PEMBELAJARAN MENGIDENTIFIKASI KEBIASAAN, ADAT, DAN

advertisement
Didaktikum : Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
Vol. 16, No. 4, Agustus 2015 (Edisi Khusus)
ISSN 2087-3557
PEMBELAJARAN MENGIDENTIFIKASI KEBIASAAN, ADAT, DAN
ETIKA PADA NOVEL SITI NURBAYA MELALUI MODEL STAD
Nur Baroroh
SMP Negeri 1 Comal Kab. Pemalang
Abstrak
Target dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan pengetahuan peserta didik
pada materi mengidentifikasi kebiasaan, adat, etika yang terdapat dalam buku novel angkatan
20-30an melalui penerapan model pembelajaran STAD. Yang menjadi subjek penelitian adalah
siswa kelas IX E sejumlah 36 siswa. Model pembelajaran cooperative learning tipe STAD merupakan
model pembelajaran kooperatif untuk pengelompokan campur yang melibatkan pengakuan tim
dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota. Penelitian dilaksanakan
dalam 3 siklus, yaitu pra siklus, siklus 1, dan siklus 2. Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Apabila belum mencapai indikator yang
ditetapkan, penelitian dilanjutkan pada siklus 3. Apabila indikator keberhasilan yang ditetapkan
telah terlampaui, maka penelitian dianggap cukup. Penelitian dikatakan berhasil jika dari 36
siswa yang menjadi sampel dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi mengidentifikasi
kebiasaan, adat, etika yang terdapat dalam buku novel angkatan 20-30an melalui model STAD
menunjukkan 75% siswa secara klasikal mencapai KKM.
©2015 Didaktikum (Edisi Khusus)
Kata Kunci: Kebiasaan; Adat; Etika; Novel Siti Nurbaya; Model STAD
PENDAHULUAN
Bahasa dalam sebuah negara merupakan hal yang sangat penting adanya. Bahasa selain
sebagai alat komunikasi juga merupakan alat pemersatu antar warga negara. Pembelajaran Bahasa
Indonesia sebaiknya dilaksanakan dengan menggunakan model yang inovatif untuk menumbuhkan
keterampilan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan
maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.
Keterampilan berbahasa Indonesia terutama membaca sangat penting peranannya dalam upaya
melahirkan generasi masa depan yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya. Dalam membaca,
sedikitnya ada enam kata yang harus dikenal yaitu literasi, iliterasi, aliterasi, literat, iliterat, dan
aliterat.
Kegiatan membaca merupakan kegiatan yang kompleks. Selain membutuhkan kemampuan
visual untuk membaca lambang-lambang huruf menjadi bermakna, kemampuan kognitif untuk
memahami bacaan pun diperlukan. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia di
SMP/MTs terutama pada keterampilan membaca merupakan kegiatan reseptif aktif. Reseptif
artinya dengan membaca pembaca menerima berbagai informasi, ide, gagasan dan amanat yang
PEMBELAJARAN MENGIDENTIFIKASI KEBIASAAN, ADAT, DAN ETIKA
PADA NOVEL SITI NURBAYA MELALUI MODEL STAD
Nur Baroroh
17
ingin disampaikan penulis. Aktif artinya dalam kegiatan membaca pembaca melakukan kegiatan
aktif menggunakan kemampuan visual dan kognitifnya.
Berdasarkan data hasil pra siklus, masih banyak peserta didik yang belum mampu mencapai
nilai yang dipersyaratkan terutama pada materi mengidentifikasi kebiasaan, adat, etika yang
terdapat dalam buku novel angkatan 20-30 an. Penyebab rendahnya hasil belajar peserta didik
tersebut antara lain karena: (1) Ketekunan peserta didik pada materi membaca dan mengidentifikasi
novel masih sangat kurang; (2) Peserta didik jarang mengajukan pertanyaan ketika kurang
memahami materi; (3) Kurangnya keaktifan peserta didik dalam mengerjakan soal latihan yang
diberikan oleh guru; dan (4) Kurangnya partisipasi aktif peserta didik dalam kegiatan belajar
mengajar.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, penulis mencoba menerapkan model pembelajaran
Student Teams Achievement Division (STAD). Model pembelajaran STAD memiliki beberapa
keunggulan, diantaranya: (1) Setiap peserta didik memiliki kesempatan untuk memberikan
kontribusi yang substansial kepada kelompoknya, dan posisi anggota kelompok adalah setara; (2)
Menggalakkan interaksi secara aktif dan positif dan kerjasama anggota kelompok menjadi lebih
baik; (3) Membantu peserta didik untuk memperoleh hubungan pertemanan lintas rasial yang lebih
banyak; (4) Melatih peserta didik dalam mengembangkan aspek kecakapan sosial di samping
kecakapan kognitif; dan (5) Peran guru juga menjadi lebih aktif dan lebih terfokus sebagai fasilitator,
mediator, motivator dan evaluator.
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta
didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran
bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,
mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa
tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam
dirinya.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik
untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun
tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.
Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan: (1)
Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun
tulis; (2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan
bahasa negara; (3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif
untuk berbagai tujuan; (4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial; (5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra
untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa; (6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Dalam membaca, sedikitnya ada enam kata yang harus dikenal yaitu literasi, iliterasi, aliterasi,
literat, iliterat, dan aliterat. Literasi ialah kemampuan membaca. Iliterasi berarti ketidakmampuan
membaca. Aliterasi kerarti kekurangan sikap membaca. Literat adalah bentuk adjektiva yang berarti
dapat menulis dan membaca dalam suatu bahasa. Iliterat adalah bentuk adjektiva yang berarti tidak
bisa membaca. Aliterat merupakan bentuk adjektiva kata aliterasi. dalam kegiatan membaca
melibatkan dua hal, yaitu (1) pembaca yang berimplikasi adanya pemahaman dan (2) teks yang
berimplikasi adanya penulis.
Sebagian besar ahli berpendapat bahwa belajar adalah merupakan proses perubahan sebagai
akibat dari hasil pengalaman. Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia
dari segala sesuatu yang diperkirakan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam
perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia.
18
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
Vol. 16. No. 4. Agustus 2015 (Edisi Khusus)
Menurut Slameto (1995: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dila-kukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Ngalim Purwanto mendefinisikan
belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai
suatu hasil dari latihan atau pengalaman, sedang Oemar Hamalik (1986: 40) mengatakan belajar
adalah proses perubahan tingkah laku berkat interaksi dengan lingkungan.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses
seseorang yang dilakukan secara sadar, dirancang untuk mendapatkan suatu pengetahuan dan
pengalaman yang dapat mengubah tingkah laku seseorang sehingga dapat mengembangkan
dirinya kearah kemajuan yang lebih baik dari pengalaman dan interaksi yang telah
dialaminya.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Depdiknas, 2003: 9). Pembelajaran merupakan
terjemahan dari learning, pembelajaran berdasarkan makna lesikal berarti proses, cara, perbuatan
mempelajari. Pembelajaran memiliki hakikat perancangan sebagai upaya untuk membelajarkan
peserta didik.
Pembelajaran adalah proses dan cara menjadikan peserta didik untuk belajar.
Pembelajaran di sekolah merupakan upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik
dan menyiapkan menjadi warga negara yang baik. Pembelajaran yang baik harus didukung
interaksi yang
baik
antara komponen-komponen pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Kingsley dalam Jamal Abdul Azis (2013: 8) membagi 3 (tiga) macam hasil
belajar, yaitu: keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, dan sikap dan cita-cita.
Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi 2
(dua) jenis yaitu: (1) Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia.Faktor ini dapat
diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu faktor biologis (misalnya: usia, kematangan, dan kesehatan)
dan faktor psikologis (misalnya: kelelahan, suasana hati, motivasi, minat, dan kebiasaan belajar);
dan (2) Faktor yang bersumber dari luar manusia. Faktor ini dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua),
yaitu faktor manusia dan faktor non manusia (seperti: alam, benda, hewan, dan lingkungan fisik).
Model pembelajaran cooperative learning tipe STAD merupakan model pembelajaran kooperatif
untuk pengelompokan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok
untuk pembelajaran individu anggota. Dikembangkan oleh Mohamad Nur dalam Sergur (2008: 619). Inti kegiatan dalam STAD adalah sebagai berikut: (1) Mengajar, guru mempresentasikan materi
pelajaran; (2) Belajar dalam tim, peserta didik belajar melalui kegiatan kerja dalam tim/kelompok
mereka dengan dipandu oleh LKPD, untuk menuntaskan materi pelajaran; (3) Pemberian kuis,
peserta didik mengerjakan kuis secara individual dan peserta didik tidak boleh bekerja sama; (4)
Penghargaan, pemberian penghargaan kepada peserta didik yang berprestasi dan tim/kelompok
yang memperoleh skor tertinggi.
Yang perlu disiapkan guru sebelum memulai model pembelajaran ini adalah: (1) Nilai ratarata harian peserta didik. Nilai ini sebagai acuan untuk membentuk kelompok peserta didik yang
heterogen dan skor rata-rata suatu kelompok (jumlah nilai rata-rata peserta didik dalam suatu
kelompok dibagi dengan banyaknya peserta didik dalam kelompok tersebut). (2) Guru membentuk
kelompok peserta didik yang heterogen tanpa membedakan kecerdasan, suku/bangsa maupun
agama. Jadi dalam setiap kelompok sebaiknya ada peserta didik yang pandai, sedang, atau lemah,
dan masing-masing peserta didik sebaiknya merasa cocok satu sama lain. Setiap kelompok terdiri
atas 4–5 peserta didik. (3) Guru mempersiapkan LKPD. LKPD itu untuk belajar dan bukan untuk
sekedar diisi dan dikumpulkan. (4) Kunci jawaban LKPD untuk mengecek pekerjaan peserta didik
PEMBELAJARAN MENGIDENTIFIKASI KEBIASAAN, ADAT, DAN ETIKA
PADA NOVEL SITI NURBAYA MELALUI MODEL STAD
Nur Baroroh
19
(dicek oleh peserta didik sendiri). Oleh karena itu, penting bagi peserta didik untuk diberi kunci
jawaban LKPD. (4) Kuis, berupa tes singkat untuk seluruh peserta didik. Kuis berbeda dengan
ulangan harian. Waktu kuis berkisar antar 10–15 menit. (5) Membuat tes/ulangan untuk melihat
ketercapaian hasil belajar yang diharapkan.
Langkah-langkah STAD dalam pembelajaran di sekolah: (1) Guru dapat meminta para
peserta didik untuk mempelajari suatu pokok bahasan yang segera akan dibahas, di rumah masingmasing. (2) Di kelas, guru membentuk kelompok belajar yang heterogen dan mengatur tempat
duduk peserta didik agar setiap anggota kelompok dapat saling bertatap muka. (3) Guru
membagikan LKPD. Setiap kelompok diberi 2 set saja. (4) Anjurkan agar setiap peserta didik dalam
kelompok dapat mengerjakan LKPD secara berpasangan dua-dua atau tigaan, kemudian saling
mengecek pekerjaannya di antara teman dalam pasangan atau tigaan. (5) Bila ada peserta didik yang
tidak dapat mengerjakan LKPD, teman 1 tim/kelompok bertanggungjawab untuk menjelaskan
kepada temannya yang tidak bisa tadi. (6) Berikan kunci LKPD agar peserta didik dapat mengecek
pekerjaannya sendiri. (7) Bila ada pertanyaan dari peserta didik, mintalah mereka mengajukan
pertanyaan itu kepada teman satu kelompok sebelum mengajukannya kepada guru. (8) Guru
berkeliling untuk mengawasi kerja kelompok. (9) Ketua kelompok melaporkan keberhasilan
kelompoknya atau melapor kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya
dalam mengisi LKPD. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan kepada kelompok secara
proporsional. (10) Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami
dan dapat mengerjakan LKPD yang diberikan guru. (11) Guru bertindak sebagai nara sumber atau
fasilitator jika diperlukan. (12) Setelah selesai mengerjakan LKPD secara tuntas, berikan kuis
kepada seluruh peserta didik. Para peserta didik tidak boleh bekerja sama dalam mengerjakan kuis,
langsung dikoreksi untuk melihat hasil kuis. (13) Berikan penghargaan kepada peserta didik yang
benar dan kelompok yang memperoleh skor tertinggi. Berilah pengakuan/pujian kepada prestasi
tim. (14) Guru memberikan tugas/PR secara individual kepada para peserta didik tentang pokok
bahasan yang sedang dipelajari. (15) Guru bisa membubarkan kelompok yang dibentuk dan para
peserta didik kembali ke tempat duduknya masing-masing. (16) Guru dapat memberikan tes formatif
sesuai dengan kompetensi yang ditentukan.
METODE PENELITIAN
Penelitian tindakan dilaksanakan dalam beberapa siklus, yaitu pra siklus, siklus 1, dan siklus
2. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi
(diadaptasi dari Suharsimi Arikunto, 2006). Penelitian dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru
mitra/pengamat untuk mendukung kelancaran penelitian dan pengambilan data secara objektif.
Penelitian berjalan sesuai dengan kurikulum sekolah. Penelitian dikatakan berhasil apabila dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia materi mengidentifikasi kebiasaan, adat, etika yang terdapat dalam
buku novel angkatan 20-30an melalui model STAD menunjukkan 75% siswa secara klasikal
mencapai KKM.
Pada pra siklus masih bersifat konvensional, dengan kegiatan: (1) pembelajaran dengan
metode cermah; (2) mengadakan tes formatif; (3) analisis hasil tes formatif; dan (4) mengamati
aktifitas peserta didik selama proses pembelajaran.
Hasil masukan pra siklus dianalisis dan solusinya diterapkan pada siklus 1. Pada siklus 1,
perencanaan disusun bersama dengan guru mitra secara cermat. Pada tahap pelaksanaan, guru
mitra mengamati secara detail segala sesuatu yang dilakukan guru dan peserta didik. Pengamatan
dimaksudkan untuk mengetahui hal-hal yang masih dirasa kurang dan digunakan sebagai bahan
perbaikan pada tahap refleksi. Akhir dari pembelajaran dilakukan tes formatif untuk mengetahui
hasil belajar peserta didik materi mengidentifikasi kebiasaan, adat, etika yang terdapat dalam buku
20
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
Vol. 16. No. 4. Agustus 2015 (Edisi Khusus)
novel angkatan 20-30an melalui model STAD. Semua data yang diperoleh pada siklus 1,
dikonfrontasikan dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan. Apabila belum mencapai indikator
yang ditetapkan, penelitian dilanjutkan pada siklus 2 dengan beberapa perbaikan yang
direkomendasikan pada tahap refleksi siklus 1.
Pada siklus 2, perencanaan disusun dengan memperhatikan beberapa perbaikan yang
direkomendasikan dan dilaksanakan secara cermat. Guru mitra melakukan pengawasan secara
detail terutama untuk mengetahui apakah perbaikan-perbaikan yang direkomendasikan
dilaksanakan. Akhir siklus 2 diberi tes formatif, dan semua data yang diperoleh dikonfrontasikan
dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan. Apabila belum mencapai indikator yang ditetapkan,
penelitian dilanjutkan pada siklus 3.Apabila indikator keberhasilan yang ditetapkan telah
terlampaui, maka penelitian dianggap cukup.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Materi pembelajaran pada pra siklus adalah mengidentifikasi kebiasaan, adat, etika yang
terdapat dalam buku novel angkatan 20-30an. Tes formatif dilaksanakan pada hari Jumat 6
Februari 2015 jam ke 3-4. Hasil tes formatif menunjukkan bahwa peserta didik yang mencapai
KKM berjumlah 22 peserta didik atau prosentase ketercapaian KKM baru 61,1%. Hal ini terjadi
karena pembelajaran bersifat teacher center oriented. Pencapaian ini belum memuaskan dan masih
jauh ketercapaian indikator keberhasilan yang ditetapkan.
Pada siklus 1, pembelajaran diawali dengan guru melakukan apersepsi, menyampaikan
standar kompetensi, kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, menyiapkan
kondisi fisik dan psikis, serta memberi motivasi agar peserta didik bersemangat dalam mengikuti
pembelajaran. Penyampaian materi menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian
tugas. Pembelajaran mengikuti langkah-langkah pembelajaran dengan model STAD.
Hasil tes formatif siklus 1 yang dilaksanakan menunjukkan bahwa peserta didik yang telah
mencapai KKM sebanyak 26 peserta didik (72,2%). Perolehan ini belum mencapai indikator
keberhasilan yang ditetapkan yaitu sekurang-kurangnya 75% peserta didik mampu mencapai KKM.
Hasil refleksi dilakukan pada siklus 1adalah: (1) Peserta didik masih bingung dengan langkah
pembelajaran dengan model STAD; (2) Penggunaan waktu dalam penerapan model STAD masih
kurang optimal; dan (3) Masih ada peserta didik yang belum berpartisipasi aktif dalam diskusi.
Beberapa hal hasil refleksi siklus 1 yang direkomendasikan untuk dilaksanakan pada siklus 2
adalah: (1) Menjelaskan kembali langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran STAD
agar peserta didik lebih memanfaatkan waktu secara efektif; (2) Lebih menarik minat dan perhatian
peserta didik dalam pembelajaran melalui apersepsi yang lebih bervariasi; dan (3) Memberikan
penghargaan pada peserta didik yang aktif agar peserta didik merasa yakin dan penuh percaya diri
dalam berdiskusi dan menyampaikan hasil diskusi di depan kelas.
Silkus 2 dilaksanakan dengan berpedoman pada hasil refleksi pada siklus 1. Pembelajaran
diawali dengan guru mengadakan presensi peserta didik, menyampaikan standar kompetensi,
kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, menyiapkan kondisi fisik dan psikis,
serta memberi motivasi agar peserta didik bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.
Hasil penelitian siklus 2 berdasarkan tes formatif menunjukkan bahwa terdapat 31 peserta
didik (86,1%) yang telah mencapai ketuntasan (KKM). Perolehan ini telah melampaui indikator
keberhasilan yang ditetapkan, yaitu sekurang-kurangnya 75% peserta didik mampu mencapai KKM
pada tes formatif.
PEMBELAJARAN MENGIDENTIFIKASI KEBIASAAN, ADAT, DAN ETIKA
PADA NOVEL SITI NURBAYA MELALUI MODEL STAD
Nur Baroroh
21
Pembahasan
Pada saat pra siklus proses pembelajaran masih konvensional (menggunakan metode
ceramah). Kegiatan pembelajaran semestinya melibatkan dua pelaku aktif, yaitu guru dan peserta
didik yang saling mempengaruhi dan memberi masukan sehingga kegiatan pembelajaran
merupakan aktivitas yang hidup, sarat nilai, dan senantiasa memiliki tujuan.
Pembelajaran dengan menerapkan metode ceramah menempatkan guru sebagai aktor utama
dalam pembelajaran sedang peserta didik ditempatkan sebagai objek pembelajaran. Model ini
membawa konsekuensi terhadap kurang bermaknanya kedudukan peserta didik dalam proses
pembelajaran karena peserta didik tidak terlibat secara aktif baik secara fisik, psikologis, maupun
mental. Hal ini berakibat pada rendahnya hasil belajar peserta didik.
Melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus 1, peserta didik lebih
terlibat dalam pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna. Peserta didik
saling bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran, yaitu menguasai materi mengidentifikasi
kebiasaan, adat, etika yang terdapat dalam buku novel angkatan 20-30an dengan sebaik-baiknya dan
mendorong peserta didik aktif menemukan sendiri pengetahuannya melalui keterampilan proses.
Peserta didik belum menguasai beberapa keterampilan yang diperlukan dalam pembelajaran
kooperatif, yaitu 1) berada dalam tugas, yaitu tetap berada dalam kerja kelompok dan
menyelesaikan tugas yang menjadi tanggungjawabnya; 2) mengambil giliran dan mengambil tugas,
yaitu bersedia menerima tugas dan membantu menyelesaikan tugas; 3) mendorong partisipasi, yaitu
memotivasi teman sekelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok; 4)
mendengarkan dengan aktif, yaitu mendengar dengan menyerap informasi yang disampaikan oleh
teman dan menghargai pendapat teman; dan 5) bertanya, yaitu terampil menanyakan
informasi/penjelasan lebih lanjut dari teman sekelompok.
Hasil tes formatif siklus 2 menunjukkan terdapat 31 peserta didik (86,1%) yang telah
mencapai KKM. Perolehan ini telah melampaui indikator keberhasilan yang ditetapkan, yaitu
sekurang-kurangnya 75% hasil tes for-matif pesertadidik mencapai KKM dalam pembelajaran
matematika materi mengidentifikasi kebiasaan, adat, etika yang terdapat dalam buku novel
angkatan 20-30an melalui model pembela-jaran kooperatif tipe STAD. Melalui model pembelajaran
kooperatif tipe STAD proses dan hasil belajar menjadi lebih cepat (faster), lebih baik (better), dan
lebih mudah (easer).
Secara umum hasil tes formatif pra siklus, siklus 1, dan siklus 2 ditinjau pada prosentase
ketercapaian KKM dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.
PERSENTASE
Hasil Tes Formatif
100,00%
90,00%
80,00%
70,00%
60,00%
50,00%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
86,10%
72,10%
61,10%
Pra Siklus
Gambar 1. Perbandingan Hasil Belajar Peserta Didik
22
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
Vol. 16. No. 4. Agustus 2015 (Edisi Khusus)
Siklus 1
Siklus 2
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dengan judul “Pembelajaran Mengidentifikasi Kebiasaan, Adat,
dan Etika Pada Novel Siti Nurbaya Melalui Model STAD”, peneliti menyimpulkan: (1) Melalui
Model STAD dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran bahasa indonesia
materi mengidentifikasi kebiasaan, adat, etika yang terdapat dalam buku novel angkatan 20-30an
pada kelas IX E SMP Negeri 1 Comal Tahun Pelajaran 2014/2015. (2) Pembelajaran
Mengidentifikasi Kebiasaan, Adat, dan Etika pada Novel Siti Nurbaya melalui Model STAD dapat
meningkatkan sikap dan minat belajar peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SMP dan MTs. Jakarta:
Balitbang Depdiknas.
Jamal Abdul Azis. 2013. Penggunaan Konsep Kesebangunan Segitiga dalam Pemecahan Masalah Melalui Pembelajaran
Kooperatif Tipe NHT. Laporan PTK SMP Negeri 2 Ulujami: Pemalang (Tidak Dipublikasikan).
Nur Baroroh. 2015. Peningkatan Kemampuan Mengidentifikasi Kebiasaan, Adat, dan Etika pada Novel Siti Nurbaya
Melalui Model STAD pada Siswa Kelas IX E SMP Negeri 1 Comal. Laporan PTK SMP Negeri 1 Comal:
Pemalang (Tidak Dipublikasikan).
Oemar Hamalik, 1986. Media Pendidikan. Bandung: Alumni.
Panitia Sertifikasi Guru Rayon XII, 2008. Materi PLPG Matematika. Semarang: UNNES.
PEMBELAJARAN MENGIDENTIFIKASI KEBIASAAN, ADAT, DAN ETIKA
PADA NOVEL SITI NURBAYA MELALUI MODEL STAD
Nur Baroroh
23
Download