efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe stad dan jigsaw

advertisement
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
DAN JIGSAW TERHADAP MINAT BELAJAR IPS SISWA KELAS IV
SD BAKALAN PENDOWOHARJO SEWON BANTUL
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Diah Purtisari
Siti Maisaroh
PGSD Universitas PGRI Yogyakarta
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan minat belajar IPS siswa kelas
IV SD Bakalan antara menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan untuk mengetahui
manakah yang lebih efektif antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap minat belajar IPS
siswa kelas IV SD BakalanPenelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan desain
eksperimental semu (quasi exeprimental design) dengan populasi siswa SD Bakalan
sebagai sampel 59 siswa kelas IV SD Bakalan Pendowoharjo Sewon Bantul Tahun
Pelajaran 2015/2016 yang terbagi atas dua kelas yaitu kelas IVA sebanyak 30 siswa dan
kelas IVB sebanyak 29 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen angket
(kuesioner) berupa nilai angket pretes dan nilai angket postes minat belajar IPS, dan
dokumentasi. Tehnik analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik nonparametrik wilcoxon dengan taraf signifikansi 0,05.Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
(1) ada perbedaan minat belajar IPS siswa antara menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
ditinjau dari nilai postes siswa kelas IVA dan IVB dengan uji wilcoxon sig = 0,009 < 0,05.
(2) model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih efektif daripada menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam meningkatkan minat belajar IPS. Hal ini
diketahui dari hasil rata-rata postes kelas Ekperimen yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu 128, 37 sedangkan hasil rata-rata postes kelas
kontrol yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yaitu 120,57.
Kata kunci:
Minat Belajar IPS, Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw, Model
Pembelajaran Kooperatif tipe STAD.
Abstract
This study aims to determine differences of social studies students interest of
fourth grade Bakalan Elementary School between using cooperative learning STAD type
model and cooperative learning Jigsaw model and to determine which is more effective
between them toward social studies students interest of fourth grade. This study is an
experimental study with a quasi-experimental design (quasi exeprimental design) with a
population 59 students as sample who were divided into two classes, namely IVA class of
30 students and IVB class of 29 students. The technique of collecting data used
questionnaires (questionnaire) in the form of questionnaire pretest and posttest score of
social studies interest, and documentation. Data analysis technique in this study used the
non-parametric Wilcoxon statistical significance level of 0.05. The study concluded that
(1) there was a difference between the students' interest of social studies used
cooperative learning STAD type model and using Jigsaw cooperative learning model in
terms of postest score of IVA and IVB class used with Wilcoxon test sig = 0.009 <0.05.
(2) STAD cooperative learning model was more effective than cooperative learning model
of Jigsaw in increasing social studies interest. It was known from the average of postest
1
class experiment score that used cooperative learning model type STAD was 128, 37,
while the average of posttest control class socre that used Jigsaw cooperative learning
model was 120.57.
Keywords: Social study learning interest, Model Cooperative Learning Jigsaw, Model
Cooperative Learning STAD.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pesatnya perkembangan zaman dan era
globalisasi menuntut setiap manusia
untuk siap menghadapi persaingan
dengan manusia lain. Untuk dapat
bersaing dan dapat bertahan maka
harus memiliki kualitas sumber daya
manusia yang baik, dalam rangka
meningkatan sumber daya manusia
melalui jalur pendidikan. Pendidikan
yang baik akan mencerminkan negara
yang maju, sumber daya manusia yang
baik akan meningkatkan potensi dan
pembangunan yang ada dalam suatu
negara.
Masyarakat
dan
bangsa
Indonesia perlu mempersiapkan diri
dalam menghadapi tuntutan-tuntutan
global. Salah satu masalah yaitu
rendahnya mutu pendidikan. Berbagai
upaya perlu dilakukan untuk mengatasi
masalah
tersebut,
diantaranya
melakukan pembaharuan di bidang
pendidikan, terutama pengembangan
pembelajaran
yang digunakan di
lembaga-lembaga sekolah.
Pembelajaran yang baik adalah ketika
sesorang melakukan aktivitas belajar
dan diakhir aktivitasnya itu telah
memperoleh perubahan dalam dirinya
dengan pengalaman baru, maka individu
itu telah diakatakan belajar. Syaiful Bahri
Djamarah (2011: 15) jika hakikat belajar
adalah perubahan tingkah laku, maka
ada beberapa perubahan tertentu yang
dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar,
yaitu: perubahan yang terjadi secara
sadar, perubahan dalam belajar yang
bersifat fungsional, perubahan dalam
belajar bersifat positif dan aktif,
perubahan dalam belajar bukan bersifat
sementara, perubahan dalam belajar
bertujuan atau terarah, perubahan
mencakup seluruh aspek tingkah laku
Guru berperan dalam dalam
tercapainya
perubahan
tersebut,
menurut Achmad Sapari (Ahmad
Rizal,dkk
2009:
)
guru
harus
ditingkatkan
sensivitasnya
dan
kreativitasnya.
Sensitivitas
adalah
kemampuan
guru
untuk
mengembangkan kepekaan-kepekaan
pedagogisnya
untuk
kepentingan
pembelajaran. Secara langsung guru
dituntut untuk memiliki kreativitas dalam
pembelajaran. Guru memiliki tanggung
jawab untuk membimbing peserta didik
agar mereka memperoleh keterampilanketerampilan
dan
pemahaman,
perkembangan berbagai kemampuan,
kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan
perkembangan sikap yang serasi.
Berdasarkan
pengamatan
peneliti di kelas IV SD Bakalan, siswa
merasa bosan dan kurang berminat
pada pelajaran IPS. Hal ini ditunjukan
dengan sikap siswa yang ribut di kelas,
mengobrol dikelas bahkan mengantuk di
dalam kelas. Kurangnya minat siswa
terhadap pelajaran IPS disebabkan
dalam pembelajaran atau metode yang
sering digunakan guru yaitu ceramah,
siswa merasa malas jika harus mencatat
materi yan gdiajarkan dengan kalimatkalimat yang panjang dan kurang
menarik. Akibatnya minat siswa dalam
pembelajaran IPS menurun dan hasil
belajar siswa baik segi kognitif, afektif,
dan psikomotor juga menurun.
Rata-rata nilai ulangan IPS
kelas IVA yaitu 71, 89 dan masih ada
siswa yang nilainya jauh dibawah nilai
rata-rata yaitu 48. Rata-rata nilai
ulangan IPS kelas IVB yaitu 71,89 sama
seperti kelas IVA masih ada siswa yang
nilainya jauh dibawah nilai rata-rata yaitu
50. Hasil ulangan tersebut dimungkinkan
karena pemilihan model pembelajaran
yang kurang tepat dan kurang variatif
sehingga siswa merasa jenuh dalam
belajar.
Guru adalah ujung tombak akan dibawa
ke arah mana pembelajaran yang
dilaksanakannya, keberhasilan guru
dalam mentransfer materi pembelajaran
sangat bergantung pada cara mengajar
guru. Guru yang memiliki berbagai
2
macam cara dalam mengajar tentu akan
meningkatkan minat belajar siswa
sebaliknya guru yang memiliki cara
mengajar yang konvensional cenderung
membuat peserta didik cepat bosan.
Oemar Hamalik (1993: 4) metode
adalah cara sedangkan teknik adalah
prosedur atau langkah-langkah yang
akan
ditempuh.
Pemilihan
dan
penggunaan suatu metode dan teknik
ditentukan oleh tujuan pengajaran yang
hendak dicapai dan materi yang hendak
diajarkan. Metode pengajaran menurut
(Oemar Hamalik 1993: 17) merupakan
suatu istilah
yang umum
yang
mengandung
arti
cara
mengerjakan/berbuat sesuatu. Metode
pengajaran adalah cara yang digunakan
dalam melaksanakan proses belajar
mengajar.
Berdasarkan uraian di atas,
maka
upaya-upaya
perbaikan
pendidikan yang dilakukan mengarah
kepada pembelajaran yang berpusat
pada siswa (student centered, learning
oriented).
Salah
satu
model
pembelajaran yang dapat dijadikan
alternatif untuk memberikan variasi
dalam proses pembelajaran adalah
model pembelajaran kooperatif. Ada
beberapa tipe pembelajaran kooperatif
yaitu:
(1)
tipe
Student
TeansAchievement and Divisions (STAD),(2)
tipe TGT (Teams-Games-Tournamnet),
(3)
tipe
TAI
(Team
Assited
Individualization),
(4)
tipe
CIRC
(Cooperative Integrated Reading and
Composition), (5) tipe Jigsaw, (6) tipe
Belajar Bersama (Learning Together),
(7) tipe GI (Group Investigation).
Ada prosedur dasar yang
membedakan pembelajaran kooperatif
dengan pembagian kelompok lainnya,
siswa tidak hanya diminya berkelompok
kemudian ditugasi, sementara siswa
tidak
tahu
cara
bekerja
sama
menyelesaikan
tugasnya,
namun
pembelajaran kooperatif memungkinkan
adanya pembelajaran yang lebih efektif
dan efisien.pembelajaran kooperatif tipe
STAD dan Jigsaw lebih membiasakan
kepada siswa untuk belajar berkelompok
untuk mengembangkan kemampuan
bekerja sama, berpikir kritis dan sikap
sosial siswa dalam rangka memecahkan
masalah atau mengerjakan tugas.
Pembelajaran STAD dicirikan oleh suatu
struktur tugas, tujuan dan penghargaan
kooperatif, STAD adalah salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana, . Siswa ditempatkam dalam
tim beranggotakan 4-5 peserta didik
yang heterogen. Guru meyampaikan
materi pembelajaran kemudian siswa
bekerja secara berkelompok dengan
tujuan agar semua peserta didik
menguasai
materi
pembelajaran
tersebut. Guru memberikan kuis yang
berkaitan dengan materi, dalam kuis
tidak diperkenankan membantu sesama
anggota
kelompok.
Pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dicirikan oleh
siswa di dalam kelas akan dibagi dalam
tim belajar heterogen beranggota lima
sampai enam orang, berbagai materi
akademis akan disajikan kepada siswa
dalam bentuk teks, dan setiap siswa
bertanggung jawab untuk mempelajari
satu porsi materinya. Sebagai contoh
bila materinya tentang sumber daya
alam, seorang mempelajari tentang
sumber daya alam yang diambil dari
alam,
seorang mempelajari tentang
jenis-jenis sumber daya alam, seorang
mempelajari tentang persebarannya dan
yang terakhir mempelajari tentang
manfaatnya. Para anggota dari tim yang
berbeda, tetapi membicrakan topik yang
sama bertemu untuk belajar dan saling
membantu dalam mempelajari topik
tersebut. Setelah itu siswa kembali ke
tim asalnya dan mengajrkan sesuatu
yang telah mereka pelajari dalam tim
ahli kepada anggota-anggota yang lain
di timnya masing-masing. Setelah
pertemuan dan diskusi tim asal, siswa
mengerjakan kuis secara individual
tentang berbagai materi sumber daya
alam. Berdasarkan uraian di atas
peneliti hendak mengadakan penelitian
yang
berjudul
“Efektivitas
Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
dan Jigsaw Terhadap Minat Belajar IPS
Siswa Kelas
IV SD Bakalan
Pendowoharjo Sewon Bantul Tahun
Pelajaran 2015/2016”
Rumusan Masalah
(1 ) Apakah ada perbedaan minat
belajar IPS siswa kelas IV SD Bakalan
3
antara
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif
tipe STAD
dengan
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw? (2)
Manakah yang lebih efektif antara model
pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
terhadap minat belajar IPS siswa kelas
IV SD Bakalan?
definisi konsep belajar adalah pilihan
kesenangan dalam melakukan kegiatan
dan dapat membangkitkan gairah
seseorang
untuk
memenuhi
kesediannya dalam belajar. Deifinis
operasional : minat belajar adalah skor
siswa yang diperoleh dari tes minat
belajar yang mengukur aspek : (1)
kesukaan, (2) ketertarikkan, (perhatian).
Dan (4) keterlibatan.
Beni S. Ambarjaya (2012: 93)
mengungkapkan model pembelajaran
kooperatif adalah rangkaian kegiatan
belajar yang dilakukan oleh siswa dalam
kelompok-kelompok
tertentu
untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang
telah dirumuskan. Richard I. Arends
(2007: 13) Student Teams Achievement
Divisions (STAD) dikembangkan oleh
Robert
Slavin
dan
rekan-rekan
sejawatnya di John Hopkins University
dan barangkali merupakan pendekatan
cooperative learninig yang paling
sederhana dan paling mudah dipahami.
Guru
yang
menggunakan
STAD
menyajikan informasi akademis baru
kepada siswa setiap minggu atau secara
reguler, baik melalui presentasi verbal
atau teks. Siswa di kelas tertentu dibagi
menjadi beberapa kelompok/tim belajar,
dengan wakil-wakil dari kedua gender
dari berbagai kelompok rasial atau
prestasi rendah, dan dengan rata-rata,
dan tinggi. Anggota tim menggunakan
worksheets atau alat belajar lain untuk
menguasai berbagai materi akademis
dan kemudian saling membantu untuk
mempelajari berbagai materi melalui
tutoring, saling memberikan kuis, atau
melakukan
diskusi
tim.
Secara
individual, siswa diberi kuis mingguan
atau dua mingguan tentang berbagai
materi akademis. Kuis-kuis ini diskor
dan masing-masing individu diberi “skor
kemajuan”. Skor kemajuan bukan
didasrkan pada skor absolut siswa,
tetapi seberapa banyak skor itu
bertambah dari skor-skor sebelumnya.
Isjoni
(2010:
77)
pembelajaran
kooperatif Jigsaw merupakan salah satu
tipe pembelajaran kooperatif yang
mendorong siswa aktif dan saling
membantu dalam menguasai materi
pelajaran untuk mencapai prestasi yang
maksimal.
Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian
ini
diharapkan
bermanfaat baik secara teoritis, sebagai
berikut (a) Kajian penelitian selanjutnya
diharapkan dapat menjadi gairah
(semangat) dan motivasi bagi peneliti
lainnya untuk dikaji lebih mendalam
secara global. (b) Dapat digunakan
sebagai acuan untuk mengembangkan
konsep-konsep baru terutama dalam
meningkatkan
konsep
pemahaman
siswa dalam meningkatkan minat belajar
IPS. Sedangkan manfaat secara praktis
adalah (1) Sebagai faktor pendukung
tujuan pendidikan yang efektif dan
efisien, (2) Melatih guru dalam
merancang pembelajaran IPS dengan
menggunakan
model pembelajaran
leraning
tipe
STAD
dengan
menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw, (3) Meningkatkan
hasil belajar IPS dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatir tipe
STAD
dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw (4)
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi orang tua untuk lebih
mengintensifkan pendampingan belajar,
untuk dapat meningkatkan kecerdasan
siswa (5) Hasil penelitian ini dapat
memberikan
pengalaman
dalam
melakukan
penelitian
mengenai
pengaruh pendampingan belajar orang
tua terhadap kecerdasan siswa.
KAJIAN TEORI
Efektivitas adalah bagaimana
suatu organisasi berhasil mendapatkan
dan memanfaatkan sumber daya dalam
usaha mewujudkan tujuan operasional.
Minat menurut Slameto (Syaiful Bahri
Djamarah 2011: 191) adalah suatu rasa
lebih suka dan rasa ketertarikan pada
suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang
menyuruh. Menurut Safari (2005: 111)
4
METODE PENELITIAN
Menurut Yatim Riyanto (Nurul Zuriah
2006:
57)
penelitian
eksperimen
merupakan penelitian yang sistematis,
logis, dan teliti di dalam melakukan
kontrol terhadap kondisi.
Desain
penelitian ini adalah quasi experiment
(eksperimen semu). Penelitian quasi
experiment merupakan pengembangan
dari true experimental design, yang sulit
dilaksanakan. Desain eksperimental
semu mempunyai kelompok kontrol
tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya
untuk mengontrol variabel-variabel luar
yang
mempengaruhi
pelaksanaan
eksperimen. Menurut Kasmadi dan Nia
Siti Sunariyah ( 2013: 65) populasi
adalah seluruh data yang menjadi
perhatian peneliti dalam suatu ruang
lingkup, dan waktu yang sudah
ditentutkan. Berdasarkan pendapat di
atas yang menjadi populasi adalah
seluruh siswa SD Bakalan tahun ajaran
2015/2016. Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling. Purposive sampling
adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan
tertentu
(Sugiyono,
2011:68). Pada teknik pengambilan
sampel
ini
yaitu
menggunakan
pertimbangan dari tujuan pembelajaran
yang
akan
dilakukan.
Tujuan
pembelajarannya
yaitu
untuk
meningkatkan minat belajar IPS siswa
kelas IV SD Bakalan Pendowoharjo
Sewon
Bantul
Tahun
Pelajaran
2015/2016. Berdasarkan uraian diatas
yang menjadi sampel penelitian adalah
kelas IVA dan IVB.
dengan
menggunakan
model
pembelajaaran kooperatif tipe STAD dan
Jigsaw. instrumen merupakan alat bantu
dalam pengumpulan data. Adapun
instrumen dalam penelitian ini adalah (1)
Angket dalam penelitian ini adalah
berupa pretes dan postes dalam bentuk
angket minat belajar IPS. Pretes
digunakan untuk mengukur kemampuan
awal siswa sebelum dikenai perlakuan.
Sedangkan postes digunakan untuk
mengukur kemampuan siswa setelah
dikenai perlakuan berupa pembelajaran
yang
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan
Jigsaw. Sebelum dilakukan tes hipotesis
data
diuji
normalitas
dan
homogenitasnya.Pengujian
dilakukan
dengan bantuan program SPSS ver.
16.Uji normalitas menggunakan metode
Kolmograf-Smirnov dan uji homogenitas
menggunakan
metode
leven’s
test.Adapun rumus yang digunakan
untuk menguji hipotesis dengan uji
wilcoxon menurut Sugiyono (2011: 134136) yaitu :
𝑇 − 𝜇𝑇
𝑍=
𝜎𝑇
Keterangan :
T
= Jumlah jenjang/rangking yang
kecil
𝑛(𝑛 + 1)
𝜇𝑇 =
4
n
= Banyak data
𝑛 𝑛 + 1 (2𝑛 + 1)
24
Hipotesis pertama yang diajukan dalam
𝜎𝑇 =
Test of Homogeneity of Variances
Tabel Sampel Penelitian SD Bakalan
Kelas
Jumlah
IVA
30
IVB
29
Jumlah
59
Pengumpulan
data
dalam
penelitian ini dimaksudkan untuk
memperoleh data yang relevan, akurat,
dan reliabel. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu angket.
Dokumentasi
digunakan
untuk
memperkuat data yang diperoleh.
Dokumentasi tersebut dilakukan dengan
cara mengambil beberapa foto siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran
minatbelajar
Levene
Statistic
1.706
df1
df2
1
54
Sig.
.197
penelitian ini adalah :
H0
: tidak ada perbedaan signifikan
minat belajar IPS siswa antara
menggunakan model pembelajaran
kooperatif
tipe
STAD
dengan
menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw ditinjau dari nilai
postes siswa kelas IVA dan IVB
Ha
:
ada perbedaan signifikan
minat belajar IPS siswa antara
5
menggunakan model pembelajaran
kooperatif
tipe
STAD
dengan
menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw ditinjau dari nilai
postes siswa kelas IVA dan IVB
Kriteria pengambilan keputusan
dan penarikan kesimpulan terhadap uji
hipotesis
dilakukan
pada
taraf
signifikansi 5% (α=0,05). Adapun kaidah
yang digunakan dalam pengambilan
keputusan adalah apabila nilai sig >
0,05 maka H0 diterima, sebaliknya bila
nilai sig < 0,05 maka H0 ditolak atau Ha
diterima.
0,05 sehingga Ha diterima. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa data
pada kedua kelas tersebut bersitribusi
tidak normal.
Homogenitas
Berdasarkan tabel diatas dapat
dilihat bahwa nilai pretes minat belajar
IPS pada kelas eksperimen maupun
klas kontrol mempunyai nilai signifikansi
0,197 yang lebih dari nilai alpha yang
ditetapkan yaitu 5% (0.05) sehingga H0
diterima. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa taraf signifikansi 5%
semua kelas yang digunakan dalam
penelitian ini mempunyai variansi kelas
yang homogen atau kedua variansi
kelas sama.
Hipotesis 1
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan kelas IVA SD Bakalan
sebagai kelas eksperimen, dan kelas
IVB sebagai kelas kontrol. Pengambilan
data angket awal (pretes) di kelas IVB
sebagai kelas kontrol dengan metode
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
dilakukan pada hari Rabu 3 Agustus
2015, dan pengambilan data angket
akhir (postes) pada hari Kamis 4
Agustus 2015.
Pengambilan data angket awal
(pretes) di kelas IVA sebagai kelas
eksperimen
dengan
metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD
dilakukan pada hari Jumat 5 Agustus
2015, dan pengambilan data angket
akhir (postes)
pada hari Sabtu 6
Agustus 2015.
Normalitas
b
Test Statistics
SESUDAHJIGSAW –
SESUDAHSTAD
Z
Asymp. Sig. (2tailed)
a
-2.616
.009
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Hasil uji Wilcoxon terdapat
Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,009. Ini
berarti bahwa nilai sig = 0,009 <
0,05 maka H0 ditolak. Berdasarkan
hasil diatas H0 yang berbunyi tidak
ada perbedaan minat belajar IPS siswa
antara
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
ditinjau dari nilai postes siswa kelas IVA
dan IVB ditolak dan Ha ada perbedaan
minat belajar IPS siswa antara
menggunakan model pembelajaran
kooperatif
tipe
STAD
dengan
menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw ditinjau dari nilai
postes siswa kelas IVA dan IVB
diterima.
Tests of Normality
KolmogorovShapiro Wilk
a
Sminorv
Stati d Si Stati d Si
stic
f
g.
stic
f
g.
SBLMJI
2 .0
2 .0
.216
.992
GSAW
8 02
8 39
SBLMST
2 .2
2 .1
.118
.949
AD
8 00
8 82
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true
Hipotesis 2
significance.
Nilai Ratarata
Postes
Eksperimen
128,37
Kontrol
120,57
Berdasarkan
tabel
diatas
menunjukkan bahwa nilai rata-rata
Kelas
Uji Normalitas diatas dapat dilihat
bahwa nilai pretes kelas esperimen
(STAD) memiliki taraf signifikansi lebih
dari alpha yaitu 0,05 sedangkan kelas
kontrol mempunyai nilai signifikansi
kurang dari alpha yang ditetapkan yaitu
6
postes kelas eksperimen lebih tinggi
daripada kelas kontrol. Postes kelas
eksperimen 128,37 sedangkan postes
kelas kontrol 120,57 sehingga, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran IPS
menggunakan
efektifitas
model
pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih
efektif daripada menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
kelas eksperimen yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan kelompok kelas kontrol
yang
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. (2)
Model pembelajaran kooperatif tipe
STAD lebih efektif untuk meningkatkan
minat belajar IPS. Ini ditunjukkan dari
nilai posttest kelas ekperimen memiliki
rata-rata nilai posttest yaitu 128,37,
sedangkan kelas kontrol memiliki ratarata nilai postes 120,57.
Selanjutnya dapat diajukan saran
yaitu Guru perlu menggunakan model
pembelajaran kooperatif yang bervariasi
seperti STAD dan Jigsaw pada
pembelajaran IPS terutama pada materi
kenampakkan alam dan keragaman
sosial budaya agar siswa tidak merasa
jenuh dalam menghafal materi sehingga
kegiatan terasa
menyenangkan dan
tidak monoton. Selain itu, dengan
menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe tersebut, siswa dapat
aktif dan mengembangkan kecakapan
sosial dan kecakapan kognitif sehingga
minat
belajar
dapat
meingkat
khususnya pada mata pelajaran IPS.
PENUTUP
Berdasarkan analisis data dan
pembahasan yang telah disampaikan,
maka penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa: (1) Berdasarkan analisis data
dengan uji Wilcoxon nilai postes kelas
eksperimen dan kelas kontrol maka
dapat disimpulkan ada perbedaan
signifikan antara
minat belajar IPS
siswa antara menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
ditinjau dari nilai postes dengan sig
=0,0009 sehingga lebih kecil dari tingkat
alpha yang ditetapkan yaitu 0,05 berarrti
H0 ditolak. Ini berarti terdapat perbedaan
peningkatan minat belajarIPS antara
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Wahab. 2009. Metode dan Model-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS). Bandung: Alfabeta.
Beni S. Ambarjaya. 2012. Psikologi Pendidikan & Pengajaran (Teori & Praktik).
Yogyakarta: PT. Buku Seri.
David W. Johnson, Roger T. Johnson, and Mary Beth Stanne. 2000. “Cooperative
Learning
Methods:
AMeta-Analysis”,(Online),
(http://jamyang.wikispaces.com/file/view/Cooperative+Learning+Methods.doc),
diunduh 23 Agustus 2015
7
Download