www.hukumonline.com PENJELASAN RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR . ….. TAHUN ……. TENTANG KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN I. UMUM Pembangunan Nasional bertujuan memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa guna mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam upaya untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, tenaga listrik sebagai bagian dari cabang produksi yang penting bagi negara untuk meningkatkan pembangunan nasional dan kualitas kehidupan bangsa, ketersediaan listrik yang mencukupi dan harga yang terjangkau merupakan bagian yang terpenting untuk menghasilkan barang dan jasa. Untuk itu, pemerintah selalu memberikan prioritas utama pada pembangunan sektor ketenagalistrikan dalam rencana pembangunan nasional. Tenaga listrik disamping bermanfaat bagi pembangunan nasional, berpotensi juga menimbulkan bahaya bagi keselamatan manusia dan merusak lingkungan. Oleh karena itu, pemerintah mempunyai kewajiban untuk menjamin keselamatan ketenagalistrikan pada penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik yang aman, andal dan akrab lingkungan Untuk melaksanakan keselamatan ketenagalistrikan diberlakukan standardisasi terhadap peralatan dan pemanfaat tenaga listrik, sertifikasi tenaga teknik ketenagalistrikan, sertifikasi kelaikan instalasi dan akreditasi lembaga sertifikasi serta memenuhi baku mutu lingkungan. Untuk mengawasi pelaksanaan keselamatan ketenagalistrikan, pemerintah menunjuk pegawai negeri pusat dan atau daerah sebagai inspektur ketenagalistrikan. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Ketentuan ini menetapkan ruang lingkup minimal untuk mencapai keselamatan ketenagalistrikan, berikut kewajiban untuk mematuhi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penyediaan, penunjang dan pemanfaatan tenaga listrik. Ruang lingkup tersebut diperlukan agar pelaku usaha dapat benar-benar mengetahui kewajiban dan tanggung jawabnya dalam melakukan kegiatan di sektor ketenagalistrikan, sehingga masyarakat umum mendapatkan tenaga listrik yang andal, aman dan akrab lingkungan. Pasal 3 Ayat (1) Apabila SNI yang dimaksud belum ada, maka dapat menggunakan standar lain yaitu standar internasional, regional atau negara lain. Ayat (2) www.hukumonline.com www.hukumonline.com Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas Pasal 5 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Pemeriksaan dan pengujian meliputi aspek teknis dan lingkungan dari instalasi tenaga listrik untuk menjamin keamanan, keandalan dan akrab lingkungan yang dilakukan oleh Lembaga Pengujian Instalasi Tenaga Listrik yang telah terakreditasi dan memiliki izin usaha. Pasal 6 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Pengoperasian adalah suatu kegiatan untuk mengendalikan dan atau mengkoordinasikan pembangkitan dan atau penyaluran tenaga listrik. Ayat (3) Pemeliharaan adalah segala kegiatan yang meliputi program pemeriksaan, perawatan, perbaikan dan uji ulang, agar instalasi selalu dalam keadaan baik dan bersih, penggunaannya aman, dan gangguan serta kerusakan mudah diketahui, dicegah, atau diperkecil. Pasal 7 Ayat (1) Peralatan pengaman antara lain relai listrik, relai mekanik, pengaman lebur, pemutus tenaga, penangkal petir dan pembumian. Ayat (2) Bahaya adalah bahaya listrik bagi keselamatan dan kesehatan manusia, termasuk bahaya terhadap harta benda, instalasi atau peralatan dan pemanfaat tenaga listrik serta lingkungan yang diakibatkan oleh tenaga listrik. Bahaya listrik yang dimaksud antara lain bahaya tegangan sentuh, tegangan lebih, arus kejut, arus lebih, dan kebakaran. Pasal 8 Cukup jelas Pasal 9 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Yang dimaksud dengan memenuhi SNI adalah peralatan tenaga listrik yang terpasang pada instalasi tenaga listrik mempunyai sertifikat yang menyatakan peralatan tersebut telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam SNI yang berkaitan. www.hukumonline.com www.hukumonline.com Untuk peralatan impor harus mempunyai sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi/lab uji di luar negeri yang yang diakui oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) atau lembaga sertifikasi sejenis yang telah mengadakan saling pengakuan (Mutual Recognition Arrangement) di bidang pengujian. Pasal 10 Cukup jelas Pasal 11 Cukup jelas Pasal 12 Cukup jelas Pasal 13 Cukup jelas Pasal 14 Cukup jelas Pasal 15 Cukup jelas Pasal 16 Cukup jelas Pasal 17 Cukup jelas Pasal 18 Cukup jelas www.hukumonline.com