DAFTAR ISI

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kawasan tepi air ataupun kawasan tepi sungai di Indonesia sebenarnya
berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad
telah menjadi bagian dari jalur perdagangan internasional (Suprijanto 2003). Dari sisi
geografis, banyak kota–kota di Indonesia berlokasi di daerah pantai, dataran rendah
maupun dataran tinggi (pegunungan), seperti Kota Palembang (Sumatera Selatan)
terletak di tepi Sungai Musi, Kota Banjarmasin (Kalimantan Selatan) terletak di tepi
Sungai Kuin dan Sungai Barito dan banyak lagi kota–kota yang lainnya. Dari itu
duapertiga bagian wilayahnya adalah perairan, menjadikan Indonesia memiliki garis
pantai terpanjang di dunia, hal tersebut menjadikan pula beberapa bagian wilayah di
Indonesia merupakan kawasan pesisir atau tepi air.
Kawasan tepi pantai adalah termasuk kawasan tepi air, seperti halnya kawasan
tepi sungai/laut dan kawasan tepi danau. Namun kawasan tepi sungai memiliki
beberapa kelebihan, terutama berkaitan dengan fungsi dan aksessibilitas yang lebih
strategis. Apabila ditinjau dari sejarah kelautan, bangsa Indonesia sudah sejak
berabad-abad yang lalu dikenal dengan kehidupan baharinya, dengan memfungsikan
kota pantai menjadi pusat-pusat perdagangan melalui jalur transportasi laut.
Kawasan sungai umumnya sangat menarik bagi pertumbuhan perumahan,
terutama perumahan nelayan, yang ingin dekat dengan mata pencaharian mereka
sebagai penangkap ikan di laut. Umumnya perumahan nelayan ini dibangun
Universitas Sumatera Utara
seadanya, sehingga tumbuh usaha-usaha reklamasi pantai yang tidak terkendali,
berebut dengan pihak swasta yang bermodal besar.
Pada perkembangan selanjutnya kawasan tepi sungai menjadi tempat yang
menarik untuk pemukiman, gejala tersebut dapat terjadi karena berbagai alasan,
antara lain: merupakan kawasan alternatif pemukiman kota bagi kaum urbanis. Secara
empiris daerah bantaran sungai di kota senantiasa digunakan terutama oleh
masyarakat miskin kota sebagai tempat tinggal. Kondisi tersebut menyebabkan
tingginya laju pertumbuhan perkotaan, dimana kawasan tepi sungai cenderung
tumbuh lebih cepat, baik secara demografis maupun ekonomi.
Besarnya daya tarik kota, dimana terbukanya lapangan untuk pekerjaan
dengan tenaga tidak terampil (informal) merupakan satu diantara tingginya arus
urbanisasi. Lahan untuk perumahan semakin sulit didapat dan semakin mahal di luar
jangkauan sebahagian anggota masyarakat, karena pendapatan sebagian penduduk di
negara-negara berkembang seperti Indonesia begitu rendah, sehingga setelah dipakai
untuk membayang makan, pakaian, keperluan sehari-hari dan lain-lain, hanya sedikit
sekali yang tersisa untuk keperluan rumah. Sementara itu harga rumah terus
meningkat sehingga pendapatan penduduk semakin jauh dibawah harga rumah yang
termurah sekalipun (Panudju, B. 1999).
Fasilitas hunian merupakan kebutuhan yang sangat mendasar terhadap
kesejahteraan sosial dan ekonomi penduduk, sedangkan perumahan merupakan
indikator dari kemampuan suatu pemerintah dalam memenuhi salah satu kebutuhan
pokok penduduknya (Budihardjo, E. dan Sudanti H, 1993). Akibat adanya bangunan
pada bantaran-bantaran sungai ini, maka kegiatan aktifitas manusia penghuni
Universitas Sumatera Utara
bangunan tersebut tidak terelakkan menjadi perusak tata guna lahan dan sungai,
seperti semrawutnya tata letak perumahan,sampah-sampah yang dibuang ke badan
sungai yang mengakibatkan kedalaman terganggu, terjadi pendangkalan sungai dan
erosi, alur sungai menjadi berubah sehingga keruntuhan tebing terjadi dan manfaat
sungai sebagai sumber air bersih dan sumber ikan bagi manusia menjadi hilang
(Firdaus, 2000).
Dilihat dari Undang-undang No 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang
disebutkan bahwa penataan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tata ruang
terencana,dengan memperhatikan keadaan lingkungan alam, lingkungan buatan,
lingkungan
sosial,
interaksi
antar
lingkungan,
tahapan
dan
pengelolaan
pembangunan,serta pembinaan kemampuan kelembagaan dan sumberdaya manusia
yang ada dan tersedia, dengan selalu mendasarkan pada satu kesatuan wilayah
nasional dan ditujukan bagi sebesar-besarnya kemakmuran.
Bantaran sungai sangat memungkinkan untuk dilakukan penataan ruang dan
dengan memperhatikan fungsi sebagai penyangga ekologi, sosial dan ekonomi sebab
perkembangan ekonomi dapat diasosiasikan dengan masalah lingkungan yang
muncul pada bantaran sungai itu sendiri. Beberapa masalah tersebut berhubungan
dengan urbanisasi, perubahan yang cepat dalam menggunakan lahan sehingga terjadi
pengurangan ruang terbuka hijau, juga ketidak seimbangan suplai air, banjir, erosi
tanah, sedimentasi sungai dan lain-lain (Al Mamun et al,1999).
Kesalahan yang selalu terjadi dan juga sering dijumpai dalam perencanaan
tata ruang wilayah adalah penetapan kawasan pemukiman atau pusat perkembangan
justru di daerah-daerah rawan longsor dan banjir. Terlebih lagi perkembangan tata
Universitas Sumatera Utara
wilayah juga sering tidak bisa dikendalikan yang mengarah ke daerah banjir, bahkan
konsep masterplan drainase yang sekarang dianut di seluruh Indonesia alah drainase
yang dapat mendatangkan banjir yakni konsep drainase yang secepatnya mengalirkan
kelebihan air ke sungai, sehingga sungai tidak mampu menampung air tersebut dan
akibatnya akan meluap (Maryono, A. 2003).
Salah satu kota tepi air adalah kota Tanjungbalai, yang merupakan salah satu
kota yang terdapat di Propinsi Sumatera Utara yang memiliki sungai besar yaitu
Sungai Asahan dan Sungai Silau, sungai ini membelah Kota Tanjungbalai. Secara
spesifik Sungai Asahan tersebut bermuara ke Selat Malaka, sebab Kota Tanjungbalai
berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Di sepanjang pinggiran/tepi Sungai
Asahan berdirilah pemukiman-pemukiman penduduk. Bentuk dari pemukimanpemukiman ini bermacam-macam, seperti halnya mengikuti tepian sungai dan ada
juga membesar ke badan sungai. Pemukiman ini sudah ada sejak tahun 1950 sampai
sekarang.
Di tepi kedua sungai ini, banyak terdapat pemukiman-pemukiman,
diantaranya pemukiman di Kelurahan Kuala Silo Bestari yang pemukimannya
mengarah ke tengah sungai Asahan lapis demi lapis. Hampir setengah badan Sungai
Asahan ini ditumbuhi oleh rumah-rumah panggung dibuat dari kayu dengan
konstruksi seadanya. Beberapa dari rumah–rumah ini bangunannya sudah mulai
lapuk dan miring termasuk di Kelurahan Sejahtera. Inilah yang menjadi alasan dalam
pemilihan lokasi penelitian. Semua permasalahan yang telah disebutkan terdapat
dalam lokasi ini.
Universitas Sumatera Utara
1.2
Identifikasi Penelitian
Kawasan pemukiman tepi sungai, bentuk pemukimannya sangat dipengaruhi
oleh air pasang surut permukaan sungai. Secara geografis Kota Tanjungbalai terletak
pada ketinggian rata-rata 0 – 3 meter diatas permukaan laut. Kondisi ini merupakan
daratan yang relatif datar, sehingga sebagian pemukiman yang berada ditepi sungai
akan tergenang apabila terjadinya air pasang sungai. Adanya pengikisan tepi sungai
(abrasi) dan sedimentasi menyebabkan batas daratan dan garis pantai tidak dapat
dibedakan lagi. Hal ini berpengaruh terhadap kondisi fisik dan bentuk bangunan yang
berada dalam kawasan tersebut.
Kondisi pemukiman tepi Sungai Asahan ini khususnya di Kelurahan Kuala
Silo Bestari dan Kelurahan Sejahtera Tanjungbalai Utara Kota Tanjungbalai sangat
memprihatinkan. Hal ini ditandai dengan infrastruktur yang terbatas dan tidak
memenuhi standar kriteria yang telah ditetapkan pemerintah. Kepadatan bangunan
sangat tinggi serta kualitas bangunan sangat rendah. Keberadaan bangunan yang tepat
berada di tepi sungai bahkan sudah tepat di atas air.
1.3
Rumusan Penelitian
Berdasarkan hal diatas dapat dirinci permasalahan yang ada di lokasi
penelitian yaitu bagaimana pola permukiman, proses pertumbuhan dan faktor-faktor
penyebab pertumbuhan pemukiman tepi air di Sungai Asahan Tanjungbalai untuk
kedua lokasi penelitian.
Universitas Sumatera Utara
1.4
Lingkup Penelitian
Dalam penulisan tesis ini kajian morfologi pemukiman tepi sungai hanya
meneliti pada Kelurahan Kuala Silo Bestari dan Kelurahan Sejahtera Kecamatan
Tanjungbalai Utara Kota Tanjungbalai. Kedua Lokasi ini tepat berada di bibir sungai
dan pemukiman sudah melewati garis sempadan sungai menuju ke arah tengah
sungai.
1.5
Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian diatas maka tujuan Kajian Morfologi Pemukiman Tepi
Air sungai Asahan adalah untuk mengetahui pola pemukiman tepi air, mengetahui
proses pertumbuhan pemukiman tepi air, mengetahui faktor-faktor penyebab
pertumbuhan pemukiman tepi air.
1.6
Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian mengenai kajian ini diharapkan akan bermanfaat baik
untuk bidang akademis maupun untuk pemerintah terutama pemerintah Tanjungbalai.
Penelitian ini merupakan suatu bagian dari proses penataan ruang secara keseluruhan
dan juga sebagai masukan bagi pengelola kota/pengambil keputusan untuk
menentukan pola kebijakan pengadaan pemukiman. Sebagai manfaat akademis/ilmu
pengetahuan penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan dan acuan mengenai
morfologi pemukiman di tepi sungai.
Universitas Sumatera Utara
1.7
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan latar belakang yaitu pesatnya pertumbuhan pemukiman, adanya
pemanfaatan badan sungai sebagai lahan pemukiman dan permasalahan pemukiman
yang tumbuh organik sepanjang pada lokasi penelitian, sehingga permasalahan yang
ada menjadi begitu kompleks. Untuk memudahkan penuliasan penelitian ini
dirancang suatu kerangka pemikiran seperti terlihat pada gambar 1.1.
LATAR BELAKANG
1. Pesatnya pertumbuhan pemukiman di tepi Sungai Asahan
2. Kelurahan Kuala Silo Bestari yang pemukimannya mengarah ke tengah Sungai
Asahan lapis demi lapis.
3. Badan Sungai Asahan ditumbuhi oleh rumah panggung
4. Pemukiman Kelurahan Sejahtera berada didalam garis sempadan Sungai Silau
PERMASALAHAN
1. Pemukiman yang tidak teratur dengan kepadatan bangunan yang tingi
2. Berkembangnya pemukiman disepanjang Sungai Silau dan Sungai Asahan
3. Mengapa terjadi pemukiman di tepi Sungai Silau dan Sungai Asahan?
TUJUAN
1. Untuk mengetahui pola pemukiman tepi air
2. Untuk mengetahui proses pertumbuhan pemukiman tepi air
3. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab pertumbuhan
pemukiman tepi air
Tinjauan Khusus
Tinjauan Umum
1.
2.
3.
4.
Pemukiman tepi sungai
Garis Sempadan sungai
Tipologi pemukiman tepi sungai
Morfologi pemukiman tepi sungai
KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI
1. Kota Tanjungbalai
2. Kecamatan Tanjungbalai Utara
3. Kelurahan Kuala Silo Bestari
4. Kelurahan Sejahtera
Pengolahan Data
Kesimpulan
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
Universitas Sumatera Utara
Download