PERANAN EVALUASI DALAM MANAJEMEN PENINGKATAN

advertisement
Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2009
PERANAN EVALUASI DALAM MANAJEMEN
PENINGKATAN MUTU BERBASIS JURUSAN
Jokebet Saludung
Dosen Jurusan PKK, Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar
Abstrak
Sistem pendidikan selama ini yang sentralistik dianggap sebagai penyebab
keterpurukan pendidikan karena birokrasi dan kekuasaan menyebabkan
ketidakberdayaan SDM sekolah sehingga dianggap penting adanya peningkatan
mutu. Oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan mutu yang arus didahului
dengan evaluasi. Evaluasi bertujuan bukan untuk membuktikan tetapi untuk
meningkatkan, mengembangkan, dan memperbaiki. Tujuan evaluasi untuk
meningkatkan,dan memperoleh informasi berkenaan dengan: 1) kesesuaian antara
kebutuhan dengan tujuan program, 2) kebaikan dan kelemahan dari strategi,
peralatan dan sumberdaya yang digunakan untuk merealisasikan tujuan yang
telah ditentukan, 3) ketepatan dan ketidaktepatan pelaksanaan program, 4)
ketercapaian tujuan program yang telah dilaksanakan bila dibandingkan dengan
tujuan program yang telah ditentukan. Dengan demikian hasil evaluasi akan
menjadi umpan balik yang dapat digunakan sebagai dasar dalam peningkatan
dan perbaikan mutu selanjutnya. Penelitian evaluasi adalah suatu proses atau
kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis dan penyajian informasi yang tepat
untuk mengetahui sejauh mana suatu tujuan program, prosedur, produk atau
strategi yang dijalankan telah tercapai, untuk dimanfaatkan bagi pengambilan
keputusan pada program selanjutnya. Tujuan penelitian evaluasi adalah untuk
mengukur, menilai dan mengetahui kelayakan suatu program dan
keberlanjutannya. Gunanya adalah untuk mengadakan redefinisi program, untuk
pengembangan, penyebaran atau diseminasi. Penulis menawarkan salah satu jenis
model evaluasi program yang telah dikembangkan, divalidasi dan diujicoba
berulangkali dan ternyata sudah baik, yang dikenal dengan model KMPHD-K
(Konteks, masukan, proses pelaksanan, hasil, dampak, dan kebutuhan untuk
peningkatan mutu berlanjut). Model KMPHD-K dapat digunakan untuk
mengevaluasi program yang ada dijurusan untuk peningkatan mutu selanjutnya.
Kata Kunci: Evaluasi, Manajemen mutu, Jurusan
Ada berbagai data empirik yang
memerlukan perhatian untuk memikirkan
perlunya evaluasi berbagai program dalam
rangka manajemen peningkatan mutu,
bukan hanya berbasis sekolah tetapi juga
berbasis jurusan di lingkungan Fakultas
Teknik. Data empirik tersebut akan
memberikan dampak sistemik terhadap
perkembangan pendidikan
di tingkat
perguruan tinggi sebagai wadah yang akan
menampung lulusan dari berbagai sekolah
menengah.
Pada awalnya, sistim pendidikan yang
sentralistik dianggap sebagai penyebab
keterpurukan pendidikan karena birokrasi
dan
kekuasaan pengambilan keputusan
yang
se
ntralistik
menyebabkan
ketidakberdayaan
SDM sekolah. Oleh
karena itu UUD RI No.22 tahun 1999 tentang
otonomi daerah mengamanatkan perlunya
Jokebet Saludung, Peranan Evaluasi dalam Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Jurusan
pelaksanan
MBS/MPMBS
untuk
menumbuhkan kemandirian sekolah. Di sisi
lain, Suyanto (2006: 2) menyatakan bahwa
otonomi
pendidikan
memberikan
kewenangan kepada kepala daerah untuk
membuat pendidikan lebih berkualitas di
daerah. Puskur Balitbang Depdiknas (2004: 6)
juga menyatakan bahwa “masalah yang
dihadapi adalah mutu, relevansi, efisiensi,
dan
pemerataan
kesempatan
untuk
memperoleh pendidikan masih rendah.
Begitu
juga
Karhami
(2003:
6)
mengemukakan bahwa tuntutan kebutuhan
belum match dengan kinerja lulusan sekolah,
padahal
lulusan
diharapkan
menjadi
pemimpin, manajer, inovator, operator yang
efektif dan mampu beradaptasi dgn
perubahan. Fokus program sekolah harus
bergeser dari guru dan apa yang
diajarkannya, ke siswa dan apa yang
dipelajari, dikerjakan dan didemonstrasikan.
Sejalan dengan itu, Mendiknas (2004: 2)
menyatakan bahwa kemajuan pendidikan
tertinggal
jika
dibandingkan
dengan
perkembangan yang ada di masyarakat.
Berdasarkan data SPMB, SMA pada
tahun 2006 IPA berada di peringkat 23. Hasil
uji kompetensi guru di Sulawesi Selatan
untuk bidang studi (IPA, IPS, Bahasa) masih
rendah (< 50%). Koran Fajar (3 Agustus 2007)
memaparkan bahwa peserta SPMB tahun
2007 yang tidak lulus: 18.835 orang dari
24.889 orang peserta. Peserta yang lulus
hanya 6054 orang. Bahkan Koran Fajar (24
April 2010) memaparkan bahwa terdapat
2.630 siswa SMA se-Sulsel yang tidak lulus
UN, dan yang lulus UN untuk tingkat SMA
hanya 724 dari 8.020 peserta. Bahkan
Mendiknas Muh. Nuh (2010) menyatakan
bahwa secara nasional jumlah kelulusan
tahun 2010 turun empat persen (hanya
89,88%) dibanding tahun 2009 (93,4%).
Bahkan secara internasional, dari segi
kualitas SDM (Shalimou, 2008: 1) Indonesia
berada pada peringkat 108 sedunia dan
masih di bawah Vietnam (darin 177 negara).
Olh karena itu, Supriyo (2005: 3) menyatakan
bahwa pendidikan yg bermutu diperoleh
pada sekolah yang bermutu.
Gunawan
(2007:
11,13,18)
mengemukakan bahwa kebijakan nasional
tentang penjaminan mutu termuat dalam
UU Sikdisnas No. 20 Tahun 2003, Pasal 50
ayat 2 (kebijakan nasional untuk menjamin
mutu pendidikan nasional), pasal 4,60,87,92
(2, 8), dan PP No. 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (SNP), pasal 91
(wajib
melakukan
penjaminan
mutu
pendidikan.
Semuanya itu menjadi
dasar
pemikiran untuk berpartisipasi dan ikut
berperan dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan di segala bidang dan jenjang
pendidikan. Tidak tekecuali di perguruan
tinggi bahkan di tingkat jurusan masingmasing.
PEMBAHASAN
1. Pentingnya Peningkatan Mutu
Budiharjo (2003: 5) mengemukakan
bahwa pentingnya “peningkatan kualitas
manusia
sebagai
jawaban
terhadap
persaingan global, kualitas output yang
masih rendah, kualitas sarana dan prasarana
yg belum memadai, kurang efisien, dan
lulusan kurang berkualitas, peran serta
masyarakat belum optimal, dan kebijakan
sering kurang mengutamakan kualitas
lulusan tetapi orientasinya pd kuantitas.”
Djemari
Mardapi
(2004:
3)
mengemukakan bahwa
ada dua hal
pentingnya peningkatan mutu dilaksanakan
karena adanya persaingan global yang
menuntut kemampuan sumberdaya lulusan
yang bekualitas, dan tantangan lembaga
pendidikan berupa kompetensi lulusan.
Slamet (2008: 6) dan Suyanto (2008: 2)
menyatakan bahwa ada tiga pilar kebijakan
untuk pembangunan pendidikan nasional
yang menjadi kewajiban yaitu: ”perluasan
dan
pemerataan
akses
pendidikan,
peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing,
penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra
publik.” Peningkatan mutu, relevansi dan
daya saing, merupakan salah satu arah
kebijakan pemerintah yang harus diberi
perhatian utama pada tahun 2010. Suyanto
(2008: 7) menyatakan bahwa ada tiga pilar
Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2009
Peningkatan mutu adalah salah satu
kebijakan
pembangunan
pendidikan
nasional yang harus terus dilaksanakan di
semua tingkatan pendidikan.
Menurut Djemari Mardapi (2008: 1-2),
kualitas pendidikan merupakan salah satu
indikator kemampuan sumberdaya manusia,
dan kualitas sumberdaya manusia dapat
dilihat dari kemampuan lulusan satuan
pendidikan. Oleh karena itu peningkatan
kualitas harus dilakukan secara terus
menerus dan berkesinambungan agar sesuai
dengan
tuntutan
masyarakat
dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Peningkatan kualitas pendidikan
perlu dinilai dan dievaluasi, dan hasilnya
dapat digunakan untuk memperbaiki dan
menyempurnakan strategi pembelajaran
untuk peningkatan mutu berlanjut secara
terus menerus.
Berdasarkan pernyataan di atas jelas
bahwa, peningkatan mutu sangat penting di
laksanakan di semua tingkat dan jenjang
pendidikan.
2. Peningkatan Mutu Berbasis Jurusan
Pengertian
mutu
secara
umum
mengandung makna derajat (tingkat)
keunggulan suatu produk (hasil kerja) baik
berupa barang maupun jasa; baik yang dapat
dipegang maupun yang tidak dapat
dipegang. Dalam konteks pendidikan,
pengertian mutu mengacu pada proses dan
hasil pendidikan. Jika mutu dihubungkan
dengan
kualitas
produk,
akan
menggambarkan keefektifan pendidikan
sehingga memberi ciri menjadi sekolah
efektif. Ada lima pilar pendukung dalam
mengunggulkan mutu pendidikan yaitu
fokus pada pelanggan, keterlibatan penuh,
pengukuran, konitmen, perbaikan secara
kontinu. Peningkatan mutu pendidikan
dapat juga dilaksanakan melalui pengelolaan
kurikulum sebagai salah satu dari sembilan
fungsi garapan MPMBS yang menjadi
kebijakan
pemerintah.
“Mengapa
peningkatan mutu melalui kurikulum?
Untuk mencapai segala-galanya pintunya
adalah kurikulum,” (Zamroni, 2004: 1).
Menurut Slamet (2005: 15) manajemen
sekolah adalah pengelolaan sekolah yang
dilakukan dengan dan melalui sumberdaya
manusia untuk mencapai tujuan sekolah
secara efektif dan efeisien. Inti manajemen
sekolah adalah aspek dan fungsi. Manajemen
sebagai aspek, meliputi kurikulum, tenaga
dan sumberdaya manusia, siswa, sarana dan
prasarana, dana, dan hubungan masyarakat.
Manajemen
sebagai fungsi meliputi
pengambilan keputusan, pemformulasian
tujuan, perencanaan, pengorgani-sasian,
penstafan, pengkomunikasian, pelaksanaan,
pengkoordinasian,
pensupervisian,
dan
pengontrolan. Manajemen memfokuskan diri
pada sekolah sebagai wadah dan sistim, dan
kepemimpinan (manager) menekankan pada
orang sebagai jiwanya.
Manajemen
Peningkatan
Mutu
Berbasis
Sekolah
(MPMBS)
menurut
Depdiknas (2005: 3, 9) dapat diartikan
sebagai model manajemen yang memberikan
otonomi lebih besar kepada sekolah dan
mendorong
pengambilan
keputusan
partisipatif yang melibatkan secara langsung
semua warga sekolah (guru, siswa, kepala
sekolah, karyawan, orangtua siswa, dan
masyarakat) untuk meningkatkan mutu
sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan
nasional; untuk memenuhi kebutuhan mutu
sekolah atau untuk mencapai mutu sekolah.
Oleh karena itu esensi MPMBS adalah
otonomi sekolah dengan pengambilan
keputusan patisipatif untuk mencapai mutu
sekolah.
Implementasi
merupakan
proses
penerapan ide, konsep, kebijakan, atau
inovasi dalam suatu tindakan praktis
sehingga memberikan dampak, baik berupa
perubahan
pengetahuan,
keterampilan,
maupun nilai dan sikap. Implementasi
MPMBS (Menejemen Peningkatan Mutu
Berbasis Sekolah) adalah pengelolaan
manajemen dengan komunikasi transparan
yang memiliki karakteristik sekolah efektif,
menggunakan pendekatan sistim, analisis
SWOT, menerapkan konsep belajar tuntas,
otonomi dan kemandirian, menumbuhan
motivasi diri sekolah, keputusan partisipatif
Jokebet Saludung, Peranan Evaluasi dalam Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Jurusan
yang melibatkan semua warga sekolah dan
masyarakat.
MPMBS adalah pengkoordinasian dan
penyerasian sumberdaya yang dilakukan
secara mandiri oleh sekolah dengan
melibatkan semua kelompok kepentingan
yang terkait langsung dengan sekolah dalam
proses pengambilan keputusan, untuk
memenuhi kebutuhan mutu sekolah dalam
kerangka kebijakan pendidikan nasional.
Esensinya dalam wujud otonomi sekolah dan
pengambilan keputusan partisipatif untuk
mencapai sasaran mutu sekolah.
Manajemen
pendidikan
yang
diinginkan untuk masa depan menurut
Depdiknas (2005: 7) adalah otonomi,
pengambilan keputusan partisipatif, ruang
gerak
luas,
pendidikan
profesional,
desentralistik, motivasi diri, deregulasi,
mempengaruhi, memfasilitasi, mengelola
resiko,
menggunakan
uang
seefisien
mungkin, tim kerja yang cerdas, informasi
terbagi, pemberdayaan, dan organisasi datar.
Untuk memungkinkan semua ini dapat
dicapai, akan sangat tergantung pada
kualitas dan kesiapan komponen MPMBS
yaitu konteks, input, proses, output, dan
outcomes. Oleh karena sekolah adalah sebagai
sistim (Slamet, 2005: 3 - 4) maka hubungan
dan keterkaitan antar komponen sistim juga
sangat berpengaruh pada ketercapaian
tujuan yang diharapkan.
Aspek-aspek yang harus digarap
sekolah dalam kerangka MPMBS yaitu: (1)
perencanaan dan evaluasi program sekolah,
(2) pengelolaan kurikulum, (3) pengelolaan
proses belajar mengajar, (4) pengelolaan
ketenagaan,
(5)
pengelolaan
fsilitas
(peralatan
dan
perlengkapan),
(6)
pengelolaan keuangan, (7) pelayanan siswa,
(8) hubungan sekolah dan masyarakat, (9)
pengelolaan iklim sekolah. Ke sembilan
fungsi tersebut yang masuk dalam garapan
implementasi MPMBS (Depdiknas, 2005: 1417).
Pengelolaan program sekolah adalah
pengkoordinasian dan penyerasian program
sekolah secara holistik dan integratif
meliputi: (1) perencanaan, pengembangan,
dan evaluasi program, (2) pengembangan
kurikulum, (3) pengembangan proses belajar
mengajar, (4) pengelolaan sumberdaya
manusia (guru, konselor, karyawan, dsb.),
(5) pelayanan siswa, (6) pengelolaan fasilitas,
(7) pengelolaan keuangan,
(8)
pengelolaan hubungan sekolah-masyarakat,
dan (9) perbaikan program.”
Depdiknas (2005: 10-14) menyatakan
bahwa karakteristik MPMBS tidak dapat
dipisahkan dengan karakteristik sekolah
efektif.
ika MPMBS merupakan wadah dan
kerangkanya maka sekolah efektif adalah
isinya dan pendekatan sistim yang
memandunya. Kerangka sekolah sebagai
sistim terdiri dari konteks, input, proses
output, dan outcome (Slamet, 2008: 5).
Karakteristik MPMBS memuat secara inklusif
elemen-elemen
sekolah
efektif,
yang
dikategorikan menjadi: konteks, input,
proses, output, dan outcome. Di dalam
pengembangan model evaluasi program
KMPHD-K ditambahkan satu komponen lagi
yaitu kebutuhan akhirnya menjadi enam
komponen (Konteks, Masukan, Proses
Pelaksanaan,
Hasil,
Dampak,
dan
Kebutuhan), dan keenam komponen itu
harus ada dan ada alat evaluasinya.
Komponen dan
prinsip MPMBS telah
terakomodasi di dalam model KMPHD-K
hasil pengembangan.
Tujuan operasinalisasi MPMBS adalah
untuk mencapai sekolah efektif. Salah satu
prinsip utama MPMBS adalah peningkatan
mutu
secara
berkelanjutan.Untuk
itu
diperlukan
suatu
analisis
untuk
mengakomodasi prinsip MPMBS tersebut
yaitu analisis kebutuhan.
Sekolah efektif adalah sekolah bermutu
yang dikelola dengan manajemen fungsional
secara maksimal sehingga mampu mendidik
siswanya dengan sangat baik sehingga
efektif, efisien, produktif, menghasilkan
siswa yang berprestasi tinggi dan luarannya
berkualitas sesuai keinginan masyarakat.
Sekolah efektif
memiliki ciri-ciri: (1)
Kepemimpinan yang kuat, (2) Penekanan
pada keterampilan dasar, (3) lingkungannya
yang menyenangkan, (4) siswa memiliki
ekspektasi yang tinggi, (5). memiliki
Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2009
penilaian terhadap perkembangan siswa.
Definisi di atas diadopsi dari (Slamet, 2005: 4;
Cheng, 1994: 9, Corcoran (Sheerens, 1992: 3).
Oleh karena itu maka peningkatan mutu
berbasis Jurusan dapat mengadopsi prinsip
dan karakteristik MPMBS
dan cara
implementasinya yang merupakan kebijakan
peningkatan mutu pada sekolah menengah,
dengan mengadakan penyesuaian
pada
bagian tertentu.
3. Evaluasi dan Penelitian Evaluasi
Dikmenum (2004: 4) telah memberi
batasan evaluasi sebagai suatu kegiatan
untuk menentukan mutu atau nilai suatu
program yang didalamnya ada unsur
pembuatan
keputusan
sehingga
mengandung unsur subjektivitas, kegiatan
yang sistimatis untuk menentukan kebaikan
dan kelemahan suatu program. Evaluasi
dalam pendidikan adalah serangkaian upaya
atau
langkah-langkah
strategis
guna
pengambilan keputusan dinamis dan pada
pembakuan-pembakuan proses pembelajaran
serta pengajaran. Evaluasi dilakukan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan
dan
rangkaian kegiatan suatu program. Evaluasi
meliputi
kegiatan
pengukuran,
melaksanakan penilaian, interpretasi dari
suatu proses kegiatan pembelajatan. Dengan
demikian dapat ditentukan penempatan
siswa untuk suatu kegiatan atau program
tertentu. Di dalam evaluasi ada proses yang
akhirnya mengarah pada penilaian sehingga
hasilnya akan berbentuk nilai.
Stufflebeam (1971: 47) mengemukakan
bahwa: the purpose of evaluation is to improve,
not to prove. Evaluasi bertujuan bukan untuk
membuktikan tetapi untuk meningkatkan,
mengembangkan, dan memperbaiki. Tujuan
evaluasi bukan untuk membutikan sesuatu
tetapi
untuk
meningkatkan,
dan
memperoleh informasi berkenaan dengan: 1)
kesesuaian antara kebutuhan dengan tujuan
program,
2)
kebaikan-kebaikan
dan
kelemahan-kelemahan
dari
strategi,
peralatan dan sumberdaya yang digunakan
untuk merealisasikan tujuan yang telah
ditentukan, 3) ketepatan dan ketidaktepatan
pelaksanaan
program
dalam
rangka
pencapaian tujuan program, 4) ketercapaian
tujuan program yang telah dilaksanakan bila
dibandingkan dengan tujuan program yang
telah ditentukan. Dengan demikian hasil
evaluasi akan menjadi umpan balik yang
dapat digunakan sebagai dasar dalam
peningkatan dan perbaikan selanjutnya.
Penelitian evaluasi adalah sebagai
suatu proses atau kegiatan pemilihan,
pengumpulan, analisis dan penyajian
informasi yang tepat untuk mengetahui
sejauh mana suatu tujuan program,
prosedur, produk atau strategi yang
dijalankan
telah
tercapai,
untuk
dimanfaatkan bagi pengambilan keputusan
pada program selanjutnya.
Pada gambar berikut dapat dilihat
langkah-langkah dalam penelitian evaluasi
terdiri dari penentuan tujuan, penentuan
kriteria, pemilihan pendekatan atau metode,
perkiraan keuntungan yang akan dicapai,
dan inilah yang membedakannya dengan
evaluasi dalam arti umum. Dalam penelitian
evaluasi harus ada tujuan dan rencana
dengan
prosedur yang
jelas
untuk
mengumpulkan data secara sistematis.
Tujuan penelitian evaluasi adalah untuk
mengukur, menilai dan
mengetahui
kelayakan
suatu
program
dan
keberlanjutannya. Gunanya adalah untuk
mengadakan redefinisi program, untuk
pengembangan, penyebaran atau diseminasi.
Macmillan & Schumacher (2001: 526 - 527),
menggambarkan evaluation research
atau
penelitian evaluasi seperti ditunjukkan pada
Gambar 1.
Sejalan dengan itu Macmillan &
Schumacher (2001: 528), mengemukakan
bahwa: “evaluation research defined that
evaluation requires a formal evaluation design
and prosedures in order to collect and analyze
data systematiclly for determining the worth of a
specific educational practice or anticipated
practice.” Prosedure yang sistematis inilah
yang harus dimiliki penelitian evaluasi yang
membedakannya antara penelitian evaluasi
dengan evaluasi dalam arti yang umum.
Sebelum melaksanakan penelitian evaluasi,
seorang
evaluator
harus
menjawab
pertanyaan: who, what, when, where, how, and
Jokebet Saludung, Peranan Evaluasi dalam Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Jurusan
how much, (Guttentag, 1971: 24). Who,
menanyakan siapa yang akan melakukan
evaluasi dan siapa yang akan dievaluasi.
Evaluasi program merupakan kegiatan
pengumpulan data dan informasi yang
dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh
dan bagian mana dari tujuan program yang
sudah tercapai dan belum tercapai, apa
penyebabnya, sehingga keberhasilan dan
kegagalan implementasi suatu program
dapat diketahui. Gall, Gall & Borg (2003: 546)
menyatakan bahwa evaluasi terhadap
program, sumberdaya, dan prosedur, adalah
membantu memahami dampak program
yang diobservasi. Menurut Suharsimi
Arikunto (1998: 8), tujuan evaluasi program
adalah untuk mengukur ketercapaian
program, yaitu mengukur sejauhmana
sebuah kebijakan dapat terimplementasikan
untuk pengambilan keputusan selanjutnya.
sehingga hasil evaluasi program adalah
sebuah rekomendasi evaluator untuk
pembuat keputusan. Oleh karena itu tujuan
program harus jelas, terinci, komponenkomponen program sebagai sub sistim,
karena terkait dengan keberhasilan program.
Fokus penelitian evaluasi ini menitikberatkan
pada evaluasi program implementasi
MPMBS di SMA.
Menurut Nurhadi (2004: 6) program
adalah “suatu rancangan kegiatan yang
bersumber dari suatu kebijakan, ditunjuk
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
pembangunan pada sektor yang bervariasi,
dilaksanakan dalam jangka waktu relatif
lama, sedangkan proyek adalah penjabaran
dari program dan waktunya relatif singkat.”
Penulis memaknai program sebagai suatu
rangkaian kegiatan dan implementasi dari
suatu kebijakan yang harus dilaksanakan
Evaluation Research
Purpose
Determine the worth of a practise for
planning, improving or justify a policy
Quality
Criteria
-Utility
Select
Evaluation
Approaches
-Feasibility
-Propriety
-Accuracy
- Obyective oriented
- Decision oriented
- Naturalistic/participant
- Mixed method focus
- Systematic school improvement
Potential
Benefit
- Cost analysis
- Assessment of educational
effects on student
- Apprisal of quality of education
- Reduction of uncertainty in
innovative practices
- Ligilimization of decision
- Anticipation of policy issues
Gambar 1. Evaluation Research
Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2009
untuk mencapai tujuan pembangunan.
Program tersebut perlu dievaluasi untuk
mengetahui keberhasilan implementasi dan
ketercapaian tujuan, faktor-faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan, kendala dan
solusinya, untuk dijadikan dasar dalam
merancang pengembangan selanjutnya.
Jadi
evaluasi
program
adalah
penelitian evaluasi terhadap pengelolaan,
pengkoordinasian dan penyerasian program
sekolah secara holistik dan integratif
meliputi: (1) perencanaan, pengembangan
dan evaluasi program, (2) pengembangan
kurikulum, (3) pengembangan proses belajar
mengajar, (4) pengelolaan sumberdaya
manusia (5) pelayanan siswa, (6) pengelolaan
fasilitas, (7) pengelolaan keuangan, 8)
hubungan sekolah dan masyarakat, (9)
perbaikan program. Pengelolaan program
dalam hal ini meliputi seluruh komponen
kegiatan sekolah mulai dari perencanaan,
pengembangan, sampai pada evaluasi
program.
rendahnya mutu input dapat diukur dari
tingkat kesiapan input, makin tinggi
kesiapannya
makin
tinggi
mutunya.
Memiliki kebijakan dan sasaran mutu yang
jelas, sumberdaya tersedia dan siap, staf yang
kompeten dan berdedikasi tinggi, memiliki
harapan prestasi yang tinggi, fokus pada
pelanggan, dan input manajemen.
Gambar 2. Kerangka dasar model KMPH-K
4. Model evaluasi program KMPHD-K
Ada berbagai model evaluasi tetapi
salah satu model evaluasi program yang
sudah dikembangkan dan diuji lapangan dan
dapat digunakan untuk peningkatan mutu
jurusan adalah model KMPHD-K. Model
evaluasi program KMPHD-K dikembangkan
dari berbagai model evaluasi kemudian
divalidasi empat kali, diujicoba tiga kali,
dianalisis dengan statistik, direvisi, dan
diaplikasikan di lapangan. Hasil penerapan
model kemudian diuji, ternyata hasilnya
sangat baik, modelnya sudah fit, konstruk
dan variabelnya valid dan reliabel, praktis,
efisien, komprehensif, dan layak digunakan.
Oleh karena itu
disarankan untuk
digunakan dalam mengevaluasi program
yang ada di Jurusan untuk peningkatan
mutu
berlanjut. Kerangka Dasar Model
KMPHD-K ditunjukkan pada gambar 2.
5. Model KMPHD-K
Peningkatan mutu dapat dilihat pada
komponen-komponen
model.
Konteks
sebagai permintaan dan dukungan serta
kebutuhan meningkat kualitasnya. Tinggi
Gambar 3. Komponen Model dan
Indikatornya
Jokebet Saludung, Peranan Evaluasi dalam Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Jurusan
Gambar 4. Model KMPHD-K
Proses
mampu
memberdayakan
peserta didik belajar terus menerus dan
mampu mengembangkan dirinya.Proses
efektif dan berkualitas jika proses belajar
mengajar
yang
efektivitasnya
tinggi,
kepemimpinan
sekolah
yang
kuat,
lingkungan sekolah yang aman dan tertib,
pengelolaan tenaga kependidikan yang
efektif, sekolah memiliki budaya mutu,
sekolah memiliki temwork yang kompak,
cerdas dan dinamis, sekolah memiliki
kemandirian, partisipasi yang tinggi dari
warga
sekolah,
sekolah
memiliki
keterbukaan
(transparansi)
manajemen,
memiliki
kemauan
untuk
berubah,
melakukan evaluasi dan perbaikan secara
berkelanjutan, responsif dan antisipatif
terhadap kebutuhan, komunikasi yang baik,
sekolah memiliki akuntabilitas. Dalam proses
tejadi perubahan menjadi sesuatu yang lain.
Output berkualitas jika prestasi sekolah
(efektivitas, produktivitas, efisiensi, inovasi,
kualitas dan moral kerja), dan prestasi siswa
(akademik dan non akademik) meningkat
dan berkualitas sebagai hasil pembelajaran
dan manajemen sekolah. Outcomes atau
dampak terhadap institusi, masyarakat, dan
siswa yaitu lulusan meningkat. Kebutuhan
peningkatan mutu berlanjut. Terakhir
dilaksanakan analisis kebutuhan dengan
menggunakan analisis SWOT untuk
mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang
dan
tantangan.
Analisis
kebutuhan
dimaksudkan untuk mengetahui apa yang
menjadi
kebutuhan
yang
perlu
direkomendasikan untuk dikembangkan dan
ditingkatkan lebih lanjut. Semua data yang
dibutuhkan tersebut diharapkan dapat
dijaring dengan menggunakan model
evaluasi program KMPHD-K (Konteks,
Masukan,
Proses
Pelaksanaan,
Hasil,
Dampak, dan Kebutuhan).
6. Peranannya dalam peningkatan mutu
berbasis Jurusan
Untuk mengetahui apakah program
yang ada di Jurusan berhasil dengan baik,
bagian mana yang belum berhasil, dan
apakah perlu peningkatan lebih lanjut, perlu
diadakan evaluasi program. Ada berbagai
jenis program, oleh karena itu perlu
disesuaikan dengan model evaluasi program
KMPHD-K
dengan
memperhatikan
komponen-komponennya. Model evaluasi
program
KMPHD-K
dapat
dijadikan
pedoman dan pola
atau acuan dalam
mengarahkan
evaluasi. Oleh karena itu
harus dkembangkan sesuai masalah dan
tujuan dari evaluasi program yang ada di
Jurusan. Jurusan yang dimaksud adalah
Jurusan-Jurusan yang ada di lingkungan
Fakultas Teknik, termasuk Jurusan PKK.
Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2009
Hasil evaluasi program dapat dijadikan
dasar untuk peningkatan mutu Jurusan
secara berkelanjutan.Terutama hasil analisis
kebutuhan yang menjadi rekomendasi yang
akan ditindaklanjuti dalam peningkatan
mutu berlanjut.
Dari hasil penerapan model evaluasi
KMPHD-K di SMA ternyata dapat
mengugkapkan
tingkat
keberhasilan
implementasi MPMBS serta besarnya
dukungan dan pengaruh
antar variabel
terhadap kebehasilan program implementasi
MPMBS di SMA. Sekaligus memberikan
temuan dalam bentuk dukungan dan
hambatan yang menjadi kebutuhan untuk
penigkatan mutu selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arismunandar, 2006. Pengembangan Model
Pembelajaran Efektif di Sulawesi Selatan.
Lembaga Penelitian Universitas Negeri
Makassar bekerjasama dengan Diknas
Propinsi Sulawesi Selatan.
Borg, W. R. & Gall, M. D., 1983. Educational
Research: An introduction. (4th ed.). New
York: Longman Inc.
Depdiknas, 2005. Manajemen berbasis sekolah.
Departemen Pendidikan Nasional.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Dikmenum, 2004. Revitalisasi MGMP dalam
konteks school reform dengan pendekatan
MPMBS.Diambil tanggal 20 Oktober
2004
dari
http//.www.dikti.orgDikmenum.
Jokebet Saludung, 2010. Pengembangan model
evaluasi
program
implementasi
manajemen peningkatan mutu berbasis
sekolah (MPMBS) di SMA. Disertasi
Doktor:
Program
Pasca
Sarjana
Universitas Negeri Yogyakarta.
Gall, M. D., Gall. J. P. & Borg, W. R., 2003.
Educational reseach (7th ed.). Boston.
New York: San Francisco.
Gunawan, 2007: Guttentag, M. & Struening,
E. L. (1971). Handbook of Evaluation
research. London: Beverly Hills.
Joint
Committee, 1994, The Program
Evaluation Standarts (2nd ed.). Standarts
for Educational Evaluation. Thousand
Oaks, CA: Sage Publications.
Karhami S & Karim, A., 2003. Kurikulum
Berbasis Kompetensi Jenjang Dikdasmen.
Disampaikan
dalam
seminar
penerapan
kurikulum
berbasis
kompetensi dan impilkasinya dalam
pendidikan. Makalah. Yogyakarta, 27
Januari 2003.
Macmillan, J.H. & Schumacher, S., 2001.
Research in education: A conceptual
introduction (5th ed.). New York:
Longman.
Mulyani A. Nurhadi, 2004. Evaluasi Proyek.
PPS Universitas Negeri Yogyakarta,
Yogyakarta
Shalimow, Y. (August 6, 2008). Human
Development Index (HDI) Indonesia.
Laporan ini dikeluarkan oleh UNDP
pada 27 November 2007. Diakses 1
September
2009
dari
http://www.Shalimow.com/author
Scheerens, J.,
1992. Effective Schooling:
Research, theory and practice. Original
Dutch Edition (1st
ed.). London:
Dotesios Ltd.
Slamet P.H.,2005. Handout. Kapita Selekta
Desentralisasi Pendidikan di Indonesia.
Jakarta:
Departemen
Pendidikan
Nasional.
Stufflebeam, D.L. 1971. Educational evaluation:
Theory and practice. Oshio: Charles A.
Jones Publishing Company.
_____, 2001. Evaluation Models: New Directions
for Evaluations, No. 89. San Francisco:
Jossey-Bass.
______, 2009. Evaluasi Program Pendidikan:
Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa
dan Praktisi Pendidikan. Edisi kedua.
Bumi Aksara. Jakarta.
Undang-undang Republik Indonesia nomor
20 tahun 2003 tentang
Sistem
Pendidikan Nasional.
Download