EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN JIGSAW TERHADAP MINAT BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD BAKALAN PENDOWOHARJO SEWON BANTUL TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Diah Purtisari Siti Maisaroh PGSD Universitas PGRI Yogyakarta Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan minat belajar IPS siswa kelas IV SD Bakalan antara menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan untuk mengetahui manakah yang lebih efektif antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap minat belajar IPS siswa kelas IV SD BakalanPenelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan desain eksperimental semu (quasi exeprimental design) dengan populasi siswa SD Bakalan sebagai sampel 59 siswa kelas IV SD Bakalan Pendowoharjo Sewon Bantul Tahun Pelajaran 2015/2016 yang terbagi atas dua kelas yaitu kelas IVA sebanyak 30 siswa dan kelas IVB sebanyak 29 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen angket (kuesioner) berupa nilai angket pretes dan nilai angket postes minat belajar IPS, dan dokumentasi. Tehnik analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik nonparametrik wilcoxon dengan taraf signifikansi 0,05.Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) ada perbedaan minat belajar IPS siswa antara menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ditinjau dari nilai postes siswa kelas IVA dan IVB dengan uji wilcoxon sig = 0,009 < 0,05. (2) model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih efektif daripada menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam meningkatkan minat belajar IPS. Hal ini diketahui dari hasil rata-rata postes kelas Ekperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu 128, 37 sedangkan hasil rata-rata postes kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yaitu 120,57. Kata kunci: Minat Belajar IPS, Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw, Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD. Abstract This study aims to determine differences of social studies students interest of fourth grade Bakalan Elementary School between using cooperative learning STAD type model and cooperative learning Jigsaw model and to determine which is more effective between them toward social studies students interest of fourth grade. This study is an experimental study with a quasi-experimental design (quasi exeprimental design) with a population 59 students as sample who were divided into two classes, namely IVA class of 30 students and IVB class of 29 students. The technique of collecting data used questionnaires (questionnaire) in the form of questionnaire pretest and posttest score of social studies interest, and documentation. Data analysis technique in this study used the non-parametric Wilcoxon statistical significance level of 0.05. The study concluded that (1) there was a difference between the students' interest of social studies used cooperative learning STAD type model and using Jigsaw cooperative learning model in terms of postest score of IVA and IVB class used with Wilcoxon test sig = 0.009 <0.05. (2) STAD cooperative learning model was more effective than cooperative learning model of Jigsaw in increasing social studies interest. It was known from the average of postest 1 class experiment score that used cooperative learning model type STAD was 128, 37, while the average of posttest control class socre that used Jigsaw cooperative learning model was 120.57. Keywords: Social study learning interest, Model Cooperative Learning Jigsaw, Model Cooperative Learning STAD. PENDAHULUAN Latar Belakang Pesatnya perkembangan zaman dan era globalisasi menuntut setiap manusia untuk siap menghadapi persaingan dengan manusia lain. Untuk dapat bersaing dan dapat bertahan maka harus memiliki kualitas sumber daya manusia yang baik, dalam rangka meningkatan sumber daya manusia melalui jalur pendidikan. Pendidikan yang baik akan mencerminkan negara yang maju, sumber daya manusia yang baik akan meningkatkan potensi dan pembangunan yang ada dalam suatu negara. Masyarakat dan bangsa Indonesia perlu mempersiapkan diri dalam menghadapi tuntutan-tuntutan global. Salah satu masalah yaitu rendahnya mutu pendidikan. Berbagai upaya perlu dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, diantaranya melakukan pembaharuan di bidang pendidikan, terutama pengembangan pembelajaran yang digunakan di lembaga-lembaga sekolah. Pembelajaran yang baik adalah ketika sesorang melakukan aktivitas belajar dan diakhir aktivitasnya itu telah memperoleh perubahan dalam dirinya dengan pengalaman baru, maka individu itu telah diakatakan belajar. Syaiful Bahri Djamarah (2011: 15) jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar, yaitu: perubahan yang terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar yang bersifat fungsional, perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Guru berperan dalam dalam tercapainya perubahan tersebut, menurut Achmad Sapari (Ahmad Rizal,dkk 2009: ) guru harus ditingkatkan sensivitasnya dan kreativitasnya. Sensitivitas adalah kemampuan guru untuk mengembangkan kepekaan-kepekaan pedagogisnya untuk kepentingan pembelajaran. Secara langsung guru dituntut untuk memiliki kreativitas dalam pembelajaran. Guru memiliki tanggung jawab untuk membimbing peserta didik agar mereka memperoleh keterampilanketerampilan dan pemahaman, perkembangan berbagai kemampuan, kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan perkembangan sikap yang serasi. Berdasarkan pengamatan peneliti di kelas IV SD Bakalan, siswa merasa bosan dan kurang berminat pada pelajaran IPS. Hal ini ditunjukan dengan sikap siswa yang ribut di kelas, mengobrol dikelas bahkan mengantuk di dalam kelas. Kurangnya minat siswa terhadap pelajaran IPS disebabkan dalam pembelajaran atau metode yang sering digunakan guru yaitu ceramah, siswa merasa malas jika harus mencatat materi yan gdiajarkan dengan kalimatkalimat yang panjang dan kurang menarik. Akibatnya minat siswa dalam pembelajaran IPS menurun dan hasil belajar siswa baik segi kognitif, afektif, dan psikomotor juga menurun. Rata-rata nilai ulangan IPS kelas IVA yaitu 71, 89 dan masih ada siswa yang nilainya jauh dibawah nilai rata-rata yaitu 48. Rata-rata nilai ulangan IPS kelas IVB yaitu 71,89 sama seperti kelas IVA masih ada siswa yang nilainya jauh dibawah nilai rata-rata yaitu 50. Hasil ulangan tersebut dimungkinkan karena pemilihan model pembelajaran yang kurang tepat dan kurang variatif sehingga siswa merasa jenuh dalam belajar. Guru adalah ujung tombak akan dibawa ke arah mana pembelajaran yang dilaksanakannya, keberhasilan guru dalam mentransfer materi pembelajaran sangat bergantung pada cara mengajar guru. Guru yang memiliki berbagai 2 macam cara dalam mengajar tentu akan meningkatkan minat belajar siswa sebaliknya guru yang memiliki cara mengajar yang konvensional cenderung membuat peserta didik cepat bosan. Oemar Hamalik (1993: 4) metode adalah cara sedangkan teknik adalah prosedur atau langkah-langkah yang akan ditempuh. Pemilihan dan penggunaan suatu metode dan teknik ditentukan oleh tujuan pengajaran yang hendak dicapai dan materi yang hendak diajarkan. Metode pengajaran menurut (Oemar Hamalik 1993: 17) merupakan suatu istilah yang umum yang mengandung arti cara mengerjakan/berbuat sesuatu. Metode pengajaran adalah cara yang digunakan dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Berdasarkan uraian di atas, maka upaya-upaya perbaikan pendidikan yang dilakukan mengarah kepada pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered, learning oriented). Salah satu model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif untuk memberikan variasi dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif yaitu: (1) tipe Student TeansAchievement and Divisions (STAD),(2) tipe TGT (Teams-Games-Tournamnet), (3) tipe TAI (Team Assited Individualization), (4) tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition), (5) tipe Jigsaw, (6) tipe Belajar Bersama (Learning Together), (7) tipe GI (Group Investigation). Ada prosedur dasar yang membedakan pembelajaran kooperatif dengan pembagian kelompok lainnya, siswa tidak hanya diminya berkelompok kemudian ditugasi, sementara siswa tidak tahu cara bekerja sama menyelesaikan tugasnya, namun pembelajaran kooperatif memungkinkan adanya pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw lebih membiasakan kepada siswa untuk belajar berkelompok untuk mengembangkan kemampuan bekerja sama, berpikir kritis dan sikap sosial siswa dalam rangka memecahkan masalah atau mengerjakan tugas. Pembelajaran STAD dicirikan oleh suatu struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif, STAD adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, . Siswa ditempatkam dalam tim beranggotakan 4-5 peserta didik yang heterogen. Guru meyampaikan materi pembelajaran kemudian siswa bekerja secara berkelompok dengan tujuan agar semua peserta didik menguasai materi pembelajaran tersebut. Guru memberikan kuis yang berkaitan dengan materi, dalam kuis tidak diperkenankan membantu sesama anggota kelompok. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dicirikan oleh siswa di dalam kelas akan dibagi dalam tim belajar heterogen beranggota lima sampai enam orang, berbagai materi akademis akan disajikan kepada siswa dalam bentuk teks, dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari satu porsi materinya. Sebagai contoh bila materinya tentang sumber daya alam, seorang mempelajari tentang sumber daya alam yang diambil dari alam, seorang mempelajari tentang jenis-jenis sumber daya alam, seorang mempelajari tentang persebarannya dan yang terakhir mempelajari tentang manfaatnya. Para anggota dari tim yang berbeda, tetapi membicrakan topik yang sama bertemu untuk belajar dan saling membantu dalam mempelajari topik tersebut. Setelah itu siswa kembali ke tim asalnya dan mengajrkan sesuatu yang telah mereka pelajari dalam tim ahli kepada anggota-anggota yang lain di timnya masing-masing. Setelah pertemuan dan diskusi tim asal, siswa mengerjakan kuis secara individual tentang berbagai materi sumber daya alam. Berdasarkan uraian di atas peneliti hendak mengadakan penelitian yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Jigsaw Terhadap Minat Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Bakalan Pendowoharjo Sewon Bantul Tahun Pelajaran 2015/2016” Rumusan Masalah (1 ) Apakah ada perbedaan minat belajar IPS siswa kelas IV SD Bakalan 3 antara menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw? (2) Manakah yang lebih efektif antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap minat belajar IPS siswa kelas IV SD Bakalan? definisi konsep belajar adalah pilihan kesenangan dalam melakukan kegiatan dan dapat membangkitkan gairah seseorang untuk memenuhi kesediannya dalam belajar. Deifinis operasional : minat belajar adalah skor siswa yang diperoleh dari tes minat belajar yang mengukur aspek : (1) kesukaan, (2) ketertarikkan, (perhatian). Dan (4) keterlibatan. Beni S. Ambarjaya (2012: 93) mengungkapkan model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Richard I. Arends (2007: 13) Student Teams Achievement Divisions (STAD) dikembangkan oleh Robert Slavin dan rekan-rekan sejawatnya di John Hopkins University dan barangkali merupakan pendekatan cooperative learninig yang paling sederhana dan paling mudah dipahami. Guru yang menggunakan STAD menyajikan informasi akademis baru kepada siswa setiap minggu atau secara reguler, baik melalui presentasi verbal atau teks. Siswa di kelas tertentu dibagi menjadi beberapa kelompok/tim belajar, dengan wakil-wakil dari kedua gender dari berbagai kelompok rasial atau prestasi rendah, dan dengan rata-rata, dan tinggi. Anggota tim menggunakan worksheets atau alat belajar lain untuk menguasai berbagai materi akademis dan kemudian saling membantu untuk mempelajari berbagai materi melalui tutoring, saling memberikan kuis, atau melakukan diskusi tim. Secara individual, siswa diberi kuis mingguan atau dua mingguan tentang berbagai materi akademis. Kuis-kuis ini diskor dan masing-masing individu diberi “skor kemajuan”. Skor kemajuan bukan didasrkan pada skor absolut siswa, tetapi seberapa banyak skor itu bertambah dari skor-skor sebelumnya. Isjoni (2010: 77) pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat baik secara teoritis, sebagai berikut (a) Kajian penelitian selanjutnya diharapkan dapat menjadi gairah (semangat) dan motivasi bagi peneliti lainnya untuk dikaji lebih mendalam secara global. (b) Dapat digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan konsep-konsep baru terutama dalam meningkatkan konsep pemahaman siswa dalam meningkatkan minat belajar IPS. Sedangkan manfaat secara praktis adalah (1) Sebagai faktor pendukung tujuan pendidikan yang efektif dan efisien, (2) Melatih guru dalam merancang pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran leraning tipe STAD dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, (3) Meningkatkan hasil belajar IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatir tipe STAD dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw (4) Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi orang tua untuk lebih mengintensifkan pendampingan belajar, untuk dapat meningkatkan kecerdasan siswa (5) Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman dalam melakukan penelitian mengenai pengaruh pendampingan belajar orang tua terhadap kecerdasan siswa. KAJIAN TEORI Efektivitas adalah bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasional. Minat menurut Slameto (Syaiful Bahri Djamarah 2011: 191) adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Menurut Safari (2005: 111) 4 METODE PENELITIAN Menurut Yatim Riyanto (Nurul Zuriah 2006: 57) penelitian eksperimen merupakan penelitian yang sistematis, logis, dan teliti di dalam melakukan kontrol terhadap kondisi. Desain penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu). Penelitian quasi experiment merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain eksperimental semu mempunyai kelompok kontrol tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Menurut Kasmadi dan Nia Siti Sunariyah ( 2013: 65) populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup, dan waktu yang sudah ditentutkan. Berdasarkan pendapat di atas yang menjadi populasi adalah seluruh siswa SD Bakalan tahun ajaran 2015/2016. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011:68). Pada teknik pengambilan sampel ini yaitu menggunakan pertimbangan dari tujuan pembelajaran yang akan dilakukan. Tujuan pembelajarannya yaitu untuk meningkatkan minat belajar IPS siswa kelas IV SD Bakalan Pendowoharjo Sewon Bantul Tahun Pelajaran 2015/2016. Berdasarkan uraian diatas yang menjadi sampel penelitian adalah kelas IVA dan IVB. dengan menggunakan model pembelajaaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw. instrumen merupakan alat bantu dalam pengumpulan data. Adapun instrumen dalam penelitian ini adalah (1) Angket dalam penelitian ini adalah berupa pretes dan postes dalam bentuk angket minat belajar IPS. Pretes digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa sebelum dikenai perlakuan. Sedangkan postes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa setelah dikenai perlakuan berupa pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw. Sebelum dilakukan tes hipotesis data diuji normalitas dan homogenitasnya.Pengujian dilakukan dengan bantuan program SPSS ver. 16.Uji normalitas menggunakan metode Kolmograf-Smirnov dan uji homogenitas menggunakan metode leven’s test.Adapun rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis dengan uji wilcoxon menurut Sugiyono (2011: 134136) yaitu : 𝑇 − 𝜇𝑇 𝑍= 𝜎𝑇 Keterangan : T = Jumlah jenjang/rangking yang kecil 𝑛(𝑛 + 1) 𝜇𝑇 = 4 n = Banyak data 𝑛 𝑛 + 1 (2𝑛 + 1) 24 Hipotesis pertama yang diajukan dalam 𝜎𝑇 = Test of Homogeneity of Variances Tabel Sampel Penelitian SD Bakalan Kelas Jumlah IVA 30 IVB 29 Jumlah 59 Pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang relevan, akurat, dan reliabel. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket. Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh. Dokumentasi tersebut dilakukan dengan cara mengambil beberapa foto siswa dalam mengikuti proses pembelajaran minatbelajar Levene Statistic 1.706 df1 df2 1 54 Sig. .197 penelitian ini adalah : H0 : tidak ada perbedaan signifikan minat belajar IPS siswa antara menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ditinjau dari nilai postes siswa kelas IVA dan IVB Ha : ada perbedaan signifikan minat belajar IPS siswa antara 5 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ditinjau dari nilai postes siswa kelas IVA dan IVB Kriteria pengambilan keputusan dan penarikan kesimpulan terhadap uji hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 5% (α=0,05). Adapun kaidah yang digunakan dalam pengambilan keputusan adalah apabila nilai sig > 0,05 maka H0 diterima, sebaliknya bila nilai sig < 0,05 maka H0 ditolak atau Ha diterima. 0,05 sehingga Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada kedua kelas tersebut bersitribusi tidak normal. Homogenitas Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai pretes minat belajar IPS pada kelas eksperimen maupun klas kontrol mempunyai nilai signifikansi 0,197 yang lebih dari nilai alpha yang ditetapkan yaitu 5% (0.05) sehingga H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa taraf signifikansi 5% semua kelas yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai variansi kelas yang homogen atau kedua variansi kelas sama. Hipotesis 1 HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kelas IVA SD Bakalan sebagai kelas eksperimen, dan kelas IVB sebagai kelas kontrol. Pengambilan data angket awal (pretes) di kelas IVB sebagai kelas kontrol dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dilakukan pada hari Rabu 3 Agustus 2015, dan pengambilan data angket akhir (postes) pada hari Kamis 4 Agustus 2015. Pengambilan data angket awal (pretes) di kelas IVA sebagai kelas eksperimen dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dilakukan pada hari Jumat 5 Agustus 2015, dan pengambilan data angket akhir (postes) pada hari Sabtu 6 Agustus 2015. Normalitas b Test Statistics SESUDAHJIGSAW – SESUDAHSTAD Z Asymp. Sig. (2tailed) a -2.616 .009 a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test Hasil uji Wilcoxon terdapat Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,009. Ini berarti bahwa nilai sig = 0,009 < 0,05 maka H0 ditolak. Berdasarkan hasil diatas H0 yang berbunyi tidak ada perbedaan minat belajar IPS siswa antara menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ditinjau dari nilai postes siswa kelas IVA dan IVB ditolak dan Ha ada perbedaan minat belajar IPS siswa antara menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ditinjau dari nilai postes siswa kelas IVA dan IVB diterima. Tests of Normality KolmogorovShapiro Wilk a Sminorv Stati d Si Stati d Si stic f g. stic f g. SBLMJI 2 .0 2 .0 .216 .992 GSAW 8 02 8 39 SBLMST 2 .2 2 .1 .118 .949 AD 8 00 8 82 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true Hipotesis 2 significance. Nilai Ratarata Postes Eksperimen 128,37 Kontrol 120,57 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa nilai rata-rata Kelas Uji Normalitas diatas dapat dilihat bahwa nilai pretes kelas esperimen (STAD) memiliki taraf signifikansi lebih dari alpha yaitu 0,05 sedangkan kelas kontrol mempunyai nilai signifikansi kurang dari alpha yang ditetapkan yaitu 6 postes kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Postes kelas eksperimen 128,37 sedangkan postes kelas kontrol 120,57 sehingga, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS menggunakan efektifitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih efektif daripada menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan kelompok kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. (2) Model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih efektif untuk meningkatkan minat belajar IPS. Ini ditunjukkan dari nilai posttest kelas ekperimen memiliki rata-rata nilai posttest yaitu 128,37, sedangkan kelas kontrol memiliki ratarata nilai postes 120,57. Selanjutnya dapat diajukan saran yaitu Guru perlu menggunakan model pembelajaran kooperatif yang bervariasi seperti STAD dan Jigsaw pada pembelajaran IPS terutama pada materi kenampakkan alam dan keragaman sosial budaya agar siswa tidak merasa jenuh dalam menghafal materi sehingga kegiatan terasa menyenangkan dan tidak monoton. Selain itu, dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe tersebut, siswa dapat aktif dan mengembangkan kecakapan sosial dan kecakapan kognitif sehingga minat belajar dapat meingkat khususnya pada mata pelajaran IPS. PENUTUP Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah disampaikan, maka penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Berdasarkan analisis data dengan uji Wilcoxon nilai postes kelas eksperimen dan kelas kontrol maka dapat disimpulkan ada perbedaan signifikan antara minat belajar IPS siswa antara menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ditinjau dari nilai postes dengan sig =0,0009 sehingga lebih kecil dari tingkat alpha yang ditetapkan yaitu 0,05 berarrti H0 ditolak. Ini berarti terdapat perbedaan peningkatan minat belajarIPS antara DAFTAR PUSTAKA Abdul Aziz Wahab. 2009. Metode dan Model-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung: Alfabeta. Beni S. Ambarjaya. 2012. Psikologi Pendidikan & Pengajaran (Teori & Praktik). Yogyakarta: PT. Buku Seri. David W. Johnson, Roger T. Johnson, and Mary Beth Stanne. 2000. “Cooperative Learning Methods: AMeta-Analysis”,(Online), (http://jamyang.wikispaces.com/file/view/Cooperative+Learning+Methods.doc), diunduh 23 Agustus 2015 7