ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia R PUTUSAN Nomor 200/Pdt.G/2014/PN.TNG ng DEMI KEADILAN BERDASKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Tangerang yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata pada peradilan tingkat pertama telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam gu perkara antara : A SURAPATI, SH: laki-laki, lahir di Palembang/ 12 Desember 1961, agama Islam, WNI, 005 Rw 004 Kelurahan Cililitan, Kec. Kramajati, Jakarta Timur,; ub lik ah Dalam hal ini memberikan kuasa kepada 1. Arias Rahadian, SH, 2. Syahrudin Betay, SH. Dan 3. Walim, SH. Para Advokat/Penasehat Hukum berkedudukan di Banjar Wijaya Blok B 19 B No.5 Kelurahan Poris Plawad am Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang Banten berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 07 MARET 2014; Selanjutnya disebut sebagai----------------------------------PENGGUGAT; ep ah k pekerjaan Karyawan Swasta, bertempat-tinggal di Jalan Cililitan Besar RT L A W A N In do ne si R YOGI SURTIKA KUSUMAH; Laki-laki, WNI, Wiraswasta, terakhir bertempat-tinggal di Perumahan Citra Raya Blok C 20 No. 06 Sektor 1.1 Desa Cikupa, Kec. A gu ng Cikupa, Kabupaten Tangerang, Banten, sekarang tidak diketahui keberadaan baik di dalam ataupun di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Selanjutnya disebut sebagai------------------------------------TERGUGAT; Pengadilan Negeri tersebut; Telah membaca berkas perkara tersebut; Telah memeriksa dan meneliti surat-surat bukti yang diajukan oleh Penggugat;; Menimbang, bahwa Penggugat dalam surat Gugatannya yang didaftarkan di 1 Bahwa TERGUGAT telah membeli sebuah tanah dan bangunan berupa rumah lik ah TENTANG DUDUK PERKARANYA ub No: 200/Pdt.G/2014/PN.TNG, pada pokoknya mengemukakan hal-hal sebagai berikut : ep tinggal yang terletak di Perumahan Citra Raya Blok C-20 No. 06 Desa Cikupa Kec. Cikupa Kabupaten Tangerang, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang, Banten berdasarkan Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) No 1683 / desa R ka m Kepaniteraan Pengadilan Negeri Tangerang pada tanggal 10 APRIL 2014, Register perkara es Cikupa, terbit tanggal 12 Pebruari 1998, tercatat atas nama YOGI SURTIKA In d A gu Halaman 1 dari 21 Putusan Perdata Gugatan Nomor 200/Pdt.G/2014/PN Tng on ng KUSUMAH ( TERGUGAT ), seluas 72 M2 ( tujuh puluh dua meter persegi ), ik Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) h ah M In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id Halaman 1 ep u b hk am 2 Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia R berdasarkan Gambar Situasi No. 31527, Tanggal 21 Oktoberber 1997 ( selanjutnya disebut “ objek sengketa “ ) ; Bahwa untuk pembayaran atas “ objek sengketa “ tersebut di atas, pada tanggal 5 ng 2 Februari 2001, TERGUGAT telah menandatangani Akta Perjanjian Kredit dengan PT. BANK ARTHA GRAHA, berkedudukan di Jakarta, sebagai Kredit Perumahan gu Rakyat (KPR) sebesar Rp.48.421.072,- (empat puluh delapan juta empat ratus dua puluh satu ribu tujuh puluh dua rupiah), untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan A karenanya akan berakhir pada tanggal 05 Maret 2006 ; Bahwa TERGUGAT sudah tidak memenuhi kewajiban membayar KPR kepada ub lik Bank Artha Graha Internasional yang terdiri dari angsuran, Bunga pokok hingga saat ini sebesar Rp.39.000.000,- ( tiga puluh sembilan juta rupiah ) ; 4 Bahwa Bank Artha Graha Internasional telah berusaha menghubungi TERGUGAT am ah 3 melalui surat, telepon maupun mengunjungi langsung, tetapi TERGUGAT tidak pernah memenuhi panggilan dan hingga saat ini tidak diketahui keberadaannya di ep ah k seluruh wilayah Kesatuan Republik Indonesia ; 5 Bahwa oleh karena tidak ada penyelesaian atas kredit bermasalah ini, maka Bank In do ne si R Artha Graha Internasional melakukan penjualan tagihan berikut jaminannya hak atas tagihan kepada PENGGUGAT yang dituangkan dalam Akta Perjanjian Jual A gu ng Beli Piutang Nomor 31 Tanggal 18 Agustus 2009, di hadapan MYRA YUWONO, S.H., Notaris di Jakarta ; 6 Bahwa dari hasilI No. 03 G/HUM/2003 yang pada intinya menolak gugatan dari Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia untuk melakukan hak uji materiil terhadap Instruksi Presiden No. 8 Tahun 2002 tanggal 30 Desember 2002, putusan mana dalam pertimbangan hukumnya antara lain disebutkan bahwa: ketidakpatuhan Pemegang Saham dalam PKPS. ii. Kepada yang patuh diberikan jaminan kepastian hukum berupa pembebasan dari ub tuntutan pidana, dan yang tidak patuh tetap diproses sesuai hukum, termasuk proses hukum pidana. iii. 4. lik Presiden berwenang untuk menetapkan kebijakan terkait dengan kepatuhan atau Kebijakan tersebut juga untuk menyelamatkan aset Negara. Bahwa Pemerintah Republik Indonesia telah memberikan jaminan kepastian hukum kepada ep ka m ah i. obligor yang kooperatif yang telah menandatangani Penyelesaian Kewajiban Pemegang R Saham (PKPS) dan menyelesaikan kewajibannya dan memberikan sanksi kepada yang tidak es kooperatif sebagaimana yang diatur dalam Inpres No. 8 Tahun 2002 yang dikeluarkan pada on In d A gu ng masa pemerintahan Ibu Megawati Soekarnoputri dan komitmen Pemerintah Republik ik Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) h ah M In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id Halaman 2 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R Indonesia tersebut di atas dikukuhkan dalam Sidang Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia melalui : “KETERANGAN DAN JAWABAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA ng A. MENGENAI PENYELESAIAN KREDIT LIKUIDITAS BANK INDONESIA (KLBI) DAN BANTUAN LIKUIDITAS BANK INDONESIA (BLBI) PADA RAPAT gu PARIPURNA DPR-RI TANGGAL 12 PEBRUARI 2008” (“JAWABAN 1”) yang dibacakan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Boediono dihadapan A Sidang Rapat Paripurna DPR-RI dalam rangka menjawab interpelasi masalah Penyelesaian Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) dan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) pada tanggal 12 Februari 2008; ub lik ah Dalam dokumen tersebut di atas (dapat kami kutip beberapa point penting dalam tanya jawab antara DPR dengan Pemerintah RI sebagai berikut: am “1. Bagaimana sikap politik dan hukum pemerintah terhadap kebijakan dan implementasi kebijakan dalam penyelesaian kewajiban pemegang saham yang meliputi kasus-kasus KLBI, BLBI, rekapitalisasi perbankan dan seluruh dana talangan? R Jawaban : Sikap politik Pemerintah didasarkan pada beberapa fakta: In do ne si ep ah k rangkaian program penyehatan perbankan, termasuk program penjaminan dan Rangkaian kebijakan untuk mengatasi krisis, termasuk kebijakan BLBI, A gu ng program penjaminan, penyehatan dan rekapitalisasi perbankan, program PKPS, dan program divestasi, telah melalui proses politik saat itu dan mendapat landasan hukum yang sah, antara lain UU No.25/2000 tentang Propenas, TAP MPR Nomor X tahun 2001, Tap MPR No.VI/2002 dan Inpres No.8/2002. Oleh karena itu, untuk menjamin kepastian hukum, pemerintah saat ini menghormati keputusan dan kebijakan sebelumnya yang sah (Lihat Lampiran 1). - BPK telah menyelesaikan audit terhadap kinerja BPPN, termasuk tingkat pengembalian (recovery) aset pada tahun 2006. Hasil audit tersebut lik ah menjadi dasar bagi pemerintah saat ini untuk melanjutkan penyelesaian masalah BLBI. ub m Pemerintah mengambil langkah-langkah lebih lanjut yang didasarkan pada perkembangan situasi serta peluang dan kendala yang sekarang ada, dengan ka tetap mengikuti kerangka hukum yang berlaku. Pengembalian uang negara ep harus diupayakan sebesar mungkin dan punitive actions hanya dilakukan R ah hukum .….. M 3. Sejauh mana konsistensi, perkembangan dan hasil penegakan hukum bagi para In d A gu Halaman 3 dari 21 Putusan Perdata Gugatan Nomor 200/Pdt.G/2014/PN Tng on ng obligor yang dilakukan oleh pemerintah ? Langkah hukum apa yang sedang es kepada mereka yang tidak kooperatif serta yang melakukan perbuatan melawan ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3 ep u b hk am 4 Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R dan akan diambil oleh pemerintah terhadap para obligor, dirinci berdasarkan nama dan bank/perusahaannya? Sejauh mana kemajuan penanganan obligor ng yang belum menuntaskan kewajibannya, sebagaimana audit BPK di atas? Jawaban : A gu - Pemerintah terus menegakkan hukum dan keadilan dalam upaya mengembalikan kewajiban obligor. Sebagaimana disebutkan dalam jawaban nomor 1 di atas, Pemerintah konsisten melaksanakan dan mempertegas kebijakan yang telah diambil dan dilaksanakan dalam Program PKPS, termasuk pelaksanaan Inpres 8/2002, yaitu pemberian jaminan kepastian hukum bagi obligor yang kooperatif serta tindakan ub lik ah hukum yang tegas terhadap obligor yang tidak kooperatif, berdasarkan Perjanjian PKPS. am - Inpres No.8/2002 menyatakan bahwa kepada para debitur yang telah menyelesaikan kewajibannya, diberikan bukti penyelesaian berupa pelepasan dan pembebasan atau Surat Keterangan Lunas, SKL (release and ah k ep discharge). Dalam hal ini debitur juga dibebaskan dari aspek pidana yang terkait langsung dengan program PKPS. Seluruh proses penyelidikan, R penindakan, dan/atau penuntutan oleh instansi penegak hukum dihentikan. In do ne si Sedangkan kepada para obligor yang tidak menyelesaikan atau tidak bersedia menyelesaikan kewajibannya kepada BPPN, baik dalam rangka A gu ng MSAA, MRNIA dan APU, Pemerintah terus melakukan tindakan hukum yang tegas dan konkret. …. 5. Bagaimana tanggungjawab Pemerintah terhadap rakyat dengan memberi fasilitas yang berlebihan atau mengampuni para obligor tanpa melalui proses hukum ? Jawaban : Perlakuan terhadap para obligor baik yang menandatangani MSAA, lik ah - MRNIA maupun APU dilakukan pada masa lalu dan didasarkan pada ub m pertimbangan serta situasi pada masa itu. Perjanjian tersebut merupakan mekanisme di luar pengadilan (out of court settlement). Para obligor harus ka menyerahkan aset, saham maupun surat berharga sebagai pengganti ep kewajiban yang harus dibayarkan kepada Negara. Pemberian SKL (release and discharge) dilakukan oleh pemerintahan Megawati, dilandaskan aturan Pemerintah sekarang konsisten melaksanakan kebijakan-kebijakan terkait M penyehatan perbankan, termasuk program PKPS sesuai dengan alur on In d A gu ng kebijakan yang telah ditetapkan secara hukum dan politis. Namun es - R ah yang berlaku saat itu, yaitu Inpres 08/2002. ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R demikian, pemerintah saat ini juga konsisten melakukan tindakan hukum bagi para obligor yang tidak menepati perjanjian, maupun yang tidak ng kooperatif. 10. Bagaimana pendapat Pemerintah terhadap Inpres no.8/2002 tentang pemberian jaminan kepastian hukum kepada debitur yang telah menyelesaikan gu kewajibannya atau tindakan hukum kepada debitur yang tidak menyelesaikan kewajibannya berdasarkan PKPS yang telah mendapatkan kekuatan hukum dari Mahkamah Agung (MA) A Jawaban : - Inpres No.8/2002 pada hakekatnya merupakan suatu kebijakan yang ub lik ah diambil oleh pemerintahan dengan berbagai pertimbangan sesuai kondisi yang saat itu. Inpres tersebut ditujukan untuk memberikan kepastian am hukum, berupa penerbitan SKL untuk 5 obligor MSAA dan 17 obligor PKPS/APU, serta memberikan landasan tindakan hukum penanganan obligor yang tidak kooperatif. Untuk menjamin kepastian hukum, ah k ep pemerintah saat ini melanjutkan pelaksanaan kebijakan tersebut.” Bukti dan uraian tersebut diatas telah membuktikan seluruh dalil-dalil PEMOHON R KASASI/dahulu PEMBANDING/TERGUGAT 46 mengenai pelaksanaan PKPS dan In do ne si tidak adanya pelanggaran MSAA. Terbukti pula bahwa Keluarga Salim (dahulu TERGUGAT 2, 3, dan 4) merupakan salah satu dari obligor yang telah menyelesaikan A gu ng kewajibannya dan mendapatkan jaminan kepastian hukum dari Pemerintah Republik Indonesia dengan bukti berupa Surat Keterangan Lunas (SKL). Lebih lanjut, Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini juga tetap pada komitmennya untuk secara konsisten melaksanakan kebijakan-kebijakan terkait dengan perbankan termasuk program Penyelesaian Kewajiban Pemegang Saham sesuai dengan alur kebijakan yang telah ditetapkan secara hukum dan politik. Perlu ditambahkan bahwa berdasarkan JAWABAN 1 tersebut diatas, terbukti pula lik TERGUGAT 2, 3 dan 4) dari Pemerintah Republik Indonesia, maka Keluarga Salim ub (dahulu TERGUGAT 2, 3 dan 4) telah menyelesaikan kewajibannya berdasarkan MSAA. B. ka JAWABAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DALAM HALAMAN 4 DARI ANGGOTA ah INDONESIA REPUBLIK LAINNYA TERHADAP KETERANGAN REPUBLIK TENTANG INTERPELASI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT INDONESIA TENTANG PENYELESAIAN KASUS KREDIT In d A gu Halaman 5 dari 21 Putusan Perdata Gugatan Nomor 200/Pdt.G/2014/PN Tng on ng M LIKUIDITAS BANK INDONESIA DAN BANTUAN LIKUIDITAS BANK es DAN ep JAWABAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ATAS PENDAPAT PENGUSUL R m ah bahwa dengan diterimanya Surat Keterangan Lunas oleh Keluarga Salim (dahulu ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5 ep u b hk am 6 Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R INDONESIA PADA RAPAT PARIPURNA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TANGGAL 1 APRIL 2008 (“JAWABAN 2”). ng Presiden Republik Indonesia dalam jawabannya kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia di halaman 4 dan 5 menyatakan : “Sebagaimana yang telah disampaikan melalui keterangan dan jawaban gu Pemerintah dalam Rapat Paripurna DPR RI tanggal 12 Februari 2008, Pemerintah selalu menjunjung tinggi kepastian hukum, dan setiap warga A negara mempunyai kedudukan yang sama di muka hukum. Rangkaian kebijakan untuk mengatasi krisis ekonomi, termasuk kebijakan BLBI, ub lik ah program penjaminan, penyehatan dan rekapitalisasi perbankan, program PKPS dan program divestasi telah ditetapkan dengan dasar hukum yang kuat, yaitu Undang-Undang Nomor 25 tahun 2000 tentang Propenas, TAP am MPR Nomor X tahun 2001, TAP MPR No.VI tahun 2002 dan Inpres Nomor 8 tahun 2002. Karena itu, kebijakan dasar dalam penyelesaian ah k ep KLBI dan BLBI adalah sebagai berikut ; 1. Dalam menyelesaikan masalah KLBI/BLBI, Pemerintah konsisten oleh pemerintahan-pemerintahan A gu ng kepastian hukum. …………………………. sebelumnya demi In do ne si ditetapkan R melaksanakan dan melanjutkan kebijakan-kebijakan yang telah 4. Langkah-langkah penyelesaian harus menjamin keadilan, tranparansi, akuntabilitas, kepastian hukum, serta bebas dari intervensi kepentingan dan bersih dari korupsi.” Berdasarkan JAWABAN 2 tersebut diatas, terbukti bahwa pemberian SKL oleh lik 3 dan 4) ditujukan untuk memberikan kepastian hukum kepada Keluarga Salim (dahulu TERGUGAT 2, 3 dan 4) yang telah memenuhi kewajiban mereka berdasarkan MSAA dan pemberian kepastian hukum melalui SKL tersebut telah ub m ah Pemerintah Republik Indonesia kepada Keluarga Salim (dahulu TERGUGAT 2, ditetapkan dengan dasar hukum yang kuat, yaitu Undang-Undang Nomor 25 ka tahun 2000 tentang Propernas, TAP MPR Nomor X Tahun 2001, TAP MPR No. ep VI tahun 2002 dan Inpres Nomor 8 tahun 2002. M “Selanjutnya terkait dengan penanganan obligor PKPS yang telah on In d A gu ng mendapatkan SKL, pada rapat kerja antara Komisi III DPR dengan Jaksa es sebagai berikut: R ah Lebih lanjut Presiden Republik Indonesia menjawab dalam halaman 10 dan 11 ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R Agung RI tanggal 28 Juni 2007, Komisi III DPR mendesak Jaksa Agung RI agar mengusut tuntas kasus eks BPPN/PT PPA yang berindikasi korupsi kerugian negara triliunan rupiah. Untuk ng dengan menindaklanjuti rekomendasi tersebut, Kejaksaan Agung telah membentuk tim penyelesaian kasus BLBI yang terdiri dari 35 orang jaksa. Tim ini telah melakukan gu penelitian dokumen dan hasil pemeriksaan PKPS oleh BPK tanggal 30 A November 2006, khususnya terhadap penyerahan dan pengelolaan asset eks Pemegang Saham Pengendali (PSP) yang bernilai triliunan rupiah. Dalam penanganan perkara BLBI tersebut terbagi menjadi 3 tim yaitu : ub lik ah 1. Tim I menangani PSP PT BCA; 2. Tim II menangani PSP PT BDNI; am 3. Tim III untuk melakukan pengkajian dalam rangka penyusunan peninjauan kembali (PK) terhadap putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. ah k ep Setelah Tim I dan Tim II melakukan penyelidikan atau mengumpulkan datadata, telah dilakukan pemaparan (ekpose) sebanyak 3 (tiga) kali di In do ne si R Kejaksaan Agung. Namun setelah 3 pemaparan tersebut, belum ditemukan adanya bukti-bukti yang mengarah ke tindak pidana korupsi dan disimpulkan Menteri A gu ng akan diserahkan kepada ditindaklanjuti.” Keuangan untuk SELAIN ITU, DI DALAM JAWABAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DALAM HALAMAN 10 DAN 11 DARI JAWABAN 2, TERBUKTI BAHWA SETELAH DILAKUKAN PENGUSUTAN TUNTAS ATAS PEMEGANG SAHAM PENGENDALI PT BCA (KELUARGA SALIM/DAHULU lik RAPAT KERJA DENGAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA PADA TANGGAL 28 JUNI 2007, TIDAK DITEMUKAN ADANYA BUKTI-BUKTI YANG MENGARAH KE TINDAK PIDANA KORUPSI. ub m ah TERGUGAT 2, 3 DAN 4) ATAS DESAKAN KOMISI III DPR DALAM Ditambahkan lebih lanjut oleh Presiden Republik Indonesia dalam halaman 27 ep ka dan 28 bahwa : “Penyelidikan yang dilakukan oleh Tim BLBI I dan BLBI II adalah ah mengenai dugaan tindak pidana korupsi dalam penyerahan asset dari M BPPN menunjuk antara lain Lehman Brothers, PT. Danareksa Sekuritas dan In d A gu Halaman 7 dari 21 Putusan Perdata Gugatan Nomor 200/Pdt.G/2014/PN Tng on ng PT. Bahana Pembinaan Usaha Indonesia untk menilai aset-aset yang es R pemegang saham pengendali (PSP) PT. BCA dan PT. BDNI kepada BPPN. ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7 ep u b hk am 8 Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia R diserahkan PSP. Jumlah kewajiban PSP (JKPS) BCA adalah Rp.52,726 triliun, dibayar tunai Rp100 miliar dan penyerahan aset yang dinilai sebesar ng Rp52,626 triliun. Sedangkan jumlah kewajiban PSP BDNI adalah Rp.28,408 triliun, dibayar tunai Rp1 triliun dan penyerahan aset yang dinilai sebesar Rp27,408 triliun. Namun setelah dilakukan penjualan oleh BPPN/ gu PT.PPA, nilai yang diperoleh dari PSP BCA sekitar Rp.19,389 triliun dan A dari PSP BDNI sekitar Rp2,507 triliun, sehingga ada dugaan bahwa terjadi tindak pidana korupsi dengan cara penggelembungan (mark-up) nilai asset PSP BCA dan PSP BDNI. Namun, setelah dilakukan penyelidikan oleh Tim ub lik ah BLBI I dan II tidak diketemukan penyimpangan dalam penilaian aset oleh penilai independen.” am Perlu ditambahkan pula bahwa di dalam Jawaban Presiden Republik Indonesia dalam halaman 27 dan 28 dari JAWABAN 2, terbukti bahwa setelah dilakukan penyelidikan oleh Tim BLBI I yang memeriksa dugaan terjadinya tindak ah k ep pidana korupsi dengan cara penggelembungan (mark-up) nilai asset Pemegang Saham Pengendali BCA (Keluarga Salim/dahulu TERGUGAT 2,3 dan 4) In do ne si R TIDAK DITEMUKAN PENYIMPANGAN DALAM PENILAIAN ASET OLEH PENILAI INDEPENDEN. HAL INI MENUNJUKKAN PRESIDEN A gu ng REPUBLIK INDONESIA MENYATAKAN TIDAK ADA PENYIMPANGAN ATAU PELANGGARAN MSAA YANG DILAKUKAN OLEH KELUARGA SALIM (DAHULU TERGUGAT 2, 3 DAN 4). BAGAIMANA MUNGKIN PT SWEET INDOLAMPUNG (TERMOHON TERBANDING 1/PENGGUGAT 1), PT KASASI 1/DAHULU INDOLAMPUNG PERKASA (TERMOHON KASASI 2/DAHULU TERBANDING 2/PENGGUGAT 2), PT GULA PUTIH MATARAM (TERMOHON KASASI 3/DAHULU lik ah TERBANDING 3/PENGGUGAT 3), PT INDOLAMPUNG DISTILLERY (TERMOHON KASASI 4/DAHULU TERBANDING 4/PENGGUGAT 4) DAN PT GARUDA PANCAARTA (TERMOHON KASASI 5/DAHULU ub m TERBANDING 5/PENGGUGAT 5) YANG BUKAN PIHAK DALAM MSAA MENYATAKAN KELUARGA SALIM (DAHULU TERGUGAT 2,3 DAN 4) MELANGGAR MSAA? 5. ep ka Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka terbukti menurut hukum bahwa Surat on In d A gu ng Tertulis (beschikking) sebagaimana yang dikeluarkan oleh Badan/Pejabat Tata Usaha es R Keterangan Lunas (SKL) telah memenuhi Rumusan Unsur-Unsur suatu Penetapan ik Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) h ah M In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id Halaman 8 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia R Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (3) UU PTUN, yang dapat dibuktikan berdasarkan fakta-fakta dan hal-hal sebagai berikut: ng Penetapan Berbentuk tertulis; - Surat Keterangan Lunas berbentuk Surat tertulis. Dikeluarkan oleh Badan/Pejabat TUN; gu - Diterbitkan oleh Badan TUN (BPPN) dan ditandatangani oleh Pejabat TUN A (Ketua BPPN). - Surat Keterangan Lunas berisi tindakan yang diambil oleh Badan/Pejabat ub lik ah TUN. Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; - Surat Keterangan Lunas didasarkan kepada peraturan perundang-undangan am dari yang tertinggi (TAP MPR) sampai yang terendah (Surat Meneg BUMN). Bersifat konkret, individual dan final; Ditujukan kepada Obligor yang telah dianggap menyelesaikan kewajibannya ep ah k Berisi Tindakan TUN; dan bersifat final. In do ne si R Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum; - Dengan adanya Surat Keterangan Lunas tersebut jelas menimbulkan akibat A gu ng hukum bagi para Obligor (dalam hal ini Keluarga Salim/dahulu TERGUGAT 2, 3 dan 4) yang telah menyelesaikan seluruh kewajibannya kepada Pemerintah Republik Indonesia secara baik dan kooperatif. 6. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, terbukti bahwa Surat Keterangan Lunas (Vide Bukti T2,3,4,5,6, 7 dan 8-109) adalah obyek TUN yang berada dibawah kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara dan bukan Pengadilan Negeri. Dengan demikian lik mempertimbangkan bukti Surat Keterangan Lunas (Vide Bukti T2,3,4,5,6,7 dan 8-109). ub 7. Putusan Sela No.12 telah bertindak tidak teliti dan tidak cermat dalam hal Perlu kami tambahkan bahwa berdasarkan Jawaban yang diajukan oleh BPPN (dahulu TERGUGAT 50) dan Menteri Keuangan Republik Indonesia (dahulu ep ka m ah terbukti bahwa Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang dalam mengeluarkan TERGUGAT 53) dalam persidangan perkara aquo di Pengadilan Negeri Gunung Sugih, telah ditegaskan bahwa SKL adalah merupakan obyek yang masuk dalam dikeluarkan berdasarkan MSAA yang ditandatangani oleh Pemerintah Republik In d A gu Halaman 9 dari 21 Putusan Perdata Gugatan Nomor 200/Pdt.G/2014/PN Tng on ng Indonesia c.q. BPPN (dahulu TERGUGAT 50) dengan Keluarga Salim (dahulu es R kewenangan dari Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) dan SKL memang ik Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) h ah M In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id Halaman 9 ep u b hk am 10 Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia R TERGUGAT 2, 3 dan 4). Berikut kutipan Jawaban BPPN (dahulu TERGUGAT 50) dan Menteri Keuangan Republik Indonesia (dahulu TERGUGAT 53), halaman 2: ng “… Surat Keterangan Lunas (SKL) atau Surat Release & Discharge yang dimohonkan pembatalannya oleh Para Penggugat, merupakan suatu penetapan tertulis yang dibuat oleh Pejabat TUN yang berisi tindakan hukum, bersifat gu konkrit, individual dan final, yakni sebagai konsekwensi logis karena adanya A penyelesaian semua kewajiban dari Tergugat 2 kepada Pemerintah RI seperti yang tercantum dalam Master Settlement and Acquisition Agreement (MSAA)” Hal tersebut membuktikan bahwa BPPN (dahulu TERGUGAT 50) dan Menteri ub lik ah Keuangan Republik Indonesia (dahulu TERGUGAT 53) sebagai wakil pemerintah sendiri juga telah mengakui bahwa SKL merupakan tindakan hukum dari Pemerintah am Republik Indonesia selaku Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang bersifat konkrit, individual dan final terkait dengan adanya penyelesaian kewajiban yang telah dilakukan oleh Keluarga Salim (dahulu TERGUGAT 2, 3 dan 4) sebagaimana ah k ep tercantum didalam MSAA. Kutipan tersebut diatas sekaligus membuktikan bahwa Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang telah salah dalam menerapkan hukum In do ne si R karena tidak memberikan pertimbangan hukum yang cukup dalam mengeluarkan putusannya (dalam hal ini Putusan PT.TK No.10). Berdasarkan hukum, suatu Putusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan hukum A gu ng 8. yang tidak lengkap atau cukup (onvoldoende gemotiveerd) haruslah dibatalkan sesuai dengan Yurisprudensi tetap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 638 K/Sip/1969, tanggal 22 Juli 1970 dalam perkara Cijo lawan Hardjoprajitno alias Bungkik dkk dengan susunan Majelis Hakim (1). Prof Dr. Subekti SH, (2). Indroharto, S.H. dan (3). D.H. Lumbanraja, S.H. sebagaimana dapat kami kutip sebagai berikut: lik ah “Putusan-putusan Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi yang tidak cukup dipertimbangkan (onvodoende gemotiveerd) harus dibatalkan. ub m i.e. Pengadilan Negeri yang putusannya dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi setelah menguraikan tentang keterangan saksi-saksi, barang-barang bukti yang diajukan terus saja menyimpulkan “bahwa oleh karena itu gugatan penggugat ep ka dapat dikabulkan sebagian” dengan tidak ada penilaian sama sekali terhadap penyangkalan-penyangkalan (tegenbewijs) dari pihak tergugat-tergugat asli.” Berdasarkan uraian di atas, maka kami mohon agar Majelis Hakim Agung pada es R 9. on In d A gu ng Mahkamah Agung Republik Indonesia yang terhormat berkenan untuk membatalkan ik Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) h ah M In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id Halaman 10 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R Putusan PT.TK No.10 aquo dan selanjutnya menerima Eksepsi yang diajukan oleh PEMOHON KASASI/dahulu PEMBANDING/TERGUGAT 49. ng C. JUDEX FACTIE PENGADILAN TINGGI TANJUNGKARANG TELAH KELIRU DALAM MENERAPKAN HUKUM DENGAN MENYATAKAN BAHWA GUGATAN TERHADAP KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA YANG LEWAT TENGGANG gu WAKTU YANG DITENTUKAN HARUS DIAJUKAN KE PERADILAN LAIN, DALAM HAL INI PERADILAN UMUM. Bahwa di dalam Pertimbangan Hukum Putusan PT.TK No.10, halaman 195 sampai A 1. dengan 196, Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang menyatakan sebagai ub lik ah berikut: “Menimbang, bahwa selain alasan-alasan pertimbangan tersebut diatas, am gugatan dalam kasus perkara ini tidak memungkinkan lagi dapat diajukan ke Peradilan Tata Usaha Negara karena tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh pasal 55 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 yang mengatur ah k ep tentang waktu pengajuan gugatan ke Peradilan Tata Usaha Negara dibatasi waktunya yaitu 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak saat diterimanya atau di In do ne si R umumkannya Keputusan Pejabat Tata Usaha Negara dan dalam kasus perkara ini gugatan diajukan tanggal 16 Oktober 2006, dengan demikian gugatan dalam A gu ng perkara ini apabila diajukan ke Peradilan Tata Usaha Negara telah melampaui waktu sebagaimana yang ditentukan oleh pasal 55 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tersebut, hal ini mengacu kepada pertimbangan Putusan Kasasi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 381 K/Pdt/2006 tanggal 21 Juni 2006 yang dalam pertimbangannya menyebutkan bahwa suatu gugatan terhadap Keputusan Penetapan yang bersifat konkrit, Individual yang dikeluarkan oleh lik dimaksud dalam pasal 53 ayat (2) huruf a, b dan c Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986, disamping itu dalam pasal 55 mengatur tentang tenggang waktunya yaitu 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak saat diterimanya atau ub m ah Badan/Pejabat Tata Usaha Negara harus memenuhi alasan-alasan seperti diumumkannya Keputusan Badan/ Pejabat Tata Usaha Negara, dan dalam ep ka pertimbangan selanjutnya disebutkan bahwa, dari ketentuan tersebut, maka gugatan terhadap Keputusan Tata Usaha Negara yang lewat tenggang waktu ah yang ditentukan oleh peraturan tersebut diatas, maka harus diajukan ke M Menimbang, bahwa dalam penentuan tenggang waktu 90 (sembilan puluh) In d A gu Halaman 11 dari 21 Putusan Perdata Gugatan Nomor 200/Pdt.G/2014/PN Tng on ng hari tersebut dapat pula dilihat dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung dalam es R Peradilan lain dalam hal ini ke Peradilan Umum; ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11 ep u b hk am 12 Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia R perkara Nomor: 330 K/TUN/2001 yang dalam pertimbangannya antara lain menyebutkan; “bahwa pendapat Judex factie tidak dapat dibenarkan, karena ng obyek gugatan tersebut rata-rata diterbitkan sekitar tahun 1987, sedangkan gugatan diajukan ke Peradilan Tata Usaha Negara Bandung tanggal 26 Januari 2000, sehingga telah melampaui tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari gu sebagaimana ditentukan oleh pasal 55 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986, A oleh sebab itu gugatan Penggugat tidak dapat diterima”; apabila gugatan perkara a quo diajukan ke Pengadilan Tata Usaha Negara pada ub lik ah ditentukan oleh pasal 55 Undang-undang Nomor 5 tahun 1986;” Bahwa PEMOHON KASASI/dahulu PEMBANDING/TERGUGAT 49 menolak am dengan tegas pertimbangan hukum Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang tersebut diatas karena nyata-nyata merupakan kesalahan dalam menerapkan hukum dan bahkan telah bertentangan dengan hukum yang berlaku. ep ah k Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan tersebut diatas, maka saat itu (16 Oktober 2006), akan melampaui tenggang waktu sebagaimana 2. 3. Bahwa berdasarkan Pasal 134 Het Herziene Indonesische Reglement (“HIR”) telah In do ne si R ditetukan bahwa jika terdapat suatu sengketa yang melibatkan hal-hal yang tunduk pada yurisdiksi badan peradilan lain, hakim pengadilan negeri berkewajiban untuk A gu ng menyatakan bahwa dirinya tidak berwenang untuk mengadili perkara tersebut. 4. Bahwa sebagaimana yang telah diakui pula oleh Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang bahwa Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Tengah (dahulu TERGUGAT 48) dan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia c.q Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum (dahulu TERGUGAT 52) sebagai Pejabat Tata Usaha Negara, digugat terkait dengan diterbitkannya Sertifikat Jaminan Fidusia lik Jaminan Fidusia Nomor C2-7113 HT.04.06 TH.2001/NSTD tertanggal 6 Februari 2001, Sertifikat Jaminan Fidusia Nomor C2-7112 HT.04.06 TH.2001/NSTD ub tertanggal 6 Februari 2001 dan Sertifikat Jaminan Fidusia Nomor: C2-7240 HT.04.06 TH.2001/NSTD tertanggal 6 Februari 2001, selain itu, BPPN (dahulu TERGUGAT 50) dan Menteri Keuangan Republik Indonesia (dahulu TERGUGAT 53) digugat ep ka m ah Nomor C2- 8576 HT.04.06 TH.2001/NSTD tertanggal 12 Februari 2001, Sertifikat terkait dengan diterbitkannya Surat Keterangan Lunas (SKL). Sebagaimana yang juga diketahui dan diterangkan sebelumnya bahwa menurut hukum, Sertifikat Jaminan konkrit, individual dan final. Hal yang sama juga berlaku pada Surat Keterangan on In d A gu ng Lunas (SKL), yang dalam hal ini juga merupakan produk Tata Usaha Negara (dalam es R Fidusia tersebut merupakan produk/ keputusan Tata usaha Negara yang memiliki sifat ik Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) h ah M In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id Halaman 12 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia R hal ini Pemerintah, diwakili BPPN/dahulu TERGUGAT 50 dan Menteri Keuangan Republik Indonesia/dahulu TERGUGAT 52) Hal ini seharusnya membuktikan ng bahwa menurut hukum, yang berwenang mengadili perkara aquo adalah Peradilan Tata Usaha Negara. 5. Walaupun ketentuan hukum yang berlaku sudah secara tegas memberikan batasan gu serta kriteria yang sangat jelas bahwa objek sengketa terkait dengan pembatalan Surat Keputusan Tata Usaha Negara (dalam hal ini Surat Keterangan Lunas) merupakan A objek sengketa yang termasuk dalam kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara, akan tetapi yang terjadi dalam perkara aquo, Judex Factie Pengadilan Tinggi ub lik ah Tanjungkarang justru membenarkan tindakan PARA TERMOHON KASASI/dahulu PARA TERBANDING/PARA PENGGUGAT untuk mengajukan gugatan pembatalan am Surat Keterangan Lunas tersebut melalui Pengadilan Negeri (dalam hal ini Pengadilan Negeri Gunung Sugih) semata-mata hanya dengan alasan bahwa masa tenggang waktu untuk mengajukan gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara menurut Pasal 55 UU ah k ep No.5/1986 yaitu 90 (sembilan puluh) hari telah terlewati. Pertimbangan hukum Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang ini jelas-jelas merupakan suatu kekeliruan In do ne si R dalam penerapan hukum yang berlaku, yang dapat dijadikan sebagai dasar bagi Majelis Hakim Agung pada Mahkamah Agung Republik Indonesia yang terhormat A gu ng untuk membatalkan Putusan PT.TK No.10. 6. Selain itu, Pertimbangan Hukum Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang tersebut merupakan bukti tidak diterapkannya esensi dari dirumuskannya suatu peraturan perundang-undangan, yaitu untuk memberikan kepastian hukum kepada seluruh pihak. Bahwa tujuan para perumus undang-undang menetapkan jangka waktu kepada suatu pihak untuk melakukan upaya hukum adalah sebagai wujud lik untuk mengajukan upaya hukum dalam jangka waktu yang telah ditentukan tersebut, ia haruslah dianggap tidak mempergunakan haknya. Tetapi patut disayangkan Judex ub Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang tidak mempertimbangkan hal-hal tersebut pada saat merumuskan serta mengeluarkan Putusan PT.TK No.10, Bahkan Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang justru membuat pertimbangan yang nyata- ep ka m ah menegakkan kepastian hukum itu sendiri. Apabila seseorang tidak memanfaatkan hak nyata bertentangan dengan hakikat dibentuknya Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Tindakan ini justru telah membuktikan bahwa dalam mengeluarkan Putusan menerapkan hukum, yaitu terutama dengan menyatakan bahwa gugatan terhadap In d A gu Halaman 13 dari 21 Putusan Perdata Gugatan Nomor 200/Pdt.G/2014/PN Tng on ng Keputusan Tata Usaha Negara yang lewat tenggang waktu yang ditentukan oleh es R PT.TK No.10, Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang telah salah dalam ik Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) h ah M In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id Halaman 13 ep u b hk am 14 Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia R undang-undang harus diajukan ke badan peradilan lain, dalam hal ini Peradilan Umum. Bahwa pertimbangan hukum Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang tersebut ng 7. jelas telah bertentangan dengan hakikat dasar dari dibentuknya Pengadilan Tata Usaha Negara. Bagaimanapun hal ini jelas membuktikan adanya pelanggaran yang gu dilakukan oleh Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang dalam mengikuti serta mematuhi ketentuan hukum yang berlaku, khususnya ketentuan yang terdapat dalam A UU PTUN. Bilamana semua objek sengketa yang seharusnya masuk dalam kewenangan PTUN (dalam hal ini Surat Keputusan Tata Usaha Negara layaknya ub lik ah Surat Keterangan Lunas) dapat diajukan pembatalannya ke Pengadilan Negeri semata-mata hanya karena telah lewatnya tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari am sebagaimana dipersyaratkan, maka dapat dipastikan bahwa semua pihak akan mengajukan gugatan pembatalan suatu Keputusan Pejabat Tata Usaha Negara melalui Pengadilan Negeri dan tidak akan mengajukannya lagi ke Pengadilan Tata Usaha ah k ep Negara. Bila demikian halnya, lantas apa fungsi dari Pengadilan Tata Usaha Negara dibentuk? Bukankah hal ini akan dapat menyebabkan timbulnya suatu ketidak-pastian In do ne si R hukum? Apakah tindakan Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang dalam hal ini, tindakan mana telah membenarkan tindakan yang dilakukan oleh PARA A gu ng TERMOHON KASASI/dahulu PARA TERBANDING/PARA PENGGUGAT dapat dikatakan sebagai tindakan untuk menegakkan keadilan demi tercapainya suatu kepastian hukum? Sudah barang tentu tindakan Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang tersebut justru bertentangan dengan hukum, sehingga sudah sepatutnyalah Putusan PT.TK No.10 yang dikeluarkan oleh Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang Bahwa selanjutnya, Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang telah keliru dalam ub menerapkan hukum dalam memutus Perkara aquo, khususnya dalam memeriksa dan memutus keabsahan Akta-Akta yang seharusnya diperiksa oleh Pengadilan Tata Usaha Negara. Bagaimanapun pembatalan Akta-Akta tersebut oleh Judex Factie ep ka m 8. yang terhormat. lik ah dibatalkan oleh Majelis Hakim Agung pada Mahkamah Agung Republik Indonesia Pengadilan Tinggi Tanjungkarang yang merupakan hakim di lingkungan peradilan umum juga merupakan bentuk pelanggaran hukum, mengingat pembatalan tersebut Pengadilan Tinggi Tanjungkarang juga telah gagal mempertimbangkan bahwa on In d A gu ng diterimanya Sertifikat Jaminan Fidusia tersebut oleh PARA TERMOHON KASASI/ es R bukan merupakan kewenangan Pengadilan Negeri Gunung Sugih. Judex Factie ik Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) h ah M In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id Halaman 14 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia R dahulu PARA TERBANDING/PARA PENGGUGAT merupakan bukti nyata bahwa ternyata PARA TERMOHON KASASI/dahulu PARA TERBANDING/PARA ng PENGGUGAT tidak menggunakan haknya dalam jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari sebagaimana ditentukan dalam UU PTUN untuk mengajukan gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara dalam rangka untuk mengajukan pembatalan atas gu Sertifikat-sertifikat aquo. Fakta bahwa PARA TERMOHON KASASI/dahulu PARA TERBANDING/PARA PENGGUGAT tidak mempergunakan haknya untuk A mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara dalam kurun waktu yang ditentukan tersebut, sama sekali tidak menyebabkan PARA TERMOHON KASASI/ ub lik ah dahulu PARA TERBANDING/PARA PENGGUGAT menjadi berhak untuk mengajukan gugatan terhadap hal tersebut di Pengadilan Negeri Gunung Sugih. Bahwa Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang telah keliru dalam menerapkan am 9. hukum yang berlaku dengan menggunakan jangka waktu untuk mengajukan gugatan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 55 UU PTUN sebagai indikator untuk ah k ep menyatakan dirinya berwenang mengadili suatu produk Tata Usaha Negara. Bahwa penggunaan jangka waktu tersebut sebagai alasan untuk menyatakan Pengadilan In do ne si R Negeri Gunung Sugih berwenang untuk memeriksa perkara aquo bagaimanapun tidak dapat dibenarkan oleh hukum. A gu ng 10. Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang juga telah gagal menerapkan prinsip kehati-hatian. Dalam mengeluarkan Putusannya dan selanjutnya membatalkan AktaAkta Jaminan, keputusan Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang tersebut dapat mengakibatkan ketidakpastian dalam sistem hukum Indonesia. Apabila keputusan Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang tersebut dijadikan sebagai preseden dan selanjutnya diikuti oleh semua pengadilan negeri, maka oleh karenanya lik negara yang diputuskan oleh Pejabat Tata Usaha Negara melalui pengadilan negeri, bahkan semata-mata diajukan hanya atas dasar telah lewatnya jangka waktu 90 ub (sembilan puluh) hari sebagaimana dipersyaratkan oleh ketentuan hukum yang berlaku (PTUN). Hal ini akan secara serta merta mempengaruhi integritas Pengadilan Tata Usaha Negara, yang secara signifikan akan berdampak sangat serius terhadap kepastian hukum di Indonesia. ep ka m ah banyak pihak akan berusaha untuk mengajukan gugatan terhadap keputusan tata usaha 11. Di samping itu, sebagai tambahan, kami merasa perlu untuk menginformasikan terhormat bahwa bukti-bukti berupa beberapa Putusan Pengadilan yang dianggap baik TERMOHON KASASI/dahulu PARA TERBANDING/PARA In d A gu Halaman 15 dari 21 Putusan Perdata Gugatan Nomor 200/Pdt.G/2014/PN Tng on PARA ng oleh es R kepada Majelis Hakim Agung pada Mahkamah Agung Republik Indonesia yang ik Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) h ah M In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id Halaman 15 ep u b hk am 16 Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia R PENGGUGAT maupun oleh Judex Factie Pengadilan Negeri Gunung Sugih dan Pengadilan Tinggi Tanjungkarang dalam Putusannya, sebagai bukti untuk ng mendukung dalilnya bahwa seolah-olah Pengadilan Negeri berwenang untuk memeriksa serta membatalkan Akta-Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) sebagaimana yang juga dilakukannya dalam perkara aquo, yakni antara lain: gu Putusan Pengadilan Negeri Bengkalis No.05/Pdt.G/2003/PN.Bks.; A Putusan Pengadilan Tinggi Riau No.40/Pdt/2005/PTR.; dan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.381 K/Pdt./2006 tertanggal 21 Juni 2006; ub lik ah pada dasarnya juga tidak dapat diajukan sebagai acuan oleh Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang dalam rangka untuk menentukan serta menyatakan bahwa am Pengadilan Negeri berwenang untuk memeriksa serta mengadili Gugatan Pembatalan yang diajukan terhadap Akta Pembebanan Hak Tanggungan (APHT). Bagaimanapun, materi serta objek dari perkara berupa permohonan pembatalan atas Akta ah k ep Pembebanan Hak Tanggungan (APHT), pada prinsipnya tunduk dalam kewenangan dari Pengadilan Tata Usaha Negara mengingat Akta Pembebanan Hak Tanggungan In do ne si R (APHT) tersebut jelas merupakan suatu Keputusan Badan Tata Usaha Negara. Disamping itu, keseluruhan Putusan yang dijadikan oleh PARA TERMOHON A gu ng KASASI/dahulu PARA TERBANDING/PARA PENGGUGAT tersebut sebagai bukti, ternyata juga telah dibatalkan oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia dalam pemeriksaan di tingkat Peninjauan Kembali. Hal ini dapat dilihat dari berbagai pemberitaan di media massa yang berisikan keterangan dari Ibu Mariana Sutadi selaku Ketua Majelis Hakim terkait dengan pembatalan seluruh Putusan tersebut (Fotokopi pemberitaan di beberapa media massa terlampir). lik seharusnya hal ini merupakan kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN), dan bukan merupakan kewenangan Pengadilan Negeri. Oleh karena itu, Judex Factie ub Pengadilan Tinggi Tanjungkarang jelas terbukti telah salah dan keliru dalam menerapkan hukum serta bahkan terbukti telah bertindak melampaui batas kewenangannya dalam mengeluarkan Putusan PT.TK No.10, yakni dengan ep ka m ah 12. Berdasarkan alasan-alasan di atas maka sesuai dengan ketentuan UU PTUN, mengeluarkan putusan terkait dengan pembatalan suatu Keputusan Tata Usaha Negara (dalam hal ini Sertifikat Hak Tanggungan dan Sertifikat Jaminan Fidusia). Oleh Republik Indonesia yang terhormat berkenan untuk membatalkan Putusan PT.TK on In d A gu ng No.10 yang dikeluarkan oleh Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang. es R karena itu, sudah sepatutnyalah Majelis Hakim Agung pada Mahkamah Agung ik Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) h ah M In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id Halaman 16 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia R D. JUDEX FACTIE PENGADILAN TINGGI TANJUNGKARANG TELAH KELIRU DALAM MENERAPKAN HUKUM DENGAN TIDAK MEMPERTIMBANGKAN ng BAHWA HUBUNGAN HUKUM YANG MENJADI ALAS HAK PT GARUDA PANCAARTA (TERMOHON KASASI 5/DAHULU TERBANDING 5/PENGGUGAT 5) UNTUK MEMILIKI SUGAR GROUP COMPANIES (PT SWEET INDOLAMPUNG KASASI 1/DAHULU gu (TERMOHON TERBANDING 1/PENGGUGAT 1), PT INDOLAMPUNG PERKASA (TERMOHON KASASI 2, DAHULU TERBANDING 2/ TERBANDING 3/PENGGUGAT PT DISTILLERY ah INDOLAMPUNG 3) (TERMOHON DAN KASASI 4/DAHULU ub lik A PENGGUGAT 2), PT GULA PUTIH MATARAM (TERMOHON KASASI 3/DAHULU TERBANDING 4/PENGGUGAT 4)) ADALAH BERDASARKAN CONDITIONAL PURCHASE AND LOAN TRANSFER AGREEMENT (“CSPLTA”) TERTANGGAL 29 NOPEMBER 2001, YANG MANA DI DALAM CSPLTA TERSEBUT TELAH DISEPAKATI BAHWA SELURUH SENGKETA YANG TIMBUL TERKAIT DENGAN PEMBELIAN SUGAR GROUP COMPANIES (PT SWEET ep ah k am SHARE INDOLAMPUNG (TERMOHON KASASI 1/DAHULU TERBANDING 1/PENGGUGAT INDOLAMPUNG PERKASA (TERMOHON KASASI 2, DAHULU In do ne si PT R 1), TERBANDING 2/PENGGUGAT 2), PT GULA PUTIH MATARAM (TERMOHON A gu ng KASASI 3/DAHULU TERBANDING 3/PENGGUGAT 3) DAN PT INDOLAMPUNG DISTILLERY (TERMOHON KASASI 4/DAHULU TERBANDING 4/PENGGUGAT 4)) TERSEBUT AKAN DISELESAIKAN MELALUI FORUM ARBITRASE DAN BUKAN MELALUI PENGADILAN NEGERI. Bahwa Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang juga telah lalai dalam memenuhi persyaratan yang diwajibkan didalam perundang-undangan karena tidak mempertimbangkan adanya Eksepsi Mengenai Kompetensi Absolut yang diajukan oleh lik ah PEMOHON KASASI/dahulu PEMBANDING/TERGUGAT 49 (PT. Gemahripah Pertiwi ub dari lembaga arbitrase karena dasar adanya hubungan hukum atau alas hak kepemilikan TERMOHON KASASI 5/dahulu TERBANDING 5/PENGGUGAT 5 (PT Garuda ep Pancaarta) terhadap saham-saham dari TERMOHON KASASI 1/dahulu TERBANDING 1/PENGGUGAT 1 (PT Sweet Indolampung), PT Indolampung Perkasa (TERMOHON KASASI 2/dahulu TERBANDING 2/PENGGUGAT 2), PT Gula Putih Mataram 3/PENGGUGAT 3) Indolampung 4/dahulu Distillery (TERMOHON KASASI dan PT TERBANDING 4/ In d A gu Halaman 17 dari 21 Putusan Perdata Gugatan Nomor 200/Pdt.G/2014/PN Tng on ng PENGGUGAT 4) (semuanya disebut Sugar Group Companies) adalah adanya suatu es (TERMOHON KASASI 3/dahulu TERBANDING R ka m (Dalam Likuidasi)) yang menyatakan bahwa perkara aquo merupakan kewenangan absolut ik Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) h ah M In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id Halaman 17 ep u b hk am 18 Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia R Perjanjian Pembelian Saham dan Pengalihan Utang Bersyarat (Conditional Share Purchase and Loan Transfer Agreement) tertanggal 29 November 2001 (“CSPLTA”) yang ng ditandatangani oleh TERMOHON KASASI 5/dahulu TERBANDING 5/PENGGUGAT 5 (PT Garuda Pancaarta) selaku Pembeli. Bahwa CSPLTA tertanggal 29 Nopember 2001 merupakan bukti penting yang gu menunjukkan bahwa sebagai pembeli saham-saham Sugar Group Companies (PT Sweet Indolampung (TERMOHON KASASI 1, dahulu TERBANDING 1/PENGGUGAT 1), PT A Indolampung Perkasa (Termohon Kasasi 2, dahulu terbanding 2/penggugat 2), PT Gula Putih Mataram (TERMOHON KASASI 3, dahulu TERBANDING 3/PENGGUGAT 3) dan PENGGUGAT 4)), PT ub lik ah PT Indolampung Distillery (TERMOHON KASASI 4/dahulu TERBANDING 4/ Garuda Pancaarta (TERMOHON KASASI 5/dahulu sesuatu menyangkut saham-saham dan utang-utang perusahaan yang dibeli, yang mana termasuk TERMOHON KASASI 1/dahulu TERBANDING 1/PENGGUGAT 1 (PT.Sweet Indolampung) dan TERMOHON KASASI 2/dahulu TERBANDING 2/PENGGGUAT 2 ep ah k am TERBANDING 5/PENGGUGAT 5) dapat mengajukan klaim keberatan terhadap segala (PT Indolampung Perkasa), atas dasar acuan adalah berdasarkan ketentuan yang terdapat In do ne si R dalam CSPLTA tertanggal 29 Nopember 2001 tersebut. Didalam Pasal 9.7.1 CSPLTA telah disepakati suatu forum penyelesaian sengketa yaitu melalui forum Arbitrase di SIAC A gu ng (Singapore International Arbitration Centre). Sebagaimana diuraikan pada Eksepsi dan Jawaban Pokok Perkara, Duplik dan Memori Banding PT Gemahripah Pertiwi (Dalam Likuidasi) (PEMOHON KASASI/ dahulu PEMBANDING/TERGUGAT 49) dan PT Holdiko Perkasa (Dalam Likuidasi) (dahulu TERGUGAT 46), bahwa pada dasarnya Keluarga Salim (dahulu TERGUGAT 2, 3 dan 4) tidak memiliki hubungan hukum apapun dengan PARA TERMOHON KASASI/ dahulu PARA TERBANDING/PARA PENGGUGAT karena setelah dilakukanmya lik ah penyerahan saham-saham dalam 108 (seratus delapan) perusahaan-perusahaan eks Salim ub KASASI/dahulu PEMBANDING/ TERGUGAT 46) berdasarkan Master Settlement and Acquisition Agreement (MSAA), maka penguasaan saham-saham tersebut termasuk saham-saham milik Keluarga Salim (dahulu TERGUGAT 2, 3 dan 4) yang ada di Induk ep ka m Group kepada BPPN (dahulu TERGUGAT 50) c.q. PT Holdiko Perkasa (PEMOHON Perusahaan Sugar Group Companies (PT Sweet Indolampung/TERMOHON KASASI 1/ dahulu TERBANDING 1/PENGGUGAT 1), PT Indolampung Perkasa (TERMOHON KASASI 3/dahulu TERBANDING 3/PENGGUGAT 3) dan PT Indolampung Distillery on In d A gu ng (TERMOHON KASASI 4/dahulu TERBANDING 4/PENGGUGAT 4)) yaitu PT Inti es R KASASI 2/dahulu terbanding 2/penggugat 2), PT Gula Putih Mataram (TERMOHON ik Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) h ah M In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id Halaman 18 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia di Sugar Group Indolampung/TERMOHON Group KASASI 1/dahulu TERBANDING ng Sweet R Petala Bumi (IPB) dan PT Ekaprimaguna Perkasa (EPP), yang menguasai mayoritas saham (PT 1/ PENGGUGAT 1), PT Indolampung Perkasa (TERMOHON KASASI 2/dahulu terbanding 2/penggugat 2), PT Gula Putih Mataram (TERMOHON KASASI 3/dahulu TERBANDING gu 3/PENGGUGAT 3) dan PT Indolampung Distillery (TERMOHON KASASI 4/dahulu TERBANDING 4/PENGGUGAT 4)), sudah beralih kepada PT Holdiko Perkasa (Dalam A Likuidasi) (TERGUGAT 46) sebagai CJ Holdco yang berperan sebagai perusahaan sarana (vehicle company) yang bertugas mengelola dan menjual saham-saham tersebut melalui ub lik ah lelang terbuka yang diadakan atas persetujuan BPPN (dahulu TERGUGAT 50); Bahwa pada sekitar bulan September 2001, PT Holdiko Perkasa (Dalam Likuidasi) terbuka penjualan saham-saham Sugar Group Companies (PT Sweet Indolampung/ TERMOHON KASASI 1/dahulu TERBANDING 1/PENGGUGAT 1), PT Indolampung Perkasa (TERMOHON KASASI 2/dahulu terbanding 2/penggugat 2), PT Gula Putih ep ah k am (TERGUGAT 46) melalui persetujuan BPPN (dahulu TERGUGAT 50) melakukan lelang Mataram (TERMOHON KASASI 3/dahulu TERBANDING 3/PENGGUGAT 3) dan PT (TERMOHON KASASI 4/dahulu TERBANDING 4/ In do ne si Distillery R Indolampung PENGGUGAT 4)). Lelang tersebut dilakukan sesuai dengan Standar of Procedure yang A gu ng berlaku, yakni dengan memberikan keterbukaan informasi kepada para calon pembeli (termasuk kepada PT. Garuda Pancaarta (TERMOHON KASASI 5/dahulu TERBANDING 5/PENGGUGAT 5)), termasuk akan tetapi tidak terbatas dengan diberikannya Info Memo Sugar Group yang dibuat oleh Konsultan Keuangan yang ditunjuk PT Holdiko Perkasa (Dalam Likuidasi) (TERGUGAT 46) atas persetujuan BPPN (dahulu TERGUGAT 50) yaitu PriceWaterhouseCoopers (PWC) (Vide Bukti T 49-2) dan diberikannya kesempatan yang luas kepada peserta lelang (bidders) untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh pada lik ah segi hukum (legal due diligence) dan keuangan (financial due diligence). Dalam Info ub penjaminan dari PT Sweet Indolampung (TERMOHON KASASI 1/dahulu TERBANDING 1/PENGGUGAT 1), PT Indolampung Perkasa (TERMOHON KASASI 2/dahulu TERBANDING 2/PENGGUGAT 2) dan PT Gula Putih Mataram (TERMOHON KASASI ep ka m Memo Sugar Group tersebut telah diungkapkan secara terbuka adanya utang dan 3/dahulu TERBANDING 2/PENGGUGAT 3) termasuk restrukturisasi utang kepada kreditur Jepang (Marubeni Corporation cs). lelang melalui penasehat keuangan mereka masing-masing tentunya juga telah melakukan In d A gu Halaman 19 dari 21 Putusan Perdata Gugatan Nomor 200/Pdt.G/2014/PN Tng on ng penilaian (valuation) atas saham-saham tersebut didasarkan kepada aktiva (asset) dan es R Sebagaimana layaknya membeli (akuisisi) saham suatu perseroan, maka para peserta ik Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) h ah M In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id Halaman 19 ep u b hk am 20 Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id R kewajiban (utang) perseroan yang menjadi obyek jual-beli tersebut. Berdasarkan hasil penilaian masing-masing peserta lelang (bidders), ternyata PT Garuda Pancaarta ng (TERMOHON KASASI 5/dahulu TERBANDING 5/PENGGUGAT 5) telah memberikan nilai penawaran tertinggi dan sekaligus berhak untuk menjadi pemenang lelang saham- saham Sugar Group Companies (PT Sweet Indolampung/TERMOHON KASASI 1/dahulu A gu TERBAND A gu ng In do ne si R PANITERA PENGGANTI, Pendaftaran : Rp. 30.000,- b Biaya Panggilan : Rp. 275.000,- c ATK/Pemberkasan : Rp. 50.000,- d Meterai : Rp. 6.000,- e Redaksi : Rp 5.000,- ep ub a R ah ka m Perincian Biaya : lik ah AGUS SOFYAN, SH.MKn Jumlah : Rp. 366.000,- (tiga ratus enam puluh enam ribu on In d A gu ng M rupiah); es ah k ep am ub lik ah MACHRI HENDRA , SH.MH. ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20 ep u b hk am Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia es In d A gu Halaman 21 dari 21 Putusan Perdata Gugatan Nomor 200/Pdt.G/2014/PN Tng on ng M R ah ep ka ub m lik ah A gu ng In do ne si R ah k ep am ub lik ah A gu ng R In do ne si a putusan.mahkamahagung.go.id ik h Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21