BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia sendiri, permasalahan akuntansi sosial memang bukanlah hal yang baru, para pakar akuntansi di Indonesia juga telah melakukan analisis dan studi tentang kemungkinan penerapan akuntansi sosial di Indonesia (Harahap, 1988); lihat juga Bambang Sudibyo (1988); Hadibroto (1988) dalam Arief Suadi (1988), hanya saja akuntansi sosial menjadi kurang popular karena kemungkinan perusahaanperusahaan di Indonesia memanfaatkan laporan tahunan hanya sebagai laporan kepada shareholders dan stakeholders atau bagi calon investor (Muslim Utomo, 2000). Sebuah analisis yang dilakukan oleh bambang Sudibyo (1988) dalam Arief Suadi (1988) menyimpulkan bahwa terdapat dua hal yang menjadi kendala sulitnya penerapan akuntansi sosial di Indonesia, yaitu (1) lemahnya tekanan sosial yang menghendaki pertanggungjawaban sosial perusahaan dan (2) rendahnya kesadaran perusahaan di Indonesia tentang pentingnya pertanggungjawaban sosial (www.resum.wordpress.com, 2011). 2.1.1 Pengertian Akuntansi Sosial Hadibroto (1988); Bambang Sudibyo (1988) dan para pakar akuntansi di Indonesia menggunakan istilah Akuntansi pertanggung jawaban sosial (APS) sebagai akuntansi yang memerlukan laporan mengenai terlaksananya pertanggungjawaban 12 13 sosial perusahaan. Hendriksen (1994), menggambarkan akuntansi sosial sebagai suatu pernyataan tujuan, serangkaian konsep sosial dan metode pengukurannya, struktur pelaporan dan komunikasi informasi kepada pihak–pihak yang berkepentingan. Pernyataan Hendriksen (1994) tersebut memberikan gambaran tentang hubungan mendasar antara konsep akuntansi sosial dengan informasi yang dihasilkan, sehingga secara kongkrit informasi tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan (www.resum.wordpress.com, 2011). Berdasarkan beberapa uraian diatas, pada dasarnya definisi yang diberikan oleh para pakar akuntansi mengenai akuntansi sosial memiliki karakteristik yang sama, sebagaimana yang dikemukakan oleh Ramanathan (1976) dalam Arief Suadi (1988), yaitu Akuntansi sosial berkaitan erat dengan masalah : (1) Penilaian dampak sosial dari kegiatan entitas bisnis, (2) mengukur kegiatan tersebut (3) melaporkan tanggungjawab sosial perusahaan, dan (4) sistem informasi internal dan eksternal atas penilaian terhadap sumber-sumber daya perusahaan dan dampaknya secara sosial ekonomi (www.resum.wordpress.com, 2011). 2.1.2 Tujuan Akuntansi Sosial Tanggungjawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan mendasari timbulnya akuntansi sosial menurut Hendriksen (1994) adalah untuk memberikan informasi yang memungkinkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap masyarakat dapat di evaluasi. Ramanathan (1976) dalam Arief Suadi (1988) juga menguraikan tiga tujuan dari akuntansi sosial yaitu : (1) mengidentifikasikan dan mengukur kontribusi sosial 13 neto periodik suatu perusahaan, yang meliputi bukan hanya manfaat dan biaya sosial yang di internalisasikan keperusahaan, namun juga timbul dari eksternalitas yang mempengaruhi segmen-segmen sosial yang berbeda, (2) membantu menentukan apakah strategi dan praktik perusahaan yang secara langsung mempengaruhi relatifitas sumberdaya dan status individu, masyarakat dan segmen-segmen sosial adalah konsisten dengan prioritas sosial yang diberikan secara luas pada satu pihak dan aspirasi individu pada pihak lain, (3) memberikan dengan cara yang optimal, kepada semua kelompok sosial, informasi yang relevan tentang tujuan, kebijakan, program, strategi dan kontribusi suatu perusahaan terhadap tujuan-tujuan sosial perusahaan (www.resum.wordpress.com, 2011). Berdasarkan tujuan akuntansi sosial yang diuraikan diatas dapat dipahami bahwa akuntansi sosial berperan dalam menjalankan fungsinya sebagai bahasa bisnis yang mengakomodasi masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh perusahaan, sehingga pos-pos biaya sosial yang dikeluarkan kepada masyarakat dapat menunjang operasional dan pencapaian tujuan jangka panjang perusahaan (www.resum.wordpress.com, 2011). 2.2 Tanggungjawab Sosial Perusahaan Tanggungjawab sosial perusahaan merupakan konsep yang terus berkembang. Hingga saat ini tanggungjawab sosial belum memiliki sebuah definisi standar maupun seperangkat kriteria spesifik yang diakui secara penuh oleh pihak-pihak yang terlibat didalamnya (Edi Suharto, 2010). 13 Menurut Ali Darwin (2004) dalam Reni Retno Anggraini (2006) menyatakan bahwa pertanggungjawaban sosial perusahaan atau tanggungjawab sosial adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggungjawab organisasi di bidang hukum. Selain itu, International Organization for Standardization (ISO) 26000 mengenai Guidance on Social Responsibility juga memberikan definisi tanggungjawab sosial. Meskipun baru sebatas draft, pedoman ini selalu dijadikan rujukan. Menurut ISO 26000 dalam Edi Suharto (2010) adalah: “Tanggungjawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan termasuk kesehatan dan kesejahteraan masyarakat; mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hokum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional; serta integrasi dengan organisasi secara menyeluruh.” Pengertian tanggungjawab sosial juga terdapat dalam Undang-undang PT No. 40 tahun 2007 pasal satu butir tiga (2007) yang menyatakan bahwa: “Tanggungjawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.” Pengertian tanggungjawab sosial yang relatif mudah dipahami dan diopersionalkan adalah dengan mengembangkan Triple Bottom Lines (profit, planet, dan people) yang digagas John Elkington (1998), dia menegaskan bahwa perusahaan 13 yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit), melainkan memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people), hal tersebut memiliki tujuan agar tanggungjawab sosial harus mampu meningkatkan laba perusahaan, menyejahterakan karyawan dan masyarakat, serta meningkatkan kualitas lingkungan (Edi Suharto, 2010). Namun Edi Suharto (2010) menambahkan satu konsep tambahan, yakni procedure. Dengan demikian, tanggungjawab sosial merupakan kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungan (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan prosedur (procedure) yang tepat dan profesioanl. 2.2.1 Pelaksanaan Tanggungjawab Sosial Perusahaan Menurut Norhadi (2011), tanggungjawab yang harus dimiliki perusahaan terbagi menjadi empat konsep, yaitu: 1. Ethic responsibility, maksudnya perusahaan berkewajiban melakukan aktivitas bisnis didasarkan etika bisnis yang sehat. Dalam konteks ini, perusahaan tidak benar melakukan aktivitas yang menyimpang secara etika, baik dilihat aspek norma bisnis, masyarakat, agama, budaya, lingkungan. 2. Legal responsibility, maksudnya perusahaan sebagai bagian dari masyarakat yang lebih luas memiliki kepentingan untuk memenuhi aturan legal formal, sebagaimana yang diisyaratkan oleh pemangku kekuasaan. Operasional 13 perusahaan juga hendaknya dilakukan sesuai dengan kaidah peraturan perundang-undangan. 3. Economic responsibility, maksudnya secara ekonomi tanggungjawab perusahaan adalah menghasilkan barang dan jasa kepada masyarakat dan memberikan keuntungan kepada perusahaan. Dengan menghasilkan barang dan jasa, maka perusahaan diharapkan memberikan pekerjaan yang produktif terhadap masyarakat sekitarnya, menyumbangkan sebagian keuntungan dalam bentuk pajak kepada masyarakat. 4. Citizenship responsibility, perusahaan bukan hanya bertanggungjawab terhadap pemegang saham, namun juga bertanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Keberadaan perusahaan bukan bersifat independen terhadap lingkungan dan masyarakat, melainkan memiliki ketergantungan dan membutuhkan lingkungan masyarakat yang lebih besar. Dengan demikian, perusahaan harus melakukan tindakan tanggungjawab sosial dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan operasionalnya. Sedangkan menurut John Elkington (1998) dalam Sedoyono Hasibuan (2006) menyatakan bahwa tanggungjawab sosial dibagi menjadi tiga komponen utama yang dikenal dengan konsep triple bottom line, yaitu: 1. People, sebuah bisnis harus bertanggungjawab untuk memajukan dan menyejehterakan sosial serta seluruh stakeholders. Hal ini bisa dibuktikan dengan kegiatan kedermawanan yang dilakukan secara tulus untuk 13 membangun masyarakat dan sumberdaya manusi, seperti memberikan beasiswa pendidikan dan pelayanan kesehatan. 2. Profit, perusahaan tidak boleh hanya memiliki keuntungan bagi organisasinya saja tetapi harus dapat memberikan kemajuan ekonomi bagi para stakeholder. Hal ini dapat dibuktikan dengan cara perusahaan terjun lanngsung ke masyarakat untuk memperkuat ketahanan ekonomi, seperti pembinaan Usaha Kecil Menengah (UKM), bantuan modal dan kredit serta pemberdayaan tenaga lokal. 3. Planet, perusahaan harus dapat menggunakan sumberdaya alam dengan sangat bertanggungjawab dan menjaga keadaan lingkungan serta memperkecil jumlah limbah produksi. Hal ini bisa dibuktikan dengan cara penerapan proses produksi yang besih, aman dan bertanggunjawab, contohnya seperti pengelolaan limbah, penanaman pohon, dan kampanye lingkungan hidup. 13 Tabel 2.1 The Triple Bottom Line of Corporate Social Responsibility People Definisi Sebuah Profit Planet bisnis Perusahaan harus boleh bertanggungjawab memiliki tidak Perusahaan harus hanya dapat untuk memajukan keuntungan menggunakan bagi sumberdaya alam masyarakat sosial organisasinya saja dengan serta sangat seluruh tetapi harus dapat bertanggungjawab stakeholdersnya memberikan dan menjaga kemajuan ekonomi keadaan bagi para lingkungan stakeholdersnya serta memperkecil jumlah limbah produksi Jenis kegiatan Kegiatan Tindakan kederamawanan perusahaan untuk produksi yang Penerapan proses yang dilakukan terjun langsung di bersih, aman dan secara tulus untuk dalam masyarakat bertanggungjawab membangun masyarakat sumberdaya untuk memperkuat dan ketahanan ekonomi manusia Contoh • Beasiswa pendidikan • Pelayanan kesehatan • Sumbangan • Pembinaan UKM • Bantuan modal dan kredit • Pemberdayaan • Pengelolaan limbah • Penanaman pohon • Kampanye 13 bencana alam tenaga lokal lingkungan hidup Sumber: Sedoyono Hasibuan (2006) Menurut ISO 26000 dalam Achmad Daniri (2008) bahwa prinsip-prinsip dasar tanggungjawab sosialyang menjadi dasar bagi pelaksanaan yang menjiwai atau menjadi informasi dalam pembuatan keputusan dan kegiatan tanggungjawab sosial, melliputi: 1. Kepatuhan kepada hukum 2. Menghormati instrumen atau badan-badan internasional 3. Menghormati stakeholders dan kepentingannya 4. Akuntabilitas 5. Transparansi 6. Perilaku yang beretika 7. Melakukan tindakan pencegahan 8. Menghormati dasar-dasar hak asasi manusia 2.2.2 Manfaat Tanggungjawab Sosial Perusahaan Menurut Edi Suharto (2010) jika dikelompokan terdapat empat manfaat diterapkannya tanggungjawab sosial yang dapat diperoleh perusahaan, yaitu: 1. Brand Differentiation Dalam persaingan pasar yang kian kompetitif, tanggungjawab sosial bisa memberikan citra perusahaan yang khas, baik, dan etis dimata publik yang pada gilirannya menciptakan customer loyalty. 13 2. Human Resources Program tanggungjawab sosial dapat membantu dalam perekrutan karyawan baru, terutama yang memiliki kualifikasi tinggi. 3. Licences to Operate Perusahaan yang menjalankan tanggungjawab sosial dapat mendorong pemerintah dan publik memberi “izin” bisnis, karena dianggap telah memenuhi standar operasi dan kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat luas. 4. Risk Management Manajemen resiko merupakan isu sentral bagi setiap perusahaan. Reputasi perusahaan yang dibangun bertahun-tahun bisa runtuh dalam sekejap oleh skandal korupsi, kecelakaan karyawan, atau kerusakan lingkungan. Menurut Jalal (2010), tanggungjawab sosial dapat memberikan berbagai manfaat potensial bagi organisasi, diantaranya: 1. Bisnis yang bertanggungjawab sosial (socially responsibility business) dianggap sebagai satu-satunya cara berbisnis yang dapat diterima dimasa mendatang 2. Bisnis dengan cara tersebut akan mendatangkan manfaat bagi pemagku kepentingan dan menguntungkan perusahaan 3. Keuntungan penghematan perusahaan biaya produksi, peningkatan nilai saham itu dating dari peningkatan peningkatan pemasaran produktivitas, produk, serta 13 4. Bentuk-bentuk sumbangan berupa uang tunai semakin jarang perannya dalam tanggungjawab sosial digantikan bentuk-bentuk yang lebih stratejik. 2.2.3 Pengungkapan tentang Tanggungjawab Sosial Perusahaan Menurut Mathews (1995) dalam Edi Rismanda Sembiring (2005) bahwa pengungkapan tanggungjawab sosial atau yang sering disebut dengan social disclosure, corporate social reporting, social accounting merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan, hal tersebut memperluas tanggungjawab perusahaan, diluar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham. Perluasan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa perusahaan mempunyai tanggungjawab yang lebih luas disbanding hanya mencari laba untuk pemegang saham menurut Grey, dkk (1987) dalam Edi Rismanda Sembiring (2005). Menurut ACCA (2004) dalam Reni Retno Anggraini (2006) menerangkan bahwa pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan dalam laporan yang disebut Sustainability Reporting. Sustainability Reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (Sustainability Development). Sustainability Reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi, lingkungan dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi. Menurut Norhadi (2011) 13 menyatakan bahwa laporan tanggungjawab sosial menjadi tidak terpisahkan dengan laporan tahunan (annual report) yang dipertanggungjawabkan direksi. Menurut Ali Darwin (2004), terdapat dua jenis pengunggkapan dalam pelaporan keuangan yang telah ditetapkan oleh badan yang memiliki otoritas dipasar modal, yaitu: 1. Mandatory disclosure atau pengungkapan wajib, yaitu informasi yang harus diungkapkan oleh emiten yang diatur oleh peraturan pasar modal disuaru negara. 2. Voluntary disclosure atau pengungkapan sukalera, yaitu pengungkapan yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh standar yang ada. Menurut Edi Suharto (2010) untuk perusahaan yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia, pengungkapan kegiatan sosial seperti tanggungjawab sosial telah diatur dalam peraturan Bapepam No. KEP-134/BI/2006 tanggal 7 Desember 2006 sebagai pengganti peraturan Bapepam No KEP-38/PM/1996. Peraturan Bapepam tersebut diupayakan untuk memberikan gambaran yang jelas tentang kinerja menejemen kepada publik, sedangkan menurut Ali Darwin (2004) pengungkapan sosial dalam tanggungjawab perusahaan sangat perlu dilakukan, karena bagaimanapun juga perusahaan memperoleh nilai tambah dari kontribusi masyarakat disekitar perusahaan termasuk dari penggunaan sumber-sumber sosial. Alasan perusahaan membuat laporan tanggungjawab sosial dan lingkungan antara lain: 13 1. Untuk meningkatkan akuntabilitas, transparansi dan untuk menunjukan adanya pertanggungjawaban dan keterbukaan 2. Bagi stakeholders, membangun kepercayaan dan memperkuat hubungan serta komunikasi 3. Mengurangi resiko korporat dan melindungi nama baik (reputasi) 4. Analisa investasi bagi investor (social responsible investment) 5. Memicu penyempurnaan secara terus menerus dalam perusahaan 6. Menghasilkan daya saing yang tinggi dalam perolehn pinjaman, SDM, pemasok, dan pelanggan Global Reporting Intiative menekankan pentingnya enam prinsip yang perlu diperhatikan dalam membuat pelaporan tanggungjawab sosial yang baik (Edi Suharto, 2010), yaitu: 1. Accuracy, informasi harus lengkap dan cukup detail agar bisa dinilai oleh pemangku kepentingan secara jelas, tepat dan akurat 2. Balance, mencermikan aspek-aspek positif dan negatif dari tanggungjawab sosial yang dilakukan 3. Comparability, variable yang digunakan dan dilaporkan harus konsisten agar dapat diperbandingkan antar waktu 4. Clarity, informasi harus tersedia dalam bentuk yang mudah dipahami dan bisa diakses oleh pemangku kepentingan 5. Reliability, informasi dapat dipercaya berdasarkan cara atau metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan 13 6. Timeliness, laporan tersedia tepat waktu bagi pemangku kepentingan dan pihak-pihak lain yang memerlukan Item pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan mengacu pada hasil penelitian terdahulu, menurut hasil penelitian Hackston dan Milne (1996) dalam Edi Rismanda Sembiring (2005), item-item pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan dibagi kedalam tujuh kategori, yaitu: lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat dan umum, ketujuh kategori tersebut terbagi dalam 90 item pengungkapan. Berdasarkan peraturan Bapepam No. VIII.G.2 tentang laporan tahunan dan kesesuaian item tersebut untuk diaplikasikan di Indonesia, maka penyesuaian kemudian dilakukan. Dua belas item dihapuskan karena kurang sesuai untuk diterapkan dengan kondisi di Indonesia sehingga secara total tersisa 78 item pengungkapan. 78 item tersebut kemudian disesuaikan kembali dengan masing-masing sektor industri sehingga item pengungkapan yang diharapkan dari setiap sektor berbeda-beda. Item-item pengungkapan tanggungjawab sosial menurut Edi Rismanda Sembiring (2005), adalah sebagai berikut: A. Lingkungan Bidang ini meliputi aktifitas pengendalian pencemaran dan lingkungan hidup, hal tersebut meliputi pengendalian terhadap kerusakan lingkungan, konversi alam dan pengungkapan lain yang berkaitan dengan lingkungan. Item-itemnya adalah: 13 1. Pengendalian polusi kegiatan operasi, pengeluaran riset dan pengembangan untuk pengurangan polusi 2. Pernyataan yang menunjukan bahwa operasi perusahaan tidak mengakibatkan polusi atau memenuhi ketentuan hukum dan peraturan polusi memenuhi ketentuan hukum dan peraturan polusi 3. Pernyataan yang menunjukan bahwa polusioperasi telah atau akan dikurangi 4. Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pengolahan sumber alam, misalnya reklamasi daratan atau reboisasi 5. Konversi sumber alam, misalnya mendaur ulang kaca, besi, minyak, air dan kertas 6. Penggunaan material daur ulang 7. Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan yang dibuat perusahaan 8. Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan 9. Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memeperindah lingkungan 10. Kontribusi dalam pemugaran bangunan bersejarah 11. Pengolahan limbah 12. Mempelajari dampak lingkungan untuk memonitor dampak lingkungan perusahaan 13. Perlindungan lingkungan hidup 13 B. Energi Bidang ini meliputi aktivitas dalam pengaturan penggunaan energi dalam hubungannya operasi perusahaan dan penignkatan efisiensi terhadap produk perusahaan, meliputi konservasi energi, efisiensi energi, dll. Itemnya adalah: 14. Menggunakan energy secara lebih efisien dalam kegiatan operasi 15. Memanfaatkan barang berkas untuk memproduksi energi 16. Penghematan energi sebagai hasil produk daur ulang 17. Membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumsi energi 18. Peningkatan efisiensi energi dari produk 19. Riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi energi dari produk 20. Kebijakan energi perusahaan C. Kesehatan dan Keselamatan Tenaga Kerja Bidang ini meliputi aktivitas dalam pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja dalam hubungannya dengan operasi perusahaan dan peningkatan terhadap efisiensi pelaksanaan kegiatan perusahaan. Itemnya adalah: 21. Mengurangi polusi, iritasi atau resiko dalam lingkungan kerja 22. Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental 23. Statistik kecelakaan kerja 24. Mentaati peraturan standar kesehatan dan keselamatan kerja 25. Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja 26. Menetapkan sutau komite keselamatan kerja 13 27. Melaksanakan riset untuk meningkatkan keselamatan kerja 28. Pelayanan kesehatan tenaga kerja D. Lain-lain dengan Tenaga Kerja Segala kegiatan lainnya yang berhubungan dengan tenaga kerja, itemnya adalah: 29. Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita/orang cacat 30. Presentase jumlah tenaga kerja wanita/orang cacat dalam tingkat manajerial 31. Tujuan penggunaan tenaga kerja wanita/orang cacat dalam pekerjaan 32. Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita/orang cacat 33. Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja 34. Memberi bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang pendidikan 35. Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja 36. Bantuan atau bimbingan untuk tenaga kerja yang dalam proses mengundurkan diri atau yang telah membuat kesalahan 37. Perencanaan kepemilikan rumah karyawan 38. Fasilitas untuk aktivitas rekreasi 39. Presentase gaji untuk pensiun 40. Kebijakan penggajian dalam perusahaan 41. Jumlah tenaga kerja dalam perusahaan 42. Tingkatan menejerial yang ada 43. Disposisi astaff dimana staff ditempatkan 13 44. Jumlah staff, masa kerja dan kelompk usia mereka 45. Statistik tenaga kerja, misalnya penjualan pertenaga kerja 46. Kualifikasi tenaga kerja yang direkrut 47. Rencana kepemilikan saham oleh tenaga kerja 48. Rencana pembagian keuntungan lain 49. Informasi hubungan manajemen dengan tenaga kerja dalam meningkatkan kepuasan dan motivasi kerja 50. Informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerja dan masa depan perusahaan 51. Laporan tenaga kerja yang terpisah 52. Hubunga perusahaan dengan sertifikat buruh 53. Gangguan dan aksi tenaga kerja 54. Informasi bagaimana aksi tenaga kerja dinegosiasikan 55. Kondisi kerja secara umum 56. Reorganisasi perusahaan yang mempengaruhi tenag akerja 57. Statistik perputaran tenaga kerja E. Produk Meliputi keamanan, pengurangan polisu, dll. Itemnya adalah: 58. Pengembangan produk perusahaan termasuk pengemasan 59. Gambaran pengeluaran riset dan pengembangan produk 60. Informasi proyek riset perusahaan untuk memperbaiki produk 61. Produk memenuhi standar keselamatan 62. Membuat produk lebih aman untuk konsumen 13 63. Melaksanakan riset atau tingkat keselamatan produk perusahaan 64. Peningkatan kebersihan/kesehatan dalam pengolahan dan penyiapan produk 65. Informasi dan keselamatan produk perusahaan 66. Informasi mutu produk yang dicerminkan dalam penerimaan penghargaan 67. Informasi yang dapat diverifikasi bahwa mutu produk telah meningkat (ISO 9000) F. Keterlibatan masyarakat Meliputi segala kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan yang berhubungan dengan masyarakat. Itemnya adalah: 68. Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas masyarakat, pendidikan dan tunai 69. Tenaga kerja paruh waktu dari mahasiswa/pelajar 70. Sebagai sponsor utnuk proyek kesehatan masyarakat 71. Membantu riset medis 72. Sponsor untuk konversi pendidikan, seminar atau pameran seni 73. Membiayai program beasiswa 74. Membuka fasilitas perumahan untuk masyarakat 75. Sponsor kampanye nasional 76. Mendukung pengembangan industry local 13 G. Umum Meliputi kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan tanggungjawab sosial perusahaan. Itemnya adalah: 77. Tujuan kebijakan pemisahan secara umum berkaitan dengan tanggungjawab sosial perusahaan kepada masyarakat 78. Informasi berhubungan dengan tanggungjawab sosial perusahaan selain yang disebutkan diatas Pengukuran tingkat pengungkapan tanggungjawab pada annual report dilakukan dengan metode content analysis. Metode content analysis merupakan metode pengumpulan data melalui teknik observasi dari analisis terhadap isi atau pesan dari suatu dokumen untuk menghasilkan deskripsi yang objektif dan sistematik, seperti kategori isi, telaah, pemberian kode berdasarkan karakteristik kejadian atau transaksi yang terdapat dalam dokumen (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002). Total CSRI adalah 78 item. Pendekatan untuk menghitung CSRI pada dasarnya menggunakan pendekatan dikotomi yaitu setiap item tanggungjawab sosial dalam instrument penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan. Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Rumus perhitungan CSRI adalah sebagai berikut (Yosefa Sayekti dan Ludovicus Sensi Wondabio, 2007): CSRIj = Xij nj 13 Dimana: CSRIj : Corporate Social Responsibility Disclosure Index Perusahaan j nj : Jumlah item untuk perusahaan j, nj < 78 Xij : Dummy variable; 1 = jika item i diungkapkan, 0 = jika item i tidak diungkapkan Menurut Ali Darwin (2004), tujuan dari pengungkapan tanggungjawab sosial adalah: 1. Mengidentifikasi dan mengukur kontribusi sosial perusahaan tiap periode, yang tidak hanya berupa internalisasi social cost dan social benefit, tetapi juga pengaruh eksternalitas tersebut terhadap kelompok sosial yang berbeda 2. Membantu dan menentukan apakah strategi dan praktek perusahaan secara langsung mempengaruhi sumber daya dan status kekuatan dari individu, masyarakat, kelompok sosial dan generasi yang berkonsisten dengan prioritas sosial disatu sisi dengan aspirasi individu dipihak lain 3. Menyediakan secara optimal mengenai informasi-informasi yang relevan dengan unsur-unsur sosial dalam tujuan, kebijakan, program, kinerja dan sumbangan perusahaan terhadap tujuan sosial 2.2.4 Peraturan Tanggungjawab Sosial Perusahaan Undang-undang tentang CSR di indonesia tertuang dalam UU PT No. 40 tahun 2007 pasal 74 ayat 1 yaitu perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan 13 tanggungjawab social dan lingkungannya, pereseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Peraturan lain yang menyentuh tanggungjawab sosial perusahaan adalah UU No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Pasal 15 (b) menyatakan bahwa ”Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.” Meskipun UU ini telah mengatur sanksi-sanksi secara terperinci terhadap badan usaha atau usaha perseorangan yang mengabaikan tanggungjawab sosial pasal 16 ayat d mengatakan setiap penanaman modal bertanggung jawab menjaga kelestarian lingkungan. Artinya perusahaan penanaman modal berkewajiban memprogramkan kegiatan tanggungjawab sosial sehingga dapat meningkatkan jaminan kelangsungan aktivitas perusahaan karena adanya hubungan yang serasi dan saling ketergantungan antara pengusaha dan masyarakat, dan Pasal 34, UU ini baru mampu menjangkau investor asing dan belum mengatur secara tegas perihal tanggungjawab sosial bagi perusahaan nasional. Dengan dasar-dasar hukum mengenai tanggungjawab sosial maka parusahaan tidak bisa memandang sebelah mata tentang tanggung jawabnya dalam pengembangan masyarakat, selain kedaan masyarakat indonesia yang miskin dan tidak secara cepat dapat ditanggulangi oleh pemerintah, maka perusahaan yang hasil produksinya digunakan oleh masyarakat, harus memberikan kontribusi dalam kesejahteraan masyarakat karena walaupun perusahaan sudah membayar kewajibanya dalam bentuk membayar pajak, tidak jarang aliran dana yang dihasilkan dari pajak 13 tidak langsung diterima oleh masyarakat miskin, maka dari itu perusahaan dirasa perlu mengembangkan tanggung jawab sosialnya dalam membantu masyarakat. Selain itu masyarakat saat ini sudah mengetahui berbagai informasi dan kritis terhadap hal-hal yang terjadi, maka dari itu masyarakat saat ini lebih cerdas, kritis dan variatif dalam memilih barang yang akan dibelinya, meraka akan memperhatikan image yang diciptakan oleh perusahaan tersebut, misalnya apakah perusahaan telah berkontribusi positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, apakah keberadaan perusahaan tidak menjadi bencana di tengah masyarakat baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan kritis konsumen juga selektif melihat apakah suatu perusahaan tidak melakukan hal-hal tidak terpuji seperti perusakan lingkungan, eksploitasi sumberdaya alam, manipulasi pajak dan penindasan terhadap hak-hak buruh (www.csrindonesia.com). 2.3 Pelaporan Tanggungjawab Sosial Perusahaan Ketiadaan standar pada akhirnya menimbulkan intepretasi yang berbeda- beda. Ini tentu bisa menjadi kontraproduktif dalam upaya menciptakan pemahaman yang sama mengenai tanggungjawab sosial dan konsep keberlanjutan dunia usaha. Adalah kenyataan bila kini masing-masing perusahaan yang berbeda membuat laporan tanggungjawab sosial dalam format yang tidak sama. Ini tentu saja akan menyulitkan pembaca laporan dalam membuat analisis kinerja tanggungjawab sosial antar perusahaan yang satu 13 dengan yang lainnya. Prinsip komparabilitas sulit dilakukan apabila standar pelaporan yang digunakan tidak sama (Wazli Darwin, 2010). 2.3.1 Sustainability Reporting Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan dalam laporan yang disebut sustainability reporting. Sustainability reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya didalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainability development). Sustainability reporting meliputi pelaporna mengenai ekonomi, lingkungan, dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi (ACCA, 2004 dalam Reni Retno Anggraini, 2006). Laporan keberlanjutan menurut Global Reporting Initiative (2006), adalah sebagai berikut: “laporan keberlanjutan adalah praktek pengukuran, pengungkapan dan upaya akuntabilitas dari kinerja organisasi dalam mencapai tujuan pembangunan berkeberlanjutan kepada para pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal. Laporan keberlanjutan juga merupakan sinonim untuk menggambarkan laporan mengenai dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial.” Ada tiga tipe standar pengungkapan menurut Global Reporting Initiative ( 2006) yang harus dimasukkan dalam laporan keberlanjutan, yaitu: 1. Strategi dan profil Pengungkapan yang membentuk keseluruhan konteks untuk dapat memahami kinerja organisasi, seperti strategi yang dimiliki, profil, dan tata kelola 13 2. Pendekatan manajemen Pengungkapan yang mencakup bagaimana sebuah organisasi menggunakan topic tertentu untuk memberikan konteks dalam memahami kinerja pada sebuah bidang spesifik tertentu 3. Indikator kerja Indikator yang memberikan perbandingan informasi terkait kinerja ekonomi, lingkungan, dan sosial organisasi Laporan keberlanjutan yang disusun berdasarkan kerangka pelaporan mengungkapkan keluaran dan hasil yang terjadi dalam suatu periode laporan tahunan tertentu dalam konteks komitmen organisasi, strategi, dan pendekatan manajemennya. Laporan keberlanjutan dapat digunakan untuk tujuan sebagai berikut (Global Reporting Initiative, 2006): 1. Patok banding dan pengukuran kinerja keberlanjutan yang menghormati hokum, norma, kode, standar kinerja, dan initiative sukarela 2. Menunjukan bagaimana organisasi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh harapannya mengenai pembangunan berkelanjutan 3. Membandingkan kinerja dalam sebuah organisasi dan diantara berbagai organisasi dalam waktu tertentu 13 2.3.2 Laporan Tahunan Menurut Norhadi (2011) menyatakan bahwa laporan tanggungjawab sosial menjadi tidak terpisahkan dengan laporan tahunan (annual report) yang dipertanggungjawabkan direksi. Laporan tahunan merupakan laporan perkembangan dan pencapaian yang berhasil diraih organisasi dalam setahun. Isi dari laporan tahunan tersebut mencakup laporan keuangan dan prestasi akan kinerja organisasi selama satu tahun (www.wikipedia.com). Mengutip dari www.inventoryglossary.com, definisi annual report adalah sebagai berikut: “annual report is a document that the SEC requires all publicy, traded companies to provide to shareholders each fiscal year. The annual report contains a balance sheet, income summary and a detailed description of the companies business operations. The annual report also contains profections for the companies future performance.” Laporan tahunan di Bursa Efek Indonesia diatur oleh keputusan Ketua Bapepam No. Kep-134/BL/2006 tentang Laporan Tahunan yang hanya mengikat bagi perusahaan publik saja (www.bapepam.go.id). Bentuk dan isi laporan tahunan menurut BAPEPAM-LK secara garis besar dibagi menjadi sepuluh bagian, yaitu: 1. Ketentuan umum, yang berisi peraturan fisik dan informasi yang wajib disampaikan oleh emiten 2. Ikhtisar data keuangan yang penting, yaitu bagian dari laporan tahunan yang berisi informasi perbandingan keuangan 5 tahun buku atau sejak memulai usahanya jika perusahaan tersebut menjalankan kegiatan usahanya selama kurang dari 5 tahun 13 3. Laporan Dewan Komisaris, sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut: penilaian terhadap kinerja direksi mengenai pengelolaan perusahaan, pandangan atas prospek usaha perusahaan yang disusun oleh direksi; komitekomite yang berada dibawah pengawasan dengan komisaris; dan perubahan komposisi anggota dewan komisaris (jika ada), laporan manajemen, yang berisi penjelasan umum dan penjelasa khusus mengenai perusahaan. 4. Laporan Direksi, sekurang-kurangnya memuat antara lain uraian singkat mengenai kinerja perusahaan yang mencakup, antara lain kebijakan strategis, perbandingan antara hasil yang dicapai dengan yang ditargetkan, dan kendalakendala yang dihadapi perusahaan, gambaran tentang prospek usaha; penerapan tata kelola perusahaan yang telah dilaksanakan oleh perusahaan; dan perubahan komposisi anggota direksi (jika ada). 5. Profil perusahaan, sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut: nama dan alamat perusahaan; riwayat singkat perusahaan; bidang dan kegiatan usaha perusahaan meliputi jenis produk dan atau jasa yang dihasilkan; struktur organisasi dalam bentuk badan; visi dan misi perusahaan; nama, jabatan, dan riwayat hidup singkat anggota dewan komisaris; nama, jabatan dan riwayat hidup anggota dewan direksi, jumlah karyawan dan deskripsi pengembangan kompetensinya; uraian tentang nama pemegang saham dan presentase kepemilikannya; nama anak perusahaan dan perusahaan asosiasi, presentase kepemilikan saham, bidang usaha, dan status operasi perusahaan tersebut (jika ada). 13 6. Analisis dan pembahasan umum oleh menejemen, yaitu bagian dari laporan keuangan tahunan yang berisi uraian singkat yang membahas dan menganalisis laporan keuangan dan informasi lain dengan penekanan pada perubahan-perubahan material yang terjadi dalam periode laporan tahunan terkahir atau sejak pernyataan pendaftaran diajukan. 7. Tata kelola perusahaan, laporan tahunan wajib memuat uraian singkat mengenai penerapan tata kelola perusahaan yang telah dan akan dilaksanakan oleh perusahaan dalam periode laporan tahunan terakhir. 8. Tanggungjawab direksi atas laporan keuangan, laporan tahunan wajib membuat surat pernyataan direksi tentang tanggungjawab direksi atas laporan keuangan 9. Laporan keuangan tahunan yang telah diaudit, laporan tahunan wajib memuat laporan keuangan tahunan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia dan Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan di bidang akuntansi serta wajib diaudit oleh akuntan yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. 10. Tanda tangan anggota direksi dan anggota dewan komisaris, laporan tahunan wajib ditandatangani oleh seluruh anggota direksi dan anggota dewan komisaris yang sedang menjabat; tanda tangan dimaksud dituangkan pada lembaran tersendiri dalam laporan tahunan dimana dalam lembaran dimaksud wajib dicantumkan pernyataan bahwa direksi dan dewan komisaris 13 bertanggungjawab penuh atas kebenaran isi laporan tahunan; dalam hal terdapat anggota direksi atau anggota dewan komisaris yang tidak menandatangani laporan tahunan, maka yang bersangkutan harus menyebutkan alasannya secara tertulis dalam surat tersendiri yang diletakkan pada laporan tahunan. 2.4 Profitabilitas Perusahaan Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain, profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk mencapai laba. Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005) dalam Muchlisin Riadi (2012) menyatakan bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Dari definisi ini terlihat jelas bahwa sasaran yang akan dicari adalah laba perusahaan. 2.4.1 Analisis Profitabilitas Menurut Susan Irawati (2006), metode perhitungan profitabiliatas perusahaan dapat dilakukan melalui beberapa cara, diantaranya: 1. Gross profit Margin, rumus yang digunakan adalah: Gross Profit Margin = Net sales – COGS x 100% Net sales 2. Operating Ratio, rasio ini dapat dicari dengan rumus: Operating Ration = COGS – Operating Cost x 100% Net Sales 13 3. Operating Profit Margin, rasio ini dapat dicari dengan rumus: Operating Profit Margin = EBIT x 100% Net Sales 4. Net Profit Margin, rumus yang digunakan adalah: Net Profit Margin = Earning After Tax x 100% Net Sales 5. Return on Asset, merupakan kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba operasi perusahaan. Return on Assets = Earning Before Income Tax x 100% Total Assets 6. Return on Equity, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan tersebut. Return on Equity = Earning After Tax x 100% Total Equity 7. Return on Invesment, merupakan suatu cara untuk mengukur seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. Return on Investment = Earning AfterTax x 100% Total Assets 8. Earning per share, rasio ini dapat dicari dengan rumus: Earning per Share = Earning After Tax x 100% Outstanding share 13 Sedangkan menurut Marcus Myers Brealey (2006), ada beberapa cara untuk mengukur profitabilitas perusahaan, yaitu: 1. Profit Margin, bertujuan untuk mengetahui proporsi pendapatan yang berhubungan dengan laba Profit Margin = Laba Bersih x 100% Penjualan 2. Return on Assets, bertujuan untuk mengukur kinerja perusahaan dengan rasio laba bersih terhadap total asset Return on Assets = Laba Bersih + Bunga Rata-rata Total Assets 3. Return On Equity, tujuannya untuk mengukur profitabilitas yang memusatkan pada pengembalian atas ekuitas pemegang saham Return on Equity = Laba Bersih Rata-rata Euitas 4. Payout Ratio, tujuannya untuk mengukur proporsi laba yang dibayar sebagai deviden Payout Ratio = Deviden Laba Selain itu Arief Sugiono, dkk (2009), menyatakan beberapa cara untuk menghitung profitabilitas, diantaranya: 13 1. Gross Profit Margin, rasio ini menunjukan berapa besar keuntungan kotor yang diperoleh dari penjualan produk Gross Profit Margin = Laba Kotor Penjualan 2. Net Profit Margin, rasio ini menunjukan berapa besar keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan Net Profit Margin = Laba Bersih Penjualan Bersih 3. Cash Flow Margin, adalah presentase aliran kas dari hasil operasi terhadap penjualannya Cash Flow Margin = Arus Kas hasil Operasi Penjualan 4. Return on Asset, rasio ini mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh asset yang ada Return on Assets = Laba Bersih Total aktiva 5. Return on Equity, rasio ini mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh modal yang ada Return on Equity = Laba Bersih Total Ekuitas 13 2.5 Pengaruh Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan terhadap Profitabilitas Menurut Edi Suharto (2010) menyatakan pendapat bahwa tujuan ekonomi dan sosial adalah terpisah dan bertentangan merupakan pandangan yang keliru. Faktanya, kemampuan perusahaan untuk dapat bersaing sangat bergantung pada keadaan lokasi dimana perusahaan itu beroperasi. Selain itu menurut Yosefa Sayekti dan Ludovicus Sensi Wondabio (2007) jika terjadi ketidakselarasan antara system nilai perusahaan dan system nilai masyarakat, maka perusahaan akan kehilangan legitimasinya, yang selanjutnya akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Achmad Daniri (2008) menyatakan perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggungjawab yang berpijak pada single bottom line saja (nilai perusahaan), tetapi kini tanggungjawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines. Disini, bottom lines lainnya selain finansial adalah sosial dan lingkungan, karena kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin perusahaan tumbuh secara berkelanjutan. Penerapan tanggungjawab sosial diperusahaan akan menciptakan iklim saling percaya yang akan menaikan motivasi dan komitmen karyawan. Pihak konsumen, investor, pemasok dan stakeholders yang lain juga telah terbukti lebih meningkatkan peluang pasar dan keunggulan kompetitifnya. Dengan segala kelebihan itu, perusahaan yang menerapkan tanggungjawab sosial akan menunjukan kinerja yang lebih baik serta keuntungan (profitabilitas) perusahaan akan meningkat. 13 Dari penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh penelitian terdahulu yang menghasilkan kesimpulan mengenai pengaruh tanggungjawab sosial terdahap profitabilitas perusahaan, yaitu terdapat pada table dibawah ini: 13 Tabel 2.2 Hasil penelitian terdahulu mengenai pengaruh corporate social responsibility terhadap profitabilitas perusahaan Nama Peneliti Hasil Penelitian Marisa Yaparto, Diame Frisko, Rizki Hasil peneilitian menunjukan bahwa Eriandani (2013). Judul: Pengaruh corporate social responsibility tidak Corporate Social memberikan pengaruh yang signifikan Responsibility terhadap Kinerja Keuangan antara terhadap semua rasio keuangan pada Sektor Manufaktur yang Terdapat yang digunakan. pada Bursa Efek Indonesia tahun 2010 - Perbedaan: 2011 a. Subjek penelitian terdahulu oleh dilakukan manufaktur, penelitian peneliti di sektor sedangkan pada ini dilakukan di perusahaan tambang batubara b. Tahun penelitian oleh peneliti terdahulu dilakukan tahun 20102011, sedangkan pada penelitian ini dilakukan tahun 2011-2013 c. Penilaian rasio profitabilitas yang dilakukan oleh penelitian terdahulu menggunakan ROA, ROE, dan EPS, sedangkan penelitian ini menggunakan ROE dan NPM Dalam penelitian Samuel Ronaldi Marpaung (2010) menuliskan bahwa manfaat yang diperoleh perusahaan dalam pelaksanaan tanggungjawab sosial antara 13 lain produk semakin disukai oleh konsumen dan perusahaan diminati investor. Tanggungjawab sosial dapat digunakan sebagai alat marketing baru bagi perusahaan bila itu dilaksanakan berkelanjutan. Dengan melaksanakan tanggungjawab sosial, citra perusahaan akan semakin baik sehingga loyalitas konsumen semakin tinggi. Seiring meningkatnya loyalitas konsumen dalam waktu yang lama, maka penjualan perusahaan akan semakin membaik, dan pada akhirnya dengan pelaksanaan tanggungjawab sosial, diharapkan tingkat profitabilitas perusahaan juga meningkat. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Goukasian dan Withney dalam Elisabeth Inge Mawarani (2010) yang menganalisis kinerja keuangan dan operasional perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial dan etis. Kesimpulan dari penelitian Goukasian dan Withney mengindikasikan bahwa perusahaan yang mengeluarkan biaya untuk bertanggung jawab secara sosial dan etis tidak menyebabkan trade-off (pertukarannya) negatif dan tetap dapat menampilkan kinerja sebaik perusahaan lain yang tidak mengimplementasi tanggungjawab sosial. Selain itu Tsoursoura dalam Elisabeth Inge Mawarni (2010) juga menemukan bahwa tanggungjawab sosial berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dari uraian diatas berikut ini kerangka pemikiran yang melandasi penelitian, sebagai berikut: 13 Perusahaan Undang-undang No 40 Tahun 2007 Akuntansi Sosial Laporan Tanggungjawab Perusahaan Corporate Social Responsibility Marketing Investor Menanamkan Modal Laporan Kinerja Keuangan Perusahaan Perusahaan Analisis Laporan Keuangan Perusahaan Rasio-rasio Keuangan Net Profit Margin Return on Equity Profitabilitas Perusahaan 13 2.5.1 Hipotesis Pengertian hipotesis menurut Sugiyono (2012), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan teori. Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan sejauh mana pengaruh penerapan tanggungjawab sosial terhadap tingkat profitabilitas perusahaan, yaitu: Ho : tidak terdapat pengaruh yang signifikan dengan diterapkannya program tanggungjawab sosial terhadap tingkat profitabilitas perusahaan. H1 : terdapat pengaruh yang siginifikan dengan diterapkannya tanggungjawab sosial terhadap tingkat profitabilitas perusahaan. program