PENGARUH PEMBERIAN JUS BUAH ANGGUR MERAH ((Vitis vinifera Linn.) TERHADAP PERKEMBANGAN JANIN MENCIT HAMIL YANG TERPAPAR ASAP ROKOK SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar sarjana farmasi Oleh : MOH. ZAPRULLAH ALPANI 050111a035 PROGRAM STUDI FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN FEBRUARI, 2016 HALAMAN KESEDIAAN PUBLIKASI Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : MOH. ZAPRULLAH ALPANI Nomor Induk Mahasiswa : 050111a035 Program Studi : FARMASI Menyatakan memberi kewenangan kepada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo untuk menyimpan, mengalih media/formatkan, merawat, dan mempublikasikan skripsi saya dengan judul Pengaruh Pemberian Jus Buah Anggur Merah (Vitis vinifera Linn.) Terhadap Perkembangan Janin Mencit Hamil yang Terpapar Asap Rokok untuk kepentingan akademis. Ungaran, Februari 2016 Yang membuat pernyataan Moh. Zaprullah Alpani 050111a035 MOTTO “Harga Kebaikan Manusia Adalah Diukur Menurut Apa Yang Telah Dilaksanakan/Diperbuatnya” (Ali Bin Abi Thalib) PERSEMBAHAN Dengan segala puja dan puji syukur kepada ALLAH SWT. dan atas dukungan dan do’a dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya hingga memperoleh gelar sarjana farmasi. Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya khaturkan rasa syukur dan terimakasih saya kepada: ALLAH SWT, karena hanya atas izin dan karuniaNyalah maka skripsi ini dapat dibuat dan selesai pada waktunya. Puji syukur yang tak terhingga pada ALLAH SWT. penguasa alam yang meridhoi dan mengabulkan segala do’a. MEK tercinta dan almarhum WOK, Kang Emi’, Kang Izar dan Kang Wawan yang telah menjadi motivasi dan inspirasi serta do’a yang tiada henti untuk kesuksesan saya, karena tiada kata seindah lantunan do’a dan tiada do’a yang paling khusuk selain do’a yang terucap dari kedua orang tua dan seorang kakak. Tanpa keluarga, manusia sendiri di dunia, gemetar dalam dingin. Terimakasih yang tak terhingga kepada dosen-dosen saya, terutama dosen pembimbing “Ibu Dian dan Ibu Niken” terhormat yang tak pernah lelah dan sabar memberikan bimbingan dan arahan kepada saya. Terimakasih buat Mas Andhika dan Kang Mahali yang tak henti meberikan dukungan, do’a dan motivasi serta pijitan special dikala saya terlalu capek selama saya menjalani skripsi. Terimakasih saya ucapkan kepada adinda Atika Puspa Irawati yang tak pernah lelah membantu dan memberikan semangat selama masa skripsi saya. Sahabat-sahabat yang senantiasa menjadi penyemangat disetiap revisi, Roza, Karin, dek Heny yang terimut lagi baik hatinya, mba Iis, Sisbond, Rema dan semua angkatan Farmasi 2011 yang tak bisa saya cantumkan semua disini. Tanpa semangat, dukungan dan bantuan kalian semua tak kan mungkin saya sampai dititik terakhir ini, terimakasih untuk canda tawa, tangis, dan terimakasih untuk kenangan manis yang telah mengukir selama ini. Kalian sudah menjadi sebagian dari keluarga saya Terimakasih yang sebesar-besarnya, akhirul kalam, saya persembahkan skripsi ini untuk kalian semua, orang-orang yang saya sayangi dan cintai. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang, Amiin humma amiin. KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan atas Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, anugrah serta kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Jus Buah Anggur Merah (Vitis vinifera Linn.) Terhadap Perkembangan Janin Mencit Hamil Yang Terpapar Asap Rokok ”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran. Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bimbingan dan pengarahan dari pembimbing, penyusunan skripsi ini akan banyak menemui hambatan dan kesulitan, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Dr. Sugeng Maryanto, M.Kes, selaku Ketua STIKES Ngudi Waluyo Ungaran. 2. Drs. Jatmiko Susilo, Apt., M.Kes, selaku Ketua Program Studi Farmasi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran. 3. Dian Oktianti, S.Far., Apt., M.Sc. selaku Pembimbing Utama yang selalu memotivasi, memberikan bimbingan, kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini. 4. Niken Dyahariesti, S.Farm., Apt., M.Si. selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan dorongan, nasehat, petunjuk dan bimbingannya kepada penulis selama penelitian berlangsung. 5. Para dosen dan Staf Pengajar STIKES Ngudi Waluyo Ungaran yang telah membekali berbagai pengetahuan sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 6. Semua pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaan, do’a, bantuan, kritik dan saran semoga tetap terjalin tali persaudaraan yang tak pernah putus. Dalam penyusunan skripsi, penulis telah berusaha dengan segala kemampuan yang dimiliki, namun penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan institusi kesehatan khususnya. Ungaran, Februari 2016 Penulis DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN...................................................................... iv HALAMAN KESEDIAAN PUBLIKASI ................................................... v MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................................... vi PRAKATA .................................................................................................... vii DAFTAR ISI ................................................................................................. ix DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv INTISARI ..................................................................................................... xvi ABSTRACT .................................................................................................. xvii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang............................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 4 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ............................................................................... 5 1. Uraian Tumbuhan ................................................................ 5 a. Klasifikasi Anggur Merah (Vitis vinifera Linn.) ............ 6 b. Morfolgi Tanaman .......................................................... 6 c. Jenis Buah Anggur.......................................................... 7 d. Khasiat dan Kegunaan .................................................... 8 e. Kandungan Kimia ........................................................... 9 f. Likopen .......................................................................... 12 2. Vitamin E .............................................................................. 14 3. Uraian Teratogen .................................................................. 16 a. Definisi .......................................................................... 16 b. Periode Kritis Perkembangan Janin ................................ 19 c. Proses Masuk Zat Asing ke dalam Sel Embrio .............. 20 d. Zat Teratogenik............................................................... 22 B. Penelitian yang Relevan ............................................................ 26 C. Rancangan Penelitian ................................................................ 27 1. Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................... 27 2. Variabel Penelitian .............................................................. 27 a. Variabel Bebas ............................................................... 27 b. Variabel Tergantung ...................................................... 27 c. Variabel Terkendali ....................................................... 28 3. Sampel serta Teknik Pengambilannya ................................. 28 D. Kerangka Teori ........................................................................... 29 E. Kerangka Konsep ....................................................................... 30 F. Hipotesis .................................................................................... 30 BAB III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan .......................................................................... 31 1. Alat ...................................................................................... 31 2. Bahan ................................................................................... 31 B. Prosedur Penelitian .................................................................... 32 1. Determinasi Tanaman .......................................................... 32 2. Pembuatan Asap Rokok ....................................................... 32 3. Pembuatan Jus Buah Anggur Merah (Vitis vinifera Linn.) . 32 4. Perhitungan Dosis Vitamin E .............................................. 33 5. Prosedur Kerja ..................................................................... 34 C. Analisa Data .............................................................................. 36 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman ................................................................ 37 B. Persiapan Bahan dan Pembuatan Jus Anggur Merah ................ 38 C. Mengawinkan dan Pengelompokan Hewan Uji ........................ 38 D. Pemberian Asap Rokok .............................................................. 39 E. Tahap Penelitian ......................................................................... 40 F. Hasil Penelitian .......................................................................... 42 1. Data PKBP ........................................................................... 42 2. Data Rata-rata Berat Badan Fetus Mencit ............................ 45 3. Data Jumlah Fetus ............................................................... 48 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .............................................................................. 52 B. Saran .......................................................................................... 52 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 53 LAMPIRAN ................................................................................................... 58 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Kandungan Gizi Buah Anggur Setiap 100 Gram ........................ 12 Tabel 2.2 Perbandingan Frekuensi Sesuai dengan Jenis Cacat..... .............. 17 Tabel 4.1 Nilai PKBP Mencit Hamil ......................................................... 43 Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas PKBP......................................................... 43 Tabel 4.3. Hasil Uji Homogenitas PKBP Mencit Hamil .............................. 44 Tabel 4.4. Nilai Uji Kruskal-Wallis Terhadap PKBP .................................. 44 Tabel 4.5. Rata-rata Berat Badan Fetus Mencit ........................................... 45 Tabel 4.6. Hasil uji Normalitas Berat Badan Fetus Mencit.......................... 45 Tabel 4.7. Hasil Uji Homogenitas Data Rata-rata Berat Badan Fetus Mencit.......................................................................................... 46 Table 4.8. Nilai (p) Uji Kruskal-Wallis Terhadap Berat Badan Fetus Mencit.......................................................................................... 46 Tabel 4.9. Hasil Uji Mann-Whitney Berat Badan Fetus .............................. 47 Tabel 4.10. Rata-rata Jumlah Fetus ............................................................... 49 Tabel 4.11. Hasil uji Normalitas Data Rata-rata Jumlah Fetus Mencit ......... 49 Tabel 4.12. Hasil Uji Homogenitas Data Rata-rata Jumlah Fetus Mencit ..... 50 Tabel 4.13. Hasil (p) Uji Kruskal-Wallis Rata-rata Jumlah Fetus Mencit ..... 50 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Tanaman Buah Anggur Merah (Vitis vinifera Linn.) ................ 5 Gambar 2.2 Struktur α-Tocoferol................................................................... 15 Gambar 2.3 Kerangka Teori........................................................................... 29 Gambar 2.4 Kerangka Konsep ...................................................................... 30 Gambar 3.1 Skema Alur Penelitian................................................................ 35 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Surat Hasil Determinasi Buah Jambu (Psidium Guajava Linn) ....................................................................................... 55 Lampiran 2. Gambar Persiapan Alat .......................................................... 58 Lampiran 3. Persiapan Bahan ..................................................................... 61 Lampiran 4. Mengawinkan Mencit ............................................................. 63 Lampiran 5. Pengamatan Efek Asap Rokok pada Mencit Hamil ............. 64 Lampiran 6. Hasil Penelitian....................................................................... 66 Lampiran 7. Hasil Analisa Data ..................................................................... 75 STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN PROGRAM STUDI FARMASI Pengaruh Pemberian Jus Buah Anggur Merah (Vitis vinifera Linn.) Terhadap Perkembangan Janin Mencit Hamil Yang Terpapar Asap Rokok Moh. Zaprullah Alpani*, 050111a035 Dian Oktianti** Dan Niken Dyahariesti*** SKRIPSI, Februari 2016 Pustaka : 69 INTISARI Kandungan rokok sangat berbahaya bagi perokok maupun dengan orang-orang disekitarnya (perokok pasif). Dampak negatif rokok dan asapnya terhadap ibu hamil diantaranya ancaman persalinan prematur, ketuban pecah sebelum waktunya, ancaman lepasnya plasenta sebelum lahir, dan plasenta previa, sedangkan dampak terhadap janin adalah berat badan janin lebih rendah dari normal, kematian janin di dalam rahim, meningkatkan resiko kematian janin mendadak. Tubuh memerlukan antioksidan yang dapat membantu melindungi serangan radikal bebas dengan menghambat dampak negatif senyawa yang terdapat dalam asap rokok. Jus buah anggur merah kaya akan likopen yang diketahui memiliki efek sebagai antioksidan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian jus buah anggur merah terhadap perkembangan janin mencit hamil yang terpapar asap rokok. Jenis rancangan penelitian ini bersifat eksperimental murni dengan post test only control group design dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari satu kelompok kontrol negatif (paparan asap rokok), satu kelompok kontrol positif (vitamin E dosis 130 IU 0,2ml/20gBB/hari), dan 3 kelompok perlakuan jus buah anggur merah konsentrasi 100%v/v; 75%v/v; dan 50%v/v. Data yang didapat berupa data PKBP induk mencit, berat badan fetus, dan jumlah fetus mencit. Data dianalisis menggunakan SPSS 17,0 for Windows dengan taraf kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney jus buah anggur merah (Vitis vinifera Linn.) dengan konsentrasi 50%v/v memiiki efek yang sebanding dengan vitamin E dosis 130 IU 0,2ml/20gBB mencit dilihat dari berat badan fetus mencit yang terpapar asap rokok. Kata kunci * ** *** : Buah anggur merah (Vitis vinifera Linn.), likopen, efek asap rokok, vitamin E. : Mahasiswa : Dosen pembimbing utama : Dosen pembimbing pendamping NGUDI WALUYO SCHOOL OF HEALTH UNGARAN PHARMACY STUDY PROGRAM The Effect of Administering Juiced Red Grape (Vitis vinifera Linn.) toward Fetal Development of Pregnant Mice Exposed to Cigarette Smoke Moh. Zaprullah Alpani*, 050111a035 Dian Oktianti** and Niken Dyahariesti *** FINAL ASSIGNMENT, February 2016 References: 69 ABSTARCT The content of cigarette is very harmful for the smokers and people around them (passive smoker). The negative effects of cigarette and its smoke for pregnant women such as placenta abruption before birth, and placenta previa, whereas the impact on the fetus such as fetal death in utero, increase the risk of sudden fetal death. The body needs antioxidant that may help protecting the body against free radicals by inhibiting the negative effects of substances in cigarette smoke. Red grapes juice are rich in lycopene wich has know having antioxidant effects. The purpose of this study is to find the effect of juiced red grape on fetal development of pregnant mice exposed to cigarette smoke. This was a purely experimental study with post-test only control group design with completely randomized design (CRD) consisted of one group as negative control (treated by cigarettes smoke exposure), one group as positive control (treated by vitamin E at the dose of 130 IU 0,2ml/20g-BW/day), and three treatment groups of juiced red grapes with each concentration of 100%v/v; 75%v/v; and 50%v/v. The data were obtained in the form of PKBP of mice’s parents, fetal weight and number of fetal. The data were analyzed by using SPSS 17.0 for Windows with the 95% confidence level. The results of this study by using the Mann-Whitney test indicate that the juiced red grapes (Vitis vinifera Linn.) with a concentration of 50%v/v, it has a comparable effects with vitamin E at the dose 130 IU 0,2ml/20g-BW of mice that seen from body weight of fetal mice that exposed by cigarettes smoke. Keywords : Red grapes (Vitis vinifera Linn.), lycopene, effect of cigarette smoke, vitamin E * ** *** : Student : First advisor : Second advisor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelainan kongenital merupakan kelainan morfologik dalam pertumbuhan struktur bayi yang dijumpai sejak bayi lahir. Selain itu, pengertian lain tentang kelainan sejak lahir adalah defek lahir, yang dapat berwujud dalam bentuk berbagai gangguan tumbuh-kembang bayi baru lahir, yang mencakup aspek fisik, intelektual dan kepribadian. Sedangkan anomali kongenital atau yang umum disebut kelainan kongenital merupakan defek morfologik yang dijumpai sejak bayi lahir. Angka kejadian kelainan kongenital yang besar berkisar 15 per 1000 kelahiran. Angka kejadian ini akan menjadi 4 - 5% bila bayi diikuti terus sampai berumur 1 tahun (Markum,1991). Hasil penelitian akhir-akhir ini telah dilaporkan bahwa penyebab cacat lahir adalah 7 - 10 % disebabkan karena faktor lingkungan, 6 - 15 % oleh faktor genetik, 20 - 25 % karena faktor kombinasi antara genetik dan faktor lingkungan dan 50 – 60 % masih belum diketahui dengan jelas (Razak, 2005). Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan cacat lahir salah satunya adalah rokok. Kandungan rokok sangat berbahaya bagi perokok maupun dengan orang – orang sekitarnya (perokok pasif). Asap rokok yang terhirup dapat menyebabkan penyakit berbahaya, yaitu kanker, penyakit jantung dan emfisema. Pada organ reproduksi akan menyebabkan gangguan seperti kemandulan (pria dan wanita), impotensi, gangguan kehamilan dan perkembangan janin (Aditama, 1992). Dampak negatif rokok dan asapnya terhadap ibu hamil diantaranya ancaman persalinan prematur, ketuban pecah sebelum waktunya, ancaman lepasnya plasenta sebelum lahir, dan plasenta previa, sedangkan dampak terhadap janin adalah berat badan janin lebih rendah dari normal, kematian janin di dalam rahim, meningkatkan resiko kematian janin mendadak (Sudden Infant Death Syndrom/SIDS) (Valleria, 2009). Tubuh memerlukan antioksidan yang dapat membantu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas dengan menghambat dampak negatif senyawa yang terdapat dalam rokok. Penelitian sebelumnya dengan pemberian vitamin E pada mencit yang diberi ekstrak air tembakau memberikan hasil bahwa vitamin E terbukti sebagai antiteratogen (Rahmadina, 2008). Selain vitamin E, tanaman yang memiliki efek antioksidan salah satunya adalah anggur. Anggur merah (Vitis vinifera Linn.) memiliki beberapa kandungan penting, diantaranya adalah anthosianin, proanthosianidin, prosianidin, flavonoid, polifenol, dan resveratrol (Nassiri dan Hosseintadeh, 2009). Pada kulit anggur terdapat likopen, yang merupakan pigmen pemberi warna merah pada kulit anggur (Winarsi, 2007). Telah dibuktikan secara in vitro bahwa likopen merupakan penangkal radikal bebas yang paling efektif diantara karotenoid yang lain, termasuk β-caroten. Kandungan antioksidan ini bisa meredam radikal bebas yang memicu pertumbuhan sel kanker. Senyawa karotenoid ini dikenal baik sebagai senyawa yang memiliki daya antioksidan tinggi, senyawa ini mampu melawan radikal bebas akibat polusi dan radiasi sinar UV (Youngson, 2005). Kemampuannya mengendalikan radikal bebas 100 kali lebih efisien daripada vitamin E atau 12.500 kali dari pada gluthation. Selain sebagai anti skin aging, likopen juga memiliki manfaat untuk mencegah penyakit kardiovascular, kencing manis, osteoporosis, infertility, dan kanker terutama kanker prostat (Mascio Di dkk,1989). Bagi masyarakat, anggur sudah tidak asing lagi, dalam kehidupan sehari - hari anggur biasa dikonsumsi langsung ataupun dibuat sebagai jus buah. Namun, kurangnya pengetahuan terhadap anggur menyebabkan masyarakat Indonesia memandangnya hanya sebagai buah atau jus yang dijual begitu saja tanpa ada produk turunan dari buah tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini dikembangkan untuk memberikan informasi ada atau tidak adanya pengaruh jus buah anggur merah terhadap efek teratogen dari paparan asap rokok sebagai sebuah antioksidan yang baik, agar buah ini lebih dikenal masyarakat. B. Rumusan Masalah 1. Apakah jus buah anggur merah (Vitis vinifera Linn.) berpengaruh terhadap efek teratogen dari paparan asap rokok pada mencit hamil? 2. Pada konsentrasi berapakah jus buah anggur merah (Vitis vinifera Linn.) mempunyai pengaruh terhadap mencit hamil yang terpapar asap rokok yang sebanding dengan vitamin E dosis 0,2ml/kgBB? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui ada atau tidak ada pengaruh jus buah anggur merah terhadap perkembangan janin mencit hamil yang terpapar asap rokok. 2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui berat badan mencit selama kehamilan, berat badan fetus, jumlah fetus yang lahir, jumlah fetus yang mati, kecacatan dan resorpsi pada fetus yang diberi jus buah anggur merah dan paparan asap rokok. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Menambah daftar data ilmiah tentang obat tradisional Indonesia. 2. Bagi Peneliti a. Sebagai dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam rangka pengembangan obat tradisional khususnya untuk buah anggur merah (Vitis vinifera Linn.) b. Untuk menguji kemampuan penulis dalam mengimplementasikan ilmu yang didapat. 3. Bagi Masyarakat Memberi informasi dan manfaat buah anggur merah (Vitis vinifera Linn.) sebagai obat tradisional yang diduga dapat sebagai antiteratogen. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Uraian Tumbuhan Kingdom : Plantae Divisio : Spermathopyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Rhamnales Suku : Vitaceae Genus : Vitis Species : Vitis viniferaLinn.(Greybeard, 2008) Gambar 2.1 Buah Anggur Merah (Vitisvinifera Linn.)(Wiryanta, 2007) 5 a. Nama Daerah Sumatera : Jabib (Aceh), Agu (Nias), Buwah anggur (Melayu) Jawa : Anggur (Jawa) Nusa Tenggara : Atar (Flores), Kuku-aek (Roti) (Wiryanta, 2007) b. Morfologi Tanaman Anggur merupakan tanaman perdu, yang merambat dari famili vitaceae yang memiliki akar tunggang dan batang bulat yang jelas berkayu (Wiryanta, 2007). Batang Vitis vinifera dapat tumbuh sampai 15 meter dan tumbuh ke arah cahaya matahari, dimana pertumbuhannya membutuhkan alat penunjang yaitu cabang pembelit (Setiadi, 2008). Daun Vitis vinifera termasuk daun tunggal. Ujung daun runcing dengan pangkal daun tidak bertemu, terpisah oleh pangkal ibu tulang daun dan berbentuk emarginatus. Tepi daunnya mempengaruhi bentuk daun yaitu bertepi daun berlekuk menjari. Susunan tulang daun menjari. Daun berwarna hijau dengan permukaan daun berambut (Wiryanta, 2007). Bunga Vitis vinifera termasuk bunga majemuk tidak berbatas yang berbentuk malai, bersifat polisimetris dengan tajuk bunga beraturan membentuk mangkok. Bunga yang semula berbentuk malai, setelah berbuah menjadi bentuk lonjong atau bulat dengan ukuran 1 - 2,5 cm (Wiryanta, 2007). Buah Vitis vinifera ialah buah sejati tunggal yang berdaging. Bentuknya hampir bulat dengan permukaan epikarpiumnya dilapisi tepung. Biji buah Vitis vinifera berbentuk lonjong berwarna coklat muda (Wiryanta, 2007). Anggur berasal dari Armenia, namun budidaya anggur sudah dikembangkan di Timur Tengah sejak 4000 SM. Anggur mulai menyebar ke Mexico, Amerika Selatan, Afrika Selatan, Asia termasuk Indonesia dan Australia sejalan dengan perjalanan Columbus (Setiadi, 2008). c. Jenis Buah Anggur Anggur yang bisa dimakan hanya dua jenis yaitu Vitis vinifera dan Vitis labrusca.Tanaman anggur jenis Vitis vinifera mempunyai ciri: 1) Kulit tipis, rasa manis, segar dan mampu tumbuh dari dataran rendah hingga 300 m dari permukaan laut beriklim kering. 2) Termasuk jenis ini adalah Gros Colman, Probolinggo Biru dan Putih, Situbondo Kuning, Alphonso Lavalle dan Golden Champion. Sedangkan tanaman anggur jenis Vitis labrusca mempunyai ciri : 1) Kulit tebal, rasa masam, kurang segar dan mampu tumbuh dari dataran rendah hingga 900 m dari permukaan laut. 2) Termasuk jenis ini adalah Brilliant, Delaware, Carman, Beacon dan Isabella (Wiryanta, 2007). Jenis anggur yang banyak dikembangkan di Indonesia dan direkomendasi oleh Departemen Pertanian sebagai jenis unggul adalah jenis Vitis vinifera dari varietas Anggur Probolinggo Biru dan Alphonso Lavalle (Setiadi, 2008). Pada saat ini daerah penanaman anggur semakin meluas baik di daerah sentra produksi lama maupun daerah pengembangan baru, sehingga diharapkan nilai produksi dapat meningkat. Pada awalnya daerah sentra anggur di dataran rendah seperti Probolinggo menanam varietas anggur Probolinggo Biru dan Probolinggo Putih, tetapi pada tahun 2002 anggur merah varietas Probolinggo Super dan Prabu Bestari mulai menyebar dan berkembang di daerah ini, sebagai tanaman pekarangan maupun ditanam pada skala luas (Setiadi, 2008). Anggur merah ini mempunyai sejumlah keunggulan dibandingkan jenis lain yaitu rasanya manis dengan tekstur yang keras, jumlah biji relatif sedikit, dan tidak mudah busuk dalam penyimpanan (Setiadi, 2008). d. Khasiat dan Penggunaan Kandungan zat yang terdapat dalam anggur merah sudah diproduksi secara massal di berbagai negara sebagai obat fitofarmaka dan dipakai untuk pengobatan berbagai macam penyakit, antara lain sebagai antioksidan, obat kardiovascular, hematologi, anti inflamasi, dan anti neoplastik (Xia dkk, 2007). Penelitian di Jepang mengungkapkan bahwa anggur merah dapat digunakan untuk menurunkan atherosclerosis (Yamakoshi dkk, 1999). Penelitian di China juga mengungkapkan anggur merah digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol dan digunakan pula melindungi sel dari sinyal proinflamasi melalui mekanisme pengaturan distribusi kolesterol (Xia dkk, 2007). Anggur merah dapat digunakan untuk melancarkan aliran darah dan sebagai obat penderita liver, ginjal, dan sistem pencernaan. Jus anggur bermanfaat bila diberikan pada penderita tukak lambung, radang usus kecil, migrain, radang sendi, rematik, dan keracunan. Anggur juga dapat mencegah kanker karena dapat menghentikan penyebaran dari sel–sel kanker (Astawan dan Andreas, 2008). Manfaat anggur lainnya yaitu mampu membersihkan toksin-toksin didalam hati, membantu memperbaiki fungsi ginjal, pembentukan sel darah, antivirus dan antikanker, serta mampu mencegah kerusakan gigi. Anggur bersifat basa sehingga dapat menetralkan darah yang terlalu asam yang dapat berefek merugikan tubuh (Wiryanta, 2007). e. Kandungan Kimia Beberapa kandungan yang terdapat pada anggur, antara lain: 1) Resveratrol Resveratrol (trans-3,5,4'-trihydroxystilbene) merupakan komponen terbesar yang terdapat pada kulit anggur (McElderry, 1999). Resveratrol ini hanya didapatkan pada anggur merah dan tidak pada anggur putih. Zat ini mulai diteliti dan digunakan sebagai obat alami setelah melihat French Paradox (Kopp, 1998). Fenomena rendahnya insidens penyakit jantung pada orang Prancis yang makan dengan menu yang mengandung lemak relatif tinggi. Setelah diamati, ternyata mereka dalam sehari pasti meminum wine (minuman anggur merah) (McElderry, 1999). Resveratrol terdapat pula pada tanaman merambat, akar, bibit, dan batang, namun kandungan terbesar terdapat pada kulit buah anggur merah (50-100 mg/g) (Jang, 1997). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa resveratrol merupakan antioksidan yang efektif. Zat ini menghambat peroksidasi lipid dari LDL (Belguendouz dkk, 1998). Resveratrol juga melindungi sitotoksisitas dari LDL yang teroksidasi dan melindungi sel dari lipid peroksidasi. Resveratrol digunakan untuk atherosclerosis melalui mekanisme penghambatan agregasi platelet (Rotondo, 1998). Efek tersebut dapat dijadikan untuk mencegah infark miokard (Penumathsa dkk, 2006). 2) Anthosianin Anthosianin merupakan golongan phytochemical dari buah anggur merah. Zat ini tidak hanya memberi warna pada kulit anggur, tetapi juga memliki khasiat tertentu. Beberapa penelitian menunjukkan efek proteksi dari anthosianin sebagai antioksidan untuk melindungi dari kerusakan oksidatif (Xia dkk, 2007). Terhadap kolesterol darah, anthosianin memiliki efek yang tidak signifikan terhadap kenaikan LDL kolesterol (Nielsen dkk, 2005). 3) Proanthosianidin Proanthosianidin merupakan komponen polifenol terbesar pada buah anggur (Yamakoshi dkk, 1999). Proanthosianidin juga memiliki kemampuan untuk mengikat reaktif oksigen dengan demikian akan menghambat oksidasi dari LDL. Hal ini jelas menggambarkan aktifitas anti atherosclerosis (Yamakoshi dkk, 1999). 4) Likopen Likopen merupakan pigmen yang disintesis secara alami yang memiliki fungsi untuk melindungi sel dari serangan fotosensitisasi dan mempersiapkan pigmen penyerap sinar selama, fotosintesis. Likopen memiliki sifat yang larut dalam lemak, komponen ini didapati terkonsentrasi dalam bentuk LDL dan very low density lipoprotein (VLDL). Senyawa ini juga dapat menetralisir antikolesterol reaksi oksidasi Likopen pada ditunjukkan kolesterol melalui LDL. Sifat penghambatan terhadap aktifitas HMG-CoA reduktase, namun sifat anti kolesterol ini sangat rendah (Winarsi, 2007). Senyawa likopen yang terdapat dalam 100 gram anggur merah adalah 3,36 mg. Selain itu, buah anggur juga memiliki beberapa zat penting seperti air 70-80%, karbohidrat 15-25%, asam organik 0,3-1,5%, tanin 0,01-0,1%, protein 0,0001-0,01%, amino 0,017-0,011%, amoniak 0,0010,012%, dan mineral 0,3-0,6% (Setiadi, 2008). Tabel I. Kandungan Gizi Buah Anggur Setiap 100 Gram No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Komponen Energi Protein Lemak Karbohidrat Kalsium Fosfor Serat Besi Vitamin A Vitamin B1 Vitamin B2 Vitamin C Niasin Jumlah 75 kal 0,4 gram 0,36 gram 19,7 gram 6 gram 24,4 gram 1,7 gram 0,4 gram 66 SI 0,05 mg 0,02 mg 3 mg 0,2 gram (Wiryanta, 2007) f. Likopen Secara struktural, likopen terbentuk dari delapan unit isoprene. Banyaknya ikatan ganda pada likopen menyebabkan elektron untuk menuju ke transisi yang lebih tinggi membutuhkan banyak energi sehingga likopen dapat menyerap sinar yang memiliki panjang gelombang tinggi (sinar tampak) dan mengakibatkan warnanya menjadi merah terang. Jika likopen dioksidasi, ikatan ganda antarkarbon akan patah membentuk molekul yang lebih kecil yang ujungnya berupa — C=O. Meskipun ikatan —C=O merupakan ikatan yang bersifat kromophorik (menyerap cahaya), tetapi molekul ini tidak mampu menyerap cahaya dengan panjang gelombang yang tinggi sehingga likopen yang teroksidasi akan menghasilkan zat yang berwama pucat atau tidak berwarna. Elektron dalam ikatan rangkap akan menyerap energi dalam jumlah besar untuk menjadi ikatan jenuh, sehingga energi dari radikal bebas yang merupakan sumber penyakit dan penuaan dini dapat dinetralisir oleh likopen (Mascio Di dkk,1989). Ada dua kelas utama dalam karetenoid yaitu karoten hidrokarbon dan derivate xantofil oksigenasi. Likopen termasuk dalam kelas karoten hidrokarbon. Likopen adalah senyawa nonpolar dan mempunyai rantai asiklik yang hanya berisi hydrogen dan karbon. Tidak seperti karotenoid lainnya, likopen tidak punya aktivitas provitamin A karena tidak punya struktur cincin β ionion (Bruno,2001). Likopen dapat mengalami degradasi melalui proses isomerisasi dan oksidasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya degradasi pada likopen antara lain: (1) suhu, semakin tinggi suhu dan semakin lama pemanasan maka semakin besar kehilangan likopen, (2) oksigen, adanya oksigen akan meningkatkan degradasi likopen, (3) cahaya, semakin besar pencahayaan yang dilakukan terhadap bahan makanan sumber likopen semakin besar pula kehilangan likopen dalam bahan makanan tersebut, (4) teknik pengeringan, (5) proses pengelupasan, 80-90% kandungan likopen berada pada pericarp luar dan kulit, sehingga jika proses pengelupasan tidak tepat dapat membuat likopen ikut terbuang, (6) penyimpanan dan (7) asam (Shi dan Maguer, 2000). Likopen merupakan suatu antioksidan yang sangat kuat. Kemampuannya mengendalikan single oxygen (oksigen dalam bentuk radikal bebas) 100 kali lebih efisien daripada vitamin E atau 12.500 kali dari pada gluthation. Single oxygen merupakan prooksidan yang terbentuk akibat radiasi sinar ultra violet dan dapat menyebabkan penuaan dan kerusakan kulit. Selain sebagai anti skin aging, likopen juga memiliki manfaat untuk mencegah penyakit cardiovascular, kencing manis, osteoporosis, infertility, dan kanker (kanker kolon, payudara, endometrial, paru-paru, pankreas, dan terutama kanker prostat). Ini semua diakibatkan banyaknya ikatan rangkap dalam molekulnya (Mascio Di dkk, 1989). Sebagai antioksidan, likopen dapat melindungi DNA, di samping sel darah merah, sel tubuh, dan hati. Kemampuan likopen dalam meredam oksigen tunggal dua kali lebih baik daripada beta karoten dan sepuluh kali lebih baik daripada alfatokoferol (Sunarmani dan Tanti, 2008). 2. Vitamin E a. Definisi dan Struktur Kimiawi Vitamin E merupakan vitamin larut dalam lemak, terdiri dari 4 tokoferol (a, ß, γ, d) dan 4 tokotrienol (a, ß, γ, d). Vitamin E merupakan pemutus rantai peroksida lemak pada membran dan Low Density Lipoprotein (LDL). Vitamin E merupakan antioksidan yang melindungi polyunsaturated fatty acid’s (PUFAs) dan komponen sel serta membran sel dari oksidasi radikal bebas (Hariyatmi, 2004). α -tokoferol merupakan bentuk tokoferol yang paling aktif dan paling penting untuk aktivitas biologi tubuh, sehingga aktivitas vitamin E diukur sebagai α –tokoferol (Milczarek, 2005). Gambar 2.2 Struktur α-Tocoferol ( Goodman dan Gilman 2007) b. Sifat dan Fungsi Secara fisik vitamin E larut dalam lemak. Vitamin ini tidak dapat disintesa oleh tubuh sehingga harus dikonsumsi makanan dan suplemen (Lamid, 1995). Vitamin E murni tidak berbau dan tidak berwarna, sedangkan vitamin E sintetik yang dijual secara komersial biasanya berwarna kuning muda hingga kecoklatan. Vitamin E larut dalam lemak dan dalam sebagian besar pelarut organik, tetapi tidak larut dalam air (Almatsier, 2009). Fungsi utama vitamin E di dalam tubuh adalah sebagai antioksidan alami yang membuang radikal bebas dan senyawa oksigen. Secara spesifik, vitamin E juga penting dalam mencegah peroksidasi membran asam lemak tak jenuh (Lyn, 2006). Vitamin E dalam tubuh diketahui dapat menghambat konversi nitrit dalam asap rokok menjadi nitrosamin dalam perut. Nitrosamin dikenal sebagai promotor tumor kanker yang berbahaya (Lamid, 1995). Vitamin E berada di dalam lapisan fosfolipid membran sel dan berfungsi melindungi asam lemak jenuh ganda dan komponen membran sel lain dari oksidasi radikal bebas. Vitamin E memutuskan rantai peroksida lipid yang banyak muncul karena adanya reaksi antara lipid dan radikal bebas dengan cara menyumbangkan satu atom hidrogen dari gugus OH pada cincinnya ke radikal bebas, sehingga terbentuk radikal vitamin E yang stabil dan tidak merusak (Hariyatmi, 2004). Radikal peroksil bereaksi 1000 kali lebih cepat dengan vitamin E daripada asam lemak tidak jenuh, dan membentuk radikal tocoferoksil. Selanjutnya radikal tocoferoksil berinteraksi dengan lain antioksidan seperti vitamin C, yang akan membentuk kembali tocoferol (Gunawan, 2007). 3. Uraian Teratogen a. Definisi Teratogenesis adalah pembentukan cacat bawaan. Kelainan ini sudah diketahui selama beberapa dasawarsa dan merupakan penyebab utama morbiditas serta mortilitas pada bayi yang baru lahir. Setelah pembuahan, sel telur mengalami proliferasi sel, diferensiasi sel, dan organogenesis. Embrio kemudian melewati suatu metamorfosis dan periode perkembangan janin sebelum dilahirkan (Lu, 1995). Teratologi adalah studi tentang mekanisme dan manifestasi dari perkembangan yang menyimpang dari sifat struktural dan fungsional (Anonymous, 2003). Zat kimia yang secara nyata mempengaruhi perkembangan janin menimbulkan efek yang berubah-ubah mulai dari kematian sampai kelainan bentuk (malformasi) dan hambatan pertumbuhan (Young, 2001). Menurut Loomis (1978) secara kolektif respon-respon ini disebut efek embriotoksik. Banyak zat kimia yang mempunyai sifat embriotoksik. Beberapa zat dapat mengakibatkan letal sedang yang lainnya mampu menimbulkan kelainan pada janin. Harbison (1980) berpendapat malformasi janin tersebut disebut terata dan zat kimia yang menimbulkan terata disebut zat teratogen atau zat teratogenik. Teratologi merupakan cabang embrio yang khusus mengenai pertumbuhan struktural yang abnormal. Pertumbuhan yang abnormal itu lahir bayi atau janin yang cacat. Pada orang setiap 50 kelahiran hidup rata-rata 1 yang cacat. Sedangkan dari yang digugurkan perbandingan itu jauh lebih tinggi. Perbandingan bervariasi sesuai dengan jenis cacat. Contoh daftar berikut : Tabel II. Perbandingan frekuensi sesuai dengan jenis cacat Jenis cacat Lobang antara atrium Cryptorchidisme Sumbing Albino Hemophilia Tak ada anggota Frekuensi 1:5 1 : 300 1 : 1000 1 : 20.000 1 : 50.000 1 : 500.000 (Yatim, 1994). Prosentase bagian tubuh yang sering terkena cacat adalah: SSP (susunan saraf pusat) sebesar 60%, saluran pencernaan 15%, kardiovaskuler 10%, otot dan kulit 10% dan alat lain sebesar 5%. Cacat yang sering juga ditemukan adalah sirenomelus (anggota seperti ikan duyung), phocomelia, jari buntung, ada ekor, cretinisme, dan gigantisme (Yatim, 1994). Menurut Widyastuti dan Widyani (2000), bobot badan dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk menentukan tingkat kesehatan anak. Bobot badan yang rendah sejak lahir menunjukkan kondisi bayi yang kurang sehat, sebaliknya jika berat badan bayi masih dalam kisaran normal, maka dapat dipastikan bayi dalam keadaan sehat. Efek toksik terhadap suatu janin secara eksperimental dapat diperoleh dengan cara memberikan suatu zat kepada induknya. Janin mengandalkan induknya untuk pertumbuhan dan pemeliharaannya (Siswosudarmo, 1988). Efisiensi plasenta yang bertindak sebagai penghalang perpindahan suatu zat dari induk ke janinnya tergantung pada umur kehamilan. Menurut Goldstein dkk (1969) pada awal kehamilan tebal barrier plasenta adalah 25 mikrometer dan pada akhir kehamilan adalah 2 mikrometer. Fungsi pengeluaran atau bahkan fungsi endokrin dari plasenta mungkin secara langsung dapat dipengaruhi oleh zat kimia, yang mengakibatkan suatu efek merusak tidak langsung terhadap keselamatan janin. Apabila suatu zat dapat mengakibatkan toksisitas terhadap induk, efek seperti itu akan diperkirakan dapat mempengaruhi lingkungan intrauterin janin (Loomis, 1978). Sifat teratogenik atau dismorfogenik suatu zat tergantung pada beberapa faktor antara lain kepekaan spesies, dosis obat/zat kimia, dan yang terpenting adalah periode kritis perkembangan yaitu ketika janin dalam fase organogenesis (Kumolosasi dkk, 2004). Pada manusia periode kritis ini terjadi antara minggu ke-3 sampai ke-8 pasca konsepsi (Siswosudarmo, 1988). b. Periode Kritis Perkembangan Janin Dalam periode praimplantasi hingga implantasi, pengaruh luar suat u teratogen biasanya bersifat letal, sehingga kelainan berakhir dengan abortus (Harbison, 1980). Pada periode ini obat/zat kimia lebih bersifat embrio toksik (janin dalam masa embriotik). Periode berikutnya adalah organogenesis mulai dari hari ke-13 sampai hari ke60 (pada manusia) sedangkan pada tikus mulai hari ke-7 sampai hari ke-17 kebuntingan (bila hari kawin dianggap hari ke-0 kebuntingan). Pada periode ini terjadi diferensiasi sel-sel untuk membentuk kelompok khusus yang mempunyai kesamaan fungsi yang disebut organ. Setiap gangguan dalam diferensiasi pada periode ini bila tidak mengakibatkan kematian selalu menghasilkan kelainan bawaan yang berat, dalam arti yang sempit suatu obat/zat kimia disebut teratogenik apabila pengaruhnya terjadi pada periode ini sehingga menyebabkan kelainan bawaan yang berat ( Siswosudarmo, 1988). Menurut Tuchmann (1975) teratogen yang mengenai fetus, yang organ-organnya telah terbentuk dan sedang tumbuh, maka kepekaan terhadap teratogen berkurang. Akan tetapi masih ada beberapa organ seperti serebelum, korteks serebri, bagian urogenital yang masih dalam fase diferensiasi, sehingga pada stadium fetus organ-organ ini masih peka terhadap teratogen sampai berakhirnya masa kehamilan (Ramelan dan Syahrun, 1994). c. Proses Masuk Zat Asing ke dalam Sel Embrio Menurut Tuchmann (1975) masuknya zat asing ke dalam embrio mamalia adalah melalui plasenta. Agen kimia dan fisika dengan berat molekul kecil dapat masuk embrio dengan mudah melewati halangan plasenta. Permeabilitas membran plasenta menentukan banyak sedikitnya zat asing yang dapat masuk ke embrio (Howland, 1975). Plasenta adalah organ sementara dan merupakan tempat berlangsungnya pertukaran fisiologik antara induk dan fetus dan bersifat permeabel (Junqueira dkk, 1998). Fungsi utama plasenta adalah memungkinkan difusi bahan makanan dari darah ibu ke dalam darah fetus dan difusi hasil-hasil ekskresi dari fetus kembali ke dalam tubuh induk (Tuchmann, 1975). Pada awal perkembangan janin permeabilitas plasenta relatif sedikit, luas permukaan plasenta masih kecil dan membran vili plasenta tebalnya belum mencapai minimal (Siswosudarmo, 1988). Pada saat plasenta bertambah tua permeabilitasnya meningkat secara progresif sampai akhir masa kehamilan, sesudahnya permeabilitas mulai berkurang kembali. Peningkatan permeabilitas membran plasenta disebabkan penambahan luas permukaan membran plasenta dan penipisan progresif lapisan-lapisan vili (Guyton, 1976). Menurut Delatour (1983) zat asing dalam tubuh (xenobionts) dapat berupa obat, racun, zat organik atau logam berat serta agen kimia dan fisika lain yang sebenarnya tidak diperlukan. Kemungkinan masuknya zat asing ke dalam tubuh ada berbagai jalan yaitu kontak langsung dari kulit, lewat sistem pernafasan, lewat sistem pencernaan, secara eksperimen disuntikkan atau disinari, kemudian dibawa oleh sistem peredaran darah sampai ke sel (Harbison, 1980). Zat asing dalam asap rokok yang dihirup ibu hamil dapat menembus sawar plasenta sebagaimana halnya dengan nutrisi yang dibutuhkan janin, dengan demikian mempunyai potensi untuk menimbulkan efek pada janin. Janin yang belum berkembang sempurna tidak dapat memetabolisme zat asing dengan baik sehingga akan memberikan efek negatif dan mempengaruhi perkembangan normal janin maupun bayi yang baru lahir (Pacifici, 1995). Menurut Rubin (1992) kebanyakan zat asing dapat melewati sawar plasenta dengan mudah, sehingga membuat janin sebagai penerima zat asing yang tidak berkepentingan. Jalur utama transfer zat asing melalui plasenta adalah dengan difusi sederhana. Zat asing yang bersifat lipofilik lebih mudah menembus plasenta daripada zat nonlipofilik (Lenz and Knapp, 1962). Menurut Razak (2005) zat asing yang tidak terionisasi pada pH fisiologis akan lebih mudah berdifusi melalui plasenta dibandingkan zat asing yang bersifat asam atau basa. Perubahan - perubahan pada aliran darah plasenta akibat keadaan patofisiologis sekunder (hipertensi dalam kehamilan) atau karena efek farmakologis zat asing dapat mempengaruhi transfer zat asing melalui plasenta (Jacobs, 1996). Faktor-faktor yang mempengaruhi transfer zat asing melalui plasenta antara lain adalah berat molekul zat asing, pH saat 50% zat asing terionisasi, dan ikatan antara zat asing dengan protein plasma (Krishnamurthy, 1983). Mekanisme transfer zat asing melalui plasentadapat dengan cara difusi, baik aktif maupun pasif, transport aktif, fagositosis, dan pinositosis (Fraser, 1992). Menurut Guyton (1976) oksigen dalam darah yang terdapat dalam sinus plasenta yang lebar dengan mudah melalui membran vili masuk ke dalam darah fetus karena selisih tekanan oksigen dari darah ibu dengan darah fetus. Zat - zat metabolik lain yang diperlukan fetus berdifusi ke dalam darah fetus dengan cara sama seperti oksigen (Tuchmann, 1975). Ekskresi melalui membran plasenta dengan cara difusi karbondioksida dan zat sisa metabolisme dari darah fetus ke darah induk (Guyton, 1983). d. Zat Teratogenik Berbagai zat kimia dan obat yang mempunyai efek teratogenik menurut Ramelan dan Syahrun (1994) adalah: alkaloid, zat androgen, antibiotika, obat antiepilepsi, obat antitumor, kortikosteroid, thalidomide, insulin, obat hipoglikemik, obat untuk kelenjar timid, Asam Dietilamid Lisergat, dan air raksa organik. Sifat teratogenik obat/zat kimia dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar, yakni obat/zat kimia dengan sifat teratogen pasti (known teratogens), obat/zat kimia dengan kecurigaan kuat bersifat teratogen (probable teratogens), obat/zat kimia yang diduga bersifat teratogen (possible teratogens) (Siswosudarmo, 1988). Berdasarkan dosis pemberiannya menurut Ritter (1977) agen teratogen dosis rendah akan menyebabkan kematian beberapa sel dan akan terjadi pergantian sel tetangganya dengan hiperplasia kompensatorik sehingga terjadi fetus yang normal secara morfologis, akan tetapi ukurannya tetap kecil. Kompensasi sel itu terus berlangsung selama periode organogenesis, agar terjadi morfogenesis yang normal akan tetapi bila kompensasi itu gagal dan tidak dapat mencapai target pada tahap organogenesis maka akan terjadi malformasi atau cacat bawaan (Tuchmann, 1975). Agen teratogenik dosis tinggi akan menyebabkan kematian sel dalam jumlah tinggi sehingga terjadi embrioletalis (Ritter, 1977). Agen teratogenik salah satunya yaitu rokok. Rokok merupakan silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (variasi bergantung kepada negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicincang. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara supaya asapnya dapat dihisap melalui mulut pada ujung yang lain (Aditama, 1992). Beberapa bahan kimia yang terkandung di dalam rokok: Nikotin, kandungan yang menyebabkan perokok merasa tenang. Tar, yang terdiri dari lebih dari 4000 bahan kimia yang mana 60 bahan kimia di antaranya bersifat karsinogen. Sianida, sebagian kimia yang mengandung kumpulan cyano. Benzene, juga dikenali sebagai bensol, bahan kimia organik yang mudah terbakar dan tidak berwarna. Cadmium, logam yangsangat beracun dan radioaktif. Metanol (alkohol kayu), alkohol yang paling mudah yang juga dikenali sebagai metil alkohol. Asetilena, merupakan sebagian kimia yang juga merupakan hidrokarbon alkuna yang paling sederhana. Amonia, boleh ditemui di mana-mana, tetapi sangat beracun dalam kombinasi dengan unsurunsur tertentu. Formaldehid, zat cair yang sangat beracun yang digunakan untuk mengawetkan mayat. Hidrogen sianida, racun yang digunakan sebagai fumigan untuk membunuh semut. Zat ini juga digunakan sebagai bahan pembuat plastik dan racun perosak. Arsenik, bahan yang terdapat dalam racun tikus. Karbon monoksida, bahan kimia toksik yang ditemui dalam asap buangan kereta (Aditama, 1992). Salah satu kandungan bahan kimia dalam asap rokok yang dapat mempengaruhi implantasi adalah nikotin. Pemberian nikotin secara langsung maupun tidak langsung dapat menghambat proses pembelahan sel, menghambat pembentukan blastosit, dan mencegah terjadinya implantasi bahkan mengganggu masuknya embrio ke rongga rahim. Nikotin dalam asap rokok dicurigai sebagai neuroteratogen terhadap janin. Dalam tubuh manusia, 80% dari nikotin dimetabolisme menjadi kotinin oleh enzym CYP2A6, juga mengaktivasi asap rokok prokarsinogen. (4-methylnitrosamino)-1 -(3pyridil)-l(butanone). Asap rokok berdampak pada pertumbuhan janin melalui beberapa mekanisme, beberapa bahan dalam asap rokok misalnya nikotin, CO dan Polycyclic aromatic hydrocarbon, diketahui dapat menembus plasenta. Beberapa campuran telah diidentifikasi dalam janin baru lahir dari perokok dan terpejan asap rokok. CO mempunyai afinitas mengikat hemoglobin membentuk karboksihemoglobin yang menurunkan kapasitas transport oksigen ke janin (hypoxia). Studi lain juga menggambarkan bahwa selain ibu yang merokok, bila ayah yang merokok ternyata juga berhubungan dengan pertumbuhan janin yang terlambat. Ayah yang merokok berhubungan dengan penurunan berat bayi lahir sebesar 112 gram (Card dan Mitchell 1979). Menurut Soeradi (1995), tikus betina yang dipaparkan asap rokok kretek selama 15 hari, setelah dikawinkan menunjukkan peningkatan kelainan dan gangguan pada janin secara bermakna, ini disebabkan karena tingginya kadar nikotin dan tar dalam asap rokok. Komponen lain yang mempengaruhi kegagalan implantasi menurut Zenze (2000) adalah kadmiun. Menurut Soeradi (1995), kadmiun merupakan salah satu komponen karsinogenik utama dalam tar yang dapat menyebabkan kegagalan dalam proses implantasi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahmadina tahun 2008, mengatakan bahwa pemberian ekstrak air tembakau rokok pada dosis 2 mg/kgBB terhadap mencit selama periode kritis kehamilan (hari ke 6-15 kehamilan) mengakibatkan penurunan persentase kenaikan berat badan induk mencit menjadi 38,8% dibanding kontrol negatif yaitu 51,7 %. B. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian yang dilakukan oleh Lila (2007), tentang "Uji Teratogenitas Ekstrak Air Tembakau Rokok Kretek pada Mencit" diperoleh hasil pemberian ekstrak air tembakau rokok pada dosis 1 mg/KgBB, 1,5 mg/KgBB, dan 2 mg/kgBB terhadap mencit selama periode kritis kehamilan (hari ke 6-15 kehamilan) mengakibatkan terjadinya tapak resorpsi, kematian pada fetus dan cacat kelopak mata. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Yanita (2014), tentang "Penentuan Aktivitas Antioksidan dan Kadar Senyawa Fenolat Total pada Buah Anggur Merah (Vitis vinifera Linn.) dan Anggur Hijau (Vitis vinifera Linn. Var. Chinsiang)" menyimpulkan bahwa pada uji aktivitas antioksidan didapatkan pada anggur merah 5,763 g/ml, sedangkan pada anggur hijau 5,026 g/ml. C. Rancangan Penelitian 1. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental untuk mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh jus buah anggur merah terhadap efek teratogen dari paparan asap rokok pada mencit hamil. Rancangan eksperimen yang digunakan untuk penelitian ini adalah Post Test Only Control Group Design dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Dengan randomisasi sederhana penelitian ini membagi sampel menjadi tiga kelompok, yaitu satu kelompok kontrol negatif, satu kelompok kontrol positif dan satu kelompok perlakuan. Pengukuran dilakukan pada post test, dengan membandingkan hasil penghitungan berat badan mencit selama kehamilan, berat badan fetus, jumlah fetus yang mati, kecacatan dan resopsi pada fetus yang diberi paparan asap rokok dengan pemberian jus buah anggur merah dan paparan asap rokok. 2. Variabel Penelitian a. Variabel bebas Variabel bebas merupakan variabel yang berada bersama variabel lain dan variabel ini dapat berubah dalam variasinya. Pada penelitian ini yang menjadi variable bebas, adalah pemberian jus buah anggur merah (Vitis vinifera Linn.) konsentrasi 50% v/v; 75% v/v; dan 100%v/v yang diberikan pada mencit hamil. b. Variabel tergantung Variabel tergantung merupakan variabel yang dapat berubah karena variabel bebas. Pada penelitian ini yang ditetapkan sebagai variabel tergantung adalah berat badan mencit selama kehamilan, berat badan fetus, jumlah fetus yang mati, kecacatan dan resorpsi pada fetus. c. Variabel terkendali Variabel terkendali adalah variabel yang keberadaannya merupakan prasyarat bagi bekerjanya suatu variabel bebas terhadap variabel tergantung. Variabel terkendali meliputi (1) Tanaman didapatkan pada daerah yang sama. (2) Jenis kelamin, galur, umur dan berat badan hewan uji sama yaitu mencit hamil, galur swiss webster, 2 - 3 bulan, 20- 30g. (3) Tempat pemeliharaan dan cara pemeliharaan dikondisikan sama antara kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol. (4) Jenis dan jumlah pakan kelompok perlakuan sama dengan kelompok kontrol. (5) Waktu saat perlakuan dibuat sama. 3. Sampel serta teknik pengambilannya Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah mencit hamil galur Swiss Webster umur 2-3 bulan dengan berat rata-rata 20-30g sebanyak 27 ekor. Untuk menentukan jumlah sampel hewan uji menggunakan rumus Federer (Maryanto dan Fatimah, 2004). (n- 1)(k- 1) > 15 Keterangan : n = jumlah sampel k = kelompok sampel Sampel dibagi menjadi 5 kelompok, sehingga : (n- 1) (k- 1) > 15 (n-1)( 5-1 >15 4(n-1) >15 4n – 4 > 15 4n > 15 + 4 4n > 19 n > 4,75~ 5 Teknik pengambilan sampel dengan cara random dimana pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. D. Kerangka Teori Kehamilan Praimplantasi Implantasi Lycopene Embrio Vitamin E Organogenesis Asap rokok Tidak terbentuk radikal bebas Gambar 2.3 Kerangka Teori E. Kerangka Konsep Variabel bebas variabel tergantung Jus anggur merah Efek antioksidan Gambar 2.4. Kerangka Konsep F. Hipotesis 1. Pemberian jus buah anggur merah (Vitis vinifera Linn.) selama kehamilan berpengaruh terhadap mencit hamil yang terpapar asap rokok dilihat dari berat badan mencit selama kehamilan, berat badan fetus, jumlah kematian fetus, dan jumlah kecacatan. 2. Pada konsentrasi tertentu jus buah anggur merah (Vitis vinifera Linn.) berpengaruh terhadap mencit hamil yang terpapar asap rokok sebanding dengan vitamin E dosis 0,2ml/kgBB. BAB III METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. Alat Alat untuk pembuatan jus buah anggur merah meliputi Juicer, saringan jus dan beaker glass. Alat untuk uji farmakologi yaitu kandang hewan, timbangan tikus, alat bedah hewan percobaan (scalpel, pinset, gunting, dan jarum), sonde lambung, dan spuit 3 ml. Alat untuk pengenceran bahan yaitu pipet ukur, beaker glass, gelas ukur, dan labu takar. 2. Bahan a. Tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah buah anggur merah yang diperoleh di pasar Ungaran. b. Makanan mencit yaitu pakan standar BR-2 dan minuman untuk mencit. c. Asap rokok yang diperoleh dari rokok X. d. Mencit hamil galur Swiss Webster berumur 2-3 bulan dengan berat badan 20-30g diperoleh dari peternakan mencit di daerah Bandungan. e. Senyawa kimia: vitamin E, kloroform, alkohol 70%, aquadest, ammonium sulfat 10%. B. Prosedur Penelitian 1. Determinasi Tanaman Determinasi dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Bioteknologi Jurusan Biologi Fakultas MIPA UNDIP untuk mengetahui kebenaran dari buah anggur merah (Vitis vinifera Linn.) dan menghindari kesalahan dalam pengumpulan bahan utama penelitian dan mencegah kemungkinan tercampur dengan bahan lain. 2. Pembuatan Asap Rokok Asap rokok digunakan sebagai bentuk paparan radikal bebas. Rokok yang digunakan adalah jenis kretek. Setiap 3 ekor mencit dimasukkan dalam kotak dengan ukuran 30 x 15 x 15 cm dengan menggunakan spuit yang ujungnya diberi rokok yang dibakar, dipapar 1 batang rokok/hari. 3. Pembuatan Jus Anggur Merah Buah anggur merah diperoleh dari Pasar Ungaran, Kabupaten Semarang. Buah anggur merah yang masih segar diambil dan dicuci sampai bersih dengan air mengalir untuk menghilangkan kotoran. Buah anggur merah ditimbang sebanyak 150g kemudian dipotong kecil-kecil, kemudian dimasukkan kedalam juicer untuk diambil sarinya. Jus buah anggur merah dimasukkan kedalam beaker glass. Berdasarkan orientasi didapatkan sari buah anggur merah dalam 150g sebanyak 81ml kemudian dibagi menjadi tiga konsentrasi yaitu 100% v/v; 75% v/v; dan 50% v/v. Sehingga perhitungan dalam penelitian ini sebagai berikut : 150g buah anggur merah 81ml a. Konsentrasi 100% v/v C1xV1 100 % x V1 V2 = C2xV2 =100% x 50ml = 50ml Pembuatan stok konsentrasi 100% v/v dengan cara memipet 50ml jus anggur merah. Pemberian 0,5 ml/20gBB. b. Konsentrasi 75% v/v C1xV1 100 % x V1 V2 = C2xV2 = 75% x 50ml = 37,5ml Pembuatan stok konsentrasi 75% v/v dengan cara memipet 37,5ml jus anggur merah dan aquadest ad 50ml. Pemberian0,5 ml/20gBB. c. Konsentrasi 50% v/v C1xV1 100% x Vl V1 = C2xV2 = 50% x 50ml = 25ml Pembuatan stok konsentrasi 50% v/v dengan cara memipet 25ml jus anggur merah dan aquadest ad 50ml. Pemberian 0,5 ml/20gBB. 4. Perhitungan Dosis Vitamin E Dosis vitamin E ditentukan berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rahmadina (2008) Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang, bahwa dosis 130 IU/20gBB mencit terbukti sebagai antiteratogen. Dosis vitamin E untuk mencit (20g) = 130 IU = 87mg Stok 1 kapsul vit. E = = , , , = 370,5mg/ml Dalam 1 ml mengandung 370,5mg vitamin E. Volume Pemberian = = , / = 0,234ml = 0,2ml 5. Prosedur Kerja Subyek penelitian sebanyak 25 ekor mencit hamil, dibagi ke dalam 5 kelompok secara random, yaitu kelompok kontrol negatif (K1), kelompok kontrol positif (K2) dan tiga kelompok perlakuan (P). Kelompok kontrol negatif (K1) diberi asap rokok selama kehamilan hari ke 5 sampai 15 kehamilan. Kelompok kontrol positif (K2) diberi vitamin E dosis 130 IU dan paparan asap rokok, sedangkan kelompok perlakuan pertama (P1) diberi jus anggur merah dengan konsentrasi 100%v/v dosis 0,5ml/20gBB mencit dan paparan asap rokok, kelompok perlakuan kedua (P2) diberi jus anggur merah konsentrasi 75%v/v dosis 0,5ml/20gBB mencit dan paparan asap rokok dan kelompok perlakuan ketiga (P3) diberi jus anggur merah konsentrasi 50%v/v dosis 0,5ml/20gBB mencit dan paparan asap rokok. Pemberian vitamin E dan jus anggur merah dilakukan sebelum paparan asap rokok. Asap rokok diberikan setiap hari, dimulai pada kehamilan hari ke 5 sampai 15 kehamilan. Kelima kelompok ditimbang berat badannya setiap hari. Kemudian, hari ke 19 kelima kelompok mencit dikorbankan dengan cara laparaktomi, untuk diambil fetus. Jumlah implantasi dicatat yang terdiri dari jumlah fetus yang mati, jumlah fetus yang cacat, dan jumlah fetus yang resorpsi. Selanjutnya dilakukan pengamatan dengan menimbang berat badan fetus. Pengamatan embrio yang diresorpsi dilakukan dengan metode Harleman (1979) yaitu ditetesi ammonium sulfat 10%, ditunggu selama 10 menit diamati bekas implantasinya. 25ekor mencit hamil Randomisasi Kelompok 1 (5Ekor) Kelompok 2 (5 Ekor) Kelompok 3 (5 Ekor) Kelompok 4 (5 Ekor) Kelompok 5 (5 Ekor) Kontrol negatif (-) Kontrol positif (+) Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3 Dipaparkan asap rokok selama kehamilan hari ke 5 sampai 15. Diberi vitamin E dosis 130 IU selama kehamilan hari ke 0 sampai 15 dan dipapar asap rokok dari hari kehamilan 515. Diberi jus anggur merah konsentrasi 100%v/v 0,5ml/20gBB selama kehamilan hari ke 0 sampai 15 dan dipapar asap rokok dari hari Diberi jus anggur merah konsentrasi 75%v/v 0,5ml/20gB B selama kehamilan hari ke 0 sampai 15 dan dipapar asap rokok dari hari Diberi jus anggur merah konsentrasi 50%v/v 0,5ml/20gBB selama kehamilan hari ke 0 sampai 15 dan dipapar asap rokok dari hari Timbang berat badan mencit selama periode kehamilan Laparaktomi Hari Ke-19 BB fetus, kematian fetus, kecacatan dan resorpsi pada Gambar 3.1 Skema Alur Penelitian C. Analisis Data Data yang diperoleh berupa berat badan mencit selama kehamilan, berat badan fetus, jumlah fetus yang lahir, kecacatan dan kematian pada fetus. Kecacatan fetus dilihat dari lengkap tidaknya organ tubuh seperti kaki, tangan, mata, ekor, dan telinga, kemudian dianalisis dengan SPSS 17.0 for Windows dengan taraf 95% kepercayaan. Untuk mengetahui normalitas data dengan menggunakan uji Shapiro-wilk karena jumlah sampel kecil (< 50). Data dikatakan terdistribusi normal jika p > 0,05 dan data dikatakan tidak terdistribusi normal jika p < 0,05. Kemudian dilanjutkan dengan uji Levene'stest (untuk mengetahui homogenitas data). Jika nilai p > 0,05 maka data yang diuji adalah homogen dan jika p < 0,05 maka data dikatakan tidak homogen. Kemudian jika data homogen dan terdistribusi normal, maka data dianalisa dengan statistik parametrik ANOVA satu jalan kemudian dilanjutkan dengan uji LSD. Apabila data tidak homogen dan tidak terdistribusi normal, data dianalisa dengan statistik nonparametrik menggunakan Kruskal-Wallis kemudian dilanjutkan dengan uji MannWhitney (Dahlan, 2011). BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman Determinasi tanaman merupakan langkah awal yang dilakukan dalam penelitian. Determinasi terhadap tanaman yang akan diteliti ini bertujuan untuk mengidentifikasi tanaman yang akan digunakan dalam penelitian sehingga peneliti yakin bahwa tanaman tersebut adalah benar-benar tanaman yang dimaksud untuk diteliti, sehingga kesalahan dalam pengambilan tanaman yang akan diteliti dapat dihindari. Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Diponegoro Semarang. Hasil determinasi tanaman dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermathopyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (Tumbuhan berkeping dua/dikotil) Sub Kelas : Rosidae Ordo : Rhamnales Famili : Vitaceae Genus : Vitis Spesies : Vitis vinifera L. Kunci Determinasi: Buah Import, tidak ada kunci identifikasi dalam Steenis (1992) maupun Backer & Backuizen (1987) (lampiran I). B. Persiapan Bahan dan Pembuatan Jus Buah Anggur Merah Bahan baku buah anggur merah yang digunakan berasal dari daerah Ungaran, Kabupaten Semarang. Buah anggur merah yang masih segar dicuci bersih dengan air mengalir untuk menghilangkan kotoran. Kemudian ditiriskan untuk menghilangkan air yang mengalir. Buah anggur merah ditimbang kemudian dipotong kecil-kecil, dimasukkan kedalam juicer selanjutnya di juicer dan ditampung sarinya. Jus anggur merah dimasukkan kedalam beaker glass. Hasil dari buah anggur merah yang telah di juicer lalu dibuat dalam tiga konsentrasi yaitu konsentrasi 100%v/v, 75%v/v dan 50%v/v. Metode juicer dipilih karena memiliki fungsi untuk menghancurkan makanan atau buah-buahan dan memudahkan menakar buah jus yang akan dikonsumsi, serta akan mempertahankan nutrisi yang ada di dalam makanan atau buah-buahan itu sendiri. Selain itu jus yang dihasilkan oleh juicer memiliki nilai gizi yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan blender (Voight, 1995). C. Mengawinkan dan Pengelompokan Hewan Uji Mencit betina dikawinkan dengan mencit jantan secara alami dengan cara menyatukan mencit betina dan mencit jantan dalam satu kandang dengan perbandingan 3 betina dan 1 jantan. Mencit jantan dimasukkan ke kandang mencit betina pada pukul empat sore dan dipisahkan lagi besok paginya. Bila ditemukan sumbat vagina dan adanya sekret kuning berarti mencit telah mengalami kopulasi dan berada pada hari kehamilan ke nol. Mencit yang telah hamil dipisahkan dan yang belum kawin dicampur kembali dengan mencit jantan (Almahdy, 2004). Tujuan mengawinkan mencit yaitu untuk mengendalikan kemungkinan adanya mencit yang tidak hamil, memastikan mencit yang diberi perlakuan bunting mulai hari ke 0, dan memastikan mencit berada pada kehamilan yang sama. Karena dikhawatirkan jika tidak mengawinkan sendiri, mencit yang digunakan bisa saja tidak hamil atau usia kehamilan mencit bukan hari ke 0. Mencit betina yang terbukti bunting dikelompokkan secara acak dengan cara penomoran agar mencit yang digunakan dapat mewakili populasi keseluruhan. D. Pemberian Asap Rokok Asap rokok digunakan sebagai bentuk paparan radikal bebas. Rokok yang digunakan adalah rokok kretek merk X. Salah satu kandungan bahan kimia dalam asap rokok yang dapat mempengaruhi implantasi adalah nikotin. Pemberian nikotin secara langsung maupun tidak langsung dapat menghambat proses pembelahan sel, menghambat pembentukan blastosit, dan mencegah terjadinya implantasi bahkan mengganggu masuknya embrio kerongga rahim (Card dan Mitchell 1979). Tiga (3) ekor mencit dimasukkan dalam kotak dengan ukuran 30 x 15 x 15 cm kemudian pada bagian tengahnya diberi sekat dengan menggunakan anyaman kawat dengan lubang kecil. Kotak tersebut diberi lubang kecil sebanyak 4 lubang sebagai fentilasi yang bertujuan agar mencit yang diberi perlakuan tidak mati karena tidak adanya sirkulasi udara. Pemaparannya dengan cara kotak diberi lubang kecil seukuran spuit injeksi 5ml. Setelah itu, pemaparan asap rokok diberikan dengan cara rokok yang sudah dibakar ujungnya disambungkan dengan spuit injeksi 5ml agar memudahkan dalam pemaparan dengan cara memompa spuit injeksi tersebut. Setiap satu kotak mencit terdiri dari 3 ekor mencit. Pemaparan asap rokok menggunakan satu batang rokok perhari. E. Tahap Penelitian Subyek penelitian sebanyak 25 ekor mencit betina hamil dimulai dari hari ke 0, dibagi kedalam 5 kelompok secara random, yaitu kelompok kontrol negatif (K1), kelompok kontrol positif (K2), dan tiga kelompok perlakuan. Dari 5 kelompok dilakukan penimbangan dari hari ke 0 sampai hari ke 18 dengan tujuan utuk mengetahui persentase kenaikan berat badan induk mencit selama kehamilan. Dilanjutkan dengan pemberian vitamin E dosis 130 IU sebanyak 0,2ml/20gBB pada kontrol positif dimana fungsi vitamin E sebagai antioksidan. Pada perlakuan I diberi jus buah anggur merah dimana fungsi jus ini sama dangan fungsi vitamin E yaitu sebagai antioksidan. Pemberian jus buah anggur merah pada perlakuan I dengan konsentrasi 100%v/v dan volume pemberian 0,5ml/20gBB, perlakuan II jus buah anggur merah konsentrasi 75%v/v dengan volume pemberian 0,5ml/20gBB, dan perlakuan III jus buah anggur merah konsentrasi 50%v/v dengan volume pemberian 0,5ml/20gBB. Pemberian perlakuan dimulai dari kehamilan hari ke 0-15. Tujuan perlakuan tersebut yaitu sebagai prefentif (pencegahan) terjadinya efek teratogen dilihat dari variabel yang diteliti (berat badan induk mencit, berat badan fetus, jumlah fetus yang lahir, kecacatan dan kematian pada fetus). Pada masa kehamilan hari ke 5-15, 5 kelompok masing-masing diberi perlakuan. Kelompok kontrol negative diberi perlakuan pemaparan asap rokok, kelompok kontrol positif diberi perlakuan vitamin E, dan pemberian jus buah anggur merah pada perlakuan I, II, dan III. Pemaparan asap rokok diberikan pada tiap-tiap kelompok. Tujuan diberikannya paparan asap rokok pada masa kehamilan 5-15 yaitu pada masa ini dimulainya pembentukan organogenesis. Kelompok perlakuan masing-masing dilakukan pembedahan pada hari ke 18 dan dilakukan pengamatan yang terdiri dari berat badan mencit selama kehamilan, berat badan fetus, jumlah fetus yang lahir, kematian dan kecacatan pada fetus. Pada proses pembedahan dan penelitian, tidak ditemukan resorpsi (bekas implantasi) pada fetus setelah direndam menggunakan larutan ammonium sulfat 10%, dan tidak ditemukan kematian pada fetus, Pemaparan asap rokok pada kontrol negatif fungsinya sebagai pembanding terjadinya teratogen. Kontrol negatif digunakan sebagai pembanding dengan kontrol positif. Untuk melihat apakah ada perbedaan antara tidak diberi perlakuan dengan adanya perlakuan. Kontrol positif yang digunakan adalah vitamin E yang berfungsi sebagai antioksidan. Mekanisme vitamin E sebagai antioksidan yaitu dengan memutuskan rantai peroksida lipid yang banyak muncul karena adanya reaksi antara lipid dan radikal bebas dengan cara menyumbangkan satu atom hidrogen dari gugus OH pada cincinnya ke radikal bebas, sehingga terbentuk radikal vitamin E yang stabil dan tidak merusak. Pemberian jus buah anggur merah pada perlakuan I, II,dan III ialah untuk mengetahui pada dosis berapa efek yang sebanding dengan kontrol positif. Kandungan jus buah anggur merah yang fungsinya sebagai antioksidan adalah likopen. F. Hasil Penelitian 1. Data PKBP ( Purata Kenaikan Berat Badan Per hari) Penelitian dilakukan selama kurang lebih 23 hari dimulai dari proses mengawinkan mencit. Masa kebuntingan mencit antara 17-22 hari (Wilson dan Warkany, 1965). Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran berat badan induk mencit selama kehamilan. Pada masa-masa kebuntingan induk mencit yang sehat akan selalu mengalami peningkatan berat badan karena perkembangan janin yang dikandungnya, setiap harinya semakin sempurna. Pertumbuhan berat badan mencit hamil yang normal untuk tiap harinya adalah 1gr/ekor/hari. Hal ini juga terkait dengan konsumsi pakan untuk tiap harinya adalah 10 gr/ekor/hari akan meningkatkan pertumbuhan berat badan tiap harinya sebesar 1 gr/ekor/hari (Martijo, 1992). Tabel 4.1. Nilai Purata Kenaikan Berat Badan Per Hari (PKBP) Mencit Hamil Kelompok Rata – rata PKBP (gram) ±SD Kontrol negatif 0,7 0,07 Kontrol positif 0,6 0,11 Konsentrasi 100%v/v 0,9 0,11 Konsentrasi 75%v/v 0,6 0,11 Konsentrasi 50%v/v 0,7 0,04 Tabel 4.1 menunjukan bahwa nilai rata-rata PKBP dari semua perlakuan tidak mendekati nilai standarisasi yaitu 1 gram yang menunjukkan adanya penurunan pada nilai purata kenaikan berat badan per hari (PKBP). Hasil rata-rata berat badan fetus mencit diatas menunjukkan adanya perbedaan dengan nilai standarisasi berat badan fetus yang kurang dari 1 gram. Setelah pengukuran terhadap PKBP, selanjutnya data tersebut dianalisa secara statistik. Untuk mengetahui hasil normalitas data dapat diketahui dengan menggunakan Uji Shapiro Wilk, hasil dapat dilihat pada tabel 4.2. Uji Shapiro Wilk digunakan karena sampelnya kurang dari 50. Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas Purata Kenaikan Berat Badan Per Hari (PKBP) Kelompok PKBP Induk Mencit (p) Keterangan Kontrol negatif 0,325 Normal Kontrol positif 0,814 Normal Konsentrasi 100%v/v 0,814 Normal Konsentrasi 75%v/v 0,814 Normal Konsentrasi 50%v/v 0,000 Tidak normal Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai signifikansi PKBP tidak normal pada konsentrasi 50%v/v dengan nilai 0,000. Dikatakan tidak normal jika nilainya kurang dari 0,05 (p<0,05). Dilanjutkan dengan uji levene’s test (untuk mengetahui homogenitas data). Hasil uji homogenitas varian menggunakan levene’s test dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3. Hasil Uji Homogenitas Purata Kenaikan Berat Badan Per Hari (PKBP) Mencit Hamil Data PKBP sig (p) 0,241 Keterangan Homogen Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa nilai signifikansi PKBP 0,241 (P>0,05) ini menunjukkan bahwa data diperoleh dari varian yang sama (homogen). Selanjutnya dilakukan uji kruskal wallis test karena data tidak terdistribusi normal pada uji normalitas. Uji kruskal wallis berguna untuk menentukan adakah perbedaan signifikan secara statistik antara dua atau lebih kelompok variabel. Hasil uji kruskal wallis test dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4. Nilai uji Kruskal-Wallis terhadap PKBP Data PKBP Sig (p) 0,626 Hasil analisa kruskal-wallis menunjukkan bahwa nilai signifikansi PKBP 0,626 (p>0,05) yang artinya menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan perlakuan yang bermakna antar kelompok, sehingga tidak ada uji lebih lanjut untuk mengetahui perbedaan antar kelompok. Dalam penelitian ini dapat dilihat berat badan induk mencit mengalami penurunan dilihat dari data purata kenaikan berat badan per hari (PKBP), dikarenakan nikotin pada asap rokok dapat memicu efek adrenalin pada otot perut sehingga dapat menekan rasa lapar dan mengurangi nafsu makan serta nikotin juga dapat mempengaruhi kebiasaan makan seseorang sehingga menyebabkan penurunan asupan makanan. Adanya peningkatan zat karbon monoksida dalam darah menyebabkan penurunan kadar oksigen dalam darah. Seperti diketahui fungsi oksigen adalah untuk mengangkut zat-zat makanan kedalam seluruh tubuh serta membakar bahan makanan dalam sel, jika oksigen dalam darah berkurang dapat menyebabkan pembelahan zat-zat biomolekul dalam tubuh berkurang seperti karbohidrat, protein dan lemak sehingga dapat menyebabkan penurunan berat badan (Aditama, 1997). 2. Data Rata-rata Berat Badan Fetus Mencit Berat badan adalah parameter penting untuk mengetahui pengaruh senyawa asing terhadap fetus, ditunjukkan dengan penurunan berat fetus. Laju pertumbuhan dan perkembangan fetus menentukan variasi ukuran anakan. Rerata berat anakan mencit normal pada umur kehamilan hari ke18 adalah 1,4 gram (Wilson dan Warkany, 1965). Tabel 4.5. Rata-Rata Berat Badan Fetus Mencit Kelompok Rata – rata BB Fetus ±SD (gram) Kontrol negatif 0,19 0,04 Kontrol positif 0,91 0,03 Konsentrasi 100%v/v 1,05 0,07 Konsentrasi 75%v/v 0,55 0,06 Konsentrasi 50%v/v 0,86 0,09 Tabel 4.5 menunjukan bahwa nilai rata-rata BB Fetus, paling besar pada konsentrasi 100%v/v yaitu 1,05 ±SD 0,07. Dari rata-rata berat badan fetus nilai keseluruhan kurang dari standar 1,4. Hal ini disebabkan karena nikotin dalam asap rokok menyebabkan pembuluh tali pusat (plasenta) dan uterus menyempit sehingga akan menurunkan jumlah oksigen yang diterima oleh janin (Xiau, 2000). Dilanjutkan dengan uji normalitas pada tabel 4.6. Table 4.6. Hasil Uji Normalitas Berat Badan Fetus Mencit Kelompok BB Fetus (p) Keterangan Kontrol negatif 0,203 Normal Kontrol positif 0,775 Normal Konsentrasi 100% 0,325 Normal Konsentrasi 75% 0,773 Normal Konsentrasi 50% 0,788 Normal Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai signifikansi BB fetus keseluruhan nilainya lebih dari 0,05 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa data terdistribusi normal. Dilanjutkan dengan uji homogenitas pada tabel 4.7. Tabel 4.7. Hasil Uji Homogenitas Data Rata-rata Berat Badan Fetus Mencit Hamil Data Berat badan fetus Sig (p) 0,015 Keterangan Tidak Homogen Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa nilai signifikansi PKBP 0,015 (P<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa data tidak diperoleh dari varian yang sama (tidak homogen). Karena data tidak terdistribusi normal, dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis untuk menentukan adakah perbedaan signifikan secara statistik antara dua atau lebih kelompok variabel. Hasil uji Kruskal Wallis dapat dilihat pada tabel 4.8. Tabel 4.8. Nilai p uji Kruskal-Wallis terhadap BB Fetus Mencit Data BB janin Sig (p) 0,000 Hasil analisa Kruskal Wallis menunjukkan bahwa nilai signifikansi BB fetus 0,000 (p<0,05) menunjukkan adanya perbedaan perlakuan yang bermakna antar kelompok. Untuk mengetahui perbedaan antara kelompok, dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney pada tabel 4.9. Tabel 4.9. Hasil uji Mann-Whitney BB Fetus Kelompok Perlakuan Kontrol (-) vs kontrol(+) Kontrol (-) vs konsentrasi 100%v/v Kontrol (-) vs konsentrasi 75%v/v Kontrol (-) vs konsentrasi 50% Kontrol (+) vs konsentrasi 100% Kontrol (+) vs konsentrasi 75% Kontrol (+) vs konsentrasi 50% Konsentrasi 100%v/v vs Konsentrasi 75%v/v Konsentrasi 100%v/v vs Konsentrasi 50% Konsentrasi 75% vs Konsentrasi 50%v/v Keterangan : Signifikansi (p) 0,008 0,008 Keterangan Berbeda bermakna Berbeda bermakna 0,008 Berbeda bermakna 0,008 Berbeda bermakna 0,008 Berbeda bermakna 0,008 Berbeda bermakna 0,548 Tidak berbeda bermakna 0,008 Berbeda bermakna 0,008 Berbeda bermakna 0,008 Berbeda bermakna Kontrol negatif : Paparan asap rokok Kontrol positif : Vitamin E dosis 0,2ml/20gBB Konsentrasi 100%v/v : Jus buah anggur merah Vp 0,5ml/20gBBmencit Konsentrasi 75%v/v : Jus buah anggur merah Vp 0,5ml/20gBBmencit Konsentrasi 50%v/v : Jus buah anggur merah Vp 0,5ml/20gBBmencit Tabel 4.9. hasil uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa kelompok kontrol negatif berbeda bermakna dengan kontrol positif, konsentrasi 100%v/v, 75%v/v dan 50%v/v (p<0,05) yang dilihat dari berat badan fetus mencit. Kelompok kontrol positif berbeda bermakna dengan konsentrasi 100%v/v dan konsentrasi 75%v/v yang dilihat dari berat badan fetus mencit. Kelompok kontrol positif tidak berbeda bermakna dengan konsentrasi 50%v/v yang menunjukkan bahwa kelompok kontrol positif dan konsentrasi 50%v/v memiliki efek antiteratogen yang sebanding bila dilihat dari berat badan fetus yang meningkat. Penyebab peningkatan berat badan fetus ini dikarenakan bahan makanan yang dibawa melalui darah induk mencit sampai kedalam darah fetus diterima dengan baik sehingga kebutuhan nutrisi dan gizi yang dibutuhkan fetus tercukupi sehingga menyebabkan pertumbuhan yang normal. Pemberian nikotin secara langsung maupun tidak langsung dapat menghambat proses pembelahan sel, menghambat pembentukan blastosit, dan mencegah terjadinya implantasi bahkan menganggu masuknya embrio ke rongga rahim. Nikotin dalam asap rokok dicurigai sebagai neuroteratogen terhadap janin. Asap rokok berdampak pada pertumbuhan janin melalui beberapa mekanisme, beberapa bahan dalam rokok misalnya nikotin, CO dan Polycyclic aromatic hydrocarbon, diketahui dapat menembus plasenta. Beberapa campuran telah diidentifikasi dalam janin baru lahir dari perokok dan terpejan asap rokok. Studi lain juga menggambarkan bahwa selain ibu yang merokok, bila ayah yang merokok ternyata juga berhubungan dengan pertumbuhan janin yang terlambat. Ayah yang merokok berhubungan dengan penurunan berat bayi lahir sebesar 112 gram (Card dan Mitchell 1979). 3. Data Jumlah Fetus Setelah penimbangan berat badan fetus kemudian dihitung jumlah fetus tiap kelompok perlakuan. Normalnya mencit menghasilkan jumlah anak yang cukup banyak yaitu 5-10 ekor (Anonim, 2009). Tabel 4.10. Rata-Rata Jumlah Fetus Mencit Kelompok Rata–rata Jumlah Fetus ±SD Kontrol negatif 5,2 2,38 Kontrol positif 7,6 2,07 Konsentrasi 100%v/v 4,6 0,89 Konsentrasi 75%v/v 6 1,58 Konsentrasi 50%v/v 6,4 2,07 Tabel 4.10. menunjukan bahwa nilai rata-rata jumlah fetus mencit paling rendah pada konsentrasi 100%v/v 4,6 ±SD 0,89, hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi 100%v/v nilainya kurang dari standar 5 – 10 ekor tiap kelahiran pada tiap ekor mencit. Perbedaan jumlah fetus dapat dipengaruhi oleh faktor genetik, ukuran masing-masing fetus bervariasi serta adanya kerentanan genetik yang berbeda, jadi pemberian asap rokok tidak menjadi faktor utama dan satu-satunya sebagai patokan berkurangnya jumlah fetus sebagai efek teratogen. Dilanjutkan dengan uji normalitas pada tabel 4.11. Tabel 4.11. Hasil Uji Normalitas Data Rata-rata Jumlah Fetus Mencit Kelompok Jumlah Fetus (p) Keterangan Kontrol negatif 0,294 Normal Kontrol positif 0,171 Normal Konsentrasi 100%v/v 0,046 Tidak normal Konsentrasi 75%v/v 0,967 Normal Konsentrasi 50%v/v 0,754 Normal Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai signifikansi berat badan fetus tidak normal terdapat pada konsentrasi 100%v/v 0,046, nilainya kurang dari 0,05 (p<0,05). Dilanjutkan dengan hasil uji homogenitas yang dapat dilihat pada tabel 4.12 Tabel 4.12. Hasil Uji Homogenitas Data Rata-rata Jumlah Fetus Mencit Data Jumlah fetus mencit Sig (p) 0,386 Keterangan Homogen Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa nilai signifikansi ratarata jumlah fetus 0,386 (P>0,05) ini menunjukkan bahwa data diperoleh dari varian yang sama (homogen). Karena data tidak terdistribusi normal, dilakukan uji kruskal wallis test untuk mengetahui adakah perbedaan signifikan secara statistik antara dua atau lebih kelompok variabel. Tabel 4.13. Nilai p uji Kruskal-Wallis terhadap Rata-rata Jumlah Fetus Mencit Data Jumlah fetus Sig (p) 0,137 Hasil analisa kruskal-wallis menunjukkan bahwa nilai signifikansi jumlah fetus 0,137 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan perlakuan yang bermakna antar kelompok. Pemaparan asap rokok yang paling berpengaruh yaitu pada indikator berat badan fetus mencit yang dilihat dari hasil uji Mann-Whitney dengan nilai signifikansi kurang dari 0,05 (p<0,05) pada konsentrasi 50%v/v yang menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang bermakna. Hasil tersebut memberikan pengertian bahwa adanya perbedaaan dalam setiap perlakuan. Asap rokok memberikan pengaruh pada ketiga indikator dilihat dari hasil penelitian yaitu PKBP induk mencit, BB janin dan jumlah janin. Akan tetapi indikator yang paling berpengaruh yaitu pada indikator BB janin dengan konsentrasi 50%v/v. Dari hasil penelitian bila dilihat pada nilai ratarata PKBP induk mencit secara keseluruhan menunjukkan kenaikan yang tidak terlalu signifikan tetapi nilainya tidak berbeda jauh. Pada indikator BB janin nilai yang paling mendekati standar yaitu pada konsentrasi 50%v/v. Sedangkan pada indikator jumlah janin menunjukkan jumlah yang kurang dari nilai normal. Hal ini menunjukkan keterkaitan antara BB janin yang mendekati nilai standar dengan jumlah janin yang sedikit. Semakin besar bobot janin menunjukkan asupan nutrisi dari induk mencit tercukupi, yang juga dipengaruhi oleh jumlah janin yang sedikit. Perlakuan dengan konsentrasi 50%v/v pada indikator BB janin menunjukkan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan konsentrasi 75%v/v dan 100%v/v. Kondisis ini dapat dikaitkan dengan efek negatif dari konsumsi buah anggur merah dalam jumlah berlebih bagi ibu hamil. Hal tersebut dapat disebabkan karena kandungan resveratrol yang tinggi dalam buah anggur merah berpotensi meracuni kandungan dan menyebabkan hormon di dalam tubuh tidak seimbang. Selain itu, konsumsi buah anggur berlebih pada ibu hamil juga dapat menyebabkan perut begah, kembung, maagh dan diare, dimana gejala-gejala tersebut berbahaya bagi ibu hamil (Anonim, 2013). BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Pemberian jus buah anggur merah memiliki efek dilihat dari berat badan fetus mencit yang terpapar asap rokok. 2. Pemberian jus buah anggur merah konsentrasi 50%v/v memiliki efek yang sebanding dengan vitamin E dosis 130 IU dilihat dari berat badan fetus. B. SARAN 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap efek yang ditimbulkan akibat paparan asap rokok pada organ induk mencit hamil dan janin mencit. 2. Perlu dilakukan penelitian ulang dengan tanaman yang berbeda dengan dosis rokok yang dinaikkan untuk lebih memastikan adanya efek teratogenik yang disebabkan oleh paparan asap rokok. DAFTAR PUSTAKA Aditama, Tjandra Yoga. (1992). Rokok dan Kesehatan. Jakarta : UI Press. Almahdy A., (2001). Skrining Hipokratik, Ld 50 serta Efek Teratogenitas Uncaria Gambir Roxb. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, 6(2), 47-59. Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. pp 173,187 Anonim. (2003). Teratology. http://www.teratology.org/jfs/teratologyindex.html Anonim. (2009). Efek Bahaya Asap Rokok. http://organisasi.org – Mon, 07/05/2007. Diakses tanggal 27 Mei 2009. Anonim. (2013). Dampak Negatif Mengkonsumsi Buah Anggur Dalam Jumlah Berlebih. http://polahidupsehat.web.id/kenapa-ketika-hamil-tidak-bolehmakan-anggur/. (Diakses 27 Februari 2016). Astawan M., Amdrteas L. (2008). Khasiat Makanan Mentah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, pp: 57-58. Backer, C.A & Backuizen van den Brink. (1968). Flora of Java. Vol. I & Vol. II. Noordhof N.V. Gronigen. The Netherland. Belguendouz L., Fremont L., Gozzelino MT. (1998). Interaction of Transresveratrol with Plasma Lipoproteins. Biochemical Pharmacology, 55: 811-816 Bhattacharyya, B & B.M. Johri. (1999). Flowering Plants Taxonomy and Phyllogeny. Naresa, Publishing House. New Delhi. Bruno, Richard S., dan Robelt E.C. Wildman. (2001). Handbook of Nutraceuticalsand Functional Food. London: CRC Press LCC. pp: 157168 Card, J.P., dan Mitchell, J.A. (1979). The Effects of Nicotine on Implamantation Rat. Biology of Reproduction. 20=532-539 Dahlan, S. (2011). Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Delatour, P. (1983). Chemical Induced Teratogenesis in Veterinary Pharmacologyand Toxycology. Landcasten : MTP Press Limited Boston. Fraser, V.J. (1992). Prinsip-prinsip Terapi Antimicrobial. Dalam : Woodley M. Whelan A. eds Pedoman Pengobatan. Yogyakarta :Yayasan Essentia Medica. Goldstein, A., Aronow, L., dan Kalman, S.M. (1974). Principle of Drugs Action.2nd Edition. New York : A Willey Biomedical Health Pub. Goodman, A.,dan Gilman, H. (2007). Dasar Farmakologi Terapi. Edisi ke-10. Jakarta: EGC. Greybeard, M. (2008). Grapevine DNA, The Genetic of Wine. http://reignofterrior.com/wp-content/uploads/2008/03/vitis_vinifera. (Diakses 15 Mei 2015). Gunawan, SG. (2007). Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp 786-787 Guyton, A. C. (1976). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi Ke-5 (diterjemahkan oleh Adji Dharma dan P. Lukman). Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran. Harbison, R. D. (1980). Teratogen in Toxicology the Basic Science of Poison. New York : Mac Millan Publising Co Inc. Hariyatmi. (2004). Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada usia lanjut. Jurnal MIPA UMS. 14:52-60. Harleman, Johannes H., dan Seinen, Williem. (1979). Short-Term Toxicity and Reproduction Studies in Rats with Hexachloro-(1,3)-butadiene. Toxicology and Applied Pharmacology 47,1-14. Utrecht : Diakses tanggal 21 Maret 2015. Howland, J. I. (1975). Environmental Cell Biology. Calitrina: W. A. Benjamin Inc Jacobs, R.A. (1996). Anti-infective Chemotherapeutic and Antibiotic Agents. In: Current Medical and Treatment. 35th ed. USA : Lange Med Publ. 13171365. Jang, M. (1997). Cancer Chemopreventive Activity of Resveratrol, a Natural Product Derrived From Grapes. Science, 275:218-20. Junqueira, L.C., J. Carnairo., dan R.O. Keley. (1998). Histologi Dasar. Edisi 6 (diterjemahkan oleh Jan Tambayong). Jakarta : EGC. Kopp P. (1998). Resveratrol, a Phytoestrogen Found in Red Wine. A Possible Explanation for The Conundrum of The ‘French Paradox’? European Journal of Endocrinology, 138;619-20. Krishnamurthy, S. (1983). The Intriguing Biological Role of Vitamin E,J Chem Ed, 60: 465-467. Kumolosasi, E. dkk. (2004). Efek Teratogenik Ekstrak Etanol Kulit Batang Pule (Alstonia scholaris R.Br) pada Tikus Wistar. Jurnal Matematika dan Sains. Vol 9 No 2 : 223-227. Lamid, A. (1995). Vitamin E sebagai Antioksidan. Media Litbangkes. 5(1):14-16 Lenz, W., and Knapp, K. (1962). Thalidomid Embriopathy. Arch Environ Health.5 : 100-105. Loomis, T. A. (1978). Toksikologi Dasar Edisi ke-3 (diterjemahkan oleh Donatus,I.A.). Semarang : IKIP Semarang Pres. Lu, F.C. (1995). Toksikologi Dasar : Asas, Organ Sasaran Dan Penilaian Resiko. Jakarta : UI Press. Lyn, P. (2006). Lead toxicity part 2 : the role of free radical damage and the use of antioxidants in the pathology and treatment of lead toxicity. Alternative Medicine Review. 11(2):114-127. Markum, A H. (1991). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI. Martijo. (1992). Kesehatan dan Kemampuan Adaptasi Hewan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Maryanto., dan Fatimah. (2004). Pengaruh Pemberian Jambu Biji (Psidium Guajava Linn) pada Lipidemia Serum Tikus (Sprague Dwaley) Hiperkolesterolemia. Skripsi. Jakarta : Media Medika Indonesia, 39 : 105–11. Mascio, Di. P., Kaiser S., dan Sies H. (1989). Lycopene as The Most Efficient Biological Carotenoid Single Oxygen Quencher. Archives of Biochemistry and Biophysics. MBG (Missouri Botanical Garden). (2010). The http://www.theplantlist.org/tlp/Vitis (20 Januari 2016). Plant List. McElderry. (1999). Grape expectation: The Resveratrol Story. www.resveratrol600mg.com/information_about_resveratrol/. (Diakses 6 Juni 2015). Milczarek A. (2005). Vitamin E Disease Mechanism IV: Free Radical Damage and Antioxydant Drug. Nielsen I L., Finne, Rasmussen SE., Mortensen A., Ravn-Hraen G., Hain PM., Knothsen Pia., Hansen BF., Mcpheil D., Freese R., Breinholt V., Frandsen H., Dragsted LO. (2005). Anthocyanins Increase Low-density Lipoprotein and Plasma Cholesterol and do not Reduce Atherosclerosis in Watanabe Heritable Hyperlipidemic Rabbits Molocular Nutrition & Food Research 49 (4), pp: 301-08 Pacifici, g.m. (1995). Placental transfer of drugs administered to the mother. Clinpharmacokinet. 28 : 235-69. Penumathsa, Mahesh T., Srikath K., Bela J., Lijun Z., Rima P., Vonugopal P., Menon, Hajime O., Nilanjana M. (2006). Statin and Resveratrol in combination induces cardioprotection against myocardial infarction in hypercholesterlemic rat. Journal of Molecular and Cellular Cardiology. 42 (3): 508-16 Rahmadina. (2008). Pengaruh Pemberian Vitamin E terhadap Efek Teratogen dari Ekstrak Air Tembakau Rokok Kretek pada Mencit Putih, Skripsi. Padang : UNAND. Ramelan. W., dan Syahrun, H. M. (1994). Kelainan pada Proses Perkembangan Embrio (Teratologi), Reproduksi dan Embriologi dari Satu Sel Menjadi Organisme. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Razak, Datu. (2005). Cacat Lahir Disebabkan Oleh Faktor Lingkungan. Bagian Anatomi FK Universitas Hasanudin. J. Med Nus. Vol 26 No. 3 JuliSeptember. Ritter, E.J. (1977). Altered Biosynthesis in: Hard Book of Teratology. Vol 2 (edited by J. G. Wilson and F. C. Fraser). New York : Plenum Press. Rotondo S. (1998). Effect of Trans-resveratrol, a Natural Polyphenolic Compound, on Human Polymorphonuclear Leukocyte Function. British Journal of Pharmacology, 123: 1691-99. Rubin, P.C. (1992). Drugs in Special Patient Group : Pregnancy and Nursing. In : Clinical Pharmacology Basic Principles in Therapeutics, 3rd ed 805-25. Scehefler, W.C. (1987). Statistic for the biological science, edisi 2 terjemahan Drs Suroso, statistic untuk biologi, farmasi, kedokteran dan ilmu yang bertautan, ITB, Bandung. Shi, J., dan Maguer M.L. (2000). Lycopene in tomatoes: Chemical and physical properties affected by food processing. Crit. Rev. Biotechnol. Vol 20. pp:293-334. Siswosudarmo, R. (1988). Efek Samping Obat Terhadap Perkembangan Janin. Yogyakarta : Yayasan Melati Nusantara. Soeradi O. (1995). Nikmat Rokok Membawa Sengsara. Detil Journal 1.4. Universitas Indonesia. Steenis, CGGJ, (1992). Flora Untuk Sekolah di Indonesia (Terjemahan Soerjowinoto, M). Penerbit PT Pradnya Paramita, Jakarta. Sunarmani.,dan Tanti, K. (2008). Parameter Likopen Dalam Standarisasi Konsentrat Buah Anggur. Penelitian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Tuchmann, D. (1975). Drug Effect on The Fetus. New York-London : Adis Press. Valleria, (2006). Dampak Negatif Rokok dan Asapnya. http://www.klikdoktermenujusehat.org/. (Diakses 27 Juni 2015). Voight, R., (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soerandi Noerono. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta, 566-567. Widyastuti D., dan Widyani R. (2000). Panduan Perkembangan Anak 0-1 tahun Cetakan I. Jakarta: Puspa Swara. Wilson, J.G. and Warkany, J. (1965). Teratology-principles and techniques. University of Chicago Press, Chicago and London, 16-40. Winarsi H. (2007). Antioksidan Alami & Radikal Bebas: Potensi dan Aplikasinya Dalam Kesehatan. Yogyakarta: Kanisium, p: 113. Wiryanta, B. (2007). Membiakkan Anggur di Dalam Pot dan Pekarangan. 5thed. Jakarta: Agromedia Pustaka. Xia M, Wenhua L., Huilian Z., qing W., Jing M., Mengjun H., Zhihong T., Lan L., Qinyuan Y. (2007). Anthocyanin Prevent CD40-Activated Proinflammatory Signaling in Endothelial Cells By Regulating Cholesterol Distribution. American Heart Association.27: 519. Yamakoshi J., Kataoka S., Ariga. (1999). Proanthocyanidin-rich Extract From Grape Seeds Attenuates The Development of Aortic Atherosclerosis in Cholesterol-fed Rabbits. Japan Science and Technology Agency. 43: 8189. Yatim, Wildan. (1992). Reproduksi dan Embriologi. Bandung : Penerbit Tarsito. Young, V. S. L. (2001). Teratogenicity and Drugs in Breast Milk. In: KodaKimble, Anne. M and Bing, M. 2001. Applied Therapeutics: the Clinical Use of Drugs. Lippincott Williams and Wilkins. Zenzes, M.T. (2000). Smoking And Reproduction Gene Demage to Human Gametes and Embriology. Europe of Society Human Reproduction and Embriology 6: 122-123. LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Hasil Determinasi Buah Anggur Merah (Vitis vinifera Linn.) Lampiran2. Gambar Persiapan Alat a. Beaker glass b. Spuit Injeksi c. Timbangan d. Timbangan Analitik e. Juicer f. Cara pengasapan g. Alat bedah seisar Lampiran3. Persiapan Bahan a. Buah Anggur Merah b. Vitamin E c. Rokok X d. Klorofom Lampiran 4. Mengawinkan Mencit a. Proses perkawinan b. Tanda Kebuntingan (Pembengkakan vagina ) Lampiran 5. Pengamatan Efek Asap Rokok pada Mencit Hamil a. Perlakuan per oral hewan uji b. Pembiusan Hewan Uji c. PembedahanSeisar d. Fetus lahir normal padakelompokpositif Lampiran 6. HasilPenelitian A. Hasil Penelitian Mencit PKBP Mencit 1 2 3 4 5 Jumlah janin K 75%v/v K 100%v/v 0,6 0,7 0,6 0,8 0,5 0,7 0,7 0,6 0,7 0,7 0,7±0,07 0,6±0,11 0,7±0,083 0,6±0,11 0,7±0,04 0,20 0,24 0,12 0,21 0,2 0,86 0,91 0,93 0,92 0,96 1,05 1,04 1,06 1,05 1,05 0,62 0,54 0,59 0,47 0,54 0,87 0,93 0,79 0,97 0,74 Mean± 0,19±0,04 0,91±0,03 1,05±0,07 SD 0,55±0,06 0,86±0,09 Mean± SD BB Janin Kontrol Kontrol K 50%v/v Negative positif 0,7 0,7 0,8 0,8 0,8 0,7 0,7 0,6 0,9 0,7 0,7 0,7 0,6 0,5 0,6 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 4 3 6 9 4 Mean± 5,2±2,38 SD 6 8 7 11 6 7,6±2,07 6 4 4 5 4 4,6±0,89 6 8 4 5 7 6±1,58 4 6 8 5 9 6,4±2,07 a. Data beratbadanindukmencitbetina bunting kelompokkontrolnegatif (gram) Hari Ke Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5 RataRata 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 26,5 27 27 28,5 28,5 31 32,5 33 34,5 36 38 39 39,5 41 41,5 39 41 40 40 26,5 26,5 27 28 29 29,5 31,5 32,5 34 35,5 38,5 38,5 40 40 41 40,5 39,5 39 39,5 27 27,5 27,5 28 29 30 31,5 32 35 35 37 37,5 38 39 39,5 40 40,5 39,5 39 27,5 28 28,5 29,5 30 31 32 33 33.5 34 36 34 35 34,5 36 37 40,5 39 39 27 27,5 28 30,5 31 32,5 33 35 37 36,5 38,5 38 40 39,5 39 38,5 38,5 38 38 26,9 27,3 27,6 30,9 29,5 30,8 32,1 33,1 34,8 35,4 37,6 37,4 38,5 38,8 39,4 39 40 39,1 39,1 PKBP 0,7 0,8 0,7 0,7 0,6 0,7 b. Data beratbadanindukmencitbetina bunting kelompokkontrolpositif (gram) Hari Ke Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 27 28 29,5 31 31,5 32 34 35 35,5 36 38 39 40 43 41 39,5 41,5 41 40 27,5 28 28,5 29 29,5 30 31,5 32,5 34 35,5 37 38,5 40 40,5 41 40,5 40 39,5 39,5 28,5 28,5 29 29,5 30 30,5 31,5 32 34 35 36,5 37,5 38,5 39 39,5 40 40,5 40 39,5 27,5 28 28,5 29,5 30,5 31 32,5 33 33.5 34 36 34,5 35 34,5 36 38 40,5 39,5 39 28 28,5 29 30,5 31 32,5 33,5 35 37 37,5 38,5 39 40 40 39,5 39 38,5 38,5 38 RataRata 27,7 28,2 28,9 29,9 30,5 31,2 32,6 33,5 34,8 35,6 37,2 37,7 38,7 39,4 39,4 39,4 40,2 39,7 39,2 PKBP 0,7 0,8 0,6 0,7 0,5 0,6 c. Data beratbadanindukmencitbetina bunting kelompokkonsentrasi 100%v/v volume pemberian 0,5ml/20gBB (gram) Hari Ke Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5 RataRata 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 26 27 27,5 29 31 32,5 33,5 35 36 36 38 38,5 40 41 41 40,5 40 39,5 39,5 26,5 27 28 28,5 29,5 31 31,5 32,5 34 36 37 38 39,5 40,5 41 40,5 40,5 40 40 25,5 26,5 27 28,5 30 30,5 31 32,5 34 35 36,5 37 38 39 39,5 40,5 40 26 27,5 28,5 29 30,5 31 32 33,5 33.5 34 36 34,5 35 35 36 38 40 39,5 39,5 26,5 28 29 30 31,5 32 33,5 35 36,5 37,5 38 39 39,5 40 40,5 40 39,5 39 39 26,1 27,2 28 29 30,5 31,4 32,3 33,7 34,5 35,7 37,1 37,4 38,4 39,1 39,6 39,9 40 39,6 39,5 PKBP 0,8 0,7 0,9 0,7 0,6 0,7 d. Data beratbadanindukmencitbetina bunting kelompokkonsentrasi75%v/v volume pemberian 0,5ml/20gBB (gram) Hari Ke Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5 RataRata 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 28 28,5 28 29 30 31 32,5 34 35,5 36 37 38,5 39,5 40,5 41 42 40,5 40 40 26,5 27 28 28,5 30 31 32 32,5 34,5 36 37,5 38 40 40,5 41,5 41 41 40,5 40 27 27,5 28 28,5 30 31,5 32 32,5 33 35 36,5 37 38,5 39 40 40,5 39,5 40 39 26 27,5 28,5 29 30 31,5 32 33 33.5 34 36 35 34,5 35 36,5 37 38 39,5 39,5 27 28 28,5 29,5 30,5 31 32,5 34 35,5 37 38 39 39,5 41 40,5 40 39,5 38,5 38 26,9 27,7 28,2 28,9 30,1 31,2 32,2 33,2 34,4 35,6 37 37,5 38,4 39,2 39,9 40,1 39,7 39,7 39,3 PKBP 0,6 0,7 0,6 0,8 0,5 0,7 e. Data beratbadanindukmencitbetina bunting kelompokkonsentrasi50%v/v volume pemberian 0,5ml/20gBB (gram) Hari Ke Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5 RataRata 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 27 27,5 28 29,5 30 31 32 34,5 35,5 36 37,5 38,5 39,5 40,5 41,5 42 41,5 41 40,5 26,5 27 28 28 30 30,5 32 32,5 34 35,5 37 37,5 39 40,5 41 41 40,5 41 41 29 30 30,5 29,5 30 31,5 32 32 33,5 35 36 37,5 38 39 40,5 41 40,5 40 40 26 27,5 28 28,5 29 30,5 31,5 33 33.5 34 36 35,5 34,5 35 36,5 37 38 39 39 27,5 28 28,5 29,5 30,5 31 33 34 35 36,5 37 39 39,5 41 40,5 40 40,5 40 40 27,2 28 28,6 29 29,9 30,9 32,1 33,2 27,6 35,4 36,7 37,6 38,1 39,2 40 40,2 40,2 40,2 40,1 PKBP 0,7 0,7 0,6 0,7 0,7 0,7 f. Beratbadanjaninmencitkelompokkontrolnegatif (gram) Janin 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rata-rata Rata-rata keseluruha n Mencit 1 0,27 0,20 0,16 0,19 Mencit 2 0,25 0,29 0,18 Mencit 3 0,10 0,15 0,12 0,14 0,16 0,09 0,20 0,19 0,24 0,12 Mencit 4 0,21 0,25 0,15 0,18 0,16 0,20 0,28 0,23 0,24 0,21 Mencit 5 0,27 0,17 0,21 0,15 0,2 g. Beratbadanjaninmencitkelompokkontrolpositif (gram) Janin 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Rata-rata Rata-rata keseluruha n Mencit 1 0,94 0,79 1,05 0,88 0,73 0,82 Mencit 2 0,96 1,01 0,97 0,74 0,96 0,87 0,90 0,88 Mencit 3 0,85 0,99 1,01 0,87 0,98 0,93 0,91 0,86 0,91 0,91 0,93 Mencit 4 1,01 0,94 0,99 0,82 1,11 1,00 0,95 0,87 0,81 0,78 0,90 0,92 Mencit 5 1,04 0,93 1,03 0,91 0,89 0,96 0,96 h. Beratbadanjaninmencitkelompokkonsentrasi100%v/v volume pemberian 0,5ml/20gBB Mencit (gram) Janin Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5 1 1,13 1,04 0,99 1,17 1,11 2 1,06 1,12 1,02 1,08 0,94 3 1,11 0,98 1,01 1,12 1,03 4 0,97 1,02 0,99 0,90 1,12 5 1,01 6 1,04 Rata-rata 1,05 Rata-rata 1,05 1,01 1,04 1,06 1,05 1,05 keseluruha n i. Beratbadanjaninmencitkelompokkonsentrasi75%v/v volume pemberian 0,5ml/20gBB Mencit (gram) Janin Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5 1 0,56 0,62 0,47 0,59 0,42 2 0,81 0,48 0,70 0,35 0,58 3 0,62 0,52 0,54 0,40 0,49 4 0,55 0,36 0,65 0,53 0,52 5 0,43 0,71 0,48 0,64 6 0,74 0,44 0,60 7 0,65 0,58 8 0,57 Rata-rata 0,62 Rata-rata 0,55 keseluruha n 0,54 0,59 0,47 0,54 j. Beratbadanjaninmencitkelompokkonsentrasi50%v/v volume pemberian 0,5ml/20gBB Mencit (gram) Janin Mencit 1 1 0,88 2 0,94 3 0,76 4 0,90 5 6 7 8 9 0,87 Rata-rata 0,86 Rata-rataa keseluruha n Mencit 2 1,02 1,05 0,98 1,01 0,72 0,84 Mencit 3 0,76 0,54 0,80 1,00 0,88 0,97 0,78 0,64 Mencit 4 1,08 1,01 0,89 0,88 0,98 0,93 0,79 0,97 Mencit 5 0,76 0,72 0,86 0,97 0,66 0,69 0,78 0,58 0,66 0,74 k. Jumlahjaninmencit Mencit 1 2 3 4 5 Jumlah Ratarata Kontrol (-) 4 3 6 9 4 26 5,2 Kontrol (+) 6 8 7 11 6 38 7,6 Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 6 4 4 5 4 23 4,6 6 8 4 5 7 30 6 4 6 8 5 9 32 6,4 Lampiran 7. HasilAnalisa Data a. TesNormalitas Tests of Normality a PKBP BB_Janin Jml_Janin Kelompok_Perlakuan kontrol negatif kontrol positif konsentrasi 100%v/v konsentrasi 75%v/v konsentrasi 50%v/v kontrol negatif kontrol positif konsentrasi 100%v/v konsentrasi 75%v/v konsentrasi 50%v/v kontrol negatif kontrol positif konsentrasi 100%v/v konsentrasi 75%v/v konsentrasi 50%v/v Kolmogorov-Smirnov Statistic df Sig. ,300 5 ,161 ,237 5 ,200* ,237 5 ,200* ,237 5 ,200* ,473 5 ,001 ,354 5 ,040 ,235 5 ,200* ,300 5 ,161 ,217 5 ,200* ,168 5 ,200* ,292 5 ,188 ,224 5 ,200* ,349 5 ,046 ,136 5 ,200* ,180 5 ,200* Statistic ,883 ,961 ,961 ,961 ,552 ,853 ,955 ,883 ,955 ,957 ,877 ,842 ,771 ,987 ,952 Shapiro-Wilk df 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 Sig. ,325 ,814 ,814 ,814 ,000 ,203 ,775 ,325 ,773 ,788 ,294 ,171 ,046 ,967 ,754 *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction b. Tes Homogenitas Test of Homogeneity of Variance PKBP BB_Janin Jml_Janin Based on Mean Based on Median Based on Median and with adjusted df Based on trimmed mean Based on Mean Based on Median Based on Median and with adjusted df Based on trimmed mean Based on Mean Based on Median Based on Median and with adjusted df Based on trimmed mean Levene Statistic 1,497 ,769 df1 4 4 df2 20 20 Sig. ,241 ,558 ,769 4 16,900 ,560 1,515 4,038 2,975 4 4 4 20 20 20 ,236 ,015 ,044 2,975 4 13,456 ,059 3,971 1,094 ,457 4 4 4 20 20 20 ,016 ,386 ,766 ,457 4 13,287 ,766 1,033 4 20 ,415 c. Kruskal Wallis Test PKBP dan Berat Badan Janin Ranks PKBP BB_Janin Jml_Janin Kelompok_Perlakuan kontrol negatif kontrol positif konsentrasi 100%v/v konsentrasi 75%v/v konsentrasi 50%v/v Total kontrol negatif kontrol positif konsentrasi 100%v/v konsentrasi 75%v/v konsentrasi 50%v/v Total kontrol negatif kontrol positif konsentrasi 100%v/v konsentrasi 75%v/v konsentrasi 50%v/v Total N 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25 Mean Rank 14,30 11,70 16,40 9,90 12,70 3,00 16,10 23,00 8,00 14,90 9,80 18,70 7,90 13,80 14,80 Test Statisticsa,b Chi-Square df Asymp. Sig. PKBP 2,607 4 ,626 BB_Janin 22,049 4 ,000 Jml_Janin 6,974 4 ,137 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Kelompok_Perlakuan d. Hasil Mann-Whitney Berat Badan Janin Ranks BB_Janin Kelompok_Perlakuan kontrol negatif kontrol positif Total N 5 5 10 Mean Rank 3,00 8,00 Sum of Ranks 15,00 40,00 Test Statisticsb Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] BB_Janin ,000 15,000 -2,619 ,009 a ,008 a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok_Perlakuan Ranks BB_Janin Kelompok_Perlakuan kontrol negatif konsentrasi 100%v/v Total N 5 5 10 Mean Rank 3,00 8,00 Sum of Ranks 15,00 40,00 Mean Rank 3,00 8,00 Sum of Ranks 15,00 40,00 Test Statisticsb Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] BB_Janin ,000 15,000 -2,652 ,008 a ,008 a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok_Perlakuan Ranks BB_Janin Kelompok_Perlakuan kontrol negatif konsentrasi 75%v/v Total N 5 5 10 Test Statisticsb Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] BB_Janin ,000 15,000 -2,627 ,009 a ,008 a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok_Perlakuan Ranks BB_Janin Kelompok_Perlakuan kontrol negatif konsentrasi 50%v/v Total N 5 5 10 Mean Rank 3,00 8,00 Sum of Ranks 15,00 40,00 Mean Rank 3,00 8,00 Sum of Ranks 15,00 40,00 Test Statisticsb Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] BB_Janin ,000 15,000 -2,619 ,009 a ,008 a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok_Perlakuan Ranks BB_Janin Kelompok_Perlakuan kontrol positif konsentrasi 100%v/v Total N 5 5 10 Test Statisticsb Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] BB_Janin ,000 15,000 -2,643 ,008 a ,008 a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok_Perlakuan Ranks BB_Janin Kelompok_Perlakuan kontrol positif konsentrasi 75%v/v Total N 5 5 10 Mean Rank 8,00 3,00 Sum of Ranks 40,00 15,00 Mean Rank 6,10 4,90 Sum of Ranks 30,50 24,50 Test Statisticsb Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] BB_Janin ,000 15,000 -2,619 ,009 a ,008 a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok_Perlakuan Ranks BB_Janin Kelompok_Perlakuan kontrol positif konsentrasi 50%v/v Total N 5 5 10 Test Statisticsb Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] BB_Janin 9,500 24,500 -,629 ,530 a ,548 a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok_Perlakuan Ranks BB_Janin Kelompok_Perlakuan konsentrasi 100%v/v konsentrasi 75%v/v Total N 5 5 10 Mean Rank 8,00 3,00 Sum of Ranks 40,00 15,00 Mean Rank 8,00 3,00 Sum of Ranks 40,00 15,00 Test Statisticsb Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] BB_Janin ,000 15,000 -2,652 ,008 a ,008 a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok_Perlakuan Ranks BB_Janin Kelompok_Perlakuan konsentrasi 100%v/v konsentrasi 50%v/v Total N 5 5 10 Test Statisticsb Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] BB_Janin ,000 15,000 -2,643 ,008 a ,008 a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok_Perlakuan Ranks BB_Janin Kelompok_Perlakuan konsentrasi 75%v/v konsentrasi 50%v/v Total N 5 5 10 Test Statisticsb Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] BB_Janin ,000 15,000 -2,619 ,009 a ,008 a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok_Perlakuan Mean Rank 3,00 8,00 Sum of Ranks 15,00 40,00