BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Elektrolisis merupakan proses kimia yang mengubah energi listrik menjadi menjadi energi kimia. Komponen terpenting dalam elektrolisis adalah larutan elektrolit dan elektroda. Pada elektrolisis, katoda merupakan kutub negatif dan anoda adalah kutub positif. Salah satu bentuk elektrolisis adalah elektrolisis air untuk memproduksi gas hidrogen. Alat untuk memproduksi gas hidrogen dengan metoda elektrolisis air disebut elektroliser (reaktor elektrokimia). Agar lebih efisien, dalam memproduksi gas hidrogen dengan menggunakan metode elektrolisis air perlu ditambahkan larutan elektrolit. Larutan elektrolit terbaik yang biasanya digunakan dalam proses elektrolisis air adalah NaOH dengan konsentrasi 4% b/v atau KOH dengan konsentrasi 28% b/v.[7] Untuk memproduksi hidrogen dengan menggunakan metoda elektrolisis dan air sebagai bahan bakunya diperlukan arus listrik untuk memecahkan molekul air menjadi unsur-unsur penyusunnya. Pada katoda, molekul air bereaksi dengan menangkap elektron dan tereduksi menjadi gas H 2 dan ion hidroksida (OH-). Sedangkan pada anoda, ion hidroksida(OH-) akan terurai menjadi gas oksigen (O 2 ), melepaskan empat ion H+ dan mengalirkan elektron ke elektroda. Reaksi yang terjadi pada proses elektrolisis air dapat dituliskan sebagai berikut: Katoda (reduksi) : 2 H 2 O (l) + 2e-→ H 2 (g) + 2 OH-(aq) x2 Anoda (oksidasi) : 4 OH-(aq) → O 2 (g) + 2 H 2 O (l) + 4 e- Keseluruhan reaksi : 2 H 2 O (l) → 2 H 2 (g) + O 2 (g) 7 Bab II Tinjauan Pustaka |8 2.2 Air Air adalah zat kimia yang penting bagi semua kehidupan di bumi. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun km3 (330 juta mil3) air tersedia di bumi. Air memiliki rumus kimia H 2 O. Satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen dengan satu atom oksigen. Pada keadaan standar, air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Air merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan molekulmolekul organik, sehingga sering disebut pelarut universal. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat pada tekanan dan suhu standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang berikatan dengan sebuah ion hidroksida (OH-). Informasi mengenai sifat-sifat air dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Sifat-sifat Air. Nama Sistematis Nama Alternatif Rumus Molekul Massa Molar Densitas & Fase Titik Lebur Titik Didih Kalor Jenis Air Aqua, dihidrogen monoksida, hidrogen hidroksida H2O 18,0153 gr/mol 0,998 gr/ cm3 (cairan pada 20oC), 0,920 gr/cm3 (padatan) 0oC (273,15 K) (32oF) 100oC (373,15 K) (212oF) 4148 J.Kg-1K-1(Cairan pada 20oC) Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/air 2.3 Hidrogen 2.3.1 Definisi Hidrogen Hidrogen adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol H dan nomor atom 1. D engan massa atom 1,00794 a mu, hidrogen adalah unsur teringan di dunia. Hidrogen adalah unsur paling melimpah dengan persentase kira-kira 75% dari total massa unsur alam semesta.[1] Kebanyakan bintang dibentuk oleh hidrogen dalam keadaan plasma. Pengaruh Jenis dan Luas Penampang Elektroda pada Proses Elektrolisis Bab II Tinjauan Pustaka |9 Pada suhu dan tekanan standar, hidrogen tidak berwarna, tidak berbau, tidak beracun, bersifat non-logam, merupakan gas molekul diatomik, dengan rumus molekul H 2 yang mudah terbakar. Unsur hidrogen relatif langka dan jarang ditemukan secara alami di bumi karena hidrogen mudah membentuk senyawa kovalen dengan kebanyakan unsur, serta ada dalam molekul air dan kebanyakan senyawa organik. Sifat-sifat hidrogen dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Sifat-sifat Hidrogen Nama, lambang, nomor atom Fase Massa Jenis Titik lebur Titikdidih Titik Kritis Kalor Peleburan Kalor Penguapan Kapasitas Kalor Konduktivitas Termal Hidrogen, H, 1 Gas 0,08988 gr/l (0oC, 1 atm) 14,01 K (-259,14oC, -434,45oF) 20,28 K (-252,87oC, -423,17oF 32,97 K, 1,293 Mpa (H 2 ) 0,117 kJ.mol-1 (H 2 ) 0,904 kJ.mol-1 28,836J.mol-1.K-1 ( 25oC ) 180,5 m W.m-1.K-1 (300 K) Sumber: http://id.wikipedia.org/hidrogen 2.3.2 Sejarah Hidrogen Gas hidrogen, H 2 , pertama kali dihasilkan secara tidak sengaja oleh T. Von Hohenheim (dikenal juga sebagai Paracelsus, tahun 1493 - 1541) melalui pencampuran logam dengan asam kuat. Dia tidak menyadari bahwa gas yang mudah terbakar yang dihasilkan oleh reaksi kimia ini adalah unsur kimia yang baru. Pada tahun 1671, Robert Boyle menemukan kembali dan mendeskripsikan reaksi antara besi dan asam yang menghasilkan gas hidrogen. Pada tahun 1766, Henry Cavendish adalah orang yang pertama kali mengenali gas hidrogen sebagai zat diskret dengan mengidentifikasi gas tersebut dari reaksi logam-asam sebagai “udara yang mudah terbakar”. Pada tahun 1781 dia mengatakan bahwa gas ini menghasilkan air ketika dibakar. Pada tahun 1783, A ntoine Lavoisier memberikan unsur ini dengan nama hidrogen (dari Bahasa Yunani, hydro yang artinya air dan genes yang Pengaruh Jenis dan Luas Penampang Elektroda pada Proses Elektrolisis Bab II Tinjauan Pustaka | 10 artinya membentuk), ketika dia dan Laplace mengulang kembali penemuan Cavendish yang mengatakan pembakaran hidrogen menghasilkan air. Hidrogen pertama kali dicairkan oleh James Dewar pada tahun 1898 dengan menggunakan penemuannya, tabung hampa udara. Dia kemudian menghasilkan hidrogen padat setahun kemudian.[4] Hidrogen dapat digunakan sebagai tenaga pendorong untuk perjalanan udara dan pada tahun 1852 H enri Giffard menciptakan kapal udara yang diangkat oleh hidrogen. Kemudian seorang bangsawan Jerman Ferdinand von Zeppelin mengumumkan idenya tentang kapal udara yang diangkat dengan hidrogen dan kemudian dinamakan Zeppelin dengan penerbangan perdana pada tahun 1900. Penerbangan rutin dimulai pada tahun 1910 sampai dengan pecahnya perang dunia II. Zeppelin telah membawa 35.000 penumpang tanpa insiden yang serius. 2.3.3 Manfaat Hidrogen[8] Hidrogen digunakan dalam beragam aplikasi yang meliputi banyak industri, diantaranya: a. Food & Beverage Gas hidrogen digunakan dalam produksi plastik, polyester dan nylon. Gas hidrogen juga digunakan dalam proses hidrogenasi amines dan fatty acids (food oils). b. Gelas, Semen, dan Kapur Hidrogen adalah gas aktif yang digunakan dalam kombinasi dengan gas nitrogen untuk menciptakan suasana reduktif selama proses float glass. Selain itu juga hidrogen digunakan untuk perlakuan panas (oxy-hidrogen flame) pada kaca berongga (hollow glass) dan pra bentuk serat optik. Pengaruh Jenis dan Luas Penampang Elektroda pada Proses Elektrolisis Bab II Tinjauan Pustaka | 11 c. Hidrogen digunakan untuk memperoleh suasana reduktif untuk berbagai macam proses perlakuan panas. d. Laboratorium dan Analisis Gas hidrogen digunakan sebagai pembawa gas (carrier gas) Industri Logam dalam kromatografi gas (GC) dan dalam berbagai macam aplikasi analitik instrumen, gas hidrogen sering digunakan sebagai komponen bahan bakar dalam gas pembakaran untuk flame ionization detector (FID) dan flame photometric detector (FPD). e. Pengelasan, Pemotongan dan Pelapisan Hidrogen digunakan untuk proses perlakuan panas pada berbagai logam-logam. f. Minyak dan Gas Hidrogen digunakan untuk meningkatkan kualitas dari minyak bumi dengan menghilangkan sulfur organik dari minyak mentah, serta untuk mengkonversi heavy crude menjadi lighter crude. g. Angkasa dan Aeronautika Hidrogen digunakan dalam keadaan cair sebagai ergols untuk penggerak pada tahap kriogenik dari roket Ariane. h. Elektronika Hidrogen digunakan sebagai gas pembawa (carrier gas) dalam proses semikonduktor, terutama untuk deposisi silikon atau penumbuhan kristal dan sebagai scavenger gas dalam pematrian serta untuk pendinginan pada lapisan tembaga. i. Otomotif dan Transportasi Hidrogen adalah sumber energi bebas karbon yang digunakan dalam fuel cell. Pengaruh Jenis dan Luas Penampang Elektroda pada Proses Elektrolisis Bab II Tinjauan Pustaka | 12 j. Energi Dewasa ini hidrogen juga bisa digunakan langsung sebagai bahan bakar pengganti bahan bakar konvensional. 2.3.4 Produksi Hidrogen Hidrogen bukanlah sumber energi, tetapi merupakan vektor atau pembawa energi (carrier energy), artinya hidrogen tidak tersedia bebas di alam, tetapi harus diproduksi dari salah satu sumber energi utama. Ada tiga sumber energi utama yang ada di alam, yaitu bahan bakar fosil (fossil fuel) , nuklir (nuclear), dan energi terbarukan (renewable energy). Di bumi, hidrogen ditemukan dalam kombinasi dengan unsur lainnya (senyawa). Sebagai contoh, di dalam air, hidrogen dikombinasikan dengan oksigen. Di dalam bahan bakar fosil, hidrogen dikombinasikan dengan karbon seperti dalam minyak bumi, gas, dan batubara.[2] Berikut ini adalah gambar jalur produksi hidrogen. Gambar 2.1 Jalur Produksi Hidrogen[2] Pengaruh Jenis dan Luas Penampang Elektroda pada Proses Elektrolisis Bab II Tinjauan Pustaka | 13 Ada beberapa macam proses pembuatan hidrogen atau ekstraksi dengan bahan baku yang berbeda pula. Dewasa ini, teknologi yang paling dominan dalam memproduksi hidrogen adalah steam reforming dari hidrokarbon (bahan bakar fosil). Selain itu banyak metode lain yang dikenal seperti elektrolisis dan termolisis. Metode produksi hidrogen yang paling banyak digunakan adalah steam reforming dari hidrokarbon, proses ini merupakan salah satu metode terbaik untuk memproduksi hidrogen dari gas alam. Di Amerika 95% gas hidrogen diproduksi dengan menggunakan metoda ini.[2] Reaksi utamanya: CH4 + H2O →CO + 3 H2 reaksi ini bersifat katalitik, endotermis, dan berlangsung pada suhu tinggi (700 – 1.000°C). Selain itu ada juga metode produksi hidrogen lain yang menggunakan bahan bakar fosil sebagai bahan baku produksi, seperti partial oxidation dan plasma reforming, coal gasification, dan coal carbonization. Selain metode produksi hidrogen dengan bahan baku bahan bakar fosil, ada beberapa metode produksi hidrogen dengan menggunakan air sebagai bahan bakarnya, seperti elektrolisis, termolisis, proses biokimia dan fotokimia. Banyak teknologi yang telah dieksplorasi, tetapi perlu dicatat bahwa aplikasi metode produksi hidrogen dengan termal, termokimia, biokimia, dan fotokimia sejauh ini tidak ditemukan di industri manapun, hanya ada elektrolisis larutan alkali suhu tinggi yang ditemukan dalam beberapa aplikasi di industri. Metoda steam reforming dari energi fosil saat ini masih dianggap paling ekonomis dan banyak digunakan secara komersial di industri. Cara lain juga dapat digunakan adalah dengan menggunakan metoda elektrolisa air, namun metoda ini secara komersial masih dianggap menguntungkan Pengaruh Jenis dan Luas Penampang Elektroda pada Proses Elektrolisis Bab II Tinjauan Pustaka | 14 karena masih membutuhkan energi listrik yang cukup besar dibandingkan dengan teknik steam reforming. karakteristik biaya dan kinerja proses produksi hidrogen bisa dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.3. Daftar Karakteristik Biaya Dan Kinerja Proses Produksi Hidrogen.[2] Metoda Reformasi Uap Metana Energi yang dibutuhkan (kWh/Nm3) Ideal Praktis 0.78 2-2.5 Pyrolysis Metana / Gas Alam Reformasi H2S Metana 1.5 - Reformasi gas kering TPA Status Teknologi Efisiensi [%] Biaya Realtif ke RUM Mature 70-80 1 R&D to mature 72-54 0.9 R&D 50 <1 R&D 47-58 ~1 Oksidasi Parsial Minyak Berat 0.94 4.9 Mature 70 1.8 Gasifikasi Batu Bara 1.01 8.6 Mature 60 1.4-2.6 Proses Uap Besi R&D 46 1.9 Reformasi Uap Limbah Minyak R&D 75 <1 R&D 27 3-10 R&D to mature 10 >3 Elektrolisis Air Suhu Tinggi R&D 48 2.2 Termokimia Pemisahan Air early R&D 35-45 6 R&D 45-50 2.0-2.4 Fotobiologi early R&D <1 Fotolisis Air early R&D <10 Fotoelektrokimia Air early R&D Fotokatalitik Air early R&D Elektrolisis Air Elektrolisis Air ( Panel Surya) Gasifikasi Biomassa 3.54 4.9 Pengaruh Jenis dan Luas Penampang Elektroda pada Proses Elektrolisis hasil samping Mature Elektrolisis Klor Alkali Bab II Tinjauan Pustaka | 15 2.4 Elektrolisis Elektrolisis adalah permisahan senyawa menjadi elemen-elemen penyusunnya dengan memberikan arus listrik. Kata elektrolisis berarti proses memecah molekul menjadi bagian kecil dengan menggunakan arus listrik. Kutub positif dan negatif dari sebuah sumber listrik dapat menyerap ion yang berlawanan dari sebuah elektrolit, menyebabkan pemisahan ion dan pembentukan zat baru.[9] Komponen utama yang diperlukan dalam proses elektolisis adalah: a. Elektrolit Elektrolit adalah zat yang mengandung ion bebas yang merupakan pembawa arus listrik dalam elektrolit. Jika ion-ion dalam elektrolit tidak bergerak, seperti pada garam padat (solid salt) maka elektrolisis tidak dapat terjadi. b. Sumber arus listrik searah (DC) Sumber arus listrik searah (DC) ini berfungsi sebagai penyedia energi yang diperlukan untuk membuat atau melepaskan ion dalam elektrolit. Arus listrik dibawa oleh elektron dalam sirkuit eksternal. c. Elektroda Elektroda adalah sebuah penghantar listrik antara sumber listrik atau rangkaian listrik sebagai penyedia energi dan elektrolit. Elektroda yang digunakan kebanyakan terbuat dari logam, grafit dan bahan semikonduktor. Pemilihan bahan elektroda tergantung pada reaksi kimia antara elektroda dan elektrolit dan biaya pembuatannya. Gambar Proses elektrolisis dapat dlihat pada Gambar. 2.2 Pengaruh Jenis dan Luas Penampang Elektroda pada Proses Elektrolisis Bab II Tinjauan Pustaka | 16 Gambar 2.2 Sel Elektrolisis[10] Proses kunci dalam elektrolisis adalah pertukaran atom dan ion dengan penghapusan atau penambahan elektron dari sirkuit eksternal. Produk elektrolisis yang dihasilkan dalam beberapa keadaan fisik yang berbeda dari elektrolit dan dapat dihilangkan dengan beberapa proses fisika. Sebagai contoh, dalam elektrolisis air garam untuk menghasilkan hidrogen dan klorin, produk yang dihasilkan adalah gas hidrogen dan klorin. Produk gelembung gas tersebut berasal dari elektrolit dan diakumulasikan.[15] Setiap elektroda menarik ion yang berlawanan muatan. Ion bermuatan positif (kation) bergerak membawa elektron menuju katoda (negatif), sedangkan ion bermuatan negatif (anion) bergerak menuju anoda positif. Pada elektroda, elektron diserap atau dilepaskan oleh atom dan ion. Atom-atom yang mendapatkan atau kehilangan elektron menjadi ion bermuatan masuk ke dalam elektrolit. Ion-ion yang mendapatkan atau kehilangan elektron menjadi atom bermuatan, terpisah dari elektrolit. Energi yang dibutuhkan untuk mengakibatkan ion bermigrasi ke elektroda, dan energi untuk menyebabkan perubahan dalam keadaan ionik, disediakan oleh sumber eksternal potensial listrik. Pengaruh Jenis dan Luas Penampang Elektroda pada Proses Elektrolisis Bab II Tinjauan Pustaka | 17 2.4.1 Elektrolisis Air Elektrolisis air adalah penguraian air (H 2 O) menjadi oksigen (O 2 ) dan hidrogen (H 2 ) karena adanya arus listrik yang dialirkan melewati air. Prinsip dari elektrolisis air ini adalah sumber arus listrik searah (rectifier) dihubungkan ke dua elektroda, atau dua pelat (biasanya terbuat dari beberapa logam inert) yang ditempatkan di dalam air.[14] Hidrogen akan muncul pada katoda (elektroda bermuatan negatif, di mana elektron memasuki air), dan oksigen akan muncul di anoda (elektroda bermuatan positif). Dengan asumsi efisiensi faraday ideal, jumlah hidrogen yang dihasilkan adalah dua kali jumlah mol oksigen, dan keduanya sebanding dengan jumlah muatan listrik yang dihantarkan oleh larutan. Proses elektrolisis air dapat dilihat pada Gambar 2.3 Gambar 2.3 Elektrolis air.[11] Elektrolisis air murni membutuhkan energi berlebih dalam bentuk overpotential untuk mengatasi berbagai hambatan aktivasi. Tanpa kelebihan energi, elektrolisis air murni terjadi sangat lambat atau tidak sama sekali. Hal ini karena ionisasi diri dari air yang terbatas. Air murni memiliki Pengaruh Jenis dan Luas Penampang Elektroda pada Proses Elektrolisis Bab II Tinjauan Pustaka | 18 konduktivitas listrik sekitar sepersejuta bahwa air laut dan banyak sel elektrolisis juga kekurangan elektrokatalis yang diperlukan. Efisiensi elektrolisis meningkat melalui penambahan elektrolit (seperti garam, asam atau basa) dan penggunaan elektrokatalis. Saat ini proses elektrolisis jarang digunakan dalam aplikasi industri sejak hidrogen dapat diproduksi lebih terjangkau dari bahan bakar fosil.[14] Dalam air murni pada katoda bermuatan negatif, terjadi reaksi reduksi, dengan elektron (e-) dari katoda yang diberikan kepada kation hidrogen untuk membentuk gas hidrogen (reaksi setengah seimbang dengan asam): Katoda (reduksi) : 2 H+ (aq) + 2 e- → H 2 (g) Pada anoda bermuatan positif, reaksi oksidasi terjadi, menghasilkan gas oksigen dan memberikan elektron ke anoda untuk menyelesaikan rangkaian: Anoda (oksidasi) : 2 H 2 O (l) → O 2 (g) + 4 H+ (aq) + 4e- Reaksi setengah yang sama juga dapat diimbangi dengan basa seperti tercantum di bawah ini. Tidak semua setengah reaksi harus seimbang dengan asam atau basa. Untuk menambahkan setengah reaksi maka keduanya harus seimbang dengan baik asam atau basa. Katoda (reduksi) : 2 H 2 O (l) + 2e-→ H 2 (g) + 2 OH-(aq) Anoda (oksidasi) : 4 OH-(aq) → O 2 (g) + 2 H 2 O (l) + 4 e- Menggabungkan kedua pasangan reaksi setengah sama dengan menghasilkan penguraian keseluruhan air menjadi oksigen dan hidrogen: Keseluruhan reaksi : 2 H 2 O (l) → 2 H 2 (g) + O 2 (g) Jumlah molekul hidrogen yang dihasilkan dengan demikian dua kali jumlah molekul oksigen. Dengan asumsi suhu dan tekanan yang sama untuk kedua gas, gas hidrogen yang dihasilkan memiliki itu dua kali volume gas oksigen dihasilkan. Jumlah elektron mendorong melalui air adalah dua kali Pengaruh Jenis dan Luas Penampang Elektroda pada Proses Elektrolisis Bab II Tinjauan Pustaka | 19 jumlah molekul hidrogen yang dihasilkan dan empat kali jumlah molekul oksigen yang dihasilkan.[10] 2.4.2 Elektroda Elektroda merupakan komponen yang sangat penting dalam proses elektrolisis. Elektroda adalah sebuah penghantar listrik yang dipakai untuk membuat kontak dengan bagian nonlogam dari sebuah sirkuit (seperti semikonduktor, elektrolit atau vakum). Elektroda dalam sel elektrokimia dapat disebut juga dengan anoda dan katoda. Anoda didefinisikan sebagai elektroda dimana elektron datang dari sel elektrokimia dan oksidasi terjadi, sedangkan katoda didefinisikan sebagai elektroda dimana elektron memasuki sel elektrokimia dan reduksi terjadi. S etiap elektroda dapat menjadi anoda atau katoda tergantung dari arus listrik yang diberikan. Dalam elektrolisis anoda merupakan kutub positif sedangkan katoda adalah kutub negatif. Pemilihan material elektroda merupakan aspek yang sangat penting dalam proses elektrolisis. Kriteria pemilihan bahan untuk elektroda adalah sebagai berikut. [16] a. Sesuai dengan sifat electrocatalytic dan elektrokimia b. Kestabilan kimia dan elektrokimia c. Kestabilan fisik dan termal d. Bentuk fisik dan fabrikasi yang sesuai e. Penghantar listrik yang baik f. Overpotential rendah g. Ramah lingkungan (tidak menyebabkan polusi / tidak ada pencemaran) h. Biaya rendah Bahan elektroda yang digunakan dalam penelitian ini adalah stainless steel (SS) dengan grade 304 dan 430. Pengaruh Jenis dan Luas Penampang Elektroda pada Proses Elektrolisis Bab II Tinjauan Pustaka | 20 Stainless Steel (SS) grade 304[17] Stainless steel (SS) grade 304 adalah variasi dari basic grade 18-8, tipe 302, dengan dengan kandungan krom yang lebih tnggi dan kandungan karbon yang lebih rendah untuk mengurangi presipitasi kromium karbida yang disebabkan oleh pengelasan dan kerentanan terhadap korosi granular. Spesifikasi dari SS 304 dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Spesifikasi Stainless Steel grade 304 Komposisi Karbon Mangan Posfor Sulfur Silikon Krom Nikel Nitrogen Besi Sifat Mekanik UTS 0,2% YS Pemuluran 2” Hardness Rockwell Sifat Fisik Densitas Resistivitas Listrik Specific Heat Konduktivitas Termal Maksimal 0,08 % Maksimal 2.00 % Maksimal 0,045 % Maksimal 0,03 % Maksimal 0,75 % 18.0 -20.0 % 8.0 – 12 % Maksimal 0,10 % Balance 621 Mpa 290 Mpa 55 B82 8,03 g.cm-3 72 µΩ (20 oC) 0,50 kJ.Kg-1.K-1 (0 – 100 oC) 16.2 W.m-1.K-1 (100 oC) Stainless Steel (SS) grade 430[18] Stainless Steel (SS) grade 430 adalah salah satu yang paling banyak digunakan dalam “non-hardenable” baja tahan karat feristik. Jenis ini menggabungkan ketahanan korosi yang baik dan tahan oksidasi dan panas sampai 816 oC dengan sifat mekanik yang baik. Spesifikasi dari SS 430 dapat dilihat pada Tabel 2.5. Pengaruh Jenis dan Luas Penampang Elektroda pada Proses Elektrolisis Bab II Tinjauan Pustaka | 21 Tabel 2.5 Spesifikasi Stainless Steel grade 430 Komposisi Karbon Mangan Posfor Sulfur Silikon Krom Nikel Besi Sifat Mekanik UTS 0,2% YS Pemuluran 2” Hardness Rockwell Sifat Fisik Densitas Resistivitas Listrik Specific Heat Konduktivitas Termal 2.4.3 Maksimal 0,12 % Maksimal 1.00 % Maksimal 0,04 % Maksimal 0,03 % Maksimal 1,00 % 16.0 -18.0 % Maksimal 0,50 % Balance 483 Mpa 310 Mpa 25 B85 7,74 g.cm-3 60 µΩ (20 oC) 0,11 kJ.Kg-1.K-1 (0 – 100 oC) 26,1 W.m-1.K-1 (100 oC) Elektrolit Jika proses yang dijelaskan di atas terjadi pada air murni, kation H+ akan terakumulasi pada anoda, dan anion OH- akan terakumulasi pada katoda. Hal ini dapat diverifikasi dengan menggunakan indikator pH pada air. Air di dekat anoda akan bersifat asam, sedangkan air di dekat katoda akan bersifat basa. Air murni adalah isolator yang cukup baik karena memiliki auto ionosisasi yang rendah, Kw = 1.0 x 10 -14 pada suhu kamar dan dengan demikian air murni dapat dikatakan buruk dalam menghantarkan arus listrik, dengan nilai 0.055 µ S.cm−1, kecuali jika potensial yang sangat besar diterapkan untuk menyebabkan peningkatan auto ionisasi air. Proses elektrolisis air murni berlangsung sangat lambat dibatasi oleh konduktivitas secara keseluruhan. Jika elektrolit atau elektrokatalis ditambahkan, maka konduktivitas air akan jauh meningkat. Elektrolit memisahkan diri menjadi kation dan anion. Pengaruh Jenis dan Luas Penampang Elektroda pada Proses Elektrolisis Bab II Tinjauan Pustaka | 22 Anion bergegas menuju anoda dan menetralisir penumpukan ion H+, begitu juga dengan kation bergegas menuju katoda dan menetralisir penumpukan ion OH-. Hal ini memungkinkan aliran listrik yang terus menerus.[14] Elektrolit adalah suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ion- ion dan selanjutnya larutan menjadi konduktor elektrik, ion-ion merupakan atom-atom bermuatan elektrik. Elektrolit umumnya berbentuk asam, basa, atau garam. Beberapa gas tertentu dapat berfungsi sebagai elektrolit pada kondisi tertentu misalnya pada suhu tinggi atau tekanan rendah. Elektrolit kuat identik dengan asam, basa dan garam kuat. Harus diperhatikan dalam memilih elektrolit, anion dari elektrolit harus mempunyai potensial elektron standar diatas ion hidroksida, karena anion dari elektrolit bersaing dengan ion hidroksida untuk melepaskan electron. Jika potensial elektroda standar anion kurang dari hidroksida, maka akan teroksidasi dan tidak akan ada gas oksigen dihasilkan. Sedangkan jika kation dengan potensial elektroda standar lebih besar dari ion hidrogen akan mengalami reduksi, dan tidak ada gas hidrogen akan diproduksi. [14] Larutan elektrolit terbaik yang digunakan dalam melakukan elektrolisis air adalah larutan NaOH dengan konsentrasi 4% b/v atau KOH dengan konsentrasi 28 % b/v.[7] 2.4.4 Tegangan Kerja Tegangan kesetimbangan dari proses elektrolisis air secara teoritis adalah 1,23 V olt. Namun, pada kenyataannya, proses elektrolisis ini memerlukan tegangan yang jauh lebih besar dari tegangan kesetimbangan tersebut. Hal ini terjadi karena pengukuran tegangan kesetimbangan 1,23 Volt tersebut adalah pada keadaan standar yang tidak dapat dicapai dengan kondisi penelitian di laboratorium, serta pada prosesnya selalu terjadi overpotential pada sistem. Pengaruh Jenis dan Luas Penampang Elektroda pada Proses Elektrolisis Bab II Tinjauan Pustaka | 23 Overpotential menyebabkan tegangan jauh lebih besar dari pada tegangan keseimbangan, ada 3 jenis overpotential, yaitu: a. Overpotential Ohmik Overpotential ohmik disebabkan adanya hambatan dalam rangkaian listrik dan dalam elektrolit yang digunakan dalam proses elektrolisis air. Nilai overpotential ohmik sangat kecil dibandingkan dengan nilai overpotential lainnya. b. Overpotential Aktivasi Overpotential aktivasi adalah overpotential yang dibutuhkan untuk mencapai energi aktivasi dari proses reaksi sehingga reaksi tersebut dapat berjalan. Overpotential ini dibutuhkan untuk memulai perpindahan elektron. c. Overpotential Konsentrasi Overpotential konsentrasi terjadi akibat ketidakseragaman profil konsentrasi elektrolit sehingga menyebabkan laju difusi menjadi lambat.[19] 2.4.5 Arus Proses elektrolisis bisa terjadi karena adanya pengaliran arus listrik kepada elektroda yang ditempatkan pada larutan elektrolit. Kutub positif dari sumber listrik ditempatkan pada katoda, sedangkan kutub negatif ditempatkan pada anoda. Di katoda, molekul air bereaksi dengan menangkap elektron dan tereduksi menjadi gas H 2 dan ion hidroksida (OH). Sedangkan di anoda, ion hidroksida (OH-) akan terurai menjadi gas oksigen (O 2 ), melepaskan empat ion H+ dan mengalirkan elektron ke elektroda. Jika arus yang diberikan diperbesar maka aliran elektronpun akan semakin cepat sehingga proses pembentukan gelembung-gelembung gas dipermukaan elektroda akan semakin cepat. Dengan demikian produktivitas pembentukan gas hidrogen dan oksigen semakin cepat. Pengaruh Jenis dan Luas Penampang Elektroda pada Proses Elektrolisis Bab II Tinjauan Pustaka | 24 2.4.6 Resistansi Arus Listrik dapat mengalir melalui konduktor (dalam proses elektrolisis elektroda berfungsi sebagai konduktor). Material konduktor dari bahan yang berbeda memiliki karakteristik hantaran yang berbeda. Konduktor memiliki sebuah besaran yang mempengaruhi bagaimana arus listrik mengalir pada material tersebut yang disebut hambatan. Hambatan didefinisikan sebagai ukuran mudah tidaknya suatu arus listrik mengalir pada material konduktor. Hambatan listrik suatu konduktor, disimbolkan dengan R, merupakan perbandingan antara beda potensial dan arus listrik yang mengalir pada konduktor tersebut. Pada 1826, George Simon Ohm pertama kali mempublikasikan hasil eksperimen yang telah dilakukannya yang mengkarakterisasi berbagai hambatan bahan. Ohm memperoleh kesimpulan bahwa nilai hambatan suatu bahan selalu konstan walaupun bahan tersebut diberi beda potensial yang berbeda-beda. Pernyataan tersebut kemudian dikenal dengan hukum Ohm. Hambatan listrik R tidak bergantung pada beda potensial yang mengalir pada suatu konduktor. Hambatan listrik R merupakan karakteristik intrinsik bahan yang bergantung pada geometri dan besaran yang disebut resistivitas (hambat jenis), ρ R (tanda subscript R dimaksudkan untuk membedakan simbol ρ rapat muatan per satuan volume dengan hambat jenis material konduktor). Resistansi ini berpengaruh pada jumlah arus yang diberikan pada elektroda. [22] Bahan dengan resistivitas rendah mudah menghantarkan arus listrik. Sehingga bahan yang dengan resistivitas yang rendah akan mempengaruhi pada kecepatan proses pada elektrolisis air. 2.4.7 Reaktor Sel Elektrokimia (Elektroliser) Reaktor sel elektrokimia atau biasa disebut dengan elektroliser adalah alat untuk proses elektrolisis. Reaktor ini merupakan tempat larutan elektrolit (bahan baku) sekaligus tempat berlangsungnya proses elektrolisis untuk menghasilkan gas hidrogen[21]. Pada umumnya reaktor ini berbentuk Pengaruh Jenis dan Luas Penampang Elektroda pada Proses Elektrolisis Bab II Tinjauan Pustaka | 25 dua buah botol gelas yang disatukan pada bagian bawahnya atau gelas kimia yang diberi sekat dan diberi penutup pada bagian atasnya. Pada elektroliser ini, elektroda yang biasa digunakan adalah elektroda yang berbentuk logam batangan atau pipa. Pada setiap botol, pada bagian atas botol terdapat katup yang berfungsi sebagai tempat keluar gas dan lubang untuk menempatkan elektroda. Gambar elektroliser dapat dilihat pada Gambar 2.4. Gambar 2.4 Elektroliser Elektroliser pada Gambar 2.4 m erupakan elektroliser yang pernah dibuat di jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung dan digunakan sebagai sumber gas hidrogen pada penelitian tentang Hidrogen Fuel Cell. Namun pada penelitian kali ini elektroliser yang dibuat adalah elektroliser dengan bentuk sel yang disusun secara seri dengan menggunakan elektroda dengan bentuk pelat sedemikian sehingga menjadi tumpukan-tumpukan (stack). Konsep elektroliser sel seri ini awalnya dikembangkan dan dipatenkan oleh William Rhodes, Ernest Spirig, Yull Brown dan disempurnakan oleh Bob Boyce dan George Wiseman. Dengan perubahan bentuk elektroliser ini maka ada beberapa komponen tambahan Pengaruh Jenis dan Luas Penampang Elektroda pada Proses Elektrolisis Bab II Tinjauan Pustaka | 26 yang diperlukan untuk elektroliser sel seri ini, yaitu, end plate dan spacer ring. End plate merupakan komponen terluar pada elektroliser sel seri ini yang mempunyai fungsi sebagai pelat pengaku atau penekan elektroda dan spacer ring agar tidak ada kebocoran serta berfungsi sebagai tempat nepel yang berfungsi sebagai pengeluran gas. End plate disarankan agar terbuat dari bahan yang keras dan kaku, karena pada end plate akan dipasang baut dan mur yang berfungsi unt uk mengencangkan elektroliser. Sedangkan spacer ring adalah gasket yang berfungsi juga sebagai penjaga jarak antar elektroda serta pemberi ruang untuk larutan elektrolit. Bahan dari spacer ring harus terbuat dari bahan yang bisa menjadi perekat atau gasket. Gambar elektroliser sel seri dapat dilihat pada Gambar 2.5 Gambar 2.5 Elektroliser Sel Seri Pada elektroliser sel seri ini, elektroda dibuat dalam bentuk pelat dengan tujuan untuk menambah luas permukaan aktif untuk menambah efisiensi dan jumlah gas hidrogen yang dihasilkan. Pengaruh Jenis dan Luas Penampang Elektroda pada Proses Elektrolisis Bab II Tinjauan Pustaka | 27 2.4.8 Hukum Faraday tentang elektrolisis adalah hubungan kuantitatif berdasarkan dalam penelitian elektrokimia yang dilakukan oleh Michael Faraday pada tahun 1834. Pernyataan yang paling umum dari hukum Faraday tentang elektrolisis adalah sebagai berikut: Hukum Faraday & Penentuan Efisiensi Arus 1. Hukum I Faraday tentang Elektrolisis “Massa zat yang diubah pada elektroda selama proses elektrolisis berbanding lurus dengan kuantitas listrik yang ditransfer pada elektroda tersebut. Kuantitas listrik mengacu pada kuantitas muatan listrik, biasanya dikur dalam satuan coloumb.” 2. Hukum II Faraday tentang Elektrolisis “Untuk kuantitas listrik (muatan listrik) yang diberikan, m assa bahan unsur yang diubah pada elektroda berbanding lurus dengan berat ekivalen elemen. Berat ekivalen suatu zat adalah massa molar dibagi dengan bilangan bulat yang tergantung pada reaksi yang dialami oleh bahan.” Dalam elektrolisis jumlah muatan yang lewat, q, dalam selang waktu, t, dapat di rumuskan sebagai berikut: q = ∫ I dt (2.1) Jumlah massa zat produk (dalam gram) yang terbentuk dihitung dari hukum Faraday tentang elektrolisis sebagai berikut: m= q x Mr nxF (2.2) dimana q adalah muatan listrik dalam satuan Coloumb, Mr adalah massa molekul relatif, n a dalah elektron valensi dan F adalah konstanta Faraday (96.485 C.mol-1).[16] Pengaruh Jenis dan Luas Penampang Elektroda pada Proses Elektrolisis Bab II Tinjauan Pustaka | 28 Nilai Efisiensi arus merupakan nilai yang menunjukkan efisiensi dari proses elektrolisis air dan dapat ditentukan dengan menentukan jumlah muatan listrik yang dipakai untuk membentuk produk dengan jumlah total muatan listrik yang dipakai berdasarkan dari perhitungan secara teoritis dengan Hukum Faraday. Efisiensi arus adalah hasil dari proses berdasarkan muatan yang dilewatkan dan dapat didefinisikan sebagai berikut: CE = muatan listrik yang dipakai untuk membentuk produk jumlah total mu atan yang dipakai (2.3) Secara eksperimental, efisiensi arus diperoleh berdasarkan dari pengukuran jumlah produk yang terbentuk, atau reaktan yang dipakai, m act , dan jumlah produk secara teoritis, m. CE = m act (2.4) m m act dapat diperoleh dengan mengetahui volume gas hidrogen yang diperoleh pada praktikum dengan mengasumsikan bahwa gas hidrogen yang diproduksi adalah gas ideal sehingga: mact = P x V x Mr RxT (2.5) dimana P adalah tekanan dalam satuan atm, V adalah volume gas yang dihasilkan dalam satuan Liter, Mr adalah massa molekul relatif, R adalah konstanta gas (0,082 L.atm.mol-1.K-1), dan T adalah suhu dalam satuan Kelvin. Dari Hukum Faraday, efisiensi arus dapat didefinisikan sebagai berikut: 2.5 Gas Oksihidrogen (HHO) CE = m act x n x F q x Mr (2.6) Efisiensi arus akan meningkat dengan tidak memisahkan produk gas hidrogen dan oksigen. Ketika hidrogen ada bersama oksigen, seketika setelah produksi elektrolisis, pembentukan diatomik hidrogen dan oksigen didahului oleh pembentukan struktur molekul-molekul oksigen dan hidrogen dari peningkatan Pengaruh Jenis dan Luas Penampang Elektroda pada Proses Elektrolisis Bab II Tinjauan Pustaka | 29 kandungan energi.[11] Penggabungan gas ini untuk peningkatan effisiensi reaksi elektrolisis yang diamati pada sel elektroliser rangkaian seri. Gas hidrogen dan oksigen yang tidak dipisahkan bisa disebut dengan gas Oksihidrogen (HHO) atau gas. brown Gas oksihidrogen (HHO) atau brown gas hanya dapat diproduksi dalam sebuah elektroliser. Air didekomposisi dalam hidrogen dan oksigen oleh listrik, tiap liter air memuai hingga 1860 liter brown gas yang mudah terbakar. Ketika dicampur dengan oksigen dalam berbagai perbandingan, hidrogen meledak atau meledak seketika disulut dengan api dan akan meledak sendiri pada suhu 560 °C. Lidah api hasil pembakaran hidrogen-oksigen murni memancarkan gelombang ultraviolet dan hampir tidak terlihat dengan mata telanjang. Oleh karena itu, sangatlah sulit mendeteksi terjadinya kebocoran hidrogen secara visual. Karakteristik lainnya dari api hidrogen adalah nyala api cenderung menghilang dengan cepat di udara, sehingga kerusakan akibat ledakan hidrogen lebih ringan dari ledakan hidrokarbon.[11] Pengaruh Jenis dan Luas Penampang Elektroda pada Proses Elektrolisis