BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan teori 1. Teori Legitimasi Legitimasi merupakan keadaan psikologis keberpihakan orang yang sangat peka terhadap gajala lingkungan sekitarnya berupa fisik maupun non fisik. Teori legitimasi penting bagi organisasi karena teori legitimasi didasari oleh norma- norma, nilai- nilai, dan peraturan sosial, perusahaan merasa keberadaan dan aktivitasnya terlegitimasi.35 Teori legitimasi mengungkapkan bahwa perusahaan secara continue berusaha untuk bertindak sesuai dengan batas-batas dan norma-norma dalam masyarakat. Atas usahanya tersebut perusahaan berusaha agar aktivitasnya diterima menurut persepsi pihak eksternal.36 Teori legitimasi sangat bermanfaat dalam menganalisis perilaku organisasi, karena teori legitimasi adalah hal yang paling penting bagi organisasi. Batasan-batasan yang ditekankan oleh norma-norma dan nilainilai sosial serta reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya analisis perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan. Teori legitimasi dilandasi oleh kontrak sosial yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat dimana perusahaan beroperasi dan menggunakan 35 Nor Hadi, “Corporate Sosial responsibility”, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hal. 87. Chariri dan Gazali, Teori Akuntansi, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2007). 36 48 49 sumber ekonomi. Legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat. Adanya teori legitimasi memberikan landasan bahwa perusahaan harus menaati norma-norma yang berlaku di masyarakat dimana perusahaan berada agar operasi perusahaan juga dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya konflik dari masyarakat sekitar. Untuk hal tersebut, perusahaan dapat menyesuaikan diri dengan cara mengembangkan program Corporate Social Responsibility (CSR). Dengan adanya program Corporate Social Responsibility (CSR), perusahaaan dapat memberikan kontribusi positif kepada masyarakat sekitar sehingga masyarakat sekitar dapat menerima baik keberadaan perusahaan di lingkungannya.37 2. Corporate Sosial Responsibility CSR a. Pengertian Corporate Sosial Responsibility (CSR) Corporate social responsibility adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab perusahaan dan 37 Deegan, Craig, The Legitimising Effect of Social and Environmental Disclosure – A Theoritical Foundation. Accounting, Auditing & Accountability Journal, 15(3), 2002. Dalam Ira Robiah Adawiyah, Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (Studi Empiris Pada Perusahaan Go Public Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index Periode 2008-2012), (skripsi: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2012), hlm. 14. 50 menitik beratkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, social dan lingkungan.38 CSR merupakan komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk meningkatkan kualitas hidup dari kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, komunikasi local, kan komunikasi luas. Konsep CSR melibatkan tanggung jawab kemitraan antara pemerintah, perusahaan, dan komunitas masyarakat setempat yang bersifat aktif dan dinamis.39 Tanggung jawab itu sendiri merupakan suatu prinsip dinamis yang berhubungan dengan keseluruhan perilaku manusia dalam hubungan dengan masyarakat ataupun institusi. Suatu tanggung jawab bahkan mempunyai kekuatan dinamis mempertahankan kualitas keseimbangan dalam masyarakat.40 b. Pengungkapan Corporate social responsibility Pengungkapan (disclousure) dapat dipahami sebagai bentuk keterbukaan suatu perusahaan dalam melaporkan kebenaran kondisi keuangan (financial) dan non keuangan (financial) yang dimilikinya secara terbuka terutama kepada pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan seperti investor. Dengan tujuan agar informasi yang 38 Hendrik budi untung, Corporate Social Responsibility, (Jakarta: Sinar grafika, 2007), hlm.1. 39 T.Rommi marnelly, “Corporate Social Responsibility (CSR): tinjauan teori dan praktek di indonesia”. (jurnal aplikasi bisnis vol.2, no.2, April 2012), hlm.50 . 40 Muhammad dan limin, Etika dan perlindungan konsumen dalam ekonomi islam, (Yogyakarta: BPFEE, Yogyakarta, 2004), hlm.283. 51 diterima adalah informasi yang menggambarkan tentang kondisi perusahaan yang sesungguhnya bukan dalam bentuk rekayasa atau semacam tindakan melakukan manajemen laba.41 Hal tersebut memperluas tanggung jawab organisasi (khususnya perusahaan), diluar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal khususnya pemegang saham. Perluasan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab yang klebih luas disbanding hanya mencari laba untuk pemegang saham.42 Pengungkapan CSR merupakan salah satu cara perusahaan untuk membangun, mempertahankan, dan melegitimasi kontribusi perusahaan dari sisi ekonomi dan politis. Selain itu juga, akuntansi pertanggung jawaban social dapat memberikan kontribusi piositif maupun negative terhadap kualitas hidup manusia dan lingkungannya.43 Tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya 41 perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan Irham Fahmi, “Pengantar Pasar Modal”, (Bandung: Alfabeta, 2012) hal. 284 Edy Rismanda Sembiring, “karakteristik perusahaan dan pengungkapan tanggung jawab social: studi empiris pada perusahaan yang tercatat Di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Fakultas Ek0onomi, (Sumatera Utara: Universitas Katoliuk St. Thomas, 2005) hal.3 43 Megawati Cheng dan Yulisius Jogi Christiawan, “pengaruh pengungkapan CSR terhadap Abnormal Return”, Jurnal Ekonomi, (Surabaya: Universitas Kristen Petra) hal.3 42 52 memperhatikan kepatuhan dan kewajaran. Jika perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban tanggung jawab sosial akan dikenai sanksi.44 c. Komponen Corporate Social Responsibility (CSR) Menurut Darwin (2006) Cakupan CSR sangat luas, tidak hanya terkait dengan masalah sosial semata (corporate philanthropy). Secara umum isu CSR mencakup lima komponen pokok, yaitu:45 a) Hak Asasi Manusia (HAM) Bagaimana perusahaan menyikapi masalah HAM dan strateginya serta kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghindari terjadinya pelanggaran HAM dalam perusahaan. b) Tenaga Kerja (Buruh) Bagaimana kondisi tenaga kerja di supply chain ataupun dipabrik, mulai dari sistem panggajian, kesejahteraan hari tua dan keselamatan kerja, peningkatan keterampilan dan profesionalisme karyawan, sampai pada pola penggunaan tenaga kerja di bawah umur 20. c) Lingkungan hidup Bagaimana strategi dan kebijakan yang berhubungan dengan masalah lingkungan hidup. Usaha perusahaan mengatasi dampak lingkungan atas produk dan jasa mulai dari pengadaan bahan baku sampai pada masalah pembuangan limbah, serta 44 Ibid . Darwin Ali. 2006. Penerapan sustainability reporting di Indonesia. Konvensi Nasional Akuntansi V. program profrsi lanjutan Yogyakarta. 45 53 dampak lingkungan yang diakibatkan oleh proses produksi dan distribusi produk. d) Sosial masyarakat Bagaimana strategi dan kebijakan dalam bidang sosial dan pengembangan masyarakat setempat (community development), serta dampak operasi perusahaan terhadap kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat. e) Dampak produk dan jasa terhadap pelanggan Apa saja yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk memastikan bahwa produk dan jasanya terbebas dari dampakdampak negatif seperti menggangu kesehatan pelanggan, mengancam keamanan dan produk yang dilarang. Berdasarkan kelima komponen diatas maka komponen-komponen tersebut dapat dijadikan tolak ukur dalam menilai seberapa besar kesadaran perusahaan dalam memenuhi tanggung jawab sosialnya kepada stakeholdernya. Jika perusahaan hanya menjalankan salah satu komponen saja dari kelima komponen tersebut dapat dikatakan kesadaran perusahaan masih rendah. Sebaliknya, jika perusahaan memenuhi kelima komponen tersebut dapat dikatakan kesadaran perusahaan tinggi terhadap tanggung jawab sosialnya. 54 d. Manfaat Melaksanakan dan Kerugian Tidak Melaksanakan CSR Menurut Untung (2008), manfaat CSR bagi perusahaan antara lain:46 1) Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan. Kontribusi positif pasti juga akan mendongkrak reputasi dan image positif perusahaan. Inilah yang menjadi modal non financial utama bagi perusahaan sementara bagi stakeholdernya menjadi nilai tambah bagi perusahaan untuk dapat tumbuh secara berkelanjutan. 2) Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial. Masyarakat sekitar perusahaan merupakan komunitas utama perusahaan. Ketika mereka mendapatkan benefit dari keberadaan perusahaan maka pasti dengan sendirinya mereka ikut merasa memiliki perusahaan sehingga imbalan yang diberikan ke perusahaan paling tidak adalah keleluasaan perusahaan untuk menjalankan bisnisnya di wilayah tersebut. 3) Mereduksi risiko bisnis perusahaan Mengelola resiko di tengah kompleksnya permasalahan perusahaan merupakan hal yang esensial untuk suksesnya usaha. Perusahaan harus menyadari bahwa kegagalan untuk memenuhi ekspektasi stakeholders pasti akan menjadi bom waktu yang dapat memicu resiko yang tidak 46 Hendrik Budi Untung. 2008. Corporate Sosial Responsibility. Sinar Grafika. Jakarta. 55 diharapkan misalnya, penghentian operasi, yang ujungnya akan merusak dan menurunkan reputasi bahkan kinerja perusahaan. 4) Melebarkan akses sumber daya bagi operasional perusahaan Pengelolaan yang baik CSR merupakan keunggulan bersaing bagi perusahaan yang dapat membantu memuluskan jalan menuju sumber daya yang diperlukan perusahaan. 5) Membuka peluang besar Investasi yang ditanamkan untuk program CSR ini dapat menjadi jalan bagi perusahaan menuju peluang besar yang terbuka lebar. Termasuk di dalamnya akan memupuk realitas konsumen dan menembus pangsa pasar baru. 6) Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah Banyak keuntungan yang didapat dari melaksanakan program CSR diantaranya pengurangan limbah industri melalui proses daur ulang kedalam proses produksi. 7) Memperbaiki hubungan dengan regulator Perusahaan yang melakukan program CSR pada dasarnya membantu meringankan beban pemerintah sebagai regulator untuk mensejahterakan masyarakat dan melestarikan lingkungan. Tanpa bantuan dari perusahaan, umumnya terlalu berat bagi pemerintah untuk menanggung beban tersebut. 8) Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan Kesejahteraan yang diberikan para pelaku CSR umumnya sudah jauh melebihi standar normatif kewajiban yang dibebankan kepada 56 perusahaan. oleh karenanya wajar bila karyawan terpacu untuk meningkatkan kinerjanya. Disamping itu reputasi perusahaan yang baik dimata stakeholders juga merupakan vitamin tersendiri bagi karyawan untuk meningkatkan motivasi dalam berkarya. 9) Peluang mendapatkan penghargaan Banyak reward ditawarkan bagi penggiat CSR. Sehingga kesempatan untuk mendapatkan penghargaan mempunyai peluang yang cukup tinggi. Menurut WBCSD dalam Wadjaja dan Pratama (2008) tidak melaksanakan CSR dapat berakibat terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan terjadi dalam kegiatan usaha, diantaranya: 1) Boikot konsumen 2) Serangan terhadap aset tetap seperti tanah perkebunan dan bangunan 3) Kegagalan untuk menarik karyawan yang berkualitas dan kehilangan dukungan dari karyawan. 4) Pengeluaran ekstra untuk memperbaiki kesalahan dimasa lalu. 5) Kesulitan dengan siklus hidup perusahaan (konsumen akhir dan pemasok) Jika hubungan antara masyarakat dan perusahaan tidak baik bisa dipastikan akan ada masalah sehingga dapat menghambat jalannya operasi perusahaan. Dalam persaingan pasar yang kian kompetitif, CSR bisa memberikan citra perusahaan yang khas, 57 baik, dan etis di mata publik yang pada gilirannya menciptakan customer loyalty.47 e. Pengungkapan Corporate Sosial Responsibility (CSR) dalam Laporan Tahunan Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang disebut sustainibility reporting, sustainibility reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Sustainibility report harus menjadi dokumen strategik yang berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan dan peluang Sustainibility development yang membawanya menuju kepada core business dan sector industrinya.48 Perusahaan semakin menyadari bahwa kelangsungan hidup perusahaan juga tergantung dari hubungan perusahaan dengan masyarakat dan lingkungannya tempat perusahaan beroperasi. Pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan merupakan salah satu cara perusahaan untuk membangun, mempertahankan, dan 47 Ira Robiah Adawiyah, “Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (Studi Empiris Pada Perusahaan Go Public Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index Periode 2008-2012)” Skripsi, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2013) , hal. 23-24. 48 Anggraini 2006 dalam Rimba Kusumadilaga, “pengaruh CSR terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas Sebgai Variabel Moderating”,(Semarang: Universitas Diponegoro, 2010) hal.16 58 melegitimasi konstribusi perusahaan dari sisi ekonomi dan politis. Laporan tahunan adalah salah satu media yang digunakan oleh perusahaan untuk berkomunikasi langsung dengan para investor. Pengungkapan informasi dalam laporan tahunan yang dilakukan oleh perusahaan diharapkan dapat mengurangiasimetri informasi dan juga mengurangi agency problems. Berbagai alasan perusahaan dalam melakukan pengungkapan informasi CSR secara sukarela telah diteliti dalam penelitian sebelumnya, diantaranya karena untuk menaati peraturan yang ada untuk memperoleh keunggulan kompetitif melalui penerapan CSR, untuk memenuhi ketentuan kontrak pinjaman dan memenuhi ekspektasi masyarakat, untuk melegitimasi tindakan perusahaan, dan untuk menarik investor.49 Pengungkapan sosial dalam tanggung jawab perusahaan sangat perlu dilakukan, karena bagaimanapun juga perusahaan memperoleh nilai tambah dari kontribusi masyarakat diserikat perusahaan termasuk dari penggunaan sumber-sumber sosial. Jika aktivitas perusahaan termasuk dari penggunaan sumber-sumber sosial. Jika aktivitas perusahaan menyebabkan kerusakan sumber-sumber sosial maka dapat timbul adanya biaya sosial (social cost) yang harus ditanggung oleh 49 Erlyn Nur Fitriana,”Pengungkapan CSR dalam Laporan Tahunan Terhadap Koefisien Respon Laba Akuntansi”. (Semarang: Universitas Diponegoro, 2011) hal.12 59 masyarakat, sedangkan apabila perusahaan meningkatkan mutu sumber sosial maka akan menimbulkan social benefit (manfaat sosial).50 3. Ukuran Perusahaan (size) Definisi dari size perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan, dapat dinyatakan dalam total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan meliputi aktiva tetap, aktiva tidak berwujud dan aktiva lain-lain. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan jumlah karyawan, total aktiva, volume penjualan, atau peringkat indeks. Skala pengukuran untuk size perusahaan dengan logaritma natural. Size perusahaan diukur dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan, kemudian akan ditransformasikan dalam logaritma natural untuk menyamakan nilai dengan variabel lain dikarenakan total aktiva perusahaan nilainya relative besar dibandingkan variabel-variabel lain dalam penelitian ini.51 Terdapat bebrapa penjelasan mengenai pengaruh ukuran (size) terhadap kualitas ungkapan. Perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil, karena perusahaan besar akan menghadapi risisko politis yang lebih besar dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan yang lebih besar mungkin akan memiliki pemegang saham yang memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan dalam laporan 50 Yuli Agustini, “Pengaruh Daya Informasi Akuntansi pada Hubungan Pengungkapan CSR dengan Cost Of Equirty Capital”, Tesis, (Denpasar: Universitas Udayana, 2011) hal.19 51 Rendro Widyamoko, “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Laporan Tanggung Jawab Sosial (Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia) “ Skripsi, (Semarang: Universitas Diponegoro, 2011), hal. 30. 60 tahunan, yang merupakan media untuk menyebarkan informasi tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan.52 Menurut Cowen et.al., secara teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan, dan perusahaan yang lebih besar terhadap masyarakat mungkin akan memiliki pemegang saham yang memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan sehingga pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan akan semakin luas. Semakin besar sumber daya yang dimiliki entitas, maka entitas tersebut akan lebih banyak berhubungan dengan stakeholder, sehingga diperlukan tingkat pengungkapan entitas yang leih besar, termasuk pengungkapan dalam tanggung jawab sosial. Dikaitkan dengan teori agensi seperti yang dinyatakan sembiring bahwa smakin besar suatu perusahaan maka biaya keagenan yang muncul juga semakin besar, untuk mengurangi biaya keagenan tersebut, perusahaan cenderung mengungkapkan informasi yang lebih luas. 53 4. Profitabilitas a. Pengertian Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham. 52 Monic Ariestyawati, “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran Dewan Komisaris Dan Umur Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure Dalam Laporan Tahunan” Skripsi, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2013), hal.23. 53 Edy Rismanda Sembiring, “karakteristik perusahaan dan pengungkapan tanggung jawab sosial: study empiris pada perusahaan yang tercatat di bursa Efek Indonesia”, jurnal fakultas Ekonomi, (Sumatera Utara: Universitas katolik St. Thomas, 2005), hal.8 61 Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggung jawaban sosial kepada pemegang saham, sehinggasemakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial . Ini didukung oleh teori legitimasi (legitimacy theory), dimana perusahan mendapat legitimasi (respon) baik dari masyarakat karena perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi dianggap dapat membiayai aktivitas sosialnya.54 Hubungan antara profitabilitas perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan telah menjadi postulat (anggapan dasar) untuk mencerminkan pandangan bahwa reaksi sosial memerlukan gaya manajerial. Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasinsosial yang dilakukan perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa , Corporate sosial responsibility akan meningkatkan nilai perusahaan pada saat profitabilitas perusahaan meningkat.55 Pelaksanaan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan berkaitan erat dengan profitabilitas perusahaan. Hal ini dappat dilihat dari perusahaan- perusahaan yang menjalankan dan mengungkapkan aktivitas CSR dengan baik dapat meningkatkan reputasinya serta dapat mengurangi 54 Heinze dan Gray, et al. 1976 dalam Nurul Kususma Wardani, “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011)”, Skripsi (Semarang: Universitas Diponegoro, 2013), hal. 23. 55 Edy Rismanda Sembiring, “karakteristik perusahaan dan pengungkapan tanggung jawab sosial: study empiris pada perusahaan yang tercatat di bursa Efek Indonesia”, jurnal fakultas Ekonomi, (Sumatera Utara: Universitas katolik St. Thomas, 2005), hal.4 62 biaya atas kemungkinan tntutan atau protes yang akan terjadi, sehingga profitabilitas perusahaan dapat meningkat.56 Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasinya.57 Salah satu alat pengukuran kinerja suatu perusahaan adalah profitabilitas. Pengertian lain juga menyebutkan profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dalan keuntungan dan penjualan barang atau jasa yang diproduksinya, total aktiva maupun modal sendiri.58 Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Untuk mengukur kinerja suatu perusahaan, investor biasanya melihat kinerja keuangan yang tercermin dari berbagai macam rasio.salah satu indikator pengukuran kinerja keuangan yang sering digunakan adalah yang sering digunakan adalah profitabilitas perusahaan. Alat ukur profitabilitas perusahaan yang sering digunakan adalah Return On Equity (ROE) dan Return On Assets (ROA). 56 Rawi, “ pengaruh kepemilikan manajemen, institusi, dan leverage terhadap CSR pada perusahaan manufaktur yang listing di BEI”, tesis magister akuntansi, (semarang; Universitas diponegoro, 2008), hal.4. 217. 57 Kasmir, “Pengantar Manajemen Keuangan”, (Jakarta : Kencana, 2010), Hlm 115. 58 Purwanto, “New Bussines Administration”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), Hlm 63 b. Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun pihak luar perusahaan, yaitu: 1) Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu. 2) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu. 4) Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. 5) Untuk mengukur produktifitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Manfaat yang diperoleh dari rasio profitabilitas antara lain: 1) Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode. 2) Mengetahui posisi perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3) Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu 4) Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. 5) Mengetahui produktifitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal maupun modal sendiri. 64 c. Jenis – jenis Rasio Profitabilitas Ada beberapa jenis rasio profitabilitas, diantaranya adalah sebagai berikut :59 1. ROE (Return On Equity) Merupakan perbandingan antara keuntungan bersih perusahaan dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukan bagian keuntungan yang berasal dari modal sendiri, dan sering dipakai oleh para investor dalam pembelitian saham suatu perusahaan. Karena modal sendiri menjadi pemilik. Investor yang akan membeli saham akan tertarik dengan ukuran profitabilitas ini, atau total bagian dari profitabilitas yang bisa dialokasikan kepada pemegang saham. Return On Equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun saham preferen) atas modal yang mereka investasikan didalam perusahaan. Secara umum tentu saja semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan. 2. ROA (Return On Assets) Merupakan perbandingan antara laba / keuntungan sebelum biaya bunga dan pajak dengan seluruh aktiva atau kekayaan perusahaan. Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan dengan 59 Budi Raharjo, “Laporan Keuangan Perusahaan: Membaca, Memahami, dan Menganalisis”,(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm 140 65 seluruh modal yang ada didalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Investor di pasar modal sangat memperhatikan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan, menunjang, dan meningkatkan profit. Profitability dapat diukur beberapa hal yang berbeda, namun dalam dimensi yang sangat terkait. Pertama, terdapat hubungan antara profit dengan sales sehingga terjadi residual return bagi perusahaan per rupiah penjualan. Pengukuran yang lain adalah return on investment (ROI) atau disebut juga Return On Assets (ROA), yang berkaitan dengan profit dan investasi atau aset yang digunakan untuk menghasilkannya. 3. Modal terpakai / aktiva bersih (RONA) Adalah perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak dengan jumlah terpakai atau aktiva bersih. 4. Modal saham Biasa Merupakan perbandingan antara keuntungan bersih perusahaan sesudah dikurangi dividen saham preferen dengan modal sendiri sesudah dikurangi nilai saham preferen. Rasio ini menunjukan bagian keuntungan yang menjadi hak dari para pemegang saham biasa. 5. Nilai tambah ekonomis (EVA) Adalah laba diatas biaya kewajiban / hutang dan biaya modal perusahaan. Secara lebih rinci didefinisikan sebagai laba 66 usaha dikurangi dengan pajak dan biaya bunga atas hutang serta dikurangi cadangan untuk biaya modal. 6. Rasio nilai tambah (VAR) Adalah perbandingan antara tambah ekonomis dengan jumlah penjualan bersih. 7. Marjin laba bruto (gross profit margin) Adalah perbandingan antara laba kotor (penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan) dengan jumlah penjualan bersih. 8. Marjin laba usaha Adalah perbandingan antara laba usaha (penjualan dikurangi harga pokok penjualan, dikurangi biaya administrasi dan umum) dengan penjualan bersih. 9. Rasio usaha Adalah perbandingan antara biaya usaha (yang terdiri dari bunga pokok penjualan ditambah biaya administrasi & umum, dan penjualan) dengan penjualan bersih. 10. Marjin laba bersih (net profit margin) Adalah perbandingan antara laba bersih (laba sesudah biaya bunga dan pajak) dengan penjualan bersih perusahaan. NPM ini berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya. Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan 67 kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Rasio ini menunjukan berapa besar presentase laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. 5. Leverage Leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan semua kewajibannya kepada pihak lain. Perusahaan yang mempunyai kewajiban lebih untuk memenuhi kebutuhan informasi krediturnya termasuk pengungkapan tanggung jawab sosial. Semakin tinggi tingkat Leverage semakin besar kemungkinan akan melanggar perjanjian kredit.60 Salah satu aspek yang diukur dalam mengukur kinerja perusahaan adalah aspek Leverage atau hutang perusahaan. Utang merupakan komponen penting perusahaan khususnya sebagai salah satu sarana pendanaan. Sering terjadi penurunan kinerja perusahaan disebabkan besarnya utang yang dimiliki perusahaan sehingga kesulitan dalam memenuhi kewajiban tersebut.61 60 Linda Santioso Dan Erline Chandra, “Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Leverage, Umur Perusahaan, Dan Dewan Komisaris Independen Dalam Pengungkapan CSR”, Jurnal Bisnis Dan Akuntansi Vol.14, (Jakarta: Universitas Trauma Negara, 2012), Hal. 22 61 Tjipto Darmadji Dan Hendy M. Fakhruddin, “Pasar Modal Indonesia”, (Jakarta; Salemba Empat, 2012), Hal.58 68 Teori keagenan memprediksikan bahwa perusahaan dengan rasio Leverage yang lebih tinggi akan mengurangi informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi. Pendapat lain mengatakan bahwa semakin tinggi Leverage, kemungkinan besar perusahaan akan mengalami pelanggaran terhadap kontrak hutang.62 Rasio utang terhadap ekuitas (Dept to Equity Rasio) merupakan rasio yang mengukur sejauh mana besarnya utang yang ditutupi oleh modal sendiri.63 62 Yoga Nata Adikara, “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI”, Skripsi Fakultas Ekonomi, (Semarang; Universitas Diponegoro, 2011) Hal. 22 63 Tjipto Darmadji Dan Hendy M. Fakhruddin, “Pasar Modal Indonesia”, (Jakarta; Salemba Empat, 2012), Hal.58