BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Dasar Refrigerasi dan Pengkondisian Udara
Bidang refrigerasi dan pengkondisian udara saling berkaitan satu sama lain, tetapi
masing-masing mempunyai ruang lingkup yang berbeda. Penerapan teknik refrigerasi
yang terbanyak refrigerasi industri, yang meliputi pemprosesan, pengawetan makanan,
penyerapan kalor dari bahan-bahan kimia, perminyakan dan industri petrokimia. Selain
dari itu terdapat penggunaan khusus seperti pada industri manufaktur dan konstruksi.
Dalam hal yang sama, teknik pengkondisian udara tidak hanya berfungsi sebagai
pendingin tetapi lebih daripada itu.
Definisi pengkodisian udara nyaman (comfort air conditioning) adalah proses
perlakuan terhadap udara untuk mengatur suhu, kelembaban, kebersihan dan
pendistribusiannya secara serentak guna mencapai kondisi nyaman yang dibutuhkan
oleh penghuni yang berada di dalamnya. Pada dasarnya refrigerasi (refrigeration) dan
pengkondisian udara (air conditioning) merupakan terapan dari teori perpindahan kalor
dan termodinamika. Kebanyakan kendaraan yang dikondisikan udaranya adalah
otomobil, jenis kendaraan lain yang juga dikondisikan misalnya bis, kereta api, truk,
kendaraan rekreasi, traktor, kabin mesin penderek, pesawat terbang, kapal dan jenis
kendaraan lainnya.
6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
2.2 Pengkondisian Udara Pada Kendaraan
Pengkondisian udara atau air conditioning (AC) merupakan istilah umum untuk
perlengkapan
pemeliharaan
udara
di
dalam
ruangan
agar
temperatur
dan
kelembabannya sesuai dengan kenyamanan tubuh manusia. Bila temperaturnya tinggi,
maka panas yang diambil agar temperatur turun disebut pendinginan. Sebaliknya, ketika
temperatur ruangan rendah panas yang diberikan agar temperatur naik disebut
pemanasan. Sebagai tambahan, kelembabannya ditambah atau dikurangi agar terasa
nyaman. Perlengkapan yang diperlukan untuk suatu pengkondisian udara (air
conditioning) terdiri atas cooler, heater, ventilator (pengatur aliran udara) dan saringan
udara. Dengan demikian pengkondisian udara di dalam kabin bisa disesuaikan dengan
kebutuhan pengendara apakah pendinginan atau pemanasan yang diperlukan.
Gambar 2.1 Tata letak komponen AC pada kendaraan
Sumber:
http://cms.rowleystires.com/wp-content/uploads/2013/02/Air-ConditioningSystem.jpg
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
Sistem pengontrolan sirkulasi dan distribusi udara pada kendaraan difungsikan
untuk mengatur sirkulasi dan pendistribusian aliran udara sesuai kebutuhan yang
diharapkan. Sirkulasi udara pada AC mobil terbagi menjadi dua bagian, yaitu sirkulasi
di dalam kabin (recirculation air) dan di luar kabin (fresh air). S irkulasi tersebut
menggunakan blower atau kipas untuk mensirkulasikan udara, pengaturan pencampur
udara (air mix control) melengkapi proses sirkulasi sehingga dapat menghasilkan udara
yang lebih bersih. Pengontrolan distribusi aliran udara dalam kabin difungsikan untuk
menentukan pendistribusian aliran udara sesuai kebutuhan pengguna. Terdapat
beberapa pilihan mode distribusi aliran seperti ke arah wajah, kaki, arah wajah dan
kaki, serta arah kaki dan defroster.
Gambar 2.2 Skema pengontrolan sirkulasi dan distribusi udara
Sumber: Nissan Motor Corp., Ltd. Nissan Model L11 Series Service Manual.
Hal. HAC-11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
2.3 Komponen Utama Sistem AC Pada Kendaraan
Sistem kerja AC pada kendaraan merupakan suatu siklus yang terus berproses tanpa
berhenti selama dihidupkan. Prinsip kerjanya adalah dengan cara mensirkulasikan
refrigeran atau freon pada komponen AC kendaraan yang merupakan sirkulasi tertutup.
Komponen utamanya terdiri dari kompresor, kondensor, katup ekspansi (expansion
valve) dan evaporator.
2.3.1 Kompresor
Kompresor merupakan jantung dari sistem refrigerasi dan air conditioner
karena kompresor memompa bahan pendingin (refrigeran) ke seluruh sistem, sama
seperti jantungnya manusia yang memompa darah ke seluruh tubuh manusia.
Adapun fungsi dari kompresor adalah:
1. Mensirkulasikan bahan pendingin (refrigeran).
2. Mempertinggi tekanan agar bahan pendingin (refrigeran) dapat berkondensi
pada kondisi ruangan.
3. Mempertahankan tekanan yang konstan pada evaporator (superheat vapour)
dari evaporator dan kemudian menekan/memampatkan gas tersebut, sehingga
menjadi gas dengan tekanan dan suhu tinggi lalu dialirkan ke kondensor,
sehingga gas tersebut dapat mengembun yang memberikan panasnya pada
medium yang mendinginkan kondensor dengan medium udara, air, fan (air
cooled/water cooled).
4. Menciptakan perbedaan antara daerah sisi tekanan tinggi dan daerah sisi
tekanan rendah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
Adapun empat jenis kompresor yang paling umum adalah kompresor torak
(reciprocating compressor), sekrup (screw), sentrifugal dan sudu (vane).
Kompresor torak terdiri atas sebuah piston yang bergerak ke depan dan ke belakang
di dalam suatu silinder yang mempunyai katup-katup hisap (suction valve) dan
katup buang (discharge valve) sehingga berlangsung proses pemompaan.
Kompresor sekrup, sentrifugal dan sudu, semuanya menggunakan elemen-elemen
yang berputar.
Gambar 2.3 Kompresor
Sumber: Dokumentasi pribadi
2.3.2 Kondensor
Kondensor berkemampuan mendinginkan refrigeran bertemperatur tinggi dan
dalam bentuk gas yang datang dari kompresor menggunakan bantuan cooling fan
mesin atau condenser fan untuk mengubah refrigeran menjadi cair. Panas yang
dilepaskan kondensor didapat dari panas yang diserap dari ruangan penumpang
oleh evaporator yang kerjanya dilakukan oleh kompresor dengan mengkompresikan
refrigeran.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
Untuk mencairkan uap refrigeran yang bertekanan dan bertemperatur tinggi
(yang keluar dari kompresor), diperlukan usaha melepaskan panas dengan cara
mendinginkan uap refrigeran tersebut. Jumlah panas yang dilepaskan oleh uap
refrigeran pada udara pendingin atau air pendingin, di dalam kondensor, sama
dengan selisih entalpi uap refrigeran pada seksi masuk dan pada seksi keluar
kondensor.
Gambar 2.4 Kondensor
Sumber: Dokumentasi pribadi
2.3.3 Katup Ekspansi (Expansion Valve)
Katup ekspansi dipasang pada lubang masuk evaporator. Katup ekspansi
mengubah refrigeran cair tekanan tinggi yang berasal dari receiver drier menjadi
butiran halus sebelum mengirimnya ke evaporator. Beban panas dari sebuah air
conditioning kendaraan bermotor sangat bervariasi tergantung pada temperatur
udara luar, kelembaban, jumlah penumpang dan lain-lain. Agar seluruh peralatan
yang jumlahnya banyak dapat bekerja dengan kapasitas penuh sebagai reaksi atas
perubahan beban tersebut, maka perlu pengaturan jumlah refrigeran yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
disirkulasikan dalam siklus pendinginan untuk tujuan inilah katup ekspansi
digunakan.
Jika beban panas bertambah, sedangkan jumlah refrigeran yang dialirkan
tetap. refrigeran akan sepenuhnya menguap sebelum mencapai saluran keluar
evaporator. Lebih banyak panas yang akan diserap kemudian, sehingga temperatur
uap refrigeran akan menjadi lebih tinggi dari temperatur penguapannya. Situasi ini
disebut superheating. Temperatur superheating dari 3°C sampai 5°C dianggap
benar dari standpoint design. Keadaan ini tidak menjadi masalah selama derajat
superheating rendah, tetapi bila menjadi tinggi, temperatur refrigeran pada lubang
keluar kompresor menjadi sangat tinggi, menyebabkan overheating pada silinder
kompresor.
Sebaliknya bila beban panas rendah, refrigeran tidak diuapkan dengan
sempurna sebelum mencapai saluran keluar evaporator dan masih tetap cair saat
dikirim ke kompresor, maka compressor valve dapat rusak saat cairan ini ditekan.
Expansion valve menyediakan sejumlah refrigeran yang tepat ke evaporator,
meskipun beban panas berubah, untuk menjaga derajat superheating pada tingkat
yang konstan.
Gambar 2.5 Katup ekspansi (Expansion valve)
Sumber: Dokumentasi pribadi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
2.3.4 Evaporator
Evaporator adalah penukar kalor yang di dalamnya mengalir cairan refrigeran
yang berfungsi sebagai penyerap panas dari daerah sekitar. Temperatur refrigeran
di dalam evaporator selalu lebih rendah daripada temperatur sekelilingnya,
sehingga dengan demikian panas dapat diserap oleh refrigeran. Refrigeran cair
bertekanan tinggi yang masuk katup ekspansi kemudian dikabutkan sehingga
tekanannya menurun, baru kemudian masuk ke evaporator. Pada evaporator
refrigeran cair bertekanan rendah menguap dengan menyerap panas dari sekitar
sehingga terbentuklah udara dingin di sekitar evaporator. Blower motor kemudian
menghembuskan angin melewati kisi-kisi evaporator sehingga udara dingin bisa
dirasakan di dalam kabin.
Gambar 2.6 Evaporator
Sumber: Dokumentasi pribadi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
2.4 Komponen Pendukung Sistem AC Pada Kendaraan
Komponen pendukung sistem AC pada kendaraan juga mempunyai peranan penting
dalam praktiknya. Komponen-komponen tersebut meliputi receiver drier, compressor
clutch, blower motor, thermo control amplifier, pipa-pipa dan selang, refrigeran dan
minyak pelumas.
2.4.1 Receiver Drier
Salah satu komponen dari pengkondisian udara yang dapat menyerap uap
air dan menyaring kotoran di dalam sistem pendingin disebut pengering (drier).
Di dalam pengering diisikan bahan pengering dan kawat saringan, maka dapat
menyerap dan menyaring uap air, asam, kotoran dan benda-benda lain yang tidak
diperlukan dalam sistem. Tujuan pemakaian sistem pengering (drier) untuk
menyerap semua kotoran seperti air, uap air, asam, campuran dan endapanendapan hasil uraian minyak pelumas. Saringan (filter) pada pengering dipakai
untuk menyaring butiran-butiran kotoran di dalam sistem.
Gambar 2.7 Receiver drier
Sumber: Dokumentasi pribadi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
2.4.2 Compressor Clutch
Compressor clutch terdiri dari stator, rotor dengan pulley dan pressure
plate untuk mengikat drive pulley dan compressor secara magnetik. Stator
diikat pada compressor housing, sedangkan pressure plate dipasangkan pada
kompresor shaft. Apabila mesin hidup, maka pulley berputar karena gerakan oleh
shaft melalui tali penggerak (drive belt), tetapi kompresor tidak berputar kecuali
magnetic clutch dialiri arus listrik. Saat sistem AC pada posisi dihidupkan,
amplifier mengalirkan arus listrik ke stator koil, sehingga gaya elektro magnetik
pada stator akan menarik pressure plate dan menarik plate terhadap permukaan
gesek pada pulley. Pergesekan antara permukaan dan plate menyebabkan clutch
assembly berputar sebagai satu unit dan menggerakkan kompresor.
Gambar 2.8 Compressor clutch
Sumber: Nissan Motor Corp., Ltd. Nissan Model L11 Series Service Manual.
Hal. HA-20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
2.4.3 Blower motor
Blower motor adalah kipas motor bertipe elektro magnetik. Kipas motor
membangkitkan aliran udara di dalam kabin kendaraan atau memasukkan udara luar
yang segar ke dalam kabin kendaraan. Air conditioning manual menggunakan
resistor untuk mengontrol kecepatan blower motor, biasanya dari kecepatan satu
sampai empat. Sedangkan pada air conditioning otomatis menggunakan transistor
kuat untuk mengontrol aliran udara secara linier dan kecepatannya bisa sampai tujuh.
Gambar 2.9 Blower motor
Sumber: Dokumentasi pribadi
Blower motor berfungsi untuk menghembuskan udara ke evaporator
sehingga udara dingin di sekitar evaporator tertiup ke kabin kendaraan. Blower
motor diatur oleh AC control unit yang biasanya terletak pada bagian tengah
dashboard. Di dalam AC unit assembly (dudukan blower motor) dilengkapi
sebuah saringan debu (air conditioner filter) yang menyaring partikel-partikel
halus sebelum angin yang dingin ditiupkan ke dalam kabin kendaraan, sehingga
udara yang dihembuskan lebih bersih.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
Gambar 2.10 AC control
Sumber: Dokumentasi pribadi
2.4.4 Thermo Control Amplifier
Thermo control amplifier diletakkan pada fin-fin outlet evaporator, hal ini
dimaksudkan untuk membaca seberapa banyak suhu ruangan yang dibutuhkan
sesuai pengaturan pada temperatur kontrol. Jika diletakkan pada bagian inlet
evaporator maka yang terjadi adalah pembekuan pada dinding evaporator karena
yang disensor bagian udara panas yang dihasilkan dari hembusan blower motor.
Gambar 2.11 Thermo control amplifier
Sumber: Dokumentasi pribadi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
2.4.5 Pipa-Pipa dan Selang
Pipa-pipa dalam sistem AC kendaraan digunakan untuk menghubungkan
berbagai macam komponen-komponen AC dari dan ke sistem AC. Flexible hose
digunakan pada tempat yang mana terjadi vibrasi dan digunakan pada kedua tipe
tekanan rendah dan tinggi. Material flexible rubber hose terbuat dari bahan karet
sintetis khusus agar tidak rusak oleh refrigeran dan oli kompresor. Sedangkan pipapipa tembaga atau aluminium yang digunakan ada dua tipe sambungan yaitu flare
nut dan o-ring. Pipa-pipa tersedia dalam dua ukuran yaitu imperial dan metrik.
Gambar 2.12 Pipa-pipa dan selang
Sumber: Nissan Motor Corp., Ltd. Nissan Model L11 Series Service Manual.
Hal. HA-33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
2.4.6 Refrigeran
Refrigeran adalah bahan pendingin berupa fluida yang digunakan untuk
menyerap panas melalui perubahan phasa cair ke gas (menguap) dan membuang
panas melalui perubahan phasa gas ke cair (mengembun). Association Heating
Refrigeration and Air Conditioning Engineer (ASHRAE, 2005) mendefinisikan
refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin. Refrigeran merupakan
komponen terpenting siklus refrigerasi karena dialah yang menimbulkan efek
pendinginan dan pemanasan pada mesin pendinginan. Zat ini berfungsi untuk
menyerap panas dari benda atau media yang didinginkan dan membawanya,
kemudian membuang panas tersebut ke udara luar atau ke atmosfir. Refrigeran
yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Tidak beracun, tidak berwarna, tidak berbau dalam semua keadaan.
2. Tidak dapat terbakar atau meledak sendiri, juga bila bercampur dengan
udara, minyak pelumas dan sebagainya.
3. Tidak korosif terhadap logam yang banyak dipakai pada sistem refrigerasi
dan air conditioning.
4. Dapat bercampur dengan minyak pelumas kompresor, tetapi tidak
mempengaruhi atau merusak minyak pelumas tersebut.
5. Mempunyai struktur kimia yang stabil, tidak boleh terurai setiap kali di
mampatkan, diembunkan dan diuapkan.
6. Mempunyai titik didih yang rendah. Harus lebih rendah daripada suhu
evaporator yang direncanakan.
7. Mempunyai tekanan kondensasi yang rendah. Tekanan kondensasi yang
tinggi memerlukan kompresor yang besar dan kuat, juga pipanya harus kuat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
dan kemungkinan bocor besar.
8. Mempunyai tekanan penguapan yang sedikit lebih tinggi dari 1 atmosfir.
Apabila terjadi kebocoran, udara luar tidak dapat masuk ke dalam sistem.
9. Mempunyai kalor laten uap yang besar, agar jumlah panas yang diambil
oleh evaporator dari ruangan jadi besar.
10. Apabila terjadi kebocoran mudah diketahui dengan alat-alat yang sederhana.
11. Harganya murah.
Andika (2006) mengelompokkan jenis-jenis refrigeran menjadi refrigeran
sintetik dan refrigeran alami. Refrigeran sintetik tidak terdapat di alam dan
dibuat oleh manusia dari unsur-unsur kimia. Jenis refrigeran sintetik yaitu:
1. Refrigeran CFC (Chloro-Fluoro-Carbon). Refrigeran ini terdiri dari unsur
Chlor (Cl), Fluor (F) dan Carbon (C). Contoh dari refrigeran ini adalah R11 (CFC-11), R-12 (CFC-12). Karena tidak mengandung hidrogen CFC
adalah senyawa yang sangat stabil dan tidak mudah bereaksi dengan zat
lain meskipun terlepas ke atmosfir. Karena mengandung chlor, CFC
merusak ozon di atmosfer (stratosfer) jauh di atas muka bumi. Zat ini
memiliki nilai potensi merusak ozon yang tinggi (ODP = 1). Lapisan ozon
bermanfaat untuk melindungi mahluk hidup dari pancaran sinar ultraviolet
intensitas tinggi. Oleh sebab itu kelestariannya perlu dijaga.
2 . Refrigeran HCFC (Hydro-Chloro-Fluoro-Carbon). Refrigeran ini terdiri
dari unsur Hydrogen (H), Chlor (Cl), Fluor (F) dan Carbon (C). Karena
mengandung hidrogen, refrigeran ini menjadi kurang stabil jika berada
di atmosfer, sehingga sebagian besar akan terurai pada lapisan atmosfer
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
bawah dan hanya sedikit yang mencapai lapisan ozon. Oleh sebab itu
HCFC memiliki ODP yang rendah. Contoh refrigeran ini adalah R-22
(HCFC-22).
3. Refrigeran HFC (Hydro-Fluoro-Carbon). Refrigeran ini tidak memiliki
unsur chlor. Oleh sebab itu refrigeran ini tidak merusak lapisan ozon
dan nilai ODP nya sama dengan nol. Contoh dari refrigeran ini adalah R134a (HFC-134a), R-152a (HFC-152a), R-123 (HFC-123).
Refrigeran alami adalah refrigeran yang dapat ditemui di alam, namun
demikian masih diperlukan pabrik untuk penambangan dan pemurniannya.
Contoh refrigeran alami adalah Hidrocarbon (HC), Carbondioksida (CO2) dan
Amonnia (NH3). Jenis refrigeran ini tidak mengandung chlor oleh sebab itu
refrigeran ini tidak merusak lapisan ozon (ODP = 0).
Refrigeran dibuat oleh beberapa negara dari beberapa perusahaan dengan
memakai nama dagang mereka masing-masing. Beberapa diantaranya yang telah
beredar di Indonesia adalah:
Tabel 2.1 Beberapa merk dagang refrigeran
Nama
Freon
Genetron
Frigen
Arcton
Asahi Fron
Forane
Daiflon
Ucon
Isotron
Pabrik
E.I.du Pont de Nemours & Company
Allied Chemical Corporation
Hoechst AG
Imperial Chemical Industries Ltd.
Asahi Glass Co., Ltd.
Pacific Chemical Industries Pty.
Osaka Kinzoku Kogyo Co., Ltd.
Union Carbide Chemical Corporation
Pennsylvania Salt Manufacturing Co.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Negara
U.S.A
U.S.A
Jerman
Inggris
Jepang
Australia
Jepang
U.S.A
U.S.A
22
Jenis refrigeran yang umum digunakan pada kendaraan adalah jenis R-12 dan
R-134a. Kendaraan saat ini banyak menggunakan R-134a karena memiliki banyak
keunggulan dibandingkan R-12, karena refrigeran R-12 diketahui dapat merusak
lapisan ozone, maka penggunaannya dihentikan. Penggantinya adalah R-134a
(HFC-134a) yang mempunyai sifat termodinamika yang sama seperti R-12, bahkan
lebih baik dan juga tidak berpotensi merusak lapisan ozone. Refrigeran biasanya
disimpan dalam tabung dan drum. Untuk mengetahui isinya, tabung-tabung tersebut
diberi berbagai warna serta keterangan pada tabung. Warna tabung fluida pendingin
dari Du Pont adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Warna tabung refrigeran merk Du Pont
Refrigeran
Freon 11
Freon 12
Freon 22
Freon 113
Freon 114
Freon 134a
Freon 500
Freon 502
Warna Tabung
Jingga (Orange)
Putih
Hijau
Ungu Tua (Purple)
Biru Tua
Biru Muda (Biru Langit)
Kuning
Ungu Muda (Orchid)
Pada tabel digambarkan masing masing jenis freon dibedakan dengan warna
tabung, ditunjukkan untuk jenis freon 134a dengan warna tabung biru muda atau
biru langit seperti terlihat pada gambar berikut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
Gambar 2.13 Jenis refrigeran R-134a
Sumber: Dokumentasi pribadi
2.4.7 Minyak Pelumas
Minyak pelumas dalam sistem pendingin merupakan bagian yang penting
untuk melumasi dan melindungi bagian-bagian yang bergerak dari kompresor.
Kompresor mesin pendingin harus terus-menerus mendapat pelumasan. Jika cara
pelumasannya kurang sempurna, bagian-bagian yang bergerak dari kompresor akan
cepat aus dan rusak. Kegunaan minyak pelumas dalam sistem pendingin adalah:
1. Mengurangi gesekan dari bagian-bagian yang bergerak.
2. Mengurangi terjadinya panas pada bus dan bantalan.
3. Membentuk lapisan penyekat antara torak dan dinding silender
4. Membantu mendinginkan kumparan motor listrik di dalam kompresor
hermetik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
Di dalam kompresor minyak pelumas selalu berhubungan, bahkan bercampur
dengan refrigeran dan mengalir bersama-sama ke semua bagian dari sistem.
Minyak pelumas harus tetap stabil pada suhu dan tekanan yang tinggi dari
kompresor, juga harus tetap dapat memberikan pelumasan dan melindungi bagianbagian yang bergerak agar tidak aus dan rusak. Pada suhu rendah minyak pelumas
harus tidak menimbulkan kotoran atau endapan yang dapat menyebabkan katup
ekspansi menjadi buntu. Minyak pelumas yang ikut terbawa oleh refrigeran harus
dapat dikembalikan ke kompresor dengan perencanaan dari sistem, terutama
evaporator yang baik. Minyak pelumas dapat dibagi dalam tiga jenis yaitu yang
berasal dari hewan, tumbuhan dan mineral.
Minyak pelumas yang berasal dari hewan dan tumbuhan adalah minyak
pelumas yang tetap (fixed oil), karena tidak dapat dimurnikan tanpa diuraikan.
Minyak tersebut tidak stabil, mudah membentuk asam dan endapan, sehingga tidak
dapat dipakai untuk mesin pendingin. Minyak pelumas untuk mesin pendingin
dibuat dari mineral yang baik dari golongan napthene.
Gambar 2.14 Minyak pelumas refrigerasi
Sumber: Dokumentasi pribadi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Minyak mineral harus dibersihkan melalui proses penyulingan minyak, untuk
diambil kandungan lilin, air, belerang dan lain-lain kotorannya. Umumnya minyak
pelumas diberi bahan tambahan untuk menghindarkan terjadinya endapan atau
busa. Minyak pelumas harus mempunyai pour point (suhu terendah dimana minyak
masih dapat mengalir) yang rendah, agar pada suhu rendah lilinnya tidak memisah
lalu membeku. Lilin yang membeku dapan membuat buntu alat kontrol refrigeran
seperti katup ekspansi. Syarat-syarat minyak pelumas untuk mesin pendingin
adalah:
1. Tidak mengandung air, lilin, asam dan lain-lain kotoran.
2. Mempunyai pour point yang rendah yaitu -32°C sampai dengan -40°C.
Agar pemakaian pada sistem dengan suhu rendah, lilinnya tidak memisah
dan membeku.
3. Mempunyai dielektrik (tidak menghantar listrik) yang kuat, minimum 25
kV.
4. Mempunyai struktur kimia yang stabil, tidak mudah bereaksi dengan
refrigeran atau benda lain yang dipakai pada sistem pendingin.
5. Tidak berbusa, karena jika berbusa minyak pelumas dapat membawa
refrigeran cair masuk ke kompresor, dapat merusak katup kompresor.
6. Mempunyai kekentalan (viscosity) pada 100°F (37,8°C) antara 150-300
SUV (Saybolt Universal Viscosity) dan untuk kompresor AC mobil 500
SUV.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
2.5 Prinsip Kerja Mesin Pendingin Kompresi Uap
Mesin pendingin kompresi uap merupakan salah satu mesin pendingin yang
penggunaannya sangat massif di sektor industri maupun di sektor rumah tangga, baik
untuk keperluan pendinginan maupun untuk sistem pengkondisian udara. Proses-proses
utama yang terjadi pada mesin pendingin kompresi uap terbagi menjadi beberapa
tahapan yaitu kompresi, kondensasi, ekspansi dan evaporasi. Proses evaporasi refrigeran
di dalam evaporator merupakan proses yang paling strategis yang merupakan tugas
utama mesin pendingin. Bahkan performansi sebuah mesin pendingin kompresi uap
bergantung pada kemampuan proses evaporasi menyerap energi panas sebanyakbanyaknya dari media hangat yang akan didinginkan.
Mesin pendingin mempunyai fungsi utama memindahkan energi dalam bentuk
panas dari daerah bertemperatur rendah ke daerah bertemperatur lebih tinggi. Fluida
kerja pendingin yang mengalir bersirkulasi di dalam mesin pendingin adalah fluida
refrigeran. Aliran refrigeran yang bertemperatur cukup rendah (dingin) dalam siklus
kerjanya mengalami proses penguapan atau evaporasi di dalam evaporator sambil
menyerap energi panas dari suatu daerah tertentu yang didinginkan. Setelah itu,
refrigeran yang telah mengangkut sejumlah tertentu energi panas yang diserapnya dari
aliran udara hangat yang melewati elemen-elemen evaporator mengalir ke dalam mesin
kompresor untuk kemudian dikompresikan sehingga tekanan dan juga temperaturnya
meningkat. Setelah memiliki temperatur yang lebih tinggi daripada temperatur media
(udara atau air) yang mengalir di sekeliling kondensor, refrigeran kemudian dialirkan ke
dalam kondensor dan didinginkan pada temperatur tertentu sampai mengalami
kondensasi sehingga refrigeran berubah dari tingkat keadaan uap menjadi cair. Proses
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
kondensasi dapat berlangsung berkat adanya aliran fluida pendingin (air atau udara)
yang mengalir secara kontinyu mendinginkan permukaan elemen-elemen kondensor.
Gambar 2.15 Skema sederhana siklus kerja mesin pendingin kompresi uap
pada kendaraan
Sumber: Nissan Motor Corp., Ltd. Nissan Model L11 Series Service Manual.
Hal. HA-14
Selanjutnya, agar refrigeran kembali ke tingkat keadaan tekanan dan
temperatur yang rendah sebelum memasuki evaporator, aliran refrigeran dari kondensor
terlebih dahulu diexpansikan di dalam katup ekspansi agar tekanan dan temperaturnya
menurun mencapai tekanan dan temperatur tertentu yang diinginkan. Setelah itu
refrigeran dialirkan kembali ke dalam evaporator untuk melakukan tugas utamanya
yaitu menyerap energi panas dari aliran udara hangat yang bersirkulasi pada suatu
daerah tertentu yang ingin didinginkan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
Aliran udara hangat dengan batuan blower motor dialirkan ke dalam evaporator
melewati permukaan-permukaan luar elemen-elemen evaporator sehingga terjadi kontak
secara tidak langsung antara kedua aliran tersebut. Pada saat itulah terjadi perpindahan
energi panas dari aliran udara hangat ke aliran refrigeran yang lebih dingin di dalam
pipa melalui perantaraan permukaan luar dinding-dinding pipa. Dalam kondisi tersebut,
aliran udara hangat melepaskan sejumlah energi panas, sehingga saat meninggalkan
evaporator temperaturnya turun ke tingkat yang diinginkan.
Untuk melakukan fungsinya secara kontinyu mesin pendingin memerlukan sumber
energi untuk menggerakkan kompresor agar dapat mengkompresikan aliran refrigeran
yang berasal dari evaporator agar mencapai tingkat keadaan tertentu sehingga kemudian
mampu melepaskan energi panasnya pada saat mengalami proses kondensasi di
kondensor. Kebutuhan energi di kompresor tersebut pada umumnya disuplai oleh mesin
penggerak yang dapat berupa motor listrik, motor bakar, atau mesin penggerak lainnya.
Dalam pengoperasiannya pada kendaraan konvensional yang menggunakan motor
bakar, kompresor diputar dengan crankshaft pulley mesin melalui sabuk penggerak
(drive belt), sehingga putaran dari mesin mempengaruhi putaran kompresor.
2.5.1 Proses Kompresi Aliran Refrigeran di Dalam Kompresor
Tugas utama kompresor pada sistem mesin pendingin kompresi uap adalah
mengkompresikan aliran refrigeran yang berasal dari evaporator agar tekanannya
meningkat beberapa kali lipat sehingga temperaturnya lebih tinggi daripada
temperatur media yang ada di sekeliling kondensor agar mampu melepaskan energi
panasnya pada saat mengalir di dalam kondensor.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Gambar 2.16 Skema sederhana kesetimbangan energi pada kompresor
Sumber: Chandrasa Soekardi. Termodinamika Dasar Mesin Konversi Energi.
Hal. 222
Pada siklus mesin pendingin yang skemanya diberikan pada gambar 2.15,
apabila kita tinjau bagian dari alat kompresornya saja secara individual dan
kemudian kita telaah tentang kesetimbangan energi yang terlibat di dalamnya maka
kita dapat menggambarkan interaksi masing-masing energi yang terlibat pada alat
kompresor seperti diberikan pada gambar 2.16. Analisis kesetimbangan energi pada
sistem kompresor bertujuan tidak hanya untuk memperkirakan besarnya energi
(energi mekanik berupa kerja atau daya) yang dibutuhkan oleh kompresor tetapi
juga mempelajari faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kinerja dari
sebuah mesin kompresor.
Pada sistem yang diberikan pada gambar 2.16, refrigeran yang berasal dari
alat evaporator mengalir masuk ke kompresor, dan energi total yang diangkut oleh
aliran refrigeran tersebut kita anggap besarnya adalah 𝐸1 . Di dalam kompresor
aliran refrigeran dikompresikan agar energinya meningkat dan temperaturnya lebih
tinggi daripada temperatur media pendingin pada kondensor agar proses
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
pembuangan energi panasnya dapat berlangsung secara efektif. Untuk keperluan
tersebut kompresor membutuhkan suplai sejumlah energi mekanik yang berupa
kerja kompresor, dan besarnya kerja kompresor tersebut kita sebut sama dengan
π‘Šπ‘˜ . Kemudian, 𝐸2 adalah energi total aliran refrigeran saat meninggalkan
kompresor.
Selama berlangsungnya proses kompresi ada kemungkinan terjadi kehilangan
energi panas ke sekeliling kompresor, dan besarnya energi panas tersebut kita sebut
sama dengan π‘‘π‘ž. Pada saat yang bersamaan, selama proses kompresi berlangsung
terjadi gesekan antara aliran refrigeran dengan sudu-sudu dan dinding kompresor,
dan besarnya kerugian energi gesekan tersebut sama dengan 𝑑𝐸𝑓 . Selanjutnya,
apabila prinsip kesetimbangan energi (jumlah energi yang masuk ke dalam sistem
harus sama dengan perubahan energi di dalam sistem ditambah dengan jumlah
energi yang keluar dari sistem) diterapkan pada sistem tersebut, maka diperoleh
persamaan berikut:
𝐸1 + π‘Šπ‘˜ =
𝑑𝐸
+ 𝐸2 + π‘‘π‘ž + 𝑑𝐸𝑓
𝑑𝑑
(2.1)
Apabila refrigeran yang mengalir di dalam kompresor dianggap stasioner
atau steady maka perubahan energi di dalam kompresor per satuan waktu dapat
diabaikan, artinya (𝑑𝐸/ 𝑑𝑑) = 0, sehingga persamaan (2.1) di atas menjadi:
𝐸1 + π‘Šπ‘˜ = 𝐸2 + π‘‘π‘ž + 𝑑𝐸𝑓
http://digilib.mercubuana.ac.id/
(2.2)
31
Apabila selanjutnya selama berlangsungnya proses kompresi kehilangan
energi panas ke sekeliling dan kerugian energi karena gesekan diabaikan maka
persamaan kesetimbangan energinya menjadi:
𝐸1 + π‘Šπ‘˜ = 𝐸2
(2.3)
Kemudian, apabila beda energi kinetik dan beda energi potensialnya
dianggap kecil maka persamaan (2.3) di atas dapat ditulis kembali menjadi
berbentuk:
π‘Šπ‘˜π‘  = β„Ž2𝑠 − β„Ž1
(2.4)
Dimana:
π‘Šπ‘˜π‘  : kerja teoritis yang diperlukan oleh kompresor, karena proses kompresinya
dianggap ideal
β„Ž1 : enthalpi refrigeran saat masuk kompresor
β„Ž2𝑠 : enthalpi isentropik refrigeran saat keluar kompresor
Dalam keadaan ideal atau teoritis, karena proses kompresi dari tingkat
keadaan (1) ke tingkat keadaan (2s) dianggap isentropik (adiabatik dan reversible)
maka besarnya entropi dianggap konstan, artinya besarnya entropi refrigeran masuk
dan keluar kompresor adalah sama.
Dalam keadaan sebenarnya, proses kompresi di kompresor tidak benar-benar
isentropik karena bisa jadi ada kehilangan energi panas ke sekeliling karena
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
perbedaan temperatur, dan terjadinya gesekan antar aliran refrigeran dengan sudusudu dan dinding kompresor tak dapat dihindari. Untuk memperhitungkan hal
tersebut maka dalam perhitungan analisis termodinamika diberikan sebuah
parameter yang disebut efisiensi isentropik kompresor, yang didefinisikan sebagai
perbandingan antara kerja yang diperlukan kompresor secara isentropik (π‘Šπ‘˜π‘  )
dengan kerja yang diperlukan kompresor sebenarnya (π‘Šπ‘˜ ):
π‘Šπ‘˜ =
π‘Šπ‘˜π‘ 
πœ‚π‘π‘ 
(2.5)
Apabila diketahui harga dari laju aliran massa refrigeran yang mengalir di
dalam sistem pendingin (π‘šπ‘Ÿπ‘’π‘“π‘Ÿ ), maka besarnya daya yang diperlukan kompresor
(π‘ŠΜ‡π‘˜ ):
π‘ŠΜ‡π‘˜ = π‘Šπ‘˜ . π‘šπ‘Ÿπ‘’π‘“π‘Ÿ
(2.6)
Untuk perhitungan laju aliran massa refrigeran yang mengalir di dalam
sistem pendingin (π‘šπ‘Ÿπ‘’π‘“π‘Ÿ ), dapat dihitung menggunakan persamaan:
π‘šπ‘Ÿπ‘’π‘“π‘Ÿ =
𝑉
𝑣1
( 2.7)
Dimana:
𝑉 : laju aliran volume refrigeran yang masuk dan keluar kompresor (m3 /s)
𝑣1 : volume spesifik refrigeran saat masuk kompresor (m3 /kg)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
Untuk perhitungan laju aliran volume refrigeran yang masuk dan keluar
kompresor dapat dihitung menggunakan persamaan:
𝑉 = 𝑉1 . 𝑛 . πœ‚π‘£
(2.8)
Dimana:
𝑉1 : volume silinder kompresor (m3 /rev)
𝑛 : putaran kompresor (rev/s)
πœ‚π‘£ : efisiensi volumetrik kompresor (%)
Besar enthalpi refrigeran sebenarnya keluar kompresor (β„Ž2 ) dapat dihitung
menggunakan persamaan:
π‘Šπ‘˜ = β„Ž2 − β„Ž1
(2.9)
Atau,
β„Ž2 = π‘Šπ‘˜ + β„Ž1
(2.10)
Besarnya kerja atau energi mekanik yang diperlukan kompresor bergantung
kepada besarnya harga enthalpi refrigeran saat masuk dan keluar kompresor.
Besarnya enthalpi tersebut bergantung kepada tingkat keadaan refrigeran saat
masuk dan keluar kompresor, yaitu pada tekanan dan temperatur evaporasi dan
kondensasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
2.5.2 Proses Kondensasi Aliran Refrigeran di Dalam Kondensor
Setelah mengalami proses kompresi di kompresor, aliran refrigeran yang
meninggalkan kompresor kemudian dikondensasikan di dalam kondensor agar
energi panas yang diangkutnya yang berasal dari evaporator dapat dilepaskan ke
sekeliling kondensor. Pada proses tersebut uap refrigeran mengalami proses proses
pengembunan sehingga berubah menjadi tingkat keadaan cair jenuh. Pada saat yang
bersamaan aliran fluida pendingin di kondensor menyerap energi panas yang
dilepaskan oleh aliran refrigeran panas.
Aliran fluida pendingin yang bersirkulasi di dalam kondensor atau hembusan
udara dari cooling fan menangkap sejumlah energi panas yang dilepaskan oleh
aliran refrigeran panas selama proses kondensasi berlangsung untuk kemudian
membuangnya ke lingkungan sekitarnya. Apabila kita tinjau kondensor secara
individual dan kemudian kita telaah energi-energi yang terlibat di dalamnya maka
kita dapat menggambarkan interaksi masing-masing energi tersebut pada alat
kondensor seperti diberikan pada gambar berikut ini.
Gambar 2.17 Skema sederhana kesetimbangan energi pada kondensor
Sumber: Chandrasa Soekardi. Termodinamika Dasar Mesin Konversi Energi.
Hal. 233
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
Pertama-tama, refrigeran yang berasal dari kompresor mengalir masuk ke
dalam kondensor dengan mengangkut sejumlah energi, yang merupakan gabungan
dari enthalpinya, energi kinetik, dan energi potensialnya, yaitu sebesar 𝐸2 . Sebelum
dialirkan ke dalam kondensor refrigeran harus memiliki temperatur yang lebih
tinggi daripada temperatur media pendingin yang dialirkan ke dalam kondensor
agar proses pembuangan energi panasnya dapat berlangsung secara efektif.
Proses pendinginan yang kontinyu oleh media pendingin aliran refrigeran
dikondensasikan hingga mencapai kondisi cair jenuh saat keluar dari kondensor.
Saat meninggalkan kondensor energi total yang dikandung aliran refrigeran kita
anggap sama dengan 𝐸2 . Sedangkan, besarnya energi panas yang dilepaskan oleh
aliran refrigeran dan kemudian diserap oleh aliran fluida pendingin atau udara
pendingin kita anggap sebesar (πš€π‘˜ ). Besarnya kehilangan energi panas ke sekeliling
kondensor kita anggap sama dengan π‘‘π‘ž, dan besarnya kerugian energi karena
gesekan-gesekan yang terjadi di dalam kondensor kita anggap sama dengan 𝑑𝐸𝑓 .
Selanjutnya, apabila prinsip kesetimbangan energi kita terapkan pada system
tersebut maka diperoleh persamaan berikut:
𝐸2 =
𝑑𝐸
+ 𝐸3 + πš€π‘˜ + π‘‘π‘ž + 𝑑𝐸𝑓
𝑑𝑑
(2.11)
Dimana:
dE
: perubahan energi yang terjadi di dalam kondensor per satuan waktu
dt
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
Apabila aliran uap air di dalam kondensor dianggap stasioner (steady) maka
perubahan energi di dalam kondensor per-satuan waktu dapat diabaikan. Dalam
keadaan tersebut, persamaan di atas menjadi:
𝐸2 = 𝐸3 + πš€π‘˜ + π‘‘π‘ž + 𝑑𝐸𝑓
(2.12)
πš€π‘˜ = 𝐸2 − 𝐸3 − π‘‘π‘ž − 𝑑𝐸𝑓
(2.13)
Atau,
Apabila selama proses kondensasi kondensor dianggap adiabatik maka π‘‘π‘ž =
0, dan apabila selama proses kondensasi kerugian energi karena gesekan dianggap
kecil maka 𝑑𝐸𝑓 = 0. Dalam kondisi seperti itu, maka laju pelepasan energi panas
dari aliran uap ke media pendingin di dalam kondensor (kJ/kg) dapat dievaluasi
menggunakan persamaan:
πš€π‘˜ = 𝐸2 − 𝐸3
(2.14)
Asumsi ketiga adalah beda energi kinetik dan beda energi potensial antara
aliran refrigeran masuk dan keluar kondensor dianggap kecil maka persamaan (2.9)
menjadi:
πš€π‘˜ = β„Ž2 − β„Ž3
(2.15)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
Dimana:
β„Ž2 : enthalpi uap air saat masuk ke dalam kondensor
β„Ž3 : enthalpi uap air saat keluar dari kondensor
Apabila diketahui harga dari laju aliran massa refrigeran yang mengalir di
dalam sistem pendingin (π‘šπ‘Ÿπ‘’π‘“π‘Ÿ ), maka laju pelepasan energi panas dari refrigeran:
πš€Μ‡π’Œ = πš€π‘˜ . π‘šπ‘Ÿπ‘’π‘“π‘Ÿ
(2.16)
Pada proses kondensasi ini, refrigeran saat keluar kondensor berada dalam
keadaan cair jenuh sehingga besarnya enthalpi secara mudah dapat ditentukan
dengan menggunakan data tabel atau diagram sifat-sifat refrigeran.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
2.5.3 Proses Ekspansi Aliran Refrigeran di Dalam Katup
Refrigeran bertemperatur rendah yang masuk ke dalam alat evaporator
sebelumnya mengalami proses ekspansi pada alat katup. Tugas utama alat tersebut
adalah menurunkan tekanan refrigeran cair yang berasal dari kondensor agar
selanjutnya refrigeran lebih mudah mengalami proses penguapan di evaporator.
Gambar 2.18 Skema sederhana kesetimbangan energi pada aliran refrigeran di
katup ekspansi
Sumber: Chandrasa Soekardi. Termodinamika Dasar Mesin Konversi Energi.
Hal. 243
Gambar sistem proses ekspansi aliran refrigeran di dalam katup ekspansi
diberikan pada gambar 2.18. Pada sistem tersebut, aliran refrigeran yang berasal
dari kondensor masuk ke dalam katup ekspansi dengan mengangkut energi sebesar
𝐸3 . Selanjutnya aliran refrigeran mengalami proses ekspansi tanpa membutuhkan
energi eksternal dan tanpa menghasilkan energi apapun. Di dalam katup ekspansi,
energi kinetik aliran refrigeran mengalami kenaikan yang signifikan sehingga
tekanannya menurun. Kemudian refrigeran meinggalkan alat katup dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
mengangkut energi sebesar 𝐸4 . Dari gambar sistem tersebut maka penerapan
prinsip kesetimbangan energi memberikan persamaan berikut:
𝐸3 =
𝑑𝐸
+ 𝐸4 + 𝑑𝐸𝑓 + π‘‘π‘ž
𝑑𝑑
(2.17)
Selanjutnya, apabila diasumsikan bahwa alirannya stasioner, sistem
adiabatik, gesekan diabaikan, beda energi kinetik dan energi potensial dianggap
kecil, maka besarnya enthalpi refrigeran masuk sama dengan enthalpi refrigeran
yang keluar katup ekspansi:
β„Ž3 = β„Ž4
(2.18)
2.5.4 Proses Penguapan Aliran Refrigeran di Dalam Evaporator
Tugas utama siklus refrigerasi adalah mendinginkan suatu media di
sekitarnya, yang dapat berupa media padat, cair atau gas. Sebagai pelaksana tugas
untuk misi pendinginan tersebut tersebut adalah evaporator, di dalamnya mengalir
fluida refrigeran bertemperatur rendah yang mampu menyerap sejumlah tertentu
energi panas dari media bertemperatur lebih tinggi yang bersirkulasi di sekitar
evaporator. Dengan kata lain, aliran refrigeran mengalami proses penguapan,
sambil menyerap sejumlah energi panas dari lingkungan sekitarnya. Pada umumnya
proses penguapan tersebut berlangsung pada temperatur dan tekanan tertentu yang
konstan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
Gambar 2.19 Diagram proses siklus kerja mesin pendingin kompresi uap
Sumber:
http://www.nt.ntnu.no/users/skoge/book-cep/diagrams/additional_
diagrams/R134a%col_common_refridgrant_without_CI.pdf, dengan
plotting
Pada gambar 2.19, diperlihatkan diagram proses bagi aliran refrigeran R134a yang mengalami proses-proses di dalam siklus kerja mesin pendingin. Proses
yang pertama yaitu proses perubahan tingkat keadaan yang dialami aliran refrigeran
pada saat melakukan proses pendinginan di dalam evaporator. Proses tersebut
ditunjukkan oleh proses dari tingkat keadaan (4) ke tingkat keadaan (1), di mana
evaporator menyerap sejumlah tertentu energi panas (Qevap). Karena menyerap
sejumlah tertentu energi panas maka fluida refrigeran akan mengalami perubahan
tingkat keadaan, di mana sebelum masuk ke dalam evaporator tingkat keadaannya
adalah dalam keadaan fasa campuran cairan dan uap pada tingkat keadaan (4).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
Setelah menyerap energi panas tingkat keadaannya berubah menjadi fasa uap jenuh,
yaitu pada tingkat keadaan (1).
Energi panas yang diserap oleh aliran refrigeran di dalam evaporator (Qrefr)
berasal dari energi panas yang dilepaskan oleh aliran udara hangat (Qud) yang
dialirkan ke arah permukaan-permukaan pipa bersirip di dalam alat evapoprator.
Karena melepaskan sejumlah energi panas maka temperatur aliran udara pada saat
meninggalkan alat evaporator menjadi lebih dingin yang kemudian pada saat
bersirkulasi di dalam ruangan tertentu akan menyerap energi panas dari dalam
ruangan.
Gambar 2.20 Skema sederhana kesetimbangan energi di evaporator
Sumber: Chandrasa Soekardi. Termodinamika Dasar Mesin Konversi Energi.
Hal. 240
Di dalam evaporator pertukaran energi panas dari aliran udara hangat ke
aliran refrigeran yang lebih rendah temperaturnya berlangsung melalui perantaraan
permukaan dinding-dinding pipa. Skema sederhana prinsip kesetimbangan energi
antara aliran refrigeran yang mengalami proses penguapan dan aliran udara yang
mengalami pendinginan di dalam alat evaporator diperlihatkan pada gambar 2.20.
Pada sistem tersebut, aliran refrigeran saat memasuki evaporator dianggap
mengangkut sejumlah tertentu energi total sebesar 𝐸4 . Kemudian, karena aliran
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
refrigeran menyerap energi panas sebesar Qrefr, maka saat meninggalkan evaporator
energinya telah meningkat menjadi 𝐸1 . Pada saat yang bersamaan, aliran udara
hangat saat masuk ke evaporator kita anggap memiliki energi total sebesar 𝐸2 ,
karena kemudian melepaskan energi panas sebesar Qud maka pada saat
meninggalkan evaporator energinya telah menurun menjadi 𝐸3 . Untuk mempelajari
penerapan prinsip kesetimbangan energi bagi kedua aliran fluida yang bekerja di
dalam evaporator dapat ditinjau pada sistem yang ada pada gambar 2.21 berikut ini.
Gambar 2.21 Skema kesetimbangan energi pada aliran refrigeran dan aliran udara
Sumber: Chandrasa Soekardi. Modul 2 Mesin Pendingin Kompresi Uap Ideal.
Hal. 7
Pertama-tama kita tinjau apa yang terjadi pada sistem aliran refrigeran. Pada
gambar tersebut aliran refrigeran memasuki evaporator dengan mengangkut
sejumlah tertentu energi total sebesar 𝐸4 . Kemudian, di dalam evaporator aliran
refrigeran menyerap energi panas sebesar Qrefr. Selama proses mendinginkan aliran
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
udara, energi aliran refrigeran di dalam evaporator dapat berubah sejalan dengan
fungsi waktu. Selama proses pendinginan berlangsung bisa juga terdapat sejumlah
energi panas tertentu yang masuk (sebesar π‘‘π‘ž) yang berasal dari sekeliling karena
adanya perbedaan temperatur, di samping terdapatnya sejumlah energi yang hilang
ke sekeliling karena akibat gesekan (sebesar 𝑑𝐸𝑓 ) di dalam evaporator.
Selanjutnya, saat meninggalkan evaporator aliran refrigeran mengangkut
energi total sebesar 𝐸1 . Dengan menerapkan prinsip kesetimbangan energi, di mana
jumlah energi yang masuk ke dalam sistem harus sama dengan perubahan energi
yang terjadi di dalam sistem ditambah dengan jumlah energi yang keluar dari
sistem, maka bagi aliran refrigeran di dalam evaporator didapat persamaan berikut:
𝐸4 + πš€π‘Ÿπ‘’π‘“π‘Ÿ + π‘‘π‘ž =
𝑑𝐸
+ 𝐸1 + 𝑑𝐸𝑓
𝑑𝑑
(2.19)
Selanjutnya, agar persamaan di atas dapat ditanggapi secara praktis maka
perlu menerapkan beberapa asumsi atau anggapan. Pada analisis ini hanya akan
ditinjau sistem setelah beroperasi mencapai keadaan yang stasioner atau steady
state. Dalam hal ini refrigeran diasumsikan telah mengalir dalam keadaan stasioner
sehingga dapat mengabaikan besaran (dE/dt). Sistem juga dianggap adiabatik,
artinya π‘‘π‘ž dianggap kecil (π‘‘π‘ž = 0) dibandingkan dengan besarnya energi 𝐸4 dan
𝐸1 . Kerugian energi yang hilang karena gesekan juga dianggap kecil sehingga dapat
diabaikan. Oleh karena itu dengan menerapkan beberapa asumsi di atas maka
persamaan (2.1) berubah menjadi:
𝐸4 + πš€π‘Ÿπ‘’π‘“π‘Ÿ = 𝐸1
(2.20)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
Atau,
πš€π‘Ÿπ‘’π‘“π‘Ÿ = 𝐸1 − 𝐸4
(2.21)
Beda antara energi total aliran refrigeran saat keluar evaporator dengan
energi total aliran refrigeran saat masuk evaporator (kJ/kg) merupakan gabungan
dari beda enthalpinya ditambah dengan beda energi kinetiknya dan beda energi
potensialnya seperti diberikan oleh persamaan berikut:
𝐸1 − 𝐸4 = (β„Ž1 – β„Ž4 ) + 1⁄2 (𝑣12 − 𝑣42 ) + 𝑔 (𝑍1 − 𝑍4 )
(2.22)
Apabila beda energi kinetik dan energi potensial kita anggap kecil, seperti
yang memang banyak terjadi pada aliran refrigeran di dalam evaporator mesin
pendingin, maka besarnya laju energi panas yang diserap oleh aliran refrigeran
(kJ/s) dapat diperkirakan menggunakan persamaan:
πš€Μ‡π‘Ÿπ‘’π‘“π‘Ÿ = π‘šπ‘Ÿπ‘’π‘“π‘Ÿ . (β„Ž1 – β„Ž4 )
(2.23)
Di sini π‘šπ‘Ÿπ‘’π‘“π‘Ÿ adalah laju aliran massa refrigeran yang mengalir di dalam
evaporator. Sekarang apabila ditinjau apa yang terjadi pada sistem aliran udara
hangat yang mengalir ke dalam evaporator yang akan didinginkan oleh aliran
refrigeran dingin. Dalam hal ini, aliran udara hangat harus melepaskan sejumlah
tertentu energi panas yang kemudian diserap oleh aliran refrigeran. Dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
menerapkan prinsip balans energi pada aliran udara seperti yang tertera pada
gambar 2.3. maka kita akan memiliki persamaan berikut:
𝐸2 + π‘‘π‘ž =
𝑑𝐸
+ πš€π‘’π‘‘ + 𝐸3 + 𝑑𝐸𝑓
𝑑𝑑
(2.24)
Selanjutnya, apabila pada aliran udara diasumsikan bahwa alirannya stasioner,
sistem adiabatik, gesekan diabaikan, beda energi kinetik dan energi potensial
dianggap kecil maka laju pelepasan energi panas oleh aliran udara hangat (kJ/kg)
dapat diperkirakan besarnya menggunakan persamaan berikut:
πš€π‘’π‘‘ = β„Ž2 − β„Ž3
(2.25)
Apabila dalam keadaan tertentu udara dianggap sebagai gas ideal, maka
besarnya energi panas yang dilepaskan oleh aliran udara (kJ/s) dapat diperkirakan
menggunakan persamaan:
πš€Μ‡π‘’π‘‘ = π‘šπ‘’π‘‘ . 𝐢𝑝 (𝑇2 − 𝑇3 )
(2.26)
Dalam kebanyakan keadaan kehilangan energi panas dari evaporator ke
sekelilingnya dapat dianggap kecil sehingga besarnya laju energi panas yang
diserap oleh aliran refrigeran sama dengan besarnya laju energi panas yang
dilepaskan oleh aliran udara (πš€Μ‡π‘Ÿπ‘’π‘“π‘Ÿ = πš€Μ‡π‘’π‘‘ ).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
2.5.5 Koefisien Prestasi (Coefficient of Performance)
Koefisien Prestasi (KP) atau Coefficient of Performance (COP) dipergunakan
untuk menyatakan efisiensi dari siklus refrigerasi. Pada umumnya, efisiensi mesin
kalor selalu lebih kecil dari satu. Dengan kata lain, energi yang dimasukkan ke
dalam mesin tidak semuanya dapat diubah menjadi kerja berguna, namun selalu ada
kerugian. Berbeda dengan mesin kalor, mesin refrigerasi bekerja sebagai pompa
untuk memindahkan kalor. Oleh karena itu, jika kerja yang dilakukan (dalam satuan
kalor) untuk menggerakkan kompresor dibandingkan dengan kapasitas refrigerasi,
akan terlihat bahwa kapasitas refrigerasi lebih besar dari besaran yang pertama.
Koefisien prestasi merupakan besarnya energi panas yang diserap oleh aliran
refrigeran dibagi dengan besarnya daya yang diperlukan kompresor, maka COP
dapat dihitung menggunakan persamaan
𝐢𝑂𝑃 =
πš€Μ‡π‘Ÿπ‘’π‘“π‘Ÿ
π‘ŠΜ‡π‘˜
(2.27)
Semakin besar kapasitas refrigerasi yang diperoleh untuk kalor ekivalen kerja
kompresi tertentu, semakin besar koefisien prestasinya. Semakin lebih besar
koefisien prestasi daripada 1, semakin baik prestasinya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
2.6 MiniREFPROP
REFPROP (REFerence fluid PROPerties) merupakan program referensi properti
untuk berbagai jenis fluida. Program ini dikembangkan oleh National Institute of
Standards and Technology (NIST), perhitungan sifat termodinamika dan transportasi
properti berbagai cairan industri yang penting maupun campurannya. Properti ini dapat
ditampilkan dalam bentuk tabel serta plot dengan tampilan antarmuka berupa grafik.
Gambar 2.22 Tampilan program miniREFPROP
Sumber: Dokumentasi pribadi
REFPROP didasarkan pada data yang akurat untuk fluida murni maupun campuran
pada model yang tersedia saat ini. Menerapkan tiga model untuk properti
termodinamika dari fluida murni meliputi persamaan secara eksplisit dalam energi
Helmholtz, persamaan Benediktus-Webb-Rubin yang dimodifikasi dan model ECS
(Extended Corresponding States). Perhitungan campuran menggunakan model yang
berlaku, pencampuran sesuai aturan untuk energi Helmholtz dari komponen campuran,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
menggunakan fungsi permulaan untuk menjelaskan permulaan dari pencampuran yang
ideal. Viskositas dan konduktivitas termal dimodelkan dengan korelasi cairan khusus,
metode ECS atau dalam beberapa kasus metode teori gesekan.
Program miniREFPROP adalah versi sampel dari program REFPROP penuh dan
dimaksudkan untuk digunakan sebagai alat pembelajaran dalam pengenalan
termodinamika untuk pelajar. Program ini berisi sejumlah cairan murni (air, 𝐢𝑂2, R134a, nitrogen, metana, propana, hidrogen, dan dodekan) dan juga memungkinkan
perhitungan campuran nitrogen dengan metana untuk mempelajari VLE (Vapour Liquid
Equilibrium).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download