6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian

advertisement
BAB 2
LANDAS AN TEORI
2.1 Teori Umum
2.1.1 Pengertian Sistem
M enurut M cLeod (2007), Sistem adalah sekelompok elemen yang terintegras i
dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.
Berdasarkan kutipan-kutipan yang diambil dari beberapa pengarang, pada
prinsipnya pengertian dari sistem adalah di atas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah
suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, terintegrasi, dan
berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan dalam menyelesaikan suatu
sasaran tertentu.
2.1.2 Pengertian Data
M enurut Inmon (2002), dikemukakan bahwa data merupakan sebuah catatan fakta,
konsep atau instruksi pada tempat pnyimpanan untuk komunikasi, pengarsipan. Lebih
jauh, menurut Laudon (2006), data yang sudah terkumpul dapat diproses, dalam artian
diorganisir dan diubah menjadi informasi yang dapat dimengerti oleh manusia.
Berdasarkan kutipan-kutipan di atas, pada prinsipnya data merupakan rekaman
fakta yang belum diolah menjadi informasi. Fakta-fakta tersebut berisi aktivitas, konsep
dan benda.
6 7 2.1.3 Pengertian Informasi
M enurut M cLeod (2007), informasi adalah data-data yang telah diproses sehingga
data-data tersebut memiliki arti.
Dengan kata lain, Informasi merupakan data-data yang telah diproses sehingga
dapat dimengerti oleh manusia.
Sasaran yang harus dicapai oleh suatu informasi adalah :
1.
Akurasi
Informasi harus benar, karena informasi yang tidak akurat akan berakibat fatal
kepada pengguna.
2.
Tepat waktu
Informasi yang diterima tidak boleh terlambat kaena merupakan landasan dalam
mengambil keputusan.
3.
Relevan
Informasi yang dihasilkan harus sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pemakai.
4.
Reliabilitas
Tingkat kehandalan terhadap keakuratan informasi yang disajikan harus dapat
dipertanggungjawabkan.
5.
Lengkap
Informasi yang disajikan harus utuh dan terperinci.
2.1.4 Pengertian Sistem Informasi
M enurut Laudon (2006), sistem informasi adalah sekumpulan komponen yang
saling terkait, yang saling bekerjasama mengumpulkan, mengolah, menyimpan dan
8 menyebarkan informasi untuk pengambilan keputusan, koordinat, kontrol, analisa dan
visualisasi dalam organisasi.
Berdasarkan kutipan-kutipan di atas, prinsipnya sistem informasi adalah
pengaturan peralatan yang mengumpulkan, memasukkan dan memproses data serta
peralatan untuk menyimpan, mengatur, mengontrol dan melaporkan informasi sehingga
organisasi dapat mencapai tujuan dan sasarannya.
Tujuan utama dari sistem informasi adalah mengumpulkan, memproses dan
menukar informasi antar pelaku bisnis serta didesain untuk mendukung operasi sistem
bisnis, Jeffrey L,Whitten, et.al., (2007).
2. 1.5 Pengertian Geografi M enurut Eddy Prahasta ( 2005), geografi adalah ilmu yang mempelajari
permukaan bumi sesuai dengan referensinya, atau studi mengenai area-area yang berada
di permukaan bumi.
Kata geografi berasal dari kata geographika dari bahasa yunani yang dikemukakan
oleh Eratosthenes sekitar abad ke-1 SM . Asal katanya adalah Geo yang berarti Bumi dan
graphika yang berarti tulisan atau lukisan. Berdasarkan asal katanya, geografi dapat
diartikan sebagai tulisan mengenai Bumi atau lukisan tentang Bumi. Dalam arti yang
lebih luas, geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang permukaan
bumi, penduduk, serta hubungan timbal-balik antara keduanya.
Berdasarkan pengertian di atas, yang dimaksud dengan permukaan bumi ialah
tempat mahkluk hidup yang meliputi daratan, air atau perairan dan udara atau lapisan
udara.
9 Dalam artian yang lebih luas, geografi merupakan ilmu pengetahuan yang
memperlajari tentang permukaan bumi, penduduk serta hubungan timbal balik antar
keduanya.
2.1.6 Sistem Informasi Geografis
2.1.6.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis
M enurut ESRI tahun 1990, Sistem Informasi Geografi adalah kumpulan yang
terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil
yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, mengubah, memanipulasi
dan menampilkan semua bentuk informasi yang berkaitan dengan geografi.
M enurut Bernhardsen (1992), Sistem Informasi Geografi adalah sistem komputer
yang digunakan untuk memanipulasi data geografi. Sistem ini diimplementasikan
dengan perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang berfungsi untuk akuisisi dan
verifikasi data, kompilasi data, penyimpanan data, perubahan dan pembaharuan data,
manajemen dan pertukaran data, manipulasi data, pemanggilan dan persentasi data dan
analisa data.
Sedangkan menurut Eddy Prahasta (2005) sistem informasi geografi merupakan
suatu kesatuan formal yang terdiri dari berbagai sumber daya fisik dan logika yang
berkenaan dengan objek-objek yang terdapat di permukaan bumi.
Jadi Sistem Informasi Geografi merupakan kumpulan data geografi (spasial) dan
data dokumen (non-spasial) yang terorganisir dan dapat dimanipulasi.
10 2.1.6.2 S ubsistem Sistem Informasi Geografi (S IG)
Sistem Informasi Geografi dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem Eddy
Prahasta ( 2005), yaitu :
1. Data Input
Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan
atribut dari berbagai sumber. Subsistem ini pula yang bertanggung jawab dalam
mengkonversi atau mentranformasikan format-format yang dapat digunakan oleh sistem
informasi geografi.
2. Data Output
Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian basis data
baik dalam bentuk softcopy maupun dalam bentuk hardcopy seperti tabel, grafik, peta,
dan lain-lain.
3. Data M anajemen
Subsistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun atribut ke dalam sebuah
basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, diperbaharui, dan diperbaiki.
4. Data M anipulation and Analysis
Subsistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh sistem
informasi geografi. Selain itu, subsistem ini juga melakukan manipulasi dan pemodelan
data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.
11 Uraian dari subsistem-subsistem tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Uraian Subsistem-subsistem SIG
2.1.6.3 Komponen S istem Informasi Geografis Komponen-komponen SIG terdiri dari :
1.
Perangkat Keras (hardware)
SIG membutuhkan komputer untuk menyimpan dan memproses data. SIG dengan skala
yang kecil membutuhkan PC (Personal Computer) yang kecil untuk menjalankannya,
namun ketika sistem menjadi besar dibutuhkan komputer yang lebih besar serta host
untuk client machine yang mendukung penggunaan multiple user. Perangkat keras yang
digunakan dalam SIG memiliki spesifikasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
sistem informasi lainnya. Ini dikarenakan penyimpanan data yang digunakan dalam SIG
baik data raster maupun data vector membutuhkan ruang yang besar dan dalam proses
analisisnya membutuhkan memori yang besar dan processor yang cepat. Selain itu
diperlukan juga digitizer untuk mengubah peta ke dalam bentuk digital.
12 2.
Perangkat Lunak (software)
Perangkat lunak dalam SIG haruslah mampu menyediakan fungsi dan tool untuk
melakukan penyimpanan data, analisis dan menampilkan informasi geografi.
Dengan demikian, elemen yang harus terdapat dalam komponen perangkat lunak SIG
adalah :
a.
Tool untuk melakukan input dan transformasi data geografi.
b.
Sistem M anajemen Basis Data.
c.
Tool yang mendukung manipulasi geografi, analisa dan visualisasi.
Graphical User Interface (GUI) untuk memudahkan akses pada tool geografi.
Ada banyak perangkat lunak SIG yang dapat kita gunakan, diantaranya adalah M ap Info,
Arc Info, Arc View, Arc GIS dan masih banyak lainnya.
3.
Data
M enurut M cLeod (2004), data merupakan fakta-fakta dan angka-angka yang relatif tidak
berarti bagi pemakai. Sedangkan Laudon (2003) mendeskripsikan data sebagai berkasberkas fakta yang masih mentah yang menggambarkan kejadian-kejadian yang terjadi di
dalam perusahaan/organisasi atau di lingkungan fisik sebelum di susun dalam bentuk
yang dapat dimengerti dan digunakan oleh pemakai. Jenis data yang digunakan dalam
sistem informasi geografi
adalah
data spasial (peta)
dan
data non-spasial
(keterangan/atribut).
Perbedaan antara 2 jenis data tersebut adalah sebagai berikut :
a. Data Spasial
Data spasial adalah data sistem informasi yang terpaut pada dimensi ruang dan
dapat digambarkan dengan berbagai komponen data spasial, yaitu :
13 1.
Titik
Titik merupakan representasi grafis yang paling sederhana untuk suatu objek.
Representasi ini tidak memiliki dimensi tetapi dapat diidentifikasi di atas peta
dan dapat ditampilkan pada layar monitor dengan menggunakan simbol-simbol.
Titik dapat mewakili objek-objek tertentu berdasarkan skala yang ditentukan,
misalnya letak bangunan, kota, dan lain-lain.
2.
Garis.
Garis adalah bentuk linier yang akan menghubungkan paling sedikit dua titik
dan digunakan untuk merepresentasikan objek-objek satu dimensi. Batas-batas
poligon merupakan garis-garis, demikian pula dengan jaringan listrik, saluran
buangan, jalan, sungai, dan lain sebagainya.
3.
Poligon
Poligon digunakan untuk merepresentasikan objek-objek dua dimensi. Suatu
danau, batas propinsi, batas kota, batas-batas persil tanah milik adalah tipe-tipe
entitas yang pada umumnya direpresentasikan sebagai poligon. Suatu poligon
paling sedikit dibatasi oleh tiga garis yang saling terhubung diantara ketiga titik
tersebut.
Gambar 2.2 Komponen-komponen Data Spasial
14 b. Data Non-spasial (atribut)
Data Non-spasial atau data atribut adalah data yang mendeskripsikan karakteristik
atau fenomena yang dikandung pada suatu objek data dalam peta dan tidak
mempunyai hubungan dengan posisi geografi. Contoh : data atribut suatu sekolah
berupa jumlah murid, jurusan, jenis kelamin, agama, beserta atribut-atribut lainnya
yang masih mungkin dimiliki dan diperlukan. Atribut dapat dideskripsikan secara
kualitatif
dan
kuantitatif.
Pada
pendeskripsian
secara
kualitatif,
kita
mendeskripsikan tipe, klasifikasi, label suatu objek agar dapat dikenal dan
dibedakan dengan objek lain, misalnya : sekolah, rumah sakit, hotel, dan
sebagainya. Bila dilakukan secara kuantitatif, data objek dapat diukur atau dinilai
berdasarkan skala ordinat atau tingkatan, interval atau selang, dan rasio atau
perbandingan dari suatu titik tertentu. Contohnya, populasi/jumlah siswa di suatu
sekolah 500-600 siswa, berprestasi, jurusan, dan sebagainya.
4. M etode
Untuk menghasilkan SIG sesuai dengan yang diinginkan, maka SIG harus
direncanakan dengan matang dengan menggunakan metologi yang benar. SIG
yang baik memiliki keserasian antara rencana desain yang baik dan aturan dunia
nyata, yaitu metode, model dan implementasi akan berbeda-beda untuk setiap
permasalahan.
5. M anusia
Teknologi SIG tidak akan bermanfaat tanpa manusia yang mengelola sistem dan
membangun perencanaan untuk diaplikasikan sesuai dunia nyata. Sumber daya
manusia sangat diperlukan untuk mendefinisikan, menganalisa, mengoperasikan
15 serta menyimpulkan masalah yang sedang dihadapi dalam pembuatan SIG.
Pemakai pada SIG terdiri dari beberapa tingkatan, dari tingkatan spesialis teknis
yang mendesain
dan
memelihara sistem sampai pada pengguna yang
menggunakan SIG untuk membantu pekerjaan sehari-hari.
2.1.6.4 Analisa Data Pada Sistem Informasi Geografis
Ada berbagai macam jangkauan fungsi untuk analisa data yang tersedia dalam
kebanyakan paket Sistem Informasi Geografis, termasuk didalamnya adalah teknik
pengukuran (measurement technique), query atribut (attribute query), analisa kedekatan
(proximity analysis), operasi overlay (overlay operation), dan analisa model permukaan
(surfaces) serta jaringan (networking).
Langkah awal untuk memahami analisa data spasial dalam Sistem Informasi
Geografi adalah mengetahui tentang terminologi yang digunakan. M encari istilah
standard menjadi hal yang sulit sejak berbagai paket perangkat lunak Sistem Informasi
Geografi sering kali menggunakan kata yang berbeda-beda untuk menjelaskan suatu
fungsi yang sama, dan indifidu dengan latar belakang suatu bidang tertentu cenderung
lebih senang menggunakan istilah-istilah sendiri. Adapun terminolgi yang digunakan
adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Terminologi SIG
Istilah
Definisi
Entitas
Titik, garis, area indifidual dalam suatu
database SIG.
Data tentang entitas. Dalam SIG vector
dapat disimpan dalam database,
sedangkan dalam SIG raster nilai suatu
sel dalam grid raster merupakan kode
Atribute
16 Fitur
Layer Data
Gambar
Sel
Fungsi atau Operasi
Algoritma
2.1.6.5
numeric yang digunakan untuk
mewakili ada tidaknya suatu attribute.
Suatu objek dalam dunia nyata yang
akan diterjemahkan dalam database
Sistem Informasi Geografi.
Suatu set data untuk kepentingan SIG.
Layer data dalam SIG biasanya
mengandung data dari satu tipe entitas
saja.
Layer data dalam SIG raster harus
diingat bahwa setiap sel dalam gambar
raster akan membawa suatu nilai
tunggal yang berfungsi sebagai kunci
attribute yang ada didalamnya.
Suatu titik atau pixel tunggal dalam
gambar raster.
Prosedur analisis data yang dilakukan
oleh SIG.
Implementasi komputer sebagai urutan
aksi
yang
dirancang
untuk
memecahkan suatu masalah.
Format Penyajian Data
Bentuk penyajian data dalam Sistem Informasi Geografi (SIG), antara lain :
1.
Format Vektor
M enurut Eddy Prahasta (2005) format vector adalah format yang menampilkan,
menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis, poligon
beserta atributenya. Bentuk-bentuk dasar representasi data spasial dalam format vector
didefinisikan oleh sistem kordinat dua dimensi. Istilah-istilah dalam format vector
adalah :
17 a. Titik (Point)
Digunakan untuk mereprensentasikan fitur yang terlalau kecil untuk dapat
direpresentasikan sebagai area yang terdiri dari lokasi geografi dan rincian dari
fitur tersebut. Contoh : Lokasi gunung berapi, hotel, rumah sakit, restoran dan
sebagainya.
b. Garis (line)
Garis merupakan kumpulan dari titik-titik. Digunakan untuk merepresentasikan
batas wilayah sungai dan jalan.
c. Bidang (area)
M erupakan bidang tertutup oleh garis, biasanya disajikan dalam bentuk poligon
digunakan untuk menggambarkan suatu wilayah.
Gambar 2.3 Format Data Vektor
2.
Format Raster
M enampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan
struktur matrix atau pixel (Picture Element) yang membentuk grid. Setiap pixel memiliki
attributenya masing-masing termasuk kordinatnya yang unik.
tergantung pada resolusi atau ukuran pixelnya dipermukaan bumi.
Format ini sangat
18 M enurut Eddy Prahasta (2005), entitas spasial raster disimpan dalam layer secara
fungsionalitas direalisasikan dengan unsur-unsur petanya. Contoh sumber entitas spasial
raster adalah citra satelit, citra radar dan model ketinggian.
Kelebihan format raster yaitu dalam memperoleh data raster lebih mudah dan
cepat serta memiliki struktur data yang lebih sederhana. Kekurangannya adalah
memerlukan memori yang besar, transfer kordinat dan proyeksi serta representasi
hubungan topologi lebih sulit dilakukan.
2.1.6.6 Queries
M elakukan query dalam database SIG untuk menampilkan data adalah bagian
dasar dan penting dalam proyek SIG. Query menawarkan metode untuk mendapatkan
data, dapat dilakukan pada data yang menjadi bagian database SIG ataupun pada data
prosedur baru hasil dari hasil analisis data. Query berguna pada setiap tahapan analisis
SIG untuk memeriksa kualitas dan pengukuran SIG raster.
Secara umum ada dua tipe query yang dapat dilakukan SIG, yaitu spasial dan nonspasial. Query non-spasial merupakan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
attribute suatu fiture. M erupakan suatu query non-spasial karena baik pertanyaan
ataupun jawabannya tidak melibatkan komponen analisa dari komponen spasial data.
Query ini dapat dilakukan oleh komponen perangkat lunak database sendiri.
M etode menspesifikasi query pada SIG dapat menjadi suatu hal yang sangat
interaktif. Pengguna dapat memberikan pertanyaan pada peta lewat layar komputer atau
menjelajah database lewat serangkaian pertanyaan didalam query. Query dapat menjadi
kompleks dengan kombinasi pertanyaan mengenai area, keliling ataupun jarak terutama
19 dalam SIG vector dimana data disimpan sebagai atribut dalam database.
Query tunggal dapat dikombinasikan untuk mengindetifikasi entitas dalam
database yang bisa memenuhi kebutuhan dua atau lebih criteria spasial ataupun nonspasial. Operator Boolean seperti and, or, not, xor, juga bisa digunakan.
2.1.6.7 Reklasifikasi
M erupakan variasi dalam ide query pada SIG, dapat digunakan pada query untuk
SIG raster. Sebagai contoh : “Dimanakah semua area perkebunan ?”. Jawabannya dapat
diperoleh dengan menggunakan query atau dengan mengklasifikasikan gambar.
Reklasifikasi akan ditampilkan digambar yang baru dengan seluruh area perkebunan
diberi kode 1 dan semua area yang bukan perkebunan diberikan kode dengan nilai 0.
2.1.6.8 Buffering and Neighbourhood Functions
Ada berbagai fungsi dalam
mempengaruhi
sekitarnya,
ataupun
SIG
yang
sebaliknya
memungkinkan
dimana
entitas
lingkungan
spasial
sekitar
mempengaruhi karakteristik entitas. Contoh yang paling umum adalah buffering yaitu
pembuatan suatu daerah kepentingan (zone of interest) disekitar suatu entitas. Fungsi
neighbourhood lainnya termasuk penyaringan data (data filtering) yang melibatkan
rekalkulasi sel dalam gambar raster didasarkan pada karakteristik sekitarnya.
Jika suatu titik dijadikan buffer (bufffering) maka akan terbentuk area lingkaran,
buffering pada garis atau area akan menghasilkan suatu area yang baru (gambar).
Buffering merupakan suatu konsep yang sederhana namun dengan operasi perhitungan
yang rumit dan juga beragam.
20 M etode daerah buffer sering dipergunakan dalam SIG vector. Sedangkan untuk
SIG raster digunakan metode lainnya yaitu dengan memperhitungkan pendekatan dan
akana menghasilkan suatu layer data raster baru dimana atribut dari setiap sel
merupakan suatu pengukuran jarak. Operasi lainnya dalam SIG raster dimana nilai dari
sel tunggal dirubah sebagai dasar pendekatan disebut fungsi tetangga (Neighbourhood
Function). Penyaringan (filtering) merupakan contoh yang digunakan untuk memproses
perbandingan terpisah (remotely sensed imagery). Filterisasi akan mengubah suatu sel
didasarkan pada attribute sel sekitarnya. Ukuran dan bentuk penyaringan ditentukan
operator. Umumnya untuk filter berapa kotak, lingkaran dan bentuk tiga dimensi
penyaringan menentukan banyaknya sel sekitar yang digunakan dalam proses
penyaringan.
Filter akan disebarkan ke seluruh bagian data raster dan digunakan untuk kalkulas i
ulang nilai dari sel target yang ada dipusatnya. Nilai baru yang diberikan pada sel target
diperhitungkan dengan menggunakan berbagai algoritma, misalnya nilai terbesar sel dan
nlai yang sering muncul.
Gambar 2.4 Operasi Filter Raster GIS
21 2.1.7 Pemetaan
2.1.7.1 Pengertian Peta
Peta adalah sekumpulan titik, garis dan wilayah yang digunakan untuk
mendefinisikan lokasi dan tempat yang mengacu pada sistem koordinat. Peta biasanya
direpresentasikan ke dalam dua dimensi, tetapi juga tidk menutup kemungkinan untuk
dapat direpresentasikan dalam bentuk tiga dimensi (Burrough, 1986).
Peta Topografi adalah peta dengan tujuan utama adalah mengiindikasikan data
rekaan dari sebuah permukaan tanah. Peta ini biasanya menampilkan tanah lapang,
keadaan tanah, jaringan transportasi, batas administrasi dan bentuk-bentuk buatan yang
lain (Heywood, 2002).
Kemajuan dalam ruang teknologi yang berbasiskan komputer memperluas wahana
dan wawasan mengenai peta. Peta tidak hanya dikenali sebagai gambar pada lembar
kertas, tetapi juga sebagai penyimpanan, pengelolaan, pengolahan, analisis dan
penyajiannya dalam bentuk digital terpadu antara gambar, citra dan teks. Data yang
terkelola dalam model digital memiliki keuntungan penyajian dan penggunaan secara
konvensional serta garis cetakan (Hardcopy) dan keluwesan, kemudahan, penyimpanan,
pengelolaan, pengolahan, analisis dan penyajian secara interaktif bahkan realtime pada
media computer (Softcopy).
2.1.7.2 Jenis peta
Peta dapat dijeniskan berdasarkan isi, skala, objek serta kegunaannya.
A. Peta Berdasarkan Isi:
Peta umum melukiskan semua kenampakan suatu wilayah secara umum. Kenampakan
22 adalah keadaan alam atau daerah dalam berbagai bentuk permukaan bumi, yaitu gunung,
daratan, lembah, sungai dan sebagainya yang merupakan satu kesatuan. Contoh : Peta
Indonesia, Peta Eropa, Peta Dunia.
Peta Umum terbagi dalam dua jenis, yaitu :
1. Peta Topografi : Peta topografi adalah peta yang menampilkan, semua unsur
yang berada di atas permukaan bumi, baik unsur alam maupun buatan manusia,
sehingga disebut juga peta umum. Unsur alam antara lain meliputi: relief muka
bumi, unsur hidrografi (sungai, danau, bentuk garis pantai), tanaman, permukaan
es, salju, dan pasir (Prihandito 1989; Hascaryo dan Sonjaya 2000).
2. Peta Chorografi : Peta yang menggambarkan keseluruh atau sebagian
permukaan bumi dengan skala yang lebih kecil antara 1:250.000 – 1:1.000.000
atau lebih. Peta ini menggambarkan daerah yang luas, menampilkan semua
kenampakan yang ada pada suatu wilayah. Atlas merupakan kumpulan dari peta
Chorografi.
3. Peta Tematik (Peta khusus) : M elukiskan kenampakan tertentu atau
menonjolkan satu macam data pada wilayah yang dipetakan. Contoh : Peta Iklim
dan Peta Perhubungan.
4. Peta Kadaster : Peta Kadaster merupakan peta berskala ekstra besar, sebagai
sumber data dan informasi dasar yang berguna dalam berbagai kepentingan.
23 B. Peta Berdasarkan Skala :
1.
Peta Kadaster(Peta Teknik) : Skala peta antara 1:100 – 1:5.000.
2.
Peta skala besar : Skala peta antara 1:5.000 – 1:250.000.
3.
Peta skala sedang : Skala peta antara 1:250.000 – 1:500.000.
4.
Peta skala kecil(Peta Geografi) : Skala peta antara 1:500.000 – 1:1.000.000
atau lebih besar.
C. Peta Berdasarkan Objek:
1.
Peta Stationer : M enggambarkan keadaan atau objek yang dipetakan dalam
keadaan tetap atau stabil. Contoh : Peta persebaran gunung berapi.
2.
Peta Dinamik : M enggambarkan bahwa keadaan atau objek yang dipetakan
mudah berubah. Contoh : Peta Urbanisasi dan peta arah angin.
D. Peta berdasarkan kegunaannya(The World Book Encyclopedia, 2006):
1.
General Reference M ap(Peta referensi umum)
M erupakan peta yang digunakan untuk mengidentifikasi dan memverifikasi
berbagai macam bentuk geografi, termasuk fitur tanah, badan air, perkotaan,
jalan dan lain sebagainya.
2.
M obility M ap(Peta M obilitas)
M erupakan peta yang bermanfaat untuk membantu masyarakat dalam
menentukan jalur dari satu tempat ke tempat lainnya. Peta ini biasa
digunakan untuk perjalanan di darat, laut dan udara.
24 3.
Thematic M ap(Peta Tematik)
M erupakan peta yang menunjukkan penyebaran dari objek tertentu, seperti
populasi, curah hujan dan sumber daya alam.
4.
Inventory M ap(Peta Inventaris)
M erupakan peta yang menunjukkan lokasi dari fitur khusus, misalnya :
posisi semua gedung di wilayah Jakarta Timur.
2.1.7.3 Skala Peta
Skala Peta merupakan perbandingan jarak di peta dengan jarak sebenarnya yang
dinyatakan dengan angka atau garis atau gabungan keduanya(Badan Standarisasi
Nasional).
Skala dapat digambarkan dalam salah satu dari tiga cara, yaitu sebagai skala
angka, skala verbal(Nominal), atau skala grafis (Heywood, 2002).
Tabel 2.2 Penggambaran Skala.
Angka
1 : 5000
1 : 1 000 000
Verbal
1 cm merepresentasikan 50 m
1 cm merepresentasikan 10 km
Grafis
0
100
Km
200
0
10
20
Km
30
40
25 Peta Topografi yang standar mengandung contoh dari skala verbal, rasio dan grafis.
Harus diingat bahwa peta skala kecil (Contohnya 1:250.000 atau 1:1.000.000) adalah
peta yang mencakup area luas. Sedangkan peta skala besar (Contohnya 1: 10.000 atau
1:25.000) mencakup area kecil dan banyak rincian. Skala juga penting saat entitas
spasial digunakan (Titik, garis dan area) untuk mempresentasikan versi umum dua
dimensi dari fitur dunia nyata (Heywood, 2002).
2.1.7.4 Sistem Koordinat geografi Sistem koordinat geografi digunakan untuk menunjukkan suatu titik di Bumi
berdasarkan garis lintang dan garis bujur.
Garis lintang yaitu garis vertikal yang mengukur sudut antara suatu titik dengan
garis katulistiwa. Titik di utara garis katulistiwa dinamakan Lintang Utara sedangkan
titik di selatan katulistiwa dinamakan Lintang Selatan.
Garis bujur yaitu horizontal yang mengukur sudut antara suatu titik dengan titik
nol di Bumi yaitu Greenwich di London Britania Raya yang merupakan titik bujur 0°
atau 360° yang diterima secara internasional. Titik di barat bujur 0° dinamakan Bujur
Barat sedangkan titik di timur 0° dinamakan Bujur Timur.
2.1.7.5 S truktur pemetaan
Data pemetaan terdiri dari dua struktur, yaitu Struktur Data Vector dan Struktur
Data Raster. Struktur Data Vector setiap titik pada peta dan setiap titik pada suatu
wilayah berusaha digambarkan dengan tepat menjadi sebuah objek. Koordinat yang ada
pada struktur data Vector diasumsikan terus berhubungan dan tidak dihitung seperti pada
Struktur Data Raster. Struktur Vector mengijinkan semua posisi, panjang dan dimensi
26 dapat didefinisikan secara tepat (Burrough, 1986).
Struktur Data Raster mempresentasikan secara nyata pemilihan susunan
permukaan pada pola bidang. Secara nyata representasi dari struktur data raster
diturunkan dalam suatu aturan yang sama. Sel-sel beraturan yang biasanya berbentuk
bujur sangkar atau persegi panjang dapat juga berupa segitiga atau persegi enam. M odel
ini disebut juga sebagai model kisi-kisi karena bentuk bujur sangkar atau persegi empat
sering digunakan dan tergambar menyerupai kisi-kisi klasik dari persegi empat
(Burrough, 1986).
2.1.7.6 Komponen Peta
Komponen peta terdiri dari :
1.
Isi Peta
Isi peta menunjukkan makna ide penyusun peta yang akan disampaikan
kepada pengguna peta. Kalau ide yang disampaikan mengenai perbedaan
curah hujan, isi peta tentunya berupa isohyet.
2.
Judul Peta
Judul peta harus mencerminkan isi peta berupa isohyet, tentu judul petanya
menjadi “Peta Distribusi Curah Hujan”.
3.
Skala Peta dan Simbol Arah
Skala peta sangat penting dicantumkan untuk melihat tingakat ketelitian dan
kedetailan objek yang dipetakan. Sebuah belokan sungai akan tergambar
jelas pada peta dengan skala 1 : 10.000 dibandingkan dengan peta berskala 1
: 50.000. Kemudian bentuk-bentuk pemukiman akan terlihat lebih rinci dan
27 detail pada peta berskala 1: 10.000 dibandingkan dengan peta berskala 1 :
50.000. Simbol arah dicantumkan dengan tujuan untuk orientasi peta. Arah
utara lazim nya mengarah pada bagian atas peta. Kemudian berbagai tata
letak tulisan mengikuti arah tadi, sehingga peta menjadi nyaman untuk
dibaca. Lebih jauh, arah juga penting sehingga pemakai peta dapat dengan
mudah menyamakan objek dipeta dengan objek sebenarnya di lapangan.
4.
Legenda atau Keterangan Peta
Agar pembaca peta dapat dengan mudah memahami isi peta, seluruh bagian
dalam isi peta harus dijelaskan dalam legenda atau keterangan.
5.
Inzet dan Index Peta
Peta yang dibaca harus diketahui dari bagian bumi sebelah mana area yang
dipetakan tersebut. Inzet peta merupakan peta yang diperbesar dari bagian
belahan bumi. Sebagai contoh pada saat pembuat peta ingin memetakan
Pulau Jawa, Pulau Jawa merupakan bagian dari Kepulauan Indonesia yang di
Inzet. Sedangkan index peta merupakan sistem tata letak peta, dimana
menunjukkan letak peta yang bersangkutan terhadap peta yang lain di
sekitarnya.
6.
Grid
Dalam selembar peta sering terlihat dibubuhi semacam jaringan kotak-kotak
atau grid sistem.
Tujuan pembuatan grid adalah untuk memudahkan penunjukan lembar peta
dari sekian banyak lembar peta dan untuk memudahkan penunjukkan letak
sebuah titik diatas lembar peta.
28 Cara pembuatan grid yaitu adalah untuk membagi-bagi wilayah dunia yang
luas ke dalam beberapa kotak. Tiap kotak diberi kode. Tiap kotak dengan
kode tersebut kemudian diperinci dengan kode yang lebih terperinci lagi dan
begitu juga dengan kode seterusnya.
Salah satu jenis grid pada peta-peta dasar (peta topografi) di Indonesia antara
lain :
Kilometering (kilometer fiktif) yaitu lembar peta dibubuhi jaringan kotakkotak dengan satuan kilometer. Disamping itu ada juga grid yang dibuat oleh
Tentara Ingggris dan grid yang dibuat oleh Amerika (American Mapping
Sistem). Untuk menyeragamkan sistem grid, Amerika Serikat sedang
berusaha membuat sistem grid yang seragam dengan sistem UTM Grid
Sistem dan UPS Grid Sistem.
7.
Nomor Peta
Penomoran peta penting untuk lembar peta dengan jumlah besar dan seluruh
lembar peta terangkai dalam satu bagian muka bumi.
8.
Sumber / Keterangan Riwayat Peta
Sumber ditekankan pada pemberian identitas peta, meliputi penyusun peta,
percetakan, sistem proyeksi peta, penyimpangan deklinasi magnetis, tanggal
/ tahun pengambilan data dan tanggal pembuatan / pencetakan peta dan lain
sebagainya yang memeperkuat identitas penyusunan peta yang dapat
dipertanggungjawabkan.
29 2.1.8 Basis Data (Database)
2.1.8.1 Pengertian Basis Data
Basis data adalah penggabungan dari sekumpulan usur data yang berhubungan secara
logika. Basis data menggabungkan catatan lama yang disimpan dalam arsip terpisah ke
dalam unsur data yang biasa menyediakan data untuk banyak aplikasi (O’Brien, 2003).
Basis data dapat diartikan sebagai kumpulan data yang saling berhubungan secara
logika dan saling berbgi serta menghasilkan informasi yang dibutuhkan. Basis data
merupakan sebuah penyimpanan data yang besar yang dapat digunakan oleh pemakai
dan departemen secara simultan (Connolly, 2002).
2.1.8.2 Pengertian Table
Table adalah suatu relasi data yang digambarkan dalam kolom dan baris
(Connolly, 2002).
2.1.8.3 Pengertian Field
Field dalam konteks database biasanya sering disebut dengan atribut. Field
merupakan nama kolom dari sebuah tabel atau relasi (Connolly, 2002).
2.1.8.4 Pengertian Record
Record adalah suatu baris data atau informasi dalam sebuah tabel. Record serin g
juga disebut dengan tuple (Connolly, 2002).
2.1.8.5 Pengertian Primary Key
Primary key adalah sebuah atribut atau himpunan atribut yang dipilih untuk
mengindentifikasikan tuple-tuple atau record dalam tabel yang bersifat unik. Unik
memiliki arti tidak boleh ada duplikat atau key yang untuk dua atau lebih tuple atau
record dalam sebuah table (Connolly, 2002).
30 2.1.8.6 Pengertian Foreign Key
Foreign Key adalah sebuah atribut atau himpunan atribut dalam suatu tabel yang
menunjuk pada key yang terdapat pada tabel lain. Foreign Key
berfungsi untuk
menunjukan hubungan antar satu tabel dengan tabel yang lainnya (Connolly, 2002).
2.1.8.7 Entitas Relationship Diagram (ERD)
Entitas Relationship Diagram (ERD) adalah pendekatan top-down untuk
mendesain basis data yang dimulai dengan mengidentifikasikan data yang penting, yang
disebut sebagai entitas dan hubungan antara data harus digambarkan (Connolly, 2002).
Batasan utama dalam relasi disebut multiplicity. Multiplicity adalah jumlah
kejadian yang mungkin muncul dari entitas satu ke entitas lainnya yang mempunyai
hubungan khusus.
Hubungan yang paling umum adalah berpasangan (Connolly, 2002) seperti :
1.
one-to-one(1:1)
Sebuah entitas di A hanya dapat diasosiasikan dengan paling banyak satu entitas di B.
2.
one-to-many (1:*)
Sebuah entitas di A dapat diasosiasikan dengan satu atau lebih entitas di B, namun
entitas di B hanya dapat diasosiasikan dengan paling banyak satu entitas di A.
3.
many-to-many (*:*)
Sebuah entitas di A dapat diasosiasikan dengan nol atau lebih entitas di B dan sebuah
entitas di B dapat diasosiasikan dengan nol atau lebih entitas di A.
31 2.1.8.8 Data Flow Diagram (DFD)
Data Flow Diagram (DFD) adalah suatu gambaran garis dari suatu sistem yang
menggunakan sejumlah bentuk simbol untuk menggambarkan aliran data melalui suatu
proses yang saling berkaitan. Simbol menggambarkan hubungan antar elemen proses,
aliran data dan penyimpanan data (M cLeod, 2004).
Proses adalah sesuatu yang mengubah masukan menjadi keluaran. Aliran data
mengandung sekelompok elemen data yang saling berhubungan secara logika.
Penyimpanan data bertugas mengambil data atau meng-update (O’Brien, 2007).
Dengan pemakain DFD, pengguna dapat memahami aliran data dalam sebuah sistem.
Ada tiga keuntungan pemakaian DFD:
1.
Terhindar dari satu usaha untuk mengimplementasikan sistem yang terlalu
dini.Pengguna perlu memikirkan secara cermat aliran-aliran data sebelum
memakai keputusan untuk merealisasikannya secara teknis.
2.
Dapat mengerti lebih dalam hubungan sistem dengan subsistemnya.
Pengguna dapat membedakan sistem dari lingkungan beserta batasan-batasannya.
3.
Dapat menginformasikan sistem yang berlaku kepada dunia. DFD dapat
digunakan sebagai alat untuk berinteraksi dengan pengguna dalam bentuk
representasi simbol-simbol yang digunakan.
Simbol-simbol yang digunakan dalam DFD adalah sebagai berikut :
1.
Entitas Eksternal
Entitas eksternal adalah entitas yang berada di luar sistem yang memberi data ke sistem
atau menerima keluaran dari sistem dan tidak termasuk dalam bagian sistem.
Entitas ini digambarkan dengan symbol
32 2.
Proses
M enggambarkan apa yang dilakukan sistem. Berfungsi mentransformasikan satu atau
beberapa data input menjadi satu atau beberapa output sesuai dengan spesifikasi yang
diinginkan.
Dalam penamaan suatu proses digunakan kata kerja dan kata benda.
Digambarkan dengan simbol
3.
Aliran Data
M enggambarkan aliran data dari suatu entitas ke entitas lain. Simbol anak panah
menggambarkan arah aliran data. Digambarkan dengan simbol
Penyimpanan Data(Storage)
M erupakan data untuk menyimpan data. Proses dapat mengambil data dari atau
memberikan data ke data store. Digambarkan dengan
Tingkatan dalam DFD ada tiga, yaitu :
1.
Diagram Konteks
a.
M erupakan level tertinggi yang menggambarkan masukan dan keluaran
sistem
b.
2.
Diagram Nol
a.
Terdiri dari suatu proses yang tidak memiliki data store.
M emiliki data store.
33 b.
Diagram tidak rinci, diberikan tanda bintang pada akhir nomor.
3.
Diagram Rinci
a.
M erupakan rincian dari diagram nol atau diagram level di atasnya.
b.
Proses yang ada sebaiknya tidak lebih dari tujuh titik.
2.1.8.9
State Transaction Diagram (S TD)
STD menggambarkan sifat suatu sistem informasi, menjelaskan cara sistem
melakukan suatu respon untuk setiap kejadian dan cara kejadian merubah State suatu
sistem.STD digunakan untuk menggambarkan diagram dari kebiasaan sistem dan
beberapa jenis pesan dengan proses yang kompleks dan singkronisasi kebutuhan.
STD memiliki komponen-komponen utama, yaitu state dan arrow yang mewakili
sebuah perubahan state. Setiap persegi panjang mewakili sebuah state, tempat sistem
tersebut berada. Sebuah state didefinisikan sebagai suatu atribut atau keadaan suatu
sistem pada saat tertentu.
2.2 Gempa dan S istem Informasi Kegempaan
2.2.1 Pengertian Gempa
Gempa adalah pergeseran tiba-tiba dari lapisan tanah di bawah permukaan bumi.
Ketika pergeseran ini terjadi, timbul getaran yang disebut gelombang seismik.gempa ke
segala arah di dalam bumi. Ketika gelombang ini mencapai permukaan bumi, getarannya
bisa merusak atau tidak tergantung pada kekuatan sumber dan jarak fokus, disamping itu
juga mutu bangunan dan mutu tanah dimana bangungan berdiri. Gempa bumi biasa
disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Kata gempa bumi juga
34 digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi tersebut.
Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan
yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan.
Gempa bumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar
lempeng bumi, patahan aktif aktivitas gunung api atau runtuhan batuan. Kekuatan
gempa bumi akibat aktivitas gunung api dan runtuhan batuan relatif kecil sehingga kita
akan memusatkan pembahasan pada gempa bumi akibat tumbukan antar lempeng bumi
dan patahan aktif.
Bencana akibat terjadinya aktivitas gempa yang berada di lempengan bumi
lautan sering terjadi. Dampak yang paling dirasakan adalah bencana Tsunami, dalam
penulisan ini kita akan memfokuskan dan mendalami mengenai bencana tsunami.
2.2.1.1 Pengertian Tsunami
Tsunami (bahasa Jepang secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan")
adalah sebuah ombak yang terjadi setelah sebuah gempa bumi, gempa laut, gunung
berapi meletus, atau hantaman meteor di laut. Tenaga setiap tsunami adalah tetap
terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Dengan itu, apabila gelombang
menghampiri pantai, ketinggiannya meningkat sementara kelajuannya menurun.
Gelombang tersebut bergerak pada kelajuan tinggi, hampir tidak dapat dirasakan
efeknya oleh kapal laut (misalnya) saat melintasi di laut dalam, tetapi meningkat
ketinggian hingga mencapai 30 meter atau lebih di daerah pantai. Tsunami bisa
menyebabkan kerusakan erosi dan korban jiwa pada kawasan pesisir pantai dan
kepulauan.
35 Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang
dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia
serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air
bersih.
Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan
sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor
yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut.
Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya
ketika meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau
turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan kesetimbangan air yang berada
di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai
di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana
gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam.
Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam
dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi
gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai
pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan
masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis
pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa
kilometer.
36 Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi
juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke
bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat
mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang
menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun
secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu.
Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika
ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang
tingginya mencapai ratusan meter.
Oleh karena itu Badan M eteorologi Krimitologi dan Geofisika membuat
departemen khusus yang menangani masalah tsunami sebagai akibat terjadinya
gempa. TEWS adalah bagian dari kelompok kerja yang menangai sebuah sistem
peringatan dini terhadap potensi tsunami yang diakibatkan oleh gempa bumi.
2.2.2 Sistem Informasi Kegempaan
Gempa dapat terjadi kapan saja, tanpa mengenal musim. M eskipun demikian,
konsentrasi gempa cenderung terjadi di tempat-tempat tertentu saja, seperti pada batas
Plat Pasifik. Tempat ini dikenal dengan Lingkaran Api karena banyaknya gunung berapi.
Seismologist adalah ilmuwan yang mempelajari sesar dan gempa. M ereka menggunakan
peralatan yang disebut seismograf untuk mencatat gerakan tanah dan mengukur
besarnya suatu gempa. Seismograf memantau gerakan-gerakan bumi mencatatnya dalam
seismogram, Gelombang seismik, atau getaran, yang terjadi selama gempa tergambar
37 sebagai garis bergelombang pada seismogram. Seismologist mengukur garis-garis ini
dan menghitung besaran gempa. Seismologist menggunakan skala Richter1 untuk
menggambarkan besaran gempa, dan skala M ercalli untuk menunjukkan intensitas
gempa, atau pengaruh gempa terhadap tanah, gedung dan manusia.
Contoh sistem informasi kegempaan yang ada saat ini di BM KG Pusat :
Gambar 2.5 Sistem Informasi kegempaan
Sistem diatas menampilkan informasi-informasi sebagai berikut :
• Informasi gempa terkini meliputi peta, tanggal terjadinya gempa, lokasi gempa,
besaran kekuatan gempa, kedalaman, keterangan tambahan, keterangan pusat
38 gempa.
• Catatan Informasi 60 gempa terkini meliputi peta, tanggal terjadinya gempa,
lokasi, besaran kekuatan gempa, kedalaman, keterangan pusat gempa.
• Informasi Cuaca, gempa yang dirasakan dan peringatan bahaya.
2.2.2.1 Istilah-istilah yang digunakan dalam mengukur parameter gempa
a.
M agnitude adalah ukuran kekuatan
gempabumi,
menggambarkan
besarnya energi yang terlepas pada saat gempabumi terjadi dan
merupakan hasil pengamatan Seismograf.
b.
M odifide M arcaly Intensity (MMI) adalah skala yang digunakan untuk
mengukur intensitas gempa bumi dilambangkan dengan menggunakan
angka romawi.
c.
Skala
Richter
didefinisikan
sebagai
logaritma
(basis
10)
dari
amplitudo maksimum, yang diukur dalam satuan mikrometer, dari
rekaman gempa oleh instrumen pengukur gempa (seismometer) WoodAnderson, pada jarak 100 km dari pusat gempanya. Sebagai contoh,
misalnya kita mempunyai rekaman gempa bumi (seismogram) dari
seismometer yang terpasang sejauh 100 km dari pusat gempanya,
amplitudo maksimumnya sebesar 1 mm, maka kekuatan gempa tersebut
adalah log (10 pangkat 3 mikrometer) sama dengan 3,0 skala Richter.
Skala ini diusulkan oleh fisikawan Charles Richter.
Download