BAHAN KULIAH HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL Match Day 11 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA/UNITED NATIONS A. Sejarah Setelah LBB berumur 20 tahun sebagai suatu OI yang bertujuan untuk mengakhiri perang dan agar masyarakat internasional hidup berdampingan dengan damai dianggap gagal dengan pecahnya World War II. Perang Dunia II menelan korban 7 kali lipat dari Perang Dunia I, yaitu 61 juta jiwa. Berdasarkan angka korban tersebut, masyarakat internasional sadar bahwa penting untuk adanya sebuah OI yang memiliki fungsi dan tanggung jawab dalam hal menjaga perdamaian dunia secara kolektif. Dasar pendirian dan pembentukan PBB adalah upaya kedua untuk membentuk suatu OI yang universal dengan tujuan utamanya adalah memelihara perdamaian di bawah suatu sistem keamanan kolektif. Gagasan untuk mendirikan PBB timbul di kalangan Private Group Amerika, misalnya tahun 1939 terbentuklah apa yang disebut Commission to Study the Organization of Peace. Tahun 1942 didirikan suatu komite Post War of International Problems. Pernyataan-pernyataan dari komite inilah yang menjadi dasar untuk mendirikan suatu OI. Pembicaraan dari para negarawan juga berpengaruh, misalnya pada tahun 1941 pembicaraan antara Rosevelt dan Churchill telah menghasilkan apa yang terkenal dengan Atlantic Charter. Hal terpenting dari Atlantic Charter adalah jaminan bahwa seluruh umat manusia harus bebas dari ketakutan dan kekurangan dalam penyelesaian sengketa penggunaan kekerasan harus dihindari dan perlu adanya sistem keamanan bersama (General Security). Pada tanggal 1 Januari 1942 dikeluarkan suatu deklarasi yang terkenal dengan ”Declaration of United Nations” yang ditandatangani oleh Rosevelt, Churchill, Litinov dari USSR dan Soong dari Cina. Keempat negara telah menyetujui adanya program umum dengan prinsip-prinsip dan maksud untuk melengkapi Atlantic Charter dan mereka menyetujui akan melawan musuh secara bersama-sama. Tercatat 26 negara ikut menandatangani deklarasi tersebut. Roosevelt mengusulkan jika nanti terbentuk OI baru akan diberi nama United Nations. Pada tanggal 30 Oktober 1943 ada Deklarasi yang dikenal dengan sebagai ”Moscow Declaration” ditandatangani oleh Molotov (USSR), Anthony Eden (Inggris), Cordell Hull (AS), Foo Pingsheung (Dubes Cina untuk USSR), keempat pemerintah negara tersebut mengakui pentingnya membentuk OI yang didasarkan pada persamaan kedaulatan bagi negara-negara yang mencintai perdamaian, dan keanggotaannya terbuka bagi semua negara, besar ataupun kecil, untuk mencapai perdamaian dan keamanan internasional. 1 Desember 1943, Presiden Rosevelt, Stalin dan Churchil bertemu di Teheran dan mereka mendeklarasikan bahwa mereka bertanggungjawab penuh dan PBB akan mengusahakan perdamaian yang akan dipimpin oleh kemauan baik dari rakyat seluruh dunia dan menentang perang demi generasi yang akan datang. Sebagai langkah lanjutan, AS mengundang Inggris, Rusia dan Cina di Dumbarton Oaks, Washington DC untuk mendiskusikan pendapat konkret mengenai masa depan OI. Pertemuan tersebut terdiri dari dua sesi, yang pertama tanggal 21 Agustus – 28 September 1944 berlangsung pembicaraan antara AS, Inggris dan Rusia. Cina baru berpartisipasi pada sesi kedua. Pembicaraan anatara AS dan Inggris berlanjut pada tanggal 29 September – 7 Oktober 1944. Dalam pertemuan di Dumbarton Oaks disetujui pokok-pokok dasar dan tujuan, bentuk organisasi, peraturan tentang pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional dan pentingnya kerjasama di bidang ekonomi dan sosial. Demikian pula disetujui adanya badan utama yang diserahi tugas khusus dalam bidang perdamaian dan keamanan internasional dimana lima negara yang memegang peranan dalam peperangan melawan fasisme, yaitu AS, Inggris, Prancis, Uni Soviet dan Cina sebagai anggota tetap dari badan utama tersebut. Badan utama yang dimaksud adalah Dewan Keamanan. Rumusan berikutnya adalah disetujuinya keputusan bersama yang dikenal dengan Dumbarton Oaks Proposals. Proposal tidak memuat semua tentang draft lengkap OI yang akan datang, tetapi memuat prinsip-prinsip dasar yang akan dipergunakan untuk membentuk Piagam PBB dan mewakili pandangan-pandangan prinsip dari peserta pertemuan di Dumbarton Oaks.Organisasi akan mempunyai tugas utama untuk mencapai perdamaian dan keamanan internasional, meskipun juga harus dipertimbangkan tentang kerjasama untuk mencari penyelesaian di bidang ekonomi, sosial dan masalah-masalah kemanusiaan lainnya. Organisasi yang akan dibentuk juga harus didasarkan pada persamaan derajat negara cinta damai (Peace Loving State) dan Majelis Umum sebagai organ utama harus terdiri dari perwakilan negara anggota yang mempunyai tugas untuk membicarakan persoalanpersoalan internasional dan membuat rekomendasi. Dalam proposal juga dikemukakan perlunya sekretariat, mahkamah (court), dewan ekonomi dan sosial, dan badan tambahan (subsidiary organs) yang mungkin dibutuhkan untuk membantu kerja organ utama. Namun demikian ada beberapa permasalahan yang belum terselesaikan pada pertemuan di Dumbarton Oaks, antara lain masalah voting procedure di DK dan negara-negara mana yang merupakan original members. Proposal Dumbarton Oaks ini disebar ke semua negara yang menandatangani Deklarasi PBB untuk dimintai komentar dan usulan. Pada saat yang sama, ada usaha dari The Big Three negara yang hadir di Dumbarton Oaks untuk mengadakan pertemuan tambahan. Pertemuan antara Rosevelt, Churchil dan Stalin kemudian diadakan di Yalta antara tanggal 4-11 Februari 1945. Pembicaraan ini menghasilkan tiga keputusan untuk masa depan OI yang akan dibentuk dan pembicaraan final tentang struktur organisasi akan diputuskan secara formal. Keputusan penting yang telah diputuskan adalah mengenai prosedur pemungutan suara di DK. ”Veto” disetujui, kesepakatan bulat (unanimous agreement) dari 5 anggota tetap DK diperlukan untuk keputusan-keputusan DK dalam dalam masalah-masalah substansial (nonprosedural) dan bukan masalah prosedural. Keputusan penting yang kedua adalah sehubungan dengan siapa yang menjadi original members PBB, pertemuan ini AS dan Inggris menyetujui Uni Soviet memasukkan Ukraina dan Byelorussia (2 negara bagian Uni Soviet) untuk menjadi anggota tetap PBB dengan alasan kedua negara bagian tersebut merupakan wilayah terdepan dalam menghadapi serangan Jerman. Keputusan lain yang penting adalah diterimanya sistem perwalian (trusteeship) untuk mengganti sistem mandat dari LBB. Pada tanggal 21 Februari – 8 Maret 1945, suatu pertemuan yang diusulkan oleh AS dalam bentuk konferensi di Meksiko antar negara-negara di Amerika untuk membicarakan kemungkinan didirikannya OI yang meliputi semua bangsa dan kedudukan dari organisasi regional. Semua negara Amerika hadir kecuali Argentina. Pertemuan di Meksiko menghasilkan suatu resolusi yang merupakan pembahasan dari Dumbarton Oaks oleh negara-negara Amerika yang tidak hadir dalam pertemuan Dumbarton Oaks. Pada intinya resolusi tersebut menunjukkan keinginan negaranegara Amerika Latin akan pentingnya hubungan antara organisasi internasional yang bersifat universal dan organisasi internasional regional. Pada tanggal 5 Maret 1945. AS sebagai sponsor mengundang 46 negara untuk menghadiri konferensi yang dibuka tanggal 25 April 1945 di San Fransisco. Konferensi ini disebut sebagai The United Conference of International Organization. Negara-negara menghadiri konferensi tersebut, sehingga terdapat 51 negara anggota asli PBB, yaitu: Argentina, Australia, Belgia, Bolivia, Brazil, Byelorussia, Canada, Cile, Cina, Colombia, Costa Rika, Cuba, Chechoslovakia, Denmark, Dominika Republik, Ecuador, Mesir, El Savador, Etiopia, Prancis, Greece, Guatemala, Haiti, Honduras, India, Iran, Irak, Lebanon, Liberia, Luxemburg, Meksiko, Netherlands, New Zealand, Nikaragua, Norwegia, Panama, Paraguay, Filipina, Polandia, Saudi Arabia, Afrika Selatan, Syria, Arab Republik, Turki, Ukraina, Uni Republik Soviet Sosialis (Union of Soviet Socialist Republic), United Kingdom of Britain, Northend Ireland, USA, Uruguay, Venezuela, Yugoslavia. Pada konferensi San Fransisco penuh dengan ketegangan, karena pada waktu mereka berunding perang di Eropa dan Pasifik terus berlangsung. Beberapa delegasi seperti dari Belanda, Belgia dan Prancis diharuskan keluar dari konferensi dan kembali ke negaranya sendiri untuk memikirkan dan menyelesaikan tugas dalam negeri. Ada yang mengusulkan agar konferensi ditunda, namun Rosevelt dan banyak negara lainnya berpendapat harus dibedakan antara konferensi perdamaian dan konferensi yang tujuannya membentuk OI setelah perang selesai. AS berusaha jangan sampai konferensi gagal, kebijakan untuk membentuk OI setelah perang harus terwujud. Inggris mendukung usaha AS tersebut. Pada konferensi San Fransisco dibentuk juga Steering Committee yang bertugas untuk membentuk piagam PBB dan Statuta Mahkamah Internasional yang integral dengan Piagam PBB. Beberapa hal mengenai organisasi regional di luar PBB juga merupakan permasalahan khusus. Juga diusulkan tentang kemungkinan partisipasi dari suatu negara untuk menyumbangkan angkatan bersenjatanya ke DK sewaktu DK memutuskan untuk menggunakan angkatan bersenjata jika diperlukan. Masalah ekonomi dan sosial diperluas pada pembicaraan di San Fransisco, intinya diusulkan adanya alat perlengkapan/organ utama yang bertanggung jawab untuk bidang ekonomi dan sosial. Untuk daerah bekas jajahan, konferensi menghasilkan dalam piagam adanya bab khusus yang berisi ketentuan tentang masalah wilayah yang tidak berpemerintahan sendiri, diciptakan sistem perwalian (trusteeship system) dan dibentuk alat perlengkapan/organ utama Dewan Perwalian yang berwenang mengurusi masalah tersebut. Tanggal 25 Juni 1945 konferensi di San Fransisco selesai dan menerima bulat seluruh Piagam PBB. 26 Juni 1945 diadakan upacara penandatanganan yang dilakukan di Gedung Opera di San Fransisco. Menurut ketentuan Pasal 110, Piagam PBB berlaku setelah diratifikasi oleh negara penandatangan dan termasuk 5 negara tetap DK. Syarat berdirinya PBB dipenuhi pada tanggal 24 Oktober 1945 dengan Resolusi Majelis Umum pada tanggal 31 October 1947. tanggal 24 Oktober dinamakan Hari PBB. Pada waktu penandatanganan di San Fransisco tanggal 26 Juni 1945, ditandatangani Interim Arrangement yang membentuk Komisi Persiapan (Preparatory Commision) untuk menyiapkan pertemuan pertama alat perlengkapan/organ utama PBB. Komisi persiapan juga mempunyai tugas untuk merekomendasikan tempat Markas besar PBB (Headquarter), pemindahan fungsi tertentu dan aktivitas tertentu LBB ke PBB dan menyiapkan agenda-agenda untuk Majelis Umum dan alat perlengkapan/organ utma PBB. Sidang Majelis Umum pertama tanggal 10 Januari 1946 di London. B.Piagam PBB Piagam PBB terdiri atas 111 Pasal, yang mana tujuan dan prinsip-prinsip PBB dimuat dalam Pasal 1 dan 2 Piagam PBB, seperti PBB bertujuan untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional, mengembangkan persahabatan antar bangsa dll. Hal yang penting juga dalam kaitan dengan negara bukan anggota, maka Pasal 2 (6) Piagam PBB negara bukan anggota PBB bertindak sesuai dengan prinsipprinsip PBB apabila dianggap perlu untuk perdamaian dan keamanan internasional. Hal ini berarti bahwa negara bukan anggota harus juga bersikap sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada dalam Piagam PBB terutama dalam perdamaian dan keamanan internasional, walaupun secara hukum mereka tidak terikat dengan PBB. Namun demikian PBB tidak akan ikut campur dalam masalah-masalah dalam negeri, dijamin dengan adanya ketentuan Pasal 2 (7) Piagam PBB. C.Status Hukum PBB PBB sebagai OI memiliki status hukum dalam hukum internasional, PBB sebagai subjek Hukum Internasional. Pasal 104 Piagam PBB menunjukkan bahwa PBB mempunyai kemampuan untuk bertindak sebagai subjek hukum internasional, oleh karenanya mempunyai hak untuk memiliki kekayaan, mempunyai hak untuk membuat perjanjian internasional dan tindakan-tindakan lain sebagai subjek hukum internasional. Tahun 1946, Majelis Umum PBB menetapkan New York sebagai markas besar PBB dengan hibah berupa tanah dari John D. Rockkefeller. Gedung tersebut dibangun dan baru selesai pada tahun 1950. Sebagai akibat PBB ”memakai” New York sebagai markas besarnya yang notabene New York adalah wilayah USA, Sekjend PBB diberi kewenangan untuk mengadakan negosiasi dengan negara tuan rumah (USA). Hasil negosiasi akan disahkan oleh Majelis Umum. Tanggal 26 Juni 1946 Perjanjian tentang Markas Besar (Headquarters Agreement) antara PBB dan USA ditandatangani dan disahkan Majelis Umum PBB tanggal 31 Oktober 1947. Dalam perjanjian tersebut ditetapkan bahwa distrik Borough of Manhattan di New York State berada dalam wilayah dibawah wewenang PBB. Negara federal dan dan hukum nasional USA diterapkan di wilayah tersebut bila tidak bertentangan dengan peraturan dari PBB. Jika terjadi suatu sengketa antara PBB dengan negara tuan rumah akan diselesaikan melalui mahkamah arbitrasi (arbitrasi tribunal) yang anggotanya terdiri dari: Sekjen PBB, Secretary of State USA dan satu anggota pihak ketiga yang dipilih oleh keduanya. D.Keanggotaan PBB Keanggotaan dibedakan antara anggota asli (original members) dan anggota yang diterima kemudian (admitted members). Keduanya mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Kalau negara anggota asli dapat diterima karena kesempatan yang diberikan untuk menjadi anggota asli (51 negara yang turut serta dalam Konferensi San Fransisco atau yang telah menandatangani Deklarasi PBB dan menandatangani Piagam dan meratifikasinya sesuai Pasal 110 Piagam PBB). Sedangkan negara yang menjadi anggota kemudian harus memenuhi kualifikasi tertentu. Anggota lain/anggota tambahan adalah anggota yang diterima setelah memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan Pasal 4 Piagam PBB. Syarat-syarat tersebut antara lain: 1) negara; 2) cinta damai; 3)menerima kewajiban yang ada dalam piagam; 4) mampu dan bersedia melaksanakan kewajibannya; 5) permohonan untuk menjadi anggota ditetapkan oleh Majelis Umum PBB atas rekomendasi Dewan Keamanan (Pasal 4(2)). E. Organ Utama PBB Berdasarkan Pasal 7 (1) Piagam, maka alat perlengkapan/organ utama PBB adalah Majelis Umum PBB, Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi dan Sosial, Dewan Perwalian, Mahkamah Internasional dan Sekretariat. 1.Majelis Umum (General Assembly) - MU Majelis Umum merupakan alat perlengkapan/organ utama dimana semua negara anggotanya mempunyai wakilnya (Pasal 9 (1) Piagam PBB) yang jumlahnya tidak lebih dari 5 orang (Pasal 9 (2) Piagam PBB), yang mana perwakilan negara berapapun jumlahnya hanya dihitung mempunyai 1 suara (Pasal 18 (1) Piagam PBB). Majelis Umum bersidang 1 tahun sekali pada hari Selasa ketiga Bulan September (Pasal 1 Rules Procedure Majelis Umum PBB – RP.MU). sidang Majelis Umum diadakan di Markas besar PBB atau ditempat lain atas kehendak mayoritas anggota (Rule 3 RP.MU). Sidang khusus MU dapat diadakan atas permintaan DK atau atas permintaan mayoritas negara anggota (Rule 7, 8, 9 RP.MU) Pemungutan suara di MU dibedakan antara masalah-masalah penting dan masalah yang tidak penting. Masalah-masalah penting akan diputus dengan dua pertiga anggota yang hadir dan memberikan suaranya (Pasal 18 (2) Piagam PBB), masalah yang penting terperinci: a. Anjuran mengenai perdamaian dan keamanan internasional; b. Pemilihan anggota-anggota DK yang tidak tetap, pemilihan anggota Dewan Perwalian, pemilihan anggota Dewan Ekonomi dan Sosial; c. Penerimaan anggota baru PBB; d. Penundaan hak-hak dan hak-hak istimewa anggota; e. Pemecatan anggota; f. Masalah-masalah yang berhubungan dengan penyelenggaraan sistem perwakilan; g. Urusan anggaran belanja; h. Pengangkatan Sekretaris Jenderal Sedangkan untuk persoalan yang lain cukup diambil dengan kelebihan suara biasa (Pasal 18 (3) Piagam PBB). Di dalam Pasal 18 tidak ditetapkan kuorum yaitu jumlah anggota yang paling sedikit harus hadir, namun hanya ditetapkan bahwa jumlah anggota yang hadir dan memberikan suaranya. Tugas dan wewenang MU adalah sebagai berikut: a. Pelaksanaan perdamaian dan keamanan internasional (Pasal 11, 12 Piagam PBB); b. Kerjasama di lapangan politik, mendorong berkembangnya kemajuan hukum internasional dan kodifikasinya, kerjasama internasional di lapangan ekonomi, sosial, kebudayaan, pendidikan, kesehatan dan membantu hak- ak manusia (Pasal 13 Piagam PBB); c. Tugas yang berhubungan dengan sistem Perwalian (Pasal 85 Piagam PBB); d. Tugas yang berhubungan dengan masalah sehubungan dengan daerah yang belum mempunyai pemerintahan sendiri (Pasal 73 Piagam PBB); e. Tugas sehubungan dengan urtusan keuangan (Pasal 19 Piagam PBB); f. Untuk menetapkan keanggotaan dan penerimaan anggota (Pasal 3-6 Piagam PBB); g. Mengadakan perubahan Piagam (Pasal 108 dan 109 Piagam PBB) Keputusan Majelis Umum PBB bersifat rekomendasi (Pasal 10 Piagam PBB) tidak bersifat mengikat (Binding decision), ini berbeda dengan keputusan Dewan Keamanan yang bersifat mengikat (Pasal 25 Piagam PBB). Walaupun keputusan Majelis Umum PBB merupakan keputusan yang bersifat rekomendasi, tetapi dalam kenyataannya ada keputusan yang mempunyai kekuatan mengikat yang melebihi arti formal yang ditetapkan dalam Piagam PBB. Berdasarkan Pasal 22 Piagam PBB Majelis Umum dapat mendirikan organ-organ subsider yang dianggap perlu, seperti: UNCTAD (United Nations Conference on Trade and Development) UNDP (United Nations Development Programme) dll. 2. Dewan Keamanan (Security Council) Dewan Keamanan mempunyai 5 anggota permanen (memiliki hak veto) dan 10 anggota non permanen. Kelima anggota tersebut adalah: AS, Inggris, Prancis, Uni Soviet/Rusia, dan Cina (Pasal 23 (1) Piagam PBB). Wewenang DK jika diperinci adalah sebagai berikut: a. Memelihara perdamaian dan keamanan internasional (Pasal 24 Pigam PBB); b. Mengadakan penyelidikan setiap perselisihan yang dapat mengancam perdamaian dan keamanan internasional (Pasal 34 Piagam PBB); c. Memberikan saran tentang cara-cara yang dapat dipakai untuk menyelesaikan suatu perselisihan (Pasal 36,38); d. Menentukan apakah terjadi suatu keadaan yang menganggu perdamaian internasional atau adanya tindakan agresi dan menyarankan tindakantindakan apa yang dapat diambil untuk mencegah atau menghentikan adanya suatu agresi (Pasal 39 dan 40 Piagam PBB); e. Menganjurkan pada para anggota untuk mengambil tindakan lain yang bersifat kekerasan untuk mencegah atau menghentikan adanya suatu agresi (Pasal 41 Piagam PBB); f. Mengambil tindakan-tindakan militer terhadap adanya agresi (Pasal 42 Piagam); g. Penerimaan, penundaan, pencabutan keanggotaan (Pasal 4(2), Pasal 5; Pasal 6 Piagam PBB) h. Pemilihan Hakim Mahkamah Internasional (Pasal 10 Piagam); i. Menyarankan pemilihan Sekretaris Jenderal PBB (Pasal 97 Piagam); j. Menyampaikan laporan tahunan pada Majelis Umum PBB (Pasal 26 dan 29 Piagam); k. Perubahan Piagam (Pasal 108 Piagam); l. Pembinaan dan pengawasan daerah strategis (Pasal 83 Piagam) Dalam melaksanakan tugasnya DK dapat bertindak: a. Atas inisiatif sendiri (Pasal 34 Piagam); b. Atas permintaan negara anggota (Pasal 35 (1) Piagam); c. Atas permintaan bukan negara anggota (Pasal 35(2) Piagam); d. Atas permintaan Majelis Umum (Pasal 11 Piagam); e. Atas permintaan Sekretaris jenderal (Pasal 99 Piagam). Ada satu hal menarik untuk dibahas terkait dengan DK PBB, yaitu hak veto yang hanya dimiliki oleh 5 negara anggota tetap DK PBB. Hak veto yang akan dipunyai oleh negara-negara besar dibicarakan secara teratur pada waktu merumuskan Paigam PBB baik di Dumbarton Oaks maupun di Yalta, dan di San Fransisco. Bahwasannya kepada 5 negara yang dianggap sangat bertanggung jawab pada penyelesaian Perang Dunia II akan merupakan negara anggota tetap DK dan kepada mereka diberikan hak veto, hal ini adalah merupakan imbalan dari tanggung jawab mereka terhadap perdamaian dan keamanan internasional (primary responsibilities). 3.Sekretariat Jenderal / Sekretariat PBB (Secretary) Sekretariat merupakan alat perlengkapan/organ utama PBB, dikepalai oleh seorang Sekretaris Jenderal. Sekjend PBB bukan hanya sebagai pegawai pelaksana, tetapi mempunyai tanggung jawab atas perdamaian dan keamanan internasional. Sekretariatan PBB memperkerjakan sekitar 14.000 pekerja yang semuanya berlokasi di New York sebagai mabes PBB serta kantor lainnya yang berada di Jenewa. Kecuali itu masih ada 17.000 orang yang ditugaskan dalam berbagai organ subsidery PBB. Tugas dan wewenang Sekjend selain tugas kesekretariatan juga sebagai kepala eksekutif, sebagai koordinator dalam tugas-tugas PBB, serta seorang Sekjend PBB mempunyai peranan politik. Adapun orang-orang yang pernah menjabat sebagai Sekjend PBB antara lain: NO NAMA PERIODE ASAL NEGARA 1 Trygve Lie 1946 – 1953 Norwegia 2 Dag Hammarsksold 1953 – 1961 Swedia 3 U Thant 1961 – 1971 Burma 4 Kurt Waldheim 1972 – 1981 Austria 5 Javier Perez de Cuellar 1981 - 1991 Peru 6 Boutros Boutros Ghali 1992 – 1996 Mesir 7 Koffie Anan 1997 – 2006 Afrika Selatan 8 Ban Ki-moon 2007 - ...... Republic of Korea 4.Dewan Perwalian (Trusteeship Council) Dewan ini bertugas untuk membawahi negara-negara yang diberi nama non self governing territory. Wilayah-wilayah tersebut ada dalam naungan PBB dalam proses dekolonisasi. 5. Dewan Ekonomi dan Sosial (Ecosoc) Dewan ini keberadaannya tidak lepas dari kontek sejarah dari berbagai kerja sama ekonomi internasional. Tugas dan wewenang dewan ini ditentukan dalam Pasal 62-66 Piagam PBB. Di samping itu ECOSOC mempunyai badan-badan yang membantu badan-badan tambahan (subsidiary organ) yang dibentuk oleh Majelis Umum seperti United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF); United Nations Environment Programme (UNEP); United Nations High Commissioner for Refugee (UNHCR). 6.Mahkamah Internasional (Internasional Court of Justice) Mahkamah Internasional yang berkedudukan di Den Haag Belanda merupakan institusi internasional yang tugasnya menyelesaikan sengketa melalui judicial settlement. Starke berpendapat bahwa International Court Of Justice dibentuk berdasarkan Bab IV (Pasal 92-96) Charter PBB yang dirumuskan di San Fransisco pada tahun 1954. Pasal 92 menyatakan bahwa Mahkamah adalah “organ utama Perserikatan Bangsa-Bangsa” dan menentukan bahwa Mahkamah akan bekerja menurut suatu statuta yang merupakan “bagian integral” dari Charter. Adapun siapa-siapa saja yang bisa mengajukan perkara ke Mahkamah. Boer Mauna menyebutkan dalam Pasal 34 ayat 1 statuta secara kategoris dinyatakan bahwa hanya negara-negara yang boleh menjadi pihak dalam perkara-perkara di muka mahkamah. Jadi individu-individu maupun organisasi-organisasi internasional tidak dapat menjadi pihak dari suatu sengketa di muka Mahkamah. Wewenang Mahkamah pada prinsipnya bersifat fakultatif. Ini berarti bila terjadi suatu sengketa antar dua negara, intervensi Mahkamah baru dapat terjadi bila negara-negara tersebut dengan persetujuan bersama membawa perkara mereka ke Mahkamah. Tanpa adanya persetujuan antara pihak-pihak yang bersengketa, wewenang Mahkamah tidak akan berlaku terhadap sengketa tersebut. Wewenang inilah yang dinamakan wewenang fakultatif. Dalam statuta Article 3 juga disebutkan: “The court shall Consist of fifteen members, no two of whom may be nationals of the same state”. (Hakim-hakim di mahkamah adalah hakim-hakim ad hoc atau hakim sementara yang hanya ikut bersidang untuk suatu perkara tertentu dan ditunjuk khusus untuk perkara tersebut. Tugasnya berakhir setelah berakhir pula perkara yang bersangkutan. Mengenai putusan Mahkamah Internasional, Starke menyebutkan bahwa, semua persoalan diputuskan melalui suara terbanyak dari hakim yang hadir dan jika diperoleh suara seimbang, maka Ketua memberikan suara yang menentukan. Akibat hukum dari putusan Mahkamah ditentukan dalam Pasal 56-61. Putusan Mahkamah tidak memiliki kekuatan mengikat kecuali di antara para pihak dan berkenaan dengan kasus tertentu (Pasal 59). Putusan tersebut adalah “final and binding” (Pasal 60) tetapi suatu revisi boleh dilakukan atas dasar penemuan suatu “faktor yang menguntungkan” yang baru, dengan ketentuan bahwa pelaksanaan hal itu dibuat dalam jangka waktu enam bulan dari penemuan itu serta tidak lebih dari sepuluh tahun dari tanggal keluarnya putusan (Pasal 61). CATATAN: Materi di atas disarikan dari: 1. Ade Maman Suherman, 2003, Organisasi Internasional dan Integrasi Ekonomi Regional Dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi, PT Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 102-141. 2. Sri Setianingsih Suwardi, 2004, Pengantar Hukum Organisasi Internasional, UI Press, Jakarta, hlm. 249-328. 3. Boer Mauna, 2000, Hukum Internasional; Pengertian, Peranan Dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, Alumni, Bandung, hlm. 240-263. 4. J.G Starke, 2008, Pengantar Hukum Internasional 2, Edisi Kesepuluh, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 652. 5. Mahasiswa dianjurkan untuk mengakses website resmi UN di http://www.un.org/en/ MP7™