KEMENTERIANENERGI DAN SUMBER DAYA MINtrRAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN PERATURANDIREKTUR JENDERAL KETENAGALISTRIKAN N O M O R| 2 I I - r 2 l 2 0 l 6 0 0 . r l 2 o I 2 TENTANG TATA CARA PERMOHONANPERSETUJUANDAN PENANDASAHANRENCANA IMPOR BARANGMODAL UNTUK PEMBANGUNANDAN PENGEMBANGAN INDUSTRIPEMBANGKITTENAGA LISTRIK UNTUK KEPENTINGANUMUM DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL KETENAGALI STRIKAN. Menimbang bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 a5ra1 ()1 huruf a dan ayat (3) huruf d, dan Pasal 58 ayat (3) huruf e Peraturan Menteri Keuangan Repubiik Indonesia Nomor 154/PMK.0lll2OOB tentang Pembebasan Bea Masuk Impor Barang Modal Rangka Pembangunan Dalam dan Pengembangan Industri Pembangkit Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum sebagainrana telah Ci.rbah dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 128/PMK.OlL l2OO9, dan dalam rangka memperlancar permohonan persetujuan dan penandasahan rencana impor pembangunan dan pengembangan barang modal untuk pembangkit industri tenaga listrik untuk kepentingan perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal rlmuln, pelmohona,n Ketenagalistrikan tentang tata cara persetujuan dan penandasahan rencana impor barang modal pembangunan pengembangan industri untuk dan pembangkit tenaga listrik untuk kepentingan umum; Mengingat Tahun 1984 tentang 1. Undang-Undang Nomor 5 (Lembaran Negara Republik Indonesia, Perindustrian Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274) 1995 tentang 10 Tahun Nomor 2. Undang-Undang Kcpabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 36121 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undatrg Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93. Tambahan Lembaran Negara Repubiik Indonesia Nomor a661); 2OO9 tentang Tahun 30 Nomor 3. Undang-Undang IndonesieRepublik Negara (Lembaran Ketenagalistrikan Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5052); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 1O Tahun 1989 tentang Penl,ediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik sebagaimana terakhir dengan Peraturan telah dua kali diubah Pemerintah Nomor 26 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor a6281; 5. Kepulrrsan Presiden Republik Indonesia Nomor 59/M Tahun 2011 tanggal 23 Maret 2OII; 6. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor O0 18 Tahun 201O tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian trnergi dan Sumber Daya Mineral (Berita Negara Tahun 2010 Nomor 552); 7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.0IIl 2OO8 tentang Pembebasan Bea Masuk atas Impor Barang Modal Dalam Rangka Pembangunan dan Pengembangan Industri Pernbangkit Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 128/PMK.O Il / 2OO9; Menetapkan PERATURAN DIREKTUR JENDERAL KtrTENAGALISTRIKAN TENTANG TATA CARA PERMOHONAN PERSETUJUAN DAN PENANDASAHAN RENCANA IMPOR BARANG MODAL UNTUK PEMBANGUNAN DAN PtrNGEMBANGAN INDUSTRI PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK I.'NTUK KEPEI{TINGAN UMUM. Pasal 1 Dalam Peraturan Direktur Jenderal ini yang dimaksud dengan: 1. Industri pembangkit tenaga listrik, Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum (IUKU), Barang Modal, dan Badan Usaha adalah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PIUf\.011,/2008 tentang Pembebasan Bea Masuk atas Impor Barang Modal Dalarn ltangka Pembangunan da.n Pengembangan Industri Pembangkit Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum dan perubahannya. 2. Rencana Irnpor Barang yang selanjutnya disebut RIB, adalah rencana impor bararlg modal dalam rangka pembangunan dan pengembangan industri pembangkit tenaga listrik. 3. Verihkasi adalah proses !<egiatan pemeriksaan kesesuaian atas barang modal dalam rangka pemlrangunan dan pengembangan industri pembangkit tenaga listrik. tugas 4. Direktur -Ienderal adalah direktur jenderai yang melaksanakan perrrerintahan di bidang k rtenagalistrikan. Pasai 2 Untuk persetujuan mendapatkan dan penandasahan RIB, badan usaha pemegang IUKU mengajukan permohonan secara tertulis bermeterai cukup kepada Direktur Jenderal cq Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan dengan menggunakan formulir sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II Peratural Direktur Jenderal ini. Pasal 3 Untuk mendapatkan persetujuan dan penandasahan dimaksud dalam Pasal 2 dilakukan verifikasi yang meliputi: a. b. RIB sebagaimana aspek administrasi, anlara lain nama badan usaha, alamat, IUKU, Nomor Pokok Wajib Pajak (NP\ rP), serta nomor dan tanggal pengajuan surat; dan aspek teknis, antara lain: 1. kesesuaian RIB dengan kontrak fienis, spesifikasi dan jumlah barang) 2. ba:rang impor didalam kontrak jual beli/sewa guna usaha tidak termasuk bea masuk; 3. barang impor tidak termasuk dalam daftar barang yang tidak boleh diimpor; 4. barang belum diproduksi di dalam negeri; 5. barang sudah diproduksi di dalam negeri namun tidak memenuhi soesifikasi yang dibutuhkan; 6. barang sudah diproduksi di dalam negeri namun tidak mencukupi kebutuhan industri; dan 7. barang yang diimpor dengan fasilitas tidak termasuk suku cadang, barang habis pakai dan peralatan bengkel (uorkshop toot). Pasal 4 (1) Pelaksanaan verifikasi RIB dilakukan oleh surveyor independen yang mempunyai lingkup kegiatan dan kemampuan melakukan verifikasi dr bidang energi dan sumber daya mineral dan memiliki Surat Izin Usaha Jasa Surve-y (SIUJS) yang oicerbitkan oleh Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. (2) Pemohon RIB melakukan pemilihan surveyor untuk melakukan verifikasi RIB sebagaimana dirnaksud dalam Pasal 3. (3) Pemohon RIB mengajukan nama surveyor yang ditunjuk kepada Direktur Jenderal cq Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan untuk mendapat penugasan grrna melakukan verifikasi RIB. (4) Hasil verifikasi RIB oleh sulveyor dilaporkan kepacia Direktur Jenderal cq Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan. (5) Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan atas nama Direktur Jenderal, dengan mempertimbangkan laporan hasil verifrkasi oleh sLllveyor) memberikan persetujuarr dan penadasahan aLau penolakan atas RIB dalam jangka waktu paling lema i5 (linra belas) hari kerja terhitung sejak diterimanya laporan hasil verifikasi dari surveyor secara lengkap. -4jawab atas hasil verifikasi RIB, dan wajib menjaga kerahasiaan data dan informasi hasil verilikasi. (7) Terhadap barang yang telah diproduksi di dalam negeri dan memenuhi persyaratan kapasitas dan kualitas produksi, tidak dicantumkan dalam RIB. (6) Surveyor bertanggung Pasal 5 ( 1 ) Dalam hal Badan Usaha melakukan perubahan terhadap RIB yang telah ditandasahkan atau RIB yang telah mendapat persetujuan pembebasan bea masuk dari Menteri Keuangan, usulan perubahan RIB harus disertai alasanalasannya. (2) Untuk mendapatkan persetujuan dan penandasahan Rencana Impor Barang Perubahan (RIBP), badan usaha pemegang IUKU mengajukan permohonan tertulis kepada Direktur Jenderal cq Direktur T'eknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan dengan melampirkan : a. fotokopi Keputusan Menteri Keuangan mengenai pembebasan bea masuk atas impor barang modal dalam rangka pembangunan dan pengembangan indutri pembangkit tenaga listrik; dan b. rencana impor barang perubahan (RIBP). (3) Proses verifikasi, persetujuan dan penandasahan RIBP dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Pasal 3 dan Pasal 4. Pasal 6 Biaya pelaksanaan verilikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 5 ayat (3) dibebankan kepada pemohon berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Pasal 7 Badan Usaha Pemegang IUKU yang telah memperoleh pembebasan bea masuk atas impor barang modal dari Kementerian Keuangan, wajib menyampaikan laporan tertulils atas realisasi impor dan penggunaan barang modal kepada Direktorat Jenderal cq Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan sesu-ai dengan formulir sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Direktur Jendera-l ini. Pasal 8 Direktur Jenderal melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap realisasi pelaksanaan RIB dan penggunaan barang modal dalm rangka pembangunan dan pengembangan industri pembangkit tenaga listrik untuk kepentingan umum. Pasal 9 Direktur Jenderal dalam melakukan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, dapat melakukan pemeriksaan di lapangan. -5- Pasal 1O Dalam hal hasil pemeriksaan di lapangan sebagairnana dirnaksud dalam Pasal 9 menunjukan bahwa impo:: barang modal tidak sesuai dengan RIB atau penggunaan barang modal tidak sesuai dengan peruntukannya, Direktur Jenderal menyampaikan laporan hasii pemeriksaan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai untuk ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan yang berlaku Pasal 1 1 Pada saat Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku, maka Peraturan Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Nomor 57-l2l20l600.3l2OA9 tanggal l i Februari 2009 tentang Tata Cara Permohonan Persetujuan dan Penanclasahan Rencana Impor Barang Modal Untrrk Pembangunan dan Pengernbangan industri Pembangkit Tenaga Listrik untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Nomor 48L-r2l20l600.3/2009 tanggal 11 Desember 2009, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 12 Peratura-n Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 26 Januart 2OI2 JENDERAL KETENAGALI iiTRI KA.N, 3 r 9 8 4 0 31 0 0 1 LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL KETENAGALISTRIKAN NoMoR : 2Ir-121201600.1/2OI2 TANGGAL : 26 JANUARI 2012 KOP SURAT PERUSAHAAN '. Nomor Lampiran: Hal : Permohonan Persetujuan dan Penandasahan Rencana Impor Barang Yang terhormat, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Cq. Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan Jl. HR Rasuna Said Blok X-2 Kav.07- C8 Jakarta t295O Yang bertanda tangan di ba',rrahini, kami pimpinan dari: Nama Perusahaan Alamat Bidang Usaha Nomor dan Tanggal IUK U NPWP Nama Pejabat yang dapat : dihubungi Dengan ini mengajukan Permohonan Persetujr:an dan Penandasahan Rencana Impor Barang Atas Impor Barang Mpdal Dalam Rangka pemt-.angunan dan Pengembangan Industri Pernbangkit Tenaga Listrik untuk Kepentingan Umum. Bersama ini kami lampirkan dokumen pendukung antara la-in: 1. Fotokopi Akta Pendirial Badan Usaha; 2. Fotokopi Nomor Pokol< Wajib Pajak (NPWP); 3. Fotokopi IUKU; 4. Fotokopi perjanjian jr-ral beli tenaga listrik bagi pernegang IUKU uretuk usaha pembangkitan trnaga listrik. 5. Jadwal pemegang dar, pemasangan peralatan pembangkit tenaga listrik; dan 6. Daftar Rencana Impor Barang (RIB). Daftar permohonan ini kami buat dengan sebenar-benarnya, untuk darpat dipergunakan sebagaimana mestinya. Pemohon (NamaTerang) Jabatan KETtrNAGALISTRIKAN. ...:: 4 z 0 l ^ P H 0ac ZE F r l - b P p = - 0 d - H P 0a J 4 , d r N F 1 L[=]q W H UUU a o o . o ? f 7L i a f m 0) "l i i D c c=. r t _ **[ P H . 6 f z =,i g n D '') I 0-r H g" C 9p r:ri F L 5 l- 7>ZZZ i'x:tp d q (: 1, F5 1< Q H X r d = + \ s) x 1Zn >-fq ZJfr o l> ^lJtsl ^ ?i'i H ^ D ( , * F ( \ t P H h { \ ^ H J n ID Y 0 a A ) o I i. I E lD 0q H + d r H 9 t20i > 2 H P a D Pt i topU 9:F > ;x z t\);i J P . i R t s . ' n 'I r D I J P ,fi { ^ \ H x a a \ an - p oc N X a r+ 5 X p n F) F1 < a A) ? P 4 a.i n ? i l eF B Fl ,F\ ? :: ;P F N 3A 0a= 0q;J - r'- p z ; F ,- o Ft N \o Cn ! O s c- \o z @ A O O n n FD ID z F U rc rX EN *j z a) l" a tl N ar P 7 !r .o z d f @ '1 q-v ?1 D I ril * ^ +l"'a p I El x> H . w Fl rn CD--1 a A ^r !l t \ ) H E \_ i-i Nlru 'd ti5 p o 3 , n H I 5 t s\-/= L \ F) -\- FP; 4i,* hYo"* X P t s \ N 5 F n z ^ \ ' :a ,J LAMPIRAN III PERATURAN DIREKTUR JENDERAL KETENAGALISTRIKAN NOMOR : 2II-I2l201600.Il2or2 TANGGAL : 26JANUARI2012 LAPORAN SEALISASI IMPOR BARANG MODAL B E R D A S A R K . T ..N. . . . . . . . . . N O M O R . . ./. . . . . . . . . .I. . . PERIODE IMPORTANGGAL.....BULAN.,..TAHUN....,.SAMPAI DENGAN TANGGAL...BULAN...TAHUN... Nomor dan Tanggal RIB Nomor Urut dalam Lampiran SI{MK Harga Impor (c&F/crF) Yang Melaporkan (Nama Terang) Jabatan JEND ERAL KETENAGAI.ISTRIKAN, .:...DIREKTUR . - : . ' ., - . ' '': ...,', - ' r - " 1 " , . . . \, tx\tv t.\ \ J4RM4N \ 198403IOoI .: HlR.+.gsz0s\3 .I-"-.',-:tt' \