Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Infeksi Menular

advertisement
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Infeksi Menular Seksual
di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi
Yugha Muhamad R R, Tara Indra Dirgantara, S.Kep., Ners
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi tingginya kejadian Infeksi Menular Seksual (IMS) yang
terjadi di kelurahan Baros. Tujuan penilitian ini untuk mengetahui seberapa besar faktor
pendidikan, pengetahuan, sikap dan perilaku mempengaruhi kejadian IMS pada Pasangan
Usia Subur. Infeksi menular seksual tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya,
yaitu: faktor dasar, faktor medis, faktor alat kontrasepsi & faktor sosial. Jenis penelitian
menggunakan korelasional melalui pendekatan cross-sectional. Analisis hipotesa
menggunakan analisis regresi logistik binary. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
didapatkan hasil P-Value = 0,079 tidak ada pengaruh pendidikan terhadap Kejadian IMS, P
Value = 0,000 ada pengaruh pengetahuan terhadap Kejadian IMS dengan nilai OR (-2.908),
P-Value = 0,000 ada pengaruh Sikap terhadap Kejadian IMS dengan nilai OR 5,748), P
Value = 0,000 ada pengaruh perilaku seksual terhadap Kejadian IMS dengan nilai OR
(5,188), variabel paling berpengaruh adalah sikap seksual. Disarankan kepada Puskesmas
Baros untuk lebih meningkatkan kegiatan program promotif & preventif IMS dengan
kerjasama lintas sektor khususnya pada PUS dengan meningkatkan penyuluhan tentang IMS.
Kata kunci :
Pendidikan, Pengetahuan, Sikap Seks & Perilaku Seksual
PENDAHULUAN
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh peningkatan derajat kesehatan bertolak dari
perilaku masyarakat tersebut terhadap kesehatan. Prioritas utama dalam peningkatan derajat
kesehatan dengan upaya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit daripada penyembuhan
penyakit serta pemulihan kesehatan. Saat ini yang menjadi sorotan pemerintah adalah
pencegahan penyakit menular dikarenakan kasus tersebut semula menurun atau tidak
ditemukan, pada akhir-akhir ini cenderung meningkat terutama pada penyakit menular
seksual (Kemenkes RI, 2009).
Infeksi Menular Seksual (IMS) disebut juga veneral disease (dari kata venus yang
berarti dewi cinta dari Romawi kuno) yang didefinisikan sebagai salah satu akibat yang
ditimbulkan karena aktifitas seksual yang tidak sehat sehingga menyebabkan munculnya
penyakit menular, misalnya sifilis, gonore, Papiloma, ulkus mole dan lain-lain (Saifuddin,
2009).
Di sebagian besar negara insiden IMS relatif masih tinggi dan setiap tahunnya
beberapa juta kasus baru beserta komplikasi medisnya antara lain kemandulan, kecacatan,
1
gangguan kehamilan, gangguan pertumbuhan, kanker bahkan juga kematian memerlukan
penanggulangan sehingga hal ini akan meningkatkan biaya kesehatan (FKUI, 2009).
Kelompok yang mempunyai resiko untuk terkena IMS adalah kelompok usia
produktif, pelancong, pelaut, pekerja seksual komersial (PSK) atau sering juga di sebut
wanita penjaja seks (WPS), waria, Pecandu narkotik dan Homoseksual (Abeenabilla, 2009).
Kelompok usia produktif salah satu didalamnya termasuk pasangan usia subur.
Wanita dan bayi menanggung konsekuensi jangka panjang yang signifikan dari IMS,
Selain faktor-faktor biologis dan sosial seperti kemiskinan dan akses ke pelayanan IMS
berkualitas, ketidakmampuan perempuan untuk menegosiasikan praktek seks yang lebih
aman, seperti penggunaan kondom, secara signifikan dapat mempengaruhi kesehatan seksual
dan kemudian kesehatan bayi yang belum lahir (Pulerwitz, 2014). Selain itu, pendidikan,
pengetahuan, sikap, dan perilaku pun menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kejadian IMS.
Berdasarkan fenomena tersebut maka penulis sangat tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Infeksi Menular
Seksual di Kelurahan Baros wilayah kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi”.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui seberapa besar faktor pendidikan, pengetahuan, sikap seksual dan
perilaku seksual terhadap kejadian IMS di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros
Kota Sukabumi.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat di manfaatkan sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan
upaya program promotif & preventif kesehatan di wilayah kerja Pus esmas Baros guna
meningkatkan derajat kesehatan yang optimal terutama dalam bidang kesehatan reproduksi.
Kerangka Pemikiran
Bagan 1.1 Kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit menular
seksual pada pasangan usia subur
Pendidikan
Pengetahuan
Sikap
Perilaku
Kejadian
Penyakit
Menular
Seksual pada
pasangan usia
subur
3
Hipotesis
Ada pengaruh pendidikan, pengetahuan, sikap, dan perilaku pasangan usia subur
terhadap kejadian IMS.
Bentuk hipotesisnya :
H0
: Tidak ada pengaruh pendidikan, pengetahuan, sikap, dan perilaku pasangan usia subur
terhadap kejadian IMS di kelurahan Baros wilayah kerja Puskesmas Baros Kota
Sukabumi
H1
: Ada pengaruh pendidikan, pengetahuan, sikap, dan perilaku pasangan usia subur
terhadap kejadian IMS di kelurahan Baros wilayah kerja Puskesmas Baros Kota
Sukabumi
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional
yang bertujuan
mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel. Serta menggunakan pendekatan cross
sectional.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendidikan, pengetahuan tentang infeksi
menular seksual, sikap terhadap seksual dan perilaku seksual. Sedangkan variabel tak bebas
dalam penelitian ini adalah kejadian Infeksi Menular Seksual (IMS).
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian Pasangan Usia Subur yang berada di
Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi. Sedangkan teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan cara Cluster Sampling.
Analisis bivariat dalam penelitian ini mengunakan regresi logistic untuk 2 variabel.
Regresi Logistik Biner adalah teknik statistik ini digunakan untuk mengetahui pengaruh satu
variable independen atau lebih (X) terhadap satu variable dependen (Y).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Gambaran Umum Karakteristik Responden
Analisis deskriptif karakteristik responden terdiri dari usia, penghasilan, riwayat
pernikahan, dan sumber informasi responden. Analisis deskriptif karakteristik responden
selengkapnya bisa dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini :
Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Kelurahan Baros
Wilayah kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi
Karakteristik
< 20
Usia
2035
˃ 35
Jumlah
< 900.000
Penghasilan
˃ 900.000
Jumlah
1x
Riwayat
Pernikahan
˃ 1x
Jumlah
Internet
Media
Sumber
cetak/elektronik
Informasi
Petugas kesehatan
Teman/Keluarga
Jumlah
n
15
219
122
356
173
183
356
323
33
356
17
%
4
62
34
100
49
51
100
91
9
100
5
98
27
156
85
356
44
24
100
Berdasarkan Tabel 1.1, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang berada
di Kelurahan Baros Kota Sukabumi berusia 20 – 35 tahun sebanyak 219 responden (62
%), berpenghasilan ≥ Rp. 900.000,- sebanyak 183 responden (51%), Menikah 1 kali
sebanyak 323 responden (91 %), serta mendapatkan informasi dari petugas kesehatan
sebanyak 156 responden (44%).
2. Analisa Univariat Berdasarkan Variabel
Analisis deskriptif variabel penelitian terdiri dari pengetahuan ibu, pendidikan,
paritas (jumlah anak), pekerjaan, dan sumber informasi responden. Analisis deskriptif
variabel penelitian selengkapnya bisa dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini :
Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian di Kelurahan Baros Wilayah
kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi
Karakteristik
SD
SMP
Pendidikan
SMA
PT
Jumlah
Baik
Pengetahuan
Cukup
Kurang
Jumlah
Positif
Sikap Seksual
Negatif
Jumlah
Positif
Perilaku Seksual
Negatif
Jumlah
Kejadian IMS
Positif
n
94
162
82
18
356
203
102
51
356
293
63
356
299
57
356
285
%
26
46
23
5
100
57
29
14
100
82
18
100
84
16
100
80
5
Negatif
Jumlah
71
356
20
100
Berdasarkan Tabel 1.2, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang berada
di Kelurahan Baros Kota Sukabumi berpendidikan SMA/MA sebanyak 162 responden
(46%), berpengetahuan baik sebanyak 203 responden (57 %), memiliki sikap seksual
yang positif dalam pencegahan Infeksi Menular Seksual sebanyak 293 responden (82%),
berperilaku seksual yang positif dalam pencegahan Infeksi Menular Seksual sebanyak
299 responden (84%), serta tidak pernah mengalami gejala Infeksi Menular seksual
sebanyak 285 responden (80%).
3. Pengaruh Pendidikan Terhadap Kejadian Infeksi Menular Seksual
Tabel 1.3 Pengaruh Pendidikan Terhadap Kejadian Infeksi Menular Seksual Di
Kelurahan Baros Wilayah kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi
No
Analisa
Hasil
1
2
.014
80.1
4
Analisa Nagelkerke’s R Square
Classification Plot
Overall Test (Omnibus Test of
Model Coefficient)
Partial Test
5
Odds Ratio
3
.078
.079
-0.255
Exp(B)
0.775
Hasil analisa tersebut menunjukan tidak ada hubungan signifikan variabel
pendidikan pasangan usia subur terhadap kejadian infeksi menular seksual. Hasil tersebut
sejalan dengan hasil penelitian (Ninik, 2012 ) yang menyatakan bahwa Tingkat
pendidikan bukanlah faktor mutlak yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Hasil
penelitian juga mengemukakan bahwa subyek penelitian yang berpendidikan lebih
tinggi ternyata pengetahuan tentang IMSnya masih kurang. Hal tersebut dimungkinkan
karena masih kurangnya penyuluhan ataupun informasi tentang infeksi menular seksual
yang tidak diinformasikan melalui pendidikan formal.
4. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Kejadian Infeksi Menular Seksual
Tabel 1.4 Pengaruh Pengetahuan Terhadap Kejadian Infeksi Menular Seksual Di
Kelurahan Baros Wilayah kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi
No
Analisa
Hasil
1
2
Analisa Nagelkerke’s R Square
Classification Plot
Overall Test (Omnibus Test of
Model Coefficient)
Partial Test
Odds Ratio
.591
90.4
3
4
5
.000
.000
-2.908
Exp(B)
.055
Hasil penelitian menunjukan ada hubungan signifikan variabel pengetahuan
pasangan usia subur terhadap kejadian infeksi menular seksual. Hal tersebut
memungkinkan dengan pengetahuan tentang infeksi menular seksual yang kurang, besar
kemungkinan pasangan usia subur tidak mendapat informasi mengenai infeksi menular
seksual secara utuh.
Model dalam penelitian ini dapat menjelaskan variabel pengetahuan sebesar 90,4%
dengan kondisi yang terjadi,
variable pengetahuan mempengaruhi Kejadian Infeksi
Menular Seksual Di Kelurahan Baros Wilayah kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi,
serta orang yang berpengetahuan kurang akan cenderung memiliki resiko 2,908 kali lebih
besar terkena Infeksi Menular Seksual dibandingkan dengan orang yang berpengetahuan
cukup/baik.
5. Pengaruh Sikap seksual Terhadap Kejadian Infeksi Menular Seksual
Tabel 1.5 Pengaruh Sikap Seksual Terhadap Kejadian Infeksi Menular Seksual Di
Kelurahan Baros Wilayah kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi
No
Analisa
4
Analisa Nagelkerke’s R Square
Classification Plot
Overall Test (Omnibus Test of
Model Coefficient)
Partial Test
5
Odds Ratio
1
2
3
Hasil
.729
95.2
.000
.000
5.748
Exp(B)
313.423
Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel sikap signifikan mempengaruhi
kejadian IMS. Model dalam penelitian ini dapat menjelaskan variabel sikap seksual
sebesar 95,2% dengan kondisi yang terjadi,
variable sikap seksual mempengaruhi
Kejadian Infeksi Menular Seksual Di Kelurahan Baros Wilayah kerja Puskesmas Baros
Kota Sukabumi, serta orang yang sikap seksual negatif akan cenderung memiliki resiko
5,748 kali lebih besar terkena Infeksi Menular Seksual dibandingkan dengan orang yang
bersikap seksual positif.
7
6. Pengaruh Perilaku Seksual Terhadap Kejadian Infeksi Menular Seksual
Tabel 1.6 Pengaruh Perilaku Seksual Terhadap Kejadian Infeksi Menular Seksual
Di Kelurahan Baros Wilayah kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi
No
Analisa
Hasil
1
2
.628
93.3
4
Analisa Nagelkerke’s R Square
Classification Plot
Overall Test (Omnibus Test of
Model Coefficient)
Partial Test
5
Odds Ratio
3
.000
.000
5.188
Exp(B)
179.137
Hasil penelitian menunjukan ada hubungan signifikan variabel Perilaku Seksual
pasangan usia subur terhadap kejadian infeksi menular seksual. Model dalam penelitian
ini dapat menjelaskan variabel perilaku seksual sebesar 93,3 % dengan kondisi yang
terjadi, variable perilaku seksual mempengaruhi Kejadian Infeksi Menular Seksual Di
Kelurahan Baros Wilayah kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi, serta orang yang
berperilaku seksual negatif akan cenderung memiliki resiko 5,118 kali lebih besar terkena
Infeksi Menular dibandingkan dengan orang yang berperilaku seksual positif.
KESIMPULAN DAN SARAN
Terdapat pengaruh yang signifikan antara pengetahuan, sikap seksual dan perilaku
seksual terhadap kejadian IMS di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota
Sukabumi.
Serta penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam evaluasi terhadap program
Promotif dan Preventif kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Baros guna meningkatkan
derajat kesehatan yang optimal terutama dalam bidang kesehatan reproduksi. Petugas
Puskesmas harus lebih intensif dalam memberika penyuluhan tentang kesehatan, khususnya
dalam bidang promosi kesehatan, seperti memberikan penyuluhan tentang Infeksi Menular
Seksual serta Puskesmas Baros dapat melakukan kerjasama lintas sektor dengan tokoh agama
maupun kepolisian tentang pemberantasan penularan IMS dengan pendekatan rohani dan
juga pemberantasan penyakit masyarakat (Pekat) oleh kepolisian guna dapat meningkatkan
derajat kesehatan secara optimal di Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, Maman, Muhidin, Sambas & Somantri, Ating. Dasar-Dasar Metode Statistika
Untuk Penelitian. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012.
Abeenabilla.
63
persen
remaja
berhubungan
seks,
2009
http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/08/12/20/21526-63-persenremaja-berhubungan-seks diakses tanggal 10/3/2014 pukul 10.00
Andrews, G. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2010
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta, 2006
Azwar, S. Sikap Manusia teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka, 2010.
BKKBN. Program Keluarga Berencana Nasional. Jakarta, 2005.
Bobak, dkk. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC, 2004.
Brunner dan Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC, 2001.
Budiarto, Eko. Metode Penelitian Kedokteran : Sebuah Pengantar. Jakarta: EGC, 2004.
Chandra, Budiman. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : EGC, 2008.
Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi.Jakarta : EGC, 2009.
Dinas Kesehatan Jawa Barat. Profil Dinas kesehatan Jawa Barat, 2012.
Dinas Kesehatan Kota Sukabumi. Laporan Tahunan, 2013.
Erfandi. Pengetahuan
dan
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
.orbetterhealth.wordpress.com/2009/04/19/pengetahuan-dan-faktor-faktor-yangmempengaruhi/. Diakses tanggal 02 juli 2014.
Gretta.(2012). Perilaku Pemakaian Kondom Dengan Kejadian Infeksi Menular Seksual.
Jurnal Keperawatan Ilmiah STIKES Hang Tuah Surabaya Volume 3 Nomer 2/April
2012
Hakim, Lukman. Epidemiologi Infeksi Menular Seksual. Dalam : Daili SF, Makes WIB,
Zubier F, penyunting. Infeksi Menular Seksual. Edisi ke-4 Cetakan ke-1. Jakarta :
Balai Penerbit FK UI, 2009.
Handayani, Sri. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama,
2010.
Heru dan Yasril. Teknik Sampling Untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu,
2009.
Hidayat, A. Aziz Alimul. Metode Penelitian dan kebidanan dan teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika, 2010.
Ibnu, dkk. Statistika Untuk Praktisi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu., 2009.
Kemenkes RI. Sistem Kesehatan Nasional bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan
kesehatan, 2009.
9
Kowalak , Jennifer . Buku Ajar Patofisiologi.Jakarta : EGC, 2011.
Kristianto Jusuf. Studi Asuhan Keperawatan Prosedur Pemasangan Infus di RC MMC
Jakarta. Jakarta : Tugas Mentlit Program Studi S3IKM, 2007.
Kumalasari & Andhyantoro. Kesehatan Reproduksi untuk. Mahasiswa Kebidanan dan
Keperawatan. Jakarta : Salemba, 2012.
Manser, Martin. Oxford Learner’s Pocket Dictionary. Oxford University Press. 2008
Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba. Pengantar Kuliah
Obstetri. Jakarta: EGC, 2010.
Meliono, Irmayanti, dkk. MPKT Modul 1. Jakarta : Lembaga Penerbitan FEUI,2007.
Moh Nazir, Ph.d. Metode Penelitian, Jakarta :Penerbit Ghalia Indonesia, 2005.
Mubarok. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar Dalam
Pendidikan. Yogyakarta. Graha Ilmu, 2007.
Ninik Dkk. (2012). Perilaku Wanita Pekerja Seks dalam Pencegahan Infeksi Menular
Seksual (Studi Kualitatif Pada Anak Asuh di Lokalisasi Gembol, Sukosari,
Bawen, Kabupaten Semarang). Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 11 / No.
1, April 2012
Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian dan Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta, 2010.
___________________. Promosi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
___________________. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta, 2010.
Nainggolan, Novrilia. Dampak Sosialisasi Program Keluarga Berencana Dalam Pengambilan
Keputusan Keluarga Untuk Menggunakan Kontrasepsi Di Kecamatan Samarinda Ulu
Kota Samarinda. Fisip, Universitas Mulawarman, 2013.
Nurfadhilah.(2011).Kondom
alatkontrasepsi
yang
lebih
ideal.
http://www.republika.co.id/berita/rol-to-campus/umj/13/01/11/mggnb7-ternyatakondom-alat-kontrasepsi-yang-lebih-ideal diakses tanggal 10/3/2014 pukul 10.00
Nursalam. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan edisi 3,
Profesional. Jakarta: Salemba Medika, 2011.
Pulerwitz J, Amaro H, De Jong W, Gortmaker SL, Rudd R. Relationship power, condom use
and HIV risk among women in the USA. AIDS Care. 2002;14(6):789-800.
Puskesmas Baros Kota Sukabumi. Laporan Tahunan, 2013
Riset Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) dikalangan kelompok beresiko tinggi
di indonesia. Kemenkes RI, 2011.
Saifuddin,Abdul Bari,dkk (Ed). Ilmu Kebidanan . Jakarta : PT Bina Pustaka, 2009.
Siti Fatimah. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Pasien Infeksi Menular Seksual
(IMS) Dengan Perilaku Pencegahan Penularan Ims Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kom Yos Sudarso P. Skripsi. Pontianak. Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjungpura, 2013.
Suratun, dkk. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan. Kontrasepsi. Jakarta : Trans
Info Media, 2008.
Trussell, James (2011). "Contraceptive efficacy". In Hatcher, Robert A.; Trussell, James;
Nelson, Anita L.; Cates, Willard Jr.; Kowal, Deborah; Policar, Michael S. (eds.).
Contraceptive technology (20th revised ed.). New York: Ardent Media. pp. 779–863.
ISBN 978-1-59708-004-0. ISSN 0091-9721. OCLC 781956734.
Wahid, dkk. Promosi Kesehatan Sebuah Metode Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam
Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.
Wawan, A dan Dewi, M. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan. Perilaku Manusia.
Yogyakarta : Nuha Medika, 2010.
Widyastuti, dkk. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya, 2009.
Wirosuhardjo, Kartomo. Dasar dasar Demografi. Jakarta:Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 2004.
Download