/ Gerakan Sosial IndonesiaUnite (Studi Kasus menumbuhkan rasa Pada Individu kebersamaan dalam Yang Terlibat kelompok sehingga dalam melekatkan IndonesiaUnite groupthink tentang media sosial di Twitter) syndrome yang Instagram. Universitas Indonesia Perbedaan: - Putri meneliti tentang peran media sosial Twitter. - Penulis meneliti 49 positif. Hal ini mengindikasikan bahwa Twitter memiliki kekukatan besar dalam membentuk gerakan sosial. 4 Randolf A. Peran Media Hasil penelitian Persamaan: Manampiring/ Sosial jurnal ini - Sama-sama entang 2015/ e-Jurnal Instagram menunjukkan peran media sosial Acta Durna Dalam bahwa siswa sering Instagram. Interaksi menggunakan Sosial Antar media sosial Siswa SMA terlebih Instagram Negeri 1 sebagai sarana Manado (Studi kepuasan mereka - Penulis meneliti Pada Jurusan untuk hiburan, tentang kepribadian IPA Angkatan saling meniru dan remaja. 2012). mengidentifikasi. - Informan penelitian Postingan di Randolf adalah Instagram dapat siswa SMA. membuat mereka - Informan penelitian Volume IV No. 4 saling bersimpati dikalangan sekolah. Perbedaan: - Randolf meneliti tentang interaksi remaja. penulis adalah remaja usia 12-17 tahun. 50 C. Kerangka Beripikir Gambar 2.5 Kerangka Berfikir Remaja usia 12-17 tahun pengguna Instagram di Kelurahan Kebalen 1. Intensitas penggunaan Instagram 2. Perluasan Perasaan Diri 3. Hubungan yang hangat dengan orang lain, 4. Keamanan emosional 5. Persepsi hidup yang realistis 6. Insight dan Humor 7. Filosofi kehidupan yang mempersatukan Peran media sosial Instagram dalam pembentukan kepribadian remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan Kebalen BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Perumahan Vila Gading Baru Rukun Warga 011, Kelurahan Kebalen, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi. Lokasi ini dipilih karena di lokasi ini dianggap penulis sebagai tempat yang bersahabat, karena penulis telah mengenal warga di lingkungan ini dengan baik, serta di tempat ini terdapat remaja usia 12-17 tahun yang aktif menggunakan media sosial Instagram yang sesuai dengan karakteristik informan yang dibutuhkan penulis. Para remaja tersebut tumbuh besar bersama dengan penulis, sehingga penulis mengenal mereka dengan baik. Oleh karena itu peneliti yang secara langsung melihat pertumbuhan para remaja tersebut ingin meneliti secara khusus dan mendalam tentang peran media sosial Instagram dalam pemebentukan kepribadian pada remaja di daerah ini. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan proses yang bertahap yaitu mulai dari tahap perencanaan, persiapan penlitian yang dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti penelitian dan diakhiri dengan laporan penelitian. Peneliti datang langsung ke lapangan dengan maksud observasi, wawancara serta dokumentasi terhadap objek yang diteliti. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian adalah 4 bulan mulai dari pertengahan Agustus 2016 sampai dengan November 2016, penelitian ini 51 52 akan berakhir bila seluruh data yang diperlukan telah cukup lengkap diolah oleh penulis. Adapun jadwal penelitian yang penulis buat agar peneilitian ini dapat berlangsung sesuai jadwal dal lebih terarah. Tabel 3.1 Waktu Penelitian Agustus Kegiatan 1 2 3 September 4 1 2 3 Oktober 4 1 2 3 November 4 1 2 3 4 Survei lokasi penelitian Penyusunan Bab 1-3 Izin Lokasi Penelitian Pengumpulan Data Pengolahan Data Bab 4 Penarikan kesimpulan dan Bab 5 Penulisan Laporan B. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dalam 53 masalah manusia.1 Pada pendekatan ini, peneliti menekankan sifat realitas yang terbangun secara sosial, hubungan erat antara peneliti dan subjek yang diteliti. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah. 2 Penelitian ini dilakukan pada obyek yang alamiah, maksudnya adalah obyek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan nilai di balik data yang tampak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. Penelitian kualitatif juga lebih fleksibel dalam artian langkah selanjutnya akan ditentukan oleh temuan selama proses penelitian. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripisikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi. 3 Penelitian deskriptif memusatkan perhatian pada masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripiskan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut. Data yang diperoleh (berupa kata-kata, gambar, perilaku) tidak dituangkan bilangan atau statistik, melainkan dengan bentuk kualitatif yang dipenuhi dengan makna. Sedangkan teknik penulisan dalam penelitian ini adalah dengan studi kasus. Bogdan (1990) mendefinisikan studi kasus sebagai kajian yang rinci atas suatu 1 Juliansyah Noor, Metodologi Peneltian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 33. 2 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 8. 3 Juliansyah Noor, op. cit. h. 34. 54 latar atau peristiwa tertentu.4 Dalam pendekatan studi kasus, biasanya peneliti akan meneliti satu individu atau unit sosial tertentu secara lebih mendalam dan berusaha untuk menemukan semua variabel penting terkait dengan diri subjek yang diteliti. C. Sumber Data Data adalah segala keterangan (informasi) mengenai hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian. 5 Sekarang diartikan sebagai informasi yang diterimanya tentang suatu kenyataan atau fenomena empiris, wujudnya dapat merupakan seperangkat ukuran (kuantitatif) atau berupa ungkapan kata-kata (kualitatif). Dalam penelitian kualitatif data dapat diartikan sebagai fakta atau informasi yang diperoleh dari aktor (subjek penelitian, informan, pelaku), aktivitas, dan tempat yang menjadi subjek penelitiannya. Jika langsung dari sumbernya (tentang diri sumber data) disebut data primer. Jika adanya telah disusun, dikembangkan, dan diolah, kemudian tercatat disebut data skunder.6 Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Data primer Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, data primer didapatkan peneliti langsung dari sumbernya. Maka data primer pada penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi kepada para remaja di wilayah RW. 011 saat melakukan penelitian di lapangan. 2) Data Sekunder Data sekunder digunakan sebagai penunjang data primer dalam penelitian ini. Data sekunder pada umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip sehingga dapat memberikan gambaran lebih 4 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 57. Ibid., h. 61. 6 Juliansyah Noor, op. cit. h. 137. 5 55 jelas berkaitan dengan lokasi yang sedang diteliti. Adapun data sekunder ini akan diperoleh dari Kelurahan, Ketua RW, dan ketua RT setempat. D. Populasi dan Sampel Menurut Sugiyono, dalam penelitian kualitatif, populasi diartikan sebagai wilayah yang digeneralisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mepunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 7 Dalam penelitian kualitatif tidak digunakan istilah populasi, melainkan disebut dengan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tempat, pelaku, dan aktivitas yang berinteraksi secara sinergis. Jadi populasi itu misalnya penduduk di wilayah tertentu, atau jumlah pegawai pada perusahaan tertentu. Jadi, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja usia 12-17 yang tinggal di RW. 011. Menurut Sugiyono, sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut.8 Sampel dalam kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber, atau partisipan, informan, teman, dan guru dalam penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif juga bukan disebut sampel statistik, tetapi sampel teoritis karena tujuan kualitiatif adalah untuk menghasilkan teori. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.9 Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan peneliti, atau orang tersebut adalah penguasa atau orang yang dituakan sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti. Karena penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, sampel akan dilakukan kepada 8 orang remaja yang telah dipilih sebelumnya. 7 Sugiyono, op, cit., h. 215. Ibid. 9 Ibid., h. 218. 8 56 E. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah berbagai cara yang digunakan untuk mengumpulkan, menghimpun, mengambil, atau menjaring data penelitian. 10 Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.11 Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut: 1) Observasi Partisipasi Langkah pertama dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan observasi. Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis. 12 Observasi dapat dilakukan secara partsipasi maupun non partisipasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi partisipasi Menurut Juliansyah Noor, observasi partisipasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan dimana peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden. 13 Jadi dalam penelitian ini, peneliti akan bergaul dalam keseharian para narasumber tersebut, sehingga dapat mengamati dan mencatat secara detail data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Tabel 3.2 Pedoman Observasi No. 01. 10 Aspek yang diamati Intensitas penggunaan Instagram remaja di RW. 011 Checklist … Suwartono, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Andi Offset, 2014), h. 41. Sugiyono, op. cit., h. 222. 12 Muhammad Idrus, op. cit., h. 101. 13 Juliansyah Noor, op. cit., h. 140. 11 57 02. Bentuk perluasan perasaan diri dalam minat sosial, minat pribadi, dan minat spiritual remaja RW. 011 di kehidupan sehari-hari dan di Instagram. 03. Hubungan yang hangat remaja di RW. 011 dengan orangorang di sekitar maupun di Instagram. 04. … Penerimaan diri dan pola humor remaja di RW. 011 dalam kehidupan sehari-hari maupun di Instagram. 07. … Bentuk pengungkapan diri remaja di RW. 011 baik dikehidupan sehari-hari maupun di Instagram. 06. … Keamanan emosional remaja di RW. 011 terhadap orang di sekitar maupun di Instagram. 05. … … Pola remaja menjalin hubungan pertemanan dengan orangorang disekitar maupun di Instagram. … 2) Wawancara tidak Terstruktur Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan yang diwawancara tetapi dapat juga diberikan daftar pertanyaan dahulu untuk dijawab pada kesempatan lain. 14 Wawancara memungkinkan peneliti mengumpulkan data yang beragam dari para informan dalam berbagai situasi dan konteks. Wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitiatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan, dengan atau tanpa pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. 15 14 15 Juliansyah Noor, op. cit., h. 138. Ibid., h. 139. 58 Bedasarkan tingkat formalitasnya, wawancara dibedakan menjadi wawancara terstruktur, semi-terstruktur, dan tidak terstruktur. Dalam penelitian ini, peneliti memilih wawancara tidak terstruktur karena yang diteliti adalah para remaja yang dikhawatirkan belum mampu menjawab dengan lugas setiap pertanyaan yang diajukan. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. 16 Pedoman wawancara yang digunakan hanyalah garis-garis besarnya saja. Partisipan akan diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk mengungkapkan apapun yang berkaitan dengan topik wawancara.17 Tabel 3.3 Pedoman Wawancara Variabel Indikator Identitas Informan Pernyataan 1. Nama Informan. 2. Umur Informan. Intensitas Penggunaan 1. Seberapa sering menggunakan Instagram. Instagram 2. Seberapa sering mengunggah konten di Peran Media 16 17 Instagram. Sugiyono, op. cit., h. 233. Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar, (Jakarta: Indeks, 2012), h. 47. 59 Sosial Instagram dalam Pembentukan Perluasan 1. Melihat dan mengunggah konten yang berhubungan Perasaan Diri dengan Kehidupan Sosialnya. Kepribadian Remaja 2. Melihat dan mengunggah konten yang berhubungan dengan Minat Pribadinya. 3. Melihat dan menunggah konten yang berhubungan dengan Minat Spiritualnya. Hubungan Yang Hangat 1. Hubungan yang hangat dengan orangorang disekitarnya (keluarga/teman) 2. Hubungan yang hangat dengan temanteman di Instagram Keamanan 1. Pengungkapan emosi diri di Instagram Emosional 2. Tanggapan terhadap konten emosi di Instagram Persepsi Hidup 1. Bentuk pengungkapan diri di Instagram Yang Realistis 2. Mengetahui mana yang nyata mana yang tidak di Instgaram Insgiht Humor dan 1. Penerimaan diri di kehidupan seharihari dan Instagram 2. Melihat konten yang beruhubungan dengaan humor yang sehat di Instagram 60 Filosofi 1. Melihat atau menunggah konten yang Kehidupan yang berhubungan Mempersatukan Instagram dengan kebencian di 2. Ikut memberikan komentar kasar di Instagram 3) Angket Angket adalah alat pengumpulan data yang berisi beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. 18 Angket digunakan untuk mengumpulkan data faktual. Penggunaan angket lebih efisien bila ditinjau dari segi waktu, biaya serta dapat meliputi jumlah responden yang besar. Angket yakni instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data yang menggambarkan diri individu dengan sejumlah pertanyaan, yang jawabannya sudah ditentuka n terlebih dahulu sehingga responden tidak mempunyai kebebasan untuk memilih jawaban, kecuali yang sudah ditentukan. Adapun instrumen daftar pertanyaan dapat berupa pertanyaan (berupa isian yang akan diisi oleh responden), cheklist (berupa pilihan dengan cara memberi tanda pada kolom yang disediakan), dan skala (berupa pilihan dengan memberi pada kolom berdasarkan tingkatan tertentu). Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Penelitian No. Indikator 1. Intensitas penggunaan Instagram 2. Perluasan perasaan diri 18 No. Butir Jumlah Soal 1 1 2, 3, 4, 5 4 Suprapto, Metodologi Penelitian Ilmu Pendidikan dan Ilmu-Ilmu Pengetahuan Sosial, (Jakarta: PT Buku Seru, 2013), h. 75. 61 3. Hubungan yang hangat dengan orang lain 6, 7 2 4. Kemanan emosional 8, 9 2 5. Persepsi hidup yang realistis 10, 11 2 6. Insight dan Humor 12, 13 2 7. Filosofi hidup yang mempersatukan 14, 15 2 F. Teknik Analisis Data Analisis datadalam penelitian kualitatif dilakukan saat proses dan setelah selesianya pengumpulan data. Pada saat melakukan wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban dari informan atau narasumber. Bila jawaban tersebut setelah dianalisis belum memuaskan maka penelitia akan melanjutkan pertanyaannya lagi sampai data yang diperoleh dianggap kredibel. Miles dan Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. 19 Adapun aktivitas dalam teknik analisis data pada kualitiatif adalah sebagai berikut: 1) Reduksi Data Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dari lapangan.20 Reduksi data berjalan terus-menerus sejalan pelaksanaan penelitian berlangsung. Tahapan reduksi data merupakan bagian kegiatan analisis sehingga pilihan-pilihan peneliti tentang bagian data mana yang dikode, dibuang, pola-pola mana yang meringkas sejumlah bagian yang tersebut, cerita-cerita apa yang berkembang, merupakan pilihan-pilihan analistis. 19 20 Ibid., h. 246. Muhammad Idrus, op. cit., h. 150. 62 Lazimnya hasil observasi penelitian kualitatif akan diperoleh banyak data yang berupa catatan-catatan narasi di lapangan. Catatan-catatan itu bukanlah data yang akan ditampilkan begitu saja dalam laporan penelitian, tetapi harus melalui proses reduksi sehingga banyaknya catatan narasi di lapangan bukan mnejadi sekadar alasan bagi peneliti untuk menebalkan jumlah halaman laporan peneltian kualitiatif. 2) Penyajian Data Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.21 Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif. Penyajian data dimaknai sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. 22 Dengan mencermati penyajian data, peneliti akan lebih mudah memahami yang sedang terjadi dan apa yang akan dilakukan. 3) Penarikan Kesimpulan dan verifikasi Tahap terakhir dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Beberapa cara yang dilakukan dalam proses ini adalah dengan melakukan pencatatan pola-pola dan tema yang sama, pengelompokkan, dan pencarian kasus-kasus negatif (kasus khas, berbeda, ,umgkin pula menyimpang dari kebiasaan yang ada di masyarakat.23 Proses verifikasi hasil temuan dapat dilakukan secara singkat dan dilakukan oleh peneliti tersendiri, yaitu dilakukan secara selintas dengan mengingat hasil-hasil temuan terdahulu dan melakukan cek silang (cross 21 Sugiyono, op. cit., h. 249. Muhammad Idrus, op. cit., h. 151. 23 Ibid. 22 63 check) dengan temuan lainnya. Namun, proses verifikasi dapat juga berlangsung lebih lama jika peneliti melakukannya dengan anggota peneliti lain dengan koleganya. Ada pun analasis angket akan dijabarkan sebagai berikut: berdasarkan indikator kepribadian remaja yaitu perluasan perasaan diri, hubungan yang hangat, keamanan emosional, persepsi hidup yang realistis, insight dan humor, serta filosofi kehidupan yang mempersatukan. Indikator tersebut dimuat dalam angket dengan 15 pertanyaan dan 5 alternatif jawaban. Berikut penjabaran 5 alternatif jawaban tersebut: a. Alternatif jawaban SS (Sangat Setuju) dengan bobot nilai 5 b. Alternatif jawaban S (Setuju) dengan bobot nilai 4 c. Alternatif jawaban R (Ragu-ragu) dengan bobot nilai 3 d. Alternatif jawaban TS (Tidak Setuju) dengan bobot nilai 2 e. Alternatif jawaban STS (Sangat Tidak Setuju) dengan bobot nilai 1 Jumlah skor tertinggi tertinggi (Y) diambil dari bobot nilai tertinggi dikalikan dengan jumlah panelis, sedangkan jumlah skor terendah (X) diambil dari bobot nilai terendah dikalikan jumlah panelis. Jadi, Y = jumlah skor tertinggi “Sangat Suka (SS)” = 5 x 30 = 150 X = jumlah skor terendah “Sangat Tidak Suka (STS)” = 1 x 30 = 30. Untuk mengetahui interval interpretasi persen dari hasil, maka digunakan rumus Interval yaitu: Jadi, I = 100 / jumlah skor I = 100/5 I = 20 Maka interval (jarak) dari 0% sampai 100% adalah 20. Berikut penjabaran range interval: Presentase Keterangan 0% - 19,99% Sangat Tidak Setuju 64 20% - 39,99% Tidak Setuju 40% - 59,99% Ragu-Ragu 60% - 79,99% Setuju 80% - 100% Sangat Setuju G. Uji Keabsahan Data Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. 24 Dalam penelitian ini, untuk menguji keabsahan data, peneliti menggunakan uji kredibilitas. Adapun metode uji kredibiltas yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan Ketekunan Meningkatkan ketekungan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan.25 Dengan cara tersebut kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sitematis. Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasidokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar/dipercaya. 2) Triangulasi Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.26 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode triangluasi sumber dan triangulasi teknik. 24 Sugiyono, op. cit., h. 268. Ibid., h. 272. 26 Ibid., h. 273 25 65 Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber. 27 Data dari berbagai sumber akan dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, mana yang berbeda, mana yang spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti akan menghasilkan suatu kesimpulan yang akan dimintakan kesepakatan dengan tiga sumber data tersebut. Sedangkan, triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama namun dengan teknik yang berbeda. 28 Data hasil wawancara, akan dicek dengan hasil observasi dan hasil dokumentasi untuk menemukan hasil yang sama. Namun, apabila hasilnya berbeda-beda maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan untuk memastikan data mana yang dianggap benar. 27 28 Ibid., h. 274 Ibid. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Latar Penelitian 1. Sejarah Kelurahan Kebalen Menurut cerita orang zaman dahulu wilayah Kebalen merupakan tanah lapang yang luas dan sering dijadikan tempat bermain sepak bola oleh penduduk pribumi dan orang-orang Belanda kala itu. Karena wilayah tersebut terkenal dengan lapangan sepak bolanya maka pada level masyarakat pribumi yang ingin bermain bola, tempat itu sering disebut dengan sebutan Ke “Ball Land” yang maksudnya ke “tanah lapang main bola”. Karena seringnya istilah Ke Ball Land dipakai oleh masyarakat yang ingin main bola kala itu, maka suatu saat oleh penduduk setempat dinamakanlah wilayah itu dengan nama Kampung “Kebalen”, yang merupakan penyebutan rakyat pribumi dari kata “ke Ball Land”. Pada zaman kemerdekaan kampung kebalen masuk wilayah Desa Bahagia, tapi dalam perkembangan dan semakin bertambahnya penduduk di wilayah kampung Kebalen maka pada tahun 1978 Desa Bahagia melepas wilayah Kebalen untuk menjadi sebuah Desa tersendiri yang dinamakan Desa Kebalen. Setelah menjadi Desa Kebalen, Kepala Desa Pertama yang memimpin adalah H. Moch. Nawas yang menjabat satu periode dari tahun 1978 – 1988, dan setelah itu terpilih menjadi Kepala Desa Kebalen yang kedua untuk periode 1988 - 1996 yaitu Martani yang kala itu masih berusia 26 tahun. Dalam perjalanannya, perkembangan dan kemajuan Desa Kebalen tidak terlepas dari tangan dingin seorang Kepala Desa yang relatif masih muda pada saat itu, dan menjabat Kepala Desa Kebalen selama 2 periode 66 67 (1988-2008), dan telah memimpin Desa Kebalen selama 20 tahun sampai dengan September 2008. Nama masing-masing kampung di Desa Kebalen mempunyai cerita dan kisahnya sendiri - sendiri, yaitu: a. Kampung Kebalen Awalnya berasal dari kata Ke “Ball Land” yang maksudnya “ ke tanah lapang untuk main bola”, sebagai mana cerita awal tersebut di atas, sehingga wilayah tersebut diberi nama ”Kampung Kebalen”. b. Kampung Kebon Bambu Di kampung tersebut dulunya banyak tumbuh pohon bambu, yang terletak di wilayah selatan Desa Kebalen, di depan sebelah kiri Gerbang Taman Kebalen Indah, sehingga wilayah tersebut di beri nama ”Kampung Kebon Bambu”. c. Kampung Irian Kampung ini menjadi masalah pada awal pemisahan Desa Kebalen dari Desa Bahagia, karena wilayah Kampung Irian masuk teritorial Desa Kebalen tetapi untuk pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) masih di Desa Bahagia, akibatnya terjadi saling iri atau sebutan masyarakat setempat “IRI – IRIAN” di antara kedua Desa pada wilayah kampung tersebut, sehingga akhirnya wilayah tersebut di beri nama ”Kampung Irian”. d. Kampung Penggilingan Tengah Pada zaman dulu ada tiga tempat Penggilingan Padi milik tuan tanah Baba Lan yaitu, di wilayah Babelan Kota, di wilayah Kebalen sekarang PT. Noree, dan di wilayah Teluk Pucung. Karena letak Penggilingan Padi di wilayah Kebalen ada ditengah, diantara penggilingan padi yang lainnya, sehingga wilayah tersebut diberi nama “Kampung Penggilingan Tengah”. 68 e. Kampung Jati Di wilayah tersebut dulunya ada sebuah Pohon Jati yang sangat besar dan rindang serta sedikit “angker” ini menurut cerita orang tua yang mengalami pada masa itu, sehingga wilayah tersebut di beri nama “Kampung Jati”. f. Kampung Kelapa Dua Kampung yang ada di sebelah Utara Desa Kebalen menurut ceritanya di wilayah tersebut tumbuh “hanya” dua buah Pohon Kelapa, yang besar pohonnya di atas rata-rata pohon kelapa pada umumnya serta tinggi sekali, menurut cerita tingginya mencapai antara 80 -100 M dan tetap bertahan dari terpaan/tiupan angin sekencang apapun, sehingga wilayah tersebut diberi nama “Kampung Kelapa Dua”. g. Kampung Poncol Sebetulnya hampir disetiap wilayah selalu ada istilah “Poncol”, yang maksudnya yaitu “sebuah daerah yang agak terpencil dari sebuah wilayah”, di Desa Kebalen pun ada juga wilayah seperti yang disebut diatas, yaitu letaknya di sebelah utara arah ke barat dari perbatasan Desa Kebalen dengan Desa Babelan Kota, sehinga wilayah tersebut diberi nama “Kampung Poncol”. Pada September 2008, sebuah sejarah baru khususnya untuk wilayah “Kebalen” di mulai. Di awali dari adanya perubahan/peningkatan status Desa Kebalen yaitu dari DESA menjadi KELURAHAN, dengan keputusan Bupati Kabupaten Bekasi dan disetujui oleh DPRD Kab. Bekasi pada tanggal 16 Agustus 2007 maka secara resmi Desa Kebalenm yang telah berumur 30 tahun berubah menjadi Kelurahan Kebalen. Pada bulan September 2008 dilakukan serah terima jabatan dari Kepala Desa Kebalen Bp. Martani kepada Lurah Kebalen Bp. Juanda Rahmat, S.STP,MM. maka di saat itu pula berakhirlah sebuah masa “Desa” yang telah berumur tiga dasa warsa beralih ke sebuah masa yang baru. 69 2. Profil Kelurahan Kebalen Secara geografis, Kelurahan Kebalen terletak di sebelah barat Kecamatan Babelan. Kelurahan ini merupakan Kelurahan terluar terluar dari Kecamatan Babelan maupun Kabupaten Bekasi, sebab Kelurahan ini adalah Kelurahan yang berbatasan langsung dengan Kota Bekasi. Gambar 4.1 70 Batas-batas wilayah kelurahan Kebalen adalah sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Babelan Kota, Kecamatan babelan. b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Gabus, Kecamatan Tambun Utara. c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Bahagia, Kecamatan Babelan. d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Teluk Pucung, Kota Bekasi. Desa Kebalen terdiri dari 7 kampung yaitu: a. Kampung Kebalen b. Kampung Kebon Bambu c. Kampung Irian d. Kampung Penggilingan Tengah e. Kampung Jati f. Kampung Kelapa Dua g. Kampung Poncol Dan terdiri dari 3 (tiga) Dusun yang masing-masing dipimpin oleh Kepala Dusun atau Kadus, 3 Dusun tersebut yaitu : a. Dusun I, meliputi wilyah : Kampung Kelapa Dua, Poncol dan Kebalen b. Dusun II, meliputi wilayah : Kampung Kebon Bambu dan Penggilingan Tengah c. Dusun III, meliputi wilayah : Kampung Irian dan Jati. Kelurahan Kebalen berada di sepanjang jalan raya Kebalen, terdiri dari 25 RW dan 244 RT. Karena letaknya yang paling mendekati Kota Bekasi, maka Kelurahan Kebalen menjadi Kelurahan yang paling maju di Kecamatan Babelan. Kelurahan Kebalen menjadi pusat dari industri kayu, industry makanan, dan industri rumah tangga. Hal yang paling membedakan Kelurahan 71 Kebalen dengan Kelurahan lain di Kecamatan Babelan adalah banyaknya perumahan yang dibangun di Kelurahan ini. Tercatat hingga tahun 2016 terdapat 7 perumahan kelas menengah dan 1 perumahan kelas atas. Penduduk Kelurahan Kebalen yang tinggal di perumahan rata-rata adalah kaum pendatang yang terus bertambah tiap tahunnya, sehingga Kelurahan ini terus bertambah padat. Kelurahan Kebalen pun memiliki sarana dan prasarana yang cukup lengkap dimana terdapat 8 SD Negeri, 1 SMP Swasta, 1 SMK Swasta, 2 SMA Negeri, 1 Puskesmas, dan 1 Rumah Sakit, 1 Kantor Kecamatan. 3. Profil RW. 011 Kelurahan Kebalen, Kecamatan Babelan RW. 011 Kelurahan Kebalen terdapat di Perumahan Vila Gading Baru. Perumahan ini telah dibangun sejak tahun 1996 dan menjadi salah satu dari 3 perumahan pertama yang dibangun di Kelurahan Kebalen. Perumahan Vila Gading Baru merupakan perumahan kelas menengah yang seluruh wilayahnya berada dalam lingkup RW. 11. Perumahan ini terus berkembang dari tahun ke tahun dengan terus bertambahnya penduduk. Penduduk di perumahan ini mayoritas adalah pendatang dari berbagai tempat. Yang kebanyakan mencari nafkah di luar Kelurahan Kebalen. Sebagai sebuah perumahan yang cukup bagus, penduduk Vila Gading Baru masuk ke dalam golongan menengah ke atas, dimana hampir seluruh penduduknya memliki kendaraan pribadi sendiri, serta seluruh anak di perumahan ini mengenyam pendidikan. RW. 11 memiliki 14 RT yang tersebar diseluruh perumahan Vila Gading Baru. RW. 011 terdiri dari 36 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk 2079 orang. Mayoritas penduduk di RW. 011 adalah orang yang telah tinggal di sana sejak pertama kali perumahan Vila Gading Baru berdiri, sehingga penduduk disana sudah saling mengenal satu sama lain. Mata penacaharian warga pada umumnya dalah pegawai negeri, pegawai swasta, dan pengusaha. Warga di RT. 011 memiliki rasa kekeluargaan yang cukup kuat, dimana 72 masih sering diadakan kegiatan gotong royong setiap bulan dan warga saling membantu bila ada acara yang diadakan oleh salah satu keluarga di RW tersebut. Memliki satu buah pos karang taruna, tempat ini dijadikan sebagi pusat pertemuan oleh warga apabila ada hal-hal yang perlu dibahas. Karang Taruna di RW 011 pun cukup aktif dalam melakukan kegiatan-kegiatan kepemudaan yang positif. Awalnya mayoritas penduduk di RW. 011 adalah pasangan muda, namun setelah 20 tahun berlalu, penduduknya sekarang telah berubah menjadi bapak dan ibu dengan anak-anak yang rata-rata telah dewasa atau sedang menginjak usia remaja. 4. Data Informan Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik purposive sampling untuk menentukan sampel penelitian. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.1 Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan peneliti, atau orang tersebut adalah penguasa atau orang yang dituakan sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti. Teknik purposive sampling pada dasarnya dilakukan sebagai sebuah teknik yang secara sengaja mengambil sampel tertentu yang telah sesuai dengan segala persyaratan yang telah ditentukan oleh penulis, dimana dalam hal ini pengambilan sampel juga harus mencerminkan populasi dari sampel itu sendiri. Sampel harus sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan oleh penulis, sehingga tidak terjadi kebingungan karena ketidaksesuaian antara sampel dengan obyek/sitsuasi sosial yang diteliti. Dengan melihat hal 1 h. 218. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), 73 tersebut maka diharapkan bisa menghasilkan sampel yang benar-benar sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Dalam kasus yang penulis teliti, tentu saja tidak semua orang dalam wilayah RW. 011 masuk dalam sampel penelitian. Sampel penelitian akan dipilih melalui persyaratan yang penulis buat. Beberapa persyaratan dalam memilih sampel dalam penelitian ini, diantaranya adalah: a. Remaja tersebut harus berusia 12-17 tahun. b. Mampu dan memahami cara menggunakan Instagram. c. Telah memiliki akun Instagram minimal selama 1 tahun. d. Aktif dalam menggunakan Instagram. e. Memiliki followers minimal 100, untuk membuktikan bahwa Instagramnya benar-benar aktif digunakan. f. Tinggal di wilayah RW. 011 Menurut data yang dimiliki penulis, jumlah remaja yang berada direntang usia 12-17 tahun yang tinggal di RW. 011 berjumlah 210 orang. Dari jumlah 210 orang tersebut penulis menarik sekitar 15% yaitu 30 orang untuk dijadikan sampel dalam mengisi angket. Dan penulis juga memilih 8 orang berdasarkan kualifikasi yang telah penulis jabarkan sebelumnya untuk manjadi narasumber wawancara. Dan berikut nama-nama yang penulis diwawancarai: Tabel 4.1 Data Informan No. Nama Tempat. Umur Status Akun Instagram 17 Pelajar @neyshapk Tanggal Lahir 01. 02. Theodora Jakarta, 1 Neysha Puty K April 1999 M. Farrel Bekasi, 31 Joyanka Putra Januari 2001 SMA 15 Pelajar SMA @farrel508 74 03. Irginita Laili Jakarta, 19 Rahma September 16 Pelajar @irginitalaeli SMA 2000 04. 05. 06. Louis Bekasi, 01 16 Alviando Desember Abadi Febrian 2000 Raina Bekasi, 28 Salsabila Februari 2002 Raihan Rahim Bekasi, 28 Pelajar @loisalviando77 SMA 14 16 November Pelajar @raina_salsabil SMP a28 Pelajar @raihan_rhm SMA 2000 07. Nita Amalia Jakarta, 14 16 Maret 2000 08. Jihan Nabila Latifa Padang, Januari 2000 Pelajar @nitaamaliia SMA 13 16 Pelajar @tifa1301 SMA B. Peran Media Sosial Instagram Dalam Pembentukan Kepribadian Yang Matang Pada Remaja Menurut Sjarkawi, Kepribadian adalah “ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorag yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil dan juga bawaan seseorang sejak lahir”. 2 Sedangkan masa remaja adalah masa dimana manusia sedang mencari bentuk kepribadiannya, sehingga para remaja akan berusaha memasukan pemahaman apapun kepada dirinya untuk menemukan identitas dirinya. Tentu saja kepribadian remaja pada akhirnya akan sangat dipengaruhi 2 Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak: Pesan Moral Intelektual, Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Intregitas Membangun Jati Diri, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 11 75 oleh hal-hal yang akrab disekitarnya. Salah satu dari hal tersebut adalah media sosial Instagram yang saat ini telah menjadi bagian dari masyarakat dan remaja itu sendiri. Penggunaan Instagram pada masa sekarang menjadi salah satu bagian dari kegiatan sehari-hari para remaja. Karena Instagram sendiri merupakan media yang menghubungkan penggunanya kepada orang-orang di seluruh dunia, maka dampak yang didapat remaja pada masa sekarang tentunya tidaklah sama dengan remaja dimasa lalu yang hanya mendapatkan pengaruh dari orang-orang disekitarmnya saja. Memliki akun Instagram seperti telah menjadi keharusan sendiri bagi para remaja. Mereka memiliki alasan sendiri mengapa mereka memliki akun Instagram. Menurut Louis, “Saya bikin Instagram karena ikut-ikut temen, biar gak ketinggalan zaman gitu. Kan yang lain punya, saya juga harus punya donk”.3 Sedangakan pengakuan berbeda didapat dari salah satu remaja putri di RW. 011. Menurut Nita, “Aku bikin Instagram buat ngeliat foto-foto orang, temen-temen aku, sama ngestalk orang yang aku mau tau. Sekarang kan udah zaman Instagram, jadi pengen punya aja, dulu kan udah punya Facebook sama Twitter, nah sekarang mainnya Instagram”.4 Dari keterangan dua orang remaja tersebut, penulis menyimpulkan bahwa para remaja mengharuskan diri mereka untuk memliki akun Instagram sendiri agar mereka tidak tertinggal dengan teman-teman sebayanya. Di samping itu, para remaja juga menggunakan Instagram mereka untuk memenuhi rasa ingin tahu mereka terhadap teman-teman atau orang-orang disekitarnya. Instagram menjadi bentuk pergaulan baru dikalangan remaja yang memudahkan mereka berinteraksi ataupun mengetahui apa saja yang dilakukan oleh orang- orang yang ingin 3 4 Louis Alviando, Wawancara, Bekasi 5 November 2016 Nita Amalia, Wawancara, Bekasi 5 November 2016 76 mereka ketahui, hal tersebut biasa disebut dengan “Stalking” atau “Nge-stalk” oleh para remaja. Hal tersebut dipicu oleh mudahnya kepemilikan gadget oleh para remaja, harga gadget yang cukup terjangkau dan orang tua yang mau membelikan mereka gadget membuat para remaja memiliki akses langsung untuk mengakses Instagram. Tidak lupa pula akses internet yang telah menjangkau tempat tinggal mereka dengan baik, serta pemahaman para remaja tentang penggunaan berbagai macam konten di internet yang telah diajarkan di sekolahsekolah dasar, sehingga memudahkan mereka untuk membuat dan memiliki akun Instagram sendiri. Penggunaan Instagram yang begitu massif tentu memiliki peran tersendiri dalam membentuk kepribadian para remaja. Penggunaan Instagram yang bebas dan sering tidak mengenal waktu menjadi salah satu alasan mengapa akhirnya Instagram berperan dalam pembentukan kepribadian remaja. Menurut Neysha, “Aku buka Instagram setiap hari, tapi update-nya gak setiap hari, paling update instastory-nya doank yang tiap hari. Abis itu cuma dipake buat liat-liat, ngepoin orang sama nge-stalk orang.”5 Pernyataan ini diperkuat dengan hasil angket pada pertanyaan pertama. Pada pertanyaan pertama ini responden yang menjawab sangat setuju (SS) berjumlah 23 orang, dan yang menjawab setuju (S) berjumlah 7 orang. Sedangkan kolom ragu-ragu (R), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) tidak ada yang mengisi. Hasil perhitungan jawaban responden pada pertanyaan pertama adalah: a. Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 23 x 5 = 115 b. Responden yang menjawab setuju (4) = 7 x 4 = 28 c. Responden yang menjawab ragu-ragu (3) = 0 x 3 = 0 d. Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 0 x 2 = 0 e. Responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) = 0 x 1= 0 Total skor adalah 115+28+0+0+0= 143. 5 Theodora Neysha, Wawancara, Bekasi 5 November 2016 77 Setelah hal diatas diketahui, maka interpretasi jawaban selanjutnya dihitung menggunakan rumus Index %. Index% = Total Skor x 100 Y Maka, Index% = 143 x 100 = 95,34 % 150 Berdasarkan range yang telah ditentukan diatas, maka index 95,34% masuk pada kategori “Sangat Setuju”. Jadi, remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan Kebalen sangat setuju bahwa mereka membuka Instagram setiap hari. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa intensitas penggunaan Instagram dikalangan remaja sangat tinggi, mereka menggunakan Instagram setiap hari, minimal untuk melihat-lihat konten di Instagram. Dengan tidak adanya kontrol serta intensitas pengguaan yang tinggi, tentunya peran Instagram sangat besar dalam pembentukan kepribadian para remaja. Penulis menjabarkan kepribadian dalam penelitian ini melalui kriteria kepribadian menurut Allport yang membaginya menjadi 6 yaitu “perluasan perasaan diri, hubungan yang hangat dengan orang lain, keamanan emosional dan penerimaan diri, persepsi realistis terhadap lingkungan sekitar, insight dan humor, serta filosofi hidup yang Integral”. 6 Berdasarkan 6 kriteria tersebut, disusun pertanyaan yang berkaitan dengan peran Instagram dalam membentuk kepribadian remaja, dan mengahasilkan data. Berikut penajabarannya: 1. Instagram Berperan Sebagai Media Perluasan Perasaan Diri dalam Kehidupan Sosial Remaja Menurut Allport “Semua orang mempunyai rasa cinta terhadap diri sendiri (self-love), namun hanya perluasan perasaan diri yang menjadi kematangan 6 Jess Feist dan Gregory J. Fesit, Teori Kepribdian, Terj. dari Theories of Personality oleh Smita Prathita Sjahputri, (Jakarta: Salemba Humanka, 2010), h. 87. 78 pribadi”.7 Pribadi yang memiliki perluasan perasaan diri yang dimaksud disini adalah pribadi tidak terpusat pada dirinya sendiri, melainkan pribadi yang mengembangkan minat atas kehidupan sosialnya. Instagram adalah salah satu media yang digunakan remaja untuk mengembangkan minat terhadap kehidupan sosial mereka. Tujuan utama para remaja membuat Instagram adalah untuk mengembangkan kehidupan sosial dimana mereka mampu mengenal orang-orang baru dalam kehidupannya. Menurut Farrel, “Saya nge-follow teman-teman saya supaya bisa tahu gitu keadaan mereka, sama bisa komunikasi sama mereka, kan jadi enak kalau ada medsos kayak Instagram, kita jadi tahu keadaan mereka, misalnya lagi galau atau lagi marah terus dia update, kita jadi tahu suasana hatinya, jadi gak ngomong atau bercanda yang aneh di depan dia”. 8 Pernyataan diatas diperkuat oleh hasil angket dari pertanyaan nomor 2. Pada pertanyaan kedua ini responden yang menjawab sangat setuju (SS) berjumlah 7 orang, yang menjawab setuju (S) berjumlah 21 orang, yang menjawab ragu-ragu (R) tidak ada, yang menjawab tidak setuju (TS) 2 orang, dan yang menjawab sangat tidak setuju (STS) tidak ada. Hasil perhitungan jawaban responden pada pertanyaan pertama adalah: a. Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 7 x 5 = 35 b. Responden yang menjawab setuju (4) = 21 x 4 = 84 c. Responden yang menjawab ragu-ragu (3) = 0 x 3 = 0 d. Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 2 x 2 = 4 e. Responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) = 0 x 1= 0 Total skor adalah 35+84+0+4+0= 123. 7 8 Ibid. Muhamad Farrel, Wawancara, Bekasi 5 November 2016 79 Setelah hal diatas diketahui, maka interpretasi jawaban selanjutnya dihitung menggunakan rumus Index %. Index% = Total Skor x 100 Y Maka, Index% = 123 x 100 = 82 % 150 Berdasarkan range yang telah ditentukan diatas, maka index 82% masuk pada kategori “Sangat Setuju”. Jadi, remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan Kebalen sangat setuju bahwa mereka menggunakan Instagram untuk mengetahui hal-hal tentang teman/kerabatnya. Dari pernyataan remaja dan hasil angket tersebut, penulis menyimpulkan bahwa salah satu alasan remaja menggunakan Instagram adalah agar mereka mengetahui keadaan teman-teman disekitarnya. Instagram membantu mereka untuk mengetahui keadaan emosional temannya, sehingga mereka mampu memberikan respon yang tepat dalam memperlakukan temannya tersebut. Hal tersebut menggambarkan bahwa para remaja sebenarnya mulai membentuk kepribadiannya dengan melakukan perluasan diri dalam kehidupan sosialnya, terutama terhadap teman-teman sebayanya. Menurut Latifa, “Biasanya aku upload kalau lagi marah, aku tulis di caption, buat ngeluarin perasaan aja gitu biar lega. Kadang biar orang lain tahu atau ada yang peka gitu. Apalagi kalau aku lagi marah sama orang yang juga ada di Instagram aku, biar dia tahu diri hehehe”.9 Pernyataan diatas diperkuat oleh hasil angket dari pertanyaan nomor 3. Pada pertanyaan ketiga ini responden yang menjawab sangat setuju (SS) berjumlah 7 orang, yang menjawab setuju (S) berjumlah 17 orang, yang menjawab ragu-ragu (R) tidak ada, yang menjawab tidak setuju (TS) 6 orang, 9 Jihan Latifa, Wawancara, Bekasi 5 November 2016 80 dan yang menjawab sangat tidak setuju (STS) tidak ada. Hasil perhitungan jawaban responden pada pertanyaan pertama adalah: a. Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 7 x 5 = 35 b. Responden yang menjawab setuju (4) = 17 x 4 = 68 c. Responden yang menjawab ragu-ragu (3) = 0 x 3 = 0 d. Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 6 x 2 = 12 e. Responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) = 0 x 1= 0 Total skor adalah 35+68+0+12+0= 115. Setelah hal diatas diketahui, maka interpretasi jawaban selanjutnya dihitung menggunakan rumus Index %. Index% = Total Skor x 100 Y Maka, Index% = 115 x 100 = 76,66 % 150 Berdasarkan range yang telah ditentukan diatas, maka index 76,66% masuk pada kategori “Setuju”. Jadi, remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan Kebalen setuju bahwa mereka menggunakan Instagram untuk memberi tahu hal-hal tentang diri mereka kepada teman/kerabat mereka. Dari pernyataan dan hasil angket tesebut, diketahui bahwa remaja juga menunjukan ekspresi dari perasaan mereka melalui Instagram dengan tujuan mengeluarkan keresahan yang mereka rasakan. Tujuan lainnya adalah agar mendapat perhatian dari orang-orang disekitar mereka. Hal tersebut tentunya selaras dangan perkataan Allport, bahwa orang yang memiliki kepribadian yang sehat akan berusaha mengembangkan minat atas kehidupan sosialnya. Hal tersebut dibuktikan remaja lewat postingan-postingan pribadi dan pengamatan mereka terhadap postingan orang-orang yang mereka follow. Instagram secara langsung memberikan peran penting dalam membantu remaja mengembangkan minat atas kehidupan sosial mereka. Instagram membantu mereka menunjukan perasaan sekaligus mendapatkan perhatian 81 dari orang-raong yang mereka inginkan dengan tujuan untuk menjalin kehidupan yang mereka inginkan dengan orang-orang yang mereka kenal ataupun yang ingin mereka kenal. 2. Instagram Berperan Sebagai Media Perluasan Diri dalam Mengembangkan Minat Pribadi dan Minat Spiritual Remaja Mengembangkan minat pribadi dan minat spiritual adalah hal yang penting dalam membentuk kepribadian. Remaja yang belum memiliki tujuan pasti dalam hidupnya akan berusaha mencari apa yang menjadi tujuan mereka. Salah satu cara menemukan tujuan mereka tersebut adalah dengan mengembangkan minat mereka terhadap hal-hal tertentu. Minat yang menjadi tujuan dalam membentuk kepribadian remaja dibagi menjadi dua yaitu minat pribadi dan minat spiritual. Dalam konteksnya, minat pribadi adalah hal-hal yang menjadi prioritas utama bagi para remaja. Biasanya minat pribadi akan menjadi hal yang mereka utamakan dalam menjalani kehidupan. Berbagai macam minat pribadi tersebut terbentuk lewat pergaulan, arahan orang tua, maupun informasi dari media. Remaja akan menemukan hal yang mereka sukai dan menjadikan hal tersebut sebagai bentuk kepribadian mereka. Pada remaja, minat pribadi biasanya masih berupa hal-hal mendasar yang mereka anggap keren karena biasanya hal tersebut dilakukan oleh orang yang mereka idolakan atau mereka sukai. Dari wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti, tiap-tiap remaja memiliki minat pribadinya masing-masing. Minat pribadi tersebut mereka lakukan dengan senang hati tanpa adanya paksaan, dan mereka akan terus mencari tahu tentang segala hal yang berhubungan dengan minat pribadi mereka tersebut. Salah satu media yang mereka gunakan untuk menunjang rasa haus mereka terhadap hal-hal yang berhubungan dengan minat mereka adalah Instagram. 82 Menurut Raihan, “Iya, aku suka basket jadi aku follow akun-akun tentang NBA gitu buat ngeliat berita sama video skill-skill basket gitu. Jadi biar up to date tentang basket sama bisa belajar skill-skill baru dari video-video basket pemain NBA-nya”.10 Pernyataan yang hampir serupa tentang minat yang diekspresikan di Instagram juga diungkapkan oleh salah satu remaja. Menurut Latifa, “Upload mah nggak, aku malu kalau yang model hehe. Kalau upload yang gambar art gitu sering. Aku suka nge-repost gambar dari google atau foto yang aku foto sendiri, sama gambar tangan aku”. 11 Kedua pernyataan diatas diperkuat oleh hasil angket dari pertanyaan nomor 4. Pada pertanyaan keempat ini responden yang menjawab sangat setuju (SS) tidak ada, yang menjawab setuju (S) berjumlah 20 orang, yang menjawab ragu-ragu (R) berjumlah 6 orang, yang menjawab tidak setuju (TS) 4 orang, dan yang menjawab sangat tidak setuju (STS) tidak ada. Hasil perhitungan jawaban responden pada pertanyaan pertama adalah: a. Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 0 x 5 = 0 b. Responden yang menjawab setuju (4) = 20 x 4 = 80 c. Responden yang menjawab ragu-ragu (3) = 6 x 3 = 18 d. Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 4 x 2 = 8 e. Responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) = 0 x 1= 0 Total skor adalah 0+80+18+8+0= 106. Setelah hal diatas diketahui, maka interpretasi jawaban selanjutnya dihitung menggunakan rumus Index %. Index% = Total Skor x 100 Y 10 11 Raihan Rahim, Wawancara, Bekasi 5 November 2016 Jihan Latifa, Wawancara, Bekasi 5 November 2016 83 Maka, Index% = 106 x 100 = 70,66 % 150 Berdasarkan range yang telah ditentukan diatas, maka index 70,66% masuk pada kategori “Setuju”. Jadi, remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan Kebalen setuju bahwa mereka menggunakan Instagram untuk menambah ilmu/mengetahui hal-hal tentang minat pribadi mereka. Dari pernyataan dan hasil angket tersebut, dapat kita lihat bahwa remaja pertama menggunakan Instagram sebagai media yang memudahkan dia untuk mendapatkan informasi dari minat pribadinya. Karena dia menyukai basket, maka dia dengan sengaja mem-follow akun-akun yang berhubungan dengan basket, khususnya NBA agar dia tidak ketinggalan segala sesuatu yang berhubungan dengan minat pribadinya tersebut. Di samping itu, dia juga menggunakan Instagram sebagai media untuk belajar memperbaiki dirinya agar menjadi lebih pandai dalam menguasai minatnya pribadinya tersebut. Pada remaja yang kedua, dia mengaku sebagai orang yang menyukai seni. Sehingga dia sering sekali meng-upload gambar-gambar yang berhubungan dengan seni. Hal tersebut penulis asumsikan sebagai bentuk pencitraan terhadap dirinya sendiri. Karena dirinya menyukai seni, maka dia sengaja meng-upload hal-hal yang berhubungan dengan seni, tujuannya adalah untuk kepuasan pribadi dan tentunya mendapat cap sebagai orang yang menyukai seni dari orang-orang yang melihat postingannya di Instagram. Instagram berperan dalam pembentukan kepribadian remaja dengan memudahkan mereka memperoleh informasi yang berhubungan dengan minat pribadi mereka, serta menunjukan siapa diri mereka melalui citra diri yang mereka buat di Instagram. Dengan adanya Instagram, para remaja tidak lagi harus mengandalkan orang lain secara langsung untuk mempelajari minat mereka. Remaja merasa terbantu karena mereka dapat memperoleh pelajaran tersebut dari orang yang memang mereka sukai atau mereka idolakan, dalam hal ini adalah bintang-bintang basket yang videonya ada di akun-akun 84 Instagram yang di-follow remaja tersebut. Instagram membantu remaja juga membentuk kepribadian yang mereka inginkan. Dalam kasus ini, remaja tersebut terbantu dengan adanya Instagram, dia menjadi mampu menunjukan citra diri yang dia inginkan untuk diketahui dan dipersepsikan orang lain terhadap dirinya. Berbeda dengan minat pribadi, dalam minat spritual para remaja akan lebih menerima masukan-masukan yang diberikan oleh orang tua maupun orangorang yang mereka tuakan. Kebanyakan remaja belum begitu peduli terhadap hal-hal yang berhubungan dengan minat spiritual. Para remaja, terutama di wilayah RW. 011 nampaknya tidak terlalu peduli dengan minat sipritual mereka. Adanya Instagram pun nampaknya tidak terlalu berperan penting dalam mengembangkan minat spiritual itu sendiri. Menurut Irgi, “Aku gak nge-follow akun-akun tentang agama-agama begitu, males, liatnya paling kalau muncul di explore doank. Paling @pandjiramdana, dia kayak suka posting tentang quotes-quotes gitu”.12 Pernyataan diatas diperkuat oleh hasil angket dari pertanyaan nomor 5. Pada pertanyaan kelima ini responden yang menjawab sangat setuju (SS) tidak ada, yang menjawab setuju (S) berjumlah 5 orang, yang menjawab raguragu (R) 6 orang, yang menjawab tidak setuju (TS) 19 orang, dan yang menjawab sangat tidak setuju (STS) tidak ada. Maka hasil perhitungan jawaban responden pada pertanyaan pertama adalah: a. Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 0 x 5 = 0 b. Responden yang menjawab setuju (4) = 5 x 4 = 20 c. Responden yang menjawab ragu-ragu (3) = 6 x 3 = 18 d. Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 19 x 2 = 38 e. Responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) = 0 x 1= 0 Total skor adalah 0+20+18+38+0= 76. 12 Irginita Laeli, Wawancara, Bekasi 5 November 2016 85 Setelah hal diatas diketahui, maka interpretasi jawaban selanjutnya dihitung menggunakan rumus Index %. Index% = Total Skor x 100 Y Maka, Index% = 76 x 100 = 50,67 % 150 Berdasarkan range yang telah ditentukan diatas, maka index 50,67% masuk pada kategori “Ragu-ragu”. Jadi, remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan Kebalen ragu-ragu atau tidak terlalu bahwa mereka menggunakan Instagram untuk menambah ilmu/mengetahui hal-hal tentang minat spiritual atau kegamaan. Dari pernyataan remaja tersebut, terlihat bahwa remaja tidak terlalu tertarik dengan minat spiritual. Remaja tersebut mengaku bahwa postingan tentang agama hanya akan dia lihat apabila secara tidak sengaja muncul di salah satu fitur di Instagram-nya. Tidak ada indikasi untuk sengaja melihat atau menjadikan hal-hal tentang spirutal sebagai bagian dari dirinya. Namun remaja nampak cukup menyukai postingan-postingan berupa kata-kata mutiara yang dibuat oleh akun-akun tertentu. Kebanyakan dari kata-kata mutiara tersebut berupa nasihat-nasihat tentang kehidupan percintaan dan persahabatan yang sesuai dengan masalah yang mereka hadapi sehari-hari. Jadi, pada dasarnya konten yang berhubungan langsung dengan agama bukan lah prioritas utama bagi para remaja di RW. 011, bagi mereka Instagram adalah tempat untuk bersenang-senang dalam hal duniawi. 3. Instagram Berperan Sebagai Media untuk Menghibur Diri Bagi Para Remaja Salah satu kriteria dari orang yang memiliki kepribadian yang sehat adalah memiliki rasa humor yang positif. Humor adalah hal yang penting bagi manusia, untuk menjaga jiwa agar tetap positif. Pribadi yang baik mempunyai 86 selera humor yang tidak kasar, mereka memberikan kapasitas untuk menertawakan diri mereka sendiri daripada bergantung pada tema-tema seksual atau kekerasan yang membuat orang lain tertawa. Pribadi yang baik tidak akan berusaha mencela orang lain untuk mendapatkan sesuatu yang membuatnya tertawa. Dan pribadi yang baik juga tidak akan menggunakan tema-tema yang berhubungan dengan sex untuk membuat kelucuan. Hal tersebut adalah sesuatu yang tentunya belum dipahami oleh kebanyakan remaja. Instagram memiliki begitu banyak konten yang bisa dibuat oleh siapa saja. Dari berbagai konten tersebut, salah satu konten yang paling populer adalah konten komedi. Di Indonesia sendiri, akun komedi begitu menjamur dan memiliki begitu banyak pengikut. Remaja menggunakan Instagram untuk mendapatkan humor segar dari konten-konten yang diunggah oleh akun-akun yang memang mengkhusukan diri sebagai akun komedi tersebut. Menurut Bella, “Sering, aku buka Instagram emang niatnya buat sering liat yang lucu-lucu gitu, akun-akun kocak kayak @dagelan gitu. Biar bisa ketawaketawa hehe. Kadang-kadang aku juga upload foto jelek sama temen gitu buat lucu-lucuan hahaha”. 13 Pernyataan diatas diperkuat oleh hasil angket dari pertanyaan nomor 12. Pada pertanyaan keduabelas ini responden yang menjawab sangat setuju (SS) 23 orang, yang menjawab setuju (S) berjumlah 7 orang, yang menjawab raguragu (R) tidak ada, yang menjawab tidak setuju (TS) tidak ada, dan yang menjawab sangat tidak setuju (STS) tidak ada. Hasil perhitungan jawaban responden pada pertanyaan pertama adalah: a. Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 23 x 5 = 115 b. Responden yang menjawab setuju (4) = 7 x 4 = 28 c. Responden yang menjawab ragu-ragu (3) = 0 x 3 = 0 13 Raina Salsabila, Wawancara, Bekasi 5 November 2016 87 d. Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 0 x 2 = 0 e. Responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) = 0 x 1= 0 Total skor adalah 115+28+0+0+0= 143. Setelah hal diatas diketahui, maka interpretasi jawaban selanjutnya dihitung menggunakan rumus Index %. Index% = Total Skor x 100 Y Maka, Index% = 143 x 100 = 95,34 % 150 Berdasarkan range yang telah ditentukan diatas, maka index 95,34% masuk pada kategori “Sangat Setuju”. Jadi, remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan Kebalen sangat setuju bahwa mereka menggunakan Instagram sebagai media untuk menghibur diri. Dari pernyataan remaja dan hasil angket resebut, dapat diketahui bahwa salah satu tujuan remaja menggunakan Instagram adalah sebagai media untuk menghibur diri. Remaja sengajar mem-follow akun-akun yang memuat konten komedi agar memereka biasa tertawa setiap harinya. Hal lain yang perlu dicermati bahwa, dengan Instagram, remaja juga cenderung memiliki selera humor yang sehat. Mereka mampu menertawakan diri mereka sendiri dengan mengunggah foto-foto jelek dirinya sendiri untuk sekedar melucu di Instagram. Humor menjadi sesuatu yang mudah didapatkan oleh remaja dimasa sekarang. Dengan membuka Instagram, mereka mampu mendapatkan tawa. Tentu kelebihan Instagram adalah remaja bisa memilih konten komedi yang mereka inginkan. Hal tersebut tentunya berdampak positif bagi remaja, karena dengan begitu mereka tidak akan lagi mendapatkan paksaan untuk melihat komedi-komedi dewasa atau kasar yang biasanya mereka lihat melalui media lain. Di Instagram, mereka bisa memilih konten komedi yang sesuai dengan kemauan mereka. 88 4. Instagram Berperan Sebagai Media untuk Mengungkapkan Emosi Bagi Remaja Pribadi yang matang adalah pribadi yang memiliki keseimbangan emosional. Hal tersebut adalah hal masih dicari oleh para remaja pada umumnya. Pribadi yang baik biasanya tidak akan terlalu sedih apabila terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan rencana mereka. Mereka tidak akan terus berkutat dengan gangguan-gangguan kecil, serta menyadari bahwa rasa frustasi dan ketidaknyamanan adalah bagian dari hidup. Hal tersebut adalah yangb dimaksud dengan keseimbangan emosional. Namun hal tersebut, nampaknya belum dimiliki oleh kebanyak remaja. Pada umunya remaja masih meiliki gejolak emosi yang berapiapi, mereka cenderung mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Menurut Neysha, “Sering hehehe, biasanya kalau lagi galau gitu aku upload tapi lebih ke snapgram-nya, bukan upload biasa. Biasanya aku upload kata-kata atau video waktu dengerin lagu. Biar yang digalauin tuh peka gitu hehe, itu kan namanya kode”.14 Remaja wanita cenderung mengunggah konten yang berhubungan dengan perasaan sedih. Pernyataan remaja di atas adalah buktinya. Saat merasa sedih, remaja wanita memilih mencurahkan perasaan sedihnya di Instagram atau media sosial lainnya. Hal tersebut dikarekan mereka ingin medapat perhatian dari orang lain, agar membuat orang lain merasa simpatik kepada diri mereka. Hal yang menjadi konten paling sering diunggah remaja putri adalah konten kesedihan yang berhubungan dengan kisah percintaan mereka. Remaja tersebut mengaku alasan utama dia mengunggah kesedihannya di Instagram adalah agar orang yang menjadi sumber kesedihannya tersebut peka bahwa dia sedang sedih dan menginkan respon dari orang tersebut. 14 Theodora Neysha, Wawancara, Bekasi 5 November 2016 89 Berbeda dengan orang yang sudah lebih dewasa dan matang yang cenderung malu mengungkapkan emosinya di depan umum atau di media sosial. Remaja justru tidak malu melakukan hal tersebut, saat ditanya apakah dia tidak takut mendapat persepsi buruk dari orang lain yang melihat unggahan di akun Instagram-nya. Menurut Neysha, “Iya sih, pasti takut, tapi bodo amat. Orang yang liat temen-temen saya ini kan”. 15 Dari pernyataan remaja tersebut, dapat diketahui bahwa ada rasa takut terhadap persepsi orang lain terhadap dirinya, namun dia memilih untuk tidak mengiharukannya dengan alasan yang melihat teman-temannya sendiri. Padahal, konten yang diunggah remaja tersebut dapat dilihat oleh siapa pun yang mem-follow maupun sengaja mampir ke halaman Instagram-nya. Hal ini menandakan bahwa remaja putri belum lah memiliki keseimbangan emossional. Mereka cenderung berpikir sementara atau jangka pendek. Mereka mengungkapkan apa yang mau mereka ungkapan, tanpa mempedulikan persepsi orang lain terhadap diri mereka. Menurut Farrel, “Kalau yang emosi gitu pernah sih, kalau lagi marah sama orang kadang saya upload foto sama ngasih caption tentang marah gitu. Biar unek-uneknya keluar aja gitu”.16 Berbeda dengan remaja putri, remaja laki-laki justru cenderung mengungkapkan emosi marah di akun Instagram mereka. Remaja laki-laki mengungkapkan kemarahannya di Instagram dengan alasan agar unek-unek yang mereka miliki jadi hilang. Penulis berpendapat, hal tersebut dikarenakan remaja laki-laki miliki rasa untuk terlihat jantan di depan orang lain, sehingga mereka sering menunjukan emosinya di depan umum, salah satunya di media 15 16 Theodora Neysha, Wawancara, Bekasi 5 November 2016 Muhamad Farrel, Wawancara, Bekasi 5 November 2016 90 sosial. Mendapat pengakuan sebagai orang yang berani adalah salah satu tujuan dari remaja laki-laki. Pernyataan diatas diperkuat oleh hasil angket dari pertanyaan nomor 8. Pada pertanyaan kedelapan ini responden yang menjawab sangat setuju (SS) tidak ada, yang menjawab setuju (S) berjumlah 19 orang, yang menjawab ragu-ragu (R) 8 orang, yang menjawab tidak setuju (TS) 3 orang, dan yang menjawab sangat tidak setuju (STS) tidak ada. Maka hasil perhitungan jawaban responden pada pertanyaan pertama adalah: a. Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 0 x 5 = 0 b. Responden yang menjawab setuju (4) = 19 x 4 = 76 c. Responden yang menjawab ragu-ragu (3) = 8 x 3 = 24 d. Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 3 x 2 = 6 e. Responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) = 0 x 1= 0 Total skor adalah 0+76+24+6+0= 106. Setelah hal diatas diketahui, maka interpretasi jawaban selanjutnya dihitung menggunakan rumus Index %. Index% = Total Skor x 100 Y Maka, Index% = 106 x 100 = 70,67 % 150 Berdasarkan range yang telah ditentukan diatas, maka index 70,67% masuk pada kategori “Setuju”. Jadi, remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan Kebalen setuju bahwa mereka menggunakan Instagram untuk mengungkapkan perasaan atau emosi yang mereka rasakan. Persamaan dari para remaja putri maupun putra adalah mereka sama-sama tidak memikirkan persepsi buruk yang dari orang lain terhadap diri mereka. Keseimbangan emosional belum sama sekali mereka miliki. Untuk membentuk citra diri yang menggambarkan kepribadian mereka, pengungkapan emosi adalah salah satu cara yang mereka gunakan. Hal 91 tersebut tentunya bukan lah hal yang baik namun sulit dibendung karena memang remaja adalah tahap dimana manusia cenderung belum memiliki keseimbangan emosional. 5. Instagram Berperan Sebagai Media untuk Membentuk Citra Diri yang Lebih Baik Bagi Remaja Pribadi yang baik memiliki persepsi yang realistis terhadap lingkungan di sekitarnya. Mereka tidak hidup di dalam dunia fantasi atau membelokkan kenyataan agar sesuai dengan harapan mereka. Pribadi yang matang mengenal dirinya sendiri, sehingga tidak mempunyai kebutuhan untuk mengatribusikan kesalahan dan kelemahannya kepada orang lain. Remaja tampak memahami hal tersebut, namun mereka tidak sepenuhnya menerima hal tersebut. remaja memahami seperti apa kenyataan dalam kehidupan mereka. Mereka tahu apa yang bisa ataupun apa yang tidak bisa mereka lakukan. Di kehidupan nyata, remaja akan melakukan hal-hal sesuai dengan tuntutan hidup yang mereka dapatkan, namun Instagram menjadi dunia baru yang memberikan ruang bagi para remaja untuk membentuk pribadi yang baru atas nama mereka. Menurut Latifa, “Beda, di Intagram lebih cantik haha, Foto yang diupload ke Instagram cuma yang bagus-bagus, suka diedit juga biar keliatan orang lebih cantik di Instagram hehehe”. 17 Hal serupa juga diungkapkan remaja lainnya. Menurut remaja Bella, “Jauh beda, kalau di Instagram lebih feminim dan cantik hehe, kalau sehari-hari kan berantakan aku hahaha”.18 Kedua pernyataan diatas diperkuat oleh hasil angket dari pertanyaan nomor 10. Pertanyaan kesepuluh ini responden yang menjawab sangat setuju (SS) 17 18 Jihan Latifa, Wawancara, Bekasi 5 November 2016 Raina Salsabila, Wawancara, Bekasi 5 November 2016 92 tidak ada, yang menjawab setuju (S) berjumlah 4 orang, yang menjawab raguragu (R) 4 orang, yang menjawab tidak setuju (TS) 22 orang, dan yang menjawab sangat tidak setuju (STS) tidak ada. Maka hasil perhitungan jawaban responden pada pertanyaan pertama adalah: a. Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 0 x 5 = 0 b. Responden yang menjawab setuju (4) = 4 x 4 = 16 c. Responden yang menjawab ragu-ragu (3) = 4 x 3 = 12 d. Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 22 x 2 = 44 e. Responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) = 0 x 1= 0 Total skor adalah 0+16+12+44+0= 72. Setelah hal diatas diketahui, maka interpretasi jawaban selanjutnya dihitung menggunakan rumus Index %. Index% = Total Skor x 100 Y Maka, Index% = 72 x 100 = 48 % 150 Berdasarkan range yang telah ditentukan diatas, maka index 48% masuk pada kategori “Sangat Setuju”. Jadi, remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan Kebalen ragu-ragu bahwa citra diri yang mereka tunjukkan di Instagram sama dengan citra diri mereka sehari-hari. Dari pernyataan kedua remaja tersebut, dapat diketahui bahwa remaja membentuk citra diri yang lebih baik di Instagram-nya. Mereka ingin terlihat lebih cantik dan lebih feminim di Instagram. Sesuatu yang tidak bisa mereka lakukan sehari-hari. Di kehidupan sehari-hari, kedua remaja tersebut tampak seperti remaja pada umunya. Mereka belum terlalu mempedulikan tentang penampilan diri sehari-hari dan tampil layaknya remaja polos pada umunya. Namun mereka melakukan hal yang berbeda di Instagram-nya. Mereka membentuk citra diri yang baru agar terlihat lebih baik dari kehidupan asli 93 mereka. Hal tersebut dipicu rasa ingin terlihat lebih baik dari apa yang tidak bisa mereka lakukan di dunia yang sebenarnya. Pada dasarnya, di kehidupan sehari-hari remaja telah memiliki persepsi yang realistis terhadap kehidupan mereka, namun Instagram memberikan tempat bagi mereka untuk membentuk diri mereka yang lain. Hal tersebut menadakan bahwa remaja belum memiliki insight (penerimaan diri) dalam diri mereka. Mereka masih memiliki sesuatu yang ingin mereka lakukan pada diri mereka sendiri namun sering kali terbentur oleh masalah dalam kehidupan mereka masing-masing. Remaja memiliki cita-cita untuk terlihat sebagai pribadi yang terbaik dibanding orang lain, mereka mewujudkan hal tersebut lewat Instagram. Dengan harapan bahwa orang lain akan memiliki persepsi yang berbeda terhadap diri mereka, terutama orang-orang yang tidak mengenal mereka secara pribadi. Instagram menunjukkan bahwa, tidak semua yang ada di dalamnya adalah cerminan dari pemilik akunnya di dunia nyata. Banyak kepalsuan yang sengaja diciptakan untuk membentuk citra diri yang baru. Menurut pengamatan penulis, di Instagram banyak sekali akun yang turut campur dengan kehidupan orang lain. Hal tersebut dilakukan dengan memberikan komentar-komentar kepada akun orang lain. Hal tersebut paling sering terjadi di akun Instagram seorang public figur. Biasanya kolom komentar mereka penuh dengan komentar, dari mulai positif hingga hal-hal negatif. Menurut Neysha, “Sengaja, kan gini, dia upload foto terus kan pasti komennya aneh-aneh terus gw liatin deh. Pasti ada aja yang aneh-aneh yang bikin gw ketawa”.19 Pernyataan tersebut mengarah kepada komentar-komentar pada Instagram public figur. Remaja di RW. 011 bukan bagian dari orang-orang yang mau 19 Remaja Theodora Neysha, Wawancara, Bekasi 5 November 2016 94 repot-repot memberikan komentar kepada orang lain di instagram. Namun mereka mengetahui hal tersebut dan suka melihat komentar-komentar tersebut. Remaja beralasan hal tersebut adalah hal yang lucu dan menarik untuk mereka lihat. Remaja di RT. 04 RW. 011 cenderung lebih memilih memiliki hubungan yang hangat dengan orang lain di kehidupan sehariharinya maupun di Instagram-nya. Hal tersebut adalah salah satu bagian positif dari kontrol diri dalam menggunakan Instagram. 6. Positif dan Negatif Instagram Bagi Remaja Remaja memiliki persepsi sendiri terhadap media sosial Instagram. Tidak dapat dipungkiri bahwa remaja dan media sosial sudah tidak dapat dipisahkan lagi di zaman sekarang ini. Bagi remaja, menggunakan Instagram sudah menjadi keharusan agar mereka tidak ketinggalan oleh teman-teman sebayanya. Remaja memiliki penilaiannya sendiri terhadap Instagram, bagi mereka Instagram memiliki dua sisi yang berimbang, yaitu sisi positif dan sisi negatif. Menurut Irgi, “Ya kan di Instagram sering ada kata-kata motivasi gitu, ada banyak akun-akun yang bisa kita manfaatin, misalnya kayak akun yang sesuai dengan minat kita kayak tadi. Terus kalau aku terbantu sama akun-akun olshop juga. Jadi gampang kita kalau mau apa-apa karena ada Instagram. Ya pokok Instagram ngebantu banget lah”. 20 Dari pernyataan remaja tersebut, dia berpendapat bahwa Instagram adalah hal yang positif karena banyak memberikan kemudahan untuk era sekarang. Dengan adanya Instagram, remaja jadi memiliki kemudahan untuk menemukan informasi terhadap hal-hal yang ingin mereka ketahui. 20 Irginita Laeli, Wawancara, Bekasi 5 November 2016 95 Menurut remaja Louis, “Masih banyak orang yang upload buat hal-hal gak jelas yang aneh-aneh gitu sih, kayak konten-konten dewasa atau hal-hal yang ada unsur kekerasannya, tapi gw gak pernah mau ikutan sih”.21 Pernyataan remaja tersebut mengungkapkan bahwa juga ada hal-hal negatif yang ada di Instagram seperti konten-konten dewasa dan berbau seksual, yang sangat tidak cocok untuk dilihat remaja. Adapula konten-konten yang memiliki unsur kekerasan yang juga tidak sepantasnya dilihat oleh remaja. Namun remaja tersebut memilih untuk tidak menjadi bagian dari hal tersebut. Hal tersebut menunjukan bahwa Instagram bukanlah semata-mata memiliki hal positif, namun juga memiliki hak negatif. Sudah sepantasnya remaja dimbimbing dalam penggunaan Instagram agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal negatif yang disebabkan oleh penggunaan Instagram, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, seluruh remaja yang menjadi narasumber tidak ikut menjadi bagian dari hal-hal negatif. Mereka sebisa mungkin menghindari konten-konten yang tidak sesuai dengan umur mereka. 21 Louis Alviando, Wawancara, Bekasi 5 November 2016 96 C. Hasil Penjabaran Angket Seperti yang telah dijelaskan di BAB sebelumnya, indikator kepribadian yang matang pada remaja adalah perluasan perasaan diri, hubungan yang hangat, keamanan emosional, persepsi hidup yang realistis, insight dan humor, serta filosofi kehidupan yang mempersatukan. Indikator diatas dimuat dalam angket dengan 15 pertanyaan dan 5 alternatif jawaban. Berikut penjabaran sisa hasil angket yang belum dijelaskan diatas: 1) Saya menggunakan Instagram untuk mempererat hubungan saya dengan teman/kerabat. Pada pertanyaan keenam ini responden yang menjawab sangat setuju (SS) berjumlah 5 orang, yang menjawab setuju (S) berjumlah 25 orang, yang menjawab ragu-ragu (R) tidak ada, yang menjawab tidak setuju (TS) tidak ada, dan yang menjawab sangat tidak setuju (STS) tidak ada. Maka hasil perhitungan jawaban responden pada pertanyaan pertama adalah: a. Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 5 x 5 = 25 b. Responden yang menjawab setuju (4) = 25 x 4 = 100 c. Responden yang menjawab ragu-ragu (3) = 0 x 3 = 0 d. Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 0 x 2 = 0 e. Responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) = 0 x 1= 0 Total skor adalah 25+100+0+0+0= 125. Setelah hal diatas diketahui, maka interpretasi jawaban selanjutnya dihitung menggunakan rumus Index %. Index% = Total Skor x 100 Y Maka, Index% = 125 x 100 = 83,34 % 150 Berdasarkan range yang telah ditentukan diatas, maka index 83,34% masuk pada kategori “Sangat Setuju”. Jadi, remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan 97 Kebalen sangat setuju bahwa mereka menggunakan Instagram untuk mempererat hubungan dengan teman/kerabat. 2) Saya menggunakan Instagram untuk menambah/memperbanyak teman. Pada pertanyaan ketujuh ini responden yang menjawab sangat setuju (SS) 8, yang menjawab setuju (S) berjumlah 17 orang, yang menjawab ragu-ragu (R) tidak ada, yang menjawab tidak setuju (TS) 5 orang, dan yang menjawab sangat tidak setuju (STS) tidak ada. Maka hasil perhitungan jawaban responden pada pertanyaan pertama adalah: a. Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 8 x 5 = 40 b. Responden yang menjawab setuju (4) = 17 x 4 = 68 c. Responden yang menjawab ragu-ragu (3) = 0 x 3 = 0 d. Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 5 x 2 = 10 e. Responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) = 0 x 1= 0 Total skor adalah 40+68+0+10+0= 118. Setelah hal diatas diketahui, maka interpretasi jawaban selanjutnya dihitung menggunakan rumus Index %. Index% = Total Skor x 100 Y Maka, Index% = 118 x 100 = 78,67 % 150 Berdasarkan range yang telah ditentukan diatas, maka index 78,67% masuk pada kategori “Setuju”. Jadi, remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan Kebalen setuju bahwa mereka menggunakan Instagram untuk menambah/memperbanyak teman.. 3) Saya menggunakan Instagram untuk mengetahui perasaan/emosi yang dirasakan oleh teman/kerabat saya. Pada pertanyaan kesembilan ini responden yang menjawab sangat setuju (SS) 6 orang, yang menjawab setuju (S) berjumlah 17 orang, yang menjawab 98 ragu-ragu (R) 2 orang, yang menjawab tidak setuju (TS) 5 orang, dan yang menjawab sangat tidak setuju (STS) tidak ada. Maka hasil perhitungan jawaban responden pada pertanyaan pertama adalah: a. Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 6 x 5 = 30 b. Responden yang menjawab setuju (4) = 17 x 4 = 68 c. Responden yang menjawab ragu-ragu (3) = 2 x 3 = 6 d. Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 5 x 2 = 10 e. Responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) = 0 x 1= 0 Total skor adalah 30+68+6+10+0= 114. Setelah hal diatas diketahui, maka interpretasi jawaban selanjutnya dihitung menggunakan rumus Index %. Index% = Total Skor x 100 Y Maka, Index% = 114 x 100 = 76 % 150 Berdasarkan range yang telah ditentukan diatas, maka index 76% masuk pada kategori “Setuju”. Jadi, remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan Kebalen setuju bahwa mereka menggunakan Instagram untuk mengetahui perasaan/emosi teman/kerabat mereka. 4) Menurut saya citra diri yang ditunjukan seseorang di Instagram sama dengan citra diri saya di kehidupan nyata. Pada pertanyaan kesebelas ini responden yang menjawab sangat setuju (SS) tidak ada, yang menjawab setuju (S) berjumlah 2 orang, yang menjawab ragu-ragu (R) tidak ada, yang menjawab tidak setuju (TS) 24 orang, dan yang menjawab sangat tidak setuju (STS) 4 orang. Maka hasil perhitungan jawaban responden pada pertanyaan pertama adalah: a. Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 0 x 5 = 0 b. Responden yang menjawab setuju (4) = 2 x 4 = 8 c. Responden yang menjawab ragu-ragu (3) = 0 x 3 = 0 99 d. Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 22 x 2 = 44 e. Responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) = 6 x 1= 6 Total skor adalah 0+8+0+44+6= 58. Setelah hal diatas diketahui, maka interpretasi jawaban selanjutnya dihitung menggunakan rumus Index %. Index% = Total Skor x 100 Y Maka, Index% = 60 x 100 = 38,67 % 150 Berdasarkan range yang telah ditentukan diatas, maka index 38,67% masuk pada kategori “Tidak Setuju”. Jadi, remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan Kebalen tidak setuju bahwa citra diri yang ditunjukan seseorang di Instagram sama dengan citra diri yang ditunjukan sehari-hari. 5) Saya menggunakan Instagram untuk menunjukan sisi humor (kelucuan) saya kepada orang lain. Pada pertanyaan ketigabelas ini responden yang menjawab sangat setuju (SS) tidak ada, yang menjawab setuju (S) berjumlah 14 orang, yang menjawab ragu-ragu (R) 12 orang, yang menjawab tidak setuju (TS) 4 orang, dan yang menjawab sangat tidak setuju (STS) tidak ada. Maka hasil perhitungan jawaban responden pada pertanyaan pertama adalah: a. Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 0 x 5 = 0 b. Responden yang menjawab setuju (4) = 14 x 4 = 56 c. Responden yang menjawab ragu-ragu (3) = 12 x 3 = 36 d. Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 4 x 2 = 8 e. Responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) = 0 x 1= 0 Total skor adalah 0+56+36+8+0= 100. Setelah hal diatas diketahui, maka interpretasi jawaban selanjutnya dihitung menggunakan rumus Index %. Index% = Total Skor x 100 Y 100 Maka, Index% = 100 x 100 = 66,67 % 150 Berdasarkan range yang telah ditentukan diatas, maka index 66,67% masuk pada kategori “Setuju”. Jadi, remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan Kebalen sangat setuju bahwa mereka menggunakan Instagram untuk menunjukan sisi lucu mereka kepada orang lain. 6) Saya menyukai konten-konten di Instagram yang tidak sesuai untuk dilihat oleh orang seusia saya (seperti konten kekerasan/pornografi) Pada pertanyaan keempatbelas ini responden yang menjawab sangat setuju (SS) tidak ada, yang menjawab setuju (S) berjumlah tidak ada, yang menjawab ragu-ragu (R) tidak ada, yang menjawab tidak setuju (TS) 8 orang, dan yang menjawab sangat tidak setuju (STS) 22 orang. Maka hasil perhitungan jawaban responden pada pertanyaan pertama adalah: a. Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 0 x 5 = 0 b. Responden yang menjawab setuju (4) = 0 x 4 = 0 c. Responden yang menjawab ragu-ragu (3) = 0 x 3 = 0 d. Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 8 x 2 = 16 e. Responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) = 22 x 1= 22 Total skor adalah 0+0+0+16+22= 38. Setelah hal diatas diketahui, maka interpretasi jawaban selanjutnya dihitung menggunakan rumus Index %. Index% = Total Skor x 100 Y Maka, Index% = 38 x 100 = 25,37 % 150 Berdasarkan range yang telah ditentukan diatas, maka index 25,37% masuk pada kategori “Tidak Setuju”. Jadi, remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan 101 Kebalen tidak setuju bahwa mereka menyukai konten-konten yang tidak sesuai untuk dilihat usia mereka di Instagram. 7) Saya senang melihat komentar-komentar kasar yang ada di Instagram. Pada pertanyaan kelimabelas ini responden yang menjawab sangat setuju (SS) tidak ada, yang menjawab setuju (S) berjumlah 1 orang , yang menjawab ragu-ragu (R) tidak ada, yang menjawab tidak setuju (TS) 22 orang, dan yang menjawab sangat tidak setuju (STS) 7 orang. Maka hasil perhitungan jawaban responden pada pertanyaan pertama adalah: a. Responden yang menjawab sangat setuju (5) = 0 x 5 = 0 b. Responden yang menjawab setuju (4) = 1 x 4 = 4 c. Responden yang menjawab ragu-ragu (3) = 0 x 3 = 0 d. Responden yang menjawab tidak setuju (2) = 22 x 2 = 44 e. Responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) = 7 x 1= 7 Total skor adalah 0+4+0+44+7= 55. Setelah hal diatas diketahui, maka interpretasi jawaban selanjutnya dihitung menggunakan rumus Index %. Index% = Total Skor x 100 Y Maka, Index% = 55 x 100 = 36,67 % 150 Berdasarkan range yang telah ditentukan diatas, maka index 36,67% masuk pada kategori “Tidak Setuju”. Jadi, remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan Kebalen tidak setuju bahwa mereka senang melihat komentar kasar di Instagram. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang peran media sosial Instagram dalam pembentukan kepribadian yang matang pada remaja usia 12-17 tahun di Kelurahan Kebalen, Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi. Maka diperoleh kesimpulan bahwa media sosial Instagram sangat berperan dalam membentuk kepribadian remaja. Peran pertama adalah sebagai media perluasan diri dalam kehidupan sosial remaja, untuk mengetahui keadaan orang-orang disekitarnya, serta memberikan informasi tentang keadaannya kepada orang-orang disekitarnya. Peran kedua sebagai media perluasan diri dalam mengembangkan minat pribadi dan minat spiritual, dimana Instagram digunakan sebagai tempat belajar dan menujukkan minat pribadinya kepada orang-orang. Sedangkan untuk minat spiritual, remaja cenderung mengacuhkannya. Peran ketiga adalah sebagai media untuk menghibur diri, melalui konten-konten yang menghibur dan menunjukan kelucuan mereka kepada orang lain. Peran keempat sebagai media untuk mengungkapkan emosi. Mereka tidak takut dengan persepsi buruk dari orang lain tentang pengungkapkan emosi diri tersebut. Hal tersebut menunjukan belum adanya keseimbangan emosi bagi para remaja. Peran kelima adalah sebagai media untuk membentuk citra diri yang baru, seolah-olah diri mereka lebih baik di Instagram ketimbang di kehidupan sehari-hari. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan sebelumnya. Berikut ini akan disajikan beberapa saran yang penulis berikan tentang peran dan penggunaan media sosial untuk remaja, diantaranya: 102 103 1. Orang tua dari para remaja tidak boleh lepas tangan dari urusan media sosial terutama Instagram terhadap anak mereka. Karena Instagram juga meemiliki banyak konten yang tidak sesuai dengan usia para remaja tersebut. Sehingga dibutuhkan bimbingan yang tepat bagi para remaja tersebut, terutama dari orang tua. 2. Bagi para remaja yang memiliki akun di Instagram, hendaknya menggunakan Instagram dengan bijak. Remaja harus pandai memilih konten-konten yang baik dan sesuai usia. Dengan memilih konten yang baik, maka para remaja akan memiliki kepribadian yang baik pula. 3. Bagi para guru, diharapkan memberikan pemahaman yang cukup bagi para remaja agar mereka bisa menyesuaikan diri dengan dunia global dan terjangan media sosial yang begitu pesat ini. Sehingga bangsa Indonesia akan tetap melahirkan pemuda-pemudi yang memiliki kepribadian yang santun dan sesuai dengan yang diharapkan. 4. Perlu adanya kerja sama dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah yang diharapkan melakukan proteksi terhadap konten-konten yang ada di Instagram agar dapat meminimalisir dampak buruk dari Instagram. Pemerintah juga diharapkan merangkul guru dan orang tua agar dapat menjalankan dua saran yang telah saya sebutkan sebelumnya. DAFTAR PUSTAKA Buku: Ali, Muhamad. Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Bumi Aksara, 2011. Asmani, Jamal Ma’Mur. Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah. Jogjakarta: Bukubiru, 2012 Biagi, Shirley. Media/Impact: Pengantar Media Massa. Jakarta: Salemba Humanika, 2010. Dariyo, Agoes. Psikologi Perkembangan Remaja. Ciawi: Ghalia Indonesia, 2004. Feist, Jess dan Feist, Gregory J. Teori Kepribdian. Jakarta: Salemba Humanka, 2010. Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 1980. Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Erlangga, 2009. Jahja, Yudrik. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana, 2011. Koswara. Teori-Teori Kerpribadian. Bandung: Eresco, 1981. Nasrullah, Rulli. Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, Dan Sosioteknologi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media: 2015. Noor, Juliansyah. Metodologi Peneltian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana, 2012. Nurdin, Amin dan Abrori, Amin. Mengerti Sosiologi: Pengantar untuk Memahami Konsep-Konsep Dasar. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006. 104 105 Pervin, Lawrence A., et al., Psikologi Kepribadian: Teori dan Penelitian. Jakarta: Kenacana, 2010. Rojak, Abdul dan Sayuti, Wahdi. Remaja dan Bahaya Narkoba. Jakarta: Media Group, 2006. Sarosa, Samiaji. Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar. Jakarta: Indeks, 2012. Shaw, Marvin E., et al., Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali, 1984. Sjarkawi. Pembentukan Kepribadian Anak: Pesan Moral Intelektual, Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Intregitas Membangun Jati Diri. Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers, 2013. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2013. Suparno, Ludwig . Aspek Ilmu Komunikasi dalam Public Relations. Jakarta: Indeks, 2011. Susanto, Phill. Astrid S. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bandung: Binacipta, 1979. Suwartono. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset, 2014. Usman, M. Basyirudin . Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Wirutomo, Paulus . Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi. Jakarta: Rajawali, 1981. 106 Skripsi: Juwita, Elsa Puji. “Peran Media Sosial Terhadap Gaya Hidup Siswa SMA Negeri 5 Bandung”, Skripsi Pada Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2014. Putri, Dibyareswari Utami. “Peran Media Baru Dalam Membentuk Gerakan Sosial (Studi Kasus Pada Individu Yang Terlibat dalam IndonesiaUnite di Twitter)”, Skripsi Pada Univeristas Indonesia, Depok, 2012. Suryanim, Fitria Listie. “Instagram dan Fashion Remaja (Studi Kasus Peran Media Sosial Instagram teerhadap Tren Fashion Remaja dalam Akun @ootdindo)”, Skripsi Pada Universitas Indonesia, Depok, 2014. Jurnal: Manampiring, Randolf A. Peran Media Sosial Instagram Dalam Interaksi Sosial Antar Siswa SMA Negeri 1 Manado (Studi Pada Jurusan IPA Angkatan 2012). e-Jurnal “Acta Diurna” Vol. IV No. 4, 2015. Web: https://kominfo.go.id/content/detail/3980/kemkominfo-pengguna-internet-diindonesia-capai-82-juta/0/berita_satker https://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial https://id.wikipedia.org/wiki/Instagram https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_peran LAMPIRAN-LAMPIRAN 69 LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1 Angket No. Responden: A. Petunjuk Pengisian Angket 1. Angket ini berisi 15 pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui peran Instagram dalam pembentukan kepribadian remaja. 2. Saudara/I diharapkan membaca dengan teliti setiap pertanyaan. 3. Isilah berdasarkan pendapat atau pandangan saudara/I dengan membubuhkan tanda ceklis () pada kolom yang tersedia yang terdiri dari alternative jawaban: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). 4. Jawaban saudara/i tidak akan mempengaruhi kehidupan sehari-hari dan bukan merupakan penilaian, semata-mata hanya untuk kepentingan penelitian. 5. Saudara/i dimohon menjawab dengan sebenar-benarnya. No. 01. Indikator Pertanyaan Saya menggunakan Instagram setiap hari. 02. Saya menggunakan Instagram untuk mengetahui hal-hal tentang teman/kerabat saya. 03. Saya menggunakan Instagram untuk memberi tahu hal-hal tentang diri saya kepada teman/kerabat saya. 04. Saya menggunakan Instagram untuk menambah ilmu/mengetahui hal-hal tentang minat pribadi saya (seperti: sepakbola/fashion). 05. Saya menggunakan Instagram untuk SS S R TS STS menambah ilmu/mengetahui hal-hal tentang minat spiritual saya (kegamaan). 06. Saya menggunakan Instagram untuk mempererat hubungan saya dengan teman/kerabat. 07. Saya menggunakan Instagram untuk menambah/memperbanyak teman. 08. Saya menggunakan Instagram untuk mengungkapkan perasaan/emosi yang saya rasakan. 09. Saya menggunakan Instagram untuk mengetahui perasaan/emosi yang dirasakan oleh teman/kerabat saya. 10. Citra diri yang saya tunjukan di Instagram sama dengan citra diri saya sehari-hari 11. Menurut saya citra diri yang ditunjukan seseorang di Instagram sama dengan citra diri saya di kehidupan nyata. 12. Saya menggunakan Instagram sebagai media untuk menghibur diri saya. 13. Saya menggunakan Instagram untuk menunjukan sisi humor (kelucuan) saya kepada orang lain. 14, Saya menyukai konten-konten di Instagram yang tidak sesuai untuk dilihat oleh orang seusia saya (seperti konten kekerasan/pornografi) 15. Saya senang melihat komentarkomentar kasar yang ada di Instagram. Lampiran 2 Transkip Wawancara Transkip wawancara dengan Neysha. Tempat : Wawancara dilakukan di depan rumah narasumber. Waktu : Wawancara tanggal 5 November 2016 Pukul 16.00 – 16.20 WIB. Keterangan P = Peneliti N = Neysha P : Nama lengkapnya siapa? N : Theodora Neysha Puty Kristanty. P : Umurnya berapa? N : 17. P : Punya Instagram. Kan? N : Punya lah. Hehe P : Alasan bikin Instagram apaan? N : Hmmm… Hehe… Buat apa ya? Buat ngeshare… ngeshare keseharian aja. Kan sekarang kan Instagram udah kayak snapchat, ada ins... snapgram. P : jadi karena itu? N : Buat, iyaa... eee, apa? P : Bukan karena ikut-ikutan temen? N : Nggak lah, ya itu kan Instagram udah lama. Terus ya buat mengabadikan keseharian lah, foto-foto di share, berbagi. P : Sering gak pakai Instagram? N : Aku buka Instagram setiap hari, tapi updatenya gak setiap hari, paling insta-story-nya doank yang duupdate, abis itu cuma liat-liat sama ngepoin dan ngestalk orang. P : Oh jadi dipakenya buat ngepoin orang? N : Hm-mh hhe P : Hmmm, yang Neysya follow atau yang Neysya liat di Instagram itu akun-akun yang gimana? N : Apa ya? Artis biasanya sih. Kalau gak liat di explore tuh yang cantikcantik gue liat. Yang ganteng gue liat. Hehe P : Ada yang gak Neysya liat atau yang Neysya follow itu berhubungan sama minatnya Neysya? Misalnya kalau cowok kan minatnya sama bola, jadi dia ngefollow akun-akun tentang bola N : Ada sih. P : Kalau Neysya tentang apa? N : Apa ya? Masak biasanya. P : Minatnya tentang masak? N : Hm-mh. Kalau gak masak ya tentang make up yang gw liat. P : Sering ngeliatnya? N : Sering lah, tiap hari kan difollow. P : Oke, kalau yang berhubungan dengan sosial, misalnya kayak berita atau akung gosip atau yang semacam itu? N : Ada lah, akun @Indozone biasanya. P : Neysha juga follow? N : Follow lah. P : Memang sengaja follow itu karena emang pengen liat beritanya? N : Iya lah. P : Penting gak menurut Neysha berita-berita kayak gitu? N : Penting lah, penting banget. Biar aku bisa tau keadaan yang lagi update. P : Terus kalau yang berhubungan dengan agama atau motivasi gitu, follow gak? N : Nggak. P : Yang berhubungan dengan agama nggak? Berarti Instagram-nya gak ada hubungannya dengan agama gitu? N : Nggak lah, murni buat ngepoin orang hehe P : jadi guna utamanya Instagram buat Neysya itu buat ngepoin orang? N : Nggak sih, ya itu salah satu kegunaan Instagram kan. Hehe P : Oke, kalau akun-akun yang tentang humor atau lucu-lucu gitu difollow gak? N : Ada, @dagelan sama @ngakakkocak P : Emang sengaja difollow akun-akun begitu? N : Iya sengaja. P : Apa motivasinya follow akun itu? N : Ya biar gak bosen lah, daripada ngeliatin yang serius-serius mulu kan. P : Oke, kalau nge-upload yang berhubungan dengan minat pernah gak? Misalnya nge-upload tentang masak-masak atau tentang make up? N : nggak, nggak pernah P : Kalau nge-upload tentang berita-berita atau lucu-lucuan gitu pernah? N : Nggak juga. P : Neysya yang di Instagram sama Neysya sehari-hari sama apa beda? N : Beda lah hahaha jelas beda. P : Apa bedanya? N : Kalau foto tuh, pasti yang diupload tuh yang cantik-cantik. Kalau kesehariannya ya nggak cantik hehehe, pasti tuh beda. P : Jadi Neysya pengen orang yang liat Neysya di Instagram sama seharihari tuh beda gitu? N : Nggak juga sih, sama ada jeleknya juga, gak cantik semua. P : terus, Neysya itu kalau main Instagram berharap followersnya banyak apa nggak? N : hmmm berharap, berharap gak berharap lah. P : Berharap populer apa nggak? N : Berharap lahhhh pasti. P : Jadi bikin Instagram emang pengen populer? N : hm-mh. P : Kalau tiap kali nge-upload tuh pengen gak lovesnya banyak? N : Pengen donk. P : Emang apa yang dirasain kalau dapet loves banyak? N : Apa ya? Ada kesenangan tersendiri gitu. Ya berarti dia suka sama foto saya gitu. P : Berarti menurut Neysya, Nesya sehari-hari sama di Instagram kan beda, lebih bagus yang mana? N : Lebih bagus yang di Instagram hehe, kan kalau di Instagram bisa dibuat cantik hehehe P : Oke, terus pertemanan Neysha di Instagram tuh gimana? Neysya ngefollow temen-temen yang memang temen sehari-hari doank atau orang lain yang Neysya tau tapi gak pernah kenal gitu? N : Nggak, follownya yang dikenal. P : Kalau orang yang Neysya kenal, tapi dia gak kenal Neysya msialnya satu sekolah gitu, difollow gak? N : Nggak, paling temen SD SMP yang dikenal aja. P : Berarti orang lain nggak gitu ya? N : Nggak, artis paling. P : Hubungan Neysya sama temen di Instgaram itu gimana? Akrab gak? N : Akrab lah, sering komen-komenan. P : Neysya lebih nyaman Neysya di Instagram atau sehari-hari? N : Sehari-hari lah. P : Sama temen juga lebih nyaman sehari-hari? N : Iya, sehari-hari. Kalau di Instagram kan gak boleh berkata kasar, kalau di sehari-hari kan gitu hehehe P : Oh jadi Neysya di Instagram itu harus yang cantik dan baik gitu ya? Hha N : Iya donk haha P : terus, pernah gak upload tentang yang galau atau sedih, atau misalnya lagi marah terus di upload tentang kemarahannya di Instagram? N : Pernah. P : Sering? N : Sering hehehe, biasanya kalau lagi galau gitu aku upload tapi lebih ke snapgramnya, bukan upload biasa. Biasanya aku upload kata-kata atau video waktu dengerin lagu. Biar yang digalauin tuh peka gitu hehe, itu kan namanya kode. P : Tapi kan orang lain juga liat gitu, gak takut orang lain berpikiran ish apaan sih ni orang” gitu? N : Iya sih, pasti takut, tapi bodo amat. Orang yang liat temen-temen saya ini kan. P : Di Instagram pernah liat komentar-komentar kasar gitu gak? N : Di Instagram sendiri atau gimana? P : Ya pokoknya di Instagram N : Pernah, di Instagram artis biasanya kayak Awkarin. P : Sengaja ngeliat apa gak sengaja keliatan? N : Sengaja, kan gini dia upload foto terus kan pasti komennya aneh-aneh terus gw liatin deh. Pasti ada aja yang aneh-aneh yang bikin gw ketawa. P : Pernah ikutan komen? N : Nggak, gak pernah kalau ikutan komen mah. P : Ada rasa kepengen ikut komen gak? N : Nggak, karena kan nanti muncul di notif gitu kalau gw komen dia, kan malu, jadi mendingan gak komen. P : Terus ngeliat orang yang komen rasanya apa? N : Apa ya? Lucu aja gitu. Ngapain ini orang kayak kurang kerjaan komenkomen IG orang kayak gitu. P : Pernah gak dapat komen yang kasar? N : Nggak, soalnya kan yang follow temen-temen deket. P : Tapi kan followers mah bebas dari mana aja? N : Kan diprotect jadi yang follow harus guw setujuin dulu. P : Oh gitu, kalau liat konten-konten yang gak bagus gitu pernah gak? Misalnya konten dewasa gitu? N : Nggak, ngebuka mah nggak, tapi paling muncul di explore. P : Diliat tapi? N : Ya nggak diliat full, pas kita turun-turun gitu keliatan kan. P : Menurut neysya, Instagram itu banyakan positifnya apa negatifnya? N : Ya balance lah, 50:50. P : Positifnya apa? N : Ya positifnya, cari pengetahuan kan juga bisa disitu. Kayak berita-berita kan bisa dicari lewat situ. Terus kalau kayak masak-masak bisa dicari juga kan disitu. Ya gitu. P : kalau negatifnya? N : Ya Penggunanya kan bebas upload apa aja, yang vulgar lah, komenkomennya yang gak bermutu kasar-kasar gitu. P : Jadi, menurut Neysya Instagram tuh oenting gak sekarang ini? N : Penting, penting banget sih biar gak ketinggalan zaman. P : Oke makasih Neysya. N : Iya, sama-sama. Lampiran 3 Transkip Wawancara Transkip wawancara dengan Farrel. Tempat : Wawancara dilakukan di pos siskamling RT 004. Waktu : Wawancara tanggal 5 November 2016 Pukul 17.00 – 17.20 WIB. Keterangan P = Peneliti F = Farrel P : Nama lengkapnya siapa? F : Muhamad Farrel Joyanka Putra. P : Umurnya? F : 15 tahun. P : Alasannya bikin Instagram apa? F : Ya sekedar mau bikin-bikin aja. P : Gak karena ikut-ikutan temen nggak? F : Nggak. P : Kenapa mau bikin instagram? F : Ya bosen aja sama facebook, jadi beralih ke Instagram aja. P : Emang beda Instagram sama facebook? F : Beda. P : Apa bedanya? F : Kalau Facebook kan, status-status doank, ya udah bosen lah gitu, mendingan ke G. P : Sering gak buka Instagram? F : Setiap hari. P : Nge-uploadnya juga setiap hari? F : Nggak. P : Kalau ngebuka Intagram biasanya apa yang diliat? F : Ya paling, konten-konten lucu gitu. P : Ada gak Farel ngeliat yang berhubungan sama minatnya Farel? F : Ada, tentang otomotif. P : Difollow akun yang otomotif gitu? F : Iya. P : Kenapa difollow akun itu? F : Ya biar nambah pengetahuan aja, ilmu tentang otomotif. P : Setiap hari ngeliat itu? F : Iya, setiap hari. P : Kalau yang tentang berita-berita gitu ngefollow gak? F : Nggak, kalau berita gitu gak difollow tapi baca, biasanya kan muncul di explore gitu. P : Jadi ngeliat berita di IG itu gak setiap hari? F : Ya kalau ada dibaca, kalau gak ada ya nggak. P : kalau yang tentang agama atau motivasi gitu difollow gak? F : Kalau yang tentang agam sih ada, biasanya @dakwahislam, gak difollow tapi suka saya liatin. P : kalau yang tentang humor atau lucu-lucuan difollow? F : Iya, akun Raditya Dika yang saya follow. Dia kan lucu tuh upload-annya. P : Oh gitu, farel kan minatnya otomotif, pernah upload tentang otomotif gitu gak? F : Ada P : Kenapa upload tentang otomotif gitu? F : Ya seneng aja gitu. Biar keliatan keren kan saying suka otomotif. P : Kalau tentang berita atau motivasi gitu nge-upload juga gak? F : Nggak, gak pernah. P : Kalau yang lucu-lucu nge-upload gak? F : Iya, gambar meme gitu biasanya. Atau foto-foto saya yang kocak tapi sekali doank. P : Pernah upload tentang yang sedih-sedih atau galau atau marah gitu gak di Instagram? F : Nggak. P : Jadi gak pernah ngungkapin emosi gitu di Instagram? Curhat-curhat gitu misalnya? F : Kalau yang emosi gitu pernah sih, kalau lagi marah sama orang kadang saya upload foto sama ngasih caption tentang marah gitu. Biar unek-uneknya keluar aja gitu. P : Temen di Instagram sama temen sehari-hari sama gak? F : Sama kok. P : Ada gak farel ngefollow orang yang farel kenal, tapi dia gak kenal sama Farel, terus komen-komenan di Instagram? F : Oh ada, aku ngefollow orang-orang yang mau aku kenal, tapi gak komenkomenan. P : Kenapa Farel ngefollow temen-temen Farel. Kan udah ketemu seharihari? F : Saya ngefollow teman-teman saya supaya bisa tahu gitu keadaan mereka, sama bisa komunikasi sama mereka, kan jadi enak kalau ada medsos kayak Instagram, kita jadi tahu keadaan mereka, misalnya lagi galau atau lagi marah terus dia update, kita jadi tahu suasana hatinya, jadi gak ngomong atau bercanda yang aneh di depan dia. P : Oke terus Farel itu lebih akrab sama orang di Instagram atau sehari-hari? F : Sehari-hari donk. P : Farel di Instagram sama farel sehari-hari sama atau beda? F : Sama aja. P : Gak sok ganteng gitu di Instagram? F : Nggak lah hahaha. P : Oke, Farel pernah liat komentar-komentar kasar giru gak di Instagram? F : Gak ada P : Di akun lain gitu gak pernah liat? F : Nggak sih. P : Kalau konten-konten yang berbau negatif misalnya kekerasan atau pronogarafi itu pernah gak? F : Ada, biasanya banyak muncul di explore tapi gak saya follow. P : Biasanya Farel liat apa nggak yang gitu-gitu? F : Nggak sih dilewatin aja. P F P F P F P F : Oke menurut Farel Instagram itu banyak positif atau negatifnya? : 50:50 sih kalau kata saya. : Positifnya apa? : Ya nambah teman, terus kalau mau upload foto kan enak : kalau geatifnya? : ya itu, banyak yang berbau pornografi gitu lah. : Oke, makasih ya Farel. : Iya sama-sama. Lampiran 4 Transkip Wawancara Transkip wawancara dengan Irgi. Tempat : Wawancara dilakukan di depan rumah nara sumber. Waktu : Wawancara tanggal 5 November 2016 Pukul 10.00 – 10.15 WIB. Keterangan P = Peneliti I = Irgi P : Nama lengkapnya siapa? I : Irginita Laeli Rahma. P : Umurnya? I : 16 tahun P : Alesan irgi bikin Instagram apa? I : Awalnya cuma ikut-ikut teman aja sih, penasaran Instagram tuh gimana sih gitu. P : Pernah punya media sosial lain sebelum Instagram sebelumnya? I : Pernah, Facebook sama Twitter P : Kan udah punya Facebook sama twitter, kenapa masih bikin Instagram? I : Yakan beda, setiap sosmed kan beda-beda, ya jadi pengen ngerasain aja. P : Yang paling nyaman dipakai sekarang apa? I : Ya Instagram. P : Sering gak make instagram? I : Kalau cuma buat liat-liat doank iya, kalau buat upload sih jarang. P : Yang Irgi follow itu kebanyakan teman sehari-hari atau justru orang yang gak Irgi kenal kayak artis atau orang-orang lain? I : Nggak sih, temen-temen doank yang kenal-kenal doank yang difollow. P : Ada gak orang yang gak Irgi kenal atau gak deket tapi Irgi follow? I : Ada. P : Yang Irgi liat di Instagram biasanya apa sih? I : Foto-foto temen yang upload sama kayak olshop-olshop gitu. P : Irgi ngefollow gak akun-akun yang sesuai minatnya Irgi? I : Aku suka masak-masak gitu, tapi gak difollow, cuma liat di explore aja. P : Kalau akun-akun berita gitu, difollow gak? I : Nggak hehe P : Sama sekali nggak? I : Nggak, nggak pengen, males aja gak ada gunanya hehe, paling kalau muncul di explore doank aku liat. P : Jadi berita-berita terkini, Irgi jarang tahu? I : Jarang, paling aku tahunya dari teman doank. P : Terus kalau yang berhubungan sama agama atau kata-kata motivasi difollow gak? I : Aku gak ngefollow akun-akun tentang agama-agama begitu, males, liatnya paling kalau muncul di explore doank. Paling @pandjiramdana, dia kayak suka posting tentang quotes-quotes gitu. P : Kenapa follow gitu? I : Gak papa, pengen aja gitu. P : Kalau yang lucu-lucuan gitu difollow gak? I : Nggak sih, paling kalau muncul diexplore doank. P : Kalau nge-upload tentang minat, berita, quotes, atau lucu-lucuan gitu, Irgi pernah gak? I : Nggak, gak pernah hhe P : Irgi yang sehari-hari sama Irgi yang di Instagram sama apa berbeda? I : Sama. P : Irgi gak berusaha membentuk Irgi yang lain di Instagram? Misalnya Irgi yang cantik ata feminism? I : Nggak, biasa aja aku mah hehehe P : Pernah gak Irgi upload sesuatu yang sesuai dengan suasana hati, misalnya lagi galau atau marah? I : Kalau upload buat disimpen mah gak pernah, tapi kalau distory snapgram mah pernah hehe P : Kenapa nge-upload itu ke story? I : Iseng aja, kayak pengen bikin story aja gitu hehe P : Tapi kan bisa diliiat orang? I : Tapi kan biasa aja, gak sampai yang berlebihan gitu. P : Kalau ngeliat orang upload tentang marah-marah gitu pernah gak? I : Pernah P : Tanggapan Irgi tentang orang yang upload kayak gitu apa? I : Biasa aja, aku gak pernah mikirin kayak gitu juga sih. P : Irgi kalau ge-upload foto ngarepin dilove gak? I : Ehh, gimana ya, dibilang ngarepin sih nggak, Cuma kalau gak ada yang love ya sebel juga hehehe P : jadi niat bikin Instagam itu pengen populer? I : Nggak, pengen upload-upload aja gitu. P : terus kenapa minta dilove? I : Ya masa iya gak dilove sih? Kan gak seru hahaha P : Irgi sendiri lebih senang berhubungan sama teman atau orang-orang secara langsung atau lewat Instagram? I : Sehari-hari sih, aku orangnya lebih suka ngobrol langsung. P : Irgi penah gak liat komen-kommen kasar di Instagram? I : Pernah, apalagi waktu lagi zamannya Awkarin itu, terus ngeliat komenkomen di fotonya gitu. P : Sengaja Irgi liat? I : Iya sengaja. Tadinya aku follow, terus sekarang udah nggak. P : Pendapat irgi tentang orang yang komen kasar itu apa? I : Ya gimana ya? Orang kan beda-beda jadi itu sih mereka nilai dari apa yang mereka liat aja, kan aslinya gak tau orangnya gimana. Jadi ya, kalau aku sendiri mah bodo amat gitu loh. P : Kamu pernah kepengen ikutan komen gak? I : Nggak hehehe, Cuma senang aja gitu ngeliatnya. P : Seneng? I : Ehh apa, seru aja ngeliatnya pada komen-komen gitu haha P : Kalau dapat komen kasar dari orang pernah gak di instagram? I : Oh gak pernah. P : Kalau ngeliat konten-konten yang gak baik di Instagram itu pernah gak? I : Ada. kan diexplore suka muncul tuh, jadi kadang keliatan, tapi aku lewatlewatin doank sih. P : Oke, menurut Irgi, Instagram itu banyakan positifnya atau negatifnya? I : Kayaknya seimbang deh. P : Positifnya apa buat Irgi? I : Ya kan di Instagram sering ada kata-kata motivasi gitu, ada banyak akunakun yang bisa kita manfaatin, misalnya kayak akun yang sesuai dengan minat kita kayak tadi. Terus kalau aku terbantu sama akun-akun olshop juga. Jadi gampang kita kalau mau apa-apa karena ada Instagram. Ya pokok Instagram ngebantu banget lah. P : Kalau negatifnya? I : Ya anak sekarang kan kalau upload suka anehm gak sesuai umurnya gitu. Jadi suka ada postingan gak jelas yang nyerempet-nyerempot porno P : Menurut Irgi, Instagram itu penting gak zaman sekarang? I : Biasa aja. Aku gak punya juga gak masalah. P : Oke makasih Irgi. I : Iya, sama-sama. Lampiran 5 Transkip Wawancara Transkip wawancara dengan Koko. Tempat : Wawancara dilakukan di depan rumah nara sumber. Waktu : Wawancara tanggal 5 November 2016 Pukul 11.00 – 11.20 WIB. Keterangan P = Peneliti K = Koko P : Nama lengkapnya siapa? K : Luis Alviando panggilannya Koko. P : Umurnya? K : Umurnya 16. P : Alasan bikin Instagram apa? K : Ya, ngikut-ngikut orang. P : Sebelum punya Instagram, pernah punya medsos yang lain gak? K : Ada, facebook. P : Sering update gak di Instagram? K : Jarang. P : Terus Instagramnya dipakai buat apa? K : Buat ngeliat foto-foto orang. P : Foto-foto yang diliat di Instagram biasanya yang kayak apa? K : Yang lucu-lucu biasanya mah sama olahraga. P : Make Instagramnya seiap hari gak? K : Setiap hari, tapi uploadnya jarang. P : Yang lu liat di Instagram sesuai minat lu gak? K : Iya bang, gw minat sama basket, jadi gw sering liat tentang basket, highlight-highlight gitu. P : Kalau yang berhubungan dengan sosial, misalnya berita-berita gitu? K : Jarang tentang berita mah, liat sesekali doank. Kalau basket gitu sengaja difolow. P : Kalau yang tentang agama tau motivasi gitu ngefollow gak? K : Ada satu atau dua gitu. Sengaja gw follow buat motivasi gitu. P : Kalau nge-upload ada gak yang sesuai minat atau sosial atau motivasi? K : Nggak sih bang, gw kalau nge-upload murni foto-foto gw doank. P : Kalau nge upload yang sesuai sama emosi lu pernah gak> misalnya lagi marah atau galau? K : Pernah tapi jarang haha, kalau di line sering P : Kenapa upload begitu? K : Gak tau ya, gw mau nunjukin emosi gw aja gitu. P : kalau ngeliat orang yang galau atau marah di Instagram pernah? K : Sering, seing banget itu mah. P : Gimana tanggapannya liat yang begitu? K : Gimana ya? Agak lebay agak lebay. P : Koko yang di Instagram sama yang di sehari-hari sama apa beda? K : Sama aja sih, gw nge-ipload sesuai sehari-hari aja gitu. P : Sering liat yang lucu-lucu di Instagram? K : Iya sering, video biasanya. Kayak @indovidgram. P : Kalau nge-upload yang lucu pernah gak? K : Pernah, foto jelek gw sama temn gitu buat lucu-lucuan/ P : Niatnya nge-upload foto di Instagram itu apa? Biar terkenal kah? K ; Buat seru-seruan aja gitu, gak ada niat buat terkenal gw mah. P : Koko lebih akrab sama temen di Instagram atau di sehari-hari? K : Ya sama sih, akrab di dua-duanya. Tapi lebih suka ngobrol sehari-hari lah. P : Ada gak yang difollow di IG yang sebenarnya gak kenal atau canggung gitu sehari-harinya kalau ketemu? K : Ada. Ngobrol di IG sering tapi sehari-harinya hampir gak pernah hahaha. Aneh kan, kalau ketemu cuma lewat doank. haha P : Oke, kalau liat komen-komen kasar di Instagram pernah gak? K : Pernah ada. Biasanya di akun artis gitu. P : Sengaj aliat atau ngakk sengaja? K : Sengaja pengen liat lah, seru kadang-kadang haha P ; Apa tanggapan lu soal itu? K : Ya kurang etis aja sih. Kurang… kurang baik. P : Pernah ikutan atau minimal kepengen ikut komen gak? K : Nggak, gak pernah, pernah deng tapi sama temen sendiri tapi. P : Berantem di IG? K : Iya hahaha P : Niatnya apa? K : Ya lucu-lucuan, bukan berantem beneran, pengen ikutan gerecokin aja biar seru. Iseng P : pernah dapat komen yang degatif di IG? K : Pernah dari temen, taoi bercandaan doank kok. P : Kalau liat konten negative di IG pernah gak? K : Di follow sih nggak, cuma suka muncul kan diexplore. Tapi gak pernah aku liatin sih, aku lewatin aja. P : Tanggapannya gimana? K : Ya gimana ya? Namanya juga orang? P : Menurut Koko Instagram itu banyak positifnya atau negatifnya? K : Positifnya. P : Apa positifnya? K ; Ya kita jadi bisa berbaur dengan orang, terus gw jadi tentang basket. P : Negatifnya? K : Masih banyak orang yang upload buat hal-hal gak jelas yang aneh-aneh gitu sih, kayak konetn-konten dewasa atau hal-hal yang meada usnur kekerasannya, tapi gw gak pernah mau ikutan sih. P ; Penting gak sih Instagram menurut lu? K : Pentig sih. P : Biar apa? K : Ya biar kita sama gitu kayak orang-orang. Gak ketinggalan zaman. P : Oke terima kasih Koko. K : Sama-sama. Lampiran 6 Transkip Wawancara Transkip wawancara dengan Bella. Tempat : Wawancara dilakukan di depan rumah nara sumber. Waktu : Wawancara tanggal 5 November 2016 Pukul 13.30 – 14.00 WIB. Keterangan P = Peneliti B = Bella P : Nama lengkapnya siapa? B : Raina Salsabila. P : Umurnya? B : 14 tahun. P : Oke, kenapa bella bikin Instagram? B : Buat nge-upload foto sama ngepoin orang. P : Ikut-ikutan temen apa pengen sendiri bikin Instagramnya? B : Pengen sendiri sih. P : Niatnya bikin Instagram apa? B : Jadi dulu tuh bukan upload foto sendiri, tapi upload foto anime gitu, terus keterusan. P : Jadi awalnya instagramnya tentang anime? B : Iya, dulu akun aku namanya @narutolovers, aku psoting foto-foto Naruto, pas banyak followersnya fotonya aku hapus terus aku ganti jadi nama aku akunnya hha P : Buat apa begitu? B : Biar followernya banyak lah, biar hits haha P : Tapi sebelumn ya sempet punya facebook sama twitter? B : Punya. P : Make Instagramnya sering gak? B : Sering, setiap hari. Tapi kalau nge-upload jarang. P : Biasanya yang Bella liat di Instagram itu apa sih? B : Biasanya akun anime sama kata-kata modus gitu. Sama ngestalk artis biasanya. P : Niatnya ngestalk artis apa? B : ya biar seru aja hehe P : Bella suka ngeliatin postingan Instagram yang sesuai sama minat Bella gak? B : Suka, tentang anime gitu biasanya, kartun-kartun Jepang, aku follow. P : Minatnya tentang itu aja? B : Iya, aku sukanya itu doank. P : Kalau ngeliat postingan tentang berita-berita gitu sering gak di IG? B : Jarang, pernah liat di explore, tapi kalau ada pun biasanya dicepetin aja hahaha. P : Kalau postingan yang berhubungan sama agama atau motivasi, sering gak Bella liat? B : Sering, aku follow @fokusmodus biasanya motivasi gitu. P : Interaksi Belaa sama temen di Instagram itu biasanya kayak apa? B : Ya cuma komen-komen atau love-love gitu. P : Ada gak yang Bella malah lebih kenal di Instagram, tapi pas ketemu langsung mah gak ngobrol? B : Ada juga sih haha, aku follownya cuma orang yang bukan teman-teman sehari-hari sih. Kalau yang sehari-hari kan udah ketemu tiap hari. P : Alasan follow orang itu apa? B : Ya pengen kenal aja, atau pengen tau aja gitu kehidupannya. P : Bella pernah gak nge-upload psotingan di IG sesaui suasana hati mislnya lagi galau atau marah gitu? B : Gak pernah, aku marah-marahnya ke temen sehari-hari biasanya haha P : Kalau ngeliat orang yang postingan kayak gitu pernah? B : Pernah, jijik sih liat kayak gitu, kok ngumbar-ngumbar. P : Bella yang di Instagram sama sehari-hari sama apa beda? B : Jauh beda, kalau di Instagram lebih feminim sama cantik hehe, kalau sehari-hari kan berantakan aku haha. P : Kalau ngeliat di Instagram yang lucu-lucu pernah? B : Sering, aku buka Instagram emang niatnya sering liat yang lucu-lucu gitu, akun-akun kocak kayak @dagelan gitu. Biar bisa ketawa-ketawa hehe. Kadang-kadang aku juga upload foto jelek sama temen gitu buat lucu-lucuan hahaha P : Gak takut diketawain orang? B : Nggak sih, kan rame-rame sama temen haha, kalau sendiri baru gak mau, malu. P : bella pernah liat akun yang gak baik atau komentar kasar di Instagram? B : Kalau akun jarang, kalau komentar kasar sering aku liatin di komen artis. P : Buat apa ngeliatin gituan? B : Seru aja kak, ada yang hujat, ada yang ngebelain hhe P : Menurut bella Instagram itu banyakan positifnya atau negatifnya? B : Positifnya, soalnya aku liat yang posotif aja kak. Yang negative paling ada di explore terus aku lewain aja. P : Menurut Bella, Instagram itu penting gak zaman sekarang? B : Penting sih, tapi kalau gak punya pun aku gak masalah sebenarnya hehe P : Oke makasih Bellas B : Iya sama-sama. Lampiran 7 Transkip Wawancara Transkip wawancara dengan Raihan. Tempat : Wawancara dilakukan di depan rumah nara sumber. Waktu : Wawancara tanggal 5 November 2016 Pukul 14.00 – 14.15 WIB. Keterangan P = Peneliti R = Raihan P : Nama lengkapnya siapa? R : Raihan Rahim. P : Umurnya? R : 16 tahun. P : Alasan bikin Instagram? R : Ikut-ikutan temen aja sih, penasaran aja IG kayak apa. P : Sering buka Instagram? R : Gak sering sih, tapi tiap hari aku buka tapi sebentar-sebentar aja bukanya. P : Rayhan kalau main Instagram sering ngeliat yang berhubungan sama minat rayhan gak? R : Iya, aku suka basket jadi aku follow akun-akun tentang NBA gitu buat ngeliat berita sama video skill-skill basket gitu. Jadi biar uptodate tentang basket sama bisa belajar skill-skill baru dari video-video basket oemain NBAnya. P : Kalau nge-upload soal minat basket tdai ke IG pernah? R : Gak pernah, dari awal aku bikin IG Cuma nge-upload 1 foto doank buat ngetes haha, lebih make Instagram buat liat-liat. P : Oke, kalau ngeliat tentang berita atau gossip atau keadaan sosial gitu sering liat gak? R : Jarang sih, kapan aku mau aja aku liat, tapi gak aku follow akunnya. Kapan mau liat aja aku follow, gak terlalu penting juga hehe P : Oke, kalau kata motivasi atau akun agama gitu di follow? R : nggak, sama sekali nggak. Males aja hha P : Kalau ngeliat akun-akun humor gitu pernah? R : Aku gak follow, gak nyari juga, tapi kalau orang foloow ya aku liat gitu. P : Jadi kamu gak pernah upload ya? R : Iya haha P : Kalau liat orang nge-upload tentang emosi lagi marah atau sedih gitu? R : Sering sih P : tanggapannya gimana? R : Biasa aja sih, namanya juga orang galau P : Kenapa kamu jarang upload? R : Males aja, aku gak mau dikenal gitu akunnya hehe P : Yang difollow di IG itu siapa? R : Paling temen-temen main doank sama akun basket gitu. P : Jadi gunanya IG buat kamu itu aja? R : Iya, itu doank sih. Aku Cuma buat sieng-iseng doank Instagram mah. P : ada aktif di sosmed lain selain IG? R : Path paling, itu juga sama aja haha P : Oke, menurut Rayhan IG itu positif apa negative? R : Positif aja sih, kalau kayak saya kan positif, cuma dipake buat loiat basket sama psotingan temen doank. Basket buat nambah skill, P : Negatifnya ada gak menurut kamu? R : ada ya paling kalau ada yang upload aneh, tapi kalau kita gak follow kan gak jadi negatidf kan hhe P : Oke makasih rayhan R : Iya sama-sama Lampiran 8 Transkip Wawancara Transkip wawancara dengan Nita. Tempat : Wawancara dilakukan di depan rumah nara sumber. Waktu : Wawancara tanggal 5 November 2016 Pukul 14.30 – 15.00 WIB. Keterangan P = Peneliti N = Nita P : Nama lengkapnya siapa? N : Nita Amalia P : Umurnya? N : 16 tahun. P : Kenapa Nita bikin Instagram? N : Bikin Instagram buat ngeliat-liat foto orang, temen-temen aku, buat ngestalk orang-orang juga, kan sekarang zamannya IG. P : Bikin Instaram itu karena ikutan temen atau gimana? N : Nggak sih, aku emang kepengen punya aja. Kan sebelumnya bikin facebook sama twitter juga. P : Sering gak make IG? N : Ya lumayan sering lah, setiap hari, kadang seharian kalau gak ada kerjaan. P : Sering upload gak? N : Sering sih, kadang tiap hari sekali kadang dua hari sekali. P : Biasanya kalau buka Instagram, yang diliat apa sih? N : Biasanya foto sama video artis atau video sama meme lucu gitu. P : Oke pernah gak ngeliat akun yang berhubungan sama minatnya Nita? N : Aku suka dunia keartisan gitu, jadi folownya artis-artis gitu doank sih. P : Kalau tentang berita atau gossip diliat gak di IG? N : Kalau berita nggak, kalau gossip aku follow, kan aku suka yang tentang artis-artis gitu. P : Kalau yang berhubungan tentang agama atau motivasi gitu ada? N : Gak follow sih, tapi kadang liat kalau temen yang upload aja gitu. P : Oke kalau yang difollow di IG itu kayak gimana? M : Aku follow artis, sama temen yang deket doank. Aku follownya orang yang terkenal-terkenal gitu. P : Hubungan Nita sama temen- di Instagram kayak apa? N : ya kalau temen sehari-hari paling saling ngasih love doank. Jarang komen soalnya kan ketemu tiap hari. P : Kalau yang kenalnya di IG tapi sehari-hari gak kenal atau gak akrab ada? N : ada juga, banyak. P : Kenapa follow dia? N : Ya pengen stalking aja, pengen liat dia kayak apa. P : Komen-komenan gak? N : Iya kadang-kadang haha P : Ada gak di IG Nita ngeliat akun-akun yang negative di IG? N : Nggak sih, aku foloownya artis yang baik doank kan. Tapi aku IGnye pernah dibajak gitu, terus keupload ofoto-foto gak jelas. P : Kalau nge-upload yang sesuai emosi pernah gak> misalnya lagi galau gitu? N : Iya pernahg hehe, biasanya kalau lagi gabut terus upload aja gitu. P : Kenapa nge-upload? N : Gak tau pengen aja gitu hahaha P : Kalau liat atau upload yang lucu-lucu pernah? N : Upload lucu-lucu paling foto zaman dulu yang masih alay-alay haha P : Nita pernah liat orang yang galau-galau gitu di IG? N : pernah, sering haha P : Apa tangapan Nita ngeliat yang igut? N : Lebay haha P : Kan Nita juga upload gitu? N : Iya sih haha P : Pernah liat yang negatif-negatif gak di Instagram? N : Paling kayak komen kasar gitu di Ig artis yang aku follow. P : Pernah ikutan komen? N : Nggak pernah, cuma litanya sering karena aku kan follow. P : Apa tanggapan Nita ngeliat orang yang komen kasar gitu? N : gak apa sih, biarin aja aku mah, yang penying gak ikut-ikutan kan. P : Jadi menurut nita, IG banyak posotifinya apa negatifnya? N : Sama aja sih, tergantung gunainnya. Aku gunainnya posotif jadi ya positif aja IG aku, gak anehpaneh sih Lampiran 9 Transkip Wawancara Transkip wawancara dengan Latifa. Tempat : Wawancara dilakukan di depan rumah nara sumber. Waktu : Wawancara tanggal 5 November 2016 Pukul 17.30 – 18.00 WIB. Keterangan P = Peneliti L = Latifa P : Nama lengkapnya siapa? L : Jihan Latifa Nabila. P : Umurnya? L : 16 tahun. P : Kenapa buat Instagram? L : Ngeliat temen punya, pengen bikin juga hehe P : Ada alasan lain gak bikin Instagram L : Nggak sih haha P : Sering buka Instagram? L : Sering sih tiap hari hehe, uploadnya gak setiap hari sih. P : Niatnya upload itu apa? L : Pengen naro foto disitu aja. P : Gak pengen biar terkenal? L : Nggak sih, aku gak kepengen terkenal juga hehe P : Oke, Instagramnya dipake buat negliat atau nyalurin minatnya Tifa gak? L : Iya, aku suka art seni-seni gitu, sama modeling jadi aku follow dan suka ngeliat yang gitu-gitu. P : Upload tentang art pernah? L : Upload mah nggak, aku malu kalau yang model hehe. Kalau upload yang gambar- art gitu sering. Aku suka ngerepost gambar dari google atau foto yang aku foto sendiri, sama gambar tangan aku. P : Kalau ngeliat yang berhubungan sama sosial kayak berita di IG? L : Nggak, jarang aku yang gitu-gitu. P : kalau yang berhubungan sama agama sama motivasi? L : Nggak, nggak pernah males. Paling aku upload quotes gitu sesuai sama perasaan hehe. P : Kalau yang lucu-lucu? L : Kalau follow nggak, tapi aku liat terus, aku cari gitu kadang-kadang atau liat diexplore buat menghibur diri P : Terus, kalau lagi marah atau galau atau emosi, pernah gak nge-upload yang sesuai suasana hati pernah? L : Kadang-kadang hehe P : Kenapa upload? L : Biasanya aku upload kalau lagi marah, aku tulis di caption, buat ngeluarin perasaan aja gitu biar lega. Kadang biar orang lain tahu atau ada yang peka gitu. Apalagi kalau aku lagi marah sama orang yang juga ada di Instagram aku, biar dia tahu diri hehehe. P : Gak malu, kan banyak yang liat? L : Nggak lah haha, kan yang follow aku temen-temen doank jadi mereka udah tau aku haha P : Tifa yang di Instagram sama di sehari-hari beda gak? L : Beda, di Intagram lebih cantik haha, Foto yang diupload ke Instagram cuma yang bagus-bagus, suka diedit juga biar keliatan orang lebih cantik di Instagram hehehe P : Kalau foto jelek di upload gak? L : Ada, video juga ada, biasanya barenga temen tapi yang temennya udah jelek hahaha P : Jadi di IG itu beda. L : Ya beda, di IG aku lebih cantik gitu hahaha P : Yang Tifa follow di IG itu siapa aja? L : Ya temen aku yang sehari-hari, sama yang aku kenal gitu, kalau aku pengen liat ya aku follow, sama seniman-seniman gitu. P : Sering komen-komenan di IG? L : Jarang, aku komen kalau dikomen doank hehehe P : Sama orang gak kenal pun komen? L : Ya kadang-kadang sih, kalau dia komen ya aku bales biar gak dibilang sombong hehe P : Oke, kalau di IG pernah liat konten negative gak? L : Kayak apa? Kalau yang prono gitu gak pernah. P : kalau konten atau komen kasar pernah? L : Oh iya pernah, di IG artis suka ada aja sih gitu, tapi gak pernah aku perhatiin juga, bodo amat sama yang gtu-gtu. P ; Oke menurut Tifa, IG itu positif apa negative? L : Buat aku sih positif, aku kan jadi tau seni sama bisa liat yang gitu-gitu di Instagram, negatifnya palin ya kayak yang porno tadi, tapi kan aku gak liat juga jadi positif aja haha P : Oke makasih ya Tifa hehe L : Oke. Lampiran 10 Hasil Dokumentasi BIODATA PENULIS Ikhsan Tila Mahendra adalah nama penulis skripsi ini. Penulis adalah anak pertama dari 2 bersaudara hasil pernikahan Bapak Ir. Hendri Sy dengan Ibu Sasmiyenti, S.Pd. Penulis lahir di Bandar Lampung, 07 Maret 1995. Riwayat pendidikan penulis; penulis pernah mengenyam pendidikan di TK Islam Taman Raharja Babelan-Bekasi pada tahun 1998-1999, kemudian melanjutkan pendidikan di SDN Babelan Kota 01 Babelan Bekasi tahun 2000-2006, kemudian melajutkan jenjang pendidikan menengah pertama di SMPN 1 Babelan Bekasi tahun 2006-2009, kemudian melanjutkan pendidikan menengah atas di SMAN 1 Babelan tahun 2009-2012, setelah itu melanjutkan pendidikan perguruan tinggi sejak tahun 2012 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan (FITK) hingga sekarang. Penulis juga aktif dalam organisasi intra kampus penulis terlibat secara aktif di HMJ PIPS sebagai anggota divisi Komunikasi dan Informasi masa jabatan 2012-2014 dan BEM FITK sebagai Ketua divisi Penelitian dan Pengembangan masa jabatan 2015. Dengan ketekunan dan motivasi tinggi untuk terus belajar dan berusaha, penulis telah berhasil menyelesaikan pengerjaan tugas akhir skripsi ini. Seomga dengan penulisan tugas akhir skripsi ini mampu memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan. --- “Tiga Hal Yang Tidak Boleh Mati: Berdoa, Semangat dan Bersyukur”---