| 217 | 二零 BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 217 | MEI 2014 “Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka.” — Ibrani 13:7 Saran-saran Praktis Bersaat Teduh PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible! PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab. Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut: Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit. Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda. Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan Tuhan. Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga paham benar, kemudian renungkanlah. Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu. Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan) PERSPEKTIF www.gkagloria.or.id Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272 Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282 Email: [email protected] Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777 a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria Penulis edisi 217: Alfred Jobeanto, Andree Kho, Bambang Alim, Elok Chrisinar, Frengky Yohanes A., Ie David, Hendry Heryanto, Herty Togatorop, Johannes Aurelius, Liem Sien Liong, Musa Akbar HIM., Otniol H. Seba, Rohani, Sahala Marpaung Penerjemah: Tertiusanto EDITORIAL Amanat Agung Yesus S etelah kebangkitan-Nya, Tuhan Yesus tidak meninggalkan para murid-Nya sendiri, melainkan berulang kali Ia mengajar mereka tentang Kerajaan Allah. Mengapa Ia melakukannya? Tentu banyak dugaan yang kita bisa berikan, tapi yang jelas adalah Tuhan Yesus ingin meneguhkan mereka tentang suatu karya yang lebih besar, bukan sekadar pemulihan Kerajaan Israel, tetapi pelebaran Kerajaan Allah (Kis. 1:1-8). Bahkan sebelum Yesus naik ke surga, Ia sekali lagi mempertegas akan hal ini. Matius mencatat demikian: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat. 28:19-20). Markus mencatatkannya: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk...” (Mrk. 16:15). Demikian pula Lukas mencatatkan: “...dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem” (Luk. 24:47). Demikian pula: “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kis. 1:8). Apa yang kita dapat tangkap tentang semua catatan ini? Tuhan Yesus menghendaki agar kita fokus pada apa yang menjadi misi Kerajaan Allah di muka bumi ini, dan bukan sekadar pada “menatap Dia yang naik ke surga” (Kis. 1:11). Keindahan teologis tentang terangkat-Nya Yesus ke surga tentu memberikan penghiburan bagi umat Tuhan, tetapi janganlah kita lupa, atau bahkan mengabaikan apa yang menjadi amanat agung Tuhan sebelum kenaikan-Nya ke surga. Maka ketika kita memperingati hari kenaikan Tuhan Yesus ke surga, kiranya mata hati kita tidak terpana hanya pada kenaikan-Nya ke surga saja, seperti yang dilakukan para murid, tetapi pada amanat yang telah Ia berikan, karena itulah kehendak Tuhan Yesus. Kiranya kita tidak hanya mencurahkan tenaga dan pikiran kita untuk memahami signifikansi kenaikan Tuhan Yesus ke surga, tetapi juga mencurahkan pikiran dan tenaga kita bagi penggenapan amanat agung yang Tuhan berikan kepada kita, sebab Tuhan yang memberi perintah itu adalah “Penguasa langit dan bumi, yang menyertai kita sampai akhir zaman.” Dan tujuan penyertaan-Nya adalah agar kita mengerjakan amanat agung-Nya sampai akhir zaman. Sudahkah kita mengerjakannya? Marilah kita bersatu dan berjuang bagi amanat yang Tuhan Yesus telah berikan kepada kita, untuk memperluas Kerajaan Allah di muka bumi ini, agar setiap lidah mengaku, dan setiap lutut bertelut, mengakui dan menyembah, bahwa Yesus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah Bapa kita. Amin. 01 KAMIS MEI 2014 “Pada siang hari Yesus mengajar di Bait Allah dan pada malam hari Ia keluar dan bermalam di gunung yang bernama Bukit Zaitun.” (Lukas 21:37) Bacaan hari ini: Lukas 21:37-38 Bacaan setahun: Lukas 21:20-38 PRIORITAS HIDUP TUHAN YESUS A da orang yang mengamati pola hidup manusia modern dan menemukan rumusan yang aneh seperti ini: They play when they worship, they worship when they work, and they work when they play. Ketika beribadah, mereka melakukannya sambil lewat seperti sedang bermain saja. Ketika mereka bekerja, mereka bekerja dengan keseriusan seolah sedang beribadah. Dan ketika mereka bermain, mereka bermain dengan semangat seolah sedang bekerja. Apabila ini adalah fakta, maka ini menunjukkan betapa prioritas kehidupan manusia sudah terbalik-balik. Tapi tidak demikian dengan Tuhan Yesus. Siang hari, adalah waktunya Tuhan untuk mengajar, dan Dia mengajar secara terbuka di Bait Allah. Dia bukan penyesat yang mengindoktrinasi orang melalui pelatihan-pelatihan tersembunyi, melainkan mengajar di depan semua orang untuk dinilai. Dia mengajar di tempat yang paling sakral menurut kepercayaan orang Yahudi; di Bait Allah. Di awal penulisannya, Lukas juga mencatat tentang Tuhan yang terhilang ketika Dia dibawa ke Yerusalem pada saat berumur 12 tahun. Ketika ditemukan, Dia menjawab: “Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapaku?” (Luk. 2:49). Merupakan kesukacitaan besar bagi Tuhan untuk berada di Bait Allah dan mengajar rahasia tentang Kerajaan Allah dan kebenaran Allah, menerangi hati dan pikiran orang untuk mengertinya. Hari ini, jika ada seorang pengkotbah mendapat kesempatan untuk berkotbah di sebuah gereja besar atau gereja yang sangat terkenal, maka sudah hampir dipastikan setelah berkotbah, dia akan diistirahatkan di sebuah hotel berbintang sebagai tanda terima kasih atas pelayanannya. Tapi Tuhan tidak membutuhkan hal itu. Walaupun saat itu belum ada hotel mewah dengan klasifikasi bintang, bisa saja Tuhan menginap di rumah seseorang yang lebih baik kondisinya. Namun itu pun tidak dilakukan-Nya, karena bagi Tuhan, ada hal yang lebih penting untuk dilakukan. Bukit Zaitun, itulah tempat kesukaan-Nya untuk menghabiskan malam hari dengan berdoa dan bersekutu dengan Allah Bapa. STUDI PRIBADI: Bagaimana Tuhan Yesus melakukan pelayanan-Nya? Apa yang menjadi tempat kesukaan dan priotitas-Nya? Berdoalah bagi jemaat agar mereka memiliki prioritas dalam hidup yaitu bersekutu dengan Tuhan dan hidup bagi kemuliaan-Nya, sehingga nama Tuhan dipermuliakan melalui hidup mereka. 02 JUMAT MEI 2014 “Lalu pergilah Yudas kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah dan berunding dengan mereka, bagaimana ia dapat menyerahkan Yesus kepada mereka.” (Lukas 22:4) Bacaan hari ini: Lukas 22:1-6 Bacaan setahun: Lukas 22:1-20 PRIORITAS MUSUH P ada saat Anak Allah menjalani prioritas hidup-Nya untuk melayani dan bersekutu dengan Allah, Iblis pun sedang terus menjalankan prioritasnya yaitu merusak, menghadang rencana dan pekerjaanNya. Permusuhan Anak Allah dengan Iblis memang tidak bisa dihindari sebab ini adalah permusuhan antara Allah yang benar dengan Iblis yang adalah sumber kejahatan. Perbedaan natur seperti itu menempatkan Allah dan Iblis pada posisi berseberangan. Allah memang tahu apa yang akan Dia lakukan terhadap musuh-Nya ini, tetapi Iblis tidak memahami rahasia tersebut. Maka yang dia bisa lakukan adalah beroposisi dengan Anak Allah melalui segala cara yang dia bisa pikirkan. Kita membaca di dalam Alkitab, suatu fakta yang menggentarkan hati; bahwa sebagaimana Allah memakai manusia untuk menjadi rekan kerjaNya, demikian pula Iblis. Dia memakai manusia untuk merusak rencana Allah. Iblis memakai manusia untuk membunuh Anak Allah, dan yang dipakainya, bukanlah penjahat atau perampok, tetapi justru orang-orang yang memakai jubah orang saleh, para pemimpin agama Yahudi, bahkan salah seorang murid Tuhan sendiri. Tuhan pernah terang-terangan membuka status rohani mereka, menyatakan bahwa mereka adalah anak-anak Iblis (Yoh. 8:44), kata-Nya tentang Yudas Iskariot (Yoh. 6:70-71). Sejak semula Tuhan memang tahu siapa mereka, termasuk Yudas yang mendampingi-Nya selama tiga setengah tahun. Fakta tersebut merupakan fakta yang menggentarkan hati, dan seharusnya menjadi peringatan yang sangat serius bagi setiap pembaca Injil, bahwa Iblis suka memakai orang-orang yang berstatus pemimpin agama, bahkan orang yang paling dekat bergaul dengan Tuhan, yaitu orang yang disebut sebagai murid-Nya sendiri. Pengkhianat lebih menakutkan daripada musuh yang jelas! Karena istilah pengkhianat ini menyiratkan orang-orang yang menjadi musuh dalam selimut. Apabila para imam, ahli Taurat, bahkan murid Tuhan bisa menjadi rekan kerja Iblis hari itu, biarlah fakta tersebut menjadi peringatan keras buat setiap kita! STUDI PRIBADI: Apa prioritas Iblis dalam setiap aktivitas dirinya? Siapa saja yang dapat dipakainya untuk merusak pekerjaan Allah? Berdoalah bagi setiap hamba Tuhan, majelis gereja, para aktivis agar hidup bergaul dengan Tuhan dan tidak mengikuti hawa nafsu dalam setiap langkah hidup mereka, sehingga tidak terjerat tipu daya Iblis. 03 SABTU MEI 2014 “Ya Bapaku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” (Lukas 22:42) Bacaan hari ini: Lukas 22:39-46 Bacaan setahun: Lukas 22:21-46 DREAD OF JESUS M asing-masing penulis kitab Injil memiliki tujuan penulisan atau penekanan penulisan yang berbeda. Matius menggambarkan Yesus sebagai Raja Israel; Markus, Hamba Allah; dan Lukas menekankan atau menggambarkan Yesus sebagai Manusia Sejati tanpa mengabaikan keilahian Yesus. Salah satu penggambaran bahwa Yesus adalah manusia dan Allah sejati adalah melalui pergumulan-Nya di taman Getsemani. Dalam doa-Nya kepada Bapa di surga, Tuhan Yesus berdoa sangat ketakutan sehingga keringat-Nya menjadi seperti titik-titik darah (ay. 44). Kata ketakutan dalam ayat ini bukan menggunakan kata “fear,” tetapi kata “agony” yang bisa diterjemahkan “penderitaan yang mendalam.” Artinya, ketika Yesus berdoa, Dia merasakan penderitaan yang mendalam; karena apa? Sesungguhnya, ini bukan penderitaan atau ketakutan karena siksaan fisik, penghakiman dan penghukuman yang Yesus tahu akan Dia rasakan. Sebaliknya, ketakutan Yesus (Dread of Jesus) dikarenakan keterpisahanNya dari Bapa di surga ketika Yesus mati di kayu salib. Kematian oleh karena dosa manusia yang ditanggung-Nya membuat-Nya terpisah dari Bapa-Nya yang suci. “Eloi, Eloi lama sabakhtani” adalah teriakan ketakutan Yesus akan keterpisahan sementara dari Bapa-Nya. Sebagai manusia sejati, Yesus merasakan penderitaan yang dalam ketika Dia akan terpisah dari Bapa-Nya, sehingga Dia mengatakan, “jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku.” Namun meskipun merasa takut dan begitu menderita, Yesus tetap menyerahkan semuanya ke dalam kehendak Bapa (ay. 42). Meski sedemikian menderita, Yesus tetap mau melaksanakan kehendak Bapa, demi kasih-Nya kepada manusia berdosa. Penderitaan yang Yesus alami adalah untuk kita; titik-titik darah yang mengalir adalah karena kita, karena kita umat-Nya yang dikasihi-Nya. Bagaimana dengan sikap kita kepada Dia? Jika Dia mau mengasihi kita sedemikian rupa, masihkah kita akan berlaku tidak setia atau malas/cuek untuk mengucap syukur dalam segala hal? Janganlah kita hidup dalam dosa lagi, melainkan hidup bagi kemuliaan-Nya. STUDI PRIBADI: Apa arti dread of Jesus, dan mengapa Dia rela terpisah dari Bapa di surga? Berdoa agar setiap umat Tuhan mengingat kembali bagaimana Tuhan Yesus begitu menderita karena dosa yang ditanggung-Nya, sehingga kita berusaha untuk tidak melakukan perbuatan dosa, dalam keseharian kita. 04 MINGGU MEI 2014 “Mulai sekarang Anak Manusia sudah duduk di sebelah kanan AllahYang Mahakuasa.” (Lukas 22:69) Bacaan hari ini: Lukas 22:47-71 Bacaan setahun: Lukas 22: THE DREAD IS OVER P enderitaan dan ketakutan di Getsemani telah berakhir, kini Yesus menghadapi para musuh-Nya dengan keberanian dan kekuatan dari Allah Bapa. Dia membiarkan diri-Nya dituntun ke Istana Imam Besar. Pembuktian akan kasih-Nya pada dunia akan berlangsung, siksaansiksaan akan Dia hadapi tanpa ketakutan. Namun sebaliknya, pembuktian akan kasih murid-murid-Nya akan dipertanyakan. Dalam keseluruhan pasal 22, kita bisa melihat bagaimana sikap murid-murid Yesus menjelang kematian-Nya. Yudas yang dengan jelas-jelas mengkhianati Tuhan dengan ciumannya (ay. 47); juga Petrus yang dengan sikap heroiknya, mengambil pedang dan memenggal telinga seorang hamba Imam besar (ay. 50; bnd. Yoh. 18:10). Setelah Yesus ditangkap, di mana murid-murid-Nya? Di mana Petrus yang heroik itu, alih-alih dia mendampingi Yesus di pengadilan, dia memilih melihat-Nya dari jauh. Bukan hanya itu, tepat seperti yang Yesus katakan; sebelum ayam berkokok Petrus telah menyangkal-Nya tiga kali. Itukah bukti kasih murid-murid kepada sang Guru? Meski demikian, Tuhan Yesus menjalaninya dengan kesabaran yang sempurna, olok-olokan orang tidak membuat diri-Nya marah (ay. 63-65). Pertanyaan yang memojokkan dijawab-Nya dengan kelemahlembutan (ay. 67-70). Dia bertahan untuk melakukan kehendak Bapa-Nya, karena keterpisahan-Nya yang sementara dari Bapa akan membawa-Nya kepada kebersamaan selama-lamanya dengan Bapa (ay. 69). Yesus duduk di sebelah kanan Allah Bapa untuk mempersiapkan tempat bagi orang yang berespon atas penderitaan-Nya. Bagaimana dengan Anda? Sudahkah Anda berespon atas penderitaan dan kematian Yesus dengan percaya sepenuhnya pada Dia, menerima Dia sebagai Juruselamat pribadi dan hidup menyenangkan hati-Nya? Marilah kita mensyukuri segala sesuatu yang Tuhan Yesus telah lakukan bagi keselamatan kita dengan cara hidup mengerjakan kehendak-Nya dan menjadi saksi-Nya di manapun kita berada, sehingga nama Tuhan dipermuliakan melalui kehidupan kita. STUDI PRIBADI: Apakah bukti kasih Yesus kepada Anda dan apa bukti kasih Anda kepada Yesus? Berdoalah agar setiap kita mampu membuktikan kasih kita kepada Tuhan dengan melakukan kehendak-Nya; dan berdoa agar semakin banyak orang mau membuka hatinya menerima Yesus sebagai juruselamat. 05 SENIN MEI 2014 “Dan pada hari itu juga bersahabatlah Herodes dan Pilatus; sebelum itu mereka bermusuhan.” (Lukas 23:12) Bacaan hari ini: Lukas 23:1-25 Bacaan setahun: Lukas 23:1-25 PEMIMPIN YANG TIDAK KREDIBEL S ebelum disalibkan, Tuhan Yesus menjalani proses peradilan yang dilakukan oleh para pemimpin agama Yahudi, raja Yahudi (Herodes) dan wali negeri Yahudi (Pilatus). Kisah peradilan terhadap diri Yesus dicatat demikian gamblang dan cukup lengkap dalam Injil Lukas. Dunia pengadilan yang seharusnya menjunjung tinggi dan menegakkan keadilan justru mempermainkan keadilan. Mengapa? Karena pemimpin yang tidak kredibel yang melanda hampir semua pemimpin. Para pemimpin agama Yahudi yang harusnya memahami kebenaran dan keadilan kepercayaan agamanya, yang notabene diwahyukan Tuhan sendiri dalam Perjanjian Lama, ternyata telah menjadi pembenaran diri untuk menyingkirkan, bahkan memusnahkan siapapun yang berlawanan dengan dirinya. Mereka bukannya bersikap mawas diri dan mengevaluasi pemahaman kepercayaannya berdasarkan kebenaran firman, tapi dengan dipenuhi iri hati dan ketakutan akan banyaknya umat yang mengikut Yesus, maka satu-satunya jalan adalah memusnahkan Dia yang bernama Yesus. Ironis sekali!!! Herodes sebagai raja Yahudi yang seharusnya memiliki kekuasaan untuk mengendalikan keadilan bagi rakyatnya, ternyata tidak mengerjakan tugas itu dengan penuh tanggung jawab. Malahan dia hanya bermain-main dengan keinginan dirinya untuk melihat Yesus dan mujizat-Nya. Hal ini menunjukkan kualitas dirinya, yang membeli jabatan raja dari kekaisaran Romawi, yaitu raja boneka. Memalukan sekali pemimpin yang demikian. Pontius Pilatus sebagai wali negeri Yahudi, yang sebenarnya memiliki kekuasaan lebih besar dibandingkan Herodes dan pemimpin agama Yahudi, memang telah mencoba melakukan peradilan dengan baik, dan tidak menemukan kesalahan apapun seperti yang dituduhkan. Dia ingin melepaskan Yesus, namun dia takut atas tuduhan agamawan Yahudi yang memojokkannya, sehingga dia cuci tangan seolah tidak mau bertanggungjawab atas darah Yesus. Menyedihkan sekali jika ada pemimpin yang kerdil hatinya. STUDI PRIBADI: Bagaimana sikap para pemimpin Romawi dan Yahudi akan pengadilan Yesus waktu itu? Bagaimana sikap yang benar seorang pemimpin? Sebutkan alasannya! Berdoalah bagi para pemimpin negara ini agar mereka menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka dengan benar dan adil, sehingga bangsa ini dapat semakin mengalami kesejahteraan dan ketentraman. 06 SELASA MEI 2014 “Yesus berkata: Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Lukas 23:34) Bacaan hari ini: Lukas 23:26-49 Bacaan setahun: Lukas 23:26-56 KEMENANGAN YESUS ATAS KETIDAKADILAN L ukas mencatat cukup lengkap bagaimana interaksi yang ada ketika Yesus menjalani ketidakadilan penyaliban yang akan mengantar-Nya kepada kematian. Jika kita meneliti dengan tepat bagaimana respon Yesus atas orang-orang di sekitar-Nya ketika Ia harus menjalani hukuman ketidakadilan itu, maka kita akan kagum atas seluruh ucapan dan tindakanNya yang menggambarkan kemenangan-Nya atas ketidakadilan. Kemenangan itu tidak didapat dengan sikap pasif, seperti pasrah (jawanya “nrimo”), tetapi kemenangan itu direngkuh-Nya dengan sikap aktif yang menunjukkan siapakah Dia sang Juruselamat itu. Dia tidak meminta untuk ditangisi (ay.26-32), namun menyerukan agar mereka menangisi diri mereka sendiri, sebab akan datang waktunya pembalasan ilahi atas ketidakadilan para pemimpin dan manusia durhaka. Dengan kasih dan belas kasihan-Nya, Dia memohonkan pengampunan Bapa atas mereka yang tidak mengerti apa yang telah diperbuatnya, sekalipun mereka tetap tidak peduli dengan apa yang diucapkan-Nya (ay. 34). Penyaliban-Nya menjadi tontonan keji disertai olok-olokan yang ingin melihat keajaiban penyelamatan, namun Dia tidak mengikuti keinginan mereka, sebab justru dengan penyaliban-Nya, pengampunan dosa manusia sedang dilaksanakan-Nya (ay. 35-38). Dia menanggung ketidakadilan manusia sekaligus melaksanakan keadilan ilahi. Keberanian-Nya menjalani kekejaman penyaliban membuat seorang penyamun yang disalibkan menyadari bahwa dirinya lah yang selayaknya menanggung hukuman atas dosanya, sekaligus melihat keselamatan yang sedang Yesus kerjakan, sehingga ia memohon kepada-Nya (ay. 39-43). Kekuatan untuk mengakhiri seluruh penyaliban dalam rangka penyelesaian penebusan manusia berdosa dituntaskan-Nya ketika menyadari bahwa tabir Bait Allah sudah terbelah dua dan menyerahkan nyawa-Nya kepada Sang Bapa, Hakim yang Maha Adil. Inilah karakter keteguhan komitmen Sang Penyelamat dalam menyelesaikan tugas-Nya dengan penuh kemenangan. STUDI PRIBADI: Bagaimana sikap Tuhan Yesus ketika menghadapi tuntutan pengadilan yang tidak adil? Jelaskan dan apa aplikasinya bagi kita? Berdoalah bagi setiap orang Kristen yang berhadapan dengan ketidakadilan agar mereka bersikap bijaksana dan tidak takut dalam menghadapinya, dan tetap berpegang teguh pada kebenaran. 07 RABU MEI 2014 “Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah-tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?” (Lukas 24:32) Bacaan hari ini: Lukas 24:1-35 Bacaan setahun: Lukas 24:1-35 DASAR IMAN Y esus pada masa hidup-Nya adalah sosok yang fenomenal, karena Ia melakukan banyak mujizat penyembuhan dan mujizat lainnya, seperti memberi makan lima ribu orang, berjalan di atas air, mencelikkan orang buta, dan masih banyak mujizat lain. Namun kematianNya di atas kayu salib telah menimbulkan bermacam-macam perasaan dan pikiran di hati para murid dan pengikut Yesus lainnya. Mereka terkejut, kecewa atau tidak rela karena Guru yang selama ini mereka puja dan mereka hormati, ternyata meninggal secara mengenaskan. Mati disalib adalah salah satu hukuman yang paling hina di zaman Yesus. Kekecewaan ini juga dirasakan oleh dua orang dari murid Yesus yang sedang berjalan ke Emaus (dalam ayat 17 dikatakan bahwa mereka sedang berjalan dengan muka yang muram). Sebelum Yesus mati disalib, mereka mengharapkan-Nya dapat membebaskan bangsa Israel, tetapi ternyata Ia mati, bahkan sekarang tidak ada di dalam kubur-Nya. Dari sikap dua murid Yesus ini bisa dilihat bahwa mereka dulunya beriman karena melihat Yesus bisa melakukan hal yang menjanjikan bagi bangsa Israel. Namun iman mereka menjadi gentar karena Yesus tidak menjadi seperti yang mereka harapkan. Itulah sebabnya Yesus menghardik mereka dan mengatakan iman mereka begitu kecil (ay. 25). Bagaimana dengan orang Kristen pada masa kini? Banyak orang Kristen juga mengalami hal yang serupa, mendasarkan iman kepercayaannya karena ada hal fenomenal yang terjadi. Misalnya, percaya Tuhan karena telah disembuhkan dari penyakit, diselamatkan dari bahaya, atau mujizat lainnya; namun iman mereka menjadi memudar setelah kehidupan rohani mereka terasa stagnan, tidak ada peningkatan dan mereka merasa kosong. Iman yang sebenarnya bukan didasarkan pada hal yang fenomenal, tapi harus didasarkan pada sikap percaya penuh kepada Tuhan. Iman yang benar adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibr. 11:1-2). Bagaimana dengan Anda? STUDI PRIBADI: Apakah dasar iman kita? Apakah iman kita cukup kuat untuk menghadapi segala macam tantangan, atau iman kita adalah iman yang cenderung lemah? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka hidup dalam ketekunan iman yang didasarkan pada kebenaran firman Tuhan, dan bukan pada fenomena atau pengalaman lahirah saja. 08 KAMIS MEI 2014 “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, … Kamu adalah saksi dari semuanya ini.” (Lukas 24:46, 48) Bacaan hari ini: Lukas 24:36-53 Bacaan setahun: Lukas 24:36-53 KEBANGKITAN TUHAN & PEMBERITAAN INJIL P erikop hari ini berbicara mengenai Tuhan Yesus yang menampakkan diri kepada para murid. Dikatakan, para murid terkejut melihat Tuhan Yesus. Tapi di samping itu, mereka juga bersukacita karena melihat Tuhan mereka hidup kembali. Pada waktu Tuhan Yesus menampakkan diri, pasti Tuhan memiliki tujuan bagi para murid-Nya. Setidaknya, ada dua hal yang ingin dicapai Tuhan Yesus dengan menampakkan diri-Nya. Pertama, Tuhan Yesus ingin meyakinkan para Rasul bahwa Dia sungguh telah bangkit dari kematian. Kubur yang kosong itu bukan karena mayat-Nya dicuri orang, melainkan mayat itu telah hidup kembali; sehingga cerita para murid yang mengatakan melihat Tuhan hidup kembali bukanlah omong kosong. Para murid yang menceritakan hal itu mungkin tidak dapat membuktikan bagaimana Yesus telah bangkit. Namun karena mereka setia dengan perintah Tuhan untuk menceritakan pertemuan mereka dengan Tuhan yang bangkit, maka Tuhan sendiri yang membela mereka. Tuhan seakan-akan menjawab setiap keraguan para murid yang tidak percaya, dan membawa mereka untuk menyadari bahwa segala yang disaksikan oleh beberapa murid itu adalah benar. Kedua, Tuhan yang menampakkan diri ingin para murid menjadi pemberita-pemberita Injil. Dengan kebangkitan, Tuhan ingin menyadarkan para murid bahwa segala yang telah Dia katakan kepada mereka adalah benar, secara khusus mengenai keselamatan yang ada di dalam nama Yesus. Karena itu, setelah meyakinkan para murid mengenai diri-Nya yang berkuasa atas maut, Tuhan Yesus ingin para murid juga membagikan berita itu kepada orang lainnya, supaya mereka pun mendapat keselamatan dan terluput dari maut. Karena itu moment paskah seharusnya bukan saja moment kita bersukacita karena Tuhan yang bangkit yang mengalahkan maut, tetapi juga momen dimana kita menyadari ada tanggung jawab untuk menjadi pemberita-pemberita Injil bagi banyak orang yang masih di dalam kegelapan, agar mereka tidak akan lagi ketakutan akan hidup setelah kematian. STUDI PRIBADI: Kebangkitan Tuhan Yesus membawa dampak dan tujuan hidup yang baru bagi para murid, apa itu? Bagaimana dampak kebangkitan Tuhan dalam hidup Anda? Berdoa bagi jemaat agar mereka memiliki hati yang terbeban menjangkau mereka yang belum mengenal Tuhan Yesus dengan memberitakan Injil Kristus yang memerdekakan kepada mereka. 09 JUMAT MEI 2014 “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” (Yohanes 1:14) Bacaan hari ini: Yohanes 1:1-28 Bacaan setahun: Yohanes 1:1-28 KESAKSIAN TENTANG SANG FIRMAN D alam konsep manusia pada umumnya membagi dunia dalam dua hal, dunia yang baik dan dunia yang buruk. Dunia yang baik adalah tempat di mana tidak ada kejahatan, yang ada hanya kesempurnaan dan kebahagiaan. Dunia yang buruk adalah tempat dimana terjadi banyak kejahatan, kemunafikan, pembunuhan, air mata, dan segala yang buruk lainnya. Dunia yang baik biasa disamakan dengan surga, yaitu tempat di mana segala yang ada di dalamnya sempurna. Dunia yang buruk biasa disamakan dengan bumi ini, yaitu tempat di mana masih begitu banyak ketidaksempurnaan ada dalamnya. Dua dunia ini terpisah dan tampaknya tidak dapat dijangkau oleh penghuni dari masing-masing dunia, secara khusus dari dunia yang buruk ke dunia yang baik. Namun, firman Tuhan memberikan sebuah pengertian yang luar biasa. Ada sebuah perantara yang akan memungkinkan manusia dari dunia yang buruk untuk masuk ke dalam dunia yang baik. Dikatakan bahwa Firman telah menjadi manusia. Firman itu adalah Yesus Kristus, Anak Allah yang tunggal. Dia datang ke dalam dunia untuk membawa kabar baik, bahwa Surga ingin berdamai dengan dunia yang berdosa ini. Melalui kehidupan Yesus Kristus, kita melihat kemuliaan surgawi. Yang menjadi permasalahan adalah, apakah dunia mempercayai Yesus Kristus sebagai perantara surga dan dunia ini? Banyak orang tidak mudah mempercayai berita ini, karena itulah, di dalam berbagai zaman, Allah telah mengutus orang-orang terpilih untuk terus mengabarkan tentang kedatangan Yesus sebagai perantara surga dan dunia. Pada masa Perjanjian Lama, Allah mengutus nabi-nabi untuk memberitakan mengenai kedatangan sang Mesias tersebut. Pada masa Perjanjian Baru, Allah juga mengutus Yohanes Pembabtis, dan para Rasul untuk mengabarkan berita mengenai Yesus Kristus sebagai jalan pendamaian bagi manusia berdosa untuk masuk ke dalam surga. Karena itulah mereka menuliskan pengalaman mereka, kesaksian mereka mengenai perantara sorgawi itu di dalam tulisan-tulisan (Alkitab). STUDI PRIBADI: Siapa yang menjadi pendamai antara manusia berdosa dan Allah? Syarat apa yang harus dimiliki agar kita yang berdosa diampuni dan layak masuk Kerajaan Sorga? Berdoalah bagi mereka yang belum mengenal Tuhan Yesus, yang adalah Allah yang hidup, Juruselamat umat manusia, agar hati mereka dibukakan Tuhan untuk mengerti Injil-Nya. 10 SABTU MEI 2014 “Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: Lihatlah Anak domba Allah! Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus.” (Yohanes 1:36-37) Bacaan hari ini: Yohanes 1:35-40 Bacaan setahun: Yohanes 1:29-51 KESAKSIAN TENTANG TUHAN YESUS KRISTUS P ada masa kini, ada berbagai metode dipakai untuk memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus. Metode-metode itu dirancang untuk mempermudah orang-orang Kristen dalam menyampaikan kesaksian tentang Kristus. Tapi sayang, karena mementingkan metodologi, inti berita tentang Yesus Kristus tidak tersampaikan kepada mereka yang akan mendengarnya. Hal ini tentu tidak tepat untuk diteladani. Karena itu, kita harus memahami dengan benar, bagaimanakah Alkitab memberikan gambaran mengenai kesaksian orang-orang pada masa itu tentang Yesus Kristus berkaitan dengan karya pengorbanan-Nya, agar kita tidak terjebak dalam kesalahan yang sama. Dalam bagian yang telah kita baca, jelas terlihat, bagaimana kesaksian Yohanes Pembaptis yang sederhana namun jelas itu telah menjelaskan inti dari kesaksian-Nya. Injil Yohanes telah menceritakan bagaimana Yohanes Pembaptis memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus. Pertama, ketika Tuhan Yesus datang kepadanya (Yoh. 1:29), Yohanes memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus, yakni: “lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia.” Kedua, ketika Yohanes berdiri dengan kedua muridnya, dan Yesus Kristus lewat di depan mereka. Yohanes kembali memberi kesaksian di depan murid-muridnya demikian, “Lihatlah Anak Domba Allah” (Yoh. 1:36). Perkataan Yohanes Pembaptis ini mengandung pengertian yang dalam berkaitan dengan karya Tuhan Yesus Kristus atas kehidupan manusia. Sebagai orang yang mempersiapkan jalan untuk “kedatangan Mesias”, Yohanes Pembaptis bukan saja telah melihat pribadi Anak Allah yang berinkarnasi menjadi manusia, melainkan lebih dari itu, ia melihat apa yang akan dikerjakan oleh Yesus Kristus yang berinkarnasi dalam dunia. A.W. Pink menuliskan: “Sekali lagi perintis kedatangan Kristus memberitakan kedatangan-Nya sebagai ‘Anak Domba Allah.’ Ini mengajarkan kepada kita bahwa pokok kebenaran juru bicara Allah yang harus diutamakannya dengan terus-menerus ialah karya pengorbanan Kristus.” STUDI PRIBADI: Apa yang Yohanes Pembaptis lihat ketika ia melihat Yesus? Bagaimana Yohanes Pembaptis dapat mengenal Yesus? Berdoalah bagi jemaat agar mereka mengerti dan memahami karya Kristus dengan benar, sehingga iman mereka bertumbuh semakin berakar di dalam Dia, yang memberikan kehidupan kekal. 11 MINGGU MEI 2014 “Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku.” (Yohanes 2:17) Bacaan hari ini: Yohanes 2:13-22 Bacaan setahun: Yohanes 2 PENYUCIAN BAIT ALLAH F enomena zaman ini, di mana orang-orang Kristen mulai berbisnis dan menjalankan bisnis di dalam gereja, nampaknya bukan lagi hal yang baru terjadi pada akhir abad 20. Hal yang sama pernah terjadi pada zaman Tuhan Yesus Kristus, di mana orang-orang berjualan di dalam Bait Suci (Yoh. 2:14). Mengapa orang-orang yang berjualan di dalam Bait Suci dianggap “mengotori/merusak kesucian Bait Suci tersebut? Ada pendapat yang menyebutkan: Pertama, hal ini melanggar hukum Tuhan sebagaimana dicatat di dalam Ulangan 12:5-7. Seharusnya orangorang yang datang ke Bait Suci untuk mempersembahkan korban di sana, adalah orang-orang yang datang membawa ternak mereka dari tempat masing-masing untuk dipersembahkan pada perayaan paskah, dan bukan dengan membeli ternak yang ada di dalam Bait Suci tersebut. Kedua, para penjual dan penukar uang yang ada di dalam Bait Suci adalah para penipu, sehingga orang-orang Yahudi yang membeli hewan-hewan tersebut untuk dipersembahkan dan yang menukarkan uang di dalam Bait Suci tersebut, ditipu. Umumnya, hewan-hewan yang dijual dalam Bait Suci adalah hewanhewan yang tidak layak dipersembahkan kepada Allah. Ketiga, dengan mengijinkan para penjual hewan dan para penukar uang berjualan di dalam Bait Allah, maka para imam-imam yang melayani di Bait Suci mendapatkan keuntungan yang diberikan oleh para penjual hewan dan para penukar uang tersebut. Hal ini mendatangkan kemarahan bagi Tuhan Yesus yang melihat kekotoran itu. Kemudian Ia mengusir mereka dan membalikkan meja-meja yang ada. Belajar dari kisah ini, seharusnya menyadarkan kita bahwa Gereja bukanlah tempat untuk berbisnis atau menjalankan bisnis. Tuhan pasti tidak menghendaki perilaku yang demikian. Jikalau masih banyak orang Kristen yang terlibat di dalam usaha berbisnis dan menjalankan bisnis di dalam gereja, masih ada kesempatan untuk “sadar dan bertobat”. Gereja adalah tempat kita menyembah Tuhan dan beribadah kepada-Nya dengan sungguh-sungguh. STUDI PRIBADI: Apakah dampak dari aktivitas berjualan di halaman Bait Allah pada masa itu? Bagaimana dengan keadaan gereja hari ini? Jelaskan! Berdoa bagi jemaat Tuhan: mulai dari jemaat, pengurus, majelis dan hamba Tuhan, mengerti fungsi gereja yang sesungguhnya, sehingga tidak memakai gereja untuk kepentingan diri atau kelompok. 12 SENIN MEI 2014 “Jawab Yesus: Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu?” (Yohanes 3:10) Bacaan hari ini: Yohanes 3:1-13 Bacaan setahun: Yohanes 3:1-21 SULITNYA MEMAHAMI KEBENARAN SEJATI I njil Yohanes pasal 3 mengisahkan pertemuan antara Nikodemus dan Tuhan Yesus pada suatu malam. Kisah ini memberi gambaran tentang sulitnya memahami sebuah kebenaran (berkaitan dengan kelahiran kembali, keselamatan, dan siapakah Yesus Kristus itu). Di dalam kisah ini, Nikodemus datang kepada Tuhan Yesus untuk berdiskusi dengan-Nya. Nikodemus memahami, bahwa Yesus adalah Guru yang diutus Allah, hal ini terlihat dari tanda-tanda yang menyertai-Nya. Namun demikian, pengenalan Nikodemus terhadap Tuhan Yesus tidak sempurna. Ini nampak ketika Tuhan Yesus menjelaskan tentang kelahiran baru dan kaitannya dengan keselamatan, yang notabene adalah pekerjaan Allah yang dilakukan secara rohani oleh Roh Kudus, ternyata dipahami secara jasmani oleh Nikodemus (ay. 4). Nikodemus tidak dapat memahami kebenaran yang dijelaskan oleh Tuhan Yesus kepadanya, bahkan dalam Yohanes 3:9, Nikodemus bertanya, bagaimanakah mungkin hal itu terjadi? Tuhan Yesus yang mengetahui bahwa Nikodemus adalah pengajar di Israel –guru bagi orang-orang Yahudi, namun tidak bisa memahami perkataanNya (ay. 10), maka Tuhan Yesus memberi penjelasan kepadanya. Di akhir pembicaraan, Injil Yohanes tidak menjelaskan, Nikodemus memahami perkataan Tuhan Yesus atau tidak. Diskusi ini ditutup dengan pemberitaan Injil oleh Tuhan Yesus kepada Nikodemus (ay. 14-21). Dari kisah ini kita mendapatkan pelajaran rohani, betapa sulit bagi manusia untuk memahami kebenaran yang sejati. Meskipun seseorang memiliki pengetahuan yang cukup memadai untuk mengetahui banyak hal, tapi belum tentu ia dapat memahami kebenaran yang sejati, sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah. Hal yang paling bijak adalah memohon agar Allah mengaruniakan kepada kita hikmat, sehingga kita boleh memahami kebenaran yang sejati itu. Alkitab menjelaskan bahwa kebenaran dan keselamatan sejati adalah Tuhan Yesus Kristus. Yohanes 14:6, menulis: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” STUDI PRIBADI: Mengapa Nikodemus tidak dapat mengeri perkataan Tuhan Yesus tentang kelahiran kembali, sekalipun termasuk golongan orang yang menguasai Taurat? Jelaskan! Berdoalah bagi jemaat agar mereka memiliki kepekaan serta kedewasaan rohani, sehingga dapat mengerti kehendak Allah, hidup dalam kebenaran firman-Nya dengan merenungkannya siang dan malam. 13 SELASA MEI 2014 “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.” (Yohanes 3:30) Bacaan hari ini: Yohanes 3:22-36 Bacaan setahun: Yohanes 3:22-36 IA HARUS MAKIN BESAR, AKU MAKIN KECIL B agaimana respons kita kepada orang yang berprestasi lebih baik dari kita? Iri? Atau menjelek-jelekkan? Memang melihat popularitas pelayanan orang lain mudah menimbulkan rasa iri. Tetapi, kita harus ingat bahwa misi kita dalam pelayanan yang sesungguhnya adalah mendorong orang untuk mengikut Kristus dan bukan menjadi pengikut kita! Demikianlah sikap Yohanes Pembaptis di dalam pelayanannya. Ketika Yohanes membaptis di satu tempat, dan Yesus pada saat yang sama juga membaptis di tempat lain, muncullah perselisihan di antara murid-murid Yohanes dengan seorang Yahudi tentang penyucian. Lalu mereka datang kepada Yohanes dan berkata padanya: “Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya” (ay. 25-26). Apa reaksi Yohanes akan hal itu? Padahal, sebelumnya banyak orang yang terpikat pada Yohanes. Reaksi Yohanes sungguh mengagumkan; tidak ada kecemasan sedikitpun di dalam diri Yohanes ketika ia mendengar cerita murid-muridnya. Ia tidak merasa tersaingi, apalagi rasa iri. Mengapa demikian? Karena ia sadar benar bahwa ia dipanggil untuk menjadi utusan yang bertugas mempersiapkan jalan bagi Mesias. Yohanes menjelaskan bahwa posisinya memang lebih rendah dibandingkan dengan Yesus (lih. 1:29-31). Karena Yesus adalah mempelai laki-laki (ay. 27-28), sementara Yohanes hanyalah sahabat mempelai lakilaki itu. Jelas bahwa kedudukan mempelai pria lebih penting dibandingkan sahabat-Nya (ay. 29). Yesus adalah Mesias, sedang dia bukan (ay. 28); oleh karena itu Yohanes sadar bahwa sudah seharusnyalah Yesus harus makin besar, sedangkan dia harus makin kecil (ay. 30). Pertanyaannya, “Di manakah posisi kita dan posisi Yesus saat ini?” Jika saat ini posisi kita ternyata lebih tinggi dari Yesus, maka sekarang posisi tersebut harus diputar balik. Tuhan Yesus lah yang harus pada posisi yang ditinggikan dan dipermuliakan, dan bukan diri kita! STUDI PRIBADI: Mengapa Yohanes Pembaptis mengatakan bahwa Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil? Apa arti pernyataan itu buat Anda? Berdoalah bagi para pemimpin Kristen dan aktivis yang melayani karena mereka dapat jatuh ke dalam pencobaan. Doakan agar mereka hidup tidak mengejar kesuksesan pribadi, melainkan mengutamakan Kristus. 14 RABU MEI 2014 “Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?” (Yohanes 4:29) Bacaan hari ini: Yohanes 4:1-42 Bacaan setahun: Yohanes 4:1-42 KESAKSIAN PEREMPUAN SAMARIA S iang itu seorang perempuan Samaria keluar untuk mengambil air di sumur Yakub yang sedang sepi (ay. 6-7). Ia keluar pada siang hari karena ia sadar keberadaanya yang kurang dihargai, khususnya berkenaan dengan status pernikahannya yang kurang jelas. Ia takut dan malu, jika ada orang yang melihatnya lalu menghinanya. Siang itu, ia tidak berjumpa dengan orang-orang yang dikhawatirkan akan mencibir dan menghina keberadaannya. Siang itu ia berjumpa dengan Tuhan Yesus yang sangat mengasihi dan menghargainya. Perjumpaannya dengan Yesus membuat dia merasa aman dan nyaman; karena Yesus mau menyapa, dan bahkan bercakap-cakap dengannya. Dalam percakapan itu, Yesus memperkenalkan diri-Nya yang adalah Mesias kepadanya (aya. 26), serta menunjukkan penerimaan-Nya (ay. 1618). Hal itu membuat perempuan Samaria yakin bahwa sesungguhnya ia sedang berjumpa dengan Mesias. Tanpa ia sadari, perjumpaan itu telah membawa perubahan dalam hidupnya. Ia yang pada mulanya begitu tertutup, takut jika harus berjumpa dengan orang banyak yang akan menghinanya, sekarang ia tidak perlu lagi menghindari mereka. Kini ia begitu berani untuk tampil dan bahkan tampil di keramaian kota untuk menyaksikan pengalamannya berjumpa dengan Yesus yang adalah Mesias, kepada mereka (ay. 28-29). Perjumpaan dan imannya kepada Yesus mendorongnya untuk berani bersaksi tentang Yesus (ay. 29); melalui kesaksiannya, banyak warga kota yang mendengarnya menjadi tertarik untuk datang dan berjumpa langsung dengan Yesus (ay. 30). Tanpa ia sadari, sesungguhnya ia telah membawa banyak warga Samaria menjadi percaya kepada Yesus (ay. 39). Bahkan, mereka meminta-Nya Yesus untuk tinggal bersama mereka. Mereka ingin mengenal Yesus lebih dalam. Tuhan Yesus pun bersedia tinggal dua hari bersama mereka, mengajar mereka (ay. 40). Itu sebabnya mereka semakin percaya dan mendalam dalam iman kepada Yesus (ay. 41). Bagaimana dengan Anda? Mari kita semakin mengenal Kristus dan menjadi saksi-Nya! STUDI PRIBADI: Mengapa perempuan Samaria ini berani ke kota untuk menyaksikan Yesus? Apakah yang mendorong Anda untuk menyaksikan Yesus? Doakanlah agar banyak orang yang telah mengalami perjumpaan dengan Yesus, tergerak hatinya untuk juga menyaksikan Yesus kepada orang lain, sehingga nama Tuhan dimuliakan. 15 KAMIS MEI 2014 “Maka kata Yesus kepadanya: Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya.” (Yohanes 4:48) Bacaan hari ini: Yohanes 4:46-54 Bacaan setahun: Yohanes 4:43-54 CARILAH YESUS, BUKAN MUJIZAT-NYA S eorang ayah, ketika melihat anaknya menderita karena sakit, pasti akan melakukan berbagai macam cara untuk beroleh kesembuhan bagi anaknya tersebut. Demikianlah yang dilakukan oleh pegawai istana yang dicatat dalam Injil Yohanes ini. Segala cara sudah diusahakan untuk memperoleh kesembuhan anaknya. Namun sayang, semuanya tidak membuahkan hasil. Justru sang anak semakin sekarat keadaannya (ay. 47). Dalam keadaan tidak berpengharapan ini, muncullah kabar yang menggembirakan. Ia mendengar bahwa Yesus telah datang di Galilea (ay. 47). Rupanya kabar mengenai Yesus yang dapat melakukan tanda dan mujizat itu telah sampai ke telinganya. Ini menjadi secercah harapan dan mungkin menjadi harapan terakhirnya untuk kesembuhan anaknya. Itulah sebabnya ia berusaha untuk pergi menjumpai Yesus. Saat berjumpa dengan Yesus, ia meminta dengan sangat agar Yesus mau datang menyembuhkan anaknya yang sedang sekarat itu. Tetapi, apa jawab Yesus kepadanya? “Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya” (ay. 48). Satu jawaban yang mungkin kurang enak didengar. Meski demikian, pegawai istana itu mau menerima koreksi Yesus terhadap motivasinya untuk datang menjumpai-Nya. Ia tetap memohon agar Yesus mau datang untuk menyembuhkan anaknya: “Tuhan, datanglah sebelum anakku mati” (ay. 49). Maka kata Yesus kepadanya: “Pergilah, anakmu hidup!” Ia percaya akan apa yang Yesus kata kepadanya, lalu ia pergi (ay. 50). Di tengah perjalanan pulang, hamba-hambanya datang membawa kabar bahwa anaknya hidup (ay. 51). Maka teringatlah ia akan perkataan Yesus: “Anakmu hidup” (ay. 53). Peristiwa ini mengajarkan kepada kita, bahwa janganlah kita lebih mengutamakan mencari mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang diperbuatNya, tetapi utamakanlah mencari dan mengalami Yesus secara pribadi, karena Yesuslah Tuhan yang menyembuhkan dan menghidupkan kita. Hanya Yesus saja, dan tidak ada yang lain, yang dapat menolong dan menyelesaikan persoalan hidup yang kita hadapi. STUDI PRIBADI: Mengapa Tuhan Yesus mengoreksi motivasi orang yang mengikuti-Nya? Apakah yang Yesus inginkan dari para pengikut-Nya waktu itu dan juga saat ini bagi kita? Doakan agar banyak orang yang mencari Yesus lebih daripada tanda-tanda dan mujizat-mujizat-Nya. Doakan pula agar mereka memiliki relasi dan rindu untuk dapat mengenal Dia dengan benar. 16 JUMAT MEI 2014 “Yesus berkata kepadanya: Maukah engkau sembuh? Jawab orang sakit itu kepadaNya: Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang...” (Yohanes 5:6b, 7) Bacaan hari ini: Yohanes 5:1-18 Bacaan setahun: Yohanes 5:1-24 BETESDA D alam teks yang kita baca hari ini diceritakan bahwa ada seorang yang sudah 38 tahun terbaring sakit di dekat kolam Betesda. Kita tidak tahu sudah berapa lama orang tersebut menunggu di dekat kolam itu. Apakah sejak awal ia sakit, jadi sudah 38 tahun? Atau sudah lima tahun atau bahkan sepuluh tahun? Tetapi yang pasti Alkitab mengatakan bahwa Yesus melihat dan tahu bahwa orang itu telah lama dalam keadaan seperti itu, padahal ia setiap hari berada dekat dengan sebuah kolam yang sewaktu-waktu katanya, apabila malaikat Tuhan turun ke kolam itu dan menggoncangkan airnya, maka siapapun dan dengan penyakit apapun, yang terdahulu masuk ke dalamnya akan sembuh. Kita memang tidak tahu ada berapa banyak orang yang juga berada di sana untuk menantikan kolam itu bergoncang. Alkitab hanya mengatakan ada sejumlah besar orang sakit di sana. Tetapi yang jelas ada orang yang sudah sakit selama 38 tahun dan menantikan belas kasihan dari orang lain untuk menurunkannya ke dalam kolam Betesda, saat airnya bergoncang. Waktu demi waktu berlalu, harapan demi harapan pun menjadi sirna. Belas kasihan yang diharapkan tidak pernah kunjung datang, padahal ia berada di tempat yang bernama Betesda, yang berarti “Rumah Anugerah” atau “Rumah Kemurahan.” Mungkin di antara kita ada yang merasakan hal yang sama. Di tempat di mana kita berharap dapat merasakan kemurahan dari orang-orang sekitar kita, namun yang kita rasakan malah adalah sikap permusuhan, sikap saling menjatuhkan, saling menyakiti. Mungkin itu di rumah, di tempat kerja kita yang notabene banyak anak-anak Tuhannya, atau bahkan di gereja sekalipun! Firman Tuhan hari ini mengingatkan kepada kita, ketika kita berbeban berat, ketika dalam kesulitan, ketika dalam penderitaan dan membutuhkan anugerah, kemurahan dan belas kasihan, datanglah kepada Yesus, karena Dialah satu-satunya pribadi yang tidak akan pernah mengecewakan kita. Hari ini, ketika Dia menawarkan kepada kita, “Maukah engkau sembuh?” Apakah jawaban Anda? STUDI PRIBADI: Mengapa Tuhan menyembuhkan orang yang sakit selama 38 tahun itu, sekalipun hari itu hari Sabat? Apa yang Tuhan ajarkan kepada kita melalui orang sakit ini? Berdoalah bagi diri sendiri maupun jemaat, agar melalui kehidupan kita dan jemaat Tuhan, banyak orang menemukan kemurahan dan anugerah Tuhan secara nyata dalam hidup kita, sehingga menjadi berkat. 17 SABTU MEI 2014 “Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri.” (Yohanes 5:26) Bacaan hari ini: Yohanes 5:19-47 Bacaan setahun: Yohanes 5:25-57 KESAKSIAN YESUS TENTANG DIRI-NYA S etelah Tuhan Yesus menyembuhkan orang yang sudah sakit selama 38 tahun di kolam Betesda pada hari Sabat, maka dikatakan bahwa orang-orang Yahudi lebih berusaha untuk membunuh-Nya, apalagi ketika mendengar Tuhan Yesus mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sehingga dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah. Maka di ayat 19-47, Yesus memberikan kesaksian tentang diri-Nya sendiri bahwa Ia adalah sehakekat dan sederajat dengan Bapa. (1) Yesus mengatakan bahwa Ia sehakekat dengan Allah berdasarkan pekerjaan yang dilakukan-Nya (ay. 19). (2) Sama seperti Bapa yang membangkitkan orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak dan lebih lagi, kepada Anak dipercayakan tugas penghakiman itu supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa (ay. 21-23). (3) Bapa sendiri bersaksi tentang Anak (ay. 32,36). Sebenarnya tidak ada alasan bagi orang Yahudi menolak Yesus karena ada banyak bukti bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias yang dijanjikan itu. Pertama, pada ayat 33, Yesus berkata bahwa sebenarnya Yohanes Pembaptis pun telah bersaksi tentang Dia, sekalipun sebenarnya Yesus tidak membutuhkan kesaksian manusia, tetapi mereka tetap menolak Dia. Kedua, pada ayat 36, Yesus berkata Allah Bapa sendiri memberi kesaksian tentang Yesus melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya, tetapi hati mereka tetap bebal. Ketiga, dalam ayat 39-40, Yesus berkata, Kitab Suci pun memberi kesaksian tentang diri-Nya, tetapi mereka tidak mau datang kepada-Nya untuk memperoleh hidup itu. Kesombongan mereka menutupi segala fakta yang ada dan mereka mengeraskan hati dan menolak Yesus. Bagaimana dengan diri kita? Apakah kita memandang Dia seperti yang dinyatakan-Nya? Apakah kita menghormati Dia sebagaimana Dia adanya? Seringkali kita memperlakukan Dia lebih rendah daripada status-Nya. Ketika Ia tidak memberikan apa yang kita inginkan, kita dengan gampang sekali marah pada-Nya dan memperlakukan Dia seolah-olah Dia “pesuruh” kita. Janganlah demikian! STUDI PRIBADI: Siapakah sebenarnya Yesus dalam hidup kita? Apakah kita mengenal Dia sebagaimana kesaksian-Nya tentang diri-Nya? Berdoalah agar pemahaman kita akan siapa Yesus menjadikan hidup kita seturut dengan pemahaman kita dalam relasi kita bersama Tuhan dan hidup menyukakan hati-Nya. 18 MINGGU MEI 2014 “Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan? Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya.” (Yohanes 6:5, 6) Bacaan hari ini: Yohanes 6:1-15 Bacaan setahun: Yohanes 6:1-21 TUHAN MENGUJI AKU B erjalan bersama Tuhan Yesus merupakan suatu kebanggaan, karena banyak masalah diselesaikan Tuhan. Air diubah-Nya menjadi anggur manis; orang buta dibuat-Nya melihat; orang lumpuh dibuat-Nya berjalan; orang mati dibuat-Nya bangkit; angin ribut diredakan-Nya; orang yang kerasukan setan dibebaskan-Nya; dan masih banyak mujizat lain yang dilakukan Tuhan Yesus. Sekarang ada ± 5.000 orang yang mengikut Tuhan Yesus. Pada waktu itu hari menjelang malam (Mat. 14:15). Tempat itu pun sunyi. Tuhan mulai bertanya kepada Filipus: “Di manakah kita akan membeli roti supaya mereka ini dapat makan?” Hal ini dikatakan Tuhan untuk menguji Filipus, sebab Tuhan sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya (Yoh. 6:6). Ada dua murid Tuhan meresponi pertanyaan-Nya. Pertama adalah Filipus. Bagi Filipus, sekalipun membeli roti dengan uang sebanyak 200 dinar pun tidak cukup (sekalipun tiap-tiap orang mendapat sepotong roti yang kecil saja– ay.7). Filipus tidak tahu jika ia sedang diuji oleh Tuhan. “Dinar” adalah mata uang perak yang bergambar kaisar Romawi (Mrk. 12:16); senilai dengan harga seekor domba; dan perumpamaan tentang para pekerja di kebun anggur: satu dinar adalah upah sehari. Jadi, 200 dinar sama dengan 200 ekor domba; seorang juga harus bekerja selama 200 hari atau ± 6 bulan, baru bisa membeli roti untuk orang sebanyak itu. Ini pun tidak akan cukup! Murid kedua yang meresponi adalah Andreas (saudara Simon Petrus). Ia berkata kepada Tuhan: “Di sini ada seorang anak yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan”, dan ia melanjutkannya dengan berkata: “Tapi apakah artinya ini untuk orang sebanyak ini?” Dari lima roti dan dua ikan, Tuhan justru dapat mengenyangkan ± 5.000 orang. Bagaimana perasaan Filipus waktu itu? Ia pasti sangat malu. Pikirnya, 200 Dinar tidak cukup untuk ± 5.000 orang; tapi bagi Tuhan, hanya dengan lima roti dan dua ikan, Ia sanggup mengenyangkan ± 5.000 orang; bahkan sisanya ada dua belas bakul. Bagaimana pengalaman hidup iman Anda berjalan dengan Tuhan? STUDI PRIBADI: Apa yang Tuhan Yesus ajarkan kepada para murid-Nya melalui peristiwa Ia memberi makan 5.000 orang? Pelajaran rohani apa yang Anda dapatkan dari kisah ini? Berdoalah bagi jemaat yang sedang menghadapi persoalan hidup yang sulit dan mustahil untuk diselesaikan secara akal manusia, agar mereka tetap beriman dan belajar berserah kepada Tuhan. 19 SENIN MEI 2014 “Kata Yesus kepada mereka: Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.” (Yohanes 6:35) Bacaan hari ini: Yohanes 6:1-15 Bacaan setahun: Yohanes 6:1-21 MANUSIA BERDOSA BUTUH JURUSELAMAT B agi orang Israel, roti merupakan kebutuhan primer (pokok/utama). Sejak zaman Abraham, Ishak dan Yakub, makanan utama mereka adalah roti (Kej. 18:5; 21:14; 27:17; Hak. 19:5). Jadi, roti adalah makanan utama sejak dahulu kala (Kej. 18:6). Sampai pada zaman Tuhan Yesus, roti tetap menjadi kebutuhan primer. Itu dapat diketahui dari mujizat yang dilakukan Tuhan, yakni memberi makan ± 5.000 orang dengan lima roti dan dua ikan. Dengan demikian, semua orang Israel membutuhkan roti. Tubuh jasmani manusia yang lapar membutuhkan roti. Pada saat bangsa Israel berada di padang gurun, ketika mereka lapar, TUHAN memberikan roti dari sorga. Dengan makan roti itu mereka yang tadinya lapar, menjadi sangat kenyang. Secara jasmani, manusia yang lapar membutuhkan roti. Namun secara rohani, manusia yang berdosa membutuhkan Tuhan Yesus. Rasul Paulus berkata bahwa, “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Rm. 3:23), “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Rm. 6:23). Semua manusia berdosa (tanpa terkecuali—karena tidak ada satu pun manusia yang benar) akan binasa dalam api kekal selamalamanya dalam neraka kekal. Karena itu, semua manusia yang berdosa membutuhkan Roti Hidup, (Roti Rohani) yang turun dari sorga, yaitu Yesus, yang adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Tuhan Yesus berkata: “Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia. Akulah (Tuhan Yesus) roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.” Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman” (Yoh. 6:33, 35, 40). Jika hari ini Anda menyadari kebutuhan ini, janganlah menunda lagi untuk menerimaNya sebagai Juruselamat hidup! STUDI PRIBADI: Apa yang dibutuhkan manusia berdosa agar mereka memiliki kehidupan yang kekal? Mengapa Tuhan Yesus menggambarkan dirinya sebagai roti hidup? Berdoa agar Tuhan memampukan kita untuk memiliki hidup yang bersandar kepada Tuhan, Sang Pencipta, dan juga hati yang mengucap syukur atas berkat dan rahmat-Nya yang tiada henti. 20 SELASA MEI 2014 “Dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.” (Yohanes 6:69) Bacaan hari ini: Yohanes 6:60-71 Bacaan setahun: Yohanes 6:45-71 YANG KUDUS DARI ALLAH S emua manusia telah berdosa, dan menjadi hamba dosa. Dosa telah menjadi tuannya. Itulah sebabnya manusia memberontak kepada Allah. Manusia menjadi sombong; menjadi hamba uang; menjadi hamba seks; dan menjadi hamba setan. Manusia telah dicemari dosa dan dirusak olehnya. Itulah gambaran dari kehidupan manusia berdosa dimulai sejak kejatuhan Adam dan Hawa. Manusia berdosa harus disucikan. Siapa yang sanggup menyucikan manusia yang berdosa? Apakah manusia yang berdosa dapat menyucikan dirinya sendiri? Siapa yang sanggup melakukan hal itu? Karena standar Allah bagi manusia adalah kudus; sesungguhnya tidak ada satu manusia pun dapat menyucikan dirinya sendiri. Yang berdosa tidak dapat disucikan oleh yang berdosa. Manusia membutuhkan “Yang Kudus” dari Allah. Siapakah yang kudus dari Allah? Alkitab berkata: Engkau adalah “Yang Kudus dari Allah” (ay. 69). Jadi, hanya ada Satu Pribadi yang sanggup melakukannya. Siapa? Dialah Anak Manusia. Dialah Yesus. Yesus adalah Allah sejati dan Manusia sejati. Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat. Hanya Allah yang dapat menyelesaikan masalah dosa manusia, bukan manusia! Hanya Allah yang dapat menyucikan manusia yang berdosa; dan itu telah dikerjakan oleh Anak-Nya Yang Tunggal, yaitu Yesus Kristus, supaya setiap manusia yang sungguh-sungguh percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, pertama: dosanya dihapuskan dan kedua: ia disucikan. Ia menjadi layak di hadapan Allah, layak memuji dan memuliakan Allah; dan tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16). Oleh karena itu, marilah kita hidup bersyukur kepada Allah di dalam Kristus Yesus. Karena apa yang tidak dapat dilakukan manusia, yaitu menyucikan dan menyelamatkan diri sendiri (termasuk saya dan saudara), sudah dikerjakan dan diselesaikan oleh Tuhan Yesus di atas KAYU SALIB. Tuhan Yesus telah mengerjakan segala sesuatu yang besar bagi kita. Karena itu, bersyukurlah. Tetaplah taat dan setia kepada-Nya sampai mati. STUDI PRIBADI: Apakah manusia berdosa sanggup menyucikan dosanya sendiri? Jalan apa yang Allah berikan agar manusia disucikan dan diselamatkan dari kuasa dosa? Berdoalah bagi mereka yang telah mendengarkan Injil Tuhan agar Tuhan sendiri memberikan pencerahan untuk mengerti kebenaran firman-Nya dan menjadikan mereka orang percaya. 21 RABU MEI 2014 “Demikianlah kata-Nya kepada mereka, dan Iapun tinggal di Galilea.” (Yohanes 7:9) Bacaan hari ini: Yohanes 7:1-9 Bacaan setahun: Yohanes 7:1-29 WAKTU-KU BELUM TIBA H ari raya Pondok Daun (Tabernakel) merupakan salah satu hari raya besar yang dirayakan oleh seluruh bangsa Yahudi; di mana mereka akan berbondong-bondong menuju ke Kota Suci, Yerusalem untuk beribadah kepada Allah (bnd. Ul.16:13). Bagi tiap orang Yahudi dewasa yang tinggal dalam jarak 20 km dari Yerusalem diwajibkan secara hukum untuk menghadiri hari raya tersebut. Namun bagi orang-orang Yahudi yang taat, yang tinggal jauh di luar jarakpun akan dengan senang hati menghadiri hari raya seperti itu. Hari raya ini akan berlangsung selama delapan hari. Sebab itu tidak heran bila saudara-saudara Yesus mendesak agar Yesus pergi ke Yerusalem, tetapi Yesus menjawabnya, “Waktu-Ku belum tiba.” Kata “waktu” pada bagian ini menjadi sangat istimewa karena Kristus tidak memakai kata “hora” seperti biasanya, tetapi memakai kata “kairos.” Kata “hora” berarti waktu atau saat yang ditentukan berdasarkan hitungan jam. Waktu yang tidak bisa diubah-ubah lagi dan juga tidak dapat dihindari lagi karena sesuai jadwal. Namun kata “kairos” memiliki arti yang khusus yaitu “kesempatan” atau “suatu momentum.” Ketika Yesus memakai kata “kairos” dalam bagian ini, Ia tidak mengatakan bahwa waktu perayaan belum tiba, melainkan momentum atau waktu yang tepat/kesempatan untuk melakukan sesuatu yang Bapa kehendaki belum tiba, seperti yang dinantikan-Nya. Karena itu, melalui perikop ini kita dapat belajar bahwa tidak ada orang yang dapat memaksa Tuhan Yesus; Ia bekerja menurut waktu Allah Bapa. Saudara-saudara Yesus mendesak Yesus ke Yerusalem merupakan hal yang penting, tetapi Tuhan Yesus tidak bertindak menurut saat dan waktu manusia, melainkan waktu Allah Bapa sendiri. Ini menjadi pelajaran bagi kita, bahwa sebagai umat-Nya kita harus belajar menunggu kebijakan Allah; menunggu waktu-Nya. Hari ini, ketika kita menjalani hidup ini, apakah kita sedang berjalan di dalam waktu Tuhan, ataukah kita berjalan sesuai dengan ketidaksabaran kita? Berhenti sejenak dan belajarlah untuk menantikan waktu Tuhan. STUDI PRIBADI: Apakah perbedaan antara “hora” dengan “kairos”? Mengapa Tuhan Yesus tidak terburu-buru mengikuti saran saudara-saudara-Nya untuk ke Yerusalem? Jelaskan! Berdoa bagi jemaat yang sedang menantikan jawaban doa dan pertolongan Tuhan, agar mereka tetap tekun dalam kebenaran dan senantiasa sabar di dalam menantikan pertolongan Tuhan sesuai waktu-Nya. 22 KAMIS MEI 2014 “Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku.” (Yohanes 7:29) Bacaan hari ini: Yohanes 7:25-29 Bacaan setahun: Yohanes 7:28-53 PENGAKUAN AKAN KRISTUS? K ehadiran Kristus di tengah kerumunan orang banyak dan mengajar merupakan suatu tindakan yang sangat berani, padahal di antara mereka ada banyak orang yang membenci dan menghendaki kematian-Nya. Namun di sisi lain, kehadiran Kristus dengan pengajaranNya juga membuat orang yang mendengar-Nya berpikir, “Mungkinkah Dia memang Mesias, orang yang dinobatkan (diurapi) Allah sendiri, sehingga banyak orang selalu menanti-nantikan kehadiran dan pengajaran-Nya? Pada ayat 28-29 yang sudah kita baca, Kristus hendak mengingatkan, ada kesalahan persepsi (pandangan) tentang Mesias pada sebagian besar orang Yahudi. Bagi orang Yahudi, Mesias dipercayai sebagai sosok (tokoh) yang sedang tersembunyi, tetapi yang suatu saat akan datang dengan tibatiba, dan tak seorangpun di dunia ini yang tahu asal usul-Nnya. Padahal, Yesus adalah tokoh yang mereka kenal asal usul-Nya, mereka mengenal siapa orangtua-Nya, tempat tinggal-Nya, dan sebagainya. Kepercayaan orang Yahudi tentang Mesias ini sangat kuat dipengaruhi oleh pemikiran bahwa Allah hanya bisa ditemui melalui hal-hal yang ajaib saja. Sedangkan Tuhan Yesus datang dan mengajarkan sesuatu yang kebalikannya. Allah bisa hadir melalui hal-hal yang biasa dan sehari-hari, sehingga kita dapat melihat-Nya setiap saat, karena Ia selalu hadir dalam dunia ini. Oleh sebab itu, Yesus dengan tegas mengatakan bahwa Ia mengenal Allah yang mengutus-Nya. Penyataan ini mengingatkan bahwa sebagai umat Allah seharusnya diri kita semakin mengenal Allah yang telah mengasihi kita. Sungguh sangat menyedihkan apabila semakin kita giat dalam berbagai aktifitas rohani, tapi kita tidak lebih mengenal siapa Allah dalam hidup kita. Mengenal Allah selalu dimulai dengan relasi yang baik dengan Allah melalui diri Tuhan Yesus Kristus sendiri. Hari ini, dengan segala pengalaman dan pergumulan yang telah kita hadapi sebagai umat Allah, apakah hal-hal tersebut telah mempertemukan diri kita pada Kristus, Sang Mesias dan membawa kita semakin mengenal Allah yang benar di dalam Kristus? STUDI PRIBADI: Dari mana sesungguhnya asul-usul Tuhan Yesus? Apa yang orang Yahudi salah pahami tentang Yesus Kristus? Jelaskan! Berdoalah bagi jemaat agar mereka memiliki relasi yang baik dengan Tuhan dan semakin mengenal kehendak Tuhan dalam kehidupan mereka dari hari lepas hari, sehingga hidup kita mengakui keberadaan Kristus. 23 JUMAT MEI 2014 “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” (Yohanes 8:11) Bacaan hari ini: Yohanes 8:1-11 Bacaan setahun: Yohanes 8:1-27 IRONI MANUSIA BERDOSA K isah perempuan berzinah dalam Yohanes 8 ini merupakan kisah yang sangat menarik untuk disimak, karena kisah ini sesungguhnya mencerminkan diri kita. Dalam kisah ini diceritakan bahwa, orang Farisi dan ahli Taurat dengan antusias menangkap seorang wanita yang telah berzinah, dan kemudian segera mengeksploitasi/memanfaatkan wanita tersebut untuk mencobai Tuhan Yesus (ay. 1-6a). Wow, sikap yang berani dari orang Farisi dan ahli Taurat, seolah-olah mereka sedang mengerjakan dan menegakkan kebenaran Allah. Namun sungguh ironis, tatkala Tuhan Yesus menantang mereka dengan, “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu” (ay. 7). Kita pasti tahu apa yang terjadi kemudian. Ternyata tidak satupun di antara mereka berani melempar batu kepada perempuan itu. Dengan kata lain, dengan tidak berani mereka melempar perempuan itu, berarti mereka menyadari bahwa merekapun adalah orang berdosa. Inilah sebuah ironi dari manusia berdosa. Betapa mudahnya mereka membenarkan diri sendiri dan mencari kesalahan orang lain daripada menolong atau membantunya ke jalan yang benar. Lebih ironi lagi adalah bagaimana mungkin mereka yang berdosa menantang Tuhan yang tidak berdosa? Itulah ironi yang dilakukan oleh ahli Taurat dan orang Farisi. Bagaimana dengan diri kita? Ahli Taurat dan orang Farisi menjadi cerminan bagi kita hari ini, bahwa kitapun mudah untuk melihat kesalahan orang lain, daripada menyadari kesalahan diri kita sendiri; lebih mudah mempersalahkan Tuhan, daripada introspeksi diri. Kita lebih memilih menutupi keberdosaan dan keburukan diri kita dengan menampilkan sisi-sisi rohani secara lahiriah, atau menutupi kekurangan kita dengan mengeksploitasi kelemahan orang lain, dengan tujuan agar kelemahan kita tidak terlihat. Ahli Taurat dan orang Farisi pergi tanpa pengampunan Tuhan, tapi wanita berdosa itu justru mendapatkan anugerah Tuhan (ay. 11). Manakah yang Anda pillih? Pengampunan-Nya atau keangkuhan diri kita? STUDI PRIBADI: Apa yang membuat ahli Taurat dan orang Farisi merasa bahwa diri mereka tidak berdosa ketika menangkap wanita yang berzinah dan mencobai Tuhan? Jelaskan! Berdoalah bagi jemaat agar mereka dapat hidup dalam integritas yang baik di hadapan Tuhan dan sesama, sehingga setiap perbuatan mereka benarbenar menunjukkan anugerah Tuhan yang bekerja dalam hidup mereka. 24 SABTU MEI 2014 “Barangsiapa berasal dari Allah, ia mendengarkan firman Allah…” (Yohanes 8:47) Bacaan hari ini: Yohanes 8:37-59 Bacaan setahun: Yohanes 8:28-59 PEMBENAHAN DIRI SENDIRI A da kalanya kita bertanya, “Mengapa orang Yahudi begitu sulit menerima Tuhan Yesus sebagai Mesias, Anak Allah yang Hidup?” Apakah ini disebabkan karena mereka tidak memiliki informasi tentang Tuhan Yesus, atau ada faktor lain yang membuat mereka menolak Dia? Dalam bacaan Alkitab kita hari ini, kita bisa menemukan beberapa jawaban. Pertama, status lahirah mereka sebagai keturunan Abraham. Orang Yahudi sangat bangga terhadap status lahiriah mereka sebagai keturunan Abraham. Status itu membedakan mereka dari bangsa-bangsa sekitarnya. Namun ironisnya adalah, bahwa status lahiriah mereka tidak otomatis membuat mereka hidup sama seperti Abraham. Tidakan mereka jauh dari cara hidup Abraham. Itulah sebabnya Tuhan Yesus menegur mereka, jika mereka mengaku sebagai keturunan Abraham, sepatutnya mereka hidup sama seperti Abraham, sehingga mereka bisa mengenal kehendak Allah dan tidak berusaha membunuh Tuhan Yesus (ay. 39-40). Kedua, merasa lebih tahu firman Allah dan mengenal Allah. Tuhan berkata pada mereka, “Barangsiapa berasal dari Allah, ia mendengarkan firman Allah” (ay. 47). Perkataan Tuhan Yesus ini tentu membuat kita bertanya, “Bukankah orang Yahudi sejak kecil telah diajar Taurat (firman Allah)? Mengapa mereka tidak bisa mengenal Dia?” Dari perkataan Tuhan Yesus menunjukkan bahwa orang Yahudi merasa lebih “tahu” firman Allah dan “mengenal Allah” lebih benar dari Tuhan sendiri. Akibatnya, mereka “tidak bisa mendengar firman kebenaran Tuhan Yesus, yang adalah firman Allah sendiri” (ay. 46-47). Di sini kita belajar, ketika kita membanggakan status diri (sebagai orang percaya/anak Tuhan) tanpa menghidupinya, dan membanggakan penguasaan kita tentang firman Allah, tanpa memiliki kerendah-hatian untuk terus belajar-diajar dan melakukannya dalam hidup kita, maka kerohanian kita akan menjadi “tumpul,” dan kesombonganlah yang menguasai hidup kita. Jika ini terjadi dalam hidup kita, sesungguhnya kita tidak mengenal Dia dan kehendak-Nya. STUDI PRIBADI: Apa yang membuat orang Yahudi sulit untuk mengenal Tuhan Yesus dan mengakui-Nya sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup? Sebutkan beberapa alasannya! Berdoalah bagi jemaat agar mereka tidak hanya sekadar bangga dengan pengetahuan firman Tuhan yang mereka miliki, melainkan dengan rendah hati mereka giat melakukannya. 25 MINGGU MEI 2014 “Jawab Yesus: Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.” (Yohanes 9:3) Bacaan hari ini: Yohanes 9:1-23 Bacaan setahun: Yohanes 9:1-23 PEKERJAAN-PEKERJAAN ALLAH D iceritakan bahwa suatu kali ketika Tuhan Yesus sedang melintasi sebuah jalan, para murid bertanya kepada-Nya tentang kondisi seorang yang buta, dengan berkata: “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang lain, sehingga ia dilahirkan buta?” (ay. 2). Mendengar pertanyaan mereka, Tuhan Yesus menjawab: “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia” (ay. 3). Jawaban Tuhan Yesus ini tentu mengejutkan mereka dan mungkin kita pada hari ini. Jika sesuatu yang buruk menimpa kita atau anggota keluarga kita, dan itu dikatakan sebagai “kehendak Allah,” apakah kita bisa menerimanya? Tentu kita akan sulit menerimanya, jika kita tidak mengenal dan mengakui kedaulatan-Nya dalam hidup kita. Frase “pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia” sesungguhnya menunjukkan pandangan teologis yang penting tentang siapa Allah dan siapa kita, ciptaan-Nya. Frase ini mengajarkan kepada kita: (1) bahwa Allah berdaulat atas milik-Nya dan memperlakukan apa yang dikehendaki-Nya. Namun, Dia bukanlah Allah yang tanpa tujuan dan “sembarangan” berkarya (bdk. Rm. 8:28, Ef.1:11). (2) Bukan Allah yang harus bertanggung jawab terhadap kita, seolah-olah derajat kita adalah lebih besar dari-Nya, tetapi kitalah yang bertanggung jawab kepada-Nya, karena kita adalah milik-Nya. Jika kita dipakai untuk menyatakan pekerjaan dan kehendak-Nya, sekalipun melaluui keadaan yang tidak baik dan tidak menguntungkan, apakah kita percaya pada kasih karunia dan hikmat-Nya yang tidak terbatas? Satu yang luar biasa adalah, orang buta ini menerima keadaannya, bahkan kedua orangtuanya tidak kecewa terhadap anak yang Allah karuniakan kepada mereka. Justru sebaliknya, melalui apa yang nampak buruk itu (kebutaan), orang itu mengenal Sang Mesias dan kuasa Allah yang dinyatakan di dalam Dia (ay. 37). Bagaimana dengan Anda? Tunduklah pada kedaulatan pekerjaan-pekerjaan Allah dan percayalah pada kasih karunia-Nya yang besar atas hidup kita. STUDI PRIBADI: Apakah kedaulatan Allah dinyatakan tanpa pertimbangan dan hikmat-Nya yang tak terbatas? Jelaskan dan berikan aplikasinya dalam hidup kita? Berdoa bagi jemaat yang sedang menghadapi peristiwa buruk dan kondisikondisi hidup yang tidak menyenangkan agar mereka tetap bersandar pada kedaulatan dan kasih karunia Allah yang besar. 26 SENIN MEI 2014 “Katanya: Aku percaya, Tuhan! Lalu ia sujud menyembah-Nya.” (Yohanes 9:38) Bacaan hari ini: Yohanes 9:24-41 Bacaan setahun: Yohanes 9:24-41 KESAKSIAN ORANG BUTA YANG DISEMBUHKAN B agian firman Tuhan ini adalah lanjutan dari renungan kemarin, yang menceritakan peristiwa penyembuhan orang yang buta sejak lahir, terutama memfokuskan pada peristiwa tanya jawab antara para Farisi dan orang buta yang sudah sembuh tersebut. Para Farisi terlihat sangat menggebu-gebu mengajukan beberapa pertanyaan seputar penyembuhan orang buta tersebut, terutama dalam kaitannya dengan Tuhan Yesus. Karena hal ini pula, orangtua dari orang buta tersebut tidak berani ikut campur, karena takut dikucilkan. Tetapi lain sekali dengan sikap orang buta yang sembuh itu, yang dapat menjadi pelajaran bagi kita. Pertama, dia berani menyaksikan apa yang telah dia alami bersama Tuhan Yesus. Setiap kali ditanya oleh para Farisi, orang buta yang sembuh tersebut selalu menjawab dengan jujur dan tanpa rasa takut. Orang Farisi bertanya bukan untuk mencari kebenaran, tetapi mencari celah agar dapat menyalahkan Tuhan Yesus. Tetapi orang buta itu tetap berani menyaksikan apa yang sesungguhnya dia alami bersama Tuhan Yesus sehingga membuat orang-orang Farisi itu jengkel karena tidak bisa menemukan kesalahan Tuhan Yesus. Kedua, dia berani untuk menyaksikan imannya terhadap Tuhan Yesus. Imannya makin bertumbuh, dibuktikan dengan pengenalannya yang makin dalam dan benar akan diri Tuhan Yesus. Ketika Tuhan Yesus menemuinya kembali dan menyatakan Diri-Nya dengan lebih jelas, dia menyatakan penyembahannya kepada Tuhan Yesus (9:35-38). Tekanan dan himpitan dari orang-orang Farisi yang memberikan pertanyaan tidak membuatnya ragu untuk semakin mengenal Kristus. Pelajaran dari orang buta yang sembuh ini mengingatkan kita agar tetap teguh dalam iman pada Tuhan Yesus, terutama ketika kita mengalami tekanan atau himpitan, yang datangnya dari orang lain bahkan orang dekat dalam hidup (bahkan bisa saja datang dari anggota keluarga kita sendiri). Tetapi, firman Tuhan ini mengingatkan kita agar iman kita makin teguh dan bertumbuh di dalam himpitan dan tekanan tersebut. STUDI PRIBADI: Apa buktinya bahwa iman orang buta yang sembuh tersebut makin teguh dan bertumbuh di dalam Tuhan Yesus? Sebutkan alasannya! Berdoalah agar jemaat Tuhan tetap teguh dalam iman kepada Tuhan Yesus walaupun menghadapi penolakan dari orang lain ataupun berada dalam situasi yang sulit. Mereka menantikan pertolongan tangan Tuhan. 27 SELASA MEI 2014 “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Yohanes 10:10) Bacaan hari ini: Yohanes 10:1-23 Bacaan setahun: Yohanes 10:1-23 HIDUP YANG BERKELIMPAHAN K alimat Tuhan Yesus dalam Yohanes 10:10 ini mempunyai pengertian sangat mendalam, lebih dari sekadar “kelimpahan” yang dimengerti dunia ini, yang bersifat materi dan harta semata. Apa sebenarnya pengertian dari hidup yang berkelimpahan berdasarkan firman Tuhan ini? Pertama, yang harus diperhatikan adalah, hidup yang berkelimpahan ini hanya ditemukan di dalam Tuhan Yesus, Sang Gembala yang Baik itu. Luar biasanya adalah, Tuhan Yesus mengorbankan diri-Nya bagi kita agar kita yang percaya mendapatkan hidup tersebut. Jadi ini bukanlah sekadar pemberian, tapi ada unsur pengorbanan Tuhan Yesus di sana. Oleh karena itu, Tuhan Yesus menyebut diri-Nya sebagai Gembala yang baik karena Dia rela memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya. Pertanyaannya, apakah kita sudah menerima Tuhan Yesus, Gembala yang baik itu? Kedua, hidup yang berkelimpahan, adalah hidup yang memiliki relasi dalam Tuhan Yesus. Karena Tuhan Yesus adalah sumber hidup kita, maka kita akan mendapatkan hidup yang sesungguhnya. Di dalam Dia, kita akan mendapatkan kehidupan sejati, yang Tuhan sediakan sebagai Pencipta kita. Jadi kelimpahan tidak berarti hidup yang dipenuhi dengan kekayaan harta dan materi. Tetapi hidup yang berkelimpahan adalah hidup yang ada di dalam Tuhan dan di dalam kehendak dan pimpinan Tuhan, sebagaimana Dia kehendaki sebagai Pencipta kita. Karena Dia adalah Tuhan, maka kita yang percaya akan Dia, akan mendapatkan hidup yang penuh, yang utuh, dan juga yang melimpah dan bermakna karena kita ada di dalam Sumber hidup itu sendiri. Jika kita telah mengetahui bahwa hidup yang berkelimpahan ada di dalam Tuhan Yesus, maka mari kita yang telah menerima Dia hidup dalam relasi yang benar dengan Dia. Kita mencari dan melakukan kehendak-Nya sebagaimana yang dinyatakan dalam firman Tuhan. Kita memelihara relasi yang dekat dengan Dia dalam doa dan juga waktu teduh, setiap hari. Kita memberi diri kita untuk makin dibentuk oleh Tuhan sehingga dapat makin serupa dengan Tuhan Yesus. STUDI PRIBADI: Apa yang selama ini Anda pikirkan tentang “hidup yang berkelimpahan”? Apa arti “hidup yang berkelimpahan” di dalam Tuhan Yesus? Berdoalah bagi jemaat agar Tuhan menolong kita untuk menjaga relasi dan kehidupan yang dekat dengan Tuhan dan firman-Nya, sehingga senantiasa kita boleh dekat dengan rencana dan kehendak-Nya. 28 RABU MEI 2014 “Dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.” (Yohanes 10:28) Bacaan hari ini: Yohanes 10:24-42 Bacaan setahun: Yohanes 10:24-42 HIDUP KEKAL DI DALAM TUHAN YESUS “HIDUP KEKAL” adalah satu istilah yang seringkali kita dengar, bahkan katakan sebagai orang Kristen yang percaya kepada Tuhan Yesus. Tetapi apa maksudnya? Arti yang paling sederhana yang sering kita dengar dan mengerti adalah hidup yang tidak akan binasa selamanya, atau hidup di surga setelah kematian. Tidak ada yang salah dengan itu, tetapi hidup kekal mempunyai pengertian yang lebih dalam dari itu. Dari bagian firman Tuhan ini kita akan belajar pengertian tentang hidup kekal. Pertama, hidup kekal ada di dalam relasi dengan Tuhan Yesus dan Bapa. Hidup kekal bukan hanya diberikan Tuhan Yesus kepada mereka yang percaya kepada-Nya, bukan juga hanya sebuah kondisi dimana mereka tidak akan binasa selamanya. Hidup kekal adalah hidup karena adanya relasi antara orang percaya dengan Tuhan Yesus dan Bapa. Ini ditunjukkan dengan beberapa kalimat, seperti “seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku” dan “Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku.” Atau ayat di Yohanes 17:3 yang berbunyi “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” Hidup yang kekal adalah sebuah relasi kita, orang percaya, dengan Allah dalam Tuhan Yesus. Relasi ini bersifat “kuat” dalam arti relasi yang tidak terputus, bukan karena kita, tetapi karena Tuhan sendiri. Kedua, hidup kekal dihidupi dengan mendengarkan suara Tuhan dan mengikut Dia. Hidup kekal bukan persoalan “nanti di surga,” tetapi sudah dimulai sekarang di dunia ini, yaitu ketika kita ada di dalam Tuhan Yesus. Ingat! Hidup kekal adalah relasi dengan Tuhan. Sehingga hal itu ditandai dengan hidup yang mengikut Tuhan dan mendengarkan suara-Nya, dalam arti mengikuti kehendak-Nya. Tuhan Yesus mengumpamakannya dengan gambaran domba yang mengikuti gembalanya, sehingga adalah ironi jika seseorang mengaku sebagai pengikut Kristus, tetapi hidupnya tidaklah seturut dengan kehendak-Nya. STUDI PRIBADI: Apa artinya hidup kekal di dalam Tuhan Yesus? Bagaimana seharusnya sikap orang yang telah memiliki hidup kekal di dalam Yesus? Berdoa agar jemaat diberikan pertolongan Tuhan untuk setia menjaga relasi dengan Tuhan dalam doa, membaca firman Tuhan, dan beribadah kepadaNya, sehingga semakin mengenak kehendak-Nya. 29 KAMIS MEI 2014 “…Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.” (Yohanes 11:4) Bacaan hari ini: Yohanes 11:1-29 Bacaan setahun: Yohanes 11:1-29 DERITA YANG MEMBAWA KEMULIAAN ALLAH K etika Lazarus masih sakit, Maria dan Marta memohon dan berharap Yesus akan datang dan menyembuhkan saudaranya. Namun justru Yesus dengan sengaja tidak segera datang untuk menyembuhkan, bahkan membiarkan Lazarus mati selama 4 hari. Maria dan Marta merasa kecewa, mengapa Yesus terlambat datang sehingga Lazarus tidak tertolong (ay.21, 32). Mengapa Yesus membiarkan kesusahan yang lebih besar bagi mereka? Ternyata Yesus mempunyai tujuan: (1) Agar Anak Allah dimuliakan (ay. 4). Memang untuk menyembuhkan Lazarus tidak sulit bagi Yesus dan banyak orang sudah menyaksikannya. Membangkitkan orang yang baru mati juga sudah pernah Yesus lakukan (Luk.7:11-17; 8:49-56). Namun kali ini, dengan membangkitkan Lazarus yang sudah 4 hari mati, banyak orang akan melihat kemuliaan Allah, kuasa dan karya Allah yang luar biasa dan mereka menjadi percaya kepada Yesus (ay.45). (2) Agar iman murid-murid Yesus makin diteguhkan (ay.15). Yesus berkata: “syukurlah” (bersukacita), karena melalui kematian Lazarus ini iman murid-murid-Nya makin dikuatkan (“belajar percaya”). (3) Yesus ingin mengajarkan bahwa: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup (secara rohani) walaupun ia sudah mati (secara jasmani), dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya” (ay. 25-26). Satu jaminan yang pasti, bahwa Yesus dengan kuasa-Nya akan membangkitkan setiap orang yang percaya kepada-Nya dan Yesus akan memberikan hidup kekal selamanya di sorga. Ketika kesulitan dan penderitaan yang terasa begitu berat menimpa kita, sadar atau tidak, kita mengeluh kepada Tuhan: “Mengapa ini semua Tuhan ijinkan terjadi, padahal aku sudah setia mengikut Tuhan?” Marilah kita diam sejenak dan belajar mengerti bahwa Tuhan punya maksud yang indah. Tuhan pasti ingin mengajarkan sesuatu melalui permasalahan kita. Ketika kita berhasil melewati pergumulan tersebut dan melihat bagaimana karya Tuhan menolong kita, kita akan belajar untuk semakin percaya dan bersandar pada Tuhan. STUDI PRIBADI: Apa yang menyebabkan kita seringkali mengeluh dan mengapa kita tidak dapat mengerti maksud Tuhan dalam pergumulan yang sedang kita hadapi? Berdoalah agar setiap kita mau belajar peka untuk mengerti maksud Tuhan di balik penderitaan yang kita alami. Berdoalah agar kita mampu melewati tiap pergumulan bersama dengan Tuhan. 30 JUMAT MEI 2014 “Karena itu Yesus tidak tampil lagi di muka umum di antara orang-orang Yahudi…” (Yohanes 11:54) Bacaan hari ini: Yohanes 11:45-47 Bacaan setahun: Yohanes 11:30-57 ALLAH BERKARYA MENURUT WAKTU-NYA Y ang menarik dari catatan Yohanes tentang kesepakatan para imam dan ahli Taurat untuk membunuh Yesus dalam perikop ini adalah, bahwa Tuhan berkarya menurut waktu-Nya. Yohanes mencatat, bahwa sejak kesepakatan itu dibuat, maka Yesus tidak tampil lagi di muka umum (ay. 54). Mengapa demikian? Apakah Yesus takut terhadap mereka? Apakah Yesus juga takut terhadap kematian? Jawabannya jelas, tidak! Jika Yesus takut terhadap mereka, Ia tidak akan menegur mereka, atau memberikan kritikan yang keras dan tajam tentang kehidupan saleh yang mereka kerjakan. Demikian pula, apabila Yesus menyingkir dari publik karena Ia takut terhadap ancaman pembunuhan yang mereka rencanakan, maka tidaklah mungkin Ia membiarkan diri-Nya ditangkap dan diadili oleh mereka. Sebaliknya, Ia akan bersembunyi dan tidak lagi menampakkan diri-Nya di depan orang banyak di Yerusalem. Maka di sini kita melihat, bahwa Tuhan Yesus sengaja tidak tampil lagi di muka umum karena waktu-Nya belum tiba. Allah bekerja tidak dengan serampangan. Ia bekerja menurut waktu-Nya. Itulah sebabnya, untuk sementara waktu Tuhan Yesus tidak menunjukkan diri-Nya di depan umum, tetapi ingin mempersiapkan para murid-Nya untuk menghadapi situasi sulit dimana mereka akan melihat sang Guru yang mereka ikuti, akan mengalami penderitaan dan mati di atas kayu salib. Maka jika kita menelusuri pasal-pasal berikutnya dalam catatan Injil Rasul Yohanes, kita akan menemukan bahwa banyak waktu yang dihabiskan oleh Tuhan Yesus bersama dengan para murid-Nya. Dari kisah ini, kita dapat belajar bahwa Tuhan berkarya menurut waktuNya. Itu berarti, bagaimanapun usaha manusia untuk mencapai tujuannya, jika belum tiba waktu-Nya atau kehendak-Nya dinyatakan bagi kita, maka kita harus belajar bersabar menunggu waktu-Nya. Jika Yesus yang adalah Tuhan dan Juruselamat kita berkarya menurut waktu-Nya, maka kitapun harus mengikuti jejak-Nya. Belajarlah bersabar dan tekun dalam segala sesuatu menurut kehendak dan waktu-Nya Tuhan. STUDI PRIBADI: Mengapa Tuhan menyingkir dari masyarakat umum ketika mendengar, bahwa Ia akan dibunuh? Apakah Dia takut atau Dia memiliki rencana yang lain? Jelaskan! Berdoalah bagi jemaat yang sedang menantikan pertolongan tangan Tuhan, agar mereka belajar bersabar dan bertekun dalam menantikan waktu dan kehendak Tuhan dinyatakan dalam hidup mereka. 31 SABTU MEI 2014 “Lalu imam-imam kepala bermupakat untuk membunuh Lazarus juga.” (Yohanes 12:10) Bacaan hari ini: Yohanes 12:9-11 Bacaan setahun: Yohanes 12:1-26 ANCAMAN TERHADAP LAZARUS U saha para imam untuk membunuh Yesus tidaklah semulus yang mereka harapkan, sebab memang belum tiba waktu-Nya Tuhan untuk disalib. Namun, karena sejak semula kebencian telah membakar hati mereka terhadap Tuhan Yesus, maka ancaman pembunuhan tidak saja ditujukan kepada Tuhan Yesus, tetapi juga kepada Lazarus. Mengapa mereka juga berkeinginan untuk membunuh Lazarus? Rasul Yohanes mencatat dalam Injilnya, bahwa ternyata Lazarus tidak tinggal diam, setelah paska ia dibangkitkan Tuhan Yesus dari kematiannya. Sebaliknya dengan berani, ia bersaksi tentang Tuhan Yesus, bahwa Ia adalah Mesias yang dijanjikan, dan banyak orang Yahudi menjadi percaya kepada-Nya (ay. 11). Kisah ini tentu saja mengingatkan kepada kita: Pertama, siapapun yang membenci Tuhan Yesus, mereka juga akan membenci kita sebagai pengikut-Nya, sebab kita menyaksikan kebenaran tentang Tuhan Yesus dan karya keselamatan di dalam Dia. Kita akan menghadapi ancaman dan kebencian mereka yang membenci kebenaran Tuhan. Kedua, kita tidak perlu berkecil hati dan gentar terhadap ancamanancaman seperti itu, sama seperti Lazarus yang tidak takut terhadap ancaman para imam-iman kepala yang berusaha membunuhnya karena Kristus. Sebaliknya, Lazarus tetap bersaksi, karena ia telah melihat dan mengalami kebenaran kuasa Allah di dalam Tuhan Yesus, bahwa ia yang dahulu mati, telah dibangkitkan-Nya. Maka kematian bukanlah sesuatu yang menakutkan lagi baginya, sebab Tuhan Yesus berkuasa atas maut. Jika ia harus mati, bukankah Tuhan Yesus sanggup memberikannya kehidupan kembali? (Mat. 16:25). Karena itu, janganlah kecil hati terhadap berbagai ancaman yang mengancam iman kita, karena Tuhan Yesus berkuasa atas hidup dan matinya diri kita. Sebaliknya, jika kita tidak setia hanya karena persoalan-persoalan kecil yang menimpa kita, bagaimana mungkin kita akan bertahan dan tetap setia kepada-Nya, ketika nyawa yang menjadi taruhannya? Marilah kita belajar dari kehidupan Lazarus. STUDI PRIBADI: Mengapa Lazarus berani memberitakan kabar baik tentang Yesus Kristus kepada orang Yahudi? Sebutkan alasanya! Berdoalah bagi orang Kristen yang sedang menghadapi situasi buruk, yang mungkin mengancam hidup mereka karena iman dan kesetiaan mereka kepada Tuhan Yesus, agar mereka dikuatkan dalam segala hal. Catatan... “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.” (Yohanes 3:30) © Burl Hays