48 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan teori 1. Teori

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan teori
1. Teori Legitimasi
Legitimasi merupakan keadaan psikologis keberpihakan orang yang
sangat peka terhadap gajala lingkungan sekitarnya berupa fisik maupun
non fisik. Teori legitimasi penting bagi organisasi karena teori legitimasi
didasari oleh norma- norma, nilai- nilai, dan peraturan sosial, perusahaan
merasa keberadaan dan aktivitasnya terlegitimasi.35
Teori legitimasi mengungkapkan bahwa perusahaan secara continue
berusaha untuk bertindak sesuai dengan batas-batas dan norma-norma
dalam masyarakat. Atas usahanya tersebut perusahaan berusaha agar
aktivitasnya diterima menurut persepsi pihak eksternal.36
Teori legitimasi sangat bermanfaat dalam menganalisis perilaku
organisasi, karena teori legitimasi adalah hal yang paling penting bagi
organisasi. Batasan-batasan yang ditekankan oleh norma-norma dan nilainilai sosial serta reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya
analisis perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan. Teori
legitimasi dilandasi oleh kontrak sosial yang terjadi antara perusahaan
dengan masyarakat dimana perusahaan beroperasi dan menggunakan
35
Nor Hadi, “Corporate Sosial responsibility”, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hal. 87.
Chariri dan Gazali, Teori Akuntansi, (Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, 2007).
36
48
49
sumber ekonomi. Legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang
diberikan masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau
dicari perusahaan dari masyarakat. Adanya teori legitimasi memberikan
landasan bahwa perusahaan harus menaati norma-norma yang berlaku di
masyarakat dimana perusahaan berada agar operasi perusahaan juga dapat
berjalan dengan lancar tanpa adanya konflik dari masyarakat sekitar.
Untuk hal tersebut, perusahaan dapat menyesuaikan diri dengan cara
mengembangkan program Corporate Social Responsibility (CSR). Dengan
adanya program Corporate Social Responsibility (CSR), perusahaaan
dapat memberikan kontribusi positif kepada masyarakat sekitar sehingga
masyarakat sekitar dapat menerima baik keberadaan perusahaan di
lingkungannya.37
2. Corporate Sosial Responsibility CSR
a. Pengertian Corporate Sosial Responsibility (CSR)
Corporate social responsibility adalah komitmen perusahaan atau
dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang
berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab perusahaan dan
37
Deegan, Craig, The Legitimising Effect of Social and Environmental Disclosure – A
Theoritical Foundation. Accounting, Auditing & Accountability Journal, 15(3), 2002. Dalam
Ira Robiah Adawiyah, Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas Dan
Leverage Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (Studi Empiris Pada
Perusahaan Go Public Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index Periode 2008-2012), (skripsi:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2012), hlm. 14.
50
menitik beratkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek
ekonomi, social dan lingkungan.38
CSR merupakan komitmen usaha untuk bertindak secara etis,
beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk meningkatkan kualitas
hidup dari kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, komunikasi
local, kan komunikasi luas. Konsep CSR melibatkan tanggung jawab
kemitraan antara pemerintah, perusahaan, dan komunitas masyarakat
setempat yang bersifat aktif dan dinamis.39
Tanggung jawab itu sendiri merupakan suatu prinsip dinamis
yang berhubungan dengan keseluruhan perilaku manusia dalam
hubungan dengan masyarakat ataupun institusi. Suatu tanggung jawab
bahkan mempunyai kekuatan dinamis mempertahankan kualitas
keseimbangan dalam masyarakat.40
b. Pengungkapan Corporate social responsibility
Pengungkapan (disclousure) dapat dipahami sebagai bentuk
keterbukaan suatu perusahaan dalam melaporkan kebenaran kondisi
keuangan (financial) dan non keuangan (financial) yang dimilikinya
secara terbuka terutama kepada pihak yang berkepentingan terhadap
perusahaan seperti investor. Dengan tujuan agar informasi yang
38
Hendrik budi untung, Corporate Social Responsibility, (Jakarta: Sinar grafika, 2007),
hlm.1.
39
T.Rommi marnelly, “Corporate Social Responsibility (CSR): tinjauan teori dan praktek
di indonesia”. (jurnal aplikasi bisnis vol.2, no.2, April 2012), hlm.50 .
40
Muhammad dan limin, Etika dan perlindungan konsumen dalam ekonomi islam,
(Yogyakarta: BPFEE, Yogyakarta, 2004), hlm.283.
51
diterima adalah informasi yang menggambarkan tentang kondisi
perusahaan yang sesungguhnya bukan dalam bentuk rekayasa atau
semacam tindakan melakukan manajemen laba.41
Hal tersebut memperluas tanggung jawab organisasi (khususnya
perusahaan), diluar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan
keuangan kepada pemilik modal khususnya pemegang saham.
Perluasan
tersebut
dibuat
dengan
asumsi
bahwa
perusahaan
mempunyai tanggung jawab yang klebih luas disbanding hanya
mencari laba untuk pemegang saham.42
Pengungkapan CSR merupakan salah satu cara perusahaan untuk
membangun,
mempertahankan,
dan
melegitimasi
kontribusi
perusahaan dari sisi ekonomi dan politis. Selain itu juga, akuntansi
pertanggung jawaban social dapat memberikan kontribusi piositif
maupun
negative
terhadap
kualitas
hidup
manusia
dan
lingkungannya.43
Tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut merupakan
kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai
biaya
41
perseroan
yang
pelaksanaannya
dilakukan
dengan
Irham Fahmi, “Pengantar Pasar Modal”, (Bandung: Alfabeta, 2012) hal. 284
Edy Rismanda Sembiring, “karakteristik perusahaan dan pengungkapan tanggung
jawab social: studi empiris pada perusahaan yang tercatat Di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal
Fakultas Ek0onomi, (Sumatera Utara: Universitas Katoliuk St. Thomas, 2005) hal.3
43
Megawati Cheng dan Yulisius Jogi Christiawan, “pengaruh pengungkapan CSR
terhadap Abnormal Return”, Jurnal Ekonomi, (Surabaya: Universitas Kristen Petra) hal.3
42
52
memperhatikan kepatuhan dan kewajaran. Jika perseroan yang tidak
melaksanakan kewajiban tanggung jawab sosial akan dikenai sanksi.44
c. Komponen Corporate Social Responsibility (CSR)
Menurut Darwin (2006) Cakupan CSR sangat luas, tidak hanya
terkait dengan masalah sosial semata (corporate philanthropy). Secara
umum isu CSR mencakup lima komponen pokok, yaitu:45
a) Hak Asasi Manusia (HAM)
Bagaimana perusahaan menyikapi masalah HAM dan
strateginya serta kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk
menghindari terjadinya pelanggaran HAM dalam perusahaan.
b) Tenaga Kerja (Buruh)
Bagaimana kondisi tenaga kerja di supply chain ataupun
dipabrik, mulai dari sistem panggajian, kesejahteraan hari tua dan
keselamatan kerja, peningkatan keterampilan dan profesionalisme
karyawan, sampai pada pola penggunaan tenaga kerja di bawah
umur 20.
c) Lingkungan hidup
Bagaimana strategi dan kebijakan yang berhubungan
dengan masalah lingkungan hidup. Usaha perusahaan mengatasi
dampak lingkungan atas produk dan jasa mulai dari pengadaan
bahan baku sampai pada masalah pembuangan limbah, serta
44
Ibid .
Darwin Ali. 2006. Penerapan sustainability reporting di Indonesia. Konvensi Nasional
Akuntansi V. program profrsi lanjutan Yogyakarta.
45
53
dampak lingkungan yang diakibatkan oleh proses produksi dan
distribusi produk.
d) Sosial masyarakat
Bagaimana strategi dan kebijakan dalam bidang sosial dan
pengembangan masyarakat setempat (community development),
serta dampak operasi perusahaan terhadap kondisi sosial dan
budaya masyarakat setempat.
e) Dampak produk dan jasa terhadap pelanggan
Apa saja yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk
memastikan bahwa produk dan jasanya terbebas dari dampakdampak
negatif
seperti
menggangu
kesehatan
pelanggan,
mengancam keamanan dan produk yang dilarang. Berdasarkan
kelima komponen diatas maka komponen-komponen tersebut dapat
dijadikan tolak ukur dalam menilai seberapa besar kesadaran
perusahaan dalam memenuhi tanggung jawab sosialnya kepada
stakeholdernya.
Jika perusahaan hanya menjalankan salah satu komponen
saja dari kelima komponen tersebut dapat dikatakan kesadaran
perusahaan masih rendah. Sebaliknya, jika perusahaan memenuhi
kelima komponen tersebut dapat dikatakan kesadaran perusahaan
tinggi terhadap tanggung jawab sosialnya.
54
d. Manfaat Melaksanakan dan Kerugian Tidak Melaksanakan CSR
Menurut Untung (2008), manfaat CSR bagi perusahaan antara
lain:46
1) Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek
perusahaan. Kontribusi positif pasti juga akan mendongkrak
reputasi dan image positif perusahaan. Inilah yang menjadi modal
non
financial
utama
bagi
perusahaan
sementara
bagi
stakeholdernya menjadi nilai tambah bagi perusahaan untuk dapat
tumbuh secara berkelanjutan.
2) Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial. Masyarakat
sekitar perusahaan merupakan komunitas utama perusahaan.
Ketika mereka mendapatkan benefit dari keberadaan perusahaan
maka pasti dengan sendirinya mereka ikut merasa memiliki
perusahaan sehingga imbalan yang diberikan ke perusahaan paling
tidak adalah keleluasaan perusahaan untuk menjalankan bisnisnya
di wilayah tersebut.
3) Mereduksi risiko bisnis perusahaan Mengelola resiko di tengah
kompleksnya permasalahan perusahaan merupakan hal yang
esensial untuk suksesnya usaha. Perusahaan harus menyadari
bahwa kegagalan untuk memenuhi ekspektasi stakeholders pasti
akan menjadi bom waktu yang dapat memicu resiko yang tidak
46
Hendrik Budi Untung. 2008. Corporate Sosial Responsibility. Sinar Grafika. Jakarta.
55
diharapkan misalnya, penghentian operasi, yang ujungnya akan
merusak dan menurunkan reputasi bahkan kinerja perusahaan.
4) Melebarkan akses sumber daya bagi operasional perusahaan
Pengelolaan yang baik CSR merupakan keunggulan bersaing bagi
perusahaan yang dapat membantu memuluskan jalan menuju
sumber daya yang diperlukan perusahaan.
5) Membuka peluang besar Investasi yang ditanamkan untuk program
CSR ini dapat menjadi jalan bagi perusahaan menuju peluang besar
yang terbuka lebar. Termasuk di dalamnya akan memupuk realitas
konsumen dan menembus pangsa pasar baru.
6) Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah
Banyak keuntungan yang didapat dari melaksanakan program CSR
diantaranya pengurangan limbah industri melalui proses daur ulang
kedalam proses produksi.
7) Memperbaiki hubungan dengan regulator Perusahaan yang
melakukan program CSR pada dasarnya membantu meringankan
beban pemerintah sebagai regulator untuk mensejahterakan
masyarakat dan melestarikan lingkungan. Tanpa bantuan dari
perusahaan, umumnya terlalu berat bagi pemerintah untuk
menanggung beban tersebut.
8) Meningkatkan
semangat
dan
produktivitas
karyawan
Kesejahteraan yang diberikan para pelaku CSR umumnya sudah
jauh melebihi standar normatif kewajiban yang dibebankan kepada
56
perusahaan. oleh karenanya wajar bila karyawan terpacu untuk
meningkatkan kinerjanya. Disamping itu reputasi perusahaan yang
baik dimata stakeholders juga merupakan vitamin tersendiri bagi
karyawan untuk meningkatkan motivasi dalam berkarya.
9) Peluang mendapatkan penghargaan Banyak reward ditawarkan
bagi penggiat CSR. Sehingga kesempatan untuk mendapatkan
penghargaan mempunyai peluang yang cukup tinggi.
Menurut WBCSD dalam Wadjaja dan Pratama (2008) tidak
melaksanakan CSR dapat berakibat terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan terjadi dalam kegiatan usaha, diantaranya:
1) Boikot konsumen
2) Serangan terhadap aset tetap seperti tanah perkebunan dan
bangunan
3) Kegagalan untuk menarik karyawan yang berkualitas dan
kehilangan dukungan dari karyawan.
4) Pengeluaran ekstra untuk memperbaiki kesalahan dimasa lalu.
5) Kesulitan dengan siklus hidup perusahaan (konsumen akhir dan
pemasok)
Jika hubungan antara masyarakat dan perusahaan tidak baik
bisa dipastikan akan ada masalah sehingga dapat menghambat
jalannya operasi perusahaan. Dalam persaingan pasar yang kian
kompetitif, CSR bisa memberikan citra perusahaan yang khas,
57
baik, dan etis di mata publik yang pada gilirannya menciptakan
customer loyalty.47
e. Pengungkapan Corporate Sosial Responsibility (CSR) dalam
Laporan Tahunan
Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam
laporan yang disebut sustainibility reporting, sustainibility reporting
adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial,
pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks
pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Sustainibility
report harus menjadi dokumen strategik yang berlevel tinggi yang
menempatkan isu, tantangan dan peluang Sustainibility development
yang membawanya menuju kepada core business dan sector
industrinya.48
Perusahaan semakin menyadari bahwa kelangsungan hidup
perusahaan juga tergantung dari hubungan perusahaan dengan
masyarakat dan lingkungannya tempat perusahaan beroperasi.
Pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan merupakan
salah satu cara perusahaan untuk membangun, mempertahankan, dan
47
Ira Robiah Adawiyah, “Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas Dan
Leverage Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (Studi Empiris Pada
Perusahaan Go Public Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index Periode 2008-2012)” Skripsi,
(Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2013) , hal. 23-24.
48
Anggraini 2006 dalam Rimba Kusumadilaga, “pengaruh CSR terhadap Nilai
Perusahaan dengan Profitabilitas Sebgai Variabel Moderating”,(Semarang: Universitas
Diponegoro, 2010) hal.16
58
melegitimasi konstribusi perusahaan dari sisi ekonomi dan politis.
Laporan tahunan adalah salah satu media yang digunakan oleh
perusahaan untuk berkomunikasi langsung dengan para investor.
Pengungkapan informasi dalam laporan tahunan yang dilakukan oleh
perusahaan diharapkan dapat mengurangiasimetri informasi dan juga
mengurangi agency problems.
Berbagai alasan perusahaan dalam melakukan pengungkapan
informasi CSR secara sukarela telah diteliti dalam penelitian
sebelumnya, diantaranya karena untuk menaati peraturan yang ada
untuk memperoleh keunggulan kompetitif melalui penerapan CSR,
untuk memenuhi ketentuan kontrak pinjaman dan memenuhi
ekspektasi masyarakat, untuk melegitimasi tindakan perusahaan, dan
untuk menarik investor.49
Pengungkapan sosial dalam tanggung jawab perusahaan sangat
perlu dilakukan, karena bagaimanapun juga perusahaan memperoleh
nilai tambah dari kontribusi masyarakat diserikat perusahaan termasuk
dari penggunaan sumber-sumber sosial. Jika aktivitas perusahaan
termasuk dari penggunaan sumber-sumber sosial. Jika aktivitas
perusahaan menyebabkan kerusakan sumber-sumber sosial maka dapat
timbul adanya biaya sosial (social cost) yang harus ditanggung oleh
49
Erlyn Nur Fitriana,”Pengungkapan CSR dalam Laporan Tahunan Terhadap Koefisien
Respon Laba Akuntansi”. (Semarang: Universitas Diponegoro, 2011) hal.12
59
masyarakat, sedangkan apabila perusahaan meningkatkan mutu sumber
sosial maka akan menimbulkan social benefit (manfaat sosial).50
3. Ukuran Perusahaan (size)
Definisi dari size perusahaan adalah suatu skala dimana dapat
diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan, dapat dinyatakan dalam total
aktiva yang dimiliki oleh perusahaan meliputi aktiva tetap, aktiva tidak
berwujud dan aktiva lain-lain. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan
jumlah karyawan, total aktiva, volume penjualan, atau peringkat indeks.
Skala pengukuran untuk size perusahaan dengan logaritma natural. Size
perusahaan diukur dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan, kemudian
akan ditransformasikan dalam logaritma natural untuk menyamakan nilai
dengan variabel lain dikarenakan total aktiva perusahaan nilainya relative
besar dibandingkan variabel-variabel lain dalam penelitian ini.51 Terdapat
bebrapa penjelasan mengenai pengaruh ukuran (size) terhadap kualitas
ungkapan.
Perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak
daripada perusahaan kecil, karena perusahaan besar akan menghadapi
risisko politis yang lebih besar dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan
yang lebih besar mungkin akan memiliki pemegang saham yang
memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan dalam laporan
50
Yuli Agustini, “Pengaruh Daya Informasi Akuntansi pada Hubungan Pengungkapan
CSR dengan Cost Of Equirty Capital”, Tesis, (Denpasar: Universitas Udayana, 2011) hal.19
51
Rendro Widyamoko, “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan
Laporan Tanggung Jawab Sosial (Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar
Dalam Bursa Efek Indonesia) “ Skripsi, (Semarang: Universitas Diponegoro, 2011), hal. 30.
60
tahunan, yang merupakan media untuk menyebarkan informasi tentang
tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan.52
Menurut Cowen et.al., secara teoritis perusahaan besar tidak akan
lepas dari tekanan, dan perusahaan yang lebih besar terhadap masyarakat
mungkin akan memiliki pemegang saham yang memperhatikan program
sosial yang dibuat perusahaan sehingga pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan akan semakin luas.
Semakin besar sumber daya yang dimiliki entitas, maka entitas
tersebut akan lebih banyak berhubungan dengan stakeholder, sehingga
diperlukan tingkat pengungkapan entitas yang leih besar, termasuk
pengungkapan dalam tanggung jawab sosial. Dikaitkan dengan teori
agensi seperti yang dinyatakan sembiring bahwa smakin besar suatu
perusahaan maka biaya keagenan yang muncul juga semakin besar, untuk
mengurangi
biaya
keagenan
tersebut,
perusahaan
cenderung
mengungkapkan informasi yang lebih luas. 53
4. Profitabilitas
a. Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas
merupakan
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan laba dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham.
52
Monic Ariestyawati, “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran Dewan Komisaris Dan
Umur Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure Dalam Laporan Tahunan”
Skripsi, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2013), hal.23.
53
Edy Rismanda Sembiring, “karakteristik perusahaan dan pengungkapan tanggung
jawab sosial: study empiris pada perusahaan yang tercatat di bursa Efek Indonesia”, jurnal fakultas
Ekonomi, (Sumatera Utara: Universitas katolik St. Thomas, 2005), hal.8
61
Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas
dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggung jawaban sosial kepada
pemegang
saham,
sehinggasemakin
tinggi
tingkat
profitabilitas
perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial . Ini
didukung oleh teori legitimasi (legitimacy theory), dimana perusahan
mendapat legitimasi (respon) baik dari masyarakat karena perusahaan
dengan profitabilitas yang tinggi dianggap dapat membiayai aktivitas
sosialnya.54
Hubungan antara profitabilitas perusahaan dengan pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan telah menjadi postulat (anggapan
dasar) untuk mencerminkan pandangan bahwa reaksi sosial memerlukan
gaya manajerial. Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka
semakin
besar
pengungkapan
informasinsosial
yang
dilakukan
perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa , Corporate sosial
responsibility akan meningkatkan nilai perusahaan pada saat profitabilitas
perusahaan meningkat.55
Pelaksanaan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
berkaitan erat dengan profitabilitas perusahaan. Hal ini dappat dilihat dari
perusahaan- perusahaan yang menjalankan dan mengungkapkan aktivitas
CSR dengan baik dapat meningkatkan reputasinya serta dapat mengurangi
54
Heinze dan Gray, et al. 1976 dalam Nurul Kususma Wardani, “Pengaruh Karakteristik
Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (Studi Empiris Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011)”, Skripsi
(Semarang: Universitas Diponegoro, 2013), hal. 23.
55
Edy Rismanda Sembiring, “karakteristik perusahaan dan pengungkapan tanggung
jawab sosial: study empiris pada perusahaan yang tercatat di bursa Efek Indonesia”, jurnal fakultas
Ekonomi, (Sumatera Utara: Universitas katolik St. Thomas, 2005), hal.4
62
biaya atas kemungkinan tntutan atau protes yang akan terjadi, sehingga
profitabilitas perusahaan dapat meningkat.56
Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang diperoleh
perusahaan dalam menjalankan operasinya.57
Salah satu
alat
pengukuran kinerja suatu perusahaan adalah profitabilitas. Pengertian
lain juga menyebutkan profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam
hubungannya dalan keuntungan dan
penjualan barang atau jasa yang diproduksinya, total aktiva maupun
modal sendiri.58
Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas
manajemen suatu perusahaan. Untuk mengukur kinerja suatu
perusahaan, investor biasanya melihat kinerja keuangan yang
tercermin dari berbagai macam rasio.salah satu indikator pengukuran
kinerja keuangan yang sering digunakan adalah yang sering digunakan
adalah profitabilitas perusahaan. Alat ukur profitabilitas perusahaan
yang sering digunakan adalah Return On Equity (ROE) dan Return On
Assets (ROA).
56
Rawi, “ pengaruh kepemilikan manajemen, institusi, dan leverage terhadap CSR pada
perusahaan manufaktur yang listing di BEI”, tesis magister akuntansi, (semarang; Universitas
diponegoro, 2008), hal.4.
217.
57
Kasmir, “Pengantar Manajemen Keuangan”, (Jakarta : Kencana, 2010), Hlm 115.
58
Purwanto, “New Bussines Administration”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), Hlm
63
b. Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas
Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan,
maupun pihak luar perusahaan, yaitu:
1) Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan
dalam satu periode tertentu.
2) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan
tahun sekarang.
3) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4) Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri.
5) Untuk mengukur produktifitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
Manfaat yang diperoleh dari rasio profitabilitas antara lain:
1) Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan
dalam satu periode.
2) Mengetahui posisi perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang.
3) Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu
4) Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri.
5) Mengetahui produktifitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal maupun modal sendiri.
64
c. Jenis – jenis Rasio Profitabilitas
Ada beberapa jenis rasio profitabilitas, diantaranya adalah
sebagai berikut :59
1. ROE (Return On Equity)
Merupakan
perbandingan
antara
keuntungan
bersih
perusahaan dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukan bagian
keuntungan yang berasal dari modal sendiri, dan sering dipakai
oleh para investor dalam pembelitian saham suatu perusahaan.
Karena modal sendiri menjadi pemilik. Investor yang akan
membeli saham akan tertarik dengan ukuran profitabilitas ini, atau
total bagian dari profitabilitas yang bisa dialokasikan kepada
pemegang saham. Return On Equity merupakan suatu pengukuran
dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik
perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun saham preferen)
atas modal yang mereka investasikan didalam perusahaan. Secara
umum tentu saja semakin tinggi return atau penghasilan yang
diperoleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan.
2. ROA (Return On Assets)
Merupakan perbandingan antara laba / keuntungan sebelum
biaya bunga dan pajak dengan seluruh aktiva atau kekayaan
perusahaan. Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan dengan
59
Budi Raharjo, “Laporan Keuangan Perusahaan: Membaca, Memahami, dan
Menganalisis”,(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm 140
65
seluruh modal yang ada didalamnya untuk menghasilkan
keuntungan. Investor di pasar modal sangat memperhatikan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan, menunjang, dan
meningkatkan profit. Profitability dapat diukur beberapa hal yang
berbeda, namun dalam dimensi yang sangat terkait. Pertama,
terdapat hubungan antara profit dengan sales sehingga terjadi
residual return bagi perusahaan per rupiah penjualan. Pengukuran
yang lain adalah return on investment (ROI) atau disebut juga
Return On Assets (ROA), yang berkaitan dengan profit dan
investasi atau aset yang digunakan untuk menghasilkannya.
3. Modal terpakai / aktiva bersih (RONA)
Adalah perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak
dengan jumlah terpakai atau aktiva bersih.
4. Modal saham Biasa
Merupakan
perbandingan
antara
keuntungan
bersih
perusahaan sesudah dikurangi dividen saham preferen dengan
modal sendiri sesudah dikurangi nilai saham preferen. Rasio ini
menunjukan bagian keuntungan yang menjadi hak dari para
pemegang saham biasa.
5. Nilai tambah ekonomis (EVA)
Adalah laba diatas biaya kewajiban / hutang dan biaya
modal perusahaan. Secara lebih rinci didefinisikan sebagai laba
66
usaha dikurangi dengan pajak dan biaya bunga atas hutang serta
dikurangi cadangan untuk biaya modal.
6. Rasio nilai tambah (VAR)
Adalah perbandingan antara tambah ekonomis dengan
jumlah penjualan bersih.
7. Marjin laba bruto (gross profit margin)
Adalah perbandingan antara laba kotor (penjualan bersih
dikurangi harga pokok penjualan) dengan jumlah penjualan
bersih.
8. Marjin laba usaha
Adalah
perbandingan
antara
laba
usaha
(penjualan
dikurangi harga pokok penjualan, dikurangi biaya administrasi
dan umum) dengan penjualan bersih.
9. Rasio usaha
Adalah perbandingan antara biaya usaha (yang terdiri dari
bunga pokok penjualan ditambah biaya administrasi & umum, dan
penjualan) dengan penjualan bersih.
10. Marjin laba bersih (net profit margin)
Adalah perbandingan antara laba bersih (laba sesudah biaya
bunga dan pajak) dengan penjualan bersih perusahaan. NPM ini
berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan bersih
terhadap penjualan bersihnya. Semakin besar NPM, maka kinerja
perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan
67
kepercayaan
investor
untuk
menanamkan
modalnya
pada
perusahaan tersebut. Rasio ini menunjukan berapa besar presentase
laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar
rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan
untuk mendapatkan laba yang tinggi.
5. Leverage
Leverage
merupakan
kemampuan
perusahaan
dalam
menyelesaikan semua kewajibannya kepada pihak lain. Perusahaan yang
mempunyai kewajiban lebih untuk memenuhi kebutuhan informasi
krediturnya termasuk pengungkapan tanggung jawab sosial. Semakin
tinggi tingkat Leverage semakin besar kemungkinan akan melanggar
perjanjian kredit.60
Salah satu aspek yang diukur dalam mengukur kinerja perusahaan
adalah aspek Leverage atau hutang perusahaan. Utang merupakan
komponen penting perusahaan khususnya sebagai salah satu sarana
pendanaan. Sering terjadi penurunan kinerja perusahaan disebabkan
besarnya utang yang dimiliki perusahaan sehingga kesulitan dalam
memenuhi kewajiban tersebut.61
60
Linda Santioso Dan Erline Chandra, “Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan,
Leverage, Umur Perusahaan, Dan Dewan Komisaris Independen Dalam Pengungkapan CSR”,
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi Vol.14, (Jakarta: Universitas Trauma Negara, 2012), Hal. 22
61
Tjipto Darmadji Dan Hendy M. Fakhruddin, “Pasar Modal Indonesia”, (Jakarta;
Salemba Empat, 2012), Hal.58
68
Teori keagenan memprediksikan bahwa perusahaan dengan rasio
Leverage yang lebih tinggi akan mengurangi informasi, karena biaya
keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi.
Pendapat lain mengatakan bahwa semakin tinggi Leverage, kemungkinan
besar perusahaan akan mengalami pelanggaran terhadap kontrak hutang.62
Rasio utang terhadap ekuitas (Dept to Equity Rasio) merupakan rasio yang
mengukur sejauh mana besarnya utang yang ditutupi oleh modal sendiri.63
62
Yoga Nata Adikara, “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI”, Skripsi
Fakultas Ekonomi, (Semarang; Universitas Diponegoro, 2011) Hal. 22
63
Tjipto Darmadji Dan Hendy M. Fakhruddin, “Pasar Modal Indonesia”, (Jakarta;
Salemba Empat, 2012), Hal.58
Download