二零 - GKA GLORIA

advertisement
|
217
| 二零
BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 217 | MEI 2014
“Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah
kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka.”
— Ibrani 13:7
Saran-saran Praktis
Bersaat Teduh
PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat
penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan
sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible!
PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu
tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab.
Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut:
Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit.
Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda.
Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan
Tuhan.
Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga
paham benar, kemudian renungkanlah.
Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan
refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan
pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu.
Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu
kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman
Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari
sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan)
PERSPEKTIF
www.gkagloria.or.id
Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya
Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272
Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282
Email: [email protected]
Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777
a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria
Penulis edisi 217:
Alfred Jobeanto, Andree Kho, Bambang Alim, Elok Chrisinar,
Frengky Yohanes A., Ie David, Hendry Heryanto, Herty Togatorop,
Johannes Aurelius, Liem Sien Liong, Musa Akbar HIM., Otniol H. Seba,
Rohani, Sahala Marpaung
Penerjemah: Tertiusanto
EDITORIAL
Amanat Agung Yesus
S
etelah kebangkitan-Nya, Tuhan Yesus
tidak meninggalkan para murid-Nya
sendiri, melainkan berulang kali Ia
mengajar mereka tentang Kerajaan Allah.
Mengapa Ia melakukannya? Tentu banyak
dugaan yang kita bisa berikan, tapi yang jelas adalah Tuhan Yesus ingin
meneguhkan mereka tentang suatu karya yang lebih besar, bukan sekadar
pemulihan Kerajaan Israel, tetapi pelebaran Kerajaan Allah (Kis. 1:1-8).
Bahkan sebelum Yesus naik ke surga, Ia sekali lagi mempertegas akan hal ini.
Matius mencatat demikian: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa
murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan
kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada
akhir zaman” (Mat. 28:19-20). Markus mencatatkannya: “Pergilah ke seluruh
dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk...” (Mrk. 16:15). Demikian
pula Lukas mencatatkan: “...dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan
pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari
Yerusalem” (Luk. 24:47). Demikian pula: “Tetapi kamu akan menerima kuasa,
kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di
Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi”
(Kis. 1:8). Apa yang kita dapat tangkap tentang semua catatan ini?
Tuhan Yesus menghendaki agar kita fokus pada apa yang menjadi misi
Kerajaan Allah di muka bumi ini, dan bukan sekadar pada “menatap Dia yang
naik ke surga” (Kis. 1:11). Keindahan teologis tentang terangkat-Nya Yesus ke
surga tentu memberikan penghiburan bagi umat Tuhan, tetapi janganlah kita
lupa, atau bahkan mengabaikan apa yang menjadi amanat agung Tuhan
sebelum kenaikan-Nya ke surga.
Maka ketika kita memperingati hari kenaikan Tuhan Yesus ke surga,
kiranya mata hati kita tidak terpana hanya pada kenaikan-Nya ke surga saja,
seperti yang dilakukan para murid, tetapi pada amanat yang telah Ia berikan,
karena itulah kehendak Tuhan Yesus. Kiranya kita tidak hanya mencurahkan
tenaga dan pikiran kita untuk memahami signifikansi kenaikan Tuhan Yesus
ke surga, tetapi juga mencurahkan pikiran dan tenaga kita bagi penggenapan
amanat agung yang Tuhan berikan kepada kita, sebab Tuhan yang memberi
perintah itu adalah “Penguasa langit dan bumi, yang menyertai kita sampai
akhir zaman.” Dan tujuan penyertaan-Nya adalah agar kita mengerjakan
amanat agung-Nya sampai akhir zaman. Sudahkah kita mengerjakannya?
Marilah kita bersatu dan berjuang bagi amanat yang Tuhan Yesus telah
berikan kepada kita, untuk memperluas Kerajaan Allah di muka bumi ini, agar
setiap lidah mengaku, dan setiap lutut bertelut, mengakui dan menyembah,
bahwa Yesus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah Bapa kita. Amin.
01
KAMIS
MEI 2014
“Pada siang hari Yesus mengajar di Bait Allah
dan pada malam hari Ia keluar dan bermalam
di gunung yang bernama Bukit Zaitun.” (Lukas 21:37)
Bacaan hari ini: Lukas 21:37-38
Bacaan setahun: Lukas 21:20-38
PRIORITAS HIDUP TUHAN YESUS
A
da orang yang mengamati pola hidup manusia modern dan
menemukan rumusan yang aneh seperti ini: They play when they
worship, they worship when they work, and they work when they
play. Ketika beribadah, mereka melakukannya sambil lewat seperti sedang
bermain saja. Ketika mereka bekerja, mereka bekerja dengan keseriusan
seolah sedang beribadah. Dan ketika mereka bermain, mereka bermain
dengan semangat seolah sedang bekerja. Apabila ini adalah fakta, maka ini
menunjukkan betapa prioritas kehidupan manusia sudah terbalik-balik.
Tapi tidak demikian dengan Tuhan Yesus.
Siang hari, adalah waktunya Tuhan untuk mengajar, dan Dia mengajar
secara terbuka di Bait Allah. Dia bukan penyesat yang mengindoktrinasi
orang melalui pelatihan-pelatihan tersembunyi, melainkan mengajar di
depan semua orang untuk dinilai. Dia mengajar di tempat yang paling
sakral menurut kepercayaan orang Yahudi; di Bait Allah. Di awal
penulisannya, Lukas juga mencatat tentang Tuhan yang terhilang ketika
Dia dibawa ke Yerusalem pada saat berumur 12 tahun. Ketika ditemukan,
Dia menjawab: “Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di dalam
rumah Bapaku?” (Luk. 2:49). Merupakan kesukacitaan besar bagi Tuhan
untuk berada di Bait Allah dan mengajar rahasia tentang Kerajaan Allah dan
kebenaran Allah, menerangi hati dan pikiran orang untuk mengertinya.
Hari ini, jika ada seorang pengkotbah mendapat kesempatan untuk
berkotbah di sebuah gereja besar atau gereja yang sangat terkenal, maka
sudah hampir dipastikan setelah berkotbah, dia akan diistirahatkan di
sebuah hotel berbintang sebagai tanda terima kasih atas pelayanannya.
Tapi Tuhan tidak membutuhkan hal itu. Walaupun saat itu belum ada hotel
mewah dengan klasifikasi bintang, bisa saja Tuhan menginap di rumah
seseorang yang lebih baik kondisinya. Namun itu pun tidak dilakukan-Nya,
karena bagi Tuhan, ada hal yang lebih penting untuk dilakukan. Bukit
Zaitun, itulah tempat kesukaan-Nya untuk menghabiskan malam hari
dengan berdoa dan bersekutu dengan Allah Bapa.
STUDI PRIBADI: Bagaimana Tuhan Yesus melakukan pelayanan-Nya? Apa yang menjadi
tempat kesukaan dan priotitas-Nya?
Berdoalah bagi jemaat agar mereka memiliki prioritas dalam hidup yaitu
bersekutu dengan Tuhan dan hidup bagi kemuliaan-Nya, sehingga nama
Tuhan dipermuliakan melalui hidup mereka.
02
JUMAT
MEI 2014
“Lalu pergilah Yudas kepada imam-imam kepala
dan kepala-kepala pengawal Bait Allah
dan berunding dengan mereka, bagaimana ia dapat
menyerahkan Yesus kepada mereka.” (Lukas 22:4)
Bacaan hari ini: Lukas 22:1-6
Bacaan setahun: Lukas 22:1-20
PRIORITAS MUSUH
P
ada saat Anak Allah menjalani prioritas hidup-Nya untuk melayani
dan bersekutu dengan Allah, Iblis pun sedang terus menjalankan
prioritasnya yaitu merusak, menghadang rencana dan pekerjaanNya. Permusuhan Anak Allah dengan Iblis memang tidak bisa dihindari
sebab ini adalah permusuhan antara Allah yang benar dengan Iblis yang
adalah sumber kejahatan. Perbedaan natur seperti itu menempatkan Allah
dan Iblis pada posisi berseberangan. Allah memang tahu apa yang akan
Dia lakukan terhadap musuh-Nya ini, tetapi Iblis tidak memahami rahasia
tersebut. Maka yang dia bisa lakukan adalah beroposisi dengan Anak Allah
melalui segala cara yang dia bisa pikirkan.
Kita membaca di dalam Alkitab, suatu fakta yang menggentarkan hati;
bahwa sebagaimana Allah memakai manusia untuk menjadi rekan kerjaNya, demikian pula Iblis. Dia memakai manusia untuk merusak rencana
Allah. Iblis memakai manusia untuk membunuh Anak Allah, dan yang
dipakainya, bukanlah penjahat atau perampok, tetapi justru orang-orang
yang memakai jubah orang saleh, para pemimpin agama Yahudi, bahkan
salah seorang murid Tuhan sendiri.
Tuhan pernah terang-terangan membuka status rohani mereka,
menyatakan bahwa mereka adalah anak-anak Iblis (Yoh. 8:44), kata-Nya
tentang Yudas Iskariot (Yoh. 6:70-71). Sejak semula Tuhan memang tahu
siapa mereka, termasuk Yudas yang mendampingi-Nya selama tiga
setengah tahun. Fakta tersebut merupakan fakta yang menggentarkan
hati, dan seharusnya menjadi peringatan yang sangat serius bagi setiap
pembaca Injil, bahwa Iblis suka memakai orang-orang yang berstatus
pemimpin agama, bahkan orang yang paling dekat bergaul dengan Tuhan,
yaitu orang yang disebut sebagai murid-Nya sendiri. Pengkhianat lebih
menakutkan daripada musuh yang jelas! Karena istilah pengkhianat ini
menyiratkan orang-orang yang menjadi musuh dalam selimut. Apabila para
imam, ahli Taurat, bahkan murid Tuhan bisa menjadi rekan kerja Iblis hari
itu, biarlah fakta tersebut menjadi peringatan keras buat setiap kita!
STUDI PRIBADI: Apa prioritas Iblis dalam setiap aktivitas dirinya? Siapa saja yang dapat
dipakainya untuk merusak pekerjaan Allah?
Berdoalah bagi setiap hamba Tuhan, majelis gereja, para aktivis agar hidup
bergaul dengan Tuhan dan tidak mengikuti hawa nafsu dalam setiap langkah
hidup mereka, sehingga tidak terjerat tipu daya Iblis.
03
SABTU
MEI 2014
“Ya Bapaku, jikalau Engkau mau, ambillah
cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku,
melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.”
(Lukas 22:42)
Bacaan hari ini: Lukas 22:39-46
Bacaan setahun: Lukas 22:21-46
DREAD OF JESUS
M
asing-masing penulis kitab Injil memiliki tujuan penulisan atau
penekanan penulisan yang berbeda. Matius menggambarkan
Yesus sebagai Raja Israel; Markus, Hamba Allah; dan Lukas
menekankan atau menggambarkan Yesus sebagai Manusia Sejati tanpa
mengabaikan keilahian Yesus. Salah satu penggambaran bahwa Yesus
adalah manusia dan Allah sejati adalah melalui pergumulan-Nya di taman
Getsemani.
Dalam doa-Nya kepada Bapa di surga, Tuhan Yesus berdoa sangat
ketakutan sehingga keringat-Nya menjadi seperti titik-titik darah (ay. 44).
Kata ketakutan dalam ayat ini bukan menggunakan kata “fear,” tetapi kata
“agony” yang bisa diterjemahkan “penderitaan yang mendalam.” Artinya,
ketika Yesus berdoa, Dia merasakan penderitaan yang mendalam; karena
apa? Sesungguhnya, ini bukan penderitaan atau ketakutan karena siksaan
fisik, penghakiman dan penghukuman yang Yesus tahu akan Dia rasakan.
Sebaliknya, ketakutan Yesus (Dread of Jesus) dikarenakan keterpisahanNya dari Bapa di surga ketika Yesus mati di kayu salib. Kematian oleh
karena dosa manusia yang ditanggung-Nya membuat-Nya terpisah dari
Bapa-Nya yang suci. “Eloi, Eloi lama sabakhtani” adalah teriakan ketakutan
Yesus akan keterpisahan sementara dari Bapa-Nya.
Sebagai manusia sejati, Yesus merasakan penderitaan yang dalam
ketika Dia akan terpisah dari Bapa-Nya, sehingga Dia mengatakan, “jikalau
Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku.” Namun meskipun merasa
takut dan begitu menderita, Yesus tetap menyerahkan semuanya ke dalam
kehendak Bapa (ay. 42). Meski sedemikian menderita, Yesus tetap mau
melaksanakan kehendak Bapa, demi kasih-Nya kepada manusia berdosa.
Penderitaan yang Yesus alami adalah untuk kita; titik-titik darah yang
mengalir adalah karena kita, karena kita umat-Nya yang dikasihi-Nya.
Bagaimana dengan sikap kita kepada Dia? Jika Dia mau mengasihi kita
sedemikian rupa, masihkah kita akan berlaku tidak setia atau malas/cuek
untuk mengucap syukur dalam segala hal? Janganlah kita hidup dalam
dosa lagi, melainkan hidup bagi kemuliaan-Nya.
STUDI PRIBADI: Apa arti dread of Jesus, dan mengapa Dia rela terpisah dari Bapa di surga?
Berdoa agar setiap umat Tuhan mengingat kembali bagaimana Tuhan Yesus
begitu menderita karena dosa yang ditanggung-Nya, sehingga kita berusaha
untuk tidak melakukan perbuatan dosa, dalam keseharian kita.
04
MINGGU
MEI 2014
“Mulai sekarang Anak Manusia sudah duduk
di sebelah kanan AllahYang Mahakuasa.”
(Lukas 22:69)
Bacaan hari ini: Lukas 22:47-71
Bacaan setahun: Lukas 22:
THE DREAD IS OVER
P
enderitaan dan ketakutan di Getsemani telah berakhir, kini Yesus
menghadapi para musuh-Nya dengan keberanian dan kekuatan
dari Allah Bapa. Dia membiarkan diri-Nya dituntun ke Istana Imam
Besar. Pembuktian akan kasih-Nya pada dunia akan berlangsung, siksaansiksaan akan Dia hadapi tanpa ketakutan. Namun sebaliknya, pembuktian
akan kasih murid-murid-Nya akan dipertanyakan. Dalam keseluruhan
pasal 22, kita bisa melihat bagaimana sikap murid-murid Yesus menjelang
kematian-Nya. Yudas yang dengan jelas-jelas mengkhianati Tuhan dengan
ciumannya (ay. 47); juga Petrus yang dengan sikap heroiknya, mengambil
pedang dan memenggal telinga seorang hamba Imam besar (ay. 50; bnd.
Yoh. 18:10).
Setelah Yesus ditangkap, di mana murid-murid-Nya? Di mana Petrus
yang heroik itu, alih-alih dia mendampingi Yesus di pengadilan, dia memilih
melihat-Nya dari jauh. Bukan hanya itu, tepat seperti yang Yesus katakan;
sebelum ayam berkokok Petrus telah menyangkal-Nya tiga kali. Itukah
bukti kasih murid-murid kepada sang Guru?
Meski demikian, Tuhan Yesus menjalaninya dengan kesabaran yang
sempurna, olok-olokan orang tidak membuat diri-Nya marah (ay. 63-65).
Pertanyaan yang memojokkan dijawab-Nya dengan kelemahlembutan (ay.
67-70). Dia bertahan untuk melakukan kehendak Bapa-Nya, karena
keterpisahan-Nya yang sementara dari Bapa akan membawa-Nya kepada
kebersamaan selama-lamanya dengan Bapa (ay. 69). Yesus duduk di
sebelah kanan Allah Bapa untuk mempersiapkan tempat bagi orang yang
berespon atas penderitaan-Nya. Bagaimana dengan Anda? Sudahkah
Anda berespon atas penderitaan dan kematian Yesus dengan percaya
sepenuhnya pada Dia, menerima Dia sebagai Juruselamat pribadi dan
hidup menyenangkan hati-Nya? Marilah kita mensyukuri segala sesuatu
yang Tuhan Yesus telah lakukan bagi keselamatan kita dengan cara hidup
mengerjakan kehendak-Nya dan menjadi saksi-Nya di manapun kita
berada, sehingga nama Tuhan dipermuliakan melalui kehidupan kita.
STUDI PRIBADI: Apakah bukti kasih Yesus kepada Anda dan apa bukti kasih Anda kepada
Yesus?
Berdoalah agar setiap kita mampu membuktikan kasih kita kepada Tuhan
dengan melakukan kehendak-Nya; dan berdoa agar semakin banyak orang
mau membuka hatinya menerima Yesus sebagai juruselamat.
05
SENIN
MEI 2014
“Dan pada hari itu juga bersahabatlah
Herodes dan Pilatus; sebelum itu mereka bermusuhan.”
(Lukas 23:12)
Bacaan hari ini: Lukas 23:1-25
Bacaan setahun: Lukas 23:1-25
PEMIMPIN YANG TIDAK KREDIBEL
S
ebelum disalibkan, Tuhan Yesus menjalani proses peradilan yang
dilakukan oleh para pemimpin agama Yahudi, raja Yahudi (Herodes)
dan wali negeri Yahudi (Pilatus). Kisah peradilan terhadap diri Yesus
dicatat demikian gamblang dan cukup lengkap dalam Injil Lukas. Dunia
pengadilan yang seharusnya menjunjung tinggi dan menegakkan keadilan
justru mempermainkan keadilan. Mengapa? Karena pemimpin yang tidak
kredibel yang melanda hampir semua pemimpin.
Para pemimpin agama Yahudi yang harusnya memahami kebenaran
dan keadilan kepercayaan agamanya, yang notabene diwahyukan Tuhan
sendiri dalam Perjanjian Lama, ternyata telah menjadi pembenaran diri
untuk menyingkirkan, bahkan memusnahkan siapapun yang berlawanan
dengan dirinya. Mereka bukannya bersikap mawas diri dan mengevaluasi
pemahaman kepercayaannya berdasarkan kebenaran firman, tapi dengan
dipenuhi iri hati dan ketakutan akan banyaknya umat yang mengikut Yesus,
maka satu-satunya jalan adalah memusnahkan Dia yang bernama Yesus.
Ironis sekali!!!
Herodes sebagai raja Yahudi yang seharusnya memiliki kekuasaan
untuk mengendalikan keadilan bagi rakyatnya, ternyata tidak mengerjakan
tugas itu dengan penuh tanggung jawab. Malahan dia hanya bermain-main
dengan keinginan dirinya untuk melihat Yesus dan mujizat-Nya. Hal ini
menunjukkan kualitas dirinya, yang membeli jabatan raja dari kekaisaran
Romawi, yaitu raja boneka. Memalukan sekali pemimpin yang demikian.
Pontius Pilatus sebagai wali negeri Yahudi, yang sebenarnya memiliki
kekuasaan lebih besar dibandingkan Herodes dan pemimpin agama
Yahudi, memang telah mencoba melakukan peradilan dengan baik, dan
tidak menemukan kesalahan apapun seperti yang dituduhkan. Dia ingin
melepaskan Yesus, namun dia takut atas tuduhan agamawan Yahudi yang
memojokkannya, sehingga dia cuci tangan seolah tidak mau bertanggungjawab atas darah Yesus. Menyedihkan sekali jika ada pemimpin yang kerdil
hatinya.
STUDI PRIBADI: Bagaimana sikap para pemimpin Romawi dan Yahudi akan pengadilan
Yesus waktu itu? Bagaimana sikap yang benar seorang pemimpin? Sebutkan alasannya!
Berdoalah bagi para pemimpin negara ini agar mereka menjalankan tugas
dan tanggung jawab mereka dengan benar dan adil, sehingga bangsa ini
dapat semakin mengalami kesejahteraan dan ketentraman.
06
SELASA
MEI 2014
“Yesus berkata: Ya Bapa, ampunilah mereka,
sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”
(Lukas 23:34)
Bacaan hari ini: Lukas 23:26-49
Bacaan setahun: Lukas 23:26-56
KEMENANGAN YESUS ATAS KETIDAKADILAN
L
ukas mencatat cukup lengkap bagaimana interaksi yang ada ketika
Yesus menjalani ketidakadilan penyaliban yang akan mengantar-Nya
kepada kematian. Jika kita meneliti dengan tepat bagaimana respon
Yesus atas orang-orang di sekitar-Nya ketika Ia harus menjalani hukuman
ketidakadilan itu, maka kita akan kagum atas seluruh ucapan dan tindakanNya yang menggambarkan kemenangan-Nya atas ketidakadilan.
Kemenangan itu tidak didapat dengan sikap pasif, seperti pasrah (jawanya
“nrimo”), tetapi kemenangan itu direngkuh-Nya dengan sikap aktif yang
menunjukkan siapakah Dia sang Juruselamat itu.
Dia tidak meminta untuk ditangisi (ay.26-32), namun menyerukan agar
mereka menangisi diri mereka sendiri, sebab akan datang waktunya
pembalasan ilahi atas ketidakadilan para pemimpin dan manusia durhaka.
Dengan kasih dan belas kasihan-Nya, Dia memohonkan pengampunan
Bapa atas mereka yang tidak mengerti apa yang telah diperbuatnya,
sekalipun mereka tetap tidak peduli dengan apa yang diucapkan-Nya (ay.
34). Penyaliban-Nya menjadi tontonan keji disertai olok-olokan yang ingin
melihat keajaiban penyelamatan, namun Dia tidak mengikuti keinginan
mereka, sebab justru dengan penyaliban-Nya, pengampunan dosa
manusia sedang dilaksanakan-Nya (ay. 35-38). Dia menanggung
ketidakadilan manusia sekaligus melaksanakan keadilan ilahi.
Keberanian-Nya menjalani kekejaman penyaliban membuat seorang
penyamun yang disalibkan menyadari bahwa dirinya lah yang selayaknya
menanggung hukuman atas dosanya, sekaligus melihat keselamatan yang
sedang Yesus kerjakan, sehingga ia memohon kepada-Nya (ay. 39-43).
Kekuatan untuk mengakhiri seluruh penyaliban dalam rangka
penyelesaian penebusan manusia berdosa dituntaskan-Nya ketika
menyadari bahwa tabir Bait Allah sudah terbelah dua dan menyerahkan
nyawa-Nya kepada Sang Bapa, Hakim yang Maha Adil. Inilah karakter
keteguhan komitmen Sang Penyelamat dalam menyelesaikan tugas-Nya
dengan penuh kemenangan.
STUDI PRIBADI: Bagaimana sikap Tuhan Yesus ketika menghadapi tuntutan pengadilan
yang tidak adil? Jelaskan dan apa aplikasinya bagi kita?
Berdoalah bagi setiap orang Kristen yang berhadapan dengan ketidakadilan
agar mereka bersikap bijaksana dan tidak takut dalam menghadapinya, dan
tetap berpegang teguh pada kebenaran.
07
RABU
MEI 2014
“Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan
kita di tengah-tengah jalan dan ketika Ia menerangkan
Kitab Suci kepada kita?” (Lukas 24:32)
Bacaan hari ini: Lukas 24:1-35
Bacaan setahun: Lukas 24:1-35
DASAR IMAN
Y
esus pada masa hidup-Nya adalah sosok yang fenomenal, karena Ia
melakukan banyak mujizat penyembuhan dan mujizat lainnya,
seperti memberi makan lima ribu orang, berjalan di atas air,
mencelikkan orang buta, dan masih banyak mujizat lain. Namun kematianNya di atas kayu salib telah menimbulkan bermacam-macam perasaan dan
pikiran di hati para murid dan pengikut Yesus lainnya. Mereka terkejut,
kecewa atau tidak rela karena Guru yang selama ini mereka puja dan
mereka hormati, ternyata meninggal secara mengenaskan.
Mati disalib adalah salah satu hukuman yang paling hina di zaman
Yesus. Kekecewaan ini juga dirasakan oleh dua orang dari murid Yesus
yang sedang berjalan ke Emaus (dalam ayat 17 dikatakan bahwa mereka
sedang berjalan dengan muka yang muram). Sebelum Yesus mati disalib,
mereka mengharapkan-Nya dapat membebaskan bangsa Israel, tetapi
ternyata Ia mati, bahkan sekarang tidak ada di dalam kubur-Nya. Dari sikap
dua murid Yesus ini bisa dilihat bahwa mereka dulunya beriman karena
melihat Yesus bisa melakukan hal yang menjanjikan bagi bangsa Israel.
Namun iman mereka menjadi gentar karena Yesus tidak menjadi seperti
yang mereka harapkan. Itulah sebabnya Yesus menghardik mereka dan
mengatakan iman mereka begitu kecil (ay. 25). Bagaimana dengan orang
Kristen pada masa kini?
Banyak orang Kristen juga mengalami hal yang serupa, mendasarkan
iman kepercayaannya karena ada hal fenomenal yang terjadi. Misalnya,
percaya Tuhan karena telah disembuhkan dari penyakit, diselamatkan dari
bahaya, atau mujizat lainnya; namun iman mereka menjadi memudar
setelah kehidupan rohani mereka terasa stagnan, tidak ada peningkatan
dan mereka merasa kosong. Iman yang sebenarnya bukan didasarkan
pada hal yang fenomenal, tapi harus didasarkan pada sikap percaya penuh
kepada Tuhan. Iman yang benar adalah dasar dari segala sesuatu yang
kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibr. 11:1-2).
Bagaimana dengan Anda?
STUDI PRIBADI: Apakah dasar iman kita? Apakah iman kita cukup kuat untuk menghadapi
segala macam tantangan, atau iman kita adalah iman yang cenderung lemah?
Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka hidup dalam ketekunan iman
yang didasarkan pada kebenaran firman Tuhan, dan bukan pada fenomena
atau pengalaman lahirah saja.
08
KAMIS
MEI 2014
“Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit
dari antara orang mati pada hari yang ketiga, …
Kamu adalah saksi dari semuanya ini.”
(Lukas 24:46, 48)
Bacaan hari ini: Lukas 24:36-53
Bacaan setahun: Lukas 24:36-53
KEBANGKITAN TUHAN & PEMBERITAAN INJIL
P
erikop hari ini berbicara mengenai Tuhan Yesus yang menampakkan
diri kepada para murid. Dikatakan, para murid terkejut melihat Tuhan
Yesus. Tapi di samping itu, mereka juga bersukacita karena melihat
Tuhan mereka hidup kembali. Pada waktu Tuhan Yesus menampakkan diri,
pasti Tuhan memiliki tujuan bagi para murid-Nya. Setidaknya, ada dua hal
yang ingin dicapai Tuhan Yesus dengan menampakkan diri-Nya.
Pertama, Tuhan Yesus ingin meyakinkan para Rasul bahwa Dia
sungguh telah bangkit dari kematian. Kubur yang kosong itu bukan karena
mayat-Nya dicuri orang, melainkan mayat itu telah hidup kembali; sehingga
cerita para murid yang mengatakan melihat Tuhan hidup kembali bukanlah
omong kosong. Para murid yang menceritakan hal itu mungkin tidak dapat
membuktikan bagaimana Yesus telah bangkit. Namun karena mereka setia
dengan perintah Tuhan untuk menceritakan pertemuan mereka dengan
Tuhan yang bangkit, maka Tuhan sendiri yang membela mereka. Tuhan
seakan-akan menjawab setiap keraguan para murid yang tidak percaya,
dan membawa mereka untuk menyadari bahwa segala yang disaksikan
oleh beberapa murid itu adalah benar.
Kedua, Tuhan yang menampakkan diri ingin para murid menjadi
pemberita-pemberita Injil. Dengan kebangkitan, Tuhan ingin menyadarkan
para murid bahwa segala yang telah Dia katakan kepada mereka adalah
benar, secara khusus mengenai keselamatan yang ada di dalam nama
Yesus. Karena itu, setelah meyakinkan para murid mengenai diri-Nya yang
berkuasa atas maut, Tuhan Yesus ingin para murid juga membagikan berita
itu kepada orang lainnya, supaya mereka pun mendapat keselamatan dan
terluput dari maut. Karena itu moment paskah seharusnya bukan saja
moment kita bersukacita karena Tuhan yang bangkit yang mengalahkan
maut, tetapi juga momen dimana kita menyadari ada tanggung jawab untuk
menjadi pemberita-pemberita Injil bagi banyak orang yang masih di dalam
kegelapan, agar mereka tidak akan lagi ketakutan akan hidup setelah
kematian.
STUDI PRIBADI: Kebangkitan Tuhan Yesus membawa dampak dan tujuan hidup yang baru
bagi para murid, apa itu? Bagaimana dampak kebangkitan Tuhan dalam hidup Anda?
Berdoa bagi jemaat agar mereka memiliki hati yang terbeban menjangkau
mereka yang belum mengenal Tuhan Yesus dengan memberitakan Injil
Kristus yang memerdekakan kepada mereka.
09
JUMAT
MEI 2014
“Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita,
dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan
yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa,
penuh kasih karunia dan kebenaran.” (Yohanes 1:14)
Bacaan hari ini: Yohanes 1:1-28
Bacaan setahun: Yohanes 1:1-28
KESAKSIAN TENTANG SANG FIRMAN
D
alam konsep manusia pada umumnya membagi dunia dalam dua
hal, dunia yang baik dan dunia yang buruk. Dunia yang baik adalah
tempat di mana tidak ada kejahatan, yang ada hanya kesempurnaan dan kebahagiaan. Dunia yang buruk adalah tempat dimana terjadi
banyak kejahatan, kemunafikan, pembunuhan, air mata, dan segala yang
buruk lainnya. Dunia yang baik biasa disamakan dengan surga, yaitu
tempat di mana segala yang ada di dalamnya sempurna. Dunia yang buruk
biasa disamakan dengan bumi ini, yaitu tempat di mana masih begitu
banyak ketidaksempurnaan ada dalamnya. Dua dunia ini terpisah dan
tampaknya tidak dapat dijangkau oleh penghuni dari masing-masing dunia,
secara khusus dari dunia yang buruk ke dunia yang baik. Namun, firman
Tuhan memberikan sebuah pengertian yang luar biasa. Ada sebuah
perantara yang akan memungkinkan manusia dari dunia yang buruk untuk
masuk ke dalam dunia yang baik. Dikatakan bahwa Firman telah menjadi
manusia. Firman itu adalah Yesus Kristus, Anak Allah yang tunggal. Dia
datang ke dalam dunia untuk membawa kabar baik, bahwa Surga ingin
berdamai dengan dunia yang berdosa ini. Melalui kehidupan Yesus Kristus,
kita melihat kemuliaan surgawi.
Yang menjadi permasalahan adalah, apakah dunia mempercayai
Yesus Kristus sebagai perantara surga dan dunia ini? Banyak orang tidak
mudah mempercayai berita ini, karena itulah, di dalam berbagai zaman,
Allah telah mengutus orang-orang terpilih untuk terus mengabarkan
tentang kedatangan Yesus sebagai perantara surga dan dunia. Pada masa
Perjanjian Lama, Allah mengutus nabi-nabi untuk memberitakan mengenai
kedatangan sang Mesias tersebut. Pada masa Perjanjian Baru, Allah juga
mengutus Yohanes Pembabtis, dan para Rasul untuk mengabarkan berita
mengenai Yesus Kristus sebagai jalan pendamaian bagi manusia berdosa
untuk masuk ke dalam surga. Karena itulah mereka menuliskan
pengalaman mereka, kesaksian mereka mengenai perantara sorgawi itu di
dalam tulisan-tulisan (Alkitab).
STUDI PRIBADI: Siapa yang menjadi pendamai antara manusia berdosa dan Allah? Syarat
apa yang harus dimiliki agar kita yang berdosa diampuni dan layak masuk Kerajaan Sorga?
Berdoalah bagi mereka yang belum mengenal Tuhan Yesus, yang adalah
Allah yang hidup, Juruselamat umat manusia, agar hati mereka dibukakan
Tuhan untuk mengerti Injil-Nya.
10
SABTU
MEI 2014
“Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata:
Lihatlah Anak domba Allah! Kedua murid itu mendengar
apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus.”
(Yohanes 1:36-37)
Bacaan hari ini: Yohanes 1:35-40
Bacaan setahun: Yohanes 1:29-51
KESAKSIAN TENTANG TUHAN YESUS KRISTUS
P
ada masa kini, ada berbagai metode dipakai untuk memberikan
kesaksian tentang Yesus Kristus. Metode-metode itu dirancang
untuk mempermudah orang-orang Kristen dalam menyampaikan
kesaksian tentang Kristus. Tapi sayang, karena mementingkan metodologi,
inti berita tentang Yesus Kristus tidak tersampaikan kepada mereka yang
akan mendengarnya. Hal ini tentu tidak tepat untuk diteladani. Karena itu,
kita harus memahami dengan benar, bagaimanakah Alkitab memberikan
gambaran mengenai kesaksian orang-orang pada masa itu tentang Yesus
Kristus berkaitan dengan karya pengorbanan-Nya, agar kita tidak terjebak
dalam kesalahan yang sama.
Dalam bagian yang telah kita baca, jelas terlihat, bagaimana kesaksian
Yohanes Pembaptis yang sederhana namun jelas itu telah menjelaskan inti
dari kesaksian-Nya. Injil Yohanes telah menceritakan bagaimana Yohanes
Pembaptis memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus. Pertama, ketika
Tuhan Yesus datang kepadanya (Yoh. 1:29), Yohanes memberikan
kesaksian tentang Yesus Kristus, yakni: “lihatlah Anak Domba Allah, yang
menghapus dosa dunia.” Kedua, ketika Yohanes berdiri dengan kedua
muridnya, dan Yesus Kristus lewat di depan mereka. Yohanes kembali
memberi kesaksian di depan murid-muridnya demikian, “Lihatlah Anak
Domba Allah” (Yoh. 1:36). Perkataan Yohanes Pembaptis ini mengandung
pengertian yang dalam berkaitan dengan karya Tuhan Yesus Kristus atas
kehidupan manusia.
Sebagai orang yang mempersiapkan jalan untuk “kedatangan Mesias”,
Yohanes Pembaptis bukan saja telah melihat pribadi Anak Allah yang
berinkarnasi menjadi manusia, melainkan lebih dari itu, ia melihat apa yang
akan dikerjakan oleh Yesus Kristus yang berinkarnasi dalam dunia. A.W.
Pink menuliskan: “Sekali lagi perintis kedatangan Kristus memberitakan
kedatangan-Nya sebagai ‘Anak Domba Allah.’ Ini mengajarkan kepada kita
bahwa pokok kebenaran juru bicara Allah yang harus diutamakannya
dengan terus-menerus ialah karya pengorbanan Kristus.”
STUDI PRIBADI: Apa yang Yohanes Pembaptis lihat ketika ia melihat Yesus? Bagaimana
Yohanes Pembaptis dapat mengenal Yesus?
Berdoalah bagi jemaat agar mereka mengerti dan memahami karya Kristus
dengan benar, sehingga iman mereka bertumbuh semakin berakar di dalam
Dia, yang memberikan kehidupan kekal.
11
MINGGU
MEI 2014
“Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis:
Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku.”
(Yohanes 2:17)
Bacaan hari ini: Yohanes 2:13-22
Bacaan setahun: Yohanes 2
PENYUCIAN BAIT ALLAH
F
enomena zaman ini, di mana orang-orang Kristen mulai berbisnis
dan menjalankan bisnis di dalam gereja, nampaknya bukan lagi hal
yang baru terjadi pada akhir abad 20. Hal yang sama pernah terjadi
pada zaman Tuhan Yesus Kristus, di mana orang-orang berjualan di dalam
Bait Suci (Yoh. 2:14). Mengapa orang-orang yang berjualan di dalam Bait
Suci dianggap “mengotori/merusak kesucian Bait Suci tersebut?
Ada pendapat yang menyebutkan: Pertama, hal ini melanggar hukum
Tuhan sebagaimana dicatat di dalam Ulangan 12:5-7. Seharusnya orangorang yang datang ke Bait Suci untuk mempersembahkan korban di sana,
adalah orang-orang yang datang membawa ternak mereka dari tempat
masing-masing untuk dipersembahkan pada perayaan paskah, dan bukan
dengan membeli ternak yang ada di dalam Bait Suci tersebut. Kedua, para
penjual dan penukar uang yang ada di dalam Bait Suci adalah para penipu,
sehingga orang-orang Yahudi yang membeli hewan-hewan tersebut untuk
dipersembahkan dan yang menukarkan uang di dalam Bait Suci tersebut,
ditipu. Umumnya, hewan-hewan yang dijual dalam Bait Suci adalah hewanhewan yang tidak layak dipersembahkan kepada Allah. Ketiga, dengan
mengijinkan para penjual hewan dan para penukar uang berjualan di dalam
Bait Allah, maka para imam-imam yang melayani di Bait Suci mendapatkan
keuntungan yang diberikan oleh para penjual hewan dan para penukar
uang tersebut. Hal ini mendatangkan kemarahan bagi Tuhan Yesus yang
melihat kekotoran itu. Kemudian Ia mengusir mereka dan membalikkan
meja-meja yang ada.
Belajar dari kisah ini, seharusnya menyadarkan kita bahwa Gereja
bukanlah tempat untuk berbisnis atau menjalankan bisnis. Tuhan pasti
tidak menghendaki perilaku yang demikian. Jikalau masih banyak orang
Kristen yang terlibat di dalam usaha berbisnis dan menjalankan bisnis di
dalam gereja, masih ada kesempatan untuk “sadar dan bertobat”. Gereja
adalah tempat kita menyembah Tuhan dan beribadah kepada-Nya dengan
sungguh-sungguh.
STUDI PRIBADI: Apakah dampak dari aktivitas berjualan di halaman Bait Allah pada masa
itu? Bagaimana dengan keadaan gereja hari ini? Jelaskan!
Berdoa bagi jemaat Tuhan: mulai dari jemaat, pengurus, majelis dan hamba
Tuhan, mengerti fungsi gereja yang sesungguhnya, sehingga tidak memakai
gereja untuk kepentingan diri atau kelompok.
12
SENIN
MEI 2014
“Jawab Yesus: Engkau adalah pengajar Israel,
dan engkau tidak mengerti hal-hal itu?”
(Yohanes 3:10)
Bacaan hari ini: Yohanes 3:1-13
Bacaan setahun: Yohanes 3:1-21
SULITNYA MEMAHAMI KEBENARAN SEJATI
I
njil Yohanes pasal 3 mengisahkan pertemuan antara Nikodemus dan
Tuhan Yesus pada suatu malam. Kisah ini memberi gambaran tentang
sulitnya memahami sebuah kebenaran (berkaitan dengan kelahiran
kembali, keselamatan, dan siapakah Yesus Kristus itu). Di dalam kisah ini,
Nikodemus datang kepada Tuhan Yesus untuk berdiskusi dengan-Nya.
Nikodemus memahami, bahwa Yesus adalah Guru yang diutus Allah, hal ini
terlihat dari tanda-tanda yang menyertai-Nya.
Namun demikian, pengenalan Nikodemus terhadap Tuhan Yesus tidak
sempurna. Ini nampak ketika Tuhan Yesus menjelaskan tentang kelahiran
baru dan kaitannya dengan keselamatan, yang notabene adalah pekerjaan
Allah yang dilakukan secara rohani oleh Roh Kudus, ternyata dipahami
secara jasmani oleh Nikodemus (ay. 4). Nikodemus tidak dapat memahami
kebenaran yang dijelaskan oleh Tuhan Yesus kepadanya, bahkan dalam
Yohanes 3:9, Nikodemus bertanya, bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?
Tuhan Yesus yang mengetahui bahwa Nikodemus adalah pengajar di Israel
–guru bagi orang-orang Yahudi, namun tidak bisa memahami perkataanNya (ay. 10), maka Tuhan Yesus memberi penjelasan kepadanya. Di akhir
pembicaraan, Injil Yohanes tidak menjelaskan, Nikodemus memahami
perkataan Tuhan Yesus atau tidak. Diskusi ini ditutup dengan pemberitaan
Injil oleh Tuhan Yesus kepada Nikodemus (ay. 14-21).
Dari kisah ini kita mendapatkan pelajaran rohani, betapa sulit bagi
manusia untuk memahami kebenaran yang sejati. Meskipun seseorang
memiliki pengetahuan yang cukup memadai untuk mengetahui banyak hal,
tapi belum tentu ia dapat memahami kebenaran yang sejati, sebagaimana
yang dikehendaki oleh Allah. Hal yang paling bijak adalah memohon agar
Allah mengaruniakan kepada kita hikmat, sehingga kita boleh memahami
kebenaran yang sejati itu. Alkitab menjelaskan bahwa kebenaran dan
keselamatan sejati adalah Tuhan Yesus Kristus. Yohanes 14:6, menulis:
“Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang
datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”
STUDI PRIBADI: Mengapa Nikodemus tidak dapat mengeri perkataan Tuhan Yesus tentang
kelahiran kembali, sekalipun termasuk golongan orang yang menguasai Taurat? Jelaskan!
Berdoalah bagi jemaat agar mereka memiliki kepekaan serta kedewasaan
rohani, sehingga dapat mengerti kehendak Allah, hidup dalam kebenaran
firman-Nya dengan merenungkannya siang dan malam.
13
SELASA
MEI 2014
“Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.”
(Yohanes 3:30)
Bacaan hari ini: Yohanes 3:22-36
Bacaan setahun: Yohanes 3:22-36
IA HARUS MAKIN BESAR, AKU MAKIN KECIL
B
agaimana respons kita kepada orang yang berprestasi lebih baik
dari kita? Iri? Atau menjelek-jelekkan? Memang melihat popularitas
pelayanan orang lain mudah menimbulkan rasa iri. Tetapi, kita harus
ingat bahwa misi kita dalam pelayanan yang sesungguhnya adalah
mendorong orang untuk mengikut Kristus dan bukan menjadi pengikut kita!
Demikianlah sikap Yohanes Pembaptis di dalam pelayanannya.
Ketika Yohanes membaptis di satu tempat, dan Yesus pada saat yang
sama juga membaptis di tempat lain, muncullah perselisihan di antara
murid-murid Yohanes dengan seorang Yahudi tentang penyucian. Lalu
mereka datang kepada Yohanes dan berkata padanya: “Rabi, orang yang
bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia
engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang
pergi kepada-Nya” (ay. 25-26).
Apa reaksi Yohanes akan hal itu? Padahal, sebelumnya banyak orang
yang terpikat pada Yohanes. Reaksi Yohanes sungguh mengagumkan;
tidak ada kecemasan sedikitpun di dalam diri Yohanes ketika ia mendengar
cerita murid-muridnya. Ia tidak merasa tersaingi, apalagi rasa iri. Mengapa
demikian? Karena ia sadar benar bahwa ia dipanggil untuk menjadi utusan
yang bertugas mempersiapkan jalan bagi Mesias.
Yohanes menjelaskan bahwa posisinya memang lebih rendah
dibandingkan dengan Yesus (lih. 1:29-31). Karena Yesus adalah mempelai
laki-laki (ay. 27-28), sementara Yohanes hanyalah sahabat mempelai lakilaki itu. Jelas bahwa kedudukan mempelai pria lebih penting dibandingkan
sahabat-Nya (ay. 29). Yesus adalah Mesias, sedang dia bukan (ay. 28);
oleh karena itu Yohanes sadar bahwa sudah seharusnyalah Yesus harus
makin besar, sedangkan dia harus makin kecil (ay. 30). Pertanyaannya, “Di
manakah posisi kita dan posisi Yesus saat ini?”
Jika saat ini posisi kita ternyata lebih tinggi dari Yesus, maka sekarang
posisi tersebut harus diputar balik. Tuhan Yesus lah yang harus pada posisi
yang ditinggikan dan dipermuliakan, dan bukan diri kita!
STUDI PRIBADI: Mengapa Yohanes Pembaptis mengatakan bahwa Ia harus makin besar,
tetapi aku harus makin kecil? Apa arti pernyataan itu buat Anda?
Berdoalah bagi para pemimpin Kristen dan aktivis yang melayani karena
mereka dapat jatuh ke dalam pencobaan. Doakan agar mereka hidup tidak
mengejar kesuksesan pribadi, melainkan mengutamakan Kristus.
14
RABU
MEI 2014
“Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan
kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat.
Mungkinkah Dia Kristus itu?” (Yohanes 4:29)
Bacaan hari ini: Yohanes 4:1-42
Bacaan setahun: Yohanes 4:1-42
KESAKSIAN PEREMPUAN SAMARIA
S
iang itu seorang perempuan Samaria keluar untuk mengambil air di
sumur Yakub yang sedang sepi (ay. 6-7). Ia keluar pada siang hari
karena ia sadar keberadaanya yang kurang dihargai, khususnya
berkenaan dengan status pernikahannya yang kurang jelas. Ia takut dan
malu, jika ada orang yang melihatnya lalu menghinanya.
Siang itu, ia tidak berjumpa dengan orang-orang yang dikhawatirkan
akan mencibir dan menghina keberadaannya. Siang itu ia berjumpa
dengan Tuhan Yesus yang sangat mengasihi dan menghargainya.
Perjumpaannya dengan Yesus membuat dia merasa aman dan nyaman;
karena Yesus mau menyapa, dan bahkan bercakap-cakap dengannya.
Dalam percakapan itu, Yesus memperkenalkan diri-Nya yang adalah
Mesias kepadanya (aya. 26), serta menunjukkan penerimaan-Nya (ay. 1618). Hal itu membuat perempuan Samaria yakin bahwa sesungguhnya ia
sedang berjumpa dengan Mesias.
Tanpa ia sadari, perjumpaan itu telah membawa perubahan dalam
hidupnya. Ia yang pada mulanya begitu tertutup, takut jika harus berjumpa
dengan orang banyak yang akan menghinanya, sekarang ia tidak perlu lagi
menghindari mereka. Kini ia begitu berani untuk tampil dan bahkan tampil di
keramaian kota untuk menyaksikan pengalamannya berjumpa dengan
Yesus yang adalah Mesias, kepada mereka (ay. 28-29).
Perjumpaan dan imannya kepada Yesus mendorongnya untuk berani
bersaksi tentang Yesus (ay. 29); melalui kesaksiannya, banyak warga kota
yang mendengarnya menjadi tertarik untuk datang dan berjumpa langsung
dengan Yesus (ay. 30). Tanpa ia sadari, sesungguhnya ia telah membawa
banyak warga Samaria menjadi percaya kepada Yesus (ay. 39). Bahkan,
mereka meminta-Nya Yesus untuk tinggal bersama mereka. Mereka ingin
mengenal Yesus lebih dalam. Tuhan Yesus pun bersedia tinggal dua hari
bersama mereka, mengajar mereka (ay. 40). Itu sebabnya mereka semakin
percaya dan mendalam dalam iman kepada Yesus (ay. 41). Bagaimana
dengan Anda? Mari kita semakin mengenal Kristus dan menjadi saksi-Nya!
STUDI PRIBADI: Mengapa perempuan Samaria ini berani ke kota untuk menyaksikan
Yesus? Apakah yang mendorong Anda untuk menyaksikan Yesus?
Doakanlah agar banyak orang yang telah mengalami perjumpaan dengan
Yesus, tergerak hatinya untuk juga menyaksikan Yesus kepada orang lain,
sehingga nama Tuhan dimuliakan.
15
KAMIS
MEI 2014
“Maka kata Yesus kepadanya:
Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat,
kamu tidak percaya.”
(Yohanes 4:48)
Bacaan hari ini: Yohanes 4:46-54
Bacaan setahun: Yohanes 4:43-54
CARILAH YESUS, BUKAN MUJIZAT-NYA
S
eorang ayah, ketika melihat anaknya menderita karena sakit, pasti
akan melakukan berbagai macam cara untuk beroleh kesembuhan
bagi anaknya tersebut. Demikianlah yang dilakukan oleh pegawai
istana yang dicatat dalam Injil Yohanes ini. Segala cara sudah diusahakan
untuk memperoleh kesembuhan anaknya. Namun sayang, semuanya tidak
membuahkan hasil. Justru sang anak semakin sekarat keadaannya (ay.
47). Dalam keadaan tidak berpengharapan ini, muncullah kabar yang
menggembirakan. Ia mendengar bahwa Yesus telah datang di Galilea (ay.
47). Rupanya kabar mengenai Yesus yang dapat melakukan tanda dan
mujizat itu telah sampai ke telinganya. Ini menjadi secercah harapan dan
mungkin menjadi harapan terakhirnya untuk kesembuhan anaknya. Itulah
sebabnya ia berusaha untuk pergi menjumpai Yesus.
Saat berjumpa dengan Yesus, ia meminta dengan sangat agar Yesus
mau datang menyembuhkan anaknya yang sedang sekarat itu. Tetapi, apa
jawab Yesus kepadanya? “Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu
tidak percaya” (ay. 48). Satu jawaban yang mungkin kurang enak didengar.
Meski demikian, pegawai istana itu mau menerima koreksi Yesus terhadap
motivasinya untuk datang menjumpai-Nya. Ia tetap memohon agar Yesus
mau datang untuk menyembuhkan anaknya: “Tuhan, datanglah sebelum
anakku mati” (ay. 49). Maka kata Yesus kepadanya: “Pergilah, anakmu
hidup!” Ia percaya akan apa yang Yesus kata kepadanya, lalu ia pergi (ay.
50). Di tengah perjalanan pulang, hamba-hambanya datang membawa
kabar bahwa anaknya hidup (ay. 51). Maka teringatlah ia akan perkataan
Yesus: “Anakmu hidup” (ay. 53).
Peristiwa ini mengajarkan kepada kita, bahwa janganlah kita lebih
mengutamakan mencari mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang diperbuatNya, tetapi utamakanlah mencari dan mengalami Yesus secara pribadi,
karena Yesuslah Tuhan yang menyembuhkan dan menghidupkan kita.
Hanya Yesus saja, dan tidak ada yang lain, yang dapat menolong dan
menyelesaikan persoalan hidup yang kita hadapi.
STUDI PRIBADI: Mengapa Tuhan Yesus mengoreksi motivasi orang yang mengikuti-Nya?
Apakah yang Yesus inginkan dari para pengikut-Nya waktu itu dan juga saat ini bagi kita?
Doakan agar banyak orang yang mencari Yesus lebih daripada tanda-tanda
dan mujizat-mujizat-Nya. Doakan pula agar mereka memiliki relasi dan rindu
untuk dapat mengenal Dia dengan benar.
16
JUMAT
MEI 2014
“Yesus berkata kepadanya: Maukah engkau sembuh?
Jawab orang sakit itu kepadaNya: Tuhan,
tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu
apabila airnya mulai goncang...” (Yohanes 5:6b, 7)
Bacaan hari ini: Yohanes 5:1-18
Bacaan setahun: Yohanes 5:1-24
BETESDA
D
alam teks yang kita baca hari ini diceritakan bahwa ada seorang
yang sudah 38 tahun terbaring sakit di dekat kolam Betesda. Kita
tidak tahu sudah berapa lama orang tersebut menunggu di dekat
kolam itu. Apakah sejak awal ia sakit, jadi sudah 38 tahun? Atau sudah lima
tahun atau bahkan sepuluh tahun? Tetapi yang pasti Alkitab mengatakan
bahwa Yesus melihat dan tahu bahwa orang itu telah lama dalam keadaan
seperti itu, padahal ia setiap hari berada dekat dengan sebuah kolam yang
sewaktu-waktu katanya, apabila malaikat Tuhan turun ke kolam itu dan
menggoncangkan airnya, maka siapapun dan dengan penyakit apapun,
yang terdahulu masuk ke dalamnya akan sembuh.
Kita memang tidak tahu ada berapa banyak orang yang juga berada di
sana untuk menantikan kolam itu bergoncang. Alkitab hanya mengatakan
ada sejumlah besar orang sakit di sana. Tetapi yang jelas ada orang yang
sudah sakit selama 38 tahun dan menantikan belas kasihan dari orang lain
untuk menurunkannya ke dalam kolam Betesda, saat airnya bergoncang.
Waktu demi waktu berlalu, harapan demi harapan pun menjadi sirna.
Belas kasihan yang diharapkan tidak pernah kunjung datang, padahal ia
berada di tempat yang bernama Betesda, yang berarti “Rumah Anugerah”
atau “Rumah Kemurahan.” Mungkin di antara kita ada yang merasakan hal
yang sama. Di tempat di mana kita berharap dapat merasakan kemurahan
dari orang-orang sekitar kita, namun yang kita rasakan malah adalah sikap
permusuhan, sikap saling menjatuhkan, saling menyakiti. Mungkin itu di
rumah, di tempat kerja kita yang notabene banyak anak-anak Tuhannya,
atau bahkan di gereja sekalipun!
Firman Tuhan hari ini mengingatkan kepada kita, ketika kita berbeban
berat, ketika dalam kesulitan, ketika dalam penderitaan dan membutuhkan
anugerah, kemurahan dan belas kasihan, datanglah kepada Yesus, karena
Dialah satu-satunya pribadi yang tidak akan pernah mengecewakan kita.
Hari ini, ketika Dia menawarkan kepada kita, “Maukah engkau sembuh?”
Apakah jawaban Anda?
STUDI PRIBADI: Mengapa Tuhan menyembuhkan orang yang sakit selama 38 tahun itu,
sekalipun hari itu hari Sabat? Apa yang Tuhan ajarkan kepada kita melalui orang sakit ini?
Berdoalah bagi diri sendiri maupun jemaat, agar melalui kehidupan kita dan
jemaat Tuhan, banyak orang menemukan kemurahan dan anugerah Tuhan
secara nyata dalam hidup kita, sehingga menjadi berkat.
17
SABTU
MEI 2014
“Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam
diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak
mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri.”
(Yohanes 5:26)
Bacaan hari ini: Yohanes 5:19-47
Bacaan setahun: Yohanes 5:25-57
KESAKSIAN YESUS TENTANG DIRI-NYA
S
etelah Tuhan Yesus menyembuhkan orang yang sudah sakit selama
38 tahun di kolam Betesda pada hari Sabat, maka dikatakan bahwa
orang-orang Yahudi lebih berusaha untuk membunuh-Nya, apalagi
ketika mendengar Tuhan Yesus mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sehingga dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah. Maka
di ayat 19-47, Yesus memberikan kesaksian tentang diri-Nya sendiri bahwa
Ia adalah sehakekat dan sederajat dengan Bapa.
(1) Yesus mengatakan bahwa Ia sehakekat dengan Allah berdasarkan
pekerjaan yang dilakukan-Nya (ay. 19). (2) Sama seperti Bapa yang
membangkitkan orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak
dan lebih lagi, kepada Anak dipercayakan tugas penghakiman itu supaya
semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa
(ay. 21-23). (3) Bapa sendiri bersaksi tentang Anak (ay. 32,36). Sebenarnya
tidak ada alasan bagi orang Yahudi menolak Yesus karena ada banyak
bukti bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias yang dijanjikan itu.
Pertama, pada ayat 33, Yesus berkata bahwa sebenarnya Yohanes
Pembaptis pun telah bersaksi tentang Dia, sekalipun sebenarnya Yesus
tidak membutuhkan kesaksian manusia, tetapi mereka tetap menolak Dia.
Kedua, pada ayat 36, Yesus berkata Allah Bapa sendiri memberi kesaksian
tentang Yesus melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya, tetapi hati
mereka tetap bebal. Ketiga, dalam ayat 39-40, Yesus berkata, Kitab Suci
pun memberi kesaksian tentang diri-Nya, tetapi mereka tidak mau datang
kepada-Nya untuk memperoleh hidup itu. Kesombongan mereka menutupi
segala fakta yang ada dan mereka mengeraskan hati dan menolak Yesus.
Bagaimana dengan diri kita? Apakah kita memandang Dia seperti yang
dinyatakan-Nya? Apakah kita menghormati Dia sebagaimana Dia adanya?
Seringkali kita memperlakukan Dia lebih rendah daripada status-Nya.
Ketika Ia tidak memberikan apa yang kita inginkan, kita dengan gampang
sekali marah pada-Nya dan memperlakukan Dia seolah-olah Dia “pesuruh”
kita. Janganlah demikian!
STUDI PRIBADI: Siapakah sebenarnya Yesus dalam hidup kita? Apakah kita mengenal Dia
sebagaimana kesaksian-Nya tentang diri-Nya?
Berdoalah agar pemahaman kita akan siapa Yesus menjadikan hidup kita
seturut dengan pemahaman kita dalam relasi kita bersama Tuhan dan hidup
menyukakan hati-Nya.
18
MINGGU
MEI 2014
“Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini
dapat makan? Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia,
sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya.”
(Yohanes 6:5, 6)
Bacaan hari ini: Yohanes 6:1-15
Bacaan setahun: Yohanes 6:1-21
TUHAN MENGUJI AKU
B
erjalan bersama Tuhan Yesus merupakan suatu kebanggaan,
karena banyak masalah diselesaikan Tuhan. Air diubah-Nya
menjadi anggur manis; orang buta dibuat-Nya melihat; orang
lumpuh dibuat-Nya berjalan; orang mati dibuat-Nya bangkit; angin ribut
diredakan-Nya; orang yang kerasukan setan dibebaskan-Nya; dan masih
banyak mujizat lain yang dilakukan Tuhan Yesus.
Sekarang ada ± 5.000 orang yang mengikut Tuhan Yesus. Pada waktu
itu hari menjelang malam (Mat. 14:15). Tempat itu pun sunyi. Tuhan mulai
bertanya kepada Filipus: “Di manakah kita akan membeli roti supaya
mereka ini dapat makan?” Hal ini dikatakan Tuhan untuk menguji Filipus,
sebab Tuhan sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya (Yoh. 6:6). Ada
dua murid Tuhan meresponi pertanyaan-Nya. Pertama adalah Filipus. Bagi
Filipus, sekalipun membeli roti dengan uang sebanyak 200 dinar pun tidak
cukup (sekalipun tiap-tiap orang mendapat sepotong roti yang kecil saja–
ay.7). Filipus tidak tahu jika ia sedang diuji oleh Tuhan. “Dinar” adalah mata
uang perak yang bergambar kaisar Romawi (Mrk. 12:16); senilai dengan
harga seekor domba; dan perumpamaan tentang para pekerja di kebun
anggur: satu dinar adalah upah sehari. Jadi, 200 dinar sama dengan 200
ekor domba; seorang juga harus bekerja selama 200 hari atau ± 6 bulan,
baru bisa membeli roti untuk orang sebanyak itu. Ini pun tidak akan cukup!
Murid kedua yang meresponi adalah Andreas (saudara Simon Petrus). Ia
berkata kepada Tuhan: “Di sini ada seorang anak yang mempunyai lima roti
jelai dan dua ikan”, dan ia melanjutkannya dengan berkata: “Tapi apakah
artinya ini untuk orang sebanyak ini?”
Dari lima roti dan dua ikan, Tuhan justru dapat mengenyangkan ±
5.000 orang. Bagaimana perasaan Filipus waktu itu? Ia pasti sangat malu.
Pikirnya, 200 Dinar tidak cukup untuk ± 5.000 orang; tapi bagi Tuhan, hanya
dengan lima roti dan dua ikan, Ia sanggup mengenyangkan ± 5.000 orang;
bahkan sisanya ada dua belas bakul. Bagaimana pengalaman hidup iman
Anda berjalan dengan Tuhan?
STUDI PRIBADI: Apa yang Tuhan Yesus ajarkan kepada para murid-Nya melalui peristiwa Ia
memberi makan 5.000 orang? Pelajaran rohani apa yang Anda dapatkan dari kisah ini?
Berdoalah bagi jemaat yang sedang menghadapi persoalan hidup yang sulit
dan mustahil untuk diselesaikan secara akal manusia, agar mereka tetap
beriman dan belajar berserah kepada Tuhan.
19
SENIN
MEI 2014
“Kata Yesus kepada mereka: Akulah roti hidup;
barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi,
dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.”
(Yohanes 6:35)
Bacaan hari ini: Yohanes 6:1-15
Bacaan setahun: Yohanes 6:1-21
MANUSIA BERDOSA BUTUH JURUSELAMAT
B
agi orang Israel, roti merupakan kebutuhan primer (pokok/utama).
Sejak zaman Abraham, Ishak dan Yakub, makanan utama mereka
adalah roti (Kej. 18:5; 21:14; 27:17; Hak. 19:5). Jadi, roti adalah
makanan utama sejak dahulu kala (Kej. 18:6). Sampai pada zaman Tuhan
Yesus, roti tetap menjadi kebutuhan primer. Itu dapat diketahui dari mujizat
yang dilakukan Tuhan, yakni memberi makan ± 5.000 orang dengan lima
roti dan dua ikan. Dengan demikian, semua orang Israel membutuhkan roti.
Tubuh jasmani manusia yang lapar membutuhkan roti. Pada saat bangsa
Israel berada di padang gurun, ketika mereka lapar, TUHAN memberikan
roti dari sorga. Dengan makan roti itu mereka yang tadinya lapar, menjadi
sangat kenyang.
Secara jasmani, manusia yang lapar membutuhkan roti. Namun
secara rohani, manusia yang berdosa membutuhkan Tuhan Yesus. Rasul
Paulus berkata bahwa, “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah
kehilangan kemuliaan Allah” (Rm. 3:23), “Sebab upah dosa ialah maut;
tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”
(Rm. 6:23). Semua manusia berdosa (tanpa terkecuali—karena tidak ada
satu pun manusia yang benar) akan binasa dalam api kekal selamalamanya dalam neraka kekal. Karena itu, semua manusia yang berdosa
membutuhkan Roti Hidup, (Roti Rohani) yang turun dari sorga, yaitu Yesus,
yang adalah Tuhan dan Juruselamat dunia.
Tuhan Yesus berkata: “Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun
dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia. Akulah (Tuhan Yesus)
roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan
barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.” Sebab inilah
kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan
yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku
membangkitkannya pada akhir zaman” (Yoh. 6:33, 35, 40). Jika hari ini
Anda menyadari kebutuhan ini, janganlah menunda lagi untuk menerimaNya sebagai Juruselamat hidup!
STUDI PRIBADI: Apa yang dibutuhkan manusia berdosa agar mereka memiliki kehidupan
yang kekal? Mengapa Tuhan Yesus menggambarkan dirinya sebagai roti hidup?
Berdoa agar Tuhan memampukan kita untuk memiliki hidup yang bersandar
kepada Tuhan, Sang Pencipta, dan juga hati yang mengucap syukur atas
berkat dan rahmat-Nya yang tiada henti.
20
SELASA
MEI 2014
“Dan kami telah percaya dan tahu,
bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.”
(Yohanes 6:69)
Bacaan hari ini: Yohanes 6:60-71
Bacaan setahun: Yohanes 6:45-71
YANG KUDUS DARI ALLAH
S
emua manusia telah berdosa, dan menjadi hamba dosa. Dosa telah
menjadi tuannya. Itulah sebabnya manusia memberontak kepada
Allah. Manusia menjadi sombong; menjadi hamba uang; menjadi
hamba seks; dan menjadi hamba setan. Manusia telah dicemari dosa dan
dirusak olehnya. Itulah gambaran dari kehidupan manusia berdosa dimulai
sejak kejatuhan Adam dan Hawa.
Manusia berdosa harus disucikan. Siapa yang sanggup menyucikan
manusia yang berdosa? Apakah manusia yang berdosa dapat menyucikan
dirinya sendiri? Siapa yang sanggup melakukan hal itu? Karena standar
Allah bagi manusia adalah kudus; sesungguhnya tidak ada satu manusia
pun dapat menyucikan dirinya sendiri. Yang berdosa tidak dapat disucikan
oleh yang berdosa. Manusia membutuhkan “Yang Kudus” dari Allah.
Siapakah yang kudus dari Allah? Alkitab berkata: Engkau adalah “Yang
Kudus dari Allah” (ay. 69). Jadi, hanya ada Satu Pribadi yang sanggup
melakukannya. Siapa? Dialah Anak Manusia. Dialah Yesus. Yesus adalah
Allah sejati dan Manusia sejati. Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat.
Hanya Allah yang dapat menyelesaikan masalah dosa manusia,
bukan manusia! Hanya Allah yang dapat menyucikan manusia yang
berdosa; dan itu telah dikerjakan oleh Anak-Nya Yang Tunggal, yaitu Yesus
Kristus, supaya setiap manusia yang sungguh-sungguh percaya dan
menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, pertama: dosanya
dihapuskan dan kedua: ia disucikan. Ia menjadi layak di hadapan Allah,
layak memuji dan memuliakan Allah; dan tidak binasa, melainkan beroleh
hidup yang kekal (Yoh. 3:16). Oleh karena itu, marilah kita hidup bersyukur
kepada Allah di dalam Kristus Yesus. Karena apa yang tidak dapat
dilakukan manusia, yaitu menyucikan dan menyelamatkan diri sendiri
(termasuk saya dan saudara), sudah dikerjakan dan diselesaikan oleh
Tuhan Yesus di atas KAYU SALIB. Tuhan Yesus telah mengerjakan segala
sesuatu yang besar bagi kita. Karena itu, bersyukurlah. Tetaplah taat dan
setia kepada-Nya sampai mati.
STUDI PRIBADI: Apakah manusia berdosa sanggup menyucikan dosanya sendiri? Jalan
apa yang Allah berikan agar manusia disucikan dan diselamatkan dari kuasa dosa?
Berdoalah bagi mereka yang telah mendengarkan Injil Tuhan agar Tuhan
sendiri memberikan pencerahan untuk mengerti kebenaran firman-Nya dan
menjadikan mereka orang percaya.
21
RABU
MEI 2014
“Demikianlah kata-Nya kepada mereka,
dan Iapun tinggal di Galilea.”
(Yohanes 7:9)
Bacaan hari ini: Yohanes 7:1-9
Bacaan setahun: Yohanes 7:1-29
WAKTU-KU BELUM TIBA
H
ari raya Pondok Daun (Tabernakel) merupakan salah satu hari raya
besar yang dirayakan oleh seluruh bangsa Yahudi; di mana mereka
akan berbondong-bondong menuju ke Kota Suci, Yerusalem untuk
beribadah kepada Allah (bnd. Ul.16:13). Bagi tiap orang Yahudi dewasa
yang tinggal dalam jarak 20 km dari Yerusalem diwajibkan secara hukum
untuk menghadiri hari raya tersebut. Namun bagi orang-orang Yahudi yang
taat, yang tinggal jauh di luar jarakpun akan dengan senang hati menghadiri
hari raya seperti itu. Hari raya ini akan berlangsung selama delapan hari.
Sebab itu tidak heran bila saudara-saudara Yesus mendesak agar Yesus
pergi ke Yerusalem, tetapi Yesus menjawabnya, “Waktu-Ku belum tiba.”
Kata “waktu” pada bagian ini menjadi sangat istimewa karena Kristus
tidak memakai kata “hora” seperti biasanya, tetapi memakai kata “kairos.”
Kata “hora” berarti waktu atau saat yang ditentukan berdasarkan hitungan
jam. Waktu yang tidak bisa diubah-ubah lagi dan juga tidak dapat dihindari
lagi karena sesuai jadwal. Namun kata “kairos” memiliki arti yang khusus
yaitu “kesempatan” atau “suatu momentum.” Ketika Yesus memakai kata
“kairos” dalam bagian ini, Ia tidak mengatakan bahwa waktu perayaan
belum tiba, melainkan momentum atau waktu yang tepat/kesempatan
untuk melakukan sesuatu yang Bapa kehendaki belum tiba, seperti yang
dinantikan-Nya.
Karena itu, melalui perikop ini kita dapat belajar bahwa tidak ada orang
yang dapat memaksa Tuhan Yesus; Ia bekerja menurut waktu Allah Bapa.
Saudara-saudara Yesus mendesak Yesus ke Yerusalem merupakan hal
yang penting, tetapi Tuhan Yesus tidak bertindak menurut saat dan waktu
manusia, melainkan waktu Allah Bapa sendiri. Ini menjadi pelajaran bagi
kita, bahwa sebagai umat-Nya kita harus belajar menunggu kebijakan
Allah; menunggu waktu-Nya. Hari ini, ketika kita menjalani hidup ini,
apakah kita sedang berjalan di dalam waktu Tuhan, ataukah kita berjalan
sesuai dengan ketidaksabaran kita? Berhenti sejenak dan belajarlah untuk
menantikan waktu Tuhan.
STUDI PRIBADI: Apakah perbedaan antara “hora” dengan “kairos”? Mengapa Tuhan Yesus
tidak terburu-buru mengikuti saran saudara-saudara-Nya untuk ke Yerusalem? Jelaskan!
Berdoa bagi jemaat yang sedang menantikan jawaban doa dan pertolongan
Tuhan, agar mereka tetap tekun dalam kebenaran dan senantiasa sabar di
dalam menantikan pertolongan Tuhan sesuai waktu-Nya.
22
KAMIS
MEI 2014
“Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia
dan Dialah yang mengutus Aku.”
(Yohanes 7:29)
Bacaan hari ini: Yohanes 7:25-29
Bacaan setahun: Yohanes 7:28-53
PENGAKUAN AKAN KRISTUS?
K
ehadiran Kristus di tengah kerumunan orang banyak dan mengajar
merupakan suatu tindakan yang sangat berani, padahal di antara
mereka ada banyak orang yang membenci dan menghendaki
kematian-Nya. Namun di sisi lain, kehadiran Kristus dengan pengajaranNya juga membuat orang yang mendengar-Nya berpikir, “Mungkinkah Dia
memang Mesias, orang yang dinobatkan (diurapi) Allah sendiri, sehingga
banyak orang selalu menanti-nantikan kehadiran dan pengajaran-Nya?
Pada ayat 28-29 yang sudah kita baca, Kristus hendak mengingatkan,
ada kesalahan persepsi (pandangan) tentang Mesias pada sebagian besar
orang Yahudi. Bagi orang Yahudi, Mesias dipercayai sebagai sosok (tokoh)
yang sedang tersembunyi, tetapi yang suatu saat akan datang dengan tibatiba, dan tak seorangpun di dunia ini yang tahu asal usul-Nnya. Padahal,
Yesus adalah tokoh yang mereka kenal asal usul-Nya, mereka mengenal
siapa orangtua-Nya, tempat tinggal-Nya, dan sebagainya. Kepercayaan
orang Yahudi tentang Mesias ini sangat kuat dipengaruhi oleh pemikiran
bahwa Allah hanya bisa ditemui melalui hal-hal yang ajaib saja. Sedangkan
Tuhan Yesus datang dan mengajarkan sesuatu yang kebalikannya. Allah
bisa hadir melalui hal-hal yang biasa dan sehari-hari, sehingga kita dapat
melihat-Nya setiap saat, karena Ia selalu hadir dalam dunia ini. Oleh sebab
itu, Yesus dengan tegas mengatakan bahwa Ia mengenal Allah yang
mengutus-Nya. Penyataan ini mengingatkan bahwa sebagai umat Allah
seharusnya diri kita semakin mengenal Allah yang telah mengasihi kita.
Sungguh sangat menyedihkan apabila semakin kita giat dalam berbagai
aktifitas rohani, tapi kita tidak lebih mengenal siapa Allah dalam hidup kita.
Mengenal Allah selalu dimulai dengan relasi yang baik dengan Allah melalui
diri Tuhan Yesus Kristus sendiri.
Hari ini, dengan segala pengalaman dan pergumulan yang telah kita
hadapi sebagai umat Allah, apakah hal-hal tersebut telah mempertemukan
diri kita pada Kristus, Sang Mesias dan membawa kita semakin mengenal
Allah yang benar di dalam Kristus?
STUDI PRIBADI: Dari mana sesungguhnya asul-usul Tuhan Yesus? Apa yang orang Yahudi
salah pahami tentang Yesus Kristus? Jelaskan!
Berdoalah bagi jemaat agar mereka memiliki relasi yang baik dengan Tuhan
dan semakin mengenal kehendak Tuhan dalam kehidupan mereka dari hari
lepas hari, sehingga hidup kita mengakui keberadaan Kristus.
23
JUMAT
MEI 2014
“Akupun tidak menghukum engkau.
Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”
(Yohanes 8:11)
Bacaan hari ini: Yohanes 8:1-11
Bacaan setahun: Yohanes 8:1-27
IRONI MANUSIA BERDOSA
K
isah perempuan berzinah dalam Yohanes 8 ini merupakan kisah
yang sangat menarik untuk disimak, karena kisah ini sesungguhnya
mencerminkan diri kita.
Dalam kisah ini diceritakan bahwa, orang Farisi dan ahli Taurat dengan
antusias menangkap seorang wanita yang telah berzinah, dan kemudian
segera mengeksploitasi/memanfaatkan wanita tersebut untuk mencobai
Tuhan Yesus (ay. 1-6a). Wow, sikap yang berani dari orang Farisi dan ahli
Taurat, seolah-olah mereka sedang mengerjakan dan menegakkan
kebenaran Allah. Namun sungguh ironis, tatkala Tuhan Yesus menantang
mereka dengan, “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia
yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu” (ay. 7). Kita pasti
tahu apa yang terjadi kemudian. Ternyata tidak satupun di antara mereka
berani melempar batu kepada perempuan itu. Dengan kata lain, dengan
tidak berani mereka melempar perempuan itu, berarti mereka menyadari
bahwa merekapun adalah orang berdosa. Inilah sebuah ironi dari manusia
berdosa. Betapa mudahnya mereka membenarkan diri sendiri dan mencari
kesalahan orang lain daripada menolong atau membantunya ke jalan yang
benar. Lebih ironi lagi adalah bagaimana mungkin mereka yang berdosa
menantang Tuhan yang tidak berdosa? Itulah ironi yang dilakukan oleh ahli
Taurat dan orang Farisi. Bagaimana dengan diri kita?
Ahli Taurat dan orang Farisi menjadi cerminan bagi kita hari ini, bahwa
kitapun mudah untuk melihat kesalahan orang lain, daripada menyadari
kesalahan diri kita sendiri; lebih mudah mempersalahkan Tuhan, daripada
introspeksi diri. Kita lebih memilih menutupi keberdosaan dan keburukan
diri kita dengan menampilkan sisi-sisi rohani secara lahiriah, atau menutupi
kekurangan kita dengan mengeksploitasi kelemahan orang lain, dengan
tujuan agar kelemahan kita tidak terlihat. Ahli Taurat dan orang Farisi pergi
tanpa pengampunan Tuhan, tapi wanita berdosa itu justru mendapatkan
anugerah Tuhan (ay. 11). Manakah yang Anda pillih? Pengampunan-Nya
atau keangkuhan diri kita?
STUDI PRIBADI: Apa yang membuat ahli Taurat dan orang Farisi merasa bahwa diri mereka
tidak berdosa ketika menangkap wanita yang berzinah dan mencobai Tuhan? Jelaskan!
Berdoalah bagi jemaat agar mereka dapat hidup dalam integritas yang baik
di hadapan Tuhan dan sesama, sehingga setiap perbuatan mereka benarbenar menunjukkan anugerah Tuhan yang bekerja dalam hidup mereka.
24
SABTU
MEI 2014
“Barangsiapa berasal dari Allah,
ia mendengarkan firman Allah…”
(Yohanes 8:47)
Bacaan hari ini: Yohanes 8:37-59
Bacaan setahun: Yohanes 8:28-59
PEMBENAHAN DIRI SENDIRI
A
da kalanya kita bertanya, “Mengapa orang Yahudi begitu sulit
menerima Tuhan Yesus sebagai Mesias, Anak Allah yang Hidup?”
Apakah ini disebabkan karena mereka tidak memiliki informasi
tentang Tuhan Yesus, atau ada faktor lain yang membuat mereka menolak
Dia? Dalam bacaan Alkitab kita hari ini, kita bisa menemukan beberapa
jawaban.
Pertama, status lahirah mereka sebagai keturunan Abraham. Orang
Yahudi sangat bangga terhadap status lahiriah mereka sebagai keturunan
Abraham. Status itu membedakan mereka dari bangsa-bangsa sekitarnya.
Namun ironisnya adalah, bahwa status lahiriah mereka tidak otomatis
membuat mereka hidup sama seperti Abraham. Tidakan mereka jauh dari
cara hidup Abraham. Itulah sebabnya Tuhan Yesus menegur mereka, jika
mereka mengaku sebagai keturunan Abraham, sepatutnya mereka hidup
sama seperti Abraham, sehingga mereka bisa mengenal kehendak Allah
dan tidak berusaha membunuh Tuhan Yesus (ay. 39-40).
Kedua, merasa lebih tahu firman Allah dan mengenal Allah. Tuhan
berkata pada mereka, “Barangsiapa berasal dari Allah, ia mendengarkan
firman Allah” (ay. 47). Perkataan Tuhan Yesus ini tentu membuat kita
bertanya, “Bukankah orang Yahudi sejak kecil telah diajar Taurat (firman
Allah)? Mengapa mereka tidak bisa mengenal Dia?” Dari perkataan Tuhan
Yesus menunjukkan bahwa orang Yahudi merasa lebih “tahu” firman Allah
dan “mengenal Allah” lebih benar dari Tuhan sendiri. Akibatnya, mereka
“tidak bisa mendengar firman kebenaran Tuhan Yesus, yang adalah firman
Allah sendiri” (ay. 46-47). Di sini kita belajar, ketika kita membanggakan
status diri (sebagai orang percaya/anak Tuhan) tanpa menghidupinya, dan
membanggakan penguasaan kita tentang firman Allah, tanpa memiliki
kerendah-hatian untuk terus belajar-diajar dan melakukannya dalam hidup
kita, maka kerohanian kita akan menjadi “tumpul,” dan kesombonganlah
yang menguasai hidup kita. Jika ini terjadi dalam hidup kita, sesungguhnya
kita tidak mengenal Dia dan kehendak-Nya.
STUDI PRIBADI: Apa yang membuat orang Yahudi sulit untuk mengenal Tuhan Yesus dan
mengakui-Nya sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup? Sebutkan beberapa alasannya!
Berdoalah bagi jemaat agar mereka tidak hanya sekadar bangga dengan
pengetahuan firman Tuhan yang mereka miliki, melainkan dengan rendah
hati mereka giat melakukannya.
25
MINGGU
MEI 2014
“Jawab Yesus: Bukan dia dan bukan juga orang tuanya,
tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah
harus dinyatakan di dalam dia.” (Yohanes 9:3)
Bacaan hari ini: Yohanes 9:1-23
Bacaan setahun: Yohanes 9:1-23
PEKERJAAN-PEKERJAAN ALLAH
D
iceritakan bahwa suatu kali ketika Tuhan Yesus sedang melintasi
sebuah jalan, para murid bertanya kepada-Nya tentang kondisi
seorang yang buta, dengan berkata: “Rabi, siapakah yang berbuat
dosa, orang ini sendiri atau orang lain, sehingga ia dilahirkan buta?” (ay. 2).
Mendengar pertanyaan mereka, Tuhan Yesus menjawab: “Bukan dia dan
bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus
dinyatakan di dalam dia” (ay. 3).
Jawaban Tuhan Yesus ini tentu mengejutkan mereka dan mungkin kita
pada hari ini. Jika sesuatu yang buruk menimpa kita atau anggota keluarga
kita, dan itu dikatakan sebagai “kehendak Allah,” apakah kita bisa
menerimanya? Tentu kita akan sulit menerimanya, jika kita tidak mengenal
dan mengakui kedaulatan-Nya dalam hidup kita.
Frase “pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia”
sesungguhnya menunjukkan pandangan teologis yang penting tentang
siapa Allah dan siapa kita, ciptaan-Nya. Frase ini mengajarkan kepada kita:
(1) bahwa Allah berdaulat atas milik-Nya dan memperlakukan apa yang
dikehendaki-Nya. Namun, Dia bukanlah Allah yang tanpa tujuan dan
“sembarangan” berkarya (bdk. Rm. 8:28, Ef.1:11). (2) Bukan Allah yang
harus bertanggung jawab terhadap kita, seolah-olah derajat kita adalah
lebih besar dari-Nya, tetapi kitalah yang bertanggung jawab kepada-Nya,
karena kita adalah milik-Nya. Jika kita dipakai untuk menyatakan pekerjaan
dan kehendak-Nya, sekalipun melaluui keadaan yang tidak baik dan tidak
menguntungkan, apakah kita percaya pada kasih karunia dan hikmat-Nya
yang tidak terbatas? Satu yang luar biasa adalah, orang buta ini menerima
keadaannya, bahkan kedua orangtuanya tidak kecewa terhadap anak yang
Allah karuniakan kepada mereka. Justru sebaliknya, melalui apa yang
nampak buruk itu (kebutaan), orang itu mengenal Sang Mesias dan kuasa
Allah yang dinyatakan di dalam Dia (ay. 37). Bagaimana dengan Anda?
Tunduklah pada kedaulatan pekerjaan-pekerjaan Allah dan percayalah
pada kasih karunia-Nya yang besar atas hidup kita.
STUDI PRIBADI: Apakah kedaulatan Allah dinyatakan tanpa pertimbangan dan hikmat-Nya
yang tak terbatas? Jelaskan dan berikan aplikasinya dalam hidup kita?
Berdoa bagi jemaat yang sedang menghadapi peristiwa buruk dan kondisikondisi hidup yang tidak menyenangkan agar mereka tetap bersandar pada
kedaulatan dan kasih karunia Allah yang besar.
26
SENIN
MEI 2014
“Katanya: Aku percaya, Tuhan!
Lalu ia sujud menyembah-Nya.”
(Yohanes 9:38)
Bacaan hari ini: Yohanes 9:24-41
Bacaan setahun: Yohanes 9:24-41
KESAKSIAN ORANG BUTA YANG DISEMBUHKAN
B
agian firman Tuhan ini adalah lanjutan dari renungan kemarin, yang
menceritakan peristiwa penyembuhan orang yang buta sejak lahir,
terutama memfokuskan pada peristiwa tanya jawab antara para
Farisi dan orang buta yang sudah sembuh tersebut. Para Farisi terlihat
sangat menggebu-gebu mengajukan beberapa pertanyaan seputar
penyembuhan orang buta tersebut, terutama dalam kaitannya dengan
Tuhan Yesus. Karena hal ini pula, orangtua dari orang buta tersebut tidak
berani ikut campur, karena takut dikucilkan. Tetapi lain sekali dengan sikap
orang buta yang sembuh itu, yang dapat menjadi pelajaran bagi kita.
Pertama, dia berani menyaksikan apa yang telah dia alami bersama
Tuhan Yesus. Setiap kali ditanya oleh para Farisi, orang buta yang sembuh
tersebut selalu menjawab dengan jujur dan tanpa rasa takut. Orang Farisi
bertanya bukan untuk mencari kebenaran, tetapi mencari celah agar dapat
menyalahkan Tuhan Yesus. Tetapi orang buta itu tetap berani menyaksikan
apa yang sesungguhnya dia alami bersama Tuhan Yesus sehingga
membuat orang-orang Farisi itu jengkel karena tidak bisa menemukan
kesalahan Tuhan Yesus.
Kedua, dia berani untuk menyaksikan imannya terhadap Tuhan Yesus.
Imannya makin bertumbuh, dibuktikan dengan pengenalannya yang makin
dalam dan benar akan diri Tuhan Yesus. Ketika Tuhan Yesus menemuinya
kembali dan menyatakan Diri-Nya dengan lebih jelas, dia menyatakan
penyembahannya kepada Tuhan Yesus (9:35-38). Tekanan dan himpitan
dari orang-orang Farisi yang memberikan pertanyaan tidak membuatnya
ragu untuk semakin mengenal Kristus.
Pelajaran dari orang buta yang sembuh ini mengingatkan kita agar
tetap teguh dalam iman pada Tuhan Yesus, terutama ketika kita mengalami
tekanan atau himpitan, yang datangnya dari orang lain bahkan orang dekat
dalam hidup (bahkan bisa saja datang dari anggota keluarga kita sendiri).
Tetapi, firman Tuhan ini mengingatkan kita agar iman kita makin teguh dan
bertumbuh di dalam himpitan dan tekanan tersebut.
STUDI PRIBADI: Apa buktinya bahwa iman orang buta yang sembuh tersebut makin teguh
dan bertumbuh di dalam Tuhan Yesus? Sebutkan alasannya!
Berdoalah agar jemaat Tuhan tetap teguh dalam iman kepada Tuhan Yesus
walaupun menghadapi penolakan dari orang lain ataupun berada dalam
situasi yang sulit. Mereka menantikan pertolongan tangan Tuhan.
27
SELASA
MEI 2014
“Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup,
dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.”
(Yohanes 10:10)
Bacaan hari ini: Yohanes 10:1-23
Bacaan setahun: Yohanes 10:1-23
HIDUP YANG BERKELIMPAHAN
K
alimat Tuhan Yesus dalam Yohanes 10:10 ini mempunyai pengertian
sangat mendalam, lebih dari sekadar “kelimpahan” yang dimengerti
dunia ini, yang bersifat materi dan harta semata. Apa sebenarnya
pengertian dari hidup yang berkelimpahan berdasarkan firman Tuhan ini?
Pertama, yang harus diperhatikan adalah, hidup yang berkelimpahan
ini hanya ditemukan di dalam Tuhan Yesus, Sang Gembala yang Baik itu.
Luar biasanya adalah, Tuhan Yesus mengorbankan diri-Nya bagi kita agar
kita yang percaya mendapatkan hidup tersebut. Jadi ini bukanlah sekadar
pemberian, tapi ada unsur pengorbanan Tuhan Yesus di sana. Oleh karena
itu, Tuhan Yesus menyebut diri-Nya sebagai Gembala yang baik karena Dia
rela memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya. Pertanyaannya,
apakah kita sudah menerima Tuhan Yesus, Gembala yang baik itu?
Kedua, hidup yang berkelimpahan, adalah hidup yang memiliki relasi
dalam Tuhan Yesus. Karena Tuhan Yesus adalah sumber hidup kita, maka
kita akan mendapatkan hidup yang sesungguhnya. Di dalam Dia, kita akan
mendapatkan kehidupan sejati, yang Tuhan sediakan sebagai Pencipta
kita. Jadi kelimpahan tidak berarti hidup yang dipenuhi dengan kekayaan
harta dan materi. Tetapi hidup yang berkelimpahan adalah hidup yang ada
di dalam Tuhan dan di dalam kehendak dan pimpinan Tuhan, sebagaimana
Dia kehendaki sebagai Pencipta kita. Karena Dia adalah Tuhan, maka kita
yang percaya akan Dia, akan mendapatkan hidup yang penuh, yang utuh,
dan juga yang melimpah dan bermakna karena kita ada di dalam Sumber
hidup itu sendiri.
Jika kita telah mengetahui bahwa hidup yang berkelimpahan ada di
dalam Tuhan Yesus, maka mari kita yang telah menerima Dia hidup dalam
relasi yang benar dengan Dia. Kita mencari dan melakukan kehendak-Nya
sebagaimana yang dinyatakan dalam firman Tuhan. Kita memelihara relasi
yang dekat dengan Dia dalam doa dan juga waktu teduh, setiap hari. Kita
memberi diri kita untuk makin dibentuk oleh Tuhan sehingga dapat makin
serupa dengan Tuhan Yesus.
STUDI PRIBADI: Apa yang selama ini Anda pikirkan tentang “hidup yang berkelimpahan”?
Apa arti “hidup yang berkelimpahan” di dalam Tuhan Yesus?
Berdoalah bagi jemaat agar Tuhan menolong kita untuk menjaga relasi dan
kehidupan yang dekat dengan Tuhan dan firman-Nya, sehingga senantiasa
kita boleh dekat dengan rencana dan kehendak-Nya.
28
RABU
MEI 2014
“Dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka
dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya
dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.”
(Yohanes 10:28)
Bacaan hari ini: Yohanes 10:24-42
Bacaan setahun: Yohanes 10:24-42
HIDUP KEKAL DI DALAM TUHAN YESUS
“HIDUP KEKAL” adalah satu istilah yang seringkali kita dengar, bahkan
katakan sebagai orang Kristen yang percaya kepada Tuhan Yesus. Tetapi
apa maksudnya? Arti yang paling sederhana yang sering kita dengar dan
mengerti adalah hidup yang tidak akan binasa selamanya, atau hidup di
surga setelah kematian. Tidak ada yang salah dengan itu, tetapi hidup kekal
mempunyai pengertian yang lebih dalam dari itu.
Dari bagian firman Tuhan ini kita akan belajar pengertian tentang hidup
kekal. Pertama, hidup kekal ada di dalam relasi dengan Tuhan Yesus dan
Bapa. Hidup kekal bukan hanya diberikan Tuhan Yesus kepada mereka
yang percaya kepada-Nya, bukan juga hanya sebuah kondisi dimana
mereka tidak akan binasa selamanya. Hidup kekal adalah hidup karena
adanya relasi antara orang percaya dengan Tuhan Yesus dan Bapa. Ini
ditunjukkan dengan beberapa kalimat, seperti “seorangpun tidak akan
merebut mereka dari tangan-Ku” dan “Aku mengenal mereka dan mereka
mengikut Aku.” Atau ayat di Yohanes 17:3 yang berbunyi “Inilah hidup yang
kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang
benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” Hidup yang
kekal adalah sebuah relasi kita, orang percaya, dengan Allah dalam Tuhan
Yesus. Relasi ini bersifat “kuat” dalam arti relasi yang tidak terputus, bukan
karena kita, tetapi karena Tuhan sendiri.
Kedua, hidup kekal dihidupi dengan mendengarkan suara Tuhan dan
mengikut Dia. Hidup kekal bukan persoalan “nanti di surga,” tetapi sudah
dimulai sekarang di dunia ini, yaitu ketika kita ada di dalam Tuhan Yesus.
Ingat! Hidup kekal adalah relasi dengan Tuhan. Sehingga hal itu ditandai
dengan hidup yang mengikut Tuhan dan mendengarkan suara-Nya, dalam
arti mengikuti kehendak-Nya. Tuhan Yesus mengumpamakannya dengan
gambaran domba yang mengikuti gembalanya, sehingga adalah ironi jika
seseorang mengaku sebagai pengikut Kristus, tetapi hidupnya tidaklah
seturut dengan kehendak-Nya.
STUDI PRIBADI: Apa artinya hidup kekal di dalam Tuhan Yesus? Bagaimana seharusnya
sikap orang yang telah memiliki hidup kekal di dalam Yesus?
Berdoa agar jemaat diberikan pertolongan Tuhan untuk setia menjaga relasi
dengan Tuhan dalam doa, membaca firman Tuhan, dan beribadah kepadaNya, sehingga semakin mengenak kehendak-Nya.
29
KAMIS
MEI 2014
“…Penyakit itu tidak akan membawa kematian,
tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah,
sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.”
(Yohanes 11:4)
Bacaan hari ini: Yohanes 11:1-29
Bacaan setahun: Yohanes 11:1-29
DERITA YANG MEMBAWA KEMULIAAN ALLAH
K
etika Lazarus masih sakit, Maria dan Marta memohon dan berharap
Yesus akan datang dan menyembuhkan saudaranya. Namun justru
Yesus dengan sengaja tidak segera datang untuk menyembuhkan,
bahkan membiarkan Lazarus mati selama 4 hari. Maria dan Marta merasa
kecewa, mengapa Yesus terlambat datang sehingga Lazarus tidak
tertolong (ay.21, 32). Mengapa Yesus membiarkan kesusahan yang lebih
besar bagi mereka? Ternyata Yesus mempunyai tujuan:
(1) Agar Anak Allah dimuliakan (ay. 4). Memang untuk menyembuhkan
Lazarus tidak sulit bagi Yesus dan banyak orang sudah menyaksikannya.
Membangkitkan orang yang baru mati juga sudah pernah Yesus lakukan
(Luk.7:11-17; 8:49-56). Namun kali ini, dengan membangkitkan Lazarus
yang sudah 4 hari mati, banyak orang akan melihat kemuliaan Allah, kuasa
dan karya Allah yang luar biasa dan mereka menjadi percaya kepada Yesus
(ay.45). (2) Agar iman murid-murid Yesus makin diteguhkan (ay.15). Yesus
berkata: “syukurlah” (bersukacita), karena melalui kematian Lazarus ini
iman murid-murid-Nya makin dikuatkan (“belajar percaya”). (3) Yesus ingin
mengajarkan bahwa: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya
kepada-Ku, ia akan hidup (secara rohani) walaupun ia sudah mati (secara
jasmani), dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak
akan mati selama-lamanya” (ay. 25-26). Satu jaminan yang pasti, bahwa
Yesus dengan kuasa-Nya akan membangkitkan setiap orang yang percaya
kepada-Nya dan Yesus akan memberikan hidup kekal selamanya di sorga.
Ketika kesulitan dan penderitaan yang terasa begitu berat menimpa
kita, sadar atau tidak, kita mengeluh kepada Tuhan: “Mengapa ini semua
Tuhan ijinkan terjadi, padahal aku sudah setia mengikut Tuhan?” Marilah
kita diam sejenak dan belajar mengerti bahwa Tuhan punya maksud yang
indah. Tuhan pasti ingin mengajarkan sesuatu melalui permasalahan kita.
Ketika kita berhasil melewati pergumulan tersebut dan melihat bagaimana
karya Tuhan menolong kita, kita akan belajar untuk semakin percaya dan
bersandar pada Tuhan.
STUDI PRIBADI: Apa yang menyebabkan kita seringkali mengeluh dan mengapa kita tidak
dapat mengerti maksud Tuhan dalam pergumulan yang sedang kita hadapi?
Berdoalah agar setiap kita mau belajar peka untuk mengerti maksud Tuhan
di balik penderitaan yang kita alami. Berdoalah agar kita mampu melewati
tiap pergumulan bersama dengan Tuhan.
30
JUMAT
MEI 2014
“Karena itu Yesus tidak tampil lagi di muka umum
di antara orang-orang Yahudi…”
(Yohanes 11:54)
Bacaan hari ini: Yohanes 11:45-47
Bacaan setahun: Yohanes 11:30-57
ALLAH BERKARYA MENURUT WAKTU-NYA
Y
ang menarik dari catatan Yohanes tentang kesepakatan para imam
dan ahli Taurat untuk membunuh Yesus dalam perikop ini adalah,
bahwa Tuhan berkarya menurut waktu-Nya. Yohanes mencatat,
bahwa sejak kesepakatan itu dibuat, maka Yesus tidak tampil lagi di muka
umum (ay. 54). Mengapa demikian? Apakah Yesus takut terhadap mereka?
Apakah Yesus juga takut terhadap kematian? Jawabannya jelas, tidak!
Jika Yesus takut terhadap mereka, Ia tidak akan menegur mereka,
atau memberikan kritikan yang keras dan tajam tentang kehidupan saleh
yang mereka kerjakan. Demikian pula, apabila Yesus menyingkir dari publik
karena Ia takut terhadap ancaman pembunuhan yang mereka rencanakan,
maka tidaklah mungkin Ia membiarkan diri-Nya ditangkap dan diadili oleh
mereka. Sebaliknya, Ia akan bersembunyi dan tidak lagi menampakkan
diri-Nya di depan orang banyak di Yerusalem.
Maka di sini kita melihat, bahwa Tuhan Yesus sengaja tidak tampil lagi
di muka umum karena waktu-Nya belum tiba. Allah bekerja tidak dengan
serampangan. Ia bekerja menurut waktu-Nya. Itulah sebabnya, untuk
sementara waktu Tuhan Yesus tidak menunjukkan diri-Nya di depan umum,
tetapi ingin mempersiapkan para murid-Nya untuk menghadapi situasi sulit
dimana mereka akan melihat sang Guru yang mereka ikuti, akan
mengalami penderitaan dan mati di atas kayu salib. Maka jika kita
menelusuri pasal-pasal berikutnya dalam catatan Injil Rasul Yohanes, kita
akan menemukan bahwa banyak waktu yang dihabiskan oleh Tuhan Yesus
bersama dengan para murid-Nya.
Dari kisah ini, kita dapat belajar bahwa Tuhan berkarya menurut waktuNya. Itu berarti, bagaimanapun usaha manusia untuk mencapai tujuannya,
jika belum tiba waktu-Nya atau kehendak-Nya dinyatakan bagi kita, maka
kita harus belajar bersabar menunggu waktu-Nya. Jika Yesus yang adalah
Tuhan dan Juruselamat kita berkarya menurut waktu-Nya, maka kitapun
harus mengikuti jejak-Nya. Belajarlah bersabar dan tekun dalam segala
sesuatu menurut kehendak dan waktu-Nya Tuhan.
STUDI PRIBADI: Mengapa Tuhan menyingkir dari masyarakat umum ketika mendengar,
bahwa Ia akan dibunuh? Apakah Dia takut atau Dia memiliki rencana yang lain? Jelaskan!
Berdoalah bagi jemaat yang sedang menantikan pertolongan tangan Tuhan,
agar mereka belajar bersabar dan bertekun dalam menantikan waktu dan
kehendak Tuhan dinyatakan dalam hidup mereka.
31
SABTU
MEI 2014
“Lalu imam-imam kepala bermupakat
untuk membunuh Lazarus juga.”
(Yohanes 12:10)
Bacaan hari ini: Yohanes 12:9-11
Bacaan setahun: Yohanes 12:1-26
ANCAMAN TERHADAP LAZARUS
U
saha para imam untuk membunuh Yesus tidaklah semulus yang
mereka harapkan, sebab memang belum tiba waktu-Nya Tuhan
untuk disalib. Namun, karena sejak semula kebencian telah
membakar hati mereka terhadap Tuhan Yesus, maka ancaman
pembunuhan tidak saja ditujukan kepada Tuhan Yesus, tetapi juga kepada
Lazarus. Mengapa mereka juga berkeinginan untuk membunuh Lazarus?
Rasul Yohanes mencatat dalam Injilnya, bahwa ternyata Lazarus tidak
tinggal diam, setelah paska ia dibangkitkan Tuhan Yesus dari kematiannya.
Sebaliknya dengan berani, ia bersaksi tentang Tuhan Yesus, bahwa Ia
adalah Mesias yang dijanjikan, dan banyak orang Yahudi menjadi percaya
kepada-Nya (ay. 11). Kisah ini tentu saja mengingatkan kepada kita:
Pertama, siapapun yang membenci Tuhan Yesus, mereka juga akan
membenci kita sebagai pengikut-Nya, sebab kita menyaksikan kebenaran
tentang Tuhan Yesus dan karya keselamatan di dalam Dia. Kita akan
menghadapi ancaman dan kebencian mereka yang membenci kebenaran
Tuhan.
Kedua, kita tidak perlu berkecil hati dan gentar terhadap ancamanancaman seperti itu, sama seperti Lazarus yang tidak takut terhadap
ancaman para imam-iman kepala yang berusaha membunuhnya karena
Kristus. Sebaliknya, Lazarus tetap bersaksi, karena ia telah melihat dan
mengalami kebenaran kuasa Allah di dalam Tuhan Yesus, bahwa ia yang
dahulu mati, telah dibangkitkan-Nya. Maka kematian bukanlah sesuatu
yang menakutkan lagi baginya, sebab Tuhan Yesus berkuasa atas maut.
Jika ia harus mati, bukankah Tuhan Yesus sanggup memberikannya
kehidupan kembali? (Mat. 16:25). Karena itu, janganlah kecil hati terhadap
berbagai ancaman yang mengancam iman kita, karena Tuhan Yesus
berkuasa atas hidup dan matinya diri kita. Sebaliknya, jika kita tidak setia
hanya karena persoalan-persoalan kecil yang menimpa kita, bagaimana
mungkin kita akan bertahan dan tetap setia kepada-Nya, ketika nyawa
yang menjadi taruhannya? Marilah kita belajar dari kehidupan Lazarus.
STUDI PRIBADI: Mengapa Lazarus berani memberitakan kabar baik tentang Yesus Kristus
kepada orang Yahudi? Sebutkan alasanya!
Berdoalah bagi orang Kristen yang sedang menghadapi situasi buruk, yang
mungkin mengancam hidup mereka karena iman dan kesetiaan mereka
kepada Tuhan Yesus, agar mereka dikuatkan dalam segala hal.
Catatan...
“Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.” (Yohanes 3:30)
© Burl Hays
Download