13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Kimia Abu Terbang PLTU Suralaya Abu terbang segar yang baru diambil dari ESP (Electrostatic Precipitator) memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan abu terbang yang sudah berada di landfill beberapa waktu. Tabel 2 berikut menyajikan sifat-sifat kimia abu terbang segar dan abu terbang dari landfill berdasarkan penelitian Hayati (2010). Tabel 2. Hasil Analisis Karakteristik Fisika-kimia Abu Terbang PLTU Suralaya Sumber abu terbang Parameter Abu Terbang ESP Abu terbang landfill pH H2O 9,50 6,00 EC (dSm-1) 1,60 0,36 C-organik (%) 0,16 1,51 K (ppm) 89,6 73,2 Na (ppm) 1868,2 1417,5 Fe (ppm) 1553,5 1543,8 Zn (ppm) 26,6 23,7 Mn (ppm) 105,0 97,8 Cu (ppm) Cr (ppm) Cd (ppm) Pb (ppm) Hg (ppm) Ni (ppm) Co (ppm) B (ppm) Si (ppm) Ket : td = tidak terukur 17,1 td td 9,8 0,5 21,1 6,3 551 4334 16,3 td td td 0,1 16,4 6,3 310 1747 Sumber : Hayati (2010) Berdasarkan data yang ditunjukkan oleh Tabel 2, abu terbang yang berasal dari ESP memiliki sifat-sifat dan karakteristik kimia yang bernilai lebih tinggi dibandingkan abu terbang yang berada di landfill, kecuali kandungan C-organik. 14 Hal tersebut dikarenakan komponen-komponen kimia abu terbang yang berada di landfill telah mengalami proses pencucian (leaching), sehingga kandungan sifatsifat kimianya akan terus menerus berkurang bergantung dengan semakin lamanya abu terbang tersebut berada di landfill. Abu terbang diperkirakan akan mempengaruhi sifat-sifat kimia tanah melalui udara. Abu terbang di landfill tertiup angin dan menutupi permukaan tanah di sekitarnya. Semakin jauh posisi tanah dari landfill, maka semakin kecil pengaruh abu terbang terhadap sifat-sifat kimia tanah. Abu terbang juga akan mempengaruhi lapisan atas tanah lebih kuat dibandingkan dengan lapisan tanah di bawahnya. Oleh sebab itu, pembahasan ini selain memperhatikan sifat-sifat tanah secara keseluruhan dalam satu profil, juga akan dibandingkan sifat-sifat tanah lapisan atas yang diperkirakan mendapatkan dampak abu terbang lebih tinggi. 4.2. Karakteristik Kimia Tanah di Dekat Landfill dan di Luar Landfill Abu Terbang Tabel 3 dan 4 menyajikan data hasil analisis karakteristik dan sifat-sifat kimia tanah yang berada baik di dekat landfill maupun yang berada di luar landfill abu terbang PLTU Suralaya. Abu terbang diperkirakan hanya berpengaruh pada lapisan atas tanah akibat abu yang diterbangkan oleh angin. Saat dilakukan pengambilan contoh tanah di lapang, secara kasat mata tidak tampak adanya abu terbang menutupi permukaan tanah. Tanah di dekat landfill secara logika akan mendapatkan pengaruh abu terbang lebih besar daripada tanah yang jauh dari landfill. 15 Tabel 3. Karakteristik dan Sifat Kimia Tanah di Dekat Landfill Abu Terbang Parameter Solum (cm) pH H2O C-organik (%) P tersedia (ppm) P total (ppm) N total (%) 0 – 10 5.41 2.72 14.71 300.00 10 – 20 5.64 2.02 21.73 306.67 20 – 30 30 – 40 40 – 50 5.44 5.45 5.41 2.71 2.08 2.36 33.31 20.96 23.44 383.33 273.33 333.33 Basa-basa (cmol/kg) KTK (cmol/kg) Kejenuhan Basa (%) Electric Conductivity (dS/m) Tekstur Fe (%) Hara Mikro Total (HCl 25%) Mn Zn Cu (%) (ppm) (ppm) Logam Berat (Aqua Regia) Cr Ni (ppm) (ppm) K Na Ca Mg 0.11 0.71 0.47 8.01 3.76 16.27 79.60 0,039 liat 6.12 0.22 38.5 8.60 1.5 1.0 0.09 0.47 0.43 7.32 3.96 18.04 67.53 0,033 liat 6.28 0.24 37.3 7.30 1.5 0.5 3.83 15.94 74.33 0,046 liat 5.98 0.23 36.5 7.30 1.0 0.5 2.89 15.14 82.01 0,049 liat 5.65 0.24 36.0 7.60 1.0 0.5 3.76 15.30 75.79 0,045 liat 5.37 0.20 37.3 8.00 1.5 0.5 0.11 0.09 0.09 0.61 0.66 0.54 0.39 0.39 0.43 7.03 8.48 6.87 Tabel 4. Karakteristik dan Sifat Kimia Tanah di Luar Landfill Abu Terbang Parameter Solum (cm) 0 – 10 10 – 20 20 – 30 pH H2O C-organik (%) P tersedia (ppm) P total (ppm) N total (%) 5.77 1.71 16.33 300.00 0.12 5.37 5.27 2.14 1.77 15.86 22.65 326.67 436.67 0.10 0.09 Basa-basa (cmol/kg) KTK (cmol/kg) Kejenuhan Basa (%) Electric Conductivity (dS/m) Tekstur Fe (%) Hara Mikro Total (HCl 25%) Mn Zn Cu (%) (ppm) (ppm) Logam Berat (Aqua Regia) Cr Ni (ppm) (ppm) K Na Ca Mg 0.32 0.60 6.72 2.63 15.14 75.14 0,046 liat 7.53 0.27 32.3 9.00 2.5 1.5 2.30 13.21 70.43 0,048 liat 6.70 0.24 31.9 8.00 1.5 2.0 2.79 14.17 74.75 0,034 liat 7.50 0.25 30.2 8.00 1.5 2.0 0.44 0.49 0.36 0.34 6.20 6.97 30 – 40 5.30 1.39 18.40 433.33 0.07 0.44 0.29 5.85 2.53 12.72 71.54 0,032 liat 7.72 0.19 27.6 9.00 2.0 2.0 40 – 50 5.29 1.07 20.53 416.67 0.06 0.32 0.41 6.77 2.81 12.08 85.32 0,024 liat 7.19 0.21 26.0 7.60 2.5 1.5 2.36 11.92 95.84 0,022 liat 6.76 0.22 24.3 8.60 1.5 3.0 2.35 11.60 97.06 0,016 liat 6.46 0.20 21.1 8.00 1.0 1.0 2.51 10.95 85.54 0,020 liat 6.09 0.15 18.6 7.00 1.0 1.5 50 – 60 60 – 70 70 – 80 5.36 5.37 5.33 1.41 1.74 1.22 18.67 22.67 20.30 416.67 393.33 400.00 0.07 0.06 0.06 0.17 0.24 0.27 0.33 0.29 0.31 8.56 8.38 6.28 15 16 4.2.1. Kemasaman Tanah (pH) Abu terbang PLTU Suralaya memiliki pH yang tinggi atau bersifat alkalin, khususnya abu terbang yang berasal dari ESP (9,50) yang memiliki pH lebih tinggi dibandingkan dengan pH abu terbang yang berada di landfill (6,00) (Hayati, 2010). Nilai pH abu terbang pada landfill yang menurun disebabkan oleh proses pencucian baik oleh air hujan maupun aliran permukaan yang berada di landfill. Nilai pH abu terbang dipengaruhi oleh kandungan S bahan induk batubara. Batubara dengan nilai S tinggi akan menghasilkan abu terbang dengan pH bersifat asam, sedangkan batubara dengan kandungan S rendah akan menghasilkan abu terbang dengan pH bersifat alkalin (Haynes, 2009). Berdasarkan hasil analisis, pH tanah di sekitar landfill dan pH tanah di luar landfill bernilai hampir serupa dan bersifat sama yaitu masam. Nilai pH tanah di sekitar landfill hampir merata di setiap kedalaman solumnya, yaitu berkisar antara 5,41-5,64, sedangkan pH tanah di luar landfill hanya tertinggi pada top soil (0-20 cm) yaitu sebesar 5,77 dan nilai pH semakin rendah pada kedalaman solum berikutnya (20-80 cm) yang berkisar dari 5,27-5,37. Nilai pH pada kedua lokasi masih berkisar antara masam (4,5-5,5) hingga agak masam (5,6-6,5). Sifat masam yang dimiliki oleh tanah di kedua lokasi ini dapat disebabkan oleh bahan induk tanah yang berasal dari gunung api berupa endapan lahar dan breksi. Lapisan atas tanah diduga mendapat pengaruh dari abu terbang yang lebih besar daripada lapisan di bawahnya. Namun nilai pH tanah lapisan atas pada lokasi yang jauh dari landfill lebih besar (5,77) dibandingkan pH tanah di dekat landfill (5,41). Hal ini dapat menunjukkan bahwa abu terbang belum memberikan dampak yang besar terhadap tanah di dekat landfill. Abu terbang sendiri memiliki sifat alkalinitas tinggi dengan variasi pH berkisar dari 4,5 sampai 12. Alkalinitas yang tinggi pada abu terbang disebabkan karena adanya konsentrasi oksida Ca dan Mg yang tinggi, yang membentuk hidroksida di dalam air (Wasim, 2005). Haynes (2009) juga menjelaskan bahwa nilai pH sangat berpengaruh terhadap mobilitas dan kelarutan logam essensial dan non essensial di dalam tanah, mempengaruhi aktivitas mikroorganisme dalam mendekomposisi bahan organik serta penyediaan unsur hara bagi tanaman. Nilai pH tanah di sekitar PLTU Suralaya yang cenderung masam, diduga dapat mengakibatkan unsur-unsur 17 mikro seperti Fe, Mn, Cu, dan Zn menjadi mudah larut serta menghambat perkembangan mikroorganisme tanah. 4.2.2. Kapasitas Tukar Kation (KTK) Pertukaran kation dalam tanah terjadi karena adanya muatan negatif koloid tanah yang menjerap kation-kation dalam bentuk dapat dipertukarkan. Kapasitas tukar kation berhubungan dengan kapasitas penyediaan Ca, Na, Mg, dan K. Nilai KTK antara tanah yang berada di sekitar landfill dan yang berada di luar landfill cenderung berbeda walaupun perbedaannya tidak terlalu besar. Tanah di dekat landfill memiliki kisaran nilai KTK berkisar dari 15,14 cmol/kg hingga 18,04 cmol/kg, sedangkan KTK tanah di luar landfill berkisar antara 10,65 cmol/kg hingga 15,14 cmol/kg. Semakin ke bawah, nilai KTK tanah pada kedua lokasi semakin menurun di tiap solumnya. Berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia tanah oleh Balai Penelitian Tanah (2005), KTK tanah di sekitar landfill abu terbang PLTU Suralaya tergolong dalam kisaran rendah (5-16 cmol/kg) hingga sedang (17-24 cmol/kg). Tanah di sekitar landfill memiliki nilai KTK yang lebih tinggi. KTK tanah tidak berkaitan langsung dengan pengaruh dari abu terbang. Namun, pada tanahtanah yang fraksi liatnya didominasi oleh muatan tergantung pH, maka semakin tinggi pH tanah, semakin besar muatan negatif pada fraksi liat dan semakin tinggi KTK tanahnya. Dalam penelitian ini masih perlu dibuktikan jenis mineral liat yang menyusun fraksi liat tanah. 4.2.3 C-organik Karbon merupakan penyusun bahan organik. Komponen C-organik yang dikandung suatu tanah sangat dipengaruhi oleh keberadaan bahan organik yang berasal dari organisme hidup di tanah dimana tanaman menjadi sumber utama komponen organik tanah. Abu terbang memiliki kandungan karbon organik yang sangat kecil, bahkan jumlahnya dapat diabaikan. Hal tersebut disebabkan oleh kandungan bahan organik pada batubara telah hilang ketika batubara mengalami proses pembakaran. Oleh sebab itu, abu terbang tidak banyak menyumbangkan bahan organik ke tanah. 18 Tanah yang berada di dekat landfill abu terbang memiliki kandungan Corganik berkisar dari 2,02% sampai 2,72% lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan C-organik pada tanah yang berada di luar landfill yang berkisar dari 1,07% hingga 2,14%. Berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia tanah oleh BPT (2005), kandungan C-organik pada tanah sekitar landfill PLTU Suralaya tergolong dalam kisaran rendah (1-2%) hingga sedang (2,01-3%). Faktor utama yang menyebabkan tanah di sekitar landfill memiliki kandungan C-organik lebih tinggi bukan oleh banyaknya abu terbang yang tertimbun di tanah, melainkan lebih dipengaruhi oleh banyaknya tanaman yang tumbuh di atas tanah tersebut (Gambar Lampiran 3). Tanah-tanah yang berada disana ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman mulai dari cover crop berupa vegetasi pionir seperti ceplukan, kirinyuh, rumput cakar ayam, dan asam londo sampai tanaman pertanian seperti nangka, sukun, dan sejenis palem-paleman. Semakin banyak tanaman yang tumbuh subur di atas tanah, maka proses dekomposisi komponen organik yang menghasilkan CO2 dan H2O pun akan berlangsung terus menerus dan menyumbangkan banyak bahan organik ke dalam lapisan tanah. C-organik yang tinggi juga dapat meningkatkan nilai KTK tanah karena bahan organik yang sudah terlapuk di dalam tanah berada dalam keadaan koloidal, yang berukuran kecil, mempunyai luas permukaan yang lebar, serta adanya muatan permukaan negatif seperti koloid tanah, sehingga menyebabkan kationkation dan air dapat melekat atau dijerap yang kemudian dipertukarkan oleh kation yang terdapat dalam larutan tanah. 4.2.4. Basa-basa (K, Na, Ca, Mg) dan % Kejenuhan Basa Abu terbang diketahui memiliki jumlah kation-kation basa seperti Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Kalium (K), dan Natrium (Na) yang tinggi. Ca merupakan kation yang terdapat dalam abu terbang dalam jumlah paling tinggi dibandingkan tiga kation basa yang lain. Berdasarkan hasil analisis pada tanah yang terpengaruh abu terbang, Ca merupakan basa yang konsentrasinya paling tinggi di dalam tanah yang berada di dekat maupun di luar landfill. Menurut BPT (2005), kandungan Ca di kedua lokasi tergolong sedang dengan kisaran dari 6,87 19 cmol/kg sampai 8,48 cmol/kg pada tanah di dekat landfill dan 5,85 cmol/kg hingga 8,56 cmol/kg pada tanah di luar landfill. Tingginya Ca yang dikandung oleh abu terbang dapat dipengaruhi oleh tipe abu terbang itu sendiri. Dikenal 2 jenis abu terbang, yaitu abu terbang kelas C dan kelas F. Abu terbang kelas C memiliki kandungan kapur yang tinggi (CaO dan MgO >15%), sedangkan kelas F memiliki kandungan kapur yang lebih rendah dibandingkan kelas C (CaO dan MgO <15%) (Haynes, 2009). Keberadaan Ca juga berpengaruh terhadap aktivitas mikroba tanah dan pH tanah serta perkembangan jaringan tanaman. Begitu pula dengan Mg yang merupakan kation basa dengan jumlah tertinggi kedua setelah Ca. Tingginya Mg yang dikandung oleh tanah juga bergantung dengan tipe abu terbang C dan F. Jumlah Mg yang dikandung oleh tanah di dekat landfill tergolong tinggi yaitu sebesar 2,89 cmol/kg hingga 3,96 cmol/kg tanah. Begitu pula dengan Mg yang dikandung oleh tanah di luar landfill sebesar 2,30 cmol/kg hingga 2,81 cmol/kg tanah. Dengan tingginya kandungan Ca dan Mg pada batubara, maka tidak perlu lagi dilakukan pengapuran dalam kegiatan budidaya pertanian karena kation basa Ca dan Mg dalam tanah dapat menekan kejenuhan ion Al dan Fe pada larutan tanah. Kalium juga merupakan kation basa yang kandungannya cukup tinggi setelah Ca dan Mg pada abu terbang. Kandungan K pada tanah yang terpengaruh abu terbang berkisar dari rendah (0,1-0,2 cmol/kg) hingga tinggi (0,5-1,0 cmol/kg). Nilainya sebesar 0,47 cmol/kg hingga 0,71 cmol/kg tanah pada tanah di dekat landfill dan 0,17 cmol/kg hingga 0,49 cmol/kg tanah pada tanah di luar landfill. Pada lapisan atas (0-10 cm), tanah di dekat landfill mengandung K (0,71 cmol/kg) lebih tinggi dibandingkan lapisan atas tanah di luar landfill (0,32 cmol/kg). Natrium merupakan kation basa yang jumlahnya paling sedikit terdapat di tanah sekitar landfill. Kadarnya pada tanah tergolong rendah (0,1-0,3 cmol/kg) hingga sedang (0,4-0,7 cmol/kg). Tanah di dekat landfill memiliki kandungan Na antara 0,39 cmol/kg hingga 0,47 cmol/kg dan 0,29 cmol/kg hingga 0,60 cmol/kg pada tanah yang berada di luar landfill. Lapisan atas tanah (0-10 cm) di dekat 20 landfill mengandung Na (0,47 cmol/kg) lebih kecil dibandingkan kandungan Na tanah di luar landfill (0,60 cmol/kg). Kejenuhan basa pada tanah yang berada di dekat landfill maupun di luar landfill tergolong tinggi (51-70%) hingga sangat tinggi (>70%). Tanah di dekat landfill memiliki kejenuhan basa tanah berkisar dari 67,53% hingga 82,01%, sedangkan tanah di luar landfill memiliki kejenuhan basa sebesar 70,43% hingga 97,05%. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan kation-kation basa dapat dipertukarkan seperti Ca, Mg, K, dan Na pada tanah di kedua lokasi tersebut sangat tinggi sehingga dapat menggantikan kedudukan hidrogen yang mengakibatkan kemasaman pada tanah. Namun, pada tanah di sekitar PLTU Suralaya yang bersifat masam, diperkirakan bahwa tingginya kejenuhan basa pada tanah tersebut diakibatkan oleh tingginya kandungan basa-basa bebas yang berasal dari partikel abu terbang tidak terlapuk di dalam tanah. 4.2.5. N-total Nitrogen (N) umumnya terikat dengan material organik dalam batubara dan kadarnya kurang dari 2%. Pada pembakaran, nitrogen akan diubah menjadi oksida nitrogen dan disebut NOx. Selain nitrogen dari batubara, NOx juga dapat terbentuk dari nitrogen dalam udara pembakaran. Seperti karbon, abu terbang tidak banyak menyumbangkan N ke tanah, karena kandungan total N batubara akan hilang ketika batubara mengalami pembakaran, sehingga kandungan N yang dimiliki oleh abu terbang sangat sedikit bahkan jumlahnya dapat diabaikan. Kandungan total N yang dimiliki oleh tanah di dekat landfill hanya berkisar dari 0,09% hingga 0,11 %, tidak jauh berbeda dengan kandungan total N pada tanah di luar landfill, yaitu berkisar antara 0,06% hingga 0,12%. Menurut penilaian kriteria sifat kimia yang ditetapkan BPT (2005), kandungan N pada tanah sekitar landfill PLTU Suralaya tergolong dalam kisaran sangat rendah (< 0,10%) hingga rendah (0,10-0,20%). 4.2.6. Total dan Ketersediaan Fosfor (P) Abu terbang memiliki kandungan P yang tinggi, namun P tersebut tidak dalam bentuk yang tersedia bagi tanaman (Scotti et al., 1998). Berdasarkan hasil analisis, total fosfor (total P) yang terdapat di tanah dekat landfill serupa dengan 21 konsentrasi total P di tanah luar landfill, khususnya di bagian solum atas (0-20 cm), namun pada solum >20 cm di tanah luar landfill terjadi peningkatan konsentrasi P. Hal tersebut dapat disebabkan oleh partikel-partikel abu terbang tak terlapuk yang terukur dan juga mineral-mineral dengan kandungan P tinggi yang menyusun tanah sehingga semakin mendekati bahan induk, kandungan P pada solum tersebut tinggi. Kandungan P abu terbang pada tanah di dekat landfill berkisar antara 273,33 ppm hingga 383,33 ppm, sedangkan yang berada di luar landfill memiliki kandungan total P antara 300 ppm hingga 436,67 ppm. Abu terbang berpotensi dalam meningkatkan ketersediaan P yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Walaupun jumlah total fosfor di tanah yang terpengaruh abu terbang tinggi, namun ketersediaannya yang dapat dipergunakan oleh tanaman sangat sedikit. Pada tanah yang berada di dekat landfill, jumlah P yang tersedia bagi tanaman berkisar antara 14,71 ppm hingga 33,31 ppm lebih tinggi dibandingkan kandungan ketersediaan P pada tanah di luar landfill yang berkisar antara 15,86 ppm hingga 22,67 ppm. Namun pada lapisan atas tanah, kandungan ketersediaan P tanah di dekat landfill lebih kecil dibanding ketersediaan P tanah di luar landfill. Tinggi rendahnya pH tanah dapat mempengaruhi ketersediaan fosfor yang disebabkan oleh ikatan-ikatan berbagai kation dan anion tanah terhadap fosfor itu sendiri. Fosfor merupakan unsur esensial yang dibutuhkan tanaman, namun jumlah total fosfor dalam tanah mineral sangat sedikit, yaitu sekitar 0,01-0,20%. Sedikitnya fosfor yang tersedia bagi tanaman merupakan akibat dari terjadinya retensi P dalam tanah yang sangat tinggi. Pada tanah di sekitar landfill PLTU Suralaya, konsentrasi Fe yang tinggi di tanah diduga dapat mengakibatkan pengikatan P oleh Fe, sehingga kandungan P di dalam tanah rendah. Kehilangan fosfor dari tanah terutama disebabkan oleh erosi, tetapi ada pula yang dikarenakan oleh lambatnya fosfor larut dalam air. 4.2.7. Daya Hantar Listrik (DHL) Daya hantar listrik merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur akumulasi garam. Garam-garam terlarut yang mempengaruhi nilai DHL disebabkan oleh kation Ca2+ yang berada dalam jumlah yang tinggi dan 22 presentase Na dapat ditukar. Nilai DHL abu terbang dapat melebihi 13 dS/m (Gupta, 2008 dalam Hayati, 2010). Abu terbang sendiri berpotensi meningkatkan daya hantar listrik tanah. Hal tersebut disebabkan banyaknya garam-garam terlarut hilang oleh proses pencucian yang terjadi karena wilayah Suralaya memiliki curah hujan yang tinggi. Menurut Haynes (2009), proses pencucian menyebabkan berkurangnya garamgaram terlarut dan menurunkan pH. Partikel abu terbang yang sangat halus dan bersifat porous berkontribusi terhadap tingkat pencucian yang tinggi. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan perbandingan tanah dan aquades 1:5 serta acuan dari Soil Science of America 1973, tanah yang berada baik di dekat landfill abu terbang maupun yang berada di luar landfill tergolong tanah yang normal dan baik terhadap pertumbuhan tanaman karena memiliki nilai DHL < 2 dS/m. Nilai DHL pada tanah di dekat landfill berkisar antara 0,033-0,049 dS/m, sedangkan tanah di luar landfill 0,016-0,048 dS/m. Namun bila lapisan atas (0-10 cm) kedua tanah tersebut dibandingkan, maka terlihat bahwa tanah di luar landfill (0,046 dS/m) memiliki DHL lebih tinggi daripada tanah di dekat landfill (0,039 dS/m). Media tumbuh yang baik adalah media yang mempunyai daya sangga yang cukup tinggi terhadap daya hantar listrik. Nilai DHL media tanam yang rendah harus dipertahankan karena nilai DHL yang rendah menunjukkan tekanan osmosis yang rendah, sehingga akan memudahkan sistem pengambilan unsur hara oleh tanaman. Apabila nilai DHL tinggi, maka tanaman akan sulit dalam menyerap unsur hara yang disebabkan oleh tingginya garam-garam terlarut sehingga mencegah terjadinya reaksi-reaksi hidrolisis. 4.2.8. Tekstur Tanah Tekstur merupakan nisbah antara beberapa kelompok zarah-zarah suatu tanah yang merupakan ciri khas dasar tanah dan memiliki sifat yang tidak mudah berubah. Tekstur tanah juga dapat menunjukkan sifat kimia suatu tanah dan sifat fisik lainnya. Namun secara alamiah, penambahan abu terbang tidak mempengaruhi tekstur tanah. 23 Berdasarkan hasil analisis, tanah di sekitar area PLTU Suralaya baik di dekat maupun di luar landfill memiliki tekstur yang sama, yaitu liat. Hal tersebut disebabkan oleh tingginya kadar liat (>50%) dibandingkan dengan kadar pasir dan debu. Tekstur liat pada tanah tersebut mempengaruhi beberapa sifat tanah baik fisik maupun kimia. Cukup tingginya kandungan bahan organik dalam tanah di area PLTU Suralaya, apabila bercampur dengan zarah liat dapat menyebabkan konsistensi tanah menjadi lebih gembur. Tanah dengan konsistensi gembur sangat baik sebagai media tumbuh tanaman karena mempermudah pergerakan akar dalam mengambil unsur hara esensial di dalam tanah. Tanah bertekstur liat umumnya memiliki KTK yang tinggi karena daya jerap koloid-koloid tanah terhadap kation-kation kuat sehingga kation-kation tersebut sulit tercuci oleh air gravitasi. Tanah dengan tekstur liat juga memiliki agregat yang kuat dan daya retensi air yang tinggi, sehingga proses pencucian berlangsung dengan lambat. Kondisi tersebut dapat menyebabkan tanah tidak banyak kehilangan unsur-unsur hara akibat pencucian. 4.2.9. Unsur-unsur Mikro Dan Logam-Logam Berat (Fe, Mn, Cu, Zn, Ni, dan Cr) Unsur mikro merupakan unsur hara yang terdapat di tanah dan dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah sedikit. Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn), dan Tembaga (Cu) merupakan contoh unsur-unsur mikro esensial. Namun Fe, Mn, Zn, dan Cu juga dapat dikategorikan sebagai logam berat apabila konsentrasinya tinggi dalam tanah sehingga bersifat toksik dan berbahaya. Kandungan Fe tanah di dekat landfill abu terbang berkisar antara 5,37% hingga 6,28%, sedangkan pada tanah di luar landfill kadar Fe adalah sebesar 6,09% hingga 7,72%. Secara umum, konsentrasi Fe dalam tanah memang tinggi, seperti halnya kadar Si dan Al. Sejalan dengan pernyataan Soepardi (1983), bahwa besi merupakan unsur mikro yang paling banyak dijumpai dalam tanah yang kemudian diikuti oleh mangan, seng, dan tembaga. Mangan merupakan unsur mikro tertinggi kedua yang terdapat di tanah setelah besi. Tanah di dekat landfill memiliki kadar Mn sebesar 0,20% hingga 0,24% lebih rendah dibandingkan pada tanah yang berada di luar landfill yang 24 memiliki kadar Mn sebesar 0,15% hingga 0,27%. Kadar Mn di dalam tanah diperkirakan cukup tinggi karena ditemukan banyaknya konkresi mangan pada kedalaman solum tanah >20 cm. Konsentrasi Cu dan Zn di tanah pada kedua lokasi cenderung mengalami penurunan dengan semakin dalamnya solum. Kadar Cu pada tanah di dekat landfill berkisar antara 7,3 ppm hingga 8,6 ppm, lebih rendah dibandingkan kadar Cu pada tanah di luar landfill yang berkisar antara 7 ppm hingga 9 ppm, sedangkan kadar Zn pada tanah di dekat landfill berkisar antara 36 ppm hingga 38,5 ppm lebih tinggi dibandingkan dengan tanah di luar landfill yang berkisar antara 18,6 ppm hingga 32,3 ppm. Menurut Alloway, (1995) dalam Hayati, (2010) kisaran normal untuk Cu dan Zn dalam tanah masing-masing adalah 2-250 ppm dan 1-900 ppm. Abu terbang dapat meningkatkan kandungan Zn dan Cu, namun ketersediaan kedua unsur tersebut akan menurun sebanding dengan meningkatnya pH tanah (Scotti et al., 1998). Dibandingkan dengan Fe, Mn, dan Cu, Zn merupakan unsur mikro paling besar yang dikandung oleh tanah di dekat landfill. Logam berat termasuk zat pencemar karena sifatnya yang stabil dan sulit untuk diuraikan. Di dalam tanah, logam berat terdiri atas berbagai bentuk, yaitu bentuk terikat pada partikel organik, bentuk tereduksi (hidroksida), karbonat, sulfida, dan bentuk terlarut dalam tanah. Abu terbang mengandung banyak unsur logam berat antara lain Kromium (Cr), Timbal (Pb), Nikel (Ni), dan Kadmium (Cd). Oleh sebab itu, abu terbang dikategorikan sebagai limbah beracun dan berbahaya bagi lingkungan. Dalam penelitian ini hanya dianalisis dua unsur logam berat, yaitu Ni dan Cr. Kandungan kedua logam berat tersebut tergolong sangat rendah. Alloway, (1995) dalam Hayati, (2010) menyatakan bahwa kisaran normal untuk logam Ni dan Cr dalam tanah berturut-turut adalah 2-750 ppm dan 5-1500 ppm. Konsentrasi Ni dan Cr pada abu terbang PLTU Suralaya sangat rendah, bahkan tidak terdeteksi (Tabel 2). Kandungan Ni pada tanah di dekat landfill berkisar antara 0,5 ppm hingga 1 ppm, sedangkan pada tanah di luar landfill berkisar antara 1 ppm hingga 3 ppm. Kandungan Cr pada tanah di dekat landfill berkisar antara 1 25 ppm hingga 1,5 ppm, sedangkan pada tanah di luar landfill berkisar antara 1 ppm hingga 2,5 ppm. Pemanfaatan bahan-bahan yang diperkirakan memberikan efek negatif pada lingkungan termasuk abu terbang memerlukan uji TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Prosedure) sehubungan dengan unsur-unsur toksik yang dikandungnya. Berdasarkan analisis karakteristik abu terbang yang telah dilakukan oleh Hayati (2010), konsentrasi total logam (termasuk Ni dan Cr) abu terbang PLTU Suralaya lebih rendah dibandingkan batasan nilai TCLP yang ditetapkan oleh PP No. 85 Tahun 1999 tentang batas normal kandungan logam dan limbah berbahaya (Tabel Lampiran 1), sehingga sifat toksisitas abu terbang masih di bawah ambang batas kandungan normal dan tidak berbahaya bagi lingkungan.