BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu bagian dari kegiatan ekonomi atau kegiatan bisnis yang akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perhatian dunia usaha terhadap bisnis internasional juga semakin meningkat, hal ini terlihat dari semakin berkembangnya arus peredaran barang, jasa, modal, dan tenaga kerja antarnegara. 2 Perdagangan bebas dewasa ini menuntut semua pihak untuk memahami persetujuan perdagangan internasional dengan segala implikasinya terhadap perkembangan ekonomi nasional menyeluruh. 3 Semakin maraknya perdagangan internasional, menimbulkan fenomena banyak Negara yang melakukan kerja sama perdagangan membentuk blok-blok perdagangan (bilateral, regional, multilateral dan lain-lain). Karena makin luasnya ruang lingkup perdagangan, menjadi penting untuk menyediakan aturan-aturan untuk mencapai perdagangan internasional yang stabil dan menghindari kebijakan-kebijakan praktik yang merugikan negara lainnya. 4Keterkaitan antara tatanan atau sistem perdagangan internasional, dalam hal ini kesepakatan World Trade Organization (WTO), dengan postur kebijakan 2 Muhammad Sood, Hukum Perdagangan Internasional, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hal. 1. 3 Christhophorus Barutu, Seni Bersengketa di WTO, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2015, hal 2 4 Sefriani, Peran Hukum Internasional dalam Hubungan Internasional Kontemporer, Rajawali Pers, Jakarta, 2016, hal 235 pedagangan suatu negara, menyiratkan semakin tingginya tingkat interpendensi yang terjadi. 5 Persetujuan-persetujuan yang ada dalam kerangka World Trade Organization (WTO) bertujuan untuk menciptakan sistem perdagangan dunia yang mengatur masalah-masalah perdagangan agar lebih bersaing secara terbuka, fair dan sehat. 6 Pendukung perdagangan bebas mengklaim bahwa World Trade Organization (WTO) adalah suatu lembaga yang otoritatif melindungi kepentingan Negara-negara berkembang dengan pemberian perlakuan dan preferensi yang berbeda sebagaimana tertuang dalam persetujuan GATT dengan Negara-negara berkembang. 7 Transaksi-transaksi atau hubungan dagang banyak bentuknya. Dari berupa hubungan jual beli barang, pengiriman dan penerimaan barang, produksi barang dan jasa berdasarkan suatu kontrak, dan lain-lain. Semua transaksi tersebut sarat dengan potensi melahirkan sengketa. 8 Suatu sengketa dapat terjadi apabila ada pertentangan misalnya karena adanya pelanggaran ketentuan GATT yang menimbulkan kerugian salah satu pihak. Di dalam GATT tidak mengenal istilah ganti rugi atau penyitaan karena GATT mengatur tingkah laku perdagangan untuk mencapai harmonisasi antara peraturan internasional dan kebijaksanaan nasional. Penyelesaian sengketa perdagangan dalam World Trade Organization (WTO), memuat sekitar tiga puluh 5 Faisal Santiago, Pengantar Hukum Bisnis, Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta, 2012, hal 113 6 Christhophorus Barutu, Op.Cit, hal 2 Ade Maman Suherman, Hukum Perdagangan Internasional : Lembaga Penyelesaian Sengketa WTO dan Negara Berkembang, Penerbit Sinar Grafika, 2014, hal 7 8 Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional : Prinsip-prinsip dan Konsepsi Dasar, Bandung : Rajawali Pers, 2004, hal 1 7 bentuk, termasuk beberapa kewenangan untuk melakukan tindakan sepihak dari peserta yang dirugikan. 9 Beberapa pendapat menyebutkan bahwa walaupun secara tegas instrumen penyelesaian sengketa yang dimuat dalam GATT, beberapa kelemahan menimbulkan ketidakpuasan, diantaranya prosedur dalam sengketa memerlukan banyak waktu, Sering kali timbul kesulitan untuk mencari anggota panel yang tepat untuk sebuah kasus yang timbul, Pihak yang kalah dalam sengketa dapat mencegah diterimanya laporan kepada council karena adanya aturan bahwa keputusan dalam council diambil dengan cara consensus dan dapat terjadi perbedaan paham mengenai prosedur penyelesaian sengketa untuk menerapkan prosedur GATT atau prosedur yang berlaku dalam perjanjian khusus. 10 World Trade Organization akan membantu penerapan dan beroprasinya semua persetujuan dan instrument hukum yang telah dirundingkan dalam Putaran Uruguay dan persetujuan plurilateral, menjadi forum perundingan, mengadministrasikan understanding of rules and procedurs governing the settlement of disputes dan trade policy review mechanism (TPRM) ;dan bekerjasama dengan International Monetary Fund (IMF) dan International Bank of Reconstruction and Development (IBRD). 11 Di dalam Preambule, Agreement Estabilishing WTO ditekankan kembali tujuan objektif GATT, yaitu meningkatkan standar kehidupan dan pendapatan; menjamin tersedianya lapangan kerja, memperluas produksi, dan perdagangan , 9 Thor B. Sinaga, Efektifitas peran dan fungsi WTO (world trade organization) dalam penyelesaian sengketa perdagangan Internasional, Jurnal Hukum Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014, hal 118 10 Ibid, hal 118 11 Syahman, Hukum Dagang Internasional, Raja Grafindo, Jakarta, 2006, hal 17 dan pemanfaatan secara optimal sumber daya di dunia serta memperluas hal-hal tersebut kepada perdagangan jasa. Sengketa yang akan menangani sengketa adalah kesepakatan para pihak. 12 Upaya negara maju untuk meneguhkan prinsip perdagangan internasional yang mereka yakini mendapat reaksi dari negara berkembang. Sudah sejak lama negara berkembang memperjuangkan diubahnya prinsip tradisional perdagangan internasional. Bagi negara berkembang yang pada umunya sedang bergulat dengan masalah pertumbuhan ekonomi, mereka tidak setuju apabila ekonomi pasar diberlakukan begitu saja dalam perdagangan internasional. Penyelesaian sengketa antarnegara dalam GATT (kemudian WTO) sesungguhnya tehah berlangsung lama. Sejarah panjang penyelesaian sengketa itu sendiri sedikit banyak dipengaruhi oleh aturan yang mendasari cara atau mekanisme penyelesaian sengketanya. Mekanisme penyelesaian sengketa dalam perjanjian World Trade Organization (WTO) sekarang ini pada intinya mengacu pada ketentuan Pasal 22-23 GATT. Dengan berdirinya World Trade Organization (WTO), ketentuan-ketentuan GATT kemudian terlebur ke dalam aturan World Trade Organization (WTO). World Trade Organization (WTO) memiliki sistem untuk menyelesaikan sengketa di antara anggotanya yang dalam banyak hal terbukti unik dan berhasil. Sistem ini terdapat dalam kesepakatan World Trade Organization (WTO) mengenai Penyelesaian Sengketa/WTO Dispute Settlement Understanding (DSU). 13Prosedur penyelesaian sengketa dagang dalam World Trade Organization (WTO) diatur dalam artikel XXII dan XXIII GATT 1994 dan 12 Thor B. Sinaga, Op.Cit, hal 119 Alif Oktavian, Analisis Tentang Menangnya Kasus Rokok Kretek Indonesia Oleh WTO, Jurnal Online Westphalia, Vol.11,NO.2 ISSN 0853-2265 13 Understanding on Rules and Procedures Governing the Settlement of Disputes (DSU). 14Disamping prosedur resmi, WTO/GATT berdasarkan kapasitas sebagai pejabat tinggi World Trade Organization (WTO) dapat menawarkan perdamaian kepada kedua belah pihak yang bersengketa. Dalam penyelesaian sengketa, negara-negara anggota World Trade Organization (WTO) menegaskan lagi keyakinannya terhadap prinsip-prinsip penyelesaian sengketa Pasal XXII dan Pasal XXIII GATT sebagaimana dikembangkan dalam perjanjian baru ini yaitu DSU. Selain penyediaan sarana penyelesaian sengketa secara hukum, DSU memberi kesempatan kepada para pihak untuk mencapai kesepakatan dengan cara konsultasi, jasa-jasa baik (good offices), konsiliasi, dan mediasi. 15 Prosedur Penyelesaian Sengketa Dalam Kerangka WTO/GATT yakni Konsultasi dan Mediasi, DSB dan Panel, Banding dan Penyelesaian sengketa setelah rekomendasi atau keputusan DSB. 16 Penyelesaian sengketa internasional yang tersedia yang dapat digunakan oleh setiap negara atau masing-masing negara yang tengah dilanda sengketa atau konflik dengan negara lain. Masing-masing negara yang bersengketa berhak untuk menentukan penyelesaian pada sengketa internasional yang mana yang akan digunakan, kesemua ini tergantung dan kesepakatan masing-masing negara dan yang paling penting adalah negara ketiga atau negara lain yang tidak ikut terlibat di dalam sengketa tersebut dilarang untuk ikut campur untuk menangani sengketa yang sedang dihadapi oleh suatu negara, lain halnya jika negara yang sedang 14 Article XXII dan XXIII GATT 1994 dan Artikel 4 DCU Article 5 DSU 16 Bimo Adi, prosedur penyelesaian sengketa dalam Kerangka WTO/GATT, melalui http://bimoadiwicaksono.blogspot.co.id/2010/08/prosedurpenyelesaiansengketadalam.html, diakses tanggal 27 Maret 2016 15 bersengketa meminta bantuan kepada negara lain untuk membantu menyelesaikan sengketa tersebut. 17 Berdasarkan uraian diatas maka penting untuk diteliti persoalan Prosedur Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional dalam Kerangka GATT dan WTO. B. Perumusan Masalah Adapun yang merupakan permasalah yang timbul dalam penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaturan penyelesaian sengketa dalam General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)? 2. Bagaimana mekanisme penyelesaian sengketa internasional General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)? 3. Bagaimana hubungan penyelesaian sengketa GATT/WTO dengan upaya penyelesaian sengketa internasional secara damai? C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan Tujuan penulis melaksanakan penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui pengaturan penyelesaian sengketa dalam General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO). 17 Dewa Gede Sudika Mangku, Suatu kajian umum tentang Penyelesaian Sengketa Internasional termasuk di dalam tubuh ASEAN, Jurnal Perpektif Volume XVII No. 3 Tahun 2012, hal 160 b. Untuk mengetahui mekanisme penyelesaian sengketa internasional General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO). c. Untuk mengetahui upaya penyelesaian sengketa internasional secara damai. 2. Manfaat Penulisan Adapun manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut: a. Secara Teoritis Skirpsi ini diharapkan dapat memberikan masukan ilmu pengetahuan, khususnya pada Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional dalam Kerangka General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO) dapat diselesaikan tanpa menimbulkan konfrontasi antar negara. b. Secara Praktis Memberikan sumbangan pemikiran yuridis tentang kalangan perdagangan internasional agar fair trade dapat terwujud dengan baik. D. Keaslian Penulisan Adapun judul tulisan ini adalah Prosedur Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional dalam Kerangka GATT dan WTO. Pada dasarnya belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, meskipun ada beberapa penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan judul penelitian ini. Adapun penelitian terdahulu yang pernah dilakukan tersebut sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Anisa Kusumawardhani, Tahun 2015, Mahasiswi Fakultas Hukum Departemen Hukum Internasional Universitas Sumatera Utara dengan judul “Mekanisme Penyelesaian Sengketa Oleh Association Of Southeast Asian Nations (ASEAN) Dalam Penyelesaian Sengketa Antar Negara Anggota”. Pokok masalah dari penelitian adalah: a. Bagaimana penyelesaian sengketa internasional dilihat dari perspektif hukum internasional? b. Bagaimana penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh organisasi internasional regional selain ASEAN? c. Bagaimana penyelesaian sengketa dalam instrumen ASEAN? 2. Penelitian yang dilakukan oleh Ayu Lestari, Tahun 2007, Mahasiswi Fakultas Hukum Departemen Hukum Internasional Sumatera Utara dengan judul “Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT dan WTO ditinjau dari segi Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional secara damai”. Pokok masalah dari penelitian adalah: a. Bagaimana fungsi dan tujuan dibentuknya organisasi perdagangan dunia (World Trade Organization, WTO)? b. Bagaimana bentuk-bentuk penyelesaian sengketa internasional yang dikenal di dunia internasional? c. Bagaimana mekanisme penyelesaian sengketa GATT dan WTO? 3. Penelitian yang dilakukan oleh Harryson Bangun, Tahun 2004, Mahasiswa Fakultas Hukum Departemen Hukum Internasional dengan judul “Penerapan peneyelesaian sengketa dagang WTO terhadap Indonesia sebagai Negara berkembang”. Pokok masalah dari penelitian adalah: a. Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penyebab timbulnya sengketa dagang dan bagaimana mekanisme penyelesaian sengketa dalam forum WTO b. Bagaimana ketentuan-ketentuan WTO mengenai penyelesaian sengketa dagang bagi negara berkembang? c. Bagaimana dampak keputusan WTO atas sengketa dagang mobil nasional? Pada dasarnya penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti tersebut di atas tidak sama dengan penelitian ini, baik dari segi judul maupun pokok permasalahan yang dibahas. Oleh karena itu secara akademik penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya dan penulisan ini disusun berdasarkan literature-literatur yang berkaitan dengan Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional dalam kerangka General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO). Oleh karena itu, penulisan ini adalah asli karya penulis. E. Metode Penelitian Metode merupakan cara bertindak menurut sistem aturan tertentu. Maksud metode ini ialah supaya kegiatan praktis dapat terlaksana secara rasional dan terarah agar mencapai hasil optimal. 18 Metode Penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode normatif dan komparatif, yaitu 18 Sudarsono, Pengantar Ilmu Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hal 15 dengan melihat aturan-aturan penyelesaian sengketa internasional secara damai. 1. Jenis Penelitian Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif merupakan suatu bentuk penulisan hukum yang mendasarkan pada karakteristik ilmu hukum yang normatif. 19 Langkah pertama dilakukan penelitian normatif yang didasarkan pada bahan hukum primer dan sekunder yaitu inventarisasi peraturan-peraturan yang berkaitan dengan hukum internasional. Penelitian bertujuan menemukan landasan hukum yang jelas dalam meletakkan persoalan ini dalam perspektif sengketa hukum internasional. 2. Data dan Sumber Data Bahan atau data yang dicari berupa data sekunder yang terdiri dari: a. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan yang mengikat dan terdiri dari norma atau kaidah dasar, peraturan dasar, peraturan, bahan hukum yang tidak dikodifikasikan, yurisprudensi dan traktat. 20 Dalam penelitian ini bahan hukum primer : perjanjian internasional/kesepakatan penyelesaian sengketa General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO) yang terkait dengan pembahasan berupa General Agreement on Trade and Service (GATS), General Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Properties 19 Asri Wijayanti & Lilik Sofyan Achmad, Strategi Penulisan Hukum, Lubuk Agung, Bandung, 2011, hal 43. 20 Soerjono Soekanto, dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat. Penerbit Rajawali Pers, Jakarta, 2004, hal 13 (TRIPs), Agreement on Trade Invested Measures (TRIMs) dan Understanding on Rules and Procedures Governing the Settlement of Dispute (DSU). b. Bahan hukum sekunder yaitu memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer. 21 Dalam penelitian ini adalah buku-buku, makalah, artikel dari surat kabar, majalah, dan artikel dari internet. c. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan atau petunjuk terhadap bahan hukum primer dan sekunder. 22 Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum penunjang yang mencakup bahan yang memberi petunjuk-petunjuk maupun penjelasan terhadap hukum primer dan sekunder, serta bahan-bahan primer, sekunder tersier (penunjang) di luar bidang hukum, misalnya yang berasal dari: Sosiologi, ekologi, teknik, filsafat, dan lainnya yang dipergunakan untuk melengkapi atau menunjang data penelitian. 23 3. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka digunakan metode pengumpulan data dengan cara 24 : Studi Kepustakaan, yaitu mempelajari dan menganalisis secara digunakan sistematis bukubuku, surat kabar, makalah ilmiah, majalah, internet, peraturan perundangundangan dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini. 21 Ibid, hlm 13 Ibid 23 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: Penebit Rajawali Pres, 2013), hal 41 24 Ibid, hlm. 24. 22 4. Analisis Data Analisis data dalam penulisan ini adalah analisis kualitatif, dimana datadata yang telah dikumpulkan kemudian dipisah-pisahkan menurut kategori masing-masing dan kemudian ditafsirkan dalam usaha mencari jawaban dari masalah penelitian. F. Sistematika Penulisan Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab berbagi atas beberapa sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang dapat digambarkan sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN, bab ini merupakan gambaran umum yang berisi tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan. BAB II : PENGATURAN PENYELESAIAN SENGKETA DALAM GENERAL AGREEMENT ON TARIFFS AND TRADE (GATT) DAN WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO). Dalam bab ini berisi tentang Sejarah Perjalanan GATT menuju WTO, Penyelesaian Sengketa Berdasarkan kesepakatan GATT, Penyelesaian Sengketa Berdasarkan kesepakatan WTO, Ruang Lingkup Pengaturan GATT dan WTO dan Penyelesaian sengketa berdasarkan ketentuan-ketentuan Organisasi Internasional yang terlibat dalam kegiatan perdagangan. BAB III : MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL GENERAL AGREEMENT ON TARIFFS AND TRADE (GATT) DAN WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO). Bab ini berisikan tentang Tujuan Mekanisme Penyelesaian Sengketa Internasional, Peran dan Fungsi GATT dan WTO dalam menyelesaikan sengketa perdagangan Internasional, Keterlibatan Indonesia dalam Penyelesaian sengketa Perdagangan, dan Mekanisme Penyelesaian Sengketa sebagai bagian dari pengawasan Internasional. BAB IV : TINJAUAN HUKUM TERHADAP UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL SECARA DAMAI. Bab ini berisi tentang Penyebab Timbulnya sengketa Internasional, Prinsip-prinsip Penyelesaian Sengketa Secara Damai, Proses/cara penyelesaian masalah-masalah (sengketa) Internasional secara damai dan Hubungan Penyelesaian Sengketa GATT dan WTO dengan bentuk penyelesaian sengketa Internasional secara damai. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini berisikan kesimpulan dan saran.