ESTIMASI PDRB HIJAU JAWA BARAT 2011 - 2015 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Aurelia Deviane 2013110003 UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN FAKULTAS EKONOMI PROGRAM SARJANA EKONOMI PEMBANGUNAN Terakreditasi Berdasarkan Keputusan BAN-PT No. 211/SK/BAN-PT/Ak-XVI/S/X/2013 BANDUNG 2017 ESTIMATION OF ENVIRONMENTALLY ADJUSTED GDRP OF WEST JAVA 2011 - 2015 UNDERGRADUATE THESIS Submitted to complete part of the requirements for Bachelor’s Degree in Economics By Aurelia Deviane 2013110003 PARAHYANGAN CATHOLIC UNIVERSITY FACULTY OF ECONOMICS PROGRAM IN DEVELOPMENT ECONOMICS Accredited by BAN – PT No. 211/SK/BAN-PT/Ak-XVI/S/X/2013 BANDUNG 2017 Abstrak Selama ini, keberhasilan pembangunan suatu negara diukur menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB). Tetapi, nilai yang tercantum dalam PDB hanya menekankan pada pertumbuhan ekonomi. PDB dianggap gagal dalam mengukur kesejahteraan sesungguhnya karena belum memasukkan faktor lingkungan ke dalam perhitungannya. Oleh karena itu, dikembangkan indikator yang bernama PDB hijau yang menyertakan faktor lingkungan dan sumberdaya alam, sehingga lebih layak untuk digunakan sebagai indikator dalam menilai kesejahteraan. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi PDRB hijau Jawa Barat dan menganalisis biaya lingkungan akibat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011- 2015. Jawa Barat dipilih menjadi objek penelitian karena meskipun merupakan provinsi dengan tingkat efisiensi tertinggi di Indonesia, provinsi ini tidak terlepas dari masalah lingkungan yang timbul dari kegiatan perekonomiannya. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif kuantitatif dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama tahun 2011 – 2015, PDRB hijau Jawa Barat selalu bernilai lebih rendah dibandingkan PDRB konvensionalnya. Pada akhirnya, PDRB hijau dianggap dapat memberikan informasi yang lebih luas mengenai tingkat kesejahteraan penduduk Jawa Barat dibandingkan dengan PDRB konvensional. Kata kunci : PDRB konvensional, PDRB hijau, penyusutan sumberdaya, kerusakan lingkungan, environmental defensive expenditure, pembangunan berkelanjutan. v Abstract Over the past decades, the triumph of a country’s development has been measured by using Gross Domestic Product (GDP). However, the values in which GDP counts only emphasize the growth of an economy. GDP only emphasizes economic growth and was criticized because of its inability to consider environmental aspects in calculating a country's wealth. Hence, an alternative indicator called Green GDP was developed by incorporating environmental aspects such as natural resource depletion and cost of environmental degradation, making it a more feasible indicator in assessing a nation's well-being. The purpose of this study was to present the calculation of environmentally adjusted macroeconomic indicators (GDP) and to analyze the environmental cost of economic growth of West Java from 2011 – 2015. West Java was chosen as the object of this study because despite having the highest efficiency level of production in Indonesia, this province cannot be detached from environmental issues emerge due to its economic activity. In order to fulfill the objectives of this study, the author used a quantitative-descriptive method by compiling data from various sources. The result showed that during the period of 2011 – 2015, the Green GDRP of West Java had always been lower than its own conventional GDP. Eventually, instead of using conventional GDP calculation method, Green GDRP will be considered to be a broader and more accurate indicator to assess West Java’s citizens’ welfare. Key words : conventional GDRP, green GDRP, depletion of natural resources, environmental degradation, environmental defensive expenditure, sustainable development. vi KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan pertolongan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Estimasi PDRB Hijau Jawa Barat 2011 - 2015” sebagai syarat untuk menyelesailkan kegiatan belajar penulis di program studi Ekonomi Pembangunan Universitas Katolik Parahyangan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun akan diterima sebagai perbaikan di masa yang akan datang. Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis mendapat bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Kedua orang tua, yaitu Cornelius Harjanto dan Hana Winata yang selalu memberi doa, nasihat, motivasi, dan kasih sayang untuk menyelesaikan proses studi penulis di program studi Ekonomi Pembangunan Universitas Katolik Parahyangan. 2. Davin Oktavian, Stanley Orlando, dan Doni sebagai saudara penulis atas kasih sayang yang diberikan. 3. Pemimpin Universitas dan Fakultas Ekonomi Unpar. 4. Ibu Dr. Miryam B.L Wijaya selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan yang mendidik, memberi arahan, dan bimbingan kepada seluruh mahasiswa program studi Ekonomi Pembangunan Universitas Katolik Parahyangan. 5. Ibu Siwi Nugraheni, Dra., M. Env., sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu, arahan, dan semangat kepada penulis dengan sabar sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. 6. Ibu Ivantia Savitri Mokoginta, S.E., MBA, M.A., Ph.D., selaku dosen wali penulis yang selalu mendampingi penulis selama menyusun rencana perkuliahan dan atas ilmunya yang diberikan kepada penulis. 7. Dosen Prodi Ekonomi Pembangunan Unpar : Pak Suroso, Bu Rita, Bu Noknik, Bu Masni, Bu Ana, Pak Ishak, Pak Haryanto, Pak Chandra, Pak Aswin, Pak Dian, dan Pak Charvin. Terimakasih atas segala ilmu yang diberikan kepada penulis. 8. Pihak BPLHD dan Kementerian ESDM atas kesediaannya dalam membantu penulis mengumpulkan data. vii 9. Monica Dianrosawati Itaratnasari, Eustachia Retno, dan Afina Prabowo atas kebersamaannya selama proses perkuliahan sampai skripsi ini selesai. 10. Marlina Rachmawati dan Nawinda Hergita, atas ocehan yang membangun penulis. 11. Laurentius Handi, atas dukungan dan kesediaannya menjadi tempat curhat penulis. 12. Dominicus Jovano Erris Nugroho, atas doa, motivasi, dukungan, semangat, dan hiburannya selama penulis menyusun skripsi ini. 13. Bernard Sonata, atas kesediaannya menjadi teknisi bagi penulis. 14. Keluarga Ekonomi Pembangunan 2013 : Dikcit, Ifara, Ajeng, Galih, Tris, Rizal, Mariska, Aji, Tari, Icul, Albertini, Aldwyn, Dikgem, Arda, Yosi, Syifa, Ben, Chyntia, Rania, Dania, Darryl, Deka, Dian, Nur, Arga, Ellen, Enrika, Faisal, Jodi, Faza, Bang Fer, Aceng, Gege, Getha, Hafizh, Shafly, Hanan, Handani, Helen, Ivan, Kaka, Kevin, Mang Fei, Nadia, Eki, Ananda, Debora, Refi, Nizar, RG, Tsana, Timmy, dan Titto. Terimakasih atas empat tahun yang kita habiskan bersama. Sampai jumpa lagi dengan kesuksesannya. 15. Keluarga besar Ekonomi Pembangunan Unpar. 16. Seluruh staff TU Fakultas Ekonomi Unpar, terutama Pak Eko, Pak Paul, dan Pak Dodo. 17. Himpunan Program Studi Ekonomi Pembangunan periode 2014 / 2015 : Atyasa Janardana, Ka Ije, Ka Rendra, Ka Adew, Ka Ferdy, Ka Swe, Ka Vania, Ka Nuy, Ka Karin, Ka Karina, Ka Jehoi, Ka Gema, Ka Andhara, dan Himpunan Program Studi Ekonomi Pembangunan periode 2015 / 2016, atas pengalaman berorganisasi yang telah diberikan. 18. Teman – teman Sembelitz : Edra, Grace, Vania, dan Jenni, terimakasih atas tawa candanya dari kita SMA. 19. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu – satu. Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca dan masyarakat di Indonesia. Bandung, 8 Juni 2017 Aurelia Deviane viii DAFTAR ISI Abstrak ..................................................................................................................... v Abstract ................................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ............................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... x DAFTAR GRAFIK ................................................................................................... xii DAFTAR DIAGRAM............................................................................................... xiii DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................1 1.1. Latar Belakang ...........................................................................................1 1.2. Rumusan Masalah......................................................................................3 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................4 1.4. Kerangka Pikir Penelitian............................................................................4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................6 2.1. PDB Konvensional sebagai Indikator Kesejahteraan ..................................6 2.2. Kelemahan PDB Konvensional ................................................................. 11 2.3. Hubungan antara Lingkungan dan Ekonomi ............................................. 15 2.3.1. Peran Sumberdaya Alam dan Lingkungan dalam Perekonomian ...... 16 2.3.2. Dampak Lingkungan terhadap Produktivitas Ekonomi ....................... 23 2.3.3. Dampak Perekonomian terhadap Lingkungan ................................... 23 2.4. Pentingnya Melakukan Valuasi Lingkungan.............................................. 25 2.5. Asal Usul PDB Hijau ................................................................................. 27 2.6. PDB Hijau sebagai Indikator Kesejahteraan ............................................. 28 BAB III METODE DAN OBJEK PENELITIAN......................................................... 34 3.1. Metode Penelitian ..................................................................................... 34 3.2. Objek Penelitian ....................................................................................... 36 3.3. Data Penelitian ......................................................................................... 38 3.3.1. PDRB Jawa Barat ............................................................................. 38 3.3.2. Penyusutan (Deplesi) Sumberdaya ................................................... 41 3.3.2.1. Penyusutan Sumberdaya Air Tanah ........................................... 42 3.3.2.2. Penyusutan Batu Andesit ............................................................ 46 3.3.2.3. Penyusutan Batu Kapur .............................................................. 48 3.3.3. Pengeluaran untuk Perlindungan Lingkungan ................................... 49 ix 3.3.3.1. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah (DPA-SKPD) ............................................................................... 51 3.3.3.2. Biaya Operasional IPAL Industri .................................................. 53 3.3.4. Degradasi Lingkungan....................................................................... 57 3.3.4.1. Nilai Jasa Lingkungan Sawah di Jawa Barat ............................... 58 3.3.4.2. Kerugian Akibat Pencemaran Sungai Citarum ............................ 59 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 60 4.1. Perbandingan PDRB Konvensional dan PDRB Hijau 2011 – 2015 ....... 60 4.2. Komponen Pembentuk PDRB Hijau (EDE) ........................................... 64 4.2.1. Nilai Penyusutan Sumberdaya (Depletion of Natural Resources) ...... 64 4.2.1.1. Niai Penyusutan Sumberdaya Air Tanah ................................. 64 4.2.1.2. Nilai Penyusutan Batu Andesit................................................. 66 4.2.1.3. Nilai Penyusutan Batu Kapur ................................................... 68 4.2.2. Pengeluaran untuk Perlindungan Lingkungan ................................... 69 4.2.2.1. Estimasi Nilai Dokumen Pelaksanaan Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah (DPA-SKPD) ........................................... 70 4.2.2.2. Estimasi Biaya Operasional IPAL Industri ................................ 71 4.2.3. Degradasi Lingkungan....................................................................... 72 4.2.3.1. Nilai Jasa Lingkungan Sawah yang hilang di Jawa Barat 72 4.2.3.2. Nilai Kerugian Akibat Pencemaran Sungai Citarum ................. 74 BAB V ..................................................................................................................... 77 PENUTUP .............................................................................................................. 77 5.1. Simpulan ...................................................................................................... 77 5.2. Saran ........................................................................................................... 78 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 80 x DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka Pikir ………………………………………………………. 5 Gambar 2. Circular-flow Diagram of Economy Activity………………………. 8 Gambar 3. Model Pembangunan Berkelanjutan……………………………… 15 Gambar 4. Sistem Ekonomi dan Lingkungan…………………………………. 17 Gambar 5. Hubungan Lingkungan dan Ekonomi……………………………... 18 Gambar 6. Hubungan Antara Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi, Barang Sumberdaya Alam dan Lingkungan……………………... 21 Gambar 7. Hubungan Ekonomi, Lingkungan, dan Kesejahteraan………….. 22 Gambar 8. Elemen PDB Hijau Menurut Veklich dan Shlapak (2012)………. 35 Gambar 9. Peta Provinsi Jawa Barat…………………………………………... 37 xi DAFTAR GRAFIK Grafik 1. Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dan Barang Sumberdaya……………………………………………………………. Grafik 2. 19 Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dan Persediaan Sumberdaya……………………………………………………………. 20 Grafik 3. Environmental Kuznets Curve……………………………………...... 24 Grafik 4. PDB Hijau dan PDB Malaysia Tahun 1987 – 2011………………… 31 Grafik 5. PDRB Konvensional Jawa Barat 2011 – 2015……………………... 39 Grafik 6. PDRB Per Kapita Jawa Barat 2010 – 2014…………………………. 40 Grafik 7. Laju Pertumbuhan PDRB Per kapita Jawa Barat 2011 - 2014…… 41 Grafik 8. Laju Pertumbuhan PDRB Konvensional dan PDRB Hijau Jawa Barat Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2010……………………. Grafik 9. 62 Laju Pertumbuhan EDE dan EDE Per Kapita Jawa Barat 20112015……………………………………………………………………… 63 Grafik 10. Jumlah Pengambilan Air Tanah di Jawa Barat 2011 – 2015……… 65 Grafik 11. Nilai Penyusutan Sumberdaya Air Tanah 2011 – 2015……………. 65 Grafik 12. Perkembangan Nilai Penyusutan Batu Andesit 2011 – 2015…...... 66 Grafik 13. Nilai Penyusutan Batu Kapur (juta Rupiah)…………………………. 69 Grafik 14. Proporsi Belanja Pemerintah untuk Perlindungan Lingkungan terhadap Belanja Langsung (Harga Konstan) di Jawa Barat 2011 – 2015…………………………………………………………............... 70 Grafik 15. Nilai Jasa Sawah di Jawa Barat 2011 -2015 yang Hilang…………. 72 Grafik 16. Luas Lahan Sawah di Jawa Barat 2011 – 2015……………………. 73 Grafik 17. Luas Lahan Permukiman di Jawa Barat 2010 – 2014…………...... 73 Grafik 18. Pertumbuhan Hotel dan Penginapan Lainnya di Jawa Barat…...... 74 xii DAFTAR DIAGRAM Diagram 1. Distribusi PDRB Jawa Barat Menurut Lapangan Usaha……………….40 xiii DAFTAR TABEL Tabel 1. Langkah Perhitungan Unit Rent…………………………………… 42 Tabel 2. Rata-Rata Tarif Air PDAM di Kota/Kabupaten di Jawa Barat….. 43 Tabel 3. Biaya Produksi Air per m3………………………………………….. 45 Tabel 4. Hasil Perhitungan Unit Rent Air Tanah…………………………… 46 Tabel 5. Unit Rent untuk Batu Andesit Tahun 2011 – 2015 (Harga Berlaku)………………………………………………………………. 47 Tabel 6. Nilai Deplesi Batu Andesit 2011 – 2015 (Harga Berlaku)………. 48 Tabel 7. Unit Rent untuk Batu Kapur Tahun 2011 – 2015 (Harga Berlaku)………………………………………………………………. 49 Tabel 8. Nilai Deplesi Batu Kapur 2011 – 2015 (Harga Berlaku)………… 49 Tabel 9. Nama Organisasi dan Program Perlindungan Lingkungan…….. 51 Tabel 10. Pengeluaran untuk Program Perlindungan Lingkungan………… 53 Tabel 11. Keberadaan IPAL Industri di Sungai Citarum Hulu……………… 55 Tabel 12. Biaya Operasional IPAL per Hari………………………………...... 55 Tabel 13. Biaya Operasional IPAL per Tahun……………………………….. 57 Tabel 14. Hasil Perhitungan PDRB Hijau 2011 – 2015 Atas Dasar Harga Konstan……………………………………………………………….. 60 Tabel 15. Hasil Perhitungan Nilai Penyusutan Air Tanah Dasar Harga Konstan Jawa Barat 2011 – 2015…………………………………. Tabel 16. Hasil Perhitungan Nilai Penyusutan Batu Andesit dengan Harga Konstan di Jawa Barat 2011 – 2015………………………. Tabel 17. Tabel 21. 71 Biaya Operasional IPAL di Jawa Barat 2011 – 2015 (Harga Konstan)……………………………………………………………… Tabel 20. 69 Tabel 18. Pengeluaran Program Perlindungan Lingkungan di Jawa Barat atas Dasar Harga Konstan 2011 – 2015……………. Tabel 19. 67 Hasil Perhitungan Nilai Penyusutan Batu Kapur dengan Harga Konstan di Jawa Barat 2011 – 2015………………………………. Tabel 18. 66 72 Perubahan Nilai Jasa Lingkungan Lahan Sawah Jawa Barat yang Hilang…………………………………………………………... 74 Kerugian per Tahun Akibat Aktivitas Industri di Rancaekek……. 75 xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilai total barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu perekonomian (disebut sebagai Produk Domestik Bruto atau PDB), merupakan indikator ekonomi makro yang digunakan untuk melihat kinerja perekonomian dan mengukur kesejahteraan suatu negara. Selama lebih dari setengah abad, PDB menjadi alat ukur yang paling dapat diterima oleh berbagai negara (Costanza et al., 2009) karena perekonomian menitikberatkan pada aktivitas pasar yang pertumbuhannya diukur dengan menggunakan PDB. Akan tetapi, penggunaan PDB sebagai indikator perekonomian suatu negara banyak dikritisi oleh para peneliti lain. Penggunaan PDB dikritisi sebab perhitungannya tidak memberikan gambaran yang sesungguhnya mengenai tingkat kesejahteraan. Perhitungannya hanya menekankan pada peningkatan nilai PDB yang dapat menimbulkan pengambilan kebijakan yang keliru. Sebagai contoh, Stiglitz dalam Kramp (2010) menjelaskan bahwa terdapat kemungkinan jika PDB mengalami peningkatan, maka kesejahteraan akan menurun, sehingga pendapatan yang tinggi saja tidak dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan. Hal ini karena kesejahteraan dipengaruhi oleh faktor lain selain pendapatan, salah satunya adalah faktor lingkungan. Menurut Stockhammer et al. dalam Talberth dan Bohara (2005), PDB dianggap gagal dalam mengukur kesejahteraan ekonomi yang sebenarnya karena informasi terbatas yang diberikan oleh PDB mengenai pengukuran terhadap nilai yang tidak berbasis pasar, seperti kualitas lingkungan. Pada kenyataannya, lingkungan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian suatu negara karena adanya pemanfaatan sumberdaya dalam proses kegiatan produksi barang dan jasa untuk dikonsumsi (Reksohadiprodjo & Brodjonegoro, 1982). Bahkan, menurut Costanza et al. (2009), PDB memiliki sudut pandang dimana kerusakan lingkungan dan peningkatan kadar polusi udara adalah hal yang baik karena dapat meningkatkan aktivitas pasar dalam menunjang pertumbuhan. Mengacu pada kelemahan dari PDB, dapat dikatakan bahwa penggunaan PDB tidak memperhatikan sisi keberlanjutan (sustainable development). 1 Menurut Abdul-Rahum dan Noraida (2015), meningkatnya kegiatan perekonomian suatu negara berbanding lurus terhadap kerusakan lingkungan. Proses industrialisasi dan pembangunan menyebabkan munculnya eksternalitas yang berkaitan dengan polusi dan penyusutan sumberdaya yang secara negatif memengaruhi pertumbuhan nasional (Abdul-Rahim dan Noraida, 2015). Karena PDB tidak menggambarkan nilai pertumbuhan ekonomi yang sebenarnya akibat adanya kerusakan lingkungan, maka dibuatlah indikator ekonomi lain yang disebut dengan PDB hijau. PDB hijau merupakan indeks baru yang digunakan untuk menghitung output dari perekonomian nasional yang mempertimbangkan faktor lingkungan di dalam perhitungannya (Dickinson, 2011). Mengingat pentingnya lingkungan hidup dalam perekonomian, penelitian mengenai perhitungan PDB hijau mulai banyak dikembangkan di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Perhitungan mengenai PDB tidak hanya dilakukan pada scope negara, namun juga provinsi atau kota1. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi PDRB hijau Jawa Barat pada tahun 2011 – 2015. PDRB Jawa Barat memiliki kontribusi ketiga terbesar di Indonesia setelah DKI Jakarta dan Jawa Timur (sebesar 13.4% di tahun 2015). Menurut data BPS, selama tahun 2011 -2015 PDRB Jawa Barat selalu mengalami peningkatan. Jawa Barat merupakan pusat industri manufaktur di Indonesia dan memiliki kondisi alam dengan struktur geologi yang kompleks sehingga memperkaya potensi sumberdaya alam (Heryawan, 2015). Sayangnya, menurut Deddy Mizwar (Wakil Gubernur Jawa Barat) seperti yang dikutip dari Kompas.com (2014), kondisi kerusakan lingkungan di Jawa Barat semakin parah dan memprihatinkan. Kerusakan lingkungan yang terjadi di Jawa Barat antara lain disebabkan oleh penambangan ilegal dan pencemaran sungai Citarum karena aktivitas industri. Kerugian akibat pencemaran sungai Citarum menurut Sunardi et al. (2016) mencapai lebih dari dua ratus juta rupiah per tahunnya. Bahkan, The Blacksmith Institute menyatakan bahwa tingkat polusi sungai Citarum seribu kali melebihi ambang batas tingkat polusi yang ditetapkan oleh America’s Environmantal Protection Agency dan merupakan sungai terkotor di dunia (Kelley, 2016). 1 Untuk tingkat provinsi atau kota, menjadi PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). 2 Perhitungan PDB hijau dapat memberikan gambaran mengenai seberapa besar kerugian ekonomi yang timbul akibat kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas ekonomi. Jika PDB hijau digunakan sebagai indikator, maka informasi yang didapat dapat menjadi landasan dalam pembuatan kebijakan yang akan mendorong pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Publikasi mengenai perhitungan PDB hijau, khususnya di Jawa Barat masih sangat minim. Dengan demikian, penelitian ini akan memberikan kontribusi pada ketersediaan informasi mengenai PDRB hijau di provinsi tersebut. 1.2. Rumusan Masalah Secara teoritis, PDB merupakan data statistik ekonomi yang diakui sebagai ukuran utama tingkat kesejahteraan ekonomis dalam suatu masyarakat (Mankiw, 2004). Semakin tinggi PDB, kesejahteraan dianggap semakin tinggi. Namun, kesejahteraan tidak dapat hanya diukur dengan menggunakan PDB. Menurut Badan Pusat Statistik, kesejahteraan harus diukur dengan melihat faktor lain seperti kesehatan yang tentunya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Kahn (2005) dan Barbier (2003) juga menegaskan bahwa lingkungan memiliki peran yang krusial untuk kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan indikator lain yang melengkapi perhitungan PDB dalam menilai kesejahteraan secara lebih lengkap. Indikator PDB hijau dapat memberikan gambaran yang lebih luas mengenai kondisi kesejahteraan di suatu negara karena memperhitungkan faktor kerusakan lingkungan dan penyusutan sumberdaya alam ke dalam sistem perhitungan PDB konvensional2 (Costanza et al., 2009). Indonesia sendiri merupakan salah satu negara yang telah mencoba mengembangkan perhitungan PDB hijau, tetapi hasilnya belum banyak dipublikasikan. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang belum memiliki publikasi mengenai PDRB hijau. Dengan menggunakan perhitungan PDB hijau sebagai indikator kesejahteraan, informasi yang diperoleh dapat digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan yang akan mendorong pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan penelitian berikut : 2 istilah PDB konvensional mengacu pada PDB, istilah ini muncul untuk membedakan PDB dari PDB hijau. 3 1. Bagaimana perkembangan PDRB hijau Jawa Barat dari tahun 2011 – 2015 setelah mempertimbangkan faktor lingkungan di dalam perhitungannya? 2. Berapa besar gap antara PDRB konvensional dan PDRB hijau Jawa Barat dari tahun 2011 – 2015? 3. Apa yang menyebabkan terjadinya gap antara PDRB konvensional dan PDRB hijau Jawa Barat 2011 – 2015? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan penulis, penelitian ini bertujuan untuk meninjau masalah lingkungan yang timbul akibat aktivitas ekonomi di Jawa Barat pada tahun 2011 - 2015. Masalah lingkungan menimbulkan kerugian yang ditunjukkan dengan munculnya biaya untuk mengurangi dampak kerusakan dan hilangnya pendapatan karena rusaknya sumberdaya. Penelitian ini juga bertujuan untuk menghitung besarnya biaya kerugian karena kerusakan lingkungan, sehingga nilai PDRB hijau Jawa Barat pada tahun 2011 – 2015 dapat diketahui dan dilihat pertumbuhannya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pentingnya menyertakan faktor lingkungan yang selama ini tidak diperhitungkan dalam PDRB konvensional. Selain itu, manfaat dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan besarnya biaya akibat kerusakan lingkungan dari kegiatan ekonomi yang akan memengaruhi besarnya PDRB konvensional Jawa Barat pada tahun 2011 – 2015 dan sebagai rujukan bagi penelitian selanjutnya. 1.4. Kerangka Pikir Penelitian Perhitungan PDRB hijau Jawa Barat dilakukan dengan menggunakan kerangka pikir seperti ditunjukkan oleh Gambar 1. Kegiatan ekonomi bertujuan untuk menghasilkan barang dan jasa. Barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu perekonomian diukur total nilainya dengan pendekatan produksi menjadi PDB konvensional. PDB konvensional digunakan sebagai data untuk menilai kinerja pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, dalam menjalankan kegiatan ekonomi, pelaku kegiatan ekonomi memberikan dampak terhadap lingkungan. Dampak terhadap lingkungan bisa dilihat dari penyusutan sumberdaya dan kerusakan lingkungan yang timbul. Kedua variabel ini harus dimasukkan ke dalam sistem perhitungan PDB, karena suatu perekonomian tidak dapat terlepas dari faktor lingkungan. PDB konvensional yang telah disesuaikan dengan faktor lingkungan dinamakan PDB hijau. 4 PDB hijau dianggap dapat memberikan informasi yang lebih luas mengenai perekonomian suatu negara. Oleh karena itu, PDB hijau dapat digunakan sebagai landasan untuk menentukan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah sehingga kerusakan lingkungan dapat diminimalisir dan penggunaan sumberdaya alam lebih efisien. Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian 5