6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem

advertisement
 BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Pembumian (Grounding System)
Sistem pembumian adalah suatu rangkaian/jaringan mulai dari kutub
pembumian
/elektroda,
hantaran
penghubung/conductor
sampai
terminal
pembumian yang berfungsi untuk menyalurkan arus lebih ke bumi sehingga dapat
memberikan proteksi terhadap manusia dari sengatan listrik (shock), dan
mengamankan
komponen-komponen instalasi agar dapat terhindar dari bahaya
arus
dan tegangan asing, serta perangkat dapat beroperasi sesuai dengan
ketentuan teknis yang semestinya.
Pembumian merupakan salah satu faktor utama dalam setiap pengamanan
(perlindungan) peralatan atau rangkaian listrik. Untuk melakukan pengamanan
tersebut diperlukan perancangan pembumian sesuai standar yang berlaku
 Tahanan pembumian harus memenuhi syarat yang di inginkan untuk suatu
keperluan pemakaian.
 Elektroda yang ditanam dalam tanah harus :
- Bahan konduktor yang baik
- Tahan Korosi
- Cukup Kuat
 Elektroda harus mempunyai kontak yang baik dengan tanah sekelilingnya.
 Tahanan pembumian harus baik untuk berbagai musim.
 Biaya pemasangan serendah mungkin.
Dalam sebuah instalasi listrik, ada empat bagian yang harus diketanahkan/
dibumikan, yaitu sebagai berikut :
 Titik netral dari transformator atau titik netral dari generator. Hal ini
diperlukan dalam kaitan dengan keperluan proteksi khususnya yang
menyangkut gangguan hubung tanah.
 Kawat petir yang ada pada bagian atas saluran transmisi. Kawat petir ini
sesungguhnya juga berfungsi sebagai lightning arrester. Karena letaknya
yang ada di sepanjang saluran transmisi, maka semua kaki tiang transmisi
6
7
harus ditanahkan agar petir yang menyambar kawat petir dapat disalurkan
ke tanah dengan lancar melalui kaki tiang saluran transmisi.
 Semua bagian instalasi yang terbuat dari logam (menghantar listrik) dan
dengan mudah dapat disentuh manusia.
 Bagian pembuangan listrik (bagian bawah) dari lightning arrester. Hal ini
diperlukan agar lightning arrester dapat berfungsi dengan baik, yaitu
membuang muatan listrik yang diterimanya dari petir ke tanah (bumi)
dengan lancar.
pembumian adalah penghubung bagian-bagian peralatan listrik yang pada
keadaan normal tidak dialiri arus. Tujuannya adalah untuk membatasi tegangan
antara bagian-bagian peralatan yang tidak dialiri arus dan antara bagian-bagian ini
dengan tanah sampai pada suatu harga yang aman untuk semua kondisi operasi,
baik kondisi normal maupun saat terjadi gangguan. (Pabla 1986, Hutauruk 1987,
Tajuddin 1998)
Pembumian peralatan adalah penghubungan badan atau rangka peralatan
listrik (motor, generator, transformator, pemutus daya dan bagian-bagian logam
lainnya yang pada keadaan normal tidak dialiri arus) dengan tanah. Maksud dari
pembumian peralatan adalah
 Mencegah terjadinya tegangan kejut listrik yang berbahaya untuk
orang dalam daerah tertentu.
 Untuk memungkinkan timbulnya arus tertentu baik besarnya maupun
lamanya dalam keadaan gangguan tanah tanpa menimbulkan
kebakaran atau ledakan pada bangunan atau isinya.
 Untuk
memperbaiki
penampilan
(performance)
dari
sistem.
(Hutauruk, 1987 hal 125).
Oleh karena itu, secara umum sistem pembumian berperan sebagai
PROTEKSI dengan tujuan pemasangan :
a.
Menjamin kerja peralatan listrik atau elektronik;
b.
Mencegah kerusakan peralatan listrik atau elektronik;
c.
Menyalurkan energi serangan petir ke tanah;
8
d.
Menjamin keselamatan orang dari sengatan listrik baik dalam keadaan normal
atau tidak dari tegangan sentuh dan tegangan langkah.
2.2 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Sistem Pembumian
Tahanan pembumian suatu elektroda tergantung pada tiga faktor, yaitu :
 Tahanan elektroda pembumian beserta sambungan pengelasan pada elektroda
itu sendiri;
 Tahanan kontak antara elektroda dengan tanah;
 Tahanan penghantar (BC) yang menghubungkan peralatan yang ditanahkan;
 Tahanan dari massa tanah disekitar elektroda pembumian.
Dari ketiga komponen tersebut,
tahanan pembumian merupakan besaran
yang paling besar pengaruhnya pada resistansi pembumian dibandingkan tahanan
elektroda.
Namun demikan seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa nilai tahanan
pembumian diharapkan ≤ 5 Ὠ atau sekecil mungkin. Namun dalam hasil
penelitian di lapangan tidak selalu didapatkan nilai tahanan pembumian yang
diharapkan
karena
banyak
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
resistansi
pembumian.
Nilai tahanan suatu sistem pembumian diharapkan serendah mungkin.
Elektroda pembumian yang ditanamkan ke dalam tanah diharapkan langsung
memperoleh tahanan yang rendah, namun hal itu sangat jarang diperoleh. Ada
beberapa faktor yang berpengaruh terhadap nilai tahanan pembumian.
1.
Faktor Internal
 Bentuk elektroda. Ada beberapa macam bentuk dari elektroda itu sendiri
yang banyak digunakan, seperti jenis batang, pita dan plat.
 Jenis bahan dan ukuran elektroda. Sebagai konsekuensi peletakannya di
dalam tanah, maka elektroda dipilih dari bahan-bahan tertentu yang
memiliki konduktivitas sangat baik dan tahan terhadap sifat-sifat yang
merusak dari tanah, sepeti korosi. Ukuran elektroda dipilih yang
mempunyai kontak paling efektif dengan tanah. Prinsip dasar untuk
memperoleh resistansi pembumian yang kecil adalah dengan membuat
9
permukaan elektroda bersentuhan dengan tanah sebesar mungkin, sesuai
dengan rumus:
L
R= 
....................................................................................(2.2)
A
Dengan :
R = resistansi pembumian [ Ω ]
 = resistansi jenis tanah [ Ωm ]
L = panjang lintasan arus pada tanah [ m ]
A = luas penampang lintasan arus pada tanah [ m2 ]
(sumber:http://www.scribd.com/doc/12892403/32/Hambatan-Jenis-Penghantar-RumusR-%CF%81-L-A)
Ukuran
elektroda
pembumian
akan
menentukan
besar
tahanan
pembumian. Berikut ini adalah tabel yang memuat ukuran-ukuran
elektroda pembumian yang umum digunakan dalam sistem pembumian.
Tabel ini dapat digunakan sebagai petunjuk tentang pemilihan jenis, bahan
dan luas penampang elektroda pembumian.
Tabel 2.1 Luas penampang minimum elektroda pembumian
Bahan
Jenis
Baja Berlapis
Baja Berlapis
Elektroda
Seng
Tembaga
 Pita
baja
100
Pita tembaga 50
mm2, tebal 3 mm,
Elektroda  Hantaran pilin 95
Pita
mm2, tebal 2 mm
50 mm2
mm2
Baja Ф 15 mm
Elektroda
profil L 65x65x7,
dilapisi tembaga
Batang
U 6 ½ T6, X 50x3
2,5 mm
Pelat besi tebal 3
Pelat tembaga
mm, luas 0,5-1 m2
tebal 2 mm, luas
0,5 - 1 m2
Pelat
(Sumber : PUIL 2000 3.18.4.2 hal 82)
hantaran pilin, 35
mm2
Pipa baja 1” Baja
Elektroda
Tembaga
10
Tabel 2.2 Ukuran penampang penghantar sistem pembumian
(Sumber : PUIL 2000 3.16.1.1 hal 77)
 Jumlah atau konfigurasi elektroda. Untuk mendapatkan tahanan
pembumian yang diharapkan dan apabila tidak memenuhi standart yang
ditentukan dengan satu elektroda, bisa digunakan metode parallel dengan
cara menambah lebih banyak elektroda dengan bermacam-macam
konfigurasi pemancangannya di dalam tanah.
PUIL 2000-3.19.1.4 : apabila hasil pengukuran belum mencapai 5 Ω,
maka elektroda batang ditambah, dengan jarak dua kali panjang elektroda.
 Kedalaman pemancangan atau penanaman di dalam tanah. Untuk
kedalaman pemancangan elektroda pembumian ini tergantung dari pada
jenis dan sifat-sifat tanah. Ada dua kondisi yaitu ada yang efektif ditanam
secara dalam untuk jenis tanah yang kering dan berbatu, namun ada pula
yang cukup ditanam secara dangkal untuk jenis tanah seperti tanah rawa,
tanah liat dll.
2.
Faktor Eksternal
 Sifat geologi (karakteristik) tanah.
Tahanan jenis tanah (ohm-meter) merupakan nilai resistansi dari bumi
yang menggambarkan nilai konduktivitas listrik bumi dan didefinisikan
sebagai tahanan, dalam ohm, antara permukaan yang berlawanan dari
suatu kubus satu meter kubik.
Pentingnya tahanan jenis tanah ini untuk diketahui karena tahanan jenis
tanah mempunyai beberapa manfaat yaitu :
1. Beberapa data yang diperoleh dari surveys geofisika dibawah
permukaan tanah dapat membantu untuk identifikasi lokasi
pertambangan, kedalaman batu-batuan dan kejadian geologi lainnya.
11
2. Tahanan jenis tanah mempunyai pengaruh langsung terhadap
korosi pipa-pipa bawah tanah. Apabila tahanan jenis tanah semakin
meningkat maka aktivitas korosi akan semakin meningkat pula.
3. Tahanan jenis lapisan tanah mempunyai pengaruh langsung dalam
sistem pembumian. Ketika merencanakan sistem pembumian,
sebaiknya dicari lokasi yang mempunyai tahanan jenis tanah yang
terkecil agar tercapai instalasi pembumian yang paling ekonomis.
Faktor keseimbangan antara tahanan pembumian dan kapasitansi di
sekelilingnya adalah tahanan jenis tanah yang direpresentasikan dengan ρ.
Harga tahanan jenis tanah dalam kedalaman tertentu tergantung pada
beberapa faktor yaitu :
1. Jenis tanah : liat, berpasir, berbatu dan lain-lain
2. Lapisan tanah : berlapis-lapis dengan tahanan jenis berlainan atau
uniform
3. Komposisi kimia dari larutan garam dalam kandungan air
4. Kelembaban tanah
5. Temperatur
6. Kepadatan tanah
Berdasarkan Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000)
tahanan jenis tanah dari berbagai jenis tanah dapat dilihat pada tabel di
bawah ini
Tabel 2.3 Nilai Tipikal Tahanan jenis tanah
Tanah liat
Pasir dan
Jenis
Tanah
dan tanah
Pasir
Kerikil
kerikil
Tanah
tanah
rawa
ladang
basah
basah
kering
berbatu
30
100
200
500
1000
3000
Resistansi
jenis
(Ωm)
(Sumber : PUIL 2000 3.18.3.1 hal 80)
12
Pengetahuan ini sangat penting khususnya bagi para perancang sistem
pembumian. Sebelum melakukan tindakan lain, yang pertama untuk
diketahui terlebih dahulu adalah sifat-sifat tanah dimana akan dipasang
elektroda pembumian untuk mengetahui resistansi jenis pembumian.
Apabila perlu dilakukan pengukuran resistansi tanah namun perlu
diketahui bahwa sifat-sifat tanah bisa jadi berubah-ubah antara musim
yang satu dan musim yang lain. Hal ini harus betul-betul dipertimbangkan
dalam perancangan sistem pembumian. Bila terjadi hal semacam ini, maka
yang bisa digunakan sebagai patokan adalah kondisi kapan resistansi jenis
pembumian tetap memenuhi syarat pada musim kapan resistansi jenis
pembumian tinggi, misalnya ketika musim kemarau.
Rumus tahanan jenis tanah :
ρ=R
2. . L
 4L 
ln 
 1
 a 
………………………………………………(2.3)
Dengan:
ρ = resistansi jenis tanah [ Ωm ]
R = resistansi pembumian [ Ω ]
L = panjang elektroda pembumian [ m ]
a = Jari-jari batang elektroda pembumian [ m ]
(sumber : Tadjuddin dalam buku “Bentuk-bentuk Elektroda Pembumian” tahun 1998)
 Komposisi zat kimia dalam tanah. Kandungan zat - zat kimia dalam
tanah terutama sejumlah zat organik maupun anorganik yang dapat larut
perlu untuk diperhatikan pula. Di daerah yang mempunyai tingkat curah
hujan tinggi biasanya mempunyai tahanan jenis tanah yang tinggi
disebabkan garam yang terkandung pada lapisan atas larut bersama air
hujan. Pada daerah yang demikian ini untuk memperoleh pembumian yang
efektif yaitu dengan menanam elektroda pada kedalaman yang lebih dalam
dimana larutan garam masih terdapat.
13
 Kandungan air tanah. Untuk mengurangi variasi tahanan jenis tanah
akibat pengaruh musim, pembumian dapat dilakukan dengan menanam
elektroda pembumian sampai mencapai kedalaman di mana terdapat air
tanah. Kadangkala kelembaban dan temperatur bervariasi di sekitar
elektroda pembumian sehingga harga tahanan jenis tanah harus diambil
untuk keadaan yang paling buruk, yaitu pada keadaan tanah kering dan
dingin. Tahanan jenis tanah akan dipengaruhi pula oleh besar kecilnya
konsentrasi air tanah atau kelembaban tanah jika konduktivitas tanah
semakin besar maka tahanan jenis tanah semakin kecil. Kandungan air
tanah sangat berpengaruh terhadap perubahan tahanan jenis tanah ( ρ )
terutama kandungan air tanah sampai dengan 20%. Dalam salah satu test
laboratorium untuk tanah merah penurunan kandungan air tanah dari 20%
ke 10% menyebabkan tahanan jenis tanah naik samapai 30 kali. Kenaikan
kandungan air tanah diatas 20% pengaruhnya sedikit sekali. Tahanan
pembumian tidaklah konstan karena terjadi perubahan musim dan kadar
air dalam tanah. Kelembaban tanah/besar kecilnya konsentrasi air dalam
tanah sangat mempengaruhi harga tahanan tanah. Makin lembab atau
makin banyak mengandung air makin kecil harga tahanan tanahnya. Juga
telah kita ketahui bahwa air bersifat konduktif. Tanah yang kering atau
tanah dengan konsentrasi air dibawah 10 % mempunyai tahanan jenis
tanah yang besar sekali. Untuk itu dapat dilihat gambar dibawah ini.
Gambar 2.1 Hubungan antara konsentrasi air dengan tahanan jenis
tanah
14
Atas dasar prinsip diatas, maka harus kita usahakan suatu elektoda
elektroda tanah dibawah permukaan air tanah, akan menjamin kita harga
tahanan pembumian tidak banyak bevariasi terhadap cuaca.
pembumian ditanam sampai mencapai air tanah. Dengan menanam
 Temperatur tanah. Temperatur tanah sekitar elektroda pembumian juga
berpengaruh pada besarnya tahanan jenis tanah. Hal ini terlihat sekali
pengaruhnya pada temperatur di bawah titik beku air (0 C). Di bawah
harga ini penurunan temperatur yang
sedikit saja akan menyebabkan
kenaikan harga tahanan jenis tanah dengan cepat. Gejala di atas dapat
dijelaskan sebagai berikut ; pada temperatur di bawah titik beku air (0 C) ,
air di dalam tanah akan membeku, molekul-molekul air dalam tanah sulit
untuk bergerak, sehingga daya hantar listrik tanah rendah sekali. Bila
temperatur tanah naik, air akan berubah menjadi fase cair, molekulmolekul dan ion-ion bebas bergerak sehingga daya hantar listrik tanah
menjadi besar atau tahanan jenis tanah turun.
Gambar 2.2 Hubungan antara temperatur dengan tahanan jenis tanah
2.3 Jenis – jenis Elektroda Pembumian
Elektroda pembumian ialah suatu penghantar yang biasanya terbuat dari
tembaga dan ditanam dalam bumi/tanah dan membuat kontak secara langsung
dengan bumi. Adapun jenis-jenis elektroda pembumian menurut Persyaratan
Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000, di antaranya elektroda batang, elektroda
pelat dan elektroda pita.
15
1.
Elektroda batang
Elektroda batang yaitu elektroda dari batang logam tembaga Cu
(Cupper Rod / Ground Rod ) berdiamater minimum 5/8”, atau batang logam
baja profil / pipa galvanis berdiameter 1,5” yang dipancangkan secara vertikal
atau horizontal dalam tanah sedalam 3 meter.
Perlu diperhatikan pula dalam pemilihan bahan agar terhindar dari korosi.
Elektroda ini mampu menyalurkan arus petir maupun untuk pembumian
proteksi yang lain.
Ukuran elektroda yang biasa digunakan adalah :
a. Elektroda dengan diameter 5/8 inch – 3/4 inch
b. Panjang 4 feet – 8 feet
kabel BC
klem
16 mm x 3 m
elektroda
batang
Gambar 2.3 Elektroda batang
16
Sumber :
http://www.google.co.id/search?tbm=isch&hl=id&source=hp&biw=1366&bih=598&q=
elektroda+batang
Spesifikasi dan pemasangan elektroda batang :
a.
Berbentuk batang atau pipa padat, dibuat dari baja galvanis atau baja
belapis tembaga berdiameter 15 – 25 mm, dengan panjang setiap segmen
1 – 1,25 m, atau utuh sepanjang yang tertanam didalam tanah.
b.
Ditanam dalam tanah secara horizontal pada kedalaman 0,5-1 m, setiap
elektroda atau langsung satu batang elektroda.
c.
Pada umumnya di tanam dalam tanah yang lembek (tanah rawa atau
sawah) dengan cara dipantek dikarenakan tanah yang lembek tadi.
d.
Penanaman elektroda batang ketanah dengan resistansi jenis tanah 100
ohm meter dengan kedalaman 5 meter akan menghasilkan tahanan
pembumian 20 ohm. Untuk menghasilkan tahanan pembumian yang
lebih rendah sesuai dengan yang diinginkan maka bisa digunakan
beberapa elektroda batang yang diparalel di permukaan tanah.
Untuk menetukan besarnya tahanan pembumian dengan elektroda batang
secara horizontal dipergunakan rumus sebagai berikut :
Rbt =
  4L 
1 .........................................................................(2.4)
 Ln
a
2L 

Di mana :
Rbt = Tahanan pembumian elektroda batang [ Ω ]
 = Resistansi jenis tanah [ Ωm ]
L
= Panjang elektroda batang yang tertanam [ m ]
a
= Jari-jari batang elektroda [ m ]
(sumber : Hutauruk
dalam buku “PENGETANAHAN NETRAL SISTEM TENAGA &
PENGETANAHAN PERALATAN”)
2.
Elektroda pelat
Beberapa elektroda pembumian salah satunya adalah berbentuk elektroda
pelat dan biasanya berdimensi empat persegi panjang dengan ketebalan yang
bervariasi dan terbuat dari tembaga, timah atau pelat baja yang ditanam
17
didalam tanah. Cara penanaman biasanya secara vertikal, sebab dengan
menanam secara horizontal hasilnya tidak berbeda jauh dengan vertikal.
Penanaman secara vertikal adalah lebih praktis dan ekonomis.
Gambar 2.4 Elektroda pelat
Sumber http://www.google.co.id/search?tbm=isch&hl=id&source=hp&q=elektroda+pelat
Spesifikasi dan pemasangan elektroda pelat :
a. Berbentuk lembaran pelat, dibuat dari baja galvanis tebal 3 mm atau
lembaran pelat tembaga tebal 2 mm dengan luas penampang 0,5 – 1m2.
b. Ditanam dalam tanah verikal dengan kedalaman bagian atau elektroda
berkisar antara 0,5 – 1 m.
c. Pada umumnya ditanam pada tanah mulai yang lembek hingga tanah yang
keras ( tanah pasir, kerikil, berbatu) dengan cara menanam vertikal bagian
atasnya dihubungkan dengan kawat BC dengan ukuran luas penampang
yang sesuai.
d. Penampang elektroda pelat / 1m2 pada tanah ladang dengan resistansi jenis
tanah sekitar 100 ohm-meter menghasilkan tahanan pembumian yang
rendah sebagaimana yang diinginkan maka biasa digunakan beberapa
elektroda pelat yang diparalel dipermukaan tanah.
e. Mengingat cara penanaman yang sedikit lebih sulit dibandingkan elektroda
batang dan harganya yang lebih mahal, elektroda pelat tidak menjadi
pilihan kecuali pada tanah yang keras atau untuk diparalelkan dengan
18
elektroda batang dalam usaha mencapai harga tahanan pembumian yang
rendah.
Untuk menetukan besarnya tahanan pembumian dengan elektroda pelat
dipergunakan rumus sebagai berikut :
Rpl =

4L


4 L a ² - ab
4L
s
s²
s
 ( Ln

 ln
1


 .............
a 2(a  b)²
s
2 L 16 L² 16 L²


.........(2.5)
sumber : Hutauruk
dalam buku “PENGETANAHAN NETRAL SISTEM TENAGA &
PENGETANAHAN PERALATAN”)
3.
Elektroda pita
Elektroda Pita terbuat dari penghantar berbentuk pita atau bulat.
Pemasangannya dipasang secara horizontal pada kedalaman antara 0,5m - 1m
dari permukaan tanah.
Elektroda ini bisa dipasang pada struktur tanah yang mempunyai tahanan
jenis rendah pada permukaan dan pada daerah yang tidak mengalami
kekeringan. Hal ini cocok untuk daerah – daerah pegunungan dimana harga
tahanan jenis tanah makin tinggi dengan kedalaman.
Gambar 2. 5 Elektroda pita
Sumber : http://www.google.co.id/imgres?q=elektroda+pita&um
19
Spesifikasi dan pemasangan elektroda pita ;
a. Berbentuk hantaran kawat pilin dari bahan tembaga atau tembaga berlapis
timah dengan luas penampang mulai dari 120 hingga 300 mm2.
b. Ditanam dalam tanah horizontal dengan kedalaman bagian atas elektroda
berkisar antara 0,5 – 1 m dan bentangan horizontal, dengan bentuk
bentangan berupa lingkaran berdiagonal atau bentik silang/persilangan
satu titik dihubungkan keluar dengan kawat BC luas penampang minimal
sama dengan luas penampang elektroda.
c. Pada umumnya ditanam pada tanah mulai yang lembek hingga pada tanah
yang keras (tanah pasir, kerikil, berbatu) dengan cara menanam horizontal
pada seluruh bentang panjang elektroda.
Untuk menetukan besarnya tahanan pembumian dengan elektroda pita
dipergunakan rumus sebagai berikut :
Rpt =
  2L 
 Ln  .................................................................................(2.6)
d 
L 
Dengan :
Rpt = Tahanan pembumian elektroda pita [ Ω ]
 = Resistansi jenis tanah [ Ωm ]
L = Panjang elektroda pita [ m ]
d
= Lebar pita/ diameter elektroda pita kalau bulat [ m ]
(sumber : Tadjuddin dalam buku “Bentuk-bentuk Elektroda Pembumian” tahun 1998)
Dari berbagai jenis elektroda yang telah di jelaskan di atas mulai dari
spesifikasi dan cara pemasangan masign-masing elektroda,pada penulisan
laporan ini penulis memfokuskan hanya pada elektroda batang saja.
2.4 Konfigurasi Sistem Pembumian (Elektroda Batang)
2.4.1 Pembumian Satu Elektroda Batang
Tujuan dari pembumian batang horizontal adalah untuk memperoleh
resistansi tanah yang rendah sehingga dapat memungkinkan arus gangguan yang
terjadi dengan cepat dapat terdistribusi ke tanah.
20
Untuk menetukan besarnya tahanan pembumian dengan satu elektroda batang
dipergunakan rumus sebagai berikut :
Rbt=

................(2.7)
4L
2L ( Ln  1).
a
Dengan :
Rbt = Tahanan pembumian elektroda batang [ Ω ]

= Resistansi jenis tanah [ Ωm ]
L
= Panjang elektroda batang yang tertanam [ m ]
a
= Jari-jari batang elektroda [ m ]
sumber : Hutauruk
dalam buku “PENGETANAHAN NETRAL SISTEM TENAGA &
PENGETANAHAN PERALATAN”)
2.4.2
Pembumian n (parallel) - Elektroda Batang
Untuk memperkecil tahanan pembumian dapat dilakukan dengan cara
memperbanyak elektroda yang ditanam dalam tanah dan dihubungkannya secara
parallel.
Adapun rumus umum paralel, yaitu :
1
1
1
1
1


 ....... 
=
..........................................................(2.8)
R1 R2 R3
Rn
Rtot
Dengan :
Rtot = Tahanan[ Ω ]
21
permukaan tanah
pl
h
p1
Ra
p2
hb
b
Rb
tanah lapisan kedua
Gambar 2.6 Beberapa batang elektroda tegak lurus ke dalam tanah
Dengan :
Ra : Tahanan Pembumian Pada Lapisan Tanah Kedua (Ω)
Rb : Tahanan Pembumian Pada Lapisan Tanah Pertama (Ω)
h
: Panjang elektroda Yang Tertanam Pada lapisan Tanah Pertama (m)
Gambar 2.7 Paralel tiga elektroda batang tegak lurus ke dalam tanah
22
Dalam fakta di lapangan beberapa sistem tenaga listrik di suatu tempat
membutuhkan sistem pembumian lebih banyak, apabila hal ini terjadi maka
pembumian dibentuk/dipasang konfigurasi penanaman segi empat dimana
sistem
jarak elektroda satu dengan yang lain dua kali panjang elektroda yang ditanam.
Elektroda yang dipasang dengan konfigurasi segi empat ini dihubungkan secara
parallel menggunakan kabel BC (konduktor) atau kabel pembumian.
Gambar 2.8 Konfigurasi penanaman segi empat dengan jarak dua kali
panjang elektroda
2.5 Bare Conductor (BC)
Kabel BC untuk sistem pembumian umumnya berbahan tembaga tanpa
bungkus atau dikenal dengan sebutan Kabel BC (Bare Cooper). Kabel BC ini
terdiri dari beberapa ukuran kabel yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan
Kabel BC dalam sistem pembumian berfungsi menghubungkan instalasi
luar ke sistem grounding atau sistem pertanahan. Jika ada gangguan yang
23
terdeteksi (arus lebih) maka arus tersebut akan segera disalurkan melalui kabel
konduktor.
Gambar 2.9 Kabel BC
Gambar 2.10 Sambungan elektoda batang dengan bare bonductor (bc)
menggunakan klem
Sumber :
http://www.google.co.id/imgres?q=klem+kabel+bc&hl=id&biw=1366&bih=598&gbv=2&tbm
24
Pada penelitian ini penulis menggunakan metoda pengelasan untuk
sambungan antara elektroda pembumian dengan kabel BC, hal ini dilakukan
untuk menghindari korosi pada sambungan sehingga tidak terlepas pada saat
penelitian
berlansung
2.6 Zat Aditif GEM (Ground Enhanced Material)
Gambar 2.11 Ground Enhanced Material
Ground Enhanced Material (GEM) adalah substan yang terbuat dari bubuk
Ca-Bentonite, bubuk Graphite, Sodium Carbonate (karbon), bubuk batubara dan
bubuk arang, yang diimpor langsung dari China dan telah lolos pengetesan mutu
yang dilakukan oleh Wuhan High Voltage Research Institute, yang merupakan
lembaga uji material yang diakui oleh pemerintah China. (Sumber :
http://www.rajagrounding.com/2010/01/ground-enhance-material-gem
more.html)
Pada dasarnya GEM sama seperti produk bentonite, tetapi kandungan GEM
lebih banyak dibandingkan bentonite sehingga GEM memiliki kualitas yang jauh
lebih baik dari bentonite, dengan manfaat dan kegunaan sebagai berikut :
1.
Memiliki tahanan yang rendah, memiliki daya serap air yang tinggi dan bisa
menahan air dengan baik. Dengan demikian secara efektif bisa menurunkan
tahanan tanah dan meningkatkan daya hantar tanah.
2.
Tidak korosif sehingga mampu melindungi sistem grounding dari korosi.
25
3.
Tidak menyebabkan polusi pada lingkungan dan tidak berbahaya terhadap
kesehatan manuasia dan mahluk hidup yang lain.
2.6.1 Kandungan – kandungan Dalam GEM
Masing-masing kandungan kimia dalam GEM memiliki keistimewaan
tersendiri/ masing-masing. Dari sekian banyak kandungan kimia dalam GEM,
bentonite merupakan kandungan utama dalam GEM. Di bawah ini akan dibahas
kandungan-kandungan
dalam GEM :
1.
Bentonite (Ca-Bentonite)
Bentonit adalah suatu istilah nama dalam dunia perdagangan yang sejenis
lempung plastis yang mempunyai kandungan mineral monmorilonit lebih dari
85% dengan rumus kimianya Al2O3.4SiO2 x H2O. Nama ini diusulkan
pertama kali oleh Knight (1898) untuk nama sejenis lempung koloid yang
ditemukan pada formasi Benton “Rock Creek” Wyoming Amerika Serikat.
Berdasarkan tipenya, bentonite dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Tipe Wyoming ( Na-bentonite - Swelling bentonite )
Na bentonite memiliki daya mengembang hingga delapan kali apabila
dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi beberapa waktu didalam air.
Dalam keadaan kering berwarna putih atau cream, pada keadaan basah dan
terkena sinar matahari akan berwarna mengkilap. Perbandingan soda dan kapur
tinggi, suspensi koloidal mempunyai pH: 8,5-9,8, tidak dapat diaktifkan, posisi
pertukaran diduduki oleh ion-ion sodium ( Na+ ).
b. Mg ( Ca-bentonite – non swelling bentonite )
Tipe bentonite ini kurang mengembang apabila dicelupkan ke dalam air, dan
tetap terdispersi di dalam air, tetapi secara alami atau setelah diaktifkan
mempunyai sifat menghisap yang baik. Perbandingan kandungan Na dan Ca
rendah, suspensi koloidal memiliki pH: 4-7. Posisi pertukaran ion lebih banyak
diduduki oleh ion-ion kalsium dan magnesium. Dalam keadaan kering bersifat
rapid slaking, berwarna abu-abu, biru, kuning, merah dan coklat. Penggunaan
bentonite dalam pemurnian minyak goreng perlu aktivasi terlebih dahulu.
26
Tabel 2.4 Sifat Ca dan Na bentonite
Sifat Fisik
Ca- Bentonite
Na- Bentonite
Kekuatan Dalam Keadaan
Tinggi
Sedang
Perkembangan Daya Ikat
Cepat
Sedang
Kekuatan Tekan
Sedang
Tinggi
Panas
Rendah
Tinggi
Kering
Rendah
Tinggi
Daya Tahan Terhadap
Rendah
Tinggi
Daya Mengembang
Tidak Baik
Sangat Baik
Kemantapan Terhadap Panas
Sangat Baik
Sedang
Mudah
Sukar
Basah
Penyusutan
Temperatur Cetak
Daya Mengalirkan Pasir
(Sumber : Sukandarrumidi. 1999)
Salah satu cara agar mendapatkan nilai tahanan pembumian yang diharapkan
adalah dengan penambahan zat kimia dalam tanah berupa garam dan
bentonite.
Huwae,
(2004)
mengatakan
sistem
pembumian
dengan
penambahan zat aditif berupa bentonite mengakibatkan penurunan nilai
tahanan pembumiannya.
Menurut Hutauruk, (1987), Pabla, (1986) tahanan pembumian dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain : jenis tanah, suhu, kelembaban tanah, lapisan
tanah serta kandungan elektrolit tanah. Kandungan elektrolit tanah dapat
menurunkan tahanan pembumian. Kandungan elektrolit tanah dapat dirubah
dengan cara penambahan zat aditif pada tanah seperti : bentonit, garam, air,
arang dan lain-lain.
28
2.
Sodium Carbon (Marcionite)
Marcionite adalah bahan yang bersifat konduktif dengan kandungan kristal
karbon yang cukup tinggi pada fase normalnya, dan juga mengandung
belerang dan klorida dengan konsentrasi rendah. Seperti halnya bentonite,
marcionite akan bereaksi korosif terhadap logam tertentu, dan memiliki
tahanan jenis rendah. Logam yang digunakan sebaiknya dilapisi bitumen atau
cat bitumastik sebelum
dihubungkan
dengan
marcionite. Aluminium,
lapisan timah dan baja galvanis sebaiknya jangan dipasang pada marcionite.
Marconite dapat mempertahankan kelembabannya dalam kondisi lingkungan
sangat kering sehingga kelemahan
bentonite
dapat
ditutup
oleh
marcionite.
3.
Bubuk Graphite
Adakalanya bubuk graphite digunakan sebagai bahan uruk, baik dalam fase
sendiri maupun dicampur dengan bentonite atau dengan tanah alami berasal
dari daerah tersebut. Graphite mempunyai kelarutan yang rendah sehingga
tidak mudah dihilangkan, tahanan jenisnya rendah berkisar 5-10 Ohm-m pada
kondisi jenuh. Dengan pH berkisar 6,2 -6,9, graphite cenderung bersifat
netral. Graphite tidak mengkorosi tembaga. Zat ini tidak mahal dan biasanya
dicampur dengan tanah urukan
sekitar
elektroda.
Diklaim
zat
ini
membantu mempertahankan tahanan yang rendah dengan priode waktu yang
relatif lama, pada daerah dengan kandungan garam disekitarnya dilarutkan
oleh aliran air (hujan)
4.
Bubuk Batubara
Kandungan air dalam batubara (air bebas maupun air bawaan) merupakan
faktor penentu tinggi rendahnya nilai kalori batubara. Kandungan air yang
tinggi menyebabkan tingkat pembakaran menjadi rendah akibatnya
kandungan gas Co2 yang ditimbulkan menjadi tinggi yang tentunya
berdampak buruk terhadap lingkungan. Akan tetapi, dalam sistem
pembumian batubara yang digunakan merupakan batubara yang memiliki
29
kandungan air yang cukup tinggi, sehingga mampu menurunkan nilai tahanan
pembumian.
5.
Bubuk Arang
Serbuk arang lebih bagus mempertahankan air (kandungan elektrolit) yang
terserap dibandingkan tanah itu sendiri yang cenderung mengalirkan
kelapisan tanah dibawahnya, apalagi jika lapisan atas dari tanah tempat
grounding tersebut berupa lapisan tanah pasir yang tentu saja akan lebih cepat
mengalirkan air kelapisan tanah dibawahnya. Dengan kemampuannya
mempertahankan air, serbuk arang mampu menurunkan nilai tahanan
pembumian.
2.6.2 Penggunaan GEM Untuk Sistem Pembumian
Adapun berdasarkan NEC 250-83c yang dipopulerkan oleh Eritech
memberikan pedoman di dalam penggunaan GEM, berdasarkan tabel :
Tabel 2.5 Tabel estimasi penggunaan GEM
Estimasi kantong GEM untuk pengurukan di sekitar batang tanah
Diameter lubang
Kedalaman lubang (kaki) *
1,8 m
2.1 m
2,4 m
2.7 m 5.2 m 5.8 m 6.1 m
(6 ')
(7 ')
(8 ')
(9 ')
(17 ')
(19 ')
(20 ')
7.5cm (3")
2
2
2
2
4
4
4
10.0cm (4
2
3
3
3
6
7
7
12.5cm (5")
3
4
4
5
9
10
10
15.0cm (6")
5
5
6
7
13
14
15
17.5cm (7")
6
7
8
9
17
19
20
20.0cm (8
8
9
11
12
22
25
26
30
22.5cm (9")
10
12
13
15
28
31
32
25.0cm (10")
12
14
16
18
34
38
40
* 2.44m (8 kaki) panjang minimum batang yang diperlukan untuk berhubungan
dengan tanah (atau GEM). Per NEC 250-83c. dalam
http://www.erico.com/public/library/fep/LT0925.pdf
Pada tabel estimasi penggunaan GEM di atas dapat kita jadikan sebagai acuan
untuk
penggunaannya,pada umumnya penggunaan GEM dapat dilakukan sesuai
kebutuhan berdasarkan kondisi tanah di mana sistem pembumian akan dipasang.
Apabila sistem pembumian akan dipasang dalam tanah yang memiliki nilai
tahanan/resistansi pembumian yang relatif tinggi, maka penggunaan zat aditif
GEM akan lebih banyak yang bertujuan untuk menurunkan nilai tahanan
pembumian.
2.7 Metode Pengukuran Tahanan Pembumian
Ada berbagai macam instrumen pengukur tahanan pembumian, salah satu
contohnya adalah Earth Hi Tester, seperti contoh di bawah ini :
Gambar 2.12 Earth Hi Tester HIOKI tipe 3151
31
Spesifikasi Alat Ukur Earth Hi Tester :
Merk
: HIOKI
Tipe
: 3151
Ukur
Batas
: X 1Ω
X 10Ω
0 – 11,5 Ω
X 100Ω
0 – 115 Ω
V
AC 0 – 30 Volt
0 - 11,5 Ω
V Open Circuit
: AC 50 Vmax
I HS : AC 1,5 mA
Max Rated Power
: 2,5 VA
Nilai Pengukuran
: Rx + Ro (simple measurement)
Frekuensi
: 575 Hz (2a/32), 600 Hz (2b/3b)
Pada penelitian pengukuran tahanan jenis tanah ini dilakukan menggunakan
metoda tiga titik, dimana dalam pengukurannya menggunakan dua buah elektroda
bantu.
Elektroda
Bantu I
Elektroda
Bantu II
E
P
C
Tanah
minimal 5 m
2
3
Elektroda Utama
maksimal 20 m
push
button
switch
Gambar 2.13 Skema pengukuran metoda 3 kutub (0º)
slide selector
switch switch
32
Tanah
Elektroda
Bantu II
E
P
C
Tanah
3
2
Elektroda Utama
slide selector
switch switch
push
button
switch
maksimal 20 m
Gambar 2.14 Skema pengukuran metoda 3 kutub (45º)
Elektroda
Bantu I
Tanah
Elektroda
Bantu II
E
P
C
Tanah
3
2
Elektroda Utama
maksimal 20 m
push
button
switch
Gambar 2.15 Skema pengukuran metoda 3 kutub (90º)
slide
switch
selector
switch
33
Dalam melakukan pengukuran ini, untuk mendapatkan nilai resistansi
pembumian yang sebenarnya dari suatu sistem pembumian tidak langsung didapat
1 kali proses pengukuran. Berdasarkan grafik di bawah ini adalah dimana
dalam
nilai tahanan pembumian sudah konstan :
Ω
Jarak
Gambar 2.16 Grafik tahanan sebagai fungsi jarak terhadap fungsi E
Pada grafik di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai tahanan
pembumian terjadi pada saat garis lurus, dimana suatu nilai tahanan pembumian
pada saat garis lurus tersebut sama nilai tahanannya atau mendekati. Dalam upaya
memperoleh nilai tahanan pembumian yang sama penulis melakukan beberapa
kali pengukuran dengan cara merubah sudut pengukuran nya.
Download