BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian

advertisement
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian bersifat deskriptif, yaitu untuk
mengetahui kandungan kadmium (Cd) pada ikan nila (Orechoromisniloticus)
yang berada di tambak sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah
Kelurahan Terjun Kota Medan Tahun 2016.
3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di tambak ikan nila (Orechoromisniloticus)
sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Kelurahan Terjun Kota Medan.
Adapun alasan penulis memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian adalah
karena :
1. Tambak ikan ini letaknya berada dekat dengan TPA (Tempat Pembuangan
Akhir) sampah Kelurahan Terjun Kota medan.
2. Banyaknya sampah yang bertumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Sampah Kelurahan Terjun Kota Medan sehingga mengakibatkan
pencemaran yang dapat mempengaruhi kualitas tambak ikan yang berada
di sekitar TPA.
3. Banyak warga yang mengonsumsi ikan dari tambak sekitar TPA.
Universitas Sumatera Utara
4. Berdasarkan Dinas Kebersihan Kota Medan (2013) terdapat kandungan Cd
yang telah melebihi baku mutu lingkungan di air permukaan sekitar TPA
Kelurahan
Terjun
sesuai
yang
ditetapkan
dalam
Permenkes
No.492/Menkes/Per/IV/2010 tentang kualitas air minum yaitu 0,003 mg/L.
Rerata konsentrasi kadmium yang terdeteksi adalah 0,005 mg/L.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November – Desember 2016.
3.3
Objek Penelitian
Objek
Penelitian
ini
adalah
air
tambak
dan
ikan
nila
(Orechoromisniloticus) yang berasal dari tambak sekitar TPA, yaitu air tambak
sekitar TPA Kelurahan Terjun Kota Medan.
Tambak ikan nila (Orechoromisniloticus) yang menjadi tempat objek
penelitian berjumlah 3 tambak dengan jarak yang bervariasi. Jarak tambak yang
akan diteliti adalah mulai dari jarak 30 m, 60 m, 90 m dari TPA Kelurahan Terjun
Kota Medan. Ikan yang akan diambil sebagai sampel adalahsebanyak 3 ukuran
ikan, dimana akan dilakukan pemeriksaan mulai dari ikan yang berukuran 0,5 kg
dengan waktu pemeliharaan selama 3-4 bulan, 0,3 kg dengan waktu pemeliharaan
selama 2-3 bulan dan 0,1 kg dengan waktu 1-2 bulan yang ada di tambak.
Metode pengambilan sampel ikan dilakukan secara random sampling yang
dikenal juga sebagai sampling pertimbangan dimana pengambilan sampel
ditentukan berdasarkan asumsi bahwa semua jenis ikan yang berada di tambak
sekitar TPA berdasarkan ukuran dari ikan tercemar logam berat kadmium.
Universitas Sumatera Utara
Pengambilan sampel air tambak akan dilakukan pada 1 titik di masing-masing
tambak.
3.4
Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Pengumpulan data dilakukan secara observasi langsung ke tambak ikan
nila (Orechoromisniloticus)yang berada disekitar Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) Sampah Kelurahan Terjun Kota Medan, kemudian sampel diperiksa di
Laboratorium yang ada di Kota Medan untuk mengetahui kadar kadmium (Cd)
dalam ikan.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari literatur perpustakaan dan penelitianpenelitian yang berkaitan dengan judul penelitian.
3.5
Defenisi Operasional
1. Kandungan Kadmium dalam ikan adalah banyaknya kadmium yang
ditemukan dalam ikan melalui pemeriksaan laboratorium.
2. Kandungan Kadmium dalam air adalah banyaknya kadmium yang ditemukan
dalam air melalui pemeriksaan laboratorium.
3. Ikan yang berukuran 0,5 kg
4. Ikan yang berukuran 0,3 kg
5. Ikan yang berukuran 0,1 kg
6. Memenuhi syarat adalah jika kadar Cd dalam ikan belum melebihi batas
maksimum 0,1 mg/kg (ppm) dan tidak memenuhi syarat jika kadar Cd dalam
Universitas Sumatera Utara
ikan telah melebihi batas maksimum yaitu 0,1 mg/kg (ppm) yang ditetapkan
olehSNI 7387-2009 tentang batas maksimumcemaran logam berat dalam
pangan.
3.6
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel ikan nila dan air tambak dilakukan pada 3
titik, yaitu pada jarak 30 m, 60 m, dan 90 m dari Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) Sampah Paluh Nibung Kelurahan Terjun Kota Medan.
1. Titik pengambilan sampel 1 dengan jarak dari TPA ke tambak yaitu 30 m,
dikarenakan tambak 1 merupakan tambak yang terdekat dengan
TPAsehingga air lindi sangat lebih berpotensi mencemari dan membentuk
sedimentasi di tambak 1. Kandungan Cd yang terdapat di air tambak
tersebut sangat dipengaruhi oleh air lindi karena lindi dapat meresap dalam
tanah, menyebabkan pencemaran tanah dan air tanah secara langsung
dengan adanya limpasan air hujan, sehingga tambak yang berada di dekat
TPA dapat tercemar oleh lindi yang mengandung Cd.
2. Titik pengambilan sampel 2 dengan jarak dari TPA ke tambak yaitu 60 m,
dikarenakan tambak 2 merupakan tambak yang letaknya berada di
partengahan antara sungai dan TPA sehingga tambak berpotensi tercemar
oleh air lindi yang berasal dari TPA dan air sungai yang berada disekitar
tambak.
3. Titik pengambilan sampel 3 dengan jarak dari TPA ke tambak yaitu 90 m,
dikarenakan tambak 3 merupakan tambak yang letaknya tidak terlalu dekat
Universitas Sumatera Utara
dengan TPA sehingga dapat dijadikan perbandingan dengan tambak 1 dan
tambak 2 dalam melakukan penelitian dan untuk melihat seberapa jauh
cemaran logam kadmium (Cd) yang mencemari tambak.
3.7
Pelaksanaan Penelitian
1. Mempersiapkan segala keperluan untuk pengambilan sampel ikan nila
(Orechoromisniloticus), seperti plastik, alat tulis dan kertas catatan.
2. Ambil masing-masing sampel dengan jenis dan ukuran yang berbeda pada
masing-masing ikan nila (Orechoromisniloticus), lalu masukkan ke dalam
kantong plastik untuk menghindari kemungkinan pencemaran. Kemudian
dicatat nomor sampel ikan pada masing-masing kantongan plastik.
3. Mengumpulkan sampel dan dimasukkan ke termos es untuk kemudian
dibawa ke Laboratorium BTKL Medan untuk diteliti.
3.8
Instrumen Penelitian
3.8.1 Alat
a. Neraca listrik
b. Cawan Platina
c. Tanur
d. Lempeng Pemanas
e. Spektrofotometri Serapan Atom Type Schimadzu 630 AA
f. Tabung katoda Kadmiun dan Timbal
g. Alat gelas
h. Botol Injector
Universitas Sumatera Utara
i.
Indicator universal
3.8.2 Bahan
a. Ikan nila (Orechoromisniloticus)
b. Asam Sulfat
c. Aquadest
d. Formalin 40%
e. Pelarut Benedict
f. Asam Nitrat
g. Hydrogen peroksida
h. Kalium
i.
Hidrosilamin HCL
j.
Kloroform
k. Ditizon
l.
Stano klorida
m. Permanganat
n. Dinatrium sulfida
o. Larutan standar HgCl2 di dalam HCL 1 N Hg/ml
3.8.3 Cara Kerja
3.8.3.1 Pengambilan dan Penanganan sampel
Sampel air tambak diambil sebanyak 50 ml dengan menggunakan botol
hitam plastik pada setiap titik sampling, selanjutnya dimasukkan ke dalam icebox
dan ditambahkan es sebelum dibawa ke laboratorium untuk dianalisis.
Universitas Sumatera Utara
Pengambilan sampel ikan nila (Orechoromisniloticus) dilakukan dengan
cara menjaring ikan yang berada dalam tambak di sekitar TPA Kelurahan Terjun
Kota Medan. Selanjutnya sampel tersebut dimasukkan kedalam kantong plastik
yang telah diberi kode setiap tambak. Kemudian sampel yang terkumpul
diawetkan dengan es batu dalam kotak pendingin untuk mempertahankan tingkat
kesegaran sehingga diharapkan pada saat pengambilan contoh daging ikan, daging
masih dalam kondisi relatif tidak berbeda seperti pada saat diperoleh dari tambak
ikan. Setelah itu, ikan contoh dibawa ke Laboratorium BTKL Kota Medan untuk
dibedah dan diambil daging ikannya agar dapat mengetahui kadar kadmium (Cd)
dalam ikan contoh.
3.8.3.2 Preparasi sampel
Sebelum dilakukan pemeriksaan kadar kadmium pada ikan nila
(Orechoromisniloticus) harus dipreparasi terlebih dahulu dengan proses destruksi.
Adapun proses kerja yang dilakukan yaitu :
1. Lumatkan/haluskan contoh dengan blender yang sebelumnya ikan nila
telah dibuang kulitnya
2. Timbang 10 gr ikan nila (Orechoromisniloticus)
3. Tambah 20 mL H2SO4 p.a dan 15 mL HNO3 p.a
4. Setelah reaksi selesai, panaskan dan tambahkan lagi HNO3 sedikit demi
sedikit panaskan lagi hingga sampel berwarna coklat atau kehitaman
5. Tambah 10 mL HClO4 sedikit demi sedikit, panaskan lagi hingga larutan
menjadi jernih atau berwarna kuning (jika terjadi pengarangan setelah
penambahan HClO4 tambahkan lagi sedikit HNO3 p.a)
Universitas Sumatera Utara
6. Masukkan ke dalam labu ukur 50 mL dan himpitkan dengan air suling.
3.8.3.3 Analisis Kadar Kadmium dengan Metode ICP (Inductively Coupled
Plasma)
1. Hidupkan komputer
2. Alirkan gas karbon, tunggu 5 menit
3. Hidupkan instrumen ICP, tunggu 10 menit
4. Hidupkan water chiller, tunggu 5 menit sampai temperature stabil (190C –
200C)
5. Buka ICP software, klik instrument icon
6. Klik W/L Calib, tunggu ICP selesai wavelength calibration
7. Masukkan blank (Aquades)
8. Hidupkan plasma, tunggu 5 menit sampai stabil
9. Seting parameter yang diperlukan. Setiap ada perubahan angka seting, klik
read spectrum
10. Klik standar dan masukan jumlah standard (0,01 mg/L; 0,03 mg/L; 0,05
mg/L; 0,1 mg/l; 0,25 mg/L; 0,5 mg/L)
11. Masukkan sample number dan calibration solution
12. Setelah klik OK, Klik manual sample source
13. Klik analysis page
14. Pilih standard sampel yang akan dianalisa, aktifkan dengan cara diblok,
klik kanan, dan pilihlah select for analysis, kemudian klik start icon
kadmium, maka kadar kadmium yang terkandung pada larutan destruksi
ikan nila akan terbaca pada layar komputer.
Universitas Sumatera Utara
15. Setelah selesai mengukur standar sampel, celupkan blanko selama 3 menit
16. Matikan plasma, tutup worksheet, tutup ICP soft
17. Matikan water chiller
18. Matikan ICP instrument
19. Matikan computer
20. Matikan exhaust system, tutup gas pencemaran. Kemudian dibawa ke
Laboratorium BTKL Kota Medan.
3.9
Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian laboratorium diolah dan disajikan
dalam bentuk tabel kemudian dianalisis secara deskriptif dan dinarasikan. Hasil
pengukuran kadmium (Cd) akan dibandingkan dengan baku mutu kadmium dalam
ikan menurut SNI 7387-2009 yaitu kadmium sebesar 0,1 mg/kg (BSN, 2009) .
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Data Geografi
Tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Kelurahan Terjun terletak di
Kecamatan Medan Marelan Kota Medan, salah satu Kecamatan yang berada di
bagian Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Medan Marelan
memiliki luas wilayah 44,47 km² dan ketinggian wilayah 5 meter di atas
permukaan laut, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Belawan
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Belawan
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
Kecamatan Medan Marelan terdiri dari lima Kelurahan yaitu kelurahan
Labuhan Deli, Kelurahan Paya Pasir, Kelurahan Rengas Pulau, Kelurahan Tanah
Enam Ratus, dan Kelurahan Terjun (BPS Kota Medan, 2013).
4.1.2 Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan Medan Marelan pada tahun 2012 sebanyak
147.318 jiwa penduduk terdiri dari 74.673 jiwa penduduk laki-laki dan 72.645
jiwa penduduk perempuan. Kelurahan Terjun sendiri memiliki jumlah penduduk
32.526 jiwa penduduk dengan luas wilayah 16,05 km² yang terdiri dari 22
lingkungan, sedangkan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Terjun berada di
wilayah lingkungan 6 (enam) Kelurahan Terjun (BPS Kota Medan, 2013).
4.1.3 Gambaran Umum TPA Terjun
Universitas Sumatera Utara
TPA Kelurahan Terjun berlokasi di lingkungan 6 Kecamatan Medan
Marelan Kota. Pengelolaan sampah di TPA mulai dari penanganan kegiatan yang
menghasilkan sampah sampai tempat pembuangan akhir TPA di Kota Medan
telah ditangani oleh Dinas sejak 7 Januari 1993, luas areal 14 Ha, berjarak 100 m
dari pemukiman penduduk, 4 km dari Sungai Deli, 6 Km dari garis pantai, dan 14
km dari pusat kota. Jenis tanah lempung dan lapisan dasar tanah liat dengan
keadaan topografi yang relatif datar. TPA Terjun menggunakan metode
pengolahan sampah secara opendumping dan belum memiliki penampungan air
lindi (leacheate) dengan pengolahan yang baik. Jadi air lindi merupakan hasil
sampingan dari pengolahan sampah yang berupa rembesan dari timbunan sampah
yang banyak di TPA, sehingga air lindi perlu pengelolaan terlebih dahulu sebelum
dibuang ke perairan/sungai dan menyebabkan pencemaran yang berdampak buruk
pada makhluk hidup.
Sekitar lokasi TPA Kelurahan Terjun Kota Medan terdapat tambak ikan
yang dimiliki oleh masyarakat, bahkan tambak ikan ini langsung berbatasan
dengan lokasi TPA. Berikut adalah data mengenai kondisi TPA Kelurahan Terjun
Kota Medan yang dapat di lihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Kondisi dan Situasi TPA Kelurahan Terjun Kota Medan
No.
1.
2.
3.
4.
Uraian
Lokasi :
a. Kelurahan
b. Kecamatan
c. Dati II
Luas Lokasi
Kepemilikan Lahan
Jarak Lokasi TPA dari :
a. Permukiman
b. Sungai
TPA Terjun
Terjun
Medan Marelan
Kota Medan
137.563 m2
Pemko Medan
5 km (Sei Deli)
6 km (Belawan)
Universitas Sumatera Utara
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
c. Pantai
5 km
d. Lapangan Terbang
14 km
e. Pusat Kota
23 km
Kondisi Tanah :
a. Areal
Tanah Lempung
b. Lapisan Dasar
Tanah Liat
Topografi
Relatif Datar
Prasarana Umum :
a. Jalan Masuk
Ada
b. Jalan Operasional
Ada
c. Pagar
Tanggul
d. Pos Jaga
Ada
e. Kantor
Ada
f. IPAL (Leachate)
Tidak Ada
Mulai dioperasikan
1993
Sistem Pemusnahan
Open Dumping
Fasilitas Lain :
a. Incenerator
Tidak Ada
b. Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT)Tidak Ada
c. Komposting
Tidak Ada
Persen Pemakaian
90 %
Sampah yang masuk per hari
50 % dari sampah terangkut
Sumber : Dinas Kebersihan Kota Medan, 2006
4.1.4 Sistem Pengolahan Air Lindi di TPA
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Paluh Nibung Kelurahan
Terjun Kota Medan yang ada di Kecamatan Medan Marelan menggunakan sistem
pembuangan sampah dengan open dumping, sampah hanya dibuang/ditimbun
begitu saja tanpa adanya pengolahan.Sampah yang dibiarkan terbuka dan tanpa
adanya pengolahan tidak hanya mengakibatkan pencemaran udara akibat bau.
Sampah tersebut juga akan menghasilkan lindi yaitu cairan yang berasal dari
proses pembusukan sampah dengan adanya pengaruh dari limpasan air hujan.
Universitas Sumatera Utara
4.1.5 Karakteristik Tambak Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Tambak ikan nila (Oreochromis niloticus) yang menjadi tempat penelitian
memiliki jarak 13 meter, 34 meter, dan 68 meter dari TPA, sementara luasnya
masing-masing 2.204 m², 2.605 m², dan 1.875 m².
Sumber air tambak ikan nila berasal dari aliran air sungai paluh
nibungsehingga air akan mengisi tambak sewaktu air pasang maupun membuang
air sewaktusurut. Pada masing-masing tambak terdapat pipa yang berukuran 5
inchi yang menjadi penghubung aliran air antara tambak yang satu dengan yang
lainnya. Petakan tambak pada tingkat budidaya ikan nila, bentuk dan ukuran
tidakteratur. Dinding tambak tidak terbuat kokoh dan kedap air,sehingga apabila
air sedang pasang maka air sungai dapat merembes langsung ke airtambak.
Benih ikan nila di tambak sekitar TPA Terjun di tabur pada tanggal 21
September 2016 dan panen pada tanggal 9 Januari 2017.
4.2
Hasil Pemeriksaan Kadmium (Cd) dalam Air Tambak Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) Sekitar TPA Sampah Paluh Nibung
Kelurahan Terjun Kota Medan
Pengambilan sampel air dilakukan pada tanggal 9 Januari 2017 dan
pengambilan sampel air dilakukan pada 3 titik, yaitu sampel air tambak I yang
berjarak 13 m dari TPA, tambak II yang berajarak 34 m dari TPA, dan tambak III
yang berjarak 68 m dari TPA. Pemeriksaan Kadmium (Cd) terhadap sampel
airtambak dilakukan di Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan
denganmetode Inductively Couple Plasma (ICP). Adapun hasil dari pemeriksaan
sampel air tambak dapat dilihat pada tabel 4.2
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Kadmium (Cd) dalam Air Tambak Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) Sekitar TPA Sampah Paluh Nibung
Kelurahan Terjun Kota Medan Tahun 2017
No.
Sampel
Lokasi
Sampel
1
TMS
Air
I
Jarak
Tambak dari
TPA Sampah
(m)
13
Tambak
II
34
TMS
III
68
0,01302
Kandungan
Kadmium
(mg/L)
Baku
Mutu
(mg/L)
0,01396
0,01
0,01350
0,01
0,01
MS/TMS*
TMS
*MS : Memenuhi Syarat
*TMS : Tidak Memenuhi Syarat
Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air yaitu 0,01 mg/L.
Dari Tabel 4.2. Hasil pemeriksaan Kadmium dalam air tambak ikan nila
(Oreochromis niloticus) yang berjarak 13 meter, 34 meter, dan 68 meter dari TPA
sampah Kelurahan Terjun Kota Medan yaitu sebesar 0,01381 mg/L, 0,01296
mg/L, dan 0,01289 mg/L sehingga dapat diketahui bahwa semua sampel air
tambak udang mengandung Cd dan telah melewati baku mutu yang ditetapkan
berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 yaitu diatas 0,01 mg/L.
4.3
Hasil Pemeriksaan Kadmium (Cd) dalam Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) di TambakSekitar TPA Sampah Paluh Nibung Kelurahan
Terjun Kota Medan
Pengambilan sampel ikan nila juga dilakukan pada tanggal 9 Januari 2017.
Pengambilan sampel ikan dilakukan pada 3 (tiga) lokasi dengan masing-masing
tambak diambil 3 ukuran sampel yang berbeda yaitu 0,5 kg, 0,3 kg dan 0,1 kg.
Sampel ikan pada tambak I yang berjarak 13 meter dari TPA, tambak II yang
berajarak 34 meter dariTPA, dan tambak III yang berjarak 68 meter dari TPA.
Pemeriksaan Kadmium (Cd) terhadap sampel ikan nila dilakukan di Laboratorium
Balai Teknik KesehatanLingkungan dengan metode Inductively Couple Plasma
Universitas Sumatera Utara
(ICP). Adapun hasilpemeriksaan sampel udang tambak dari laboratorium dapat di
lihat pada Tabel 4.3
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Kadmium (Cd) dalam Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) Sekitar TPA Sampah Paluh Nibung Kelurahan Terjun
Kota Medan Tahun 2017
No.
Ukuran
Lokasi
Kandungan
Baku
MS/TMS*
Ikan
Sampel
Kadmium
Mutu
(mg/kg)
(mg/kg)
1
0,5 kg
Tambak I
0,02657
0,1
MS
2
0,3 kg
Tambak I
0,02628
0,1
MS
3
0,1 kg
Tambak I
0,02601
0,1
MS
4
0,5 kg
Tambak II
0,02630
0,1
MS
5
0,3 kg
Tambak II
0,02534
0,1
MS
6
0,1 kg
Tambak II
0,02578
0,1
MS
7
0,5 kg
Tambak III
0,02538
0,1
MS
8
0,3 kg
Tambak III
0,02488
0,1
MS
9
0,1 kg
Tambak III
0,02386
0,1
MS
*MS : Memenuhi Syarat
*TMS : Tidak Memenuhi Syarat
Berdasarkan SNI 7387-2009 tentang batas maksimum cemaran logam berat
dalam pangan untuk kadmium dalam ikan yaitu 0,1 mg/kg
Berdasarkan tabel 4.3. di atas dapat dilihat bahwa kadar kadmium (Cd)
pada ikan nila yang tertinggi terdapat pada ikan nila yang berukuran 0,5 kg pada
tambak I yaitu sebesar 0,02657 mg/kg dan kadar kadmium (Cd) terendah terdapat
pada ikan nila yang berukuran 0,1 kg pada tambak III yaitu sebesar 0,02386
mg/kg sehingga dapat diketahui bahwa semua sampel udang tambak masih
memenuhi syaratyang ditetapkan berdasarkan SNI 7387 2009 tentang batas
maksimum cemaran logamberat dalam pangan untuk kadmium dalam udang yaitu
dibawah 0,1 mg/kg.
Berikut ini adalah Grafik Hasil Pemeriksaan Kadmium (Cd) dalam Ikan
Nila (Oreochromis niloticus) Sekitar TPA Sampah Paluh Nibung Kelurahan
Terjun Kota Medan Tahun 2017.
Universitas Sumatera Utara
0,02700
0,02650
0,02600
0,02550
0,02500
ukuran ikan 0,5 kg
0,02450
ukuran ikan 0,3 kg
ukuran ikan 0,1 kg
0,02400
0,02350
0,02300
0,02250
Tambak I
Tambak II
Tambak III
Gambar 2. Grafik Hasil Pemeriksaan Kadmium (Cd) Pada Ikan Nila
Universitas Sumatera Utara
BAB V
PEMBAHASAN
5.1
Kandungan Kadmium (Cd) dalam Air
Berdasarkan hasil pemeriksaan Cd dalam air tambak, terdapat kandungan
Cd dalam air tambak dan telah melebihi baku mutu yang ditetapkan oleh PP No.
82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air yaitu diatas 0,01 mg/L. Kandungan Cd terbesar pada jarak 13 meter, yang
terdapat pada air tambak I yaitu 0,01396 mg/L.
Air sungai yang ada disekitar TPA Terjun dijadikan sebagai sumber air
tambak ikan nila. Menurut Yulia (2014) air sungai yang berada di sekitar TPA
Sampah Paluh Nibung telah tercemar oleh kadmium, sehingga mengakibatkan air
tambak yang digunakan untuk pembudidayaan ikan nila juga ikut tercemar oleh
kadmium yang berasal dari air sungai. Selain dari air sungai, tambak juga dapat
tercemar kadmium dari air lindi yang dihasilkan TPA Terjun. Faktor lain yaitu
karena penduduk daerah tersebut membuang limbah rumah tangga di sungai yang
merupakan satu saluran dengan masuknya air sungai ke tambak.
Pembuangan limbah rumah tangga tersebut seperti air bilasan sampahsampah plastik hasil memulung dari TPA Terjun. Selain itu Cd dapat mencemari
air tambak karena aliran dari air sungai yang berasal dari laut Belawan yang telah
banyak menerima kontaminan Cd dari berbagai industri-industri. Menurut Ramlal
(1987), juga dipengaruhi oleh daya larut logam berat Cd yang rendah di dalam
tambak sehingga logam Cd akan mudah mengendap di dasar perairan. Daya larut
logam Cd rendah dan mudah mengendap di air tambak dikarenakan air tambak
yang kekurangan oksigen misalnya akibat kontaminasi bahan organik serta
Universitas Sumatera Utara
penggunaan pupuk buatan oleh petambak untuk mendorong pertumbuhan pakan
alami.
Besarnya kandungan Cd pada air tambak I diasumsikan karena air tambak
I merupakan tambak yang terdekat dengan TPA, sehingga air lindi lebih
berpotensi mencemari dan membentuk sedimentasi di tambak I. Kandungan Cd
yang terdapat di air tambak tersebut sangat dipengaruhi oleh air lindi karena lindi
dapat meresap dalam tanah, menyebabkan pencemaran tanah dan air tanah secara
langsung dengan adanya limpasan air hujan, sehingga tambak yang berada di
dekat TPA dapat tercemar oleh lindi yang mengandung Cd.
Air lindi pada umumnya mengandung senyawa-senyawa organik
(hidrokarbon, asam humat, fulfat, tanat dan galat) dan anorganik (natrium, kalium,
kalsium, magnesium, klor, sulfat, fosfat, nitrogen, dan senyawa logam berat
seperti kadmium) yang tinggi. Konsentrasi dari komponen-komponen tersebut
dalam air lindi bisa mencapai 1000 sampai 5000 kali lebih tinggi daripada
konsentrasi dalam air tanah. Selayaknya benda cair, air lindi akan mengalir ke
tempat yang lebih rendah. Secara langsung air tanah atau air sungai tersebut akan
tercemar. Air lindi juga dapat mencemari sumber air minum pada jarak 100 meter
dari sumber pencemaran (Mahardika, 2010).
Menurut Dinas Kebersihan Kota Medan (2013), terdapat kandungan Cd
yang telah melebihi baku mutu lingkungan di sekitar TPA Kelurahan Terjun
sesuai yang dipersyaratkan dalam Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010
tentang persyaratan kualitas air minum yaitu 0,003 mg/L. Rerata konsentrasi
Universitas Sumatera Utara
kadmium yang terdeteksi adalah 0,005 mg/L, dengan konsentrasi tertinggi 0,006
mg/L.
Menurut Damanhuri (2008), lindi terjadi karena sifat dan proses sampah
yang terjadi menyimpan atau menahan air sesuai dengan kemampuan materialnya.
Lindi dari TPA sebagai bahan pencemar dapat mengganggu kesehatan manusia
dan mencemari lingkungan dan biota perairan karena dalam lindi terdapat
berbagai senyawa kimia organik maupun anorganik serta sejumlah patogen.
Kadmium terdapat di air tambak juga dapat dikaitkan dengan karakteristik tambak
itu sendiri. Jarak tambak dari TPA sangat mempengaruhi masuknya Cd yang
dibawa oleh air lindi ke tambak. Tambak ikan nila yang menjadi lokasi penelitian
sekitar TPA memiliki jarak kurang dari 100 meter dari lokasi TPA.
5.2
Kandungan Kadmium dalam Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Berdasarkan hasil pemeriksaan Cd dalam ikan nila (Oreochromis
niloticus) terdapatkandungan Cd dalam semua sampel ikan nila. Jumlah kadmium
yang terdapat pada ikan nila hasil ketiga tambak belum melebihi baku mutu yang
ditetapkan oleh SNI 7387-2009 tentang batas maksimum cemaran logam berat
dalam pangan untuk kadmium dalam ikan dan masih memenuhi syarat yaitu
dibawah 0,1 mg/kg.
Berbeda dengan kandungan air tambak yang melebihi baku mutu, hal itu
dikarenakan ikan nila adalah hewan yang tahan terhadap perubahan suhu dan
memiliki sifat yang dapat menoleransi terhadap logam berat namun logam
tersebut masih tetap berada di dalam tubuh ikan tersebut dan jumlahnya dapat
terus terakumulasi.. Menurut Hutton (1982), sifat bahan kimia yang masuk atau
terkontaminasi dengan jaringan ikan dapat bersifat hidrophobik (tidak suka air),
Universitas Sumatera Utara
Lipophilik (suka
lemak), Hidrophilik (suka air) atau lipophobik (tidak suka
lemak). Oleh karena itu konsentrasi residu suatu bahan polutan atau unsur lain
dalam suatu organisme dapat berbeda. Hal ini terjadi karena ikan nila dapat
melakukan pengeluaran air oleh organ ekskresi disertai dengan pengambilan ion
dari lingkungan, untuk mengimbangi kehilangan ion yang tidak dapat dihindari
pada saat pengeluaran air. Sesuai dengan sifatnya ikan nila mengandung lemak
yang banyak sedangkan kadmium sendiri adalah logam berat yang larut di dalam
lemak sehingga kadmium mudah terakumulasi di dalam tubuh ikan nila.
(Nyebaken 1992).
Kandungan kadmium yang tertinggi terdapat dalam ikan yang memiliki
ukuran tubuh paling besar yaitu 0,5 kg pada tambak I. Ikan nila dari jenis yang
sama dengan bobot berbeda nilai logam berat pada dagingnya berbeda. Bobot ikan
yang besar berbanding lurus dengan nilai logam berat pada dagingnya. Besarnya
bobot ikan dapat mengindikasikan umur ikan tersebut. Semakin lama ikan
tersebut maka bioakumulasi logam berat akan semakin tinggi. Tingkat trofik ikan
berpengaruh terhadap nilai logam berat pada dagingnya, hal ini dinamakan
dengan biomagnifikasi logam.
Tingginya kadar logam berat kadmium dalam tubuh ikan yang berukuran
besar disebabkan karena terjadinya akumulasi dalam tubuh ikan. Dalam tubuh
biota perairan jumlah logam yang terakumulasi akan terus mengalami
peningkatan dengan adanya proses biomagnifikasi di badan perairan. Disamping
itu, tingkatan biota dalam sistem rantai makanan turut menentukan jumlah Cd
yang terakumulasi. Di mana pada biota yang lebih tinggi stratanya akan
Universitas Sumatera Utara
ditemukan akumulasi Cd yang lebih banyak, sedangkan pada biota top level
merupakan tempat akumulasi paling besar. Bila jumlah Cd yang masuk tersebut
telah melebihi nilai ambang mutu maka biota dari suatu level atau strata tersebut
akan mengalami kematian dan bahkan kemusnahan (Palar, 2008). Berikutnya
ikan-ikan besar akan memangsa ikan berukuran kecil yang telah terkontaminasi
oleh logam berat, maka konsentrasi di daging ikan besar akan lebih tinggi
daripada konsentrasi di daging ikan kecil yang menjadi mangsanya. Bioakumulasi
logam berat yang dilakukan oleh biota akan menyebabkan kadarnya dalam tubuh
ikan lebih besar dari kandungan logam berat yang terlarut di dalam air. Sifat
perairan yang dapat melarutkan dan mengendapkan logam berat menjadi faktor
yang mempengaruhi kandungan logam berat dalam air dari waktu ke waktu serta
jarak tambak dengan TPA yang dekat memungkinkan tambak lebih banyak
tercemar logam berat.
Logam berat dapat masuk ke dalam tubuh makhuk hidup melalui beberapa
jalan, yaitu saluran pernapasan, pencernaan dan penetrasi melalui kulit. Proses
akumulasi logam dalam jaringan terjadi setelah absorpsi logam dari air atau
melalui makanan yang terkontaminasi. Kadmium termasuk jenis logam berat yang
tidak dapat dihancurkan (non-degradable) oleh organisme hidup di lingkungan
baik secara fisika, kimiawi maupun biologi. Logam berat kadmium dapat
terakumulasi di dalam jaringan dan konsentrasinya akan bertambah besar seiring
dengan peningkatan tingkat trofik dalam rantai makanan. Adanya kandungan
kadmium dalam ikan nila disebabkan karena tercemarnya air tambak dengan air
lindi maupun air sungai.
Universitas Sumatera Utara
Logam berat seperti kadmium pada umumnya masuk ke lingkungan
dengan dua cara, yakni secara natural dan antropogenik. Kondisi alami
terlepasnya logam berat di lingkungan ialah akibat adanya pelapukan sedimen
yang dipengaruhi oleh cuaca, erosi, serta aktivitas vulkanik, sedangkan
terlepasnya logam berat secara antropogenik adalah akibat aktivitas manusia,
seperti electroplating/pelapisan logam, pertambangan, peleburan, penggunaan
pestisida, pupuk penyubur tanah, dsb. Logam berat yang telah masuk ke badan air
dapat mengkontaminasi biota laut, seperti ikan-ikan kecil dan makhluk air lainnya
termasuk tanaman air.
Menurut Prabowo (2005) meskipun di dalam suatu perairan kadar logam
berat relatif rendah, namun dapat terabsorpsi dan terakumulasi secara biologis
oleh hewan air dan akan terlibat dalam sistem jaringan makanan. Hal tersebut
akan menyebabkan terjadinya proses bioakumulasi, yaitu logam berat akan
terkumpul dan meningkat kadarnya dalam jaringan tubuh organisme air yang
hidup. Kemudian melalui proses biotransformasi akan terjadi perpindahan dan
peningkatan kadar logam berat pada tingkat pemangsaan yang lebih tinggi. Secara
tidak langsung proses biomagnifikasi dapat terjadi dalam tubuh manusia yang
mengkonsumsi ikan-ikan dan hasil perairan yang telah tercemar logam berat.
Pada saat pemeriksaan di laboratorium bagian organ yang diambil adalah
daging ikan, dimana ukuran pada setiap ikan yang diambil berbeda-beda. Ukuran
yang digunakan yaitu ikan nila dengan berat 0,5 kg, 0,3 kg 0,1 kg dengan jarak
tambak yang berbeda yaitu 13 m, 34 m dan 68 m. Hasil pemeriksaan pada daging
ikan nila sesuai dengan yang ditentukan SNI masih tergolong rendah, hal ini
Universitas Sumatera Utara
disebabkan karena beberapa faktor. Seperti pada hasil penelitian oleh Nurrachmi
(2011) dalam Maspari Journal pada ikan gulama yang juga menyatakan bahwa
akumulasi logam berat di dalam daging ikan memang tergolong rendah
dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya. Menurut Nurrachmi hal ini berkaitan
dengan peran fisiologi daging dalam metabolisme ikan serta daging bukan
merupakan bagian yang aktif dalam mengakumulasi logam berat. Sementara
bagian organ yang mempunyai kandungan logam berat paling tinggi adalah
insang, hati dan ginjal.
Bagian-bagian organ tersebut termasuk yang paling tinggi disebabkan
karena organ tersebut merupakan jaringan yang aktif, dimana target utama logam
berat adalah jaringan yang selalu aktif. Oleh karena itu, akumulasi pada semua
jaringan lebih tinggi pada jaringan yang aktif. Hal inilah yang menyebabkan kadar
logam berat dalam tubuh ikan nila masih tergolong rendah. Meskipun kandungan
logam berat dalam tubuh (daging) ikan tersebut kadarnya belum melewati nilai
ambang batas yang ditentukan, hal ini juga dapat berbahaya bagi kesehatan
manusia sebab daging ikan merupakan bagian yang sering dikonsumsi oleh
manusia.
Berikut ini adalah cara memilih ikan yang aman untuk dikonsumsi :
1. Warna kulit ikan terang dan cerah.
2. Daging ikan bila ditekan terasa kenyal.
3. Mata ikan masih terlihat jernih dan menonjol.
4. Sisik ikan segar masih melekat kuat dan mengkilat, sisik masih utuh dan
tidak banyak yang terlepas.
Universitas Sumatera Utara
5. Insang berwarna merah.
6. Kulit an daging ikan tidak mudah robek, terutama pada bagian perut.
7.
Tidak berbau busuk .
Logam berat dapat terakumulasi di dalam tubuh suatu organisme dan tetap
tinggal dalam waktu yang lama sebagai racun. Jika ikan berukuran besar
dikonsumsi terus menerus dalam jangka waktu yang lama, maka suatu waktu akan
dapat mencapai jumlah yang membahayakan kesehatan manusia.
Menurut Kristanto (2004) beberapa logam berat berbahaya diantaranya
banyak digunakan dalam berbagai keperluan sehingga diproduksi secara kontinyu
dalam skala industri. Logam berat yang berbahaya dan sering mencemari
lingkungan yang terutama adalah merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (Ar),
kadmium (Cd), khromium (Cr), dan nikel (Ni). Menurut Yulaipi dan Aunurohim
(2013) akumulasi logam berat pada ikan dapat terjadi karena adanya kontak antara
medium yang mengandung bahan toksik dengan ikan. Kontak berlangsung dengan
adanya pemindahan zat kimia dari lingkungan air ke dalam atau permukaan ikan,
misalnya melalui insang.
Kadmium merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya karena
elemen ini beresiko tinggi terhadap pembuluh darah dan juga bersifat karsinogen.
Kadmium masuk kedalam tubuh manusia terjadi melalui makanan dan minuman
yang terkontaminasi. Apabila Kadmium masuk ke dalam tubuh maka sebagian
besar akan terkumpul di dalam ginjal, hati dan sebagian yang dikeluarkan lewat
saluran pencernaan. Kadmium dapat mempengaruhi otot polos pembuluh darah
secara langsung maupun tidak langsung lewat ginjal, sebagai akibatnya terjadi
Universitas Sumatera Utara
kenaikan tekanan darah. Senyawa ini bisa mengakibatkan penyakit liver dan
gangguan ginjal serta tulang.
Salah satu efek utama yang ditimbulkan dari keracunan kadmium adalah
lemah dan rapuh tulang. Umumnya tulang belakang dan kaki sakit, dan gaya
berjalan pincang karena cacat tulang yang disebabkan oleh Kadmium. Rasa sakit
kemudian melemahkan, dengan patah tulang yang lebih umum dibandingkan
tulang yang melemah. Komplikasi lain yang tejadi adalah batuk, kanker, anemia,
dan gagal ginjal, yang kemudian menyebabkan kematian. Penderita penyakit ini
banyak terjadi pada wanita pasca menoupaus. Sedangkan menurut Palar, 2004
keracunan Kadmium kronis menyebabkan kerusakan pada fisiologis tubuh, yaitu
ginjal, paru-paru, darah dan jantung, kelenjar reproduksi, indra penciuman,
kerapuhan tulang.
5.3
Acceptable Daily Intake (ADI) Untuk Kadmium Dalam Ikan NIla
Jika dihitung kadar kadmium (Cd) dalam ikan nila yang tertinggi adalah
sebesar 0,02657 mg/kg (lihat Tabel 4.3) yang berasal dari tambak ikan sekitar
TPA Kelurahan Terjun Kota Medan, yang berarti bahwa setiap 500 gram ikan nila
tersebut mengandung sebanyak 0,02657 mg kadmium (Cd). Setelah dihitung
menggunakan rumus di dapatkan bahwa kadar kadmium (Cd) yang terdapat di
ikan nila adalah sebesar 37,64 gr/hari. Dapat dilihat dari hasil, maka kadar
kadmium (Cd) dalam ikan nila tersebut sudah melebihi batas maksimum yang
dapat dikonsumsi manusia setiap harinya menurut batas toleransi kadar Cd yang
dapat dikonsumsi ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) yang
Universitas Sumatera Utara
dikenal dengan nama lain Acceptable Daily Intake (ADI) yaitu sebesar 57 – 71
μg/hari untuk orang dewasa (FOX, 1982).
ADI atauacceptable daily intake adalah batas asupan harian yang
diperbolehkan yang merupakan salah satu mekanismeuntuk meminimasi efek
logam berat terhadap kesehatan manusia. Menurut badan dunia FAO/WHO,
konsumsi per minggu yang ditoleransikan bagi manusia adalah 400 – 500
µg/individu atau 7 µg/kg berat badan (Suhendrayatna,2001).
Menurut Nordberg et al, dalam Widowati (2008) logam berat jika sudah
terserap kedalam tubuh maka tidak dapat dihancurkan tetapi akan tetap tinggal di
dalamnyahingga nantinya dibuang melalui proses ekskresi.Kandungan Cd yang
terdapat pada ikan nila masih dalam batas aman,walaupun demikian sebaiknya
dalam mengkonsumsi ikan nila tetap perludiperhatikan, karena meskipun kadar
logam yang terdapat dalam ikan nila kecilada kemungkinan terjadi penumpukan
logam dan menyebabkan efek toksik padamanusia yang mengkonsumsi ikan nila
tersebut dalam jangka waktu yang lama.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
1. Kadmium terdapat dalam air tambak I yaitu 0,01381 mg/L, tambak II yaitu
0,01296 mg/L, dan tambak III yaitu 0,01289 mg/L, yang seluruhnya telah
melebihi baku mutu yang ditetapkan PP No. 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yaitu diatas 0,01
mg/L.
2. Jarak tambak ikan I, II, dan III dari TPA sampah, berturut-turut adalah 13 m,
34 m, dan 68 m. Sedangkan luas tambak I, II, dan III yaitu 2.324 m2, 2.503
m2, dan 1.893 m2.
3. Kadmium tedapat di dalam ikan nila yang berada di tambak I dengan ukuran
ikan nila 0,5 kg,0,3 kg dan 0,1 kg adalah 0,02657 mg/kg, 0,02601 mg/kg dan
0,02628 mg/kg dan pada tambak II dengan ukuran ikan nila 0,5 kg,0,3 kg dan
0,1 kg adalah 0,02333 mg/kg, 0,02534 mg/mg dan 0,02578 mg/mg, sedangkan
pada tambak III dengan ukuran ikan nila 0,5 kg,0,3 dan 0,1 kg berturut-turut
adalah 0,02488 mg/kg, 0,02538 mg/kg dan 0,02386 mg/kg di sekitar TPA
sampah Kelurahan Terjun Kota Medan. Berdasarkan SNI 7387-2009 tentang
batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan untuk kadmium dalam
ikan nila masih memenuhi syarat yang ditetapkan yaitu dibawah 0,1 mg/kg.
Universitas Sumatera Utara
6.2
Saran
1. Sebagai masukan bagi Pemerintah Kota Medan untuk memperbaiki sistem
pengolahan
sampah
yang
ada
dengan
metode
pengolahan
sampah
sanitarylandfill sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
masyarakat dan lingkungan sekitar TPA.
2. Perlu diinformasikan kepada masyarakat bahwa kandungan logam berat
kadmium (Cd) lebih tinggi kadarnya padaikan nila yang berukuran besar
dibandingkan ikan yang berukuran kecil.
3. Kepada pengelola tambak agar terlebih dahulu memeriksa sumber air yang
akan dijadikan air tambak, sehingga dapat mengecilkan resiko terpaparnya
logam berat pada ikan nila, serta menjaga kebersihan air tambak tersebut
dengan cara pembuatan sirkulasi air. Jika perlu dilakukan pemindahan lokasi
tambak ikan nila ke tempat yang lebih aman karena sumber air tambak telah
tercemar kadmium.
4. Bagi peneliti lain, dapat melanjutkan penelitian logam berat yang lain yang
ada di perairan tambak, sungai maupun yang terakumulasi pada biota air di
sekitar wilayah TPA Kelurahan Terjun.
Universitas Sumatera Utara
Download