apa yang disebut Commission to Study the

advertisement
BAHAN KULIAH HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL
Match Day 11
PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA/UNITED NATIONS
A. Sejarah
Setelah LBB berumur 20 tahun sebagai suatu OI yang bertujuan untuk
mengakhiri perang dan agar masyarakat internasional hidup berdampingan dengan
damai dianggap gagal dengan pecahnya World War II. Perang Dunia II menelan
korban 7 kali lipat dari Perang Dunia I, yaitu 61 juta jiwa.
Berdasarkan angka korban tersebut, masyarakat internasional sadar bahwa
penting untuk adanya sebuah OI yang memiliki fungsi dan tanggung jawab dalam
hal menjaga perdamaian dunia secara kolektif.
Dasar pendirian dan pembentukan PBB adalah upaya kedua untuk
membentuk suatu OI yang universal dengan tujuan utamanya adalah memelihara
perdamaian di bawah suatu sistem keamanan kolektif. Gagasan untuk mendirikan
PBB timbul di kalangan Private Group Amerika, misalnya tahun 1939 terbentuklah
apa yang disebut Commission to Study the Organization of Peace. Tahun 1942
didirikan suatu komite Post War of International Problems. Pernyataan-pernyataan
dari komite inilah yang menjadi dasar untuk mendirikan suatu OI.
Pembicaraan dari para negarawan juga berpengaruh, misalnya pada tahun
1941 pembicaraan antara Rosevelt dan Churchill telah menghasilkan apa yang
terkenal dengan Atlantic Charter. Hal terpenting dari Atlantic Charter adalah jaminan
bahwa seluruh umat manusia harus bebas dari ketakutan dan kekurangan dalam
penyelesaian sengketa penggunaan kekerasan harus dihindari dan perlu adanya
sistem keamanan bersama (General Security).
Pada tanggal 1 Januari 1942 dikeluarkan suatu deklarasi yang terkenal
dengan ”Declaration of United Nations” yang ditandatangani oleh Rosevelt, Churchill,
Litinov dari USSR dan Soong dari Cina. Keempat negara telah menyetujui adanya
program umum dengan prinsip-prinsip dan maksud
untuk melengkapi Atlantic
Charter dan mereka menyetujui akan melawan musuh secara bersama-sama.
Tercatat 26 negara ikut menandatangani deklarasi tersebut. Roosevelt mengusulkan
jika nanti terbentuk OI baru akan diberi nama United Nations.
Pada tanggal 30 Oktober 1943 ada Deklarasi yang dikenal dengan sebagai
”Moscow Declaration” ditandatangani oleh Molotov (USSR), Anthony Eden (Inggris),
Cordell Hull (AS), Foo Pingsheung (Dubes Cina untuk USSR), keempat pemerintah
negara tersebut mengakui pentingnya membentuk OI yang didasarkan pada
persamaan kedaulatan bagi negara-negara yang mencintai perdamaian, dan
keanggotaannya terbuka bagi semua negara, besar ataupun kecil, untuk mencapai
perdamaian dan keamanan internasional.
1 Desember 1943, Presiden Rosevelt, Stalin dan Churchil bertemu di Teheran
dan mereka mendeklarasikan bahwa mereka bertanggungjawab penuh dan PBB akan
mengusahakan perdamaian yang akan dipimpin oleh kemauan baik dari rakyat
seluruh dunia dan menentang perang demi generasi yang akan datang.
Sebagai langkah lanjutan, AS mengundang Inggris, Rusia dan Cina di
Dumbarton Oaks, Washington DC untuk mendiskusikan pendapat konkret mengenai
masa depan OI. Pertemuan tersebut terdiri dari dua sesi, yang pertama tanggal 21
Agustus – 28 September 1944 berlangsung pembicaraan antara AS, Inggris dan
Rusia. Cina baru berpartisipasi pada sesi kedua. Pembicaraan anatara AS dan Inggris
berlanjut pada tanggal 29 September – 7 Oktober 1944. Dalam pertemuan di
Dumbarton Oaks disetujui pokok-pokok dasar dan tujuan, bentuk organisasi,
peraturan tentang pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional dan
pentingnya kerjasama di bidang ekonomi dan sosial. Demikian pula disetujui adanya
badan utama yang diserahi tugas khusus dalam bidang perdamaian dan keamanan
internasional dimana lima negara yang memegang peranan dalam peperangan
melawan fasisme, yaitu AS, Inggris, Prancis, Uni Soviet dan Cina sebagai anggota
tetap dari badan utama tersebut. Badan utama yang dimaksud adalah Dewan
Keamanan.
Rumusan berikutnya adalah disetujuinya keputusan bersama yang dikenal
dengan Dumbarton Oaks Proposals. Proposal tidak memuat semua tentang draft
lengkap OI yang akan datang, tetapi memuat prinsip-prinsip dasar yang akan
dipergunakan untuk membentuk Piagam PBB dan mewakili pandangan-pandangan
prinsip dari peserta pertemuan di Dumbarton Oaks.Organisasi akan mempunyai
tugas utama untuk mencapai perdamaian dan keamanan internasional, meskipun
juga harus dipertimbangkan tentang kerjasama untuk mencari penyelesaian di
bidang ekonomi, sosial dan masalah-masalah kemanusiaan lainnya. Organisasi yang
akan dibentuk juga harus didasarkan pada persamaan derajat negara cinta damai
(Peace Loving State) dan Majelis Umum sebagai organ utama harus terdiri dari
perwakilan negara anggota yang mempunyai tugas untuk membicarakan persoalanpersoalan internasional dan membuat rekomendasi.
Dalam proposal juga dikemukakan perlunya sekretariat, mahkamah (court),
dewan ekonomi dan sosial, dan badan tambahan (subsidiary organs) yang mungkin
dibutuhkan untuk membantu kerja organ utama.
Namun demikian ada beberapa permasalahan yang belum terselesaikan pada
pertemuan di Dumbarton Oaks, antara lain masalah voting procedure di DK dan
negara-negara mana yang merupakan original members.
Proposal Dumbarton Oaks ini disebar ke semua negara yang menandatangani
Deklarasi PBB untuk dimintai komentar dan usulan. Pada saat yang sama, ada usaha
dari The Big Three negara yang hadir di Dumbarton Oaks untuk mengadakan
pertemuan tambahan. Pertemuan antara Rosevelt, Churchil dan Stalin kemudian
diadakan di Yalta antara tanggal 4-11 Februari 1945. Pembicaraan ini menghasilkan
tiga keputusan untuk masa depan OI yang akan dibentuk dan pembicaraan final
tentang struktur organisasi akan diputuskan secara formal. Keputusan penting yang
telah diputuskan adalah mengenai prosedur pemungutan suara di DK. ”Veto”
disetujui, kesepakatan bulat (unanimous agreement) dari 5 anggota tetap DK
diperlukan
untuk
keputusan-keputusan
DK
dalam
dalam
masalah-masalah
substansial (nonprosedural) dan bukan masalah prosedural. Keputusan penting yang
kedua adalah sehubungan dengan siapa yang menjadi original members PBB,
pertemuan ini AS dan Inggris menyetujui Uni Soviet memasukkan Ukraina dan
Byelorussia (2 negara bagian Uni Soviet) untuk menjadi anggota tetap PBB dengan
alasan kedua negara bagian tersebut merupakan wilayah terdepan dalam
menghadapi serangan Jerman. Keputusan lain yang penting adalah diterimanya
sistem perwalian (trusteeship) untuk mengganti sistem mandat dari LBB.
Pada tanggal 21 Februari – 8 Maret 1945, suatu pertemuan yang diusulkan
oleh AS dalam bentuk konferensi di Meksiko antar negara-negara di Amerika untuk
membicarakan kemungkinan didirikannya OI yang meliputi semua bangsa dan
kedudukan dari organisasi regional. Semua negara Amerika hadir kecuali Argentina.
Pertemuan di Meksiko menghasilkan suatu resolusi yang merupakan pembahasan
dari Dumbarton Oaks oleh negara-negara Amerika yang tidak hadir dalam pertemuan
Dumbarton Oaks. Pada intinya resolusi tersebut menunjukkan keinginan negaranegara Amerika Latin akan pentingnya hubungan antara organisasi internasional
yang bersifat universal dan organisasi internasional regional.
Pada tanggal 5 Maret 1945. AS sebagai sponsor mengundang 46 negara
untuk menghadiri konferensi yang dibuka tanggal 25 April 1945 di San Fransisco.
Konferensi ini disebut sebagai The United Conference of International Organization.
Negara-negara menghadiri konferensi tersebut, sehingga terdapat 51 negara
anggota asli PBB, yaitu: Argentina, Australia, Belgia, Bolivia, Brazil, Byelorussia,
Canada, Cile, Cina, Colombia, Costa Rika, Cuba, Chechoslovakia, Denmark, Dominika
Republik, Ecuador, Mesir, El Savador, Etiopia, Prancis, Greece, Guatemala, Haiti,
Honduras, India, Iran, Irak, Lebanon, Liberia, Luxemburg, Meksiko, Netherlands,
New Zealand, Nikaragua, Norwegia, Panama, Paraguay, Filipina, Polandia, Saudi
Arabia, Afrika Selatan, Syria, Arab Republik, Turki, Ukraina, Uni Republik Soviet
Sosialis (Union of Soviet Socialist Republic), United Kingdom of Britain, Northend
Ireland, USA, Uruguay, Venezuela, Yugoslavia.
Pada konferensi San Fransisco penuh dengan ketegangan, karena pada
waktu mereka berunding perang di Eropa dan Pasifik terus berlangsung. Beberapa
delegasi seperti dari Belanda, Belgia dan Prancis diharuskan keluar dari konferensi
dan kembali ke negaranya sendiri untuk memikirkan dan menyelesaikan tugas dalam
negeri. Ada yang mengusulkan agar konferensi ditunda, namun Rosevelt dan banyak
negara lainnya berpendapat harus dibedakan antara konferensi perdamaian dan
konferensi yang tujuannya membentuk OI setelah perang selesai. AS berusaha
jangan sampai konferensi gagal, kebijakan untuk membentuk OI setelah perang
harus terwujud. Inggris mendukung usaha AS tersebut.
Pada konferensi San Fransisco dibentuk juga Steering Committee yang
bertugas untuk membentuk piagam PBB dan Statuta Mahkamah Internasional yang
integral dengan Piagam PBB. Beberapa hal mengenai organisasi regional di luar PBB
juga merupakan permasalahan khusus. Juga diusulkan tentang kemungkinan
partisipasi dari suatu negara untuk menyumbangkan angkatan bersenjatanya ke DK
sewaktu DK memutuskan untuk menggunakan angkatan bersenjata jika diperlukan.
Masalah ekonomi dan sosial diperluas pada pembicaraan di San Fransisco, intinya
diusulkan adanya alat perlengkapan/organ utama yang bertanggung jawab untuk
bidang ekonomi dan sosial. Untuk daerah bekas jajahan, konferensi menghasilkan
dalam piagam adanya bab khusus yang berisi ketentuan tentang masalah wilayah
yang tidak berpemerintahan sendiri, diciptakan sistem perwalian (trusteeship system)
dan dibentuk alat perlengkapan/organ utama Dewan Perwalian yang berwenang
mengurusi masalah tersebut.
Tanggal 25 Juni 1945 konferensi di San Fransisco selesai dan menerima bulat
seluruh Piagam PBB. 26 Juni 1945 diadakan upacara penandatanganan yang
dilakukan di Gedung Opera di San Fransisco. Menurut ketentuan Pasal 110, Piagam
PBB berlaku setelah diratifikasi oleh negara penandatangan dan termasuk 5 negara
tetap DK. Syarat berdirinya PBB dipenuhi pada tanggal 24 Oktober 1945 dengan
Resolusi Majelis Umum pada tanggal 31 October 1947. tanggal 24 Oktober
dinamakan Hari PBB.
Pada waktu penandatanganan di San Fransisco tanggal 26 Juni 1945,
ditandatangani Interim Arrangement yang membentuk Komisi Persiapan (Preparatory
Commision) untuk menyiapkan pertemuan pertama alat perlengkapan/organ utama
PBB. Komisi persiapan juga mempunyai tugas untuk merekomendasikan tempat
Markas besar PBB (Headquarter), pemindahan fungsi tertentu dan aktivitas tertentu
LBB ke PBB dan menyiapkan agenda-agenda untuk Majelis Umum dan alat
perlengkapan/organ utma PBB. Sidang Majelis Umum pertama tanggal 10 Januari
1946 di London.
B.Piagam PBB
Piagam PBB terdiri atas 111 Pasal, yang mana tujuan dan prinsip-prinsip PBB
dimuat dalam Pasal 1 dan 2 Piagam PBB, seperti PBB bertujuan untuk memelihara
perdamaian dan keamanan internasional, mengembangkan persahabatan antar
bangsa dll.
Hal yang penting juga dalam kaitan dengan negara bukan anggota, maka
Pasal 2 (6) Piagam PBB negara bukan anggota PBB bertindak sesuai dengan prinsipprinsip PBB apabila dianggap perlu untuk perdamaian dan keamanan internasional.
Hal ini berarti bahwa negara bukan anggota harus juga bersikap sesuai dengan
prinsip-prinsip yang ada dalam Piagam PBB terutama dalam perdamaian dan
keamanan internasional, walaupun secara hukum mereka tidak terikat dengan PBB.
Namun demikian PBB tidak akan ikut campur dalam masalah-masalah dalam negeri,
dijamin dengan adanya ketentuan Pasal 2 (7) Piagam PBB.
C.Status Hukum PBB
PBB sebagai OI memiliki status hukum dalam hukum internasional, PBB
sebagai subjek Hukum Internasional. Pasal 104 Piagam PBB menunjukkan bahwa
PBB mempunyai kemampuan untuk bertindak sebagai subjek hukum internasional,
oleh karenanya mempunyai hak untuk memiliki kekayaan, mempunyai hak untuk
membuat perjanjian internasional dan tindakan-tindakan lain sebagai subjek hukum
internasional.
Tahun 1946, Majelis Umum PBB menetapkan New York sebagai markas besar
PBB dengan hibah berupa tanah dari John D. Rockkefeller. Gedung tersebut
dibangun dan baru selesai pada tahun 1950. Sebagai akibat PBB ”memakai” New
York sebagai markas besarnya yang notabene New York adalah wilayah USA,
Sekjend PBB diberi kewenangan untuk mengadakan negosiasi dengan negara tuan
rumah (USA). Hasil negosiasi akan disahkan oleh Majelis Umum.
Tanggal 26 Juni 1946 Perjanjian tentang Markas Besar (Headquarters
Agreement) antara PBB dan USA ditandatangani dan disahkan Majelis Umum PBB
tanggal 31 Oktober 1947. Dalam perjanjian tersebut ditetapkan bahwa distrik
Borough of Manhattan di New York State berada dalam wilayah dibawah wewenang
PBB. Negara federal dan dan hukum nasional USA diterapkan di wilayah tersebut bila
tidak bertentangan dengan peraturan dari PBB. Jika terjadi suatu sengketa antara
PBB dengan negara tuan rumah akan diselesaikan melalui mahkamah arbitrasi
(arbitrasi tribunal) yang anggotanya terdiri dari: Sekjen PBB, Secretary of State USA
dan satu anggota pihak ketiga yang dipilih oleh keduanya.
D.Keanggotaan PBB
Keanggotaan dibedakan antara anggota asli (original members) dan anggota
yang diterima kemudian (admitted members). Keduanya mempunyai hak dan
kewajiban yang sama. Kalau negara anggota asli dapat diterima karena kesempatan
yang diberikan untuk menjadi anggota asli (51 negara yang turut serta dalam
Konferensi San Fransisco atau yang telah menandatangani Deklarasi PBB dan
menandatangani Piagam dan meratifikasinya sesuai Pasal 110 Piagam PBB).
Sedangkan negara yang menjadi anggota kemudian harus memenuhi kualifikasi
tertentu.
Anggota lain/anggota tambahan adalah anggota yang diterima setelah
memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan Pasal 4 Piagam PBB. Syarat-syarat tersebut
antara lain: 1) negara; 2) cinta damai; 3)menerima kewajiban yang ada dalam
piagam; 4) mampu dan bersedia melaksanakan kewajibannya; 5) permohonan untuk
menjadi anggota ditetapkan oleh Majelis Umum PBB atas rekomendasi Dewan
Keamanan (Pasal 4(2)).
E. Organ Utama PBB
Berdasarkan Pasal 7 (1) Piagam, maka alat perlengkapan/organ utama PBB
adalah Majelis Umum PBB, Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi dan Sosial, Dewan
Perwalian, Mahkamah Internasional dan Sekretariat.
1.Majelis Umum (General Assembly) - MU
Majelis Umum merupakan alat perlengkapan/organ utama dimana semua
negara anggotanya mempunyai wakilnya (Pasal 9 (1) Piagam PBB) yang jumlahnya
tidak lebih dari 5 orang (Pasal 9 (2) Piagam PBB), yang mana perwakilan negara
berapapun jumlahnya hanya dihitung mempunyai 1 suara (Pasal 18 (1) Piagam PBB).
Majelis Umum bersidang 1 tahun sekali pada hari Selasa ketiga Bulan
September (Pasal 1 Rules Procedure Majelis Umum PBB – RP.MU). sidang Majelis
Umum diadakan di Markas besar PBB atau ditempat lain atas kehendak mayoritas
anggota (Rule 3 RP.MU). Sidang khusus MU dapat diadakan atas permintaan DK atau
atas permintaan mayoritas negara anggota (Rule 7, 8, 9 RP.MU)
Pemungutan suara di MU dibedakan antara masalah-masalah penting dan
masalah yang tidak penting. Masalah-masalah penting akan diputus dengan dua
pertiga anggota yang hadir dan memberikan suaranya (Pasal 18 (2) Piagam PBB),
masalah yang penting terperinci:
a. Anjuran mengenai perdamaian dan keamanan internasional;
b. Pemilihan anggota-anggota DK yang tidak tetap, pemilihan anggota Dewan
Perwalian, pemilihan anggota Dewan Ekonomi dan Sosial;
c. Penerimaan anggota baru PBB;
d. Penundaan hak-hak dan hak-hak istimewa anggota;
e. Pemecatan anggota;
f.
Masalah-masalah
yang
berhubungan
dengan
penyelenggaraan
sistem
perwakilan;
g. Urusan anggaran belanja;
h. Pengangkatan Sekretaris Jenderal
Sedangkan untuk persoalan yang lain cukup diambil dengan kelebihan suara
biasa (Pasal 18 (3) Piagam PBB). Di dalam Pasal 18 tidak ditetapkan kuorum yaitu
jumlah anggota yang paling sedikit harus hadir, namun hanya ditetapkan bahwa
jumlah anggota yang hadir dan memberikan suaranya.
Tugas dan wewenang MU adalah sebagai berikut:
a. Pelaksanaan perdamaian dan keamanan internasional (Pasal 11, 12 Piagam
PBB);
b. Kerjasama di lapangan politik, mendorong berkembangnya kemajuan hukum
internasional dan kodifikasinya, kerjasama internasional di lapangan ekonomi,
sosial, kebudayaan, pendidikan, kesehatan dan membantu hak- ak manusia
(Pasal 13 Piagam PBB);
c. Tugas yang berhubungan dengan sistem Perwalian (Pasal 85 Piagam PBB);
d. Tugas yang berhubungan dengan masalah sehubungan dengan daerah yang
belum mempunyai pemerintahan sendiri (Pasal 73 Piagam PBB);
e. Tugas sehubungan dengan urtusan keuangan (Pasal 19 Piagam PBB);
f.
Untuk menetapkan keanggotaan dan penerimaan anggota (Pasal 3-6 Piagam
PBB);
g. Mengadakan perubahan Piagam (Pasal 108 dan 109 Piagam PBB)
Keputusan Majelis Umum PBB bersifat rekomendasi (Pasal 10 Piagam PBB)
tidak bersifat mengikat (Binding decision), ini berbeda dengan keputusan Dewan
Keamanan yang bersifat mengikat (Pasal 25 Piagam PBB). Walaupun keputusan
Majelis Umum PBB merupakan keputusan yang bersifat rekomendasi, tetapi dalam
kenyataannya ada keputusan yang mempunyai kekuatan mengikat yang melebihi arti
formal yang ditetapkan dalam Piagam PBB. Berdasarkan Pasal 22 Piagam PBB Majelis
Umum dapat mendirikan organ-organ subsider yang dianggap perlu, seperti:
UNCTAD (United Nations Conference on Trade and Development) UNDP (United
Nations Development Programme) dll.
2. Dewan Keamanan (Security Council)
Dewan Keamanan mempunyai 5 anggota permanen (memiliki hak veto) dan
10 anggota non permanen. Kelima anggota tersebut adalah: AS, Inggris, Prancis, Uni
Soviet/Rusia, dan Cina (Pasal 23 (1) Piagam PBB).
Wewenang DK jika diperinci adalah sebagai berikut:
a. Memelihara perdamaian dan keamanan internasional (Pasal 24 Pigam PBB);
b. Mengadakan penyelidikan setiap perselisihan yang dapat mengancam
perdamaian dan keamanan internasional (Pasal 34 Piagam PBB);
c. Memberikan
saran
tentang
cara-cara
yang
dapat
dipakai
untuk
menyelesaikan suatu perselisihan (Pasal 36,38);
d. Menentukan apakah terjadi suatu keadaan yang menganggu perdamaian
internasional atau adanya tindakan agresi dan menyarankan tindakantindakan apa yang dapat diambil untuk mencegah atau menghentikan adanya
suatu agresi (Pasal 39 dan 40 Piagam PBB);
e. Menganjurkan pada para anggota untuk mengambil tindakan lain yang
bersifat kekerasan untuk mencegah atau menghentikan adanya suatu agresi
(Pasal 41 Piagam PBB);
f.
Mengambil tindakan-tindakan militer terhadap adanya agresi (Pasal 42
Piagam);
g. Penerimaan, penundaan, pencabutan keanggotaan (Pasal 4(2), Pasal 5; Pasal
6 Piagam PBB)
h. Pemilihan Hakim Mahkamah Internasional (Pasal 10 Piagam);
i.
Menyarankan pemilihan Sekretaris Jenderal PBB (Pasal 97 Piagam);
j.
Menyampaikan laporan tahunan pada Majelis Umum PBB (Pasal 26 dan 29
Piagam);
k. Perubahan Piagam (Pasal 108 Piagam);
l.
Pembinaan dan pengawasan daerah strategis (Pasal 83 Piagam)
Dalam melaksanakan tugasnya DK dapat bertindak:
a. Atas inisiatif sendiri (Pasal 34 Piagam);
b. Atas permintaan negara anggota (Pasal 35 (1) Piagam);
c. Atas permintaan bukan negara anggota (Pasal 35(2) Piagam);
d. Atas permintaan Majelis Umum (Pasal 11 Piagam);
e. Atas permintaan Sekretaris jenderal (Pasal 99 Piagam).
Ada satu hal menarik untuk dibahas terkait dengan DK PBB, yaitu hak veto
yang hanya dimiliki oleh 5 negara anggota tetap DK PBB. Hak veto yang akan
dipunyai oleh negara-negara besar dibicarakan secara teratur pada waktu
merumuskan Paigam PBB baik di Dumbarton Oaks maupun di Yalta, dan di San
Fransisco. Bahwasannya kepada 5 negara yang dianggap sangat bertanggung jawab
pada penyelesaian Perang Dunia II akan merupakan negara anggota tetap DK dan
kepada mereka diberikan hak veto, hal ini adalah merupakan imbalan dari tanggung
jawab
mereka
terhadap
perdamaian
dan
keamanan
internasional
(primary
responsibilities).
3.Sekretariat Jenderal / Sekretariat PBB (Secretary)
Sekretariat merupakan alat perlengkapan/organ utama PBB, dikepalai oleh
seorang Sekretaris Jenderal. Sekjend PBB bukan hanya sebagai pegawai pelaksana,
tetapi mempunyai tanggung jawab atas perdamaian dan keamanan internasional.
Sekretariatan PBB memperkerjakan sekitar 14.000 pekerja yang semuanya berlokasi
di New York sebagai mabes PBB serta kantor lainnya yang berada di Jenewa. Kecuali
itu masih ada 17.000 orang yang ditugaskan dalam berbagai organ subsidery PBB.
Tugas dan wewenang Sekjend selain tugas kesekretariatan juga sebagai
kepala eksekutif, sebagai koordinator dalam tugas-tugas PBB, serta seorang Sekjend
PBB mempunyai peranan politik.
Adapun orang-orang yang pernah menjabat sebagai Sekjend PBB antara lain:
NO
NAMA
PERIODE
ASAL NEGARA
1
Trygve Lie
1946 – 1953
Norwegia
2
Dag Hammarsksold
1953 – 1961
Swedia
3
U Thant
1961 – 1971
Burma
4
Kurt Waldheim
1972 – 1981
Austria
5
Javier Perez de Cuellar
1981 - 1991
Peru
6
Boutros Boutros Ghali
1992 – 1996
Mesir
7
Koffie Anan
1997 – 2006
Afrika Selatan
8
Ban Ki-moon
2007 - ......
Republic of Korea
4.Dewan Perwalian (Trusteeship Council)
Dewan ini bertugas untuk membawahi negara-negara yang diberi nama non
self governing territory. Wilayah-wilayah tersebut ada dalam naungan PBB dalam
proses dekolonisasi.
5. Dewan Ekonomi dan Sosial (Ecosoc)
Dewan ini keberadaannya tidak lepas dari kontek sejarah dari berbagai kerja
sama ekonomi internasional. Tugas dan wewenang dewan ini ditentukan dalam Pasal
62-66 Piagam PBB. Di samping itu ECOSOC mempunyai badan-badan yang
membantu badan-badan tambahan (subsidiary organ) yang dibentuk oleh Majelis
Umum seperti United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD),
United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF); United Nations
Environment Programme (UNEP); United Nations High Commissioner for Refugee
(UNHCR).
6.Mahkamah Internasional (Internasional Court of Justice)
Mahkamah
Internasional
yang
berkedudukan
di
Den
Haag
Belanda
merupakan institusi internasional yang tugasnya menyelesaikan sengketa melalui
judicial settlement.
Starke
berpendapat
bahwa
International
Court
Of
Justice
dibentuk
berdasarkan Bab IV (Pasal 92-96) Charter PBB yang dirumuskan di San Fransisco
pada tahun 1954. Pasal 92 menyatakan bahwa Mahkamah adalah “organ utama
Perserikatan Bangsa-Bangsa” dan menentukan bahwa Mahkamah akan bekerja
menurut suatu statuta yang merupakan “bagian integral” dari Charter.
Adapun siapa-siapa saja yang bisa mengajukan perkara ke Mahkamah. Boer
Mauna menyebutkan dalam Pasal 34 ayat 1 statuta secara kategoris dinyatakan
bahwa hanya negara-negara yang boleh menjadi pihak dalam perkara-perkara di
muka mahkamah. Jadi individu-individu maupun organisasi-organisasi internasional
tidak dapat menjadi pihak dari suatu sengketa di muka Mahkamah.
Wewenang Mahkamah pada prinsipnya bersifat fakultatif. Ini berarti bila
terjadi suatu sengketa antar dua negara, intervensi Mahkamah baru dapat terjadi
bila negara-negara tersebut dengan persetujuan bersama membawa perkara mereka
ke Mahkamah. Tanpa adanya persetujuan antara pihak-pihak yang bersengketa,
wewenang Mahkamah tidak akan berlaku terhadap sengketa tersebut. Wewenang
inilah yang dinamakan wewenang fakultatif.
Dalam statuta Article 3 juga disebutkan: “The court shall Consist of fifteen
members, no two of whom may be nationals of the same state”. (Hakim-hakim di
mahkamah adalah hakim-hakim ad hoc atau hakim sementara yang hanya ikut
bersidang untuk suatu perkara tertentu dan ditunjuk khusus untuk perkara tersebut.
Tugasnya berakhir setelah berakhir pula perkara yang bersangkutan.
Mengenai putusan Mahkamah Internasional, Starke menyebutkan bahwa,
semua persoalan diputuskan melalui suara terbanyak dari hakim yang hadir dan jika
diperoleh suara seimbang, maka Ketua memberikan suara yang menentukan.
Akibat hukum dari putusan Mahkamah ditentukan dalam Pasal 56-61.
Putusan Mahkamah tidak memiliki kekuatan mengikat kecuali di antara para pihak
dan berkenaan dengan kasus tertentu (Pasal 59). Putusan tersebut adalah “final and
binding” (Pasal 60) tetapi suatu revisi boleh dilakukan atas dasar penemuan suatu
“faktor yang menguntungkan” yang baru, dengan ketentuan bahwa pelaksanaan hal
itu dibuat dalam jangka waktu enam bulan dari penemuan itu serta tidak lebih dari
sepuluh tahun dari tanggal keluarnya putusan (Pasal 61).
CATATAN: Materi di atas disarikan dari:
1. Ade Maman Suherman, 2003, Organisasi Internasional dan Integrasi Ekonomi
Regional Dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi, PT Ghalia Indonesia, Jakarta,
hlm. 102-141.
2. Sri Setianingsih Suwardi, 2004, Pengantar Hukum Organisasi Internasional, UI
Press, Jakarta, hlm. 249-328.
3. Boer Mauna, 2000, Hukum Internasional; Pengertian, Peranan Dan Fungsi Dalam
Era Dinamika Global, Alumni, Bandung, hlm. 240-263.
4. J.G Starke, 2008, Pengantar Hukum Internasional 2, Edisi Kesepuluh, Sinar
Grafika, Jakarta, hlm. 652.
5. Mahasiswa
dianjurkan
untuk
mengakses
website
resmi
UN
di
http://www.un.org/en/
MP7™
Download