1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Corporate Social Responsibility (selanjutnya disebut dengan CSR)
saat ini merupakan salah satu isu sosial yang marak diperbincangkan.
Menurut Widjaya dan Pratama 1 secara etimologis CSR dapat diartikan
sebagai tanggung jawab sosial korporasi, namun secara umum dapat pula
diartikan sebagai tanggung jawab perusahaan yang tidak hanya terhadap
lingkungan sekitar tetapi juga terhadap kemajuan masyarakat sekitar.
Keberadaan CSR sendiri sebenarnya sudah berumur sama dengan
keberadaan perdagangan dan bisnis bahkan sudah ada sejak lahirnya
perusahaan. Menurut Wiwoho, pemerintah sudah sejak ribuan tahun yang
lalu sangat peduli terhadap perusahaan yang hanya mementingkan untung
yang sebesar-besarnya dan merugikan para pelanggan dan masyarakat
sekitar. Salah satu contohnya adalah kegiatan commercial logging yang
diikuti dengan hukum yang bertujuan melindungi hutan dapat ditelusuri
sampai hampir 5000 tahun yang lalu. Namun demikian, konsep CSR modern
itu sendiri baru dimulai pada sekitar tahun 1920-an. 2 Globalisasi telah
membuat CSR menjadi isu dunia. CSR yang lebih dahulu dikenal di negaranegara barat telah menjadi suatu tren bagi para pengusaha untuk
1
2
Gunawan Wijaya & Yeremia Ardi Pratama, 2008, Risiko Hukum dan Bisnis Perusahaan Tanpa CSR,
Penerbit Forum Sahabat, Jakarta, hlm.7.
Jamal Wiwoho, 2008, Corporate Social Responsibility (CSR) Ditinjau dari Aspek Sejarah, Falsafah, dan
Keuntungan serta Kendalanya, MMH Vol. 37 No.2, hlm. 110.
2
menjalankan fungsi sosial yang dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sekitar.
Beberapa negara di Asia seperti Singapura dan Hongkong juga telah
menerapkan CSR namun lebih bersifat morale obligation. Pengaturan CSR
di Singapura lebih merupakan Ethical Management, dimana CSR tidak
hanya sekedar money Charity, tetapi bagaimana CSR dapat memberikan
sebuah value bagi perusahaan, yang mana hal ini akan lebih mendatangkan
keuntungan bagi perusahaan di kemudian hari, sehingga CSR dianggap
sebuah investasi yang menguntungkan bagi perusahaan nantinya. Sifat CSR
di Singapura bukan merupakan suatu tanggung jawab hukum (legal
obligation), tetapi lebih mengarah kepada tanggung jawab moral (morale
obligation).
Dalam
penerapannya,
bagi
perusahaan-perusahaan
di
Singapura, CSR merupakan kepatuhan yang sesuai dengan Morality
Principle Value. 3
Di Indonesia, konsep CSR sendiri sejalan dengan dasar negara dan
falsafah hidup, Pancasila. Pancasila mengharuskan adanya keseimbangan
antara hak asasi dengan kewajiban asasi. Berkaitan dengan hal itu, Pancasila
mengharuskan setiap individu dan badan hukum mengemban kewajiban
asasinya yang tidak lain merupakan hak asasi publik (masyarakat) sebagai
imbalan ditegakkannya hak-hak asasi mereka oleh negara melalui penetapan
kebijakan publik dalam bentuk berbagai peraturan perundang-undangan. 4
3
4
Sri Bakti Yunari, Laporan Hasil penelitian: “Suatu Kajian Mengenai Pengaturan dan Penerapan
Tanggung Jawab Sosial Korporasi (Corporate Social Responsibility) di Indonesia dan Singapura,
Fakultas Hukum Universitas Trisakti, Jakarta, Tahun 2009, hlm. 76.
Jamal Wiwoho, op.cit. hlm. 111.
3
Pelaksanaan CSR atau yang di Indonesia lebih dikenal dengan
tanggung jawab sosial telah menjadi suatu kewajiban hukum (statutory
liability/legal obligation) dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas sejak tanggal 16 Agustus 2007
(selanjutnya disebut dengan UUPT). Dalam Bab V UUPT diatur tentang
adanya kewajiban Perseroan Terbatas yang menjalankan kegiatan usahanya
di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam untuk melaksanakan
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (selanjutnya disebut dengan TJSL),
yang pengertiannya sama dengan CSR. Untuk melaksanakan Undangundang tersebut telah dikeluarkan yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 47
Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan
Terbatas pada tanggal 4 April 2012 sebagai peraturan pelaksanaannya.
Peraturan serupa mengenai tanggung jawab sosial juga telah
diamanatkan Pemerintah secara khusus kepada Badan Usaha Milik Negara
(selanjutnya disebut BUMN) yaitu dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 19
Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut UU
BUMN) yang kemudian diatur secara lebih terperinci melalui Peraturan
Menteri Negara BUMN Nomor Per-05/MBU/2007 tentang Program
Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program
Bina Lingkungan untuk Menggantikan Kepeutusan Menteri Negara BUMN
Nomor Kep.236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan. PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) (selanjutnya disebut PT.
Pelindo II (Persero)) dengan kepemilikan saham 100% oleh Pemerintah
Indonesia merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya
4
disebut BUMN) yang bergerak di bidang jasa kepelabuhanan. 5 Sebagai
perusahaan yang menyediakan jasa kepelabuhan, kegiatan operasional PT.
Pelindo
II
(Persero)
adalah
penyediaan
dan/atau
pelayanan
jasa
kepelabuhanan dan jasa terkait dengan kepelabuhan. Dalam melaksanakan
kegiatannya, PT. Pelindo II (Persero) tentunya harus memperhatikan
kelestarian lingkungan ataupun kesejahteraan masyarakat di sekitar
perusahaan.
Sebagai pelaku ekonomi nasional, PT. Pelindo II (Persero) seharusnya
menyadari betul bahwa perusahaan juga mengemban misi pemerintah dalam
mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi kerakyatan serta terciptanya
pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja, kesempatan
berusaha dan pemberdayaan masyarakat. Misi tersebut kemudian dijalankan
oleh perusahaan melalui Program Kemitraan dengan Usaha Kecil dan
Program Bina Lingkungan (selanjutnya disebut PKBL) dimana PKBL
merupakan bentuk pengimplementasian TJSL bagi BUMN.
Kegiatan operasional PT. Pelindo II (Persero) selama ini telah
dilakukan
dengan
mengindahkan
kelestarian
lingkungan
ataupun
kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Keseriusan dalam pengembangan
maupun pembinaan lingkungan sekitar ditunjukkan lewat beberapa program
kerja di bawah kerangka PKBL. 6 Selaku BUMN Pelaksana PKBL,
PT. Pelindo II (Persero) telah melaksanakan Program Kemitraan sejak tahun
1992 sampai dengan saat ini, sedangkan untuk Program Bina Lingkungan
5
6
Bidang Usaha, http://www.indonesiaport.co.id/sub/tentang-perusahaan.html, terakhir diakses tanggal
28 Maret 2014.
Tanggung Jawab Sosial, http://www.bumn.go.id/pelindo2/tanggung_jawab_sosial, terakhir diakses
tanggal 28 Maret 2014.
5
baru mulai dilaksanakan pada tahun 2004. Dari laporan keuangan terakhir
yang diumumkan oleh PT. Pelindo II (Persero), selama tahun 2012
perusahaan ini telah menyalurkan Dana Pembinaan Kemitraan yang
diberikan kepada Mitra Binaan dalam bentuk pendidikan dan promosi
sebesar Rp. 59,47 miliar sedangkan untuk Program Bina Lingkungan, PT.
Pelindo II (Persero) telah menyalurkan dana sebesar Rp. 25, 229 miliar yang
terdiri dari Program Bina Lingkungan dan Program BUMN Peduli. 7
Dari uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian terkait pelaksanaan PKBL pada BUMN dalam hal ini PT. Pelindo
II (Persero) apakah sesuai dengan TJSL yang diamanatkan dalam UUPT
dan dalam pelaksanaan PKBL apa sajakah yang menjadi hambatan serta
bagaimana PT. Pelindo II (Persero) mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
Selanjutnya, penelitian tersebut dituangkan dalam bentuk tesis dengan judul
Analisis Yuridis terhadap Pelaksanaan Corporate Social Responsibility
(CSR) sebagai Legal Obligation bagi BUMN Bidang Pelayaran (Studi
Kasus PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero)).
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan-permasalahan sebagai berikut:
1.
Bagaimana pelaksanaan CSR pada PT. Pelindo II (Persero)?
2.
Apa saja hambatan yang dihadapi PT. Pelindo II (Persero) dalam
melaksanakan CSR dan bagaimana upaya penyelesaiannya?
7
Laporan Tahunan 2012 PT. Pelindo II (Persero), hlm.235 & 239.
6
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan
perumusan
masalah
tersebut
di
atas,
tujuan
dilaksanakannya penelitian adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui pelaksanaan CSR pada PT. Pelindo II (Persero).
2.
Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi oleh PT. Pelindo II
(Persero) dalam melaksanakan CSR dan upaya penyelesaiannya.
D.
Manfaat Penelitian
1.
Manfaat praktis
Memberikan sumbangan pemikiran kepada BUMN pada umumnya
dan BUMN di bidang pelayaran pada khususnya mengenai
pelaksanaan CSR sebagai kewajiban hukum berdasarkan UUPT.
2.
Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan pemikiran kepada ilmu hukum pada
umumnya dan pelaksanaan hukum CSR di Indonesia pada khususnya.
E.
Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran penulis di Perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Gadjah Mada, telah terdapat beberapa penelitian mengenai CSR.
Penelitian-penelitian dimaksud, antara lain terkait dengan pelaksanaan CSR
oleh beberapa perusahaan swasta dan BUMN tertentu, namun belum ada
yang membahas mengenai pelaksanaan CSR oleh BUMN di bidang
pelayaran, sehingga penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian
asli yang belum pernah dilaksanakan sebelumnya oleh pihak lain.
Download