proses bimbingan islam pada penderita skizofrenia di panti

advertisement
PROSES BIMBINGAN ISLAM PADA PENDERITA SKIZOFRENIA
DI PANTI REHABILITASI CACAT MENTAL YAYASAN GALUH
BEKASI
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Reninta Latifa
Nim: 105052001764
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
U I N SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H. / 2010 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya pergunakan telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya
asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 18 Maret 2010
Reninta Latifa
ABSTRAK
Reninta Latifa / 105052001764
Proses Bimbingan Islam Pada Penderita Skizofrenia Di Panti Rehabilitasi
Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi .
Bimbingan Islam adalah segala usaha untuk merealisasikan ajaran agama
Islam dalam kenyataan hidup sehari-hari tidak hanya diprioritaskan kepada satu
sisi kehidupan saja, tetapi ditujukan keseluruhan, agar tercapai kebahagiaan dunia
maupun akhirat kelak.
Dalam masyarakat modern yang serba kompleks, sebagai produk dari
kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi, dan urbanisasi, begitu banyak
munculnya masalah sosial. Kesulitan mengadakan adaptasi dan adjustment
menyebabkan kebingungan, kecemasan dan konflik-konflik baik yang terbuka
maupun yang sifatnya eksternal, maupun yang tersembunyi dan internal dalam
batin sendiri. Sehingga begitu banyak manusia itu sendiri mengembangkan pola
tingkah laku menyimpang dari norma-norma umum. Atau berbuat semaunya
sendiri, mengganggu atau dapat merugikan manusia yang lainnya.
Konflik-konflik yang sifatnya eksternal maupun internal. Menyebabakan
faktor-faktor sosial bisa dikatakan “penyakit masyarakat atau sosial” itu adalah
segenap tingkah laku manusia yang dianggap tidak sesuai, melanggar normanorma dan adat istiadat, atau tidak terintegrasi dengan tingkah laku umum.
Termasuk didalamnya itu Skizofrenia.
Skizofrenia adalah salah satu contoh manusia yang melakukan tindakan
negative yang sangat merugikan diri sendiri dan skitarnya yang sering terjadi di
masyarakat. Maka itulah penderita skizofrenia manusia yang tersesat dan patut
untuk dibina, dibimbing dalam menumbuhkan kembangnya mental,
mengembalikan harga diri, dan menghargai manusia serta memulihkan kesadaran
bahwa skizofrenia mampu ditangani secara benar di tempat rehabilitasi cacat
mental. Sebab pada dasarnya mereka adalah manusia-manusia yang juga
menginginkan pola kehidupan yang wajar saling berdampingan.
Pada penelitian ini mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan
pembimbing dan proses apa saja yang digunakan dalam bimbingan islam pada
penderita skizofrenia yang dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan
pencatatan data dari hasil observasi dan wawancara. Dengan ini dapat diketahui
bahwa upaya yang dilakukan pembimbing dan memberikan empati yang tinggi
bersamanya rasa kasih sayang secara utuh untuk proses bimbingan itu sendiri.
Dari semua upaya bimbingan ini tak jauh dari tujuan dan fungsi bimbingan pada
penderita skizofrenia.
ii
Ajaran Islam yang
telah terpatri dalam diri seseorang akan mengusir gelapnya kekafiran
dan kemaksiatan dengan Nur Islam…...
Dengan Nur tersebut akan tampak dengan jelas indahnya ketaatan.
Sehingga membawa seorang Muslim untuk selalu mendekatkan diri
kepada Allah dan menghindari larangannya……….
Orang-orang Sukses mempunyai kesadaran, tentang arah dan tujuan,
mereka tahu kemana mereka menuju. Mereka menetapkan Sejumlah
tujuan. Bekerja untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, Kemudian
menetapkan tujuan-tujuan baru. Mereka menerima dan menikmati
tantangan………….
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur hanya milik Allah. Tuhan seru sekalian alam, yang telah
melimpahkan nikmat dan rahmatNya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini tanpa mengalami hambatan yang berarti.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW. Yang telah
membimbing umatNya menuju jalan yang penuh dengan ridhoNya.
Skripsi yang berjudul ” Proses Bimbingan Islam Pada Penderita Skizofrenia di
Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi” terselesaikan berkat bantuan
semua pihak. Untuk itu, penulis pada kesempatan ini menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA, Rektor Universitas Islam Negeri
Syarief Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi beserta Pembantu Dekan I, II, dan III yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis dalam mengikuti perkuliahan di Fakultas ini.
3. Bapak Drs. M. Lutfi, MA selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
yang telah memberikan motivasi kepada penulis demi pelaksanaan skripsi ini.
4. Ibu Nasichah, MA selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
yang menbantu proses pelaksanaan skripsi ini.
iii
5. Ibu Dra. Hj. Musfirah Nurlaily MA selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan motivasi, semangat serta waktunya untuk menyelesaikan skripsi ini
dengan penuh kesabaran.
6. Bapak dan ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
begitu banyak mencurahkan ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga
memperluas wawasan keilmuan sebagai kewajiban ummat Islam, semoga ilmu
dalam perkuliahan dapat bermanfaat.
7. Bapak Suhartono selaku dewan pembinaan di Panti Rehabilitasi Yayasan Galuh
Bekasi yang telah memberikan izin dan kesempatan penulis melakukan penelitian.
Serta para pembimbing lainnya di yayasan yang bersedia meluangkan waktunya
untuk diwawancarai dalam mempercepat proses penyelesaian skripsi ini.
8. Teruntuk Ayah penulis Drs. H. Marzal, MM. Kita semua bersama pap, cepat
sembuh ya pap, kami di sini menanti kesembuhan pap. Untuk Ibunda, Mandar
Aini, S.Pd: Mam hebat, yang telah mencurahkan kasih sayangnya, serta kesabaran
dan keikhlasan dalam doa yang tak pernah henti di setiap malam demi kelancaran
penulis menempuh study terutama dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga
mereka senantiasa dalam lindungan Allah SWT.
9. Kakak-kakak penulis yang bernama Rena Latifa dan Reza Muhammad, yang
selalu mendoakan dan mendukung penulis dalam penyusunan skripsi ini.
10. Adik penulis yang bernama Refika Latifa yang centil dan cerewet yang selalu
mengganggu penulis di dalam penyusunan skripsi.
iv
11. Kakak-kakak ipar penulis: Vivie, makasih banget atas dukungannya.
12. Mas ipar Mustaba Ari Suryoko: makasih mas.
13. Keponakan penulis yang bernama Qolbi Muhammad Azhra, cepet gede..
14. Teman-teman penulis di BPI’ angkatan 2005.
15. Dan semua pihak yang telah ikut membantu hingga tersusunnya skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Pada akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini sangat penulis
harapkan. Semoga Allah SWT memberikan taufiq dan hidayahNya kepada kita semua.
Amin!
Jakarta, 18 Maret 2010
Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN……………………………………………………. I
ABSTRAK ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... iii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah........................................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Masalah ..................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................................................. 9
D. Metodologi penelitian ........................................................................... 10
E. Sistematika Penelitian………………………………………………… 13
BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................ 15
A. Bimbingan Islam ................................................................................... 15
1. Pengertian Bimbingan Islam ............................................................ 15
2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Islam ............................................... 17
B. Skizofrenia.............................................................................................. 19
1. Pengertian Skizofrenia ..................................................................... 19
2. Gejala-gejala Klinis Skizofrenia ...................................................... 21
3. Penyebab Munculnya Penyakit Skizofrenia .................................... 22
4. Tipe-Tipe Skizofrenia ...................................................................... 25
vi
5. Tindak Lanjut Penanganan Skizofrenia ........................................... 28
BAB III GAMBARAN UMUM PANTI REHABILITASI CACAT MENTAL
YAYASAN GALUH BEKASI
A. Sejarah Berdirinya................................................................................. 29
B. Bentuk dan Jenis Pelayanan…………………………………………... 31
C. Visi, Misi, Motto dan Tujuan ................................................................ 32
D. Struktur Organisasi................................................................................ 33
E. Sarana dan Prasarana ............................................................................. 36
F. Kedudukan Lembaga Dengan Lembaga Pelayanan Kesejahteraan
Sosial Lain…………………………………………………………….. 38
G.Program Kegiatan dan Pembinaan ......................................................... 38
H. Kondisi Penderita Skizofrenia............................................................... 40
BAB IV PROSES BIMBINGAN ISLAM
A. Proses Bimbingan Islam Pada Penderita Skizofrenia............................ 43
B. Faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam Proses Bimbingan
Islam ...................................................................................................... 48
vii
BAB 5 PENUTUP
5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 50
5.2. Saran...................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………... 52
LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Sudah menjadi sunnatullah, bahwa manusia memerlukan orang lain
dalam hidupnya, sebab ia tidak mampu memenuhi semua keperluanya
sendiri tanpa bantuan orang lain. Bahkan untuk tertawa saja perlu ada
orang lain di sampingnya. Begitu penting hubungan antara satu sama lain.
Yang memungkinkan terjadinya tolong menolong, yang berarti manusia
memerlukan teman. Dianjurkannya pula untuk bertakwa kepada Allah
supaya hubungan kasih sayang dapat dihayati, dengan berpegang teguh
kepada agama Allah. Manusia diciptakan Allah memiliki sifat-sifat yang
baik dan buruk.
Untuk dapat membedakan mana sifat yang baik dan buruk. Allah
memberikan manusia
akal dan menunjukkan mana yang baik dan
buruknya. Semua itu berkenaan dengan perbuatan, maupun dengan sifat
tertentu yang terdapat didalam Agama Islam, maka setiap manusia
mengakui bahwa manusia itu beragama, dan harus mempelajari agama
yang dianutnya agar manusia itu mampu melakukan pemilihan antara yang
baik untuk diikutinya dan mana yang tidak baik agar ditinggalkannya.
Proses pendidikan dan pengajaran agama tersebut dapat dikatakan
sebagai “bimbingan” dalam bahasa psikologi. Nabi Muhammad Saw.
Menyuruh manusia muslim untuk menyebarkan ajaran Agama Islam yang
1
2
diketahuinya, walaupun hanya satu ayat saja. Dengan demikian jelaslah
sudah bahwasannya nasihat Agama itu ibarat bimbingan.
Allah telah memberikan petunjuk kepada manusia agar mereka
beriman
dan
mampu
mengetahui
mana
yang
baik,
kemudian
melaksanakannya sehingga mereka dapat bertahan dalam keadaan yang
baik dan tidak dilemparkan ketempat yang paling rendah (buruk). Dapat
pula dikatakan bahwa Allah menurunkan bimbingan dan petunjuknya bagi
manusia.
Petunjuk dan bimbingan agama, merupakan bimbingan yang
datang dari Allah melalui Rasul atau pun NabiNya, cukup lengkap dan
memadai untuk mengantar manusia kepada kehidupan bahagia didunia dan
diakhirat. Ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad dapat
membimbing manusia dalam semua segi kehidupan: Jasmani, rohani,
sosial, ekonomi dan politik. Dan dapat berkembang sesuai dengan
kebutuhan manusia pada zamannya masing-masing.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terjadi cepat sekali,
hal ini dimungkinkan karena Allah memberi manusia akal, dan seluruh
perangkat kejiwaan dalam berbagai dimensinya.
Pada abad ke duapuluh, ilmu pengetahuan menemukan bahwa yang
terpenting dan yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia adalah
jiwanya. Jiwa itulah yang menggerakan manusia untuk bekerja, belajar dan
berjuang. Dan jiwa pula yang mempengaruhi kesehatan tubuh manusia.
Jika pada zaman Yunani kuno dulu dapat dikatakan bahwa mental sehat
3
terdapat didalam tubuh yang sehat (mens sana in corpore sano). Terbukti
belakangan ini banyak penyakit yang terjadi akibat jiwa tidak sehat. Dan
penyakit tersebut sulit untuk disembuhkan, untuk itu jiwa perlu
disembuhkan lebih dulu. Penyakit tersebut terkenal dengan kata “psiko-somatik” (penyakit badan yang disebabkan oleh keadaan jiwa). Orang yang
sehat jiwanya, insya-Allah badannya pun akan sehat pula.
Perkembangan ilmu pengetahuan terus berjalan, berbagai ilmu
pengetahuan baru muncul sampai kepada menjadikan manusia sebagai
obyek penelitian, maka berkembanglah ilmu psikologi yang mengkaji
berbagai daya, unsur-unsur kejiwaan yang sangat mempengaruhi cara
berpikir, bertindak, berprilaku, berbicara, dan sebagainya, yang dapat
membantu manusia mencapai kebahagiaan dalam hidupnya.
Dengan berkembangnya ilmu jiwa (psikologi), diketahui bahwa
manusia
memerlukan
bantuan
untuk
mengatasi
kesulitan
yang
dihadapainya dan muncullah layanan berbagai kejiwaan, dari yang paling
ringan (bimbingan), yang sedang (konseling), dan yang paling berat
(terapi). Dan berkembanglah psikologi sehingga mempunyai cabangcabang terapan, diantaranya bimbingan, konseling dan terapi.
Selanjutnya ditemukan bahwa agama, terutama Agama Islam
mempunyai fungsi-fungsi pelayanan bimbingan, konseling, dan terapi
dimana filosofinya didasarkan atas ayat-ayat Alquran dan Sunnah Rasul.
4
Maka terjadilah Proses Bimbingan Islam hendaknya membawa
kepada peningkatan iman, ibadah dan jalan hidup yang telah di ridhoi
Allah. 1
Dalam aliran psikologi positif setiap harapan adalah hal yang bagus
sekali bagi kemaslahatan hidup manusia. Harapan (Hope) ini akan menjadi
sumber kekuatan kejiwaan manusia untuk menjadi lebih sempurna. 2
Allah berfirman dalam Al-Quran surat Al-Isra: 82
⌦
⌧
☺
☺
Artinya: “Dan kami turunkan dari Al-Quran suatu yang jadi
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu
tidaklah menambah kepada orang-orang yang dzolim selain kerugian.”
(QS. Al-Israa: 82)
Skizofrenia merupakan suatu bentuk psikosa yang dapat dijumpai
dimana-mana sejak dahulu kala. Sebelum Kraepelin (1856-1926) tidak ada
kesatuan pendapat mengenai berbagai gangguan jiwa yang sekarang
dinamakan skizofrenia. Skizofrenia juga merupakan sejenis gangguan
terhadap fungsi otak, dimana penyebab skizofrenia disebabkan oleh faktor
perubahan kimiawi otak, perubahan dalam struktur otak dan faktor-faktor
genetis. Banyak penyakit yang merupakan interkoreksi di antara penyakit
fisik dan psikis.
1
Zakiah Daradjat, Psikoterapi Islami, (Jakarta : PT. Bulan Bintang, 2002), Cet. Ke- 1,
2
Bahril Hidayat, Aku Tahu Aku Gila, (Jakarta : Studia Press, 2007), Cet. Ke-1, h. x.
h. 3.
5
Kraepelin adalah seorang ahli kedokteran jiwa di kota Munich dan
ia mengumpulkan gejala-gejala dan sindroma itu dan menggolongkannya
ke dalam satu kesatuan yang dinamakannya: dementia praekox.
Dilukiskannya secara tepat sekali gejala-gejala gangguan ini dan dibuatnya
suatu klasifikasi yang sampai sekarang masih dipakai.
Menurutnya penyakit ini terjadi kemunduran intelegensi sebelum
waktunya, sebab itu dinamakannya demensia (kemunduran intelegensi)
prekox (muda sebelum waktunya). Bahwa dementia praecox melibatkan
hilangnya kesatuan di dalam diri antara pemikiran, perasaan dan tindakan.
Sindrom ini dimulai dari awal masa kehidupan, dan proses detoriorasi yang
terjadi sering sekali menghasilkan “disintegrasi dari kepribadian” yang
menyeluruh. 3
Hingga sekarang kita belum mengetahui dasar sebab skizofren.
Dapat dikatakan bahwa faktor keturunan mempunyai pengaruh. Faktor
yang mempercepat, yang menjadikan faktor pencetusnya, seperti penyakit
badaniah atau stress psikologik, biasanya tidak menyebabkan skizofrenia,
walaupun pengaruhnya terhadap suatu penyakit skizofren yang sudah ada
tidak dapat disangkal. 4
Skizofrenia bukan merupakan kesatuan penyakit tunggal tetapi
malah merupakan suatu kelompok gangguan dari berbagai etiologi dengan
3
Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, Beverly Greene, Psikologi Abnormal, ( Jakarta :
PT. Erlangga, 2003), Cet. Ke-5, jilid 2, h. 105.
4
Wf Maramis. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, (Surabaya : Air Langga University
Press, 1980), Cet. Ke-1, h. 217.
6
ciri-ciri umum berikut: adanya cirri-ciri psikotik tertentu selama fase akut
penyakit. 5
Dalam
sejarah
perkembangan
skizofrenia,
penderitanya
digambarkan mengalami deteriorasi jangka panjang dan disertai gejala
klinis umum yang berupa halusinasi dan waham. Istilah skizofrenia sendiri
diperkenalkan oleh Eugen Bleuler (1857-1939), untuk menggambarkan
munculnya perpecahan antara fikiran, emosi, dan perilaku pada pasien yang
mengalami gangguan ini. Bleuler mengidentifikasikan simtom dasar (atau
primer) dari skizofrenia. Bleuler juga mengemukakan simtom penunjang
(sekunder) adalah indikasi utama dementia precox berupa halusinasi dan
waham. 6
Ada beragam treatment atau penanganan yang dapat diberikan pada
penderita skizofrenia yakni: terapi biologis berupa pemberian obat-obat
anti-psikosis dalam rangka menghilangkan halusinasi dan gangguan
syarafnya, adapula terapi intervensi psikososial seperti terapi kelompok dan
terapi keluarga. Dalam penelitian ini, penulis merasa tertarik untuk
mengetahui bagaimana proses yang digunakan di Yayasan Galuh terhadap
penderita skizofrenia. Dimana proses yang digunakan adalah dalam bentuk
metode kelompok bernuansa bimbingan Islam. Tujuan proses ini yakni
membantu pasien mempelajari strategi untuk meningkatkan relasi dengan
orang lain.
5
Steven Richeimer, dan Daniel J. Siegel, Buku Saku Psikiatri, (Jakarta : Buku
Kedokteran EGC, 1997), h. 114.
6
h. 1.
Yeni Febrianti Kumala Dewi, Schizofrenia And The Other Psychotic, ( Jakarta : 2005)
7
Penderita skizofrenia di Yayasan Galuh merupakan binaan yang
memiliki latar belakang pendidikan agama yang kurang memadai, baik
berupa pendidikan formal maupun pendidikan non formal yang
ditanamkan di lingkungan keluarga. Hal ini menjadi salah satu faktor
penyebab bagi mereka yang menjadi penghuni Panti Rehabilitasi Yayasan
Cacat Mental Galuh. Maka bimbingan Islam adalah salah satu hal yang
menjadi kebutuhan bagi mereka untuk dapat memperbaiki diri.
Proses bimbingan Islam tidak hanya diprioritaskan kepada satu sisi
kehidupan saja, tetapi lebih jauh dari itu kegiatan bimbingan Islam
ditujukan untuk seluruh kehidupan agar tercapai kebahagiaan dunia dan
akhirat. Proses bimbingan Islam adalah salah satu usaha untuk
merealisasikan ajaran agama Islam di dalam kenyataan hidup sehari-hari,
baik bagi kehidupan untuk memperoleh keridhoan Allah SWT.
Allah berfirman dalam Al-Quran Surat Thaaha : 46.
☺
☺
Artinya: “Allah berfirman, Jangan kamu berdua khawatir,
sesungguhnya aku beserta kamu berdua. Aku mendengar dan melihat”.
( QS.Thaaha: 46)
Setiap orang mukmin hendaknya berdoa kepada Allah agar Dia
melapangkan hatinya, memudahkan segala kesulitannya, memberinya
solusi atas berbagai permasalahan serta menghilangkan duka laranya.
Maka itulah diperlukan adanya kegiatan bimbingan Islam yang akan
membantu penderita skizofren untuk menghadapi dan menaggulangi
individu secara pribadi di lingkungan panti rehabilitasi. Rehabilitasi adalah
8
suatu sarana dimana diberikan jaminan keamanan kepada masyarakat
untuk tidak mendapatkan gangguan abnormal dari si penderita. Dalam
kehidupan panti rehabilitasi memiliki suatu aturan beserta kebudayaannya
sendiri. Sebagian diantara penderita telah terbiasa dengan kejiwaannya
yang telah terganggu. Fakta di lapangan telah membuktikan para skizofren
terasing dan terkucil di masyarakat. Selain itu peran keluarga tidaklah
mendukung. Pihak keluarga sangat tidak peduli, pada penderita
skizofrenia. Keluarga memberikan secara utuh si penderita pada Yayasan
dan mereka menjalani rehabilitasi di Yayasan.
Dari uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti
lebih dalam tentang hal ini dan disajikan dalam skripsi dengan judul
“Proses Bimbingan Islam Pada Penderita Skizofrenia di Panti
Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Adapun batasan dalam penelitian ini hanya difokuskan untuk
melihat proses bimbingan Islam pada penderita Skizofrenia di Panti
Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi.
2. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam peneliti Faktor-faktor apa
saja yang menjadi penghambat dan pendukung dalam Proses Bimbingan
9
Islam pada Penderita skizofrenia di Panti Rehabilitasi Yayasan Galuh
Bekasi.
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui Proses Bimbingan Islam Pada penderita
skizofrenia.
b. Untuk mengetahui faktor penghambat dan
pendukung dalam
Proses Bimbingan Islam Pada Penderita skizofrenia di Panti
Rehabilitasi Yayasan Galuh Bekasi.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi :
a. Teoritis:
Sebagai wadah untuk memperluas wawasan pengetahuan
dan pengalaman sehingga dapat meningkatkan kemampuan serta
sebagai bahan informasi akademik bagi kemungkinan pelaksanaan
penelitian berikutnya yang lebih meluas dan lebih mendalam.
b. Praktis:
Sebagai bahan masukan yang dapat digunakan dalam
pengembangan dan peningkatan program kegiatan. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat dipergunakan oleh pemerintah sebagai
tambahan keterangan tentang masalah proses bimbingan Islam
10
pada penderita Skizofren di panti rehabilitasi, sehingga bermanfaat
untuk menambah sumbangan pemikiran dalam membuat kebijakan
dan selanjutnya dapat lebih meningkatkan pelayanan pembangunan
kepada masyarakat.
D.
Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis
penelitian lapangan (field research) dimana penelitian secara langsung
dilakukan
di
lapangan
(objek)
penelitian
untuk
mengadakan
pengamatan tentang sesuatu. Dalam hal ini mengenai Proses
Bimbingan Islam Pada Penderita Skizofrenia Di Panti Rehabilitasi
Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi.
Pendekatan
yang
dilakukan
adalah
penelitian
dengan
pendekatan kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang dapat
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dengan informasi dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Ini adalah suatu tema dimana suatu komunitas sosial yang
mengharuskan data diperoleh secara langsung di lapangan. 7
7
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Pt. Remaja Rosdakarya,
2005), Cet. Ke-21, h.4.
11
2. Instrumen Penelitian
Karena metode yang digunakan adalah observasi atau suatu
pengamatan
secara
penelitiannya
adalah
langsung
penelitian
di
lapangan,
secara
maka
sendiri
yang
instrumen
menjadi
keseluruhan proses penelitian tersebut. 8
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah komunikasi langsung dan tak langsung, dengan
menggunakan instrumen pengumpulan data sebagai berikut :
a. Observasi
Dalam hal ini penulis mengamati secara langsung proses
bimbingan, kemudian mencatat fenomena dan fakta yang terlihat
ketika proses itu dilaksanakan. Observasi dilakukan seperti saat
pembimbing berkomunikasi dengan penderita atau saat penderita
sedang sendiri tanpa arahan pembimbing.
b. Wawancara
Dalam hal ini penulis melakukan wawancara langsung
kepada pembimbing, petugas penanggung jawab bimbingan rohani
di lapangan.
8
Ibid, h. 168
12
c. Dokumentasi
Dalam hal ini penulis mencari keterangan dan bacaan yang
dibutuhkan mengenai masalah yang terkait, melalui sumbersumber yang ada di lapangan secara langsung.
4.
Teknik Analisis Data
Yang dimaksud dengan teknik analisis data adalah suatu proses
mengorganisasikan dan mengurutkan ke dalam pola, kategori dan
satuan uraian dasar kemudian dianalisis agar mendapati hasil
berdasarkan data yang telah ada. Hal ini disesuaikan dengan metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif. 9
Setelah penulis menghimpun data yang sesuai dengan
permasalahan penelitian ini, maka selanjutnya penulis mengelola dan
menganalisis data-data tersebut:
a. Data dan informasi yang diperoleh melalui observasi yang dapat
mengamati objek penelitian secara langsung menggunakan seluruh
alat indera kemudian penulis mengumpulkan data secara akurat,
dengan mencatat fenomena (kejadian) dan perilaku yang terlibat
dengan objek.
b. Data dan informasi yang diperoleh melalui wawancara yakni
peneliti menyalin hasil wawancara ke dalam catatan lapangan
kemudian memberikan tanggapan pada bagian penting.
9
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT.
Rieneka Cipta, 2003), Cet. Ke-12, h. 194
13
c. Data dan dokumentasi digunakan sebagai bahan dan kerangka
analisis
dalam menimbang dan menguraikan hasil penelitian ini
ke dalam skripsi ini.
5.
Subjek dan Obyek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah orang atau sekelompok orang
yang mampu memberikan informasi. Terdiri dari petugas yayasan,
orang-orang yang memberikan binaan (pembimbing) skizofrenia di
Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi.
6.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penulis melakukan penelitian sejak 25 Juni 2009 sampai
dengan selesai 14 Agustus 2009. Adapun tempat penelitian ini di Panti
Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi, yang beralamat di Jl.
Bambu Kuning IX Kp. Sepatan Rt 02/003, Kelurahan Sepanjang Jaya,
Kecamatan Rawa Lumbu Kota Bekasi, Kode Pos 17114.
7.
Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan penelitian ini, penulis menggunakan
pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang
diterbitkan oleh UIN Jakarta tahun 2007.
E.
Sistematika Penelitian
Adapun sistematika dalam penulisan ini dituangkan dalam
beberapa bab dan pada masing-masing bab dijabarkan kedalam subsub bab. Dan selanjutnya disusun sebagai berikut:
14
BAB I. PENDAHULUAN. Terdiri dari empat sub diantaranya: Latar
Belakang Masalah. Pembatasan dan Perumusan Masalah. Tujuan dan
Manfaat Penelitian. Metodelogi Penelitian. Sistematika Penelitian.
BAB II. TINJAUAN TEORI. Mengenai Tinjauan dalam Bimbingan
Islam Pada Penderita Skizofrenia. Pengertian Bimbingan Islam,
Tujuan dan Fungsi. Pengertian Skizofrenia. Gejala-gejala Klinis
Skizofrenia. Penyebab Munculnya Penyakit Skizofrenia. Tipe-tipe
Skizofrenia. Tindak Lanjut Penganan Skizofrenia.
BAB III. GAMBARAN UMUM YAYASAN REHABILITASI
CACAT MENTAL GALUH BEKASI. Dalam bab ini dijelaskan
Sejarah Berdirinya Yayasan. Bentuk dan Jenis Pelayanan. Visi Misi
Motto dan Tujuan. Struktur Organisasi. Sarana dan Prasarana. Program
Kegiatan Pembinaan. Kondisi Penderita Skizofrenia di Panti
Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi.
BAB IV. PROSES BIMBINGAN. Proses Bimbingan Islam Pada
Penderita Skizofernia di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan
Galuh Bekasi. Faktor-faktor Penghambat dan Pendukung Dalam
Proses Bimbingan Islam.
BAB V. PENUTUP. Merupakan bagian Penutup yang meliputi uraian
Kesimpulan dan Saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Bimbingan Islam
1. Pengertian Bimbingan Islam
Bimbingan menurut bahasa (etimologi) ialah kata terjemahan
“guidance” yang berasal dari bahasa Inggris. Bimbingan memiliki arti
sebagai bantuan atau tuntunan. Mengartikan “guidance” atau
bimbingan dengan kata menunjukan “menuntun” atau membimbing ke
jalan yang benar. 1
Secara terminologi, bimbingan itu adalah suatu proses
pemberian
bantuan
kepada
individu
yang
dilakukan
secara
berkesinambungan agar individu tersebut dapat memahami dirinya,
sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara
wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan, sekolah,
keluarga, masyarakat serta kehidupan pada umumnya dengan
sumbangan yang berarti pada kehidupan masyarakat. Bimbingan
membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal
sebagai makhluk sosial. 2
1
H M. Arifin, Pedoman pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan agama. ( Jakarta :
Golden Trayon Press, Cet ke-1, h. 1.
2
Rahman Natawidjaya, Peranan Guru Dalam Bimbingan di Sekolah. (Bandung :
CV Abardin, 1998), Cet ke-1. h, 7.
15
16
Dewa Ketut Sukardi menjelaskan, “Bimbingan adalah suatu
proses yang diberikan kepada seseorang agar membanggakan
potensinya yang dimiliki, mengenal diri sendiri, mengatasi persoalan
sehingga ia dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara
bertanggung jawab tanpa tergantung pada orang lain”. 3
Bimo Walgito menyebutkan bahwa bimbingan adalah bantuan
atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan
individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitankesulitan dalam hidupnya. Agar individu atau sekumpulan individuindividu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.4
Sedangkan menurut Thohari Musnamar “bimbingan” adalah
“proses memberikan bantuan terhadap individu agar mampu hidup
selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat”. 5
Pengertian Islam menurut Nasarudin Razaq, memberikan
pengertian bahwa kata Islam secara kebahasaan berasal dari bahasa
arab yaitu ”salima yang berarti selamat, sentosa dan berarti pula
menyerahkan diri, tunduk, patuh dan taat”. 6
3
Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah, (Surabaya :
Usaha Nasional, 1982), h. 66.
4
Bimo Walgito, Bimbingan Penyuluhan di Sekolah. (Yogyakarta : Andi Offset,
1993) Cet, ke-2, h. 4.
5
Thohari Musnamar. Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam.
(Yogyakarta : UII Press, 1992), h. 76.
6
Nasarudin Razaq. Peninjauan Kembali Islam Sebagai Suatau Dogma. (Bandung :
Al- Ma’rif, 1977), Cet Ke- 2, h. 9.
17
Pengertian secara kebahasaan, menurut Maulaan Muhammad
Ali, kata Islam mempunyai pengertian perdamaian. Damai dengan
Allah dengan berserah diri sepenuhnya kepada kehendaknya. 7
Hal ini dipertegas oleh Ahmad Abdul Raheem Al-Sayih bahwa
Bimbingan Islam adalah salah satu titik tolak ajaran Islam, yang
menjadi
salah
satu
prinsip
interaksi
sosial
disemua
bentuk
kemasyarakatan. 8
Dari uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa bimbingan
Islam adalah upaya memberikan bantuan dan motivasi kepada individu
dalam ajaran agama untuk mencapai tujuan kebaikan dunia dan
akhirat.
2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Islam
Dalam melaksanakan bimbingan Islam terhadap individu atau
kelompok agar mendapat hasil yang sesuai dengan apa yang
diharapkan serta mengarahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang
dihadapi, maka perlu diperhatikan terlebih dahulu tujuan dari kata
bimbingan, menurut Prayitno ada dua tujuan, yaitu:
a) Tujuan
Umum
adalah
untuk
membantu
individu
dalam
mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap
perkembangan dan predeposisi, dan berbagai latar belakang yang
ada dan sesuai dengan tuntunan positif lingkungannya.
7
Maulana Muhammad Ali, Islamologi atau Dinul Islam, (Jakarta : Darul Kutubi
Islamiyyah, 1996) Cet Ke- 5, h. 4.
8
Ahmad Abdul Raheem Al- Sayih, Keutamaan Islam, terjemahan Muhammad
Muhcson Ansy, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2001) h. 163.
18
b) Tujuan Khusus merupakan dari penjabaran tujuan yang dikaitkan
langsung dengan permasalahan yang dialami oleh individu sesuai
dengan kompleksitas diri dari permasalahannya. 9
Dalam keadaan individu yang membutuhkan bantuan maka
fungsi bimbingan Islam dengan individu dapat dibagi menjadi empat
tingkatan yaitu:
a) Fungsi Pencegahan (Preventif), yakni membantu individu menjaga
atau mencegah timbulnya masalah bagi klien.
b) Fungsi Kuratif (Korektif), yaitu memberikan bantuan kepada klien
dalam memecahkan suatu masalah yang sedang dihadapi atau
dialaminya.
c) Fungsi Pemeliharaan (Preservatif), konselor membantu klien yang
sudah sembuh agar tetap sehat, tidak mengalami problem yang
dihadapi.
d) Fungsi
pengembangan
(Developmental),
yakni
membantu
seseorang memelihara dan dapat mengembangkan situasi dan
kondisi yang telah baik agar tetap baik, atau menjadi lebih baik.
Uraian di atas menunjukan bahwa bimbingan memiliki fungsi
yang komprehensif (menyeluruh), bagi pembinaan individu pada arah
9
Prayitno, dan Erman Amti. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta :
Rineka Cipta, 1999), Cet. Ke-1, h. 144.
19
tujuan yang diinginkan yakni terbentuknya individu yang sesuai
dengan ketentuan agama. 10
B.
SKIZOFRENIA
1. Pengertian Skizofrenia
Di dalam buku Hygiene Mental dan kesehatan mental Islam
dijelaskan skizofrenia adalah nama untuk kelompok reaksi-reaksi
psikotis yang dicirikan dengan adanya penarikan diri, gangguan
(kekacauan) pada kehidupan emosional dan afektif disertai halusinasi
dan delusi-delusi perilaku negatifistik dan kerusakan/kemunduran
jiwanya yang progresif. 11
Skizofren berasal dari bahasa Yunani, “schizein” yang artinya
“terpisah” atau “pecah”, dan “phren” yang artinya “jiwa’. Pada
skizofrenia terjadi pecahnya atau ketidakserasian antara afeksi,
kognitif dan prilaku.
Skizofrenia merupakan “sejenis gangguan terhadap fungsi otak.
Dimana penyebab skizofrenia disebabkan oleh faktor diantaranya
perubahan kimiawi otak, perubahan dalam struktur otak dan faktorfaktor genetis”. 12
10
Aunnur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta : UII
Press, 2001), h. 37.
11
Kartini kartono, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental Islam (Bandung :
Mandar maju, 1989), h. 131.
12
Jimmi Firdaus, Skizofrenia Sebuah Panduan Bagi Keluarga Penderita
Skizofrenia, (Yogyakarta : cv Qalam 2005), h. 1
20
Blueler, seperti dikutip Yeni Febriyanti, mengidentifikasikan
simtom dasar (primer) dari skizofrenia yang dikenal dengan asosiasi,
afek, autisme, dan ambivalensi. Ia juga mengemukakan simtom
penunjang (sekunder) yang menurut Kraepelin adalah indikasi utama
dementia praecox yang berupa halusinasi dan waham. 13
Kartini Kartono dalam bukunya Patologi Sosial 3 Gangguan
Kejiwaan, menjelaskan skizofrenia adalah bentuk kegilaan dengan
disintegrasi pribadi, tingkah laku emosional dan intelektual yang
ambigous (majemuk) dan terganggu secara serius mengalami regresi
atau dementia total. Pasien banyak melarikan diri dari kenyataan hidup
dan berdiam di dalam dunia fantasi. 14
Zakiah Daradjat berpendapat bahwa skizofrenia adalah
penyakit jiwa yang dapat menyebabkan kemunduran kepribadian yang
mulai tampak pada masa puber dan paling banyak menderita ialah
orang yang umurnya berkisar 15-30 tahun. 15
Dadang Hawari menyebutkan bahwa Skizofrenia berasal dari
dua kata “skhizo” yang berarti retak atau pecah dan “frenia” yang
berarti jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita gangguan
13
Ibid, h. 1.
14
Kartini, Kartono, Patologi Sosial, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h.
15
Zakiah Daradjat. Kesehatan Mental. (Jakarta : PT. Toko Gunung Agung, 2001,
357.
h. 49.
21
jiwa skizofernia adalah orang yang mengalami keretakan jiwa atau
keretakan kepribadian (splitting of personality). 16
2. Gejala-gejala Klinis Skizofrenia
Adapun gejala-gejala klinisnya yakni sebagai berikut:
1. Gejala primer:
a) Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah, dan isi pikiran).
Pada skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada proses
pikiran. Pikiran melayang sering tidak ada hubungan antara
emosi dan pikiran, biasanya pikaran tidak dapat diikuti sama
sekali timbulnya lebih cepat.
b) Gangguan afek dan emosi. Adanya kedangkalan afek dan
emosi. Pasien lebih menjadi acuh tak acuh terhadap hal-hal
yang penting bagi dirinya sendiri. Adanya kemampuan untuk
mengadakan hubungan emosi yang baik. Karena terpecahnya
kepribadian, maka dua hal yang berlawanan terdapat bersamasama, umpanya mencintai dan membenci pada satu orang yang
sama.
c) Gangguan kemauan. Skizofrenia mempunyai kelemahan
kemauan, yang tidak dapat mengambil keputusan dan tidak
dapat
bertindak
dalam
suatu
keadaan.
Mereka
selalu
memberikan alasan walaupun alasan tersebut tidak jelas atau
tidak tepat.
16
Dr. Dadang Hawari. Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa,
(Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Prima Yasa,2004). h. 561.
22
d) Gejala psikomotor. Berupa gangguan perbuatan. Gejala ini
dapat pula dikelompokan pada gejala sekunder.
2. Gejala sekunder:
a) Delusi. Pada skizofrenia waham (isi pikir) sering tidak logis
sama sekali. Bagi pasien wahamnya merupakan fakta yang
tidak dapat diubah oleh siapapun.
b) Halusinasi. Yang timbul tanpa penurunan kesadaran dan ini
merupakan suatu gejala. Paling sering pada skizofrenia
halusinasi pendengaran dalam bentuk suara-suara. 17 Yang
terdengar suara yang jelas yang tampaknya timbul diluar diri
sendiri, suara ini harus terdiri lebih dari bisikan, gerutu yang
tak dapat dipahami, atau kata tunggal. Seringkali, suara-suara
ini mengomentari atau mengarahkan tindakan pasien. 18
3. Penyebab Munculnya Penyakit Skizofrenia
Sebab-sebab terjadinya skizofrenia
a) Faktor biologis
Berdasarkan teori yang mengintegrasikan faktor biologis
seseorang mungkin memiliki kerentanan spesifik (diatesis) yang
apabila diaktifkan oleh pengaruh stress dapat memungkinkan
berkembangnya skizofrenia.
17
Wf. Maramis Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, ( Surabaya : Air Langga University
Press, 1980) Cet ke-1, h. 215.
18
Ibid, h. 115.
23
Semakin besar kerentanan seseorang semakin kecil pula
menyebabkannya menjadi skizofren, semakin kecil kerentanan
maka butuh stressor yang besar untuk menjadi penderita
skizofrenia.
b) Faktor psikososial
Pengalaman
yang
penuh
stress
dapat
memberikan
kontribusi terhadap perkembanagan skizofrenia pada individu yang
memiliki kerentanan secara genetis. 19
c) Faktor kesalahan belajar
Seseorang menjadi skizofrenia karena pada masa kanakkanak ia belajar pada model yang buruk. Karena ia mempelajari
reaksi dan cara pikir yang tidak rasional dengan meniru dari orang
tuanya, yang sebenarnya juga memiliki masalah emosional.
Orang tua atau pengasuh mungkin memperlihatkan sikap
kritis, dan sangat ingin ikut campur dalam urusan anak. Banyak
penelitian menunjukan keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi
(dalam hal apa yang dikatakan maupun maksud perkataan).
Bandura menyetujui keyakinan dasar behaviorisme yang
mempercayai bahwa kepribadian dibentuk melalui belajar. Namun
ia berpendapat bahwa bukan proses yang mekanis, manusia
menjadi partisipan yang pasif. Sebaliknya manusia itu aktif
19
Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, Beverly Greene, Psikologi Abnormal,
( Jakarta : PT. Erlangga, 2003), Cet. Ke-5, Jilid 2, h. 136.
24
mencari dan memproses informasi tentang lingkungannya, agar
dapat memaksimalkan hasil yang menyenangkan. 20
d) Faktor-faktor sosial
Beberapa teori menyebutkan bahwa industrialisasi dan
urbanisasi banyak berpengaruh dalam menyebabkan skizofrenia.
Meskipun ada data pendukung, namun penekanan saat ini adalah
dalam mengetahui pengaruhnya terhadap waktu timbulnya onset
dan keparahan penyakit. 21
e) Faktor religius
Dalam kenyataan sehari-hari banyak orang yang tidak
berhasil dalam mencapai kebahagiaan di dunia lebih-lebih
kebahagiaan
di
akhirat
kelak.
Akibatnya
kegagalan
dan
ketidakmampuan manusia mencapai yang diinginkannya, maka ia
akan dihinggapi oleh rasa kecewa, khawatir, dan rasa takut tidak
akan berhasil dalam usaha apapun akibatnya ada di antara mereka
yng berkeluh kesah, bimbang dan rasa cemas yang mendalam.
Keadaan seperti itu banyak terjadi yang tidak hanya pada
orang-orang tertentu saja tetapi dapat terjadi pada siapapun. Allah
menyatakan bahwa sifat manusia sering gelisah dan berkeluh
kesah. 22
20
Syamsu Yusuf Ln, A. Juntika Nuhrisan. Teori Kepribadian (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2007) Cet ke-1, h. 133.
21
Yeni Febriyanti Kumala Dewi, Skizofrenia Dan Gangguan Psikotik lainnya, h.
11.
22
Ibid, h. 24.
25
Sebagaimana Synderman menyatakan bahwa terapi medik
tanpa agama (doa dan dzikir) tidaklah lengkap, sementara agama
(doa dan dzikir) tanpa terapik medik tidaklah efektif. 23
4. Tipe-tipe Skizofrenia
a) Skizofrenia yang Hebefrenik (kanak-kanak).
Permulaannya secara perlahan-lahan sering timbul pada
masa remaja dan dewasa awal antara 15-25 tahun. Ada reaksi sikap
dan tingkah laku yang kegila-gilaan, suka tertawa-tawa untuk
kemudian menangis tersedu-sedu. Sangat irritable atau mudah
tersinggung. Sering dihinggapi sarkasme (sindiran tajam) dan
menjadi meledak-ledak penuh kemarahan atau menjadi explosif
sekali tanpa sebab. Fikirannya selalu melantur.
Banyak tersenyum-senyum. Mukanya selalu berekspresi
aneh tanpa ada satu stimulus pun. Halusinasinya dan delusinya
biasanya bersifat aneh-aneh, pendek-pendek dan cepat bergantiganti.
b) Skizofrenia yang Katatonic (otot yang kaku).
Timbulnya pertama kali berkisar 15-30 tahun. Biasanya
sering didahului oleh stress emosional. Urat-uratnya jadi kaku.
Mengalami chorea-flexybility (wax-flexibility), yaitu badan jadi
beku-beku seperti malam. Sering menderita catalepsy, yaitu dalam
keadaan tidak sadar seperti kondisi trance. Seluruh badannya
23
Dadang Hawari, Pendekatan Holistic Pada Gangguan Jiwa Skhizofrenia. (Jakarta
: FKUI, 2007) h. 528.
26
menjadi kaku dan tidak bisa dibengkokkan. Jika dia mengambil
posisi tertentu, misalnya berdiri miring, berlutut, jongkok, kepala
di bawah dan lain-lain, maka dia bertingkah sedemikian untuk
berjam-jam atau berhari-hari lamanya. Sering juga pasien dalam
keadaan tidur yang hypnotic, seperti kena sihir. 24
c) Skizofrenia yang Paranoid.
Dimulai sejak umur sesudah usia 30 tahun. Si penderita
diliputi oleh macam-macam delusi dan halusinasi yang terus
menerus berganti coraknya dan tidak teratur sifatnya (misalnya
delusion of grandeur dan delusion of persecution). Sering merasa
iri hati, dendam, cemburu, dan curiga. Emosinya pada umumnya
beku dan apatis. Pasien tampak lebih waras dan tidak seganjil aneh,
jika dibandingkan dengan penderita skizofrenia jenis lainnya. Akan
tetapi, biasanya bersikap bermusuhan terhadap siapapun juga. 25
d) Skizofrenia simplex.
Sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala awal
pada jenis ini adalah kedangkalan emosi dan kemunduran
kemauan. Gangguan proses berfikir biasanya sukar ditemukan.
Waham dan halusinasi biasanya jarang sekali terdapat, karena pada
jenis ini timbulnya secara perlahan-lahan sekali. Pada awal
permulaan mungkin si pasien mulai kurang memperhatikan
24
Wf. Maramis Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, (Surabaya : Airlangga University
Press, 1980), Cet ke-1, h. 223.
25
Kartini Kartono Patologi Sosial 1, (Jakarta : Grafindo Persada, 2005), h. 118.
27
keluarganya atau mulai menarik diri dari pergaulan. Semakin lama
ia semakin mundur dalam pekerjaan dan pada akhirnya menjadi
pengangguran, dan bila tidak ada orang yang menolongnya
mungkin ia menjadi pengemis, pelacur, bahkan penjahat sekalipun.
e) Episoda skizofrenia akut.
Pada gejala ini timbul mendadak sekali dan pasien seperti
pada keadaan mimpi. Kesadaran mungkin berkabut. Pada keadaan
ini timbul keadaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri
berubah, seolah memiliki satu arti yang khusus baginya.
Prognosanya baik, dalam waktu beberapa minggu atau biasanya
kurang dari 6 bulan pasien sudah membaik.
f) Skizofrenia residual.
Ialah keadaan skizofrenia dengan gejala-gejala primernya
Bleuer, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan
ini timbul sesudah beberapa kali terserang skizofrenia.
g) Jenis skizo-afektif.
Disamping gejala-gajala skizofrenia terdapat menonjol
secara bersamaan juga gejala-gejala depresi. Yang lebih cenderung
untuk menjadi sembuh tanpa efek, tetapi dapat timbul tanpa
serangan. 26
26
WF Maramis. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, ( Surabaya : Airlangga University
Press, 1980), Cet. Ke-1, h. 228.
28
5. Tindak Lanjut Penanganan Skizofrenia,
Diperkirakan tidak lebih dari 10% pasien skizofrenia yang
dapat berfungsi secara baik dengan pendekatan yang hanya
menekankan pada obat antipsikotik dan perawatan rumah sakit singkat.
Sedangkan 90% sisanya membutuhkan berbagai pendekatan dinamis
termasuk farmokoterapi, terapi individu, terapi kelompok, keluarga,
dan perawatan rumah sakit didalam perawatan skizofrenia. Oleh
karenanya tidak ada pendekatan tertentu yang dapat disebut sebagai
pengobatan untuk skizofrenia. Karena setiap intervensi yang dilakukan
harus sesuai dengan kebutuhan untuk setiap pasien. Pengobatan
ataupun tindak lanjut dalam penanganan pasien skizofrenia harus
mempertimbangkan beberapa hal :
a) Penderita skizofrenia memiliki sifat individual, latar belakang
keluarga dan kondisi psikologis yang unik, oleh sebab itu,
penanganan mungkin berbeda antara pasien yang satu dengan yang
lainnya.
b) Perlu diperkirakan strategi penanganan yang sifatnya nonkimiawi
(tidak hanya melibatkan obat).
c) Skizofrenia merupakan gangguan yang kompleks,
terapi tunggal kurang mencukupi. 27
27
Ibid, h. 43.
pendekatan
BAB III
GAMBARAN UMUM PANTI REHABILITASI CACAT
MENTAL YAYASAN GALUH BEKASI.
A.
Sejarah Berdirinya
Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi adalah
salah satu tempat rehabilitasi yang menggunakan sistem pengobatan
tradisional secara herbal, yang terdiri dari: doa, pitua, ramuan, urut, dan
pijat. Dengan proses inilah asal mula cara pengobatannya. Kata “GALUH”
yang berarti bentuk dari “Gagasan Leluhur”. Dimana suatu bentuk
Gagasan dari salah satu orang tua (Leluhur) dari yayasan tersebut, maka
terbentuklah nama “GALUH”. Pendiri Yayasan ini bernama Bapak Gendu
Mulatip, yang lahir pada tahun 1916. Sebagai manusia biasa yang sangat
sederhana. Bapak Gendu memiliki rasa sosial yang sangat tinggi, ia begitu
memperdulikan sesama, atas dasar kemanusiaan. Terutama pada
sekalangan orang yang memiliki gangguan jiwa (sakit jiwa).
Pada awalnya Bapak Gendu Mulatip melihat orang sakit jiwa
(gangguan jiwa) melintas dijalan yang sedang diganggu oleh anak-anak,
lalu anak-anak tersebut dilempar batu oleh orang sakit jiwa sehingga orang
tua dari anak tersebut marah kepadaorang sakit jiwa itu, atas kejadian
tersebut Bapak Gendu Mulatip membawa orang sakit jiwa kerumh
pribadinya untuk dirawat, dan diobati secara tradisional hal ini terjadi pada
tahun 1982, kemudian Bapak gendu Mulatip dan keluarga mendirikan
29
30
“GALUH” sebagai tempat penampungan, pengobatan, dan pembinaan
penyandang cacat mental (sakit jiwa) untuk membantu pemerintah dalam
usaha menanggulangi orang terlantar dan cacat mental (sakit jiwa).
Adapun pengobatan yang dilakukan dengan menggunakan cara
tradisional didapatkan dari warisan leluhur serta pengalaman, khususnya
dengan ramuan tradisional yang diracik sendiri bahannya didapatkan dari
tanaman-tanaman obat yang berada disekitar bekasi, hal ini merupakan
pengobatan alternatif.
Dari usaha tersebut terwujudlah kepercayaan dari masyarakat atau
keluarga pasien yang menitipkan keluarganya yang menderita sakit jiwa
dan terlantar, dari hasil operasi K3 (Kebersihan, Ketertiban, dan
Keindahan) dan siskamling (sistem keamanan lingkungan) diwilayah
kelurahan Margahayu, sehingga tertampung pasien sakit jiwa sebanyak 20
orang. Dengan cara pengobatan tradisional yang dilakukan. Banyak
p[asien yang sembuh normal dan keberfungsian sosialnya kembali di
masyarakat seperti dapat bekerja dan berkumpul dengan keluarganya. Dari
peristiwa tersebut tersebarlah informasi dari mulut kemulut sehingga
bertambahlah jumlah pasien sakit jiwa bahkan ada yang dari luar daerah
Bekasi.
Setelah adanya pembinaan dan kerjasama dengan Dinas Sosial DT.
II Bekasi dan bergabungnya kawan-kawan yang mempunyai tekad serta
tujuan yang sama untuk memajukan Yayasan Galuh juga berdasarkan pada
pengalaman selama 12 tahun dari tahun 1982-1994 dalam bidang
31
pengobatan dan rehabilitasi sakit jiwa secara tradisional dan didorong oleh
rasa tanggung jawab untuk lebih maju, maka yayasan mendaftarkan ke
notaris Laksmi Moerti Adhianto, SH dengan Akte No. 264 dan Dinas
Sosial Provinsi Jawa Barat. No 062/342/PRKS/2003 serta kedinas-dinas
terkait.
Setelah mempunyai lahan seluas 1.700 m di Kp. Poncol Rt. 01 Rw.
24 Kelurahan Margahayu Kec. Bekasi Timur Kotamadya Bekasi< maka
dibangunlah sebuah panti dengan kondisi sangat sederhana sebagai tempat
istirahat pasien yang ditampung, dirawat, diobati, serta direhabilitasi.
Pasien yang dirawat diYayasan Galuh berjumlah 243 orang dan 50persen
diantaranya tidak memiliki keluarga.
Pada tanggal 5 Juli 2007 Yayasan Galuh berpindah tempat di Jl.
Bambu Kuning IX Kp. Sepatan Rt. 02/003, Kelurahan Sepanjang Jaya,
Kecamatan Rawa Lumbu Kota Bekasi. Kode Pos 17114. 1
B.
Bentuk dan Jenis Pelayanan
Yayasan Galuh memberikan pelayanan kepada pasien dalam
bentuk pengobatan secara tradisional yang diberikan dengan beberapa
metode seperti; Do’a, pitua, dan rasa kasih sayang.
Dan jenis pelayanannya berupa penyembuhan, pembinaan, dan
terapi mental agar dapat mengetahui emosi dari pasien, seperti pasien
1
AA. Sugito, Ka. Humas Yayasan Galuh. Wawancara Pribadi, Bekasi : 25 Juni 2009.
32
diberikan pertanyaan mengenai identitas dirinya, diberikan beberapa tugas
agar pasien dapat belajar dan bertanggung jawab. 2
C.
Visi, Misi, Motto, dan Tujuan
1. Visi
Membantu mengurangi garis kemiskinan kehidupan di
kalangan Masyarakat sekitar maupun luar.
2. Misi
Meningkatkan harkat dan martabat manusia.
3. Motto
Hati yang bergembira adalah obat. Suatu kata dan perbuatan
patah tumbuh hilang berganti.
4. Tujuan
Mengembalikan harga diri, rasa percaya diri, dan keberfungsian
sosial. 3
D.
Struktur Organisasi
Struktur organisasi di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan
Galuh Bekasi. Menggambarkan tentang mekanisme pola hubungan yang
menunjukan kedudukan, tugas wewenang dan tanggung jawab yang
berbeda dalam suatu organisasi.
2
Dadang, Wak. Kepala Umum Yayasan Galuh. Wawancara Pribadi, Bekasi : 25 Juni
3
Suhanda. Ka. Umum Yayasan Galuh. Wawancara Pribadi, Bekasi : 27 Juni 2009.
2009.
33
STRUKTUR ORGANISASI SOSIAL YAYASAN GALUH BEKASI
Pendiri/Ketua:
Gendu Mulatip
Sekretaris:
Amir ES. BSc
Pengobatan:
Gendu Mulatip
Bendahara:
Theresia
Kepala Panti:
Sugandi
Kepala Umum:
Suhanda
Kepala Perawat:
Suhartono
Bagian Perawata
Bagian Umum
1. Jaeni
2. Acim
3. O. Suyardi
4. Nawi
5. Ujang
6. Saiful
7. Suganda
8 Abdul Rahman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Mustopa
Nana. S
Puput. D
Neng Wisnu
C. Suwarsih
Neti. H
Iis. S
Bambang
11. Maryani
12. Eni
13. Heri
14. Herwan
15. Tin-Tin
16. Nyai
17. Lina
18. Een
Kepala Humas:
AA. Sugito
Bagian Konsumsi
1. Yumenah
2. Nina
3. Casitam
4. Eti
5. Adji
6. Maimuna
Uraian tugas personil lembaga sebagai berikut:
1. Ketua
a. Mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keputusan yang
dibuat.
34
b. Mempunyai tugas untuk mengatur bawahannya.
2. Pengobatan
a. Memberikan pengobatan secara menyeluruh kepada seluruh pasien.
b. Menentukan penyembuhan pasien.
c. Menerima laporan dari kepala panti dan kepala perawat tentang
keperawatan pasien.
3. Sekretaris
a. Membuat program-program seperti laporan pengurus.
b. Bertugas mengatur surat menyurat.
4. Bendahara
a. Mencatat setiap pemasukan yang diberikan keluarga pasien,
donatur, serta mencatat hasil pengeluaran panti.
b. Membuat laporan kas bulanan.
c. Memberikan gaji penguryus yang telah ditetntukan ketua.
5. Pembukuan
a. Mencatat setiap data mengenai pasien dan menyimpan data.
b. Bertanggung jawab dengan dokumentasi dan penyimpanannya.
6. Keuangan
a. Mengatur gaji pengurus.
b. Menerima sumbangan dari pasien maupun donatur
7. Ka. Panti
a. Mempunyai tugas untuk bertanggung jawab mengenai pekerjaan
pengurus yang ada dilapangan.
35
b. Bertanggung jawab terhadap seluruh pasien.
c. Bertanggung jawab seluruh aset panti, seperti kendaraan panti.
8. Ka. Perawat
a. Mempunyai tugas untuk menangani pasien, berupa identifikasi
permasalahan pasien, dan memberikan bimbingan nmental dan
fisik pasien.
b. Bertanggung jawab terhadap seluruh kondisi pasien.
c. Bertanggung jawab untuk menyediakan bahan-bahan pengobatan.
d. Mempunyai tanggung jawab langsung terhadap ketua.
9. Wak. Perawat
a. Mempunyai tugas untuk membantu setiap pekerjaan yang
dilakukan oleh Ka. Perawat.
b. Dapat mewakili Ka. Perawat bila tidak dapat hadir dalam suatu
kegiatan.
10. Ka. Humas
a. Mempunyai tugas untuk memberikan informasi kepada keluarga
pasien mengenai panti.
b. Mempunyai tugas untuk dapat bekerjasama dengan masyarakat.
11. Wak. Humas
a. Dapat bekerjasama dengan Ka. Humas dalam setiap pekerjaan.
b. Dapat mewakili atau menggantikan Ka. Humas bila tidak dapat
hadir.
36
12. Bag. Umum
a. Mempunyai tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dapur.
13. Bag. Perawat
a. Bertugas untuk melakukan perawatan terhadap pasien, seperti
memandikan pasien.
14. Bag. Konsumsi
a. Bertugas untuk memasak, belanja kebutuhan panti, dan memelihara
peralatan dapur. 4
E.
Sarana dan Prasarana
Di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi
memiliki sarana dan prasarana berupa:
1. Bentuk bangunan dengan luas tanah berkisar 3200 M persegi yang
terdiri dari :
a. Bangunan untuk kegiatan Yayasan.
b. Rumah Dinas bagi pembimbing sebanyak 15 unit bangunan.
c. Lahan untuk sarana berolah raga maupun upacara bendera.
2. Bangunan-bangunan yang terdiri dari :
a. Bangunan perkantoran sebanyak 1 ruangan.
b. 3 Barak diperuntukkan
1) Barak 1
: untuk pasien Wanita
2) Barak II dan III : untuk pasien Pria
4
Jajat Suprajat, Pembukuan Yayasan Galuh. Wawancara Pribadi, Bekasi : 17 Juli 2009.
37
c. 8 MCK berupa
1) 4 MCK
: untuk pembimbing.
2) 4 MCK
: untuk pasien
3. Bangunan-bangunan lainnya seperti, dapur, musholla, gudang yang
meliputi :
a. Penerangan : Listrik dari PLN
b. Air : Air PAM dan Pompa Listrik.
c. Peralatan lainnya : Administrasi Kantor, peralatan pada perawatan,
dan kebersihan lingkungan, jalan yang sudah diaspal, beserta
keamanan lainnya.
4. Beberapa Kendaraaan
a.
4 unit mobil berupa:
1) 1 unit mobil ambulans : untuk pasien yang meninggal atau
kebutuhan warga sekitar.
2) 1 unit mobil untuk Tim Buser (Buru Sergap) sebagai mobil
jemputan bagi pasien.
3) 1 unit mobil dinas untuk pengurus.
4) 1 unit mobil bak untuk sarana pembelanjaan.
b. Kendaraan bermotor bagi tiap pembimbing panti diperuntukan
untuk mengejar pasien yang berada di jalanan dan mencari pasien
yang hilang.
38
F.
Kedudukan Lembaga dengan Lembaga Pelayanan Kesejahteraan
Sosial Lain.
Dalam melaksanakan semua kegiatan Yayasan Galuh saat ini
belum bekerjasama dengan lembaga pelayanan kesejahteraan sosial lain,
hal ini disebabkan tidak adanya aksi timbal balik antara kedua belah pihak,
dan sedikitnya lembaga sosial yang bergerak dibidang cacat mental.
Namun Yayasan Galuh tidak lepas dari kerjasama
instansi-instansi
berbagai bidang, antara lain:
1. Dinas Sosial Provinsi.
2. Dinas Kesehatan.
3. Polisi Pamong Peraja.
4. Kepolisian.
G.
Program Kegiatan dan Pembinaan
Adapun kegiatan harian yang dilaksanakan di Yayasan Galuh ialah:
1. Bangun Pagi
2. Upacara bendera
3. Mandi Cuci Kakus (MCK)
4. Makan pagi
5. Kerja Bakti
6. Nonton Tv
7. Makan siang
8. Bersih-bersih lingkungan
39
9. Mandi sore
10. Mengembala ternak
11. Makan sore
12. Istirahat total.
Kegiatan dan pembinaan di Yayasan Galuh Bekasi ialah:
1. Pembinaan yang melalui faktor pendekatan adanya sosialisasi berupa
karakteristik yang akan ditonjolkan oleh pasien untuk kepada
pembimbing. Agar pembimbing mampu merawat pasien dengan
layanan intensif yang bersifat mampu memberikan pengertianpengertian yang tinggi dengan cara melawan arus (mengikuti maunya
pasien) dan dapat menegaskan hal positifnya kepada pasien itu sendiri.
2. Pembinaan kesadaran beragama bagi pasien dengan cara:
a) Belajar membaca Al-Quran.
b) Membentuk manusia yang utuh dalam melaksanakan, mengamalkan
dan mampu mempelajari perintah agama Islam.
c) Mempelajari tata cara sopan santun saling menghormati dan saling
menghargai antar pasien yang lain.
d) Membina kesadaran agar mampu menciptakan rasa aman dan saling
melindungi bagi pasien dan untuk pasien yang lainnya. 5
5
Ibid,.
40
G. Kondisi Penderita Skizofrenia
Proses awal masuknya pasien di pantai Rehabilitasi Cacat Mental
pada Yayasan Galuh Bekasi dilakukan melalui tahapan identifikasi tingkah
laku, sikap dan sifat, karakteristik (pasif, aktif, hiperaktif dan non
hiperaktif). Proses terbentuknya gangguan jiwa pada setiap penderita dapat
dibedakan menjadi lima, yakni: 1) faktor kebiasaan, 2) faktor emosional,
3) halusinasi waham, 4) imajinasi, 5) keputusasaan (jiwa akut sulit
disembuhkan).
Penderita gangguan jiwa di panti rehabilitasi Yayasan Galuh
Bekasi rata-rata merupakan penderita skizofrenia, yakni hampir setengah
dari pasien mengalami gangguan skizofrenia. Faktor utama dari pasien
penderita skizofrenia ialah penderita narkotika (narcotics) yakni zat-zat
yang dapat mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan dikarenakan
zat-zat tersebut bekerja mempengaruhi susunan pusat syaraf. Istilah
narkotika biasanya digunakan untuk obat adiktif yang memiliki
kemampuan melepaskan rasa sakit dan menyebabkan tidur, hal ini yang
membuat setiap orang yang menggunakan akan mengalami kecanduan.
Dimana telah diketahui bahwasanya narkotika sangat berbahaya untuk
dikonsumsi bagi tubuh. Karena banyak penderita skizofrenia yang rata-rata
mengkonsumsi narkotika dan akhirnya mengalami gangguan mental dan
perilaku, sebagai akibat dari kerusakan sistem syaraf yang tidak seimbang
pada sel-sel syaraf pusat di otak.
41
Ada pula penyimpulan bahwa penderita skizofren terjadi karena
adanya pandangan dari penyesuaian diri, yaitu karena ketidakmampuan
dalam menghadapi kesukaran hidup, tidak mampu dalam menyesuaikan
diri sedemikian rupa, sehingga penderita sering sekali menemui suatu
kegagalan di dalam kehidupannya. Kebanyakan penderita skizofrenia
terjadi setelah menghadapi suatu peristiwa yang menekan, dan berakibat
muncullah penyakit yang sudah terdapat secara sembunyi di dalam diri
penderita tersebut.
Dalam perkembangan penyakit skizofrenia sangatlah lamban,
mungkin dalam beberapa bulan atau beberapa tahun barulah menunjukan
adanya suatu gejala-gejala yang cukup ringan, dan bertitik pada suatu
gejala yang sangat hebat.
Pada pendekatan biologis perkembangan tidak berlangsung
spontan, melainkan harus dimengerti sebagai pemekaran yang ditentukan
secara biologis yang tidak dapat berubah lagi. Pendekatan kerohanian
menjelaskan pada sisi psikis manusia yang sebenarnya sulit untuk
dipahami karena menggunakan penekanan pada rasa. Dan setiap tingkah
laku adalah hasil pertemuan antara faktor pribadi dan lingkungan. 6
6
Suhartono. Ka. Perawat. Wawancara pribadi, Bekasi 2 Juli 2009.
42
Jumlah Penderita Gangguan Jiwa Secara Umum hingga tahun 2009
di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh bekasi. 7
No
1.
2.
7
Jenis
Pria
Wanita
Total
Jumlah
185 Orang
95 Orang
280 Orang
Suharyono. Wak. Perawat. Wawancara Pribadi, Bekasi 7 Juli 2009.
43
BAB IV
PROSES BIMBINGAN ISLAM
A. Proses Bimbingan Islam Pada Penderita Skizofrenia
Proses Bimbingan Islam pada penderita Skizofrenia di Panti
Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi, yaitu memperkenalkan
dari awal mengenai pembelajaran ajaran-ajaran Islami. Hal tersebut
diharapkan dapat diaplikasikan pada proses bimbingan Islam. Dimana
pasien mengalami gangguan jiwa (sifatnya umum), Skizofrenia (sifatnya
khusus).
Pada pengembangan kepribadian Islam hati menjadi sorotan utama.
Hati diartikan sebagai muara segala kebaikan Ilahiyah. Karena hati adalah
cerminan baik buruk seseorang.
Di dalam proses bimbingan Islam, pasien diarahkan secara
individual
oleh
seorang
pembimbing,
karena
pasien
umumnya
membutuhkan figur yang baik untuk membantunya dalam mencapai
kesembuhannya. Dengan mudah pembimbing akan memunculkan pasien
di
dalam
merespon
permasalahan
yang
lebih
sehat
di
dalam
kehidupannya. 1
Setelah penulis melakukan pengamatan dan wawancara, maka
penulis dapat menggambarkan proses apa saja yang telah dilakukan oleh
1
Ibid,.
44
Yayasan atau pembimbing di Yayasan Galuh Proses Bimbingan Islam
Mencangkup :
1. Metode Bimbingan, yang dilakukan oleh pasien skizofrenia secara
berkelompok.
2. Materi yang digunakan:
a.
Pada proses awal tahapan permulaan, mencangkup Fiqih
ibadah. Dimana pasien mengenali materi:
a) Sholat
sebagaimana
telah
diketahui
bahwa
sholat
dapat
menimbulkan kesadaran penuh tentang identitas diri yang berperan
sebagai sikap mental yang sehat. Yang terdapat dalam surat AlBaqarah (2):43
☺
⌧
⌧
Artinya: “Dirikanlah Sholat, tunaikanlah Zakat dan rukuklah
bersama orang-orang yang rukuk.” (QS. Al-Baqarah:43)
b) Membimbing bacaan Dzikir, selesai kegiatan Shalat. Beberapa
manfaat dzikir bagi kesehatan jiwa adalah:
1) Menjaga alam kejiwaan dari hal-hal negatif.
2) Perjanjian kepada Allah untuk menjaga dan mengakui
keberadaannya di dalam hati hamba-hambaNya.
3) Menjadikan hati senantiasa taat padaNya.
4) Sugesti diri agar menjadi lebih mempercayai diri sendiri.
5) Menanamkan rasa rendah hati.
45
c) Muhasabah ialah waktu dimana pasien harus mempunyai
kesempatan untuk merenungkan dirinya.
d) Tafakkur, memikirkan segalanya tentang kebesaran Allah.
Sangatlah efektif di dalam mengatasi gangguan psikologis.
e) Tadabur Quran pemahaman makna ayat-ayat Al-Quran. Sebagai
contoh: membacakan tiga ayat dengan pemahaman artinya.
b. Proses Menengah: Tahapan kesungguhan. Materi yang
digunakan: Mengenal hukum-hukum Islam secara dasar, proses dari
tahap bersih dari sifat-sifat tercela dan maksiat. Pasien dengan
kesungguhannya dapat mengisi diri dengan perilaku mulia yang
dimunculkan dari proses pada tahap awal. 2
Tahapan ini dilakukan pada saat menjelang proses bimbingan
berakhir. Di sini pemrosesannya mengkaji bersama dengan pasien
tentang apa saja yang telah dipelajari selama bimbingan Islam
berlangsung. Dan apa saja yang telah pasien ketahui yang akan
diterapkan di dalam kehidupannya nanti. Apakah semua yang telah
dipelajari ini akan diterapkan ke dalam perilakunya sehari-hari dan hal
ini perlu adanya diskusi dengan pasien lebih lanjut. Hal ini penting
dilakukan karena proses dalam bimbingan Islam yang telah disetujui
bersama pasien dengan jelas telah terpenuhi dan tercapai.
c.
Proses akhir ini materi yang digunakan ialah Pelaksanaan
kegiatan rohani dimana pada proses akhir tahap ini pasien merasakan
2
Ibid,.
46
kesembuhannya. Karena pada tahapan ini pasien bukan hanya
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya saja, akan tetapi
mampu
merasakan
kenikmatan,
kedekatan,
kerinduan
bahkan
kebersamaan dengan Allah SWT. Dan dari sinilah Allah menunjukan
penawar bagi hambaNya yang terus meminta dan berusaha keras
padaNya. Surat An-Naml: 62
☺
⌧
⌧
⌧
Artinya: “Atau siapakah yang memperkenalkan (doa) orang
yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepadaNya, dan yang
menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia)
sebagai khalifah ibumi? Apakah disamping Allah ada illah (yang
lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya).” (QS. An- Naml: 62)
Proses dapat berakhir jika tujuannya telah tercapai, akan tetapi
dapat pula berakhir jika pasien tidak dapat melanjutkan proses
tersebut. Demikian pula seorang pembimbing dapat mengakhiri proses
bimbingannya. Dengan mengakhiri Proses Bimbingan Islam bahwa
pasien harus diberitahukan terlebih dahulu. Hal ini penting karena
pasien setelah ini akan menghadapi lingkungannya yang baru secara
sendiri tanpa ada seorang pembimbing pun. Dan ketergantungannya
pada pembimbing saat ini harus segara dihilangkan dengan cara
menumbuhkan kemandirian pasien. Untuk itu semuanya perlu
47
dipersiapkan secara baik, dan teliti jauh sebelumnya. 3 Seperti yang
tercamtum didalam Al-Quran pada Surat Thahaa: 25-28. dan Surat
An-Naml: 62.
Artinya: “Berkata Musa, ‘Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku
dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah
kekakuan lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.”
(Thahaa: 25-28)
☺
⌧
⌧
⌧
Artunya: “Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang
yang sedang kesulitan apabila ia berdoa kepadanya, dan yang
menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia)
sebagai kholifah di bumi? Apakah di samping Allah ada Illah (yang
lain)? Amat sedikitlah kamu mengingatinya.” (QS. An-Naml: 62)
Untuk mengakhiri Proses Bimbingan Islam pada pasien,
pembimbing menekankan kepada pasien bahwa pasien harus
mempertahankan proses kehidupan yang Islami secara sehat. Dengan
pembentukan yang Islami inilah secara berulang-ulang sehingga
perilakunya akan jauh lebih baik atau sehat (Akhlakul Karimah yang
akan terbentuk) bila dibandingkan pada dirinya di waktu yang lalu.
3
Ibid,.
48
3. Waktu Pelaksanaan Bimbingan Islam
Waktu yang dilaksanakan dalam kegiatan bimbingan Islam selama
penulis melakukan penelitian adalah dua kali dalam seminggu dari jadwal
yang sudah ditentukan.
Selain itu Yayasan juga selalu melaksanakan kegiatan tahunan
yaitu memperingati hari-hari Besar Islam seperti Maulid Nabi Muhammad
SAW Isra Mi’raj, I Muharam dan Bulan Ramadhan.,
B. Faktor-faktor Penghambat dan Pendukung Dalam Proses Bimbingan
Islam.
1. Faktor Penghambat dalam proses Bimbingan Islam secara umum yaitu;
a) Minimnya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Yayasan untuk
proses bimbingan Islam.
b) Kurangnya perhatian warga sekitar pada pasien-pasien skizofrenia
(sakit jiwa).
c) Warga (masyarakat) sekitar masih berpandangan rendah terhadap
pasien sakit jiwa lainnya, dan pengurus panti.
d) Sering terjadinya deskriminasi antar warga dengan pihak Yayasan.
e) Adanya sarana dan prasarana yang sering rusak dan hilang.
f) Kurangnya tenaga pekerja yang handal dan professional didalam
proses bimbingan Islam.
g) Adanya peran pemerintah pada bidang kesehatan yang kurang
birokrasi.
49
2. Faktor Pendukung dalam proses Bimbingan Islam.
a) Adanya kemauan pada pasien didalam proses bimbingan Islam itu
sendiri.
b) Mampu untuk menunjukkan pada masyarakat banyak bahwa
mantan pasien sakit jiwa bisa untuk sembuh, mampu untuk
beradaptasi kembali pada lingkungannya, dan mampu untuk
berkarya, berhak untuk mendapatkan kehidupan yang layak seperti
semula. 4
4
Supanti, Wak Humas. Wawancara Pribadi, Bekasi : 23 Juli 2009.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di dalam Proses Bimbingan Islam Pada
Penderita Skizofrenia Di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh
Bekasi, telah dapat disimpulkan bahwa:
a. Upaya yang dilakukan pembimbing dalam Proses Bimbingan Islam Pada
Penderita Skizofrenia di Yayasan Galuh, bermanfaat dalam pemberian
bantuan, membimbing, dan mengobati agar dapat mengembalikannya
menjadi warga masyarakat yang berguna dan dapat hidup berdampingan
secara wajar sebagai makhluk sosial lainya.
b. Indikasinya dapat terlihat dari cara perubahan hidup yang dialami oleh
pasien selama berada di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh
Bekasi. Pasien belajar hidup tertib dan teratur: makan, mandi, beribadah
sesuai jadwal yang diberlakukan di yayasan. Metode yang digunakan
adalah metode direktif (yang bersifat mengarahkan pada pasien) dalam
pembelajarannya tersebut, ke dalam pola hidup pasien dan sesuai dengan
pola hidup dalam Islam.
c. Selain itu, metode yang digunakan pembimbing dalam Proses Bimbingan
Islam di panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh ialah
membimbing pasien dengan bimbingan berkelompok (group guidance)
dalam kesehariannya. Dimana hal ini dapat membantu pasien skizofrenia
43
51
mempelajari strategi untuk meningkatkan relasi dengan orang lain. Melalui
pendekatan ini pasien juga dibantu untuk menghadapi konflik-konflik
dalam
dirinya
dan
masalah-masalah
lain
yang
menghambat
perkembangannya. Berikut Materi-materi yang digunakan:
a) Pada Proses awal
b) Proses Menengah dan
c) Proses Akhir
B. Saran
Proses Bimbingan Islam Pada Penderita Skizofrenia Di Panti
Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi, yang telah berjalan selama
ini ada baiknya jika dilengkapi dengan berupa saran berikut ini:
1. Bagi Yayasan, khususnya di dalam proses bimbingan agama (yang
beragama Islam) perlu diperhatikan kembali dengan dilengkapinya sarana
dan prasarana bagi fasilitas pembimbing di dalam proses bimbingan Islam
guna menumbuhkan dan membangun kembali mental Islami pada pasien.
2. Dengan bertambahnya pasien masuk ke Panti Rehabilitasi Cacat Mental
Yayasan Galuh Bekasi, maka perlu ditambahkannya tenaga-tenaga
pembimbing yang terlatih dan professional di dalam bidangnya seperti
psikolog. Agar dalam proses bimbingan Islam dapat lebih mengkondisikan
dan
menyesuaikan
pembimbingnya.
51
sesuai
dengan
kapasitas
jumlah
pasien
dan
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, H M. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta :
Golden Trayon Press, 1994.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Rineka Cipta, 1996.
______________. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT.
Rineka Cipta, 2003, Cet Ke- 2.
Daradjat, Zakiah. Psikoterapi Islami Jakarta : Bulan Bintang, 2002.
______________, Kesehatan Mental. Jakarta : PT. Toko Gunung Agung, 2001.
_______________, Psikoterapi Islam. Jakarta : PT. Bulan Bintang, 2002.
Dewi, Yeni Febrianti Kumala. Schizofrenia and The Other Psychotic, Jakarta :
2007.
Faqih. Aunnur Rahim. Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, Yogyakarta : UII
Press, 2001.
Firdaus. Skhizofrenia Sebuah Panduan Bagi Keluarga Penderita Skhizofrenia.
Yogyakarta : Qalam, 2005.
Hawari, Dadang. Pendekatan Holistic Pada Gangguan Jiwa Skhizofrenia. Jakarta
: FKUI. 2007.
____________. Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta
: PT. Dana Bhakti Prima Yasa. 2004.
Hidayat, Bahril. Aku Tahu Aku Gila. Jakarta : Studia Press, 2007.
Kartono, Kartini. Patologi Sosial. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005.
____________, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental Islam. Bandung : Mandar
Maju, 1989.
Maramis, WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University
Press, 1980.
53
Maulana, Muhammad Ali. Islamologi atau Dinul Islam, Jakarta : Darul Kutubi
Islamiyyah, 1996, Cet Ke- 5,
Moleong, Lexy J. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2005.
Musnamar, Thohari. Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam.
Yogyakarta : UII Press, 1992.
Nasarudin, Razaq, Peninjauan Kembali Islam Sebagai Suatu Dogma. Bandung :
Al-Mari’f, 1997, Cet Ke- 2.
Natawidjaya, Rahman. Peranan Guru Dalam Bimbingan di Sekolah. Bandung :
CV Abardi, 1998.
Nevid S, Jeffrey Dkk. Psikologi Abnormal. Jakarta : PT. Erlangga. 2003.
Prayitno, Amti, dan Erman. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta :
Rineka Cipta, 1999.
Richeimer, Steven, J. Siegel, Daniel. Buku Saku Psikiatri. Jakarta : EGC, 1997.
Sarwono, Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi. Jakarta : Bulan Bintang,
2003.
Sayih - al, Ahmad Abdul Raheem. Keutamaan Islam. Terjemahan Muhammad
Muhcson Ansy. Jakarta : Pustaka Azzam, 2001.
Sukardi, Dewa Ketut. Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah. Surabaya :
Usaha Nasional, 1982.
Walgito, Bimo. Bimbingan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta : Andi Offset.
1993.
SURAT KETERANGAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
Jabatan
Alamat kantor
: Suhartono
: Ka. Pelayanan Rehabilitasi Yayasan Galuh Bekasi
: Jl. Bambu Kuning IX Rt. 03/02 Kel. Sepanjang Jaya Kec.
Rawa Lumbu. Bekasi
Dengan ini memberikan keterangan bahwa :
Nama
No. Mahasiswa
Program Studi
Fakultas
Universitas
Alamat
: Reninta Latifa
: 105052001764
: Bimbingan dan Penyuluhan Islam
: Dakwah Dan Komunikasi
: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
: Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat, Tangerang
Pada tanggal 24 Maret 2009, telah mengadakan penelitian di Panti Rehabilitasi
Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi. Dalam rangka menyelesaikan Skripsi, dengan judul
Penelitian :
“PROSES BIMBINGAN ISLAM PADA PENDERITA SKHIZOFRENIA DI
PANTI REHABILITASI CACAT MENTAL YAYASAN GALUH BEKASI”
Demikian surat keterangan ini untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Mengetahui
Pendiri/Ketua
(Gendu Mulatip)
Bekasi, 12 Agustus 2009
Yayasan Galuh
(Suhartono)
HASIL
WAWANCARA I
NAMA
: Bp. Suhartono
JABATAN
: Dewan Pembina Yayasan Galuh
TEMPAT
: Ruang Kantor Yayasan
WAKTU WAWANCARA
: 12 Agustus 2009. Pukul 16.00
1. Seperti apa pelaksanaan kegiatan bimbingan pada penderita skhizofrenia di Yayasan
Galuh ?
Jawaban : Pelaksanaan kegiatan bimbingan di Yayasan Galuh ini dilakukan
secara umum tidak khusus pada penderita skhizofrenia saja melainkan pada penderita
gangguan jiwa lainnya, yang meliputi; pembinaan secara inteks (terapi bicara) dengan
cara pelaksanaan mentalitas dengan merehab seluruh mental pasien itu sendiri.
Caranya menimalisir hasil dari hail positif dan hasil negatife dari hasil pembinaan
yang sudah dilakukan. Pelaksanaan hasil kegiatan individu dan umum dari hasil
kegiatan sehari-hari yang telah dilakukan oleh pasien. Kegiatan di bidang agama
islam yang berkala dengan melihat kondisi mental pasien. Dapat memberikan
semangat dan mencoba membantu dengan menghilangkan dunia halusinasi
(khayalan) dengan yang nyata (sebenarnya). Memberikan pelayanan secara moral,
beretika, santun dan terhormat.
2. Metode apa saja yang digunakan didalam Proses Bimbingan Islam di Yayasan Galuh,
dan seperti apa penerapanya?
Jawaban : Program Bimbingan Islam dimana pasien tidak bisa dipercaya
keimanannya buruk, adanya pemasukan keagamaan pada hokum ajaran agama islam
dan pada pengalaman terdahulu hanya berupa memorinya saja (sejarahnya pasien itu).
Pengenaan secara simulasi (pengajaran) dapat mengajarkan. Pelaksanaan objektifitas
yang baik 70%. Hasil dari penilaian (terminasi) pada pasien.
3. Bagaimana dengan pelaksanaan dari proses bimbingan islam itu sendiri?
Jawaban : Adanya pelaksanaan kegiatan untuk pasien yang akurat terfokus
pada hal positif.
4. Apa saja program utamanya di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh?
Jawaban : Ada tiga tahap didalam program utamanya. Untuk jangka pendek,
dapat membangun panti dan dapat merehab mentalitas pasien secara kondusif.
Jangka menengah, agar dapat mengangkat nama panti serta memberikan kenyataan
hidup pada masyarakat untuk tidak mendiskriminasikan Panti Rehabilitasi Yayasan
Galuh ini. Dan jangka panjangnya ialah, dapat mengangkat harkat dan derajat
manusia serta membantu peran pemerintah didalam mengentaskan kemiskinan.
5. Sudah berapa lama Anda menjabat sebagai dewan Pembina di Yayasan Galuh?
Jawaban : Kurang lebih 10 tahun.
6. Adakah kesulitan-kesulitan (hambatan) pada proses pembinaan bagi pasien
Skhizofrenia?
Jawaban : Ada. Kesulitan itu terjadi pada tingkat halusinasi ( Khayalan) yang
masih membekas di diri pasien. Sehingga makin pasien merasakan tingkat khayalnya
semakin sulit untuk di bina.
7. Apakah keluarga mendapatkan bimbingan islam agar dapat merawat pasien jika
pasien kelak kembali kerumah?
Jawaban : Ya. Tentu akan diberikan bimbingan untuk keluarga. Karena disini
keluarga sangatlah berperan aktif baik lingkungan masyarakat sekitar maupun
individual, bagi pasien itu sendiri dan bentuk dari keluarga adalah suatu gambaran
yang terkait pada diri seorang anak (si pasien itu).
8. Berapa lama waktu yang digunakan dalam sekali pertemuan untuk membina pasien?
Jawaban : 30 menit untuk setiap harinya.
9. Apa tujuan tujuan yang dilakukan didalam pembinaan?
Jawaban : Hanya ingin mengarahkan kepada pasien dan mengikut sertakan
kembali ditengah-tengah masyarakat, seperti sediakala sebelum pasien mengalami
gangguan jiwa.
10. Apakah ada pembinaan keterampilan bagi pasien yang telah kembali di tengah
masyarakat dan bagaimana cara pelaksanaanya?
Jawaban : Ya, ada pembinaan keterampilannya. Cara pelaksanaanya dengan
adanya BLK ( Balai Latihan Kerja) yang dilakukan untuk pasien yang telah kembali
ditengah-tengah masyarakat. BLK mampu memberikan bentuk rasa kepercayaan diri
bagi pasien di lingkungannya.
Bekasi, 12 Agustus 2009
Interviuwer
Interviuwe
Reninta Latifa
Suhartono
HASIL
WAWANCARA II
NAMA
: Bp. Suharyono
JABATAN
: Ka. Perawat Di Yayasan Galuh
TEMPAT
: Ruang Kantor Yayasan
WAKTU WAWANCARA
: 12 agustus 2009. pukul 14.35.
1. Berapa lama waktu perawatan yang digunakan dalam pemantauan bagi tiap pasien per
harinya?
Jawaban : 30 menit per hari.
2. Selama ini sudah berapa daftar pasien yang datang ke Yayasan Galuh?
Jawaban : Sudah mencapai kurang lebihnya hampir 10.000 orang untuk 1.5
tahun ini
total pasien sekitar 287 orang.
3. Sudah berapa daftar pasien yang pulang kerumah?
Jawaban : 600 orang.
4. Berapa total pasien yang telah sembuh?
Jawaban : Kurang lebih mencapai 500-800 orang.
5. Berapa pula pasien yang sudah kembali lagi ke Yayasan Galuh?
Jawaban : Kurang lebihnya hampir mencapai 300 0rang.
6. Sudah berapa lama anda menjabat sebagai wakil K.A. perawat di Yayasan Galuh?
Jawaban : Sekitar 12 tahun.
8. Setelah pasien “sembuh” dapat kembali ditengah-tengah keluarganya. Menurut
bapak. Apa si “keriteria sembuh” ?
Jawaban : Menurut kami di Yayasan ini “ Keriteria sembuh mencangkup
beberapa unsur yaitu; unsur wujud dari manusia yang utuh, adanya satu kemampuan
didalam melaksanakan pola kehidupan yang nyata ( berpikir hal positif didalam
kehidupannya), memiliki kesempurnaan hidup yang sebenarnya yang akan dilakukan
sesudah si pasien sembuh.
9. Kendala apa yang begitu sulit bapak temui selama bertugas di Yayasan Galuh? Dan
bagaimana cara untuk mengatasi kendala tersebut?
Jawaban : Kendala yang sering dialami adalah, adanya sakit fisik (dimana
untuk pasien Yayasan Galuh prasarana sangatlah minim sekali karena memakai dana
secara sendiri, tanpa adanya campur tangan pemerintah). Warga sekitar yang berada
di lingkungan Yayasan masih mendiskriminasikan pihak yayasan Galuh (kurangnya
memperhatikan kami dilingkungannya) dan pola pandang masyarakat yang masih
rendah terhadap Yayasan. Tenaga yang berpendidikan sangatlah kurang. Peran
pemerintah pada bidang kesehatan kurang birokrasi. Cara mengatasinya kami disini
dengan memberikan penyuluhan-penyyuluhan pada masyarakat khususnya masyarkat
awam dan mampu memberikan pengertian pada seluruh keluarga dan anak-anak
pelajar disekitar. Adanya penguasaan pengalaman yang dapat mendidik. Meminta
bantuan untuk merehab Yayasan ini kepada pemerintah. Menunjukan pada khalayak
banyak, bilamana jika pasien sembuh bisa menjadi pengurus dan dapat hidup
ditengah masyarakat kembali.
Bekasi, 12 Agustus 2009
Interviuwer
Interviuwe
Reninta Latifa
Suharyono
Download