BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posisi Indonesia yang berada pada jalur gempa Pasifik & Asia, serta berada diantara lempeng Indo Australia dengan Indo Asia memunculkan potensi besar terjadinya gempa. Gempa menyebabkan terjadinya kerusakan struktur bangunan. Konstruksi bangunan tahan gempa untuk mengurangi resiko gempa yang terjadi diperlukan. Kenyataan bahwa mekanisme runtuhnya gedung berperilaku inelastis, maka dibutuhkan metode untuk memperkirakan perilaku inelastis struktur akibat gempa untuk menjamin kinerja bangunan (Dewobroto, 2004). Evaluasi kinerja dapat dilakukan dengan analisis statis nonlinier pushover dengan bantuan program SAP2000. Gedung – gedung tinggi pada umumnya menggunakan elevator sebagai alat perpindahan dari lantai satu ke lantai yang lainnya. Pengoperasian elevator pada gedung biasanya menggunakan poros untuk meletakan elevator. Pada beberapa gedung poros lift/elevator ini hanya berfungsi sebagai tempat untuk kerja lift tanpa fungsi struktural, namun pada gedung tinggi poros lift ini dapat digunakan sebagai elemen pendukung struktur, dengan cara menggunakan dinding geser pada poros lift sehingga sebagian gaya horisontal diterima oleh dinding geser pada poros lift. Jenis struktur seperti ini lebih dikenal dengan istilah corewall. Corewall merupakan salah satu jenis dari dinding geser atau dinding struktural yang menyediakan kekakuan yang besar untuk menahan beban lateral. Corewall meredam deformasi akibat beban seismik dan mengurangi kerusakan pada gedung tinggi (Smith, 1991). Struktur beton bertulang tahan gempa pada umumnya direncanakan dengan mengaplikasikan konsep daktilitas, dengan konsep ini struktur tidak perlu direncanakan agar tetap dalam batas elastis saat memikul beban gempa terbesar yang diramalkan mungkin terjadi. Suatu taraf pembebanan dengan faktor reduksi terhadap beban gempa maksimum dapat dipakai sebagai beban gempa rencana, sehingga struktur dapat didesain secara lebih ekonomis (Dewobroto, 2004). Corewall diharapkan mampu untuk menambah kekakuan gedung sehingga gedung 1 dapat menerima beban gempa rencana dan mampu untuk terus menerima beban setelah keadaan inelastis. Analisis kinerja struktur gedung dengan dinding geser sudah banyak dilakukan sebelumnya. Ada dua metode pemodelan yang biasa digunakan untuk melakukan analisis kinerja struktur, dinding geser dimodel sebagai layered shell element, dan dinding geser dimodel sebagai rangka ekuivalen. Rana, R. dkk (2004) melakukan evaluasi kinerja gedung sembilan belas lantai dengan dinding geser yang dimodel sebagai rangka ekuivalen dengan bantuan program SAP2000. Fahjan, Y.M. dkk (2010 & 2012) melakukan analisis nonlinier pada gedung dengan dinding geser yang dimodel sebagai multi-layer shell dan rangka ekuivalen. Analisa pushover dapat digunakan sebagai alat bantu untuk perencanaan tahan gempa, asalkan menyesuaikan dengan keterbatasan yang ada. Hasil analisa pushover masih berupa suatu pendekatan, karena perilaku gempa yang sebenarnya adalah bersifat bolak-balik melalui suatu siklus tertentu, sedangkan sifat pembebanan pada analisa pushover adalah statik monotonik. Metode ini sangat sederhana, informasi yang dihasilkan sangat berguna karena mampu menggambarkan respons inelastis bangunan ketika mengalami gempa. Analisis ini memang bukan cara yang terbaik untuk mendapatkan jawaban terhadap masalahmasalah analisis dan desain, tetapi cara ini relatif sederhana untuk mendapatkan respon non-linier suatu struktur. Untuk mengetahui bagaimana level kinerja struktur gedung dengan corewall dan bagaimana kekuatan struktur menahan beban lateral yang bekerja pada struktur maka penelitian ini perlu dilakukan. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa masalah: a. Bagaimanakah perilaku struktur gedung dengan corewall akibat beban gempa rencana ? b. Bagaimanakah kinerja struktur gedung dengan corewall ? 2 1.3 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah: a. Mengetahui perilaku seismik struktur gedung dengan corewall b. Mengetahui kurva kapasitas pushover struktur dan skema kelelehan (distribusi sendi plastis) 1.4 Manfaat Manfaat yang didapat dari penelitian ini sebagai pendekatan terhadap kemampuan gedung menerima beban lateral, untuk mengetahui hubungan antara gaya geser dasar (V) versus perpindahan titik acuan pada atap (D), untuk mengetahui skema keruntuhan dari struktur beton bertulang dengan dinding geser tipe corewall jika terjadi beban gempa melebihi beban rencana. Selain itu penelitian ini juga bisa dijadikan sebagai acuan untuk mendesain gedung dengan corewall dengan menggunakan program SAP2000 v17. 1.5 Batasan Masalah Adapun batasan batasan masalah pada penelitian ini: a. Jenis beban yang digunakan dalam meninjau perilaku struktur adalah beban gravitasi dan beban lateral. Beban gravitasi yang dimaksud mencakup kombinasi beban mati dan beban hidup tereduksi, sedangkan beban lateral yang ditinjau dalam studi ini adalah beban gempa. b. Pembebanan lateral yang digunakan diperoleh dari Peta Gempa Indonesia sesuai dengan Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung SNI 1726:2012. c. Peninjauan sendi plastis dianggap hanya terjadi pada ujung-ujung elemen struktur yaitu ujung balok, kaki kolom dan kaki dinding geser lantai dasar. d. Perilaku struktur dievaluasi secara tiga dimensi (3D) berdasarkan analisis pushover dengan bantuan program komputer SAP2000 v.17. e. Model struktur gedung yang ditinjau adalah gedung 10 lantai dengan corewall terletak di tengah – tengah (inti) gedung. f. Corewall dimodel menggunakan shell layered nonlinear element pada program SAP2000. 3