Mahkamah Agu Mahkamah Agung Republik

advertisement
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
R
PUTUSAN
Nomor 200/Pdt.G/2014/PN.TNG
ng
DEMI KEADILAN BERDASKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Pengadilan Negeri Tangerang yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara
perdata pada peradilan tingkat pertama telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam
gu
perkara antara :
A
SURAPATI, SH: laki-laki, lahir di Palembang/ 12 Desember 1961, agama Islam, WNI,
005 Rw 004 Kelurahan Cililitan, Kec. Kramajati, Jakarta Timur,;
ub
lik
ah
Dalam hal ini memberikan kuasa kepada 1. Arias Rahadian, SH, 2.
Syahrudin Betay, SH. Dan 3. Walim, SH. Para Advokat/Penasehat Hukum
berkedudukan di Banjar Wijaya Blok B 19 B No.5 Kelurahan Poris Plawad
am
Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang Banten berdasarkan Surat Kuasa
Khusus tanggal 07
MARET 2014;
Selanjutnya disebut sebagai----------------------------------PENGGUGAT;
ep
ah
k
pekerjaan Karyawan Swasta, bertempat-tinggal di Jalan Cililitan Besar RT
L A W A N
In
do
ne
si
R
YOGI SURTIKA KUSUMAH; Laki-laki, WNI, Wiraswasta, terakhir bertempat-tinggal
di Perumahan Citra Raya Blok C 20 No. 06 Sektor 1.1 Desa Cikupa, Kec.
A
gu
ng
Cikupa, Kabupaten Tangerang, Banten, sekarang tidak diketahui keberadaan
baik di dalam ataupun di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Selanjutnya disebut sebagai------------------------------------TERGUGAT;
Pengadilan Negeri tersebut;
Telah membaca berkas perkara tersebut;
Telah memeriksa dan meneliti surat-surat bukti yang diajukan oleh Penggugat;;
Menimbang, bahwa Penggugat dalam surat Gugatannya yang didaftarkan di
1
Bahwa TERGUGAT telah membeli sebuah tanah dan bangunan berupa rumah
lik
ah
TENTANG DUDUK PERKARANYA
ub
No: 200/Pdt.G/2014/PN.TNG, pada pokoknya mengemukakan hal-hal sebagai berikut :
ep
tinggal yang terletak di Perumahan Citra Raya Blok C-20 No. 06 Desa Cikupa
Kec. Cikupa Kabupaten Tangerang, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Banten berdasarkan Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) No 1683 / desa
R
ka
m
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Tangerang pada tanggal 10 APRIL 2014, Register perkara
es
Cikupa, terbit tanggal 12 Pebruari 1998, tercatat atas nama YOGI SURTIKA
In
d
A
gu
Halaman 1 dari 21 Putusan Perdata Gugatan Nomor 200/Pdt.G/2014/PN Tng
on
ng
KUSUMAH ( TERGUGAT ), seluas 72 M2 ( tujuh puluh dua meter persegi ),
ik
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
h
ah
M
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 1
ep
u
b
hk
am
2
Direktori
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
R
berdasarkan Gambar Situasi No. 31527, Tanggal 21 Oktoberber 1997 ( selanjutnya
disebut “ objek sengketa “ ) ;
Bahwa untuk pembayaran atas “ objek sengketa “ tersebut di atas, pada tanggal 5
ng
2
Februari 2001, TERGUGAT telah menandatangani Akta Perjanjian Kredit dengan
PT. BANK ARTHA GRAHA, berkedudukan di Jakarta, sebagai Kredit Perumahan
gu
Rakyat (KPR) sebesar Rp.48.421.072,- (empat puluh delapan juta empat ratus dua
puluh satu ribu tujuh puluh dua rupiah), untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan
A
karenanya akan berakhir pada tanggal 05 Maret 2006 ;
Bahwa TERGUGAT sudah tidak memenuhi kewajiban membayar KPR kepada
ub
lik
Bank Artha Graha Internasional yang terdiri dari angsuran, Bunga pokok hingga
saat ini sebesar Rp.39.000.000,- ( tiga puluh sembilan juta rupiah ) ;
4
Bahwa Bank Artha Graha Internasional telah berusaha menghubungi TERGUGAT
am
ah
3
melalui surat, telepon maupun mengunjungi langsung, tetapi TERGUGAT tidak
pernah memenuhi panggilan dan hingga saat ini tidak diketahui keberadaannya di
ep
ah
k
seluruh wilayah Kesatuan Republik Indonesia ;
5
Bahwa oleh karena tidak ada penyelesaian atas kredit bermasalah ini, maka Bank
In
do
ne
si
R
Artha Graha Internasional melakukan penjualan tagihan berikut jaminannya hak
atas tagihan kepada PENGGUGAT yang dituangkan dalam Akta Perjanjian Jual
A
gu
ng
Beli Piutang Nomor 31 Tanggal 18 Agustus 2009, di hadapan MYRA YUWONO,
S.H., Notaris di Jakarta ;
6
Bahwa dari hasilI No. 03 G/HUM/2003 yang pada intinya menolak gugatan dari
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia untuk melakukan hak uji materiil
terhadap Instruksi Presiden No. 8 Tahun 2002 tanggal 30 Desember 2002, putusan
mana dalam pertimbangan hukumnya antara lain disebutkan bahwa:
ketidakpatuhan Pemegang Saham dalam PKPS.
ii.
Kepada yang patuh diberikan jaminan kepastian hukum berupa pembebasan dari
ub
tuntutan pidana, dan yang tidak patuh tetap diproses sesuai hukum, termasuk proses
hukum pidana.
iii.
4.
lik
Presiden berwenang untuk menetapkan kebijakan terkait dengan kepatuhan atau
Kebijakan tersebut juga untuk menyelamatkan aset Negara.
Bahwa Pemerintah Republik Indonesia telah memberikan jaminan kepastian hukum kepada
ep
ka
m
ah
i.
obligor yang kooperatif yang telah menandatangani Penyelesaian Kewajiban Pemegang
R
Saham (PKPS) dan menyelesaikan kewajibannya dan memberikan sanksi kepada yang tidak
es
kooperatif sebagaimana yang diatur dalam Inpres No. 8 Tahun 2002 yang dikeluarkan pada
on
In
d
A
gu
ng
masa pemerintahan Ibu Megawati Soekarnoputri dan komitmen Pemerintah Republik
ik
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
h
ah
M
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 2
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
Indonesia tersebut di atas dikukuhkan dalam Sidang Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia melalui :
“KETERANGAN DAN JAWABAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
ng
A.
MENGENAI PENYELESAIAN KREDIT LIKUIDITAS BANK INDONESIA (KLBI)
DAN BANTUAN LIKUIDITAS BANK INDONESIA (BLBI) PADA RAPAT
gu
PARIPURNA DPR-RI TANGGAL 12 PEBRUARI 2008” (“JAWABAN 1”) yang
dibacakan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Boediono dihadapan
A
Sidang Rapat Paripurna DPR-RI dalam rangka menjawab interpelasi masalah
Penyelesaian Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) dan Bantuan Likuiditas Bank
Indonesia (BLBI) pada tanggal 12 Februari 2008;
ub
lik
ah
Dalam dokumen tersebut di atas (dapat kami kutip beberapa point penting dalam tanya
jawab antara DPR dengan Pemerintah RI sebagai berikut:
am
“1. Bagaimana sikap politik dan hukum pemerintah terhadap kebijakan dan
implementasi kebijakan dalam penyelesaian kewajiban pemegang saham yang
meliputi kasus-kasus KLBI, BLBI, rekapitalisasi perbankan dan seluruh
dana talangan?
R
Jawaban :
Sikap politik Pemerintah didasarkan pada beberapa fakta:
In
do
ne
si
ep
ah
k
rangkaian program penyehatan perbankan, termasuk program penjaminan dan
Rangkaian kebijakan untuk mengatasi krisis, termasuk kebijakan BLBI,
A
gu
ng
program penjaminan, penyehatan dan rekapitalisasi perbankan, program PKPS, dan program
divestasi, telah melalui proses politik saat itu dan mendapat landasan hukum yang sah, antara lain
UU No.25/2000 tentang Propenas, TAP MPR Nomor X tahun 2001, Tap MPR No.VI/2002 dan
Inpres No.8/2002. Oleh karena itu, untuk menjamin kepastian hukum, pemerintah saat ini
menghormati keputusan dan kebijakan sebelumnya yang sah (Lihat Lampiran 1).
-
BPK telah menyelesaikan audit terhadap kinerja BPPN, termasuk tingkat
pengembalian (recovery) aset pada tahun 2006. Hasil audit tersebut
lik
ah
menjadi dasar bagi pemerintah saat ini untuk melanjutkan penyelesaian
masalah BLBI.
ub
m
Pemerintah mengambil langkah-langkah lebih lanjut yang didasarkan pada
perkembangan situasi serta peluang dan kendala yang sekarang ada, dengan
ka
tetap mengikuti kerangka hukum yang berlaku. Pengembalian uang negara
ep
harus diupayakan sebesar mungkin dan punitive actions hanya dilakukan
R
ah
hukum
.…..
M
3.
Sejauh mana konsistensi, perkembangan dan hasil penegakan hukum bagi para
In
d
A
gu
Halaman 3 dari 21 Putusan Perdata Gugatan Nomor 200/Pdt.G/2014/PN Tng
on
ng
obligor yang dilakukan oleh pemerintah ? Langkah hukum apa yang sedang
es
kepada mereka yang tidak kooperatif serta yang melakukan perbuatan melawan
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 3
ep
u
b
hk
am
4
Direktori
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
dan akan diambil oleh pemerintah terhadap para obligor, dirinci berdasarkan
nama dan bank/perusahaannya? Sejauh mana kemajuan penanganan obligor
ng
yang belum menuntaskan kewajibannya, sebagaimana audit BPK di atas?
Jawaban :
A
gu
-
Pemerintah terus menegakkan hukum dan keadilan dalam upaya
mengembalikan kewajiban obligor. Sebagaimana disebutkan dalam
jawaban nomor 1 di atas, Pemerintah konsisten melaksanakan dan
mempertegas kebijakan yang telah diambil dan dilaksanakan dalam
Program PKPS, termasuk pelaksanaan Inpres 8/2002, yaitu pemberian
jaminan kepastian hukum bagi obligor yang kooperatif serta tindakan
ub
lik
ah
hukum yang tegas terhadap obligor yang tidak kooperatif, berdasarkan
Perjanjian PKPS.
am
-
Inpres No.8/2002 menyatakan bahwa kepada para debitur yang telah
menyelesaikan kewajibannya,
diberikan bukti penyelesaian berupa
pelepasan dan pembebasan atau Surat Keterangan Lunas, SKL (release and
ah
k
ep
discharge). Dalam hal ini debitur juga dibebaskan dari aspek pidana yang
terkait langsung dengan program PKPS. Seluruh proses penyelidikan,
R
penindakan, dan/atau penuntutan oleh instansi penegak hukum dihentikan.
In
do
ne
si
Sedangkan kepada para obligor yang tidak menyelesaikan atau tidak
bersedia menyelesaikan kewajibannya kepada BPPN, baik dalam rangka
A
gu
ng
MSAA, MRNIA dan APU, Pemerintah terus melakukan tindakan hukum
yang tegas dan konkret.
….
5.
Bagaimana tanggungjawab Pemerintah terhadap rakyat dengan memberi
fasilitas yang berlebihan atau mengampuni para obligor tanpa melalui proses
hukum ?
Jawaban :
Perlakuan terhadap para obligor baik yang menandatangani MSAA,
lik
ah
-
MRNIA maupun APU dilakukan pada masa lalu dan didasarkan pada
ub
m
pertimbangan serta situasi pada masa itu. Perjanjian tersebut merupakan
mekanisme di luar pengadilan (out of court settlement). Para obligor harus
ka
menyerahkan aset, saham maupun surat berharga sebagai pengganti
ep
kewajiban yang harus dibayarkan kepada Negara. Pemberian SKL (release
and discharge) dilakukan oleh pemerintahan Megawati, dilandaskan aturan
Pemerintah sekarang konsisten melaksanakan kebijakan-kebijakan terkait
M
penyehatan perbankan, termasuk program PKPS sesuai dengan alur
on
In
d
A
gu
ng
kebijakan yang telah ditetapkan secara hukum dan politis. Namun
es
-
R
ah
yang berlaku saat itu, yaitu Inpres 08/2002.
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 4
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
demikian, pemerintah saat ini juga konsisten melakukan tindakan hukum
bagi para obligor yang tidak menepati perjanjian, maupun yang tidak
ng
kooperatif.
10. Bagaimana pendapat Pemerintah terhadap Inpres no.8/2002 tentang pemberian
jaminan kepastian hukum kepada debitur yang telah menyelesaikan
gu
kewajibannya atau tindakan hukum kepada debitur yang tidak menyelesaikan
kewajibannya berdasarkan PKPS yang telah mendapatkan kekuatan hukum
dari Mahkamah Agung (MA)
A
Jawaban :
-
Inpres No.8/2002 pada hakekatnya merupakan suatu kebijakan yang
ub
lik
ah
diambil oleh pemerintahan dengan berbagai pertimbangan sesuai kondisi
yang saat itu. Inpres tersebut ditujukan untuk memberikan kepastian
am
hukum, berupa penerbitan SKL untuk 5 obligor MSAA dan 17 obligor
PKPS/APU, serta memberikan landasan tindakan hukum penanganan
obligor yang tidak kooperatif. Untuk menjamin kepastian hukum,
ah
k
ep
pemerintah saat ini melanjutkan pelaksanaan kebijakan tersebut.”
Bukti dan uraian tersebut diatas telah membuktikan seluruh dalil-dalil PEMOHON
R
KASASI/dahulu PEMBANDING/TERGUGAT 46 mengenai pelaksanaan PKPS dan
In
do
ne
si
tidak adanya pelanggaran MSAA. Terbukti pula bahwa Keluarga Salim (dahulu
TERGUGAT 2, 3, dan 4) merupakan salah satu dari obligor yang telah menyelesaikan
A
gu
ng
kewajibannya dan mendapatkan jaminan kepastian hukum dari Pemerintah Republik
Indonesia dengan bukti berupa Surat Keterangan Lunas (SKL).
Lebih lanjut, Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini juga tetap pada
komitmennya untuk secara konsisten melaksanakan kebijakan-kebijakan terkait dengan
perbankan termasuk program Penyelesaian Kewajiban Pemegang Saham sesuai dengan
alur kebijakan yang telah ditetapkan secara hukum dan politik.
Perlu ditambahkan bahwa berdasarkan JAWABAN 1 tersebut diatas, terbukti pula
lik
TERGUGAT 2, 3 dan 4) dari Pemerintah Republik Indonesia, maka Keluarga Salim
ub
(dahulu TERGUGAT 2, 3 dan 4) telah menyelesaikan kewajibannya berdasarkan
MSAA.
B.
ka
JAWABAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DALAM HALAMAN 4 DARI
ANGGOTA
ah
INDONESIA
REPUBLIK
LAINNYA
TERHADAP
KETERANGAN
REPUBLIK
TENTANG INTERPELASI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
INDONESIA
TENTANG
PENYELESAIAN
KASUS
KREDIT
In
d
A
gu
Halaman 5 dari 21 Putusan Perdata Gugatan Nomor 200/Pdt.G/2014/PN Tng
on
ng
M
LIKUIDITAS BANK INDONESIA DAN BANTUAN LIKUIDITAS BANK
es
DAN
ep
JAWABAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ATAS PENDAPAT PENGUSUL
R
m
ah
bahwa dengan diterimanya Surat Keterangan Lunas oleh Keluarga Salim (dahulu
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 5
ep
u
b
hk
am
6
Direktori
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
INDONESIA PADA RAPAT PARIPURNA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA TANGGAL 1 APRIL 2008 (“JAWABAN 2”).
ng
Presiden Republik Indonesia dalam jawabannya kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia di halaman 4 dan 5 menyatakan :
“Sebagaimana yang telah disampaikan melalui keterangan dan jawaban
gu
Pemerintah dalam Rapat Paripurna DPR RI tanggal 12 Februari 2008,
Pemerintah selalu menjunjung tinggi kepastian hukum, dan setiap warga
A
negara mempunyai kedudukan yang sama di muka hukum. Rangkaian
kebijakan untuk mengatasi krisis ekonomi, termasuk kebijakan BLBI,
ub
lik
ah
program penjaminan, penyehatan dan rekapitalisasi perbankan, program
PKPS dan program divestasi telah ditetapkan dengan dasar hukum yang
kuat, yaitu Undang-Undang Nomor 25 tahun 2000 tentang Propenas, TAP
am
MPR Nomor X tahun 2001, TAP MPR No.VI tahun 2002 dan Inpres
Nomor 8 tahun 2002. Karena itu, kebijakan dasar dalam penyelesaian
ah
k
ep
KLBI dan BLBI adalah sebagai berikut ;
1. Dalam menyelesaikan masalah KLBI/BLBI, Pemerintah konsisten
oleh
pemerintahan-pemerintahan
A
gu
ng
kepastian hukum.
………………………….
sebelumnya
demi
In
do
ne
si
ditetapkan
R
melaksanakan dan melanjutkan kebijakan-kebijakan yang telah
4. Langkah-langkah penyelesaian harus menjamin keadilan, tranparansi,
akuntabilitas, kepastian hukum, serta bebas dari intervensi kepentingan
dan bersih dari korupsi.”
Berdasarkan JAWABAN 2 tersebut diatas, terbukti bahwa pemberian SKL oleh
lik
3 dan 4) ditujukan untuk memberikan kepastian hukum kepada Keluarga Salim
(dahulu TERGUGAT 2, 3 dan 4) yang telah memenuhi kewajiban mereka
berdasarkan MSAA dan pemberian kepastian hukum melalui SKL tersebut telah
ub
m
ah
Pemerintah Republik Indonesia kepada Keluarga Salim (dahulu TERGUGAT 2,
ditetapkan dengan dasar hukum yang kuat, yaitu Undang-Undang Nomor 25
ka
tahun 2000 tentang Propernas, TAP MPR Nomor X Tahun 2001, TAP MPR No.
ep
VI tahun 2002 dan Inpres Nomor 8 tahun 2002.
M
“Selanjutnya terkait dengan penanganan obligor PKPS yang telah
on
In
d
A
gu
ng
mendapatkan SKL, pada rapat kerja antara Komisi III DPR dengan Jaksa
es
sebagai berikut:
R
ah
Lebih lanjut Presiden Republik Indonesia menjawab dalam halaman 10 dan 11
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 6
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
Agung RI tanggal 28 Juni 2007, Komisi III DPR mendesak Jaksa Agung RI
agar mengusut tuntas kasus eks BPPN/PT PPA yang berindikasi korupsi
kerugian
negara
triliunan
rupiah.
Untuk
ng
dengan
menindaklanjuti
rekomendasi tersebut, Kejaksaan Agung telah membentuk tim penyelesaian
kasus BLBI yang terdiri dari 35 orang jaksa. Tim ini telah melakukan
gu
penelitian dokumen dan hasil pemeriksaan PKPS oleh BPK tanggal 30
A
November 2006, khususnya terhadap penyerahan dan pengelolaan asset eks
Pemegang Saham Pengendali (PSP) yang bernilai triliunan rupiah.
Dalam penanganan perkara BLBI tersebut terbagi menjadi 3 tim yaitu :
ub
lik
ah
1. Tim I menangani PSP PT BCA;
2. Tim II menangani PSP PT BDNI;
am
3. Tim III untuk melakukan pengkajian dalam rangka penyusunan
peninjauan kembali (PK) terhadap putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
ah
k
ep
Setelah Tim I dan Tim II melakukan penyelidikan atau mengumpulkan datadata, telah dilakukan pemaparan (ekpose) sebanyak 3 (tiga) kali di
In
do
ne
si
R
Kejaksaan Agung. Namun setelah 3 pemaparan tersebut, belum ditemukan
adanya bukti-bukti yang mengarah ke
tindak pidana korupsi dan
disimpulkan
Menteri
A
gu
ng
akan
diserahkan
kepada
ditindaklanjuti.”
Keuangan
untuk
SELAIN ITU, DI DALAM JAWABAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
DALAM HALAMAN 10 DAN 11 DARI JAWABAN 2, TERBUKTI BAHWA
SETELAH DILAKUKAN PENGUSUTAN TUNTAS ATAS PEMEGANG
SAHAM
PENGENDALI
PT
BCA
(KELUARGA
SALIM/DAHULU
lik
RAPAT KERJA DENGAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA PADA
TANGGAL 28 JUNI 2007, TIDAK DITEMUKAN ADANYA BUKTI-BUKTI
YANG MENGARAH KE TINDAK PIDANA KORUPSI.
ub
m
ah
TERGUGAT 2, 3 DAN 4) ATAS DESAKAN KOMISI III DPR DALAM
Ditambahkan lebih lanjut oleh Presiden Republik Indonesia dalam halaman 27
ep
ka
dan 28 bahwa :
“Penyelidikan yang dilakukan oleh Tim BLBI
I dan BLBI
II adalah
ah
mengenai dugaan tindak pidana korupsi dalam penyerahan asset dari
M
BPPN menunjuk antara lain Lehman Brothers, PT. Danareksa Sekuritas dan
In
d
A
gu
Halaman 7 dari 21 Putusan Perdata Gugatan Nomor 200/Pdt.G/2014/PN Tng
on
ng
PT. Bahana Pembinaan Usaha Indonesia untk menilai aset-aset yang
es
R
pemegang saham pengendali (PSP) PT. BCA dan PT. BDNI kepada BPPN.
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 7
ep
u
b
hk
am
8
Direktori
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
R
diserahkan PSP. Jumlah kewajiban PSP (JKPS) BCA adalah Rp.52,726
triliun, dibayar tunai Rp100 miliar dan penyerahan aset yang dinilai sebesar
ng
Rp52,626 triliun. Sedangkan jumlah kewajiban PSP BDNI adalah
Rp.28,408 triliun, dibayar tunai Rp1 triliun dan penyerahan aset yang dinilai
sebesar Rp27,408 triliun. Namun setelah dilakukan penjualan oleh BPPN/
gu
PT.PPA, nilai yang diperoleh dari PSP BCA sekitar Rp.19,389 triliun dan
A
dari PSP BDNI sekitar Rp2,507 triliun, sehingga ada dugaan bahwa terjadi
tindak pidana korupsi dengan cara penggelembungan (mark-up) nilai asset
PSP BCA dan PSP BDNI. Namun, setelah dilakukan penyelidikan oleh Tim
ub
lik
ah
BLBI I dan II tidak diketemukan penyimpangan dalam penilaian aset oleh
penilai independen.”
am
Perlu ditambahkan pula bahwa di dalam Jawaban Presiden Republik Indonesia
dalam halaman 27 dan 28 dari JAWABAN 2, terbukti bahwa setelah dilakukan
penyelidikan oleh Tim BLBI I
yang memeriksa dugaan terjadinya tindak
ah
k
ep
pidana korupsi dengan cara penggelembungan (mark-up) nilai asset Pemegang
Saham Pengendali BCA (Keluarga Salim/dahulu TERGUGAT 2,3 dan 4)
In
do
ne
si
R
TIDAK DITEMUKAN PENYIMPANGAN DALAM PENILAIAN ASET
OLEH PENILAI INDEPENDEN. HAL INI MENUNJUKKAN PRESIDEN
A
gu
ng
REPUBLIK INDONESIA MENYATAKAN TIDAK ADA PENYIMPANGAN
ATAU PELANGGARAN MSAA YANG DILAKUKAN OLEH KELUARGA
SALIM (DAHULU TERGUGAT 2, 3 DAN 4). BAGAIMANA MUNGKIN PT
SWEET
INDOLAMPUNG
(TERMOHON
TERBANDING 1/PENGGUGAT 1), PT
KASASI
1/DAHULU
INDOLAMPUNG PERKASA
(TERMOHON KASASI 2/DAHULU TERBANDING 2/PENGGUGAT 2), PT
GULA
PUTIH
MATARAM
(TERMOHON
KASASI
3/DAHULU
lik
ah
TERBANDING 3/PENGGUGAT 3), PT INDOLAMPUNG DISTILLERY
(TERMOHON KASASI 4/DAHULU TERBANDING 4/PENGGUGAT 4)
DAN PT GARUDA PANCAARTA (TERMOHON KASASI 5/DAHULU
ub
m
TERBANDING 5/PENGGUGAT 5) YANG BUKAN PIHAK DALAM MSAA
MENYATAKAN KELUARGA SALIM (DAHULU TERGUGAT 2,3 DAN 4)
MELANGGAR MSAA?
5.
ep
ka
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka terbukti menurut hukum bahwa Surat
on
In
d
A
gu
ng
Tertulis (beschikking) sebagaimana yang dikeluarkan oleh Badan/Pejabat Tata Usaha
es
R
Keterangan Lunas (SKL) telah memenuhi Rumusan Unsur-Unsur suatu Penetapan
ik
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
h
ah
M
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 8
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
R
Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (3) UU PTUN, yang dapat
dibuktikan berdasarkan fakta-fakta dan hal-hal sebagai berikut:
ng
Penetapan Berbentuk tertulis;
- Surat Keterangan Lunas berbentuk Surat tertulis.
Dikeluarkan oleh Badan/Pejabat TUN;
gu
- Diterbitkan oleh Badan TUN (BPPN) dan ditandatangani oleh Pejabat TUN
A
(Ketua BPPN).
- Surat Keterangan Lunas berisi tindakan yang diambil oleh Badan/Pejabat
ub
lik
ah
TUN.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
- Surat Keterangan Lunas didasarkan kepada peraturan perundang-undangan
am
dari yang tertinggi (TAP MPR) sampai yang terendah (Surat Meneg BUMN).
Bersifat konkret, individual dan final;
Ditujukan kepada Obligor yang telah dianggap menyelesaikan kewajibannya
ep
ah
k
Berisi Tindakan TUN;
dan bersifat final.
In
do
ne
si
R
Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum;
- Dengan adanya Surat Keterangan Lunas tersebut jelas menimbulkan akibat
A
gu
ng
hukum bagi para Obligor (dalam hal ini Keluarga Salim/dahulu TERGUGAT
2, 3 dan 4) yang telah menyelesaikan seluruh kewajibannya kepada
Pemerintah Republik Indonesia secara baik dan kooperatif.
6.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, terbukti bahwa Surat Keterangan Lunas (Vide
Bukti T2,3,4,5,6, 7 dan 8-109) adalah obyek TUN yang berada dibawah kewenangan
Pengadilan Tata Usaha Negara dan bukan Pengadilan Negeri. Dengan demikian
lik
mempertimbangkan bukti Surat Keterangan Lunas (Vide Bukti T2,3,4,5,6,7 dan
8-109).
ub
7.
Putusan Sela No.12 telah bertindak tidak teliti dan tidak cermat dalam hal
Perlu kami tambahkan bahwa berdasarkan Jawaban yang diajukan oleh BPPN
(dahulu TERGUGAT 50) dan Menteri Keuangan Republik Indonesia (dahulu
ep
ka
m
ah
terbukti bahwa Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang dalam mengeluarkan
TERGUGAT 53) dalam persidangan perkara aquo di Pengadilan Negeri Gunung
Sugih, telah ditegaskan bahwa SKL adalah merupakan obyek yang masuk dalam
dikeluarkan berdasarkan MSAA yang ditandatangani oleh Pemerintah Republik
In
d
A
gu
Halaman 9 dari 21 Putusan Perdata Gugatan Nomor 200/Pdt.G/2014/PN Tng
on
ng
Indonesia c.q. BPPN (dahulu TERGUGAT 50) dengan Keluarga Salim (dahulu
es
R
kewenangan dari Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) dan SKL memang
ik
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
h
ah
M
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 9
ep
u
b
hk
am
10
Direktori
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
R
TERGUGAT 2, 3 dan 4). Berikut kutipan Jawaban BPPN (dahulu TERGUGAT 50)
dan Menteri Keuangan Republik Indonesia (dahulu TERGUGAT 53), halaman 2:
ng
“… Surat Keterangan Lunas (SKL) atau Surat Release & Discharge yang
dimohonkan pembatalannya oleh Para Penggugat, merupakan suatu penetapan
tertulis yang dibuat oleh Pejabat TUN yang berisi tindakan hukum, bersifat
gu
konkrit, individual dan final, yakni sebagai konsekwensi logis karena adanya
A
penyelesaian semua kewajiban dari Tergugat 2 kepada Pemerintah RI seperti
yang tercantum dalam Master Settlement and Acquisition Agreement (MSAA)”
Hal tersebut membuktikan bahwa BPPN (dahulu TERGUGAT 50) dan Menteri
ub
lik
ah
Keuangan Republik Indonesia (dahulu TERGUGAT 53) sebagai wakil pemerintah
sendiri juga telah mengakui bahwa SKL merupakan tindakan hukum dari Pemerintah
am
Republik Indonesia selaku Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang bersifat konkrit,
individual dan final terkait dengan adanya penyelesaian kewajiban yang telah
dilakukan oleh Keluarga Salim (dahulu TERGUGAT 2, 3 dan 4) sebagaimana
ah
k
ep
tercantum didalam MSAA. Kutipan tersebut diatas sekaligus membuktikan bahwa
Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang telah salah dalam menerapkan hukum
In
do
ne
si
R
karena tidak memberikan pertimbangan hukum yang cukup dalam mengeluarkan
putusannya (dalam hal ini Putusan PT.TK No.10).
Berdasarkan hukum, suatu Putusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan hukum
A
gu
ng
8.
yang tidak lengkap atau cukup (onvoldoende gemotiveerd) haruslah dibatalkan sesuai
dengan Yurisprudensi tetap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 638
K/Sip/1969, tanggal 22 Juli 1970 dalam perkara Cijo lawan Hardjoprajitno alias
Bungkik dkk dengan susunan Majelis Hakim (1). Prof Dr. Subekti SH, (2).
Indroharto, S.H. dan (3). D.H. Lumbanraja, S.H. sebagaimana dapat kami kutip
sebagai berikut:
lik
ah
“Putusan-putusan Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi yang tidak cukup
dipertimbangkan (onvodoende gemotiveerd) harus dibatalkan.
ub
m
i.e. Pengadilan Negeri yang putusannya dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi
setelah menguraikan tentang keterangan saksi-saksi, barang-barang bukti yang
diajukan terus saja menyimpulkan “bahwa oleh karena itu gugatan penggugat
ep
ka
dapat dikabulkan sebagian” dengan tidak ada penilaian sama sekali terhadap
penyangkalan-penyangkalan (tegenbewijs) dari pihak tergugat-tergugat asli.”
Berdasarkan uraian di atas, maka kami mohon agar Majelis Hakim Agung pada
es
R
9.
on
In
d
A
gu
ng
Mahkamah Agung Republik Indonesia yang terhormat berkenan untuk membatalkan
ik
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
h
ah
M
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 10
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
Putusan PT.TK No.10 aquo dan selanjutnya menerima Eksepsi yang diajukan oleh
PEMOHON KASASI/dahulu PEMBANDING/TERGUGAT 49.
ng
C. JUDEX FACTIE PENGADILAN TINGGI TANJUNGKARANG TELAH KELIRU
DALAM MENERAPKAN HUKUM DENGAN MENYATAKAN BAHWA GUGATAN
TERHADAP KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA YANG LEWAT TENGGANG
gu
WAKTU YANG DITENTUKAN HARUS DIAJUKAN KE PERADILAN LAIN, DALAM
HAL INI PERADILAN UMUM.
Bahwa di dalam Pertimbangan Hukum Putusan PT.TK No.10, halaman 195 sampai
A
1.
dengan 196, Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang menyatakan sebagai
ub
lik
ah
berikut:
“Menimbang, bahwa selain alasan-alasan pertimbangan tersebut diatas,
am
gugatan dalam kasus perkara ini tidak memungkinkan lagi dapat diajukan ke
Peradilan Tata Usaha Negara karena tidak memenuhi persyaratan yang
ditentukan oleh pasal 55 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 yang mengatur
ah
k
ep
tentang waktu pengajuan gugatan ke Peradilan Tata Usaha Negara dibatasi
waktunya yaitu 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak saat diterimanya atau di
In
do
ne
si
R
umumkannya Keputusan Pejabat Tata Usaha Negara dan dalam kasus perkara
ini gugatan diajukan tanggal 16 Oktober 2006, dengan demikian gugatan dalam
A
gu
ng
perkara ini apabila diajukan ke Peradilan Tata Usaha Negara telah melampaui
waktu sebagaimana yang ditentukan oleh pasal 55 Undang-undang Nomor 5
Tahun 1986 tersebut, hal ini mengacu kepada pertimbangan Putusan Kasasi
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 381 K/Pdt/2006 tanggal 21 Juni
2006 yang dalam pertimbangannya menyebutkan bahwa suatu gugatan terhadap
Keputusan Penetapan yang bersifat konkrit, Individual yang dikeluarkan oleh
lik
dimaksud dalam pasal 53 ayat (2) huruf a, b dan c Undang-undang Nomor 5
Tahun 1986, disamping itu dalam pasal 55 mengatur tentang tenggang
waktunya yaitu 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak saat diterimanya atau
ub
m
ah
Badan/Pejabat Tata Usaha Negara harus memenuhi alasan-alasan seperti
diumumkannya Keputusan Badan/ Pejabat Tata Usaha Negara, dan dalam
ep
ka
pertimbangan selanjutnya disebutkan bahwa, dari ketentuan tersebut, maka
gugatan terhadap Keputusan Tata Usaha Negara yang lewat tenggang waktu
ah
yang ditentukan oleh peraturan tersebut diatas, maka harus diajukan ke
M
Menimbang, bahwa dalam penentuan tenggang waktu 90 (sembilan puluh)
In
d
A
gu
Halaman 11 dari 21 Putusan Perdata Gugatan Nomor 200/Pdt.G/2014/PN Tng
on
ng
hari tersebut dapat pula dilihat dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung dalam
es
R
Peradilan lain dalam hal ini ke Peradilan Umum;
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 11
ep
u
b
hk
am
12
Direktori
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
R
perkara Nomor: 330 K/TUN/2001 yang dalam pertimbangannya antara lain
menyebutkan; “bahwa pendapat Judex factie tidak dapat dibenarkan, karena
ng
obyek gugatan tersebut rata-rata diterbitkan sekitar tahun 1987, sedangkan
gugatan diajukan ke Peradilan Tata Usaha Negara Bandung tanggal 26 Januari
2000, sehingga telah melampaui tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari
gu
sebagaimana ditentukan oleh pasal 55 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986,
A
oleh sebab itu gugatan Penggugat tidak dapat diterima”;
apabila gugatan perkara a quo diajukan ke Pengadilan Tata Usaha Negara pada
ub
lik
ah
ditentukan oleh pasal 55 Undang-undang Nomor 5 tahun 1986;”
Bahwa PEMOHON KASASI/dahulu PEMBANDING/TERGUGAT 49 menolak
am
dengan tegas pertimbangan hukum Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang
tersebut diatas karena nyata-nyata merupakan kesalahan dalam menerapkan hukum
dan bahkan telah bertentangan dengan hukum yang berlaku.
ep
ah
k
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan tersebut diatas, maka
saat itu (16 Oktober 2006), akan melampaui tenggang waktu sebagaimana
2.
3.
Bahwa berdasarkan Pasal 134 Het Herziene Indonesische Reglement (“HIR”) telah
In
do
ne
si
R
ditetukan bahwa jika terdapat suatu sengketa yang melibatkan hal-hal yang tunduk
pada yurisdiksi badan peradilan lain, hakim pengadilan negeri berkewajiban untuk
A
gu
ng
menyatakan bahwa dirinya tidak berwenang untuk mengadili perkara tersebut.
4.
Bahwa sebagaimana yang telah diakui pula oleh Judex Factie Pengadilan Tinggi
Tanjungkarang bahwa Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Tengah (dahulu
TERGUGAT 48) dan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia c.q Direktorat
Jenderal Administrasi Hukum Umum (dahulu TERGUGAT 52) sebagai Pejabat Tata
Usaha Negara, digugat terkait dengan diterbitkannya Sertifikat Jaminan Fidusia
lik
Jaminan Fidusia Nomor C2-7113 HT.04.06 TH.2001/NSTD tertanggal 6 Februari
2001, Sertifikat Jaminan Fidusia Nomor C2-7112 HT.04.06 TH.2001/NSTD
ub
tertanggal 6 Februari 2001 dan Sertifikat Jaminan Fidusia Nomor: C2-7240 HT.04.06
TH.2001/NSTD tertanggal 6 Februari 2001, selain itu, BPPN (dahulu TERGUGAT
50) dan Menteri Keuangan Republik Indonesia (dahulu TERGUGAT 53) digugat
ep
ka
m
ah
Nomor C2- 8576 HT.04.06 TH.2001/NSTD tertanggal 12 Februari 2001, Sertifikat
terkait dengan diterbitkannya Surat Keterangan Lunas (SKL). Sebagaimana yang juga
diketahui dan diterangkan sebelumnya bahwa menurut hukum, Sertifikat Jaminan
konkrit, individual dan final. Hal yang sama juga berlaku pada Surat Keterangan
on
In
d
A
gu
ng
Lunas (SKL), yang dalam hal ini juga merupakan produk Tata Usaha Negara (dalam
es
R
Fidusia tersebut merupakan produk/ keputusan Tata usaha Negara yang memiliki sifat
ik
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
h
ah
M
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 12
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
R
hal ini Pemerintah, diwakili BPPN/dahulu TERGUGAT 50 dan Menteri Keuangan
Republik Indonesia/dahulu TERGUGAT 52)
Hal ini seharusnya membuktikan
ng
bahwa menurut hukum, yang berwenang mengadili perkara aquo adalah Peradilan
Tata Usaha Negara.
5.
Walaupun ketentuan hukum yang berlaku sudah secara tegas memberikan batasan
gu
serta kriteria yang sangat jelas bahwa objek sengketa terkait dengan pembatalan Surat
Keputusan Tata Usaha Negara (dalam hal ini Surat Keterangan Lunas) merupakan
A
objek sengketa yang termasuk dalam kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara,
akan tetapi yang terjadi dalam perkara aquo, Judex Factie Pengadilan Tinggi
ub
lik
ah
Tanjungkarang justru membenarkan tindakan PARA TERMOHON KASASI/dahulu
PARA TERBANDING/PARA PENGGUGAT untuk mengajukan gugatan pembatalan
am
Surat Keterangan Lunas tersebut melalui Pengadilan Negeri (dalam hal ini Pengadilan
Negeri Gunung Sugih) semata-mata hanya dengan alasan bahwa masa tenggang waktu
untuk mengajukan gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara menurut Pasal 55 UU
ah
k
ep
No.5/1986 yaitu 90 (sembilan puluh) hari telah terlewati. Pertimbangan hukum Judex
Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang ini jelas-jelas merupakan suatu kekeliruan
In
do
ne
si
R
dalam penerapan hukum yang berlaku, yang dapat dijadikan sebagai dasar bagi
Majelis Hakim Agung pada Mahkamah Agung Republik Indonesia yang terhormat
A
gu
ng
untuk membatalkan Putusan PT.TK No.10.
6.
Selain itu, Pertimbangan Hukum Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang
tersebut merupakan bukti tidak diterapkannya esensi dari dirumuskannya suatu
peraturan perundang-undangan, yaitu untuk memberikan kepastian hukum kepada
seluruh pihak. Bahwa tujuan para perumus undang-undang menetapkan jangka waktu
kepada suatu pihak untuk melakukan upaya hukum adalah sebagai wujud
lik
untuk mengajukan upaya hukum dalam jangka waktu yang telah ditentukan tersebut,
ia haruslah dianggap tidak mempergunakan haknya. Tetapi patut disayangkan Judex
ub
Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang tidak mempertimbangkan hal-hal tersebut
pada saat merumuskan serta mengeluarkan Putusan PT.TK No.10, Bahkan Judex
Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang justru membuat pertimbangan yang nyata-
ep
ka
m
ah
menegakkan kepastian hukum itu sendiri. Apabila seseorang tidak memanfaatkan hak
nyata bertentangan dengan hakikat dibentuknya Pengadilan Tata Usaha Negara
(PTUN). Tindakan ini justru telah membuktikan bahwa dalam mengeluarkan Putusan
menerapkan hukum, yaitu terutama dengan menyatakan bahwa gugatan terhadap
In
d
A
gu
Halaman 13 dari 21 Putusan Perdata Gugatan Nomor 200/Pdt.G/2014/PN Tng
on
ng
Keputusan Tata Usaha Negara yang lewat tenggang waktu yang ditentukan oleh
es
R
PT.TK No.10, Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang telah salah dalam
ik
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
h
ah
M
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 13
ep
u
b
hk
am
14
Direktori
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
R
undang-undang harus diajukan ke badan peradilan lain, dalam hal ini Peradilan
Umum.
Bahwa pertimbangan hukum Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang tersebut
ng
7.
jelas telah bertentangan dengan hakikat dasar dari dibentuknya Pengadilan Tata
Usaha Negara. Bagaimanapun hal ini jelas membuktikan adanya pelanggaran yang
gu
dilakukan oleh Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang dalam mengikuti serta
mematuhi ketentuan hukum yang berlaku, khususnya ketentuan yang terdapat dalam
A
UU PTUN. Bilamana semua objek sengketa yang seharusnya masuk dalam
kewenangan PTUN (dalam hal ini Surat Keputusan Tata Usaha Negara layaknya
ub
lik
ah
Surat Keterangan Lunas) dapat diajukan pembatalannya ke Pengadilan Negeri
semata-mata hanya karena telah lewatnya tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari
am
sebagaimana dipersyaratkan, maka dapat dipastikan bahwa semua pihak akan
mengajukan gugatan pembatalan suatu Keputusan Pejabat Tata Usaha Negara melalui
Pengadilan Negeri dan tidak akan mengajukannya lagi ke Pengadilan Tata Usaha
ah
k
ep
Negara. Bila demikian halnya, lantas apa fungsi dari Pengadilan Tata Usaha Negara
dibentuk? Bukankah hal ini akan dapat menyebabkan timbulnya suatu ketidak-pastian
In
do
ne
si
R
hukum? Apakah tindakan Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang dalam hal
ini, tindakan mana telah membenarkan tindakan yang dilakukan oleh PARA
A
gu
ng
TERMOHON KASASI/dahulu PARA TERBANDING/PARA PENGGUGAT dapat
dikatakan sebagai tindakan untuk menegakkan keadilan demi tercapainya suatu
kepastian hukum?
Sudah barang tentu tindakan Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang tersebut
justru bertentangan dengan hukum, sehingga sudah sepatutnyalah Putusan PT.TK
No.10 yang dikeluarkan oleh Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang
Bahwa selanjutnya, Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang telah keliru dalam
ub
menerapkan hukum dalam memutus Perkara aquo, khususnya dalam memeriksa dan
memutus keabsahan Akta-Akta yang seharusnya diperiksa oleh Pengadilan Tata
Usaha Negara. Bagaimanapun pembatalan Akta-Akta tersebut oleh Judex Factie
ep
ka
m
8.
yang terhormat.
lik
ah
dibatalkan oleh Majelis Hakim Agung pada Mahkamah Agung Republik Indonesia
Pengadilan Tinggi Tanjungkarang yang merupakan hakim di lingkungan peradilan
umum juga merupakan bentuk pelanggaran hukum, mengingat pembatalan tersebut
Pengadilan Tinggi Tanjungkarang juga telah gagal mempertimbangkan bahwa
on
In
d
A
gu
ng
diterimanya Sertifikat Jaminan Fidusia tersebut oleh PARA TERMOHON KASASI/
es
R
bukan merupakan kewenangan Pengadilan Negeri Gunung Sugih. Judex Factie
ik
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
h
ah
M
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 14
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
R
dahulu PARA TERBANDING/PARA PENGGUGAT merupakan bukti nyata bahwa
ternyata PARA TERMOHON KASASI/dahulu PARA TERBANDING/PARA
ng
PENGGUGAT tidak menggunakan haknya dalam jangka waktu 90 (sembilan puluh)
hari sebagaimana ditentukan dalam UU PTUN untuk mengajukan gugatan di
Pengadilan Tata Usaha Negara dalam rangka untuk mengajukan pembatalan atas
gu
Sertifikat-sertifikat aquo. Fakta bahwa PARA TERMOHON KASASI/dahulu PARA
TERBANDING/PARA
PENGGUGAT
tidak
mempergunakan
haknya
untuk
A
mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara dalam kurun waktu yang
ditentukan tersebut, sama sekali tidak menyebabkan PARA TERMOHON KASASI/
ub
lik
ah
dahulu PARA TERBANDING/PARA PENGGUGAT menjadi berhak untuk
mengajukan gugatan terhadap hal tersebut di Pengadilan Negeri Gunung Sugih.
Bahwa Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang telah keliru dalam menerapkan
am
9.
hukum yang berlaku dengan menggunakan jangka waktu untuk mengajukan gugatan
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 55 UU PTUN sebagai indikator untuk
ah
k
ep
menyatakan dirinya berwenang mengadili suatu produk Tata Usaha Negara. Bahwa
penggunaan jangka waktu tersebut sebagai alasan untuk menyatakan Pengadilan
In
do
ne
si
R
Negeri Gunung Sugih berwenang untuk memeriksa perkara aquo bagaimanapun tidak
dapat dibenarkan oleh hukum.
A
gu
ng
10. Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang juga telah gagal menerapkan prinsip
kehati-hatian. Dalam mengeluarkan Putusannya dan selanjutnya membatalkan AktaAkta Jaminan, keputusan Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang tersebut
dapat mengakibatkan ketidakpastian dalam sistem hukum Indonesia. Apabila
keputusan Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang tersebut dijadikan sebagai
preseden dan selanjutnya diikuti oleh semua pengadilan negeri, maka oleh karenanya
lik
negara yang diputuskan oleh Pejabat Tata Usaha Negara melalui pengadilan negeri,
bahkan semata-mata diajukan hanya atas dasar telah lewatnya jangka waktu 90
ub
(sembilan puluh) hari sebagaimana dipersyaratkan oleh ketentuan hukum yang
berlaku (PTUN). Hal ini akan secara serta merta mempengaruhi integritas Pengadilan
Tata Usaha Negara, yang secara signifikan akan berdampak sangat serius terhadap
kepastian hukum di Indonesia.
ep
ka
m
ah
banyak pihak akan berusaha untuk mengajukan gugatan terhadap keputusan tata usaha
11. Di samping itu, sebagai tambahan, kami merasa perlu untuk menginformasikan
terhormat bahwa bukti-bukti berupa beberapa Putusan Pengadilan yang dianggap baik
TERMOHON
KASASI/dahulu
PARA
TERBANDING/PARA
In
d
A
gu
Halaman 15 dari 21 Putusan Perdata Gugatan Nomor 200/Pdt.G/2014/PN Tng
on
PARA
ng
oleh
es
R
kepada Majelis Hakim Agung pada Mahkamah Agung Republik Indonesia yang
ik
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
h
ah
M
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 15
ep
u
b
hk
am
16
Direktori
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
R
PENGGUGAT maupun oleh Judex Factie Pengadilan Negeri Gunung Sugih dan
Pengadilan Tinggi Tanjungkarang dalam Putusannya,
sebagai bukti untuk
ng
mendukung dalilnya bahwa seolah-olah Pengadilan Negeri berwenang untuk
memeriksa serta membatalkan Akta-Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT)
sebagaimana yang juga dilakukannya dalam perkara aquo, yakni antara lain:
gu
Putusan Pengadilan Negeri Bengkalis No.05/Pdt.G/2003/PN.Bks.;
A
Putusan Pengadilan Tinggi Riau No.40/Pdt/2005/PTR.; dan
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.381 K/Pdt./2006 tertanggal
21 Juni 2006;
ub
lik
ah
pada dasarnya juga tidak dapat diajukan sebagai acuan oleh Judex Factie Pengadilan
Tinggi Tanjungkarang dalam rangka untuk menentukan serta menyatakan bahwa
am
Pengadilan Negeri berwenang untuk memeriksa serta mengadili Gugatan Pembatalan
yang diajukan terhadap Akta Pembebanan Hak Tanggungan (APHT). Bagaimanapun,
materi serta objek dari perkara berupa permohonan pembatalan atas Akta
ah
k
ep
Pembebanan Hak Tanggungan (APHT), pada prinsipnya tunduk dalam kewenangan
dari Pengadilan Tata Usaha Negara mengingat Akta Pembebanan Hak Tanggungan
In
do
ne
si
R
(APHT) tersebut jelas merupakan suatu Keputusan Badan Tata Usaha Negara.
Disamping itu, keseluruhan Putusan yang dijadikan oleh PARA TERMOHON
A
gu
ng
KASASI/dahulu PARA TERBANDING/PARA PENGGUGAT tersebut sebagai
bukti, ternyata juga telah dibatalkan oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia
dalam pemeriksaan di tingkat Peninjauan Kembali. Hal ini dapat dilihat dari berbagai
pemberitaan di media massa yang berisikan keterangan dari Ibu Mariana Sutadi
selaku Ketua Majelis Hakim terkait dengan pembatalan seluruh Putusan tersebut
(Fotokopi pemberitaan di beberapa media massa terlampir).
lik
seharusnya hal ini merupakan kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN),
dan bukan merupakan kewenangan Pengadilan Negeri. Oleh karena itu, Judex Factie
ub
Pengadilan Tinggi Tanjungkarang jelas terbukti telah salah dan keliru dalam
menerapkan hukum serta bahkan terbukti telah bertindak melampaui batas
kewenangannya dalam mengeluarkan Putusan PT.TK No.10, yakni dengan
ep
ka
m
ah
12. Berdasarkan alasan-alasan di atas maka sesuai dengan ketentuan UU PTUN,
mengeluarkan putusan terkait dengan pembatalan suatu Keputusan Tata Usaha Negara
(dalam hal ini Sertifikat Hak Tanggungan dan Sertifikat Jaminan Fidusia). Oleh
Republik Indonesia yang terhormat berkenan untuk membatalkan Putusan PT.TK
on
In
d
A
gu
ng
No.10 yang dikeluarkan oleh Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang.
es
R
karena itu, sudah sepatutnyalah Majelis Hakim Agung pada Mahkamah Agung
ik
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
h
ah
M
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 16
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
R
D. JUDEX FACTIE PENGADILAN TINGGI TANJUNGKARANG TELAH KELIRU
DALAM MENERAPKAN HUKUM DENGAN TIDAK MEMPERTIMBANGKAN
ng
BAHWA HUBUNGAN HUKUM YANG MENJADI ALAS HAK PT GARUDA
PANCAARTA (TERMOHON KASASI 5/DAHULU TERBANDING 5/PENGGUGAT 5)
UNTUK MEMILIKI SUGAR GROUP COMPANIES (PT SWEET INDOLAMPUNG
KASASI
1/DAHULU
gu
(TERMOHON
TERBANDING
1/PENGGUGAT
1),
PT
INDOLAMPUNG PERKASA (TERMOHON KASASI 2, DAHULU TERBANDING 2/
TERBANDING
3/PENGGUGAT
PT
DISTILLERY
ah
INDOLAMPUNG
3)
(TERMOHON
DAN
KASASI
4/DAHULU
ub
lik
A
PENGGUGAT 2), PT GULA PUTIH MATARAM (TERMOHON KASASI 3/DAHULU
TERBANDING 4/PENGGUGAT 4)) ADALAH BERDASARKAN CONDITIONAL
PURCHASE
AND
LOAN
TRANSFER
AGREEMENT
(“CSPLTA”)
TERTANGGAL 29 NOPEMBER 2001, YANG MANA DI DALAM CSPLTA
TERSEBUT TELAH DISEPAKATI BAHWA SELURUH SENGKETA YANG TIMBUL
TERKAIT DENGAN PEMBELIAN SUGAR GROUP COMPANIES (PT SWEET
ep
ah
k
am
SHARE
INDOLAMPUNG (TERMOHON KASASI 1/DAHULU TERBANDING 1/PENGGUGAT
INDOLAMPUNG
PERKASA
(TERMOHON
KASASI
2,
DAHULU
In
do
ne
si
PT
R
1),
TERBANDING 2/PENGGUGAT 2), PT GULA PUTIH MATARAM (TERMOHON
A
gu
ng
KASASI 3/DAHULU TERBANDING 3/PENGGUGAT 3) DAN PT INDOLAMPUNG
DISTILLERY (TERMOHON KASASI 4/DAHULU TERBANDING 4/PENGGUGAT 4))
TERSEBUT AKAN DISELESAIKAN MELALUI FORUM ARBITRASE DAN BUKAN
MELALUI PENGADILAN NEGERI.
Bahwa Judex Factie Pengadilan Tinggi Tanjungkarang juga telah lalai dalam
memenuhi persyaratan yang diwajibkan didalam perundang-undangan karena tidak
mempertimbangkan adanya Eksepsi Mengenai Kompetensi Absolut yang diajukan oleh
lik
ah
PEMOHON KASASI/dahulu PEMBANDING/TERGUGAT 49 (PT. Gemahripah Pertiwi
ub
dari lembaga arbitrase karena dasar adanya hubungan hukum atau alas hak kepemilikan
TERMOHON KASASI 5/dahulu TERBANDING 5/PENGGUGAT 5 (PT Garuda
ep
Pancaarta) terhadap saham-saham dari TERMOHON KASASI 1/dahulu TERBANDING
1/PENGGUGAT 1 (PT Sweet Indolampung), PT Indolampung Perkasa (TERMOHON
KASASI 2/dahulu TERBANDING 2/PENGGUGAT 2), PT Gula Putih Mataram
3/PENGGUGAT 3)
Indolampung
4/dahulu
Distillery
(TERMOHON
KASASI
dan PT
TERBANDING
4/
In
d
A
gu
Halaman 17 dari 21 Putusan Perdata Gugatan Nomor 200/Pdt.G/2014/PN Tng
on
ng
PENGGUGAT 4) (semuanya disebut Sugar Group Companies) adalah adanya suatu
es
(TERMOHON KASASI 3/dahulu TERBANDING
R
ka
m
(Dalam Likuidasi)) yang menyatakan bahwa perkara aquo merupakan kewenangan absolut
ik
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
h
ah
M
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 17
ep
u
b
hk
am
18
Direktori
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
R
Perjanjian Pembelian Saham dan Pengalihan Utang Bersyarat (Conditional Share Purchase
and Loan Transfer Agreement) tertanggal 29 November 2001 (“CSPLTA”) yang
ng
ditandatangani oleh TERMOHON KASASI 5/dahulu TERBANDING 5/PENGGUGAT 5
(PT Garuda Pancaarta) selaku Pembeli.
Bahwa CSPLTA tertanggal 29 Nopember 2001 merupakan bukti penting yang
gu
menunjukkan bahwa sebagai pembeli saham-saham Sugar Group Companies (PT Sweet
Indolampung (TERMOHON KASASI 1, dahulu TERBANDING 1/PENGGUGAT 1), PT
A
Indolampung Perkasa (Termohon Kasasi 2, dahulu terbanding 2/penggugat 2), PT Gula
Putih Mataram (TERMOHON KASASI 3, dahulu TERBANDING 3/PENGGUGAT 3) dan
PENGGUGAT
4)),
PT
ub
lik
ah
PT Indolampung Distillery (TERMOHON KASASI 4/dahulu TERBANDING 4/
Garuda
Pancaarta
(TERMOHON
KASASI
5/dahulu
sesuatu menyangkut saham-saham dan utang-utang perusahaan yang dibeli, yang mana
termasuk TERMOHON KASASI 1/dahulu TERBANDING 1/PENGGUGAT 1 (PT.Sweet
Indolampung) dan TERMOHON KASASI 2/dahulu TERBANDING 2/PENGGGUAT 2
ep
ah
k
am
TERBANDING 5/PENGGUGAT 5) dapat mengajukan klaim keberatan terhadap segala
(PT Indolampung Perkasa), atas dasar acuan adalah berdasarkan ketentuan yang terdapat
In
do
ne
si
R
dalam CSPLTA tertanggal 29 Nopember 2001 tersebut. Didalam Pasal 9.7.1 CSPLTA telah
disepakati suatu forum penyelesaian sengketa yaitu melalui forum Arbitrase di SIAC
A
gu
ng
(Singapore International Arbitration Centre).
Sebagaimana diuraikan pada Eksepsi dan Jawaban Pokok Perkara, Duplik dan
Memori Banding PT Gemahripah Pertiwi (Dalam Likuidasi) (PEMOHON KASASI/
dahulu PEMBANDING/TERGUGAT 49) dan PT Holdiko Perkasa (Dalam Likuidasi)
(dahulu TERGUGAT 46), bahwa pada dasarnya Keluarga Salim (dahulu TERGUGAT 2, 3
dan 4) tidak memiliki hubungan hukum apapun dengan PARA TERMOHON KASASI/
dahulu PARA TERBANDING/PARA PENGGUGAT karena setelah dilakukanmya
lik
ah
penyerahan saham-saham dalam 108 (seratus delapan) perusahaan-perusahaan eks Salim
ub
KASASI/dahulu PEMBANDING/ TERGUGAT 46) berdasarkan Master Settlement and
Acquisition Agreement (MSAA), maka penguasaan saham-saham tersebut termasuk
saham-saham milik Keluarga Salim (dahulu TERGUGAT 2, 3 dan 4) yang ada di Induk
ep
ka
m
Group kepada BPPN (dahulu TERGUGAT 50) c.q. PT Holdiko Perkasa (PEMOHON
Perusahaan Sugar Group Companies (PT Sweet Indolampung/TERMOHON KASASI 1/
dahulu TERBANDING 1/PENGGUGAT 1), PT Indolampung Perkasa (TERMOHON
KASASI 3/dahulu TERBANDING 3/PENGGUGAT 3) dan PT Indolampung Distillery
on
In
d
A
gu
ng
(TERMOHON KASASI 4/dahulu TERBANDING 4/PENGGUGAT 4)) yaitu PT Inti
es
R
KASASI 2/dahulu terbanding 2/penggugat 2), PT Gula Putih Mataram (TERMOHON
ik
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
h
ah
M
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 18
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
di
Sugar
Group
Indolampung/TERMOHON
Group
KASASI
1/dahulu
TERBANDING
ng
Sweet
R
Petala Bumi (IPB) dan PT Ekaprimaguna Perkasa (EPP), yang menguasai mayoritas saham
(PT
1/
PENGGUGAT 1), PT Indolampung Perkasa (TERMOHON KASASI 2/dahulu terbanding
2/penggugat 2), PT Gula Putih Mataram (TERMOHON KASASI 3/dahulu TERBANDING
gu
3/PENGGUGAT 3) dan PT Indolampung Distillery (TERMOHON KASASI 4/dahulu
TERBANDING 4/PENGGUGAT 4)), sudah beralih kepada PT Holdiko Perkasa (Dalam
A
Likuidasi) (TERGUGAT 46) sebagai CJ Holdco yang berperan sebagai perusahaan sarana
(vehicle company) yang bertugas mengelola dan menjual saham-saham tersebut melalui
ub
lik
ah
lelang terbuka yang diadakan atas persetujuan BPPN (dahulu TERGUGAT 50);
Bahwa pada sekitar bulan September 2001, PT Holdiko Perkasa (Dalam Likuidasi)
terbuka penjualan saham-saham Sugar Group Companies (PT Sweet Indolampung/
TERMOHON KASASI 1/dahulu TERBANDING 1/PENGGUGAT 1), PT Indolampung
Perkasa (TERMOHON KASASI 2/dahulu terbanding 2/penggugat 2), PT Gula Putih
ep
ah
k
am
(TERGUGAT 46) melalui persetujuan BPPN (dahulu TERGUGAT 50) melakukan lelang
Mataram (TERMOHON KASASI 3/dahulu TERBANDING 3/PENGGUGAT 3) dan PT
(TERMOHON
KASASI
4/dahulu
TERBANDING
4/
In
do
ne
si
Distillery
R
Indolampung
PENGGUGAT 4)). Lelang tersebut dilakukan sesuai dengan Standar of Procedure yang
A
gu
ng
berlaku, yakni dengan memberikan keterbukaan informasi kepada para calon pembeli
(termasuk kepada PT. Garuda Pancaarta (TERMOHON KASASI 5/dahulu TERBANDING
5/PENGGUGAT 5)), termasuk akan tetapi tidak terbatas dengan diberikannya Info Memo
Sugar Group yang dibuat oleh Konsultan Keuangan yang ditunjuk PT Holdiko Perkasa
(Dalam Likuidasi) (TERGUGAT 46) atas persetujuan BPPN (dahulu TERGUGAT 50)
yaitu PriceWaterhouseCoopers (PWC) (Vide Bukti T 49-2) dan diberikannya kesempatan
yang luas kepada peserta lelang (bidders) untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh pada
lik
ah
segi hukum (legal due diligence) dan keuangan (financial due diligence). Dalam Info
ub
penjaminan dari PT Sweet Indolampung (TERMOHON KASASI 1/dahulu TERBANDING
1/PENGGUGAT 1), PT Indolampung Perkasa (TERMOHON KASASI 2/dahulu
TERBANDING 2/PENGGUGAT 2) dan PT Gula Putih Mataram (TERMOHON KASASI
ep
ka
m
Memo Sugar Group tersebut telah diungkapkan secara terbuka adanya utang dan
3/dahulu TERBANDING 2/PENGGUGAT 3) termasuk restrukturisasi utang kepada
kreditur Jepang (Marubeni Corporation cs).
lelang melalui penasehat keuangan mereka masing-masing tentunya juga telah melakukan
In
d
A
gu
Halaman 19 dari 21 Putusan Perdata Gugatan Nomor 200/Pdt.G/2014/PN Tng
on
ng
penilaian (valuation) atas saham-saham tersebut didasarkan kepada aktiva (asset) dan
es
R
Sebagaimana layaknya membeli (akuisisi) saham suatu perseroan, maka para peserta
ik
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
h
ah
M
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 19
ep
u
b
hk
am
20
Direktori
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
R
kewajiban (utang) perseroan yang menjadi obyek jual-beli tersebut. Berdasarkan hasil
penilaian masing-masing peserta lelang (bidders), ternyata PT Garuda Pancaarta
ng
(TERMOHON KASASI 5/dahulu TERBANDING 5/PENGGUGAT 5) telah memberikan
nilai penawaran tertinggi dan sekaligus berhak untuk menjadi pemenang lelang saham-
saham Sugar Group Companies (PT Sweet Indolampung/TERMOHON KASASI 1/dahulu
A
gu
TERBAND
A
gu
ng
In
do
ne
si
R
PANITERA PENGGANTI,
Pendaftaran
: Rp.
30.000,-
b
Biaya Panggilan
: Rp.
275.000,-
c
ATK/Pemberkasan
: Rp.
50.000,-
d
Meterai
: Rp.
6.000,-
e
Redaksi
: Rp
5.000,-
ep
ub
a
R
ah
ka
m
Perincian Biaya :
lik
ah
AGUS SOFYAN, SH.MKn
Jumlah : Rp.
366.000,- (tiga ratus enam puluh enam ribu
on
In
d
A
gu
ng
M
rupiah);
es
ah
k
ep
am
ub
lik
ah
MACHRI HENDRA , SH.MH.
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 20
ep
u
b
hk
am
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
es
In
d
A
gu
Halaman 21 dari 21 Putusan Perdata Gugatan Nomor 200/Pdt.G/2014/PN Tng
on
ng
M
R
ah
ep
ka
ub
m
lik
ah
A
gu
ng
In
do
ne
si
R
ah
k
ep
am
ub
lik
ah
A
gu
ng
R
In
do
ne
si
a
putusan.mahkamahagung.go.id
ik
h
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : [email protected]
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 21
Download